47
PROSES-PROSES INDUSTRIALISASI PEDESAAN Pada bab ini dibahas mengenai proses-proses industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian. Bab ini dibahas melalui beberapa sub bab. Sub bab pertama menjelaskan mengenai profil dan perkembangan perindustrian di Kabupaten Semarang. Sub bab kedua menjelaskan mengenenai proses-proses industrialisasi pedesaan di Dusun Karangbolo melalui pengembangan sentra industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT) keripik. Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian berbentuk pengembangan pengembangan industri yang mengandalkan kekuatan utama berupa sumberdaya yang ada di pedesaan (industry of rural areas). Pada pengertian industrialisasi pedesaan ini, industri merupakan kekuatan yang datang dari dalam pedesaan itu sendiri (indigineous industry). Hal tersebut dapat dilihat dari proses-proses industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian. Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian merupakan pengembangan sentra industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT) keripik Dusun Karangbolo, industri keripik yang dikembangkan tersebut telah sejak lama dijalankan masyarakat di lokasi penelitian. Profil Perindustrian Kabupaten Semarang Perekonomian Kabupaten Semarang sangat dipengaruhi oleh industri yang menempati urutan teratas sejak Tahun 2000 dengan nilai berkisar antara 43-46 persen (BAPEDDA Kabupaten Semarang 2011). Jumlah unit usaha industri di Kabupaten Semarang pun cenderung meningkat, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah unit usaha industri Kabupaten Semarang pada Tahun 2003-2007
No.
Jenis Data
Satuan
2003
2004
2005
2006
2007
Unit
818
923
1003
1108
1240
Unit Unit
7450 12962
7549 12975
7648 12986
7850 12992
7975 13000
Unit
113
132
149
167
183
1. Industri Kecil Formal Non Formal a. Sentra b. Non sentra IRT 2. Industri Menengah Besar
Sumber: (Disperindag dan PM Kabupaten Semarang 2007)
Lebih lanjut, peningkatan jumlah unit usaha industri di Kabupaten Semarang tersebut juga disertai dengan peningkatan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri.
48
Adapun perkembangan jumlah tenaga kerja industri Kabupaten Semarang sejak Tahun 2003 sampai 2007 dapat dilihat dalam Tabel 7. Tabel 7 Jumlah tenaga kerja industri (jiwa) Kabupaten Semarang Pada Tahun 20032007 No. 1.
Jenis Data
Satuan
2003
2004
2005
2006
2007
Orang
8543
9250
9848
10548
11303
Orang Orang
6341 11457
7488 10697
7638 10910
5472 7815
6722 9602
Orang
71422
72189
73502
75789
77089
Industri Kecil Formal Non Formal a. Sentra b. Sentra non sentra
2.
Industri Menengah Besar Tenaga Kerja
Sumber: (Disperindag dan PM Kabupaten Semarang 2007)
Unit usaha industri di Kabupaten Semarang tersebar di kecamatan-kecamatan yang ada di wilayah administrasinya. Data Disperindag dan PM Kabupaten Semarang (2007) menunjukkan bahwa industri besar menengah terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Ungaran Barat, Ungaran Timur, Bergas, Pringapus, Bawen, dan Tengaran. Lebih lanjut, industri kecil hampir menyebar di seluruh kecamatan, yaitu kecamatan: Getasan, Tengaran, Susukan, Pabelan, Tuntang, Banyubiru, Jambu, Sumowono, Ambarawa, Bawen, Beringin, Pringapus, Bergas, Ungaran Barat, dan Ungaran Timur. Persebaran industri di Kabupaten Semarang dapat dilihat dalam Tabel 8. Perkembangan terakhir mengenai sektor industri di Kabupaten Semarang juga masih menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor perekonomian yang mengalami peningkatan yang signifikan di Kabupaten Semarang. Data Disperindag dan PM Kabupaten Semarang (2011) dalam BAPPEDA Kabupaten Semarang (2011) hingga September 2011 menyatakan bahwa industri kecil menengah, yang pada Tahun 2010 jumlah tercatat berjumlah 1360 unit dan bertambah 48 unit pada Tahun 2011 dengan peningkatan jumlah tenaga kerja menjadi 11.689 orang. Lebih lanjut, industri besar yang ada di Kabupaten Semarang sampai dengan bulan September 2011 tercatat sebanyak 176 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 71.538 orang. Jumlah nilai produksinya pun cukup besar yaitu mencapai 2 triliyun rupiah. Selain itu, terdapat pula industri rumahtangga sebanyak 10.368 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 18.525 orang. Data industri Kabupaten Semarang hingga September 2011 menurut Disperindag dan PM Kabupaten Semarang (2007) dapat dilihat dalam Tabel 9.
49
Tabel 8 Persebaran industri di Kabupaten Semarang Tahun 2007
No. Kecamatan
Unit Usaha
Unit Usaha Kecil Formal
Unit Usaha Industri Menengah dan Besar ∑
%
∑
%
∑
%
1.
Getasan
302
1.2
30
2.2
-
-
2.
Tengaran
1441
5.7
85
6.8
15
6.4
3.
Susukan
3662
14.3
50
4.0
-
-
4.
Kaliwungu
1510
5.9
7
0.6
3
1.3
5.
Suruh
3667
14.6
19
1.5
1
0.6
6.
Pabelan
6370
24.9
44
3.5
-
-
7.
Tuntang
609
2.4
86
6.9
1
8.
Banyubiru
793
3.1
58
4.6
2
1.3
9.
Jambu
481
1.9
85
6.8
2
1.3
10. Sumowono
367
1.4
31
2.5
-
-
11. Ambarawa
913
3.6
156
12.4
1
0.6
12. Bandungan
-
-
7
0.6
-
-
13. Bawen
599
2.3
81
6.4
32
14.0
14. Bringin
2041
8.0
68
5.3
-
-
15. Bencak
958
3.8
5
0.4
-
-
16. Pringapus
805
3.2
97
7.7
20
10.8
17. Bergas
216
0.9
124
9.7
63
40.1
18. Ungaran Barat
448
1.8
158
14.3
22
14.0
19. Ungaran Timur
378
1.5
49
3.9
21
9.6
25560
100.0
1240
100.0
157
100.0
Total
Sumber: (Disperindag dan PM Kabupaten Semarang 2007)
50
Tabel 9 Jumlah dan jenis unit industri dan jumlah tenaga kerja industri (jiwa) di Kabupaten Semarang hingga September 2011 No. 1.
2.
3.
4.
Uraian
Satuan
Jumlah
Industri Kecil Menengah Unit Usaha
Unit
1408
Tenaga Kerja
Orang
11689
Nilai Produksi
Jt Rp
408393
Kulit
Unit
22
Kayu
Unit
321
Logam/logam mulia
Unit
113
anyaman/geranah/keramik
Unit
16
Dari kain Tenun
Unit
190
Makanan
Unit
554
Lainnya
Unit
337
Unit Usaha
Unit
176
Tenaga Kerja
Orang
Nilai Produksi
Jt rp
2887
Jumlah Unit Usaha
Unit
10368
Jumlah tenaga kerja
Orang
18525
Jumlah Industri Kecil Per Jenis Kerajinan
Industri Besar
71538
Rumah Tangga
Sumber: (Disperindag dan PM Kabupaten Semarang 2011 dalam BAPPEDA Kabupaten Semarang 2011)
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah industri kecil yang ada di Kabupaten Semarang berjumlah 1408 buah. Jumlah tersebut mengalami peningkatan signifikan dari Tahun 2007 yang hanya berjumlah 1240 unit usaha. Jumlah nilai produksi industri kecil pun dapat dikatakan cukup besar yaitu sebesar 408 milyar rupiah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
51
industri kecil di Kabupaten Semarang merupakan sektor perekonomian yang potensial untuk dikembangkan. Adapun sektor industri kecil tersebut meliputi industri makanan sebanyak 554 unit (35 persen), kayu 321 unit (20 persen), kain tenun 190 unit (13 persen), dan industri kecil lainnya 337 unit (22 persen). Dari sekian banyak industri kecil tersebut, industri makanan merupakan industri kecil terbanyak yang ada di Kabupaten Semarang dan setiap tahunnya semakin bertambah (Disperindag dan PM Kabupaten Semarang 2011 dalam BAPPEDA Kabupaten Semarang 2011). Berdasarkan keterangan dari Kepala Bagian Perindustrian dan Perdagangan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, sektor industri kecil menegah/rumahtangga memiliki peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Semarang. Beliau menyatakan bahwa industri besar di Kabupaten Semarang secara data memang menunjukkan tingkat penyerapan tenaga kerja yang lebih besar daripada penyerapan tenaga kerja oleh industri kecil menengah/rumahtangga tetapi mayoritas tenaga kerja tersebut bukan berasal dari Kabupaten Semarang. Sebaliknya, industri kecil menengah/rumahtangga memang hanya menunjukkan penyerapan tenaga kerja yang lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan tenaga kerja oleh industri besar tetapi tenaga kerja tersebut lebih berasal dari masyarakat setempat. Oleh karena itu, sektor industri kecil menengah/rumahtangga perlu dikembangkan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat. Beliau menyatakan bahwa salah satu lokasi industri kecil menengah/rumahtangga yang bergerak di bidang pengolahan makanan terdapat di RW 07 Dusun Karangbolo, Desa Lerep, Kabupaten Semarang. RW 07 Dusun Karangbolo merupakan salah satu lokasi industri kecil menegah berbentuk sentra industri rumahtangga di pedesaan yang tercatat secara formal di Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Kabupaten Semarang. Sentra industri tersebut memproduksi aneka keripik dengan komoditi utama keripik tempe dan tumpi (peyek). Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang menyelenggarakan beberapa kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan sentra industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT) di Dusun Karangbolo, misalnya pengembangan sumberdaya manusia melalui pelatihan keterampilan dan peningkatan mutu SDM, peningkatan sarana dan prasarana, fasilitasi produksi, fasilitasi perijinan usaha industri, fasilitasi kemasan dan merk, dan fasilitasi pemasaran. Proses-Proses Industrialisasi Pedesaan di Dusun Karangbolo melalui Pengembangan Sentra Industri Kecil-Menengah/Rumahtangga (IKM/RT) Keripik Sentra industri keripik di Dusun Karangbolo tersebar di tiga RT, RW 07 Dusun Karangbolo. Masyarakat RW 07 banyak yang memiliki usaha rumahtangga pembuatan aneka keripik, mulai dari keripik tempe, peyek kacang, peyek rebon, peyek kacang hijau, dan kripik lainnya. Dari sekian produk tersebut, keripik tempe dan tumpi (peyek) merupakan produk unggulan dari sentra industri keripik di Karangbolo. Keripik tempe adalah makanan yang terbuat dari tempe yang diiris tipis kemudian digoreng dengan menggunakan tepung yang telah dibumbui. Biasanya rasanya adalah asin dengan aroma bawang yang gurih. Tempe harus terbuat dari kedelai yang bagus supaya pada saat fermentasi rasanya tidak pahit. Kedelai yang bagus juga memudahkan pengirisan tempe menjadi lembaran kripik yang tipis. Tumpi (peyek) merupakan jajanan keripik yang terbuat dari adonan tepung beras dan telur, adonan tersebut ada yang dicampur dengan kacang tanah, kacang hijau, ataupun
52
rebon (ikan teri). Tumpi ini juga dikenal sebagai jajanan yang biasa disajikan saat Idul Fitri, terdapat tradisi untuk menyajikan tumpi sebagai jajanan Idul Fitri, walaupun juga dapat disajikan sehari-hari. Produksi keripik di Dusun Karangbolo merupakan usaha yang cukup menjanjikan. Setiap hari setiap industri rumahtangga pembuat keripik dapat melakukan proses produksi dari jam tujuh pagi hingga sore hari, bahkan terkadang lembur hingga malam hari. Dalam satu hari produksi keripik tempe dan tumpi industri rumahtangga di Dusun Karangbolo dapat mencapai 60 kg dan bahkan dapat mencapai 80 kg ketika bulan puasa maupun lebaran. Setiap industri rumahtangga di Dusun Karangbolo biasanya terdiri dari dua hingga lima pekerja dengan menggunakan tenaga kerja dari anggota rumahtangganya sendiri atau masyarakat setempat. Sistem penggajian pekerja dalam industri keripik ini berbeda-beda, tergantung dari kesepakatan dalam masing-masing pemilik industri rumahtangga dengan pekerjanya. Setiap industri rumahtangga dalam sentra industri ini juga memiliki pangsa pasar dan cita rasa masing-masing. Terdapat industri rumahtangga yang sudah memiliki label tetapi ada juga yang belum mempunyai label. Industri rumahtangga tersebut biasanya memproduksi keripik tempe dan tumpi yang diberi label dan yang tidak diberi label. Selain itu ukuran kemasan keripik tempe dan tumpi yang diproduksi masing-masing industri rumahtangga juga tidak seragam, sesuai dengan permintaan pelanggan masing-masing. Untuk besarnya modal pun tidak seragam melainkan tergantung dari besar-kecilnya industri rumahtangga yang bersangkutan. Modal yang diperlukan oleh industri keripik tersebut berkisar antara Rp 250.000,00 hingga Rp 1.000.000,00 per hari. Pengelolaan industri dalam sentra industri keripik ini secara umum memang dijalankan masing-masing. Namun, industri rumah tangga pembuat keripik di Dusun Karangbolo tergabung dalam satu kelompok, yaitu Kelompok Mekarjati. Setiap tiga bulan sekali diadakan pertemuan kelompok untuk arisan koperasi bahan baku, berbagi cerita, dan melakukan persiapan apabila ada acara dari pemerintah. Hingga saat ini sudah terdapat sekitar 30 industri rumahtangga pembuat keripik yang tergabung di dalamnya. Saat ini, kelompok tersebut diketuai oleh Ibu Muawannah yang menjabat kurang lebih sejak Tahun 2011. Sentra industri keripik Dusun Karangbolo telah cukup dikenal di Kabupaten Semarang. Dinas Koperasi, UMKM dan Perindag Kabupaten Semarang beberapa kali juga memberikan bantuan berupa alat dan pelatihan bagi pelaku industri dalam sentra industri keripik Dusun Karangbolo ini. Pemilik usaha keripik yang menjadi anggota kelompok Mekarjati pun pernah ikut serta dalam pameran produk dan bazar maupun berbagai acara lainnya yang diadakan oleh instansi pemerintah Kabupaten Semarang. Produksi keripik di Dusun Karangbolo dipelopori oleh salah satu warga, yaitu Ibu Imroatun sejak kurang lebih Tahun 1979. Ibu Imroatun pada awalnya hanya memproduksi tempe. Kemudian, beliau memiliki inisatif untuk mengolah tempe menjadi keripik tempe. Beliau berpikir untuk meningkatkan nilai ekonomi tempe yang tidak laku daripada tempe tersebut busuk dan dibuang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh anak Ibu Imroatun, yaitu Ibu SFY. “ Ibu saya dulunya bikin tempe mbak, terus kan daripada bosok kalo nggak laku akhirnya dibikin keripik sama ibu saya. Dulu bikinnya bungkusan kecil-kecil itu lho mbak, dijual di warung, sama di rumah makan-rumah makan gitu, ya lumayan rejekinya memang dari keripik kayaknya mbak”- Ibu SFY
53
Ibu Imroatun memproduksi keripik tempe dengan kemasan kecil karena beliau bekerjasama dengan warung dan rumah makan-rumah makan yang memerlukan pasokan keripik tempe sebagai camilan maupun pelengkap hidangan. Seiring berjalannya waktu, Ibu Imroatun semakin kebanjiran pesanan. Dalam sehari, Ibu Imroatun bahkan dapat memproduksi keripik tempe mulai dari jam tujuh pagi hingga jam 12 malam. Akhirnya, tetangga-tetangga beliau banyak juga yang ikut mencoba mencari pendapatan melalui produksi keripik. Sejak sekitar Tahun 1989, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang aktif mencari potensi industri di seluruh kecamatan se-Kabupaten Semarang. Hal tersebut dilakukan untuk mengembangkan potensi industri yang ditemukan di wilayah Kabupaten Semarang. Pada Tahun 1995 sampai 1996 pun akhirnya dibentuk kelompok usaha bersama (KUB) “Miraos” di Dusun Karangbolo untuk mempermudah koordinasi dengan dinas pemerintahan. Tokoh yang dianggap mempelopori kelompok tersebut adalah Bapak Abu Amar dan Bapak Muslihun. Saat itu terdapat 30 anggota yang merupakan pemilik usaha rumahtangga di bidang produksi keripik di Dusun Karangbolo. Masyarakat dusun Karangbolo memberikan istilah pada anggota kelompok “Miraos” sebagai “generasi pertama” produksi keripik di Dusun Karangbolo. Pada sekitar Tahun 2000 pun Disperindag Kabupaten Semarang memberikan bantuan berupa alat perajang tempe. Alat perajang tempe tersebut diserahkan produksinya pada perajin logam di Kabupaten Semarang. Seperti diuraikan sebelumnya, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang aktif mencari potensi industri di seluruh kecamatan se-Kabupaten Semarang. Kegiatan tersebut dilakukan secara rutin setiap tiga tahun. Pada Tahun 2005, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang kembali mengecek dan mencari potensi industri di kecamatan-kecamatan se-Kabupaten Semarang. Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang akhirnya kembali memperoleh umpan balik dari Pemerintah Kecamatan Ungaran Barat mengenai keberadaan potensi industri rumah tangga yang memproduksi keripik di Dusun Karangbolo. Pada Tahun 2005 tersebut juga digagas program “One-Day Tour Kabupaten Semarang” oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang. Dusun Karangbolo dijadikan sebagai salah satu obyek kunjungan wisatawan dalam “One-Day Tour Kabupaten Semarang” sebagai obyek wisata sentra industri keripik. Pada sekitar Tahun 2006 akhirnya Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang kembali memotivasi pembentukan kelompok pemilik industri rumahtangga keripik di Dusun Karangbolo. Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang berupaya “menghidupkan kembali” Kelompok “Miraos” yang semakin tidak aktif, terlebih karena anggotanya banyak yang sudah tua dan sering terjadi pergantian anggota. Akhirnya dibentuklah kelompok baru, yaitu Kelompok “Mekarjati” untuk mempermudah koordinasi dengan instansi pemerintahan dan mempermudah kelompok dalam mencari bantuan. Kelompok Mekarjati tersebut sudah mengalami sekali pergantian ketua. Saat ini Ketua Kelompok Mekarjati adalah Ibu Muawannah. Pada Tahun 2007, Kelompok “Mekarjati” mengajukan proposal permohonan bantuan pada Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang. Pada Tahun 2008, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang akhirnya membantu fasilitasi perijinan industri anggota kelompok Mekarjati. Kelompok Mekarjati dibantu dalam mengurus Tanda Daftar Industri (TDI) dan izin Dinas Kesehatan. Perizinan ke Dinas Kesehatan diawali dengan kegiatan Penyuluhan Industri Rumahtangga (PIRT) dan dilanjutkan dengan monitoring secara periodik, yaitu 2 kali dalam sebulan. Pada tahun tersebut juga sudah mulai dilakukan fasilitasi kemasan dan merk ke direktorat Kemenkumham meskipun hingga saat ini pun masih banyak pemilik industri keripik yang
54
belum ataupun memilih untuk tidak menggunakan merk dagang. Pada Tahun 2009, dibentuklah pra-koperasi bahan baku untuk memfasilitasi ketersediaan bahan baku bagi pelaku industri keripik di Dusun Karangbolo. Sejak sekitar Tahun 2011, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang semakin aktif membina pemilik industri keripik di Dusun Karangbolo melalui tenaga penyuluh lapang. Program pembinaan yang ditujukan bagi pemilik industri keripik di Dusun Karangbolo tersebut, antara lain: (1) penyuluhan, pembinaan, dan pendampingan mengenai pentingnya 5K dalam usaha; (2) penyuluhan, pembinaan dan pendampingan pembukuan keuangan sederhana; (3) penyuluhan, pembinaan dan pendampingan penyampaian informasi industri terkait TDI kepada Bupati/Walikota; (4) penyuluhan, pembinaan dan pendampingan merek; dan (5) penyuluhan, pembinaan dan pendampingan media promosi. Kegiatan tersebut dibagi pelaksanaannya setiap triwulan. Setiap bulan, minimal dilakukan dua kali kunjungan penyuluh lapang untuk pelaksanaan kegiatankegiatan pendampingan tersebut. Namun, kegiatan pendampingan tersebut hanya difokuskan pada lima industri rumahtangga yang dianggap cukup maju dan berpotensi untuk dikembangkan. Pada Tahun 2011, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang juga mengadakan pelatihan keterampilan boga. Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal bagi pemilik industri keripik di Dusun Karangbolo juga diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan tersebut difasilitasi pelaksanaannya oleh Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang pada Tahun 2011. Selain itu, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang juga mengadakan pelatihan Achivement Motivation Training (AMT), kegiatan ini bersifat tahunan di Kabupaten Semarang dan hanya untuk 20 orang perwakilan pemilik industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT). Pada Tahun 2011, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang juga memberikan bantuan permodalan berupa dana hibah untuk koperasi sebesar 15 juta rupiah. Bantuan permodalan tersebut digunakan sebagai modal bergulir bebas angsuran kelompok yang jangka waktunya triwulan. Sistem pemberian pinjaman pada kelompok adalah per tri wulan. Terdapat beberapa orang anggota kelompok (kloter) yang memperoleh pinjaman dana dalam satu putaran (3 bulan sekali). Pinjaman yang diperoleh oleh anggota kelompok tersebut boleh dibayar dengan sistem angsuran atau langsung lunas dengan syarat harus lunas pada putaran selanjutnya. Pada putaran selanjutnya, dana pinjaman bergulir tersebut diberikan pada orang lain (kloter selanjutnya) yang belum memperoleh pinjaman. Namun, untuk anggota kelompok yang masih ada hutang/belum lunas pembayaran pinjamannya tidak diperbolehkan memperoleh pinjaman. Kelompok Mekarjati juga memperoleh bantuan alat produksi dari Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang pada Tahun 2011. Bantuan alat produksi tersebut berupa kompor gas, spinner, penggorengan, dan mesin pengaduk (mixer). Bantuan berupa kompor gas dimaksudkan untuk menciptakan diversifikasi alat produksi. Pemilik usaha keripik pada awalnya hanya bergantung pada kayu bakar dan minyak tanah, padahal kayu bakar sulit diperoleh (terutama saat musim penghujan) dan harga minyak tanah semakin mahal. Pada Tahun 2011, Kelompok Mekarjati juga telah mengajukan bantuan berupa alat perekat kemasan untuk anggaran Tahun 2012 ke Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang. Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian berbentuk pengembangan pengembangan industri yang mengandalkan kekuatan utama berupa sumberdaya yang ada di pedesaan (industry of rural areas). Pada pengertian industrialisasi pedesaan ini, industri merupakan kekuatan yang datang dari dalam pedesaan itu sendiri (indigineous industry). Hal
55
tersebut dapat dilihat dari proses-proses industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian. Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian merupakan pengembangan sentra industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT) keripik Dusun Karangbolo, industri keripik yang dikembangkan tersebut telah sejak lama dijalankan masyarakat di lokasi penelitian. Implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo telah menggunakan sumberdaya lokal berupa sumberdaya manusia lokal walaupun tidak semua rumahtangga pemilik usaha keripik menggunakan tenaga kerja di luar anggota rumahtangga mereka. Lebih lanjut, bahan baku keripik yang digunakan juga tersedia secara lokal, yaitu dijual di lokasi setempat, misalnya pasar Ungaran, difasilitasi kelompok Mekarjati, maupun dijual oleh rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo. Bahan baku, misalnya tempe, bahkan juga diproduksi oleh beberapa rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo. Namun, sumberdaya alam yang digunakan untuk bahan baku keripik tersebut tidak selalu merupakan produk pertanian lokal, khususnya produk pertanian Dusun Karangbolo atau Desa Lerep. Pasar maupun penjual bahan baku yang menjual bahan baku keripik tersebut dapat saja memasoknya dari lokasi lain. Ikhtisar Perekonomian Kabupaten Semarang sangat dipengaruhi oleh sektor industri. Jumlah unit usaha industri di Kabupaten Semarang pun cenderung meningkat. Berdasarkan keterangan dari Kepala Bagian Perindustrian dan Perdagangan Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, sektor industri kecil menegah/rumahtangga memiliki peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Semarang. Beliau menyatakan, meskipun industri kecil menengah/rumahtangga memang hanya menunjukkan penyerapan tenaga kerja yang lebih sedikit bila dibandingkan penyerapan tenaga kerja oleh industri besar tetapi tenaga kerja tersebut lebih berasal dari masyarakat setempat. Oleh karena itu, industri kecil menengah /rumahtangga di Kabupaten Semarang merupakan sektor perekonomian yang potensial untuk dikembangkan. Industri makanan merupakan industri kecil menengah/rumahtangga terbanyak yang ada di Kabupaten Semarang dan setiap tahunnya semakin bertambah. Salah satu industri kecil menengah/rumahtangga yang memproduksi makanan di Kabupaten Semarang adalah sentra industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT) keripik Dusun Karangbolo. Sentra industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT) keripik Dusun Karangbolo telah cukup dikenal di Kabupaten Semarang. Produksi keripik di Dusun Karangbolo dipelopori oleh salah satu warga, yaitu Ibu Imroatun sejak Tahun 1979. Sejak Tahun 1989, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang aktif mencari potensi industri di seluruh kecamatan se-Kabupaten Semarang. Pada Tahun 1995-1996 pun akhirnya dibentuk kelompok usaha bersama (KUB) “Miraos” di Dusun Karangbolo. Pada Tahun 2005, digagas program “One-Day Tour Kabupaten Semarang” oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang. Dusun Karangbolo dijadikan sebagai salah satu obyek kunjungan wisatawan dalam “One-Day Tour Kabupaten Semarang” sebagai obyek wisata sentra industri keripik. Pada sekitar Tahun 2006, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang berupaya “menghidupkan kembali” Kelompok “Miraos” yang semakin tidak aktif dengan memotivasi pembentukan Kelompok Mekarjati. Saat ini Ketua kelompok Mekarjati tersebut adalah Ibu Muawannah.
56
Sentra industri kecil menengah/rumahtangga (IKM/RT) di RW 07 Dusun Karangbolo banyak memperoleh bantuan dan pelatihan, khususnya dari Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang. Pada sekitar Tahun 2000, sentra industri tersebut memperoleh bantuan berupa alat perajang tempe. Pada Tahun 2008, Kelompok Mekarjati dibantu dalam mengurus Tanda Daftar Industri (TDI) dan izin Dinas Kesehatan. Pada Tahun 2009 dibentuklah pra-koperasi bahan baku untuk memfasilitasi ketersediaan bahan baku bagi pelaku industri keripik di Dusun Karangbolo. Pada Tahun 2011, Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang juga semakin aktif membina pemilik industri keripik di Dusun Karangbolo melalui tenaga penyuluh lapang. Namun, kegiatan pendampingan tersebut hanya difokuskan pada 5 industri rumahtangga yang dianggap cukup maju dan berpotensi untuk dikembangkan. Pada Tahun 2011, pemilik usaha keripik di Kelompok Mekarjati juga memperoleh pelatihan keterampilan boga, pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal, serta pelatihan Achivement Motivation Training (AMT). Kelompok Mekarjati juga memperoleh bantuan alat produksi dan bantuan permodalan berupa dana hibah untuk koperasi sebesar lima belas juta rupiah pada Tahun 2011. Pada Tahun 2011, Kelompok Mekarjati juga mengajukan bantuan berupa alat perekat kemasan ke Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindag Kabupaten Semarang. Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian berbentuk pengembangan pengembangan industri yang mengandalkan kekuatan utama berupa sumberdaya yang ada di pedesaan (industry of rural areas). Hal tersebut dapat dilihat dari proses-proses industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian. Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian merupakan pengembangan sentra industri kecil menengah/ rumahtangga (IKM/RT) keripik Dusun Karangbolo. Industri keripik yang dikembangkan tersebut telah sejak lama dijalankan masyarakat di lokasi penelitian. Implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo telah menggunakan sumberdaya lokal berupa sumberdaya manusia lokal walaupun tidak semua rumahtangga pemilik usaha keripik menggunakan tenaga kerja di luar anggota rumahtangga mereka. Lebih lanjut, bahan baku keripik yang digunakan juga tersedia secara lokal, yaitu dijual di lokasi setempat Namun, sumberdaya alam yang digunakan untuk bahan baku keripik tersebut tidak selalu merupakan produk pertanian lokal, khususnya produk pertanian Dusun Karangbolo atau Desa Lerep. Pasar maupun penjual bahan baku yang menjual bahan baku keripik tersebut dapat saja memasoknya dari lokasi lain.