Persepsi Masyarakat terhadap Musik Punk Firmansah Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jln. Suryodiningratan No. 8 Yogyakarta Telp. 0856329234567, E-mail:
[email protected] Volume 13 Nomor 1, April 2013: 61-71
ABSTRAK Kata punk berasal dari bahasa Inggris, “Public United Not Kingdom” yang berarti kesatuan masyarakat di luar kerajaan. Punk muncul sebagai bentuk reaksi dari masyarakat yang kondisi perekonomiannya lemah dan pengangguran di pinggiran kota Inggris. Punk adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan anti kemapanan, dengan berbagai macam karakter dari tiap entitas hingga membentuk kelompok untuk keamanan identitas diri dan ciri dari komunitas punk tersebut. Punk sering dikatakan sebagai salah satu seni avant garde yang terangkum dalam berbagai macam seni, misalnya musik. Estetika dari musik punk terbilang mempunyai kadar yang tinggi karena dari segi musik, pemberontakan dilakukan melalui lirik lagu yang mengecam keras segala bentuk perilaku pemerintah yang secara sewenang-wenang menindas masyarakat. Lirik dalam musik ini juga sebagai alat provokatif untuk bersama-sama melakukan perlawanan dari cita-cita punk, artinya musik yang mereka ciptakan berasal dari hati nurani mereka. Namun, umumnya masyarakat menilai musik punk sebagai musik yang negatif dan sebagai gangguan sosial. Inilah tugas para komunitas punk untuk merekonstruksi persepsi masyarakat mengenai musiknya dan melanjutkan ideologi yang dianutnya. Kata kunci: punk, musik, estetika
ABSTRACT The People’s Perception on Punk Music. Punk word is derived from English, “Not Public United Kingdom” which means a unity in the community outside the kingdom. Punk emerged as a form of reaction from the public where the economy is weak and the unemployment condition in the English suburbs. Punk is an ideology of rebellion and anti-establishment with a wide range of characters from each entity to form a group for the secure identity and characteristics of the punk community. Punk that is often regarded as one of the avant-garde arts is summarized into various arts such as music. The aesthetics of punk music has a fairly high level of integrity because in terms of music, the rebellion is carried out through song lyrics condemning all forms of behavior in which the government arbitrarily oppressive the society. The song lyrics are as a provocative tool to jointly take the fight from the ideals of Punk himself, meaning that they create music that comes from their conscience. However, people generally may judge the punk music as a negative and social disruption. This is the task of punk community to reconstruct the public perception on punk music and continue their ideology espoused. Keywords: punk, music, aesthetics
60
Journal of Urban Society’s Art | Volume 13 No. 1, April 2013
Pendahuluan Punk adalah suatu ideologi tentang pemberontakan dan anti kemapanan. Dalam sejarah, tidak ada yang tahu persis kapan budaya punk ini muncul. Namun, telah banyak yang mencoba menulis tentang awal mula budaya ini walaupun muncul dalam beberapa versi. Kata punk berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Public United Not Kingdom” yang berarti kesatuan masyarakat di luar kerajaan. Punk muncul sebagai bentuk reaksi dari masyarakat yang kondisi perekonomiannya lemah dan tidak memiliki pekerjaan serta tinggal di pinggiran kota Inggris. Punk adalah kelompok anak muda dengan kondisi keterpurukan ekonomi sekitar tahun 1976-1977. Kelompok remaja dan para kaum muda ini merasa sistem monarkilah yang menindas mereka, dari sini muncul sikap resistensi terhadap sistem monarki. Kelahiran punk membawa banyak perubahan sosial yang ternyata tidak hanya di Inggris saja. Ideologi ini menyebar ke seluruh belahan dunia dari barat sampai ke belahan timur dunia. Ideologi punk terbentuk secara tidak langsung akibat dari aksi komunitas Street Punk yang sangat frontal terhadap pemerintahan di negara bagian Eropa. Aksi punkers (sebutan untuk anak punk) menolak adanya pemberlakuan pajak yang tinggi, antikapitalis, menginginkan adanya chaos, menolak dan mengecam paham Nazisme dan Fasisme dalam pemerintahan Inggris. Mereka juga menentang keras Imperialism beserta politik Apartheid, menolak adanya paham Feodalism, tidak menginginkan dipakainya paham Neoliberalism sebagai paham ekonomi di seluruh negara sebagai bentuk dari perdagangan bebas, dan tidak menginginkan pemerintahan yang me-marjinalkan masyarakatnya. Aksi komunitas punk yang turun ke jalan bersama dengan kaum skinhead (kaum dari kalangan pekerja dan buruh) pada akhirnya membuahkan hasil di mana adanya penghapusan paham Fasisme dan Nazisme di Eropa. Ikut melawan rezim militer di Rusia, ikut melatarbelakangi penghancuran Tembok Berlin di Jerman sebagai bentuk penghapusan kedua paham tadi di Eropa dan masih banyak aksi lain, seperti melawan lembaga dunia WTO (World Trade Organization)
yang merupakan lembaga pengelola perdagangan bebas. Kemudian pada perkembangan selanjutnya banyak aktivis, kaum cendekiawan dan terpelajar, buruh, tani, nelayan, dan kaum dari golongan masyarakat kalangan menengah ke bawah ikut bergabung dalam perjuangaan kaum punk dan skinheads ini seperti organisasi Black Bloc. Dalam sejarahnya, aksi ini mempunyai jumlah massa terbesar di dunia. Dalam budaya punk tidak terlepas dari individu dan kelompok. Individu yang mempunyai tujuan yang sama dengan individu lain mencari keamanan identitas diri dengan membentuk suatu kelompok sosial atau komunitas yang bisa memberikan rasa aman dan mewadahi apa yang menjadi tujuan mereka. Sebelum mengarah ke konsep sosial tentang pembentukan kelompok atau komunitas punk, semua ini tidak terlepas dari individu yang mempunyai kepribadian, baik itu secara bawaan maupun kepribadian yang terbentuk oleh lingkungan. Kepribadian merupakan konsep yang sulit untuk dipahami karena istilah kepribadian dapat digunakan di dalam bentuk yang berbedabeda karena terdapat banyak karakter dalam suatu komunitas. Dari penjelasan ini, terdapat interaksi sosial yang memungkinkan untuk melengkapi semua aspek dari konsep kepribadian. Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain. Individu dalam melakukan interaksi sosial mempunyai dasar yang kuat dari konsep kepribadian sehingga dalam berinteraksi berlangsung secara lancar dan kuat untuk meningkatkan tingkah laku sosial demi rasa keamanan identitas diri mereka, baik secara kuantitas maupun kualitas. Dasar-dasar pembentukan interaksi sosial meliputi imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Semua hal ini sebagai faktor dari pembentukan kelompok atau komunitas punk. Dalam komunitas sosial terdapat suatu ciri yang menjadi karakter dari komunitas tersebut, salah satunya adalah komunitas punk. Ciri atau karakter dari komunitas punk bisa digolongkan dalam ranah kesenian sehingga punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. 61
Firmansah, Persepsi Masyarakat terhadap Musik Punk
Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avantgarde, yaitu dandanan nyeleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah, dan mereorganisasi atau mendisorganisasi secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas). Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai dengan situasi, tempat dan kondisi, maka bisa dikatakan punk berusaha untuk membebaskan diri dari kekuasan yang membelenggu. Selain pergerakan sebagai bentuk realisasi ideologi, musik juga merupakan media untuk menuangkan segala macam bentuk pemberontakan dan anti kemapanan. Dari segi musik pemberontakan dilakukan melalui lirik lagu yang mengecam keras segala bentuk perilaku pemerintah yang secara sewenang-wenang menindas masyarakat. Lirik dalam musik ini juga sebagai alat provokatif untuk bersama-sama melakukan perlawanan dari cita-cita punk. Dapat dilihat bukti tentang pergerakan punk melalui musik. Telah banyak bermunculan kelompok musik atau band yang beraliran punk dengan segala sub dari musik punk itu, seperti Punk Rock, Punk Reggae, Ska Punk, Pop Punk, Techno Punk, Crusty Punk, Post Punk, Metal Punk, Melodic Punk, dan Hardcore Punk. Walaupun terjadi percampuran yang berbeda dari jenis musik lain, mereka tetap mengusung ideologi punk yang mereka anut. Inilah yang membuat kuat persatuan para punkers walaupun dari komunitas punk yang berbeda. Musik punk lahir dari paham pemberontakan dan anti kemapanan. Mereka membuat aliran musik sendiri sebagai bentuk protes dari kehidupan bermusik yang menjadi mainstream pada masyarakat, misalnya aliran musik rock yang sangat menekankan skill dalam memainkan alat musik. Ini semua dibantah oleh para penganut punk, bermusik dibatasi dengan aturan yang mengurung kebebasan berekspresi. Berpijak dari penjelasan tersebut, pada bagian selanjutnya akan dibahas tentang proses konstruksi komunitas punk, estetika musik punk, dan persepsi masyarakat terhadap musik punk. 62
Proses Konstruksi Komunitas Punk Ada beberapa macam teori untuk membahas masalah kepribadaian. Charles Cofer dalam Slamet Santoso (1972) membagi menjadi empat bagian. Pertama Type Theory, Trait Theory, Psychoanalitic Theory, dan Situational Theory. Pembahasan ini lebih mengarah pada poin keempat, yaitu Situational Theory, yang dijelaskan oleh Hartshorne bahwa suatu situasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap seorang anak dan memunculkan kepribadian anak tersebut yang terlihat pada tingkah laku yang bersangkutan. Berdasarkan teori tersebut, entitas individu dapat dipelajari pada suatu konteks tertentu, bukan pada konteks secara umum. Pada sudut pandang sosial-psikologi, pengertian tersebut diperkuat oleh sumbangan konsep dari dua ahli. Gardner dalam Santoso (2010) menjelaskan: “ The totality aspect of personality as a working concept, we shall get no where if we try to study heredity – invironmental relationsheps in regard to personality as a whole “ (Aspek kepribadian secara totalitas sebagai konsep kerja, yaitu kita akan memperoleh di mana pun apabila kita mencoba mempelajari hubungan timbal balik antara pembawaan dan lingkungan dalam arti memandang kepribadian sebagai satu keseluruhan). Kemudian Lewin mengatakan: “...referens to the total integrated pattern of an individual’s characteristic and enveroment”, (kepribadian berhubungan dengan keseluruhan pertautan pola-pola karakteristik individu dan lingkungan). Secara garis besar dapat disimpulkan, kedua ahli ini sepakat bahwa kepribadian individu tidak hanya berasal dari faktor bawaan, seperti keinginan, emosi, keyakinan, tetapi juga berasal dari aspek lingkungan seperti aturan, nilai, dan strata sosial. Dalam kepribadian individu terjadi “Mutual Influence” antara bawaan dan lingkungan. Untuk lebih memahami tingkah laku sosial individu dapat dilakukan melalui kualitas dinamika interaksi sosial individu dalam kehidupan seharihari. Ada beberapa aspek yang digunakan untuk meningkatkan kualitas dinamika interaksi individu. Aspek yang digunakan berupa: t Motive (penggerak). Menurut Newcomb,
Journal of Urban Society’s Art | Volume 13 No. 1, April 2013
dalam motive ada dua aspek yang melengkapi, yaitu (1) “dorongan”, adalah kondisi sebagian besar perasaan seperti kegelisahan sebagai kecenderungan awal untuk kegiatan dan (2) “tujuan”, adalah suatu kondisi kegiatan di mana tingkah laku diarahkan, apakah sukses atau tidak. Di sini dapat disimpulkan Newcomb melihat bahwa setiap motive atau penggerak mengandung dorongan (drive) dan tujuan (goal). t Frustration and Defence Mechanism (Kekecewaan dan Mekanisme Pertahanan). Motive ini menunjukkan tuntutan dari tiap individu dan tuntutan tersebut harus terwujud dalam bentuk tingkah laku. Akan tetapi, ketika hal itu tidak terwujud dalam keadaan demikian, individu akan mengalami kekecewaan dari kegagalannya. Untuk mengatasi kekecewaan dilakukan dengan cara yang baik dan cara yang kurang baik. Cara yang kurang baik ini disebut Defence Mechanism (Mekanisme Pertahanan), menghambat motive yang kuat dengan menciptakan reaksi emosional yang dapat diungkapkan antara lain dengan kemarahan, ketakutan. t Ego Development and Ego Invelopment (Perkembangan dan Keterlibatan iku). Cooley
mendefenisikan diri sosial sebagi suatu sistem ide didasarkan pada hubungan dengan yang lain, ingatan memelihara sebagai miliknya sendiri. Isi dari diri sosial diperoleh melalui mencapai kemampuan menggambarkan bagaimana ingin menampakkan kepada orang lain dan memiliki dampak perasaan sebagai kebanggaan atau hinaan. Keterlibatan “aku” dijelaskan oleh Sherif sebagai nilai dan norma sosial dari beberapa macam faktor/hal masuk ke dalam pembentukan “aku”. Dari penjelasan teori kepribadian dan dinamika tingkah laku, dapat dikaitkan dalam kehidupan individu pada anggota komunitas punk sebelum dia masuk sebagai anggota komunitas. Dalam suatu situasi atau lingkungan tempat individu berada akan mempengaruhi kepribadian mereka. Dalam hal ini telah dijelaskan sebelumnya, bahwa awal mula munculnya ideologi punk adalah karena ketidakpuasaan hati dari individu terhadap ketidakadilan suatu kelompok yang berkuasa menindas rakyat secara semena-mena dari segala aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, sosial, bahkan agama. Ketika psikologi
Gambar 1. Komunitas Punk
63
Firmansah, Persepsi Masyarakat terhadap Musik Punk
individu diperhadapkan dengan hal yang tidak berkenaan dengan norma atau aturan sebenarnya, akan menimbulkan kepribadian pemberontak dari kelompok yang berkuasa. Dilihat dari segi tingkah laku sosial, kepribadian individu yang menganut paham pemberontakan dan anti kemapanan mempunyai dinamika tingkah laku yang membuat tingkah laku menjadi suatu interaksi sosial yang berkualitas. Dalam dinamika ini, terdapat motive yang menjadi dorongan dan tujuan. Dorongan itu berupa keadaan tidak stabil dalam suatu lingkungan atau negara kepada masyarakat minoritas atau individu dalam hal ini kaum terpinggirkan, masyarakat kecil, para pekerja, buruh, pelajar dan kaum cendikiawan, dengan lingkunagn yang seperti ini bisa mengkonstruk kepribadian dalam individu sebagai seorang pemberontak dan anti kemapanan. Dengan demikian, membuat mereka yang tertindas ingin melawan dan keluar dari ketidakadilan yang mempunyai tujuan kebebasan dari segala hal yang menekan. Seperti contoh yang sudah dipaparkan, masyarakat Inggris memberontak ketidakadilan dari pemerintahan Inggris dan menuduh sistem monarkilah yang membuat kehidupan mereka tertindas. Pada masa sekarang pemberontakan ini masih berlangsung di berbagai negara. Tiap individu beraksi karena lingkungan yang mereka tempati membentuk suatu kepribadian yang ingin lepas dari keterikatan kesewenang-wenangan. Hal ini bisa dijumpai dalam segala aspek kehidupan, salah satu contohnya musik. Tiap individu ingin lepas dari keterikatan aturan baku dalam bermusik yang menekankan skill dalam bermain. Bagi mereka musik adalah ekspresi perasaan dan tidak diatur oleh siapa pun, juga terdapat berbagai lirik lagu dalam musik punk dari yang bersifat provokatif untuk menanggapi ketidakadilan. Motive memiliki dorongan dan tujuan, tetapi ketika tujuan tidak terwujud akan timbul frustrasi atau kekecewaan. Sudah jelas mana dorongan dan tujuan dari individu yang merupakan embrio dari komunitas punk. Ketika tujuan dari dorongan yang dijelaskan tidak tercapai, kekecewaan atau frustrasi akan muncul pada diri tiap individu. Menurut Kreach dan Crutchfield dalam Santoso, penyebab kekecewaan yang ringan akan menimbulkan tingkah laku biasa, penyebab sumber frustrasi yang berat 64
Gambar 2. Spike
menimbulkan tingkah laku yang serius. Dalam bahasan ini, frustrasi yang berat merupakan sebab dari munculnya tingkah laku serius tiap individu di mana frustrasi itu adalah bentuk kekecewaan dari sistem pemerintahan atau kelompok yang berkuasa dan berlaku tidak adil sehingga individu yang merasa terjajah tidak memperoleh kehidupan yang layak akhirnya muncul tingkah laku yang serius seperti pemberontakan kepada kelompok yang berkuasa. Kemudian, dari kekecewaan dapat menata anggapan dalam masalah, dalam artian kegagalan dalam mencapai tujuan merupakan masalah bagi individu, cara mengatasinya tergantung dari kemampuan individu dalam menganalisis kegagalan tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Kegagalan dalam memperoleh kebebasan dari kelompok yang berkuasa mendorong tiap individu untuk lebih menambah intensitas pergerakan pemberontakan atau mencari jalan lain, teapi tetap dalam koridor memberontak. Terakhir dari akibat kekecewaan adalah penggantian tujuan, yaitu individu sebagai entitas pemberontak mengganti tujuan yang berbeda dari tujuan semula. Akan tetapi, pada bagian terakhir ini embrio dari komunitas punk tetap memegang ideologi pemberontakan dan antikemapanan tidak pernah mundur dari tujuan semula. Sudah dipaparkan juga mengenai mekanisme pertahanan. Ini merupakan cara mengatasi frustrasi walaupun cara-cara tersebut digolongkan oleh para ahli sebagai cara yang kurang baik. Ada poin yang menarik dari pemaparan Sargent dalam Santoso, yang mengatakan “menghambat motive yang kuat dengan menciptakan reaksi emosional yang dapat diungkapkan. Yang termasuk di dalamnya adalah
Journal of Urban Society’s Art | Volume 13 No. 1, April 2013
kemarahan, yaitu emosi negatif yang dibuat dan mungkin luas keberadaannya dan menyebar. Dalam hubungan ini, mekanisme pertahanan dengan kemarahan bersifat memutuskan hubungan antara individu dan penyebab frustrasi. Penyebab frustrasi dipandang pemerintahan atau kelompok yang berkuasa yang menimbulkan frustrasi bagi individu dalam mencapai tujuannya sehingga menimbulkan kemarahan yang bersifat pemberontakan terhadap rezim yang berkuasa. Ketakutan juga bagian dari mekanisme pertahanan yang sering kali diatasi kembali dengan pengunduran secara psikologis dari situasi yang mengecewakan. Dalam penerapannya dilihat pada diri individu yang ingin memberontak, tetapi ketakutan akan keamanan identitasnya sehingga merasa tidak dapat “berdiri” sebagi entitas tunggal dengan mengedepankan ideologi pemberontaknya. Hasil akhirnya adalah mencari keamanan dengan bergabung pada suatu komunitas atau membentuk komunitas yang mempunyai dorongan dan tujuan yang sama. Hal terakhir dalam dinamika sosial adalah Ego Development and Ego Involvement (Perkembangan dan Keterlibatan Aku). Proses imajinasi adalah inti dari dalam perkembangan gambaran diri. Di sini akan terjadi terjadi proses belajar individu dalam menanggapi semua interaksi sosial yang dilalui sehingga merasa mempunyai peranan dan turut andil dalam masalah yang terjadi dalam lingkungannya. Misalnya pada individu akan merasa mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap perubahan sosial yang diinginkan dari keterpurukan yang diakibatkan oleh penguasa.
Gambar 3. Sepatu Boot Punk
Dalam setiap pemberontakan yang dilakukan individu akan hadir dan turut serta dalam menyuarakan segala apa yang menjadi tuntutan dalam suatu komunitas. Secara tidak langsung perkembangan dan keterlibatan “aku” menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dari individu karena individu menghubungkan kebutuhan dan sikapnya dalam kegiatan bersama dengan individu lainnya. Kepribadian dan aktualisasinya tidak bisa lepas dari interaksi sosial yang merupakan cara dari individu untuk memelihara aspek dari kepribadian yang sama dengan individu yang lainnya sebagai jalan untuk keamanan identitas diri. Dasar dari interaksi sosial bisa didapatkan pada imitasi individu terhadap individu lain dalam komunitas punk. Sugesti juga berperan penting dalam proses interaksi sosial karena entitas individu tersugesti untuk ikut bergabung dalam komunitas sosial ketika komunitas tersebut menurutnya bisa menjanjikan rasa aman untuk individu lainnya. Identifikasi juga mempunyai peranan sebagai dasar dari interaksi sosial karena menurut Freud setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri pada situasi tertentu agar individu yang bersangkutan mempunyai tingkah laku yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Rasa simpati sangat terasa dalam proses interaksi sosial karena individu sebagai manusia yang mempunyai rasa akan simpati terhadap keadaan individu lain yang merasa kesulitan dengan keadaan hidupnya. Ini lebih ditekankan pada para kaum tertindas oleh pemerintahan yang tidak wajar. Interaksi sosial juga merupakan faktor utama terjadinya pembentukan kepribadian individu sebagai entitas pemberontak karena ketidak puasan terhadap aturan dan norma yang dijalankan oleh penguasa. Dalam bidang psikologi, Arggle menjelaskan latar belakang interaksi sosial meliputi “wilayah”, dalam suatu wilayah atau territory mempunyai kehidupan menusia yang memungkinkan terjadinya interaksi saling komunikasi, baik untuk komunikasi dalam hal persamaan ideologi dan kominikasi sebagai provokasi untuk pemberontakan. Aggression atau Penyerangan sering kali diperhadapkan pada individu atau kelompok, kelompok yang kuat menyerang kelompok yang lemah sehingga mengharuskan individu berinteraksi secara ber65
Firmansah, Persepsi Masyarakat terhadap Musik Punk
kelompok kemudian membentuk pemberontakan melawan kelompok yang berkuasa. “Tingkah laku jenis kelamin”, keadaan ini kurang berpengaruh dalam satu ideologi kelompok, tetapi sebagai manusia pasti mencari pasangan melalui proses interaksi sosial. “Perlindungan”, individu yang lemah dan tidak bisa berdiri sendiri sebagai entitas tunggal dalam pemberontakan akan mencari perlindungan dengan untuk membentuk kekuatan melawan kelompok yang menjadi lawannya dalam hal ini adalah kelompok penguasa. “Tingkah laku kelompok” dalam komunitas punk terdapat kesamaan tingkah laku pada setiap anggotanya sehingga individu yang di luar komunitas tersebut dan mempunyai tingkah laku yang sama akan berinteraksi dengan komunitas itu agar keamanan diri bisa dia rasakan. Kesamaan tingkah laku ini juga sebagai penggerak setiap kelompok untuk membela kelompok atau komunitasnya dari ancaman kelompok lain. Setelah dipaparkan tentang kepribadian, tingkah laku, dan interaksi sosial, dapat ditarik garis lurus bahwa dari faktor ini terbentuk suatu komunitas. Suatu kelompok atau komunitas sosial mempunyai ciri-ciri tersendiri yang berbeda dari ciri kelompok pada umumnya karena komunitas ini mempunyai tujuan yang bersifat spesifik. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai oleh para anggota kelompok dengan cara yang spesifik pula. Dalam komunitas punk, mereka membentuknya untuk tujuan yang spesifik dalam artian tujuan bersama sebagai anggota kelompok. Komunitas punk dulunya sebagai wadah bagi kaum yang tertindas yang mempunyai tujuan untuk bebas dari keterpurukan. Mereka melakukan pergerakan melalui pemberontakan terhadap sistem pemerintahan atau kelompok penguasa yang bertindak tidak adil terhadap mereka. Pada zaman sekarang ini masih terdapat juga pergerakan yang demikian dari komunitas punk. Namun, ditinjau secara umum setiap komunitas punk mereka melakukan pemberontakan dengan gaya hidup dan ideologi. Menurut Sherif, ciri-ciri dari kelompok sosial adalah mempunyai dorongan/ motive yang sama dari setiap individu dalam hal ini adalah embrio komunitas punk yang terdiri dari beberapa entitas punya tujuan yang sama
66
dari dorongan sebagai individu yang mengusung ideologi punk (pemberontakan dan antikemapanan), ada reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu yang satu dengan yang lain sebagai akibat dari proses interaksi sosial yang terjalin. Ini dapat terlihat di setiap komunitas punk, para anggotanya mempunyai kecakapan dalam dirinya sebagai seorang punker yang aktualisasinya melalui bakat dan minat yang dikuasai (musik, rupa, dsb). Ada pembentukan dan penegasan struktur kelompok. Untuk mewakili anggota lainnya dan bentuk kerja sama dengan komunitas punk lain dibutuhkan seorang leader untuk melakukan sosialisasi dalam bentuk apa pun, salah satunya workshop sablon dan pengolahan sampah menjadi barang bermanfaat. Aksi ini bertajuk Anti-Otoritarian atas kerja sama dengan komunitas punk dari Taiwan, Malaysia, Singapura, dan Amerika Serikat. Ini dilakukan oleh komunitas punk yang berasal dari Medan yang bekerja sama dengan komunitas punk. Dalam bidang kesenian, komunitas ini sering disebut sebagai seni avant gard yang melampaui era dia berada. Misalnya dalam hal bermusik, melahirkan genre musik baru sebagai bentuk penolakan terhadap musik mainstream di masyarakat. Liriknya bersifat provokatif dan menolak segala bentuk ketidakadilan. Dalam seni rupa, bisa dilihat tatto yang dipakai oleh para punker yang terkadang memenuhi seluruh anggota tubuhnya, dan fashion dalam pandangan masyarakat pakaian yang sering dipakai para punker, pakaian lusuh walaupun tidak semua komunitas punk menggunakan pakaian seperti itu.
'ĂŵďĂƌξ͘dĂƩŽ^ĂůĂŚ^ĂƚƵƉƵŶŬĞƌƐ
Journal of Urban Society’s Art | Volume 13 No. 1, April 2013
'ĂŵďĂƌπ͘^ŬĞŵĂ<ŽŶƐƚƌƵŬƐŝ<ŽŵƵŶŝƚĂƐWƵŶŬŚŝŶŐŐĂWĞŵďĞŶƚƵŬĂŶWĞƌƐĞƉƐŝDĂƐLJĂƌĂŬĂƚƚĞŶƚĂŶŐ Komunitas Musik Punk
Musik Punk dari Persepektif Estetika Buktikan_sosial sosial kulihat bayi sungguh menderita karna giji buruk menerpa hidup mereka busung lapar yang terjadi di negeri kita seperti halnya yang terjadi di Etopia bukan salahnya, ayah bunda mereka membuat bayinya hidup sungguh menderita karna mahalnya harga sembako yang ada tak mampu membeli 4 sehat 5 sempurna
kemajuannya atau kebutuhan atau tak peduli jaminan kesehatan kemajuannya atau kebutuhan atau hidup telah diabaikannya ini salah siapa (pemerintah) siapa yang menderita (rakyatnya) kami menginginkan sembako yang murah kami menginginkan BBM pun murah kami inin biaya sekolah gratis kami ingin biaya kesehatan pun gratis
67
Firmansah, Persepsi Masyarakat terhadap Musik Punk
Syair tersebut adalah salah satu lirik lagu dalam musik punk. Dari lirik lagu tersebut secara tersurat merepresentasikan hati nurani tentang perasaan simpati dan empati dari komunitas punk terhadap kehidupan masyarakat yang selama ini terpinggirkan. Pandangan ini akan dipertajam dengan beberapa pendapat ahli estetika. Pada bagian sebelumnya disampaikan tentang musik pada komunitas punk dijadikan sebagai salah satu media dalam penyaluran aspirasi dari ideologi mereka. Pergerakan punk dalam musik cukup signifikan, dengan munculnya genre musik yang berbeda dengan mainstream musik pada umumnya di masyarakat. Ini juga sebagai representasi dari ideologi punk tentang pemberontakan dan antikemapanan, dengan melawan arus genre musik yang menekankan skill dan aturan-aturan baku yang menurut mereka menekan daya kreativitas. Menurut komunitas punk, musik adalah tempat untuk mengekspresikan segala bentuk perasaan jiwa, tekanan, dan emosi dari keadaan lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Langer (1983) tentang karya seni. Dia menyatakan bahwa karya seni adalah suatu bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat indra atau pencitraan, dan apa yang diekspresikan adalah perasaan insani. Yang dimaksudkan perasaan adalah sesuatu yang bisa dirasakan melalui sensasi fisik. Prinsip-prinsip yang berlaku secara menyeluruh dan mendasar bagi setiap karya seni tidaklah banyak, namun sangat menentukan sesuatu sebagai karya seni atau bukan. Pandangan Suzanne, dalam penetapan karya seni itu sebagai karya seni yang baik adalah ketika
mengikuti fungsi atau kualitasnya adalah pada bentuk yang signifikan. Bentuk dalam pengertian luas adalah wujud dari sesuatu, bentuk dalam pengertian abstrak adalah struktur dan artikulasi. Ini merupakan hasil kesatuan yang menyeluruh dari suatu hubungan berbagai faktor yang saling terkait. Ini juga dipertegas dengan pandangan filosofis Adorno tentang musik. Dia mengungkapkan bahwa musik yang ideal tidak mengikuti arus masyarakat begitu saja. Musik tidak boleh dimanipulasi oleh pihak penguasa. Ini merupakan hal mendasar pada genre musik punk, melawan genre musik dengan kebakuan, aturan-aturan dan hanya sebagai penghibur di masyarakat hedonis. Musik punk lebih mengutamakan menyuarakan suara kaum proletar. Mengangkat derajat dengan cara mandiri dalam segala hal. Dengan pernyataan ini jelas bahwa etetika musik menurut Adorna adalah musik yang bisa menyuarakan kehidupan sosial yang terjadi, tanpa ada manipulasi dari pihak penguasa. Siegel dalam Kartika dan Perwira mengajukan lima belas pokok kesatuan dari perbedaan. Akan tetapi, yang paling representatif untuk mewadahi musik punk adalah pokok kesatuan yang terakhir, yaitu “Kebenaran dan Imaji”. Bagian terakhir ini menjelaskan karya seni akan mengandung unsur subjektif dan objektif. Suatu karya seni mengandung unsur fakta dan gejala. Yang dimaksudkan fakta dan gejala di sini adalah kenyataan sosial yang terjadi dalam suatu penguasa menindas kaum proletar sehingga menimbulkan gejala sosial berupa pemberontakan dengan salah satu medianya, yaitu musik seperti terlihat dalam gambar 8 dan 9.
Gambar 7. Superman is Dead, Band dari Bali
Gambar 8. Konser Simple Plan, Salah Satu Band Punk
68
Journal of Urban Society’s Art | Volume 13 No. 1, April 2013
Gambar 9. Konser Geek Band, Salah Satu Band Punk
Gambar 10. Aksi Brutal Anak Punk dalam Konser Musik Punk
Gambar 11. Punkers dalam Aksi Sosial
Persepsi Masyarakat tentang Musik Punk Pada masa sekarang muncul berbagai macam komunitas punk. Ada yang melanjutkan citacita para pendahulunya dengan tetap membawa ideologi punk yang mereka pahami dan ada pula
'ĂŵďĂƌλμ͘ůĂďŽƌĂƐŝ<ŽŶƐĞƌDƵƐŝŬPunk dengan Alat Musik Tradisional
sebagian yang tidak mengetahui arti dari ideologi punk tersebut dan baginya hanya sebagai media untuk tampil keren dengan segala atribut punk yang mereka kenakan sehingga sudah jauh berbeda dengan ideologi punk sebenarnya. Dampak dari itu muncul pemaknaan yang negatif dan sering dicap jelek oleh masyarakat kepada punkers. Pemaknaan ini pun tidak dipersalahkan karena individu yang sudah memakai atribut punk seperti tatto, tindik, sepatu boot menganggap diri mereka sebagai punkers dan menganggap punk itu sebagai hidup bebas tanpa aturan. Mabuk di tempat umum, membuat keonaran, dan meresahkan masyarakat. Ini sudah sangat jauh berbeda dengan punk yang sesungguhnya. Di samping itu, juga masih banyak komunitas punk yang memang membawa ideologi punk ke dalam budaya komunitasnya dan ke dalam kepribadian tiap anggotanya, biasa disebut dengan street punk. Pemaknaan negatif terhadap komunitas punk berlanjut pada musik punk. Interpretasi masyarakat pada umumnya negatif karena pemikiran tentang musik sudah terkonstruk pada musik yang menjadi mainstream para pendengar musik, baik masyarakat pada awal terbentuknya komunitas punk sampai masyarakat sekarang. Namun, tidak semua masyarakat mempunyai interpretasi negatif. Musik punk tetap mempunyai masyarakat pendukungnya, yaitu komunitas punk. Punk merupakan subkultur sehingga mereka adalah kaum minoritas. Ini juga yang menyebabkan penilaian terhadap musik punk menjadi negatif.
69
Firmansah, Persepsi Masyarakat terhadap Musik Punk
Terlebih lagi dalam beberapa konser musik punk sering terjadi kericuhan sehingga mengganggu ketertiban umum. Ini juga bukan sepenuhnya kesalahan dari komunitas punk “murni”. Seperti yang dijelaskan bahwa ada pula sebagian yang tidak mengetahui arti dari ideologi punk tersebut dan baginya hanya sebagai media untuk tampil keren dengan segala atribut punk yang mereka kenakan. Akumulasi dari alasan-alasan inilah yang menyebabkan terjadinya pemaknaan negatif pada sebagian besar masyarakat, walaupun tidak semua dari masyarakat yang menilai seperti itu karena untuk komunitas punk “murni” tetap menjalankan satu konsep yang telah menjadi budaya dalam komunitas punk di seluruh dunia, yaitu DIY (Do It Your Self). Mereka melakukan beberapa kegiatan sosial untuk meningkatkan keterampilan dan intelektual masyarakat yang kurang mampu dan putus sekolah. Simpulan Dalam proses pembentukan suatu komunitas atau kelompok sosial khususnya komunitas punk memang tidak terlepas dari aspek individu sebagai entitas yang mempunyai kepribadian, tingkah laku, berinteraksi, dan menjalani proses pembentukan komunitas. Dalam komunitas punk terdapat banyak individu yang mempunyai tujuan yang sama. Yang pada awalnya mereka tidak akan bisa berdiri sendiri dengan ideologi mereka akhirnya membentuk komunitas sebagai wadah dari ideologi yang mereka bawa. Estetika musik punk bisa dilihat dari konsep tentang karya seni sebagai media aspirasi untuk perasaan insani, bahwa kebenaran yang diungkapkan adalah hal yang nyata dari seluruh kejadian sosial yang terjadi. Tidak ada unsur hegemoni dalam setiap individu yang direpresentasikan dalam karya seni berupa musik punk. Akan tetapi, dalam masyarakat, konsep estetika yang disimpulkan tidak selamanya dimengerti begitu saja. Menurut mereka, musik punk adalah salah satu genre musik yang terbilang cukup keras dan berbeda dengan mainstream musik. Dengan demikian, kebanyakan masyarakat mempunyai interpretasi
70
negatif terhadap musik ini. Terlebih lagi ditambah oleh ulah dari orang-orang yang mengaku sebagai punkers, tetapi hanya untuk tampil keren saja dan dianggap nakal. Orang-orang inilah yang sering membuat keonaran dan meresahkan masyarakat sehingga interpretasi masyarakat terhadap musik punk juga negatif. Untuk lebih diterima sebagai musik pada umumnya atau paling tidak interpretasi negatif masyarakat diminimalisasi, komunitas punk “murni” harus lebih memerhatikan orangorang yang selama ini membuat keresahan pada masyarakat karena berdampak juga pada penilaian negatif musik punk. Tentunya, salah satu unsur utama dalam penilaian suatu genre musik tergantung pada masyarakat pendukung musik tersebut. Kepustakaan Budiarto, C. Teguh. 2001. Musik Modern dan Ideologi Pasar. Yogyakarta: Tarawang Press. Ebenstein, William. 2006. Isme-Isme yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta: Narasi. Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Sirait, Markus Bona Tangkas. 2010. Deskripsi Musik dan Gaya Hidup Komunitas Street Punk. Universitas Sumatera Utara. Langer, Suzanne. 1983. Probematika Seni. Alih bahasa Fx. Widaryanto. Bandung: Sunan Ambu. Kartika, Dharsono dan Sony. 2004. Pengantar Estetika. Bandung: Rekayasa Sains. Sumber dari majalah Instruktif Zines Issue #4 Zines Tutup Mukamu Dan Tetap Anonimus: Siapa Para Anarkis Black Bloc Itu Sumber dari Internet http://www.pasarkreasi.com/news/detail/ music/123/sejarah-kelahiran-punk http://sejarahmanusia.blogspot.com/2010/08/ mengenal-sejarah-punk.html