16/06/2013
RENCANA KAJIAN DAN LITBANG SKALA NASIONAL TAHUN 2013 - 2018 Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Kajian & Litbang Skala Nasional Penelitian A Kajian Kajian2 permintaan program B Riset skala nasional 1 Riskesdas 2 Total Dietary Study & Food safety 3 Riskesdas berbasis Penyakit 4 Rifaskes untuk mendukung BPJS 5 Ristoja (Riset tumb. obat & jamu) 6 Rikhus Budaya 7 Rikhus Lingkungan
13
14
15
16
17
18
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √
√
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √
√ √ √
√ √
1
16/06/2013
Kajian & Litbang Skala Nasional Penelitian 13 C Pemantauan berkala 1 Kohort √ 2 Climate Change √ Registrasi vital & penyebab 3 √ kematian 3 SRS (Sample Registration Syatem) √ D Riset terobosan berorientasi produk: 1 Riset Vaksin √ 2 Riset Obat Baru (DHP) 3 Riset Kit Diagnostik
14
15
16
17
18
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
KESTRINDO (KESEHATAN TRADISIONAL INDONESIA) (INDONESIAN TRADITIONAL HEALTH)
Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Jakarta, 17 Mei 2013
2
16/06/2013
RISTOJA RISET RUMBUHAN OBAT & JAMU TAHUN 2012 Kerjasama Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan dengan 25 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia
Hasil Ristoja • Jumlah informan: 1.183 Hattrindo (Penyehat Tradisional Indonesia) • Cakupan etnis yang berhasil didatangi: 246 etnis (dari 1.068 etnis di Indonesia) atau sekitar 20% • Area: meliputi 182 kab dalam 26 provinsi di luar Jawa-Bali • Jawa Bali tidak disurvei karena sudah banyak data tumbuhan obat dan jamu
3
16/06/2013
Nama Tumbuhan • Nama lokal: 24.927 nama tumbuhan obat • Dari sejumlah itu baru 6.347 spesimen yang telah berhasil diidentifikasi Didapatkan 933 jenis tumbuhan: – 609 teridentifikasi sampai tingkat species – 324 teridentifikasi sampai tingkat famili
• Sisanya masih dalam proses identifikasi • Masih ada yang melarang peneliti membawa tanaman dan ramuan
Ramuan hasil Ristoja • Jumlah ramuan: 13.665 jenis ramuan • Rata-rata tiap penyehat tradisional (hattra) memiliki 11-12 ramuan • Ada penyehat tradisional (hattra) yang mempunyai 313 ramuan jamu • Sebagai contoh, jenis dan jumlah tumbuhan/ramuan yang diklaim untuk penyakit HIV/AIDS, TB dan Malaria adalah sebagai berikut:
4
16/06/2013
Ramuan yang diklaim untuk HIV/AIDS Terdapat 24 ramuan untuk HIV/AIDS dari 5 provinsi
No Provinsi
Ramuan Keterangan
1
Bengkulu
1
ramuan
2
NTT
15
8 diantaranya tumbuhan tunggal
3
Kaltim
1
tumbuhan tunggal
4
Papua Barat
6
5 diantaranya tumbuhan tunggal
5
Papua
1
ramuan
Ramuan yang diklaim untuk TBC Terdapat 68 Ramuan dari 15 Provinsi No
Provinsi
Ramuan
Keterangan
1 Riau
1
tunggal
2 Bengkulu
6
3 ramuan, 3 tunggal
3 NTB
2
1 ramuan, 1 tunggal
4 NTT
21
10 ramuan, 11 tunggal
5 Kalbar
2
tunggal semua
6 Kalteng
2
tunggal semua
7 Kaltim
6
tunggal semua
5
16/06/2013
Ramuan yang diklaim untuk TBC (lanjutan) No 8 9 10 11 12 13 14 15
Provinsi Sulut Sulteng Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua
Ramuan 6 7 1 1 6 3 3 1
Keterangan 1 ramuan, 5 tunggal 1 ramuan, 6 tunggal tunggal tunggal 3 ramuan, 3 tunggal tunggal tunggal tunggal
Ramuan yang diklaim untuk Malaria Terdapat 663 Ramuan dari 25 Provinsi No
Provinsi
Ramuan
1 2
Aceh Sumut
4 17
3 4 5 6 7 8 9 10
Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Kepri NTB
1 6 13 22 39 15 7 16
Keterangan
2 ramuan, 2 tunggal 5 ramuan, 12 tungga ramuan 1 ramuan, 5 tunggal 6 ramuan, 7 tunggal 5 ramuan, 17 tunggal 17 ramuan, 22 tunggal 4 ramuan, 11 tunggal 2 ramuan, 5 tunggal 1 ramuan, 15 tunggal
6
16/06/2013
Ramuan yang diklaim untuk Malaria (Lanjutan) No
Provinsi
Ramuan
Keterangan
11 NTT
17
4 ramuan 13 tunggal
12 KalBar
30
2 ramuan, 28 tunggal
13 Kalteng
10
3 ramuan, 14 tunggal
14 Kalsel
17
3 ramuan, 14 tunggal
15 Kaltim
23
semua tunggal
16 Sulut
17
4 ramuan, 13 tunggal
17 Sulteng
16
semua tunggal
18 Sulsel
7
semua tunggal
Ramuan yang diklaim untuk Malaria (Lanjutan) No
Provinsi
Ramuan
Keterangan
19 Sultra
19
semua tunggal
20 Gorontalo
10
2 ramuan, 8 tunggal
21 Sulbar
9
semua tunggal
22 Maluku
42
8 ramuan, 34 tunggal
23 Malut
8
Semua tunggal
24 Papua Barat
45
4 ramuan, 41 tunggal
25 Papua
55
2 ramuan, 53 tunggal
7
16/06/2013
Tingkat Pendidikan Informan 27,1
25,7
19,8
9,8
9,3 2,6
3.9 1,8
0,4
Kesehatan Tradisional Indonesia (Kestrindo) Ruang lingkup: • Jamu (herbal tunggal maupun ramuan) • Ketrampilan (pijat, spa, kecantikan) • Doa (Sholat tahajut – kesehatan) Tingkatan upaya kesehatan: • Promotif-preventif • Kuratif - rehabilitatif • Paliatif
8
16/06/2013
Kekuatan Kestrindo • Inti kekuatan pada SDM (Sumber Daya Manusia) • Penyehat Tradisional Indonesia (Hattrindo) harus terdidik dan menguasai “body of knowledge” Kestrindo (konsepnya sudah ada bahkan kurikulum sudah dibuat) • Perlu Pendidikan S-1 Hattrindo – Akademisi UNAIR – Vokasi Poltekkes Solo
Kekuatan Kestrindo • SDM kuat mampu mengembangkan Kestrindo baik tumbuhan obat, ramuan, ketrampilan dan doa • Mengangkat Kestrindo sejajar dengan kedokteran konvensional • Diangkat sebagai produk kebanggaan bangsa kebangkitan jati diri bangsa • Regulasi: RPP Kesehatan Tradisional Indonesia
9
16/06/2013
Produk pertama Jamu Tersaintifikasi • Ada 2 Ramuan Jamu Tersaintifikasi: – Jamu Anti Hipertensi Ringan – Jamu Anti Hiper-urisemia • Dinyatakan pada tanggal 31 Januari 2013 di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu • Sekarang dalam proses paten • PT Kimia Farma akan memproduksi ke 2 jamu tersaintifikasi tersebut
Jamu tersaintifikasi: Hipertensi Ringan
10
16/06/2013
Jamu tersaintifikasi: Hiper-urisemia
Antrian Saintifikasi Jamu 1. Haemorrhoid 2. FAM (Fibro Adenoma Mammae) 3. Osteo-arthritis 4. Dispepsia 5. Asma 6. Urolitiasis 7. Hepato-protektor 8. Immuno-modulator Dilanjutkan dengan ramuan hasil ristoja
11
16/06/2013
Rekomendasi • Peningkatan SDM kunci pengembangan Kestrindo, segera diperkuat pendidikan bagi Hattrindo (Penyehat Tradisional Indonesia) • Hattrindo harus berpendidikan setara S1, perintis: UNAIR dan Poltekkes Solo • Segera dilakukan kesepakatan “body of knowledge” Kestrindo dan diterapkan pada pendidikan Hattrindo • Bisa digunakan untuk identitas jati diri bangsa
STUDI PENAPISAN PENYULIT KEHAMILAN DENGAN ULTRASONOGRAFI OLEH BIDAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat – Badan LitBangKes Kem.Kes. dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat
12
16/06/2013
Studi Kohort Penyakit Tidak Menular
Proporsi responden dg sindrom metabolik Sindrom Metabolik
Proporsi (%)
• TGT puasa > 100mg/dL
7,1%
• TGT 2 jam pp > 140 mg/dL
19,3%
• Kolesterol total > 200 mg/dL
49,0%
• LDL > 100 mg/dL
80,3%
• HDL <40 mg/dL (L) & < 50 mg/dL (P)
56,2%
• Trigliserida > 150 mg/dL
18,5%
• Hipertensi ≥ 140 mmHg (S),≥ 90 mmHg (D)
19,0%
• Obesitas IMT > 27
42,5% Studi Kohor Bogor 2012
13
16/06/2013
Proporsi responden menderita PTM utama PTM utama
Proporsi (%)
Umur termuda
• Peny. Jantung Koroner (EKG)
21,7%
31 th
• DM (glukosa 2 jam pp)
8,8%
26 th
• Strok (pemeriksaan dr. syaraf)
1,6%
• PPOK (fungsi paru/spirometri)
5,5%
40 th
• Ca cervix • IVA positif
0,1% 1,8%
48 th 26 th
• suspek Ca mammae (Tumor) (CBE/USG) • suspek Ca paru (Ro thorax)
1,7%
25 th
1,9%
27 th
Studi Kohor Bogor 2012
HASIL FOLLOW UP FAKTOR RISIKO DAN PTM
Studi Kohor FR PTM 2011
14
16/06/2013
FOLLOW UP DATA KOHOR PTM INTERVAL WAKTU FOLLOW UP DATA/VARIABEL
Awal FU 1
Identitas dan Sosio demografi
FU 2
FU 3
FU 2 th
X
F. Perilaku (merokok, pola diet, aktifitas, stres)
X
F.Fisik (TB,BB, LP, ekanan darah)
X
F. Biomedis (glukosa, kolesterol)
X
F. Fisiologi (EKG, sprirometri, Foto Thorax, USG,, CBE, IVA)
X
F. Genetik (DNA)
X
F. Lingkungan (tempat tinggal dan kerja)
X
Kesakitan PTM Kematian PTM
X
Riwayat penyakit keluarga
X
Riwayat pengobatan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X X X X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X X
INSIDEN HIPERTENSI PADA SETIAP FOLLLOW UP HIPERTENSI FOLLOW UP
JML SAMPEL SEHAT JML
%
FU 1
1280
73
5,7
FU 2
1178
96
8,1
FU 3
889
18
2,0
Ket: FU: Follow up 3 kali dalam 1 th Hipertensi: sistolik > 140 mmHg /diastolik > 90 mmHg
15
16/06/2013
Insiden PTM (morbiditas/di rawat dan mortalitas) selama follow up 3 kali dalam setahun Morbiditas Jml sampel sehat FU1 FU2 FU3
PTM Utama
Mortalitas Jml FU1 FU 2 FU3
Strok
1863
1
2
2
-
1
1
7
Jantung
1853
-
1
1
-
1
1
4
PPOK
1133
-
-
-
-
1
-
1
DM
1737
-
1
-
-
-
-
1
Ca Paru
1884
-
-
-
-
-
-
-
Ca Servik
969
-
-
-
-
-
-
-
Ca Ket:mam. FU: Follow up 1030
-
-
-
-
-
-
-
PENELITIAN KOHOR TUMBUH KEMBANG ANAK
PUSAT TEKNOLOGI INTERVENSI KESEHATAN MASYARAKAT BADAN LITBANGKES KEMENKES RI
16
16/06/2013
Ibu Hamil: Tinggi Badan %
80 70 60 50 40 30 20 10 0
73,9 57,4
57,2
56,3
51,4 48,6 42,8
43,7
42,6
< 150 cm ≥ 150 cm
26,1
< 20
20 - 24
25 - 29
30 - 34
≥ 35
Umur 20 keatas : 47,8 % dg TB < 150 cm
Ibu Hamil: Berat Badan Pra hamil 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
96,3
81,4
89
87,4
57,1
< 45 kg ≥ 45 kg
42,5 18,6
9,7
< 20
20 - 24
25 - 29
12,6
11
30 - 34
≥ 35
Umur 20 keatas : 21,2 % dg BB PH < 45 kg
17
16/06/2013
Ibu Hamil: Pertambahan Berat Badan (kg)
Minggu Minggu
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Tinggi Badan Ibu Hamil (cm) 1,3 kg 1,3 kg
Minggu
18
16/06/2013
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Berat Badan Pra Hamil (kg) 1,4 kg
Minggu
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Indeks Massa Tubuh 1,3 kg
Minggu
19
16/06/2013
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Konsumsi Energi 1,5 kg 1,5 kg
Minggu
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Konsumsi Protein
1,4 kg
Minggu
20
16/06/2013
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Konsumsi Zat Gizi Mikro 1,5 kg
Bayi 0 – 1 Bulan: Kondisi Lahir RERATA
SD
APGAR ATAS
7,2
1,1
APGAR BAWAH
7,8
1,4
BERAT LAHIR
3240
526
PANJANG LAHIR
48,9
1,8
LNGKAR KEPALA
33,5
1,5
LINGKAR DADA
33,6
2,2
21
16/06/2013
Proporsi Berat Bayi Lahir Rendah 80%
71,5
70 60 50 40
28,5
30 20 10 0 Normal
< 3000 gr
Proporsi Bayi Lahir Pendek %
80
% 70
71,9
70
61,8
60
60
50
50
38,2
40
40 28,1
30
30 20
20 10
10
0
0 Normal
< 48 cm
Normal
< 50 cm
22
16/06/2013
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Berat Badan Bayi (kg) 2,0 kg
Minggu
Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil (kg) vs Panjang Badan Bayi (cm) 1,85 kg
Minggu
23
16/06/2013
BIO-LARVASIDA
B. THURINGIENSIS STRAIN SALATIGA PRODUKSI BALAI BESAR PENELITIAN & PENGEMBANGAN VEKTOR & RESERVOIR PENYAKIT (B2P2VRP) SALATIGA Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Latar Belakang • Bacillus thuringiensis H-14 (biasa disingkat Bt H-14) dapat memproduksi kristal protein toksin (delta–endotoksin) selama proses sporulasi. • Mempunyai daya racun yang tinggi dan bersifat target spesifik thd larva nyamuk • Ikan, serangga air lainnya tidak terpengaruh, tidak toksik terhadap lingkungan, aman bagi vertebrata • Juga aman bagi manusia
24
16/06/2013
Latar Belakang • Yang ada di pasaran: Vectobac 12 AS (cair) dan Vectobac G (granul), buatan Cuba • B. thuringiensis H-14 strain Salatiga telah diisolasi dengan mudah dari habitat tanah di laboratorium B2P2VRP Salatiga efektif mengendalikan larva An. Aconitus (96,80%), Ae. aegypti (94,70%) dan Cx. quinquefasciatus (93,30%) selama 24 jam
Morfologi B. thuringiensis H-14 strain Salatiga
25
16/06/2013
Pengamatan spora & kristal B. thuringiensis H-14 menggunakan mikroskop (perbesaran 1000 kali)
Bentuk sediaan
Cairan
Bubuk
Granul
26
16/06/2013
Efektifitas • Bt H-14 liquid (cair) strain Salatiga yang dikembangbiakan dalam buah kelapa, efektif menurunkan kepadatan larva Anopheles >70 % selama 22 hari di Kampung Laut melalui partisipasi masyarakat • Bt H-14 powder (bubuk) strain Salatiga konsentrasi 1 mg/10 lt air efektif menurunkan kepadatan larva Aedes aegypti >80 % (87,40 – 100 %) pada TPA (bak mandi dan drum) selama 14 hari
Sediaan baru
K
K
K
Kristal protein toksin (delta endotoksin) B. thuringiensis H-14 strain Salatiga
27
16/06/2013
Proses ekstraksi • Kristal protein toksin (delta endotoksin) Bt H-14 strain Salatiga diperoleh dengan cara – Produksi kristal – Ekstraksi kristal – Pencucian kristal • Hasil: – Ukuran kristal 0,5 – 1 µm – Ukuran spora 1 – 5 µm – pH ekstraksi 7 – 7,3.
Efektifitas kristal delta toksin • Pengujian di Laboratorium (WHO, 1989): • Efektif mematikan jentik An. maculatus (LC50=0,15 ppm) dan An. aconitus (LC50=1,18 ppm) lebih efektif dibanding Bt luar negeri thd jentik An. aconitus (LC50=3,58 ppm) • Dapat menurunkan kepadatan larva An. maculatus > 80 % selama 5 hari pada konsentrasi 2 ppm (1 x LC90)
28
16/06/2013
Paten • Sudah didaftarkan untuk mendapatkan paten ke Kemenkumham • Terdaftar nomer: P00201100851 atas nama Balitbangkes Kemkes • Inventor: Ibu Blondine, peneliti senior pada B2P2VRP Salatiga
Keunggulan Bio-larvasida Bt H-14 1. Praktis 2. Sederhana 3. Murah harganya 4. Bisa disimpan dalam waktu lama 5. Ramah lingkungan Cocok untuk era post-MDGs: sustainable development
29
16/06/2013
Rekomendasi 1. Sudah saatnya untuk memproduksi biolarvasida buatan Indonesia dengan skala industri mencintai produk sendiri 2. Balitbangkes bisa memproduksi untuk skala laboratorium, untuk skala industri perlu kerjasama dengan BUMN (PT Indofarma atau PT Kimia Farma) 3. BUMN memproduksi, Kemkes membeli untuk perogram, Litbang mendapat royalti untuk peningkatan dana penelitian
STUDI PENAPISAN PENYULIT KEHAMILAN DENGAN ULTRASONOGRAFI OLEH BIDAN DAN DOKTER PUSKESMAS DI KAB. BOGOR PROV. JAWA BARAT Kerja sama antara Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan & Pemberdayaan Masyarakat – Badan Litbangkes dengan Dinas Kesehatan Kab. Bogor, Dinas Kesehatan Prov. Jawa Barat dan General Electric Pacific, PTE. LTD.
30
16/06/2013
Latar Belakang • Studi ini dilakukan untuk mencari terobosan upaya penurunan AKI, AKB dan AKNeonatal • Aplikasi hasil studi: di DTPK dengan tenaga kesehatan minimal • Salah satu cara pencegahan komplikasi kehailan, persalinan & nifas: deteksi dini diharapkan penanganan pasien lebih terencana dengan baik mengurangi angka kematian ibu, perinatal maupun neonatal.
Tujuan • Tujuan Umum: melatih para bidan dan dokter Puskesmas di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat untuk menggunakan Alat Ultrasonograph pada ruang lingkup Obstetri/Kebidanan secara terbatas untuk mendeteksi penyulit kehamilan
31
16/06/2013
Disain Studi • Disain: Studi Intervensi dengan kontrol • Lokasi: 10 Puskesmas Intervensi dan 10 Puskesmas Kontrol yang dipilih berpasangan agar mempunyai karakteristik yang sama • Rumah Sakit Rujukan ditetapkan sesuai lokasi Puskesmas • Studi dilakukan prospektif dengan mengamati para ibu hamil yang termasuk dalam studi • Waktu: September 2011 – Mei 2013 • Perekrutan ibu hamil : mulai September 2011
Prosedur studi Puskesmas Intervensi USG – 1 (trimester 1-2)
Gemeli/Kembar
Plasenta Praevia (USG ulang 34 mg)
Bumil USG – 2 (34 mg)
Lahir Normal
Kematian Janin
Rumah Sakit
Mal-presentasi (USG ulang 34 mg)
Plasenta praevia, Sungsang, Kembar
32
16/06/2013
USG yang dipergunakan • Venue-40 untuk dipergunakan di fasilitas kesehatan (RS dan Puskesmas) • Vscan untuk dipergunakan di Polindes, Posyandu atau di masyarakat • Setiap Puskesmas Intervensi akan dipinjamkan 1 alat Venue 40 dan 1 alat Vscan • Balitbangkes menyimpan 2 Venue-40 dan 2 Vscan sebagai cadangan • Sistem repair & maintenance alat akan diurus oleh GE
ULTRASOUND VENUE 40
33
16/06/2013
VSCAN
Daftar Puskesmas Puskesmas Intervensi
Puskesmas Kontrol
1. Gunung Putri 2. Cimandala 3. Tajur Halang 4. Kelapa Nunggal 5. Ciampea 6. Cibungbulang 7. Ciawi 8. Caringin 9. Cigombong 10. Taman Sari
1. Cibinong 2. Bojong Gede 3. Rancabungur 4. Babakan Madang 5. Pamijahan 6. Ciomas 7. Leuwiliang 8. Cisarua 9. Dramaga 10.Tenjolaya
34
16/06/2013
HASIL SEMENTARA
HASIL PEMERIKSAAN 1 & 2
35
16/06/2013
Komplikasi pada pemeriksaan 1
GM : Gemelli/Multiple Gestation PP : Placenta Praevia MP : Malpresentation IUFD: Intra Uterine Foetal Death
Komplikasi pada pemeriksaan 2
36
16/06/2013
Jumlah Kematian Bayi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Bidan
Rekomendasi • Penggunan USG mini amat bermanfaat untuk deteksi dini komplikasi kehamilan dan bisa menurunkan angka kematian bayi • Segera diterapkan untuk DTPK dengan tenaga kesehatan yang terbatas • Mendorong pengusaha alkes dalam negeri untuk menciptakan USG mini buatan Indonesia
37
16/06/2013
Terima kasih
38