PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK PADA USIA DEWASA TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI DUKUH JOMBOR DESA DANGURAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Marwanti* ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah merokok mulai diperhatikan baik didunia maupun diIndonesia. Lima ratus juta orang yang dewasa ini hidup dimuka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini merupakan penyebab kematian 10% penduduk dunia. Pada tahun 2030, atau bahkan mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan merokok Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti memperoleh data bahwa penduduk di Desa Danguran berjumlah 5.569 orang, terdiri dari jumlah laki-laki 2.647 orang dan jumlah perempuan 2.922 orang, jumlah usia dewasa yang merokok di Dukuh Jombor 74 orang dan yang terjadi hipertensi 47 orang. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok pada usia dewasa terhadap kejadian hipertensi. Metode: penelitian deskriptif analitik, Populasi pada penelitian ini adalah semua usia dewasa yang merokok di wilayah Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan. Hasil: penelitian menunjukkan karakteristik dari 74 responden sebagian besar pada kelompok umur antara 36-40 tahun sebanyak 32 responden (43,2%), berpendidikan SMA sebanyak 33 responden (44,6%), jenis pekerjaan sebanyak 41responden (55,4%). Kesimpulan:
dari penelitian ini bahwa ada pengaruh kebiasaan merokok
terhadap kejadian hipertensi.
Kata Kunci: Pengaruh kebiasaan merokok, kejadian hipertensi
*Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Klaten
PENDAHULUAN Hipertensi merupakan faktor risiko penting dari kejadian kardiovaskuler diderita oleh lebih dari 800 juta orang seluruh dunia. Sekitar 10-30% penduduk dewasa didunia menderita hipertensi. Beban kesehatan akibat hipertensi sangat besar, karena merupakan faktor pemicu utama stroke, serangan jantung, gagal jantung dan gagal ginjal (Hananto, 2007). Indonesia Society of Hipertension (Ina SH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu keadaan dimana upaya penurunan tekanan darah akan memberikan manfaat lebih besar dibanding tidak melakukan upaya apapun. ”Risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler akan meningkat, setiap peningkatan tekanan darah 200/100 mmHg (Hananto Andrianto, 2007). Tekanan darah tinggi ditegakkan pada tekanan sistolik 140 mmHg, atau lebih saat beristirahat, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih saat beristirahat, atau keduanya. Semakin tinggi tekanan darah, semakin besar risiko hipertensi, bahkan jika tekanan masih dalam batas normal. Karenanya, nilai batas ini masih bersifat arbiter. Nilai batas ini ditentukan karena orang dengan tekanan darah diatas nilai ini, berisiko tinggi mengalami komplikasi (Hananto, 2007). Obesitas, gaya hidup, stress, merokok, dan minum alkohol berlebihan dan garam berperan dalam berkembangnya tekanan darah tinggi pada orang yang memiliki kecenderungan secara genetik untuk mengalaminya. Stress cenderung menyebabkan tekanan darah meningkat sementara, tapi tekanan darah biasanya kembali normal ketika stress berakhir (IMS, 2006). Hipertensi sering disertai faktor risiko lainnya dari penyakit
kardiovaskuler. Faktor risiko ini meliputi
kolesterol tinggi, merokok, diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko terjadinya morbiditas akibat hipertensi ( Brunner GA, Hirschberger s, 2006). Berdasarkan data WHO jumlah perokok didunia sebesar 1,3 M orang sementara kematian yang diakibatkan olehnya mencapai 4,9 juta orang per tahun. Berdasarkan data WHO ini jika kebiasaan merokok masyarakat terus berlanjut, maka pada tahun 2020 angka kematian akibat merokok diperkirakan akan meningkat menjadi 10 juta per tahun dimana 70 persennya terjadi dinegaranegara berkembang (Kosasih Padmawinata, 2001). Banyak perokok mulai
merokok pada usia dewasa. Dinegara berpendapatan tinggi, sekitar 8 dari 10 perokok mulai merokok sejak mereka berusia belasan tahun. Sementara banyak perokok dinegara berkembang mulai merokok pada awal umur 20-an ( Shanty, 2007). Berdasarkan data susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya presentasi penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima didunia dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 199 miliar batang rokok per tahun. Angka ini merupakan angka tertinggi kelima didunia, setelah cina 1,679 miliar batang, AS 480 miliar batang, Rusia 230 miliar batang, dan Jepang 230 miliar batang per tahunnya (Charles, 2008) (Prasetyo,2007). Masalah merokok mulai diperhatikan baik didunia maupun diIndonesia karena merokok merupakan suatu kebiasaan yang merugikan kesehatan sebagai penyebab utama yang meruntuhkan kesehatan manusia serta menyebabkan kematian dini. Lima ratus juta orang yang dewasa ini hidup dimuka bumi akan meninggal akibat kebiasaan merokok. Kebiasaan merokok ini merupakan penyebab kematian 10% penduduk dunia. Artinya, satu dari sepuluh penghuni kita meniggal akibat asap rokok. Pada tahun 2030, atau bahkan mungkin lebih cepat dari itu, satu dari enam manusia akan meninggal akibat kebiasaan merokok (Prasetyo, 2007). Kompleksnya masalah rokok didunia termasuk Indonesia, akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok dan dampak dari bahaya rokok. Pengetahuan yang kurang baik akan cenderung membuat seseorang berperilaku merokok. Ataupun sebaliknya jika pengetahuan dan kesadaran seseorang terhadap zat-zat yang terkandung dalam rokok serta dampak dari bahaya merokok baik, maka akan mencegah timbulnya perilaku merokok (Yayan,2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 5 Februari 2011 peneliti memperoleh data bahwa penduduk di Desa Danguran berjumlah 5.569 orang, terdiri dari jumlah laki-laki 2.647 orang dan jumlah
perempuan 2.922 orang, jumlah penduduk di Dukuh Jombor Desa danguran 585 orang, jumlah usia dewasa di Dukuh jombor 135 orang yang merokok di Dukuh Jombor 74 orang dan yang terjadi hipertensi 47 orang. Berdasarkan data diatas maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang pengaruh kebiasaan merokok pada usia dewasa terhadap kejadian hipertensi di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan.
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian ini adalah usia dewasa yang berjumlah 135
orang, dan orang yang merokok ada 74 orang yang berada di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Klaten Selatan.Sampel penelitian yaitu semua lakilaki dewasa yang merokok di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan yang berjumlah 74 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampel. Cara pengumpulan data dengan: (1) Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari penelitian terhadap subyek penelitian, dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner; (2) Data sekunder, data yang digunakan sebagai data penunjang dan pelengkap dari data primer yang ada relevensinya dengan keperluan peneitian. Data ini diperoleh dari Puskesmas Klaten Selatan dan Kelurahan Desa Danguran. Penelitian ini dilakukan di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan Kabupaten Klaten. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu yaitu dimulai pada tanggal 22-28 Juni 2011. Analisis univariat dengan data frekuensi dan distribusi variabel-variabel yang diteliti disajikan dalam bentuk tabel. Uji statistik yang digunakan adalah Chi square dengan program komputer, untuk mengetahui hubungan atau pengaruh setiap variabel dengan taraf kepercayaan 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Jenis Pekerjaan
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis pekerjaan Frekuensi
Persen
Buruh
41
55.4
Petani
13
17.6
Wiraswasta
18
24.3
Tidak bekerja
2
2.7
Total
74
100.0
Berdasarkan tabel 1 jumlah responden yang merokok paling banyak adalah pekerja Buruh dengan jumlah 41 responden (55,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja dengan jumlah 2 responden (2,7%). 2. Tingkat Pendidikan Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan Frekuensi
Persen
SD
23
31.1
SMP
15
20.3
SMA
33
44.6
PT
3
4.1
Total
74
100.0
Berdasarkan tabel 2 jumlah responden yang merokok yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 33 responden (44,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi dengan jumlah 3 responden (4,1%). 3. Usia Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia Frekuensi
Persen
21-25 tahun
8
10.8
26-30 tahun
14
18.9
31-35 tahun
20
27.0
36-40 tahun
32
43.2
Total
74
100.0
Berdasarkan tabel 3 jumlah responden yang merokok paling banyak adalah usia 36-40 tahun dengan jumlah 32 responden (43.2%), sedangkan yang paling sedikit adalah 21-25 tahun dengan
jumlah 8
responden (10,8%). 4. Jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 4 Crosstabulation Responden Menurut jumlah rokok Kejadian hipertensi Hipertensi
Tidak hipertensi
Total
<10 batang
7
0
7
>10 batang
40
27
67
Total
47
27
74
X2
P
4,441 0,035
Berdasarkan tabel 4 penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 batang setiap hari dengan jumlah 40 responden, sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok kurang dari 10 batang setiap hari dengan jumlah 7 responden. Menurut nilai Odd Ratio jumlah rokok lebih dari 10 batang itu lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X2 hitung = 4,441, sedangkan X2 tabel= 3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,035 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 2,873 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency).
5. Jenis rokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 5 Crosstabulation Responden Menurut jenis rokok Kejaadian hipertensi Hipertensi
Tidak hipertensi
Total
X2
P
filter
20
24
44
15,274
0,000
Non filter
27
3
30
Total
47
27
74
Berdasarkan tabel 5 penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jenis rokok filter dengan jumlah 20responden, sedangkan penderita hipertensi yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jenis rokok non filter dengan jumlah 27 responden.Menurut nilai Odd Ratio jenis rokok non filter lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulationjenis merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X2 hitung = 15,274, sedangkan X2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05. Hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,001 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 13,412 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 6. Lama merokok terhadap kejadian hipertensi Tabel 6 Crosstabulation Responden Menurut lama merokok Kejadian hipertensi Hipertensi
Tidak
Total
X2
P
1,306
0,253
hipertensi <10 tahun
10
9
19
>10 tahun
37
18
55
Total
47
27
74
Berdasarkan tabel 6 penderita hipertensi yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun dengan jumlah 37 responden, sedangkan penderita hipertensi yang menghisap rokok kurang dari 10 tahun dengan jumlah 10responden. Menurut nilai Odd Ratio lama merokok >10 tahun lebih berisiko terjadi hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulationlama merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X2 hitung = 1,306, sedangkan X2 tabel=3,481
pada derajat kebebasan (dk) 1, pada taraf
kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X2 hitung < X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nol diterima. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,253 yang berarti p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara lama
merokok terhadap
kejadian hipertensi, karena besar hubungan 0,751 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency).
B. Pembahasan 1. Jenis pekerjaan Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah pekerja buruh dengan jumlah 41 responden (54%), sedangkan yang paling sedikit adalah yang tidak bekerja dengan jumlah 2 responden (2,7%). Pekerja buruh lebih banyak merokok karena dalam bekerja sambil merokok dapat menambah semangat bekerja dan status sosio ekonomi lebih tinggi, sedangkan yang tidak bekerja hanya beberapa saja karena sosio ekonomi rendah (Padmawinata, 2003). Berdasarkan teori (Padmawinata, 2000) tersebut jenis pekerjaan sangatlah berpengaruh terhadap kejadian hipertensi, semakin pendapatan lebih tinggi semakin
besar pula keinginan untuk merokok, karena rokok juga memberikan perasaan yang tidak enak menjadi enak pada saat bekerja. 2. Tingkat pendidikan Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah tingkat
SMA dengan jumlah 33 responden (44,6%),
sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan Tingi dengan jumlah 3 responden (4,1%). Pada tingkat SMA lebih banyak merokok karena kurang mengetahui tentang dampak bahaya merokok, sedangkan Perguruan Tinggi hanya sedikit yang merokok karena lebih banyak pengetahuan tentang dampak bahaya merokok (Sitepoe, 2007). Pendidikan seseorang merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang (Notoatmojo, 2005). Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk lebih memahami tentang sesuatu (Notoatmojo, 1993) dalam hal ini adalah merokok terhadap
kejadian
hipertensi.
Status
pendidikan
mempengaruhi
kesempatan memperoleh informasi mengenai dampak bahaya dalam merokok. 3. Usia Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang paling banyak merokok adalah usia 36-40 tahun dengan jumlah 32 responden (43,2%), sedangkan yang paling sedikit adalah 21-25 tahun dengan jumlah 8 responden (10,8%). Pada usia 36-40 tahun lebih banyak merokok karena pada usia tersebut mempunyai ketergantungan terhadap rokok dan lebih lama memakai rokok, sedangkan pada usia 21-25 tahun mempunyai kebiasaaan merokok karena lingkungannya adalah perokok (Sitepoe, 2007).Tingginya
kejadian
hipertensi
pada
usia
produktif
(36-40
tahun)dapat dikaitkan bahwa kelompok usia ini cenderung lebih luas aktivitas dan pergaulannya yang cenderung lebih mudah mengalami stress dan lebih banyak berhubungan dengan faktor merokok. Kondisi stress merupakan faktor yang mempengaruhi orang merokok, sehingga semakin banyak merokok,semakin besar pula terjadi hipertensi.
4. Jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang merokok >10 batang per hari berjumlah 40 responden dan menderita hipertensi, sedangkan hanya 7 responden merokok <10 batang per hari. Hasil ini menunjukan bahwa kebiasaan merokok lebih dari 10 batang setiap hari mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan kebiasaan merokok kurang dari 10 batang setiap hari. Karena merokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang menjadikan tekanan darah meningkat. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-10 kali tiap menitnya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam asap rokok. Dalam sebatang rokok mengandung banyak bahan kimia dan beberapa diantaranya dinyatakan beracun (Suheni,2007). Sehingga semakin banyak jumlah rokok yang dihisap maka semakin banyak juga zat beracun yang masuk kedalam tubuh yang bisa meningkatkan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jumlah rokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X2 hitung = 4,441, sedangkan X2 tabel = 3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,035 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jumlah merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 2,873 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 5. Jenis rokok yang dihisap Dari hasil penelitian menunjukan 30 responden menggunakan jenis rokok non filter dan mengalami hipertensi sebanyak 27 responden, sedangkan 44 responden menggunakan rokok filter mengalami hipertensi
dengan jumlah 20 responden. Hal ini menunjukan bahwa merokok dengan jenis rokok non filter mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan merokok jenis filter karena kandungan zat dalam rokok non filter selain dari tembakau rokok non filter juga mengandung zat kimia yang lain yaitu zat nikotin dan tar (Nofa,2010). Nikotin adalah zat atau bahan senyawa porilidin yang terdapat dalam Nicotiana Tabacum yang bersifat adiktif yang dapat mengakibatkan ketergantungan.
Nikotin
ini
dapat
meningkatkan
tekanan
darah,
menyempitkan pembuluh perifer dan menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya (Nofa, 2010). Sehingga pemakaian filter dalam rokok sangatlah berpengaruh karena dapat menekan jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh perokok. Karena semakin banyak jumlah nikotin yang masuk kedalam tubuh akan meninggkatkan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil crosstabulation jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X2 hitung = 15,274, sedangkan X2 tabel=3,481 pada derajat kebebasan (dk) 1, dengan taraf kepercayaan 0,05. Hal ini berarti bahwa X2 hitung > X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,001 yang berarti p < 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara jenis merokok terhadap kejadian hipertensi, karena besar hubungan 13,412 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency). 6. Lama merokok Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama merokok lebih dari 10 tahun mempunyai risiko kejadian hipertensi lebih tinggi dibanding dengan lama merokok yang kurang dari 10 tahun, dengan hasil penelitian,dari total responden 74 orang, 55 responden yang lama merokok diatas 10 tahun. Hal ini sesuai dengan Penelitian (Suheni, 2010). Dampak
rokok akan terasa setelah pemakaian 10-20 tahun karena zat kimia dalam rokok bersifat kumulatif, sehingga dengan jelas dampak rokok berupa kejadian hipertensi akan muncul kurang lebih setelah 10 tahun pemakaian. Berdasarkan hasil crosstabulation lama merokok terhadap kejadian hipertensi, dan hasil analisis Chi Square diperoleh X2 hitung = 1,306, sedangkan X2 tabel=3,481
pada derajat kebebasan (dk) 1, pada taraf
kepercayaan 0,05, hal ini berarti bahwa X2 hitung < X2 tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara lama merokok terhadap kejadian hipertensi. Jadi hipotesis alternatif ditolak dan hipotesis nol diterima. Pada nilai Asymp.sig yaitu 0,253 yang berarti p > 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
antara lama
merokok terhadap
kejadian hipertensi, karena besar hubungan 0,751 dilihat dari nilai C (Coefisien Contingency).
SIMPULAN DAN SARAN A. SImpulan Ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi. B. Saran 1. Untuk mengurangi risiko hipertensi, hendaknya mengurangi dalam mengkonsumsi rokok khususnya pada usia dewasa di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan 2. Meningkatkan
sosialisasi
mengenai
bahaya
merokok
dalam
hubungannya dengan penyakit hipertensi yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian khususnya pada siswa SLTA 3. Hendaknya tidak mengkonsumsi rokok karena bisa menyebabkan berbagai macam penyakit khususnya pada siswa SLTA 4. Pada sosio ekonomi yang lebih tinggi, hendaknya mengurangi kebiasaan merokok karena merokok tidak baik untuk kesehatan dan merupakan faktor terjadinya penyakit khususnya pada usia dewasa di Dukuh Jombor Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan
5. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang faktor-faktor lain yang menyebabkan hipertensi.
DAFTAR REFERENSI Budi Sarwo dan Bagus Wismanto, Y. 2007. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Unika Soegijapranata. Semarang. Padmawinata, Prof. Dr. Kosasih. 2001. Pengendalian Hipertensi World Health Organistion, ITB. Bandung. Suzanne C. Smeltzer, Beranda G. Bare. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Jakarta. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta. David Chaney. 2008. Http ://id. wikipedia. org/wiki/Dewasa Husaini, A. 2006. Tobat Merokok. Pustaka Iman. Jakarta. Suheni. 2007. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Laki-laki Usia 40 tahun ke Atas. Skripsi. FIK UNES Semarang. Tidak Dipublikasikan. Ning Sulastri. 2009. Faktor-faktor Resiko Terjadinya Hipertensi Primer di Desa Cawan
Kecamatan
Jatinom
Kabupaten
Klaten.
Skripsi.
Stikes
Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan. Nofa Tri Martana. 2010. Karakteristik Kebiasaan Merokok Pada Pasien Laki-laki Penderita
Hipertensi
di
Rumah
Sakit
Islam.
Skripsi.
Stikes
Muhammadiyah Klaten. Tidak dipublikasikan. Komang. 2008. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, Praktik Merokok dengan Kesehatan Gigi dan Mulut. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta Groves, Colin. 2005. Http://id.wikipedia.orng/wiki/Dewasa. Usia Dewasa.