RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2016
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
1
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Rencana Kerja Kementerian Perhubungan tahun 2016 telah selesai disusun, sebagai pedoman bagi unit-unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan dalam melaksanakan pembangunan transportasi di tahun anggaran 2016. Pembangunan transportasi ke depan didorong untuk mewujudkan prioritas dan sasaran pembangunan nasional dalam rangka memacu pembangunan infrastruktur dan ekonomi untuk meningkatkan kesempatan kerja serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah, sehingga dimensi pemerataan dan kewilayahan dapat ditingkatkan melalui pengembangan konektivitas nasional. Sebagai negara kepulauan, Kementerian Perhubungan mempunyai peran yang sangat strategis dalam memberikan penyediaan layanan transportasi yang handal, murah, tepat waktu serta mampu diakses oleh masyarakat. Dalam upaya menjawab tantangan tersebut diperlukan adanya kesinambungan pembangunan transportasi yang disesuaikan dengan karakteristik wilayah, guna mewujudkan konektivitas nasional dengan tetap memberikan jaminan keselamatan dan keamanan transportasi, meningkatkan kapasitas sarana-prasarana, serta secara terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan dalam sistem logistik nasional, sehingga pada akhirnya mampu memacu pertumbuhan ekonomi, meminimalisasi biaya logistik, menambah kesempatan kerja serta mengurangi kemiskinan dan kesenjangan antar wilayah. Selanjutnya guna mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 sebesar 5,8 – 6,2 % dan pemerataan pembangunan di seluruh pelosok nusantara, prioritas pembangunan transportasi tahun 2016 tetap diarahkan untuk tercapainya konektivitas nasional dengan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
2
beberapa sasaran kegiatan antara lain : pembangunan/peningkatan terminal tipe A, pembangunan/peningkatan pembangunan/peningkatan
dermaga jalur
sungai,
kereta
api,
danau
dan
penyeberangan,
pembangunan/penyelesaian
dan
pengembangan pelabuhan laut non komersil, pengembangan bandara dan pembangunan bandara baru. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016 agar dipergunakan sebagai acuan bagi seluruh jajaran Kementerian Perhubungan dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) di lingkungan Kementerian Perhubungan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2016, harapannya dapat tercapai proses perencanaan pembangunan transportasi yang terpadu, terintegrasi dan akuntabel. Akhir kata, Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016 ini diharapkan dapat berkontribusi dan memberikan manfaat bagi seluruh insan perhubungan dalam menyelenggarakan kegiatan perhubungan yang handal dan berkualitas dalam melayani masyarakat.
A.n MENTERI PERHUBUNGAN SEKRETARIS JENDERAL Ttd SANTOSO EDDY WIBOWO
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
3
DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................................ 2 Daftar Isi ...................................................................................................................... 4 Daftar Tabel ................................................................................................................. 6 Daftar Gambar ............................................................................................................. 7 BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................................. 8
BAB II
PELAKSANAAN ANGGARAN, CAPAIAN PEMBANGUNAN DAN PERMASALAHAN, TANTANGAN SEKTOR TRANSPORTASI ............................... 10
BAB 3
2.1.
Pelaksanaan Anggaran Pembangunan Infrastruktur TA. 2014 .................. 10
2.1.
Pelaksanaan Anggaran Pembangunan Infrastruktur TA. 2015 .................. 21
2.2.
Capaian Pembangunan Perhubungan Tahun 2014-2015 .......................... 26
2.3.
Permasalahan ............................................................................................. 52
2.4.
Tantangan .................................................................................................. 62
SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN ............................................................................................ 65 3.1.
Sasaran Pembangunan Nasional ................................................................ 65
3.2.
Sasaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 ............................. 68
3.3.
Sasaran Program Dan Kegiatan Kementerian Perhubungan Tahun 2016 . 71
3.4.
Target Kinerja Kementerian Perhubungan Tahun 2015 - 2019 ................. 75 3.4.1. Keselamatan Dan Keamanan Transportasi .................................... 76 3.4.2. Pelayanan Transportasi .................................................................. 79 3.4.3. Kapasitas Transportasi ................................................................... 84
3.5. BAB 4
Target Kinerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016 ............................ 87
PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN ANGGARAN 2016 ..................... 91 4.1.
Kerangka Pendanaan.................................................................................. 91
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
4
4.1.1. Skenario Pembiayaan Infrastruktur ............................................... 91 4.1.2. Skema Finansial Kreatif .................................................................. 92 4.1.3. Skema Pendanaan Infrastruktur Selain Skema APBN, APBD Dan KPS .................................................................................................. 94 4.1.4. Skema Pendanaan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 95 4.2.
Kegiatan Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 ............ 98
4.3.
Indikasi Program Prioritas Pembangunan Transportasi Tahun 2016 ...... 112
4.4.
Deviasi Anggaran Pembangunan Perhubungan Dengan Kebutuhan Pendanaan Dalam Rencana Strategis Kemenhub 2015-2016 ................. 114
4.5. BAB V
Program Kegiatan Pembangunan Perhubungan Tahun 2016 ................. 115
P E N U T U P .......................................................................................... 129
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
5
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Tabel 2.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19
Tabel 4.20
Sebaran Lokasi Pembangunan Terminal ..................................................... 27 Sebaran Lokasi Peningkatan Terminal......................................................... 27 Pembangunan Jembatan Timbang .............................................................. 28 Rehabilitasi/Peningkatan Jembatan Timbang ............................................. 28 Pembangunan Dermaga Penyeberangan .................................................... 28 Pembangunan Prasarana Dermaga Sungai ................................................. 29 Pembangunan Prasarana Dermaga Danau ................................................. 29 Grafik dan Gambar Sebaran Lokasi Pembangunan ATCS ............................ 29 Hasil Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkeretaapian ....................... 32 Realisasi PSO Tahun 2014-2015 .................................................................. 33 Rincian subsidi kepada Penumpang Kelas Ekonomi dengan Relasi Subsidi PSO .................................................................................................. 33 Alokasi Anggaran Subsidi KA Perintis .......................................................... 34 Pembangunan Infrastruktur Perhubungan Udara Tahun 2014-2015 ......... 40 Jumlah Peserta dan Lulusan Diklat BPSDMP 2014-2015............................. 48 Sasaran dan Indikator RPJMN Tahun 2015-2019 ........................................ 65 Rumusan Indikator Kinerja Utama pada Renstra Kemenhub Untuk Tahun 2016 .................................................................................................. 88 Skenario Pendanaan Berdasarkan Kerangka RPJMN Tahun 2015-2019 ..... 91 Rincian pendanaan untuk tiap unit Eselon I Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019......................................................................................... 95 Total Alokasi Pagu Indikatif sesuai Surat Bersama Menteri PPN / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor : S-288/MK.02/2015 dan 0082/M.PPN/04/2015 tanggal 15 April 2015 perihal Pagu Indikatif Kementerian Lembaga TA. 2016 ............................................................... 113 Perbandingan Antara Alokasi Anggaran Perhubungan Dengan Kebutuhan Pendanaan Dalam Renstra Kemenhub Tahun 2015-2019 ..... 115
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
6
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Gambar 2.17 Gambar 2.18 Gambar 2.19 Gambar 2.20 Gambar 2.21 Gambar 2.22 Gambar 2.23 Gambar 2.24 Gambar 2.25 Gambar 2.26 Gambar 2.27 Gambar 2.28 Gambar 2.29 Gambar 2.30 Gambar 3.1
Kondisi Lama Stasiun Palmerah ................................................................ 35 Kondisi Terbaru Stasiun Palmerah ............................................................ 35 Kondisi Lama Stasiun Kebayoran .............................................................. 35 Tampak Stasiun Kebayoran Saat Ini .......................................................... 36 Kondisi Saat Ini Stasiun Parungpanjang .................................................... 36 Kondisi Lama Stasiun Parungpanjang ....................................................... 36 Kondisi Lama Stasiun Maja........................................................................ 37 Kondisi Saat Ini Stasiun Maja .................................................................... 37 Lintas Raya Double Track dan LAA Antara Parungpanjang - Maja ........... 38 Emplasemen Double Track dan LAA Antara Parungpanjang - Maja ......... 38 Terminal Penumpang Bandar Udara Wamena ......................................... 41 Terminal Penumpang Bandar Udara Utarom ........................................... 41 Terminal Penumpang Bandar Udara Labuan Bajo .................................... 42 Terminal , Runway Bandar Udara DEO-Sorong......................................... 42 Bandar Udara Matahora-Wakatobi .......................................................... 43 Bandar Udara Djalaluddin-Gorontalo ....................................................... 43 Terminal baru dan Ruang Tunggu Bandar Udara Juwata Tarakan ........... 43 Terminal dan Ruang Tunggu Bandar Udara Rembele ............................... 44 Grafik Jumlah Penumpang Penerbangan Perintis .................................... 45 Grafik Jumlah Frekuensi Penerbangan Perintis ........................................ 46 Gedung Rektorat BP2TD Kalimantan ....................................................... 50 Asrama Kampus BP3 Curug ....................................................................... 50 Hanggar dan Apron ATKP Makassar ......................................................... 50 Gedung Kelas PIP Makassar ...................................................................... 50 Pesawat Sayap Tetap Multi Engine di STPI Curug ..................................... 51 Gambar Aircraft Mock Up PKP-PK) di BP3 Palembang ............................. 51 Praktek Pintu Perlintasan Kereta di API Madiun....................................... 52 Full Mission Engine Simulator di STIP Jakarta ........................................... 52 Peralatan Diklat X – Ray Turbin di ATKP Medan ....................................... 52 Real Equipment Gas Turbine di BP2IP Malahayati Aceh .......................... 52 Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 ............................ 70
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
7
BAB I PENDAHULUAN Memasuki pelaksanaan tahun kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, pembangunan infrastruktur menjadi fokus prioritas pemerintah Presiden & Wakil Presiden Jokowi-JK. RPJMN Tahun 2015-2019 menjadi dokumen perencanaan nasional yang dipergunakan sebagai pedoman pembangunan 5 (lima) tahun kedepan untuk mewujudkan Visi dan Misi Pemerintah, yang selanjutnya dijabarkan secara tahunan pada Rencana Kerja Pemerintah maupun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan merupakan dokumen rencana kerja tahunan yang memuat sasaran strategis, sasaran kegiatan prioritas, sasaran program atau kegiatan, indikator kinerja utama (IKU) dan target pembangunan yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran berjalan, dimana selanjutnya akan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan atau kinerja Kementerian Perhubungan. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016 disusun mengacu kepada agenda kerja masing-masing unit kerja di lingkungan Kementerian Perhubungan yang perlu diselesaikan pada tahun 2016 dengan berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019, dan Rencana Program dan Kegiatan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 serta Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016. Tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 yang telah ditetapkan dengan Perpres Nomor : 60 Tahun 2015 adalah “mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk meletakkan pondasi pembangunan yang berkualitas”. Dimana Presiden memberikan arahan terkait agenda pembangunan Tahun 2016, diantaranya : 1.
Setiap Menteri dan Kepala Lembaga wajib mengendalikan anggaran di setiap K/L yang dipimpinnya dengan tidak diperbolehkan masalah anggaran hanya diserahkan kepada Biro Perencanaan K/L.
2.
Anggaran negara harus berorientasi manfaat untuk rakyat dan beroerientasi pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
3.
Kebijakan anggaran belanja yang tidak dilakukan berdasarkan money follow function dimana semua tugas dan fungsi (tusi) harus dibiayai secara merata.
4.
Memangkas program nomenklatur yang tidak jelas dan tidak ada manfaatnya bagi rakyat (semua nomenklatur proyek harus jelas).
Sebagai Program Prioritas Pemerintah Tahun 2016, pembangunan infrastruktur terutama sektor transportasi diarahkan untuk mewujudkan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah, dengan berfokus pada 3 (tiga) bagian utama yaitu (i) Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
8
keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan transportasi, dan (iii) kapasitas transportasi. Oleh karena itu, Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016 diharapkan dapat mewujudkan 3 (tiga) fokus utama pembangunan sektor transportasi dan sejalan agenda prioritas pembangunan nasional Tahun 2016 dengan mempertimbangkan hasil evaluasi capaian pembangunan sebelumnya, kondisi sekarang, sasaran maupun target yang belum tercapai. Secara umum Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016 memuat kebijakan pembangunan transportasi, yang akan dibiayai melalui APBN dimana secara substansi diawali dengan kondisi umum yang menguraikan pencapaian kinerja sampai dengan tahun 2015 secara singkat, serta masalah dan tantangan yang harus dihadapi pada Tahun 2016 termasuk isu-isu strategis sektor transportasi. Berdasarkan cakupan tersebut, Rencana Kerja Kementerian Perhubungan mempunyai fungsi pokok sebagai berikut: 1. Menjadi acuan bagi seluruh jajaran Kementerian Perhubungan dan lembagalembaga baik pemerintah maupun swasta yang memiliki keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Kementerian Perhubungan, karena memuat seluruh kebijakan publik yang menjadi tugas pokok dan fungsi Kementerian Perhubungan; 2. Menjadi pedoman dalam menyusun RKA Kementerian Perhubungan sebagai bagian dalam penyusunan APBN, karena memuat arah kebijakan pembangunan Kementerian Perhubungan selama satu tahun.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
9
BAB II PELAKSANAAN ANGGARAN, CAPAIAN PEMBANGUNAN DAN PERMASALAHAN, TANTANGAN SEKTOR TRANSPORTASI 2.1. PELAKSANAAN ANGGARAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TA. 2014 Sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor : S-760/MK.02/2013 tanggal 28 Oktober 2013 tentang Penyampaian Kebijakan Belanja dan Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga TA 2014, ditetapkan Alokasi Anggaran Kementerian Perhubungan sebesar Rp. 40,370 Triliun, Alokasi Anggaran Tahun 2014 ini meningkat sebesar Rp. 3,691 Triliun dari Pagu Anggaran Tahun 2013 sebesar Rp. 36,679 Triliun. Adapun profil alokasi anggaran tahun 2014 berdasarkan jenis belanja antara lain sebagai berikut: 1. Belanja Modal dan Belanja Barang Tidak Mengikat sebesar Rp. 37,282 Triliun; 2. Belanja Pegawai sebesar Rp. 1,648 Triliun; 3. Belanja Barang Mengikat sebesar Rp. 1,439 Triliun. A. Program Kegiatan Strategis Program/kegiatan strategis tahun 2014 dari masing-masing Unit Kerja Eselon I, meliputi Kegiatan Strategis Ditjen Perhubungan Darat, Ditjen Perkeretaapian. Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen Perhubungan Udara, BPSDM, Badan Litbang Perhubungan, Sekretaris Jenderal, Inspektorat Jenderal. 1. Ditjen Perhubungan Darat Program APBN Tahun 2014 Sub Sektor Transportasi Darat yang terbagi atas pembiayaan Multiyears, PHLN dan RM antara lain adalah sebagai berikut: a.
Multiyears
Pembangunan yang bersifat tahun jamak (multiyears) adalah pembangunan 17 (tujuh belas) unit kapal penyeberangan bebagai tipe yaitu 200 GT (LCT), 300 GT, 750 GT sampai 5.000 GT.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
10
b. PHLN
c.
1)
Loan ADB (Road Safety Awareness Campaign and Training);
2)
Loan ADB (Integrated Vehicle Overloading Control Strategy).
Bidang Angkutan Jalan 1)
Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Perlengkapan Jalan 176 Paket;
2)
Rehabilitasi Fasilitas Keselamatan LLAJ 42 Paket;
3)
Pembangunan / Peningkatan / Rehabilitasi Terminal Penumpang Tahap Lanjutan 19 Paket;
4)
Subsidi Operasional Keperintisan Angkutan Jalan 218 Paket
5)
Pengadaan Bus Perintis sebanyak 55 Unit;
6)
Pembangunan / Peningkatan / Rehabilitasi Jembatan Timbang Tahap Lanjutan 4 Lokasi;
7)
Penyelenggaraan Angkutan Lebaran, Natal dan Tahun Baru 1 Paket;
8)
Kegiatan Penunjang Bidang Angkutan Jalan 1 Paket;
9)
Penyusunan Kebijakan Teknis Bidang Angkutan Jalan 29 Paket;
10)
Pengembangan Sistem Perkotaan 2 Paket;
11)
Implementasi Teknologi Lalu Lintas (ATCS) 7 Lokasi;
12)
Pembangunan Fasilitas Integrasi Moda 2 Lokasi;
13)
Pengadaan Bus Penunjang Angkutan Massal (BRT) 300 Unit;
14)
Pengadaan Bus Pelajar/Mahasiswa 45 Unit;
15)
Pengadaan Bus Pemadu Moda 10 Unit;
16)
Penyusunan Kebijakan Teknis Bidang Transportasi Perkotaan 16 Paket;
17)
Kegiatan Penunjang Bidang Transportasi Perkotaan 34 Paket;
18)
Pengadaan Fasilitas Penunjang Angkutan Massal Transportasi Perkotaan 8 Paket.
Informasi
Manajemen
Transportasi
d. Bidang Angkutan Penyeberangan 1)
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Lanjutan 56 Paket;
2)
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Baru 15 Paket;
3)
Pembangunan Dermaga Sungai Lanjutan 13 Paket;
4)
Pembangunan Dermaga Sungai Baru 9 Paket;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
11
5)
Pembangunan Dermaga Danau Baru 1 Paket;
6)
Pembangunan Kapal Penyeberangan Perintis Lanjutan 8 Unit;
7)
Pembangunan Kapal Penyeberangan Perintis Baru 7 Unit
8)
Pembangunan Bus Air 5 Unit;
9)
Peningkatan /Rehabilitasi Dermaga Penyeberangan 38 Paket;
10)
Peningkatan/ Rehabilitasi Dermaga Danau 6 Paket;
11)
Peningkatan / Rehabilitasi Dermaga Sungai 11 Paket;
12)
Pengadaan/Pemasangan SBNP 32 Unit;
13)
Pembangunan Break Water 2 Lokasi;
14)
Pengerukan Alur 5 Paket;
15)
Subsidi keperintisan angkutan penyeberangan 1 Tahun;
16)
Pembangunan Rambu Sungai & Danau 213 Unit;
17)
Penyusunan Studi Teknis Bidang Angkutan LLASDP 110 Laporan.
2. Ditjen Perkeretaapian Program APBN Tahun 2014 Sub Sektor Ditjen Perkeretaapian antara lain adalah sebagai berikut: a.
Multiyears 1)
Pembangunan jembatan KA baru BH.1549 antara Lebeng -Maos lintas Bogor - Yogyakarta (2013-2014);
2)
Pembangunan Stasiun KA Palmerah Lintas Tanah Abang - Serpong (2013-2014);
3)
Pemasangan sinyal mekanik menjadi sinyal elektrik lintas Yogyakarta (2012-2014);
4)
Pengadaan Sarana KRDI (2013-2014);
5)
Pengadaan dan pemasangan Listrik Aliran Atas (LAA) antara Yogyakarta - Solo (usulan multiyears 2014-2016);
6)
Konstruksi jalur-jalur ganda antara Manggarai - Jatinegara (usulan multiyears 2014-2016).
Solo -
b. PHLN 1)
Paket B1 (Pekerjaan Konstruksi/Elektrifikasi antara Bekasi Cikarang) & Paket B2 (1) (Modernisasi Track antara Jatinegara Bekasi);
2)
Pembangunan jalur ganda KA Lintas Selatan Jawa Tahap III (Kroya - Kutoarjo) Loan JICA IP-548;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
12
c.
3)
Procurement of Track Material and Turn Out Phase II (1.500 km'sp rel, 200 unit wesel) Railway Double Tracking and Signaling Improvement Solo-Surabaya (Phase I);
4)
Railway Double Tracking Solo - Surabaya (Phase I);
5)
Bandung Urban Railway Transport Development, Electrification Padalarang - Cicalengka Line.
and
Signaling
Improvement
SBSN 1)
Pembangunan jalur ganda lintas Cirebon - Kroya antara Cirebon Prupuk;
2)
Paket A : Konstruksi antara Manggarai - Jatinegara & Paket B2 (2) : Double Track antara. Jatinegara - Bekasi.
d. Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api
e.
1)
Pengadaan peralatan penunjang pemantauan operasi;
2)
Subsidi angkutan kereta api;
3)
Penyelenggaraan angkutan Lebaran, Natal dan Tahun Baru.
Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api 1)
Rehabilitasi / peningkatan jalur KA sepanjang 438,9 Km'sp;
2)
Pembangunan jalur KA tahap pertama (tubuh baan) sepanjang 39,4 Km'sp;
3)
Pembangunan jalur KA tahap penyelesaian / pemasangan rel sepanjang 98,1 Km'sp;
4)
Pengadaan material rel (1.530 km’sp) & wesel (510 unit);
5)
Rehabilitasi/peningkatan/ jembatan/ terowongan/ underpass/ flyover sebanyak 50,0 Unit;
6)
Pembangunan jembatan/ sebanyak 115,0 Unit;
terowongan/
7)
Peningkatan/pembangunan sebanyak 16,0 Unit;
stasiun/
8)
Peningkatan/ modernisasi/ pembangunan sistem persinyalan;
9)
Peningkatan/ modernisasi/ pembangunan sistem telekomunikasi;
10)
Rehabilitasi/ peningkatan/ pembangunan listrik aliran atas (elektrifikasi) sepanjang 35,1 Km'sp;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
underpass/
bangunan
flyover
operasional
13
f.
g.
11)
Sterilisasi/pemagaran jalur KA/ stasiun/ fasilitas pendukung sepanjang 35.439,0 m' ;
12)
Pengamanan perlintasan sebidang 5,0 Unit;
13)
Pengadaan lahan untuk jalur KA baru seluas 398.801,3 m2 ;
14)
Pengadaan peralatan/fasilitas prasarana perkeretaapian;
15)
Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (IMO: Infrastructure and Maintenance Operation).
Pembangunan dan Pengelolaan bidang Sarana Perkeretaapian 1)
Pengadaan K3 sebanyak 50,0 Unit;
2)
Pengadaan MP3 sebanyak 5,0 Unit;
3)
Pengadaan KRDI (16 unit) untuk angkutan KA perkotaan;
4)
Pengadaan Kereta Kerja PPCW (Gerbong Datar) Lengkap dengan Loading/Unloading Devices sebanyak 10,0 Unit;
5)
Pengadaan Kereta Penolong (NR) sebanyak 1,0 Unit ; dan
6)
Pengadaan fasilitas pengujian sarana perkeretaapian.
Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Keselamatan Perkeretaapian 1)
Sosialisasi/rakor/seminar/workshop perkeretaapian;
bidang
keselamatan
2)
Pengadaan peralatan keselamatan dan SDM perkeretaapian;
3)
Peningkatan kualitas SDM, penegakan hukum pemeriksaan bidang keselamatan perkeretaapian
pidana,
3. Ditjen Perhubungan Laut a.
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Laut 1)
Kegiatan Subsidi Perintis sebanyak 84 Trayek (34 Pangkalan);
2)
Docking Kapal Perintis sebanyak 32 Unit;
3)
Pembangunan Kapal Perintis Type 750 DWT (Tahap I - New Inisiatif) sebanyak 2 Unit;
4)
Modifikasi Kapal Perintis menjadi Kapal Ternak sebanyak 2 Unit;
5)
Pembangunan Kapal Khusus Ternak (New Inisiatif) sebanyak 1 Unit;
6)
Lanjutan Pembangunan Kapal Perintis Type 2000 GT (Tahap II Multiyears) 2 Unit
7)
Lanjutan Pembangunan Kapal Perintis Type 1200 GT (Tahap II Multiyears) 2 Unit
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
14
8)
Lanjutan Pembangunan Kapal Perintis Type 750 DWT (Tahap II Multiyears) 2 Unit
9)
Lanjutan Pembangunan Kapal Perintis Type 500 DWT (Tahap II Multiyears) 1 Unit
10)
Pembayaran kekurangan biaya subsidi akibat kenaikan BBM untuk 80 Kapal TA. 2013;
11)
Penyelesaian Piutang PT. Pelni (Persero) dalam rangka penanggulangan bencana alam Provinsi Sumatera Barat TA. 2009;
12)
Pengendalian, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Angkutan Laut Lebaran.
b. Bidang Pelabuhan dan Pengerukan
c.
1)
Kegiatan Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN) : The Urgent Rehabilitation Project of Tanjung Priok Port dan Belawan Port Development Project Phase I;
2)
Kegiatan Lanjutan/ Pengembangan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan di 91 lokasi diantaranya : Labuhan Angin, Gunung Sitoli, Barus, Sebalang, Pamanukan, Probolinggo, Batanjung, Ippi dan Maloy;
3)
Bitung, Bunkutoko,Tual, Dama, Tobelo, Depapre, Sorong;
4)
Kegiatan Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pelabuhan di 90 lokasi diantaranya : Singkil, Teluk dalam, Sukadana, Bima, Waingapu, Manado, Kobror, Jayapura;
5)
Kegiatan Pengerukan Alur Pelayaran di 19 lokasi (total volume pengerukan 10.521.500 m3) diantaranya : Belawan, Palembang, Semarang, Samarinda, Benoa;
6)
Studi Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bitung sebagai Hub-Port;
7)
Studi Masterplan Pelabuhan di 45 Lokasi;
8)
Studi Pra FS di 20 wilayah, FS di 10 Lokasi dan SID Pelabuhan di 25 Lokasi.
Bidang Kenavigasian 1)
Kegiatan Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN) : Kegiatan Aids to Navigation Fund (ANF) dan VTS Malacca and Singapore Straits Phase II;
2)
Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran sebanyak 194 Unit;
3)
Rehab Sarana Bantu Navigasi Pelayaran sebanyak 40 Unit;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
15
4)
Replace Sarana Bantu Navigasi Pelayaran sebanyak 66 Unit;
5)
Repowering dan Docking KN. Kenavigasian sebanyak 47 Unit;
6)
Pengadaan dan Pembangunan Fasilitas Telekomunikasi Pelayaran sebanyak 42 Paket;
7)
Pengadaan dan Pembangunan/Rehabilitasi Fasilitas kenavigasian lainnya (seperti: gedung operasional, pagar, peralatan survey dll) sebanyak 78 Paket;
8)
Studi Masterplan Kenavigasian.
d. Bidang Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai
e.
1)
Pembangunan Kapal Patroli Kelas II sebanyak 4 Unit;
2)
Pembangunan Kapal Patroli Kelas III sebanyak 12 Unit;
3)
Pembangunan Kapal Patroli Kelas IV sebanyak 8 Unit;
4)
Pembangunan Kapal Patroli Kelas V sebanyak 25 Unit;
5)
Pengadaan peralatan SAR sebanyak 27 Unit;
6)
Sistem Informasi dan Pelaporan Direktorat KPLP;
7)
Pengadaan Peralatan Ship Tracking Kapal Patroli sebanyak 7 Paket;
8)
Studi revitalisasi pangkalan PLP.
Bidang Perkapalan dan Kepelautan 1)
Pengadaan perangkat sistem informasi dan web portal Ditkappel;
2)
Kajian pengaruh penambahan foam pada void space dan pada konstruksi utama terhadap kekuatan struktur kapal dan kondisi stabilitas pada kapal cepat berbahan fiber glass;
3)
Kajian pedoman perhitungan stabilitas untuk kapal kecil ukuran kurang dari 24 meter;
4)
Kajian penentuan besaran bow heigth kapal sesuai kondisi perairan Indonesia.
4. Ditjen Perhubungan Udara Program APBN Tahun 2014 Sub Sektor Ditjen Perhubungan Udara antara lain adalah sebagai berikut: a.
Multiyears 1)
Lanjutan Penyelesaian Pembangunan Gedung Jakarta Automation Air Traffic System (JAATS);
2)
Lanjutan Pengadaan Simulator Pesawat;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
16
3)
Pengadaan Pesawat Udara kalibrasi dilengkapi dengan Flight Inspection System 2 unit.
b. Kegiatan Pelayanan Angkutan Udara Perintis Pelayanan Angkutan Udara Perintis 138 rute dan subsidi BBM 5.918 drum di 13 provinsi c.
Kegiatan Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 1)
Lanjutan Pengembangan kegiatan Bandar Udara Strategis : Bandara - Bandara di Ibukota Provinsi, (Gorontalo, Bengkulu, Rendani, Palu, Kendari, Mamuju);
2)
Bandara Penunjang pariwisata : Bandara Komodo - Labuhan Bajo, Bandara Kalimarau, Bandara DEO Sorong dan Bandara Waisai Raja Ampat penunjang pelaksanaan Sail Raja Ampat 2014;
3)
Bandara sebagai pusat pengembangan kawasan Indonesia Timur : Bandar Udara Sentani, Mopah dan Rendani - Manokwari.
4)
Bandara Utama di daerah perbatasan : Bandar Udara Juwata Tarakan.
5)
Percepatan pengoperasian Bandara Baru. (Bandar Udara Tojo Una - Una, Enggano, Muara Teweh, Tebellian Sintang Baru, Miangas, Namniwel dan Moa);
6)
Pengembangan Bandar udara yang baru lainnya yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah dan berdasarkan MUSRENBANGNAS antara lain : Bandar Udara Kertajati, Wangga Nabire, Singkawang, Maratua, Tembelan, Anambas, Murung Raya, Siau, Morowali, Buntu Kunik, Segun dan Sinak Baru.
7)
Percepatan penyelesaian Pembangunan Gedung Terminal (Bandara Juwata - Tarakan, Bandara Rendani - Manokwari, Bandara DEO - Sorong, Bandara Tjilik Riwut - Palangkaraya, Bandara Djalaluedin - Gorontalo);
8)
Percepatan Pembangunan Bandara pasca Bencana Gempa : Bandara Rembele - Takengon dan Gayo Luwes;
9)
Pengembangan Bandar Udara di daerah perbatasan dan rawan bencana di 43 lokasi : Lasikin Sinabang, Binaka Gunung Sitoli, Lasondre PP. Batu - Kepulauan Nias, Komodo - Labuan bajo, Cut Nyak Dien - Meulaboh, Rokot Sipora, Melonguane - Sangir Talaud, Serui, Cut Ali - Tapak Tuan, Muko - Muko, Gewayantana Larantuka, Namrole - Pulau Batu, Mali - Alor, Kabir - Pantar, Dumatubun - Langgur, Wai Oti - Maumere, Nabire, Wonopito Lewoleba, Naha - Tahuna, Numfor, Tanah Merah, Tambolaka - Waikabubak, Mau Hau - Waingapu, Aeroboesman Ende,
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
17
FL. Tobing, Fatmawati - Bengkulu, Pangsuma - Putusibau, S.Babullah - Ternate, Miangas , Tj. Balai Karimun - Kepri , Maimun Saleh - Sabang, Tardamu - Sabu, Lekunik Rote, Saumlaki, Dobo Kep.Aru , Kimam - Papua , Okaba - Papua, Hang Nadim - Batam , Nunukan - Kaltim, Haliwen , Pantar - Kabupaten Alor, Sarmi. d. Kegiatan Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan Pengadaan pemeliharaan dan rehabilitasi Fasilitas Keamanan Penerbangan ( X Ray, WTMD, HHMD, dll.) dan Fasilitas Pelayanan Keadaan Darurat Penerbangan ( Kendaraan PKP-PK, Patroli, dll) di bandara Cakrabuwana-Cirebon, A. Rahman Saleh-Malang, Banyuwangi, Cut Nyak Dhien, Rembele-Takengon, Lasikin-Sinabang, Maimun SalehSabang, DR. FL Tobing-Tapanuli Tengah, Binaka-Gn. Sitoli, Aek Godang-P. Sidempuan, Rokot-Sipora, Japura-Rengat, Pasir Pangarayan, Depati Parbo, Muara Bungo, Radin Inten II-Lampung, Pekonserai, R. OesmanKetapang, Nangapinoh, Tjilikriwut-Palangkaraya, Iskandar-Pangkalan Bun, H. Asan Sampit, Beringin-Muara Teweh, Tumbang Samba, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, G. Sjamsir Alam-Kotabaru, Juwata-Tarakan, Temindung-Samarinda, Kalimarau, Malinau, Melak, Tj. Harapan, Long Ampung, Data Dawai, Naha Tahuna, Melongguane, Mutiara-Palu, Kasiguncu-Poso, SA. Amir-Luwuk, Sultan Bantilan-Toli-toli, Pogogul-Buol, Pongtiku-Toraja, Seko, Rampi, Aeropala-Selayar, Andi Jemma-Masamba, Halu Oleo-Kendari, Betoambari-Buton, Sugimanuru-Muna, Bandaneira, Saumlaki, Namniwel, Dumatubun-Langgur, M. Salahuddin-Bima, Tambolaka, Frans Seda, Frans Sales Lega-Ruteng, HH. AroeboesmanEnde, Mali-Alor, Komodo-Labuhan Bajo, Soa-Bajawa, Haliwen-Atambua, DC. Saudale-Rote, Tardamu-Sabu, Wunopito-Lewoleba, SentaniJayapura, Mopah-Merauke, Wamena, Nabire, Serui, Tanah Merah, Enarotali, Tiom, Senggo, Waris, Dabra, Bokondini, Kepi, Numfor, Karubaga, Ewer, Illu, Bade, Senggeh, Batom, Obano, Ilaga, Fatmawati, Muko-muko, Baabullah, Oesman Sadik, Gamarmalamo, Buli-Maba, Kuabang-Kao, Budiarto, HA. Hanandjoeddin, Djalaluddin, Dabo-Singkep, Hang Nadim, seibati, Rendani, DEO-Sorong, Torea-Fakfak, Wasior, Teminabuan, Babo, Kebar, Ayawasi, Tampa Padang-Mamuju. e.
Kegiatan Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Navigasi Penerbangan Pengadaan dan pemasangan Fasilitas CNS ATM (Communication, Navigation , Surveilance dan Air traffic Management) dan ATFM ( Air Traffic Flow Management) di Bandara Tunggul Wulung-Cilacap, A. Rachman Saleh, Banyuwangi, Trunojoyo, Rembele, Teuku Cut Ali, Lasikin, DR. FL. Tobing, Aek Godang, Rokot, Japura, Pasir Pangarayan, Depati Parbo, Radin Inten II, Pekonserai, R. Oesman, Nangapinoh, Tjilikriwut, H. Asan-Sampit, Beringin, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, GS. Alam-Kotabaru, Temindung, Kalimarau, Tj. Harapan, Data Dawai,
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
18
Mutiara, Kasiguncu, SA. Amir-Luwuk, Sultan Bantilan, Pogogul, Aeropala, Andi Jemma, Bandaneira, Dobo, Saumlaki, Namniwel, Dumatubun, Brangbiji, M. Salahuddin, Frans Seda, Frans Sales Lega, HH. Aroeboesman, Komodo, Wunopito, Sentani, Mopah, Wamena, Nabire, Tanah Merah, Enarotali, Tiom, Mozes Kilangin, Waris, Kepi, Illu, Batom, Obano, Fatmawati, Babullah, Gamarmalamo, Buli, Kuabang Kao, Budiarto, H.A. Hananjoediin, Djalaluddin, Hang Nadim, Rendani, DEOSorong, Bintuni, Kaimana, Inanwatan, Teminabuan, Babo, Kebar, Ayawasi, Tampa Padang - Mamuju. f.
Kegiatan Pengawasan, Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Pembangunan hanggar dilengkapi apron dan taxiway termasuk perencanaan dan pengawasan di Makassar, Pembuatan dan Pengembangan Manajemen Keselamatan Penerbangan Nasional, pembangunan Gedung Operasional Kelaikan Udara di Soekarno Hatta.
5. Badan Pengembangan SDM Perhubungan Program APBN Tahun 2014 Badan Pengembangan SDM Perhubunganantara lain adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Kontrak Tahun Jamak/Multiyears Contract Pengadaan Simulator Pesawat Komersial (Tahap III/akhir). b) Pembangunan kampus baru dan lanjutan : 1) Pembangunan Lanjutan Kampus Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Aceh, Sorong, Sulut, Sumbar, Akademi Perkeretaapian Madiun, Balai Pelndidikan dan Pelatihan Transportasi Darat (BP2TD) Kalimantan dan Makassar; 2) Pembangunan Pengembangan Kampus BP2TD Bali Tahap I dan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) Tegal Tahap II ; 3) Pembangunan Pengembangan Program Pendidikan Penerbang Akademi Teknik Keselamatan Penerbang (ATKP) Surabaya di Banyuwangi - Jawa Timur; 4) Pembangunan Pusat Pengembangan Karakter SDM Perhubungan di Jawa Barat (Ciwidey) tahap II 5) Pembangunan pengembangan kampus Terpadu Pendidikan dan Pelatihan Transportasi di Makassar : - Pembangunan pengembangan Kampus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP)Makassar tahap IV;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
19
Pembangunan ATKP Makassar tahap (pindah karena faktor keselamatan penerbangan Bandara Hasanuddin) Pembangunan Kampus Baru BP2TD Makassar tahap II. Pengadaan peralatan diklat : Pusdiklat Darat 1) Pengadaan Alat Praktek Pengujian Kelaikan Sarana KA; 2) Pengadaan laboratorium Mobile Keselamatan di Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) Tegal; 3) Pengadaan Alat Uji Kendaraan Bermotor Portabel di Balai Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Darat (BP2TD) Bali; 4) Pengadaan Jembatan Timbang di BP2TD Bali. -
c)
d) Pusdiklat Laut 1) Pengadaan Peralatan Simulator (4 unit) dan Air Conditioning and Reffrigerant Laboratory di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP); 2) Pengadaan Gas Turbine Simulator , 3D Cutaway Ship Model dan Steam Turbine Simulator Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP); 3) Pengadaan Peralatan Diklat Quality Standart System (QSS) BP2IP Malahayati Aceh Besar; 4) Pengadaan Peralatan Diklat BP2IP Sorong; 5) Steam Turbine, Gas Turbine Simulator, Upgrading Radar Arpa Simulator , Fixed Fire Fighting Extinguisher dan 'Computer Based Training di Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar; e) Pusdiklat Udara 1) Pengadaan flight training management system tahap II, Pengadaan flight training device dan Pengadaan pesawat latih & sparepart dalam rangka pengembangan Prodi Penerbang di Jatim ; 2) Pengadaan Aircraft Tools Kit dan Training Aids Pilot School dan Pengadaan peralatan (meubelair) Dormitory Taruna TPU 5 Lantai ATKP Surabaya; 3) Pengadaan Peningkatan GWS di kampus lama Akademi Teknik Keselamatan Penerbang (ATKP) Makassar ; 4) Pengadaan Peralatan Asrama dan Pengadaan Peralatan Kelas ATKP Medan. a.
Pusdiklat Aparatur Pengembangan Teknologi informasi Pusat Pengembangan SDM Aparatur (PPSDMA) Perhubungan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
20
6. Badan Litbang Perhubungan Program APBN Tahun 2014 Badan Litbang Perhubungan antara lain: Kegiatan kajian, studi kebijakan dan penelitian tentang transportasi moda darat, laut dan udara serta multimoda antara lain penyusunan Tataran Transportasi Lokal dalam rangka mendukung Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia di 6 Koridor Ekonomi. 7. Inspektorat Jenderal Program APBN Tahun 2014 Inspektorat Jenderal antara lain untuk kegiatan sebagai berikut: Kegiatan-kegiatan pengawasan dan pemeriksaan internal Kementerian Perhubungan B. APBN Perubahan Tahun 2014 Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor : S-760/MK.02/2013 tentang Penyampaian Kebijakan Belanja dan Alokasi Anggaran Kementerian Negara/Lembaga TA 2014, dimana Kementerian Perhubungan mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp. 40,370 Triliun dan terdapat penyesuaian anggaran dari Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 266/KMK.02/2013 tanggal 23 Juli 2013 perihal Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 258/KMK.02/2013 tanggal 17 Juli 2013 perihal Penetapan Pagu Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan Langkah-Langkah Penyelesaian RKA Kementerian Negara/Lembaga Tahun Anggaran 2014, antara lain : 1) Tambahan Belanja Rupiah Murni : Rp. 990 M,2) PNBP : Rp. 128,899 M,3) Badan Layanan Umum (BLU) : Rp. 99,790 M. Adapun untuk tambahan belanja Rupiah Murni (RM) sebesar Rp. 990 Milyar dengan rincian sebagai berikut : 1) Ditjen Perhubungan Darat : Rp. 185 Miliar. 2) Ditjen Perkeretaapian : Rp. 50 Miliar. 3) Ditjen Perhubungan Laut : Rp. 440 Miliar. 4) Ditjen Perhubungan Udara : Rp. 290 Miliar. 5) Badan Pengembangan SDM Perhubungan : Rp. 25 Miliar.
2.1. PELAKSANAAN ANGGARAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TA. 2015 Alokasi anggaran total Kementerian Perhubungan Tahun 2015 sebesar Rp. 44,933 Triliun, dengan profil alokasi anggaran tahun 2015 berdasarkan jenis belanja antara lain sebagai berikut:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
21
1. Belanja Modal dan Belanja Barang Tidak Mengikat sebesar Rp. 37,78 Triliun yang terdiri dari : a. Kegiatan Keperintisan Rp. 2,38 Triliun; b. Kegiatan Penunjang Keselamatan Rp. 5,16 Triliun; c. Pengembangan SDM Rp. 3,38 Triliun; d. Pembangunan Infrastruktur Rp. 26,86 Triliun. 2. Belanja Pegawai sebesar Rp. 2,95 Triliun; 3. Belanja Barang Mengikat sebesar Rp. 2,74 Triliun; dan 4. Perjalanan Dinas sebesar Rp. 1,45 Triliun. A. Program Kegiatan Strategis Program/kegiatan strategis tahun 2015 dari masing-masing Unit Kerja Eselon I, meliputi Kegiatan Strategis Ditjen Perhubungan Darat, Ditjen Perkeretaapian. Ditjen Perhubungan Laut, Ditjen Perhubungan Udara, BPSDM, Badan Litbang Perhubungan, Sekretaris Jenderal, Inspektorat Jenderal. 1. Ditjen Perhubungan Darat Program APBN Tahun 2015 Sub Sektor Transportasi Darat antara lain adalah sebagai berikut: a. Prasarana dan Fasilitas LLAJ : Pengadaan dan Pemasangan Perlengkapan Jalan di 33 Propinsi, Pembangunan Terminal Baru dan Lanjutan di 11 Lokasi, Rehabilitasi Terminal Lanjutan di 7 Lokasi, Pembangunan Jembatan Timbang, Rehabilitasi dan Peningkatan Jembatan Timbang di 5 Lokasi, Subsidi Operasi Bus Perintis untuk 217 Trayek, Pengadaan Bus Perintis 75 Unit. b. Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan : Bus BRT 50 Unit, Bus Umum/ Sekolah/Kampus 50 Unit, Bus Pemadu Moda 15 Unit, ATCS 12 Paket, c. Sarana dan Prasarana Transportasi ASDP : Pembangunan Dermaga Penyeberangan 57 Lokasi, Pembangunan Dermaga Sungai 19 Lokasi, Pembangunan Dermaga Danau 2 Lokasi, Rehabilitasi Dermaga Sungai 16 Lokasi, Rehabilitasi Dermaga Danau 9 Lokasi, Rehabilitasi Dermaga Penyeberangan 32 Lokasi, Pembangunan Bus Air 7 Unit, Pembangunan Kapal Penyeberangan 14 Unit, Pengerukan Alur Penyeberangan 4 Paket, Pengadaan/Pemasangan SBNP/Rambu Suar 655 Unit, Pembangunan Rambu Sungai dan Danau 543 Unit, Subsidi 84 Kapal Penyeberangan Perintis untuk 177 Lintas 2. Ditjen Perkeretaapian Program APBN Tahun 2015 Sub Sektor Ditjen Perkeretaapian antara lain adalah sebagai berikut: a.
Rehabilitasi/peningkatan jalur KA sepanjang 170,78 Km’sp;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
22
b.
Pembangunan tubuh baan/badan jalur KA sepanjang 111,22 km’sp;
c.
Pembangunan jalan rel sepanjang 71,99 km’sp;
d.
Pengadaan wesel sebanyak 500 unit;
e.
Pembangunan/peningkatan/rehabilitasi jembatan/terowongan/underpass/flyover sebanyak 110 unit;
f.
Pembangunan/peningkatan persinyalan dan telekomunikasi sebanyak 19 paket;
g.
Pembangunan/peningkatan transmisi tenaga listrik (listrik aliran atas) sepanjang 51,3 km’sp
h.
Penanganan/pengamanan perlintasan sebidang sebanyak 38 unit;
i.
Pengadaan tanah seluas 1.014.464,8 m2.
j.
Pengadaan sarana perkeretaapian termasuk sarana kerja sebanyak 29 unit;
k.
Rehabilitasi sarana perkeretaapian (KRD/KRL) sebanyak 9 unit;
l.
Pengadaan peralatan pengujian sarana perkeretaapian sebanyak 6 paket;
m.
Pengadaan peralatan keselamatan dan SDM perkeretaapian sebanyak 18 paket;
n.
Pemeriksaan bidang keselamatan perkeretaapian sebanyak 12 kegiatan.
o.
Kegiatan subsidi angkutan KA perintis dan subsidi angkutan motor dengan KA sebanyak 3 kegiatan.
3. Ditjen Perhubungan Laut Program APBN Tahun 2015 Sub Sektor Ditjen Perhubungan Laut antara lain adalah sebagai berikut: a. Pembangunan/Pengembangan/Rehabilitasi Fasilitas Pelabuhan di 163 Lokasi; b. Pengerukan alur Pelayaran dan Kolam Pelabuhan di 13 Lokasi c. Pembangunan Kapal Negara Perintis sebanyak 13 Unit (8 Ukuran 750 DWT, 2 Ukuran 500 DWT, 2 Ukuran 200 DWT dan 1 Unit Kapal Khusus Angkutan Ternak). d. Docking Kapal Negara Perintis sebanyak 47 Unit. e. Subsidi Operasional Angkutan Laut Perintis 87 Trayek f. Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) sebanyak 187 Paket; Rehabilitasi SBNP sebanyak 23 Paket. g. Pembangunan Sistem Telekomunikasi Pelayaran sebanyak 15 Paket ; Rehabilitasi Kapal Negara Kenavigasian sebanyak 12 Paket. h. Pembangunan Fasilitas Pendukung Kenavigasian sebanyak 67 Paket ; Rehabilitasi Fasilitas Pendukung Kenavigasian sebanyak 4 Paket. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
23
i. Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Kenavigasian sebanyak 20 Paket; Rehabilitasi Fasilitas Pelabuhan Kenavigasian sebanyak 15 Paket j. Pembangunan Kapal Patroli sebanyak 45 Unit k. Pengadaan Peralatan SAR Laut sebanyak 20 Set.
4. Ditjen Perhubungan Udara Program APBN Tahun 2015 Sub Sektor Ditjen Perhubungan Udara antara lain adalah sebagai berikut: a. Perpanjangan Runway di 22 Bandara Taxiway di 4 Bandara
Serta Pelebaran Runway dan
b. Perluasan dan pembangunan Apron di 20 Bandara Serta Penambahan dan pelebaran Taxiway di 6 Bandara c. Peningkatan Daya Dukung Sisi Udara dalam rangka peningkatan kapasitas : pelapisan runway, taxiway dan apron di 33 bandara d. Pelapisan Sisi Udara di 31 Bandara e. Pekerjaan Pemenuhan Standar Keselamatan Operasi Penerbangan berupa Pekerjaan Air Strip di 12 Bandara dan Pekerjaan Pemotongan Obstacle di daerah sekitar Bandara di 12 lokasi f. Pembangunan dan Lanjutan Pembangunan Bandara baru di 19 lokasi g. Pembangunan dan pengembangan Bandara di daerah rawan bencana di 57 lokasi h. Pembangunan Bandara sebagai pembuka daerah terisolir di 49 lokasi i. Pembangunan Bandara di Kawasan Perbatasan di 26 lokasi j. Pembangunan & Pengembangan Terminal Baru di 14 lokasi dan Terminal Eksisting di 13 lokasi Bandara. k. Pembangunan dan penyediaan Fasilitas Keamanan Penerbangan di 118 Bandara l. Pembangunan Fasilitas Keselamatan Penerbangan Pendaratan Visual (Visual Aids), yaitu dengan pengadaan fasilitas Airfield Lighting System (AFL), di 19 Bandara m. Subsidi Operasional Penerbangan Perintis 217 Rute dan Subsidi BBM 6.677 drum 5. Badan Pengembangan SDM Perhubungan Program APBN Tahun 2015 Badan Pengembangan SDM Perhubunganantara lain adalah sebagai berikut: a. Program Diklat Pembentukan Kompetensi Kepelautan bagi masyarakat dan aparatur Ditjen Perhubungan Laut sebanyak 480 orang.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
24
b. Program Kerjasama Selatan-Selatan dalam rangka Capacity Building sebanyak 129 orang. c. Program Beasiswa Rintisan Gelar S2/S3 SDM Aparatur Kementerian Perhubungan sebanyak 395 orang. d. Program Beasiswa Putra – Putri Papua dan Papua Barat (UP4B) untuk pendidikan penerbang sebanyak 20 orang. e. Program pelatihan tenaga terampil bersertifikat dalam rangka ASEAN Economic Community 2015. f. Pengadaan Pesawat Latih. g. Pembangunan dan pengembangan kampus Diklat di 9 lokasi. 6. Badan Litbang Perhubungan Program APBN Tahun 2015 Badan Litbang Perhubungan antara lain sebagai berikut : a. Penelitian Strategis Transportasi; b. Desain dan Uji Coba Survei Asal Tujuan Transportasi Nasional; c. Roadmap Intermoda Transport Database; d. Klinik Transportasi ; e. Promosi Hasil Litbang; f. Joint Research dalam/ luar negeri; g. Desain Logistic Centre 7. Sekretaris Jenderal Program APBN Tahun 2015 Sekretariat Jenderal antara lain untuk kegiatan yang menunjang administrasi Kementerian Perhubungan antara lain perencanaan, kepegawaian, keuangan, hukum dan kerjasama luar negeri, sarana dan prasarana perkantoran. 8. Inspektorat Jenderal Program APBN Tahun 2015 Inspektorat Jenderal antara lain untuk kegiatan sebagai berikut: a. Audit Berbasis Resiko. b. Audit dengan Tujuan Tertentu. c. Tindak Lanjut Temuan BPK RI. d. Revieu RKA-KL. e. Pembinaan pengawasan. f. Reviu Laporan Keuangan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
25
B. APBN Perubahan Tahun 2015 Sesuai dengan rancangan Nota Keuangan tentang APBN-P Tahun 2015 diusulkan beberapa perubahan alokasi anggaran Kementerian Perhubungan dalam kerangka APBN-P tahun 2015 sebagai berikut: 1. 2.
Alokasi Tambahan Rupiah Murni sebesar Rp. 20,96 T; Pengurangan PHLN sebesar Rp. 945,9 M.
Sesuai dengan Surat Menkeu Nomor S-9/Mk.02/2015 Tanggal 8 Januari 2015 bahwa Alokasi Tambahan Anggaran Kementerian Perhubungan dalam RAPBN-P Tahun 2015 menjadi sebesar Rp. 20,96 Triliun dengan rincian sebagai berikut: 1.
Ditjen Perhubungan Darat sebesar Rp. 2,042 Triliun, untuk kegiatan antara lain: a. Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan di 65 lokasi b. Pengadaaan 1.000 Unit Bus Rapid Transit di 28 kota
2.
Ditjen Perkeretaapian sebesar Rp. 5,49 Triliun, untuk kegiatan antara lain: a. Pembangunan Infrastruktur Perkeretaapian di Luar Jawa b. Pengembangan Jalur Ganda Lintas Selatan Jawa
3.
Ditjen Perhubungan Laut sebesar Rp. 11,292 Triliun, untuk kegiatan antara lain: a. Pengadaan dan Pembangunan berbagai jenis Kapal termasuk kapal patroli dan kenavigasian b. Pengembangan Pelabuhan di 77 lokasi mendukung tol laut, Fasilitas Pelabuhan, Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS), dan Vessel Traffic Service (VTS)
4.
Ditjen Perhubungan Udara sebesar Rp. 1,714 Triliun untuk kegiatan Pembangunan Bandara terdepan, terdalam, terluar dan perbatasan serta wilayah rawan bencana.
5.
BPSDM Perhubungan sebesar Rp. 428 Milliar, untuk kegiatan antara lain: a. Pelatihan berbasis kompetensi di sektor transportasi untuk mengurangi kesenjangan pada 10 wilayah; b. Pengadaan Kapal Latih Multi Purpose sebanyak 6 unit; c. Pengadaan Pesawat Latih 51 unit dan suku cadang.
2.2. CAPAIAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN TAHUN 2014-2015 Penyajian capaian kinerja sasaran Kementerian Perhubungan berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Perhubungan antara lain sebagai berikut:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
26
A. Transportasi Darat 1. Prasarana Perhubungan Darat Dalam kurun waktu 2014-2015 telah dilaksanakan pembangunan Terminal sebagai berikut : a. Pembangunan Terminal Terminal yang telah selesai dibangun melalui pendanaan APBN dalam kurun waktu tahun 2014-2015 adalah sebanyak 9 Terminal, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.1 Sebaran Lokasi Pembangunan Terminal Lokasi Pembangunan Terminal Jumlah Pemb. Terminal
Pemb. Terminal (Selesai)
2014
12
4
2015
1
5
Jumlah
13
9
Tahun
Lokasi Pembangunan Terminal (Selesai) Meulaboh (NAD), Wonogiri (Jateng), Kab. Pacitan (Jatim), Batu Ampar (Kaltim) Sarolangun (Jambi), Bangkalan (Jawa Timur), Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Passo Ambon (Maluku), Sukabumi (Jawa Barat)
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
b. Peningkatan / Rehabilitasi Terminal Peningkatan/Rehabilitasi Infrastruktur Terminal pada kurun waktu tahun 2014-2015 selesai sebanyak 3 (tiga) Terminal dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2.2 Sebaran Lokasi Peningkatan Terminal Lokasi Peningkatan Terminal Peningkatan Lokasi Terminal Peningkatan Terminal(selesai) (selesai) 1 Alam Barajo (Jambi)
2014
Jumlah Peningkatan Terminal 8
2015
0
2
Jumlah
8
3
Tahun
Malang (Jawa Timur), dan Solo (Jateng)
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
c. Pembangunan UPPKB (Jembatan Timbang) Pembangunan UPPKB (Jembatan Timbang) tahun 2014-2015 belum ada yang selesai sebagai berikut:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
27
Tabel 2.3 Pembangunan Jembatan Timbang Lokasi Pembangunan Jembatan Timbang Tahun
Pembangunan UPPKB (Jembatan Timbang)
2014
1
Pembangunan UPPKB (Jembatan Timbang) (Selesai) -
2015
1
0
Jumlah
2
0
Lokasi Pembangunan UPPKB (Jembatan Timbang) (Selesai)
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
d. Rehabilitasi/Peningkatan UPPKB (JembatanTimbang) Rehabilitasi/Peningkatan UPPKB (Jembatan Timbang) tahun 2014-2015 yang telah selesai sebanyak 2 (dua) lokasi sebagai berikut:
Tabel 2.4 Rehabilitasi/Peningkatan Jembatan Timbang Lokasi Rehabilitasi/Peningkatan Jembatan Timbang Tahun
Peningkatan Jembatan Timbang
Peningkatan Jembatan Timbang (Selesai)
2014
2
2
2015 Jumlah
0 2
0 2
Lokasi Rehabilitasi/ Peningkatan Jembatan Timbang (Selesai) Sarjo (Sulbar), Pasar Panas (Kalteng)
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
e. Pembangunan Prasarana Dermaga Penyeberangan Pembangunan Prasarana Dermaga Penyeberangan yang telah selesai pembangunannya pada tahun 2014-2015 sebanyak 34 (tiga puluh empat) lokasi yang tersebar seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.5 Pembangunan Dermaga Penyeberangan Tahun
Jumlah
Lokasi Kegiatan
2014
18
2015
16
Dermaga Penyeberangan Selat Belia, Ndao, Solor, Kalabahi, Sei Asam, Bahaur, Sebatik, Parigi, Timampu, Beau, Dermaga Plengsengan Gorontalo, Labuan, Amolengu, Teluk Bara, Saketa, Gebe, Kayoa, dan Dermaga Penyeberangan Makian. Dermaga Danau Sipinggan, Meulaboh, Penarik, Gunaksa, Seba, Palue/Pamana, Kewapante, Ciremai, Bahaur, Saka Kajang, Pulau Laut Timur, Simanggaris, Amolengo, Labuan, Amahai, Gorom dan Pamako
Jumlah
34
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
28
f. Pembangunan Prasarana Dermaga Sungai Pembangunan Prasarana Dermaga Sungai yang telah selesai pada tahun 2014–2015 sebanyak 26 (dua puluh enam) lokasi yang tersebar seperti pada table di bawah ini: Tabel 2.6 Pembangunan Prasarana Dermaga Sungai
2014
Jumlah Lokasi 14
2015
9
Jumlah
26
Tahun
Kegiatan Dermaga Sungai Muara Batang Gadis, Nipah Panjang, Wiralaga, Sidang, KTM, Meliau, Barito, Lok Baintan, Nduga, Kelapa Lima, Kokonao, Senyerang, Blitar, dan Dermaga Sungai Pangkalan Bun. Dermaga Kuala Enok (Riau) Kuala Indah,Nilau Parit, & Rambe (Jambi), Karang Baru (Sumsel), Kasongan Baru dan Lamunti (Kalteng), Jatim, Batu Dinding (Kaltim)
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
g. Pembangunan Prasarana Dermaga Danau Pembangunan Prasarana Dermaga Danau yang telah selesai pada tahun 2014-2015 sebanyak 3 lokasi yang tersebar seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.7 Pembangunan Prasarana Dermaga Danau NO
TAHUN
1 2
2014 2015
JUMLAH LOKASI 0 3
Jumlah
KEGIATAN Dermaga Maninjau (Sumbar), Singkarak (Sumbar), Kuala Tungkal (Jambi)
3
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
2. Pembangunan Bidang Lalu Lintas Pembangunan ATCS Selesai
Pembangunan Area Traffic Control System (ATCS) yang dibiayai APBN tahun 2014–2015 yang telah selesai sebanyak 3 (tiga) ATCS dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.8 Grafik dan Gambar Sebaran Lokasi Pembangunan ATCS Lokasi Pembangunan ATCS Pembangunan Lokasi Selesai ATCS (Selesai)
Tahun
Pembangunan ATCS
2014
7
-
2015
5
3
Jumlah
12
3
Padang (Sumbar), Bandung (Jabar), Pekalongan (Jateng)
Sumber: Ditjen Perhubungan Darat
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
29
3. Pembangunan Sarana Perhubungan Darat Pembangunan Sarana dan Prasarana pada Tahun Anggaran 2015 terus dilanjutkan, untuk Bidang Prasarana Perhubungan Darat antara lain : pembangunan BRT di 16 kota sebanyak 1.050 unit bus, pembangunan 16 terminal, penerapan ATCS di 15 kota. Adapun Dalam rangka peningkatan keselamatan dan keamanan transportasi, telah dilaksanakan: pemasangan 16.368 unit rambu, pembuatan marka jalan sepanjang 2.500.533 m, pagar pengaman jalan (guard rail) sepanjang 42.035 m, pemasangan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL) sebanyak 301 unit dan pemasangan alat penerang jalan sebanyak 3.623 unit. Sedangkan pembangunan Prasarana Angkutan Sungai, Danau Dan Penyeberangan (SDP) yang sedang dilaksanakan di tahun 2015, berupa pembangunan pelabuhan penyeberangan sebanyak 44 pelabuhan dan pengadaan 12 kapal penyeberangan. B. Perkeretaapian 1. Pencapaian Infrastruktur Perkeretaapian Tahun 2014-2015 Pencapaian penting Infrastruktur Perkeretaapian dalam kurun waktu 20142015 diantaranya: A. Kegiatan Peningkatan Pelayanan Lalu Lintas Dan Angkutan Kereta Api 1) Pengoperasian KA Bandara Kualanamu-Medan; 2) Pengoperasian KA Perintis lintas Krueng Mane-Bungkah-Krueng Geukeuh (Aceh), lintas Padang-Solok (Sumbar), lintas KertapatiInderalaya (Sumsel), lintas Purwosari–Wonogiri (Jateng)dan lintas Mojokerto-Tarik-Tulangan-Sidoarjo (Jatim); 3) Pengalokasian PSO penumpang yang terus meningkat; 4) Pengoperasian KA Angkutan motor gratis di Pulau Jawa. B. Kegiatan Pembangunan bidang Prasarana Perkeretaapian : 1) Pembangunan Stasiun Palmerah, Stasiun Kebayoran, Stasiun Maja dan Stasiun Parungpanjang di lintas Tanah Abang-Merak; 2) Pembangunan Jalur Ganda KA dan Elektrifikasi antara ParungpanjangMaja sepanjang 21 Km; 3) Pembangunan Jalur Ganda KA Lintas Utara Jawa sepanjang 725 km; 4) Pembangunan Jalur Ganda KA antara Cirebon – Larangan sepanjang 57 Km; 5) Groundbreaking Jalur KA Trans Sulawesi antara Makassar-Parepare;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
30
6) Dimulainya pelaksanaan konstruksi MRT Jakarta lintas North-South (mulai September 2013); 7) Dimulainya pembangunan Trans Sumatera lintas Langsa-BesitangBinjai, Rantauprapat-Duri-Dumai dan Duri-Pekanbaru (mulai tahun 2015); 8) Dimulainya pembangunan Jalur KA Layang antar Medan-Bandar Khalipah (mulai tahun 2015); 9) Dimulainya pembangunan Jalur KA antara Bandar Tinggi-Kuala Tanjung (mulai tahun 2015); 10) Dimulainya pembangunan Jalur KA dan Stasiun antara Duku-Bandar Udara Internasional Minangkabau (mulai tahun 2014); 11) Dimulainya pembangunan Jalur Ganda KA antara PrabumulihKertapati dan Martapura-Baturaja di Provinsi Sumatera Selatan (mulai tahun 2015); 12) Dimulainya pembangunan LRT di Sumatera Selatan (mulai tahun 2015); 13) Dimulainya pembangunan Jalur Ganda KA antara Kutoarjo-Kroya (mulai tahun 2016) dan Kroya-Purwokerto (mulai tahun 2015) serta Solo-Madiun-Surabaya (mulai tahun 2015). C. Kegiatan Pengadaan Sarana Perkeretaapian, meliputi : 1) Pengadaan Kereta Inspeksi, Multiyears 2014–2015 sejumlah 1 (satu) unit; 2) Pengadaan TMC lebar spoor 1.435 mm sejumlah 1 (satu) unit; 3) Pengadaan Lori Inspeksi sejumlah 5 (lima) unit; 4) Pengadaan Kereta Ukur Prasarana, Track dan LAA, Multiyears 2015– 2016, sejumlah 1 (satu) unit; 5) Pengadaan Kereta Kedinasan sejumlah 1 (satu) unit; 6) Pengadaan Gerbong Datar (PPCW) sejumlah 10 (sepuluh) unit; 7) Pengadaan Gerbong Terbuka (ZZOW) sejumlah 10 (sepuluh) unit; 8) Pengadaan Kereta Inspeksi sejumlah 1 (satu) unit; 9) Pengadaan Sarana Kerja Gerbong (PPCW, ZZOW) lebar spoor 1.067 mm untuk Trans Sumatera sejumlah 20 (dua puluh) unit; 10) Kereta Inspeksi lebar spoor 1.067 mm (1 set @ 2 unit) Multiyears 2015–2016.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
31
D. Kegiatan Peningkatan Keselamatan Perjalanan Kereta Api 1) Pembangunan Sterilisasi disepanjang Jalur KA, pembangunan underpass/flyover dan pengadaan Palang Pintu Perlintasan KA; 1) Pengadaan Automatic Train Protection (ATP) pada prasarana KA; 2) Dilakukannya sertifikasi terhadap lebih dari 12.000 SDM Aparatur, Operator, Kontraktor. Capaian di bidang perkeretaapian yang dibiayai APBN tahun 2014-2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.9 Hasil Pembangunan Prasarana dan Sarana Perkeretaapian Tahun 2014– 2015 NO
URAIAN
TAHUN
SATUAN
2014
2015
A
PEMBANGUNAN PRASARANA
1
Pembangunan Jalur KA termasuk Jalur Ganda & Reaktivasi
Km’sp
159,18
313,38
2
Rehabilitasi/Peningkatan Jalur KA
Km’sp
403,01
333,60
3
Pembangunan Jembatan KA
Unit
23
151
4
Rehabilitasi/Peningkatan Jembatan KA
Unit
52
36
5
Peningkatan/Pembangunan Persinyalan dan Telekomunikasi
Pkt
34
13
6
Peningkatan/Pembangunan Listrik Aliran Atas/Elektrifikasi
Pkt
4
12
7
Pembangunan/Peningkatan Stasiun/Bangunan Operasional
Pkt
37
69
8
Pengadaan Material Rel
Km’sp
323
1.193
9
Pengadaan Material Wesel
Unit
10
185
B
PEMBANGUNAN SARANA
1
Pengadaan Lokomotif, KRDI, KRDE, KRL, Tram, Railbus, Sarana Kerja
Unit
7
3
Sumber: Ditjen Perkeretaapian
2. Kegiatan Perkeretaapian untuk Mendukung Pelayanan kepada Publik : a. Penyelenggaraan Pelayanan Kewajiban Publik (PSO) Pemerintah sejak tahun 2000 s.d 2015 telah memberikan subsidi kepada Pengguna Jasa Kereta Api Kelas Ekonomi dalam bentuk Pelayanan Publik atau Public Service Obligation (PSO), alokasi PSO yang diberikan Pemerintah dari tahun 2014-2015 sebagai berikut: Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
32
Tabel 2.10 Realisasi PSO Tahun 2014-2015
Tahun 2014 2015
(Rp. Milyar) Realisasi 1.089,31 1.507,75
Kontrak 1.224 1.524
Sumber: Ditjen Perkeretaapian
Sebagai gambaran pelaksanaan PSO Perkeretaapian pada Tahun 2015 terus meningkat mengingat pergerakan/mobilisasi penumpang di wilayah Jabodetabek sangat tinggi terutama pada Peak Hour pagi dan sore hari, dimana diperkirakan pergerakan per hari penumpang KRL Jabodetabek sebanyak ± 700.000 orang/hari maka dari itu dominasi Dana Alokasi PSO sebagian besar ditujukan untuk KRL AC Jabodetabek yaitu sebesar Rp. 754.232.650.504,- atau 49,50 % dari Total Alokasi PSO. Dari Dana Alokasi PSO tersebut diperkirakan dapat dinikmati untuk Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api sebanyak 301.638.257 penumpang. Adapun Rincian subsidi kepada Penumpang Kelas Ekonomi dengan Relasi Subsidi PSO sebagaimana data di bawah ini :
Tabel 2.11 Rincian Subsidi kepada Penumpang Kelas Ekonomi dengan Relasi
Subsidi PSO Tahun 2015 No
Uraian Jumlah pnp
1 2 3 4 5
KA Ekonomi Jarak Jauh KA Ekonomi Jarak Sedang KA Ekonomi Jarak Dekat KRD Ekonomi KRL AC PT.KCJ
6
KA Ekonomi Lebaran TOTAL
Nilai (Rp.)
6.361.341 4.253.183 29.594.674 3.766.599 257.532.200
115.068.716.485 131.853.748.878 464.479.984.841 44.304.482.366 754.232.650.504
130.260
13.797.438.819
301.638.257
1.523.737.021.893
Sumber: Ditjen Perkeretaapian
Alokasi Anggaran Subsidi KA perintis untuk setiap Lintas Pelayanan sebagai berikut:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
33
Tabel 2.12 Alokasi Anggaran Subsidi KA Perintis (Rp. 000) No
Lintas Pelayanan
2014
2015
1 2
Kreung Mane-Bungkah-Krueng Geukeuh Mojokerto-Tarik-Tulangan-Sidorajo
5.507.954 9.619.280
19.100.000
3 4
Purwosari-Sukoharjo-Wonogiri Kertapati-Inderalaya
6.467.400 -
9.000.000 3.000.000
5 6
Sukabumi-Cianjur-Padalarang Padang-Lubuk Alung-Kayutanam-Padang Panjang-Solok
7.807.432 -
-
Sumber: Ditjen Perkeretaapian
Lintas pelayanan Kreung Mane-Bungkah-Krueng Geukeuh dan SukabumiCianjur-Padalarang tidak dioperasikan dikarenakan perlu perbaikan pada kondisi prasarana KA eksisting. Keberadaan KA Perintis berguna untuk fungsionalisasi aset yang telah ada, guna mempertahankan kondisi Sarana dan Prasarana yang dilalui KA Perintis tersebut. Penyelenggaraan Angkutan Kereta Api Perintis dilaksanakan untuk menghubungkan masyarakat yang berdomisili di daerah yang lokasinya jauh dari lokasi rutinitas aktivitasnya, atau pun pusat kota dan lokasi yang minim Angkutan Transportasi, sehingga sangat membantu perpindahan orang dari satu tempat ke tempat yang lain. 1.
Kegiatan peresmian bidang perkeretaapian Peresmian bidang perkeretaapian terdiri dari Bangunan Stasiun dan Jalur KA serta Elektrifikasi (LAA) yaitu : a. Stasiun Palmerah Stasiun Palmerah terletak di lintas Tanah Abang –Serpong, sebelum dibangun Stasiun Palmerah merupakan stasiun kecil peninggalan sejarah (heritage) dan saat ini Stasiun Palmerah terdiri dari 2 (dua) lantai dilengkapi dengan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO), fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator (sesuai Permenhub Nomor PM 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api) dengan tetap mempertahankan bangunan peninggalan sejarah. Adapun Foto Stasiun Palmerah sebelum dan sesudah dibangun dapat dilihat di gambar di bawah ini.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
34
Gambar 2.1 Kondisi Lama Stasiun Palmerah
Gambar 2.2 Kondisi Terbaru Stasiun Palmerah
b. Stasiun Kebayoran Stasiun Kebayoran terletak di Lintas Tanah Abang – Serpong, sebelum dibangun Stasiun Palmerah merupakan stasiun kecil dan saat ini Stasiun Kebayoran terdiri dari 2 (dua) lantai dilengkapi dengan fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator (sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api). Foto Stasiun Kebayoran sebelum dan sesudah dibangun.
Gambar 2.3 Kondisi Lama Stasiun Kebayoran
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
35
Gambar 2.4 Tampak Stasiun Kebayoran Saat Ini
c. Stasiun Parungpanjang Stasiun Parungpanjang terletak di Lintas Tanah Abang – Serpong – Maja, sebelum dibangun Stasiun Parungpanjang merupakan stasiun kecil dan saat ini Stasiun Parungpanjang terdiri dari 2 (dua) lantai dilengkapi dengan fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator (sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api). Foto Stasiun Parung panjang sebelum dan sesudah dibangun.
Gambar 2.5 Kondisi Lama Stasiun Parungpanjang
Gambar 2.6 Kondisi Saat Ini Stasiun Parungpanjang
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
36
d. Stasiun Maja Stasiun Maja terletak di Lintas Tanah Abang – Serpong – Maja – Merak, sebelum dibangun Stasiun Maja merupakan stasiun kecil dan saat ini Stasiun Maja terdiri dari 2 (dua) lantai dilengkapi dengan fasilitas Difable, Lift dan tangga Eskalator (sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 9 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api). Foto Stasiun Maja sebelum dan sesudah dibangun.
Gambar 2.7 Kondisi Lama Stasiun Maja
Gambar 2.8 Kondisi Saat Ini Stasiun Maja
e. Jalur Ganda KA dan Elektrifikasi antara Parungpanjang- Maja Pembangunan Jalur Ganda KA dan Elektrifikasi antaraParungpanjang- Maja lintas Tanah Abang – Serpong – Maja – Merak selesai dibangun pada tahun 2014 menggunakan dana APBN. Panjang jalur KA tersebut yaitu 21 Km dan dilengkapi Fasilitas Listrik Aliran Atas (LAA) dan Persinyalan Elektrik sehingga diharapkan dapat lebih menjamin keselamatan perjalanan KA. Jalur Parung panjang- Maja saat ini telah melayani KA Reguler Jarak Menengah (lintas Angke - Merak), Jarak Jauh (lintas Merak - Madiun) dan KRL Commuter Line (lintas Tanah Abang – Maja). Gambaran kondisi Prasarana KA antara Parung panjang- Maja.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
37
Gambar 2.9 Emplasemen Double Track dan LAA Antara Parungpanjang - Maja
Gambar 2.10 Lintas Raya Double Track dan LAA Antara Parungpanjang - Maja
C. Transportasi Laut
Program/kegiatan yang sedang dilaksanakan di Tahun 2015 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bidang Angkutan Laut
Pembangunan kapal perintis Pada Tahun Anggaran 2015 pada pembangunan kapal perintis guna mendukung konektivitas, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan pemeliharaan (docking) Kapal Perintis, pembangunan Kapal Perintis serta melanjutkan pembangunan Kapal Perintis dan Kapal Khusus Ternak. Lanjutan Pembangunan Kapal Perintis terdiri dari 6 unit Kapal Perintis 750 DWT (Tahap I-Multiyears) dan 5 unit Kapal Ternak (Tahap I-Multiyears). Untuk pembangunan Kapal Perintis terdiri dari 25 unit Kapal Perintis ukuran 2000 GT; 20 unit kapal ukuran 1200 GT, 15 unit kapal semikontainer ukuran 100 TEU’S; 5 unit Kapal Perintis 750 DWT (Tahap II-Multiyears); 2 unit Kapal perintis 500 DWT; dan 2 unit Kapal Perintis 200 DWT dan pembangunan kapal Rede 20 unit. Selain pengadaan Kapal Perintis, Perhubungan Laut melaksanakan pemeliharaan (docking) Kapal Perintis sebanyak 56 unit guna menjaga tingkat keamanan, keselamatan maupun kenyamanan pelayanan. Untuk mendukung tercapainya target konektivitas pada angkutan laut dilaksanakan juga pengembangan/ pembangunan sistem informasi serta pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan angkutan laut lebaran.
Pelayanan Angkutan Perintis Pada Tahun Anggaran 2015 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan kegiatan pelayanan sebanyak 86 lintas angkutan laut perintis, dan dukungan untuk tol laut sebanyak 3 rute.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
38
2. Bidang Kepelabuhanan Pada Bidang Kepelabuhan, kegiatan pada Tahun Anggaran 2015 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut terdiri dari Fasilitas Pelabuhan, Alur pelayaran dan Studi Perencanaan Pelabuhan.
Fasilitas Pelabuhan Pada Tahun Anggaran 2015 kegiatan pada Fasilitas Pelabuhan mencakup Lanjutan Pembangunan, Penyelesaian Pembangunan dan Rehabilitasi/ Pengembangan diantaranya meliputi lokasi Pembangunan Faspel Laut Parlimbungan Ketek, Batang, Letung, Midai, Tg. Api-api, Linau Bintuhan, Pangandaran, Wotunohu, Anggrek, Bungkutoko, DawiDawi, Bajoe, Taddan, Batutua, Labuhan Bajo, Benteng, Pulau Buano, Sofifi, Waren, dan Tanjung Buton.
Alur Pelayaran Pada Tahun Anggaran 2015 Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan kegiatan Pengerukan pada Alur Pelayaran di 13 lokasi dengan volume pengerukan sebanyak 9.762.931 m³ diantaranya Belawan, Palembang, Tg. Priok, Tg. Emas, Juwana, Benoa, Pontianak, Sintete, Kendawangan, Samarinda, Sampit, Kumai, Pulang Pisau.
3. Bidang Keselamatan dan Keamanan Pelayaran Kegiatan pembangunan untuk sub sektor perhubungan laut juga sebagai perwujudan implementasi kebijakan Tol Laut sebagaimana telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia. Pada bidang keselamatan dan keamanan pelayaran terdapat 3 jenis kegiatan yang menjadi fokus utama yaitu kenavigasian, perkapalan dan kepelautan serta penjagaan laut dan pantai.
Kenavigasian Pada Kenavigasian, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melaksanakan kegiatan Pembangunan Sarana Bantu Navigasi sebayak 232 unit, pembangunan 5 unit Vessel Traffic Services (VTS), pembangunan 25 unit Global Maritime Distress Safety System (GMDSS), Pembangunan Kapal Induk Perambuan (KIP) sebanyak 5 unit, Pembangunan Kapal Pengamat Perambuan (KPP) sebanyak 5 unit, Pembangunan Kapal Kelas I Kenavigasian sebanyak 10 unit.
Perkapalan dan Kepelautan Pada Tahun Anggaran 2015 dilaksanakan Pengadaan Perangkat Pengembangan Pelayanan Sistem Informasi Buku Pelaut pada UPT di Daerah.
Penjagaan Laut dan Pantai Pada Penjagaan Laut dan Pantai meliputi Lanjutan Pembangunan Kapal Patroli Kelas II sebanyak 2 unit; Pembangunan Kapal Patroli Kelas III (alumunium) sebanyak 6 unit, Pembangunan Kapal Patroli Kelas V sebanyak 10 unit; Pembangunan Fast Patrol Vessels (FPV) sebanyak 12
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
39
unit. Selain tersebut diatas, dilaksanakan juga pengadaan peralatan Search and Rescue (SAR) sebanyak 4 unit. D. Transportasi Udara 1. Sarana Prasarana Perhubungan Udara Sarana dan Prasarana Perhubungan Udara yang dibiayai melalui APBN meliputi : a. Kegiatan Pengembangan/ Rehabilitasi Bandara, Pembangunan Bandara Baru; b. Pembangunan dan Rehabilitasi Fasilitas Keamanan dan Fasilitas Pelayanan Darurat (PK-PPK). Selama kurun waktu tahun 2014-2015, Jumlah Bandara yang dikembangkan/direhabilitasi sejumlah 363 lokasi, Bandara baru yang dibangun 2 bandara, sedangkan Pengembangan Fasilitas Navigasi sejak Tahun 2014, Ditjen Perhubungan Udara tidak memprogramkan Pembangunan/Rehabilitasi Fasilitas Navigasi karena telah terbentuk Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (PPNPI) sesuai Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2012 Tentang Perum LPPNPI tanggal 16 Januari 2013. Selain itu telah dilakukan serah terima peralatan Navigasi Penerbangan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara kepada Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) termasuk bangunannya sesuai Berita Acara Nomor: 22 Tahun 2014 tanggal 20 Januari 2014. Namun demikian, Ditjen Perhubungan Udara masih tetap melakukan pengawasan terhadap Perum LPPNPI terkait pelaksanaan dan kepatuhan terhadap kebijakan terkait Navigasi Penerbangan. Untuk Fasilitas Keamanan Penerbangan yang dibangun dan direhabilitasi sejumlah 451 lokasi dan Fasilitas Pelayanan Darurat (PK-PPK) sebanyak 132 lokasi. Rekapitulasi perkembangan Capaian Pembangunan Infrastruktur Perhubungan Udara tahun 2014-2015, sebagai berikut : Tabel 2.13 Pembangunan Infrastruktur Perhubungan Udara Tahun 2014-2015
Tahun
Bandara dikembangkan/ direhab
Bandara Baru yang dibangun
Fasilitas Keamanan yang dibangun dan direhabilitasi
Fasilitas Pelayanan darurat (PKPPK)
2014
140
2
224
88
2015
223
-
127
44
Jumlah
363
2
451
132
Sumber : Ditjen Perhubungan Udara Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
40
Pembangunan 17 bandara baru, pembangunan/ pengembangan bandara di daerah rawan bencana, terisolir dan daerah perbatasan sebanyak 132 bandara, pembangunan 27 terminal penumpang. Dalam rangka peningkatan keselamatan dan keamanan transportasi, telah dilaksanakan peningkatan sesuai dengan standard ICAO mencapai sebesar 94,5%.
2. Peningkatan Kualitas Layanan a. Pembangunan Terminal Penumpang Bandara yang akan diresmikan oleh Presiden RI pada Desember 2015: 1) Peresmian Terminal Baru Bandar Udara Wamena Bandara yang terletak di Kabupaten Jayawijaya Papua dengan kapasitas Gedung Terminal Penumpang seluas 4.000 m2 dibangun tahun 2014 sampai Tahun 2015 dengan dana APBN mencapai sebesar Rp. 54 Miliar. Gedung Terminal Baru ini untuk menggantikan Terminal Lama yang terbakar pada tahun 2011.
Gambar 2.11 Terminal Penumpang Bandar Udara Wamena
2) Peresmian Terminal Baru Penumpang Bandar Udara Utarom Kaimana. Pembangunan Terminal Baru yang bersih dan nyaman merupakan upaya peningkatan pelayanan kepada penumpang. Terminal Baru ini memiliki luas 1800 m2 dengan kapasitas dapat menampung 102 penumpang.
Gambar 2.12 Terminal Penumpang Bandar Udara Utarom
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
41
3) Peresmian Terminal Penumpang Bandar Udara Labuan Bajo. Terminal Penumpang baru Bandar Udara Komodo yang akan diresmikan oleh Presiden RI pada Desember 2015. Terminal dengan luas 9.687 m2 ini merupakan upaya peningkatan pelayanan dan mendukung pariwisata di Pulau Komodo. Selain pembangunan Gedung Terminal Penumpang baru, terdapat perpanjangan Landas Pacu menjadi 2250 m2 x 45 m2 sehingga mampu didarati pesawat berbadan besar.
Gambar 2.13 Terminal Penumpang Bandar Udara Labuan Bajo
b. Bandar Udara yang telah selesai dibangun Tahun 2015 dan akan diresmikan Tahun 2016 sebagai berikut : 1) Bandar Udara Domine Eduard Osok –Sorong merupakan Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Udara dengan panjang runway 2000 m x 30 m dan Kategori Kelas I (satu) .
Gambar 2.14 Terminal , Runway Bandar Udara DEO-Sorong
2) Bandar Udara Matahora – Wakatobi Terletak di Kota Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan panjang runway 200 m x 30 m, Kategori Kelas II dan Hierarki Klasifikasi Domestik yaitu Pengumpan Tersier 4C. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
42
Gambar 2.15 Bandar Udara Matahora-Wakatobi
3) Bandar Udara Jalaluddin-Gorontalo merupakan Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Udara dengan Landas Pacu seluas 2500 x 45 m2 terletak 30 km dari Kota. Klasifikasi bandar udara kelas II Type C.
Gambar 2.16 Bandar Udara Djalaluddin-Gorontalo
4) Bandar Udara Juwata –Tarakan merupakan Bandar Udara Kelas I Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Udara dengan panjang runway 2250 m x 45 m yang terletak di Kota Tarakan.
Gambar 2.17 Terminal baru dan Ruang Tunggu Bandar Udara Juwata Tarakan
5) Bandar Udara Rembele – Takengon merupakan Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Udara Kelas III, terletak di Gampong Bale Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
43
Kecamatan Bukit, Kabupten Bener Meriah yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Tengah dan merupakan Kabupaten Termuda di Provinsi Aceh.
Gambar 2.18 Terminal dan Ruang Tunggu Bandar Udara Rembele
3. Terobosan dalam Perizinan a. Perizinan Angkutan Udara
Udara Online bertujuan
untuk memberikan
Keterbukaan Informasi kepada Masyarakat Umum dan Industri Penerbangan Sipil tentang Proses Pemberian Perizinan di Bidang Angkutan Udara secara cepat, mudah, akurat dan transparan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi secara online. Sistem Perizinan Angkutan Udara Online berupa pengajuan Flight Approval (FA) secara online dilaksanakan tanggal 2 Februari 2015 dan sebagai Pilot Project adalah Batik Air, Indonesia Air Asia dan Singapore Airlines. Commercial Launching pengajuan Flight Approval (FA) secara online 6 Februari 2015. Implementasi Angkutan Udara Online Terintegrasi dengan Aplikasi: 1) Slot Time Indonesia Airport Slot Management (IASM) pada 8 Lokasi Bandar Udara, yaitu : Soekarno Hatta, Kualanamu, Ngurah Rai, Juanda, Sultan Hasanuddin, Mahmud Badaruddin II, Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan Sentani; 2) Aplikasi Simponi (PNBP Online); 3) Monitoring Dash Board On Time Performance; berisi Informasi Movement ATA/ATD, Block Off Block On dan terintegrasi dengan Aplikasi Slot Time 25 bandar udara serta PT. Angkasa Pura I, PT. Angkasa Pura II dan Perum LPPNPI, serta terintegrasi dengan Info Kemenhub 151.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
44
b. Penerbitan Lisensi Personil Keamanan Penerbangan Berbasis Online : 1) Lembaga Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Keamanan Penerbangan dan Instansi tempat Personil Keamanan Penerbangan wajib melakukan registrasi terlebih dahulu. 2) Setiap Personel Keamanan Penerbangan wajib mengikuti pengujian menggunaan Computer Based Test (CBT) 4. Angkutan Udara Perintis Pada Tahun 2014 Pelayanan Penerbangan Perintis 164 rute dan Pelayanan Subsidi Angkutan BBM sebanyak 6.677 drum, pada Tahun 2015 Pelayanan Penerbangan Perintis 217 rute dan Pelayanan Subsidi Angkutan sebanyak BBM 6.677 drum. Sedangkan Tahun 2016 Pelayanan Penerbangan Perintis sebanyak 208 rute
dan
Pelayanan Subsidi Angkutan BBM perintis sebanyak 7.396 drum. Realisasi jumlah penumpang, pada tahun 2015 sebanyak 168.921 penumpang dari target sebanyak 254. 631 penumpang , menurun 33,66 % jika dibandingkan Tahun 2014 sebanyak 218.805 penumpang dari target 285.226 penumpang .
Gambar 2.19 Grafik Jumlah Penumpang Penerbangan Perintis
Sedangkan frekuensi penerbangan realisasinya mencapai 21.823 penerbangan (94,20 %) dari target sebanyak 22.765 penerbangan. Tidak tercapainya target yang telah ditetapkan disebabkan oleh :
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
45
1) Ketidaksiapan Bandara dari sisi Teknis untuk Operasional Angkutan Udara Perintis; 2) Terbatasnya Penyedia Jasa (Operator Angkutan Udara Perintis) untuk memenuhi persyaratan minimal mekanisme penyedia jasa. 3) Pembatalan penerbangan yang disebabkan pesawat mengalami kerusakan dan tidak adanya pesawat cadangan; 4) Kurangnya informasi terkait Jadwal Penerbangan Perintis; Data capaian penumpang dan jumlah Frekuensi Penerbangan Perintis dalam 5 (lima) tahun terakhir :
Gambar 2.20 Grafik Jumlah Frekuensi Penerbangan Perintis
5. Peningkatan Keamanan Penerbangan upaya –upaya sebagai berikut :
dan Ketertiban di Bandara, dilakukan
a. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 33 tahun 2015 tanggal 12 Februari 2015 tentang Pengendalian Jalan Masuk (Access Control) Ke Daerah Keamanan Terbatas di Bandar Udara melalui Pemenuhan Pagar Pengaman Bandara. b. Untuk Personel Keamanan Penerbangan sudah mengikuti : 1) Diklat untuk Tingkat Junior AVSEC harus dengan Sistem Computer Based Training (CBT); 2) Pengujian Personel AVSEC akan dilakukan dengan Sistem Elektronik (Berbasis CBT); 3) Harus mengikuti OJT Minimum 40 jam sebelum dilakukan pengujian.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
46
c. Hasil Audit Keamanan Penerbangan yang dilakukan oleh ICAO (USAP CMA) pada tanggal 29 Oktober s/d 5 Nopember 2015 dengan Effective Implementation (EI) mencapai 94,92%. d. Pemeriksaan terhadap bagasi tercatat: 1) Teknologi Multi View dan Automatic Threat Detection; atau 2) Teknologi yang memiliki kemampuan Sistem Pendeteksi Bahan Peledak secara otomatis (Automatic Explosive Detection System). 6. Progres Bandar Udara baru UPBU Ditjen Perhubungan Udara Pada Tahun 2014 s.d 2015 Terminal Baru yang selesai dengan Alokasi Anggaran di tahun 2015 terdapat pada 9 lokasi, yaitu : a.
Terminal Bandara Sys AL Jufri – Palu;
b. Terminal Komodo – Labuhan Bajo (Sudah Diresmikan); c.
Terminal Bandara Wamena (Sudah Diresmikan);
d. Terminal Bandara Kaimana (Sudah Diresmikan); e.
Terminal Bandara DEO – Sorong (Sudah Diresmikan);
f.
Terminal Bandara Juwata – Tarakan (Sudah Diresmikan);
g.
Terminal Bandara Djalaluddin – Gorontalo (Sudah Diresmikan);
h. Terminal Bandara Rembele – Takengon (Sudah Diresmikan); i.
Terminal Bandara Matahora – Wakatobi. (Sudah Diresmikan);
Bandara Baru yang selesai sampai dengan tahun 2015 dan dioperasikan (12 Bandara Baru); a.
Bandar Udara Pekonserai – Lampung;
b. Bandar Udara Muara Bungo - Jambi; c.
Bandar Udara Baru Jos Orno Imsula – MOA;
d. Bandar Udara Baru Bone; e.
Bandar Udara Baru Waghete;
f.
Bandar Udara Baru Waisai;
g.
Bandar Udara Baru Enggano;
h. Bandar Udara Baru Karel Sad Suitubun - Tual; i.
Bandar Udara Baru Stevanus Rumbewas – Serui;
j.
Bandar Udara Baru Mathilda Batyleri – Saumlaki;
k.
Bandar Udara Baru Kufar;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
47
l. E.
Bandar Udara Baru Sumarorong. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 1. Peningkatan Kualitas SDM Kementerian Perhubungan Dalam rangka peningkatan kualitas SDM sebagai upaya menunjang kelancaran tugas pada sektor perhubungan, telah dilakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan antara lain : a. Pelatihan untuk Aparatur Perhubungan antara lain : Pelatihan Prajabatan, Pelatihan Struktural/Kepemimpinan, Pelatihan Fungsional, Pelatihan Teknis Manajerial, Pelatihan Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas SDM dan Pelatihan lainnya; b. Pendidikan dan Pelatihan untuk Taruna/Masyarakat antara lain: Pelatihan dan Pendidikan Sektor Darat dan Perkeretaapian di STTD Bekasi, PKTJ Tegal, BP2TD Palembang, BP2TD Bali dan API Madiun, Pelatihan dan Pendidikan Sektor Transportasi Laut di STIP Jakarta, PIP Semarang, PIP Makassar, Poltekpel Surabaya, BP2IP Tangerang, BP2IP Barombong, BP2IP Malahayati Aceh, BP2IP Sorong, BP3IP Jakarta, BP2P Minahasa Selatan, BP2P Padang Pariaman dan BP2TL, Pelatihan dan Pendidikan Sektor Transportasi Udara di STPI Curug, ATKP Medan, ATKP Surabaya, ATKP Makassar, BP3 Palembang, BP3 Jayapura, BP3 Curug dan BP3 Banyuwangi. Tabel 2.14 Jumlah Peserta dan Lulusan Diklat BPSDMP 2014-2015 NO 1
2
URAIAN SDM TRANSPORTASI DARAT DAN PERKERETAAPIAN a.
Pendidikan Pembentukan
b.
Pendidikan Penjenjangan
c.
Pelatihan Teknis (Short Course)
d.
Pelatihan Lainnya
SDM TRANSPORTASI LAUT
Peserta
2015 Lulusan
Peserta
Lulusan
6.673
5.373
6.930
5.493
1.655
357
1.853
430
16
16
13
0
5.002
5000
5.064
5.063
0
0
0
0
274.648
264.398
433.248
423.338
a.
Pendidikan Pembentukan
14.891
3.790
10.017
2.006
b.
Pelatihan Penjenjangan Pelatihan Ketrampilan Khusus Pelaut (PKKP)/Pelatihan Teknis (Short Course) Pelatihan Lainnya
22.340
23.360
46.445
45.754
237.297
237.128
376.253
375.045
120
120
533
533
8.245
5.591
10.572
8.018
c. d. 3
2014
SDM TRANSPORTASI UDARA a.
Pendidikan Pembentukan
2.953
488
3.263
813
b. c.
Pendidikan Penjenjangan Pelatihan Teknis (Short Course)
248 4.951
127 4.883
200 6.751
129 6.718
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
48
NO
URAIAN d.
4
Pelatihan Lainnya
SDM APARATUR PERHUBUNGAN a. b. c.
Pelatihan Prajabatan Pelatihan Struktural/Kepemimpinan Pelatihan Fungsional
d.
Pelatihan Teknis Manajerial
e.
Rintisan Gelar S2/S3 Pelatihan Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas SDM (Diklat Kesamaptaan, Diklat Peningkatan Kapasitas Pegawai, dll) JUMLAH
f.
2014 Peserta
2015 Lulusan
Peserta
Lulusan
93
93
358
358
9.186
8.240
12.311
12.052
461 413 163
461 413 163
787 280 149
786 278 148
3.025
2.405
3.504
3.314
353
27
126
61
4.771
4.771
7.465
7.465
298.752
283.602
463.061
448.901
Sumber: Satker/UPT Badan Pengembangan SDM Perhubungan Keterangan:
Dari tabel tersebut di atas telah dilaksanakan juga Diklat untuk Daerah Kesenjangan (10 Provinsi), Diklat Pembangunan Karakter SDM Perhubungan dan pemberian beasiswa sebagai berikut : a. Pelaksanaan Diklat untuk 10 daerah Kesenjangan/Provinsi melalui APBNP Tahun 2015 dengan total sebanyak 6.126 orang dan Jenis Diklat: 1) Pelatihan Pembantu Penguji Kendaraan Bermotor; 2) Pelatihan Teknisi Kendaraan Bermotor; 3) Pelatihan Pengemudi Profesional; 4) Basic Safety Training (BST) Kapal Niaga; 5) BST Kapal Layar Motor (KLM) dan Kapal Nelayan; 6) Basic AVSEC; 7) Basic PKP-PK; 8) Marshaller; 9) Basic Traffic Service (ATC). b. Pelaksanaan Diklat Pembangunan Karakter SDM Perhubungan, yaitu : 1) Pelaksanaan Diklat Masa Dasar Pembentukan Karakter Taruna Transportasi (Madatukar). Peserta berjumlah 2.723 taruna dilaksanakan dari tanggal 24 Agustus s.d. 21 September 2015 dari 13 Sekolah BPSDMP di Pusat Latihan Pertempuran (PLP) Marinir Purboyo Malang. 2) Pelaksanaan Diklat Kesamaptaan Aparatur Kementerian Perhubungan Total pegawai yang mengikuti Diklat Kesamaptaan Aparatur sebanyak 1.394 pegawai yang dilaksanakan pada tahun 2015 sebanyak 6 angkatan dengan jumlah peserta sebanyak 636 pegawai dan pada tahun 2016 dengan jumlah peserta sebanyak 5 angkatan 758 orang di Pusat Latihan Pertempuran (PLP) Marinir Grati Pasuruan.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
49
c. Beasiswa yang telah diberikan pada tahun 2015 : 1) Pemberian Beasiswa khusus Putra – Putri Papua dengan total sebanyak 568 orang; 2) Pemberian Beasiswa Reguler di seluruh Diklat dengan total sebanyak 538 orang; 3) Pemberian Beasiswa Rintisan Gelar S2/S3 dengan total sebanyak 353 pegawai. 2. Peningkatan Prasarana dan Sarana Pendidikan dan Pelatihan a. Prasarana : Dalam kurun waktu 2014-2015 telah dilaksanakan pembangunan prasarana yaitu : 1) Pembangunan Kampus Baru Akademi KA Madiun, BP2TD Kalimantan, BP2IP Sumatera Barat, BP2IP Sulawesi Utara, Pembangunan Kampus Baru Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbang (BP3) Banyuwangi, Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan (BP3) Curug, Pusat Pembangunan Karakter SDM Transportasi di Jawa Barat (Pasir Jambu); 2) Pengembangan Kampus PKTJ Tegal, Pembangunan Kampus BPPTD Bali; 3) Pembangunan Kampus Terpadu Pendidikan dan Pelatihan Transportasi di Makassar, yaitu : a. Pembangunan Kampus Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar; b. Pembangunan ATKP Makassar; c. Pembangunan Kampus Baru BP2TD Makassar.
Gambar 2.21 Gedung Rektorat BP2TD Kalimantan
Gambar 2.23 Hanggar dan Apron ATKP Makassar
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
Gambar 2.22 Asrama Kampus BP3 Curug
Gambar 2.24 Gedung Kelas PIP Makassar
50
b. Sarana Diklat : Dalam kurun waktu 2014-2015 telah dilaksanakan pengadaan sarana yaitu : 1) Transportasi Darat dan Perkeretaapian berupa Pengadaan Peraga Rem Angin, Pengadaan Brake Meter Mobil, Simulator Mengemudi, Peralatan Praktek Prasarana Perkeretaapian, Alat Survey dan Kelengkapan Pengaturan Operasional Lalu Lintas, Alat Praktek Pengangkutan Barang Beracun dan Berbahaya, Pintu Perlintasan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL), Trouble Shooting APILL Teknologi Wifi (nircable) dll; 2) Transportasi Laut berupa Pengadaan Kapal Latih Special Purpose 1200 GT sebanyak 6 unit (multiyears 2015 – 2017), Full mission engine Simulator, Helicopter rescue, Automatic Control Laboratorium, Lab. Permesinan Bantu, Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) Simulator, Full Mission Bridge Simulator System, Simulator Vessel Trafic System, Cubical Ship Handling Simulator, Cargo Handling Laboratory, Full Motion Ship Handling Simulator, Real Equipment Gas Turbine Trainer dll; 3) Transportasi Udara berupa Pengadaan Pesawat Latih 51 unit (multiyears 2015 – 2017) di STPI Curug, Pengadaan Pesawat latih Sayap Tetap Single Engine 3 Unit di BP3 Banyuwangi, Peralatan Pembelajaran Instrument Landing System (ILS), Peralatan Pembelajaran Avionics, Sistem Pembelajaran Aviation Security dan Dangerous Goods, Helicopter Trainer (Mock Up), Piston & Turbine Engine Complete Non Runable, Aircraft Painting Lab and Workshop, Laboratorium Aeronautical Telecommunication Network - ATS Message Handling System (ATN-AMHS), Alat Praktek Diklat Dangerous Goods, Aviation Security dan Teknik Bangunan dan Landasan dll.
Gambar 2.25 Pesawat Sayap Tetap Multi Engine di STPI Curug
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
Gambar 2.26 Gambar Aircraft Mock Up PKP-PK) di BP3 Palembang
51
Gambar 2.27 Praktek Pintu Perlintasan Kereta di API Madiun
Gambar 2.29 Peralatan Diklat X – Ray Turbine di ATKP Medan
Gambar 2.28 Full Mission Engine Simulator di STIP Jakarta
Gambar 2.30 Real Equipment Gas Trainer di BP2IP Malahayati Aceh
2.3. PERMASALAHAN Transportasi merupakan salah satu roda pendorong pertumbuhan ekonomi dan tulang punggung dari proses distribusi orang maupun barang serta berperan sebagai pembuka keterisolasian wilayah. Ketersediaan infrastruktur transportasi merupakan salah satu aspek dalam meningkatkan daya saing produk nasional sehingga harus didukung dengan sumber daya manusia yang profesional, tanggap terhadap perkembangan teknologi dan kondisi sosial masyarakat. Di masa mendatang Kementerian Perhubungan berupaya untuk dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat atas kualitas transportasi baik dari aspek keselamatan, keamanan, pelayanan dan ketersediaan kapasitas. Meskipun telah dicapai kemajuan di berbagai bidang pada pelayanan jasa sarana dan prasarana transportasi, permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan keamanan & keselamatan, kehandalan pelayanan jasa transportasi dan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dalam kondisi pendanaan pemerintah yang terbatas dan di tengah situasi perekonomian nasional yang terimbas krisis keuangan global. Adapun beberapa permasalahan transportasi yang dihadapi saat ini, diantaranya :
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
52
A. Aspek Keselamatan dan Keamanan Transportasi 1.
Belum optimalnya fungsi kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi secara terintegrasi; Saat ini fungsi lembaga keselamatan moda transportasi ditangani oleh masing-masing unit kerja moda transportasi, padahal keselamatan transportasi saling berkaitan antar moda transportasi, dan juga terkait dengan unit K/L lain karena keselamatan transportasi bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Perhubungan. Termasuk pada tahap pencegahan kecelakaan maupun setelah terjadinya kecelakaan, misalnya pendataan kecelakaan yang terjadi.
2.
Minimnya kesadaran dan peran serta masyarakat akan keselamatan dan keamanan transportasi; Keselamatan dan keamanan transportasi merupakan prinsip dasar dalam penyelenggaraan transportasi yang meliputi angkutan jalan, angkutan sungai, angkutan danau, angkutan penyeberangan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan. Jumlah kejadian dan fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan merupakan yang paling tinggi bila dibandingkan moda lainnya. Masih tingginya jumlah dan fatalitas kecelakaan ini akibat kurangnya disiplin pengguna jalan dan rendahnya tingkat kelaikan armada. Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keselamatan penerbangan yang terlihat dari masih diaktifkannya peralatan elektronik dan komunikasi serta masih terdapatnya barang-barang yang tidak diperbolehkan dibawa saat menggunakan jasa penerbangan. Masih ditemukannya masyarakat yang merusak fasilitas bandar udara antara lain fasilitas lampu pendaratan, pagar bandar udara akibat kurang sosialisai akan pentingnya peralatan bandar udara. Sedangkan tingkat kesadaran masyarakat dalam keselamatan pelayaran ditunjukan pada masih terdapatnya masyarakat yang merusak fasilitas navigasi pelayaran. Sedangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keselamatan perkeretaapian terlihat dari pemanfaatan jalur kereta api untuk berjualan dan mendirikan bangunan pada daerah larangan.
3.
Belum optimalnya pengawasan dan penegakan hukum dalam pemenuhan standar keselamatan dan keamanan transportasi. Pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan dan keamanan transportasi dianggap belum optimal banyak disebabkan karena keterbatasan personil dan lebih pada aspek keterbatasan kapasitas sumberdaya manusia. Apabila dilihat dari aspek penegakan hukum dalam pemenuhan standar keselamatan dan keamanan transportasi, saat ini masih tingginya tingkat toleransi aparatur dalam memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi. Sebagai contoh pengguna alat elektronik di dalam pesawat tentunya perlu ditindak tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, demikian juga pelaku pelanggaran terhadap lalu lintas di jalan, maupun pengguna jasa layanan transportasi laut, dan perkeretaapian.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
53
4.
Belum optimalnya pemenuhan standar keselamatan dan keamanan transportasi meliputi kecukupan dan kehandalan sarana prasarana keselamatan dan keamanan transportasi sesuai dengan perkembangan teknologi. Saat ini tingkat kecukupan dan kehandalan sarana dan prasarana keselamatan dan keamanan transportasi masih kurang, dimana masih terdapat daerah rawan kecelakaan yang belum dipasang pagar pengaman jalan, masih belum optimalnya tingkat kecukupan dan keandalan sarana bantu navigasi pelayaran, serta masih terdapatnya kinerja yang kurang pada peralatan navigasi udara. Hal ini menjadi permasalahan yang harus ditangani untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi yang ditujukan dalam rangka meningkatkan rasa aman dan kenyamanan pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan dalam menuju target zero accident.
5.
Minimnya kualitas dan kuantitas SDM Transportasi sesuai kompetensi standar keselamatan dan keamanan transportasi. Saat ini kualitas SDM pelaku transportasi masih rendah dan kualitas SDM yang ada belum sesuai dengan perkembangan teknologi transportasi. Untuk mengatasi permasalahan ini diperlukan peningkatan peran pemerintah dalam rangka pengembangan SDM Transportasi, pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana diklat serta pengembangan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar serta pengembangan metode pembelajaran.
6.
Tingginya tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas jalan Fatalitas korban kecelakaan khususnya pada lalu lintas jalan disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan kendaraan setiap tahun. Hal ini memberikan pengaruh terhadap semakin meningkatnya kepadatan lalu lintas khususnya pada kawasan perkotaan. Dominasi pengguna sepeda motor di jalan menjadi salah satu bagian penyumbang permasalahan lalu lintas di ruas jalan khususnya kemacetan dan kesemerawutan lalu lintas jalan yang berdampak pada meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas karena banyak diantaranya terjadi karena ketidaktertiban terhadap aturan maupun rambu, serta marka lalu lintas. Dominasi kecelakaan lalu lintas pada sepeda motor adalah paling tinggi jika dibandingkan dengan moda transportasi lainnya.
7.
Belum terintegrasinya data kecelakaan yang dapat digunakan untuk peningkatan keselamatan jalan Data menjadi bagian penting dalam memberikan informasi dan menjadi bahan analisis kaitannya dengan pencegahan dan penanganan masalah keselamatan jalan. Namun ketersediaan data keselamatan jalan saat ini masih belum memberikan informasi yang komprehensif, serta belum menjadi bahan evaluasi maupun pertimbangan secara optimal dalam perencanaan dan pembangunan transportasi. Integrasi data kecelakaan dengan data-data sub
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
54
sektor transportasi menjadi bagian penting didalam usaha meningkatkan keselamatan jalan. 8.
Belum optimalnya penanganan perlintasan sebidang jalur KA dengan jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Dalam UU 23/2009 tentang Perkeretaapian mengatur bahwa perlintasan sebidang jalur KA tidak diizinkan. Namun pada kenyataannya telah terbangun jalur KA yang sebidang dengan jalan sebelum terbitnya UU tersebut, sehingga penanganan perlintasan sebidang sebagai jalur kereta api di beberapa wilayah menemui berbagai macam kendala, khususnya terkait dengan masalah pendanaan/penganggaran. Persilangan sebidang pada ruas jalan tidak hanya melewati ruas jalan nasional, melainkan juga melewati ruas jalan berstatus sebagai jalan provinsi, jalan kota maupun Kabupaten, sehingga pendanaan dalam penanganannya (misalnya pembangunan flyover/ underpass) menjadi kewenangan masing-masing wilayah sesuai dengan kewenangan ruas jalan tersebut. Namun perlu dipahami bahwa persilangan sebidang ruas jalan dengan jalur kereta api pada beberapa lokasi menimbulkan permasalahan signifikan terkait dengan tundaan lalu lintas sampai dengan menimbulkan permasalahan kemacetan lalu lintas pada ruas jalan.
B. Aspek Pelayanan 1.
Belum optimalnya skema multi operator dalam penyelenggaraan transportasi Permasalahan mendasar yang dihadapi sektor transportasi selama ini terutama adalah masih kurang memadainya sarana dan prasarana transportasi jika dibandingkan dengan permintaan akan pelayanan jasa transportasi. Penyediaan, kepemilikan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana transportasi selama ini masih didominasi oleh Pemerintah dan BUMN. Peran swasta dalam skema penyelenggaraan transportasi sampai saat ini masih perlu peningkatan, karena masih minimnya minat swasta sebagai operator dalam penyelenggaraan transportasi. Hal ini menyebabkan kurangnya kompetisi dalam penyediaan pelayanan transportasi oleh operator.
2.
Kurang optimalnya pelaksanaan perlindungan lingkungan yang diakibatkan penyelenggaraan transportasi Kaitannya perlindungan lingkungan terhadap penyelenggaraan transportasi adalah peningkatan emisi gas buang kendaraan akibat pertumbuhan kendaraan bermotor, serta peningkatan volume limbah B3 dari sisa oli kendaraan. Perlindungan lingkungan terkait dengan penyelenggaraan transportasi saat ini dapat dikatakan belum optimal, mengingat peningkatan emisi gas buang kendaraan tidak diiringi dengan usaha mereduksi pengaruh emisi gas buang, misalnya melalui pengembangan Ruang Terbuka Hijau, mekanisme punishment untuk kendaraan yang tidak lolos uji emisi maupun
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
55
penyediaan lokasi pengolahan limbah B3 yang dapat mengakomodir limbah pembuangan oli bekas tersebut. 3.
Tingginya penggunaan bahan penyelenggaraan transportasi
bakar
minyak
berbasis
fosil
dalam
Masalah lain yang dihadapi sektor transportasi adalah besarnya jumlah penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai sumber energi transportasi. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2004 hampir separuh (48 persen) konsumsi BBM nasional digunakan oleh sektor transportasi. Penggunaan BBM untuk pengoperasian kendaraan/angkutan saat ini menjadi beban berat bagi pemerintah. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan meningkatnya harga BBM di pasar dunia, penggunaan energi alternatif/bahan bakar non BBM yang ramah lingkungan untuk pengoperasian kendaraan/angkutan saat ini merupakan suatu keharusan. Selain mempunyai keuntungan ekonomis penggunaan energi alternatif non BBM juga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Tingginya penggunaan bahan bakar minyak berbasis fosil memunculkan permasalahan lebih lanjut kaitannya dengan pencemaran lingkungan dari emisi gas buang kendaraan yang berkorelasi dengan masalah lingkungan. Pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan pencemar lain, seperti nitrogen oksida, sulfur dioksida, senyawa organik berbau, dan logam berat. 4.
Belum optimalnya pelayanan transportasi multimoda dan antarmoda yang terintegrasi Tidak bisa dipungkiri bahwa ongkos transportasi publik di Indonesia masih mahal, yang disebabkan oleh belum terwujudnya integrasi antar moda transportasi secara menyeluruh yang dapat mengefisienkan waktu, biaya, dan tenaga. Saat ini sudah terdapat beberapa moda transportasi yang terkoneksi dengan moda lainnya, seperti Bus Damri yang menghubungkan antara Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Stasiun Gambir, serta beberapa lokasi terminal bus di wilayah Jakarta, demikian juga dengan Bus Rapid Transit (BRT) yang dikembangkan di beberapa kota di Indonesia, sudah terkoneksi dengan Bandar Udara, Stasiun, maupun Terminal Bus Reguler. Konektivitas antar dan intermodal tersebut masih terkendala dengan belum terbentuknya sistem feeder dari bus-bus regular yang beroperasi pada ruas-ruas jalan, sehingga beberapa diantaranya masih tercampur.
5.
Belum optimalnya pemenuhan standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi Saat ini kondisi sarana dan prasarana transportasi masih banyak yang belum memenuhi standar pelayanan, yang tercermin dari kondisi kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana transportasi yang ada. Ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan dan kondisi angkutan umum sebagai bagian dari pelayanan dasar (public service) tentu sangat maksimal, yaitu : aman (safety and secure), nyaman (bersih, tidak pengap, dan tidak berdesakan), tarif terjangkau (tarif yang pantas), tepat waktu (on schedule), bahkan door to
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
56
door (sedikit mungkin pergantian moda angkutan), dan memiliki fasilitas penunjang yang memadai (misalnya jumlah toilet di simpul transportasi yang cukup). Namun, secara faktual kondisi pelayanan sarana dan prasarana transportasi masih belum memenuhi harapan masyarakat tersebut. 6.
Belum optimalnya penyelenggaraan dan pelayanan angkutan keperintisan Keperintisan merupakan jalan pembuka terisolasinya suatu daerah untuk menghubungkan daerah satu dengan yang lain atau dari daerah minus ke daerah maju maupun berkembang. Guna menjaga kesinambungan pelayanan keperintisan, maka perlu adanya pengaturan sarana dan cadangannya apabila terjadi kerusakan atau pelaksanaan pemeliharaan tahunan. Permasalahan penyelenggaraan angkutan perintis yang paling menonjol adalah waktu pelayanan. Untuk transportasi laut, lama pelayaran (round voyage) kapal perintis berkisar 10 sampai dengan 22 hari karena keterbatasan jumlah sarana angkutan laut perintis. Pelayanan keperintisan udara juga memiliki permasalahan yang sama, dimana pelayanan flight perintis tidak tersedia setiap hari, bahkan ada beberapa flight perintis yang akhirnya ditiadakan karena tidak ada maskapai yang melayani. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan sarana yang dimiliki oleh operator dalam penyelenggaraan pelayanan keperintisan.
7.
Rendahnya tingkat pelayanan angkutan umum perkotaan dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi Tingginya penggunaan kendaraan pribadi sebagai bagian dari dampak peningkatan pertumbuhan penduduk, serta belum optimalnya penyediaan sarana transportasi dalam melayani kebutuhan penduduk. Kebutuhan masyarakat akan moda transportasi yang cukup, aman, nyaman, dan handal masih belum terpenuhi sehingga masih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Selain lebih aman dan nyaman, menggunakan kendaraan pribadi dianggap dapat menempuh perjalanan lebih cepat dibandingkan menggunakan angkutan umum. Pertumbuhan kendaraan pribadi juga menimbulkan kerentanan kaitannya dengan keamanan dan keselamatan transportasi, salah satunya sepeda motor yang menjadi bagian moda transportasi pribadi dengan pelayanan nyaman, fleksibel, cepat, namun dari aspek keselamatan cukup rendah.
8.
Pengaturan slot time penerbangan yang masih menumpuk pada jam-jam sibuk di bandara tertentu. Kondisi pengalokasian slot time penerbangan di Indonesia sangat berbeda dengan kondisi dari negara lain yang telah melakukan koordinasi slot time dengan baik. Di beberapa negara di dunia, slot time di suatu bandar udara telah tersebar merata dan tidak hanya menumpuk pada jam-jam sibuk pada rute-rute tertentu. Slot time penerbangan di Indonesia belum teratur dan terencana dengan baik karena belum berjalannya market intelegent yang sudah seharusnya dilakukan oleh operator penerbangan nasional yang bertujuan untuk mengukur keberlangsungan rute-rute penerbangan baik
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
57
yang baru akan masuk ke dalam airline business plan maupun yang telah dioperasikan oleh operator penerbangan tersebut.Permasalahan utama yang terjadi pada pengalokasian slot time penerbangan di Indonesia dapat disebabkan terlebih dahulu oleh permasalahan yang terjadi pada komponen yang berkaitan dengan slot time di bandar udara, diantaranya adalah: i) Airside, yaitu terbatasnya kapasitas runway, taxiway dan apron/parking stand; ii) Landside, yaitu terbatasnya kapasitas terminal khususnya pada check-in counter, ruang tunggu penumpang, conveyer belt serta pengaturan ruang Imigrasi, Bea Cukai, Badan Karantina Hewan dan Tumbuhan dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (bandar udara); iii) Operator penerbangan, yaitu yang berkaitan dengan pengajuan slot time pada jam-jam sibuk dan slot time di luar jam operasi bandar udara; iv) Tenaga kerja, yaitu permasalahan pada keterbatasan jumlah Petugas Pemandu Lalu Lintas Udara atau Air Traffic Controller dan Petugas Pengawas Pergerakan Lalu Lintas di area Apron atau Apron Movement Controller; dan v) Sistem, yaitu yang menyangkut pengaturan ruang udara atau Air Traffic Flow Management, Central Operating Terminal dan Coordinated Airport System serta proses penerbitan rekomendasi slot time yang belum terkoordinasi baik oleh petugas di bandar udara pada masing-masing unit. 9.
Terbatasnya kualitas, kuantitas, standar kompetensi SDM Transportasi dan tenaga pendidik transportasi Meningkatnya pembangunan infrastruktur transportasi menimbulkan konsekuensi akan pemenuhan sumber daya manusia transportasi yang berdaya saing. Pemenuhan akan sumber daya manusia transportasi (regulator dan operator) yang berdaya saing menemui beberapa hambatan antara lain adalah kurangnya standar kompetensi SDM transportasi, terbatasnya ketersediaan kesempatan sekolah dan diklat transportasi, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya tenaga pendidik transportasi. Selain itu, perkembangan teknologi yang cepat dalam penyelenggaraan transportasi menyebabkan sumber daya manusia transportasi perlu ditingkatkan agar tetap memiliki daya saing.
10. Masih rendahnya tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan masih kurangnya kualitas dan kuantitas tenaga auditor internal serta belum menggunakan teknologi informasi secara optimal; Terkait dengan rendahnya tindak lanjut hasil audit lebih banyak disebabkan karena permasalahan sumberdaya manusia, serta komplektisitas kasus yang terjadi. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang belum sesuai kebutuhan, kompetensi tenaga auditor yang belum merata, Standar Operating Procedure (SOP) kegiatan internal belum tersusun dengan baik, Sistem Informasi Pengawasan (SIP) yang belum dimanfaatkan secara maksimal, dan kurangnya kesadaran objek audit untuk menindaklanjuti hasil audit menjadi beberapa permasalahan terkait dengan sumberdaya manusia tenaga auditor internal. Dalam kaitannya dengan hal tersebut tindaklanjut
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
58
rekomendasi hasil audit perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan reformasi birokrasi. 11. Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM Peneliti sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, dan belum optimalnya kolaborasi penelitian dengan universitas dan lembaga penelitian dalam pengembangan riset transportasi serta ujicoba sektor transportasi; Dari sisi sumber daya manusia (SDM) kecenderungan formasi rekrutmen SDM yang ditetapkan untuk Badan Litbang Perhubungan masih dalam jumlah yang sangat terbatas, sedangkan jumlah SDM Badan Litbang Perhubungan selama lima tahun terakhir mengalami stagnasi yang akan berakibat fatal pada keberlanjutan Badan Litbang Perhubungan kedepan apabila tidak ada rekrutmen pegawai baru khususnya untuk tenaga peneliti akan berakibat pada terbatasnya pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang Perhubungan. Dari komposisi jenjang peneliti di tahun 2014, tercatat peneliti pertama mendominasi sebesar 40%, selanjutnya peneliti madya 34%, peneliti muda 24% dan peneliti utama 2%. Kondisi ini berbanding lurus dengan tingkat pendidikan Sarjana/S1 yang mendominasi SDM Badan Litbang Perhubungan, yakni sebesar 37%. Sementara itu untuk tingkat pendidikan Magister/S2 sebanyak 32% dan tingkat pendidikan Doktoral/S3 sebesar 4%. Tingkat pendidikan S1 dan jenjang peneliti pertama yang mendominasi cukup menunjukkan kondisi sumber daya manusia Badan Litbang Perhubungan saat ini masih membutuhkan dukungan peningkatan kompetensi secara sistematis yang besar. Lebih lanjut terkait dengan kolaborasi penelitian dengan universitas dan lembaga penelitian dalam pengembangan riset transportasi serta uji coba sektor transportasi masih belum optimal. Dalam hal ini optimalisasi pada prinsipnya akan mampu memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan konsep, strategi, serta perumusan perencanaan, dan kebijakan pembangunan transportasi ke depan. 12. Belum optimalnya pelaksanaan Kementerian Perhubungan
reformasi
birokrasi
di
lingkungan
Reformasi birokrasi menjadi grand design nasional yang ingin dicapai dari tahun 2010 – 2025. Agenda nasional ini tertuang di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 yang diterjemahkan oleh Kementerian Perhubungan ke dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 38 Tahun 2011 tentang roadmap reformasi birokrasi 2010 – 2014 di lingkungan kementerian perhubungan. Upaya ini dilakukan untuk mendukung tata kelola yang baik (good governance). Belum optimalnya pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan tentunya lebih pada kinerja organisasi, tata laksana, peraturan perundang-undangan, sumberdaya manusia aparatur, sistem pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, serta mindset maupun cultural set aparatur. Permasalahan tersebut tentunya Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
59
Upaya mewujudkan optimalisasi reformasi birokrasi diarahkan pada upaya mewujudkan organisasi yang : i) tepat fungsi dan tepat ukuran, ii) sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai prinsip-prinsip good governance, iii) regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif, iv) SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera, v) meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bebas KKN, vi) meningkatnya kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi, vii) pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat, serta viii) birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi. C. Aspek Kapasitas Transportasi 1. Kurangnya tingkat kesesuaian, kecukupan dan keandalan sarana dan prasarana transportasi Kurangnya tingkat kesesuaian, kecukupan dan keandalan sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini sangat terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi. Keterbatasan dalam penyediaan sarana transportasi menyebabkan masyarakat beralih menggunakan kendaraan pribadi, sedangkan keterbatasan dalam penyediaan prasarana transportasi menyebabkan wilayah akan sulit diakses, sehingga menyebabkan sistem distribusi barang dan penumpang menjadi terhambat. Kurangnya tingkat kesesuaian, kecukupan dan keandalan sarana dan prasarana transportasi banyak direpresentasikan tidak hanya pada aspek kuantitas, melainkan juga terkait dengan kualitas (kemudahan, keamanan, serta kenyamanan) dalam menggunakan sarana dan prasarana transportasi. 2. Belum memadainya ketersediaan fasilitas penunjang dalam optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana transportasi Belum memadainya ketersediaan fasilitas penunjang dalam optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana transportasi, seperti pengembangan transfer point (transfer moda), lokasi park and ride, maupun terminal dan stasiun feeder akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja transportasi. Fasilitas penunjang akan membantu pengguna dalam memberikan kenyamanan dan kemudahan pemanfaatan sarana dan prasarana transportasi. Selain itu, fasilitas penunjang seperti jalan akses pada simpul transportasi masih ada beberapa yang belum terbangun, sehingga memerlukan koordinasi dengan pemerintah daerah maupun Kementerian PU. 3. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi dalam penyelenggaraan bidang perhubungan Teknologi bidang transportasi pada prinsipnya memberikan dampak signifikan terhadap penataan dan pengaturan sistem transportasi di Indonesia. Beberapa konsep pengembangan teknologi melalui Intelligent Transport System (ITS) akan memberikan kemudahan dalam manajemen transportasi. Namun kendala yang dihadapi saat ini bahwa permasalahan Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
60
transportasi di Indonesia tidak serta merta karena masalah teknologi, melainkan lebih pada masalah sosial dan ekonomi. 4. Masih rendahnya minat swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi Masih rendahnya minat swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi dipengaruhi oleh faktor komitmen pemerintah dalam memberikan road map, penataan transportasi, serta kepastian investasi yang akan dilakukan oleh swasta dan pertimbangan ekonomi. Pola pengembangan Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) terkait dengan prosedur dan komitmen pembangunan maupun sharing sampai saat ini masih memerlukan perbaikan terkait dengan usaha mewujudkan kemudahan prosedur KPS dan kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia. Di dalam kerangka perencanaan pembangunan nasional yang tertuang di RPJMN Tahun 2015-2019 Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) atau Public Private Partnership (PPP) menjadi salah satu alternatif dalam pembiayaan infrastruktur yang melibatkan peran badan usaha. Permasalahan dalam penyediaan infrastruktur melalui skema KPS atau PPP adalah (1) Masih kurangnya informasi mengenai proyek baik dari sisi detail teknis maupun informasi keuangan serta analisis terhadap berbagai macam risiko dan jaminan pemerintah untuk pengelolaan resiko tersebut; (2) Masih sulitnya penerapan peraturan terkait dengan KPS oleh para Penanggung Jawab Proyek Kerja sama (PJPK); (3) Masalah pengadaan lahan yang terkadang belum terlihat di awal pengusulan proyek; (4) Kapasitas aparatur dan kelembagaan dalam melaksanakan KPS masih belum sesuai kebutuhan; (5) Belum optimalnya dokumen perencanaan proyek KPS bidang infrastruktur mengakibatkan pilihan strategi pelaksanaan proyek yang kurang memihak pada KPS sehingga proyek infrastruktur yang menarik bagi pihak swasta dilaksanakan melalui pembiayaan APBN/APBD, sedangkan proyek infrastruktur yang tidak menarik justru ditawarkan kepada pihak swasta. 5. Masih minimnya peralihan transportasi barang yang selama ini didominasi moda jalan Pemilihan moda jalan banyak dipilih oleh perusahaan jasa pengiriman ekspedisi dikarenakan beberapa kelebihannya, salah satunya adalah tidak terikat oleh waktu dimana pengiriman dapat dilakukan kapan saja apabila kuota pengiriman telah tercapai. Namun tingginya beban jalan pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan jalan, kemacetan, serta dampak lain seperti meningkatnya polusi udara, inefisiensi penggunaan BBM dan meningkatnya resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas. Masih minimnya peralihan moda transportasi barang yang didominasi moda jalan menjadikan peran transportasi lainnya kurang optimal. Khususnya transportasi laut dan udara. Transportasi laut dan udara lebih banyak mendominasi pengangkutan komoditas/barang pada wilayah lain di luar Pulau Jawa atau wilayah terpencil. Namun optimalisasi pola pengangkutan dalam mewujudkan konektivitas nasional belum terwujud dengan baik, sehingga optimalisasi Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
61
pengembangan angkutan non darat sangat dibutuhkan ke depan khususnya dalam sistem distribusi barang dan komoditas. 6. Belum optimalnya dukungan hasil penelitian untuk menunjang kebutuhan sektor transportasi Peningkatan kinerja penelitian/pengkajian transportasi membutuhkan peran aktif dari setiap sub-sektor khususnya untuk merumuskan kebutuhan penelitian/pengkajian sehingga hasil penelitian/kajian memiliki nilai pemanfaatan yang tinggi. Namun dalam pelaksanaannya hasil penelitian yang dilakukan belum optimal untuk menunjang kebutuhan sektor transportasi, yang disebabkan banyak kegiatan penelitian/kajian masih bersifat sektoral dan belum memberikan nuansa lintas sektor. Hal ini menyebabkan penanganan permasalahan transportasi yang pada prinsipnya membutuhkan keterlibatan lintas sektor untuk mewujudkan peran transportasi yang maju, handal, dan produktif menjadi kurang optimal. 7. Angkutan Barang/Logistik masih didominasi moda jalan Angkutan barang (logistik) di Indonesia masih didominasi oleh angkutan jalan. Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kecelakaan lalu lintas dan meningkatnya kerusakan jalan. Selain itu, terlalu banyaknya angkutan barang melalui transportasi jalan tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi tetapi juga tidak ramah lingkungan akibat kemacetan dan yang dapat meningkatkan emisi gas buang. Hingga saat ini, sekitar 80% pergerakan transportasi di Pulau Jawa masih didominasi oleh transportasi jalan. Para pelaku usaha lebih memilih penggunaan truk daripada kereta api karena alasan handling, jadwal, aksesibilitas, dan sebagainya. Pengurangan beban jalan dapat dialihkan dan diseimbangkan dengan moda transportasi lainnya seperti kereta api dan transportasi laut yang memiliki kapasitas daya angkut lebih besar dan waktu perjalanan yang relatif cepat, bebas pungutan liar dan keamanan serta keselamatan barang lebih terjaga. Selain permasalahan yang muncul dalam mencapai target pembangunan pada tahun 2015-2019, terdapat beberapa permasalahan baru diantaranya dengan adanya perubahan organisasi dan tata kerja Kementerian Perhubungan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 189 Tahun 2015. Dengan adanya perubahan nomenklatur maka akan terdapat penyesuaian dalam target pencapaian output dari masing masing sektor sesuai dengan perubahan yang terjadi.
2.4. TANTANGAN 1. Kesenjangan Antar Wilayah Masih terdapat kesenjangan antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia (KBI-KTI). Oleh karenanya, pembangunan infrastruktur dan jaringan transportasi harus difokuskan di wilayah timur dan dalam upaya mewujudkan konektivitas antar wilayah. Terwujudnya konektivitas jaringan Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
62
transportasi antar pulau dan nasional dengan membangun jaringan infrastruktur transportasi yang mengikat kuat interkoneksi yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi khususnya di Kawasan Timur Indonesia. 2. Penurunan biaya logistik nasional Pada Tahun 2014, World Bank merilis data bahwa LPI (Logistics Performance Index) Indonesia berada pada rangking 53 dunia, dengan skor 3,08. Sedangkan perkiraan total biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi, yakni di atas 25% dari PDB, dengan komposisi 12,04% untuk biaya transportasi, 9,47% untuk biaya persediaan (inventory), dan 4,52% untuk biaya administrasi. Data tersebut menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi, bahkan jika dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Singapura (8%), Malaysia (13%), dan Thailand (20%). Pengembangan moda transportasi sangat penting khususnya dalam upaya meningkatkan kinerja transportasi untuk meningkatkan nilai LPI Indonesia ke depan, serta usaha untuk memberikan nilai biaya logistik yang lebih rendah sebagai salah satu upaya memberikan jaminan kemudahan dalam sistem distribusi komoditas. 3. Optimalisasi penyerapan anggaran Kementerian Perhubungan Realisasi anggaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015 hanya sebesar 71,6% atau Rp.46,68 Triliun dari total alokasi anggaran sebesar Rp.65,12 Triliun. Realisasi anggaran kurang optimal karena beberapa pekerjaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi tidak dapat dilaksanakan atau blokir yang tidak dapat dicairkan dan sisa dana pekerjaan kegiatan. Oleh karenanya alokasi anggaran 2016 sebesar Rp.48,46 Triliun harus lebih dioptimalkan melalui lelang tidak mengikat di awal tahun 2016. 4. Terdapat program-program penugasan melalui Peraturan Presiden yang perlu diantisipasi diantaranya terkait kesiapan regulasi, dokumen perencanaan, serta pendanaan yaitu: a. Pembangunan LRT Sumatera Selatan, Jabodebek, Bandung Raya, Surabaya; b. Pembangunan trans Papua (Sorong – Manokwari, Jayapura – Sarmi); c. Peningkatan kecepatan operasional jalur kereta api lintas utara Jawa menjadi 150 km/jam; d. Pembangunan jalur kereta api express line menuju Bandara Soekarno Hatta; e. Pembangunan kereta api cepat/HST lintas Jakarta – Bandung; f. Pembangunan Pelabuhan Patimban; g. Pembangunan Bandara Kertajati; h. Pembangunan Bandara Banten Selatan.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
63
5. Peningkatan pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenhub melalui tata kelola kapabilitas Inspektorat Jenderal dalam Internal Capability Audit Model (IACM) untuk dapat berada di level III (Integrated).
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
64
BAB 3 SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 3.1.
SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Presiden maka visi dan misi tersebut dijabarkan menjadi sasaran pembangunan nasional beserta indikator sektor transportasi yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 20152019, sebagaimana pada tabel berikut ini. Tabel 3.15 NO
Sasaran dan Indikator RPJMN Tahun 2015-2019 SASARAN
INDIKATOR
Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan 1.
Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda
a) Menurunnya waktu tempuh rata-rata per
b)
c) d) e) f) g) h)
koridor untuk koridor utama dari 2,6 jam per 100 km menjadi 2,2 jam per 100 km pada lintas-lintas utama; Meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai penerbangan nasional dengan membangun 15 bandara baru; Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan kargo udara; Peningkatan On-time Performance Penerbangan menjadi 95%; Modernisasi sistem pelayanan navigasi penerbangan dan pelayaran; Meningkatnya kapasitas 24 pelabuhan untuk mendukung tol laut yang terdiri 5 pelabuhan hub dan 19 pelabuhan feeder; Pembangunan dan pengembangan 163 Pelabuhan non komersial sebagai sub feeder tol laut; Dwelling time pelabuhan;
i) Pembangunan 50 kapal perintis dan terlayaninya 193 lintas angkutan laut perintis;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
65
NO
SASARAN
INDIKATOR
j) Meningkatnya
jumlah barang dan penumpang yang dapat diangkut oleh kereta api melalui pembangunan jalur KA minimal sepanjang 3.258 kilometer;
k) Terhubungkannya
seluruh lintas penyeberangan sabuk Utara, Tengah, dan Selatan serta poros – poros penghubungnya melalui pembangunan/ pengembangan 65 pelabuhan penyeberangan dan pengadaan 50 unit kapal penyeberangan;
l) Meningkatnya peran angkutan sungai dan danau melalui pembangunan dermaga sungai dan danau di 120 lokasi. 2.
Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global
a) Meningkatnya pangsa pasar yang diangkut armada pelayaran niaga nasional melalui penguatan regulasi hingga 20% dan memberikan kemudahan swasta dalam penyediaan armada kapal;
b) Meningkatnya jumlah armada pelayaran
c)
d)
e)
f)
g)
h)
niaga nasional yang berumur <25 tahun hingga 50% serta meningkatnya peran armada pelayaran rakyat; Terselenggaranya pelayanan Short Sea Shipping yang terintegrasi dengan moda lainnya; Meningkatnya peran serta sektor swasta dalam pembangunan transportasi melalui KPS atau investasi langsung; Terpisahkannya fungsi operator dan regulator serta pemberdayaan dan peningkatan daya saing BUMN transportasi; Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 kali lipat dibandingkan kondisi baseline; Terhubungkannya konektivitas nasional dengan konektivitas global melalui penyelenggaraan pelayanan transportasi lintas batas negara; Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
66
NO
SASARAN
3.
Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi
INDIKATOR
a) Menurunnya
angka fatalitas korban kecelakaan transportasi jalan hingga 50 persen dari kondisi baseline;
b) Menurunnya rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135 menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle;
c) Menurunnya jumlah kejadian kecelakaan
4.
Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) di sektor transportasi
5.
Tersedianya layanan transportasi serta komunikasi dan informatika di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya
transportasi laut menjadi kurang dari 50 kejadian/tahun; d) Menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api; e) Tersedianya informasi dan sistem data tingkat keselamatan infrastruktur jalan nasional dan provinsi yang mutakhir setiap tahunnya. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RANGRK) sebesar 2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrim.
a) Meningkatnya
sistem jaringan pelayanan transportasi perdesaan;
dan
b) Terselenggaranya pelayanan transportasi perintis secara terpadu.
Pembangunan Transportasi Umum Massal Perkotaan 6.
Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan
a) Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di kota megapolitan/ metropolitan/besar minimal 32 %;
b) Jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau kereta api minimal 34 kota. 7.
Meningkatkan kinerja lalu lintas jalan Perkotaan
Meningkatnya kecepatan lalu lintas jalan nasional di kota-kota metropolitan/besar menjadi minimal 20 km/jam.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
67
NO
SASARAN
8.
INDIKATOR
Meningkatkan aplikasi teknologi a) Penerapan pengaturan persimpangan informasi dan skema sistem dengan menggunakan teknologi informasi manajemen transportasi Perkotaan (ATCS) di seluruh ibukota propinsi;
b) Penerapan ATCS di kota yang telah menerapkan sistem angkutan massal perkotaan berbasis bus (BRT) dan kota sedang/besar yang berada di jalur logistik nasional, serta Automatic Train Protection (ATP) pada jaringan kereta api perkotaan;
c) Penerapan skema pembatasan lalu lintas di kota-kota besar/metropolitan. Sumber : RPJMN Tahun 2015-2019
3.2.
SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019
Sesuai rumusan sasaran nasional pembangunan sektor transportasi dalam RPJMN Tahun 2015-2019 dan memperhatikan permasalahan dan capaian pembangunan tahun 20102014, maka sasaran pembangunan transportasi dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam 3 aspek yaitu (i) keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan transportasi, dan (iii) kapasitas transportasi sesuai tugas dan tupoksi Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah. - Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu mengkoneksikan seluruh pelosok tanah air; -
Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing internasional, profesional, mandiri, dan produktif;
-
Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong perwujudan kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik, ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan (sustainable development).
Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi Tahun 2015-2019, dapat diuraikan sebagai berikut : A. Keselamatan dan Keamanan Transportasi Aspek keselamatan dan keamanan transportasi, meliputi : 1.
Menurunnya angka kecelakaan transportasi;
2. Menurunnya
jumlah
gangguan
keamanan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
dalam 68
penyelenggaraan transportasi; B. Pelayanan Transportasi Aspek pelayanan transportasi, meliputi : 1.
Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi;
2. Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan; 3.
Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan;
4. Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance; 5. Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan; 6. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi; 7. Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam mewujudkan clean governance; C. Kapasitas Transportasi Aspek kapasitas transportasi, meliputi : 1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda; 2.
Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang;
3. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia; 4.
Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan;
5. Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan. Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Hal ini tentunya memiliki keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara khusus difokuskan pada perencanaan dan pembangunan transportasi. Secara lebih jelasnya korelasi antara sasaran pembangunan nasional dengan sasaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 sebagaimana pada diagram berikut ini.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
69
Gambar 3.1
Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019
Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian Perhubungan diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi alur pikir perencanaan pembangunan transportasi tahun 2015-2019, sehingga hubungan liniearitas antara isu strategis dan sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat terarah dan sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, sehingga sasaran Kementerian Perhubungan memiliki interkoneksi secara langsung dengan 9 agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal ini memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa konsep perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang transportasi akan mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional selama 5 (lima) tahun ke depan. Pendekatan isu strategis transportasi dalam perumusan sasaran pembangunan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 menjadi penting untuk lebih menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini kaitannya dengan aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan, dan budaya. Pendekatan tersebut akan membawa sinergitas pembangunan transportasi secara lebih terpadu, mewujudkan pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik masyarakat, maupun perilaku masyarakat dalam menggunakan dan memelihara sarana Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
70
dan prasarana transportasi secara lebih baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah menjadi bagian penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3.3.
SASARAN PROGRAM DAN PERHUBUNGAN TAHUN 2016
KEGIATAN
KEMENTERIAN
Sesuai rumusan sasaran pembangunan transportasi dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 yang dijabarkan dalam 3 aspek yaitu (i) keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan transportasi, dan (iii) kapasitas transportasi sesuai tugas dan tupoksi Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah. Sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016. Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi Tahun 2016 yang merupakan sasaran yang diturunkan dari Renstra 2015-2019, dapat diuraikan sebagai berikut : A. Keselamatan dan Keamanan Transportasi Aspek keselamatan dan keamanan transportasi, meliputi : 1. Menurunnya angka kecelakaan transportasi, dengan menetapkan target pada tahun 2016 antara lain : a. Ratio Kecelakaan transportasi nasional 1) Transportasi Perkeretaapian dengan ratio kecelakaan 0,55 / 1 Juta Km 2) Transportasi Laut dengan ratio kecelakaan 0,875 / 10.000 freight 3) Transportasi Udara dengan ratio kecelakaan 3,92 / 1 Juta Flight b. Jumlah Pedoman standar keselamatan 1) Transportasi Darat sebanyak 4 dokumen 2) Transportasi Laut sebanyak 11 dokumen 3) Transportasi Udara sebanyak 11 dokumen c. Jumlah sarana dan prasarana keselamatan 1) Transportasi Darat melalui kegiatan pengadaan antara lain marka jalan sebanyak 3.266.250 M2; rambu lalu lintas sebanyak 2.025 Unit; APILL sebanyak 200 Unit; alat penerangan jalan umum sebanyak 10.500 unit; alat pengawasan dan pengamanan jalan (fasilitas UPPKB) sebanyak 1 unit; Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan (Guard Rail) sebanyak 30.000 M1; dan SBNP sebanyak 29 unit. 2) Transportasi Perkeretaapian melalui kegiatan antara lain penyediaan fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan dan SDM Perkeretaapian
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
71
sebanyak 67 unit; dan pengadaan perangkat Automatic Train Protection (ATP) sebanyak 4 unit. 3) Transportasi Laut melalui kegiatan antara lain pembangunan SBNP sebanyak 137 unit; pembangunan dan upgrade GMDSS sebanyak 23 unit; pembangunan dan upgrade VTS sebanyak 3 unit; pembangunan baru kapal patroli sebanyak 30 unit, lanjutan pembangunan kapal patroli sebanyak 30 unit, dan penyelesaian pembangunan kapal patroli sebanyak 45 unit; pembangunan baru kapal negara kenavigasian sebanyak 10 unit, lanjutan pembangunan kapal negara kenavigasian sebanyak 5 unit, dan penyelesaian pembangunan kapal negara sebanyak 5 unit. 4) Transportasi Udara melalui kegiatan antara lain peningkatan fasilitas pelayanan darurat sebanyak 44 paket; dan peningkatan fasilitas keamanan penerbangan sebanyak 164 paket. 2. Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi, dengan menetapkan target jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi sebanyak 299 kejadian / tahun, antara lain : Transportasi Perkeretaapian sebanyak 288 kejadian / tahun (pelemparan batu), dengan melakukan kegiatan sosialisasi peningkatan keselamatan Perkeretaapian; Transportasi Laut sebanyak 6 kejadian / tahun, dengan melaksanakan patroli dan pengawasan pada jalur lalu lintas pelayaran; dan transportasi udara sebanyak 5 kejadian / tahun, dengan melakukan kegiatan pembangunan fasilitas keamanan penerbangan. B. Pelayanan Transportasi Aspek pelayanan transportasi, meliputi : 1. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan menetapkan target pada tahun 2016 antara lain : a. Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi 1) Transportasi Darat sebanyak 4 dokumen. 2) Transportasi Laut sebanyak 6 dokumen. 3) Transportasi Udara sebanyak 5 dokumen. b. Kinerja prasarana transportasi, dengan target peningkatan kinerja di transportasi laut, antara lain : 1) Pencapaian Waiting Time (WT) sebesar 50,1 persen. 2) Pencapaian Approach Time (AT) sebesar 54,2 persen. 3) Pencapaian Effective Time (ET) sebesar 73,8 persen. 2. Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, melalui peningkatan jumlah lulusan SDM transportasi bersertifikat
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
72
antara lain sebanyak 14.765 orang SDM Aparatur Kemenhub (termasuk berasal dari Dishub) dan 269.539 orang SDM yang berasal dari masyarakat. 3. Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, melalui pemanfaatan penelitian yang dijadikan bahan rekomendasi pengambil kebijakan sebesar 75 %. 4. Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance, dengan menetapkan target pada tahun 2016 antara lain: a. Penuntasan pelaksanaan reformasi birokrasi dengan target pencapaian nilai RB 74 (BB). b. Nilai aset yang berhasil diinventarisasi sesuai dengan kaidah pengelolaan BMN sebesar Rp. 266,5 Triliun. c. Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan dengan target WTP pada tahun 2016. d. Nilai AKIP Kementerian Perhubungan A (77,5) pada tahun 2016. e. Jumlah penyederhanaan perizinan di lingkungan Kementerian Perhubungan, antara lain Transportasi Darat sebesar 50 %, Transportasi Perkeretaapian sebesar 20 %, Transportasi Laut sebesar 20%, dan Transportasi Udara sebesar 20%. f. Keterbukaan informasi publik dengan nilai KIP sebesar 97, melalui pengembangan sistem basis data yang dapat diakses oleh publik. 5. Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, melalui penetapan jumlah peraturan perundang-undangan di sektor transportasi (selain Keputusan Menteri) sebanyak 50 peraturan di tahun 2016. 6. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi, dengan target antara lain: a. Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional yang dapat diturunkan antara lain Transportasi Darat sebesar 0,68 Juta ton CO2e, Transportasi Perkeretaapian sebesar 0,476 Juta ton CO2e, Transportasi Laut sebesar 0,392 Juta ton CO2e, dan Transportasi Udara sebesar 3,755 Juta ton CO2e. b. Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan, antara lain : 1) Transportasi Darat melalui Pengadaan dan pemasangan penerangan jalan umum listrik yang dilengkapi dengan sensor sebanyak 1.000 unit dan SBNP sebanyak 29 unit. 2) Transportasi Laut melalui Pengadaan SBNP yang menggunakan teknologi solar cell sebanyak 137 unit pada tahun 2016.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
73
3) Transportasi Udara melalui penerapan Bandara dengan konsep Eco Airport di 5 lokasi pada tahun 2016. 7. Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam mewujudkan clean governance, dengan target pelaksanaan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan sebesar 30 % dan jumlah pegawai Inspektorat Jenderal yang memiliki sertifikat jabatan fungsional auditor (JFA) sebanyak 145 orang. C. Kapasitas Transportasi Aspek kapasitas transportasi, meliputi : 1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda, dengan target pada tahun 2016 : a. Peningkatan kapasitas prasarana transportasi, antara lain : 1) Jumlah pembangunan/peningkatan Terminal Penumpang Tipe A sebanyak 7 terminal. 2) Terbangunnya jalur kereta api sepanjang 409,65 km’sp. 3) Jumlah pembangunan/lanjutan/penyelesaian dan Pelabuhan laut non komersial sebanyak 100 pelabuhan.
pengembangan
4) Jumlah Rute Angkutan Laut Tetap dan Teratur dalam mendukung Tol Laut sebanyak 7 rute. 5) Jumlah pembangunan / pengembangan bandara, yaitu pengembangan 100 bandara dan pembangunan 2 bandara baru. b. Peningkatan kapasitas sarana transportasi, antara lain : 1) Pengadaan Bus BRT sebanyak 530 unit. 2) Pengadaan sarana KA angkutan penumpang (APBN) sebanyak 24 unit. 3) Jumlah armada kapal negara angkutan laut perintis, melalui kegiatan Lanjutan Pembangunan Kapal Negara Angkutan Laut Perintis sebanyak 70 kapal, dan penyelesaian pembangunan kapal Negara angkutan laut perintis sebanyak 30 kapal. c. Terselenggaranya Proses Kerjasama Pemerintah Swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi, antara lain : 1) Transportasi Perkeretaapian sebanyak 1 proyek. 2) Transportasi Laut sebanyak 2 proyek. 3) Transportasi Udara sebanyak 1 proyek. 2. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia, dengan target pada tahun 2016 : a. Jumlah lintasan/rute angkutan perintis, antara lain : 1) Angkutan Jalan sebanyak 227 trayek/lintas/rute. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
74
2) Angkutan Penyeberangan sebanyak 225 trayek/lintas/rute. 3) Angkutan Kereta Api sebanyak 5 trayek/lintas/rute. 4) Angkutan Laut sebanyak 113 trayek/lintas/rute. 5) Angkutan Udara sebanyak 228 trayek/lintas/rute. b. Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis menjadi komersial : Angkutan Penyeberangan sebanyak 48 trayek/lintas/rute. 3. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan, dengan target pada tahun 2016: a. Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan kereta api, dengan pelaksanaan pengadaan bus BRT pada 23 lokasi (Transportasi Darat) dan pembangunan listrik aliran atas KA di 6 lokasi (Transportasi Perkeretaapian). b. Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan Megapolitan/Metropolitan/ Besar khusus BRT sebesar 6 %.
di
Kota
4. Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan, dengan target pada tahun 2016 berdasarkan jumlah kota yang menerapkan pengaturan persimpangan dengan menggunakan teknologi informasi (ATCS) di seluruh ibukota provinsi/ kota besar/ kota metropolitan. Target 2016 sebanyak 27 lokasi melalui Pengadaan dan Pemasangan ATCS di Ibukota Provinsi/ Kota-Kota Besar/ Kota – Kota Metropolitan.
3.4.
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015 - 2019 Untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja penyelenggaraan transportasi sebagai salah satu persyaratan terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik, dibutuhkan pengukuran kinerja kegiatan untuk menilai tingkat keberhasilan pencapaian sasaran Kementerian Perhubungan.
Pengukuran kinerja Kementerian Perhubungan merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematis serta didasarkan pada indikator kinerja kegiatan, meliputi masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Tingkat keberhasilan suatu kegiatan ditandai dengan indikator kinerja utama Kementerian Perhubungan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 85 Tahun 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
75
lingkungan Kementerian Perhubungan yang telah disempurnakan melalui Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2012 dengan tambahan indikator kegiatan yang bersifat strategis. Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019 disusun sebagai indikator outcome dan bukan merupakan indikator output, yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) aspek utama, yaitu : (1) Keselamatan dan keamanan transportasi, (2) Pelayanan transportasi, dan (3) Kapasitas transportasi. Tiap aspek memiliki sasaran dan kebijakan, sebagai berikut:
3.4.1. KESELAMATAN DAN KEAMANAN TRANSPORTASI Dalam rangka mewujudkan keselamatan dan keamanan transportasi, Kementerian Perhubungan mempunyai dua sasaran, yaitu : (1) Menurunnya angka kecelakaan transportasi; dan (2) Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi selama kurun waktu 2015-2019. 3.4.1.1.
MENURUNNYA ANGKA KECELAKAAN TRANSPORTASI
Untuk mencapai sasaran menurunnya angka kecelakaan transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu: 1. Ratio kejadian kecelakaan transportasi nasional : a. Perkeretaapian yang diukur dengan angka kecelakaan kumulatif, dengan baseline tahun 2014 sebesar 0,65 (rasio kecelakaan/1 juta km), dan ditargetkan sampai tahun 2019 menjadi 0,55 (rasio kecelakaan/1 juta km), dengan kegiatan strategis diantaranya Peningkatan/rehabilitasi jalur KA sepanjang 1225 Km'sp, Peningkatan/rehabilitasi jembatan KA sepanjang 269 Unit, Peningkatan/rehabilitasi persinyalan, dan telekomunikasi KA sebanyak 41 Paket, Pelaksanaan Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, Pembinaan bidang keselamatan perkeretaapian sebanyak 22 paket, Pengamanan perlintasan sebidang, Pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keselamatan perkeretaapian sebanyak 95 paket; b. Transportasi Laut yang diukur melalui rasio kejadian kecelakaan yaitu jumlah kecelakaan yang terjadi pada setiap 10.000 freight pada 48 Pelabuhan sesuai SK Dirjen Hubla Nomor UM.002/38/18/DJPL-11 dengan baseline tahun 2014 sebesar 1,080, ditargetkan sampai tahun 2019 rasio kejadian kecelakaan transportasi laut menjadi sebesar 0,638; c. Transportasi Udara yang diukur dengan angka kecelakaan, dengan baseline tahun 2014 sebesar 6,56 (rasio kejadian/ 1 juta flight), dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 2,45 (rasio kejadian/ 1 juta flight) melalui pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keselamatan penerbangan. 2. Jumlah pedoman standar keselamatan dan keamanan transportasi, dengan target capaian s/d 2019 sebanyak 141 dokumen :
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
76
a. Transportasi Darat dengan baseline 1 dokumen pada tahun 2014, ditargetkan menjadi 19 dokumen studi/kajian/desain/norma/standar/ pedoman/kriteria/prosedur terkait keselamatan bidang Perhubungan Darat sampai pada tahun 2019; b. Transportasi Perkeretaapian dengan baseline 1 dokumen pada tahun 2014, ditargetkan menjadi 2 dokumen studi/kajian/desain/norma/standar/ pedoman/kriteria/prosedur terkait keselamatan dan keamanan bidang Perkeretaapian sampai pada tahun 2019; c. Transportasi Laut dengan baseline 3 dokumen pada tahun 2014, ditargetkan menjadi 58 dokumen pedoman dan standar keselamatan dan keamanan transportasi laut sampai pada tahun 2019. Dalam rangka menurunkan angka kecelakaan Ditjen Hubla menerbitkan pedoman/standar terkait keselamatan dan keamanan pelayaran dalam bentuk surat edaran dan surat keputusan baik yang ditetapkan oleh Dirjen Hubla maupun Direktur Teknis terkait; d. Transportasi Udara dengan baseline 2 dokumen pada tahun 2014, dan ditargetkan sebanyak 62 dokumen studi/kajian/desain/norma/standar/ pedoman/kriteria/prosedur terkait keselamatan bidang Perhubungan Udara sampai pada tahun 2019. 3. Jumlah sarana dan prasarana keselamatan dan keamanan transportasi : a. Transportasi Darat meliputi penyediaan Fasilitas Keselamatan Jalan, dan fasilitas dan peralatan keamanan dan keselamatan angkutan SDP : 1) Jumlah Ketersediaan Marka Jalan dengan baseline tahun 2014 sepanjang 400.000 m2, ditargetkan menjadi 13.900.000 m2 sampai pada tahun 2019; 2) Jumlah Ketersediaan Rambu Lalu Lintas dengan baseline tahun 2014 sebanyak 800 Unit, ditargetkan menjadi 9.800 Unit sampai pada tahun 2019; 3) Jumlah Ketersediaan APILL dengan baseline tahun 2014 sebanyak 50 Unit, ditargetkan menjadi 1.645 Unit sampai pada tahun 2019; 4) Jumlah Ketersediaan Alat Penerangan Jalan Umum dengan baseline tahun 2014 sebanyak 2.500 Unit, ditargetkan menjadi 47.500 Unit sampai pada tahun 2019; 5) Jumlah Ketersediaan Alat Pengawasan dan Pengamanan Jalan (Fasilitas UPPKB) dengan baseline tahun 2014 sebanyak 0 Unit, ditargetkan menjadi 68 Unit sampai pada tahun 2019; 6) Jumlah Ketersediaan Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan dengan baseline tahun 2014 sepanjang 20.000 m’, ditargetkan menjadi 370.500 m’ sampai pada tahun 2019; 7) Pembangunan SBNP dan Rambu Sungai (LLASDP) dengan baseline tahun 2014 sebanyak 130 Unit, ditargetkan sebanyak 7.958 Unit SBNP dan rambu sungai sampai pada tahun 2019;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
77
b. Transportasi Perkeretaapian yaitu pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keamanan perkeretaapian berupa : 1) Fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian dengan baseline tahun 2014 sebanyak 29 Unit, ditargetkan menjadi 124 Unit sampai pada tahun 2019; 2) Perangkat Automatic Train Protection (ATP) ditargetkan menjadi 17 Unit sampai pada tahun 2019; c. Transportasi Laut meliputi pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keamanan transportasi laut: 1) Pembangunan SBNP dengan baseline tahun 2014 sebanyak 2.269 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 3.023 Unit; 2) Pembangunan dan upgrade GMDSS dengan baseline tahun 2014 sebanyak 73 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 216 Unit; 3) Pembangunan dan upgrade VTS dengan baseline tahun 2014 sebanyak 34 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 69 Unit; 4) Pembangunan/lanjutan/penyelesaian kapal patroli dengan baseline tahun 2014 sebanyak 315 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 599 Unit; 5) Pembangunan/lanjutan/penyelesaian kapal negara kenavigasian dengan baseline tahun 2014 sebanyak 64 Unit, ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 105 Unit. d. Transportasi udara berupa fasilitas keamanan penerbangan dan PK-PPK melalui pengadaan fasilitas dan peralatan bidang keamanan penerbangan, dengan baseline tahun 2014 sebanyak 312 paket, dan ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 1.157 pengadaan fasilitas pelayanan darurat dan peralatan bidang keamanan penerbangan. 3.4.1.2.
MENURUNNYA JUMLAH GANGGUAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI
KEAMANAN
DALAM
Untuk mencapai sasaran menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019 yaitu jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi (perkeretaapian, laut dan udara), dengan target capaian tahun 2015-2019 sebanyak 221 kejadian/tahun, meliputi: a. Transportasi Perkeretaapian melalui Kegiatan Sosialisasi Peningkatan Keselamatan Perkeretaapian dengan target sampai tahun 2019 sebanyak 211 kejadian/tahun. b. Transportasi Laut melalui pelaksanaan patroli dan pengawasan pada jalur lalu lintas pelayaran dengan baseline tahun 2014 sebanyak 8 kejadian, dan ditargetkan sampai tahun 2019 menurun menjadi 5 kejadian gangguan keamanan/tahun;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
78
c. Transportasi Udara melalui pembangunan fasilitas keamanan penerbangan dengan baseline tahun 2014 sebanyak 8 kejadian, dan ditargetkan sampai tahun 2019 menurun menjadi 5 kejadian gangguan keamanan/tahun.
3.4.2. PELAYANAN TRANSPORTASI Dalam rangka peningkatan pelayanan transportasi, Kementerian Perhubungan mempunyai 7 sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, (2) Meningkatnya kompetensi SDM transportasi, meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan diklat SDM perhubungan, (3) Meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dalam mendukung pembangunan bidang transportasi, (4) Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance, (5) Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, (6) Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean governance. 3.4.2.1.
MENINGKATNYA TRANSPORTASI
KINERJA
PELAYANAN
SARANA
DAN
PRASARANA
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu : 1. Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan target capaian s/d 2019 sebanyak 102 dokumen : a. Transportasi Darat melalui Penyusunan dokumen studi/kajian/desain/ norma/standar/pedoman/kriteria/prosedur bidang Perhubungan Darat dengan baseline tahun 2014 sebanyak 3 dokumen, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 24 dokumen; b. Transportasi Perkeretaapian melalui Penyusunan dokumen studi/kajian/ desain/norma/standar/pedoman/kriteria/prosedur bidang lalu lintas dan angkutan kereta api (terkait SPM penyelenggaraan/pengoperasian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian yang senantiasa mengikuti tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan) yang ditargetkan sampai dengan tahun 2019 sebanyak 4 dokumen; c. Transportasi Laut melalui penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut dalam bentuk surat edaran dan surat keputusan baik yang ditetapkan oleh Dirjen Hubla maupun Direktur Teknis terkait, dengan baseline tahun 2014 sebanyak 4 dokumen, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 telah tersusun 34 dokumen pedoman dan standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi laut; d. Transportasi udara melalui Penyusunan dokumen studi/kajian/desain/ norma/standar/pedoman/kriteria/prosedur bidang Perhubungan Udara dengan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
79
baseline tahun 2014 sebanyak 10 dokumen, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 40 dokumen. 2. Kinerja Pelayanan transportasi di Unit Pelayanan Teknis Perhubungan Laut (UPT), dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar 73,33 persen : a. Pencapaian waiting time (WT) melalui pengawasan operasional bongkar muat di pelabuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar 36,80%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 pencapaian waiting time sebesar 70%; b. Pencapaian approach time (AT) melalui pengawasan operasional bongkar muat di pelabuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar 43,70%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 pencapaian approach time sebesar 70%; c. Pencapaian effective time (ET) melalui pengawasan operasional bongkar muat di pelabuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar 69,70%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 pencapaian effective time mencapai 80%; 3.4.2.2.
TERPENUHINYA SDM TRANSPORTASI DALAM JUMLAH DAN KOMPETENSI SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kompetensi SDM transportasi, meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan diklat SDM perhubungan serta tenaga pendidik transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu peningkatan jumlah lulusan sumber daya manusia transportasi yang bersertifikat melalui terbangunnya Kampus Terpadu SDM Transportasi (ATKP Makassar), Kampus Terpadu SDM Transportasi (PIP Makassar), Kampus BP2TD di Bali, dan Kampus Baru Akademi Perkeretaapian di Madiun. Melalui terbangunnya kampuskampus tersebut, ditargetkan percapai peningkatan jumlah SDM aparatur dan SDM lulusan diklat, meliputi: a. Baseline SDM aparatur pada tahun 2014 sebesar 35.925 orang, ditargetkan menjadi 108.493 orang sampai pada tahun 2019; b. Baseline SDM lulusan diklat tahun 2014 sebesar 890.518 orang, ditargetkan menjadi 2.238.159 orang sampai pada tahun 2019. 3.4.2.3.
MENINGKATNYA KUALITAS DAN KUANTITAS PENELITIAN MENDUKUNG PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI
DALAM
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas penelitian dalam mendukung pembangunan bidang transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019 berupa persentase pemanfaatan penelitian yang dijadikan bahan rekomendasi kebijakan dengan target pada tahun 2019 sebesar 80 %, melalui : perencanaan transportasi dengan menyusun dokumen perencanaan yang menjadi kebutuhan Ditjen, seperti penyusunan Rencana Induk Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
80
(Terminal/Bandara/Pelabuhan/Stasiun) dan Tatrawil/Tatralok, Pengembangan klinik transportasi dengan memberikan pelayanan penelitian dan pengembangan kepada daerah yang memerlukan kajian dalam menyelesaikan permasalahan transportasi di daerah, sehingga dapat menjadi masukan dalam perumusan kebijakan oleh Pemerintah Daerah, dan Penyusunan NSPK dilakukan dalam memenuhi amanat/ turunan peraturanperundangan.
3.4.2.4.
MENINGKATNYA KINERJA KEMENTERIAN MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
PERHUBUNGAN
DALAM
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu : 1. Penuntasan pelaksanaan reformasi birokrasi dengan baseline pada tahun 2014 mencapai 42% ( C ), dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 100% (A) melalui Pelaksanaan penilaian mandiri reformasi birokrasi, penyusunan roadmap reformasi birokrasi, dan sosialisasi pelaksanaan reformasi birokrasi; 2. Nilai aset negara yang berhasil diinventarisasi sesuai kaidah pengelolaan BMN melalui penyusunan SIMAK BMN Tahunan dengan baseline pada tahun 2014 sebesar Rp. 162,6 Triliun, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar Rp. 721,5 Triliun; 3. Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan dengan target mempertahankan opini BPK berupa WTP sampai pada tahun 2019 melalui kegiatan strategis diantaranya : Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Perhubungan berbasis akrual yang tepat waktu, relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami; Sosialisasi kegiatan akuntansi dan sistem prosedur keuangan berbasis akrual; Tindak lanjut hasil pemeriksaan dari aparat internal maupun eksternal yang cepat dan tepat; Pembekalan pengelola anggaran di lingkungan Kementerian Perhubungan; Pengelolaan dan penatausahaan BMN di lingkungan Kementerian Perhubungan; 4. Nilai AKIP Kementerian Perhubungan dengan baseline nilai AKIP B tahun 2014, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 memperoleh nilai AKIP AA, melalui pelaksanaan e-performance di lingkungan Kementerian Perhubungan; 5. Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Kementerian Perhubungan, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar 100 persen : a. Transportasi Darat melalui pengawasan penerbitan perizinan sesuai ketentuan yang ditetapkan, yang ditargetkan sampai dengan tahun 2019 mencapai 100 persen;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
81
b. Transportasi Perkeretaapian: melalui penyederhanaan prosedur perizinan bidang perkeretaapian sesuai ketentuan yang ditetapkan, dengan target sampai dengan tahun 2019 sebanyak 100 persen; c. Transportasi Laut melalui penyederhanaan perizinan baik dalam bentuk pengurangan waktu pengurusan perizinan maupun pengalihan dari manual menjadi online, dengan target sebesar 100 persen sampai dengan tahun 2019; d. Transportasi Udara melalui pengawasan penerbitan perizinan sesuai ketentuan yang ditetapkan, dengan target sebesar 100 persen sampai dengan tahun 2019; 6. Keterbukaan informasi publik melalui pengembangan sistem basis data yang dapat diakses oleh publik, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 95,2 KIP, dengan target sampai pada tahun 2019 mencapai nilai 100 KIP. 3.4.2.5.
MENINGKATNYA PENETAPAN DAN KUALITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BIDANG PERHUBUNGAN
REGULASI
DALAM
Untuk mencapai sasaran meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019 berupa jumlah peraturan perundangundangan di sektor transportasi yang ditetapkan (selain Keputusan Menteri) melalui perencanaan, persiapan, dan pembahasan rancangan peraturan; pengesahan oleh Menhub; pengundangan oleh Menkumham; penyebarluasan peraturan yang telah diundangkan melalui portal Kemenhub dan kegiatan sosialisasi; dan evaluasi peraturan melalui uji petik dan rapat koordinasi teknis. Dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 100 peraturan, dan ditargetkan sampai tahun 2019 sebanyak 300 peraturan.
3.4.2.6.
MENURUNNYA EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) DAN MENINGKATNYA PENERAPAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN PADA SEKTOR TANSPORTASI
Untuk mencapai sasaran menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu : 1. Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional yang dapat diturunkan, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar 18,962 Juta ton CO2e: a. Transportasi Darat melalui kegiatan smart driving, pengadaan bus BRT, pengadaan bus pemadu moda, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar 0,172 juta ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 1,330 juta ton CO2e (merupakan capaian angka kumulatif); b. Transportasi Perkeretaapian melalui pembangunan listrik aliran atas KA sepanjang 300 Km'sp, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar 0,042 juta ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 1,127 juta ton CO2e (merupakan capaian angka kumulatif); Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
82
c. Transportasi Laut melalui pengadaan SBNP bertenaga genset menjadi solar cell, efisiensi operasional bongkar muat di pelabuhan, dengan baseline tahun 2014 mencapai 0,280 juta ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 0,560 juta ton CO2e (merupakan capaian angka kumulatif); d. Transportasi Udara melalui penggunaan pesawat yang lebih hemat bahan bakar dan penerapan ecoairport, dengan baseline tahun 2014 sebesar 4,252 juta ton CO2e, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 15,945 juta ton CO2e (merupakan capaian angka kumulatif). 2. Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebanyak 16.305 lokasi/unit : a. Transportasi Darat melalui : 1) Penerangan Jalan Umum listrik yang dilengkapi dengan sensor, dengan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 13.000 unit; 2) Pembangunan SBNP, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 18 unit, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 223 unit; b. Transportasi Perkeretaapian melalui Pembangunan listrik aliran atas KA (Jabodetabek, Yogyakarta - Solo, Bandung, Surabaya, Medan) sepanjang 300 Km'sp, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 1 lokasi/unit, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 5 lokasi/unit (merupakan elektrifikasi); c. Transportasi Laut melalui pembangunan SBNP Sollar Cell, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 2.269 unit, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 3.023 unit; d. Transportasi Udara melalui penerapan bandara dengan konsep Eco Airport, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 25 lokasi, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 50 lokasi. 3.4.2.7.
MENINGKATNYA KUALITAS KINERJA PENGAWASAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN CLEAN GOVERNANCE
Untuk mencapai sasaran meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean governance, Kementerian perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, berupa : 1. Persentase rekomendasi hasil audit yang ditindaklanjuti melalui pelaksanaan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan, dengan baseline pada tahun 2014 sebesar 25,70%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 75%; 2. Jumlah Pegawai Inspektorat Jenderal yang memiliki sertifikat JFA melalui pelaksanaan pelaksanaan diklat JFA bekerja sama dengan Instansi terkait, dengan baseline pada tahun 2014 sebanyak 116 orang, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 190 orang (merupakan capaian angka kumulatif).
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
83
3.4.3. KAPASITAS TRANSPORTASI Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan 5 (lima) sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kapasitas sarana sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi dan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda, (2) Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang, (3) Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan, dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan. 3.4.3.1. MENINGKATNYA KAPASITAS SARANA SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI DAN KETERPADUAN SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Untuk mencapai meningkatnya kapasitas sarana sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda/multimoda, Kementerian perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, berupa: 1. Peningkatan kapasitas prasarana, meliputi: a. Jumlah pembangunan dan peningkatan/rehabilitasi terminal penumpang tipe A, dengan baseline tahun 2014 sebanyak 17 terminal dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 58 terminal; b. Jumlah pembangunan dermaga sungai dan danau, dengan baseline tahun 2014 sebanyak 38 dermaga dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 131 dermaga; c. Jumlah pembangunan/pengembangan dermaga penyeberangan untuk menghubungkan seluruh lintas penyeberangan Sabuk Utara, Tengah, dan Selatan serta poros – poros penghubungnya, dengan baseline tahun 2014 sebanyak 210 dermaga dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 275 dermaga; d. Panjang jalur kereta api yang pada baseline tahun 2014 sepanjang 5.434 Km’sp dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sepanjang 8.692 Km’sp melalui pembangunan jalur kereta api sepanjang 3.258 Km'sp; e. Jumlah pembangunan/lanjutan/penyelesaian dan pengembangan Pelabuhan Laut non komersial sebagai sub feeder tol laut, ditargetkan sampai dengan tahun 2019 sebanyak 100 Pelabuhan; f. Jumlah rute angkutan laut tetap dan teratur dalam mendukung Tol Laut sampai pada tahun 2019 ditargetkan mencapai 13 rute; g. Pembangunan/ pengembangan bandara berupa pengembangan bandara eksisting pada tahun 2014 sebanyak 100 bandara hingga tahun 2019 sebanyak 100 bandara eksisting, pembangunan bandara baru yang pada baseline tahun 2014 sebanyak 2 bandara dan target pada sampai tahun 2019 sebanyak 17 bandara baru. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
84
2. Peningkatan kapasitas sarana, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebesar 3.955 Bus/Unit/Kapal, meliputi: a. Jumlah pengadaan bus BRT yang pada baseline tahun 2014 sebanyak 303 bus dan ditargetkan sebanyak 3.473 bus sampai tahun 2019; b. Jumlah pengadaan sarana kereta api untuk peningkatan kapasitas angkutan oleh Pemerintah (APBN) yang pada baseline tahun 2014 sebanyak 42 unit dan ditargetkan menjadi sebanyak 204 unit sampai tahun 2019; c. Jumlah pembangunan/lanjutan/penyelesaian armada kapal negara angkutan laut perintis dengan baseline tahun 2014 sebanyak 54 kapal dan ditergetkan sampai dengan tahun 2019 sebanyak 157 kapal; d. Jumlah pembangunan/lanjutan/penyelesaian kapal penyeberangan yang pada baseline tahun 2014 sebanyak 71 kapal dan ditargetkan menjadi 121 kapal sampai pada tahun 2019. 3. Terselenggaranya proses Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur transportasi, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebanyak 19 Proyek, meliputi: a. Pembinaan penyelenggaraan prasarana, sarana dan lalu lintas dan angkutan kereta api sebanyak 6 proyek sampai pada tahun 2019; b. Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan badan usaha pada sektor Transportasi Laut ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 10 proyek; c. Penyiapan dokumen terhadap infrastruktur transportasi udara yang siap ditawarkan kepada swasta sampai pada tahun 2019 sebanyak 3 proyek;
3.4.3.2. MENINGKATNYA LAYANAN TRANSPORTASI DI DAERAH RAWAN BENCANA, PERBATASAN NEGARA, PULAU TERLUAR, DAN WILAYAH NON KOMERSIAL LAINNYA Untuk mencapai sasaran untuk meningkatkan pelayanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non komersial lainnya, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019 yaitu: 1. Jumlah lintasan/rute angkutan perintis, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebanyak 984 trayek/lintas/rute, melalui: a. Kegiatan strategis angkutan jalan berupa subsidi operasional angkutan perintis jalan dengan baseline tahun 2014 sebanyak 205 trayek, dan ditargetkan sampai tahun 2019 menjadi 257 trayek ; b. Kegiatan strategis angkutan penyeberangan berupa subsidi operasional angkutan perintis penyeberangan dengan baseline tahun 2014 sebanyak 178 lintas, dan ditargetkan sampai tahun 2019 menjadi 230 lintas; Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
85
c. Kegiatan strategis angkutan KA berupa penyelenggaraan subsidi angkutan kereta api dengan baseline tahun 2014 sebanyak 1 rute, dan ditargetkan tahun 2019 menjadi 8 rute; d. Kegiatan strategis angkutan laut berupa penyelenggaraan angkutan laut perintis dengan baseline tahun 2014 sebanyak 84 rute, dan ditargetkan tahun 2019 menjadi 193 rute; e. Kegiatan strategis angkutan udara berupa penyelenggaraan angkutan udara perintis dengan baseline tahun 2014 sebanyak 164 rute, dan ditargetkan pada tahun 2019 menjadi 265 rute; 2. Jumlah lintasan/rute angkutan perintis menjadi komersial, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebanyak 56 trayek/lintas/rute, yaitu: a. Angkutan penyeberangan dengan baseline tahun 2014 sebanyak 48 rute, dan ditargetkan pada tahun 2019 menjadi 50 rute; b. Angkutan KA ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 2 rute; c. Angkutan udara dengan baseline tahun 2014 sebanyak 1 rute, dan ditargetkan pada tahun 2019 menjadi 4 rute. 3.4.3.3. MENINGKATNYA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN Untuk mencapai sasaran untuk meningkatkan pelayanan angkutan umum massal perkotaan, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu: 1. Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan kereta api, dengan target capaian s/d tahun 2019 sebanyak 47 lokasi, melalui: a. Transportasi darat melalui pengadaan bus BRT dengan baseline tahun 2014 sebanyak 18 lokasi, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 34 lokasi; b. Transportasi perkeretaapian melalui pembangunan jalur ganda kereta api termasuk listrik aliran atas KA dengan baseline tahun 2014 sebanyak 5 lokasi, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 13 lokasi; 2. Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di Kota Megapolitan/ Metropolitan/ Besar melalui kegiatan pengadaan bus BRT dengan baseline tahun 2014 sebesar 2%, dan ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebesar 12%. 3.4.3.4. MENINGKATNYA APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN SKEMA SISTEM MANAJEMEN TRANSPORTASI PERKOTAAN Untuk mencapai sasaran meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan, Kementerian Perhubungan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk tahun 2015-2019, yaitu Jumlah kota yang menerapkan pengaturan persimpangan dengan menggunakan teknologi informasi (ATCS) di seluruh ibukota
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
86
provinsi dengan baseline tahun 2014 sebanyak 20 lokasi, dan ditargetkan tahun 2019 menjadi 50 lokasi dengan kegiatan strategis pengadaan dan pemasangan ATCS.
3.5.
TARGET KINERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2016
Adapun target Kinerja Kementerian Perhubungan tahun 2016 merupakan target tahunan sebagaimana tercantum dalam Rencana Strategis 2015-2019 yang ditetapkan guna menmenuhi target pencapaian kinerja Kementerian Perhubungan pada tahun 2019. Rincian rumusan target kinerja pada Rencana Strategis Kementerian Perhubungan untuk tahun 2016 adalah seperti tabel 3.2 berikut:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
87
Tabel 3.16
Rumusan Indikator Kinerja Utama pada Renstra Kemenhub Untuk Tahun 2016
SASARAN NO. KEMENTERIAN PERHUBUNGAN I. Keselamatan dan Keamanan 1 Menurunnya angka kecelakaan transportasi
2
Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi II. Pelayanan 3 Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi 4
5
Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan
INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME) 1
Ratio kejadian kecelakaan transportasi nasional a. Transportasi Perkeretaapian
b.
Transportasi laut
c.
Transportasi udara
SATUAN
2015-2019
TAHUN 2016
Ratio kecelakaan/ 1 juta km Ratio kejadian kecelakaan/10.00 0 Freight Rasio kejadian/ 1 juta flight Dokumen Meter2 m1 unit/ paket
0,55
0,55
0,638
0,875
2,45
3,92
134 13.500.000 350.500 65.704
26 3.266.250 30.000 13.322
2 3
Jumlah pedoman standar keselamatan Jumlah sarana dan prasarana keselamatan
4
Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi
Jumlah Kejadian / Tahun
221
299
5
Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi Kinerja Prasarana Transportasi (UPT) Peningkatan Jumlah Lulusan SDM Transportasi Bersertifikat:
Dokumen
83
15
% Orang
73,33 1.420.209
59,37 284.304
%
80
75
6 7
8
Persentase pemanfaatan penelitian yang dijadikan bahan rekomendasi kebijakan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
88
NO. 6
SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance
9 10 11 12 13
7
8
9
Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan Menurunnya emisi gas rumah kaca (RANGRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean governance
III. Kapasitas Transportasi 10 Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya wilayah timur Indonesia
14 15
16 17 18 19
20
21 22
INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME) Penuntasan pelaksanaan reformasi birokrasi Nilai aset negara yang berhasil diinventarisasi sesuai kaidah pengelolaan BMN Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian Perhubungan Nilai AKIP Kementerian Perhubungan Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Kementerian Perhubungan Keterbukaan Informasi Publik Jumlah peraturan perundang-undangan di sektor transportasi yang ditetapkan (selain keputusan menteri) Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional yang dapat diturunkan Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan Persentase Rekomendasi Hasil Audit yang ditindaklanjuti Jumlah Pegawai Inspektorat Jenderal yang memiliki sertifikat JFA Peningkatan kapasitas prasarana
Peningkatan kapasitas sarana: Terselenggaranya Proses Kerjasama Pemerintah Swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
89
SATUAN
2015-2019
Nilai RB %
100 (A) 558,9
TAHUN 2016 74 (BB) 266,5
Opini BPK
WTP
WTP
Nilai AKIP Prosentase (%)
AA 100
A (77,5) 27,5
Nilai KIP Peraturan
100 300
97 50
Juta ton CO2e
18,962
5,303
Lokasi/Unit
13.992
1.171
%
75
30
Orang
190
145
Terminal/Dermag a/ Bandara Km'sp Rute Bus/Unit/Kapal Proyek
414
209
3.258 13 3.485 17
409,65 7 654 4
NO. 11
12
SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya wilayah timur Indonesia Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan
23 24 25 26
13
Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan
27
INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME) Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis menjadi komersial Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan kereta api Modal share (pangsa pasar) angkutan umum perkotaan di Kota Megapolitan/Metropolitan/ Besar khusus BRT Jumlah kota yang menerapkan pengaturan persimpangan dengan menggunakan teknologi informasi (ATCS) di seluruh ibukota provinsi/ kota besar/ kota metropolitan
Sumber : Renstra Kemenhub 2015-2019
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
90
SATUAN
2015-2019
Trayek/ Lintas/ Rute Trayek/ Lintas/ Rute Lokasi
984
TAHUN 2016 798
55
48
47
30
%
12
6
Lokasi
50
27
BAB 4 PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN ANGGARAN 2016
4.1.
KERANGKA PENDANAAN
Pendanaan merupakan salah satu kunci utama dalam tercapainya pembangunan infrastruktur, yang memerlukan dana yang besar. Pembangunan infrastruktur transportasi membutuhkan pembiayaan yang terstruktur dalam periode yang panjang. Pemerintah dapat meningkatkan pembelanjaan sektor publik hingga mencapai 5% bahkan hingga 7% PDB. Pemerintah mempunyai kewajiban (Public Sector Obligation) membangun infrastruktur dasar yang layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara komersial. Kemitraan pemerintah dan swasta (Public Private Partnership) diperlukan untuk mendukung proyek-proyek yang layak secara ekonomi namun kurang layak secara finansial.
4.1.1. SKENARIO PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Dalam konteks skenario perencanaan infrastruktur perhubungan pembangunan jalan raya menjadi salah satu komponen terbesar dalam pemenuhan kebutuhan pendanaan. Skenario peningkatan jaringan jalan akan memberikan implikasi terhadap peningkatan aksesibilitas antar wilayah di Indonesia, serta memberikan jaminan peningkatan pelayanan distribusi barang dan penumpang. Hal ini akan meningkatkan pula pendapatan sektor transportasimeskipun pada beberapa kasus peningkatan infrastruktur jalan juga akan memberikan dampak terhadap peningkatan pertumbuhan lalu lintas. Namun permasalahan demikian menjadi salah satu aspek yang memerlukan penanganan mengingat roda perekonomian negara akan sangat tergantung pada pengembangan infrastruktur. Adapun Skenario Pendanaan Berdasarkan Kerangka RPJMN Tahun 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.17
Skenario Pendanaan Berdasarkan Kerangka RPJMN Tahun 2015-2019 Sektor
Jalan Perkeretaapian Transportasi Perkotaan
Skenario Penuh (100%) 1.274 278 169
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
Skenario Parsial (75%) 851 222 127
Skenario Dasar (50%) 637 140 84
91
Sektor Transportasi Laut Transportasi Darat Transportasi Udara Total
Skenario Penuh (100%) 563 91 182 2.557
Skenario Parsial (75%) 424 80 165 1.869
Skenario Dasar (50%) 282 60 100 1.303
Sumber : Bappenas, 2014
Skenario pendanaan memberikan implikasi terhadap beberapa skenario didalam peningkatan perjanjian dan pengembangan investasi dengan pihak swasta. Mekanisme Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan lembaga-lembaga internasional maupun negara lain akan menjadi salah satu komponen yang harus dibangun. Peningkatan hubungan bilateral antar negara akan berpotensi meningkatkan investasi, sedangkan peningkatan komponen pinjaman luar negeri yang berpotensi untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Indonesia. Pada Tahun 2015-2019, skenario tersebut menjadi salah satu alternatif yang paling signifikan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi negara dengan tidak mengesampingkan kebutuhan lainnya. Berdasarkan skema pendanaan pembangunan infrastruktur yang diterbitkan Bappenas, mekanisme optimalisasi peran BUMN dan Swasta menjadi alternatif positif mengingat sumber pendanaan negara belum optimal memberikan upaya pemerataan pembangunan infrastruktur. Peran swasta dan BUMN menjadi sangat penting dalam memberikan multiplier effect terhadap peningkatan iklim investasi, serta percepatan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional maupun wilayah yang akan berdampak pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Adapun beberapa kerangka pendanaan pembangunan infrastruktur antara lain seperti dibawah ini:
4.1.2. SKEMA FINANSIAL KREATIF Kerangka pembiayaan infrastruktur transportasi terdiri dari beberapa skema finansial kreatif yang didasarkan pendanaanAPBN on Budget, DCM Off Budget, danOff Budget Private Financing. Pembiayaan transportasi sendiri dibagi dalam duastrategi, yaitu:(1) PPP Konvensional dan (2) Aliansi Strategis. Proyek-proyek yang layak secara ekonomi dan finansial dapat diserahkan sepenuhnya kepada pembiayaan sektor swasta (Private Financing Initiatives), termasuk proyek-proyek khusus yang bersifat unsolicited dan tidak memerlukan lelang kompetitif. Pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan SDM harus ditingkatkanuntuk mempersiapkan, mengelola, dan mengawasi pelaksanaan proses dan prosedur PPP sesuai dengan prinsip-prinsip internasional. Pembiayaan proyek-proyek PPP berkaitan dengan pembiayaan proyek modern. Proyek skala besar membutuhkan Equity Financing, Debt Financing yang canggih, dan aliansi pendanaan global (konsorsium perbankan, investment fund, bond, dan rekayasa finansial lainnya).
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
92
Adapun beberapa skema pendanaan proyek-proyek investasi adalah sebagai berikut: 1. Investasi Pemerintah. Pemerintah dalam melakukan investasi pada proyek-proyek yang dianggap layak secara ekonomi dengan memanfaatkan dana APBN/APBD; DAU, DAK, dan Dana Daerah; Pinjaman Luar Negeri dan Kredit Ekspor. a. Contoh pemanfaatan dana APBN/APBD adalah Subsidi dan Public Service Obligation (PSO). Subsidi adalah sumbangan atau pembayaran uang oleh pemerintah pada barang dan jasa untuk dapat menghasilkan produk barang/jasa yang lebih murah. Biasanya subsidi digunakan oleh pemerintah untuk melakukan proteksi terhadap produk-produk dalam negeri ataupun untuk memberikan peluang yang sama dalam mengakses fasilitas publik terhadap masyarakat yang marginal. Public Service Obligation (PSO) merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan layanan publik kepada masyarakat untuk jasa non komersial, yang dilakukan melalui BUMN atau swasta dan didukung oleh pemerintah melalui skema dukungan sistem non-financial atau financial. b. Sumber pendanaan luar negeri, baik berupa hibah maupun pinjaman luar negeri (PHLN), diupayakan tetap mengutamakan kedaulatan, kepentingan nasional dan meningkatkan efektivitas pemanfaatannya sesuai prioritas pembangunan nasional. Pemanfaatan PHLN seharusnya dilihat bukan hanya dari sisi pendanaan tetapi juga sebagai sarana untuk bertukar informasi dan pembelajaran yang bertujuan untuk memperkuat dan menyempurnakan sistem perencanaan, anggaran, pengadaan, pemantauan dan evaluasi nasional serta kapasitas kelembagaan serta sumber daya manusia. Sumber pendanaan melalui hibah luar negeri dapat berasal dari mitra pembangunan internasional, baik negara maupun lembaga/badan internasional. 2. Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS). Skema pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) bertujuanuntuk pembangunan prasarana dasar yang tidak layak secara finansial namun layak secara ekonomis dan telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Skema KPS berfokus pada pendanaan sarana dan prasarana pembangunan infrastruktur transportasi yang memiliki kelayakan finansial tinggi (full cost recovery) atau kelayakan marjinal terkait kontribusi pemerintah dalam bentuk government support. Skema KPS juga dapat disinergikan dengan optimasi penggunaan pinjaman dan hibah luar negeri, khususnya untuk pendanaan prasarana dasar. 3. Investasi Swasta. Pihak swasta berpartisipasi secara langsung dalam pembiayaan proyek-proyek infrastruktur, yaitu melalui proyek KPS dengan skema unsolicited, special purpose, dan pemanfaatan hak kompensasi. a. Penilaian dan evaluasi kelayakan berupa pemeriksaan semua dokumen administrasi di hadapan Tim Penilai; b. Proses penetapan BLU penuh atu BLU bertahap. 4. Creative financing sebagai pembiayaan alternatif, terbagi menjadi:
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
93
a. Infrastructure Bond yang penggunaannya secara khusus untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur; b. Penugasan BUMN (seperti penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans Sumatera Highway) didukung melalui penyertaan modal pemerintah dan directlending yang dijamin oleh pemerintah; c. Private Finance Initiative (PFI)– multi-year contract 15 - 30 tahun; d. Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment; e. Pengenaan tarif/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP); f. Infrastruktur swasta (private infrastructure); g. Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-based infrastructure).
4.1.3. SKEMA PENDANAAN INFRASTRUKTUR SELAIN SKEMA APBN, APBD DAN KPS Skema pendanaan infrstruktur diluar skema APBN dan APBD, serta KPS dilakukan melalui pendekatan insitusional dan pendekatan kebijakan. Pendekatan Institusional Pendekatan institusional dalam perumusan kerangka pendanaan infrastrukturdijelaskan, sebagai berikut : 1. Penugasan BUMN (seperti: konsep penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans Sumatera Highway) didukung melalui modal pemerintah dan direct-lendingyang dijamin oleh pemerintah; 2. Infrastruktur swasta (private infrastructure) untuk proyek-proyek yang memiliki kelayakan ekonomi dan finansial baik; 3. Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-based infrastructure) khususnya untuk proyek infrastruktur skala kecil; 4. Bank khusus pendanaan infrastruktur (infrastructure bank) untuk mengelola project development revolving funddan pengelolaan dana dari infrastructure bondmaupun dana dukungan pemerintah; 5. Bank khusus pengadaan tanah untuk pembangunan infrastruktur (bank tanah). Pendekatan Kebijakan Pendekatan kebijakan dalam pendanaan infrastruktur di sektor transportasi, sebagai berikut: 1. Infrastructure Bond, obligasi yang penggunaannya dikhususkan untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur; 2. Private Finance Initiative (PFI)– pembiayaan multi-yearcontractselama 15-30 tahun; 3. Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment untuk menjamin kelangsungan penerimaan investor dalam rentang waktu konsesi;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
94
4. Pengenaan tarif/biaya akses penggunaan infrastruktur sepertiElectronic Road Pricing (ERP); 5. Asset Sale/Lease back – penjualan aset untuk pendanaan pembangunan atau kontrak-sewa jangka panjang, seperti kerja sama 10 bandar udara UPBU di Kementerian Perhubungan, untuk peningkatan layanan infrastruktur.
4.1.4. SKEMA PENDANAAN TAHUN 2015-2019
KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN
Kerangka Pendanaan transportasi di Kementerian Perhubungan disusun berdasarkan kebutuhan capaian kinerja Kementerian Perhubungan yang direpresentasikan melalui Indikator Kinerja Utama Kementerian Perhubungan, serta Kerangka Regulasi Kementerian rasi Kementerian Perhubungan Tahun 2015 sejumlah Rp. 63.874,7Miliar, sedangkan pada tahun 2019 ditargetkan mencapai Rp. 130.407,9Miliar. Total Pendanaan Kementerian Perhubungan yang direncanakan antara tahun 2015-2019 mencapai Rp. 538.714,7Miliar. Rincian pendanaan untuk tiap unit kerja Eselon I dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.18 UNIT KERJA Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Jenderal Perkeretaapian
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Badan Pengembangan SDM Perhubungan
Rincian pendanaan untuk tiap unit Eselon I Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 ALOKASI Total RPJMN Dukungan Manajemen Total RPJMN Dukungan Manajemen Total RPJMN Dukungan Manajemen Total RPJMN Dukungan Manajemen Total RPJMN Pusdiklat Aparatur Perhubungan Dukungan Manajemen
2015 6.077,110
2016 2017 2018 2019 10.620,239 13.031,644 13.481,219 14.053,450
TOTAL 57.263,663
5.834,863
10.352,510 12.748,852 13.180,734 13.732,233
55.849,192
242,247
267,729
282,792
300,485
321,217
1.414,471
18.670,667
39.558,846 46.200,814 63.253,295 65.641,932 233.325,554
18.554,441
39.433,600 46.066,800 63.109,900 65.488,500 232.653,241
116,227
125,246
134,014
143,395
153,432
672,313
22.842,956
25.513,008 25.216,711 25.362,225 26.985,451 125.920,351
18.169,557
19.721,907 18.556,945 17.703,494 18.177,910
4.673,399 11.745,870 9.502,170 2.243,700
5.791,101
6.659,766
7.658,731
92.329,813
8.807,541
33.590,538
18.376,110 17.820,380 17.620,360 17.748,300
83.311,020
16.054,660 15.437,340 15.222,100 15.206,090
71.422,360
2.383,040
2.398,260
2.542,210
11.888,660
6.741,825 6.362,604
6.819,239 6.424,663
7.507,361 7.010,172
32.182,133 30.245,459
4.401,610 4.096,440
2.321,450 6.712,099 6.351,580
74,100
101,519
116,659
126,369
222,699
641,347
231,070
258,999
262,562
268,207
274,489
1.295,327
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
95
UNIT KERJA Badan Litbang Perhubungan Inspektorat Jenderal Sekretariat Jenderal
ALOKASI
TOTAL PENDANAAN
2015
2016
2017
2018
2019
TOTAL
228,259
240,359
251,107
237,048
247,941
1.204,715
100,311
105,330
110,590
116,120
122,930
555,282
887,221
1.036,891
1.031,456
1.087,927
1.148,374
5.191,869
64.954,005 102.162,883 110.404,527 127.977,434 133.455,739 538.954,587
Sumber : Renstra Kemenhub 2015-2019
Total rencana pendanaan tersebut dialokasikan untuk pengembangan transportasi dengan pembagian pada beberapa sub sektor, yaitu untuk Inspektorat Jenderal Total Pendanaan sampai dengan Tahun 2019 yang dibutuhkan adalah sejumlah Rp. 555,2 Miliar yang digunakan untuk pelaksanaan Program Pengawasan Dan PeningkatanAkuntabilitas Aparatur Kementerian Perhubungan, sedangkan untuk Sekretariat Jenderal sejumlah Rp. 5.191,869 Miliar. Rencana pendanaan di Kementerian Perhubungan tersebut direncanakan pula untuk penyelenggaraan Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat sejumlah Rp.57.263,663 Miliar dengan rincian penggunaannya untuk pelaksanaan dan implementasi kegiatan pengembangan dan pembinaan sistem transportasi perkotaan, manajemen dan peningkatan keselamatan transportasi darat, pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas lalu lintas angkutan jalan, pembangunan sarana dan prasarana transportasi ASDP dan pengelolaan prasarana lalu lintas SDP serta dukungan manajemen dan teknis. Pendanaan tersebut juga digunakan salah satunya adalah untuk memenuhi target quick wins Kementerian Perhubungan khususnya untuk pelaksanaan kegiatan pada Direktorat Jenderal Transportasi Darat dengan beberapa sasaran, meliputi terlaksananya penataan transportasi Jabodetabek (QW), terwujudnya konektivitas transportasi perkotaan di 28 Kota termasuk aksesibilitas, sarana, dan prasarana (QW), terselenggaranya transportasi perkotaan di 17 kota pengembangan BRT. Didalam usaha mewujudkan program strategis Kementerian Perhubungan, khususnya pada pembangunan dan pengembangan transportasi perkeretaapian, kerangka pendanaan yang sudah disusun oleh Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 direncanakan pula untuk mendukung program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi perkeretaapian sejumlah Rp. 233.325,5 Miliar untuk implementasi kegiatan pembangunan dan pengelolaan bidang sarana perkeretaapian, kegiatan pembangunan dan pengelolaan bidang lalu lintas dan angkutan kereta api, kegiatan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api, kegiatan pembangunan dan pengelolaan bidang keselamatan perkeretaapian serta dukungan manajemen dan teknis. Pendanaan tersebut juga digunakan untuk membiayai target percepatan pembangunan perkeretaapian sampai dengan tahun 2019 dengan skema quick win, serta program lanjutan yang diselenggarakan pada Direktorat Jenderal Perkeretaapian. Kerangka pendanaan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 juga disusun dalam usaha untuk meningkatkan pembangunan transportasi melalui program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi laut, sejumlah Rp. 125.920,35 Miliar yang merupakan Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
96
angka total pendanaan Tahun 2015-2019. Pendanaan tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan pengelolaan dan penyelenggaraan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Laut, bidang penyelenggaraan Pelabuhan dan Pengerukan, Perkapalan dan Kepelautan, bidang Kenavigasian, dan Penjagaan Laut dan Pantai, serta Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya. Lebih lanjut kerangka pendanaan yang secara khusus pada program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi laut tersebut juga digunakan dalam kerangka membiayai percepatan pembangunan transportasi laut melalui pelaksanaan program quick win dengan beberapa sasaran kegiatan meliputi meningkatnya ketersediaan dan kehandalan armada pelayaran nasional, pemenuhan kebutuhan fasilitas pelabuhan sesuai persyaratan hirarkinya serta meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana di bidang Keselamatan dan Keamanan Pelayaran. Dalam penyelenggaraan pembangunan transportasi udara pendanaan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 digunakan untuk membiayai program pengelolaan dan penyelenggaraan transportasi udara dengan total anggaran sejumlah Rp. 83.311,020 Miliar. Total anggaran pada program tersebut digunakan untuk membiayai rincian kegiatan, meliputi pelayanan angkutan udara perintis, pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana bandar udara, pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana keamanan penerbangan, pengawasan dan pembinaan kelaikan udara dan pengoperasian pesawat udara, pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana navigasi penerbangan, serta dukungan manajemen dan teknis lainnya. Pendanaan Kementerian Perhubungan didalam pengembangan sumberdaya transportasi diarahkan pada upaya mewujudkan implementasi program pengembangan sumberdaya manusia perhubungan dengan total anggaran dari tahun 2015-2019 mencapai Rp. 32.182,13 Miliar dengan rincian implementasi kegiatan pada program tersebut digunakan untuk pembiayaan pengembangan sumber daya manusia perhubungan darat, pengembangan sumber daya manusia perhubungan laut, pengembangan sumber daya manusia perhubungan udara, pendidikan perhubungan darat, pendidikan perhubungan laut, pendidikan perhubungan udara, serta digunakan pula untuk percepatan pembangunan program/kegiatan di Kementerian Perhubungan melalui program quick win dengan sasaran, meliputi terbangunnya kampus terpadu SDM transportasi, terbangunnya kampus BP2TD di Bali, serta terbangunnya kampus baru akademi perkeretaapian di Madiun. Dalam upaya mewujudkan integritas, serta kualitas penelitian dan pengembangan pada Kementerian Perhubungan, disusun pula kerangka pendanaan yang dialokasikan pada Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan dengan total rencana anggaran dari tahun 2015-2019 sejumlah Rp. 1.204,715 Miliar. Anggaran tersebut alokasinya direncanakan untuk membiayai beberapa program/kegiatan terkait dengan penelitian dan pengembangan teknologi dan dukungan manajemen serta dukungan teknis. Rencana Strategis Kementerian Perhubungan sudah memberikan gambaran terkait dengan upaya-upaya pembangunan transportasi yang secara komprehensif memperhatikan aspek lintas sektor, diantaranya penyelesaian masalah transportasi yang lebih memperhatikan pendekatan keruangan atau kewilayahan. Hal ini menjadi bagian penting mengingat aspek keruangan atau kewilayahan akan memberikan pengaruh besar, khususnya apabila menilik aspek penataan ruang di Indonesia yang sangat Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
97
mempengaruhi pola perkembangan jaringan jalan, pertumbuhan aktivitas pergerakan, serta meningkatnya permasalahan-permasalahan transportasi. Tumbuhnya aktivitas bangkitan dan tarikan perjalanan, serta terhambatnya proses distribusi barang dan komoditas, maupun distribusi penumpang pada berbagai matra cukup signifikan dipengaruhi oleh perubahan dan pertumbuhan aktivitas ruang dan kewilayahan, sehingga upaya penataan dan pembangunan tata ruang di Indonesia menjadi bagian penting didalam perencanaan transportasi.
4.2.
KEGIATAN STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 20152019
Dalam rangka mewujudkan sasaran dalam Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019, ditetapkan target Program Strategis Kementerian Perhubungan meliputi : A. Perhubungan Darat Kegiatan Strategis Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perhubungan Darat 1. Pengadaan dan Pemasangan Alat PKB yang tersebar di 34 Provinsi; 2. Pembangunan Kapal Penyeberangan Perintis Baru sampai Tahun 2019 di 50 lokasi yaitu Kupang - Ndao, Saumlaki - Adaut - Letwurung, Tual - Air Nanang, Babang - Saketa, Kapal Motor Sungai untuk Mimika, Lintas Paciran - Lamongan Bahaur, Tiga Ras - Simanindo, Pulau Laut Timur – Sebuku;Wonreli – Serwaru – P.Moa; P.Raas – P. Sapeken; Tj.Pinang - Tambelan - Sintete; Natuna - Sintete; Tanjung Pinang - Matak; Pananaru - Melonguane; Pamana – Kawah Pante; Teor – Kesui; Wunlah - Gorom; P. Rangsang - P. Tebingtinggi; Tanjung Pinang – Natuna; Teluk Dalam – Gunung Sitoli – Pulau-Pulau Batu; Wahai/P.Seram P.Obi; Tanjung Serdang – P. Sebuku;Gebe - Patani – Weda; Marisa – Wakai – Parigi Montong; Geser - Kataloka; Aranda - Babi; Fak Fak Kaimana; Babang - P. Mandioli; Sanana - Taliabu; P. Obi – P. Bisa; Lintas Kep. Mentawai (Siberut, Sikakap, Tua Pejat, Sikabaruan); Sorong – Salawati; Sapudi – Kangean; Dabo – Lingga; Lintas Cadangan Perintis KBI (2 Unit);Lintas Cadangan Perintis KTI (3 Unit); Mengkapan – P.Padang; Patumbukan – P.Tanah Jampea; Babang - P. Kasiruta; Airnanang – Fakfak; Dongkala - Bambaea; Inanwatan - Fakfak; Tarempa – Matak; P. Telo – Teluk Dalam; Paciran – Garongkong; Waipirit – Kamaru; Kaimana – Pamako. Kegiatan Strategis Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana Perhubungan Darat 1. Peningkatan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor/ UPPKB yang tersebar di 34 Provinsi; 2. Pengembangan Pengujian Kendaraan Bermotor yang tersebar di 34 Provinsi; 3. Pembangunan Terminal Tipe A (Baru) yang tersebar di 34 Provinsi pada lokasi Ponorogo (Jawa Timur), Padang (Sumbar), Aruk (Kalbar), Entikong (Kalbar), Motoain (NTT), Motomasin (NTT), Wini (NTT), Skouw (Papua), Badau (Kalbar), Lamongan (Jatim), Pondok Cabe (Banten), Magelang (Jawa Tengah), Jember
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
98
(Jawa Timur), Probolinggo (Jawa Timur), Lamandau (Kalimantan Tengah), Jombor (Yogyakarta), Bobot Sari (Jawa Tengah), Singkawang (Kalbar), Daya (Makassar, Sulsel), Kendari (Sulsel), Dumai (Riau), Entrop (Jayapura, Papua), Asahan (Sumut), Demak (Jawa Tengah), Blitar (Jawa Timur), Kediri (Jawa Timur), Banyuwangi (Jawa Timur), Purwokerto (Jawa Tengah), Rajabasa (Lampung), Bekasi (Jawa Barat), Giilimanuk (Bali), Amurang (Sulut), Tanjung Selor (Kalimantan Utara), Manokwari (Papua Barat), Brebes (Jawa Tengah), Sofifi (Maluku Utara), Polewali (Sulawesi Barat), Batam (Kepri), Musi Banyuasin (Sumsel), Kawarang (Jawa Barat) .
4. Rehabilitasi/ Peningkatan Pembangunan Terminal tersebar di 34 Provinsi; 5. Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan Dermaga Penyeberangan/Sungai/ Danau Baru tersebar di 34 Provinsi, pada tahun 2015 sebanyak 13 lokasi di Raijua, Sabu (NTT): Wairiang (NTT): Karatung/Kawio (Sulut): Kawaluso (Sulut): Bombana (Sultra): Pure (Sultra): Moti, (Malut): Waren (Papua): Salawati (Papua): Wasior (Papua Barat): Tambelan (Kalbar): Penagi (Kepri): Sintete (Kepri); Pada tahun 2016 sebanyak 12 lokasi di Klademak (Papua Barat): Binongko (Sultra): Kaimana (Papua Barat): Gunung Tabur (Kaltim): Adaut (Maluku): Jampea (Sulsel): Pasokan (Sulteng): Moa (Maluku): Leti (Maluku): Bakalang (NTT): Alai (Riau): Batanta (Papua Barat); Pada tahun 2017 sebanyak 14 lokasi di Sekadau (Kalbar): Numfor (Papua): Tanjung Medang (Riau): Saubeba (Papua): Geser (Maluku): Binongko (Sultra): Kaledupa (Sultra): Sikabaluan (Sumbar): Sei Guntung (Riau): Boniton (Sulteng): P. Telo (Sumut): Teluk Dalam (Sumut): P Sermata (Maluku): Makalehi (Sulut); Pada tahun 2018 sebanyak 12 lokasi di Weda (Malut): Kaonda (Papua): Siladen (Sulut): Talise (Sulut): Letung (Kepri): Meranti Bunting (Riau): Agats (Papua): Maritaing (NTT): Raha (Sultra): Gangga (Sulsel): Tomia (Sultra): P Merbau (Riau); Pada tahun 2019 sebanyak 14 lokasi di Tarempa (Kepri): Kuala Enok (Riau): Pulau Padang (Riau): Kabonga (Sulteng): Kadajoi (NTT): P. Pini (Sumut): Sinjai (Sulsel): Serasan (Kepri): Dakal (Riau): Tanah Bala (Sumut): Sekotong (NTB): Ketam Putih (Riau): P Bunyu (Kaltara): Mendanau, Babel; Kegiatan Strategis Pembangunan dan Pengelolaan Lalu Lintas Perhubungan Darat 1. Pengadaan sarana ATCS (Area Traffic Control System) sebanyak 77 unit yang tersebar di 34 Provinsi; 2. Pengadaan fasilitas perlengkapan jalan di wilayah perkotaan yang tersebar di 34 Provinsi; 3. Pemeliharaan/ Rehabilitasi Fasilitas Perlengkapan Jalan LLAJ sebanyak 218 paket yang tersebar di 34 Provinsi;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
99
4. Pengembangan Fasilitas Perlengkapan Jalan sebanyak 1.425 paket yang tersebar di 34 Provinsi. Kegiatan Strategis Pembangunan dan Pengelolaan Angkutan dan Multimoda 1. Pembangunan prasarana fasilitas pendukung BRT sebanyak 340 halte yang tersebar di 34 Provinsi; 2. Pengadaan sarana BRT sebanyak 3.170 unit di 34 kota besar antara lain : Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo, dan Ambon; 3. Pengadaan sarana Bus Pemadu Moda sebanyak 95 unit di 17 Kota, antara lain Bengkulu, Palu, Kendari, Kupang, Jember, Bau-bau, Sumbawa Besar, Banda Aceh, Nias, Pekanbaru, Batam, Tanjung Pinang, Padang, Malang, Bandung, Palembang, Lampung; 4. Pengadaan Bus Angkutan Umum/Pelajar/ Mahasiswa sebanyak 290 unit yang tersebar di 34 Provinsi; 5. Pengadaan Bus Perintis sebanyak 595 unit yang tersebar di 34 Provinsi; 6. Subsidi Operasional Keperintisan Angkutan Jalan dan Operasional Keperintisan Angkutan Barang sebanyak 277 trayek tersebar di 34 Provinsi; 7. Subsidi Operasional Keperintisan Angkutan SDP sebanyak 261 trayek yang tersebar di 34 Provinsi; 8. Pengadaan Kapal Kerja / Speed Boat Pengadaan Kapal Kerja / Speed Boat sebanyak 35 unit yang tersebar di 34 Provinsi. B.
Perkeretaapian 1. Pengadaan sarana KA untuk angkutan perintis, kereta ekonomi untuk angkutan lebaran termasuk kereta kerja sebanyak 242 unit diantaranya untuk lintas KA Perintis Bireun-Lhokseumawe, Padang – Lubuk Alung –Padang Panjang – Solok, KA Riau-Jambi-Sumsel, Purwasari – Wonogiri, Mojokerto – Tulangan – Sidoarjo, Padang – Lubuk Alung –Padang Panjang – Solok, Sukabumi - Cianjur - Padalarang, Kertapati - Indralaya, Kalisat – Panarukan, KA Sulawesi & KA Kalimantan;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
100
2. Pengadaan sarana Kereta Rel Listrik (KRL) sebanyak 77 unit untuk lintas Yogyakarta-Solo, Perkotaan bandung, Perkotaan Surabaya dan Perkotaan Medan serta pengadaan fasilitas/peralatan sarana KA sebanyak 55 unit di Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Riau, Jambi, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jateng, Jatim, Sulsel, Sulut, Gorontalo, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kalbar; 3. Subsidi angkutan kereta api sebanyak 11 paket, yang dibagi dalam dua peruntukan diantaranya: -
Peruntukan untuk subsidi perintis diantaranya untuk lintas BireunLhokseumawe, Padang – Lubuk Alung –Padang Panjang – Solok, KA RiauJambi, Purwasari – Wonogiri, Mojokerto – Tulangan – Sidoarjo, Sukabumi Cianjur - Padalarang, Kertapati - Indralaya, Kalisat - Panarukan, KA Sulawesi, KA Kalimantan;
-
Peruntukan untuk subsidi angkutan motor diantaranya untuk lintas Jakarta Cirebon - Semarang, Jakarta - Yogyakarta - Solo, Jakarta - Surabaya, lintas utama Sumatera Utara dan Sumatera Bagian Selatan;
4. Rehabilitasi dan peningkatan jalur KA sepanjang 1.249Km’sp dengan lintas: -
Jawa-Bali : Tanah Abang - Merak, Duri – Tangerang, Jakarta – Tj. Priok, Manggarai - Tanah Abang - Ps. Senen - Jatinegara, Manggarai - Jatinegara Bekasi - Cikarang, Jakarta Kota - Bogor, Jatinegara - Cikampek - Cirebon, Cikampek - Padalarang, Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang, Padalarang Bandung - Cicalengka, Cicalengka - Banjar - Kroya, Cirebon - Kroya, Kroya Kutoarjo - Yogyakarta - Solo, Solo - Madiun, Cirebon - Brebes - Tegal Pekalongan - Semarang, Tegal - Prupuk, Semarang - Bojonegoro - Surabaya, Madiun - Surabaya, Surabaya - Bangil - Malang - Kertosono, Bangil – Banyuwangi;
-
Sumatera : Prabumulih - Waytuba - Tanjungkarang - Tarahan, Prabumulih Kertapati, Prabumulih - Lubuklinggau, Padang - Bukitputus Indarung/Telukbayur, Padang - Pariaman, Pariaman - Lubuk Alung Padangpanjang - Solok - Sawahlunto, Medan - Araskabu - Kualanamu, Medan - Binjai - Besitang, Medan - Belawan, Medan - Tebingtinggi - Siantar, Tebingtinggi Kisaran - Tanjung Balai, Kisaran - Rantauprapat, Bireun – Lhokseumawe;
5. Pembangunan jalur KA yang dibangun termasuk jalur ganda dan reaktivasi sepanjang 3.258 Km’sp pada lintas: -
Jawa-Bali : Maja – Rangkasbitung – Merak (jalur ganda dan test track), Cilegon Anyer Kidul (reaktivasi), Rangkasbitung - Labuan - Saketi - Bayah (reaktivasi tahap pertama), Tonjong - Pelabuhan Bojonegara, Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
101
termasuk elektrifikasi dan fasilitas perkeretaapian), Citayam - Nambo (jalur ganda), Parungpanjang – Citayam, Nambo - Cikarang - Kalibaru (tahap pertama), Bogor - Sukabumi (jalur langsir/emplasemen), Cibungur Tanjungrasa, Cikarang - Pelabuhan Cilamaya (tahap pertama), Cikampek Padalarang (jalur ganda), Padalarang - Bandung - Cicalengka (jalur ganda termasuk elektrifikasi), Rancaekek - Tanjungsari (reaktivasi), Tanjungsari – Kertajati, Cirebon - Kadipaten (reaktivasi termasuk jalur KA baru), Akses menuju Pelabuhan Cirebo, Cicalengka - Banjar - Kroya (jalur ganda tahap pertama), Banjar - Pangandaran - Cijulang (reaktivasi tahap pertama), Purwokerto - Kroya (jalur ganda), Purwokerto - Wonosobo (reaktivasi tahap pertama), Maos - Cilacap (termasuk akses ke Pelabuhan), Kroya – Kutoarjo (jalur ganda), Kedungjati - Tuntang (reaktivasi), Semarang - Pelabuhan Tanjung Mas (reaktivasi), Jerakah - Semarang Poncol - Semarang Tawang Alastua (jalur KA layang), Solo - Semarang (jalur ganda tahap pertama), Yogyakarta - Magelang (reaktivasi tahap pertama), akses menuju KA Bandara Kulonprogo (tahap pertama), Kutoarjo - Purworejo (emplasemen), Shortcut Solo Kota - Solo Jebres, Surabaya - Kalimas/Sidotopo (jalur ganda), Jombang Babat - Tuban (reaktivasi), Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong, Solo – Madiun (jalur ganda), Madiun - Mojokerto - Wonokromo (jalur ganda), Perkotaan Surabaya (Reaktivasi tram Kalimas – Wonokromo, akses menuju Bandara Juanda), Tulangan – Gununggangsir, Kalisat - Panarukan (reaktivasi tahap pertama), Bangil - Banyuwangi (jalur ganda tahap pertama), Bandara Ngurah Rai – Denpasar - Mengwi (tahap pertama); -
Sumatera: Bireun - Lhokseumawe, Lhokseumawe - Langsa (tahap pertama), Kuala Langsa - Langsa – Besitang, Medan - Bandar Khalifah – Araskabu – Kualanamu (jalur ganda, jalur KA layang), Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Binjai - Besitang (reaktivasi), Medan - Gabion/Belawan, Sumut (elevated track), Rantauprapat-Duri-Dumai, Rantauprapat-Gunung Tua-Sibolga (tahap pertama), Pekanbaru-Muaro, Duri – Pekanbaru, Duku - Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Pariaman - Naras, Sumbar (reaktivasi), Naras - Sungai Limau, Sumbar (reaktivasi), Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh, Sumbar (reaktivasi), Muaro Kalaban - Muaro (reaktivasi), Shortcut PadangSolok (tahap pertama), Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Pekanbaru – Jambi, Jambi – Palembang, Muara Enim – Lahat (Jalur Ganda), Baturaja Martapura (Jalur Ganda), Prabumulih - Kertapati (jalur ganda), Simpang Tanjung Api-Api (perpanjangan), Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Rejosari - Tarahan (tahap pertama), Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang (reaktivasi), Cempaka - Tanjung Karang – Sukamenti – Tarahan (jalur ganda), Tarahan/KM3 - Bakauheni (tahap pertama);
-
Sulawesi: Makassar - Pare-Pare, Manado – Bitung, Isimu- Gorontalo--Bitung, Parepare--Mamuju (tahap pertama), Makassar--Bulukumba--Watampone (tahap pertama), Mamuju – Palu – Isimu (tahap pertama);
-
Kalimantan: Tanjung - Bandara Syamsuddin Noor – Banjarmasin, Balikpapan – Samarinda, Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama),
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
102
Palangkaraya - Banjarmasin (tahap pertama), Palangkaraya – Pontianak – Batas Negara (tahap pertama), Samarinda – Tanjung Redep – Batas Negara (tahap pertama); -
Papua: Sorong - Manokwari (tahap pertama), Jayapura-Sarmi (tahap pertama);
6. Pembangunan Kereta Api Ringan dalam rangka meningkatkan aksesibilitas transportasi di perkotaan antara lain : -
Pembangunan Kereta Api Ringan Perkotaan Trase Jabodetabek dengan rute Cibubur – Cawang (10.5 Km), Bekasi Timur – Cawang (17.9 Km), Cawang – Dukuh Atas (10.5 Km) ;
-
Pembangunan Kereta Api Ringan Perkotaan Trase Sumatera Selatan dengan rute untuk koridor 1 (Bandara SMB II – Kolonel H. Burlian – Demang Lebar Daun – Angkaran 45 – Kapten A. Rivai – Jln. Jenderal Sudirman – Masjid Agung (17.5 Km)), rute untuk koridor 2 (Masjid Agung – Jakabaring Sport City (7 Km))
7. Pembangunan jalur lingkar KA layang (elevated) Jabodetabek sepanjang 25 Km’sp untuk lintas Manggarai - Tanah Abang - Ps. Senen – Jatinegara – Manggarai; 8. Rehabilitasi dan peningkatan jembatan/ underpass/flyover KA sebanyak 269 unit; 9. Pembangunan jembatan/underpass/flyover KA sebanyak 344 unit; 10. Pengadaan material rel dan wesel sebanyak 1.425 unit jalur KA sepanjang 4.330 Km’sp; 11. Rehabilitasi dan peningkatan stasiun/bangunan meningkatkan keandalan sebanyak 38 unit;
operasional
KA
untuk
12. Pembangunan stasiun/bangunan operasional KA sebanyak 82 unit; 13. Rehabilitasi dan peningkatan persinyalan dan telekomunikasi KA sebanyak 41 paket; 14. Pembangunan persinyalan dan telekomunikasi KA sebanyak 71 paket; 15. Rehabilitasi dan peningkatan listrik aliran atas KA (termasuk gardu listrik) untuk meningkatkan keandalannya sepanjang 228 Km’sp untuk lintas Tanah Abang – Rangkasbitung, Citayam – Nambo, Jatinegara - Pondok jati - Senen Kampungbandan - Tanah Abang – Manggarai, Jakarta Kota - Manggarai – Bogor, Jakarta Kota – Tj. Priok, Duri – Tangerang, Manggarai - Jatinegara - Bekasi – Cikarang; 16. Pembangunan listrik aliran atas KA (termasuk gardu listrik) sepanjang 299,7 Km’sp pada lintas Medan - Araskabu - Kualanamu, Tanah Abang - Maja Rangkasbitung – Merak, Jakarta Kota - Tj Priok/JICT, Citayam – Nambo,
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
103
Manggarai - Bekasi – Cikarang, Cikarang – Cikampek, Padalarang - Bandung – Cicalengka, Kutoarjo – Yogyakarta, Perkotaan Surabaya (tram); 17. Pembangunan elektrifikasi jalur KA antara Yogyakarta – Solo sepanjang 59 Km’sp; 18. Pengamanan perlintasan sebidang sebanyak 218 unit pada lintas: -
Jawa-Bali: Tanah Abang - Merak, Duri – Tangerang, Jakarta – Tj. Priok, Manggarai - Tanah Abang - Ps. Senen - Jatinegara, Manggarai - Jatinegara Bekasi - Cikarang, Jakarta Kota - Bogor, Jatinegara - Cikampek - Cirebon, Cikampek - Padalarang, Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang, Padalarang Bandung - Cicalengka, Cicalengka - Banjar - Kroya, Cirebon - Kroya, Kroya Kutoarjo - Yogyakarta - Solo, Solo - Madiun, Cirebon - Brebes - Tegal Pekalongan - Semarang, Tegal - Prupuk, Semarang - Bojonegoro - Surabaya, Madiun - Surabaya, Surabaya - Bangil - Malang - Kertosono, Bangil – Banyuwangi.
-
Sumatera: Prabumulih - Waytuba - Tanjungkarang - Tarahan, Prabumulih Kertapati, Prabumulih - Lubuklinggau, Padang - Bukitputus Indarung/Telukbayur, Padang - Pariaman, Pariaman - Lubuk Alung Padangpanjang - Solok - Sawahlunto, Medan - Araskabu - Kualanamu, Medan - Binjai - Besitang, Medan - Belawan, Medan - Tebingtinggi - Siantar, Tebingtinggi Kisaran - Tanjung Balai, Kisaran - Rantauprapat, Bireun Lhokseumawe.
19. Pengadaan dan penertiban lahan untuk kegiatan peningkatan/pembangunan prasarana perkeretaapian sebanyak 158 paket; 20. Pengadaan/Perawatan Peralatan/Fasilitas Prasarana sebanyak 137 paket; 21. Penyediaan fasilitas dan peralatan bidang keselamatan perkeretaapian sebanyak 95 paket tersebar di Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Riau, Jambi, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jateng, Jatim, Sulsel, Sulut, Gorontalo, Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kalbar.
C.
Perhubungan Laut Kegiatan Strategis di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Laut 1. Rencana penempatannya akan melayani jarigan angkutan laut perintis pada 193 lintas yang tersebar di seluruh 33 provinsi padaPangkalan Pelabuhan Meulaboh, Calang, Teluk Bayur, Bengkulu, Tj. Pinang, Kijang, Sintete, Sunda Kelapa, Kotabaru, Semarang, Surabaya, Tanjung Wangi, Bima, Kupang, Maumere, Bitung, Tahuna, Pagimana, Kolonedale, Kendari, Tilamunta, Kwandang, Makassar, Mamuju, Ambon, Tual, Saumlaki, Ternate, Babang, Sanana, Jayapura, Biak, Merauke, Manokwari, Sorong. 2. Subsidi Angkutan Laut Tetap Dan Teratur Untuk Kapal Barang Dalam Rangka Menunjang Tol Laut untuk Rute : R1 Waingapu-Sabu (Seba/Biu)-Rote-Lewoleba-
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
104
Maumere-Reo-Waingapu, R2 Manokwari-Wasior-Nabire-Serui-Biak-Manokwari, R3 Tuai-Fak Fak-Kaimana-Timika-Tual, R4 Babang-Tidore (Soasiu)-Tobelo-GebeBabang R5 Kijang-Letung-Tarempa-selat-Lampa (Natuna)-Midai-Serasan (PP). 3. Pembangunan kapal perintis dilaksanakan dari 2015 sampai tahun 2017 sebanyak 103 unit yang terdiri dari kapal Tipe 750 DWT, Tipe 500 DWT, Tipe 200 DWT, Tipe 2000 DWT, Tipe 2000GT, Tipe 1200 GT, Tipe 750 DWT, Semi Container, Kapal Rede, Kapal Barang Multipurpose dan Kapal Ternak dengan tahapan penyelesaian pada tahun 2015 sebanyak 3 unit, tahun 2016 sebanyak 30 unit dan tahun 2017 sebanyak 70 unit. 4. Pembangunan/ pengadaan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Laut tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Perbaikan dan Perawatan Kapal Perintis (Docking Repair) / Pengadaan camera CCTV / Pemasangan Upgrade Monitoring Tracking System / Pembangunan infrastruktur Multimedia tracking / Pembangunan sistem informasi spasial kapal perintis / Penyelenggaran mudik gratis sepeda motor / Monitoring angkutan lebaran, Natal dan Tahun Baru / Monitoring pelabuhan singgah perintis dan center pangkalan perintis / Pemberdayaan industri pelayaran rakyat. Kegiatan Strategis di Bidang Pelabuhan dan Pengerukan 1. Pembangunan/lanjutan/penyelesaian dan pengembangan pelabuhan laut non komersial pada ± 100 lokasi pelabuhan setiap tahun pada Pelabuhan Anggrek, Babang, Bade, Baing, Bajoe, Barus, Batang, Batanjung, Batuatas, Batu Panjang, Batutua, Bau-Bau, Belang-Belang , Bicoli, Bintuni, Boepinang, Branta, Bungkutoko, Bunta, Carocok Painan, Dabo Singkep, Daruba, Depapre, Dompak, Gamunu, Garongkong, Gorom, Jailolo, Kaimana, Kendidi Reo, Kendal, Keramaian, Kolbano, Kolonedale, Kuala Semboja, Labuhan Bajo, Labuhan Angina, Lakara, Larantuka, Letung, Linau Bintuhan, Malarko, Maloy, Mantangisi, Marabatuan, Matasiri, Meranti, Midai, Moor, Mumugu, Nabire, Nunbaunsabu, Pulau Banyak, Pulau Buano, Pulau Salura, Pacitan, Padang Tikar, Pagimana, Palopo, Pamanukan, Panarukan, Pangandaran, Parlimbungan Ketek, Patani, Pelaihari, Penajam Pasir, Pomalaa, Pota Pulau Laut, Pulau Teor, Sailus, Saumlaki, Sebalang, Sebuku, Sei Nyamuk, Serui, Siwa, Sofifi Speed Boat, Subi, Taddan, Tanah Tidung, Tanjung ApiApi, Tanjung Buton, Tanjung Mooch, Telaga Biru, Teluk Segintung, Tilamuta, Tiram, Tobelo, Tual, Tulehu, Ujung Jabung, Waren, Watunohu, Bagan Siapa-Api, Pelabuhan Ratu, Bima, Luwuk; 2. Pengerukan alur pelayaran/ kolam pelabuhan pada tahun 2015 sebanyak 13 lokasi yaitu Pelabuhan Belawan, Muara Padang, Palembang, Tanjung Priok, Tg Emas, Benoa, Lembar, Pontianak , Ketapang, Samarinda, Sampit, Kumai dan Lirang (Total volume Pengerukan sebesar 9.250.000 m3); Tahun 2016 sebanyak 24 lokasi yaitu Pelabuhan Kuala Langsa, Belawan, Tg Balai Asahan, Pangkalan Dodek, Jambi Talang Duku, Kuala Tungkang, Palembang, Bengkulu, Pangkal Balam, Tg Priok, Tg Emas, Juwana, Tegal, Batang, Tg Perak, Benoa, Pontianak, Sintete, Samarinda, Sampit, Pulang Pisau, Kumai, Sanana dan Muara Sabak Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
105
(Total volume Pengerukan sebesar 25.100.000 m3); Tahun 2017 sebanyak 32 lokasi yaitu Pelabuhan Belawan, Tg Berakit, Palembang, Pekanbaru, Bengkulu, Tg Priok, Tg Emas, Tg Perak, Probolinggo, Benoa, Lembar, Pontianak, Ketapang, Kendawangan, Paloh, Samarinda, Sampit, Pulang Pisau, Makassar, Karang Antu, Labuhan Banten, Manado, Fakfak, Kuala Enok, Cirebon, Sadai/Toboali, Kendal, Panjang, Balikpapan, Kupang, Ternate dan Ambon (Total volume Pengerukan sebesar 21.100.000 m3); Tahun 2018 sebanyak 33 lokasi yaitu Pelabuhan Belawan, Pangkalan Dodek, Muara Padang, Jambi Talang Dukuh, Kuala Tungkal, Palembang, Begkulu, Pangkal Balam, Tg Priok, Tg Emas, Juwana, Tegal, Batang, Tg Perak, Benoa, Pontianak, Sintete, Samarinda, Kumai, Rembang, Brondong, Labuhan Lombok, Singkawang, Mempawah, Tobelo, Kali Anget, Teluk Bayur, Tg Pandan, Cirebon, Sunda Kelapa, Manggar, Brebes dan Balikpapan (Total volume Pengerukan sebesar 18.800.000 m3); Tahun 2019 sebanyak 26 lokasi yaitu Pelabuhan Kuala Langsa, Belawan, Tg Balai Asahan, Palembang, Pekan Baru, Bengkulu, Tg Priok, Tg Emas, Tg Perak, Pontianak, Ketapang, Samarinda, Sampit, Pulang Pisau, Tg Redep, Tahuna, Sanana, Cirebon, Airbangis, Bima, Kendari, Tarakan, Balikpapan, Kupang, Ternate dan Ambon (Total volume Pengerukan sebesar 20.650.000 m3); 3. Pembangunan/ pengadaan fasilitas pendukung pelabuhan dan pengerukan tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Pengadaan Reach Stacker / Pengadaan Forklift / Kapal Pandu / Kapal Tunda / Pengadaan Truck Crane / Pengadaan Excavator, Grab Cham Shell dan Wheel Loader / Peningkatan fasilitas Pelabuhan dalam rangka pelayanan publik / Fasilitas pendukung operasional (Gedung Bangunan, Rumah Dinas, Pembuatan Sumur, Lampu Penerangan, Pos jaga, Pagar, Gapura dan lain-lain). Kegiatan Strategis di Bidang Perkapalan dan Kepelautan 1. Pembangunan Kapal Marine Inspector / RIB sebanyak 20 unit yang tersebar di 33 Provinsi; 2. Pembangunan/pengadaan fasilitas pendukung perkapalan dan kepelautan tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Pengadaan Enginee Room Simulator / Pengadaan Full Mission Bridge Simulator / Pengadaan Komputer Base Assessment; Kegiatan Strategis di Bidang Kenavigasian 1. Pembangunan Kapal Negara Kenavigasian sebanyak 41 kapal yang tersebar pada 33 Provinsi di 25 Distrik Navigasi Sabang, Sibolga, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang, Teluk Bayur, Palembang, Tanjung Priok, Semarang, Cilacap, Surabaya, Benoa, Kupang, Tarakan, Banjarmasin, Pontianak, Kendari, Bitung, Makassar, Kendari, Tual, Ambon, Jayapura, Merauke, Sorong;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
106
2. Pembangunan Reverse Osmosis (RO) sebanyak 97 unit yang tersebar pada 33 Provinsi di 25 Distrik Naviagasi Sabang, Sibolga, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang, Teluk Bayur, Palembang, Tanjung Priok, Semarang, Cilacap, Surabaya, Benoa, Kupang, Tarakan, Banjarmasin, Pontianak, Kendari, Bitung, Makassar, Kendari, Tual, Ambon, Jayapura, Merauke, Sorong; 3. Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran SBNP sebanyak 754 unit dan pemenuhan tingkat kehandalan sebanyak 99%, yang tersebar pada 33 Provinsi di Seruway, Kuala Raja, Pusong, Sigli, Laweung, Sabang, Sibigo, Teluk Nibung, Pantai Labu, Percut, Rantau Panjang, Tanjung Beringin, Gunung Sitoli, Labuhan Bilik, Sei Barombong, Teluk Leidong, Tg. Sarang Elang, Pangkalan Susu,Pulau Kampai, Tanjung Pura, Tapak Kuda, Kuala Sarapu, Pangkalan Brandan, P.Wunge, Pel.Sibolga, Pel. Sikara-kara, Tg.Bai, Sasak, Teluk Tapang, Muara Haji, Carocok Painan, Surantih, Tg. Sading, Sekatap Darat, Senggarang, Tanjung Ayun, Tanjung Duku, Tanjung Geliga, Tanjung Lanjut, Tanjung Sebauk, Tanjung Siambang, Tanjung Unggat, Wisata Penyengat, Tanjung Samak, Tanjung Kedadu, Penyalai, Panipahan, Sinaboi, Buatan, Kurau/Si Lalang, Sel Apit, Sungai Siak, Tanjung Buton, Kuala Mendahara, Lambur Luar, Muara Sabak, Nipah Panjang, Pamusiran, Simbur Naik, Sungai Lokan, Ujung Jabung, Tanjung Api-Api, Sungsang, Karang Agung, Rangga Ilung, Batanjung, Behaur, Kuala Kapuas, Pegatan Mendawai, Uj. Tk. Punggur, Krui, Kalianda, Lagundi, P. Sebesi, Sebalang, Bakauheni, Way Seputih, Kuala Penat, Labuhan Maringgai, Way Penat, Way Sekampung, Mesuji, Kota Agung, P. Tabuan, Kelumbayan, Teladas, Manggala/Menggala, Sungai Burung, Tulang Bawang, Semarang, Tegal, Karimun Jawa, Tanjung Emas, Glimandangin, Sampang/Taddan, Tanlok, Besuki, Jangkar, Kalbut, Gayam, Kalianget, Kangean, P. Raas, Sapudi, Sapeken, Keramaian, Masalembo, Giliraja, Tg. Tekurenan, Celukan Bawang, Pegametan, Penuktukan, Bima, Sape, Waworada, Cempi, Calabahi, Kempo, Lembar, Tg. Muna, Tg. Kopondai, P.Sukur, Pel. Aimere, Pel. Batu Tua, Pel. Wini, Tg. Kumba, Tg. Tutunnila, Tg. Uwakeka, Tg.Batu putih, Tg. Batuata, Samuda, Bagendang, Kereng Bengkirai, Teluk Sebangau, Bukit Pinang, Pulang Pisau, Kuala Pembuang, Teluk Sigintung/Seruyan, Kuala Jelay, Sukamara, Banjarmasin, Sesayap, Tarakan, Tg.Aru, Sangatta, Maloy, Sangkulirang, Tg. Sarupo, Tg. Suramana, Majene, Malunda, Palipi, Pamboang, Sendana, Ambo, Belang-Belang, Budong-Budong, Kaluku, Mamuju, Poongpongan, Salisingan, Sampaga, Kr. Timur Batumarimpih, Kr. Timur Tg. Wawobatu, Kr. Utara Kaledupa, Kr. Utara Kapota, Kr. Utara P. Papado, Kr. Utara Tg. Teipa, Kr.P.Hoga, Kr .Utara Lapuko, P. Damalawa Kcl., P. Sangurabangi, P. Togomongolo, Pel. Lasalimu, Pel. Lasalimu, Pel. Mandiodo, Pel. Mawasangka, Tg.Talabu, Tahuna, Tamako, Biaro, Buhias, P. Ruang, Pehe, Sawang, Tagulandang, Ulu Siau, Beo, Damao, Dapalan, Tg. Hatanua, Tg. Libobo, Tg Namaa, Tg. Ngolopopo, Tg. Weduar, Tg. Sial, Tg.Watina, Walwat tinggi, Tlk. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
107
Bara, Wayabula, Borong, Galela, Tikong, Pel. P. Damar, Pel.Kroing, Pel. Tutukembong, Pel.P. Teor, Pel. Moti, Pel. Tuhaha, Geser, Tg. Openta, Wayeteri, Kaimana, Kanoka, Lobo, P. Adi, Senini, Susunu, Manokwari, Makbon, Mega, Muarana, Kasim, Oransbari, Bagusa, Kasonaweja, P. Liki, Sarmi, Takar, Trimuris, Wakde, Janggerbun, Kameri, Korido, Waren, Ambai, Ampimoi, Angkaisera, Sungai Asty, Sungai Asty, Tg. Kondo, Pel. Selaru, Pel. Lakor, Pel. Romang, Pel. Damer, Pel. Kaiwatu, Tual; 4. Pembangunan Sistem Telekomunikasi Pelayaran sebanyak 88 unit; 5. Pembangunan Vessel Traffic Service (VTS) pada 35 lokasi yang tersebar pada 33 Provinsi di Belawan, Palembang, Jakarta, Surabaya Bitung, Kuala Tanjung, Balikpapan, Sorong, Manokwari, Jayapura, Lhok Seumawe, Dumai, Makassar, Sabang, Sibolga, Batu Ampar, Panjang, Bengkulu, Cilacap, Benoa, Lembar, Kupang, Pontianak, Banjarmasin, Batulicin, Samarinda, Tarakan, Parepare, Kendari, Ambon, Ternate, Jayapura, Merauke, Cirebon, Semarang. 6. Pembangunan Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS) pada 144 lokasi yang tersebar pada 33 Provinsi di Sinabang, Kuala Langsa, Pangkalan Susu, Gunung Sitoli, Teluk Dalam, Selat Panjang, Rengat, Tanjung Balai Karimun, Dabo Sungkep, Air Bangis, Probolinggo, Gilimanuk, Waingapu, Sintete, Luwuk, Kaimana, Serui, Jakarta, Banjarmasin, Tarakan, Bitung, Sorong, Merauke, Pulau Tello, Lahewa, Panipahan, Karimunjawa, Rembang, Atapupu, Nunukan, Kolaka, Pomalaa, Parigi, Muntok, Kuala Tungkal, Sampit, Kumai, Batulicin, Samarinda, Poso, Toli Toli, Manado, Ternate, Sanana, Tual, Biak, Ulee Lheule, Meulaboh, Tembilahan, Tarempa, Pulau Sambu, Pulang Pisau, Sunda Kelapa, Panarukan, Gresik, Bawean, Masalembo, Padang Bai, Kalabahi, Larantuka, Reo, Tanjung Redeb, Mamuju, Banabungi, Palopo, Kolonedale, Banggai, Amamapare, Nabire, Bade, Kuala Tanjung, Lhok Seumawe, Sabang, Tapak Tuan, Batu Ampar, Tanjung Uban, Sei Kolak Kijang, Natuna, Teluk Bayur, Sipora, Palembang, Jambi, Pangkal balam, Panjang,Cirebon, Bengkulu, Cigading/ Merak, ende, Maumere, Ketapang, Kotabaru, Balikpapan, Kendari, Bau Bau, Tahuna, Ambon, Saumlaki, Bintuni, Jayapura, Agats, Sigli, Singkil, Pekanbaru, Bagansiapiapi,Kuala Enok, Sikakap, Celukan Bawang, Raha, Donggala, Kwandang, Ampena, Tobelo, Banda, Dobo, Sarmi, Belawan, Bengkalis, Semarang, Tegal, Cilacap, Surabaya, Kupang, Makassar, Pantoloan, Namlea, Fak Fak, Pekalongan, Jepara, Juwana, Indramayu, Pasuruan, Badas, Ulu Siau, Amahai. 7. Pembangunan/Pengadaan Fasilitas Pendukung Kenavigasian dengan beberapa kegiatan meliputi Perbaikan dan Perawatan Kapal / Pengadaan CCTV Survailance System / Genset / Mobil crane/ Kendaraan Operasional / Pengadaan Sistem Pengamatan Alur / Peralatan Survey Telkompel / Reporting System, Remote Cliane VTS / Vessel Monitoring sistem Kapal /Pelampung Suar / Sistem Lampu Suar untuk SBNP / Rigid Inflatable Boat (RIB) / Perangkat Penunjang Operasional Mensu/ Water Treatment.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
108
Kegiatan Strategis di Bidang Penjagaan Laut dan Pantai 1. Pembanganan kapal patroli sebanyak 255 unit pada lokasi Kesyahbandaran Belawan/ KUPP Kuala Tanjung, KSOP Teluk Bayur, PLP Tg. Uban, KSOP Palembang, KSOP Panjang, KSOP Pontianak, PLP Bitung, Kesyahbandaran Makassar, UPP Bau-Bau, KSOP Batam, PLP Tanjung Priok, KSOP Tanjung Emas, PLP Tanjung Mas, KSOP Benoa, KSOP Sorong, KSOP Ambon, PLP Tual, KSOP Merauke, KUPP Tanjung Tiram, KUPP Pulau Kampai, KSOP Meulaboh, KUPP Pantai Cermin, KUPP Sei Barombang, KUPP Tg. Sarang Elang, KSOP Bagan Siapiapi, KUPP Kuala gaung, KSOP Pangkalan Bun, KSOP Pangkalan Balam, KSOP Tg. Pandan, KUPP Kendawangan, KSOP Kumai, KUPP Bengkirai/ Pinang, KUPP Tanah Grogot, KUPP Sangkulirang, KUPP Polewali, KUPP Malili, KUPP Awerange, KUPP Bau-Bau, KUPP Ulugian, KUPP Amamapara, Kesyahbandaran Tg.Priok, KSOP Kalibaru, KSOP Juwana, KUPP Rembang, KUPP Ketapang, KUPP Nusa Penida, KSOP Bima, KSOP Tulehu, KUPP Bara Nusa. 2. Pembangunan/Pengadaan Fasilitas Pendukung Penjagaan laut dan Pantai dengan beberapa kegiatan meliputi Perbaikan dan Perawatan Kapal / Pengadaan Helikopter/Pengadaan Senjata/Amunisi / Peralatan Penanggulangan Pencemaran / Peralatan SAR / GIRO Vertical / Rigid Inflatable Boat (RIB) / ECDIS dan Sistem Mobile Survilance Kapal Patroli/Mobil Patroli Lapangan / Pengembangan Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai. D. Perhubungan Udara Kegiatan strategis di Perhubungan Udara terdiri atas kegiatan strategis bidang Angkutan Udara, Bidang Bandar Udara, Bidang Keamanan Penerbangan. Kegiatan Strategis di Bidang Angkutan Udara Peningkatan rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara sebanyak 265 rute, antara lain pada KPA : Nagan Raya (5 Rute), Takengon (7 Rute), Gunung Sitoli (8 Rute), Bengkulu (7 Rute), Singkep (10 Rute), Palangkaraya (6 Rute), Ketapang (5 Rute), Samarinda (5 Rute), Waingapu (9 Rute), Gorontalo (8 Rute), Tarakan (10 Rute), Masamba (12 Rute), Mamuju (5 Rute), Selayar (7 Rute), Ternate (4 Rute), Langgur (9 Rute), Manokwari (9 Rute), Sorong (5 Rute), Jayapura (8 Rute), Merauke (19 rute), Nabire (8 Rute), Timika ( 22 Rute), Wamena (17 Rute), Sumenep (5 Rute), Oksibil (7 Rute ) dimana lokasi akan ditetapkan untuk tahun bersangkutan berdasarkan rapat evaluasi angkutan udara perintis. Kegiatan Strategis di Bidang Bandar Udara 1. Rehabilitasi dan pengembangan Bandara Udara termasuk perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung terminal, gedung operasional pada 100 Bandar Udara sampai akhir periode perencanaan;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
109
2. Rehabilitasi dan pengembangan Bandar Udara (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati B-737 Series pada lokasi yang akan ditetapkan sesuai kebutuhan berdasarkan Tatanan Kebandarudaraan Nasional dan pelaksanaan Undang-Undang lain diantaranya Bandar Udara Iskandar Pangkalan Bun, Bandar Udara Tanjung Pandan, Bandar Udara Rembele Takengon, Bandar Udara Binaka Gunung Sitoli, Bandar Udara DEO Sorong, Bandar Udara Hanandjoeddin, Bandar Udara Umbo Mehang Kunda Waingapu, Bandar Udara Beto Ambari Bau-bau, Bandar Udara Kasiguncu Poso, Bandar Udara Komodo Labuhan Bajo, Bandar Udara Blimbingsari Banyuwangi, Bandar Udara Kuabang Kao, Bandar Udara Ibra Langgur, Bandar Udara Matilda Saumlaki, Bandar Udara Dekai Yahukimo; 3. Rehabilitasi dan pengembangan Bandar Udara (perpanjangan, pelebaran dan peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah) untuk didarati ATR-42 & ATR-72 pada lokasi yang akan ditetapkan sesuai kebutuhan berdasarkan Tatanan Kebandarudaraan Nasional dan pelaksanaan Undang-Undang lain diantaranya Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Melak, Bandar Udara Tanah Merah, Bandar Udara Kepi, Bandar Udara Sarmi, Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, dan Bandar Udara Maratua; 4. Pengembangan 25 Bandar udara yang terdiri dari 7 (tujuh) Bandar udara di daerah rawan bencana,yaitu Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Gayo Lues, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Mukomuko, Bandar Udara Bawean, dan Bandar Udara Sumenep, dan 18 bandar udara di daerah perbatasan, yaitu Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tj. Balai Karimun, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long Ampung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Data Dawai, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Moa, Bandar Udara Mopah-Merauke; 5. Pembangunan 15 Bandar Udara baru, dengan lokasi antara lain Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Muara Teweh, Bandar Udara Samarinda Baru, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu; 6. Pembangunan bandar udara baru di Kalimantan antara lain Bandar Udara Muara Teweh, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Samarinda Baru.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
110
Kegiatan Strategis di Bidang Keamanan Penerbangan 1. Peningkatan fasilitas pelayanan darurat sebanyak 212 paket di lokasi Bandar udara diantaranya Bandar Udara Bandara Sentani, Bandara Djalaluddin, Bandara Juwata, Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Tjilik Riwut, Bandara Halueleo, Bandara Wunopito, Bandara Beringin, Bandara Muara Bungo, Bandara Muko-muko, Bandara FL Tobing, Bandara Dobo, Bandara Ketapang, Bandara Dumatubun, bandara Abdul Rachman Saleh, bandara Pogogul, bandara Oesman Sadik, Bandara Torea, Bandara Sultan M. Kaharuddin, Bandara Sangia Nibandera, Bandara Mathilda Batlayeri, Bandara Komodo, Bandara Pekon Serai, Bandara Malinau, Bandara Sanggu, Bandara Melonguane, Bandara Enggano, bandara Pangsuma Putussibau, Bandara Andi Jemma, Bandara Stevanus Rumbewa, Bandara Soa Bajawa, Bandara Rokot, Bandara Bandaneira, Bandara Oksibil, Bandara Senggo, Bandara Mulia, Bandara Moanamani, Bandara Tanah Merah, Bandara Syukuran Aminuddin Amir, Bandara Waghete, Bandara Lasondre, Bandara Maimun Saleh, Bandara Bilorai, Bandara Tambolaka, Bandara Dominic Eduard Osok, Bandara Radin Inten II; 2. Peningkatan fasilitas keamanan penerbangan sebanyak 633 paket diantaranya di Budairto-Curug, Nabire, Rokot-Sipora, Mutiara-Palu, Haluoleo-Kendari, Djalaluddin-Gorontalo,Olilit-Saumlaki, Susilo-Sintang, Kasiguncu-Poso, ToreaFak-fak, Radin Inten II-Lampung, Fatmawati-Bengkulu, Aekgodang-Padang Sidempuan, Dabo-Singkep, H.Asan-SAmpit, Satartacik- Ruteng, Betoambari-Bau Bau, S.Bantilan-Toli toli, S.Babullah - Ternate, Deo-Sorong, Rendani -Manokwari, Wamena, Franseda-Maumere, M.Salahudin-Bima, Tampa Padang-Mamuju, Melongguane, Lasikin-Sinabang, T.Cut ali- Tapak tuan, SeiBati - Tj. Balai Karimun, Japura-Rengat, Cakrabuana-Cirebon, Brangbiji-Sumbawa besar, Komodo Labuan Bajo, Tambolaka-Waikabubak, Sanggu-Buntok, Kuala Pembuang, Naha Tahuna,Tual Baru-Tual, Utaron-Kaimana, Nunukan, Haliwen-Atambua, Pangsuma-Putusibau,Sentani-Jayapura, Hang Nadim-Batam, Juwata -Tarakan, Mopah-Merauke, Kalimarau-Tj. Redep, Syukuran Aminudin Amir - Luwuk, Umbu Mehang Kunda- Waingapu, Gewayantana-Larantuka,Tjilik Riwut- Palangkaraya, H.AS. Hanandjuddin - Tj Pandan; 3. Meningkatnya pemenuhan standar keselamatan transportasi udara : -
Jumlah Audit sebanyak 110 Audit di seluruh Bandar Udara di Indonesia; Jumlah Surveilance sebanyak 58 di seluruh Bandar Udara di Indonesia; Jumlah Inspection sebanyak 1.713 inspeksi di seluruh Bandar Udara di Indonesia.
E. BPSDM Perhubungan 1. Target lulusan Pengembangan Sumber daya manusia perhubungan sebanyak 8.522 lulusan diklatTransportasi Darat yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
111
2. Target lulusan Pengembangan Sumber daya manusia perhubungan sebanyak 135.808 lulusan diklat Transportasi Laut yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan; 3. Target lulusan Pengembangan Sumber daya manusia perhubungan sebanyak 17.374 lulusan diklat Transportasi Udara yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan; 4. Target lulusan Pendidikan perhubungan darat sebanyak 35.459 lulusan diklat Transportasi Darat dan Perkeretaapian yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan; 5. Target lulusan Pendidikan Perhubungan Laut sebanyak 1.114.918 lulusan diklat Transportasi Laut yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 2015-2019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan; 6. Target lulusan Pendidikan Perhubungan Udara sebanyak 35.559 lulusan diklat Transportasi Udara yang dihasilkan BPSDM Perhubungan selama tahun 20152019 yang sesuai standar kompetensi/kelulusan; 7. Target Lulusan SDM transportasi melalui kampus terpadu SDM Transportasi Makasar sebanyak 215.953 lulusan; 8. Target lulusan SDM transportasi darat (kampus BP2TD Bali) sebanyak 41.652 lulusan; 9. Target lulusan SDM transportasi Perkeretaapian (Kampus Baru Akademi Perkeretaapian Madiun) sebanyak 86.776 lulusan. Untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan dan target sasaran pembangunan infrastruktur perhubungan, diperlukan kerangka pendanaan yang diterjemahkan tiap unit kerja, dan kegiatan lanjutan untuk mendukung akselerasi pembangunan di Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019.
4.3.
INDIKASI PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN TRANSPORTASI TAHUN 2016
Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 dan Rencana Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas program kerja pemerintah yang mana melalui pembangunan konektivitas dan penyediaan infrastruktur yang berkualitas dan memadai akan memberi dampak signifikan pemerataan kesejahteraan antar wilayah pada jangka panjang. Dalam mencapai target pembangunan transportasi sampai Tahun 2019, maka prioritas pembangunan infrastruktur transportasi Tahun 2016 diantaranya : 1. Transportasi Darat a) Pembangunan terminal penumpang sebanyak 7 lokasi.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
112
b) Pengadaan BRT besar sebanyak 500 unit dan bus sedang sebanyak 30 unit untuk mengembangan sistem angkutan massal di kota-kota Indonesia c) Pembangunan/ pengembangan dermaga penyeberangan di 29 lokasi d) Pengadaan kapal penyeberangan sebanyak 10 lokasi 2. Transportasi Perkeretaapian a) Pembangunan Jalur sepanjang KA 409,65 km’sp di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Papua 3. Transportasi Laut a) Pengembangan 100 Pelabuhan Non Komersial b) Terlayaninya 113 lintas angkutan laut perintis c) Penyelenggaraan Rute Angkutan Laut Tetap Dan Teratur untuk Mendukung Tol Laut pada 7 rute 4. Transportasi Udara a) Pembangunan (lanjutan) 15 Bandara baru b) Pembangunan/ pengembangan bandara di 100 lokasi Berdasarkan target capaian pembangunan transportasi TA.2016 dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 maka kebutuhan anggaran TA.2016 sebesar Rp. 102,163 Triliun. Sementara berdasarkan Surat Bersama Menteri PPN / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor : S-288/MK.02/2015 dan 0082/M.PPN/04/2015 tanggal 15 April 2015 perihal Pagu Indikatif Kementerian Lembaga TA. 2016. Total Alokasi Pagu Indikatif sesuai Surat Bersama sebesar Rp. 55.297.208.522.000,-, dengan rincian sesuai matriks sebagai berikut : Tabel 4.19
Total Alokasi Pagu Indikatif sesuai Surat Bersama Menteri PPN / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor : S-288/MK.02/2015 dan 0082/M.PPN/04/2015 tanggal 15 April 2015 perihal Pagu Indikatif Kementerian Lembaga TA. 2016 (Rp.000)
PAGU INDIKATIF 2016 No
PROGRAM
1
SEKRETARIAT JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL DITJEN PERHUBUNGAN DARAT DITJEN PERHUBUNGAN LAUT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA DITJEN PERKERETAAPIAN
2 3 4 5 6
887.221.672
RM Pendamping PLN 0 0
100.311.699
0
4.186.436.059
RM
PLN
HLN
SBSN
PNBP
BLU
JUMLAH
0
0
0
0
887.221.672
0
0
0
0
0
100.311.699
31.600.000
0
0
0
4.653.656
0
4.222.689.715
15.216.254.399
340.380.000
0
0
0
973.634.136
0
16.530.268.535
10.510.003.281
0
0 1.380.000
0
981.036.771
0
11.492.420.052
6.372.502.714
4.618.640.000
0 4.983.000.000
0
0
16.038.862.714
64.720.000
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
113
PAGU INDIKATIF 2016 No 7
PROGRAM
RM
RM Pendamping PLN
PLN
HLN
SBSN
PNBP
BLU
JUMLAH
8
BADAN LITBANG PERHUBUNGAN BADAN PSDM-P
5.125.936.603
0
0
0
269.939.245
401.299.187
5.797.175.035
8
BADAN LITBANG
228.259.100
0
0
0
0
0
228.259.100
42.626.925.527
4.990.620.000
64.720.000 1.380.000 4.983.000.000
2.229.263.808
401.299.187
55.297.208.522
JUMLAH
228.259.100
228.259.100
Catatan : SESUAI SB
a. Belanja Pegawai Operasional b. Belanja Barang Operasional c. Belanja Non Operasional Berkarakteristik Operasional (RM) d. Belanja Angggaran Pendidikan
4.4.
2.952.007.908 2.709.253.433 291.331.262 3.182.520.000
DEVIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN DENGAN KEBUTUHAN PENDANAAN DALAM RENCANA STRATEGIS KEMENHUB 2015-2016
Kebutuhan investasi pembangunan infrastruktur terutama bidang perhubungan memerlukan pendanaan yang sangat besar, dimana berdasarkan Rule Of Thumb investasi infrastruktur minimal 5% dari PDB Nasional. Infrastruktur menjadi hal yang paling krusial untuk dibenahi dalam rangka memperkecil ketimpangan wilayah barat dan timur Indonesia. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi diharapkan mampu memperbaiki konektivitas antar wilayah dan antar pulau untuk mempercepat pemerataan pembangunan serta mendorong sektor lain untuk berkembang (multiplier effect). Namun, yang menjadi tantangan pembangunan infrastruktur transportasi yaitu besarnya gap/deviasi anggaran kebutuhan dengan alokasi anggaran belanja, walaupun alokasi anggaran belanja meningkat dari alokasi tahun sebelumnya. Berdasarkan data anggaran belanja infrastruktur transportasi dari Tahun 2015-2016, gap/deviasi anggaran antara alokasi anggaran dengan kebutuhan dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 justru semakin besar, dimana pada TA.2015 terdapat gap / deviasi pembiayaan sebesar 30,82%, TA.2016 gap/deviasi anggaran bertambah besar menjadi 54,13%. Oleh karena itu, target pembangunan transportasi yang tercantum dalam Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dan RPJMN Tahun 2015-2019 tidak dapat dilaksanakan secara optimal sehingga target pembangunan infrastruktur transportasi seharusnya direvisi sesuai dengan alokasi anggaran belanja yang diterima oleh Kementerian Perhubungan. Selain itu, untuk memenuhi besarnya kebutuhan anggaran pembangunan infrastruktur transportasi diperlukan dukungan swasta dan BUMN dalam pembangunan sarana dan prasarana transportasi di Indonesia.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
114
Tabel 4.20 Perbandingan Antara Alokasi Anggaran Perhubungan Dengan Kebutuhan Pendanaan Dalam Renstra Kemenhub Tahun 2015-2019 RKA 2015 NO
UNIT ESELON I
RKA 2016
1
Sekretariat Jenderal
887.221.672
ALOKASI ANGGARAN 887.221.672
2
Inspektorat Jenderal
100311700
3
Ditjen Perhubungan Darat
4
RENSTRA
RENSTRA
PAGU INDIKATIF
1.036.891.000
887.221.672
100.311.700
105.330.284
100.311.699
6.077.110.000
4.036.624.600
10.620.239.176
4.222.689.715
Ditjen Perhubungan Laut
22.842.955.870
11.321.559.863
25.513.008.047
16.530.268.535
5
Ditjen Perhubungan Udara
11.745.870.000
10.027.275.901
18.376.110.000
11.492.420.052
6
Ditjen Perkeretaapian
18.670.667.322
14.358.968.009
39.558.846.384
16.038.862.714
7
Badan Litbang
228.259.100
228.259.100
240.359.160
228.259.100
8
Badan Pengembangan SDM
4.401.610.000
3.973.685.231
6.712.098.817
5.797.175.035
64.954.004.791
44.933.906.076
102.162.882.868
55.297.208.522
JUMLAH DEVIASI ANGGARAN
4.5.
30,82%
54,13%
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN TAHUN 2016
Kebijakan Pembangunan Perhubungan Tahun 2016 berdasarkan Tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 yaitu “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Meletakkan Pondasi Pembangunan Yang Berkualitas”. Adapun Tema RKP 2016 tersebut diimplementasikan dalam beberapa kebijakan Kementerian Perhubungan pada Tema RAPBN 2016 Kementerian Perhubunganyaitu sebagai berikut : a. Melanjutkan Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Transportasi sesuai dengan UU 23/2007 tentang Perkeretaapian, UU 17/2008 tentang Pelayaran, UU 1/2009 tentang Penerbangan, UU 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan. b. Melanjutkan peningkatan kapasitas layanan transportasi umum dan peningkatan konektivitas transportasi termasuk konektivitas laut, intermoda darat, laut, udara dan kereta api, serta pengembangan bandara sesuai dengan amanah keempat UU transportasi diatas serta UU No. 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara dimana Aset yang dimiliki oleh BUMN dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan kapasitas layanan secara mandiri tanpa pembiayaan APBN, kecuali Aset tersebut diserahkan kepada Pemerintah Pusat c. Pembentukan Direktorat Jenderal Penjagaan Laut dan Pantai yang berkedudukan langsung dibawah Menteri Perhubungan melalui Peraturan Pemerintah sesuai amanah UU 17/2008 tetang Pelayaran. d. Pembentukan Badan Penyelenggara Transportasi Jabodetabek yang berkedudukan langsung dibawah Menteri Perhubungan melalui Peraturan Presiden untuk mensinkronisasi kebijakan transportasi di Jabodetabek baik transportasi darat, kereta api dan konektivitas kedua moda transportasi tersebut ke lokasi bandara dan pelabuhan sesuai amanah keempat UU di atas. Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
115
Peningkatan kualitas personil di bidang transportasi baik di Pusat, Daerah maupun Operator melalui pendidikan singkat dan pendidikan berstrata di sekolah-sekolah yang ada di Kemenhub, yaitu STTD, STIP, STPI, dan lainnya. Adapun fokus Kebijakan Kementerian Perhubungan pada TA 2016 antara lain sebagai berikut : a. Peningkatan keselamatan dan keamanan seluruh moda transportasi sesuai dengan standar internasional; b. Konektivitas yang semakin baik dan menjangkau daerah terluar, terdalam, terisolir, rawan bencana dan daerah perbatasan; c. Dalam rangka mendukung kesejahteraan yang lebih merata dengan menyediakan subsidi perintis untuk kapal barang freight liner dari barat ke timur serta peningkatan kapasitas pelabuhan; d. Penyelesaian fasilitas pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara, kapal-kapal perintis penyeberangan dan laut, serta peningkatan fasilitas keselamatan LLAJ, Kereta Api, sarana bantu navigasi pelayaran dan fasilitas keselamatan penerbangan; e. Peningkatan pelayanan yang lebih baik dan modern diseluruh moda transportasi; f. Peningkatan layanan angkutan perkotaan; g. Perluasan jaringan dengan double double track antara Cikarang –Manggarai dan Lintas Selatan Jawa; h. Pembangunan Jalur Kereta Api Trans Sumatera dan Sulawesi; i.
Peningkatan mutu keilmuan dan disiplin sekolah transportasi;
j.
Pengelolaan sekolah transportasi yang lebih kompetitif;
k. Penuntasan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan.
4.6.
PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN TAHUN 2016
Dalam rangka mewujudkan sasaran dalam Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2016, berikut disampaikan program prioritas pembangunan transportasi tahun 2016 meliputi : A. SEKRETARIAT JENDERAL 1. Penyusunan Dokumen Rencana, Program, Evaluasi serta Penetapan Kebijakan Pentarifan di Sektor Perhubungan terdiri atas Layanan Kesekretariatan sebanyak 2 Laporan, Penyusunan LAKIP dan Penetapan Kinerja Kementerian Perhubungan sebanyak 7 dokumen, Penyusunan Dokumen RKA-KL dan DIPA Kementerian Perhubungan Dokumen RKA-KL dan DIPA Kementerian Perhubungan sebanyak 3 Laporan, Penyusunan Laporan Perencanaan sebanyak 7 Laporan, Penyusunan Laporan Pentarifan sebanyak 4 laporan, Penyusunan Laporan Bahan Hubungan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
116
Lembaga sebanyak 4 laporan, Penyusunan Laporan Monitoring dan Evaluasi sebanyak 4 laporan. 2. Pembinaan dan Pengelolaan Kepegawaian terdiri atas kegiatan Perencanaan Kepegawaian sebanyak 8 kegiatan, Pengembangan Pegawai sebanyak 5 kegiatan, kegiatan mutasi, kesejahteraan dan disiplin pegawai sebanyak 8 kegiatan, pelaksanaan organisasi dan tata laksana sebanyak 5 kegiatan, layanan perkantoran selama 1 tahun. 3. Pembinaan dan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Perlengkapan di Lingkungan Kementerian Perhubungan terdiri atas kegiatan Pembinaan Pelaksanaan Anggaran; Perencanaan, Implementasi, Pengelolaan, Pembinaan Akuntansi dan Laporan Keuangan; Pembinaan Perbendaharaan dan PNBP; Pengelolaan BMN dan Pengadaan Barang dan Jasa; Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Negara. 4. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Pelayanan Penunjang Pelaksanaan Tugas Biro Umum Setjen Kementerian Perhubungan meliputi kegiatan Layanan Perkantoran selama 1 tahun, Layanan Keprotokolan dan Pimpinan selama 1 tahun, Layanan Tata Usaha Kementerian selama 1 tahun, Layanan kerumahtanggaan selama 1 tahun, Layanan Perencanaan dan Keuangan selama 1 tahun, Penyediaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi selama 1 tahun, Penyediaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran selama 1 tahun serta Pemeliharaan dan Rehabilitasi Gedung dan Bangunanselama 1 tahun. Selain itu juga terdapat kegiatan untuk Program Pengelolaan Transportasi Jabodetabek. 5. Pembinaan dan Koordinasi Penyusunan Produk dan Pelayanan Hukum meliputi kegiatan Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Bidang Transportasi sebanyak 120 peraturan, Penyusunan Perjanjian Kerjasama/Kontrak, Pemberian Bantuan Hukum, dan Penyelenggaraan Operasional Perkantoran Dan Ketatausahaan selama 1 tahun. 6. Pembinaan dan Koordinasi Kerja Sama dan Kemitraan/Investasi Dalam dan Luar Negeri serta Ratifikasi Konvensi Perjanjian Internasional di Bidang Transportasi terdiri atas Penyelenggaraan Sidang Internasional sebanyak 5 kegiatan, Penyiapan Delegasi RI ke Sidang Internasional, Kerjasama Kemitraan/ Investasi/Dalam Negeri Bidang Transportasi dengan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, BUMN dan Pihak Swasta dan Masyarakat, Laporan Ketatausahaan selama 1 tahun dan Layanan Perkantoran selama 1 tahun. 7. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pemberian Informasi di Bidang Perhubungan meliputi Penyusunan Dokumen Rencana Strategi Komunikasi, Program Kerja dan Anggaran Kegiatan sebanyak 5 kegiatan, Penyusunan Dokumen Evaluasi Program Komunikasi sebanyak 4 kegiatan, Penyusunan Laporan Ketatausahaan selama 1 tahun, Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi Publik Melalui Pemanfaatan Media Massa sebanyak 10 kegiatan, Laporan Analisis Berita dan Pengelolaan Opini Publik sebanyak 10 laporan.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
117
8. Pelayanan Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Moda Transportasi meliputi kegiatan Layanan Dukungan Manajemen Eselon I, Layanan Internal (Overhead) sebanyak 35 laporan dan Layanan Perkantoran selama 1 tahun. 9. Penegakan Hukum di Bidang Keselamatan Pelayaran meliputi kegiatan Putusan Hukum Di Bidang Keselamatan Pelayaran, Laporan Kepegawaian, Laporan Peningkatan dan Pengembangan SDM, Laporan Kegiatan Bidang Umum Dan Kehumasan, Laporan Data Statistik Kecelakaan Kapal, Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Putusan, Laporan Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan, Dokumen Kajian Kelembagaan, Dokumen Perencanaan dan Anggaran, Dokumen Perumusan/ Penyusunan/Pengkajian tentang restrukturisasi kelembagaan dan reformasi regulasi Mahkamah Pelayaran, Buku/CD/DVD, Laporan Sosialisasi Peraturan Pemerintah Tentang Mahkamah Pelayaran, Dokumen Penyempurnaan Protap Pemeriksaan Lanjutan Kecelakaan Kapal dan Layanan Perkantoran. 10. Dukungan Manajemen Pengelolaan Kebijakan Lingkungan Hidup, Penataan Sistem dan Inovasi Pelayanan Transportasi yang Berkelanjutan meliputi kegiatan Penyiapan pengelolaan kebijakan lingkungan hidup, dampak sektor transportasi, adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim sebanyak 4 kebijakan, Penyiapan pengelolaan kebijakan peningkatan sistem dan inovasi pelayanan prasarana transportasi sebanyak 3 kebijakan, Penyiapan pengelolaan kebijakan peningkatan sistem dan inovasi pelayanan sarana transportasi sebanyak 5 kebijakan, Dukungan Administrasi Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan dan Layanan perkantoran. 11. Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan meliputi kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Kebijakan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan sebanyak 8 dokumen, Pengembangan Aplikasi dan Basis Data Perhubungan sebanyak 52 sistem aplikasi, Pengembangan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan, Penyusunan Laporan Pengelolaan Data dan Layanan Operasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan, Dukungan Administrasi Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Perhubungan, Layanan Internal dan Layanan Perkantoran selama 1 tahun. B.
INSPEKTORAT JENDERAL 1. Target Auditi Inspektorat I yang diawasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebanyak 100 auditi; 2. Target Auditi Inspektorat II yang diawasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebanyak 105 auditi; 3. Target Auditi Inspektorat III yang diawasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebanyak 100 auditi;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
118
4. Target Auditi Inspektorat IV yang diawasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebanyak 100 auditi; 5. Target Auditi Inspektorat V yang diawasi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebanyak 100 auditi; Selain program kegiatan Inspektorat Jenderal tahun 2016 diatas, masih terdapat kegiatan prioritas yang belum teralokasikan dalam Pagu Indikatif tahun 2016, antara lain : 1. Peningkatan jumlah sertifikasi jabatan fungsional Auditor bagi pegawai Inspektorat Jenderal; 2. Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Teknis bagi para auditor; C.
PERHUBUNGAN DARAT Kegiatan Strategis Pembangunan dan Pengelolaan Lalu Lintas Perhubungan Darat 1. Pengadaan dan Pemasangan Perlengkapan Jalan di 33 Provinsi (225 Paket). 2. Pemeliharaan Perlengkapan Jalan di jalan Nasional di 33 propinsi. 3. Pengadaan sarana ATCS Lanjutan (Area Traffic Control System) sebanyak 3 paket. Kegiatan Strategis Bidang Sarana Transportasi Darat 1. Pembangunan Balai Pengujian Kendaraan Bermotor yang tersebar di 6 paket; 2. Pengadaan dan Pemasangan Alat PKB yang tersebar di 5 Paket; 3. Pembangunan Kapal Penyeberangan Perintis Baru 1 paket. Kegiatan Strategis Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana Perhubungan Darat 1. Pembangunan Terminal di 11 lokasi; 2. Rehabilitasi/ Peningkatan Pembangunan Terminal di 1 lokasi; 3. Pembangunan Dermaga Penyeberangan Lanjutan 10 Lokasi; Pembangunan Kapal Penyeberangan Lanjutan 7 Unit, Rehabilitasi Dermaga Penyeberangan di 6 Lokasi, Dermaga Danau Lanjutan 1 Lokasi, Rehabilitasi Dermaga Sungai di 4 Lokasi, Pengerukan Alur di 2 Lokasi dan Subsidi Kapal Angkutan Penyeberangan Perintis di 210 Lintas ; 4. Penyelenggaraan Angkutan Lebaran 2016. Kegiatan Strategis Bidang Pembinaan dan Keselamatan 1. Pembangunan Zona Aman Selamat Sekolah (ZOSS) di 49 Lokasi. 2. Perbaikan Lokasi Rawan Kecelakaan di 84 Lokasi, 3. Pembangunan Rute Aman Selamat Sekolah (RASS) di 1 Paket,
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
119
4. Pembangunan Taman Edukatif Keselamatan Transportasi Darat di 1 Lokasi, 5. Sosialisasi Keselamatan Melalui Media Luar Ruang 1 Kegiatan 6. dan Pekan Nasional Keselamatan Jalan 1 Paket 7. Pembangunan Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor 1 Lokasi, 8. Rehabilitasi Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor 2 Lokasi Kegiatan Strategis Bidang Pembangunan Dan Pengelolaan Angkutan dan Multimoda 1. Subsidi Operasi Bus Perintis di 31 Provinsi (259 Trayek) 2. Pengadaan Bus Perintis 225 Unit, 3. Penyelenggaraan Angkutan Lebaran 2016. D. Perkeretaapian Kegiatan Strategis Bidang Sarana Perkeretaapian 1. Pembangunan dan rehabilitasi sarana perkeretaapian termasuk sarana kerja sebanyak 77 unit; 2. Pengadaan Fasilitas Pengujian sebanyak 3 paket; 3. Perawatan dan pengoperasian sarana dan fasilitas sarana perkeretaapian sebanyak 4 paket; 4. Pengujian dan sertifikasi sarana perkeretaapian sebanyak 1 kegiatan; 5. Studi/kajian kebijakan, desain & pedoman teknis bidang sarana KA sebanyak 3 dokumen. Kegiatan Strategis Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas Pendukung Kereta Api 1. Peningkatan jalur KA sepanjang 28,4 Km’sp; 2. Pembangunan jalur KA tahap pertama/badan jalur KA 265,2 Km’sp dan pemasangan rel/penyelesaian 138,6 Km’sp; 3. Pengadaan material rel sepanjang 1.530,0 km’sp, wesel sebanyak 528 unit; 4. Peningkatan dan pembangunan jembatan / terowongan / underpass / flyover sebanyak 28 unit, stasiun / bangunan operasional / bangunan khusus sebanyak 13 unit dan persinyalan dan telekomunikasi sebanyak 4 paket; 5. Lanjutan pembangunan listrik aliran atas (LAA) sebanyak 1 paket dan catu daya (sub station) sebanyak 1 unit; 6. Penanganan/pengamanan perlintasan sebidang sebanyak 3 unit & pengadaan tanah seluas 348.136 m2; 7. Pengadaan peralatan / fasilitas prasarana perkeretaapian 7 unit dan perawatan/pengoperasian 17 unit; Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
120
8. Studi / Kajian / DED / Amdal / Norma / Standar / Pedoman / Kriteria / Prosedur Bidang Prasarana KA 82 dokumen; 9. Perawatan dan pengoperasian prasarana KA milik negara sebanyak 2 kegiatan; 10. Pengujian dan sertifikasi prasarana perkeretaapian sebanyak 3 kegiatan. Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Keselamatan Perkeretaapian 1. Pengadaan dan perawatan/pengoperasian peralatan keselamatan dan SDM perkeretaapian sebanyak 2 paket; 2. Pelaksanaan pemeriksaan bidang keselamatan perkeretaapian, peningkatan kualitas SDM perkeretaapian, akreditasi badan hukum pendidikan pelatihan SDM, pengujian prasarana dan sarana perkeretaapian serta penegakan hukum pidana keselamatan perkeretaapian sebanyak 13 kegiatan; 3. Sosialisasi/rakor/seminar/workshop sebanyak 5 kegiatan;
bidang
keselamatan
perkeretaapian
4. Studi/kajian kebijakan dan pedoman teknis bidang keselamatan perkeretaapian sebanyak 5 dokumen; Kegiatan Strategis Bidang Lalu Lintas Perkeretaapian 1. Kegiatan subsidi angkutan KA perintis dan subsidi angkutan motor dengan KA sebanyak 7 kegiatan; 2. Penyelenggaraan angkutan Lebaran, Natal dan Tahun Baru sebanyak 1 paket; 3. Studi/kajian kebijakan, pedoman teknis dan kajian trase bidang LLAKA sebanyak 25 dokumen. E.
PERHUBUNGAN LAUT Kegiatan Strategis di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Laut 1. Rencana penempatannya akan melayani jaringan angkutan laut perintis pada 113 trayek yang tersebar di seluruh 33 provinsi pada Pangkalan Pelabuhan Meulaboh, Calang, Teluk Bayur, Bengkulu, Tj. Pinang, Kijang, Sintete, Sunda Kelapa, Kotabaru, Semarang, Surabaya, Tanjung Wangi, Bima, Kupang, Maumere, Bitung, Tahuna, Pagimana, Kolonedale, Kendari, Tilamunta, Kwandang, Makassar, Mamuju, Ambon, Tual, Saumlaki, Ternate, Babang, Sanana, Jayapura, Biak, Merauke, Manokwari, Sorong. 2. Subsidi Angkutan Laut Tetap dan Teratur untuk Kapal Barang Dalam Rangka Menunjang Tol Laut yang Tersebar pada lima pangkalan yaitu : Waingapu, Manokwari, Tual, Babang dan Kijang.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
121
3. Lanjutan pembangunan kapal perintis yang terdiri dari kapal Tipe 2000GT, Tipe 1200 GT, Tipe 750 DWT, Semi Container 100 Teus, dan Kapal Ternak pada tahun 2016 sebanyak 70 Unit. Adapun lokasi untuk lanjutan pembangunan kapal perintis tersebar pada 33 Provinsi dengan pangkalan laut Meulaboh, Calang, Teluk Bayur (2), Bengkulu, Tanjung Pinang (2), Kijang, Sintete, Sunda Kelapa, Kotaburu, Semarang (2), Surabaya (2), Tanjung Wangi, Bima (3), Kupang (4), Maumere (2), Bitung (2), Tahuna (2), Pagimana, Kolonedale, Kendari (2), Tilamuta (2), Kwandang, Makassar (2), Mamuju, Ambon(7), Tual (4), Saumlaki (4) Ternate (4), Babang, Sanana (2), Jayapura (5), Biak (3), Merauke (7), Manokwari (4) Sorong (6). 4. Penyelesaian pembangunan kapal perintis yang terdiri dari kapal Tipe 2000GT, Tipe 1200 GT, Tipe 750 DWT, Semi Container 100 Teus, dan Kapal Ternak dengan tahapan penyelesaian pada tahun 2016 sebanyak 30 Unit. Adapun lokasi untuk penyelesaian pembangunan kapal perintis tersebar pada 33 Provinsi dengan pangkalan laut Meulaboh, Calang, Teluk Bayur (2), Bengkulu, Tanjung Pinang (2), Kijang, Sintete, Sunda Kelapa, Kotaburu, Semarang (2), Surabaya (2), Tanjung Wangi, Bima (3), Kupang (4), Maumere (2), Bitung (2), Tahuna (2), Pagimana, Kolonedale, Kendari (2), Tilamuta (2), Kwandang, Makassar (2), Mamuju, Ambon(7), Tual (4), Saumlaki (4) Ternate (4), Babang, Sanana (2), Jayapura (5), Biak (3), Merauke (7), Manokwari (4) Sorong (6). 5. Pembangunan/ pengadaan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Laut tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Perbaikan dan Perawatan Kapal Perintis (Docking Repair) sebanyak 56 Unit, Subsidi Penyelenggaraan Angkutan Ternak dan Subsidi Penyelenggaraan Angkutan Rede. Kegiatan Strategis di Bidang Kepelabuhanan 1. Pembangunan/Rehabilitasi Fasilitas Utama Pelabuhan di 67 lokasi meliputi Pelabuhan Bagan Siapi Api, Kalianget, Bima, Lembar, Tenau Kupang, Laurentius Say Maumere, Palaran, Toli-toli, Pantoloan dan Yos Sudarso. 2. Fasilitas Penunjang Pelabuhan Laut di 202 Lokasi lokasi pelabuhan pada Pelabuhan Anggrek, Amahai, Ambalau, Baing, Barus, Batang, Batanjung, Batu Balai, Batu Panjang, Batutua, Bau-Bau, Belang-Belang , Benteng Selayar, Bungkutoko, Dama, Depapre, Dumai, Ereke, Fogi, Garongkong, Goto, Gita, Kaimana, Kendidi Reo, Kolbano, Kokas, Korido, Kroing, Kuala Semboja, Kobror, Koititi, Labuhan Angin, Letung, Maloy, Marlasi, Maurole, Marore, Midai, Moor, Mumugu, Ngalipaeng, Nipah Panjang, Mendahara, Nunbaunsabu, Padang Tikar, Paleleh, Pasapuat, Parlimbungan Ketek, Pelaihari, Popoongan, Pulau Laut, Pulau Ambo, Sabutung, Sailus, Sangatta, Sebalang, Sebesi, Sebuku, Serui, Siwa, Subi, Taddan, Tanah Ampo, Taniwel, Tanjung Api-Api, Tanjung Redep, Tehoru, Telaga Biru, Teluk Dalam, Teluk Segintung, Teluk Batang, Tobelo, Tuhaha, Ujung Jabung, Una-una, Wahai, Waren, Watunohu, Yaba; 3. Pengerukan alur pelayaran/ kolam pelabuhan pada Tahun 2016 sebanyak 13 lokasi yaitu Pelabuhan Belawan, Palembang, Tanjung Priok, Tanjung Emas, Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
122
Juwana, Benoa, Pontianak, Sintete, Kendawangan, Samarinda, Sampit, Kumai dan Pulang Pisau (Total volume Pengerukan sebesar 11.250.271 m3); 4. Pembangunan / pengadaan fasilitas pendukung pelabuhan dan pengerukan tersebar di seluruh 33 provinsi dengan beberapa kegiatan meliputi Pengadaan Reach Stacker / Pengadaan Forklift / Pengadaan Truck Crane / Peningkatan fasilitas Pelabuhan dalam rangka pelayanan publik / Fasilitas pendukung operasional (Gedung Bangunan, Rumah Dinas, Pembuatan Sumur, Lampu Penerangan, Pos jaga, Pagar, Gapura dan lain-lain). Kegiatan Strategis di Bidang Kenavigasian 1. Pembangunan Kapal Negara Kenavigasian sebanyak 15 kapal yang tersebar pada 33 Provinsi di 25 Distrik Navigasi Sabang, Sibolga, Belawan, Dumai, Tanjung Pinang, Teluk Bayur, Palembang, Tanjung Priok, Semarang, Cilacap, Surabaya, Benoa, Kupang, Tarakan, Banjarmasin, Pontianak, Kendari, Bitung, Makassar, Kendari, Tual, Ambon, Jayapura, Merauke, Sorong; 2. Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran SBNP sebanyak 272 unit dan pemenuhan tingkat kehandalan sebanyak 99%, yang tersebar di 33 Provinsi yaitu di Manipa, Buano, Dofa, Seku, Fogi, Banda, Kintap, Pangkalan Dodek, Sei Berombang, Kuala Tanjung, Benoa, Sengigi, Pendawa, Pangandaran, Nusakambangan, Kadatua, Banabungi, Wanci, Ba’a, Reo, Labuan Bajo, pasanggrahan, Maccini Baji, Makkasar, Banawaya, Karang Goseya, Sungai Digul, Tapak tuan, Karang Susoh, Palarandan, Maloy, Karang Berakit, Karang Singa, Gosong Serdang, Terumbu Gosal, Terumbu Koliot, Beting Eka, Karimun jawa, Kr. Tetapaan Amurang, Anggrek, Ogoamas, Sudimara, Karang Medang, Ketapang, Pulau Pengiki, Kr. Ontario, Pulau Keliwala, Marike, batu Putih, Kemudi, karang Unarang, Pulau Panjang, Karang Banda, Saunlaki, Kur (Tual), Wasior, Temang, Hinako; 3. Repowering dan Docking Kapal Negara Kenavigasian sebanyak 6 ; 4. Pengadaan dan Pembangunan Fasilitas Telekomunikasi Pelayaran (SROP, GMDSS, VTS, AIS) sebanyak 43 unit ; 5. Pembangunan/Rehabilitasi dermaga/jetty Kenavigasian 3 lokasi . 6. Pengadaan dan Pembangunan serta Rehabilitasi Fasilitas Kenavigasian lainnya (gedung operasional, pagar, peralatan survey, dll) sebanyak 199 paket. Kegiatan Strategis di Bidang Penjagaan Laut dan Pantai 1. Lanjutan Pembangunan Kapal Patroli Kelas I type Fast Patrol Vessel (FPV) 25 unit 2. Lanjutan Pembangunan Kapal Patroli Kelas I type Marine Disaster Prevention Ship (MDPS) (Tahap II-Multiyears) 5 unit 3. Lanjutan Pembangunan Kapal Patroli Kelas II 2 unit 4. Lanjutan Pembangunan Kapal Patroli Kelas III 6 unit Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
123
5. Pembangunan Kapal Patroli (Kapal Kelas I 10 unit, Kapal Kelas III 5 unit, Kapal Cepat 5 unit dan Kapal Kelas V 25 unit) 6. Pengadaan Peralatan SAR 1 pkt
F.
PERHUBUNGAN UDARA Kegiatan Strategis di Bidang Angkutan Udara 1. Peningkatan rute pelayanan perintis dan subsidi untuk angkutan udara sebanyak 217 rute yang tersebar pada KPA : Nagan Raya (5 Rute), Takengon (7 Rute), Gunung Sitoli (8 Rute), Bengkulu (7 Rute), Singkep (10 Rute), Palangkaraya (6 Rute), Ketapang (5 Rute), Samarinda (5 Rute), Waingapu (9 Rute), Gorontalo (8 Rute), Tarakan (10 Rute), Masamba (12 Rute), Mamuju (5 Rute), Selayar (7 Rute), Ternate (4 Rute), Langgur (9 Rute), Manokwari (9 Rute), Sorong (5 Rute), Jayapura (8 Rute), Merauke (19 rute), Nabire (12 Rute), Timika ( 26 Rute), Wamena (18 Rute), Sumenep (5 Rute), Oksibil (8 Rute ); 2. Penyediaan subsidi angkutan BBM sebanyak 6.667 drum yang tersebar pada KPA : Gunung Sitoli (200 drum), Dabo (625 drum), Ketapang (1,400 drum), Masamba (700 drum), Selayar (300 drum), Langgur (725 drum), Timika (400 drum), Merauke (1,800 drum), Wamena (850 drum), Oksibil (396 drum). Kegiatan Strategis di Bidang Bandar Udara Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara meliputi Kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Bandar Udara meliputi : 1. Kegiatan Pembangunan Bandar Udara Baru di 16 lokasi (Bandar Udara Enggano, Anambas, Tambelan, Tebelian, Kertajati, Bawean, Samarinda Baru, Maratua, Miangas, Morowali, Buntukunik, Namniwel, Pantar, Segun, Sinak, Koroway). 2. Pembangunan/perluasan Terminal di 10 lokasi (Bandara Tjilik Riwut, Ruteng, Sampit, Maumere, Binaka-Gunung Sitoli, Namniwel, Tual, Bone, Selayar, Kuala Pembuang). 3. Peningkatan Daya Dukung Sisi Udara, dalam rangka peningkatan PCN di 32 lokasi (Bandara Cut Ali- Tapak Tuan, Lampung, Nangapinoh, Tjilik Riwut, Sampit, Gusti Syamsir Alam, Data Dawai, Luwuk, Toraja, Bone, Bua, Kendari, Saumlaki, Tual, Bima, Maumere, Ende, Komodo, Rote, Sentani, Wamena, nabire, Mulia, Dabra, Numfor, Senggeh, Batom, Ilaga, Sinak, Dekai, Kuabang-Kao, DEOSorong.Perpanjangan Runway di 15 lokasi (Bandara Lasikin, Tanjung Harapan, Segun, Oksibil, Sinak, Buli, Melak, Nangapinoh, Nunukan, Pekonserai, AEK Godang, Tumbang Samba, Pasir Pangarayan, dan Japura Rengat). 4. Pelapisan runway di 28 Lokasi (Bandara Malang, Sumenep, Binaka, Lampung, Sintang Baru, Iskandar-Pangkalan Bun, Tojo Una Una, Melak, Morowali, Bone, Moa, Dobo, Saumlaki, Tual, larantuka, Wunopito, Serui, Mindiptanah, Kimam,
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
124
Bomakia, Okaba, Kuabang-Kao, Hananjoedin, Anambas, Sorong, Ayawasi, Marinda, Tanjung Harapan). 5. Pembangunan Fasilitas Keselamatan Penerbangan Pendaratan Visual (Visual Aids), yaitu dengan pengadaan fasilitas Airfield Lighting System (AFL), di 12 lokasi Bandar Udara (Bandara Rembele – Takengon, Muara Bungo, Sei Bati, Iskandar – Pangkaan Bun, Banyuwangi, Salahudin – Bima, Kuabang – Kao, Oesman SadikLabuha, Dumatubun, Saumlaki, DEO-Sorong, Rendani – Manokwari). Kegiatan Strategis di Bidang Keamanan Penerbangan Kegiatan Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan meliputi : 1. Pemenuhan pagar pengaman Bandara di 62 lokasi (Bandara Cirebon, Sumenep, Fl. Tobing, Gunung Sitoli, Lasondre, Muara Bungo, Silampari, tebelian, Tjilik Riwut, Muara teweh, Sanggu Buntok, Kuala kurun, Gusti syamsir alam, Naha – tahuna, Melongguane, Palu, Poso, Buol, Seko, Rampi, Selayar, Masamba, Kendari, Wakatobi, Dobo, Namniwel, Kisar, Sumbawa, Tambolaka, Maumere, Ende, Soa- Bajawa, Wunopito, Sentani, Sserui, Sarmi, Mindiptana, Moanamani, Senggeh, Batom, Dekai, Ternate, Kao, Sanana, Gorontalo, Anambas, Rendani, Bintuni, Kaimana, Wasior, Mamuju). 2. Pembangunan dan penyediaan Fasilitas Keamanan Penerbangan di 131 lokasi Bandar Udara : meliputi pengadaan Kendaraan PKP-PK untuk memenuhi kategori kendaraan PKP-PK di Bandar Udara , Fasilitas penunjang Personil PKPPK, Fasilitas Pemeriksaan Penumpang dan Bagasi (X-Ray, WTMD, HHMD), dll. Kegiatan Strategis di Bidang Navigasi Penerbangan Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Navigasi Penerbangan berupa pelaksanaan Kegiatan Sosialisasi/Workshop/Seminar/ Pertemuan Bidang Navigasi Penerbangan. Kegiatan Strategis di Bidang Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara dengan output Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Penerbangan dilaksanakan melalui kegiatan pengadaan pesawat kalibrasi dan pengadaan helicopter (Multi Years), dan Peningkatan Fungsi Pengawasan dan Pengendalian Inspektur Kelayakan Udara dengan menunjuk Inspektur Non PNS di Dit Kuppu. Kegiatan Dukungan Manajemen Teknis Dukungan Manajemen Teknis Lainnya berupa kegiatan Tata Kelola dan Layanan Internal Ditjen Perhubungan Udara di 170 lokasi. Selain itu, peningkatan pelayanan publik dengan pengembangan sistem Perizinan online antara lain : Perizinan Flight Approval (FA) Online, sistem izin rute online, izin usaha online, slot time online dan sistem pembayaran PNBP Online yang terintegrasi dengan
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
125
sistem aplikasi SIMPONI (sistem pembayaran PNBP Online) Kementerian Keuangan. G. BPSDM PERHUBUNGAN Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Darat : •
Lanjutan Pembangunan BPPTD Mempawah Tahap IV dan Pengadaan peralatan serta fasilitas perkantoran BPPTD Mempawah;
Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Laut : • • •
Lanjutan Pembangunan BP2IP Padang Pariaman Tahap IV, BP2IP Minahasa Selatan Tahap III; Pembangunan Kampus Baru BP2IP Ambon dan NTT; Pengadaan peralatan dan fasilitas perkantoran BP2IP Padang Pariaman dan BP2IP Minahasa Selatan.
Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara : • • •
Lanjutan Pembangunan gedung asrama, gedung perpustakaan dan gedung laboratorium di BPPP Palembang; Renovasi Asrama D, pekerjaan konstruksi jalan masuk, talud dan pagar di BPPP Jayapura; Lanjutan Pembangunan sarana dan prasarana Kampus, pembuatan jalan dan taman di BPPP Curug.
Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Perhubungan : •
Renovasi gedung bangunan di Pusbang SDM Aparatur Perhubungan.
Pendidikan Perhubungan Darat : •
•
Lanjutan Pembangunan gedung asrama executive dan gudang di STTD Bekasi, Laboratorium Nautika dan Teknika di BP2TD Palembang, asrama dan kelas di PKTJ Tegal Tahap V; Lanjutan Pembangunan Kampus BP2TD Bali Tahap II dan Kampus Akademi Perkeretaapian Tahap VI.
Pendidikan Perhubungan Laut : • •
•
Pengadaan peralatan diklat, GMDSS di STIP dan Renovasi gedung kelas, labotarium dan gedung utama di BP2IP Sorong; Lanjutan Pembangunan gedung serba guna, asrama dan kelas di PIP Semarang, Kampus Terpadu PIP Makassar Tahap VII dan gedung asrama, kelas dan talud di BP2IP Malahayati-Aceh Besar. Lanjutan Pembangunan kapal latih (Multiyears) di STIP, PIP Makassar dan Poltekpel Surabaya.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
126
Pendidikan Perhubungan Udara : • •
Lanjutan Pengadaan pesawat latih (Multiyears) di STPI dan Pengadaan Peralatan Diklat di ATKP Medan; Lanjutan Pembangunan sarana dan prasarana diklat di ATKP Surabaya dan Kampus Terpadu ATKP Makassar Tahap IV.
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sekretariat BPSDMP : •
Lanjutan Pembangunan Loka Diklat Pembangunan Karakter SDM Transportasi Tahap IV.
H. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN Penelitian dan Pengembangan Manajemen Transportasi Multimoda : • •
Integrasi Masterplan Kereta Api dan Pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar dan Bandara Juanda; Survey Asal Tujuan Transportasi Nasional (ATTN) dan Kebutuhan Pengembangan Angkutan Multimoda di Daerah Pesisir Propinsi Maluku.
Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Darat dan Perkeretaapian: • • • • • • •
Penyusunan Rencana Induk Terminal di Padang, Bandar Lampung, Makassar dan Entrop Jayapura); Pembuatan Prototype Alat Pencatatan Penggunaan Jalur KA dalam perhitungan Track Access Charge (TAC); Penelitian Faktor Muat (Load Factor) Angkutan Bus AKAP di Pulau Jawa; Penyusunan Pedoman Pola Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta untuk Pengujian Kendaraan Bermotor dan Terminal; Studi Sistranas Pada Tatralok Di Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Malaka; Prediksi Angkutan Lebaran 2016; Penyusunan Database Transportasi di Jabodetabek.
Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Laut : •
•
• • •
Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Laut di Maluku (Ilath, Wakai, Koboro, Mariasi, Kobisanta Kobisadar, Indari dan Yaba) dan di Maluku Utara (Laiwui, Banemo, Tikong dan Kotiti); Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan di Maluku (Hitu/Wakai, Ambalau, Namrole, Luhu ) dan di Kabupaten Maluku Tenggara (Ohoiraut dan Elat); Penelitian Efektifitas dan Implementasi SMS (Safety Management System) di Perusahaan Pelayaran Nasional; Evaluasi Standar Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang di Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV; Penyusunan Database Pelabuhan Yang Tidak Diusahakan di Pulau Kalimantan;
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
127
•
Penelitian Desain Kapal Feeder (freight liner) untuk Mendukung Tol Laut.
Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara: •
• • • •
Penyusunan Rencana Induk Bandar Udara Pitu- Morotai, Maluku Utara, Bandaneira - Pulau Banda, Korowai Batu- Merauke, Tiom-Lanny Jaya, KiwirokPegunungan Bintang, Bilogai - Intan Jaya, Manggelum- Boven Digoel Papua; Penelitian Mitigasi Resiko Keselamatan Penerbangan akibat tidak terpenuhinya Standar Landas Pacu, Strip, dan RESA (Runway End Safety Area) di Bandar Udara; Penelitian Efektifitas dan Implementasi SMS (Safety Management System) di Maskapai Indonesia; Pengembangan ADS-B (Automatic Dependent Surveillance- Broadcast) Transponder dan Radar Display; Penyusunan Data Base Bandar Udara di Otoritas Bandara Wilayah 3.
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sekretariat Badan Litbang Kementerian Perhubungan : • • • •
Publikasi dan promosi hasil-hasil Litbang; Kerjasama Penelitian/Joint Research Dalam dan Luar Negeri; Workshop/ Seminar/ Ceramah Ilmiah/Rakornis; Pengelolaan Perpustakaan, e-Journal dan e-Library dan Lomba Penelitian Transportasi Tingkat Nasional.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
128
BAB V P E N U T U P Dalam Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016 masih terdapat adanya tantangan berupa masih belum optimalnya kualitas dan kapasitas prasarana transportasi dalam menunjang konektivitas dan sistem logistik nasional khususnya daerah terpencil, perkotaan, pedalaman dan wilayah terluar. Dimana hal ini sebagai akibat adanya keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana transportasi. Keberhasilan pelaksanaan Rencana Kerja Kementerian Perhubungan tahun 2016 tergantung pada sikap mental, tekad, semangat, ketaatan dan disiplin para penyelenggara pemerintahan di sektor transportasi dan dukungan dari para penyelenggara negara lainnya serta masyarakat secara umum. Dalam kaitan itu, seluruh penyelenggara pemerintahan, masyarakat dan seluruh stakeholder di bidang perhubungan harus secara bersungguh-sungguh melaksanakan program-program pembangunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Kementerian Perhubungan tahun 2016 sehingga mampu memberikan hasil pembangunan sektor transportasi yang dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh rakyat Indonesia.
Rencana Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2016
129