RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MEREK Tahun Sidang
:
2015-2016
Masa Persidangan
:
I
Rapat ke-
:
10
Jenis Rapat
:
Rapat Dengar Pendapat Umum
Sifat Rapat
:
Terbuka
Hari, tanggal
:
Senin, 21 September 2015
Waktu
:
Pukul 13.00 WIB s.d. selesai
Tempat
:
Ruang Rapat Pansus B Gedung Nusantara II Lt.3 Jln. Jend. Gatot Subroto – Jakarta
Acara
:
Memperoleh masukan mengenai RUU tentang Merek Dari: 1. Dirut. PT. Chevalier dan Cannes; 2. Komisaris dan Diru.t PT. Dagadu Djokdja;
Ketua Rapat
:
Drs. Wenny Warouw (Wakil Ketua/F-P.Gerindra) Didampingi: 1. Hj. Desi Ratnasari, M.Si., M.Psi. (Ketua Pansus Merek/F-PAN) 2. H. Iskandar D. Syaichu, S.E. (Wakil Ketua/F-PPP) 3. H. Refrizal (Wakil Ketua/F-PKS)
-2-
Sekretaris Rapat
ANGGOTA HADIR NO. NO. ANGGOTA Pimpinan Pansus 1. 472 2. 387 3. 89 4. 531 Anggota Pansus 5. 125 6. 212 7. 218 8. 140 9. 282 10. 321 11. 293 12. 269 13. 372 14. 341 15. 399 16. 442 17. 478 18. 488 19. 512 20. 554
:
Drs. ULI SINTONG SIAHAAN, M.Si. (Kepala Bagian Pansus)
NAMA
JABATAN/FRAKSI
Hj. Desi Ratnasari, M.Si., M.Psi. Drs. Wenny Warouw H. Refrizal H. Iskandar Dzulkarnain Syaichu, S.E.
Ketua/F-PAN Wakil Ketua/F-P. Gerindera Wakil Ketua/F-PKS Wakil Ketua/F-PPP
H. Irmadi Lubis Nyoman Dhamantara, S.E. Ir. G. Michael Jeno, M.M. H. KRH. Henry Yosodiningrat, S.H. Ir. H. Adies Kadir, S.H., M.Hum. DR. Syaiful Bahri Buray, S.H., M.Si. H. Andika Hazrumy, S.Sos. H. Ahmad Zacky Siradj Wihadi Wiyanto, S.H. H. Biem Triani Benjamin, B.Sc., M.M. Ruhut Poltak Sitompul, S.H. I Putu Sudiartana Yayuk Basuki Anang Hermansyah Achmad Fauzan Harun, S.H., M.Kom.I DR. H. Dossy Iskandar Prasetyo
Anggota/F-PDIP Anggota/F-PDIP Anggota/F-PDIP Anggota/F-PDIP Anggota/F-PG Anggota/F-PG Anggota/F-PG Anggota/F-PG Anggota/F-P. Gerindera Anggota/F-P. Gerindera Anggota/F-PD Anggota/F-PD Anggota/F-PAN Anggota/F-PAN Anggota/F-PPP Anggota/F-P. Hanura
UNDANGAN / NARA SUMBER NO.
NAMA
JABATAN
PT. CHEVALIER DAN CANNES 1.
EGAR PUTRA BAHTERA
Direktur Utama
PT. ASELI DAGADU DJOKDJA 2.
LABDO PRANOWO
Komisaris
3.
AHMAD NOOR ARIEF
Direktur Utama
-3-
KETUA RAPAT (DRS. WENNY WAROUW): Kita tinggal melanjutkan yang tadi pagi pak ya, jadi yang lain nanti panggil komisi, panggil Baleg nanti mereka akan ngikuti kembali. Bapak, Ibu sekalian, Acara ini akan segera kita mulai. Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Bapak-bapak Anggota Pansus yang saya hormati; Saudara Direktur Utama PT. Chevalier dan Cannes beserta yang hadir; Saudara Direktur Utama PT. Aseli Dagadu Djokdja yang saya hormati. Pertama-tama mari kita panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan karunianya kepada kita semua, hingga kita bisa menghadiri pertemuan rapat dengar pendapat umum pada hari ini dalam keadaan sehat wal afiat. Menurut sekretariat daftar hadir yang tadi pagi yang sedang melanjutkan 7 fraksi yang hadir sudah menandatangani. Untuk itu dengan seijin bapak-bapak RDPU ini bisa kita buka dan dinyatakan terbuka untuk umum, dapat disetujui? (Rapat: Setuju) Kami ucapkan terima kasih kepada saudara Direktur Utama PT. Chevalier dan Cannes beserta jajarannya, serta Direktur Utama PT. Aseli Dagadu Djokdja beserta jajarannya. Dan yang nanti menyusul adalah PT. Mayci Inti Sinergi yang telah bersedia memenuhi undangan rapat dengar pendapat umum Pansus RUU tentang Merek. Dan pada hari ini dengan agenda kami ingin mendengarkan masukan ataupun tanggapan terhadap undang-undang Merek yang sedang kita rampungkan sekarang ini. Rapat hari ini akan rampung sampai dengan mungkin kita batasi sampai dengan jam 15.00 WIB kalau nanti berkembang akan kita sesuaikan waktunya. Dapat disetujui? (Rapat: Setuju) Selanjutnya, kami dengan hormat ingin menyampaikan kepada Saudara Direktur Utama Chevalier dan Direktur Utama Aseli Dagadu untuk bisa memberikan masukan atau paparan kami awali dari PT. Chevalier dan Cannes kami persilakan.
-4-
DIRUT. PT. CHEVALIER (EDGAR PUTRA BAHTERA): Kami perkenalkan nama saya Enggar Putra Bahtera, Bapak-bapak, Ibu-ibu dan rekan-rekan yang terhormat, Saya ingin memberikan masukan mengenai Merek ya, jadi perjalanan dalam mencoba untuk mendaftarkan, dan dalam bergelut dalam bisnis. Jadi kalau hasil survey saya itu menunjukkan bahwa sepertinya. ANGGOTA (….): Pimpinan mohon maaf Pimpinan, bahan belum disampaikan satu lagi. KETUA RAPAT: Pak Enggar ada yang diperbanyak bahannya? DIRUT. PT. CHEVALIER (EDGAR PUTRA BAHTERA): Jadi terjadi miss komunikasi, bahwa yang diminta dengar pendapat jadi saya tidak menyiapkan PPT, karena apa yang saya perlukan hanya diminta untuk dengar pendapat. Seperti itu pak. KETUA RAPAT: Kalau begitu pointers-pointers penting dari nanti, kalau yang ada bahan pak? Baru dari Aseli ini, kami lanjutkan singkat saja pak. DIRUT. PT. CHEVALIER (EDGAR PUTRA BAHTERA): Oke baik pak, yang pertama adalah jumlah dari petugas yang untuk mengurus pengecekan Merek dengan Merek yang didaftarkan itu memang tidak seimbang. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mendaftarkan merek itu sampai 2 tahun, nah sedangkan dalam waktu 2 tahun itu bisa terjadi banyak dinamika, mulai dari bisnisnya yang goyang atau adanya invasi dari breand luar negeri dan segala macam. Jadi harusnya untuk mendaftarkan sebuah merek itu bisa lebih cepat, mungkin yang terbaik sekitar 1 bulan, jadi saran saya untuk bisa menambah lebih banyak lagi pegawai dibidang pengecekan merek pak. Jadi karena ini sangat-sangat penting, jumlahnya benar-benar tidak seimbang sehingga mereka kewalahan butuh waktu yang panjang, itu poin pertama. Poin kedua mengenai adanya MEA itu ada pendaftaran jalur breand internasional, untuk jalur breand internasional itu harus ada sosialisasi dan harus ada tim khusus menurut saya, untuk bisa membuat tidak semua dari produk Indonesia itu ounernya ingin menjula keluar negeri, hanya sebagian dan beberapa mereka lebih fokus didalam negeri. Untuk bagi ouner-ouner yang fokus berjualan diluar negeri juga itu harus mendapat pengarahan dan perlu tim khusus untuk mengayominya. Jadi dibutuhkan sebuah mekanisme yang bisa membuat atau bisa menyaring produk-produk yang bisa bersaing secara internasional. Untuk bisa dibantu dalam pendaftaran internasional karena sistemnya yang belum kita ketahui pak. Seperti itu, kira-kira dua poin dulu yang paling penting, nanti akan menyusul sisanya.
-5-
KETUA RAPAT: Baik terima kasih untuk Pak Enggar, mungkin walaupun terlambat nanti kalau ada tulisan ya dikirim saja melalui TA kami ya. Oke dari Pak Enggar sangat singkat, dan kami lanjutkan paparan dari PT. Aseli Dagadu Djokdja kami persilakan. DIRUT. PT. ASELI DAGADU DJOKDJA (AHMAD ARIEF NOOR): Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua. Bapak, Ibu yang saya hormati, Saya menyiapkan materi tetapi mohon maaf karena barangkali lebih banyak materi tentang pengenalan institusi kami. Tetapi mungkin saya akan mencoba untuk singkat saja terutama yang berkaitan dengan masukan-masukan dari kami dari PT. Aseli Dagadu Djokdja yang kami mulai dari tahun 1994 sebelumnya memang bukan berupa PT tapi hanya semacam perkumpulan saja dari teman-teman arsitektur di UGM. Terus saja, ya dalam usaha kami memang kami membuat kalau produknya yang lebih utama adalam kaos oblong, yang didalamnya ada desain-desain dan keunggulan kami pada desainnya itu. Sehingga desain untuk penciptaan desain itu adalah daya hidup kami, kami harus selalu melakukan penciptaan-penciptaan desain terus menerus, konsisten dan kontinew, sehingga setiap bulan harus selalu ada desain yang baru. Sekedar cerita saja sedikit flas back bahwa kami mulai tanggal 9 Januari 1994 dengan berjualan di Malioboro Mall Jogyakarta. Tiga bulan setelah kemunculannya itu produk bajakan sudah mudah diperoleh dipusat perbelanjaan, bahkan dipusat perbelanjaan ternama itu ya dimall. Itu antara lain sebetulnya pada saat itu ada dua hal: 1. Mungkin keterbatasan atau ketidaktahuan kami tentang perlunya pendaftaran merek; 2. Karena ketidaktahuan kami maka ketika kami mendaftar butuh proses yang cukup panjang, dan sembari menunggu proses pendaftaran itu maka dilapangan sudah mulai muncul produk-produk bajakan yang cukup banyak dan kami belum bisa melakukan tindakan apaapa atas hal itu. Itu yang barangkali mungkin kaitannya yang disampaikan oleh mas Enggar sebelumnya tadi, perkembangan bisnis selama kami menunggu proses itu sudah demikian signifikan sehingga ketika sertifikat selesai mungkin situasinya sudah agak berubah, petanya sudah berubah sehingga kami harus melakukan strategi-strategi yang berbeda. Sementara ini kami bersinggungan kalau dari HAKI undang-undang yang lalu, itu sementara ini kami lebih banyak bersinggungan dengan hak cipta dengan merek. Jadi kebetulan kami punya sejumlah merek meskipun yang sekarang ini kami jalankan dengan yang lebih utama ada beberapa merek saja. Kemudian hak cipta karena memang kami berkutat pada desain yang kami sematkan pada produk-produk kami. Lanjut terus saja ini hanya untuk menuju pada, jadi ini grey-grey kami alhamdulillah pada tahun 2013 itu kami dari hasil menabung belasan tahun, kami punya sebuah grey, yang digrey itu sebagaimana citacita awal kami tidak hanya membuka toko, tetapi juga membuat semacam kami menyebutnya sebagai kreatif space, ya kami beri nama tempat itu Yogjatorium.
-6-
Ini ada satu hal yang sekaligus masukan sebetulnya tapi sekaligus mohon penjelasan gitu, kami memahaminya adalah ada perbedaan disini, diundang-undang yang, oh maaf saya salah mengetik 2001 mestinya yang sebelah kiri itu. Kalau dari kalimatnya kami memahaminya adalah bahwa jadi ada Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama dan sebagainya itu dan seterusnya yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa. Jadi sifatnya umum sehingga apa yang kami lakukan di Yogyatorium sebagai sebuah tempat itu masih ada peluang untuk kami daftarkan Mereknya sebagai Merek tempat. Tetapi kalau dalam definisi di RUU Merek yang sedang akan dibahas ini, kami memahaminya itu langsung menunjuk kepada barang yang diperdagangkan dan jasa yang diperdagangkan. Sehingga kami kawatir kalau seperti tempat yang kami miliki ini namanya kemudian tidak akan terakomodir dalam undang-undang yang baru itu. Karena kalau barang yang diperdagangkan sebenarnya kami sudah memiliki merek dagang itu Dagadu Jogja. Tapi di Yogyatorium sebagai merek sebuah tempat kami tidak memperdagangkan, bahkan jasapun kami tidak perdagangkan. Itu yang pertama. Kemudian selanjutnya, masukan yang mungkin sama dengan masa Egar tadi bahwa kami sampai dengan sekarang mengelola kurang lebih atau mendaftarkan atau sertifikat yang kami miliki itu sekitar 24 pak, ada 24. Terus terang salama ini kami sangat kerepotan karena kami harus melalui proses yang berulang ya, pastilah ada memperpanjang dan sebagainya, yang itu terus berulang belum lagi nanti mungkin ditambah dengan jumlah pemohon yang terus bertambah seiring dengan kesadaran dunia usaha akan pentingnya Merek. Sehingga disini ada dua hal yang ingin kami usulkan yang pertama adalah tentang akurasi, barangkali mungkin terlalu teknis, tapi semoga ini akan mungkin kemudian mengubah masa tunggu. Misalnya apakah dimungkinkan ada komputerisasi sistem data best sehingga entah oleh kantor HAKI maupun kami sendiri bisa melakukan ceking itu, apakah Merek kami sama atau tidak dan sebagainya sehingga ada sistem yang bisa diakses dan akurat. Kemudian kami itu juga karena mendaftarkan sebagai institusi, mendaftarkan berberapa Merek dan tentu saja seiring dengan perkembangan usaha kami, kami akan mengeluarkan produk-produk baru dengan Merek-merek baru yang pasti akan sering datang ke kantor HAKI, mungkin saja dengan identitas pemohon, artinya ketika kami mendaftar oh iya sudah dikenal sebagai pemilik dagang Dagadu Jogja kemudian akan mempermudah proses. Karena mungkin juga proses traking dan sebagainya karena seperti single identitas, seperti itu bapak. Mungkin nanti rekan kami mas Labdo Pranowo yang mungkin akan bisa menambahkan, selanjutnya dari saya cukup. KETUA RAPAT: Silakan, Pak siapa? Pak Ahmad ya? Oh Labdo, oke Pak Labdo silakan. KOMISARIS DAGADU (LABDO PRANOWO): Meniko Pak Ahmad, saya Labdo, Jadi pertama memang berkaitan dengan tadi bahwa pengenalan Mere katas barang dan jasa itu rasanya di undang-undang yang baru langsung menunjuk kepada Merek sebagai pembeda barang dan jasa. Sedangkan di undang-undang yang lama itu Merek itu adalah pembeda, untuk atribut yang digunakan untuk kegiatan barang dan jasa. Jadi kami melihat bahwa di undang-undang yang lama cakupannya lebih luas. Dan itu rasanya lebih kami merasa ketika kami tidak memerlukan Merek untuk produk-produk yang bukan barang dan bukan berupa jasa, rasanya undang-undang yang lama lebih akomodatif. Sehingga mestinya Yogyatorium kami itu mestinya bisa dilindungi juga dengan undang-undang Merek, meskipun disitu tidak menjual barang maupun tidak menjual jasa.
-7-
Yang kedua, berkaitan dengan tadi, kita mengharapkan ada akurasi yang cepat dan tepat itu karena ketika kami mengurus 24 sertifikat kami prosesnya berulang-ulang, persyaratannya sama, syaratsyarat administrasinya juga kita kirim dengan volume yang sama akte juga dicopy 24 x, setiap proses selalu sama. Sehingga rasanya andaikan para pemilik Merek itu diberikan nomor identitas pemilik Merek, jadi seperti nomor induk KTP itu, sehingga kalau kita maju langsung tahu nomor ini sudah pegang Merek ini, kalau proses baru akan lebih tidak perlu mengulang-ulang proses administrasi yang sama. Kami merasa kalau itu, proses sebagaimana kami rasakan, mengurus 24 Merek akan lebih cepat. Dan yang kedua memang tentang akurasi, proses uji substansi yang berupa obligasi, kadang-kadang sangat karena memakan waktu lama di undang-undang lama sekitar 6 bulan kalau tidak salah, itu agak rasanya kalau kita bisa ada data best yang bisa kami akses, kami tahu, kami akan mirip dengan siapa, apa yang harus kami lakukan itu akan, saya pikir akan membantu. Jadi ini saya hanya menambahkan dan menguatkan informasi dari Pak Arief, nggih terima kasih. KETUA RAPAT: Baik terima kasih Pak Enggar, Pak Ahmad, Pak Labdo yang telah menyampaikan beberapa masukan tentang penyempurnaan ataupun perbaikan undang-undang Merek tahun 2015. Rancangan undang-undang ini dari pemerintah, jadi kami undang bapak ibu, memberikan masukan mungkin yang seperti tadi hal-hal yang dialami dalam prosesnya, perlindungannya bagaimana? Pak Edgar tadi sudah, pak Edgar fokus ininya apa ya? Produk yang dibuat? DIRUT. PT. CHEVALIER (EDGAR PUTRA BAHTERA): Kalau saya itu kerajinan kulit pak, jadi mungkin mulai dari sepatu, mulai dari dompet, dan tas dan sebagainya. Jadi saya bikin sebuah, oke saya cerita singkat mengenai produk saya ya, jadi produk ini saya buat 2011, sekitar 4,5 tahun yang lalu dan saat itu kenapa saya buat produk Chevalier? Karena saya mau merubah paradigma masyarakat, waktu itu masyarakat masih melihat brend lokal sebelah mata ditahun itu. Waktu itu brend lokal belum grow sangat bagus seperti saat ini, saat ini adalah hasil kerja keras teman-teman, brend lokal yang membrending bahwa produk lokal tidak kalah sama produk luar. Sat itu produk lokal masih belum terlalu famers, mungkin beberapa yang menonjol seperti Dagadu berbedalah, dia pioneer. Nah bagi anak-anak muda hal ini sangat sulit waktu itu untuk bisa mengubah karena kita selalu di sandingkan dengan brend-brend luar. Saya dan teman-teman mencoba untuk membuat sebuah paradigma baru, nah saya bermain diproduk sepatu. Jadi saya melihat bahwa potensi Indonesia itu luar biasa soal pengrajin sepatu, soal produksi, kualitas kita itu tidak jauh. Cuma kita terlalu banyak disuruh mengerjakan produk-produk yang kelas bawah, karena takut tidak bisa ngejualnya, sepatu lokal rata-rata berani jualnya hanya 200 ribu, tidak ada yang berani di 2 juta. Begitu 2 juta sudah langsung takut dengan produk luar, seperti itu. Cerita singkat dari saya adalah saya menceritakan sebuah produk dimana mahal harganya, presentasinya berkualitas, materialnyapun berkualitas. Seperti itu, alhamdulillah marketnya sudah luas, dan diterima baik secara nasional maupun internasional. Namun yang berhubungan dengan Merek adalah seperti tadi yang saya sampaikan, terjadi sebuah kesulitan untuk bisa mendaftarkan merek, butuh waktu yang lama, dan hal ini benar-benar deadlock. Jadi itu sudah sampai meja pemeriksa, sudah kita hanya bersabar dan menunggu, apakah Merek itu diterima atau tidak? Tidak ada kejelasan. Sedangkan dinamika diluar sana mengenai Yong Emerging Lokal Brend itu berkembang setiap bulan, setiap minggu seperti itu. Kalau memang target kita mau sampai ke level 2%, apa namanya pebisnis? Kita harus support juga gitu lho dari teknisinya, dari penyidiknya, dari sistemnya. Karena kita tidak akan bisa melegalkan 2% pebisnis Indonesia kalau sistemnya masih seperti ini pak, seperti itu. Dan menurut saya harus dibedakan, mana
-8-
perusahaan besar, mana perusahaan menengah dan mana UKM? Karena level kekuatan mereka berbeda, untuk UKM mengeluarkan uang sekian juta saja sudah berat, mereka berpikir daripada saya harus bayar legal, yang dimana 2 tahun saja bisa ditolak, bayangin kita sudah bayar, kita sudah minta tolong sudah bayar berjuta-juta ternyata 2 tahun ditolak, karena dirasa ada mirip meskipun sebenarnya tidak mirip. Itu realitanya pak, dan itu sangat ironis, jadi bayangin akhirnya apa? Banyak teman-teman saya, pebisnispebisnis lain tidak fokus mendaftarkan Mereknya. Dan ketika produk mereka berkembang kreatifitas mereka meningkat, produk-produk mereka sudah sama kaya level-level internasional mereka tersandung sama yang namanya legal. Jadi sangat disayangkan potensi yang luar biasa, sekarang saya yakin deh produk lokal mau disandingi sama Merek luar manapun, bisa. Karena apresiasi internasional luar biasa, sekarang leader boot Indonesia itu sudah, sudah menjadi mencuri perhatian di Amerika. Kemarin saya ikut pameran di Kementerian Perdagangan untuk pameran Las Vegas Fasion Week, dan orang Amerika terkaget-kaget sama orang Indonesia, kok bisa ya di Indonesia bikin kayak gini, dan akhirnya orderpun lancar sekali. Jadi harus benar-benar dibedakan mana perusahaan besar, perusahaan menengar UKM dan UKM dibantu, tidak hanya dibantu dari segi uang, gratis-gratis tapi ditumpuk dulu ini pengalaman saya, bertanya di Dinas UKM. Ya dia gratis pelayanan satu atap, oke satu atap, tapi ketika kita sudah membawa berkas yang tebal itu, kita kasih sama dia ditumpuk dulu, sampai berapa? Sampai Desember mas akhir tahun, kenapa? Kita targetnya 2000 brend, kalau belum 2000 brend belum di sup mithe. Lama terlalu lama, gimana kalau salah satu dari brend itu ada yang sama namanya? Kan kasihan yang numpuk pertama, ini realitanya, mereka tidak bisa apa-apa, mereka Cuma bisa bilang ini perintah dari yang atas. Karena itu saya sangat tertarik, saya sangat senang sekali diundang kesini karena saya bisa menyampaikan aspirasi dari yang seumuran saya, yang mungkin tidak, KETUA RAPAT: Yang numpuk apa? Di Departemen sini? Di kantor HAKI sini DIRUT. PT. CHEVALIER (EDGAR PUTRA BAHTERA): Ya atau didaerah, misalkan kan perwakilan di Bandung atau di Jogja dia dikumpulkan dulu gitu, jadi sampai sekian, atau sampai tenggat waktu 6 bulan baru di submitte. Bayangkan setelah di submitte pun masih butuh 2 tahun, 2,5 tahun dan ada juga yang masih ditolak, seperti itu pak terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Edgar tambahannya, menggelitik juga ini, kemarin-kemarin kami sudah dengan para pakar, dengan Menteri juga sudah tapi ini kondisi lapangan nyata. Ya, Pak Ahmad sudah ketawa ini mau bertanya ini. Bapak, Ibu sekalian saya kira ada kesempatan kita untuk melakukan tanya jawab ya, Pak Dossy atau pak, pak Ahmad dulu, oh pak Dossy dulu. Silakan pak Dossy F-P. HANURA (DOSSY ISKANDAR PRASETYO): Terima kasih Pimpinan, dan Pak Ahmad terima kasih saya jam setengah tiga mimpin rapat soalnya. Para Nara Sumber yang saya hormati.
-9-
Pimpinan ini saya mohon dicatat benar ini oleh staf kita ini, ini LO dari Kementerian Kehakiman tidak ada atau Direktorat Jenderal Merek? Saya sebelum memberi pernyataan ya, tadi ini mengambil keputusan bukan? Nyatat saja, oh perancangnya ya sudah nanti dimasukan dicatat saja, nanti saya bicarakan dengan Pak Dirjen, kenpa begitu? Karena saya di Komisi III kan mitra saya, nah ini bahaya ini pernyataan ini fakta ini supaya dicatat bener ini tadi. Karena penjelasan yang kita minta sselalu one stop service, ayo kerja, ayo kerja itu kan menteri begitu. Nah ini bahaya ini, ini fakta ini, ini pernyataan resmi disuatu forum lembaga negara ini, tidak mungkin ngarang ini, jadi ini pasti benar. Ini pimpinan, jadi ini nanti kita catat, ini yang pertama yang harus kita catat nanti mudah-mudahan bisa dirumuskan dengan norma, ini soal perlindungan dan keberpihakan kepada UKM, atau kreatifitas dari kita tidak melihat ini dari golongan mudah atau golongan tua, barangkali presfektifnya adalah bahwa ini ada masyarakat yang kreatif yang produknya harus dilindungi dan diberikan kesempatan untuk berkembang. Nah kita sudah tahu tadi dari rangkaian uraian perjalanan kita termasuk melakukan dialog-dialog didaerah, itu kesulitannya adalah pelayanan oleh apparat. Mas tadi dicatat bisa dilihat saya agak marah kemarin di Jawa Timur, itu ada serah terima jabatan Kakanwil Jatim, saya tidak tahu apa serah terima? Polda hadir, Kejaksaan hadir, semua SKPT di Pemprov itu hadir, dipimpinan pak Sekda, itu satupun dari Kanwil tidak hadir. Bahkan jam 2 saya selesai, saya mengundang orang di plaza saya bertemu rombongan saya bilang sampean dibagian apa? saya bilang ada kira-kira 7 orang itu jalan-jalan di plaza saya tidak sempat tanya namanya, dia menjawab ya pak tadi habis menghadiri serah terima katanya. Padahal soal Merek itu kita 3 jam, itu tapi dimedia keluar nanti dicari di google ya, panggil saja soal yang di Jatim ini kaitannya sama tadi ini. Ini kan sudah jelas bahwa negara harus mempunyai keberpihakan, tetapi sistem birokrasi kita itu tidak memberikan respon yang cepat. Ini kalau dibiarkan kan merugikan negara berapa? Padahal kita ini sekarang melakukan terus berdialog untuk apakah kita termasuk perancang mungkin sudah menyiapkan apakah kita sudah perlu meratifikasi atau masuk dalam sistem Protokol Madrid (Madrid Protocol)? Nah disana ternyata setelah temuan kita daerah atau dilapangan dan dialog dengan para pakar terutama dari teman-teman yang hadir hari ini, itu adalah soal percepatan pengurusan. Nanti kalau ada Merek yang sama pada pokoknya, kita digugat itu para UKM itu ketakutan tidak bisa memproduk lagi. Nah sementara mengurus percepatannya itu numpuk seperti yang diungkapkan oleh teman dari Chevalier ini tadi. Ini yang dari pak Edgar tadi, nah ini yang perlu nanti di, kita undang pak secara khusus Direktorat Merek kita hadirkan kembali, bagaimana ini sistem percepatan keberpihakan ini sehingga rumusan norma dalam perlindungan hukumnya itu lebih jelas. Harusnya tadi kalau tadi dibedakan barangkali supaya tidak ada pembedaan, tapi ada sistem perlindungan hukum yang mempercepat produk-produk lokal itu. Itu bagaimana? Kalau sampai numpuk dari ini tidak ada itu, itu terlalu ngarang itu, ditumpuk dulu ya begitu satu yang direspon satu, begitu masuk direspon masuk. Kita ini kan soal itu, nanti kalau memang kita memberikan untung rugi soal protokol Madrid, tapi kan kita juga harus bisa melindungi produk-produk dalam negeri terutama pemberdayaan UKM. Dari mana kita bisa bersaing kalau pemerintah memberikan kesempatan mengeluarkan ijin atau sertifikat Merek terhadap lokal saja waktunya membuat kejenuhan. Sehingga nekat-nekat, nekat tidak terkontrol. Ini pimpinan supaya ada catatan penting disana soal nanti ada tersendiri soal perlindungan hukum khususnya bagi produk lokal yang bersumber dari UKM. Kemudian yang kedua pimpinan, pada rekan Dagadu yang ingin kita tanyakan pak kira-kira kendala yang sering muncul didalam yang berkaitan dengan Dagadu diproduk skala besar itu apa didalam 3 hal? Saya soal pembajakan, pemasaran dan kemitraan.karena kemitraan ini cukup penting didalam melihat produktifitas dari Dagadu sebagai produk yang tadi dikatakan pioneer, jadi cukup populer memang Dagadu. Kalau tidak salah seperti yang di Bali itu ya, atau yang di Denpasar nah Jogja kira-kira akan seperti itu, mungkin ada yang berbeda-beda saya tidak tahu. Kendala yang sering muncul itu apa pak terkait dengan tiga hal tadi dari aspek pembajakan, perlindungan dan kemitraan? Atau pembajakan, pemasaran dan kemitraan. Karena kalau nanti Dagadu yang begitu besar, Merek dagangnya tidak
- 10 -
ditopang oleh sebuah kemitraan yang begitu kuat untuk mengangkat derajat Merek ini setara dengan apa yang terikat dalam protokol Madrid nanti lambat laun tenggelam lagi. Padahal kita ingin protek sekali produk-produk dalam negeri yang sebenarnya bisa diangkat kedalam Merek internasional. Dan yang kedua ini agak penting pak singkat apa harapan Dagadu dan mungkin juga dari PT, Chavelier ini pada kesempatan perubahan undang-undang Merek ini. Ini kan kita melakukan perubahan, harapan yang harus masuk itu apa sebagai pelaku usaha, Indi ya? Tadi kan Merek-merek Indi ini sebenarnya tapi tidak dapat kesempatan perlindungan dan keberpihakan negara kepada yang diproduk. Nah ini khususnya perlindungan hukum yang tadi sudah saya sampaikan tadi, itu pimpinan terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Dossy. Jadi bukan hanya Dirjen kali nanti kita kasih masukkan di Komisi ya, langsung Menteri saja, ini penting fakta lapangan ini. Silakan pak. F-P HANURA (DOSSY ISKANDAR PRASETYO): Terima kasih Pimpinan, Yang kami hormati ketiga naras umber, PT. Chavelier dan PT Aseli Dagadu, yang telah memberikan masukan kepada Panja RUU Merek, dan sekaligus memberi laporan dari kenerja pemerintah, Nampaknya Pak Ketua ini baru tahu bahwa pelayanan pemerintah itu jelek gitu ya. Memang saya sering sekali melihat pelayanan pemerintah itu tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan selalu dalam waktu itu mundur. Dulu ketika pelayanan KTP itu mundur terus, tapi sekarang sudah mending bagus, setelah disorot terus. Kemudian pelayanan pernikahan, sekarang sudah bagus dulu mundur penghulunya katanya suka tidak tepat waktu sekarang sudah tepat. Nah sekarang pelayanan pendaftaran, pendaftaran tentang Merek yang dibutuhkan oleh pengusaha kreatif yang tadi sudah disinggung memang perlu dipercepat. Diusul kita itu kan berapa bulan pak pimpinan yang sudah ada itu 2 tahun, tetapi di RUU kita dipercepat 8 bulan kalau tidak salah. Sudah dibaca ya? Nah kalau ini usul dari pak PT. Chavelier ini, pengecekan kalau bisa satu bulan, nah ini perlu dipertimbangkan. Dan tadi dari Nara Sumber Prof. siapa, itu bila perlu tidak usah datang ke Jakarta, cukup pakai on line, ini sudah ditangkap oleh kita. Memang beberapa tahun yang lalu apa yang disebutkan oleh PT. Chavelier tadi apa namanya? Usaha kreatif lokal itu sangat dikalahkan oleh Merek-merek yang dari luar negeri, ini saya percaya dengan pak PT Chavelier, dengan bisa meyakinkan kreatif dari pengusaha-pengusaha kreatif itu, maka rupanya tidak kalah ya dari mutu yang dibuat olehluar negeri. Oleh karena itu memang disini keberpihakan pemerintah dalam membantu melayani kemudahan dari PT pengusaha kreatif ini. Kalau saya ingin tanya, lebih maju manakah sepatu, dompet, yang dibikin oleh ini dengan buatan sepatu Batta? Sepatu Batta itu kan BUMN pak ya? Nah sekarang sudah mulai pudar itu, menurun sekali, nah pertanyaan saya laku mana dengan sepatu Batta? Kemudian yang Dagadu ya pak yang PT dari Jogja? Saya pengalaman saya pak, ketika saya mau beli kaos itu di Bali, namanya Joger itu ya? Itu dibatasi pak, bapak tidak boleh banyak-banyak belinya dibatasi hanya lima. Nah saya juga termasuk kaget, saya kan punya uang dan saya caleg, kalau caleg itu kalau beli harus banyak pak buat apa namanya konstituen itu, tapi dibatasi tidak bisa. Saya merayu-rayu tetap tidak bisa, nah apakah dibapak itu dibatasi juga, kemudian hambatan-hambatan apa saja yang dengan sistem yang lalu, tadi disampaikan bahwa apa namanya? Merek itu kalau dulu lebih luas daripada RUU yang sekarang disampaikan. Nah ini jangan sampai RUU yang dulu sudah berlaku terus direfisi atau diganti lebih menyusahkan masyarakat, maka perlu dari masukan-masukan masyarakat, mudah-mudahan masukan bapak banyak bermanfaat untuk ini semua, terima kasih.
- 11 -
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, KETUA RAPAT: Pak silakan menambah cerita kita. F-PG (SYAMSUL BAHRI BURY): Terima kasih Pak Ketua, ini apa yang mau tanyakan prinsipnya mirip ketua, jadi saya tidak perlu mengulang barangkali, sama dengan Pak Dossy dengan abang kita dari PPP ini. Barangkali penting untuk kita pertegas lagi dalam draf pasal tentang pembatasan waktu tentang registrasi Merek, terutama yang bermaksdu melindungi pelaku UKM pak Ketua. Karena kita tahu bahwa setiap pembentukan hukum itu tujuannya dua, pertama keadilan, kedua kepastian. Dari keterangan teman-teman pelaku usaha dilapangan ini, ada fakta kuat ini Pak Dossy tadi marah-marah bahwa kepastian legal serve itu yang menjadi tujuan, atau istilah hukumnya itu resakerja itu menjadi tidak ada. Nah ini barangkali bertentangan dengan maksud pembentukan sebuah undang-undang, jadi saya minta barangkali pasal tentang limitasi waktu registrasi Merek ini kita harus pertegas lagi. Mungkin 8 bulan terlalu lama, apalagi kita tahu bahwa bulan Desember nanti MEA berlaku efektif, kalau kita terlalu lama-lama di birokratisasi pada pendaftaran Merek, kita akan diserbu oleh produk-produk asing, kita kewalahan. Kita tahu bahwa Pak Ketua 500 juta penduduk ASEAN 240 juta ada di Indonesia, kita adalah potensi dan peluang pasar yang sangat-sangat signifikan untuk diserbu oleh Merek dagang asing itu. Saya kira itu saja masukan saya ketua, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Nyoman selamat datang, ini teman-teman kita dari pabrik-pabrik ini Direktur dari Chavelier Canners dan PT Aseli Dagadu Jogja, mereka telah memaparkan tentang masukkan buat kita semua, masalah proses yang begitu lama, minta perlindungan hukum mungkin pak Nyoman ada oleh-oleh buat mereka juga untuk ditanyakan pak, kami persilakan pak. F-PDIP (I NYOMAN DAMANTRA): Terima kasih Pimpinan, Memang kalau perlindungan terhadap UKM khususnya kalau di Bali itu pengrajin pimpinan, seperti di Bali itukan ironis sekali, selalu dilaporkan oleh pemerintah investasi itu meningkat luar biasa. Bahkan dikatakan di Indonesia untuk penerimaan devisa atau rizem itu separonya dari Bali, jadi dari tahun 2012 itu dari 9$ US yang dilaporkan oleh pemerintah itu 4,5$ US itu berasal dari Bali. Tapi ironisnya pengrajin di Bali itu bangkrut, jadi banyak pengrajin yang beralih profefsi jadi kuli-kuli bangunan, karena banyaknya investasi hotel yang besar-besar disana. Nah jadi setelah persoalannya memang harus berawal dari apa namanya? Ketegasan pemerintah menyangkut persoalan keberpihakan. Jadi setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik itu undang-undang, baik itu dari ketentuan, aturan-aturan yang ada, itu konten keberpihakannya harus ada. Misalnya kita mau membuat undang-undang apapun bentuk undangundangnya, baik itu menyangkut politik, ekonomi, ataupun sosial, budaya harus jelas keberpihakannya terhadap lokal konten. Salah satunya misalnya seperti yang teman-teman hadir pada siang hari ini, begitu juga teman-teman kita yang ada di Bali. Jadi contohnya disitu ada yang namanya pohon pisang, jadi mungkin kalau bapak-bapak pernah melihat pohon pisang yang berasal dari Bali itu dibuat oleh para pengrajin satu pohon pisang itu satu bulan, satu bulan dia kerjakan. Begitu pohon pisang itu dibuat oleh
- 12 -
penciptanya dua bulan kemudian itu dari Thailand pada saat itu, mereka bisa memproduksi 300 pohon pisang dalam satu hari. Maka banjirlah pohon pisang ataupun kerajinan yang bentuknya seperti pohon pisang itu ke Bali, akhirnya pengrajin pohon pisang itu sendiri yang dibuat dalam bentuk koperasi tadinya, tidak lagi bisa bergerak, karena masuknya pohon pisang ini. Jadi persoalan Merek dalam pengertian pemahaman kawan-kawan kita yang betul-betul sangat tradisional memahami hal itu, disini beutuh ada satu uluran tangan seperti yang pernah kita diskusikan pemerintah daerah. Jadi tidak bisa yang namanya persoalan Merek ini yang khususnya dimiliki oleh beberapa komunitas yang diharapkan dari masyarakatnya harus dari pemerintah daerahnya juga, karena seperti mohon maaf ini, seperti di Bali misalnya dari undang-undang investasi yang begitu sangat liberal yang kita miliki sekarang ini terus diikuti oleh ketentuan-ketentuan yang ada didaerah baik itu peraturan daerah di provinsi maupaun di kabupaten/kota itu membuat yang namanya suasana persaingan bebas itu sudah betul-betul tidak terkendali lagi. Sehingga sulit kita mengharapkan lokal konten kita baik itu sumber daya manusia lokalnya, produksi lokalnya, ataupun kearifan lokalnya punya eksistensi ditengah situasi ekonomi, situasi perdagangan yang memang secara kita tidak sadar, kita ikut dalam arus globalisasi itu sendiri. Nash kedepan harapan saya didalam undang-undang Merek ini, apapun bentuknya harus ada proteksi yang tegas, harus ada proteksi yang jelas, harus ada proteksi yang kongkrit terhadap apakah itu usaha kecil, menengah, UMKM, mikro, kecil terutama mikronya menurut saya. Karena pemahaman pemerintah tentang kecil itu sudah kalau saya tidak salah 500 juta keatas itu, nah mungkin dalam pemahaman kita ini yang mikro, terutama pengrajin-pengrajin ataupun kegiatan-kegiatan usaha-usaha masyarakat yang memang dibawah 500 juta, seperti misalnya di Jogja sendiri saya juga pernah menerima pengaduan kerajinan, kerajinan yang di Jogja yang secara instan bisa dicopy dari seperti cangkok akik itu, sekarang dari China sudah harganya Rp5000 satu pak. Yang dulu kalau dibuat oleh pengrajin itu harganya Rp50000, sekarang datang berkontener-kontener dari China, itu Rp5000 satu. Nah mungkin didalam undang-undang Merek ini harus bisa ada satu keberpihakan pemerintah untuk bisa memberikan proteksi secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan masyarakat, yang memang mungkin belum ada merek secara khusus itu, tapi idenya itu sudah dijiplak. Jadi kalau dibawa ke undang-undang Paten, sementara di undang-undang Patenpun undang-undangnya tidak bunyi tentang itu. Nah kita harapkan apakah itu bisa bunyi di undang-undang Paten ataupun di undang-undang Merek, dari saya sekian terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Nyoman, Pak Biem yang baru datang, tamu-tamu kita ini memaparkan masukan buat kita dalam rangka penyempurnaan atau refisi undang-undang Merek, proses yang begitu panjang dan lamban, birokrasi yang panjang, pemalsuan juga ada, mungkin Pak Biem ada tambahan sedikit silakan. F-P. GERINDRA (BIEM TRIANI BENYAMIN): Terima kasih Pimpinan, dan rekan-rekan Anggota Pansus RUU Merek, Bapak-bapak, Ibuibu sekalian, memang Merek ini perlu kita selesaikan dan apa yang disampaikan tadi keberpihakan kepada ekonomi kecil, kemarin juga sudah di Bandung kita sampaikan bahwa permasalahan-permasalahan tentang Merek ini masih banyak sekali dari pendaftaran yang lama, tidak jelas, lalu ada duplikasi dan lainlainnya. Saya sangat mendorong sekali intinya adalah UKM kita keberpihakan kita pada masyarakat kita bahwa di China itu ada sebagian, saya belum pernah ke China sih pak, baik juga sih nanti ada kita lihat juga disana seperti apa, itu memang diduplikasi Merek itu memang disuport sama pemerintah itu
- 13 -
duplikasinya itu. Karena memang mereka mau memproteksi ekonomi rakyatnya, yang palsu silakan, yang mereka bikin sendiri ya didorong juga, tetapi kalau didalam undang-undang kan tidak bisa keberpihakan seperti itu, itu karena berlaku umum. Nah dimana nanti memang kita pelaksanaannya itu memang harus mau tidak mau dan saya setuju sekali proteksi-proteksi untuk UKM kita masyarakat kita. Kemarin disampaikan misalnya ada salon apa kemarin itu, namanya Naruto, nah kalau tidak kan kena itu, padahal itu jauh di Ciamis atau dimana itu. Nah kalau kita langsung terapkan undang-undang ini kena sendiri itu kasihan warga kita kan. Jadi memang ada proteksi-proteksi itu perlu sekali itu seperti itu, satu itu. Lalu kedua, untuk kecepatan, untuk akurasi, data saya sangat menginginkan ini kan era teknologi itu, era teknologi jadi leading sektornya siapa, leading sektornya siapa? Disitu diberikan otoritas sehingga masyarakat itu sangat mudah, sangat mudah mendaftarkan melihat Merek apa saja yang sudah, atau yang belum itu kan akan lebih mudah. Saya sendiri mendaftarkan Merek saya itu melalui agen saja karena tidak tahu harus kemana itu, harus kemana dan agak berbelit-belit kan? Nah ya pak ya? Ternyata saya daftar juga saya mau buat itu rumah makan Bang Ben itu, dan ternyata sudah dipakai sendiri itu, itu padahal nama ayah saya Benyamin Sueb. Wah sudah ada yang mendaftarkan itu, dan ternyata repot juga itu. Nah itu Pak Pimpinan jadi memang apa namanya kita harus adaptasi dengan kondisi diluar, tetapi juga harus memang proteksi-proteksi masyarakat kita, UKM-UKM kita supaya tumbuh kembang juga begitu. Karena kalau kita benar-benar melaksanakan undang-undang secara hantam kromo yang kita kena juga, bahkan ada yang diluaran itu, jangan-jangan ini pesanan asing? Kita mengesahkan undang-undang Merek supaya nah kaya gitu, jadi adalah ada keberpihakan kepada masyarakat. Terima kasih, untuk sementara. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Benyamin, silakan pak. F-P HANURA (DOSSY ISKANDAR PRASETYO): Pimpinan interupsi, satu saja takut lupa nanti. Kalau lihat perkembangan pemikiran yang disampaikan oleh teman-teman tadi, substansinya pada keberpihakan dan perlindungan, barangkali perlu didalami sebagai catatan kita, itu adalah apakah kita akan memberi kebijakan afirmatif didalam undang-undang Merek ini? Tapi secara limitative, sampai kapan, karena apa yang disampaikan Pak Nyoman tadi rekan kita dari PDIP tadi inspiratif pak, dalam rangka merumuskan norma untuk kita menerapkan kebijakan affirmative secara limitative, maksudnya periodisasinya, ada sampai kapan. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kejadian diberbagai krisis, terutama ekonomi, itu salah satu penopang perekonomian internasional yang tidak rontok itu hanya UKM pak. Kebawah pak, ini barangkali kita sebagai penghormatan, bagi penghargaan perlu ditata, bagaimana apakah perlu diberikan rumusan kebijakan affirmative tapi ada pembatasannya, dengan catatan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan. Terima kasih pimpinan. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Dossy. Itu TA ya menjadi catatan kita itu. Terima kasih untuk rekan-rekan sekalian, pertanyaan dan tanggapan sudah selesai, kami mohon dari naras umber mungkin ada feedback lagi atau sekalian cloesing statmen dari masing-masing kami persilakan, kalau tadi mulai dari Pak Edgar sekarang kita mulai dari Pak Ahmad atau siapa? Kami persilakan. KOMISARIS DAGADU (LABDO PRANOWO):
- 14 -
Terima kasih Pimpinan, Jadi ada beberapa hal yang mungkin sifatnya menanggapi dan nanti akan ditambahkan oleh Pak Arief. Yang pertama pertanyaan dari Pak Dossy terkait tanggapan Dagadu terhadap perubahan Merek. Jadi menurut kami memang sangat menyenangkan kalau kami mempunyai undang-undang Merek yang sangat melayani kami dengan cepat, yang melindungi UKM dan sebagainya. Tetapi mungkin juga perlu sedikit apa? Kita rem, karena kalau pendapat kami adalah undang-undang Merek ini harus bisa memberikan pelayanan yang cepat tapi juga akurat. Jadi kenapa kami katakana akurat? Karena Merek kami dibajak memang, tetapi kami juga pernah dituntut oleh Merek lain, karena dianggap agak mirip gitu. Jadi artinya sebenarnya tidak masalah, apa itu pengusaha besar atau pengusaha kecil tetapi karena Merek dan Logo itu berkaitan dengan aspek visual yang bisa dipersepsikan macam-macam, jadi saya mengharapkan kantor Merek juga cukup akurat itu penting menurut saya. Karena didunia kreatif karya itu bergerak cepat gitu dan tingkat kemiripannya kadang-kadang bisa kecil bisa besar. Tetapi dan itu bisa bermasalah karena kalau Merek tidak cukup lembaga pemberi Merek tidak cukup akurat. Itu penting menurut kami, jadi dengan akurat itu saya pikir tidak peduli apakah pengusaha besar maupun pengusaha kecil akan terlindungi dengan baik karyanya dengan keakuratan. Tapi kalau cepat tapi tidak akurat nanti juga akan paling teraniaya. Jadi oleh karena itu tadi sempat kami sampaikan akan baik kalau memang sistem pemanfaatan teknologinya itu memungkinkan para pemakai merek, ataupun pemegang merek bisa ikut memantau perkembangan Merek yang ada. Itu yang pertama. Yang kedua pertanyaan tentang kesulitan kami dipembajakan, kemitraan dan pemasaran, kami mencobanya tidak menjawab satu-satu pak. Jadi kebetulan kami berdiri tahun 1994, Merek kita dapat secara legal pada tahun 1997, tapi kami mulai dibajak mulai tahun1995. Jadi dan moga-moga berakhir di tahun 2010, setelah tuntas. Jadi kami dibajak sampai kurang lebih selama 15 tahun, dan itu kami biarkan memang pada waktu itu, karena memang kami apa? Celakanya adalah yang membajak kami itu setidaknya sebagian besar adalah UKM pak. Kami UKM tapi yang membajak kami UKM yang lebih kecil lagi mungkin, nah itu jadi pada waktu itu kami juga mikir mau diberantas atau tidak ini? Sehingga kita dibajak selama kurang lebih 15 tahun, dan itu keputusan bisnisnya mengatakan dibiarkan saja. Pada waktu itu kita hanya berpikir, sama-sama cari makan di Jogja gitu, tetapi pada tahun 2010 kami sudah tidak bisa membiarkan karena pada waktu itu kami diberikan masukan dari teman-teman kreatif Jogja katanya kota kreatif tapi pembajakan Dagadu paling hebat itu. Jadi akhirnya kami tidak enak juga, akhirnya kami lakukan tidak pemberantasan tidak, tapi pada waktu itu kami mengundang mereka semua, para pembajak kami untuk kita ajak ngomong-ngomong gitu, dan yang sangat mengejutkan adalah ketika tahun 2010 kami melakukan upaya penyelesaian pembajakan, Merek kami tidak dibajak, tapi produk senada dengan kami masih jalan dan muncul Merek-merek baru. Pada waktu itu muncul Merek Caping, banyak di Jogjakarta, dan menurut saya itu bagi kami menarik, karena ternyata UKM dibawah kami bisa buat Merek gitu ya. Dan laku, Merek Caping di sepanjang Malioboro itu Merek-merek Caping, Capung dan lain sebagainya itu banyak. Nah itu bukan Merek kami sehingga bagi kami itu tidak bersinggungan, tetapi yang ingin kami sampaikan adalah mungkin mereka perlu diberi sosialisasi lebih dalam bahwa tidak setiap level kreatifitas mestinya memang dilindungi, itu penting. Jadi mereka tetap eksis tapi tidak boleh membajak, tetapi kalau mau kerja sama buat boleh, jadi kami merampungkan itu. Kemudian mungkin nanti lompat-lompat menjawabnya, tadi ada pertanyaan apakah di Dagadu dibatasi, atau juga dibatasi? Kami pernah membatasi, tapi yang protes banyak jadi tidak kami batasi. Dulu pembatasan itu juga kami lakukan juga dalam upaya sebenarnya untuk mengatasi pembajakan agar tidak jual lagi dicopy. Tapi rasanya tidak mungkin, jadi kita biarkan saja, yang membeli banyak ya syukur, lebih banyak lebih syukur lagi karena pasti laba kami akan nambah.
- 15 -
Kemudian tentang saya tadi mendengar tentang undang-undang harus melindungi UKM, kami merasa bahwa itu memang harus, tapi tadi bahwa didunia kreatif yang melakukan aktifitas saya pikir UKM iya, pengusaha besar iya, yang perlu ditumbuhkan sebenarnya rasa respek antar pelaku. Itu menurut saya paling penting, dan artinya yang kecil juga respek terhadap pengusaha yang besar, dan yang besar juga dengan kemampuannya bisa membantu karya yang kecil, itu menurut saya sangat penting. Dan kami di Dagadu Jogja membuktikan bahwa kami 15 tahun dibajak tidak apa-apa, kami bisa hidup bersama, dan ketika mereka kita minta untuk menutup Merek kita ya alhamdulillah mereka juga tidak apa-apa masih bisa hidup dengan Merek mereka sendiri akhirnya. Jadi itu menurut kami, rasanya itu yang bisa kami sampaikan, sebagai clousung statmennya mungkin mas Arief yang akan menyampaikan. KETUA RAPAT: Silakan pak DIRUT. PT. ASELI DAGADU DJOKDJA (AHMAD ARIEF NOOR): Terima kasih, mungkin sedikit memberi penekanan supaya tidak salah persepsi, artinya sebetulnya kalau tadi rekan saya pak Labdo mengatakan sebetulnya tidak masalah dibajak, justru harus saya katakana bahwa permasalah utama kita kalau dari pertanyaan bapak tadi pembajakan, kemitraan dan pemasaran permasalahan utama kita adalah dari pembajakan, ada pada pembajakan itu. Tentang tadi mungkin lebih pada keputusan-keputusan strategi gitu pak ya, karena begini mungkin nanti Mas Edgar juga menyampaikan bagi kami memang kemudian ya, sebagaimana disebutkan di undang-undang Merek ini memang Merek itu adalah pembeda. Jadi dan kalau dalam konteks marketing kan Merek itu kan promise ya, Merek itu janji artinya dibelakang itu adalah kualitas, dan sebagainya, dan sebagainya. Sementara pembajakan itu mungkin kalau dihitung secara finansial bisa jadi tidak terlalu besar, tapi bisa jadi terlalu menjadi besar. Pada tahun 2002 ketika kami, karena kami melakukan istilahnya investigasi ke lapangan itu sudah ketika kami mendaftarkan merek itu luar biasa, ratusan pak jumlahnya para pelaku itu. Kami punya datanya satu per satu dan lain sebagainya dan bahkan ketika kami menjebak untuk melakukan estimasi omset dan sebagainya itu dilevel atas itu mereka bisa tiga sampai empat kali dari omset kami. Dan ini tentu saja kalau dihitung, ya alhamdulillah kami ada wajib pajak, alhamdulillah kami ada membayar PPH, PPn dan sebagainya dan kalau dalam konteks itu mereka ya pertama mereka tidak membayar itu artinya ada potensi pemasukan negara yang tidak bisa diakses. Yang kedua mereka juga tidak lagi membayar tenaga kreatif dan sebagainya, itu yang menurut saya agak menyakitkan dari sisi bisnis ini. Kemudian juga kekawatiran yang cukup besar ketika satu Merek misalnya seperti contoh ditempat kami itu Dagadu, itu diupayakan sedemikian rupa oleh mereka sebagai nama generik. Sehingga seperti mungkin saja seperti aqua mau aqua yang Merek apa? Itu, itu kan berbahaya. Saya sangat tidak berharap, hal ini terjadi tapi saya kira dengan adanya sertifikat Merek Dagadu Jogja sudah di keluarkan oleh kantor HAKI, saya pikir Dagadu Jogja adalah Merek yang memang legal milik kami. Tapi moga-moga itu tidak terjadi, kemudian penyebutan itu memang diupayakan secara sistematis kemudian akan menjadi nama yang generic. Kemudian yang terakhir, tentang kecepatan dan akurasi, tempat kami ada Kanwil Kumham, mungkin dibeberapa kota juga ada. Tapi saya kira kok fungsinya masih sebatas mohon maaf kalau saya katakana hanya menerima berkas. Jadi karena memang semua proses ada disini di Jakarta, kalau orang jawa bilang mbok iyao bolehlah kalau misalnya peran dari Kanwil itu juga ditambahkan sehingga ada bagian-bagian tertentu yang selesai di Kanwil. Mungkin dengan sistem komputerisasi, sistem on line dan sebagainya, sehingga tidak lebih parah seperti yang diceritakan Mas Edgar tadi. Mungkin di tumpuk dulu
- 16 -
karena belum sempat dibawa ke Jakarta, atau mungkin kurirnya masih besuk dan sebagainya, dan sebagainya itu yang membuat kami terlalu lama digantung, katakanlah begitu. Terima kasih bapak. KETUA RAPAT: Terima kasih, pak Ahmad, Pak Ruhut ini sudah mau ditutup tapi kalau ada hal-hal yang ya saya tahu pak dari Baleg, dari Komisi, Bapak masih bisa sampai kesini terima kasih banyak ini. Ini dari Dagadu dari Chavelier ini pabrik-pabrik lokal yang menonjol, hari ini kita undang dalam rangka mencari masukan Rancangan Undang-undang Merek. Proses yang begitu panjang 2 tahun tidak selesai, 2,5 banyak yang dibajak didiamkan saja, mungkin ada masukan buat mereka dalam rangka kita semua baik gitu. Silakan pak Ruhut. F-PD (RUHUT SITOMPUL): Terima kasih ketua, mohon maaf ini ketua saya ini takut saya salah sayang Ibu Desi Ratnasarinya tidak ada pak ya. Saya sudah tahu Bapak ini kemari sudah ngeblouw sudah apa, karena mau lihat Bu Desi ya, saya bisa ngerti, saya juga kalau kemari ke Pansus ini tidak kuat kalau lihat Bu Desi. Tapi ada pemuda ganteng Abang kita, disitulah pak pentingnya kenapa kita RUU ini biar ada dasar hukumnya pak. Selama ini kan seperti yang bapak alami, tapi nanti dengan sudah ada undang-undang tidak usah kawatir pak, ya insyaallah ini semua bisa, ada dasar hukumnya. Jadi hukum itu bisa ditegakkan, kalau sekarang kan ya bagaimana main silat para pemangku kepentingan ini, iya kan. Jadi saya rasa masukan bapak ini nanti akan bahan bagi kami dalam rangka RUU Pansus Merek ini pak. Terima kasih pak ya, mohon maaf saya tidak bisa berpanjang lebar, karena saya tahu bapak-bapak sudah dari tadi, kami kebetulan lagi membuat DIM pak, Panja KUHP pak, sekali lagi mohon maaf pak terima kasih pak. KETUA RAPAT: Memang sih ini bintang film kita ini, ada pendek-pendek saja tidak apa-apa, oke Pak Edgar, mungkin sekalian dengan clousing statmenya ya. Biar pas kita tutup, ya silakan. DIRUT. PT. CHEVALIER (EDGAR PUTRA BAHTERA): Ini menarik sekali pak, jadi saya mau menjawab dulu pertanyaan laku mana sama Batta? Saya sama Batta memainkan dua sistem bisnis berbeda, Batta dengan sistem pabrik mesin, semuanya sedangkan saya dengan mengepowering pengrajin lokal. Dimana saya ajari standar-standar produksi internasional didalamnya jadi didalamnya semuanya hand made, karena detail terbaik munculnya dari tangan bukan dari mesin itu dari saya. Jadi kalau laku mana sama Batta kapasitas produksi Batta sulit untuk dikalahkan jika kita dengan hand made, jadi seperti itu. Lalu untuk proteksi duplikasi yang di China pak, sebenarnya ini menarik seperti yang tadi para yang pendahulu dari Dagadu ini yang bercerita tentang Merek dibajak. Mungkin bagi saya yang lebih muda dari beliau untuk awalnya dibajak itu menarik, karena berarti ada pengakuan sosial didalamnya. Tapi lama kelamaan kalau sudah mulai enouying itu mulai mengganggu. Mungkin memang cara paling tepat adalah untuk berkolaborasi ya Pak ya? Bukan dengan membajak. Jadi mungkin pemerintah bisa membantu mewadahi, jadi tidak harus dari Dagadu yang inisiatif, tapi bisa ada wadah atau incubator, nah jadi incubator-incubator bisnis itu bisa dimaksimalkan pak, tidak Cuma untuk memberikan dana, tapi juga bisa mewadahi kolaborasi antara yang sudah besar dengan yang kecil, itu lebih baik. Jadi terjadi simbiosis
- 17 -
mutualisme, jadi omsetnya tidak disalip tapi bertambah bersama. Seperti itu pak, saling mengimploensi membuat sebuah karya baru yang lebih menarik, mungkin terdengar klise tapi kalau dijalankan dengan kreatifitas yang ada saat ini sangat mungkin terjadi. Lalu untuk dari tadi disinggung soal teknologi mengenai sistematikanya, saya sudah mengecek Websnya HAKI sudah cukup bagus kok pak, sebenarnya. Karena disana ada sistem dimana kita bisa mengecek semua Brends yang ada di ASEAN saat ini, jadi misalnya kita ketik nama dia keluar ada Webs apa, dan dia dikamar berapa? Jadi misalnya tentang manufactur, atau tentang fasion, atau tentang sepatu, atau tentang baju seperti itu. Jadi sebenarnya Webs itu sudah bisa mengakomodir, tapi tolong Webs itu bisa diupdate dan lebih penting lagi ketika kita mengecek misalkan saya masukin Chevalier oh belum ada ini saya mau daftar. Dan jangan sampai pas belum ada saya daftar, pas daftarnya beres sudah ada, punya orang lain, entah di Thailand, entah di Malaysia atau dimana. Seperti itu pak, karena sempat saya sekali gagal ekspor ke luar negeri karena ada Merek disana yang sudah terdaftar, jadi saya tidak bisa masuk kesana. Seperti itu pak terima kasih, oke mungkin jika mau ada kuikkwin kan dalam setiap proyek ada kwikwin pak, ada pilot proyek. Nah bisa untuk mengecek kecepatan ini bisa dengan brend dari saya atau mungkin brend-brend baru yang dari Dagadu yang bisa dibantu percepatannya sebagai contoh proyek untuk efektifitas dari RUU yang baru ini pak. Ini kan RUU baru sudah dibentuk apakah RUU ini efektif dalam mendaftarkan sebuah brends mungkin menarik kalau kami bisa menjadi pilot projek yang untuk mencoba pertama kali di RUU ini terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Edgar, banyak sekali masukan-masukan yang naras umber sampaikan ke kami sebagai Pansus, ini merupakan langkah yang baik dalam rangka penyusunan rancangan Undangundang Merek. Saya kira rapat kita ini sudah selesai, terima kasih banyak untuk pak Ahmad, Pak Edgar, Pak Labdo sudah datang kemari ditempat ini. Bapak-bapak Anggota Pansus demikianlah acara pada hari ini, kita akhiri semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita semua. Sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Rapat ditutup Pukul: 14.45 WIB Jakarta, 21 September 2015 a.n Ketua Rapat SEKRETARIS RAPAT, ttd. DRS. ULI SINTONG SIAHAAN, M.SI. NIP. 19601108 199003 1002