STUDI SANITASI DI KELURAHAN OEBOBO KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR
STUDY OF SANITATION AT THE OEBOBO VILLAGES KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR
SUDIRHAM Program StudiTeknikSipilUniversitasBojonegoro
Abstrak Kelurahan Oebobo merupakan salah satu kelurahan yang berada di pusat Kota Kupang dengan jumlah penduduk terbesar dari semua kelurahan yang ada di Kota Kupang. Dewasa ini, masyarakat kelurahan Oebobo telah mengerti pentingnya sanitasi. Di mana, di kelurahan tersebut telah ada layanan pengangkutan sampah dan tidak buang air besar sembarangan. Pemenuhan air bersih menjadi masalh tersendiri di kelurahan ini. Program sanitasi yang diadakan oleh pemerintah juga telah dilaksanakan, namun masih belum menjangkau seluruh wilayah kelurahan Oebobo. Ketersediaan air baku yang minim, tidak adanya saluran PDAM yang menjangkau, tidak adanya penyediaan air bersih umum atau komunal untuk masyarakat, didukung kondisi ekonomi yang rendah serta tingkat pendidikan yang rendah pula.Keadaan tersebut menimbulkan efek negatif, di mana terjadi pencurian air bersih dengan cara pelubangan pada pipa saluran yang ada (Fandoe, 2010). Dalam studi ini akan dibahas lebih detai terkait kendala dan strategi dalam pengelolaan sanitasi di kelurahan Oebobo dengan menggunakan metode Causal Loop Diagrams (CLD). Dari hasil analisa diperoleh kesimpulan ketersediaan sarana dan prasarana sanitasi bahwa pada kelurahan Oebobo masih sangat terbatas. Hal tersebut dikarenakan kondisi geologi wilayah yang kurang mendukung, pendapatan penduduk yang rendah dan pendidikan yang rendah.Berdasarkan hasil analisa dengan CLD. Dengan adanya permasalahan yang ada, sanitasi di kelurahan Oebobo dapat dikembangkan dengan cara melakukan pendekatan bottom up approach. Kata kunci; Sanitasi, CLD, Bottom Up Approach
Abstract Oebobourban village is one of the central villages Kota Kupang with the largest population of all villages in Kota Kupang. Today, the village community Oebobo have understood the importance of sanitation. Where, in the villages have no waste transportation services and defecation. Fulfillment of clean water into a separate masalh in this village. Sanitation programs organized by the government have also been implemented, but still not reach all areas Oebobo village. The availability of raw water is minimal, the absence of channel taps that span, the absence of a clean water supply for the public or communal society, supported by poor economic conditions and low levels of education as well. These circumstances have a negative effect, in which the theft occurred clean water by means of perforations in the existing pipeline (Fandoe, 2010). In this study will be discussed in more detai related constraints and strategies in the management of sanitation in villages 50
Oebobousing Causal Loop Diagrams (CLD). From the analysis we concluded the availability of sanitation facilities and infrastructure that the village Oebobo still very limited. That is because the geological conditions were less supportive area, low population income and low education. Based on the analysis results with CLD. With the existing problems, sanitation in villages Oebobo can be developed in a way to a bottom-up approach. Keywords; Sanitation, CLD, Bottom Up Approach
kota (Soetomo, 2002). Selain itu juga
1. Pendahuluan Kelurahan
Oebobo
merupakan
menyebabkan tingkat kebutuhan air
salah satu kelurahan yang berada di
bersih meningkat (Anggrahini, 2014).
pusat Kota Kupang dengan jumlah
Sebagian
penduduk
Kelurahan Oebobo sudah mengalami
terbesar
dari
semua
besar
bagian
kota
di
kelurahan yang ada di Kota Kupang.
kepadatan
oleh
Berdasarkan data yang diperoleh dari
permukiman,
sehingga
daftar kota Kupang dalan angka (2008)
menjadi sulit untuk dikembangkan lagi
diketahui
seperti
halnya
Kelurahan Oebobo 70,89 jiwa/Ha,
prasarana
jalan,
Kecamatan Oebobo 54,86 jiwa/Ha dan
drainase. Begitu juga dengan prasarana
Kota Kupang hanya 15,64 jiwa/Ha.
sanitasi yang ada, di mana untuk
Dari data tersebut dapat disimpulkan
mengimplementasikan
rasarana
bahwa Kelurahan Oebobo memiliki
tersebut
Oebobo
tingkat kepadatan penduduk tertinggi
mengalami kendala yang dikarenakan
di Kota Kupang dibanding kelurahan
luas kapling rumah yang terbatas dan
lainnya dan lebih tinggi dari kepadatan
jarak
penduduk kawasan
jumlah
penduduk
minimal kota
di
di
antar
perumahan prasarana
pengembangan air
bersih,
kelurahan
rumah
yang
dan
sangat
untuk
kriteria
berdekatan. Keadaan ini bertambah
50
jiwa/Ha
sulit dengan kondisi geologi atau
yaitu
(Fandoe, 2010).
struktur lapisan tanah di Kelurahan
Pertumbuhan
akan
Oebobo dan Kota Kupang umumnya,
atau
yang struktur tanahnya berbatu karang
perkembangan fisik lingkungan buatan,
sehingga dalam penyediaan prasarana
yaitu dengan kepadatan perumahan
sanitasi
permukiman
cukup tinggi.
menciptakan
penduduk perubahan
maupun
bangunan-
bangunan non permukiman, akhirnya mempengaruhi/membentuk
struktur
Saat
membutuhkan biaya
ini
penyediaan
yang
prasarana
sanitasi di Kelurahan Oebobo untuk 51
perumahan permukiman, disediakan
2. Tinjauan Pustaka
oleh masyarakat sendiri dengan segala
2.1. Sanitasi
keterbatasan pengetahuan mengenai
Sanitasi adalah perilaku disengaja
standar-standar sanitasi, keterbatasan
dalam pembudayaan air hidup bersih
biaya dan yang paling penting adalah
dengan maksud mencegah manusia
keterbatasan lahan atau ruang. Hal
bersentuhan langsung dengan kotoran
tersebut diengaruhi tingkat pendidikan
dan bahan buangan brbahaya lainnya
masyarakat kelurahan Oebobo yang
dengan harapan usaha tersebut dapat
rendah, di mana 50% penduduk hanya
menjaga dan meningkatkan kesehatan
tamatan
manusia.
SMA
dan
24,5%
Untuk
mewujudkan
hal
berpendidikan di bawah SMA, dengan
tersebut maka dibutuhkan prasarana
keadaan
sanitasi.
tingkat
pendidikan
yang
rendah tentunya berpengaruh terhadap
Komponen yang termasuk dalam
perekomonian penduduk yang mana
ruang
mayoritas
sendiri mempunyai beragam versi
penduduk
memili
lingkup
antara
pedagang yang memiliki penghasilan <
berkembang ruang lingkup sanitasi
1jt
2010).
dibatasi pada pengelolaan pembuangan
Pengetahuan dan perekonomian yang
tinja dan air limbah rumah tangga
minim
(domestik)
ditambah
penyediaan
air
prasarana
bulan
(Fandoe,
menyebabkan sanitasi
kondisi
masyarakat
di
di
sanitasi
matapencaharian sebagai buruh dan
per
lain,
prasarana
negara-negara
atau
minum.
tanpa Artinya
Kelurahan Oebobo tidak memenuhi
penyediaan air minum merupakan
standar
komponen
teknis
dan
kesehatan.
program
Di
Penyediaan prasarana sanitasi oleh
Indonesia
pemerintah di Kota Kupang masih
Kesehatan dibatasi dengan program
belum berarti. Program penyediaan
“SAMIJAGA” (Sarana Air Minum dan
prasarana sanitasi oleh pemerintah
Jamban Keluarga) dan Departemen
dengan program Sanitasi Berbasis
Pekerjaan Umum membatasi hanya
Masyarakat (SANIMAS) masih belum
terhadap sistem pembuangan tinja dan
menjangkau seluruh wilayah.
air limbah rumah tangga (Syahbana,
Dalam kajian ini akan dilakukan
menurut
tersendiri.
Departemen
2003).
analisa untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pengelolaan sanitasi di kelurhan Oebobo. 52
2.2.
Sanitasi
Total
Berbasis
Februari
Masyarakat (STBM) Menurut PMK No.3 tahun 2014, STBM
sejak Agustus 2001 dan berakhir pada
merupakan
suatu
2004.
Inisiatif
program
diprakarsai dan dibiayai oleh Waspola
metode
bekerjasama dengan AusAID dengan
pendekatan untuk mengubah perilaku
Pemerintah Indonesia melalui WSP
higienis dan saniter melalui melalui
(Bank Dunia). Tahun 2004 program ini
pemberdayaan
Yang
dilanjutkan oleh Bappenas melalui
bertujuan untuk mewujudkan perilaku
POKJA AMPL bekerjasama dengan
masyarakat yang higienis dan saniter
BORDA melalui BEST dan LSM lokal
secara
lainnya. Sejak tahun 2006 Sanimas
masyarakat.
mandiri
meningkatkan
dalam derajat
rangka kesehatan
telah
dijadikan
sebagai
program
masyarakat yang setinggi-tingginya.
nasional oleh Departemen Pekerjaan
Dalm
Umum hingga saat ini. Kegiatan dari
penyelenggaraannya,
STBM
berpedoman pada 5 (lima) pilar, yaitu; 1. Penghapusan
buang
air
besar
sembarangan/di tempat terbuka
program
Sanimas
ini
adalah
pembangunan sarana dan prasarana air limbah
permukiman
termasuk
di
2. Mencuci tangan pakai sabun
dalamnya penyediaan air bersih secara
3. Pengolahan air minum
berkelompok.
4. Pengelolaan sampah padat
penggunaannya berkelompok, maka
5. Pengelolaan air limbah
perlu
Guna mendukung penyelenggaraan
suatu
Oleh
karena
kelembagaan
untuk
pengelolaannya (Fandoe, 2010).
STBM, peran pemerintah sangatlah
Sasaran dari program ini adalah
diperlukan. Di Indonesia hal tersebut
kesehatan, yaitu kesehatan lingkungan
telah diimplementasikan dalam wujud
yang memberikan dampak langsung
program Sanitasi berbasis masyarakat
kepada masyarakat. Menurut penelitian
atau
yang telah dilakukan LSM, penduduk
yang
disebut
merupakan
“SANIMAS”
merupakan
program
yang
mengalami
sakit
akibat
peningkatan kualitas lingkungan di
pencemaran air limbah lebih banyak
bidang sanitasi khususnya pengelolaan
jumlahnya daripada penduduk yang
air limbah yang diperuntukkan bagi
tidak sakit. Dengan adanya sarana
kawasan
miskin
sanitasi yang terkelola dengan baik,
dengan
maka hal-hal positif yang terjadi antara
padat
(PAKUMIS)
kumuh
perkotaan
menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Program Sanimas dimulai
lain adalah 1. Penurunan angka kematian bayi, 53
2. Umur harapan hidup meningkat, dari 45,7% sampai 67,97%, 3. Angka
diare
dari
sanimas.
Kelembagaan
sanimas
ditingkat masyarakat terdiri dari 2 urutan
ke-5
penyebab kematian menjadi urutan ke9,
(dua), yaitu : 1. Panitia Pembangunan , bertanggung jawab dari tahap persiapan sampai
4. Untuk skala nasional peningkatan kapasitas
SDM
untuk
pelayanan
konstruksi. 2. Badan Pengelola bertanggung jawab
kesehatan (dokter, perawat, puskemas)
pada
dan
pengoperasian dan perawatan instalasi
peningkatan
jumlah
sarana
kesehatan
pasca
konstruksi
untuk
pengolahan akhir limbah (IPAL).
Sanimas
didesain
untuk
Untuk rencana kerja masyarakat
memberdayakan masyarakat miskin
(RKM), penyusunan RKM dibantu
perkotaan, sehingga mereka dapat :
oleh
konsultan
sanimas
dengan
1. Memilih sendiri program sanitasinya
menggunakan pendekatan Community
2. Menyusun rencana aksi
Participatory Approach (CPA) yang
3. Membentuk kelompok
terdiri dari :
4. Mengelola pembangunan fisik 5. Mengelola
1. Rencana Kerja Konstruksi,
operasi
dan
pemeliharaannya.
3. Rencana Pelatihan,
Sedangkan strategi sanimas adalah masyarakat
menentukan,
merencanakan,
2. Rencana Kontribusi Masyarakat,
membangun
4. Rencana Pengoperasian dan Perawatan. Mekanisme
kontribusi
dan
pembangunan atau penyediaan sanimas
mengelola sistem mereka sendiri, LSM
adalah, kontribusi dana bersumber dari
dan pemerintah hanya sebatas sebagai
masyarakat, pemerintah daerah dan
fasilitator. Program sanimas bersifat
sanitasi. Kontribusi masyarakat ditarik
tanggap kebutuhan, dengan masyarakat
oleh
yang layak mengikuti sanimas akan
langsung dimasukkan ke rekening
bersaing untuk mendapatkan dukungan
bank
program
dengan
sanimas,
komitmen
serta
menunjukkan kesiapan
untuk
panitia
milik
pemerintah
pembangunan
panitia
pembangunan
sedangkan daerah
dan
kontribusi dan
sanimas
melaksanakan sistem sesuai pilihan
ditransfer langsung ke rekening bank
mereka
sendiri,
milik panitia pembangunan sanimas.
keputusan
sepenuhnya
pengambilan berada
di
tangan masyarakat dan peran proyek
Dan
untuk
dilakukan
pencairan
dananya
berdasarkan
rencana 54
pembangunan sanimas yang diajukan oleh panitia pembangunan.
konstruksi
diskusi,
adalah
sebagai
berikut:
(solusi top-down) • Pemecahan
masalah
(partnership),
1. Pemda mengajukan beberapa kampung yang berpenduduk 50-100 KK
terpilih ditentukan melalui kesepakatan diantara desa/kampung tersebut terpilih
kemudian
bukan
pemaksaan
masyarakat
aktif
dalam
membuat keputusan, bukan pasif dan kemudian memakai saran dari luar. • Menggunakan teknologi tepat guna,
desa/kampung
ditetapkan
bersama-sama
perbaikan • Partisipasi
2. Melalui seleksi sendiri, desa/kampung
3. Setelah
menciptakan
konsensus, bukan pemaksaan kehendak
Sistematika proses pelaksanaan dan pasca
• Interaksi,
dilakukan
sosialisasi kepada masyarakat
bukan teknologi transfer. • Pemakaian pengetahuan / ilmu lokal dan ilmiah beriringan, bukan memakai
4. Masyarakat menetapkan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dengan bantuan
ilmu yang eksklusif • Belajar yang saling menguntungkan, bukan ‘we know what is the best’
fasilitator.
• Kontrol internal , dan bukan eksternal • Penciptaan
2.3. Paradigma Bottom-up Approach Bottom-up
aproach
merupakan
bentuk
partisipasi
masyarakat. Perubahan
paradigma
salah
satu
dalam otonomi daerah salah satunya adalah:
Pemerintah
bukan
lagi
tim
sukses,
bukan
‘
controled by elite’ (Pranoto, 2010).
2.4.Causal Loop Diagrams (CLD) CLD merupakan suatu diagram/bentuk mata
rantai
yang
menggambarkan
provider
identifikasi massalah dalam pendekatan
(menyediakan /memutuskan) , tetapi
sistem yang menghubungkan berbagai
enabler (mengajak masyarakat ikut
kepentingan dengan pemasalahan yang
serta berpartisipasi).
dihadapi (Setiawan, 2012)
berperan
sebagai
Dalam upaya penerapan paradigma
CLD memiliki 2 (dua) jenis, yaitu;
bottom-up diperlukan strategi – strategi
1. Reinforcing loop
tertentu, antara lain:
2. Balancing loop
• Mendengarkan dan bertanya dulu (not giving answer directly).
55
3. Metode Studi
pelanggan melalui reservoir sebagai
3.1. Teknik Pengumpulan Data
penampung. Penyediaan air bersih
Dalam
memperoleh
untuk
umum atau komunal untuk melayani
dengan
masyarakat di Kelurahan Oebobo juga
yang
belum tersedia Keadaan ini karena
diperoleh dari data sekunder yang
kurangnya sumber air dari sambungan
merupakan data yang diperoleh dari
PDAM, tidak adanya sumber air baku
dokumen
alami dan tidak adanya lahan sebagai
penelitian
ini
mengumpulkan
–
data
dilakukan data
–
dokumen
data
yang
dapat
dijadikan acuan dalam kajian ini.
tempat konstruksi prasarana sanitasi. 2. Drainase; dalam hal ini, kelurahan Oebobo masih menggunakan sistem
3.2. Analisis data Dalam studi ini digunakan analisa
campuran untuk pematusan air hujan
deskriptif dan CLD (Causal Loop
dan limbah rumah tangga. Keadaan
Diagrams).
geologi
Kelurahan
Oebobo
yang
berbatu juga menjadi kendala dalam 4. Hasil Dan Pembahasan
penyediaan
4.1. Hasil Identifikasi
drainase kota masih bersifat parsial,
Berdasarkan diperoleh,
informasi
maka
dapat
yang
dilkaukan
identifikasi terhadap kondisi sanitasi di kelurahan Oebobo sebagai berikut;
belum
drainase kota. Sistem
terintegrasi
sebagai
suatu
pelayanan
dan
sistem drainase kota. 3. Persampahan;
pengangkutan sampah di Kelurahan
1. Air bersih; menjadi persoalan yang
Oebobo dan seluruh wilayah di Kota
belum dapat diselesaikan hingga saat
Kupang hanya pada ruas-ruas jalan
ini di Kota Kupang, baik dari sisi
protokol atau jalan utama, sedangkan
penyediaannya maupun kontinuitas.
permukiman di luar kawasan tersebut
Kelurahan Oebobo adalah salah satu
manangani sampah secara mandiri
kelurahan yang belum dilayani oleh
dengan
PDAM
masing-masing atau membuangnya
Kota
sehingga
Kupang
dilayani
Kabupaten
Kupang.
saat
dari Ini
ini,
PDAM karena
membakar
di
lingkungan
sendiri ke TPS terdekat. 4. Limbah;
di
Kelurahan
Oebobo
ketersediaan sumber air baku yang
sebagian kecil terintegrasi dengan
sangat kurang. Sistem pengadaan air
drainase jalan kota, dibuang langsung
di Kota Kupang menggunakan sumur
ke
artesis,
masyarakat
kemudian
disalurkan
ke
saluran
kali masih
dan
sebagian
mengandalkan 56
peresapan
di
lingkungan
masing.
Pengetahuan
masing-
langsung
dialirkan.
Keadaan
ini
penduduk
menyebabkan masih ada penduduk
Kelurahan Oebobo tentang sanitasi
lain yang merasa terganggu dengan
khususnya
dan
saluran dan penampungan limbah
penampungan limbah rumah tangga
tetangga mereka. Gangguan berupa
sudah baik, seperti standar konstruksi
bau tidak sedap karena penguapan,
saluran limbah yang baik, tempat
gangguan serangga seperti kecoa dan
penampungan limbah yang baik bila
nyamuk, serta pemandangan yang
saluran rumah tidak terhubung dengan
kurang baik.
penyaluran
sistem drainase jalan. Tapi pada
5. Pembuangan tinja; di Kelurahan
kenyataannya sebagian besar saluran
Oebobo menggunakan sistem saptick
limbah rumah tangga di sana masih
tank dan atau peresapan, yang masih
jauh dari harapan dan standar yang
disediakan secara sendiri-sendiri atau
mereka ketahui. Sebagian besar rumah
rumah
tangga mengalirkan limbah mereka
pengetahuan penduduk tentang sistem
hanya dengan saluran terbuka tanah,
pengolahan limbah rumah tangga,
saluran terbuka konstruksi semen, dan
pengetahuan
sedikit konstruksi tertutup. Juga masih
penampungan tinja yang benar juga
ada
sudah
penduduk
membuang
yang
limbah
langsung
rumah
tangga
tangga.
Sama
tentang
banyak
seperti
sistem
diketahui
oleh
penduduk Kelurahan Oebobo. Tapi
mereka langsung ke saluran kali,
kenyataannya
bahkan hanya mengalirkannya ke atas
penampungan tinja yang disiapkan
tanah di pekarangan rumah mereka
masyarakat sendiri masih jauh dari
tanpa ada saluran dan penampungan.
standar
Tempat penampungan limbah rumah
mereka ketahui. Keadaan geologi di
tangga
seadanya,
Kelurahan Oebobo dengan Struktur
tangga
tanah yang berbatu menjadi salah satu
tangga
kendala
juga
sebagian
terlihat
besar
membuang
limbah
rumah rumah
penyediaan
penampungan
sehat
penyediaan
sistem
yang
sistem
mereka bercampur dengan lubang
penampungan tinja yang baik, dengan
peresapan pembuangan tinja. Banyak
masing-masing tangki saptick dan
juga yang hanya membuat lubang
lubang peresapan. Keadaan geologi ini
terbuka sebagai penampungan. Rumah
juga dimanfaatkan beberapa penduduk
tangga
di
yang
terintegrasi
dengan
saluran drainase jalan atau saluran kali
Kelurahan
memanfaatkan
Oebobo celah-celah
dengan retakan 57
pdam
batu yang lebar dan lubang-lubang yang ada di antara bebatuan sebagai sanimas
tempat penampungan atau lebih tepat tempat
pembuangan
tangga
mereka,
menyalurkan
ke
tinja
hanya
rumah
Kemiski nan -
Air bersih reservoir
dengan
lubang-lubang
tersebut dan membuat penutup secara
Sistem drainase
+ Kesehata n -
Drainase
permanen di atasnya.
Geologi
Dari hasil identifikasi yang ada, maka dapat dilakukan mapping terhadap variabel
Pelayana n
Sampah
studi. Adapun hasil mapping tersebut
+
Pendidik an -
Tps
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut; Tabel 4.1. Variabel studi sanitasi No
Obyek
1
Air bersih
2
Drainase
3
Sampah
4
Limbah
5
BAB
Variabel PDAM SANIMAS Reservoir Geologi Sistem a. Kemiskinan Drainase b. Kesehatan a. Pelayanan c. Pendidikan b. TPS d. Gender a. IPAL a. saptick tank b. Geologi a. b. c. a. b.
(Sumber; Menyarikan rujukan, 2014)
Ipal
Limbah
+
Gender Saptick tank BAB Geologi
Gambar 4.1 Hasil CLD studi sanitasi
Dari gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa sanya adanya PDAM dan
4.2.CLD (Causal Loop Diagrams) Setelah diketahui variabel yang berpengaruh, maka dapat dibentuk CLD studi sebagaimana berikut;
SANIMAS harus diupayakan bisa menjangkau seluruh wilayah, atau memaksimalkan Reservoir yang telah ada maka kebutuhan air bersih bersih akan
terpenuhi.
permasalahan masyarakat berpengaruh
Namun dalam
setempat
terjadi kondisi
yang
terhadap
dapat upaya
pengembangan prasarana dan sarana penyediaan air bersih, akan tetapi dengan pengembangan tersebut juga bisa memberikan umpan balik terhadap 58
faktor –faktor tersebut. yaitu kondisi masyarakat
yang
miskin
jika
1. Pada kelurahan Oebobo telah ada sarana
dan
prasarana
sanitasi.
kebutuhan air bersihnya tercukupi
Masyarakat pada kelurahan tersebut
maka masyarakat akan sehat, jika
juga telah memahami sanitasi dengan
masyarakat
memiliki
baik, namun dalam hal ketersediaan
keinginan yang kuat untuk maju, maka
sarana dan prasarana sanitasi masih
mereka akan sekolah dan memperbaiki
sangat
tingkat pendidikan keturunan. Dengan
dikarenakan kondisi geologi wilayah
bekal pendidikan yang cukup, maka
yang kurang mendukung, pendapatan
dapat meningkatkan tingkat partisipasi
penduduk yang rendah dan pendidikan
dan kesadaran peran gender pada
yang rendah.
sehat
dan
terbatas.
Hal
tersebut
masyarakat menjadi lebih luas, tidak
2. Berdasarkan hasil analisa dengan CLD.
hanya kaum laki – laki saja, melainkan
Dengan adanya permasalahan yang ada,
juga pada kaum perempuan. Hal ini
sanitasi di kelurahan Oebobo dapat
juga berlaku pada faktor drainase,
dikembangkan dengan cara melakukan
sampah, limbah dan BAB sebagaimana
pendekatan bottom up approach.
terilustrasikan
dalam
gambar
4.1.
Semakain tinggi kesadaran masyarakat maka akan semakin pemerintah
untuk
mudah bagi melakukan
6. Saran Dalam
setiap
pengambilan
keputusan dalam upaya pengembangan
pendekatan dari bawah (bottom-up
sanitasi,
approach)
melakukan
dilibatkan dengan maksimal. Di mana
pengembangan sarana dan prasarana
dalam hal ini dapat dilakukan dengan
sanitasi. Dengan adanya kesadaran dan
pendekatan
dukungan
berdasarkan
approach, salah satunya bisa dilakukan
up
maka
dengan konsep FGDI (Focus Group
pengelolaan sanitasi dapat dilakukan
Discussion Informal) di kelurahan
secara terpadu dan menyeluruh hingga
Oebobo.
pendekatan
untuk
pemerintah bottom
hendaknya
paradigma
masyarakat
bottom-up
dapat menjangkau ke seluruh wilayah kelurahan Oebobo.
7. Daftar Pustaka Anonemous, 2008. “ Buku Kota
5. Kesimpulan Dari hasil studi yang ada, dapat ditarik 2 (dua) kesimpulan, yaitu;
Kupang Dalam Angka”. Anonemous, Menteri
2014. Kesehatan
“Peraturan Republik 59
Indonesia, Nomot 3 Tahun 2014,
Kampung
Tentang Sanitasi Total Berbasis
Semarang.” Disertasi. Program
masyarakat ”
Pascasarjana
Ilmu
Teknik,
Ajar
Universitas
Gajah
Mada.
Manajemen Sumber Daya Air
Jogjakarta.
Anggrahini,
2014.
“Bahan
Kanalsari,
Kota
Terpadu”. Manajemen Sumber Daya Air, Magister Teknik Sipil. ITS Surabaya Fandoe,
Deddy
Ferdianto,
2010.
“Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana Sanitasi Permukiman di
kelurahan
Oebobo
Kota
Kupang dalam Kaitannya dengan Kepadatan
Penduduk”.
Tesis.
Program Pascasarjana, Magister Teknik Pembanguan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Pranoto,
2010.
Bahan
ajar
“Operasional
dan
Pemeliharaan”. Manajemen Magister
konsentrasi Konstruksi
Teknik
Universitas
–
Sipil
–
Diponegoro.
Semarang. Setiawan, Dwi. 2012. “ Diagram Causal Loop”. Blog.ub.ac.id. Soetomo
Sugiono.
Urbanisasi
ke
2002.
Dari
Morfologi
Kota.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Syahbana,
Joesron
Alie.
2003.
“Pengelolaan Prasarana Sanitasi Lingkungan Oleh Masyarakat di 60