BAB
PROTO-INDUSTRIALISASI :
III
PROSPEK INDUSTRI PERDESAAN
3.1 Pendahuluan Industri kecil sangat beragam dan generalisasi untuk menyatakan industri perdesaan ber prospek atau tidak mempunyai prospek perkembangan adalah tidak mungkin. Sejumlah industri mempunyai karakteristik tertentu sehingga dipandang mempunyai prospek untuk menjadi industri kecil yang progresif, sejumlah lainnya berprospek mengalami transformasi struktur usaha menjadi industri yang lebih formal dengan skala yang lebih besar, industri yang lainnya bersifat lambat perkembangannya, dan sejumlah lainnya mengalami stagnasi atau kemunduran. Dengan ilustrasi ini dimaksudkan sebagai jalan masuk untuk mengenali
dan
membuat
tipologi
industri
yang
mempermudah
arahan
pengembangannya. Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu menurut latar belakang sejarah negara-negara yang sekarang dikategorikan sebagai industri maju dan membandingkan karkateristik industri perdesaan dengan phase perkembangan industri di negara maju tersebut.
3.2 Konsep Proto Industrialisasi Ashwani Saith (1986) dalam bukunya Rural Industrialization : Are The East Asian Successes Transferable. Menegaskan bahwa indusrti kecil dan industrialisasi perdesaan yang sekarang berlangsung di negara berkembang mempunyai kesamaan dengan tahap transisi antara pertanian 'peasant' dengan industri modern yang disebut proto-industrialisasi (lihat juga Saith. 1992). Proto industrialisasi merupakan phase awal industrialisasi di Eropa tengah awal abad 19 yaitu Pre-factory manufacturing. Proto industrialisasi mempunyai ciri yairu adanya ekspansi yang cepat industri yang diorganisasi secara tradisional tetapi berorientasi pasar/ komersial Jenis-jenis industri proto terutama adalah industri kerajinan / handicraft dan pertukangan / artisan sebagai usaha RT yang dikombinasi dengan kegiatan pertanian: Potensi industri ini belum mendorong munculnya sektor perdagangan yang akan menangani aspek pemasaran produk industri. Pada industri ini pemasaran produk juga dilakukan oleh pengrajin. Dengan kata lain perbedaan pengrajin-pedagang tidak muncul pada phase ini. Ciri Lain dari proto industri adalah proses produksi menggunakan
teknologi tradisional, karena itu modal kerja lebih penting. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan modal tetap untuk teknologi tradisional relatif kecil. Untuk mengetahui karakteristik industri perdesaan perlu mengetahui karakteristik pertanian peasant dan indsutri modern. Hal ini penting sebab industri perdesaan disebut sebagai suatu benruk transisi dari pertanian 'peasant' ke industri modern. Dalam pengertian ini industry proto sedang berproses menuju modernisasi usaha. Ada empat elemen utama yang dapat digiinakan untuk membedakan karakteristik pertanian peasant dengan industri modern, yaitu orientasi produksi, organisasi produksi, moda produksi, dan teknologi produksi. Karakteristik petani peasant dan industri modern disajikan dalam tabel berikut. Pada tabel nampak adanya perbedaan nyata antara karakteristik pertanian peasant dengan industri modern. Industri perdesaan berada pada dua karakteristik ini dan diasumsikan sedang berproses menuju industri yang lebih modern.
Tabel. 7. Karakteristik Pertanian Pesant Dan Indsutri Modern Unsur Orientasi Produksi / Production orientation Organisasi produksi/ prodution organization
Moda produksi / Mode of production Teknologi produfcsi / technology of production
Pertanian peasant Orientasi ganda : subsisten dan komersial/ Dual orientation Organisasi tradisional berbasis keluarga keluarga, minim spesialisasi kerja Pekerja keluarga dominan, belum terjangkau upah minimu Teknologi tradisional
Industri modern Berorientasi komersial
Organisasi formal, terstruktur dengan pembagian dan spesialisasi kerja yang jelas Sepenuhnya pekerja bayaran dengan standard upah minimal Teknologi berbasis otomasi
3.3. Perkembangan dan Kecenderungan Spesialisasi dan organisasi Dalam perkembangannya terjadi peningkatan pembagian (spesialisasi) tenaga kerja. Peningkatan pembagian kerja menunjukkan bahwa dalam aspek organisasi unit usaha terjadi peningkatan menuju ciri industri yang lebih formal.
Spesialisasi dalam tugas ini dipandang akan mendorong efisiensi kerja. Industri manufaktur menurut organisasi internal perusahaan dapat dibedakan menjadi tiga kategori sebagai berikut : a. sektor usaha perorangan (the individual enterprise sector): dioperasikan sendiri, sehingga sering disebut juga one man management, umumnya skala usahanya kecil, volume penjualan terbatas, investasi kecil, sering berciri musiman, pada umumnya masih merupakan pekerjaan sampingan b. sektor usaha keluarga (the family enterprise sector): perusahaanperusahaan
kecil
seperti
kelompok
usaha
perorangan,
sudah
mempekerjakan tenaga kerja tetapi didominasi tenaga kerja keluarga tidak dibayar (tin-paidfamily worker), spesialisasi kerja belum tegas, pekerjaan lebih bersifat reguler, merupakan sumber mata pencaharian utama c. sector usaha korporasi/ berbadan hukum (the corporate enterprise sector) tenaga kerja upahan, gaji dikontrol pemerintah/ serikat kerja, spesifikasi kerjanya jelas, curahan dan waktu jerja terjadwal, produksi masal, dsb
Spesialisasi dan klusterisasi Perkembangan lebih jauh lagi terjadi spesialisasi regional. Organisasi spasial ini sejalan dengan pinsip "comparative advantage yaitu dukungan faktorfaktor produksi pada suatu lokasi yang memberikan keuntimgan dan keunggulan industri tersebut dibandingkan dengan industri lain yang tidak memiliki kelebihan faktor produksi tersebut. Pada umumnya prinsip keunggulan komparatif ini terkait dengan ketersediaan sumberdaya, letak lokasi dan dukungan infrastruktur, atau tenaga kerja dan keahlian yang dimiliki. Dengan prinsip ini dapat ditemukan distribusi jenis-jenis industri perdesaan mengalami konsentrasi dan klusterisasi pada lokasi-lokasi tertentu. Proses sentralisasi industri juga berlangsung seiring dengan perkembangan industri. (Hospers dan Muizer.1998). Kondisi yang sama sedang berlangsung pada industri perdesaan di negara berkembang. Di Indonesia terdapat kluster-kluster industri perdesaan sejenis yang menjadi andalan dan identitas daerah. Kluster ini disebut sebagai sentra industri kecil. Sentra industri kecil (SIK) adalah suatu konsep yang merujuk pada kluster industri sejenis yang lokasinya berdekatan satu sama lain dalam suatu lingkup administrasi tertentu sebagai sarana untuk intervensi
pengembangan. Dengan konsep sentra ini dikenal misalnya sentra industri kerajinan kulit, sentra industri tekstil dan tenun, sentra industri kerajinan gerabah, senra industri genting, dan sentra industri pengecoran logam dan seterusnya. Sentra Industri Kecil merupakan salah satu pendekatan pengembangan industri perdesaan berbasis lokasi. Intervensi pengembangan seperti bimbingan, penyuluhan dan training, bantuan modal dan perkreditan, bantuan alat dan unitunit pelayanan teknis, peningkatan manajemen dan mutu usaha, dan lain-lain, dilakukan berdasarkan SIK.
Perubahan teknologi Perkembangan dalam spesialisai kerja dan organisasi berlangsung sejalan dengan perubahan teknologi. Jika dalam tahap awal perkembangannya industri
perdesaan
lebih
mengandalkan
pada
teknologi
yang
berciri
tradisional,.pada perkembangan selanjutnya teknologi lebih meningkat menjadi teknologi madya atau teknologi terapan (apropriate technology). Dalam teknologi terapan telah terjadi penggunaan sistem yang mengarah pada penggunaan amesin dan alat produksi lain yang berciri otomasi. Dalam otomasi ini sumber gerak utama alat atau mesin bukan tenaga manusia atau hewan. Sumber gerak alat dan mesin ini bisa bersal dan listrik atau minyak bumi seperti bensin atau solar.
3.4. Kategorisasi Perkembangan Dalam proses transisional antara karakteristik 'peasant' dengan industri modern tersebut, perkembangan industri kemudian dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu industri yang rnempunyai ciri ;Proto, Inferior, atau Survivor. Pertama, industri yang mempunyai ciri "proto' Adalah kelompok industri yang berkembang dan mengalami perubahan struktur usaha menjadi modern dengan transformasi teknologi, organisasi, dan tenaga kerja Kedua, industri mempunyai ciri "inferior" : Adalah kelompok jenis-jenis industri tertentu yang tersisih dengan adanya ekspansi dan kompetisi dengan industri modern, yang kehilangan permintaan (demand): karena urbanisasi dan perubahan preferensi konsumen terhadap
jenis-jenis produk yang dikonsumsinya Ketiga, industri mempunyai ciri "survivor" : Merupakan kelompok jenis-jenis industri tertentu yang mampu bertahan dengan adopsi alat-alat baru, perubahan dalam sumberdaya dan sumber tenaga, bahan baku, dan melakukan reorientasi kualitas produk.