Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
PRODUKTIVITAS PADANG PENGGEMBALAAN RUMPUT ALAM UNTUK MENGHASILKAN SAPI BIBIT DI KUPANG TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR (Productivity of Native Pasture to Support Breeding Cattle Herd in East Kupang, East Nusa Tenggara) NURIL HIDAYATI, C. TALIB1) dan A. POHAN2) Puslitbang-Biologi, LIPI–Bogor Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 2) Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian, Kupang 1)
ABSTRACT The research is conducted to evaluate productivity of native pasture in Timor, East Kupang District, NTT. Almost all of the cattle in the area depend on the productivity of the native pasture where they have free access to administrate along the year. The aim of research is to quantify the production capacity and the fluctuation production of grasses and legume. Research results show that highest production is reached in the early of dry season and the lowest in the end of the dry to the beginning of the rainy. In the lowest capacity, the products are very poor of nutrient and quantity. These results are also remained that in the under nutrient period, feed supplements are essential for the cattle to maintain and to sustain their productivity. Key words: Native pasture, production, quality
ABSTRAK Penelitian untuk mengevaluasi kapasitas produksi padang rumput alam telah dilakukan di padang penggembalaan alam di Timor, Kecamatan Kupang Timur, NTT. Padang rumput alam ini menampung sebagian besar sapi yang dipelihara peternak dengan cara dilepas secara bebas sepanjang hari selama satu tahun. Penelitian ditujukan untuk mengetahui fluktuasi total produksi rumput dan leguminosa serta kualitas produk yang dihasilkan kedua unsur padang rumput tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi dicapai pada saat awal musim kemarau dan terendah pada saat penghujung musim kering sampai awal musim hujan dengan produk yang dihasilkan sangat rendah baik jumlah maupun kualitasnya. Hasil penelitian ini juga secara tersirat menyarankan bahwa pada periode kekurangan pakan, maka pemberian pakan tambahan seharusnya diberikan pada ternak-ternak di padang penggembalaan tersebut. Kata kunci: Padang rumput alam, produksi, kualitas
PENDAHULUAN Nusa Tenggara Timur telah lama dikenal sebagai daerah kantong ternak sapi Bali (Bos banteng) dan Sapi Ongole (Bos indicus) murni di Indonesia. Pada era tahun 1970-an daerah ini mengekspor sapi Bali ke Hongkong dan Malaysia tetapi pada dekade sesudahnya hanya berkonsentrasi untuk memenuhi permintaan dalam negeri baik untuk ternak potong maupun sebagai
345
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
ternak bibit. Sapi Bali adalah ternak sapi potong terbanyak yaitu kurang lebih 90% dari populasi sapi potong yang berjumlah sekitar 850 ribu ekor di NTT (DITJENAK, 1999). Sebagai sumber sapi bibit dan sapi bakalan untuk penggemukan serta dalam jumlah terbatas untuk sapi-sapi siap potong, daerah ini memiliki berbagai sumber penunjang terutama pakan ternak. Umumnya sapi-sapi ini hidup si padang penggembalaan alam (native pasture) yang luas, daerah persawahan dan perladangan setelah panen selesai. Pada areal yang cukup terbatas dikembangkan sentra-sentra penggemukan baik secara tradisional maupun semi-tradisional. Tersedianya padang penggembalaan alam yang luas menyebabkan pemeliharaan sapi-sapi menjadi sangat murah karena hampir zero-input. Areal seperti inilah yang menghasilkan hampir seluruh sapi-sapi bibit maupun bakalan untuk penggemukan pada berbagai daerah di Indonesia. Hanya kelemahannya, sapi-sapi disini memiliki pertumbuhan yang cukup baik pada waktu pakan melimpah dan sebaliknya akan terjadi penurunan bobot badan pada saat kekurangan pakan (WIRDAHAYATI dan BAMUALIM, 1990; TALIB et al., 1999). Padang rumput alam ini dapat dikatakan masih asli dalam arti belum ada input yang berarti yang dimasukkan untuk meningkatkan produktivitasnya yang sekaligus akan dapat meningkatkan kapasitas tampung ternak yang merumput di dalamnya. Penelitian ini di lakukan untuk mengevaluasi produktivitas padang rumput alam, baik dari segi jumlah produksi maupun kualitas produk yang dihasilkan sepanjang tahun. Diharapkan manfaat penelitian ini akan berdampak pada perubahan strategi pemberian pakan untuk mempertahankan produktivitas ternak yang baik sepanjang tahun. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada padang rumput alam di kecamatan Kupang Timur selama 12 bulan (1995–1996). Pemilihan lokasi padang rumput ini diambil dengan sengaja karena mudah dicapai dan sangat luas dengan jumlah ternak yang ada di dalamnya mencapai jumlah beberapa ribu ekor. Ternak-ternak yang merumput dilepas bebas sepanjang hari (siang dan malam) dan hanya untuk keperluan-keperluan khusus baru ternak dikandangkan selama 1–2 hari. Disamping pengukuran pada padang rumput, juga dilakukan pengukuran pada pakan hijauan leguminosa yaitu turi (Sesbania glandiflora) yang memang sengaja ditanam oleh peternak sebagai sumber hijauan untuk penggemukan didaerah lain (dijual). Pengambilan sample rumput dilakukan secara acak melalui peta yang kemudian setiap spot terpilih dibuat protected square meter seperti yang dianjurkan oleh (MCILROY, 1976). Baik pada rumput maupun leguminosa, pengukuran jumlah produksi dilakukan dengan penimbangan dan pengukuran kualitas dilakukan dengan analisis proksimat yang dilakukan secara hampir bersamaan ketika pemotongan yang dilakukan setiap tiga bulan sekali sepanjang tahun. Data iklim diambil dari pencatatan yang dilakukan oleh Station Meteorologi yang berjarak kurang lebih 2 km dari pinggiran padang rumput yang diteliti untuk menunjang data produktivitas padang rumput alam. Pengukuran unsur-unsur iklim dilakukan secara harian terhadap suhu udara, intensitas penyinaran matahari, curah hujan dan evaporasi tanah. Periode pemotongan dijadikan perlakuan untuk membedakan produktivtas padang rumput dan leguminosa sepanjang tahun berjalan. Data dianalisa dengan menggunakan general linier model dari SAS dengan model matematik:
346
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
Y = µ + Ti+ ξij
dimana Y= parameter yang diukur; µ adalah rataan; T adalah periode pemotongan (i=1-4); dan ξ adalah galat sedangan j adalah jumlah sampel per periode. Hasil yang berbeda antar periode kemudian dianalisa dengan uji jarak Duncan dengan menggunakan program statistik yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan iklim dan hubungannya dengan perkembangan pastura secara umum Keadaan iklim sepanjang tahun penelitian, ditampilkan dalam Gambar 1 dan Gambar 2.
500
25
Hari hujan
300 mm
20
Hujan
15
200
10
100
5
0
0 Jan Feb Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt Sep Okt
day
400
Nop Des
Gambar.1. Distribusi jumlah curah hujan dan hari hujan bulanan sepanjang tahun di areal penelitian dan
sekitarnya
dari 1991-1995 Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa musim hujan berlangsung dari bulan November–April dan Musim kemarau dari bulan May sampai dengan Oktober. Walaupun demikian ternyata pada tahuntahun tertentu musim panas bisa berlangsung berkepanjangan menjadi 7–8 bulan, yaitu dari April– November. Rataan curah hujan di daerah ini berkisar antara 1400–1500 mm per tahun dengan penyebaran per bulan sekitar 0–500 mm. Dari Gambar 2 terlihat bahwa temperatur udara dan kelembaban udara hampir konstan sepanjang tahun yaitu sebesar 26,9±0,90C dan 70–80% dengan temperatur minimum 23,0±1,1 dan maksimum 31,6±0,90C. Ada sedikit kecendrungan penurunan suhu udara dan kelembaban sepanjang musim kemarau yang mungkin berhubungan dengan naiknya kecepatan angin dan bertambah panjangnya radiasi sinar matahari yang meningkatkan evaporasi tanah. Sedangkan dalam musim hujan intensitas penyinaran matahari menurun, demikian pula kecepatan angin dan penguapan tanah.
347
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
300
10
100
30 29
80
8
28 27 C
60
o
evaporation
150
%
6
knot
mm
225
w ind blow ing
4
26
solar radiation 40
humidity 25
temperature 75
2 Jan
Feb
M ar
A pr
M ay
Jun
Jul
A ug
Sep
O ct
N ov
D es
20
24 Jan
Feb
M ar
A pr
M ay
Jun
Jul
A ug
Sep
O ct
N ov
D es
Gambar.2. Rataan jumlah evaporasi tanah (mm), kecepatan angin (knot), radiasi matahari (%), kelembaban (%) and temperatur (0C) bulanan sepanjang tahun di areal penelitian dari tahun 1991-1995 Akibat dari keadaan iklim yang seperti ini maka tanaman yang mendominasi adalah rerumputan dan semak dengan masa pertumbuhan vegetatif yang terbatas dan fase generatif yang relatif pendek. Panjang pendeknya masa vegetatif dan generatif ini bersama-sama dengan musim hujan dan kemarau membuat distribusi produksi dan kualitas produk dari padang rumput dengan suatu sebaran yang cukup besar sepanjang tahun. Rumput akan mempercepat pertumbuhan vegetatif untuk mencapai fase generatif agar dapat mempertahankan existensi dari species-species yang ada sebelum mati. Oleh karenanya kualitas padang rumput yang baik hanya akan terjadi dalam waktu yang pendek saja. Produktivitas padang rumput dan leguminosa Produktivitas padang rumput dan leguminosa turi (Sesbania grandiflora) pada padang rumput alam di Kecamatan Kupang Timur ini dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Produktivitas padang rumput alam (rumput dan leguminosa turi) 4
80 Rumput
60
2
40
%
tonne pe r ha
Legume
3
Rumput-bahan kering Rumput - protein Legume - bahan kering Legume - protein
20
1
0
0 Feb
Mei
Agt
Nop
Des/Jan/Feb
Apr/Mei/Jun
Agt/Sep/Okt
Periode waktu pemotongan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah produksi dan kualitas produksi rumput dan leguminosa padang penggembalaan. Gambar 3 menunjukkan bahwa puncak produksi padang rumput tercapai ketika produksi rumput tertinggi yaitu pada periode bulan Mei yaitu pada awal musim kering dan terendah dalam periode bulan November yaitu pada awal musim hujan. Puncak produksi ini dicapai ketika rumput menghasilkan 3,8+1,1 ton per ha dan 348
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
leguminosa sebesar 0,3+0,5 ton per ha. Kemudian produksi menurun ke jumlah 2 ton pada periode Agustus dan selanjutnya menurun dengan sangat tajam menjadi hanya 0,18+0,1 ton dan 0,02 ton per ha untuk rumput dan leguminosa dalam periode November (awal musim hujan). Kualitas pastura yang diwakili oleh jumlah kandungan protein kasar dan bahan kering (hampir selurunya adalah cellulose and hemi-cellulose) juga menampilkan deviasi yang besar sepanjang tahun. Protein rumput yang pada musim hujan mencapai 8,3% dengan cepat menurun menjadi 5,5% pada awal musim kering dan kemudian jatuh ketitik terendah, yaitu 2,2% pada akhir musim kering. Pada periode yang sama protein leguminosa juga menunjukkan penurunan dari 26,5% menjadi 22,3% dan seterusnya 12,5%. Kandungan bahan kering juga menunjukkan peningkatan yang besar, yaitu dari 20% dalam musim hujan baik untuk rumput maupun legume meningkat tajam menjadi masing-masing 74% dan 43% pada akhir musim kemarau. Jumlah curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi dalam periode Desember– Februari yaitu sebesar 375 mm dan 23 hari hujan per bulannya. Pada saat yang sama rerumputan dan legume juga menunjukkan kandungan protein terbaik, walaupun itu bukanlah waktu terbaik untuk dipanen. Waktu terbaik untuk panen adalah periode awal fase generatif yang ditandai mulai adanya pembungaan (periode April–Mei) karena keseimbangan protein dan serat kasar serta jumlah produksi mencapai titik optimum (NULIK et al. 1989; NORMAN, 1965; MCILLROY, 1976; POOL and ANDREW, 1992). Pada saat produksi padang rumput dan leguminosa terbaik, keadaan iklim menunjukkan bahwa kelembaban adalah 70%, radiasi matahari 60-80%, kecepatan angin 5-7 knot dan evaporasi sebesar 150–200 mm dan temperatur adalah 270C. Selain suhu udara, semua faktor iklim lainnya menunjukkan keberadaannya adalah pada titik-titik minimum. MCDOWELL (1972) mengatakan bahwa skala yang ditunjukkan oleh unsur-unsur iklim ini hampir serupa dengan kondisi optimal yang diharapkan oleh sapi potong daerah tropis untuk menampilkan aktifitas reproduksinya. TALIB et al., (1999) dan WIRDAHAYATI dan BAMUALIM (1990) melaporkan bahwa dalam periode ini kelahiran pada sapi Bali yang hidup di padang penggembalaan alam terjadi sebesar 60–80%, sedangkan sisanya yaitu pedet yang dilahirkan di luar periode ini akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan hidup dibawah cekaman lingkungan yang sangat keras kecuali dibantu dengan pakan tambahan. Keadaan ini menunjukkan bahwa, secara biologis sapi Bali dapat melahirkan sepanjang tahun, tetapi dibawah pengaruh lingkungan padang rumput dimana sapi Bali menjadi salah satu unsur dari lingkungan tersebut, ternyata mereka beradaptasi untuk mempertahankan eksistensinya. Kedua kelompok peneliti ini juga melaporkan terjadinya kehilangan bobot badan pada indukinduk sapi yang hidup disini terutama dalam periode akhir musim kering sampai ke awal musim hujan. Oleh karenanya disarankan agar selama dalam periode ini sapi-sapi dipadang rumput alam ini memperoleh pakan tambahan untuk mengurangi dampak negatif dari lingkungan yang buruk. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1.
Fluktuasi unsur-unsur pembentuk iklim yang cukup besar, berpengaruh secara langsung terhadap produktivitas padang rumput alam baik dalam jumlah maupun kualitas.
349
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001
2.
Waktu terbaik untuk panen padang rumput agar diperoleh hasil terbanyak dan terbaik adalah dalam periode Mei–Juni. Periode inipun merupakan puncak aktifitas reproduksi pada sapi yang hidup di padang rumput ini.
3.
Dengan adanya fluktuasi jumlah produksi maupun kualitas produk padang rumput yang sangat menurun pada akhir musim kemarau sampai awal musim hujan, maka pemberian pakan tambahan bagi ternak sapi yang hidup disana sangat dianjurkan untuk mengurangi pengaruh lingkungan yang buruk bagi produktivitas ternak. DAFTAR PUSTAKA
DITJENAK. 1999. Statistik Peternakan 1998. Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta. MCDOWELL, R.E. 1972. The role of livestock in the warm climates. In Improvement of Livestock Production in Warm Climates. R.E. McDowell. WH Freeman and Co. San Fransisco. P. 3 MCILLROY, 1976. Pasture and Pasture Management. NORMAN, M.J.T. 1965. Seasonal performance of beef cattle on native pastures at Katherine, NT. Australian Journal Experimental Agriculture and Animal Husbundry 5: 227. NULIK, J., P. TH.FERNANDES and A. BAMUALIM. 1989. Productivity of Native Pasture at Naibonat and Camplong, Timor (Produksi Padang Rumput Alam di Desa Naibonat dan Camplong). Laporan Hasil Penelitian Sub-Balitnak Lili, Kupang. POOL and ANDREWS. 1992. Nutrition. In Bovine Medicine Disease and Husbandry of Cattle. Edited by A.H. Andrews, R.W. Blowey, H. Boyd and R.G. Eddy. Blackwell Scientific Publications, Oxford. P: 75. TALIB,C., A. BAMUALIM dan A. POHAN. 1999. Problematika pengembangan sapi Bali dalam pemeliharaan di padang penggembalaan. Proc. Seminar Nasional, Puslitbangnak, Bogor. Hal: 248. WIRDAHAYATI, R.B. and A. BAMUALIM. 1990. Penampilan produksi dan struktur ternak sapi Bali di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur Proc. Seminar Nasional, Sapi Bali, 20-23 September, 1990, FAPETUniversitas Udayana, Denpasar. P: C1-C5.
350