Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008
4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat dibandingkan dengan tahun 2007. Di satu sisi, permintaan domestik berupa konsumsi rumah tangga dan investasi akan semakin berperan dalam menggerakkan roda perekonomian. Di sisi lain, peranan ekspor akan berkurang sebagai konsekuensi dari kondisi global yang kurang kondusif. Tantangan eksternal akan memberikan tekanan berat pada stabilitas makroekonomi dalam negeri. Tekanan tersebut diprakirakan akan terjadi pada sisi inflasi, sementara pergerakan nilai tukar rupiah diprakirakan tetap bergerak stabil stabil. Peranan sinergi kebijakan moneter dan fiskal akan menjadi semakin penting dalam memitigasi dampak negatif gejolak eksternal terhadap prospek perekonomian. Bank Indonesia akan tetap konsisten mengarahkan kebijakan moneternya untuk mencapai sasaran inflasi guna mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi.
ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN Kondisi Perekonomian Internasional Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kondisi ekonomi negara maju masih dibayangi oleh kemungkinan terjadinya perlambatan. Perekonomian global diprakirakan tumbuh sebesar 4,1% pada tahun 2008, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 4,9% (Tabel 4.1). Perlambatan ekonomi dunia terutama terjadi di negara maju sebagai dampak dari krisis subprime mortgage di AS yang berkepanjangan. Sementara itu, dampak lanjutan krisis subprime mortgage di AS terhadap negara-negara berkembang, khususnya Tabel 4.1
Asia, masih akan ditransmisikan dengan relatif kuat
Proyeksi PDB Dunia
melalui transaksi finansial. Di sisi lain, transmisi melalui
2005
2007
Proyeksi 2008
transaksi perdagangan relatif dapat ditahan dengan pola perdagangan intraregional Asia yang meningkat. Secara keseluruhan, hal-hal tersebut menyebabkan
PDB Dunia
4,4
5,0
4,9
4,1
Negara Maju
2,5
3,0
2,6
1,8
pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan masih
√ AS
3,1
2,9
2,2
1,5
cenderung menurun.
√ Eropa
1,5
2,8
2,6
1,6
√ Jepang
1,9
2,4
2,1
1,5
Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat akan
√ Negara Maju Lainnya
3,2
3,7
3,8
2,8
Negara Berkembang
7,0
7,7
7,8
6,9
menyebabkan berkurangnya tekanan inflasi di negara
Afrika
5,9
5,8
6,0
7,0
maju. Berkurangnya tekanan inflasi dan adanya risiko
Eropa Timur dan Tengah
5,6
6,4
5,5
4,6
pelemahan ekonomi menjadikan stance kebijakan
Negara Persemakmuran
6,6
8,1
8,2
7,0
Negara Berkembang Asia
9,0
9,6
9,6
8,6
10,4
11,1
11,4
10,0
Negara Timur Tengah
5,6
5,8
6,0
5,9
Amerika Latin
4,6
5,4
5,4
4,3
√ China
Sumber: IMF, WEO, Januari 2008
24
2006
moneter negara maju diprakirakan masih longgar, namun tetap hati-hati (cautious easing). Secara umum, perkembangan iklim ekonomi global di atas berpotensi pada peningkatan risiko terhadap
Outlook Perekonomian
ekonomi domestik. Perkembangan ekonomi AS yang melambat dapat menekan ekonomi negara lainnya termasuk ekonomi domestik. Sementara itu, harga komoditas yang tetap bertahan tinggi berpotensi pada peningkatan tekanan inflasi dalam negeri.
Skenario Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal tahun 2008 diarahkan untuk menjaga kesinambungan fiskal dengan tetap berupaya memberikan stimulus fiskal. Termasuk di dalam kebijakan fiskal tersebut antara lain program stabilisasi harga pangan. Kebijakan fiskal dilakukan dalam dua koridor utama, yaitu konsolidasi fiskal melalui pengendalian defisit anggaran dan strategi pembiayaan anggaran yang ditujukan pada penurunan beban dan risiko utang Pemerintah. APBN tahun 2008 akan menghadapi tekanan dari eksternal maupun internal. Dari eksternal, harga komoditas dunia yang terus meningkat berpotensi meningkatkan harga-harga domestik. Untuk menjaga stabilitas makroekonomi, Pemerintah akan memberikan subsidi dalam jumlah besar baik untuk subsidi energi maupun komoditas pangan strategis. Dari internal, pemerintah menghadapi risiko lifting di bawah asumsi APBN. Kedua kondisi tersebut akan meningkatkan defisit APBN tahun 2008. Untuk keseluruhan tahun, sidang DPR pada Maret 2008 menetapkan defisit APBNP 2008 sebesar 2,1% dari PDB.
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 akan lebih banyak didorong oleh meningkatnya permintaan domestik. Perbaikan daya beli masyarakat yang antara lain didorong oleh kenaikan gaji pegawai negeri dan Upah Minimum Provinsi (UMP) diprakirakan mendorong pertumbuhan konsumsi swasta. Kecenderungan penurunan suku bunga pada tahun 2007 juga turut menopang kenaikan konsumsi swasta dari sisi pembiayaan. Kegiatan investasi menunjukkan peningkatan sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan membaiknya iklim investasi. Gejolak eksternal yang mewarnai perekonomian global diprakirakan akan memperlambat ekspor meskipun dampaknya tidak terlalu besar. Sementara itu, impor akan meningkat seiring dengan menguatnya permintaan domestik.
Prospek Permintaan Agregat Dengan dukungan daya beli yang masih cukup tinggi dan ketersediaan pembiayaan, konsumsi swasta diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada tahun 2008 (Tabel 4.2). Daya beli ditopang oleh kenaikan pendapatan masyarakat secara riil, antara lain akibat kenaikan gaji pegawai negeri sekitar 20% dan UMP. Berkembangnya pasar modal yang memberikan peluang untuk menghasilkan pendapatan berupa capital
gain juga berpotensi meningkatkan daya beli masyarakat terutama dari kalangan menengah ke atas. Ke depan, beberapa kebijakan fiskal yang dikeluarkan Pemerintah diprakirakan dapat menopang daya beli masyarakat. Selain itu, persiapan Pemilu
25
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008
tahun 2009 dan berlangsungnya Pilkada turut berperan mendorong konsumsi swasta. Dari sisi pembiayaan, peningkatan konsumsi didukung oleh pembiayaan dari perbankan dan lembaga % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
pertumbuhan penyaluran kredit
Tabel 4.2
konsumsi oleh perbankan dan
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Komponen Total Konsumsi
2006 I
II
III
IV
3,8
5,6
2,8
3,5
keuangan lainnya. Peningkatan
2006
pembiayaan dari lembaga keuangan
2007
2007 2008*
I
II
III
IV
3,9
4,6
4,6
5,3
5,1
4,9
sejak pertengahan tahun 2007 diprakirakan akan terus berlanjut.
5,2
Konsumsi Swasta
2,9
3,0
3,0
3,8
3,2
4,7
4,7
5,1
5,6
5,0
5,4
Sementara itu, kegiatan konsumsi
Konsumsi Pemerintah
11,5
28,8
1,7
2,2
9,6
3,7
3,8
6,5
2,0
3,9
3,8
Total Investasi
1,4
0,9
0,8
6,8
2,5
7,0
6,9
10,4
12,1
9,2
9,3
pemerintah pada tahun 2008
Permintaan Domestik
3,2
4,4
2,3
4,3
3,5
5,2
5,2
6,6
6,8
6,0
6,2
diprakirakan masih akan tumbuh
Ekspor Barang dan Jasa
11,8
11,4
8,3
6,6
9,4
8,1
9,8
6,9
7,3
8,0
7,9
Impor Barang dan Jasa
4,8
9,3
10,9
9,2
8,6
8,5
6,5
7,0
13,6
8,9
9,4
namun dengan laju yang melambat.
PDB
5,1
5,0
5,9
6,0
5,5
6,1
6,4
6,5
6,3
6,3
6,2
Walaupun
defisit
mengalami
kenaikan cukup signifikan, kontribusi
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
langsung sektor fiskal pada sektor riil melambat karena meningkatnya alokasi untuk subsidi. Perlambatan konsumsi terjadi baik pada konsumsi pemerintah pusat maupun konsumsi pemerintah daerah seiring melambatnya pertumbuhan belanja pegawai, belanja barang, dan Dana Alokasi Umum (DAU). Kegiatan investasi pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh sedikit lebih tinggi tinggi. Perbaikan iklim investasi diprakirakan akan mendorong akselerasi pertumbuhan investasi pada tahun 2008. Stimulus fiskal dalam bentuk investasi pemerintah juga masih berperan dalam meningkatkan investasi pada tahun 2008 meskipun dengan pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, investasi swasta diprakirakan lebih berperan dalam mendorong investasi. Berdasarkan jenis investasi, investasi bangunan diprakirakan tumbuh tinggi pada tahun 2008 yang didorong oleh pembangunan berbagai proyek infrastruktur yang dijalankan oleh pemerintah ataupun swasta. Salah satu proyek infrastruktur terbesar adalah pembangunan jalan tol. Ke depan, meskipun pelaksanaan proyek-proyek dimaksud diprakirakan terlambat dari jadwal semula dengan usaha-usaha Pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan, terutama proses pembebasan tanah, investasi bangunan diprakirakan meningkat. Sementara itu, investasi nonbangunan masih tumbuh positif. Iklim investasi yang diprakirakan membaik akan meningkatkan gairah investor untuk melakukan penanaman modal di dalam negeri. Data BKPM menunjukkan persetujuan permohonan investasi baik dari investor dalam negeri (PMDN) maupun dari luar negeri (PMA) tahun 2007 meningkat dibandingkan dengan tahun 2006. Investasi yang diminati lebih banyak berupa investasi nonbangunan (business investment) pada sektor sekunder seperti industri makanan, kertas dan percetakan, serta kimia dan farmasi.
26
Outlook Perekonomian
Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor pada tahun 2008 berpotensi melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Potensi melambatnya ekspor disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia sehingga permintaan dunia terhadap produk dalam negeri menurun. Namun, perlambatan lebih dalam dapat ditahan dengan lebih terdistribusinya negara tujuan ekspor Indonesia. Pangsa ekspor nonmigas ke AS cenderung menurun, sementara pangsa ekspor nonmigas ke
emerging markets, terutama China dan India, semakin meningkat. Selain itu, ke depan ekspor masih akan lebih didominasi oleh produk berbasis sumber daya alam. Permintaan yang masih tinggi dari komoditas tersebut, terutama dari negara
emerging markets, dan harga yang masih tinggi juga akan menahan perlambatan ekspor lebih jauh. Pertumbuhan impor barang dan jasa riil pada tahun 2008 diprakirakan masih tumbuh tinggi seiring dengan masih tingginya permintaan domestik. Ekspansi ekonomi yang masih berlangsung diprakirakan akan mendorong kenaikan impor. Impor bahan baku diprakirakan akan meningkat sejalan dengan lebih tingginya kebutuhan untuk kegiatan ekonomi domestik. Selain itu, bertumbuhnya kegiatan investasi di dalam negeri akan mendorong peningkatan impor barang modal.
Prospek Penawaran Agregat Di sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 diprakirakan akan ditopang pertumbuhan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi (Tabel 4.3). Apabila dibandingkan dengan 2007, pertumbuhan ekonomi pada 2008 mengalami sedikit perlambatan. Perkembangan perekonomian global pada 2008 diprakirakan kurang kondusif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari 2007. Volume perdagangan dunia yang melambat akan berdampak terhadap sektor-sektor yang berorientasi ekspor, seperti sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian. Di subsektor industri pengolahan, walaupun pelemahan perdagangan dunia akan mengganggu kinerja subsektor yang % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000
berorientasi ekspor, namun kondisi
Tabel 4.3
daya beli masyarakat yang tetap
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
membaik diprakirakan tetap akan
Sektor
2006 I
II
III
IV
Pertanian
6,6
1,6
2,6
2,6
Pertambangan & Penggalian
2,3
3,6
1,1
0,0
Industri Pengolahan
3,0
3,6
5,9
Listrik, Gas & Air Bersih
5,1
4,5
Bangunan
7,7
Perdagangan, Hotel & Restoran
4,9
Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa
2006
mendorong permintaan produk
2007 IV
2007 2008*
II
III
3,4
-1,7
4,7
7,6
3,1
3,5
3,5
demikian, secara keseluruhan sektor
1,7
6,2
3,2
1,0
-2,1
2,0
1,2
ini masih akan tumbuh lebih tinggi
5,8
4,6
5,2
5,1
4,5
3,8
4,7
5,0
5,8
7,7
5,8
8,2
10,2
11,3
11,8
10,4
11,4
8,5
8,5
8,6
8,3
8,4
7,7
8,3
9,9
8,6
9,3
5,9
7,9
7,0
6,4
9,2
7,6
7,9
9,1
8,5
8,7
12,0
13,8
14,5
17,0
14,4
13,0
12,7
14,1
17,4
14,4
14,6
Industri
5,6
5,2
4,5
6,5
5,5
8,1
7,6
7,6
8,6
8,0
8,1
kontributor utama pertumbuhan di
Jasa-jasa
5,8
6,0
6,7
6,2
6,2
7,0
7,0
5,2
7,2
6,6
3,3
PDB
5,1
5,0
5,9
6,0
5,5
6,1
6,4
6,5
6,3
6,3
6,2
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
sektor industri pengolahan. Dengan
I
pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007. pengolahan,
sebagai
sisi sektoral, diprakirakan akan mencatat peningkatan pertumbuhan
27
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008
pada tahun 2008. Peningkatan tersebut disumbang terutama oleh subsektor industri pengolahan nonmigas. Kenaikan produksi diprakirakan dipicu oleh peningkatan permintaan sejalan dengan daya beli masyarakat yang masih cukup tinggi. Selain itu, rentetan kegiatan menjelang Pemilu 2009 diyakini mendorong pertumbuhan di subsektor industri terkait, seperti industri tekstil, industri kertas dan barang cetakan. Aktivitas di sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan juga meningkat. Kenaikan aktivitas konsumsi masyarakat diprakirakan akan mendorong kegiatan di subsektor perdagangan besar dan eceran. Selain itu, meningkatnya aktivitas bisnis serta pencanangan program pemerintah Visit Indonesia Year 2008 diprakirakan akan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi subsektor hotel dan restoran. Sektor pertanian pada tahun 2008 diprakirakan masih tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan historis setelah krisis. Kinerja sektor itu terutama ditunjang oleh subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan. Di subsektor tanaman bahan makanan, output yang tinggi didorong oleh peningkatan produktivitas, khususnya padi. Proyeksi di subsektor tanaman bahan makanan itu antara lain sejalan dengan Angka Ramalan I-2008 yang dirilis BPS. Produksi padi tahun 2008 diprakirakan sebesar 58,27 juta ton GKG, naik 2,13% dari produksi tahun 2007 sebesar 57,05 juta ton. Kenaikan produksi juga terjadi pada komoditas jagung dan kedelai. Di subsektor perkebunan, produksi subsektor tanaman perkebunan diprakirakan tetap tinggi yang terutama didukung oleh produksi perkebunan kelapa sawit. Hal itu tidak terlepas dari produktivitas kebun yang tinggi serta insentif harga CPO di pasar internasional yang menarik. Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mengalami pertumbuhan yang masih tinggi tinggi, terutama didorong oleh subsektor komunikasi. Kinerja subsektor komunikasi masih tetap mengesankan didukung oleh daya beli masyarakat yang masih tinggi. Permintaan akan sarana komunikasi yang meningkat diikuti oleh perbaikan suplai seiring dengan investasi yang dilakukan oleh para operator telepon dalam beberapa tahun terakhir. Perbaikan layanan selular tersebut dibarengi pula oleh biaya percakapan yang semakin terjangkau. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia memprakirakan akan terjadi penurunan tarif pungut ke pelanggan yang cukup signifikan selama tahun 2008. Sektor bangunan diprakirakan tumbuh lebih tinggi pada tahun 2008 2008. Pembangunan infrastruktur yang melibatkan peran swasta diprakirakan mendorong pertumbuhan sektor ini. Selain itu, pembangunan properti komersial, khususnya di Jakarta, diprakirakan masih meningkat sehingga menopang perbaikan kinerja sektor bangunan. Investasi pemerintah berupa proyek-proyek infrastruktur juga masih berperan di sektor itu meskipun tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan tahun 2007. Kinerja sektor keuangan pada tahun 2008 diprakirakan masih tetap kuat. Kegiatan ekonomi yang masih tinggi diprakirakan mendorong permintaan akan jasa
28
Outlook Perekonomian
intermediasi sektor keuangan. Prospek sektor keuangan yang membaik terindikasi dari rencana bisnis bank dalam penyaluran kredit dan rencana beberapa lembaga keuangan nonbank untuk menerbitkan obligasi pada tahun 2008 untuk membiayai ekspansi usahanya. Sementara itu, kegiatan leasing terutama untuk peralatan berat diprakirakan meningkat karena berlangsungnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
PRAKIRAAN INFLASI Inflasi IHK pada tahun 2008 diprakirakan mengalami tekanan berat, terutama dari faktor eksternal berupa tingginya harga komoditas internasional serta meningkatnya inflasi negara mitra dagang. Selain itu, tekanan inflasi juga bersumber dari meningkatnya ekspektasi inflasi. Namun, nilai rupiah yang relatif stabil diperkirakan dapat mengurangi tekanan inflasi tersebut. Di kelompok administered prices, tekanan inflasi diprakirakan tetap rendah sejalan dengan komitmen pemerintah untuk tidak menaikkan harga kelompok administered yang strategis. Tekanan inflasi dari kelompok volatile food diprakirakan masih cukup tinggi walaupun cenderung menurun. Tingginya tekanan inflasi volatile food terkait dengan masih tingginya harga komoditas pangan internasional. Dengan memerhatikan hal-hal tersebut, inflasi IHK tahun 2008 diprakirakan akan berada pada kisaran 6,0%-6,5%, dengan kecenderungan menuju batas atas kisaran atau berada di atas sasaran yang ditetapkan Pemerintah sebesar 5%±1%. Masih cukup tingginya daya beli masyarakat, misalnya karena kenaikan upah minimum provinsi, diprakirakan akan mendorong kenaikan ekspektasi inflasi masyarakat. Hal itu dikonfirmasi oleh hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) dan Survei Konsumen (SK). Namun, peningkatan tekanan inflasi tersebut diperkirakan dapat dikurangi oleh stabilnya nilai tukar. Selain itu, adanya komitmen Pemerintah untuk tidak menaikkan harga barang-barang yang strategis, seperti BBM dan TDL juga mengurangi tekanan ekspektasi inflasi. Tekanan inflasi dari sisi interaksi permintaan dan penawaran diprakirakan masih rendah rendah, terkait dengan terjaganya pasokan dan kelancaran distribusi. Terjaganya pasokan antara lain didorong oleh meningkatnya kapasitas produksi sejalan dengan peningkatan pertumbuhan investasi. Selain itu, kondisi infrastruktur yang diprakirakan membaik diharapkan mampu mendukung kelancaran distribusi barang sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kelangkaan. Tekanan dari sisi eksternal pada tahun 2008 diprakirakan berasal dari imported
inflation yang lebih tinggi karena meningkatnya inflasi negara mitra dagang dan tingginya harga komoditas internasional. Tekanan inflasi kelompok barang yang harganya diatur Pemerintah (administered) diprakirakan tetap rendah sepanjang tahun 2008. Komitmen pemerintah untuk tidak melakukan penyesuaian harga barang administered yang bersifat strategis, seperti BBM dan TDL, diprakirakan dapat meminimalkan tekanan kenaikan harga
29
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008
barang administered terhadap inflasi IHK. Kenaikan harga kelompok barang ini diprakirakan bersumber dari kelompok barang nonstrategis, di antaranya cukai rokok, tarif PAM, tarif Angkutan Sungai dan Pengairan (ASDP), tarif tol, dan tarif bus antar kota antar propinsi (AKAP). Membaiknya pasokan dan distribusi barang diharapkan juga dapat meminimalkan tekanan inflasi dari sisi administered. Kelangkaan minyak tanah, sebagaimana terjadi pada paruh kedua tahun 2007, diprakirakan tidak terjadi lagi pada tahun 2008. Tekanan inflasi kelompok bahan makanan (volatile food) diprakirakan tetap tinggi meskipun dengan kecenderungan menurun. Tekanan inflasi bersumber dari tingginya harga komoditas pangan internasional. Namun demikian peningkatan tekanan tersebut dapat diredam oleh terjaganya pasokan bahan makanan, terutama beras. Terjaganya pasokan beras terkait dengan peningkatan produksi dan fleksibilitas impor beras. Peningkatan produksi padi tersebut tidak terlepas dari upaya Pemerintah melanjutkan perbaikan infrastruktur pertanian, seperti irigasi dan penggunaan bibit hibrida yang dapat meningkatkan produktivitas petani. Dari sisi pengadaan, pengadaan beras melalui impor diprakirakan juga akan lebih efektif terkait dengan diberikannya otoritas yang lebih besar kepada Bulog untuk melakukan impor beras. Untuk mengendalikan harga beras, Pemerintah juga telah mengeluarkan ketentuan penurunan bea masuk impor beras. Pemerintah pada tahun 2008 akan menurunkan bea masuk (BM) impor beras dari Rp550 per kilogram (kg) menjadi Rp450 per kg untuk mendukung program stabilisasi harga beras di pasar dalam negeri.
FAKTOR RISIKO Prospek perekonomian Indonesia pada tahun 2008 masih akan menghadapi beberapa risiko yang bersumber dari gejolak eksternal maupun kondisi domestik, serta tantangan berupa masih tingginya level komponen permanen pembentuk inflasi. Risiko dari eksternal berupa harga komoditas internasional yang lebih tinggi dari prakiraan dan potensi perlambatan ekonomi dunia yang lebih dalam. Sementara itu, risiko dari dalam negeri berupa kemungkinan terhambatnya kelanjutan dari implementasi proyek infrastruktur serta kondisi distribusi barang kebutuhan pokok yang belum sepenuhnya lancar. Perkembangan harga komoditas internasional baik minyak mentah maupun nonmigas yang lebih tinggi dari prakiraan merupakan faktor risiko terberat yang patut dicermati. Dampak kenaikan harga minyak dunia dapat dilihat melalui kinerja neraca pembayaran. Harga minyak yang tinggi dapat memicu kenaikan inflasi dunia yang akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia melalui kenaikan harga bahan baku impor. Selain itu, harga minyak yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan disparitas harga minyak subsidi dan nonsubsidi sehingga berpotensi mendorong peningkatan konsumsi BBM. Peningkatan konsumsi BBM tersebut dapat meningkatkan impor minyak yang lebih tinggi dari perkiraan. Sementara itu, perlambatan erlambatan ekonomi dunia yang lebih dalam juga menjadi faktor risiko eksternal.
30
Outlook Perekonomian
Pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2008 diprakirakan melambat dibandingkan dengan tahun 2007, terutama dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. Perlambatan ekonomi AS yang lebih dalam akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih rendah yang selanjutnya akan mendorong penurunan volume perdagangan dunia. Akibatnya, pertumbuhan ekspor Indonesia juga berpotensi tumbuh lebih rendah dari yang diprakirakan. Faktor risiko dari sisi domestik antara lain adalah terhambatnya implementasi proyek infrastruktur. Potensi terhambatnya implementasi proyek infrastruktur terkait dengan masih terbatasnya kerangka hukum dan peraturan yang transparan dan efektif, baik di tingkat sektor maupun di lintas sektor. Kondisi itu antara lain tercermin pada ketidakjelasan peraturan tentang pembebasan tanah serta masih lemahnya sinkronisasi antara kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah. Selain itu, sumber daya yang terbatas dalam hal perencanaan dan manajemen risiko proyek serta pembiayaan domestik, dan mekanisme cost recovery yang belum jelas juga memengaruhi kelancaran implementasi proyek infrastruktur tersebut. Perkembangan infrastruktur yang belum kondusif dan kondisi berbagai daerah di Indonesia yang rawan bencana alam merupakan faktor yang berpotensi menyebabkan gangguan dalam distribusi barang, terutama barang kebutuhan pokok. Terganggunya kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok akan mendorong kenaikan harga barang tersebut yang juga berpotensi meningkatkan ekspektasi kenaikan harga yang dapat memicu peningkatan inflasi. Seluruh faktor risiko tersebut apabila tidak tertangani dengan baik akan memperbesar potensi menurunnya kinerja perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dapat lebih rendah dari pada yang diprakirakan. Tekanan harga dapat menggiring inflasi melampaui prakiraan.
31