PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENANGANAN KERACUNAN PESTISIDA DI RSUD KARANGANYAR. Hanim Rahmawati 1), Wahyuningsih Safitri 2), Anissa Cindy Nurul Afni 3) 1
Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3 Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2
Abstrak
Keracunan pestisida merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani. Keracunan dapat melalui kulit, udara, tertelan dan terhisap atau terhirup melalui sistem pernafasan. Penanganan keracunan pestisida apabila tidak dilakukan dengan cepat dan tepat dapat mengakibatkan kematian. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengalaman perawat dalam penanganan pestisida di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologis melalui pendekatan deskriptif fenomenologi. Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 3 partisipan dipilih menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian yang dianalisa menggunakan metode collaizi diperoleh 9 tema yaitu 1) pengetahuan didapatkan tema (a) penyebab keracunan, (b) mekanisme keracunan, (c) manifestasi klinik keracunan. 2) tindakan perawat didapatkan tema (a) pengkajian, (b) penanganan keracunan. 3) alasan tindakan diberikan didapatkan tema (a) menyelamatkan nyawa, (b) upaya pencegahan penyebaran racun, 4) hambatan didapatkan tema (a) kurangnya pengetahuan keluarga. 5) cara mengatasi hambatan didapatkan tema (a) pengetahuan tentang tindakan, menunjukkan bahwa perawat harus lebih memprioritaskan tindakan untuk keracunan pestisida dan lebih teliti dalam melakukan pengkajian agar dapat melakukan rencana tindak lanjutnya perawat di RSUD Karangannyar . Kesimpulan penelitian pengalaman perawat dalam penanganan pestisida di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar ialah mekanisme keracunan, pengkajian, penanganan keracunan untuk mencegah penyebaran racun keseluruh tubuh. Kata Kunci : pengalaman, penanganan, keracunan pestisida.
1
2
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Hanim Rahmawati Nurse’s Experiences in Handling the Pesticide-Poisoned Patients at General Hospital of Karanganyar ABSTRACT Pesticide poisoning is an emergency condition which must be solve immediately. Toxication can happen through skin, air, digestive tracts, and respiration. The management of pesticide poisoning must be appropriate and quick as to prevent death. It can be done by giving crystalloid solution, antimuscarinic drug (atropine sulfate), gastric lavage with distilled water, antacids, milk, iced water. The objective of this research is to investigate the nurse’s experiences in handling the pesticide-poisoned patients at Local General Hospital of Karanganyar. This research used phenomenology qualitative method. This research used purposive sampling technique to get samples which were consisted of 3 participants. The data were analyzed by using Colaizzi method. The result of research shows that there were five themes, namely: (1) knowledge i.e (a) toxication causes, (b) mechanism of toxication, and (c) clinical manifestation of poisoning; (2) care intervention i.e. (a) assessment, and (b) handling of toxication; (3) reason of intervention i.e (a) life saving and (b) prevention of toxin’s spreading; (4) obstacles i.e. (a) lack of knowledge of family; and 5) how to resolve the obstacles i.e. (a) knowledge of intervention, meaning that the nurses had to put more priorities on the intervention to the pesticide poisoned patients, and they had to be more accurate in the assessment as to be able to conduct further interventions at Local General Hospital of Karanganyar. Thus, the nurses’ experiences in handling the pesticide poisoned patients at Local General Hospital of Karanganyar included mechanism, assessment, toxication intervention to prevent toxin’s spreading to the entire body. Keywords: experiences, treatment, pesticide poisoning. References: 33 (2001-2014).
3
1. PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi 1 – 5 juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa. Sekitar 80 % keracunan pestisida dilaporkan terjadi di negara-negara berkembang (Imelda, 2010). Tahun 2006 di Kecamatan Ngablak telah dilaksanakan pemeriksaan aktifitas kholinesterase pada petani dengan jumlah sampel yang diperiksa 50 orang menunjukan keracunan sedang 48% akibat pestisida. Pada tahun 2008 hasil penelitian dengan jumlah sampel yang diperiksa 68 orang menunjukkan kadar kholinesterase darah petani sayuran di Desa Sumberejo yang mengalami keracunan sebesar 76,47% (Prihadi, 2008). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Karanganyar pada tahun 2013 jumlah keracunan zat kimia 45 orang, keracunan pestisida 56 orang. Prevalensi dalam tiga bulan terakhir keracunan zat kimia 15 orang, keracunan pestisida 25 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 orang perawat yang pernah menangani pasien dengan keracunan pestisida 4 diantaranya mengatakan melakukan tindakan bilas lambung dengan Nacl 0,9 % dengan menggunakan spuit 10 cc sampai lambung bersih dari racun dan memasang O2 3iter/menit, 2 diantaranya mengatakan merangsang muntah dengan air putih dan susu. Keracunan merupakan kegawatdaruratan yang harus ditangani dengan tepat, karena dapat mengakibatkan kematian.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengalaman perawat dalam penanganan pestisida di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi. Penelitian ini berlangsung dari tanggal April – Mei 2015 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Peneliti menggunakan 3 partisipan. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam dan observasi. Analisis data yang digunakan ialah metode fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari 3 partisipan menghasilkan 9 tema yaitu 1) penyebab keracunan, 2) mekanisme keracunan, 3) manifestasi klinik keracunan, 4) pengkajian, 5) penanganan keracunan, 6) menyelamatkan nyawa, 7) upaya pencegahan penyebaran racun, 8) kurangnya pengetahuan keluarga, 9) pengetahuan tentang tindakan. Pembahasan berdasarkan tema-tema hasil penelitian tersebut adalah : a. Penyebab keracunan Hasil penelitian menyatakan bahwa penyebab keracunan merupakan zat toksik atau zat kimia yang masuk kedalam tubuh disengaja maupun tidak sengaja. Zat toksik ataupun zat kimia merupakan senyawa dari pestisida, penguapan dan paparan
4
pestisida menyebabkan keracunan dan dampaknya bisa fatal sampai kematian. Definisi keracunan merupakan masuknya suatu zat toksik ke dalam tubuh melalui sistem pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Zat-zat yang dapat menimbulkan keracunan pencernaan dapat berupa zat kimia (pestisida, baygon, alcohol, minyak tanah, bensin, botulisme, intektisida), makanan (jengkol, jamur, ikan), obat-obatan (Krisanty, 2009). Menurut Donatus (2001) keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian. Hasil penelitian mengenai penyebab keracunan yang diungkapkan oleh partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu mengungkapkan bahwa penyebab keracunan adalah zat toksik atau zat kimia yang masuk kedalam tubuh manusia sehingga menyebabkan keracunan b. Mekanisme keracunan Hasil penelitian menyatakan bahwa mekanisme keracunan meliputi masuk ke dalam tubuh berupa zat toksik atau zat kimia melalui kulit, udara, terhirup dan tertelan. Mekanisme keracunan menurut penelitian Djojosumarto (2006), Pestisida bisa masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui 2 cara, yaitu kontaminasi
lewat kulit pestisida yang menempel di permukaan kulit bisa meresap masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan di seluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Mekanisme keracunan yang lain adalah terhisap lewat hidung keracunan karena partikel pestisida atau butiran semprot yang terhisap lewat hidung merupakan kasus terbanyak kedua setelah kontaminasi kulit. Partikel pestisida yang masuk ke dalam paru-paru bisa menimbulkan gangguan fungsi paru-paru. Partikel pestisida yang menempel di selaput lendir hidung dan kerongkongan akan masuk ke dalam tubuh lewat kulit hidung dan mulut bagian dalam dan atau menimbulkan gangguan pada selaput lendir itu sendiri (iritasi) (Djojosumarto, 2006). Hasil penelitian tentang mekanisme keracunan sesuai dengan teori yang ada mekanisme racun masuk kedalam tubuh melalui udara, terhirup, tertelan dan melalui kulit baik disengaja maupun tidak sengaja. c. Manifestasi klinik keracunan Hasil penelitian mengatakan bahwa gejala keracunan adalah pusing, mual muntah, keringat dingin, air liur banyak, kebiruan, sessak nafas, pupil mata mengecil, lemas dan tidak sadar. Gejala klinik baru akan timbul bila aktivitas kolinesterase 50% dari
5
normal atau lebih rendah. Akan tetapi gejala dan tanda keracunan organofosfat juga tidak selamanya spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit biasa (Prihadi, 2007). Menurut Sartono (2001) keracunan pada manusia yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Manusia akan mengalami keracunan baik akut maupun kronis yang berdampak pada kematian. Keracunan pestisida adalah bahwa gejala dan tanda keracunan khususnya pestisida dari golongan organofosfat umumnya tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai gejala penyakit biasa seperti pusing, mual, dan lemah sehingga oleh masyarakat dianggap sebagai suatu penyakit yang tidak memerlukan terapi khusus (Prihadi, 2007). Hasil penelitian tentang manifestasi klinik yang diungkapkan oleh partisipan sesuai dengan teori yang ada yaitu mengungkapkan gejala keracunan pupil mengecil, sakit kepala, pusing, air liur banyak, keringat dingin, lemas, sesak dan kebiruan. d. Pengkajian Hasil penelitian mengenai perawat dalam pengkajian keluhan yang dialami pasien. Dari pernyataan partisipan pengkajian meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan TTV. Hal ini sesuai dengan penelitian Triyoga, dkk (2012) menyatakan bahwa pengkajian pasien dengan keracunan antara lain adalah pengkajian data dasar keracunan dapat menyerang semua hjenis
kulit dan usia. Pengkajian primer yaitu keluhan yang dialami pasien yaitu pusing, mual muntah, keringat dingin, air liur banyak, dan sakit kepala. Pengkajian sekunder didapatkan dari pemeriksaan pupil mata yang mengecil, sesak nafas, tekanan darah, nadi dan pernafasan. Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. (Lynn , 2008). Berdasarkan pernyataan dari partisipan hasil penelitian dengan teori sama saat melakukan pengkajian pada pasien keracunan yaitu dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan TTV dan anamnesa. e. Penanganan keracunan Hasil penelitian saat menolong keracunan adalah memberikan cairan christaloid atau merangsang muntah dan pengalaman perawat dalam penanganan pasien keracunan merangsang muntah atau memberikan terapi obat muskarinik. Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau kecelakaan yang memerlukan pertolongan medis dasar (Ade, 2011). Penanganan keracunan pestisida yaitu perawatan resusitasi pasien dan memberikan oksigen, antagonis muskarinik
6
(biasanya atropin), cairan, dan reactivator acetylcholinesterase (sebuah oksim yang mengaktifkan kembali acetylcholinesterase dengan penghilangan kelompok fosfat). Dekontaminasi atau bilas lambung harus dipertimbangkan setelah diresusitasi dan stabil. Pasien harus diobservasi terkait perubahan kebutuhan atropin, memburuknya fungsi pernafasan karena sindrom menengah, dan fitur kolinergik berulang yang terjadi dengan organofosfat yang larut dalam lemak (Michael et al, 2008). Berdasarkan pernyataan dari partisipan hasil penelitian dengan teori sama saat menangani pasien dengan keracunan yaitu memberikan cairan cristaloid untuk mencegah dehidrasi dan memberikan terapi obat anti muskarinik. f. Menyelamatkan nyawa Hasil penelitian saat menolong pasien harus mengetahui penyebab keracunan dan proses masuknya racun untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan agar pasien dapat tertolong. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyelamatkan adalah pertolongan yang bertujuan untuk menyelamatkan dalam penanganan medis (KBBI, 2005). Pertolongan merupakan pemberian pertolongan segera pada kecelakaan yang memerlukan pertolongan medis (Ade, 2011). Kasus penelitian menunjukan bahwa perawat mengutamakan keselamatan pasien atau menolong nyawa pasien, perawat mengatakan
bahwa saat melakukan tindakan tujuannya untuk menolong pasien. g. Upaya pencegahan penyebaran racun Hasil penelitian mengatakan bahwa untuk mencegah racun menyebar keseluruh tubuh adalah bilas lambung, tapi bilas lambung tidak dibolehkan jika racun sudah tertelam lama. Pemberian terapi obat anti muskarinik dapat dijadikan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran racun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardianti (2008) bahwa pencegahan penyebaran racun dapat dicegah dengan pemberian terapi obat anti muskarinik, keracunan yang tertelan tidak disarankan untuk bilas lambung jika tertelan lebih dari waktu menelan zat pestisida tersebut karna dapat membehayakan keselamatan pasien, bilas lambung dilakukan jika zat toksik baru tertelan atau bisa juga merangsang muntah agar racun keluar dari dalam tubuh. Pemberian obat juga bisa menjadi terapi utama untuk pencegahan penyebaran racun (Hardianti, 2008). h. Kurangnya pengetahuan keluarga Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan keluarga kurang atau minimnya pengetahuan keluarga sehingga menghambat dalam penanganan pasien. Partisipan mengatakan bahwa kendala dari keluarga yang belum tahu apa tindakan yang akan dilakukan dan kadang menolak untuk dilakukan tindakan.
7
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan atau perilaku yang menguntungkan bagi seseorang, khususnya dalam pengambilan keputusan pengobatan. Pengetahuan pada manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan manusia, pengetahuan diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Setiap pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistologi), dan untuk siapa (aksiologi) (desnia dkk, 2011). Hasil penelitin ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosita (2003) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pengambilan keputusan pengobatan. Berdasarkan pernyataan dari hasil penelitian tentang kurangnya pengetahuan keluarga penelitian yang ada minimnya pengetahuan keluarga karena kurangnya pendidikan kesehatan pada masyarakat. Kejadian penolakan tindakan karena tidak mengetahui tindakan yang diberikan. i. Pengetahuan tentang tindakan Hasil penelitian menunjukan bahwa keluarga belum mengetahui tindakan yang akan dilakukan dan takut membahayakan pasien. Sehingga perawat harus memberikan
edukasi atau pemberian informasi terlebih dahulu untuk melakukan tindakan. Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2003). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Yuantari dkk (2013) bahwa pengetahuan petani masih kurang baik karena masih banyak pengetahuan petani yang menganggap boleh mencampur beberapa macam pestisida tanpa membaca bahan aktif dan label yang terdapat dikemasan. Meningkatnya pengetahuan petani setelah diberi pendidikan kesehatan dan sebagian besar tingkat pengetahuan petani dalam menggunakan alat pelindung diri sudah “tahu” apa yang harus digunakan dilahan petani (Salameh, et al, 2003; Oluwole, 2009). Kasus penelitian yang dilakukan menunjukan pengetahuan tentang tindakan yang akan diberikan kepada keluarga untuk meningkatkan pengetahuan keluarga bahwa tindakan tersebut sangat dibutuhkan oleh pasien, jika tidak
8
makan pasien tertolong.
tidak
dapat
4. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapat 9 tema sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a) Pengetahuan perawat tentang penanganan keracunan meliputi penyebab keracunan, mekanisme keracunan dan manifestasi klinis. b) Tindakan perawat yang diberikan dalam penanganan keracunan meliputi pengkajian dan penanganan keracunan. c) Alasan perawat memberikan tindakan penanganan keracunan meliputi menyelamatkan nyawa dan upaya pencegahan penyebaran racun. d) Hambatan perawat dalam penanganan keracunan pestisida meliputi kurangnya pengetahuan keluarga karena keluarga tidak mengetahui tindakan yang akan diberikan oleh perawat. e) Cara mengatasi hambatan dalam penanganan keracunan pestisida pengetahuan tentang tindakan. Pemberian edukasi atau informasi tentang tindakan – tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. 5. SARAN Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi ke rumah sakit tentang hasil penelitian sehingga managemen rumah sakit akan mengadakan program pelatihan kegawatdaruratan untuk dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang penanganan keracunan
pestisida sehingga pelayanan di rumah sakit. Hasil penelitian ini berguna sebagai rujukan bagi penelitian lain dan peneliti lain dapat meneliti tindakan atau penanganan keracunan pestisida yang lebih signifikan. REFERENSI Ade, (2011). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha Medika. Bickley, Lynn S.(2008). Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta. ECG. Desnia dkk. (2011), Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Kepala Keluarga Dengan Pengambilan Keputusan Pengobatan Tradisional Di Desa Rambah Tengah Hilir Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Djojosumarto, P. (2008) Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian.Yogyakarta : Kanisius. Donatus I.A. 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta, 193 - 196. Hardianti. (2008). Keperawatan Gawat Darurat. Jurnal Kesehatan. http://www. Gawat Darurat.com/index. Imelda. (2010). Toksikologi Pestisida Dan Penanganan Akibat Keracunan Pestisida, Media
9
Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3. Krisanty P, dkk. ( 2009). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta : Trans Info Media. MG Catur Yuantari, Budi Widiarnako, Henna Rya Sunoko. (2013). Tingkat Pengetahuan Petani Dalam Menggunakan Pestisida: Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobokan. Universitas Diponegoro. Semarang . Michael eddleston et al. (2008). Management of Acute Organophosphorus Pesticide Poisoning. Journal management nursing vol 371. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi 2010), Jakarta : Rineka Cipta. Oluwole, Oluwafemi, Cheke, Robert a, (2009). Health And Enviromental Impact Of Pesticide Use Practices: A Case Study Of Farmers In Ekiti State. Nigeria. International Journal Of Agricultural Sustainability Volume.7 , No. 3; pp 153163.
Prihadi. (2008) Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Efek Kronis Keracunan Pestisida Organofosfat Pada Petani Sayuran di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, PPs Universitas Diponegoro, Semarang Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi Edisi (12 ed). Jakarta : Salemba Empat. Rosita. (2008). Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : Swadaya. Salameh Pascale R. Isabelle Baldi, Patrick Brochard, and Bernadette Abi Saleh, (2004). Pesticide in libanon: a knowledge, attitude, and practice study, Environmental Research 94,1-6, available online at www.sciencediret.com Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Widya Medika. Jakarta. Sudarma, Momon. (2008). Sosiologi Untuk Kesehatan, Jakarta : Salemba Medika. Sudarmo S. (2007). Pestisida.Yogyakarta : Kanisius. Triyoga, Dkk ( 2012). Gawat Darurat Medis Praktis Pustaka Baru. Yogyakarta.