73
IMPLEMENTASI INDUSTRIALISASI PEDESAAN, STRATEGI NAFKAH, DAN STRUKTUR NAFKAH RUMAHTANGGA Bab ini menguraikan strategi nafkah serta struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik dengan adanya implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo. Selain itu, sub bab struktur nafkah akan menguraikan tingkat kontribusi sektor industri keripik dalam struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Sub bab terakhir dalam bab ini menganalisis hubungan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dan tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik di RW 07 Dusun Karangbolo. Strategi dan Sumber Nafkah Rumahtangga Strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan basis nafkahnya, yaitu strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian/farm (on farm/off farm/on farm dan off farm) , strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor non pertanian/non farm, dan strategi nafkah ganda (berbasis sektor pertanian/farm dan non pertanian/non farm). Data mengenai strategi nafkah diperoleh dengan mengidentifikasi aktivitas nafkah yang dilakukan masing-masing anggota rumahtangga, kemudian pada level rumahtangga dilihat keseluruhan basis aktivitas nafkah yang dilakukan setiap anggota rumahtangga tersebut sebagai dasar pengkategorian strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Jumlah dan persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga berdasarkan basisnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Jumlah dan persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga berdasarkan basisnya di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 No
Strategi Nafkah Rumahtangga Berdasarkan Basisnya
∑
%
1.
Strategi Nafkah Rumahtangga Berbasis Sektor Pertanian (farm)
6
20.0
2.
Strategi Nafkah Rumahtangga Berbasis Sektor Non Pertanian (Non Farm)
0
0.0
24
80.0
30
100.0
3.
Strategi Nafkah Rumahtangga Ganda (Berbasis Sektor Pertanian/Farm dan Non Pertanian/ Non Farm Total
Tabel 14 menunjukkan bahwa 80 persen rumahtangga pemilik usaha keripik menerapkan strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor non pertanian/non farm dan sektor pertanian/farm (on farm/off farm/on farm dan off farm) dan 20 persen menerapkan strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian/farm (on farm/off farm/on farm dan off farm). Persentase rumahtangga pemilik usaha keripik berdasarkan strategi nafkah rumahtangga yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 9.
74
Gambar 9 Persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga berdasarkan basisnya Tahun 2012 Strategi nafkah tersebut diterapkan dengan menjalankan aktivitas nafkah yang beragam pada rumahtangga pemilik usaha keripik. Secara umum, aktivitas nafkah yang terkait dengan bidang domestik, seperti buruh asuh anak dan sektor pertanian off farm (usaha keripik) dijalankan oleh istri dan anggota rumahtangga berjenis kelamin wanita. Aktivitas nafkah berupa menjalankan usaha keripik cenderung dijalankan oleh istri meskipun tak jarang rumahtangga yang memanfaatkan anggota rumahtangga lainnya untuk membantu menjalankan aktivitas nafkah tersebut. Selain itu, pada sebagian rumahtangga pemilik usaha keripik aktivitas nafkah berupa usaha keripik dibantu oleh buruh yang dapat merupakan kerabat, ataupun tetangga. Di sisi lain, aktivitas nafkah yang terkait dengan sektor pertanian on farm, pegawai pemerintahan, dan tenaga serabutan, cenderung dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki meskipun ada juga wanita yang menjalankan aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm tersebut, misalnya pada rumahtangga yang suaminya sudah meninggal dan tidak memiliki anggota rumahtangga lain yang berjenis kelamin laki-laki. Lebih lanjut, aktivitas nafkah sebagai buruh pabrik dijalankan oleh anggota rumahtangga berjenis kelamin laki-laki maupun wanita. Tabel 14 dan Gambar 9 menunjukkan bahwa 20 persen rumahtangga pemilik usaha keripik menjalankan strategi nafkah berbasis sektor pertanian/ farm. Aktivitas nafkah pada strategi nafkah berbasis sektor pertanian/ farm yang dijalankan rumahtangga pemilik usaha keripik ditemukan berupa aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm serta aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm dan off farm. Jumlah dan persentase rumahtangga
pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian berdasarkan jenisnya di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian berdasarkan jenisnya di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 juga dapat dilihat pada Gambar 10.
75
Tabel 15 Jumlah dan persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian berdasarkan jenisnya di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 No
Strategi Nafkah Rumahtangga Berbasis Sektor Pertanian Berdasarkan Jenisnya
∑
%
1.
Strategi Nafkah Rumahtangga Berbasis Sektor Pertanian On Farm
0
0.0
2.
Strategi Nafkah Rumahtangga Berbasis Sektor Pertanian Off Farm
3
50.0
3.
Strategi Nafkah Rumahtangga Berbasis Sektor Pertanian On Farm dan Off Farm
3
50.0
6
100.0
Total
Gambar 10 Persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian berdasarkan jenisnya di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 15 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat 50 persen rumahtangga pemilik usaha keripik yang menjalankan strategi nafkah berbasis sektor pertanian/ farm dengan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm. Di sisi lain, terdapat 50 persen rumahtangga pemilik usaha keripik yang melakukan strategi nafkah berbasis sektor pertanian/ farm dengan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm dan off farm.
76
Aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm yang dijalankan rumahtangga pemilik usaha keripik di RW 07 Dusun Karangbolo adalah aktivitas menjalankan usaha keripik. Usaha keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik utamanya dijalankan oleh istri. Istri mengelola hampir seluruh aktivitas nafkah pada usaha keripik yang dijalankan. Aktivitas nafkah yang dilakukan dalam usaha keripik tersebut dimulai dari menerima pesanan, belanja bahan baku keripik, mempersiapkan adonan keripik atau biasa disebut “ngejer-i”, menggoreng keripik, membungkus keripik, dan mengantarkan pesanan keripik atau menunggu pemesan datang mengambil pesanan. Pemesanan keripik biasa dilakukan melalui telepon maupun berkunjung langsung ke rumah. Aktivitas belanja bahan baku keripik biasa dilakukan dengan pemesanan melalui telepon, baik ke tetangga, saudara, maupun ke toko langganan di pasar. Pesanan tersebut biasanya akan diantarkan langsung ke rumah. Meskipun terkadang ada juga pemilik usaha keripik yang memilih belanja bahan baku langsung ke pasar, kebanyakan pemilik usaha keripik mengaku lebih senang meminta pesanannya langsung ke rumah untuk menghemat waktu dan tenaga, misalnya pada Ibu MTF. “ Nek belanja ke pasar kan wektune entek mbak, rak iso nggo nggorengi. Enak diterke, garek ngebel, wong murah wae owk nambah nggo ngeterkene, nanging kan rak rugi wektu sing nggo nggorengine mbak.”- Ibu MTF “Kalau belanja ke pasar kan waktunya habis mbak, tidak bisa untuk menggoreng keripik. Lebih enak diantarkan pesanannya ke rumah, tinggal telepon, apalagi kan biaya tambahan untuk mengantarkan pesanannya murah, tapo kan tidak perlu rugi waktu yang digunakan untuk menggoreng keripik mbak.”-Ibu MTF
Aktivitas mempersiapkan bahan baku keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik ada yang dilakukan sendiri oleh istri, dibantu oleh anggota rumahtangga lainnya, ataupun dibantu buruh. Aktivitas mempersiapkan bahan baku keripik tersebut misalnya adalah merendam kacang, memotongi tempe, dan mempersiapkan bumbu. Namun, untuk aktivitas mempersiapkan bumbu biasanya dilakukan oleh istri secara langsung, misalnya pada rumahtangga Ibu SFR. “ Subuh tu mbak, bapak yo sering ngewangi ngerendem kacange kae tho mbak” Ibu SFR “Subuh itu mbak, bapak ya sering membantu merendam kacang mbak”- Ibu SFR
Aktivitas mempersiapkan adonan keripik atau biasa disebut “ngejer-i” juga biasa dilakukan langsung oleh istri. Aktivitas menggoreng keripik dan membungkus keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik ada yang dilakukan sendiri oleh istri, dibantu oleh anggota rumahtangga lainnya, ataupun dibantu buruh. Lebih lanjut, aktivitas mengantarkan keripik biasa dilakukan oleh anggota rumahtangga lainnya, misalnya anak atau suami. Bahkan, pada salah satu rumahtangga pemilik usaha keripik, anak membantu menjadi sales keripik dengan diberi harga dasar dari ibunya, misalnya pada rumahtangga Ibu SFR. “Anak saya kan yo jadi sales keripik saya mbak, dari saya tak kasih harga, sisanya dia yang ambil, pokmen aku ngertine entuk sing rego tak kasih tadi mbak.”- Ibu SFR “Anak saya kan juga jadi sales keripik saya mbak, dari saya saya beri harga dasar, sisanya dia yang ambil, pokoknya saya tahunya saya dapat uang seharga yang saya beri tadi”- Ibu SFR
77
Namun, kebanyakan rumahtangga pemilik usaha keripik mengaku tidak perlu mengantarkan pesanan keripik karena biasanya pemesan akan langsung datang ke rumah untuk mengambil pesanan. Untuk promosi, kebanyakan rumahtangga pemilik usaha keripik mengaku tidak pernah memasarkan keripik melalui promosi iklan. Bentuk promosi yang dilakukan, misalnya dengan mengikuti pameran, menyertakan nama, alamat, dan nomor telepon pada merek dagang, promosi mulut ke mulut, menyediakan sampel keripik di meja tamu rumah, dan membuat kartu nama. Lebih lanjut, Tabel 15 dan Gambar 10 juga menunjukkan bahwa 50 persen rumahtangga pemilik usaha keripik yang menjalankan strategi nafkah ganda berbasis sektor pertanian melaksanakan aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm dan off farm. Selain melakukan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm berupa aktivitas menjalankan usaha keripik, rumahtangga responden tersebut juga melakukan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm. Berikut adalah aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm yang dilakukan rumahtangga pemilik usaha keripik dengan strategi nafkah berbasis sektor pertanian/farm : a.
Mengerjakan sawah pribadi Aktivitas nafkah mengerjakan sawah pribadi biasa dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, misalnya ayah, anak atau kerabat lainnya. Kepemilikan sawah tersebut ada yang diperoleh dari warisan, membeli sendiri, maupun dari tanah bengkok, misalnya pada rumahtangga Ibu MTF. “ Bapak nggarap sawah mbak, yo sithik sithik ndue mbak, nggo mangan”Ibu MTF “Bapak mengerjakan sawah mbak, ya sedikit-sedikit punya mbak, untuk makan”- Ibu MTF
b.
Mengerjakan sawah orang lain (menjadi tenaga penggarap/menyewa sawah) Pada rumahtangga pemilik usaha keripik juga ditemukan aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm berupa mengerjakan sawah orang lain. Aktifitas tersebut dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, misalnya suami, anak ataupun kerabat lainnya, misalnya pada rumahtangga Ibu MTF. “ Suami saya nggarap sawahe orang mbak, ngko hasile paro-paro mbak.”Ibu MTF “Suami saya menggarap sawah milik orang lain mbak, nanti hasilnya 50:50 mbak”-Ibu MTF
Tabel 14 dan Gambar 9 sebelumnya juga menunjukkan bahwa 80 persen rumahtangga pemilik usaha keripik menjalankan strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor pertanian/farm dan sektor non pertanian/non farm). Aktivitas nafkah pada strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor pertanian/farm dan sektor non pertanian/non farm yang dijalankan rumahtangga pemilik usaha keripik ditemukan berupa aktivitas nafkah berbasis sektor non farm dan sektor pertanian off farm serta aktivitas nafkah berbasis sektor non farm dan sektor pertanian on farm maupun off farm. Jumlah dan persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga ganda berdasarkan jenis basis sektor pertanian di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah
78
rumahtangga ganda berdasarkan jenis basis sektor pertanian di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 juga dapat dilihat pada Gambar 11. Tabel 16 Jumlah dan persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga ganda berdasarkan jenis basis sektor pertanian di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 No
Strategi Nafkah Rumahtangga Ganda Berdasarkan Basis Sektor Pertanian
∑
%
1.
Strategi Nafkah Rumahtangga Ganda Berbasis Sektor Pertanian On Farm
0
0.0
2.
Strategi Nafkah Rumahtangga Ganda Berbasis Sektor Pertanian Off Farm
15
62.5
3.
Strategi Nafkah Rumahtangga Ganda Berbasis Sektor Pertanian On Farm dan Off Farm
9
37.5
24
100.0
Total
Gambar 11 Persentase rumahtangga pemilik usaha keripik menurut strategi nafkah rumahtangga ganda berdasarkan jenis basis sektor pertanian di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 16 dan Gambar 11 menunjukkan bahwa terdapat 62.5 rumahtangga pemilik usaha keripik yang menjalankan strategi nafkah ganda (berbasis sektor pertanian/farm dan sektor non pertanian/non farm) dengan jenis basis sektor pertanian off farm. Selain
79
menjalankan aktivitas nafkah berbasis sektor non farm, rumahtangga tersebut menjalankan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian, yaitu sektor pertanian off farm. Tabel 16 dan Gambar 11 tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat 37.5 persen rumahtangga pemilik usaha keripik yang menjalankan strategi nafkah ganda (berbasis sektor pertanian/farm dan sektor non pertanian/non farm) dengan jenis basis sektor pertanian on farm dan off farm. Aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm pada strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik tersebut adalah aktivitas menjalankan usaha keripik. Sedangkan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm yang dilakukan oleh rumahtangga pemilik usaha keripik dengan strategi nafkah ganda berbasis sektor (pertanian/farm dan sektor non pertanian/non farm) adalah sebagai berikut: a.
Mengerjakan sawah pribadi
b.
Mengerjakan sawah orang lain (menjadi tenaga penggarap/menyewa sawah)
c.
Mengerjakan sawah pribadi dengan menggunakan tenaga penggarap (bagi hasil) Aktivitas mengerjakan sawah pribadi dengan menggunakan tenaga penggarap juga ditemukan dalam rumahtangga pemilik usaha keripik, misalnya pada rumahtangga Ibu SLH. “ Ada mbak sawah, tapi kan sekarang suami sudah nggak ada, jadi ya tak garappke ke orang lain mbak.”- Ibu SLH “Ada mbak sawah, tapi kan sekarang suami sudah meninggal, jadi ya saya minta tolong orang lain untuk menggarap sawah itu”- Ibu SLH
d.
Mengerjakan kebun Aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm lainnya yang ditemukan pada rumahtangga pemilik usaha keripik adalah menebaskan hasil kebun. Aktivitas tersebut dapat dilakukan oleh istri ataupun suami, misalnya pada rumahtangga Ibu MWN. “ Setahun nanti kan panen duren mbak sama kelapa, tak tebaske”- Ibu MWN “ Setahun nanti kan panen durian dan kelapa, saya tebaskan mbak”- Ibu MWN
e.
Beternak Aktivitas nafkah pada sektor pertanian lainnya yang ditemukan pada rumahtangga pemilik usaha keripik adalah beternak. Aktivitas tersebut dapat dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, misalnya oleh suami, anak, atau kerabat lainnya, seperti pada rumahtangga Ibu UAS. “ Adikku kan nduwe kae mbak, pitik. Hobi owk mbak, yo nggo hiburan”- Ibu UAS “Adik saya kan punya ayam mbak. Dia hobi memelihara ayam mbak, ya buat hiburan”- Ibu UAS
80
Lebih lanjut, aktivitas nafkah berbasis sektor non pertanian/ non farm yang dilakukan oleh rumahtangga pemilik usaha keripik dengan strategi nafkah ganda berbasis sektor (pertanian/farm dan sektor non pertanian/non farm) tersebut adalah sebagai berikut: a. Jasa transportasi Aktivitas nafkah dalam bidang jasa transportasi biasa dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu suami atau anak. Beberapa aktivitas nafkah dalam bidang jasa transportasi yang dijalankan rumahtangga pemilik usaha keripik antara lain sebagai: sopir truk, sopir angkutan umum, dan tukang ojek, misalnya pada rumahtangga Ibu MSD. “ Suami saya kan ngojek mbak, nanti siang istirahat makan, sore dilanjut lagi. Nanti malem kalo dah pulang gitu dia bantu saya mbungkusi keripik mbak”- Ibu MSD “ Suami saya kan jadi tukang ojek mbak, nanti siang istirahat makan, sore dilanjutkan lagi kerjanya. Nanti malam kalau suami sudah pulang, dia bantu saya membungkusi keripik mbak”- Ibu MSD
b.
Tenaga serabutan Aktivitas nafkah sebagai tenaga serabutan yang dijalankan oleh anggota rumahtangga pemilik usaha keripik antara lain sebagai buruh bangunan, pesuruh masjid, pesuruh kantor, dan awak kapal. Aktivitas nafkah sebagai tenaga serabutan ini dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu suami atau anak, misalnya pada rumahtangga Ibu MLH. “ Anak saya kan itu mbak kerjanya di masjid mbak, bersih-bersih gitu mbak, yo nggo kesibukan”- Ibu MLH “Anak saya kan itu mbak, kerjanya di masjid mbak, bersih-bersih gitu mbak, ya buat kesibukan lah”- Ibu MLH
Selain itu, terdapat pula rumahtangga yang melakukan aktivitas nafkah sebagai buruh asuh anak. Aktivitas nafkah sebagai buruh asuh anak dilakukan oleh istri, misalnya pada rumahtangga Ibu MZT. “ Saya yo nyambi buruh momong mbak, nggo nyambung urip mbak.”Ibu MZT “ Saya juga bekerja sebagai buruh asuh anak mbak, untuk menyambung hidup”- Ibu MZT
c.
Pegawai swasta Pada rumahtangga pemilik usaha keripik juga ditemukan anggota rumahtangga yang melakukan aktivitas nafkah sebagai pegawai swasta, misalnya sebagai pegawai counter handphone, pegawai dealer motor, satpam, sopir biro travel, pegawai bank keliling, dan buruh pabrik. Aktivitas nafkah sebagai pegawai swasta tersebut biasanya dilakukan anggota rumahtangga selain istri, misalnya pada rumahtangga Ibu UAS. “ Adik sama adik ipar saya kerja di pabrik mbak, pulangnya malem.”- Ibu UAS
81
d.
Pegawai pemerintahan Aktivitas nafkah sebagai pegawai pemerintahan yang ditemukan pada rumahtangga pemilik usaha keripik bukanlah sebagai pegawai dengan jabatan yang tinggi dan gaji pokok yang besar, melainkan sebagai pengemudi, satpam, pensiunan, dan perangkat desa. Aktivitas tersebut dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, misalnya suami atau anak, seperti pada rumahtangga Ibu THM dan Ibu RKY. “ Suami jadi perangkat mbak, kepala dusun”- Ibu RKY “ Bapak kan pensiunan dinas perikanan mbak, 2 D dulu mbak. Ya Alhamdulillah mbak ono sing tetep saben wulanne.”- Ibu THM “ Bapak kan pensiunan dinas perikanan mbak, golongan 2 D dulu mbak. Ya Alhamdulillah mbak ada pendapatan yang tetap setiap bulannya”- Ibu THM
e.
Wiraswasta dalam bidang jasa Aktivitas nafkah pada rumahtangga rumahtangga pemilik usaha keripik lainnya adalah berwiraswasta dalam bidang jasa, misalnya dengan menjalankan usaha pengecatan mobil, menjalankan usaha pemasangan listrik, dan usaha teknisi computer. Aktivitas nafkah tersebut dijalankan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, misalnya oleh suami atau anak, seperti pada rumahtangga Ibu MQN. “ Suami saya kan bikin CV mbak, masangi listrik tu lho mbak, mitra kerjane PLN.”- Ibu MQN “Suami saya kan mendirikan CV mbak, pemasangan listrik itu lho mbak, mitra kerjanya PLN.”- Ibu MQN
f.
Wiraswasta dalam bidang non jasa Selain menjalankan usaha keripik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, aktivitas wiraswasta dalam bidang non jasa antara lain dilakukan rumahtangga pemilik usaha keripik dengan menjalankan usaha pembuatan kusen dan berdagang gorengan. Aktivitas tersebut dijalankan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki, misalnya suami atau anak, seperti pada rumahtangga Ibu JRY. “ Suami saya bikin kusen itu mbak, lumayan mbak nggo samben.”- Ibu JRY “ Suami saya membuat kusen itu mbak, lumayan mbak untuk sambilan”Ibu JRY
Selain itu terdapat pula rumahtangga pemilik usaha keripik yang menjalankan aktivitas nafkah dengan menjalankan usaha perkakas rumahtangga dan berdagang di koperasi sekolah. Aktivitas nafkah ini dilakukan oleh istri, atau anggota rumahtangga lainnya, misalnya pada rumahtangga Ibu RKY.
82
“ Suami kan juga jualan tepung sama minyak buat keripik mbak, nggo tambah-tambah.”- Ibu RKY “Suami kan juga jualan tepung sama minyak untuk keripik mbak, untuk tambah-tambah.” – Ibu RKY
g.
Tenaga pendidikan Aktivitas nafkah sebagai tenaga pendidikan juga ditemukan pada rumahtangga pemilik usaha keripik, misalnya sebagai sebagai guru TK, guru les, guru mengaji, guru pesantren, ulama, guru honorer, penguji ujian STM, dan guru STM. Aktivitas nafkah ini biasa dilakukan oleh anggota rumahtangga selain istri, misalnya pada rumahtangga Ibu MZT dan Ibu RMS. “ Suami saya ngajar di pesantren mbak, sama jadi ulama, ngisi pengajianpengajian mbak.”- Ibu MZT “ Suami saya mengajar di pesantren mbak, suami juga jadi ulama, mengisi pengajian-pengajian mbak.”- Ibu MZT “Anak saya itu mbak, ngajar di STM mbak, Alhamdulillah ya bisa buat nyukupi butuhe.”- Ibu RMS “Anak saya itu mbak, mengajar di STM mbak. Alhamdulillah ya bisa untuk memenuhi kebutuhannya.”- Ibu RMS
Secara keseluruhan, jenis aktivitas nafkah yang dijalankan rumahtangga pemilik usaha keripik, baik pada strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian/farm (on farm/off farm/on farm dan off farm) maupun strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor non pertanian/non farm dan sektor pertanian/farm (on farm/off farm/on farm dan off farm) tersebut dapat dilihat pada Tabel 17. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa dengan adanya implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo, terdapat keragaman strategi nafkah pada rumahtangga pemilik usaha keripik. Mayoritas rumahtangga pemilik usaha keripik (80%) melakukan strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor pertanian/farm (on farm/off farm/on farm dan off farm) dan non pertanian/non farm). Selain itu, terdapat kecenderungan bahwa sektor pertanian on farm tidak menjadi basis utama aktivitas nafkah pada strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Hal tersebut diperkuat oleh Tabel 15 dan Gambar 10 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat rumahtangga pemilik usaha keripik yang hanya melakukan aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm pada strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian. Selain itu, pada rumahtangga pemilik usaha keripik yang menjalankan strategi nafkah berbasis sektor pertanian dengan aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm dan off farm, aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm yang dijalankan rumahtangga tersebut cenderung bukan merupakan aktivitas nafkah utama rumahtangga, misalnya pada rumahtangga Ibu MTF. “ Bapak saya tani yo ada mbak, sithik-sithik mbak, ora didol mbak, mung nggo mangan. Nek buat lain-lain ya ndak cukup, ya dari nggorengi mbak.”- Ibu MTF
83
“Ayah saya tani ya ada mbak, sedikit-sedikit mbak, tidak dijual mbak, hanya untuk makan. Kalau untuk kebutuhan lain-lainnya ya tidak cukup, ya dapatnya dari usaha keripik mbak”- Ibu MTF
Tabel 17 Jenis aktivitas nafkah rumahtangga menurut strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 No.
Aktivitas nafkah pada strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian/farm
Aktivitas nafkah pada strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor non pertanian/non farm dan sektor pertanian/farm)
On farm: mengerjakan sawah pribadi, mengerjakan sawah orang lain (menjadi tenaga penggarap/menyewa sawah)
mengerjakan sawah pribadi, mengerjakan sawah orang lain (menjadi tenaga penggarap/menyewa sawah), mengerjakan sawah pribadi dengan menggunakan tenaga penggarap (bagi hasil), mengerjakan kebun, dan beternak
Off farm:
Off farm:
menjalankan usaha keripik
menjalankan usaha keripik
On farm: 1.
2.
Non farm: 3.
-
jasa transportasi, tenaga serabutan, pegawai pemerintahan, pegawai swasta, wiraswasta dalam bidang jasa, wiraswasta dalam bidang non jasa, dan tenaga pendidikan.
Tabel 16 dan Gambar 11 juga menunjukkan hal yang serupa dengan Tabel 15 dan Gambar 10. Selain melakukan aktivitas nafkah pada sektor non farm, tidak terdapat rumahtangga pemilik usaha keripik yang hanya melakukan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm pada strategi nafkah rumahtangga ganda yang dijalankannya. Pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan strategi nafkah ganda yang menjalankan aktivitas nafkah dengan jenis basis sektor pertanian on farm dan off farm, aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm juga cenderung bukan merupakan aktivitas nafkah utama rumahtangga, misalnya pada rumahtangga Ibu SFY. “ Suami saya yo tani mbak, nggarap wekane wong. Yo nggo tambah-tambah nggo mangan mbak.”- Ibu SFY “Suami saya juga bertani mbak, mengerjakan sawah orang. Ya untuk tambah-tambah untuk makan mbak”-Ibu SFY
Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian cukup berperan dalam menciptakan keragaman strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik di lokasi tersebut. Dengan implementasi industrialisasi pedesaan, rumahtangga pemilik usaha keripik
84
dapat memperoleh sumber nafkah baru dan menjalankan aktivitas nafkah di sektor pertanian off farm, yaitu industri keripik. Ketika ditelusuri melalui wawancara mendalam, peneliti menemukan bahwa pemilik usaha keripik merupakan istri/ibu rumahtangga yang sebelumnya tidak bekerja ataupun bekerja di sektor lain dengan penghasilan dan kondisi kerja yang kurang membuat mereka nyaman. Ibu-ibu pemilik usaha keripik tersebut juga cenderung menyatakan, dengan menjalankan usaha keripik mereka lebih mampu memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga, mereka dapat memperoleh pendapatan untuk membantu suami mereka mencari nafkah, baik yang bekerja di sektor pertanian on farm ataupun sektor lainnya. Selain itu, mereka juga menyatakan cenderung lebih menyukai kondisi kerja ketika menjalankan usaha keripik daripada kondisi kerja mereka sebelumnya. Hal tersebut misalnya diungkapkan oleh Ibu MTF, NFY, dan RDY. “Saya dulunya di pabrik mbak, terus njahit ikut orang tu lho mbak. nek gini enaknya tuh punya sendiri mbak, nek ikut orang kan ndak enak mbak, ada bosnya, dioyak-oyak kudu cepet dadi jahitane. Nek bikin keripik gini kan enak mbak, santai, ora kemrungsung, paling sing ngoyak-oyak yo bakule ning, kan orak setertekan nek melu wong mbak. Njur yo iso libur nek tetanggane hajatan, nek melu wong kan ndak bisa tho mbak. Nek sekarang yo capek mbak, tapi bar dapet duit yo capeknya ilang. ”- Ibu MTF “Saya dulunya di pabrik mbak, kemudian saya kerja menjahit, jadi bawahannya orang lain. Kalau usaha keripik seperti ini itu enak mbak, karena milik sendiri. Kalau ikut orang lain kan tidak enak mbak, ada bosnya, dikejar-kejar harus cepat jadi jahitannya. Kalau membuat keripik seperti ini kan enak mbak, santai, tidak terburu-buru, paling yang mengejar-ngejar hanya pembelinya, tidak terlalu tertekan seperti ketika menjadi bawahan orang mbak. Selain itu juga bisa libur mbak kalau ada tetangga ada yang punya acara, kalau jadi bawahan orang kan tidak bisa seperti itu mbak. Kalau sekarang ya capek mbak, tapi setelah dapat uang ya capeknya hilang”- Ibu MTF “Aku kan mbiyen rak kerjo mbak. Yo wis, mung ngandelke bojoku thok mbak, entuke bojoku yo mung netesing mbun mbak, wong mung ngecati mobil mbak. Mulo yo kudu nggolek tambah, njur aku nggorengi kripik mbak. Yo lumayan mbak entuk tambah-tambah, nggo mangan.”- Ibu NFY “Saya kan dulu tidak kerja mbak. Saya hanya mengandalkan suami saja mbak, suami saya juga pendapatannya seperti tetesan embun mbak, kan hanya bekerja sebagai tukang cat mobil. Oleh karena itu ya saya harus cari tambah, lalu saya menjalankan usaha keripik mbak. Ya lumayan, saya dapat tambah-tambah, untuk makan mbak.”- Ibu NFY “ Aku mbiyen buruh momong mbak karo ider panganan. Bapake nggarap sawah, mung yo hasile mung sitik mbak kan ora wekane dhewe, mulo aku nggolek tambah-tambah. Njur aku nggorengi, bapake tak kon mandeg tanine emoh mbak, maksude kan eman awake wis tuwo hasile yo sithik, mung jare bapak nggo hiburan.”- Ibu RDY “ Saya dulu bekerja sebagai buruh asuh anak dan penjual makanan keliling. Suami saya menggarap sawah, tapi hasilnya ya hanya sedikit mbak kan bukan sawah
85
punya sendiri, makanya saya mencari tambahan. Kemudian saya menjalankan usaha keripik, saya minta suami saya untuk berhenti bertani tetapi tidak mau mbak, maksud saya kan sayang badannya sudah tua, apalagi hasilnya sedikit, tapi kata bapak untuk hiburan.”- Ibu RDY
Sebagaimana yang dinyatakan dalam bab profil lokasi penelitian, masyarakat di lokasi penelitian cenderung tidak mengandalkan sektor pertanian on farm untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga karena keterbatasan lahan, kepemilikan lahan, dan air. Hasil penelitian memperkuat hal tersebut dan menambahkan beberapa alasan lain mengapa mereka cenderung tidak mengandalkan sektor pertanian on farm untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga mereka. Pernyataan pemilik usaha keripik dalam penelitian ini mengindikasikan hal tersebut disebabkan karena keterbatasan sumber nafkah yang dimiliki di sektor pertanian, contohnya keterbatasan pada modal manusia dan modal sumberdaya alam. Keterbatasan modal manusia merupakan salah satu alasan mengapa responden tidak mengandalkan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm sebagai aktivitas nafkah utama rumahtangga. Keterbatasan modal manusia dalam hal ini adalah keterbatasan tenaga dan keterampilan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh beberapa pemilik usaha keripik berikut. “ Bapak saya kan sudah sepuh mbak, nggak ada tenaganya, jadi ya nggak tani, kasian bapak tho mbak nek kon kerjo. Yo wis mung leren ning omah.”- Ibu ULT “Bapak saya kan sudah tua mbak, nggak ada tenaganya, jadi ya nggak tani, kasian bapak lah mbak kalau disuruh kerja. Ya sudah, paling hanya istirahat di rumah”Ibu ULT “ Ash enggak mbak, nek mbiyen enom bapak (suami) yo tani. Lha sekarang wis tuwo kok mbak, ngesakke no nek sik kerjo abot.”- Ibu MLH “Ash enggak mbak, kalau dulu ketika masih muda bapak (suami) ya tani. Sekarang kan sudah tua mbak, kasian lah kalau bapak masih disuruh kerja yang berat-berat”Ibu MLH “ Lha nggak bisa mbak, nek tani gitu kan yo bakat. Lha suamiku ndak bakat owk mbak.”- Ibu MSD “ Soalnya nggak bisa mbak, kalau bertani gitu kan bakat. Suamiku saja nggak bakat mbak.”- Ibu MSD “ Lha suamiku rak iso tani mbak”- Ibu NFY “ Soalnya suamiku nggak bisa tani mbak”- Ibu NFY
Selain keterbatasan sumber nafkah berupa modal manusia, alasan lainnya adalah keterbatasan sumber nafkah berupa sumberdaya alam. Hal tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh beberapa pemilik usaha keripik berikut,
86
“ Nggak tani mbak, soale nggak punya sawah mbak, nduwene yo mung sing ditempati ini thok. Nek jadi buruh tani yo hasile ndak nutug owk mbak, jadi ya nggak tani.“- Ibu JRY “Nggak tani mbak, soalnya nggak punya sawah mbak, punyanya ya hanya yang ditinggali ini saja. Kalau jadi buruh tani juga hasilnya nggak sesuai mbak, jadi ya nggak tani.”- Ibu JRY “ Lha di dusun sini aja sawahnya dikit mbak, bukan punya orang sini juga. Bengkok itu tho mbak, sama punya orang Ungaran.”- Ibu MQN “ Ya karena di dusun ini saja sawahnya sedikit mbak, bukan milik orang dusun ini juga. Sawah yang ada di sekitar dusun kebanyakan adalah tanah bengkok dan tanah yang dimiliki orang luar dusun ( Ungaran).”- Ibu MQN
Selain keterbatasan sumber nafkah berupa modal manusia dan modal sumberdaya alam, ketersediaan sumber nafkah untuk melakukan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm maupun sektor non pertanian/non farm juga merupakan salah satu alasan mengapa rumahtangga pemilik usaha keripik tidak mengandalkan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm sebagai aktivitas nafkah utama rumahtangga. Salah satu ketersediaan sumber nafkah tersebut adalah dalam modal sosial, misalnya untuk sektor pertanian off farm, yaitu industri keripik adalah pernyataan beberapa pemilik usaha keripik berikut. “ Adik saya kan buka usaha keripik mbak, saya disuruh bantuin, jadi awalnya saya ikut bikin keripik kalau dia kebanyakan pesanan, bahan bakunya dari dia semua.”Ibu SRH “ Saya dulu bantu ibu saya mbak awalnya, ibu saya kan sering banyak pesenannya. Wong saya nggak keluar modal sama sekali mbak, bahan-bahannya dari ibuk, saya nggorengi.”- Ibu MSD “ Tetangga kan banyak yang bikin keripik mbak. Terus aku takon-takon mbak karo ndelok carane nggae keripik pie. Tak jajal ning omah terus iso owk mbak, yo lanjut sampe sekarang.”- Ibu RWY “Tetangga kan banyak yang membuat keripik mbak.. Kemudian saya tanya-tanya mbak sambil melihat cara pempuatan keripik itu seperti apa. Saya coba di rumah, ternyata bisa mbak, ya lanjut hingga sekarang”- Ibu RWY “ Adekku kan nduwe warung mbak, nek tuku bahan baku ne ning deknen, enak , iso utang sik.”- Ibu MLH “ Adik saya kan punya toko mbak, kalau beli bahan bakunya di dia, enak, bisa berhutang dulu” – Ibu MLH “Dulu kan awalnya nggorengi kripik jualnya ke temen-temene bapak saya mbak, bapak saya kan kyai mbak, banyak tamune.”- Ibu HLM
87
“ Dulu kan awalnya mulai menggoreng keripik saya jual ke teman-teman bapak saya mbak, bapak saya kan kyai mbak, banyak tamunya” – Ibu HLM
Sedangkan ketersediaan sumber nafkah berupa modal sosial yang menjadi alasan rumahtangga pemilik usaha keripik melakukan strategi nafkah berbasis sektor non pertanian, beberapa di antaranya disebutkan oleh beberapa pemilik usaha keripik berikut. “ Lha kan suami saya dulu punya temen tho mbak, terus suami saya dikasih tau nek ada lowongan buat jadi satpam”- Ibu SLB “ Lha kan suami saya dulu punya teman mbak, kemudian suami saya diberi tahu bahwa ada lowongan untuk menjadi satpam”- Ibu SLB
Selain alasan yang terkait dengan ketersediaan sumber nafkah, alasan lain yang menyebabkan rumahtangga pemilik usaha keripik tidak mengandalkan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm sebagai aktivitas nafkah utama rumahtangga adalah hasil dari sektor pertanian on farm tidak banyak, tidak pasti dan tidak dapat langsung diperoleh (harus menunggu panen), seperti pernyataan Ibu JRY dan THM. “ Nek tani nduwe dewe sawahe no yo hasile mending mbak. Nek tani mburuh yo pie ya mbak, wis kesel, hasile mung sithik, yo rak cucuk.”- Ibu JRY “Kalau bertani dengan sawah milik sendiri sih hasilnya masih lumayan mbak. Nah kalau bertaninya jadi buruh tani ya gimana ya mbak, sudah capek, hasilnya hanya sedikit, ya nggak sesuai.”- Ibu JRY “ Lha nek tani hasile rak mesti owk mbak, ngko ujug-ujug puso kan malah ragade entek, padahal sawahe yo paro paro hasile, nek ngono malah rugi tho mbak.”- Ibu THM “Lha kalau bertani hasilnya nggak tentu mbak, kalau nanti tiba-tiba –tiba gagal panen kan malah modalnya habis, padahal sawahnya juga bagi hasil sama yang punya. Kalau gitu kan ya malah rugi kan mbak.”- Ibu THM
Struktur Nafkah Rumahtangga Struktur nafkah merupakan suatu konsep yang sangat berhubungan dengan strategi nafkah. Struktur nafkah diperoleh setelah masyarakat melakukan serangkaian strategi nafkah guna mencapai taraf hidup yang diinginkannya. Struktur nafkah dalam penelitian Dharmawan (2001) dikaji melalui proporsi atau komposisi tingkat pendapatan yang diperoleh setiap anggota rumahtangga dalam suatu rumahtangga setelah melakukan strategi nafkah dalam kurun waktu satu tahun guna mencapai taraf hidup yang diinginkannya. Komposisi pendapatan tersebut ditunjukkan melalui persentase tingkat pendapatan baik berupa in cash (uang) maupun in kind (barang). Tingkat pendapatan tersebut diperoleh dari masing-masing aktivitas nafkah (farm dan non farm) yang dilakukan suatu rumahtangga dalam kurun waktu satu tahun dengan satuan rupiah per tahun. Komposisi pendapatan tersebut ditunjukkan melalui persentase tingkat pendapatan yang diperoleh dari masing-masing aktivitas nafkah yang dilakukan suatu rumahtangga
88
dalam kurun waktu satu tahun. Melalui komposisi dan persentase tingkat pendapatan dari masing-masing aktivitas nafkah tersebut dapat dilihat kontribusi masing-masing sektor aktivitas nafkah terhadap struktur nafkah rumahtangga, termasuk tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Data di lapangan menunjukkan bahwa tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor pertanian/farm lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor non pertanian/non farm. Temuan tersebut terdapat pada rumahtangga pemilik usaha keripik bertaraf hidup rendah, sedang maupun tinggi sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 18. Tabel 18 Rata-rata dan persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Taraf Hidup Rumahtangga No.
Sektor
Tinggi (n=8)
Sedang (n=19)
Rata-rata
%
Rata-rata
%
Rendah (n=3) Rata-rata
%
1.
Pertanian
131326250.0
84.1
56992915.8
78.2
16070000.0
56.9
2.
Non Pertanian
24911500.0
15.9
15863789.5
21.8
12160000.0
43.1
156237750.0
100.0
72856705.3
100.0
28230000.0
100.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian dan sektor non pertanian (Rp/tahun)
Total
180000000.0 160000000.0 140000000.0
24911500.0
120000000.0 131326250.0 Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor non pertanian (Rp/tahun)
100000000.0 80000000.0 15863789.5
60000000.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian (Rp/tahun)
56992915.8
40000000.0 20000000.0
12160000.0 16070000.0
0.0 Tinggi
Sedang
Rendah
Taraf hidup rumahtangga pemilik usaha keripik
Gambar 12 Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga Tahun 2012
89
Perbandingan tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga ditunjukkan oleh Gambar 12. Lebih lanjut, perbandingan persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga dapat dilihat pada Gambar 13. r o tk e si r a d n at a p ad n e p ta kg n it e sa tn e sr e P
) % ( n ai n at re p n o n r o tk e s n ad n ai n at re p
100% 90%
15.9
21.8
80%
43.1
70% 60%
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor non pertanian (%)
50% 40%
84.1
78.2
30%
56.9
20%
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian (%)
10% 0% Tinggi
Sedang
Rendah
Taraf hidup rumahtangga pemilik usaha keripik
Gambar 13 Persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 18, Gambar 12, dan Gambar 13 menunjukkan bahwa persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup tinggi, sedang, dan rendah mencapai lebih dari 50 persen. Hal tersebut menunjukkan peranan aktivitas nafkah dari sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga cukup besar pada rumahtangga pemilik usaha keripik bertaraf hidup tinggi, sedang, dan rendah. Lebih lanjut, pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup tinggi, persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga paling besar bila dibandingkan dengan persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian terhadap tingkat pendapatan rumahtangga pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup sedang dan rendah. Rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup tinggi memiliki kemampuan dalam akumulasi aset pertanian on farm maupun mengembangkan usaha keripik sebagai aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm. Berikut adalah pernyataan pemilik usaha keripik terkait dengan hal tersebut. “ Ada mbak kebun, nanti kan setahun panen durian sama kelapa, terus ditebaskan orang”- Ibu MWN “ Ya Alhamdulillah mbak, bisa punya kebun, punya sawah.”- Ibu MQN
90
“ Sekarang saya punya buruh empat mbak, dulu yo awalnya ndak gini, modale saya puter terus nganti dadi koyo saiki mbak.”- Ibu MQR
Hal yang serupa juga ditunjukkan Tabel 19 melalui perbandingan tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan. Tabel 19 Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tingkat Implementasi Industrialisasi Pedesaan No.
Sektor
Tinggi (n=13)
Sedang (n=17)
Rata-rata
%
Rata-rata
%
1.
Farm
104188069.2
85.6
48661205.9
72.8
2.
Non Farm
17591692.3
14.4
18146588.2
27.2
Total
121779761.5
100.0
66807794.1
100.0
Visualisasi perbandingan tingkat pendapatan dan persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15.
ir a d ag g n at h a m u r n at a p a d n e p ta kg n iT
n ai n at r e p n o n r o tk e s n a d n ai n at r e p r o tk se
14000000 12000000
17591692.3
10000000 ) 80000000 n u h at / 60000000 p R ( 40000000
104188069 .2
20000000
18146588.2
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor non pertanian (Rp/tahun)
48661205.9
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian (Rp/tahun)
0 Tinggi
Sedang
Tingkat implementasi industrialisasi pedesaan
Gambar 14
Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012
Persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian (%)
91
100% 90%
14.4
27.2
80% 70% 60% 50% 40%
85.6
72.8
30% 20% 10%
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor non pertanian (%) Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian (%)
0% Tinggi
Sedang
Tingkat implementasi industrialisasi pedesaan
Gambar 15 Persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian dan sektor non pertanian pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 19, Gambar 14, dan Gambar 15 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dari sektor pertanian lebih besar daripada tingkat pendapatan dari sektor non pertanian, baik pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan tinggi maupun sedang. Sama halnya dengan Tabel 18, Gambar 13, dan Gambar 14 sebelumnya, hal tersebut menunjukkan, secara keseluruhan, peranan sektor non pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik tidak cukup signifikan bila dibandingkan dengan peranan sektor pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Lebih lanjut, perbandingan tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga dapat dilihat pada Tabel 20 dan visualisasi dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17. Tabel 20 Rata-rata dan persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Taraf Hidup Rumahtangga No. Sektor
Tinggi (n=8)
Sedang (n=19)
Rendah (n=3)
Rata-rata
%
Rata-rata
%
Rata-rata
%
5.7
2325526.3
4.1
5000000.0
31.1
1.
On farm
7500000.0
2.
Off farm
123826250.0
94.3 54667389.5
95.9
11070000.0
68.9
131326250.0
100.0 72856705.3
100.0
28230000.0
100.0
Total
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm (Rp/tahun)
92
140000000.0 120000000.0 100000000.0 80000000.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian off farm (Rp/tahun)
123826250.0 60000000.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian on farm (Rp/tahun)
40000000.0 54667389.5 20000000.0 11070000.0 0.0 7500000.0 2325526.3 5000000.0 Tinggi
Sedang
Rendah
Taraf hidup rumahtangga pemilik usaha keripik pedesaan
Gambar 16 Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012
Gambar 17 Persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012
93
Tabel 20, Gambar 16 dan Gambar 17 menunjukkan bahwa persentase tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor pertanian off farm lebih tinggi daripada persentase tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor pertanian on farm, baik pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup tinggi, sedang, maupun rendah. Hal tersebut juga ditemukan pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan yang tinggi maupun sedang. Perbandingan tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 21. Lebih lanjut, visualisasi perbandingan dan persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dapat dilihat pada Gambar 18 dan Gambar 19. Tabel 21 Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tingkat Implementasi Industrialisasi Pedesaan No. Sektor
Tinggi (n=13)
Sedang (n=17)
Rata-rata
%
Rata-rata
%
1.
On farm
7030769.2
6.7
1634411.8
3.4
2.
Off farm
97157300.0
93.3
47026794.1
96.6
104188069.2
100.0
48661205.9
100.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm (Rp/tahun)
Total 120000000.0 100000000.0 80000000.0 60000000.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian off farm (Rp/tahun)
97157300.0
40000000.0 47026794.1
20000000.0 0.0
7030769.2
1634411.8
Tinggi
Sedang
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian on farm (Rp/tahun)
Tingkat implementasi industrialisasi pedesaan
Gambar 18 Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012
94
n at a p ad n e p ta kg n it e sa t n e sr e P
n o n ai n at re p ro tk e si ra d ag g n at h a m u r
) 100% % ( 90% m r 80% fa ff o 70% n ai 60% n at re 50% p ro 40% t ke 30% s n a 20% d 10% m ra f 0%
93.3
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian off farm (%)
96.6
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor pertanian on farm (%) 6.7
3.4
Tinggi
Sedang
Tingkat implementasi industrialisasi pedesaan
Gambar 19 Persentase tingkat pendapatan dari sektor pertanian on farm dan sektor pertanian off farm pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 22 Rata-rata dan persentase tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga Tahun 2012 Taraf Hidup Rumahtangga No. Sektor
Tinggi (n=8) Rata-rata
%
Sedang (n=19) Rata-rata
%
Rendah (n=3) Rata-rata
%
1.
Keripik
123826250.0.
79.3 54667389.5
75.0
11070000.0
39.2
2.
Non Keripik
32411500.0
20.7 18189315.8
25.0
17160000.0
60.8
156237750.0 100.0 72856705.3
100.0
28230000.0
100.0
Total
Lebih lanjut, Tabel 22 menunjukkan perbandingan tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga. Visualisasi perbandingan dan persentase tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga tersebut dapat dilihat pada Gambar 20 dan Gambar 21.
95
r o tk e s ir a d ag g n at h a m u r n at a p a d n e p ta kg n iT
180000000.0 ir ts u d n i n o n r o t k e s n a d ki ip r e ki rt s u d in
160000000.0 140000000.0 324 11500.0 ) n u h at / p R ( ik ip r e k
120000000.0 100000000.0
1238 26250.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor non industri keripik (Rp/tahun)
80000000.0 60000000.0
18189315.8
40000000.0
54667389.5
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor industri keripik (Rp/tahun)
20000000.0
17160000.0
0.0
11070000.0 Tinggi
Sedang
Rendah
Taraf hidup rumahtangga pemilik usaha keripik
Gambar 20 Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012
n at a p a d n e p ta kg n it e sa t n e sr e P
ki p ir e k ir ts u d in r o tk e s ir a d ag g n at h a m u r
100% ) % ( ik p ir e k ir ts u d in n o n r o tk e s n a d
90%
20.7
80%
25.0
70%
60.8
60%
Tingkat Pendapatan Rumahtangga dari Sektor Non Industri Keripik (%)
50% 40%
79.3
30%
75.0
20%
39.2
10%
Tingkat Pendapatan Rumahtangga dari Sektor Industri Keripik (%)
0% Tinggi
Sedang
Rendah
Taraf hidup rumahtangga pemilik usaha keripik
Gambar 21 Persentase tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut taraf hidup rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 22, Gambar 20, dan Gambar 21 menunjukkan bahwa pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup tinggi dan sedang, tingkat pendapatan dari sektor industri keripik lebih besar daripada tingkat pendapatan dari sektor non industri keripik. Sedangkan pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup rendah, tingkat
96
pendapatan dari sektor industri keripik lebih kecil daripada tingkat pendapatan dari sektor non industri keripik. Hal tersebut disebabkan pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup rendah, usaha keripik yang dijalankan hanya memperoleh pesanan dalam skala kecil , misalnya pada rumahtangga Ibu NFY. “ Saya nggorengine rak akeh mbak koyo tanggane, mung sithik thok”- Ibu NFY “ Saya menggoreng keripiknya tidak banyak mbak seperti tetangga yang lainnya, hanya sedikit”- Ibu NFY
Tabel 23 Rata-rata dan persentase tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tingkat Implementasi Industrialisasi Pedesaan No.
Sektor
Tinggi (n=13)
Sedang (n=17)
Rata-rata
%
Rata-rata
%
1.
Keripik
97157300.0
79.8
47026794.1
70.4
2.
Non Keripik
24622461.5
20.2
19781000.0
29.6
Total
121779761.5
100.0
66807794.1
100.0
r o tk e s ir a d ag g n at h a m u r n at a p a d n e p ta kg n iT
180000000.0 ir ts u d n i n o n r o t k e s n a d ki ip r e ki rt s u d in
160000000.0 140000000.0 32411500.0 ) n u h at / p R ( ki p ri e k
120000000.0 100000000.0
123826250.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor non industri keripik (Rp/tahun)
80000000.0 60000000.0
18189315.8
40000000.0
54667389.5
20000000.0
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor industri keripik (Rp/tahun)
17160000.0
0.0
11070000.0 Tinggi
Sedang
Rendah
Taraf hidup rumahtangga pemilik usaha keripik
Gambar 22 Rata-rata tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012
97
Persentase tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik (%)
Tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan disajikan dalam Tabel 23. Visualisasi tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga responden menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dapat dilihat pada Gambar 22. Sedangkan visualisasi persentase tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga responden menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dapat dilihat pada Gambar 23. 100% 90%
20.2
80%
29.6
70% 60% 50% 40%
79.8
30%
70.4
20% 10%
Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor non industri keripik (%) Tingkat pendapatan rumahtangga dari sektor industri keripik (%)
0% Tinggi
Sedang
Tingkat implementasi industrialisasi pedesaan
Gambar 23 Persentase tingkat pendapatan dari sektor industri keripik dan sektor non industri keripik pada rumahtangga pemilik usaha keripik menurut implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 23, Gambar 22 dan Gambar 23 menunjukkan bahwa pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan tinggi maupun sedang, tingkat pendapatan dari sektor industri keripik lebih besar daripada tingkat pendapatan dari sektor non industri keripik. Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik lebih besar bila dibandingkan dengan peranan sektor non industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan. “ Halah nek dari bojoku ki netesing mbun mbak, wong ngecati montor kan rung mesti akeh mbak sewulan. Nek nggo mangan ki yo seko keripik iki mbak, mung yo disyukuri”- Ibu NFY “ Aduh mbak, kalau dari suami saya itu seperti tetes embun mbak, kan hanya mengecat mobil kan belum tentu banyak mbak dalam sebulan. Untuk makan ya dari keripik ini mbak, tapi ya tetap disyukuri”- Ibu NFY
98
Peranan sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik dapat dilihat melalui tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga. Tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik dapat dilihat pada Tabel 24 sedangkan persentase tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik dapat dilihat pada Gambar 24. Tabel 24 Jumlah dan persentase rumahtangga pemilik usaha keripik berdasarkan tingkat kontribusi industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tingkat Kontribusi Industri Keripik terhadap Struktur Nafkah Rumahtangga
∑
%
1.
Tinggi
12
40.7
2.
Sedang
10
33.3
3.
Rendah
8
26.7
30
100.0
No
Total
Gambar 24 Persentase rumahtangga pemilik usaha keripik berdasarkan tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012 Tabel 24 dan Gambar 24 menunjukkan bahwa tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik secara umum berada pada tingkatan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum, struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik memperoleh kontribusi yang signifikan dari sektor industri keripik yang dijalankan, misalnya pada rumahtangga Ibu MLH. “ Yo banyak dapet dari keripik mbak, nek dari bapake yo mung disyukuri mbak. Nek ra disyukuri yo ngko rak kajen wong lanang.”- Ibu MLH
99
“ Ya lebih banyak dapat dari keripik mbak, kalau dari bapak (suami) ya cuma disyukuri lah mbak. Kalau tidak disyukuri ya kasihan suami merasa tidak dihargai.”- Ibu MLH
Implementasi Industrialisasi Pedesaan dan Kontribusi Sektor Industri Keripik Terhadap Struktur Nafkah Rumahtangga Hubungan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dan tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik dalam penelitian ini dilihat melalui hasil pengolahan data melalui tabel silang yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 25. Lebih lanjut, peneliti melakukan uji korelasi tingkat implementasi pedesaan dan tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan software SPSS 16.0 for Windows. Hasil uji korelasi dengan nilai alfa 0.15 tersebut dapat dilihat hasilnya pada Lampiran 8. Tabel 25 Jumlah dan persentase rumahtangga pemilik usaha keripik berdasarkan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dan tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga di RW 07 Dusun Karangbolo Tahun 2012
No.
Tingkat Implementasi Industrialisasi Pedesaan
Tingkat Kontribusi Sektor Industri Keripik Terhadap Struktur Nafkah Rumahtangga Tinggi
Sedang
Rendah
Total
Σ
%
Σ
%
Σ
%
Σ
%
1.
Tinggi
8
66.7
4
40.0
1
12.5
13
43.3
2.
Sedang
4
33.3
6
60.0
7
87.5
17
56.7
3.
Rendah
0
0.0
0
0.0
0
0
0
0.0
Total
12
100.0
10
100.0
8
100.0
30
100.0
Tabel 25 memperlihatkan hubungan seperti pada hipotesis penelitian, yaitu semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan maka semakin tinggi tingkat kontribusi industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga. Pada tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga yang tinggi, terdapat 66.7 persen responden dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan yang tinggi, 33.3 persen responden dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan yang sedang, dan 0.0 persen responden dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan yang rendah. Dengan kata lain, terlihat adanya hubungan semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan, semakin tinggi taraf hidup rumahtangga pemilik usaha keripik. Hubungan tersebut juga diperkuat oleh hasil uji korelasi Rank Spearman yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Tingkat implementasi industrialisasi pedesaan dan tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik berkorelasi dan signifikan. Nilai koefisien korelasi Spearman yang diperoleh untuk
100
kedua variabel tersebut sebesar 0.439 dengan nilai signifikansi sebesar 0.015. Oleh karena nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada nilai alfa (0.15), hipotesis penelitian diterima, dengan kata lain semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan maka semakin tinggi tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan maka semakin tinggi tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik.. Aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm pun tidak menjadi aktivitas nafkah yang dapat benar-benar diandalkan rumahtangga. Oleh karena itu, langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh pembuat kebijakan secara sinergis dengan rumahtangga pemilik usaha keripik pedesaan maupun masyarakat Dusun Karangbolo dan Desa Lerep pada khususnya adalah mendukung agar tingkat implementasi industrialisasi pedesaan semakin baik di RW 07 Dusun Karangbolo sekaligus mengembangkan sektor pertanian on farm yang mendukung implementasi industrialisasi pedesaan. Secara lebih lanjut, langkah-langkah tersebut telah diuraikan pada bab “Tingkat Implementasi Industrialisasi Pedesaan” sebelumnya. Ikhtisar Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas strategi nafkah yang dilakukan rumahtangga pemilik usaha keripik adalah strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor non pertanian/non farm dan sektor pertanian/farm) dan sisanya melakukan strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian/ farm. Aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga pemilik usaha keripik dengan strategi nafkah berbasis sektor pertanian off farm maupun on farm dan off farm. Aktivitas nafkah berbasis sektor sektor pertanian off farm tersebut adalah menjalankan usaha keripik sedangkan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm yang dilakukan bersama dengan aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian off farm adalah mengerjakan sawah pribadi dan mengerjakan sawah orang lain (menjadi tenaga penggarap/menyewa sawah). Lebih lanjut, aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga pemilik usaha keripik dengan strategi nafkah ganda (berbasis sektor pertanian dan non pertanian) terdiri dari aktivitas nafkah pada sektor pertanian (off farm; on farm dan off farm)dan non pertanian. Aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm yang dilakukan rumahtangga pemilik usaha keripik adalah mengerjakan sawah pribadi, mengerjakan sawah orang lain (menjadi tenaga penggarap/menyewa sawah), mengerjakan sawah pribadi dengan menggunakan tenaga penggarap (bagi hasil), mengerjakan kebun, beternak. Di sisi lain, aktivitas nafkah pada sektor non pertanian tersebut adalah jasa transportasi, tenaga serabutan, pegawai pemerintahan, pegawai swasta, wiraswasta dalam bidang jasa, wiraswasta dalam bidang non jasa, dan tenaga pendidikan. Secara umum, aktivitas nafkah yang terkait dengan bidang domestik, seperti buruh asuh anak dan usaha keripik dijalankan oleh istri dan anggota rumahtangga berjenis kelamin wanita. Aktivitas nafkah berupa menjalankan usaha keripik cenderung dijalankan oleh istri meskipun tak jarang rumahtangga yang memanfaatkan anggota rumahtangga lainnya untuk membantu menjalankan aktivitas nafkah tersebut. Selain itu, pada sebagian rumahtangga pemilik usaha keripik, aktivitas nafkah berupa usaha keripik dibantu oleh buruh yang dapat merupakan kerabat ataupun tetangga. Di sisi lain, aktivitas nafkah yang terkait dengan sektor pertanian on farm, pegawai pemerintahan, dan tenaga serabutan, cenderung dilakukan oleh anggota rumahtangga yang berjenis kelamin laki-laki meskipun ada juga wanita yang menjalankan aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm tersebut,
101
misalnya pada rumahtangga yang suaminya sudah meninggal dan tidak memiliki anggota rumahtangga lain yang berjenis kelamin laki-laki. Lebih lanjut, aktivitas nafkah sebagai buruh pabrik dijalankan baik oleh anggota rumahtangga berjenis kelamin laki-laki maupun wanita. Dengan adanya implementasi industrialisasi pedesaan di RW 07 Dusun Karangbolo, terdapat keragaman strategi nafkah pada rumahtangga pemilik usaha keripik. Implementasi industrialisasi pedesaan di lokasi penelitian cukup berperan dalam menciptakan keragaman strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik di lokasi tersebut. Dengan implementasi industrialisasi pedesaan, rumahtangga pemilik usaha keripik dapat memperoleh sumber nafkah baru dan menjalankan aktivitas nafkah di sektor pertanian off farm, yaitu industri keripik. Lebih lanjut, mayoritas rumahtangga pemilik usaha keripik (80%) melakukan strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor pertanian/farm (on farm/off farm/on farm dan off farm) dan non pertanian/non farm). Selain itu, terdapat kecenderungan bahwa sektor pertanian on farm tidak menjadi basis utama aktivitas nafkah pada strategi nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Pada strategi nafkah rumahtangga berbasis sektor pertanian dan strategi nafkah rumahtangga ganda (berbasis sektor non pertanian/non farm dan sektor pertanian/farm) yang dijalankan rumahtangga pemilik usaha keripik pun aktivitas nafkah pada sektor pertanian on farm tidak menjadi aktivitas nafkah utama yang dijalankan rumahtangga. Terkait dengan struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik, tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor pertanian lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor non pertanian. Temuan tersebut terdapat pada rumahtangga pemilik usaha keripik bertaraf hidup rendah, sedang maupun tinggi. Selain itu, tingkat pendapatan dari sektor pertanian lebih besar daripada tingkat pendapatan dari sektor non pertanian, baik pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan tinggi maupun sedang. Hal tersebut menunjukkan secara keseluruhan, peranan sektor non pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik tidak cukup signifikan bila dibandingkan dengan peranan sektor pertanian terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Lebih lanjut, tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor pertanian off farm lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat pendapatan rumahtangga pemilik usaha keripik dari sektor pertanian on farm, baik pada rumahtanga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup tinggi, sedang, dan rendah maupun pada rumahtanga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan tinggi dan sedang. Hal tersebut menunjukkan secara keseluruhan, peranan sektor pertanian on farm terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik tidak cukup signifikan bila dibandingkan dengan peranan sektor pertanian off farm terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik Pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup tinggi dan sedang, tingkat pendapatan dari sektor industri keripik lebih besar daripada tingkat pendapatan dari sektor non industri keripik. Di sisi lain, pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan taraf hidup rendah, tingkat pendapatan dari sektor industri keripik lebih kecil daripada tingkat pendapatan dari sektor non industri keripik. Lebih lanjut, pada rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan tinggi maupun sedang, tingkat pendapatan dari sektor industri keripik lebih besar daripada tingkat pendapatan dari sektor non industri keripik. Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik lebih besar bila
102
dibandingkan dengan peranan sektor non industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik menurut tingkat implementasi industrialisasi pedesaan. Melalui struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik dapat dilihat pula tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik secara umum berada pada tingkatan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum, struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik memperoleh kontribusi yang signifikan dari sektor industri keripik yang dijalankan. Hasil tabulasi silang menunjukkan hubungan seperti pada hipotesis penelitian, yaitu semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan maka semakin tinggi tingkat kontribusi industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga. Pada tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga yang tinggi, terdapat 66.7 persen rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan yang tinggi, 33.3 persen rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan yang sedang, dan 0.0 persen rumahtangga pemilik usaha keripik dengan tingkat implementasi industrialisasi pedesaan yang rendah. Dengan kata lain terlihat adanya hubungan semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan maka semakin tinggi kontribusi industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga. Hal tersebut diperkuat dengan hasil uji korelasi Rank Spearman. Nilai koefisien korelasi Spearman yang diperoleh untuk kedua variabel tersebut sebesar 0.439 dengan nilai signifikansi sebesar 0.015. Oleh karena nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada nilai alfa (0.15), hipotesis penelitian diterima, dengan kata lain semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan maka semakin tinggi tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Semakin tinggi tingkat implementasi industrialisasi pedesaan maka semakin tinggi tingkat kontribusi sektor industri keripik terhadap struktur nafkah rumahtangga pemilik usaha keripik. Aktivitas nafkah berbasis sektor pertanian on farm pun tidak menjadi aktivitas nafkah yang dapat benar-benar diandalkan rumahtangga. Oleh karena itu, langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh pembuat kebijakan secara sinergis dengan rumahtangga pemilik usaha keripik pedesaan maupun masyarakat Dusun Karangbolo, dan Desa Lerep pada khususnya adalah mendukung agar tingkat implementasi industrialisasi pedesaan semakin baik di RW 07 Dusun Karangbolo sekaligus mengembangkan sektor pertanian on farm yang mendukung implementasi industrialisasi pedesaan. Secara lebih lanjut, langkah-langkah tersebut telah diuraikan pada bab “Tingkat Implementasi Industrialisasi Pedesaan” sebelumnya.