ii
TESIS
STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL DI KOTA LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
LAURENSIUS SANDRO RERO
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
iii
TESIS
STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL DI KOTA LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
LAURENSIUS SANDRO RERO NIM 0991061024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL DI KOTA LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana
Laurensius Sandro Rero NIM 0991061024
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 18 Agustus 2011
PEMBIMBING I
PEMBIMBING II
Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc NIP : 1947 0506 1973 021001
Drs. I Nyoman Sunartha, M.Si NIP : 1961 0405 1988 031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS. NIP. 1944 1231 1973 021004
Prof. Dr. dr. A A. Raka Sudewi,Sp.S(K) NIP. 1959 0215 1985 102001
iii
iv
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 23 Agustus 2011
Panitia Penguji Tesis, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No.: 1500/UN.14.4/HK/2011 Tanggal 19 Agustus 2011
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc
Sekertaris
: I Nyoman Sunartha, M.si
Anggota
: 1. Prof. Dr. I K G. Bendesa, MADE 2. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS. 3. Drs. I Putu Anom, M,Par
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Salam Sejahtera Puji syukur dipanjatkan kepada ALLAH TRI TUNGGAL MAHA KUDUS dan BUNDA MARIA, karena atas berkat dan rahmat-Nya tesis yang berjudul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tesis ini adalah salah satu persyaratan akademik bagi mahasiswa Program Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana untuk meraih gelar Magister Pariwisata. Terselesainya tesis ini melibatkan berbagai pihak yang telah membantu, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis dengan hati yang tulus menghaturkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Udayana, atas semua fasilitas yang diberikan selama perkuliahan dan ujian tesis ini. 2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana selaku pembina Program
Studi
Magister
yang
telah
menyelenggarakan
Program
Pascasarjana dengan segala sarana dan prasarananya. 3. Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H., M.S. atas segala kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama mengikuti studi di tempat ini.
v
vi
4. Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc. sebagai pembimbing I, yang dengan penuh kesabaran dan lemah lembut telah membimbing dan memberikan saran dalam penyelesaian tesis ini. 5. Drs. I Nyoman Sunartha, M.Si selaku pembimbing II, sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberi dorongan, semangat, bimbingan dan saran dalam menyempurnakan tesis ini. 6. Para penguji (Prof. Dr. I K G. Bendesa, MADE, Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS dan Drs. I Putu Anom, M,Par) yang banyak memberikan saran dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. 7. Semua Dosen dan pegawai administrasi pada Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana, yang telah banyak memberikan pengetahuan, wawasan, bimbingan dan bantuan selama menjalani studi. 8. Bapak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur, Bapak Drs. Ubaldus Gogi Selaku Kepala Bidang Promosi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur, Bapak Frans Fernandes S.H selaku Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur, Bapak Drs. Benediktus B. Herin selaku Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata dan Pemasaran pada Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur, Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Flores Timur,
yang telah banyak membantu memberi data penunjang
terkait dengan tesis ini.
vi
vii
9. Romo Yosef Naran Leni S.fil selaku Pastor Paroki Gereja Kathedral Reinha Rosary Larantuka, Bapak Drs. Paulus Dakosta selaku Ketua Dewan Pastoral Paroki Reinha Rosari Larantuka dan Ketua Panitia Semana Sancta 2011 dan Bapak Emanuel Sani De Ornai yang telah banyak membantu memberi masukan terkait dengan tesis ini. 10. Bapak Hendrikus Gula Lamoren selaku Pemilik hotel Fortuna Larantuka dan Ibu Wanty B. L. De Rozary selaku wakil manager hotel Tresna Larantuka, yang banyak membantu memberikan data tertulis maupun lisan untuk kesempurnaan tesis ini. 11. Para informan lainnya yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan tanggapan atas semua pertanyaan yang telah diajukan demi kelengkapan data untuk menyelesaikan tesis ini. 12. Ayahanda Robert Rero yang tercinta dan (Alm.) Ibunda Katharina Temaluru yang tersayang, adik kembar (Roy Rero dan Rey Rero); Ayah dan Ibu mertua yang terkasih, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini dan telah membantu dalam segala hal hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini. 13. Istri tercinta Fadilla Soraya Rero dan anak yang tersayang Robert G. Rero, yang dengan penuh pengorbanan, kesabaran dan kesetiaan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan pendidikan. Kecintaan, kasih sayang dan pengertian mereka telah memberikan semangat juang yang tinggi kepada penulis.
vii
viii
14. Opa J. V. Temaluru dan Oma Maria Lusia Monteiro tercinta yang telah bersedia meluangkan waktu dan tempat selama penulis melaksanakan proses penelitian sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya. 15. Om Nasu Temaluru dan Tante Ani
yang juga banyak memberikan
dukungan dan semangat selama proses perkuliahan. 16. Seluruh teman, sahabat dan keluarga di Bali maupun di Kupang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan dengan berbagai cara kepada penulis. 17. Secara khusus tesis ini penulis dedikasikan kepada Alm. Ibunda tercinta di Surga. Terima Kasih yang sebanyak-banyaknya untuk kasih sayang, doa, dan Penyertaan Mama. Semoga ALLAH TRI TUNGGAL MAHA KUDUS dan BUNDA MARIA yang hidup dan penuh berkat selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah disebutkan maupun yang belum sempat disebutkan. Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu segala kritikan dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Denpasar, Agustus 2011 Penulis
viii
ix
ABSTRAK STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL DI KOTA LARANTUKA, KABUPATEN FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Salah satu upaya mewujudkan suatu daerah tujuan wisata adalah perlunya dikembangkan upaya-upaya pemberdayaan seluruh potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai daya tarik wisata. Upaya eksploratif perlu dilakukan guna menggali segala potensi yang terpendam. Untuk itu, penelitian tentang pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka perlu dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada di Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata khususnya wisata spiritual. Pengembangan wisata spiritual merupaka suatu peluang untuk menambah khasanah daya tarik wisata di Kota Larantuka sehingga dapat mewujudkan pengembangan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi Kota Larantuka, menganalisis lingkungan internal dan eksternal dan menentukan strategi pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode observasi partisipatif, penyebaran kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis IFAS, EFAS yang menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT menghasilkan strategi alternative. Penelitian ini bersifat eksploratif, merumuskan program-program berdasarkan kondisi internal dan kondisi eksternal dikombinasikan dengan teori perencanaan, perubahan budaya, teori adaptasi, teori SWOT dan teori motivasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekuatan Kota Larantuka meliputi keindahan alam, keanekaragaman flora dan fauna, terletak di Ibu Kota Kabupaten, kedekatan daya tarik dengan pelabuhan, Kualitas jalan yang baik menuju daya tarik, posisi objek wisata yang sangat strategis, kualitas pelayanan dan aturan (Code of Conduct). Sedangkan kelemahan Kota Larantuka meliputi kurangnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, kurang ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana pariwisata, kurang tersedianya lahan parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum, kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima, belum adanya pengelola daya tarik, belum maksimalnya upaya promosi, belum tersedianya Tourist Information Center (TIC). Berdasarkan matrik Internal Eksternal (IE) diketahui bahwa posisi lingkungan internal dan eksternal kota Larantuka adalah pada sel V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan adalah pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah), berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa empat strategi alternative yang relevan diterapkan adalah strategi pengembangan produk, strategi pengembangan promosi, strategi pariwisata berkelanjutan dan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Kata kunci : daya tarik wisata, wisata spiritual, Kota Larantuka, SWOT, strategi pengembangan.
ix
x
ABSTRACT DEVELOPMENT STRATEGY OF SPIRITUAL TOURIST ATTRACTION IN LARANTUKA CITY, DISTRICT OF EAST FLORES PROVINCE EAST NUSA TENGGARA One of the efforts to develop a district into a tourist destination is the need to develop the region’s tourist potencies into tourist attractions. An explorative effort should be carried out in order to able to identify tourist attractions. Diversity of tourist attractions will influence tourist visitation and tourist length of stay. Therefore, a research on Larantuka City is needed in order to be able to develop its potencies as a spiritual tourist attraction. The development of spiritual attraction will give opportunities for Larantuka city to diversify tourist attraction. The objective of this research was to identify potencies of Larantuka city, to analyze its internal and external conditions and to formulate the suitable strategies for the development of this city as tourist attraction. The methods of collecting data were on site participatory observation, interviews, distributing questionnaire and checking documentations. The data were further analyzed using descriptive qualitative analysis, IFAS and EFAS matrix analyses which produced general strategies and SWOT analysis which produced alternative strategies. This research was an explorative research that formulated programs based on the internal and external conditions of Larantuka city and they were combined with theories of planning, cultural changes, adaptations, SWOT and Motivation. The result of this research showed that the potencies of Larantuka city for spiritual attraction were the beautiful scenery, diversity of flora and fauna, located in regency of East Flores, tourist attraction are closed to harbor, good quality of road, a very strategic of attraction’s position, quality of service and code of conduct. Meanwhile the weaknesses of Larantuka city are the lack of cleanliness and conservation of environment, the lack of availability tourism transportation, the lack of tourism facilities, less availability of parking lots, the lack of toilet facilities for the public, less structured presence of stalls and traders pavement, less of tourism attraction organizer, inadequate promotion efforts, the existence of tourist information center yet. Based on the Internal External (IE) matrix analysis, it showed that the position of Larantuka city is in cell V. it means that the strategies that must be implemented are the strategy of marketing penetrations and product developments. The result of SWOT analysis shows that there are four alternative strategies which are relevant to be implemented, they are product development strategies, promotion development strategies, sustainable tourism development strategies and human resource development strategies. Key word: tourist attractions, the spiritual tourism, the town of Larantuka, SWOT, strategy development.
x
xi
RINGKASAN
STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL DI KOTA LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Pengembangan
pariwisata
alternatif
menjadi
trend
pengembangan
kepariwisataan akhir-akhir ini. Adanya dampak negatif yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata masal (mass tourism) dan meningkatnya kesadaran masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan membuat wisatawan lebih tertarik pada jenis wisata yang ramah lingkungan (pariwisata alternatif). Salah satu jenis pariwisata alternatif yang menjadi trend perkembangan kepariwisataan di Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah wisata spiritual. Untuk itu Kabupaten Flores Timur dalam hal ini Kota Larantuka sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang menonjolkan peryaaan Semana Sancta (Pekan Suci Paskah) sebagai ikon pariwisata di Kota tersebut maka perlu melakukan upaya-upaya pemerdayaan potensi yang ada untuk ditampilkan sebagai daya tarik wisata, salah satunya adalah perkembangan daya tarik wisata spiritual. Kota Larantuka yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menjadi tempat tujuan bagi wisatawan maupun masyarakat dalam melakukan aktifitas/wisata spiritual. Hal ini tidak terlepas dari potensi spiritual yang dimiliki. Untuk itu penelitian tentang strategi pengembangan daya
xi
xii
tarik wisata spiritual di Kota Larantuka perlu dilakukan. Dalam penelitian ini, terdapat tiga permasalahan yang dibahas yaitu (1) potensi-potensi yang dimiliki Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual, (2) kondisi lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka dan (3) strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Untuk mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan penelitian, beberapa teori yang digunakan sebagai kerangka landasannya yaitu teori perencanaan, perubahan budaya, teori adaptasi, teori SWOT dan teori motivasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis IFAS EFAS yang menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT yang menghasilkan strategi alternatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi partisipatif, kuesioner, wawancara semi terstruktur dan dokumentasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang yang berperan baik sebagai responden maupun informan kunci yang nantinya akan digunakan untuk pemberian bobot (dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan) dan pemberian peringkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi-potensi yang terdapat di Kota Larantuka dibagi menjadi 2 yaitu potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik yaitu keindahan alam kota larantuka, situs-situs sejarah berupa istana raja dan kapela-kapela. Potensi non fisik yaitu budaya masyarakat flores timur pada umumnya yang terkenal dengan budaya Lamaholot. Kondisi lingkungan internal kota Larantuka adalah berupa faktor-faktor kekuatan meliputi: keindahan alam, keanekaragaman flora dan fauna, terletak di Ibukota Kabupaten, kedekatan daya
xii
xiii
tarik dengan pelabuhan, kualitas jalan menuju daya tarik, posisi objek wisata sangat strategis , kualitas pelayanan, aturan (Code of Conduct), Prosesi Jumat Agung. Kondisi lingkungan internalnya berupa faktor-faktor kelemahan meliputi: kurangnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, kurangnya ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana dan prasarana pariwisata, kurang tersedianya tempat parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum, kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima, belum adanya pengelolaan daya tarik, belum tersedianya Tourist Information Center (TIC) dan transportasi. Dari hasil analisis matriks IFAS diketahui bahwa lingkungan internal Kota Larantuka berupa faktor-faktor kekuatan dan kelemahan berada pada posisi sedang dengan total skor 2,729. Kondisi lingkungan ekternal berupa faktor-faktor peluang meliputi: kondisi ekonomi global, kondisi ekonomi nasional, meningkatnya minat masyarakat di luar Kota Larantuka terhadap aktifitas spiritual, peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya, kondisi politik global, kondisi politik nasional, keamanan Nusa Tenggara Timur, kemajuan teknologi informasi, kemampuan daya saing dengan daya tarik wisata sejenis. Kondisi lingkungan eksternal berupa faktor-faktor ancaman meliputi: global warming, kurangnya kesadaran masyarakat di luar Kota Larantuka dalam melestarikan lingkungan, kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata. Hasil analisis matriks EFAS menunjukan bahwa posisi lingkungan eksternal memiliki peluang didalam pengembangannya dengan total skor 2,783. Berdasarkan hasil analisis kodisi lingkungan internal dan eksternal diketahui bahwa Kota Larantuka dapat digolongkan dalam kategori baik. Berdasarkan
xiii
xiv
matrik internal dan eksternal (IE), posisi Kota Larantuka berada pada sel V sehingga strategi umum yang diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk.
Selanjutnya
berdasarkan
analisis
SWOT,
dapat
dirumuskan strategi alternatif dan program yang relevan dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Strategi dan program yang relevan dilakukan meliputi: (1) strategi SO (Strengths Opportunities) yaitu strategi pengembangan produk melalui program penaatan kawasan dan peningkatan fasilitas pariwisata serta pembuatan museum budaya dan spiritual, (2) strategi ST (Strengths Threats) yaitu strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan kualitas kehidupan sosial budaya masyarakat serta peningakatan perekonomian masyarakat (3) strategi WO (Weaknesses Opportunities) yaitu strategi pengembangan promosi melauli program promosi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur, kerja sama dengan biro perjalanan wisatadan pengadaan Tourist Information Center (TIC) (4) strategi WT (Weaknesses Threats) yaitu strategi peningkatan sumber daya manusia. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan beberapa saran kepada Pemerintah Kabupaten Flores Timur antara lain (1) pemerintah perlu segera mengembangkan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka mengingat Kota Larantuka mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual, (2) pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka perlu didukung denga fasilitas penunjang kepariwisataan antara lain penambahan lampu penerangan, papan nama daya tarik, penyediaan Tourist Information Center
xiv
xv
(TIC), (3) pengembangan perayaan Semana Sancta (Pekan Suci) sebagai salah satu daya tarik wisata tidak akan berjalan optimal jika tidak didukung sepenuhnya oleh semua pihak yang terkait di dalam pelaksanaan ritual tersebut oleh karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik antara pihak pemerintah, pihak gereja, swasta dan masyarakat, (4) pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka diharapkan dilakukan dengan pengembangan wisata berkelanjutan dimana
dalam pengembangannya harus tetap menjaga dan meningkatkan
kelestarian lingkungan, sebagai wahana dalam pelestarian budaya dan memberikan keuntungan / manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, (5) pemerintah perlu melakukan pembinaan secara intensif kepada masyarakat dan pengusaha pariwisata yang ada dalam mendukung pengembangan kawasan sehingga tercipta daya tarik wisata yang berkualitas dan berdampak posistif terhadap pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur. (6). Pemerintah perlu melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata agar dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat sekitar baik secara formal maupun informal tentang pariwisata agar dapat meningkatkan sumber daya manusia khususnya dalam bidang pariwisata sehingga masyarakat mampu menangkap peluang yang ada di dalam kegiatan pariwisata yang nantinya juga dapat berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat. Denpasar, Agustus 2011
Laurensius Sandro Rero
xv
xvi
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM …………………………………………………….. PRASYARAT GELAR ………………………………………………… LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………. PENETAPAN PANITIA PENGUJI …………………………………… UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………………… ABSTRAK ……………………………………………………………… ABSTRACT ……………………………………………………………. RINGKASAN ………………………………………………………….. DAFTAR ISI ……………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… …… DAFTAR TABEL ………………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
Halaman i ii iii iv v ix x xi xvi xviii xix xx
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………... 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………. 1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………...
1 1 6 6 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITTIAN ............................................................. 2.1 Kajian Pustaka ………….……………………………………………. 2.2 Konsep Penelitia……………………………………………………… 2.2.1 Strateg………………………………………………………… 2.2.2 Pengembangan Kawasan Pariwisata ………………………... 2.2.3 Daya Tarik Wisata ………………..…………………………. 2.2.4 Wisata Spiritual …………………….……………..………… 2.3 Landasan Teo…………...……………………………………………. 2.3.1 Teori Perencanaan ………………………….………………… 2.3.2 Teori Perubahan Buday………………..……..………………. 2.3.3 Teori Adaptasi ….……………………………………………. 2.3.4 Teori SWOT ………………………………………………… 2.3.5 Teori Motivasi ………………………..……….……………. 2.4 Model Penelitian …………………………………………………….
8 8 9 9 11 15 16 19 19 22 23 24 25 28
BAB III METODE PENELITIAN ..……….…………..……………… 3.1 Rancangan Penelitian ……………..………………………………… 3.2 Lokasi Penelitian ……………………………………………………. 3.3 Jenis dan Sumber Data …………….………………………………… 3.3.1 Jenis Data …………………………………………………… 3.3.2 Sumber Data …………….……..…………………………… 3.4 Instrumen Penelitian ………………………………………………… 3.5 Teknik Penentuan Informan dan Responden………………………... 3.6 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….......
31 31 31 31 31 32 32 33 34
xvi
xvii
3.7 Teknik Analisis Data …………………………..…..………………… 3.7.1 Analisis Deskriptif Kualitatif ……….……..………………... 3.7.2 Analisis Matriks IFAS dan EFAS …....……………………... 3.7.3 Analisis SWOT …………………….…………..……………
35 35 35 39
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN FLORES TIMUR….. 41 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………..……….. 41 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Flores Timur …………………… 41 4.2 Gambaran Umum Kepariwisataan Kabupaten Flores Timur ……..…. 43 4.2.1 Kepariwisataan Flores Timur ………………….…….………… 43 4.2.2 Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Flores Timur…. 44 4.3 Sejarah Singkat Pelaksanaan Prosesi Jumat Agung ……………..….. 45 4.3.1 Kondisi Pelaksanaan Prosesi Jumat Agung …………………… 46 4.3.2 Kebijakan Pengembangan Daya Tarik Wisata Prosesi Jumat Agung…………………………………………… 54 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………… 5.1 Potensi Kota Larantuka ………………………………………….. 5.1.1 Potensi Fisik ………………………………………………… 5.1.2 Potensi Non Fisik …………………………………………… 5.2 Lingkungan Internal dan Eksternal Kota Larantuka …..…………... 5.2.1 Analisis Lingkungan Internal …………………..……………. 5.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ……………………………….. 5.3 Strategi dan Program Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka …………………………………………………… 5.3.1 Strategi Umum Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka ………………………………………….….. 5.3.2 Strategi Alternatif Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka………………………………………………. 5.3.3 Program Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka ……………………………………………..
58 58 58 61 64 65 76 87 87 90 91
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN …………………………….……….106 6.1 Simpulan …………………………………..……………………….......106 6.2 Saran …………………………..………………………………………...108 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….111 LAMPIRAN ……………….…………………………………………...........113
xvii
xviii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4
Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4
Model Penelitian ……………………………………….. Peta Lokasi Peneliti……………………………………… Spanduk bertuliskan Selamat Datang kepada Para peziarah…………………………………………..…. Jalur yang akan dilewati pada saat prosesi Jumat Agung…………………..………………….. Proses membuka pintu Kapel oleh Keluarga Raja dan para peziarah secara tertib menunggu giliran untuk mencium Patung ………………………………………..… Patung Tuan Ma (Bunda Maria)…………………………. Umat sedang berdoa ……………………………………. Prosesi penjemputan Patung Tuan Menino ……………... Prosesi mengarak Patung Tuan Ma dan Tuan Ana pada malam Jumat Agung……………………………….. Proses mengantar Patung kembali ke Kapela …………… Panorama Kota Larantuka ………………………………. Istana Raja ………………………………………………. Kapela Tuan Ana dan Tuan Ma …………………………. Ritual adat budaya Lamaholot …………………………..
xviii
30 41 47 47
48 49 50 51 53 53 59 60 60 64
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9
Halaman Matriks IFAS (Internal factor analysis summary)……….. 38 Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary)…… 38 Matriks Analisis SWOT …………………………………. 40 Jumlah kunjungan wisatawa ke Flores Timur dari 2005-2010…………………………………………… 43 Hasil Pembobotan Lingkungan Internal Kota Larantuka... 66 Hasil Penilaian Lingkungan Internal Kota Larantuka.….... 70 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Kota Larantuka. 75 Hasil Pembobotan Lingkungan Eksternal Kota Larantuka... 76 Hasil Penilaian Lingkungan Eksternal Kota Larantuka …. 81 External Factor Analysis Summary (EFAS) Kota Larantuka ……………………………………..…… 86 Matrik Internal Eksternal Kota Larantuka ….……………. 88 Analisis SWOT Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka………………………………………… 92 Program Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka………………………………………… 53
xix
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Peta Lokasi Penelitian ……………………..…..…………....113 Kuesioner Pembobotan dan Perangkingan ..………..……....114 Pedoman Wawancara ……………..…………………..…….124 Bobot Faktor Lingkungan Internal Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka ……………………………………………138 Lampiran 5 Rating Faktor Lingkungan Internal Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka …………………………………………….139 Lampiran 6 Bobot Faktor Lingkungan eksternal Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka …………………………………………….140 Lampiran 7 Rating Faktor Lingkungan Eksternal Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka……………………………………………..141 Lampiran 8 Perhitungan rata-rata Bobot Faktor Lingkungan Internal Kota Larantuka……………………………………………..…142 Lampiran 9 Perhitungan rata-rata Rating Lingkungan Internal Kota Larantuka………………………………………...………143 Lampiran 10 Perhitungan rata-rata Bobot Faktor Eksternal Kota Larantuka..144 Lampiran 11 Perhitungan Rata-rata Rating Faktor Lingkungan Eksternal Kota Larantuka ..........................................................................145 Lampiran 12 Daftar Responden dan Informan ……….……………….…….146 Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
xx
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai Negara. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sudah mulai mengandalkan sektor pariwisata sebagai penghasil devisa. Bagi Indonesia, peranan pariwisata semakin terasa, terutama setelah melemahnya peranan minyak dan gas, walaupun nilai nominalnya dalam dollar sedikit mengalami fluktuasi. Kunjungan wisatawan mancanegara menunjukan trend naik dalam beberapa dasawarsa (Pitana dan Gayatri 2005:5-6). Hal tersebut juga diperkuat oleh Fandeli (1995: 3) yang menyebutkan bahwa “meskipun penanganan pariwisata masih relatif baru, namun perkembangan pariwisata di Indonesia cukup menggembirakan yang ditunjukkan dengan adanya banyak kunjungan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri yang melakukan kegiatan pariwisata”. Data Litbang Departemen Budaya dan Pariwisata tahun 2000-2007 menunjukan bahwa jumlah wisatawan nusantara mengalami peningkatan sebesar 2.729.499 wisatawan dengan rata-rata perjalanan sebesar 1,95%. Jumlah wisatawan ini meningkat dari 3.769.000 menjadi 5.040.499 wisatawan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir. Jumlah wisatawan mancanegara juga mengalami pergerakan positif sebesar 441.492 wisatawan, yakni dari 5.064.217 menjadi 5.505.709 wisatawan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir (http://budpar.go.id, diakses 25 maret 2008). Pada tahun 2011 Pemerintah mulai
1
2
menargetkan 7.7 juta wisatawan mancanegara (wisman) melalui slogan pariwisata Indonesia, yaitu Wonderful Indonesia. Hal tersebut disampaikan Jero Wacik selaku menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia (http://www.kompas.com, diakses 6 januari 2011). Dari penjelasan angka-angka statistik diatas menunjukan bahwa Indonesia betul-betul serius menangkap peluang yang ada didalam bidang pariwisata. Namun demikian, meski dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata memberikan dukungan nyata dalam bentuk peningkatan pendapatan melalui perolehan devisa, kegiatan pariwisata juga menimbulkan berbagai dampak sosial, budaya dan lingkungan yang positif maupun negatif oleh karena itu konsep pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sangat diperlukan didalam mengahadapi tuntutan pergerakan manusia yang semakin meningkat dalam melakukan kegiatan wisata. Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali di kumandangakan dalam konfrensi di Stockholm pada tahun 1972. Selanjutnya konfrensi ini dikenal dengan “Stockholm Conference on Human and Environment”. Secara singkat definisi pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut: Sustainable development is defined as a process of meeting the present needs without compromising the ability of the future generations to meet their own needs (WCED, 1987 : 8). Dari kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan (segala sesuatu yang kita perlukan dan nikmati) sekarang dan selanjutnya diwariskan kepada generasi mendatang. Jadi dengan pola
3
pembangunan berkelanjutan, generasi sekarang dan generasi yang akan datang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menikmati alam beserta isinya ini. Salah satu wisata yang sedang dikembangkan dan mendukung pariwisata berkelanjutan adalah wisata spiritual. Jenis wisata ini mulai berkembang dikarenakan sifatnya yang eco-friendly dan juga tekanan hidup yang luar biasa membuat orang cenderung mencari aktifitas/kegiatan yang dapat memberikan keheningan dan ketenangan bathin. Di Provinsi Nusa Tenggara Timur sendiri pariwisata jenis ini masih tergolong baru, perkembangan pariwisata Nusa Tenggara Timur kebanyakan lebih cenderung kepada wisata alam dan budaya. Meski begitu bagi wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, pariwisata dapat berlangsung dimana-mana. Variasi alamiah dan kebudayaannya merupakan daya tarik yang berbeda satu dengan yang lain. Namun demikian di tempat-tempat tertentu dijumpai daya tarik khusus, yaitu obyek-obyek yang memiliki ciri khas yang unik dan merupakan pusat daya tarik karena alasan-alasan tertentu. Pusatpusat daya tarik ini memiliki skala yang berbeda-beda tergantung kepada tingkat keunikan dan juga jumlah serta jenis obyek-obyek wisata lain yang terletak dalam jangkauan jarak yang berdekatan, sehingga saling menunjang dalam menciptakan daya tarik bersama, membentuk suatu kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata (SPP). Kawasan-kawasan wisata atau Satuan Pengembangan Pariwisata tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, yang sesuai dengan daya tarik yang terdapat di lokasi tersebut. Sektor pariwisata di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu penghasil devisa non-migas yang
4
potensial. Memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi salah satu tulang punggung pengembangan perekonomian wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur, karena ditunjang oleh sumber daya manusia (human resources), sumber alam (natural resources), sumber daya buatan yang beraneka ragam dan faktor keindahan lainnya. Bila sektor non migas ini berkembang dengan baik, akan merangsang dan mendorong pertumbuhan pembangunan setiap Kabupaten/ Kota, pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber daya alam dengan manusia dan kebudayaan serta meningkatkan devisa/pendapatan daerah. Disamping itu sektor ini mampu menumbuhkan sektorsektor lainnya, seperti industry kerajinan rakyat, perluasan kesempatan kerja, agrowisata, pelayanan jasa perhubungan, perdagangan, pengembangan budaya dan sebagainya. Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur masuk dalam Wilayah Tujuan Wisata (WTW) D, dengan keunggulan produk wisata sebagai berikut :1. Wisata Alam; 2. Wisata Sejarah/Budaya; 3. Wisata Minat Khusus; 4. Wisata bahari. (Buku Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi NTT 2006-2020). Dengan adanya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No.25 Tahun 2000 yang mengisyaratkan tatanan perubahan dalam pemerintahan, dimana Pemerintah Propinsi
dan Kota/Kabupaten memperoleh kewenangan
untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Implikasi dari undang-undang tersebut, setiap daerah akan berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan alamnya yang bersifat fundamental dan multidimensi, tidak hanya sebatas pada bidang politik, ekonomi, tetapi juga dalam sektor pariwisata. Kesempatan ini memacu masing-masing daerah untuk berlomba menggali potensi pariwisatanya
5
guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat. (Budiastawa 2009). Kabupaten flores timur merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Nusa tenggara Timur yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu tujuan wisata alternatif yakni wisata spiritual. Daya tarik wisata spiritual yang ada di daerah ini yakni di Kota Larantuka. Kota ini memang sudah dikenal sebagai kota tempat para peziarah khususnya bagi umat Kristiani karena memiliki potensi dan keunikan yang merupakan kekhasan dari tempat ini dan menurut kebanyakan orang yang sudah pernah kesana menilai bahwa kota ini lebih cocok sebagai tempat peristirahatan, menghabiskan masa tua, menyepi dari hingar-bingar kegemerlapan dunia modern. Kegiatan spiritual yang ada yaitu perayaan paskah atau yang di daerah setempat dikenal dengan nama semana sancta atau yang dalam tradisi gereja katolik disebut Pekan Suci. Kegiatan ini sudah berlangsung selama ratusan tahun dan pada kenyataannya kegiatan yang biasanya berlangsung sekali setahun yaitu pada bulan april mampu mendatangkan sekitar ribuan peziarah. Para ziarah yang mengikuti kegiatan ini tidak hanya dari sekitar wilayah Nusa Tenggara Timur saja namun ada juga dari Luar wilayah NTT dan bahkan adapula sebagaian peziarah yang datang dari luar negeri. Selain kegiatan wisata spiritual yang ada, kota Larantuka sendiri juga memiliki berbagai potensi keindahan alam dan budaya yang wajib untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata lain guna menunjang kegiatan wisata spiritual itu sendiri yang diharapkan mampu mewujudkan implementasi dari
6
kegiatan pariwisata yaitu dapat mendatangkan devisa dan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Beranjak dari adanya perkembangan dan peningkatan permintaan (demand) terhadap wisata spiritual di Kabupaten Flores Timur, di satu sisi, dan adanya potensi yang dimiliki di kota Larantuka di sisi lain (supply), maka ini merupakan peluang bagi pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk mengembangkan daya tarik wisata spiritual Kota Larantuka. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelititan terhadap perencanaan pengembangan wisata spiritual Kota Larantuka penting dilakukan untuk dapat menghasilkan suatu rekomendasi kepada Pemerintah Kota Larantuka dalam upaya meningkatkan diversifikasi produk wisata di Kota Larantuka dan mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan pokok permasalahan yaitu: 1.2.1
Apa
saja
potensi-potensi
yang
dimiliki
kota
Larantuka
untuk
dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual? 1.2.2
Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual?
1.2.3
Bagaimana strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual di kota Larantuka?
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai adalah:
7
1.3.1
Tujuan umum
Secara umum penelitian ini bertujuan merumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi potensi dan daya tarik wisata spiritual Kota Larantuka. 1.3.2.2 Mengkaji kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual kota Larantuka 1.3.2.3 Merumuskan strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual kota Larantuka 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Manfaat teoritis
Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menerapkan teori-teori yang ada, meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang pariwisata serta sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengembangan daya tarik wisata spiritual. 1.4.2
Manfaat Praktis
Secara praktis, penelititan ini diharapkan memunculkan produk wisata baru khususnya di Kota Larantuka dan menambah diversifikasi daya tarik wisata. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait, khususnya Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur dalam menentukan kebijakan dalam mengembangkan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITTIAN
2.1 Kajian Pustaka Beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian ini antara lain penelititan tentang wisata spiritual oleh Rogers (2007) tentang ”spectacular spiritual tourism”, membahas tentang perubahan konsep spritual, dimana pada masa lampau spiritual diidentikan dengan agama, namun dengan perkembangan trend menyebabkan turunnya orang yang berpartisipasi pada institusi agama dan upacara dan peningkatan orang yang menyebut dirinya spiritual namun bukan religius. Penelitian ini juga membahas
mengenai
pengembangan pariwisata pilgrimage dan dampak dari wisata spiritual terhadap kehidupan sosial dan keluarga komunitas pelancong. Penelitian Rogers diatas dilakukan pada daerah yang telah mengembangkan wisata spiritual sehingga dapat diketahui dampak dari pengembangan wisata spiritual terhadap kehidupan sosial masyarakat dan wisatawan. Sedangkan penelititan ini dilakukan pada daerah yang belum mengembangkan wisata spiritual namun memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual. Untuk itu penelitian diawali dengan mengidentifikasi potensi, menganalisa faktor lingkungan internal dan eksternal, dan kemudian dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT untuk dapat menghasilkan strategi dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual.
8
9
Selanjutnya penelititan wisata spiritual juga dilakukan oleh Sugiani (2009) tentang ”Strategi pengembangan daya tarik wisata spiritual kawasan pantai mertasari, Desa Sanur Kauh, Kota Denpasar”. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiani yaitu sama-sama membuat strategi program pengembangan daya tarik wisata spiritual namun perbedaannya yaitu daerah dan objek penelitian yang dilakukan yaitu Sugiani pada Kawasan Pantai Mertasari, Desa Sanur Kauh, Kota Denpasar sedangkan penenlitian ini dilakukan bukan dikawasan pantai namun dilakukan di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian selanjutnya yang dapat menambah referensi pada penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ariawan (2009) tentang ”Daya Tarik Utama Ashram Ratu Bagus sebagai tujuan pariwisata spiritual dan manfaatnya terhadap wisatawan mancanegara di desa Muncan
Kecamatan Selat Kabupaten
Karangasem”. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ariawan tersebut cenderung melihat aspek ritual dari Agama Hindu dan juga lebih banyak membicarakan tentang tata cara ritual yang ada pada Ashram Ratu Bagus serta mencari manfaat yang diperoleh dari wisatawan mancanegara yang berkunjung. 2.2 Konsep Penelitian 2.2.1
Strategi
Menurut Hatten Kinneth J dalam Salusu (1998: 7) menyatakan konsep strategi selalu memberi perhatian serius terhadap perumusan tujuan dan sasaran organisasi. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan yang dihadapi oleh setiap organisasi, sangat berguna dalam
10
merumuskan alternatif strategi yang akan memudahkan untuk mengambil keputusan yang tertinggi dalam setiap organisasi kearah yang lebih baik. Pemilihan
alternatif
yang
terbaik
dilakukan
setelah
memperhitungkan
konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul apabila suatu alternatif dipilih dan dilaksanakan. Konsep stratejik dapat diringkaskan dalam dua istilah, yaitu kompetensi distinktif (distinctive competence) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage) atau ada juga menyebutkan keunggulan daya saing yang artinya “garaplah apa yang paling baik”. Menurut Amirullah (2004: 4) menyatakan strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan strategi sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Rangkuti (2005: 3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Dalam hubungannya dengan perencanaan strategis mempunyai tujuan agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Perencanaan strategis sangat penting utnuk memperoleh keunggulan bersaing dan memilik produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan dukungan sumber daya yang ada.
11
2.2.2
Pengembangan Kawasan Pariwisata
Dalam pengembangan pariwisata,baik pengembangan destinasi pariwisata, maupun pengembangan daya tarik wisata pada umumnya merupakan bagian dari sebuah strategi dalam upaya memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi riil daerah setempat, sehingga memberikan nilai tambah dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitar daya tarik wisata, pemerintah daerah dan wisatawan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan
pengembangan
sebagai
suatu
edisi ke tiga (2005: 538) proses,
cara,
perbuatan
mengembangkan sesuatu menjadi lebih baik, maju sempurna dan berguna. Jadi pengembangan pariwisata merupakan suatu proses atau aktifitas untuk memajukan yang ditata sedemikian rupa dengan memajukan atau memelihara yang sudah ada agar menjadi menarik dan lebih berkembang. Tahapan pengembangan juga merupakan tahapan siklus evolusi yang terjadi dalam pembangunan pariwisata, sejak suatu daerah tujuan wisata baru ditemukan (discovery), kemudian berkembang dan pada akhirnya terjadi penurunan (decline). Oleh karena itu siklus hidup pariwisata mengacu pada pendapat Butler (1980) yang dikutip oleh Cooper dan Jackson (1997) tentang Tourism Life Cycle dengan tahapan sebagai berikut: 1. Tahap exploration, yang berkaitan dengan discovery yaitu tempat sebagai potensi wisata baru ditemukan baik oleh wisatawan, pelaku pariwisata maupun pemerintah. Biasanya jumlah pengunjung sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasinya sulit dicapai namun
12
diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi berminat karena belum ramai dikunjungi. 2. Tahap involvement yang diikuti local control biasanya oleh masyarakat lokal. Pada tahap ini ada inisiatif dari masyarakat lokal, objek wisata mulai dipromosikan oleh wisatawan, jumlah wisatawan meningkat dan infrastruktur mulai dibangun. 3. Tahap development, dimana pada tahap ini menunjukan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan secara drastis, pengawasan oleh lembaga lokal adakala sulit membuahkan hasil, ,masuknya sendiri industri pariwisata dari luar dan kepopuleran kawasan wisata menyebabkan kerusakasn lingkungan alam dan sosial budaya sehingga diperlukan campur tangan dan kontrol penguasa lokal maupun nasional. 4. Tahap consolidation
dengan constitutionalism. Pada tahap ini terjadi
penurunan tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan. Kawasan wisata dipenuhi oleh berbagai industri pariwisata berupa hiburan dan berbagai macam atraksi wisata. 5. Tahap stagnation
yang masih diikuti institutionalism, dimana jumlah
wisatawan tertinggi telah tercapai dan kawasan ini telah mulai ditinggalkan karena tidak mode lagi, kunjungan ulang dan para pebisnis manfaatkan fasilitas yang telah ada, ada upaya untuk menjaga jumlah wisatawan secara intensif dilakukan oleh industri pariwisata, dan kawasan ini kemungkinan besar mengalami masalah besar yang terkait dengan lingkungan alam maupun sosial budaya.
13
6. Tahap decline, hampir semua wisatawan telah mengalihkan kunjungannya ke daerah tujuan wisata lain. Kawasan ini telah menjadi daya tarik wisata kecil yang dikunjungi sehari atau akhir pekan, beberapa fasilitas pariwisata telah dirubah fungsinya menjadi tujuan lain. Dengan demikian pada tahapan ini diperlihatkan upaya dari pemerintah untuk meremajakan kembali (rejuvenate). Dimana tahapan rejuvenation perlu dilakukan pertimbangan mengubah pemanfaatan kawasan pariwisata, mencari pasar baru, membuat saluran pariwisata baru dan mereposisi atraksi wisata ke bentuk lain. Dari pernyataan Butler diatas mengenai Tourism Life Cycle, kegiatan pariwisata yang ada di Kota Larantuka berada pada tahap awal yaitu tahap exploration dimana kota Larantuka mempunyai berbagai potensi daya tarik wisata lain yang masih tergolong baru dan pengunjung yang ada juga hanya sebatas masyarakat sekitar Kota Larantuka dan pengembangan daya tarik wisata tersebut belum terlalu maksimal oleh karena itu pada tahap awal ini diharapkan semua pihak yang terkait dengan pengembangan pariwisata di Kota tersebut dapat saling mendukung sehingga pengembangan daya tarik wisata yang ada kedepannya dapat terus meningkat dan mampu mengeksplorasi setiap keunikan yang ada di daerah tersebut. Kawasan
pariwisata
menurut
Undang-Undang
no.
9
tahun
1990,
menyebutkan kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Dalam UndangUndang no. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 1 menyebutkan yang dimaksud dengan kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki
14
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Selanjutnya pada pasal 14 ayat 1b dan penjelasannya menyebutkan usaha kawasan pariwisata merupakan kegiatan yang menyediakan barang dan jasa atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata. Kawasan wisata yang direncanakan dalam pengembangannya harus memperhatikan karakteristik sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial dalam pengembangannya. Paturusi (2008: 91) menyebutkan bahwa perencanaan kawasan pariwisata hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut; (1) memiliki peran pelestarian khusus, seperti pantai, danau, kawasan suci, kawasan arkeologi, (2) pemeliharaan lingkungan dengan panorama hijau sepanjang koridor menuju kawasan perencanaan, (3) pengelompokan fasilitas dan kegiatan berdasarkan jenis kegiatan (perbedaan zona bisnis dan tenang) dan sifat kegiatan (privatisasi tinggi dan zona public), (4) penempatan akomodasi pada pemandangan yang menarik, (5) fasilitas hiburan dan komersial hendaknya direncanakan memusat sehingga mudah dicapai oleh pengunjung, (6) pengawasan dan pembatasan pencapaian ke arah kawasan wisata untuk menghindari kemacetan lalulintas, (7) adanya kawasan penyangga (zona hijau dan pemukiman) antara kawasan wisata dengan sekitarnya, (8) pertimbangan jaringan infrastruktur (penerangan, air bersih, telepon, limbah dan pengelolaan sampah).
15
Jadi kawasan pariwisata merupakan wilayah budidaya yang mempunyai nilai strategis yang diprioritaskan pengembangannya dengan fungsi utama pariwisata. 2.2.3
Daya Tarik Wisata
Pariwisata akan dapat lebih berkembang atau dikembangkan jika suatu daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata (Marpaung, 2002). Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Menurut Yoeti (2006: 167) secara garis besar ada empat kelompok yang merupakan daya tarik bagi wisatawan datang pada suatu negara daerah tujuan wisata tertentu yaitu: a. Natural Attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah pemandangan (landscape), pemandangan laut (seascape), pantai (beaches) danau (lakes), air terjun (waterfall), kebun raya (national park), agrowisata (ogrotourism), gunung berapi (volcanos), termasuk pula flora dan fauna. b. Build attraction, termasuk dalam kelompok ini antara lain bangunan dengan arsitektur yang menarik, seperti rumah adat, dan termasuk bangunan kuno dan modern seperti Opera Building (Sydney), WTC (New York), Forbiden City (China), atau Big Ben (London), TMII (Taman Mini Indonesia Indah) dan daya tarik buatan lainnya.
16
c. Cultural Attraction, dalam kelompok ini termasuk diantaranya peninggalan sejarah (historical Building), cerita-cerita rakyat (folklore), kesenian tradisional (traditional dances), museum, upacara keagamaan, festival kesenian dan semacamnya. d. Social Attraction, yang termasuk kelompok ini adalah tata cara hidup suatu masyarakat (the way of life), ragam bahasa (languages), upacara perkawinan, potong gigi, khitanan atau turun mandi dan kegiatan sosial lainnya. Menurut Cooper (1993) unsur-unsur yang menentukan keberhasilan sebagai daerah tujuan wisata adalah : (a). Atraksi wisata (Attraction) yang meliputi atraksi alam dan buatan; (b). Kemudahan untuk mencapai akses (access) seperti ketersediaan transportasi lokal baik darat, laut maupun udara beserta sarana dan prasarana
pendukungnya;
(c).
Kenyamanan
(amenities)
seperti
kualitas
akomodasi, ketersediaan restoran, jasa keuangan, keamanan serta jasa pendukung; (d). Jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta (ancilary service)
termasuk
didalamnya
peraturan
/
perundang-undangan
tentang
kepariwisataan. 2.2.4
Wisata Spiritual
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, disebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu tertentu.
17
Menurut Nyoman S. Pendit, (1994) disebutkan bahwa pariwisata dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan tujuannya, dan salah satunya yaitu: Wisata Spiritual yaitu wisata yang dilakukan karena adanya dorongan untuk melakukan ibadah ke suatu tempat. Secara detail definisi spiritual dalam bukunya yang sama yaitu Ilmu Pariwisata yaitu: jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan agama, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau ke gunung yang dianggap keramat.(dikutip dari http://digilib.petra.ac.id tanggal 17 agustus 2011). Pengertian tentang wisata spiritual juga dikemukakan oleh Bali Travel News 2008 (dalam Susanty 2009) dimana wisata spiritual adalah salah satu kegiatan minat khusus, yaitu perjalanan wisata menuju tempat-tempat suci untuk melaksanakan kegiatan spiritual berupa sembahyang, yoga, meditasi, konsentrasi, dekonsentrasi, dan istilah lainnya sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing. Wisata spiritual meliputi: 1. Wisata religi; perjalanan wisata terkait dengan sistem kepercayaan (agama tertentu) misalnya: mengunjungi tempat-tempat suci, tempat-tempat bersejarah, makam-makam orang suci. 2. Wisata meditasi; mengunjungi tempat-tempat yang hening, tenang dan damai untuk penenangan diri, penjernihan pikiran misalnya goa-goa alam,pura/candi,ashram
18
3. Wisata olah raga spiritual; latihan senam yoga (Bali travel News 2008 dalam Susanty 2009) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III (2001:1087) yang dimaksud spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani dan bathin). Dewasa ini, pengaruh globalisasi membuat orang menyatakan diri sebagai spiritual bukan religius. Orang berusaha mengambil intisari sejumlah filsafat dan sistem kepercayaan di seluruh dunia (Rogers, 2002). Haq dan Jackson (2006) menyatakan bahwa wisatawan spiritual adalah seseorang yang mengunjungi tempat diluar ia biasa berada, dengan keinginan untuk mencari pertumbuhan spiritual, yang sifatnya religious, non-religious, sacral, ataupun sekedar mencari pengalaman, tanpa memperhitungkan tujuan utama melakukan perjalanan. Dilihat dari wisatawan yang melakukan wisata spiritual, Mckercher (dalam Haq and Jackson, 2006) mengklarifikasikan sebagai berikut: 1. Purposeful spiritual tourist, yaitu wisatawan yang pertumbuhan spiritual pribadinya menjadi alasan utama berkunjung dan wisatawan ini memiliki minat yang sangat kuat. 2. Sightseeing spiritual tourist, yaitu wisatawan yang pertumbuhan spiritual pribadi menjadi alasan utama berkunjung, namun pengalaman spiritualnya lebih rendah. 3. Casual spiritual tourist, yaitu wisatawan yang pertumbuhan spiritual individu merupakan motivasi yang umum untuk juga memiliki pengalaman spiritual yang rendah.
19
4. Incidental spiritual tourist, yaitu wisatawan yang menjadikan pertumbuhan spiritual individu bukanlah unsur pengambilan keputusan berwisata, namun dalam perjalanan tidak sengaja menikmati liburan spiritual. 5. Serendipitious spiritual, yaitu wisatawan yang menjadikan pertumbuhan spiritual pribadi bukan sebagai unsur yang mempengaruhi keputusan berwisata, namun mereka mendapatkan pengalaman spiritual mendalam setelah perjalanan. Dari konsep-konsep di atas maka kegiatan Pekan Suci (Semana Sancta) di Kota Larantuka dapat dikatakan sebagai salah satu daya tarik wisata spiritual. 2.3 Landasan Teori Dalam menganalisis pengembangan ”Perayaan Paskah” sebagai daya tarik spiritual, ada beberapa pendekatan yang digunakan antara lain teori perencanaan, teori perubahan sosial, teori adaptasi,teori motivasi dan teori SWOT. 2.3.1
Teori Perencanaan
Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya dalam tingkat yang lebih rumit dimana adanya pengaruh internal dan eksternal yang cenderung sulit untuk dikendalikan, perencanaan dapat berarti mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor yang tidak dapat dikontrol (noncontrolable)
yang
relevan,
memperkirakan
faktor-faktor
pembatas,
menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut (Tarigan 2005:#).
20
Menurut Conyers dan Hills dalam Arsyad (1999: 19), perencanaan adalah: ”suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang”. Menurut Yoeti (2007, 50-52) ada beberapa alasan mengapa perencanaan diperlukan : a. Memberi pengarahan Dengan adanya perencanaan para pelaksana dalam suatu organisasi atau tim mengetahui apa yang hendak dilakukannya dan ke arah mana yang akan dituju, apa yang akan dicapai. b. Membimbing kerjasama Perencanaan dapat membimbing para petugas untuk tidak bekerja menurut kemauannya sendiri. Dengan adanya perencanaan, ia merasa sebagai bagian dari suatu tim, di tempat tugas seorang banyak tergantung dari tugas lainnya. c. Menciptakan koordinasi Bila dalam suatu proyek masing-masing keahlian berjalan terpisah, kemungkinan besar tidak akan tercapai suatu inkrenisasi dalam pelaksanaan. Karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi antara beberapa aktifitas yang dilakukan. d. Menjamin tercapainya kemajuan Suatu perencanaan pada umumnya telah menggariskan suatu program yang hendak dilakukan meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggungjawab tiap individu atau tim dalam proyek. Bila ada penyimpangan antara yang telah direncanakan dengan apa yang telah dilaksanakan, akan segera dapat dihindarkan.
21
Dengan demikian akan dapat dilakukan koreksi pada saat diketahui, sehingga sistem ini akan mempercepat penyelesaian suatu proyek. e. Untuk memperkecil resiko Perencanaan mencakup mengumpulkan data yang relevan (baik yang tersedia, maupun yang tidak tersedia) dan secara hati-hati menelaah segala kemungkinan yang terjadi sebelum diambil suatu keputusan. Keputusan yang diambil atas dasar intuisi, tanpa melakukan suatu penelitian pasar atau tanpa melakukan perhitungan rates of return on investment, sangat dikhawatirkan akan menghadapi resiko besar. Karena itu perencanaan lebih memperkecil resiko yang timbul berlebihan. f. Mendorong dalam pelaksanaan Perencanaan terjadi agar suatu organisasi dapat memperoleh kemajuan secara sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melaui inisiatif sendiri. Itu pulalah sebabnya untuk mencapai hasil diperlukan tindakan, namun demikian untuk melakukan tindakan dibutuhkan suatu perencanaan dan program. Disamping itu untuk membuat suatu perancanaan diperlukan suatu kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Dengan demikian untuk mengetahui data yang perlu dikumpulkan, kita memerlukan tujuan yang hendak dicapai terlebih dahulu, sedangkan untuk mencapai suatu tujuan (objectives) diperlukan suatu pemikiran (thought) yang khusus. Jadi perencanaan (planning) merupakan suatu mata rantai yang esensial antara pemikiran (thought) danpelaksanaan (action). Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa “thought without action is merely philosophy, action without thought is merely stupidity”.
22
2.3.2
Teori Perubahan Budaya
Teori perubahan budaya yang berkembang dewasa ini banyak dipengaruhi oleh teori Darwin yang terkenal dengan teori evolusi. Proses evolusi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan alam, sehingga hanya yang kuatlah yang dapat bertahan hidup sedangkan yang lemah akan tergeser karena tidak berdaya menghadapi perubahan lingkungan. Steward maupun Harsojo adalah dua tokoh yang mengembangkan teori Darwin. Steward (dalam Kaplan dan Manners, 2000 : 63-64) yang terkenal dengan
teori
evolusionisme
multilinier
mengemukakan
bahwa
proses
perkembangan berbagai kebudayaan itu memperlihatkan adanya beberapa proses perkembangan sejajar. Kesejajaran itu terutama nampak pada unsur yang primer sedangkan unsur kebudayaan yang sekunder tidak nampak perkembangan yang sejajar dan hanya nampak perkembangan yang khas. Proses perkembangan yang tampak sejajar mengenai beberapa unsur kebudayaan primer disebabkan karena lingkungan tertentu memaksa terjadinya perkembangan kearah tertentu. Teori ini didukung oleh Stark (1987: 440) yang mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi dalam lingkungan fisik sering diikuti oleh perubahan sosial budaya. Menurut Kaplan (2000:89), perubahan yang terjadi pada masyarakat dan budaya akan bisa mengalami transformasi drastis, dan ada pula masyarakat budaya yang sepenuhnya terserap. Pengaruh wisata terjadi karena kegiatan pariwisata harus ditunjang dengan prasarana dan sarana pariwisata. Pembangunan fasilitas wisata seperti hotel, restoran, artshop dan berbagai lainnya, mengakibatkan perubahan lingkungan fisik.
23
Teori ini digunakan untuk mempertajam analisis dalam upaya menjawab rumusan masalah kedua dalam penelitian ini yang berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik internal dan eksternal pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. 2.3.3
Teori Adaptasi
Menurut pandangan teori ini dengan adanya perubahan lingkungan, baik yang terjadi dengan cepat maupun lambat, orang akan berusaha mengadaptasi dirinya terhadap perubahan tersebut. Kendatipun adakalanya orang tidak berhasil mengadaptasi perubahan itu, sehingga menghasilkan sifat (perilaku) yang tidak sesuai dengan lingkungan. Jelasnya jika lingkungan (habitat) mengalami perubahan, maka langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku penghuninya (Soemarwoto, 2001 :45). Swarbrooke (1998: 71) menjelaskan dengan lebih jelas, bahwa kunjungan wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata menyebabkan terjadinya proses adaptasi, baik adaptasi terhadap lingkungan fisik maupun kultural masyarakat setempat. Hal ini terjadi karena perbedaan latar belakang kehidupan antara wisatawan yang datang dengan masyarakat dan lingkungan yang dikunjunginya. Berdasarkan teori tersebut, dengan berkembangnya daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka akan mendorong terjadinya perubahan terhadap lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat, baik yang terjadi dengan cepat maupun lambat. Perubahan tersebut berakibat pada terjadinya adaptasi oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat merumuskan strategi pengembangan yang mempertimbangkan proses adaptasi
24
yang terjadi di masyarakat yang ditimbulkan akibat dikembangkannya daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. 2.3.4
Teori SWOT
Berkembangnya penemuan-penemuan baru di bidang teknologi berdampak terhadap berkembangnya organisasi dan kegiatan bisnis di tahun 1990-an sehingga terjadi perubahan konsep persaingan dalam bisnis. Pada periode sebelumnya persaingan merupakan kegiatan pembuatan produk sebanyakbanyaknya atau lebih dikenal dengan periode produksi masal dan produsen dapat memaksakan kehendaknya kepada konsumen. Namun selanjutnya adalah kebalikannya, yaitu pada abad ke – 21 dimana masing-masing negara di muka bumi ini sudah tidak memiliki batas ruang dan waktu. Pada era sebelumnya produsen dapat memaksakan kehendaknya kepada konsumen namun yang terajdi sekarang adalah kebalikannya yaitu konsumenlah yang justru memaksakan kehendaknya kepada produsen. Produsen dipaksa untuk membuat produk yang sesuai dengan nilai dan keinginan konsumen. Oleh sebab itu reorientasi perencanaan strategis sangat diperlukan. Proses pengambilan keputusan strategis dan kebijakan perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, opportunity, dan Threat). Rangkuti (2005) menyebutkan SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor
25
eksternal Peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opprtunies) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Dalam penelitian ini, teori SWOT digunakan untuk mempertajam analisis dalam upaya menjawab rumusan masalah kedua yaitu analisis lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual dan permasalahan ketiga yaitu tentang strategi dan program yang relevan dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual Kota Larantuka. 2.3.5
Teori Motivasi
Kata motivasi berasal dari kata ”motive” yang berarti menyebabkan (seseorang) melakukan dengan cara tertentu; atau merangsang keinginan. Lebih jauh, Abraham Maslow membuat model hierarki motivasi yang lebih dikenal dengan teori Motivasi Maslow. Adapun hierarki motivasi ini didasarkan pada kebutuhan manusia dari yang paling rendah ke arah yang lebih tinggi sebagaimana dikutip oleh Gilbert (1993: 21), yaitu : 1. Fisiologis lapar, haus, istirahat, beraktivitas. 2. Keamanan (safety and security) bebas dari rasa takut dan kekhawatiran. 3. Rasa memiliki dan kasih sayang, memberi dan menerima cinta. 4. Pengharapan-pengharapan terhadap diri sendiri dan pengahrapan untuk orang lain. 5. Aktualisasi diri, pemenuhan diri pribadi (selfullfillment)
26
Dalam konteks pariwisata, motivasi manusia melakukan perjalanan menjadi penting untuk mengetahui alasan wisatawan bepergian, maka dalam lingkup yang lebih luas, komponen pariwisata lainnya (pemerintah penyedia bisnis, dan masyarakat lokal) dapat mengantisipasi, kebutuhan wisatawan tersebut. McIntosh dan Goeldner (1986:124-125) membedakan motivasi wisatawan menjadi empat kategori motivator, yaitu: 1. Motivator fisik, yaitu motivator yang berkaitan dengan aktifitas fisik, misalnya olah raga, rekreasi pantai, hiburan yang menyegarkan, dan motivasi lainnya yang secara langsung berhubungan dengan kesehatan. 2. Motivator budaya, yaitu motivator yang dapat diidentifikasikan melalui hasrat untuk mengetahui tentang suatu daerah, musik, seni, cerita rakyat, tarian, lukisan, maupun agama mereka. 3. Motivator interpersonal, motivator yang berkaitan dengan hasrat untuk menemui orang baru, mengunjungi teman atau keluarga, menjauhkan diri dari rutinitas atau mencari pengalaman baru yang berbeda. 4. Motivator prestise dan status, yaitu motivator yang berkaitan dengan kebutuhan ego dan pengembangan pribadi, misalnya perjalanan untuk bisnis konvensi, studi, dan yang berkaitan dengan hobi dan pendidikan. Keinginan atas pengahrgaan perhatian, pengetahuan dan reputasi yang baik dapat dipenuhi selama perjalanan. Pada umumnya manusia menginginkan adanya keseimbangan dalam hidupnya. Secara psikologis, dapat dijelaskan bahwa kebutuhan manusia terhadap keseimbangan dalam kehidupannya tercermin pada usaha menyeimbangkan,
27
misalnya antara kerja – istirahat, melek – tidur, bergerak – santai, pendapatan – pengeluaran, kerja – keluarga, kebebasan – ketergantungan, maupun resiko – keamanan. Oleh karena itu, meninggalkan rutinitas disela-sela kehidupannya, manusia melakukan perjalanan adalah salah satu hal penting untuk menyegarkan tubuh dan jiwa, memberikan vitalitas, dan memberikan arti baru pada kehidupan (Krippendorf, 1987; 15-16). Lebih jauh, Darm (1981) sebagaimana dikutip oleh Gilbert (1993:22) menekankan bahwa ada tujuh elemen dalam motivasi berwisata: 1. Perjalanan sebagai jawaban atas apa yang dirasakan masih kurang. Pendekatan ini menjelaskan bahwa wisatawan melakukan hal tersebut karena termotivasi untuk mengalami fenomena yang berbeda dari yang ada di lingkungan rumahnya. 2. Daya tarik (pull) destinasi sebagai respon terhadap daya dorong (push) motivasi. Pendekatan ini menjelaskan motivasi individu wisatawan pada tingkat hasrat dorongan (push desire) dan daya tarik (pull) suatu destinasi atau daya tarik wisata. 3. Motivasi sebagai fantasi. Ini adalah bagian dari dua faktor pertama tersebut dan menjelaskan bahwa wisatawan berwisata untuk berperilaku seperti hal-hal yang secara budaya tidak ada di tempatnya. 4. Motivasi sebagai tujuan yang diklasifikasikan. Kategori yang luas ini meliputi tujuan utama sebagai motivator dalam perjalanan, misalnya mengunjungi kerabat dan teman, menikmati liburan, atau studi. 5. Tipologi motivasional. Tipologi ini berkaitan dengan tipologi perilaku wisatawan, misalnya perilaku wisatawan yang mencari amenities yang
28
lebih baik dari yang ada di tempatnya digolongkan sebagai sunlust. Perilaku wisatawan yang berani mengalami keanehan dan sesuatu yang tak dikenal digolongkan sebagai wonderlust. 6. Motivasi dan pengalaman wisatawan. Pendekatan ini dikarakterisasikan oleh debat yang berkaitan dengan keaslian pengalaman wisatawan dan tergantung pada kepercayaan wisatawan. 7. Motivasi sebagai auto-definisi dan arti. Cara wisatawan mendefinisikan situasi mereka akan memberikan pengertian yang lebih besar terhadap motivasi wisatawan ketimbang hanya mengobservasi perilaku mereka. 2.4 Model Penelitian Untuk menjawab dan memecahkan permasalahan yang dirumuskan diatas, diperlukan kerangka konsep atau model yang merupakan abstraksi dari penelitian ini. Secara kualitatif penelitian ini diawali dengan adanya pengembangan pariwisata khususnya pariwisata budaya di Kota Larantuka dan merupakan sektor andalan bagi pertumbuhan perekonomian Kota Larantuka. Pemerintah Kota Larantuka memegang peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan di Kota Larantuka. Salah satu program Pemerintah Kota Larantuka dalam bidang kepariwisataan yaitu mendorong pengembangan dan daya tarik wisata secara bersama-sama dengan pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Mengikuti trend perkembangan kepariwisataan akhir-akhir ini, maka salah satu daya tarik wisata yang dapat dikembangkan yaitu daya tarik wisata spiritual. Kota Larantuka memiliki potensi yang mendukung pengembangan daya tarik wisata spiritual tersebut.
29
Dalam upaya pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka, maka terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap kondisi lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan kondisi lingkungan eksternal (peluang dan ancaman). Dalam upaya pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka, beberapa konsep dan teori digunakan. Konsep yang digunakan antara lain (1). Strategi Pengembangan, (2). Daya Tarik Wisata (3). Wisata Spiritual. Sedangkan teori yang digunakan yaitu (1). Teori Perencanaan, (2). Teori Perubahan Budaya, (3). Teori Adaptasi, (4). Teori Motivasi dan (5). Teori SWOT. Dari pemikiran diatas dirumuskan tiga permasalahan yaitu (1). Apa potensi yang dimiliki Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual., (2). Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual, (3). Bagaimana strategi dan program yang relevan dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka.
30
Gambar 2.1 Model Penelitian Pariwisata Budaya Pemerintah Kota Larantuka
Kawasan wisata spiritual Kota Larantuka
Lingkungan Internal Kota Larantuka • •
Lingkungan Eksternal Kota Larantuka
Kekuatan (strength) Kelemahan (weaknesses)
• •
Teori
Konsep • • • •
• • • • •
Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Daya tarik wisata Wisata spiritual
Potensi Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual
Peluang (opportunities) Ancaman (threats)
Teori perencanaan Teori Perubahan Budaya Teori adaptasi Teori SWOT Teori Motivasi
Kondisi lingkungan Internal dan eksternal Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual
Pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka
Hasil / Rekomendasi BAB III
Strategi dan Program yang relevan dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual kota Larantuka
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dipergunakan adalah rancangan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati
untuk
mendapatkan semua fakta yang terkait dengan strategi
pengembangan daya tarik wisata spiritual. Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan secara psikologi sosial /pariwisata, dengan menerapkan berbagai teori yang relevan untuk membantu menjawab masalah penelitian. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Propinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai objek penelitian ini adalah Pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur. 3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data 3.3.1.1 Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka – angka tetapi berupa keterangan – keterangn mengenai variabel – variabel yang akan diteliti, yang dalam penelitian ini ruang lingkupnya yaitu dilakukan pendekatan – pendekatan melalui pendekatan berbasis kerakyatan, berkelanjutan, dan pariwisata alternatif.
31
32
3.3.1.2 Data kuantitatif Data kuantitatif, yaitu berupa data dalam bentuk angka yang dapat dihitung atau diolah secar matematis atau statistik untuk menarik suatu simpulan. Data ini terdiri dari jumlah penduduk, rata – rata pembobotan, perangkingan terhadap setiap kawasan pariwisata spiritual kota di Kota Larantuka. 3.3.2 Sumber Data Berdasarkan sumbernya data dalam penelitian ini dikelompokan menjadi 2 yaitu: 3.2.2.1 data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau secara langsung diperoleh pada tempat penelitian di kota Larantuka baik secara lisan maupun secara tertulis dari para responden dan informan. Data tersebut meliputi data hasil observasi, wawancara dengan informan (instansi pemerintah, tokoh masyarakat, pelaku usaha pariwisata dan akademisi), dan data hasil pengisian kuisioner. 3.2.2.2 Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari pihak pertama melainkan dari pihak – pihak tertentu yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut berupa dokumen atau arsip resmi, seperti monografi Kota Larantuka dan data kunjungan wisatawan. 3.4 Instrumen penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data berupa kamera digital untuk merekam gambar dan voice recorder sebagai perekam suara, alat tulis untuk pencatatan informasi data yang diperlukan dalam penelitian, pedoman wawancara (interview guide) untuk informan kunci dan angket pembobotan IFAS –EFAS serta angket untuk wisatawan. Dalam merumuskan
33
strategi pengembangan kawasan pariwiasta spiritual digunakan panduan pengumpul data berupa prinsip – prinsip dan kriteria – kriteria pembangunan pariwisata spiritual untuk melihat kondisi Kota Larantuka. 3.5 Teknik Penentuan Informan dan Responden Metode yang digunakan dalam penentuan informan dan responden adalah purposive sampling yaitu cara penentuan sampel yang didasarkan atas tujuan tertentu dan atas pertimbangan dimana sampel ditetapkan sesuai dengan tujuan penelitiannya. Besarnya contoh yang dapat ditarik dari populasi sangat tergantung pada tujuan penelitian, jenis instrumen yang digunakan, biaya dan waktu (Kusmayadi, 2000: 141). Metode ini digunakan karena melihat bahwa penelitian ini bersifat eksploratif. Beberapa pertimbangan dalam menetapkan sampel antaran lain : 1) mereka yang tahu kedalaman informasi sehubungan dengan masalah yang diteliti, 2) mereka yang diterima oleh berbagai kelompok yang terkait dengan penentuan kebijakan, 3) mereka yang memiliki pengetahuan tentang pariwisata. Responden ini sebanyak 30 orang diperlukan untuk memberikan pembobotan dan rating mengenai faktor – faktor internal dan eksternal kawasan pariwisata spiritual di Kota Larantuka, jumlah ini diharapkan bisa mewakili. Responden tersebut antara lain : Dinas Pariwisata Provinsi NTT (2), Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur (2), Pemuka Agama Katholik (3), Tokoh Masyarakat (1) Pelaku usaha Pariwisata (2 Hotel), pemandu wisata (Guide) (1 orang) wisatawan (15), Masyarakat (4). Teknik ini juga digunakan untuk menentukan informan pemangku kepentingan (stakeholders) sebagai informan kunci yaitu dari pemerintah daerah,
34
pelaku usaha pariwisata dan masyarakat yang ada di kawasan pariwisata spiritual Kota Larantuka.
Informan, masyarakat
yang diambil secara kebetulan
(accidental). sedangkan dalam menentukan sampel wisatawan (pengunjung) menggunakan metode Quota sampling yaitu penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri – ciri tertentu berdasarkan pertimbangan peneliti yang jumlahnya ditentukan sebanyak 30 wisatawan dan diambil dengan teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan penelitidan sesuai dengan karakteristik (ciri – cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel/responden (Riduwan, 2006: 63) 3.6 Teknik Pengumpulan Data Didalam teknik pengambilan data, digunakan beberapa teknik pengambilan yaitu : 3.6.1
Teknik wawancara, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan melakukan wawancara atau tanya jawab mendalam secara langsung antara peneliti dengang informan.
3.6.2
Observasi Partisipatif yaitu observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku ’orang dalam’ pada suatu situasi sosial. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tidak hanya berdiri sebagai orang luar dalam situasi sosial yang tengah diobservasi tetapi juga sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam.
3.6.3
Studi Kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan menggunakan literatur yang ada di perustakaan.
35
3.7 Teknik analisis data Dalam penelitian ini menggunakan tiga metode analisis yaitu: analisis deskriptif kualitatif, analisis IFAS – EFAS dan analisis matrik SWOT. Adapun metode analisis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.7.1 Analisis deskriptif kualitatif Analisis deskriptif kualitatif adalah proses mengatur, mengurutkan, mengelompokan,
memberi
kode,
mengkatagorikan,
mengartikan,
dan
menginterpretasikan/menafsirkan data dan informasi kualitatif dan kuantitatif tanpa ada hitung – hitungannya. Proses ini berusaha mendeskripsikan, menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (kusmayadi, 2000: 29). Analisis deskriptif ini untuk menganalisis kondisi berdasarkan prinsip pariwisata berkelanjutan dan partisipasi pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pengembangan kawasan wisata spiritual Kota Larantuka. 3.7.2 Analisis matriks IFAS dan EFAS Analisis matriks IFAS (Internal Factor Analisys Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) merupakan metode analisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor – faktor internal dan eksternal yang dianalisis terhadap kondisi kawasan pariwisata Kota Larantuka. 3.7.2.1 Analisis Matriks IFAS Setelah faktor – faktor strategi internal diidentifikasi, maka selanjutnya dilakukan analisis dengan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dengan tahapan sebagai berikut:
36
1. Membuat daftar faktor – faktor internal kondisi kawasan pariwisata di Kota Larantuka yang berupa kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). 2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan, sehingga total bobot sama dengan satu. 3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai dengan 4 bagi masing – masing faktor kekuatan dan kelemahan, yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (tidak begitu lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat kuat). Penentuan rating bagi faktor yang bersifat positif (kekuatan) dengan nilai + 1 (sangat lemah) sampai dengan +4
(sangat
kuat). Sedangkan faktor
yang bersifat negatif
(kelemahannya), merupakan kebalikannya. Jadi nilai rating menunjukan tingkat pengaruh dan mengacu pada kondisi kawasan pariwisata kota Larantuka, sedangkan bobot (weight) mengacu pada keberadaan kawasan pariwisata kota Larantuka. 4. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing – masing faktor untuk menentukan nilai skornya. 5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi objek yang dinilai (Kawasan pariwisata spiritual Kota Larantuka). Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara internal objek adalah lemah, sedangkan nilai yang berada diatas 2,5 menunjukan posisi internal yang kuat. Analisis matrik IFAS seperti dilihat pada Tabel 3.1
37
3.7.2.2 Analisis matriks EFAS Jika telah diidentifikasi faktor – faktor eksternal berupa peluang dan ancaman, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis faktor – faktor strategis eksternal untuk menganalisis hal – hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial-budaya, demografi, politik, hukum, teknologi, dan persaingan yang tentunya akan berpengaruh terhadap pengembangan kawasan spiritual Kota Larantuka. Analisis matriks EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) dengan tahapan seperti tabel dengan tahapan sebagai berikut: 1. Membuat daftar faktor – faktor eksternal konsisi kawasan pariwisata kota Larantuka berupa Peluang (opportunities) dan ancaman (Threats) 2. Melakukan pembobotan dengan metode perbandingan berpasangan, sehingga total bobot sama dengan satu. 3. Memberi peringkat (rating) antara 1 sampai dengan 4 bagi masing – masing faktor peluang dan ancaman, yang memiliki nilai 1 (sangat lemah), 2 (tidak begitu lemah), 3 (cukup kuat), 4 (sangat kuat). Penentuan rating bagi faktor yang bersifat positif (peluang) dengan nilai + 1 (sangat lemah) sampai dengan +4 (sangat kuat). Sedangkan faktor yang bersifat negatif (ancamannya), merupakan kebalikannya. Jadi nilai rating menunjukan tingkat pengaruh dan mengacu pada kondisi kawasan pariwisata kota Larantuka. 4. Mengalikan antara bobot dan rating dari masing – masing faktor untuk menentukan nilai skornya.
38
5. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi objek yang dinilai (kawasan pariwisata spiritual Kota Larantuka). Jika nilainya dibawah 2,5 menandakan bahwa secara eksternal objek adalah lemah, sedangkan nilai yang berada di atas 2,5 menunjukan posisi eksternal yang kuat. Analisi Matrik EFAS seperti dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.1 Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) Faktor – faktor Strategi internal 1 Kekuatan: 1) ............. 2) .............,dst Kelemahan : 1) ................. 2) .................,dst Total
Bobot
Rating
2
3
Skor (bobot x rating) 4
0,1
Sumber : Rangkuti, 2005 Catatan : pembobotan menggunakan metode perbandingan berpasangan Tabel 3.2 Matriks EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary) Faktor – faktor Strategi internal
Bobot
Rating
Skor (bobot x rating)
1
2
3
4
Kekuatan 1. ......... 2. .........., dst Kelemahan : 1. ................. 2. .................,dst Total
0,1
Sumber : Rangkuti, 2005 Catatan : pembobotan menggunakan metode perbandingan berpasangan
39
3.7.3
Analisis SWOT
Analisis matriks SWOT adalah keberlanjutan analisis situasi internal – eksternal, dimana faktor – faktor internal berupa faktor – faktor kekuatan dan kelemahan dikombinasikan dengan faktor –faktor eksternal berupa faktor peluang dan ancaman, kombinasi ini akan menghasilkan beberapa strategi alternatif pengembangan kawasan wisata spiritual kota Larantuka yaitu:
a. Strategi SO (Strength Opportunities) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya. Dalam hal ini seluruh kekuatan yang dimiliki kawasan wisata kota Larantuka dimanfaatkan untuk merebut semua peluang yang dimilikinya.
b. Strategi ST (Strength Threats) Strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam hal ini kawasan pariwisata spiritual kota Larantuka untuk mengatasi ancaman yang dihadapinya. c. Strategi WO (Weaknesses Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada dalam kawasan pariwisata kota Larantuka. d. Strategi WT (Weaknesses threats)
40
Strategi ini didasarkan kepada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha menghindari ancaman. Matrik Analisis SWOT seperti dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 memperlihatkan kombinasi faktor – faktor Internal dan Eksternal dalam merumuskan strategi alternatif yaitu :
IFAS EFAS
Tabel 3.3 Matriks Analisis SWOT Strength (S) Weaknesses (W) Tentukan 5 – 10 faktor Tentukan 5 – kekutatan Internal kelemahan internal
Opportunities (O) Strategi S O Tentukan 5 – 10 faktor Ciptakan strategi yang peluang eksternal menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Threats (T) Strategi S T Tentukan 5 – 10 faktor Ciptakan strategi yang ancaman eksternal menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Sumber : Rangkuti, 2005
10
faktor
Strategi W O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk meanfaatkan peluang Strategi W T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
41
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN FLORES TIMUR
4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur
Gambar 4.1Peta Kabupaten Flores Timur Sumber: situs resmi Provinsi NTT (http://nttprov.go.id/provntt)
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Flores Timur 4.1.1.1 Letak Geografis dan Batas Administratif Kabupaten Flores Timur yang terletak di bagian paling timur dari Pulau Flores, dan merupakan salah satu bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis, Kabupaten Flores Timur merupakan wilayah kepulauan dengan luas wilayah 5.983,38 km² terdiri dari tiga pulau utama yakni daratan Pulau Flores bagian timur (1.066,87km²), Pulau Adonara (519,64km²), dan Pulau Solor
42
(226,34km²). Secara umum, luas daratan adalah 1.812,85km² dan lautan 4.170 km². Batas wilayah Kabupaten Flores Timur adalah: 1) Bagian Timur dengan Kabupaten Lembata 2) Bagian Barat dengan Kabupaten Sikka 3) Bagian Utara dengan Laut Flores 4) Bagian Selatan dengan Laut Sawu Secara geografis, Larantuka sendiri 41 tepat berada di lereng gunung Mandiri dan di bagian selatan langsung berhadapan dengan perairan Laut Larantuka. 4.1.1.2 Topografi Secara topografis, wilayah Larantuka meliputi: 1) Bagian Utara merupakan gunung 2) Bagian Tengah merupakan dataran rendah 3) Bagian Selatan merupakan laut 4.1.1.3 Iklim Kabupaten Flores Timur merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki dua iklim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau berkisar antara bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan berkisar antara bulan Oktober sampai dengan bulan April. Rata-rata tingkat curah hujan sangat kecil, dimana hanya berkisar 60 – 150 hari per tahun dengan kedalaman 500mm – 2000mm per tahun. 4.1.1.4 Demografi Total jumlah penduduk Kabupaten Flores Timur (2007) sebesar 227.732 jiwa yang terdiri dari Laki-laki 108.904 jiwa dan Perempuan 118.828 jiwa. Jumlah
43
penduduk Larantuka adalah 35.133 jiwa yang terdiri dari laki-laki 17.030 jiwa dan perempuan 116.994 jiwa. Mata pencaharian masyarakat Larantuka cukup variatif yakni
petani/nelayan,
tukang
bangunan/buruh,
swasta/wirausaha,
PNS,
TNI/POLRI, dan lain-lain. 4.2
Gambaran Umum Kepariwisataan Kabupaten Flores Timur
4.2.1 Kepariwisataan Kabupaten Flores Timur Kabupaten Flores Timur merupakan salah satu Kabupaten yang dalam pengembangan kepariwisataan Propinsi Nusa Tenggara Timur masuk ke dalam pembagian Klaster ke III untuk pengembangan destinasi pariwisata. Kabupaten ini juga sudah mulai menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang diprioritaskan karena memiliki keunggulan pariwisata religius yaitu Prosesi Jumat Agung (Semana Sancta) dan dari tahun ke tahun perkembangan jumlah wisatawan yang datang
berkunjung
juga
terus
mengalami
pertumbuhan
yang
Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan seperti dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Perkembangan Jumlah kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Flores Timur, Tahun 2005-2010 Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Kunjungan Wisatawan
6.468 7.406 9.860 11.054 15.777 41.952
Sumber: Data Pariwisata Kabupaten Flotim 2010
positif.
44
4.2.2 Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Flores Timur Dalam pelaksanaan pembangunan kepariwisataan, Kabupaten Flores Timur belum memiliki dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA Kabupaten). Sehingga program dan rencana kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur, disesuaikan dengan kebutuhan. 1) Visi Terwujudnya Sumber Daya Manusia Perhubungan dan Pariwasata yang profesional dan berdaya saing serta unggul dalam pelayanan. 2) Misi a) Meningkatkan SDM Perhubungan dan Pariwisata b) Menata Sistem Transportasi dan Perhubungan secara efektif dan efisien yang mampu memberikan pelayanan secara optimal dan berdaya saing c) Membangun, mengembangkan dan memantapkan Sapta Pesona demi terwujudnya Flores Timur sebagai Daerah Tujuan Wisata d) Meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dibidang Perhubungan dan Kepariwisataan e) Mengembangkan kemitraan dalam pengelolaan sektor Perhubungan dan Kepariwisataan berdasarkan prinsip saling menguntungkan f) Membangun dan mengembangkan sarana-prasarana dibidang Perhubungan dan Pariwisata dalam meningkatkan pelayanan.
45
4.3
Sejarah Singkat Pelaksanaan Prosesi Jumat Agung Ritual Prosesi Jumat Agung merupakan sebuah ritual keagamaan peninggalan
Portugis. Sebelum kedatangan bangsa Portugis, sistem pemerintahan Larantuka dan sekitarnya pada zaman itu menganut sistem kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja dan dibantu oleh beberapa kakang, yang menjalankan fungsi sebagaimana seorang camat pada zaman sekarang. Sejak kedatangan misionaris Portugis, masyarakat Larantuka menjadi penganut agama Katolik, dan Raja Larantuka pertama yang dibabtis menjadi Katolik adalah Raja Ola Adobala dengan nama Don Lorenso Diaz Viera de Godinho. Konon, raja inilah yang kemudian menyerahkan Kerajaan Larantuka ke dalam perlindungan Bunda Maria yang ditandai dengan upacara penyerahan tongkat kerajaan. Sejak saat itulah, Larantuka dan seluruh rakyatnya menyerahkan perlindungan dirinya kepada Bunda Maria. Berdasarkan catatan sejarah, ritual prosesi mengelilingi Larantuka dilakukan pertama
kali
sebagai
ungkapan
syukur
atas
keberhasilan
menumpas
pemberontakan yang terjadi, termasuk diantaranya adalah keberhasilan menghalau penjajahan Belanda. Dari spektrum sistem pemerintahan kerajaan, prosesi dilakukan sebagai manifestasi dari kegiatan kunjungan (Torne) Raja Larantuka, dalam hal ini Bunda Maria ke wilayah-wilayah yang menjadi bagian dari kekuasaannya. Oleh dari itu, dalam setiap pelaksanaan Prosesi Jumat Agung, patung Bunda Maria diusung mengelilingi kota Larantuka.
46
Sedangkan dari spektrum keagamaan (Katolik), Prosesi Jumat Agung merupakan sebuah ritual iman umat Katolik Larantuka bersama-sama dengan Bunda Maria berjalan mengeliling kota Larantuka sambil berdoa untuk mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus. Disebut Prosesi Jumat Agung karena ritual prosesi ini dilakukan setiap tahun pada hari Jumat, hari memperingati wafat Yesus. Tata cara pelaksanaan ritual serta semua ornamen yang digunakan, hingga saat ini masih tetap menggunakan tradisi Portugis. 4.3.1
Kondisi Pelaksanaan Prosesi Jumat Agung
Prosesi Jumat Agung di Larantuka merupakan satu rangkaian kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh umat Katolik setempat sebagai peringatan sengsara dan wafatnya Yesus Kristus. Rangkaian kegiatan tersebut oleh masyarakat setempat disebut Semana Sancta atau Pekan Suci, yakni satu minggu sebelum perayaan Paskah atau Hari Kebangkitan Yesus. Walaupun berlangsung selama satu pekan, namun inti dari Semana Sancta dimulai pada hari Rabu yang disebut Rabu Trewa, hari Kamis (Kamis Putih), hari Jumat (Jumat Agung), hari Sabtu (Sabtu Santo), dan hari Minggu Paskah sebagai perayaan kebangkitan Yesus Kristus. Pada zaman dulu, selama masa Semana Sancta, umat di Kota Larantuka menghentikan semua rutinitas pekerjaannya sebagai ungkapan perkabungan. Dewasa ini, kebiasaan tersebut hanya berlangsung pada Hari Jumat Agung. Seperti yang tertera pada gambar 4.2 pemerintah beserta seluruh masyarakat Kota Larantuka mulai mempersiapkan diri untuk menyambut seluruh peziarah
47
yang datang dari berbagai daerah untuk mengikuti Semana Sancta atau pekan suci salah satunya yaitu dengan menaruh spanduk-spanduk yang bertuliskan selamat datang kepada seluruh peziarah.
Gambar 4.2 spanduk bertuliskan ucapan selamat datang kepada para peziarah Sumber: Dokumentasi peneliti 2011 4.3.1.1 Rabu Trewa
Gambar 4.3 Jalur yang akan dilewati pada saat prosesi Jumat Agung Sumber: Dokumentasi Peneliti 2011 Pada hari ini umat mulai berkabung mengenang peristiwa Yesus ditangkap di Taman Getsemani. Pada sore hari menjelang malam umat beribadah dan berdoa di gereja dan kapela. Selanjutnya, sebagai tanda perkabungan, biasanya setiap penghuni rumah menabuh bunyi-bunyian yang bermakna mengusir roh-roh jahat. Pada hari ini juga dimulai penutupan jalur-jalur tertentu yang akan dilalui pada
48
saat prosesi jumat agung berlangsung seperti pada gambar 4.3. Pada hari ini biasanya para peziarah yang berasal dari berbagai daerah mulai berdatangan ke Larantuka. 4.3.1.2 Kamis Putih Hari Kamis Putih atau Kamis Suci adalah hari mengenang Yesus merayakan perjamuan terakhir dengan para murid-Nya. Pagi harinya adalah aktivitas membuka pintu di dua Kapela yakni Kapela Tuan Ma (Bunda Maria) dan Kapela Tuan Ana (Yesus) kemudian pentaktaan dan mencium Patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Patung Tuan Ana (Yesus) . Pada gambar 4.4 dari kiri ke kanan mulai dari proses membuka pintu kapela yang hanya dapat dilakukan oleh keluarga kerajaan dan raja Larantuka kemudian para peziarah dipersilahkan satu persatu untuk masuk kedalam kapela untuk mencium Patung Tuan Ana dan pada Sore harinya perayaan misa (kebaktian) Perjamuan Malam Terakhir.
Gambar 4.4: Proses membuka pintu Kapela oleh Keluarga Raja, Para Peziarah secara tertib menunggu giliran untuk mencium Patung Sumber: dokumentasi peneliti 2011
49
4.3.1.3 Jumat Agung Jumat Agung merupakan klimaks dari rangkaian Semana Sancta, dimana dilaksanakan Ritual Prosesi Jumat Agung mengelilingi Kota Larantuka. Kesibukan pada hari ini terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan keagamaan, yakni: 1) Ritual merias Patung Tuan Ma (Bunda Maria),yang merupakan patung peninggalan Portugis sejak abad 15. Umat berkumpul di Kapela Tuan Ma sambil berdoa dalam Bahasa Portugis. Patung Tuan Ma, hanya bisa diperlihatkan sekali setahun.
Gambar 4.5 Patung Tuan Ma (Bunda Maria) Sumber: Dokumentasi Peneliti 2011 2) Berdoa di Kapela Tuan Ana, merupakan salah satu aktivitas penting yang dilakukan oleh umat pada hari Jumat Agung. Kesempatan berdoa di Kapela Tuan Ana berlangsung dari pagi hingga malam hari. Pada gambar 4.6 terlihat Ibu-ibu yang sedang berdoa di dalam kapela menggunakan pakayan serba
50
hitam yang menandakan sedang berduka. Proses berdoa ini juga di Larantuka juga dikenal dengan ritual mengaji semana yaitu berdoa dengan menggunakan bahasa Portugis dan bahasa Indonesia dan terdengar seperti berirama.
Gambar 4.6 Umat sedang berdoa di Kapela Tuan Ana Sumber: Dokumentasi Peneliti 2011 3) Prosesi mengarak Patung Tuan Menino (Kanak-Kanak Yesus). Ritual prosesi ini berpusat di Kapela Tuan Menino di Kelurahan Kota Rowido, berjarak kirakira 2 kilometer dari pusat kota. Keunikan dari kegiatan ini adalah Patung Tuan Menino diarak melalui laut menuju pusat kota. Pada gambar 4.7 dari kiri ke kanan terlihat kapal-kapal bermotor yang penuh dengan para peziarah mengiringi Patung Tuan Menino (kanak-kanak Yesus). Keunikan dan keistimewaan dari kegiatan ini yaitu selain hanya dapat diarak melalui laut,warga yang memiliki kapal-kapal bermotor secara sukarela ikut mengambil bagian dalam kegiatan ini dan mempersilahkan peziarah untuk ikut secara gratis dan kapal-kapal bermotor yang ikut ambil bagian harus berada di belakang perahu yang memuat Patung. Kemudian gambar yang selanjutnya sebagian umat yang bersiap di daratan untuk menjemput patung yang dibawa
51
oleh perahu biasa dan dilanjutkan dengan proses membara patung untuk masuk dalam kapela Tuan Ana
Gambar 4.7 Prosesi penjemputan Patung Tuan Menino Sumber: dokumentasi Peneliti 2011 4) Aktivitas menanam atau memasang turo (tiang lilin) sepanjang jalan yang menjadi rute prosesi yang dilaksanakan pada malam harinya. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada pagi hari oleh kaum pria. 5) Peringatan Jumat Agung di Desa Wureh, Pulau Adonara. Secara historis, peringatan dan pelaksanaan Prosesi Jumat Agung yang dilaksanakan di Larantuka memiliki kaitan yang tak terpisahkan dengan umat Katolik yang menetap di Desa Wureh. Hal ini dilatarbelakangi fakta sejarah bahwa sebagian misionaris Portugis pada masa lalu, diperkenankan oleh Raja Larantuka untuk menetap di Desa Wureh dengan syarat mereka harus tetap melestarikan ritual Prosesi Jumat Agung sebagaimana yang dilaksanakan di Larantuka.
52
6) Prosesi Jumat Agung di Kota Larantuka. Merupakan puncak dari peringatan Semana Santa, dimana ribuan umat melakukan ritual berjalan kaki mengelilingi Kota Larantuka sambil berdoa dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Inti dari ritual ini adalah sebuah perjalanan kedukaan bersama Bunda Maria dalam mengenang sengsara dan wafat Yesus. Oleh karenya, dalam perarakan ini Tuan Ma dan Tuan Ana menjadi sentral perhatian bagi seluruh umat yang mengambil bagian dalam ritual Prosesi Jumat Agung. Ritual ini dilakukan menurut tata cara yang ditinggalkan oleh para misionaris Portugis, dan semua ornamen-ornamen yang digunakan dalam ritual ini juga merupakan warisan Portugis. Kegiatan prosesi keliling kota dimulai pada pkl.18.00 (waktu setempat) dan berakhir pkl. 02.00. Katedral Reinha Rosari Larantuka menjadi titik awal dan akhir dari rangkaian prosesi. Pada gambar 4.8 terlihat dari kiri ke kanan barisan depan dari prosesi Jumat Agung yang diisi oleh kongregasi konfreia atau organisasi awam yang secara tradisional diberikan kepercayaan untuk mengorganisir pelaksanaan ritual Prosesi Jumat Agung kemudian diikut oleh biarawan, biarawati dan para peziarah. Keunikan dari kegiata ini yaitu proses mengarak patung mengelilingi Kota Larantuka, orangrang yang memikul patung juga orang-orang terpilih secara khusus dan tidak akan diketahui oleh orang lain, mereka menggunakan topi merah dan jubah berwarna putih yang menutupi seluruh badan dan mereka juga diberikan sumpah agar tidak menceriterakan apa yang mereka tahu kepada orang lain.
53
Gambar 4.8 Prosesi mengarak Patung Tuan Ma dan Tuan Ana pada malam Jumat Agung Sumber: Dokumentasi peneliti 2011 4.3.1.4 Sabtu Santo Pada pagi harinya umat mengantar Patung Tuan Ma dan Tuan Ana kembali disemayamkan di kapelanya masing-masing terlihat pada gambar 4.9. Biasanya para peziarah yang berasal dari luar daerah, mulai meninggalkan Larantuka dan kembali ke tempat asalnya setelah kegiatan tersebut.
Gambar 4.9 Proses mengantar Patung kembali ke Kapela Sumber: Dokumentasi peneliti 2011
54
4.3.1.5 Minggu Paskah Perayaan misa (kebaktian) memperingati Paskah, yakni hari kebangkitan Yesus Kristus. 4.3.2
Kebijakan Pengembangan Daya Tarik Wisata Prosesi Jumat Agung
4.3.2.1 Pemerintah Dalam konteks pengembangan event pariwisata (calender of event), Ritual Prosesi Jumat Agung telah ditetapkan sebagai salah satu event tahunan. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya tingkat kunjungan para peziarah/wisatawan yang mengikuti Prosesi Jumat Agung setiap tahun. Fenomena demikian menjadikan Prosesi Jumat Agung ditetapkan sebagai salah satu daya tarik (attraction) andalan Kabupaten Flores Timur dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa program kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur dalam beberapa tahun terakhir, antara lain: 1) Penandatanganan MOU kerjasama bilateral antara Pemerintah Kabupaten Flores Timur dengan Kedutaan Besar Portugal untuk menjadikan LarantukaFatima sebagai “Cister City”. 2) Alokasi anggaran untuk rehabilitasi dan penataan Gereja Kathedral Larantuka dan kapela-kapela. 3) Alokasi anggaran untuk peningkatan fisik dan penataan rumah tinggal masyarakat
untuk
wisatawan/peziarah.
dijadikan
sebagai
penginapan
bagi
para
55
4) Kegiatan pendampingan/pembinaan terhadap para pelaku usaha pariwisata, khususnya penginapan dan rumah makan berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan terhadap wisatawan/peziarah. 5) Sosialisasi Program Sadar Wisata terhadap masyarakat. 6) Kerjasama lintas sektor dalam upaya menjaga ketertiban dan keamanan sepanjang masa Pekan Suci (Semana Santa), terutama pada saat pelaksanaan Prosesi Jumat Agung. Hal ini dilakukan untuk keamanan dan kenyamanan wisatawan/peziarah. 7) Upaya-upaya promosi melalui pencetakan dan distribusi bahan-bahan promosi tentang Prosesi Jumat Agung. Menurut Bapak Frans Fernandez selaku Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur, walaupun telah berbagai upaya yamg dilakukan oleh Pemerintah Daerah, masih terdapat beberapa kendala utama pelaksanaan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur, khususnya dalam kaitannya dengan pengembangan ritual Prosesi Jumat Agung sebagai salah satu daya tarik wisata andalan. Adapun hambatan dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Kebijakan politik yang terlalu mendominasi operasionalisasi pembangunan kepariwisataan, dimana posisi legislatif sebagai “penguasa anggaran” yang selalu menolak argumen. 2) Mind-set
masyarakat
yang
masih
statis,
termasuk
budaya/perilaku
masyarakat, dimana belum memiliki kepekaan membaca peluang terhadap usaha ekonomi.
56
3) Implementasi PP No.41 yang mengakibatkan penggabungan beberapa unit menjadi
satu
Instansi/Dinas,
yakni
Perhubungan,
Pariwisata,
serta
Komunikasi dan Informatika. Hal ini dilihat sebagai kendala untuk pengembangan pariwisata secara intens dan optimal. 4) Sikap pesimis sebagian tokoh agama Katolik (biarawan) lokal yang menilai keterlibatan pariwisata dalam ritual Prosesi Jumat Agung tidak proporsional. Walaupun demikian, terdapat beberapa komitmen Pemerintah Daerah berkaitan dengan pelaksanaan ritual Prosesi Jumat Agung ke depan. 1) Menjadikan ritual Prosesi Jumat Agung sebagai sebuah event wisata ziarah berskala internasional. 2) Mempertahankan nilai-nilai esensial ritual Prosesi Jumat Agung. 3) Memberikan pemahaman terhadap masyarakat untuk membaca peluang dari aspek bisnis. 4) Memfasilitasi pembenahan struktur dan kepengurusan asosiasi pariwisata setempat, seperti ASITA, PHRI,dan HPI. 5) Membangun ruang dialog dengan pihak Gereja dan komponen yang terkait langsung dengan pelaksanaan ritual Prosesi Jumat Agung. 6) Melakukan rapat koordinasi dengan camat, para lurah/kepala desa di wilayah Larantuka untuk mengkondisikan persiapan pelaksanaan Prosesi Jumat Agung. Penekanan dari rapat dimaksud adalah perilaku sebagai tuan rumah yang baik. 7) Membangun komunikasi dengan para wisatawan/peziarah yang datang dari luar.
57
8)
Perbaikan/perluasan sarana bandara, sehingga akses menuju Larantuka semakin lancar.
58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Kota Larantuka Kota Larantuka Kabupaten Flores Timur selain terkenal dengan ritual keagamaannya yaitu Semana Sancta namun juga terdapat berbagai potensi baik itu potensi fisik maupun potensi non fisik. Potensi-potensi ini yang nantinya diharapkan sebagai daya tarik wisata pendukung dan juga sebagai ajang promosi kepada wisatawan yang datang mengikuti ritual keagamaan bahwa di daerah ini masih terdapat berbagai potensi yang patut untuk dinikmati. 5.1.1
Potensi Fisik
5.1.1.1 Keindahan Alam Kota Larantuka merupakan kawasan yang terletak tepat di jantung Kabupaten Flores Timur, dan merupakan pusat dari kegiatan masyarakat setempat,mulai dari perekonomian, perdagangan dan pemerintahan dll. Di dalam Kota Larantuka ini tidak hanya sebagai pusat dari kegiatan masyarakat Flores Timur namun terdapat juga potensi-potensi fisik yang dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik pendukung kegiatan religiusnya yang begitu terkenal yaitu Prosesi Jumat Agung. Salah satu potensi fisik yaitu keindahan alam berupa pemandangan panorama yang disajikan yaitu berupa gugusan pegunungan, pulau-pulau dan lautan yang mengelilingi Kota ini.
58
59
Gambar 5.1 Panorama Kota Larantuka Sumber: Dokumentasi Peneliti 2011 5.1.1.2 Situs Sejarah Di Kota Larantuka juga tidak hanya terdapat keindahan alam tetapi juga memiliki bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bangunanbangunan yang terdapat di Kota ini yaitu mulai dari Istana Kerajaan Larantuka, kapela-kapela (gereja kecil) yang sudah berumur ratusan tahun. 1. Istana Raja Bangunan ini berada langsung di tengah Kota dan model bangunan ini juga masih terjaga sehingga masih terlihat alami dan belum ada sentuhansentuhan modern di sekitar bangunan seperti terlihat pada gambar 5.2. Meski saat ini keadaan zaman telah berubah namun di Larantuka hirarki kerajaan masih diteruskan, dimana saat ini dipimpin Kerajaan Larantuka dipimpin oleh Raja Don Tinus DVG sebagai penerus saat ini.
60
Gambar 5.2 Istana Raja Sumber: www.google.com 2. Kapela-Kapela Selain bangunan Istana Raja bangunan yang juga memiliki nilai sejarah tinggi yaitu kapela-kapela (gereja kecil) diantaranya kapela Tuan Ma (Bunda Maria) dan Kapela Tuan Ana (Yesus) yang juga memiliki nilai sejarah khususnya dalam sejarah masuknya agama katholik di Kota Larantuka. Pada gambar 5.3. Secara umum kapela-kapela ini terlihat seperti bentuk-bentuk gereja-gereja katolik yang ada namun sebenarnya keunikan dari kapela ini yaitu terdapat Patung Bunda Maria di Kapela Tuan Ma dan Tuhan Yesus di Kapela Tuan Ana. Kapela-kapela ini juga hanya di buka sekali setahun yaitu pada saat Prosesi Jumat Agung (Semana Sancta) berlangsung dan kapela ini hanya boleh dibuka oleh Raja Larantuka.
Gambar 5.3 Kapela Tuan Ana dibagian kiri dan Kapela Tuan Ma Sumber: dokumentasi peneliti 2011
61
5.1.2
Potensi Non-fisik
5.1.2.1 Budaya Kabupaten Flores Timur sebagai Kabupaten kepulauan begitu kaya dengan panorama alam yang indah dan tradisi adat yang unik. Flores Timur juga memiliki sejumlah aset wisata budaya yang perlu dikembangkan dan dipertahankan keaslian budayanya sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang di Pulau Flores bagian timur ini. Dari beberapa tempat berpotensi untuk wisata di Flores Timur, Dusun Riang Pedang, yang terletak di desa Ile Padung kecamatan Lewolema
ternyata
menyimpan
segudang
keaslian
budaya
Lamaholot.
Berdasarkan survey lapangan Incito Prematur yang dilakukan oleh N.G Sebastian, mengatakan, desa ini layak menjadi tempat obyek wisata budaya tingkat internasional. Umumnya wisatawan yang datang ke Riang Pedang untuk menyaksikan proses perkawinan tradisional Lamaholot, tarian adat yang dilengkapi dengan busana adat yang masih sangat asli, proses pembuatan benang, proses tenun ikat serta kunjungan ke korke atau langobelen (rumah besar/ rumah suku) yang merupakan tipikal rumah adat orang Flores Timur. Selain memiliki tradisi budaya yang unik, Flores Timur juga Memiliki Ritual atau tuturan ritual yang tersebar di berbagai wilayah etnik Indonesia bahasa sangat beragam. Salah satunya tuturan bahasa yang cukup unik ialah tuturan bahasa yang berada di Flores Timur. kelompok etnik lamaholot disana menyebutnya Lewak Tapo, yakni tuturan ritual yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan Tuhan, atau mereka sebut Rera Wulan Tana Ekan sebagai pencipta langit dan bumi dan Ina Ama Koda Kewokot
62
sebagai roh leluhur mereka. Ritual Lewak Tapo adalah proses membelah kelapa yang dimaksudkan untuk mencari tahu sebab kematian seseorang yang tidak wajar atau meninggal sebelum masa tua mereka. hal ini sekaligus bertujuan untuk membersihkan bobot dosa yang dilakukan orang tersebut ataupun keluarganya yang menyebabkannya meninggal dunia dan tidak akan terulang kembali di kemudian hari. Pada pandangan orang lamaholot pengingkaran terhadap koda (kebenaran) menyebabkan seseorang mudah mati atau mati muda. Koda hampir mirip seperti norma yakni larangan atau perintah yang ditujukan agar terciptanya keharmonisan antar manusia, manusia dengan lingkungan dan yang terpenting manusia dengan sang pencipta. Seseorang yang mempunyai bobot dosa yang banyak akan ditimpalkan hukuman oleh Rera Wulan Tana Ekan berupa kematian yang tidak wajar. hal ini kemudian melahirkan tradisi ritual lewak tapo. Simbol yang dipakai dalam
ritual
Lewak
Tapo
yaitu
(1)
Tapo
/
kelapa
disimbolkan sebagai kepala manusia. karena kepala adalah pusat pengendali aktivitas manusia, kepala juga sebagai pengendali perilaku baik ataupun buruk. perilaku buruk tersebut yang mengakibatkan seseorang mengalami kematian yang tidak wajar, yang tidak lain adalah kendali dari kepala. Lewat buah kelapa diyakini akan terungkap kesalahan – kesalahannya dan dilakukan pemulihan agar tidak terjadi kembali di kemudian hari. (2) Sirih Pinang ditujukan untuk menyapa atau untuk menghormati para roh leluhur ataupun para tamu pria yang datang. Sirih pinang berbentuk seperti rokok. Sirih pinang juga disimbolkan sebagai jenis kelamin. Pinang ( wanita) dan sirih ( pria ). Makna simbolik ini terdiri dari dua
63
dimensi yakni : a. Dimensi sosial sebagai sarana pengikat atar semua orang yang terlibat dalam upacara Lewak Tapo dan mereka dengan ikhlas ikut mensukseskan acara tersebut. b. dimensi religi sebagai sarana penyatu antara manusia dengan Leluhur dan Tuhannya agar mendapatkan restu dalam pelaksanaan acara ritual tersebut. (3). Tuak Minuman khas Ritual Lewak tapo ini juga memiliki dua makna yakni : a. makna religious : tuak adalah sarana untuk menyatakan segala sesuatu yang dilaksanakan dalam ritual lewak tapo berada naungan leluhur. Untuk itu leluhur sangat diutamakan dalam proses ritual ini. b. makna sosial : tuak adalah sarana penguat sumpah antara mereka yang meminumnya dan menyisyaratkan ikatan sosial pada yang meminumnya. (4). Belegan : gumpalan kapas putih dengan jumlah yang ditentukan oleh molan (dukun). Bertujuan untuk pengungkapan dan pembersihan bobot – bobot dosa yang dilakukan yang dapat menghambat jalannya upacara ini. Keyakinan orang lamaholot adalah kebersamaan. Dengan ini menunjukan tradisi Lewak Tapo mengandung makna persatuan sebagai hubungan antara manusia dan leluhur. Makna persatuan dengan leluhur ini membangun suatu nilai religious tersendiri di masyarakat Lamaholot. Orang Lamaholot juga berkeyakinan pula Leluhur dan Tuhan berperan penting dalam ketentraman , keharmonisan , dan keselamatan hidup. Lewak Tapo juga bertujuan untuk melindungi generasi berikut. Makna pemujaan ini menyiratakan kesadaran kita sebagai manusia adalah makhluk yang tidak berdaya di hadapan sang Pencipta. Artinya bahasa tidak hanya sebagai bagian dari budaya, tetapi bahasa adalah gambaran bahasa dari budaya masyarakat/penuturnya tersebut. (Dihimpun dari berbagai sumber). Pada gambar 5.4 terlihat dari kiri ke kanan
64
upacara perayaan suku lamaholot yang dimulai dengan tari-tarian oleh kaum pria yang menggunakan atribut tradisional. Tari-tarian ini dulunya dimaksudkan untuk menghadapi peperangan atau setelah meraih kemenangan namun sekarang hanya digunakan untuk menyambut wisatawan yang datang untuk melihat ritual adat istiadat daerah setempat yang sedang berlangsung dan gambar berikut kaum wanita bersiap menyambut dan memberi semangat kepada kaum pria dengan menggunakan pakayan tradisional dan perhiasan seperti gelang yang terbuat dari gading gajah.
Gambar 5.4 Ritual adat budaya Lamaholot Sumber: http://baltyra.com/2011/06/29/lamaholot-in-contact. 5.2 Lingkungan Internal dan eksternal Kota Larantuka Pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka diawali analisis terhadap lingkungan internal kota Larantuka. Analisis internal dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesess) Kota Larantuka terkait dengan pengembangan daya tarik wisata spiritual. Dalam upaya pengidentifikasian faktor-faktor kekuatan dan kelemahan, terlebih dahulu ditetapkan beberapa variabel dan indikator lingkungan internal kota Larantuka. Mengacu pada pendapat Cooper (1993) tentang unsur-unsur yang menentukan keberhasilan sebagai daerah tujua wisata, maka beberapa variabel yang
65
dipergunakan dalam analisis lingkungan internal adalah (1). Daya tarik wisata (attraction), (2). Aksesibilitas (accessibility), (3). Fasilitas/ Kenyamanan (amenities), dan (4). Jasa Pendukung yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta (ancillary service). Masing-masing variabel terdiri dari beberapa indikator yang akan dianalisa untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan lingkungan internal. Untuk dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan Kota Larantuka, maka dilakukan pembobotan dan penilaian (rating) terhadap masing-masing indikator. Langkah selanjutnya adalah mengalikan bobot dengan rating sehingga memperoleh nilai total. Nilai total ini menunjukan bagaimana Kota Larantuka bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. 5.2.1 Analisis Lingkungan Internal 5.2.1.1 Pembobotan Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal dimulai dengan melakukan pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Pembobotan dan pemeringkatan diisi oleh responden yang berjumlah 30 orang. Berdasarkan jawaban yang diberikan para responden, diperoleh jawaban yang berbeda-beda sehingga perlu untuk membuat rata-rata dari keseluruhan jawaban yang diberikan. Pembobotan dan pemeringkatan terhadap faktor-faktor internal tersebut seperti dilihat pada Tabel 5.1
66
Tabel 5.1 Hasil Pembobotan Lingkungan Internal Kota Larantuka No. A. 1 2 3 B. 4 5 6 7 8 C. 9 10 11 12 D. 13 14 15 16 17
Variabel/Indikator Daya Tarik / Atraksi (Attraction) Keindahan Alam Keanekaragaman flora dan fauna Kebersihan dan kelestarian lingkungan Aksesibilitas (Accessibility) Terletak di ibukota Kabupaten Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan kualitas jalan menuju daya tarik Ketersediaan angkutan wisata Posisi objek wisata sangat strategis Kenyamanan (Amenities) Sarana Pariwisata Tempat parker Toilet Warung dan pedagang kaki lima Ancillary Services (Jasa Tambahan) Pengelola daya tarik Kualitas pelayanan Promosi Tourist Information Centre Aturan (Code of Conduct)
Total Sumber: Data diolah dari hasil penelitian 2011
Bobot
0.060 0.055 0.063 0.053 0.055 0.061 0,062 0.059 0.061 0,054 0,062 0,051 0.059 0.064 0.062 0.061 0.059 1,001
A. Daya Tarik (Attraction) Daya tarik wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik wisata juga dapat dikaitkan dengan motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata yaitu bahwa salah satu dari tujuh elemen dalam motivasi berwisata yaitu daya tarik sebagai respon terhadap daya dorong motivasi. Berdasarkan hasil pembobotan diketahui bahwa
67
beberapa indikator mempunyai besar bobot yang hampir sama. Indikator kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan bobot penting pertama dengan nilai 0.063 dan indikator kedua yang juga mempunyai nilai hampir sama yaitu keindahan alam dengan nilai 0.060 dan diikuti indikator dengan bobot terkecil yaitu keanekaragaman flora dan fauna dengan nilai 0.055. Responden berpendapat bahwa indikator kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan indikator terpenting karena indikator ini menjadi cerminan kota Larantuka sebagai tempat dilaksanakannya ritual keagamaan Prosesi Jumat Agung. Dimana pada saat itu tiba ribuan orang akan berkunjung ke tempat ini dan menikmati suasan keheningan yang ada tentu saja didukung dengan lingkungan yang bersih dan lestari yang nantinya akan membuat wisatawan yang berkunjung ingin kembali lagi. Begitu Pula dengan keindahan alam dinilai sangat penting karena Kota Larantuka tidak hanya mengandalkan ritual Keagamaan yang menjadi daya tarik utama tetapi, kota ini juga memiliki keindahan alam berupa panorama pegunungan dan lautan yang tidak kalah menarik dengan daya tarik wisata yang ada di daerah lain. B. Aksesibilitas (Accessibility) Aksesibilitas adalah semua yang dapat memberi kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung ke Kota Larantuka. Indikator yang dinilai adalah Terletak di ibukota Kabupaten, Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan, kualitas jalan menuju daya tarik, Ketersediaan angkutan wisata, Posisi objek wisata sangat strategis. Indikator yang mempunyai bobot tinggi (ranking pertama) adalah ketersediaan angkutan wisata yang mempunyai bobot 0,062 dan diikuti oleh kualitas jalan
68
menuju daya tarik dengan bobot 0,061. Responden berpendapat bahwa indikator ini merupakan indikator terpenting pertama karena melihat pada saat kegiatan ritual jumat agung berlangsung begitu banyak wisatawan yang ingin mengambil bagian didalam perayaan ritual tersebut dan para wisatawan yang hadir tidak hanya dari sekitar pulau Flores saja namun dari luar pulau Flores. Hal ini tentu saja dengan ribuan wisatawan maka diperlukan juga angkutan wisata yang memadai sehingga akses wisatawan tidak terhambat. Kualitas jalan raya juga merupakan indikator sangat penting karena indikator ini berepengaruh terhadap kelancaran dan kenyamanan menuju kawasan. C. Fasilitas/kenyamanan (Amenities) Fasilitas yang dimaksud adalah segala fasilitas dan sarana pendukung yang memberikan kenyaman bagi wisatawan selama berkunjung dan melakukan aktifitas di Kota Larantuka selama perayaan Prosesi Jumat Agung Berlangsung. Fasilitas yang tersedia pada suatu daya tarik dapat mempengaruhi kepuasan wisatawan, lama tinggal, besarnya pengeluaran dan kedatangan berulang. Beberapa fasilitas yang mempengaruhi kepuasan wisatawan berkunjung ke Kota Larantuka dapat diidentifikasi dalam beberapa indikator antara lain kebersihan dan kelestarian lingkungan, ketersediaan sarana pariwisata, tempat parkir, toilet, warung dan pedagang kaki lima. Dari hasil pembobotan diperoleh bahwa indikator yang paling penting pertama yaitu kebersihan dan kelestarian lingkungan dengan bobot 0.063. Menurut responden bahwa kebersihan dan kelestarian lingkungan Kota Larantuka merupakan salah satu modal dasar dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual. Wisatawan spiritual akan cenderung
69
mencari tempat yang nyaman dan tenang dalam melakukan kegiatan prosesi Jumat Agung. Alam akan menghasilkan energy positif apabila tetap dijaga kelestariannya atau sebaliknya akan merupakan sumber energi negatif apabila mengalami kerusakan. Indikator yang dianggap kurang penting adalah keberadaan warung dan pedagang kaki lima yang memperoleh bobot terendah 0.051, karena pedagang yang berjualan disekitar tempat pelaksanaan prosesi Juamt Agung dapat mengganggu aktifitas prosesi jumat agung. D. Ancillary Services (Jasa Tambahan) Ancillary services yang dimaksud adalah jasa pendukung yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta termasuk didalamnya kualitas pelayanan yang diberikan. Pada variabel ini, responden memberikan bobot paling penting pertama pada indikator kualitas pelayanan dengan bobot 0.064. Hal ini dinilai paling penting mengingat bahwa kepariwisataan di kota Larantuka masih bersifat baru sehingga kualitas pelayanan yang didalamnya termasuk keramah-tamahan harus betul-betul dijaga agar wisatawan yang ada tidak hanya merasakan kesakralan dari ritual prosesi Jumat Agung namun juga didukung oleh kualitas pelayanan yang terbaik dan hal ini yang nantinya sebagai awal keputusan dari wisatawan untuk kembali mengikuti ritual tersebut lagi atau tidak. 5.2.1.2 Penilaian (Rating) Lingkungan Internal Penilaian terhadap lingkungan internal Kota Larantuka dilakukan oleh responden dengan menjawab pilihan dari empat alternatif nilai, yaitu: sangat baik (dengan nilai 4), baik (dengan nilai 3), kurang baik (dengan nilai 2), dan sangat
70
tidak baik (dengan nilai 1). Hasil penilaian responden terhadap lingkungan internal Kota Larantuka ditunjukan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Penilaian Lingkungan Internal Kota Larantuka No. A. 1 2 3 B. 4 5 6 7 8 C. 9 10 11 12 D. 13 14 15 16 17
Variabel/Indikator
Rating Keterangan
Daya Tarik Atraksidari (Attraction) Sumber: Data/ Diolah Hasil Penelitian 2011 Keindahan Alam 3.40 Keanekaragaman flora dan fauna 2.87 Kebersihan dan kelestarian lingkungan 2.47 Aksesibilitas (Accessibility) Terletak di ibukota Kabupaten 3.23 Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan 3.30 kualitas jalan menuju daya tarik 2.77 Ketersediaan angkutan wisata 2.50 Posisi objek wisata sangat strategis 3.13 Kenyamanan (Amenities) Sarana Pariwisata 2.40 Tempat parker 2.47 Toilet 2.40 Warung dan pedagang kaki lima 2.17 Ancillary Services (Jasa Tambahan) Pengelola daya tarik 2.50 Kualitas pelayanan 3.03 Promosi 2.40 Tourist Information Centre 2.27 Aturan (Code of Conduct) 3.10
Kekuatan Kekuatan Kelemahan Kekuatan Kekuatan Kekuatan Kelemahan Kekuatan Kelemahan Kelemahan Kelemahan Kelemahan Kelemahan Kekuatan Kelemahan Kelemahan Kekuatan
Sumber: Data Diolah dari Hasil Penelitian 2011
Dari hasil penelitian, masing-masing responden memberikan penilaian yang bervariasi, sehingga perhitungan nilai didasarkan pada nilai rata-rata dari nilai seluruhnya yang diperoleh. Besarnya nilai rata-rata masing-masing indikator menunjukan kekuatan dan kelemahan Kota Larantuka. Faktor kekuatan berada
71
pada rentang 2.51 sampai 4.00 dan faktor kelemahan berada pada rentang 1.00 sampai 2,50. Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa penilaian responden terhadap lingkungan internal Kota Larantuka adalah sebagai berikut. 1.
Daya Tarik Wisata (Attraction) Penilaian responden terhadap daya tarik Kota Larantuka menunjukan bahwa
sebagian besar indikator daya tarik merupakan kekuatan dengan perolehan nilai sangat baik dan baik, kecuali indikator kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan kelemahan dengan perolehan nilai sangat kurang yaitu 2,47. Indikator yang memperoleh nilai sangat baik pertama adalah keindahan alam dengan nilai 3,40. Indikator daya tarik yang memperoleh nilai kurang baik adalah kebersihan dan kelestarian lingkungan dengan besar nilai 2,47, sehingga indikator ini merupakan kelemahan Kota Larantuka. Berdasarkan hasil peninjauan lokasi dan informasi responden bahwa kebersihan dan kelestarian lingkungan merupakan salah satu kelemahan
dalam
pengembangan
mengingat
lingkungan
sekitar
tempat
pelaksanaan ritual Jumat Agung terutama disekitar areal pertokoan sangat kotor karena terdapat berbagai jenis sampah baik organic maupun non organic yang dibuang secara sembarangan. Kurangnya penataan terhadap pedagang kaki lima di sekitar trotoar pertokoan juga merupakan kelemahan karena akan merusak pemandangan Kota Larantuka.
72
2. Aksesibilitas (Accessibility) Variabel aksesibilitas memiliki beberapa indikator yang dinilai sangat baik dan baik. Indikator yang mempunyai nilai sangat baik pertama yaitu kedekatan daya tarik dengan pelabuhan dengan besar nilai 3,30 dan indikator sangat baik kedua adalah terletak di Ibu Kota Kabupaten dengan besar nilai 3,23. Kedua indikator ini merupakan kekuatan pengembangan dimana perayaan ritual Jumat Agung berada di Kota Larantuka yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Flores Timur. Di samping itu Kota Larantuka merupakan salah satu prioritas utama pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur karena didalamnya terdapat ritual Prosesi Jumat Agung yang menjadi daya tarik utama di Kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Flores ini. 3. Fasilitas/Kenyamanan (Amenities) Penilaian responden terhadap variabel fasilitas/kenyamanan pariwisata menunjukan bahwa indikator-indikator yang terdapat pada variabel fasilitas atau kenyamanan semuanya merupakan kelemahan. Mulai dari sarana pariwisata dan toilet yang masing-masing memperoleh besar nilai sama yaitu 2,40 dan diikuti indikator warung dan pedagang kaki lima dengan besar nilai 2,17. Responden berpendapat bahwa masih sangat kurangnya sarana pariwisata, dimana yang dimaksud yaitu hotel/penginapan. Hal ini dibuktikan tidak hanya dengan pendapat responden namun juga dengan observasi secara langsung oleh peneliti di lapangan. Para wisatawan yang begitu banyak datang akhirnya harus ditempatkan di rumah-rumah warga akibat kekurangan hotel/penginapan. Hal tersebut bisa-bisa saja mengingat warga di Kota Larantuka juga tidak merasa keberatan rumahnya
73
menjadi tempat penginapan sementara bagi para wisatawan yang datang dan tanpa memungut biaya sepeser pun dari para wisatawan dengan konsekuensi para wisatawan yang menginap harus menerima situasi seperti apa adanya namun jika melihat dari sudut pandang kenyamanan maka para wisatawan bisa lebih rileks jika mereka menginap di hotel atau penginapan. Indikator yang memperoleh nilai terendah yaitu warung dan pedagang kaki lima. Responden berpendapat bahwa masih susahnya mencari tempat makan yang nyaman dan mampu melengkapi keinginan dari para wisatawan. 4. Ancillary Services (Jasa Tambahan) Penilaian responden terhadap indikator dari variabel layanan kelembagaan menunjukan bahwa indikator yang memperoleh nilai sangat baik dan menjadi kekuatan yaitu aturan (code of conduct) dengan besar nilai 3,10 dan kualitas pelayanan dengan nilai 3,03 . indikator memperoleh nilai kurang dan merupakan kelemahan yaitu pengelola daya tarik dengan nilai 2,50, promosi dengan nilai 2,40 dan Tourist information Centre dengan nilai 2,27. Responden berpendapat bahwa aturan (Code of Conduct) baik. Aturan dinilai baik mengingat bahwa selama ritual Prosesi Jumat Agung berlangsung mulai dari hari pertama yaitu hari rabu Trewa hingga berakhir pada hari minggu, masyarakat setempat sangat antusias dalam mendukung kegiatan tersebut dan betul-betul menjaga kesakralan dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya selama ratusan tahun dengan aturan-aturan yang ada sehingga keunikan dari perayaan tersebut masih tetap terjaga dan para wisatawan yang ikut ambil bagian juga betul-betul menaati aturan-aturan yang diberlakukan.
74
Pada indikator kualitas pelayanan responden berpendapat bahwa kualitas pelayanan baik. Hal tersebut mengingat bahwa masyarakat setempat betul-betul menjadi tuan rumah yang baik. Hal ini dibuktikan dengan bersedianya warga setempat berbagi tempat tinggal dengan wisatawan yang tidak mendapatkan penginapan/hotel dan juga pada saat perayaan ritual berlangsung, mereka dengan semangat memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan dari para wisatawan mengenai makna dan arti dari ritual keagamaan tersebut. Indikator pengelola daya tarik wisata dinilai kurang karena belum bersinerginya pihak masyarakat, pihak gereja dan pihak pemerintah dalam hal visi dan misi. Indikator yang dinilai sangat kurang yaitu indikator Tourist Information Center (TIC) atau pusat pelayanan informasi pariwisata yang belum tersedia di sekitar Kota Larantuka. Analisis selanjutnya adalah memasukan bobot pada tabel dan rating pada rating pada tabel dari masing-masing variabel dan indikator kedalam matriks Internal Factor analysis summary (IFAS) seperti dilihat pada Tabel 5.3
75
Tabel 5.3 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Kota Larantuka No.
Variabel/Indikator
A. 1 2 3 B. 4 5 6 7 8 C. 9 10 11 12 D. 13 14 15 16 17
Daya Tarik / Atraksi (Attraction) Keindahan Alam Keanekaragaman flora dan fauna Kebersihan dan kelestarian lingkungan Aksesibilitas (Accessibility) Terletak di ibukota Kabupaten Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan kualitas jalan menuju daya tarik Ketersediaan angkutan wisata Posisi objek wisata sangat strategis Kenyamanan (Amenities) Sarana Pariwisata Tempat parker Toilet Warung dan pedagang kaki lima Ancillary Services (Jasa Tambahan) Pengelola daya tarik Kualitas pelayanan Promosi Tourist Information Centre Aturan (Code of Conduct)
Bobot Rating Bobot x Rating
0.060 0.055 0.063
3.40 2.87 2.47
0.204 0.158 0.156
0.053 0.055 0.061 0,062 0.059
3.23 3.30 2.77 2.50 3.13
0.171 0.181 0.169 0.155 0.185
0.061 0,054 0,062 0,051
2.40 2.47 2.40 2.17
0.146 0.133 0.149 0.111
0.059 0.064 0.062 0.061 0.059
2.50 3.03 2.40 2.27 3.10
0.148 0.194 0.148 0.138 0.183
1,001 Total Sumber: Data diolah dari hasil penelitian 2011
2,729
Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa posisi lingkungan internal Kota Larantuka secara umum berada pada posisi sedang yaitu dengan nilai 2,729. Beberapa indikator masih terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diantisipasi untuk meminimalkan kelemahan dalam pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual.
76
5.2.2
Analisis Lingkungan Eksternal
5.2.2.1 Pembobotan Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal Kota Larantuka diawali dengan pembobotan lingkungan eksternal oleh responden yang sama. Pembobotan dilakukan terhadap beberapa variabel eksternal yaitu ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan pemerintah, kemajuan teknologi,pesaing dan keamanan. Tabel 5.4 Hasil Pembobotan Lingkungan Eksternal Kota Larantuka
No. A. 1 2 B. 3 4 5 C. 6 7 D. 8 9 10 11 E. 12 13 F. 14.
Variabel/Indikator Ekonomi Kondisi ekonomi global Kondisi ekonomi nasional Sosial Budaya Meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual Kecenderungan berkembangnya wisata spiritual Peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya Lingkungan Global warming Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan Politik dan Pemerintah Kebijakan pemerintah dalam pegembangan pariwisata Kondisi politik global Kondisi politik nasional Keamanan Nusa Tenggara Timur Kemajuan teknologi Informasi Transportasi Daya Saing Daya saing dengan daya tarik wisata sejenis Total
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian 2011
Bobot 0.064 0.068 0,073 0,074 0.079 0.068 0.078 0,075 0.063 0.064 0.077 0.075 0.075 0.067 1,000
77
Pembobotan faktor eksternal dilakukan dengan skala 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting), dimana total seluruh bobot harus sama dengan 1,00. Hasil pembobotan lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 5.4. 1. Ekonomi Hasil pembobotan indikator ekonomi menunjukan bahwa kondisi ekonomi nasional memiliki pengaruh penting pertama dengan bobot 0,068 dan kondisi ekonomi global memiliki pengaruh penting kedua dengan bobot 0,064. Menurut International Monetary Foundation (IMF) dalam kompas edisi mei 2010 menyebutkan bahwa IMF memprediksi, Indonesia menjadi salah satu negara Asia dengan pertumbuhan yang baik pada tahun 2010. Di tengah kondisi ekonomi dunia yang masih di pusaran krisis, ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6 persen tahun ini. Naik sekitar 1,5 Persen dibanding tahun lalu yang mencapai 4,5 persen. meskipun indikator kondisi ekonomi global juga memiliki pengaruh yang penting khususnya terhadap jumlah kunjungan wisatawan asing, namun dengan kondisi ekonomi nasional yang positif, tingkat kunjungan wisatawan domestik juga mampu memberikan dampak yang baik khususnya dalam bidang ekonomi terhadap daya tarik wisata yang dikunjungi. 2. Sosial budaya Pembobotan
variabel
sosial
budaya
peran
serta
masyarakat
dalam
melestarikan budaya merupakan indikator penting pertama dengan bobot 0,079 indikator penting kedua yaitu kecenderungan berkembangnya wisata spiritual dengan bobot 0,074 dan indikator penting ketiga adalah meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual dengan bobot 0,073.
78
Indikator peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya menjadi indikator penting pertama dikarenakan sebagus dan semenarik apapun kebudayaan dari suatu daerah namun jika tidak dilestarikan dan dijaga dengan baik maka segala keunikan dan kekhasan dari kebudayaan itu sendiri perlahanlahn akan pudar. Kemudian diikuti dengan indikator penting kedua yaitu kecenderungan berkembangnya wisata spiritual ini dikatakan penting karena di tengah kejenuhan wisatawan terhadap wisata konvensional, terjadi kecenderungan berkembangnya wisata spiritual karena sifatnya yang ramah lingkungan. Meningkatnya minat masyarakat dalam melakukan aktifitas spiritual dinilai penting sebagai pendorong dalam pengembangan wisata spiritual karena masyarakat dapat merasakan dan mengerti akan nilai positif dari aktifitas spiritual sehingga secara tidak langsung akan mendukung dalam pengembangan wisata spiritual. 3. Lingkungan Variabel lingkungan terdiri dari beberapa indikator antara lain global warming dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan memperoleh bobot tertinggi yaitu 0.078 dan dinilai sangat penting. Responden berpendapat bahwa salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan dalam melakukan aktifitas spiritual di Kota Larantuka adalah lingkungan alam yang alami, tenang dan nyaman. Ketenangan dan kenyamanan sangat dipengaruhi oleh kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar dimana hal ini dapat terwujud bila adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
79
4. Politik dan Pemerintah Hasil pembobotan variabel politik dan pemerintah menunjukan bahwa indikator keamanan Nusa Tenggara Timur merupakan indikator penting pertama dengan bobot 0.077. indikator ini dinilai paling penting mengingat kondisi keamanan Nusa Tengara Timur merupakan salah satu pertimbangan wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata ke NTT umumnya dan Kota Larantuka pada khususnya. Indikator yang dinilai sebagai hal penting kedua yaitu kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata dengan nilai 0.075. Responden berpendapat bahwa pengembangan pariwisata di provinsi NTT pada umumnya dinilai masih baru oleh karena itu dalam setiap penentuan kebiajakan harus betulbetul diperhatikan dan dinilai dari berbagai sudut pandang yang sesuai dengan keadaan Provinsi NTT pada umumnya dan Kabupaten Flores Timur pada khususnya. 5. Kemajuan Teknologi Kemajuan teknologi bidang informasi dan ketersediaan transportasi akan banyak mempengaruhi orang untuk melakukan perjalanan wisata sehingga kedua indikator ini dinilai penting dalam pengembangan daya tarik wisata. Responden juga berpendapat kedua indikator ini memiliki kepentingan yang sama yaitu dengan nilai masing-masing 0.075. ketersediaan tarnsportasi dinilai penting karena transportasi bukan saja sebagai faktor yang memberikan kenyamanan, juga faktor kecepatan yang dapat menghemat waktu bagi wisatawan tanpa melupakan faktor keselamatan penumpang. Demikian juga dengan informasi setiap wisatawan baik itu sebelum atau setelah berkunjung tentunya ingin memiliki
80
informasi yang sebanyak-banyaknya entah itu mengenai keadaan Kota Larantuka secara umum maupun informasi mengenai daya tarik yang akan disuguhkan. 6. Pesaing Variabel pesaing terdiri dari satu indikator yaitu daya saing dengan daya tarik wisata sejenis. Pengembangan daya tarik wisata khusunya di Kota Larantuka perlu mempertimbangkan atau memiliki daya saing dengan daya tarik wisata sejenis, mengingat beberapa kabupaten yang ada di Propinsi NTT seperti Sumba, Alor, Flores dan timor secara umunya juga memiliki potensi dalam pengembangan wisata spiritual/religi. Pembobotan indikator daya saing dengan daya tarik wisata sejenis dinilai penting dengan bobot 0,067. 5.2.2.2 Penilaian (Rating) Lingkungan Eksternal Penilaian terhadap lingkungan eksternal, seperti halnya penilaian lingkungan internal, dilakukan oleh responden yang sama dengan menjawab pilihan dari empat alternatif nilai untuk masing-masing indikator yaitu sangat baik (dengan nilai 4), baik (dengan nilai 3), kurang baik (dengan nilai 2) dan sangat tidak baik (dengan nilai satu). Berdasarkan rata-rata dari nilai yang diperoleh masing-masing indikator menghasilkan peluang dan ancaman terhadap pengembangan Kota Larantuka. Faktor kekuatan berada pada rentang 2,51 sampai 4,00 dan faktor kelemahan berada pada rentang 1,00 sampai 2,50. Hasil penilaian responden terhadap lingkungan eksternal Kota Larantuka ditunjukan pada Tabel 5.5.
81
Tabel 5.5 Hasil penilaian Lingkungan Eksternal Kota Larantuka
No. A. 1 2 B. 3 4 5 C. 6 7 D. 8 9 10 11 E. 12 13 F. 14.
Variabel/Indikator
Rating
Ekonomi Kondisi ekonomi global 2,80 Kondisi ekonomi nasional 2,77 Sosial Budaya Meningkatnya minat masyarakat terhadap 3,37 aktifitas spiritual Kecenderungan berkembangnya wisata spiritual 3,30 Peran serta masyarakat dalam melestarikan 3,47 budaya Lingkungan Global warming 2,30 Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian 2,23 lingkungan Politik dan Pemerintah Kebijakan pemerintah dalam pegembangan 2,43 pariwisata Kondisi politik global 2,60 Kondisi politik nasional 2,60 Keamanan Nusa Tenggara Timur 3,17 Kemajuan teknologi Informasi 2,67 Transportasi 2,47 Daya Saing Daya saing dengan daya tarik wisata sejenis 2,70 Sumber : Data diolah berdasarkan hasil penelitian 2011
Keterangan
Peluang Peluang Peluang Peluang Peluang
Ancaman Ancaman
Ancaman Peluang Peluang Peluang Peluang Ancaman Peluang
1. Ekonomi Penilaian terhadap variabel ekonomi menunjukan bahwa kedua indikator yang terdapat pada variabel tersebut menghasilkan peluang dimana indikator kondisi ekonomi global memperoleh besar nilai 2.80 dan indikator kondisi ekonomi nasional memperoleh besar nilai 2,77. Kondisi ekonomi global memang sempat mengalami keterpurukan dimana terjadinya krisis yang melanda perekonomian
82
Amerika Serikat dimulai pada akhir 2007 dan mempengaruhi kondisi ekonomi global dan hal pertumbuhan iklim pariwisata secara nasional maupun global. Oleh karena itu pada tahun 2010 Pemerintah menghapus fasilitas Visa on Arrival (VoA) untuk 7 (tujuh) hari yang biayanya US$ 10.oo, berlaku mulai 26 Januari 2010. Sebagai gantinya pemerintah memberlakukan VoA untuk 30 (tigapuluh) hari dengan biaya US$ 25.oo, dengan ketentuan di mana diperlukan, dapat diperpanjang dengan 30 (tigapuluh) hari lagi, dengan harapan bahwa kebijakan tersebut dapat memenuhi kebutuhan waktu berkunjung ke lebih banyak destinasi di Indonesia, mengingat luasnya Indonesia, untuk berkunjung ke beberapa destinasi
memerlukan
waktu
lebih
panjang
(dikutip
dari
http://caretourism.wordpress.com/2010/02/19/menyiasati-kecenderungan-pasarpariwisata-akibat-dampak-krisis-keuangan-global-2008).
Hal
tersebut
dimaksudkan agar kepariwisataan Indonesia mampu bangkit meskipun ditimpa krisis global. Hasilnya seperti dikutip pada salah satu media online Bulan Januari 2011 yang lalu Organisasi Kepariwisataan Dunia (UNWTO, United Nations World Tourism Organization) melaporkan bahwa pertumbuhan kepariwisataan global menunjukkan pemulihannya dari keterpurukan akibat krisis ekonomi 20082009. Setelah mengalami penurunan 4% di tahun 2009, – dari 913 juta tahun 2008 menjadi 877 juta tahun 2009 -, kunjungan wisatawan international menunjukkan kenaikan sebesar 6.7%, mencapai jumlah 935 juta kunjungan dengan kenaikan absolut 58 juta kunjungan dan di Indonesia sendiri, BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2010 berhasil mencapai jumlah 7.0 juta yang ditargetkan pemerintah Kemenbudpar), yaitu 7,002,944 (bps.go.id)
83
dikutip dari (http://caretourism.wordpress.com/2011/03/20/kepariwisataan-global2010-tumbuh-menggembirakan) 2. Sosial Budaya Penilaian terhadap variabel sosial budaya menghasilkan tiga indikator sebagai peluang. Indikator yang dinilai sebagai peluang pertama adalah peran serta masyarakat melestarikan budaya dengan nilai 3,47. Hal ini dinilai sebagai dasar dari pengembangan daya tarik wisata spiritual, dimana masyarakat turut mengambil bagian didalam pelestarian budaya sehingga keunikan dan kekhasan dari budaya itu akan tetap terjaga dan dipelihara. Indikator yang dinilai sebagai peluang kedua yaitu meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual dengan nilai 3,37 dan diikuti oleh kecenderungan berkembangnya wisata spiritual dengan nilai 3,30. Trend pariwisata akhir-akhir ini menunjukan adanya pergeseran minat wisatawan dari wisata konvensional ke wisata alternatif dan salah satunya adalah wisata spiritual. Berkembangnya wisata spiritual sejalan dengan meningkatnya keinginan orang untuk mencari keheningan dan ketenangan bathin dan keluar dari kesibukan rutin dan tekanan hidup yang dihadapi dalam era globalisasi. 3. Lingkungan Hasil penilaian variabel lingkungan menunjukan bahwa semua indikator merupakan ancaman. Variabel kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan merupakan ancaman pertama dengan nilai 2,23. Hal tersebut disebabkan tekanan hidup yang cukup berat dimana kebanyakan masyarakat yang memiliki penghasilan perekonomian yang sangat minim dan juga sumber daya manusia yang masih lemah sehingga mereka berpendapat bahwa mengurus hidup
84
mereka saja sudah cukup susah apalagi mengurus hal lain seperti menjaga kelestarian lingkungan dan hal semacam itu mereka serahkan kepada pihak pemerintah karena mereka berpikir bahwa hal tersebut adalah merupakan tanggung jawab dari pihak pemerintah. 4.
Politik dan Pemerintah Penilaian terhadap variabel politik dan pemerintah menunjukan bahwa salah
satu indikator yang menjadi ancaman yaitu kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata dengan nilai 2,43. Kekisruhan keadaan politik yang dialami kabupaten Flores Timur baru-baru ini menjadi salah satu sebab tidak adanya kejelasan didalam pengambilan setiap kebijakan begitupun juga dengan kebijakan mengenai pariwisata di Kabupaten ini. Hal ini disayangkan karena perebutan kursi politik akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan daerah ini sendiri kedepannya. Sedangkan peluang yang memperoleh nilai tertinggi adalah keamanan Nusa Tenggara Timur dengan nilai 3,17 menunjukan bahwa kondisi keaman Nusa Tenggara Timur secara umum hingga saat ini masih baik dan terkendali 5. Kemajuan Teknologi Teknologi informasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat sehingga merupakan peluang bagi pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Hal ini sesuai dengan penilaian responden dengan perolehan nilai 2,67. Sedangkan yang menjadi ancaman pada variabel ini yaitu indikator transportasi dengan nilai 2,47. Hal ini disebabkan transportasi untuk menuju ke Kota Larantuka yang sudah berjalan efektif yaitu transportasi melalui darat dan Laut,
85
jika dilihat dari efisiensi waktu dan kecepatan tiba di Kota Larantuka maka sangat tidak efektif. Para wisatawan harus menempuh lama perjalan hampir sehari jika melalui laut dan berjam-jam jika melaui transportasi darat, hal inilah yang nantinya akan mempengaruhi minat wisatawan berkunjung menjadi kurang sedangkan tranportasi udara juga sudah berjalan namun belum maksimal dimana hanya ada sekali penerbangan dalam seminggu dan maskapai penerbangan yang digunakan juga hanya berkapasitas belasan orang. 6. Daya Saing Penilaian terhadap variabel Daya saing menunjukan bahwa satu-satunya indikator yang ada yaitu persaingan dengan daya tarik wisata sejenis merupakan peluang dengan nilai 2,70. Ini disebabkan karena kegiatan ritual jumat agung yang dilaksanakan di Kota Larantuka merupakan satu-satunya ritual keagamaan katholik yang memiliki keunikan dan kekhasan yang tiada duanya baik itu di Indonesia bahkan di selurh dunia. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang memiliki rasa penasaran untuk mengunjungi daerah ini dan merasakan keunikan dari perayaan ritual tersebut. Analisis selanjutnya adalah memasukan bobot masing-masing indikator dari tiap-tiap variabel pada lingkungan eksternal sesuai dengan pembobota pada tabel dan penilaian responden pada tabel. Skor analisis lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 5.6.
86
Tabel 5.6 Eksternal Factor Analysis Sumarry (EFAS)
No.
Variabel/Indikator
A. 1 2 B. 3
Ekonomi Kondisi ekonomi global Kondisi ekonomi nasional Sosial Budaya Meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual Kecenderungan berkembangnya wisata spiritual Peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya Lingkungan Global warming Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan Politik dan Pemerintah Kebijakan pemerintah dalam pegembangan pariwisata Kondisi politik global Kondisi politik nasional Keamanan Nusa Tenggara Timur Kemajuan teknologi Informasi Transportasi Daya Saing Daya saing dengan daya tarik wisata sejenis Total
4 5 C. 6 7 D. 8 9 10 11 E. 12 13 F. 14.
Bobot Rating Bobot x rating 0.064 0.068
2,80 2,77
0,179 0,188
0,073
3,37
0,246
0,074
3,30
0,244
0.079
3,47
0,274
0.068 0.078
2,30 2,23
0,156 0,174
0,075
2,43
0,182
0.063 0.064 0.077
2,60 2,60 3,17
0,164 0,166 0,244
0.075 0.075
2,67 2,47
0,200 0,185
0.067 1,000
2,70
0,181 2,783
Sumber: Data diolah berdasarkan hasil penelitian 2011
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui jumlah skor yang diperoleh dari hasil pembobotan dan penilaian faktor eksternal yaitu 2,783, hasil ini menunjukan bahwa Kota Larantuka mempunyai peluang dalam pengembangannya sebagai daya tarik wisata spiritual mengingat skor berada pada rentang nilai dengan
87
kategori baik, namun beberapa indikator menunjukan adanya beberapa ancaman yang perlu diatasi untuk pengembangan lebih lanjut. 5.3 Strategi dan Program Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka 5.3.1 Strategi Umum Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual Kota di Kota Larantuka Berdasarkan hasil analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka maka diperoleh total skor faktor lingkungan internal Kota Larantuka 2,748 dan total skor faktor lingkungan eksternal 2,783. Selanjutnya total skor yang diperoleh dimasukan ke dalam Matrik Internal Eksternal (IE) berupa diagram Sembilan sel sehingga dapat ditentukan strategi umum (Grand Strategy) pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka, seperti pada Tabel 5.7 Berdasarkan Matrik Internal Eksternal (IE) dapat diketahui bahwa pertemuan antara nilai lingkungan internal dan lingkungan eksternal berada pada sel V yakni strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain strategy). Sebagai suatu cacatan bahwa strategi pertahankan dan pelihara ini memang merupakan hasil dari pertemuan antara nilai lingkungan internal dan eksternal namun dalam pelaksanaannya strategi ini harus dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal Kota Larantuka dimana dari hasil penelitian terdapat beberapa indikator yang masih memiliki nilai kurang sehingga tidak hanya dipertahankan dan dipelihara namun juga harus dilakukan perbaikan-perbaikan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal kota Larantuka dari waktu ke waktu.
88
Tabel 5.7 Matrik Internal-Eksternal Kota Larantuka TOTAL NILAI IFE Kuat
Sedang
Lemah
4,0
3,0-4,0 I
2,0-2,99 2,729 II
Tumbuh dan bina
Tumbuh dan Bina
Pertahankan dan
(konsentrasi via
(konsentrasi via
pelihara
integrasi vertikal)
integrasi
(pertumbuhan
horizontal)
berputar)
IV
V
VI
Tumbuh dan bina
Pertahankan dan
Panen dan
(berhenti sejenak)
pelihara (strategi
Divestasi
tidak berubah)
(kawasan habis
1,99
T O T A L N I L A I E F E
Kuat 3,0-4,0
3.0 2,783 Sedang 2,0-2,99
3,0
2,0
1,0III
atau dijual
2.0
habis) Lemah 1,0-1,99
1,0
VII
VIII
IX
Pertahankan dan
Panen atau
Panen atau
pelihara
divestasi
divestasi
(Diversifikasi
(diversifikasi
(likuidasi)
konsentrasi)
konglomerat)
Sumber : Hasil analisis data tahun 2011. Strategi yang dapat diterapkan pada sel V adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategy penetrasi pasar adalah strategi memperluas pasar (market share) suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar (Umar dalam Sugiani 2009).
89
Strategi ini penting dilakukan mengingat selama ini wisatawan yang berkunjung ke Kota Larantuka sebagian besar adalah wisatawan domestik sehingga perlu dilakukan strategi promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. Strategi pengembangan produk merupakan strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk-produk atau jasa-jasa yang telah ada sekarang. Jadi tujuan strategi ini adalah untuk memperbaiki dan atau mengembangkan produk-produk yang sudah ada (Umar dalam Sugiani 2009). Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, perolehan, pemakaian dan konsumsi dan yang mungkin memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep produk tidak terbatas pada objek fisik saja namun juga non fisik (jasa), dan sebagai tambahan terhadap produk fisik dan produk jasa, produk juga meliputi orang, tempat, organisasi, aktifitas dan gagasan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut di atas, maka strategi pengembangan produk terkait dengan pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka adalah strategi dalam upaya meningkatkan potensi wisata spiritual yang dimiliki Kota Larantuka, baik fisik maupun non fisik dimana di dalamnya mencakup daya tarik, aksesibilitas, fasilitas dan layanan pendukung lainnya. Beberapa hal yang penting dilakukan yaitu program peningkatan kebersihan lingkungan, penataan tempat sekitar berlangsungnya ritual Jumat Agung dan peningkatan kualitas fasilitas pendukung lainnya. Strategi pengembangan produk wisata spiritual di Kota Larantuka dilakukan dalam upaya memberikan kepuasan
90
terhadap wisatawan dalam mengikuti dan menikmati wisata spiritual sehingga akan berdampak positif terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. 5.3.2
Strategi Alternatif Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan pengembangan Kota Larantuka, maka melalui matrik SWOT akan ditemukan beberapa strategi pengembangan yang dapat mendukung kelayakan daya tarik wisata spiritual seperti yang disajikan pada Tabel 5.8 Berdasarkan analisis SWOT yang disajikan, disusun beberapa alternatif pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka sebagai alternatif strategi, yang merupakan opsi-opsi pengembangan dari Grand Strategy. Beberapa alternatif pengembangan yang disusun yaitu strategi pengembangan produk wisata, strategi pengembangan promosi, strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Setiap strategi yang digunakan dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual Kota Larantuka dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Strategi SO (Strength Opportunity) Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan produk wisata. 2. Strategi ST (Strength Threat) Merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, menghasilkan strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
91
3. Strategi WO (Weakness Opportunity) Merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, menghasilkan strategi pengembangan promosi. 4. Strategi WT (Weakness Threat) Strategi
yang
meminimalkan
kelemahan
dan
menghindari
ancaman
menghasilkan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) 5.3.3
Program Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka
Strategi dapat dikatakan masih dalam bentuk langkah-langkah umum yang sangat mengambang dan arahnya belum jelas. Oleh karena itu, sesuai dengan hirarki perencanaan, maka perumusan strategi sebaiknya diikuti oleh suatu rencana yang konkret yang disebut program, yang kelak jika tersedia anggaran dapat direalisasikan menjadi program aksi atau proyek. Program-program yang dapat dirumuskan dari setiap strategi dapat dilihat pada Tabel 5.9.
92
Tabel 5.8 Analisis SWOT Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka Faktor internal
Strengths/Kekuatan (S) 1. Keindahan alam 2. Keanekaragaman flora dan fauna 3. Terletak di Ibu Kota Kabupaten 4. Kedekatan daya tarik dengan pelabuhan laut 5. Kualitas jalan menuju daya tarik 6. Posisi objek wisata sangat strategis 7. Kualitas pelayanan 8. Aturan (Code of conduct) 9. Ritual Prosesi Jumat Agung
Strategi (SO) Strategi yang menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang
Weaknesses/Kelemahan (W) 1. Kurangnya kebersihan dan kelestarian lingkungan 2. Kurangnya ketersediaan angkutan wisata 3. Kurangnya sarana pariwisata 4. Kurang tersedianya lahan parkir 5. Masih minimnya fasilitas toilet untuk umum 6. Kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima 7. Belum adanya pengelolaan daya tarik 8. Belum maksimalnya upaya promosi 9. Belum tersedianya Tourist Information Center (TIC) 10. Transportasi Strategi (WO) Strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Stretegi pengembangan produk
Startegi pengembangan promosi
Strategi (ST) Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (WT) Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan
Strategi pengembangan SDM
Faktor eksternal Opportunities/Peluang 1. Kondisi ekonomi global 2. Kondisi ekonomi nasional 3. Meningkatnya minat masyarakat di luar kota Larantuka terhadap aktifitas spiritual 4. Peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya 5. Kondisi politik global 6. Kondisi politik nasional 7. Keamanan Nusa Tenggara Timur 8. Kemajuan teknologi informasi 9. Kemampuan daya saing dengan daya tarik wisata sejenis Threats/Ancaman 1. Global Warming 2. Kurangnya Kesadaran masyarakat di Luar Kota Larantuka dalam melestarikan lingkungan 3. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata
Sumber: Data diolah tahun 2011
93
Tabel 5.9 Program Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual Di Kota Larantuka SO
Strategi Pengembangan Produk 1. Penataan Kawasan dan peningkatan fasilitas pariwisata Wisata 2. Pembuatan museum Budaya dan Spiritual ST Strategi pengembangan 1. Peningkatan kualitas lingkungan 2. Peningkatan kualitas kehidupan sosial Pariwisata Berkelanjutan budaya masyarakat lokal 3. Peningkatan perekonomian masyarakat WO Strategi Pengembangan Promosi 1. Promosi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur 2. Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata 3. Pengadaan Tourist Information Center WT Strategi Pengembangan SDM 1. Peningkatan Sumber Daya Manusia Sumber: Hasil Penelitian 2011
5.3.3.1 Program Pengembangan dari Strategi SO (Strengths Opportunities) Dari strategi SO (strategi pengembangan produk wisata) dapat dirumuskan program-program sebagai berikut: 5.3.3.1.1
Penataan dan Peningkatan Fasilitas Pariwisata
1. Penataan pedagang Berkembangnya aktifitas wisata dan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Larantuka mendorong berkembangnya beberapa usaha disekitar Kota Larantuka oleh karena itu perlu penataan terhadap keberadaan pedagang. Penataan dilakukan dengan mencari lokasi alternatif yang tepat bagi para pedagang. Para pedagang yang ada masih sebatas dalam bentuk warung sehingga tidak hanya penataan namun juga perlu penambahan pedagang yang khusus menjual souvenir tentang kekhasan dan keunikan budaya dan adat Flores Timur. Tidak hanya pedagang namun juga diperlukan penataan terhadap lahan
94
parkir sehingga para pengunjung yang datang bisa memarkir kendaraannya pada lahan yang disediakan dan tidak memarkir di badan jalan yang nantinya akan mengganggu ketertiban lalu-lintas. 2. Penambahan Lampu Penerangan Beberapa lampu telah telah terpasang di sekitar kawasan namun masih ada lampu yang belum beroperasi secara maksimal di seputaran taman kota sehingga perlunya pengontrolan oleh pihak terkait dan juga penambahan pada area-area yang belum terpasang lampu. 3. Peningkatan keamanan Keamanan disekitar kota Larantuka dapat dikatakan kondusif. Namun sebagai areal publik, Kota Larantuka perlu dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan untuk meningkatkan kenyamanan bagi wisatawan, maka perlu dilakukan upaya peningkatan keamanan dengan menyediakan fasilitas penitipan barang, pemasangan CCTV(jika diperlukan) dan penyediaan tenaga keamanan dengan cara melakukan koordinasi kepada pihak kepolisian, pemerintah Kota Larantuka dan juga melibatkan masyarakat. 5.3.3.1.2 Salah
Pembuatan Museum Budaya dan Spiritual satu
program
yang
sedang
direncanakan
oleh
Dinas
Perhubungan,Pariwisata dan Informatika kabupaten flores timur yaitu rencana pembuatan museum budaya dan spiritual di Kota Larantuka. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menata dan meningkatkan daya tarik wisata di Kota Larantuka sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan menciptakan pengembangan daya tarik wisata yang berkelanjutan. Dalam
95
pembuatan museum ini juga pemerintah tidak berjalan sendiri karena akan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait yaitu pihak gereja dan masyarakat. Pembangunan museum ini dikarenakan keingintahuan yang begitu besar dari para wisatawan tentang budaya dan ritual agama yang ada di kota Larantuka oleh karena itu di dalam museum ini nantinya akan diisi oleh penjelasan-penjelasan mengenai budaya-budaya yang ada dan juga secara khusus mengenai tahapan, arti dan makna yang ada dalam prosesi jumat agung. 5.3.3.2 Program Pengembangan dari Strategi ST (Strengths Threats) Dari strategi ST, maka strategi yang dapat dilakukan adalah strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan Konsep
pengembangan
berkelanjutan
adalah
proses
pengembangan
kepariwisataan yang tidak mengesampingkan sumber daya yang dimiliki untuk pengembangan
dimasa
yang
akan
datang.
Untuk
itu
pengembangan
Pengembangan Kota Larantuka dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek penting yaitu keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan budaya sebagai sumber daya penting dalam pengembangan kepariwisataan. Program pengembangan yang dapat dilakukan antara lain: 5.3.3.2.1
Peningkatan Kualitas Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat vital dalam pengembangan pariwisata. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan karena pariwisata akan memerlukan waktu yang sangat lama untuk dikembalikan seperti sediakalanya. Terdapat beberapa program pelaksanaan yang dapat dilakukan dalam mencegah
96
timbulnya kerusakan atau memelihara kelestarian lingkungan dengang adanya pariwisata yaitu: 1. Melakukan pengawasan pembuangan sampah di sekitar Kota Larantuka Ramainya wisatawan pada masa paskah di Kota Larantuka tidak hanya memberikan keuntungan bagi daerah ini tetapi dapat juga memberikan dampak negatif yaitu dengan membuang sampah dengan tidak pada tempatnya. Oleh sebab itu, upaya yang penting dilakukan adalah pengawasan yang ketat akan sampah yang ada di sekitar Kota Larantuka berbagai upaya telah dalam penanganan sampah khususnya di Kota Larantuka baik itu dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta namun hal yang tidak kalah penting yaitu membangun budaya masyarakat yang ramah lingkungan yang dapat dilakukan melalui tindakan pengawasan, pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup baik dari unsur pemerintah maupun masyarakat. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain: a. Perlunya tindakan pemerintah untuk mensosialisasikan Undang-undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) kepada masyarakat dan industri, termasuk larangan dan sangsi bagi siapa saja yang jelas-jelas melakukan perusakan lingkungan. b. Adanya tindakan tegas dari pemerintah terhadap industry yang membuang limbahnya ke laut tanpa proses pengelolaan yang memadai. c. Mengadakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya ramah lingkungan. Penyuluhan perlu dilakukan secara terus
97
menerus secara langsung maupun tidak langsung melalui media massa baik media massa cetak maupun media massa elektronik. d. Membangun system daur ulang sampah organic dan non organic sehingga dapat mengurangi pencemaran. 2. Penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan di sekitar Daya Tarik Wisata. Dalam pengembangan pariwisata disekitar Kota Larantuka diupayakan menggunakan
bahan
yang ramah
lingkungan
dan
jika memungkinkan
menggunakan bahan alami dan tidak menggunakan palstik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan. 3. Pemeliharaan dan reboisasi Secara umum pemeliharaan diharapkan dilakukan secara berkelanjutan dan efektif artinya menyediakan saran penunjang untuk menjaga kebersihan lingkungan seperti tempat sampah organic dan non organic. Kerja bakti atau gotong royong dapat dilakukan oleh masyarakat atau stakeholder lainnya merupakan sebuah bentuk tanggung jawab masyarakat pada alam. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu ajang edukasi pada daya tarik yang ada. Reboisasi yang dimaksudkan adalah memberikan peremajaan dan penanaman kembali pada lahan atau pohon yang telah mengalami kerusakan. 5.3.3.2.2
Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Kehidupan social dan budaya masyarakat di Kota Larantuka harus dapat semakin ditingkatkan. Dalam hal ini strategi atau program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai hal tersebut adalah sebagai berikut:
98
1. Peningkatan budaya lokal menjadi salah satu daya tarik Budaya merupakan suatu hal yang terpenting bagi pariwisata Nusa Tenggara Timur karena didalam tubuh NTT terdapat beraneka ragam budaya dengan keunikan dan kekhasannya masing-masing yang diharapkan mampu menjadi daya tarik utama bagi pariwisata NTT. Keberlanjutan dan keberlangsungan budaya menjadi sebuah keharusan untuk tetap pula menjaga keberlanjutan pariwisata. Budaya yang dimaksudkan adalah selain tradisi dan adat adalah sikap dan tingkah laku masyarakat Nusa Tenggara Timur yang sangat ramah dalam menerima kunjungan dari wisatawan manapun. Di Kota Larantuka kebudayan yang telah ada yaitu masih adanya sistim kerajaan dari suku-suku yang ada dan ini diharapkan dapat tetap dilestarikan sebagai sebuah pelestarian budaya dan daya tarik wisata. Budaya lainnya yang dapat tetap dilaksanakan adalah upacara-upacara keagamaan yang dilaksanakan di Kota Larantuka. Upacara tersebut tetap dilakukan sebagai sebuah bhakti kepada Tuhan dan disisi lain dapat dijadikan sebagai daya tarik yang mengundang wisatawan untuk datang berkunjung. 2. Pemeliharaan Situs Budaya yang ada disekitar daya tarik wisata Situs budaya yang ada di Kota Larantuka haru tetap dipelihara. Situs-situs seperti istana raja, kapela-kapela yang sudah berumur ratusan tahun harus dipelihara baik kesucian dan kebersihannya. Kebersihan dapat dilakukan denga cara selalu membersihkan setiap sampah yang ditimbulkan atau ada disekitar istana raja dan kapela. Dalam upaya menjaga kesucian kapela-kapela perlu dilakuka pemasangan papan larangan atau ketentuan dalam memasuki kapela dan kawasan suci lainnya. Mengingat kawasan juga dikunjungi
99
wisatawan mancanegara, maka informasi atau larangan dibuat dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan wisatawan. 3. Penyesuaian aturan kehidupan adat istiadat masyarakat dengan perkembangan waktu Kehidupan sosial masyarakat Flores Timur diatur dalam adat istiadat. Aturan ini sudah semestinya disesuaikan dengan perkembangan jaman namun tidak mengubah nilai dasar dari adat-istiadat tersebut. Dalam artian kehidupan sosial yang diatur dalam adat-istiadat tersebut tidak lagi mengatur secara ekstrem atau otoriter namun semakin fleksibel demi perkembangan kehidupan sosial masyarakat Flores Timur. Keberadaan adat-istiadat yang menaungi Kota Larantuka saat ini dapat mengatur kehidupan sosial dan membentengi masyarakat lokal sehingga tidak tergerus budaya wisatawan. Namun keberadaan adat istiadat ini mesti disesuaikan dan dibuat sebaik mungkin agar tidak mengekang kesempatan masyarakat lokal untuk berkembang. 4. Penyelenggaraan event-event Kebudayaan di Kota Larantuka Kota Larantuka merupakan kawasan yang memiliki potensi yang sangat besar. Potensi
terasebut
akan
semakin
sempurna
dikombinasikan dengan adanya event-event
pemanfaatannya
kebudayaan
jika
yang dapat
meningkatkan kunjungan wisatawan. Event kebudayaan yang dimaksudkan adalah malam kesenian dan pagelaran seni budaya yang memiliki nilai estetika tinggi.
100
Event tersebut dapat berasal dari ide masyarakat ataupun program pemerintah yang bertujuan untuk melestarikan seni dan budaya setempat. Dengan diadakannya event-event budaya di Kota Larantuka ini ada dua hal yang dapat dicapai yaitu budaya masyarakat setempat dapat dilestarikan dan kunjungan wisatawan semakin meningkat dengan demikian pendapatan masyarakat dapat semakin meningkat dan pariwisata dapat berkelanjutan. 5.3.3.2.3
Peningkatan Perekonomian Masyarakat
Peran serta masyarakat dapat dengan adanya manfaat yang diperoleh dari pengembangan daya tarik wisata baik secara langsung maupun tidak langsung melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha jasa wisata yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Manfaat yang dirasakan masyarakat terhadap pengembangan kepariwisataan akan menggugah keterlibatan masyarakat sehingga mereka mau ikut berperan di dalamnya, baik secara aktif maupun pasif. Pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka diharapkan memberikan dampak positif terhadap peningkatan perekonomian masyarakat setempat. Pemerintah dan pengelola daya tarik wisata di Kota Larantuka harus dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan berbagai usaha
guna
meningkatkan
perekonomian
masyarakat
serta
mendukung
pengembangan daya tarik wisata spiritual. Beberapa hal kiranya dapat dilakukan antara lain: (1) pemerintah membantu memberikan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman modal usaha kepada masyarakat yang ingin membuka usaha. Hal ini agar secara tidak langsung dapat
101
merangsang minat masyarakat untuk berwirausaha khususnya kepada masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap. (2) pemerintah dan para pelaku pariwisata bekerja sama untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai usaha apa saja yang bisa dilakukan untuk menangkap peluang yang ada, yaitu bisa dengan membuka usaha art shop, rumah-rumah makan yang lebih professional baik itu tempat,hidangan yang ditawarkan dan kualitas pelayanan yang diberikan dan juga dengan menjual cindera mata yang berhubungan dengan budaya Flores Timur khususnya cindera mata yang melambangkat tentang Prosesi Jumat Agung sebagai ikon pariwisata Flores Timur.(3) memberikan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat agar mereka dapat menjadi pemandu/guide bagi wisatawan yang datang dan berbagai peluang lainnya yang perlu digali secara terus menerus namun tetap memperhatikan aspek keberlanjutan sumber daya. 5.3.3.3 Program Pengembangan dari Strategi WO (Weakness Opportunities) Dari strategi WO dapat dirumuskan strategi pengembangan promosi di Kota Larantuka dimana promosi merupakan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam upaya pengmbangan daya tarik wisata. Menurut Herper, promosi adalah salah satu program terkendali dan terpadu dari metode komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen, mendorong penjualan serta memberi kontribusi pada kinerja laba perusahaan (http://economicus ,files.wordpress.com/2007/07/promosi-danpublic-relations.pdf, dikutip tanggal 7 juli 2011). Beberapa program yang dapat dilakukan dalam mempromosikan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka, antara lain:
102
5.3.3.3.1
Promosi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur
Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menangani bidang pengembangan kepariwisataan. Sasaran dalam pengembangan kepariwisataan di Kota Larantuka adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Flores Timur. Maka dari itu dalam upaya pencapaian sasaran dimaksud maka Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur perlu melakukan upaya peningkatan promosi pariwisata melalui (1) promosi pariwisata dengan memanfaatkan teknologi informasi baik melalui mesia cetak maupun media elektronik dan (2) melakukan perjalanan promosi pariwisata baik yang dilakukan didalam daerah, luar daerah maupun luar negeri. Promosi media elektronik dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu internet
dengan membuat website resmi dinas pariwisata
Kabupaten Flores Timur. Promosi dengan media cetak bisa dilakukan dengan program percetakan brosur, leaflet, booklet dan sejenisnya secara regular setiap tahun yang disebarkan kepada masyarakat, wisatawan dan pengusaha industry pariwisata. 5.3.3.3.2
Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata (BPW)
Biro perjalanan wisata adalah perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan paket wisata dan agen perjalanan. Sesuai dengan bidang usahanya, maka pihak Biro Perjalanan Wisata mempunyai akses besar dan memiliki kemampuan yang professional dalam mengkomunikasikan produk wisata kepada wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kemampuan didalam melayani
103
kebutuhan dan keinginan konsumen akan mempengaruhi keputusan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. Maksud dari dilakukannya kerja sama dengan Biro Perjalanan Wisata yaitu agar daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka dapat diromosikan kepada wisatawan dan dijadikan salah satu tujuan dari paket wisatanya. Promosi dan kerjasama ini dapat dimediasi oleh Dinas Pariwisata Kota Larantuka dan Dinas Pariwisata propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai dinas yang mempunyai tanggung jawab dalam membina, mengendalikan dan menertibkan usaha jasa dan sarana wisata termasuk di dalamnya usaha biro perjalanan wisata. Dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan, pihak biro perjalanan wisata khususnya pemandu wisata harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Mempunyai kompetensi dalam budaya Nusa Tenggara Timur khususnya budaya Flores Timur sehingga mampu menceritakan dan memberikan informasi tentang kebudayaan Flores Timur. b. Mempunyai kompetensi mengenai ritual keagamaan yang menjadi daya tarik utama yaitu Prosesi Jumat Agung, mulai dari sejarah arti dan makna yang terkandung didalamnya. c. Mengetahui
aturan-aturan
sehingga
dapat
menyampaikannya
wisatawan. d. Memperkenalkan nama dan tujuan kegiatan/aktifitas spiritual
kepada
104
5.3.3.3.3
Penyediaan Tourist Information Center (TIC)
Penyediaan Tourist Information Center (TIC) sebagai salah satu solusi untuk membantu wisatawan dalam mencari segala informasi kepariwisataan khususnya kepariwisataan Kota Larantuka. Selain memberikan pelayanan informasi kepada wisatawan dan masyarakat, keberadaan dari TIC ini juga membantu para pengusaha kepariwisataan (seperti hotel, rumah makan, biro perjalanan wisata, money changer, agen rental kendaraan dan usaha kepariwisataan lainnya) dalam mempromosikan produk merekan dengan menaruh brosur-brosur yang akan didistribusikan kepada wisatawan yang akan berkunjung ke TIC 5.3.3.4 Program Pengembangan dari Strategi WT (Weaknesses Threats) Dari strategi WT, program yang dirumuskan yaitu: 5.3.3.4.1
Peningkatan Sumber Daya Manusia
Para ahli pariwisata menyatakan bahwa “tourism is high-touch, high-tech and high involvement industry where is the people who make the difference”. Oleh Karena itu maka penyiapan sumber daya manusia kepariwisataan harus menjadi perhatian utama. Langkah-langkah peningkatan sumber daya manusia tentunya dilakukan dari dua sisi yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas sumber daya manusia harus dipersiapkan dalam rangka mengantisipasi kecenderungan berubahnya jumlah wisatawan. Di sisi lain unsur kualitas sumber daya manusia harus mampu mengakomodasikan beragam trend karakteristik wisatawan yang semakin berkembang. Tentu tidak mudah untuk memperoleh tenaga-tenaga professional di bidang pariwisata, paling tidak ada upaya untuk meningkatkan keahlian dan ketrampilan,
105
sehingga pada akhirnya peningkatan kualitas sumber daya manusia akan berpengaruh positif pada pengembangan pariwisata. Demikian halnya dengan pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka, dimana perlu dilakukan peningkatan sumber daya manusia Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mengelola daya tarik, baik secara teknis maupun manajemen. Secara teknis perlu diberikan pendidikan, pelatihan, penyuluhan kepariwisataan sapta pesona, sadar wisata tentang sikap melayani wisatawan. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga wisatawan merasakan kepuasan dan melakukan kunjungan kembali (repeater guest). Berdasarkan pengamatan peneliti dalam melakukan penelitian di Kota Larantuka, ditemukan bahwa masih sangat minimnya tenaga professional di bidang pariwisata ini dibuktikan dengan hasil pertemuan dengan salah satu staf yang berkeja di Dinas Pariwisata pak Kowa Kleden menyebutkan bahwa saat ini orang yang berlatar belakang pendidikan pariwisata yang bekerja pada dinas ini hanya beliau sendiri yaitu dengan pendidikan D4 pariwisata, inilah yang merupakan kendala sumber daya manusia yang terdapat di Kota Larantuka dan sebagai suatu tantangan bagi Kabupaten Flores Timur untuk meningkatkan sumber daya manusia khususnya di bidang pariwisata.
106
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Potensi yang dimiliki Kota Larantuka dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual terdiri dari potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik meliputi keindahan alam, keberadaan situs-situs sejarah (istana kerajaan Larantuka) dan keberadaan beberapa Kapela/gereja kecil (kapela Tuan Ma/Bunda Maria dan Kapela Tuan Ana/Yesus). 2. a. Kondisi lingkungan internal berupa faktor-faktor kekuatan (Strengths) Kota Larantuka terkait dengan pengembangan wisata spiritual yaitu meliputi keindahan alam serta keanekaragaman flora dan fauna, terletak di Ibu Kota Kabupaten, kedekatan daya tarik dengan pelabuhan, kualitas jalan menuju daya tarik, posisi objek wisata sangat strategis, kualitas pelayanan dan aturan (code of conduct). Faktor-faktor kelemahan (weaknesses) meliputi kurangnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, kurangnya ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana pariwisata, kurang tersedianya lahan parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum, kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima, belum adanya pengelolaan daya tarik, belum maksimalnya upaya promosi, belum tersedianya Tourist Information Center (TIC).
105
107
b.
Kondisi
lingkungan
eksternal
berupa
faktor-faktor
peluang
(opportunities) Kota Larantuka meliputi kondisi ekonomi global, kondisi ekonomi nasional, meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual, peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya, kondisi politik global, kondisi politik nasional, keamanan Nusa Tenggara Timur, Kemajuan teknologi dan informasi, Kemampuan daya saing dengan daya tarik sejenis. Faktor-faktor ancaman (Threats) meliputi Global Warming, kesadaran pemerintah
masyarakat dalam
dalam
melestarikan
pengembangan
lingkungan,
pariwisata,
kebijakan
transportasi.
Posisi
lingkungan eksternal Kota Larantuka secara umum berada pada posisi baik yaitu dengan nilai 2,783. 3. a. Posisi Kota Larantuka berada pada sel V yaitu strategi pertahankan dan pelihara. Sebagai suatu cacatan bahwa strategi pertahankan dan pelihara ini memang merupakan hasil dari pertemuan antara nilai lingkungan internal dan eksternal namun dalam pelaksanaannya strategi ini harus dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal Kota Larantuka dimana dari hasil penelitian terdapat beberapa indikator yang masih memiliki nilai kurang sehingga tidak hanya dipertahankan dan dipelihara namun juga harus dilakukan perbaikan-perbaikan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan internal kota Larantuka dari waktu ke waktu. Strategi utama yang diterapkan adalah strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk. Strategi alternatif yang relevan adalah strategi pengembangan produk, strategi pengembangan wisata berkelanjutan,
108
strategi pengembangan promosi dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). b. Program-program yang dapat dirumuskan dari strategi alternatif adalah sebagai berikut: − Strategi pengembangan produk dilakukan dengan penataan kawasan dan peningkatan fasilitas pariwisata (terdiri dari penataan pedagang, penambahan
lampu
penerangan,
peningkatan
keamanan)
dan
pembuatan museum budaya dan religi. − Strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan dilakukan dengan program peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan kualitas sosial budaya masyarakat lokal dan peningkatan perekonomian masyarakat. − Strategi pengembangan promosi dilakukan dengan program promosi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Flores Timur, kerja sama dengan Biro Perjalanan Wisata, penyediaan Tourist Information Center (TIC). − Strategi pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan program peningkatan sumber daya manusia (SDM) 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Pemerintah perlu segera mengembangkan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka mengingat Kota Larantuka mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual. Pengembangan wisata spiritual di Kota Larantuka sebagai upaya diversifikasi daya tarik wisata di
109
Kabupaten Flores Timur dan sebagai wahana dalam pelestarian kawasan mengingat wisata spiritual biasanya merupakan wisata yang ramah lingkungan (eco-friendly). 2. Dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka perlu didukung
dengan
fasilitas
penunjang
kepariwisataan
antara
lain
penambahan lampu penerangan, papan nama daya tarik, penyediaan Toiurist Information Center (TIC). 3. Pengembangan perayaan Semana Sancta (Pekan Suci) sebagai salah satu daya tarik wisata tidak akan berjalan optimal jika tidak didukung sepenuhnya oleh semua pihak yang terkait di dalam pelaksanaan ritual tersebut oleh karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik antara pihak pemerintah, pihak gereja, swasta dan masyarakat. 4. Pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka diharapkan dilakukan dengan pengembangan wisata berkelanjutan dimana dalam pengembangannya harus tetap menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan, sebagai wahana dalam pelestarian budaya dan memberikan keuntungan / manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat. 5. Pemerintah perlu melakukan pembinaan secara intensif kepada masyarakat dan pengusaha pariwisata yang ada di sekitar kawasan dalam mendukung pengembangan kawasan sehingga tercipta daya tarik wisata yang berkualitas dan berdampak positif terhadap pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur.
110
6. Pemerintah perlu melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang bergerak dalam bidang pariwisata agar dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat sekitar baik secara formal maupun informal tentang pariwisata agar dapat meningkatkan sumber daya manusia khususnya dalam bidang pariwisata sehingga masyarakat mampu menangkap peluang yang ada di dalam kegiatan pariwisata yang nantinya juga dapat berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat. 7. Penelitian ini terbatas pada pengembangan produk yaitu pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Demi komprehensifnya penelitian ini, maka perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang persepsi dan partisipasi masyarakat setempat dalam pengembangan kepariwisataan khususnya pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka, mengingat peranan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
111
DAFTAR PUSTAKA Anonym. Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 dan No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Amirullah, 2003. Manajemen Strategik, Yogyakarta : Graha Ilmu Ariawan, Putu Alex. 2009. Daya Tarik Utama Ashram Ratu sebagai Tujuan Pariwisata Spiritual dan Manfaatnya terhadap wisatawan Mancanegara di Desa Muncan Kecamatan Selat Kabupaten Karangasem. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Arsana, I Ketut. Strategi Pengembangan Kawasan Masceti Sebagai Daya Tarik Wisata Alam Berbasis Masyarakat Di Desa Medahan Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianayar. (thesis). Universitas Udayana. 2010 Cooper, C. And Jackson, S. L. 1997. Destination Life Cycle: The Isle of The man Case Study. (ed. Lesly, France) dalam The Earthscan Reader in Sustainable Tourism. UK : Earthscan Publication Limited. Gilbert D. 1993. Consumer Behavior and Tourism Demand. In: Crish Cooper, John Fletcher, David Gilbert, Stephen Wanhill (editor). Tourism : Principles and Practices. London. Pitmann Publishing. Haq, F. dan Jackson, J. 2006. Exploring Consumer Segments and Typologies of Relevance to Spiritual Tourism. Queensland: Central Queensland University. [ cited 25 September 2008]. Available from: http://smib.vuw.ac.nz:808/www.ANZMAC2006/documents/Haq Farooq.pdf. http://budpar.go.id, diakses 25 maret 2008 dari http://digilib.petra.ac.id diakses 17 agustus 2011 http://www.kompas.com, diakses 6 januari 2011 http://baltyra.com/2011/06/29/lamaholot-in-contact, diakses 10 juni 2011 http://caretourism.wordpress.com http://bps.go.id http://economicus ,files.wordpress.com Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
112
Marpaung, H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta. McIntosh, Robert W dan Charles R goeldner. 1986. Tourism Principle, Practices and Philosophies. L John Wiley & Sons. New York. Paturusi, S.A. 2008. Perencanaan Kawasan Pariwisata, Denpasar : Bali Post Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Jogjakarta. C.V Andi offset Poerwadarminton, 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Riduwan. 2006. Belajar mudah Penelitian. Bandung : Alfabeta Salusu J, 2004. Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Situs resmi Provinsi NTT: http://nttprov.go.id/provntt Situs resmi Kabupaten Flores Timur: http://florestimurkab.go.id
Soemarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri. Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yogyakarta : Gaja Mada University Sugiani, Made. 2009. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual Kawasan Pantai Mertasari, Desa Sanur Kauh, Kota Denpasar. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Susanty, Putu Henry. 2009. Pengembangan Pasraman Seruling Dewata Sebagai Daya Tarik Wisata Spiritual Di Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur Kabupaten Tabanan. (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Yoeti, O. A. 2006. Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
113
Lampiran 1 Peta Lokasi Peneltian
Sumber: Google Earth.Com Keterangan:
: Lokasi Penelitian
114
Lampiran 2 Kuesioner Pembobotan dan Perangkingan KUESIONER STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA TARIK WISATA SPIRITUAL DI KOTA LARANTUKA KABUPATEN FLORES TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah karyasiswa Pascasarjana (S2) Program Magister Kajian Pariwisata, Universitas Udayana. Saya mengumpulkan data dalam rangka pelaksanaan penelitian untuk penyusunan laporan akhir studi (Tesis) yang berjudul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Dalam proses pengumpulan data saya ingin menyertakan pendapat Bapak/Ibu/Saudara dengan mengisi kuesioner dan memberikan bobot serta penilaian terhadap lingkungan internal dan eksternal Kota Larantuka. Atas dukungan dan Partisipasi Bapak/Ibu/Saudara dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Larantuka, April 2011 Peneliti (Laurensius Sandro Rero) NIM. 0991061024
115
KUESIONER LINGKUNGAN INTERNAL Identifikasi Responden Nama : ………………………………. Alamat : ………………………………. ……………………… Tlp/HP : ………………………………. ………………………... Umur : ……………………………….
Jenis Kelamin : L/P Pekerjaan
:
Tanggal
:
Petunjuk Pengisian : Berilah Nilai pada factor-faktor internal Kota Larantuka sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu rasakan dan tingkat kepentingannya dengan memberi tanda (V) pada Kolom yang tersedia. 1. Bobot : Sangat penting = 4, Penting = 3, kurang penting = 2, tidak penting =1 2. Rating : sangat baik = 4, Baik = 3, kurang = 2, sangat kurang = 1 No.
A. 1 2 3 B. 4 5 6 7 8. C. 9 10 11 12 D. 13 14 15
Variabel/Indikator
Daya Tarik / Atraksi (Attraction) Keindahan Alam Keanekaragaman flora dan fauna Kebersihan dan kelestarian lingkungan Aksesibilitas (Accessibility) Terletak di ibukota Kabupaten Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan kualitas jalan menuju daya tarik Ketersediaan angkutan wisata Posisi objek wisata sangat strategis Kenyamanan (Amenities) Sarana Pariwisata Tempat parker Toilet Warung dan pedagang kaki lima Ancillary Services Pengelola daya tarik Kualitas pelayanan Promosi
Bobot
Rating
Sangat Penting
Tidak Penting
Sangat Baik
4
2
4
3
1
Sangat Kurang
3
2
1
116
16 17
Tourist Information Centre Aturan (Code of Conduct)
117
KUESIONER LINGKUNGAN EKSTERNAL Identifikasi Responden Nama : ………………………………. Jenis Kelamin : L/P Alamat : ………………………………. Pekerjaan : ……………………… Tlp/HP : ………………………………. Tanggal : ………………………... Umur : ………………………………. Petunjuk Pengisian : Berilah Nilai pada factor-faktor internal Kota Larantuka sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu rasakan dan tingkat kepentingannya dengan memberi tanda (V) pada Kolom yang tersedia. 3. Bobot : Sangat penting = 4, Penting = 3, kurang penting = 2, tidak penting =1 4. Rating : sangat baik = 4, Baik = 3, kurang = 2, sangat kurang = 1 No.
A. 1 2 B. 3 4 5 C. 6 7 D. 8 9 10 11 E
Variabel/Indikator
Ekonomi Kondisi ekonomi global Kondisi ekonomi nasional Sosial Budaya Meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual Kecenderungan berkembangnya wisata spiritual Peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya Lingkungan Global warming Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan Politik dan Pemerintah Kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata Kondisi politik global Kondisi politik nasional Keamanan Nusa Tenggara Timur Kemajuan Teknologi
Bobot
Rating
Sangat Penting
Tidak Penting
Sangat Baik
4
2
4
3
1
Sangat Kurang
3
2
1
118
12 13 F 14
Informasi Transportasi Daya Saing Daya saing dengan daya tarik wisata sejenis
119
QUESTIONAIRE DEVELOPMENT STRATEGY OF SPIRITUAL TOURIST ATTRACTIONS IN LARANTUKA CITY, REGENT OF EAST FLORES, PROVINCE EAST NUSA TENGGARA
Dear Sir/Maddam, I am, the undersign below, a student of tourism study magister program of Udayana University, for my thesis entitled “Development Strategy of Spiritual Tourist Attractions in Larantuka City, Regent of East Flores, Province East Nusa Tenggara”, I need to conduct a research and collect the data, therefore, I do hope your willingness to complete questionnaires attached. I would like to thank you very much for your assistance and good cooperation,
Your sincerely,
Laurensius Sandro Rero The researcher
120
QUESTIONAIRE OF INTERNAL FACTORS Respondent Identity Name : …………………………..
Sex
:
Occupation
:
Date
:
(Male/Female) Address: ………………………… ……………………… Phone : …………………………. ……………………… Age
: ………………………….
Instruction : Please fill out the following form concerning internal factor affecting development of spiritual tourism destinations and attractions in Larantuka city, Regent of East Flores, Province East Nusa Tenggara. Please rank your perceptions as follows. Importance : Very Important= 4, Important= 3, Less Importance= 2, Not Important= 1 Perceived
No.
A. 1 2 3 B. 4 5
: Very good= 4, Good= 3, Poor= 2, Very poor= 1
Internal factor strategy
Attraction Beautiful scenery/scenic view Diversity of Flora and Fauna Cleanliness and conservation of environment Accessibility Located in regency of East Flores Tourist attraction are closed to Harbor
Importance
Perceived
Very Not importance Importance
Very Good
4
4
3
2
1
Very Poor
3
2
1
121
6 7 8 C. 9 10 11 12 D. 13 14 15 16 17
Quality of Road Availability of tourism transportation A very strategic of attraction’s position Amenities Tourism facilities Parking area Toilet Stalls and peddlers Ancillary Services Tourism attraction organizer Quality of services Promotion Tourist Information Centre Law/Rules/Regulations/Code of Conduct)
122
QUETIONAIRE OF EXTERNAL FACTOR
Respondent Identity Name : …………………………..
Sex
:
Occupation
:
Date
:
(Male/Female) Address: ………………………… ……………………… Phone : …………………………. ……………………… Age
: ………………………….
Instruction : Please fill out the following form concerning external factor affecting development of spiritual tourism destinations and attractions in Larantuka city, Regent of East Flores, Province East Nusa Tenggara. Please rank your perceptions as follows. Importance : Very Important= 4, Important= 3, Less Importance= 2, Not Important= 1 Perceived No.
A. 1 2 B. 3 4 5
: Very good= 4, Good= 3, Poor= 2, Very poor= 1
External factor strategy
Economic Global economic condition National economic condition Social culture The increase of community interest on spiritual activities Trend of the development of spiritual tourism Community participation on cultural
Importance
Perceived
Very Not Importance importance
Very Good
4
4
3
2
1
Very Poor
3
2
1
123
C. 6 7 D. 8 9 10 11 E 12 13 F 14
conservation Environment Global warming Community awareness on environmental conservation Politic and Government Government policy on tourism development Global politic condition National politic condition Security of East Nusa Tenggara Technology development Information Transportation Competitor Similar tourist attraction
124
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA A. PEMERINTAH Identifikasi Informan Nama
:
Pekerjaan/Jabatan : Jenis Kelamin/Umur : No. Telp/HP/e- mail : Pendidikan terakhir : Tanggal wawancara :
PERTANYAAN 1. Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata di Kota Larantuka? 2. Apa saja rencana pembangunan pariwisata di Kota Larantuka? 3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang berkembangnya kegiatan spiritual di Kota Larantuka? 4. Kegiatan Spiritual apa saja yang diijinkan di Kota Larantuka? 5. Apakah ada aturan/norma (code of Conduct) dalam melakukan aktifitas spiritual di Kota Larantuka? a. Jika ya, apa saja yang ditetapkan dalam aturan (Code of Conduct) tersebut? b. Jika tidak, apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara aturan/norma (Code of Conduct) penting dibuat dan diberlakukan? 6. Apa potensi alam yang dimiliki kota larantuka dalam menunjang kegiatan spiritual? 7. Bagaimanakah menurut pendapat Bapak/Ibu bila kegiatan Spiritual yang berkembang di Kota Larantuka dikembangkan sebagai salah satu daya tarik wisata?
125
8. Apakah berkembangnya kegiatan spiritual di Kota Larantuka terkait dengan program pemerintah atau berkembang secara alami (tanpa rencana)? 9. Apa saja yang menjadi kekuatan Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata Spiritual? 10. Apa saja yang menjadi kelemahan Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata Spiritual? 11. Uraikan beberapa peluang dalam pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual! 12. Uraikan beberapa ancaman/tantangan bila Kota Larantuka dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual ! 13. Uraikan strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual! 14. Uraikan program yang dapat dilakukan dalam pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual? 15. Bagaimanakah pengelolaan kegiatan spiritual di kota Larantuka? Adakah badan pengelolanya? 16. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apa upaya yang dapat dilakukan agar pengembangan pengembangan perayaan Paskah di Kota Larantuka tidak merusak lingkungan namun sebaliknya dapat dipergunakan sebagai wahana dalam pelestarian lingkungan? 17. Berkembangnya pariwisata mau tidak mau akan membawa pengaruh baik positif maupun negatif terhadap kehidupan social dan budaya masyarakat. Apa upaya yang dilakukan untuk menghindari dampak negative dan memaksimalkan dampak positif dari pengembangan perayaan paskah di Kota Larantuka? 18. Upaya apa yang dapat dilakukan agar masyarakat dapat menikmati manfaat ekonomi dari pengembangan pariwisata,khususnya di Kota Larantuka?
126
19. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan Perayaan paskah sebagai daya tarik wisata spiritual? 20. Uraikan saran-saran dalam pengembangan wisata spiritual di Kota Larantuka. !
127
B. TOKOH MASYARAKAT / LSM Identitas Informan Nama
:
Pekerjaan/jabatan
:
Jenis Kelamin/Umur : No. Telp/HP/e-mail : Pendidikan Terakhir: Tanggal Wawancara :
PERTANYAAN 1. Sejak kapan aktivitas spiritual dilakukan di Kota Larantuka? 2. Menurut Bapak/Ibu/Saudara, potensi apa yang dimiliki Kota Larantuka sehingga pengunjung banyak yang ingin mengikuti kegiatan spiritual Perayaan Paskah di Kota ini? 3. Bagaimana
pendapat
Bapak/Ibu/Saudara
bila
Kota
Larantuka
dikembangkan untuk menunjang aktifitas spiritual? 4. Apakah ada aturan/norma (code of Conduct) dalam melakukan aktifitas spiritual di Kota Larantuka? c. Jika ya, apa saja yang ditetapkan dalam aturan (Code of Conduct) tersebut? d. Jika tidak, apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara aturan/norma (Code of Conduct) penting dibuat dan diberlakukan? 5. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Saudara bila kegiatan spiritual yang dilaksanakan di Kota Larantuka dikembangkan menjadi daya tarik wisata spiritual? 6. Apa potensi yang dimiliki Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual? 7. Uraikan kekuatan Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual! 8. Uraikan kelemahan Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual!
128
9. Uraikan peluang bila Kota Larantuka dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual ! 10. Uraikan ancaman/tantangan bila Kota Larantuka dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual! 11. Uraikan strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual ! 12. Apakah masyarakat dilibatkan dalam perencanaan, pengembangan dan pengelolaan Kota Larantuka ? a. Jika
ya,
bagaimanakah
bentuk
keterlibatan
masyarakatdalam
pengembangan Kota Larantuka?dan apakah ada kendala? b. Jika tidak, apa alasan pemerintah tidak melibatkan masyarakat? c. Apa ada keinginan dari masyarakat untuk ikut terlibat dalam pengembangan Kota Larantuka? 13. Bagaimanakah system pengelolaan Kota Larantuka selama ini? 14. Adakah penyuluhan atau pembinaan tentang pariwisata dari pemerintah kepada masyarakat? Jika ada, dalam bentuk apa? Tentang apa? 15. Apa harapan Bapak/Ibu/Saudara sebagai warga masyarakat terhadap pengembangan Kota Larantuka? 16. Apa saran-saran Bapak/Ibu/saudara terkait rencana pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual bila dilihat dari aspek lingkungan, social budaya dan ekonomi?
129
C. AKADEMISI/PENELITI Identitas Informan Nama
:
Pekerjaan/jabatan
:
Jenis Kelamin/Umur : No. Telp/HP/e-mail : Pendidikan Terakhir: Tanggal Wawancara :
PERTANYAAN 1. Bagaimanakah menurut pendapat Bapak/Ibu dengan berkembangnya kegiatan spiritual di Kota Larantuka? 2. Sebut dan jelaskan potensi yang ada di Kota Larantuka sehingga wilayah ini dimanfaatkan untuk kegiatan spiritual? 3. Bagaimanakah menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara bila kegiatan spiritual yang berkembang di Kota Larantuka dijadikan sebagai salah satu alternatif wisata yang dikembangkan di Kota Larantuka? 4. Apakah yang menjadi kekuatan
Kota Larantuka untuk dikembangkan
sebagai daya tarik wisata spiritual! 5. Apakah yang menjadi kelemahan Kota Larantuka untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual! 6. Uraikan beberapa peluang dalam pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual ! 7. Uraikan
beberapa
ancaman/tantangan
dalam
pengembangan
Kota
Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual! 8. Uraikan strategi yang dapat dilakukan dalam mengembangkan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual ! 9. Berkembangnya pariwisata mau tidak mau akan membawa pengaruh baik positif maupun negative terhadap kehidupan social dan budaya masyarakat.
Bagaimanakah
upaya
yang
dapat
dilakukan
untuk
130
menghindari dampak negative dan memaksimalkan dampak positif dari perkembangan pariwisata di Kota Larantuka? 10. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan agar masyarakat dapat menikmati manfaat ekonomi dari pengembangan pariwisata? 11. Uraikan saran-saran dalam pengembangan wisata spiritual di Kota Larantuka?
131
D. TOKOH AGAMA Identitas Informan Nama
:
Pekerjaan/jabatan
:
Jenis Kelamin/Umur : No. Telp/HP/e-mail : Pendidikan Terakhir: Tanggal Wawancara :
PERTANYAAN 1. Sejak kapan kegiatan spiritual berkembang di Kota Larantuka? 2. Apa saja yang menjadi motivasi pengunjung dalam melakukan aktifitas spiritual di Kota Larantuka? 3. Apa potensi yang dimiliki Kota Larantuka dalam menunjang kegiatan spiritual? 4. Apakah ada aturan/norma (code of Conduct) dalam melakukan aktifitas spiritual di Kota Larantuka? a. Jika ya, apa saja yang ditetapkan dalam aturan (Code of Conduct) tersebut? b. Jika tidak, apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara aturan/norma (Code of Conduct) penting dibuat dan diberlakukan? 5. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan spiritual di Kota Larantuka? 6. Hal-hal apakah yang perlu dibenahi dan dilengkapi guna menunjang kegiatan spiritual di Kota ini? 7. Apa yang Bapak/Ibu/saudara harapkan baik dari pemerintah,swasta dan masyarakat dalam menunjang kegiatan spiritual di Kota ini? 8. Bagaimanakah menurut pendapat Bapak/Ibu/Saudara bila Kota Larantuka di kembangkan menjadi daya tarik wisata spiritual? 9. Uraikan
saran-saran
dalam
pengembangan
dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual!
Kota
Larantuka
jika
132
E. MASYARAKAT Identitas Informan Nama
:
Pekerjaan/jabatan
:
Jenis Kelamin/Umur : No. Telp/HP/e-mail : Pendidikan Terakhir: Tanggal Wawancara :
PERTANYAAN 1. Apakah anda setuju bila Kota Larantuka dikembangkan untuk menunjang kegiatan/aktifitas spiritual? Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 2. Dengan adanya aktifitas spiritual di Kota Larantuka, apakah anda setuju bila wisata spiritual dikembangkan di Kota ini dan dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata? Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 3. Menurut anda faktor apa yang menjadi kendala dalam pengembangan kepariwisataan di Kota Larantuka? Modal Kualitas SDM Kendala
lainnya
(sebutkan…………………………………………………………….)
133
4. Menurut anda factor apa yang menjadi kendala dalam pengembangan wisata spiritual di Kota Larantuka? Modal Kualitas SDM Kendala
lainnya
(sebutkan………………………………………………….......) 5. Bagaimana menurut pendapat anda jika masyarakat turut dilibatkan dalam pengembangan wisata spiritual di Kota Larantuka? Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju 6. Potensi apa yang dimiliki Kota Larantuka untuk dikembangkan menjadi daya tarik wisata spiritual? 7. Uraikan permasalahan yang dihadapi bila Kota Larantuka dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual! 8. Apa yang anda harapkan bila Kota Larantuka dikembangkan sebagai daya tarik wisata spiritual? 9. Uraikan saran-saran dalam pengembangan Kota larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual!
134
F. WISATAWAN Identitas Informan Nama
:
Pekerjaan/jabatan
:
Jenis Kelamin/Umur : No. Telp/HP/e-mail : Pendidikan Terakhir: Tanggal Wawancara :
PERTANYAAN 1. Dari manakah anda tahu bahwa di Kota Larantuka ada kegiatan spiritual? (boleh pilih lebih dari satu!) Brosur Keluarga Teman Lainnya (sebutkan ………………………………………………….) 2. Bilamana anda melakukan kegiatan spiritual di Kota Larantuka? Seminggu sekali Sebulan sekali Pada
waktu-waktu
tertentu
(sebutkan
…………………………………….) 3. Siapakah yang mengorganisasikan aktifitas spiritual anda di Kota Larantuka? Sendiri Keluarga Agen perjalanan Teman Lainnya (sebutkan …………………………………………………..) 4. Apakah anda puas dalam mengikuti aktifitas spiritual di Kota Larantuka? Sangat puas
135
Puas Tidak puas Sangat tidak puas 5. Apakah pengalaman yang anda rasakan dalam melakukan aktifitas spiritual sesuai dengan informasi yang anda peroleh? Ya Tidak 6. Mengapa anda memilih Kota Larantuka dalam melakukan kegiatan spiritual? 7. Apakah motivasi anda melakukan kegiatan spiritual di Kota Larantuka? 8. Potensi apa saja yang dimiliki Kota Larantuka dalam menunjang kegiatan/aktifitas spiritual? 9.
Apakah ada aturan/norma (code of Conduct) dalam melakukan aktifitas spiritual di Kota Larantuka? a. Jika ya, apa saja yang ditetapkan dalam aturan (Code of Conduct) tersebut? b. Jika tidak, apakah menurut Bapak/Ibu/Saudara aturan/norma (Code of Conduct) penting dibuat dan diberlakukan?
10. Apakah kendala/hambatan yang anda rasakan dalam melakukan aktifitas spiritual di Kota Larantuka? 11. Sarana prasarana apakah yang perlu ditingkatkan dalam menunjang kegiatan spiritual di Kota Larantuka? 12. Apakah anda setuju bila kegiatan/aktifitas spiritual yang dilaksanakan di Kota Larantuka dikembangkan sebagai wisata spiritual dan salah satu daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka? 13. Jika ya, uraikan saran-saran anda dalam pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka!
136
INTERVIEW GUIDELINES TOURISTS Informant Identity Name
:
Occupation
:
Sex
: Male/Female
Age
:
Phone Number/ e-mail: Education
:
Date of Interview
:
QUESTIONS : 1. Where do you get the information that Larantuka City is able to be used as a place in doing spiritual activities? (It is possible to choose more than one answers) Brochure Family Friend Spiritual foundation Other (mention……………………………………………………………) 2. How many times do you do spiritual activity in Larantuka? Once a week Once a month At certain occasion (mention please…………………………………..) 3. Who did organize your spiritual activity in Larantuka? Alone Family Travel agency Spiritual foundation
137
Friend Other (……………………………………………………………….)
4. Do you satisfy in doing your spiritual activity in Larantuka? Very satisfied Satisfied Unsatisfied Very unsatisfied 5. After doing your spiritual activity in Larantuka, do you think that you have got spiritual experiences as what expected, based on the information (information from friend,family brochure etc.) Yes, I do No, I don’t 6. Do you agree, if Larantuka is used by the visitors as a place in doing their spiritual activities? Completely agree Agree Disagree Completely disagree 7. What are your reason in choosing Larantuka as a place in doing your spiritual activity ?
8. What are your motivations in doing your spiritual activity in Larantuka? 9. Mention the potentials of Larantuka I supporting the spiritual activities ? 10. Are there any law/rules/regulations/norms (code of conduct) in doing spiritual activity in Larantuka? a. If yes, please mention! b. If not, do you think that there should be any law/rules/regulations/norms (code of conduct) are important to be made and enforced in Larantuka?
138
11. Are there any obstacles you face in conducting your spiritual activity in Larantuka? If yes, please mention! 12. Mention some of facilities that should be made in order to support the spiritual activities in Larantuka! 13. Do you agree if the spiritual activities in Larantuka to be developed into spiritual tourism and as one of the tourism destinations and attractions in East Nusa Tenggara? 14. If yes give some suggestions related t the development of spiritual tourism in Larantuka city!
139
Lampiran 4 Bobot Faktor Lingkungan Internal Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 2 2 4
2 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 4 2 3 2 3 2 4 3 3 3 4
3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3
4 3 4 4 3 2 3 3 3 3 1 3 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 3 2 2 4 3 3 3
5 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3
Jumlah : 107 99 112 106 114 111 109 106 Rata-rata: 3,57 3,3 3,73 3,7 3,63 3,53 Jumlah rata-rata: 59,61
6 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 94
variabel 9 10 11 12 13 14 15 16 17 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 2 2 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 1 2 2 4 4 4 2 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4
7 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4
8 3 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4
98
108 112 105 109
3,13 3,27 3,6
3,73
3,5
3,63 3,23
97
111
91
3,7
3,03
3,53
3,8
140
Lampiran 5. Rating Kota Larantuka Responden No 1 2 1 2 2 2 4 4 3 4 4 4 3 2 5 4 4 6 4 4 7 3 3 8 4 4 9 4 4 10 4 3 11 4 3 12 3 2 13 4 3 14 4 4 15 4 3 16 3 3 17 3 2 18 4 3 19 4 2 20 3 3 21 3 3 22 3 2 23 3 2 24 3 2 25 4 3 26 3 2 27 4 3 28 2 2 29 2 3 30 3 2 Jumlah: 75 91
Faktor Lingkungan Internal Daya Tarik Wisata Spiritual di
3 3 1 2 2 2 2 3 4 2 1 2 3 3 2 4 4 1 1 3 3 2 3 2 1 3 2 3 4 4 2
4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 2 2 1
102 86 74 72 68 93
Rata-rata: 3,4 2,87 2,47 2,40 2,27 3,1
5 2 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2 3 3
6 2 2 2 3 4 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 4 4 1 3 4 3 3 4 2 2 3 3 4 4 1
97 3,23
7 2 1 1 2 4 1 3 3 1 3 2 2 4 3 3 4 4 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 4 4 1
8 2 4 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3
99 3,3
2,77
Variabel 9 10 11 12 13 14 15 16 17 3 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 4 1 1 2 2 2 2 1 2 3 1 1 3 2 1 3 2 3 1 2 2 3 3 1 3 2 2 4 2 3 4 2 2 4 2 2 3 1 2 4 2 2 3 2 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 2 3 1 2 3 2 1 4 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 4 1 2 3 4 1 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 2 1 1 2 4 4 4 4 4 1 1 1 3 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 1 3 3 3 2 1 2 4 4 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 2 2 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 3 2 1 1 2 2 1 2 2
83 2,5
75
94
3,13 2,4
72 2,47
74 2,4
72
65
2,17 2,5
3,03
141
Lampiran 6. Bobot Faktor Lingkungan Eksternal Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah: 108 96
1 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 2 2 3 2 3 4 2 2 3 3 3
2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 4
3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4
92
98
105 106 114 98
Rata-rata: 3,07 3,27 Jumlah rata-rata: 47,94
3,5
4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 3 4
3,53
5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
Variabel 7 8 9 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4 4 4 3 3 1 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4 1 1 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3
6 4 4 3 3 4 4 3 4 1 2 4 3 4 3 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4
3,8 3,27
3,73
112 108 3,6
3
10 4 4 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 2 4 4 1 4 4 3 3 1 4 3 3 4 2 3 3 3 3 90 3,07
11 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4
12 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 2 3 4 4 4 4 4
92
111 108
3,7 3,6
13 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 1 4 3 2 4 4 4 4 4 4
3,6
14 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 1 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 3 1 1 3
3,2
142
Lampiran 7. Rating Faktor Laingkungan Eksternal Daya Tarik Wisata Spiritual di Kota Larantuka Responden No 1 1 2 2 2 3 3 4 3 5 3 6 2 7 2 8 3 9 3 10 3 11 3 12 3 13 4 14 3 15 3 16 2 17 4 18 3 19 3 20 3 21 2 22 3 23 2 24 3 25 2 26 3 27 2 28 4 29 4 30 2 Jumlah: 84 74 81 Rata-rata: 2,7
2,8
Variabel 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2 3 4 4 2 1 2 2 2 2 2 3 4 3 3 2 1 3 3 4 3 3 4 4 1 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 3 3 2 4 4 4 2 3 1 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 2 1 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 1 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3 3 1 1 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 1 3 2 3 3 2 4 4 4 3 2 1 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 4 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3 3 4 4 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 4 3 3 3 3 4 2 4 3 1 4 3 3 4 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 83 101 99 104 69 67 73 78 78 2,77 3,37
3,3
3,47 2,30
2,23
2,43
2,6
2,6
3,17
12 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 1 95 2,67
13 2 1 4 1 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 4 1 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 4 1 80 2,47
14 2 4 3 2 3 1 2 3 3 4 1 2 4 3 3 4 4 2 3 3 4 2 2 3 4 3 3 1 1 2
143
Lampiran 8. Perhitungan rata-rata Bobot Faktor Lingkungan Internal Kota Larantuka No. Faktor Lingkungan Internal Daya Tarik Wisata Spiritual Kota Larantuka A. 1 2 3 B. 4 5 6 7 8 C. 9 10 11 12 D. 13 14 15 16 17
Daya Tarik / Atraksi (Attraction) Keindahan Alam Keanekaragaman flora dan fauna Kebersihan dan kelestarian lingkungan Aksesibilitas (Accessibility) Terletak di ibukota Kabupaten Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan kualitas jalan menuju daya tarik Ketersediaan angkutan wisata Posisi objek wisata sangat strategis Kenyamanan (Amenities) Sarana Pariwisata Tempat parker Toilet Warung dan pedagang kaki lima Ancillary Services Pengelola daya tarik Kualitas pelayanan Promosi Tourist Information Centre Aturan (Code of Conduct) TOTAL Sumber: Kuesioner Penelitian
Total Skor
RataBobot rata (Mean )
107 99 112
3,57 3,3 3,73
0.060 0.055 0.063
94 98 108 112 105
3,13 3,27 3,6 3,73 3,5
0.053 0.055 0.061 0,062 0.059
109 97 111 91
3,63 3,23 3,7 3,03
0.061 0,054 0,062 0,051
106 114 111 109 106
3,53 3,8 3,7 3,63 3,53 59,61
0.059 0.064 0.062 0.061 0.059 1,001
Keterangan : -
Rata-rata (Mean): merupakan hasil bagi dari total skor dengan jumlah responden, dimana jumlah responden adalah 30 orang. Bobot merupakan hasil bagi dari rata-rata suatu indikator dengan rata-rata keseluruhan indikator adalah 59,61. Contoh: Bobot dari keindahan alam adalah 3,57 : 59,61 = 0,060
144
Lampiran 9. Perhitungan rata-rata Rating Lingkungan Internal Kota Larantuka No.
Faktor Lingkungan Internal Daya Tarik Wisata Spiritual Kota Larantuka
A. Daya Tarik / Atraksi (Attraction) 1 Keindahan Alam 2 Keanekaragaman flora dan fauna 3 Kebersihan dan kelestarian lingkungan B. Aksesibilitas (Accessibility) 4 Terletak di ibukota Kabupaten 5 Kedekatan daya tarik dengan Pelabuhan 6 kualitas jalan menuju daya tarik Ketersediaan angkutan wisata 7 8 Posisi objek wisata sangat strategis C. Kenyamanan (Amenities) 9 Sarana Pariwisata 10 Tempat parker 11 Toilet 12 Warung dan pedagang kaki lima D. Ancillary Services 13 Pengelola daya tarik 14 Kualitas pelayanan 15 Promosi 16 Tourist Information Centre 17 Aturan (Code of Conduct) Sumber : Kuesioner Penelitian Keterangan: -
Total Skor
Ratarata (Mean )
102 86 74
3.40 2.87 2.47
97 99 83 75 94
3.23 3.30 2.77 2.50 3.13
72 74 72 65
2.40 2.47 2.40 2.17
75 91 72 68 93
2.50 3.03 2.40 2.27 3.10
Rata-rata (Mean) merupakan hasil bagi dari total skor dengan jumlah rersponden, dimana jumlah responden adalah 30. Contoh : Rata-rata indikator keindahan alam adalah 102 : 30 = 3,4
145
Lampiran 10. Perhitungan rata-rata Bobot Faktor Eksternal Kota Larantuka No. Faktor Lingkungan Eksternal Daya Tarik Wisata Spiritual Kota Larantuka A. 1 2 B. 3
Ekonomi Kondisi ekonomi global Kondisi ekonomi nasional Sosial Budaya Meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual 4 Kecenderungan berkembangnya wisata spiritual 5 Peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya C. Lingkungan 6 Global warming 7 Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan D. Politik dan Pemerintah 8 Kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata 9 Kondisi politik global 10 Kondisi politik nasional 11 Keamanan Nusa Tenggara Timur E Kemajuan Teknologi 12 Informasi 13 Transportasi F Daya Saing 14 Daya saing dengan daya tarik wisata sejenis TOTAL Sumber: Kuesioner Penelitian Keterangan: -
Total Skor
RataBobot rata (Mean )
92 98
3,07 3,27
0.064 0.068
105
3,5
0,073
106
3,53
0,074
114
3,8
0.079
98 112
3,27 3,73
0.068 0.078
108
3,6
0,075
90 92 111
3 3,07 3,7
0.063 0.064 0.077
108 108
3,6 3,6
0.075 0.075
96
3,2 47,94
0.067 1,000
Rata-rata (mean) merupakan hasil bagi dari total skor dengan jumlah responden dimana responden adalah 30. Bobot merupakan hasil bagi dari rata-rata dari suatu indikator dengan rata-rata keseluruhan indikator, dimana total rata-rata seluruh indikator adalah 47,94. Contoh:bobot dari kondisi ekonomi global 3,07 : 47,94 = 0,064
146
Lampiran 11 Perhitungan Rata-rata Rating Faktor Lingkungan Eksternal Kota Larantuka No.
Faktor Lingkungan Eksternal Daya Tarik Wisata Spiritual Kota Larantuka
A. 1 2 B. 3
Ekonomi Kondisi ekonomi global Kondisi ekonomi nasional Sosial Budaya Meningkatnya minat masyarakat terhadap aktifitas spiritual 4 Kecenderungan berkembangnya wisata spiritual 5 Peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya C. Lingkungan 6 Global warming 7 Kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan D. Politik dan Pemerintah 8 Kebijakan pemerintah dalam pengembangan pariwisata 9 Kondisi politik global 10 Kondisi politik nasional 11 Keamanan Nusa Tenggara Timur E Kemajuan Teknologi 12 Informasi 13 Transportasi F Daya Saing 14 Daya saing dengan daya tarik wisata sejenis Sumber: kuesioner penelitian
Total Skor
Ratarata (Mean )
84 83
2,80 2,77
101
3,37
99 104
3,30 3,47
69 67
2,30 2,23
73 78 78 95
2,43 2,60 2,60 3,17
80 74
2,67 2,50
81
2,7
Keterangan: -
Rata-rata (mean) merupakan hasil bagi dari total skor dengan jumlah responden, dimana responden adalah 30. Contoh: rata-rata indikator kondisi ekonomi global adalah 84:30 = 2,80.
147
Lampiran 12. Daftar Responden dan Informan No 1.
Nama Drs. Abraham Klakik
2.
Drs. Ubaldus Gogi
3.
Frans Fernandes S.H
4.
Drs. Benediktus B. Herin
5.
Romo Yosef Naran Leni S.fil
6.
Drs. Paulus Dakosta
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Emanuel Sani De ornai Wanty B. L. De Rozary Hendrikus Gula Lamoren J.V. Temaluru Untung Hadinata Hariyanto Wijaya Christina Bambang Siswanto A. CH. Ninik M. Harry Jonathan Tedy Yosua Angelina M.Y. Dewi Utari Kornelis Nico Tjandra Ferdy Nupan Piet Umbu Maria Trisanti Rasi Wiwid Andy Liana Tiwi Catur Astuti Sima Sitorus Agnes W.
Jabatan Instansi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur Kepala Bidang Promosi pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur Kepala Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata dan Pemasaran pada Dinas Perhubungan Pariwisata Komunikasi dan Informatika Kabupaten Flores Timur Pastor Paroki Gereja Kathedral Reinha Rosari Larantuka Ketua Dewan Pastoral Paroki Reinha Rosari Larantuka dan Ketua Panitia Semana Sancta 2011 Ketua KBG (Kelompok Basis Gereja) Wakil Manager Hotel Tresna Larantuka Pemilik hotel Fortuna Larantuka Tokoh Masyarakat Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jawa Barat Wisnus asal Jawa Wisnus asal Jawa Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Kupang Wisnus asal Kupang Wisnus asal Kupang Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Jakarta Wisnus asal Medan Wisnus asal Jakarta