1 HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN Erna Kristanti 1), Yeti Nurhayati 2), Aria Nurahman Hendra K 3) 123
Prodi S1- STIkes Kusuma Husada Surakarta 2016 ABSTRAK
Stres merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik. Beban kerja perawat di ruang perawatan khusus akan menimbulkan stres kerja dan berdampak pada kinerjanya. Selain harus menghadapi beban pekerjaan fisik, perawat di ruang khusus juga mengalami beban mental yang berat karena harus menghadapi pasien kritis yang segera mendapatkan penanganan secara cepat. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan desain cross sectional. Populasi seluruh perawat di Perawatan Khusus yang meliputi ruang ICU, Peristi, IGD dan RR (Recovery Room) sebanyak 69 perawat, sampel sebanyak 69 perawat dengan menggunakan Total sampling. Analisis data menggunakan uji Spearman.Berdasarkan analisis data dengan uji analisis Spearman dengan derajat kemaknaan ≤ 0,05 (5%), didapatkan nilai rs = -0,429 dan probabilitas (p) sebesar 0,000 maka disimpulkan ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Disarankan kepada RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri diharapkan agar menurunkan beban kerja perawat di Ruang Perawatan Khusus dengan menambah jumlah perawat, kepada perawat bisa belajar untuk mengendalikan stres yang pada umumnya sering di rasakan perawat sehingga perawat bisa lebih baik dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan, bagi peneliti selanjutnya agar meneliti lebih lanjut tentang stres kerja perawat dan apa-apa saja faktor yang dapat mencegah perawat untuk terkena stres kerja. Kata kunci : Kinerja, Stres Kerja, Perawat. ABSTRACT Stress is a complex and unique phenomenon. Nursing workloads of nurses at special treatment rooms may lead to stress at work and give effects to the nursing performance. In addition to the physical workloads, the nurses also have to experience heavy mental workloads since they are required to deal with critical patients who need to be handled immediately. This research aims at finding out the relationship between stress at work and nursing documentation performance of nurses at special treatment rooms of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. The research belongs to correlational study with cross sectional design. The population includes all 69 nurses serving at special treatment rooms, including Intensive Care Unit (ICU), high-risk perinatal room, Emergency Room (ER), and Recovery Room (RR). Samples were selected using total sampling technique and later analyzed using Spearman test. Data analysis using the aforementioned test with the significance level of ≤ 0.05 (5%) results in rs value of -0.429 and probability (p) of 0.000. Thus, the research concludes that there is a relationship between stress at work and nursing documentation performance of nurses at special treatment rooms of dr. Soediran Mangun Sumarso Regional Public Hospital of Wonogiri. It is suggested that hospital managers reduce the workloads of nurses serving at the special treatment rooms by adding more nurses. Furthermore, the nurses need to learn ways to control stress, so that they can have better nursing documentation performance. Finally, other researchers are suggested to conduct further research on stress at work experienced by nurses and factors dealing with the stress prevention. Keywords: working performance, stress at work, nurses
1
2 PENDAHULUAN Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu
pelayanan
dipengaruhi
rumah
oleh
sakit
sangat
beberapa
faktor,
diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Kepmenkes No.836 tahun 2005). Peran yang paling menonjol di
sehingga keadaannya menyimpang dari normal (Bernardin cit Anonim, 2007). Lima sumber stres kerja perawat secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan berpengaruh dengan staf lain, kesulitan merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien dan kegagalan merawat (Abraham & Shanley, 2007).
rumah sakit adalah perawat, karena perawat merupakan tenaga yang paling lama kontak dengan pasien dibanding dengan tenagatenaga yang lain. Pelayanan keperawatan terdiri dari perawatan langsung dan tidak langsung (Haryani, 2008).
bentuk lain dari pembangkit stres kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja (Munandar, 2007). Stres merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik. Stres hal
kekuatan
ini
yang
digambarkan menimbulkan
oleh Azizpour (2013) menunjukkan bahwa penyebab stres kerja perawat di RR (Recovery Room) adalah beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja yang beresiko, waktu pembedahan yang menekan, hal
Fluktuasi beban kerja merupakan
dalam
Hasil penelitian yang dilakukan
sebagai tekanan-
tekanan dalam diri, stres dalam pendekatan ini muncul jika tekanan yang dihadapi melebihi batas normal (Helmi, 2007). Stres kerja adalah situasi faktor yang terkait dengan pekerjaan, berinteraksi dengan faktor dari dalam diri individu dan mengubah kondisi fisiologi dan psikologi
tersebut
menunjukan
berhubungan
dengan
stres
yang
aktivitas
dan
lingkungan fisik. Sedangkan hubungan dengan dokter dan teman sejawat karena komunikasi buruk dapat menyebabkan stres yang berhubungan dengan mental. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat di ruang khusus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor personal/individu (pengetahuan, skill, kemampuan, motivasi, komitmen,
psikologis),
faktor
kepemimpinan (kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader), Faktor tim (dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim),
3 faktor sistem (sistem kerja, fasilitas kerja
tidur, 10 monitor vital sign, alat-alat
atau infrastruktur yang diberikan organisasi,
pendukung basic live support, rata-rata
proses
pasien ICU 8 pasien perhari, dan jumlah
organisasi
dan
organisasi)
kultur
kinerja
dan
kontekstual/situasional perubahan
faktor (tekanan
lingkungan
eksternal
perawat
17
orang;
Resiko
2)
Ruang
Tinggi)
dan
Peristi
dan
(Perinatal
PICU
dan
terdapat 17 tempat tidur, rata-rata 11 pasien perhari dengan jumlah perawat sebanyak 21
internal) (Wirawan, 2009). Penilaian asuhan keperawatan yang
orang; 3) IGD (Instalasi Gawat Darurat)
baik adalah terdapat catatan pada setiap
dengan rata-rata 40 pasien perhari dan
tahap dari 5 tahap asuhan keperawatan di
jumlah perawat 20 orang; 4) RR (Recovery
lembar
meliputi
Room), rata-rata pasien operasi perhari 14
perencanaan,
pasien dan jumlah perawat yang ada
rekam
pengkajian,
medis
yang
diagnosis,
intervensi
dan
dokumentasi,
evaluasi.
dapat
dilihat
Dengan
sebanyak 13 orang. Berdasarkan
catatan
hasil
wawancara
perkembangan pasien dan evaluasi apakah
peneliti dengan 10 perawat di ruang
pelayanan yang diberikan sudah sesuai atau
perawatan khusus dijumpai 6 perawat
belum dengan standar yang dipakai atau
mengalami stres kerja dan 4 orang tidak.
dengan kata lain, dokumentasi merupakan
Dari hasil observasi terhadap stres perawat
bukti otentik kualitas asuhan keperawatan.
dijumpai 6 perawat merasa bingung, sering
(Puji Utami, 2013).
meningggalkan pekerjaan, terlihat kurang
Stephen
P.
Robbins
(2011)
tidur, dan
mudah
marah.
Dari
hasil
mengatakan bahwa bukti menunjukkan
pengamatan tentang pengisian kelengkapan
bahwa stres dapat berpengaruh positif
pendokumentasian asuhan keperawatan di
maupun negatif terhadap kinerja karyawan.
tiap ruangan khusus secara kualitas dan
Bagi banyak karyawan, tingkatan stres yang
kuantitas masih kurang, banyak perawat
rendah hingga menengah memungkinkan
yang
karyawan untuk menunaikan pekerjaan
keperawatan secara benar dan lengkap.
secara lebih baik dengan cara meningkatkan
Secara prosentasi kelengkapan dokumentasi
intensitas kerja, kesiagaan, dan kemampuan
asuhan keperawatan adalah ICU sebesar
beraksi karyawan.
65,4%, PICU 71,5%, IGD 42,2% dan RR
Di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri
terdapat
tidak
melaksanakan
dokumentasi
hanya 23,6%.
Ruang
Hal ini mendorong peneliti untuk
Perawatan Khusus yaitu: 1) ICU (Intensive
mengkaji tentang hubungan tingkat stres
Care Unit) terdapat fasilitas 10 tempat
dengan
kinerja
perawat
dalam
4 pendokumentasian asuhan keperawatan di
Spearman
Ruang Khusus RSUD dr. Soediran Mangun
kurang dari sama dengan 0,05 (5%) yang
Sumarso Wonogiri.
berarti ada hubungan antara 2 variabel.
METODE PENELITIAN
Adapun rumus Spearman sebagai berikut
Jenis
penelitian
ini
dengan
derajat
adalah
penelitian korelasi. Pendekatan penelitian
rho xy = 1 (Arikunto, 2006):
kemaknaan
( n(n
) - 1)
6 åd 2 2
dilakukan secara cross sectional yaitu pengumpulan data baik untuk variabel
Keterangan :
independen
rho xy
: Korelasi tata jenjang
variabel dilakukan
(variabel
sebab)
maupun
dependen
(variabel
akibat)
d
:
Beda antara jenjang tiap subjek
secara
bersama-sama
atau
n
:
Banyaknya subjek
simultan (Notoatmodjo, 2005).
Jika nilai t XY hitung > t XY tabel (p-
Populasi dalam penelitian ini adalah
value lebih dari 0,05), maka hipotesis
seluruh perawat di Perawatan Khusus yang
diterima. Sebaliknya, jika t XY hitung < t XY
meliputi ruang ICU, Peristi, IGD dan RR (Recovery Room) RSUD dr. Soediran
tabel (p-value kurang dari 0,05) maka hipotesis ditolak (Arikunto, 2006).
Mangun Sumarso Wonogiri yakni sebanyak 69 perawat. Sampel yang di ambil adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
perawat di Perawatan Khusus RSUD dr.
Analisis Univariat
Soediran
Mangun
Sumarso
Wonogiri
sebanyak 69 perawat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
Penelitian ini
dilakukan di Ruang Perawatan Khusus
No
Kelompok Umur
Frekuensi (Orang) 17
Prosen -tase (%) 24,6
meliputi ruang ICU, Peristi, IGD dan RR
1
20-29 tahun
(Recovery Room) RSUD dr. Soediran
2
30-39 tahun
43
62,4
Mangun
3
40-49 tahun
9
13
Jumlah
69
100
Sumarso
Wonogiri
pada
1
September sampai dengan 1 Oktober 2015. Uji validitas dan reliabilitas tidak dilakukan. Karena skala data kedua variabel tersebut berupa data ordinal, maka analisis yang tepat dengan menggunakan uji non parametrik salah satunya menggunakan
5 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri FrekuProsenJenis No ensi tase Kelamin (Orang) (%) 41 59,4 1 Perempuan 2
Laki-laki
28
40,6
Jumlah
69
100
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Frekue- Prosennsi tase No Pendidikan (Orang) (%) 1
SPK
1
1,4
2
D3
45
65,3
3
S1 Kep
23
33,3
Jumlah
69
Masa Kerja
Frekuensi (Orang) 44
Prosentase (%) 63,8
1
1-9 tahun
2
10-18 tahun
18
26,1
3
19-27 tahun
7
10,1
69
100
Jumlah
No 1 2
Stres Kerja Ringan/Waspad a Sedang/Fase Resistensi Jumlah
Frekuensi (Orang)
Prosentase (%)
31
44,9
38
55,1
69
100
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Kinerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
1
Kurang
Frekuensi (Orang) 9
2
Cukup
52
75,4
3
Baik Jumlah
8 69
11,6 100
No
Kinerja
Prosentase (%) 13
100
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri No
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Stres Kerja di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
Analisis Bivariat Tabel 4.7 Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
Stres Ringan/ Kerja Waspada % Sedang/ Fase Resistensi % Total Jumlah %
Kinerja Kurang Cukup 0 24
Spearman's rho
0 11
49 25
Baik Total 7 31 rs hitung = -0,429 p = 0,000 77,8 44,9 2 38
100 11 100
51 49 100
22,2 9 100
55,1 69 100
Tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami stres tahap ringan/waspada mempunyai kinerja kurang
6 tidak ada, kinerja cukup sebanyak 24
PEMBAHASAN
responden
Pembahasan ini berisi tentang perbandingan
(77,4%)
dan
kinerja
baik
sebanyak 7 responden (22,6%). Responden
hasil penelitian dengan teori.
yang
5.1. Karakteristik Responden
mengalami
sedang/resistensi
stres
tahap
mempunyai
kinerja
5.1.1.
Umur
kurang sebanyak 11 responden (28,9%),
Pada penelitian ini, didapatkan bahwa
kinerja cukup baik sebanyak 25 responden
paling banyak pada kelompok umur 30-39
(65,8%) dan berkinerja baik sebanyak 2
tahun sebanyak 43 responden (62,3%), yang
orang (5,3%).
kedua umur 20- 29 tahun sebanyak 17
Hasil
analisis
dengan
program
responden
(24,6%)
dan
yang
berada
komputerisasi diperoleh nilai Spearman's
kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 9
rho sebesar -0,429 dengan probabilitas (p)
responden (13%). Hal ini disebabkan di
sebesar 0,000 nilai
rs
tabel
untuk jumlah
sampel 69 dalam taraf signifikan 5% (0,05) sebesar 0,200. Hasil perbandingan antara nilai
rs
hitung
bahwa nilai
dengan
rs
hitung
rs >
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dalam menempatkan perawat di Ruang Perawatan Khusus perlu perawat yang
tabel
rs
tabel
menunjukkan (-0,429 > -
berpengalaman,
kemampuan
khusus
mempunyai
dalam
menangani
kasus-kasus kegawat daruratan tinggi.
0,200) atau dilihat dari nilai probabilitas (p)
Robbins & Judge (2008) mengungkapkan
menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil dari
bahwa jika penelitian memisahkan antara
level of significant 5 % (0,000 < 0,05).
profesional dan nonprofesional, maka akan
Nilai koefisien bertanda negatif,
didapatkan bahwa tingkat kinerja cenderung
artinya jika stres kerja rendah maka kinerja
meningkat
meningkat atau sebaliknya jika tingkat stres
bertambahnya
meningkat maka akan menurunkan kinerja.
nonprofesional kinerja menurun seiring
Jadi
dengan
hipotesis
alternatif
(Ha)
yang
pada
profesional
usia,
pertambahan
dengan
sedangkan
usia.
pada
Menurut
menyatakan bahwa “Ada hubungan stres
Hasibuan (2003), usia berkaitan erat dengan
kerja dengan kinerja perawat di dalam
tingkat kedewasaan atau maturitas perawat.
pendokumentasian
asuhan
keperawatan
Kedewasaan adalah tingkat kemampuan
Ruang
Khusus
RSUD
teknis dalam melakukan tugas maupun
Perawatan
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”
dr.
kedewasaan psikologis, semakin bertambah lanjut usia seseorang semakin meningkat pula kedewasaan seseorang, demikian juga
7 psikologisnya
akan
menunjukkan
memungkinkan
perempuan
lebih
baik
kematangan jiwa.
kinerjanya dibandingkan laki-laki.
Hasibuan (2003), berpendapat bahwa umur
5.1.3.
individu
fisik,
Pendidikan perawat paling banyak adalah
mental, kemampuan kerja ,tanggung jawab,
D3 Keperawatan sebanyak 65,3% dan
dan
Sebaliknya,
33,3% sudah berpendidikan S1 Keperawan.
karyawan yang umurnya lebih tua kondisi
Hal ini menandakan bahwa RSUD dr.
fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet, dan
Soediran
mempunyai tanggung jawab yang lebih
benar-benar memberikan kesempatan pada
besar.
perawat untuk melanjutkan studi ke jenjang
Hasil penelitian dari Emita, Sari. (2014)
pendidikan yang lebih tinggi dengan sifat
bahwa perawat pelaksana yang berumur
ijin belajar dari pimpinan rumah sakit.
<32 tahun mempunyai kinerja kurang
Hasil ini sejalan dengan penelitian Achmad
(53,4%) lebih besar dibandingkan dengan
(2008)
perawat
hubungan
mempengaruhi
cenderung
kondisi
absensi.
pelaksana
umur
≥32
tahun
Pendidikan
Mangun
Sumarso
mengungkapkan tingkat
Wonogiri
bahwa
pendidikan
ada
perawat
(33,7%)..
terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit
5.1.2.
Umum Pandan Arang Kabupaten Boyolali.
Jenis Kelamin
Karakteristik perawat yang bekerja di
Dari hasil penelitian yang ada, peneliti
Ruang
berpendapat bahwa salah satu faktor yang
Perawatan
Khusus
RSUD
dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri jika
dapat
dilihat dari jenis kelamin banyak adalah
kinerja perawat adalah pendidikan formal
perempuan
perawat.
59,4%
dan
yang
berjenis
meningkatkan
produktifitas
Pendidikan
atau
memberikan
kelamin laki-laki sebanyak 40,6%. Hal ini
pengetahuan bukan saja yang langsung
terjadi karena dunia keperawatan identik
dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga
dengan ibu/wanita yang lebih dikenal
landasan untuk mengembangkan diri serta
dengan mother instinc. Jenis kelamin
kemampuan memanfaatkan semua sarana
responden dalam penelitian ini lebih banyak
yang ada di sekitar kita untuk kelancaran
perempuan dibandingkan laki-laki, hal ini
tugas.
sesuai
berpendidikan tinggi motivasinya akan
dengan
sejarah
awal
profesi
Tenaga
keperawatan
yang
keperawatan yang dimulai dari Florence
lebih
Nightingale
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
yang
mulanya
sebagai
baik
karena
telah
memiliki
pekerjaan yang didasari kasih sayang
dibandingkan
dengan
perawat
yang
seorang ibu atau perempuan. Keadaan ini
berpendidikan
rendah
sehingga
akan
meningkatkan kinerja
8 Sejalan
dengan
(2005),
pada pekerjaan sejenis perlu mendapatkan
yang
pertimbangan dalam penempatan tenaga
memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan
kerja. Kenyataan menunjukkan makin lama
memiliki pengetahuan yang lebih tinggi
tenaga
pula jika dibandingkan dengan orang-orang
pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang
yang memiliki pendidikan yang rendah dan
bersangkutan. Sebaliknya, makin singkat
melalui
masa kerja, makin sedikit pengalaman yang
menyatakan
Notoatmodjo
bahwa
pendidikan
meningkatkan
orang-orang
seseorang
kematangan
dapat
intelektual
kerja
diperoleh.
bekerja,
Pengalaman
makin
bekerja
banyak
banyak
sehingga dapat membuat keputusan dalam
memberikan keahlian dan keterampilan
bertindak.
kerja. Sebaliknya, terbatasnya pengalaman
5.1.4.
kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan
Masa Kerja
Berdasarkan
hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahawa
sebagian
besar
keterampilan yang dimiliki makin rendah. Pengalaman
bekerja
merupakan
modal
responden mempunyai masa kerja antara 1-
utama seseorang untuk terjun dalam bidang
9 tahun yaitu sebanyak 44 responden
tertentu.
(63,8%), masa kerja 10-18 tahun sebanyak
5.2. Tingkat
Stres Pada Perawat
di
18 responden (26,1%) dan paling sedikit
Ruang Khusus RSUD dr. Soediran
responden dengan masa kerja 19-27 tahun
Mangun Sumarso Wonogiri
sebanyak 7 responden (10,8%). Hal ini
Dari hasil penelitian yang telah di lakukan
disebabkan karena RSUD dr. Soediran
di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr.
Mangun
dalam
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun
menempatkan perawat di Ruang Perawatan
2015 didapatkan hasil bahwa sebagian besar
Khusus perlu perawat yang berpengalaman,
perawat sebanyak 55,1%) mengalami stres
mempunyai kemampuan khusus dalam
dalam tingkatan sedang dan sebagian
menangani kasus-kasus kegawat daruratan
mengalami stres ringan 44,9%, sedangkan
tinggi.
perawat yang mengalami stres berat tidak
Menurut Nursalam (2007) bahwa semakin
ada. Dari hasil wawancara juga diketahui
banyak masa kerja perawat maka semakin
bahwa
banyak pengalaman perawat tersebut dalam
mengalami
memberikan
keperawatan yang
beberapa faktor yaitu beban kerja terlalu
sesuai dengan standar atau prosedur tetap
berat, jenuh selalu menghadapi pasien kritis
yang berlaku.
dan darurat dan masalah ekternal yaitu
Dari hasil penelitian yang didapat, maka
pemberian reward yang belum sesuai.
Sumarso
asuhan
Wonogiri
peneliti berpendapat pengalaman bekerja
sebagian stres
besar
responden
sedang
disebabkan
9 Hal tersebut sejalan dengan pendapat
pasien atau keluarga, dan merawat pasien
Hawari (2006), yang dimaksud dengan stres
sulit atau tidak bekerjasama, 5) Merawat
adalah respon tubuh yang sifatnya non
pasien
spesifik terhadap setiap tuntutan beban
misalnya pasien lansia, pasien yang nyeri
atasnya. Stres kerja merupakan perasaan
kronis, dan pasien yang meninggal selama
tertekan yang dialami karyawan dalam
merawat.
menghadapi pekerjaan.
Semua hal tersebut adalah sumber-sumber
Charles, A dan Shanley F. (2007), dalam
utama
buku psikologi untuk perawat, menemukan
perawat dan hal-hal ini juga yang peneliti
lima sumber stres dalam keperawatan,
jumpai di Ruang Perawatan Khusus RSUD
antara lain: 1) Beban kerja berlebihan,
dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
misalnya merawat terlalu banyak pasien,
Ruang
mengalami
kesulitan
dalam
ruangan yang selalu dipenuhi pasien-pasien
mempertahankan
standar
tinggi,
kristis dan perlu penanganan kedaruratan
merasa tidak mampu memberi dukungan
yang tinggi. Sehingga diperlukan kesigapan
yang
dibutuhkan
yang
yang
gagal
untuk
yang menyebabkan
perawatan
khusus
membaik,
stres
kerja
merupakan
teman
sekerja,
dan
dan kecepatan perawat dalam menangani
keterbatasan
tenaga,
2)
pasien-pasien tersebut. Hal lain adalah
Kesulitan menjalin hubungan dengan staf
adanya kekurangan tenaga kerja di ruangan
lain, misalnya mengalami konflik dengan
yang membuat perawat jadi semakin tidak
teman sejawat, mengetahui orang lain tidak
produktif
menghargai sumbangsih yang dilakukan,
keperawatan,
dan gagal membentuk tim kerja dengan staf,
pendokumentasian keperawatan. Keadaan
3) Kesulitan dalam merawat pasien kritis,
ini menjadikan beban kerja perawat di
misalnya kesulitan menjalankan peralatan
ruang perawatan khusus semakin tinggi
yang belum dikenal, mengelola prosedur
yang menyebabkan kelelahan kerja.
atau tindakan baru, dan bekerja dengan
Tanda-tanda atau indikator stres yang
dokter yang menuntut jawaban dan tindakan
dialami perawat di ruang Perawatan Khusus
cepat,
antara
menghadapi
4)
Berurusan
pengobatan/perawatan bekerja
dengan
dengan
pasien,
dokter
misalnya
yang
dalam
lain
menjalankan
salah
sebagian
satunya
besar
tugas dalam
perawat
mengalami keluhan seperti bangun pagi
tidak
tidak segar atau letih, lekas capek pada saat
memahami kebutuhan sosial dan emosional
menjelang sore, lekas lelah sesudah makan,
pasien, terlibat dalam ketidak sepakatan
tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak
pada program tindakan, merasa tidak pasti
nyaman
sejauh mana harus memberi informasi pada
(bowel
discomfort),
jantung
10 berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena
kepemimpinan,
cadangan tenaga tidak memadai.
organisasi, iklim organisasi dan teman
Hasil
penelitian
ini
berbeda
dengan
sekerja)
kompensasi,
dan
budaya
lingkungan
eksternal
penelitian yang dilakukan Emita Sari (2014)
(kehidupan ekonomi, kehidupan politik,
bahwa
sosial, budaya, agama dan kompetitor).
sebagian
besar
responden
mengalami stres kerja berat (56,7%). 5.3. Tingkat Asuhan
Kinerja
Perawat
Keperawatan
di
Indikator kinerja yang dimaksud dalam dalam
penelitian
ini
adalah
Ruang
pendokumentasian
kinerja
asuhan
dalam
keperawatan
Khusus RSUD dr. Soediran Mangun
yang meliputi pengkajian (77,7%), diagnosa
Sumarso Wonogiri
keperawatan
(71,4%),
perencanaan
Hasil penelitian mengenai kinerja perawat
(77,5%), implementasi (71%) dan evaluasi
di
(59,2%).
Ruang Perawatan Khusus RSUD dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tahun
Dari indikator pengkajian menunjukkan
2015 diketahui bahwa sebagian besar
bahwa
perawat hanya memiliki kinerja dalam
melaksanakan pengkajian sesuai standar
tingkatan cukup yaitu sebanyak 75,4%.
namun masih ditemukan perawat yang tidak
Keadaan ini disebabkan karena beberapa
pernah
faktor yaitu beratnya beban kerja perawat
melaksanakan
misalnya merawat pasien kritis terlalu
mengkonfirmasikan
banyak,
keperawatan sebagai penanggung jawab
perawat harus selalu di depan
secara
garis
dan
besar
hanya
sudah
kadang-kadang
pengkajian kepada
dan
ketua
tim
pasien karena membutuhkan pengawasan
tentang
khusus dan kekurangan tenaga, sehingga
diagnosis keperawatan yang perlu mendapat
faktor-faktor tersebut menjadikan perawat
perhatian mengenai masalah yang telah
tidak
dirumuskan tidak pernah mengacu pada
cukup
waktu
untuk
mengisi
data
pasien.
Dari
indikator
dokumentasi keperawatan dengan baik.
pengelompokan
Menurut Wirawan (2009) faktor-faktor
untuk
yang mempengaruhi kinerja terdiri dari
perencanaan dan pelaksanaan sebagian
faktor
pribadi,
besar sudah diolaksanakan sesuai standar.
kreativitas, keadaan fisik serta psikologis,
Dari semua indikator kinerja mengenai
pengetahuan,
pendokumentasian
internal
(bakat,
ketrampilan,
sifat
kompetensi,
setiap
diagnosis pasien.
keperawatan
Dari
asuhan
indikator
keperawatan
pengalaman kerja, stres kerja, etos kerja dan
yang perlu mendapat perhatian serius
motivasi
internal
adalah mengenai evaluasi keperawatan
organisasi (kebijakan organisasi, sistem
yang hanya mencapai 59,2%, sehingga
managemen, strategi komunikasi organisasi,
dapat dikatakan bahwa sebagian besar
kerja),
lingkungan
11 perawat
belum
dan
kerja rendah maka kinerja meningkat atau
menyesuaikan rencana keperawatan sesuai
sebaliknya jika tingkat stres meningkat
kebutuhan seluruh pasien dan tidak pernah
maka akan menurunkan kinerja. Hal ini
melakukan evaluasi secara terus-menerus.
juga didukung hasil tabel silang yang
Dari hasil wawancara hal ini disebabkan
menunjukkan bahwa perawat dengan stres
perawat tidak ada waktu untuk melakukan
kerja ringan mempunyai kecenderungan
evaluasi, karena banyaknya dokumentasi
membunyai kinerja cukup baik (77,4%).
keperawatan yang harus ditulis.
Kekuatan hubungan stres kerja dengan
Hasil penelitian ini mendukung penilitian
kinerja
M. Hadi Mulyana (2013) yang berjudul
korelasi cukup kuat yaitu berkisar antara
"Faktor
0,40-0,59.
Yang
mengevaluasi
Berpengaruh
Terhadap
perawat
mempunyai
kekuatan
Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunaryo
16.06.01 Ambon" menemukan sebagian
(2004) bahwa terdapat banyak sumber yang
besar
perawat dalam kategori
mempengaruhi stres kerja pada perawat
sebesar
yang bisa mengakibatkan turunnya kualitas
kinerja
cukup/sedang
73,92%.
Hasil
penelitian juga mendukung penelitian Yesi
atau
Gustian (2010) dengan judul" Hubungan
melakukan tugasnya, salah satunya dalam
stres
perawat
melaksanakan standar asuhan keperawatan.
pelaksana dalam melaksanakan asuhan
Stres kerja merupakan kondisi ketegangan
keperawatan di RSUD Pasaman Barat"
yang berpengaruh terhadap emosi, jalan
yang menemukan sebagian besar perawat
pikiran dan kondisi fisik seseorang.
mempunyai kinerja dalam kategori cukup
Stres yang tidak diatasi dengan baik
sebanyak 78,6%).
biasanya
5.4. Hubungan stres kerja dengan kinerja
ketidakmampuan
kerja
dengan
kinerja
kinerja
seorang
akan
perawat
dalam
berakibat seseorang
pada
berinteraksi
perawat dalam asuhan keperawatan
secara positif dengan lingkungannya, baik
di Ruang Perawatan Khusus RSUD
dalam arti lingkungan pekerjaan maupun
dr.
diluarnya.
Soediran
Mangun
Sumarso
Artinya
karyawan
yang
bersangkutan akan menghadapi berbagai
Wonogiri Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
gejala
ada hubungan yang cukup kuat antara stres
berpengaruh pada prestasi kerjanya.
kerja dengan kinerja perawat dengan nilai
Menurut pendapat Sondang, P. Siagian
Spearman's rho sebesar -0,429 dengan
(2009) semakin lama seseorang mengalami
probabilitas
stres
(p)
sebesar
0,000.
Nilai
koefisien bertanda negatif, artinya jika stres
negatif
maka
ketidakmampuan
yang
akan
pada
akhirnya
berakibat
seseorang
pada
berinteraksi
12 secara positif dengan lingkungannya, baik
penelitian ini menyatakan ada Hubungan
dalam arti lingkungan pekerjaan maupun
yang
diluarnya.
yang
Penelitian ini juga mendukung penelitian
bersangkutan akan menghadapi berbagai
Emita Sari (2014), Adanya hubungan antara
gejala
stres
Artinya
negatif
karyawan
yang
pada
akhirnya
Signifikan
kerja
Antara
dengan
Stres
kinerja
Kerja.
perawat
berpengaruh pada prestasi kerjanya yaitu
pelaksana di ruang rawat inap bedah, dan
kinerja
interne
perawat
dalam
melaksanakan
RSUD
Dr.
Achmad
Mochtar
dokumentasi asuhan keperawatan.
Bukittinggi Tahun 2014 dengan p value =
Perlu diketahui bahwa perawat merupakan
0,023.
sebuah profesi yang berorientasi pada pelayanan dalam bentuk jasa. Pelayanan
SIMPULAN
yang
5.4.1.
diberikan
terintegrasi
dengan
Karakteristik perawat di Ruang
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Perawatan
Khusus
Asuhan
Soediran
Mangun
keperawatan
yang
diberikan
RSUD
dr.
Sumarso
perawat bersifat komprehensif meliputi
Wonogiri sebagian besar berumur
aspek biologis, psikologis, sosial dan
30-39 tahun (62,4%), sebagian
sipritial.
besar
Implikasi keperawatan yang
perempuan
(59,4%),
ditimbulkan apabila kinerja perawat dalam
sebagian besar berpendidikan D3
melaksanakan
asuhan
Keperawatan (65,3%), dan sebagian
meningkat,
besar mempunyai masa kerja 1-9
keperawatan
dokumentasi menurun atau
maka akan berdampak secara menyeluruh terhadap pelayanan kesehatan di rumah
tahun (63,8%). 5.4.2.
Tingkat stres kerja perawat di
sakit.
Ruang Perawatan Khusus RSUD
Penelitian ini mendukung penelitian Hafsah
dr. Soediran Mangun Sumarso
(2012) tentang Hubungan Antara Stres
Wonogiri sebagian besar dalam
Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di
tingkatan sedang (55,1%).
Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai
5.4.3.
Kinerja
perawat
dalam
Tahun 2012 dilihat dari uji chi-square
pendokumentasian
didapatkan nilai p=0,000 < 0,05 dan
keperawatan di Ruang Perawatan
koefisien korelasi r = 0,682 menunjukan
Khusus
hubungan yang kuat, penelitian ini bersifat
Mangun
positif, stres
sebagian
kerja
perawat
mayoritas
kategori sedang (42,2%), kinerja perawat mayoritas
cukup
(48,9%)
dan
hasil
RSUD
asuhan
dr.
Sumarso besar
cukup (75,4%).
dalam
Soediran Wonogiri kategori
13 5.4.4.
Ada hubungan cukup kuat dan signifikan antara stres kerja dengan kinerja
perawat
pendokumentasian
RSUD
asuhan
dr.
Metodologi Kedokteran.
dalam
keperawatan di Ruang Perawatan Khusus
Budiarto, Eko. (2005). Penelitian Jakarta:EGC
Soediran
r
Mangun Sumarso Wonogiri ( s = 0,429 ; p = 0,000)
DAFTAR PUSTAKA
Abraham. C, Shanley, F. (2007). Social Psycology for Nurse. Great Britain: First Publised. Achmad, Faizin. (2008). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawat dengan Kinerja Perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Surakarta: FIK UMS. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol.1 No.3. September 2008. Azizpour, et al., (2013). A Survay the Aasoaciated Factors of Stress Among Operating Room Personel. Thrita journal Of Medical Science. Diakses 26 Agustus 2015. Anonim. (2007). Stress Dalam Bekerja. http://syehaceh.wordpress.com. Diakses 16 Juni 2015. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Edisi Revisi IV. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Bayley, S.M. (2008). The Stress Audit : Identifying the Stressor of ICU Nursing. http://www.industrialrelationscentre .com. Diakses 18 Juni 2015.
Charles. A, Shanley. F. 2007. Social Psychology For Nurses. First Pusblished in Great Britain. Depkes RI. (2005). Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit. Edisi 5 , Jakarta :Depkes RI. Emita, Sari. (2014). Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. jurnal.umsb.ac.id. Diakses 7 Juni 2015. Eni, Pujiatmi. (2011). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Tingkat Stres Perawat Di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Skripsi. Surakarta: Universitas Sahid Surakarta. Haryani, Titik. (2008). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stress Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Surakarta. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasibuan, M.S.P. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Ed Revisi, Cet. 13. Bumi Aksara: Jakarta. Hawari, D. (2006). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta: Gaya Baru. Helmi, A. F. (2007). Pengelolaan Stress Pra Purna Bakti. Jurnal Psikologika Tahun V No. 9. Hidayat, AA. (2007). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia; Aplikasi konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
14
Ilmi, B. (2005). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja dan Identifikasi Manajemen Stress yang Digunakan Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Ulin Banjarmasin. Tesis Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Kepmenkes Nomor 836/Menkes/SK//VI/2005 tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Perawat dan Bidan. Komite Keperawatan RSUD dr. Soediran MS Wonogiri, 2015. Hasil Audit Keperawatan Periode Januari-Juli 2015. Ling, L. H. et al., (2005). Perception of stress in an intensive care unit setting among working in intensive care unit and general ward. Surgical Intensive Care Unit Journal, 14(3):195-202. Khomsahrial, Romli. (2014). Komunikasi Organisasi Lengkap. Edisi Revisi. Jakarta: Kompas Gramedia. Kurnianingsih dkk, (2013). Efektifitas Terapi Musik Klasik Terhadap penurunan Stres kerja perawat igd di rsud dr. R. Goetheng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2013. ejoural Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor 1. Maret 2015. Mangkunegara, A.A, Anwar Prabu. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:Remaja Rosda Karya. Mealer, M. L. (2007). Increased prevalence of post traumatic stress disorder symptoms in critical care nurses. American Journal of Respiratory & Critical Care Medicine, 175, 693697.
Munandar. (2007). Stres dan Kepuasan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
M. Hadi, Mulyana. (2013). Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK, Vol 2 No 1, Januari 2013, hal 18-26. journal.unhas.ac.id/index.php. Diakses 25 Agustus 2014. Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT Salemba medika. Notoatmodjo, Soekidjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo (2005). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. PPNI. (2008). Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tahun 2008. Praptianingsih, Sri. (2007). Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Puji, Utami. (2013). Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan. digilib.unimus.ac.id. Diakses 5 Juni 2015. Robbins, S.P. (2008). Perilaku Organisasi. Edisi Duabelas, Jakarta: Salemba Empat.
15 Rosmawar.( 2009). Identifikasi Stres Kerja dan Strategi Koping. Bandung:Tarsitu. Stephen P. Robbins. (2011). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Alih Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Ketujuh. Jakarta:PT.Bhuana Ilmu Populer. Suryanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Supardi. (2007). Analisis Stres Kerja Pada Kondisi dan Beban Kerja Perawat Dalam Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap RUMKIT TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Thesis, Medan: USU. Taufik.
(2007). Teori-Teori Komunikasi|Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Indonesia. digitaljournals.org. Diakses 25 Juni 2015.
Triantoro, Safaria. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia, Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. Yesi, Gustian. (2010). Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di RSUD Pasaman Barat. repository.unand.ac.id. Diakses 14 Juni 2015