Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
PROSPEK PEMANFAATAN ASAP CAIR SEBAGAI BAHAN PENDUKUNG PROSES PENGOLAHAN IKAN DI KUPANG – NUSA TENGGARA TIMUR Wawan Agustina, Satya Andika Putra, Mirwan A Karim, dan Arie Sudaryanto. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Email :
[email protected] ABSTRAK Sektor perikanan merupakan salah satu prioritas pembangunan wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil utama yang menjadi kekhasan wilayah, adalah ikan laut. Selain menjadi komoditas jual dalam bentuk segar, ikan laut juga menjadi bahan baku produk-produk olahan dan dimanfaatkan oleh banyak UMKM khususnya di wilayah Kupang-NTT. Berdasarkan keberadaan berbagai jenis produk hasil olahan ikan laut yang beredar di pasaran, terbuka peluang untuk memanfaatkan asap cair sebagai perisa. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menginformasikan prospek pemanfaatan asap cair sebagai bahan pendukung olahan ikan di Kupang NTT. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kaji tindak partisipatif/participation action research melalui diseminasi teknologi dengan carademonstrasi. Kegiatan diawali dengan survei UMKM calon mitra dilanjutkan dengan pengenalan asap cair, pelatihan pengolahan dan pengemasan produk. Asap cair yang yang digunakan adalah asap cair komersial yang telah mengalami pemurnian dan dapat digunakan untuk produk olahan pangan. Asap cair tersebut digunakan sebagai bahan tambahan dengan konsentrasi tertentu pada beberapa produk olahan seperti ikan oven, dendeng,, dendeng roll dan abon. Hasil dari kegiatan diseminasi ini adalah diterapkannya asap cair dalam produk-produk olahan ikan pada 6 (enam) unit usaha (UMKM dan kelompok Usaha). Produk olahan tersebut telah dikemas dan dipasarkan di wilayah Kupang-NTT. Kata kunci : Asap cair, Ikan, Dendeng, UMKM, Kupang, Nusa Tenggara Timur 2008). Kabupaten Kupang Memiliki potensi lestari sebesar 60.000 ton pertahun dengan tingkat pemanfaatannya baru sekitar 29.363 ton (48,94%) pada tahun 2004 (DKP Kabupaten Kupang, 2005). Sumberdaya perikanan tangkap di perairan Teluk Kupang sudah lama diusahakan oleh masyarakat nelayan skala kecil, produksinya termasuk tinggi sepanjang tahun dan memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan daerah Provinsi NTT. Berdasarkan analisis perkembangan produksi selama 6 tahun (tahun 2000 hingga tahun 2005), perairan Teluk Kupang memberikan andil sekitar 31% terhadap total produksi perikanan di wilayah Provinsi NTT (DKP Prov NTT, 2005). Sumberdaya ikan yang dominan adalah ikan pelagis, baik pelagis besar maupun pelagis kecil, sedangkan ikan demersal dan udang relatif sedikit. Terdapat juga jenis ikan Tongkol sebesar 1,71%, ikan Tenggiri sebesar 81,59%, ikan Kembung sebesar 26,56%, ikan Selar sebesar 8,15%, ikan Tembang sebesar 15,36%, ikan Parang sebesar 13,58% dan ikan
PENDAHULUAN Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah nusantara yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Secara geografis wilayah Provinsi NTT terletak pada 8°-12° Lintang Selatan dan 118°125° Bujur Timur. Sebagian besar wilayah NTT didominasi oleh perairan laut dengan luas wilayah laut yang mengelilingi pulaupulau tersebut mencapai kurang lebih 200.000 km2 belum termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (DKP Prov. NTT, 2012). Kabupaten Kupang merupakan salah satu wilayah yang ada di propinsi NTT yang terbagi atas Kota dan Kabupaten. Kabupaten Kupang merupakan kabupaten kepulauan yang terdiri atas Pulau Timor, Pulau Semau, Pulau Sabu, Pulau Raijua dan banyak pulau lainya yang seluruh berjumlah 27 buah pulau. Sehingga luas perairannya lebih besar daripada luas daratan, dimana luas perairannya adalah 4.086,33 km2 dan garis pantainya adalah 551,61 km2, sementara perairan umumnya adalah 1,75 km2 (DKP Kabupaten Kupang, 374
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
Bawal sebesar 23,49%, sedangkan hasil analisanilai share komoditi perikanan laut yang memiliki rata-rata nilai diatas rata-rata
keseluruhan Kabupaten yaitu terdapat pada jenis ikan nipi sebesar 9,78% (DKP Kabupaten Kupang, 2008)
Tabel 1. Total Produksi Ikan di Kabupaten Kupang Tahun 2005, 2006 dan 2007 TAHUN NO JENIS IKAN 2005 2006 2007 1 Tenggiri 49,25 52,55 2 Kerapu 164,56 3 Ekor Kuning 4 Tuna / Cakalang 85,80 96,61 5 Kembung 317,99 326,79 6 Tongkol 327,55 331,65 7 Selar 399,27 8 Tembang 510,31 519,37 9 Lolosi 405,40 10 Parang 123,85 11 Gergaheng 126,85 12 Kakap 184,8 169,22 13 Ikan Halus / Teri 435,00 405,70 14 Ikan Besar 85,45 15 Ikan Lainnya 1.498,74 Jumlah 0 3.130,63 51.956,93 Sumber : DKP Kabupaten Kupang, 2007
Tabel 2. Hasil Perikanan Tangkap Kabupaten Kupang Tahun 2008 Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2008 2,426 * Ikan 2,306 * Non Ikan 120 Sumber : DKP Kabupaten Kupang, 2007
Peta Kab. Kupang
Peta Kota Kupang
Gambar 1. Peta wilayah kupang (Kabupaten dan Kota Kupang)
375
ton ton ton
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
Ikan-ikan yang ada di wilayah tersebut selama ini belum diolah dimanfaatkan dengan baik dan biasanya masih diperjualbelikan dalam bentuk ikan segar. Untuk memberikan
nilai tambah pada produk perikanan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui proses pengolahan.
Tabel 3. Produksi Olahan Menurut Jenis Pengolahan di Kabupaten Kupang TAHUN JENIS PENGOLAHAN 2000 3,15 1,15 -
2001 3,50 1,00 -
2002 3,00 1,00 -
2003 3,00 0,75 -
2004 2,80 0,75 -
2005 2,50 0,50 -
2006 2,25 0,50 -
Beku Kalengan Tepung Ikan
4,75 -
4,50 -
5,00 -
4,15 -
3,50 -
2,75 -
2,00 -
Jumlah
9,05
9,00
9,00
7,00
9,05
5,75
4,75
Kering/Asin Pindang Diawetkan
Peragian Asapan Lainnya
Terasi Peda Kecap Ikan
(sumber DKP Kab. Kupang 2007) Saat ini ada banyak aneka produk olahan hasil perikanan seperti nugget, bakso, pempek, siomay, abon, ikan asapdan lain sebagainya. Namun demikian masih ada banyak alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghasilkan aneka produk olahan ikan. Salah satu alternatif pengolahan hasil perikanan adalah dengan memanfaatkanasap cair sebagai bahan perisa asap dan juga dapat berperan sebagai bahan untuk meningkatkan umur simpan produk. Penggunaan asap cair ini diharapkan dapat menggantikan pembuatan ikan asap secara tradisional (pengasapan langsung) yang menurut Darmadji (2009), proses pengasapan dapat memberikan dampak positif pada produk karena asap mengandung zat-zat yang bersifat antimikroba, antioksidan dan disinfektan. Namun demikian proses pengasapan langsung juga sangat memungkinkan adanya zat yang tidak diinginkan menempel pada produk seperti tar dan senyawa poliaromatik hidrokarbon (PAH) yang berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan pemanfaatan asap asap cair menurut Nurhayati (2000), asap cair yang mengandung sejumlah senyawa kimia diperkirakan berpotensi sebagai bahan baku zat pengawet, antioksidan, desinfektan
ataupun sebagai biopestisida. Saat ini asap cair telah banyak digunakan sebagai pengawet, perisa dan zat antimikroba pada produkproduk pangan (Sukarwanto, dkk., 2012). Asap cair adalah asap dalam bentuk cairan yang diperoleh dari hasil pembakaran biomassa (seperti tempurung kelapa, tongkol jagung, kayu-kayuan, dan bahan lainnya) yang dikondensasikan. Asap cair yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk keperluan pengolahan pangan setelah mengalami proses pemurnian (Agustina, 2013). Produk-produk olahan ikan yang ada di wilayah kupang provinsi NTT yang diketahui pada awal tahun 2012 diantaranya adalah abon ikan, keripik ikan, dendeng ikan, ikan asap dan beberapa olahan ikan lainnya. Di Kabupaten Kupang asap cair diperkenalkan untuk pembuatan ikan oven berperisa asap sebagai alternatif produk olahan ikan asap. Selain itu asap cair tersebut juga diaplikasikan pada beberapa produk olahan ikan lainnya yaitu dendeng ikan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan asap cair sebagai bahan pendukung dalam produk olahan ikan dan penerapannya pada beberapa unit usaha. 376
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
memiliki usaha pengolahan ikan hasil laut, mempunyai anggota kelompok wanita, mendapatkan rekomendasi dari Dinas Perikanan setempat dan mempunyai motivasi/semangat tinggi dalam mengembangkan usaha
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaji tindak (action research) partisipatif, dimana kelompok sasaran penerima teknologi dilibatkan secara aktif agar dapat berpartisipasi. Implementasi kaji tindak terutama berkaitan denganupaya meningkatkan kemampuan masyarakatdalam penggunaan paket teknologi tepat guna perdesaan. Kaji tindak sangat strategis dengan melibatkan masyarakat dalamproses akselerasi pemasyarakatan inovasi hasil litbang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah inovasi teknologi asap cair, survei potensi dan penentuan calon penerima manfaat. Dilanjutkan dengan perancangan kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada kelompok penerima teknologi. Survei lapangan dilakukanuntuk memperoleh data primer dan sekunder di wilayah kota dan kabupaten Kupang-NTT dalam rangka mengkaji potensi ketersediaan bahan baku perikanan hasil laut dan seleksi calon penerima inovasi teknologi pemanfaat asap cair. Beberapa persyaratan calon penerima manfaat telah dibuat diantaranya adalah para kelompok telah
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil survey lapangan diperoleh gambaran tentang ketersediaan bahan baku ikan dan bakal calon unit/kelompok usaha yang diharapkan akan menjadi mitra dalam pelaksanaan kegiatan penerapan. Dari hasil surveitersebut diperoleh 13 bakal calon unit/kelompok usaha yang akan menjadi fokus kegiatan. Bakal calon yang ada kemudian diseleksi untuk mendapatkan UKM terpilih. Seleksi calon dilakukan dengan menggunakan metode skoring dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti lokasi, ketersediaan peralatan produksi, pemberdayaan tenaga kerja dan lain sebagainya. Hasil seleksi diperoleh 7 unit/kelompok yang kemudian diperkenalkan tentang asap cair dan potensi pemanfaatannya dalam pengembangan produk olahan ikan. Ke tujuh kelompok usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penerima Manfaat Penggunaan Asap Cair untuk Olahan Ikan di Kupang No
Nama UKM
2
Kelompok Perempuan Usaha Keluarga (KPUK) Setia Kawan Kelompok Perempuan Mawar Sejati
3
Mandiri
4
H&L
5
TODE
6.
Sisuka
7.
Rindu Sejahtera
1
Ketua Kelmpok/ Alamat
Jenis Produk
Dortia M. Mbura Alamat : Jl Lontar Pasir Panjang
Kerupuk Ikan Dendeng Ikan
Wilhemina M. Manafe Alamat : Jl. Kincir Air Lasiana
Kerupuk Ikan Ikan Asap
Maria Selfiana Paa Alamat : Oesapa Barat Kelapa Lima
Kerupuk Ikan Dendeng Ikan Ikan Asap
Dedi Benyemin Ndoen ST Alamat : Jl.Pluto Oesapa Solagratia Ratu Edo Alamat : Jl. Taruna Tode Kisar Kota Epa Lomiga, Oebobo
Kerupuk Cumi Ikan Asap Ikan Lele Asap
Kelompok PNPM Mandiri
377
Ikan Asap Abon Ikan Ikan Asap
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
Pemanfaatan asap cair sebagai bahan baku pendukung olahan ikan di Kupang-NTT diaplikasikan pada produk olahan ikan oven berperisa asap, dendeng ikan rasa asap dan dendeng roll ikan rasa asap. Ikan asap merupakan salah satu produk pengasapan yang banyak digemari oleh masyarakat. Namun demikian perlu disadari dampak yang mungkin ditimbulkan pada proses produksi ikan asap dengan metode pengasapan langsung.
berperisa asap dapat digambarkan dalam diagram seperti pada Gambar 2. Pada produksi ikan oven berperisa asap,jumlah asap cair yang digunakan adalah sebanyak 50 ml untuk setiap 1 liter larutan asap cair yang dibuat atau sebesar 5%. Lama perendaman ikan dalam larutan asap cair dilakukan selama sekitar 15 menit. Penggunaan asap cair dalam produk pangan harus diencerkan terlebih dahulu. Konsentrasi maksimum asap cair hasil destilasi ulang untuk proses perendaman ikan adalah 16% dengan waktu perendaman maksimum 15 menit (Darmadji, 2009). Penggunaan konsentrasi 5% dalam pembuatan oven berperisa asap telah memberikan hasil yang baik menurut hasil uji coba dan uji kesukaan responden. Selain itu pada campuran ditambahkan garam sebanyak 5%, penambahan garam ini juga berperan selain memberi rasa asin juga dapat membantu meningkatkan keawetan ikan. Aplikasi asap cairuntuk produksi ikan oven berperisa asap telah diaplikasikan pada enam unit/kelompok usaha. Gambar ikan oven berperisa asap hasil produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Unit atau kelompok usaha serta produk olahan ikan berperisa asap yang diproduksinya dapat dilihat pada tabel 4.
Ikan Oven Berperisa asap Pemanfaatan asap cair untuk pembuatan ikan oven berperisa asap dapat menjadi produk alternatif untuk menggantikan ikan asap. Asap cair yang telah mengalami pemurnian memiliki keuntungan dalam proses produksi ikan berperisa asap. Menurut Agustina (2013) teknik pengasapan menggunakan asap cair lebih aman dari metode pengasapan langsung karena tar dan senyawa-senyawa aromatik yang merupakan zat berbahaya yang dihasilkan pada proses pengasapan dapat dikurangi kadarnya secara signifikan.selain itu menurut Rupert Simon a, dkk (2010), keuntungan penggunaan asap cair lainnya yaitu mudah diaplikasikan, prosesnya lebih cepat, memiliki keseragaman produk, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama dan bersih. Proses produksi ikan oven Ikan
Pembelahan/pe motongan
Pemanggangan (oven) (± 2 jam / disesuaikan)
Pencucian Asap Cair Garam Air
Pendinginan (dianginanginkan pada suhu ruang)
Penirisan
Pengemasan Pelarutan
Perendaman (± 15 menit) Ikan Oven Berperisa
Penirisan
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan ikan oven berperisa asap.
378
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
Gambar 3. Ikan lele oven berperisa asap hasil produksi UMKM Tode-Kupang, NTT. Sumber : Koleksi Tim PKPP Kupang, 2012 pada produk olahan pangan lainnya, dalam hal ini dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap. Sama halnya seperti ikan oven berperisa asap, dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap ini pun telah diaplikasikan pada UMKM (unit / kelompok usaha) di Kupang NTT. Diagram alir proses produksi dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap dapat dilihat diagram alir pada Gambar 4.
Dendeng dan Dendeng Roll Ikan Berperisa Asap Produk ikan asap adalah produk yang umum dijumpai di masyarakat, namun demikian masih ada produk-produk olahan pangan lainnya yang memanfaatkan teknologi pengasapan. Asap cair sebagai salah satu produk alternatif untuk pembuatan produkproduk berperisa asap juga dapat diterapkan
379
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
Gambar 4. Diagram alir Proses pembuatan Dendeng Ikan dan Dendeng roll ikan berperisa asap cair. Sumber : Sudaryanto, dkk., 2012 Menurut Sukarwanto, dkk. (2012) dendeng adalah jenis makanan awetan yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, diolah dengan menambahkan bumbu-bumbu lalu dikeringkan, pengeringan biasanya dilakukan dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari. Saat ini dikenal ada dua jenis dendeng yaitu dendeng biasa dan dendeng roll. Pada proses pembuatannya kedua jenis dendeng tersebut sebenarnya hampir sama. Letak perbedaan proses pembuatan kedua dendeng tersebut yaitu pada dendeng biasa ikan biasanya dipotong atau diiris sedangkan pada dendeng roll ikan digiling atau dihancurkan terlebih dahulu, kemudian dicetak (Sudaryanto, dkk. 2012).
Unit/Kelompok Usaha yang menerapkan asap cair. Produk olahan asap cair tersebut telah diproduksi, dikemas dan dipasarkan oleh 6 unit/ kelompok usaha pengolah ikan yang ada di Kupang-NTT dari tujuh kelompok yang mendapat pelatihan. Keenam unit usaha tersebut beserta jenis produk, nomor perijinan dinas kesehatan dan contoh kemasannya disajikan dalam Tabel 5. Satu kelompok yang tidak melanjutkan pada proses produksi dan pemasaran adalah kelompok ke-7 yaitu kelompok ‘Rindu Sejahtera” PNPM mandiri, karena memang bukan unit usaha.
380
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
Tabel 5. UKM Penerima Manfaat Teknologi Asap Cair di Kupang NTT Produk/ Ketua Kelmpok/ No Nama UKM Pengenalan TTG Sertifikast Alamat PIRT Kelompok Dortia M. Mbura Kemasan dan label Kerupuk Ikan : Perempuan Alamat : Jl Lontar karton silinder , 202.537102217 1 Usaha Keluarga Pasir Panjang kerupuk cumi, asap Dendeng Ikan : (KPUK) Setia cair u perisa ikan 202.5371.032.17 Kawan Wilhemina M. Manafe Kemasan dan label Kerupuk Ikan : Kelompok Alamat : Jl. Kincir Air karton silinder , 202.5371.052.18 2 Perempuan Lasiana kerupuk cumi, asap Ikan Asap : Mawar Sejati cair u perisa ikan 202.5371.062.18 Maria Selfiana Paa Kemasan dan label Kerupuk Ikan : Alamat : Oesapa Barat karton silinder , 202.5371.012.42 Kelapa Lima kerupuk cumi, asap Dendeng Ikan : 3 Mandiri cair u perisa ikan 202.5371.xxx.yy Ikan Asap : 202.5371.0xx.yy Dedi Benyemin Ndoen Kemasan dan label Kerupuk Cumi : ST Alamat : Jl.Pluto karton silinder , 202.537.306.216 4 H&L Oesapa kerupuk cumi, Ikan Asap : 202.5371.022.16 Solagratia Ratu Edo asap cair u perisa Ikan Lele Asap : 5 TODE Alamat : Jl. Taruna ikan lele 202.537101241 Tode Kisar Kota lama Epa Lomiga, Oebobo Kemasan dan label Belum karton silinder , memenuhi kerupuk cumi, asap syarat untuk 6. Sisuka cair u perisa ikan ajukan PIRT, dan pengawetan produk belum di uji BPOM keterampilan, pengalaman, dan kompetensi; agar proses penelitian dan pengembangannya dapat mencapai dua tujuan utama berupa pengetahuan metode baru dalam pemecahan masalah secara praktis (Hult dan Lennung, 1980). Dalam hal ini, peneliti mendapatkan kerangka intelektual dan pengetahuan baru dalam pemecahan masalah, sedangkan pemilik masalah mendapatkan metode yang lebih efisien dalam pemecahan masalah secara praktis di lapangan (Burns, 1994).Dalam konteks pengembangan masyarakat (community development), kaji tindak partisipatif ditujukan untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak dalam kegiatan kaji tindak partisipatif biasanyaberlandaskan konflik kepentingan
Pembahasan Kaji Tindak Kaji tindak partisipatif merupakan kombinasi antara penelitian (research) dengan tindakan (action) yang dilakukan secara partisipatif guna meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan itu, integrasi dan partisipasi antara sesama peneliti, obyek yang diteliti, para pemangku kepentingan (stakeholders), dan elemen masyarakat lainnya merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan (Gonsalves et al., 2005) Dalam kaji tindak partisipatif, kerja sama antara peneliti dengan “pemilik masalah” (problem owner) merupakan hal penting untuk diterapkan. Ketergantungan saling menguntungkan antara peneliti dan pemangku masalah terletak pada pemahaman bersama terhadap masalah yang harus dipecahkan,
381
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
masyarakat.Implementasinya, aksi kegiatan diawali dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya, berikutnya transformasi sosial ekonomi, hingga pada akhirnya diharapkan tercipta suatu tatanan politik masyarakat yang berdaya (politicalcommunity’s empowerment). Hal yang patut diperhatikan adalah peneliti kaji tindak partisipatif harus mendedikasikan dirinya untuk bekerja bebas dari dominasi sistem kekuasaan (Tandon, 1981; Brown, 1985). Dalam berbagai aktivitas kaji tindak tersebut, secara fisik calon penerima teknologi praktis memang dilibatkan, namun hanya dalam rangka melaksanakan instruksi peneliti. Oleh karena itu, untuk lebih mengakomodasi aspirasi calon penerima teknologi dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan kaji tindak, penggunaan metode kaji tindak yang partisipatif (participatory actionresearch) perlu direkomendasikan (Basuno etal., 2005). Esensi dari pengertian kaji tindak, yaitu kombinasi antara kajian (research) dan tindakan (action), atau dengan kata lain terdiri dari teori dan praktek (McKay dan Marshall, 2001). Kaji tindak mencakup dihasilkannya pengetahuan baru dalam rangka pemecahan masalah atau perbaikan terhadap pemecahan masalah dalam kehidupan praktis (Elden danChisholm, 1993). Dapat dikatakan bahwa kaji tindak bukan sekadar pendekatan terhadap pemecahan masalah, melainkan disertai juga kerangka konseptual yang melatarbelakanginya. Oleh sebab itu, kaji tindak harus mencerminkan konsep strategi pengujian, perbaikan,dan pengembangan metode dalam rangka memperbaiki situasi dan kondisi permasalahan tertentu yang dinilai tidak optimal.
hidrokarbon (PAH). Dalam kegiatan ini telah diterapkan teknologi pemanfaatan asap cair untuk pengolahan produk berbasis ikan pada 6 unit usaha/kelompok pengolah ikan di Kupang-NTT telah dikemas dan telah mendapatkan sertifikasi produk dari dinas kesehatan setempat. Produk-produk olahan yang telah memanfaatkan asap cair diantaranya ialah ikan oven berperisa asap dan dendeng / dendeng roll berperisa asap. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih penulis sampaikan pada Ibu Carolina, Fithria N., Bambang Saksana, dan semua yang mendukung ataupun terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam kegitan PKPP tahun 2012 pada program pemanfaatan TTG Olahan Ikan di Kupang. DAFTAR PUSTAKA Agustina, W., 2013. Asap Cair untuk Olahan Ikan Oven Berperisa Asap.Majalah : Inovasi. Volume 6/Juni 2013. B2PTTG LIPI Subang. Basuno, E., R.N. Suhaeti, S. Wahyuni, R.S. Rivai,T. Pranaji, G.S.Budhi, dan M. Iqbal. 2005.Kaji Tindak (Action Research) Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Tertinggal.Laporan Penelitian. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor. Darmadji, P., 2009. Teknologi Asap Cair dan Aplikasinya pada Pangan dan hasil Pertanian. Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang teknologi Pangan dan hasil Pertanian. Fakultas teknologi Pertanian. UGM. Yogyakarta. DKP Provinsi NTT, 2012. http://nttprov.go.id/2012/index.php/en/ pemerintahan/profil-skpd/dinas/dinaskelautan-danperikanan, diunduh agustus 2013. Elden, M., and Chisholm, R.F. 1993. Emerging Varieties of Action Research : Introduction to the Special Issue. Human Relation. Gonsalves, J., T. Becker, A. Braun, D. Campilon, H.de Chaves, E. Fajber, M. Capiriri, J.R.Caminade, and R. Vernooy (Editors). 2005. Participatory
KESIMPULAN DAN SARAN Asap cair yang telah mengalami proses pemurnian dapat diaplikasikan pada produk olahan pangan berbasis ikan seperti ikan oven berperisa asap, dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap. Pemanfaatan asap cair untuk pembuatan ikan asap berpeluang dalam menggantikan produk ikan asap tradisional (dengan cara pengasapan langsung) yang dimungkinkan adanya kandungan zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti tar dan senyawa poliaromatik
382
Seminar Nasional & Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan – LIPI 2013
Research and Developmentfor Sustainable Agricultural and NaturalResource Management : A Resource Book(Glossary). International Potato Center-Users Perspective with Agricultural Researchand Development. Philippines Hult, M. and Lennung, S. 1980. Towards a Definition of Action Research: A Note and Bibliography. Journal of Management Studies, vol 17, no 2, pp. 242–250. McKay, J. and P. Marshall. 2001. Dual Imperativesin Action Research. Information Technology and People. Vol. 14, No. 1 Nurhayati T. 2000. Sifat destilat hasi! destilasi kering 4 jenis kayu dan kemungkinan pemanfaatannya sebagai pestisida.
Buletin Penelitian Hasil Hutan 17: 160-168. Rupert, S.,Gomez Ruiz J.R., dan Wenzl T., 2010. Results of an European InterLaboratory Comparison Study on the Determination of the 15 +1 EU Priority Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in Liquid Smoke Condensates. Food Chemistry vol. 123 no. 3 p. 819-826 :ELSEVIER SCI LTD Sudaryanto, A., dkk. 2012. Modul kegiatan PKPP Kupang 2012. B2PTTG LIPI : Subang. Sukarwanto, A., dkk., 2012. Modul Pelatihan Teknologi Tepat Guna : Teknologi Olahan Pangan Berbasis Asap Cair. B2PTTG-LIPI : Subang. Tandon, R. 1981. Participatory Research in the Empowerment of People. Convergence, Vol. 24 (3), pp. 20-29.
383