RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010 - 2014
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010 - 2014
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 151/M-IND/PER/12/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 10/M-IND/PER/1/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010 – 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyesuaian terhadap organisasi Kementerian Perindustrian sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, perlu mengubah Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 – 2014 sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Perindustrian; Mengingat
: 1. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional; 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 - 2014;
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | iii
4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 10/M-IND/PER/1/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010 – 2014 Pasal I Mengubah Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 10/M-IND/PER/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2010 – 2014 menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal II Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN RI,
MOHAMAD S. HIDAYAT
Salinan Peraturan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Para Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian; 2. Pertinggal.
iv | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
KATA PENGANTAR Sehubungan dengan perubahan Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian sesuai Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, dipandang perlu dilakukan penyempurnaan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perindustrian 2010-2014 (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 10/M-IND/PER/1/2010). Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014 dimaksudkan untuk merencanakan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 (Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010), Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007), serta disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan Renstra Kementerian Perindustrian periode 2005-2009, analisa terhadap dinamika perubahan lingkungan strategis baik tataran daerah, nasional, maupun di tataran global, serta perubahan paradigma peningkatan daya saing dan kecenderungan pengembangan industri ke depan. Dalam rangka menjamin keberhasilan pelaksanaannya dan terwujudnya pencapaian Visi Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014 yaitu untuk “memantapkan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan (Sustainable) serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan”, maka akan dilakukan evaluasi setiap tahun, dan dengan memperhatikan kebutuhan serta perubahan lingkungan strategis, maka apabila diperlukan akan disempurnakan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dengan tanpa mengubah visi dan misi Kementerian Perindustrian periode 2010-2014.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | v
Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014 diharapkan akan mampu meningkatkan keterpaduan, keteraturan, dan keterkendalian perencanaan program dan kegiatan dari seluruh unit kerja dalam rangka mencapai kinerja yang tinggi sebagaimana yang digariskan pada indikator kinerja dari masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian.
Jakarta, Desember 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN
MOHAMAD S. HIDAYAT
vi | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR ........................................................................................ v DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Kondisi Umum ......................................................................................
1
B. Potensi dan Permasalahan ................................................................... 1. Perkembangan Industri Indonesia ................................................. 2. Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi ......................................... 3. Struktur Industri .............................................................................. 4. Persebaran Lokasi dan Konsentrasi Pertumbuhan Industri ......... 5. Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan ............... 6. Penyerapan Tenaga Kerja ................................................................
10 15 16 27 29 32 35
C. Maksud dan Tujuan .............................................................................. 38 1. Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................. 39 2. Ruang Lingkup ................................................................................. 41 BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN ......... 43 A. Visi ......................................................................................................... 44 B. Misi ........................................................................................................ 45 C. Pendekatan ............................................................................................ 46 D. Kondisi yang Diharapkan Tahun 2020 - 2025 ..................................... 52 E. Kondisi yang Diharapkan Tahun 2010 - 2014 ...................................... 54 F. Tujuan .................................................................................................... 55 G. Sasaran .................................................................................................. 57 BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ................................................. 73 A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ................................................. 73 B. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perindustrian .................. 84 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | vii
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 119 LAMPIRAN 1. TARGET PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014 ............................................ 121 LAMPIRAN 2. KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014 ............... 165
viii | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1.1
Pertumbuhan Sektor-Sektor Ekonomi (tahun dasar 2000, persen)
16
Tabel 1.2
Nilai PDB Sektoral dan Kontribusinya terhadap PDB Nasional
17
Tabel 1.3
Pertumbuhan PDB: tradables (persen)
18
Tabel 1.4
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas
21
Tabel 1.5
Perkembangan Realisasi Investasi (PMDN) Industri
23
Tabel 1.6
Perkembangan Realisasi Investasi (PMA) Industri
25
Tabel 1.7
Struktur Industri Indonesia, 2005-2009
27
Tabel 1.8
Peranan Cabang Industri Terhadap Total Sektor Industri
28
Tabel 1.9
Persebaran Industri di Pulau Jawa
29
Tabel 1.10
Persebaran Industri di Luar Pulau Jawa
30
Tabel 1.11
Persebaran Industri di Indonesia
31
Tabel 1.12
Perkembangan Ekspor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)
32
Tabel 1.13
Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)
33
Tabel 1.14
Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan
35
Tabel 1.15
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non-Migas Tahun 2004 - 2009
36
Perkiraan Pertumbuhan Industri Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2009 - 2015, 2020, 2025
58
Tabel 2.2
Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri Tahun 2010 – 2014 (%)
66
Tabel 2.3
Sasaran Kuantitatif Industri di Jawa (%)
68
Tabel 2.4
Sasaran Kuantitatif Industri di Sumatera (%)
69
Tabel 2.5
Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Sulawesi dan Gorontalo (%)
69
Tabel 2.6
Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Maluku dan Papua (%)
69
Tabel 2.7
Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Kalimantan (%)
69
Tabel 2.8
Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Bali, NTB, dan NTT (%)
70
Tabel 2.9
Perkiraan Kebutuhan Investasi Industri Pengolahan Non-Migas
71
Tabel 2.1
Tabel 2.10 Perkiraan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Non-Migas 71
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | ix
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1.1
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas 2004-2009
22
Gambar 1.2
Realisasi PMDN Industri (Rp milyar)
24
Gambar 1.3
Realisasi PMA Industri (US$ juta)
26
Gambar 1.4
Share Wilayah terhadap PDB Industri Indonesia
29
Gambar 1.5
Persebaran Industri Indonesia (%)
31
Gambar 1.6
Total Ekspor Industri Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)
33
Gambar 1.7
Total Impor Industri Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)
34
Gambar 1.8
Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non-Migas Tahun 2004 - 2009**
36
Gambar 2.1
Target Pertumbuhan Industri Tahun 2010 - 2014 (%)
37
Gambar 2.2
Sasaran Kuantitatif Pertumbuhan Industri 2010-2025 per provinsi
70
Gambar 3.1
Peta Strategis Kementerian Perindustrian
85
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Kementerian Perindustrian
90
x | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
BAB I PENDAHULUAN
A. KONDISI UMUM Situasi dunia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi, energi minyak bumi, dan teknologi yang menjadikan pendekatan masa kini lebih cepat usang. Bahkan issue lingkungan dan perubahan iklim seperti menipisnya ozon yang berakibat pada pemanasan global turut menjadi pendorong gerakan masyarakat dunia untuk mencegah pengelolaan lingkungan yang merusak kualitas kehidupan masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi dunia selama periode 2005-2007 mencapai 4,8 persen dimana dalam periode tersebut dunia menghadapi beberapa permasalahan yang dampaknya berlanjut hingga tahun 2009. Salah satunya adalah peningkatan harga minyak, dimana sejak tahun 2005 telah mendorong laju inflasi dunia. Harga rata-rata minyak dunia telah meningkat dua kali lipat, dimana pada tahun 1996 hanya pada kisaran US$ 20 per barrel meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi US$ 53,3 per barrel pada tahun 2005, bahkan harga minyak melonjak sangat tajam pada pertengahan tahun 2008 hingga mencapai US$ 146 per barrel, walaupun kemudian menurun hingga memasuki tahun 2009. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2005 mencapai 5,69 persen, sedikit menguat dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 5,03 persen. Kemudian, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi melemah mencapai 5,50 persen. Memasuki pertengahan tahun 2007, muncul tekanan baru yang berawal dari gejolak di pasar keuangan Amerika Serikat. Masalah pemberian kredit yang tidak prudent dan regulasi yang kurang memadai, terutama berkaitan dengan pemberian kredit sektor perumahan (subprime mortgage) berdampak luas ke Eropa, kemudian meluas ke segala penjuru dunia, mengingat besarnya peran ekonomi Amerika Serikat. Krisis ini mengakibatkan memburuknya kinerja sektor riil yang mulai menunjukkan dampaknya pada tahun 2008. Meskipun pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 tetap tumbuh sebesar 6,35 persen, namun pada tahun 2008 mengalami perlambatan dimana ekonomi hanya tumbuh sebesar 6,01 persen. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup besar dibanding dengan tahun 2008, yaitu tumbuh sebesar 4,55 persen. Sementara Bank
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 1
Dunia lebih pesimis menyatakan perdagangan merosot ke tingkat paling rendah dalam 80 tahun terakhir dan perekonomian global kemungkinan menciut untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, tanpa menyebutkan angka estimasinya. Menurut laporan Bank Dunia, Asia Timur akan menghadapi masalah paling berat akibat menurunnya perdagangan dunia tahun 2009, juga dilaporkan antara lain mengenai: 1.
Produksi industri dunia menurun 15 persen dibandingkan tahun 2008, dan akan lebih banyak negara emerging markets, baik pemerintah maupun swastanya mengambil hutang berisiko tinggi dari pasar modal dengan bunga sangat tinggi.
2.
Dalam tahun 2009 hutang swasta yang jatuh tempo sebesar US$ 1 triliun, dan hutang pemerintah mencapai US$ 3 triliun.
3.
Sekitar 94 negara akan mengalami perlambatan ekonomi diikuti melonjaknya tingkat kemiskinan hingga mencapai 43 persen dan krisis ekonomi tersebut akan menambah jumlah penduduk miskin hingga 46 juta, maka akibatnya ketergantungan pada bantuan luar negeri semakin lebih besar.
Dampak krisis keuangan sebagaimana diuraikan di atas, yaitu terjadinya capital outflow dari SBI, SUN dan pasar modal sehingga likuiditas US$ di pasar modal mulai mengering, rupiah terdepresiasi dan ekspor mulai menampakkan tanda-tanda terancam menurun. Walaupun perkembangan perekonomian pada tahun 2008 ternyata aman, namun keadaan makro pada tahun 2009 lebih berat, karena dampak krisis terasa signifikan oleh Indonesia pada awal tahun. Untuk itu, perekonomian Indonesia hanya tumbuh sekitar 4,55 persen dan ekspor tumbuh di bawah posisi tahun 2008. Terdapat perubahan tiga indikator yang berpengaruh terhadap perekonomian dunia selama periode lima tahun, yaitu kebijakan dan pertumbuhan PDB dunia, perkembangan ekonomi dan harga minyak dunia, serta pengaruh krisis global. Selain tinjauan global, maka kondisi domestik dapat dijelaskan berikut ini. Selama tahun 2005-2009, tiga sektor utama yaitu sektor Pertanian, Industri Pengolahan, dan Perdagangan bersama-sama memberikan kontribusi sekitar 56 persen terhadap PDB total, sementara pada tahun 2004 ketiga sektor utama tersebut menyumbang sedikit lebih besar yaitu sebesar 58,45 persen. Masingmasing ketiga sektor utama tersebut memberi sumbangan dengan rincian: sektor Industri Pengolahan memberi sumbangan sebesar 28,07 persen pada tahun 2004
2 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
dan 26,38 persen pada tahun 2009; sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 16,05 persen pada tahun 2004 dan 13,37 persen pada tahun 2009; dan sektor Pertanian sebesar 14,34 persen pada tahun 2004 dan 15,29 persen pada tahun 2009. Dari ketiga sektor utama di atas yang merupakan penyumbang utama bagi perekonomian nasional adalah sektor Industri Pengolahan karena merupakan penyumbang tertinggi. Rata-rata kontribusi sektor Industri Pengolahan (tahun 2005-2009) yaitu sebesar 27,47 persen terhadap PDB nasional. Dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tertinggi dari tahun ke tahun adalah dari sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Pertumbuhan dari sektor ini dari tahun 2004 sampai tahun 2009 berturutturut adalah 13,38 persen; 12,76 persen; 14,23 persen; 14,04 persen; 16,57 persen; dan 15,53 persen. Sementara untuk pertumbuhan sektor Industri Pengolahan selama periode 2004-2009 relatif mengalami penurunan pertumbuhan, yaitu: 6,38 persen; 4,60 persen; 4,59 persen; 4,67 persen; 3,66 persen dan 2.11 persen. Menurut hasil pemeringkat World Economic Forum (WEF), pada tahun 2010 posisi daya saing Indonesia berada pada urutan ke-54 dari 133 negara. Rendahnya daya saing tersebut merupakan akibat dari berbagai faktor. Menurut tolok ukur WEF, diidentifikasi 15 faktor penting yang menjadi masalah utama yang menghambat dunia usaha, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Birokrasi Pemerintah yang tidak efisien; Kurangnya infrastruktur yang memadai; Tidak konsistennya kebijakan pemerintah; Tingginya tingkat korupsi; Sulitnya akses pembiayaan; Peraturan ketenagakerjaan yang kurang akomodatif; Regulasi pajak yang memberatkan dunia usaha; Tingginya inflasi; Tidak stabilnya regulasi mata uang asing; Rendahnya tenaga kerja berpendidikan; Rendahnya etos kerja tenaga kerja; Ketidakstabilan pemerintahan; Tingginya tingkat pajak; Rendahnya tingkat kesehatan masyarakat; Tingginya tingkat kriminal dan kejahatan. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 3
United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dalam laporannya (Industrial Development Report 2004) menyatakan bahwa dalam periode 1980-2005, kinerja Industri Manufaktur Indonesia dikategorikan sebagai salah satu pemenang utama (main winners) bersama beberapa negara berkembang lain yang kebanyakan berasal dari kawasan Asia Timur. Di antara kinerja negara-negara tersebut, China berada pada posisi tertinggi. Sedangkan peringkat kinerja Industri Manufaktur Indonesia meningkat dari urutan ke-75 pada tahun 1980 menjadi urutan ke-54 pada tahun 1990 dan menjadi urutan ke-42 pada tahun 2005. Namun demikian, dibandingkan dengan beberapa negara pesaing utama di Asia Timur (termasuk ASEAN), peningkatan posisi Indonesia memang relatif rendah. Beberapa faktor penting di luar ekonomi juga belum menunjukkan perbaikan kinerja secara nyata. Sebagai contoh, pengembangan dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terutama untuk kepentingan produksi masih sangat terbatas. Dengan urutan Indonesia di posisi ke-60 dari 72 negara dalam Indeks Pencapaian Teknologi (IPT), mengindikasikan bahwa integrasi peningkatan IPTEK untuk produksi masih banyak mengalami hambatan. Pengembangan kelembagaan dan kemampuan untuk peningkatan kapasitas SDM pada tingkat perusahaan tidak berjalan sesuai harapan. Sementara itu, standardisasi nasional produk industri, pengembangan infrastruktur yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan sektor industri, serta peningkatan kompetensi tenaga kerja belum sepenuhnya berjalan optimal karena keterbatasan sumber daya. Meskipun permasalahan penurunan daya saing berawal dari krisis tahun 1997, perkembangan industri ternyata memburuk setelah krisis dimaksud. Banyak pengamat mengindikasikan terjadinya “deindustrialisasi”, yang ditunjukkan dengan penurunan kapasitas terpasang Industri Manufaktur dari 80 persen pada periode sebelum krisis menjadi hanya berkisar 60 persen, penurunan jumlah unit usaha perusahaan industri berskala sedang dan besar, dan juga penurunan signifikan dari indeks produksi industri pengolahan berskala sedang dan besar. Penyebab utama kondisi ini adalah daya saing produk-produk manufaktur yang terus melemah. Di dalam negeri, produk manufaktur seperti elektronika rumah tangga kalah bersaing dengan produk impor, apalagi diperburuk dengan banyaknya produk impor ilegal. Di pasar internasional, produk tekstil dan produk tekstil (TPT) dan produk kayu kalah bersaing dengan produk dari China dan negara ASEAN lainnya. 4 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Di bidang Pengembangan Industri, dalam rangka menentukan arah, sasaran dan kebijakan Pengembangan Industri Nasional ke depan, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, yang di dalamnya diatur mengenai pemberian fasilitas berupa Insentif Fiskal, Insentif Non-Fiskal, dan kemudahan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada pengusaha industri tertentu, seperti industri prioritas tinggi, industri pionir, industri yang dibangun di daerah terpencil dan sebagainya. Hasil-hasil yang dicapai oleh Kementerian Perindustrian dalam mengembangkan sektor industri, tergambar pada uraian berikut ini. Selama lima tahun terakhir, telah dilaksanakan berbagai langkah pengembangan industri. Hasil yang diperoleh dari berbagai langkah tersebut diantaranya dalam hal penguatan dan pengembangan 10 klaster Industri Inti, yaitu Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Alas Kaki, Makanan, Pengolahan Sawit, Pengolahan Kayu/Rotan, Pengolahan Karet, Pulp & Kertas, Pengolahan Hasil Laut, Mesin & Peralatan Listrik dan Petrokimia serta beberapa klaster industri penunjang dan industri terkait. Pengembangan klaster industri telah dilaksanakan melalui: 1.
Sosialisasi pembangunan Klaster Industri.
2.
Diagnosis dan penyusunan Peta Jalan Pengembangan Klaster-klaster yang ditargetkan.
3.
Pembentukan working group serta forum komunikasi kerjasama industri pada masing-masing klaster industri.
4.
Perbaikan iklim usaha dan dukungan program kelembagaan.
5.
Pengembangan kerjasama antara industri inti, industri terkait dan industri penunjang.
Pada bidang Pengembangan Iklim Industri telah dilaksanakan berbagai langkah untuk mendukung peningkatan usaha, investasi dan produksi. Beberapa langkah penting antara lain: 1.
Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri dalam rangka lebih menertibkan dan mengatur sebaran industri sesuai kaidah efisiensi dan pengelolaan lingkungan yang baik.
2.
Penyusunan Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM Kementerian Perindustrian tentang Peningkatan
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 5
Efektivitas Pengembangan IKM melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product - OVOP) dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian No. 78/M.IND/PER/9/2007. 3.
Pengakomodasian usulan beberapa sektor industri (Perkapalan, Komponen Otomotif, Elektronika) untuk mendapatkan fasilitas PPh (PP No. 1 Tahun 2007 dan PP No. 62 Tahun 2008).
4.
Penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian penting lainnya dalam upaya memfasilitasi iklim usaha yang lebih baik yang dapat memberikan kepastian berusaha, khususnya yang terkait dengan perbaikan infrastruktur, teknologi, permodalan dan penanganan lingkungan.
Pada bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 49/M-IND/PER/4/2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri, yang telah disosialisasikan untuk diterapkan di Instansi Pemerintah Pusat maupun di Daerah. Pada sektor-sektor penting tertentu tengah dilaksanakan usaha-usaha untuk: 1) Memaksimalkan pemanfaatan kemampuan industri strategis dalam pengadaan Alutsista sektor Pertahanan; 2) Memberdayakan industri Perkapalan Nasional sesuai Inpres No. 5 Tahun 2005; 3) Mendorong BUMN-BUMN untuk memaksimalkan penggunaan produksi dalam negeri dalam rangka Program Percepatan Pembangunan PLTU Batubara dan Program Konversi Minyak Tanah ke LPG; 4) Memprakarsai penyusunan RUU Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri. Pada bidang Peningkatan Kemampuan Teknologi, Kementerian Perindustrian telah melaksanakan beberapa langkah penting, seperti: 1) Penetapan hasil-hasil riset unggulan untuk IKM yang diseleksi dari hasil-hasil Litbang pada 11 Balai Besar dan 11 Balai Riset dan Standardisasi Industri; 2) Proyek Percontohan Cocodiesel; 3) Program Restrukturisasi Industri TPT; 4) Bantuan Mesin/Peralatan (untuk pengelasan, alsintan, fasilitas Pusat Desain Optik, fasilitas UPT Kulit Magetan, pembuatan bahan bakar nabati dari biji jarak, pabrik Biodiesel; 5) Bimbingan Teknis untuk pengelolaan limbah; 6) Penghargaan Rintisan Teknologi; 7) Penghargaan Indonesia Good Design Selection dan 8) Pembangunan Pusat Desain Industri Perkapalan. Pemerintah telah melaksanakan berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk Peningkatan Kemampuan SDM Industri, antara lain: 1) Dalam rangka
6 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
peningkatan daya saing (HACCP, CEFE, Marketing, Manajemen Lingkungan, TQM, dsb); 2) Pengelasan Sertifikasi Internasional; 3) Konservasi dan Audit Energi; 4) Teknologi Produksi & Desain; 5) Penanganan Zat-zat Kimia Berbahaya; dan 6) Pelatihan Asesor terintegrasi ISO 9001. Sedangkan pada Bidang Peningkatan Kemampuan SDM Aparatur, pemerintah telah melaksanakan kegiatan antara lain: 1) Diklat Sistem Industri (I, II, III, dan IV) untuk meningkatkan kapasitas aparatur Dinas Perindustrian di Provinsi/Kabupaten/Kota; 2) Diklat-diklat Struktural; 3) Diklat Teknis, Diklat Jabatan Fungsional; 4) Program beasiswa S2 dan S3; 5) Program Beasiswa D3 Tenaga Penyuluh Lapangan Industri dengan ikatan dinas di Unit Pendidikan Tinggi di Lingkungan Kementerian Perindustrian; dan 6) Pelatihan Petugas Pengawas Standar Barang dan Jasa di pabrik (PPSP) sebanyak 8 angkatan . Industri Kecil Menengah (IKM) yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada akhir RPJMN (2005-2009) telah memberikan kontribusi PDB Sektor Industri sebesar 24,95 persen. Program Pengembangan IKM dalam pelaksanaan program utama dan pelaksanaan program pendukung meliputi: Pengembangan 6 Klaster IKM; Pengembangan IKM penunjang klaster industri; Pengembangan IKM Unggulan Daerah; Pengembangan IKM di daerah tertinggal, perbatasan, pasca konflik & pasca bencana; Pengembangan Promosi dan Informasi; Peningkatan SDM IKM; Peningkatan Kerjasama Industri; dan Peningkatan Standardisasi dan Teknologi. Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor Industri Pengolahan, secara kumulatif dari tahun 2005-2009 mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang atau rata-rata per tahun sekitar 519.137 orang (5,28 persen), yang berarti di atas yang ditargetkan pada RPJMN (2005-2009) sebesar 500 ribu per tahun. Pada periode yang sama pula penanaman modal di sektor Industri Pengolahan terealisasi ratarata per tahun senilai 15,97 triliun rupiah untuk Proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan US $ 3,69 miliar untuk Proyek Penanaman Modal Asing (PMA). Dengan asumsi kurs rata-rata 10.000 rupiah per 1 US$, maka PMA yang diserap sektor Industri Pengolahan sekitar 36,91 triliun rupiah per tahun. Bila dijumlahkan, total investasi PMA dan PMDN yang tertanam di sektor Industri Pengolahan rata-rata sebesar 52,88 triliun rupiah per tahun. Angka tersebut melebihi sasaran investasi sektor Industri Pengolahan pada RPJMN (2005-2009), yaitu sebesar 40-50 triliun rupiah.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 7
Pertumbuhan sektor Industri Pengolahan Non-Migas selama 5 tahun terakhir boleh dikatakan berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2005, laju pertumbuhan sektor industri sebesar 5,86 persen sedikit diatas pertumbuhan ekonomi yang besarnya 5,69 persen. Pada tahun 2006, 2007 dan 2008, laju pertumbuhan sektor industri selalu di bawah pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 2009, ekonomi tumbuh sebesar 4,93 persen sedangkan pertumbuhan sektor industri non migas pada tahun 2009 tumbuh sebesar 2,52 persen. Penurunan yang cukup besar pada tahun-tahun terakhir disebabkan terjadinya pertumbuhan negatif pada beberapa cabang industri, seperti Tekstil, Kertas, Semen, dan Barang Galian Logam. Walau demikian, terdapat kelompok utama industri yang pertumbuhannya cukup tinggi, yaitu Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatan, yang memberikan sumbangan pertumbuhan besar, walau pada tahun 2009 sumbangan tersebut menjadi melemah. Menurun serta negatifnya pertumbuhan sektor-sektor industri tersebut disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi, seperti: keterbatasan infrastruktur dan listrik, kurangnya pasokan bahan baku untuk Industri Pengolahan Kayu dan Hasil Hutan lainnya, serta maraknya illegal logging dan illegal trading, kurangnya pasokan gas bumi sebagai bahan baku dan energi untuk industri pupuk, serta beredarnya isu penggunaan bahan tambahan pangan yang tidak diperbolehkan untuk industri makanan dan minuman yang sempat meresahkan masyarakat. Dari semua cabang industri, terdapat dua cabang industri yang mendominasi, yaitu Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dan Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatan. Peran Industri Makanan, Minuman dan Tembakau relatif konstan sekitar 28-33 persen, tetapi Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatan pada periode tahun 2000-2005 perannya masih sekitar 20-26 persen, pada periode 2005-2009 meningkat menjadi sekitar 27-29 persen. Hal ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pendalaman dan penguatan struktur industri ke arah produksi produk-produk yang bernilai tambah tinggi dan memiliki kandungan teknologi yang lebih tinggi . Utilisasi industri juga menjadi isu penting karena baru sekitar 47 subsektor industri di Indonesia yang utilisasinya di atas 80 persen, sementara 96 subsektor dan 83 subsektor industri utilisasinya masing-masing baru mencapai antara 61 dan 79 persen, dan bahkan di bawah 60 persen. Subsektor yang memiliki utilitas di atas 80 persen didominasi oleh subsektor Industri Kimia Hulu, 8 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
dimana sektor hilir industri yang nilai tambahnya lebih tinggi, utilisasi kapasitas terpasangnya lebih rendah. Kelompok industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi dibandingkan dengan Industri Kimia seperti Industri Permesinan dan Elektronika, ternyata utilitasnya berkisar antara 61 sampai dengan 79 persen, bahkan beberapa di antaranya di bawah 60 persen seperti Industri Radio/Radio Cassette, Industri Mesin Proses Minyak Kelapa Sawit, Industri Mesin Proses Pengolahan Gula, dan Mesin Proses Pengerjaan Logam. Penguatan struktur industri selama kurun waktu 2005-2009 telah terjadi pada Industri Turunan Minyak Sawit, Industri Petrokimia (aromatik, C1, Olefin), Industri Pasir Kuarsa, Industri Keramik, Industri Air Laut, Industri Mesin Proses Tekstil, Industri Mesin Proses Pabrik Gula, Industri Mesin Proses Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Industri Logam, Industri Aluminium, Industri Tembaga, Industri Perkapalan, Industri Bangunan Lepas Pantai, Industri Telematika, Industri TV, Industri Video Cassette/Disc Player, dan Industri Lampu Listrik. Namun perkembangan tersebut dirasakan masih belum memenuhi sebagaimana yang diharapkan. Dari sisi pandang lain struktur yang belum lengkap yang diperlihatkan dengan banyak industri yang belum ada di tanah air, menunjukkan masih besarnya peluang investasi pada sektor industri tertentu, baik berupa pendirian perusahaan baru pada industri yang sudah ada maupun membuka perusahaan pada industri yang belum ada. Struktur industri pada pohon industri masih kurang lengkap dipandang dari dua sisi dimensi yang berbeda. Sisi pertama kurang lengkapnya struktur industri memperlihatkan masih besarnya peluang investasi pada sektor industri yang masih terbuka lebar, baik pendirian perusahaan baru pada industri yang sudah eksis (perluasan struktur) maupun membuka perusahaan pada industri yang belum eksis (pendalaman struktur). Sisi lain, kurang lengkapnya struktur industri pada pohon industri mencerminkan belum kokohnya kemampuan industri dan strategi yang diterapkan dalam pengembangannya. Sebaran industri di Indonesia masih terkonsentrasi secara geografis di Pulau Jawa dan Sumatera. Pada tahun 2008, persebaran Industri Manufaktur masih terfokus di Pulau Jawa dan Sumatera yang menyerap hingga 79,83 persen. Pada tahun 2006, kedua pulau tersebut menyerap 79,5 persen unit usaha yang ada di Indonesia, sementara pada tahun 2004 serapannya 77,5 persen. Realisasi Investasi PMDN menunjukkan perkembangan yang makin membaik walau masih tetap di bawah periode sebelum krisis tahun 1998. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 9
Sektor industri merupakan sektor utama yang paling banyak diminati oleh perusahaan-perusahaan PMDN. Realisasi Investasi PMDN di sektor industri dari 2005-2009 mencapai Rp 95,64 triliun dari Rp 144,42 triliun PMDN secara keseluruhan. Investasi sektor industri paling besar terdapat pada industri Kertas dan Percetakan yaitu Rp 28,95 triliun dengan 52 proyek. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan telah meningkat rata-rata 6,38 persen pada periode tahun 2005-2009. Dibandingkan tahun 2005, penyerapan tenaga kerja pada tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing meningkat sebesar 14,82 persen; 20,527 persen, 22,36 persen, dan 27,49 persen. Dari sisi ekspor, nilai ekspor produk hasil Industri Manufaktur pada tahun 2005 sebesar US$ 55.566,99 juta dengan kontribusi 64,87 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia dan 83,65 persen terhadap produk non migas. Pada tahun 2009, nilai ekspor produk hasil Industri Manufaktur meningkat menjadi sebesar US$ 73.435,84 juta serta mempunyai kontribusi 63,03 persen terhadap total nilai ekspor Indonesia dan 75,33 persen terhadap produk non migas dengan pertumbuhan dari tahun 2005-2009 sebesar 46,76 persen.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN Potensi Sumber daya alam Indonesia (cadangan hutan, kelautan dan perikanan, migas, mineral dan batubara, dsb) sangat potensial untuk menumbuhkembangkan industri berbasis sumber daya alam. Letak Indonesia yang sangat strategis dapat mengakomodasi kepentingan berbagai negara serta kerjasama yang saling menguntungkan dengan negara-negara di sekelilingnya. Indonesia yang terdiri dari atas ribuan pulau dan penduduknya yang besar merupakan “captive market” bagi berbagai industri. Penduduk Indonesia yang besar tersebut tidak saja dapat merupakan modal bagi tumbuhnya industri (khususnya IKM) yang berbasis tenaga kerja, tetapi juga peluang bagi tumbuhnya sektor industri yang berbasis padat iptek dan daya kreatif. Dengan Sumber Daya Industri yang begitu besar yang dimiliki baik itu Sumber Daya Alamnya maupun Sumber Daya Manusianya, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan antara lain sebagai berikut :
10 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
1.
Faktor Sumber Daya Alam Kekuatan
1. Lahan Luas dan Subur
Kelemahan 1.
2. Penanaman sepanjang tahun 3. Cadangan hutan produksi cukup luas 4. Pembukaan lahan baru sektor pertanian
Rendahnya produktivitas sektor pertanian & agrobisnis
2. Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian 3. Meningkatnya ketergantungan terhadap impor makanan
4. Bahaya kerusakan ekologi 5. Ketersediaan sumber daya laut & potensi penangkapan ikan 5. Terjadinya penebangan hutan 6,7 juta ton pertahun berlebihan 6. Ketersediaan sumber daya mineral cukup besar
2.
6. Bahaya atas terjadinya penangkapan ikan berlebihan di beberapa wilayah
Faktor Sumber Daya Manusia Kekuatan
1. Jumlah Penduduk Besar 2. Tingkat upah kompetitif
Kelemahan 1.
Tidak meratanya penyebaran penduduk dan pendapatan
3. Keterampilan Seni (craftmanship) tinggi
2. Tingkat pendidikan, keterampilan, dan produktifitas tenaga kerja relatif rendah
4. Tekun dan mudah menerima pelatihan
3. Disiplin rendah
5. Kemampuan bidang operasional 6. Kemampuan bidang rancang bangun dan perekayasaan sudah berkembang
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 11
3. Faktor Geografi Kekuatan 1. Terdiri dari ribuan pulau
Kelemahan 1.
2. Terletak di geo stasioner 3. Posisi strategis
Belum bisa didayagunakan sebagai penggerak pertumbuhan industri
2. Peluang baru akan diambil oleh perusahaan-perusahaan asing 3. Infrastruktur telekomunikasi relatif belum memadai
4. Faktor Permodalan Kekuatan 1. Telah adanya investasi ekstensi selama dua dekade lalu dalam bentuk aset tetap (bangunan, mesin, & peralatan)
Kelemahan 1.
Rendahnya pemanfaatan kapasitas terpasang pada beberapa subsektor industri
2. Terdapat mesin-mesin sudah tua di beberapa sektor industri 3. Cadangan devisa, perbankan, pasar Modal belum cukup menunjang
5. Faktor Prasarana (Fisik) Kekuatan 1. Pernah melakukan investasi secara berarti dan adanya pertumbuhan selama dua dekade lalu sebelum krisis
Kelemahan 1.
Beberapa prasarana (jalan raya, pelabuhan, dll) & sarana kurang memadai
2. Ketergantungan tinggi terhadap bantuan asing dan swasta dalam pengembangan prasarana 3. Angkutan Laut dikuasai asing dan belum memadai
12 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
6. Faktor Teknologi Kekuatan
Kelemahan
1. Investasi mendorong terjadinya impor teknologi
1.
2. Jumlah SDM relatif besar pada lembaga-lembaga R&D Pemerintah
2. Relatif rendahnya tingkat pengembangan teknologi
3. Penyebaran Teknologi secara nyata lebih efektif melalui impor dan pengenalan mesin
Kegiatan R&D industri dilakukan oleh pemiliknya di luar negeri
3. Rendahnya respon lembagalembaga R&D terhadap permintaan pasar 4. Rendahnya produktivitas sektor manufaktur 5. Relatif rendahnya biaya R&D per orang 6. Lemahnya keterkaitan antara lembaga-lembaga R&D pemerintah dengan swasta 7. Lemahnya koordinasi & arah pengembangan lembaga riset
Walau telah dicapai berbagai perkembangan yang cukup penting dalam pengembangan industri, namun dirasakan industri belum tumbuh seperti yang diharapkan, khususnya bila dibandingkan dengan kinerja industri pada masa sebelum krisis multidimensi pada tahun 1998. Berbagai masalah baik yang secara umum menghambat pertumbuhan industri, maupun yang secara khusus dihadapi oleh beberapa industri (penting) tertentu dipaparkan pada uraian di bawah ini. Masalah Umum a. Masalah Internal Industri 1.
Struktur industri masih belum kuat.
2.
Industri dasar yang menjadi pemasok bahan baku dan bahan penolong industri jumlah dan kemampuannya masih terbatas, dan sama halnya dengan kemampuan produksi barang setengah jadi dan komponen, sehingga ketergantungan impor masih tetap tinggi.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 13
3.
Masih terbatasnya populasi industri berteknologi tinggi.
4.
Kapasitas produksi masih belum optimal.
5.
Penurunan kinerja di beberapa cabang industri akibat terpaan krisis global.
6.
Terganggunya penguasaan penyelundupan).
7.
Ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi dan beberapa negara tujuan.
8.
Lemahnya penguasaan desain dan rancang bangun untuk pembangunan industri.
9.
Tidak tersedianya dana penelitian dan pengembangan produk industri untuk produk buatan lokal yang cukup di perusahaan industri.
pasar
domestik
(khususnya
akibat
10. Penerapan standar produk komponen dan bahan baku yang tersedia di pasar dalam negeri tidak atau belum memenuhi standar yang telah ditetapkan, sehingga menyulitkan dalam proses fabrikasi dan manufacturing. 11. Belum kuatnya peranan industri kecil dan menengah. b. Masalah Eksternal Industri 1.
Keterbatasan infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, listrik, pasokan gas).
2.
Birokrasi yang belum pro-bisnis.
3.
Arus barang impor ilegal yang tinggi (penyelundupan), walau pada satu tahun terakhir ini sudah menunjukkan perbaikan yang berarti.
4.
Masalah perburuhan (pesangon, premi Jamsostek, UMR dan lain–lain).
5.
Masalah kepastian hukum.
6.
Insentif fiskal yang belum bersaing dibanding dengan yang ditawarkan oleh negara tetangga.
7.
Suku bunga perbankan yang masih tinggi.
8.
Ketentuan limbah B3 (limbah batu bara, baja, dan lain–lain) yang sering kali menyulitkan dunia usaha.
14 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
9.
Kurangnya keberpihakan serta kesadaran menggunakan produk dalam negeri.
masyarakat
untuk
10. Belum tersedianya perbankan yang khusus ditunjuk pemerintah untuk pembangunan industri per sektor (misalnya: bank khusus untuk agro, untuk industri, untuk migas, untuk IKM, dan lain sebagainya), dengan tingkat bunga kompetitif. 11. Belum terjalinnya komunikasi/hubungan yang intensif antara hasil riset dari balai riset industri dalam negeri dengan perusahaan industri lokal. 1.
Perkembangan Industri Indonesia Secara kumulatif petumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2008 berada pada angka 6,01 persen (Tabel 1.1), lebih rendah dari target APBN sebesar 6,4 persen. Pencapaian pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun 2009 jauh lebih rendah yakni sebesar 4,55 persen. Kondisi ini terjadi akibat tekanan global karena kasus di Amerika Serikat dan akumulasi permasalahannya. Pertumbuhan sektor ekonomi tertinggi tahun 2009 disumbang oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 15,53 persen yang berarti menurun dibandingkan tahun 2008 sebesar 16,57 persen, diikuti Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 13,78 persen yang meningkat dari tahun 2008 sebesar 10,92 persen. Namun, terjadi penurunan pertumbuhan pada Industri Pengolahan sebesar 1,55 persen dibandingkan tahun 2008 yakni semula tercatat 3,66 persen, menjadi hanya 2,11 persen pada tahun 2009. Secara keseluruhan terjadi penurunan pertumbuhan, terkecuali pada sektor Pertambangan, Listrik dan Gas, dan sektor Jasa-Jasa. Kondisi ini menunjukkan imbas krisis finansial global di tengah berbagai permasalahan yang masih dihadapi pada lapangan usaha sektor dimaksud.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 15
Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi (tahun dasar 2000, persen) LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Non Migas 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5. B A N G U N A N 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 9. JASA - JASA PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
2004
2005
2006
2007
2008* 2009**
2.82
2.72
3.36
3.47
4.83
4.13
-4.48
3.20
1.70
1.93
0.68
4.37
6.38 -1.95 7.51
4.60 -5.67 5.86
4.59 4.67 -1.66 -0.06 5.27 5.15
3.66 -0.34 4.05
2.11 -2,21 2.52
5.30
6.30
5.76
10.33
10.92
13.78
7.49
7.54
8.34
8.53
7.51
7.05
5.70
8.30
6.42
8.91
6.87
1.14
13.38
12.76
14.23
14.04
16.57
15.53
7.66
6.70
5.47
7.99
8.24
5.05
5.38 5.03
5.16 5.69
6.16 5.50
6.44 6.35
6.23 6.01
6.40 4.55
5.97
6.57
6.11
6.95
4.46
4.93
Sumber : BPS diolah Kemenperin * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
2.
Kontribusi Industri Terhadap Ekonomi Sampai dengan tahun 2009, sektor Industri Pengolahan masih menjadi penyumbang tertinggi terhadap perekonomian nasional (Produk Domestik Bruto-PDB). Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2009 menyumbang sekitar 26,38 persen, diikuti oleh sektor Pertanian 15,29 persen dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,37 persen. Dari tahun 2005 sampai dengan 2009, kontribusi sektor Industri Pengolahan memberikan sumbangan ratarata 27 persen, tetapi pada tahun 2009 turun mencapai 26,38 persen. Yang tampak memberikan kontribusi agak baik pada tahun 2009 adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, Konstruksi serta Jasajasa, sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2.
16 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 17
2005 Jumlah %
2006 Jumlah %
2007 Jumlah %
PERTANIAN, PETERNAKAN, 364.169,3 13,13 433.223,4 12,97 541.931,5 13,72 KEHUTANAN DAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN 309.014,1 11,14 366.520,8 10,98 440.609,6 11,15 PENGGALIAN INDUSTRI 760.361,3 27,41 919.539,3 27,54 1.068.653,9 27,05 PENGOLAHAN a. Migas 138.440,9 5,63 172.094,9 5,15 182.324,3 4,61 b. Non Migas 621.920,4 21,78 747.444,4 22,38 886.329,6 22,43 LISTRIK, GAS, DAN AIR 26.693,8 0,96 30.354,8 0,91 34.723,8 0,88 BERSIH KONSTRUKSI 195.110,6 7,03 251.132,3 7,52 304.996,8 7,72 PERDAGANGAN, HOTEL DAN 431.620,2 15,56 501.542,4 15,02 592.304,1 14,99 RESTORAN PENGANGKUTAN DAN 180.584,9 6,51 231.523,5 6,93 264.263,3 6,69 KOMUNIKASI KEUANGAN, REAL 230.522,7 8,31 269.121,4 8,06 305.213,5 7,73 ESTAT & JASA PERSH. JASA - JASA 276.204,2 9,96 336.258,9 10,07 398.196,7 10,08 PRODUK DOMESTIK 2.774.281,1 100,00 3.339.216,8 100,00 3.950.893,2 100,00 BRUTO PRODUK DOMESTIK 2.458.234,3 88,61 2.967.040,3 88,85 3.534.406,5 89,46 BRUTO TANPA MIGAS
LAPANGAN USAHA
Sumber : BPS diolah Kemenperin *Angka Sementara, ** Angka Sangat Sementara
11
9 10
8
7
5 6
4
3
2
1
No
9,73
7,43
4.427.193,3
89,,41
4.951.356,7 100,00
481.669,9
368.129,7
6,31
13,97
691.494,7 312.190,2
8,48
0,82 419.642,4
40.846,7
10,22
7,20
6,28
13,37
9,89
0,83
3,81 22,57
26,38
10,54
15,29
5.146.512,1
91,68
5.613.441,7 100,00
573.818,7
404.116,4
352.407,2
750.605,0
554.982,2
46.823,1
213.706,5 1.267.198,9
4,89 23,00
242.043,0 1.138.670,1
591.531,7
858.252,0
27,89 1.480.905,4
10,92
14,46
2009** Jumlah %
1.380.713,1
540.605,3
716.065,3
2008* Jumlah %
Tabel 1.2 Nilai PDB Sektoral dan kontribusinya terhadap PDB Nasional
Dampak krisis finansial global sangat dirasakan oleh beberapa industri terutama yang melakukan ekspor dengan tujuan pasar Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang akibat melemahnya pasar di negara tersebut. Produk yang terkena dampak cukup berarti antara lain: TPT, Produk Karet, Produk Kayu, serta Pulp dan Kertas, Minyak Sawit, dan produk-produk Logam. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan, mengalami pertumbuhan negatif karena sulitnya pasokan bahan baku dan menurunnya pasar ekspor. Kondisi yang sama juga terjadi pada Industri Kertas & Barang Cetakan. Industri Makanan, Minuman & Tembakau mengalami penurunan permintaan akibat penurunan daya beli masyarakat. Kondisi melemahnya pasar global tersebut, berakibat terganggunya rencana perluasan investasi. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1.3, semua cabang industri Pengolahan Non Migas mendapat tekanan hebat. Dari sembilan cabang industri yang mengalami pertumbuhan positif sampai tahun 2009 adalah Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami pertumbuhan sebesar 11,29 persen, Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 1,51 persen, Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 0,53 persen, Industri Kertas dan barang cetakan sebesar 6,27 persen dan Barang Lainnya 3,13 persen. Sedangkan beberapa cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009 adalah industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya yang mencapai -1,46 persen, Industri Semen dan Barang Galian bukan logam sebesar -0,63 persen dan Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Sedangkan cabang industri Logam Dasar Besi dan Baja mengalami penurunan terbesar dibanding cabang industri yang lain mencapai -4,53 persen. Tabel 1.3 Pertumbuhan PDB: tradables (persen) No
LAPANGAN USAHA
1
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. K e h u t a n a n e. P e r i k a n a n
2004
2005
2006
2007
2.82
2.72
3.36
3.47
4.83
4.13
2.89 0.40 3.35 1.28 5.56
2.60 2.48 2.13 -1.47 5.87
2.98 3.79 3.35 -2.85 6.90
3.35 4.55 2.36 -0.83 5.39
6.06 3.67 3.52 -0.03 5.07
4.71 2.46 3.72 1.51 5.20
18 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
2008* 2009**
No
LAPANGAN USAHA
2
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN a. Minyak dan gas bumi b. Pertambangan Bukan Migas. c. Penggalian. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri M i g a s 1). Pengilangan Minyak Bumi 2). Gas Alam Cair b. Industri bukan Migas 1). Makanan. Minuman dan Tembakau 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 4). Kertas dan Barang cetakan 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 7). Logam Dasar Besi & Baja 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH a. L i s t r i k b. Gas Kota c. Air bersih KONSTRUKSI PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a. Perdagangan Besar dan Eceran b. H o t e l c. R e s t o r a n PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. P e n g a n g k u t a n 1). Angkutan Rel
3
4
5 6
7
2004
2005
2006
2007
2008* 2009**
-4.48
3.20
1.70
1.93
0.68
4.37
-4.32 -7.96 7.46 6.38 -1.95 -0.23 -3.22 7.51
-1.77 12.24 7.69 4.60 -5.67 -5.00 -6.19 5.86
-1.07 4.84 8.33 4.59 -1.66 -1.89 -1.48 5.27
-1.15 5.27 8.53 4.67 -0.06 -0.13 -0.01 5.15
0.45 -1.10 7.51 3.66 -0.34 0.92 -1.30 4.05
0.07 10.56 7.04 2.11 -2.21 0.48 -4.32 2.52
1.39
2.75
7.21
5.05
2.34
11.29
4.06
1.31
1.23
-3.68
-3.64
0.53
-2.07
-0.92
-0.66
-1.74
3.45
-1.46
7.61
2.39
2.09
5.79
-1.48
6.27
9.01
8.77
4.48
5.69
4.46
1.51
9.53
3.81
0.53
3.40
-1.49
-0.63
-2.61
-3.70
4.73
1.69
-2.05
-4.53
17.67
12.38
7.55
9.73
9.79
-2.94
12.77 5.30 5.13 9.40 2.47 7.49
2.61 6.30 6.68 6.48 4.53 7.54
3.62 5.76 6.36 5.33 3.57 8.34
-2.82 10.33 7.64 30.16 3.28 8.53
-0.96 10.92 6.65 33.21 3.74 7.51
3.13 13.78 6.96 41.03 3.91 7.05
5.70
8.30
6.42
8.93
6.87
1.14
5.52 7.93 6.08
8.82 6.23 5.88
6.60 5.18 5.75
9.41 5.37 7.08
7.03 4.51 6.58
0.02 3.60 7.53
13.38
12.76
14.23
14.04
16.57
15.53
8.76 -0.92
6.25 -2.98
6.61 6.44
2.82 1.28
2.74 14.31
5.46 -6.83
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 19
No
8
9
LAPANGAN USAHA 2). Angkutan Jalan raya 3). Angkutan laut 4). Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 5). Angkutan Udara 6). Jasa Penunjang Angkutan b. K o m u n i k a s i KEUANGAN, REAL ESTAT & JASA PERSH. a. B a n k b. Lembaga Keuangan Bukan Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Real Estate e. Jasa Perusahaan JASA – JASA a. Pemerintahan Umum 1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan 2). Jasa Pemerintahan lainnya b. S w a s t a 1). Sosial Kemasyarakatan 2). Hiburan dan Rekreasi 3). Perorangan dan Rumah tangga PRODUK DOMESTIK BRUTO PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
2004
2005
2006
2007
2008* 2009**
4.99 3.63
4.84 8.75
4.93 7.24
3.71 -2.30
4.93 -5.05
5.67 -2.50
4.11
3.94
3.81
3.31
4.75
5.02
30.07 8.73 22.88
10.42 5.56 24.58
10.65 7.06 26.03
8.02 0.60 28.74
5.32 0.43 31.04
11.65 5.05 23.80
7.66
6.70
5.47
7.99
8.24
5.05
6.02
4.50
1.55
7.96
7.41
2.40
9.24
8.35
7.15
8.14
9.03
7.61
9.18 8.89 9.23 5.38 1.65
6.66 8.17 9.28 5.16 1.90
7.55 8.47 9.49 6.16 3.96
9.68 7.85 8.15 6.44 5.43
3.40 8.88 8.97 6.23 4.46
7.00 5.24 9.64 6.40 5.10
1.46
1.81
3.74
5.15
4.07
4.91
2.00 8.96 7.78 8.34
2.06 8.09 7.22 6.52
4.34 8.02 6.96 7.95
5.92 7.27 6.62 6.97
5.12 7.65 7.07 8.08
5.43 7.40 7.32 8.20
9.51
8.62
8.45
7.56
7.82
7.34
5.03
5.69
5.50
6.35
6.01
4.55
5.97
6.57
6.11
6.95
6.46
4.93
Sumber : BPS, diolah * Angka sementara, ** Angka sangat sementara
Industri Non Migas terus mengalami penurunan sejak tahun 2005 sebagaimana dilihat pada Tabel 1.4. Dari tabel tersebut terdapat lima industri yang mengalami pertumbuhan negatif sampai dengan tahun 2009 yakni: Barang kayu & Hasil Hutan Lainnya sebesar -1,46 persen; Semen & Barang Galian bukan logam sebesar -0,63 persen; Logam Dasar Besi dan Baja sebesar -4,53 persen; serta Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Sedangkan cabang industri yang menunjukkan pertumbuhan
20 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
positif ada empat yakni Makanan, Minuman dan Tembakau 11,29 persen; Tekstil, Barang. Kulit & Alas Kaki sebesar 0,53 persen; Kertas dan Barang Cetakan sebesar 6,27 persen; Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 1,51 persen; serta Barang Lainnya sebesar 3,13 persen. Tabel 1.4 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas No
Cabang Industri 2004
Pertumbuhan (%) 2005 2006 2007 2008* 2009 **
1
Makanan, Minuman dan Tembakau
1.39
2.75
7.21
5.05
2.34
11.29
2
Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
4.06
1.31
1.23
-3.68
-3.64
0.53
3
Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
-2.07
-0.92
-0.66
-1.74
3.45
-1.46
4
Kertas dan Barang cetakan
7.61
2.39
2.09
5.79
-1.48
6.27
5
Pupuk, Kimia & Barang dari karet Semen & Brg. Galian bukan logam
9.01
8.77
4.48
5.69
4.46
1.51
9.53
3.81
0.53
3.40
-1.49
-0.63
6 7
Logam Dasar Besi & Baja
-2.61
-3.70
4.73
1.69
-2.05
-4.53
8
Alat Angk., Mesin & Peralatannya
17.67
12.38
7.55
9.73
9.79
-2.94
9
Barang lainnya
12.77
2.61
3.62
-2.82
-0.96
3.13
7.51
5.86
5.27
5.15
4.05
2.52
Total Industri Pengolahan Non Migas Sumber: BPS, diolah * Angka sementara, ** Angka sangat sementara.
Kondisi cabang-cabang industri masih menunjukkan kondisi tidak stabil pada tahun 2009, dimana ada lima cabang industri yang mengalami pertumbuhan negatif dan empat cabang industri yang positif. Terdapat dua industri yang mengalami penurunan dan kenaikan yang cukup tinggi, untuk kenaikan terjadi pada Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 11,29 persen dan penurunan terjadi pada Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar -2,94 persen. Alat Angkut, Mesin dan Peralatan yang semula membukukan pertumbuhan positif 9,79 persen pada tahun 2008, turun drastis menjadi -2,94 persen, kemudian Industri Makanan, Minuman dan Tembakau pada tahun 2008 sebesar 2,34 persen menjadi 11,29 persen pada tahun 2009. Perkembangan Pertumbuhan Industri Pengolahan Migas Tahun Tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.1 .
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 21
Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas 2004-2009 Ditinjau dari realisasi investasi dalam negeri (PMDN), sebagian besar Industri Manufaktur mengalami peningkatan realisasi investasi pada tahun 2009 dibanding tahun 2008, dengan nilai realisasi tertinggi pada cabang Industri Kimia dan Farmasi sebesar Rp 5.850,1 miliar diikuti dengan Industri Makanan sebesar Rp 5.768,5 miliar. Nilai realisasi Industri Makanan mengalami penurunan sangat besar pada tahun 2009 sebesar 29,6 persen dibanding tahun sebelumnya (Tabel 1.5) dari Rp 8.192,9 miliar pada tahun 2008 hanya dibukukan senilai Rp 5.768,5 miliar di tahun 2009. Apabila ditinjau dari jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan, maka industri yang mencapai perkembangan signifikan dibanding tahun 2008 adalah cabang Industri Tekstil, diikuti cabang Industri Karet dan plastik dan industri lainnya.
22 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 23
Industri Makanan Industri Tekstil Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu Ind. Kertas dan Percetakan Ind. Kimia dan Farmasi Ind. Karet dan Plastik Ind. Mineral Non Logam Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Jumlah
1 2
0,0 96,0
1,0
0,0
19,0
4,0 4,0 10,0 11,0 10,0
2,0
6,0
0,0
16,0
9,0 13,0 17,0 18,0 4,0
1,0
284,6
0,0
1.151,5
198,8 9.732,6 1.945,2 678,4 774,6
14,6
2005 P I 35,0 4.490,8 22,0 1.640,7
0,0 8,0 79,4 10.517,9 149,0 20.991,2
19,6
0,0
546,6
888,9 205,7 4.284,8 445,4 524,5
24,5
2004 P I 28,0 3.507,9 7,0 70,0
0,0 96
4,0
0,0
22,0
9,0 9,0 10,0 11,0 4,0
1,0
0,0 13,012.7
116,6
0,0
3.334,2
709,0 1.871,2 3.248,9 253,6 218,2
4,0
2006 P I 19,0 3.175,3 7,0 81,7
8
-
17
3 8 14 10 2
2
27 8
609,4
-
3.541,6
38,8 14.548,2 1.168,2 564,5 124,2
58,5
I 5.371,7 228,2
2007
2 36,5 101 26,289.8
P
4 189
6
2
31
4 14 23 27 7
2
38,4 15,914.8
314,7
7,0
2.381,1
306,6 1.797,7 503,7 797,8 845,3
10,1
2008 P I 49 8.192,9 20 719,6
66,5
-
1.466,8
33,5 1.000,8 5.850,1 1.532,8 786,1
4,0
6 279,5 158 19,434.4
3
-
31
2 8 15 31 4
1
2009 P I 34 5.768,5 23 2.645,7
CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan. 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam Rp Milyar. 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 31 Desember 2009.
Sumber : BKPM (2009)
12
11
10
9
4 5 6 7 8
3
SEKTOR
NO.
Tabel 1.5 Perkembangan Realisasi Investasi (PMDN) Industri
Perkembangan Realisasi Investasi PMDN per tahun dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Realisasi PMDN Industri (milyar Rp) Ditinjau dari realisasi nilai investasi PMA pada tahun 2009 menunjukkan penurunan dibanding tahun 2008, yakni dari sebesar US$ 4.515,2 menjadi US$ 3.831,1 Juta. Dari sejumlah tersebut, kontribusi investasi 3 besar pada tahun 2009 berada pada sub sektor Industri Kimia dan Farmasi dengan nilai US$ 1.183,1 juta, kemudian diikuti Industri Logam, Mesin & Elektronika sebesar US$ 654,9 juta dan Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain sebesar US$ 583,4 juta (Tabel 1.6). Jumlah izin usaha tetap yang dikeluarkan untuk investasi PMA rata-rata meningkat pada tahun 2009 terkecuali Industri Makanan yang mengalami penurunan sejumlah 7 izin usaha. Total izin yang dikeluarkan adalah sejumlah 474 izin pada tahun 2009 dibandingkan 495 izin pada tahun 2008 atau terjadi penurunan realisasi pemberian izin usaha sebesar 4,24 persen dan secara nilai investasi terjadi penurunan sebesar 15,15 persen.
24 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 25
Industri Makanan Industri Tekstil Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu Ind. Kertas dan Percetakan Ind. Kimia dan Farmasi Ind. Karet dan Plastik Ind. Mineral Non Logam Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya Jumlah
SEKTOR
402,6
22,0 101,4 2.804,6
13,0
4,0
25,0 248,0
312,8
614,1 81,0 108,1
414,5
4,1
13,2
51,0
39,0 16,0 10,0
16,0
6,0
6,0
2004 P I 29,0 574,3 24,0 165,5
360.6
3.1
521.8
1,152.9 392.6 66.2
9.9
75.5
47.8
29 195.9 335 3,500.6
31
2
87
41 27 11
6
18
6
2005 P I 46 603.2 31 71.1
25 363
28
1
86
32 33 7
16
18
11
117.1 3,619.7
438.5
0.2
955.7
264.6 112.7 94.8
747.0
58.9
51.8
2006 P I 45 354.4 61 424.0
412.3
10.9
714.1
1,611.7 157.9 27.8
672.5
127.9
95.9
24 30.2 390 4,697.0
38
1
99
32 36 6
11
17
10
2007 P I 53 704.1 63 131.7
34 495
47
7
141
42 50 11
15
19
20
34.7 4,515.2
756.2
15.7
1,281.4
627.8 271.6 266.4
294.7
119.5
145.8
2008 P I 42 491.4 67 210.2
33 474
52
5
121
41 42 8
18
18
21
120.1 3,831.1
583.4
5.1
654.9
1,183.1 208.1 19.5
68.7
62.1
122.6
2009 P I 49 552.1 66 251.4
CATATAN : 1. Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya, Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga. 2. P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan. 3. I : Nilai Realisasi Investasi dalam US$ Juta. 4. Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah yang diterima BKPM sampai dengan tanggal 31 Desember 2009.
Sumber : BKPM (2009)
12
11
10
9
6 7 8
5
4
3
1 2
NO.
Tabel 1.6 Perkembangan Realisasi Investasi (PMA)
Perkembangan Realisasi Investasi PMA per tahun dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Realisasi PMA Industri (US$ juta) Sektor industri masih didominasi oleh industri padat tenaga kerja yang memiliki rantai pendek sehingga penciptaan nilai tambah juga relatif kecil. Industri dimaksud lebih menekankan penggunaan tenaga manusia untuk melakukan pemrosesan tahap awal yang berupa sedikit peningkatan mutu komoditas tanpa mengubah menjadi produk olahan. Pasar tujuan masih tertuju pasar-pasar tradisional (existing market) seperti ke Singapura, Amerika Serikat yang hanya menyerap komoditas dengan nilai tambah kecil yang kurang menguntungkan bagi Indonesia. Berbagai permasalahan dihadapi atas kondisi ini baik dari sisi eksternal maupun internal. Permasalahan eksternal dihasilkan dari taktik perdagangan negara pembeli yang memiliki posisi rebut tawar (bargaining power) lebih tinggi sehingga memiliki kekuatan penekan untuk mengatur, kampanye negatif yang menunjukkan seakan Indonesia tidak mampu menjadi negara industri pengolah, dan penerapan hambatan perdagangan. Perlakuan tidak berkeadilan atas praktek hambatan perdagangan yang memaksa secara sepihak negara berkembang membuka pasar domestik atas pasar produk negara maju terutama Amerika Serikat, membuat industri negara berkembang yang baru tumbuh menjadi kalah bersaing ketika berhadapan dengan produk industi maju. Semua hambatan tarif di negara berkembang dipaksa dihapuskan hingga membuka luas pasar produk Pertanian. Namun sebaliknya, Amerika Serikat dan Eropa melakukan subsidi sektor Pertanian di negara mereka, bahkan 26 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
industri maju meminta liberalisasi industri Kimia, Elektronik, maupun Keuangan. Inilah distorsi perdagangan global yang masih menjadi tantangan negara berkembang termasuk Indonesia. Walaupun sekarang negara yang tergabung pada BRICS (Brazil, Rusia, India, China) telah memiliki kekuatan dan menuntut World Trade Organization (WTO) lebih berlaku adil dan memberlakukan akses pada produk-produk negara berkembang, namun realisasinya belum secara nyata terwujud. Memang terdapat beberapa permasalahan dari kemampuan Sumber Daya Manusia terutama dalam pengolahan produk atau penanganan lepas panen, hambatan teknologi pengolahan (processing), permodalan untuk industri padat modal, integrasi hulu dan hilir. Permasalahan generik yang ditemukan hampir di semua lokasi terdiri empat hal pokok, yakni: rantai pasokan, sarana dan prasarana, permodalan, dan kemampuan sumber daya manusia. Beberapa kondisi khusus diantaranya pemasaran, hubungan industri kecil menengah dan industri besar, dan kebijakan pemerintah. 3.
Struktur Industri Terdapat tiga unsur pelaku ekonomi yang mendukung perkembangan sektor industri, yaitu Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Pengusaha Kecil/Menengah, serta Koperasi (Tabel 1.7). Jumlah Industri Kecil/Menengah sebesar 3.755.238 juta unit usaha sedangkan industri besar berkisar 2.867 unit usaha. Bangun industri di Indonesia terdiri dari 45 persen merupakan industri berbasis sumber daya alam (resources based industries), 17 persen merupakan industri padat orang (labour intensives industries), sedangkan sisanya tersebar antara capital based industries, sciences based industries, dan differentiated based industries. Pembangunan Industri diharapkan mampu mewujudkan perimbangan antara industri kecil-menengah dan industri besar. Industri berbasis padat modal dan teknologi difokuskan untuk menyeimbangkan industri yang berbasis Tenaga Kerja dan Sumber daya alam. Tabel 1.7 Struktur industri Indonesia, 2005 - 2009 Uraian 1 Unit Usaha/Unit 1.1 Industri Kecil 1.2 Industri Menengah
Satuan Unit Unit Unit
2005 2.811.468,0 2.795.237,0 13.712,0
2006 3.220.061,0 3.200.620,0 16.886,0
2007 3.442.306,0 3.422.672,0 15.782,0
2008* 3.545.100 3.526.420 15.709
2009** 3.758.105 3.739.507 15.731
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 27
1.3 2 2.1 2.2 2.3 3 3.1 3.2 3.3
Uraian Industri Besar Tenaga Kerja Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar PDB (adhk2000) Industri Kecil Industri Menengah Industri Besar
Satuan 2005 2006 2007 Unit 2.519,0 2.555,0 3.852,0 Orang 10.971.630,0 12.597.214,0 13.223.776,0 Orang 6.745.086,0 7.195.356,0 7.441.995,0 Orang 140.992,0 175.901,0 190.936,0 Orang 4.085.552,0 5.011.535,0 5.590.844,0 Mil Rp 491.422,0 514.192,0 538.078,0 Mil Rp 64.073,1 66.271,5 69.350,0 Mil Rp 59.726,0 62.034,7 64.916,4 Mil Rp 367.622,8 385.886,0 403.811,5
2008* 2.971 13.424.341 7.800.576 190.696 5.433.069 557.766 71.887 67.292 418.587
2009** 2.867 13.987.659 7.871.888 201.966 5.913.805 570.629 73.545 68.843 428.241
Sumber: BPS diolah Kemenperin * ) Angka Sementara, ** ) Perkiraan Kriteria: Industri Kecil: penjualan / tahun < 1 Milyar Rupiah Industri Menengah: penjualan / tahun 1 – 10 Milyar Rupiah Industri Besar: penjualan / tahun > 10 Milyar Rupiah
Ditinjau dari peranan cabang industri, cabang-cabang Industri Pengolahan Non Migas yang memberikan kontribusi tinggi terhadap PDB adalah cabang Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 33,19 persen. Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya 27,32 persen, Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 12,84 persen, serta cabang industri lainnya memiliki peran di bawah 10 persen, sebagaimana tersaji pada Tabel 1.8. Tabel 1.8 Peranan Cabang Industri terhadap Total Sektor Industri CABANG INDUSTRI 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 4). Kertas dan Barang cetakan 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 7). Logam Dasar Besi & Baja 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang lainnya Industri tanpa Migas
2004 29,73 12,99 5,68 5,64 11,64 3,92 2,94 26,54 0,92 100,00
2005 28,58 12,40 5,67 5,45 12,25 3,95 2,96 27,81 0,93 100,00
2006 28,46 12,06 5,97 5,30 12,59 3,88 2,77 28,02 0,95 100.0
2007 29,80 10,56 6,19 5,12 12,50 3,70 2,58 28,69 0,85 100.0
Sumber: BPS diolah Kemenperin * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
28 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
2008* 30,40 9,21 6,43 4,56 13,53 3,53 2,57 28,97 0,80 100.0
2009** 33,19 9,19 6,32 4,82 12,84 3,43 2,11 27,32 0,77 100.0
4. Persebaran Lokasi dan Konsentrasi Pertumbuhan Industri Kontribusi industri selama ini masih disumbang sebesar 75 persen dari industri-industri yang berada di Pulau Jawa dan sisanya di luar Pulau Jawa dan Bali. Hal ini dapat dimengerti karena persebaran masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Lokasi industri untuk Pulau Jawa, berada di Jawa Tengah sebesar 38.71 persen, diikuti Jawa Timur 31,05 persen dan Jawa Barat sebesar 21,29 persen (Tabel 1.9). Sedangkan di luar Pulau Jawa, terkonsentrasi di Sumatera. Selain kedua daerah tersebut juga terdapat kawasan-kawasan lainnya, antara lain: Kawasan Timur Indonesia, Maluku, dan Papua. Industri yang berada di Maluku dan Papua memiliki tingkat pertumbuhan industri terkecil kedua, dimana pertumbuhan industri terkecil terletak di kawasan pulau Bali, NTB, NTT. Share wilayah terhadap PDB Industri dan persebarannya dapat dilihat pada Gambar 1.4 dan 1.5. Secara lebih lengkap, persebaran industri di Luar Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 1.10 .
Gambar 1.4 Share Wilayah terhadap PDB Industri Indonesia
Tabel 1.9 Persebaran Industri di Pulau Jawa Jawa Banten Jawa Barat DKI Jakarta
PDRB IND (T Rp) 92,52 345,6 158,1
Unit Usaha 78.959 460.341 37.749
Persen 3.65 21.29 1.75
Share thd PDB Ind (%) 7,37 27,52 12,59
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 29
Jawa Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Total
PDRB IND (T Rp) 91,99 7,4 246,1 941,71
Unit Usaha 837.114 76.616 671.490 2.162.269
Persen 38.71 3.54 31.05 100
Share thd PDB Ind (%) 7,33 0,59 19,6 75
Sumber: BPS (Hasil sensus ekonomi 2006)
Tabel 1.10 Persebaran Industri di Luar Pulau Jawa Non Jawa NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Riau Kepulauan Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur NTB NTT Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Total
PDRB IND (T Rp) 2,67 75,67 12,04 44,15 49,4 4,66 0,85 20,98 6,49 13,66 6,43 14,54 3,99 9,74 15,45 2,85 0,57 3,87 0,4 2,99 16,65 0,84 2,25 0,52 1,02 1,3 0,95 313,9
Share thd PDB Ind (%) 0,21 6,03 0,96 3,52 3,93 0,37 0,07 1,67 0,52 1,09 0,51 1,16 0,32 0,7 1,23 0,23 0,05 0,31 0,03 0,24 1,33 0,07 0,18 0,04 0,08 0,1 0,08 25
Unit Usaha 62.157 78.449 57.640 22.095 7.958 17.423 12.092 5.2499 6.119 88.395 83.831 39.944 18.334 48.392 14.347 124.935 70.081 30.917 14.996 23.960 108.551 13.584 39.553 14.826 7.654 2.525 5.976 1.067.233
Sumber: BPS (Hasil sensus ekonomi 2006)
30 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Persen 5.82 7.35 5.40 2.07 0.75 1.63 1.13 4.92 0.57 8.28 7.85 3.74 1.72 4.53 1.34 11.71 6.57 2.90 1.41 2.25 10.17 1.27 3.71 1.39 0.72 0.24 0.56 100.00
Tabel 1.11 Persebaran Industri di Indonesia No
WILAYAH/PROVINSI
I
Jawa 1. DKI Jakarta 2. Jawa Barat dan Banten 3. Jaw tengah 4. DIY 5. Jawa Timur Luar Jawa 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Bali/NTB/NTT 4. Sulawesi 5. Maluku / Papua INDONESIA
II
1998 Unit persen Usaha*) 1.418.895 61,95 22.436 1,01 314.014 13,71 556.748 24,31 75.131 3,28 450.566 19,67 871.394 38,05 288.829 12,61 97.738 4,27 212.680 9,29 173.543 7,58 19.604 4,31 2.290.298 100,00
2003 Unit persen Usaha 1.893.768 62,50 23/733 0,78 387.983 12,80 798.814 26,36 133.613 4,41 549.625 18,14 1.136.342 37,50 381.611 12,60 694.844 4,83 333.989 11,02 246.614 8,14 27.684 0,91 3.030.116 100,00
2006 Unit persen Usaha 2.162.269 66,95 37.749 1,17 539.300 16,70 837.114 25,92 76.616 2,37 671.490 20,79 1.067.234 33,05 404.827 12,54 121.018 3,75 278.847 8,63 231.561 7,17 30.981 0,96 3.229.503 100,00
Sumber: BPS (Hasil sensus ekonomi 2006) Catatan : - Unit Usaha meliputi : Industri Mikro, Industri Kecil, Industri Menengah dan Industri Besar - Status Badan Hukum : BUMN, BUMD, PT, CV, Firma, Koperasi, Yayasan, Lainnya, Tidak berbadan Hukum, Tidak ditanyakan.
Gambar 1.5 Persebaran Industri Indonesia (%)
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 31
5.
Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan Perkembangan ekspor total industri nasional selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan sebesar 32,16 persen. Pertumbuhan ini disumbang oleh 12 industri yang tumbuh selama lima tahun terakhir sebesar 31,39 persen. Total nilai sumbangan nilai ekspor sebesar US$ 65.376,57 juta dibandingkan tahun 2004 sebesar US$ 43.455,17 juta. Pengolahan Kelapa/ Kelapa Sawit masih menjadi penyumbang paling tinggi dengan nilai US$ 12.924,89 juta, diikuti Tekstil sebesar US$ 9.245,13 juta, dan Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 8.701,12 juta. Adapun penyumbang terkecil adalah industri Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu/Alas Kaki sebesar US$ 1.888,08 juta. Secara rinci Perkembangan Ekspor Non-Migas tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.12 dan Gambar 1.6. Tabel 1.12 Perkembangan Ekspor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta) No
URAIAN
1
3
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif Tekstil
4
Pengolahan Karet
5
Elektronika
6
Pengolahan Tembaga, Timah dll. Pulp dan Kertas
2
7
2004
2005
2006
4.840,30
5.419,19
4.581,84
Pertumbuhan (%) 2005-2009
2007
2008
2009*
6.407,27
10.476,83
16.168,07
12.924,89
138,50
5.949,69
7.712,68
9.606,92
11.814,98
8.701,12
46,24
7.626,15
8.584,85
9.422,75
9.790,09
10.116,35
9.245,13
7,69
2.954,10
3.545,82
5.465,16
6.179,87
7.579,66
5020,19
41,58
7.142,50
7.853,03
7.200,19
6.359,73
6.806,70
7.899,59
0,59
2.165,08
3.133,52
4.133,97
6.156,04
5.660,67
4.241,50
35,36
2.817,61
3.257,48
3.983,27
4.440,49
5.219,62
4.272,38
31,16
8
Pengolahan Kayu
4.461,62
4.476,25
4.757,59
4.485,14
4.206,12
3.441,45
-23,12
9
Kimia Dasar
2.640,07
2.750,22
3.521,44
4.492,50
3.738,35
3.161,16
14,94
10 Makanan dan Minuman
1.440,12
1.647,92
1.866,00
2.374,83
3.104,85
2.576,44
56,34
11 Alat-alat Listrik
1.232,73
1.456,03
1.770,93
2.148,88
2.390,24
2.004,60
37,68
12 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki
1.553,04
1.683,69
1.913,17
2.006,60
2.260,46
1.888,08
12,14
Total 12 Besar Industri
43.455,17
49.757,71
58.154,42
68.517,92 79.066,08
65.376,57
31,39
Total Industri Non migas Migas
48.660,11 55.566,99 64.990,33 76.429,60 55.939,28 66.428,36 15.645,33
79.589,15
88.351,70
73.435,84
32,16
92.012,32 107.894,15
97.491,73
46,76
19.018,30
-1,11
19.231,60 21.209,48 22.088,57
29.126,27
Sumber : BPS, diolah * Agka Sementara
32 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Gambar 1.6 Total Ekspor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta) Total nilai impor nasional pada akhir tahun 2008 mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2007. Nilai total impor Non Migas tahun 2008 sebesar US$ 98.644,41 juta dan total industri sebesar US$ 91.800,67 juta. Dari total nilai impor tersebut terserap pada 9 industri sebesar US$ 80.372,42 juta. Industri yang menyerap impor paling tinggi adalah Industri Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 31.683,82 juta pada tahun 2009. Nilai ini naik sebesar 80,73 persen dibandingkan tahun 2005. Industri Elektronika menyerap nilai impor sebesar US$ 10.496,71 juta dan Industri Kimia sebesar US$ 8.095,12 juta. Secara rinci perkembangan Impor Non Migas tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel. 1.13. Tabel 1.13 Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)
No
URAIAN
Besi Baja, Mesinmesin dan Otomotif 2 Elektronika 3 Kimia Dasar
2004
2007
2008
2009*
Pertumbuhan (%) 2005-2009
2005
2006
13.620,20
17.531,04
17.031,41 20.539,04 39.978,69
31.683,82
80,73
2.048,47 5.690,64
2.413,48 5.935,32
2.488,31 6.315,39
10.496,71 8.095,12
334,92 36,39
1
4.035,98 7.115,75
13.444,71 10.716,70
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 33
No
URAIAN
4 Tekstil 5 Makanan dan Minuman 6 Pulp dan Kertas 7 Alat-alat Listrik 8 Pupuk 9 Barang-barang Kimia lainnya Total 9 Besar Industri Total Industri Non Migas Gas
Pertumbuhan (%) 2005-2009
2004
2005
2006
2007
2008
2009*
1.036,36
1.026,87
1.085,68
1.192,00
3.901,78
3.396,92
230,80
1.390,67
1.914,52
2.178,23
3.616,14
3.157,97
2.810,63
46,81
1.299,76 724,42 431,99
1.298,95 877,79 518,87
1.392,04 852,98 624,65
1.692,60 1.118,31 761,78
2.518,49 2.470,79 2.337,64
1.883,21 2.105,82 929,14
44,98 139,90 79,07
1.078,06
1.167,23
1.170,03
1.293,82
1.845,64
1.661,88
42,38
27.320,57 32.684,07
33.138,71
41.365,42 80.372,42 63.063,25
92,95
31.550,79 37.300,34 38.624,63 48.084,08 91.800,67 72.398,09 34.792,48 40.243,21 42.102,59 52.540,61 98.644,41 77.848,50 11.732,05 17.457,68 18.962,87 21.932,82 30.552,90 18.980,75
94,09 93,45 8,72
Sumber : BPS, diolah *angka sementara
Total Impor Industri Non Migas 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.7.
Gambar 1.7 Total Impor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta) Berdasarkan penggunaan, impor barang dibagi menurut barang konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor barang konsumsi, impor 34 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
bahan baku/penolong dan impor barang modal pada periode yang sama di tahun 2009 terhadap 2008 mengalami penurunan. Peran impor bahan baku mengambil persentase paling besar yakni 71,36 persen diikuti barang modal 21,11 persen, dan barang konsumsi 7,53 persen. Pada tahun 2008, impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 24,37 persen dibanding tahun 2009, bahan baku menurun 29,70 persen dan barang modal sebesar 3,86 persen. Pada tahun 2007 impor barang konsumsi naik 33,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya, impor bahan baku sebesar 19,95 persen dan barang modal sebesar 25,20 persen. Tabel 1.14 Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan Golongan Barang Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Total Impor
2004
2005
3.849,96
4.752,32
Persen Perub.
23,44
2006
5.314,84
Persen Perub.
11,84
2007
7.121,56
Persen Perub.
33,99
2008
9.647,11
Persen Perub.
-24,37
2009*
Peran (%) terhadap total impor
7.296,08
7,53
36.138,52 44.658,23
23,58 46.592,24
4,33 55.885,14
19,95 98.291,74
-29,70 69.094,67
71,36
6.536,05
26,84
9.158,39
10,47 11.466,72
25,20 21.258,46
-3,86 20.438,50
21,11
24,02 61.065,47
5,83 74.473,43
21,96 129.197,31
-25,05 96.829,24
100,00
8.290,33
46.524,53 57.700,88
Sumber : BPS, diolah
6. Penyerapan Tenaga Kerja Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non migas secara kumulatif dari tahun 2005-2009 (prognosa) mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang, dari 10.971.630 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 13.987.659 orang pada tahun 2009 (prognosa). Penyerapan tenaga kerja terbanyak pada subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 1.559.117 orang, dari 3.513.958 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 5.073.075 orang pada tahun 2009 (prognosa). Secara rinci, perkembangan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non migas tersaji pada Tabel 1.15 dan perkembangan jumlah tenaga kerja dari tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.8.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 35
Tabel 1.15 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non-Migas Tahun 2004 - 2009** INDUSTRI
2004
2005
2006
2007
2008*
2009**
Makanan, Minuman dan Tembakau 3.605.304 3.513.958 4.696.783 4.649.786 4.820.563 5.073.075 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2.182.795 2.212.119 2.241.723 2.337.045 2.350.885 2.404.431 Barang dari kayu dan Hasil Hutan 1.661.799 1.701.000 1.706.074 1.823.827 1.814.020 1.834.805 Lainnya Kertas dan Barang Cetakan 251.228 254.641 305.651 324.868 345.017 371.033 Pupuk, Kimia dan Barang dari 611.545 603.804 750.104 756.908 791.638 839.805 Karet Semen dan Barang galian bukan 946.584 966.480 995.671 1.061.571 1.077.890 1.112.437 logam Logam Dasar, Besi dan Baja 372.615 386.128 405.086 448.500 466.984 493.390 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 473.377 510.995 517.482 625.855 417.245 346.656 Barang Lainnya 767.587 822.505 978.640 1.195.776 1.340.100 1.512.027 Jumlah 10.872.834 10.971.630 12.597.214 13.223.776 13.424.341 13.987.659 Sumber: BPS, diolah *) angka sementara **) prognosa
Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004 - 2009 dapat dilihat pada Gambar 1.8.
Gambar 1.8 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004 - 2009** Kesimpulan dari berbagai permasalahan tersebut, melahirkan beberapa isu-isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian dalam penyusunan Rencana Strategis tahun 2010-2014 yang terbagi menjadi Isu Nasional dan Isu Global, dengan perincian sebagai berikut : 36 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Isu Nasional 1. Peningkatan kesejahteraan rakyat 2. Perluasan pasar domestik 3. Perbaikan infrastruktur 4. Peningkatan kemampuan teknologi 5. Penyebaran industri di luar Pulau Jawa 6. Pemerataan kemampuan industri 7. Nilai tambah produk industri 8. Pemastian penerapan industri berwawasan lingkungan 9. Pemanfaatan energi terbarukan 10. Penciptaan Lapangan Kerja Isu Global 1. Pemulihan ekonomi negara-negara maju 2. Perluasan pasar non tradisional 3. Diversifikasi produk ekspor 4. Perubahan Iklim 5. Free Trade Area Terkait dengan Pembangunan Nasional secara terencana, diharapkan mampu mewujudkan Visi Indonesia menjadi Negara Mandiri, Maju, Adil dan Makmur pada tahun 2025, dengan pengertian mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Kata maju mempunyai pemaknaan kualitas Sumber Daya Manusia, tingkat kemakmuran, kemantapan sistem dan kelembagaan politik serta hukum dalam situasi tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup. Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah dan tantangan di atas, Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun menggunakan pendekatan klaster guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Sesuai kriteria daya saing yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu jangka menengah 2010 - 2014, pemerintah telah menetapkan pengembangan 35 klaster industri prioritas. Pembangunan industri dengan pendekatan klaster merupakan upaya pengelompokkan industri inti yang saling
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 37
berhubungan dan mendukung baik, dengan industri terkait maupun dengan industri penunjang, infrastruktur ekonomi, dan berbagai lembaga yang relevan dalam rangka meningkatkan efisiensi, menciptakan aset kolektif, serta mendorong terjadinya inovasi. Dalam rangka mewujudkan sasaran jangka menengah seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 5/Tahun 2010 tentang RPJM Nasional, serta dalam menjabarkan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, Kementerian Perindustrian melaksanakan langkah-langkah dan kegiatan-kegiatan berkoordinasi dengan berbagai lembaga/instansi terkait. Untuk itu, Kementerian Perindustrian menyusun Rencana Strategis dalam mewujudkan visi/misi serta mencapai tujuan kementerian. Rencana Strategis (RENSTRA) kemudian dijabarkan dalam bentuk program kerja serta indikator kinerja untuk kurun waktu 2010-2014. RENSTRA dimaksud, selanjutnya diterjemahkan dalam rencana pelaksanaan kegiatan tahunan berupa Rencana Kerja (RENJA) Kementerian masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian. C. MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Strategis (RENSTRA) disusun untuk memenuhi amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, yaitu: “Pimpinan Kementerian/ Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJMN”. Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Fokus Pembangunan Industri Nasional dengan memperhatikan pemerataan, persebaran dan pertumbuhan atau “pro job, pro poor dan pro growth”. Rencana Strategis Kementerian Perindustrian memberikan arah kebijakan dan strategi pembangunan industri dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2010-2014, sehingga diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Kementerian 38 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Perindustrian. Renstra merupakan acuan bagi seluruh unit kerja Eselon I di Kementerian Perindustrian dalam menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pengembangan industri sesuai tugas pokok dan fungsi masingmasing unit selama kurun waktu 2010-2014. 1.
TUGAS POKOK DAN FUNGSI Sesuai Peraturan Presiden RI No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka Kementerian Perindustrian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi: 1.
Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;
2.
Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian;
3.
Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian;
4.
Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah;
5.
Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi di atas, sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Kementerian Perindustrian dibagi menjadi Wakil Menteri Perindustrian, sembilan (9) unit Eselon I, dan 3 Staf Ahli Menteri yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut: 1.
Wakil Menteri Perindustrian mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian; RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 39
2.
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian;
3.
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur;
4.
Direktorat Jenderal Industri Agro mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri agro;
5.
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi;
6.
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri kecil dan menengah;
7.
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri;
8.
Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang kerja sama industri internasional;
9.
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Perindustrian;
10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri; 11. Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah penguatan struktur industri; 12. Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri mempunyai tugas memberikan telaahan 40 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah pemasaran dan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri; 13. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah sumber daya industri dan teknologi.
2.
RUANG LINGKUP Rencana Strategis Kementerian Perindustrian yang merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang industri dan ekonomi yang bersifat rolling plan dengan ruang lingkupnya mencakup: Visi, Misi, Analisis Perkembangan Strategis, Tujuan dan Sasaran, Kebijakan, Program, dan Kegiatan dalam rangka Pembangunan Industri Nasional, Pembangunan Industri Andalan Masa Depan, Pengembangan Industri Kecil Menengah tertentu, serta penanganan masalah-masalah aktual sektor industri. Penyusunan Rencana Strategis Kementerian Perindustrian memiliki ruang waktu dari tahun 2010-2014.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 41
42 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Sesuai dengan hasil analisis lingkungan strategis yang telah diidentifikasi dan dengan memperhatikan visi dan misi Industri Nasional Indonesia, maka dapat dirumuskan kondisi mendatang yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi mendatang ini dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu 20202025 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan visi pembangunan industri nasional jangka panjang "menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh Dunia", 2015-2019 sebagai kurun waktu mewujudkan visi pembangunan industri nasional "menjadikan Indonesia Negara Industri Maju Baru", dan 2010-2014 sebagai titiktolak untuk mewujudkan kedua visi tersebut. Arah Pembangunan Jangka Panjang adalah pembangunan daya saing bangsa dengan menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, terwujudnya perekonomian domestik berorientasi dan berdaya saing global, penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan IPTEK, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, dan maju serta reformasi hukum dan birokrasi. Penjabaran Renstra merupakan kerangka berpikir menyeluruh yang mengkaitkan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), penetapan Kebijakan Pembangunan Industri, dan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Integrasi Renstra diperlukan dengan terjabarnya Rencana Strategis Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota. Keberhasilan membaca fenomena masalah dan pemetaan keunggulan strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota dipadu dengan pemetaan tantangan tingkat nasional dan makro akan menjadikan RENSTRA berpeluang terwujud dalam implementasi program-program yang dapat dipertanggungjawabkan. Lima garis besar pengembangan yang dijabarkan pada RPJPN adalah pengembangan industri yang mengolah Sumber Daya Alam, pengembangan industri yang memperkuat kemampuan dan pembangunan jaringan interaksi, komunikasi dan informasi, pengembangan industri yang mampu merespon dinamika pasar dalam negeri maupun pasar global dan pengembangan industri yang memperkuat integrasi ekonomi nasional, kemandirian bangsa, dan keterkaitan antarindustri ke depan.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 43
A. VISI Visi Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) adalah Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan: 1.
Industri kelas dunia;
2.
PDB sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;
3.
Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar.
Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain: 1.
Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan Negara industri lainnya;
2.
Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional;
3.
Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar;
4.
Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat, keterkaitan antar skala usaha industri kuat);
5.
Jasa industri yang tangguh.
Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes) yaitu: 1.
Meningkatnya nilai tambah industri;
2.
Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;
3.
Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan;
4.
Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;
5.
Lengkap dan menguatnya struktur industri;
44 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
6.
Tersebarnya pembangunan industri;
7.
Meningkatnya peran IKM terhadap PDB.
Visi tersebut di atas kemudian dijabarkan dalam visi lima tahun sampai dengan 2014 yakni Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan. B. MISI Dalam rangka mewujudkan visi 2025 di atas, Kementerian Perindustrian sebagai institusi pembina Industri Nasional mengemban misi sebagai berikut: 1.
Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2.
Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3.
Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;
4.
Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;
5.
Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;
6.
Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;
7.
Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, misi tersebut dijabarkan dalam misi lima tahun sampai dengan 2014 sebagai berikut: 1.
Mendorong peningkatan nilai tambah industri;
2.
Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional;
3.
Mendorong peningkatan industri jasa pendukung;
4.
Memfasilitasi penguasaan teknologi industri;
5.
Memfasilitasi penguatan struktur industri;
6.
Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa;
7.
Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 45
C. PENDEKATAN Implementasi Kebijakan Industri Nasional (Perpres 28 Tahun 2008) dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah, dimana sinergi dengan daerah dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu : 1. Atas - bawah (top-down) Dalam pendekatan top down, pemerintah menetapkan Klaster Industri Prioritas dari hasil pemetaan yang terdiri dari 35 industri prioritas dari 563 industri, dengan total output 78 persen dan total ekspor 83 persen, yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional. Dari 35 klaster industri prioritas tersebut, difokuskan pada enam kelompok yakni: 1). Kelompok Klaster Industri Basis Industri Manufaktur, 2). Kelompok Klaster Industri Agro, 3). Kelompok Klaster Industri Alat Angkut, 4). Kelompok Klaster Industri Elektronika & Telematika, 5). Kelompok Klaster Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu, dan 6). Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu. Kelompok Klaster Industri Agro diarahkan pada pemantapan dan pengembangan 12 cabang industri, yakni: Kelapa Sawit, Karet dan Barang Karet, Kakao, Pengolahan Kelapa, Pengolahan Kopi, Gula, Hasil Tembakau, Pengolahan Buah, Furnitur, Pengolahan Ikan, Kertas, serta Pengolahan Susu. Adapun Kelompok Klaster Industri Alat Angkut difokuskan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas Industri Kendaraan Bermotor, Perkapalan, Kedirgantaraan dan Perkeretaapian. Kelompok Klaster Industri Elektronika & Telematika ditujukan untuk mendukung pengembangan Industri Elektronika, Telekomunikasi, serta Komputer & Peralatannya. Beberapa tahun belakangan ini, Industri Kreatif yang umumnya Industri Kecil Menengah menunjukkan peningkatan inovasi karena meningkatnya koordinasi dari desainer, pengrajin, dan pemroses. Keunikan budaya dalam menghasilkan desain-desain unik bercirikan kedaerahan yang setelah dibina dengan bantuan teknologi pewarnaan dan kombinasi pemenuhan tren menghasilkan produk fashion yang berkarya tinggi. Kelompok ini terdiri dari Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia, Fashion, dan Kerajinan & Barang Seni. Sebagai contoh untuk produk fashion desain yang terpaku pada motif tradisional diperbarui tanpa menghilangkan pola baku yang dianut, walau kelemahan dalam pemasaran masih terjadi dengan dibantu melalui
46 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
keikutsertaan pada berbagai eksibisi/pameran oleh pemerintah. Selain itu, pengembangan juga ditujukan terhadap industri berbasis Manufaktur untuk memantapkan antara lain: Industri Baja, Semen, Petrokimia, Keramik, Industri Permesinan (Mesin Listrik & Peralatan Listrik, Mesin Peralatan Umum), serta Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja (Tekstil & Produk Tekstil, Alas Kaki). Kelompok Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu difokuskan pada 5 klaster yaitu 1). Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan, 2). Klaster Industri Garam, 3). Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias, 4). Klaster Industri Minyak Atsiri, 5). Klaster Industri Makanan Ringan. Pada tahun 2025 mendatang akan dikembangkan pula knowledge based industry yang merujuk kepada industri yang relatif intensif dalam memperlakukan teknologi dan/atau sumber daya manusia sebagai input dari keberlangsungan suatu industri, di antaranya industri bio-teknologi, nanoteknologi, perangkat lunak, perkapalan dan kedirgantaraan, elektronika dan peralatan listrik, teknologi informasi dan peralatan komunikasi, serta peralatan energi dan lingkungan. 2. Bawah - atas (bottom-up) Keberagaman daerah di Indonesia dengan kekayaan alam sebagai keunggulan komparatif menghadirkan potensi daerah yang layak dikembangkan. Pembangunan daerah harus berdasarkan keunikan daerah tersebut dan mendorong kemandirian daerah yang tidak dapat ditiru daerah lain atau dikenal dengan basis Kompetensi Inti Industri Daerah. Kompetensi Inti Industri Daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumber daya termasuk sumber daya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian Provinsi dan Kabupaten/Kota menuju kemandirian. Karakteristiknya yakni merupakan produk unggulan di daerah atau yang memiliki potensi sebagai unggulan, memiliki keterkaitan yang kuat (baik keterkaitan horizontal maupun keterkaitan vertikal), produk memiliki keunikan lokal, tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan yang memadai. Kompetensi Inti yang dipilih haruslah memenuhi kriteria, yaitu: bernilai tambah tinggi, memiliki keunikan daerah, keterkaitan kuat dengan sumber daya yang dimiliki daerah, serta berpeluang menembus pasar internasional.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 47
Dengan kata lain, penentuan Kompetensi Inti suatu daerah haruslah memberikan dampak yang besar dalam merangsang pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan mengambil pemikiran mengenai konsep One Village One Product (OVOP) yang dikembangkan di Oita-Jepang dan konsep SAKASAKTI (Satu Kabupaten/Kota Satu Kompetensi Inti) yang berkembang di tanah air, maka untuk membangun daya saing daerah diperlukan penciptaan Kompetensi Inti bagi daerah tersebut. Karenanya, pendekatan dari bawah - ke atas menjadi satu upaya untuk memperoleh masukan dari daerah yang lebih lanjut akan diselaraskan dengan program-program pemerintah yang dari atas – ke bawah. Sesuai dengan analisis lingkungan strategis dan dengan memperhatikan Visi dan Misi Industri Nasional Indonesia, maka dapat dirumuskan kondisi yang diharapkan dapat diwujudkan oleh Industri Nasional. Kondisi mendatang dibagi ke dalam tiga tahapan waktu, yaitu: a.
Tahap 2020-2025 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan Visi pembangunan industri nasional jangka panjang menjadikan Indonesia negara industri tangguh di dunia;
b.
Tahap 2015-2019 sebagai kurun waktu untuk mewujudkan Visi pembangunan industri nasional menjadikan Indonesia negara industri maju baru; dan
c.
Tahap 2010-2014 sebagai perbaikan fundamental industri untuk mencapai visi pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.
Operasionalisasi Perpres 28 Tahun 2008 tersebut perlu dilakukan secara terstruktur dan terukur melalui suatu Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Industri berdasarkan dua pendekatan tersebut yaitu top-down dengan pengembangan 35 klaster industri prioritas dan bottom-up dengan pengembangan industri unggulan provinsi serta kompetensi inti industri kabupaten/kota. Untuk maksud tersebut, telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian sebagai berikut:
48 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
1.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 103/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Baja;
2.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 104/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Semen;
3.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Petrokimia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 14/M-IND/PER/1/2010;
4.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 106/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Keramik;
5.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik;
6.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 108/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Mesin Peralatan Umum;
7.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 109/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil;
8.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 110/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki;
9.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 111/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13/M-IND/PER/1/2010;
10. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 112/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Karet dan Barang Karet; 11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 113/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kakao; 12. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 114/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa;
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 49
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 115/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi; 14. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 116/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Gula sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 11/M-IND/PER/1/2010; 15. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 117/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Hasil Tembakau; 16. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 118/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah; 17. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 119/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Furnitur; 18. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 120/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan; 19. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 121/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kertas; 20. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 122/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu; 21. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 123/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor; 22. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 124/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan; 23. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 125/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan; 24. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 126/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian; 25. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 127/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Elektronika; 26. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 128/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi; 27. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 129/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya;
50 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
28. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 130/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; 29. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 131/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Fashion; 30. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 132/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni; 31. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 133/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan; 32. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 134/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Garam; 33. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 135/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias; 34. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 136/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Minyak Atsiri; 35. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 137/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan; 36. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 138/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; 37. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 139/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sulawesi Tengah; 38. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 140/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Papua. Sementara itu penetapan peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi lainnya dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota dalam proses penyelesaian.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 51
D. KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2020-2025 Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 - 2025 sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Dalam jangka panjang, pembangunan industri diarahkan untuk: 1.
Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat;
2.
Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;
3.
Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/ liberalisasi ekonomi dunia;
4.
Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.
Arah kebijakan industri 2005-2025 seperti dinyatakan dalam UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN adalah sebagai berikut: 1.
Struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan, serta jasa-jasa pelayanan yang efektif, yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh;
2.
Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer terutama sektor pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan ditingkatkan agar mampu bersaing di pasar lokal dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi secara nasional;
3.
Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan struktur industri yang sehat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa;
52 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
4.
Struktur dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar;
5.
Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan Industri Kecil dan Menengah sebagai basis industri nasional yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar;
6.
Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara global, sektor industri perlu dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui: a.
Pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk (pengembangan ke hilir), pendalaman struktur ke hulu, atau pengembangan secara menyeluruh (hulu-hilir);
b.
Penguatan hubungan antar industri yang terkait secara horizontal termasuk industri pendukung dan industri komplemen, termasuk dengan jaringan perusahaan multinasional terkait, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor primer dan jasa yang mendukungnya;
c.
Penyediaan berbagai infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif, antara lain: sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri.
Sesuai dengan visi 2025, menjadikan Indonesia Negara Industri Tangguh di dunia, dan arah kebijakan 2005-2025 di atas, serta dengan asumsi bahwa pencapaian industri di tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan yang diharapkan, maka dapat dirumuskan kondisi yang diharapkan untuk kurun waktu tahun 2020-2025 sebagai berikut: 1.
Peran Industri Kecil dan Menengah telah mencapai keseimbangan dengan Industri Besar dalam hal kontribusi terhadap PDB Industri;
2.
Industri berbasis Agro, Industri Telematika, dan Industri Alat-Angkut telah menjadi tulang-punggung Industri Nasional, khususnya dalam kontribusi industri-industri tersebut dalam PDB Industri, sehingga bersama-sama RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 53
dengan industri lainnya yang telah tumbuh merupakan basis industri dengan daya saing kelas dunia; 3.
Persebaran industri ke luar Pulau Jawa telah terwujud dengan baik, sehingga peran Pulau Jawa sebagai lokasi industri telah berkurang sampai di bawah 50 persen, sedangkan sisanya tersebar di luar Pulau Jawa;
4.
Terjadi pergeseran pertumbuhan industri dari industri berbasis tenaga kerja dan industri berbasis sumber daya alam ke industri padat modal dan industri berbasis teknologi yang didukung oleh kemampuan teknologi dan R&D sebagai ujung tombak daya saing industri;
5.
Sumbangan industri pengolahan non-migas terhadap PDB nasional telah mencapai sekitar 30 persen pada tahun 2025 yang dihitung dari harga konstan berdasarkan total sumbangan industri terhadap PDB nasional. Angka PDB nasional pada tahun 2025 dihitung menurut harga berlaku adalah sebesar Rp 16.269,84 triliun, atau menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 6.309,5 triliun, sehingga sumbangan industri non-migas bagi PDB nasional pada tahun 2025 menurut harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp 1.868,42 triliun;
6.
Berbagai infrastruktur untuk peningkatan kapasitas kolektif, antara lain: sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi, energi), sarana dan prasarana teknologi, prasarana pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas, serta sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja industri telah tersedia secara memadai;
7.
Regulasi yang meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar serta mendorong persaingan usaha yang sehat dan ditegakkannya prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar telah tersedia dan ditegakkan secara memadai.
E. KONDISI YANG DIHARAPKAN TAHUN 2010-2014 Kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014 sebagai berikut: 1.
Terselesaikannya permasalahan yang menghambat, dan rampungnya program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri yang terkena dampak krisis;
2.
Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan lapangan kerja yang besar;
54 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3. 4. 5. 6.
Terolahnya potensi sumber daya alam daerah menjadi produk-produk olahan; Semakin meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor; Tumbuhnya industri-industri potensial yang akan menjadi kekuatan penggerak pertumbuhan industri di masa depan; Tumbuh berkembangnya IKM, khususnya industri menengah sekitar dua kali lebih cepat daripada industri kecil.
Keluaran jangka menengah yang diharapkan adalah :
F.
1.
Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru;
2.
Pulihnya industri yang terpuruk akibat krisis;
3.
Meningkatnya kemampuan daerah menghasilkan produk olahan;
4.
Menguatnya struktur industri, seiring dengan tumbuhnya industri penunjang, komponen dan bahan baku industri;
5.
Meningkatnya ekspor secara signifikan;
6.
Terbangunnya pilar-pilar industri masa depan;
7.
Semakin kuatnya keterkaitan antarskala-industri, dan seimbangnya sumbangan nilai tambah antara industri besar dan IKM.
TUJUAN Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan nasional, oleh sebab itu pembangunan industri harus diarahkan untuk menjadikan industri mampu memberikan sumbangan berarti bagi pembangunan ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Pembangunan sektor industri, tidak hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri yang disebabkan oleh melemahnya daya saing dan krisis global yang melanda dunia saat ini saja, melainkan juga harus mampu turut mengatasi permasalahan nasional, serta meletakkan dasar-dasar pembangunan industri andalan masa depan. Secara kuantitatif, peran industri ini harus tampak pada kontribusi sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB), baik kontribusi sektor industri secara keseluruhan maupun kontribusi setiap cabang industri. Dengan memperhatikan keenam kondisi yang diharapkan sebagaimana diuraikan pada Bagian E, maka dijabarkan Tujuan, Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Utama,
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 55
Sasaran Kuantitatif, Arah Kebijakan, dan Program. Sasaran strategis untuk setiap tujuan adalah sebagai berikut: Tujuan Kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama terdiri dari: 1.
Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah;
2.
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.
Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional;
2.
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri.
Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;
2.
Indeks iklim industri Nasional.
Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif;
2.
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.
Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap, dan dalamnya struktur industri, dengan indikator Kinerja Utama: 1.
Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);
2.
Tumbuhnya Industri Komponen automotive, elektronika dan permesinan;
3.
Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.
56 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Meningkatnya kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional;
2.
Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja.
Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Tumbuhnya industri kecil di atas pertumbuhan ekonomi nasional;
2.
Tumbuhnya industri menengah dua kali di atas industri kecil;
3.
Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar.
G. SASARAN Untuk mewujudkan pencapaian kondisi yang diinginkan dan tujuan di atas, maka perlu dirumuskan sasaran-sasaran yang sifatnya kuantitatif sehingga mudah untuk diukur keberhasilan pencapaiannya. Kondisi sektor industri pada lima tahun yang akan datang tidak bisa dilepaskan dari keadaan perekonomian dalam negeri saat ini dan proyeksinya untuk lima tahun mendatang. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, ada keinginan kuat untuk lebih meningkatkan peran Industri Kecil dan Industri Menengah di semua cabang industri. Untuk itu diharapkan terjadi peningkatan peran Industri Kecil dan Menengah mulai tahun 2009 sampai tahun 2014 dan selanjutnya tahun 2025. Peningkatan peran yang diharapkan dari Industri Kecil dan Menengah untuk setiap cabang industri secara kuantitatif dapat dilihat pada Tabel 2.1.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 57
58 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Nilai Kontribusi IKM-IB (Rp Triliun) Harga Konstan 2000
Nilai Kontribusi IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun ) IK IM IB
26,535,860 2,653.59 6.10% 23.39 1,470.46 23.82 580,645.46
25,324,096 2,532.41 4.65% 22.98 1,360.86 23.83 547,256.29
522.94
547.26
207.45 240.16 913.25
2,437.9
2,296.6
198.02 212.25 858.84
6,286.35
5,922.14
580.65
217.60 272.21 973.53
1470.46
6.15%
5.50%
1360.86
2011 236.90
2010 233.85
1267.19
Keterangan 2009 Penduduk (juta orang) 230.85 Prosentase pertumbuhan 4.50% PDB PDB dalam trilyun (Rp) Harga 5,613.4 Berlaku PDB dalam trilyun (Rp) Harga 2,176.9 Konstan 2000 PDB/capita dalam rupiah (Rp) 24,316,568 PDB/capita dalam US $ (US$) 2,431.66 Industri Pengolahan Non Migas 2.52% (% Ptbhn) Kontribusi Ind.Pengolahan 22.57 non-migas (%) harga berlaku Industri Pengolahan Non Mgs 1,267.19 (Rp Triliun) Harga Berlaku Kontribusi Ind. Pengolahan 24.02 Non Migas (% ) Harga konstan Industri Pengolahan Non Mgs 522,939.60 (Rp Miliar) Harga Konstan
619.84
228.54 309.09 1,044.33
1596.37
619,842.85
23.84
1,596.37
23.81
6.75%
27,936,580 2,793.66
2,600.0
6,704.39
6.65%
2012 239.99
666.17
240.36 351.60 1,125.77
1739.55
666,166.25
23.93
1,739.55
24.24
7.47%
29,521,822 2,952.18
2,783.3
7,177.05
7.05%
2013 243.11
725.78
253.17 400.71 1,223.86
1907.10
725,780.17
24.21
1,907.10
24.67
8.95%
31,385,860 3,138.59
2,997.6
7,729.68
7.70%
2014 246.28
27.01
3,184.13
27.45
8.98%
43,581,721 4,358.17
4,498.6
11,600.17
7.00%
2020 266.17
29.61
4,880.95
30.00
9.00%
57,302,825 5,730.28
6,309.5
16,269.84
7.00%
2025 283.93
790.76
267.06 457.53 1,316.09
2077.19
1,214.87
358.57 914.30 1,853.67
3184.13
1,868.42
517.38 1,923.09 2,440.48
4880.95
790,762.51 1,214,867.22 1,868,424.15
24.65
2,077.19
25.11
8.95%
33,151,030 3,315.10
3,207.4
8,270.76
7.00%
2015 249.49
Tabel 2.1. Perkiraan Pertumbuhan Industri Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2009 – 2015, 2020, 2025
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 59
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun)
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan Mamintem 2). % Kontribusi Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM IB
1). % Kontribusi Makanan, Minuman dan Tembakau Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM IB
Keterangan IK IM IB
9.22 125.42 23.44 36.08 65.90
9.60 121.66 23.10 33.36 65.21 53.67
27.91 32.88 105.27 6.64%
26.35 28.62 100.74 11.29%
52.54
166.06
69.42 77.26 292.17
67.86 69.35 253.52 155.72
438.85
32.25
2010 83.38 100.19 364.98
390.73
30.83
2009 79.64 88.25 355.04
55.50
23.79 39.03 68.88
131.70
8.96
29.55 37.77 111.88 7.92%
179.21
71.02 86.07 302.24
459.33
31.24
2011 87.41 113.86 380.72
57.58
24.15 42.21 72.58
138.94
8.70
31.29 43.40 119.12 8.15%
193.81
72.65 95.89 314.49
483.03
30.26
2012 91.74 129.52 399.97
60.05
24.51 45.66 76.96
147.13
8.46
33.14 49.86 128.15 8.94%
211.14
74.32 106.83 328.71
509.85
29.31
2013 96.41 147.48 423.73
63.42
24.88 49.39 82.49
156.76
8.22
35.09 57.28 140.73 10.40%
233.10
76.03 119.01 346.40
541.44
28.39
2014 101.45 168.10 457.77
67.00
25.25 53.43 87.25
165.92
7.99
37.16 65.80 154.15 10.30%
257.11
77.77 132.59 360.88
571.24
27.50
2015 106.89 191.77 493.73
88.02
27.19 79.11 114.13
220.43
6.92
49.48 131.69 233.93 9.90%
415.09
87.13 227.54 432.08
746.75
23.45
2020 141.53 375.48 699.97
115.59
29.29 117.14 146.43
292.86
6.00
65.88 263.54 329.42 9.54%
658.84
97.62 390.48 488.10
976.19
20.00
2025 190.57 745.05 935.62
60 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
4). % Kontribusi Kertas dan Barang cetakan Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM IB
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan kayu
3). % Kontribusi Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM IB
Keterangan IK IM IB Pertumbuhan brg kulit
4.50 61.18 7.97 9.23 43.97
4.68 61.28 7.40 7.89 45.99
4.53 5.04 10.82 1.75%
4.61 4.72 10.71 -1.46%
17.88 19.01 15.68
17.31 17.97 14.26 20.39
52.57
49.54
20.04
3.86
2010 10.07 15.29 28.30 2.15%
3.91
2009 9.98 14.21 27.08 0.53%
8.59 10.80 47.18
66.57
4.53
4.44 5.39 11.12 2.75%
20.95
18.48 20.10 17.27
55.85
3.80
2011 10.17 16.46 28.86 3.40%
9.26 12.64 50.89
72.79
4.56
4.36 5.76 11.44 2.90%
21.56
19.10 21.25 19.27
59.62
3.73
2012 10.26 17.72 29.59 3.75%
9.97 14.79 55.12
79.88
4.59
4.28 6.15 11.86 3.40%
22.29
19.74 22.47 21.67
63.88
3.67
2013 10.36 19.08 30.62 4.30%
10.74 17.31 60.14
88.20
4.62
4.20 6.58 12.38 3.90%
23.16
20.40 23.76 24.70
68.87
3.61
2014 10.45 20.54 32.42 5.60%
11.58 20.26 64.91
96.75
4.66
4.12 7.03 12.84 3.60%
23.99
21.08 25.13 27.55
73.76
3.55
2015 10.55 22.11 34.34 5.65%
16.81 44.47 92.38
153.66
4.83
3.75 9.80 15.09 3.60%
28.65
24.85 33.22 45.85
103.92
3.26
2020 11.04 31.98 45.01 5.60%
24.40 97.62 122.02
244.05
5.00
3.42 13.68 17.10 3.60%
34.19
29.29 43.93 73.21
146.43
3.00
2025 11.56 46.24 57.79 5.60%
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 61
6). % Kontribusi Semen & Brg. Galian bukan logam Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan pupuk
5). % Kontribusi Pupuk, Kimia & Barang dari karet Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM IB
Keterangan Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan Kertas
2.91 39.58 18.53 6.90
37.92 17.97 6.10
14.14 5.61 53.15 5.00%
13.70 4.66 51.06 1.51% 2.99
72.89
33.63 13.94 117.75
31.55 11.24 116.05 69.42
165.32
158.84
3.31 3.96 21.05 4.60%
3.18 3.51 20.39 6.27% 12.15
28.32
27.07
12.53
2010
2009
19.11 7.80
42.85
2.91
14.59 6.75 55.53 5.46%
76.87
35.86 17.28 130.24
183.38
12.47
3.45 4.48 21.75 4.80%
29.68
2011
19.70 8.83
46.62
2.92
15.06 8.12 58.11 5.75%
81.29
38.23 21.43 144.71
204.37
12.80
3.60 5.06 22.48 4.90%
31.13
2012
20.31 9.99
50.90
2.93
15.54 9.78 61.66 7.00%
86.98
40.75 26.58 161.28
228.61
13.14
3.75 5.71 23.33 5.30%
32.78
2013
20.94 11.30
55.92
2.93
16.03 11.77 66.39 8.30%
94.20
43.45 32.96 180.88
257.29
13.49
3.90 6.45 24.26 5.58%
34.61
2014
21.58 12.78
61.04
2.94
16.55 14.18 71.35 8.35%
102.07
46.32 40.87 200.49
287.68
13.8
4.07 7.28 25.16 5.50%
36.52
2015
25.14 23.70
94.54
2.97
19.37 35.85 96.92 8.30%
152.14
63.79 119.85 319.10
502.74
15.8
5.00 13.39 29.11 5.30%
47.50
2020
29.29 43.93
146.43
3.00
22.67 90.66 113.33 8.30%
226.66
87.86 351.43 439.29
878.57
18.00
6.15 24.60 30.75 5.30%
61.49
2025
62 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
8). % Kontribusi Alat Angkut, Mesin & Peralatannya Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun)
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan Besi
7). % Kontribusi Logam Dasar Besi & Baja Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM IB
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan Brg Galian
Keterangan IB
32.94 448.21
33.22 420.91
0.01 0.48 7.40 2.75%
0.01 0.40 7.27 -4.53%
0.06 2.36 16.83
0.04 1.84 16.79 7.89
19.25
18.67
7.68
1.41
6.57 2.37 7.47 3.25%
6.37 2.10 7.42 -0.63% 1.47
16.41
2010 14.15
15.89
2009 13.85
488.95
33.25
0.02 0.57 7.57 3.40%
8.16
0.09 3.03 19.51
22.62
1.54
6.77 2.68 7.56 3.74%
17.02
2011 15.94
535.90
33.57
0.03 0.68 7.78 4.00%
8.49
0.13 3.88 22.71
26.72
1.67
6.98 3.04 7.69 4.05%
17.71
2012 18.09
589.57
33.89
0.04 0.81 8.02 4.50%
8.87
0.20 4.97 26.50
31.67
1.82
7.20 3.44 7.89 4.60%
18.52
2013 20.61
652.54
34.22
0.05 0.97 8.34 5.50%
9.36
0.29 6.37 31.11
37.77
1.98
7.42 3.89 8.20 5.30%
19.50
2014 23.69
717.55
34.54
0.07 1.15 8.65 5.50%
9.87
0.44 8.16 36.15
44.75
2.15
7.65 4.40 8.50 5.33%
20.54
2015 26.67
1,153.64
36.23
0.34 2.79 9.77 5.50%
12.90
3.28 28.23 73.00
104.51
3.28
8.91 8.15 9.54 5.30%
26.60
2020 45.70
1,854.76
38.00
1.69 6.74 8.43 5.50%
16.86
24.40 97.62 122.02
244.05
5.00
6.89 10.33 17.22 5.30%
34.44
2025 73.21
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 63
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan Barang Lainnya
9). % Kontribusi Barang lainnya Nilai IKM-IB (Harga Berlaku) (Rp Triliun) IK IM IB
Nilai IKM-IB (Harga Konstan) (Rp Triliun) IK IM IB Pertumbuhan Alat Angkut
Keterangan IK IM IB
1.89 1.72 0.48 5.18%
1.96 1.61 0.31 3.13%
5.27 4.44 0.78
5.05 3.84 0.67 4.09
10.49
9.56
3.89
0.77
14.96 32.84 131.04 4.00%
178.84
2010 31.24 70.95 346.03
0.75
13.48 28.43 130.05 -2.94%
171.96
2009 27.74 60.67 332.49
1.82 1.82 0.67 5.60%
4.32
5.49 5.13 1.46
12.08
0.82
16.60 37.93 135.76 6.40%
190.29
2011 35.18 82.97 370.81
1.75 1.94 0.89 6.00%
4.58
5.72 5.93 2.32
13.97
0.88
18.42 43.80 142.87 7.78%
205.09
2012 39.61 97.02 399.27
1.69 2.06 1.12 6.40%
4.87
5.96 6.85 3.41
16.22
0.93
20.44 50.59 151.08 8.30%
222.11
2013 44.61 113.46 431.50
1.62 2.19 1.39 6.80%
5.20
6.21 7.92 4.82
18.95
0.99
22.68 58.43 163.66 10.20%
244.77
2014 50.23 132.68 469.63
1.56 2.33 1.66 6.80%
5.55
6.47 9.16 6.37
22.00
1.06
25.17 67.48 177.08 10.20%
269.73
2015 56.57 155.15 505.83
1.30 3.16 3.26 6.80%
7.72
7.95 18.91 19.48
46.34
1.46
42.34 138.68 257.35 10.20%
438.37
2020 102.43 339.27 711.94
1.07 4.29 5.36 6.80%
10.72
9.76 39.05 48.81
97.62
2.00
71.24 284.98 356.22 10.20%
712.44
2025 185.48 741.90 927.38
Dari tabel di atas, pertumbuhan ekonomi pada 2014 diharapkan dapat tercapai sebesar 7,70 persen dengan PDB untuk harga berlaku sebesar Rp 7.729 triliun. PDB per kapita pada tahun 2009 sebesar Rp 24.316.568,00 diharapkan dapat meningkat pada tahun 2014 sebesar Rp 31.385.860,00 atau meningkat sebesar Rp 7.069.292,00 dibandingkan tahun 2009. Kondisi ini tercapai dengan asumsi penduduk pada tahun 2014 sebesar 246,28 juta atau dijaga dengan laju pertumbuhan 1,3 persen per tahun. Industri Pengolahan Non-Migas diharapkan tumbuh 8,95 persen pada tahun 2014 dengan kontribusi Industri Pengolahan Non-Migas sebesar 22,57 persen (harga berlaku) pada tahun 2009 meningkat menjadi 24,67 persen pada tahun 2014. Peningkatan nilai tambah industri pengolahan non migas diharapkan meningkat dari Rp 522.940 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp 725.780 miliar pada tahun 2014. Dari kontribusi tersebut diturunkan menjadi Kontribusi Industri Kecil, Menengah dan Industri Besar (harga berlaku) untuk tahun 2009 sebesar Rp 1.267,19 triliun; tahun 2014 Rp 1.907,10 triliun; tahun 2015 Rp 2.077,19 triliun; tahun 2020 Rp 3.184,13 triliun; dan tahun 2025 Rp 4.880,95 triliun. 1.
Cabang Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 28,39 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 541,44 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 76,03 triliun, kelompok IM sebesar Rp 119,01 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 346,40 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan turun hingga menjadi 20,00 persen.
2.
Cabang Industri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 8,22 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 156,76 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 24,88 triliun, kelompok IM sebesar Rp 49,39 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 82,49 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan turun hingga menjadi 6,00 persen.
3.
Cabang Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 3,61 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 68,87 triliun (harga berlaku), yang dirinci
64 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
ke dalam kelompok IK sebesar Rp 20,40 triliun, kelompok IM sebesar Rp 23,76 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 24,70 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan turun hingga menjadi 3,00 persen. 4.
Cabang Industri Kertas dan Barang Cetakan Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 4,62 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 88,20 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 10,74 triliun, kelompok IM sebesar Rp 17,31 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 60,14 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 5,00 persen.
5.
Cabang Industri Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 13,49 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 257,29 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 43,45 triliun, kelompok IM sebesar Rp 32,96 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 180,88 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 18,00 persen.
6.
Cabang Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 2,93 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 55,92 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 20,94 triliun, kelompok IM sebesar Rp 11,30 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 23,69 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 3,00 persen.
7.
Cabang Industri Logam Dasar, Besi dan Baja Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 1,98 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 37,77 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 0,29 triliun, kelompok IM sebesar Rp 6,37 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 31,11 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 5,00 persen.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 65
8.
Cabang Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 34,22 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 652,54 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 50,23 triliun, kelompok IM sebesar Rp 132,68 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 469,63 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 38,00 persen.
9.
Cabang Industri Barang Lainnya Sasaran untuk cabang industri ini pada tahun 2014 adalah memberikan kontribusi sebesar 0,99 persen dari kontribusi total Industri Pengolahan Non-Migas atau sebesar Rp 18,95 triliun (harga berlaku), yang dirinci ke dalam kelompok IK sebesar Rp 6,21 triliun, kelompok IM sebesar Rp 7,92 triliun, dan kelompok IB sebesar Rp 4,82 triliun. Sampai dengan tahun 2025, kontribusi diperkirakan naik hingga menjadi 2,00 persen.
Selanjutnya secara rinci sasaran pertumbuhan setiap cabang industri tahun 20102014 setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Target Pertumbuhan setiap Cabang Industri Tahun 2010 – 2014 (%) Cabang Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, barang Kulit & Alas kaki Barang Kayu & Hasil Hutan lainnya Kertas & barang Cetakan Pupuk, Kimia & barang dari Karet Semen & Barang Galian bukan Logam Logam Dasar, Besi & Baja Alat Angkut, Mesin & Peralatannya Barang lainnya Total Industri
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Rata-rata 2010-2014
11,29
6,64
7,92
8,15
8,94
10,40
8,41
0,53
2,15
3,40
3,75
4,30
5,60
3,84
-1,46
1,75
2,75
2,90
3,40
3,90
2,94
6,27
4,60
4,80
4,90
5,30
5,58
5,04
1,51
5,00
5,46
5,75
7,00
8,30
6,30
-0,63
3,25
3,74
4,05
4,60
5,30
4,19
-4,53
2,75
3,40
4,00
4,50
5,50
4,03
-2,94
4,00
6,40
7,78
8,30
10,20
7,34
3,13 2,52
5,18 4,65
5,60 6,10
6,00 6,75
6,40 7,47
6,80 8,95
6,00 6,78
66 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Gambar 2.1 Target Pertumbuhan Industri Tahun 2010 – 2014 (%) Seperti telah dikemukakan di atas, diharapkan dalam kurun waktu 20102014 telah terjadi pergeseran penyebaran industri ke luar Pulau Jawa. Share Pulau Jawa diharapkan menurun dari angka tahun 2009 sebesar 75,00 persen menjadi 64,79 persen pada tahun 2014. Penurunan share ini diharapkan akan berlanjut terus sehingga mencapai 47,65 persen pada tahun 2025. Sebaliknya, peran industri di luar Pulau Jawa diharapkan mengalami peningkatan. Peran Sumatera secara keseluruhan diharapkan meningkat dari 18,37 persen pada tahun 2009 menjadi 22,24 persen pada tahun 2014 dan meningkat lagi menjadi 34,70 persen pada tahun 2025. Pulau Sulawesi yang share-nya hanya 2,16 persen pada tahun 2009 diharapkan akan mengalami peningkatan menjadi 2,89 persen pada tahun 2014 dan 5,65 persen pada tahun 2025. Peran Maluku dan Papua yang pada tahun 2009 hanya sebesar 0,30 persen diharapkan akan meningkat menjadi 0,47 persen pada tahun 2014 dan 1,25 persen pada tahun 2025. Kalimantan yang pada tahun 2009 memberikan share sebesar 3,41 persen, diharapkan akan meningkat share-nya menjadi 4,61 persen pada tahun 2014 dan 9,00 persen pada tahun 2025. Terakhir, Bali dan Nusa Tenggara yang pada tahun 2009 memberikan share sebesar 0,79 persen, diharapkan akan meningkat menjadi 0,99 persen pada tahun 2014 dan 1,75 persen pada tahun 2025.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 67
Meskipun dari angka absolut peran industri di pulau-pulau luar Jawa terlihat kecil, pertumbuhan (growth) yang terjadi adalah sangat signifikan. Pertumbuhan rata-rata peran industri pulau Sumatera selama kurun waktu 2010-2014 sebesar 4,16 persen per tahun. Untuk kurun waktu 2014-2025, Sumatera tumbuh ratarata sebesar sekitar 5,09 persen per tahun. Peran Sulawesi tumbuh lebih cepat lagi, yaitu sebesar 6,69 persen per tahun selama kurun waktu 2010-2014. Untuk kurun waktu 2014-2025, Sulawesi tumbuh sebesar 8,68 persen per tahun. Peran Maluku dan Papua terlihat meningkat secara drastis. Untuk kurun waktu 2010-2014, peran Maluku dan Papua tumbuh rata-rata sebesar 10,61 persen per tahun, sementara untuk kurun waktu 20142025 peran Maluku dan Papua tumbuh rata-rata sekitar 15,09 persen per tahun. Pulau Kalimantan yang pada tahun 2009 memberikan share sebesar 3,41 persen meningkat menjadi 4,61 persen pada tahun 2014, atau tumbuh rata-rata sebesar 6,93 persen per tahun. Untuk tahun 2014-2025, Kalimantan harus mencapai 8,66 persen per tahun. Terakhir untuk Bali dan Nusa Tenggara, pertumbuhan yang diharapkan untuk kurun waktu 2010-2014 rata-rata sekitar 5,18 persen per tahun. Pertumbuhan rata-rata Bali dan Nusa Tenggara untuk tahun 2014-2025 adalah sebesar 6,98 persen per tahun. Sasaran kuantitatif share industri sampai tahun 2020 secara rinci untuk setiap provinsi di Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan luar Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 2.4, Tabel 2.5, Tabel 2.6, Tabel 2.7, dan Tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.3 Sasaran Kuantitatif Industri di Jawa (%) PROVINSI 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Banten Jawa Barat DKI Jakarta Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Total
2009 7.37 27.52 12.59 7.33 0.59 19.6 75
2010 7.19 26.80 11.89 7.24 0.59 19.10 72.81
2014 6.53 24.1 9.43 6.88 0.61 17.24 64.79
2020 5.64 20.55 6.67 6.39 0.63 14.78 54.66
2025 5.00 18.00 5.00 6.00 0.65 13.00 47.65
68 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Growth PDRB Industri 2010-2025 5.70 5.46 2.22 6.95 8.95 5.55
Tabel 2.4 Sasaran Kuantitatif Industri di Sumatera (%) PROVINSI 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)
NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Riau Kepulauan Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Total
2009 0.21 6.03 0.96 3.52 3.93 0.37 0.07 1.67 0.52 1.09 18.37
2010 0.23 6.18 1.02 3.67 4.08 0.39 0.07 1.71 0.56 1.16 19.07
2014 0.32 6.83 1.29 4.36 4.71 0.49 0.1 1.89 0.76 1.49 22.24
2020 0.51 7.94 1.85 5.64 5.85 0.68 0.17 2.2 1.22 2.19 28.25
2025 0.75 9.00 2.50 7.00 7.00 0.90 0.25 2.50 1.80 3.00 34.70
Growth PDRB Industri 2010-2025 17.26 11.04 14.97 13.05 12.27 14.48 17.30 11.06 17.03 15.37
Tabel 2.5 Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Sulawesi dan Gorontalo (%) PROVINSI 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Total
2009 0.31 0.03 0.24 1.33 0.07 0.18 2.16
2010 0.33 0.03 0.26 1.40 0.07 0.19 2.28
2014 0.43 0.05 0.34 1.71 0.1 0.26 2.89
2020 0.64 0.09 0.52 2.32 0.17 0.41 4.15
2025 0.90 0.15 0.75 3.00 0.25 0.60 5.65
Growth PDRB Industri 2010-2025 15.75 19.82 16.28 13.94 17.30 16.76
Tabel 2.6 Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Maluku dan Papua (%) PROVINSI 1) 2) 3) 4)
Maluku Maluku Utara Irian Jaya Barat Papua Total
2009 0.04 0.08 0.1 0.08 0.3
2010 0.05 0.09 0.11 0.08 0.33
2014 0.07 0.12 0.16 0.12 0.47
2020 0.14 0.2 0.26 0.19 0.79
2025 0.25 0.30 0.40 0.30 1.25
Growth PDRB Industri 2010-2025 21.47 17.62 18.09 17.66
Tabel 2.7 Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Kalimantan (%) PROVINSI 1) 2) 3) 4)
Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Total
2009 1.16 0.32 0.7 1.23 3.41
2010 1.23 0.34 0.74 1.30 3.61
2014 1.56 0.45 0.97 1.63 4.61
2020 2.23 0.7 1.44 2.27 6.64
2025 3.00 1.00 2.00 3.00 9.00
Growth PDRB Industri 2010-2025 14.92 16.29 15.64 14.50
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 69
Tabel 2.8 Sasaran Kuantitatif Peran Industri di Bali, NTB dan NTT PROVINSI 1) Bali 2) NTB 3) NTT Total
2009 0.51 0.23 0.05 0.79
2010 0.52 0.25 0.05 0.82
2014 0.58 0.34 0.07 0.99
2020
Growth PDRB Industri 2010-2025 0.75 10.93 0.80 17.07 0.20 18.15 1.75
2025
0.67 0.54 0.13 1.34
Gambar 2. 2 Sasaran Kuantitatif Pertumbuhan Industri 2010-2025 per provinsi (%)
70 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Dalam rangka mencapai sasaran-sasaran di atas, dibutuhkan investasi selama tahun 2010-2014 sekitar Rp 735.956,48 milyar atau rata-rata Rp 147.191,30 milyar per tahun. Kebutuhan investasi per cabang industri setiap tahun tersaji pada Tabel 2.9. Tabel 2.9 Perkiraan Kebutuhan Investasi Industri Pengolahan Non-Migas (dalam milyar rupiah)
CABANG INDUSTRI Industri Pengolahan Non-Migas Makanan, Minuman, dan 1 Tembakau Tekstil, Barang Kulit, dan 2 Alas Kaki Barang Kayu dan Hasil Hutan 3 Lainnya 4 Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang 5 dari Karet Semen & Brg. Galian bukan 6 logam 7 Logam Dasar Besi & Baja Alat Angkut, Mesin & Pera8 latannya 9 Barang Lainnya
Total 2010 -2014 77,327.97 106,144.09 124,608.40 147,261.99 168,429.50 189,512.50 735,956.48 2009
2010
2011
2012
2013
2014
23,817.01
34,178.40
38,877.82
44,473.12
47,665.55
55,527.16 220,722.05
7,423.49
9,765.26
11,090.15
12,811.79
13,811.22
15,919.05
63,397.47
3,015.79
4,139.62
4,735.12
5,448.69
6,063.46
6,822.45
27,209.34
3,634.41
4,776.48
5,607.38
6,626.79
7,747.76
8,528.06
33,286.47
9,666.00
12,843.43
15,451.44
18,849.53
22,569.55
24,826.14
94,540.10
2,319.84
3,078.18
3,613.64
4,270.60
4,884.46
5,495.86
21,342.74
1,159.92
1,486.02
1,869.13
2,356.19
3,200.16
3,411.23
12,322.72
25,672.89
34,921.41
41,369.99
49,332.77
57,602.89
618.62
849.15
996.87
1,178.10
1,515.87
64,055.23 247,282.27 1,705.61
6,245.59
Sumber : BKPM, diolah Kemenperin Catatan : Perkiraan berdasarkan perhitungan ICOR, belum termasuk kebutuhan investasi untuk revitalisasi industri Pupuk dan Gula.
Dengan sasaran pertumbuhan yang telah ditetapkan diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sekitar 3.224.275 orang atau rata-rata 644.855 orang per tahun. Penyerapan tenaga kerja per cabang industri setiap tahun tersaji pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 Perkiraan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Pengolahan Non-Migas CABANG INDUSTRI Industri Pengolahan Non-Migas Makanan, Minuman, dan Tembakau Tekstil, Barang Kulit, dan 2 Alas Kaki 1
2009
2010
2011
2012
2013
2014
13,987,659 14,374,299 14,905,019 15,528,061 16,264,371 17,211,934
Rata-rata Penyerapan 2010-2014 644,855
5,073,075 5,244,260
5,471,939
5,730,657 6,027,298
6,396,018
264,589
2,404,431
2,518,288
2,592,819
2,784,701
76,054
2,453,341
2,677,863
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 71
CABANG INDUSTRI 3 4 5 6 7 8 9
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Kertas dan Barang Cetakan Pupuk, Kimia, dan Barang dari Karet Semen & Brg. Galian bukan logam Logam Dasar Besi & Baja Alat Angkut, Mesin & Peralatannya Barang Lainnya
2009
2013
2014
Rata-rata Penyerapan 2010-2014
2010
2011
2012
1,834,805
1,855,539
1,883,269
1,914,966
1,951,413
1,998,318
32,703
371,033
394,956
427,795
466,345
511,905
571,838
40,161
839,805
904,132
994,620
1,104,275
1,236,903
1,411,492
114,337
1,112,437
1,127,854
1,149,017
1,173,861
1,203,221
1,241,005
25,714
493,390
500,833
511,779
525,486
543,710
568,465
15,015
346,656
521,562
763,836
1,050,825
1,393,025
1,838,616
298,392
1,512,027
1,516,280
1,522,118
1,528,971
1,538,083
1,549,809
7,556
Sumber : BKPM, diolah Kemenperin Catatan : Perkiraan berdasarkan perhitungan ILOR, jumlah penyerapan tenaga kerja adalah akumulatif.
72 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL Seperti telah diuraikan di bab-bab sebelumnya, pembangunan nasional secara terencana harus terus terjaga dengan seksama agar pemerintah mampu mewujudkan Visi Indonesia menjadi negara mandiri, maju, adil, dan makmur pada tahun 2025 sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Visi pembangunan ini menjadi pertimbangan dalam menghasilkan kebijakan-kebijakan yang menjamin keberlanjutan pembangunan industri. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun agar dapat merealisasikan cita-cita luhur bangsa Indonesia dan sekaligus menjawab tantangan perubahan lingkungan yang terjadi dengan cepat, serta mampu mengatasi dampak krisis finansial global yang terjadi saat ini. Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008) disusun dengan menggunakan pendekatan klaster industri dan kompetensi inti industri daerah guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Visi pembangunan industri nasional jangka panjang tahun 2025 adalah membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi negara industri tangguh yang bercirikan: 1.
Industri Kelas Dunia;
2.
PDB Sektor Industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan di Luar Jawa;
3.
Teknologi telah menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar;
Arah pembangunan nasional jangka panjang ini menjadi acuan bagi arah kebijakan dan strategi Kementerian Perindustrian dalam kurun waktu yang sama. Dalam dokumen RPJMN 2010-2014, telah ditetapkan visi Indonesia pada tahun 2014 yakni Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan misi sebagai berikut: 1.
Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 73
2.
Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3.
Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Adapun agenda yang akan dilaksanakan selama periode 2010-2014 antara lain: 1.
Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat
2.
Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan
3.
Penegakan Pilar Demokrasi
4.
Penegakan Hukum dan Pemberantasan Korupsi
5.
Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan
Pada RPJMN II 2010-2014, kerangka ekonomi makro adalah sebagai berikut: rata-rata pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 6,3-6,8 persen, dimana pada tahun 2013 mencapai 7 persen dan pada tahun 2014 minimal tumbuh sebesar 7 persen. Hasil Retreat Kabinet Paripurna tanggal 19-21 April 2010 di Istana Tampak Siring Bali, tingkat pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 7,7 persen pada tahun 2014. Sedangkan inflasi berdasarkan RPJMN II 2010-2014 diperkirakan rata-rata sebesar 4-6 persen, pengangguran dari tahun 2009 sebesar 8,1 persen menjadi 5-6 persen pada tahun 2014, sedangkan kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 14,1 persen menjadi 8-10 persen pada tahun 2014. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi pada RPJMN II 2010-2014 diprioritaskan pada: 1.
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
2.
Penciptaan stabilitas ekonomi yang kokoh
3.
Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan
Disamping itu, arah kebijakan dan strategi nasional juga mengacu kepada Program 100 hari, 1 tahun, dan 5 tahun Kabinet Indonesia Bersatu II, 15 Program Pilihan Presiden periode 2010-2014, program prioritas nasional lainnya di bidang perekonomian, isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang perekonomian, dan Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 20102014. Program 100 hari Bidang Perekonomian 1.
Ketersediaan lahan dan keterpaduan tata ruang
2.
Pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur
3.
Pembangunan dan pemeliharaan Infrastruktur Strategis
74 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
4.
Pengadaan lahan bagi pertanian, perkebunan, dan perikanan
5.
Iklim investasi pertanian dan perikanan
6.
Kesinambungan swasembada pangan
7.
Jaminan pasokan energi
8.
Sistem harga energi yang kompetitif
9.
Ketahanan energi
10. Pengalihan sistem subsidi: BBM, pupuk, dan listrik 11. Pengembangan energi terbarukan nasional 12. Revitalisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) 13. Pengembangan UKM 14. Ketenagakerjaan 15. Kelancaran arus barang dan daya saing 16. Revitalisasi Industri pupuk dan gula 17. Pengembangan Klaster Industri berbasis sumber daya alam fosil terbarukan 18. Aksesibilitas dan keterhubungan (connectivity) Antar Wilayah 19. Keselamatan Transportasi Program 5 tahun Kabinet Indonesia Bersatu II Prioritas 1 : Reformasi Birokrasi dan “Good Governance” Prioritas 2
: Pendidikan
Prioritas 3
: Kesehatan
Prioritas 4
: Penanggulangan Kemiskinan
Prioritas 5 : Ketahanan Pangan Prioritas 6
: Infrastruktur
Prioritas 7 : Iklim Investasi dan Bisnis Prioritas 8
: Energi
Prioritas 9
: Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana
Prioritas 10 : Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Pascakonflik Prioritas 11
: Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 75
Dari kegiatan prioritas nasional di atas, Kementerian Perindustrian secara langsung maupun tidak langsung mendapat tugas khususnya terkait pada prioritas 1, prioritas 5, dan prioritas 7 dengan penjelasan sebagai berikut : Prioritas 1: REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA Tema Prioritas Pemantapan tata kelola pemerintahan yang lebih baik melalui terobosan kinerja secara terpadu, penuh integritas, akuntabel, taat kepada hukum yang berwibawa, dan transparan. Peningkatan kualitas pelayanan publik yang ditopang oleh efisiensi struktur pemerintah di pusat dan di daerah, kapasitas pegawai pemerintah yang memadai, dan data kependudukan yang baik. Substansi Inti 1.
Struktur
2.
Otonomi daerah: Penataan otonomi daerah melalui: 1) Penghentian/ pembatasan pemekaran wilayah; 2) Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan daerah; dan 3) Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah
3.
Sumber daya manusia
4.
Regulasi: Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundangan di tingkat pusat maupun daerah hingga tercapai keselarasan arah dalam implementasi pembangunan, di antaranya penyelesaian kajian 12.000 peraturan daerah selambat-lambatnya 2011
5.
Sinergi antara pusat dan daerah
6.
Penegakan hukum
7.
Data kependudukan
Prioritas 5 : KETAHANAN PANGAN Tema Prioritas Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Peningkatan pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,7 persen per tahun dan Indeks Nilai Tukar Petani sebesar 115-120 pada 2014. 76 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Substansi Inti 1.
Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian
2.
Infrastruktur
3.
Penelitian dan Pengembangan: Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi
4.
Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri pedesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji, pupuk, teknologi, dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat jumlah, dan terjangkau
5.
Pangan dan Gizi
6.
Adaptasi Perubahan Iklim
Prioritas 7 : IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Tema Prioritas Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur, perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Substansi Inti 1.
Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak menimbulkan ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya
2.
Penyederhanaan prosedur: Penerapan sistem pelayanan informasi dan perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE) pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di beberapa kota yang dimulai di Batam, pembatalan perda bermasalah dan pengurangan biaya untuk memulai usaha seperti Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 77
3.
Logistik nasional: Pengembangan dan penetapan Sistem Logistik Nasional yang menjamin kelancaran arus barang dan mengurangi biaya transaksi/ ekonomi biaya tinggi
4.
Sistem informasi: Beroperasinya secara penuh National Single Window (NSW) untuk impor (sebelum Januari 2010) dan ekspor. Percepatan realisasi proses penyelesaian bea cukai di luar pelabuhan dengan implementasi tahap pertama Custom Advanced Trade System (CATS) di dry port Cikarang
5.
KEK: Pengembangan KEK di 5 lokasi melalui skema Public-Private Partnership sebelum 2012
6.
Kebijakan ketenagakerjaan: Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka penciptaan lapangan kerja
Penjelasan 15 program pilihan presiden untuk tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut : 1.
Pemberantasan Mafia Hukum
2.
Revitalisasi Industri Pertahanan
3.
Penanggulangan Terorisme
4.
Peningkatan Daya Listrik di seluruh Indonesia
5.
Peningkatan Produksi dan Ketahanan Pangan
6.
Revitalisasi Pabrik Pupuk dan Gula
7.
Penyempurnaan Peraturan Agraria dan Tata Ruang
8.
Pembangunan Infrastruktur
9.
Penyediaan dana penjaminan Rp 2 trilyun per tahun untuk Kredit Usaha Kecil Mengenah
10. Penetapan Skema Pembiayaan dan Investasi 11. Perumusan Kontribusi Indonesia dalam Isu Perubahan Iklim dan Lingkungan 12. Reformasi Kesehatan Masyarakat 13. Penyelarasan antara Pendidikan dan Dunia Kerja 14. Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana 15. Sinergi antara Pusat dan Daerah
78 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Program prioritas nasional lainnya di bidang perekonomian: 1.
Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
2.
Meningkatkan peran dan kemampuan Republik Indonesia dalam diplomasi perdagangan internasional
3.
Memastikan dukungan atas program pengembangan energi terbarukan antara lain energi-bio melalui penyediaan bahan baku
4.
Meningkatan pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selama proses penyiapan, pemberangkatan, dan kepulangan
5.
Meningkatkan upaya pelayanan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri
6.
Mengembangkan model link and match dengan sektor pendidikan dalam upaya mencetak wiraswasta baru
7.
Peningkatan penciptaan lapangan kerja melalui sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha
8.
Merencanakan dengan seksama program pembangunan menuju tercapainya sasaran-sasaran nasional
Isu-isu strategis lima tahun yang akan datang hasil temu nasional di bidang perekonomian sebagai prioritas Kabinet Indonesia Bersatu II adalah sebagai berikut: 1.
Pembangunan Infrastruktur, dengan isu strategis antara lain: a) Skema Public Private Partnership (PPP) b) Pembangunan Infrastruktur yang belum merata di berbagai daerah c) Penggunaan lahan yang berada di hutan lindung untuk pembangunan infrastruktur/ perkebunan d) Pengadaan Tanah e)
Alternatif Pembiayaan Infrastruktur
f)
Revitalisasi Peran Pemerintah dalam Percepatan Pembangunan Infrastruktur
g) Ketidaksinkronan Infrastruktur
Peraturan
Perundang-undangan
di
bidang
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 79
2.
Ketahanan Pangan, dengan isu strategis antara lain: a) Ketersediaan Lahan dan Tata Ruang b) Pembiayaan dan Iklim Investasi c) Pengembangan dan Penerapan Teknologi serta Diversifikasi Pangan
3.
Ketahanan Energi, dengan isu strategis antara lain: a) Jaminan pasokan energi b) Sistem harga yang kompetitif c) Investasi dan kemandirian pengelolaan energi d) Renewable energy e) Sistem harga yang kompetitif
4.
Pengembangan UMKM, dengan isu strategis antara lain: a) Revitalisasi KUR b) Pemberdayaan Usaha Mikro dan Pengembangan LKM c) Pengembangan kapasitas UKM d)
5.
Pengembangan Industri kreatif/UKM
Revitalisasi Industri dan Jasa, dengan isu strategis antara lain: a) Ketenagakerjaan b) Infrastruktur Transport • Arus barang dan bahan baku tersendat • High cost economy • Biaya tidak bersaing • Pemberdayaan armada angkutan laut domestik c) Bank & Pendanaan (Akses ke permodalan terbatas, bunga 14-20 persen tidak bersaing, perbankan tidak paham karakter industri) d) Investasi (Pengurusan ijin lama, tarif bea masuk tidak harmonis, tidak mendorong investasi baru) e) Perpajakan (Sistim perpajakan kurang fair dan tidak business friendly) f)
Kepabeanan (Sistim kepabeanan rumit dan kurang transparan menghambat kelancaran arus barang)
g) Pasar (Penetrasi pasar lemah akibat unfair trade)
80 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
h) Bahan Baku/Struktur Industri (Industri hulu lemah, bahan baku dan bahan penolong terbatas, kurang terintegrasi, Tarif kurang harmonis)
6.
i)
Teknologi (Inovasi dan pengembangan produk)
j)
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Pembangunan Transportasi, dengan isu strategis antara lain: a) Transportasi multimoda diperlukan untuk mengarah ke “seamless transport” b) Transportasi laut yang diharapkan mampu menjadi penggerak Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua c) Transportasi laut yang belum mampu menjalankan perannya dalam pembangunan wilayah d) Transportasi perkotaan yang belum efisien dan belum ramah lingkungan. e) Angka kecelakaan lalulintas yang relatif tinggi f)
Masih minimnya investasi swasta di sektor transportasi laut dan udara
g) Masih adanya inefisiensi karena praktek monopoli penyelenggaraan transportasi (misalnya dalam hal TKBM)
dalam
h) Masih rendahnya aksesibilitas daerah perbatasan, kawasan terdepan, dan terisolasi Kontrak Kinerja Menteri Perindustrian RI 2010-2014 antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Melaksanakan pengembangan industri sesuai dengan Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional
2.
Revitalisasi industri Pupuk
3.
Revitalisasi industri Gula
4.
Peningkatan iklim usaha
5.
Pengamanan pasar dalam negeri
6.
Revitalisasi sektor industri
7.
Peningkatan investasi
8.
Pengembangan industri kecil dan menengah
9.
Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri
10. Peningkatan pasar 11. Reformasi birokrasi di bidang pelayanan umum
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 81
Arah kebijakan tersebut di atas yang akan merupakan bagian utama dari RPJMN 2010-2014 telah dibahas lebih dalam pada forum trilateral meeting antara Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perindustrian dengan hasil sebagai berikut: 1.
Disepakati 5 kegiatan prioritas nasional terdiri dari : a) Revitalisasi Industri Pupuk b) Revitalisasi industri Gula c) Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical di Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Riau d) Pengembangan Klaster Industri berbasis migas, kondensat di Jawa Timur dan Kalimantan Timur e) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
2.
Disepakati beberapa kegiatan prioritas bidang perekonomian terdiri dari : a) Pengembangan Klaster Industri Petrokimia b) Pengembangan Klaster Industri Baja c) Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Listrik d) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil e) Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Umum f)
Restrukturisasi Permesinan Industri
g) Pengembangan Klaster Industri Semen h) Pengembangan Klaster Industri Keramik i)
Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
j)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa
k) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kakao l)
Pengembangan Klaster Industri Gula
m) Pengembangan Klaster Industri Karet n) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kelapa Sawit o) Pengembangan Klaster Industri Furniture p) Pengembangan Klaster Industri Kertas q) Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati r)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Ikan
82 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
s)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Tembakau
t)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah
u) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kopi v) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu w) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor x) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan y) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan z) Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian aa) Pengembangan Klaster Industri Elektronika ab) Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi ac) Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya ad) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia ae) Pengembangan Klaster Industri Kerajinan dan Barang Seni af) Pengembangan Klaster Industri Garam ag) Pengembangan Klaster Industri Fashion dan Batik ah) Pengembangan Klaster Industri Batu Mulia dan Perhiasan ai) Pengembangan Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias aj) Pengembangan Klaster Industri Minyak Atsiri ak) Pengembangan Klaster Industri Makanan Ringan al) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi di Kawasan Barat Indonesia am) Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di Kawasan Barat Indonesia an) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Kawasan Barat Indonesia ao) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi di Kawasan Tengah Indonesia ap) Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di Kawasan Tengah Indonesia aq) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Kawasan Tengah Indonesia
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 83
ar) Pengembangan Industri Unggulan Provinsi di Kawasan Timur Indonesia as) Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota di Kawasan Timur Indonesia at) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Kawasan Timur Indonesia au) Pengembangan SDM Industri av) Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Dalam rangka mewujudkan pencapaian sasaran-sasaran industri tahun 20102014 telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang mengacu pada Visi 2025, yaitu: Indonesia mampu menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025. Visi ini kemudian dijabarkan ke dalam Misi membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomian, yang secara detil dapat dirinci menjadi: 1.
Wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat;
2.
Dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;
3.
Pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat;
4.
Wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional;
5.
Wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat;
6.
Salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;
7.
Andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.
Selanjutnya, dalam Peta Strategi diuraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2025 tersebut. Peta Strategi Kementerian Perindustrian dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
84 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 85
Rgturgmvkh" Rgocpimw" Mgrgpvkpicp
Perspektif Proses Pelaksanaan Tugas Pokok Kementrian
Rgturgmvkh" Rgpkpimcvcp" Mcrcukvcu" Mgngodciccp
Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri
Tingginya Nilai tam bah industri
Rgnc{cpcp ( Hcuknkvcuk
Tingginya kem am puan inovasi dan penguasaan teknologi industri
Membangun sistem inf ormasi industri yang terintegrasi & handal
Membangun organisasi yang Prof esional dan Probisnis
Mengembangkan kemampuan SDM yang kompeten
Dana Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN yang prof esional Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan
Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan ef ektif itas pencapaian kinerja industri
Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf
Rgpicycucp."Rgpigpfcnkcp ("Gxcnwcuk
Tersebarnya Ter erseb seb arn arnya y ya pem bangunan industri
Perencanaan
Icodct"503"Rgvc"Uvtcvgik"Mgogpvgtkcp"Rgtkpfwuvtkcp
Inf ormasi
Organisasi & Ketatalaksanaan
8
Meningkatnya peran industri kecil dan 9 m enengah terhadap PDB
Kuat, lengkap ap dan 7 dalam nya Struktur industri
Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan
Meningkatkan kualitas pelayanan publik
Memf asilitasi penerapan standardisasi
Memf asilitasi promosi industri
Memf asilitasi pengembangan industri
Memf asilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual
UFO
Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri
Menetapkan peta panduan pengembangan industri
Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan
Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan dan produk hukum Industri
6
Mengembangkan R&D di instansi dan industri
Kokohnya faktor-faktor 5 penunjang pengem bangan industri
Rgtwowucp Mgdklcmcp gdklcmcp
4
3
Mqmqjp{c"dcuku"kpfwuvtk" ocpwhcmvwt"fcp" kpfwuvtk"cpfcncp"ocuc"fgrcp"ogplcfk"vwncpi" rwpiiwpi" rgtgmqpqokcp"pcukqpcn
Xkuk""<"Kpfqpgukc" ocorw"ogplcfk"pgictc" kpfwuvtk"vcpiiwj rcfc" vcjwp" 4247 Okuk"<"Ogodcpiwp" kpfwuvtk"ocpwhcmvwt" wpvwm" ogplcfk"vwncpi" rwpiiwpi" rgtgmqpqokcp
Berdasarkan Visi dan Misi tersebut, disusun rencana strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun 2010-2014, yakni kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Untuk mewujudkan rencana strategis ini, telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam : (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan dilaksanakan. Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, dijabarkan arah kebijakan yang menjadi pedoman untuk mencapai sasaran dimaksud. Kebijakan ini tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014. Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas-aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut: 1.
Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam perekonomian nasional
2.
Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah
3.
Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar
4.
Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa
5.
Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.
Seperti telah dikemukakan dalam Bab 2, secara umum dikehendaki bahwa Visi Pembangunan Industri Indonesia pada tahun 2025 adalah menjadi Negara Industri Tangguh dengan ciri-ciri seperti yang telah disampaikan di atas. Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan visi antara untuk tahun 2020 yaitu 86 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Indonesia menjadi negara industri maju baru, dan visi sampai dengan 2014 yaitu Memantapkan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan (sustainable) serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan dengan ciriciri sebagai berikut: 1.
Tercapainya persebaran industri dengan rasio densitas yang lebih tinggi
2.
Terselesaikan penguatan kompetensi inti industri daerah dengan produk hilir bernilai tambah
3.
Penguatan struktur industri dengan kompetensi pelaku hubungan industri kecil, industri menengah, dan industri besar
4.
Tercapai peningkatan industri penunjang komponen
5.
Terbangun pilar industri masa depan (agro, telematika, transportasi)
Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, maka misi lima tahun sampai dengan 2014 dijabarkan sebagai berikut: 1.
Mendorong peningkatan nilai tambah industri
2.
Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional
3.
Mendorong peningkatan industri jasa pendukung
4.
Memfasilitasi penguasaan teknologi industri
5.
Memfasilitasi penguatan struktur industri
6.
Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa
7.
Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.
Sesuai dengan visi dan misi tersebut, maka telah ditetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis 2014 yang dapat dirinci sebagai berikut: Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah;
2.
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.
Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Meningkatnya pangsa pasar ekspor produk dan jasa industri nasional;
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 87
2.
Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri.
Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri;
2.
Indeks iklim industri Nasional.
Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri, dengan Indikator Kinerja Utama: 1.
Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif;
2.
Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.
Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan indikator Kinerja Utama: 1.
Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);
2.
Tumbuhnya Industri Komponen Automotive, Elektronika dan Permesinan;
3.
Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.
Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama : 1.
Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional;
2.
Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja.
Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama : 1.
Tumbuhnya Industri Kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional;
2.
Tumbuhnya Industri Menengah dua kali diatas Industri Kecil;
3.
Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar.
88 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Untuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti diuraikan di atas, diperlukan sumber daya manusia, ketatalaksanaan, kelembagaan, dan struktur organisasi yang tepat dan efisien. Organisasi Kementerian Perindustrian yang ada selama lebih dari 30 tahun terakhir relatif tidak berubah sehingga diperkirakan sulit untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut di atas. Oleh karenanya, diperlukan kaji ulang terhadap organisasi yang ada disesuaikan terutama dengan pelaksanaan kebijakan industri nasional (Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008) dan dinamika lingkungan strategis. Berdasarkan hal tersebut, melalui kajian akademis dan serangkaian Focused Group Discussion (FGD) serta dibahas dengan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah dirumuskan organisasi Kementerian Perindustrian seperti tertuang pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara tersaji pada Gambar 3.2.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 89
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi Kementrian Perindustrian 90 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Disamping itu, program-program yang ada di Kementerian Perindustrian selama ini antara lain: 1) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah; 2) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri; 3) Program Penataan Struktur Industri; 4) Program Pembentukan Hukum; 5) Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur; 6) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara; 7) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara; 8) Program Pendidikan Tinggi; 9) Program Pendidikan Menengah; sudah tidak sesuai, sehingga diperlukan restrukturisasi program dan kegiatan. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Renstra-KL 2010-2014, maka restrukturisasi program dan kegiatan Kementerian Perindustrian adalah sebagai berikut: Program I:
Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur
Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis finansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menghasilkan rumusan dalam pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur serta menumbuhkembangkan klaster termasuk dalam penyusunan peta panduan pengembangan klaster basis industri manufaktur melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua: Persentase utilisasi kapasitas produksi pada industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014. Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1:
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri material dasar dengan indikator pencapaian RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 91
meningkatnya jumlah populasi industri material dasar. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Baja; 2) Penumbuhan industri baja hulu, baja khusus, dan stainless steel; 3) Percepatan penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah; 4) Peningkatan daya saing, efisiensi energi, dan penurunan emisi CO2; 5) Penumbuhan industri alumina, Copper cathode baru, dan industri hilir aluminium; 6) Peningkatan kerjasama, promosi, dan investasi Industri Material Dasar Logam ; 7) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Material Dasar Logam; 8) Pengembangan SDM Industri Material Dasar Logam. Kegiatan 2:
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Dasar. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri kimia dasar dengan indikator pencapaian meningkatnya nilai tambah produk kimia dasar. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Revitalisasi Industri Pupuk; 2) Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat di Jawa Timur dan Kalimantan Timur; 3) Penyusunan Revisi dan Monitoring SNI Wajib Produk Industri Kimia dasar serta Peraturan Menteri tentang SNI wajib Kimia Dasar; 4) Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar; 5) Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim usaha untuk industri kimia dasar; 6) Program Pelaksanaan Otoritas Nasional Senjata Kimia; 7) Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia; 8) Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia Dasar; 9) Partisipasi Direktorat Industri Kimia Dasar dalam rangka fora Kerjasama Internasional dan organisasi lainnya; 10) Peningkatan Kerjasama industri Kimia Dasar dalam Rangka Peningkatan Daya Saing; 11) Penyusunan Kinerja Industri Kimia Dasar dalam Rangka Peningkatan Daya Saing; 12) Pengkajian Tindak Penanganan Isuisu Aktual Industri Kimia Dasar; 13) Penyusunan Konsep Dasar Rule Of Origin (ROO) Produk Industri Kimia Dasar; 14) Pengembangan Bioteknologi Pada Industri Kimia Dasar; 15) Pengembangan Industri Pestisida Nasional Pemanfaatan Bahan Baku Nabati;
92 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
16) Kajian Pemanfaatan Bahan Baku Nabati untuk Industri Farmasi; 17) Monitoring dan evaluasi pemberian rekomendasi IP Limbah Non B3 (sisa, reja, skrap plastik); 18) Kaji tindak dampak perjanjian perdagangan bebas terhadap Industri Kimia Dasar; 19) Pengembangan Pembangunan industri propelan; 20) Pengembangan Industri Pestisida berbahan baku nabati; 21) Pembuatan Profil Investasi dan Produk Industri Kimia Dasar; 22) Penyusunan Data/Statistik Industri Kimia Dasar; 23) Pengelolaan tertib administrasi rekomendasi Industri Kimia Dasar; 24) Pengembangan Industri Bahan Kimia Khusus Berbasis Hasil Samping dan/atau limbah Industri CPO dan turunannya. Kegiatan 3:
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur Industri Kimia Hilir dengan indikator pencapaian meningkatnya jumlah populasi Industri Kimia Hilir. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Semen; 2) Pengembangan Klaster Industri Keramik; 3) Pengembangan Klaster Industri Garam; 4) Penyusunan dan Penerapan Standar Industri; 5) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif; 6) Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu; 7) Fasilitasi Promosi Industri; 8) Peningkatan Kompetensi SDM Industri/Aparatur; 9) Peningkatan Kerjasama Industri.
Kegiatan 4:
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri tekstil dan aneka dengan indikator pencapaian meningkatnya nilai tambah produk industri tekstil dan aneka. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Restrukturisasi Permesinan Industri Tekstil, Alas Kaki dan Penyamakan kulit; 2) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil; 3) Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki; 4) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri Tekstil dan Aneka; 5) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Tekstil dan Aneka; 6) Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu; 7) Pengembangan SDM Industri; 8) Peningkatan Kerjasama, Promosi dan Investasi Industri; 9) Peningkatan Desain Produk Industri Tekstil dan Aneka; RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 93
Kegiatan 5:
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur. Kegiatan ini diharapkan dapat mewujudkan kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya dengan indikator pencapaian meningkatnya utilisasi kapasitas produksi industri manufaktur dalam negeri. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Sosialisasi Kemampuan Industri Dalam Negeri; 2) Fasilitasi Penyusunan dan Penerapan Standar Industri; 3) Fasilitasi Dukungan Kebijakan Pengembangan Basis Industri Manufaktur; 4) Fasilitasi Promosi Industri; 5) Fasilitasi Peningkatan Kerjasama Industri; 6) Pengelolaan Gaji dan Operasional Ditjen BIM; 7) Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan; 8) Pengembangan Administrasi dan Kepegawaian Ditjen BIM; 9) Fasilitasi reformasi birokrasi Ditjen BIM; 10) Pemutakhiran Sistem Informasi dan Database Ditjen BIM; 11) Meningkatnya Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN Yang Profesional; 12) Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Ditjen BIM.
Program II:
Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis finansial global yang mengimbas pada industri-industri yang melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menumbuhkembangkan klaster industri Agro melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas khususnya. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Jumlah persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012. IKU kedua: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.
94 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1:
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Kegiatan ini diharapkan dapat memperbaiki/ memulihkan pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 77 persen sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan klaster Industri Berbasis Pertanian, Oleochemical di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Riau; 2) Pengembangan Klaster Industri Furnitur dan Kertas; 3) Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati; 4) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi industri; 5) Peningkatan iklim usaha dan jasa industri; 6) Peningkatan standarisasi dan teknologi industri;
Kegiatan 2:
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan. Kegiatan ini diharapkan dapat memperbaiki/ memulihkan pertumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan peningkatan nilai tambah industri berbasis hasil perikanan dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 75 persen sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Revitalisasi Industri Gula; 2) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kakao, Kelapa, Hasil Laut dan Perikanan, serta Gula; 3) Standardisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan; 4) Ketahanan pangan; 5) Kegiatan penunjang;
Kegiatan 3:
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau. Kegiatan ini diharapkan dapat memperbaiki/memulihkan pertumbuhan industri minuman dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 87,5 persen sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah, Kopi, Susu dan Tembakau; 2) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi industri; 3) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 4) Pengembangan SDM industri;
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 95
5) Peningkatan standardisasi dan teknologi industri; 6) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan pelaporan; Kegiatan 4:
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro. Kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan penggunaan produk Industri Agro dalam negeri; 2) Peningkatan koordinasi perumusan perencanan, evaluasi, dan laporan; 3) Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan, iklim usaha, standardisasi, teknologi dan kerjasama; 4) Peningkatan layanan perkantoran dan umum; 5) Peningkatan layanan administrasi keuangan.
Program III: Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Program ini bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuhkembangkan klaster Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen yang diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014. Program ini dilaksanakan melalui fokus kegiatan berikut: Kegiatan 1:
Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan Industri Alat Transportasi Darat dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Alat Transportasi Darat; 2) Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; dan 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Alat Transportasi Darat. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor; 2) Pengembangan Klaster
96 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Industri Perkeretaapian; 3) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi industri; 4) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri; 5) Pengembangan SDM Industri; 6) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri; 7) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan. Kegiatan 2:
Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan Industri Elektronika dan Telematika dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Elektronika dan Telematika; 2) Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Elektronika dan Telematika. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Elektronika; 2) Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi; 3) Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya; 4) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; 5) Peningkatan kerjasama, promosi, dan investasi Industri; 6) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 7) Pengembangan SDM Industri; 8) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri; 9) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan.
Kegiatan 3:
Penumbuhan Industri berbasis Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan Industri berbasis Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; 2) Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan; 2) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan; 3) Peningkatan kerjasama, promosi, RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 97
dan investasi industri; 4) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri; 5) Pengembangan SDM Industri; 6) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri; 7) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan. Kegiatan 4:
Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur Industri Permesinan dan Alat Mesin pertanian dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat; 2) Penumbuhan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Listrik; 2) Pengembangan Klaster Industri Mesin dan Peralatan Umum; 3) Restrukturisasi Permesinan Industri; 4) Penumbuhan Industri Alat Pertanian; 5) Peningkatan kerjasama, promosi, dan investasi Industri; 6) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 7) Pengembangan SDM Industri; 8) Peningkatan Standarisasi dan Teknologi Industri; 9) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan
Kegiatan 5:
Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan hasil koordinasi di bidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Industri Unggulan Berbasis Teknologi; 2) Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan
98 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (Prioritas K/L); 2) Peningkatan Layanan Administrasi Keuangan; 3) Peningkatan koordinasi perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan; 4) Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan Iklim Usaha, Standarisasi, Teknologi, dan Kerjasama. Program IV: Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah Program ini bertujuan untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pengembangan IKM, meningkatkan nilai tambah produk, menumbuhkan populasi IKM, memanfaatkan sumber daya termasuk SDA daerah secara optimal, mengembangkan OVOP, menyebarkan industri ke berbagai daerah, meningkatkan daya saing industri di daerah, meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai komoditi prioritas, membangun keunikan yang dimiliki daerah, melakukan kerjasama antar daerah, serta membangun kerjasama yang harmonis antar daerah dan pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Rasio industri Jawa dan luar Jawa dengan target rasio industri di pulau Jawa dan luar Jawa mencapai posisi 60:40. IKU Kedua: Kontribusi PDB IKM sebesar 34 persen pada tahun 2014. Program ini dilaksanakan melalui fokus kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1:
Penyebaran dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah I, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan dan program, pelaksanaan kebijakan dan program, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kawasan Barat Indonesia yang mencakup Sumatera dan Kalimantan. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu; 2) Pengembangan Industri Kreatif; 3) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP; 4) Pengembangan Kewirausahaan;
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 99
Kegiatan 2:
Penyebaran dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah II, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan dan program, pelaksanaan kebijakan dan program, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kawasan Tengah Indonesia yang mencakup Jawa dan Bali. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu; 2) Pengembangan Industri Kreatif; 3) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP; 4) Pengembangan Kewirausahaan;
Kegiatan 3:
Penyebaran dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah III, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan dan program, pelaksanaan kebijakan dan program, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kawasan Timur Indonesia mencakup Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah Tertentu; 2) Pengembangan Industri Kreatif; 3) Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP; 4) Pengembangan Kewirausahaan;
Kegiatan 4:
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah, dengan indikator pencapaian: 1) Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan pelaporan di bidang Industri Kecil dan Menengah; 2) Koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi di bidang Industri Kecil dan Menengah; 3) Koordinasi dan penyiapan telaahan hukum dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan mengenai iklim usaha, standardisasi, dan teknologi di bidang Industri Kecil dan Menengah; 4) Koordinasi dan pelaksanaan administrasi kerjasama di bidang Industri Kecil dan Menengah dan pelaksanaan hubungan masyarakat; 5) Pelaksanaan urusan administrasi keuangan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah; 6) Pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, pengelolaan administrasi tenaga
100 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
penyuluh, rumah tangga, perlengkapan tata usaha, dan manajemen kinerja Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan layanan perkantoran dan umum 2) Peningkatan koordinasi, perumusan dan perencanaan, evaluasi, dan laporan; 3) Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan dan kerjasama; 4) Peningkatan layanan administrasi keuangan; 5) Peningkatan kegiatan lintas sektor. Kegiatan 5:
Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia, dengan indikator pencapaian adalah meningkatnya SDM dan mutu produk persepatuan Indonesia. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh: 1) Pengembangan desain produk sepatu dan promosi; 2) Pengembangan kerjasama dengan dunia usaha; 3) Peningkatan SDM IKM Persepatuan; 4) Penyusunan modul pelatihan; 5) Peningkatan mutu produk persepatuan; 6) Peningkatan teknologi produk sepatu.
Program V:
Program Pengembangan Perwilayahan Industri
Program ini bertujuan untuk mendorong pelaksanaan public-private partnership (PPP) dan pengembangan kawasan industri serta mempersiapkan peta panduan industri unggulan provinsi dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Program ini juga bertujuan untuk menangani segala permasalahan aktual dalam pengembangan public-private partnership dan penyiapan penetapan peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi dan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kabupaten/kota serta pengembangan kawasan industri. Selain hal tersebut juga melakukan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan peta panduan pengembangan industri unggulan dan kompetensi inti industri kabupaten/kota. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut: IKU pertama: Meningkatnya jumlah investasi industri di daerah melalui pembangunan kawasan industri dengan target pertumbuhan sebesar 10 persen pertahun. IKU kedua: tersusunnya kebijakan operasional pengembangan industri di daerah melalui pendekatan pengembangan kompetensi inti industri daerah. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 101
Program ini dilaksanakan melalui fokus kegiatan berikut: Kegiatan 1:
Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah I, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri mencakup Wilayah Sumatera dan Kalimantan; 2) Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa; 3) Tersusunnya Roadmap pengembangan kompetensi inti industri; dan 4) Terwujudnya pemerataan pembangunan industri Kabupaten/Kota. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Fasilitasi pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus; 2) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti; 3) Penyusunan Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Sumatera dan Kalimantan; 4) Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership wilayah Sumatera dan Kalimantan .
Kegiatan 2:
Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri yang mencakup wilayah Jawa dan Bali, 2) Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa, 3) Tersusunnya roadmap pengembangan kompetensi inti industri, dan 4) Terwujudnya pemerataan pembangunan industri Kabupaten/Kota. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus; 2) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti; 3) Pengembangan kawasan garam bahan baku dan garam beryodium di Madura; 4) Penyusunan Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah yang mencakup wilayah Jawa dan Bali; 5) Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership wilayah Jawa dan Bali.
Kegiatan 3:
Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah III, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri mencakup wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi,
102 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Maluku dan Papua; 2) Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa; 3) Tersusunnya roadmap pengembangan kompetensi inti industri. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus; 2) Kajian pengembangan Industri Pengolahan Kakao di Wilayah Luwuk Raya Sulawesi Selatan; 3) Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti; 4) Penyusunan Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah yang mencakup; Wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua; 5) Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership yang mencakup wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua. Kegiatan 4:
Penyusunan dan Evaluasi Program Pengembangan Perwilayahan Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan industri di Indonesia serta koordinasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri; 2) Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan; 3) Terselesaikannya pelaporan tepat waktu.
Program VI: Program Kerja Sama Industri Internasional Program ini bertujuan untuk menciptakan penyelenggaraan kerja sama industri internasional secara optimal, sehingga diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan penguasaan pasar dalam dan luar negeri, menyiapkan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama industri internasional, melaksanakan peningkatan kerja sama akses industri, kerja sama teknik serta promosi industri internasional baik secara bilateral, regional, maupun multilateral sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melaksanakan penanganan hambatan kerjasama industri internasional, melaksanakan pengamanan industri dalam negeri sebagai dampak pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas, melaksanakan pedoman, kriteria dan prosedur bantuan luar negeri, serta melaksanakan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kerjasama industri internasional. Program ini akan diukur dengan indikator pencapaian yaitu meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke mancanegara dengan konstribusi sektor industri melalui peningkatan RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 103
akses pasar, teknologi, dan kerjasama internasional. Dalam pelaksanaannya, program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan - kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1:
Pengembangan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral, dengan indikator terwujudnya Kerja Sama Industri Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri secara bilateral antara Indonesia dengan negara - negara di wilayah Amerika, Eropa dan Timur Tengah, serta berbagai fora Multilateral yaitu peran dan posisi Indonesia dalam berbagai fora Kerjasama Multilateral. Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Penyusunan rumusan kebijakan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; 2) Partisipasi aktif dalam Forum Kerja Sama Internasional; 3) Monitoring dan evaluasi Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; 4) Identifikasi dan analisa kerjasama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral; 5) Peningkatan SDM dalam penanganan Kerja Sama Industri Internasional; 6) Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk; 7) Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah I dan Multilateral.
Kegiatan 2:
Pengembangan Kerja Sama Industri internasional Wilayah II dan Regional, dengan indikator terwujudnya Kerja Sama Industri Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri secara bilateral antara Indonesia dengan negara - negara di wilayah Asia Timur, Asia Barat, Asia Selatan, Pasific, Australia dan Afrika, serta secara Regional yaitu peran dan posisi Indonesia di berbagai fora kerja sama Regional. Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Penyusunan rumusan kebijakan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; 2) Partisipasi aktif dalam Forum Kerja Sama Internasional; 3) Monitoring dan evaluasi Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; 4) Identifikasi dan analisa Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional; 5) Peningkatan SDM dalam penanganan Kerja Sama Industri Internasional; 6) Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk; 7) Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah II dan Regional.
104 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Kegiatan 3:
Peningkatan Ketahanan Industri, dengan indikator terwujudnya Kerja Sama Industri Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri melalui penanganan hambatan Kerja Sama Industri Internasional serta peningkatan pengamanan industri dalam negeri sebagai dampak pemberlakuan perdagangan bebas. Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Penyusunan kebijakan ketahanan industri dari pengaruh globalisasi; 2) Identifikasi dan analisa hambatan industri dalam negeri di pasar internasional; 3) Identifikasi dan analisa penanganan hambatan Kerja Sama Industri Internasional; 4) Analisis kinerja dan pengamanan industri dalam negeri; 5) Monitoring dan evaluasi penanganan ketahanan industri internasional; 6) Peningkatan SDM dalam penanganan Kerja Sama Industri Internasional; 7) Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah II dan Regional.
Kegiatan 4:
Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Koordinasi Kerja Sama Industri Internasional, dengan indikator terwujudnya Kerjasama Industri Internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri melalui dukungan fasilitasi dan koordinasi administratif pelaksanaan program Kerja Sama Industri Internasional. Untuk mewujudkan keberhasilan kinerja, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Operasional layanan perkantoran; 2) Penyusunan program dan anggaran Ditjen Kerjasama Industri Internasional; 3) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Kerjasama Internasional; 4) Penyusunan Kebijakan teknis Kerja Sama Industri internasional.
Program VII: Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan, Mutu Industri Program ini bertujuan untuk mewujudkan iklim usaha dan kebijakan yang kondusif melalui perumusan dan analisa kebijakan dan iklim di sektor industri, pelaksanaan kebijakan dan iklim di bidang penelitian dan pengembangan industri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menciptakan, mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam uji komersialisasi hasil penelitian dan pengembangan, rancangan produk baru, proses produksi, energi terbarukan, lingkungan hidup, dan tenaga RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 105
kerja, serta sarana dan prasarana industri sebagai faktor pendukung berhasilnya pembangunan industri. Pelaksanaan kegiatannya antara lain di bidang standardisasi sektor industri, perumusan kebijakan dan iklim serta analisa, standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang penelitian dan pengembangan industri, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penelitian dan pengembangan industri. Pada dasarnya program ini memanfaatkan hasil litbang yang telah dilakukan oleh Balai-balai Penelitian dan Pengembangan dalam rangka mendukung daya saing maupun melindungi konsumen, seperti menetapkan standardisasi bagi produk hasil industri. Indikator pencapaiannya adalah tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1:
Perencanaan Kebijakan Standardisasi Industri, dengan indikator pencapaian tersusunnya kebijakan serta pengembangannya dan terlaksananya penyiapan perumusan kebijakan standardisasi, Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI), kaji ulang dan revisi Standar Nasional Indonesia (SNI), dan penyiapan pemberlakuan Standar Nasional Indonesia secara wajib. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan Standardisasi Industri; 2) Penerapan standardisasi, akreditasi, dan peningkatan mutu industri unggulan berbasis IPTEK;
Kegiatan 2:
Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri, dengan indikator pencapaian tersusunnya konsepsi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka menciptakan iklim perlindungan industri yang wajar, iklim pengembangan usaha industri yang sehat, serta iklim untuk mendorong ekspor hasil industri. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 2) Peningkatan Investasi Industri; 3) Pemodelan dan Analisis Industri; 4) Membangun sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal.
106 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Kegiatan 3:
Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup, dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan kebijakan, serta penelitian dan pengembangan lingkungan industri, energi, dan diversifikasi hasil riset; 2) Terdapatnya peta sumber daya lingkungan hidup energi baru dan yang terbarukan pada sektor industri; 3) Terlaksananya penelitian dan pengembangan lingkungan industri hijau. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Lingkungan Industri; 2) Pengembangan diversifikasi dan konservasi energi industri.
Kegiatan 4:
Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual, dengan indikator pencapaian tersusunnya kajian teknologi industri dan pengelolaan Hak Atas Kekayaan Intelektual. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Kajian dan pendirian pusat industri teknologi baru; 2) Peningkatan kerjasama dan promosi industri baru; 3) Menyebarluaskan hasil litbang di bidang industri dan HKI; 4) Mendorong pengembangan dan peningkatan inovasi industri.
Kegiatan 5:
Penyusunan dan Evaluasi Program Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan; 2) Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan; 3) Terselesaikannya pelaporan tepat waktu. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pembayaran Gaji Pegawai; 2) Layanan Perkantoran; 3) Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Kegiatan; 4) Dukungan manajemen dan teknis lainnya. Agar hasil yang diharapkan dari program ini dapat terwujud, maka di samping 5 (lima) kegiatan termasuk rencana aksinya sebagaimana telah diuraikan di atas, masih diperlukan juga dukungan kegiatan unit pelayanan teknis sertifikasi industri dan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi untuk mendukung pengembangan industri sebagai berikut:
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 107
Kegiatan 6:
Pelayanan Teknis Sertifikasi Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah pelayanan teknis yang dihasilkan; 2) Jumlah kerjasama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan.
Kegiatan 7:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kulit, Karet dan Plastik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi kulit, karet, dan plastik.
Kegiatan 8:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Tekstil, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi tekstil.
Kegiatan 9:
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kimia dan Kemasan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi kimia dan kemasan.
Kegiatan 10: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri Agro, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi industri agro. Kegiatan 11: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Perkebunan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi hasil perkebunan. Kegiatan 12: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pulp dan Kertas, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi pulp dan kertas. Kegiatan 13: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Logam dan Mesin, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi logam dan mesin. 108 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Kegiatan 14: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Keramik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi keramik. Kegiatan 15: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Bahan dan Barang Teknik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi bahan dan barang teknik. Kegiatan 16: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi pencegahan pencemaran industri. Kegiatan 17: Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kerajinan dan Batik, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah hasil litbang semakin meningkat dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di bidang teknologi kerajinan dan batik. Kegiatan 18: Riset dan Standardisasi Wilayah Surabaya, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Surabaya. Kegiatan 19: Riset dan Standardisasi Wilayah Aceh, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri, 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Aceh. Kegiatan 20: Riset dan Standardisasi Wilayah Medan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Medan. Kegiatan 21: Riset dan Standardisasi Wilayah Padang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 109
kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Padang. Kegiatan 22: Riset dan Standardisasi Wilayah Palembang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Palembang. Kegiatan 23: Riset dan Standardisasi Wilayah Tanjung Karang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri, 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Tanjung Karang. Kegiatan 24: Riset dan Standardisasi Wilayah Banjarbaru, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Banjarbaru. Kegiatan 25: Riset dan Standardisasi Wilayah Pontianak, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Pontianak. Kegiatan 26: Riset dan Standardisasi Wilayah Samarinda, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Samarinda. Kegiatan 27: Riset dan Standardisasi Wilayah Manado, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Manado. Kegiatan 28: Riset dan Standardisasi Wilayah Ambon, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah riset dan standar yang dihasilkan; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan di wilayah Ambon.
110 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Program VIII: Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Negara Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk menjamin agar pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan, mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, bersih, dan bebas dari KKN, serta mewujudkan Good Governance dan Clean Government. Sebagai alat ukur atau indikator keberhasilannya telah ditetapkan, yaitu: (a) Tersusunnya norma, standar, kriteria, dan prosedur pengawasan yang efektif, (b) Tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas; (c) Tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas, dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Kegiatan 1:
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I, dengan indikator pencapaian: 1) Tercapainya efektifitas pengawasan dan akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit, yaitu Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri, Pusat Komunikasi Publik, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 2) Terlaksananya reviu laporan keuangan/ BMN unit vertikal; 3) Terlaksananya pengawasan/pemeriksaan untuk tujuan tertentu; 4) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di pusat dan prov/ kab/kota; 5) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan prioritas/aktual bidang industri, meliputi; pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), program P3DN, pencapaian KPI (Key Performance Indicators) program dan kegiatan, pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan industri, dukungan mempertahankan opini WTP laporan keuangan Kementerian Perindustrian, pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan.
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 111
Kegiatan 2:
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II, dengan indikator pencapaian: 1) Tercapainya efektifitas pengawasan dan akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal yaitu Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur, Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional, Inspektorat Jenderal, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta dekonsentrasi dan tugas pembantuan; 2) Terlaksananya reviu laporan keuangan/BMN unit vertikal; 3) Terlaksananya pengawasan/pemeriksaan untuk tujuan tertentu; 4) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di pusat dan Prov/Kab/Kota; 5) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas/aktual bidang industri, meliputi: pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), Program P3DN, pencapaian KPI (Key Performance Indicators) program dan kegiatan, pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan industri, dukungan mempertahankan opini WTP laporan keuangan Kementerian Perindustrian, pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan.
Kegiatan 3:
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III, dengan indikator pencapaian: 1) Tercapainya efektifitas pengawasan dan akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal yaitu Direktorat Jenderal Industri Agro, Sekretariat Jenderal, Pusat Data dan Informasi, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta Dekonsentrasi dan tugas pembantuan; 2) Terlaksananya reviu laporan keuangan/BMN unit vertikal; 3) Terlaksananya pengawasan/ pemeriksaan untuk tujuan tertentu; 4) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di pusat dan prov/kab/kota; 5) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan prioritas/aktual bidang industri, meliputi; pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
112 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(SPIP), program P3DN, pencapaian KPI (Key Performance Indicators) program dan kegiatan, pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan industri, dukungan mempertahankan opini WTP laporan keuangan Kementerian Perindustrian, pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan. Kegiatan 4:
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV, dengan indikator pencapaian: 1) Tercapainya efektifitas pengawasan dan akuntabilitas pengawasan terhadap kinerja pada unit vertikal yaitu Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri, Balai Besar, Baristand, Balai Diklat Industri dan Unit Pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian, serta Dekonsentrasi dan tugas pembantuan; 2) Terlaksananya reviu laporan keuangan/BMN unit vertikal; 3) Terlaksananya pengawasan/ pemeriksaan untuk tujuan tertentu; 4) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengembangan industri di pusat dan prov/kab/kota; 5) Terlaksananya monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/kegiatan prioritas/aktual bidang industri, meliputi: pelaksanan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP), program P3DN, pencapaian KPI (Key Performance Indicators) Program dan Kegiatan, pemberian fasilitas pemerintah bagi pengembangan industri, dukungan mempertahankan opini WTP laporan keuangan Kementerian Perindustrian, pelaksanaan reformasi birokrasi, serta konsultasi dan advokasi pengawasan.
Kegiatan 5:
Dukungan Manajemen, Pembinaan dan Tindak Lanjut Pengawasan serta Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal, dengan indikator pencapaian: 1) Fasilitasi kegiatan pengawasan dan dukungan teknis Inspektorat Jenderal; 2) Pembayaran gaji/tunjangan/uang makan/lembur Itjen; 3) Peningkatan sistem dan penyempurnaan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan, penyediaan data dan informasi serta pembinaan dan pengembangan SDM pengawasan (Capacity Building & Character Building); 4) Koordinasi penyusunan rencana dan RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 113
program pengawasan serta monitoring dan evaluasi pelaksanaan program; 5) Pembinaan dan tindaklanjut hasil pengawasan; 6) Koordinasi/konsultasi pengawasan dan pelaksanaan/tindak lanjut hasil pengawasan; 7) Sosialisasi peraturan perundangan. Program IX: Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perindustrian Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dalam hal persiapan internal, dengan indikator pencapaian: (a) Terkoordinasinya pelaksanaan tugas unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian; (b) Terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya, serta penghubung antarlembaga dan masyarakat; (c) Terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian. Dalam pelaksanaannya akan dilakukan melalui berbagai kegiatan berikut: Kegiatan 1:
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan, dengan indikator pencapaian: 1) Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan program sektoral dan regional, rencana dukungan sumber daya dan fasilitasi industri, rencana investasi dan kerja sama investasi industri; 2) Terlaksananya penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana makro, program sektoral dan regional, serta anggaran; 3) Terlaksananya penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana dukungan sumber daya, prasarana dan energi, serta fasilitasi industri; 4) Penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana investasi dan kerja sama investasi industri; 5) Terlaksananya penyiapan koordinasi dan evaluasi pelaksanaan program dan kinerja industri, analisis data sektoral dan regional, serta pelaporan; 6) Tercapainya peningkatan kualitas evaluasi pelaporan.
Kegiatan 2:
Pengembangan SDM Industri, dengan indikator pencapaian: 1) Tersusunnya dokumen pengelolaan urusan kepegawaian di lingkungan Kementerian Perindustrian; 2) Terlaksananya layanan manajemen kinerja di lingkungan Kementerian Perindustrian.
114 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Kegiatan 3:
Peningkatan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional, dengan indikator pencapaian: 1) Predikat WTP bagi Kementerian Perindustrian terus bertahan; 2) Terlaksananya penyiapan pedoman teknis pengelolaan anggaran dan barang milik negara; 3) Terlaksananya pembinaan dan pengendalian pelaksanaan anggaran; 4) Terlaksananya pengelolaan perbendaharaan dan penyelesaian kerugian negara; 5) Terlaksananya pelaksanaan akuntansi dan administrasi pengelolaan barang milik negara; 6) Terlaksananya penyediaan data dan informasi keuangan serta koordinasi dan pelaksanaan verifikasi penganggaran Kementerian.
Kegiatan 4:
Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan, Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya pelaksanaan urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi Kementerian; 2) Terlaksananya pelayanan administrasi pimpinan, urusan keprotokolan, urusan rumah tangga Kementerian, urusan perlengkapan di lingkungan Kementerian.
Kegiatan 5:
Pelayanan Hukum dan Organisasi, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya Peningkatan Koordinasi Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri; 2) Peningkatan Kualitas Layanan Informasi Dokumentasi Peraturan Perundangundangan; 3) Peningkatan Kualitas Layanan dan Bantuan Hukum; 4) Peningkatan Koordinasi Penataan Organisasi dan Tata Laksana.
Kegiatan 6:
Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang pengelolaan data dan informasi; 2) Terlaksananya pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan analisis data, serta pengelolaan basis data; 3) Terlaksananya pengelolaan dan pengembangan sistem informasi dan jaringan; 4) Terlaksananya pelayanan informasi industri; 5) Terlaksananya pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan data dan informasi; 6) Terlaksananya pembinaan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, sistem jaringan informasi, dan pelayanan data/informasi industri. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 115
Kegiatan 7:
Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya fungsi pelayanan informasi kebijakan pembangunan industri, peraturan perundang-undangan di bidang industri dan perkembangan terkini sektor industri ke masyarakat; 2) Terlaksananya hubungan media massa, pemberitaan, analisis opini publik, promosi, publikasi, pameran, dan pencitraan; 3) Terlaksananya hubungan dengan lembaga negara, lembaga pemerintah, dunia usaha dan lembaga pendidikan, riset dan teknologi.
Kegiatan 8:
Peningkatan Kemampuan Intelijen Industri dan Teknologi di Lingkup Internasional, dengan indikator pencapaian terlaksananya peran intelijen Industri dan Teknologi di Lingkup Internasional, sebagai bahan masukan dalam peningkatan daya saing industri nasional.
Kegiatan 9:
Peningkatan Kualitas SDM Industri, Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian SDM aparatur dan industrial, dengan indikator pencapaian: 1) Terlaksananya penyusunan kebijakan teknis rencana dan program di bidang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri; 2) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri; 3) Terlaksananya kegiatan di bidang standardisasi SDM sektor industri, 4) Terlaksananya koordinasi dan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia industri; 5) Terlaksananya pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparatur dan sumber daya manusia industri 6) Terlaksananya rumusan peningkatan mutu SDM industri serta analisa, standar, norma, kegiatan ini dilakukan dengan subkegiatan sebagai berikut: a) Pengembangan SDM Industri, dengan indikator pencapaian: (1) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku SDM industri; (2) Terwujudnya pendidikan untuk mendukung pengembangan kompetensi inti daerah; (3) Penguatan kelembagaan pelatihan dan pendidikan; b) Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri, dengan indikator pencapaian: (1) Terciptanya SDM industri terampil siap kerja, dan (2) Terciptanya SDM industri
116 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
terampil dan ahli madya sesuai dengan kebutuhan industri; c) Pengembangan SDM Aparatur, dengan indikator pencapaian: (1) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku SDM aparatur; dan (2) Meningkatnya pelayanan Diklat SDM Industri; d) Assesment SDM, dengan indikator pencapaian meningkatnya produktivitas SDM aparatur dan Industri; e) Pendidikan Tinggi, dengan indikator pencapaian meningkatnya produktivitas SDM aparatur dan Industri; f) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Badan Pengembangan SDM Industri, dengan indikator pencapaian: (1) Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan; (2) Meningkatnya kelancaran penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan SDM; (3) Tersedianya dukungan sarana prasarana penyelenggaraan diklat. Agar hasil yang diharapkan dari program ini dapat terwujud, maka di samping kegiatan termasuk rencana aksinya sebagaimana telah diuraikan di atas, masih diperlukan juga dukungan kegiatan pengembangan diklat industri sebagai berikut: Pengembangan Diklat Industri, Pendidikan Kejuruan Tinggi Industri, Pendidikan Kejuruan Menengah Industri, Balai Diklat Industri. Adapun kegiatan yang dimaksud adalah: Kegiatan 10: Pendidikan dan Pelatihan Balai Diklat Industri Regional I Medan, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan; Kegiatan 11: Pendidikan dan Pelatihan Balai Diklat Industri Regional II Padang, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan; Kegiatan 12: Pendidikan dan Pelatihan Balai Diklat Industri Regional III Jakarta, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan;
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 117
Kegiatan 13: Pendidikan dan Pelatihan Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan; Kegiatan 14: Pendidikan dan Pelatihan Balai Diklat Industri Regional V Surabaya, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan; Kegiatan 15: Pendidikan dan Pelatihan Balai Diklat Industri Regional VI Denpasar, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan; Kegiatan 16: Pendidikan dan Pelatihan Balai Diklat Industri Regional VII Makassar, dengan indikator pencapaian: 1) Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas; 2) Jumlah kerja sama dengan dunia industri; 3) Jumlah PNBP yang dihasilkan. Program X:
Program Peningkatan Sarana Kementerian Perindustrian
dan
Prasarana
Aparatur
Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan dalam bidang penyediaan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana yang diperlukan Kementerian Perindustrian dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan nyaman bagi para pemangku kepentingan. Indikator pencapaiannya adalah tersedianya sarana dan prasarana kerja sesuai kebutuhan. Untuk mencapai tujuan program ini, akan dilakukan kegiatan berikut: Kegiatan 1:
Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan, dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja, dengan indikator pencapaian: 1) Terkelolanya sarana prasarana kerja; 2) Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja.
118 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
BAB IV PENUTUP Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perindustrian 2010-2014 disusun dengan mengacu pada RPJPN 2005-2025, RPJMN II (2010-2014), dan Perpres 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Renstra Kementerian Perindustrian 2010-2014 merupakan landasan untuk mewujudkan Visi Indonesia 2025, yaitu Mewujudkan Indonesia menjadi Negara Mandiri, Maju, Adil dan Makmur pada tahun 2025. Visi Indonesia 2025 ini telah diterjemahkan ke dalam Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2025, yaitu Membawa Indonesia Menjadi Negara Industri Tangguh Dunia. Untuk mencapai Visi tersebut maka telah ditetapkan tujuan tahun 2020, yaitu Menjadikan Indonesia Negara Industri Maju. Berdasarkan Visi Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2025 dan Tujuan 2020, telah disusun Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 28 Tahun 2008 yang pada dasarnya menggunakan pendekatan Klaster Industri Prioritas dan Kompetensi Inti Industri Daerah guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Misi yang diemban oleh Kementerian Perindustrian sesuai dengan Perpres Nomor 28 Tahun 2008 adalah: 1) Menjadi wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2) Menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional; 3) Menjadi pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4) Menjadi wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5) Menjadi wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya masyarakat; 6) Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat; 7) Menjadi andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggungjawab sosial yang tinggi. Misi tersebut dijabarkan ke dalam misi lima tahun (2010-2014), yaitu: 1) Mendorong peningkatan nilai tambah industri; 2) Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan mancanegara; 3) Mendorong peningkatan industri jasa pendukung; 4) Memfasilitasi penguasaan teknologi industri; 5) Memfasilitasi RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 119
penguatan struktur industri; 6) Mendorong penyebaran industri ke luar Pulau Jawa; 7) Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB. Untuk mewujudkan misi lima tahun 2010-2014, telah dirumuskan sasaran strategis yang terdiri atas: 1) Tingginya nilai tambah industri; 2) Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri; 3) Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri; 4) Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri; 5) Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri; 6) Tersebarnya pembangunan industri; 7) Meningkatnya peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB. Akhirnya, untuk dapat mencapai sasaran-sasaran strategis di atas telah ditetapkan arah kebijakan, target kuantitatif, penyempurnaan organisasi Kementerian Perindustrian, restrukturisasi program dan kegiatan, serta indikatif pendanaannya. Sukses pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha industri, dan masyarakat luas.
Jakarta, Desember 2010 MENTERI PERINDUSTRIAN MOHAMAD S. HIDAYAT
120 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 121
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
-
Tumbuh dan kuatnya struktur industri material dasar Logam
a. Pengembangan Klaster Industri Baja
-
a. Menumbuhkan industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel 1. Pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja
Tumbuhnya industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel, melalui :
Berkembangnya klaster industri baja
Prioritas Bidang Perekonomian
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam
Prioritas Kementerian/Lembaga
1
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
(1)
I.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
- Terbentuknya Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pustek Baja)
40%
1
2
1
60%
- Meningkatnya daya saing industri material dasar logam (laporan penguatan struktur industri melalui klaster dalam rangka peningkatan daya saing) - Tersebarnya pertumbuhan industri material dasar logam ke seluruh wilayah indonesia (rekomendasi lokasi khusus pengembangan industri material dasar logam)
(7)
2011 100%
1
25%
1
55%
(6)
2010
- Tumbuhnya industri pengolahan nikel (feronikel) dengan kapasitas 1 juta ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri nikel dan dokumentasi rekomendasi kebijakan pengembangan)
- Tumbuhnya industri alumina dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan meningkatnya kapasitas industri peleburan menjadi 500 ribu ton pertahun serta industri alloy ingot dengan kapsitas 200 ribu ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri alumina)
- Tumbuhnya industri pengolahan bijih besi dengan kapasitas 4 juta ton per tahun (laporan fasilitasi pengembangan industri pengolahan bijih besi)
- Pada tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi dapat mencapai pulih 100%
- Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri
- Jumlah persentase industri yang berhasil pulih
(4)
INDIKATOR
50%
1
2
3
3
3
65%
80%
(8)
2012
TARGET
60%
1
3
4
4
4
70%
(9)
2013
70%
1
3
4
4
4
75%
(10)
2014
TARGET PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014
Direktorat Industri Material Dasar Logam
Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
122 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Mempercepat penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah
Mendorong peningkatan daya saing, efisiensi energi, dan penurunan emisi CO2
c.
(2)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
- Meningkatnya kapasitas produksi industri logam hulu berbasis bahan baku lokal berdasarkan sistem klaster (perusahaan industri logam hulu terfasilitasi)
(4)
INDIKATOR
- Berkembangnya industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir (rekomendasi kebijakan pengembangan industri)
5. Pengembangan industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir
10
Perusahaan yang mendapatkan Pembinaan Teknis dalam rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Industri Material Dasar Logam (Bintek Perusahaan)
3. Pembinaan Teknis Dalam Rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
30%
2
- Berkembangnya kawasan industri yang terintegrasi (persentase kemajuan fasilitasi pembentukan kawasan industri yang terintegrasi) - Berkembangnya iklim usaha industri material dasar yang kondusif (laporan rekomendasi kebijakan pengembangan iklim usaha)
1. Pengembangan Kawasan Industri
2. Pengembangan Iklim Usaha
2
40%
16
RSNI Produk Industri Material Dasar Logam (RSNI)
2. Penyusunan RSNI Produk Industri Material Dasar Logam
Meningkatnya daya saing, efisiensi energi dan penurunan emisi CO2
5
1
1
1
(7)
2011
Terlaksananya Implementasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam (Regulasi Teknis SNI Wajib)
1
(6)
2010
1. Penyusunan dan Penerapan SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
Terwujudnya percepatan - Pengembangan dan pembinaan SNI produk penerapan standar dan logam menekan impor baja kualitas rendah
- Meningkatnya jumlah investasi pada industri logam (laporan data/pemetaan potensi investasi)
4. Peningkatan investasi pada industri material dasar logam melalui penyusunan profil investasi
- Terbentuknya embrio klaster baja baru 3. Fasilitasi kemitraan antara (rekomendasi terbentuknya klaster industri hulu dan hilir untuk industri baja) memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja hilir
2. Peningkatan kapasitas produksi bahan baku industri logam hulu dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang berbasis klaster Industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
3
60%
12
18
8
2
2
1
2
(8)
2012
TARGET
3
70%
15
20
10
2
2
1
2
(9)
2013
3
80%
12
20
10
2
2
1
2
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 123
Menumbuhkan industri alumina, Copper cathode baru, dan industri hilir aluminium
Menumbuhkan Klaster industri Nikel (Ferronikel)
e
(2)
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
1. Pengembangan kawasan klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
- Tersedianya database tentang potensi industri inti, industri pendukung dan terkait serta Potensi SDA, SDM, Infrastruktur dan kelembagaan Daerah. (laporan database tentang potensi pengembangan klaster nikel)
- Terbentuknya Pusat Design dan Rekayasa Teknologi Aluminium (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pusat Desain dan Rekayasa Teknologi Aluminium)
3. Fasilitasi Pengembangan Institusi/ lembaga Pendukung Klaster Industri Aluminium Tumbuhnya Klaster Industri Nikel (Ferronikel)
- Bertumbuhnya Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi (dokumentasi kebijakan pengembangan industri aluminium intermediate dan ekstrusi)
2. Pengembangan Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi
- Bertumbuhnya industri aluminium terpadu 1. Pengembangan Industri (pembangunan industri alumina berbahan Aluminium Terpadu (pembangunan industri baku lokal (Smelter Grade Alumina) dan alumina berbahan baku lokal Industri Aluminium Smelter (Aluminium Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri (Smelter Grade Alumina) aluminium antara industri aluminium die dan Industri Aluminium casting) Smelter (Aluminium Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri aluminium antara, industri aluminium die casting)
1
1
1
25%
1
2
1
- Terciptanya efisiensi dengan pedoman teknis mengenai efisiensi energi dan pengurangan CO2 (laporan/dokumentasi efisiensi energi dan pengurangan emisi CO2)
5. Efisiensi Energi dan Pengurangan Emisi CO2
Tumbuhnya industri Alumina, Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi serta industri Hilir Aluminium
1
2
(8)
2012
TARGET
- Terciptanya optimalisasi penggunaan energi (laporan fasilitasi konversi energi)
2
(7)
2011
4. Konversi Energi
1
(6)
2010
- Meningkatnya kerjasama dalam rangka pengembangan industri (dokumentasi optimalisasi kerjasama industri)
(4)
INDIKATOR
3. Pengembangan Kerja sama Industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
35%
1
4
2
2
2
(9)
2013
1
50%
1
4
2
2
2
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
124 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(1)
2
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Material Dasar
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Material Dasar Logam
Penyusunan Program dan Evaluasi Program Direktorat Industri Material Dasar Logam
b.
c.
d.
Iklim usaha kondusif
Meningkatnya Kompetensi - Peserta Pelatihan Dalam Rangka SDM Industri Material Dasar Pengembangan Kompetensi SDM Logam Mengembangkan industri logam dengan program yang terarah dan terstruktur.
-
-
-
a.
Revitalisasi Industri Pupuk (Prioritas Nasional 5)
Prioritas Nasional Fasilitasi pembangunan revitalisasi 6 pabrik pupuk Subsidi bunga untuk pinjaman (10%) Penambahan penyertaan modal negara (PMN) Koordinasi pengamanan pasokan bahan baku gas bumi Koordinasi pengamanan produksi pupuk dalam rangka ketahanan pangan nasional
-
-
- Terpenuhinya target produksi pupuk
- Jumlah pabrik urea yang di koordinasikan pengamanan pasokan gasnya
- Jumlah pabrik urea yang diberikan PMN
- Jumlah pabrik urea yang diberikan subsidi bunga pinjaman
- Jumlah pabrik urea yang terfasilitasi pembangunan revitalisasinya
- Program & Evaluasi
- Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Iklim Usaha
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
- Laporan dalam rangka peningkatan daya saing industri material dasar logam
- Terbentuknya POKJA dan Tim Klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel ) (persentase kemajuan pembentukan)
(4)
INDIKATOR
-
2. Pengembangan lembaga klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Dasar
Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri Material Dasar
a.
Kegiatan Pendukung
PROGRAM/KEGIATAN
NO
6
6
1
80
2
2
(6)
2010
6
6
1
150
2
2
(7)
2011
6
6
1
150
3
4
50%
(8)
2012
TARGET
6
6
1
180
3
4
75%
(9)
2013
6
6
1
210
4
4
100%
(10)
2014
Direktorat Industri Kimia Dasar
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 125
Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat (Prioritas Nasional 8 : Energi)
(2)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Model dan kebijakan pemberian insentif untuk pengembangan industri petrokimia
Jumlah refinery
Jumlah pabrik Olefin diberikan subsidi bunga pinjaman Jumlah pabrik Aromatik diberikan subsidi bunga pinjaman Kesepakatan ketersediaan bahan baku
Tersusunnya model dan kebijakan (usulan) pemberian insentif (termasuk studi banding ke negara lain) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan refinery (5%) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik olefin (5%) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik aromatik (5%) Roadshow pengadaan bahan baku (termasuk pemenuhan kebutuhan kondensat untuk TPPI, crude untuk 3 refinery, dll
- Jumlah Kabupaten yang terpetakan potensi bahan baku pupuk organiknya
Jumlah rafinery
Penyusunan pemetaan potensi bahan baku industri pupuk organik di daerah
-
- Jumlah pabrik pupuk organik
Fasilitasi pembangunan refinery, olefin dan aromatik
Pembangunan pabrik pupuk organik
-
- Jumlah pabrik pupuk NPK
Klaster Jawa Timur dan Klaster Kalimantan Timur, Banten
Pembangunan 1 pabrik pupuk NPK
-
- Dokumen master plan
- Kesepakatan ketersediaan bahan baku industri pupuk (Fosfat dan Kalium) dari 5 negara
- Jumlah pabrik NPK yang terfasilitasi restrukturisasinya
(4)
INDIKATOR
Berkembangnya klaster industri berbasis migas
Penyusunan master plan pengembangan industri pupuk NPK
Fasilitasi koordinasi pengamanan pasokan bahan baku revitalisasi industri pupuk
-
-
Fasilitasi pembangunan restrukturisasi 5 pabrik pupuk NPK
-
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
2
41
4
1
1
1
1
1
2
67
5
1
5
5
1
5
(7)
2011
5
(6)
2010
1
1
1
1
2
7
5
5
(8)
2012
TARGET
1
1
1
1
2
7
5
5
(9)
2013
1
1
1
1
2
7
5
5
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
126 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(1)
Penyusunan Revisi dan Monitoring SNI Wajib Produk Industri Kimia Dasar serta Peraturan Menteri tentang SNI Wajib Kimia Dasar
Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar
a.
b.
-
-
Prioritas Kementerian/Lembaga
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Kebijakan alokasi bahan baku
Dokumen Kajian Tersusunnya Business Plan pengembangan industri petrokimia Nasional dan Tersosialisasinya Business Plan Pengembangan Industri Petrokimia Nasional Program kerja
Jumlah komoditi
DED Centre of Exellence
Koordinasi Pengalokasian Bahan Baku Migas dan Kondensat di Jatim dan Kaltim Kajian Bahan Baku Alternatif Petrokimia Penyusunan kebijakan dan sosialisasi Business Plan Industri Petrokimia Tersusunnya program kerja pengembangan Litbang dan SDM industri petrokimia Promosi investasi pengembangan industri petrokimia Terbangunnya Center of Exellence Industri Petrokimia di Banten
Teknologi yang sudah dan akan diterapkan pada Industri Kimia Dasar
Jumlah teknologi baru yang diterapkan
Konsep Peraturan SNI Industri Kimia Dasar
Jumlah SNI Baru, Revisi
Tersusunnya Feasibillity Study pembangunan kilang minyak (refinery) di Jawa Timur
Rancangan Pembangunan Refinery di Jatim, Banten, dan Kaltim
Tersusunnya SNI Baru , Revisi SNI Tersusunnya 1 konsep Peraturan Menteri
Dokumen Kajian
(4)
INDIKATOR
Kajian Pembangunan Refinery di Jatim
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
1
1
1
1
1
1
(6)
2010
1
6
1
1
1
1
1
(7)
2011
1
16
1
(8)
2012
TARGET
1
16
1
(9)
2013
1
16
1
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 127
Kaji Tindak Penanganan Isu-isu Aktual Industri Kimia Dasar
j. Solusi penanganan isu-isu
Tersusunnya laporan kinerja Industri Kimia Dasar
Laporan solusi
Tersusunnya laporan kinerja Industri Kimia Dasar
Tersusunnya laporan kerjasama industri
1
1
1
1
Tersusunnya laporan partisipasi dalam fora kerjasama internasional
Laporan hasil Pertemuan Internasional
Penyusunan Kinerja Industri Kimia Dasar Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
Partisipasi industri kimia Dasar dalam rangka fora kerjasama internasional dan organisasi lainnya
g.
1
Tersusun dan terlaksananya program kegiatan Industri Kimia Dasar
Tersusunnya program kegiatan tahun akan datang serta tercapainya program di tahun berjalan
i.
Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia Dasar
f.
1
(6)
2010
Tersusunnya Draft Final RUU tentang Bahan Kimia
Tersusunnya draft RUU
Otoritas Nasional
Pelaksanaan Otoritas Nasional
Laporan kerjasama industri
Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia
e.
Kebijakan iklim usaha untuk industri kimia dasar
(4)
INDIKATOR
Usulan kebijakan harmonisasi tarif bea masuk Industri Kimia Dasar
(3)
OUTCOME/OUTPUT
h. Peningkatan Kerjasama industri Kimia Dasar Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
Program Pelaksanaan Otoritas Nasional Senjata Kimia
d.
(2)
Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim usaha untuk Industri Kimia Dasar
(1)
c.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
1
1
1
1
1
1
1
(7)
2011 1
1
1
1
1
1
1
(8)
2012
TARGET
1
1
1
1
1
1
1
(9)
2013 1
1
1
1
1
1
1
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
128 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Peta pemanfaatan limbah non B3 (sisa, reja, skrap plastik)
Monitoring dan evaluasi pemberian rekomendasi IP Limbah Non B3 (sisa,reja, skrap plastik)
Kaji tindak dampak perjanjian perdagangan bebas terhadap industri kimia Dasar
Pengembangan Pembangunan industri propelan
Pembangunan Pabrik Propelan
Pengembangan industri pestisida berbahan baku nabati
Pembuatan Profil Investasi dan Produk Industri Kimia Dasar
o.
p.
q.
r.
s.
t. Data Investasi
Termanfaatkannya bahan baku nabati
Terpenuhinya bahan baku untuk industri alutsista nasional
DED pembangunan industri propelan
Jumlah industri yang telah melaksanakan perjanjian perdagangan
Laporan
Informasi nabati yang bisa dimanfaatkan untuk industri farmasi
n. Kajian Pemanfaatan Bahan Baku Nabati untuk Industri Farmasi
Laporan
Studi
Jumlah pabrik propelan
Tersusunnya Detail Engineering Design (DED) pabrik propelan
Industri
(4)
INDIKATOR
Jumlah verifikasi
Rekomendasi
Rekomendasi kebijakan pengembangan industri pestisida berbahan baku nabati.
m. Pengembangan Industri Pestisida Nasional Pemanfaatan Bahan Baku Nabati
Konsep dasar
Laporan
Konsep dasar ROO
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Informasi Bioteknologi di industri kimia Dasar
Pengembangan Bioteknologi Pada Industri Kimia Dasar
l.
(2)
Penyusunan Konsep Dasar Rule Of Origin (ROO) Produk Industri Kimia Dasar
(1)
k.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
1
1
(6)
2010
1
1
1
1
1
1
1
1
(7)
2011
1
1
1
(8)
2012
TARGET
1
1
1
1
(9)
2013
1
1
1
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 129
3
Business Plan Pengembangan Industri Garam
z.
a
-
-
Pengembangan Klaster Industri Semen
- Fasilitasi sarana distribusi Semen (packing plant di kawasan timur Indonesia)
Terjaminnya pasokan Semen di kawasan Timur Indonesia
Berkembangnya klaster industri semen
Prioritas Bidang Perekonomian
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir
Jumlah packing plant
Entitas Kolaborasi Klaster
Meningkatnya jumlah populasi Industri Kimia Hilir
Forum Komunikasi Pengembangan Industri Garam
y.
Tumbuh dan kuatnya struktur Industri Kimia Hilir
Bantuan peralatan garam
Terfasilitasinya Bantuan Peralatan
Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Garam Beryodium
x.
zz. Publikasi Kinerja Industri Kimia Dasar
Data
Tata tertib
Tertibnya administrasi rekomendasi industri kimia Dasar Data perkembangan industri kimia khusus
Laporan Data/statistik
(4)
INDIKATOR
Tersusunnya data/statistik industri kimia Dasar
(3)
OUTCOME/OUTPUT
w. Pengembangan Industri Bahan kimia Khusus Berbasis Hasil Samping dan/ atau limbah Industri CPO dan turunannya
Pengelolaan tertib administrasi rekomendasi industri kimia Dasar
v.
(2)
Penyusunan Data/ Statistik Industri Kimia Dasar
(1)
u.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
20
1
(6)
2010
1
1
20
(7)
2011
1
1
1
20
(8)
2012
TARGET
1
1
20
(9)
2013
1
1
20
(10)
2014
Direktorat Industri Kimia Hilir
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
130 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(1)
Pengembangan Klaster Industri Barang Karet - Bantuan peralatan barang karet - Forum komunikasi industri barang karet
Penyusunan, penerapan dan monitoring SNI
Peningkatan teknologi Industri Kimia Hilir
Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif
c
d
e
f
-
-
-
Berkembangnya iklim usaha industri kimia hilir yang kondusif
Meningkatnya teknologi Industri Kimia Hilir
Meningkatnya SNI produk Kimia Hilir
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri barang karet
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Keramik
-
Tersedianya peralatan dan mesin
Tersedianya sarana peningkatan kualitas dan teknologi bahan baku Keramik
-
-
Meningkatnya jenis dan kualitas bahan baku dan produk Keramik
-
Berkembangnya klaster industri Barang Karet
Berkembangnya klaster industri keramik
-
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Semen
-
a
Penyebaran dan Pengembangan Industri Kimia Hilir Lainnya
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Berkembangnya penyebaran industri kimia hilir tertentu
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengembangan Klaster Industri Keramik - Pengembangan bahan baku dan produk Keramik - Bantuan peralatan bahan baku Keramik - Forum komunikasi pengembangan industri Keramik
b
- Forum komunikasi pengembangan industri semen
PROGRAM/KEGIATAN
NO (4)
Jumlah lokus
Jumlah kebijakan
Jumlah penerapan
Jumlah SNI
Jumlah program
Jumlah unit
Entitas Kolaborasi Klaster
3
1
1
2
60
3
3
1
8
1
1
60
1
1
Jumlah program
20
1
(7)
2011
1
1
20
1
(6)
2010
Unit fasilitas pengolahan bahan baku
Lokasi pengolahan bahan baku Keramik
Entitas Kolaborasi Klaster
Jumlah program
INDIKATOR
3
3
1
10
1
1
60
1
1
20
1
(8)
2012
TARGET
3
3
1
12
1
1
60
1
1
20
1
(9)
2013
3
3
1
14
1
1
60
1
1
20
1
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 131
4
Fasilitasi Kerjasama Industri
d
Pelayanan publik
Optimalisasi dan koordinasi
b
c
Tumbuh dan Kuatnya Industri Tekstil dan Aneka
Terlaksananya koordinassi pusat dan daerah
Tersedianya layanan publik
Tersedianya database
Meningkatnya kerjasama Industri Kimia Hilir
Meningkatnya kompetensi SDM Industri Kimia Hilir
Tersebarnya promosi investasi industri kimia hilir
Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
b
c
Berkembangnya klaster industri Alas Kaki
Berkembangnya Klaster Industri Tekstil
Meningkatnya utilisasi, effisiensi, produktifitas, kualitas, dan penyerapan tenaga kerja industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri tekstil dan aneka
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri tekstil dan aneka
a
b
(4)
Jumlah SNI, RSNI dan RSKKNI
Jumlah usulan kebijakan
Iklim usaha kondusif
Entitas kolaborasi klaster
Entitas kolaborasi klaster
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Pada akhir 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 72%
Jumlah koordinasi
Jumlah bulan layanan
Jumlah data
Jumlah kerjasama
Jumlah standar
Jumlah komoditi
INDIKATOR
Meningkatnya penerapan standar produk dan kompetensi SDM industri tekstil dan aneka
Prioritas Kementerian/Lembaga
Restrukturisasi Permesinan Industri tekstil, alas kaki, dan penyamakan kulit
a
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka
Pelaporan dan database
a
Pendukung
Peningkatan Kompetensi SDM Industri/Aparatur
c
(2)
Fasilitasi Promosi Investasi
(1)
b
PROGRAM/KEGIATAN
NO
2
27
46
100
140
69%
4
3
10
(6)
2010
2
25
81
125
2
25
122
150
165
70%
69,5%
165
6
12
5
12
2
5
(8)
2012
TARGET
5
11
4
11
1
4
(7)
2011
2
25
170
175
165
71%
7
12
6
13
3
6
(9)
2013
2
25
226
200
165
72%
8
12
7
14
4
7
(10)
2014
Direktorat Industri Tekstil dan Aneka
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
132 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
5
Peningkatan kerja sama, promosi dan investasi Industri
Peningkatan desain produk industri tekstil dan aneka
Memfasilitasi pengolahan limbah di sentra industri pengolahan kulit
Meningkatkan P3DN bagi alat musik, alat pendidikan dan TPT
e
f
g
h
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri
Meningkatnya sentra industri pengolahan kulit yang ramah lingkungan
Meningkatnya kualitas desain produk industri tekstil dan aneka
Meningkatnya kerja sama, promosi dan investasi industri
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Tersebar dan berkembangnya industri tertentu
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan Terwujudnya Kualitas Program yang Lebih Baik dari Tahun-Tahun Sebelumnya Termasuk dalam Implementasinya
Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Basis Industri Manufaktur Terwujudnya Belanja Pemerintah/BUMN Sebagai Basis Pasar Pengembangan Industri
a.
Fasilitasi Dukungan Kebijakan Pengembangan Basis Industri Manufaktur
Fasilitasi peningkatan penerapan konservasi energi pada basis indutri manufaktur
Prioritas Kementerian / Lembaga
a.
Prioritas Bidang Perekonomian
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
a
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Kegiatan Dasar dan Pendukung
Pengembangan SDM Industri
d
(2)
Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu
(1)
c
PROGRAM/KEGIATAN
NO
25
30
Meningkatnya Pembelanjaan Produk Hasil Industri Dalam Negeri Oleh Pemerintah dan BUMN (Persentase) Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam penerapan konservasi energi
15
75%
2
5
Meningkatnya Jumlah Pemakai yang Menggunakan Produk Hasil Industri Dalam Negeri (Persentase)
Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Ditjen BIM
Jumlah laporan
% peningkatan per tahun
Jumlah sentra industri yang terfasilitasi
2
200
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah pusat desain yang terfasilitasi
600
4
(6)
2010
Jumlah SDM Industri yang terlatih
Jumlah daerah yang difasilitasi
(4)
INDIKATOR
25
45
25
80%
2
5
2
3
200
650
4
(7)
2011
25
60
35
85%
2
5
2
3
200
650
4
(8)
2012
TARGET
25
75
45
87%
2
5
2
3
200
650
4
(9)
2013
25
90
50
90%
2
5
2
3
200
650
4
(10)
2014
Sekretariat Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 133
Fasilitasi Penyusunan dan Penerapan Standar Industri
d.
Terfasilitasikannya peningkatan mutu dan standar produk pada industri basis manufaktur
Terfasilitasikannya persiapan, implementasi dan evaluasi peningkatan kerjasama industri
Terpromosikannya kemampuan industri manufaktur dalam negeri
Fasilitasi perlindungan HAKI pada subsektor basis industri manufaktur
Pengelolaan Gaji dan Operasional Ditjen BIM
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Pengembangan Administrasi dan Kepegawaian Ditjen BIM
Fasilitasi Reformasi Birokrasi Ditjen BIM
Pemutakhiran Sistem Informasi dan Database Ditjen BIM
Meningkatnya Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN Yang Profesional
a.
b.
c.
d.
e.
f.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Tersusunnya laporan keuangan dan BMN Ditjen BIN yang akuntabel
Tersedianya dan termutakhirkannya sistem informasi dan database perkembangan BIM
Meningkatnya busines process Ditjen BIM yang efisien, efektif dan akuntabel
Tersedianya database struktur kepegawaian Ditjen BIM
Meningkatnya kesesuaian perencanaan kegiatan dengan Kebijakan Industri Nasional
Terpenuhinya sarana dan prasarana kerja Ditjen BIM
Terbayarkan gaji pegawai Ditjen BIM
Kegiatan Dasar dan Pendukung
Fasilitasi peningkatan kerjasama industri
c.
Fasilitasi Promosi Industri
(2)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Presentase pencapaian penilaian laporan keuangan Ditjen BIM dengan peringkat WTP
Jumlah pemutakhiran sistem informasi (aplikasi) dan database perkembangan basis industri manufaktur
Presentase efisiensi dan efektifitas business process Ditjen BIM
Jumlah Dokumen database kepegawaian Ditjen BIM
Persentase kesesuaian program kegiatan Ditjen BIM dengan Kebijakan Industri Nasional
100
5
85
2
75
12
3
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah Layanan Bulan Pembayaran Gaji dan Penyediaan Operasional Sarana dan Prasarana Kerja
25
60
Jumlah perusahaan industri yang terfasilitasi
Jumlah fasilitasi dan evaluasi pelaksanaan peningkatan kerjasama industri
25
(6)
2010
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam peningkatan kemampuan terkait dengan bidang HAKI
(4)
INDIKATOR
100
5
90
2
80
12
3
25
60
25
(7)
2011
100
5
95
2
85
12
3
25
60
25
(8)
2012
TARGET
100
5
100
2
87
12
3
25
60
25
(9)
2013
100
5
100
2
90
12
3
25
60
25
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
134 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Ditjen BIM
(1)
g.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Meningkatnya kompetensi SDM aparatur Ditjen BIM
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Jumlah aparatur yang terlatih
(4)
INDIKATOR
280
(6)
2010 280
(7)
2011 280
(8)
2012
TARGET
280
(9)
2013 280
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 135
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical (Prioritas Nasional Lainnya 2: Perekonomian)
Terbentuknya kawasan industri berbasis MSM di 3 provinsi
Pulihnya pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan
Pengembangan Klaster Industri Kertas
Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati
b.
c.
Peningkatan kerjasama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan iklim usaha dan jasa industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan
a
b
c
d
Non Prioritas
Pengembangan Klaster Industri Furniture
a.
Tersediannya dokumen perencanaan dan pengganggaran
Meningkatnya penerapan standar produk
Iklim usaha yang kondusif
Meningkatnya kerjasama, promosi, dan investasi industri
Teknologi dan pemanfaatan bahan bakar nabati
Berkembangnya klaster industri kertas
Berkembangnya klaster industri furniture
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI AGRO
(1)
II
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah laporan
Jumlah standar dan RSNI
3
13
1
4
Partisipasi dalam pameran Jumlah kajian/studi/dokumen
8
2
1
1
3
(6)
2010
Jumlah partisipasi dalam sidang di dalam dan luar negeri
Jumlah dokumen kajian
Jumlah mesin dan peralatan
Lokus pengembangan
Lokus pengembangan
Lokus pengembangan
Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas pulih mencapai 77 % sebagaimana sebelum krisis
Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri
Jumlah persentase industri yang berhasil pulih
(4)
INDIKATOR
3
20
1
10
10
2
1
1
1
3
80%
(7)
2011
3
20
10
10
2
1
1
3
100%
(8)
2012
TARGET
3
20
10
10
2
1
1
3
(9)
2013
3
20
10
10
2
1
1
3
77%
(10)
2014
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Direktorat Jenderal Industri Agro
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
136 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3
(2)
Revitalisasi Industri Gula (Prioritas Nasional/ P5)
Terlaksananya kegiatan rencana aksi revitalisasi industri gula untuk mencapai swasembada gula
Pulihnya pertumbuhan industri makanan, hasil laut dan meningkatnya nilai tambah industri berbasis hasil perikanan
Pengembangan klaster industri kelapa, kakao, gula, rumput laut dan perikanan
Ketahanan Pangan
Kegiatan Penunjang
b.
c.
Pada akhir tahun 2014 utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 87,5% sebagaimana sebelum krisis
Pulihnya pertumbuhan industri minuman, tembakau, dan rempah
Jumlah instansi dan perusahaan terkait
10
Frekuensi Pameran, Jumlah Pelatihan, Jumlah Rapat dan Sidang Kerja sama Internasional dan Jumlah Rapat dan Sosialisasi
Terlaksananya sinkronisasi pameran, kerja sama internasional, penyusunan database, penyusunan kinerja, pelatihan ISO 22000, Partisipasi Sidang ACCSQ pada Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
4
4
2
(6)
2010
2
Rumusan SNI dan Revisi SNI Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Lokus pengembangan klaster
Jumlah kegiatan pelaksanaan rencana aksi mendukung revitalisasi industri gula
Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 75% sebagaimana sebelum krisis
(4)
INDIKATOR
Unit Mesin dan Peralatan, Pengolahan Makanan Hasil Laut, dan Perikanan yang mendukung ketahanan Pangan
Ketersediaan dan diversifikasi produk pangan yang mendukung ketahanan pangan
Terwujudnya standardisasi produk industri makanan, hasil laut dan perikanan
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
Prioritas Bidang Perekonomian
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau
Standarisasi Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
a.
Non Prioritas
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
(1)
2
PROGRAM/KEGIATAN
NO
185
15
2
4
4
5
(7)
2011
188
20
2
4
4
6
(8)
2012
TARGET
191
20
2
4
4
6
(9)
2013 Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
195
87,5% Direktorat Industri Minuman dan Tembakau
20
2
4
4
6
75%
(10)
2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 137
4
(2)
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Pengembangan SDM Industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Peningkatan Perumusan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
c.
d.
e.
Terfasilitasinya pelaksanaan revitalisasi dan penumbuhan industri agro
Meningkatnya kompetensi SDM industri
Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Agro Dalam Negeri (Prioritas K/L)
Peningkatan koordinasi perumusan perencanaan, evaluasi dan laporan
a.
b.
2
Jumlah bantuan mesin dan/atau peralatan
Jumlah perusahaan
Jumlah laporan
Jumlah laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran Tersedianya data Industri Agro
Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan
Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi di bidang pelaksanaan kebijakan industri agro
8
1
3
2
1
Jumlah penerapan standard Jumlah laporan
3
Jumlah standard dan RSNI
200
1
Jumlah SDM industri yang terlatih
2
Jumlah usulan kebijakan
7
Usulan posisi runding
Jumlah kajian/studi
6
4
(6)
2010
Frekuensi kepesertaan dalam pameran dan promosi
Lokus pengembangan klaster
(4)
INDIKATOR
Terwujudnya penggunaan produk unggulan di pasar dalam negeri
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Meningkatnya penerapan standard produk
Peningkatan Iklim Usaha Industri
b.
Iklim usaha kondusif
Peningkatan Kerja sama, Promosi, dan Investasi Industri
Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
(3)
OUTCOME/OUTPUT
a.
Non Prioritas
Pengembangan klaster industri pengolahan buah, kopi, susu, dan tembakau
(1)
a.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
9
1
3
2
1
4
280
3
3
4
7
8
6
(7)
2011
10
1
3
2
1
5
320
3
3
5
7
8
6
(8)
2012
TARGET
12
1
3
2
1
5
370
3
3
5
7
8
6
(9)
2013
13
1
3
2
2
5
425
3
3
5
7
8
6
(10)
2014
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
138 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan iklim usaha, standarisasi, teknologi, dan kerjasama
Peningkatan layanan perkantoran dan umum
Peningkatan layanan administrasi keuangan
d
e
(2)
(1)
c.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
(4)
Jumlah Laporan
Jenis sarana dan prasarana
Jumlah Laporan
Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standardisasi, teknologi, dan kerjasama
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
Jumlah laporan
INDIKATOR
Tersusunnya laporan pelaksanaan pengembangan industri agro
(3)
OUTCOME/OUTPUT
5
10
4
1
(6)
2010
5
10
4
1
(7)
2011
5
10
4
1
(8)
2012
TARGET
5
10
4
1
(9)
2013
5
10
4
1
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 139
Berkembangnya Industri Alat Transportasi Darat
Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian (Prioritas Bidang Perekonomian)
b.
Iklim usaha kondusif
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
Pengembangan SDM Industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
b
c
d
e
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Meningkatnya penerapan standar produk
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Meningkatnya kerjasama, promosi, dan investasi industri
Jumlah Laporan
Jumlah Standar dan RSNI
Jumlah SDM Industri yang terlatih
Jumlah usulan kebijakan
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah Klaster
Berkembangnya klaster industri perkeretaapian
Peningkatan kerjasama, promosi, dan investasi Industri
Jumlah Klaster
Berkembangnya klaster industri kendaraan bermotor
a
Non Prioritas
Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor (Prioritas Bidang Perekonomian)
a.
Prioritas Bidang Perekonomian
Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Alat Transportasi Darat 2) Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Alat Transportasi Darat
(4)
1.
(3)
INDIKATOR
Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri
(2)
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM PENUMBUHAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI
(1)
III
PROGRAM/KEGIATAN
NO
2
8
200
1
10
1
1
(6)
2010
2
8
200
1
10
1
1
(7)
2011
2
8
200
1
10
1
1
0,8
(8)
2012
TARGET
2
8
200
1
10
1
1
(9)
2013
2
8
200
1
10
1
1
(10)
2014
Direktorat Industri Alat Angkut
Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
140 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2) Tumbuhnya Industri Elektronika dan Telematika
Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi (Prioritas Bidang Perekonomian)
Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya (Prioritas Bidang Perekonomian)
Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia (Prioritas Bidang Perekonomian)
b
c
d
Peningkatan kerja sama, promosi dan investasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Pengembangan SDM Industri
a.
b
c
Non Prioritas
Pengembangan Klaster Industri Elektronika (Prioritas Bidang Perekonomian)
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Iklim usaha kondusif
Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Berkembangnya klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia
Berkembangnya klaster industri komputer dan peralatannya
Berkembangnya klaster industri telekomunikasi
Berkembangnya klaster industri elektronika
Prioritas Bidang Perekonomian
Pengembangan Industri Elektronika dan Telematika
(1)
2
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah SDM Industri yang terlatih
Jumlah usulan kebijakan
40
-
15 -
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional
1
1
1
1
(6)
2010
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah klaster
Jumlah klaster
Jumlah klaster
Jumlah klaster
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Elektronika dan Telematika 2) Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 3) Peningkatan nilai tambah produk Elektronika dan Telematika.
(4)
INDIKATOR
100
4
7
20
1
1
1
1
(7)
2011
130
5
7
25
1
1
1
1
(8)
2012
TARGET
150
6
7
30
1
1
1
1
(9)
2013
200
7
7
35
1
1
1
1
(10)
2014 Direktorat Industri Elektronika dan Telematika
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 141
3
Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan (Prioritas Bidang Perekonomian)
b
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
Pengembangan SDM Industri
a
b
c
Non Prioritas
Berkembangnya klaster industri perkapalan
Pengembangan Klaster Industri Perkapalan (Prioritas Bidang Perekonomian)
a
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Iklim usaha kondusif
Meningkatnya kerjasama, promosi, dan investasi industri
Berkembangnya klaster industri kedirgantaraan
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan 2) Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan.
Berkembangnya Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan
Penumbuhan Industri berbasis Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan
335
2 Jumlah SDM Industri yang terlatih
2
Jumlah usulan kebijakan Jumlah Kajian
7
(6)
Usulan posisi runding dalam kerja sama internasional
1
1
2
-
-
6
2010
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah klaster
Jumlah klaster
Jumlah Laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
Jumlah prototipe
Tersedianya prototipe produk elektronika dan telematika
e
Jumlah panduan
Tersusunnya panduan TKDN
(4)
INDIKATOR
Jumlah Standar dan RSNI
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Meningkatnya penerapan standar produk
(2)
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
(1)
d
PROGRAM/KEGIATAN
NO
180
2
2
7
10
1
1
2
5
2
16
(7)
2011
180
2
2
7
10
1
1
2
5
2
16
(8)
2012
TARGET
180
2
2
7
10
1
1
2
6
2
16
(9)
2013
180
2
2
7
10
1
1
2
7
2
16
(10)
2014
Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
142 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
4
a.
Pengembangan Klaster mesin dan peralatan listrik
Jumlah klaster
Jumlah prototipe
Berkembangnya mesin dan peralatan listrik Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk ketenagalistrikan melalui prototipe mesin dan peralatan listrik
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat 2) Penumbuhan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat.
Jumlah direktori/profile
Tersedianya bank data industri Berkembangnya Industri Permesinan, dan Alat Mesin Pertanian
2
Jumlah Laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran 1
1
Jumlah prototipe
Tersedianya prototipe produk
-
Jumlah penerapan standar Jumlah Panduan
2
1
1
(6)
2010
Jumlah Rancangan Standar
(4)
INDIKATOR
Tersusunnya panduan TKDN
Meningkatnya kualitas produk
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
e
(2)
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
(1)
d
PROGRAM/KEGIATAN
NO
1
2
2
1
1
6
-
1
(7)
2011
1
2
2
1
1
6
1
1
(8)
2012
TARGET
1
2
2
1
1
6
1
1
(9)
2013
1
2
2
1
1
6
1
1
(10)
2014
Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 143
(2)
Penumbuhan Industri Alat Pertanian
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Pengembangan SDM Industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
a.
b.
c.
d.
Non Prioritas
c.
Pengembangan Klaster Industri mesin dan peralatan umum (Prioritas Bidang Perekonomian)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Lembaga/institusi
RSNI SNI SKKNI
Meningkatnya jumlah SNI permesinan Terjaminnya kualitas produk permesinan Terjadinya peningkatan kompetensi
Jumlah orang
Berkembangnya SDM dan teknologi industri alsintan Berkembangnya Institusi/ Lembaga yang mendukung pengembangan Industri Permesinan dan alat mesin pertanian melalui bantuan mesin/peralatan
Jumlah orang
Jumlah usulan kebijakan
1
3
9
-
80
220
1
1
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional
Berkembangnya SDM dan teknologi industri permesinan
Iklim usaha kondusif
5
Jumlah promosi/pameran
2
Jumlah prototipe
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe Alat Mesin pertanian Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
3
Jumlah daerah/lokasi
2
Jumlah prototipe
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe mesin dan peralatan umum Berkembangnya industri alsintan sesuai dengan kontur budaya lokal
1
(6)
2010
Jumlah klaster
(4)
INDIKATOR
Berkembangnya klaster industri mesin dan peralatan umum
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
4
6
1
80
220
1
1
7
3
3
-
1
(7)
2011
1
5
10
1
80
220
1
1
7
3
3
3
1
(8)
2012
TARGET
1
5
10
1
80
220
1
1
7
3
3
3
1
(9)
2013
1
5
10
1
80
220
1
1
7
3
3
3
1
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
144 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
5.
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasi
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Berkembangnya lembaga penilaian kesesuaian
Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (Prioritas K/L)
Peningkatan Layanan Perkantoran dan Umum
Peningkatan Layanan Administrasi Keuangan
Peningkatan koordinasi perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan Iklim Usaha, Standarisasi, Teknologi, dan Kerja sama
a
b
c
d
Non Prioritas
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standarisasi, teknologi, dan kerja sama
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
Terwujudnya penggunaan produk unggulan di pasar dalam negeri
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
(2)
(1)
e
PROGRAM/KEGIATAN
NO (4)
5
Jumlah laporan
Jumlah laporan
4
3
15
Jumlah laporan
15
Jumlah SOP
8
2
-
(6)
2010
Jenis sarana dan prasarana
Jumlah Perusahaan
Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Industri Unggulan Berbasis Teknologi
Jumlah dokumen
Jumlah lembaga uji
INDIKATOR
4
3
5
15
15
9
3
1
(7)
2011
4
3
5
15
15
10
3
1
(8)
2012
TARGET
4
3
5
15
15
12
3
1
(9)
2013
4
3
5
15
15
13
3
1
(10)
2014
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 145
(2)
1
2
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah I Indonesia
b.
Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah II Indonesia (Jawa dan Bali)
Pengembangan Klaster IKM
a.
-
-
-
(4)
INDIKATOR
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni Pengembangan Klaster IKM Makanan Ringan Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri Pengembangan Klaster IKM Fashion
(7)
2011
32%
33%
72.81:27.19 70.81:29.19
(6)
2010
33%
68.8:31.2
(8)
2012
TARGET (10)
2014
- Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Jumlah Sentra
24 sentra
27 sentra
30 sentra
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
33 sentra
36 sentra
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah II
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah I
66.79:33.21 64.79:35.21 Direktorat Jenderal Industri 34% 34% Kecil dan Menengah
(9)
2013
4 4 4 4 4 - Terlaksananya implementasi kolaborasi dan Klaster Klaster Klaster Klaster Klaster kelembagaan klaster yang semakin kuat - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya - Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif - Terselenggarakannya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
- Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
2. Kontribusi PDB IKM sebesar 34% terhadap PDB sektor industri pada tahun 2014
Meningkatnya pertumbuhan 1. Rasio industri di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa dan perkembangan IKM mencapai 60:40
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah I Indonesia (Sumatera dan Kalimantan)
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(1)
IV
PROGRAM/KEGIATAN
NO
146 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3
(2)
(1)
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah II Indonesia
b.
-
-
-
-
-
-
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni Pengembangan Klaster IKM Batu Mulia dan Perhiasan Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias Pengembangan Klaster IKM Garam rakyat/konsumsi Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri Pengembangan Klaster IKM Fashion
a.
Pengembangan Klaster IKM
-
-
-
-
-
-
Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias Pengembangan Klaster IKM garam rakyat/konsumsi Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM minyak atsiri Pengembangan Klaster IKM fashion
Prioritas Bidang Perekonomian
Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah III ( Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua)
Pengembangan Klaster IKM
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
2010 (7)
2011 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014
17 sentra
20 sentra
23 sentra
26 sentra
29 sentra
6 6 6 6 6 - Terlaksananya implementasi kolaborasi dan Klaster Klaster Klaster Klaster Klaster kelembagaan klaster yang semakin kuat - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya - Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif - Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
- Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Jumlah Sentra
7 7 7 7 7 - Terlaksananya implementasi kolaborasi dan Klaster Klaster Klaster Klaster Klaster kelembagaan klaster yang semakin kuat - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya - Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif - Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
(4)
INDIKATOR
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah III
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 147
4
(2)
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Peningkatan layanan Administrasi Keuangan
Peningkatan kegiatan lintas sektor
d
e
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan Terlaksananya kegiatan promosi dan pemasaran
-
-
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
Terlaksananya perumusan kebijakan dan kerjasama
Tersusunnya laporan pelaksanaan
-
Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan dan kerja sama
Tersedianya data IKM
-
c
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Peningkatan koordinasi dan perumusan dan perencanaan, evaluasi, dan laporan
b.
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan -
Peningkatan layanan perkantoran umum
a
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah III Indonesia
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (4)
Jumlah laporan
Jumlah SNI
Jumlah laporan
Jumlah laporan
Jumlah dokumen
Jenis sarana dan prasarana
- Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan IKM - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
Jumlah Sentra
INDIKATOR
14
3
5
35
3
23 sentra
(6)
2010
14
3
5
35
3
26 sentra
(7)
2011
14
3
5
35
3
29 sentra
(8)
2012
TARGET
14
3
5
35
3
32 sentra
(9)
2013
14
3
5
35
3
35 sentra
(10)
2014
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
148 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha) Sarana dan prasarana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah I
a.
b.
c.
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya Peta Panduan
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering design/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan)
- Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah I Indonesia - Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melalui pengembangan kawasan industri - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui pembangunan kawasan industri dan pengembangan kompetensi inti industri daerah dan industri unggulan provinsi
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I (Sumatera dan Kalimantan)
PROGRAM PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
(1)
V
PROGRAM/KEGIATAN
NO
10%
(6)
2010 10%
(8)
2012
TARGET
10%
(9)
2013 10%
(10)
2014
75 peta 70 peta 25 peta 25 peta panduan panduan panduan panduan
3 3 3 3 dokumen dokumen dokumen dokumen
2 1 1 1 dokumen dokumen dokumen dokumen
1 sarana 2 sarana 2 sarana dan dan dan prasarana prasarana prasarana
3 6 6 7 dokumen dokumen dokumen dokumen
10%
(7)
2011
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 149
2
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Sarana dan prasarana yang terbangun (jalan, gedung pengelola kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
a.
Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering design/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finansial dan kelembagaan)
- Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah II Indonesia - Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan PPP
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah I
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II (Jawa dan Bali)
Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership Wilayah I
e.
(2)
Fasilitasi Penetapan, Perumusan, dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah I
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
2010 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014
1 1 1 1 dokumen dokumen dokumen dokumen
1 sarana 1 sarana dan dan prasarana prasarana
3 5 6 6 dokumen dokumen dokumen dokumen
1 1 1 Pedoman Pedoman Pedoman
5 peta 5 peta 5 peta 5 peta panduan panduan panduan panduan
(7)
2011
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
150 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3
Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah II
Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership Wilayah II
d.
e.
a.
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Prioritas Nasional
Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah III ( Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua)
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah II
c.
(2)
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering design/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasarana yang terbangun (jalan, gedung pengelola kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
- Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah III Indonesia - Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan PPP
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Tersusunnya Peta Panduan
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah II
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
2010 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014
4 peta panduan
70 peta panduan
4 peta panduan
25 peta panduan
4 peta panduan
25 peta panduan
1 sarana 1 sarana 2 sarana dan dan dan prasarana prasarana prasarana
3 5 6 7 dokumen dokumen dokumen dokumen
1 1 1 1 Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman
6 peta panduan
63 peta panduan
2 3 3 3 dokumen dokumen dokumen dokumen
(7)
2011
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 151
4
(2)
(1)
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah III
Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah III
Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership Wilayah III
b.
c.
d.
e.
Penyusunan dan Evaluasi Program Pengembangan Perwilayahan Industri
Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
a.
Adanya Dukungan Manajemen, Administrasi, dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah III
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
PROGRAM/KEGIATAN
NO
- Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan industri di kawasan Barat, Tengah, dan Timur Indonesia - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan PPP
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Tersusunnya Peta Panduan
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
(4)
INDIKATOR
1 paket laporan
(6)
2010 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014
3 peta panduan
60 peta panduan
4 peta panduan
25 peta panduan
4 peta panduan
25 peta panduan
1 paket laporan
1 paket laporan
1 paket laporan
1 paket laporan
1 1 1 1 Pedoman Pedoman Pedoman Pedoman
5 peta panduan
55 peta panduan
3 3 3 3 dokumen dokumen dokumen dokumen
1 1 1 1 dokumen dokumen dokumen dokumen
(7)
2011
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
152 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral
Partisipasi aktif dalam Forum kerja sama Internasional
Monitoring dan evaluasi kerja sama industri Internasional wilayah I dan Multilateral
Identifikasi dan analisa kerja sama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Peningkatan SDM dalam penanganan kerja sama Industri Internasional
Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk
Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah I dan Multilateral
a
b
c
d
e
f
g
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengembangan Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Layanan manajemen Kinerja Direktorat Kerja Sama industri Wilayah I dan Multilateral
Bulan layanan
0
0
40
Jumlah orang
Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penanganan Kerja Sama Industri Internasional
Paket program promosi industri
0
Jumlah laporan analisa kerjasama industri internasional
Laporan analisa kerja sama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Promosi Investasi industri Internasional
1
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerjasama industri internasional
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
0
1
Paket kebijakan
(6)
2010
Jumlah laporan perkembangan kerjasama
Laporan Perkembangan kerja sama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional wilayah I dan Multilateral
Terjalinnya kerja sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Terwujudnya kerjasama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
(4)
1
(3)
INDIKATOR
meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke manca negara
(2)
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM KERJASAMA INDUSTRI INTERNASIONAL
(1)
VI
PROGRAM/KEGIATAN
NO
12
5
150
4
7
5
4
(7)
2011
12
5
150
4
7
5
4
100%
(8)
2012
TARGET
12
6
150
4
7
5
4
(9)
2013
12
7
150
4
7
5
4
(10)
2014
Direktorat Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Direktorat Jenderal Kerjasama Industri Internasional
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 153
(2)
Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Partisipasi aktif dalam Forum kerja sama Internasional
Monitoring dan evaluasi kerja sama industri Internasional Wilayah II dan Regional
Identifikasi dan analisa kerja sama industri Internasional Wilayah II dan Regional
Peningkatan SDM dalam penanganan kerja sama Industri Internasional
Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk
Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah II dan Regional
a
b
c
d
e
f
g
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengembangan Kerja Sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional
(1)
2
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Layanan manajemen Kinerja Direktorat Kerja Sama industri Wilayah II dan Regional
Promosi Investasi industri Internasional
Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penanganan Kerja Sama Industri Internasional
Laporan analisa kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Laporan Perkembangan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Terjalinnya kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Bulan layanan
Paket program promosi industri
Jumlah orang
0
0
0
0
1
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerjasama industri internasional
Jumlah laporan analisa kerjasama industri internasional
1
0
(6)
2010
Jumlah laporan perkembangan kerjasama
Paket kebijakan
Terwujudnya kerja sama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
(4)
INDIKATOR
12
3
180
4
4
4
4
(7)
2011
12
3
180
4
4
4
4
(8)
2012
TARGET
12
4
180
4
4
4
4
(9)
2013
12
5
180
4
4
4
4
(10)
2014
Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
154 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
Penyusunan kebijakan ketahanan industri dari pengaruh globalisasi
Identifikasi dan analisa hambatan Industri dalam negeri di pasar internasional
Identifikasi dan analisa penanganan hambatan kerjasama industri internasional
Analisis kinerja dan pengamanan industri dalam negeri
Monitoring dan evaluasi penanganan ketahanan industri internasional
Peningkatan SDM dalam penanganan kerja sama Industri internasional
Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah II dan Regional
a
b
c
d
e
f
g
Prioritas Kementerian/Lembaga
Peningkatan Ketahanan Industri
(1)
3
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah paket kajian
Laporan analisa penanganan hambatan kerja sama industri internasional
Layanan Manajemen Kinerja Direktorat Ketahanan Industri
Orang Peserta Peningkatan kemampuan SDM penanganan ketahanan industri
Laporan kegiatan/monev bidang ketahanan industri internasional
Bulan layanan
Jumlah orang
Jumlah laporan evaluasi
Jumlah paket kajian
Jumlah Lapora identifikasi hambatan kerjasama industri internasional
Laporan identifikasi hambatan kerja sama dengan industri dalam negeri
laporan analisa kinerja dan pengamanan industri dalam negeri
Paket kebijakan
Terwujudnya kerja sama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
(4)
INDIKATOR
Dokumen rumusan kebijakan ketahanan industri terkait kerja sama internasional
Terlaksananya penanganan hambatan kerjasama Industri Internasional dan pengamanan industri di dalam negeri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
0
0
1
0
0
0
0
(6)
2010
12
100
2
1
2
2
4
(7)
2011
12
120
2
1
2
2
4
(8)
2012
TARGET
12
120
2
1
2
2
4
(9)
2013
12
125
2
2
2
2
4
(10)
2014 Direktorat Ketahanan Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 155 0
Jumlah rekomendasi
Rekomendasi dukungan kebijakan teknis Kerja Sama Industri Internasional
Penyusunan Kebijakan teknis Kerja Sama Industri internasional
d
8
Jumlah Laporan kegiatan
Laporan kegiatan/ koordinasi/pembinaan dan tindak lanjut/monev bidang kerja sama Industri Internasional
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Kerja sama Internasional
c
2
12
(6)
2010
Dokumen Perencanaan Pelayanan perkantoran
Penyusunan program dan anggaran Ditjen Kerja sama Industri Internasional
b
Bulan penyelenggaraan pelayanan perkantoran
Terwujudnya kerja sama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
(4)
INDIKATOR
Dokumen perencanaan dan penganggaran Ditjen Kerja Sama Industri Internasional
Layanan Perkantoran
Operasional Layanan perkantoran
a
(3) Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerja sama industri internasional
(2)
OUTCOME/OUTPUT
Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Koordinasi Kerja sama Industri Internasional
(1)
4
PROGRAM/KEGIATAN
NO
1
15
2
12
(7)
2011
1
18
2
12
(8)
2012
TARGET
1
19
2
12
(9)
2013
1
20
2
12
(10)
2014 Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
156 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
VII
(1)
NO (3)
(2)
2
1
Tersusunnya Kebijakan Standardisasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Peningkatan Investasi Industri
Pemodelan dan analisis industri
a.
b.
c.
Efektifitas dan efisiensi produksi cabang industri tertentu untuk meningkatkan daya saing
Meningkatnya investasi di sektor industri
Membaiknya iklim usaha di sektor industri
Prioritas Kementerian/Lembaga
Terwujudnya pengkajian kebijakan dan iklim usaha industri
Meningkatnya pemberlakuan SNI wajib
Penerapan standardisasi, akreditasi, dan peningkatan mutu industri unggulan berbasis Iptek
b.
Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri
Meningkatnya RSNI
Peningkatan Standardisasi Industri
a.
Prioritas Kementerian/Lembaga
Perencanaan Kebijakan Standardisasi Industri
PROGRAM PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM, DAN MUTU INDUSTRI
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM/KEGIATAN
Model sistem pasok, produksi dan pemasaran
Paket rumusan kebijakan
Kelompok/bidang Industri
Tersusunnya konsepsi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka menciptakan iklim perlindungan industri yang wajar, iklim pengembangan usaha industri yang sehat, iklim untuk mendorong ekspor hasil industri
Permen SNI wajib
Jumlah RSNI
Tersusunnya Kebijakan serta pengembangannya dan terlaksananya penyiapan perumusan kebijakan standardisasi, Rancangan SNI, kaji ulang dan revisi SNI, penyiapan pemberlakuan SNI secara wajib
Tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang, dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik
(4)
INDIKATOR
3
10
30
5
100
(6)
2010
3
10
30
5
100
(7)
2011
3
10
30
5
100
100%
(8)
2012
TARGET
3
10
30
5
100
(9)
2013
3
10
30
5
100
(10)
2014
Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri
Pusat Standardisasi
Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 157
4
3
(2)
Terlaksananya Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Meningkatnya pembangunan sistem informasi yang terintegrasi
Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti
Pengembangan Lingkungan Industri
Pengembangan Diversifikasi dan Konservasi Energi Industri
Pengembangan Lingkungan Industri
b.
c.
d.
e.
(4)
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan Jasa Industri
Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Meningkatnya efisiensi energi di industri
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak kekayaan Intelektual, dan Jasa Industri
Tingkat pengurangan emisi CO2
Dokumen Kebijakan/Peraturan
Penyusunan roadmap konservasi dan diversifikasi energi
Dokumen konsep Green Industry
Kebijakan-kebijakan teknis
Meningkatnya pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Rekomendasi usulan penetapan
- Perumusan kebijakan, serta penelitian dan pengembangan lingkungan industri, energi, dan diversifikasi hasil riset - Terdapatnya peta sumber daya lingkungan hidup energi baru dan yang terbarukan pada sektor industri - Terlaksananya penelitian dan pengembangan lingkungan industri hijau
Unit Pengguna
INDIKATOR
Tersedianya konsep kelayakan pengembangan kawasan ekonomi khusus
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Khusus
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
Membangun sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
1
2
1
5
2
150
(7)
2011
1
2
1
7
3
150
(8)
2012
TARGET
1
2
1
7
1
150
(9)
2013
1
2
1
7
2
150
(10)
2014
2%/ 2%/ 2%/ 3%/ 3%/ tahun tahun tahun tahun tahun
1
2
1
5
1
150
(6)
2010
Pusat Pengkajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan Jasa Industri
Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup dan Industri Hijau
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
158 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
5
Menyebarluaskan hasil litbang di bidang industri dan HKI
Mendorong pengembangan dan peningkatan inovasi industri
c.
d.
Penyusunan Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan iklim dan Mutu Industri
a.
b.
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penyusunan dan Evaluasi Program Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
Peningkatan kerjasama dan promosi industri teknologi Baru
b.
(2)
Kajian dan pendirian pusat industri teknologi Baru
(1)
a.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Teridentifikasinya permasalahan iklim dan mutu industri sebagai masukan penyusunan kebijakan dan program BPKIMI
Terwujudnya kebijakan dan program BPKIMI yang berkelanjutan
Jumlah dokumen monev
KPJM dan Rencana Kerja BPKIMI
- Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri - Tersusunnya Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri - Tersusunnya Evaluasi Program Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
13
2
9
Teknologi
Terwujudnya pilot project, pusat inkubator nanoteknologi dan aliansi strategis serta terpilihnya hasil litbang teknologi industri bagi dunia usaha Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
5
200
Hasil litbang yang dipatenkan
Jumlah SDM
Memberdayakan potensi industri nanoteknologi
1
(6)
2010
Meningkatnya hasil litbang yang dipatenkan
Jumlah kajian dan Jumlah pusat industri teknologi tinggi
(4)
INDIKATOR
Tersedianya kajian dan berdirinya pusat industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
13
2
9
5
225
1
(7)
2011
13
2
9
5
250
1
(8)
2012
TARGET
13
2
9
5
275
1
(9)
2013
13
2
9
5
300
1
(10)
2014
Sekretariat Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 159
(2) Terwujudnya litbang teknologi baru dan terlaksananya pelayanan teknis sertifikasi industri
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri
Pelayanan Teknis Pengujian Industri
Peningkatan Standardisasi Industri Daerah
a.
b.
c.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Meningkatnya RSNI
Jumlah RSNI
Jumlah JPT
Jumlah kerjasama itbang dan rancangbangun
Terwujudnya kerjasama litbang dengan antar Badan Penelitian, PT, Dunia Usaha Terwujudnya jasa pelayanan teknis kepada dunia usaha
Jumlah hasil litbang teknologi baru
- Jumlah pelayanan teknis yang dihasilkan - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah hasil litbang baru
(4)
INDIKATOR
Terwujudnya hasil litbang industri baru sebagai upaya peningkatan daya industri
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Peningkatan JPT
(1)
6
PROGRAM/KEGIATAN
NO
129
228
(7)
2011
154
241
(8)
2012
TARGET
178
250
(9)
2013
210
256
(10)
2014
86
120
139
143
155
58.630 63.264 67.969 73.383 79.654
100
200
(6)
2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
160 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
-
-
-
1.
-
(3) Terlaksananya program dan kegiatan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku, terselenggaranya pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta terwujudnya Good Governance dan Clean Government, melalui Pelaksanaan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja Program/kegiatan, Reviu LK/BMN, Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Industri dan Dukungan Manajemen/ Teknis Lainnya
(2)
PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
(1)
VIII
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus, dan Monev Program/kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat I
Tersusunnya norma, standar, kriteria, dan prosedur pengawasan yang efektif, tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, serta tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas, dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Perindustrian.
(4)
INDIKATOR (7)
2011 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
70 84 85 89 93 Inspektorat I Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ lap lap lap lap lap
498 576 582 600 618 Inspektorat Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Jenderal lap lap lap lap lap
(6)
2010
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 161
3.
(2)
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II
(1)
2.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Pengawasan/Pemeriksaaan Khusus Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
-
-
Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
-
-
-
Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota
-
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus, dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat III
Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal
-
-
(4) Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus, dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat II
(3) Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota
INDIKATOR
-
OUTCOME/OUTPUT (7)
2011 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
70 84 85 89 93 Inspektorat III Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ lap lap lap lap lap
70 84 85 89 93 Inspektorat II Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ lap lap lap lap lap
(6)
2010
162 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Dukungan Manajemen, Pembinaan dan Tindak Lanjut Pengawasan, serta Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal
5.
(2)
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV
(1)
4.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
-
-
Layanan fasilitasi perkantoran dan dukungan manajemen /teknis Inspektorat Pembayaran Gaji/ Tunjangan/Uang makan, Lembur Inspektorat Jenderal Operasional perkantoran ketatalaksanaan dan layanan birokrasi Pembinaan dan Pengembangan SDM Pengawasan serta Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
-
-
-
-
-
Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota
-
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Meningkatnya kemampuan aparat pengawasan dalam rangka pembinaan terhadap pelaksanaan pengawasan dan penyelesaian tindak lanjut
Terpeliharanya sarana kerja/ kantor, terpenuhinya kebutuhan sehari-hari perkantoran, tertib ketatalaksanaan, dan layanan birokrasi
Terlaksananya pembayaran gaji, tunjangan, uang makan dan lembur pegawai Inspektorat Jenderal
Terselenggaranya Pengelolaan dan fasilitasi serta dukungan Pelaksanaan Program Pengawasan Inspektorat Jenderal
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus, dan Monev Program/kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat IV
(4)
INDIKATOR (7)
2011 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
218 240 242 244 246 Sekretariat Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Inspektorat lap lap lap lap lap Jenderal
70 84 85 89 93 Inspektorat IV Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ Unit/ lap lap lap lap lap
(6)
2010
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 163
PROGRAM/KEGIATAN
(2)
NO
(1) Peningkatan sistem informasi pengawasan, penyusunan kebijakan/ Pedoman Pengawasan, Sarana Kerja/Kantor, dan Pendataan Bahan Pengawasan serta Pembinaan/Konsultasi Pengawasan Internal Kementerian Koordinasi pelaksanaan pengawasan/Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dengan aparat pengawasan internal Pemerintah (APIP) serta Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Program Kementerian.
-
-
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Terkoordinasinya Kegiatan Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kegiatan kementerian
Tersedianya sistem informasi pengawasan dan sarana kerja, penyempurnaan kebijakan/ pedoman pengawasan, updating data bahan pengawasan dan pembinaan yang berkesinambungan
(4)
INDIKATOR (6)
2010 (7)
2011 (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
164 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 7 7 7 7 7 laporan laporan laporan laporan laporan
Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional
3
100
Persentase pembayaran gaji tepat waktu (3 hari kerja) Jumlah daerah
Terbayarkannya Gaji, Honorarium, dan Vakasi Pegawai Pemutakhiran data barang milik negara yang paling mutakhir
9
57
Status WTP (unit)
Peningkatan pengelolaan keuangan dan inventarisasi kekayaan milik negara Kementerian, serta predikat WTP bagi Kementerian Perindustrian terus bertahan
9
100
57
34
9
100
57
34
9
100
57
35
9
100
57
36
5
5
34
5
Layanan Manajemen Kinerja
5
Dokumen pengelolaan urusan kepegawaian
Peningkatan koordinasi, perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan, serta pengelolaan administrasi kepegawaian, sistem informasi, dan manajemen kinerja sumber daya manusia aparatur di lingkungan Kementerian Perindustrian
5
Pengembangan SDM Industri
5
2
5
5
Peningkatan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran sektoral, program investasi, kerjasama lintas sektoral dan regional, serta evaluasi dan penyusunan laporan Kementerian 5
(10)
5
(9)
2014
Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan
(8)
2013
Tercapainya peningkatan kualitas pelaporan
(7)
2012
TARGET
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
(6)
2011
1
(4)
2010 100%
(3)
INDIKATOR
Terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian
(2)
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
(1)
IX
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Biro Keuangan
Biro Kepegawaian
Biro Perencanaan
Sekretariat Jenderal
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 165
Peningkatan Kualitas Layanan di Bidang Hukum dan Organisasi
5
(2)
Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
(1)
4
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Peningkatan Koordinasi Penataan Organisasi dan Tata Laksana
Peningkatan Kualitas Layanan dan Bantuan Hukum
Peningkatan Kualitas Layanan Informasi Dokumentasi Peraturan Perundang- undangan
Peningkatan Koordinasi Penyusunan Rancangan Peraturan Perundangundangan Bidang Industri
Peningkatan Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1 Peraturan 1 Peraturan Pedoman Ortaker Unit Penataan Pendidikan Kelembagaan dan ketatalaksanaan
1 1 Peraturan Peraturan Ortaker Ortaker Unit Unit Organik Pelaksana Teknis
1 1 1 1 1 Masalah Masalah Masalah Masalah Masalah Hukum Hukum Hukum Hukum Hukum
Jumlah Masalah Hukum yang disuluh
Jumlah Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian yang Efektif dan Efisien
6 6 6 6 6 Perkara Perkara Perkara Perkara Perkara
550 550 550 550 550 Instansi Instansi Instansi Instansi Instansi
Jumlah Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri yang Dipublikasi Jumlah Perkara Hukum yang Diadvokasi
1 1 1 1 1 Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi Aplikasi
2 2 2 2 2 Kajian Kajian Kajian Kajian Kajian
Jumlah Kajian Hukum Bidang Industri Database Informasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri yang Up to Date
50 50 50 50 50 Biro Hukum dan Peraturan Peraturan Peraturan Peraturan Peraturan Organisasi Perundang- Perundang- Perundang- Perundang- Perundangundangan undangan undangan undangan undangan
7 Jenis
Biro Umum
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Jumlah Peraturan Perundang- undangan Bidang Industri
7 Jenis
420 orang 420 orang 420 orang 420 orang 420 orang petugas petugas petugas petugas petugas keamanan keamanan keamanan keamanan keamanan
7 Jenis
100
(10)
2014
Terciptanya keamanan dan ketertiban lingkungan kantor
7 Jenis
95
(9)
2013
7 Jenis
90
(8)
2012
TARGET
Terpeliharanya sarana dan prasarana kerja
85
(7)
2011
80
(6)
2010
Terselenggaranya layanan administrasi dan Ketatausahaan pimpinan dan Kementerian
(4)
INDIKATOR
166 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal
Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik
7
(2)
(1)
6
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Terlaksananya pencitraan, pengelolaan layanan publik, hubungan antar lembaga, publikasi dan penyebarluasan informasi kebijakan industri, ketatausahaan, dan manajemen kinerja
Terlaksananya pembinaan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, sistem jaringan informasi, dan pelayanan data/ informasi industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
-
-
Jumlah penyelenggaraan koordinasi lintas sektoral, lembaga tinggi negara dan sosialisasi kebijakan informasi sektor industri sebanyak 130 kali Jumah informasi industri yang dipublikasikan 129.500 Jumlah pelayanan ketatausahaan dan manajemen kinerja 250 orang
390
Jumlah produk yang telah terverifikasi (perusahaan)
Jumlah pelayanan publik 23.500 orang
4000
5%
Prosentase Unit Organisasi yang Menerapakan Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO 9001 - 2008 Jumlah data perusahaan
80%
(6)
2010
Prosentase Unit Organisasi yang Menerapkan Budaya Kerja 5K
Jumlah Kajian Kinerja Organisasi Kementerian Perindustrian
(4)
INDIKATOR (8)
2012
TARGET (9)
2013 (10)
2014
390
4000
50%
90%
390
4000
75%
95%
360
4000 Pusat Data dan Informasi
100%
100%
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
60
2.500
22.000 55
30 kali
25 kali
40 kali
65
70
35.000 40.000
35 kali
4500 6000 6500 6500 Pusat Komunikasi orang orang orang orang Publik
390
4000
25%
85%
1 Kajian 2 Kajian 3 Kajian Kinerja Kinerja Kinerja Unit Unit Unit Pendidikan Pendidikan Pendidikan
1 Kajian 2 Kajian 3 Kajian Kinerja Kinerja Kinerja Unit Unit Unit Pelaksana Pelaksana Pelaksana Teknis Teknis Teknis
1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian 1 Kajian Kinerja Kinerja Kinerja Kinerja Unit Unit Unit Unit Organik Organik Organik Organik
(7)
2011
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 167
(2)
(10)
2014
8 unit 8 unit 8 unit 8 unit 8 unit layanan layanan layanan layanan layanan
1 4 4 3 3 Koordinasi Koordinasi Koordinasi Koordinasi Koordinasi dan dan dan dan dan Fasilitasi Fasilitasi Fasilitasi Fasilitasi Fasilitasi
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional II Padang Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional III Jakarta
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional III Jakarta
4,5
4,5
Balai Diklat Industri Regional I Medan
Balai Diklat Industri Regional III Jakarta
100 Dokumen
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
100 Dokumen
Balai Diklat Industri Regional II Padang
100 Dokumen
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
100 Dokumen
100 Dokumen
4
Tersedianya Dokumen Program dan Kegiatan
3,5
250 250 250 250 250 Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan
3
12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan 12 Bulan Layanan Layanan Layanan Layanan Layanan - 25 - 25 - 25 - 25 - 25 Unit Unit Unit Unit Unit
Tersedianya Laporan Tugas Pokok dan Fungsi
Indeks kepuasan pelanggan meningkat (skala 1 - 5)
Meningkatnya pelayanan Diklat SDM Industri Mewujudkan tertib administrasi dan akuntabilitas kinerja pendidikan dan pelatihan
Layanan Manajemen Kinerja
Meningkatnya kinerja pendidikan dan pelatihan SDM Industri
1.100 1.250 1.400 1.600 1.800 orang orang orang orang orang
Jumlah lulusan SDM terampil sebanyak 7.150 orang
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional II Padang
Peningkatan Administrasi Kegiatan dan Pembinaan SDM Industri
d.
(9)
2013
Terciptanya SDM industri ahli siap kerja sesuai dengan kebutuhan industri
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional I Medan
Peningkatan Layanan Manajemen Kinerja Pendidikan dan Pelatihan
c.
(8)
2012
TARGET
Jumlah lulusan SDM ahli madya sebanyak 7.670 1.360 1.450 1.540 1.620 1.700 orang orang orang orang orang orang
Peningkatan sarana dan prasarana lembaga diklat dan tata kelola manajemen yang baik
Penguatan kelembagaan pelatihan dan pendidikan
(7)
2011
1930 2700 3000 3200 3500 orang orang orang orang orang
(6)
2010
Terciptanya SDM industri ahli madya sesuai dengan kebutuhan industri
15 Koordinasi dan fasilitasi
Jumlah SDM Aparatur dan SDM Indutri telah mengikuti diklat sebanyak 14.330 orang
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya Koordinasi dan fasilitasi pengembangan SDM Industri
Meningkatnya kompetensi SDM Aparatur dan SDM Industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I Medan
Peningkatan Layanan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri
Peningkatan Kompetensi SDM Industri
b.
a.
Peningkatan Kualitas SDM Industri
(1)
8
PROGRAM/KEGIATAN
NO
168 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 - Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional VII Makassar
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VII Makassar
Balai Diklat Industri Regional VII Makassar
Balai Diklat Industri Regional VI Denpasar
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional VI Denpasar
(10)
2014
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VI Denpasar
(9)
2013
Balai Diklat Industri Regional V Surabaya
(8)
2012
TARGET
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
(7)
2011
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional V Surabaya
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional V Surabaya
(6)
2010 Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta
(4)
INDIKATOR
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
(3) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional IV Yogyakarta
(2)
(1)
OUTCOME/OUTPUT
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional IV Yogyakarta
PROGRAM/KEGIATAN
NO
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 169
(6)
- Peningkatan Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pembangunan, Pengadaan, Perbaikan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja -
100
80
Peningkatan sarana dan prasarana kerja
Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja Terlaksananya perencanaan, - Pelaksanaan Lelang sesuai dengan waktu yang direncanakan (%) pengorganisasian, pembinaan, pengawasan, serta evaluasi penggunaan kebutuhan tata kelola administrasi pengadaan barang dan jasa seluruh satuan organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian
100
Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai (%)
Terkelolanya sarana prasarana kerja
100
85
100
(7)
2011
100
90
100
(8)
2012
TARGET
100
95
100
(9)
2013
100
100
100
(10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Unit Layanan Pengadaan
Biro Umum
(4)
2010
1.
(3)
INDIKATOR
Sekretariat Jenderal
(2)
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
(1)
X
PROGRAM/KEGIATAN
NO
170 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
-
Tumbuh dan kuatnya struktur industri material dasar Logam
Pengembangan Klaster Industri Baja
-
Berkembangnya klaster industri baja
a.
Menumbuhkan industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel 1
Pembentukan Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja
Tumbuhnya industri baja hulu, baja khusus dan stainless steel, melalui :
Prioritas Kementerian/Lembaga
a.
Prioritas Bidang Perekonomian
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR
(1)
I.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
- Terbentuknya Pusat Pengembangan Teknologi Besi Baja (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pustek Baja)
- Tersebarnya pertumbuhan industri material dasar logam ke seluruh wilayah Indonesia (rekomendasi lokasi khusus pengembangan industri material dasar logam)
- Meningkatnya daya saing industri material dasar logam (laporan penguatan struktur industri melalui klaster dalam rangka peningkatan daya saing)
- Tumbuhnya industri pengolahan nikel (ferronikel) dengan kapasitas 1 juta ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri nikel dan dokumentasi rekomendasi kebijakan pengembangan)
- Tumbuhnya industri alumina dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan meningkatnya kapasitas industri peleburan menjadi 500 ribu ton pertahun serta industri alloy ingot dengan kapsitas 200 ribu ton pertahun (laporan fasilitasi pengembangan industri alumin
- Tumbuhnya industri pengolahan bijih besi dengan kapasitas 4 juta ton per tahun (laporan fasilitasi pengembangan industri pengolahan bijih besi)
- Pada tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi dapat mencapai pulih 100%
- Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri
- Jumlah persentase industri yang berhasil pulih
(4)
INDIKATOR (7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Direktorat Industri Material Dasar Logam
345.276.777 387.500.000 445.625.000 512.468.750 589.339.063 Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
(6)
2010
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-)
KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2010-2014
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 171
Mempercepat penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah
Mendorong peningkatan daya saing, efisiensi energi, dan penurunan emisi CO2
c.
(2)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Pengembangan Kawasan Industri
2 Pengembangan Iklim Usaha
1
Meningkatnya daya saing, efisiensi energi, dan penurunan emisi CO2
- Berkembangnya iklim usaha industri material dasar yang kondusif (laporan rekomendasi kebijakan pengembangan iklim usaha)
- Berkembangnya kawasan industri yang terintegrasi (persentase kemajuan fasilitasi pembentukan kawasan industri yang terintegrasi)
Perusahaan yang mendapatkan Pembinaan Teknis dalam rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Industri Material Dasar Logam (Bintek Perusahaan)
3 Pembinaan Teknis Dalam Rangka Sertifikasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
Terlaksananya Implementasi SNI Wajib Produk Material Dasar Logam (Regulasi Teknis SNI Wajib) RSNI Produk Industri Material Dasar Logam (RSNI)
Penyusunan dan Penerapan SNI Wajib Produk Material Dasar Logam
2 Penyusunan RSNI Produk Industri Material Dasar Logam
1
- Berkembangnya industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir (rekomendasi kebijakan pengembangan industri)
5 Pengembangan industri baja khusus, stainless steel dan baja hilir Terwujudnya percepatan - Pengembangan dan pembinaan SNI produk penerapan standar dan logam menekan impor baja kualitas rendah
- Meningkatnya jumlah investasi pada industri logam (laporan data/pemetaan potensi investasi)
4 Peningkatan investasi pada industri material dasar logam melalui penyusunan profil investasi
3 Fasilitasi kemitraan antara - Terbentuknya embrio klaster baja baru industri hulu dan hilir untuk (rekomendasi terbentuknya klaster industri memenuhi kebutuhan bahan baja) baku industri baja hilir
(4) - Meningkatnya kapasitas produksi industri logam hulu berbasis bahan baku lokal berdasarkan sistem klaster (perusahaan industri logam hulu terfasilitasi)
(3)
INDIKATOR
2 Peningkatan kapasitas produksi bahan baku industri logam hulu dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang berbasis klaster Industri
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
172 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Menumbuhkan industri alumina, Copper cathode baru, dan industri hilir aluminium
Menumbuhkan Klaster industri Nikel (Ferronikel)
e
(2)
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (3)
(4)
Pengembangan Industri - Bertumbuhnya industri aluminium terpadu Aluminium terpadu (pembangunan industri alumina berbahan (pembangunan industri baku lokal (Smelter Grade Alumina) dan alumina berbahan baku lokal Industri Aluminium Smelter (Aluminium (Smelter Grade Alumina) dan Ingot Primer dan Molten Aluminium), industri Industri Aluminium Smelter aluminium antara industri aluminium die (Aluminium Ingot Primer casting) dan Molten Aluminium), industri aluminium antara industri aluminium die casting)
1
Pengembangan kawasan klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
Tumbuhnya Klaster Industri Nikel (Ferronikel)
3 Fasilitasi Pengembangan Institusi/ lembaga Pendukung Klaster Industri Aluminium
Tersedianya database tentang potensi industri inti, industri pendukung dan terkait serta Potensi SDA, SDM, Infrastruktur dan kelembagaan Daerah. (laporan database tentang potensi pengembangan klaster nikel)
- Terbentuknya Pusat Design dan Rekayasa Teknologi Aluminium (Persentase Kemajuan Pembentukan Unit Pusat Desain dan Rekayasa Teknologi Aluminium)
2 Pengembangan Industri - Bertumbuhnya Industri Aluminium Aluminium Intermediate dan Intermediate dan Ekstrusi (dokumentasi Ekstrusi kebijakan pengembangan industri aluminium intermediate dan ekstrusi)
1
Tumbuhnya Industri Alumina, Industri Aluminium Intermediate dan Ekstrusi serta Industri Hilir Aluminium
- Terciptanya efisiensi dengan pedoman teknis mengenai efisiensi energi dan pengurangan CO2 (laporan/dokumentasi efisiensi energi dan pengurangan emisi CO2)
5 Efisiensi Energi dan Pengurangan Emisi CO2
- Meningkatnya kerja sama dalam rangka pengembangan industri (dokumentasi optimalisasi kerjasama industri) - Terciptanya optimalisasi penggunaan energi (laporan fasilitasi konversi energi)
Pengembangan Kerjasama Industri
INDIKATOR
4 Konversi Energi
3
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 173
2
(2)
(1)
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Material Dasar
Peningkatan Kompetensi SDM Industri Material Dasar Logam
Penyusunan Program dan Evaluasi Program Direktorat Industri Material Dasar Logam
b.
c.
d.
a.
Revitalisasi Industri Pupuk (Prioritas Nasional 5)
Prioritas Nasional Fasilitasi pembangunan revitalisasi 6 pabrik pupuk Subsidi bunga untuk pinjaman (10%) Penambahan penyertaan modal negara (PMN) Koordinasi pengamanan pasokan bahan baku gas bumi Koordinasi pengamanan produksi pupuk dalam rangka ketahanan pangan nasional
-
-
- Terpenuhinya target produksi pupuk
- Jumlah pabrik urea yang di koordinasikan pengamanan pasokan gasnya
- Jumlah pabrik urea yang diberikan PMN
- Jumlah pabrik urea yang diberikan subsidi bunga pinjaman
- Jumlah pabrik urea yang terfasilitasi pembangunan revitalisasinya
Program & Evaluasi
Peserta Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Kompetensi SDM
Meningkatnya Kompetensi SDM Industri Material Dasar Logam Mengembangkan industri logam dengan program yang terarah dan terstruktur.
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Iklim Usaha
Laporan dalam rangka peningkatan daya saing industri material dasar logam
Terbentuknya POKJA dan Tim Klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel ) (persentase kemajuan pembentukan)
(4)
INDIKATOR
Iklim usaha kondusif
Meningkatnya kerjasama, promosi dan investasi industri
2 Pengembangan lembaga klaster industri Nikel terpadu (Ferronikel)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Dasar
Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi Industri Material Dasar
a.
Kegiatan Pendukung
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Industri Kimia Dasar
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
174 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat (Prioritas Nasional 8 : Energi)
(2)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah refinery
Jumlah pabrik Olefin diberikan subsidi bunga pinjaman Jumlah pabrik Aromatik diberikan subsidi bunga pinjaman Kesepakatan ketersediaan bahan baku
Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan refinery (5%) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik olefin (5%) Subsidi bunga untuk pinjaman pembangunan pabrik aromatik (5%) Roadshow pengadaan bahan baku (termasuk pemenuhan kebutuhan kondensat untuk TPPI, crude untuk 3 refinery, dll
- Jumlah Kabupaten yang terpetakan potensi bahan baku pupuk organiknya
Model dan kebijakan pemberian insentif untuk pengembangan industri petrokimia
Penyusunan pemetaan potensi bahan baku industri pupuk organik di daerah
-
- Jumlah pabrik pupuk organik
Tersusunnya model dan kebijakan (usulan) pemberian insentif (termasuk studi banding ke negara lain)
Pembangunan pabrik pupuk organik
-
- Jumlah pabrik pupuk NPK
Jumlah refinery
Pembangunan 1 pabrik pupuk NPK
-
- Dokumen master plan
Fasilitasi pembangunan refinery, olefin dan aromatik
Penyusunan master plan pengembangan industri pupuk NPK
-
- Kesepakatan ketersediaan bahan baku industri pupuk (Fosfat dan Kalium) dari 5 negara
Klaster Jawa Timur dan Klaster Kalimantan Timur, Banten
Fasilitasi koordinasi pengamanan pasokan bahan baku revitalisasi industri pupuk
-
- Jumlah pabrik NPK yang terfasilitasi restrukturisasinya
(4)
INDIKATOR
Berkembangnya klaster industri berbasis migas
Fasilitasi pembangunan restrukturisasi 5 pabrik pupuk NPK
-
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 175
(2)
(1)
Program kerja
Jumlah komoditi DED Centre of Exellence
Tersusunnya program kerja pengembangan Litbang dan SDM industri petrokimia Promosi investasi pengembangan industri petrokimia Terbangunnya Center of exellence Industri Petrokimia di Banten
Penyusunan Revisi dan Monitoring SNI Wajib Produk Industri Kimia Dasar serta Peraturan Menteri tentang SNI Wajib Kimia Dasar
Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar
Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim usaha untuk Industri Kimia Dasar
a.
b.
c.
Usulan kebijakan harmonisasi tarif bea masuk Industri Kimia Dasar
Teknologi yang sudah dan akan diterapkan pada Industri Kimia Dasar
Tersusunnya SNI Baru, Revisi SNI Tersusunnya 1 konsep Peraturan Menteri
Kebijakan iklim usaha untuk industri kimia dasar
Jumlah teknologi baru yang diterapkan
- Jumlah SNI Baru, Revisi - Konsep Peraturan SNI Industri Kimia Dasar
Tersusunnya Business Plan pengembangan industri petrokimia Nasional dan Tersosialisasinya Business Plan Pengembangan Industri Petrokimia Nasional
Penyusunan kebijakan dan sosialisasi Business Plan Industri Petrokimia
Kebijakan alokasi bahan baku
Koordinasi Pengalokasian Bahan Baku Migas dan Kondensat di Jatim dan Kaltim Dokumen Kajian
Tersusunnya Feasibillity Study pembangunan kilang minyak (refinery) di Jawa Timur
Rancangan Pembangunan Refinery di Jatim, Banten, dan Kaltim
Kajian Bahan Baku Alternatif Petrokimia
Dokumen Kajian
(4)
INDIKATOR
Kajian Pembangunan Refinery di Jatim
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Kementerian/Lembaga
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
176 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Penyusunan Konsep Dasar Rule Of Origin (ROO) Produk Industri Kimia Dasar
Pengembangan Bioteknologi Pada Industri Kimia Dasar
k.
l.
m. Pengembangan Industri Pestisida Nasional Pemanfaatan Bahan Baku Nabati
Kaji Tindak Penanganan Isu-isu Aktual Industri Kimia Dasar
j.
Rekomendasi kebijakan pengembangan industri pestisida berbahan baku nabati.
Informasi Bioteknologi di industri kimia Dasar
Konsep dasar ROO
Solusi penanganan isu-isu
Tersusunnya laporan kinerja Industri Kimia Dasar
Penyusunan Kinerja Industri Kimia Dasar Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
i.
Rekomendasi
Laporan
Konsep dasar
Laporan solusi
Tersusunnya laporan kinerja Industri Kimia Dasar
Tersusunnya laporan kerjasama industri
Laporan kerjasama industri
h. Peningkatan Kerjasama industri Kimia Dasar Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing
Partisipasi industri kimia Dasar dalam rangka fora kerjasama internasional dan organisasi lainnya
g.
Tersusun dan terlaksananya program kegiatan Industri Kimia Dasar
Tersusunnya program kegiatan tahun akan datang serta tercapainya program di tahun berjalan Tersusunnya laporan partisipasi dalam fora kerjasama internasional
Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia Dasar
f.
(4)
Tersusunnya Draft Final RUU tentang Bahan Kimia
Otoritas Nasional
INDIKATOR
Tersusunnya draft RUU
Pelaksanaan Otoritas Nasional
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Laporan hasil Pertemuan Internasional
Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia
e.
(2)
Program Pelaksanaan Otoritas Nasional Senjata Kimia
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 177 Terpenuhinya bahan baku untuk industri alutsista nasional Termanfaatkannya bahan baku nabati
Tertibnya administrasi rekomendasi industri kimia Dasar Data perkembangan industri kimia khusus
Kaji tindak dampak perjanjian perdagangan bebas terhadap industri kimia Dasar
Pengembangan Pembangunan industri propelan
Pembangunan Pabrik Propelan
Pengembangan industri pestisida berbahan baku nabati
Pembuatan Profil Investasi dan Produk Industri Kimia Dasar
Penyusunan Data/ Statistik Industri Kimia Dasar
Pengelolaan tertib administrasi rekomendasi industri kimia Dasar
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w. Pengembangan Industri Bahan kimia Khusus Berbasis Hasil Samping dan/ atau limbah Industri CPO dan turunannya
Tersusunnya data/statistik industri kimia Dasar
Data Investasi
DED pembangunan industri propelan
(4)
Data
Tata tertib
Laporan Data/statistik
Laporan
Studi
Jumlah pabrik propelan
Tersusunnya Detail Engineering Design (DED) pabrik propelan
Industri
Jumlah verifikasi
Peta pemanfaatan limbah non B3 (sisa, reja, skrap plastik)
Monitoring dan evaluasi pemberian rekomendasi IP Limbah Non B3 (sisa, reja, skrap plastik)
o.
Jumlah industri yang telah melaksanakan perjanjian perdagangan
Laporan
(3)
INDIKATOR
Informasi nabati yang bisa dimanfaatkan untuk industri farmasi
(2)
(1)
OUTCOME/OUTPUT
n. Kajian Pemanfaatan Bahan Baku Nabati untuk Industri Farmasi
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
178 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3
Business Plan Pengembangan Industri Garam
z.
Tumbuh dan kuatnya struktur Industri Kimia Hilir
Terfasilitasinya Bantuan Peralatan
b.
a.
-
-
- Pengembangan bahan baku dan produk Keramik
- Bantuan peralatan bahan baku Keramik
-
- Forum komunikasi pengembangan industri semen -
-
- Fasilitasi sarana distribusi Semen (packing plant di kawasan timur Indonesia)
Pengembangan Klaster Industri Keramik
-
Pengembangan Klaster Industri Semen
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Tersedianya sarana peningkatan kualitas dan teknologi bahan baku Keramik
Meningkatnya jenis dan kualitas bahan baku dan produk Keramik
Berkembangnya klaster industri keramik
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Semen
Terjaminnya pasokan Semen di kawasan Timur Indonesia
Berkembangnya klaster industri semen
Prioritas Bidang Perekonomian
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir
zz. Publikasi Kinerja Industri Kimia Dasar
Forum Komunikasi Pengembangan Industri Garam
y.
(2)
Fasilitasi Pengembangan Garam Bahan Baku dan Garam Beryodium
(1)
x.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Unit fasilitas pengolahan bahan baku
Lokasi pengolahan bahan baku Keramik
Entitas Kolaborasi Klaster
Jumlah program
Jumlah packing plant
Entitas Kolaborasi Klaster
Meningkatnya jumlah populasi Industri Kimia Hilir
Bantuan peralatan garam
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Industri Kimia Hilir
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 179
(3)
Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif
f.
-
-
Berkembangnya iklim usaha industri kimia hilir yang kondusif
Meningkatnya teknologi Industri Kimia Hilir
Meningkatnya SNI produk Kimia Hilir
Fasilitasi Promosi Investasi
Peningkatan Kompetensi SDM Industri/Aparatur
Fasilitasi Kerjasama Industri
b.
c.
d.
Pelaporan dan database
Pelayanan publik
a.
b.
Pendukung
Penyebaran dan Pengembangan Industri Kimia Hilir Lainnya
a.
Tersedianya layanan publik
Tersedianya database
Meningkatnya kerjasama Industri Kimia Hilir
Meningkatnya kompetensi SDM Industri Kimia Hilir
Tersebarnya promosi investasi industri kimia hilir
Berkembangnya penyebaran industri kimia hilir tertentu
Prioritas Kementerian/Lembaga
Peningkatan teknologi Industri Kimia Hilir
e.
-
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri barang karet
-
- Forum komunikasi industri barang karet
Penyusunan, penerapan dan monitoring SNI
Tersedianya peralatan dan mesin
Berkembangnya klaster industri Barang Karet
Tersusunnya program masing-masing stakeholder dalam pengembangan industri Keramik
-
-
-
OUTCOME/OUTPUT
- Bantuan peralatan barang karet
Pengembangan Klaster Industri Barang Karet
d.
c.
(2)
(1)
- Forum komunikasi pengembangan industri Keramik
PROGRAM/KEGIATAN
NO (4)
Jumlah bulan layanan
Jumlah data
Jumlah kerjasama
Jumlah standar
Jumlah komoditi
Jumlah lokus
Jumlah kebijakan
Jumlah penerapan
Jumlah SNI
Jumlah program
Jumlah unit
Entitas Kolaborasi Klaster
Jumlah program
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
180 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
4
(2)
Pada akhir 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 72%
Tumbuh dan Kuatnya Industri Tekstil dan Aneka
Restrukturisasi Permesinan Industri tekstil, alas kaki, dan penyamakan kulit
Entitas kolaborasi klaster
Berkembangnya klaster industri Alas Kaki
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri tekstil dan aneka
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri tekstil dan aneka
Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu
Pengembangan SDM Industri
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan desain produk industri tekstil dan aneka
Memfasilitasi pengolahan limbah di sentra industri pengolahan kulit
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Meningkatnya sentra industri pengolahan kulit yang ramah lingkungan
Meningkatnya kualitas desain produk industri tekstil dan aneka
Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Tersebar dan berkembangnya industri tertentu
Iklim usaha kondusif
Meningkatnya penerapan standar produk dan kompetensi SDM industri tekstil dan aneka
Jumlah sentra industri yang terfasilitasi
Jumlah pusat desain yang terfasilitasi
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah SDM Industri yang terlatih
Jumlah daerah yang difasilitasi
Jumlah usulan kebijakan
Jumlah SNI, RSNI dan RSKKNI
Entitas kolaborasi klaster
Berkembangnya Klaster Industri Tekstil
Meningkatnya utilisasi, effisiensi, produktifitas, kualitas, dan penyerapan tenaga kerja industri
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil c. Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki
b.
a.
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah koordinasi
(4)
INDIKATOR
Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka
Optimalisasi dan koordinasi
(1)
c.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Industri Tekstil dan Aneka
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 181
5
(2)
(1) Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan Terwujudnya Kualitas Program yang Lebih Baik dari Tahun-Tahun Sebelumnya Termasuk dalam Implementasinya
Meningkatnya Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk Basis Industri Manufaktur
Terwujudnya Belanja Pemerintah/BUMN Sebagai Basis Pasar Pengembangan Industri
Fasilitasi Dukungan Kebijakan Pengembangan Basis Industri Manufaktur
Fasilitasi Promosi Industri
Fasilitasi peningkatan kerjasama industri
Fasilitasi Penyusunan dan Penerapan Standar Industri
a.
b.
c.
d.
Terfasilitasikannya peningkatan mutu dan standar produk pada industri basis manufaktur
Terfasilitasikannya persiapan, implementasi dan evaluasi peningkatan kerjasama industri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah fasilitasi dan evaluasi pelaksanaan peningkatan kerjasama industri
Jumlah perusahaan industri yang terfasilitasi
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam peningkatan kemampuan terkait dengan bidang HAKI
Fasilitasi perlindungan HAKI pada subsektor basis industri manufaktur Terpromosikannya kemampuan industri manufaktur dalam negeri
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi dalam penerapan konservasi energi
Meningkatnya Pembelanjaan Produk Hasil Industri Dalam Negeri Oleh Pemerintah dan BUMN (Persentase)
Meningkatnya Jumlah Pemakai yang Menggunakan Produk Hasil Industri Dalam Negeri (Persentase)
Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Ditjen BIM
Jumlah laporan
% peningkatan per tahun
(4)
INDIKATOR
Fasilitasi peningkatan penerapan konservasi energi pada basis indutri manufaktur
Prioritas Kementerian / Lembaga
a.
Prioritas Bidang Perekonomian
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Kegiatan Dasar dan Pendukung
h. Meningkatkan P3DN bagi alat musik, alat pendidikan dan TPT
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
182 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(1)
Pengelolaan Gaji dan Operasional Ditjen BIM
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Pengembangan Administrasi dan Kepegawaian Ditjen BIM
Fasilitasi Reformasi Birokrasi Ditjen BIM
Pemutakhiran Sistem Informasi dan Database Ditjen BIM
Meningkatnya Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN Yang Profesional
Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Ditjen BIM
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g. Meningkatnya kompetensi SDM aparatur Ditjen BIM
Jumlah aparatur yang terlatih
Presentase pencapaian penilaian laporan keuangan Ditjen BIM dengan peringkat WTP
Jumlah pemutakhiran sistem informasi (aplikasi) dan database perkembangan basis industri manufaktur
Tersedianya dan termutakhirkannya sistem informasi dan database perkembangan BIM Tersusunnya laporan keuangan dan BMN Ditjen BIN yang akuntabel
Presentase efisiensi dan efektifitas business process Ditjen BIM
Jumlah Dokumen database kepegawaian Ditjen BIM
Persentase kesesuaian program kegiatan Dittjen BIM dengan Kebijakan Industri Nasional
Jumlah Layanan Bulan Pembayaran Gaji dan Penyediaan Operasional Sarana dan Prasarana Kerja
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya business process Ditjen BIM yang efisien, efektif dan akuntabel
Tersedianya database struktur kepegawaian Ditjen BIM
Meningkatnya kesesuaian perencanaan kegiatan dengan Kebijakan Industri Nasional
Terpenuhinya sarana dan prasarana kerja Ditjen BIM
Terbayarkan gaji pegawai Ditjen BIM
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Kegiatan Dasar dan Pendukung
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 183
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
Pengembangan klaster industri berbasis pertanian, oleochemical (Prioritas Nasional Lainnya 2: Perekonomian)
Terbentuknya kawasan industri berbasis MSM di 3 provinsi
Pulihnya pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan
Pengembangan Klaster Industri Kertas
Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati
b.
c.
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan iklim usaha dan jasa industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan
a.
b.
c.
d.
Non Prioritas
Pengembangan Klaster Industri Furniture
a.
Tersediannya dokumen perencanaan dan penganggaran
Meningkatnya penerapan standar produk
Iklim usaha yang kondusif
Meningkatnya kerjasama, promosi, dan investasi industri
Teknologi dan pemanfaatan bahan bakar nabati
Berkembangnya klaster industri kertas
Berkembangnya klaster industri furniture
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI AGRO
(1)
II.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah laporan
Jumlah standar dan RSNI
Jumlah kajian/studi/dokumen
Partisipasi dalam pameran
Jumlah partisipasi dalam sidang di dalam dan luar negeri
Jumlah dokumen kajian
Jumlah mesin dan peralatan
Lokus pengembangan
Lokus pengembangan
Lokus pengembangan
Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas pulih mencapai 77 % sebagaimana sebelum krisis
Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri
Jumlah persentase industri yang berhasil pulih
(4)
INDIKATOR (7) 428.75.867
(6) 130.151.137
2011 (9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
492862.247 566.791.584 651.810.322 Direktorat Jenderal Industri Agro
(8)
2012
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
184 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3
Revitalisasi Industri Gula (Prioritas Nasional/ P5)
Terlaksananya kegiatan rencana aksi revitalisasi industri gula untuk mencapai swasembada gula
Pulihnya pertumbuhan industri makanan, hasil laut dan meningkatnya nilai tambah industri berbasis hasil perikanan
Pengembangan klaster industri kelapa, kakao, gula, rumput laut, dan perikanan
Ketahanan Pangan
Kegiatan Penunjang
b.
c.
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau
Standardisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
a.
Non Prioritas
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Pulihnya pertumbuhan industri minuman, tembakau, dan rempah
Terlaksananya sinkronisasi pameran, kerja sama internasional, penyususnan database, penyususnan kinerja, pelatihan ISO 22000, Partisipasi Sidang ACCSQ pada Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Ketersediaan dan diversifikasi produk pangan yang mendukung ketahanan pangan
Terwujudnya standardisasi produk industri makanan, hasil laut dan perikanan
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
(2)
(1)
2
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah instansi dan perusahaan terkait
Pada akhir tahun 2014 utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 87,5% sebagaimana sebelum krisis
Frekuensi Pameran, Jumlah Pelatihan, Jumlah Rapat dan Sidang Kerja sama Internasional, dan Jumlah Rapat dan Sosialisasi
Unit Mesin dan Peralatan, Pengolahan Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan yang mendukung ketahanan Pangan
Rumusan SNI dan Revisi SNI Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Lokus pengembangan klaster
Jumlah kegiatan pelaksanaan rencana aksi mendukung revitalisasi industri gula
Pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 75% sebagaimana sebelum krisis
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 185
4
(2)
(1)
Pengembangan Klaster Industri Pengolahan buah, kopi, susu, dan tembakau
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Pengembangan SDM Industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Peningkatan Perumusan Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
b.
c.
d.
e.
Terfasilitasinya pelaksanaan revitalisasi dan penumbuhan industri agro
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Meningkatnya penerapan standard produk
Meningkatnya kompetensi SDM industri
Iklim usaha kondusif
Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Meningkatnya peran dan fungsi kelembagaan klaster
a.
Meningkatkan Penggunaan Produk Industri Agro Dalam Negeri (Prioritas K/L)
Terwujudnya penggunaan produk unggulan di pasar dalam negeri
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro
Peningkatan Kerja sama, Promosi, dan Investasi Industri
a.
Non Prioritas
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah perusahaan
Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan
Terlaksananya koordinasi dan fasilitasi di bidang pelaksanaan kebijakan industri agro
Jumlah laporan
Jumlah penerapan standard
Jumlah standard dan RSNI
Jumlah SDM industri yang terlatih
Jumlah bantuan mesin dan/atau peralatan
Jumlah kajian/studi
Jumlah usulan kebijakan
Usulan posisi runding
Frekuensi kepesertaan dalam pameran dan promosi
Lokus Pengembangan Klaster
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
186 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan iklim usaha, standarisasi, teknologi, dan kerjasama
Peningkatan layanan perkantoran dan umum
Peningkatan layanan administrasi keuangan
c.
d
e
(2)
Peningkatan koordinasi perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah laporan
Jumlah Laporan
Tersusunnya laporan pelaksanaan pengembangan industri agro Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standardisasi, teknologi, dan kerjasama
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
(4)
Jumlah Laporan
Jumlah SOP
Jenis sarana dan prasarana
Jumlah laporan
Tersedianya data Industri Agro
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
Jumlah laporan
INDIKATOR
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 187
III
(1)
NO (7)
(8)
(9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Berkembangnya Industri Alat Transportasi Darat
Pengembangan Klaster Industri Perkeretaapian (Prioritas Bidang Perekonomian)
b.
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
Pengembangan SDM Industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
a.
b.
c.
d.
e.
Non Prioritas
Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor (Prioritas Bidang Perekonomian)
a.
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Meningkatnya penerapan standar produk
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Iklim usaha kondusif
Jumlah Laporan
Jumlah Standar dan RSNI
Jumlah SDM Industri yang terlatih
Jumlah usulan kebijakan
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah Klaster
Berkembangnya klaster industri perkeretaapian
Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Jumlah Klaster
Berkembangnya klaster industri kendaraan bermotor
Prioritas Bidang Perekonomian
Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat
Direktorat Industri Alat Transporatasi Darat
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Alat Transportasi Darat 2) Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Alat Transportasi Darat
(6)
2012
1.
(4)
2011
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi 65.254.250 02.449.186 117.816.564 35.489.048 155.812.406 Direktorat Jenderal Industri dalam industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
(3)
(2)
INDIKATOR
PROGRAM PENUMBUHAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM/KEGIATAN
188 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2) Berkembangnya Industri Elektronika dan Telematika
Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi (Prioritas Bidang Perekonomian)
Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya (Prioritas Bidang Perekonomian)
Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia (Prioritas Bidang Perekonomian)
b.
c.
d.
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Pengembangan SDM Industri
a.
b.
c.
Non Prioritas
Pengembangan Klaster Industri Elektronika (Prioritas Bidang Perekonomian)
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
Iklim usaha kondusif
Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Berkembangnya klaster industri perangkat lunak dan konten multimedia
Berkembangnya klaster industri komputer dan peralatannya
Berkembangnya klaster industri telekomunikasi
Berkembangnya klaster industri elektronika
Prioritas Bidang Perekonomian
Pengembangan Industri Elektronika dan Telematika
(1)
2
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah SDM Industri yang terlatih
Jumlah usulan kebijakan
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah klaster
Jumlah klaster
Jumlah klaster
Jumlah klaster
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Elektronika dan Telematika 2) Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 3) Peningkatan nilai tambah produk Elektronika dan Telematika.
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 Direktorat Industri Elektronika dan Telematika
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 189
Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan (Prioritas Bidang Perekonomian)
b.
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri
a.
b. Iklim usaha kondusif
Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Berkembangnya klaster industri kedirgantaraan
Berkembangnya klaster industri perkapalan
Pengembangan Klaster Industri Perkapalan (Prioritas Bidang Perekonomian)
a.
Jumlah Kajian
Jumlah usulan kebijakan
Usulan posisi runding dalam kerja sama internasional
Jumlah perusahaan yang terfasilitasi
Jumlah klaster
Jumlah klaster
1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan 2) Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan ; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan.
Berkembangnya Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan
Jumlah prototipe
Tersedianya prototipe produk elektronika dan telematika
Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan
Jumlah panduan
Tersusunnya panduan TKDN
Jumlah Laporan
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
Jumlah Standar dan RSNI
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya penerapan standar produk
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
e.
Non Prioritas
3
(2)
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
190 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
4
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
e.
Jumlah direktori/profil
Tersedianya bank data industri
a.
Pengembangan Klaster mesin dan peralatan listrik
Jumlah klaster Jumlah prototipe
Berkembangnya mesin dan peralatan listrik Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk ketenagalistrikan melalui prototipe mesin dan peralatan listrik
3 Peningkatan nilai tambah produk Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat.
Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik, dan Alat Berat; 2 Penumbuhan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin Peralatan Listrik, Alat Kesehatan, Mesin Perkakas, Mesin Pelestari Lingkungan, Peralatan Pabrik dan Alat Berat;
Jumlah Laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
1
Jumlah prototipe
Tersedianya prototipe produk
Berkembangnya Industri Permesinan, dan Alat Mesin Pertanian
Jumlah Panduan
Jumlah penerapan standar
Jumlah Rancangan Standar
Jumlah SDM Industri yang terlatih
(4)
INDIKATOR
Tersusunnya panduan TKDN
Meningkatnya kualitas produk
Meningkatnya kompetensi SDM Industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
d.
(2)
Pengembangan SDM Industri
(1)
c.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 191
(2)
Penumbuhan Industri Alat Pertanian
Peningkatan kerja sama, promosi, dan investasi Industri
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Pengembangan SDM Industri
Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri
a.
b.
c.
d.
Non Prioritas
c.
Pengembangan Klaster Industri mesin dan peralatan umum (Prioritas Bidang Perekonomian)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Lembaga/institusi
RSNI SNI
Meningkatnya jumlah SNI permesinan Terjaminnya kualitas produk permesinan
Jumlah orang
Berkembangnya SDM dan teknologi industri alsintan Berkembangnya Institusi/ Lembaga yang mendukung pengembangan Industri Permesinan dan alat mesin pertanian melalui bantuan mesin/peralatan
Jumlah orang
Jumlah usulan kebijakan
Berkembangnya SDM dan teknologi industri permesinan
Iklim usaha kondusif
Usulan posisi runding dalam kerjasama internasional
Jumlah promosi/pameran
Jumlah prototipe
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe Alat Mesin pertanian Meningkatnya kerja sama, promosi, dan investasi industri
Jumlah daerah/lokasi
Jumlah prototipe
Meningkatnya penggunaan produksi dalam negeri produk permesinan melalui prototipe mesin dan peralatan umum
(4)
Berkembangnya industri alsintan sesuai dengan kontur budaya lokal
Jumlah klaster
INDIKATOR
Berkembangnya klaster industri mesin dan peralatan umum
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
192 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
5.
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasi
Jumlah laporan
Terlaksananya koordinasi iklim usaha, standarisasi, teknologi dan kerja sama
Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan Iklim Usaha, Standarisasi, Teknologi, dan Kerja sama
d.
Jumlah laporan
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
Peningkatan koordinasi perumusan Perencanaan, evaluasi dan laporan
c.
Jumlah SOP
Jenis sarana dan prasarana
Jumlah laporan
Peningkatan Layanan Administrasi Keuangan
b.
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
Jumlah Perusahaan
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
Peningkatan Layanan Perkantoran dan Umum
a.
(4)
1) Perumusan hasil koordinasi dibidang pelaksanaan kebijakan industri, administrasi, perencanaan, pelaporan, dan evaluasi yang diperlukan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Industri Unggulan Berbasis Teknologi 2) Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan
Jumlah dokumen
Jumlah lembaga uji
Berkembangnya lembaga penilaian kesesuaian Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
SKKNI
INDIKATOR
Terjadinya peningkatan kompetensi
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Kementerian/Lembaga Terwujudnya penggunaan a. Meningkatkan Penggunaan Produk produk unggulan di pasar Dalam Negeri dalam negeri Industri Unggulan Berbasis Teknoloi Tinggi (Prioritas K/L) Non Prioritas
Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
Peningkatan perumusan Perencanaan, evaluasi, dan laporan
(2)
(1)
e.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 193
2
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah I Indonesia
b.
-
-
-
-
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni Pengembangan Klaster IKM Makanan Ringan Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri Pengembangan Klaster IKM Fashion
a.
Pengembangan Klaster IKM
-
-
-
-
Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni Pengembangan Klaster IKM Batu Mulia dan Perhiasan Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias Pengembangan Klaster IKM Garam rakyat/konsumsi
Prioritas Bidang Perekonomian
Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah II Indonesia (Jawa dan Bali)
Pengembangan Klaster IKM
a.
Prioritas Bidang Perekonomian
Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah I Indonesia (Sumatera dan Kalimantan)
1
(3) Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan IKM
(2)
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(1)
IV
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Kontribusi PDB IKM sebesar 34% terhadap PDB sektor industri pada tahun 2014
- Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya - Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif - Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Jumlah Sentra
- Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya - Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif - Terselenggarakannya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
2
(8)
2012
371.000.000 26.650.000
(7)
2011 90.647.500
(9)
2013 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah II
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah I
564.244.625 Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
(10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
1 Rasio industri di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa 313.451.921 mencapai 60:40
(4)
INDIKATOR
194 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3
4
-
-
-
Meningkatnya jumlah sentra IKM yang dibina melalui OVOP
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah III Indonesia
b.
Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah
Pengembangan Klaster IKM
a.
-
-
-
-
-
-
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Pengembangan Klaster IKM Kerajinan dan Barang Seni Pengembangan Klaster IKM Gerabah/Keramik Hias Pengembangan Klaster IKM garam rakyat/konsumsi Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM minyak atsiri Pengembangan Klaster IKM fashion
- Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan IKM - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
Jumlah Sentra
- Terlaksananya implementasi kolaborasi dan kelembagaan klaster yang semakin kuat - Diketahuinya efektifitas dan rekomendasi program selanjutnya - Terlaksananya kegiatan pengembangan Industri Kreatif - Terselenggaranya pelatihan peningkatan mutu dan desain serta pengembangan promosi industri kreatif
Jumlah Sentra
(4)
INDIKATOR
Tumbuh dan berkembangnya sentra IKM melalui pendekatan OVOP
Pengembangan Klaster IKM makanan ringan Pengembangan Klaster IKM Minyak Atsiri Pengembangan Klaster IKM Fashion
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
Penyebaran dan Penumbuhan Industri Kecil dan Menengah di Wilayah III ( Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua)
Pengembangan IKM melalui pendekatan OVOP di Wilayah II Indonesia
(2)
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah
Direktorat Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Wilayah III
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 195
(2)
(1)
Peningkatan layanan perkantoran umum
Peningkatan koordinasi dan perumusan dan perencanaan, evaluasi, dan laporan
Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan dan kerja sama
Peningkatan layanan Administrasi Keuangan
Peningkatan kegiatan lintas sektor
a
b.
c
d
e
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan Terlaksananya kegiatan promosi dan pemasaran
-
Terlaksananya pelaksanaan urusan administrasi keuangan
-
-
Terlaksananya perumusan kebijakan dan kerjasam
Tersusunnya laporan pelaksanaan
-
Tersedianya data IKM
-
Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran
-
-
Terlaksananya peningkatan kualitas pelayanan
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Kementerian/Lembaga
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah laporan
Jumlah SNI
Jumlah laporan
Jumlah laporan
Jumlah dokumen
Jenis sarana dan prasarana
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
196 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha) Sarana dan prasarana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah I
a.
b.
c. Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya Peta Panduan
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering design/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan)
- Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah I Indonesia - Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melalui pengembangan kawasan industri - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Meningkatnya jumlah investasi industri didaerah melalui pembangunan kawasan industri
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah I (Sumatera dan Kalimantan)
PROGRAM PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
(1)
V
PROGRAM/KEGIATAN
NO (7) 55.000.000
(6) -
2011 74.350.000
(8)
2012 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah I
07.000.000 160.150.000 Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
(9)
2013
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 197
2
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Sarana dan prasarana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
a.
b.
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering design/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan)
- Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah II Indonesia - Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan PPP
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah I
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah I
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah II (Jawa dan Bali)
Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership Wilayah I
e.
(2)
Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah I
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah II
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
198 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
3
Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership Wilayah II
e.
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha)
Dokumen Fasilitasi (AMDAL, master plan, detailed engineering design/DED, Renstra, studi kelayakan ekonomis dan finasial dan kelembagaan) Sarana dan prasrana yang terbangun (jalan, gedung pengelolah kawasan, IPAL, dan pusat inovasi)
Terdukungnya lokasi yang layak untuk dikembangkan sebagai KEK
- Tersusunnya kebijakan dan program, penyusunan standar, pemberian bimbingan teknis, dan evaluasi pengembangan industri di Wilayah III Indonesia - Meningkatnya perkembangan dan pertumbuhan industri di daerah melaluli pengembangan kawasan industri - Meningkatnya rasio industri di luar Pulau Jawa terhadap Pulau Jawa - Tersusunnya roadmap pengembangan produk unggulan provinsi dan kompetensi inti industri Kab/Kota
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan PPP
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Tersusunnya Peta Panduan
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya fasilitasi pengembangan zona industri di KEK
Efektifnya percepatan pembangunan industri di daerah yang berlandaskan keunggulan komparatif yang dimiliki daerah melalui Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah II
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah II
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Bidang Perekonomian
a.
Prioritas Nasional
Pengembangan Fasilitas Industri Wilayah III ( Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua)
Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah II
d.
(2)
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah II
(1)
c.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Pengembangan Fasilitasi Keindustrian Wilayah III
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 199
4
Fasilitasi Penetapan Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Wilayah III
Fasilitasi Penetapan, Perumusan dan Evaluasi Peta Panduan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi Wilayah III
Koordinasi pelaksanaan Public Private Partnership Wilayah III
c.
d.
e.
Penyusunan dan Evaluasi Program Pengembangan Perwilayahan Industri
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri
b.
(2)
Penyusunan rencana pelaksanaan pengembangan industri terpadu
(1)
a.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Adanya Dukungan Manajemen, Administrasi dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Meningkatnya fasilitasi Public Private Partnership Wilayah III
Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
- Tersusunnya kebijakan pelaksanaan program pengembangan industri di kawasan Barat, Tengah, dan Timur Indonesia - Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan dan pelaporan - Terselesaikannya pelaporan tepat waktu
Tersusunnya Pedoman pelaksanaan PPP
Tersusunnya Dokumen Peta Panduan
Tersusunnya Peta Panduan
Tersusunnya Dokumen Fasilitasi (dokumen perencanaan)
Meningkatnya fasilitasi pengembangan kawasan industri Meningkatnya pengembangan kompetensi inti industri daerah Wilayah III
Tersusunnya dokumen model pengembangan industri terpadu
(4)
INDIKATOR
Tersedianya rencana model pengembangan industri terpadu yang implementatif
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
200 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 Terjalinnya kerjasama industri internasional wilayah I dan multilateral
Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional Wilayah I dan Multilateral
Partisipasi aktif dalam Forum kerja sama Internasional
Monitoring dan evaluasi kerjasama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Identifikasi dan analisa kerja sama industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
Peningkatan SDM dalam penanganan kerja sama Industri Internasional
Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk
Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah I dan Multilateral
a
b
c
d
e
f
g
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerja sama industri internasional
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri internasional Wilayah I dan Multilateral
Layanan manajemen Kinerja Direktorat Kerja Sama industri Wilayah I dan Multilateral
Promosi Investasi industri Internasional
Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penangana Kerja Sama Industri Internasional
Bulan layanan
Paket program promosi industri
Jumlah orang
Jumlah laporan analisa kerja sama industri internasional
jumlah laporan perkembangan kerja sama
Laporan Perkembangan kerja sama industri internasional Wilayah I dan Multilateral
Laporan analisa kerja sama industri internasional Wilayah I dan Multilateral
Paket kebijakan
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional Wilayah I dan Multilateral
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengembangan Kerjasama Industri Internasional Wilayah I ( Amerika, Eropa dan Timur Tengah ) dan Multilateral
Terwujudnya kerjasama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
(4)
1
(3)
INDIKATOR
Meningkatnya ekspor produk dan jasa industri ke manca negara
(2)
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM KERJA SAMA INDUSTRI INTERNASIONAL
(1)
VI
PROGRAM/KEGIATAN
NO
-
(6)
(8) 9.875.551
(7)
2012
8.557.397
2011 3.618.629
(9)
2013 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Direktorat Kerjasama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
61.661.423 Direktorat Jenderal Kerjasama Industri Internasional
(10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 201
Penyusunan rumusan kebijakan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Partisipasi aktif dalam Forum kerja sama Internasional
Monitoring dan evaluasi kerja sama industri Internasional Wilayah II dan Regional
Identifikasi dan analisa kerja sama industri Internasional Wilayah II dan Regional
Peningkatan SDM dalam penanganan kerja sama Industri internasional
Partisipasi aktif dalam promosi investasi dan pemasaran produk
Peningkatan bimbingan teknis dibidang kerja sama Industri internasional Wilayah II dan Regional
a
b
c
d
e
f
g
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengembangan Kerja sama Industri Internasional Wilayah II dan Regional
(2)
(1)
2
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Tersedianya SDM yang berkualitas di bidang kerja sama industri Wilayah II dan Regional
Promosi Investasi industri internasional
Orang peserta peningkatan kemampuan SDM penangana Kerja Sama Industri Internasional
Jumlah orang
Paket program promosi industri
Jumlah orang
Jumlah laporan analisa kerja sama industri internasional
Jumlah laporan evaluasi pelaksanaan kerjasama industri internasional
Laporan Kegiatan/monev perkembangan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional Laporan analisa kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Jumlah laporan perkembangan kerja sama
Paket kebijakan
Terwujudnya kerja sama internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
(4)
INDIKATOR
Laporan Perkembangan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Dokumen Rumusan kebijakan kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
Terjalinnya kerja sama industri internasional Wilayah II dan Regional
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Direktorat Kerja Sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
202 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
4
Identifikasi dan analisa hambatan Industri dalam negeri di pasar internasional
Identifikasi dan analisa penanganan hambatan kerja sama industri internasional
Analisis kinerja dan pengamanan industri dalam negeri
Monitoring dan evaluasi penanganan ketahanan industri internasional
Peningkatan SDM dalam penanganan kerja sama Industri internasional
Dukungan operasional kerja Ditjen KII Wilayah II dan Regional
b
c
d
e
f
g
Peningkatan Dukungan Fasilitasi dan Koordinasi Kerja sama Industri Internasional
Penyusunan kebijakan ketahanan industri dari pengaruh globalisasi
a
Prioritas Kementerian/Lembaga
Peningkatan Ketahanan Industri
(1)
3
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah paket kajian
Laporan analisa penanganan hambatan kerja sama industri internasional
Tersedianya dukungan fasilitasi dan koordinasi kerja sama industri internasional
Layanan Manajemen Kinerja Direktorat Ketahanan Industri
Orang Peserta Peningkatan kemampuan SDM penanganan ketahanan industri
Laporan kegiatan/monev bidang ketahanan industri internasional
Terwujudnya kerja sama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
Bulan layanan
Jumlah orang
Jumlah laporan evaluasi
Jumlah paket kajian
Jumlah Laporan identifikasi hambatan kerja sama industri internasional
Laporan identifikasi hambatan kerja sama den industri dalam negeri
laporan analisa kinerja dan pengamanan industri dalam negeri
Paket kebijakan
Terwujudnya kerja sama industri internasional yang mengadopsi kepentingan sektor industri
(4)
INDIKATOR
Dokumen rumusan kebijakan ketahanan industri terkait kerja sama internasional
Terlaksananya penanganan hambatan kerja sama Industri Internasional dan pengamanan industri di dalam negeri
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja sama Industri Internasional
Direktorat Ketahanan Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 203
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Koordinasi Penanganan Kerja sama Internasional
Penyusunan Kebijakan teknis Kerja Sama Industri Internasional
c
d
Penyusunan program dan anggaran Ditjen Kerja sama Industri Internasional
b
(2)
Operasional Layanan perkantoran
(1)
a
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Jumlah Laporan kegiatan
Jumlah rekomendasi
Rekomendasi dukungan kebijakan teknis Kerja Sama Industri Internasional
Dokumen Perencanaan Pelayanan perkantoran
Bulan penyelenggaraan pelayanan perkantoran
(4)
INDIKATOR
Laporan kegiatan/ koordinasi/pembinaan dan tindak lanjut/monev bidang kerja sama Industri Internasional
Dokumen perencanaan dan penganggaran Ditjen Kerja Sama Industri Internasional
Layanan Perkantoran
(3)
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
204 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
VII
(1)
NO
2
Penerapan standardisasi, akreditasi, dan peningkatan mutu industri unggulan berbasis Iptek
b.
Peningkatan Iklim Usaha Industri
Peningkatan Investasi Industri
Pemodelan dan analisis industri
Membangun sistem informasi industri yang terintegrasi dan handal
a.
b.
c.
d.
Meningkatnya pembangunan sistem informasi yang terintegrasi
Efektifitas dan efisiensi produksi cabang industri tertentu untuk meningkatkan daya saing
Meningkatnya investasi di sektor industri
Membaiknya iklim usaha di sektor industri
Unit Pengguna Informasi
Model sistem pasok, produksi dan pemasaran
Paket rumusan kebijakan
Kelompok/bidang Industri
Tersusunnya konsepsi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dalam rangka menciptakan iklim perlindungan industri yang wajar, iklim pengembangan usaha industri yang sehat, iklim untuk mendorong ekspor hasil industri
Permen SNI wajib
Meningkatnya pemberlakuan SNI wajib
Terwujudnya pengkajian kebijakan dan iklim usaha industri
Jumlah RSNI
Meningkatnya RSNI
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri
Peningkatan Standardisasi Industri
a.
Prioritas Kementerian/Lembaga
Tersusunnya Kebijakan Standardisasi Industri
Tersusunnya Kebijakan serta pengembangannya dan terlaksananya penyiapan perumusan kebijakan standardisasi, Rancangan SNI, kaji ulang dan revisi SNI, penyiapan pemberlakuan SNI secara wajib
Perencanaan Kebijakan Standardisasi Industri
1
(4) Tersusunnya rumusan dan analisis kebijakan dari iklim di sektor industri serta analisa, standar, dan prosedur di bidang industri serta terhasilkannya kuantitas, kualitas hasil litbang, dan kebijakan pendukungnya yang mampu diaplikasikan hingga skala pabrik
(3)
(2)
INDIKATOR
PROGRAM PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM, DAN MUTU INDUSTRI
OUTCOME/OUTPUT
PROGRAM/KEGIATAN (8) 14.690.000
(7)
(6)
2012
340.664.373 60.600.000
2011 76.893.500
(9)
2013 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri
Pusat Standardisasi
548.427.525 Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
(10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 205
4
Terlaksananya Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Pengembangan Lingkungan Industri
Pengembangan Diversifikasi dan Konservasi Energi Industri
Pengembangan Lingkungan Industri
c.
d.
e.
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan Jasa Industri
Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Meningkatnya efisiensi energi di industri
Hasil litbang yang dipatenkan
Meningkatnya hasil litbang yang dipatenkan
Menyebarluaskan hasil litbang di bidang industri dan HKI
c.
Jumlah litbang Nanoteknologi
Memberdayakan potensi industri nanoteknologi
Peningkatan kerjasama dan promosi industri teknologi Baru
b.
Jumlah kajian dan Jumlah pusat industri teknologi tinggi
Tersusunnya Kajian Teknologi, Hak kekayaan Intelektual, dan Jasa Industri
Tingkat pengurangan emisi CO2
Dokumen Kebijakan/Peraturan
Penyusunan road map konservasi dan diversifikasi energi
Dokumen konsep Green Industry
Kebijakan-kebijakan teknis
Rekomendasi usulan penetapan
- Perumusan kebijakan, serta penelitian dan pengembangan lingkungan industri, energi, dan diversifikasi hasil riset - Terdapatnya peta sumber daya lingkungan hidup energi baru dan yang terbarukan pada sektor industri - Terlaksananya penelitian dan pengembangan lingkungan industri hijau
(4)
INDIKATOR
Tersedianya kajian dan berdirinya pusat industri
Kajian dan pendirian pusat industri teknologi Baru
a.
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Intelektual
Meningkatnya pengembangan kawasan industri berbasis kompetensi inti
Pengembangan Kawasan Industri Berbasis Kompetensi Inti
b.
Meningkatnya industri berwawasan lingkungan
Tersedianya konsep kelayakan pengembangan kawasan ekonomi khusus
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Industri Khusus
a.
Prioritas Kementerian/Lembaga
Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup
(2)
(1)
3
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Pusat Pengkajian Teknologi, Hak Kekayaan Intelektual, dan Jasa Industri
Pusat Pengkajian Lingkungan Hidup dan Industri Hijau
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
206 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
5
6
(2)
Terwujudnya kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya
Terwujudnya pilot project, pusat inkubator nanoteknologi dan aliansi strategis, serta terpilihnya hasil litbang teknologi industri bagi dunia usaha
Penyusunan Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan iklim dan Mutu Industri
b.
Terwujudnya litbang teknologi baru dan terlaksananya pelayanan teknis sertifikasi industri
Teridentifikasinya permasalahan iklim dan mutu industri sebagai masukan penyusunan kebijakan dan program BPKIMI
Terwujudnya kebijakan dan program BPKIMI yang berkelanjutan
a.
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Industri
Jumlah hasil litbang dan rekayasa teknologi baru
Jumlah kerjasama litbang dan rancangbangun
Terwujudnya kerjasama litbang dengan antar Badan Penelitian, PT, Dunia Usaha
- Jumlah pelayanan teknis yang dihasilkan - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah hasil litbang baru
Jumlah dokumen monev
KPJM dan Rencana Kerja BPKIMI
- Terlaksananya pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri - Tersusunnya Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri - Tersusunnya Evaluasi Program Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
Pilot Project Nanoteknologi
(4)
INDIKATOR
Terwujudnya hasil litbang dan perekayasaan industri sebagai upaya peningkatan daya industri
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Peningkatan JPT
Penyusunan Program Kegiatan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
a.
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Prioritas Kementerian/Lembaga
Penyusunan Rencana dan Evaluasi Program Kebijakan Iklim Usaha dan Mutu Industri
Mendorong pengembangan dan peningkatan inovasi industri
(1)
d.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 207
Peningkatan Standardisasi Industri Daerah
c.
(2)
Pelayanan Teknis Pengujian Industri
(1)
b.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Meningkatnya RSNI
Terwujudnya jasa pelayanan teknis kepada dunia usaha
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Jumlah RSNI
Jumlah JPT
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
208 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 OUTCOME/OUTPUT (3) Terlaksananya program dan kegiatan sesuai rencana dan ketentuan yang berlaku, terselenggaranya pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, bersih dan bebas dari KKN, serta terwujudnya Good Governance dan Clean Government, melalui Pelaksanaan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja Program/kegiatan, Reviu LK/BMN, Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Industri, dan Dukungan Manajemen/ Teknis Lainnya Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
-
-
(2)
PROGRAM PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS APARATUR KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat I -
PROGRAM/KEGIATAN
1.
(1)
VIII
NO
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus dan Monev Program/kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat I
(6) 9.908.000
(4) 5.500.000
(7)
2011 2.325.000
(8)
2012 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Inspektorat I
60.173.750 69.199.813 Inspektorat Jenderal
(9)
2013
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Tersusunnya norma, standar, kriteria, dan prosedur pengawasan yang efektif, tersedianya hasil pengawasan yang berkualitas, serta tercapainya peningkatan akuntabilitas, transparansi, efektifitas, dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Perindustrian.
INDIKATOR
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 209
3.
(2)
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat III
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat II
(1)
2.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
-
-
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri
-
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota
Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus
-
-
Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal
-
Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota
-
-
Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan
-
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus, dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat III
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus, dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat II
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Inspektorat III
Inspektorat II
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
210 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Dukungan Manajemen, Pembinaan dan Tindak Lanjut Pengawasan, serta Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal
5.
(2)
Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Pelaksanaan Program Pengembangan Industri Inspektorat IV
(1)
4.
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Operasional perkantoran ketatalaksanaan dan layanan birokrasi Pembinaan dan Pengembangan SDM Pengawasan serta Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan
-
Akuntabilitas Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan
-
-
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri
-
Pembayaran Gaji/ Tunjangan/Uang makan, Lembur Inspektorat Jenderal
Pengawasan /Pemeriksaaan Khusus
-
-
Reviu Laporan keuangan/ BMN unit vertikal
-
Layanan fasilitasi perkantoran dan dukungan manajemen /teknis Inspektorat
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Pengembangan Industri di Pusat dan Prov/Kab/Kota
-
-
Pengawasan Kinerja pada unit/satker vertikal, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan
-
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Meningkatnya kemampuan aparat pengawasan dalam rangka pembinaan terhadap pelaksanaan pengawasan dan penyelesaian tindak lanjut
Terpeliharanya sarana kerja/ kantor, terpenuhinya kebutuhan sehari-hari perkantoran, tertib ketatalaksanaan, dan layanan birokrasi
Terlaksananya pembayaran gaji, tunjangan, uang makan, dan lembur pegawai Inspektorat Jenderal
Terselenggaranya Pengelolaan dan fasilitasi serta dukunganPelaksanaan Program Pengawasan Inspektorat Jenderal
Terlaksananya Pengawasan Kinerja, Monev Pengembangan Industri, Reviu Lap Keuangan/ BMN, Pemeriksaan Khusus, dan Monev Program/ kegiatan prioritas dan aktual bidang industri oleh Inspektorat IV
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Sekretariat Inspektorat Jenderal
Inspektorat IV
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 211
PROGRAM/KEGIATAN
(2)
NO
(1) Peningkatan sistem informasi pengawasan, penyusunan kebijakan/ Pedoman Pengawasan, Sarana Kerja/ Kantor, dan Pendataan Bahan Pengawasan serta Pembinaan/Konsultasi Pengawasan Internal Kementerian Koordinasi pelaksanaan pengawasan/Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dengan aparat pengawasan internal Pemerintah (APIP) serta Monitoring Evaluasi Pelaksanaan Program Kementerian.
-
-
(3)
OUTCOME/OUTPUT
Terkoordinasinya Kegiatan Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kegiatan kementerian
Tersedianya sistem informasi pengawasan dan sarana kerja, penyempurnaan kebijakan/ pedoman pengawasan, updating data bahan pengawasan dan pembinaan yang berkesinambungan
(4)
INDIKATOR (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
212 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT (4)
INDIKATOR
Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan
Pengembangan SDM Industri
Peningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan dan Barang Milik Negara yang Profesional
1
2
3 Peningkatan pengelolaan keuangan dan inventarisasi kekayaan milik negara Kementerian, serta predikat WTP bagi Kementerian Perindustrian terus bertahan
Peningkatan koordinasi, perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan serta pengelolaan administrasi kepegawaian, sistem informasi, dan manajemen kinerja sumber daya manusia aparatur di lingkungan Kementerian Perindustrian
Peningkatan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran sektoral, program investasi, kerjasama lintas sektoral dan regional, serta evaluasi dan penyusunan laporan Kementerian
Status WTP (unit)
Layanan Manajemen Kinerja
Dokumen pengelolaan urusan kepegawaian
Tercapainya peningkatan kualitas pelaporan
Tercapainya peningkatan kualitas perencanaan
c. Terlaksananya pemberian dukungan administrasi dan teknis kepada unit-unit organisasi di lingkungan Kementerian
b. Terbinanya pelaksanaan tugas Kementerian yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan ketatalaksanaan, pendayagunaan sumber daya, serta penghubung antar lembaga dan masyarakat
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN a. Terkoordinasinya pelaksanaan tugas unitTUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian
(1)
IX
PROGRAM/KEGIATAN
NO (8) 84.068.227
(7)
(6)
2012
341.586.685 20.928.893
2011 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Biro Keuangan
Biro Kepegawaian
Biro Perencanaan
556.678.461 640.180.230 Sekretariat Jenderal
(9)
2013
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 213
Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
Peningkatan Kualitas Layanan di Bidang Hukum dan Organisasi
5
(2)
(1)
4
PROGRAM/KEGIATAN
NO
Peningkatan Koordinasi Penataan Organisasi dan Tata Laksana
Peningkatan Kualitas Layanan dan Bantuan Hukum
Peningkatan Kualitas Layanan Informasi Dokumentasi Peraturan Perundang- undangan
Peningkatan Koordinasi Penyusunan Rancangan Peraturan Perundangundangan Bidang Industri
Prosentase Unit Organisasi yang Menerapakan Sistem Manajemen Mutu Berbasis ISO 9001 2008
Prosentase Unit Organisasi yang Menerapkan Budaya Kerja 5K
Jumlah Kajian Kinerja Organisasi Kementerian Perindustrian
Jumlah Peraturan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian yang Efektif dan Efisien
Jumlah Masalah Hukum yang disuluh
Jumlah Perkara Hukum yang Diadvokasi
Jumlah Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri yang Dipublikasi
Database Informasi Peraturan Perundang-undangan Bidang Industri yang Up to Date
Jumlah Kajian Hukum Bidang Industri
Jumlah Peraturan Perundang- undangan Bidang Industri
Terciptanya keamanan dan ketertiban lingkungan kantor
Terpeliharanya sarana dan prasarana kerja
Terselenggaranya layanan administrasi dan Ketatausahaan pimpinan dan Kementerian
Jumlah daerah
Pemutakhiran data barang milik negara yang paling mutakhir Peningkatan Pelaksanaan Ketatausahaan Pimpinan, Pelaksanaan Urusan Keprotokolan dan Keamanan Dalam, Tata Persuratan dan Kearsipan, dan Kerumahtanggaan
(4) Persentase pembayaran gaji tepat waktu (3 hari kerja)
(3)
INDIKATOR
Terbayarkannya Gaji, Honorarium, dan vakasi Pegawai
OUTCOME/OUTPUT (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Biro Hukum dan Organisasi
Biro Umum
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
214 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
Peningkatan Kompetensi SDM Industri
Peningkatan Layanan Pendidikan Kejuruan dan Vokasi Industri
b.
Peningkatan Kualitas SDM Industri
8
Jumlah lulusan SDM terampil sebanyak 7.150 orang
Terciptanya SDM industri ahli siap kerja sesuai dengan kebutuhan industri
Peningkatan sarana dan prasarana lembaga diklat dan tata kelola manajemen yang baik
Penguatan kelembagaan pelatihan dan pendidikan
Jumlah lulusan SDM ahli madya sebanyak 7.670 orang
15 Koordinasi dan fasilitasi
Meningkatnya Koordinasi dan fasilitasi pengembangan SDM Industri
Terciptanya SDM industri ahli madya sesuai dengan kebutuhan industri
Jumlah SDM Aparatur dan SDM Industri telah mengikuti diklat sebanyak 14.330 orang
Jumlah pelayanan ketatausahaan dan manajemen kinerja 250 orang
Jumah informasi industri yang dipublikasikan 129.500
Jumlah penyelenggaraan koordinasi lintas sektoral, lembaga tinggi negara, dan sosialisasi kebijakan informasi sektor industri sebanyak 130 kali
Jumlah pelayanan publik 23.500 orang
Jumlah produk yang telah terverifikasi (perusahaan)
Jumlah data perusahaan
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya kompetensi SDM Aparatur dan SDM Industri
Terlaksananya pencitraan, pengelolaan layanan publik, hubungan antar lembaga, publikasi dan penyebarluasan informasi kebijakan industri, ketatausahaan, dan manajemen kinerja
Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik
a.
(3) Terlaksananya pembinaan sistem informasi, pengumpulan dan pengolahan data, sistem jaringan informasi, dan pelayanan data/informasi industri
7
(2)
Pembangunan Sistem Informasi Industri yang Terintegrasi dan Handal
(1)
OUTCOME/OUTPUT
6
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri
Pusat Komunikasi Publik
Pusat Data dan Informasi
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014 | 215 Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional II Padang Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional III Jakarta Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional IV Yogyakarta Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional V Surabaya Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional VI Denpasar Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional VII Makassar
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional II Padang
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional III Jakarta
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional IV Yogyakarta
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional V Surabaya
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VI Denpasar
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional VII Makassar
Tersedianya Laporan Tugas Pokok dan Fungsi
Mewujudkan tertib administrasi dan akuntabilitas kinerja pendidikan dan pelatihan
Terlaksananya pendidikan dan pelatihan industri di Regional I Medan
Indeks kepuasan pelanggan meningkat (skala 1 - 5)
Meningkatnya pelayanan Diklat SDM Industri
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
- Jumlah aparat yang kompeten dan berkualitas - Jumlah kerjasama dengan dunia industri - Jumlah PNBP yang dihasilkan
Tersedianya Dokumen Program dan Kegiatan
Layanan Manajemen Kinerja
(4)
INDIKATOR
Meningkatnya kinerja pendidikan dan pelatihan SDM Industri
(3)
OUTCOME/OUTPUT
- Pendidikan dan Pelatihan Industri Regional I Medan
Peningkatan Administrasi Kegiatan dan Pembinaan SDM Industri
d.
(2)
Peningkatan Layanan Manajemen Kinerja Pendidikan dan Pelatihan
(1)
c.
PROGRAM/KEGIATAN
NO (6)
(7)
2011 (8)
2012 (9)
2013 (10)
2014
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010
Balai Diklat Industri Regional VII Makassar
Balai Diklat Industri Regional VI Denpasar
Balai Diklat Industri Regional V Surabaya
Balai Diklat Industri Regional IV Yogyakarta
Balai Diklat Industri Regional III Jakarta
Balai Diklat Industri Regional II Padang
Balai Diklat Industri Regional I Medan
(15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
216 | RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2010 - 2014
(2)
(3)
OUTCOME/OUTPUT
1.
Peningkatan Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pembangunan, pengadaan, perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana kerja
Pelaksanaan Lelang sesuai dengan waktu yang direncanakan (%)
Peningkatan sarana dan prasarana kerja
Terwujudnya Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kerja Terlaksananya Perencanaan, Pengorganisasian, Pembinaan, Pengawasan, serta evaluasi Penggunaan kebutuhan tata kelola administrasi Pengadaan barang dan jasa seluruh satuan organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian
Tersedianya sarana prasarana kerja yang memadai (%)
(4)
INDIKATOR
Terkelolanya sarana prasarana kerja
PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
(1)
X
PROGRAM/KEGIATAN
NO (7) 20.01.835
(6) 8.162.600
2011 (9)
2013 (10)
2014 (15)
UNIT ORGANISASI PELAKSANA
Unit layanan Pengadaan
Biro Umum
23.002.110 26.452.427 30.420.291 Sekretariat Jendral
(8)
2012
PROYEKSI ANGGARAN (Rp 000,-) 2010