PENGALAMAN PASIEN DENGAN SERANGAN ASMA DI IGD RSUD KARANGANYAR
SKRIPSI “Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh : Kurniawan Adi Utomo NIM S11023
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Kurniawan Adi Utomo NIM
: S.11023
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada Surakarta maupun diperguruan tinggi lain. 2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain,kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim Penguji. 3) Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.
Surakarta,14 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
Kurniawan Adi Utomo NIM.S11023
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena berkat rahmat Allah dan petunjuk-petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : “PENGALAMAN PASIEN DENGAN SERANGAN ASMA DI IGD RSUD KARANGANYAR” dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa tanpa dorongan, pembimbing dan motivasi-motivasi dari
berbagai pihak niscaya penulis tidak akan mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih yang tak terhingga kepada : 1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan dan juga selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Atiek Murhayati, S.kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing utama, yang telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 4. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini.
iv
5. Direktur RSUD Karanganyar yang telah memberikan izin terlaksananya penelitian ini. 6. Semua partisipan yang telah banyak membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Sugito dan Ibu Sri Lestari yang selalu memberikan dukungan, doa, materi dan kasih sayangnya sepanjang waktu. 8. Teman-teman seperjuangan S-1 Keperawatan angkatan 2011 yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali ucapan trimakasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Surakarta, 14Agustus 2015
Kurniawan Adi Utomo NIM. S11023
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
DAFTAR ISI....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................
xi
ABSTRAK .......................................................................................................
xi
ABSTRACT.......................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
7
2.1 Tinjauan Teori .................................................................................
7
2.2 Kerangka Teori ................................................................................
22
2.3 Fokus Penelitian ..............................................................................
23
vi
2.4 Keaslian Penelitian ..........................................................................
24
BAB III METODELOGI PENELITIAN .........................................................
25
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.......................................................
25
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
26
3.3 Populasi dan Sampel........................................................................
26
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data ...................................
28
3.5 Analisa Data ....................................................................................
31
3.6 Keabsahan Data ...............................................................................
33
3.7 Etika Penelitian................................................................................
34
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................
37
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian............................................................
37
4.2 Gambaran Karakteristik Partisipan..................................................
38
4.3 Hasil Penelitian................................................................................
39
BAB V PEMBAHASAN .................................................................................
50
5.1 Mengetahui Pengetahuan Tentang Asma ........................................
50
5.2 Mengetahui Tindakan Awal Pada Saat Serangan............................
53
5.3 Mengetahui Respon Fisik Pada Saat Serangan ...............................
56
5.4 Mengetahui Respon Psikologi Pada Saat Serangan ........................
57
5.5 Mengetahui Harapan Penderita Asma .............................................
59
vii
BAB VI PENUTUP .........................................................................................
63
6.1 Kesimpulan......................................................................................
63
6.2 Saran ................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 2.1
Keterangan
Keaslian Penelitian
24
ix
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Teori
22
2.2
Fokus Penelitian
23
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
1
Jadwal Penelitian
2
Usulan Topik Penelitian
3
Pengajuan Judul Skripsi
4
Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
5
Surat Pengantar Ijin KESBANGPOL
6
Surat Pengantar Ijin RSUD Karanganyar
7
Surat Persetujuan KESBANGPOL
8
Surat Persetujuan BAPPEDA
9
Surat Persetujuan RSUD Karanganyar
10
Pengajuan Ijin Penelitian
11
Surat Pengantar Ijin Penelitian KESBANGPOL
12
Surat Pengantar Ijin Penelitian RSUD Karanganyar
13
Surat Persetujuan Penelitian KESBANGPOL
14
Surat Persetujuan Penelitian BAPPEDA
15
Surat Persetujuan Penelitian RSUD Karanganyar
16
Lembar Penjelasan Penelitian
17
Lembar Persetujuan Partisipan
18
Lembar Data Demografi
19
Pedoman Wawancara
20
Analisa Data Wawancara
21
Transkrip Wawancara
22
Lembar Opponent
23
Lembar Audience
24
Lembar Konsultasi
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Kurniawan Adi Utomo
Pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar
ABSTRAK
Asma merupakan penyakit yang terjadi di saluran nafas karena hiperaktifitas rangsangan tertentu dan dapat mempengaruhi orang-orang dari semua usia serta dapat mempengaruhi psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif fenomenology. teknik analisa yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode Collaizi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria partisipan pasien yang pernah mengalami serangan asma pertama atau kedua kali, pasien yang baru pertama kali dirawat inap di rumah sakit, pasien dalam kondisi sadar dan keadaan umum baik, pasien yang bersedia menjadi responden. Sampel dihentikan setelah data tersaturasi dengan jumlah partisipan sebanyak 3 partisipan. Hasil penelitian didapatkan 10 tema 1) pengertian asma 2) tanda dan gejala asma 3) penyebab penyakit asma 4) managemen relaksasi 5) upaya menanggulangi kejadian asma ulang 6) respon fisik 7) respon psikologis 8) bantuan memperlancar pernapasan 9) upaya pencegahan asma ulang 10) upaya penanganan medis. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bahwa pengalaman pasien dengan serangan asma adalah dengan cara mencari bantuan medis, melakukan managemen relaksasi agar keluhan asmanya berkurang, serta mencegah agar asmanya tidak kambuh lagi. Kata Kunci : Asma, Pengalaman, Penatalaksanaan Asma Daftar pustaka : 57 (2005-2014)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Kurniawan Adi Utomo Patient’s Experiences with Asthma Attack At the Emergency Installation of Local General Hospital of Karanganyar ABSTRACT Asthma is a disease which happens in a respiratory system due to stimulation hyperactivity. It can influence people at all ages, psychological and social aspects included in the life quality domain. The objective of this research is to investigate the patients’ experiences with asthma attack at the Emergency Installation of Local General Hospital of Karanganyar. This research used the phenomenological qualitative research. The data were analyzed by using the Colaizzi’s method. The samples of research were taken by using the purposive sampling technique. They were 3 patients who had the 1st or 2nd asthma attacks, newly hospitalized patients, conscious and healthy patients, and patients available to be respondents. The result of this research shows that there were ten themes, namely: (1) definition of asthma; (2) asthma symptom; (3) causes of asthma; (4) relaxation management; (5) effort of handling the asthma recurrence; (6) physical response; (7) psychological response; (8) treatment to facilitate breathing; (9) how to prevent asthma; and 10) medical treatment. Thus, the patients’ experiences to handle the asthma attack are seeking medical treatment, conducting relaxation management to decrease the complaints of asthma, and preventing the asthma from recurrence. Keywords: Asthma, experiences, asthma management References: 57 (2005-2014)
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Asma merupakan penyakit yang terjadi di saluran nafas karena hiperaktifitas rangsangan tertentu dan dapat mempengaruhi orang-orang dari semua usia serta dapat mempengaruhi psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. (Wong, 2008). Penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi penderita dapat sembuh dalam arti asmanya terkontrol. Bila tidak, akan mengganggu kualitas hidup penderita yang menyebabkan kehilangan waktu sekolah dan kehilangan jam kerja. Disamping itu penderita harus mampu meminimalkan faktor-faktor pemicu penyakit tersebut seperti keadaan lingkungan dimana kita berada dan perilaku (Dahlan, 2005). World Health Organization (WHO) memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah (WHO, 2013). Prevalensi asma pada anak di Amerika Serikat mencapai 9,4% (National Center for Health Statistics, 2010). Angka kejadian asma di Indonesia sebesar 12,5 juta dan 95% diantaranya adalah pasien asma tak terkontrol (Widodo, 2009). Menurut penelitian riset kesehatan dasar (Riskesda) tahun 2013 prevalensi asma di Jawa Tengah mencapai 4,3 % dari total penduduk Jawa Tengah. Penyakit asma dapat mempengaruhi kualitas dan produktivitas hidup
1
2
masyarakat Indonesia. (Riskesda, 2013).Berdasarkan penelitiannya tentang pasien asma di Surakarta berjumlah 2.126 kasus dari berbagai pasien di rumah sakit Surakarta baik negeri ataupun swasta (Handayani, 2008). Serangan asma yang dialami oleh individu dapat disebabkan oleh tiga faktor pemicu yaitu alergen, infeksi dan psikologis. Kekambuhan asma yang disebabkan oleh alergen terjadi karena sel-sel pada saluran pernafasan sangat sensitif terhadap zat-zat tertentu seperti serbuk sari, bulu, kecoa, polusi dan asap rokok. Berbeda dengan alergen, kekambuhan yang diakibatkan oleh infeksi terjadi karena adanya infeksi pada saluran pernafasan seperti bronkitis akut. Sedangkan faktor pemicu kekambuhan asma yang disebabkan oleh faktor psikologis terjadi ketika individu yang mengalami asma merasa frustrasi, depresi, cemas yang berlebihan, dan tidak dapat menerima keadaan diri. (Davidson, Neale, dan Kring 2006). Akibat dari penyakit asma jika tidak ditangani
akan
menimbulkan
komplikasi,
seperti
pneumothorak,
pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal napas, bronkhitis. Meskipun asma dapat berakibat fatal, asma lebih sering mengganggu pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya (Mansjoer, 2008). Penelitian lain menunjukkan 29,2% penderita asma memiliki pengetahuan tentang asma yang rendah (Katerin, Irvan, & Erlina, 2014). Serangan asma akut haruslah segera dilakukan penanganan oleh tenaga medis di rumah sakit. Kemampuan penderita asma untuk mendeteksi dini perburukan asmanya sangatlah penting, agar dapat mengobati dirinya sendiri
3
saat serangan asma di rumah sebelum kedokter. Sedangkan pada asma kronik penderita haruslah memahami sistem penanganan asma secara mandiri, sehingga dapat mengetahui kondisi kronik dan variasi keadaan asma (Broide, 2007). Persepsi pasien asma merupakan pengalaman tentang penyakit asma yang dideritanya, peristiwa yang dapat memungkinkan serangan asma dan hubungannya dengan kemampuan pasien asma dalam mengelola kondisi sakitnya. Asma perlu mendapat perhatian karena penyakit asma dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan beban ekonomi. Pengetahuan tentang penyakit asma perlu diketahui masyarakat umum, sehingga ikut membantu untuk meminimalisasi faktor pencetus asma bagi penderitanya (Hudoyo, 2008). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojdo, 2012). Orang yang mengidap asma seringkali tidak bisa menjalani hidup normal dan produktif. Kemajuan terbaru dalam ilmu kesehatan memungkinkan seseorang untuk mengendalikan gejala-gejala yang dapat melumpuhkannya, karena hampir semua orang yang mengidap asma bisa menjalani hidup normal. Hal ini hanya dimungkinkan jika penderita mendapatkan perawatan yang teratur dan juga melakukan perawatan mandiri dalam mengatasi asma tersebut. Terapi pencegahan yang teratur adalah kunci untuk mengontrol asma. Meski asma merupakan penyakit kronik dan seumur hidup butuh perawatan rutin untuk dapat hidup normal dan aktif. Penatalaksanaan asma yang tepat, termasuk kerja sama
4
antara perawat dan pasien serta keluarganya, terbukti dapat memberikan hasil yang baik dan tercapainya asma control (Ramaiah, 2006). Manajemen asma bertujuan agar pasien hidup normal dengan meminimalisasi serangan asma. Keberhasilan mengontrol penyakit asma butuh komitmen dari petugas kesehatan dan pasien untuk membuat rencana manajemen asma berkelanjutan yang meliputi diagnosa dan memilih obat yang tepat, mengidentifikasi dan menghindari pemicu serangan asma, mengedukasi pasien mengenai manajemen asma diri sendiri, serta memantau dan memodifikasi perawatan asma. Bila upaya yang dilakukan untuk menghindari faktor pencetus asma berhasil, maka gangguan asma pada penderita bisa dikendalikan. Kriteria klinis asma yang terkontrol, terlihat bila penderita bebas gejala asma, aktivitas sehari-harinya tidak terganggu asma, tidak lagi mengalami gangguan ketika tidur, tidak lagi menggunakan obat pelega lagi dan hasil pemeriksaan faal parunya normal. Hasil penelitian di luar negeri menunjukkan, asma yang terkontrol dapat menurunkan tingkat rawat inap, kunjungan ke instalasi gawat darurat serta memperbaiki kualitas hidup (Hudoyo, 2008).
Hasil studi pendahuluan di RSUD Karanganyar didapatkan data penderita asma selama tahun 2014 sampai bulan November ada 104 kasus dan dalam kurun waktu 3 bulan terakhir terdapat penderita asma di IGD RSUD Karanganyar sebanyak 73 kasus rawat jalan sebanyak 29 kasus dan rawat inap sebanyak 44.Pasien yang baru pertama kali terkena serangan asma sebanyak 13 pasien dan 60 lainnya pasien yang sudah beberapa kali terkena serangan asma. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan November 2014 dengan beberapa pasien di IGD RSUD Karanganyar dapat diketahui bahwa
5
setiap terjadi serangan asma ada pasien hanya menunggu bantuan orang lain dan ada juga yang langsung mencari bantuan dan dalam penanganan perawat kurang baik dan bahkan sampai ada yang meninggal dunia karena penanganannya kurang cepat. Uraian latar belakang diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar.
1.2 Rumusan Masalah Asma merupakan penyakit yang terjadi di saluran nafas karena hiperaktifitas karena rangsangan tertentu dan dapat mempengaruhi orangorang dari semua usia, serta dapat mempengaruhi psikologis dan sosial. Hasil wawancara dengan pasien yang mengalami asma didapatkan data penanganan asmanya hanya menunggu bantuan dari orang lain. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengalaman pasien dengan serangan asma. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan tentang asma.
6
2. Untuk mengetahui tindakan awal pada saat serangan. 3. Uuntuk mengetahui respon fisik pada saat serangan. 4. Untuk mengetahui respon psikologis pada saat serangan. 5. Untuk mengetahui harapan penderita asma.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi rumah sakit Penelitian ini dapat menambah masukan informasi tentang respon pasien asma sebelum mendapatkan penanganan supaya pasien segera mendapatkan penanganan secepat mungkin. 1.4.2
Manfaat bagi institusi pendidikan Menambah
pengetahuan
bagi
mahasiswa
dan
untuk
menambah acuan literatur dalam proses belajar mengajar. 1.4.3
Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur penelitian dan menjadi referensi untuk penelitian berikutnya.
1.4.4
Manfaat bagi peneliti Peneliti
dapat
menambah
pengalaman penderita asma.
pengetahuan
bagaimana
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teori 2.1.1 Asma 1. Pengertian Asma Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversible, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas (Prasetyo, 2010). Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai
rangsangan
dengan
manifestasi
adanya
penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubahubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). 2. Klasifikasi Asma Menurut Prasetyo (2010), asma diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : 1) Asma Ekstrinsik (Alergik) Asma ekstrinsik merupakan asma yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur.
7
8
2) Asma Intrinsik (Non Alergik) Asma intrinsik merupakan asma yang ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. 3) Berdasarkan Keparahan Penyakit Berdasarkan keparahan penyakit ada 3 diantaranya asma intermiten, asma ringan, dan asma sedang. Asma intermiten yaitu serangan asma yang mempunyai gejala muncul <1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau hari. Asma ringan terjadi >1 kali dalam 1 minggu terapi <1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi menggunakan aktifitas atau tidur gejala asma terjadi pada malam hari. Asma sedang terjadi tiap hari, eksaserbasi menggunakan aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu. 3. Etiologi Asma Sebagian
besar
penyempitan
pada
saluran
nafas
disebabkan oleh semacam reaksi alergi. Alergi adalah reaksi tubuh normal terhadap allergen, yakni zat-zat yang tidak berbahaya bagi kebanyakan orang yang peka. Alergen menyebabkan alergi pada orang-orang yang peka. Alergen menyebabkan otot saluran nafas menjadi mengkerut dan selaput lendir menjadi menebal. Selain
9
produksi lendir yang meningkat, dinding saluran nafas juga menjadi membengkak. Saluran nafas pun menyempit, sehingga nafas terasa sesak. Alergi yang diderita pada penderita asma biasanya sudah ada sejak kecil. Asma dapat kambuh apabila penderita mengalami stres dan salah satu stress secara psikis dan fisik, sehingga daya tahan tubuh cenderung menurun, daya tahan tubuh yang menurun akan memperbesar kemungkinan tersebar infeksi dan pada keadaan ini asma dapat kambuh (Price, Sylvia & Wilson, 2006). Penyebab asma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Pada bahasa medik asma hanya dikenal dengan istilah medik dengan faktor pencetus penyebab asma yaitu alergi dan non alergi. Penyebab alergi meliputi debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lai-lain, Sedangkan penyebab asma non alergi meliputi 2 faktor yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan (Prasetyo, 2010). 4. Gejala klinis Berbagai penelitian menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran napas yang berlebih. Frekuensi beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbatas pada gejala dan hanya mengalami serangan sesak napas yang singkat dan ringan yang terjadi sewaktu-waktu.
10
Ada juga yang mengalami batuk dan mengi serta mengalami serangan hebat (Prasetyo, 2010). 5. Patofisiologi Asma Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing diudara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan
cara,
seorang
yang
alergi
mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesikasinya (Prasetyo, 2010). 6. Penatalaksanaan Asma Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Tujuan pengobatan asma bronchial agar penderita bias hidup normal, bebas dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi saluran napas, sehingga menurunkan angka keperawatan dan kematian akibat asma.
11
Dalam penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor alergi (Meiyanti 2011; GINA, 2006). 1) Oksigenasi Asma serangan berat memerlukan pengobatan segera dengan memberikan suplementasi oksigen, terapi cairan, inhalasi dengan bronkodilator dan kortikosteroid intravena yang bertujuan untuk mencegah ancaman gagal napas dan pemakaian ventilasi
mekanik.Pemberian
oksigen
mutlak
diperlukan
terutama untuk mengatasi hipoksemia. Terapi oksigen dengan mempergunakan kanul nasal 0,5-2 L/menit cukup untuk mempertahankan target saturasi oksigen lebih dari 90%. Cairan intravena diberikan untuk mengatasi dehidrasi akibat masukan cairan yang kurang dan peningkatan usaha napas (Linzer, 2007) 2) Farmakologi Menurut
Puspitasari
(2010)
penatalaksanaan
farmakologis asma di bagi menjadi 2 yaitu : a) Reliever Obat golongan ini adalah senyawa-senyawa yang bersifat
melebarkan/melonggarkan
otot-otot
bronkus
(reseptor beta) sehingga disebut obat beta agois. Contohnya seperti salbutamol, terbutalin, teofilin, aminofilin.
12
b) Controller Obat jenis ini bekerja dengan cara menjaga agar sel mast tidak pecah atau menjaga agar tidak terjadi proses inflamasi/peradangan yang menyertai alergi. Contohnya seperti penghambat sel mast (kromoglikat, ketotifen), penghambat leukotrien (montelukast). 3) Non farmakologis Menurut
Muttaqin
(2008)
penatalaksanaan
non
farmakologis asma yaitu : a) Penyuluhan Penyuluhan
ini
ditujukan
untuk
peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara
sadar
menghindari
faktor
faktor
pencetus,
menggunakan obat oral secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan. b) Menghindari faktor pencetus Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
13
c) Fisioterapi Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi dan fibrasi dada. 7. Komplikasi Asma Penyakit asma yang tidak ditangani dengan baik lambatlaun akan berakibat pada terjadinya komplikasi Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah: 1) Pneumothoraks Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas. 2) Pneumomediastinum Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke dalam rongga dada .
14
3) Atelektasis Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. 4) Aspergilosis Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp. 5) Gagal napas Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. 6) Bronkhitis Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit
15
bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir. 7) Fraktur iga Fraktur iga adalah patah tulang pada iga yang disebabkan oleh upaya bernapas yang berlebihan pada kondisi obstruksi jalan napas maupun gangguan ventilasi oksigen.
2.1.2 Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek. Pengindraan
terjadi
melalui
panca
indra
manusia
yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojdo, 2012). 2. Tingkat pengetahuan Menurut Sunaryo (2004) Tingkat pengetahuan seseorang ada 6 tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu diartikan dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
16
b. Memahami (Comprehention) Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang obyek yang diketahui. c. Penerapan Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan obyek kedalam bagian-bagian kecil, tetapi masih didalam suatu struktur obyek tersebut dan masih terkait satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menghubungkan
adalah
suatu
bagian-bagian
kemampuan
didalam
suatu
untuk bentuk
keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi
adalah
kemampuan
seseorang
melakukan penilaian terhadap suatu obyek tertentu.
untuk
17
3. Cara memperoleh pengetahuan Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu : a. Cara tradisional 1) Cara Coba Salah (Trial And Error) Cara coba salah ini dipakai orang sebelum kebudayaan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan “kemungkinan” dalam memecahkan masalah dan apabila “kemungkinan” ini tidak berhasil maka akan dicoba lagi. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas baik berupa pimpinanpimpinan masyarakat formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang empiris maupun pendapat sendiri. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman
yang
pernah
diperoleh
memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
dalam
18
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut juga dengan metode penelitian atau suatu metode penelitian ilmiah dan lebih popular (Notoadmodjo, 2012). 4. Proses perilaku “Tahu” Proses perilaku ada 5, yaitu : a. Awareness (kesadaran) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) Dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang) Dimana individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial Dimana individu ini mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption Adaptasi dan sikap individu terhadap stimulus
19
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Faktor internal Faktor internal dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan akan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,
menyita
waktu,
berulang dan
banyak
tantangan. 3) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung saat lahir sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2012).
20
b. Faktor eksternal Faktor eksternal dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Notoatmodjo, 2012).
2.1.3 Pengalaman 1. Pengertian Pengalaman mengalami,
kata
melakoni,
dasarnya
menempuh,
“alami” menemui,
yang
artinya
mengarungi,
menghadapi, menyeberangi, menanggung, mendapat, menyelami, mengenyam, menikmati, dan merasakan (Endarmoko 2006). Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi
(Alwi,
2005).
Menurut
Notoatmodjo
(2005)
21
pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
22
2.2
Kerangka Teori Etiologi Asma
Manifestasi Asma
1. Alergi
1. Sesak napas
- Debu rumah
2. Batuk berdahak
- Bulu binatang
3. Suara napas yang berbunyi
- Asap rokok
mengi
- Asap obat nyamuk
4. Hilangnya keluhan diluar
- Tungau
serangan
- Serbuk bunga
Komplikasi
- Spora jamur
1. Pneumothoraks
2. Non Alergi
2. Pneumomediastinum
- Keturunan
3. Atelektasis
- Lingkungan
4. Aspergilosis
Klasifikasi
5. Gagal napas
1. Asma ekstrinsik
6. Bronkhitis
2. Asma intrinsik
7. Fraktur iga
3. Keparahan penyakit
Asma
Pengalaman pasien dengan asma
Penatalaksanaan Asma 1. Oksigenasi 2. Farmakologi 3.Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis Gambar 2.1 Kerangka teori (Prasetyo 2010, Price, Silvia & Wilson 2006, Linzer 2007, Puspitasari 2010, Muttaqin 2008)
23
2.3
Fokus penelitian
Respon fisik pada saat serangan
Pengetahuan tentang asma
Respon psikilogi pada saat serangan
Pengalaman pasien dengan asma
Tindakan awal pada saat serangan
Gambar 2.2 Fokus penelitian
Harapan penderita asma
24
2.4
Keaslian penelitian
Tabel 2.1 Keaslian penelitian Nama
Jurnal Penelitian
Metode
Hasil
Katerine, Irvan Medison, Erlina Rustam
Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Asma dengan Tingkat Kontrol Asma
Desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan metode potong lintang (crosssectional)
Terdapat perbedaan proporsi asma tidak terkontrol pada pengetahuan asma tinggi dan rendah, sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kontrol asma.
Rosma Karinna Haq
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Serangan Asma Pada Penderita Asma Bronkial Dl Bp4 Semarang
Desain penelitian menggunakan studi korelasional dengan pendekatan cross- sectional
Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan serangan asma pada penderita asma bronkial di BP4 Semarang.
Peneliti
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan memberikan pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Afiyanti, 2014). Menurut Sugiyono (2009) menegaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Penelitian fenomenologi menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman yang disadari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu (Sumantri, 2011). Fenomenologi merupakan pendekatan yang dipakai oleh peneliti. Menurut Afiyanti (2014) mengatakan pendekatan fenomenologi adalah pengalaman yang bersifat universal yang dialami oleh seorang individu terhadap suatu fenomena yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan fenomenologi adalah suatu pendekatan yang essensial terkait dengan pengalaman alamiah manusia sepanjang hidupnya dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti melalui hasil yang mendalam dari peneliti, diperoleh dari data-data hasil wawancara, tulisan serta pengamatan suatu fenomena yang diteliti. (Polit & Beck, 2006). Pendekatan fenomenologi dinilai dapat menjelaskan fokus
25
26
permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti akan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Tempat Penelitian ini dilaksanakan di IGD RSUD Karanganyar. 3.2.2 Waktu penelitian Waktu penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian dari 13 Februari – 20 mei 2015.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadi, 2013). Menurut Sugiyono (2009) populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
27
dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita asma di IGD RSUD Karanganyar. 3.3.2 Sampel Sampel merupakan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sabagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel pada penelitian ini adalah informan yang memiliki peranan penting dalam penelitian. Informan yang digunakan pada penelitian ini ialah partisipan yang menderita asma. Sampel sebanyak 3 orang hingga tercapai saturasi (Afiyanti, 2014). Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berorientasi pada tujuan penelitian individu diseleksi atau dipilih secara sengaja karena memiliki pengalaman yang sesuai dengan fenomena yang diteliti sampel ini menetapkan terlebih dahulu kriteria – kriteria inklusi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang menderita asma di IGD RSUD Karanganyar dengan kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Pasien yang pernah mengalami serangan asma pertama atau kedua kali. 2. Pasien yang baru pertama kali dirawat inap di rumah sakit. 3. Pasien dalam kondisi sadar dan keadaan umum baik.
28
4. Pasien yang bersedia menjadi responden.
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Instrumen Pada penelitian ini digunakan dua macam instrument yaitu instrument inti dan instrument penunjang sebagai berikut: a. Instrumen inti Peneliti merupakan instrument kunci pada penelitian ini. Peneliti sebagai instrument inti berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri dalam melakukan wawancara mendalam. Usaha yang dilakukan berlatih wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan data kepada partisipan. Pada saat latihan wawancara peneliti berusaha responsive dan luwes dalam berkomunikasi. Keterampilan wawancara kemudian terus diperbaiki seiring dengan seringnya melakukan wawancara pada partisipan berikutnya. b. Intrumen penunjang Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu : 1. Panduan wawancara pada penelitian ini jumlah 11 daftar pertanyaan terbuka. 2. Lembar data demografi partisipan yaitu berisi nama inisial responden, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, riwayat asma. 3. Alat tulis yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku catatan dan bolpoin untuk mencatat hal-hal penting pada penelitian.
29
4. Alat perekam dalam penelitian ini peneliti menggunakan handphone yang dilengkapi program voice recorder, dengan memory card berkapasitas 2 giga bite yang mampu merekam kurang lebih 2 jam yang bertujuan untuk mempermudah peneliti membuat transkip wawancara. 2. Prosedur pengumpulan data a. Fase pengumpulan data Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mengurus surat ijin pengambilan data yang dikeluarkan oleh Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang ditujukan kepada Direktur Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) dan kepada Direktur RSUD Karanganyar. Setelah mendapatkan ijin melakukan studi pendahuluan, surat diserahkan kepada kepala badan Perencanaan
Pembangunan
Daerah
(BAPPEDA)
Kabupaten
Karanganyar dan kepada kepala Dinas Kesehatan Karanganyar. Surat kemudian diserahkan kepada Direktur RSUD Karanganyar agar mendapatkan persetujuan untuk pengambilan data di Rekam Medis RSUD Karanganyar. Partisipan yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diberikan penjelasan dan memberikan inform consent untuk menjadi responden penelitian terkait.
30
b. Fase pelaksanaan 1) Wawancara mendalam Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Informasi dari sumber data ini dikumpulkan dengan teknik wawancara, dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing) yaitu wawancara yang dilakukan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka di mana informan yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya, peneliti mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono, 2013). Wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada setiap partisipan dengan menggunakan pedoman wawancara yang sudah disusun oleh peneliti yaitu 11 pertanyaan, waktu yang diperlukan untuk wawancara kurang lebih 30 menit dan dilakukan 1 kali wawancara pada setiap partisipan. 2) Dokumen Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai suatu data. Dokumen tertulis merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif (Sutopo, 2006). Sumber data dan dokumen pada penelitian ini diperoleh dari buku dan jurnal yang membahas pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD
31
Karanganyar. Data dari sumber tersebut kemudian dianalisis sehingga dapat memperkuat hasil penelitian peneliti. c. Fase terminasi Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan terminasi dengan melakukan validasi terhadap data yang ditemukan kepada partisipan. Dalam penelitian ini peneliti menvalidkan data dengan cara mengkonsultasikan hasil transkrip wawancara partisipan kepada Dosen pembimbing. Setelah semua data divalidasi dan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan, maka dilakukan terminasi dengan ucapan terima kasih karena telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.
3.5 Analisa Data Analisa
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back, 2006), metode Colaizzi dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan dengan metode Colaizzi fenomena – fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan makna – makna yang didapat. Adapun langkah – langkah analisa data adalah sebagai berikut : 1. Peneliti mendengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil penelitian (transkip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan partisipan.
32
2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan. Membaca ulang dan mendapatkan kata kunci. 3. Peneliti membaca semua protokol atau transkrip. Mencari arti atau makna dari setiap kunci dari perasaan yang sesuai dari partisipan untuk mendapatkan
perasaan
yang
sesuai
dari
partisipan.
Kemudian
mengidentifikasi pernyataan partisipan yang relevan. Serta membaca transkrip secara berulang – ulang hingga ditemukan kata kunci dari pernyataan – pernyataan. 4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema. a) Mengumpulkan kata-kata kunci yang memiliki makna yang sama kedalam tema atau sub tema. b) Mengelompokkan sub tema, yang sama kedalam satu tempat. 5. Peneliti mengintegrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang diteliti. 6. Merumuskan gambaran hubungan antara tema dan sesuai dengan fenomena yang diteliti. 7. Kembali kepada partisipan untuk langkah validasi akhir / verifikasi tema – tema segera setelah proses verba tim dilakukan dan peneliti tidak mendapatkan data tambahan baru selama verifikasi.
33
3.6 Keabsahan Data Menurut Sugiyono (2013), keabsahan data dapat dibagi menjadi beberapa hal sebagai berikut : 1. Kredibility (validitas internal) Ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas. 2. Transferability (validitas eksternal) Berkenaan
dengan
masalah
generalisasi,
yakni
sampai
dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menjamin keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini disebabkan
karena
penelitian
kualitatif
tidak
bertujuan
untuk
menggeneralisir, karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak, atau senantiasa bersifat purposive sampling. 3. Dependebility (dependabilitas) Indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama. Untuk dapat mencapai
34
tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan tekhnik ulang atau check recheck. 4. Confirmability (konfirmabilitas) Peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau di ”confirm” oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan istilah ”confirmability”.
3.7 Etika Penelitian Menurut Nursalam (2014), hampir 90% subjek yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah manusia, maka penelitian harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam penelitian dibagi menjadi 3 yaitu : 3.7.1 Prinsip manfaat 1. Bebas dari penderitaan Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitana kapada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus. 2. Bebas dari eksploitasi Partisipasi subjek dalam penelitian, harus menghindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak dipergunakan dalam hal – hal yang dapat merugikan subjek dalam bentuk apapun.
35
3. Risiko (benefits ratio) Penelitian harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan. 3.7.2 Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) 1. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination) Subjek mempunyai hak untuk memutuskan bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa adanya sangsi apapun. 2. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan ( right to full disclosure) Seorang peneliti harus memberikan penjelasan sacara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek. 3. Informed consent Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyau hak untuk menolak berpartisipasi menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu. 3.7.3 Prinsip keadilan (right to justice) 1. Hak jaga kerahasiaannya (right to privacy) Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia (confidentiality).
36
2. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment) Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah
keikutsertaannya
dalam
penelitian
tanpa
adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak tersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian tentang pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar dari tanggal 13 Februari 2015 sampai 20 Mei 2015. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang gambaran pengalaman pasien dengan serangan asma, dalam penelitian ini didapatkan 10 tema yaitu 1) Pengertian Asma 2) Tanda dan Gejala Asma 3) Penyebab Penyakit Asma 4) Managemen Relaksasi 5) Upaya Menanggulangi Kejiadian Asma Ulang 6) Respon Fisik 7) Respon Psikologis 8) Bantuan Memperlancar Pernapasan 9) Upaya Pencegahan Asma Ulang 10) Upaya Penanganan Medis. Hasil penelitian ini juga menjelaskan tentang karakteristik partisipan yang terlibat secara langsung dalam penelitian dengan singkat dan menguraikan hasil tematik tentang pengalaman partisipan.
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Karanganyar merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Rumah Sakit ini pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin (RB) bernama RB “Kartini” yang didirikan pada tanggal 21 April 1960. RSUD Kabupaten Karanganyar memenuhi syarat menjadi RSU kelas C berdasarkan analisis organisasi, fasilitas dan kemampuan, dan dilakukan dengan Keputusan Menkes Republik Indonesia Nomor 009-I/MENKES/1/1993, tentang Susunan
37
38
Organisasi dan Tata Kerja RSU Karanganyar. Sejak tanggal 2 Maret 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan status BLUD penuh. RSUD Karanganyar mempunyai IGD dan terdapat 18 perawat yang bekerja di IGD tersebut, IGD tersebut terdapat 8 ruangan, 4 ruangan tindakan berdasarkan triage, 1 ruang isolasi, 1 ruangan administrasi, 1 ruangan perawat dan 1 kamar mandi pasien. IGD tersebut memiliki prasarana yang memadai seperti bed pasien disetiap ruangan, kursi roda, tabung oksigen dan prasarana penunjang lainya.
4.2 Gambaran Karakteristik Informan 4.2.1 Partisipan 1 (P1) Tn. B seorang mahasiswa berumur 23 tahun, pengalaman kejadian serangan asma Tn. B baru dua kali dan Tn. B baru dua bulan terakhir menderita penyakit asma dan baru pertama dirawat di Rumah Sakit. 4.2.2 Partisipan 2 (P2) Ny. N berjenis kelamin perempuan berumur 24 tahun, pendidikan terakhir SMA. Pengalaman kejadian serangan asma Ny. N baru dua kali serangan asma dan sudah menderita asma selama tiga bulan yang lalu dan baru pertama dirawat di Rumah Sakit.
39
4.2.3 Partisipan 3 (P3) Ny. T berjenis kelamin perempuan berumur 21 tahun, pendidikan terakhir SMA. Pengalaman kejadian serangan asma Ny. N baru dua kali serangan asma dan sudah menderita asma selama dua bulan yang lalu dan baru pertama dirawat di Rumah Sakit.
4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Mengetahui pengetahuan tentang asma. Hasil penelitian untuk mengetahui pengetahuan tentang asma didapatkan 3 tema yaitu 1) Pengertian asma 2) Tanda dan gejala asma 3) Penyebab penyakit asma. Berikut ungkapan partisipan: 1. Pengertian asma Tema Pengertian asma ini didapatkan 1 kategori yaitu: Gangguan pernapasan. Berikut ini merupakan ungkapan partisipan mengenani pengertian tentang gangguan pernapasan: “asma itu gangguan pernafasan…(p1)” “…asma adalah eee gangguan pernafasan iku lo mas…(p3)” Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan bahwa pengertian asma yaitu penjelasan mengenai gangguan napas yang diderita partisipan. 2. Tanda dan gejala asma Tema tanda dan gejala asma ini didapatkan 1 kategori yaitu: Tanda asma.
40
Berikut ini merupakan ungkapan partisipan mengenai tanda dan gejala asma : “…kalau mau bernafas susah seperti ada yang ngebleki ngnu mas (p1)” “… itu lo mas sesak napas yang ee susah buat napas seperti itu (p2)” “…didada sesek seperti ada yang menindihi gitu susah banget untuk bernapas (p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa tanda dan gejala asma itu adalah bernapas susah. partisipan 2 juga mengungkapkan bahwa tanda dan gejala sma itu sesak napas. Partisipan 1 menyebut bahwa tanda dan gejala asma itu seperti ada yang ngebleki sedangkan partisipan 3 mengebutkan bahwa tanda dan gejala asma itu seperti ada yang menindih. 3. Penyebab penyakit asma Tema Penyebab penyakit asma ini didapatkan 2 kategori yaitu 1) Polutan 2) Faktor Genetik. Berikut
ini
merupakan ungkapan partisipan mengenai
penyebab penyakit asma terhadap polutan: “penyebabnya itu akibat polusi udara, debu-debu ,itu mas (p1)” “…polusi udara karena udara yang buruk… (p2)” “Penyebanya ya polusi udara, debu-debu kayak itu mas (p3 )”
41
Partisipan 1, 2, dan 3 mengungkapkan bahwa penyebab penyakit asma itu akibat dari polusi udara dan debu debu yang berada di sekitar kita. Berikut ini merupakan ungkapan partisipan dari penyebab penyakit asma dengan faktor genetik: “…penyebab asma itu ada karena penyakit keturunan …(p2)” “...penyebbnya itu bisa karena penyakit keturunan mas (p3)” Partisipan 2 dan 3 mengungkapkan bahwa penyebab penyakit asmaitu karena penyakit keturunan/faktor genetik. 4.3.2 Mengetahui tindakan awal saat serangan. Hasil penelitian untuk mengetahui tindakan awal saat serangan didapatkan 2 tema yaitu 1) Managemen Relaksasi 2) Upaya Menanggulangi Kejadian Asma. Berikut ungkapan partisipan: 1. Managemen relaksasi Tema managemen relaksai didapatkan 1 kategori yaitu posisi nyaman. Berikut
merupakan
ungkapan
partisipan
mengenai
managemen relaksasi dengan pemberian posisi nyaman: “yaitu mas saya tiduran kalau nggak ya duduk mas nyari posisi seng nyaman buat napas mas biar gak sesak banget gitu (p1)”
42
“…untuk mengurangi sesak napas ya ada berkurangnya mas tapi sedikit trus tiduran nyari posisi seng nyaman mas buat bernapas (p2) “ “Ee mencari posisi yang nyaman untuk bernapas…(p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa managemen relaksai yaitu dengan cara mencari posisi yang nyaman agar dapat menurunkan sesak napas. 2. Upaya menanggulangi kejadian asma ulang Tema upaya menanggulangi kejadian asma ulang didapatkan 2 kategori yaitu 1) Minta Tolong 2) Minum Obat. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya menanggulangi kejadian asma ulang dengan cara meminta tolong: “Saya tiduran mas sambil minta tolong pada saudara untuk menemani (p1)” “ya kalau pas ada saudara ya pasti saya langsung panggil saudara itu (p2)” “saya langsung panggil saudara mas (p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya menanggulangi kejadian asma ulang yaitu dengan meminta tolong pada orang lain. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya menanggulangi kejadian asma ulang dengan minum obat: “… langsung minum obat…(p1)” “Dulu e itu mas minum obat…(p2)”
43
“…Langsung minum obat….(p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya menanggulangi kejadian asma ulang yaitu dengan cara meminum obat. 4.3.3 Mengetahui respon fisik pada saat serangan Hasil penelitian untuk mengetahui respon fisik pada saat seranga. didapatkan 1 tema yaitu Respon Fisik. Berikut ungkapan partisipan : 1. Respon fisik Tema respon fisik didapatkan 5 kategori yaitu 1) Capek 2) Lelah 3) Pingsan 4) Lemas 5) Dada sesak. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik keluhan responsive berupa capek: “Rasanya itu di badan capek banget…(p1)” “…gimana ya mas ya ditubuh itu capek…(p2)” “Rasanya ya capek ya mbak di badan itu sesak didada…(p3)” Partisipan1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan asma yaitu badan terasa capek. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik keluhan responsive berupa lelah: “Ya langsung langsung lelah gitu mas…(p2)” “… terus rasanya tubuh itu juga lelah di badan mas juga …(p3)”
44
Partisipan2 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan asma yaitu badan langsung lelah. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik keluhan responsive berupa capek: “… kayak mau pinsan itu terus ya sesek gitu…(p2)” “…rasanya itu seperti mau pingsang mas (p3)” Partisipan2 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan asma yaitu seperti mau pingsan. Berikut merupakan ungkapakan partisipan mengenai respon fisik keluhan responsive berupa lemas: “kalau ditubuh itu rasanya lemes mas…(p1)” “Semua badan rasanya lemes mas kayak gitu…(p2)” Partisipan1 dan 2 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan asma yaitu badan terasa lemes. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon fisik keluhan berupa sesak: “… kalau tidurnya berbaring itu kan didada itu terasa sesek kayak gitu…(p2)” “…di dada sesek seperti ada yang menindihi gitu susah banget untuk bernapas (p3)” Partisipan3 dan 3 mengungkapkan bahwa respon fisik saat serangan asma yaitu didada terasa sesak. 4.3.4 Mengetahui respon psikologi pada saat serangan.
45
Hasil penelitian mengetahui respon psikologi pada saat serangan. didapatkan 1 tema yaitu Respon psikologis. Berikut ungkapan partisipan: 1. Respon psikologis Tema respon psikologis didapatkan 4 kategori yaitu 1) Sedih 2) Tidak khawatir 3) Berfikir positif 4) Senang. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon psikologis terhadap respon sedih: “kalau perasaan ya sedih mas kenapa kok bias sakit koyok ngene…(p1)” “… sedih juga mas nggak bisa bekerja bantu suami mas (p2)” “… kalau perasaan sedih iya mas kenapa kok bias sakit seperti ini…(p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita asma yaitu sedih. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon psikologis dengan kejadian tidak kawatir: “tidak kawatir lagi terus kalau sudah dikasih alat bantu…(p1)” “…Ya sudah tidak kawatir lagi mas terus lega juga karena sudah mendapatkan pertolongan…(p3)” Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita asma yaitu tidak khawatir lagi.
46
Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon psikologis terhadap koping positif: “maksudnya jangan berfikir yang neko-neko (macam-macam) gitu mas dibikin tenang wae pikirane….(p1)” “…jangan berfikir yang neko-neko (macam-macam) mas positif saja (p3)” Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita asma yaitu jangan berfikir yang neko-neko (macam-macam) kalau asmanya kambuh. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai respon psikologis terhadap respon senang: “ya rasanya senang ya mas
karena sudah mendapatkan
pertolongan…(p1)” “… senang sudah mendapatkan pertolongan ditangani oleh para medis...(p2)” “…ya senang juga mas sudah dibantu untuk mengurangi sesaknya ini (p3)” Partisipan 1 dan 2 mengungkapkan respon psikologis penderita asma yaitu senang karena sudah mendapatkan pertolongan oleh para medis. Pertisipan 3 mengungkapkan respon psikologis penderita asma yaitu senang sudah dibantu mengurangi sesaknya.
47
4.3.5 Mengetahui harapan penderita asma. Hasil penelitian untuk mengetahui harapan penderita asma. didapatkan 3 tema yaitu 1) Bantuan memperlancar pernapasan 2) Upaya pencegahan asma ulang 3) Upaya penanganan medis. Berikut ungkapan partisipan : 1. Bantuan memperlancar pernapasan Tema bantuan memperlancar pernapasan didapatkan 1 kategori yaitu Terapi Oksigen. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai bantuan memperlancar pernapasan dengan terapi oksigen: “…dikasih alat bantu pernafasan apa iku oksigen…(p1)” “…dapet
obat
mas
oksigen
jadi
sesaknya
agak
berkurang…(p2)” “… terus dikasih oksigen juga jadinya sesaknya sudah agak berkurang…(p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa bantuan memperlancar pernapasan yaitu dengan cara mendapatkan bantuan oksigen untuk bernapas.
2. Upaya pencegahan asma ulang
48
Tema upaya pencegahan asma ulang didapatkan 2 kategori yaitu 1) Mengurangi Aktifitas Berat 2) Menghindari Faktor Penyebab. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya pencegahan asma ulang dengan mengurangi aktifitas berat: “ya kalua mengurangi aktifitas yang berat berat mas…(p1)” “…mengurangi pekerjaan yang berat berat dulu kan saya bekerja sekarang saya cuma ibu rumah tangga…(p2)” “Ya seperti tadi sih mas mrengurangi aktifitas yang berat berat…(p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya pencegahan asma ulang yaitu dengan mengurangi aktifitas yang berat-berat. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya pencegahan asma ulang dengan menghindari faktor penyebab: “… biar tidak kambuh lagi dan juga ngindari hal-hal seng marai iso kambuh lagi mas (p1)” “… dan yang penting menghindari hal hal yang bisa mengakibatkan asmanya itu kambuh lagi mas (p3)” Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya pencegahan asma ulang yaitu dengan cara menghindari hal – hal yang bisa mengakibattkan kekambuhan. 3. Upaya penanganan medis
49
Tema upaya penanganan medis didapkan 1 kategori yaitu Minta bantuan medis saat serangan. Berikut merupakan ungkapan partisipan mengenai upaya penanganan medis dengan meminta bantuan medis saat serangan asma : “….minta saudara untuk mengantarkan ke rumah sakit atau gak ke kedokter yang bias membantu (p1)” “… Kalau asmanya parah saya minta saudara untuk mengantar ke rumah sakit mas (p2)” “… kalau belum sembuh juga ya saya minta saudara saya untuk mengantar ke rumah sakit (p3)” Partisipan 1, 2 dan 3 mengungkapkan bahwa upaya penanganan medis yaitu dengan cara meminta bantuan pada saudara untuk mengantar ke rumah sakit atau dokter yang bisa membantu.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Mengetahui pengetahuan tentang asma 5.1.1 Pengertian asma Hasil penelitian menyatakan bahwa pengertian asma merupakan gangguan pernapasan. Dalam penelitian partisipan mengatakan bahwa asma itu gangguan pernapasan yang disebabkan oleh debu debu dan mengakibatkan sesak napas. Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversible, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas (Prasetyo, 2010). Menurut Ngastiah, (2005), asma merupakan suatu kondisi paruparu kronis yang ditandai dengan sulit bernapas. Terjadi saat saluran pernapasan memberikan respon yang berlebih dengan cara menyempit jika mengalami rangsangan atau gangguan. Berdasarkan pernyataan mengenai pengertian asma yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu mengungkapkan bahwa pengertian asma itu gangguan pernapasan yang disebabkan oleh debu debu dan polusi udara sehingga mengakibatkan sesak napas.
50
51
5.1.2 Tanda dan gejala asma Hasil penelitian menyatakan bahwa tanda dan gejala asma meliputi bernapas susah, sesak napas, dan tertindih, dalam penelitian ini partisipan mengungkapkan bahwa tanda dan gejala asma yaitu bernapas susah, sesak napas, dan seperti ada yang menindih sehingga susah untuk bernapas. Keluhan utama penderita asma adalah sesak napas mendadak, disertai fase inspirasi yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi mengi (whezzing), batuk yang disertai serangan napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma keluhan biasanya ringan, sedang atau berat, sehingga sesak napas penderita timbul mendadak, yang dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi lebih kuat (Prasetyo 2010). Gejala yang umum terjadi adalah whezzing (mengi), sulit bernapas, dada sesak dan batuk, biasanya terjadi pada malam hari dan menjelang pagi, yang merupakan tipe dari asma. Serangan asma biasanya hanya terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Pada saat tidak terjadi serangan, fungsi paru pasien tampak normal (Lewis, et al 2007). Menurut Kowalac (2011), tanda gejala asma antara lain suara nafas
mengi (wheezing), batuk-batuk dengan sputum, kesulitan
bernapas, dada seperti tertekan, pengeluaran keringat yang banyak, denyut nadi cepat. Menurut Plottel (2012) manifestasi klinis asma bronkhial yaitu batuk, bising mengi (wheezing), napas pendek, dada
52
terasa terikat atau sesak napas (dipsneu), pernapasan yang tidak nyaman, peningkatan produksi mucus. Berdasarkan pernyataan mengenai tanda dan gejala asma yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu megungkapkan bahwa tanda dan gejala asma meliputi sesak napas, sulit bernapas, mengi (whezzing), batuk, dan dada seperti tertekan. 5.1.3 Penyebab asma Hasil penelitian bahwa penyebab asma meliputi faktor polutan meliputi polusi udara dan debu-debu dan dari faktor genetik meliputi penyakit keturunan keluarga, dalam kasus penelitian pasien penderita asma mengatakan bahwa penyebab asma itu karena debu-debu, polusi udara dan penyakit keturunan. Berdasarkan keputusan menteri negara dan lingkungan hidup RI. No. KEP-03/MENKLH/1991 menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Debu merupakan partikel benda padat yang terjadi karena proses mekanis. Debu dari proses industri yang terdapat di udara apabila terhirup oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit
53
pneumoconiosis, yaitu suatu penyakit pada paru-paru yang berupa penimbunan partikel debu dan penyakit asma. (Suma’mur, 2010). Pada bahasa medik asma hanya dikenal dengan istilah medik dengan faktor pencetus penyebab asma yaitu alergi dan non alergi. Penyebab alergi meliputi debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lai-lain, Sedangkan penyebab asma non alergi meliputi 2 faktor yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan (Prasetyo, 2010). Penyebab dan pemicu penyakit asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain.Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak (Elizabeth ari, 2012). Berdasarkan pernyataan mengenai penyebab penyakit asma yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu mengungkapkan bahwa penyebab penyakit asma itu adalah debu debu, polusi udara dan penyakit keturunan.
5.2 Mengetahui tindakan awal pada saat serangan 5.2.1 Managemen relaksasi Hasil penelitian mengatakan bahwa managemen relaksasi merupakan mencari posisi yang nyaman untuk bernapas. Dalam penelitian partisipan mengatakan bahwa managemen relaksasi yaitu mencari posisi senyaman mungkin agar dapat bernapas dengan lancar.
54
Menurut Riskha, (2012), mendefinisikan manajemen sebagai suatu
keterampilan
yang
memungkinkan
seseorang
untuk
mengantisipasi, mencegah, mengelola dan memulihkan diri dari yang dirasakan karena adanya ketidakmampuan dalam coping yang dilakukan. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan penyakit gangguan pernapasan adalah diberikannya posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-45° Posisi semi fowler, pada pasien dengan gangguan pola napas telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas (Yulia, 2008). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menurunkan konsumsi oksigen dan menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan kenyamanan (Azis & Musrifatul, 2012). Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma telah dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas. Keefektifan dari tindakan tersebut dapat dilihat dari Respiratory Rates yang menunjukkan angka normal yaitu 16-24x per menit pada usia dewasa (Ruth, 2007). Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi semi fowler itu sendiri dengan menggunakan tempat tidur orthopedik dan fasilitas bantal yang cukup untuk menyangga daerah punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien asma saat terjadi serangan. Berdasarkan pernyataan mengenai manajemen relaksasi yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada
55
pada teori yaitu mengungkapkan bahwa manajemen relaksasi dengan cara mencari posisi senyaman mungkin untuk menurunkan sesak napas. 5.2.2 Upaya menanggulangi kejadian asma ulang Hasil penelitian mengatakan bahwa upaya menanggulangi kejadian asma ulang yaitu dengan cara meminta pertolongan dan meminum obat. Dalam penelitian partisipan mengtakan bahwa untuk menanggulang kejadian asma ulang dengan cara memanggil saudara yang ada dirumah untuk menemani dan untuk mengantar ke rumah sakit atau dokter yang bisa membantu dan langsung meminum obat jika terasa sesak. Dalam penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah, alergen dari hewan, jamur, dan alergen diluar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, jamur, polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma. Olah raga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma. Psikoterapi dan fisioterapi perlu diberikan pada penderita asma (Surjanto, 2009). Obat asma digunakan untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya gejala dan obstruksi saluran pernafasan. Pada saat ini obat asma dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu reliever dan controller.Reliever adalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma
56
yaitu obstruksi saluran napas. Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan asma yang persisten (Rogayah, 2008).
5.3 Mengetahui respon fisik pada saat serangan 5.3.1 Respon fisik Hasil penelitian mengungkapkan bahwa respon fisik yang dialami penderita asma meliputi capek, lelah, pingsan, lemas, dan dada sesak. Dari hasil enelitian partisipan mengatakan bahwa respon yang dialami pada tubuh yaitu langsung lelah, badan terasas mau pingsan,ditubuh terasa lemes dan didada tersa sesak. Tanda gejala asma ditandai dengan adanya bentuk respon fisik antara lain perubahan dalam napas, bersin-bersin, kelelahan fisik, sering merasa capek jika melakukan aktivitas berat, susah tidur dan sesak di dada. Dampak fisik yang cenderung dialami oleh individu yang mengalami asma seperti kesulitan bernafas, bunyi nafas mengikik dan terengah-engah, mudah merasa lelah, kesulitan berbicara ketika serangan asma kambuh, dan kesulitan tidur. Berbagai dampak fisik yang dialami individu yang mengalami asma juga cenderung menimbulkan perubahan pada bentuk fisik seperti terbentuk lingkaran mengelilingi mata, ukuran hidung bertambah kecil, bahu terlihat meninggi, dan gigi bagian atas terlihat menonjol. Perubahan fisik yang terjadi pada individu yang mengalami asma akan berpengaruh terhadap menurunnya rasa percaya diri individu (Cutetomatto, 2012).
57
Hipersensitifitas bronkus yang menyebabkan penyempitan pada saluran pernafasan karena benda asing di udara keadaan ini yang menimbulkan nafas berbunyi wheezing (Prasetyo, 2010). Radang saluran pernafasan dan bron-kokonstriksi menyebabkan saluran pernafasan menyempit dan sesak nafas/sukar bernafas yang diikuti dengan suara “wheezing” (Herdiyani, 2013). Menurut
Kamus Besar Bahasa
Indonesia
2008 Respon
merupakan suatu tanggapan, reaksi dan jawaban. Pingsan merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur yang diakibatkan karena sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, lapar dan kondisi fisik lemah (Ajeng, 2011). Berdasarakan
pernyataan
mengenai
respon
fisik
yang
diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu gejala asma meliputi sesak di dada, capek, lelah, napas berbunyi wheezing (mengi), sulit tidur dan tidak sadarkan diri.
5.4 Mengetahui respon psikologis pada saat serangan 5.4.1 Respon psikologis Hasil penelitian mengatakan bahwa respon psikologis yang dialami penderita asma yaitu meliputi sedih, tidak khawatir, berfikir positif dan senang. Dari hasil penelitian diungkapkan partisipan bahwa respon psikologis yang dialami meliputi perasaan yang sedih kenapa bisa sakit seperti ini, sudah tidak khawatir lagi karena sudah mendapatkan
58
pertolongan, jangan berfikir yang neko-neko mas positif saja yang dipikirkan dan rasanya senang mask arena sudah mendapatkan pertolongan. Respon psikologis merupakan tanggapan,tingkah laku atau sikap terhadap rangsangan masalah tertentu yang berkaitan dengan keadaan jiwa seorang individu (Sarafino, 2006). Menurut kubler-ross (Moyle & Hogan, 2006), respon psikologis merupakan perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, sedih, khawatir dan pucat. Menutut Cutetomatto, 2012 asma juga dapat menimbulkan dampak psikologis pada individu seperti rasa cemas, depresi, takut, merasa diri berbeda dengan individu lain, merasa tidak berdaya, merasa terkekang dan tidak dapat bebas, terbebani dalam masalah finansial, merasa terikat karena harus rutin minum obat, dan khawatir merepotkan keluarga karena terganggu dengan sesak nafas dan batuk.Kondisi sakit tidak dapat dipisahan dari peristiwa kehidupan pasien dan keluarganya harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Pasien umumnya akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda beda terhadap kondisi yang dialami (Potter, pattricia A, 2005).
59
5.5 Mengetahui harapan penderita asma 5.5.1 Bantuan memperlancar pernapasan Hasil
penelitian
partisipan
mengatakan
bahwa
bantuan
memperlancar pernapsan yaitu pemberian oksigen di rumah sakit sehingga tidak sesak lagi untuk bernapas. Penyakit Asma sangat memerlukan pengobatan segera dengan memberikan suplementasi oksigen, terapi cairan, inhalasi dengan bronkodilator dan kortikosteroid intravena yang bertujuan untuk mencegah
ancaman
mekanik.Pemberian
gagal oksigen
napas mutlak
dan
pemakaian
diperlukan
ventilasi
terutama
untuk
mengatasi hipoksemia (Linzer, 2007). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolism sel, sebagai hasilnya terbentuklah karbondioksida, energi dan air (Rosi aditiyana 2012). Terapi oksigen adalah terapi pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditentukan dalam atmosfer lingkungan yang bertujuan untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernapan dan mengurangi stress pada miokardium (Harahap, 2006). Berdasarkan
pernyataan
mengenai
bantuan
memperlancar
pernapasan yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu penderita asma sangat membutuhkan
60
terapi oksigen agar bisa bernapas dengan lancar sehingga tidak sesak lagi. 5.5.2 Upaya pencegahan asma ulang Hasil penelitian partisipan mengatakan bahwa untuk mencegah asma kembali terulang yaitu dengan cara mengurangi aktifitas yang berat berat serta dengan cara menghindari faktor penyebab terjadinya asma. Menghindari
faktor
pencetus
perlu
dilakukan
untuk
mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi penderita asma (Prasetyo, 2010). Menghindari faktor resiko merupakan hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2011). Pengelolaan asma yang terbaik haruslah dilakukan pada saat dini dengan berbagai tindakan pencegahan agar penderita tidak mengalami serangan, karena penyakit asma pada dasarnya tidak kambuh, bila tidak terpapar oleh pencetus. Penderita asma masih dapat hidup produktif jika mereka dapat mengendalikan asmanya dengan melakukan aktivitas pencegahan asma. Aktivitas pencegahan asma antara lain : menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, menghindarkan faktor
61
pencetus serangan asma, mengurangi aktivitas yang berat dan menggunakan obat-obat anti asma (Sundaru, H. 2007). Berdasarkan pernyataan mengenai upaya pencegahan asma ulang yang diungkapkan dari partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu pasien asma masih bisa hidup produktif dengan cara menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan,menghindari faktor pencetus asma, mengurangi aktifitas yang berat dan menggunakan obatobat anti asma. 5.5.3 Upaya penanganan medis Hasil penelitian partisipan mengatakan bahwa untuk penanganan medis yaitu meminta batuan medis saat serangan dengan cara meminta saudara untuk mengantar ke rumah sakit atau dokter yang bisa membantu. SOP penanganan asma meliputi informed concem, memposisikan pasien secara semi atau setengah duduk, menegakkan diagnose asma diantaranya amamnese dan pemeriksaan pernapasan, pemberian oksigen 4 liter/menit, pemberian bronkodilator ,pemberian cairan infuse 1 liter/2 jam dan konsultasi dengan spesialis paru. Menurut Azwar, (2011), Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen (pasien) terhadap tingkat pelayanan yang diterima dengan tingkat layanan yang diharapkan. Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan setiap
62
pasien, makin sempurna kebutuhan dan tuntutan setiap pasien, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan (Setiyaningsih, 2013).
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah di dapatkan mengenai tema – tema yang telah dianalisa. Kesimpulan akan menjelaskan dan menjawab dari tujuan – tujuan khusus dan masalah – masalah yang dirumuskan. Selain itu, pada bab ini akan dijelaskan mengenai saran – saran bagi institusi yang bersangkutan.
6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah di dapat dalam penelitian ini. Maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut 6.1.1 Pengetahuan tentang asma Tema yang didapatkan dari pengetahuan tentang asma yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengertian asma tandan dan gejala asma dan penyebab penyakit asma. Dari tema pengertian asma didapatkan kategori gangguan pernapasan, dari tema tanda dan gejala asma didapatkan kategori tanda asma dan dari tema penyebab penyakit asma didapatkan kategori polutan dan faktor genetik. 6.1.2 Tindakan awal pada saat serangan Tema yang didapatkan dari tindakan awal pada saat serangan yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi manajemen relaksasi dan upaya menanggulangi kejadian asma ulang. Dari tema manajemen
63
64
relaksasi didapatkan kategori posisi nyaman dan dari tema upaya menanggulangi kejadian asma ulang didapatkan kategori minta tolong dan minum obat. 6.1.3 Respon fisik pada saat serangan Tema yang didapatkan dari respon fisik pada saat serangan yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi respon fisik dan didapatkan kategori capek, lelah, pingsan, lemas dan dada sesak. 6.1.4 Respon psikologis pada saat serangan Tema yang didapatkan dari respon psikologis pada saat serangan yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi respon psikologis dan didapatkan kategori sedih, tidak khawatir, berfikir positif dan senang. 6.1.5 Harapan penderita asma Tema yang didapatkan dari harapan penderita asma yang telah dilakukan dalam penelitian ini meliputi pernapasan, meliputi
bantuan memperlancar
upaya pencegahan asma ulang dan upaya
penanganan. Dari tema bantuan memperlancar pernapasan didapatkan kategori terapi oksigen, dari tema upaya pencegahan asma ulang didapatkan kategori mengurangi aktifitas berat dan menghindari faktor penyebab dan dari tema upaya penanganan medis didapatkan kategori meminta bantuan medis saat serangan.
65
5.1 SARAN 5.1.1 Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga medis di RSUD Karanganyar terhadap penanganan kegawatan daruratan pada pasien yang mengalami serangan asma sehingga tenaga medis lebih cepat dalam melakukan penangangan pada pasien dengan serangan asma. 5.1.2 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai masukan bagi Institusi Prodi S1 Keparawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta dalam memberikan ilmu terkait kegawat daruratan yaitu pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. 5.1.3 Bagi Peneliti Lain Sebagai acuan dalam penelitian tentang pengalaman pasien dengan serangan asma di IGD RSUD Karanganyar dengan metode fenomena yang berbeda sehingga dapat diteliti tentang perilaku terhadap kejadian asma ulang. 5.1.4 Bagi Peneliti Peneliti
diharapkan
dapat
meningkatkan
pengetahuan
penelitian tentang penanganan serangan asma pada dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Yati. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam keperawatan. Jakarta. Alwi, Hasan. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Azwar, Azrul. (2011). Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. Cutetomatto. (2012). Pengaruh Psikologi Pada Penderita Asma. Retrieved April 20, 2013, from Pengaruh Psikologi Pada Penderita Asma. http://duniawanita.com/pengaruh-psikologi-pada-penderita-asma.html Dahlan, Z. (2005). Penegakan Diagnosis dan Terapi Asma dengan Metode Obyektif. Cermin Dunia Kedokteran. Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2006). Psikologi Abnormal. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Depkes RI. (2007). Bahan – Bahan Berbahaya Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Manusia. Sub Proyek Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, Proyek KesehatanLingkungan Bantuan UNDP INS/91/019. Jakarta. Elizabeth, Ari, (2012). Persepsi pasien asma tentang efektivitas senam asma dalam meminimalkan kejadian ulang serangan asma. Endarmoko. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma Dengan Sikap Penderita Dalam Perawatan Asma Pada Pasien Rawat Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Skripsi. Ums Global Initiative For Asma [GINA]. (2006). Global Strategy For Asthma Management And Prevention.www.ginasthma.org. Diakses Juli 2012 Global Initiative in Asthma (GINA, 2011). Pocket guide for asthma management and prevension in children. Di akses melalui www.Ginaasthma.org. Tanggal 10 Februari 2012. Handayani, S. (2008). Hubungan Antara Penderita Asma Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Di Solo. Skripsi. Surakarta: UNS. Harahap ikhsanuddin, A. (2006). Terapi oksigen dalam asuhan keperawatan. http://repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/3583/1/keperawatan.ikhs anuddin2.pdf. diakses pada tanggal 17 april 2014
Hidayat Azis Alimul, Uliyah Musrifatul. (2012). Kebutuhan dasar Manusia Buku saku Praktikum Edisi revisi. Jakarta. EGC. Hudoyo. (2008). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma Dengan Sikap Penderita Dalam Perawatan Asma Pada Pasien Rawat Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Skripsi. Ums Ira Setyaningsih, (2013).analisis kualitas pelayanan rumah sakit terhadap pasien Menggunakan pendekatan lean servperf (lean service danservice performance) Katerin, Medison I, Rustam E. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Asma Dengan Tingkat Kontrol Asma. Kowalac. J. (2011). Buku ajar patofisiologi aplikasi pada praktik keperawatan. Jakarta : ECG Lewis, S.M, Heitkemper, M.M., Dirken, S.R., O‘Brien, P.G., Bucher, L. (2007). Medical surgical nursing; assessment and management of clinical problems. 7th edition. volume 2, Elsevier Saunders 11830, Westline Industrial Drive. St. Louis Missouri 63146. Linzer, JF. (2007). Review of asthma: pathophysiology and current treatment options. Clin Ped Emerg Med;8:87-95 Mansjoer, Arif dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. Meiyanti. (2011). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Dalam Mengontrol Kekambuhan Asma Pada Pasien Asma Bronchial Rawat Jalan Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Skripsi. Uns Moylew. P & Hogan. NS. (2006). Grief Theories And Models Applications To Hospice Nursing Practice. Jurnal Of Hospice And Palliative Nursing Vol. 10. No. 6 Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. National Center for Health Statistic. (2008). Current Asthma. USA: Centers for Disease Control and Prevention. Diperoleh tanggal 1 Maret 2012. Http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/su6001a18.htm Ngastiah. (2005). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta. EGC Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika,Jakarta. Nursalam. (2014). Managemen Keperawatan Aplikasi Dalampraktik Keperawatan Professional Edisi 3, Salemba Medika,Jakarta. Riset Kesehatan Dasar . (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes Republik Indonesia Plottel, Claudia S. (2010). 100 Tanya Jawab Mengenai Asma. Edisi ke-2. Alihbahasa Rizqi Akbar. Jakarta: Indeks. Polit, DF & Beck, CT. (2006). Essentials Of Nursing Research Methods, Appraisal, and Utilization, 6thedition, Lippincott Williams &Wilkins, Philadelphia. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Basic nursing essentials for practice (6 th ed). Missori: Mosby Elsevica. Prasetyo, B. (2010). Seputar Masalah Asma. Yogyakarta : Diva Press. Price, Sylvia & Wilson Lorraine. (2006). Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC. Puspitasari I. (2010). Jadidokter untuk diri sendiri. Yogyakarta : Bentang pustaka https://books.google.co.id/books?id=ims8gbiWJScC&lpg=PP1&hl=id& pg=PP1#v=onepage&q&f=false Ramaiah. (2006). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit Asma Dengan Sikap Penderita Dalam Perawatan Asma Pada Pasien Rawat Jalan Di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Skripsi. Ums Rogayah R. (2008). Penatalaksanaan asma bronkial prabedah. J Respir Indo
Rosi aditiyana. (2012). Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigen pada Ny. N dengan serangan asma di ruang anggrek1 rsud dr. moewardi surakarta Ruth, F. (2007). Fundamental Of Nursing Human Health And Function. Jakarta: EGC. Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology Biopsychological Interactions. Jhon Wiley & Sons, Inc. Setiadi. (2013). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sugiyono. (2009). MetodelogiPenelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2013). Memahami Kedelapan.Alfabeta.Bandung
Penelitian
Kualitatif.Cetakan
Suma’mur P.K., 2010. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV. Haji Masagung. Sumantri Arif.(2013). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana Sunaryo. (2005). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Sundaru, H. (2007). ASMA : apa dan bagaimana pengobatannya? Edisi IV, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Suparmi Yulia, dkk. (2008). Panduan Praktik Keperawatan : Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta. PT Intan Sejati Surjanto, E., Sutanto, Y. S., & Duye, N. (2013). Peran Stres Pada Serangan Asma. Retrieved Mei 2013, 5, from http://fk.uns.ac.id/index.php/penelitiandosen/detail/32/peran-stres-padaserangan-asma Sutopo, HB (2006). Metodologi Dasar Teori danTerapannya Dalam Penelitian. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta. Widodo. (2009). “Penderita Asma di Indonesia Meningkat, ” Tribun News. Senin, 04 Mei 2009,hal1.Tersedia dalam: http://www.tribunbatam.co.id/index.php?option=com_content&task=vie w&id= 0366&Itemid=1126 [Diakses pada tanggal 24maret2010]
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2008). Buku ajar keperawatan pediatric. Jakarta: EGC.
World Health Organization [WHO]. (2013). Asthma. http://www.who.int/respiratory/asthma/definition/en/index.html diakses pada 10 April 2013.
Lampiran 24
1