Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (tgt) pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat ditinjau dari kreativitas belajar peserta didik kelas x SMA Kotawaringin Timur Tahun pelajaran 2009/2010
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Matematika
Oleh: Mirawati S.850908011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI POKOK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Disusun oleh : MIRAWATI S850908011
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal : .........................
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
Drs. Pangadi, M.Si NIP. 19571012 199103 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
ii
PENGESAHAN EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI POKOK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH: MIRAWATI S850908011 Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal : _______________
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc
………………………
Sekretaris
Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D
………………………
Angota Penguji
1. Dr. Mardiyana, M.Si
………………………
2. Drs. Pangadi, M.Si
……………………… Surakarta,
Januari 2010
Mengetahui
Direktur PPs UNS
Ketua Progdi. Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP 19570820 198503 1 004
Dr. Mardiyana, M.Si NIP 19660225 199302 1 002
iii
PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Mirawati NIM
: S 850908011
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul: ”EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI POKOK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2010 Yang membuat pernyataan,
Mirawati
iv
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Materi Pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Peserta Didik Kelas X SMA Kotawaringin Timur Tahun Pelajaran 2009/2010”. Hambatan dan permasalahan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini banyak ditemui oleh penulis, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas segala bentuk bantuannya yang telah meringankan penyelesaian penulisan tesis ini, terutama kepada: 1.
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi di program Magister Pendidikan Matematika.
2.
Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan pengarahan, petunjuk, saran, motivasi dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai.
v
3.
Drs. Pangadi, M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai.
4.
Bapak
dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5.
Drs. H. Yanero selaku Kepala Dinas DIKPORA Kabupaten Kotawaringin Timur yang telah memberikan ijin dan kesempatan penulis untuk melanjutkan studi di program Magister Pendidikan Matematika.
6.
Drs. Simber, Kepala Sekolah SMAN 1 Mentaya Hulu yang telah memberikan arahan, dukungan dan motivasi serta kesempatan penulis untuk melanjutkan studi di program Magister Pendidikan Matematika.
7.
Drs. Hadriansyah, M.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sampit, Drs. Asyari, Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Sampit, Sion JR, S.Pd, Kepala Sekolah SMA PGRI 1 Sampit yang telah memberikan ijin penelitian serta Yulites Lisen, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Sampit yang telah memberikan ijin uji coba instrumen penelitian.
8.
Bapak dan Ibu Wakasek Kurikulum SMAN 2 Sampit, SMAN 3 Sampit, SMAN 4 Sampit dan SMAN PGRI 1 Sampit yang telah membantu lancarnya penelitian.
9.
Guru mata pelajaran matematika kelas X SMAN 2 Sampit, SMAN 4 Sampit dan SMAN PGRI 1 Sampit yang telah membantu lancarnya penelitian.
10. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008 Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
vi
yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. 11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Januari 2010
Penulis
vii
MOTTO
“Sesungguhnya setelah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh” (QS. Al Insyiroh: 6-7)
“ Diantara Pintu Besar Yang Mendatangkan Kebahagiaan Adalah Do’a Restu Orang Tua “ (Laa Tahzan)
“Allah Tidak Akan Membebani Seseorang Melainkan Sesuai Dengan Kesanggupannya“ (Q.S. Al Baqarah: 286)
viii
PERSEMBAHAN
Karya Yang Tersusun Dengan Penuh Kesungguhan Hati Ini Kupersembahkan Kepada: © Rabb Penguasa Semesta Alam. © Mama Terkasih, Abah Terhormat Dan Adik-Adikku Tercinta Atas Ketulusan Do’a, Dukungan, Perhatian, Dorongan Semangat Dan Motivasinya. © Bapak Mertuaku “Hadi Suroso” Terhormat Yang Senantiasa Memberikan Doa Dan Perhatian. © Suamiku Tercinta “Sigit Santosa, S.Hut”....Thanks For All Atas Ketulusan Doa, Kesabaran dan Pengorbanannya, Keikhlasan Cinta Dan Kasih Sayangnya, Sumber Semangat Dan Motivasiku. © Buah Hatiku “Istiqomah Cahyabatin Santosa” Tercinta Atas Keceriaan Yang Selalu Menemaniku, Cahaya Hidup Dan Sumber Semangatku Dan Juga Buat Buah Hatiku Yang Kedua Yang Insya Allah 5 Bulan Lagi Lahir. © Best Friend P.Math Pps ’08 Atas Kebersamaan, Waktu Yang Telah Terlewati Bersama & Kenangan Yang Tak Terlupakan.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PERSETUJUAN .......................................................................................
ii
PENGESAHAN .........................................................................................
iii
PERNYATAAN ........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
v
MOTTO ....................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI..............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvi
ABSTRAK ................................................................................................ xviii ABSTRACT .............................................................................................. BAB I
xx
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah .................................................
1
B.
Identifikasi Masalah........................................................
6
C.
Pemilihan Masalah..........................................................
7
D.
Pembatasan Masalah .......................................................
8
E.
Perumusan Masalah ........................................................
8
F.
Tujuan Penelitian ............................................................
9
G.
Manfaat Penelitian ..........................................................
11
x
BAB II
LANDASAN TEORI A.
BAB III
Kajian Teori ....................................................................
12
1.
Prestasi Belajar ........................................................
12
a.
Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar..........
12
b.
Pengertian Matematika...................................
13
c.
Pengertian Prestasi Belajar Matematika.........
15
d.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi prestasi Belajar .......................................................... ..
15
2.
Model Pembelajaran ................................................
16
3.
Model Pembelajaran Langsung ...............................
18
4.
Model Pembelajaran Kooperatif ..............................
24
5.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.............
26
6.
Kreativitas Belajar Peserta Didik.............................
32
B.
Penelitian yang Relevan..................................................
36
C.
Kerangka Berpikir...........................................................
38
D.
Hipotesis .........................................................................
41
METODOLOGI PENELITIAN A.
B.
Tempat, Subjek, Waktu dan Jenis Penelitian..................
43
1.
Tempat dan Subjek Penelitian .................................
43
2.
Waktu Penelitian......................................................
43
3.
Jenis Penelitian ........................................................
44
Populasi, Sampel, dan Teknik pengambilan Sampel ......
45
xi
C.
D.
1.
Populasi....................................................................
45
2.
Sampel .....................................................................
45
3.
Teknik Pengambilan Sampel ...................................
46
Teknik Pengumpulan Data..............................................
47
1.
Variabel Penelitian...................................................
47
2.
Metode Pengumpulan Data......................................
49
3.
Analisis instrumen ..................................................
51
Teknik Analisis Data.......................................................
58
1.
Uji Keseimbangan....................................................
58
2.
Uji Homogenitas ......................................................
59
3.
Uji Normalitas..........................................................
60
4.
Uji Hipotesis ............................................................
62
5.
Uji komparasi Ganda ...............................................
66
BAB IV HASIL PENELITIAN A.
Deskripsi Data.................................................................
68
1.
Hasil Uji Coba Instrumen ........................................
68
2.
Data Skor Angket Kreativitas Belajar Matematika .
72
B.
Uji Keseimbangan ..........................................................
73
C.
Pengujian Prasyarat Analisis ..........................................
73
1.
Uji Normalitas .........................................................
73
2.
Uji Homogenitas .....................................................
74
D.
Pengujian Hipotesis .......................................................
75
E.
Pembahasan Hasil Analisis Data ...................................
77
xii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Kesimpulan ....................................................................
82
B.
Implikasi ........................................................................
83
1.
Implikasi Teoritis ....................................................
83
2.
Implikasi Praktis .....................................................
85
Saran ..............................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
88
LAMPIRAN...............................................................................................
91
C.
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Laporan Hasil UN SMA/MA Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun Pelajaran 2007/2008 ...............................................
Tbel 2
2
Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika UN SMA/MA Tahun Pelajaran 2007/2008 ..........................................................
5
Tabel 3
Fase-fase Model Pembelajaran Langsung ....................................
20
Tabel 4
Desain Faktorial Penelitian ..........................................................
45
Tabel 5
Perhitungan Skor Angket .............................................................
51
Tabel 6
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
66
Tabel 7
Hasil Analisis Uji Normalitas ......................................................
74
Tabel 8
Hasil Analisis Uji Homogenitas ...................................................
74
Tabel 9
Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama .............................................................................................
75
Tabel 10
Rataan Skor Prestasi Belajar Peserta didik ..................................
76
Tabel 11
Indeks Reliabilitas, Konsistensi Internal Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ....................................................
Tabel 12
Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ..................................
Tabel 13
Tabel 14
177
205
Analisis Fungsi Pengecoh Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ...................................................................................
209
Data Induk Penelitian ...................................................................
234
xiv
Tabel 15
Mencari tobs Uji Keseimbangan ....................................................
Tabel 16
Mencari Lobs Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen....................................................................................
Tabel 17
253
Mencari Lobs Uji Normalitas Kelompok Peserta Didik dengan Kreativitas Belajar Sedang ...........................................................
Tabel 20
250
Mencari Lobs Uji Normalitas Kelompok Peserta Didik dengan Kreativitas Belajar Tinggi ............................................................
Tabel 19
247
Mencari Lobs Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelompok Kontrol .........................................................................................
Tabel 18
243
255
Mencari Lobs Uji Normalitas Kelompok Peserta Didik dengan Kreativitas Belajar Rendah ..........................................................
259
Tabel 21
Uji Homogenitas Model Pembelajaran ........................................
260
Tabel 22
Uji Homogenitas Kreativitas Belajar Matematika .......................
264
Tabel 23
Uji ANAVA Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ............................
268
Tabel 24
Rataan dan Jumlah Rataan ...........................................................
270
Tabel 25
Besaran-besaran ...........................................................................
270
Tabel 26
Jumlah Kuadrat dan Rataan Kuadrat ............................................
271
Tabel 27
Rangkuman Analisis variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ..
271
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Silabus ......................................................................................................
91
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............................................
94
3. Contoh lembar pembagian tim dan meja turnamen, lembar skor permainan, poin-poin turnamen, lembar rangkuman tim dan skor penghargaan tim .......................................................................................
161
4. Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika .....
164
5. Lembar Jawaban Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika .......
174
6. Lembar Validasi Instrumen Angket Kreativitas Belajar Matematika ......
175
7. Indeks Reliabilitas, Konsistensi Internal Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ...............................................................
177
8. Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ................
181
9. Penyelesaian Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ................
191
10. Lembar Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ..................
202
11. Lembar Validasi Instrumen Tes prestasi Belajar Matematika .................
203
12. Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ....................................................
205
13. Analisis Fungsi Pengecoh Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ..............................................................................................
209
14. Kisi-kisi dan Soal Angket Kreativitas Belajar Matematika .....................
210
15. Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ................................
218
16. Penyelesaian Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ................................
226
xvi
17. Data Induk Penelitian ...............................................................................
234
18. Uji Normalitas Kemampuan Awal dan Uji Keseimbangan Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..........................................
237
19. Uji Normalitas ..........................................................................................
247
20. Uji Homogenitas ......................................................................................
260
21. Uji ANAVA Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama .......................................
268
22. Tabel-tabel Statistik .................................................................................
273
23. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................
279
24. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah.................................................
281
xvii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (2) apakah peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang dan rendah, dan peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas belajarnya rendah pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (3) apakah pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Di sisi lain, peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung, pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2 x 3. Populasi penelitian ini adalah seleruh peserta didik kelas X SMA Kotawaringin Timur semester 1 tahun pelajaran 2009/ 2010. Sampel penelitian ini adalah kelompok eksperimen (TGT) terdiri dari SMAN 2 Sampit sebanyak 33 peserta didik, SMAN 4 Sampit sebanyak 33 peserta didik dan SMA PGRI 1 Sampit sebanyak 17 peserta didik, jumlah peserta didik kelompok eksperimen adalah 83 peserta didik. Sedangkan kelompok kontrol (pembelajaran langsung) terdiri dari SMAN 2 Sampit sebanyak 31 peserta didik, SMAN 4 Sampit sebanyak 37 peserta didik dan SMA PGRI 1 Sampit sebanyak 17 peserta didik, jumlah peserta didik kelompok kontrol adalah 85 peserta didik. Jadi banyaknya sampel seluruhnya adalah 168 peserta didik diperoleh dengan cara stratified cluster random sampling cara undian. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi dari nilai matematika UAN SMP/sederajat siswa kelas X semester 1 digunakan untuk uji keseimbangan, metode angket digunakan untuk mengukur kreativitas belajar matematika dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (2) Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Peserta didik dengan kreativitas
xviii
belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Artinya peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing kategori kreativitas belajar matematika. Di sisi lain peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar sedang dan rendah, peserta didik dengan kreativitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar rendah baik peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
xix
ABSTRACT The aims of this thesis is to find out: (1) whether the achievements of mathematics study of the students using study model of cooperative learning type teams games tournament (TGT) better than the students’ achievements who follow the learning process using direct learning in the materials of quadratic equation and inequalities. (2) whether the achievement of students who have high learning creativity is better than those who have modest and low learning creativity, and those who have modest learning creativity better than those who have low learning creativity on the main material of quadratic equation and inequalities (3) whether the difference of learning achievement using cooperative model of TGT and using direct learning model on mathematic learning on the main material of quadratic equation and inequalities is influenced by student learning creativity degree. This research is quasi experimental research with factorial design of 2 x 3. The population of this research is all of the students in grade X SMA Kotawaringin Timur in the first semester 2009/2010 academic year. The sample of this research are the experimental group (TGT) consist of SMAN Sampit as 33 students, SMAN 4 Sampit as 33 students and SMA PGRI 1 Sampit as 17 students, the total amount of the students for the experimental group are 83 students. While the control group (direct learning) consist of SMAN 2 Sampit as 31 students, SMAN 4 Sampit as 37 students and SMA PGRI 1 Sampit as 17 students, the total amount of the students of students in the control group is 85 students. So the total amount of the sample is 168 students and it is obtained by stratified cluster random sampling by lottery. The data is collected by documentation method, questionnaire and test. The documentation method from the achievements of mathematics in UAN SMP of the students in grade X semester 1 is used for the balance test, the questionnaire is used to measure mathematics learning creativity, and test method is used to collect the data of mathematics learning achievement. The data analysis is by two way variance analysis by different cell. Based on the research results it can be concluded that: (1) the use of the cooperative learning model type TGT produce learning achievements that is better than the direct learning model in the material of materials of quadratic equation and inequalities. (2) The creativity of the mathematics does not give different influence to the learning achievement of the students in the material of quadratic equation and inequalities. There is conclusion that the student with high mathematics learning creativity has equal with middle and low mathematics learning creativity, and the student with middle mathematics creativity learning have equal student achievement with low mathematics creativity learning. (3) There are no interactions between the learning model used with the learning creativity of the students to the mathematics learning achievements of the students in the materials of quadratic equation and inequalities. It means the students that follow the mathematics learning using cooperative learning model type TGT are having better achievements of mathematics study compared with the students who attend the learning process using direct learning model in general or if it seen from the each
xx
category of the mathematics creativity. But the students high mathematics learning creativity have the same achievements with the students who have average and low mathematics learning creativity, the students the average mathematics learning creativity are having the same achievements with the students who have low mathematics learning creativity by using cooperative learning model type TGT or the students who attend the mathematics learning by using direct learning model.
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu dasar (basic of science) yang berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun ironisnya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah, khususnya untuk mata pelajaran matematika. Menurut hasil penelitian Trends in International Mathematics and Science Study Repeat (TIMMS-R) prestasi belajar IPA dan matematika siswa SMA di Indonesia masing-masing pada urutan 33 dan 35 dari 38 negara di lima benua (http://nces.ed.gov/2008). Berdasarkan data tentang Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index - HDI) kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan 109 dari 179 negara di dunia. Peringkat Indonesia ini tergolong sangat rendah, hanya satu tingkat di atas negara Kamboja. Selain itu, Indonesia berada pada posisi yang sangat jauh bila dibandingkan negara ASEAN, seperti Vietnam, apalagi Singapura, Malaysia dan Filipina (http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Complete.pdf). Kesulitan siswa dalam belajar matematika bukan merupakan masalah yang baru. Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi peserta didik. Hal ini dapat ditunjukan dengan prestasi belajar pada rata-rata nilai Ujian Nasional untuk matematika sejak beberapa tahun yang lalu rendah, yaitu kurang dari 6 untuk SD, kurang dari 5 untuk SMP dan kurang dari 5 untuk SMU, makin ke atas makin rendah (Marpaung:2002).
xxii
Keadaan pembelajaran matematika yang masih rendah tersebut, juga ditemukan di SMA Kabupaten Kotawaringin Timur. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Hasil Ujian Nasional SMA/MA tahun pelajaran 2007/2008 untuk Kabupaten Kotawaringin Timur dari 17 SMA/MA baik negeri maupun swasta seperti pada tabel berikut : Tabel 1 Laporan Hasil UN SMA/MA Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun Pelajaran 2007/2008 Jurusan IPA
IPS
Bahasa
Rata-rata
6,86
6,25
6,87
Rendah
3,25
4,50
5,75
Tinggi
10,00
9,25
8,75
Standar Deviasi
0,97
0,53
0,97
(Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2008)
Sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan global, serta sehubungan dengan kondisi tersebut maka pemerintah melakukan berbagai pembaharuan dan penyempurnaan. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP diamanatkan adanya suatu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, yang mana belajar adalah merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu dari pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu. Salah satu penyebab kesulitan belajar peserta didik dalam belajar matematika adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk suatu kompetensi tertentu. Kadang guru sendiri belum menguasai berbagai jenis
xxiii
model pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kompetensi. Akibatnya, terdapat kecenderungan penggunaan model pembelajaran yang bersifat monoton, yaitu guru menggunakan model yang sama hampir pada setiap kompetensi yang diajarkan. Matematika merupakan cabang ilmu yang sulit cara mempelajarinya. Oleh karena itu, diperlukan cara yang tepat dalam penyampaiannya. Sehingga guru dituntut untuk harus berusaha sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, agar menghasilkan peserta didik yang berkepribadian dan berkembang dengan baik sesuai dengan sikap ilmiah yang terkandung ketika mempelajari matematika. Pemahaman guru terhadap konsep-konsep matematika merupakan unsur yang sangat penting di dalam matematika. Oleh karenanya, guru perlu memahami konsep-konsep matematika ketika mengajar peserta didik di dalam kelas, hal ini dapat membantu untuk menentukan metode-metode pembelajaran matematika (Zerpa,C., Kajander, Ann dan Barneveld, C.V., 2009:72). Proses pembelajaran yang biasa dilakukan kebanyakan didominasi oleh guru. Guru hanya mentransfer pengetahuan secara satu arah, peserta didik belajar hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran, peserta didik tidak memahami konsep karena peserta didik hanya menghafal rumus sehingga tidak ada kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang sebenarnya banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang menjamin keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran adalah pembelajaran langsung (direct instruction). Di dalam model pembelajaran ini, pembelajaran berpusat pada guru tetapi dominasi guru telah berkurang karena guru hanya memberi
xxiv
informasi pada saat-saat yang diperlukan. Tetapi ternyata model pembelajaran langsung inipun masih kurang dapat mengaktifkan peserta didik secara optimal karena sebagian peserta didik masih mengharapkan bantuan dari guru. Cara berkomonikasi guru pun sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, cara berkomunikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40 ayat 2 yang menyatakan bahwa Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Kreativitas peserta didik dalam belajar berperan penting dalam meraih prestasi belajar. Namun pada kenyataannya, berpikir kreatif dalam proses belajar mengajar di sekolah pada umumnya belum dikembangkan. Sebagai contoh belum dikembangkannya proses berpikir kreatif yaitu: peserta didik tidak dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, peserta didik tidak dibiasakan untuk menggunakan daya imajinasinya, peserta didik tidak terbiasa mengemukakan masalah dan mencari berbagai pilihan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Apabila proses berpikir kreatif dikembangkan dengan baik maka dapat mendukung prestasi yang optimal karena berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang ada pada peserta didik yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain kemampuan intelektual umum. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, berdiskusi
xxv
dengan teman atau guru apabila mengalami kesulitan, lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Dari berbagai pengalaman kegiatan pembelajaran, suatu kenyataan bahwa tidak semua peserta didik memperoleh pretasi belajar yang baik pada setiap materi pokok dalam mata pelajaran matematika, salah satunya pada materi pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat. Persentase Penguasaan materi soal matematika UN SMA/MA tahun pelajaran 2007/2008 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika UN SMA/MA Tahun Pelajaran 2007/2008. Materi pokok Kabupaten Propinsi Nasional Pangkat dan Akar
72,41
79,85
78,26
Logaritma
93,15
90,82
89,59
Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat
69,07
68,69
70,52
Sistem Persamaan Linear 3 Variabel
86,12
84,55
79,59
(Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2008) Dari tabel di atas terlihat bahwa dari keempat materi pokok tersebut, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat mempunyai persentase paling rendah dibandingkan dengan materi pokok yang lain. Hal ini mungkin karena guru kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran untuk pembelajaran matematika pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat tersebut. Tidak semua materi pokok dalam matematika dapat menggunakan suatu model pembelajaran yang sama, maka dari itu seorang tenaga pendidik harus dapat memilih suatu model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model
xxvi
pembelajaran yang sangat berguna untuk membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman adalah pembelajaran kooperatif. Misalnya dalam materi pokok persamaan kuadrat, disana diperlukan latihan soal yang banyak, kemampuan bekerjasama dan berpikir kritis. Disamping itu terkadang peserta didik tidak berani bertanya pada guru, oleh karenanya sebagai alternatif pilihan dalam pembelajaran matematika pada materi pokok persamaan kuadrat dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan penekanan kreativitas peserta didik selama proses pembelajaran. Pada model tersebut peran aktif peserta didik sangat diperlukan. Peserta didik yang kurang mengerti dapat belajar dari peserta didik yang telah paham dalam kelompok-kelompok kecil. Pemahaman peserta didik akan bertambah dengan permainan (tournament) pada saat proses pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat disebabkan oleh pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. Terkait dengan hal ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan tepat dapat meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik?
xxvii
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat karena peserta didik tidak mempunyai kreativitas belajar yang tinggi. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti apakah semakin tinggi kreativitas belajar peserta didik semakin tinggi pula prestasi belajar matematikanya? 3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan oleh kemampuan guru yang kurang karena latar belakang pendidikan belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Berkaitan dengan hal ini, dapat diteliti apakah latar belakang pendidikan guru berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika peserta didik? 4. Banyak peserta didik dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikan dengan peserta didik lain sehingga ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap materi pokok yang dipelajari.
C. Pemilihan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti hanya ingin melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama yaitu yang terkait dengan penelitian yang membandingkan prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran yang digunakan sebelumnya yaitu pembelajaran langsung. Selain itu peneliti juga ingin meneliti permasalahan
xxviii
yang kedua yaitu membandingkan prestasi peserta didik yang mempunyai kreativitas belajar tinggi, sedang, dan rendah. Alasan dipilihnya permasalahan tersebut adalah sesuai dengan paradigma pembelajaran dalam KTSP yaitu pembelajaran yang tidak berpusat pada guru (teacher centered) melainkan berpusat pada peserta didik (student centered).
D. Pembatasan Masalah Berdasarkan pemilihan masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut: 1. Kreativitas belajar peserta didik dibatasi pada kreativitas belajar matematika pada peserta didik kelas X semester gasal SMA Kabupaten Kotawaringin Timur. 2. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar peserta didik yang dicapai melalui proses belajar mengajar pada akhir penelitian untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 3. Hasil belajar matematika dibatasi pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
E. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
xxix
1. Apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat? 2. Apakah peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang dan rendah, dan peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas belajarnya rendah pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat? 3. Apakah pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar peserta didik
yang
diberi
pembelajaran
matematika dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Di sisi lain, peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung, pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat?
F. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
xxx
1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. 2. Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang dan rendah, dan peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas
belajarnya
rendah
pada
materi
pokok
persamaan
dan
pertidaksamaan kuadrat. 3. Untuk mengetahui apakah pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Di sisi lain, peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik
yang
diberi
pembelajaran
matematika dengan
model
pembelajaran langsung, pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
xxxi
G. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan : 1. Manfaat teoritis Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung teori-teori yang telah ada berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Manfaat praktis a. Masukan kepada guru atau calon guru matematika dalam menentukan model pembelajaran yang tepat, yang dapat digunakan sebagai alternatif bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dapat ditempuh dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. b. Informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan kreativitas belajar matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. c. Masukan bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.
xxxii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar Belajar merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal. Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan, proses itu dilakukan secara pribadi dan sosial, proses itu adalah proses aktif (Mustaji, 2005:17). Sedangkan Paul Suparno S.J (2002:7) menyatakan bahwa “belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari sendiri dari yang mereka pelajari. Siswa sendirilah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran dengan apa yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna, membandingkan dengan apa yang telah ia ketahui dengan pengalaman dan situasi baru”. Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Prestasi belajar dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang
xxxiii
telah ditetapkan setelah mengikuti proses pembelajaran. Karena hasil tes tersebut menggambarkan capaian-capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, maka tinggi rendahnya capaian tersebut sangat dipengaruhi oleh terjadi tidaknya proses belajar pada diri peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dengan perubahan tingkah laku. b. Pengertian Matematika Pemahaman dalam belajar matematika tidaklah mudah. Banyak siswa gagal memahami konsep yang diajarkan guru mereka. Mereka memecahkan permasalahan dengan hafalan rumus dan prosedur guru untuk mengajar mereka. Siswa selalu memasukkan hitungan yang diperlukan ke dalam rumusan untuk mendapatkan jawaban. Di sekolah, banyak guru menekankan bagaimana cara mengubah persamaan, menggambar grafik dan memecahkan permasalahan sampai jawaban akhir diperoleh. Guru matematika jarang meminta siswa untuk mencatat penjelasan karena guru mereka sendiri tidak yakin bagaimana cara menandai tugas yang ditulis itu. Lagipula, guru tidak mengetahui bagaimana cara
xxxiv
menghubungkan kemampuan menulis dengan kemampuan dalam matematika dan bagaimana penulisan dapat meningkatkan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah (Idris, 2009:39-40). Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
(2005:723)
mengatakan
bahwa
“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan”. Sedangkan Soejadi (2000:11) mengatakan bahwa: a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan bilangan. d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis. f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Berdasarkan pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisasikan.
xxxv
c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai peserta didik dalam mengikuti pelajaran matematika yang mengakibatkan perubahan pada diri seorang peserta didik berupa penguasaan dan kecakapan baru yang ditunjukan dengan hasil yang berupa nilai. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi belajar peserta didik menunjukan bahwa kualitas pembelajaran makin baik pula. Slameto
(2003:54-72)
mengatakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu: 1) Faktor Internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut. a. Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, kreativitas, bakat motif, kematangan, dan kesiapan. c. Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani 2) Faktor eksternal a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
xxxvi
b. Faktor sekolah yang meliputi model pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, kreativitas peserta didik dan model pembelajaran akan sangat menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik. Makin tepat pemilihan model pembelajaran yang digunakan akan memberikan pengaruh yang makin baik pula terhadap capaian prestasi belajar peserta didik, demikian juga sebaliknya. Dalam penelitian ini akan dilihat dua faktor, yaitu faktor internalnya tentang kreativitas belajar peserta didik dan faktor eksternalnya tentang model pembelajaran langsung dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Model Pembelajaran Menurut Moh. Amien (2005:98), model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan. Sedangkan
Muhibbin
Syah
(2005:201)
mengemukakan
bahwa
“model
pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik”.
xxxvii
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode atau prosedur. Menurut Suminarsih (2007:11) model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, 2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran kepada peserta didik agar memusatkan pada keseluruhan proses yang berisi prosedur baku untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan dan materi tersebut. Untuk menentukan dan memilih model, hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian model pembelajaran yang dianggap paling efektif dan efisien dipilih. Jadi, pemilihan model pembelajaran harus memenuhi kriteria efisiensi dan keefektifan. Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan peserta didik. Model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui
xxxviii
kerjasama guru dan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi yang diajarkan. Agar peserta didik lebih produktif dalam belajar, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kreativitas mereka sendiri sehingga pemilihan model pembelajaran juga harus mengikuti kebutuhan atau kondisi peserta didik.
3. Model Pembelajaran langsung Soeparman Kardi dalam Agus Susanto (2007:23) mengemukakan bahwa pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Dalam pembelajaran langsung, guru tidak terus berbicara, tetapi guru hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Misalnya, pada permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contohcontoh soal dan sebagainya, selanjutnya peserta didik diminta menyelesaikan soal-soal di papan tulis atau di meja masing-masing. (Martinis Yamin dan Bansu Ansari, 2008:66) Pembelajaran ini berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan peserta didik. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang harus diberikan pada peserta didik.
xxxix
Killen dalam Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2008:66) mengemukakan bahwa model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar peserta didik yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu. Ciri-ciri pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: a) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar b) Adanya sintaksis atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar mendukung berlangsungnya terjadinya proses pembelajaran. Adapun semua itu akan dijelaskan sebagai berikut: a. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik. Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tantang bagaimana melakukan sesuatu. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
belajar
siswa
tentang
pengetahuan
prosedural
dan
pengetahuan deklaratif yang tersrtuktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. b. Sintak Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan menjelaskan tentang tujuan dan
xl
latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Fase-fase Model Pembelajaran Langsung FASE PERAN GURU 1. Menyampaikan tujuan belajar dan Guru menjelaskan kompetensi mempersiapkan siswa. dasar, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk 2. Mendemonstrasikan pengetahuan belajar. dan keterampilan. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi 3. Membimbing pelatihan tahap. . Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan 4. Mengecek pemahaman dan awal. memberikan umpan balik. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan 5. Memberikan kesempatan untuk baik, memberi umpan balik. pelatihan lanjutan dan penerapan Guru mempersiapkan kesempatan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan sehari-hari.
xli
c. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama. Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab yang terencana). Ini tidak berarti bahwa pembelajaran bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik (Soeparman: 2000). Sebagaimana yang diungkapkan Kratochwiil dan Cook dalam Agus Sutanto (2007:22), peserta didik dapat mencapai tahap yang lebih tinggi dalam kelas bilamana mereka diajari secara langsung oleh guru daripada mereka belajar sendiri. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran langsung adalah guru bercerita, mendemonstrasikan, menerangkan, dan memikul tanggung jawab utama pada kemajuan peserta didik dan mereka menyesuaikan kegiatan/ tugas sesuai dengan usia dan kemampuan peserta didik. Prestasi peserta didik nampak lebih meningkat dengan menerapkan pembelajaran langsung terutama sekali dalam hal informasi yang faktual.
xlii
Selanjutnya Cruickshank, Bainer, dan Metcalf dalam Agus Susanto (2007:22) mengatakan. Direct instruction teachers provide strong academic direction, have high expectations that students can and will learn, make students feel psychologically safe, urge them to cooperate hold them accountable for work and closely monitor and control students behavior. Good leaders of direct instruction are enthusiastic, warm and accepting, humorous, supportive, encouraging, businesslike, adaptable or flexible and knowledgeable.
(guru-guru yang memberikan pembelajaran langsung memberi petunjuk akademik yang kuat, mempunyai harapan tinggi
terhadap apa yang dapat dan akan
dipelajari peserta didik, membuat peserta didik secara psikologis merasa aman, mendorong mereka untuk bekerja sama, membuat mereka bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, mengawasi secara dekat dan mengendalikan sikap peserta didik. Pemimpin yang baik dalam pembelajaran langsung harus bersifat bergairah, hangat dan menerima, homuris, memberi dukungan, memberi harapan, fleksibel atau dapat menyesuaikan diri dan berpengetahuan luas). Beberapa keuntungan dari pembelajaran langsung adalah : a) Dengan pembelajaran langsung kita dapat mengontrol isi dan urutan informasi yang diterima peserta didik, sehingga dapat dicapai suatu fokus hasil yang dicapai peserta didik. b) Dapat digunakan secara efektif baik pada kelas besar maupun kelas kecil c) Salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan konsep yang eksplisit pada peserta didik yang lemah d) Pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat membantu peserta didik yang lebih suka belajar dengan cara ini
xliii
e) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ini guru dapat menentukan arah dengan jalan sendiri apa yang akan dibicarakan f) Organisasi kelas sederhana g) Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran sederhana Beberapa keterbatasan model pembelajaran langsung adalah: a) Agak berat bagi peserta didik untuk dapat mengasimilasi informasi melalui mendengar, observasi, dan mencatat (note-taking), karena tidak semua peserta didik mempunyai keterampilan ini b) Sangat susah melayani perbedaan antara peserta didik, pengetahuan awal, tingkat pemahaman, gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran c) Pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomonikasi guru. Komonikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif d) Peserta didik kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru e) Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir Aspek kunci agar pembelajaran efektif: a) Katakan pada peserta didik bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari b) Sajikan materi pelajaran secara urutan logis c) Berikan contoh yang tepat saat menjelaskan d) Jelaskan kembali segala sesuatu jika peserta didik mendapatkan kebingungan e) Jelaskan arti dari istilah-istilah baru f) Jawablah pertanyaan peserta didik sampai mereka puas
xliv
4. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran aktif membantu perkembangan proses-proses pemikiran yang kompleks dan memperbaiki ingatan, asimilasi, pemahaman dan aplikasi yang tepat sesuai dengan isi materi (Kennedy R, 2007:188). Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar perserta didik dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Slavin R (1995:2) bahwa belajar kelompok merupakan model pembelajaran yang mana peserta didik bekerja dalam satu tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi agar anggota kelompok dengan cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan. Pengelompokan peserta didik didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kebanyakan melibatkan peserta didik yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin, dan suku. 1. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif. a. Keheterogenan kelompok Pengelompokan peserta didik didasarkan pada perbedaan-perbedaan menurut kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Adanya keheterogenan kelompok ini proses belajar kooperatif dapat berjalan dengan efektif. b. Keterampilan bekerja sama Dalam suatu kerja sama dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan khusus yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Keterampilan tersebut
xlv
dapat berupa keterampilan berkomunikasi, keterampilan berdiskusi, keterampilan dalam memecahkan masalah dan sebagainya. c. Sumbangan dari ketua kelompok Ketua kelompok dipilih berdasarkan dari kemampuan yang lebih dibandingkan dengan anggota yang lain dalam kelompoknya. Adanya sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi, pengetahuan, keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada anggota kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian hasil belajar. d. Ketergantungan pribadi yang positif Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan bekerjasama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap peserta didik saling bergantung satu sama lain. Adanya ketergantungan pribadi yang positif antar peserta didik dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. e. Otonomi kelompok Setiap kelompok berusaha untuk menjadi yang terbaik, sehingga setiap anggota kelompok bertanggug jawab sepenuhnya terhadap nama kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang mengalami kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada kelompok yang lain.
xlvi
2. Kelebihan pembelajaran kooperatif. a. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik. b. Dapat meningkatkan rasa percaya diri dari peserta didik. c. Dapat menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki peserta didik. d. Dapat memperbaiki hubungan antar pribadi peserta didik. e. Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif. 3. Kelemahan pembelajaran kooperatif. a. Pelaksanaan memerlukan persiapan yang rumit. b. Apabila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk. c. Apabila ada peserta didik yang malas atau yang ingin berkuasa dalam kelompoknya menyebabkan kegiatan belajar kelompok tidak berjalan dengan baik. d. Adanya peserta didik yang tidak memanfaatkan waktu dengan sebaikbaiknya dalam belajar kelompok menjadi tidak efektif.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 1. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat lima komponen yaitu: presentasi
kelas,
tim,
game/permainan,
penghargaan tim. a) Presentasi kelas
xlvii
turnamen/pertandingan,
dan
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun dapat juga audiovisual. Fokus presentasi kelas berbeda dengan presentasi pada kelas biasa, karena hanya menyangkut pokok-pokok materi dan teknis pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian peserta didik harus memperhatikan secara cermat sebelum presentasi berlangsung. Peserta didik harus menyadari bahwa kecermatannya sangat menunjang keberhasilan belajar selanjutnya dan akan menentukan nilai tim mereka. b) Tim Tim terdiri dari 4 sampai 5 peserta didik anggota kelas dengan kemampuan yang berbeda. Anggota tim mewakili kelompok yang ada di kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras atau suku. Fungsi utama tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan mengerjakan soalsoal dalam turnamen dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota tim. Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tekanannya terletak pada anggota tim dalam melakukan sesuatu yang terbaik untuk timnya dan pada tim dalam memberikan dukungan untuk meningkatkan kemampuan akademik anggotanya selama belajar. Tim juga memberikan perhatian dan penghargaan yang seimbang/sama
xlviii
terhadap setiap anggota tim, sehingga timbul rasa “dihargai” bagi setiap anggotanya serta adanya penerimaan peserta didik dalam timnya. c) Game/permainan Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai peserta didik dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dilakukan oleh 3 atau 4 peserta didik yang berkemampuan setara/sama dan masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kelengkapan permainan kebanyakan berupa pertanyaan atau soal dan kunci jawaban bernomor serta dilengkapi dengan kartu bernomor. Seorang peserta didik mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan dari nomor terambil yang sesuai dan berusaha menjawab pertanyaan. Peserta didik lain boleh menantang apabila mempunyai jawaban yang berbeda. d) Turnamen/pertandingan Turnamen adalah dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen dilaksanakan pada akhir setiap minggu atau unit setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah berhasil dengan lembar kegiatan siswa. Dalam turnamen 3 atau 4 peserta didik yang setara dan mewakili tim yang berbeda bersaing dalam turnamen. Persaingan setara ini memungkinkan peserta didik dari semua tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. Penempatan peserta didik pada meja turnamen berdasarkan ranking kemampuan awal peserta didik pada setiap tim. Meja turnamen 1 adalah meja tempat kompetisi peserta
xlix
didik dengan kemampuan awal tertinggi dalan tim dan sebagai meja “tertinggi” tingkatannya dibanding meja turnamen 2, meja turnamen 2 lebih tinggi tingkatannya dibanding meja turnamen 3. Meja turnamen 4 adalah meja turnamen yang “terendah” tingkatannya. Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan kedudukan peserta didik pada tiap meja turnamen. Pemenang pada
tiap
meja
turnamen
kecuali
pemenang
pada
meja
“tertinggi”dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi tingkatannya dan yang mendapat skor terendah pada setiap meja turnamen selain yang ada pada meja “terendah” tingkatannya diturunkan satu tingkat ke meja yang lebih rendah tingkatannya. Pada akhirnya mereka akan mengalami kenaikan dan penurunan tingkat sehingga akan sampai pada meja yang sesuai dengan kinerja mereka e) Penghargaan tim Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata mencapai kriteria tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain. 2. Persiapan Pembelajaran Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT meliputi: persiapan materi, penetapan peserta didik dalam tim dan penetapan peserta didik dalam meja turnamen. a) Persiapan materi. Materi pelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dalam presentasi kelas, dalam kelompok, dan dalam turnamen. Bentuk
l
rancangan tersebut dapat dikemas dalam satu perangkat pembelajaran yang terdiri dari: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku petunjuk guru, buku siswa, Materi Pengajaran Klasikal (MPK), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Kelengkapan Turnamen (KTR) yang akan digunakan dalam turnamen dan tes hasil belajar yang akan diujikan setelah pembelajaran selesai. b) Penetapan peserta didik dalam tim. Setiap tim beranggotakan 4 sampai 5 peserta didik yang terdiri dari peserta didik pandai, sedang, dan kurang. Selain itu dalam penempatan tim, guru sebaiknya mempertimbangkan kriteria keterangan lainnya, misalnya jenis kelamin, latar belakang sosial, suka atau tidak suka dan lainnya. Perlu diperhatikan untuk tidak membentuk “kombinasi yang mematikan”, namun jangan dibebaskan peserta didik memilih timnya sendiri. Petunjuk yang dapat digunakan untuk menetapkan anggota tim adalah sebagai berikut: ·
Meranking peserta didik Informasi tentang kemampuan peserta didik dapat diperoleh dari skor rata-rata nilai peserta didik pada tes sebelumnya atau nilai UAN, dalam penelitian ini digunakan nilai UAN SMP atau sederajat. Rangking peserta didik diurutkan dari yang berkemampuan tinggi ke kemampuan rendah. Jika sulit merangking dengan tepat maka dapat digunakan informasi apapun yang dimiliki termasuk pendapat sendiri dan memilih hal terbaik yang dapat diperbuat.
li
·
Menentukan jumlah tim Masing-masing tim beranggotakan 4 sampai 5 peserta didik. Pedoman yang dapat digunakan dalam menentukan banyaknya tim adalah memperhatikan banyaknya anggota tim dan banyaknya peserta didik dalam kelas.
·
Penyusunan anggota tim Penyusunan anggota tim berdasarkan daftar peserta didik yang sudah dirangking. Diupayakan setiap tim terdiri dari peserta didik yang tingkat kemampuannya tinggi, sedang, dan rendah, sehingga antara tim yang satu dengan tim yang lain kemampunnya seimbang/sama. Penyebaran peserta didik pada tiap tim juga harus memperhatikan jenis kelamin dan kinerja peserta didik. Dengan demikian keseimbangan antara tim dapat tercapai.
c) Penetapan peserta didik dalam meja turnamen. Dalam satu meja turnamen terdiri dari 3 atau 4 peserta didik yang bermain/berkompetisi dengan kemampuan seimbang dan sebagai wakil tim yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar turnamen berjalan sesuai dengan tujuan. Dalam menetapkan banyak anggota tiap meja turnamen sebaiknya memperhatikan banyaknya tim yang terbentuk. Jika banyak tim merupakan kelipatan dari banyak anggota meja turnamen, maka penempatan siswa dalam tim dan pada meja turnamen yang terdiri dari 25 siswa, 6 tim dan 3 siswa setiap meja turnamen. Nomor-nomor meja turnamen ada pada catatan guru, sewaktu mengumumkan kepada peserta
lii
didik nomor meja diganti, misal dengan huruf atau menyangkut meja-meja tersebut dengan meja biru, meja merah, meja kuning dan sebagainya, sehingga peserta didik tidak tahu secara tepat bagaimana penempatan peserta didik yang dilakukam guru pada setiap meja turnamen. (Slavin, 2008:163 – 178)
6. Kreativitas Belajar Peserta Didik a. Pengertian Kreativitas Galligan, Ann (2006:20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting dalam semua aspek pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi, disiplin dan dukungan. Mihaly Csikszentmihalyi, profesor dan mantan Kepala Jurusan Psikologi di Universitas Chicago, mengatakan kreativitas menyediakan daya dorong untuk setiap tindakan, ide, atau produk yang mengubah keberadaan domain (atau disiplin) ke dalam sebuah entitas baru. Dalam susunan ini, kreativitas dalam semua bidang menggunakan sebuah sistem yang terbentuk dari tiga elemen: suatu budaya yang memuat aturan-aturan simbolik, seseorang yang membawa hal baru ke dalam domain simbolik, dan suatu bidang keahlian yang mengenali dan mengesahkan pembaharuan tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:599), kreativitas diartikan sebagai : 1) kemampuan untuk mencipta, daya cipta, 2) tentang kreasi. Beberapa pendapat para ahli tentang kreativitas dalam Utami Munandar (2004) adalah sebagai berikut:
liii
1. Stenberg (2004:19) mengungkapkan bahwa “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif”, 2. Guilford (2004: 224) mengungkapkan bahwa “kreativitas merupakan kemampuan berpikir yang meliputi kelancaran, keluwesan, atau flexibility, orisinalitas dalam berpikir” 3. Baron (2004:21) berpendapat bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru”. 4. Haefele (2004:21) menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial”. 5. Utami Munandar (2004:12) menyatakan bahwa “kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya”. Utami Munandar (2004:12) mengungkapkan bahwa “kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungannya yang mendorong individu ke prilaku kreatif” Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian dari kreativitas dalam Utami munandar (2004). 1. Kreativitas ditinjau dari segi pribadi Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif
liv
mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya. 2. Kreativitas sebagai proses Torrance (2004:27) mengemukakan bahwa “Kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, manila dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilhasilnya”. 3. Kreativitas sebagai produk Menurut Stein (2004:21), suatu produk baru dapat disebut kreatif jika mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu. Utami Munandir (2004:21) mengemukakan bahwa “ tidak keseluruhan produk itu harus baru tetapi kombinasinya, unsur-unsurnya bisa saja sudah ada sebelumnya”. Menurut Rogers (2004:21-22), kriteria untuk produk Kreatif adalah 1) Produk itu harus nyata (observable) 2) Produk itu harus baru 3) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu yang unik, baru atau suatu gagasan atau objek dalam suatu bentuk atau susunan baru dan original dalam interaksi dengan lingkungannya.
lv
b. Ciri-ciri Sikap Kreatif Karakteristik inti (ciri-ciri utama) kreativitas dalam konteks pendidikan: · Keaslian (Originality): kreativitas bukanlah tentang penciptaan ulang, tetapi memerlukan pengembangan-pengembangan baru (meskipun dimungkinkan membangun pengetahuan yang telah ada) dan memerlukan ketidaksopanan (disrespect) tertentu terhadap ide-ide dan konsep-konsep yang telah mapan dan juga keberanian perorangan. · Kesesuaian (Appropriateness): tidak setiap yang baru itu kreatif, tetapi kreativitas mewujudkan dirinya dalam pendekatan-pendekatan baru yang sesuai dengan permasalahan yang ada. · Orientasi Ke Masa Depan (Future Orientation): yaitu tidak memandang kebelakang, tetapi perhatian tertuju kepada apa yang mungkin terjadi di masa depan dan menghadapi akibat dari ketidakamanan dan ketidakmenentuan. · Kemampuan Memecahkan Masalah (Problem-Solving Ability): kemampuan untuk mengenali solusi-solusi baru dari permasalahan-permasalahan; hal ini memerlukan “berpikir yang ada di luar kotak” melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru, berani keluar dari jalur dan menghadapi resiko kegagalan. (EUA. 2007:16-17) Menurut Schaefer yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2004:70), sikap kreatif dioperasionalkan dalam dimensi sebagai berikut: 1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru 2. Kelenturan dalam berpikir 3. Kebebasan mengungkapkan diri
lvi
4. Menghargai fantasi 5. Minat terhadap kegiatan kreatif 6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri 7. Mandiri Utami Munandar (2004:35) menyatakan bahwa biasanya anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan kreativitas yang kreatif. Individu dengan potensi yang kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri sebagai berikut: 1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam 2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik 3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah 4. Bebas dalam menyatakan pendapat 5. Mempunyai rasa keindahan yang mendalam 6. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut 7. Mempunyai daya imajinasi 8. Orisinal dalam ungkapan dan dalam pemecahan masalah 9. Memiliki dedikasi yang bergairah, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha.
B. Penelitian Yang Relevan Penelitian Hafifah (2008) dalam tesisnya yang berjudul ”Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
lvii
pada Sistem Persamaan Linear Dua Variavel Ditinjau dari Kreativitas Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Kota Surakarta Tahun 2008/2009” Hasil penelitian yang terkait adalah Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika, pada tingkat signifikansi 5%. Lebih jauh dapat disimpulkan bahwa peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. Penelitian Hindarso (2009) yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Materi Pokok Rumus-Rumus Trigonometri Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Peserta Didik SMA Negeri Surakarta” Hasil penelitian yang terkait adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok rumus-rumus trigonometri. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang telah disebutkan di atas adalah: penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan penelitian yang telah disebutkan di atas menitikberatkan pada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika.
lviii
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Hafifah adalah kalau penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hafifah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Hindarso adalah kalau penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran langsung, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hindarso membandingkan sama-sama model pembelajaran kooperatif yaitu tipe TGT dengan tipe NHT.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat dikemukakan karangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa hasil proses pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik. Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik salah satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat untuk suatu materi pokok pada kompetensi yang akan dicapai. Model pembelajaran koopetatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada filsafat konstruktivisme, dimana siswa akan lebih aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik, meningkatkan rasa percaya diri dari peserta didik, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki peserta didik, memperbaiki hubungan
lix
antar pribadi peserta didik, dan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas beberapa anggota dalam satu kelompok yang saling bertanggung jawab satu sama lain, berorientasi pada proses sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Sedangkan model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru, seringkali peserta didik mencoba untuk menyelesaikan sendiri kesulitan yang ada tanpa mengkomunikasikannya dengan peserta didik yang lain atau guru. Sehingga guru dan peserta didik yang lain juga tidak dapat membetulkan apabila terjadi kekeliruan atau miskonsepsi tentang materi yang baru saja disampaikan. Selain itu pada model pembelajaran langsung guru lebih banyak memberikan materi atau latihan soal sedang peserta didik mencatat materi dari guru tanpa harus mengembangkan materi tersebut. Selain itu juga peserta didik kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru, dan peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan demikian diharapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dapat meningkatkan prestasi belajar yang optimal dari pada model pembelajaran langsung. Kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk membuat kombinasi baru dalam menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah. Peserta didik yang kreatif mempunyai lebih banyak gagasan-gagasan baru, merumuskan lebih banyak penyelesaian masalah, rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, sering
lx
mengajukan pertanyaan, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut dan tidak mudah putus asa. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan, lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, berdiskusi dengan teman atau guru apabila mengalami kesulitan, lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan ditunjang kreativitas belajar yang tinggi, peserta didik akan lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam proses belajar maupun dalam pemecahan masalah belajar matematika, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Tercapainya tujuan belajar dengan baik akan memberikan prestasi belajar matematika yang baik pula. Peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi diduga akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik dengan kreativitas belajar sedang atau rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar sedang diduga akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik dengan kreativitas belajar rendah. Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran dan kreativitas belajar peserta didik adalah faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat menuntut kreativitas belajar peserta didik, karena dalam pembelajaran kooperatif peserta didik dituntut untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan obyek dan pengalaman dari lingkungan. Pengetahuan bukanlah suatu hal yang sudah jadi, tetapi merupakan suatu proses yang berkembang secara terus-menerus, dalam proses inilah kreativitas peserta didik sangat berperan dalam
lxi
perkembangan pengetahuannya. Dengan demikian peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian prestasi belajar yang baik. Peserta didik yang memiliki kreativitas lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, berdiskusi dengan teman atau guru apabila mengalami kesulitan, dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian diduga peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang sama baiknya dalam situasi apapun atau diberi pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran apapun, tetapi sebalik nya peserta didik dengan kreativitas belajar rendah tidak akan memperoleh prestasi belajar yang baik meskipun diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran sebaik apapun. Namun untuk peserta didik dengan kreativitas belajar sedang dimungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik apabila diberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
D. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Prestasi belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran langsung pada
materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
lxii
2. Peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. 3. Pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Di sisi lain, pada peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung, pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
lxiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek, Waktu dan Jenis Penelitian 1. Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah. Subyek penelitian ini adalah siswa semester satu kelas X tahun pelajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2009/2010. Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a) Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi: penyusunan usulan penelitian, penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran, pengajuan izin penelitian, konsulidasi skenario pembelajaran dan instrumen dengan guru dan kepala sekolah tempat penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai dengan bulan September 2009.
b) Tahap pelaksanaan
lxiv
Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen dan pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September
2009 sampai dengan
Nopember 2009. c) Analisis data Analisis data kreativitas belajar siswa dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 sedangkan analisis data amatan (data penelitian) dilakukan pada bulan Nopember 2009 sampai dengan Desember 2009. d) Tahap penyusunan laporan Tahap ini mulai dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember 2010. 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi-experimental research), sebab peneliti tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Budiyono (2003: 82-83) menyatakan bahwa ”tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan
yang
tidak
memungkinkan
untuk
mengontrol
dan/atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan”. Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol. Untuk variabel bebas yang lain yaitu kreativitas belajar peserta didik dijadikan sebagai variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat.
lxv
Dalam penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen, yaitu siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Kelompok kedua adalah kelompok kontrol, yaitu siswa yang mendapat perlakuan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x3 yang dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4 Desain Faktorial Penelitian Kreativitas Belajar (B)
Model
Tinggi
Sedang
Rendah
Pembelajaran (A) Kooperatif Tipe TGT (A1)
(B1)
(B2)
(B3)
AB11
AB12
AB13
Pembelajaran langsung (A2)
AB21
AB22
AB23
B.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2004:115). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa semester satu kelas X SMA Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah Tahun pelajaran 2009/2010. Populasi terdiri dari 17 SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur. 2. Sampel
lxvi
Budiyono (2003:34)
mengemukakan bahwa “karena berbagai alasan,
seperti tidak mungkin, tidak perlu, atau tidak mungkin dan tidak perlu semua subjek atau hal lain yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan perlu diteliti (diamati), maka hanya perlu mengamati sampel saja“. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh sudah dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan disamping memerlukan biaya yang besar, juga membutuhkan waktu yang lama. Menurut Suharsimi Arikunto (2004:117), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan genaralisasi terhadap seluruh populasi yang ada. 3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara stratified cluster random sampling. Populasi diranking berdasarkan nilai UAN SMA Tahun 2007/2008 untuk jurusan IPS dan kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok atas, menengah dan bawah. Kelompok atas adalah SMA Taruna Jaya Sampit, SMA Maranatha Sampit, SMA Muhammadiyah-1 Sampit, SMAN 2 Sampit, SMAN 1 Kota Besi, dan SMAN 1 Mentaya hilir Selatan, kelompok menengah adalah SMA Antang Kalang, SMAN 1 Cempaga Hulu, SMAN 4 Sampit, SMAN 1 Cempaga dan SMAN 1 Mentaya Hulu, sedangkan kelompok bawah adalah SMAN 1 Parenggean, SMAN 3 Sampit, SMAN 1 Sampit, SMA PGRI 1 Sampit, SMA PGRI Teguh Sempurna dan SMA PGRI 2 Sampit. Dari masing-masing kelompok diambil 1 sekolah secara random sebagai sekolah sampel. Untuk kelompok atas sekolah yang terambil sebagai sekolah sampel adalah SMA Negeri 2 Sampit, untuk kelompok menengah adalah SMA Negeri 4 Sampit dan untuk kelompok bawah adalah SMA PGRI 1 Sampit.
lxvii
Kemudian dari masing-masing sekolah yang terambil, dipilih 2 kelas secara random sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga sebagai sampel penelitian terdapat 6 kelas yang terdiri dari 3 kelas sebagai kelompok eksperimen dan 3 kelas sebagai kelompok kontrol. Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah 168 peserta didik yang terdiri dari 83 peserta didik sebagai kelompok eksperimen dan 85 peserta didik sebagai kelompok kontrol. Uji coba instrumen penelitian dipilih secara acak dan diperoleh SMA Negeri 3 Sampit.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan dua variabel bebas, yaitu: a. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah Prestasi Belajar Matematika (i)
Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha peserta didik dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik pada periode tertentu.
(ii) Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika. (iii)
Skala Pengukuran : skala interval.
b. Variabel Bebas Budiyono (2003:29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel independen atau variabel penyebab. Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini yaitu: 1. Model Pembelajaran
lxviii
(i)
Definisi operasional: Model pembelajaran adalah suatu cara yang dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dan/atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap ransangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar, yang meliputi model pembelajaran TGT untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada kelas kontrol.
(ii)
Indikator : Pemberian perlakuan model pembelajaran TGT pada kelas eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas kontrol.
(iii)
Skala pengukuran : Skala nominal.
2. Kreativitas Belajar Matematika. (i)
Definisi Operasional: Kreativitas belajar matematika adalah kemampuan berfikir yang dimiliki peserta didik dalam proses pembelajaran untuk membuat kombinasi baru dalam menghasilkan gagasan jawaban atau pertanyaan berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah yang ditunjukkan dengan kreativitas belajar tinggi, sedang dan rendah.
(ii)
Indikator : skor angket kreativitas belajar
(iii)
Skala Pengukuran : skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Kelompok tinggi
: skor > X +
Kelompok sedang
: X-
1 s, 2
1 1 s £ skor £ X + s, 2 2
lxix
Kelompok rendah
: skor < X -
1 s, 2
dengan: X : rata-rata skor angket kreativitas belajar peserta didik s : standar deviasi 2. Metode Pengumpulan Data Beberapa metode pengumpulan data yang biasa dipakai dalam penelitian ilmu-ilmu sosial ( termasuk penelitian kependidikan) yaitu: metode angket, metode wawancara, metode observasi, metode dokumentasi, dan metode tes (Budiyono, 2003:47). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes.
a. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004:236) metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah nilai UAN SMP/Sederajat untuk mata pelajaran matematika siswa kelas X semester 1 yang digunakan untuk mengetahui keseimbangan keadaan prestasi belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Metode Angket Menurut Budiyono (2003:47), metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Angket yang digunakan
lxx
dalam penelitian ini adalah angket kreativitas belajar matematika yang berbentuk pilihan ganda. Instrumen angket berbentuk pernyataan positif dan negatif tentang kreativitas belajar peserta didik. Langkah-langkah penyusunan angket : a. Menentukan kisi-kisi angket Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang aspek-aspek yang akan diungkap atau indikator apa saja yang diukur dalam penyusunan angket. b. Menetukan jenis dan bentuk angket Jenis dan bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur tertutup dengan disediakan semua pilihan jawaban yang saling lepas. c. Menyusun angket Angket yang disusun terdiri atas item-item pernyataan yang dibuat berdasarkan kisi-kisi angket. d. Menetapkan skor angket Skor ditetapkan dengan menjumlahkan nilai yang ditetapkan untuk setiap respon. Skor untuk pernyataan positif merupakan kebalikan dari skor untuk pernyataan negatif. misalnya responden yang menjawab “selalu” akan diberi skor 4 jika pernyataan positif dan diberi skor 1 jika pernyataan negatif. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas maka perhitungan skor disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5 Perhitungan Skor Angket Pernyataan
Selalu
Sering
Sikap
lxxi
Kadang-
Tidak
kadang
Pernah
Positif
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
c. Metode Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2004:139), Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk objektif yang disusun oleh peneliti berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat. Tes berbentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. 3. Analisis Instrumen Instrumen pengambil data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti (atau orang lain yang ditugasi) dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan
pengumpulan
data
menjadi
sistematis
dan
mudah.
Instrumen
pengumpulan data yang sering dipakai adalah angket, daftar cek (check list), pedoman wawancara, lembar observasi, soal tes (disingkat tes) dan daftar skala. (Budiyono, 2003:47) Instrumen pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah: a. Angket Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item angket. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji konsistensi internal. 1. Uji Validitas Isi
lxxii
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara inidvidual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60) sebagai berikut : a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok kompetensi yang diwujudkan dalam kisi-kisi), b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain tersebut, c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal dengan domain performans yang terkait, d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasarkan data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah c. Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur (lembar validasi) tanda (ü) lebih dari 3. 2. Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan hanya 1 atau 0) yaitu sebagai berikut : 2 æ n öæç å si r11 = ç ÷ 1- 2 st è n - 1 øçè
Dengan :
r11 = indeks reliabilitas instrumen
lxxiii
ö ÷ ÷ ø
n = cacah butir instrumen
si2 = variansi skor butir ke-i, i = 1, 2, ..., n st2 = variansi total
(Budiyono, 2003:70)
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh telah melebihi 0,70 ( r11 > 0,70) 3. Konsistensi Internal Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus kolerasi momen produk Karl Pearson
rxy =
nå XY - (å X )(å Y )
(nå X 2 - (å X ) 2 )(nå Y 2 - (å Y ) 2 )
Keterangan :
rxy = indeks konsitensi internal untuk butir ke-i n = cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor untuk butir ke-i Y = skor total (dari subjek uji coba) (Budiyono, 2003:65) Jika indeks konsitensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. b. Tes Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item tes. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
lxxiv
1. Uji Validitas Isi Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat pula ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas dilakukan pada metode tes ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah seperti yang dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60) sebagai berikut : a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok kompetensi yang diwujudkan dalam kisi-kisi), b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain tersebut, c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal dengan domain performans yang terkait, d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah c. Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur (lembar validasi) tanda (ü) lebih dari 3. 2. Reliabilitas Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang digunakan oleh Kuder dan Richardson yang diberi nama K-R 20 sebagai berikut : 2 æ n öæç st - å pi qi ö÷ r11 = ç ÷ ÷ st2 è n - 1 øçè ø
Dengan :
r11 = indeks reliabilitas instrumen
lxxv
n = cacah butir instrumen pi = proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butri ke-i qi = 1 – pi, i = 1, 2, ..., n
st2 = variansi total Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang diperoleh melebihi 0,70 (r11 > 0,70) (Budiyono, 2003:69) 3. Daya Pembeda Suharsimi Arikunto (2009:211) mengemukakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik yang pandai saja. Untuk kelompok kecil (kurang dari 100 orang), seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok sama besar yaitu 50% kelompok pandai atau kelompok atas dan 50% kelompok bawah. Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah :
D=
B A BB JA JB
Dengan : D = indeks daya pembeda BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya kelompok atas JB = banyaknya kelompok bawah
lxxvi
Berdasarkan rumus daya pembeda di atas, nilai tertinggi adalah 1 ( terjadi apabila jawaban semua peserta didik kelompok atas benar dan jawaban semua peserta didik kelompok bawah salah) dan nilai terendah adalah – 1 (terjadi apabila jawaban semua peserta didik kelompok atas salah dan jawaban semua peserta didik kelompok bawah benar). Soal tes dengan daya pembeda negatif tidak digunakan karena soal tersebut tidak mampu membedakan peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Klasifikasi daya pembeda: D : Negatif : Jelek Sekali D : 0,0 – 0,2 : jelek D : 0,2 – 0,4 : cukup D : 0,4 – 0,7 : baik D : 0,7 – 1,00 : baik sekali
Klasifikasi daya pembeda yang digunakan dalam penelitian ini adalah D ≥ 0,2 (Suharsimi Arikunto, 2009: 211-218) 4. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran
yang
memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
P=
B Js
Keterangan : P = Indeks kesukaran
lxxvii
B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar Js = Jumlah seluruh peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2009:207-208) Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 £ P £ 0,70. 5. Fungsi Pengecoh Menurut Anas Sudijono (1998; 411), pengecoh atau distraktor pada soal bentuk objektif dikatakan berfungsi dengan baik jika dipilih oleh sekurangkurangnya 5 % dari seluruh peserta tes. Soal tes akan digunakan dalam penelitian ini apabila fungsi pengecoh pada soal tersebut berfungsi dengan baik.
D. Teknik Analisis Data 1. Uji Keseimbangan Sebelum peneliti melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus menguji kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini bertujuan agar hasil dari eksperimen adalah benar akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan ratarata dari kelompok eksperiman dan kelompok kontrol tersebut digunakan uji-t, dengan prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Menetukan hipotesis Ho : m 1 = m 2 (kedua populasi seimbang) H1 : m 1 ¹ m 2 (kedua populasi tidak seimbang) b. Tingkat signifikansi : a = 0,05
lxxviii
c. Statistik uji t=
sp2
(X 1 - X 2) ~ t(n1 + n2 – 2) 1 1 sp + n1 n2 (n1 - 1) s12 + (n2 - 1) s22 = n1 + n2 - 2
dengan : t = harga statistik yang diuji t ~ t(n1 + n2 – 2)
X 1 = rata-rata nilai matematika UAN SMP/sederajat siswa kelas X semester 1 kelompok eksperimen
X 2 = rata-rata nilai matematika UAN SMP/sederajat siswa kelas X semester 1 kelompok kontrol. s12 = variansi dari kelas eksperimen s22 = variansi dari kelas kontrol n1 = cacah anggota kelas eksperimen n2 = cacah anggota kelas kontrol sp2 = variansi gabungan sp = deviasi baku gabungan d. Daerah kritik : DK = { t|t < - tα/2; n1 + n2 – 2 atau t > tα/2; n1 + n2 – 2} e. Keputusan uji : H0 ditolak jika t Î DK f.
Kesimpulan Kedua populasi seimbang jika H0 diterima. (Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Homogenitas
lxxix
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas populasi digunakan Uji Bartlett. Prosedur uji Homogenitas dengan menggunakan Uji Bartlett adalah sebagai berikut : a. Menentukan hipotesis H0 : s
2 1
=s
2 2
= ....= s
2 k
(populasi-populasinya homogen)
H1 : Tidak semua variansi sama (populasi-populasinya tidak homogen) k = 2 untuk uji homogenitas model pembelajaran dan k = 3 untuk uji homogenitas kreativitas belajar peserta didik b. Tingkat signifikansi : a = 0,05 c. Statistik uji : 2
x
=
(
2.303 2 f log RKG - å f j log s j c
)
Dengan : 2
x~x
2
(k – l)
k
= banyaknya cacah sampel
f
= derajad kebebasan untuk RKG = N – k
fj
= derajad kebebasan untuk sj 2 = nj – 1
N
= Benyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj
= banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
c
=1+
RKG
=
1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j f ÷ø
å SS åf
j
;
SS j = å X 2 j
j
lxxx
(å X j ) 2 nj
= ( n j - 1) s 2j
d. Daerah kritik DK = {
2
x|x
2
>
2
xa
; k -1
}
e. Keputusan uji H0 ditolak jika f.
x
2
Î DK atau H0 diterima jika
x
2
Ï DK
Kesimpulan Populasi-populasi homogen jika H0 diterima (Budiyono, 2004:176-178)
3. Uji Normalitas Untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Untuk menguji normalitas populasi digunakan metode Lilliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal b. Tingkat signifikansi : a = 0,05 c. Statistik uji L = Maks │F(zi) - S(zi)│ Dengan : F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N(0,1) S(zi) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap banyaknya zi
lxxxi
zi =
Xi - X , ( s = standar deviasi ) s
d. Daerah kritik DK = { L | L > Lα ; n } dengan n adalah ukuran sampel Lα ; n diperoleh dari tabel Lilliefors e. Keputusan uji H0 ditolak jika L Î DK atau H0 diterima jika L Ï DK f.
Kesimpulan Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima (Budiyono, 2004: 170-173)
4. Uji Hipotesis Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut : Xijk =
m + a i + b j + (ab ) ij + e ijk
Dengan : Xijk = data amatan ke-k baris ke-i dan kolom ke-j
m = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
a i = efek baris ke-i pada variabel terikat b j = efek kolom ke-j pada variabel terikat (
ab )ij= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
e ijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( m ij ) yang berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi s 2
lxxxii
i = 1, 2;
1 = model pembelajaran kooperatif tipe TGT 2= model pembelajaran langsung
j = 1, 2, 3; 1 = krativitas tinggi 2= kreativitas sedang 3 = kreativitas rendah k = 1, 2, ......, nij ; nij = cacah data amatan pada setiap sel ij (Budiyono, 2004: 228) Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, yaitu : a.
Hipotesis H0A
: αi = 0 untuk setiap i = 1,2
H1A
:
paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
H0B
:
βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3
H1B
:
paling sedikit ada satu βj yang tidak nol
H0AB
: (αβ)ij
H1AB
:
= 0 untuk setiap i = 1,2 dam j = 1, 2, 3
paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol
Ketiga pasang hipotesis ini ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut : H0A
: Tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat
H1A
: Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat
H0B
: Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat
H1B
: Ada perbedaan afek antar kolom terhadap variabel terikat.
H0AB
: Tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat
H1AB
: Ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat.
b. Komputasi
lxxxiii
1. Notasi-notasi nij
= ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
nh
= Rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
N
=
ån
ij
pq 1 å i , j n ij
= banyaknya seluruh data amatan
i, j
SSij
=
åX
2 ijk
k
æ ö ç å X ijk ÷ k ø -è nijk
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij.
AB ij
= rataan pada sel ij
Ai
=
å AB
ij
= jumlah rataan pada baris ke-i
å AB
ij
= jumlah rataan pada kolom ke-j
å AB
ij
= jumlah rataan semua sel.
j
Bj
=
i
G
=
i, j
2. Besaran-besaran
G2 = pq
(1)
(4) =
å j
B 2j p
(2) =
å SS i, j
(5) =
å AB i, j
3. Jumlah kuadrat JKA
= n h {(3) – (1)}
JKB
= n h {(4) – (1)}
lxxxiv
ij
(3) =
å i
2 ij
Ai2 q
JKAB
= n h {(1) + (5) – (3) –(4)}
JKG
= (2)
JKT
= JKA + JKB + JKAB + JKG
4. Derajat kebebasan dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB
= (p – 1)(q – 1)
dkG
= N – pq
dkT
=N–1
Rataan kuadrat
RKA =
JKA dkA
RKAB =
RKB =
JKAB dkAB
JKB dkB
RKG =
JKG dkG
a. Statistik Uji
RKA yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
Untuk H0A adalah Fa =
berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq Untuk H0B adalah Fb =
RKB yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq Untuk H0AB adalah Fab =
RKAB yang merupakan nilai dari variabel random yang RKG
berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan N - pq
lxxxv
b. Daerah Kritik Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > Fα; p – 1; N - pq} Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > Fα; q – 1; N - pq } Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { Fab | Fab > Fα; ( p – 1)(q – 1); N - pq } c. Keputusan Uji H0 ditolak apabila Fobs Î DK d. Rangkuman Analisis Tabel 6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel Tak Sama Sumber
JK
dk
RK
Fobs
Ftabel
Baris (A)
JKA
p–1
RKA
Fa
Ftabel
Kolom (B)
JKB
q–1
RKB
Fb
Ftabel
Interaksi(AB)
JKAB
RKAB
Fab
Ftabel
Galat
JKG
N – pq
RKG
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
Variansi
(p – 1)(q – 1)
(Budiyono, 2004: 228-233) 5. Uji Komparasi Ganda Uji lanjut pasca anava adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe’ adalah sebagai berikut : a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
lxxxvi
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. c. Menentukan taraf signifikansi (a ) = 0,05. d. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut : 1. untuk komparasi rataan antar baris adalah : karena dalam penelitian ini hanya terdapat dua kategori model pembelajaran maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparansi rataan antar baris. 2. komparasi rataan antar kolom. Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah :
F·i-· j
( X ·i - X · j ) 2 = æ 1 1 RKG ç + çn è ·i n· j
ö ÷ ÷ ø
Daerah kritik untuk uji itu ialah : DK = {F│F > (q – 1) Fα ; q – 1 , N - pq} 3. komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama. Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah sebagai berikut.
Fij -kj =
( X ij - X kj ) 2 æ 1 1 RKG ç + çn è ij nkj
ö ÷ ÷ ø
Daerah kritik untuk uji itu ialah : DK = {F│F > (pq – 1) Fα ; pq – 1 , N - pq} 4. komparasi rataan antar sel pada baris yang sama. Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah sebagai berikut.
lxxxvii
Fij -ik =
( X ij - X ik ) 2 æ 1 1 RKG ç + çn è ij nik
ö ÷ ÷ ø
Daerah kritik untuk uji itu ialah : DK = {F│F > (pq – 1) Fα ; pq – 1 , N - pq} e. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda. f.
Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada. (Budiyono, 2004:213-215)
lxxxviii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Hasil Uji Coba Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen tes prestasi
belajar
matematika
pada
materi
pokok
persamaan
dan
pertidaksamaan kuadrat dan angket kreativitas belajar matematika peserta didik. Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data penelitian, terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi syarat instrumen yang baik atau belum. Uji coba instrumen tersebut dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sampit kelas X semester 1 tahun pelajaran 2009/2010. Berdasarkan uji coba instrumen diperoleh data sebagai berikut: a. Uji Coba Instrumen Angket Kreativitas Belajar Matematika 1) Validitas Isi Validitas isi uji coba instrumen angket kreativitas belajar matematika dilakukan oleh dua orang yaitu guru SMA Negeri 2 Sampit Lembayani, S.Pd dan guru SMA PGRI 1 Sampit Dra. Nyalung C. Dari hasil validasi oleh validator diperoleh bahwa instrumen uji coba angket kreativitas belajar matematika tersebut sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir angket yang baik dan layak digunakan untuk penelitian. Hasil
lxxxix
selengkapnya validasi angket kreativitas belajar matematika oleh validator dapat dilihat pada Lampiran 6. 2) Konsistensi Internal Berdasarkan uji konsistensi internal yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment Karl Pearson pada taraf signifikansi 5 % dari 45 butir angket yang diujicobakan diperoleh 30 butir angket yang dipakai, yaitu yang memenuhi indeks konsistensi internal rxy ≥ 0,3 dan 15 butir angket yang tidak dipakai karena rxy ≤ 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 Tabel 11. 3) Reliabilitas Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha, diperoleh hasil perhitungan r11 = 0,858, nilai indeks reliabilitas ini lebih dari 0,7 sehingga
instrumen
angket
ini
dikatakan
reliabel.
Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 Tabel 11. 4) Analisis Butir Angket Analisis butir angket kreativitas belajar matematika pada penelitian ini adalah konsistensi internal. Hasil perhitungan dari 45 butir yang dianalisis terdapat 15 butir yang tidak dipakai karena tidak konsisten yaitu nomor 3, 8, 12, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 36, 38, 40, dan 45. Jadi ada 30 butir yang dapat dipakai dan karena dari 30 butir tersebut dapat mewakili masing-masing indikator yang tertuang di dalam kisi-kisi penyusunan angket, serta berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dari 30 butir tersebut dikatakan reliabel maka 30 butir angket tersebut dipakai sebagai
xc
instrumen
penelitian dalam
pengambilan
data kreativitas
belajar
matematika peserta didik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 Tabel 11. b. Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika 1) Validitas Isi Validitas isi uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika dilakukan oleh dua orang, yaitu satu orang guru matematika dari SMA Negeri 2 Sampit Lembayani , S.Pd dan satu orang guru matematika dari SMA Negeri 4 Sampit Dra. Siti Faridah. Dari hasil validasi oleh validator diperoleh bahwa instrumen uji coba tes prestasi belajar matematika tersebut sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir soal yang baik dan layak digunakan untuk penelitian. Hasil selengkapnya validasi instrumen tes prestasi belajar matematika pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat oleh validator dapat dilihat pada Lampiran 11. 2) Reliabilitas Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh hasil perhitungan r11 = 0,785. Karena r11 > 0,70 maka instrumen tes prestasi belajar matematika tersebut dikatakan reliabel dan dapat digunakan dalam kaitannya dengan indeks reliabilitas. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12 Tabel 12. 3) Daya Pembeda Dari hasil perhitungan daya pembeda terhadap 40 butir soal terdapat 34 butir soal yang memiliki daya pembeda sesuai kriteria yaitu D ≥ 0,2 dan 6
xci
butir soal yang D < 0,2 yaitu nomor 2, 16, 18, 21, 26, dan 28 (Lampiran 12 Tabel 12). 4) Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran P tiap-tiap butir tes yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai, jika terletak antara 0,30 £ P £ 0,70. Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran pada Lampiran 12 Tabel 12. dapat disimpulkan bahwa dari 40 butir soal yang diujicobakan terdapat 38 butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai, 1 butir soal yang terlalu mudah yaitu nomor 18 dan 1 butir soal yang terlalu sukar yaitu nomor 21. 5) Fungsi Pengecoh Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik jika pengecoh tersebut dipilih oleh sekurang-kurangnya 5 % dari seluruh peserta tes. Dari hasil analisis fungsi pengecoh pada Lampiran 13 Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa dari 40 butir soal yang diujicobakan terdapat 36 soal yang pengecohnya berfungsi dengan baik, sedangkan 4 soal yang lain ada pengecohnya yang tidak berfungsi dengan baik yaitu nomor 8 pengecoh C tidak berfungsi dengan baik, nomor 12 pengecoh E tidak berfungsi dengan baik, nomor 35 pengecoh C tidak berfungsi dengan baik dan nomor 37 pengecoh D tidak berfungsi dengan baik.
xcii
6) Analisis Butir Instrumen Analisis butir soal untuk instrumen tes prestasi belajar pada penelitian ini terdiri dari daya pembeda, tingkat kesukaran dan fungsi pengecoh. Hasil perhitungan dari 40 butir soal yang dianalisis terdapat 10 butir soal yang tidak dipakai yaitu soal nomor 2, 8, 12, 16, 18, 21, 26, 28, 35 dan 37. Jadi ada 30 butir soal yang dapat dipakai dan karena dari 30 butir soal tersebut dapat mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi penyusunan soal tes, serta berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dari 30 butir soal tersebut dikatakan reliabel, daya pembeda D ≥ 0,2, memiliki tingkat kesukaran yang memadai, dan semua pengecohnya berfungsi maka 30 butir soal tersebut dipakai sebagai instrumen tes prestasi belajar dalam pengambilan data prestasi belajar matematika peserta didik (Lampiran 12 - 13 Tabel 12 - 13). 2. Data Skor Angket Kreativitas Belajar Matematika Data tentang kreativitas belajar matematika peserta didik diperoleh dari angket. Data tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata ( X ) dan standar deviasi (s). dari hasil perhitungan, diperoleh nilai rataannya 72 dan standar deviasi 16. Jadi untuk skor > 80 dikategorikan tinggi, 64 ≤ skor ≤ 80 dikategorikan sedang dan skor < 64 dikategorikan rendah. (Lampiran 17) Berdasarkan data yang telah terkumpul untuk kelompok eksperimen terdapat
22 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar
matematika tinggi, 50 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar
xciii
matematika sedang, dan 11 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar matematika rendah. Untuk kelompok kontrol terdapat 20 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar matematika tinggi, 54 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar matematika sedang, dan 11 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar matematika rendah ( Lampiran 17).
B. Uji Keseimbangan Sebelum peneliti mengadakan penelitian terlebih dahulu diadakan uji keseimbangan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Data yang digunakan dalam uji keseimbangan adalah nilai UAN matematika SMP/sederajat siswa kelas X semester 1. Uji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji – t . dari hasil uji keseimbangan tersebut diperoleh tobs = 0,79947. daerah kritik uji keseimbangan tersebut adalah {t│t < t0,025;166 = 1,960 atau t > t0,025;166 = 1,960}. Karena tobs bukan anggota daerah kritik maka dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau berasal dari dua populasi yang memiliki kemampuan awal sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.
C. Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas
xciv
Hasil uji normalitas dari tes prestasi belajar matematika dengan menggunakan uji Lilliefors diperoleh harga statistik uji untuk tingkat signifikansi 5% pada masing-masing sampel sebagai berikut: Tabel 7 Hasil Analisis Uji Normalitas Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Kreativitas Belajar Tinggi Kreativitas Belajar Sedang Kreativitas Belajar Rendah
Lobs 0,077 7 0,093 6 0,134 0 0,077 6 0,160 8
Ltabel 0,097 3 0,096 1 0,136 7 0,086 9 0,173 0
Keputus an H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Kesimpul an Normal Normal Normal Normal Normal
Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa Lhitung < L0.05 ; n, maka Lhitung bukan anggota dearah kritik atau dengan kata lain H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19 Tabel 16 - 20. 2. Uji Homogenitas. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett. Uji homogenitas dilakukan dua kali yaitu uji homogenitas antar baris (uji homogenitas prestasi belajar matematika ditinjau dari model pembelajaran) dan uji homogenitas antar kolom (uji homogenitas prestasi belajar matematika ditinjau dari kreativitas belajar matematika). Uji homogenitas antar baris dan uji homogenitas antar kolom tersebut sudah cukup untuk menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen, sehingga tidak perlu dilakukan uji homogenitas antar sel pada baris yang sama maupun
xcv
uji homogenitas antar sel pada kolom yang sama. Hasil uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett disajikan dalam tabel berikut: Tabel 8 Hasil Analisis Uji Homogenitas Sampel Model Pembelajaran Kreativitas Belajar
χ20.05 ;
χ2obs 0,38 9 4,11 0
k 2 3
k-1
3,84 1 5,99 1
Keputusa n H0 diterima H0 diterima
Kesimpul an Homogen Homogen
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa harga statistik uji homogenitas masing-masing kelompok kurang dari harga kritik atau dengan kata lain χ2obs pada masing-masing sampel tidak melebihi harga χ2tabel sehingga H0 diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20 Tabel 21 dan 22.
D. Pengujian Hipotesis 1. Uji Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan dalam tabel berikut: Tabel 9 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama Sumber Model Pembelajaran (A)
JK 472,7315
Kreativitas (B) Interaksi (AB) Galat Total
dk
RK
Fobs
Fα
Keputusa
1
472,7315
4,05
3,84
164,6024
2
82,3012
0,70
3,00
174,7322 18931,9884 19744,0545
2 162 167
87,3661 116,8641
0,75
3,00
H0 Ditolak H0 Diterima H0 Diterima
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa:
xcvi
a. H0A ditolak berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung. b. H0B diterima berarti peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. c. H0AB diterima berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21. 2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dari hasil uji analisis variansi menunjukkan bahwa H0A ditolak. Ini berarti bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda prestasi belajarnya. Karena variabel model pembelajaran hanya mempunyai dua kategori yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi, cukup dilakukan perbandingan antara rataan marginalnya. Tabel 10 Rataan Skor Prestasi Belajar Peserta didik
xcvii
Kreativitas Belajar Tinggi
Kreativitas Belajar Sedang
Kreativitas Belajar Rendah
TGT
62,5909
65,2600
64,2727
Langsung Rataan Marginal
61,2000
61,7963
56,9091
61,8955
63,5282
60,5909
Rataan Margin al 64,041 2 59,968 5
Tabel di atas menunjukkan bahwa rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 64,0412 dan model pembelajaran langsung adalah 59,9685. Karena rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih besar daripada rataan marginal untuk model pembelajaran langsung maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Dari hasil uji analisis variansi H0B diterima, ini berarti peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi. Dari hasil uji analisis variansi H0AB diterima, ini berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kreativitas belajar
xcviii
peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama adalah “prestasi belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat” Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa = 4,05 > 3,84 = Ftabel sehingga Fa terletak di daerah kritik. Karena Fa Î DK maka H0A ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran langsung pada
materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Dari rataan marginal menunjukkan bahwa rataan marginal untuk model pembelajaran kooperatif tipe TGT (64,0412) lebih tinggi daripada rataan marginal untuk model pembelajaran langsung (59,9685) sehingga dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi
xcix
belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua adalah “ peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat”. Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb = 0,70 < 3,00 = Ftabel sehingga Fb tidak terletak di daerah kritik. Karena Fb Ï DK maka H0B diterima berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik. Peserta
didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai
prestasi belajar matematika yang sama dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. Hal tersebut mungkin disebabkan karena peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan
c
tinggi, sehingga dengan kreativitas belajar yang rendahpun prestasi belajarnya menyamai peserta didik dengan kreativitas belajar sedang dan tinggi, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mungkin memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi, sehingga dengan kreativitas belajar yang sedangpun prestasi belajarnya menyamai peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi. 3. Hipotesis ketiga Hipotesis ketiga adalah ” Pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Di sisi lain, pada peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran
langsung,
pada
materi
pokok
persamaan
dan
pertidaksamaan kuadrat”. Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab = 0,75 < 3,00 = Ftabel sehingga Fab tidak terletak di daerah kritik. Karena Fab Ï DK maka H0AB diterima berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Artinya peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika
ci
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing kategori kreativitas belajar matematika. Di sisi lailn, peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar sedang dan rendah, peserta didik dengan kreativitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar rendah baik peserta didik yang mengikuti pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe TGT maupun peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Tidak ditolaknya H0AB ini dimungkinkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar matematika, diantaranya mungkin karena peneliti kurang memperhatikan pokok bahasan materi yang disampaikan
terhadap
tingkat
kemampuan
siswa,
belum
sesuainya
pelaksanaan pembelajaran yang ditentukan (model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran langsung), instrumen penelitian yang dipakai belum baku karena baru diujicobakan satu kali, ada variabel yang tidak bisa dimanipulasi (misalnya faktor intelegensi, bimbingan belajar, kedisiplinan dalam belajar, latar belakang keluarga, lingkungan, tanggung jawab peserta didik dan lain-lain), tempat duduk yang kurang mendukung, dan sebagainya. Akibatnya siswa belum bisa optimal dalam mengikuti proses
cii
belajar untuk meningkatkan prestasi belajar pada umumnya dan prestasi belajar matematika pada khususnya.
ciii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan analisis data hasil penelitian serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. b. Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Peserta
didik dengan kreativitas
belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. c. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Artinya peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar yang
civ
lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing kategori kreativitas belajar matematika, dan peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar sedang dan rendah, peserta didik dengan kreativitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar rendah baik peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
B. Implikasi Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar
matematika. 1. Implikasi teoritis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini menunjukkan secara teoritis hasil penelitian
cv
ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan model pembelajaran pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada khususnya dan materi pokok lain pada umumnya. Dengan kata lain hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian secara teoritik dalam memilih dan mempersiapkan model pembelajaran matematika yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran atau materi pokok, sarana dan prasarana pembelajaran, karakteristik guru dan karakteristik peserta didik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar peserta
didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, ternyata peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Dengan kata lain peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritik hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan
cvi
atau memaksimalkan prestasi belajar peserta didik khususnya pada mata pelajaran matematika. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terhadap peserta didik yang mengikuti
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa selama diskusi kelompok, ada peserta didik yang menanyakan materi pelajaran yang belum bisa dipahami kepada teman sekelompoknya, peserta didik yang merasa bisa kemudian menerangkan/menjelaskannya. Demikian juga pada saat turnamen jika suatu peserta menjawab salah maka peserta lain menanggapi dan memberikan jawaban yang menurut peserta ini benar. Dengan demikian secara teoritis penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan kreativitas belajar peserta didik selama pembelajaran
matematika
khususnya
dengan
berlangsungnya
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. 2. Implikasi praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar peserta didik. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat, efektif dan efisien serta memperhatikan kreativitas belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
cvii
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu peneliti sarankan, yaitu: 1. Bagi Guru Mata Pelajaran Matematika a. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika, hendaknya guru lebih mengedepankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator saja. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dipilih. b. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Oleh karena itu hendaknya guru bersedia mencoba model pembelajaran tersebut pada pembelajaran matematika. c. Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, hendaknya guru mempersiapkan bahan dan sumber belajar dengan baik sehingga peserta didik dapat memahami dan dapat membangun pengetahuannya sendiri, dapat membuat peserta didik bekerjasama dan pembelajaran dapat berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2. Bagi Peserta Didik a. Hendaknya peserta didik selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru tentang tatacara penggunaan model pembelajaran yang akan digunakan dan memahami dengan baik ringkasan materi pelajaran yang disampaikan guru.
cviii
b. Hendaknya peserta didik membiasakan diri bersaing secara sehat, berinisiatif, berpikir kritis dan aktif dalam proses pembelajaran, berani mengemukakan ide/pendapat dan mengajukan pertanyaan. c. Saat diskusi berlangsung, peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan teman-teman yang lain hendaknya bersedia membagi pengetahuan kepada teman yang belum paham tentang suatu hal. 3. Bagi Kepala Sekolah a. Hendaknya kepala sekolah mengarahkan guru matematika untuk memilih model pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal, salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). b. Hendaknya kepala sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik sehingga memperoleh prestasi belajar yang maksimal. 4. Bagi Peneliti Lain Bagi para peneliti hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sejenis pada materi pokok yang lain, agar penelitian ini dapat dimanfaatkan secara luas.
cix
DAFTAR PUSTAKA Agus Susanto. 2007. Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Quantum Learning Dengan Metode Pembelajaran Langsung Ditinjau Dari Aktifitas Peserta Didik. Surakarta: Tesis UNS. Anas Sudijono. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. ________. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. EUA. 2007. “Creativity in Higher Education”. The Journal of Creativity in Higher Education. 10. 1-47. Belgia. (www.eua.be). Galligan, Ann. 2006. “Art, Culture and The National Agenda”. In The Journal of Creativity, Culture, Educational, and The Workforce, pp. 1-69. Washington, D.C. (www.culturalpolicy.org). Gonzales, Patrics. 2008. Highlights From TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourth- and Eighth-Grade Students in an International Context . National Center for Education Statistics, U.S. Department of Education. Washington, DC. (http://nces.ed.gov/pubsearch/pubsinfo.asp?pubid=2009001. Hafifah. 2008. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD pada Sistem Persamaan Linear Dua Variavel Ditinjau dari Kreativitas Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP Kota Surakarta Tahun 2008/2009. Surakarta: Tesis UNS
cx
Hindarso. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Materi Pokok Rumus-Rumus Trigonometri Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Peserta Didik SMA Negeri Surakarta. Surakarta: Tesis UNS. H.J.Gino. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press Human Development Reports. 2008. The Human Development Indices. Washington, DC. (http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Complete.pdf) Idris, Noraini. 2009. “Enhancing Students’ Understanding In Calculus Trough Writing”. International Electronic Journal Of Mathematics Education. Volume 4, Number 1. 36-55. Faculty Of Education, University Of Malaysia Kuala Lumpur, Malaysia. (www.iejme.com). Kennedy R. 2007. “In-Class Debates: Fertile Ground for Active Learning and the Cultivation of Critical Thinking and Oral Communication Skills”. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. Volume 19, Number 2. 183-190. (http://www.isetl.org/ijtlhe/). Marpaung. 2002. Model-model pembelajaran matematika. Jakarta: Depdiknas
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Peserta Didik. Jakarta: Gaung Persada Press Moh. Amien. 2005. Pemetaan Konsep Suatu Teknik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Yang Bermakna. Yogyakarta: FMIPA-IKIP Muhibbin syah. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
cxi
Mustaji. 2005. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik. Malang:
Unesa
University Press Paul Suparno S.J. 2002. Filsafat Konstruktivisme dan Dampaknya dalam Pendidikan MIPA di SMSU. Makalah Seminar Pendidikan MIPA: JMIPA USD, 6 APRIL 2002. Slameto. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Slavin R. 1995. Learning to Cooperate and Cooperation to Learn. New York: Plenum Press _______. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan tinggi Depdiknas. Suharsimi Arikunto. 2004. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta ______________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi IX. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suminarsih. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran. Semarang: LPMP Jawa Tengah. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3. Cetakan 1. Jakarta: Balai Pustaka. Utami Munandar. 2004. Memupuk Bakat dan Kreativitas Peserta didik Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia. Zerpa, C., Kajander, Ann dan Barneveld, C.V. 2009, July. “Factors That Impact Preservice Teachers’ Growth In Conceptual Mathematical Knowledge
cxii
During A Mathematics Methods Course”. International Electronic Journal of
Mathematics
Education.
Volume
(www.iejme.com).
cxiii
4,
Number
2.
57-76.