Prospek Industri Berbasis Agro di Pasar Global Prof. Dr. Bustanul Arifin
[email protected] Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri dan Ekonom Senior INDEF Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Rapat Koordinasi Pusat-Daerah dan Sinkronisasi Penyusunan Program Industri Agro, Ditjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, 2-4 Maret 2016 di Semarang
Sistematika Pembahasan 1. 2. 3. 4.
Pertumbuhan Ekonomi Global dan Nasional Prinsip Dasar Agro-Industri: Sinergi Hilirisasi RIPIN—Prioritas Industri Agro Masa Depan Pendalaman pada Beberapa Industri Agro: a) b) c) d)
Industri perikanan Industri minyak nabati Industri gula Industri bahan penyegar
5. Kondisi Pemungkin (Enabling Conditions) Agroindustri 6. Penutup: Rekomendasi Kebijakan ke Depan
Ekonomi Global Mengalami Perlambatan dalam persen
Perekonomian
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Ekonomi Dunia
5,5
5,7
3,1
-0,0
5,4
4,2
3,4
3,4
3,4
3,1
Negara Maju
3,1
2,8
0,2
-3,4
3,1
1,7
1,2
1,4
1,8
1,9
Negara Berkembang
8,2
8,7
5,8
3,1
7,4
6,2
5,2
5,0
4,6
4,0
Ekonomi China
12,7
14,2
9,6
9,2
10,4
9,3
7,8
7,7
7,3
6,9
Harga Konomoditas (non-energi)
23,1
13,9
7,9
-15,8
26,5
17,9
-10,0
-1,2
-4,0
-17.4
Ekonomi Indonesia
5,5
6,3
6,0
4,6
6,4
6,2
6,0
5,6
5,0
4,8
2.322
2.979
3.692
3.741
3.667
3.531
3.377
PDB percapita (US$) 1.655
1.919 2.225
Sumber: Bank Dunia dan BPS, berbagai tahun
Pertumbuhan Ekonomi per Lapangan Usaha
Sumber: BPS, 5 Februari 2016
Kinerja Pertumbuhan Sektoral Tahun 2015
Sumber: BPS, 5 Februari 2016
Pertumbuhan Ekonomi menurut Pengeluaran
Sumber: BPS, 5 Februari 2016
Kinerja Pertumbuhan per Pengeluaran 2015
Sumber: BPS, 5 Februari 2016
Distribusi & Laju Pertumbuhan PDB Wilayah
Sumber: BPS, 5 Februari 2016
Prinsip Dasar Agro-Industri: Hilirisasi? • Bukan semata pengolahan hasil atau produk pertanian, tapi penciptaan nilai tambah produk, efisiensi usaha dan koordinasi (dan integrasi) vertikal antara hulu dan hilir; • Mikro: peningkatan kemampuan pelaku untuk memenuhi permintaan pasar, kepuasan konsumen, strategi bisnis, penguasaan pemasaran, tantangan globalisasi; • Makro: fokus nilai tambah, keterkaitan ke depan (forward) dan ke belakang (backward), pengganda pendapatan (income multipliers) dan pengganda lapangan kerja (employment multipliers).
RIPIN: Kriteria Pengembagan Industri Agro 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Memenuhi kebutuhan dalam negeri Meningkatkan kuantitas-kualitas penyerapan tenaga kerja Memiliki keunggulan sumberdaya alam Memiliki daya saing internasional Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif Memperkuat, memperdalam, menyehatkan struktur industri
RIPIN: Bangun Industri Nasional 2015-2035 VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL Industri Andalan Industri Pangan
Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan
Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka
Industri Alat Transportasi
Industri Elektronika & Telematika (ICT)
Industri Pembangkit Energi
Industri Pendukung Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong Industri Hulu Industri Hulu Agro
Industri Hulu Mineral Tambang
Industri Hulu Migas dan Batubara
Modal Dasar Sumber Daya Alam
Sumber Daya Manusia
Teknologi, Inovasi & Kreativitas
Prasyarat Infrastruktur
Kebijakan & Regulasi
Pembiayaan
Kelompok Jenis Industri Agro dan Jenis Produknya Kelompok Jenis Industri Industri Pangan 1. Industri pengolahan ikan 2. Industri pengolahan susu, 3. Industri pengolahan minyak nabati, 4. Industri pengolahan buah-buahan dan sayuran, 5. Industri Minuman 6. Industri tepung dan pakan 7. Industri gula berbasis tebu
Jenis Produk 1. Ikan awet (beku, asap, kering), ikan olahan (fillet, bakso, surimi), aneka olahan ikan dan hasil laut lainnya 2. Susu bubuk (formula, makanan bayi), susu cair (pasteurisasi, UHT dan kental, yogurt), keju, ice cream, confectionary, 3. Minyak kasar (minyak makan) dari nabati dan hewani, VCO, kelapa parut kering, tepung/cairan santan. 4. Manisan buah-buahan & sayuran, Buahbuahan & sayuran dalam kaleng, sari buah & sayuran 5. Minuman ringan, AMDK 6. Pati ubi kayu, Pati lainnya, 7. Gula pasir, Gula lainnya
Kelompok Jenis Industri Agro dan Jenis Produknya Kelompok Jenis Industri Industri Bahan Penyegar: 1. Industri Pengolahan Kakao
Jenis Produk
2. Industri Pengolahan Kopi
1. Bubuk Coklat, Makanan dari coklat, Lemak coklat 2. Kopi bubuk, kopi instan dan aneka produk kopi 3. Teh bubuk, teh celup dan aneka produk teh
3. Industri Pengolahan Teh Industri pakan
1. Ransum pakan ternak/ ikan
Industri Oleokimia dan Kemurgi: Industri pengolahan minyak sawit dan minyak nabati lainnya Industri hasil hutan & perkebunan: 1. Industri pengolahan kayu 2. Industri pengolahan rotan 3. Industri furnitur 4. Industri pulp dan kertas
1. Oleokimia, Biodiesel
1. 2. 3. 4.
Kayu lapis, Kerajinan, ukir-ukiran dari kayu Kerajinan dari rotan Furniture Bubur kertas (pulp), Kertas budaya, kertas berharga, kertas tissue, kertas khusus, kertas bergelombang, papan kertas, kertas lainnya
Pentahapan Industri Pangan 2015-2035 2015-2020
2020-2025 2025-2035 Industri Pengolahan Ikan Ikan awet, aneka olahan Minyak omega-3, pangan Pangan fungsional dan ikan, rumput laut dan hasil fungsional berbasis limbah suplemen, pure laut industri hasil laut carrageenan. Industri Pengolahan Susu Susu bubuk, susu cair Susu formula, aneka keju, Pangan fungsional, pro & (kental manis, pasteurisasi, mentega, probiotic, pangan prebiotic, susu formula UHT), yogurt, keju, fungsional. khusus mentega, ice cream, confectionary Industri Pengolahan Minyak Nabati Minyak goreng (kelapa, Minyak sawit merah (kaya Fortified cooking oil, kelapa sawit), VCO, tepung beta karoten), tepung pangan fungsional kelapa kering, santan santan. dalam kemasan pangan fungsional
2015-2020 2020-2025 2025-2035 Industri Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran Manisan buah/sayuran, Buah/sayuran dalam Mixed fruit/vegetable buah/sayuran dalam kaleng, kaleng, fruit/vegetable layer, pangan fungsional, sari, tepung, kripik dan layer, pangan fungsional suplemen dodol buah/sayuran berbasis limbah industri pengolahan buah
Minuman ringan, AMDK
Industri Minuman Minuman kesehatan
Minuman energi
Industri Tepung Tapioka, pati lain(jagung, Tepung gandum tropika, Granulated composit flour. sorghum, sagu), mocaf, pati dari biomasa limbah tepung kedele, gula cair pertanian, pangan darurat (glokusa-maltosa-fruktosa)
2015-2020
2020-2025 2025-2035 Industri Gula BerbasisTebu Gula pasir, gula cair, Gula pasir, serta MSG dan Asam organik makanan, minuman. asam organik dari limbah industri gula. Industri Bahan Penyegar 1. Bubuk coklat, lemak 1. Makanan dan minuman 1. Suplemen berbasis coklat, makanan dan dari coklat, pangan kakao minuman dari coklat, ice fungsional 2. Suplemen berbasis kopi cream 2. Aneka pangan olahan 3. High value tea, 2. Kopi bubuk, kopi instan, berbasis kopi organik, suplemen berbasis teh kopi dekafeinasi, kopi pangan fungsional mix, minuman kopi dalam 3. Aneka olahan teh, teh kemasan herbal, high value tea, 3. Teh bubuk, teh celup, pangan fungsional minuman teh dalam kemasan (Ready to drink)
Karekteristik Industri Pangan: Perikanan • Sebagian besar (90%) skala kecil, melibatkan 5 juta tenaga kerja langsung (budidaya) dan 3 juta tenaga kerja (tangkap). • Produksi ikan tangkap 6,5 juta ton (MSY: 7,3 juta ton), stagnan; Prodiksi ikan budidaya 14 juta ton, naik pesat dalam 10 tahun. • Konsentrasi Produksi: Jawa 67%, Sulawesi 10%, Sumatera 9%; • Industri: Unit pengolahan ikan (UPI): 60 ribu, Masyoritas 43% di Jawa, Kalimantan (6%), Nusa Tenggara (6%), sisanya tersebar; Mayoritas UPI tidak memiliki sertifikat, 505 UPI memiliki sertifikat; • Armada: 142 ribu kapal motor, mayoritas kecil (41 ribu), kapal motor besar (1.850). Infrastruktur dan prasana masih bermasalah. • Trend ke depan: industri perikanan terintegrasi: penangkapan, pengolahan, surimi, baso ikan, bahkan sampai industri retail dll.
Pohon Industri Pengolahan Hasil Laut
Keterangan : Sudah diproduksi
Karakter Industri Pangan: Minyak Nabati • Indonesia produsen dan eksportir CPO terbesar sejak 2010, produksi 32 juta ton 2015 dan laju pertumbuhan 7% per tahun; • Areal: sawit rakyat 36%, BUMN 12%, swasta besar 52%; Produksi CPO: sawit rakyat 41%, BUMN 11%, swasta 48% Produktivitas CPO masih rendah 14 ton/ha, potensi 50 ton/ha • Pengolahan: Dari TBS jadi CPO. Dari kelapa-kopra jadi CCO, Pengolahan lanjutan: Dari CPO dan CCO jadi produk turunan lain: oleokimia, margarine, kosmetik dll sesuai pohon industri; • Persoalan struktur industri dan rantai nilai yang agak timpang, pengembangan hilirisasi, dan koordinasi dengan BPDP-Sawit. Tantangan keberlanjutan, sekaligus peningkatan dayasaing dalam Skema ISPO (mandatory) dan RSPO (voluntary).
Pohon Industri Pengolahan Kelapa Buah Kelapa
Air Kelapa
Coco Vinegar Kecap Kelapa Minuman dr Kelapa Nata De Coco
Daging Kelapa
Daging Kelapa Parut Kulit Ari Daging Kelapa
Low Fat Desiccated Coconut Desiccated Coconut Perusahaan :72 UU Kapasitas :133 ribu ton
Concentrated Coco Mix
Coco Mix
Skim Mix
Semi Virgin Oil
Coco Shake
Coco Cake Coco Chemical
Kopra (BM 5) Minyak Kelapa
Tempur ung Kelapa
Kelapa
Tepung Tempurung Kelapa Arang Tempurung
Minyak Goreng Kelapa Perusahaan : 72 UU Kapasitas : 1,039 juta ton Produksi : 524 ribu ton
Bungkil Kopra Pakan Ternak
Sabut Kelapa
Batang Kelapa
Furniture
Corflex Sabut Berkaret
Tepung Arang
Matras
Karbon Aktif
Jok Kursi
Bahan Bangunan
Virgin Coconut Oil
Skim Milk
Bhn Bangunan Kosmetik
Lidi
Brg Kerajinan
Ket: Sudah diproduksi di Indonesia
Karakteristik Industri Pangan: Gula • Bahan baku industri atau usahatani tebu di hulu dan pengolahan oleh industri gula hilir permasalahan struktural, sehingga target swasembada gula masih sulit tercapai. Konsumsi gula naik. • Di sisi lain, produksi gula rafinasi tahun 2015 sekitar 2,5 juta ton dari ideal sekitar 1,7 juta ton. atau terdapat potensi kelebihan 700 ribu ton, yang sangat mungkin bocor ke pasar gula konsumsi. • Industri gula rafinasi terintegrasi dengan industri makanan dan minuman, mensyaratkan impor gula dengan spesifikasi khusus. • Industri tetes tidak dapat diabaikan karena permintaan dunia yang terus meningkat. Kebijakan dan fokus bisnis saatnya ditingkatkan. • Opsi pengembangan industri gula ke depan: (1) Terintegrasi dari tebu ke gula putih, dan (2) terintegrasi dari tebu ke gula mentah.
Pohon Industri Pengolahan Tebu Pucuk Dan Daun
Makanan Ternak Gula
Industri Makanan dan Minuman
Asam Glutamat Molases
Tebu
Gula Pasir Gula Padat
KOMODITI HULU
PRODUK HILIR
Bahan Makanan
Nira
Blotong
Asam Asam Organik
Etanol
Asam Asetat
Bahan Kimia Lain Makanan Ternak Protein Sel Tunggal
Makanan Ternak
Semen
Ragi Roti
MSG
Bahan Bakar
Masonry Semen Bahan Cat Pupuk Kertas Koran
Bahan Bakar Particle Board Ampas
Furniture
Kertas Tulis Cetak Security Paper
Makanan Ternak Pulp Sellulosa
Kertas
Polimer
Furferral
Furfurel Alkohol
Pelarut Bahan Penolong
PRODUK ANTARA
Ket: Sudah diproduksi di Indonesia
Industri Logam Falvor, dsb
Industri Bahan Penyegar: Kopi, Kakao, Teh • Industri bahan penyegar cukup unik, walau terdapat kesamaan • Masalah struktural pada bahan baku adalah persoalan tersendiri karena dominasi petani kecil, rendah produktivitas, akses cukup jauh dari teknik budidaya yang baik (GAP) dan teknologi baru; • Dari hulu juga sudah terdapat perbedaan pengolahan produk: teknik tradisional vs modern; fermentasi vs non-fermentasi dsb. • Rantai nilai dan sistem pemasaran produk umumnya tidak efisien, manfaat ekonomi tidak dinikmati petani kecil yang mayoritas; • Secara singkat, industri bahan penyegar sedang berada dalam transisi, apakah untuk memenuhi pasar ekspor atau justeru meningkatkan pendalam industri di dalam negeri; • Industri juga meghadapi tantangan keberlanjutan dan sertifikasi, karena kecenderungan governansi korporasi global yang besar.
Karakteristik Industri Penyegar: Kopi • Sistem produksi: 95% petani kecil dengan lahan 0.5- 2 ha • Produktivitas kopi rendah 625 kg/ha, jauh dibandingkan Vietnam dan Brazil yang telah mencapai 3 ton/ha. • Kopi Arabika semakin memperoleh perhatian, karena harga lebih tinggi, konsumen semakin menuntut kualitas kopi tinggi, walau Kopi Robusta tetap mejadi coffee body. • Proses awal: Cukup bervariasi, Berupa rangkaian: panen, pipil, fermentasi (simpan di karung), cuci, jemur, jual (diambil pedagang) jadi kopi beras, sangrai atau ekspor. • Proses lanjutan dalam negeri: Kopi bubuk, kopi mix, packing, distribusi, dll. Trend baru perubahan gaya hidup: roasting dan blending, dukungan industri kuliner dan café yang tumbuh pesat.
V. POHON INDUSTRI PENGOLAHAN Pohon Industri Pengolahan Kopi KOPI Komoditi Hulu
Produk Antara
Produk Hilir Kopi Bubuk BM = 5%
0901.21.20.00 0901.22.20.00
Kopi Instan BM = 5%
2101.11.10.00
Kopi Sangrai BM = 5% 0901.11.10.00
Kopi Biji BM = 5%
Buah Kopi
0901.90.10.00
Kopi Tiruan BM = 5% Kopi Dekafeinasi BM = 5%
0901.12.10.00
Kopi Mix BM = 5%
2101.11.90.00
Kopi Celup BM = 5% Kopi Ekstrak BM = 5%
2101.11.90.00 2101.12.10.00
Kopi Kafein, dll BM = 5%
2101.12.10.00
Kosmetik Ulin
Kulit & Pulp
Arang Asam Asetat
Hasil ikutan
Enzim Pektat Protein Sel Tunggal
Pektin Etanol Anggur Silase Cukai Makan
Karakteristik Industri Penyegar: Kakao • Masyoritas (>95%) kebun kakao rakyat, dengan lahan <1 ha, Produktivitas rendah 500 kg/ha, jauh dari potensi 1,5 ton/ha. • Teknologi kultur jaringan (SE somatic embryogenesis), harapan baru peningkatan produktivitas dan mutu kakao. • Pengolahan awal: pipil dan jemur, sebagian fermentasi karena tak ada insentif harga dan tataniaga non-efisien. • Pengolahan lanjutan: dengan intervensi pajak ekspor biji kakao, tapi investasi di dalam negeri baru menghasilkan cocoa butter, bukan cocoa powder. • Industri makanan jadi (consumer goods) dan turunannya masih harus impor bahan baku kakao. Terdapat disparitas skala usaha antara industri kakao multinasional dengan industri kecil menengah, termasuk karakter bisnisnya.
Pohon Industri Pengolahan Kakao
Ket: Sudah diproduksi di Indonesia
Karakter Industri Penyegar: Teh • Indonesia adalah pemain kecil, hanya 4% dari produksi teh dunia. • Areal lahan: petani kecil 45%, BUMN 31%, kebun swasta 24% Produksi teh: petani 34%, BUMN 43%, kebun swasta 23% • Tapi, produksi menurun 2.1%, areal menyusut 2.4% per tahun. Ekspor menurun 4.9% , impor meningkat pesat 17% per tahun • Tarif impor teh Indonesia rendah 5%. Tarif impor teh India 114%. • Bahan baku industri teh Indonesia berada pada tingkat bahaya, penurunan luas areal, konversi menjadi hortikultura dan sawit. • Pernah ada kebijakan tataniaga Permenhutbun 629/1998 tentang penetapan harga jual daun teh hijau, dihitung dari harga pabrik. • Industri teh memperoleh bahan baku dari Jakarta Tea Auction, yang cukup jauh dari sistem harga pasar persaingan sempurna. • Industri teh dalam kemasan dan teh botol, berikut diversifikasinya masih akan tumbuh, karena permintaan masih meningkat pesat.
Industri Agro Berbasis Hortikultura Hortikultura memiliki potensi dan prospektif cukup besar. Hortikultura meliputi: buah, sayur, bunga, fitofarmaka, dll Hortikultura berkontribusi 1,5% pada PDB nasional Menghidupi 35% rumah tangga petani. Cenderung naik. Kinerja produksi hortikultura tidak terlalu baik, masih sporadis, variasi skala usaha, kapasitas pelaku, jarinan pasar, teknologi, dan akses pembiayaan juga besar • Kinerja perdagangan juga buruk, impor hortikultura besar • Indonesia menyimpan masalah dengan DSB (Dispute Settlement Body) di WTO. Pembatasan impor buah (dan daging) yang dianggap melanggar perdagangan sehat. • • • • •
Pohon Industri Pengolahan Buah Antara
Komoditi Hulu
Produk Hilir
Kosmetik / Biofarmaka
Buah Dalam Kaleng; BM =5%
Daging Buah Matang Fruit Leather ; BM=5% Sale; BM=5% Juice, Minuman Sari Buah ; BM=10% Konsentrat ; BM = Minol (Anggur)
Puree ; BM=5%
Juice, Minuman Sari Buah ; BM=10% Selai ; BM=5%
Pulp/Bubur buah; BM=
Dodol, ; BM=
BUAH
Permen, Jelly ; BM=5%
Daging Buah Mentah
Keripik; BM=5% Asinan, Manisan; BM=5%
Tepung Buah ; BM=5%
Pektin Kulit Buah
Pupuk
Makanan dari Buah
Makanan Farmasi
Makanan Ternak Biji
Pati
Makanan Makanan Ringan
Kondisi Pemungkin Pengembangan Agro-industri 1. Infrastruktur Pendukung Produksi dan Distribusi Barang yang Lebih Memadai; 2. Efektivitas Pelayanan Birokrasi dan Kepastian Regulasi; 3. Jaminan Pasokan Bahan Baku dan Sumber Energi Pada Harga Kompetitif;
4. Sumber Daya Manusia Industri yang Handal;
5. Peningkatan Penggunaan Teknologi;
6. Peningkatan Akses pada Pembiayaan Investasi;
7. Peningkatan Akses ke Pasar Domestik dan Ekspor.
Sumber: Kemenperin (2013)
Penutup: Rekomendasi Kebijakan ke Depan •
• • • • • •
Pemanfaatan paket kebijakan ekonomi 2015: investasi industri hilir pengolah hasil pertanian dipermudah; Dukungan investasi di hulu, kebun baru hortikultura, khususnya pengembangan kluster industri buah; Integrasi pasar, inovasi dan adopsi teknologi, dukungan R&D produk hortikultura ekostis, plasma nutfah, dll; Pembenahan struktur pasar, integrasi hulu-hilir, kebijakan perdagangan produk industri agro strategis; Peningkatan kapasitas pelaku industri agro, penyiapan sumberdaya manusia (SDM), peningkatan mutu produk; Pendidikan bagi industri kecil menengah (IKM); dan Kemudahan akses pembiayaan (bank dan non-bank).