PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENDAPATAN KELUARGA YANG MENDAPAT PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DI DESA BANTUL KECAMATAN BANTUL DIY
Muryani Prodi Ilmu Keperawatan Stikes Wira Husada Yogyakarta
ABSTRACT Background: The influence of educational level, occupation and income of health service recipients on early detection to preliminary cervical cancer in family. Objective: Early detection of cervical cancer is vital to discover the possibility of occurrence in later stage. Late in detecting could result in metastasis of cancer around other vital organs that subsequently can cause complication. Education of health, cooperation between patients, family and professional medics is therefore necessary. The aim of this research is to discover the influence of educational level, occupation and income of health service recipients on early detection of cervical cancer in family. Method of the research is descriptive analytic with cross-sectional approach. The research was conducted in February 2015. Target population covers family with mothers who own children in Bantul village. Sampling is based on purposive sampling, resulting in as many as 60 respondents. Data collection relies on questionnaire. Data analysis uses Chi-square; meanwhile to process all variables logistic-binary regression analysis is employed along with SPSS program version 12. Method the result of the research shows that high education can provide 3,4 times more early detection on cervical cancer in family, better than lower education. Other factors influencing the attitude of early detection of cervical cancer in family are occupation and income. Conclusion: the research concludes that level of education; occupation and income are the determining factors in early detection of cervical cancer in family. Keywords : The influence of educational level, occupation and income of health service recipients on early detection to preliminary cervical cancer in family.
PENDAHULUAN Kanker leher rahim (Carsinoma serviks uteri) adalah kanker yang dapat menyerang pada wanita yang pernah melakukan hubungan seksual dengan faktor pencetus adanya Human Papiloma Virus (HPV). Masalah kanker leher rahim di Indonesia sangat khas yaitu banyak, dan ditemukan pada stadium lanjut. Kondisi ini terjadi juga di beberapa negara berkembang, atau di negara miskin. Agar tercapai hasil pengobatan kanker leher rahim yang lebih baik, salah satu faktor utama adalah penemuan stadium lebih awal. Pengobatan kanker leher rahim pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik, mortalitas akan menurun (Nuranna, 2001). Kanker leher rahim merupakan pembunuh utama wanita dalam kesehatan reproduksi dengan insidensi 100/100.000 kejadian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dinas Kesehatan Propinsi DIY bidang Seksi Pengendalian penyakit mempunyai program untuk mengefektifkan 10 Puskesmas di DIY sampai pada tahun 2014 dapat melakukan deteksi dini kanker leher rahim (Unjianto, 2010).
Keprihatinan dari petugas kesehatan terhadap angka kejadian kanker leher rahim di Indonesia karena banyaknya kasus kanker leher rahim, diperburuk lagi dengan banyaknya (>70%) kasus yang sudah berada pada stadium lanjut ketika datang ke Rumah Sakit, selain itu didapatkan data pada masyarakat di wilayah Bantul khususnya masih terdapat hal yang ”taboo” untuk dilakukan pemeriksaan pada daerah kemaluan sehingga walaupun telah dilakukan penyuluhan tentang kanker leher rahim tetapi kepatuhan untuk dilakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim masih kurang, sehingga penelitian ini bertujuan tidak hanya memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker leher rahim tetapi sampai dengan mengetahui perilaku keluarga di Kecamatan Bantul untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim sampai dengan memberikan pelayanan langsung (delivery sevise) untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim pada tempat strategis yang mudah dijangkau oleh masyarakat agar masyarakat merasa lebih nyaman berada di lingkungan yang mereka pilih untuk dilakukan pemeriksaan pada daerah kelaminnya. Peran keluarga untuk memotivasi para ibu untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim sangat dibutuhkan, untuk menunjang peran keluarga tidak lepas dari kemampuan ekonomi keluarga. Selain itu pendidikan juga merupakan salah satu investasi dalam bidang ekonomi (World bank, 1994). Pendidikan yang lebih baik memungkinkan seseorang secara ekonomi lebih efisien dalam memanfaatkan teknologi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan sehingga akan meningkatkan kesejahteraannya. Dengan demikian jika dalam keluarga memiliki pendidikan yang tinggi tentunya akan memelihara kesehatannya dan kesehatan keluarga secara lebih baik, sehingga biaya yang harus dikeluarkannya lebih efisien (Follind, 2011). Pendidikan kesehatan / penyuluh sebagai bagian dari pendidikan adalah sarana yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran masyarakat yang diharapkan terjadi perubahan perilaku masyarakat dari yang tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah perilaku yang menunjang kesehatan (Dep. Kes. RI, 1991). Dengan demikian, menurut teori tersebut dapat diduga bahwa tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga yang mendapat pendidikan kesehatan, faktor yang berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker leher rahim dalam keluarga di Desa Bantul Kecamatan Bantul DIY.
METODE Penelitian ini termasuk penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga yang telah memperoleh pendidikan terhadap perilaku deteksi dini kanker leher rahim di desa Bantul dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner , dengan jumlah 60 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian. Tehnik Pengambilan sampling dengan Purposive sampling. Analisis data meliputi univariate, bivariate dengan Chi-square dan multivariat dengan Logistik biner regresi
MIKKI Vol 04/No.01/Februari/2016
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat pendidikan Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan dan perilaku dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan dan Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dalam keluarga di Desa Bantul. Karekteristik Tidak sekolah SD SLTP-SLTA P3 / PT Total
N 4 37 19 60
Frekuensi 1 15 17 33
Prosen 25% 40,5% 89,4%
Frekuensi 3 22 2 27
Prosen 75 59,5 10,6
X2 = 13.730 ; P value = 0,01
Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan pekerjaan dan perilaku Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Responden menurut Pekerjaan terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker leher rahim dalam keluarga di Desa Bantul Karekteristik Todak bekerja Bekerja Total
N 26 34 60
Frekuensi 8 25 33
Prosen 30,7% 73,5%
Frekuensi 18 9 27
Prosen 69,2% 26,5%
X2 = 10.884 ; P value = 0,01
Untuk melihat karakteristik Responden berdasarkan pendapatan keluarga dan perilaku deteksi dini kanker leher rahim dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Responden menurut Pendapatan keluarga terhadap perilaku deteksi dini kanker leher rahim Karekteristik < 1.000.000 1.000.000 – 2.000.000 > 2.000.000 Total X2 = 17.090 ; P value = 0,01
N 27 25 8 60
Frekuensi 7 19 7 33
Prosen 25,9% 76% 87,5%
Frekuensi 20 6 1 27
Prosen 74,1% 24% 12,5%
Tabel 4. Hasil uji regresi logistik Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan Keluarga terhadap Perilaku deteksi dini kanker leher rahim dalam keluarga di Desa Bantul. Step 1a
Pendapatan Pendapatan (1) Pendapatan (2) Pendidikan Pendidikan (1) Pendidikan (2) Pekerjaan (1) Constant
B
S.E.
-2.222 1.458
1.279 1.566
-3.283 -3.841 -2.770 4.909
1.812 1.384 1.117 1.641
Wald 10.642 3.021 .867 7.724 3.281 7.706 6.149 8.946
Df 2 1 1 2 1 1 1 1
Sig. .005 .082 .352 .021 .070 .006 .013 .003
Exp(B) .108 4.296 .038 .021 .063 135.540
Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diperoleh Odds Ratio (OR). Hasil yang diperoleh menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker leher rahim di keluarga adalah 2. Tingkat Pendidikan Responden Hasil analisis regresi biner logistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden mempunyai pengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker leher rahim di keluarga. Responden yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan meningkatkan perilaku deteksi dini kanker leher rahim baik dibanding responden yang tingkat pendidikan rendah. (OR pendidikan 1 = 0,38 ; OR pendidikan 2 = 0,21) Tingkat pendidikan SLTP dan SLTA mempunyai kemungkinan 3 kali perilaku deteksi dini kanker leher rahim di keluarga yang baik dibanding responden yang tingkat pendidikan SD atau tidak sekolah. Hal ini sama sebagaimana yang dikemukakan Brown et al., (2002) tingkat pendidikan berhubungan signifikans dengan status fungsional seseorang tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang penyakit kanker leher rahim. Pendidikan diperlukan seseorang untuk lebih tanggap adanya penyakit dalam tubuhnya dan dapat mengambil tindakan secepatnya. Pada pendidikan yang rendah erat kaitannya dengan pengertian tentang penyakit kanker leher rahim yang mempengaruhi perilaku kesadaran deteksi dini masyarakat. 3. Pekerjaan Dari hasil analisis regresi biner logistik menunjukkan bahwa responden yang bekerja ada sedikit kemunkinan perilaku deteksi dini kanker leher rahim di keluarga baik dibanding responden yang tidak bekerja. (OR pekerjaan 1 = 0,63) namun secara statisktik tidak menunjukkan hubungan yang signifikans. Indikator baik dan buruknya Perilaku Deteksi dini penyakit kanker leher rahim salah satunya ditandai dengan mau dan tidaknya keluarga untuk melakukan pemeriksaan IVA atau Papsmear .sampai dengan saat ini belum ada jaminan kesehatan yang dapat mengcover biaya tersebut kecuali jika seseorang atau pasien tersebut telah mengalami satu atau lebih gejala kanker leher rahim. Ini berarti bahwa biaya dalam deteksi dini
MIKKI Vol 04/No.01/Februari/2016
kanker leher rahim dibebankan pada kelaurga sehingga harus ada persiapan secara khusus saat pasien/keluarga mau melakukan pemeriksaan IVA atau Papsmear. Kepala keluarga dan Ibu atau salah satu yang bekerja mempunyai penghasilan yang lebih sehingga ada dana untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim , Keadaan akan berbeda pada keluarga yang tidak mempunyai pekerjaan / tidak bekerja ada kecenderungan sikap dan perilaku dalam deteksi dini kanker leher rahim kurang baik. 4. Pendapatan Hasil analisis regresi biner logistik menunjukkan bahwa responden dengan pendapatan keluarga 1.000.000,- sampai dengan 2.000.000,- mempunyai kemungkinan lebih baik perilaku deteksi dini kanker leher rahim di keluarga dibanding pendapatan keluarga kurang dari 1.000.000,. Responden dengan pendapatan diatas 2.000.000,mempunyai kemungkinan lebih baik perilaku deteksi dini kanker leher rahim dibanding pendapatan keluarga kurang dari 1.000.000,-. (OR pendapatan 1 = 1.08 ; OR pendapatan 2 = 4.29) Hasil penelitian ini menunjukan adanya kecenderungan bahwa semakin tinggi pendapatan kelaurga semakin baik perilaku deteksi dini kanker leher rahim di keluarga. Sejalan dengan teori Mills dan Gilson (1990) ada hubungan antara pendapatan dengan besarnya permintaan akan pemeliharaan kesehatan. Apabila tingkat perekonomian kelaurga semakin tinggi maka kelaurga akan lebih mudah untuk memilih pelayanan kesehatan yang lebih baik, pelayanan kesehatan yang baik tentunya harus dilangkapi dengan fasilitas yang memadahi dan lengkap. Upaya deteksi dini kanker leher rahim juga memerlukan biaya yang harus dikeluarkan oleh keluarga.
KESIMPULAN DAN SARAN Ada pengaruh tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga yang mendapat pendidikan kesehatan terhadap perilaku deteksi dini kanker leher rahim di desa Bantul. Hendaknya untuk Penelitian selanjutnya menggunakan rancangan Kohort dan Puskesmas sebaiknya bisa memilih media yang blebih tepat pada saat memberikan pendidikan kesehatan disesuaikan tingkat pendidikan responden.
RUJUKAN 1. Agung IGN. (2001), Statistik Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data Kategorik, Jakarta ; PT Raja Grafindo Perkasa. 2. Arif. Pengertian Penyuluhan. 2009. www.podokinfo.co.id. Di Unduh 11 Januari 2015. 3. Aziz. F. 2001. Masalah Pada Kenker Leher Rahim. Cermin Dunia Kedokteran No. 133. Di Unduh 10 Januari 2015. 4. Azwar. S. 2010. Sikap Manusia Teroi dan Pengukurannya Edisi ke 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal 4-15. 5. Dang. J. Lee. J, and Tran. J. Knowledge, Attitudes, and Beliefs Regarding Breast and Cervical Cancer Sreening among Combodian, Loatian, Thai, and Tongan Women. Pubmed Central. 2010. Desember. 25(4): 595-601. Di Unduh 15 Januari 2015.
6. Elsie. K, Gonzago. M, Francis. B, Micnael. K, Rebecca. K, Rosemary. B, and Zeridah. M. 2010. Current Knowledge, Attitudes and Practices of Women on Breast Cancer and Mammography at Mulago Hospital. PubMed Central. 2010. Mei. 5:9. Di Unduh 11 Januari 2015. 7. Friedman M, (1998). Keperawatan Keluraga Teori dan Praktik, Edisi 3. EGC, Jakarta. 8. Ghozali. I. 2007. Aplikasi Anova Dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit UNDIP. Hal 58 – 74. 9. Kamura. T. 2010. Overview on the 1st International Workshop on Gynecologic Oncology. PubMed Central. 2010. September. 21 (3) ; 135-136. Di Unduh 26 Nopember 2014. 10. Leung S and Leung. I. 2010. Cervical Cancer Screening : Knowledge, Health Perception and Attendance Rate Among Hong Kong Chinese Women. PubMed Central. 2010. Agustus. 2 : 221 – 228. Di Unduh 27 Januari 2015. 11. Murti. B (1997). Prinsip dan Metodologi Riset Epidemilogi, Yogyakarta, Gadjah Mada University Pres. 367-372. 12. Murti. B (2006). Desain dan Ukuran Sample Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press. 13. Nasul Efendi, (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2, EGC, Jakarta. 14. Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta. 15. .........................., (1997). Perawatan Kesehatan Masyarakat (Sutau Proses dan Praktek Untuk Peningkatan Kesehatan II), Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung. 16. Unjianto. B. 2010. Kanker Leher Rahim Pembunuh Utama di DIY. www.suaramerdeka. com. Di Unduh 2 Januari 2015. 17. Vet. J, Boer. A, Akker. A, Siregar. B, Lisnawati, Budiningsih. S, Tyasmorowati. D, Moestikaningsih, Peters. C, and Fleuren. G. 2008. Prevalence of Human Papilomavirus in Indonesia : a population-based study in three regions. British Journal of Cancer V.99 (1) 214-218; Jul 8, 2008. Di Unduh 2 Januari 2015.