STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Novi Maryam Lempao NIM : 222008011
Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2014 E-mail :
[email protected]
1
STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali
Oleh :
Novi Maryam Lempao NIM : 222008011
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Fakultas : Ekonomika dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi
Disetujui oleh :
Marthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D Pembimbing
Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2014 2
ABSTRACT Household living in remote villages have limited access to fullfill their advanced needs. The household have limitations in cash. Therefore they need a livelihood strategies by utilizing the resources available in the village to survive from poverty or normal conditions to improve household prosperity . The purpose of this study was to analyze the utilization of resources used as a source of household income, description of selected livelihood startegies and the basic that motivated the choice. Data collection was carried out in June to July 2012 in the village of Lembobaru , Morowali regency, Central Sulawesi Province. Eight peasant household selected as informants. The data were analyzed using descriptive qualitative analysis with additional primary data and secondary data such as population size and the village potential. The results showed that peasant household are both producers and consumers. They manage natural resources available in the village to earn income to survive. Moreover they use social capital by maintained strong relationship between each household in the village. It help minimize the risks and overcome the economic problem. This is the selected livelihood strategies run by the people in Lembobaru. Keywords : Livelihood Strategies , natural resource management , social capital , Peasant household ABSTRAK Kehidupan rumahtangga yang tinggal di desa terpencil memiliki keterbatasan dalam mengakses pemenuhan kebutuhan yang lebih maju. Keterbatasan in cash yang dimiliki rumahtangga menuntut rumahtangga untuk mengelola strategi nafkah dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia di desa untuk tetap bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan kesejatheraan rumahtangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang digunakan sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, dan gambaran pilihan strategi nafkah serta dasar yang melatar belakangi pilihan strategi nafkah rumahtangga tersebut. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2012 di Desa Lembobaru, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah. Delapan rumahtangga petani dipilih sebagai informan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif dengan menggunakan data primer dan tambahan data sekunder seperti jumlah penduduk dan potensi desa. Hasil penelitian menunjukan bahwa rumahtangga petani merupakan produsen sekaligus konsumen, mengelolah sumberdaya alam yang tersedia di desa untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Selain itu modal sosial yang membentuk ikatan-ikatan sosial yang kuat dan tetap dijaga antar penduduk untuk membangun sarana komunitas yang berguna untuk meminimalkan resiko-resiko yang terjadi di desa serta membantu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi rumahtangga, menjadi pilihan strategi nafkah yang dijalankan oleh penduduk desa Lembobaru. Kata Kunci : Strategi Nafkah, Pengelolaan sumberdaya alam, Modal sosial, Rumahtangga petani 3
I.
PENDAHULUAN
Rumahtangga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar didalamnya. Dalam arti lain keadaan ekonomi rumahtangga mencakup produksi dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup berkaitan erat dengan keadaan ekonomi lingkungan serta komunitas tempat ia berada saat ini (Bryant, 2006). Setiap anggota rumahtangga memiliki fungsi masing-masing yang saling berkaitan untuk dapat mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan dalam rumahtangga. Bagi rumahtangga yang tinggal di desa terpencil, kebutuhan hidup mereka baik jumlah maupun macamnya relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat modern yang tinggal di kota. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasana untuk menghasilkan barang barang dan jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan mereka sangat kecil, sehingga banyak kebutuhan mereka yang tidak dapat terpenuhi. Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan rumahtangga, maka dengan sadar atau tidak rumahtangga harus membuat pilihan, mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat sebesar-besarnya dengan penggunaan alat pemuas kebutuhan tertentu, atau memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan pengorbanan paling kecil di antara pilihan-pilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu (Bayu,2012). Kehidupan di desa secara umum dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan serta mencari hasil hutan sebagai sumber pendapatan utama yang memiliki kecenderungan sikap yang bergantung pada sumberdaya alam. Petani di desa terpencil sebagai produsen sekaligus konsumen terhadap hasil-hasil pertanian dihadapkan dengan banyak tekanan dalam ekonomi rumahtangganya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan musim, keterbatasan sumberdaya manusia, modal, akses terhadap teknologi yang lebih maju dan dukungan sarana dan prasarana seperti infrastruktur yang masih terbatas, mengakibatkan pemasaran, pengolahan, serta pengangkutan hasil-hasil pertanian belum memadai membuat petani sebagai produsen belum dapat memaksimalkan potensi yang ada. Salah satu pendekatan dalam memahami kehidupan ekonomi rumahtangga di pedesaan adalah dengan menggunakan strategi nafkah (livelihood strategies). Pendekatan ini tidak hanya berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih memahami bagaimana kehidupan rumahtangga, apa prioritas hidup mereka dan apa yang dapat membantu mereka sehingga dapat bertahan hidup. Kerentanan terhadap fluktuasi harga serta cuaca atau iklim yang tidak menentu, membuat rumahtangga petani mengelola struktur nafkah sehingga mampu meminimalkan resiko. Studi tentang strategi nafkah ini dilakukan untuk lebih memahami pilihan strategi yang dilakukan yang diambil oleh rumahtangga sebagai hubungan antara akses sumberdaya, dan aktivitas yang dipengaruhi oleh sistem ekologi dan sistem sosial kemasyarakatan. Sumberdaya yang dimiliki atau yang dapat diakses oleh rumahtangga digunakan untuk 4
bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi rumahtangga (Ashley dan Carney ; Ellis, 2000). Penelitian sebelumnya mengenai strategi nafkah yang dilakukan Purnomo (2006) menunjukan bahwa strategi nafkah dikelompokan menjadi dua kelompok, strategi nafkah berbasis modal alami dan strategi nafkah berbasis bukan modal alami. Rumahtangga memiliki pilihan sendiri mengenai modal alami, pendapatan in cash dari modal alami yang ada di desa tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga sehingga harus memanfaatkan modal sosial serta bermigrasi keluar desa agar memiliki pendapatan tambahan. Penelitian lain dilakukan oleh widodo (2010) mengimplikasikan bahwa petani di pedesaan mengalami mixed ethic, pada satu sisi berorientasi pada etika sosial-kolektif dan pada sisi lain harus berorientasi pada keuntungan material. Kedua etika tersebut “dimainkan” oleh rumahtangga petani sebagai upaya untuk membangun sistem nafkah berkelanjutan. Sementara Grootaert (1999) menunjukan bahwa perekonomian pada tingkat individu atau kelompok tidak hanya sepenuhnya dijelaskan oleh pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun peran “modal sosial” sangat mempengaruhi untuk mencapai kesejahteraan, dalam konteks mikro, Modal sosial mengacu pada hubungan dan norma-norma yang mengatur interaksi antara rumahtangga dan komunitas yang ada. Desa Lembobaru merupakan salah satu desa terpencil di kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah yang menjadikan pertanian sebagai sumber nafkah rumahtangga, 86% masyarakat di desa Lembobaru bekerja sebagai petani. Letak desa Lembobaru adalah di sekitar hutan, Pada kasus pertanian di Desa Lembobaru, sebagian besar petani pernah melakukan kegiatan berkebun, mengolah sawah, perkebunan karet rakyat, kakao, kopi, dan pencari hasil hutan. Namun saat ini mayoritas penduduk desa mengganti lahan perkebunan kopi dan kakao dengan perkebunan karet 1. Sulitnya akses terhadap pemasaran hasil produksi pertanian mengakibatkan rendahnya in cash yang dimiliki rumahtangga, sehingga masyarakat mengandalkan hasil sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu hubungan sosial kemasyarakatan membantu rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan hidup. Penelitian ini difokuskan pada pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Bagaimana dan apa saja yang mempengaruhi terbentuknya strategi nafkah rumahtangga, merupakan pertanyaan yang mendasari penelitian ini. Strategi nafkah yang dimaksudkan menunjuk pada aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang digunakan untuk tujuan bertahan hidup atau peningkatan status ekonomi. Dalam hal ini keputusan dan tindakan rumahtangga melakukan pilihan strategi nafkah ditentukan oleh rasionalitas dan keyakinan rumahtangga yang bersangkutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang digunakan sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, serta menggambarkan pilihan strategi nafkah
1
Perkebunan karet dijadikan sumber pendapatan utama bagi masyarakat desa Lembobaru karena tamanam karet merupakan komoditas yang dianggap masyarakat setempat mampu untuk meningkatkan pendapatan (sumber utama mendapatkan uang cash) dan tidak memerlukan perawatan yang sulit.
5
yang dilakukan oleh rumahtangga petani dan dasar yang melatar belakangi pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru. II.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Desa Lembobaru Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi penelitian ini secara sengaja karena desa Lembobaru merupakan salah satu desa yang masyarakatnya notabene bermata pencaharian sebagai petani serta letak desa yang terpencil berada jauh dari akses-akses ekonomi/sosial seperti pasar, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dll. Kondisi jalan yang rusak juga menjadi salah satu yang menghambat masyarakat desa untuk berinteraksi dengan orang-orang diluar desa. Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti memilih dua tipe rumahtangga dalam penelitian ini, yaitu: (1) Rumahtangga yang pekerjaan utamanya sebagai petani, (2) Rumahtangga yang menjadikan pertanian sebagai pekerjaan tambahan. Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Juni sampai 25 Juli 2012, pemilihan waktu penelitian dilakukan dengan alasan memanfaatkan waktu liburan semester. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena sesuai dengan permasalahan yang menuntut gambaran realitas ekonomi-sosial. Informasi yang didapatkan melalui wawancara mendalam dan pengamatan berpartisipasi dengan para informan selama penelitian dilakukan. Wawancara dilakukan dengan acuan beberapa pertanyaan lapangan yang telah disusun agar informasi yang didapatkan dapat menjawab masalah penelitian. Dalam mencari informasi tidaklah terlalu sulit buat peneliti, karena Desa Lembobaru adalah kampung halaman orang tua peneliti, sehingga mayoritas penduduk desa Lembobaru masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan peneliti, selain itu penduduk desa Lembobaru juga memiliki sifat yang ramah terhadap orang baru yang berkunjung ke desa mereka. Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, delapan rumahtangga petani yang dijadikan sebagai rumahtangga kasus. Pemilihan delapan rumahtangga kasus didasari oleh perbedaan karakter nafkah rumahtangga, akses sumber nafkah, dan aktivitas nafkah anggota rumahtangga. Delapan rumahtangga kasus sebagai informan sudah dianggap cukup untuk mewakili rumahtangga yang lain dalam karena tipe dan aktivitas rumahtangga memiliki kesamaan. Pemilihan rumahtangga kasus dilakukan berdasarkan wawancara dan pengamatan saat berada di Desa Lembobaru. Namun untuk mendapatkan informasi yang sangat kompleks peneliti juga menemui masalah yang dihadapi ketika mengumpulkan data, yaitu beberapa informan memiliki gengsi yang tinggi sehingga malu ketika ditanyai tentang pendapatan dan masalah- masalah ekonomi yang dihadapi. Pemecahan masalah dalam menghadapi informan seperti ini yang dilakukan peneliti yaitu sebelumnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada pemerintah desa khususnya kepala desa setempat dan kemudian kepala desa yang menjelaskan terlebih dahulu kepada rumahtangga yang telah dipilih sebagai informan, sehingga peneliti lebih mudah masuk dan mendekati informan dengan baik. Peneliti berusaha menyatu dengan anggota rumahtangga agar terjalin keakraban. Contohnya saja rumahtangga Pak Nyong yang suami/istri bekerja sebagai petani, ketika hendak melakukan wawancara, peneliti datang 6
dengan membawa ole-ole (kecenderungan masyarakat desa ditempat penelitian sangat senang ketika ada orang dari kota yang datang bertamu apalagi membawakan sesuatu atau bingkisan) dan meminta ijin untuk menginap di rumah mereka untuk beberapa hari. Saat itulah peneliti mulai membangun relasi dengan rumahtangga agar lebih dekat dan tidak dianggap orang asing, setelah keakraban mulai terjalin peneliti meminta ijin untuk ikut pergi ke perkebunan karet dan kebun, tidak hanya untuk melihat pekerjaan yang mereka lakukan namun ikut terlibat dalam pekerjaan tersebut, sehingga dengan mudah informasi-informasi didapatkan. Begitu seterusnya dilakukan pada informan-informan yang lain bahkan banyak informan yang memberikan informasi yang lengkap tanpa ditanyai dengan menceritakan keadaan rumahtangganya. Dalam penulisan, peneliti membuat matrix tematik analisis dari hasil wawancara atau informasi-informasi untuk memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan hasil wawancara. Deskripsi yang telah dibuat akan digunakan untuk bahan interpretasi dan analisis ekonomi desa serta rumahtangga petani di desa Lembobaru. Dalam penulisan ini, peneliti akan menganalisis bagaimana keadaan ekonomi-sosial masyarakat di pedesaan serta strategi-strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah ekonomi-sosial yang dihadapi. Pertama, peneliti akan mendeskripsikan profil Ekonomi-sosial rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kedua, peneliti akan menganalisis Aktivitas nafkah dan pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, dan kemudian membuat kesimpulan.
III. HASIL DAN ANALISIS PROFIL EKONOMI-SOSIAL DESA LEMBOBARU Lokasi dan Lingkungan Fisik Secara administratif Desa Lembobaru termasuk dalam wilayah Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Desa Lembobaru merupakan salah satu desa yang terletak disekitar hutan produksi dengan kontur tanah datar. Kontur tanah yang datar menyebabkan cukupnya dataran yang dapat digunakan untuk sawah, kebun, perkebunan karet, serta pemukiman penduduk. Sawah, kebun, dan pemukiman berada pada tempattempat yang menyediakan sumber air. Sumber air di Desa Lembobaru berasal dari sungai dan mata air. Sungai dan mata air digunakan sebagai penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari hari penduduk Desa Lembobaru dan untuk pengairan sawah yang berada dekat dengan sungai. Mata air dan sungai hanya dimanfaatkan beberapa penduduk yang tinggal berdekatan dengan sungai dan mata air, sehingga kebanyakan penduduk Desa Lembobaru memiliki sumur galian disekitar rumah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jenis tanah di Desa Lembobaru adalah tanah merah dan masih sangat subur untuk dijadikan lahan pertanian. Kondisi jalan di Desa Lembobaru masih buruk, Jalan masih berupa 7
jalan tanah dan berbatu sehingga pada musim hujan jalan akan berubah menjadi kumpulan lumpur. Sehingga untuk transportasi didalam Desa seperti dari pemukiman ke daerah kebun dan sawah selain berjalan kaki penduduk juga menggunakan roda2 dan sebagian kecil sudah menggunakan sepeda motor. Keterhubungan Dengan Daerah Lain Aktifitas ekonomi penduduk Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan di Desa Beteleme3. Pasar Beteleme merupakan pasar terdekat tempat penduduk menjual atau membeli barang. Di Desa Beteleme ini juga tempat penduduk sekolah dan berobat, hal ini di karenakan di Desa Lembobaru hanya terdapat satu Taman kanak-kanak dan satu Sekolah Dasar sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP/SMA anak-anak disekolahkan di Beteleme. Pelayanan kesehatan yang ada di Desa Lembobaru hanyalah seorang Bidan Desa, sehingga sebagian besar penduduk yang sakit akan dirawat di Beteleme, namun pada kasus tertentu keterbatasan fasilitas kesehatan4 di Beteleme membuat penduduk Desa Lembobaru memilih untuk berobat di Kolonodale 5 walau jarak antara Desa LembobaruKolonodale lebih jauh. Contohnya ibu Nona, yang menderita penyakit Jantung, keluarganya lebih memilih untuk membawa berobat di Kolonodale daripada di Beteleme hal ini disebabkan karena penanganan kesehatan di Beteleme sering terlambat karena terkadang tidak ada dokter serta alat dan obat-obatan untuk penanganan penyakit jantung belum ada 6. Desa Lembobaru berada 6 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Lembo, dan 121 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Morowali. Alat transportasi yang dapat digunakan penduduk Desa Lembobaru untuk pergi ke Desa lain adalah mobil dan sepeda motor bagi yang memiliki kendaraan pribadi. Sementara untuk transportasi umum yaitu dengan menggunakan taksi7 dengan tarif angkutan Rp.3.000,-, taksi yang menjadi alat transportasi yang masuk ke Desa Lembobaru hanya ada pada pukul 06.00 pagi yaitu pada jam berangkat sekolah dan jam 14.00 siang pada jam pulang sekolah. Setelah itu, penduduk Desa Lembobaru yang ingin keluar desa dan tidak memiliki kendaraan sendiri harus menggunakan ojek8 tarif angkutan tergatung jauh-dekatnya tujuan biasanya penduduk memberi seiklasnya sebagai ucapan terima kasih atau mengganti uang bensin. Jalan menuju Desa Lembobaru adalah jalan tanah dan berbatu-batu. Jalan beraspal hanya sampai di Desa Beteleme. Setelah melalui desa Beteleme, kita akan menemui perkebunan karet dan pemukiman penduduk desa Korobonde9. Wilayah pemukiman desa
2
Roda adalah gerobak menggunakan Sapi sebagai penarik beban, sebutan penduduk Desa Lembobaru Desa Beteleme adalah ibukota Kecamatan Lembo 4 Fasilitas Kesehatan di Beteleme terbatas karena hanya berupa Puskesmas dan harus memfasilitasi 10 Desa yang ada di Kecamatan Lembo 5 Rumah Sakit terdekat dari Desa Lembobaru terdapat di Daerah Kolonedale berjarak ±120km dari Desa Lembobaru. 6 Wawancara Ibu Nona, 2012 7 Taksi adalah sebutan masyarakat untuk mobil sejenis angkot 8 Ojek di desa Lembobaru adalah penduduk Desa yang memiliki sepeda motor dan memiliki waktu untuk mengantar. 9 Desa transmigran dari pulau jawa. 3
8
Lembobaru berbatasan langsung dengan wilayah pemukiman desa Korobonde, perjalanan ditempuh ± 20menit tergantung kondisi jalan10. Kondisi Pemukiman Kepadatan Penduduk Desa Lembobaru belum mengenal pembagian-pembagian wilayah atau dusun. Desa Lembobaru ditinggali 64 rumahtangga. Dengan jumlah penduduk Desa Lembobaru 271 jiwa yang terdiri dari 136 laki-laki dan 135 perempuan pada tahun 201211. Pemukiman di Desa Lembobaru dibangun di tanah landai yang cukup luas. Kondisi tanah yang datar menyediakan lahan pemukiman yang masih luas. Masih luasnya lahan pemukiman di Desa Lembobaru menyebabkan rumah-rumah di Desa Lembobaru tidak selalu berdekatan. Rumah masih dengan halaman yang cukup luas sehingga hampir disetiap halaman rumah terlihat banyak kebun-kebun kecil12 yang dibuat penduduk di Desa Lembobaru. Pemukiman di Desa Lembobaru tersusun dengan pola yang tetap. Rumah selalu menghadap ke jalan utama atau ke arah gang-gang dalam wilayah pemukiman. Bagian belakang rumah atau bagian dapur akan diberi pintu untuk berhubungan dengan tetangga yang berada dibelakang atau disebelah rumah. Percakapan antar dapur menjadi pemandangan yang biasa diwaktu memasak atau mencuci pakaian13. Kebiasaan merantau tidak banyak mempengaruhi penambahan bangunan rumah di Desa Lembobaru. Meskipun ada beberapa penduduk yang merantau dan memilih tinggal diperantauan, namun banyak yang tetap membangun rumah di Desa Lembobaru. Beberapa penduduk yang merantau akan kembali dengan membawa suami atau istri dari tempat merantau. Fasilitas dalam Rumah Hampir semua lantai rumah di Desa Lembobaru masih berupa semen kasar. Desa Lembobaru tidak pernah mendapatkan bantuan untuk pembagunan rumah/lantai dari pemerintah, sehingga keadaan rumah bergantung pada ekonomi masing-masing rumahtangga. Beberapa rumah tangga sudah menggunakan lantai keramik namun masih ada juga rumah yang berlantai tanah. Setiap rumah dilengkapi dengan kamar mandi. Bentuk kamar mandi setiap rumahtangga beragam, mulai dari yang permanen, ditembok dan menggunakan keramik sampai dengan kamar mandi sederhana, yang hanya diberi dinding kayu atau terpal yang dapat dilihat dari luar. Letak kamar mandipun beragam ada yang berada didalam rumah 10
Ketika musim hujan kondisi jalan akan berlumpur dan akan menambah waktu tempuh. Data dari data Kependudukan tahunan Desa Lembobaru , 2012. 12 Pekarangan yang luas dimanfaatkan penduduk desa untuk menanam tanaman seperti singkong, dan buahbuahan musiman, bahkan ada juga penduduk yang menanam pohon karet di pekarangan. 13 Waktu memasak adalah waktu-waktu dimana ibu rumah tangga memasak nasi dan mempersiapkan laukpauk untuk makanan sehari-hari atau untuk bekal ke Kebun/sawah. Sementara disela-sela memasak ibu rumahtangga biasanya memanfaatkan waktu untuk mencuci pakaian disumur. Memasak dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 04.00 atau 05.00 dan sore hari dimulai pukul 15.00 atau 16.00. 11
9
namun lebih banyak yang dibangun sekedarnya dibelakang rumah, biasanya terletak beberapa meter dari sumur galian. Kamar mandi di rumah di dukung dengan sarana air bersih buatan masing-masing rumahtangga. Sarana air bersih yang digunakan penduduk Desa Lembobaru berupa sumur galian namun ada beberapa rumahtangga yang yang tidak memiliki sumur masih menggunakan air pancoran14. Sebagian besar rumah berdiding kayu. Hanya ada beberapa rumah yang berdinding tembok. Dinding kayu terbuat dari kayu nangka, mahoni, atau kayu hasil penebangan dari hutan. Tidak ada rumah yang terbuat dari kayu jati. Kayu-kayu yang dipakai penduduk untuk membangun rumah biasanya adalah kayu-kayu yang di ambil dari 15 pembongkaran/penebangan hutan . Penggunaan kayu-kayu sederhana sebagai dinding rumah menyebabkan dinding rumah di Desa Lembobaru lebih cepat rusak oleh rayap. Sebagian besar penduduk Desa Lembobaru masih menggunakan tungku sebagai sarana memasak. Disamping itu kompor minyak hampir selalu dimiliki selain tungku. Kompor minyak biasanya digunakan untuk rumahtangga yang tidak lagi memiliki sarana untuk mencari kayu bakar. Penggunaan tungku lebih disukai karena murah dan rasa makanan yang dimasak menggunakan tungku dianggap lebih enak. Listrik telah ada hampir di semua rumah. Listrik ada yang memasang langsung dan ada yang menyambung dari tetangga. Setiap rumah rata-rata memasang listrik 450 watt. Listrik digunakan untuk penerangan, TV serta alat elektronik lainnya, setrika, dan kulkas yang digunakan untuk membuat es untuk dijual atau untuk keperluan rumahtangga. Lampu listik digunakan untuk penerangan didalam rumah atau teras rumah. Selain itu lampu listrik juga digunakan untuk penerangan jalan di desa. TV telah menjadi barang elektronik yang paling diinginkan ada didalam rumah, namun hanya ada beberapa rumah yang memiliki TV. Rumahtangga yang tidak memiliki TV akan menonton TV pada tetangga. Contohnya saja ibu Ele, setiap malam sehabis makan malam sekitar jam 19.00 - 22.00 bersama kedua anaknya akan meluangkan waktu untuk pergi ke rumah tetangga hanya untuk sekedar menonton TV16. Bagi rumahtangga yang memiliki TV dengan senang hati menerima tamu yang datang untuk menonton. Contohnya saja Pak San, setiap malam rumahnya akan dipenuhi sekitar lima sampai tujuh keluarga biasanya lebih didominasi oleh ibu-ibu dan anak-anak yang dantang untuk menonton17. Tape recorder merupakan elektronik berikutnya yang ada di rumah penduduk Desa Lembobaru. Tape recorder lebih disukai oleh bapak-bapak dan anak-anak muda. Penduduk yang berusia 50 tahun ke atas lebih senang mendengarkan radio dengan model lama.
14
Sebutan penduduk desa untuk Sumber mata air yang ada didalam Desa, biasanya digunakan penduduk untuk mandi, mencuci pakaian dan untuk kebutuhan didalam rumah. 15 Penduduk sering menebang pohon dihutan untuk dibuat papan sebagai bahan bangunan rumah. 16 Wawancara dengan ibu Ele, 2012. 17 Wawancara dengan Pak San, 2012.
10
Beberapa rumah telah mengganti kursi kayu lama dengan “kursi sudut”18. Namun sebagian besar rumah dilengkapi dengan kursi kayu dan kursi plastik yang merupakan model kursi standar yang ada di rumah di Desa Lembobaru. Ranjang yang digunakan masih berupa ranjang kayu dengan karus yang diisi kapuk. Hanya ada beberapa keluarga yang telah menggunakan “spring bed”. Fasilitas didalam rumah penduduk Desa Lembobaru berasal dari usaha pemilik rumah. fasilitas diperoleh dari pendapatan rumahtangga. Fasilitas didalam rumah menunjukan kemampuan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan lebih dari konsumsi. Penduduk Desa Lembobaru Struktur Demografi Penduduk Desa Lembobaru Gambar 1. Peningkatan Jumlah Penduduk di Desa Lembobaru 300 250
271 223
200 150 100 50 0 2007
Tahun 2012
Sumber : Data Kependudukan Desa Lembobaru 2007 dan 2012
Peningkatan jumlah penduduk di Desa Lembobaru selama lima tahun terakhir 20072012 sebesar 3,9% per tahun. Kelahiran anak di Desa Lembobaru kecil, ada kecenderungan untuk membatasi jumlah anak. Setiap rumahtangga memiliki anak tidak lebih dari empat orang. Pengurangan jumlah kelahiran ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi tekanan biaya pemeliharaan anak, biaya sekolah anak, dan mengurangi pengasuhan anak usia balita. Selain kelahiran, mobilitas penduduk keluar desa merupakan faktor yang mempengaruhi struktur demografi Desa Lembobaru. Pergi merantau merupakan alasan utama warga Desa Lembobaru keluar dari desa Lembobaru. Merantau biasanya dilakukan oleh anak-anak muda untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Daerah tujuan perantauan bagi anak-anak yang ingin melanjutkan studi adalah ke kota Palu, Poso atau Tentena di kotakota ini merupakan kota terdekat yang telah memiliki fasilitas pendidikan untuk perguruan 18
Kursi sudut adalah sebutan penduduk untuk kursi jok dengan model melingkar yang tepat untuk disimpan disudut ruangan.
11
tinggi. Pergi merantau akan dilakukan dengan menggunakan rental19. Perantau akan kembali ke Desa Lembobaru setiap enam bulan sekali biasanya dilakukan saat libur semester. Perantau pulang ke Desa Lembobaru untuk berlibur, mengunjungi keluarga, atau untuk merayakan hari-hari besar seperti Padungku 20 dan Natal. Keterpencilan Desa Lembobaru menyebabkan banyak uang yang akan dikeluarkan untuk ongkos. Pilihan untuk pergi keluar desa menunjukan rumahtangga bersedia membayar sejumlah uang untuk tujuan yang akan dicapai. Keperluan administratif dan keperluan perbankan tidak dilakukan oleh setiap orang. Keperluan administratif hanya akan dilakukan oleh penduduk Desa Lembobaru yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah seperti pengurus Desa atau penduduk Desa Lembobaru yang memiliki pekerjaan di luar Desa Lembobaru seperti guru, tenaga kesehatan atau pengurus organisasi desa. Sementara keperluan perbankan hanya dilakukan oleh penduduk Desa Lembobaru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) setiap bulan mereka akan ke Bank Rakyat Indonesia cabang Beteleme untuk mengambil Gaji, atau membayar utang. Mengobati anggota rumahtangga yang sakit dilakukan di Beteleme atau Kolonedale. Jika orang sakit tersebut sampai harus dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit, penduduk lain akan datang menjenguk. Menjenguk dilakukan dengan rombongan kecil dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Pergi keluar desa dengan rombongan juga dilakukan penduduk Desa Lembobaru jika akan menghadiri pesta kawin21 warga Desa Lembobaru yang dilakukan di desa lain, biasanya kunjungan ini dilakukan oleh rombongan besar dengan menggunakan trek22 yang disewakan oleh penyelenggara acara. Sebagian besar kebutuhan konsumsi sehari-hari dipenuhi dengan hasil garapan dan pertukaran langsung di desa. Pembelian kebutuhan sehari-hari yang tidak terdapat didesa atau kebutuhan barang dagangan untuk pedagang serta kebutuhan untuk pertanian sepeti bibit dan pupuk dilakukan penduduk Desa Lembobaru di Beteleme. Namun untuk jenis kebutuhan tertentu seperti ikan, peralatan rumahtangga, dan pakaian biasanya penduduk Desa Lembobaru membelinya pada pedagang keliling yang masuk ke Desa Lembobaru 23. Pemasaran produk banyak dilakukan didalam Desa Lembobaru. Penjualan hasil perkebunan dilakukan melalui tengkulak yang datang mengunjungi perkebunan karet. Penjualan hasil perkebunan karet dilakukan setiap sebulan sekali, penjualan dilakukan serentak oleh semua petani karet karena proses tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru 19
Rental adalah sebutan masyarakat setempat untuk mobil jenis avansa yang digunakan sebagai alat transportasi antar daerah di Sulawesi Tengah. 20 Padungku adalah hari ucapan syukur Penduduk desa setelah panen, padungku dilakukan rutin setiap tahun sekali. 21 Pesta kawin merupakan sebutan masyarakat desa setempat untuk acara pernikahan, sesuai adat yang berlaku di Desa Lembobaru acara pernikahan dilaksanakan dirumah mempelai perempuan, sehingga penduduk laki-laki yang akan menikahi perempuan yang bertempat tinggal di desa lain akan melangsungkan pernikah di luar desa Lembobaru. 22 Trek adalah sebutan penduduk untuk angkutan truk. 23 Wawancara dengan Ibu Ele, 2012
12
hanya sekali dalam sebulan. Harga penjualan hasil karet tergantung pada tengkulak yang masuk ke Desa. Hasil sawah sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh rumahtangga penjualan beras hasil sawah hanya dilakukan pada saat-saat tertentu ketika rumahtangga benar-benar membutuhkan uang, penjualan dilakukan dipenggilingan padi yang ada di desa. Sementara hasil ladang seperti Ubi, singkong, jagung, cabe, pisang serta sayur-sayuran selain dikonsumsi oleh rumahtangga akan dijual pada penduduk lain yang ingin membeli dengan cara menyimpan barang yang akan dijual di depan rumah. Penjualan juga dilakukan dengan memesan contohnya ibu Elin yang memiliki warung Binte24 akan memesan jagung dan pisang pada petani sehingga setiap habis panen petani akan langsung mengantarkan jagung dan pisang ke rumah ibu Elin 25. Penjualan secara langsung ke pasar akan dilakukan jika harga di pasar lebih baik atau barang yang ada terlalu banyak dan tidak dapat dijual di desa. Petani jagung misalnya akan menjual jagung hasil kebunnya pada penduduk desa atau pemesan yang datang ke rumahnya. Ketika hendak ke pasar untuk membeli kebutuhan lain Jagung akan sekalian dibawa untuk dijual ke pasar Beteleme jika hasil dari panen jagung banyak dan tidak ada yang membeli di Desa Lembobaru26. Struktur Sosial Masyarakat Setiap kali ditanyai tentang pelapisan sosial, informan selalu akan menjawab tidak ada perbedaan yang mencolok diantara penduduk Desa Lembobaru, semua warga dianggap ratarata sama. Berdasarkan informasi yang tersirat, ada tiga hal yang menjadi dasar penghargaan dalam masyarakat Desa Lembobaru, (1) penghargaan yang diberikan berdasarkan kepemilikan barang, (2) penghargaan yang diberikan berdasarkan pekerjaan, (3) penghargaan yang diberikan berdasarkan pendidikan formal atau informal yang dimiliki. Warga akan dianggap mampu jika telah mampu mengganti lantai rumah dengan keramik, memiliki perkebunan dan sawah yang luas, memiliki kendaraan bermotor terutama mobil, memiliki rumah yang bagus terutama dilengkapi dengan peralatan elektronik. Kemampuan menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi atau kedudukan dalam lembaga pemerintah dan keagamaan yang ada di Desa akan menempatkan seseorang pada kelas sosial yang lebih tinggi. Tabel 1 menunjukan aset yang dimiliki rumah tangga dan dasar pembentuk stratifikasi dalam masyarakat.
24
Binte adalah makanan rebusan jagung yang telah dikeluarkan dari tongkolnya. Binte dihidangkan didalam mangkok seperti soup yang akan diberikan bumbu sendiri oleh pembelinya sesuai selera masing-masing, penduduk setempat biasa memakannya dengan tambahan pisang goreng. 25 Wawancara dengan ibu Elin, 2012. 26 Wawancara ibu Nona, 2012
13
Tabel 1 Jenis Aset dan Dasar Penghargaan di Masyarakat Aset Status dalam Desa Rumah Kendaraan Tanah Pendidikan formal Pekerjaan Barang elektronik Hewan ternak Perabotan rumah Sumber : Diolah dari data primer, 2012
Dasar penghargaan Jenis, Kedudukan Ukuran, model, bahan pembuat Jenis, jumlah, penggunaan Luas tanah, kelas tanah, jenis tanaman Tingkat pendidikan Jabatan, pendapatan Jenis, ukuran, merk Jenis, jumlah Model, harga
Urutan dalam tabel menunjukan urutan aset yang dapat meningkatkan status sosial dalam masyarakat. Kepemilikan berbagai aset meningkatkan status sosial seseorang. Dua orang yang memiliki aset yang sama tidak selalu ditempatkan pada kelas sosial yang sama. Dasar penghargaan atas pemilikan suatu aset menentukan kelas sosial seseorang. Pak San adalah seorang PNS dan memiliki rumah yang bagus dengan lantai keramik, namun penduduk setempat lebih menempatkan Pak Sinapa pada status sosial yang lebih tinggi karena dia adalah tokoh adat dan majelis jemaat di Gereja padahal pekerjaan sehari-harinya adalah seorang guru SD. Kedudukan seseorang pada lembaga-lembaga penting di desa yang sangat menentukan status sosial seseorang. Rumahtangga Dewan adat, kepala desa, serta Pendeta dan majelis jemaat di Gereja memiliki status sosial yang tinggi di Desa Lembobaru 27. Selanjutnya Pak Nover dianggap kaya karena memiliki 2000 pohon karet dan 5 hektar sawah, namun pak San dianggap lebih kaya dari pak Nover karena memiliki 3 sepeda motor dan rumah yang besar dan menggunakan keramik. Padahal pak Nover merupakan pemilik pohon karet dan sawah paling banyak di Desa Lembobaru. Ini menunjukan penghargaan atas pemilikan sepeda motor dan rumah yang besar dan berlantai keramik lebih besar dari pada penghargaan atas pemilikan tanah28. Pekerjaan yang dimiliki oleh anggota rumahtangga merupakan hal yang dihargai oleh masyarakat Desa Lembobaru. Seseorang yang memiliki pangkat atau kedudukan akan lebih dihargai dari pada seseorang yang tidak memiliki pangkat atau kedudukan. Pekerjaan diluar pertanian dihargai lebih tinggi dari pada pekerjaan mengolah lahan atau bertani. Ini menyebabkan rumahtangga petani berusaha keras menyekolahkan anak-anaknya agar mendapatkan pekerjaan diluar pertanian dengan pangkat dan kedudukan yang lebih baik. Pegawai Negeri masih menjadi pilihan utama. Selain pangkat dan kedudukan hal yang dihargai dari pekerjaan seseorang adalah penghasilan yang diperoleh.
27 28
Wawancara ibu Ele, 2012 Wawancara ibu Nona, 2012
14
Kemampuan menyekolahkan anak-anak dianggap memilki nilai. Sekolah yang dianggap tinggi adalah perguruan tinggi. Hal ini juga yang menjadikan rumahtangga petani berusaha agar anak-anak mereka bisa sekolah sampai perguruan tinggi. Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru Satuan rumahtangga yang dikenal oleh pemerintah Desa Lembobaru adalah Kepala Keluarga (KK). KK adalah orang yang dianggap bertanggungjawab dalam rumahtangga. KK biasanya adalah laki-laki, suami atau ayah pencari nafkah utama. Seorang laki-laki yang telah menikah akan dianggap sebagai KK. KK perempuan hanya dianggap ada jika keluarga tersebut sudah tidak memiliki ayah atau suami karena proses perceraian atau kematian 29. Beberapa KK dapat tinggal dalam satu rumah. Anak laki-laki atau perempuan yang telah menikah dan belum memiliki rumah sendiri akan hidup menumpang di rumah orang tua. Tidak ada aturan khusus mengenai tempat tinggal tempat tinggal anak yang telah menikah ini, pilihan untuk tinggal dengan orang tua laki-laki atau perempuan ditentukan oleh kesediaan pasangan, orang tua, dan kemampuan ekonomi orang tua yang akan ditempati. Beberapa KK yang tinggal dalam satu rumah masih memiliki keterkaitan dalam konsumsi rumahtangga. Bagi KK anak yang belum memiliki pekerjaan dan sumber pendapatan yang tetap, kebutuhan makan, air bersih, penerangan, dan kebutuhan keluarga lailnya akan diperoleh dari KK orang tua. Aliran bantuan seperti ini terjadi pada rumahtangga dengan KK orang tua yang dianggap “baik”, tidak semua pasangan yang baru menikah mendapatkan kesempatan makan ditempat orang tua, beberapa KK yang tinggal bersama KK orang tua harus memasak nasi dan lauk-pauk sendiri30. KK yang tinggal dalam satu rumah melakukan pembagian kerja bersama. Setiap pagi ibu dalam rumahtangga (orang tua) memasak nasi dan lauk pauk untuk seluruh anggota rumahtangga. Anak/menantu perempuan akan membantu mencuci pakaian, membersihkan rumah dan mengasuh anak. Anak/menantu laki-laki akan mengerjakan pekerjaan yang menjadi sumber pendapatan utamanya. Jika belum memiliki pekerjaan tetap anak/menantu laki-laki akan membantu pekerjaan di perkebunan karet atau sawah dan lahan garapan milik orang tua. Pendapatan diatur dalam KK. Pendapatan yang diperoleh suami akan diberikan kepada istri. Pembagian pendapatan antar KK dilakukan juga dalam bentuk pinjaman atau pemberian uang dari KK orang tua atau bantuan untuk pembuatan rumah kepada KK anak. Pak nyong bersama istrinya diberi kepercayaan untuk mengolah 500 pohon karet milik keluargannya, dan hasil penjualan karet akan dibagi dua dengan orang tuanya 31. KK anak merupakan pihak yang secara aktif menabung untuk mengumpulkan keperluan untuk pembangunan rumah, namun bantuan KK orang tua merupakan faktor penting pembagunan rumah anak di Desa Lembobaru. KK orang tua juga dapat mengharapkan perawatan dan jaminan konsumsi hari tua saat sudah tidak dapat menjalankan usaha pertanian. 29
Wawancara dengan pak Mifraim, Kepala Desa Lembobaru, 2012 Wawancara dengan Eltha yang masih tinggal di rumah mertuanya , 2012 31 Wawancara dengan pak Nyong, 2012 30
15
Selain warisan dalam bentuk barang, secara alami KK orang tua mewariskan hubungan persaudaraan untuk anak. Hubungan baik dengan tetangga dan penduduk desa juga merupakan sesuatu yang dibangun KK orang tua yang hasilnya dapat dinikmati oleh KK anak, begitupulah sebaliknya . Hubungan persaudaraan dan hubungan baik dengan tetangga merupakan bagian yang sangat penting dalam strategi nafkah petani di Desa Lembobaru 32. Selain itu KK orang tua atau KK anak juga memberikan pengaruh pada status dalam masyarakat. Status sosial ekonomi KK orang tua seperti kepemilikan akan memberi kebanggaan dan mempengaruhi status sosial KK anak, dan begitu juga sebaliknya. Aliran pengaruh antara KK orang tua dan KK anak dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2. Aliran Sumberdaya dalam Rumahtangga yang berisi KK orang tua dan KK anak
Sumber : Diolah dari data primer saat penelitian, 2012
Berdasarkan uraian diatas, beberapa KK yang masih tinggal dalam satu rumah merupakan satu unit ekonomi yang memperoleh pendapatan, mengalokasikan pendapatan, dan memenuhi kebutuhan hidup bersama. Orang-orang yang tinggal dalam satu rumah masih memiliki hubungan sosial dalam hubungan-hubungan di masyarakat. Antar KK memiliki perbedaan orientasi ekonomi, sumber nafkah, dan alokasi pendapatan. Lingkup tempat tinggal dalam satu rumah menunjukan kesatuan ekonomi yang memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan, dan keamanan sosial bagi anggota rumahtangga. Struktur Kepemilikan dan Penggunaan Lahan Lahan memiliki peranan penting dalam rumahtangga petani Desa Lembobaru. Peran tersebut akan terasa jika ada akses milik dan akses manfaat. Akses pada milik dan manfaat diatur oleh sistem kepemilikan yang dibangun oleh masyarakat, negara dan pihak lain yang terkait dengan lahan tersebut.
32
Pembahasan mengenai ikatan-ikatan dalam komunitas dapat dilihat pada bagian strategi nafkah rumahtangga petani.
16
Kepemilikan lahan di Desa Lembobaru dapat dibagi menjadi tiga, lahan milik pribadi, lahan milik pemerintah desa, dan lahan milik pemerintah. Struktur kepemilikan lahan di Desa Lembobaru dapat diamati pada tabel berikut : Tabel 2. Pemanfaatan Lahan dan Struktur Kepemilikan Lahan di Desa Lembobaru Pemanfaatan Lahan Perkebunan Karet Sawah Kebun Tanah Desa
Pemilik
Penggarap
Pengalihan akses
Petani
Perusahaan/Petani Pewarisan/pengalihan antar penggarap/ penjualan Petani Petani Penjualan/Penyewaan/pewarisan Petani Petani Penjualan/pewarisan Pemerintah Pemerintah Peralihan jabatan/penyewaan desa desa/penyewa Lahan Hutan Perhutani Perhutani/petani Pengalihan antar penggarap Sumber : Diolah dari data primer, 2012 Perkebunan Karet Produksi karet merupakan komoditas yang diunggulkan sebagai sumber pendapatan in cash bagi penduduk di Desa Lembobaru. Wilayah desa Lembobaru meliputi 330ha wilayah perkebunan karet. Perkebunan karet di Desa Lembobaru telah berusia 20-30 tahun. Awalnya Perkebunan karet di Desa Lembobaru merupakan perkebunan plasma33 yang bekerja sama dengan Perusahaan inti rakyat (PIR)34 sebagai pemberi modal mulai dari pembongkaran lahan sampai pada penyediaan bibit serta pembimbing dalam pelaksanaan perkebunan karet. Pola PIR adalah pelaksanaan pengembangan perkebunan yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat dalam suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan dan berkesinambungan. Petani akan mengembalikan modal pada PIR dalam bentuk kredit yang telah disepakati, dengan cara menjual hasil karet pada koperasi35 yang dibentuk oleh perusahaan (harga ditentukan oleh perusahaan) dan memotong hasil produksi petani untuk pembayaran kredit 36. Saat perkebunan karet telah resmi menjadi milik keluarga petani, petani akan mengelolah perkebunan sebagai sumber pendapatan. Pengelolaan perkebunan karet akan diajarkan secara turun-temurun kepada anggota keluarga (anak). Perkebunan karet dapat dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui penjualan, penyewaan atau pewarisan. Penjualan perkebunan hanya dilakukan ketika ada keperluan yang sangat mendesak. 33
Tanah/Lahan yang digunakan untuk perkebunan plasma adalah tanah/lahan milik warga, lahan yang dimiliki minimal 2 hektar. 34 Perusahaan inti rakyat adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik swasta maupun milik negara yang ditetapkan sebagai pelaksana proyek. 35 Saat penelitian dilakukan, 2012, tidak ada lagi koperasi yang ada di Desa Lembobaru, sehingga penjualan getah karet dlakukan dengan pedagan pengepul yang datang ke desa (tengkulak) 36 Pemotongan hasil produksi saat itu adalah 50% dari hasil produksi petani sampai kredit selesai sesuai kesepakatan dan perkebunan resmi menjadi milik petani, wawancara dengan Pak Nover, 2012.
17
Sementara bagi petani yang memiliki perkebunan yang luas dan tidak dapat mengelola perkebunan sendiri akan menyewakan perkebunannya pada petani lain yang tidak memiliki perkebunan karet. Pemilik perkebunan dan penyewa akan menyepakati berapa pohon karet yang siap untuk diolah dengan sistem bagi hasil37. Sementara pewarisan akan dilakukan ketika petani (orang tua) sudah tidak mampu lagi untuk bekerja di perkebunan karet, sehingga akan membagi perkebunan kepada anak-anaknya secara merata. Penyadapan karet dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit. Penyadapan pohon karet bergantung pada musim, ketika hujan petani tidak melakukan penyadapan karena getah karet yang keluar akan terbawa air hujan. Pak jufri, adalah salah satu penyewa kebun karet milik saudaranya, jumlah pohon karet yang dikerjakan sebanyak 200 pohon. Kondisi pohon karet yang sudah tua dan tinggi serta hanya menggunakan alat yang sederhana menyebabkan pak Jufri hanya mampu menyadap sekitar 60pohon setiap harinya, sehingga memerlukan waktu sekitar tiga hari untuk dapat menyadap semua pohon karet. Getah karet yang telah terkumpul dalam wadah penampungannya akan diambil setiap dua hari sekali38 dan dibebukan dalam sebuah lubang yang berada di area perkebunan dan akan menjualnya ketika pengepul (tengkulak) datang ke desa biasanya penimbangan/penjualan dilakukan sebulan sekali. Menurut informan Jumlah getah karet yang dihasilkan setiap bulannya tidak menentu, karena masih sangat bergantung dengan musim, ketika musim hujan tiba penghasilan getah karet menurun dibandingkan saat kemarau. Sehingga terkadang dalam sebulan pak Jufri dapat menjual hasil getah karet kurang lebih sebanyak 450 kilo gram (kg). Harga per kg getah karet ditentukan oleh pengepul yang datang ke desa dan petani tidak dapat ikut menentukan harga39. Total hasil penjualan getah karet itu nantinya akan dibagi dua dengan pemilik lahan. Sawah Berdasarkan tempat, sawah di Desa Lembobaru dapat dikelompokan dengan sawah yang berdekatan dengan sungai dan sawah yang berjauhan dengan sungai. Kedua jenis sawah ini memiliki produktivitas yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Sawah yang letaknya berdekatan dengan sungai menghasilkan padi yang lebih baik pada musim kemarau, sedangkan sawah yang letaknya berjauhan dengan sungai bisa sampai tidak panen saat musim kemarau. Meskipun dianggap berat, mengelola sawah tetap diinginkan petani di Desa Lembobaru. Sawah menghasilkan padi, suatu komoditas penting bagi rumahtangga petani Desa Lembobaru. Masyarakat Desa Lembobaru menempatkan kebutuhan beras sebagai kebutuhan nomor satu dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan-kegiatan besar dalam kehidupan masyarakat Desa Lembobaru. Kepemilikan sawah berkisar antara tidak memiliki sampai 5 hektar sawah. Informan yang diwawancarai rata-rata mengelola sawah dengan luas 0,25 – 1 hektar (ha). Sawah hanya menghasilkan padi yang digunakan sebagai konsumsi utama masyarakat Desa Lembobaru. 37
Sistem bagi hasil adalah 50%-50% , wawancara dengan Pak Nover, 2012. Pengumpulan dibantu oleh istri dan anak-anak, wawancara dengan Pak Jufri, 2012 39 Harga yang berlaku mulai januari –juni, 2012 sebesar Rp.8.000,- Rp. 9.000 per kg terjadi penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara Rp. 16.000-Rp.18.000 per kg, wawancara dengan Pak Jufri, 2012. 38
18
Sawah di Desa lembobaru hanya akan ditanami padi. Petani tidak menanam tanaman lain. produksi gabah kering per 0,25ha sawah adalah 15karung dengan ukuran 50kg/karung atau sama dengan 750kg. Sawah dipanen satu sampai dua kali dalam satu tahun tergantung pada musim. Penggarapan tanah sawah dilakukan oleh petani dengan bantuan tenaga kerja keluarga40. Sementara sawah dapat dialihkan penggarapannya kepada orang lain melalui penjualan, penyewaan, dan pewarisan. Penjualan sawah hanya dilakukan jika ada keperluan yang sangat mendesak. Petani yang tidak memiliki sawah dapat menggarap sawah orang lain melalui penyewaan atau penggarapan melalui sistem bagi hasil. Pak Nover yang memiliki 5ha tanah sawah hanya menggarap 1ha sawah miliknya sementara sisahnya digarap oleh orang lain. Menurut informan, pembayaran sewa sawahnya diberikan dalam bentuk gabah kering. Pak Sony salah satu warga yang menyewa sawah milik pak Nover seluas 0,25ha pembayaran sewa dilakukan pasca panen, saat panen mendapatkan 15karung gabah kering, maka 5karung gabah kering akan diberikan kepada pak Nover 41. Pewarisan akan dilakukan ketika petani (orang tua) sudah tidak lagi mampu bertani dan lahan sawah akan dibagikan secara merata pada anak-anaknya. Kebun Semua penduduk Desa Lembobaru memiliki lahan untuk kebun dengan ukuran dan jenis tanaman yang bervariasi. Kebun diolah oleh petani untuk menanam beragam tanaman yang digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga sehari-hari dan sumber tambahan pendapatan. Tanah yang masih subur ditanami jenis tanaman mulai dari Jagung, ubi, talas, sagu, pisang, pepaya, cabe, tomat, jeruk, serta beragam jenis sayur-sayuran seperti bayam, kacang panjang, labu, serta buah-buahan seperti manggis, rambutan, durian, kelapa, dan aren. Beberapa petani juga membuat kolam disekitar kebun untuk memelihara ikan. Jenis tanaman yang ditamam di kebun tidak memerlukan perawatan khusus dengan waktu panen yang tidak menentu. Kegiatan berkebun merupakan warisan budaya atau hobi bagi penduduk di Desa Lembobaru. Beberapa masyarakat yang bekerja bukan sebagi petani juga senang berkebun. Berkebun biasanya dilakukan oleh penduduk untuk mengisi waktu luang setelah selesai mengerjakan pekerjaan utama. Bagi petani penyadap karet kegiatan berkebun akan dilakukan setelah selesai menyadap karet. Hampir disetiap kebun yang ada di Desa Lembobaru terdapat pondok yang dilengkapi dengan dapur. Biasanya penduduk akan memanen hasil kebun dan langsung memasaknya dikebun. Tambahan pendapatan juga bisa didapat dari penjualan hasil kebun. Tanaman buahbuahan misalnya durian dari pohon akan dihargai Rp. 2.000,- sampai Rp. 20.000,- per buah tergantung dari jenis dan ukuran, manggis dihargai Rp. 10.000,- per Kg. Jagung lebih sering dijual Rp. 50.000,- per karung atau Rp. 3.000,- per kati42 untuk jagung yang telah dikeluarkan dari tongkolnya. Air aren atau lebih dikenal dengan saguer43 juga sering dijual 40
Tenaga kerja melibatkan istri, anak, atau saudara yang masih memiliki hubungan darah. Wawancara dengan pak Sony, 2012 42 Kati adalah satuan berat tradisional dengan menggunakan alat ukur seperti mangkuk yang digunakan penduduk Desa Lembobaru. 1 kati ± setara dengan 6ons. 43 Seguer adalah sebutan masyarakat untuk air aren yang mengandung alkohol beberapa daerah menyebutnya dengan sebutan tuak. 41
19
dengan harga Rp. 3.000,- sampai Rp. 5.000,- per botol tergantung kualitas. Sagu biasanya akan diolah oleh beberapa rumahtangga yang nantinya hasil akan dibagi rata untuk konsumsi rumahtangga. Daun sagu juga dipakai untuk membuat atap, untuk 1 lembar atap jadi dihargai Rp. 3.000,-. Sedangkan hasil kebun yang tidak terlalu banyak dan tidak laku di desa akan dijadikan konsumsi rumahtangga dan makanan ternak. Kebun juga merupakan tempat untuk memelihara binatang peliharaan seperti babi 44, babi juga sengaja diternak diarea kebun, karena kotoran babi dianggap masyarakat dapat menyuburkan tanah. Kebun dapat dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui penjualan dan pewarisan. Penjualan hanya akan dilakukan ketika ada hal-hal yang sangat mendesak. Sementara pewarisan dilakukan petani (orang tua) kepada anak-anaknya secara merata. Tanah Desa Tanah milik pemerintah desa dikenal dengan sebutan tanah Desa. Tanah desa merupakan tanah pemerintah yang diberikan pada kepala desa sebagai gaji. Tanah desa dikelola dan diambil hasilnya selama orang tersebut menjabat sebagai kepala desa. Tanah desa berupa sawah dan kebun. Tanah desa dapat pula disewakan kepada orang lain selama masa kerja kepala desa masih berlaku. Lahan Hutan Lahan hutan merupakan milik perhutani, namun tidak ada aturan khusus atau teratur di Desa Lembobaru. Sehingga petani-petani sering mengambil hasil hutan tanpa ijin. Hutan sering dimanfaatkan petani untuk berburu, mencari kayu bakar, sampai pada menebang pohon untuk dijadikan papan sebagai bahan bangunan rumah. Beberapa petani yang tidak memiliki kebun membongkar hutan untuk dijadikan kebun. Selain itu sungai yang berada didekat hutan juga menyediakan potensi pasir yang bagus untuk dijadikan campuran batako yang dipakai untuk bahan bangunan rumah. Penggarapan lahan di Desa Lembobaru dilakukan oleh tenaga kerja rumahtangga. Tabel berikut menunjukan jenis lahan dan ekonomi lahan bagi rumahtangga.
44
Babi adalah hewan yang senang dipelihara masyarakat Lembobaru, karena tidak sulit untuk mengurus dan pasti sangat bermanfaat saat ada acara-acara khusus misalnya pesta pernikahan, kematian, atau pesta padungku dan natalan.
20
Tabel 3. Jenis Lahan dan Ekonomi Lahan bagi Rumahtangga Jenis Hasil utama Skala Sumber Tenaga Orientasi Lahan penanaman pengairan kerja produksi pengelola Perkebunan Pohon karet Skala besar Air hujan Tenaga kerja Sumber karet rumahtangga pendapatan rumahtangga Sawah Padi Skala kecil Air Tenaga kerja Pemenuhan hujan/sungai rumahtangga kebutuhan harian rumahtangga Kebun Singkong,jagun Skala kecil Air Tenaga kerja Pemenuhan g,sayurhujan/sungai rumahtangga konsumsi sayuran,buahrumahtangga buahan , tambahan musiman,talas pendapatan, pakan ternak Lahan Kayu bakar, Skala kecil Air hujan Tenaga kerja Pemenuhan hutan papan, pasir, rumahtangga kebutuhan hewan buruan. sehari-hari, bahan dasar bangunan rumah Sumber : Diolah dari data primer, 2012 Selain lahan hewan ternak merupakan sumberdaya yang penting dala ekonomi rumahtangga di Desa Lembobaru. Hewan ternak yang dimiliki petani di Desa Lembobaru adalah babi, sapi, anjing, ayam. Ayam dan babi dimiliki oleh hampir seluruh petani di Desa Lembobaru. Ayam digunakan untuk dijual atau disembeli atau diambil telurnya. Ayam dan babi dijadikan makanan yang harus ada saat acara-acara syukuran pada rumahtangga. Kelembagaan Ekonomi Simpan-Pinjam Informal Meminjam uang secara formal di bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki penghasilan tetap per bulan seperti PNS. Jumlah uang yang diperoleh dari pinjaman formal ditentukan oleh pengajuan dan persetujuan bank. Uang yang diperoleh dari pinjaman formal digunakan untuk kebutuhan besar, bukan untuk kebutuhan sehari-hari. Pinjaman formal tidak banyak dilakukan oleh rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kebutuhan uang banyak dipenuhi dari pinjaman informal. Uang dari simpan pinjam informal menggunakan ikatan-ikatan dalam komunitas. Secara ringkas, uang yang diperoleh dari pinjaman formal dan informal dapat diamati pada tabel 4.
21
Tabel 4. Pinjaman dan Uang yang Diperoleh Rumahtangga Jenis pinjaman Keperluan peminjaman Jumlah uang Waktu (Rp) pengembalian Formal di bank Kebutuhan menikah anak >5.000.000 Setiap bulan dipotong gaji Informal Melalui Biaya acara syukuran, 50.000Segera setelah saudara biaya berobat, biaya 5.000.000 memiliki uang sekolah anak Pinjaman Ongkos anak sekolah 5.000-100.000 Segera setelah pada memiliki uang tetangga Pedagang Biaya acara syukuran, 20.000– 300.000 Pada saat panen hasil perantara biaya sekolah anak. tanaman yang telah dijanjikan Sumber : Diolah dari data primer, 2012 Kegiatan simpan pinjam penduduk di Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan secara informal. Pinjam meminjam antar saudara atau tetangga masih memungkinkan karena pinjaman yang dilakukan merupakan pinjaman kecil yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meminjam uang pada saudara dan tetangga disukai karena uang dapat tersedia dengan segera dan mudan dalam pengembaliannya. Saudara menjadi pilihan pertama peminjaman uang. Jumlah pinjaman berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 5.000.000. Peminjaman secara formal ke Bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki akses pada Bank dan memiliki kemudahan untuk mengembalikan pinjaman. Penduduk yang meminjam uang di bank merupakan penduduk yang memiliki penghasilan tetap sebulan, seperti PNS. Contoh kasus, Ibu Yatmin adalah PNS yang mendapatkan gaji Rp. 5.000.000,per bulan. Uang gagi PNS sekarang dipotong cicilan pinjaman Rp. 600.000,- per bulan45. Peluang untuk meminjam atau menabung di bank tidak menarik perhatian penduduk Desa Lembobaru. Beberapa informan yang diwawancarai memilih tidak menabung di bank karena jauh dan tidak memiliki cukup banyak uang untuk ditabung. Menabung dengan cara menyisihka sisa uang belanja atau penjualan hasil kebun merupakan cara menabung yang paling umum dilakukan. Warung merupakan salah satu tempat menabung selain untuk meminjam. Warung ibu Nona menjadi sarana untuk menabung sehari-hari. Seorang petani, langganan ibu Nona biasanya menyimpan uang Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- setelah menjual hasil karet, uang tersebut disimpan untuk berjaga-jaga apabila ada keperluan belanja berikutnya. Penyimpanan juga biasanya dilakukan oleh orang yang akan membangun rumah/membuat acara rumahtangga. Mereka akan menyimpan uang pada saat ia punya uang dan menitipkan uang tersebut pada toko untuk pembelian barang-barang yang dibutuhkan. Uang tersebut nantinya akan ditukarkan dengan barang yang diperlukan sesuai harga toko46. Berdasarkan uraian diatas, simpan pinjam informal dilakukan atas dasar hubungan sosial yang terbentuk dalam komunitas petani Desa Lembobaru. Hubungan kedekatan dan 45 46
Wawancara dengan ibu Yatmin, 2012 Wawancara dengan Ibu Nona, 2012
22
kepercayaan antara saudara atau tetangga lebih diandalkan sebagai pengikat hubungan piutang. Ini didukung dengan sifat pinjaman yang bersifat segera dan dalam jumlah yang terbatas. Simpan pinjam informal disukai karena tidak memiliki aturan pengembalian atau penyimpanan yang mengikat. Arisan Arisan merupakan cara yang paling umum untuk menabung di Desa Lembobaru. Arisan merupakan suatu cara untuk memaksa peserta arisan untuk menabung. Arisan ditentukan oleh kebutuhan peserta yang diselenggarakan oleh kelompok didalam perkumpulan Gereja. Jenis arisan dapat berupa uang dan barang. Jenis arisan yang diselenggarakan dapat diamati pada tabel 5. Tabel 5. Jenis Arisan Desa Lembobaru Jenis arisan
Jumlah Anggota arisan Jumlah Waktu iuran/minggu penarikan/orang penarikan Uang Rp. 2.000 60 orang Rp.480.000 1 bulan Perabotan Rp. 5.000 Tidak tentu Satu lusin kursi Jika jumlah plastik uang telah cukup Sumber: Diolah dari data primer, 2012 Arisan ditangani oleh pengurus yang ditunjuk oleh peserta berdasarkan kepercayaan. Pengurus bertugas untuk mencatat dan mengumpulkan uang arisan. Penarikan arisan biasanya berdasarkan kebutuhan peserta arisan, jika ada yang benar-benar membutuhkan maka akan didahului. Dalam arisan ini peserta yang telah mendapatkan penarikan haus tetap membayar iuran/minggu. Sementara arisan perabotan diadakan dengan kerjasama petugas arisan dengan pemilik toko perabotan. Arisan perabotan hampir seperti kredit barang. Peserta bole menukar barang hasil kredit dengan barang lain yang diinginkan dengan menambah jumlah uang yang ditentukan petugas arisan. Ikatan Sosial (Sosial Ties) Ikatan sosial yang berfungsi sebagai modal sosial pada rumahtangga di Desa Lembobaru adalah ikatan persaudaraan, ikatan pertetanggaan, ikatan keanggotaan komunitas dan ikatan diluar komunitas. Ikatan sosial ini dibangun berdasarkan kedekatan tempat tinggal dan hubungan darah. Ikatan-ikatan sosial-ekonomi dibangun untuk menjamin kehidupan petani dan mengurangi resiko yang tidak dapat dibayar oleh petani sendiri. Kepercayaan adalah dasar pembentukan hubungan. Kepercayaan dibangun atas dasar anggapan bahwa setiap anggota dalam komunitas akan melakukan hal kebaikan yang sama dengan kebaikan yang dilakukan oleh setiap individu. Rasa tidak enak, tidak saling mengganggu dan saling menyakiti sudah seharusnya dilakukan. Atas pertimbangan bahwa hal yang sama bisa terjadi pada setiap individu merupakan dasar yang melanggengkan ikatanikatan sosial pada penduduk Desa Lembobaru. 23
AKTIVITAS NAFKAH DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA DI DESA LEMBOBARU Aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru merupakan serangkaian upaya menggunakan modal yang dimiliki rumahtangga dan membangun modal yang dibutuhkan rumahtangga untuk mencapai tujuan kesejahteraan rumahtangga. Istilah modal digunakan untuk menunjukan sumberdaya yang telah dimiliki atau telah diakses oleh rumahtangga. Konsep modal yang digunakan mengacu pada Purnomo, Multi (2000) tentang modal alami dan modal sosial. Berdasarkan profil sosial-ekonomi Desa Lembobaru, terdapat dua sumberdaya yang penting bagi nafkah rumahtangga penduduk, yaitu Sumberdaya alam dan modal sosial. Sumberdaya alam meliputi lahan, hewan ternak, serta kondisi alam Desa Lembobaru. Modal sosial meliputi hubungan kelembagaan ekonomi dan ikatan sosial penduduk Desa. Secara keseluruhan rumahtangga petani di Desa Lembobaru membangun aktivitas nafkah, dapat digolongkan menjadi dua: (1) aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal (2) aktivitas nafkah berdasarkan modal sosial bagi rumahtangga. Kedua kelompok nafkah ini akan diuraikan berdasarkan peranannya dalam nafkah rumahtangga. Aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan Sumberdaya alam lokal Penggunaan sumberdaya alam lokal yang penting bagi rumahtangga penduduk Desa Lembobaru adalah perkebunan karet, sawah, kebun dan lahan hutan. Sumberdaya ini dianggap penting karena digunakan untuk kegiatan pertanian dan penting untuk menjalankan ekonomi rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidup petani di Desa Lembobaru. Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, dan hutan tidak dapat memberikan kebutuhan hidup secara langsung. Ada proses pengolahan yang harus dilakukan petani sampai bisa mendapatkan hasil dan memanfaatkannya untuk mendukung ekonomi rumahtangga. Proses ini memerlukan biaya untuk membeli bibit, pupuk, sarana produksi pertanian lain, serta waktu tenaga kerja rumahtangga. Selain itu pertanian juga melibatkan modal alami lain seperti sumber air dan hewan. Kandungan pasir serta dan hasil hutan lainnya mendorong eksploitasi sumberdaya alam sebagai salah satu aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga di Desa Lembobaru. Eksploitas hasil hutan yang dilakukan seperti penebangan pohon-pohon secara liar yang dipakai untuk membuat papan serta kebutuhan kayu bakar, selain itu pemburuan hewanhewan liar di hutan masih dilakukan oleh masyarakat. Beberapa cara mengelola aktivitas nafkah yang dilakukan oleh masyarakat dengan berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal : Mengurangi Biaya Produksi Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, serta hasil hutan membutuhkan sarana produksi pertanian. Penurunan biaya produksi pertanian merupakan pilihan yang harus dilakukan rumahtangga agar biaya produksi yang dikeluarkan seimbang dengan hasil 24
produksi pertanian. Aktivitas penurunan biaya produksi dilakukan dengan tiga cara, (1) mengurangi penggunaan sarana produksi pertanian yang dianggap mahal, (2) menghasilkan sendiri sarana produksi pertanian, (3) penggunaan modal sosial untuk mendapatkan sarana produksi secara gratis. Sawah merupakan satu-satunya lahan yang mendapatkan pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia. Perkebunan dan kebun tidak pernah dipupuk oleh pupuk kimia. Tanaman padi dipupuk dengan pupuk kimia karena tanaman padi tidak dapat tumbuh baik tanpa menggunakan pupuk kimia. Tanaman padi memiliki nilai ekonomi dan sosial bagi rumahtangga di Desa Lembobaru, karena secara ekonomis padi merupakan konsumsi utama rumahtangga dan secara sosial padi merupakan barang utama yang harus dimiliki rumahtangga petani. Untuk mengurangi biaya produksi padi, petani mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi pemupukan dan jumlah yang diberikan. Menurut pak Oke, petani yang memiliki sawah, ia masih melakukan pemupukan dua kali selama musim tanam. Pak Oke menggunakan 500kg untuk dua kali pemupukan pada sawah seluas 0,5ha, ini merupakan dosis yang seharusnya diberikan. Petani lain hanya melakukan pemupukan satu kali dengan dosis setengah dari dosis yang seharusnya diberikan. Mereka hanya melakukan penyemprotan hama jika konsisi hama sangat mengancam pertumbuhan padi47. Petani menyediakan sarana produksi pertanian sendiri selain pupuk kimia. Untuk lahan kebun dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran hewan peliaraan, petani akan mengambil kotoran babi dan membawanya ke kebun, hal ini juga yang menyebabkan kebanyakan petani yang memelihara babi di kebun agar kotoran hewan mudah diambil dan dijadikan pupuk. Sementara penyediaan bibit padi diperoleh dari padi yang dipanen pada musim sebelumnya, bibit singkong, jagung dan sayur-sayuran serta buah-buahan juga diambil dari hasil panen sebelumnya yang dimiliki petani atau dari saudara dan tetangga. Perluasan perkebunan karet bagi petani yang masih memiliki lahan juga mengambil bibit karet dari anakan karet diperkebunan sebelumnya dengan membuat pembibitan dihalaman rumah atau kebun48. Penurunan biaya produksi petani juga dilakukan dengan bantuan yang diperoleh dari ikatan-ikatan sosial. Penurunan biaya produksi dilakukan dengan saling membagi bibit tanaman, selain itu bagi petani yang tidak memiliki alat membajak sawah dan sapi dapat meminjam kepada saudara atau penduduk desa yang memiliki, tanpa harus membayar. Pengolahan lahan bersama-sama juga dapat menurunkan biaya produksi petani, misalnya satu lahan sawah dapat diolah beberapa keluarga yang nantinya hasilnya akan dibagi rata, selain
47 48
Wawancara di rumah pak Oke, 2012. Wawancara dengan Pak Agus, 2012.
25
itu tanaman Sagu49 juga merupakan tanaman yang diolah bersama-sama oleh beberapa petani, hal ini dapat menurunkan biaya produksi petani melalui penurunan biaya tenaga kerja. Menanam Beragam Tanaman dalam Satu Luasan Lahan dan Pengurangan Resiko Pertanian Lahan perkebunan karet dan Sawah merupakan lahan yang ditanami secara monokultur. Lahan kebun ditanami oleh beragam tanaman baik yang dapat dipanen mingguan, bulanan atau tahunan. Tanaman yang sering ditanam di kebun adalah Singkong, jagung, pisang, pepaya, sayur-sayuran, rempah rempah seperti cabe, tomat, lengkuas, kunyit, sereh, serta buah-buahan tahunan seperti durian, manggis, rambutan, langsat, dan bagi beberapa petani yang memiliki lahan kebun didekat mata air menanam sagu. Petani di Desa Lembobaru memilih untuk menanam tanaman yang biasa ditanam dan sudah menghasilkan dari pada tanaman baru yang belum pasti menghasilkan. Petani juga menanam tanaman pertanian tidak dalam jumlah besar. Misalnya saja cabe, petani menanam cabe hanya dalam jumlah kecil untuk konsumsi rumahtangga. Singkong juga merupakan salah satu tanaman yang hampir ditanam oleh semua petani di Desa Lembobaru walau tidak memiliki harga untuk dijual. Petani di Desa Lembo baru mau menanam tanaman baru jika tanaman tersebut tidak memerlukan perawatan khusus dan pasti menghasilkan atau laku di pasaran. Dulu kebun di Desa Lembobaru juga ditanami kopi dan cokelat, namun para petani menganggap perkebunan kopi dan cokelat membutuhkan biaya perawatan yang mahal dan harus rutin dirawat sehingga petani memilih mengganti tanaman kopi dan cokelat dengan tanaman karet. Memanfaatkan hasil Hutan dan Sungai Lingkungan fisik yang ada di Desa Lembobaru menyediakan sumberdaya alam yang dapat langsung diambil dan digunakan untuk kebutuhan hidup rumahtangga. Pasir, kayu, air dan hewan buruan merupakan sumberdaya yang ada dan digunakan oleh rumahtangga di Desa Lembobaru. Hutan tropis dengan aliran sungai di Desa Lembobaru merupakan sumberdaya potensial untuk menyediakan bangunan rumah. Disela-sela waktu luang sebagian petani (laki-laki) pergi ke hutan untuk menebang pohon yang nantinya akan dijadikan papan sebagai bahan bangunan rumah. Selain itu kandungan pasir yang ada di Desa juga dimanfaatkan penduduk untuk bahan dasar bangunan rumah. Menurut pak Oke, penebangan pohon dan pengambilan pasir biasanya dilakukan setelah masa tanam padi, sehingga banyak waktu luang untuk pergi ke hutan setelah menyadap karet.
49
Sagu merupakan makanan pengganti nasi yang digunakan oleh penduduk di Desa Lembobaru, selain itu daun sagu dapat dibuat menjadi atap. Pengolahan sagu biasanya dilakukan bersama-sama oleh petani yang masih memiliki ikatan kekeluargaan.
26
Penebangan pohon dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat mesin sensor kayu yang telah dimiliki petani, setelah pohon ditebang akan diolah menjadi papan dan dibiarkan di hutan sampai kering barulah dibawah masuk ke Desa, sisa-sisa penebangan akan dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh petani. Selain menebang pohon biasanya petani saat masuk ke hutan akan memasang jerat untuk berburu binatang, target buruan di hutan adalah babi hutan. Sehingga waktu akan kembali ke Desa para petani akan memeriksa hasil buruannya. Pengambilan pasir dilakukan beberapa petani dengan menggunakan gerobak kayu, pasir yang diambil dari sungai akan digunakan sebagai bahan bangunan rumah. Menurut informan pengambilan pasir tidak hanya melibatkan laki-laki, perempuanpun (ibu rumahtangga) yang tidak memiliki pekerjaan di rumah atau di kebun akan ikut ke sungai untuk mengambil pasir atau memancing ikan. . Penebangan pohon dan pengumpulan pasir diketahui oleh pemerintah Desa Lembobaru. Pemerintah Desa Lembobaru pun memanfaatkan kayu dan pasir untuk kepentingan desa. Sampai saat penelitian dilakukan, hasil dari pengambilan kayu dan pasir di Desa Lembobaru tidak di jual kepada orang lain, tetapi digunakan sendiri oleh rumahtangga petani yang mengambil. Pengambilan kayu dan pasir biasanya dilakukan oleh penduduk yang sedang mempersiapkan pembangunan rumah atau untuk memperbaiki rumah agar mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan rumah. Memelihara Babi dan Sapi Selain ayam, babi dan sapi merupakan hewan ternak yang penting bagi nafkah Desa Lebobaru. Babi merupakan hewan ternak yang banyak dipelihara petani Desa Lembobaru. Babi dapat diperoleh dengan cara membeli anakan atau warisan dari orang tua. Babi biasanya dipelihara didalam kandang yang dibuat didalam wilayah pemukiman atau di kebun-kebun petani. Babi-babi akan diberi makanan dari sisa-sisa konsumsi rumahtangga serta hasil kebun lainnya seperti, daun talas, pepaya, pisang/batang pisang dan konga50 yang akan diolah menjadi makanan babi. Babi dijadikan hewan peliharaan di desa untuk konsumsi rumahtangga saat ada acara-acara besar seperti padungku, natal, pesta kawin, atau acara-acara ucapan syukur keluarga lainnya, selain daging babi dipakai untuk konsumsi rumahtangga, kotorannya juga menguntungkan bagi petani sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman dikebun. Penjualan hewan ternak babi hanya dilakukan jika ada yang benar-benar membutuhkan, penjualan biasa dilakukan dengan tukar tambah, rumahtangga yang membutuhkan babi besar untuk dikonsumsi akan menukarkan babi kecil (anakan) dengan memberi tambahan sejumlah uang sesuai kesepakatan. Selain babi, sapi merupakan hewan ternak yang juga dimiliki petani di Desa Lembobaru. Pemeliharan sapi sangat dibutuhkan petani untuk membantu saat membajak 50
Konga adalah serbuk kulit padi dari hasil penggilingan gabah menjadi beras, biasanya petani mendapatkannya dari penggilingan padi yang ada di desa.
27
sawah, dan juga dipakai untuk konsumsi saat acara-acara besar di desa. Sapi-sapi di Desa Lembobaru tidak dikandangi tetapi diikat dialam terbuka. Pengikatan sapi dialam terbuka disebabkan karena masih banyaknya lahan padang-padang yang menyediakan banyak rumput sebagai pakan sapi. Saat pagi hari hendak berangkat ke perkebunan, petani akan membawa serta sapi-sapinya untuk mencari tempat mengikat dan meninggalkannya, dan saat sore hari petani akan kembali melihat sapi-sapinya dan memberi minum. Pendapatan dari penggunaan Sumberdaya alam lokal dan Pemanfaatannya bagi rumahtangga Pendapatan dari sumberdaya alam yang dimanfaatkan rumahtangga dalam bentuk barang (in kind) atau pendapatan dalam bentuk uang (in cash) (Ellis,2000). Rumahtangga memanfaatkan pendapatan untuk kebutuhan hidup rumahtangga agar mencapai tujuan yang diinginkan yaitu kesejahteraan. Pendapatan dari sumberdaya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumahtangga. Sawah menghasilkan beras, kebun menghasilkan sayur-sayuran, rempah-rempah serta buah-buahan, hutan menghasilkan hewan buruan, sungai menghasilkan ikan. Rumahtangga di Desa Lembobaru biasanya menggunakan hasil pertanian untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Mereka makan nasi dari beras yang dihasilkan sawah, memasak dengan menggunakan kayu bakar dari hutan dan makan dengan sayuran dari kebun serta ikan hasil pancingan dari sungai atau hewan buruan dihutan. Penggunaan sumberdaya alam juga dapat memberi pendapatan dalam bentuk uang tunai. Uang diperlukan untuk membeli kebutuhan rumahtangga yang tidak dapat dipenuhi oleh hasil sumberdaya alam, seperti biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, serta pembelian perabotan rumahtangga. Uang didapatkan dengan menukar hasil sumberdaya alam melalui proses jual beli, seperti perkebunan karet menghasilkan getah karet yang setiap bulannya akan dijual pada tengkulak. Uang yang didapatkan dari pertanian tidak dapat dipastikan dengan tepat, karena bergantung pada kuantitas dan kualitas hasil produksi serta harga pasar yang tidak pasti. Contohnya uang dari hasil penjualan getah karet tidak menentu karena harga selalu berubahubah tergantung pada tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru, saat penelitian dilakukan harga getah karet Rp.8.000,- sampai Rp.9.000,- pendapatan juga bergantung pada kuantitas getah yang didapatkan. Perkiraan uang dari penjualan produk pertanian dapat dilihat pada Tabel 6, data pada tabel tersebut menunjukan sifat penghasilan dari penjualan produk pertanian yang bersifat terus menerus dalam jumlah kecil.
28
Tabel 6. Jenis komoditas pertanian dan perkiraan jumlah uang per tahun Jenis komoditas Satuan penjualan Getah karet Kilogram Beras Kilogram Jagung Kati/karung Air aren Botol Durian Buah Manggis Kilogram Rambutan Kilogram Langsat Kilogram Atap rumbia Lembar Sumber : diolah dari data primer, 2012
Harga (Rp) 8.000 – 9.000 6.000 – 8.000 3.000/50.000 3.000 - 5.000 2.000 – 20.000 10.000 2.000 – 5.000 2.000 – 5.000 3.000
Waktu pemanenan 1 bulan 6 bulan 3 bulan 1 minggu 1 tahun 1 tahun 1 tahun 1 tahun 1 minggu
Data pada tabel diatas hanya bersifat perkiraan. Harga dan perkiraan jumlah uang dapat berubah karena produk pertanian ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hasil serta perubahan harga pasar. Tabel 7. Pendapatan dan Manfaat sumber daya alam lokal bagi rumahtangga Aktifvitas Tipe manfaat ekonomi Kegunaan untuk nafkah berdasarkan Pendapatan Pendapatan Kegunaan Kegunaan modal alami barang tunai utama tambahan Perkebunan Getah karet Uang dari Pemenuhan Biaya pendidikan, karet penjualan getah kebutuhan kesehatan, tabungan. karet konsumsi rumahtangga Sawah Padi Uang dari hasil Pemenuhan Dipakai untuk penjualan padi kebutuhan posintuwu51 konsumsi rumahtangga Kebun Sayur-sayuran, Uang dari Kebutuhan Biaya sehari-hari, buah-buahan, penjualan konsumsi Tabungan dan rempah- pendapatan rempah barang Hutan Papan, pasir, Pemenuhan Bahan bangunan kayu bakar, kebutuhan hewan buruan konsumsi, bahan bangunan Hewan Daging, pupuk Mengurangi Konsumsi untuk peliharaan biaya produksi acara-acara besar pertanian Sumber : data primer, 2012
51
Posintuwu adalah pemberian sumbangan yang diberikan pada acara pernikahan atau kematian serta acaraacara besar lainnya.
29
Berdasarkan tabel diatas, pendapatan berupa barang merupakan pendapatan utama yang diharapkan dari pengelolaan sumber daya alam lokal. Pendapatan dari sumber daya alam lokal sebagian besar dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan biaya kehidupan sehari-hari. Aktivitas Nafkah berdasarkan penggunaan Modal Sosial Penggunaan modal sosial mengacu pada Grootaert (1999) dimana bukan hanya pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun peran “modal sosial” sangat berpengaruh untuk mencapai kesejahteraan. Modal sosial dibangun oleh masyarakat desa Lembobaru untuk mempererat ikatan kekeluargaan. Modal sosial dilakukan dengan dua cara (1) melalui kegiatan sehari-hari, (2) melalui tindakan yang direncanakan. Ikatan sosial yang melalui tindakan sehari-hari dilakukan sebagai suatu kebiasaan, seperti menyapa tetangga atau penduduk yang ada, berbagi makanan hasil panen, membantu mengasuh anak tetangga atau saudara pada waktu luang, atau membantu saat ada acara-acara, menengok dan membantu tetangga/saudara yang sakit, serta membiarkan tetangga menonton TV di rumah, hal ini dilakukan tanpa harus menyiapkan waktu khusus untuk melakukannya. Tindakan yang direncanakan membutuhkan persiapan waktu dan modal, kumpulan kelompok gereja misalnya kumpulan ini dilakukan setiap hari sabtu sore, semua anggota gereja yang tergabung dalam kumpulan harus mengalokasikan waktu untuk ikut serta.. Berdasarkan penelitian di Desa Lembobaru, rumahtangga menggunakan modal sosial pada saat (1) rumahtangga tidak dapat memenuhi kebutuhan barang atau uang sendiri, (2) rumah tangga menyelenggarakan acara atau kegiatan yang membutuhkan kehadiran atau bantuan orang lain, (3) rumahtangga mendapatkan musibah atau kesulitan. Penduduk di Desa Lembobaru meyakini bahwa ikatan sosial memiliki peran penting dalam mencapai kesejahteraan karena ada hubungan timbal balik didalamnya. Menurut informan saling membantu saat ada acara-acara di desa akan memberi nilai lebih antar penduduk desa, membantu membuat tenda atau meminjamkan kursi saat akan melaksanakan kumpulan atau ibadah-ibadah di rumah masyarakat atau membantu memasak saat menyiapkan konsumsi acara, Selain itu saling meminta bumbu dapur atau berbagi makanan merupakan kegiatan yang sering dilakukan antar penduduk Desa Lembobaru. Barang dapat dengan mudah diperoleh dengan cara meminta, sementara uang akan diperoleh dengan cara meminjam. Contoh kasus pak Nyong akan meminjam uang pada mertuanya jika membutuhkan uang untuk keperluan mendadak seperti biaya sekolah anak 52, dan akan mengembalikannya setelah memiliki uang tanpa ada batasan waktu yang ditentukan. Melalui ikatan sosial dalam komunitas, rumahtangga dapat menekan bahkan menghilangkan pembayaran uang, contoh kasus Pak san saat melaksanakan acara besar dirumahnya, dia tidak kesulitan untuk membuat/menyewa tenda, pembuatan tenda dilakukan secara bersama-sama dengan tetangga dan saudara, selain itu ketersediaan perlengkapan kursi 52
30
Wawancara dengan pak Nyong, 2012
dan sound sistem milik Gereja dapat dipinjam secara gratis oleh penduduk desa 53. Kebiasaan saling membantu kepada tetangga dan saudara sudah menjadi kebiasaan di Desa Lembobaru. Modal sosial dapat memberikan pendapatan secara langsung, baik berupa makanan ataupun uang yang diperlukan oleh rumahtangga. Makanan dapat diperoleh dengan cara meminta atau sumbangan yang diberikan saat melaksanakan acara-acara rumahtangga, biasanya berupa beras atau hasil kebun yang diberikan dalam jumlah besar. Penduduk Desa Lembobaru jarang memberi sumbangan dalam bentuk uang, karena uang merupakan alat tukar yang tidak setiap saat dimiliki oleh sebagian petani di Desa Lembobaru. Melalui modal sosial rumahtangga diberi kesempatan untuk mendapatkan modal alami melalui proses pewarisan. Hampir seluruh Perkebunan karet, sawah, dan kebun yang dimiliki oleh rumahtangga kasus diperoleh dari warisan orang tua. Selain lahan pertanian, warisan yang diperoleh berupa tanah untuk membangun rumah dan binatang peliharaan. Tabel 8 menguraikan pendapatan rumahtangga melalui modal sosial dan pemanfaatannya. Tabel 8. Pendapatan dari Modal Sosial dan Pemanfaatannya dalam rumahtangga Aktivitas nafkah berdasarkan modal sosial Ikatan persaudaraan
Keuntungan yang diperoleh Pendapatan Pendapatan Pendapatan sosial barang tunai
Kegunaan untuk nafkah Kegunaan Kegunaan utama tambahan
Hubungan baik dengan saudara,bantuan saat sakit, bantuan tenaga kerja
Modal alami dari pewarisan, pemberian makanan dan pakaian
Peminjaman uang, pemberian uang
Penambahan untuk konsumsi dan tenaga kerja
Ikatan pertetanggaan
Hubungan baik dengan tetangga
Pemberian makanan, pakaian
Pinjaman uang
Penambahan untuk kebutuhan konsumsi
Ikatan keanggotaan komunitas
Hubungan baik dengan anggota komunitas
Pemberian fasilitas yang dimiliki komunitas
Pinjaman uang
Untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan
Sumber : diolah dari data primer, 2012 53
31
Wawancara dengan pak San, 2012
Pendapatan melalui pewarisan, sumber pinjaman saat kesulitan dan bantuan barang, Bantuan saat sakit, bantuan saat acara rumahtangga Mendapatkan pinjaman fasilitas secara gratis.
Pilihan Strategi Nafkah Telah dibahas sebelumnya tentang aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, aktivitas nafkah dikelompokan menjadi dua yaitu aktivitas berdasarkan penggunaan sumberdaya alam lokal dan aktivitas berdasarkan penggunaan modal sosial. Aktivitas nafkah merupakan bagian dari strategi nafkah rumahtangga sebagai pilihan-pilihan tindakan ekonomi yang dilakukan oleh rumahtangga untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan. Strategi nafkah berkaitan erat dengan kondisi sosial-ekonomi desa, pembahasan tentang modal sosial merupakan bukti pengaruh sosial-ekonomi desa pada strategi nafkah penduduk (Purnomo, 2006). Strategi nafkah pilihan rumahtangga petani di Desa Lembobaru dapat dilihat dari gambar 3. Gambar 3. Pilihan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru
Sumber : Diolah dari data primer, 2012 Strategi Nafkah Menggunakan Sumberdaya Alam Lokal Pengelolaan sumberdaya alam lokal menjadi pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, 86% penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Potensi Desa Lembobaru, 2012). Data tidak menunjukan data sebenarnya, karena rumahtangga yang bermata pencaharian sebagai PNS, tukang dan pedagang juga bekerja sebagai petani. Petani di Desa Lembobbaru merupakan produsen sekaligus konsumen dari hasil-hasil pertaniannya, pengelolaan sumberdaya alam lokal merupakan sumber pendapatan utama rumahtangga di Desa Lembobaru, pendapatan dari sumberdaya alam merupakan pendapatan dalam bentuk barang (in kind) dan pendapatan dalam bentuk uang tunai (in cash) (Ellis, 2000). Rumahtangga petani menggunakan pendapatan dari sumberdaya alam lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membangun aset yang berguna untuk masa depan dan menghadapi keadaan sulit rumahtangga. Pendapatan dalam bentuk barang (in kind ) digunakan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan aset yang berguna untuk masa depan. Beras hasil sawah dan tanaman hasil kebun, digunakan sebagai konsumi rumahtangga sehingga rumahtangga tidak mengeluarkan banyak uang untuk makanan. Sementara papan dan pasir yang diperoleh dari hutan dan sungai digunakan rumahtangga sebagai bahan bangunan rumah, sehingga 32
rumahtangga dapat mengurangi biaya pembangunan rumah. Lahan dan hewan peliharaan juga merupakan investasi aset yang dapat digunakan rumahtangga untuk masa depan Seperti yang telah dijelaskan pada aktivitas nafkah, rumahtangga memperoleh in cash dari hasil penjualan pendapatan barang yang diperoleh. In cash diperoleh dari penjualan getah karet, serta hasil pertanian lainnya yang laku di pasaran. In cash digunakan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga yang tidak dipenuhi dari pendapatan barang, seperti biaya pendidikan, biaya kesehatan, pembelian perabot rumahtangga, sepeda motor, serta tabungan pada lembaga ekonomi informal yang dibentuk oleh masyarakat. Strategi Nafkah Menggunakan Modal Sosial Pendapatan sosial didapatkan rumahtangga melalui peranan hubungan sosial untuk mendapatkan utilitas (Weber, 1968). Mempertahankan diri dan tetap hidup bersama dalam komunitas merupakan salah satu strategi nafkah yang dilakukan oleh penduduk Desa Lembobaru untuk memperoleh pendapatan sosial. Komunitas memberikan dukungan melalui ikatan-ikatan sosial dan kelembagaan yang tidak diperoleh jika rumahtangga tidak termasuk dalam anggota komunitas Desa Lembobaru. Modal sosial selalu digunakan dalam strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Modal sosial menciptakan sarana komunitas yang terbentuk berdasarkan ikatanikatan sosial berkaitan erat dengan keanggotaan dalam komunitas, jika rumahtangga dapat membangun dan melestarikan modal sosial, maka rumahtangga mendapatkan fasilitas sebagai anggota komunitas. Hubungan baik antara anggota komunitas merupakan sumber pendapatan sosial, barang dan uang bagi rumahtangga. Contohnya pak Mifran sebagai kepala desa, mendapatkan luasan lahan sawah sebagi bentuk penghargaan selama dia menjabat sebagai kepala desa. Hubungan baik yang dipelihara setiap anggota komunitas juga akan sangat membantu saat rumahtangga akan melaksanakan acara-acara besar seperti pesta pernikahan atau kematian anggota keluarga, rumahtangga dapat mengurangi pengeluaran karena mendapat bantuan dari anggota komunitas lain mulai dari pembuatan tenda, penyediaan konsumsi, sampai pada pemberian sumbangan. Perlengkapan acara seperti kursi, sound sistem, tarpal untuk tenda bisa didapatkan secara gratis dari fasilitas publik yang dimiliki Desa dan Gereja. Modal sosial juga menciptakan trust bagi setiap anggota komunitas sehingga terbentuklah lembaga-lembaga informal ekonomi informal di desa. Melalui hubungan baik dengan sodara dan tetangga rumahtangga bisa mendapat pinjaman uang saat menghadapi masalah ekonomi. Selain itu rumahtangga juga dapat menabung sebagian dari pendapatan yang mereka miliki yang dapat digunakan untuk keperluan yang akan datang melalui arisan yang dibentuk dari sarana komunitas di Gereja. Hubungan baik antar anggota rumahtangga juga merupakan aset yang berguna untuk masa depan. Status sosial KK orang tua akan diwariskan pada KK anak, begitu juga dengan investasi yang dimiliki KK orang tua akan diwariskan terhadap KK anak melalui hubungan 33
sosial yang baik. Hal ini yang menyebabkan mengapa modal sosial merupakan strategi nafkah yang dianggap sebagai suatu kebiasaan dan keharusan untuk dijalankan oleh rumahtangga. IV.
KESIMPULAN
Strategi nafkah rumahtangga penduduk Desa Lembobaru terbentuk dari ketersediaan sumberdaya yang dapat digunakan sebagai sumber nafkah. Tipologi strategi nafkah dikelompokan menjadi dua, strategi nafkah berbasis sumberdaya alam lokal dan strategi nafkah berbasis modal sosial. Strategi berbasis sumberdaya alam dapat menunjukan pola-pola penggunaan sumberdaya alam dalam rumahtangga dan strategi berbasis modal sosial dapat menunjukan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Pola pilihan strategi nafkah mengarah pada desakan kondisi desa yang terpencil serta sarana dan prasarana yang terbatas, sehingga rumahtangga harus mengelolah sumberdaya yang ada didesa untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Sumberdaya alam yang masih melimpah membuat rumahtangga petani tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup walau dengan keterbatasan akses terhadap pertanian yang lebih maju. Namun dalam jangka panjang eksploitasi terhadap penggunaan sumberdaya alam seperti penebangan hutan akan menimbulkan masalah baru pada Desa. Rumahtangga petani memiliki pilihan sendiri mengenai pengelolaan sumberdaya alam. Pilihan ditentukan oleh (1) kepemilikan lahan; (2) nilai barang yang diproduksi dilahan, nilai produksi ini meliputi nilai ekonomi dan nilai sosial; (3) kemudahan untuk mengelola, memilih tanaman yang tidak membutuhkan biaya perawatan yang besar; (4) jaminan keamanan akses pengolahan dan pemanenan hasil lahan, rumahtangga lebih memilih perkebunan karet dibandingkan kakao dan kopi karena dianggap lebih aman. Nilai-nilai kemasyarakatan juga mempengaruhi strategi nafkah rumahtangga, yang tercermin dalam peran modal sosial dalam strategi nafkah rumahtangga petani. Bagi penduduk Desa Lembobaru nilai-nilai masyarakat mempengaruhi dan mengendalikan strategi nafkah rumahtangga. Kelembagaan sosial dan ikatan-ikatan sosial sebagai bentuk institusionalisasi nilai yang membangun keamanan ekonomi dan keamanan sosial bagi anggota komunitas. Pilihan strategi nafkah dapat memberikan gambaran tentang karakter lahan yang dikelola, hasil yang diperoleh, alasan pengelolaan sumberdaya yang dilakukan, pemanfaatan hubungan sosial, serta kondisi rumahtangga petani yang tinggal di desa terpencil yang berada disekitar hutan.
34
DAFTAR PUSTAKA Apriliani, Tenny; Huda, Hakim,M dan Nasution, Zahri. 2010, Profil Usaha, Pendapatan dan Konsumsi Rumahtangga Pembudidaya Ikan di Desa Cikidang Bayabang Ciaanjur Jawa barat, Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP, Vol.5, No.02, Hal. 227-244. Bryant, Keith,W dan Zick, Cathleen,D. 2006, The Economic Organization of the Household: second edition, Cambridge University Pres, America. Cancian, Frank,1989, Economic Behavior in Peasant Community, dalam Stuart Plattner (Eds.), 1989, Economic Anthropology, Stanford University Press, California. Chambers, Robert dan Conway, Gordon, 1991, Sustainable Rural Livelihoods: Practical Concepts For the 21st Century, IDS Discussion Paper 296, Desember 1991. Dharmawan, Arya, H dan Manig, Winfried. 2000, Livelihood Strategies and Rural Changes in Indonesia; Studies on Small Farm Communities, Session: Assessment of Poverty and Livelihood Strategies, Institut of Rural Development the University of Germany, Waldweg 26, 37073 Gottingen. Dharmawan, Arya, H; Tulak, Paulina, P dan Juanda, Bambang, Struktur Nafkah Rumahtangga Petani Transmigran: Studi Sosio-Ekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masno Kabupaten Manokwari, Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, ISSN: 1978-4333,Vol.03,No.02,Hal.203-220. Ellis, Frank, 2000. Rural Livelihoods and Diversityin Developing, Oxford University Press, New York. Giles, Jhon dan Yoo, Keyongwon. 2002, Precautionary Behavior and Household Consumptiom and Saving Decisions: An Empirical Analysis Using Household Panel Data From Rural China, Preliminary Draft Prepared of NEUDC Michigan State University, Michigan. Ihsaniyati, Hanifah. 2010, Kebutuhan Informasi Petani Gurem :Desa Rowo Kec Kandangan Kabupaten Temanggung,Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian UNS, Solo. Iqbal, Moch. 2004, Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan:Studi kaus di dua Desa Nelayan Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur (tesis), Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Laporan Keadaan Penduduk Desa Lembobaru, 2012, Pemerintah Desa Lembobaru. McC. Netting, Robert, 1993, Smalholders, Householders, Farm Families and the Ecology of Intensive, Sustainable Agriculture, Stanford University Press, Stanford, California. Musyarofah, Siti, A. 2006, Strategi Nafkah Rumahtangga Miskin Perkotaan: Studi Kasus Kampung Sawah Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cikiling, Jakarta Utara (Skripsi), Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
35
Profil Desa Lembobaru, 2007, Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Propinsi Sulawesi Tengah. Purnomo, Agustina, M. 2006, Strategi Nafkah RumahTangga Desa Sekitar Hutan: Studi Kasus Dea Peserta PHBM (tesis), Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pramutoko, Bayu. 2012, Ekonomi Mikro: Pengantar Ilmu Ekonomi 1, Surabaya, Jendela Pustaka Utama. Ramadhan, Andrian dan Hafsaridewi, Rani. 2012, dampak Perubahan Lingkungan Terhadap Perkembangan Aktivitas Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Kawasan Segara Anakan, Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP, Vol.7, No.01, Hal. 33-53. Rauf, A, Wahid dan SriLestari, Martina. 2009, Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif di Papua, Jurnal Litbang Pertanian 28(2), hal. 54-62. Samuelson, Paul, A dan Nordhaus, William, D. 2003, Ilmu Mikro Ekonomi, Edisi 17, diterjemahkan oleh : Rosyidah, Nur; Elly, Anna dan Carvallo Bosco, P.T. Media Global Edukasi, Jakarta. Sumarti, Titik. 2007, Kemiskinan Petani dan Strategi Nafkah Ganda Rumahtangga Pedesaan, Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, ISSN: 19784333,Vol.01,No.02,Hal.271-232. Subali, Agus. 2005, Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga Petani: Studi Kasus Dea Batujajar Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor (skripsi), Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. Widodo, Slamet. 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah Pesisir, Makara Sosial Humaniora. Vol.15,No.1:10-20, Bangkalan-Indonesia. Widiyanto; Dharmawan, Hadi, H dan Prasodjo, Nuraini,W. 2010, Strategi Nafkah Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing:Studi Kasus Desa Wonotirto dan Desa Campursari Kec.Bulu Kab.Temanggung, Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, ISSN: 1978-4333,Vol.04,No.01,Hal.91114.
36