Rakordal
KALTENG
2015
“Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook 2015” 19 Oktober 2015
Outline “Perekonomian 1
“Perekonomian Kalteng”
Nasional” PDB Inflasi Rupiah
“Outlook 2015”
3
2
PDRB Inflasi Perbankan Sistem Pembayaran UMKM
Proyeksi PDRB Target Inflasi
“Perekonomian Nasional”
1
PDB Inflasi Rupiah
“Perekonomian Nasional” Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Pertumbuhan Ekonomi Regional
gPDRB negatif
SUMATERA
JAWA
“Pertumbuhan Ekonomi Nasional pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan” Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II tumbuh melambat sebesar 4,67% (yoy) dibanding periode sebelumnya yang tumbuh 4,72% (yoy).
KTI
KALIMANTAN
Sumber: BPS, diolah
Perlambatan Ekonomi pada triwulan II 2015 dialami oleh Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Disisi Lain KTI tumbuh cukup tinggi dipengaruhi factor base effect.
-Sumatera, Perlambatan ekonomi dipengaruhi oleh penurunan kinerja provinsi berbasis SDA dan masih terbatasnya kinerja ekspor akibat masih rendahnya harga komoditas.
-Jawa, perlambatan ekonomi bersumber dari terbatasnya kinerja ekspor manufaktur dan investasi
-Kalimantan, perekonomian Kalimantan melambat dipengaruhi oleh pertumbuhan negatif Kaltim dan kinerja ekspor batubara yang masih terbatas
-KTI, pada triwulan II 2015 tumbuh cukup tinggi akibat adanya factor base effect pertambangan mineral akibat mulai beroperasinya beberapa smelter
“Perekonomian Nasional” NTP, Upah Buruh Tani, Upah Buruh Riil (konsumsi)
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang cenderung menurun Perlambatan konsumsi rumah tangga didorong oleh penurunan daya beli masyarakat sejalan dengan melemahnya pendapatan, seperti tercermin dari perkembangan upah buruh tani riil dan upah buruh bangunan riil yang masih terkontraksi . Konsumsi pemerintah melambat disebabkan oleh penyerapan belanja pemerintah yang tidak secepat perkiraan, khususnya belanja barang, sejalan dengan reorganisasi beberapa kementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur).
Indikator Investasi Bangunan (investasi)
Pertumbuhan investasi juga tercatat melambat pada triwulan II 2015, terutama didorong oleh perlambatan kinerja investasi bangunan Pertumbuhan investasi bangunan yang lebih rendah dipengaruhi oleh capaian realisasi infrastruktur pemerintah yang masih rendah dan perilaku waitand-see investor swasta (liaison). Sementara itu, investasi nonbangunan masih tumbuh terbatas didorong oleh kinerja ekspor dan permintaan domestik yang masih lemah.
Indeks Harga Ekspor Nonmigas (Ekspor)
Ekspor tumbuh terbatas Terbatasnya kinerja ekspor sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang belum kuat dan harga komoditas yang masih menurun.
“Perekonomian Nasional” Penjualan Kendaraan Bermotor (konsumsi)
Tracking Tw III 2015 Pertumbuhan EkonomiNasionalPada TriwulanIII 2015 diperkirakanmembaik disorongolehsisiinvestasi, sementarasisi lainnyameskimembaikmasihtumbuh terbatas
Pertumbuhan EkonomiNasional Padatahun2015 diperkirakan beradadalamangka
4,7 - 5,1%
Indeks Harga Ekspor Non Migas (Ekspor)
Indikator Investasi Bangunan (Investasi)
Konsumsi rumah tangga menunjukkan indikasi perbaikan namun masih sangat terbatas Indikasi perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan penjualan motor dan mobil. Kinerja konsumsi rumah tangga yang membaik tersebut didorong oleh optimisme konsumen yang mulai meningkat, sebagaimana tercermin dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dalam Survey Konsumen Bank Indonesia
Investasi diperkirakan tumbuh meningkat, terutama didorong oleh meningkatnya investasi pemerintah Berdasarkan kelompoknya, peningkatan investasi diperkirakan didorong oleh peningkatan investasi bangunan sejalan dengan kemajuan realisasi proyek infrastruktur pemerintah. Kinerja investasi bangunan yang meningkat tercermin dari meningkatnya penjualan semen, impor barang modal dan perkiraan peningkatan kredit. Sementara itu, investasi nonbangunan diperkirakan tumbuh terbatas sebagaimana tercermin dari investasi alat angkut dan alat berat yang masih terkontraksi.
Perbaikan ekspor berlangsung secara gradual seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang belum secepat perkiraan semula Ekspor nonmigas diperkirakan tumbuh terbatas antara lain didorong oleh tertahannya ekspor pertambangan dan melambatnya ekspor manufaktur. Ekspor manufaktur tumbuh terbatas sejalan dengan lemahnya ekspor Indonesia ke negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, sementara ekspor pertambangan masih tertahan sejalan dengan harga komoditas ekspor yang masih rendah. Impor diperkirakan membaik sebagai respons meningkatnya permintaan domestik dan membaiknya ekspor
“Perekonomian Nasional” Disagregasi Inflasi (yoy)
Inflasi Nasional (yoy) 7.83%
6.83%
Administered Prices masih menjadi kelompok dengan inflasi tahunan tertinggi. Inflasi Nasional Hingga bulan September 2015 masih berada pada angka 6,83% (yoy) Pada bulan September 2015 IHK Nasional mengalami deflasi sebesar 0,05% (mtm) Penurunan Kelompok bahan makanan, transpor dan jasa keuangan menjadi pemicu kondisi deflasi IHK Nasional Inflasi Nasional tahun berjalan hingga bulan September 2015 sebesar 2,24% (ytd)
Kenaikan BBM di akhir tahun 2014 masih memberikan dampak terhadap inflasi kelompok administered prices. Inflasi tahunan kelompok ini hingga bulan September 2015 mencapai 12,32 % (yoy) dan menjadi yang tertinggi dibandingkan angka inflasi kelompok yang lain Disisi lain inflasi kelompok volatile food dan inti hingga bulan September 2015 tercatat masing-masing sebesar 9.65% dan 4,92% (yoy)
“Perekonomian Nasional” Pergerakan Rupiah
Cadangan Devisa
Nilai Tukar Rupiah terdepresiasi sejalan dengan kuatnya tekanan Eksternal Pada bulan Agustus 2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,9% (mtm) ke level Rp13.789 per dolar AS dari bulan sebelumnya sebesar Rp13.382 per dolar AS. Sumber tekanan terutama berasal dari dampak devaluasi Yuan oleh Bank Sentral Tiongkok serta kembali meningkatnya ketidakpastian rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed. Sementara dari sisi domestik, tekanan terhadap rupiah didorong oleh permintaan terhadap dolar AS, untuk pembayaran utang luar negeri. Depresiasi rupiah sejalan dengan depresiasi mata uang lain di dunia,
Cadangan Devisa Indonesia mengalami penurunan
Posisi cadangan devisa pada Agustus 2015 mencapai US$105,3 miliar atau setara dengan 7,1 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Perkembangan tersebut disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk pembayaran ULN Pemerintah..
“Perekonomian Nasional” INDIKATOR EKONOMI Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Cadangan Devisa Kurs Rupiah Rasio Utang Pemerintah Terhadap PDB NPL BI Rate Rasio Utang LN terhadap Cadangan Devisa
Reformasi#98
Indikator Ekonomi Makro saat ini lebih baik dibanding 1998 dan 2008
1998 -13.10% 82.40% US$ 17,4 Miliar Rp 16.650/US$ 100% 30% 60% 8.6 Kali
2008 4.12% 12.14% US$ 80,2 Miliar Rp 12.650/US$ 27.40% 3.80% 9.50% 3.1 Kali
2015 4.67% 7.18% US$ 107,6 Miliar Rp 14.098/US$ 24.70% 3.60% 7.50% 2.8 Kali
“Perekonomian Kalteng ”
PDRB Sistem Pembayaran Inflasi Perbankan UMKM
“Perekonomian Kalteng
”
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dibandingkan Regional (yoy)
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dibandingkan Nasional (yoy)
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 2015 menjadi yang tertinggi di regional Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah meski melambat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di regional. Pada triwulan II 2015 Kaltim menjadi provinsi dengan pertumbuhan terendah dengan tumbuh negatif sebesar -0,25% (yoy)
Share Kalimantan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah meski melambat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan sebesar 6,98% (yoy) atau melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,70% (yoy)
Kaltim masih menjadi provinsi dengan share ekonomi tertinggi di Kalimantan dengan share mencapai 59,57%. Disisi lain meski masih menjadi provinsi dengan share terendah, share ekonomi Kalimantan Tengah dari tahun ke tahun semakin besar. Saat ini share ekonomi Kalimantan Tengah mencapai 10,51%.
“Perekonomian Kalteng Share 23,75%
Berdasarkan sisi sektoral, perlambatan triwulan II 2015 didorong oleh sektor pertambangan yang tumbuh negatif sebesar -1,30% (yoy). Sementara dari sisi permintaan, tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi datang dari komponen impor
”
Pertanian
(tw I 2015) 5,41 % - 7,00% (tw II 2015) Peningkatan produksi TBS sebesar 6,77% (yoy) dan peningkatan produksi padi 139,91% (yoy) akibat adanya peningkatan luas lahan dan upaya khusus yang dilakukan pemerintah
Pertambangan
Share 10,65%
(tw I 2015) 11,99 % - -1,30% (tw II 2015) Perlambatan produksi dan ekspor batubara 4,99% , serta belum membaiknya pertambangan mineral
Share 16,57%
Share 59,67%
Konsumsi
(tw I 2015) 3,99 % - 5,73% (tw II 2015) Peningkatan konsumsi RT khususnya disebabkan factor base effect pergeseran bulan Ramadhan ke triwulan II 2015, disisi Lain Konsumsi Pemerintah masih cukup kuat mendorong perekonomian di triwulan II 2015
Investasi
Share 43,61%
(tw I 2015) 6,19 % - 8,13% (tw II 2015) Lebih didorong oleh proyek besar eksisting, karena adanya sikap dari pengusaha yang cenderung wait n see
Industri Pengolahan
(tw I 2015) 7,76 % - 8,70% (tw II 2015) Peningkatan 1,33% produksi CPO seiring meningkatnya produksi TBS pada periode yang sama
Share -4,55%
Net Ekspor
(tw I 2015) 25,27 % - 33.45 % (tw II 2015) Pertumbuhan ekspor CPO mampu mengisi penurunan ekspor batubara, disisi lain pertumbuhan impor terbatas seiring perlambatan impor barang modal pada periode laporan
“Perekonomian Kalteng Tracking Tw III 2015
Pertanian
”
Dari 3 sektor utama daerah, diperkirakan terjadi penurunan kinerja pada triwulan III 2015. Dari proyeksi Bank Indonesia diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan melambat di rentang 6.16-6.66% (yoy)
Industri Pengolahan
Pertambangan
Produksi TBS pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. produksi TBS Kalteng sampai dengan Agustus 2015 tercatat sebesar 4,67 juta ton. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan produksi TBS trwiulan II 2015 yang mencapai 9.4 juta ton. rendahnya produksi TBS pada triwulan III 2015 disebabkan oleh rendahnya curah hujan selama periode tersebut
Panjangnya musim kemarau akibat efek El Nino pada triwulan III 2015, menghambat sektor angkutan tambang yang masih melalui sungai. Tercatat produksi komoditas batubara hingga agustus 2015 hanya mencapai 780 ribu ton Sejalan dengan penurunan produksi TBS, produksi CPO hingga Agustus 2015 juga mengalami penurunan. Produksi CPO triwulan III 2015 hingga bulan agustus 2015 tercatat sebesar 670 ribu ton
“Perekonomian Kalteng Inflasi Tw III 2015 Inflasi Kalteng dibanding Regional (ytd)
”
Inflasi Kalteng dibanding Nasional (yoy) Inflasi Kalimantan Tengah hingga bulan September 2015 tercatat lebih rendah dibandingkan nasional. Inflasi Kalimantan Tengah pada periode laporan tercatat sebesar 5,75% (yoy) sementara nasional mencapai 6.83% (yoy).
Inflasi Kalteng dibanding Regional (ytd)
Sampai dengan triwulan III 2015, Inflasi tahun berjalan Kalimantan Tengah tercatat sebesar 2,42% (ytd) dan menjadi yang terendah dibandingkan provinsi lain di regional. Kalimantan Barat menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tahun Kalender tertinggi di regional dengan tingkat inflasi mencapai 4.99%
Berdasarkan disagregasi, inflasi Kalimantan Tengah hingga September 2015 lebih didorong oleh inflasi kelompok adm. Prices. Inflasi kelompok Adm. Prices menjadi yang tertinggi yakni mencapai 7,10% (yoy). Adanya kebijakan Kenaikan harga BBM di akhir tahun 2014 dan kenaikan tarif angkutan mendorong tingginya inflasi kelompok adm. Prices. Disisi lain inflasi kelompok core dan volatile food cukup terjaga pada level inflasi 5,34% (yoy) untuk core dan 5.36% (volatile food)
“Perekonomian Kalteng
”
Inflasi Tw III 2015
Inflasi Kota Sampel dibanding Regional (ytd) Inflasi Sampit dan Palangka Raya (mtm)
Palangka Raya 4,88% (yoy) Inflasi Sampit dan Palangka Raya (yoy)
Sampit 7,37% (yoy)
Inflasi Kota Palangka Raya secara tahunan lebih rendah dibandingkan kota Sampit. Program pengendalian inflasi yang intensif di Palangka Raya mendorong pencapaian inflasi Palangka Raya lebih rendah dibanding Sampit. Inflasi Tahunan palangka Raya tercatat sebesar 4.88% (yoy) sementara Sampit 7,37% (yoy) Pola Inflasi bulanan di Sampit dan Palangka Raya cenderung sama, namun dalam beberapa momen hari besar keagamaan inflasi Palangka Raya lebih terkendali dibanding Sampit Hingga September 2015, inflasi tahun berjalan di Palangka Raya tercatat lebih rendah dibanding kota lain. Sementara inflasi tahun berjalan kota Sampit menjadi yang tertinggi keempat di Kalimantan
“Perekonomian Kalteng
”
PERBANKAN Sejalan dengan kondisi Perbankan Nasional, kondisi Sistem Keuangan Kalimantan Tengah masih menunjukkan tren perlambatan. Namun demikian adanya perbaikan di sisi penyaluran kredit
Pertumbuhan Kredit Perbankan Nasional
Indikator Kinerja Perbankan Kalteng
NPL dan LDR Kalimantan Tengah
Indikator Kinerja Utama Perbankan Kalteng baik dari sisi Aset dan DPK menunjukkan perlambatan., terkecuali kredit yang mengalami peningkatan. Di sisi intermediasi perbankan Kalteng terlihat membaik (LDR Lokasi Proyek 175,97% pd Tw II 2015 menjadi 187,06 pd Tw III 2015. Di sisi lain NPL perbankan menunjukan peningkatan namun masih dibawah level indikatif 5% ( dari 1.32% menjadi 2,46% dipicu oleh kenaikan NPL pertambangan dan konstruksi)
Pada bulan Juli 2015, Kredit Nasional tumbuh 9,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan Juni 2015 yang mencapai 10,42% (yoy). Namun diperkirakan akan meningkat pada bulan Agustus 2015 sebesar 10,9% (yoy)
Penyaluran Kredit = 34,78 T atau tumbuh 6.72% (yoy) dari Tw II 2015 6,16% (yoy) Aset = 26,51 T atau tumbuh 1,12% (yoy) melambat dari Tw II 2015 sebesar 10,26% (yoy)
DPK = Rp18,58 T atau kontraksi/menurun -1.08% (yoy), dari Tw I-2015 sebesar 4,31% (yoy)
217 Kantor Bank (18 Bank dan 5 BPR)
“Perekonomian Kalteng
”
SISTEM PEMBAYARAN Sistem Pembayaran Kalimantan Tengah (Tunai dan Non Tunai) Pada Tw III 2015 menunjukkan tren meningkat dari sisi nominal yaitu 9.52 triliun dari 9.16 triliun di Tw II 2015
Total SP Rp9,52 Triliun
RTGS Rp4,49 Triliun
Kliring Nominal Kliring Volume
• Transaksi SP Non Tunai sampai dengan Triwulan III 2015 cenderung mengalami sedikit perlambatan. Terlihat pada turunnya nominal RTGS yang memiliki pangsa 82,52% terhadap SP Non Tunai, walalupun dari sisi kliring terlihat adanya peningkatan.
RTGS Nominal
Perkembangan SP Non Tunai
RTGS Volume
Total transaksi Sistem Pembayaran di wilayah KPw BI Prov.Kalteng pada Tw II-2015 mencapai Rp9,52 T, terdiri dari Transaksi Non Tunai (RTGS dan Kliring) sebesar Rp5,44 T dan TunaI (inflow+outflow) sebesar Rp4,08 T
Kliring Rp951,39 Miliar
“Perekonomian Kalteng
”
SISTEM PEMBAYARAN Sistem Pembayaran Tunai Kalimantan Tengah pada Tw III 2015 menunjukkan tren meningkat dari sisi nominal, yaitu tercatat sebesar Rp4,08 Triliun, dari Rp3,39 Triliun hal tersebut didorong oleh peningkatan nominal Inflow dan Outflow dari Tw II 2015.
Perkembangan UPAL
Sistem Pembayaran Tunai Rp4,08 Triliun
Inflow-Outflow
Karakteristik Peredaran Uang
Transksi Tunai
•
Net Inflow Net Outflow
• •
Karakteristik Peredaran Uang Kalteng adalah Net Outflow, dimana jumlah uang yang keluar dari KPw BI Prov.Kalteng lebih besar dibandingkan jumlah uang masuk. Pada Tw III 2015, di sisi outflow mencapai Rp2,86 T ( tumbuh 25,93% yoy) dan inflow mencapai RpRp1,21 triliun tumbuh 91.55% (yoy) Terkait dengan Peredaran Uang Palsu (UPAL) di Tw III 2015 tercatat 199 bilyet pada Tw III 2015 dengan pecahan mendominasi Rp100.000 dan Rp50.000.
“Perekonomian Kalteng
”
Kredit UMKM Pertumbuhan Kredit UMKM Kalteng pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan, terlihat pada pada growth nominal dan rata-rata nominal Kredit UMKM Per Rekening yang mengalami sedikir penurunan. Namun demkian NPL UMKM masih berada dibawah level indikatif 5%.
Pertumbuhan Kredit UMKM
Share sektoral Kredit UMKM
Pertumbuhan Rekening Kredit
Share Penggunaan
NPL Kredit UMKM
“Perekonomian Kalteng
”
ISU STRATEGIS : DAMPAK KABUT ASAP PDRB
Diperkirakan Bencana Kabut Asap mempengaruhi Pertumbuhan Pertanian PDRB Kalimantan Tengah 2015 sebesar 0,04%-0,10% Dampak bencana kabut asap di sektor pertanian meliputi: • Terbakarnya lahan perkebunan karet dan kelapa sawit dengan total luas mencapai 544 Ha • Potensi penurunan produksi komoditas hortikultura diperkirakan sebesar 10-15% Diperkirakan total kerugian bencana kabut asap dari subsektor perkebunan dan hortikultura mencapai Rp 16,87 Miliar. Akomodasi dan Perhotelan Dampak bencana kabut asap di sektor Akomodasi dan Perhotelan meliputi: • Penurunan tingkat occupancy rate akibat adanya kabut asap berkisar antara 15-20% • Pembatalan aktivitas seminar (MICE) sebesar 10-20%
Angkutan dan Komunikasi Dampak bencana kabut asap di sektor Angkutan dan komunikasi meliputi: • Sebagian besar penerbangan dibatalkan karena tidak memenuhi jarak pandang minimal penerbangan 1200 Meter. Dari 3 Maskapai Besar yang melayani rute penerbangan dari dan menuju Kalimantan Tengah diperkirakan terjadi penurunan jumlah pesawat yang berangkat dan datang pesawat mencapai 43,68% • Sementara diperkirakan kerugian juga diperkirakan dialami oleh otoritas bandara seiring menurunnya jumlah penumpang akibat bencana ini
“Perekonomian Kalteng
”
ISU STRATEGIS : DAMPAK KABUT ASAP INFLASI Diperkirakan akan mempengaruhi inflasi tahunan sebesar 0,09%0,16% (yoy)
Kondisi IHK kalimantan Tengah pada bulan Agustus dan September 2015 yang bertepatan dengan momen bencana kabut asap memang mengalami deflasi, namun kondisi tersebut terjadi lebih diakibatkan oleh koreksi harga pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Apabila dirinci dampak kabut asap terhadap inflasi adalah sebagai berikut: • Adanya peningkatan terhadap komponen biaya kesehatan pada bulan Agustus dan September 2015 • Diperkirakan akan memberikan tekanan inflasi pada bulan bulan Oktober hingga akhir tahun 2015 disebabkan penurunan produksi komoditas tanaman bahan makanan, dan gangguan distribusi komoditas pangan
2015
“Outlook PDRB & Inflasi”
“Outlook PDRB 2015”
Ekonomi Kalimantan Tengah akan membaik didorong oleh komponen investasi dan masih kuatnya konsumsi RT. Pada tahun 2015 diperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah akan berkisar pada angka 6,627,11% (yoy)
Penahan 6,62-7,11%
• Penurunan Harga Batubara dan CPO dunia • Belum membaiknya perekonomian Tiongkok di Tahun 2015 • Resiko penurunan kinerja ekonomi Eropa pasca kebangkrutan yang dialami Yunani • Dampak Kabut asap pada triwulan III dan awal triwulan IV • Fenomena El Nino akan mempengaruhi hasil pertanian • Pelemahan Kurs Rupiah
Pendorong • Proyek Investasi pengalihan dana subsidi BBM • Upaya Khusus pemerintah di bidang pangan • Perbaikan ekonomi India dan Jepang mendorong peningkatan ekspor batubara ke kedua negara tersebut • Beroperasinya beberapa smelter dan PLTU baru • Paket kebijakan ekonomi pemerintah pusat • Telah selesainya RTRWP Kalteng
“Outlook Inflasi 2015”
Inflasi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 diperkirakan berada pada kisaran angka 4,50 % ± 1. Diperkirakan sepanjang tahun 2015 akan terdapat beberapa resiko yang cukup tinggi dari kelompok volatile food dan adm. Prices.
Peredam Volatile food • Potensi ketahanan pangan pemerintah daerah yang mendorong perluasan lahan pertanian • Inplementasi kerja sama antar daerah terkait pemenuhan kebutuhan domestic Adm. Prices • Peran aktif pemerintah mengendalikan inflasi Adm. Prices Core • Terkendalinya permintaan domestik
Pendorong Volatile food • Kondisi cuaca (El Nino) yang berpotensi menggangu produksi dan distribusi • Konektivitas dan ketergantungan pasokan • Dampak Kabut Asap Adm. Prices • Potensi penyesuaian Tarif Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga Core • Depresiasi Rupiah • Potensi kenaikan harga emas dunia
“TERIMA KASIH”