RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU
YAYASAN SEKA APRIL 2009
RANGKUMAN EKSEKUTIF
Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di Taman Nasional Bali Barat berupa pengambilan kayu bakar oleh Petani dan Pencari Kayu Bakar di 9 desa khususnya Desa Sumberklampok dan Desa Melaya untuk kebutuhan subsisten dan untuk dijual, maka perlu dibuat kebun terpadu seluas 10 hektar dengan memanfaatkan lahan milik masyarakat yang selama ini tidak dimanfaatkan/diterlantarkan. Kebun terpadu mengintegrasikan antara tanaman kayu bakar dan tanaman pakan ternak. Jenis tanaman penghasil kayu bakar antara lain Sengon, Gamal, Kaliandra, Lamtoro, Turi. Jenis tanaman pakan ternak adalah rumput gajah dan rumput raja.
Siapa: Pihak‐pihak yang akan terlibat dalam program kebun terpadu dan telah memberikan dukungan adalah RARE Bogor, Yayasan SEKA ‐ Jembrana, Sekaha Tani Buleleng (STB), Sekaha Tani Jembrana (STJ), Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Buleleng, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Buleleng. Khalayak sasaran yang akan dijangkau adalah 147 Petani dan pencari bakar di 9 desa dengan target khusus 40 orang yang berada di Desa Sumberklampok dan Melaya yang selama ini memiliki akses terbesar terhadap kawasan hutan TNBB.
Kapan: Untuk fase persiapan dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2009, berupa penentuan lokasi kebun terpadu, pelatihan pertanian dan pembibitan tanaman. Fase Pelaksanaan berupa pengolahan lahan dan Penanaman akan mulai dilakukan pada bulan November 2009 dengan pertimbangan bahwa pada bulan tersebut telah memasuki awal musim penghujan sehingga tingkat hidup tanaman cukup tinggi. Diperkirakan mulai Pebruari 2010 tanaman pakan ternak mulai dipanen, dan selanjutnya dilakukan pemanenan seminggu sekali. Untuk tanaman kayu bakar, diharapkan pada November 2010 mulai dapat dipanen. Jumlah demplot untuk kebun terpadu adalah 10 hektar yang terbagi menjadi 20 plot, masing‐masing plot seluas 0,5 hektar. Demplot akan dipusatkan di Desa Sumberklampok yang diharapkan menjadi pusat pembelajaran pengelolaan kebun terpadu bagi masyarakat di 8 desa target.
Bagaimana:
Peluang pendanaan diharapkan berasal dari RARE yang meliputi pengadaan bibit, biaya pembuatan demplot (penyiapan dan pengolahan lahan) dan pendampingan. TNBB diharapkan akan menyediakan ahli dibidang konservasi kawasan, melakukan monitoring kawasan dan menyediakan informasi secara kontinu tentang konservasi. Dinas Kehutanan Kabupaten Buleleng diharapkan untuk memberikan bantuan bibit tanaman kayu bakar. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng diharapkan memberikan bantuan bibit pakan ternak dan bantuan teknis berupa pelatihan dan penyuluhan kepada petani. Yayasan Seka akan melakukan monitoring dan pendampingan selama pelaksanaan program. Sekaha Tani Buleleng (STB) dan Sekaha Tani Jembrana (STJ) telah berkomitmen untuk membantu pelaksanaan dan monitoring kebun terpadu.
OBJEKTIF‐OBJEKTIF PROYEK DAN PELAKSANAAN
Tujuan Untuk mengurangi ancaman utama di hutan hujan dataran rendah TNBB berupa pengambilan kayu bakar oleh Petani dan Pencari Kayu Bakar di 9 desa khususnya Desa Sumberklampok dan Desa Melaya untuk kebutuhan subsisten dan untuk dijual. Hasil yang diharapkan adalah menurunnya jumlah Petani dan Pencari kayu bakar yang mengambil kayu bakar di hutan hujan dataran rendah sebesar 27.2% dari 147 orang pada November 2009 menjadi 107 orang pada November 2010.
Objektif Juni ‐ Juli 2009 Rare menyetujui dukungan Pendanaan untuk Program Kebun Energi Agustus ‐ Oktober 2009 dilakukan fase persiapan berupa penentuan lokasi kebun terpadu, pembagian peran dan tanggung jawab mengelola kebun terpadu, pelatihan teknis pertanian dan pembibitan tanaman kayu bakar. November 2009 mulai dilakukan fase pelaksanaan berupa pembuatan demplot kebun terpadu seluas 10 hektar yang dibagi menjadi 20 plot @ 0,5 hektar. Lokasi demplot dipusatkan di Desa Sumberklampok. Jenis tanaman penghasil kayu bakar yang ditanam antara lain Gamal, Kaliandra, Lamtoro, Sengon dan Turi. Tanaman pakan ternak berupa rumput gajah dan rumput raja. Pebruari 2010 tanaman pakan ternak mulai bisa dipanen untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi dan kambing serta dijual, dan selanjutnya dapat dipanen setiap seminggu sekali. November 2010 dilakukan pemangkasan tanaman Gamal dan mulai dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. November 2011 tanaman kayu bakar telah mulai dipanen.
Metodologi yang digunakan dalam penilaian BROP ‐
Pembuatan Demplot Kebun Terpadu seluas 10 hektar dibagi menjadi 20 plot @ 0,5 hektar dengan ukuran lahan 100m x 50m.
‐
Kebun terpadu menerapkan Sistem Tiga Strata (STS), yaitu sistem yang mengintegrasikan antara tanaman penghasil kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pangan. Dalam satu demplot kebun dibagi menjadi 3 strata, yaitu strata 1, strata 2 dan strata 3.
‐
Strata 1 terletak di bagian pinggir berisi tanaman kayu bakar utama adalah Sengon, sedangkan jenis tanaman kayu bakar lainnya (Gamal, Kaliandra, Lamtoro, Turi) ditanam sebagai pagar kebun. Jarak tanam untuk Sengon adalah 2 x 2 m sebanyak 4 baris. Luas tanaman kayu bakar adalah 2312 m2.
‐
Strata 2 terletak di bagian tengah berisi tanaman pakan ternak yaitu Rumput Gajah dan Rumput Raja ditanam dengan jarak tanam 50 x 40cm seluas 1248 m2.
‐
Strata 3 terletak dibagian paling dalam dari kebun berisi tanaman jagung dan cabe, luasnya 1440 m2.
‐
Lahan yang dijadikan demplot adalah lahan milik Petani dan Pencari Kayu Bakar yang tidak dimanfaatkan. Lokasi demplot dipusatkan di satu desa, yaitu Desa Sumberklampok. Alasannya adalah untuk memudahkan persiapan, pelaksanaan dan monitoring serta menghemat waktu dan tenaga. 8 desa lainnya akan diundang untuk mengikuti setiap tahapan, mulai dari tahap persiapan (penentuan lokasi kebun terpadu, pembagian peran dan tanggung jawab mengelola kebun terpadu, pelatihan teknis pertanian dan pembibitan tanaman kayu bakar), pelaksanaan pembuatan demplot dan monitoring.
Metodologi implementasi yang diajukan 1. Tahap Persiapan a. Menentukan lokasi demplot kebun terpadu Lahan untuk demplot kebun terpadu adalah milik Petani dan Pencari Kayu Bakar yang menjadi anggota kelompok tani sehingga perlu disepakati mengenai pembagian peran dan tanggung jawab dalam mengelola demplot kebun energi. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode pertemuan kelompok dan dilaksanakan pada Bulan Agustus 2009. b. Pelatihan teknis pertanian
Tujuan dari pelatihan ini adalah membekali pelaksana kebun terpadu dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengelola kebun terpadu. Pelatihan yang diadakan meliputi pelatihan pembuatan pupuk organik dan penataan kebun. Pelaksanaan pelatihan pada Bulan September 2009. c. Pengadaan bibit Pengadaan bibit dilakukan pada Bulan Oktober 2009. Bibit Sengon dan cabe berasal dari pembibitan yang telah siap untuk ditanam. Bibit Gamal, Lamtoro, Kaliandra dan Turi berasal dari batang atau cabang. Tanaman pakan ternak (Rumput Gajah dan Rumput Raja) bibitnya adalah batang yang siap ditanam. Sedangkan untuk jagung bibitnya adalah biji yang siap ditanam. Kebutuhan bibit dalam 1 unit demplot seluas 0.5 hektar adalah sebagai berikut: 1) Strata 1 seluas 2312 m2 ditanami tanaman Sengon dengan Jarak tanam 2x2m. Bibit yang dibutuhkan adalah 504 bibit ditambah dengan cadangan 10% (50 bibit) untuk mengantisipasi kematian di persemaian atau pada saat penanaman, jadi jumlahnya adalah 554 bibit. Bibit tanaman kayu bakar campuran (Gamal, Kaliandra, Lamtoro, Turi) ditanam sebagai pagar dengan jarak 25 cm, dibutuhkan bibit sebanyak 1200 bibit. Total jumlah bibit tanaman Sengon yang dibutuhkan untuk lahan demplot seluas 10 hektar adalah 554 x 20 = 11.080 bibit. Sedangkan bibit tanaman kayu bakar campuran yang dibutuhkan adalah 1200 x 20 = 24.000 bibit. 2) Strata 2 seluas 1248 m2 ditanami tanaman pakan ternak (Rumput Gajah dan Rumput Raja) dengan jarak tanam 0.5x0.5m. Bibit yang dibutuhkan adalah 1200 bibit ditambah dengan cadangan 5% (60 bibit) untuk mengantisipasi kerusakan pada saat pengangkutan, jadi jumlahnya adalah 1260 bibit. Total jumlah bibit tanaman pakan ternak yang dibutuhkan untuk lahan demplot seluas 10 hektar adalah 1260 x 20 = 25.200 bibit. 3) strata 3 seluas 1440 m2 ditanami dengan tanaman jagung dan cabe dengan sistem tumpangsari. Jumlah bibit jagung yang dibutuhkan adalah 1.5 kg dan bibit cabe sebanyak 150 bibit. Total jumlah bibit jagung yang dibutuhkan untuk lahan demplot seluas 10 hektar adalah 1.5 x 20 = 30 kg. Sedangkan bibit cabe 150 x 20 = 3000 bibit. 2. Pelaksanaan a. Pengolahan lahan Pengolahan lahan meliputi pembersihan lahan, pembajakan dan pembuatan gulutan, dilaksanakan pada Minggu III Oktober 2009. b. Penanaman 1) Strata 1 luas 2312 m2 Penanaman tanaman kayu bakar campuran yang juga berfungsi sebagai pagar dilakukan pada Minggu IV Oktober dengan jarak tanam 25x25 cm. Untuk penanaman tanaman Sengon dilakukan pada Minggu I Nopember 2009 dengan jarak tanam 2x2 m. Tetapi seminggu sebelumnya yaitu pada Minggu IV Oktober 2009 dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 30x30x30 cm dan diberikan pupuk kompos. 2) Strata 2 seluas 1248 m2
Penanaman tanaman pakan ternak (Rumput Gajah dan Rumput Raja) dengan jarak tanam 0.5x0.5m dilakukan bersamaan dengan penanaman Sengon, yaitu pada Minggu I Nopember 2009. Cara penanamannya adalah bibit/batang ditancapkan langsung ke tanah dengan buku‐buku batang menghadap ke atas. 3) Strata 3 seluas 1440 m2 Jagung dan Cabe ditanam pada Minggu II November 2009 dengan sistem tumpangsari. Untuk jagung penanaman dengan cara ditugal (dibuatkan lubang kecil) dan bijinya dimasukkan dalam tugal yang telah dibuat. Sedangkan untuk penanaman cabe, bibit yang telah siap langsung ditanam. c. Perawatan Perawatan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan dan melakukan penyulaman jika terdapat tanaman yang mati. d. Pemanenan Pemanenan pertama kali dilakukan pada tanaman pakan ternak, yaitu Rumput Gajah dan Rumput Raja setelah tanaman berusia 3 bulan. Cara memanen adalah dengan memotong sebagian batang dan menyisakan batang pokok supaya dapat tumbuh lagi (bertunas). Selanjutnya setiap minggu bisa dilakukan pemanenan lagi. Untuk tanaman jagung panen dilakukan setelah tanaman berusia 3.5 bulan dan tanaman Cabe mulai dipanen pada umur 5 bulan. Pemangkasan tanaman kayu bakar campuran (pagar) mulai bisa dilakukan pada bulan ke 6. Hasil dari pemangkasan adalah daun untuk pakan ternak dan rantingnya untuk kayu bakar. 3. Monitoring dan Evaluasi Monitoring di lahan demplot dilakukan seminggu sekali untuk memantau perkembangan tanaman dan sebulan sekali melakukan pertemuan dengan kelompok target di 9 desa untuk membahas perkembangan program kebun terpadu. Evaluasi dilakukan tiap 3 bulan untuk melihat perkembangan perubahan perilaku terhadap khalayak target yang mengerjakan kebun terpadu dan melihat perkembangan di seluruh desa target.
PARA MITRA DAN PERANANNYA NAMA MITRA
PERAN YANG DIHARAPKAN
RARE
Dana dan supervisi
Yayasan Seka
Pendampingan selama Persiapan, Pelaksanaan dan pasca program kebun terpadu
STB
Relawan untuk persiapan, pelaksanaan dan monitoring program kebun terpadu
STJ
Relawan untuk persiapan, pelaksanaan dan monitoring program kebun terpadu
ICRAF
Bantuan konsultasi pelaksanaan program kebun terpadu
TNBB
Menyediakan ahli dibidang konservasi, pemberi informasi tentang konservasi, melakukan monitoring kawasan
DISHUTBUN
Menyediakan bantuan bibit tanaman kayu bakar
DISTANAK KAB BULELENG
Menyediakan tenaga penyuluh dan pelatih pertanian
Kelompok Tani
Membantu persiapan dan pelaksanaan program
JADWAL WAKTU PELAKSANAAN PELAKSANAAN (BULAN) LANGKAH‐ LANGKAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12
Persiapan (Penentuan lokasi, pelatihan, pengadaan bibit)
Penyiapan lahan
Penanaman
Perawatan
Pemanenan pakan ternak
Pemanenan kayu bakar
Pemanenan Jagung
Pemanenan Cabe
Monitoring (biru) dan evaluasi (abu‐abu)
Laporan Perkembangan
Laporan akhir
BIAYA‐BIAYA
Fase Persiapan NO
KEGIATAN
1
Pertemuan dengan Kelompok Tani
Konsumsi 1 kali pertemuan x 50 orang @ 7.000
2
Pelatihan Teknis Pertanian :
JUMLAH BIAYA (Rp)
RARE
SWADAYA 350,000
a konsumsi 50 orang peserta x 5 hari @ 20.000
5,000,000
5,000,000
0
b Peralatan dan bahan praktek
2,500,000
2,500,000
c Tempat Pelatihan
500,000
500,000
d Honor Pelatih 2 orang x 5 hari @ 250.000
2,500,000
2,500,000
e Transport Pelatih 2 orang dari Denpasar @ 300.000
600,000
600,000
f Transport Panitia 3 orang selama 5 hari @ 50.000
750,000
0
750,000
g Pembelian ATK dan fotocopy modul
300,000
300,000
0
12,500,000
11,400,000
1,100,000
100%
91%
9%
Persentase
SUMBER DANA (Rp) 0
Total
DETAIL
350,000
Fase Pelaksanaan NO
KEGIATAN
DETAIL
1
Penyediaan lahan
Sewa lahan seluas 0.5 hektar/tahun
2
Pengadaan Bibit :
JUMLAH BIAYA (Rp)
SUMBER DANA (Rp) RARE
SWADAYA
1,500,000
0
1,500,000
1,385,000
1,385,000
0
a Pembelian bibit Sengon 554 bibit @ 2500
b
Pembelian bibit Gamal, Lamtoro, kaliandra, turi 1200 batang @ 300
360,000
360,000
0
c
Pembelian bibit Rumput Gajah dan Rumput Raja 1260 batang @ 200
252,000
252,000
0
d Pembelian bibit jagung 1.5 kg biji jagung
30,000
0
30,000
e Pembelian bibit cabe 150 bibit @ 300
45,000
0
45,000
3
Pengolahan Lahan dan Penanaman
350,000
350,000
0
a Biaya pembersihan lahan 50 are @ 7.000
b Biaya pembajakan 50 are @ 20.000
1,000,000
1,000,000
0
c Biaya pembuatan gulutan 50 are @ 7.000 d Biaya penanaman seluas 50 are @ 20.000
350,000 1,000,000
350,000 1,000,000
0 0
150,000
0
150000
1,500,000
1,500,000
0
Biaya pembuatan pagar dengan tanaman kayu bakar e (Gamal, Lamtoro, kaliandra, Turi) 5 orang @ 30.000 x 1 hari
4
Pemupukan
a Pembelian kompos 2 ton @ 750.000
b Pembelian mulsa organik (jerami) 1 ton
500,000
500,000
0
c Tenaga kerja pemupukan 5 orang @ 30.000 x 1 hari
150,000
150,000
0
900,000
0
900,000
9,472,000
6,847,000
2,625,000
189,440,000
136,940,000
52,500,000
100%
72%
28%
5
Perawatan
Biaya perawatan selama 30 HOK @ 30.000
Total Biaya Pelaksanaan Kebun Terpadu Seluas 0.5 hektar (1 demplot) Total Biaya Pelaksanaan Kebun Terpadu Seluas 10 hektar adalah Rp 9,472,000 x 20 demplot Persentase
Fase Monitoring NO
KEGIATAN
DETAIL
1
Monitoring Kebun Terpadu
Transport ke/dari lokasi kebun terpadu selama fase monitoring (lokasi akan dimonitoring seminggu sekali selama 10 bulan), hanya bahan bakar
80 perjalanan motor @ 4500
Hari kerja
JUMLAH BIAYA (Rp)
SUMBER DANA (Rp) RARE
SWADAYA
360,000
360,000
0
40 hari x 1 orang @ 30.000
1,200,000
1,200,000
0
Konsumsi lapangan
40 hari x 1 orang @ 15.000
600,000
600,000
0
ATK
Perlengkapan ATK selama monitoring (buku, pensil, spidol, papan perekat, dll)
200,000
200,000
0
2
Pertemuan kelompok target
Transport ke/dari lokasi pertemuan dengan kelompok target selama fase monitoring (pertemuan akan dilakukan sebulan sekali selama 10 bulan), hanya bahan bakar
20 perjalanan motor x 2 orang @ 9.000
360,000
360,000
0
Hari kerja
10 hari x 2 orang @ 30.000
600,000
600,000
0
Konsumsi Pertemuan
10 kali pertemuan x 30 peserta @ 7.000
2,100,000
2,100,000
0
ATK
Perlengkapan ATK selama 10 kali pertemuan kelompok (kertas plano, spidol, isolasi, gunting, cutter, dll) @ 100.000
1,000,000
1,000,000
0
6,420,000
6,420,000
0
100%
100%
0
Total Persentase
Biaya Total Program Kebun Terpadu Seluas 10 Ha NO
KEGIATAN
DETAIL
JUMLAH BIAYA (Rp)
SUMBER DANA (Rp) RARE
SWADAYA
1
Fase Persiapan
Biaya pertemuan dengan kelompok tani dan pelatihan teknis pertanian
12,500,000
11,400,000
2
Fase Pelaksanaan
Biaya penyediaan lahan s/d perawatan lahan seluas 10 hektar
189,440,000
136,940,000
3
Fase Monitoring
Biaya monitoring demplot kebun terpadu dan pertemuan kelompok target
6,420,000
6,420,000
208,360,000
154,760,000
53,600,000
100%
74.3%
25.7%
1,100,000 52,500,000 0
Total Persentase
PENILAIAN DAMPAK DAN RESIKO
Penilaian Dampak Program Kebun Terpadu sangat mungkin merealisasi dampak konservasi. Aktivitas masyarakat secara bertahap akan beralih di kebun, pengambilan kayu bakar dan pakan ternak akan dilakukan di kebun sehingga intensitas masyarakat ke hutan untuk mengambil kayu bakar menurun. Jika ini terjadi secara berkelanjutan, maka hutan yang menjadi habitat Jalak Bali akan terselamatkan. Namun demikian proses ini akan mulai terjadi pada tahun ke 3. Untuk tahun pertama dan kedua pengambilan kayu bakar di hutan masih terjadi karena selama waktu tersebut kebutuhan kayu bakar belum bisa dipenuhi dari kebun terpadu. Tujuan dampak konservasi dapat bertahan dalam jangka panjang karena ketika kebutuhan kayu bakar telah terpenuhi di kebun sendiri, maka masyarakat akan merasakan manfaat dari kebun terpadu. Manfaat lainnya adalah kebutuhan pakan ternak tersedia sepanjang musim dan hasil dari tanaman pangan akan menambah pendapatan.
Faktorfaktor resiko Faktor‐faktor Resiko Konsekuensi Strategi‐strategi Mitigasi Kepemilikan lahan/kebun (Desa Tanah dikuasai oleh Pemkab Saat ini proses kepemilikan lahan Sumberklampok) masih dalam Buleleng, masyarakat oleh masyarakat telah menemui titik proses negosiasi dengan pemerintah “diusir” terang, yaitu Pemkab akan kabupaten Buleleng memberikan hak milik kepada masyarakat, dan pemkab mulai mengadakan pengukuran tanah masing‐masing Kepala Keluarga. Strategi mitigasinya adalah dengan melakukan lobby untuk mempercepat proses pembebasan lahan menjadi milik masyarakat Tidak ada sumber pendanaan untuk Pembuatan demplot kebun Mencari sumber pendanaan ke melaksanakan proyek energi tertunda berbagai pihak Ketidaksesuaian antara jenis pohon Pertumbuhan tanaman Konsultasi dengan ahli pertanian yang ditanam dengan kondisi tanah lambat, bahkan mati tentang kondisi tanah, sumber air (jenis tanah dan tingkat kesuburan) dan kecocokan terhadap jenis tanaman; Pemilihan lahan demplot yang kondisi air tanahnya tidak mengandung kadar garam yang
Ketidakpuasan anggota kelompok yang lahannya tidak dijadikan demplot
Mempengaruhi semangat kelompok dalam mengadopsi kebun terpadu
tinggi. Pemilihan jenis pohon didasarkan pada jenis‐jenis pohon yang telah tumbuh di sekitar lahan untuk demplot Membuat kesepakatan bersama pada saat penentuan lokasi demplot, serta menegaskan pembagian peran dan tanggung jawab dalam kelompok