Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Pekajangan Juli, 2013
ABSTRAK
Lukki Apriliana Jaya, Ratih Anjayani, Mokhamad Arifin, Rita Dwi Hartanti Pengaruh Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Gout di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang Tahun 2013 xvi, 70 halaman, 6 tabel, 2 bagan, 9 lampiran Gout terjadi karena peningkatan asam urat darah, bila dibiarkan akan menimbulkan nyeri yang berakibat gangguan pada mobilitas. Salah satu pencegahan dan penanganan gangguan mobilitas yaitu Range of Motion (ROM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien gout. Desain penelitian menggunakan pra eksperimen, dengan pendekatan one group pretest and postest without control group. Sampel dalam penelitian adalah sejumlah 12 orang. Hasil uji wilcoxon diketahui ada pengaruh kekuatan otot pada pasien gout sebelum dan sesudah dilakukan Range of Motion (ROM) di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang dengan ρ value 0,001 < 0,05. Hasil penelitian merekomendasikan Range of Motion (ROM) pada pasien gout untuk memulihkan kekuatan otot pada pasien gout dan mengurangi gangguan mobilisasi pasien gout.
Kata kunci Daftar Pustaka
: Penyakit Gout, Range of Motion (ROM) : 35 buku (2003-2011), 4 website
Bachelor Science of Nursing Program Institute of Health Science of Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan July, 2013 ABSTRACT Lukki Apriliana Jaya, Ratih Anjayani, Mokhamad Arifin, Rita Dwi Hartanti The Effect of Range of Motion (ROM) to Muscle Strength in Patient with Gout in the Work Territory of Community Health Center of Batang III Regency of Batang in 2013 xii, 70 pages, 6 tables, 2 schemes, 8 appendices Gout caused the increase of uric acid in the blood, if it was not handled causing painful inflammation which results in the hindrance of mobilization. One way of to handled hindrance of mobilization is Range of Motion. This research aimed at finding out the effect of Range of Motion (ROM) to muscle strength in patient with gout. This research was designed as pre experimental with one group pretest and posttest approach without control group. Samples in this research were 12 individuals. From the result of Paried T Test it was revealed that there was effect in the strength of muscle in patient with gout before and after the intervention with Range of Motion (ROM) in the work territory of Community Health Center of Batang III Regency of Batang with ρ value 0.000 < 0.05. The researcher recommended that health care provider give nursing care in the form of Range of Motion (ROM) to the patient with gout in order to recover the patients’ muscle strength and reduce the hindrance of mobilization.
Key words Bibliography
: Gout, Range of Motion (ROM) : 35 books (2003-2011), 4 websites
PENDAHULUAN World Health of Organization (WHO) menyatakan bahwa kesehatan tidak hanya meliputi aspek medis, tetapi juga aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Kesehatan secara kompleks sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan merupakan suatu alat untuk hidup secara produktif (Maulana 2009, hh.4-5). Status kesehatan menjadi indikator pembangunan kesehatan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah. Pengertian sehat lebih mengutamakan pada konsep sehat-produktif, yaitu sehat sebagai sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan harus diarahkan agar setiap penduduk dapat memiliki kesehatan yang cukup dan dapat hidup produktif (Effendy & Makfudli 2009, h.3). Salah satu penyakit yang saat ini mengganggu produktivitas masyarakat adalah asam urat atau gout, yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat penumpukan asam urat (uric acid) dalam tubuh secara berlebihan. Penyakit ini dapat mengakibatkan produksi asam urat meningkat yang disebabkan meningkatnya asupan makanan kaya purin sehingga proses pembuangannya melalui ginjal menurun. Gout sering diartikan sebagai encok atau rematik yang disebabkan gangguan pada tulang dan sendi, namun sebenarnya Gout adalah penyakit yang disebabkan peningkatan asam urat darah (Vitahealth 2005, h.1). Angka prevalensi gout di dunia secara global belum tercatat, namun di Amerika Serikat angka prevalensi gout pada tahun 2010 sebanyak 807.552 orang (0,27%) dari 293.655.405 orang. Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dengan angka prevalensi 655.745 orang (0,27%) dari 238.452.952 orang (Right Diagnosis Statistik, 2010). Penderita asam urat sebagian besar termasuk dalam golongan usia produktif yaitu usia 30-50 tahun dan 32% terjadi pada pria di bawah usia 34 tahun (Utami 2003, h. 22). Nyeri yang disebabkan penyakit gout mengakibatkan gangguan gerak sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan
produktivitas kerja, tak jarang penderita mengalami depresi karena kualitas dan produktivitasnya menurun drastis (Khomsan dan Harlinawati 2008, h.4). Peningkatan angka prevalensi penyakit gout di Indonesia disebabkan konsumsi makanan yang tinggi purin seperti kerang, udang, kepiting, kacang, melinjo, bayam, kangkung, daun singkong, kacang-kacangan yang dikeringkan beserta olahannya (tahu, tempe, dan oncom), asparagus, jeroan hewan, makanan yang diawetkan, dan tapai (Hembing, 2008, h.10). Penyakit gout juga disebabkan minum beralkohol, kecapaian, stres, infeksi dan sumbatan pembuluh darah (Yatim, 2006.h.34). Penyakit gout dikatakan meningkat jika kadar asam urat di dalam darah lebih dari 7 mg/dl pada pria dan 6 mg/dl pada wanita. Kadar asam urat di dalam darah sangat bergantung pada usia dan jenis kelamin (Misnadiarly 2007, h.9). Akibat kadar asam urat di dalam darah yang tinggi, tubuh akan meresponnya dengan ditandai menggigil, denyut jantung cepat, badan lemah dan jumlah sel darah putih meningkat (Yatim 2006, h. 35). Tanda tersebut pada awalnya akan berlangsung selama beberapa hari dan setelah itu reda dalam beberapa bulan, hingga pada akhirnya serangan gout akan menjadi lebih sering dan durasi waktunya menjadi lebih lama. Serangan berikutnya menimbulkan rasa nyeri lebih hebat, rasa sakit lebih lama, frekuensi serangan meningkat dan kesembuhan lebih pendek, disertai dengan bengkak dan kaku sendi (Kahandar & Suhada, 2006, h.30). Kaku sendi jika tidak diobati dengan baik, akan menyebabkan komplikasi yang lebih berbahaya seperti persendian menjadi rusak sehingga pincang, peradangan tulang, batu ginjal (kencing batu), gagal ginjal dan kerusakan ligamen dan tendon seperti penurunan kekuatan otot (Vitahealth 2005, h.22). Kekuatan otot diukur menggunakan derajat kekuatan otot dengan cara meminta pasien untuk menggerakkan bagian tubuh. Derajat kekuatan otot dapat dibagi sebagai berikut (1) Derajat 0 yaitu paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot; (2) Derajat 1 yaitu kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi; (3) Derajat 2 yaitu otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya
tidak dapat melawan pengaruh gravitasi; (4) Derajat 3 yaitu di samping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa, (5) Derajat 4 yaitu kekuatan otot seperti derajat 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan ringan; dan (5) Derajat 5 yaitu kekuatan otot normal. Penurunan kekuatan otot pada pasien gout menyebabkan gangguan mobilitas fisik yaitu suatu keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh baik satu ataupun lebih pada ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nanda, 2012, h.304). Salah satu intervensi untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik antara lain range of motion (ROM) yaitu suatu gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Tujuan dilakukan ROM yaitu (1) mempertahankan dan memelihara kekuatan otot; (2) memelihara mobilitas sendi; (3) merangsang sirkulasi darah; (4) mencegah kelainan bentuk. ROM terdiri dari dua jenis yaitu ROM pasif yaitu ROM yang dilakukan oleh pasien dengan bantuan perawat setiap gerakan dan ROM aktif yaitu latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan (Suratun dkk 2008, hh.172-173). Range of motion (ROM) atau rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang dilakukan pada suatu sendi. ROM bisa dilakukan pada tiga potongan tubuh yaitu sagital, frontal dan transversal. Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena disabilitas, trauma dan penyakit memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya mobilitas (Hidayat dan Uliyah 2005, 146-147). Latihan gerak sendi tersebut dapat dilakukan secara adekuat pada sendi yang sakit, sehingga mampu meningkatkan mobilitas fisik dan mengurangi resiko kelemahan otot pada pasien gout (Suratun dkk, 2008, h.122). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Batang 2012 tercatat 118 kasus gout yaitu 32 kasus di Puskesmas Batang I, 22 kasus di Puskesmas Batang II, 47 kasus di Puskesmas Batang III dan 18 kasus di Puskesmas Batang IV. Puskesmas Batang III merupakan Puskesmas dengan kasus penyakit gout tertinggi. Kondisi geografis wilayah Puskesmas Batang III berada di daerah pedesaan dan merupakan sentra industri kecil penghasil emping yang berkontribusi pada
peningkatan konsumsi masyarakat terhadap makanan dengan kadar purin yang tinggi seperti daun dan buah melinjo dalam sayur yang diolah menjadi lauk sehari-hari. Keadaan ini menyebabkan angka prevalensi penyakit gout di Kabupaten Batang tinggi. Penderita gout mengalami keluhan atau gejala seperti nyeri sendi dan kekakuan otot yang mengganggu aktivitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan penderita gout untuk mengurangi rasa sakit nyeri adalah dengan berjalan kaki ringan di pagi hari. Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Gout di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang Tahun 2013”.
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap kekuatan otot pada pasien gout di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang Tahun 2013.
METODE PENELITIAN Desain penelitian menggunakan pra-eksperimen (pre-experiment designs) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan sebelum adanya percobaan yang berupa perlakuan terhadap suatu variabel dan perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain (Notoatmodjo 2005, h.162). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik one group pretest and postest without control group yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam 2003, h.85). Populasi penelitian adalah seluruh pasien gout di wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang sebanyak 47 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Polli & Beck (2009, h. 312) didasarkan pada keyakinan bahwa pengetahuan peneliti tentang populasi dapat digunakan untuk memilih anggota sampel. Peneliti mungkin menetapkan untuk memilih sampel
yang dinilai menjadi khas dari populasi atau sebagian dari tema tentang isu-isu yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada kekuatan otot, jadi hanya pasien gout yang mengalami gangguan kekuatan otot dengan kadar asam urat yang tinggi. Penelitian dilakukan di wilayah Puskemas Batang III Kabupaten Batang. Penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal penelitian (terlampir). Penelitian ini menggunakan instrumen prosedur pemeriksaan derajat kekuatan otot dengan ketentuan sebagai berikut: Derajat 0 yaitu Paralisis total / tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot. Derajat 1 yaitu kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi. Derajat 2 yaitu otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi. Derajat 3 yaitu di samping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa. Derajat 4 yaitu kekuatan otot seperti derajat 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap terhadap tahanan ringan. Derajat 5 yaitu kekuatan otot normal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada pasien gout menunjukkan perubahan kekuatan otot setelah dilakukan intervensi Range of Motion (ROM). Pada hari kedua terdapat 5 responden (33,3%) yang telah mengalami perubahan derajat kekuatan otot, sedangkan hari ketiga terdapat 10 responden (66,6%) yang mengalami perubahan derajat kekuatan otot.
Pada hari keempat terdapat 1 orang (6,6%) yang mengalami
peningkatan kekuatan otot, hari kelima terdapat 8 orang (53,3%) yang mengalami peningkatan kekuatan otot, sedangkan pada hari terakhir intervensi diketahui semua (100%) responden sudah mengalami perubahan kekuatan otot. Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa responden mengalami peningkatan kekuatan otot sesudah dilakukan Range of Motion yaitu dari rata-rata kekuatan otot responden sebelum dilakukan Range of Motion sebesar 2,07
menjadi 3,13. Hasil ini menunjukkan bahwa ROM dapat meningkatkan kekuatan otot. Hal ini sesuai dengan Suratun dkk (2008, h.172) yang menyatakan bahwa tujuan Range of Motion (ROM) adalah mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Dari hasil penelitian bahwa Range of Motion (ROM) juga dapat menurunkan nyeri pada pasien gout. Hasil penelitian diperoleh ρ value sebesar 0,001 < 0,05, dapat disimpulkan ada pengaruh kekuatan otot pada pasien gout sebelum dan sesudah dilakukan Range of Motion (ROM) di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Batang III Kabupaten Batang didapatkan hasil simpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diketahui yang tidak bekerja sebesar 41,7%, pedagang sebesar 41,7% dan pekerja swasta sebesar 16,6% 2. Kekuatan otot sebelum diberikan intervensi Range of Motion (ROM) diketahui rata-rata: 2,00. 3. Kekuatan otot sesudah diberikan intervensi Range of Motion (ROM) diketahui rata-rata: 3,00. 4. Ada pengaruh kekuatan otot pada pasien gout sebelum dan sesudah dilakukan Range of Motion (ROM) di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang.
SARAN 1. Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan sebagai rujukan bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan berupa Range of Motion (ROM) pada pasien gout memulihkan kekuatan otot pada pasien gout dan mengurangi gangguan mobilisasi pasien gout.
2. Bagi Puskesmas Puskesmas sebaiknya memberikan pendidikan kesehatan pada pasien gout yang mengalami gangguan kekuatan otot tentang Range of Motion agar dapat dijadikan alternatif rehabilitasi untuk meningkatkan kekuatan otot pada pasien gout. 3. Bagi Peneliti Lain Peneliti ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi peneliti lain dan dapat dijadikan rujukan untuk melakukan penelitian sejenis dengan intervensi yang berbeda misalnya ROM untuk mengurangi nyeri pada pasien gout.
DAFTAR PUSTAKA Anies, 2006, Waspada Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT Rineka Cipta, Jakarta Brooker C, 2009, Ensiklopedia Keperawatan, EGC, Alih Bahasa Hartono dkk, Jakarta Dahlan, Sopiyudin, 2010, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta Davey, Patrick, 2005, At Glance Madicine, Penerbit Erlangga, Jakarta Denise F Polit dan Cheryl Tatano Beck, 2009, Essential of Nursing Research: Appraising Evidence For Nursing Practice, Lippincott Williams and Wilkins: Philadelphia, USA Djauzi, Samsuridjal, 2009, Raih Kembali Kesehatan, Penerbit Kompas, Jakarta Effendy & Makfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan, EGC, Jakarta Hastono, Priyo Sutanto, 2001, Analisis Data, FKM UI, Jakarta Hembing, 2008, Ramuan Lengkap Herbal Takhlukkan Penyakit, Pustaka Bunda, Jakarta Hidayat, Alimul Aziz, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika Jakarta Hidayat dan Uliyah 2005, Praktikum Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Aplikasi Dasar-Dasar Praktik Kebidanan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Johnson, Joyce Young, 2005, Prosedur Perawatan di Rumah: Pedoman untuk Perawat, Penerbit EGC, Jakarta Kahandar & Suhanda, 2006, Makanan Sehat Hidup Sehat, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta Khomsan & Harlinawati, 2008, Terapi Jus Untuk Rematik dan Asam Urat, Puspa Swara, Jakarta Maulana, Heri D.J, 2009, Promosi Kesehatan, EGC, Jakarta Misnadiarly, 2007, Rematik: Asam Urat-Hiperuristemia, Arthritis Gout, Pustaka Obor Populer, Jakarta Morton, Patricia Gonce, 2005, Panduan Pemeriksaan Kesehatan Dengan Dokumentasi Soapie, EGC, Jakarta Muttaqin, Arif, 2008, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Salemba Medika, Jakarta Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Polli & Beck, 2009, Essentials of Nursing Research: Appraising Evidence for Nursing Practice, Lippincot Williams & Wilkins Potter, P.A, Perry, A.G, .2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk, EGC, Jakarta Price, S.A, Wilson, L.M, 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC, Jakarta Rasjad, 2009, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Penerbit PT. Yasif Watampone, Jakarta Right Diagnosis Statistik, 2010, Prevelance of Gout, www.rightdiagnosis.com Smeltzer & Bare 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth vol. 1, edk 8, EGC, Jakarta Stomell, 2004, Clinical Research: Concepts and Principles for Advanced Practice Nurses, Lippincot William & Wilkin, Unites Stated America Suratun dkk, 2008, Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal, EGC, Jakarta Syaifudin, 2006, Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, EGC, Jakarta Taufik, 2010, Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Ankle Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus Kaki Diabetik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dan RSUD Jendral A. Yani Provinsi Lampung, www.ui.ac.id
Uliya , 2007, Pengaruh Latihan Range of Motion (ROM) Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia di Panti Wreda Wening Wardoyo Ungaran, www.undip.ac.id Utami, Prapti, 2003, Tanaman Obat untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Vitahealth, 2005, Asam Urat, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Yatim, 2006, Penyakit Tulang dan Persendian Arthritis atau Arthralgia, Pustaka Populer Obor, Jakarta