perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEPSI MASYARAKAT BEKONANG TERHADAP KEBERADAAN KOMUNITAS PUNK (Studi Kasus di Dusun Sentul, Kelurahan Bekonang, Kecamatan Mojolaban)
Skripsi Oleh: MUHAMMAD HELMY NIM. K8407036
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEPSI MASYARAKAT BEKONANG TERHADAP KEBERADAAN KOMUNITAS PUNK (Studi Kasus di Dusun Sentul, Kelurahan Bekonang, Kecamatan Mojolaban)
Oleh: MUHAMMAD HELMY NIM. K8407036
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Muhammad Helmy
NIM
: K8407036
Jurusan/Program Studi
: P.IPS/ Pendidikan Sosiologi Antropologi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” PERSEPSI MASYARAKAT BEKONANG TERHADAP KEBERADAAN KOMUNITAS PUNK” (Studi Kasus di Dusun Sentul, Kelurahan Bekonang, Kecamatan Mojolaban) ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012
Yang membuat pernyataan Muhammad Helmy
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Hari
:……………………………..
Tanggal
: …………………………..
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Suparno, M.Si NIP. 19481210 197903 1 002
Drs. Slamet Subagya, M.pd NIP.19521126 198103 1 002
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda tangan
Ketua
: Dra. Hj. Siti Rochani CH, M.Pd
......................
Sekretaris
: Drs. T. Widodo, M.Pd
.......................
Anggota I
: Drs. Suparno, M.Si
………………
Anggota II
: Drs. Slamet Subagya, M.Pd
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si NIP. 19660415 198103 1 002 commit to user v
………………
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Muhammad Helmy, K8407036, Persepsi Masyarakat Bekonang Terhadap Keberadaan Komunitas Punk (Studi Kasus di Dusun Sentul, Kelurahan Bekonang, Kecamatan Mojolaban) Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Penelitian ini dilakukan di Dusun Sentul, Kelurahan Bekonang, Kecamatan Mojolaban karena ada fenomena yang menarik. Keberadaan komunitas punk yang menamakan dirinya Street Punk Bekonang Riot merupakan suatu fenomena yang mengakibatkan kontroversi dan mengundang perhatian dari masyarakat secara umum. Berdasarkan hal tersebut kami melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana perilaku anak punk di dalam komunitas dan di luar komunitas atau lingkungan masyarakat. Dan bagaimana persepsi masyarakat, tokoh masyarakat dan pemerintah setempat terhadap keberadaan komunitas punk. Penelitian ini menggunakan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Strategi penelitian studi kasus terpancang tunggal. Sumber data diperoleh dari informan, peristiwa, lokasi dan dokumen. Informan yang dipilih yaitu masyarakat umum, masyarakat Bekonang (dusun sentul), anak punk dan pemerintah setempat. Tehnik cuplikan menggunakan purpossive sampling dengan snowball sampling. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara mendalam dan pengamatan langsung. Validitas data diperoleh melalui triagulasi sumber, triagulasi metode dan triagulasi teori. Tehnik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Aktivitas komunitas punk yaitu : nongkrong bersama sambil mabuk-mabukan, main kartu, mengamen di jalan, latihan band di studio musik, menonton konser musik punk baik dalam maupun luar daerah dan membuat gigs (konser musik) punk sendiri. Aktivitas tersebut bertujuan untuk menunjukkan eksistensi punk di masyarakat dan mengubah dan mengubah pandangan masyarakat bahwa punk bukan hanya sekedar sampah masyarakat. (1) Persepsi masyarakat terhadap punk ialah masyarakat memandang bahwa remaja yang menjadi anak punk telah menganut gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar sebab kebebasan yang dianut anak punk telah disalah artikan lewat perilaku anak punk di scene seperti nongkrong sambil mabuk-mabukan, bersikap acuh tak acuh terhadap lingkungan dan mengabaikan norma-norma yang berlaku, akan tetapi mereka juga kreatif dalam berkarya di bidang musik. (2) Perilaku anak punk kaitanya dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat yaitu mayoritas masyarakat menganggap bahwa perilaku anak punk adalah negatif karena cenderung menyimpang dari norma dan dapat mengganggu ketenangan masyarakat umum walaupun tidak semua lapisan masyarakat merasa terganggu dengan keberadaan komunitas punk. 3) Walaupun dianggap menyimpang oleh mayoritas masyarakat, akan tetapi anak punk sebagai subjek perilaku merasa bahwa sebagai sebuah subkultur punk memiliki norma sendiri yang tidak sama dengan norma yang berlaku di masyarakat. commit to user Kata kunci : Sub-budaya, Punk, Penyimpangan Sosial, Do It Yourself. vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Muhammad Helmy, K8407036, Societal Perception Towards Existence Bekonang Punk Community (Case Studies in Sentul Hamlet, Village Bekonang, District Mojolaban) Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of Surakarta of March, 2012. The research was conducted at the Sentul Hamlet, Village Bekonang, District Mojolaban because there is an interesting phenomenon. The presence of the punk community that called itself Street Punk Bekonang Riot is a phenomenon that resulted in controversy and invite the attention of the general society. Behavior punk kids often indifferent and violate societal norms resulted in a negative view of the public, although not all people feel disturbed by its presence. Based on this we conducted a study to determine how the behavior of punk kids in the community and outside the community or society. And what about societal perception, community leaders and local authorities to the presence of the punk community. This study used descriptive qualitative research method. Strategies single stuck case study. Source data obtained from informants, events, locations and documents. Informants were selected, namely the general public, community Bekonang (hamlet Sentul), punk and local governments. Footage using purposive sampling technique with snowball sampling. Data collection techniques used were in-depth interviews and direct observations. The validity of the data obtained through sources triagulation, triagulation method and theory. Data analysis techniques used model is interactive analysis. The results showed that (1) the punk community activities: hanging out together and drinking, playing cards, singing on the street, in the rehearsal studio band music, punk music concert both within and outside the region and make the gigs (music concert) punk itself . These activities aim to demonstrate the existence of punk in the community and change and change society's view that punk is not just scum. (2) The perception of the society towards the view that punk is a punk teenagers who have embraced a lifestyle that is incompatible with the surrounding environment that embraced freedom because punk had been mischaracterized through the child's behavior in the punk scene like hanging out while drinking, to be indifferent to the environment and ignores the prevailing norms, but they are also creative in working in the field of music. 3) The punk like behavior with prevailing norms in society, The majority of people think that punk is a negative behavior because they tend to deviate from the society norm. Keywords : Subculture, Punk, Social Deviation, Do It Yourself. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Perbedaan itu indah, seperti pelangi yang tidak akan indah jika hanya satu warna” (Penulis)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada: ü Ibu dan ayah tercinta ( Muhaji Dzuhri, Sri Sarmiyatun) ü Kakak-kakakku (Hanif Mufasiroh, Doddy Nanjaya) ü Almamater
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Terdapat kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M.Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Sebelas Maret. 3. Drs. H. MH. Sukarno, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan SosiologiAntropologi FKIP Universitas Sebelas Maret. 4. Drs. Tentrem Widodo, M.Pd, Sebagai pembimbing akademik yang memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs. Suparno, M.Si, sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Slamet Subagya, M.Pd, sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh dosen Sosiologi-Antropologi FKIP UNS. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Desember 2012
commit to user x
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI JUDUL ................................................................................................................
i
PENGAJUAN .....................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ..................................................................................................
iii
PENGESAHAN ...................................................................................................
iv
ABSTRAK ...........................................................................................................
v
MOTTO ................................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................
6
D. Manfaat penelitan .......................................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................
8
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................................
8
B. Kerangka Berpikir ......................................................................................... 55 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................
57
A. Tempat dan waktu Penelitian ....................................................................... 57 B. Bentuk dan strategi penelitian ..................................................................... 58 C. Sumber Data ................................................................................................. 60 D. Teknik Sampling ........................................................................................... 61 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 61 F. Validitas Data ................................................................................................. 63 G. Teknik Analisis.............................................................................................. 68 H. Prosedur Penelitian........................................................................................ 70 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................
72
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 72 1. Deskripsi Lokasi Penelitian .......................................................................... 72 2. Sejarah Komunitas Street Punk Bekonang Riot ........................................... 73 3. Anggota Street Punk Bekonang Riot............................................................. 75 4. Aliran Street Punk Bekonang Riot ................................................................ 77 5. Ciri-Ciri Komunitas Street Punk Bekonang Riot ......................................... 79 6. Latar Belakang Komunitas Street Punk Bekonang Riot .............................. 81 7. Gambaran Subkultur Punk di Bekonang...................................................
86
8. Istilah-Istilah Punk ......................................................................................... 89 B. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian ...................................................... 90 1. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Anak Punk ............................. 91 a. Persepsi Masyarakat Umum ......................................................................... 92 b. Persepsi Masyarakat Bekonang .................................................................... 94 c. Persepsi Anak Punk Terhadap Masyarakat ................................................ 97 d. Persepsi Pemerintah ...................................................................................... 99 2. Hubungan Perilaku Anak Punk Kaitannya Dengan Norma Masyarakat .... 101 a. Sudut Pandang Masyarakat ............................................................................ 102 b. Sudut Pandang Norma. .................................................................................. 104 c. Sudut Pandang Anak Punk Sebagai Pelaku .................................................. 106 C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori ............................. 108 1. Analisis Perilaku Komunitas Street Punk Bekonang Riot........................... 108 a. Punk Sebagai Subkultur ................................................................................ 106 b. Punk Sebagai Budaya Tandingan ................................................................. 108 c. Punk Sebagai Gaya Hidup.......................................................................
114
2. Persepsi Masarakat ........................................................................................ 118 3. Analisis Hubungan Perilaku Punker kaitanya Dengan Norma .................. 119 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 122 A. Simpulan ........................................................................................................ 122 B. Implikasi......................................................................................................... 123 commit to user C. Saran ............................................................................................................... 124 xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 126 LAMPIRAN .................................................................................................... 129
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL 1. Tabel Perencanaan dan Kegiatan Penelitian ..............................................
commit to user xiv
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1: Kerangka Kebudayaan ................................................................
15
2. Gambar 2: Kerangka Berpikir .......................................................................
56
3. Gambar 3: Trianggulasi data ........................................................................
64
4. Gambar 4: Trianggulasi Metode ...................................................................
65
5. Gambar 5: Trianggulasi Peneliti ...................................................................
65
6. Gambar 6: Trianggulasi data dan metode yang dipakai ...............................
66
7. Gambar 7: Skema Model Analisis Interaktif ...............................................
69
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
1. Field Note 2. Foto-foto Komunitas Punk Di Bekonang 3. Surat Permohonan Ijin Munyusun Research Kepada Rektor UNS 4. SK Dekan tentang Ijin Penyusunan Skripsi 5. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada PD I 6. Surat Permohonan Ijin Research di Bekonang 7. Surat Keterangan Kepala Desa Bekonang
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendirian tanpa orang lain. Tetapi manusia dalam kehidupan pribadinya disebut sebagai makhluk individu karena manusia mempunyai kebebasan hidup untuk dirinya sendiri. Dalam kaitannya dengan kehidupan pribadinya, manusia akan terus berusaha untuk bertahan hidup yaitu dengan terus berkarya dengan caranya sendiri. Dalam berkarya, dari hasil cipta karyanya disebut budaya, atau manusia menciptakan kebudayaan. Dalam kebudayaan itu terdiri dari beberapa bagian yang disebut sebagai Sub-budaya atau subkultur. Kata “Kultur” dalam Subkultur menunjuk
pada
bagian cara hidup yang dapat di mengerti oleh para anggotanya. Kata “Sub” mempunyai arti konotasi khusus, merupakan unsur dari kebudayaan induk dalam masyarakat. Subkultur berdasarkan Centre Of Contemporary Curtural Studies (CCCG) di Universitas Birmingham pada tahun 1970-an merupakan bagian dari budaya yang menyimpang. Hingga kini para antropolog masih memantau perkembangan subkultur dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial budaya masyarakat. Menurut Fitrah Hamdani dalam Zaelani Tammaka (2007:164) “Subkultur’’ merupakan gejala budaya dalam masyarakat industri maju yang umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolis di ekspresikan dalam bentuk pencipta gaya dan bukan hanya merupakan penentang terhadap hegemoni atau jalan keluar dari suatu ketegangan sosial. Subkultur lebih jauh menjadi bagian perilaku bagi penganutnya untuk bebas dalam suatu tatanan sosial masyarakat industri yang semakin kaku dan kabur. Dick Hebdige dalam bukunya Asal Usul Dan Ideologi Subkultur Punk menggambarkan punk sebagai subkultur pemuda kelas pekerja yang memberikan tanggapan tentang munculnya komunitas hitam yang cukup besar di inggris. commit kulit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Hal ini tidak terlepas dari sejarah kehidupan sosial ekonomi di inggris, identitas rasial di inggris, politik dan budaya di inggris. Punk pada masa kini telah menghadapi dua bentuk perubahan antara lain bentuk komoditas atribut dan assesoris subkultur punk telah dimanfaatkan oleh industri sebagai barang dagangan yang di distribusikan kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Dari segi ideologis punk merupakan ideologi yang mencangkup aspek sosial dan politik. Ideologi mereka dihayati dan diamalkan dengan perilaku-perilaku yang menyimpang yang di lakukan oleh anak punk. Dari perilaku punk yang di anggap menyimpang telah di tuliskan dalam media massa sehingga perilaku punk dibalik assesoris yang melekat pada tubuhnya dipandang sebagai perilaku seorang yang berbahaya atau berandalan. Punk sebagai subkultur telah membentuk suatu bangunan baru yang berbeda dengan budaya induk yang di anut oleh kaum muda sejak awal kemunculanya di inggris sampai sekarang. Nilai - nilai yang menjadi substansi punk sebagai subkultur tetap di yakini oleh anggotanya, walaupun punk telah berganti generasi, akan tetapi sebagai subkultur, nilai-nilai dan eksistensi punk masih di pertahankan sampai sekarang. Subkultur punk yang menganut ideologi anarkisme tidak menghendaki adanya suatu aturan atau tatanan negara, karena negara dan birokrasinya di anggap sebagai bentuk kesewenang-wenangan yang bersifat legal. Tidak lepas dari paham kapitalisme dalam suatu sistem perekonomian yang dianggap sebagai “kesalahan”, maka dalam waktu dan situasi ini, komunitas punk di berbagai daerah mulai mengembangkan proyek "jor-joran" yaitu memanfaatkan media sebelum media memanfaatkan mereka. Dengan kata lain punk berusaha membebaskan sesuatu yang membelenggu pada zamannya. Berbekal etika DIY (Do It Your Self) , Beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Surakarta, dan Malang merintis usaha rekaman yang didistribusikan terbatas. Punk membuat label rekaman sendiri dalam menaungi band-band satu aliran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
distro, yaitu sebuah toko yang menyediakan barang-barang komoditas hasil dari kreatifitas anak-anak punk untuk dijual secara terbatas. DVD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan kaos, aksesoris, buku, majalah, poster, jasa tindik (piercing) dan tato. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda yang gemar mengenakan barang-barang bermerek seperti Levi's, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya. Komunitas punk sebagai kelompok sosial yang merupakan bagian dari masyarakat, mempunyai nilai-nilai tersendiri yang menyimpang dari nilai-nilai masyarakat yang sudah ada. Komunitas punk mempunyai persepsi tersendiri dalam memandang lingkungan atau lebih luas tentang kehidupanya. Sebagai contoh dari penampilan, anak-anak punk yang terlihat jelas berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Mereka juga memandang nilai-nilai yang ada pada masyarakat pada umumnya adalah lebih permisif untuk dilanggar, apabila nilainilai tersebut mengekang kebebasan mereka. Tidak berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia, di Bekonang terdapat suatu komunitas punk yang menamakan dirinya Street Punk Bekonang Riot yang merupakan komunitas yang ada cukup lama di Bekonang dan cukup dikenal di Surakarta dan sekitarnya. Komunitas ini dapat dijumpai di sepanjang jalan yang menghubungkan Bekonang dan Karanganyar yang pada umumnya berprofesi sebagai pengamen jalanan di siang hari dan dapat dijumpai ditempat yang sama di malam hari dengan kondisi yang berbeda. Kita dapat mengetahui dan menemui mereka yang sedang nongkrong di pinggir jalan sambil mabukmabukan. Karena di daerah ini memang dikenal dengan industri alkohol yang dijadikan minuman yang lazim di sebut “ciu”. Kegiatan lain dari komunitas punk di bekonang adalah melakukan pertemuan di setiap gigs atau semacam konser musik yang diadakan secara rutin oleh komunitas induk di daerah sriwedari. Komunitas induk ini menyebut dirinya commitkomunitas to user Sriwedari Bootbois, yang merupakan pertama atau tertua di kota
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Surakarta, komunitas ini bermarkas di distro Semangat Djoeang yang berada di kawasan Sriwedari. Setiap bulan diadakan semacam konser yang berisikan bandband lokal maupun dari luar kota yang mempunyai aliran musik punk. Kegiatan ini seakan-akan menjadi wadah band-band punk lokal untuk berekspresi dengan karya - karyanya untuk menyerukan pemberontakan mereka dengan lirik-lirik yang provokatif dan kontroversial di mata masyarakat. Anggota dari kelompok ini kebanyakan adalah remaja yang rata-rata berumur belasan tahun, kehidupanya masih labil karena dalam masa-masa transisi dari anak-anak menuju pendewasaan, Dalam usia-usia ini mudah menerima suatu hal yang mereka anggap berbeda dan baru. Dalam usia remaja biasanya anak sering melakukan perilaku sosial yang menantang masa-masa remaja menganggap dirinya berperilaku benar dan menaati norma dan peraturan yang dibuat sendiri. Pergaulan seorang remaja dengan teman sebaya dapat berpengaruh terhadap perilaku remaja tersebut. Selain itu media seperti televisi dan internet juga sangat berpengaruh kepada anak-anak remaja, dan sangat berperan dalam penyebaran budaya-budaya remaja yang dewasa ini terjadi di kalangan remaja yang dapat terlihat dengan jelas remaja sekarang ini banyak yang mengadopsi budaya K-pop, J-rock, emo, dan punk. Seorang anak yang terbentuk dengan baik oleh bimbingan keluarga dapat dengan mudah terpengeruh oleh ajakan dari temanya. Lebih-lebih anak yang ada dalam keluarga yang orang tuanya gagal dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya sehingga membuat anak mencari kompensasi dengan melakukan perbuatan yang menyimpang dari aturan yang berlaku dalam masyarakat. Apabila perilaku menyimpang remaja melampaui batas maka akhirnya anak remaja tidak akan mampu lagi menghadapi dirinya dalam hidup bermasyarakat. Kelompok punk usia remaja ini semakin menjamur dan mencapai puncaknya terjadi pada tahun 2010 ketika Marjinal yang merupakan band punk asal Jakarta, albumnya meledak. Hal ini mempengaruhi terhadap anak-anak yang masih usia Sekolah Dasar ikut dalam kelompok tersebut, walaupun hal tersebut dilakukan semata-mata hanya dengan meniru fashion dan mendengarkan lagucommit to user lagu yang beraliran punk.
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses imitasi tersebut tidak berjalan lama seiring berjalanya waktu gaya berpakaian dan musik punk mulai ditinggalkan oleh anak-anak yang masih di bawah umur tersebut hanya beberapa saja yang masih bertahan sampai sekarang, selain karena faktor kejenuhan, juga terdapat penolakan-penolakan dari keluarga dan masyarakat setempat. Secara ideologis punk bukan sekedar cara fashion dan gaya hidup tetapi ideologi punk yaitu anarkisme yang melakukan perlawanan terhadap bentuk aturan atau tatanan pemerintahan, yang kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh-suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh
karena
itu
negara,
pemerintahan,
beserta
perangkatnya
harus
dihilangkan/dihancurkan. Hal tersebut diaplikasikan oleh para penganutnya dengan berperilaku melawan arus yang berorientasi pada masyarakat dengan segala sistem yang ada di dalamnya dan melawan mainstream atau kebudayaan induk, norma, nilai, status quo, dan segala kemapanan yang dalam masyarakat, Hal ini mereka anggap sebagai legalitas dalam melakukan penindasan. Perlawanan ini dilakukan punk dengan berperilaku dan berpakaian aneh di mata masyarakat, gaya hidup yang tidak dibenarkan oleh norma manapun yang ada dalam masyarakat. Seperti tidur di jalanan, mabuk-mabukan, seks bebas, kemudian berpakaian seperti cowboy, badan bertato, piercing di telinga, hidung, bibir, rantai dan yang mudah dikenali adalah gaya rambut mohawk. Dengan mengetahui latar belakang di atas, maka peneliti tertarik meneliti dengan
mengambil
judul
“PERSEPSI
MASYARAKAT
BEKONANG
TERHADAP KEBERADAAN KOMUNITAS PUNK” (STUDI KASUS DI DUSUN
SENTUL
KELURAHAN
BEKONANG
KECAMATAN
MOJOLABAN)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah pokok yang dikaji dalam penelitian ini adalah, bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap keberadaan komunitas punk di Bekonang? commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikaji, tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan umum a) Untuk mengetahui atau memahami persepsi masyarakat terhadap keberadaan komunitas punk. 2. Tujuan khusus a) Untuk mengetahui perilaku komunitas punk sesuai atau tidak dengan norma masyarakat. b) Untuk mendeskripsikan hubungan antara perilaku anak punk kaitanya dengan norma yang berlaku di masyarakat.
D. Manfaat Penelitian Suatu penelitian apa dan bagaimanapun bentuknya diharapkan mempunyai manfaat tertentu. Demikian pula dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pribadi maupun masyarakat luas. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis. a) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dari pengayaan atau pandangan baru dalam ilmu Sosiologi, Patologi, Psikologi dan Cultural studies. b) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi penelitian sejenis. c) Hasil penelitian dapat memperluas pemahaman tentang kehidupan komunitas punk. d) Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat. 2. Manfaat Praktis. a) Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan masyarakat dan khususnya pembaca
tentang subkultur punk, sebagai pertimbangan
bagaimana pembaca dan masyarakat menentukan persepsi dan menyikapi commit to user keberadaan komunitas punk yang ada di Bekonang.
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Pemerintah setempat, sebagai pertimbangan dan masukan mengenai fenomena punk di kawasan Bekonang, sehingga dapat memberikan penanganan secara arif dan bijaksana.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tianjauan Pustaka 1. Tentang Persepsi Tingkah laku manusia selalu didasarkan pada makna sebagai hasil persepsi terhadap kehidupan para pelakunya. Apa yang dilakukan dan mengapa seseorang melakukan berbagai hal, selalu didasarkan pada batasan-batasan menurut pendapatnya sendiri dan dipengaruhi oleh latar belakang budayanya yang khusus (Spradley, 1980). Persepsi merupakan tingkah laku selektif dan bertujuan (Bigge, 1984). Untuk pencapaian makna, bahwa makna tersebut yang menjadi persepsi seseorang akan mempengaruhi suatu tindakan sehingga membentuk pola-pola tertentu dan suatu sistem pemikiran (H.B Sutopo, 2002 : 180–181). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pencapaian makna yang diperoleh seseorang melalui panca indera dan makna ini mempengaruhi tindakan sehingga membentuk pola-pola dan sistem pemikiran. Persepsi
adalah
sebuah
hasil
saat
individu
mengatur
dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu mempersepsi atau menanggapi makna obyek tersebut dengan jalan pikirannya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya. Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian atau tanggapan commit to user seseorang terhadap obyek tertentu. Persepsi merupakan aktivitas mengindera, 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Stimulus dari lingkungan masuk ke otak diolah yang memberikan keputusan dinyatakan berupa persepsi penilaian terhadap stimulus yang ditindak lanjuti dengan sikap dan perilaku terhadap stimulus yang merangsangnya. Persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Di dalam persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.Dengan demikian persepsi merupakan suatu fungsi biologis (melalui organ-organ sensoris) yang memungkinkan individu menerima dan mengolah informasi dari lingkungan dan mengadakan perubahan-perubahan di lingkungannya. Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari stimulus yang dipersepsi. Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Persepsi kita dapat memberikan tanggapan atau penilaian terhadap stimulus yang datang. Kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari lingkungan yang mengelilinginya, sehingga terjadi adanya interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas terjadi masingmasing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberikan tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas. Persepsi adalah suatu proses yang kompleks dimana kita menerima dan menyadap informasi dari lingkungan. Persepsi juga merupakan proses psikologis commit to user sebagai hasil penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
membentuk proses berpikir, yang menghasilkan keputusan dinyatakan dengan sikap atau perbuatan dari hasil persepsi seseorang mempengaruhi proses belajar (minat) dan mendorong mahasiswa untuk melaksanakan sesuatu (motivasi) belajar. Oleh karena itu, persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan. Persepsi seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwaperistiwa dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern(kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian), 2) stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain), 3) stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana (sedih, gembira dan lain-lain).Jadi persepsi adalah suatu tanggapan atau penilaian terhadap sesuatu yang menjadi stimulus yang diwujudkan dalam bentuk keputusan yang dinyatakan dalam sikap atau perilaku seseorang terhadap stimulus yang merangsangnya.
2. Masyarakat Masyarakat disebut pula kesatuan sosial, mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang erat. Persepsi dari jiwa manusia, yang dapat diketahui, pertama melalui sikap, perbuatan dan kelakuan sebagai penjelmaan yang lahir, kedua melalui pengalaman batin dalam roh manusia perseorangan sendiri. Dalam memperoleh “superiorotas”, setiap orang dapat merasakan sebagai sesuatu yang lebih tinggi nilainya daripada orang yang berada dalam lingkungan masyarakat. Persepsi yang “kokoh-kuat”, adalah merupakan perwujudan pribadi yang menyatakandengan sikap atau tindakan terhadap hal yang dialaminya. (Munandar Soelaeman, 2001: 122) Masyarakat (society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.Masyarakat adalah kelompok suatu jaringan hubungan-hubungan antar manusia dalamentitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok to user yang teratur. orang yang hidup bersama dalam commit satu komunitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocok tanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok
masyarakat
yang
terpisah
dari
masyarakat
agrikultural
tradisional.Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.Jadi masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang bertempat tinggal di wiliayah yang sama yang bertujuan untuk hidup bersama, walaupun berbeda-beda kepentingan dan dalam suatu naungan pemerintahan atau aturan, norma dan adat istiadat yang sama. . 3. Kebudayaan Kebudayaan adalah hasil karya manusia yang bersifat kompleks, mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Soerjono Soekanto, 2001 : 188). Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Soerjono Soekanto mengatakan kebudayaan adalah semua hasil cipta, karya, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperuntukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Kebanyakan orang berasumsi bahwa kebudayaan dapat dimaknai sebagai fenomena material, sehingga menurut faham ini pemahaman dan pemaknaan kebudayaan lebih banyak dicermati sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1980 : 193).
Sejalan dengan
pengertian tersebut maka tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan commitdalam to user terikat oleh kebudayaan yang berperan berbagai pranata sosial masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia, kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial, oleh para anggota suatu masyarakat. Sehingga suatu kebudayaan bukanlah hanya akumulasi dari kebiasaan (Folkways) dan tata kelakuan (mores) tetapi suatu sistem perilaku yang terorganisasi. Jadi kebudayaan merupakan suatu sistem yang kompleks dari hasil karya manusia dapat berupa ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain-lain yang diciptakan manusia dan diperuntukan kepada masyarakat. Didalam kebudayaan terdapat pola-pola perilaku yang merupakan caracara manusia untuk bertindak sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat, artinya kebudayaan merupakan suatu garis pokok tentang perilaku yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai bagaimana masyarakat harus bertindak, bagaimana masyarakat melakukkan hubungan dengan orang lain atau bersosialisasi, apa yang harus dilakukan, apa yang dilarang dan sebagainya. Hasil karya manusia akan melahirkan suatu kebudayaan atau teknologi yang nantinya akan berguna untuk melindungi ataupun membantu masyarakat untuk mengolah alam yang bisa bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Secara khusus Kebudayaan berfungsi: 1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok 2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya 3. Pembimbing kehidupan manusia 4. Pembeda antar manusia dan binatang 5. Hidup lebih baik, Lebih manusiawi dan berperikemanusiaan Secara umum pengertian kebudayaan adalah merupakan jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani. Tindakan manusia yang bersifat religius untuk mengatasi ketidakpastian, keterbatasan dan kelangkaan disebut religi. Religi merupakan bagian dari kebudayaan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayan diartikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah commit to user alam sekitarnya, agar kekuatan yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat (Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 195:113). Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan dapat digolongkan ke dalam tiga wujud budaya yaitu : a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma- norma, peraturan dan sebagainya. b. Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud dari aktivitas yang merupakan bagian dari kebudayaan tersebut sangat unik. Unsur-unsur kebudayaan adalah rincian suatu kebudayaan agar dapat kebudayaan yang khusus. Ada tujuh unsur kebudayaan yang merupakan isi pokok dari setiap kebudayaan yang bersifat universal, yang artinya ada dalam setiap kebudayaan di dunia. Ketujuh unsur kebudayaan universal itu maing-masing mempunyai wujud fisik, walaupun tidak ada satu wujud fisik untuk keseluruhan dari satu unsur kebudayaan universal. Tiap unsur kebudayaan universal dapat dipeinci ke dalam unsur-unsurnya yang lebih kecil sampai beberapa kali. Dari beberapa pendapat yang ada tentang unsur kebudayaan universal, pendapat C. Kluckhohn yang sering dijadikan sebagai referensi. Pendapat C. Kluckhohn tentang tujuh unsur kebudayaan merupakan hasil inti sari dari pendapat-pendapat lainnya. 1. Sistem kepercayaan (sistem religi). Merupakan hal-hal yang berbau agama. Dalam hal ini bisa dibilang budaya yang mistis seperti animisme, dinamisme, dsb. Biasanya terdapat bacaanbacaan dan juga ritual-ritual dalam pelaksanaan system kepercayaan ini. 2. Sistem pengetahuan. Unsur ini termasuk penting, jika tidak adanya pengetahuan yang memadai maka budaya tersebut
tidak akan tercipta apalagi berkembang.
pengetahuan sangat berguna untuk memicu timbulnya ide-ide yang baru dan kreatif sehingga budaya tersebut dapat dipertahankan. commit user (teknologi). 3. Peralatan dan perlengkapan hidup to manusia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Dengan budaya yang berkembang, sehingga timbulnya peralatan-peralatan baru yang bisa digunakan sebagai pelengkap dan juga sebagai keindahan tersendiri. 4. Mata pencaharian dan sistem-sistem ekonomi. Terlahir karena manusia memiliki hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih sehingga budaya menjadi dimanfaatkan untuk hal tersebut. 5. Sistem kemasyarakatan (organisasi sosial). Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing antar individu sehingga timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu. 6. Bahasa. Sesuatu yang berawal dari hanya sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti bahasa Inggris. 7. Kesenian. Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan hati setiap orang. Unsur budaya adalah suatu hal yang membentuk dan merupakan hal yang penting agar budaya tersebut dapat terbangun,tanpa unsur-unsur tersebut,mungkin budaya yang ada saat ini tidak akan berkembang dengan cepat. Unsur budaya terbentuk secara alami dan dari kesadaran manusia itu sendiri, Karena untuk memenuhi kebutuhannya,secara tidak langsung manusia berpikir dan akhirnya terciptalah unsur-unsur kebudayaan yang ada saat ini. Unsur budaya bisa dikembangkan di masa mendatangdengan cara melestarikan budaya tersebut,dan terus menggali potensi dari setiap unsur-unsur budaya yang ada. Koentjaranigrat (1996; 74) menyarankan agar kebudayaan dibeda-bedakan sesuai dengan empat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
wujudnya, yang secara simbolis dapat digambarkan menjadi empat lingkaran konsentris sebagai berikut:
Religi
Pengetahuan
Teknologi
Kesenian Nilai Budaya
Bahasa
Ekonomi
Organisasi
Gambar kerangka kebudayaan diatas menjelaskan ada empat lingkaran konsentris. Keempat lingkaran konsentris menggambarkan dari dalam keluar: (i) nilai-nilai budaya (lingkaran pusat berwarna hitam), (ii) sistem budaya, (iii) sistem sosial, dan (iv) kebudayaan fisik. Lingkaran paling luar adalah melambangkan kebudayaan sebagai artefacs atau benda-benda fisik. Lingkaran berikutnya melambangkan kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan tindakan berpola. Lingkaran yang berikutnya lagi adalah melambangkan kebudayaan sebagai sistem gagasan. Lingkaran hitam yang letaknya paling dalam dan bentuknya paling kecil atau merupakan pusat atau inti dari seluruh bagan, melambangkan kebudayaan commit to user sebagai sistem gagasan yang ideologis.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Sistem nilai budaya terdiri atas konsep-konsep yang hidup dalam pikiran sebagian besar masyarakat. konsep-konsep tersebut berkanaan dangan hal-hal yang harus nereka anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedomantertinggi bagi kelakuan manusia. Haryati Soebadio, seorang ahli kebudayaan, memberikan deskripsi kerja tentang sistem nilai budaya sebagai nilai gagasan utama. Lebih lanjut Haryati Soebadio mengatakan bahwa sistem nilai dan gagasan itu dihayati benar-benar oleh pendukukung budaya bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Akibatnya, sistem nilai dan gagasan itu dapat mendominasi keseluruhan kehidupan para pendukungnya, dalam arti mengarahkan tingkah laku mereka didalam masyarakat. Memang dapat dikatakan pula. bahwa sistem nilai dan gagasan utama itu memberi pola untuk bertingkah laku dalam masyarakatnya, atau dengan kata lain memberikan seperangkat model untuk bertingkah laku. Sistem nilai budaya adalah rangkaian konsep abstrak yang hidup dalamalam
pikiran
sebagian
besar
suatu
warga
masyarakat.
Hal
itu
menyangkutapa dianggapnya penting dan bernilai. Maka dari itu suatu sistem nilai budaya (atau suatu sistem budaya) merupakan bagian dari kebudayaan yang telah memberikan arah serta dorongan pada perilaku manusia. Sistem tersebut merupakan konsep abstrak, tapi tidak dirumuskan dengan tegas. Karena itu, konsep tersebut biasanya hanya dirasakan saja, tidak dirumuskan dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Itu lah juga sebabnya
mengapa
konsep tersebut sering sangat mendarah daging, sulitdiubah apalgi diganti oleh konsep yang baru. Bila sistem nilai budaya tadi memberi arah pada perilaku dan tindakan manusia, maka pedomannya tegas dan konkret. Hal itu nampak dalam normanorma, hukum serta aturan-aturan. Norma-norma dan sebagainya itu seharusnya bersumber pada, dijiwai oleh serta merincikan sistem nilai budaya tersebut. Konsep sikap bukan lah bagian dari kebudayaan. Sikap merupakan daya dorong dalam diri seorang individu untuk bereaksi terhadap seluruh lingkungannya. Bagaimana pun juga harus dikatakan bahwa sikap seseorang itu dipengaruhi oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
kebudayaannya. Artinya, norma-norma tersebut telah dianut oleh individu yang bersangkutan.
4. Pengertian Punk Punk dapat diartikan melalui sudut pandang yang masing-masing memiliki makna yang berbeda. Pengertian punk yang di tuliskan dalam kamus besar bahasa indonesia adalah (kelompok) pemuda yang tidak berpengalaman (biasanya
dijadikan
pasangan
kaum
homoseks).
Pengertian
tersebut
menggambarkan bahwa punk sebagai pemuda yang tidak berpengalaman atau tidak berarti. Bahkan dapat diartikan juga sebagai orang yang ceroboh, sembrono dan ugal-ugalan. Pengertian tersebut sebenarnya kurang menggambarkan makna punk secara keseluruhan. Pengertian punk saat ini dari berbagai sudut pandang, antara lain punk sebagai sebuah subculture bagi kaum muda, punk sebagai counter culture bagi budaya mainstream, dan punk sebagai lifestyle. Jadi punk adalah komunitas pemuda yang berperilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan perilaku pemuda pada umumnya, menentang kemapanan kehidupan masyarakat untuk berperilaku bebas yang tidak beraturan menurut kehendaknya sendiri.
a. Punk sebagai subkultur Kata “Kultur” dalam subkultur menunjuk
pada keseluruhan cara
hidup yang dapat di mengerti oleh para anggotanya. Kata “Sub” mempunyai arti konotasi yang khusus dan perbedaan dari kebudayaan dominan atau kebudayaan induk dalam masyarakat. Subkultur dapat diartikan sebagai kebudayaan yang menyimpang dari kebudayaan induk. Kajian mengenai subkultur telah dipelopori oleh Centre Of Contemporary Curtural Studies (CCCG) di Universitas Birmingham pada tahunn 1970-an, yang memandang subkultur sebagai budaya perlawanan yang harus diberi tempat. Menurut Fitrah Hamdani dalam Zaelani Tammaka (2007:164) “Subkultur’’ merupakan gejala commit budaya to dalam user masyarakat industri maju yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolis di ekspresikan dalam bentuk pencipta gaya dan bukan hanya merupakan penentang terhadap hegemoni atau jalan keluar dari suatu ketegangan sosial. Subkultur lebih jauh menjadi bagian dari ruang bagi penganutnya untuk memberikan otonomi dalam suatu tatanan sosial masyarakat industri yang semakin kaku dan kabur. Dick Hebdige dari Brimingham School British cultural dalam bukunya Asal Usul Dan Ideologi Subkultur Punk
menggambarkan punk merupakan
subkultur pemuda yang berasal dari kelas pekerja sebagai tanggapan atas kehadiran komunitas kulit hitam yang ada di inggris, hal ini terlepas dari sejarah hidup sosial dan ekonomi inggris, identitas rasial di inggris, politik dan budaya di inggris. Sebagai subkultur,Dick Hebdige (1999:192) menggambarkan punk masa kini telah menghadapi dua bentuk perubahan yaitu : 1) Bentuk komoditas Dalam segi ini, atribut dan assesoris yang dipakai oleh subkultur punk telah di manfaatkan oleh industri sebagai barang dagangan yang di distribusikan kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Atribut dan assesoris punk yang dulu dipakai oleh anak punk yang digunakan sebagai simbol identitas, kini dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko jalanan yang menjual assesoris punk dan dikonsumsi secara umum. 2) Bentuk Ideologis Dari segi ideologis, punk merupakan ideologi yang mencangkup aspek sosial dan politik. Ideologi mereka dulu sering dikaitkan dengan perilakuperilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak punk. Berbagai perilaku anak punk yang menyimpang telag didokomentasikan dalam media massa, sehingga membuat identitas punk dibalik aksesoris yang melekat di tubuhnya dipandang sebagai seorang yang berbahaya dan berandalan. Punk sebagai subkultur telah membentuk bangunan budaya baru yang berbeda dengan budaya mainstream yang dianut oleh kaum muda sejak awal kemunculanya di inggris hingga perkembanganya sampai sekarang. Nilai-nilai yang menjadi substansi punk sebagai subkultur tetap diyakini oleh anggotanya . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
walaupun punk telah berganti generasi, tetapi sebagai sebuah subkultur, nilai-nilai dan eksistensi punk masih dipertahankan hingga sekarang
b. Punk Sebagai Budaya Tandingan (Counter Culture) Subkultur merupakan bagian dari kebudayaan dominan yang dianut oleh sebagian tertentu dari masyarakat pendukung kebudayaan dominan atau mainstream. Subkultur tersebut bisa saja sesuai dengan budaya dominan, atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai budaya dominan dan menjadi budaya tadingan. Walaupun bertentangan, budaya tandingan tidak selalu buruk. Menurut Hans Sebald dan Soerjono Soekanto (1990:1992) budaya tandingan timbul apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Suatu bagian dari masyarakat atau kelompok sosial tertentu sedang menghadapi masalah yang bukan merupakan persoalan yang dihadapi oleh warga lainya. 2) Menurut Rubington dan Weinher budaya tandingan harus mencerminkan : ...a common understanding and prescribed ways of thinking, feeling, and acting when in the company of ones own deviant’s peers and dealing with acting when in the company of one’s own deviant’s peers and dealing with representatives of the conventional world. Once these deviant’s (counter culture come into being, and flourish, they have an consequenns for their bearer and conventional outsider well. (Sebuah cara pemahaman dan penentuan yang lazim dari pikiran, perasaan, dan tindakan dalam suatu kelompok orang yang mempunyai teman sebaya yang menyimpang yang berhubungan dengan wakil dunia yang umum. Sekali para penyimpang ini melawan budaya menjadi bentuk kehidupan, dan berjalan dengan baik, mereka mempunyai dampak bagi pembawa pesan mereka dan juga orang di luar mereka). 3) Anggota –anggota kelompok sosial yang menimbulkan budaya tandingan mempunyai taraf keterlibatan tertentu yang dianggap signifikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
4) Adanya suatu lembaga total yang menangani mereka, seperti yang dianggap oleh Erving Goffman ”..a place when people lived and work with a large member of like-situated persons, where they are, cutt-off from the broather society for signifikan periods of time, and where they lead and enclosed, fonnaly administered life”(...suatu tempat tinggal dan bekerja di dalamnya sebuah individu dalam situasi sama, terputus dari masyarakat yang lebih luas untuk jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal). Pengertian punk sebagai Counter Culture terhadap budaya mainstream dikemmukakan oleh Craig O Hara dalam Philosophy of punk ( Thya Keep Punk Live www.pikiranrakyat.com) Menyebutkan tiga definisi punk yaitu : 1) punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik; 2) punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan; 3) punk merupakan bentuk perlawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup, dan komunitas sendiri. 1) Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik Punk memang lebih dikenal dari fashion dan musik (kecuali dari Negara asal punk) seperti yang dikemukakan oleh Rouse dalam Macolm Bannard (1996 : 185) Punk muncul dan sikembangkan sebagai suatu reaksi atas komersialisasi besar-besaran atas musik dan fashion bagi kaum muda. Dalam fashion segala atribut dan assesoris punk telah diadopsi oleh kaum muda sebagai trend. Contohnya fashion punk yang identik dengan jaket kulit dan celana jeans ketat dan lusuh, sepatu boots, memakai rantai dan spike, serta gaya rambut Mohawk ala suku Indian yang dicat dengan warna-warna terang. Punk juga dikenal sebagai musik pemberontakan. Jenis musik komunitas underground ini adalah turunan dari music rock. Melalui musik turunan rock yang bertempo tinggi mereka meluapkan kemarahan terhadap kapitalisme, militerisme, fasisme dan rasisme yang dianggap sebagai tindak penindasan.
Punk berusaha menyindir para
penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan music dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.
2) Punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Kemuculan punk merupakan suatu bentuk resistensi budaya yang sudah mapan di inggris. Punk berusaha menentang budaya mainstream yang dikuasai borjuis dan melawan segala bentuk kapitalisme. Apa yang dianggap kotor oleh masyarakat, maka oleh punk diaanggap sebagai sesuatu yang baik dan layak.seperti yang dikatakan Dick Hebdige (1999:212) Obyek-obyek yang kotor mendapat tempat dalam ensambel punk. Seperti peniti yang dikeluarkan dari konteks “utilitas” domestiknya dan menjadi ornament menggerikan di sekitar pipi, kuping, hidung, lidah dan lain-lain. Sebagian punk memakai rantai, anting-anting gembok, sepatu boots dan sepatu militer sebagai perlawanan terhadap kebudayaan kemapanan yang sudah ada. 3) Punk sebagai bentuk pelawanan yang hebat karena menciptakan music, gaya hidup, dan kebudayaan sendiri Punk telah menciptakan kebudayaan sendiri dengan membentuk bnagunan budaya baru atau subkultur bagi para pemuda. Budaya yang dicitakan oleh punk adalah budaya yang melawan budaya mainstream. Sebagai budaya resistensi, punk cenderung disebut sebagai counter culture terhadap budaya mainstream. Budaya mainstream adalah budaya yang merupakan budaya dominan yang disepakati oleh umum baik dalam hal fashion, musik, gaya hidup maupun perilaku. Budaya punk hanya berlaku bagi komunitasnya sendiri. Punk tidak menyukai apabila ada orang yang dari luar komunitas dengan sengaja meniru atau mengenakan atribut dan assesoris identitas punk. Apabila atribut dan gaya hidup punk telah disamai atau di imitasi oleh masyarakat umum, maka punk akan berusaha mencari kebudayaan baru yang lain agar terlihat berbeda dengan budaya yang sudah ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
c. Punk Sebagai Gaya Hidup ( Life Style) 1)
Gaya Hidup Sebagai Proyek Refleksif Selain pengertian yang telah disebutkan di atas, punk juga dapat
dikatakan sebagai suatu gaya hidup atau lifestyle di kalangan remaja. David Chaney (1996:13-14) menyebutkan bahwa gaya hidup merupakan proyek refleksif dan menggunakan fasilitas konsumen secara kreatif. Dia mengatakan : Perkembangan gaya hidup dan perubahan struktural modernitas saling terhubung melalui revlektivitas institusional: karena keterbukaan (openness) kehidupan sosial masa kini, pluralitas, konteks tindakan dan aneka ragam otoritas, pilihan gaya hidup menjdi sangat penting dalam penyusunan identitas diri dan aktivitas keseharian. Hal ini sependapat dengan Anthony Giddens (2002:61). Bahwa di dalam post tradisional (modernitas), Giddens melihat diri (the self) menjadi suatu proyek refleksif. Obyek, sikap dan gaya tertentu secara khusus menjadi signifikan sebagai ikon gaya hidup Berpedoman pada filsafat Rene Descrates (1596-1650) yang terkenal dengan ungkapanya “Cogito, ergo sum” : Aku berfikir maka aku ada” Ungkapan ini di ditransformasikan oleh David Chaney menjadi “kamu bergaya maka kamu ada”. Menurut Chaney, industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Oleh karena itu penampakan luar menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada” mungkin adalah ungkapan yang cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. David Chaney (1996:16) mengatakan : Disinilah gaya mulai menjadi modus keberadaan manusia modern : kamu bergaya maka kamu ada! Kalau kamu tidak bergaya, maka bersiap-siaplah dianggap tidak ada : diremehkan, diacuhkan, diabaikan atau mungkin di lecehkan. Itulah sebabnya orang sekarang perlu bersolek atau berias diri, jadilah kita seperti masyarakat pesolek (dandy society). Dengan demikian, pakaian dan gaya rambut sudah menjadi kebutuhan akan gaya hidup seseorang yang terus akan terus berusaha menampilkan citra diri lewat penampilan. Tubuh dan penampilan sehari-hari telah menjadi proyek penyemaian gaya hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2) Punk sebagai Gaya Hidup Resistensi Audifax dalam Alfahri addin (2006:122) Mengkategorikan kelompok punk sebagai salah satu gaya hidup alternative, punk bertujuan untuk membedakan diri, menunjukan perilaku yang berlandaskan perlawanan terhadap budaya mainstream. Contoh perlawanan yang dilakukan oleh punk terhadap budaya mainstream antara lain punk menentang gaya potongan rambut yang biasa disebut Mohawk. Mohawk adalah potongan rambut yang dibuat seperti bulu tengkuk kuda yang dibuat berdiri. Perlawanan punk juga terlihat dari pakaian yang di kenakan. Punk mengenakan pakaian yang mencolok dengan berbagai assesoris pin dan paku yang menempel, sehingga tampak berbeda dengan gaya pakaian remaja pada umumnya. Gaya hidup resistensi punk hanya berlaku pada kelompok punk itu sendiri. Jenskins dalam David Chaney (1996:81) membedakan antara gaya hidup dan subkultur dalam hal mode pakaian sebagai suatu hal yang sulit, sebab konteks kultur menunjukkan suatu hubungan tetap dan sering kali menyimpang dari angan-angan budaya dominan. Sedangkan gaya hidup tidak mengharuskan adanya nilai-nilai resistensi. Gaya hidup bisa saja perilaku yang selalu mengikuti budaya mainstream oleh Audifax disebut sebagai gaya hidup differensiasi. Contohnya gaya hidup para artis yang selalu setter Bagi para penggemarnya, jadi daripada menciptakan gaya hidup sendiri seperti yang dilakukan oleh punk, maka mereka memilih untuk mengikuti arus mainstream, gaya hidup semacam ini bertolak belakang dengan gaya hidup resistensi punk. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak punk dapat dikenali dari penampilan mereka yang unik, mulai dari pakaian dan rambut merupakan gaya hidup resistensi yang melawan arus budaya mainstream. Dari satu sisi penampilan tersebut dapat menimbulkan rasa bangga bagi pemakainya, tetapi bagi orang lain akan memandangnya aneh dan menyeramkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
5. Sejarah Punk Suatu periode sejarah yang terjadi disuatu tempat kemudian berkembang dan berganti di tempat lain tentu tidak hanya merubah waktu dan ruang sejarah, tetapi mungkin makna dan ciri yang menunjukkan sejarah akan berbeda. Sejarah awal kemunculan punk di Inggris yang terjadi atas kondisi sosial ekonomi yang terjadi pada saat itu, akan berbeda maknanya dengan sejarah munculnya punk di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa punk saat masuk Indonesia, maknanya sudah berbeda dengan punk yang ada di Inggris sebagai negara asal pergerakan punk. a. Punk di Inggris 1) Dampak dari Krisis Ekonomi Pasca Perang Dunia II Kelahiran punk di Inggris sekitar tahun 1976 merupakan dampak dari sebuah kondisi negara yang depresi akibat Perang Dunia II. Hal ini mengakibatkan angka pengangguran meningkat. Pada saat itu Inggris juga menjadi tujuan bagi imigran dari Jamaika yang berdatangan untuk berebut lapangan kerja dengan orang kulit putih Inggris. Krisis ekonomi pasca perangtelah memunculkan kelas pekerja Inggris yang kehidupannya herada di bawah kemapanan rata-rata, Golongan pemuda Inggris dari kelas tersebut akhirnya tergabung menjadi suatu kelompok di daerah sekitar industri dan membentuk sebuah subkultur tersendiri khusus bagi kelas pekerja. Punk muncul sebagai sebuah gaya hidup baru bagi pemuda kalangan kelas bawah. Mereka adalah orang-orang yang termarjinalkan secara ekonomi, akan tetapi secara formal juga dipaksa untuk selalu patuh dan tunduk terhadap budaya Inggris yang telah ada. Namun dalam sebuah budaya yang besar, mereka tetap saja akan terpinggirkan. Mereka tak bisa tampil rapi dengan gaya pakaian yang harganya mahal, karena berasal dari kelas bawah yang jelas tidak akan mampu untuk tampil seperti kalangan atas. Hal ini menyebabkan anak muda dari kalangan bawah pada masa itu merasa bahwa diri mereka benar-benar tak dianggap dan tak memiliki harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Kemarahan akan kondisi seperti inilah yang membuat mereka untuk commit to user berkreasi menurut caranya sendiri. Mereka menciptakan musik yang berirama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
cepat dan bersyair dangkal tetapi tajam, mengeksplorasi tubuh lewat tato dan tindik serta berbagai aksesoris pakaian. Mereka menciptakan budaya baru yang bertolak belakang dengan budaya yang sudah ada. Masyarakat sering mengatakan mereka jorok, seronok, menjijikan sehingga banyak
yang
membenci
keberadaan-mereka.
Dick
Hebdige
(1999:125)
menyatakan "punk selamanya akan dipaksa untuk menghidupkan keterasingan, untuk memerankan kondisi imajinernya, untuk menyusun seluruh rantai korelasi subjektif bagi arketip resmi krisis kehidupan modern". Bahkan media Inggris pernah menganggap mereka sebagai sampah karena sikap punk yang selalu mencemooh kemapanan. Akan tetapi bagi anak punk, hal itu adalah sebuah bukti kalau ternyata punk telah berhasil dalam melakukan pemberontakan pada kulturnya. Punk muncul membawa ideologi baru bagi kehidupan anak muda Inggris yang mampu menggeser gaya hidup hippie maupun skinhead yang telah lebih dulu ada.
2) Pertunjukkan Musik Punk "Sex Pistols" Pada awalnya kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan Skinhead. Skinhead adalah sebutan untuk kelompok pemuda Inggris yang berasal dari kelas pekerja, bercirikan kepala plontos, celana jeans ketat, mengenakan jaket militer dan bersepatu boot yang memiliki slogan yang khas dalam berkomunitas, yaitu “bekerja keras di pagi hari dan mabuk di malam hari”. Namun, sejak tahun 1980an. saat punk merajalela di Amerika., golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama dalam musik. Ada sebuah catatan penting ketika sebuah grup band asal Inggris yang dalam setiap pertunjukkan selalu dihadiri anak-anak muda dengan dandanan yang lain dari yang lain. Nama band itu adalah Sex Pistols dan salah satu hit mereka yang terkenal adalah "God Save The Queen". Berikut ini sedikit lirik dari lagu tersebut: God save the Queen (Tuhan selamatkan hidup sang Ratu) A fascist regime (Sebuah rezim fasist) to user orang tolol) They made you a moron (Mereka commit menjadikanmu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Potential H-bomb (Bom-H yang berpotensi) God save the Queen (Tuhan selamatkan hidup sang Ratu) She ain'/ no human being (Dia bukan manusia) There is no future (Tidak ada masa depan) In England's dreaming (Dalam mimpi rakyat Inggris) Dalam lirik di atas menggambarkan di tengah masa yang disebut sebagai jaman kemerosotan Inggris, muncul sebuah budaya baru di negara yang sudah maju tersebut dengan menantang budaya yang sudah mapan dengan musik dan gaya hidup yang diciptakan oleh kalangan pemuda. Ratu Inggris sebagai sosok yang paling dihormati di negaranya, diolok-olok oleh Sex Pistols dalam lirik lagu di atas. Dalam pemerintahannya, kalangan kelas bawah merasa tidak ada harapan dan masa depan bagi mereka, sehingga merasa perlu untuk melakukan perlawanan. Momen yang terdokumentasikan dengan cermat tentang kurun awal punk adalah pertunjukan Sex Pistols di Nashville. Saat itu Johny Rotten personil Sex Pistols diduga meninggalkan panggung guna membantu pendukung yang terlibat baku hantam. Baru pada musim panas 1976 punk rock mulai memperoleh perhatian khusus dan waktu terjadi kepanikan pada September 1976 ketika seorang gadis dibuat setengah buta terkena lemparan gelas bir selama festival dua hari punk di 100 Club Soho. (Dick Hebdige, 1999:56). Sex Pistols yang dimanajeri oleh Malcolm McLaren adalah satu band yang termasuk dalam gelombang pertama punk bersama The Clash dan The Damned yang mulai bermain di seputaran London pada tahun 1976. Pada waktu itu, banyak band punk di Inggris yang suka mengadakan konser di 100 Club Soho, sehingga klub ini menjadi legendaris karena termasuk menjadi tempat yang melahirkan musik punk. Dalam setiap pertunjukkan, band-band punk selalu ramai dihadiri oleh penonton baik laki-laki maupun perempuan yang memakai dandanan punk lengkap dengan aksesoris yang menempel di tubuh. Diantaranya memakai jaket kulit yang dipenuhi dengan paku dan pin, celana jeans ketat yang lusuh, sepatu to userdi pipi dan hidung sebagai tindik, boot Doc Marten, berbagai peniticommit yang dipakai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
rantai yang dikaitkan di celana, T-Shirt yang bertuliskan kritikan sosial atau sekedar nama band punk kesayangan mereka, serta barang-barang usang yang mereka ambil seperti stoking bekas yang sudah sobek dipakai sebagai hal yang layak. Bahkan tak sedikit yang menggunakan make up warna hitam seperti riasan warna hitam disekitar mata dan cat kuku hitam. Rambut terlihat unik dengan gaya rambut mohawk yang berdiri kaku ataupun gaya spikey yang dicat dengan warnawarna terang dan mencolok.
6. Penyebaran Budaya Punk Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kalangan bawah ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Lewat musik, punk berusaha menuliskan lagu dengan lirik yang berisi kritikan terhadap keadaan sosial politik yang terjadi. Seiring dengan berjalannya waktu, komunikasipun terjalin semakin luas dan media seperti majalah, surat kabar dan televisi berpengaruh besar dalam penyebaran punk ke berbagai negara seperti Amerika, Jepang, Singapura, Filiphina bahkan di Indonesia. Selanjutnya punk berkembang tidak hanya sebagai gaya dalam pakaian dan musik tetapi juga dalam ideologi yang menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya mainstream. Dasar dari semua itu adalah sebuah keyakinan kuat dan dijiwai secara sadar dengan semangat DIY (Do It Yourself) yang berarti mandiri, independent, serta percaya diri bahwa segala sesuatu tergantung pada diri sendiri. Dengan semangat DIY, punk mulai berkembang dalam menjalankan sistem produksi dan distribusi sendiri mulai dari pembuatan konser musik punk, rekaman musik, pembuatan fanzine, dan berbagai aksesoris punk lainnya. a. Punk di Indonesia 1) Kemunculan Musik Underground Awal kemunculan punk di Indonesia sudah dimulai sekitar tahun 1980-an. commit to oleh user masyarakat umum sekitar tahun Tetapi punk mulai diakui keberadaannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
1990-an dimulai di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung yang ditandai dengan mulai berkembangnya trend jenis musik underground di kalangan remaja. Mereka biasanya tergabung dalam komunitas-komunitas tertentu yang menyukai musik-musik underground yang bernada keras. Selain identik dengan jenis musik, komunitas tersebut juga dapat dikenali dengan penampilan yang spesifik lewat gaya rambut, pakaian dan aksesoris yang menempel di tubuh mereka. Begitu juga dengan punk yang memiliki dandanan yang berbeda dengan komunitas underground lainnya. Rambut yang berwarnawarni dan dandanan yang bagi orang biasa dianggap aneh dan menyeramkan, tampaknya adalah sesuatu yang membanggakan bagi sebagian remaja di Indonesia saat ini. Hampir semua remaja saat ini tidak ada yang tidak mengenal dandanan seperti itu, bahkan juga masyarakat umum. Dulu seorang ibu yang berumur lebih dari 40 tahun, saat melihat anak muda yang berdandan seperti itu akan beranggapan itu adalah anak yang sedang frustasi. Tetapi sekarang mungkin ibu itu akan mengatakan itu adalah anak punk. Hal ini menandakan bahwa budaya punk sudah sangat mewabah di Indonesia. Bagi sebagian orang mungkin masih ada yang menganggap punk di Indonesia hanya sekedar trend ataupun kenakalan remaja saja. Tetapi bila dilihat dari sejarahnya di Inggris, maka punk punya sebentuk realitas yang diperjuangkan untuk melawan budaya mainstream. Punk di Indonesia pertama kali diterima oleh kaum remaja dari usia sekitar 13 tahun sampai usia 20 tahun. Hal ini dapat dilihat sebagai hal yang wajar, karena usia remaja memang usia yang penuh dengan keinginan untuk mencoba hal-hal yang baru atau asing, bahkan hal-hal yang cenderung provokatif dan menantang. Punk menjadi sangat mudah diterima oleh remaja yang bosan dengan keadaan yang monoton, keadaan yang dirasa selalu mengekang kebebasan, sehingga membuat mereka merasa perlu untuk melakukan pemberontakan. 2) Dampak Globalisasi Globalisasi berperan besar dalam penyebaran suatu budaya ke seluruh dunia, meskipun tidak dalam waktu yang bersamaan. Globalisasi beserta seluruh to user perangkat penyebarannya seperticommit televisi, majalah, dan bentuk-bentuk media
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
massa yang lain, juga menyebabkan peniruan gaya yang sama, tetapi dengan kesadaran yang sangat berbeda dengan konteks sejarah awal. Begitu juga dengan punk sebagai salah satu contoh kebudayaan yang berkembang secara global. Para anak muda yang mengenakan dandanan serba punk di Indonesia saat ini sangat mungkin diilhami oleh sesuatu yang sangat berbeda dengan generasi punk pendahulu mereka di Inggris. Dalam era globalisasi, munculnya gaya hidup seperti ini memiliki konteksyang sedikit berbeda dengan budaya asal. Gaya hidup anak muda yang sekarangdiwarnai dengan berbagai penampilan mulai dari rambut, pakaian serta aksesorisyang dikenakan hingga jenis musik yang mereka sukai dengan cepat langsungmempengaruhi perilaku anak muda di Indonesia.Derasnya informasi global, walaupun mereka tidak pernah pergi ke luar negeri, mempunyai pengaruh yang besar bagi generasi mendatang. Mereka punya 'kiblat budaya' kepada gaya hidup tertentu di luar negeri. Tidak semua nilai-nilai hidup itu negatif, dan sebaliknya tidak semuanya positif. Ketika usia mereka bertambah, mereka mula menyaring nilai-nilaiitu dan menggabungkannya dengan budayanya sendiri. Apakah menjadi lebih baik atau lebih buruk. (A.B Susanto, 2001:85). Gaya punk yang saat ini digemari pemuda Indonesia memang berdeda maknanva dengan punk yang ada di Inggris. Sebenamya pemuda Indonesia sebagai SDM yang potensial, mereka cukup pintar untuk mengadopsi budaya yang berasal dari barat dan menyesuaikannya dengan budaya timur. 3) Punk Dikenal dari Fashion dan Musik Di Indonesia, makna punk memang dikenal pertama kali dari segi fashion dan musik. Maka tidak heran jika hal-hal yang substansial mengenai ideologi punk baru hadir bertahun-tahun setelah punk dikenal lewat musik dan fashion. Fashion punk berkaitan dengan gaya rambut dan gaya pakaian serta aksesoris anak muda. Gaya rambut punk yang biasa disebut mohawk dulu cuma dipakai oleh orang punk saja. Tetapi sekarang kenyataannya, gaya rambut mohawk telah berubah menjadi trend di kalangan anak muda Indonesia. Begitu juga dengan berbagai model pakaian dan aksesoris pendukungnya kini juga telah merebak luas commit to user di pasaran dan dipakai oleh banyak orang yang bukan punk. Dulu orang punk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
yang berasal dari luar Jakarta yang ingin mendapatkan aksesoris punk seperti gelang spike, terlebih dahulu mereka harus mencari barang yang mereka cari tersebut di kota Jakarta maupun Bandung. Aksesoris punk dulu memang sulit untuk dicari dan harganya juga tidak murah. Tetapi sekarang barang-barang tersebut telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sebagai barang produksi yang dapat mendatangkan keuntungan bila di distribusikan. Malcolm Barnard (1996:63) mengatakan "Punk, atau fashion yang terilhami oleh punk atau terkait dengan punk bisa ditemukan di semua jalan'". Berbagai aksesoris punk sekarang dapat kita jumpai di berbagai distro-distro yang ada di pinggir jalan, karena punk adalah salah satu bentuk streetstyle. Orang yang bukan punk sekarang juga senang memakai aksesoris punk hanya untuk sekedar gaya-gayaan saja atau mengikuti trend yang sedang berkembang. Bahkan artisartis terkenal juga banyak yang mengadopsi gaya dandanan punk. Penyanyi asal Kanada, Avril Lavigne juga selalu tampil dengan gaya punk. Bahkan sejumlah artis Indonesia juga ada yang menggunakan gaya punk, seperti Agnes Monicayang pernah menggunakan gaya punk dalam konsemya. Arris lain yang mengadopsi gaya dandanan punk adalah Ariel Peterpan dan Ahmad Dhani yang pernah memotong rambutnya dengan gaya mohawk. Artis-artis seperti mereka bisa menjadi trend setter yang berperan besar dalam penyebaran fashion punk yang akan diikuti oleh penonton. Mereka menciptakan gaya hidup sendiri agar terlihat berbeda dengan yang lain. Dalam uraian di atas dapat disimpulkan bahwa punk di Indonesia tidak seperti punk di Inggris. Punk di Indonesia hanya dimaknai sebatas fashion dan trend musik saja, bukan sebagai sebuah esensi seperti asal sejarahnya di Inggris. Punk yang awalnya sebagai pergerakan sosial atas kondisi sosial ekonomi dari kelas bawah di Inggris, sekarang di Indonesia lebih dikenal dari segi fashion dan musik yang melawan budaya mainstream. 4) Pakaian Punk Sebagai Demonstrasi Ideologi Malcolm Barnard (1996:58) mengatakan "Pakaian dapat digunakan sebagai senjata dan pertahanan commit yang dilakukan to user dengan cara mengekspresikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
ideologi-ideologi yang dianut oleh kelompok sosial tertentu untuk menentang ideologi kelompok sosial lain dalam suatu masyarakat". Punk menggunakan pakaian untuk menentang ideologi kelompok dominan dengan cara memakai segala yang dianggap oleh kelompok dominan sebagai hal yang menjijikan, tapi oleh punk dianggap sebagai hal yang layak untuk dipakai. Dengan cara seperti itulah pakaian dapat digunakan sebagai senjata ideologis dalam perjuangan kelompok punk yang menentang kemapanan. Bentuk penentangan punk dalam hal pakaian telah didokumentasikan oleh Dick Hebdige (1999:212): Objek-objek yang dipinjam dari konteks yang paling kotor mendapat tempat dalam ansambel punk : rantai kakus dihias menjadi lengkung indah di dada yang dibingkai dengan keliman plastik. Peniti dikeluarkan dari konteks "utilitas" domestiknya dan dikenakan sebagai ornamen yang mengerikan di sekitar pipi, kuping atau bibir. Tenun buangan "murahan" (PVC, plastic, lureks, dan lain-lain) dengan desain vulgar (misalnya corak kulit macan) dan warna-warna "buruk", yang telah lama diapkir oleh seksi mutu dalam industri fesyen karena dinilai sebagai kitsch usang, diselamatkan kaum punk dan diubah menjadi garmen (celana pipa fly boy, rok mini "umum") yang menawarkan komentar yang awas tentang apa yang disebut kemodernan dan selera". Punk menggunakan pakaian untuk menentang ideologi kelas dominan beserta distribusi kekuasaannya. Contoh tentang pakaian punk dapat dipahami sebagai suatu fenomena ideologis yang melawan nilai-nilai estetis kelas dominan pada saat awal kemuncuiannya di Inggris. Oleh sebab itu, pakaian bukan hanya sebagai cara bagi kelompok untuk mengkomunikasikan identitas, tetapi juga sebagai cara yang digunakan untuk menentang keyakinan dan nilai-nilai kelompok lain yang mungkin dijadikan sebagai ideologi oleh kelompok lain. 5) Atribut Punk Berfungsi Sebagai Tanda Untuk melengkapi gaya punk dalam berpakaian, mereka memakai atributatribut tertentu sebagai aksesoris Atribut-atribut tersebut antara lain : a) T-Shirt : kaos biasanya berwarna hitam dan bergambar band-band punk atau kadang bertuliskan slogan kritik sosial. b) Eye Shadow : digunakan untuk menghitamkan mata yang akan memberi kesan commit to user lebih seram.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
c) Cat rambut : digunakan untuk mewarnai rambut dengan warna-warna cerah seperti merah, kuning, hijau, atau biru sesuai selera pemakainya. d) Cat kuku : cat digunakan di kuku-kuku tangan, biasanya berwarna hitam. e) Lem kayu/ lem kertas dan hairspray : dipakai untuk mengeraskan rambut agar bisa berbentuk mohawk atau berbentuk spikey. f) Rantai : biasa dilingkarkan di leher, atau bisa diikatkan pada dompet dengan tempat sabuk di celana. Rantai digunakan sebagai simbol perbudakan. g) Sepatu boot : sepatu panjangnya hampir menyentuh lutut, berlubang tali 8 hingga 20 dari bawah sampai atas. Sepatu boot merupakan bentuk perlawananterhadap kemapanan tentara. Sebagian punker Solo memakai boot roerk DocMarten seperti yang dikenakan oleh skinhead di Inggris. h) Gembok : biasa digunakan sebagai pengganti tali sepatu, dikaitkan di lubangtali sepatu, juga sebagai pengait kalung rantai. i) Spike : gelang yang terbuat dari bahan kulit, disekelilingnya dipenuhi denganpaku-paku dari besi berbentuk piramid (kerucut) atau bundar. j) Piercing : dipakai di telinga sebagai anting, terbuat dari logam yang berukuranlebih besar dari anting biasa sehingga akan menyebabkan lubang yang besar ditelinga pemakainya. k) Jaket kulit : jaket yang dikenakan biasanya dilengkapi dengan hiasan pakupaku dan pin yang menempel l) Celana jeans : celana jeans yang dikenakan adalah celana jeans yang ketat danlusuh, terkadang ditempel dengan emblem dibeberapa bagian yang sobek. Atribut-atribut yang dikenakan anak punk tersebut berfungsi sebagai penanda bagi mereka yang membedakannya dengan komunitas lain. Atribut tersebut merupakan aksesoris khas yang dimiliki oleh anak punk dan wajib dipakai dalam keseharian, khususnya apabila ada event-event tertentu misalnva dalam pertunjukkan musik punk. Untuk membaca tanda yang ingin disampaikan oleh punk lewat atribut, cara yang dapat digunakan adalah dengan semiologi. Konsep semiologi seperti yang diungkapkan oleh Alex Sobur (2003:15) "suatu ilmu atau metode analisis commit user untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalahtoperangkat yang kita pakai dalam upaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia". Barthes dalam karyanya "Mythologies" mengemukakan sebuah contoh tentang semiologi. Mitos bertugas memberikan kehendak historis suatu justifikasi alamiah, dan menjadikan berbagai peristiwa yang tak terduga tampak abadi. (Chris Barker, 2005:73). Barthes berusaha menguji rangkaian aturan, kode dan tanda yang biasanya tersembunyi, melalui makna dari kelompok sosial tertentu dijadikan universal bagi seluruh masyarakat. Punk yang memiliki berbagai atribut sebagai penanda mereka, dahulu sering dicemooh oleh masyarakat sekarang memiliki makna yang berbeda karena punk sudah mulai diterima oleh masyarakat. Triyono Lukmantoro, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro dalam majalah KENTINGAN, Detak Nurani Mahasiswa XIV, 2005 menyatakan bahwa untuk membaca tanda yang disampaikan oleh punk lewat atribut yang melekat pada diri mereka harus dilihat dari konteks kelahirannya di Inggris. Punk muncul sebagai wujud dari masyarakat industrial, yang ada mekanisasi serta perputaran model yang cukup ketat sebagai aktbat diterapkannya sistem aristokrasi di Inggris. Punk membentuk komunitas sendiri dengan menciptakan dandanan yang berbeda dengan komunitas lain. Punk dengan dandanan seperti mohawk, spike, celana ketat, dan sepatu boot merefleksikan ideologi mereka dalam melawan kemapanan. Lebih spesifik mengenai model rambut, ia mengatakan bahwa punk mencoba mengadopsi cara berfikir dandanan primitif dalam era industrial, menempel tanda-tanda dari masa silam ke masa sekarang. Sepatu boot merupakan bentuk perlawanan terhadap kemapanan tentara. Sedangkan penggunaan rantai yang melingkar merupakan simbol perbudakan. Tetapi bentuk perbudakan saat ini tentu berbeda dengan perbudakan pada awal kemunculan punk di Inggris. Sekarang makna perbudakan bukan orang yang dirantai. Rantai menjadi suatu bentuk perlawanan dan pemberontakan bagi punk.
b. Model Perilaku Punk dalam Rambut 1) Rambut sebagai Ideologi Rambut adalah salah satu bagian dari tubuh manusia yang dapat commit to user memberikan makna tertentu bagi seseorang. Dahulu rambut dianggap orang hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
sebagai mahkota yang tidak mempunyai makna apapun. Setelah adanya era modernisme, banyak orang yang melakukan perubahan pada rambut. Misalnya memotong rambut dengan berbagai model yang diinginkan, sebagian orang juga mengecat rambutnya sesuai selera atau hanya sekedar mengkuti trend yang sedang berkembang. Banyak orang yang tidak memahami makna dari simbolisme rambut, sebab rambut hanya bermakna sebagai pembeda antara laki-laki dan wanita atau sebagai salah satu elemen mode saja. Pemaknaan mengenai simbolisme rambut telah dibahas oleh Professor di Departemen Sosiologi dan Antropologi di Universitas Concordia, Montreal, Anthony Synnot (1993:163) yang mengatakan "Rambut adalah salah satu simbolidentitas yang paling kuat bagi individu dan kelompok. Alasannya pertama adalah karena rambut bersifat fisik dan sangat personal, dan alasan kedua karena meskipun sangat personal tapi rambut juga sangat publik. Lebih jauh lagi, simbolisme rambut biasanya lebih merupakan pilihan bebas yang diberikan kepada individu sejak dilahirkan. Pada akhirnya, rambut dapat dibentuk dengan bermacam-macam cara, sehingga dapat untuk mensimbolismekan berbagai perbedaan dan perubahan identitas dalam individu serta kelompok sosial tertentu, Perdebatan mengenai makna dari simbolisme rambut sebenarnya bukan hanya sebatas pada jenis kelamin, tetapi lebih dari itu rambut juga mulai mempunyai makna sosial tertentu dalam ideologi. Rambut dapat menjadi suatu ideologi bagi suatu kelompok sosial tertentu. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Anthony Synnot (1993:182) "ideologi yang bertentangan memiliki rambut yang berlawanan". Rambut yang bermakna sebagai ideologi bagi suatu kelompok sosial tertentu dapat dilihat dari eksistensi beberapa kelompok yang berada dijalur underground seperti kelompok Hippies, Skinhead, Rastafarian dan kelompok Punk. Rambut telah berubah menjadi ideologi gerakan protes anti kemapanan bagi kelompok tersebut dalam komunitas mereka. 2) Gaya Rambut "Mohawk" Punk Orang-orang Hippy menciptakan suatu gerakan sosial pada tahun 60-an dengan menciptakan gaya rambut yang berbeda dengan kelompok lain. Orang commit tosengaja user memanjangkan rambut dengan Hippies baik laki-laki maupun perempuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
digerai ke bawah, tanpa menggunakan wig, tanpa dikeriting atau dicat, dan bagi laki-laki lengkap dengan janggut dan kumis yang dibiarkan tumbuh lebat tanpa dipotong sebagai perlawanan terhadap fashion mainstream pada waktu itu. Kemudian muncul kaum Skinhead yang membenci gaya yang dipakai Hippies karena dianggap seperti keperempuan-perempuanan dengan rambut panjang mereka. Skinhead menciptakan gaya rambut yang sangat berbeda, yaitu dengan memotong rambut menjadi sangat pendek. Menurut Knight dalam Anthony Synnot (1993:184) "Gaya rambut Skinhead menyimbolkan oposisi dualistik mereka, yaitu sebagai simbol terhadap anti kemapanan dan simbol menentang gaya rambut Hippies pada waktu itu". Kemudian muncul gerakan punk yang mulai mendominasi sekitar tahun 1976. Gerakan ini juga mengaktualisasikan diri dalam gaya rambut seperti kelompok pendahulu mereka. Berbagai gaya rambut yang sudah ada telah dijadikan identitas oleh kelompok-kelompok lain, maka punk juga berusaha menciptakan gaya potongan rambut yang berbeda. Potongan rambut "spike'" dan gaya rambut "mohican" atau biasa disebut "mohawk" telah menjadi simbolisme ideologi kelompok punk
yang bermakna perlawanan terhadap
fashion
mainstream. Nuraini
Juliastuti
dalam
Newsletter
KUNCI No.
6-7,
Mei-Juni
2000menuliskan: Gaya rambut spike adalah gaya model rambut yang dibentuk menyerupai paku-paku berduri. Sementara model rambut mohawk yaitu model rambut yang menggabungkan rambut gaya spike dengan cukuran dibagian belakang dan samping untuk menghasilkan efek bentuk bulu-bulu yang tinggi atau sekumpulan kerucut. Kadang-kadang mereka juga mengecat rambutnya dengan warna-warna cerah seperti hijau menyala, pink, ungu atau orange. (http://www.kunci.oi.id/esai/nws/0607/fesyen.htm) Dick Hebdige (1999:66) mengemukakan gaya rambut punk yang mohawk sejalan dengan dreadlocks Rasta. Dreadlocks adalah gaya rambut panjang dikepang yang dipakai oleh Rastafarian di Afrika Timur. Seperti punk, gaya rambut orang rasta kini juga telah menjadi identitas ideologi Rastafarian yang menyukai musik reggae. Sebagai contohnya gaya rambut Bob Marley yang commit to user banyak diikuti oleh rastaman yang lain. Orang rasta dalam komunitas sering
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
menghisap ganja, bahkan daun ganja juga menjadi simbol bagi komunitas mereka. Mereka berpikiran bahwa ganja adalah murni ciptaan Tuhan, jadi mengkonsumsi ganja merupakan sesuatu yang dilegalkan. Begitu juga dengan Bob Marley yang mengkonsumsi ganja sebagai gaya hidupnya. c.Model Perilaku Punk dalam Musik 1) Musik sebagai Ekspresi Jiwa Anak punk Musik bagi anak punk adalah ekspresi jiwa, oleh karena itu punk kreatif dalam menciptakan musik. Dalam lirik lagu yang ditulis, biasanya berisikan kemarahan pada segala bentuk penindasan seperti kapitalisme, rasisme, fasisme,juga kritikan-kritikan terhadap penguasa, atau hanya menceritakan tentang kehidupan sehari-hari sebagai anak punk. Berbagai macam band punk, seperti Sex Pistols, The Clash, The Ramones, dan lain-lain pernah menjadi hits yang benar-benar digemari kaum muda di negaranya. Lagu-lagu mereka berisikan kritik sosial terhadap kemapanan yang sudah ada. Bahkan sampai sekarang pengaruh punk masih tampak dalam bandband mainstream seperti Green Day, Rancid, Blink 182, Sum 41, dan Superman Is Dead. Punk masih berada di scene underground hingga 1976 ketika dua band yaitu The Ramones dan Sex Pistols menghentak tatanan musik di dunia. Mereka bukan hanya berhasil menunjukkan keinginannya melalui musik, namun juga memberikan ilham kepada orang-orang yang tidak mampu memainkan instrument musik untuk tidak ragu mendirikan band. Punk di awal kelahirannya mempunyai slogan: play three cords then form a band, yang artinya bahwa semua orang dapat memainkan musik, dan musik tidak selalu menjadi milik dominasi para musisi. The Ramones dan Sex Pistols berfatwa: "Kau tak perlu pintar musik, yang penting kau punya sesuatu untuk dikatakan". (Adhe dalam Gideon Sams, 2005:x) Musik punk tidak terlalu mementingkan musikalisasi, tetapi yang lebih dipentingkan adalah ekspresi dan jiwa anak punk. Musik bagi mereka adalah sebuah ekspresi dan pendistribusian pesan pemberontakan seperti kapitalisme, borjuis, system, fasisme, rasisme, meliterisme ataupun anarkhisme. Musisi punk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
mempunyai esensi penolakan terhadap nilai-nilai yang sudah mapan, nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat. Berikut ini adalah sedikit lirik dari lagu Sex Pistols yang berjudul"Anarchy In The U.K" : I am an antichrist (Aku seorang anti Kristus) Iam an anarchist (Aku adalah seorang anarkhis) Don't know what I want (Tidak tahu apa yang ku inginkan) But I know how to get it (Tapi aku tahu bagaimana mendapatkannya) Iwanna destroy the passerby (Aku ingin menghancurkan orang yangmelintas) 'Cause I wanna be Anarchy (Karena aku ingin menjadi anarkhi) Now don't worry (Sekarang tak perlu khawatir) Anarchy for the UK (Anarkhi untuk Inggris Raya) It's coming sometime and maybe (Ini akan terjadi sewaktu-waktu danmungkin) I give a wrong time stop a traffic line (Aku memberi waktu yang salahmenghentikan lalu lintas) Your future dream is a shopping scheme (Cita-cita masa depanmu adalahdaftar belanja) 'Cause I wanna be Anarchy (Karena aku ingin menjadi Anarkhi) In the city (di kota) Dalam lirik di atas, menggambarkan adanya keinginan untuk mencapai sebuah keadaan yang anarkhi. Anarkhi bagi punk adalah sebuah jalan alternatif untuk keluar dari kondisi yang dianggap mengekang dan tidak memberikan mereka harapan sedikitpun untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dalam hal bermusik anak punk sejalan dengan gagasan dasar untuk menolak kerjasama dengan industri rekaman musik yang dinilai sebagai mesinmesin kapitalis untuk menghasilkan album major label. Mereka konsisten menghasilkan album indie label dengan semboyan DIY yang berarti Do It You self. Band punk Indonesia yang masih konsisten berada di jalur indie label antara lain Runtah, Marginal, Proletar, Begundal, Moon Shine dan masih banyak lagi band punk yang sudah dikenal dikalangan anak punk. 2) Band Punk di Solo Di Solo sendiri banyak bermunculan band-band punk seperti Anti Regime, Underdog, Orak Arik, Tendangan Badut, Freedom Choice, Skop, dan band-band commit to dijalur user indie label. Lagu-lagu yang punk lainnya yang berusaha konsisten
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
dibawakan bertemakan anarkhisme, ideologi, pemberontakan terhadap pemerintah dan menceritakan tentang kehidupan mereka sehari-hari sebagai anak punk dengan irama musik yang keras dan menghentak. Mereka biasa latihan musik di studio musik untuk menambah ketrampilan dalam hal bermusik. Salah satu lagu dari band punk Solo, Tendangan Badut yang berjudul "Street Drunk n' Tattoo" adalah salah satu contoh dari lirik punk yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari anak punk Solo yang akrab dengan minuman keras dan tato dalam komunitas. Berikut ini adalah lirik dari lagu tersebut: Mari kawan angkat botolmu Lupakanlah semua masalahmu Bersama kita satu tujuan Bangga dengan semua kesalahan Hey!! Kawan jangan kau ragu Buka bajumu tunjukkan tattoomu Kita bukan preman, bukan pecundang Tapi kita penegak minuman Street drunk n' tattoo We don't care what you say Street drunk n' tattoo We so pride until the end Musik punk memang keras jika dilihat dari unsur kekuatan bunyinya, akan tetapi jika dilihat lebih dalam ternyata dalam lirik-lirik yang mereka tulis terdapat sebentuk ekspresi jiwa anak punk terhadap lingkungan sekitar, dan sesuatu yang ingin mereka perjuangkan yang mereka tulis dalam bentuk kata-kata sederhana melalui musik.
3) Filosofi Punk Dalam komunitas punk, anarkhisme merupakan salah satu unsur yangmendukung bahkan dianggap penting, karena filosofi hidup punk berdasarkan anarkhisme yang dalam perkembangan diwujudkan dalam filosofi Do It Your Self (DIY). Anarkhisme memang tidak selalu berarti filosofi hidup punk, tetapi filosofi punk mengisyaratkan tentang teori anarkhisme. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
7. Anarkhisme 1) Pengertian Anarkhisme Istilah
"anarkhis"
atau
"anarkhisme"
dalam
bahasa
inggris
disebut"anarchy", berasal dari bahasa Yunani "anarchos" atau "anarchein". Anarchosatau anarchein berarti tanpa pemerintahan atau pengelolaan dan koordinasi tanpahubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dandikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya. Dapat dikatakananarkhisme adalah suatu paham atau ideologi yang mempercayai bahwa segalamacam bentuk negara, pemerintahan dan kekuasaannya merupakan lembaga-lembaga dan alat untuk melakukan penindasan terhadap kehidupan, oleh sebab itupara anarkhis menginginkan negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan atau dihancurkan, Menurut penganut anarkhisme, walaupun tanpa penguasa masyarakat dapat berjalan, hidup dengan lancar, mencapai tujuannya dengan damai dan sejahtera. Masyarakat lebih baik diatur menurut kesepakatan bebas baik antara orang perorangan maupun antara kelompok atau golongan. Masyarakat dan para anggotanya dianggap cukup mampu untuk mengurus dan mengarahkan hidup mereka tanpa campur tangan penguasa dan pemerintah. Hampir semua perilaku yang ditunjukkan oleh anak punk selalu dikatakan sebagai perilaku anarkhis. Makna anarkhis yang selama ini dipahami oleh masyarakat Indonesia, kenyataannya sangat berbeda dengan makna anarkhis yang dianut oleh anak punk. Hampir semua punk percaya akan prinsip anarkhisme untuk tidak sama sekali menggunakan pemerintahan resmi atau pengatur serta menghargai kebebasan dan tanggung jawab masing-masing individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat umum dengan anak punk mengenai makna anarkhis yang sebenarnya, sering kali disalah gunakan oleh pemerintah untuk menuding bahwa perilaku anarkhis adalah perilaku yang cenderung mengarah pada kericuhan atau kekacauan, atau yang biasa disebut chaos. Contohnya apabila terjadi kericuhan dalam suatu konser musik yang melibatkan sekelompok pemuda yang menjadi penonton hingga .akhirnya menimbulkan user bentrok antara keamanan dengancommit pelakuto kericuhan. Peristiwa seperti ini oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
masyarakat akan dianggap sebagai tindakan yang anarkhis. Pelaku yang membuat kericuhan tersebut juga secara otomatis akan dicap sebagai pembuat onar atau anarkhis. Hal seperti ini juga sering dialami oleh punk Solo saat ada konser musik yang diadakan di stadion Sriwedari. 2) Tokoh Pencetus Anarkhisme Di Indonesia istilah anarkhi, anarkhis atau anarkhisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Makna anarkhisme yang negatif inilah yang selama ini diketahui oleh masyarakat umum. Hal ini sangat bertentangan dengan pengertian anarkhisme
yang
telah
dikemukakan
oleh
para
pencetus
anarkhisme.
Beberapapengertian anarkhisme dari tokoh pencetusnya tidak terlepas dari situasi kondisi masvarakat yang sedang terjadi pada saat itu yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran dari Karl Marx. Beberapa pengertian tentang anarkhime dari para pencetus adalah sebagai berikut: a) Peter Kropotkin Ia mengatakan "Anarkhisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai diantara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan
kreativitasnya
selama
merupakan
pergerakan
dari
manusia".
(www.wikipedia.or.id). Sistem sosialis merupakan suatu sistem organisasi sosial yang segala sumber kekayaan dimiliki oleh negara dan dinikmati bersama oleh seluruh rakyatnya secara merata. Dalam hal ini berarti kekayaan negara dapat dinikmati oleh seluruh rakyatnya, maka tidak ada perbedaan status sosial, semua memiliki kesempatan dan derajat yang setara. b) Pierre Joseph Proudhon (1809-1865) Proudhon dikenal sebagai bapak anarkhisme "abadi" karena pemikirannya tentang anarkhisme yang sangat berpengaruh pada masanya. Proudhon berpendapat bahwa manusia dalam hakikatnya terlahir sebagai individu yang bebas dan mempunyai hak-hak asasi tertentu. Dalam berinteraksi dengan individu lain, individu-individu ini membentuk commit tohak-hak user asasi dalam dirinya. Hak-hak suatu masyarakat yang juga mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
inilah yang dirampas oleh sistem ekonomi kapitalisme yang dikuasai oleh para pemilik modal, (www.fertobhades.worldpress.com). Agar tercipta suatu kondisi yang didalamnya terdapat perdamaian dan persamaan hak, maka negara harus dihapuskan. Demikian juga dengan Proudhon yang dengan tegas menolak negara, ia menginginkan negara dan segala perangkatnya untuk dihancurkan. Seperti yang telah dikatakan oleh Proudhon tetang negara dalam Plekhanov (2006:46): "Aku tidak menginginkan sedikitpun dari negara, bahkan sebagai seorang pelayan; aku menolak semua pemerintahan, bahkan pemerintahan langsung". Negara dalam menjalankan pemerintahan dianggap telah melakukan kapitalisme denganmenindas rakyat, negara juga dianggap tidak memberi kebebasan pada rakyatnya. Bagi Proudhon segala sesuatu dimulai dan diakhiri dengan kebebasan,dan dengan kebebasan semua orang dapat melakukan apa saja yang merekasenangi sepanjang tidak membahayakan orang lain. Rakyat telah tumbuhdalam kemiskinan dengan berbagai ketimpangan dan eksploitasi ekonomi yang terjadi, serta penindasan yang dilakukan oleh negara secara langsung. Negara dianggap sebagai penghalang terciptanya kebebasan, Dengan keadaan seperti itu, cara yang ditempuh untuk mendapatan kebebasan adalah dengan pergerakan anarkhisme. Sependapat dengan Proudhon, Bernard Crick (2001:66) mengatakan: Republik yang ideal adalah anarki positif. Ini bukanlah kebebasan yang disubordinasikan untuk tatanan, seperti dalam monarki konstitusional, bukan pula kebebasan yang dipenjara dalam tatanan. Ini adalah kebebasan yang bebas dari semua belenggu, takhayul, pemikiran yang menyesatkan, riba, dan wewenang: Ia adalah kebebasan resiprok, bukan kebebasan yang terbatas... . c) Mikhail Bakunin (1814-1876). Bakunin merupakan penganut ajaran Proudhon. Dalam ajarannya tentang anarkhisme, Bakunin juga menginginkan penghapusan pemerintahan seperti dalam pidatonya di kongres Asosiasi Perdamaian dan Kebebasan di Berne, Swiss 1869 dalam Plekhanov (2006: 52): Aku bukan seorang komunis, karena komunisme memusatkan masyarakat dalam negara dan terserap di dalamnya, karena komunisme akan to user mengakibatkan konsentrasicommit kekayaan dalam negara, sedangkan saya ingin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
memusnahkan negara, pemusnahan semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak, mengeksploitasi dan mengancurkan mereka. Itu sebabnya Bakunin juga menentang konsep negara sosialis seperti yang dicetuskan oleh Karl Marx. Menurut Karl Marx dalam Daniel Bell (2001: 79) sosialisme yaitu "keadaan masyarakat sesudah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi". Marxisme memandang negara sebagaialat pemaksa yang diciptakan oleh masyarakat kapitalis untuk kepentingan mereka sendiri. Dengan dihapusnya negara maka terhapus pula hak milik pribadi atas alat-alat produksi sosial. Sosialisme berkembang menjadi aliranyang lebih radikal yaitu komunisme, Banyak negara yang mengaku menganutpaham komunis, akibatnya negara bukannya menghilang tetapi semakin kuat.Oleh sebab itu dalam komunisme negara masih diperlukan sebagai saranauntuk membentuk komunitas komunis dibawah kediktatoran kaum buruh. Marxisme yang menginginkan penghapusan kelas-kelas sosial akhirnya justru menunjukkan kenyataan yang sebaliknya. Hal ini seperti juga diungkapkan oleh Sutan Syahrir dalam Baskara T. Wardaya (2003: 76) : Kalau kita tilik negara di mana kaum yang menamakan dirinya sosialis itu mempraktekkan diktatur proletariatnya, ternyata bahwa diktatur proletariat itu sungguh-sungguh merupakan susunan kekuasaan yang hirarkis, dimana akhirnya pusat segala kekuasaan ada didalam tangan pemimpin Partai Komunis... . Sifat-sifat
kekuasaannya
adalah
kekerasan
dalam
menjalankan
pemerintahan serta memaksakan segala keputusan yang diambil oleh pimpinan Partai Komunis untuk dijalankan dan ditaati oleh semua orang, baik lawan maupun kawan. Sedangkan menurut Bakunin, negara tidak diperlukan lagi, karena kekuasan negara melanggar hak-hak asasi individu yang bebas. Negara harus digantikan oleh komunitas-komunitas yang bebas dan mandiri secaraekonomi. Keadaan seperti ini yang mencerminkan suatu kondisi anarkhisme. commit to user d) Alexander Berkman (1870-1936)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Walaupun anarkhisme selalu dikaitkan dengan bentuk kekerasan,tetapi anggapan ini ditolak keras oleh Berkman. Dalam bukunya "Anarkhisme: Revolusi Sosial" (2001: 32) yang judul aslinya adalah "What isCommunist Anarchism", Berkman menulis: Anarchism is not: It is not bombs, disorder, or chaos It is not robbery and murder It is not a war of each against all It is not a return to barbarism or to the wild state of man Anarchism is the very opposite of all that. Maksud dari tulisan tersebut adalah: Apa yang bukan anarkhisme: Anarkhisme bukan bom, ketidakteraturan atau kekacauan Anarkhisme bukan perampokan dan pembunuhan Anarkhisme bukan sebuah perang diantara yang sedikit melawan semua Anarkhisme bukan berarti kembali ke barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia Anarkhisme adalah kebalikan dari semua itu. Kemudian di halaman berikutnya, Berkman menuliskan: That is to say, that there should he no war, no violence used by one set of men against another, no monopoly and no poverty, no oppression, no taking advantage of your fellow-man Ia mengatakan bahwa: Tidak boleh ada perang, tidak boleh ada kekerasan yang digunakan oleh sekelompok orang kepada yang lainnya, tidak boleh ada monopoly, dan tidak boleh ada kemiskinan, tidak boleh ada penindasan, tidak boleh ada pengambilan keuntungan dari kawan-anda Dengan kata lain anarkhisme menurut Berkman adalah sebuah kondisi masyarakat yang didalamnya ada kebebasan bagi semua laki-laki dan perempuan, tidak seorangpun boleh memperbudak atau menjadi majikan, merampok atau memaksa orang lain, sehingga semua dapat merasakan kesetaraan dan manfaat dari kehidupan yang teratur. Menurut pemikiran Berkman (2001: 24), maka untuk mencapai itu semua commit to userdan perangkatnya merupakan alat maka pemerintahan harus dihapus. Pemerintah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
kapitalisme yang dianggap telah menjajah rakyat, dan telah menghalangi kebebasan aktivitas rakyat, serta memaksa rakyat untuk hidup menurut aturan yang telah dibuat pemerintah tanpa memberi kesempatan rakyat untuk hidup sesuai dengan pilihannya. Menurut kaum anarkhis penerapan anarkhisme dalam suatu masyarakat bukanlah suatu hal yang bersifat Utopia (sebatas mimpi). Akan tetapi pelaksanaan anarkhisme secara keseiuruhan pasti akan mengalami banyak kesulitan, sebab untuk dapat merobohkan ideologi negara yang sudah ada bukantah hal yang mudah. Ada sebagian masyarakat yang mendukungnya, tetapi tidak sedikit pula yang menolak. Perlu adanya pendekatan dan sosialisasi nilai-nilai anarkhisme bagi masyarakat yang menolak, tetapi dalam hal ini kaum anarkhis tidak boleh memaksa mereka. Padahai dalam anarkhisme tidak diperbolehkan adanya nemaksaan sebab masing-masing individu memiliki kebebasan Apabila terjadi pemaksaan oleh kaum anarkhis, maka penerapan anarkhisme dalam prosesnya hanya akan menjadi sebuah lingkaran setan saja. Berdasarkan teori anarkhisme dari para pencetusnya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anarkhisme adalah sebuah ideologi politik yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa Negara (pemerintahan), dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri dan dihancurkan. Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negaranya untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkhis berkeyakinan apabila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, maka hak untuk memanfaatkan sekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
3) Hal yang Ditentang Para Anarkhis Dalam zine TIGA BELAS, #1/08, 1998 ada beberapa hal yang ditentang oleh anarkhis yaitu: a) Korporatisme dan kapitalisme commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Kaum anarkhis percaya bahwa mereka dapat melakukan segala sesuatu secara independent. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Craig O' Hara dalam buku Phylosophy of Punk yang telah dikutip dalam zine BEYOND THEBARBED WIRE, #1,2005; Kita tak perlu bergantung pada para pengusaha berduit untuk mengatur dan menyokong "kesenangan" kita, hanya untuk profit yang akhirnya juga akan jatuh ke dompet mereka. Kita yang ada dalam komunitas punk ini bisa bikin show sendiri, mengorganisir demonstrasi, merilis rekaman kita sendiri, menerbitkan buku dan zine, mengelola distribusi sendiri untuk halhal yang kita produksi (kaset, zine, merchandise), buka toko kasetsendiri, mendistribusikan literature, mengkampanyekan boikot, dan berpartisipasi aktif dalam aktivisme sosial politik kita yang mampu melakukan ini semua, bukan mereka (businessmen, pemerintah, korporasi) dan kita bisa melakukannya dengan efektif. Apa ada subkultur lain yang mempunyai kekuatan aksi dan filosofi se-independent seperti ini? b) Rasisme Suatu kesalahan apabila ada pemikiran suatu ras atau golongan tertentu lebih rendah. Contoh tindakan rasisme adalah ras Arya yang menganggap dirinya sebagai ras yang paling tinggi derajatnya. Kaum anarkhis percaya bahwa semua bangsa dan ras memiliki derajat yang sama. c) Sexisme Para anarkhis sangat menentang pemikiran bahwa suatu jenis kelamin tertentu lebih unggul dari lainnya. Mereka percaya laki-laki dan wanita mempunyai hak yang sama. d) Fasisme Fasisme merupakan ideologi
yang dikenal sangat kejam dalam
menjalankan pemerintahan. Salah satu contoh adalah pada rezim Hitler di Jerman dengan partai Nazi (National Sosialism) yang menjalankan pemerintahan secara diktator. Hitler menganggap bangsa Arya sebagai bangsa tertinggi di dunia, dia sangat anti dengan bangsa Yahudi. Dengan kata lain telah terjadi diskriminasi ras, sesuatu yang sangat ditolak oleh anarkhis. e) Xenophobic Xenophobic adalah semacam rasa ketakutan yang tidak beralasan pada userakhirnya menimbulkan sifat anti suatu hal yang baru atau asing,commit yang to pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
terhadap segala sesuatu yang berasal dari luar dan menganggap buruk semua hal yang berasal dari luar. f) Pengrusakan lingkungan hidup dan habitat Para anarkhis menentang semua tindakan yang dapat merusak lingkungan hidup. Lingkungan hidup dan alam ini harus dijaga dan dipelihara dengan baik. g) Kesewenangan atas hak makhluk hidup lain Anarkhis menentang animal testing atau percobaan yang dilakukan pada hewan. Mereka menentang kesewenangan atas hak hidup hewan, karena anarkhis percaya bahwa kehidupan adalah sesuatu yang tidak mampu manusia ciptakan danharus dihargai. Oleh sebab itu banyak kaum anarkhis dan punk yang menjadi seorang vegetarian atau vegan. h) Perang Perang merupakan sesuatu hal yang sangat tidak manusiawi dan mengancam keselamatan manusia. Segaia macam bentuk kekerasan atau oengahancuran kehidupan manusia adalah perbuatan yang melanggar hak asasi manusia.
8. Pengertian Komunitas
Komunitas atau kelompok, sebagai wadah dan wahana manusia untuk melangsungkan hidupnya, karena dengan berkelompok manusia dapat memenuhi kebutuhan, mengembangkan diri, mengembangkan potensi, serta aktualisasi diri. Hal ini semuanya bertolak dari pemikiran bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tetap memiliki keinginan untuk bergabung dengan orang lain. Menurut Chaplin (2005) komunitas adalah "Sejumlah orang-orang yang berinteraksi dengan sesama lainnya". Interaksi ini (proses interaksi) membedakan bentuk kelompok-kelompok bersama dengan kelompok lainnya. Mengenai komunitas dalam kaitannya dengan ketergantungan, maka unsur yang terkandung dalam
sebuah
komunitas
yang
dinamis
adalah
menunjukkan
saling
ketergantungan masing-masing anggota yang merealisasikannya dalam persamaan commit to user tujuan. Komunitas menurut Hendropuspito (1989:57) ialah "Suatu kelompok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
territorial yang membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan sarana-sarana yang sama untuk mencapai tujuan yang sama". Oleh sebab itu, komunitas mampunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Kesatuan hidup yang teratur dan tetap Komunitas bukanlah suatu kumpulan sementara atau kerumunan, maka harus dikatakan bahwa komunitas termasuk jenis kelompok sosial yang memiliki warna tersendiri dalam hal kebersamaan. 2) Bersifat territorial Unsur utama dan khas yang menandai suatu kelompok sosial sebagai komunitas ialah unsur tanah daerah yang sama tempat kelompok itu berada. Dengan kata lain, anggota-anggota dari komunitas benar-benar "terpaku dan terpadu" pada tanah territorial tersebut 3) Tidak mengandung pengertian regionalisme Kata region mengandung arti wilayah yang cukup luas, dapat meliputi satu propinsi atau lebih. Dalam suatu komunitas tidak mengandung pengertian tersebut, sebab dalam komunitas tidak menonjolkan nilai-nilai kebesaran dan keunggulan suatu wilayah atau propinsi atas wilayah atau propinsi lain.Komunitas merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yanghidup bersama. Oleh sebab itu diperlukan beberapa persyaratan bagi sebuahkomunitas, yaitu : 1) Sebagai anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. 2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. 3) Ada satu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan mereka bertambah erat. Faktor tersebut dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi yang sama dan lain-lain. 4) Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. 5) Bersistem dan berproses. (Soerjono Soekanto, 2002:115). Berdasarkan persyaratan di atas maka dapat dikatakan tidak setiap himpunan orang bisa disebut sebagai kelompok (komunitas). Untuk menjadi commit to user kelompok diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang sama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi di antara anggota-anggotanya. Menurut Baron dan Byrne dalam Jalaluddin Rakhmat (1989:160) "Kelompok mempunyai dua tanda psikologis, yaitu: (1) anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok, (2) nasib anggota-anggota kelompok saling tergantung sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain". Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa komunitas adalah sekumpulan manusia secara fisik yang melakukan interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama, terdiri atas dua atau lebih individu yang mehunjukkan saling ketergantungan. Suatu komunitas biasanya memiliki nilai-nilai sendiri yang harus dipatuhi oleh anggota-anggotanya. b. Bentuk-bentuk Komunitas Menunit Mappiare (1982:158) "Bentuk-bentuk komunitas dibedakan menjadi: 1) komunitas chums (sahabat karib); 2) komunitas cliques (komunitas sahabat); 3) komunitas crowds ( komunitas banyak remaja) dan; 4) komunitas yang diorganisir". Bentuk-bentuk komunitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Komunitas Chums (sahabat karib) Yaitu komunitas remaja yang bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota komunitas biasanya terdiri dari 2-3 remaja dengan jenis kelamin sama, memiliki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang hampir sama. Bahkan beberapa persamaan membuat mereka menjadi akrab, walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan, tetapi dengan mudah mereka lupakan.
2) Komuinitas Cliques (komunitas sahabat) Komunitas ini biasanya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat, kemampuan dan kemauan-kemauan yang relatif sama. Biasanya terjadi dari penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua chums yang terjadi pada tahun-tahun user dalam suatu cliques umumnya pertama masa remaja awal. Jeniscommit kelaminto remaja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
sama. Pada pertengahan dan akhir remaja awal umumnya terjadi cliques dengan anggota yang berlainan. Dalam cliques ini remaja' pada mulanya banyak melakukan kegiatan bersama. 3) Komunitas Crowds (komunitas banyak remaja) Biasanya terdiri dari banyak remaja, lebih besar dibandingkan dengan cliques, Karena besarnya komunitas, maka jarak emosi antara anggota juga agak renggang. Biasanya dari chums menjadi cliques, dan dari sini tercipta crowds. Dengan demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta terdapat keragaman kemampuan minat dan kemauan diantara para anggota crowds. Hal yang sama dimiliki mereka adalah rasa takut diabaikan atau tidak diterima oleh teman-teman dalam crowds. Dengan kata lain, remaja ini sangat membutuhkan penerimaan peer-groupnya. 4) Komunitas yang diorganisir Merupakan komunitas yang sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa yang biasanya melalui lembaga-lembaga tertentu, misalnya sekolah. Umumnya komunitas ini timbul atas kesadaran orang dewasa bahwa remaja sangat membutuhkan penyesuaian pribadi dan sosial, penerimaan dan ikut serta dalam komunitas-komunitas, Berdasarkan hal itu, maka komunitas-komunitas yang diorganisir dan dibentuk dengan sengaja terbuka bagi semua remaja dalam lembaga atau yayasan yang bersangkutan. Anggota komunitas terdiri dari remajaremaja baik yang telah memiliki sahabat maupun remaja yang belum mempunyai komunitas. 5) Komunitas Gangs Merupakan komunitas yang terbentuk dengan sendirinya dan pada umumnya merupakan akibat peiarian dari empat jenis komunitas tersebut di atas. Dalam empat jenis komunitas sebelumnya, mayoritas remaja terpenuhi kebutuhan pribadi dan sosialnya, mereka belajar memahami teman-teman mereka dan peraturan-peraturan yang ada. Tetapi ada remaja yang gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut, antara lain disebabkan ditolak oleh teman sepergaulan, atau tidak dapat menyesuaikan diri dalam komunitas. Remaja-remaja yang tidak puas commit to user tersendiri yang dikenal dengan ini "melarikan diri" dan membentuk komunitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
"gangs". Anggota gangs dapat berlainan jenis dapat pula sama. Kebanyakan remaja anggota gangs menghabiskan waktu tanpa melakukan kegiatan, kadangkadang mengganggu remaja lain yang bukan anggota mereka. Ada juga gangs yang kalem, tetapi kebanyakan gangs adalah bertingkah laku agresif dan menyimpang. Berdasarkan kelima bentuk komunitas di atas, maka dalam penelitian ini kelompok punk merupakan salah satu dari komunitas gangs yang dibuat oleh remaja yang mempunyai perilaku menyimpang. Komunitas punk pada awalnya terbentuk dari kelompok bermain remaja yang memiliki kesenangan yang sama. Di tengah lingkungan keluarga dan masyarakat mereka merasa tidak berarti, merasa tidak nyaman dengan aturan-attiran yang membatasi kebebasan mereka. Di dalam komunitas punk, mereka merasa mendapatkan perlindungan, keberadaanmereka diakui oleh anggota yang lain dan bebas berekspresi sesuai kehendak mereka. Lambat laun perilaku mereka berada diluar kontrol orang dewasa dan semakin tidak terkendali. Akhirnya perilaku mereka mengarah ke perilaku menyimpang, dan keberadaannya dapat mengganggu dan meresahkan masyarakat sekitar. Kartini Kartono (2005:12) mengatakan "Pada umumnya remaja yang tergabung dalam suatu gangs memiliki sifat yang sangat agresif, suka berkelahi dengan siapapun terutama dengan anak yang bukan anggota mereka tanpa suatu sebab yang jelas, dengan tujuan untuk mengukur kekuatan kelompok sendiri". Menurut mereka masyarakat luas dan keluarganya menolak dan memusuhi mereka, sehingga membatasi mereka dalam bertingkah laku. Remaja yang merasa senasib tersebut lalu saling bersimpati dan menggerombol menjadi satu membentuk komunitas sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka. Anggota dari gangs kebanyakan adalah laki-laki walaupun ada juga anak perempuan yang ikut di dalamnya. Dalam aktivitas gangs, mayoritas masyarakat menganggap bahwa gangs sama sekali tidak mencerminkan manfaat positif bagianggotanya, Contohnya begadang sampai larut malam, mabuk-mabukan, kecenderungan sex bebas, berjudi, dan hal-hal lain yang bersifat destruktif. Menurut Iman Budhi commit user melatarbelakangi perilaku gangs, Santosa (2001:69) ada tiga motivasi dasartoyang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
yaitu: a) motivasi pemberontakan; b) justifikasi (pembenaran) dan; c) eksistensi. Motivasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a) Motivasi pemberontakan, yaitu sebagai manifestasi untuk melepaskan diri dari budaya yang sudah mapan yang dianggap membelenggu dan tidak sesuai dengan aspirasi remaja. b) Justifikasi (pembenaran), nasehat orang tua dianggap kuno, ketinggalan jaman bagi mereka, sedangkan dalam hati mereka juga menyadari bahwa perilaku mereka akan sulit untuk diterima oleh orang tua. c) Eksistensi, kebebasan yang mereka peroleh dalam gangs dapat dijadikan sebagai jembatan untuk memperoleh posisi yang diakui oleh atiggota yang lain.
8. Aliran dan Komunitas Punk Punk merupakan komunitas yang sangat berbeda dengan komunitas lain pada umumnya. Punk terbagi dalam beberapa aliran-aliran yang memiliki ciri khas tersendiri. Berikut ini adalah beberapa jenis aliran punk (www. freemagz.com ): 1) Anarcho Punk Komunitas punk yang satu ini memang termasuk salah satu komunitas yang sangat keras. Kekerasan memang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Terkadang mereka juga terlibat bentrokan dengan sesama komunitas punk lainnya. Mereka sangat menutup diri dengan orang lain. Anarcho punk juga sangat idealis dengan ideologi yang dianut. Ideologi yang mereka anut diantaranya anti perang, anti kapitalisme, dukungan terhadap hak hidup satwa, feminisme dan kebersamaan. Anarcho punk adalah sebuah sub-budaya yang menggabungkan musik punk dan gerakan politik Anarkhisme. Beberapa band Anarcho punk antara lain Crass, Conflict dan Subhumans. Sedangkan di Indonesia band Anarcho punk yang cukup popular adalah Marginal dan Bunga Hitam. 2) Crust Punk Crust punk sudah diklaim oleh para komunitas punk yang lain sebagai komunitas punk yang paling brutal. Para pengikut aliran ini biasa disebut dengan commit toberbagai user macam pemberontakan dalam Crusties. Para crusties sering melakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
kehidupan mereka sehari-hari. Mereka merupakan orang-orang yang anti sosial, mereka hanya mau bersosialisasi dengan sesama crusties saja. Musik mereka merupakan penggabungan dari musik Anarcho Punk dengan Heavy Metal. 3) GlamPunk Para anggota dari komunitas ini adalah para seniman. Apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sering dituangkan dalam karya seni. Mereka juga menghindari terjadinya perselisihan dengan sesama komunitas maupun dengan orang lain. 4) Hard Core Punk Aliran ins mulai berkembang pada tahun 1980-an di Amerika Serikat bagian utara. Musik yang mereka mainkan adalah musik punk rock dengan beatbeat yang keras dan menghentak. Masing-masing anggota memiliki jiwa pemberontak dalam diri mereka. 5) Nazi Punk Komunitas Nazi punk menganut paham Nazi yang masih murni. Aliran ini mulai berkembang di Inggris pada tahun 1970-an akhir dan menyebar ke Amerika serikat dengan cepat. Mengenai musik, mereka menamakannya Rock Against Communism dan Hate Core, 6) TheOi The Oi atau Street Punk biasanya terdiri dari para Hooligan yang sering membuat keonaran dimana-mana., terutama di setiap pertandingan sepak bola. Para anggotanya biasa disebut dengan nama Skinheads atau Punk Skin. Mereka menganut prinsip bahwa kerja keras itu wajib, jadi walaupun sering membuat kerusuhan mereka juga masih memikirkan kelangsungan hidup mereka. The Oi juga sering bermasalah dengan Anarcho Punk dan Crust Punk. Dalam bermusik, mereka lebih ekspresif dari komunitas punk lainnya. 7) Queer Core Komunitas punk ini anggotanya terdiri dari orang-orang "sakit” yaitu para lesbian, homoseksual, biseksual dan para transsexual. Walapun demikian, komunitas Queer Core bisa menjadi berbahaya jika ada yang berani mengganggu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Dalam kehidupan mereka lebih tertutup dibandingkan dengan komunitas punk lain. Queer Core merupakan hasil perpecahan dari Hard Core padatahun 1985. 8) Riot Girl Komunitas ini mulai terbentuk pada tahun 1991, anggotanya ialah para wanita yang keluar dari Hard Core Punk. Mereka tidak mau bergaul selain dengan wanita. Biasanya para anggotanya sendiri berasal dari daerah Seattle, Olympia dan Washington DC. 9) Scum Punk Scum Punk menamakan anggotanya dengan sebutan Straight Edge Scene. Mereka benar-benar mengutamakan kenyamanan, kebersihan, kebaikan moral dan kesehatan. Banyak anggota dari Scum Punk yang sama sekali tidak mengkonsumsi zat-zat yang dapat merusak tubuh mereka sendiri. Orang-orang Straight Edge sangat anti untuk mengkonsumsi alkohol atau minuman keras yang lain, mereka juga tidak merokok. Slogan mereka adalah "NO DRUGS, NO ALCOHOL, NO SMOKE". Sebagian dari mereka juga seorang vegetarian yang biasa disebut vegan. 10) The Skate Punk Komunitas ini berkembang pesat di daerah Venice Beach California. Anggota komunitas mempunyai hobi main skate board dan surfing. Musik mereka beraliran Hard Core. 11) Ska Punk Ska Punk merupakan penggabungan yang sangat menarik antara punk dengan musik asal Jamaika yang biasa disebut reggae. Mereka memiliki jenis tarian tersendiri yang biasa disebut dengan Skanking atau Pogo, sebuah tarian enerjik yang sangat sesuai dengan musik Ska Punk yang memiliki beat-beat yang sangat cepat. 12)Punk Fashion Anggota Punk Fashion biasanya memiliki cara berpakaian yang sangat menarik, bahkan tidak sedikit masyarakat yang bukan punker meniru dandanan anak punk. Terkadang gaya para punkers ini juga digabungkan dengan gaya user berbusana saat ini yang akhirnyacommit malahtomerusak citra dari para punkers yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
sebenarnya. Mereka biasanya memakai jaket kulit dan celana kulit, namun ada juga yang memakai celana jeans yang sangat ketat dan dipadukan dengan kaoskaos yang bertuliskan nama-nama band atau kritikan terhadap pemerintah. Rambut dibuat mohawk atau spikey, mereka juga memakai aksesoris seperti rantai, gelang spike, piercing, dan sepatu boot. Gaya punkers inilah yang saat ini sedang marak dan menjadi trend fashion di kalangan anak muda. Selain beberapa aliran punk yang telah disebutkan di alas, dalam tayangan salah satu stasiun televisi pada tgl 15 Januari 2007, RCTI dengan program URBAN (episode "GENERASI PUNK") yang setelah penayangan acara tersebut selesai ternyata diwarnai berbagai pro dan kontra yang terjadi dikalangan anak punk, sehingga membuat MARJINAL sebagai komunitas punk yang sedang diliput oleh wartawan RCTI memberikan klarifikasi perihal acara tersebut (www.anarchoi.gudbug.com). Dalam penayangannya, RCTI membagi punk menjadi dua aliran, yaitu: street punk (punk jalanan) dan idealis punk yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Street Punk/Punk jalanan : adalah komunitas punk yang mayoritas anggotanya adalah anak-anak jalanan yang sering nongkrong di jalan. Mereka adalah pengamen jalanan yang menyukai musik-musik beraliran punk. Kegiatan mereka digambarkan hanya nongkrong di jalanan sambil minum-minuman keras dan mabuk-mabukan. 2) Idealis Punk : adalah komunitas punk yang tidak berada di jalanan, tetapi memiliki scene sendiri dan dalam aktivitas memiliki kontribusi yang positif bagi masyarakat. Mereka menganut ideologi gerakan punk dan esensi yang terkandung didalamnya. Dalam tayangan tersebut, punk idealis digambarkan dengan kehidupan sebuah band punk MARJINAL dalam aktivitas keseharianmereka yang dipandang positif di scene TARING BABI. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan punk terbagi dalam beberapa komunitas yang masing-masing memiliki ciri khas. Terkadang mereka memiliki perbedaan dalam segi penampilan, musik maupun paham yang dianut. Aliran punk yang diulas oleh RCTI di atas, lebih mewakili jenis komunitas punk yang commit to user di berbagai kota besar seperti ada di Indonesia. Aliran punk tersebut tersebar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Malang, Yogyakarta, Solo dan kota-kota lainnya. B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan arahan alur penalaran pada masalah
penelitian.
Dalam
kerangka
yang didasarkan
berpikir masalah
penelitian
digambarkan dalam bentuk skema secara holistik dan sistematik. Kerangka berpikir berguna untuk
mewadahi teori-teori yang berkaitan dengan masalah
penelitian sehingga membentuk suatu rangkaian utuh yang dapat mengarah pada penemuan jawaban sementara. Adapun kerangka pemikiran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bahwa fenomena anak punk dapat dijumpai di kotakota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Solo, dan kota-kota lain. Pada dasarnya komunitas punk ini ada karena para remaja merasa senasib sepenanggungan yaitu mempunyai kesamaan keinginan, latar belakang dan hobi bermusik. Perilaku yang ditunjukkan oleh anak punk bagi masyarakat cenderung bersifat negatif. Perilaku anak punk yang cenderung menyimpang dari nilai dan norma masyarakat akan menuai berbagai macam persepsi dari masyarakat sehingga menimbulkan reaksi berupa penolakan ataupun menerima budaya punk. Banyak pandangan sinis masyarakat terhadap keberadaan komunitas punk dikarenakan tindakan yang bersifat destruktif yang cenderung menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Gaya pakaian punk terlihat sangat berbeda dengan komunitas lain pada umumnya. Mereka dapat dikenali dengan ciri-ciri antara lain : berpakaian seperti cowboy, badan bertato, piercing di telinga, hidung, bibir, rantai dan yang paling mudah dikenali adalah gaya rambut mohawk. Penyimpangan yang dilakukan oleh komunitas punk merupakan satu masalah yang harus menjadi perhatian serius bagi masyarakat dan pemerintah setempat. Upaya-upaya yang yang selama ini dilakukan oleh pemerintah apakah sudah efektif atau perlu ditinjau ulang dengan mengganti pendekatan yang telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
diterapkan dengan pendekatan lain yang lebih tepat dalam menangani permasalahan tersebut. Berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
Persepsi Masyarakat
Komunitas Punk
Negatif (Menolak)
Peran Pemerintah dan masyarakat.
Acuh tah acuh
Positif (Menerima)
Tidak sesuai dengan norma masyarakat
Gambar 1: Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang langkah-langkah penelitian. Metode penelitian akan memberikan penjelasan dan petunjuk pengumpulan data dan kevaliditasan hasil penelitian. Dalam penelitian segala hal yang berkaitan dengan kondisi, syarat, prosedur dan teknik yang dituntut untuk dilakukan dan dipersiapkan sebelum penelitian dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Metodologi merupakan bagian dari laporan penelitian yang mengemukakan tentang apa yang harus diketahui dipersiapkan dan juga untuk mengungkapkan apa yang telah dilakukan peneliti dari permulaan sampai penyimpulan dan pengolahan data yang sedang berlangsung. Jadi metodologi adalah pendekatan yang meliputi lokasi penelitian, bentuk penelitian dan strateginya,
pendekatan penelitian, sumber data,
tehnik
pengumpulan data, jadwal kegiatan penelitian dan prosedur kegiatan penelitian. A. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan dan dilakukan pada masyarakat Bekonang tentang persepsinya terhadap keberadaan komunitas punk di Bekonang. Kampung ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena terdapat komunitas punk yang berperilaku menyimpang, tidak sesuai norma-norma yang ada pada masyarakat bahkan berlawanan dan menentangnya. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu 7 bulan mulai bulan desember 2011 sampai juni 2012 Tabel 1. Waktu dan Kegiatan penelitian No.
Kegiatan
2011 Desember
1.
Pengajuan Judul
2.
Pembuatan Proposal
v
2012 Januari
Februari
Maret
v
v v v v v
commit to user 57
April
Mei
Juni
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 No
Desember (2011)
Kegiatan
3.
Perijinan Penelitian
4.
Pengumpulan Data
5.
Analisis Data
6.
Penyusunan Laporan
Januari (2012)
Februari
Maret
April
Mei
Juni (2012)
v v v
v v v v v v v v v v
v v v v v v
v v v v
B. Bentuk dan Strategi Penelitian a. Bentuk penelitian Dalam penelitian ilmiah terdapat dua jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapun maksud dari penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. (Nana Syaodiah Sukmadinata, 2008:60). Menurut Bogdan dan Taylor (Lexy J.Moleong, 2008:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh), sehingga tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Metode kualitatif mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh metode kuantitatif, Seperti yang diungkapkan oleh Anslem Straus dan Juliet Corbin (2003:5) bahwa penelitian kualitatif memiliki kelebihan antara lain: 1) dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu dari commit to user fenomena yang sedikitpun belum diketahui; 2) dapat digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 mendapatkan wawasan yang sedikit diketahui; 3) dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif. Mengacu kepada permasalahan yang diteliti, maka lebih tepat penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan mendeskripsikan data yang telah tergali secara naturalistik atau alamiah dari berbagai informasi, atau mendeskripsikan data yang diperoleh. Penelitian kualitatif lebih mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi sebenarnya yang terjadi pada masyarakat dilapangan. Jadi bentuk penelitian yang dipilih adalah penelitian yang terpancang (Emnedded Research) yang berarti studi tidak bersifat holistik penuh, tetapi sudah memusatkan (terpancang) kepada variabel yang telah ditentukan sebelum peneliti terjun ke lapangan bahwa berbagai studinya. Sifat holistiknya masih tampak studi kasus tunggal bahwa berbagai faktor dipandang saling terkait, berinteraksi, hanya faktor-faktor selain variabel utamanya tidak menjadi fokus dan tak banyak dibahas, pertanyaan riset yang terlebih dahulu diajukan dalam proposal atau lebih dikenal dengan studi kasus.
b. Strategi penelitian Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus (case study) menurut Nana Syaodiah Sukmadinata (2008:77), merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Sesuatu dijadikan kasus biasanya karena beberapa masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijadikan kasus meskipun tidak ada masalah, tetapi justru karena adanya keunggulan atau keberhasilannya. Studi kasus diarahkan untuk mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan serta faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi dan perkembangan tersebut. Selain itu menurut Abdul Azis SR (Burhan Bungin, 2003:23) studi kasus dapat mengisyaratkan beberapa keunggulan sebagai berikut : 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variabel serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas. 2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan commit to user mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar belakang permasalahan bagi perncanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. Studi kasus tunggal terpancang dalam penelitian ini yang disebut strategi penelitian, disebut studi kasus tunggal karena penelitian ini hanya terarah pada satu karakteristik. Artinya hanya tertuju pada satu sasaran yaitu masyarakat yang berada di dusun Sentul, Bekonang, kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Selain itu, karena permasalahan dan fokus penelitian sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di lapangan, maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus bisa disebut sebagai studi kasus terpancang (embedded case study research). C. Sumber Data Menurut H. B. Sutopo (2002: 49) “Data tidak akan bisa diperoleh tanpa adanya sumber data. Betapapun menariknya suatu permasalahan atau topik penelitian, bila sumber datanya tidak tersedia, maka ia tidak akan punya arti karena tidak bisa diteliti dan dipahami “. Data atau informasi terpenting yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari narasumber atau informan. Informan adalah sumber data yang berupa manusia yang pada umumnya dikenal dengan istilah responden. Istilah tersebut sangat akrab digunakan dalam penelitian kualitatif, dengan pengertian bahwa peneliti memiliki posisi yang lebih penting. Responden posisinya sekedar memberikan tanggapan (respond) pada apa yang diminta atau ditentukan oleh penelitinya. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber (narasumber) adalah sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasi. Peneliti dan narasumber di sini memiliki posisi yang sama, narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Oleh karena itu sumber data yang berupa manusia dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut sebagai informan daripada responden. Sumber data yang digunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Artinya data diperoleh secara langsung dari masyarakat yang berada di Bekonang. Sumber data yang harus disebutkan: 1. Narasumber: a. Punker. b. Masyarakat. c. Pemerintah setempat. 2. Aktivitas realitas keadaan komunitas punk dalam lingkungan masyarakat. 3. Lokasi atau tempat yang dilakukan pengamatan. 4. Dokumen atau arsip di markas komunitas punk. Adapun yang di teliti dalam penelitian ini sebagai narasumber dan informan untuk memperoleh data penelitian adalah: 1. Para pelaku dalam komunitas punk. 2. Para pemuka dan tokoh masyarakat. 3. Para warga masyarakat.
D. Teknik Sampling Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling, yaitu teknik: 1. Purposive Sampling, yang informannya diambil secara selektif. Artinya peneliti cenderung untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam . 2. Snowball Sampling, yaitu teknik pengambilan informan data yang dilakukan dengan cara mendatangi beberapa orang yang dianggap menguasai data yang diperlukan dalam penelitian. Setelah keterangan orang-orang tersebut dianggap mencukupi, maka pengambilan datanya sudah selesai.
E. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan pada bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: commit to user a. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Teknik wawancara ini akan dilakukan pada semua informan. Dengan karakteristiknya bahwa wawancara ini bersifat lentur, terbuka, tidak terstruktur ketat dan tidak dalam suasana formal dan jika ada data yang kurang maka dapat mengulanginya lagi pada informan yang sama. Wawancara jenis ini mempunyai kelebihan, yaitu informasi yang diperoleh terinci dan mendalam. Selain itu kelenturan cara ini akan mampu menggali informasi yang sebenarnya terutama yang berkaitan dengan persepsi mereka terhadap komunitas punk di dusun sentul. b. Observasi langsung Observasi ini dalam kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif (Spradley,1980 dalam Sutopo, 2002:185). Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat/lokasi, benda dan rekaman gambar (Sutopo, 2002:64). Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan dengan cara formal dan non formal untuk mengamati kegiatan yang terjadi di masyarakat. Peneliti hanya mengamati jalannya kegiatan objek penelitian dengan menggunakan teknik perekaman dan pencatatan. c. Dokumen atau Arsip Sumber data yang berupa dokumen atau arsip dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian. Akan tetapi walaupun begitu data yang bersumber dari dokumen sebaiknya dilengkapi dengan data lain yang diperoleh lewat wawancara dari berbagai pihak terkait untuk memperkuat dan mendukung sumber data yang ditemukan di lapangan. Dokumen menurut H, B Sutopo (2002:54) adalah “Bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas,bsa merupakan suatu rekaman, bukan hanya tertulis tetapi juga merupakan gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan aktivits atau peristiwa tertentu, sedangkan arsip adalah dokumen yang bersifat formal dan terencana”. Dokumen yang digunakan dalam penelitian antara lain diperoleh dari majalah maupun data internet yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian, beragam foto dan dokumentasi, rekaman video, rekaman wawancara, dan catatan lapangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 F. Validitas Data Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Penjelasannya sebagai berikut: 1. Standar kredibilitas (credibility), Agar hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan tinggi sesuai dengan fakta di lapangan akan dilakukan upaya-upaya: (1) memperpanjang keikutsertaan peneliti dalam proses pengumpulan data dilapangan, (2) melakukan trigulasi; metode dan sumber data. 2. Standar Tranferabilitas (transferability), Merupakan pertanyaan empirik yang tidak dapat dijawab oleh peneliti kualitatif sendiri, tetapi dijawab dan dinilai oleh para pembaca laporan penelitian. Hasil penelitian memiliki transferabilitas tinggi bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian. 3. Standar dependabilitas (dependability) Adanya pengecekan atau penilaian dalam mengkonseptualisasikan keseluruhan proses penelitian, baik dalam pengumpulan data, interpretasi temuan maupun dalam melaporkan hasil penelitian. 4. Standar konfirmabilitas (confirmability). Dilakukan dengan cara mengaudit (memeriksa) kualitas hasil penelitian, sehingga benar – benar berasal dari pengumpulan data di lapangan. Audit dilakukan bersamaan dengan audit dependabilitas Guna menjamin dan mengembangkan validitas data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi merupakan teknik yang didasarkan pada pola pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang meyakinkan diperlukan beberapa cara pandang dan tidak hanya menggunakan commit to user satu sudut pandang saja. Dari beberapa cara pandang tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya akan dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat diterima kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi data. Teknik trianggulasi terdiri dari berbagai macam yaitu: 1. Trianggulasi Data (Trianggulasi Sumber) Trianggulasi data sumber mengarahkan penggunaan beragam sumber data yang tesedia. Artinya data yang sejenis atau sama didapatkan dari berbagai sumber yang berbeda. Jadi trianggulasi data sumber memanfaatkan jenis data yang berbeda untuk menggali data yang sejenis. Penekanannya adalah pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain.
Cara 1: Data
Wawancara
Informan 1 informan 2 Informan 3
Wawancara content analysis Observasi
informan 1 informan 2 informan 3
Cara 2 : Data
Gambar 3: Trianggulasi data (H. B. Sutopo, 2002: 80) Keterangan: Informan 1. Individu dalam komunitas punk Informan 2. Pemuka dan tokoh masyarakat Informan 3. Warga masyarakat Jadi dalam tahap ini menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.
2. Trianggulasi Metode Pada trianggulasi metode digunakan teknik atau pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sejenis.
Data
Wawancara Analisis isi Observasi
sumber data
Gambar 4: Trianggulasi Metode (H. B. Sutopo, 2002: 81) Sumber data tersebut berasal dari pelaku dalam komunitas punk, pemuka dan tokoh masyarakat, warga masyarakat yang diperoleh dengan cara wawancara, analisis isi, observasi sehingga menghasilkan data. Jadi dalam tahap ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan 3. Trianggulasi Peneliti Yang dimaksud dengan trianggulasi cara ini adalah hasil penelitian baik data ataupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya diuji validitasnya dari beberapa peneliti. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Tafsir Data
Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3
data
Gambar 5: Trianggulasi Peneliti (H. B. Sutopo, 2002: 85) Data di kumpulkan oleh beberapa peneliti yang melakukan penelitian mengenai komunitas punk, lalu tafsir data dengan cara mengumpulkan data dari beberapa peneliti tersebut dan membandingkannya. Hasilnya antara peneliti satu dengan yang lainnya sama atau tidak, apabila sama maka data tersebut valid dan apabila sangat berbeda maka data tersebut tidak valid. Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi. Informan 1. Komunitas Punk
Data
Informan 2. Tokoh Masyarakat
Informan 3. Warga Masyarakat
Pengamatan Metode
Wawancara
Angket Gambar 6: Trianggulasi datatodan commit usermetode yang dipakai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 Dalam penelitian ini menggunakan tehnik tringgulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Trianggulasa data (sumber) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal tersebut akan akan dicapai dengan jalan : a. Membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Menurut H.B Sutopo (2002:79) cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali dari sumber data yang berbeda. Dengan demikaian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenaranya bilamana dibandungkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber yang berbeda jenisnya. Triaggulasi metode dalam penelitian adalah pengumpulan data penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda, yaitu dengan metode wawancara secara mendalam, metode observasi langsung dan partisipan, dan metode analisis dokumen. Untuk mengukur keabsahan data dalam penelitian, juga diperlukan cara informan review, yaitu elaporkan hasil penelitian kepada informan utama yang menjadi kunci dalam memperoleh informasi. Member check menurut H.B Sutopo (2002:43) adalah “usaha yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan kemantapan hasil akhir dengan cara melaporkan dan dan membehas garis besar laporan dengan narasumber utama”. G. Teknik Analisis Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model analisis interaktif yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut: 1.
Pengumpulan data Peneliti mengumpulkan dari berbagai sumber antara lain: artikel, commit to user buku-buku yang relevan, informasi, peristiwa/aktivitas. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Data tersebut berasal dari pelaku dalam komunitas punk, pemuka dan tokoh masyarakat, warga masyarakat. 2. Reduksi data (reduction) Tahap ini merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan data. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, seperti, seleksi ketat, melalui ringkasan/uraian singkat dan menggolongkan dalam uraian yang lebih luas. Proses ini berlangsung secara kontinue sepanjang pelaksanaan penelitian baik sebelum atau sesudah pengumpulan data. Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian sampai pada proses verifikasi data. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi data yang diperoleh dari pelaku dalam komunitas punk, pemuka dan tokoh masyarakat, warga masyarakat yang diperoleh dengan cara wawancara, analisis isi, observasi
sehingga
menghasilkan
data.
Data
yang
telah
diperoleh
disederhanakan dan diseleksi relevansinya dengan masalah penelitian, sedangkan data yang tidak diperlukan dibuang. 3. Sajian data (display) Sajian data dilakukan merangkai data atau informasi yang telah direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar/skema, maupun tabel yang memungkinkan kesimpulan penelitan dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca dapat mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam penelitian, yang memungkinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis/tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengorganisasikan data yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disajikan terpisah antara satu tahap dengan tahapan yang lain, tetapi setelah kategori terakhir direduksi, maka keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara terpadu. Setelah melihat penyajian data, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 maka dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan dan bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya dalam penelitian ini. 4. Verifikasi data Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, arahan sebab akibat dan berbagai proposisi untuk membuat kesimpulan akhir. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan. Untuk itu peneliti melakukan aktifitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali sehingga kesimpulan penelitian menjadi kokoh dan dipercaya. Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat digunakan untuk memverifikasi adalah triangulasi sumber data dan metode. Kesimpulan akhir diperoleh berdasarkan kesimpulan sementara yang telah diverifikasi. Kesimpulan final ini diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan data dari komunitas punk dusun sentul, bekonang ini selesai. Untuk lebih jelasnya proses analisis ini dapat dilihat dalam skema sebagai berikut:
Pengumpulan
Reduksi data
Sajian data
Penarikan kesimpulan commit to user Gambar 7: Skema Model Analisis Interaktif (H. B. Sutopo, 2002: 96)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 Dalam model Analisis Interaktif kesimpulan diperoleh dari sajian data dan reduksi data. Setiap data yang diperoleh dari proses pengumpulan data dapat direduksi atau disederhanakan sehingga membentuk sajian data yang lebih mudah dipahami atau sebaliknya. Jika data mudah dipahami maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Model Analisis Interaktif memberikan keleluasaan dalam menyimpulkan data. Jadi penarikan kesimpulan mungkin saja dapat dilakukan secara bersamaaan dengan proses pengumpulan data jika data telah dipahami oleh peneliti. H. Prosedur Penelitian Prosedur mengacu pada urutan kerja atau tahapan pelaksanaan penelitian. Dengan adanya prosedur penelitian diharapkan penelitian dapat dilaksanakan dengan teratur dan terencana sesuai dengan kaidah ilmiah dalam penelitian. Prosedur penelitian dapat dikatakan sebagai bagian dari kontrak kerja penelitian yang harus dilaksanakan oleh peneliti sebagai pelaku penelitian. Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing. b. Mengumpulkan bahan/sumber materi penelitian. c. Menyusun proposal penelitian d. Mengurus perijinan penelitian. e. Menyiapkan instrumen penelitian/alat observasi. 2. Pelaksanaan a. Pengumpulan data 1). Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dan mencatat dokumen. 2). Melakukan review dan pembahasan baragam data yang telah terkumpul dengan melaksanakan refleksinya. 3). Menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat, dan menentukan fokus, serta pendalaman dan pemantapan data, pada proses pengumpulan data berikutnya. Mengatur data dalam kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 untuk kepentingan analisis, dengan memperhatikan semua variabel yang terlibat. b. Analisis data 1). Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian. 2). Mengembangkan
sajian
data
dengan
analisis
lanjut
kemudian
direcheckkan dengan temuan di lapangan. 3). Melakukan verifikasi dan pengajuan dengan pembimbing. 4). Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
3. Penyusunan laporan a. Penyusunan laporan awal. b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan orang yang cukup memahami penelitian. c. Melakukan perbaikan sesuai hasil diskusi. d. Penyusunan laporan akhir. e. Pertanggung jawaban (ujian skripsi)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan hal yang tidak dapat di abaikan dalam suatu penelitian, sebab di lokasi penelitian peneliti memperoleh data lapangan yang sangat signifikan selama proses penelitian berlangsung. Berikut akan dipaparkan mengenai keadaan umum lokasi penelitian. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan bagi remaja yang tergabung dalam salah satu komunitas punk yang ada di Bekonang yaitu Street Punk Bekonang Riot (Atau disingkat SPBR). Komunitas ini mempunyai tempat tongkrongan (scene) yang biasa digunakan tempat berkumpul bagi anak punk, yaitu berlokasi di sebuah gang buntu di Dusun Sentul, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Di sekeliling gang tersebut terdapat beberapa rumah warga akan tetapi rumah tersebut menghadap ke arah yang membelakangi gang yaitu menghadap ke utara dan selatan, serta dibatasi oleh pagar setinggi 2-3 meter. sedangkan gang tersebut menghadap ke barat dan di belakang gang terdapat persawahan dan bekas bangunan yang sudah tidak dipakai. Bangunan tersebut terdiri dari 2 lantai, di lantai dasar terdapat banyak sekali tumpukan sampah dan pecahan keramik. Beberapa ruangan terlihat lembab karena kurang mendapatkan sinar matahari. Di lantai 2 terdapat ruangan yang berukuran kira-kira 4 x 7 m yang digunakan untuk berkumpul anak punk, selain itu ruangan tersebut merupakan tempat menyimpan alat musik seperti bass, gitar, dan kentrung yang digunakan untuk mengamen anak punk. Dengan keadaan bangunan di bagian belakang gang buntu tersebut siapa menyangka bahwa di tempat tersebut terdapat penghuni yaitu komunitas street punk bekonang riot. Saat malam hari tiba di gang dan bekas bangunan tampak gelap dan semakin menegaskan kesan ngeri pada tempat tersebut. Siapapun yang berada di situ pasti tidak ingin lama bertahan di tempat yang kumuh lagi pula menyeramkan to user di dalam bangunan maupun di tersebut. Hawa dingin dan gelap commit yang dirasakan
72
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
gang menjadikan tempat yang tidak bersahabat. Dengan diterangi oleh sinar lampu dari jalan utama kampung yang masuk lewat celah-celah tembok serta sinar bulan yang tampak memperlihatkan kesunyiannya. Bayangan tembok-tembok hitam yang tampak seperti hantu hitam yang mengelilingi bangunan. Tampaknya anak punk menyukai tempat berkumpul yang jauh dari perhatian masyarakat, letaknya diantara tembok-tembok membuat mereka leluasa berkumpul bersama sambil bermain gitar dan dihangatkan dengan minuman keras ‘ciu’. Gang buntu dan bekas bangunan tersebut menjadi scenebagi anak-anak punk SPBR dalam melakukan aktifitas sehari-hari di dalam komunitasnya. Aktifitas yang terlihat di siang hari saat diadakan penelitian antara lain sekedar nongkrong sambil menenggak alkohol di lantai 2 bekas bangunan. Aktifitas lain seperti bermain gitar di depan bangunan, sesekali terlihat juga ada yang bermain domino, terlihat juga beberapa punker yang mencari uang dengan mengamen di dekat lampu merah depan pasar bekonang yang terletak kurang lebih 1 kilometer dari markas SPBR. Tempat berkumpul komunitas SPBR di tengah kampung menjadi suatu hal yang sangat mencolok dengan anggota yang sebagian besar berusia remaja dan berpenampilan nyeleneh ala punk yang berambut mohawk, jaket dihiasi dengan berbagai asesoris paku dan pin, serta sepatu boots. Kehadiran anak punk yang berkumpul di jalanan kampung terlihat mencolok bila sedang nongkrong di malam biasa, akan tetapi pada malam minggu kehadiran mereka tidak begitu mencolok karena keramaian anak muda lain yang juga ikut nongkrong di pinggir jalan sekedar untuk menikmati malam minggu atau hanya sekedar menikmati suasana malam dan mencicipi minuman ‘ciu’.
2. Sejarah Komunitas Street Punk Bekonang Riot Pada awalnya komunitas Street Punk Bekonang Riot (SPBR) terbentuk sebagai wadah untuk mengekspresikan jiwa anak muda yang mempunyai kesenangan terhadap musik punk. Mulanya yang menjadi anggota dalam komunitas SPBR adalah remaja yang dalam perkembanganya ingin bergaul secara commit to user lebih luas dengan lingkungan sosial yang memiliki persamaan keinginan dan
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
pandangan tentang hidup. Pergaulan mereka meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah untuk saling menyesuaikan. Terkait dengan usia yang masih tergolong remaja maka mereka berada dalam masa transisi, sebuah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam posisi seperti ini biasanya remaja mudah sekali terpangaruh oleh lingkunganya baik itu lingkungan keluarga, masyarakat maupun pergaulan dengan teman sebaya. Pengaruh tersebut membawa dampak bagi remaja yang bersangkutan dengan perilaku mencangkup gaya berpakaian, cara berpikir, maupun jenis musik yang mereka sukai. Komunitas SPBR terbentuk pada sekitar pertengahan 2007. Pada awalnya komunitas SPBR bernama Ublug Uthug, yang tidak lain adalah nama sebuah band yang berasal dari Bekonang, band ini mempunyai banyak fans di bekonang dan membentuk komunitas sendiri yang mempunyai tempat untuk berkumpul di salah satu rumah anggota komunitas fans tersebut di belakang pasar bekonang. Di tempat tersebut mereka biasa nongkrong sambil minum ciu yang sudah lebih dulu dikenal sebagai minuman wajib bila berkumpul. Lama-kelamaan karena dianggap menggagu ketertiban di jalan belakang pasar akhirnya anak-anak punk sering dikejar-kejar polisi keamanan. Karena merasa sudah tidak aman lagi ber-markas di tempat tersebut akhirnya anak-anak Ublug Uthug pindah ke gang buntu di dusun sentul yang dianggap lebih aman dan kondusif dan kebetulan juga di belakang gang terdapat bangunan yang sudah tidak dipakai jadi bisa digunakan sebagai tempat tinggal maupun tempat berkumpul bersama. Di dalam bangunan tersebut terdapat ruangruang kosong yang bisa digunakan untuk tidur dan bahkan ada kamar mandi layaknya sebuah rumah. Selain digunakan sebagai tempat tinggal, anak-anak Ublug Uthug juga sering kedatangan anak punk dari luar scene yang mereka anggap tamu. Pada awal kepindahanya anak-anak punk sering berkelahi dengan premanpreman kampung sekitar tempat tersebut. Para preman ingin mengusir anak punk commitanak to user akan tetapi hal tersebut tidak membuat punk takut, mereka justru melawan
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
preman-preman tersebut. Setelah mengalami perjuangan yang cukup lama akhirnya anak punk dapat hidup berdampingan dengan para preman kampung yang awalnya memusuhi mereka. Bahkan mereka dapat berteman. Kadangkadang para preman kampung juga ikut nongkrong dengan anak punk yang menyukai musik keras. Preman-preman yang hidup bersama anak punk karena sama-sama menyukai musik yang disebut herbert. Suatu komunitas pasti mengalami dinamika, begitu juga komunitas punk yang begitu dinamis. Pada sekitar pertengahan tahun 2007 anggota komunitas Ublug Uthug mengganti nama komunitas mereka menjadi Street Punk Bekonang Riot Karena mereka adalah anak punk yang hidup di jalanan (street punk). Anggota komunitas SPBR juga terus mengalami regenerasi sampai saat ini. Orang-orang yang pertama kali membentuk SPBR sudah tidak terlihat lagi di scene karena beberapa faktor di antara lain bertambahnya usia yang menuntut mereka untuk bekerja, menikah, dan kembali ke daerah asal mereka masingmasing sebab sebagian anggota SPBR berasal dari luar Bekonang. Saat ini anggota komunitas SPBR mayoritas adalah remaja yang masih usia sekolah. Mereka adalah anak-anak SMP, SMA, SMK, Mahasiswa, Pekerja serabutan dan pengamen. Beberapa anggota ikut nongkrong dengan anak punk dari scene lain antara lain di Sriwedari dan Manahan. Walaupun begitu anak-anak SPBR terkadang masih sering nongkrong di dekat lampu merah depan Pasar Bekonang sebab mencari tempat baru sebagai scene bukanlah hal mudah bagi mereka. Beberapa dari anggota sudah mencoba scene baru di daerah Mojosari tetapi tidak berhasil. Sama seperti saat mereka pindah dari belakang Pasar Bekonang ke gang di Sentul yang diwarnai dengan perkelahian dengan preman kampung, di daerah Mojosari mereka juga mengalami hal yang sama. Akhirnya mereka memutuskan untuk mempertahankan scene yang lama yaitu di gang di dusun sentul daripada mencari tempat yang baru.
3. Anggota Street Punk Bekonang Riot Anggota komunitas SPBR mayoritas adalah remaja yang masih usia commit to user sekolah. Mereka adalah anak-anak SMP, SMA, SMK, Mahasiswa, Pekerja
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
serabutan dan pengamen. Mereka ada yang berasal dari luar kota, sebagian masih ada yang pulang ke rumahnya masing-masing. Jumlah remaja yang menjadi anggota SPBR bersifat tidak tetap, sebab siapa saja yang menganggap dirinya punker dan mempunyai banyak kesamaan pandangan dengan anak-anak SPBR ini bisa menjadi bagian dari komunitas SPBR. Seorang anak yang awalnya bukan merupakan punker tetapi karena ia sering nongkrong bareng dengan anak punk SPBR karena ajakan teman, maka lama-kelamaan ia mengalami dunia punk, akhirnya melibatkan dirinya sebagai anak punk dan menjadi bagian dari SPBR, atau sebaliknya seorang yang telah menjadi anggota SPBR tetapi karena mengakibatkan frekuensi
kesibukan di kuliah atau tempat kerja
untuk berkumpul di komunitas menjadi berkurang,
maka ia hanya sekali waktu saja berkumpul bersama anak punk yang lain bukan berarti ia bukan anak punk lagi. Walaupun ia sudah terlihat jarang di komunitas lagi sebagai anak punk masih tetap diperjuangkan, pada beberapa punker SPBR yang sudah jarang terlihat di scene tetapi pada saat acara konser musik punk yang diadakan oleh scene lokal ternyata mereka masih terlihat berada di kerumunan anak punk yang menonton konser tersebut Dari hasil observasi dan wawancara selama penelitian berlangsung diperoleh data berdasarkan asal daerah anak punk anggota SPBR, sebagai berikut: a. Punker yang datang dari luar daerah Pada kelompok ini punker berasal dari luar daerah seperti Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo, Solo dan Magetan. Mereka datang ke bekonang untuk memperluas pergaulan dan menambah teman sesama punker, mempererat jalinan solidaritas, serta tinggal di bekonang untuk beberapa saat ada acara konser musik yang diadakan oleh scene punk Bekonang. Kedatangan anak punk dari luar daerah dianggap sebagai tamu bagi anak punk Bekonang dan mereka harus diperlakukan secara baik. Biasanya mereka di tampung di scene dan dianggap seperti saudara sendiri. b. Punker yang hidup dan tinggal di jalan Punker yang hidup dan tinggal di jalan adalah mereka yang tidak lagi to user sebagian besar hidupnya di jalan tinggal bersama keluarga. Merekacommit menghabiskan
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
atau di tempat umum untuk mencari kebebasan atau karena beberapa sebab yang mengakibatkan meninggalkan rumah dan keluarganya untuk hidup di jalanan. Punker lebih memilih untuk tinggal di scene dan mencari uang di jalanan seperti mengamen atau mendirikan jasa tindik dan tato. Di jalanan mereka merasa mendapatkan kebebasan, tanpa ada aturan yang membatasi pergerakan serta perilaku mereka. Kalau berada di rumah mereka merasa terkekang dengan aturanaturan yang dibuat oleh orang tua masing-masing, keadaan seperti ini membuat mereka memberontak turun ke jalan dan mencari kebebasan. Punker yang memilih hidup dan tinggal di jalanan adalah anak punk yang berasal dari Bekonang dan sebagian juga ada yang berasal dari luar daerah. Walaupun tinggal di jalanan jauh dari orang tua akan tetapi mereka sesekali pulang ke rumah karena mereka masih mempunyai tempat untuk pulang. Frekuensi pulang ke rumah tidak tentu, ada yang seminggu sekali dan ada yang sebulan sekali bahkan ada yang sudah jarang tidak pulang kerumah. Sikap orang tua dalam menyikapi anaknya yang tidak pulang ke rumah biasanya mencari anaknya ke scene untuk mengajaknya pulang, namun bila usaha tersebut tidak berhasil biasanya orang tua hanya memberi nasehat dan ada yang membiarkan anaknya karena sudah tidak dapat berbuat apa-apa. c. Punker yang beraktivitas di jalan dan pulang ke rumah Jenis punker ini merupakan anggota yang menghabiskan waktunya untuk nongkrong di jalan bersama anak-anak punk lain tetapi tidak ikut tinggal di jalanan, ia pulang ke rumah setiap harinya. Punker yang pulang ke rumah adalah mereka yang berstatus sebagai pelajar maupun mahasiswa yang masih tercatat di perguruan tinggi di kota Solo. Mereka biasanya nongkrong setelah pulang sekolah atau kuliah, atau pada malam hari saat anak-anak SPBR berkumpul bersama di markas mereka.
4. Aliran Street Punk Bekonang Riot Secara garis besar aliran punk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu punk idealis dan punk jalanan (street punk). Punk idealis adalah komunitas punk yang committidak to user dalam melakukan aktifitas sehari-hari berada di jalanan, tetapi sudah ada
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
scene khusus yang telah mereka bentuk sebagai tempat tinggal dan berkumpul. Punk idealis biasanya melakukan aktivitas tidak hanya sekedar nongkrong saja, tetapi aktifitas yang dilakukan dapat memberi kontribusi positif bagi komunitas maupun orang lain, contohnya melakukan usaha membuka distro yang menjual barang-barang aksesoris punk dimana barang-barang tersebut di diproduksi dan di distribusikan oleh mereka sendiri secara mandiri. Punk idealis memiliki ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dengan street punk dalam penampilan aksesoris yang dipakai, model rambut dan jenis musiknya, akan tetapi punk idealis bisa dikatakan berpakaian lebih rapi dan modis atau fashionable bila dibandingkan dengan street punk yang berada di jalanan dengan berpenampilan kumuh dan seadanya. Anak punk yang ada di komunitas SPBR dapat dikategorikan sebagai punk jalanan (street punk) sebab aktivitas mereka sebagian besar dihabiskan di jalan dengan berkumpul bersama dalam satu komunitas. Sebagai komunitas street punk mereka dapat diidentikan dengan model pakaian yang terlihat kotor dengan bahan seadanya, bahkan beberapa punker sengaja merobek dan melubangi celananya sehingga terlihat tidak rapi dan acak-acakan. Karena berada di jalanan maka masyarakat sekitar menganggap mereka sebagai sekumpulan anak pengangguran yang tidak punya masa depan. Stereotipe muncul ketika anak-anak street punk hanya mampu menunjukan aktifitas yang cenderung negatif daripada aktifitas yang positif. Dari model pakaian anak-anak punk SPBR mempunyai ciri-ciri penampilan antara lain memakai jaket spike (jaket jeans yang dipenuhi tempelan paku dan pin), kaos hitam yang bertuliskan slogan kritikan sosial maupun gambar band punk lokal, celana jeans streech (jeans ketat) yang lusuh dan dipenuhi dengan tempelan emblem, memakai gelang spike dan rantai, bersepatu boot dan sepatu warrior (sepatu dengan jumlah tali banyak seperti boot). Dilihat dari model rambut punk identik dengan rambut mohawk dan spikey. Di komunitas SPBR memang ada sebagian anak punk yang sengaja memotong rambutnya dengan gaya mohawk dan dicat dengan warna-warna terang seperti merah, hijau dn pink. Tetapi dalam keseharianya tidak semua punker to user mereka sengaja berpenampilan berandan lengkap dengan atributcommit punk, biasanya
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
punk pada waktu-waktu tertntu seperti saat acara menonton acara musik punk di dalam kota maupun di luar kota. Ciri fisik yang lain adalah memakai tindik, piecing dan bertato. Bahkan sebagian punker badannya terlihat dengan berbagai macam bentuk tatto karena di antara anak punk ada yang berprofesi sebagai tukang pembuat tatto dengan membuka studio tatto. Saat melihat mereka dengan dandanan aneh seperti itu tentu kesan pertama yang diperoleh adalah rasa takut karena orang akan menganggap mereka berandalan. Peneliti bersama mereka tentunya diperlukan sebuah keberanian dan proses adaptasi yang tidak mudah, akan tetapi dengan seringnya bertemu dan berkomunikasi dengan komunitas tersebut akhirnya kesulitannya mulai teratasi dengan mengenal beberapa punker. Bila dilihat dari penampilan mereka memang ‘sangar’ akan tetapi dibalik semuanya itu ternyata ada hal yang tidak dimiliki komunitas lain, seperti jalinan persaudaraan yang cukup kuat di antara sesama punker baik di dalam komunitas dan di komunitas punk lain. Berdasarkan data di lapangan diperoleh informasi bahwa anak punk SPBR juga mempunyai pandangan sendiri tentang aliran punk yang ada di Bekonang, antara lain punk skinhead, punk elite dan posseur. Punk skinhead adalah perpaduan antara anak punk dan anak skinhead yang bercirikan kepala plontos, bersepatu boot tetapi di Bekonang mereka tidak rasis seperti di inggris, memiliki kesamaan dalam segi musik dan ideologi yang diusung oleh anak punk. Sedangkan punk elite adalah punk yang berkumpul dan sering nongkrong di distro-distro yang menjual barang-barang kultur punk. Namun ada punk yang hanya sekedar mengikuti trend dan gaya penampilan saja tetapi secara ideologi mereka bukanlah anak punk, contohnya adalah remaja yang suka memakai dandanan punk sebagai trend, orang-orang seperti ini dalam istilah anak punk SPBR menyebutnya sebagai posseur.
5. Ciri-ciri Komunitas Street Punk Bekonang Riot Komunitas punk berbeda dengan komunitas lain pada umumnya, hal ini bisa dilihat dari ciri-ciri penampilan anak punk yang berfungsi sebagai identitas commit to user kelompok mereka. Dari penampilan yang ditunjukkan oleh komunitas SPBR
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
terdapat berbagai ciri khas yang biasa dipakai oleh anak punk SPBR antara lain sebagai berikut : a. Rambut mohawk atau spikey yang dicat warna-warni seperti pirang, hijau, pink. b. Memakai jaket kulit yang dipenuhi paku dan pin. c. Memakai celana jeans ketat dan lusuh. d. Bersepatu boot. e. Bertato. f. Memakai tindik dan piercing g. Memakai rantai yang dikaitkan di celana. h. Memakai gelang spike. Ciri-ciri yang ditampilkan oleh anak punk dalam komunitas SPBR merupakan identitas bagi kelompok punk, sebab kelompok lain yang bukan punk tidak memiliki ciri-ciri yang menjadi identitas seperti yang ditunjukkan oleh komunitas punk. Penampilan yang ditunjukkan diatas biasanya dipakai saat acara konser punk yang diadakan oleh scene punk lokal maupun di luar kota. Saat anakanak punk SPBR berdandan lengkap dengan asessoris yang menempel di tubuh mereka biasa disebut dengan istilah nyetreet atau ngedrees (berdandan punk). Penampilan anak punk di komunitas SPBR misalnya memakai rantai yang dililitkan di seluruh tubuh sebagai simbol anti perbudakan, rantai ini juga berfungsi sebagai pengait dompet yang diikatkan ke tempat sabuk di celana, gelang spika yang terbuat dari kulit dengan paku berbentuk kerucut berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri bila berada dalam keadaan bahaya, sepatu boot yang dikenakan menunjukkan perlawanan terhadap kemiliteran tentara dan solidarits terhadap kelas pekerja, beberapa punker SPBR yang tidak memiliki sepatu boot biasa memakai sepatu warrior, tato dan tindik dianggap sebagai ekspresi diri terhadap seni menghias tubuh, celana ketat yang lusuh dan sengaja di sobek dan dilubangi merupakan empati punker terhadap golongan minoritas yang tidak mampu membeli bahan yang bagus untuk dibuat celana, rambut mohawk sebagai solidaritas terhadap suku indian serta pertentangan terhadap model rambut to user yang sudah ada, selain mohawkcommit beberapa punker juga bergaya rambut spikey
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibentuk menggunakan lem kayu maupun lem kertas sebagi pengeras agar rambut bisa berdiri tegak seperti duri landak. Berbagai assesori punk diatas tidak wajib mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari, biasanya dipakai pada saat-saat tertentu sajaseperti saat nongkrong di scene, dalam acara konser musik punk baik dalam kota maupun luar kota. Beberapa punker juga masih memakai sebagian assesoris punk bila berada di rumah maupun di sekolah dan kampus karena menyukai assesoris yang dipakai seperti gelang spike dan rantai Selain dapat dikenali dari penampilan, ciri khas komunitas SPBR bisa dilihat dari perilaku yang ditunjukkan dalam komunitas. Perilaku anak punk juga terlihat dari aktivitas dan kegiata yang biasa dilakukan saat sdang berkumpul bersama di scene. Prrilaku tersebut antara lain sekedar nongkrong bersama anak punk maupun komunitas underground lain, minum ‘ciu’ atau jenis minuman keras lain sampai mabuk, ngamen di pinggir jalan, bermain kartu saat malam tiba sambil bermain gitar, latihan musik, mengadakan konser musik punk dan menjalin komunikasi dengan punker luar kota, dan membuat tato, membuat kaos dengan sablon dan assesoris punk untuk dijual sendiri maupun dijual ke distro.
6. Latar Belakang Anggota Komunitas Street Punk Bekonang Riot Komunitas punk merupakan fenomena unik dalam masyarakat. Mereka yang tergolong pada kelompok umur remaja sering diidentikkan dengan kelompok yang mempunyai tingkah laku yang jauh dari sopan, ugal-ugalan dan pembuat onar. Perilaku pada individu komunitas SPBR tidak terlepas dari reaksi ketidakpuasan dari reaksi atas ketidakpuasan dari pengalaman-pengalaman semasa hidupnya, pengawasan yang terlalu
ketat dari orang tua, kurangnya
komunikasi di keluarga, pengaruh dari teman sepermainan, ataupun dari persamaan pandangan dengan teman sebaya. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik anggota yang menjadi punker di komunitas SPBR dapat disimak dari hasil penelitian berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
a. Asal tempat tinggal Daerah tempat tinggal punker dalam penelitian tidak dapat diabaikan begitu saja, sebab perilaku mereka sebelum masuk ke komunitas SPBR selain dipengaruhi oleh keluarga dan teman sebaya juga dapat dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat dimana mereka tinggal. Lingkungan yang sarat dengan ajaran agama yang ketat diharapkan mampu membentuk individu yang mempunyai tingkah laku sesuai agamanya, namun kenyataanya tidak demikian. Beberapa punker berasal dari satu wilayah yang sama dimana dilingkungan tempat mereka tinggal sangat kental dengan ajaran agama yang taat, yang bersifat agamis adalah desa Wonorejo, tepatnya di dusun Blimbing kelurahan Wonorejo kecamatan Polokarto kabupaten Sukoharjo. Di dusun tersebut terletak pesantren Imam Syuhada, selain sebagai pondok pesantren untuk anak-anak sekolah setingkat SMP, di pesantren tersebut rutin diadakan pengajian umum, bahkan yang menjadi ketua pengajian adalah orang tua salah satu punker yang tinggal di wilayah tersebut. Tidak hanya itu saja, di wilayah tersebut juga tidak membiarkan pemudanya bertindak yang melanggar norma-norma agama. Saat beberapa punker yang berasal dari wilayah tersebut sedang berkumpul di perempatan sambil mabuk, warga sekitar langsung mengambil tindakan tegas dengan mengatur secara langsung dan memberi peringatan kalau punker masih tidak jera dengan teguran warga maka mereka akan melaporkan aktivitas punker yang suka mabuk dan mengganggu ketenangan warga ke pihak kepolisian karena perilaku punker dianggap tidak sesuai dengan kaidah agama. Pelaporan ke pihak kepolisian oleh warga sudah terjadi berulang kali, akhirnya warga mengambil langkah untuk memberikan penanaman agama pada pemuda komplek dengan memberi teguran kepada keluarga punker agar mendidik anak dengan baik. Lingkungan dimana masyarakat berada tentunya memiliki kebudayaan yang mampu menjadi stimulus bagi individu. Corak budaya yang dimiliki masyarakat akan mempengaruhi pola pikir masyarakat tersebut dalam menilai suatu obyek.Walaupun tempat yang biasa mereka pergunakan untuk berkumpul berlokasi di daerah Bekonang, namun ternyata anak-anak punk SPBR sebagian to user bukanlah penduduk di daerah commit tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
dilakukan, ternyata daerah asal tempat tinggal punker SPBR antara lain berasal dri daerah Wonorejo, Semanggi, Sukoharjo dan Karanganyar. b.
Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan sifat jenis dan rohani yang membedakan dua
macam mahluk antara pria dan wanita. Secara biologis dan psikologis keduanya berbeda serta mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. Untuk mengetahui perilaku komunitas SPBR maka perlu pula mengetahui jenis kelamin dari para remaja yang tergabung dalam komunitas punk tersebut. Hal ini untuk mengetahui kuantifikasi remaja laki-laki atau perempuan yang banyak menjadi anggota punk. Berdasarkan penelitian di gang buntu dan bekas bangunan tempat berkumpul komunitas punk SPBR diketahui bahea perbandingan antara remaja perempuan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan remaja laki-laki. Remaja perempuan yang menjadi punker di PSP hanya terlihat sekitar 2 orang dan selebihnya hanya remaja laki-laki (kira-kira 15 orang). Dengan kata lain bahwa anggota komunitas punk SPBR mayoritas adalah remaja laki-laki. Tetapi jumlah ini bisa berubah karena keanggotaan bersifat tidak mengikat. Saat sedang berkumpul tidak semua anggota bisa berkumpul bersama di satu tempat. Jadi untuk menentukan berapa jumlah anggota di komunitas SPBR memang tidak mudah. Walaupun remaja laki-laki lebih besar jumlahnya bukan berarti mereka mendominasi komunitas untuk menentukan keputusan dalam segala aktivitas. Contohnya saan mengadakan konser musik punk, tidak ada pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin, semua anggota baik laki-laki maupun perempuan mempunyai mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelenggarakan konser. Di komunitas SPBR tidak ada perbedaan derajat antara laki-laki dan perempuan, semia anggota dianggap sama tanpa harus membeda-bedakan jenis kelamin. c. Umur Segala aktivitas manusia dibatasi oleh umur, dimana usia semakin bertambah maka diikuti pula oleh penurunan kondisi manusia. Bahkan dengan umur yang dimiliki dapat diperkirakan tingkat kedewasaan seseorang dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
menjalani kehidupan. Manusia dapat dikatakan tua atau muda dapat dilihat dari umurnya. Dari data penelitian yang dilakukan pada punker SPBR diketahui bahwa anggotanya rata-rata berusia 17 sampai 26 tahun. Dilihat dari umur mereka dapat dikelompokkan pada usia yang cukup matang untuk bertanggungjawab pada masa depan, dan mempunyai orientasi atau tujuan hidup yang jelas. Selain itu mereka juga termasuk dalam usia produktif, yaitu kelompok usia yang dilihat dari segi umurnya dinilai atau dianggap sudah mampu bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan mempu menghidupi diri sendiri terlepas dari tanggungan orang tua. Namun kenyataanya tanggung jawab mereka terhadap masa depan masih kurang, dan pekerjaan yang dilakukan belum cukup layak untuk menjamin masa depan. Beberapa punker yang masih aktif tidak begitu peduli bagaimana masa depan dengan bertambahnya umur, dari segi ekonomi sudah berusaha untuk dicukupi sendiri. Sedangkan punker yang tidak begitu aktif di komunitas disebabkan karena faktor kesibukan di tempat sekolah, kuliah, bekerja atau sudah menikah. d. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja, dimana pendidikan di sekolah terus-menerus dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat memberikan dasar pembentukan pribadi yang kuat. Dengan demikian diharapkan dapat tercipta manusia yang berkemampuan dan berketerampilan sebagai bekal hidup dalam masyarakat. Jenjang pendidikan sangat penting dan strategis untuk memeberikan landasan yang kuat untuk jenjang selanjutnya. Dengan pendidikan diharapkan seseorang dapat mengetahui hal-hal dalam masyarakat yang mencangkup aspek kehidupan bermasyarakat termasuk tentang norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam tatanan hidup bermasyarakat. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin logis cara berpikir mereka. Karena punk merupakan kelompok yang sering dipandang negatif oleh masyarakat, dan aktifitas anggota punk juga cenderung mendobrak nilai-nilai kemapanan sehingga commit to user terkesan bertentangan dengan budaya masyarakat.
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan maka diketahui anggota dari SPBR mempunyai latar belakang pendidikan yang beragam. Diantaranya ada yang mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SMP atau SMA saja karena tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah, sebagian adalah pelajar yang masih sekolah di SMA maupun Mahasiswa. Bagi mereka yang putus sekolah biasanya mereka memang tidak pulang ke rumah dan hidup dijalan sebagai pengamen. Sedangkan yang menjadi pelajar atau mahasiswa cenderung masih pulang kerumah masing-masing, hanya sesekali saja mereka tidak pulang ke rumah dengan ikut tidur dijalan atau markas komunitas punk SPBR. Dari perbedaan tingkat pendidikan tersebut terlihat perbedaan antara punker dalam hal pola pikir, cara berbicara dan berperilaku. Punker yang berpendidikan rendah cara berbicaranya blak-blakan dan diselingi kata-kata kasar serta dengan nada tinggi dan keras, sedangkan punker yang bependidikan tinggi seperti mahasiswa misalnya, mereka memiliki tata berbicara yang lebih teratur dan sopan, artinya kata-kata yang diucapkan idak hanya asal saja dan mereka cenderung pendiam. Pada punker yang memiliki tingkat pendidikan rendah cenderung memiliki pola pikir yang sederhana dalam memandang masa depan, sedangkan yang berpendidikan tinggi lebih mempunyai cara pandang yang luas. Punker yang hanya tamat SMP dan SMA menjalani hidupnya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, yang dipikirkan oleh mereka adalah bagai mana menjalani hidup untuk hari ini dn besok, sedangkan untuk jangkauan masa depan mereka cenderung pasrah pada keadaan dan sedikit harapan untuk menjadi lebih baik. Contohnya punker yang menjadi pengamen, mereka mengamen untuk mendapatkan uang yang akan dihabiskan untuk makan hari ini dan mabuk pada malam hari, sisanya ialah untuk hidup di keesokan harinya smbil mengamen lagi. Sedangkan yang mempunyai tingkat yang lebih tinggi atau masih sekolah, mereka masih memiliki harapan-harapan besar untuk kedepanya dengan pendidikan yang diperoleh untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
7. Gambaran Subkultur Punk di Bekonang Untuk memahami keberadaan punk yang ada di Bekonang peneliti akan memaparkan lewat sedikit gambaran tentang bagaimana subkultur punk yang telah menjadi euforia di kalangan remaja Bekonang. a. Gigs Punk Terlihat sejumlah pemuda berambut mohawk dengan pakaian punk sedang berkumpul dengan punkers lain dalam sebuah gigs(sebuah pertunjukan musik yang menampilkan band-band punk) yang diadakan oleh salah satu scene punk di Sukoharjo. Mohawk adalah gaya rambut anak punk yang dicukur habis dan disisakan bagian tengahnya saja, seperti rambut pada suku indian. Model rambut yang demikian bagi kebanyakan bagi kebanyakan orang merupakan pemandangan yang tidak menyenangkan. Hal ini dikaranakan venue(tempat mengaadakan pertunjukan musik) tersebut banyak anak punk yang berpenampilan ‘tidak biasa’, terlihat dari pakaian dan assesoris yang menempel di tubuh mereka. Diantaranya memakai jaket kulit yang dipenuhi paku dan pin, memakai celana jeans ketat yang lusuh dan penuh sobekan, bersepatu boot, bertato, telinga ditindik dan memakai assesori lainya yang merupakan ciri khas anak punk. Mereka terlihat berbeda dalam hal penampilan dengan rambut gaya spike dan mohawk yang dicat warna-warni. Beberapa menit kemudian pertunjukan musik dimulai dengan penampilan dari Trap Disorder, salah satu band yang beraliran street punk yang berasal dari Sukoharjo ini membawakan lagu bertemakan anarki dan kritik sosial. Secara spontan punkers maju ke depan mendekati panggung dan menari ’pogo’. Pogo adalah tarian khas anak punk, mirip tarian SKA tetapi dengan irama yang lebih keras dan cepat. Mereka menggerakkan tubuh ke atas dan ke bawah, mengayunkan lengan ke sekeliling dan saling mendorong. Terkadang ada yang sampai terjatuh karena terdorong. Beberapa anak punk juga berteriak menyanyikan lagu yang dimainkan. Bahkan sesekali mereka melakukan ‘moshing’(salah seorang punk melompat ke arah kerumunan penonton dari atas panggung)muncul pandangan orang tindakan tersebut terlihat sangat berbahaya, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
tetapi bagi anak punk tindakan tersebut merupakan cara mereka menikmati musik punk dengan irama keras dan menghentak. Demikianlah gambaran anak punk di Bekonang yang menghadiri gig yang diadakan oleh scene punk Sukoharjo. peneliti juga terlibat dalam acara tersebut bersama anak-anak komunitas musik di Sukoharjo karena peneliti merupakan salah satu personil yang tergabung dalam band Distortion Fx (band punk rock dari Solo) yang saat itu menjadi guest star pada acara yang bertajuk “Sukoharjo Movement” tersebut. Dan acara tersebut diadakan pada april 2011. Pemandangan serupa juga akan didapatkan di beberapa gigs punk yang diadakan oleh scene punk di daerah lain. b. Fenomena Subkultur Punk di Bekonang Kemunculan anak punk di bekonang merupakan suatu fenomena menarik di kalangan pemuda yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan banyak orang. Keberadaan anak punk di Bekonang banyak dikenal oleh lapisan masyarakat, bahkan seorang ibu yang berumur puluhan tahunpun mengetahui dengan melihat anak punk berpenampilan mohawk yang memakai rantai dan spike, ia tahu itu adalah anak punk. Sebelumnya, sekitar satu sampai tiga tahun ke belakang orang belum banyak mengetahui tentang punk sehingga orang yang melihat anak punk akan mengatakan bahwa mereka adalah berandalan atau anak yang sedang frustasi. Hal ini menandakan bahwa sudah sedemikian mewabahnya subkultur punk di Bekonang, sehingga dapat dikatakan bahwa punk membentuk suatu bangunan budaya baru yaitu sebuah subkultur di kalangan pemuda. Eksistensi punk di Bekonang terjadi ketika subkultur punk mulai mempengaruhi remaja, bukan orang tua. Munculnya komunitas punk dianggap merupakan masalah yang aktual menyebabkan kepanikan moral di kalangan masyarakat. Pengikut punk adalah dominan remaja yang pada masanya sedang mencari jati diri. Mereka akan banyak bertindak sesuai dengan kehendak hatinya, bersikap acuh tak acuh dan mengabaikan aturan serta nilai-nilai yang mereka anggap kurang mengikat dan kurang tegas, sehingga mereka menganggap tidak terlalu takut untuk melanggarnya, menurut mereka, tidak terlalu memikirkan commit user menganggapnya tidak sopan atau pendapat orang lain pada umumnya yangtoselalu
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
berandalan. Bentuk-bentuk penentangan mereka terlihat dari gaya hidup yang seenaknya, cara berbahasa, berbusana yang terkesan acuh terhadap lingkungan sekitar serta mereka tidak segan-segan tidur di jalanan. Punk di Bekonang sangat terpengaruh oleh punk yang lebih dulu berkembang di daerah-daerah lainya seperti Solo dan Jogja. Lewat perkembangan media komunikasi dan internet sangat berpengaruh terhadap penyebaran punk sebagai gaya, oleh karena itu pada awalnya komunitas punk di Bekonang hanya dimaknai sebagai Style (pakaian, musik, dan trend) belum sampai pada subkultur yang disebut life style. Dari perkembangan komunikasi berpengaruh dan berperan dalam mempengaruhi punker Bekonang untuk mengenal punk sebagai subkultur. Selain peran media massa, komunikasi yang dilakukan secara langsung juga berperan terhadap perkembangan punk di Bekonang. Punk sebagai ideologi berkembang dan berpengaruh terhadap anak-anak punk di Bekonang membentuk komunitas punk, kemudian mereka tidak hanya memaknai dari musik dan fashion saja, akan tetapi mereka mulai mempelajari dan menerapkan ideologi punk dalam komunitas. Punker Solo, Sukoharjo, Jogjakarta dan daerah lainya sering berkomunikasi dengan punker Bekonang sehingga sehingga komunitas punk di Bekonang mengalami perkembangan dan mulai menjadi sebuah Subkultur. Perkembangan komunitas punk di Bekonang semakin banyak jumlahnya, diantaranya dapat ditemui di beberapa tempat tertentu yang biasa mereka jadikan untuk tempat berkumpul atau sekedar nongkrong bersama punker lain. Di Bekonang terdapat beberapa titik tongkrongan anak punk, seperti di depan Stadion mini Bekonang, di depan pasar Bekonang, dan di Markas komunitas punk SPBR. Ditempat tongkrongan tersebut, mereka saling mengobrol dan gitaran ditemani ‘ciu’ atau minuman beralkohol lain sebagai minuman yang dapat menimbulkan suasana kebersamaan diantara mereka. Komunikasi yang terjadi diantara mereka terkesan ‘blak-blakan’ dengan diselingi humor. Terkadang mereka mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor untuk mengejek antar teman, tetapi hal itu sudah biasa bagi mereka dalam bergaul. Dengan seringnya mereka bertemu, maka rasa kebersamaan semakin erat an solidaritas diantara mereka commit to user semakin kuat.
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
Banyak orang menganggap punk sebagai sebuah kelompok pengangguran yang masih berada dalam usia sekolah. Namun anggapan itu ternyata tak sepenuhnya benar, para anggota punk sebagian besar adalah remaja putus sekolah (pengangguran), pekerja serabutan, sebagian adalah pelajar dan mahasiswa yang masih menjadi bagian dari sekolah dan perguruan tinggi di Surakarta. Para remaja yang menamakan diri sebagai anak punk, mereka identik dengan anti kemapanan, anti sosial, anarkisme, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga dipandang miring oleh masyarakat umum. Mayoritas masyarakat memandang bahwa komunitas punk adalah sekumpulan anak-anak negatif dan rusak. Hal ini disebabkan pleh penampilan anak punk yang berbeda dan tidak semestinya, serta perilaku mereka yang sering melakukan perilaku yang bertentangan dengan norma, antara lain membuat kerusuhan, sering mabuk-mabukan dan tindakan lain sehingga memaksa mereka berurusan dengan pihak yang berwajib. 8. Istilah-istilah Punk Dalam interaksi sehari-hari yang dilakukan oleh anak punk, ada beberapa istilah yang hanya dikenal di kalangan mereka sendiri. Istilah –istilah yang mereka pakai ini merupakan salah satu identitas yang membedakan mereka dengan komunitas masyarakat lain. Mereka biasanya menggunakan istilah khusus untuk berkomunikasi sesama anak punk. Jadi orang luar yang bukan anak punk kemungkinan tidak akan mengerti dengan istilah-istilah tersebut karena hanya anak punk saja yang dapat mengerti maknanya. Beberapa istilah yang biasa digunakan oleh anak punk SPBR di komunitas antara lain sebagai berikut : a) Mohawk, yaitu model rambut khas anak punk. Model rambut yang berbentuk seperti tengkuk kuda, kepala dicukur habis dan hanya menyisakan pada bagian tengahnya saja. Supaya rambut bisa berdiri biasa menggunakan lem kayu, lem kertas atau hairspray untuk mengeraskanya. Agar terlihat semakin mencolok, rambut akan dicat dengan warna-warna terang seperti pirang, biru, pink, hijau dan merah. Gaya rambut ini juga bisa disebut Mochingan. commit to user b) Spikey, adalah gaya rambut yang dibentuk berdiri seperti duri atau landak .
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
c) Oi..Oi..!, yaitu bentuk salam persahabatan yang digunakan anak punk apabila mereka bertemu dengan sesama anak punk. Biasanya ditambah dengan menyilangkan tangan dan mengepalkan tangan. Salam ini juga berfungsi untuk menunjukkan jati diri sebagai punker, karena ada daerah lain yang salamya berbeda, sekarang salam ini sudah jarang digunakan karena mereka menganggap sudah hal yang biasa atau sudah saling alrab mengenal dengan yang lain. d) Pogo (slamdance), yaitu suat bentuk tarian, tetapi lebih tepat dikatakan perkelahian secara berbondong-bondong antara anak punk pada saat konser. Mereka menari tetapi saling memukul sesama temanya. Pogo ini mirip tarian Ska tetapi dengan irama yang lebih keras dan cepat. Mreka mengerakkan tubuh keatas dan kebawah, mengayunkan lengan ke sekeliling dan saling mendorong, terkadang ada yang sampai jatuh tersungkur, mereka juga menyebutnya dengan istila chaos, karena gerakanya kacau mirip dengan orang berkelahi. e) Moshpit, gaya ini merupakan bagian dari gaya menari di saat konser. Penonton atau pemain naik keatas panggung lalu ia menerjunkan diri kearah penonton dengan harapan mereka akan menurunkan tubuhnya. Selanjutnya orang tadi akan berguling-guling diatas tangan penonton segingga terlihat seperti berguling diatas air. Dalam melakukan gerakan ini anak punk biasa menyebutnya moshing. Bagi orang lain tindakan tersebut terlihat sangat berbahaya, namun bagi anak punk itulah cara mereka menikmati musik punk yang berirama keras. Ada bberapa gaya dalam melakukan moshing : loncatloncat di tempat mengikuti gerakan orang-orang di sekelilingya (floaring), dan meluncur iaas kepala orang (body surfing). f) Gigs, yaitu istilah untuk menyebut pertunjukan musik punk. g) Venue, yaitu tempat atau area gigi diadakan. h) Fanzine, adalah media independen yang menyediakan ide-ide dan kritik komunitas underground terhadap budaya mainstream, selain itu juga berisi review dan interview band-band indie. commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i) Poseur, adalah istilah untuk menyebut orang yang baru masuk menjadi anggota baru komunits punk. j) Scene, adalah istilah untuk menyebut daerah tempat berkumpul anak punk. k) Herbert, adalah istilah untuk menyebut preman yang menyukai musik punk dan bergabung bersama anak punk di komunitas. l) Hooligan, adalah istilah untuk menyebut anak punk yang gemar sepak bola.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh individu didasarkan atas persepsi, pengalaman, dan penafsiran terhadap sesuatu. Seperti yang telah menjadi stereotipe pada masyarakat umum dan persepsi yang telah terbentuk dan beredar bahwa komunitas punk merupakan suatu kelompok yang menyimpang dan menyalahi norma-norma yang berlaku pada masyarakat, Pada kenyataannya ada banyak versi persepsi dari masyarakat tentang komunitas punk ini. Berangkat dari simpang siur informasi tentang komunitas punk Street Punk Bekonang Riot inilah, kemudian peneliti melakukan observasi ke gang buntu dan bekas bangunan yang terletak di dusun Sentul, kelurahan Bekonang, mojolaban, Sukoharjo yang menjadi scene bagi anak-anak punk yang tergabung dalam komunitas Street Punk Bekonang Riot 1. Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Anak Punk Setiap masyarakat mempunyai hak untuk menilai sesuatu yang ada di sekitar mereka, tak terkecuali dengan keberadaan anak punk di Bekonang saat ini juga mendapat sorotan dari masyarakat. Masyarakat meempunyai persepsi berdasarkan cara pandang masing-masing. Persepsi tersebut dapat berupa pandangan yang positif maupun negatif terhadap eksistensi punk di Bekonang. Pada akhirnya persepsi masyarakat terhadap punk dapat menimbulkan reaksi atas keberadaan komunitas punk di lingkungan mereka. commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut akan disajikan berbagai persepsi masyarakat berdasarkan cara pandang masing-masing terhadap komunitas punk di bekonang khususnya pada komunitas Street Punk Bekonang Riot :
a. Persepsi Masyarakat Umum Yang dimaksud masyarakat umum disini adalah masyarakat yang berada di luar Bekonang, baik yang sudah pernah mendengar dan melihat langsung fenomena keberadaan komunitas Street Punk Bekonang Riot ataupun hanya mengetahui lewat media dan cerita yang beredar tentang komunitas tersebut. HDK sebagai seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di Solo mengatakan : “pendapat saya terhadap keberadaan komunitas punk ya itu merupakan fenomena yang biasa terjadi pada masyarakat modern seperti sekarang ini, dampak globalisasi yang tidak tertahankan, mau tidak mau anak-anak muda akan terpengaruh pada kebudayaan orang barat, seperti kebudayaan punk. Di dunia barat sendiri kebebasan itu kebebasan berkreasi, misalnya dalam hal musik, fashion, budaya dan pengetahuan. Mereka sadar kalau mereka itu hidup di masyarakat yang berada dalam tatanan aturan yang berlaku, kalau boleh saya bilang, mereka tidak bisa hidup berdampingan dengan masyarakat dengan ideologi mereka yang seperti itu, dan selamanya akan menjadi hal yang tabu, perusak ketertiban dan musuh masyarakat”. (W/HDK/02/05/12). Dari pendapat HDK tersebut dapat disimpulkan bahwa ia meninterprestasikan punk secara negatif, ia tidak setuju dengan pengartian kebebasan yang dianut oleh komunitas punk, menurutnya kebebasan yang dibenarkan adalah kebebasan berkreasi dalam artian seni, seperti fashion, musik sedangkan apa yang dilakukan komunitas punk berbeda, menurut pria 23 tahun ini kelompok punk mengartikan kebebasan yang se bebas-bebasnya, bebas melakukan apa saja, menyalahi nilaidan bebas berperilaku yang tidak sesuai dengan norma di masyarakat. Hal yang berbeda diungkapkan oleh
FRD, mahasiswa di salah satu
universitas swasta di surakarta mengatakan bahwa : “Kebanyakan mereka itu anak muda atau masih dalam usia sekolah ya? Saya tahu dan pernah melihat komunitas commit saya, to user seperti itu di kampung belakang kampus kalau menurut saya sih hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
hanya trend sesaat saja, saya tahu apa itu punk, saya juga suka musik-musik punk seperti SID, Rancid, NOFX dan sebagainya. Anggota punk merupakan remaja yang hanya ikut-ikutan saja, jadi ada fase dimana seseorang akan merasa jenuh apabila mengalami kejadian dan suatu pola yang sama setiap harinya, sebagai mahasiswa jurusan Psikologi, saya menilai bahwa hal ini tidak akan berlangsung lama apalagi yang tergabung dalam komunitas ini adalah para remaja yang secara psikis masih labil dan masih dapat berubah setiap saat dan apa yang mereka anggap sebagai ideologi itu lama-kelamaan akan melunak karena mereka semakin dewasa akan semakin matang cara pikirnya dan saya optimis mereka satu per satu akan meninggalkanya”. (W/FRD/03/05/12). Dari pendapat FRD diatas dapat disimpulkan bahwa ia menilai komunitas punk adalah komunitas yang bersifat “semu” dan keberadaanya hanya dipengaruhi trend media yang bersifat kontemporer, seperti fashion, musik, perilaku dan gaya hidup. Jadi keberadaan komunitas ini menurutnya tidak akan membahayakan dan memberikan pengaruh yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Sedangkan TN sebagai seorang pemilik studio musik dan studio recording di Sukoharjo yang juga mempunyai teman yang menyukai musik punk juga berusaha memberikan persepsinya terhadap komunitas SPBR sebagai berikut: “anak punk yang ada di bekonang saya juga pernah lihat yang sering nongkrong di depan pasar bekonang itu ya. Dalam pandangan saya sebenarnya anak punk itu kreatif, akan tetapi kekreatifan mereka cenderung diaplikasikan ke sesuatu yang negatif. Dalam aktualisasi diri misalnya rambutnya dibuat berdiri dan dicat warna-warni, tidak seperti orang pada umumnya, terus dalam hal lagu mereka cenderung menyukai lagu-lagu yang berirama keras. Walaupun saya sebagai insan musik juga memahami isi lirik dalam lagu-lagu mereka sebenarnya sebagian mengandung nilai-nilai moral dan menyerukan perdamaian dan kesetaraan, ya paling tidak saya dapat menemukan sisi positif dari ideologi punk dari salah satu band punk rock dari Bali yang sangat saya sukai yaitu Superman Is Dead, menurut saya mereka layak dijadikan contoh bagi band-band punk lain yang notabenenya dari band-band punk itulah yang mempunyai pengaruh yang commit to user Kalau saya lihat dari fashionnya sangat besar untuk moralitas komunitas punk.
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
komunitas punk di Bekonang itu termasuk street punk, dan pengaruh band-band street punk yang saya ketahui yaitu lebih cenderung sisi negatif daripada sisi positifnya. Seperti pada komunitas street punk pada umumnya mereka bertindak kurang memperhatikan norma yang ada di masyarakat, tanpa mempedulikanya mereka bertindak terlalu cuek, terserah diri mereka sendiri, mereka tidak peduli apa kata orang lain”(W/TN/05/05/12). Dari pendapat TN tersebut dapat dikatakan bahwa ia melihat sisi positif dari keberadaan komunitas punk, sisi positif tersebut ditemuinya dalam bidang musik, karena bagi anak punk, lirik-lirik yang ada di dalam lagu-lagu punk ada yang mengkampanyekan perdamainan, kesetaraan, kerukunan dalam perbedaan. Akan tetapi menurutnya ada juga sisi negatifnya seperti gaya hidup yang tidak sesuai dengan norma di dalam masyarakat. Berdasarkan persepsi dari masyarakat umum di atas maka dapat ditarik benang merah bahwa masyarakat memandang bahwa remaja yang menjadi anak punk telah menganut gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar sebab kebebasan yang dianut oleh anak punk telah disalah artikan lewat perilaku mereka. Seperti berperilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dengan mengabaikan norma yang berlaku, akan terapi mereka juga kreatif dalam menciptakan musik yang berirama keras. b. Persepsi Masyarakat Bekonang Masyarakat Bekonang yang dimaksud adalah masyarakat yang berdomisili di dusun Sentul, kelurahan Bekonang, Mojolaban, Sukoharjo. Peneliti merasa beruntung karena telah mengenal sebagian dari informan karena memang peneliti juga berdomisili di dekat lokasi penelitian. Salah satunya adalah bapak GN salah satu tokoh masyarakat yang berprofesi sebagai kepala sekolah salah satu SMP swasta di Karanganyar, beliau memberikan pandanganya terhadap komunitas punk sebagai berikut : “ saya merasa prihatin terhadap apa yang terjadi pada komunitas remaja yang menyebut dirinya sebagai punk dan saya menganggap ini sebagai permasalahan serius bagi remaja yang seharusnya pada usia seperti mereka berlomba-lomba dalam meraih prestasi, pemerintah sebaiknya bersikap setegas-tegasnya kepada mereka” (W/GN/04/07/12). sedangkan GH sebagai ketua commit to user perkumpulan muda-mudi di dusun sentul, ia berusaha memberikan persepsinya
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
terhadap komunitas punk SPBR sebagai berikut : ”saya dan anda (peneliti) sebagai orang intelek pasti berpikir bahwa segala perilaku yang ditunjukkan komunitas punk di sini tentu menyalahi aturan-aturan yang ada dalam masyarakat, saya sendiri juga tidak habis pikir tentang gaya hidup yang mereka anut, apa yang mereka cari dan tujuan mereka itu sebenarnya apa? walaupun saya hanya sedikit tahu tentang apa itu punk, tetapi yang jelas saya sama sekali tidak membenarkan tentang eksistensi mereka dikampung ini, karena dilihat dari segi apapun tidak ada nilai positifnya kelompok ini sama saja seperti preman, perilaku mereka hanya membuat onar dan meresahkan. Saya sebagai ketua perkumpulan muda-mudi dikampung ini merasa kecewa kepada sebagian pemuda yang ada disini yang terpengaruh oleh kelompok punk ini, salah satunya AP yang merupakan teman dari adik saya ADR, awalnya dia termasuk pemuda yang aktif dalam kegiatan muda-mudi disini, rajin sekali nyinom (membantu kalau ada warga yang punya hajat) tapi beberapa bulan ini dia sudah tidak lagi terlihat dan lebih sering saya menemui dia berkumpul bersama komunitas punk di gang mati samping rumahnya mbak P (baliau adalah pemilik rumah di sebelah kanan gang buntu dan rumah kosong yang selama ini dijadikan markas komunitas punk SPBR) sambil main gaplek (permainan kartu) dan menenggak “ciu”(W/GH/07/05/12). Senada dengan GN dan GH, informan ini adalah seorang ustad yang cukup aktif dalam kegiatan keagamaan di Bekonang, kepada peneliti ABD berusaha memberikan persepsinya terhadap keberadaan komunitas SPBR sebagai berikut : “Iya dek saya tau siapa dan bagaimana perilaku mereka (Komunitas Punk) di kampung ini, memang saat ini bangsa barat mencoba melumpuhkan bangsa ini dengan cara merusak generasi muda. Contohnya dengan penyebaran budaya punk yang sama sekali tidak sesuai dengan norma manapun termasuk norma agama. Akhlak mereka sudah jauh dari islam dan dekat sekali dengan kemungkaran dan perbuatan keji, mereka mempertuhanan hawa nafsu. Adapun keinginan hawa nafsunya selalu ditaati. Maka tidak mengherankan kalau perbuatan munkar dan keji dapat tumbuh subur pada generasi muda tersebut dan ini adalah salah satu commitbarat to user dari banyak sekali keberhasilan bangsa dalam merusak generasi muda kita,
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saya rasa itu sudah cukup untuk menggambarkan bagaimana persepsi saya terhadap keberadaan komunitas punk. (W/ABD/08/05/12). Dari berbagai persepsi diatas dapat dikatakan bahwa sebagian masyarakat tidak setuju dengan gaya hidup yang dianut oleh komunitas punk dan mereka tidak menemukan sisi positif dari keberadaan punk di kampungnya. Selain karena berperilaku yang tidak sesuai dengan norma, komunitas ini juga sering kali mempengaruhi pemuda lain untuk ikut berkecimpung di dalamnya sehingga dia mengatakan hal tersebut sebagai tindakan yang meresahkan. Informan berikutnya adalah AM yang merupakan pemilik Attara studio yang terletak tidak jauh dari tempat penelitian, studio ini biasa dijadikan tempat latihan oleh band “Uthug Ublug” yaitu band yang berasal dari komunitas SPBR. Pria paruh baya tersebut berkata : Saya lihat performa mereka saat latihan disini cukup bagus apalagi permainan drumnya dengan irama menghentak, jujur saya sangat menyukai lagu-lagu mereka, saya tahu mereka berasal dari komunitas Street Punk Bekonang Riot kan? Ya menurut saya mereka itulah yang bisa disebut musisi sejati, mereka menceritakan masalah-masalah sosial dan politik yang dikemas apa adanya, dengan emosi yang luar biasa, mereka benar-benar menjiwai musik mereka, nah disitulah saya menemukan nilai seni yang tinggi, bahwa musisi adalah independen, berdiri sendiri, idealis dengan aliran yang diusungnya dan tidak semata-mata untuk mencari untung atau materialisme. Mereka kalau latihan disini tidak hanya 4 atau 5 orang saya tetapi bisa sampai belasan orang, sebagian
mereka
hanya
menonton,
ber
phogo
dan
ikut
bernyanyi”.(W/AM/08/05/12). Dari pendapat AM di atas dapat dapat dikatakan bahwa ia melihat sisi positif komunitas SPBR yaitu dalam hal seni, mereka menyampaikan buah pikiran tentang isu-isu sosial-politik lewat karya-karya mereka. Informan berikutnya adalah pemilik warung kelontong yang berada di dekat markas dari komunitas punk SPBR. Warung ini hanya berjarak 20 meter dari lokasi penelitian, warung tersebut sering dikunjungi oleh anggota komunitas SPBR, mereka makan, minum, membeli rokok dan bahkan membeli minuman commitmenyediakan to user “ciu”, Karena warung ini memang minuman khas Bekonang
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
tersebut. Peneliti mengunjungi warung tersebut dan bertemu langsungdengan pemilik warung, sambil menyantap makanan dan minuman yang tersedia diwarung tersebut peneliti berbincang-bincang santai dengan ibu SR sebagai pemilik warung memberikan persepsinya terhadap komunitas SPBR sebagai berikut : “Ya mereka sering kesini mas, makan-minum dan beli rokok disini tapi mereka kebanyakan bon, mereka mengambil rokok setiap pagi dan bayarnya di siang hari, mereka ngamen dulu nanti habis ngamen biasanya mereka makan siang disini dan bayar bon’nya. Kalau malam mereka biasanya membeli minuman disini juga. Ya menurut saya sih biasa saja mas selama mereka tidak mengganggu ketertiban kampung, saya dan warga kampung sini tidak merasa aneh lagi dengan penampilan mereka, mungkin itu sudah menjadi jalan hidupnya, saya tidak paham tentang apa itu punk, menurut saya punk itu sama saja dengan preman. Ya asalkan mereka dapat hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar bagi saya tidak masalah”.(W/SR/10/05/12). Dari pendapat SR diatas dapat dikatakan bahwa sebagai warga kampung yang tinggal di dekat markas komunitas SPBR ia sudah terbiasa dan menerima keberadaan komunitas punk SPBR selama mereka dapat hidup berdampingan dengan masyarakat. Terkait dengan kebiasaan mabuk-mabukan di malam hari yang dilakukan anggota komunitas SPBR memang sudah bukan menjadi hal yang aneh di masyarakat Bekonang. Jadi peneliti tidak mendalami hal yang “lumrah” bagi masyarakat Bekonang tersebut.
c. Persepsi Anak Punk Terhadap Masyarakat Anak punk yang dimaksud adalah punker yang tergabung dengan komunitas SPBR.Baik yang aktif dalam komunitas, hidup di jalanan dan tinggal di markas komunitas SPBR, punk yang berasal dari luar daerah, maupun punk elite yang masih tergabung dalam komunitas tersebut. TGR adalah salah satu punker yang berasal dari luar daerah, ia berasal dari Sukoharjo dan sementara tinggal di markas komunitas SPBR untuk mempererat solidaritas sesama punker dari scene yang berbeda. Ia memberikan persepsinya terhadap masyarakat sebagai commit user boleh saya bilang masyarakat itu berikut : “kalau menurut saya pribadi mas,tokalau
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
buta akan indahnya perbedaan, kita berusaha untuk tidak mengganggu mereka akan tetapi mereka tetap saja menganggap kami seperti sampah masyarakat, bukan kah kita lebih baik hidup untuk saling menjaga walaupun kita berbedabeda? Kalau disini agak mendingan mas, karena masyarakat disini sebagian besar acuh dan sebagian ada yang mau menerima, kalau di daerah saya kerap kali di kejar-kejar polisi dan laskar jihad (kelompok keagamaan).” (W/TGR/15/05/12). Dari hasil wawancara dengan TGR tersebut dapat dikatakan bahwa ia merasa dikucilkan oleh masyarakat dan merasa tidak aman dengan aparat keamanan dan ia merasakan suasana berbeda ketika tinggal di markas SPBR karena menurutnya tekanan yang dilancarkan masyarakat terhadap komunitas punk lebih rendah dibanding daerah tempat tinggalnya. Berbeda dengan informan sebelumnya, RZ yang merupakan punker yang hidup dijalanan dan tinggal di markas SPBR memberikan persepsinya sebagai berikut : “wah tak kiro warga ning kene apik-apik wae mas, yo walaupun sok-sok ngelekne tapi isih sewajare, emang sih ndekmben pas jik nongkrong ning mburi pasar kae dioyak-oyak karo satpol pp, goro-gorone cah-cah ki ndekmben yen mendem podo nongkrong ning pinggir dalan karo nyetel musik banter banget tur yen ora nduwe duit nggo tuku ciu sok-sok cah-cah njaluki duit keamanan karo bakul-bakul ning njero pasar dadi musuhe malah dadi dobel mas, satpol pp karo gali-gali pasar. tapi semenjak tinggal ning markas sing anyar awake dewe luwih bebas tur yo gali-gali ndesone wonge luwih penak iso nompo awake dewe gek iso digojeki dijak mendem bareng. Yen ning markas sing anyar ora ono sing ngganggu mas, arep mendem tepar ngasi subuh ora enek sing wani ganggu mas, paling pak RT gur ngandani tok kon ojo bengok-bengok yen tengah wengi, Liyane paling-paling gur ngrasani”.(W/RZ/16/05/12). (Saya kira warga di sini baik-baik saja mas, walau pun kadang-kadang kita dinasehati oleh warga tapi mereka melakukanya secara wajar. Memang dulu ketika waktu markas kita di belakang pasar sering di kejar-kejar Satpol PP, karena anak-anak dulu kalau mabuk dipinggir jalan sambil mendengarkan musik dengan volume yang keras sekali. Trus kalau tidak punya uang buat beli ‘ciu’ kadang anak-anak minta uang sebagai commit todiuser jatah keamanan terhadap para pedagang dalam pasar. Jadi pada saat itu kita
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
mempunyai musuh dobel, yaitu Satpol PP dan juga preman pasar. Akan tetapi semenjak kita tinggal di markas yang baru kita merasa lebih bebas dan premanpreman kampung yang ada disitu dapat menrima kehadiran kita, mereka dapat diajak bercanda dan mabuk-mabukan bersama. Kalau di markas yang baru tidak ada yang ganggu mas, mau mabuk-mabukan sampai subuh tidak ada yang peduli, paling hanya pak RT yang kadang memperingatkan agar tidak teriak-teriak kalau tengah malam. Selebihnya paling hanya membicarakan kita di belakang). MD yang merupakan salah satu punker yang berasal dari dusun Sentul memberikan persepsinya mengenai masyarakat sebagai berikut : “Aku dewe dadi punker ngeneki awale yo disengeni mbokku mas tapi aku nekat, lha pie mas jeneng uwong
wis ngefans karo Tendangan Badut. Lagu-lagune ki keren mas tur
fashione sing dienggo personile karo band-band liyane ki rebel banget ngunu lhu mas. Tapi suwe-suwe aku yo ditokne wae karo keluargaku karo tonggo-tonggoku yoan soale wis podo bosen ngelekne aku, aku yo orang ngerti nganti kapan sing genah aku wis bacut nyaman ning kene karo dulur-dulur punker liyane, yo gur ning kene mas aku entuk kebebasan”. (W/MD/16/05/12). ( Aku sendiri menjadi punker seperti sekarang ini sebenarnya dimarahi ibu tapi saya nekat, lha bagaimana lagi mas namanya saja sudah nge-fans dengan Tendangan Badut (Band punk asal solo). Lagu-lagunya itu keren banget mas selain itu pakaian yang dikenakan para personilnya dan band-band lainya benar-benar pemberontakan. Tapi keluarga dan tetangga saya lama-kelamaan membiarkan saya menjadi punker, mungkin mereka merasa sudah bosan menasehati saya. Saya tidak tahu sampai kapan saya akan seperti ini tapi saya sudah terlanjur nyaman disini bersama anak-anak punk lainya dan disini saya dapat merasakan kebebasan).
d. Persepsi pemerintah setempat terhadap keberadaan anak punk Pemerintah setempat yang dimaksud adalah lembaga pemerintahan yang ada di kelurahan Bekonang, kecamatan Mojolaban, kabupaten Sukoharjo. JT Selaku kepala desa di kelurahan Bekonang memberikan persepsinya mengenai keberadaan anak punk di bekonang: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100 digilib.uns.ac.id
“Saya tidak bisa membenarkan atau pun menyalahkan anak punk, karena saya tidak tahu problema anak punk. Menurut saya yang salah dari anak punk itu hanya penampilan mereka yang urak-urakan dan dalam Islam tidak dibenarkan berpakaian seperti itu. Islam mengajarkan berpakaian bersih dan rapi. Tidak semua anak punk itu jahat, bahkan yang bukan anak punk pun banyak yang jahat. Permasalahan pertama yang perlu kita perhatikan dalam permasalah anak punk itu adalah pola didikan orang tua, sudah benar belum? Arah kita mendidik anak itu sudah benar tidak? Pola didikannya mengikuti zaman. Di era globlalisasi ini, bagaimana cara kita memberikan didikan untuk anak-anak yang diharapkan dalam islam. Pendidikan dari rumah itu pondasi paling kuat. Karena jika kita mengelola pendidikan yang baik terhadap anak di rumah, maka di luarrumah pun anak akan menjadi baik. Jangan selalu kita menyalahkan anak. Karena yang mennasranikandanmen-yahudikananakadalah orang tua. Saya selaku orang yang paling bertanggung jawab atas permasalahan yang terjadi di desa ini sebenarnya merasa kecewa akan permasalahan yang tidak kunjung selesai ini, banyak laporan dari warga tentang ketidaknyamanan mereka dengan keberadaan anak punk. Mengenai permasalahan seperti ini kita memang bersinergi dengan polsek mojolaban untuk segera mengambil tindakan yang lebih tegas”.(W/JT/17/05/12). Sedangkan bapak PRK selaku ketua RT di dusun Sentul mengaku sudah mencoba memberikan tindakan-tindakan yang bersifat normatif kepada anak-anak punk, beliau memberikan persepsinya sebagai berikut : “ Saya sudah tidak kaget lagi dengan keberadaan mereka karena setiap hari saya menemui mereka lewat di depan rumah saya sambil bercanda dengan nada yang keras sehingga membuat suasana menjadi gaduh, menurut saya, gaya berpakaian dan perilaku mereka yang seperti orang sakit jiwa itu tidaklah enak dilihat apalagi terkadang mengganggu waktu istirahat warga di tengah malam saat mereka mabuk dan teriak-teriak. Saya sudah coba mengingatkan mereka mas, dengan memberikan teguran dan nasehat kepada mereka, akan tetapi dalam beberapa hari setelah saya memberikan teguran, mereka melakukanya lagi, saya merasa sangat jengkel dengan keberadaan mereka.” (W/PRK/18/05/12). Dari apa yang diungkapkan informan diatas dapat commit to user dipahami bahwa pemerintah menyoroti pola pendidikan keluarga punker,
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
menurutnya penanaman norma agama sejak kecil merupakan cara paling efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial yang dilakukan oleh para remaja anggota komunitas punk SPBR. Selama ini pemerintah dalam tingkat RT sudah mencoba memberian teguran yang masih bersifat normatif. Kemudian mengenai tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah desa akan mengambil langkah yang lebih tegas.
2.
Hubungan Perilaku Anak Punk Kaitannya Dengan Norma Yang Berlaku Di Masyarakat. Perilaku anak punk Bekonang cenderung dianggap menyimpang dari
norma yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat terkadang hanya melihat dari penampakan luar atau dari kulitnya saja tanpa ingin memahami tentang apa yang ada di dalam punk itu sendiri. Hal demikian bisa dimaklumi karena perilaku yang selama ini ditunjukkan oleh anak punk adalah yang negatif saja, seperti aktivitas mabuk-mabukan di tempat nongkrong, membuat keributan dengan berteriak-teriak di malam hari, dan berbagai sifatnya yang mengganggu ketenangan umum. Norma yang ada di dalam masyarakat dibuat dengan tujuan untuk mengatur segala tingkah laku warganya agar tidak menyimpang dan sesuai dengan harapan masyarakat. Terkait dengan norma yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku maka dibawah ini akan dipaparkan mengenai hubungan antara perilaku anak punk terkait dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat pada umumnya. Di dalam pembahasan sebelumnya telah peneliti sajikan beberapa aktivitas anak punk SPBR yang biasa dilakukan di scene. Beberapa di antaranya berupa aktivitas berkumpul bersama di komunits, mabuk-mabukan, latihan band di studio musik serta penyelenggaraan pertunjukan musik punk. Beberapa aktivitas punk tersebut mendapat sorotan dari masyarakat khususnya perilaku yang dianggap menyimpang. Untuk dikaji apakah perilaku yang ditunjukkan anak punk menyimpang dari norma dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang commit to user berbeda, yaitu dari sudut pandang masyarakat sebagai pihak yang merasa
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
terganggu dengan aktivitas punk, dari kaca mata norma yang berlaku yang tidak boleh diabaikan adalah melihat dari sudut pandang pelakunya sendiri yaitu anak punk.
a. Sudut pandang masyarakat. Dari sudut pandang masyarakat umum menganggap perilaku yang ditunjukkan anak punk dapat mengganggu kete ntraman dan kenyamanan masyarakat sekitar komunitas punk. Seperti diungkapkan oleh HDK sebagai mahasiswa ia mengkritik tajam atas perilaku anak punk : “, kalau boleh saya bilang, mereka tidak bisa hidup berdampingan dengan masyarakat dengan ideologi mereka yang seperti itu. Dan selamanya akan menjadi hal yang tabu, perusak ketertiban dan musuh masyarakat”. (P/HDK/02/05/12). Lain halnya yang diungkapkan oleh FRD yang menganggap bahwa keberadaan komunitas punk tidak begitu membahayakan bagi masyarakat. Berikut penuturan FRD : “saya menilai bahwa hal ini tidak akan berlangsung lama apalagi yang tergabung dalam komunitas ini adalah para remaja yang secara psikis masih labil dan masih dapat berubah setiap saat dan apa yang mereka anggap sebagai ideologi itu lamakelamaan akan melunak karena mereka semakin dewasa akan semakin matang cara pikirnya dan saya optimis mereka satu per satu akan meninggalkanya”. (P/FRD/03/05/12). Dari penuturan FRD, dapat dapat dikatakan bahwa keberadaan komunitas punk tidak begitu membahayakan bagi masyarakat karena secara psikologis, mereka masih labil dan gampang menerima pengaruh dari siapa dan kapan saja tergantung perkembangan jaman dan trend kebudayaan yang berlaku. Sedangkan TN sebagai seorang pemilik studio musik dan studio recording di Sukoharjo yang juga mempunyai teman yang menyukai musik punk juga berusaha memberikan persepsinya terhadap komunitas SPBR sebagai berikut : “saya sebagai insan musik juga memahami isi lirik dalam lagu-lagu mereka sebenarnya sebagian mengandung nilai-nilai moral dan menyerukan perdamaian dan kesetaraan, ya paling tidak saya dapat menemukan sisi positif dari ideologi punk dari salah satu band punk rock dari Bali yang sangat saya sukai yaitu user dijadikan contoh bagi band-band Superman Is Dead, menurut sayacommit merekatolayak
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
punk lain yang notabenenya dari band-band punk itulah yang mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk moralitas komunitas punk. Kalau saya lihat dari fashionnya komunitas punk di Bekonang itu termasuk street punk, dan pengaruh band-band street punk yang saya ketahui yaitu lebih cenderung sisi negatif daripada sisi positifnya. Seperti pada komunitas street punk pada umumnya mereka bertindak kurang memperhatikan norma yang ada di masyarakat, tanpa mempedulikanya mereka bertindak terlalu cuek, terserah diri mereka sendiri, mereka tidak peduli apa kata orang lain”(P/TN/05/05/12). Menurut pendapat TN tersebut dapat dipahami bahwa ia menemukan sisi positif dari punk yaitu lewat musik dengan lirik-lirik yang mengandung nilai-nilai moral. Walaupun beberapa jenis aliran musik punk yang lain tetap saja cenderung negatif. Berbeda lagi dengan SR, informan yang merupakan pemilik warung kelontong yang berada di dekat markas dari komunitas punk SPBR. Ia mengatakan : ”saya tidak paham tentang apa itu punk, menurut saya punk itu sama saja dengan preman. Ya asalkan mereka dapat hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar bagi saya tidak masalah”.(W/SR/10/05/12). Dari apa yang diungkapkan SR tersebut dapat dikatakan bahwa ia bersikap acuh dan ia sudah terbiasa dengan keberadaan komunitas punk SPBR yang tinggal di daerahnya tersebut. Walaupun tidak semua lapisan masyarakat merasakan terganggu secara langsung dengan keberadaan punk yang suka berkumpul sehingga menimbulkan kegaduhan tetapi sebagian masyarakat yang merasa terganggu dapat bereaksi dengan keberadaan punk di lingkungan sekitar mereka, misalnya menegur secara langsung yang dirasa telah menganggu ketenangan masyarakat. Hal ini pernah peneliti lihat saat anak punk SPBR sedang berkumpul di markasnya. Saat itu mereka sedang berkumpul bersama untuk membicarakan peenyelenggaraan acara musik punk “Rise to fight” yang akan diadakan dalam waktu dekat, dalam acara musik ini peneliti juga berperan sebagai band bintang tamu yang akan mengisi acara tersebut. Saat itu anak punk yang berkumpul cukup banyak ditambah lagi dengan kedatangan anak-anak punk dari sukoharjo dan karanganyar yang to user kegaduhan apalagi sebagian dari memadati lantai bawah sehingga commit menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
mereka membawa ciu dan minum bersama. Kemudian ada salah seorang warga yang secara langsung menegur bahwa aktifitas mereka telah mengganggu ketenangan warga yang sedang melakukan ibadah di masjid yang terletak tidak jauh dari markas mereka. Saat itu memang bertepatan dengan waktu sholat jum’at, jadi banyak warga yang pergi ke masjid dan merasa terganggu mendengar kegaduhan yang dilakukan anak-anak punk yang sedang berkumpul di markas mereka yang letaknya tidak jauh dari masjid. Dari kejadian ini dapat dikatakan bahwa aktivitas punk yang suka kumpul-kumpul bersama dan menimbulkan kegaduhan telah mengganggu masyarakat yang ada di sekitarnya. Dari berbagai pendapat masyarakat diatas dapat disimpulkan pada dasarnya mayoritas masyarakat menganggap perilaku anak punk cenderung negatif dan menyimpang dari norma dan dapat mengganggu masyarakat umum walaupun tidak semua masyarakat merasa terganggu secara langsung dengan keberadaan anak punk.
b. Sudut Pandang Norma Norma yang dibuat oleh masyarakat untuk mengatur perilaku warganya agar sesuai dengan aturan-aturan yang disepakati oleh masyarakat umum. Dengan kata lain bahwa norma merupakan aturan baku yang menyangkut perilaku masyarakat. Keberaadaan norma di masyarakat dinilai memaksa individu atau suatu kelompok tertentu agar bertindak sesuai aturan sosial yang disepakati secara umum. Siapa yang melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku dapat dikenakan sanksi dan hukuman. Dalam kajian mengenai perilaku anak punk sebagai subkultur dan juga mempunyai aturan sendiri yang cenderung bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat, peneliti akan memaparkan perilaku anak punk kaitanya dengan norma masyarakat. Perilaku anak punk juga dapat dilihat dari model pakaian yang dikenakan, musik yang mereka usung serta aktivitas yang biasa dilakukan di komunitas. Salah seorang Sarjana Hukum yang berinisial SLH melihat perilaku anak punk dari ketiga hal tersebut. SLH mempunyai pandangan terhadap punk sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
berikut: “Menurut saya anak-anak punk ini adalah suatu ciri mode yang ditiru oleh anak-anak muda. Padahal menurut saya hal itu tidak sesuai dengan kepribadia bangsa. Biasanya dengan rambut yang ditegakkan keatas, pakai anting, pakai pakaian kumal. Namun saya pribadi juga tidak menyalahkan dan membenarkan mereka, karena hal ini menyangkut HAM, pada sekitar akhir tahun 2011 lalu kehadiran anak-anak punk di Aceh yang kemudian ditangkap dan dibina oleh kepolisiandi SPN Seulawah, membuat Aceh menjadi sorotan masyarakat dunia. Banyak pihak yang mendukung terhadap tindakan pemkot lewat aparatur satpol PP dan Polisi Syariah dan pembinaan yang dilakukan polisi terhadap anak punk tersebut. Namun, tidak sedikit pula kalangan yang mengkritik perlakuan dan tindakan itu, dari berbagi sudut pandang, hokum, HAM dan lainnya. Pemerintah telah memberikan perlindungan HAM yang diatur dalam Pasal 28 A-28 J Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, UndangUndang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik sedangkanuntuk penegakannya diatur dalam UndangUndang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Sedangkan perilaku anak punk yang dilakukan di komunitas menurut SLH mengungkapkan: “kalau perilaku mereka melanggar hukum saya katakan tidak. Yang saya maksud penyimpangan itu adalah penyimpangan yang menjadi masalah sosial. Melanggar hukum kalau mereka menyalahi hukum, contohnya mencuri atau mengambil hak milik orang lain. Tetapi mereka kan tidak melakukan itu? jadi belum termasuk melanggar hukum”. (W/SLH/20/05/12). Dari pernyataan yang disampaikan SLH tersebut dapat dipahami bahwa secara hukum perilaku anak punk bukanlah suatu tindakan yang menyalahi hukum, merupakan perilaku yang menyimpang dari norma sosial. Dikatakan menyimpang dari norma sosial karena perilaku anak punk mengganggu ketertiban dan ketenangan masyarakat terutama masyarakat yang berada di sekitar tempat anak punk berkumpul. Penyimpangan sosial tersebut antara lain terlihat dari aktivitas yang mereka lakukan di dalam commit to user komunitas, seperti perilaku mabuk-mabukan, membuat kotor lingkungan sekitar,
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkumpul di pinggir jalan dan berteriak-teriak di malam hari. Menurut SLH tindakan yang dilakukan anak punk termasuk dalam kategori TIPIRING (Tindakan Pidana Ringan) dengan sanksi tahanan maksimal 3 bulan. Walaupun penahanan dilakukan untuk memberi efek jera namun hal tersebut tidak berlaku bagi RZ karena ia sering berurusan dengan kepolisian. Berikut penuturanya: “aku pernah kenek razia ping piro ya?raiso dietung nganggo driji, ngasi polisine wis jeleh nyawang raiku karo konco-koncoku. Po yo memper to mas cah-cah ki malah seneng yen ditangkep, masalahe do kopen ning kono entuk jatah mangan, sedino mangane iso ping telu, ora sah golek duit nggo tuku
mangan,
entuk
jatah
rokok
sisan,
ning
kono
luwih
penak
jare”.(W/RZ/16/05/12). ( Aku pernah terkena razia berapa kali ya? Tidak bisa dihitung dengan jari, sampai polisinya bosan melihat wajahku dan teman-teman. Teman-teman justru suka kalau di tangkap, masalahnya pada terjamin disana mendapatjatah makan, sehari makan bisa tiga kali sehari, tidak perlu mencari uang untuk makan, juga dapat jatah rokok, disana lebih enak katanya) Berdasarkan informasi dari beberapa informan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku anak punk cenderung mengarah ke penyimpangan sosial karena dapat mengganggu ketenangan dan ketertiban masyarakat umum. Oleh sebab itu pihak kepolisian terkadang melakukan operasi penertiban terhadap anak pun dan melakukan penahanan terhadap anak punk yang ikut menjaring selama operasi dilakukan. c. Sudut Pandang Anak Punk Sebagai Pelaku Anak punk yang mayoritas adalah remaja merupakan generasi penerus bangsa yang harus dibina dengan baik untuk melanjutkan pembangunan. Anak punk sendiri juga harus diletakkan pada posisi subjek dalam pembangunan bukan sebagai objek saja. Sebagai subjek, anak punk tentu memiliki tentang perilaku mereka yang cenderung menyimpang dari norma masyarakat sebab punk sebagai subkultur di dalamnya terdapat norma yang hanya berlaku bagi komunitas punk sendiri. Norma yang berlaku di punk tentu berbeda dengan norma yang disepakati dan berlaku di dalam masyarakatcommit luas, komunitas SPBR terbentuk karena anak to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
punk ingin mempunyai wadah yang dapat menjadi tempat dimana mereka dapat berkreasi tanpa ada aturan yang mengekang kebebasan dalam berperilaku, mereka mulai menciptakan aturan kelompok dengan menciptakan subkultur tersendiri saat komunitas itu terbentu dan mereka mulai menjalin komunikasi dengan komunitas lain diluar kota sampai akhirnya keberadaan punk mulai diakui eksistensinya oleh masyarakat luas. Terkait dengan perilaku anak punk yang menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat mempunyai stereotipe negatif terhadap punk, TGR sebagai punker menyikapinya sebagai sesuatu yang wajar karena ia menyadari bahwa perilaku yang selama ini terlihat di masyarakat adalah hal-hal yang dinilai negatif. Berikut penuturanya: "yang namanya masyarakat itu kan pasti ada aturan, entah itu aturan sekecil apapun dan tidak tertulis. Aturan itu adalah hal yang telah disepakati oleh masyarakat tertentu, Ya mungkin masyarakat lain tidak mengakui tapi di masyarakat tertentu aturan tersebut diakui dan sangat mengikat. Peraturan kami sebagai anak punk berbeda dengan masyarakat luar. Misalnya masyarakat umum mewakili negara dengan aparat hukumnya. Kemudian anank punk dianggap melakukan sesuatu yang melanggar hukum, sehingga mengakibatkan masyarakat punk sebagai sesuatu yang buruk, sesuatu yang harus dihilangkan. Aparat kan punya otoritas, mereka bisa memaksakan kehendaknya, memaksakan tujuanya untuk mecekal budaya kami. Saya sebagai anak punk menganggap hal seperti itu sebagai sesuatu yang wajar, wong yang menghadapi saya sendiri, toh saya tidak meminta uang pada mereka, ya menurut masyarakat umum, masyatrakat awam kita meyimpang. Tapi menurut kami, kami mempunyai budaya sendiri. Masyarakat terserah mau bilang kita menyimpang tapi yang jelas ini budaya kami”(W/TGR/15/05/12). RZ mengungkapkan bahwa perilaku punk yang dinilai negatif oleh masyarakat disebabkan karena perilaku mabuk yang sudah biasa terjadi di komunitas apalagi komunitas SPBR sering nongkrong di jalan raya depan pasar Bekonang sehingga mudah terlihat oleh masyarakat yang melintas di jalan, maka tidak heran apabila masyarakat memberikan label ‘tukang mabuk’ dan pembuat commit to user RZ: “Masyarakat menilaine kan onar pada komunitas SPBR berikut penuturan
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
luwih condong ke sisi negatif misale mabuk-mabukan, yo kene ora mungkir emang punk pancen ngono kuwi, tapi kan anggepane kene kuwi kan ora tindakan kriminal. Tapi yen aku nyawang cah enom kene sing do kompul-kumpul akeh sing do ngombe ciu” (W/RZ/16/05/12). (Masyarakat kan menilai lebih condong ke sisi negatif misalnya mabuk-mabukan, ya kita tidak memungkiri kalau punk memang seperti itu, tetapi kan menurut kamu hal itu bukan merupakan tindakan kriminal. Tapi sekarang kalau saya lihat anak muda di sini kalau berkumpul pasti minum ciu juga). Berdasarkan pendapat dari beberapa punker diatas dapat disimpulkan bahwa sebagai sebuah subkultur, punk memiliki norma yang cenderung menyimpang dari kebudayaan dominan. Punker di komunitas SPBR juga menyadari bahwa perilaku mereka telah menyimpang dari norma sosial masyarakat, akan tetapi penyimpangan tersebut bagi komunitas punk merupakan wujud sikap penentangan mereka terhadap hal-hal yang dianggap tabu oleh masyarakat menjadi hal yang wajar dan alami dalam subkultur punk. Masyarakat telah memberikan label kepada punk sebagai komunitas yang menyimpang dari norma sosial karena perilaku mereka yang dianggap tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 1. Analisis Perilaku Komunitas Street Punk Bekonang Riot Berdasarkan Deskripsi hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di lapangan terhadap komunitas punk SPBR dapat disimpulkan temuan data di lapangan adalah sebagai berikut : a. Punk sebagai subkultur Subkultur dapat diartikan sebagai kebudayaan yang menyimpang dari kebudayaan induk. Menurut Fitrah Hamdani dalam Zaelani Tammaka (2007:164) “Subkultur’’ merupakan gejala budaya dalam masyarakat industri maju yang commit to user umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolis di ekspresikan
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam bentuk pencipta gaya dan bukan hanya merupakan penentang terhadap hegemoni atau jalan keluar dari suatu ketegangan sosial. Subkultur lebih jauh menjadi bagian dari ruang bagi penganutnya untuk memberikan otonomi dalam suatu tatanan sosial masyarakat industri yang semakin kaku dan kabur. Sebagai sebuah subkultur anak punk SPBR diwujudkan dalam bentuk gaya hidup resistensi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perlawanan terhadap budaya mainstream atau budaya induk yang ada di dalam masyarakat. Yang bertujuan untuk membedakan diri, menunjukkan perilaku yang berlandaskan perlawanan dengan arus budaya dominan. Dengan demikian berarti gaya hidup’resistensi’ punk hanya berlaku bagi subkultur punk itu sendiri. Hal ini juga tampak pada perilaku komunitas punk SPBR yang acuh tak acuh terhadap budaya dominan sehingga perilaku yang ditunjukkan komunitas SPBR hanya dapat dipahami oleh anggotanya. Masyarakat luar belum tentu mampu memahami gaya hidup komunitas SPBR karena budaya masyarakat luar berbeda dengan budaya yang berlaku di komunitas punk. Dick Hebdige dari Brimingham School British cultural dalam bukunya Asal Usul Dan Ideologi Subkultur Punk
menggambarkan punk merupakan
subkultur pemuda yang berasal dari kelas pekerja sebagai tanggapan atas kehadiran komunitas kulit hitam yang ada di inggris, hal ini terlepas dari sejarah hidup sosial dan ekonomi inggris, identitas rasial di inggris, politik dan budaya di inggris. Sebagai subkultur, Dick Hebdige (1999:192) menggambarkan punk masa kini telah menghadapi dua bentuk perubahan yaitu : 1) Bentuk komoditas Dalam segi ini, atribut dan assesoris yang dipakai oleh subkultur punk telah di manfaatkan oleh industri sebagai barang dagangan yang di distribusikan kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Atribut dan assesoris punk yang dulu dipakai oleh anak punk yang digunakan sebagai simbol identitas, kini dapat diperoleh dengan mudah
di toko-toko jalanan yang menjual
assesoris punk dan dikonsumsi secara umum. 2) Bentuk Ideologis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
Dari segi ideologis, punk merupakan ideologi yang mencangkup aspek sosial dan politik. Ideologi mereka dulu sering dikaitkan dengan perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak punk. Berbagai perilaku anak punk yang menyimpang telah didokumentasikan dalam media massa, sehingga membuat identitas punk dibalik aksesoris yang melekat di tubuhnya dipandang sebagai seorang yang berbahaya dan berandalan. Punk sebagai subkultur telah membentuk bangunan budaya baru yang berbeda dengan budaya’ mainstream’ yang dianut oleh kaum muda sejak awal kemunculanya di inggris hingga perkembanganya sampai sekarang. Nilai-nilai yang menjadi substansi punk sebagai subkultur tetap diyakini oleh anggotanya . walaupun punk telah berganti generasi, tetapi sebagai sebuah subkultur, nilai-nilai dan eksistensi punk masih dipertahankan hingga sekarang. Jadi dapatlah dianalisis bentuk komoditas punk dan bentuk ideologis punk memang baik bagi komunitas punk itu sendiri, dengan menggunakan atribut dan aksesoris komunitas punk merasa bangga dapat menciptakan budaya yang berbeda dari budaya induk yang merupakan budaya baru. Dalam bentuk ideologis adalah bentuk sosial dan politik yang dilakukan oleh komunitas punk sebagai perilaku yang menyimpang karena komunitas punk melakukan perilaku budaya yang bertentangan dan melawan budaya kemapanan bahkan dapat menimbulkan anarkisme serta keberandalan yang dapat membahayakan kehidupan masyarakat. Baik bentuk komunitas punk dan bentuk ideologis tidak dapat diterima oleh masyarakat pada umumnya, karena cara menggunakan aksesoris dan atribut serta perilaku ideologisnya menunjukkan perilaku keberandalan yang melawan arus keadaban dan keberadaban kehidupan masyarakat yang bermartabat. b. Punk Sebagai Budaya Tandingan (Counter Culture) Subkultur merupakan bagian dari kebudayaan dominan yang dianut oleh sebagian tertentu dari masyarakat pendukung kebudayaan dominan atau mainstream. Subkultur tersebut bisa saja sesuai dengan budaya dominan, atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai budaya dominan dan menjadi budaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
tadingan. Pengertian punk sebagai Counter Culture terhadap budaya mainstream dikemmukakan oleh Craig O Hara dalam Philosophy of punk( Thya Keep Punk Live www.pikiranrakyat.com) Menyebutkan tiga definisi punk yaitu : 1. Punk sebagai trend remaja dalam fashion dan musik Punk memang lebih dikenal dari fashion dan musik (kecuali dari Negara asal punk) seperti yang dikemukakan oleh Rouse dalam Macolm Bannard (1996 : 185) Punk muncul dan sikembangkan sebagai suatu reaksi atas komersialisasi besar-besaran atas musik dan fashion bagi kaum muda. Dalam fashion segala atribut dan assesoris punk telah diadopsi oleh kaum muda sebagai trend. Contohnya fashion punk yang identik dengan jaket kulit dan celana jeans ketat dan lusuh, sepatu boots, memakai rantai dan spike, serta gaya rambut Mohawk ala suku Indian yang dicat dengan warna-warna terang. Seperti yang dapat terlihat pada komunitas punk SPBR yang mempunyai ciri-ciri seperti diatas sebagai imitasi terhadap fashion pendahulunya di inggris.Punk juga dikenal sebagai musik pemberontakan. Jenis music komuniotas underground ini adalah turunan dari musik rock. Melalui musik turunan rock yang bertempo tinggi mereka meluapkan kemarahan terhadap kapitalisme, militerisme, fasisme dan rasisme yang dianggap sebagai tindak penindasan. Pada komunitas SPBR terdapat beberapa band, salah satunya yaitu “Ublug Uthug”,seperti band-band punk street pada umumnya mereka berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagulagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun terkadangkasar, beat yang cepat dan menghentak. 2. Punk sebagai keberanian memberontak dan melakukan perubahan. Apa yang dianggap kotor oleh masyarakat, maka oleh punk diaanggap sebagai sesuatu yang baik dan layak.seperti yang dikatakan Dick Hebdige (1999:212) Obyek-obyek yang kotor mendapat tempat dalam ensambel punk. Seperti peniti yang dikeluarkan dari konteks “utilitas” domestiknya dan menjadi ornament menggerikan di sekitar pipi, kuping, hidung, lidah dan lain-lain. Sebagian punk memakai rantai, anting-anting gembok, sepatu boots dan sepatu militer sebagai perlawanan terhadap kebudayaan kemapanan yang sudah ada. commit user Kemuculan punk merupakan suatu bentuktoresistensi budaya yang sudah mapan di
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
inggris. Punk berusaha menentang budaya mainstream yang dikuasai borjuis dan melawan segala bentuk kapitalisme. Apa yang dianggap kotor oleh masyarakat, maka oleh punk diaanggap sebagai sesuatu yang baik dan layak.seperti yang dikatakan Dick Hebdige (1999:212) Obyek-obyek yang kotor mendapat tempat dalam ensambel punk. Seperti peniti yang dikeluarkan dari konteks “utilitas” domestiknya dan menjadi ornament menggerikan di sekitar pipi, kuping, hidung, lidah dan lain-lain. Sebagian punk memakai rantai, anting-anting gembok, sepatu boots dan sepatu militer sebagai perlawanan terhadap kebudayaan. Seperti yang diungkapkan oleh RZ,TGR dan MD menganggap bahwa perilaku mereka yang dianggap kotor oleh masyarakat merupakan sesuatu yang mereka pilih, maksudnya ialah suatu pilihan hidup yang harus dijalani dengan berperilaku sesuai ideologi punk yang sangat di junjung tinggi di komunitas, mereka tidak memperdulikan anggapan masyarakat tentang diri mereka. 3. Punk sebagai bentuk pelawanan yang hebat karena menciptakan musik, gaya hidup, dan kebudayaan sendiri Punk telah menciptakan kebudayaan sendiri dengan membentuk bnagunan budaya baru atau subkultur bagi para pemuda. Budaya yang dicitakan oleh punk adalah budaya yang melawan budaya mainstream. Sebagai budaya resistensi, punk cenderung disebut sebagai counter culture terhadap budaya mainstream. Budaya mainstream disini adalah budaya yang merupakan budaya dominan yang disepakati oleh umum baik dalam hal fashion, musik, gaya hidup maupun perilaku. Budaya punk hanya berlaku bagi komunitasnya sendiri. Punk tidak menyukai apabila ada orang yang dari luar komunitas dengan sengaja meniru atau mengenakan atribut dan assesoris identitas punk. Apabila atribut dan gaya hidup punk telah disamai atau di imitasi oleh masyarakat umum, maka punk akan berusaha mencari kebudayaan baru yang lain agar terlihat berbeda dengan budaya yang sudah ada. Contohnya dalam bidang musik dalam komunitas SPBR terdapat beberapa band punk yang yang dibentuk oleh masing-masing anggotanya, commit to user misalnya Jembatan Setan, One Step Forward, dan Uthug Ublug.
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
Mereka adalah band punk yang menjalankan ideologi punk dengan semangat D.I.Y (Do It Yourself). Maksud dari semangat DIY adalah tetap konsisten di jalur indie label dalam membuat rekaman album. Band punk di komunitas SPBR menolak bekerja sama dengan perusahaan major label karena dianggap sebagai salah satu mesin kapitalis yang hanya akan mengeruk keuntungan dari band mereka. Sebagai band yang beraliran punk tentunya ada keinginan dari mereka untuk bisa terkenal seperti band-band punk lain yang sudah masuk major label seperti Green Day, Superman Is Dead atau Sex Pistol yang pernah bekerja sama dengan EMI MUSIK sebagai major label multinasional yang sangat kuat. Walaupun demikian band punk di komunitas SPBR lebih memilih terkenal dengan cara mereka sendiri dengan usaha dan kerja keras. Selain itu contoh penerapan DIY adalah penyelenggaraan konser musik punk yang tercatat sudah beberapa kali dilaksanakan oleh komunitas SPBR. Konser musik punk bisa dikatakan sebagai konser musik underground yang DIY karena dana untuk konser sepenuhnya diperoleh dari anak punk serta band peserta yang mengisi pertunjukan tanpa ada sponsor utama yang mendukung seperti acara-acara konser musik besar seperti konser girlband Cherrybelle atau 7 icon. Mulai dari pengumpulan dana sampai konser punk terselenggara semua kegiatan dilakukan oleh komunitas SPBR tanpa motif untuk mencari keuntungan. Konser musik punk dilaksanakan untuk mejalin kebersamaan dan solidaritas antar sesama punker baik dari sesama anggota komunitas SPBR maupun dengan komunitas lain dari luar daerah. Walaupun perilaku komunitas SPBR ditujukan untuk menentang budaya kapitalis, tetapi apabila dikaji lebih mendalam ternyata dibalik sikap mereka yang anti kapitalisme ternyata perilaku tersebut tidak mencerminkan sepenuhnya anti dengan kapitalisme. TGR dan MD yang keduanya masih berstatus sebagai mahasiswa dalam keseharianya memandang bahwa terkadang kapitalisme masih dibutuhkan sebab mereka menyadari dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak dapat lepas dengan apa yang dinamakan kapitalisme. Dalam berpakaian pun mereka tidak memungkiri kalau pakaian seperti celana jeans, sepatu boots dan minuman yang mereka konsumsi sehari-hari merupakan produk kapitalis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
114 digilib.uns.ac.id
c. Punk Sebagai Gaya Hidup ( Life Style) 1) Gaya Hidup Sebagai Proyek Refleksif Selain pengertian yang telah disebutkan di atas, punk juga dapat dikatakan sebagai suatu gaya hidup di kalangan remaja. David Chaney (1996:13-14) menyebutkan bahwa gaya hidup merupakan proyek refleksif dan menggunakan fasilitas konsumen secara kreatif. Beliau mengatakan : Perkembangan gaya hidup dan perubahan structural modernitas saling terhubung melalui revlektivitas institusional: karena keterbukaan (openness) kehidupan sosial masa kini, pluralitas, konteks tindakan dan aneka ragam otoritas, pilihan gaya hidup menjadi sangat penting dalam penyusunan identitas diri dan aktivitas keseharian. Hal ini sependapat dengan Anthony Giddens (2002:61). Bahwa di dalam post tradisional (modernitas), Giddens melihat diri ( the self) menjadi suatu proyek refleksif. Obyek, sikap dan gaya tertentu secara khusus menjadi signifikan sebagai ikon gaya hidup. Berpedoman pada filsafat Rene Descrates (1596-1650) yang terkenal dengan ungkapanya “Cogito, ergo sum” : Aku berfikir maka aku ada” Ungkapan ini di derived oleh David Chaney menjadi “kamu bergaya maka kamu ada”. Menurut Chaney, industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Oleh karena itu penampakan luar menjadi salah satu situs yang penting bagi gaya hidup. “Kamu bergaya maka kamu ada” mungkin adalah ungkapan yang cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia akan gaya. David Chaney (1996:16) mengatakan : Disinilah gaya mulai menjadi modus keberadaan manusia modern : kamu bergaya maka kamu ada! Kalau kamu tidak bergaya, maka bersiap-siaplah dianggap tidak ada :diremehkan, diacuhkan, diabaikan atau mungkin dilecehkan. Itulah sebabnya orang sekarang perlu bersolek atau berias diri, jadilah kita seperti masyarakat pesolek (dandy society). Dengan demikian, pakaian dan gaya rambut sudah menjadi kebutuhan commit to user akan gaya hidup seseorang yang terus akan terus berusaha menampilkan citra diri
perpustakaan.uns.ac.id
115 digilib.uns.ac.id
lewat penampilan. Tubuh dan penampilan sehari-hari telah menjadi proyek penyemaian gaya hidup. Segala aksesoris yang dipakai oleh anak punk di komunitas SPBR berfungsi sebagai penanda atau identitas bagi punker yang membedakan dengan komunitas lain. Walaupun tidak semua anggota SPBR berpenampilan punk setiap hari, tetapi pada saat ada acara tertentu seperti konser musik punk biasanya mereka akan lebih ekspresif dalam hal pakaian untuk menunjukkan identitas komunitas punk. Dengan kata lain bahwa seorang individu dapat dikatakan punker karena pakaian yang dikenakan. Seperti yang diungkapkan Macolm Bennard (1996;45) bahwa pakaianlah yang membuat individu sebagai anggota dalam kelompok atau komunitas tertentu. Akan tetapi dalam realita sekarang ternyata fashion punk bukan lagi milik budaya punk semata. Remaja yang merupakan buan anggota komunitas punk mulai mengadopsi fashion punk untuk mengikuti trend yang sedang digemari. Bukan anak muda yang sering datang ke mall saja yang memakai fashion punk, akan tetapi mahasiswa juga banyak yang berpenampilan punk. Mereka mengadopsi fashion punk tidak secara keseluruhan akan tetapi hanya sebagian saja. Misalnya hanya memakai gelang spike sebagai aksesoris untuk bergaul atau memakai celana jeans yang ketat saja. Bahkan beberapa artis juga dengan sengaja mengenakan fashion punk dalam setiap penampilan mereka di layar kaca. Seperti Vicky Nitinegoro dan Vino G Bastian. Peran artis sangat besar dalam menyebarkan fashion punk, sebab mereka menjadi trend setter yang akan diikuti penonton. Hal tersebut diatas membuat anak punk SPBR tidak suka terhadap remaja lain yang bukan punk tetapi mereka sengaja mengimitasi fashion punk hanyauntuk bergaya saja. Berdasarkan pernyataan dari TGR dan MD sebenarnya berpakaian adalah hak setiap orang tetapi kalau fashion punk ditiru orang lain untuk makna yang tidak jelas sehingga memperburuk identitas punk hal itu tidak bisa mereka terima. Dibalik perkembangan punk sebagai trend fashion di kalangan remaja tentu ada satu pihak yang bertanggung jawab dalam penyebaran fashion punk, yaitu industri. Barang-barang yang dihasilkan dari kultur punk commit to user barang komoditas yang akan dimanfaatkan oleh pihak tertentu sebagai
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendatangkan keuntungan yang besar merupakan suatu ironi bagi kultur punk. Dapat diakatakan bahwa kultur punk sebagai counter culture yang dalam pergerakannya ingin melawan budaya mainstream itu sendiri yang kemudian diadopsi oleh remaja lain sebagai trend. Hal ini sesuai dengan teori Dick Hebdige (1999;192) tentang pengadopsian gaya punk oleh industrri sehingga mengakibatan seluruh atribut dan aksesoris punk yang dulu berfungsi sebagai simbol identitas punk sekarang dikonsumsi oleh umum. Industri mengambil barang-barang dari kultur punk sebagai komoditas untuk mencari keuntungan besar. 2) Punk sebagai Gaya Hidup “Resistensi” Audifax dalam Alfahriaddin
(2006:122) Mengkategorikan kelompok
punk sebagai salah satu gaya hidup alternatif, punk bertujuan untuk membedakan diri, menunjukan perilaku yang berlandaskan perlawanan terhadap budaya mainstream. Contoh perlawanan yang dilakukan oleh punk terhadap budaya mainstream antara lain punk menentang gaya potongan rambut yang biasa disebut Mohawk. Mohawk adalah potongan rambut yang dibuat seperti bulut engkuk kuda yang dibuat berdiri. Perlawanan punk juga terlihat dari pakaian yang dikenakan. Punk mengenakan pakaian yang mencolok dengan berbagai assesoris pin dan paku yang menempel, sehingga tampak berbeda dengan gaya pakaian remaja pada umumnya. Gaya hidup resistensi punk hanya berlaku pada kelompok punk itu sendiri. Jenskins dalam David Chaney (1996:81) membedakan antara gaya hidup dan subkultur dalam hal mode pakaian sebagai suatu hal yang sulit, sebab konteks kultur menunjukkan suatu hubungan tetap dan sering kali menyimpang dari angan-angan budaya dominan. Sedangkan gaya hidup tidak mengharuskan adanya nilai-nilai resistensi. Gaya hidup bisa saja perilaku yang selalu mengikuti budaya mainstream oleh Audifax disebut sebagai gaya hidup differensiasi. Contohnya gaya hidup para artis yang selalu setter. Bagi para penggemarnya, jadi dari pada menciptakan gaya hidup sendiri seperti yang dilakukan oleh punk, maka mereka memilih untuk mengikuti arus mainstream, gaya hidup semacam ini bertolak commit to user belakang dengan gaya hidup resistensi punk.
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak punk secara umum dapat dikenali dari penampilan mereka yang unik, mulai dari pakaian dan rambut merupakan gaya hidup resistensi yang melawan arus budaya mainstream. Dari satusisi penampilan tersebut dapat menimbulkan rasa bangga bagi pemakainya, tetapi bagi orang lain akan memandangnya aneh dan menyeramkan. Jadi punk sebagai budaya tandingan dapat bersifat positif dan juga dapat bersifat negatif. Dikatakan positif apabila perilaku perbuatan tersebut baik dapat menciptakan perubahan kehidupan yang maju dan positif misalnya bersaing dalam lembaga usaha, prestasi dalam hal bermusik dan lain-lain. Dikatakan negatif apabila perilaku tersebut saling menjatuhkan lebih-lebih dengan cara yang tidak sportif misalnya menjelek-jelekan orang lain, berperilaku curang pada saat pilkada dengan politik uang dan lain sebagainya. Budaya tandingan punk sebagai trend remaja, dalam fashion dan musik adalah sangat bagus dan mempunyai nilai seni apabila hal tersebut hanya dilakukan pada saat acara-acara kesenian, acara musik atau pertunjukan fashion bertemakan budaya. Gaya berpakaian punk tidak harus dikenakan dalam kehidupan sehari-hari karena tidak baik dan tidak sopan apalagi kalau berpengaruh dan ditiru oleh para remaja atau pemuda masyarakat. Punk sebagai keberanian memberontak melakukan perubahan juga baik kalau perubahan yang dikehendaki berlaku pada masyarakat umum. Misalnya melakukan kritik terhadap pemerintah melalui lagu-lagu, akan tetapi kalau dengan cara-cara brutal dan berpakaian dengan aksesoris yang tidak pas juga kurang baik misalnya, dengan bertato, memakai anting-anting dipipi dan di lidah serta dilengkapi dengan sabuk rantai, gembok dan lain-lain. Punk menciptakan musik, gaya hidup dan kebudayaan sendiri juga baik asalkan bersifat positif bagi masyarakat luas. Boleh menciptakan budaya baru akan tetapi tidak harus bertentangan dengan budaya lama, gaya hidup yang tidak brutal, gaya berpakaian dan aksesoris yang masih bersifat etis. commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Punk sebagai gaya hidup, gaya hidup yang ditunjukkan seseorang akan dapat menunjukan kepribadian seseorang, memang gaya hidup berbeda-beda dalam kehidupan manusia yang bersifat majemuk. Gaya hidup punk adalah gaya hidup merdeka atau bebas, hal itu memang baik akan tetapi kita harus ingat bahwa kebebasan bukan berarti bebas sebebas-bebasnya dapat berbuat apa saja yang dikehendaki. Kita memang bebas yaitu bebas yang ada dalam lingkungan hidup masyarakat, bebas dalam lingkungan hidup religius, Sehingga kebebasan kita terbatas paa lingkungan tersebut. Pengertian gaya hidup bebas disini adalah gaya hidup yang dapat mengembangkan kebutuhan sendiri ke arah yang lebih baik. Gaya hidup refleksif yang dilakukan oleh punk adalah gaya hidup yang harus merefleksi apa yang telah dilakukan itu baik atau tidak, sehingga orang harus bisa mengatasi untuk mencari solusi yang lebih baik. Punk sebagai gaya hidup resistensi, gaya hidup resistensi memang baik bagi komunitas punk akan tetapi gaya hidup yang demikian dapat menunjukan perilaku atau perbuatan yang menggunakan cara amburadul, tidak etis dan estetis. 2. Persepsi Masyarakat terhadap keberadaan anak punk Persepsi masyarakat terhadap keberadaan komunitas punk dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sosial dan kebudayaan yang ada di sekitar. Dari data di lapangan masyarakat memandang keberadaan punk sebagai sebuah kelompok remaja yang menganut gaya hidu yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar sebab kebebasan yang dianut anak punk telah disalah artikan lewat perilaku yang ditunjukkan di scene
seperti nongkrong sambil mabuk-
mabukan, punk berperilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dengan mengabaikan norma yang berlaku. Persepsi masyarakat tersebut dapat dimaklumi karena selama ini masyarakat hanya melihat komunitas punk dari kulit luarnya saja tanpa ada keinginan untuk mencoba memahami bagaimana kehidupan anak punk yang sebenarnya. Sedangkan di sisi lain, anak punk juga tidak dapat dipungkiri berperilaku terlalu acuh terhadap lingkungan sekitar dengan mengabaikan norma commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berlaku. Remaja ingin merealisir kehidupanya secara bebas, kebebasan itulah yang sering bertentangan dengan norma-norma masyarakat. Pergaulan bebas, berpakaian bebas, mode pakaian yang serba aneh, rambut dan sebagainya. Intinya remaja menunjukkan tingkah laku yang serba bertentangan dan tidak selaras dengan norma dan kebiasaan masyarakat. Norma yang ada di masyarakat pada umumnya memiliki sanksi yang kurang mengikat seperti cemooh dn celaan karena norma juga tidak tertulis. Tentu saja sanksi seperti ini kekuatanya terlalu ringan, sehingga siapa saja bisa melanggarnya. Bisa dikatakan secara umum norma masyarakat bersifat lebih permisif untuk dilanggar. Memudar atau melemahnya norma dan nilai dalam masyarakat merupakan problema masyarakat secara umum, khususnya adanya penyimpangan terhadap norma-norma masyarakat. Menurut Bambang Mulyono (1993:67) masyarakat merupakan ‘sitz im leben’ (situasi vital atau konteks hidup) bagi prilaku kelompok remaja. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan anak punk merupakan kumpulan dari berbagai pengalaman yang ada disekitar individu, sehingga peran lingkungan dalam membentuk persepsi sangatlah besar. Lingkungan skitar tempat anak punk berkumpul mempunyai corak budaya tradisional akan mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap keberadaan punk di lingkungannya. Masyarakat pada umumnya telah memberi label atau cap negatif terhadap komunitas punk. Stigma-stigma negatif yang diciptakan oleh masyarakat tersebutlah yang slama ini mendarah daging di setiap pemikiran masyarakat sehingga anak punk juga sulit untuk menunjukkan sisi positif dari komunitas mereka karena merubah pandangan negatif masyarakat sangat sulit dilakukan. 3. Hubungan antara Perilaku Anak Punk Kaitanya Dengan Norma Yang Berlaku di Masyarakat pada Umumnya Perilaku anak punk dalam komunitas punk SPBR memang mendapat sorotan luar biasa dari masyarakat, sebab perlaku mereka dianggap sebagai penyimpangan sosial yang telah mengganggu ketertiban dan ketenangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
masyarakat walaupun tidak semua lapisan masyarakat merasa terganggu secara langsung dengan keberadaan komunitas SPBR. Masyarakat luar menganggap perilaku anak punk dalam komunitas SPBR sebagai penyimpangan sosial yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Akan tetapi penyimpangan tersebut tidak berlaku bagi anggota SPBR sebab mereka memiliki norma sendiri yang hanya berlaku bagi komunitasnya. Sebagai sebuah subkultur SPBR memiliki norma yang cenderung menyimpang dari kultur dominan. Menurut teori dai Iman Budi Santoso (2001:69) ada tiga motivasi dasar yang melatar belakangi perilaku menyimpang suatu komunitas. Yaitu: a) Motivasi pemberontakan: sebagai manivestasi anak punk untuk melepaskan diri dari budaya dominan yang dianggap membelenggu dan tidak sesuai dengan aspirsasi remaja; b) Justifikasi (pembenaran) karena perilaku di komunitas punk sulit diterima oleh masyarakat luar; c) Eksistensi dimana kebebasan yang diperoleh di komunitas SPBR merupakan jembatan agar keberadaan mereka diakui oleh anggota lain. Anggota dari komunitas SPBR akan berperilaku sesuai dengan normanorma subkulturnya. Sebagai sebuah subkultur dapat dianalisis dengan teori dari Dick Hebdige, subkultur yang menyimpang memisahkan diri dari aturan-aturan, nilai, bahasa, dan istilah-istilah yang berlaku secara umum. Budaya punk bertentangan dengan budaya dominan yang telah disepakati oleh masyarakat umum. Hal-hal yang ditabukan oleh masyarakat menjadi hal yang wajar dan tampak alami dalam subkultur punk. Contoh perilaku yang dianggap menyimpang dan di tabukan oleh masyarakat adalah perilaku mabuk-mabukan. Perilaku mabuk-mabukan yang dipandang menyimpang oleh sebagian besar masyarakat dikarenakan perilaku tersebut tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Akibat dari perilaku mabuk-mabukan tersebut tidak jarang mereka berurusan dengan pihak kepolisian yang sedang melakukan operasi penertiban. Penyimpangan sosial yang terjadi dalam komunitas SPBR belum bisa dikatakan sebagai tindakan yang melanggar hukum sebab mereka tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum atau tindakan kriminalitas. SLH to norma user hukum mengungapkan bahwa sebagai seorang yang mengetahuicommit tentang
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perilaku komunitas SPBR cenderung mengerah ke penyimpangan secara sosial dan bukanlah suatu penyimpangan terhadap norma hukum meskipun masih dapat diperdebatkan. Keberadaan komunitas SPBR yang bertempat di tengah pemukiman warga berdampak pada ketertiban dan kenyamanan warga. Keberadaan komunitas SPBR yang terlihat sering berkumpul di dekat perempatan lalu lintas dapat mengganggu masyarakat sekitar serta membuat lingkungan menjadi tidak bersih. Operasi penertiban yang dilakukan terhadap anak punk merupakan salah satu cara untuk menangani keberadaan komunitas SPBR agar anggotanya dapat dibina dan tidak kembali lagi ke jalanan. Bahkan karena minuman keras pula anak punk terkadang harus berurusan dengan pihak kepolisian karena terjaring pada saat dilakukan operasi penertiban. Penahanan anak punk yang terjaring dalam operasi penertiban sebenarnya terkesan tidak efektif, sebab selama ini anak punk hanya ditangani secara parsial dengan cara mengambil mereka untuk kemudian di data di kepolisian, diberi penjelasan dan pembinaan, sesudah itu dilepas lagi. Pada saat diambil dan diberi indoktrinasi sama dengan melakukan tindakan represif terhadap mereka. Padahal penganganan semacam itu tidak berupaya untukmencari akar permasalahanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian mengenai persepsi masyarakat Bekonang terhadap keberadaan komunitas punk (studi kasus Studi Kasus di Dusun Sentul, Kelurahan Bekonang, Kecamatan Mojolaban) maka dapat disimpulkan persepsi terhadap keberadaan komunitas Street Punk Bekonang Riot sebagai berikut : 1. Persepsi Masyarakat Pada Umumnya Mayoritas masyarakat memandang remaja yang menjadi anak punk telah menganut gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar sebab kebebasan yang dianut oleh anak punk telah disalah artikan lewat perilaku anak punk di scene seperti nongkrong sambil mabuk-mabukan, membuat kegaduhan, berperilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dengan mengabaikan norma yang berlaku dan mempengaruhi remaja lain untuk menjadi anak punk sehingga menimbulkan keresahan masyarakat Sebagian masyarakat ada yang memandang sisi positifnya, antara lain dalam hal bermusik anak punk kreatif dalam menciptakan musik keras dan beberapa lagu mengandung nilai moral, dan kritikan terhadap pemerintah, dari nilai seni punk memiliki nilai artistik yang tinggi dalam merias diri misalnya dalam hal fashion dan kesenian menggambar tubuh (tatto). Selain itu anak punk mempunyai solidaritas yang kuat mampu berdiri sendiri dengan semangat D.I.Y (Do It Yourself).misalnya dalam pelaksanaan konser musik punk. 2. Persepsi pemerintah Kelurahan Bekonang yaitu pemerintah lebih menyoroti pola pendidikan keluarga punker, menurutnya penanaman norma agama sejak kecil merupakan cara paling efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial yang dilakukan oleh para remaja anggota komunitas punk SPBR. Kemudian mengenai tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah yang bersinergi commit to user
122
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan Polsek Mojolaban akan mengambil langkah yang lebih tegas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
3. Perilaku anak punk kaitanya dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Hubungan antara perilaku anak punk kaitanya dengan norma yang berlaku di masyarakat dalam penelitian ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sudut pandang masyarakat sebagai pihak yang merasa terganggu dengan aktivitas punk, dari kaca mata norma yang berlaku dan yang tidak boleh diabaikan adalah melihat sudut pandang anak punk sebagai pelaku. Mayoritas masyarakat menganggap bahwa perilaku punk adalah negatif karena menyimpang dari norma dan dapat mengganggu ketenangan masyarakat umum walaupun tidak semua masyarakat terganggu secara langsung dengan perilaku anak punk. Sedangkan dari sudut pandang norma yang berlaku perilaku anak punk termasuk perilaku yang menyimpang secara sosial tetapi belum masuk pada wilayah
pelanggaran
hukum. Walaupun
perilaku
anak punk dianggap
menyimpang oleh mayoritas masyarakat, tetapi anak punk yang merupakan subyek pelaku merasa bahwa sebagai sebuah subkultur punk memiliki norma sendiri yang cenderung menyimpang dari kultur yang dominan, sehingga norma yang berlaku di dalam masyarakat tidak sama dengan norma yang berlaku di komunitas punk.
B. Implikasi Mayoritas masyarakat memandang anak punk cenderung negatif karena masyarakat merasa terganggu dengan perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh anak punk sehingga terjadi penolakan dari mayoritas masyarakat baik itu teguran secara lesan atau melaporkan ke pihak yang berwajib. Akibat dari perilaku anak punk yang cenderung negatif tersebut membuat pemerintah turun tangan dengan menindak tegas para punker walaupun menurut peneliti upaya pemerintah selama ini kurang efektif karena tidak menimbulkan efek jera. Seharusnya pemerintah commit to untuk user para punker dan mengarahkan setempat memberikan penyuluhan khusus
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak punk untuk menggeluti bidang lain misalnya dengan memberikan lapangan pekerjaan. Keluarga seharusnya meningkatkan penanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan kepada anak mereka secara intensif sehingga anak tidak mudah terpengaruh dengan subkultur punk yang dapat merusak moralitas dan berpotensi menghancurkan masa depan anak. Fashion punk yang terkesan menakutkan dan acak-acakan seharusnya hanya dikenakan oleh komunitas punk pada saat-saat tertentu saja, misalnya pada saat konser musik punk. Jadi dalam keseharianya di scene mereka dapat mengenakan pakaian yang biasa tanpa atribut-atribut yang bersifat kontroversial yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi masyarakat. Dalam hal ini dapat dikatakan anak punk dapat menyimbolkan ketidakmapanan dan ketidakmampuan remaja dalam menghadapi kehidupan sehingga mau tidak mau anak punk hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anak punk telah membuat masyarakat sekitar dan pihak keluarga anak merasa terganggu dan merasa tidak nyaman dengan keberadaan mereka sehingga menimbulkan penolakan dan ada pula punker yang diusir dari rumah sebagai konsekuensinya mereka tinggal di jalanan dan menggantungkan hidupnya dari hasil mengamen. Terkadang anak punk juga harus berurusan dengan kepolisian atas perihal penyimpangan yang mereka perbuat, seperti mabuk-mabukan dan kegaduhan mereka yang mengganggu ketertiban lalu lintas di jalan belakang pasar Bekonang. Dalam hal ini seharusnya penganganan terhadap anak punk dilakukan lebih intensif dengan mencari akar permasalahan dari diri anak punk sebagai jalan keluarnya.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut, kepada: 1. Komunitas Street Punk Bekonang Riot Para punker diharapkan untuk memikirkan kembali untuk berperilaku gaya commit to user hidup yang etis dan estetis sebagai seorang anak punk dan mulai merencanakan
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masa depan yang baik berdasarkan kerukunan bermasyarakat, serta mewujudkan tujuan-tujuan hidupnya dengan bakat dan potensi yang mereka miliki. 2. Masyarakat Diharapkan memiliki sikap yang lebih bijaksana dalam memandang keberadaan komunitas punk, mencoba memahami bagaimana budaya punk dan kehidupan seorang punker yang sebenarnya, serta berpikir positif dengan tidak menciptakan stigma-stigma negatif terhadap komunitas punk dan mau melakukan pendekatan melalui pendidikan agar anak-anak punk dapat berperilaku positif dan tidak melawan arus kemapanan, sehingga masyarakat dan komunitas punk dapat hidup berdampingan dalam perbedaan. 3. Orang tua anak Sebagai orang tua hendaknya selalu memperhatikan perkembangan pertumbuhan anak-anaknya agar supaya mau mengembangkan perilaku budaya yang santun serta yang berdasarkan norma-norma yang ada dalam masyarakat dan agama kita masing-masing. 4. Pemerintah setempat dan kepolisian Melakukan pembinaan khusus untuk program-program latihan kerja agar anak punk mampu menjalani kehidupanya dengan baik. Misalnya memberikan wadah atau tempat aspirasi bermusik sebagai ajang berprestasi bagi aliran musik punk, kemudian memberikan fasilitas untuk latihan band dan penggunaan sound systemnya. Penanganan terhadap komunitas punk sebaiknya jangan bersifat parsial, tetapi diarahkan untuk mencari akar permasalahan dari kehidupan anak punk itu sendiri dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menyelesaikan problem yang sedang dihadapi.
commit to user