1
PROSPEK PENGEMBANGAN BUDIDAYA LEBAH MADU DI KELURAHAN GUNUNG GEDE KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA
Winda Febriani (
[email protected]) Dr. Siti Fadjarajani, M.T. Yani Sri Astuti, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi
ABSTRACT The aims of the research are To know the development of honey bee cultivation prospect in Gunung Gede Gede Village Kawalu Subdistrict Tasikmalaya City and To know the proponents and obstracle factors on ciltivation of honey bee in Gunung Gede village Kawalu Subdistrict, Tasikmalaya City.Method of the research which is used in this research is qualitative descriptive method and technique of collecting the data by using : observation, interview, literature study, documentation study. Qualitative descriptive research doesn’t use sampling random and doesn’t use more population and sample, but uses little which is appropriate with the purpose by using Non Random Sampling and Purposive Sampling. It so happens, the target of this research is the subject which is examined in order to get the data complete. The subject datain this research is research target who are associating, working, having attitude, speaking, etc. The results of the research are the development of bee cultivation in Gunung Gede village Kawalu Subdistrict, Tasikmalaya City has a big and profit prospect because there is opportunity on need of honey which is increase and geographical factor which support in development of bee cultivation are climate, land, financial capital, rainy season condition. Keywords : Cultivation, Honey, Marketing
1
2
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan di berbagai bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental, termasuk di dalamnya pembangunan di bidang ekonomi untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila. Tujuan pembangunan ini adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat serta meletakan landasan yang kuat ke tahap pembangunan selanjutnya. Istilah pertanian mempunyai arti yang sangat luas, bukan saja meliputi bidang penggarapan dan penanaman, tetapi juga bidang-bidang lain seperti peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Cakupan objek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan), kehutanan, peternakan dan perikanan. Salah satu sektor peternakan yang menghasilkan komoditi dengan harga jual yang stabil dan nilai jualnya tinggi adalah budidaya lebah yang mana dapat menghasilkan madu, karena masih sedikitnya petani yang mengembangkan jenis hewan ini. Usaha budidaya lebah madu memiliki prospek yang sangat cerah di Indonesia, seiring perkembangan Industri Farmasi, makanan dan minuman serta industri kosmetik yang pesat, kebutuhan akan hasil produksi lebah madu sebagai bahan baku semakin besar. Madu yang dihasilkan oleh lebah memiliki khasiat terhadap kesehatan. Sebagaimana diketahui, madu mengandung zat gizi yang sangat banyak diantara lain protein, karbohidrat, asam amino, vitamin, mineral, dekstrin, pigmen tumbuhan, dan komponen aromatic. Tidak hanya madu yang dihasilkan oleh hewan penyengat yang kecil, selain madu, hewan ini juga menghasilkan propolis, bee pollen, royal jelly, dan lilin lebah. Dan semua produk ini saat ini juga sangat dicari karena khasiatnya dalam menyembuhkan berbagai penyakit yang diderita oleh manusia. Di Tasikmalaya, budidaya lebah madu digeluti oleh beberapa penduduk, salah satunya budidaya lebah yang berada di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu. Dari hasil survei awal awal diketahui terdapat 20 orang yang tergabung dalam kelompok petani lebah madu di Kelurahan Gunung Gede. Kelompok petani ini memiliki 120 kotak tempat pembudidayaan lebah madu yang tersebar dibeberapa lokasi, dimana dari setiap kotaknya menghasilkan rata-rata 1000 ml madu dan dipanen setiap tiga bulan sekali. Jika dijumlahkan, dalam sekali panen kelompok petani bisa
2
3
menghasilkan rata-rata madu sebanyak 120.000 ml atau 120 liter madu. Madu hasil panen kemudian didistibusikan ke beberapa daerah yang ada di wilayah Tasikmalaya dan bahkan ada yang ke luar kota seperti Jakarta, dengan harga perbotolnya Rp. 80.000,00. Jika dihitung, maka perngahasilan yang dapat diperoleh bulannya oleh kelompok ini sebesar Rp. 9.600.000,00. Melihat hal tersebut, maka pembudidayaan lebah madu di Tasikmalaya dapat lebih berkembang lagi ke arah yang lebih maju mengingat produksi madu sangat dibutuhkan sebagai bahan baku industri farmasi, makanan dan minuman serta kosmetik.
RUMUSAN MASALAH Adapun masalah dalam
penelitian ini
adalah bagaimanakah prospek
pengembangan budidaya lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya dan faktor-faktor geografis apa saja yang mendukung dan menghambat pengembangan budidaya lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya?
TUJUAN Adapun tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui prospek pengembangan budidaya lebah di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya dan untuk mengetahui faktor-faktor geografis yang mendukung dan menghambat pengembangan budidaya lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
MANFAAT PENELITIAN Kegunaan penelitian ini adalah : : Untuk mengetahui prospek pengembangan budidaya lebah di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya dan untuk mengetahui faktor-faktor geografis yang mendukung dan menghambat pengembangan budidaya lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya.
3
4
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif . Metode deskriptif kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun yang bersifat rekayasa manusia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan penulis dalam pengambilan sampel adalah sebagasi berikut: Non Randon Sampling adalah teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik sampel acak sederhana. Penulis menggunakan teknik ini dengan alasan populasi memiliki karakteristik yang relatif sama, misalnya dalam hal pendidikan, yakni sebagian besar petani hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD), dan Purposive Sampling adalah mengambil sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya saja merupakan orang yang mewakili (refresentatif) dari populasi. Penarikan sampel yaitu tentang satu kelompok yang terdiri dari
15 petani lebah
berdasarkan observasi dan wawancara dan diambil sampel sebanyak 5 orang petani lebah.
PEMBAHASAN A.
Prospek Pengembangan Budidaya Lebah Madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Prospek pengembangan merupakan suatu peluang dalam memperbaiki ataupun meningkatkan sesuatu, sehingga nilai kegunaannya akan meningkat pula. Indonesia dikenal memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan perlebahan yang berupa kekayaan sumber daya alam hayati seperti berbagai jenis lebah asli Indonesia dan beraneka ragam jenis tumbuhan sebagai sumber pakan lebah, kondisi iklim, dan jumlah penduduk yang tinggi.Lebah merupakan serangga penghasil madu, royal jelly, propolis, lilin, pollen, sengat dan membantu penyerbukan tanaman. Riset ilmiah terbaru membuktikan bahwa madu potensial sebagai antioksidan, antimikroba, antijamur, perawatan kulit, pengawet makanan, dan sebagai obat luka. Jumlah produksi madu nasional belum dapat mencukupi permintaan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan bahwa Indonesia melakukan
4
5
impor madu dari Vietnam, Australia dan Republik Rakyat Cina untuk menutupi kekurangan madu tersebut. Fakta ini menunjukkan bahwa budidaya lebah madu memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan di Indonesia.Prospek pengembangan budidaya lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya sangat menjanjikan sebab ada peluang akan kebutuhan madu yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan permintaan akan kebutuhan madu sangat tinggi dikarenakan praduksi madu sebagai bahan baku semakin besar seiring dengan perkembangan industri farmasi, makanan dan minuman serta kosmetik.Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa permintaan konsumen akan madu kepada petani di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan setiap tahunnya. Seperti halnya pada tahun 2008, setiapkali panen petani menghasilkan madu ratarata sebanyak 110 liter, sedangkan permintaan pada saat itu rata-rata sebesar 240 liter per panen. Ini menunjukkan adanya kekurangan hasil panen madu untuk memenuhi kebutuhan pada tahun 2008 yakni sebesar 130 liter. Pada tahun 2009 setiapkali panen rata-rata menghasilkan madu sebanyak 288 liter atau terjadi kenaikan permintaan yakni sebesar 20% dari permintaan tahun sebelumnya, sedangkan rata-rata hasil tiap kali panen hanya 125 liter. Ini menunjukkan masih adanya kekurangan hasil panen madu untuk mencukupi permintaan pada tahun 2009 yakni sebesar 163 liter.Pada tahun 2010 permintaan pada setiap kali panen rata-rata mencapai 300 liter, atau mengalami kenaikan sebesar 4, 17% dari permintaan di tahun sebelumnya, sedangkan rata-rata hasil tiap kali panen petani menghasilkan 115 liter. Ini menunjukkan adanya kekurangan dalam memenuhi permintaan pada tahun 2010 yakni sebesar 185 liter.Pada tahun 2011 rata-rata permintaan setiap kali panen sebanyak 312 liter, atau naik sebesar 4,17% dari permintaan tiap kali panen di tahun sebelumnya, sedangkan rata-rata hasil panen madu menghasilkan 120 liter. Hal ini masih menunjukkan adanya kekuarangan dalam memenuhi permintaan pada tahun 2011 yakni sebesar 192 liter.Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa permintaan akan madu kepada petani di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan ini merupakan hal yang wajar mengingat kebutuhan akan madu secara nasional pun
5
6
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, akan tetapi hasil produksi madu masih belum bisa memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini akan menjadi peluang usaha bagi kedepannya untuk bisa mengembangkan usaha budidaya lebah madu.
B.
Faktor Pendukung Pengembangan Budidaya Lebah Madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya 1. Iklim Iklim adalah rata-rata dari keadaan unsur cuaca (suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran matahari, serta arah dan kecepatan angin), biasanya digunakan selama tiga puluh tahun. Iklim dan unsur-unsurnya merupakan salah satu faktor fisik yang sangat menentukan bagi pertanian. Indonesia termasuk wilayah yang memiliki udara sub tropis, sangat ideal untuk mengembangbiakkan dan membudidayakan lebah. Kisaran suhu yang optimum bagi kehidupan lebah madu dewasa adalah 10oC – 35oC, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Sedangkan untuk telur dan larva membutuhkan suhu optimum 30oC – 32oC dengan kelembaban yang sempit yaitu 80-90%. Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya merupakan salah satu tempat yang cocok untuk budidaya lebah karena suhunya berkisar antara 28oC – 35oC . Kondisi ini cocok untuk budidaya lebah madu karena lebah madu cocok berada hidup di suhu normal yaitu 25oC. 2. Lahan Untuk Pembudidayaan Lebah Lahan merupakan modal utama petani lebah untuk meningkatkan produksi madu. Terutama lahan yang memiliki variasi tanaman. Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai lahan dan status kepemilikan lahan yang digunakan untuk budidaya lebah di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu adalah menggunakan lahan milik sendiri dan lahan milik orang lain dan milik pemerintah. Penggunanaa lahan tersebut para petani lebah tidak menyewa atau mengontrak, tetapi hanya meminjam untuk menyimpan stup / kotak lebah tempat lebah bersarang. Penyimpanan stup / kotak lebah tersebut dipilih
6
7
berdasarkan banyaknya tanaman yang berbunga, untuk bahan makanan berupa nektar dan tepung sari. Lokasi yang memungkinkan untuk penyimpanan stup/kotak lebah adalah daerah-daerah perkebunan. Untuk kondisi daerah Kelurahan Kawalu sangat beruntung karena sudah tersedia sehingga tidak perlu membuat lahan-lahan tanaman berbunga yang tentunya akan memerlukan biaya tambahan. Penyimpanan stup / kotak lebah di beberapa tempat bertujuan untuk penggembalaan lebah. Dalam penggembalaan ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1)
Perpindahan lokasi dilakukan pada malam hari saat lebah tidak aktif.
2)
Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
3)
Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
4)
Luar areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga. Tujuan
utama
dari
penggembalaan
adalah
untuk
menjaga
kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis, sedangkan tujuan pemberian pakan tambahan diluar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik. 3. Jenis Tanaman Sumber Pakan Lebah Madu Sama halnya dengan ternak yang lain, lebah juga membutuhkan pakan yang cukup untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Pakan utama bagi lebah madu adalah nektar dan polen. Nektar adalah cairan manis yang terdapat di dalam bunga tanaman. Hampir semua tanaman berbunga adalah penghasil nektar. Nektar pada umumnya dihasilkan oleh bunga tanaman. Bahan makanan dasar yang kedua bagi lebah adalah serbuk sari bunga (pollen). Serbuk sari bunga merupakan bagian dari bunga jantan dari suatu tanaman yang berfungsi sebagai bahan penyerbukan bagi kepala putik bunga betina. Serbuk-serbuk sari terdapat pada bagian tangkai sari bunga jantan (anther). Bagi lebah madu serbuk sari bunga berfungsi sebagai sumber utama protein. Lebah madu merupakan jenis serangga yang mengambil nektar dan serbuk sari dari bunga demi mempertahankan kelangsungan hidupnya. Lebah madu juga menghasilkan produk yang sangat berarti bagi kehidupan di bumi ini yaitu berupa madu, lilin lebah, royal jelly, propolis dan sengat lebah. Oleh karena itu bunga menjadi obyek utama dalam pakan lebah madu. Lebah madu
7
8
membutuhkan berbagai zat makanan untuk pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan produksinya. Zat makanan pokok yang diperlukan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air. Besarnya kebutuhan zat-zat makanan berbeda sesuai dengan fase pertumbuhan dan strata lebah (Pusat Perlebahan Apiari Pramuka. 2007). Jenis tanaman yang dikenal sebagai tanaman sumber pakan lebah madu berdasarkan data hasil penelitian adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini : Tabel 1 Tanaman Sumber Pakan Lebah Madu
No.
Jenis tanaman
1 Alpokat 2 Kaliandra 3 Belimbing 4 Jeruk kecil 5 Jeruk besar 6 Jambu biji 7 Jambu air 8 Rambutan 9 Mangga 10 Kopi 11 Kelapa 12 Randu 13 Pisang 14 Aren 15 Pete Sumber : Hasil Penelitian, 2012.
Sumber Nektar (N) atau Pollen (P) P N N N dan P N dan P N N N N dan P N dan P N dan P N dan P N N dan P P
Ketersediaan pakan lebah secara berkesinambungan merupakan salah satu syarat pendukung perkembangan koloni lebah dan produksi madu. Oleh karena itu, faktor pakan sangat penting dipertimbangkan dalam menentukan kesesuaian lokasi kegiatan budidaya lebah madu. 4. Pemasaran Pasar merupakan tujuan akhir dari suatu hasil industri, karena hidup matinya
suatu
produksi.
Potensi
pemasaran
kadang-kadang
sangat
memerlukan hidup matinya usaha industri, potensi pemasaran ini sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya belinya. Pemasaran hasil 8
9
produksi dari budidaya lebah akan menentukan penghasilan yang dapat diperoleh petani. Dari hasil penelitian diperoleh informasi berbagai cara pemasaran hasil produksi budidaya lebah yang dilakukan oleh petani di Kelurahan Gunung Gede yaitu responden menyatakan hasil produksi budidaya lebah mereka pasarkan dengan cara ditampung oleh bandar/agen dan sebagian di jual langsung ke konsumen. Sebelum dilakukan pemasaran, terlebih dahulu dilakukan pengecekan madu. Setelah madu sudah lolos uji kemudian barang siap dijual. Adapun lingkup penjualan/pemasaran hasil budidaya lebah adalah di dalam kota/kabupaten dan daerah pemasaran lainnya seperti Subang, Sumedang, Bandung, Jakarta, Purwakarta.
C.
Faktor Penghambat Pengembangan Budidaya Lebah Madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Melihat prospek pengembangan dri budidaya lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu, ada beberapa hal yang menjadi hambatan yang dihadapi oleh para petani seperti : 1.
Keterbatasan Modal Modal yang berupa uang atau barang adalah hal yang penting dalam usaha budidaya lebah. Lebih dari itu, modal memegang peranan penting dalam bidang ekonomi.“Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi, dalam arti kelangkaannya, bahkan peranan faktor modal lebih menonjol lagi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan pengrajin menghasilkan barang-barang baru” (Mubyarto, 1984 : 37)Modal menjadi faktor penghambat dikarenakan untuk meningkatkan hasil produksi untuk memenuhi pesanan dari berbagai daerah, petani memerlukan banyak peti lebah (stup) guna di sebarkan dibeberapa tempat yang memiliki banyak pangan lebah. Hambatan yang dihadapi dalam hal ini adalah berupa modal tambahan untuk membuat kotak lebah tersebut.Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa untuk tambahan modal,
sebagian semua responden memperoleh sumber modal dari
pinjaman koperasi.Meskipun demikian, beberapa responden mengatakan
9
10
bahwa permihonan ijin untuk meminjam dana sering berbelit-belit dan harus melalui beberapa tahap yang dinilai rumit.Kondisi sulitnya memperoleh modal untuk operasional menjadi salah satu faktor penghambat dalam upaya pengembangan usaha budidaya lebah. Dengan modal yang terbatas, maka akan sulit meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi karena faktor modal merupakan faktor yang mendominasi dalam roda perekonomian. Dengan semakin meskipun usaha budidaya lebah merupakan kegiatan yang santar cepat pengembalian modalnya, tetapi apabila dengan sistem pembayaran yang ditunda maka hal tersebut akan menjadi faktor penghambat untuk petani dalam pengembalian modal yang telah mereka keluarkan.
2.
Musim Hujan Cuaca adalah keadaan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubahubah setiap waktu. Pada dasarnya Indonesia termasuk wilayah yang memiliki udara sub tropis, sangat ideal untuk mengembangbiakan dan membudidayakan lebah karena rata-rata suhu udaranya antara 26oC – 35oC. Akan tetapi untuk saat saat-saat tertentu cuaca menjadi salah satu faktor penghambat pembudidayaan lebah di Kelurahan Gunung Gede. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa cuaca sangat mempengaruhi terhadap madu yang dihasilkan ketika panen. Kondisi ini disebabkan karena ketika musim hujan, banyak tumbuhan yang biasanya dijadikans sebagai sumber pakan lebah yang menghasilkan nektan dan pollen menjadi gugur atau tidak berkembang. Hal ini menyebabkan lebah menjadi kekurangan makanan sehingga berdampak terhadap kuantitas madu yang dihasilkan ketika panen.
10
11
PENUTUP Berdasarkan pada penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan : 1.
Prospek pengembangan budidaya lebah madu di Kelurahan Gunung Gede Kota Tasikmalaya sangat menjanjikan dikarenakan usaha budidaya lebah madu memiliki prospek yang sangat baik sebab ada peluang akan kebutuhan madu yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan permintaan akan kebutuhan madu sangat tinggi dikarenakan produksi madu akan bahan baku semakin besar dengan perkembangan industri farmasi, makanan dan minuman serta industri kosmetik.
2.
Faktor Pendukung Pengembangan Budidaya Lebah Madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya terdiri dari : a.
Iklim di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya merupakan salah satu iklim yang cocok untuk budidaya lebah karena suhunya berkisar antara 28oC – 35oC. Kondisi ini cocok untuk budidaya lebah madu karena lebah madu cocok berada hidup di suhu normal yaitu 25oC.
b.
Lahan luas yang bisa tempat penggembalaan lebah dan juga digunakan sebagai tempat penyimpanan stup / kotak lebah.
c.
Tersedianya berbagai jenis tanaman yang berguna sebagai sumber makanan lebah yang menyediakan nektar dan pollen sebagai makanan lebah.
d.
Permintaan yang terus meningkat baik dari dalam kota maupun dari luar kota meyebabkan pemasaran akan madu menjadi luas dan ini dipresdiksi akan terus berkembang dari waktu ke waktu.
3.
Faktor Penghambat Pengembangan Budidaya Lebah Madu di Kelurahan Gunung Gede Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya terdiri dari :
11
12
a.
Adanya kesulitan dalam proses mengajukan permohonan peminjaman modal yang berbelit-belit, sehingga menyebabkan terhambatnya dalam meningkatkan hasil produksi.
b.
Cuaca yang berubah-ubah terutama ketika musim hujan, menyebabkan lebah kesulitan mencari sumber pakan karena banyak bunga dari tumbuhan yang selama ini menjadi sumber pakannya gugur. Hal ini menyebabkan lebah menjadi kekurangan makanan sehingga berdampak terhadap kuantitas madu yang dihasilkan ketika panen.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
Hendra, Aceng. (2009). Prospek Pengembangan Budidaya Stroberi (fragaria chiloensis l) di Desa Barudua Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut. Skripsi Geografi FKIP Unsil : Tidak Diterbitkan Hernanto, Fadholi. (1988). Ilmu Usahatani. Jakara : Penebar Swadaya, Anggota IKAPI. Jayadinata, T, Johara dan Pramandika. (2006). Pembangunan Desa Dalam Perencanaan. Bandung: ITB Kusnadi, Rachmat. (2002). Geografi untuk SMA Kelas 1. Bandung : Grafindo. Mardalis. (2004). Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta : Bumi Aksara. Mubyarto. (1984). Pengantar Ekonomi. Jakarta : LP3ES Muhammad, Hamid. (2005). Ilmu Pengetahuan Sosial-Geografi. Jakarta : Depdiknas. Munir, Mochamad. (2003). Geologi Lingkungan. Malang : Bayumedia Publishing. Nasution, S. (2004). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nazir, Mohamad. (1983). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Sitorus, Santun R.P. (1996). Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung : Tarsito. Subur, Ahmad. (1980). Lebah dan Madu (Cetakan Kedua). Bandung : PT. Pelita Masa Suripin. (2001). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi. Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Kerungan. Bandung : Alumni. Suryabrata, Sumadi. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Tim PPLH. (2008). Madu Si Manis Yang Ajaib. Jakarta : Rizky Grafis
13