Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
KAPASITAS TAMPUNG HIJAUAN PAKAN DALAM AREAL PERKEBUNAN KOPI DAN PADANG RUMPUT ALAM DI KABUPATEN FLORES TIMUR NUSA TENGGARA TIMUR
Markus M. Kleden*, M. R. D. Ratu*, dan M.D.S. Randu**
ABSTRAK
ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan di area pertanaman kopi dan lahan pasture dengan tujuan untuk mengetahui produksi dan lkualitas pakan ternak. Penelitian dilakukan dengan metode survey. Data primer diperoleh dari Kecamatan Wulanggitang Kabupaten Flores timur khususnya di perkebunan kopi dan area pastura. Data primer berupa produksi dan kualitas rumput termasuk kesuburan tanah secara fisika kimia pada area perkebunan kopi. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait menyangkut iklim dan topografi wilayah. Hasil peneloitian menunjukkan bahwa potensi pakan di Kecamatan Wulanggitang mencapai 7,664 ton/ha bzhan segar di area perkebunan kopi dan 6,98 ton/ha rumput segar di area pastura secara berturut turut. Hasil ini mengindikasikan bahwa area perkebunan kopi dapat menampung 0,42 unit ternak dan 0,38 unit ternak di areal pasture. Topografi Kecamatan Wulanggitang berkisar antara 0% - >40%. Komposisi kimia rumput pakan adalah 6,95% protein kasar di areal perkebunan kopi dan 6,65% di area pasture. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan protein kasar di area penelitian sudah melebihi kebutuhan minimum ternak. Kesimpulannya adalah potensi sumber daya pakan dia kedua area penelitian tidak mendukung perkembangan ternak khususnya ternak sapi di Kecamatan Wulanggitang padahal sumber pakan hijauan ternak hanya bersumber dari kedua area tersebut.
CARRYING CAPACITY OF FORAGE IN COFFEE FARM AND NATIVE PASTURE AREA AT DISTRICT OF FLORES TIMUR, EAST NUSA TENGGARA. Research was conducted at coffee farm and native pasture area with the objective to measure the production and quality of forage. The research method used was survey method. Primary data were collected at Sub-district of Wulanggitang - District of Flores Timur, particularly in the coffee farm and the native pasture areas. Primary data consisted of production and quality of the native grasses including land fertility -both physical and chemical - in the coffee farm area. On the other hand, secondary data were taken from related institutions cover climate condition and topography. The result showed that potency of forage resources in the Sub-District of Wulanggitang reach 7,664 ton fresh matter/ha for the coffee farm and 6.98 ton fresh matter/ha for the native grasses, respectively. The total production may figure carrying capacity of the coffee farm area is 0.42 UT/ha and 0.38 ST/ha of the native grasses, respectively. In addition, the topography of Wulanggitang Sub-district was about 0 % - > 40 %. Moreover, chemical composition of the forages, mainly crude protein, was 6.95 % in the coffee farm area and 6.65 % in the native pasture area, respectively. It was found that the forages crude protein was very high and available over the livestock minimum needed. Composition of the crude protein was high since the forages are relatively young due to high rainy distribution in a few weeks before taking the sample. However, although the crude composition of the forages in the coffee farm - both quantitatively and qualitativelywas higher than that of the native pasture, its function to support the feed resources was not significant. In conclusion, the potency of the forage resources in those two areas was not
Kata kunci :kualitas hijauan pakan, perkebunan kopi, pasture alami, daya tampung *Fakultas Peternakan UNDANA Kupang **Politeknik Negeri Kupang
340
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
support the livestock development especially beef cattle farm at the Sub-district of Wulanggitang when it depends only on the forages of these two areas.
ISSN 0852 -2626
Fakta
Nusa Tenggara Timur relatif rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang singkat. Kenyataan ini dampak
tepat.
salah
satu
Kebijakan
ini
faktor yang mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan dan faktor pendukung lainnya perlu digali dan dikembangkan
mengisaratkan bahwa semua kemampuan
guna menjaga kesinambungan usaha.
yang ada pada masyarakat perlu digali,
Produksi dan kualitas hijaun pakan
dikembangkan dan didayagunakan secara maksimal
yang
berorientasi
terutama rumput alam yang tersebar dalam
pada
areal perkebunan kopi yang tumbuh dan
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
berkembang di bawah naungan tanaman
masyarakat. Pelaksanaan
kopi
pembangunan
genetik
dapat dilaksanakan secara optimal jika pasti
tidak
berpengaruh
suatu
kualitas
lingkungan.
hijauan
pakan
pembatas pengembangan ternak selama musim kemarau. Semua hijauan yang dapat dimakan
diambil
ternak baik yang tumbuh dan berkembang
kebijakan yang tepat dalam penentuan pengembangan
faktor
terbatas dan sekaligus menjadi faktor
yang ada perlu dipelajari secara lebih dapat
sangat
jumlah maupun kualitas menjadi sangat
secara
oleh karenanya semua faktor pendukung
sehingga
umumnya
Konsekuensinya ketersediaan hijauan baik
individu tetapi akan saling berinteraksi,
mendalam
padang
berfluktuasi mengikuti perubahan musim.
usaha tersebut. Semua faktor pendukung ada
dengan
Penurunan
faktor-faktor
pendukung yang berpengaruh terhadap
yang
hamparan
tergantung pada interaksi antara faktor
terutama peternakan sapi potong akan
secara
serta
penggembalaan
pertanian yang berbasiskan peternakan
diketahui
sektor
kaitan dengan hal tersebut maka semua
pada kemampuan yang dimiliki oleh
yang
pembangunan
menjadi salah satu sektor unggulan. Dalam
Pembangunan yang berdasarkan
kebijakan
pada
telah membawa
pertanian yang berbasiskan peternakan
PENDAHULUAN
merupakan
bahwa
jumlah curah hujan tahunan di propinsi
Key words: Forage quality, Stocking rate, Coffee farm, Native pasture, Carrying capacity
masyarakat
memperlihatkan
di sisi kiri-kanan jalan, areal kebun/lading,
komoditas
areal perkebunan serta areal padang
berdasarkan potensi wilayah yang ada.
rumput alam merupakan potensi yang
341
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
perlu
digali
keberadaannya
sehingga
ISSN 0852 -2626
dipengaruhi oleh faktor penggembalaan
menjadi asset dalam pengembangan usaha
berlebih (over grassing).
ternak ruminansia khususnya ternak sapi
Sedangkan kualitas rumput alam di
potong. Pengembangan ternak sapi potong
di Nusa Tenggara Timur
tidak bisa terlepas dari upaya penyediaan
pulau Timor termasuk dalam kategori yang
hijauan
secara
rendah yang ditandai oleh rendahnya
berkelajutan. Dalam kaitan dengan hal
kandungan protein kasar yaitu sebesar 5,8
tersebut
% selama musim hujan dan 3,8 % selama
makanan
maka
ternak
semua
aspek
yang
mempengaruhi penyediaan pakan harus
musim
digali
Kandungan dinding sel sebesar 65 %
dan
dikembangkan
guna
kemarau
khususnya di
(Arsyad,
1988).
memperoleh produksi ternak yang optimal.
selama musim hujan
Untuk itu dapat dituangkan dalam bentuk
menjadi 85 % selama musim kemarau
pemanfaatan semua potensi yang ada di
(Bamualim, 1988). Rendahnya kualitas
masyarakat
pakan yang ada karena sebagian besar
sebagai
basis
utama
pembangunan.
dan meningkat
wilayah NTT termasuk dalam kategori
Kleden (2001) melaporkan bahwa
lahan kering. Penurunan kualitas hijauan
produksi rumput alam yang tersebar dalam
pakan disebabkan karena kekurangan air
hamparan
yang mengakibatkan
padang
penggembalaan
di
hasil fotosintesis
Kabupaten Lembata sebesar 1065 kg/ha
menjadi semakin berkurang sedangkan
dengan kandungan protein kasar sebesar
proses
4,23 %. Dari produksi yang ada memiliki
konsekuensinya sebagian besar metabolit
kapasitas
0,66
terlarut akan hilang yang mengakibatkan
ST/ha/tahun. Dari segi kualitas, kandungan
rasio dinding sel dan isi sel menjadi
protein yang ada berada jauh dibawah
semakin
ambang kebutuhan minimal bagi ternak
dinding sel meningkat selama musim
sehingga secara umum selalu terjadi
kemarau.
tampung
sebesar
penurunan berat badan ternak sebesar 30-
respirasi
besar
tetap
berlangsung
sehingga
Kecamatan
kandungan
Wulangitang
60 kg selama musim kemarau (Bamualim
merupakan salah satu kecamatan yang
dan Momuat, 1993).
terdapat di Kabupaten Flores Timur.
badan
ternak
yang
Penurunan berat terjadi
selain
Selain
memiliki
areal
padang
dipengaruhi oleh ketersediaan jumlah dan
penggembalaan, wilayah ini juga memiliki
kaulitas
areal perkebunan kopi yang cukup luas.
pakan
yang
terbatas,
juga
Dari habitat tanaman kopi sebenarnya ada
342
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
potensi
hijauan
pakan
yang
dapat
ISSN 0852 -2626
mengakibatkan
dimanfatkan sebagai sumber pakan bagi
cekaman
kekeringan
(Tohari, dkk. 1996).
ternak ruminansia khususnya ternak sapi
Mencermati akan hal tersebut
yang pemanfaatannya dapat dilakukan
maka areal perkebunan kopi dan padang
dengan
cara
sistim
ikat
pindah,
rumput alam sebagai penyedia pakan bagi
bebas
maupun
pengembangan ternak sapi yang paling
dengan cara potong angkut. Seberapa
murah dan mudah pemanfaatannya perlu
besar potensi sumberdaya pakan baik
digali potensinya sehingga dapat dijadikan
jumlah maupun kualitasnya serta tingkat
sebagai acuan dalam usaha pengembangan
pemanfaatan hijauan pakan ternak dalam
ternak sapi.
areal perkebunan kopi belum banyak
dituangkan
diketahui.
penelitian sehingga diketahui secara pasti
digembalakan
secara
Pendekatan tersebut dapat dalam
bentuk
kegiatan
Selain memiliki areal perkebunan
daya dukung sumberdaya pakan secara
kopi, wilayah Kecamatan Wulangitang
umum yang dapat digunakan sebagai
juga mempunyai areal padang rumput
acuan bagi pengembangan pembangunan
alam
peternakan di masa mendatang.
yang
cukup
luas.
Meskipun
demikian, potensi produksi dan kualitas MATERI DAN METODE
hijauan rumput alam sebagai sumber
PENELITIAN
pakan bagi ternak belum banyak diketahui, sehingga telaahan ini merupakan sumber informasi
penting
dalam
Lokasi dan Waktu Penelitian
rangka
Penelitian ini akan dilaksanakan di
pemnafaatan semua potensi sumberdaya
Kecamatan Wulan Gitang
yang tersedia.
Flores Timur. Metode yang digunakan
Secara klimatik, kondisi iklim di Kecamatan Wulanggitang
Kabupaten
adalah metode survey serta pengukuran
Kabupaten
dan pengamatan langsung di lapangan.
Flores Timur memiliki kondisi iklim yang
Hamparan padang rumput alam yang biasa
relatif kering. Kendala utama yang terjadi
digunakan
di lahan kering
sampel. Disamping itu, pengukuran dan
adalah keterbatasan air
peternak
diambil
sebagai
yang menjamin pertumbuhan tanaman.
pengamatan
Ketersediaan air pada lahan kering sangat
perkebunan
tergantung
masyarakat. Pengambilan data populasi
pada
curah
jumlahnya sangat teratur
sepanjang
hujan
yang
terbatas dan tidak tahun
juga kopi
dilakukan di yang
dikelola
ternak dari dinas dan instansi terkait.
yang
343
areal
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
dengan cara komposit yaitu mencampur
Data dan sumber data Data yang diambil dalam penelitian
semua hijauan yang telah dipotong dan
ini adalah data primer dan data sekunder.
diambil 1kg. Analisis kandungan gizi
Data primer diperoleh dari
pengukuran
rumput alam dilakukan di laboratorium
dan pengamatan langsung di lapangan
Nutrisi dan Makanan Fakultas Petrnakan
yang
Universitas Nusa Cendana.
meliputi
jumlah
produksi
dan
kualitas hijauan pakan (rumput alam dan
Pengambilan
sampel
tanah
komposit
pada
leguminosa) serta kesuburan tanah. Data
dilakukan
secara
sekunder bersumber dari literatur dan
kedalaman
0-20
cm.
Titik-titik
dinas/instansi terkit yang meliputi kondisi
pengambilan
sampel
tanah
dilakukan
geografis, jumlah curah hujan per tahun ,
dengan cara membuat garis diagonal dan
distribusi jumlah curah hujan bulanan
ditentukan 3-4 titik pengambilan sampel
selama setahun serta rata-rata temperatur
tanah untuk dianalisis kesuburan kimia
harian selama 5 tahun terakhir.
(N,P,K) dan kesuburan fisik (tekstur, struktur dan
Cara pengukuran data
tanah dilakukan di laboratorium tanah
Metode yang digunakan dalam
Fakultas
penelitian adalah metode survey serta
Pertanian
Universitas
Nusa
Cendana.
pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan.
Peubah yang diukur dan diamati
Pengukuran
produksi
hijauan
Peubah yang diukur dan diamati
dilakukan dengan metode Halls dalam Susetyo
pH). Analisis kesuburan
(1980)
yaitu
dalam penelitian ini adalah:
dengan
1. Produksi
hijauan
yang
ada.
menggunakan metode bingkai kuadrat 1m
Pengukuran
x
dilakukan dengan menggunakan
1m.
Penempatan
bingkai
kuadrat
produksi
hijauan
dilakukan dengan menggunakan bilangan
metode
teracak. Sebanyak 50 titik pengamatan
(1980) yaitu menggunakan bingkai
untuk satu hamparan padang rumput alam
kuadrat 1m x 1m secara dsetruksi
yang ada. Semua hijauan yang ada dalam
sampling
bingkai kuadrat dipotong dan ditimbang
Sebanyak 50 titik pengamatan
untuk mengetahui produksi bahan segar.
dalam suatu hamparan padang
Pengambilan sampel untuk dianalisis di
rumput yang sering dimanfaatkan
labotratorium
masyarakat
dengan
tujuan
untuk
mengetahui kandungan gizi dilakukan
Halls
dalam
(Sutaryo,
Susetyo
2009).
petani/peternak.
Penempatan bingkai kuadrat untuk
344
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
masing-masing titik pengamatan
yang terdapat dalam hamparan padang
berdasarkan
teracak.
rumput alam dilokasi penelitian diperoleh
Rata-rata produksi hijauan dihitung
dengan menggunaka analisis proximat
dengan menggunakan rumus:
kemudian dideskripsi tentang kualitas
xi X = ----------------------n Dimana: X = rata-rata produksi biomassa hijauan yang ada xi = jumlah produksi biomassa hijauan pada setiap pengamatan n = Jumlah pengamatan
secara umum. Data menyangkut kapasitas
bilangan
tampung padang rumput alam diperoleh diperoleh melalui total kebutuhan ternak dengan mengacu pada total produksi hijauan dan limbah pertanian yang ada. Data kapasitas tampung akan dianalisis dengan membandingkan produksi hijauan
2. Kualitas hijauan yang ada. Diukur
dengan jumlah ternak yang tersedia untuk
dengan cara mengambil sampel
mengetahui
hijauan yang ada secara acak ntuk
menggambarkan
masing-masing titik pengamatan,
analisis
ternak
sapi
sebagai berikut: a. STm/STt < 1 : jika terdapat jumlah
protein kasar, serat kasar, BETN,
ternak yang digembalakan padang
bahan oragink, abu, NDF dan
rumput alam yang ada melebihi
ADF. tampung.
Penentuan
besarnya
kapasitas
tampung
dilakukan
melalui
konsumsi
jumlah
yang
penelitian dengan menggunakan formulasi
proximat
untuk mengetahui kandungan BK,
3. Kapasitas
keduanya
potong yang bisa dikembangka di wilayah
dikomposit dan dianalisis dengan menggunakan
rasio
bahan
jumlah
makanan
ternak
yang
tersedia. Pada kondisi ini perlu ada pengurangan jumlah ternak untuk
pendugaan
menjaga agar laju degradasi lahan
kering/Satuan
tidak terjadi.
Ternak (ST)/hari yaitu sebesar 1,4
b. STm/STt = 1 : Jika terdapat
– 3 % berat badan dan besarnya
keseimbangan
produksi hijauan yang ada setelah dilakukan pengukuran.
makana
ternak
dengan
jumlah
antara
jumlah
yang
tersedia
ternak
yang
digembalakan di atasnya. Pada
Analisis data Semua data primer yang ada akan
kondisi ini pengembangan ternak
ditabulasi untuk mendapatkan nilai rata-
dalam sistem penggemukan perlu
rata dan persentasenya. Kualitas hijauan
345
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
dilakukan
untuk
meningkatkan
ISSN 0852 -2626
223,99 km2 dan tersebar dalam berbagai
produksi ternak yang ada.
kondisi kemiringan lereng dari datar
c. STm/STt > 1 : Jika jumlah ternak
hingga
yang digembalakan pada hamparan
berombak
dan
bergelombang
(Anonimous, 2010).
padang rumput alam yang ada Potensi Sumberdaya Pakan
kurang dari jumlah makanan ternak
Sumberdaya pakan yang terdapat
yang tersedia dalam hamparan padang rumput tersebut.
dalam suaru areal atau wilayah dapat
Pada
berupa areal padang rumput alam, areal
kondisi ini penambahan jumlah
kebun hijauan makanan ternak maupun
ternak untuk dikembangkan masih
ketersediaan
sangat mungkin dilakukan guna
pertanian.
meningkatkan produksi ternak dan
sumberdaya Hasil
limbah
pengamatan
yang
dilakukan di wilayah padang rumput alam
tingkat pendapatan masyarakat.
dan
Keterangan: STm dan STt masing-masing
dalam
areal
perkebunan
kopi
menunjukkan bahwa produksi rumput
adalah satuan ternak untuk makanan dan
alam yang ada cukup tinggi. Tingginya
satuan ternak untuk ternak.
produksi yang ada karena adanya curah hujan yang terjadi sebelumnya. Meskipun
HASIL DAN PEMBAHASAN
masalah umum yang terjadi di daerah Lokasi Penelitian
tropis adalah terbatasnya sumber air,
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan
Wulanggitang
namun
Kabupaten
tanaman
terhadap
ketersediaan air cukup tinggi. Rumput
Flores Timur.
alam
akan
segera
bertunas
dan
menghasilkan hijauan bila terjadi hujan.
Letak Geografis Wulanggitang
Hijauan yang terdapat di areal
salah satu Kecamatan yang
padang rumput alam dan areal perkebunan
Kecamatan merupakan
respon
terletak di Kabupaten Flores Timur.
kopi
Memiliki letak geografis adalah sebagai
Kabupaten Flores Timur didominasi oleh
berikut sebelah Utara berbatasan dengan
rumput lokal dengan memiliki produksi
Kecamatan Titehena; Selatan dengan laut
bahan
Sawu; Timur berbatasan dengan selat
gram/m2 untuk areal perkebunan kopi atau
Lewotobi dan Barat berbatasan dengan
setara dengan 7,664 ton/ha. Untuk areal
Kabupaten Sikka.
Total luas wilayah
padang rumput menghasilkan produksi
Kecamatan Wulanggitang adalah sebesar
bahan segar sebesar 698 gram/m2 atau
346
di
segar
Kecamatan
rata-rata
Wulanggitang
sebesar
766,4
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
setara dengan 6,98 ton/ha.
Meskipun
cromolaena
produksinya cukup tinggi, namun areal ini
ISSN 0852 -2626
odorata
sehingga
akan
menurunkan produksi rumput alam.
sudah mulai ditumbuhi oleh cromolaena
Data menyangkut produksi dan
odorata. Invasi tanaman ini sangat cepat
kualitas rumput alam di areal padang
penyebarannya
rumput alam di Kecamatan Wulanggitang
sehingga
dikuatirkan
bahwa pada suatu saat areal padang penggembalaan
didominasi
seperti tertera dalam Tabel 1.
oleh
Tabel 1. Produksi dan Kualitas Rumput Alam di Areal Kebun Kopi dan Padang Rumput Kecamatan Wulanggitang Kabupaten Flores Timur Item
Jumlah Areal Kebun Kopi
Areal Padang Rumput
Produksi Bahan Segar (ton/ha) Satuan Ternak untuk Makanan (STm) Satuan Ternak untuk Ternak (STt) Kapasitas Tampung (ST/Ha/Thn) STm/STt
7,664 21.42 1.261,8 0,42 0,02
6,98 308,65 1.261,8 0,38 0,24
Komposisi Kimia: Bahan Kering (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) BETN (%) Serat Kasar (%) NDF (%) ADF (%) Abu (%) Energi (kkal/kg)
30,19 6,95 1,35 50,16 34,57 72,37 55,15 8,11 3856
32,73 6,65 1,23 53,35 35,59 74,89 57,22 8,22 3823
Sumber: data primer hasil olahan
Tingginya produksi hijauan dalam areal
Meskipun produksi per hektarnya lebih
kebun
kopi
disekitarnya
karena
keadaan
tanah
tinggi, namun karena total luasan areal
relatife
lembab
yang
kebun kopi relatif terbatas sehingga
dapat
memiliki
memungkinkan
hijauan rumput
bertumbuh dan
menghasilkan
sebagai
sumber
kelembaban
pakan.
karena
hijauan
satuan
ternak
untuk
makanan relatif lebih rendah dibandingkan
Tingginya
dengan areal padang rumput alam.
canopy
Total hijauan per hektar untuk areal
tanaman kopi dan canopy dari tanaman
padang rumput alam sebesar 6,98 ton
pelindung
yang
dengan total satuan ternak untuk makanan
menyebabkan evaporasi tanah rendah.
sebesar 308,65. Angka yang diperoleh
tanaman
adanya
total
kopi
347
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
ISSN 0852 -2626
akan semakin besar apabila jumlah curah
menunjukan bahwa produksi dan kualitas
hujan
merata
hijauan rumput alam di daerah tropis
sepanjang tahun terutama saat puncak
sangat ditentukan oleh ketersediaan air
musim
tanah yang menunjang proses fisiologis
berlangsung
hujan
secara
(bulan
Januari
hingga
Maret).
tanaman. Jika dibandingkan rasio antara
Walaupun
kandungan
protein
ketersediaan hijauan makanan ternak dan
hijauan rumput alam cukup tinggi namun
jumlah ternak yang tersedia, maka angka
secara kuantitatif jumlahnya sangat rendah
perbandingan yang ada < 1. Hal ini
sehingga kurang menjamin pertumbuhan
mengindikasikan
usaha
dan produktifitas ternak ruminansia. Hal
pengembangan ternak sapi potong di
ini dapat dilihat dari rasio antara satuan
wilayah
Wulanggitang
ternak untuk makanan dan satuan ternak
Kabupaten Flores Timur tidak dapat lagi
untuk ternak (STm/STt). Secara umum
dilakukan. Jumlah ternak yang ada perlu
terlihat bahwa rasio antara STm dan STt
dikurangi sehingga terjadi keseimbangan
mempunyai nilai kurang dari 1. Angka ini
antara jumlah ternak dengan jumlah pakan
menggambarkan bahwa pengembangan
yang tersedia.
ternak ruminansia termasuk didalamnya
bahwa
Kecamatan
Secara
kualitatif
hijauan
yang
ternak
sapi
sudah
sangat
tidak
dihasilkan baik dalam areal kebun kopi
dimungkinkan untuk dilakukan. Populasi
maupun dalam areal padang rumput sangat
yang adapun harus dikurangi karena
baik.
jumlah
Kualitas
yang
ditentukan oleh
hijuan
yang
tersedia
tidak
indikator kandungan protein kasar tinggi
memenuhi kebutuhan ternak jika hanya
yaitu sebesar 6,95 % dan 6,65 % masing-
mengandalkan hijauan pakan yang berasal
masing untuk areal kebun kopi dan padang
dari areal kebun kopi maupun areal padang
rumput alam. Kandungan protein yang ada
rumput alam.
melebihi
kebutuhan
minimal
ternak
Jika dikaitkan dengan pemanfaatan
ruminansia. Tingginya kandungan protein
areal
yang ada karena hijaun rumput yang
Wulanggitang sebagian besar digunakan
tersebar dalam areal kebun kopi dan
untuk kebun/tegalan, maka tersedia cukp
padang rumput alam merupakan hijauan
banyak hijauan limbah pertanian. Produk
yang baru bertumbuh dan relative muda
inilah
akibat adanya curah hujan yang terjadi
dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi
beberapa bulan sebelumnya.
ternak sehingga secara kuantitaif dan
Fakta ini
348
yang
yang
ada
perlu
di
Kecamatan
dikelola
dan
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
kualitatif ternak
dapat memenuhi kebutuhan dan
dapat
ISSN 0852 -2626
mengandalkan hijauan yang tersedia
menunjang
baik dari areal kebun kopi maupun
pengembangan usaha ternak ruminansia
areal padang rumput.
yang ada. Disamping itu produksi dari
4. Pemanfaatan
sumberdaya
pakan
hijauan pakan ternak yang tersedia dalam
lainnya seperti limbah pertanian dan
areal perkebunan juga merupakan salah
hasil ikutan dari areal perkebunan
satu sumber pakan bagi ternak ruminansia.
dan hutan merupakan terobosan
Hal ini perlu dikaji dan dikelola sehingga
yang perlu dikembangkan guna
pengembangan usaha ternak sapi potong
memenuhi kecukupan pakan bagi
dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan
ternak
semua sumberdaya pakan yang tersedia. DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN Dari
penelitian
ini
Anonymous, 1980. Usaha Peternakan, Perencanaan Usaha, Analisa, dan Pengelolaan. Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengelolaan Hasil Peternakan.
dapat
disimpulkan: 1. Potensi sumberdaya pakan yang terdapat
di wilayah Kecamatan
------------, 1992. Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Dati II Flores Timur. Rencana 1992. Pemerintah Kabupaten Dati II Flores Timur Bekerjasam dengan PT Multicipta Rencana Selaras Consultant.
Wulan Gitrang Kabupaten Flores Timur memiliki kapasitas tampung sebesar 0,42 ST/ha/thn untuk areal kebun kopi dan 0,38 ST/ha/thn untuk areal padang rumput
-------------, 2002. Flores Timur Dalam Angka. BPS Kabupaten Dati II Flores Timur.
2. Kandungan protein kasar sebagai indikator kualitas hijauan pakan pada areal perkebunan kopi dan padang
rumput
-------------, 2010. Program Penyuluhan Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian Boru Kecamatan Wulanggitang.
masing-masing
sebesar 6,95 % dan 6,65 %. 3. Perbandingan antara jumlah hijauan
Arsyad, K.M., 1988. Pengaruh Tekanan Penggembalaan Terhadap Produksi dan Komposisi Botani Padang Rumput Alam dan Hubungannya Pertumbuhan Domba. Laporan Penelitian Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang.
pakan yang tersedia dan jumlah ternak yang ada sebesar < 1 yang mengindikasikan
bahwa
pengembangan ternak sapi potong tidak dapt dilakukan dengan hanya
349
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
Bamualim A. dan E.O. Momuat., 1993. Sistem Produksi Hijauan Legum di Indonesia Bagian Timur. Kasus Nusa Tenggara Timur. Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Peternakan. Kumpulan Makalah Kelompok A/I Sub Bidang Pakan dan Nutrisi Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Penelitian dan engabdian Pada Masyarakat.
Kering. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sub Balai Penelitian Ternak. Kupang. Seta, A.K., 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Kalam Mulia Jakarta. Sutaryo, D., 2009. Perhitungan Biomassa. Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan Perdagangan Karbon. Wetlands International Indonesia Programme.
Dwiyanto, K. dan Bambang R. Prawiradaputra., 1995. Keunggulan Komparatif Lahan Kering sebagai Wilayah Pengembangan Peternakan. Makalah yang Disampaikan dalam: Seminar Komunikasi dan Aplikasi Hasil Penelitian Peternakan Lahan Kering. Depertemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sub Penelitian Ternak Kupang.
Suradisastra, K. 1980. Tekanan Penggembalaan. Media Peternakan dan Industri Peternakan. Ranch No. 5 Januari 1980. Susetyo, S., 1980 Padang Penggembalaan. Balai Latihan Pegawai Pertanian Batangkaluku. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. Taleni, E., R.S.F. Champbell and D. Haffman., 1993. Draught Animal Systems and Managemant: An Indonesian Study. ACIAR.
Kleden, M.M., 2001. Produksi Rumput Alam Dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata. Jurnal Informasi Pertanian Lahan Kering. Pusat Penelitian Lahan Kering Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana Kupang. No. 8 Januari 2001.
Tohari., Pudji Lestari dan Djoko Muljanto., 1996. Kajian Adaptasi Kultivar Gude (Cajanus cajan (L) Millsp.) Terhadap Kekeringan. Berkala Penelitian Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Jilid 9 Nomor 1B Februari 1996.
Reksohadiprodjo, S. 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Salean
ISSN 0852 -2626
Van Soest. P.J., 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. Second Edition. Comstock Publishing Asosiates Cornell University Press. Ithaca and London.
E. Th., 1995. Rencana Pengembangan Peternakan Rakyat di Nusa Tenggara Timur. Makalah yang disampaikan dalam seminar: Seminar Komunikasi dan Aplikasi Hasil Penelitian Peternakan Lahan
Whiteman, P.C., 1980. Tropical Pasture Science. Oxford University Press.
350
Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) Vol. 35 No. 2 : 340-350 (Juli 2015)
351
ISSN 0852 -2626