Rencana Operasi Penyingkiran Hambatan (BROP) Sistem Intensifikasi Pertanian dan Model Kebun Demplot Agroforestry (Percobaan Kebun Mitigasi di Wilayah Konflik Satwa Di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh-Indonesia)
Fauna & Flora International – Program Aceh Shaummil Hadi
1
Barrier Removal Operational Plan (BROP) Rangkuman Eksekutif Apa: Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang praktik pertanian berpindah yang selama ini diterapkan oleh petani setempat akan diminimalisir dengan cara mengantikan model pertanian lama ke model pertanian baru dengan sistem intensifikasi pertanian dan model kebun campur agroforestri di empat (4) desa yang terdapat di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Hasil yang diharapkan adalah menurunkan akses petani membuka lahan baru dan atau menetapnya petani dengan penerapan teknologi pertanian yang baru. Hasil konservasi yang diharapkan adalah penyelamatan wilayah jalur migrasi Gajah Sumatera di Hutan Geumpang, Kompleks Hutan Ulu Masen, Aceh-Indonesia. Di akhir masa kampanye, diharapkan petani lokal setempat akan mengetahui fungsi hutan dan mendukung perlindungan hutan serta mengadopsi sistem agroforestri/wanatani secara permanen. Siapa: FFI Aceh yang berbasis di Banda Aceh, adalah salah satu lembaga utama yang bergerak dalam kawasan konservasi yang diusulkan ULU MASEN seluas 750.000 ha. Letaknya berada di ujung utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Geumpang Forest Compleks adalah bagian dari kawasan Ulu Masen tsb. FFI Aceh dan Rare dalam usaha menerapkan strategi ini telah menyetujui untuk mengatur dan mengawasi program peralihan sistem perkebunan lama yang berpindah ke pola perkebunan yang menetap dengan model agroforestri. Keduanya akan medukung masalah finansial dari implementasi proyek ini. Pihak Kecamatan dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pidie memiliki komitmen yang sama dalam hal program perkebunan dan kehutanan di wilayah Mane ini. Pihak BKSDA berkomitmen dalam upaya penanggulangan masalah konflik satwa dan manusia. Target utama dari implementasi proyek ini adalah petani lokal di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Kapan: Dengan syarat ijin telah dikeluarkan, (fokus dari komplementer kampanye Pride), FFI Aceh akan mulai melakukan usaha pendampingan awal dan pelatihan bagi petani lokal di 4 desa di Kecamatan Mane, pada akhir Oktober 2009 sebagai bagian dari rencana implementasi sistem pertanian baru. Diharapkan pada November 2009, telah ada 4 kelompok pengadopsi awal di masing-masing desa dan 4 kebun demplot agroforestri ditambag satu unit kebun pembibitan di Mane. Menjelang November 2009, akan dimulai tahapan pelaksaanaan dan pembangunan kebun demplot dan kebun pembibitan/nurseri oleh 4 kelompok petani pengadopsi. Bagaimana: FFI Aceh memiliki beberapa divisi khusus yang menangani masalah pemberdayaan ekonomi dan pertanian (Livelihood Division). Divisi ini telah memiliki pengalaman dalam melakukan kegiatan pemberdayaan usaha tani lokal serupa di beberapa tempat di Ulu Masen. Selain itu, FFI Aceh memiliki divisi lainnya yang mengurusi masalah proteksi area dan konflik satwa-manusia. Divisi ini akan mendukung program-program yang berkaitan di Mane. Kedua divisi tersebut memiliki program dan cukup dana untuk pendanaan proyek ini. Sementara, Pride Program di Pidie sendiri memiliki dana khusus untuk kampanye ini, namun akan lebih banyak difokuskan kepada pendanaan kegaiatan penyadartahuan dan edukasi yang berhubungan dengan masalah di target lokasi program. Beberapa sumber pendanaan lainnya dapat diperkirakan (dukungan RARE) untuk mendukung program ini. Pihak Pemerintah Kabupaten dan Dinas Kehutanan setempat pada prinsipnya mendukung segala bentuk program konservasi di lokasi target.
2
OBJEKTIF-OBJEKTIF PROYEK & PELAKSANAAN Tujuan Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang praktik pertanian berpindah yang selama ini diterapkan oleh petani setempat akan diminimalisir dengan cara mengantikan model pertanian lama ke model pertanian baru dengan sistem intensifikasi pertanian dan model kebun campur agroforestri di empat (4) desa yang terdapat di Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie, Aceh. Hasil yang diharapkan adalah menurunkan akses petani membuka lahan baru dan atau menetapnya petani dengan penerapan teknologi pertanian yang baru. Hasil konservasi yang diharapkan adalah penyelamatan wilayah jalur migrasi Gajah Sumatera di Hutan Geumpang, Kompleks Hutan Ulu Masen, Aceh-Indonesia. Di akhir masa kampanye, diharapkan petani lokal setempat akan mengetahui fungsi hutan dan mendukung perlindungan hutan serta mengadopsi sistem agroforestri/wanatani secara permanen. Objektif-objektif: • • • • • •
Agustus – Oktober 2009: Pada akhir Oktober 2009, petani lokal di 4 desa di Kecamatan Mane akan mendapatkan pelatihan-pelatihan dan pendampingan awal bagi proses implementasi sistem pertanian baru. Oktober – November 2009: Pada November akan terbentuk 4 kelompok pengadopsi awal sistem baru di 4 desa di Kecamatan Mane dengan jumlah minimal masing-masing kelompok 5 petani. November 2009: Pada November 2009, telah dipilih 4 kebun demplot dan 1 kebun nurseri di 4 desa di Kecamatan Mane. November - Desember 2009: Pada November hingga akhir Desember 2009, akan dimulai tahapan pelaksanaan dan pembangunan kebun demplot dan kebun pembibitan/nurseri oleh 4 kelompok petani pengadopsi. April 2010: Pada April 2010, 8 orang petani dari perwakilan setiap kelompok akan melakukan kunjungan belajar atau studi banding. Januari - Mei 2010: Sepanjang bulan Januari hingga Mei 2010, akan dilakukan 4-5 kali monitoring ke kebun demplot untuk melihat perkembangan dan kemajuan dari kebun demplot yang telah dibangun dan dilaksanakan oleh setiap kelompok pengadopsi. Dalam fase ini, kelompok pengadopsi akan belajar dari setiap demplot yang ada.
Metodologi yang digunakan dalam Penilaian BROP Pelaksanaan kegiatan BROP akan diawali dengan beberapa proses persiapan pelatihan kepada petani pengadopsi. Masa pelatihan adalah fase kritikal dalam menetukan proses pembentukan kebun demplot, rencana-rencana lainnya yang berkaitan dengan kebun demplot serta transfer pengetahuan dan teknik adopsi kepada petani lokal setempat. Masa pelatihan juga diarahkan untuk penguatan dan pembentukan kelompok pengadopsi. Direncanakan terdapat 4 kebun demplot yang akan dibangun di 4 desa yang ada di kecamatan Mane. Ditambah dengan satu unit kebun pembibitan/nurseri masyarakat. Luas lahan kebun demplot masing-masing seluas 1 hektar perkelompok pengadopsi. Pelaksana dari kebun demplot dan kebun nurseri yang ada akan dilakukan oleh setiap kelompok pengadopsi di setiap desa yang telah terbentuk.
A.
B.
C. D.
Metodologi yang diajukan akan mengikuti tahapan-tahapan berikut: Tahapan Persiapan A.1 Pelatihan-pelatihan A.2 Pembentukan / Penguatan Kelompok Petani Agroforestri Lokal A.3 Penentuan/ Pemilihan dan Persiapan Lokasi Kebun Demplot A.4 Pengadaan Bibit Tahapan Pelaksanaan/ Implementasi Awal untuk Adopsi B.1 Pengolahan Lahan B.2 Pembangunan Unit Kebun Utama Demplot B.3 Persemaian B.4 Penanaman Bibit B.5 Pelatihan Lanjutan & Praktek Lapangan di Kebun Demplot dan Studi Banding B.6 Pendampingan, Pemeliharaan dan Pembinaan Kebun Demplot Tahapan Monitoring dan Evaluasi C.1 Monitoring C.2 Impact Survey Strategi Keberlanjutan D.1 Merencanakan manajemen keberlanjutan Kebun Æ Meliputi pendampingan teknis dari pemerintah D.2 Mengukur keberhasilan kebun demplot D.3 Pemetaan wilayah tumpang tindih kebun dan jalur Gajah
3
Kegiatan ini akan berlangsung selama satu tahun lebih dimulai dari fase assesment, pendirian kebun demplot agroforestri utama dan kebun pembibitan hingga monitoring dan maintenance/ perawatan kebun. Dari Kebun Monokultur Invasif ke Kebun Campur Intensif / Agroforestri Ada beberapa hal yang penting dilihat mengapa penerapan sistem baru intensifikasi lahan dengan model kebun campur kopi/kakao ini ternyata lebih menjanjikan, adalah: 1. Nilai konservasi Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani ) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur-ulang sisa tanaman. Keuntungan sistem multistrata: Mengurangi intensitas cahaya matahari, misalnya untuk kopi dan coklat yang butuh naungan. Karena banyak jenis tanaman, diharapkan panen dapat berlangsung secara bergantian sepanjang tahun dan ini dapat menghindari musim paceklik. Tanah selalu tertutup tanaman sehingga aman dari erosi 2. Nilai ekonomis (asumsi-asumsi pendapatan) 1 Asumsi pendapatan Kebun Kakao Monokultur Harga pasaran hasil kakao di pasar lokal Aceh sangatlah fluktuatif, misalnya pada Juni 2009, kisaran harga 1 kg berada diantara level Rp 17000,- s.d Rp 21000,-. (Serambi Indonesia, Juni 2009) Sedang pada kwartal III, Agustus tahun 2008, harga 1 kg berkisar antara Rp. 13000- 22000. (Harian Aceh, Agustus 2008). Penilaian harga sangatlah bergantung dari penilaian di pasar lokal di Kota Medan, Prov. Sumut dimana pasar utama ekspor hasil produksi kakao Aceh. Dalam satu (1) hektar kebun, hasil kebun kakao yang baik biasanya berjumlah antara 1.5 – 3 ton/ha. Asumsi pendapatan petani dihitung misalnya jika dalam satu hektar areal kebun monokultur coklat bisa dihasilkan ~1,5 ton/ha (1,5- 3 ton/ha). Dan rasio harga pasaran yang dipilih adalah Rp. 15.000,-, maka pendapatan petani dari hasil produktifitas panen dalam kebun kakao monokultur ini mencapai tersebut adalah sebesar: 1500 kg x Rp 15.000/kg = Rp. 22.500.000,- . Nilai ini adalah nilai bruto dari hasil produksi kebun sebab nilai ini belum dikurangi dengan biaya/ ongkos produksi di kebun (bibit, pupuk, pemeliharaan dstnya). Asumsi pendapatan Kebun Kopi Monokultur Satu hektar lahan kopi biasanya rata-rata terdiri atas 1.400 batang kopi dengan produktivitas 800 kg per hektar setiap panen yang hanya satu tahun sekali. Atau dalam panen kopi basah ini ada pada kisaran 500900kg/ha/tahun. Sedang untuk kopi kering berkisar 300-400 kg/ha. Produktivitas itu masih rendah dibandingkan dengan produksi kopi Vietnam yang mencapai 1,8 ton per hektar per tahun. Sama halnya dengan harga kakao dipasaran, harga komoditi kopi ini di pasar lokal sangat fluktuatif. Berkisar antara Rp. 20.000/kg – Rp. 10.000/kg. Dengan mean (pertengahan) harga Rp. 15.000/kg. Untuk jenis kopi robusta. Dan untuk kualitas terbaik jenis kopi arabika bisa mencapai level Rp. 25.000/kg. (Serambi Indonesia, Maret 2008). Asumsi pendapatan petani dihitung misalnya jika dalam satu hektar areal kebun monokultur kopi bisa dihasilkan ~300 kg/ha (nilai produktiftas kopi kering berkisar 300-400 kg/ha). Dan mean harga pasaran adalah Rp. 15.000,-, maka pendapatan petani dari hasil produktifitas panen dalam kebun kopi monokultur ini mencapai tersebut adalah sebesar: 800 kg x Rp 17.000/kg = Rp. 13.600.000,- . Nilai ini belum dikurangi dengan biaya/ ongkos produksi di kebun (bibit, pupuk, pemeliharaan dstnya). Kebun kopi baru bisa dipanen pada tahun ke-4 sejak masa tanam.
1
Catatan Penulis: Asumsi-asumsi dibawah ini tidak menunjukkan jumlah riil dalam hitungan ekonomis pertanian yang tepat. Asumsi biaya yang dihitung disini bersifat kasar dan perkiraan, dengan tetap mengacu pada harga pasaran dan nilai produktifitas lahan yang ada.
4
Asumsi pendapatan Kebun Campur intensif/ agroforestry kopi Pada satu hektar areal kebun kopi akan ditanami dengan beberapa jenis tanaman. Tanaman-tanaman tersebut berada dalam strata tertentu. Pada strata bawah (pertama), terdapat jenis tanaman holtikulturan (misalnya: palawija dan kacang-kacangan, cabai dstnya). Pada strata menengah (kedua), terdapat jenis tanaman kopi/ kakao. Sebagai tanaman utama/pokok. Pada strata atas (ketiga) terdapat tanaman keras komersial (mahoni, sengon, dstnya) dan tanaman buah-buahan komersial (durian, mangga, dstnya). Tanaman pada strata bawah (satu) berfungsi sebagai peneduh bagi tanaman kopi usia dini, sedang tanaman strata atas berfungsi sebagai pohon naungan kopi. Tanaman strata atas (ketiga), juga berfungsi untuk memperbaiki kadar unsur hara dalam tanah yang dihasilkan oleh serasah-serasah. Tanaman strata atas, diperlakukan minimal untuk menghindari persaingan. Kehadiran beberapa jenis tanaman ini membuat kebun menjadi semakin kompleks. Keuntungan-keuntungan penerapan sistem baru kebun campur/ agroforestri, menurut: a. Jenis tanaman dan hasil pendapatan Jika ditinjau dari keragaman jenis tanaman, kebun multistrata akan lebih menguntungkan petani pengadopsi sebab keragaman jenis tanaman akan mendatangkan lebih banyak hasil. Dibandingkan hanya menerapkan satu jenis tanaman dalam satu kebun atau sistem monokultur. b. Waktu Jika ditinjau dari pengunaan waktu yang digunakan petani dalam mengarap lahan dan pembukaan lahan baru akan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dibandingkan dengan pengolahan lahan lama dengan intensifikasi pertanian. Petani juga akan memperkecil jarak perjalanan ke kebun jika mengolah lahan yang telah ada dibandingkan membuka lahan baru. c. Pendapatan Perhitungan asumsi pendapatan sama seperti pendapatan dari kebun kopi atau kakao monokultur hanya ditambah dengan nilai-nilai tanaman lainnya. Misal hasil dari panen tanaman cabai/ jagung, mahoni, kopi dstnya. Tabel Asumsi/ perkiraan hasil dari kebun multistrata agroforestri dalam sekali panen (belum termasuk pemotongan ongkos produksi) Pilihan Jumlah Produktifitas Kisaran Masa Awal Batas Bawah Batas Atas Jenis tanaman tanaman Hasil Harga Pemanenan Pendapatan Pendapatan tiap strata (1 ha) (1ha) (1 ha) (tahun ke) Strata Atas Sengon
1.000-3.000 batang
1.000-3.000 batang
Durian
300 batang
100-200 buah
Pinang
500-800 batang
400 kg biji
Rp. 300.000/ m3 Rp. 20.000/bh 4000 - 10000
4
5.000.000
9.000.000
4
2.000.000
4.000.000
1.500.000
4.000.000
5
Strata menengah (tanaman pokok) Kakao
800-1.000 batang
1500kg
Rp. 15.000/kg
0.5-0.7
15.000.000
25.000.000
Kopi
800-1.000 batang
Kopi basah 500900kg dan kopi kering 300400kg.
Rp. 17.000/kg
3-4
8.000.000
15.000.000
Cabai
15.000
0.5
2.000.000
6.000.000
Kacang-kacangan
5.000
0.4
1.000.000
3.000.000
34.500.000
66.000.000
Strata bawah
Masa efektif peningkatan pendapatan petani agroforestri ini baru akan bisa dilihat setalah masa tanam 5-10 tahun. Tetapi beberapa tanaman di dalam kebun juga dapat dipanen sebelum masa pemanenan tanaman pokok (kopi/kakao). Biasanya adalah tanaman semusim.
5
d. Disinsentif Petani akan terhindar (mengurangi disinsentif) dari jeratan-jeratan masalah-masalah yang berkaitan dengan aturan pemanfaatan lahan di hutan lindung dari pemerintah dan aturan pembatasan pemanfaatan hutan seperti misalnya kebijakan Moratorium Logging dari Gubernur Aceh tahun 2007.
Metodologi Implementasi yang Diajukan • •
•
•
Pembuatan kebun demplot akan dilaksanakan oleh 4 kelompok pengadopsi yang mewakili setiap desa yang ada di Kecamatan Mane. Akan dibangun empat unit kebun demplot agroforestry dan satu unit kebun pembibitan masyarakat di wilayah Mane. Masing-masing kebun seluas 1 hektar. Total keseluruhan kebun demplot adalah 4 ha dan kebun pembibitan/nurseri dibangun dengan luas tidak tidak lebih dari 0.5 – 1 ha. Rencana kebun demplot utama dipilih pada lokasi yang berada dekat dengan pemukiman masyarakat dan jalan utama yang memungkinkan semua khalayak dapat memantau hasil dan perkembangan kebun pembibitan. Kebun ini selain dipakai sebagai pusat pelatihan pertanian intensifikasi yang ramah lingkungan juga sebagai wahana pelatihan lapangan langsung bagi masyarakat petani setempat. Diharapkan pula petani lokal setempat akan mengambil bagian dari rencana pengelolaan kebun pembibitan dan demplot agroforesrtri yang ada di dalamnya.
Ilustrasi Model Pemanfaatan Lahan Kebun, Kebun Demplot Agroforest dan wilayah potensial konflik satwa & manusia di Mane Wilayah Potensial Konflik dalam home range.
DEMPLOT 2
DEMPLOT 1
Kebun Nursery Kebun Bibit Dekat Pekarangan Rumah
Hutan Primer
Lahan Kebun
Pekarangan Rumah
Hutan Sekunder
Areal Dekat Pekarangan Rumah
DEMPLOT 1
Jalur Migrasi/ Pergerakan Gajah dalam home range.
Metodologi implementasi yang diajukan akan diperlihatkan dari bagan berikut di bawah ini:
6
Barrier Removal Operational Plan (BROP), PRIDE CAMPAIGN di HUTAN GEUMPANG di MANE, PIDIE, ACEH. 2009-2010
Pertemuan Sosialisasi dan Perencanaan Kegiatan
Fase Pra-Adopsi (0-5 bulan)
Fase Implementasi Untuk Adopsi (1 tahun)
Pelatihan 1 Pengolahan Lahan
Pelatihan 2 Pelatihan 3 Pelatihan 4
Pembentukan / Penguatan Kapasitas Kelompok Petani Agroforestry Lokal
Pemilihan dan Persiapan Lokasi Kebun Percontohan Utama (Demplot Agroforestry dan Pembibitan)
Lokasi Kebun Demplot (Adopsi 1)
Pembangunan unit Kebun Utama Percontohan
Persemaian Penanaman Bibit
Pelatihan 5 dstnya Assesment Awal / SLA (Sustainable Livelihood Assesment)
Pelatihan & praktek lapangan di kebun demplot Pendampingan Pemeliharaan dan Pembinaan Kebun
Thread Reduction (TR)/ Pengurangan Ancaman: “Dorongan perluasan dan pembukaan lahan baru di dalam habitat Gajah dan Hutan Geumpang-Mane, Ulu Masen akan menurun”
Adopsi Kebun Menetap Agroforestry (kebun n1, n2 dstnya) Fase Adopsi (Setelah 2-5 tahun ke atas)
Monitoring
Impact Survey
Fase Pembelajaran dan Mengukur Keberhasilan (Setelah 1-2 tahun)
Habitat Gajah Sumatera Terjaga
7
A. Tahapan Persiapan (bulan ke 0-5) A.1 Pelatihan-pelatihan Kegiatan pelatihan berada di awal seluruh fase ini untuk mendorong kegiatan pembentukan kebun demplot. (Lihat bagan fase). Persiapan pelatihan akan berlangsung sejak Agustus 2009. Sedang masa pelatihan akan berlangsung sepanjang bulan Juli-Oktober 2009. Fase ini adalah fase kritikal dalam beberapa: 1) Pelatihan adalah usaha pendampingan awal bagi petani dan penjangkauan terhadap petani pengadopsi sistem, 2) Pelatihan adalah sarana paling efektif dalam mengerakkan petani dan masyarakat yang berada dalam fase kontemplasi dalam skema perubahan perilaku, 3) Pelatihan juga menjadi sarana penting dalam assesment awal dan pengalian kebutuhan masyarakat dan petani setempat, sekaligus tempat belajar dengan pengalaman petani setempat, 4) Pelatihan menjadi sarana pembentukan kelompok pengadopsi 5) Dalam pelatihan akan ada pemberian informasi pengetahuan-pengetahuan tentang keuntungankeuntungan secara ekologis/ konservasi dan pertambahan nilai ekonomis dari sistem intensifikasi model kebun agroforestri ini . Beberapa jenis pelatihan teknologi tepat guna yang akan diperlukan dan dilatih kepada para petani lokal, misalnya, seperti: a. Teknik Penyiapan lahan dan Penanaman Bibit b. Teknik Pembibitan dan perbanyakan tanaman c. Teknik Budidaya Tanaman (Kopi, Kakao, dll) d. Teknik Panen dan Pasca Panen e. Teknik pembuatan produksi pupuk organik lokal f. Teknik Manajerial dan Orientasi Kelompok Tani g. Teknik-teknik Agroforestri (dan hubungannnya dengan konservasi), dan h. Teknik-teknik lainnya yang dibutuhkan oleh petani selama masa pelatihan berlangsung. Setelah beberapa pelatihan diluncurkan, petani akan diarahkan untuk membentuk satu atau beberapa kelompok petani yang menjadi pengerak dari program agroforestry di dalam wilayah tersebut. Diharapkan mereka akan menjadi kelompok adopsi pertama dari sistem agroforesry kopi dan teknikteknik intensifikasi yang telah mereka pelajari di masa pelatihan. A.2 Pembentukan / Penguatan Kelompok Petani Agroforestri Lokal Pembentukan Kelompok petani agroforestri lokal ataupun penguatan kapasitas kelompok yang telah ada sebelumnya ditujukan untuk mempercepat proses adopsi awal dari sistem pertanian agroforestri yang diharapkan. Di setiap desa di Kecamatan Mane, diharapkan akan ada minimal satu (1) kelompok tani lokal pengadopsi. Dengan jumlah minimal petani dalam satu kelompok tani berjumlah 5 orang petani dan jumlah maksimal 15 orang petani.
Rumus Perkiraan Minimal Jumlah petani pengadopsi dalam kelompok di Setiap desa: Perkiraan jumlah petani pengadopsi (minimal) = Jumlah Desa x Kelompok tani desa x Jlh min petani dlm kelompok
20 = 4 x 1 x 5 Kelompok-kelompok ini adalah kelompok-kelompok pengadopsi awal. Dari kelompok ini akan dipelajari baik dinamika kelompoknya maupun perkembangan kebun demplot buatan petani pengadopsi tersebut. Kelompok-kelompok pengadopsi awal ini juga diharapkan nanti akan menjadi pemandu pertanian setempat. Pada bulan Oktober-November 2009, diharapkan sudah teridentifikasi kelompok pengadopsi dan terbentuknya kelompok pengadopsi. A.3 Penentuan / Pemilihan dan Persiapan Lokasi Kebun Demplot dan Nurseri/pembibitan Setiap kelompok tani pengadopsi akan memilih lokasi / tempat dari rencana kebun demplot akan diimplementasikan. Akan dilaksanakan pada bulan November 2009.
8
Tempat yang dipilih adalah yang telah disepakati oleh masing-masing kelompok dan masyarakat petani setempat. Tempat yang dipilih telah diijinkan untuk dipakai selama masa implementasi. Beberapa petani lokal yang telah dilatih akan menjaga dan merawat kebun ini. Rencananya akan dibangun 4 kebun demplot dengan masing-masing luas satu (1) hektar di masingmasing desa yang ada di Kecamatan Mane. Dimana terdapat 2 demplot agroforestri kopi dan 2 unit demplot kebun campur kakao Selain itu, akan dibangun pula satu unit kebun nurseri dengan luas 1 ha, di lokasi yang akan disepakati oleh kelompok-kelompok yang ada. Kebun demplot multistrata kopi kemungkinan akan dikonsentrasikan di Desa Blang Dalam dan Lutueng. Sedang kakao akan dikonsentrasikan di Desa Turue Cut. Sedang Desa Mane akan dilihat kemungkinan pembuatan kebun demplot kopi atau kakao yang layak dikembangkan dan dipilih kelompok tani pengadopsi yang ada di desa tersebut.
4 kebun demplot (2 atau 3 multistrata kopi + 2 atau 1 multistrata kakao) dan 1 kebun pembibitan Kebun nurseri pada tahun pertama masa proyek akan dikelola oleh FFI bersama masyarakat petani setempat, namun pada tahun-tahun selanjutnya pengelolaannya akan diserahkan langsung kepada masyarakat petani setempat. Aspek keberlangsungan kebun nursery ini dinilai dari seberapa mampu FFI membentuk manajemen pengelolaan kebun ini bersama masyarakat petani setempat. Manajemen pengelolaan adalah salah satu cara memperkuat basis kepemilikan kebun ini untuk keberlangsungan program. A.4 Pengadaan Bibit Pada tahapan persiapan pembangunan kebun demplot, bibit-bibit akan disediakan. Beberapa jenis bibit tanaman adalah di antaranya sebagai berikut: Kopi, Kakao, Durian, Sengon/ Mahoni, dan beberapa jenis bibit tanaman lainnya yang dibutuhkan oleh kelompok petani lokal setempat. B.
Tahapan Pelaksanaan/ Implementasi Awal untuk Adopsi (Bulan ke 5-12)
Pembangunan Unit Kebun Utama Demplot 2 Kopi dianggap salah satu jenis tanaman yang layak di kembangkan sebagai salah satu cara dalam mitigasi konflik Gajah- manusia. Kopi adalah salah satu jenis tanaman yang sering dikatakan sebagai “elephant friendly crop.” Jika ditinjau dari pengalaman masyarakat petani setempat dan keberadaannya, kopi adalah jenis tanaman yang sudah pernah diterapkan di kawasan. Bahkan pada kurun 1990-an, kopi di wilayah ini pernah berhasil. Dengan menerapkan model agroforesri kopi naungan, manajemen kebun akan dikembangkan. Model kebun kopi naungan adalah kebun kopi yang ditanami dengan beberapa spesies tanaman lainnya dalam satu areal kebun kopi. Naungan berfungsi sebagai media penjaga jumlah dan ketebalan serasah dan pengakaran (penting dalam wilayah dengan kemerengan tertentu). Dalam satu kebun kopi terdapat beberapa strata, yakni: tanaman sela, tanaman utama kopi, tanaman pagar/ pembatas. Rencana Metode Pengembangan Pada areal di antara pohon Kopi muda yang ditanam dengan jarak 6-8 x 6-8 meter akan ditanam tanaman palawija jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, cabai/lombok atau ubikayu yang dapat dipanen setelah 3 - 4 bulan. Tujuan dari pemberian tanaman sela ini antara lain agar petani dapat memperoleh hasil/ pendapatan dari lahan usahataninya sebelum tanaman Kopi berproduksi. Salah satu dari kedua palawija tersebut akan ditanam secara bergilir hingga pohon Kopi mencapai usia 5 tahun. Sedangkan tanaman pagar/pembatas dapat berupa mahoni, pete, sengon, randu, melinjo atau pohon kayu-kayuan lainnya. 2 Beberapa informasi dalam bagian ini telah dikutip dari “KAWASAN INDUSTRI MASYARAKAT PERKEBUNAN (KIMBUN), AGROFORESTRI KOPI SISTEM EMPAT STRATA. http://images.soemarno.multiply.com/attachment/0/Rfs5OgoKCpkAAH8NBXk1/KABIS%20KOPI-KAKAO.doc?nmid=22302640. Diakses pada tanggal 29 april 2009.
9
Agroforestri Kopi: Setiap demplot = 1 ha hutan
Tanaman pagar : Durian/ Mahoni/ Sengon/ Kaliandra, dll
Kebun Kopi
KOPI: AGROFORESTRI SISTEM MULTISTRATA
6x8m
Strata I: Tanaman pagar, yaitu Mahoni, Pete, Sengon, Kaliandra, Lamtoro
6x8m Jalan hutan
Strata II: Kopi Jarak tanam 6- 8 x 6 - 8 m
Tanaman sela: cabai/lombok, jagung, serai
Strata III: Penguat teras rumput gajah & FEED- CROPS Tanaman sela jagung, kacang hijau, sayuran hingga Kopi umur 5-10 tahun
PAH/ Sumur Arah slope Batas Lahan
Kondisi Fisik Setelah kurun waktu lima tahun, diharapkan tercipta sentra produksi Kopi milik petani dengan kondisi sebagai berikut : a. Terdapat hutan Kopi dengan populasi tanaman Kopi sebanyak 250 pohon per hektar dengan jarak tanam 6 x 6 meter. b. Setiap kelompok tani berhasil mengelola 0.5-1 ha hutan Kopi atau 125 - 250 pohon produktif. c. Kebun dilengkapi dengan jalan (jalan hutan) sepanjang 100 meter/Ha. d. Terdapat sumur gali atau embung dua buah per/ha sebagai sumber air bersih. Dampak Jangka panjang: Tanaman Kopi baru dapat berproduksi setelah tanaman berusia 5 tahun. Agar petani mampu melakukan melakukan pemeliharaan tanaman sesuai paket teknologi yang dianjurkan, maka diharapkan pembinaan dan bantuan Pemerintah diberikan kepada petani tidak hanya berupa paket 1 tahun (pada tahun penanaman) tapi juga pembinaan dan paket pemeliharaan tanaman sampai dengan tanaman mulai berproduksi. Pengairan Ketersediaan air merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada saat proses produksi s/d proses pengolahan. Bantuan pembuatan sistem Pengairan Air Sumur (PAS) diharapkan dapat terlaksana, atau kalau tidak memungkinkan dapat dikembangkan sistem Pengairan Air Hujan melalui pembangunan kolam penampung air hujan (PAH). Idealnya, sebuah sumur / PAH harus terdapat pada setiap 1 ha hutan Kopi.
10
B.5 Pelatihan Lanjutan & Praktek Lapangan di Kebun Demplot dan Studi Banding Fase ini adalah fase perawatan/ maintenance di lapangan. Selain akan ada beberapa pelatihan dan praktek lapangan juga akan dilakukan suatu studi banding ke wilayah lainnya yang memiliki corak dan model perkebunan yang sejenis. Pelatihan-pelatihan yang akan diberikan dalam fase ini berkenaan dengan materi-materi perawatan tananman, teknik pemanenan, dan tata cara atau teknik pasca-panen (pengolahan hasil dan penjualan hasil dstnya.) Dilakukan pada Januari 2010. Studi banding akan melibatkan ketua kelompok pengadopsi di masing-masing desa, manajemen kebun nurseri, dan tokoh tani lainnya yang ada di Kecamatan Mane. Kunjungan atau studi banding akan dilaksanakan pada Februari-Maret 2010. Lokasi tujuan studi banding adalah ke kelompok tani agroforestri kopi di Lampung Barat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk belajar dari petani di Lampung Barat tentang manajemen kebun agroforestri kopi dan manajemen kelompok tani yang baik. C. Tahapan Monitoring dan Evaluasi (Bulan ke 12) C.1 Monitoring Fase monitoring adalah fase untuk melihat perkembangan dan kemajuan dari kebun demplot yang telah dibangun dan dilaksanakan oleh setiap kelompok pengadopsi. Dalam fase ini, kelompok pengadopsi akan belajar dari setiap demplot yang ada. Dilakukan sepanjang Januari hingga Mei 2010. C.2 Impact Survey Impact survey adalah suatu survey yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan kemajuan dari pelaksanaan kebun demplot agroforestri. Dilakukan pada Mei 2010. D. Strategi Keberlanjutan (Bulan ke 13- seterusnya...) D.1 Merencanakan manajemen keberlanjutan Kebun Perlu suatu usaha untuk melihat dan menilai sisi keberlanjutan dari kebun demplot dan nurseri/pembibitan yang telah dibangun. Mengevaluasi kerangka manajemen kebun dan sistem pengelolaan yang lebih berkelanjutan. Kegiatan ini juga akan meliputi pendampingan teknis dari pemerintah kabupaten setempat dalam mendukung keberlanjutan dari program ini. Masyarakat adalah penentu dalam pelaksanaan di tahuntahun selanjutnya dari program yang telah terbangun / established pada masa kampanye. D.3 Pemetaan wilayah tumpang tindih kebun dan jalur Gajah Di tahun 2010, Program Pride akan merencanakan survei traking jalur Gajah dan pemetaan wilayah konflik satwa dan perkebunan masyarakat yang tumpang tindih. Salah satu tujuan yang diharapakan dari kegiatan ini adalah terpetakannya wilayah tumpang tindih lahan dan melihat kemungkinan pemecahan bagi masalah tersebut. Kemungkinan pelaksanaan kegiatan ini tergantung dari sumber pendanaan yang ada dan masuk dalam kas di awal tahun 2010.
11
PARA MITRA DAN PERANAN Para pemangku kepentingan utama yang terlibat dalam proyek atau mereka yang akan mempengaruhi kesuksesan proyek adalah: Nama Pemangku kepentingan Drs. Bahtiar
Posisi Camat Mane
Azhari, Spt
Imum Mukim
M. Jamil Abd
Geusyik Mane
Anwar A. Wahab
Geusyik Lutung
Abdullah Samad
Geusyik Blang Dalam
M. Gade
Geuyik Turue Cut
Hamid Affan
Kepala Dishutbun Kab. Pidie
Ibnu Hajar
Kabag. Kehutanan Dishutbun Pidie
Shaummil Hadi Matt Linkie
Campaign Staf Technical Manager/ Act Director FFI Aceh
Helene Barnes
CBC Manager / Livelihood Division FFI Aceh
Dewa Gumay Wahdi Azmi
Communication Manager FFI Aceh Protected Area Mgr FFI Aceh
Yasser Premana
Livelihood Coordinatro FFI Aceh
Kepala BKSDA NAD BPTP Prov. NAD Penyuluh Pertanian
Peran di dalam Proyek Penaggungjawab kecamatan, konsulatif Penanggungjawab kecamatan, konsulatif Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif Penanggungjawab gampong/desa, konsulatif Penanggung jawab masalah kehutanan di kabupaten pidie Penanggung jawab masalah kehutanan di kabupaten pidie Pelaksana Program Penangung jawab program dan kelembagaan FFI Aceh Penangung jawab program komuniti pinggir hutan berbasis livelihood Line manager Penanggung jawab masalah Kehati dan proteksi area di FFI Aceh Penanggung jawab program livelihood di FFI Aceh, pelaksana program pendampinangan peatni di Mane Penanggung jawab masalah kehati di Aceh Pendampingan teknologi Pendampingan pelatihan
Nomer Telefon 081360942650
081377442600
08126991667 08126931990 0816308414 081360209875
12
Dewa Gumay
Wahdi Azmi
Drs. Bahtiar (Camat Mane)
Geusyik di Mane
Imum Mukim
Kepala BKDSA Aceh
Yaser Premana (Livelihood Coor-FFI)
Matt Linkie
KESELURUHAN PROYEK R Penjangkauan masyarakat dan R peningkatan kepedulian (Pride) Sosialiasi kegiatan penyingkiran halangan R Perencanaan kegiatan bersama R masyarakat Pelatihan-pelatihan pembibitan R dan teknologi pertanian menetap Pembentukan Kelompok tani pengadopsi C Analisa lokasi kebun demplot R Pembangunan kebun demplot agroforestri R Pendampingan dan pembinaan C Monitoring R Impact survey R Pertemuan merencanakan agenda masa depa R
Helene Barnes
Shaummil hadi
Tabel RACI
A C
A A
C C
C C
C C
C C
C C
C I
C C
A A
C I
C I
C C
C C
C C
R R
I
C
A
I
I
I
C
C
C
R
I
A C C A A A A
I I I I I I I
I I I I I I
C I I I I I C
C C C C C C C
I I C C C C
I
R A A R R R R
I I C C
R – Responsible/Penanggungjawab: Adalah mereka yang melakukan kerja atau menyediakan sumber daya untuk menyelesaikan tugas. A – Accountable/Dapat dipercaya: (Juga yang menyetujui) adalah mereka yang pada akhirnya bertanggung jawab atas keakuratan dan keseluruhan penyelesaian tugas. Mereka mengawasi atau mengakhiri kerja yang dilakukan oleh Penanggungjawab/R. C – Consulted/Pemberi konsultasi: Adalah mereka yang opininya diminta untuk tugas tersebut. I – Informed/Pemberi Informasi: Adalah mereka yang mereka yang menjamin informasi kemajuan proyek tetap up-to-date.
Fauna & Flora International Program Aceh Fauna & Flora International yang didirikan pada tahun 1903 merupakan organisasi internasional yang paling lama berkiprah di bidang pelestarian alam. FFI merupakan organisasi nirlaba berpusat di Inggris yang memberikan dukungan teknis, pendanaan secara langsung serta konsultasi bagi pengerak dan organisasi-organisasi konservasi di 40 negara di seluruh dunia. FFI memiliki misi untuk melakukan usaha konservasi terhadap jenis satwa maupun tumbuhan dan ekosistem yang terancam punah, menemukan solusi berkesinambungan yang berbasis ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan kebutuhan manusia. Fauna & Flora International telah melakukan kegiatan di Aceh sejak 1998, bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pemerintah Provinsi/ Kabupaten, Pemuka Adat dan masyarakat. Tujuan FFI di Aceh adalah untuk melindungi daerah hutan primer dan memastikan adanya program konservasi jangka panjang atas keanekaragaman flora dan fauna yang ada di dalamnya. Tujuan jangka panjang FFI di Aceh adalah lestarinya keanekaragaman fauna dan flora Sumatera yang berada di Aceh dengan memastikan pengelolaan yang berkelanjutan di wilayah hutan Ulu Masen.
13
Dalam mencapai tujuan tersebut FFI merancang aktivitas yang terbagi dalam lima (5) komponen: Monitoring dan Proteksi, Pendidikan dan Penyadartahuan, Kelautan, Mata Pencaharian dan Berkelanjutan, Perencanaan dan Tata Ruang. Gempa bumi dan Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 berpengaruh terhadap semua aspek masyarakat Aceh yang memerlukan perhatian serius terhadap manajemen penggunaan sumber daya alam di Aceh secara benar. Tim Proyek Shaummil Hadi, staf Fauna & Flora International Program Aceh (FFI Aceh) akan menjadi koordinator dalam kampanye Pride di Mane, Pidie. Shaummil sudah bekerja selama 3 tahun untuk FFI Aceh untuk divisi komunikasi yang beratanggung jawab pada kegiatan kampanye di media massa, pembuatan produk-produk komunikasi dan kampanye FFI, dan penjaungkauan audiens. Pada pelaksanaan Kampanye Pride di Mane Pidie, terutama untuk program pentingkiran halangan, Shaummil akan dibantu oleh rekan dari divisi pengembangan pertanian dan mata pencaharian alternatif FFI Aceh. Sedang, untuk program penanganan dan pencegahan masalah konflik satwa manusia (Human Wildlife Conflict-HWC), Tim CRU dan Protected Area FFI Aceh akan mendukung program-program di Mane.
14
JADWAL PROYEK Untuk jadwal lengkap program dimulai dari permulaan sampai monitoring serbuan ulang dapat dilihat pada lampiran Tabel Gantt.
Jadwal Penyingkiran Hambatan secara Mendetil Implementasi Penyingkiran hambatan
Langkah-langkah
Sebelum Juni 2009
Jul-09
AgtSept 09
Okt09
Nop09
Des09
Jan10
Feb10
Mar10
Apr10
Mei10
Jun10
Setelah Juni 2010
Penjangkauan masyarakat dan peningkatan kepedulian (Pride) Perencanaan kegiatan bersama masyarakat Pelatihan para petani Pembentukan Kelompok pengadopsi awal Fase Analisa dan penentuan lokasi kebun demplot Pengadaan bibit Persiapan lokasi kebun Pembangunan unit kebun demplot dan nurseri Fase Perawatan dan pemeliharaan kebun Studi banding kelompok petani pengadopsi Monitoring & Evaluasi Impact survey Sosialisasi, hearing dengan pemerintah kabupaten, dan lainnya Pertemuan merencanakan agenda masa depan
15
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Tolak Ukur/ Kejadian penting spesifik untuk komponen pengembangan kebun demplot dan pemibibitan masayarakat dari keseluruhan proyek: Menjelang Agustus 2009, diharapkan sosialisasi kegiatan ke pemangku kepentingan utama telah dilaksanakan, Pada September 2009, perencanaan kegiatan telah dimulai untuk menyusun agenda-agenda pelatihan (termasuk materi) Pada bulan September-Desember 2009, beberapa pelatihan pendampingan awal telah dilaksanakan Pada akhir November 2009, diharapkan kelompok petani pengadopsi telah dibentuk Menjelang Desember 2009, analisa kebun dempot telah dilaksanakan dan dipilih, Pada Desember 2009, pembangunan kebun demplot agroforestry telah dimulai Sejak Desember 2009- Mei 2010, usaha pendampingan dan pembinaan dilaksanakan Kegiatan monitoring dan impact survey dilaksanakan pada Juni 2010. Pada Juni-Juli 2010, diadakan pertemuan untuk merencanakan agenda keberlanjutan.
16
BIAYA-BIAYA
Sumber Dana NO
URAIAN
Rincian Anggaran Unit
I.
Fase pelatihan-pelatihan
1.1
Konsumsi pelatihan
1.2
Honorarium
1.3
Volume
Cost Sharing Unit Cost (Rp)
Total (Rp)
FFI Aceh
Rare
Swadaya
Pemerintah Daerah
5
kali
60
org
25.000
7.500.000
0
7.500.000
0
0
Honor fasilitator
6
kali
1
org
250.000
1.500.000
1.500.000
0
0
0
Honor trainer
6
kali
2
org
750.000
9.000.000
0
9.000.000
0
0
Asisten lokal
50
bln
2
org
500.000
50.000.000
50.000.000
0
0
0
1
paket
1
kali
500.000
500.000
500.000
0
0
0
Fotocopy
1000
sheet
1
kali
300
300.000
300.000
0
0
0
Training kits/ modul (book, booklet, factsheet) + ongkos produksi
100
buah
5
jenis
15.000
7.500.000
2.500.000
5.000.000
0
0
Peralatan pelatihan (gunting, plastik, ember, pisau okulasi, dll)
1
paket
1
kali
3.000.000
3.000.000
2.000.000
0
1.000.000
0
Bahan/ alat praktek pelatihan
1
paket
3
kali
1.000.000
3.000.000
1.000.000
1.500.000
500.000
0
82.300.000
57.800.000
23.000.000
1.500.000
0
Material pelatihan ATK
17
II.
Penentuan lokasi Konsumsi Pertemuan kelompok
2
kali
10
org
Survei lokasi demplot & nurseri
III.
Pengadaan Bibit
3.1
Kebutuhan kebun demplot
200.000
100.000
0
100.000
0
1.000.000
1.000.000
500.000
0
500.000
0
1.200.000
600.000
0
600.000
0
a. Sengon
600
btg
4
kbn
500
1.200.000
0
1.200.000
0
0
b. Kopi
1000
btg
2
kbn
7.500
15.000.000
5.000.000
10.000.000
0
0
c. Coklat
1000
biji
2
kbn
3.000
6.000.000
2.000.000
4.000.000
0
0
3
bks
4
kbn
150.000
1.800.000
0
1.800.000
0
0
a. Kopi
1.000
btg
2
kali
7.500
15.000.000
5.000.000
5.000.000
0
5.000.000
b. Durian
5.000
butir
2
kali
200
2.000.000
2.000.000
0
0
0
c. Pinang
5.000
butir
2
kali
300
3.000.000
1.000.000
1.000.000
0
1.000.000
d. Mahoni
20
kg
2
kali
50.000
2.000.000
1.000.000
0
0
1.000.000
e. Coklat
2.000
bh
2
kali
3.000
12.000.000
7.000.000
0
0
5.000.000
58.000.000
23.000.000
23.000.000
0
12.000.000
d. Cabai (1 bungkus=1500 butir) 3.2
10.000
Kebutuhan kebun nurseri
IV.
Persiapan Lokasi Kebun
4.1
Penyediaan lahan lahan kebun demplot (5 tahun)
4
unit
1
kali
2.000.000
8.000.000
0
0
8.000.000
0
lahan kebun nurseri (5 tahun)
1
unit
1
kali
2.000.000
2.000.000
0
0
2.000.000
0
18
4.2
Pembersihan Lahan Konsumsi tenaga kerja
7
hari
15
org
25.000
2.625.000
0
2.625.000
0
0
Transportasi
7
hari
15
org
20.000
2.100.000
0
0
2.100.000
0
14.725.000
0
2.625.000
12.100.000
0
2.000.000
1.000.000
0
1.000.000
0
V.
Pembangunan Unit Kebun Demplot
5.1
Pembangunan unit kebun demplot biaya dan material pembajakan
5.2
1
paket
4
kebun
500.000
material dan biaya pembuatan gulutan
1
paket
4
kebun
500.000
2.000.000
1.000.000
0
1.000.000
0
biaya penanaman bibit
1
paket
4
kebun
500.000
2.000.000
2.000.000
0
0
0
material dan pembuatan pagar tanaman
1
paket
4
kebun
1.500.000
6.000.000
4.000.000
0
2.000.000
0
material dan biaya pembuatan sumur
1
paket
4
kebun
1.500.000
6.000.000
3.000.000
0
3.000.000
0
1
paket
1
kali
2.000.000
2.000.000
2.000.000
0
0
0
Pembangunan unit kebun nurseri Pondok kerja pembibitan a.peralatan bangunan pondok kerja
5.3
b.material pondok kerja
1
paket
1
kali
2.000.000
2.000.000
2.000.000
0
0
0
c.instalasi air
1
paket
1
kali
5.000.000
5.000.000
5.000.000
0
0
0
d.pagar kebun pembibitan
1
paket
1
kali
12.000.000
12.000.000
12.000.000
0
0
0
e.pembuatan naungan bibit (30 unit, 15 m x 1.8 m) f.pengadaan sarana pendukung kebun bibit (polybag, tanah topsoil, kereta sorong, handspayer, dll)
1
paket
1
kali
10.000.000
10.000.000
10.000.000
0
0
0
1
paket
1
kali
20.000.000
20.000.000
20.000.000
0
0
0
a.ongkos pembuatan pondok kerja kebun bibit
1
unit
1
kali
7.500.000
7.500.000
0
0
7.500.000
0
b.ongkos pembuatan pagar kebun bibit
30
orang
5
hari
65.000
9.750.000
0
0
9.750.000
0
Biaya Kerja Bangun Unit Kebun Bibit
19
5.4
VI.
c.ongkos pembuatan naungan bibit
10
orang
5
hari
65.000
3.250.000
0
0
3.250.000
0
d.ongkos pembuatan instalasi
1
unit
1
kali
1.500.000
1.500.000
0
0
1.500.000
0
kotoran hewan (kohe)
8
goni
5
kebun
50.000
2.000.000
500.000
1.000.000
500.000
0
sekam padi
8
goni
5
kebun
50.000
2.000.000
500.000
1.000.000
500.000
0
serbuk gergaji
8
goni
5
kebun
25.000
1.000.000
0
500.000
500.000
0
mulsa organik (jerami/dedaunan)
5
goni
5
kebun
0
0
0
0
0
0
kompos
2
ton
5
kebun
500.000
5.000.000
2.500.000
1.500.000
1.000.000
0
101.000.000
65.500.000
4.000.000
31.500.000
0
Pemupukan (pupuk kompos)
Perawatan & Pemeliharaan Kebun Insektisida alami (jahe, kelapa, kunyit, lengkuas, dll) Biaya perawatan
VII.
Pembinaan Kelompok Tani Pengadopsi
7.1
Studi banding (2 staf, 4 ketua kelompok, 2 wakil tani, 2 tokoh lokal)
1
paket
5
kebun
500.000
2.500.000
2.500.000
0
0
0
30
hari
2
orang
30.000
1.800.000
0
0
1.800.000
0
4.300.000
2.500.000
0
1.800.000
0
Transportasi ke Lampung Barat
10
orang
2
pp
1.250.000
25.000.000
10.000.000
15.000.000
0
0
Honor instruktur
2
orang
5
hari
500.000
5.000.000
0
5.000.000
0
0
Konsumsi
10
orang
5
hari
100.000
5.000.000
0
5.000.000
0
0
Akomodasi
5
kmr
5
hari
250.000
6.250.000
0
6.250.000
0
0
Bahan-bahan dan alat
1
paket
1
kali
2.000.000
2.000.000
2.000.000
0
0
0
43.250.000
12.000.000
31.250.000
0
0
20
VIII.
VIII.
Monitoring dan Evaluasi Impact Survey (20 responden @ 4 desa = 80 responden)
1
paket
1
Konsumsi Pertemuan kelompok
30
orang
4
Transportasi ke kebun demplot
5
orang
5
kali
5.000.000
5.000.000
5.000.000
0
kali
15.000
kali
20.000
0
0
1.800.000
0
1.800.000
0
0
500.000
300.000
0
200.000
0
7.300.000
5.300.000
1.800.000
200.000
0
1.000.000
500.000
0
500.000
0
1.000.000
500.000
0
500.000
0
Biaya lainnya Audiensi/pertemuan kelompok tani dgn pemerintah/dinas terkait di kota kabupaten
5
orang
2
kali
100.000
313.075.000 167.200.000 85.675.000 48.200.000 53,00%
27,00%
12.000.000
15,00%
4%
Total Biaya Program Pengembangan Teknik Pertanian Intensif dan Kebun Pembibitan dan Demplot Agroforest di Kecamatan Mane, Kab. Pidie, Provinsi Aceh = Rp. 313.075.000 – Cost Sharing: FFI Aceh : 53% (Rp. 167.200.000) RARE Conservation : 28% (Rp. 85.675.000) Swadaya Masyarakat : 15% (Rp. 48.200.000) Pemerintah Kabupaten : 4% (Rp. 12.000.000) : 100% (Rp. 313.075.000)
21
SUMBER-SUMBER PENDAPATAN Fauna & Flora International – Program Aceh FFI Aceh telah berkomitmen untuk memasukkan dana awal untuk Program Kampanye Pride di Pidie pada tahun 2009 sebesar 20000 USD. Dana ini sebagian dipakai untuk proses identifikasi dan perencanaan proyek. Sisa dana sampai akhir tahun akan dipergunakan untuk melanjutkan fase implementasi program Pride Campaign di Mane, Pidie. Divisi-divisi lainnya di dalam lembaga FFI Aceh memiliki dana sendiri untuk beberapa program yang akan dijalankan di Mane. Dukungan dana terbesar dalam implementasi program penyingkiran halangan seharusnya datang dari divisi livelihood. Negoisasi terakhir dari dukungan pembiayaan belum mencapai kesepakatan, selain masih terbatas pada dukungan awal program pengembangan model pertanian/perkebunan agroforestri di Mane. Tetapi, tidak menutup kemungkinan akan ada dana tambahan dari divisi ini nantinya. Divisi Komunikasi di bagian edukasi dan penyadartahuan memiliki rencana untuk pengembangan satu pusat pendidikan lingkungan (PPLH) di Mane. Jika ini terjadi, Kampanye Pride akan mendapat dukungan lainnya. Kampanye mitigasi konflik akan dilakukan oleh tim HWC dari Divisi Proteksi Area Management FFI Aceh, yang dibawahi oleh Wahdi Azmi. Dukungan dari divisi ini akan terlihat sejak pembangunan Conservation Reaction Unit (CRU), suatu tempat pelatihan dan mitigasi konflik satwa, hingga fase berjalannya CRU ini di Mane. RARE Conservation Rare telah memiliki komitmen untuk menyediakan dana bagi semua implementasi Barrier Removal Program (BRP) dari setiap kampanye Pride di seluruh dunia. Besar dana yang dapat diakses bekisar dari 8000-10000 USD. Kampanye Pride Mane telah mengajukan permohonan dukungan dana BROP ini untuk menjalankan fase-fase awal dari implemetasi program Pride, khususnya pada kegiatan-kegiatan pelatihan, implementasi pembangunan kebun, dan biaya studi banding petani lokal (lebih jelas lihat pada bagian usulan biaya/dana terlampir). Kegiatan-kegiatan ini adalah sesuatu yang dianggap penting dalam menjangkau dan melibatkan masyarakat dan petani dalam Program Pride Campaign di Mane. Pemerintah Daerah/ Instansi Terkait Pemerintah Daerah pada prinspinya mempunyai komitmen pada kegiatan-kegiatan pemberdayaan petani di wilayah Kabupaten Pidie. Pemerintah memiliki plot anggaran sendiri, biasanya diajukan pada pertengahan hingga akhir tahun ke Dewan kabupaten dan plot anggaran pembangunan ini berjalan efektif di awal tahun. Beberapa bantuan untuk ditambahkan dalam proyek ini sangat mungkin dilakukan dan diajukan ke pemerintah lokal/ instansi terkait dan beberapa instansi pemerintah di Provinsi.
22
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN KAS
Langkah-langkah
Nilai
Implementasi Penyingkiran hambatan
Total
(dalam ribuan rupiah)
Pemasukan/ Pengeluaran
Fauna & Flora International Program Aceh
167.200
RARE
85.675
Swadaya masyarakat
48.200
Pemerintah Kabupaten/ Dishutbun Pidie
12.000
Sebelum Juni 2009
AgtSept 09
Okt09
Nop09
Des-09
0
27.000
30.800
20.600
65.700
2.400
2.300
23.000
0
10.000
15.625
4.000
500
1.500
1.100
31.500
12.100
Apr10
Mei-10
0
12.600
5.300
700
31.250
600
1.800
200
0
2.800
2.500
44.050
5.900
2.300
2.000
Feb-10
Mar-10
Setelah
Jun-10
Juni.10 500
0
500
0
12.000
Pengeluaran Kas
313.075
Pelatihan para petani
82.300
Biaya-biaya fase penentuan lokasi
1.200
1.200
Biaya-biaya pengadaan bibit
58.000
30.000
Biaya-biaya persiapan lokasi kebun Biaya pembangunan unit kebun demplot dan nurseri Biaya-biaya perawatan dan pemeliharaan
14.725
14.725
101.000
71.000
Biaya studi banding kelompok petani pengadopsi
43.250
Biaya-biaya fase Monitoring & Evaluasi
7.300
Biaya-biaya sosialisasi, hearing dengan pemerintah kabupaten, dan lainnya
1.000
Balans Kas Netto
Jan-10
0
50.000
32.300
50.000
32.300
31.700
112.825
30.500
28.000 30.000
4.300
43.250 500
500
500
800
500
5.000 0
500
313.075
0
50.000
32.300
31.700
113.725
30.500
2.800
2.500
44.050
5.000
500
0
0
0
0
0
0
-900
0
0
0
0
900
0
0
23
PENILAIAN DAMPAK 9 9 9 9
Keberhasilan konservasi di lokasi target tergantung dari menurunnya intensitas pembukaan lahan baru oleh petani lokal setempat dan keberhasilan mengadopsi sistem baru pertanian menetap dengan pola pertanian pertanian agroforestri. Keberhasilan akan dilihat pula dari meningkatnya jumlah pengadopsi sistem baru ini, dari perkiraan awal 4 kelompok tani dengan masing-masing jumlah petani dalam kelompok 5-10 orang di 4 desa dalam Kecamatan Mane. Keberhasilan dalam jangka panjang dapat diukur dari keberlanjutan program adopsi sistem baru ini dan penyebaran/ difusi sistem baru ini ke dalam cara bertani petani lokal setempat. Tingkat keberhasilan dan dampak lainnya dapat diukur dari sejauh mana tingkat kesuksesan dalam menjalankan baik kesepakatan, tata cara mitigasi dan penanganan konflik serta tingkat keberhasilan yang tinggi dalam model demplot agroforest yang ramah pada Gajah dilakukan maka akan menentukan minimalisasi gangguan habitat dan jalur Gajah yang ada di sekitar Mane dan Geumpang.
Faktor-faktor Resiko Lainnya Faktor-faktor Resiko Pemerintah Kabupaten Pidie dan Dinas Kehutanan setempat bisa saja tidak menyetujui rencana penentuan tata batas atau timbul silang sengketa penentuan lahan kelola dan konservasi antara pemerintah dan masyarakat
Konsekuensi Tanpa dukungan pemerintah lokal dan dinas terkait program penentuan tata batas tidak akan terlaksana dan menimbulkan dampak ketidakpercayaan pada program-program konservasi lanjutan.
Strategi-strategi Mitigasi Program penentuan tata batas tidak akan melibatkan secara lebih lembaga FFI, kecuali mitra lokal lainnya, guna menghindari dan pengaruhnya pada program lainnya. Program akan dilakukan oleh mitra lokal dan dilaksanakan di penghujung Kampanye dan ketika dukungan pada kampanye semakin meluas.
Beberapa petani akan menolak menerapkan/ adopsi teknik intensifikasi secara cepat, mereka berpikir bahwa cara-cara ini akan mengurangi/ menghambat perilaku pembukaan lahan baru yang selama ini menjadi kebutuhannya. Pertumbuhan jenis tanaman agroforesry seringkali memakan waktu yang lama, sedang petani cenderung memilih jenis tanaman dengan pilihan ekonomis dan cepat panen.
Tidak ada petani yang mau mengadopsi sistem baru ini di wilayah mereka Dalam waktu yang singkat, petani enggan menerapkan dan mengadopsi model pertanian ini
Pendekatan dan pelibatan pemangku kebijakan inti di dinas dalam proses. Serta kontinutitas pelaporan kegiatan kepada dinas terkait. Mengajak petani untuk ikut serta dalam series pelatihan pertanian adalah metode awal untuk fase pembangunan keterlibatan petani. Karenanya pelatihan pengenalan terhadap peningkatan pengetahuan akan lebih penting dalam fase ini dibanding mengukur hasil pertumbuhan dan dampaknya secara ekonomis kepada petani yang menerapkan. Kebun nursery/pembibitan adalah langkah yang disiapkan dalam fase pendek dan diharapkan dapat mendukung usaha pengembangan pertanian petani lokal.
24
Beberapa petani menolak membuat dan mengikuti kesepakatan desa/ mukim tentang tata batas dan pengaturan wilayah kelola kebun.
Terdapat kesulitan menentukan tata batas yang akan direncanakan untuk wilayah konservasi Gajah dan wilayah kelola dan pengembangan kebun masyarakat.
Resiko pergantian politik pasca pemilu 2009
Perubahan tata kebijakan dan penataan ruang pembangunan dan konservasi di wilayah ini.
Komitmen pendanaan program tidak dapat disepakati karena ketidak sesuai program dengan rencana program/ kebijakan lembaga yang lebih besar; serta limit/ batasan waktu pendanaan proyek yang kecil.
Program bisa saja berhenti di tengah jalan dan berpengaruh pada tingkat kepercayaan di masyarakat
Kegiatan penyadartahuan dan edukasi tentang dampak pembukaan lahan di wilayah perlintasan Gajah akan dilakukan pada tahap awal kegiatan Kampanye; sekaligus sebagai pintu masuk pelibatan masyarakat dalam proyek ini. Dan menekankan keuntungan bagi pemanfaatan kebun di luar wilayah konservasi Gajah. Memastikan dukungan publik yang meluas bagi kampanye melalui kampanye Pride yang menekankan perlunya tindakan dan minimnya resiko yang terjadi sehubungan dengan rencana proyek. Melobi pemimpin-pemimpin politis kunci yang cenderung mudah menerima aktifitas lingkungan hidup dan mendorong mereka untuk menggerakkan rencana tersebut melalui proses legislatif. Memastikan dukungan pendanaan lainnya untuk proyek ini dalam kerangka kelanjutan proyek yang telah terbangun/ dijalankan. Memastikan program prioritas dengan asumsi bahwa dampak pemanfaatan program penting dilakukan pada tahapan awal.
25