EFEKTIVITAS ARANG SEKAM PADI TERHADAP PENURUNAN KESADAHAN AIR (Studi Kasus Di Dusun Cukang Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya) Elma Sholiha1) Andik Setiyono 2) Siti Novianti3) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Email:
[email protected]) Dosen Pembimbing Email:
[email protected])
[email protected]) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No.24 PO Box 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya 46115
ABSTRAK Kesadahan air merupakan salah satu parameter dari kualitas air. Air yang mengandung kadar kesadahan melebihi kadar maksimum yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 yaitu 500 mg/lt akan menimbulkan dampak bagi kesehatan diantaranya perut menjadi mual, penyumbatan pembuluh darah jantung (cardiovasculer disease) bahkan terjadinya gangguan pada fungsi ginjal (aurolithiasis). Air sumur masyarakat di Dusun Cukang RT 03 RW 05 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya bersifat sadah, jumlah kadar kesadahan adalah 930 mg/lt. Salah satu cara untuk menurunkan kadar kesadahan adalah adsorbsi. Media adsorbsi yang dapat digunakan adalah arang sekam padi dengan berbagai variasi ketebalan.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuasi dengan rancangan One Group Pre test and Post Test Desaign. Populasi adalah seluruh sumur gali masyarakat yang memiliki kadar kesadahan air < 500 mg/lt sedangkan sampel sebanyak 36. Data dianalisis secara univariat dengan tabel distribusi frekuensi dan bivariat dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penurunan kadar kesadahan menggunkan ketebalan arang sekm padi 10 cm sebesar 54,25%, ketebalan 11 cm sebesar 63,83%, dan ketebalan 12 cm sebesar 72,95%. Hasil uji menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukan nilai probabilitasnya p = 0,000 dan α = 0,05. Dikarenakan nilai p < α (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan penurunan kadar kesadahan air dengan berbagai variasi ketebalan arang sekam padi dalam air sumur gali masyarakat di Dusun Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikamalaya.
Kata Kunci Kepustakaan
: Air Sumur Gali, Arang Sekam Padi, Kesadahan Air : 2006 – 2014
THE EFFECTIVITY OF RICE HUSK CHARCOAL TO DECREASING THE HARDNESS LEVEL OF WATER (Case Study in Dusun Cukang Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya) Elma Sholiha1) Andik Setiyono 2) Siti Novianti3) Student Majoring in Environmental Health Email:
[email protected]) Supervisors: Email:
[email protected])
[email protected]) Department of Public Health Faculty of Health Science, Siliwangi University Jl. Siliwangi No.24 PO Box 164 Ph. (0265) 330634 Tasikmalaya 46115
ABSTRACT The hardness level of water is one of parameter of water quality. Water with level of hardness higher than maximum limit of 500 mg/l, as regulated by the Decree of Indonesian Health Minister No.416/Menkes/Per/IX/1990, will harm the human body. The effect includes nausea, cardiovasculer disease, and aurolithiasis. In the case of this research, the water that consumed by people in Dusun Cukang RT 03 RW 05 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya has the hardness level of 930 mg/l. One of several method to decrease the hardness level is adsorption, by using the rice husk charcoal with several variations of thickness. This research is applying quasi experiment method with One Group Pre test and Post Test Design. The population of this research is all water resource with hardness level of water < 500 mg/l, with 36 sample. Data in this research is analyzed by univariat method with the table of frequency distribution, and bivariat through Kruskal Wallis test. The result shows that the average decreasing level of hardness in thickness level of rice husk carcoal 10 cm is 54,25%, result of 11 cm thickness is 63,83%, and by 12 cm thickness the hardness level is 72,95%. The resul of Kruskal Wallis test shows a degree of probability p = 0,000 and α = 0,05. Given the fact that p value < α (0,000 < 0,05) we can conclude that Ha is accepted and Ho is rejected. This is an evidence of various decreasing level of hardness in different thickness of rice husk charcoal in the case of water resource in Dusun Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikamalaya.
Key words Bibliography
: Water resource, husk rice charcoal, water hardness : 2006 - 2014
PENDAHULUAN Kebutuhan air bersih masyarakat pedesaan umumnya masih tergantung pada sumber air alami. Sayangnya, perubahan ekosistem pada sumber air alami dan kondisi air setempat yang buruk telah menurunkan kualitas air sehingga tidak layak dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga (Kusnaedi, 2010). Salah satu kadar kontamin dalam air adalah kesadahan. Kesadahan sering kali ditemukan pada air yang bersumber dari tanah yang mengandung deposit garam mineral dan kapur (Sumantri, 2013). Pemeriksaan kadar kesadahan pada sampel air yang berasal dari Dusun Cukang RT 03 RW 05 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan hasil kadar kesadahan total sebesar 930 mg/lt melampaui kadar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/1990, tentang syarat-syarat kualitas air bersih, yakni kadar maksimum kesadahan 500 mg/lt(Depkes RI, 2010). Dampak air mengandung kesadahan bagi kesehatan di antarannya adalah batu ginjal, jaringan otot rusak (mucculus weaknes), kekeringan berlebihan terhadap kulit, pengendapan pada dinding pembuluh darah, pengapuran dan penyumbatan pembuluh darah serta batu empedu (Oktavina, 2014). Untuk menurunkan kadar kesadahan, digunakan metode adsorbsi dengan adsorben alami berupa sekam padi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bahtiar (2008) menunjukkan bahwa adsorben serbuk sekam padi dapat mengadsorpsi ion Ca2+ dan Mg2+ dengan kapasitas adsorpsi berturut turut sebesar 12,18 mg/g dan 11,84 mg/g. Arang sekam padi ditinjau dari komposisi kimiawi, dinding sel sekam padi mengandung zat senyawa utama polisakarida yaitu serat kasar atau selulosa, lignin, dan hemiselulosa yang memiliki gugus hidroksil (OH) yang dapat berperan dalam proses adsorbsi (Bachtiar,2007). Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik umtuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Arang Sekam Padi Terhadap Penurunan Kadar Kesadahan Air Sumur di Dusun Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya”. TINJAUAN TEORI Menurut Asmadi, dkk, 2011, air minum bersih dan sehat harus memenuhi persyaratan berikut: 1. Syarat fisik Syarat fisik air meliputi rasa, bau,suhu, kekeruhan, dan TDS atau jumlah zat padat terlarut (Total Dissolved Solid). Kualitas air yang baik adalah tidak berasa akibat kandungan zat organik atau bakteri dan unsur lain. Air yang baik juga tidak berbau akibat pembusukan zat organik seperti bakteri serta akibat tidak langsung pencemaran lingkungan. Selain itu, kerusakan lingkungan karena aktivitas penebangan vegetasi juga bisa menyebabkan kenaikan suhu air. Kerusakan lingkungan juga bisa mengakibatkan kekeruhan air yang ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik. Kandungan zat padat yang terlalu tinggi melebihi 500mg/lt juga memperburuk kualitas air (Depkes RI, 2010).
2. Syarat Kimia Air harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah tertentu, meliputi : (a) Derajat Keasaman(pH) air yang mempunyai pH lebih kecil dari 6,5 dan lebih besardari 9,2 dapat mengganggu kesehatan, (b) kesadahan yang meliputi kandungan kalsium dan magnesium, (c) besi yang terkandung dalam air akan menyebabkan air berwarna kuning, berasa logam besi, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal, (d) aluminium yang terkandung dalam air menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi, (e) zat organik yang ada di dalam air dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan menyebabkan sakit perut, (f) sulfat dengan kadar yang berlebihan dapat mengakibatkan kerak pada alat perebus air (panci/ketel) dan korosi pada pipa, (g) nitrat dan nitrit yang mencemari air bersumber dari tanah dan tanaman, (h)chlorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air, dan (i) zink yang terkandung dalam air dapat menimbulkan rasa pahit dan rasa mual. 3. Syarat Biologi Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2006), air tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) dan bakteri golongan coli melebihi batasbatas yang telah ditentukan. Faktor biologis lain adalah kesadahan akibat adanya ionion (kation) logam valensi dua. Kadar kesadahan di atas 300 mg/ltdalam jangka waktu yang panjang akan berpengaruh pada kesehatan, terutama penyakit urolithiasis(batu ginjal) (Asmadi, dkk, 2011). Menurut Joko (2010), ada dua metode dasar yang dapat digunakan untuk menghilangkan kesadahan air yaitu proses kapur soda dan proses adsorbsi dengan rang aktif atau karbon aktif alami berupa tempurung kelapa, sekam padi atau biji kelor. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawasenyawa kimia tertentu, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arangaktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap berat arang aktif sehingga bisa menghilangkan warna keruh, bau, dan resin dalam air di rumah tangga (Kumalasari dan Satoto, 2011). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen.Rancangan penelitian menggunakan One Group pretest-posttest design. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Dusun Cukang RT 03 RW 05, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Sedangkan pengukuran kadar kesadahan dilakukan di Laboratarium Kesehatan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air sumur yang berada di Dusun Cukang RT 03 RW 05 Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan empat perlakuan yang terdiri dari satu kontrol dan tiga perlakuan dengan berbagai variasi ketebalan arang sekam padi. Untuk satu kali perlakuan, dilakukan pengulangan sebanyak enam kali. Dengan demikian, jumlah sampel untuk satu kali perlakuan termasuk pengulangannya sebanyak 12. Jumlah total sampel yang digunakan sebanyak 36.Hasil daripemeriksaan kadar kesadahan
dianalisis menggunakan uji statistik Kruskal Wallis karena data berdistribusi tidak normal p < 0,05 dengan nilai kemaknaan sebesar 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Dusun Cukang RT 03 RW 05 terletak di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Desa ini memiliki luas wilayah 2.587,980 hektar dengan pemetaan daerah yang terdiri dari 8 RW dan 32 RT. Jumlah penduduk Kelurahan yaitu 7.305 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.253 KK. Distribusi cakupan pemenuhan kebutuhan air bersih dengan menggunakan sumur gali berjumlah 1756 KK. 2. Hasil Pengukuran pH dan Suhu Hasil pengukuran pH dan pH kontrol adalah sebesar 6,71 dan suhu kontrol sebesar 27,3ºC. Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran pH dan suhu air sampel yang telah diberi perlakuan. Adapun hasilnya adalah pH terendah 6,71 dan tertinggi 6,92 dengan nilai suhu 27,3ºC. 3. Hasil Pengukuran Kadar Kesadahan Pengukuran kadar kesadahan air dilakukan pada air sumur gali dengan sampel kontrol dan sampel yang mendapatkan perlakuan. Pengukuran ini menggunakan metode titrasi EDTA. Hasil dari pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kadar Kesadahan sebelum Pada Air Sumur Gali Masyarakat di Dusun Cukang Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Perlakuan arangkam padi
Ketebalan 10 cm
Ketebalan 11 cm
Replikasi
1 2 3 4 5 6 Rata-rata 1 2 3 4 5
Kadar Kesadahan Kontrol Perlakuan
930 930 927 930 930 930 929,5
420 420 417 420 417 420 419
930 930 927 924 930
336 336 333 336 336
No 416/
500 mg/lt
Ketebal an 12 cm
6 Rata-rata
930 928,5
336 335,5
1 2 3 4 5 6 Rata-rata
930 924 930 930 930 927 928,5
249 249 249 246 249 255 249,5
Tabel 4.3 diketahui bahwa kandungan kesadahan air pada kelompok kontrol berada dalam rentang 924 mg/lt sampai 930 mg/lt dengan total rata-rata 928,8 mg/lt. Kadar kesadahan setelah diberi perlakuan dengan ketebalan 10 cm arang sekam padi adalah berada dalam rentang 417 mg/lt sampai 420 mg/lt dengan rata-rata 419 mg/lt. Sedangkan kadar kesadahan setelah diberi perlakuan 11 cm arang sekam padi berada dalam rentang 333 mg/lt sampai dengan 336 mg/lt dengan rata-rata 335,5 mg/lt. Ketebalan 12 cm arang sekam padi kadar kesadahan berada dalam rentang 255 mg/lt sampai dengan 249 mg/lt dengan rata-rata 249,5 mg/lt. 1. Penurunan Kadar Kesadahan Penurunan kadar kesadahan air setelah diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketebalan arang sekam padi dapat dilihat pada tabel berikut 4.4 Tabel 4.4 Penurunan Kadar Kesadahan Air Setelah Diberi Perlakuan Berbagai Variasi Ketebalan Arang Sekam Padi Dengan Sebelum diberi Perlakuan Dalam Air Sumur Gali Masyarakat di Dusun Cukang Kelurahan Tanjung Kecamatan Tanjung Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Kontrol (Y) Media A (Z) Penurunan (Y-Z) R Mg/lt Mg/lt Mg/lt 1 930 420 510 2 930 420 510 3 927 417 510 4 930 420 510 5 930 417 513 6 930 420 510 Rata929,5 419 510,5 rata Kontrol (Y) Media B (Z) Penurunan (Y-Z) R Mg/lt Mg/lt Mg/lt 1 930 336 594 2 930 336 594
3 4 5 6 Ratarata R
927 924 930 930
333 336 336 336
594 588 594 594
928,5
335,5
593
Kontrol (Y) Mg/lt 930 924 930 930 930 927
Media C (Z) Mg/lt 249 249 249 246 249 255
1 2 3 4 5 6 Rata928,5 249,5 rata Keterangan: a) Media A : Ketebalan arang sekam padi 10 cm b) Media B : Ketebalan arang sekam padi 11 cm c) Media C : Ketebalan arang sekam padi 12 cm
Penurunan (Y-Z) Mg/lt 681 675 681 684 681 672 679
Penurunan kadar kesadahan dalam air sumur gali setelah diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketebalan, 10 cm arang sekam padi penurunan kadar kesadahan berada dalam rentang 513 mg/lt sampai dengan 510 mg/lt dengan rata-rata 510,5 mg/lt, pada ketebalan 11 cm arang sekam penurunan kadar kesadahan berada dalam rentang 588 mg/lt sampai dengan 594 mg/lt dengan rata-rata 593 mg/lt, sedangkan pada ketebalan 12 cm arang sekam padi penurunan kadar kesadahan berada dalam rentang 672 mg/lt sampai dengan 681 mg/lt dengan rata-rata 679 mg/lt. Tabel 4.5 Presentase Penurunan Kadar Kesadahan Air Setelah Diberi Perlakuan Berbagai Variasi Ketebalan Arang Sekam Padi Dalam Air Sumur Gali Masyarakat di Dusun Cukang Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2016 Replikasi
1 2 3 4 5 6
Prosentase Penuruan Kadar Kesadahan Air dalam % Berbagai Variasi Ketebalan Arang Sekam Padi Ketebalan 10 cm Ketebalan 11 cm Ketebalan 12 cm 54,83 63,87 73,22 54,83 63,87 73,05 54,83 63,87 73,22 54,83 63,63 73,54 51,39 63,87 73,22 54,83 63,87 72,49
Rata-rata
54,25
63,83
72,95
Tabel 4.5 menunjukan bahwa persentase penurunan kadar kesadahan air setelah diberi perlakuan dengan ketebalan arang sekam padi 10 cm terhadap air sumur gali memiliki nilai yang berada dalam rentang 54,39 % sampai 54,83% dengan rata-rata 54,25%,ketebalan arang sekam padi 11 cm berada dalam rentang 63,63% sampai dengan 63,87% dengan rata-rata 63,83%, sedangkan untuk ketebalan arang sekam padi 12 cm berada dalam rentang 72,49% sampai dengan 73,54%. C. Analisis Data 1. Analisis perbedaan penurunan kadar kesadahan dengan berbagai variasi ketebalan arang sekam padi Tabel 4.6 Perbedaan Penurunan Kadar kesadahan Air Dengan Berbagai Variasi Ketebalan Arang Sekam Padi dalam Air Sumur Gali P N Perbedaan kadarkesadahan air 0,000 36 Tabel 4.6 menjelaskan mengenai perbedaan penurunan kadar kesadahan dengan uji stastistik. Setelah di uji normalitas dengan menggunakan Klomorgorov Smirnov (KS) bahwa nilai probabilitas lebih kecil daripada nilai alpha (α= 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi normal. Dikarenakan data tidak berdistibusi normal maka data diuji dengan menggunakan Uji Kruskal Wallis. Hasil uji menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukan nilai probabilitasnya p = 0,000 dan α = 0,05. Dikarenakan nilai p < α (0,000 <0,005) maka dapat disimpulkan Ha diterima dan Ho ditolak. Hal tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan penurunan kadar kesadahan air dengan berbagai variasi ketebalan arang sekam padi dalam air sumur gali masyarakat di Dusun Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikamalaya. 2. Perbandingan perbedaan berbagai variasi ketebalan arang sekam padi Tabel 4.7 Perbedaan Penurunan Kadar Kesadahan Air Pada Berbagai Variasi Ketebalan Arang Sekam Padi
Penurunan kadar Kesadahan Air
Variasi ketebalan arang sekam padi
Ketebalan 10 cm
N
6
Mean Rank
15,50
Ketebalan 11 cm
6
9,50
Ketebalan 12 cm
6
3,50
Tabel 4.7 menunjukan bahwa Mean Rank setiap variasi ketebalan arang sekam padi terhadap penurunan kadar kesadahan air memiliki nilai yang berbeda. Ketebalan arang sekam padi 10 cm memiliki nilai mean rank 15,50, ketebalan arang sekam padi 11 cm memiliki nilai mean rank 9,50, sedangkan mean rank untuk ketebalan arang sekam padi 12 cm yakni 3,50. Perbedaan nilai mean rank tersebut menunjukan bahwa adanya perbedaan penurunan kesadahan air dengan menggunakan berbagai variasi ketebalan arang sekam padi. KESIMPULAN 1. Kadar kesadahan dalam air sumurgali masyarakat di Dusun Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya berada di atas ambang batas yang diperbolehkan dalam PERMENKES RI No. 416 Tahun 1990 tentangkualitas air bersih, yakni 500 mg/lt. 2. Ketebalan arang sekam padi 10 cm sebelum diberikan perlakuan berada dalam rentang 927 mg/lt sampai dengan 930 mg/lt dengan rata-rata sebesar 929,5 mg/lt, pada ketebalan arang sekam padi 11 cm kadar memiliki rentang antara 924 mg/lt sampai dengan 930 mg/lt dengan rata-rata sebesar 928,5 mg/lt. Adapun ketebalan arang sekam padi 12 cm kadar kesadahan sebelum diberi perlakuan menunjukkan nilai rentang antara 924 mg/lt sampai dengan 930 mg/lt dengan rata-rata sebesar 928,5 mg/lt. 3. Penurunan ketebalan arang sekam 10 cm setelah diberikan perlakuan memiliki rata-rata penurunan berada dalam rentang 513 mg/lt sampai dengan 510 mg/lt dengan rata-rata 510,5 mg/lt, pada ketebalan 11 cm arang sekam penurunan kadar kesadahan berada dalam rentang 588 mg/lt sampai dengan 594 mg/lt dengan rata-rata 593 mg/lt, sedangkan pada ketebalan 12 cm arang sekam padi penurunan kadar kesadahan berada dalam rentang 672 mg/lt sampai dengan 681 mg/lt dengan rata-rata 679 mg/lt. 4. Hasil uji Kruskal Wallis menyatakan bahwa ada perbedaan penurunan kadar kesadahan air pada berbagai variasi ketebalan arang sekam padi dalam air sumur gali masyarakat di Dusun Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. 5. Ketebalan arang sekam padi 12 cm merupakan ketebalan yang paling besar dengan presantase 72,95% penurunannya dengan rata-rata 679 mg/lt, dari kadar awal kesadahan sebesar 929,5 mg/lt.
SARAN 1. Bagi Masyarakat Masyarakat di Dusun Cukang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya diharapkan dapat memanfaatkan arang sekam padi sebagai solusi alternative terhadap ketersediaan sumber air bersih di daerah tersebut. 2. Bagi Puskesmas Kecamatan Kawalu Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi terkait pemecahan masalah kesadahan air sumur gali masyarakat di Dusun Cukang, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Diperlukan sosialisasi kepada masyarakat secara komprehensif mengenai manfaat arang sekam padi yang ketersediaanya mudah dijumpai di sekitar lokasi. 3. Bagi Peneliti Lain Masih diperlukan variasi ketebalan arang sekam padi yang lebih variatif, mengingat tingkat kesadahan di Dusun Cukang sangat bervariasi, tergantung pada jarak antara sumber air dengan sumur gali setiap KK. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain untuk menentukan variasi ketebalan arang sekam padi penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: PT. Bina Rupa Aksara. Alaerts, G dan Santika, SS. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Asmadi, Khayan dan Kasjono, HS. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum.Yogyakarta: Gosyen Publishing Bachtiar. 2010. Penurunan Kesadahan Air Menggunakan Serbuk Sekam-Padi Perlakuan dengan NaOH. Surabaya. Dainur. 2013. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika. Eddy, Karden. 2012. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius. Fardiaz, Srikandi. 2006. Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Universitas Terbuka. Fardiaz, Srikandi.2010.Polusi Air dan Udara.Yogyakarta: Kanisius.
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung: CV YramaWidya. Husni, H. dan Cut M. R. 2008. Preparasi dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Batang Pisang Menggunakan gas nitrogen. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala. Jankowska, H, Swatkowski, A. danChoma, J. 1991. Active Carbon. New York: Ellis Horwood Joko, T. 2010. Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Ismadi, I. 2000. Uji Beda Efektifitas Media Batu Marmer dan Zeolit dalam Menurunkan Kesadahan Air Sumur Gali Menggunakan Metode Penyaringan Sederhana di Desa Talang Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.Yogyakarta: Graha Ilmu. Kumalasari, F dan Satoto, Y. 2011.Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih. Bekasi: LaskarAksara. Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya. Kurnia. 2013 Keefektifan Ketebalan Kombinasi Zeolit dengan Arang Aktif dalam Menurunkan Kadar Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupaten Sukoharjo.Jurnal Kesehatan. Vol. 2.No. 1. Hal 91-102. Mifbakhuddin. 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif sebagai Media Filter terhadap Penurunan Kesadahan Air SumurArtetis. Eksplanasi. Vol. 5.No.2 Notoatmojo, Suprihanto. 2005. Pencemaran Tanah dan Air Tanah. Bandung: ITB. Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Ramdani, Dian. 2014. Perbedaan Keefektifan Media Zeolit dengan Arang Akif Dalam Menurukan Kadar Kesadahan Air Sumur di Desa Kismoyoso, Ngemplak, Boyolali. Surakarta. Soemirat, Juli. 2010. Epidemilogi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soemirat, Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiharto. 2008. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Universitas Indonesia. Sugiono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Albeta. [Thesis]. Semarang :Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Vouk, V. B. 2011.General Chemistry of Metals.In: Freiberg L. Nordberg G.F. and Vouk V.B (Eds). Handbook on the Toxicology of Metals. New York: Elsevier. Ulfa, dkk. 2014. Pengaruh Lama Kontak Karbon Aktif sebagai Media Filter terhadap Persentase Penurunan Kesadahan Air CaCO3 Air Sumur Artesis. Semarang.