perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENDIDIKAN KARAKTER POLA TAMANSISWA DAN PONDOK PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Putut Wisnu Kurniawan S 861102011
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
PEI{DIDIKAN KARAKTER POLA TAMANSISWA DAIT PONDOK PESAI\ITREN KRAPYAK YOGYAKARTA TESIS Oleh Putut Wisnu Kurniawtn
NIM. 5861102011 Tim Penguji
r*raurt*re*,
Jabatan"
Nama
Ketua
Prof. Dr. Sri Yutrnini, M.Pd NIP.-
J-
Tanggal
29 -o7
- 2otL
-o1 -zotz
Sekretaris
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd NIP. 194403151978041001
19
Anggota Penguji
Prof. Dr. Husain Haikal, MA NrP. 194409091 970 101001
15 -07
Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd NrP. 19560303198603 1001
l'g- 07 -
- 20la zatL
Telah dipertahankan di depan dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal 16 Juli 2012 Pascasarjana UNS
W.tAhmad, Yunus, MS 961O7t7198601 101 I
Ketua Progrr
Dr. He
NIP. commit to user llI
19
Studi Pendidikan Sejmah
u Joebagio, M.Pd 03031986031001
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Putut Wisnu Kurniawan. 2012. S 861102011. Pendidikan Karakter Pola Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Husain Haikal, MA, Pembimbing II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pola penerapan pendidikan karakter, (2) Persepsi pengajar dan siswa terhadap pendidikan karakter dan (3) Aktualisasi nilai karakter pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus ganda terpancang. Cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan criterion-based selection. Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi langsung, wawancara mendalam, dan pencatatan dokumen. Validasi data dilakukan dengan trianggulasi. Analisis yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum menggunakan pola yang hampir sama yaitu melalui kurikulum pembelajaran (terdapat pelajaran yang mengajarkan akhlak atau budi pekerti), kegiatan ekstrakurikuler, budaya sekolah, dan keteladanan guru. Pola lain yang diterapkan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah sistem among yaitu metode mendidik yang berjiwa kekeluargaan yang bersendi kepada kemerdekaan dan kodrat alam. Sistem ini diterapkan untuk memberikan siswa kemerdekaan untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan pendekatan kekeluargaan. Pola yang lain untuk mengembangkan pendidikan karakter di MA Ali Maksum dengan model asrama (pondok pesantren). (2) Persepsi guru dan siswa mengenai pendidikan karakter akan mempengaruhi dalam penerapannya di sekolah. Persepsi guru dan siswa tentang pendidikan karakter yang muncul di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan lebih menekankan pada konsep budi pekerti yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, sedangkan di MA Ali Maksum persepsi guru dan siswa lebih menekankan pada karakter Islam. Persepsi tersebut didasari dengan ideologi yang diterapkan di sekolah masing-masing. (3) Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dari aktualisasi (pengamalan) siswa berupa sikap atau tindakan yang terlihat pada siswa. Aktualisasi yang muncul pada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah meliputi toleransi, religius, disiplin, kejujuran, kreatif, kerjasama, komunikatif, peduli, mandiri, cinta tanah air dan tanggung jawab. MA Ali Maksum dengan konsep pondok pesantren mempunyai nilai lebih beragam salah satunya kesabaran, kesederhanaan yang terlihat dalam kegiatan sehari-hari. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pola, Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Putut Wisnu Kurniawan. 2012. S861102011. Character Education Model Tamansiswa and Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. THESIS. Principal advisor I: Prof. Dr. Husain Haikal, MA, Co-advisor: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. History Education Post-Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. ABSTRACT The study has goals to investigate (1) the model of character education implementation, (2) teachers’ and students’ perception toward character education, and (3) actualization of character value to the students. The study was done at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan and MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. The study is descriptive qualitative by double-case study strategy, direct observation, in-depth interviews and recording of documents or archives. Data validity is done by triangulation, is data triangulation, investigator triangulation, methodological triangulation and theoretical triangulation. The analysis used is an interactive analysis model, namely data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The result of the study can be concluded that (1) the model of character education implementation used between SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan and MA Ali Maksum is the same model which consits of the school curriculum (there are subjects which learn about manner or good moral), extracurricular activities, school culture, and teachers model of good character. The other model which is implemented at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan is “among” system; a teaching method which has family characteristics which is based on freedom and their own character. This system is implemented in order to give students a freedom to grow-up base on their skills by family approach. The other model to develop character education at MA Ali Maksum is boarding-school model. (2) The teachers’ and students’ perception toward the character education will influence the system implementation on that school. The teachers’ and students’ perception toward character education which is shown at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan tends to teach good moral which is taught by Ki Hadjar Dewantara, meanwhile at MA Ali Maksum, it tends to the Islamic character teaching. Those perceptions are based on ideology which is implemented on each school. (3) The result of the character education in the school can be reflected from the students’ actualization on their attitude or act form the students. The actualization or acts which are shown by the students at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan are a tolerance, a religion, a discipline, an honesty, a creactive, a cooperative, a care, an independence, a nationalist, and a responsibility. Meanwhile, MA Ali Maksum which applies the “pondok pesantren” concept has the higher value such as the a patient and a modesty that are shown from their daily activities. Key words: Character education, Model, Tamansiswa and Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini globalisasi merupakan kenyataan yang dapat mempengaruhi semua segi kehidupan. Segi batas wilayah sudah tidak menjadi penghalang untuk mengetahui perkembangan informasi di dunia, salah satunya informasi bidang pendidikan. Pendidikan menjadi bagian yang penting untuk mengembangkan peradaban bangsa. Sejumlah peradaban besar tidak lahir dari kegiatan ekonomi dan politik semata, tetapi juga lahir dari pendidikan. Nilai-nilai pendidikan akan menjadi dasar peradaban apabila negara mendorong penuh usaha memperbaiki sistem, sarana, kebijakan yang tepat dan didukung sumber daya manusia yang profesional. Ini yang menjadi tantangan dunia pendidikan di Indonesia. Tantangan pendidikan tidak terlepas dengan adanya krisis yang mulai merusak dunia pendidikan di Indonesia. Menurut Winarno (2007: 4), pendidikan dan kebudayaan ibarat keping mata uang logam, antar sisi satu dengan sisi yang lain tidak bisa saling dilepaskan. Pendidikan tanpa kebudayaan menjadi tidak bermakna, sebaliknya kebudayaan tanpa pendidikan tidak akan berpijak ke bumi. Berbeda dengan pendapat Winarno, Syarifuddin Jurdi (2010: 29) berpendapat nilai-nilai pendidikan yang harus diperhatikan adalah untuk membentuk manusia yang cerdas, berkualitas, kreatif, dan membentuk karakter bangsa yang harus menjadi perhatian utama negara. Hal itu berbalik karena pendidikan yang dikembangkan dewasa ini telah terbawa pada kegiatan bisnis yang pada akhirnya hanya pada commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pencapaian tujuan kapitalisme semata. Biaya dan tuntutan sekolah di zaman sekarang tidak terlepas dari biaya yang cukup mahal. Tujuan ini tidak sesuai dan sudah melenceng dengan tujuan pendidikan yang diharapkan menurut Undang-Undang. UUD 1945 mengamanatkan mengenai pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara seperti tertuang di dalam Pasal 28 B Ayat (1) bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan mutu hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31 Ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut, Kemendikbud sebagai penanggungjawab pendidikan nasional mempunyai visi menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Dalam pasal 1 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan karakter. Dengan demikian pendidikan tidak hanya membentuk insan cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter kuat dan berakhlak mulia yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Dalam mewujudkan visi pendidikan tersebut Kemendikbud telah menetapkan misinya yaitu mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif dengan adil, bermutu, dan relevan untuk kebutuhan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
masyarakat global. Untuk mewujudkannya dibutuhkan mental atau psikologi dan karakter yang baik. Masalah bangsa Indonesia sebenarnya terletak pada sistem dan manusiamanusia penyelenggara sistem tersebut. Untuk itu menurut Tyasno Sudarto, (2007: 29), dibutuhkan sosok pemimpin yang kuat dan berani bertindak berdasarkan kebenaran. Perbaikan itu hanya mungkin dilakukan salah satunya melalui pendidikan. Oleh karena itu peran pengajar atau guru menjadi sangat strategis dalam mendampingi peserta didik supaya tumbuh dan berkembang menjadi insan yang merdeka jiwa, pikiran, dan jasmaninya. Pendapat itu sama dengan konsep Ki Hadjar Dewantara, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologinya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut adanya pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual saja hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakat. Jika melihat sejarah bangsa Indonesia, pendidikan karakter sesungguhnya bukanlah merupakan sesuatu yang baru dalam pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara, Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan, R.A Kartini, dan Moh. Hatta dulu pernah menerapkan semangat pendidikan karakter salah satunya berupa keteladanan sebagai pembentuk nilai-nilai suatu jati diri bangsa. Pada masa itu mereka mengajarkan budi pekerti, nilai-nilai dan juga semangat cinta tanah air. Hal itu dikarenakan sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
tujuan dan keadaan pada saat itu. Dengan suasana seperti itulah semangat cinta tanah air dapat berkembang dalam masyarakat. Melalui sekolah, semangat cinta tanah air, nilai budi pekerti atau pendidikan karakter dalam setiap proses pembelajaran seharusnya dapat dikembangkan. Dalam proses pembelajaran jika dijiwai dengan semangat pendidikan karakter, akan menjadi suatu tempat dan lingkungan yang efektif untuk pembentukan pribadi sehingga mereka atau siswa bisa berkembang baik dalam bermasyarakat. Menurut Doni Koesoema (2007: 222), sejak dahulu sekolah memiliki dua tujuan utama dalam pendidikan mereka, yaitu membentuk manusia yang cerdas dan baik. Dengan dua keyakinan ini sekolah memiliki tanggungjawab yang besar dalam pendidikan karakter bagi anak didiknya, terutama melalui disiplin, keteladanan, dan organisasi sekolah (kebijakan dan kurikulum). Sekolah ataupun lembaga pendidikan harus mempunyai keberanian untuk menanamkan pemahaman konseptual dan praktik yang dipandu oleh nilai-nilai luhur yang akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan manusiawi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) setiap sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan atau memasukkan pendidikan karakter. Tentunya dengan adanya otonomi sekolah, usaha mengembangkan kurikulum dan memasukkan pendidikan karakter akan lebih mudah serta membuat ciri dari masingmasing sekolah. Dalam pendidikan karakter Kemendikbud mewajibkan memasukan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Hal ini bisa dipengaruhi ideologi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
sekolah dan peran para pengajar terutama dalam pengembangan dan penerapan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter harus diimbangi dengan pemahaman guru tentang karakter yang baik dan dapat menjadi contoh bagi siswanya. Guru terkadang belum mampu menjadi teladan bagi siswanya. Lingkungan yang baik dan kondusif tentunya akan berdampak baik bagi warga sekolah. Sebaliknya, apabila lingkungan tidak kondusif maka muncul berbagai karakter yang negatif. Misalnya terjadi tawuran pelajar, kekerasan, dan muncul ketidakadilan serta ketidakjujuran dari siswa adalah salah satu contoh belum berhasilnya tujuan pendidikan sesuai dengan
Pasal 1
Sisdiknas tahun 2003 . Pendidikan seharusnya bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa. Jika ingin merunut sejarah pendidikan di Indonesia bisa dipastikan akan membantu mengangkat wajah pendidikan di Indonesia. Beberapa tokoh yang merintis model pendidikan yang berwajah Indonesia salah satunya Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan ini juga menjadi media mengobarkan semangat perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia (Daoed Joesoef, 2007: 6). Setelah Indonesia merdeka pendidikan mengemban misi menyiapkan generasi untuk mengisi kemerdekaan. Pada tahun 2010 melalui Menteri Pendidikan Nasional menekankan pentingnya pendidikan karakter. Output atau hasil dari pendidikan selama ini masih jauh dari harapan. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Para pejabat yang semestinya melayani masyarakat malah minta dilayani dan itu sebagian dari fenomena yang bersumber pada karakter. Selain itu media sebagai tontonan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
masyarakat masih jauh dari identitas bangsa. Hal tersebut berdampak pada masyarakat secara keseluruhan. Hancurnya nilai-nilai moral dalam masyarakat yang ditandai dengan merebaknya kekerasan, ketidakadilan, dan korupsi mengakibatkan lahirnya pendidikan karakter yang perlu dikembangkan di sekolah ataupun lembaga pendidikan. Lingkungan sekolah seharusnya bisa menjadi unsur terpenting bagi pertumbuhan pendidikan karakter. Lembaga pendidikan dapat menciptakan sebuah pendekatan pendidikan karakter melalui kurikulum, penegakan disiplin, manajemen kelas, maupun melalui program-program pendidikan yang dirancangnya. Berbagai macam cara pandang pendidikan budi pekerti, baik itu dianggap sebagai mata pelajaran khusus, atau tergabung dalam mata pelajaran lain seperti Pendidikan Agama, Sejarah, PPKn atau Pendidikan Kewarganegaraan menunjukan bahwa bangsa ini sebenarnya memiliki keprihatinan mendalam tentang pembentukan karakter bangsa. Situasi ini sesungguhnya menantang untuk kembali dapat meletakkan dan memahami pendidikan karakter bagi pembentukan kepribadian bangsa (Doni Koesoema, 2007: 50-51). Pendidikan karakter dianggap penting dan sudah dimasukkan dalam proses pembelajaran. Peran lembaga pendidikan dan guru sangat penting demi terciptanya tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti ingin mengkaji Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak di Yogyakarta karena melihat adanya perbedaan antar keduanya tentang ideologi atau karakteristik dan tentunya pelaksanaan sistem pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan karakter akan juga berbeda. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Persepsi
pengajar
yang
mempunyai
latar
belakang
berbeda
akan
mempengaruhi pola pendidikan karakter di sekolah. Persepsi inilah yang akan dikembangkan peneliti dan pola penerapannya. Tamansiswa yang terlihat kuat pengaruh dari ajaran Ki Hadjar Dewantara mengenai budi pekerti dan nilai-nilai moral akan berbeda dengan konsep Pondok Pesantren Krapyak di Yogyakarta. Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta mempunyai cara tersendiri
untuk
mengembangkan pendidikan karakter dalam model pembelajarannya. Dengan konsep pendidikan Islam dan model pondok pesantren akan mempengaruhi pembentukan karakter di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Topik ini yang akan menjadi kajian penulis untuk diteliti lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah Pentingnya pendidikan karakter yang diterapkan di Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dapat dilihat dari latar belakang tersebut. Untuk memperjelas mengenai pola penerapan pendidikan karakter di Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
2. Bagaimana persepsi pengajar dan siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta terhadap pendidikan karakter? 3. Bagaimana aktualisasi atau pengamalan nilai karakter pada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti memiliki tujuan penelitian yang akan dicapai. Tujuan itu antara lain sebagai berikut. 1. Mengetahui pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. 2. Mengetahui persepsi pengajar dan siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta terhadap pendidikan karakter. 3. Mengetahui aktualisasi atau pengamalan nilai karakter pada siswa di SMA Taman Madya Ibu dan di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
D.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Manfaatnya adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya mengenai penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Sebagai motivasi bagi guru atau pengajar untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah atau pondok pesantren. b.
Bagi Siswa
Sebagai saranan bagi siswa atau santri supaya memperoleh pengetahuan atau output atau hasil dalam pedidikan karakter yang diterapkan oleh masing-masing sekolah. c.
Bagi Sekolah
Sebagai upaya peningkatan kualitas sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang humanis yang bermuara pada penerapan pendidikan karakter yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pendidikan Karakter a) Pengertian Karakter Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai oleh sekumpulan kenyataan yang telah ada begitu saja dari asalnya. Sedangkan, orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Orang yang berkarakter adalah seperti orang yang membangun dan merancang masa depannya sendiri. Dia tidak mau dikuasai oleh keadaan kodratinya yang menghambat pertumbuhannya.
Sebaliknya,
dia
menguasai,
mengembangkannya
demi
kesempurnaan kemanusiaannya, (Doni Koesoema, 2007: 91). Menurut Mounir yang dikutip Doni Koesoema (2007: 90-91) bahwa karakter dapat dilihat dari dua hal yaitu pertama sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui seorang pribadi mampu menguasai keadaan tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses yang dikehendaki (willed).
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Proses yang terlihat akan memberikan hasil dan menjadi kebiasaan. Menurut Dwi Budiyanto (2011: 83), karakter merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga akan muncul secara spontan jika diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Karakter juga bersifat spontan dan alami, serta perilaku tersebut belum cukup apabila tidak sesuai dengan norma moral yang berlaku. Secara umum menurut Marzuki (2011: 95), karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal atau umum yang meliputi seluruh aktifitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter inilah muncul konsep pendidikan karakter (character education). Secara khusus karakter mempuyai pengertian watak, sifat atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat abstrak yang ada pada diri seseorang. Karakter dapat ditemukan dalam sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi lainnya, (Abdul Majid dan Dian Andayani 2011: 12). Allport dikutip dalam Ki Fudyartanta (1998: 4) berpendapat bahwa “…character is personality evaluated, and personality is character devaluated….” artinya bahwa karakter atau watak adalah kepribadian yang dinilai dan kepribadian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
adalah karakter yang tidak dinilai. Jelasnya bahwa kepribadian yang telah terlibat dengan nilai-nilai budaya manusia ini maka terbentuklah watak. Konkritnya, bahwa setiap tingkah laku manusia termasuk penyesuaiannya di dalam masyarakat pasti berhadapan atau berdasarkan nilai-nilai tertentu. Misalnya seseorang memberi uang kepada pengemis, seseorang menolong temannya dan sebagainya. Socrates berpendapat tentang karakter yaitu “…identified virtue with ethical knowledge (specifically, with knowledge of which things are intrinsically good and intrinsically evil), and so maintained that the truly virtuous consistently act virtuously….”, Erik J. (2006: 462). Socrates menjelaskan bahwa kebajikan atau kebaikan itu berhubungan dengan pengetahuan etika yang dimiliki (khususnya dengan pengetahuan yang hal-hal yang baik dan jahat), dan mempertahankan bahwa benar-benar bertindak berbudi pekerti secara konsisten. Artinya perlu ada pemahaman dari manusia dalam melakukan kebaikan, sehingga mengerti baik dan buruk serta manusia harus bisa mempertahankan secara tetap. Pengertian di atas lebih lanjut dijelaskan Thomas Lickona mengenai unsurunsur untuk membentuk karakter yang baik. Menurut Thomas Lickona (1991: 51) sebagai berikut: Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior. Good character consists of knowing the good, desiring the good, and doing the good, habits of the mind, habits of the heart and habits of action. All three are necessary for leading a moral life; all three make up moral maturity. When we think about the kind of character we want to children , it’s clear that we want them to be able to judge what is right, car deeply about what is right, and then do what they believe to be right even in the face of pressure from without and temptation from within. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Dari penjelasan Thomas Lickona karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui moral yang baik terlebih dahulu, menginginkan orang berbuat baik dan melakukan kebiasaan baik dari pikiran dan kebiasaan tindakan. Ketiganya diperlukan untuk memimpin sebuah kehidupan moral serta membentuk kematangan moral ketika berpikir tentang jenis karakter, pengajar ingin anak-anak jelas bahwa ada keinginan mereka bisa menilai apa yang benar, kemudian mendalami tentang apa yang benar dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam. Menurut Thomas Lickona, (2004: 7) tentang karakter yang baik adalah sebagai berikut. The content of good character is virtue. Virtues such as honesty, justice, courage, and compassion are dispositions to behave in amorally good way. They are affirmed by societies and religions around the world. Because they are intrinsically good, they have a claim on our conscience. Virtues transcend time and culture (although their cultural expression may vary); justice and kindness, for example, will always and everywhere be virtues, regardless of how many people exhibit them. Thomas Lickona menekankan isi dari karakter yang baik adalah kebajikan. Kebajikan dapat dicontohkan dengan sikap kejujuran, keadilan, keberanian dan belas kasih adalah perilaku atau sikap yang baik. Dijelaskan juga secara terkandung bahwa dalam masyarakat dan nilai-nilai agama dapat mempengaruhi karakter, selanjutnya juga dikatakan kebajikan juga dapat muncul melalui budaya. Karakter baik perlu didukung dengan komponen-komponen, sehingga bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
menciptakan nilai-nilai yang baik. Menurut Thomas Lickona (1991: 53) komponen untuk membentuk karakter yang baik adalah sebagai berikut. Bagan Komponen Karakter Baik Thomas Lickona (1991:53)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Moral feeling
Moral knowing Kesadaran moral Mengetahui nilai moral Penentuan sudut pandang Penalaran moral Pengambilan keputusan Pengetahuan diri
1. Hati nurani 2. Penghargaan diri 3. Empati 4. Mencintai kebaikan 5. Kontrol diri 6. Kerendahan hati
Moral action 1. 2. 3.
Thomas
Lickona
Kompeten Aksi Kebiasaan
(1991:56-62),
menekankan
untuk
mendapatkan
pengetahuan yang baik tentang moral perlu adanya kesadaran moral, pengetahuan nilai-nilai moral, pengambilan sudut pandang, penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri adalah nilai yang dapat membentuk moral. Semua memberikan sumbangan penting ke sisi penanaman karakter. Hati nurani, harga diri, empati, mencintai, pengawasan diri yang baik, kerendahan hati ini membentuk sisi emosional dari diri moral kita. Jadi pengetahuan tentang kebaikan kemudian akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
menimbulkan komitmen atau niat terhadap kebaikan dan akhirnya benar-benar melakukan tindakan kebaikan. Dalam penjelasan bagan di atas pendidikan karakter menuju terbentuknya moral yang baik dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Moral knowing atau learning to know Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal, siswa secara logis dan rasional mengerti pentingnya akhak mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan. 2. Moral loving atau moral feeling Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran guru adalah dimensi emosional siswa, hati atau jiwa. Guru menyentuh emosi siswa sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan. 3. Moral doing atau learning to do Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa mempraktikkan nilainilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi semakin sopan, ramah, hormat, jujur, penyayang, displin, adil. Contoh atau teladan adalah guru yang paling baik dalam menanamkan nilai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Konsep pendidikan karakter juga disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu karakter adalah budi. Manusia menurut Ki Hadjar Dewantara, (1967: 70), adalah makhluk yang berbudi, sedangkan budi tidak lain artinya jiwa yang telah melalui batas kecerdasan yang tertentu, sehingga menunjukkan perbedaan yang tegas dengan jiwa makhluk lain (hewan). Jiwa manusia merupakan pembeda kekuatan-kekuatan, yang dikenal dengan sebutan konsep tri sakti. Ketiga kekuatan itu adalah fikiran, rasa dan kemauan atau cipta, rasa dan karsa. Tri sakti ini yang disebut Ki Hadjar Dewantara sebagai budi. Setiap manusia mempunyai sifat budinya masing-masing. Sifat yang tetap dan pasti serta karenanya disebut watak dan dalam bahasa dipakai perkataan budi pekerti dan itu lebih tegas karena pekerti berarti tenaga. Budi pekerti berarti mempunyai sifat dari budinya (batin) sampai pekertinya (lahir). Karakter dapat dilihat dari tingkah laku ketika orang berinteraksi, yang memiliki arti psikologis dan etis. Dalam arti psikologis, karakter adalah sifat-sifat yang demikian nampak dan seolah-olah mewakili pribadinya, sedangkan dalam arti etis, karakter harus mengenai nilai-nilai yang baik dan menunjukkan sifat-sifat yang selalu dapat dipercaya, sehingga orang berkarakter itu menunjukkan sifat mempunyai pendirian teguh, baik, terpuji dan dapat dipercaya. Berkarakter berarti memiliki prinsip dalam arti moral di mana perbuatannya atau tingkah lakunya dapat dipertanggungjawabkan dan teguh. Karakter dijabarkan oleh Ryan dan Bohlin yang dikutip Abdul Majid, (2011: 11), menjelaskan bahwa karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
kebaikan (knowing good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Karakter itu harus diketahui, dicintai dan dilakukan. Unsur-unsur tersebut kemudian dijabarkan sesuai dengan kemampuan masingmasing lembaga. Menurut Abdul Mujib (2006: 45), karakter adalah watak, perangai, sifat yang khas atau sifat yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan cirri untuk mengidentifikasikan seseorang. Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan, insting, refleks, kebiasaan, kecenderungan, perasaan, emosi, dan minat. Dengan demikian karakter merupakan ciri khas dari setiap pribadi yang berkaitan dengan jati diri, hati (batiniyah atau rohaniah), cara berfikir serta cara berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) dalam hidup seseorang yang harus memberikan respon atau jawaban terhadap lingkungan baik keluarga, masyarakat ataupun negara.
b) Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dimaknai sebagai keseluruhan dinamika rasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggungjawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka, (Sri Haryati, 2011: 5-6).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Jika dilihat dari kacamata sosiologi dan politis, pendidikan karakter merupakan kepentingan negara, karena negara berkepentingan agar individu dapat memiliki persiapan yang matang ketika harus masuk dalam kehidupan politik masyarakat normal dan wajar tanpa kesulitan. Tanpa persiapan diri untuk menjadi warga negara yang baik (good citizen), dia akan mengalami kesulitan, tidak mengerti hak dan kewajibannya sebagai warga negara, sehingga memiliki potensi menjadi pengganggu dinamika dan kemapanan masyarakat. Tokoh filsuf Jerman, Johann Herbart mengatakan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah perkembangan moral dan manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang baik, tetapi kalau moral dan pengetahuannya tidak dikembangkan, mereka akan cenderung membuat kesalahan, (Ari Benawa, 2010: 40-42). Tokoh pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara juga mengungkapkan pendapatnya tentang pendidikan karakter yaitu “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinya di depan memberi contoh atau teladan, di tengah ikut berkarya, dan di belakang ikut mendukung. Pendidikan
karakter
merupakan sebuah
keadaan
dinamis
stuktur
antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinisme kodratinya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mangatasi determinisme alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya terus-menerus. Karakter sekaligus berupa hasil dan proses dalam diri manusia yang sifatnya stabil dan dinamis untuk senantiasa berkembang maju mengatasi kekuarangan dan kelemahan dirinya, (Doni Koesoema, 2007 : 104). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Dalam
penerapannya
pendidikan
karakter
lebih
mengutamakan
pertumbuhan moral. Menurut Doni Koesoema, (2007: 136) pemikiran pendidikan karakter merupakan satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan perseorangan merupakan dua wajah pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan. Pendidikan dan pengajaran sangat lekat dengan karakter.
Menurut Ki
Fudyartanta, (2010: 283) pendidikan adalah suatu upaya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kualitas perilakunya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Jadi secara tersirat pendidikan itu telah bermuatan untuk menanamkan kesadaran terhadap semua nilai-nilai kebaikan dan keburukan, sehingga diharapkan para lulusannya meningkat perilaku baiknya dari waktu ke waktu dan perilaku yang buruk berkurang. Menurut Samsuri (2011: 8) pendidikan karakter hendaknya mencakup aspek pembentukan kepribadian yang membuat dimensi nilai-nilai kebajikan universal dan kesadaran kultural dimana norma-norma kehidupan itu tumbuh dan berkembang. Pendidikan karakter mampu membuat kesadaran individu untuk berperilaku dalam kehidupan sosial atau masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat Mastuhu (2003: 136) berpendapat bahwa pendidikan bisa mengembangkan human dignity yaitu harkat dan martabat manusia atau humaniziny human yaitu memanusiakan manusia sehingga benarbenar mampu menjadi khalifah di muka bumi. Sifat menghargai, toleransi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
mampu menjadi teladan baik merupakan ciri dari konsep yang diusung dari pendidikan karakter. Yudi Latief yang dikutip Sabar Budi Raharjo (2010: 232) berpendapat pendidikan karakter adalah suatu payung istilah yang menjelaskan berbagai aspek pengajaran
dan
pembelajaran
bagi
perkembangan
sosial.
Lebih
lanjut
dikemukakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu pendekatan holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dan sipil dari kehidupan peserta didik. Dalam pengertian makna pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila
dilihat
dari
standar
nasional
pendidikan
yang
menjadi
acuan
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan penerapan pembelajaran serta penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, Maksudin (2012: 4) menambahkan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan. Pendidikan karakter merupakan suatu penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri peserta didik yang tidak harus merupakan satu program atau pelajaran secara khusus. Pendidikan karakter di sekolah bisa efektif dan berjalan dengan baik apabila ada komponen yang menjadi bagian dalam sekolah. Menurut Risworth Kidder yang dikutip Abdul Majid (2011: 37-38), ada tujuh kualitas yang diperlukan dalam pendidikan karakter, yaitu empowered, effective, extended into community, embedded, engaged, epistemological dan evaluative. 1. Empowered (pemberdayaan). Guru harus mampu memberdayakan dirinya untuk mengajarkan pendidikan karakter dengan dimulai dari dirinya sendiri. 2. Effective, proses pendidikan harus dilaksanakan dengan efektif. 3. Extended into community, komunitas harus membantu dan mendukung sekolah dalam menanamkan nilai-nilai. 4. Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh rangkaian proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
5. Engaged, melibatkan komunitas dan menampilkan topik-topik yang cukup esensial. 6. Epistemological, harus ada koherensi antara cara berfikir makna etik dengan upaya yang dilakukan untuk membantu siswa menerapkannya secara benar. 7. Evaluative, menurut Kidder terdapat lima hal yang harus diwujudkan dalam menilai manusia berkarakter, yaitu: (a) diawali dengan kesadaran etik; (b) adanya kepercayaan diri untuk berpikir dan membuat keputusan tentang etik; (c) mempunyai kapasitas untuk menampilkan kepercayaan diri secara praktis dalam
kehidupan;
(d)
mempunyai
kapasitas
dalam
menggunakan
pengalaman praktis tersebut dalam sebuah komunitas; (e) mempunyai kapasitas untuk menjadi agen perubahan dalam merealisasikan ide-ide etik dan menciptakan suasana yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut Dasim Budimansyah dalam Abdul Majid (2011: 109-110) berpendapat bahwa program pendidikan karakter perlu dikembangkan dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. 1. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas terakhir SMP. Pendidikan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya satuan pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter bangsa dilakukan melalui kegiatan kurikuler setiap mata pelajaran, kurikuler dan ekstra kurikuler. Pembinaan karakter melalui kegiatan kurikuler mata pelajaran pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama harus sampai melahirkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect), sedangkan bagi mata pelajaran lain cukup melahirkan dampak pengiring. 3. Nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan (value is neither cought nour taught, it is learned) mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri dan diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar. Artinya adalah nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori dan prosedur ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran tertentu. 4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan guru. Guru menerapkan prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Prinsip tersebut hampir sama dengan pendapat Thomas Lickona. Menurut Lickona yang dikutip Maksudin (2012: 4), terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter berjalan efektif yaitu (1) kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kinerja pendukungnya sebagai pondasi karakter yang baik, (2) definisikan karakter secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan dan perilaku, (3) gunakan pendekatan yang komprehensif, disengaja dan proaktif dalam pengembangan karakter, (4) ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian, (5) beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral, (6) buat kurikulum akademik yang bermakna
dan
menantang
yang
menghormati
semua
peserta
didik,
mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil, (7) usahakan mendorong motivasi diri siswa. Selanjutnnya (8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral yang berbagi tanggungjawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk mematuhi nilai-nilai untuk
membimbing peserta didik,
(9) tumbuhkan
kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter, (10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter, (11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter dan sejauh mana siswa mengamalkan karakter yang baik. Dalam pendidikan karakter penting sekali dikembangkan nilai-nilai seperti kejujuran, kepedulian, keadilan, tanggungjawab dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagi basis gerakan karakter yang baik. Sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu dan menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antar manusia dengan mengaplikasikan di sekolah dan masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut pendidikan karakter adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai baik dalam diri peserta didik secara umum dan harus ada program pendukung baik dalam proses pembelajaran atau di luar proses tersebut.
2. Pendidikan Sekolah Tamansiswa a) Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan ialah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan (Ki Suratman, 1987: 12). Sedang yang
dimaksud
adab
kemanusiaan
adalah
tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia yang berkembang selama hidupnya. Artinya dalam upaya mencapai kepribadian seseorang atau karakter seseorang, maka adab kemanusiaan adalah tingkat yang tertinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Pendidikan dan pengajaran sebenarnya suatu upaya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kualitas perilakunya kearah yang lebih baik dan lebih maju. Jadi secara implisit pendidikan itu telah bermuatan untuk menanamkan kesadaran terhadap semua nilai-nilai kebaikan dan keburukan, sehingga diharapkan para lulusannya meningkat perilaku baiknya. Corak pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara haruslah bersifat nasional. Artinya secara nasional pendidikan harus memiliki corak yang sama dengan tidak mengabaikan budaya lokal. Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku, ras, dan agama hendaknya memiliki kesamaan corak dalam mengembangkan karakter anak bangsanya. Pendidikan yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah Pendidikan Nasional. Hal ini bisa diartikan bahwa perjuangan kemerdekaan bangsa harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsa itu. Hanya orang-orang yang berjiwa merdeka saja yang sanggup berjuang menuntut dan selanjutnya
mempertahankan
kemerdekaan. Syaratnya ialah Pendidikan
Nasional, dan pendidikan merdeka pada anak-anak yang akan dapat memberi bekal kuat untuk membangun karakter bangsa. Cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara disebutnya sebagai “peralatan pendidikan”. Menurut Ki Hadjar Dewantara cara mendidik itu amat banyak, tetapi terdapat beberapa cara yang patut diperhatikan, yaitu: a. Memberi contoh (voorbeelt) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
b. Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming) c. Pengajaran (wulang-wuruk) d. Laku (zelfbeheersching) e. Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa) (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 28). Ki Hadjar Dewantara sebagai seorang pendidik mengemukakan betapa pentingnya tiga pusat pendidikan ialah alam atau lingkungan keluarga, alam perguruan dan alam pemuda (Darsiti Soeratman, 1989: 6). Setiap pusat mempunyai tugas sendiri-sendiri tapi mempunyai tujuan yang sama. Sistem pendidikan dengan menggunakan pendekatan tiga pusat tersebut dinamakan Tripusat. Menurut Darsiti Soeratman, (1989: 7) tugas dari Tripusat atau tiga pusat pendidikan itu adalah sebagai berikut. 1. Alam keluarga, pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting. Tugasnya mendidik budi pekerti dan laku sosial, 2. Alam perguruan, pusat pendidikan yang berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberikan ilmu pengetahuan, 3. Alam pemuda, membantu pendidikan baik menuju kepada kecerdasan jiwa maupun budi pekerti. Daoed Joesoef (2007: 6) mengatakan bahwa Ki Hadjar Dewantara mengadopsi sistem pendidikannya ke tanah air ini dengan konsepnya education is part of culture, jadi yang diajarkan adalah culture atau kebudayaan. Tentu kebudayaan bukan dalam arti seni pertunjukan ketoprak atau ludruk. Sistem commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
pendidikan Indonesia yang ideal adalah yang menghamba pada pertumbuhan dan perkembangan anak didik sebagai warga negara Indonesia, oleh karena itu pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan pemikiran mendalam soal kebudayaan bangsanya. Kebudayaan adalah roh pendidikan dan menjadi ruang tempat proses demi proses pendidikan itu terjadi. Kebudayaan akan mengantar bangsa Indonesia pada dua arus utama, yakni pembangunan dan tuntutan peningkatan martabat manusia. Dalam konteks ini pendekatan pembangunan pendidikan hanya akan berhasil jika selalu ditempatkan dalam kerangka sitemik dan bukan ensiklopedik. Pada zaman sekarang ini sangat sulit mengajarkan setiap hal berdasarkan pendekatan fragmentaris belaka. Sebaliknya pendidikan seharusnya lebih diarahkan pada metodologi umum yang dapat membantu anak didik dalam mengorganisasi pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kegiatan.
b) Sekolah Tamansiswa Tamansiswa merupakan suatu badan perjuangan yang berjiwa nasional yaitu dengan ditandai suatu pergerakan sosial yang menggunakan kebudayaan sendiri sebagai dasar perjuangannya. Tamansiswa tidak hanya menghendaki pembentukan intelek saja, tetapi juga dan terutama pendidikan dalam arti pemeliharaan dan latihan susila, (Darsiti Soeratman, 1989: 96). Menurut Ki Soeratman (1982: 11), Tamansiswa adalah untuk mendidik agar anak didik menjadi manusia merdeka, manusia yang berjiwa merdeka. Maksudnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
adalah supaya ciptanya merdeka (pikiran), rasanya merdeka (batin) dan karsanya merdeka (karsa mendorong perbuatan-tenaga). Manusia merdeka merupakan tujuan Tamansiswa dan sekaligus menjadi salah satu ciri pendidikan Tamansiswa yaitu pendidikan merdeka. Ki Soeratman juga menyebutkan bahwa nasionalisme yang ada di dalam Tamansiswa adalah nasionalisme kultural yang selaras dengan kebutuhan masyarakat, maka cara memberikan pendidikan kebangsaan itu dilakukan melalui etik, sejarah kebudayaan, pelajaran bahasa, kesenian termasuk antara lain permainan, nyanyian, tarian dan musik serta kepemudaan. Dalam pengertian lain Tamansiswa sering disebut sebuah peguruan. Perguruan merupakan tempat tinggal guru dan juga tempat guru mendidik muridmuridnya (Pranata, 1959: 57). Istilah perguruan ini sengaja diambil untuk membedakannya dari kata sekolah yang pada masa itu merupakan tempat yang dalam perguruan muncul rasa kekeluargaan. Hubungan batin antara murid dengan guru dan murid dengan murid akan lebih erat. Tugas Tamansiswa adalah membina manusia-manusia merdeka, serta asas kebangsaannya, yang di Eropa dalam abad ke-19 dicerminkan oleh aliran liberalisme, mendapat ruang yang istimewa dalam semangat nasionalisme yang sedang berkobar-kobar dalam masyarakat Indonesia (Pranata, 1959: 58). Semangat nasionalisme inilah yang menjadi daya tarik orang-orang untuk masuk ke Tamansiswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Suharman (2005: 95) berpendapat bahwa setiap perguruan Tamansiswa dan setiap pamong mempunyai kebebasan untuk mencari dan mencoba menemukan dan menentukan sendiri teknik mendidik yang sesuai dengan garis kodrat pribadi masing-masing dengan keadaan setempat yang berbeda-beda, dengan ketentuan tidak mengingkari atau menyalahi asas dan tujuan Tamansiswa.
3. Pendidikan Pondok Pesantren a) Konsep Pendidikan Islam Islamisasi pengetahuan menurut Mujamil Qomar (2005: 223) adalah merupakan
respon
terhadap
keadaan
pengetahuan
yang
tersekulerkan,
terdikotomikan, dan terbaratkan, sehingga mengarah pada deislamisasi. Dengan kata lain islamisasi pengetahuan adalah bermaksud mengembalikan pengetahuan ke dalam pengaruh nilai-nilai Islam, sebagaimana yang terjadi pada zaman kejayaan Islam. Sistem pendidikan Islam ditawarkan sebagai alternatif bagi umat Islam ini merupakan koreksi selama ini terhadap sistem pendidikan yang berkembang dan yang pernah ada. Tidak menutup kemungkinan sistem pendidikan barat dapat diadaptasi tetapi tetap mengikuti petunjuk-petunjuk Islam. Dengan demikian identitas, karakter dan kemandirian sistem pendidikan Islam merupakan pola-pola dasar dari Islam yang dikembangkan untuk merangkai sistem pendidikan Islam itu sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Sisi lain dari konsep pendidikan Islam menurut Murray adalah sebagai berikut. One useful way to perceive educational trends in Indonesia, as well as in other Islamic societies, is from the vantage point of four goals on which an instructional system can focus. These are the goals (1) of producing good people (social/moral education); (2) of producing skilled communicators (basic education in reading, writing, speaking, listening, calculating); (3) of developing well-informed people who understand the physical and social universe (liberal or general education); and (4) of producing efficient worker (vocational education), (Thomas Murray, 1988: 897). Menurut Murray, salah satu cara yang berguna untuk melihat gaya pendidikan di Indonesia, serta dalam masyarakat Islam lainnya adalah dari sudut pandang empat gol atau empat tujuan di mana sebuah sistem instruksional dapat fokus. Tujuannya antara lain, (1) menghasilkan yang baik orang (pendidikan sosial atau moral), (2) menghasilkan komunikator yang terampil (pendidikan dasar dalam membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, menghitung), (3) dari berkembang baik informasi orang-orang yang memahami fisik dan sosial semesta (liberal atau pendidikan umum), dan (4) pekerja yang efisien menghasilkan (pendidikan kejuruan). Dalam penjelasan Murray ingin menjelaskan model pendidikan di Indonesia yang di dalamnya mempunyai tujuan menjadi manusia yang bermoral, mempunyai pemahaman kognitif yang baik, tidak tertinggal dan mempunyai ketrampilan. Model pendidikan yang diharapkan bukan hanya sekedar penguatan pemahaman kognitif saja, melainkan juga mengembangkan moral dan ketrampilan. Al Ghazali dengan hadist Rasulullah mengatakan, bahwa semua orang akan rusak kecuali orang yang berfikir (terpelajar), yang terpelajar akan rusak kecuali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
yang mengamalkan pengetahuannya, yang mengamalkan akan rusak kecuali yang menggunakan ketulusan. Maka Zamakhsyari Dhofier (1984: 21) mengatakan tujuan pendidikan Islam adalah memberikan moral, menghaluskan budi pekerti, meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Muhaimin (2002: 38) dalam konteks historik-sosiologik, pendidikan Islam pernah dimaknai sebagai pendidikan atau pengajaran keagamaan atau keislaman dalam rangka tarbiah al-muslimin (mendidik orang-orang Islam) untuk melengkapi dan membedakan dengan pendidikan sekuler (non keagamaan atau non keislaman). Misalnya adanya sistem pendidikan madrasah diniyah (sekolah agama sore hari) yang didirikan sebagai wahana penggalian, kajian dan penguasaan ilmu-ilmu keagamaan serta pengalaman ajaran agama Islam bagi para peserta didik muslim yang pada pagi harinya menempuh pendidikan yang didirikan oleh pemerintah kolonial Sistem pendidikan Islam semacam itu sampai sekarang ini masih tumbuh dan berkembang. Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan ketrampilan hidup orang Islam, (Muhaimin, 2002: 39). Selanjutnya menurut Jalaludin, (2001: 76) pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia. Jadi bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
disimpulkan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Islam bukan hanya berhenti pada munculnya perilaku untuk berbuat baik saja, tetapi pendidikan Islam haruslah didasarkan pada kesadaran ketuhanan yang kuat. Pendidikan karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan pendidikan karakter di dunia Barat. Menurut Abdul Majid perbedaan- perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama, aturan dan hukum dalam memperkuat moralitas dan penekanan pada pahala di akhirat sebagai motivasi berperilaku moral. Inti dari perbedaan-perbedaan tersebut adalah keberadaan wahyu Ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu dalam pendidikan karakter Islam, (2011: 58). b) Pengertian Pondok Pesantren Pesantren merupakan bagian dari infrastruktur masyarakat yang secara makro telah berperan menyadarkan komunitas masyarakat yang mempunyai idealisme, kemampuan intelektual, dan perilaku mulia (al-akhlaq al-karimah) guna menata dan membangun karakter bangsa yang paripurna. Definisi singkat istilah pondok adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kiai bersama para santrinya (Hasbullah, 1999: 142). Di Jawa, besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki tanah yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah kiai, termasuk perumahan kiai, gedung madrasah, lapangan olahraga, kantin, koperasi, lahan pertanian dan atau lahan pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kiai dan kadang-kadang oleh penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Kata pondok pesantren sendiri merupakan gabungan antara kata pondok dan pesantren. Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan agama Islam tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal. Marwan dalam Achmad Patoni (2007: 91) juga berpendapat bahwa pondok pesantren berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara bandongan dan sorogan dimana kiai mengajar santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang santri tinggal di pondok atau asrama. Metode sorogan merupakan suatu metode pengajaran yang bersifat individual, dimana santri belajar secara langsung dan berhadapan dengan kiai. dalam metode ini yang dilakukan santri adalah mereka membawa kitab tertentu kepada sang kiai dan membacanya dihadapan kiai. Selanjutnya, kiai mendengarkan bacaan santri dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
kalau dirasa perlu Dia membenarkan apa yang dibaca santri bila terjadi kesalahan. Berbeda dengan sistem sorogan, sistem bandongan merupakan metode pengajaran dimana kiai menghadapi santri secara klasikal yang masing-masing santri memegang kitab yang sama. Kiai membacakan, menerjemahkan dan menerangkan teks-teks Arab gundul (tanpa harakat), sedangkan santri menyimak. Pendapat lain sebuah lembaga yang bernama pondok pesantren adalah suatu komunitas tersendiri, di dalamnya hidup bersama-sama sejumlah orang yang dengan komitmen hati dan keikhlasan atau kerelaan mengikat diri dengan kiai, tuan guru, buya, ajengan atau nama lainnya untuk hidup bersama dengan standar moral tertentu, membentuk budaya tersendiri. Sebuah komunitas disebut pondok pesantren minimal ada kiai, masjid, asrama (pondok), pengajian kitab kuning atau naskah salaf tentang ilmu-ilmu keislaman, (Achmad Patoni, 2007: 92). Berdasarkan perspektif keterbukaan terhadap perubahan yang terjadi pondok pesantren dibagi menjadi salafi dan khalafi. Salafi tetap mengajarkan kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pengajarannya. Pondok pesantren khalafi telah memasukkan pelajaran umum dalam madrasah yang dikembangkannya atau membuka tipe-tipe sekolah umum dilingkungan pondok pesantren. Dari sisi pendidikan yang dikembangkan ada tiga tipe pondok pesantren. Pertama, memiliki santri yang belajar dan tinggal bersama kiai, kurikulum tergantung kiai dan pengajuan secara individual. Kedua, memiliki madrasah, kurikulum tertentu, pengajaran bersifat aplikasi, kiai memberikan pelajaran secara umum dalam rentang waktu tertentu, santri bertempat tinggal di asrama untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
mempelajari pengetahuan umum dan agama. Ketiga, hanya berupa asrama, santri belajar di sekolah, madrasah, bahkan perguruan tinggi, sementara kiai sebagai pengawas dan pembina mental. Menurut Mohammad Iskandar (2001: 91) pesantren pada dasarnya merupakan asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang dikenal dengan sebutan kiai atau ajegan. Unsur-unsur pesantren adalah masjid, pondok atau kobong, santri, pelajaran kitab-kitab Islam klasik yang sekarang dikenal dengan sebutan kitab-kitab kuning dan kiai. Biasanya letak asrama atau pondokan para santri tidak berjauhan dengan masjid dan rumah kiai. Menurut Sumarsono Mustoko (1986: 65) para santri yaitu murid-murid yang belajar, diasramakan dalam suatu kompleks yang dinamakan pondok. Pondok tersebut dapat dibangun atas biaya guru yang bersangkutan ataupun atas biaya bersama dari masyarakat desa pemeluk agama Islam. Pesantren tersebut disamping berfungsi sebagai pondok juga dapat digunakan bersama untuk diusahakan antara para guru dan santri. Zamakhsari Dhofier (1985: 51-52) membagi santri menjadi dua tipe. Pertama, santri mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok. Santri mukim yang paling lama tinggal disebuah pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggungjawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Kedua adalah santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka pulang-pergi dari rumahnya sendiri. Biasanya pada pesantren kecil santri kalong lebih banyak, sedangkan dalam pesantren besar santri mukim lebih banyak jumlahnya. Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok, (Dhofier, 1985:45). Orang tua membawa anaknya ke pondok pesantren untuk dua tujuan, yaitu untuk belajar dan tinggal di pesantren lebih murah serta juga dimata orang tua bisa memberi latihan disiplin (Pradjarta Dirdjosanjoto. 1999: 150). Kemandirian, kesetiakawanan, disiplin merupakan harapan hasil dari pendidikan di pondok pesantren. Harapan lain adalah supaya anak mereka bisa lebih mendalami dan menghayati nilai-nilai islam. Pendidikan yang murah dan harapan mulia menjadi daya tarik orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren. Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial dan penyiaran agama. Abuddin Nata (2001: 112) berpendapat sebagai lembaga pendidikan, pesantren menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi) dan pendidikan nonformal yang secara khusus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
mengajarkan agama yang sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ulama fikih, hadis, tafsir, tauhid dan tasawuf. Ronald Lukens (2010: 9) berpendapat tentang pendidikan di pesantren khususnya dalam kurikulum dan yang dikembangkan adalah sebagai berikut. The curriculum found in contemporary pesantren can be devided into four basic areas: religious education (ngaji), character development, vocational skills training and general education. The first three types of instruction are rigidly gender segregated. At some pesantren general education may be co-educational following the example of the government schools, thougt this has proven to be somewhat problematic. Religious education involves studying texts, which include the Qur’an, Hadith and the classical texts which include commentaries on scripute, expositions on mystic. Ronald Lukens berpendapat bahwa kurikulum ditemukan di pesantren kontemporer dapat dibagi menjadi empat bidang dasar antara lain pendidikan agama (ngaji), pengembangan karakter, pelatihan ketrampilan kejuruan dan pendidikan umum. Pada beberapa pendidikan dipesantren mengikuti contoh pendidikan pada umumnya di sekolah-sekolah. Dalam pendidikan agama memasukan pelajaran teks yang meliputi Al Qur’an, hadist dan teks klasik. Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi mereka. Sementara itu setiap hari menerima tamu yang datang dari masyarakat. Mereka datang untuk bersilaturahim, berkonsultasi, memohon doa, meminta nasihat dan sebagainya. Sebagai penyiaran agama Islam, masjid pesantren sering dipakai untuk majelis taklim (pengajian), diskusi keagamaan dan berdakwah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Sesuai dengan fungsinya pesantren memiliki prinsip-prinsip utama dalam menjalankan pendidikannya. Menurut Abuddin Nata (2001: 113) ada dua belas prinsip yang seharusnya dipegang teguh pesantren yaitu (1) theocentric (2) sukarela dalam pengabdian; (3) kearifan; (4) kesederhanaan; (5) kolektivitas; (6) mengatur kegiatan bersama; (7) kebebasan terpimpin; (8) kemandirian; (9) pesantren adalah tempat untuk mencari ilmu dan mengabdi; (10) mengamalkan ajaran agama; (11) belajar di pesantren bukan mencari ijazah; (12) restu kiai artinya semua perbuatan yang dilakukan setiap warga pesantren bergantung pada kerelaan dan doa kiai. Jadi bisa disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah tempat tinggal santri atau asrama santri yang digunakan dalam proses belajar agama, sosial, pendidikan dan sebagai pengembangan minat dan bakat santri.
c) Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Yayasan Ali Maksum dalam sejarah berdirinya tidak terlepas dari sejarah Pondok Pesantren Krapayak Yogyakarta dan al-maghfurlah KH. Ali Maksum. Pondok Pesantren Krapyak didirikan tahun 1910 oleh al-maghfurlah KH. M. Moenawwir, merupakan salah satu pesantren di Indonesia yang telah dikenal luas di berbagai kalangan. Hal tersebut disebabkan karena Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta telah mampu menunjukan perannya dalam membina umat, menyiapkan kader-kader bangsa yang memiliki kesatuan wawasan dan kedalaman ilmu dengan landasan keimanan dan ketakwaan yang baik, Tim Yayasan Pondok Pesantren Ali Maksum (2011: 5).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Arif Subhan (2003: 76) menyatakan bahwa Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
dikenal
sebagai
pesantren
Al
Quran
sehingga
mempunyai
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap KH. Munawir. Ketika tokoh ini tiada, sementara dikalangan anggota keluarga tidak ada yang memiliki kemampuan setara, maka reputasi pesantren mulai menurun. Dalam kondisi tersebut Ali Maksum tiba di Krapyak dengan mempertahankan ciri yang dikenal pesantren Al Quran. Ali Maksum mempertahankan ciri khas itu dan menambah sistem madrasah di lingkungan pesantren. Dengan adanya madrasah tidak mengurangi tradisi pondok pesantren yang sudah berjalan. Justru akan membentuk kepribadian dengan banyak faktor yang brepengaruh pada santri seperti faktor lingkungan dan keteladanan. Sekarang Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta berkembang cukup pesat. Madrasah dari tingkat paling bawah sampai tingkat tinggi ada dalam Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dari Miftahuddin, Grendi Hendrastomo dan Sudrajat yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta: Menggali Nilai-Nilai Moderasi Untuk Aksi Berbangsa dan Bernegara. Dalam penelitian ini dijelaskan implementasi pendidikan karakter di Pondok Pesantren Krapyak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Penelitian relevan lainnya salah satunya oleh Suharman, dengan judul NilaiNilai Kebangsaaan dalam Ajaran Tamansiswa dan Aktualisasinya di Bidang Pendidikan (Studi Kasus di SMA Taman Madya Yogyakarta). Penelitian ini menekankan pada pembentukan karakter dalam nilai-nilai kebangsaan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Dari dua penelitian tersebut penulis akan membahas pola pendidikan karakter yang terdapat di Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak, sehingga terdapat perbedaan dalam pengkajiannya.
C. Kerangka Berpikir Pendidikan karakter dibutuhkan untuk menumbuhkan moral atau karakter yang ada dalam lembaga pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman tentang pentingnya penerapan dan evaluasi dari pendidikan karakter. Pola pendidikan karakter di setiap lembaga pendidikan mempunyai ciri yang berbeda. Hal itu bisa dilihat dalam lembaga pendidikan Tamansiswa yaitu di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yaitu di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Pola pembetukan karakter yang diterapkan mempunyai pengaruh yang berbeda dan berkembang dengan ideologinya. Persepsi yang baik tentang pendidikan karakter akan mempermudah penerapan pendidikan karakter di sekolah. Siswa mempunyai respon dalam pola pengembangan pendidikan karakter dengan aktualisasi (pengamalan) dan persepsinya terhadap pembelajaran yang terdapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
disekolah masing-masing. Harapannya semua proses tersebut mempunyai keselarasan dengan tujuan pendidikan nasional.
Bagan Kerangka Pikir
Budaya sekolah
Grand Desain Pendidikan Karakter Bangsa
Pola pendidikan karakter di Tamansiswa
Pola pendidikan karakter di Pondok Pesantren Krapyak
Persepsi pengajar dan siswa tentang pendidikan karakter
Tujuan Pendidikan Nasional
Respon dan aktualisasi (pengamalan) nilai karakter pada siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Tempat dalam penelitian ini adalah di wilayah Yogyakarta. Objek penelitian yang diambil di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan November 2011 – Juni 2012. Adapun rincian waktu penelitian akan direncanakan sebagai berikut.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Jenis penelitian ini akan lebih memperjelas informasi kualitatif dengan deskripsi yang teliti, lebih bernuansa dan melihat aspek manusia secara lebih berisi atau substansial. Strategi yang dipilih adalah studi kasus ganda terpancang. Penelitian yang akan diteliti mempunyai sasaran (lokasi studi) lebih dari satu yang mempunyai perbedaan karakteristik dan sudah diarahkan atau ditentukan oleh peneliti.
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
C. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah informan, tempat dan peristiwa, dokumen atau arsip yang berhubungan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Data dan sumber data yang akan diteliti adalah sebagai berikut. 1. Informan atau nara sumber, yang terdiri dari pengelola sekolah, pengajar serta siswa atau peserta didik baik di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. 2. Tempat dan aktivitas dalam pembelajaran adalah perpustakaan, ruang kelas dan lingkungan sekolah di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. 3. Dokumen dan arsip terkait dengan Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
D. Teknik Sampling Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya dan lain-lainnya. Oleh karena itu cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling
(cuplikan)
dengan
criterion-based
selection
sebagaimana
dikemukakan oleh Goetz dan LeCompte (dalam Sutopo, 2006: 229). commit to user
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Purposive sampling digunakan untuk pertimbangan dapat memilih informan secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki tentang pola pendidikan karakter di Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Adapun informan yang direncanakan adalah pengelola sekolah, pengajar dan siswa yang terdapat di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Pada cuplikan yang bersifat internal diharapkan dapat mewakili informasi bukan populasinya. Dalam teknik cuplikan informan yang kecil bisa menjelaskan informasi tertentu secara lengkap dan benar daripada banyak informan dan nara sumber tetapi kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya. Sampling
dalam
penelitian
kualitatif
sifatnya
internal
mengarah
kepada
kemungkinan generalisasi teoritis. Dengan menerapkan strategi tersebut diharapkan mendapatkan data yang akurat dan reliable sehingga penelitian ini dapat berhasil memuaskan.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara atau teknik pengumpulan data tertentu. Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif deskriptif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
1. Observasi Langsung Pada penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi langsung dengan partisipasi aktif. Dalam observasi ini peneliti ikut dalam apa yang dilakukan nara sumber, tetapi tidak terlibat dalam semua kegiatannya. Observasi dilakukan dengan cara formal dan informal. 2. Wawancara Mendalam (in-depthinterviewing) Wawancara adalah percakapan tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005: 186). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Dengan menggunakan wawancara ini maka peneliti peneliti dapat mengajukan pertanyaan secara terfokus sehingga informasi yang bisa dikumpulkan terfokus dan semakin rinci atau mendalam. Kelonggaran dan kelenturan inilah yang akan mampu mengorek informasi dan kejujuran informan terkait dengan penerapan pola pendidikan karakter di Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak. Wawancara ini akan dilakukan pada semua informan yang terdiri dari Kepala Sekolah atau Pengurus Yayasan, Guru atau pengajar dan murid. 3. Mencatat Dokumen (content analysis) Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penerapan pola pendidikan karakter di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. F. Validitas Data Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan perlu dilakukan validitas data. Secara umum dalam penelitian kualitatif teknik pengembangan validitas data yang digunakan adalah teknik trianggulasi. Dalam penelitian ini teknik trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi data (data trianggulation), trianggulasi
peneliti
(investigator
triangulation),
trianggulasi
metode
(methodological trianggulation) dan trianggulasi teori (theoretical trianggulation). 1. Trianggulasi data (data trianggulation) Trianggulasi data atau sumber adalah teknik trianggulasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam penelitian ini data tentang kompetensi guru, pembelajaran sejarah, kendala-kendala yang dihadapi oleh guru, kompetensi siswa dan hasil yang dicapai oleh siswa yang dapat digali dari sumber data yang berbeda berupa informan/ narasumber, peristiwa/ aktivitas dan arsip/ dokumen. 2. Trianggulasi peneliti (investigator triangulation) Menurut Sutopo (2006: 96) yang dimaksud dengan Trianggulasi peneliti adalah hasil penelitian baik data atau pun simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti terhadap semua informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan yang berupa catatan, dan bahkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
sampai dengan simpulan-simpulan sementara, diharapkan bisa terjadi pertemuan pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantabkan hasil akhir penelitian. 3.
Trianggulasi metode (methodological trianggulation) Trianggulasi metode adalah teknik trianggulasi yang dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode yang berbeda. Data sejenis yang dikumpulkan dengan metode yang berbeda dibandingkan dan ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya (Sutopo, 2006: 95). Dalam penelitian ini data tentang kompetensi guru, pembelajaran sejarah, kendala-kendala yang dihadapi oleh guru, kompetensi siswa dan hasil yang dicapai oleh siswa yang dikumpulkan melalui observasi langsung dibandingkan dengan hasil wawancara dan mencatat dokumen. 4. Triangulasi teori (theoretical triangulation) Dalam trianggulasi teori peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini peneliti bisa membahas informasinya dengan teori-teori dari disiplin ilmu yang berbeda atau bisa dengan perspektif teori-teori yang berbeda tetapi masih dalam satu disiplin ilmu.
G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif proses analisis dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis dalam penelitian ini bersifat induktif yaitu teknik analisis yang tidak dimaksudkan untuk membuktikan suatu prediksi atau hipotesis penelitian, tetapi simpulan dan teori yang dihasilkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
berbentuk dari data yang dikumpulkan. Sifat analisis induktif menekankan pentingnya apa yang sebenarnya terjadi di lapangan yang bersifat khusus berdasarkan karakteristik konteksnya. Dalam penelitian ini analisis induktif yang digunakan adalah teknik analisis interaktif, yaitu setiap data yang diperoleh dari lapangan selalu dinteraksikan atau dibandingkan dengan unit data yang lain (Sutopo, 2006: 107). Dalam proses analisis interaktif terdapat tiga komponen yang harus dipahami oleh para peneliti yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data (4) penarikan simpulan/ verifikasi. 1. Pengumpulan data Dalam analisis data peneliti harus mengumpulkan data yang telah didapat sebelum direduksi. Data yang dikumpulkan bisa dari data lapangan (fieldnotes) termasuk data dari informan dan teori-teori yang berhubungan dengan tema yang diambil peneliti. 2. Reduksi data (data reduction) Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan data kasar yang ada dalam fieldnotes (catatan lapangan). Dalam proses reduksi data peneliti berusaha menggolongkan, menajamkan, mengarahkan dan membuang data lapangan yang tidak diperlukan. Selama pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dari catatan daya yang diperoleh dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti membuat coding, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
memusatkan tema, menentukan batas-batas permasalahan, dan juga menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung sampai laporan akhir penelitian disusun. 3. Sajian data (data display) Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data disusun berdasarkan pokok-pokok yang terdapat reduksi data dan disajikan dengan menggunakan
kalimat dan bahasa yang digunakan secara logis dan sistematis
sehingga mudah dipahami. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, agenda atau kegiatan, dan tabel sebagai pendukung narasinya. 4. Penarikan simpulan/ verifikasi (conclusion drawing/ verifying) Sejak tahap awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mulai memahami makna dari berbagai hal yang ditemukan, pernyataan-pernyataan, konfigurasikonfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dari berbagai porsi. Selanjutnya setelah verifikasi dilakukan penarikan simpulan. Untuk lebih jelas, proses model analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Gambar Model Analisis Interaktif Pengumpulan Data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan simpulan/ verifikasi Sumber: (Sutopo, 2006: 120)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Diskripsi Lokasi Penelitian a. Deskripsi SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terletak di jalan Tamansiswa No. 25 d, Yogyakarta. Sekolah ini masuk dalam kecamatan Mergangsan dan masuk dalam kota Yogyakarta. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terletak dalam komplek Tamansiswa Ibu Pawiyatan, yaitu tepatnya dibelakang Taman Dewasa (SMP) dan Taman Muda (SD) Ibu Pawiyatan. Letak dari yayasan Tamansiswa Ibu Pawiyatan sebelah samping kiri kira-kira 100 meter dari SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, (catatan lapangan nomor 12). Bagi pendatang baru dan belum hafal daerah Yogyakarta, maka untuk ke SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa ditempuh dengan naik bis dan kereta. Naik bis bisa turun di Terminal Giwangan dan selanjutnya naik bis Trans Jogja jalur 4A, kemudian turun di halte jalan Kusumanegaran. Setelah itu cukup jalan kaki ke SMA Taman Madya atau bisa naik becak karena jarak antara halte Trans Jogja dan sekolah cukup dekat. Tarif naik bis Trans Jogja cukup membayar Rp. 3000 untuk sekali jalan. Cara lain berkunjung ke SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa ditempuh dengan naik Kobutri 17 dan turun di depan Tamansiswa. Bagi pendatang dari luar daerah bisa menggunakan kereta. Lebih mudahnya turun di Stasiun Tugu, kemudian commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
naik bis Trans Jogja jalur 4A dan turun di halte Kusumanegaran. Naik becak atau jalan kaki untuk menuju ke SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan berdiri tahun 1941. Status dari SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah Terakreditasi A. Hal ini membuat kualitas sekolah ini cukup bagus. Dalam fasilitas fisik di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai 38 jenis ruang. Ruang tersebut terdiri dari ruang kelas belajar, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang administrasi, ruang perpustakaan, ruang kantin dan ruang laboratorium serta ruang aula yang dapat digunakan sebagai pengembangan siswa dalam menunjang proses pembelajaran. Ruang-ruang tersebut kondisinya masih cukup bagus. Ruang yang cukup banyak dan luas ternyata tidak diimbangi dengan jumlah siswanya yang cukup sedikit. Akhir-akhir ini SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mengalami penurunan peserta didik yang cukup drastis. Pada tahun akademik 2011/2012 hanya terdapat 6 kelas. Kelas X terdapat 2 kelas, kelas XI terdapat 2 kelas dan kelas XII juga terdapat 2 kelas, (catatan lapangan nomor 12). Dalam upaya mendukung kegiatan belajar mengajar SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan menyediakan sarana dan prasarana berupa gedung dan aula serta ruang laboratorium. Laboratorium yang digunakan adalah laboratorium IPA, bahasa dan komputer serta perpustakaan. Dalam bidang olahraga sekolah juga menyediakan lapangan olahraga meliputi lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan bola voli dan lapangan badminton. Lapangan sepak bola berada di depan sekolah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
sedangkan lapangan basket, lapangan voli dan lapangan badminton berada dalam sekolah. Dalam menjalankan ibadah terutama umat Islam disediakan Mushola untuk membina sikap ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Disediakan juga kantin untuk pamong, siswa dan karyawan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Untuk mengembangkan minat baca disediakan perpustakaan sekolah. Tempat parkir cukup luas dan dijaga oleh Satpam untuk keamanan dan kedisiplinan sekolah. Sarana yang cukup memadai ini menunjukkan bahwa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta secara fisik termasuk sekolah yang ideal. Artinya apabila sarana ini dimaksimalkan atau dimanfaatkan dengan baik maka dapat menunjang aktivitas siswa dengan optimal. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pendidik yang cukup baik. Guru di Tamansiswa biasanya disebut dengan pamong. Jumlah pamong yang ada di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan berjumlah 33 tenaga pendidik. Sebagian pamong aktif dalam pengembangan keilmuan, workshop, aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta ada yang menempuh studi lanjut (S2). Dari 33 pamong tersebut terdapat 4 pamong lulusan dari S2, terdapat 28 pamong lulusan S1 (sarjana) dan 1 pamong lulusan Diploma (D3). Adapun pamong yang sudah diangkat PNS berjumlah 3 orang, sedangkan yang guru tetap yayasan sebanyak 9 orang dan guru tidak tetap sebanyak 21 orang. Untuk mendukung kegiatan sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
maka dibantu 8 karyawan, (Dokumen Profil SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan 2012: 2). SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta mempunyai visi, misi dan tujuan sebagai langkah strategis untuk mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Menurut kurikulum SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta tahun 2011-2012 visi sekolah yaitu berwawasan kebangsaan, unggul dalam IPTEK berlandasan mutu religius untuk mewujudkan manusia berbudi pekerti luhur. Untuk mewujudkan visi tersebut maka SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta mempunyai misi antara lain sebagai berikut. a. Menciptakan
lingkungan
pembelajaran
yang
kondusif
dalam
upaya
meningkatkan mutu pembelajaran. b. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan dan bernalar sehat kepada para peserta didik, guru dan karyawan sehingga berkemauan kuat untuk terus maju. c. Meningkatkan komitmen seluruh tenaga kependidikan terhadap tugas pokok dan fungsinya. d. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dan administrasi sekolah. e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pendidikan, Sumber Daya Manusia (SDM) dalam upaya peningkatan mutu. Selain visi dan misi, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta mempunyai tujuan pendidikan yang menjadi harapan untuk mengembangkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
peserta didik. Adapun tujuan pendidikan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta adalah sebagai berikut. a. Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. b. Menanamkan sikap saling menghargai seni budaya dari berbagai daerah pada peserta didik untuk menciptakan persatuan bangsa. c. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas, dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni. d. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri. e. Menanamkan peserta didik sikap ulet dan gigih dalm berkompetisi, beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas. f. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau masuk dunia kerja, (Dokumen Kurikulum SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, 2012: 6). Untuk mendukung visi, misi dan tujuan pendidikan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan membuat kegiatan pengembangan diri atau kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dilaksanakan diluar jam kelas. Kegiatan pengembangan diri dalam stuktur kurikulum dilaksanakan 2 jam pelajaran, tetapi dalam pelaksanaannya lebih dari 2 jam pembelajaran karena kegiatan tersebut dilaksanakan diluar jam pembelajaran sekolah. Kegiatan pengembangan diri dalam SMA Taman Madya Ibu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Pawiyatan Yogyakarta meliputi seni karawitan seni theater, seni lukis, seni musik, olahraga basket, sepak bola, pencak silat, dan seni tari. Dalam kurikulum SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terdapat tiga pelajaran muatan lokal yaitu pendidikan ketamansiswaan, pendidikan budi pekerti dan pelajaran bahasa sastra dan budaya Jawa. Setiap pelajaran tersebut mempunyai alokasi waktu 1 jam pembelajaran setiap minggunya, baik di kelas X, kelas XI dan kelas XII.
b. Diskripsi Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Madrasah
Aliyah
Ali
Maksum
terletak
di
dusun
Krapyak,
desa
Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelah utara berbatasan dengan tapat batas kotamadya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Lokasi Madrasah Aliyah Ali Maksum berada di jalan K.H. Ali Maksum. Dusun Krapyak adalah salah satu dusun yang cukup maju dibandingkan dengan dusun-dusun lain yang berada di Desa Panggungharjo. Kemajuan tersebut tidak lepas dari berbagai faktor. Salah satunya adalah letak geografis yang cukup mendukung, yakni dekat dengan daerah perkotaan dan lembaga-lembaga pendidikan. Dengan demikian dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat, sosial, budaya dan status ekonominya. Daerah Dusun Krapyak mayoritas penduduknya beragama Islam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Bagi yang ingin berkunjung ke Pondok Pesantren Krapyak jika melalui bis, bisa turun di Terminal Giwangan, selanjutnya naik angkutan kota Kobutri jalur 16. Turun di daerah depan kompleks Pondok Pesantren Krapyak dan kemudian jalan kaki menuju ke MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Secara geografis jarak Dusun Krapyak dengan Kantor Desa Panggungharjo sekitar 1,5 kilometer, jarak dengan Kecamatan Kota sekitar 2,5 kilometer dan dengan Kantor Kabupaten 8 kilometer serta dengan Kantor Propinsi berjarak 3 kilometer. Dengan letak geografis cukup strategis, Dusun Krapyak cukup dikenal oleh masyarakat di Yogyakarta dan sekitarnya. Fakta pendukung lainnya adalah terdapat lembaga-lembaga pendidikan baik keagamaan (pondok pesantren) maupun umum yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Madrasah Aliyah Ali Maksum berdiri tahun 1962. Kepemimpinan di Madrasah Aliyah mengalami 4 periodesasi yaitu periode K.H. Ali Maksum, periode Drs. K.H. Muhammad Hasbullah Abdus Syakur, SH, periode Drs. K.H. Asyhari Abdullah Tamrin, M.Pd.I dan sekarang periode Dr. H. Hilmy Muhammad, MA. Dalam 4 periode yang telah dijalankan Madrasah Aliyah Ali Maksum mengalami perkembangan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Lingkungan sekitar MA Ali Maksum sangat berdekatan dengan rumah kiai atau bahkan pengajar. Rumah K.H. Attabik Ali yaitu putra K.H. Ali Maksum dan sekarang menjadi Ketua Yayasan Ali Maksum sekaligus menjadi pengasuh Pondok Pesantren Krapyak berada di barat depan pintu gerbang asrama putri. Putra dan putri K.H. Ali Maksum tinggal di komplek Madrasah Aliyah Ali Maksum. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Terdapat bangunan yang menarik di sebelah selatan pondok pesantren Krapyak yaitu bangunan Gedung Menjangan. Gedung ini dinamakan Gedung Menjangan karena di sekitar gedung dulunya adalah hutan belantara dan gedung ini digunakan oleh para pangeran dan keluarga kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai tempat berburu menjangan. Gedung ini kemudian dijadikan sebagai lambang logo Yayasan Ali Maksum. Secara umum kondisi pergedungan (fisik) di Madrasah Aliyah Ali Maksum memadai. Gedung yang dimiliki adalah berlantai satu, berlantai dua dan berlantai empat. Semuanya dignakan untuk sarana belajar dan sarana perkantoran. Gedung Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak yang dipakai untuk kegiatan belajar mengajar ada dalam empat lokasi. Gedung (sarana belajar) khusus putri yang berada di komplek terdiri dari 8 lokal, sedangkan khusus putra ada 10 lokal. Gedung atau ruang kelas yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar sebanyak 20 buah. Gedung perkantoran meliputi ruang kepala madrasah, ruang wakil kepala madrasah, ruang Tata Usaha (TU), ruang guru berada dalam satu komplek sedangkan ruang perpustakaan sementara berada di komplek Madrasah Diniyah
karena untuk sementara baru dibangun perpustakaan baru, (catatan
lapangan nomor 1). Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah salah satu unit di bidang pendidikan formal dalam lingkungan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Departemen Agama bagian Kepala Bidang Perguruan Agama Islam. Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan pendidikan formal, maka Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum mempunyai visi dan misi adalah sebagai berikut. Sebagai lembaga pendidikan formal, Madrasah Aliyah Ali Maksum mempunyai visi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan jati diri manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggungjawab keagamaan, kemasyarakatan dan kebangsaan. Misi dari Madrasah Aliyah Ali MAksum Krapyak Yogyakarta sebagai suatu lembaga pendidikan formal adalah sebagai berikut. a) Mampu mengaplikasikan diri menjadi Madrasah Aliyah unggulan. b) Mempersiapkan para siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi baik negeri maupun dalam negeri. c) Menyiapkan siswa agar mampun mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dijiwai dengan nilai-nilai Islam. d) Menyiapkan siswa agar mendapat bekal ilmu pengetahuan agama Islam yang memadai sesuai dengan tradisi ilmu kepesantrenan. e) Mampu mempersiapkan alumninya berkiprah di masyarakat sebagai panutan yang mempunyai jiwa pengabdian dan mampu menjawab tantangan zaman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
f) Peningkatan sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas internal maupun eksternal. g) Peningkatan pelayanan masyarakat baik mental spiritual maupun kehidupan sosial. h) Menyiapkan dan melatih siswa agar trampil berbahasa asing (bahasa Arab dan Inggris) baik lisan maupun tulisan. (Dokumen Buku Pedoman MA Ali Maksum, 2011: 9-10). Dalam bidang pendidikan dan pengajaran MA Ali Maksum mempunyai kurikulum, waktu belajar dan program belajar. Kurikulum yang diterapkan di MA Ali Maksum yaitu menggunakan pola kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama dan kurikulum kepesantrenan dengan waktu belajar mulai jam 07.00 sampai 21.30 WIB. Melalui berbagai macam kajian dan bimbingan, para siswa diberi kesempatan dan kebebasan memilih program yang ada, yaitu program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Program Ilmu Keagamaan. Semuanya dibimbing dan diarahkan oleh tenaga pendidik yang sesuai dengan bidangnya. Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum mempunyai 67 pendidik (guru). Guru PNS yang diperbantukan tetap sejumlah 13 guru, guru tetap yayasan sejumlah 17 pendidik (guru) dan guru tidak tetap sejumlah 37 orang. Siswa MA Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta ini dikenal juga dengan istilah santri. Dengan demikian mereka mempunyai dua status, yaitu sebagai siswa sekaligus sebagai santri, karena selain mengikuti pelajaran sekolah, mereka juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
mengikuti kegiatan-kegiatan pondok pesantren yakni kajian kitab kuning, seperti kitab tafsir, fikih, hadist, tasawuf, akhlak dan sebagainya. Sebagian besar santri bertempat tinggal (bermukim) di asrama pondok pesantren karena kebanyakan dari mereka berasal dari luar Yogyakarta. Para santri atau siswa dalam kesehariannya di MA Pondok Pesantren Krapyak didukung kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan agar siswa lebih memperkaya dan memperluas wawasan, mendorong pembinaan nilai dan sikap, serta memungkinkan penerapan lebih lanjut pengetahuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum, baik program inti maupun program khusus. Adapun bentuk kegiatan ekstrakurikuler di MA Ali Maksum adalah pencak silat LPSNU Pagar Nusa, komputer, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), seni baca Al Qur’an, seni kaligrafi, tata boga dan Palang Merah Remaja (PMR).
2. Sajian Data a. Pola Penerapan Pendidikan Karakter Pembangunan karakter bangsa harus diaktualisasikan atau diamalkan secara nyata dalam bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan karakter bangsa harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif salah satunya melalui satuan pendidikan. Satuan pendidikan mempunyai potensi yang sangat besar dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
membentuk karakter siswa. Dalam pembentukan karakter, masing-masing sekolah mempunyai pola tersendiri untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia atau yang berbudi pekerti luhur. Berikut adalah pola yang ditemukan dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
1) Pola Penerapan Pendidikan Karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang sangat potensial untuk pengembangan pendidikan karakter. Dari beberapa pendapat pola penerapan pendidikan karakter
di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa
dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, proses kegiatan belajar mengajar, budaya sekolah, lingkungan yang kondusif dan keteladanan pamong ataupun pelajaran-pelajaran yang bisa memberikan pemahaman dan dorongan untuk berbuat baik. Hal tersebut salah satunya disampaikan oleh Ki Amin Priyanta yang berpendapat: Ada pelajaran ketamansiswaan, pelajaran budi pekerti luhur, pelajaran agama dan semua pelajaran juga mengajarkan pendidikan karakter. Kalau yang lebih khusus memang budi pekerti, ketamansiswaan dan agama. Selain itu kegiatan yang mendukung adalah kegiatan ekstrakurikuler. (Catatan lapangan nomor 13). Dari pernyataan di atas dijelaskan bahwa pola pendidikan karakter yang diterapkan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa melalui pelajaran ketamansiswaan, pelajaran budi pekerti luhur dan pelajaran agama. Lebih lanjut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
dijelaskan bahwa semua pelajaran juga berpotensi bisa mengajarkan karakter. Untuk pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti lebih menekankan kepada pembentukan karakter. Konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara menjadi dasar pengembangan pelajaran tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler yang diselanggarakan di sekolah juga dapat mengembangkan karakter siswa. Kegiatan tersebut meliputi Persatuan Pelajar Tamansiswa (PPTS), seni karawitan, seni teater, seni lukis, seni musik, olahraga basket, olahraga sepak bola, pencak silat dan seni tari. Dengan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam diharapkan siswa dapat memilih secara bebas sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam kegiatan tersebut karakter siswa bisa diaktualisasikan atau diamalkan melalui tindakan atau sikap. Pendapat lain mengenai pola pedidikan karakter juga disampaikan oleh Ki Murni yang berpendapat sebagai berikut. Hubungannya dengan pendidikan karakter di Tamansiswa mengedepankan kemerdekaan. Pamong dituntut untuk memberikan teladan dan menjadi contoh yang baik bagi para siswa. (Catatan lapangan nomor 15). Ki Murni menjelaskan bahwa di Tamansiswa menekankan kepada kemerdekaan kepada siswa. Pamong mempunyai peran untuk bisa memberikan teladan dan harus bisa menjadi contoh yang baik untuk para siswa. Hal tersebut tidak terlepas dari sistem among yang diterapkan di Taman siswa. Dengan sistem among diharapkan bisa mendorong siswa untuk bisa menemukan jati dirinya dan berbudi pekerti luhur. Peran pamong seharusnya bisa sebagai memberi teladan (ing commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
ngarsa sung tulada) dan mampu memberi motivasi (ing madya mangun karsa), serta mampu memberi dorongan (tut wuri handayani). Pernyataan Ki Murni berhubungan dengan pendapat Nyi Endang. Nyi Endang memaparkan: Bersikap laku among yaitu selalu menjadi teladan (ing ngarsa sung tuladha), selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan selalu memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani). (Catatan lapangan nomor 17). Berdasarkan keterangan di atas didapatkan gambaran pentingnya pamong dalam proses pembelajaran. Sistem among akan berjalan dengan baik apabila pamong bisa menempatkan dirinya sebagai teladan (ing ngarsa sung tuladha), selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan selalu memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani). Dalam proses pembelajaran Ki Ribut mempunyai sudut pandang lain untuk memasukkan nilai-nilai budi pekerti kepada siswa. Ki Ribut selaku pamong pelajaran Agama Islam berpendapat sebagai berikut. Dalam penerapanya pendidikan karakter disisipkan dalam setiap kompetensi dasar. Dalam pelajaran Agama Islam nilai-nilai perlu disampaikan karena dalam agama Islam terkandung banyak nasehat yang harus diberikan kepada siswa. (Catatan lapangan nomor 14). Pamong memegang kendali proses pembelajaran dalam kelas. Setiap kompetensi diharapkan mampu memberikan inspirasi, motivasi untuk meningkatkan belajar dan membentuk karakter siswa. Pelajaran Agama Islam merupakan pelajaran yang strategis untuk bisa memasukkan pendidikan karakter kepada siswa. Dalam pelajaran Agama Islam banyak nasehat-nasehat dan keyakinan yang harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
disampaikan kepada siswa. Dalam keberhasilan itu tergantung dari pamong yang bersangkutan apakah mampu untuk memberikan pendidikan nilai dalam kelas. Salah satu metode yang diterapkan Tamansiswa adalah memasukkan pendidikan karakter melalui kebijakan kurikulum. Menurut kurikulum di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan memasukkan pelajaran budi pekerti dan ketamansiswaan. Secara umum pendidikan ketamansiswaan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada seluruh peserta didik sebagai bekal agar mereka mengetahui dan dapat meneruskan apa yang menjadi ajaran Ki Hadjar Dewantara. Untuk pendidikan budi pekerti penting diajarkan dalam Tamansiswa karena dalam rangka membentengi diri dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya luhur bangsa Indonesia dan membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur. Menurut Ibu Sri Sukamti berpendapat sebagai berikut. Pelajaran budi pekerti memberikan konsep psikologi dan tata krama dengan menyerap tradisi Jawa ataupun ajaran Ki Hadjar Dewantara. Misalnya ajaran Tri N dari Ki Hadjar Dewantara yaitu niteni, niroke dan nambahi atau mengingat, menirukan dan menambahkan. (Catatan lapangan nomor 16). Berdasarkan pemaparan di atas, pelajaran budi pekerti memberikan pemahaman psikologi dan tata karma yang berkaitan erat dengan tradisi Jawa dan ajaran Ki Hadjar Dewantara. Konsep budaya lokal ini akan memberikan pemahaman siswa dalam bersikap dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam pembelajaran Ibu Sri Sukamti selalu menggunakan pendekatan psikologi kepada muridnya. Harapannya siswa mampu mendapatkan konsep-konsep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
dasar untuk bersikap baik. Salah satu konsep dari ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah niteni, niroke dan nambahi atau mengingat, menirukan dan menambahkan. Dalam pelajaran misalnya, siswa diajarkan untuk bisa mengingat hal-hal yang baik, kemudian mereka tirukan dalam kehidupannya. Setelah itu, mereka tambahkan atau tingkatkan sesuai dengan kemampuannya. Konsep ini sangat baik untuk pemahaman dan mendorong siswa untuk menerapkan konsep yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara. Kegiatan sekolah baik dalam pembelajaran atau di luar jam pembelajaran memberikan sedikit gambaran bahwa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai langkah atau pola yang matang dalam mengembangkan pendidikan karakter di sekolah. Konsep yang sudah menyatu dengan tujuan pendidikan dapat diintegrasikan dalam sebuah kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau di luar kelas.
2) Pola Pendidikan Karakter di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Madrasah Aliyah Ali Maksum merupakan sekolah berbasis pesantren yang mempunyai hubungan erat dengan agama Islam. Sekolah ini merupakan lembaga pendidikan setingkat SMA. Dalam penerapan pendidikan, tidak jauh berbeda dengan sekolah atau SMA pada umumnya. Pembeda Madrasah Aliyah Ali Maksum dengan sekolah lain adalah dengan dimasukkannya nilai-nilai agama Islam dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
pelajaran serta kegiatan diintegrasikan dengan pendidikan atau kegiatan di pondok pesantren. Seperti yang diungkapkan Ibu Suryani sebagai berikut. Kalau di Madrasah Aliyah Ali Maksum ditekankan pada pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim serta pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Akan tetapi pendidikan karakter sekarang lebih dikembangkan dan bisa dimasukkan kepada semua pelajaran yang diajarkan. Misalnya dalam pembelajaran dalam madrasah, guru membuka salam dalam pelajaran terdapat nilai-nilai religius. (Catatan lapangan 2). Dalam penjelasan di atas dapat digambarkan bahwa pendidikan karakter yang dikembangkan Madrasah Aliyah Ali Maksum ditekankan kepada pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim serta pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Lebih lanjut menurut Ibu Nani menjelaskan, seharusnya pendidikan karakter itu dapat dimasukkan dalam semua pelajaran dan tidak tergantung ketiga pelajaran tersebut. Misalnya, dengan guru membuka pelajaran mengucapkan salam sebelum dan sesudah pelajaran dapat menyampaikan nilai-nilai yang religius kepada siswa. Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sudah dilengkapi dengan penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap pengajar juga mempunyai lembar observasi atau pengamatan tentang akhlak mulia sehingga pengajar bisa menilai sikap siswa dalam proses pembelajaran. Apabila siswa mempunyai nilai tinggi akan tetapi akhlaknya rendah maka akan dipertimbangkan siswa tersebut bisa lulus dan atau tidak. Pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim merupakan sebuah pelajaran yang tergabung dalam kurikulum di MA Ali Maksum. Tujuan dimasukkannya pelajaran tersebut adalah untuk membentuk akhlak mulia dalam diri siswa sesuai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
landasan dasar agama Islam. Pernyataan ini berkaitan dengan pendapat Bapak Asyhari Abta selaku kepala MA Ali Maksum. Pendapat Bapak Asyhari sebagai berikut. Disamping pelajaran yang mendukung pendidikan karakter, Kitab Kuning yang diajarkan seperti akhlak taklim yaitu etika guru terhadap murid, etika terhadap ilmu dan sebagainya. Contohnya ketika membawa kitab itu diletakkan yang baik dan tempat yang tinggi. Dengan sikap seperti itu kita bisa menghargai ilmu. (Catatan lapangan nomor 9). Kitab kuning merupakan kitab yang dipelajari santri di madrasah yang memuat ajaran-ajaran Islam. Biasanya kertas-kertas pada kitab yang dikaji sudah lama usianya akan berubah menjadi kuning, oleh karenanya istilah kitab kuning ini muncul. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh pesantren untuk membekali para calon ulama atau pemuka agama akan keilmuan Islam yang kelak akan diserukan atau ditransfer kepada masyarakat. Dalam kitab kuning juga didalamnya terdapat etika-etika Islam. Salah satu yang diajarkan adalah akhlak taklim yaitu berisi etika guru kepada siswa. Contoh yang bisa dilihat dalam kegiatan sehari-hari adalah ketika santri membawa kitab, santri selalu menempatkannya dalam tempat yang baik dan tinggi. Dengan sikap ini santri diharapkan bisa menghargai ilmu. Kegiatan di pondok pesantren mempunyai potensi untuk mengembangkan pendidikan karakter. Hal tersebut disampaikan oleh saudara Suhendar selaku pembimbing dan pengajar di Pondok Pesantren Krapyak. Saudara Suhendar berpendapat sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Untuk pergaulan dibatasi. Anak dilarang membawa alat komunikasi, membawa kendaraan, alat komunikasi, laptop dan melihat televisi dibatasi yaitu hanya malam jumat. Tapi, dari pihak pondok pesantren memberikan solusi. Hal ini untuk melatih santri untuk mandiri, tanggungjawab, sederhana dan sebagainya. Secara umum pondok pesantren itu mengarahkan santri untuk mempunyai akhlak yang baik, apalagi pada zaman sekarang. (Catatan lapangan nomor 8). Dari pernyataan di atas bisa diterjemahkan bahwa pengembangan karakter siswa juga terintegrasi dengan kegiatan di pondok pesantren. Setelah pulang sekolah maka siswa atau santri wajib mengikuti kegiatan pondok pesantren, (lihat tabel 4 dalam pembahasan, hlm: 111). Untuk membatasi pergaulan siswa maka dibuat larangan seperti dilarang membawa kendaraan, laptop, alat komunikasi dan melihat televisi. Tujuannnya adalah untuk melatih siswa atau santri untuk bersikap mandiri, disiplin, tanggungjawab dan sederhana. Pembiasaan atau pembudayaan tersebut akan membentuk karakter-karakter yang tidak menggantungkan hidupnya dengan teknologi. Pembatasan ini bukan untuk mempersulit siswa, akan tetapi membelajarkan siswa untuk hidup mandiri, tanggungjawab, dan sederhana. Dengan pola inilah diharapkan siswa mampu membatasi dirinya untuk berperilaku di lingkungan sekolah dan masyarakat sebagai upaya pembelajaran bagi siswa. Sudut pandang yang lain adalah adanya hubungan baik yang terjalin antara guru dan siswa. Bapak Asyhari berpendapat “…di pondok pesantren yang menjadi kunci adalah mengharapkan ridho guru. Budaya menghormati guru atau kiai sangat erat sekali….” (Catatan lapangan nomor 9). Dari pendapat tersebut bisa digambarkan bahwa salah satu kunci keberhasilan adalah dengan keteladanan. Di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
MA Ali Maksum guru atau kiai sangat dihormati siswa. Adanya sikap siswa menghormati dan patuh kepada guru merupakan sebuah budaya atau pembiasaan di Pondok Pesantren Krapyak. Salah satu bentuk penghormatannya adalah siswa mencium tangan kiai ketika bertemu dan mengikuti amalan atau ajaran yang diajarkan oleh guru atau kiai. Bapak Nandar mempunyai perspektif yang berbeda mengenai pola penerapan pendidikan karakter di MA Ali Maksum. Bapak Nandar berpendapat: Pendidikan karakter merupakan kesatuan dalam pendidikan. Oleh karenanya dibentuk tata tertib untuk mendukung pembentukan karakter yang baik. Guru BK sebagai pendamping siswa atau santri untuk menaati tata tertib yang ada di madrasah. (Catatan lapangan nomor 4). Tata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sekolah. Tata tertib dibuat dengan harapan untuk membatasi siswa dalam melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Peran guru Bimbingan Konseling (BK) salah satunya adalah sebagai koordinator sekaligus pendamping dan memberi pengarahan kepada siswa atau santri untuk selalu menaati tata tertib yang diterapkan di madrasah. Apabila ada pelanggaran maka sudah ada hukuman untuk membuat siswa jera atas perbuatannya. Berkaitan dengan tata tertib setiap siswa dibagikan buku pedoman yang berisi tentang tata tertib sekolah, jenis-jenis pelanggaran beserta hukumannya. Sosialisasi awal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa untuk bisa lebih teratur dan tertib dalam sekolah. Dengan langkah ini setidaknya ada antisipasi yang diberikan dari sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Pola lain yang bisa membentuk karakter siswa adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Lebih lanjut Bapak Nandar berpendapat karakter bisa muncul dari kegiatan ekstrakurikuler. Menurutnya, “…pembentukan karakter bisa juga muncul dalam kegiatan ekstrakurikuler salah satunya KIR, sepak bola, dan pembentukan karakter yang paling kuat terdapat di pondok pesantrennya….” (catatan lapangan nomor 4). Menurut Bapak Nandar kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana untuk mengembangkan karakter pada siswa. Kegiatan ekstrakurikuler di Madrasah Aliyah Ali Masksum bisa membantu siswa untuk mengembangkan minatnya. Dengan mengikuti kegiatan tersebut siswa bisa berekspresi tanpa adanya suatu tekanan. Banyak jenis kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dikembangkan atau mempunyai potensi karakter yang bisa dikembangkan anak. Lebih lanjut dijelaskan bahwa budaya dan kegiatan yang dilaksanakan di pondok pesantren bisa membentuk karakter siswa. MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak menggunakan model penggabungan pembelajaran antara kegiatan di madrasah dengan kegiatan di pondok pesantren. Kegiatan di pondok pesantren terjadwal sebelum dan sesudah siswa belajar di madrasah. Kegiatan ini terprogram dan wajib diikuti oleh semua siswa. Setiap kegiatan mempunyai nilainilai yang bisa dikembangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
b. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendidikan Karakter Kebutuhan anak bangsa untuk memperoleh pendidikan karakter semakin penting, mengingat akhir-akhir ini banyak tuntutan kepada sekolah untuk mamasukkan pendidikan karakter. Dalam pelakasanaannya perlu didukung oleh semua komponen sekolah, salah satunya pengajar dan siswa. Sebagai praktisi pendidikan setiap guru seharusnya dapat memahami pendidikan karakter, karena kurikulum merupakan sumber acuan penyelenggaraan pendidikan maupun pembelajaran. Persepsi guru tentang pendidikan karakter merupakan salah satu aspek yang akan ikut mewarnai proses pembelajaran. Proses pembelajaran juga tidak terlepas dari peran siswa sebagai subyek yang dipengaruhi. Siswa juga perlu memberikan persepsinya terhadap pola karakter yang berjalan di sekolah. Dalam membahas pendidikan karakter di sekolah, berikut adalah berbagai pandangan yang dikemukakan oleh pengajar dan siswa khususnya di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
1) Persepsi Pengajar dan Siswa tentang Pendidikan Karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta Pemahaman pengajar terhadap pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki oleh masing-masing guru. Artinya, seberapa baik pemahaman guru terhadap pendidikan karakter akan kembali kepada guru tersebut untuk menerapkan yang diketahuinya. Semakin baik persepsi guru terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
pendidikan karakter, maka dapat diperkirakan semakin baik pula penyampaian atau penerapan pendidikan karakter itu dilaksanakan di dalam kelas. Proses penerapan pendidikan karakter juga tidak terlepas dari siswa. Pemahaman siswa diperlukan untuk mengetahui lebih jelas terkait pola penerapan pendidikan karakter yang sudah berjalan. Dari hasil temuan di lapangan melalui wawancara mendalam dan observasi di lapangan dapat dikatakan bahwa pada dasarnya para pengajar di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta mempunyai persepsi yang cukup bagus mengenai pendidikan karakter. Hal itu bisa tercermin
dari
pernyataan-pernyataan
yang
dikemukakan
ketika
peneliti
mewawancarainya. Selain itu, bisa juga dilihat dari tindakan-tindakan ketika guru berada di dalam dan di luar kelas. Terkait dengan pengertian pendidikan karakter, Nyi Endang selaku pamong ketamansiswaan menyatakan bahwa pendidikan karakter relevan dengan pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti. Beliau berpendapat “…pendidikan karakter adalah cara berpikir, cara memilih yang baik, benar, adil serta indah dan cara menetapkan keinginan yang diwujudkan dalam sikap dan tingkah laku seharihari….” (catatan lapangan nomor 17). Menurut pendapat di atas disebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan universal, mencakup cipta, rasa dan karsa seperti yang diungkapkan oleh Ki Soeratman. Ki Soeratman mengungkapkan Tamansiswa adalah untuk mendidik agar anak didik menjadi manusia merdeka, manusia yang berjiwa merdeka. Maksudnya adalah agar supaya ciptanya merdeka (pikiran), rasanya merdeka (batin) dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
karsanya merdeka (karsa mendorong perbuatan). Manusia merdeka merupakan tujuan Tamansiswa dan sekaligus menjadi salah satu ciri pendidikan Tamansiswa yaitu pendidikan merdeka. Dalam kurikulum pendidikan sekarang guru atau pamong dituntut untuk memasukkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Hal ini selaras dengan pasal 1 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Dengan demikian pendidikan tidak hanya membentuk insan cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter kuat dan berakhlak mulia yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Untuk membentuk karakter yang cerdas, berkarakter kuat dan berakhlak mulia sekolah Tamansiswa mempunyai cara yang sudah dikembangkan dalam sekolahnya. Pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah Tamansiswa khususnya di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan sekolah lain. Konsep pendidikan karakter sudah berjalan sejak lama di Tamansiswa dengan konsep dari ajaran Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan karakter yang dimaksud di sini adalah budi pekerti luhur. Pelajaran budi pekerti luhur sudah diajarkan sejak lama ketika Tamansiswa muncul. Hal tersebut senada dengan pendapat dari pamong SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Ki Amin Priyanta selaku juga Waka kurikulum berpendapat sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Pendidikan karakter sudah muncul sejak lama. Sebelum pemerintah mengeluarkan pendidikan karakter, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sebenarnya sudah melakukan proses pendidikan karakter. (Catatan lapangan nomor 13). Pelajaran ketamansiswaan, budi pekerti dan agama menjadi sebuah konsep untuk membentuk karakter siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, tetapi semua pelajaran seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan nilai-nilai. Ketamansiswaan, budi pekerti yang diajarkan di sekolah mempunyai konsep untuk bisa membentuk karakter siswa. Hal inilah yang disebutkan oleh Ki Amin bahwa pendidikan karakter sudah diterapkan sejak lama di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Dalam pelajaran tersebut ajaran Ki Hadjar Dewantara disampaikan. Ajaran Ki Hadjar Dewantara sekarang masih relevan digunakan pada zaman sekarang. Hal itu seperti yang dituturkan oleh pamong pelajaran budi pekerti Nyi Sri Sukamti, yaitu sebagai berikut. Pendidikan karakter itu merupakan cerminan sikap dan perilaku. Dalam pelajaran budi pekerti mempunyai tujuan supaya peserta didik mempunyai budi pekerti yang baik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. (Catatan lapangan nomor 16). Dalam proses pembelajaran budi pekerti lebih lanjut dijelaskan bahwa sebagian besar ajaran-ajaran dari Ki Hadjar Dewantara diberikan dengan pendekatan ilmu psikologi dan metode yang menarik. Dengan cara ini maka dalam proses pembelajaran dapat merangsang siswa untuk mengerti dan harapannya bisa dipahami dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Konsep nilai budi pekerti bukan hanya diberikan dalam pelajaran budi pekerti, melainkan juga disampaikan dalam pelajaran ketamansiswaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Manfaat pelajaran budi pekerti juga dirasakan oleh siswa. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Agung salah satu siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Kesan Agung terhadap pelajaran ketamansiswaan membuat siswa bisa merubah sikap yang dahulunya kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini bisa dirasakan karena pada pelajaran ini disampaikan nasehat-nasehat dan teori-teori dari Ki Hadjar Dewantara. Pelajaran budi pekerti sering diajarkan kerja sama kelompok, komunikasi dan toleransi, (catatan lapangan nomor 18). Pelajaran ketamansiswaan mempunyai nilai strategis untuk menyampaikan pendidikan karakter kepada siswa. Dengan pelajaran ini peserta didik diharapkan bisa meneladani pahlawan bangsa, khususnya Ki Hadjar Dewantara. Berikut relevansi antara pendidikan karakter dan pelajaran ketamansiswaan. Ketamansiswaan adalah salah satu mata pelajaran pendidikan budi pekerti ala Tamansiswa. Pendidikan ini diberikan di semua jenis jenjang dan satuan pendidikan yang diselenggarakan Tamansiswa. Dengan pelajaran Ketamansiswaan diharapkan para peserta didik mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan konsepsi Tamansiswa yang isinya adalah konsepsi Ki Hadjar Dewantara. Selain itu tujuan pelajaran ini untuk membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan. Dengan adanya pendidikan karakter sangat berhubungan sekali dengan pelajaran ketamansiswaan, karena dalam pelajaran ketamansiswaan terdapat ajaran budi pekerti. (Catatan lapangan nomor 17). Dari keterangan di atas, bahwa pelajaran ketamansiswaan merupakan pelajaran untuk membentuk moral yang baik dengan meneladani pahlawan bangsa terutama Ki Hadjar Dewantara dengan konsep ajarannya. Dengan meneladani pahlawan bangsa harapannya bisa menjadikan siswa Tamansiswa mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik dan berperilaku menjadi teladan (ing ngarsa sung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
tuladha), selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan selalu memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani). Tamansiswa akan memberikan orientasi tentang ketamansiswaan dengan harapan siswa mampu meneruskan dan menjadi kader Tamansiswa dengan mengetahui dan mengamalkan konsep-konsep atau ajaran Tamansiswa. Dengan mengajarkannya di dalam kelas akan mempermudah orientasi kepada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Galih. Siswa kelas XII IPA ini berpendapat sebagai berikut. Tentang pelajaran ketamansiswaan adalah pelajaran yang bisa mengenalkan ajaran Ki Hadjar Dewantara dan sejarahnya. Ini menjadi pelajaran yang baru karena belum pernah ia dapatkan di sekolah lain. Pelajaran budi pekerti ini memberikan pengertian kepada siswa tentang tata krama dan sopan santun terhadap sesama dan orang tua ataupun pamong. Dengan belajar pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti siswa bisa mengerti tentang ajaran Ki Hadjar Dewantara dan penerapannya. Jadi doktrin Ki Hadjar Dewantara dalam kedua pelajaran ini yaitu ketamansiswaan dan budi pekerti sangat kuat lah. (Catatan lapangan nomor 19). Pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti merupakan pelajaran muatan lokal dari Tamansiswa. Pelajaran Tamansiswa mengajarkan tentang sejarah dan ajaran Ki Hadjar Dewantara, sedangkan pelajaran budi pekerti lebih khusus kepada ajaran hidup seperti tata karma, sopan santun yang diambil juga dari konsep Ki Hadjar Dewantara. Bisa dikatakan doktrin Ki Hadjar Dewantara sangat kuat dalam kedua pelajaran tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Tri Wahyudi selaku siswa kelas XI IPA. Menurut Tri Wahyudi pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti intinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
mengajarkan sikap dan perilaku yang baik. Selain itu juga dikuatkan dengan konsep teori terutama konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara, sehingga memudahkan siswa untuk memahami dan mengaplikasikan karakter, (catatan lapangan nomor 21). Berdasarkan hasil wawancara serta observasi pendidikan karakter juga berhubungan dengan pelajaran agama. Pelajaran agama mempunyai kedudukan sama pentingnya dengan pelajaran yang lain terutama dalam mendidik dan mendorong siswa untuk berakhlak mulia. Pernyataan ini senada dengan pendapat Ki Ribut selaku pengampu pelajaran Pendidikan Agama Islam. Beliau berpendapat sebagai “…pendidikan karakter itu terkait erat dengan pembelajaran pendidikan Islam terutama dalam pelajaran akhlak….” (Catatan lapangan nomor 14). Ki Ribut ingin menekankan bahwa pendidikan karakter itu sangat berkaitan dengan pelajaran pendidikan Agama Islam. Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam, siswa diajarkan untuk selalu mempunyai sifat akhlak mulia. Meneladani dan meyakini ajaran Islam sebagai landasan untuk bersikap dan bersosialisasi dengan masyarakat. Pendekatan agama ini merupakan bagian penting dalam membentuk karakter siswa. Keterangan di atas dapat memberikan bahwa pelajaran budi pekerti, ketamansiswaan dan agama merupakan sarana untuk membentuk karakter siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, walaupun tidak menutup pelajaran yang lain untuk memasukkan atau menyisipkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
2) Persepsi Pengajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi yang menempatkan individu yang terlibat dalam dunia pendidikan sebagai pelaku utama dalam pengembangan pendidikan karakter. Pelaku ini menjadi agen penafsir, penghayat dan sekaligus pelaksana untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah. Peran guru atau pengajar sebagai agen tersebut sangat penting untuk mendidik dan mengajarkan kepada siswa di sekolah. Adanya tuntutan untuk memasukkan pendidikan karakter di pelajaran akan berpengaruh dari kualitas pengajar memahami pendidikan karakter. Dalam persepsi pengajar dan siswa di MA Ali Maksum mempunyai pandangan yang beragam mengenai pendidikan karakter. Menurut Bapak Asyhari Abta selaku kepala Madrasah menerangkan: Pendidikan itu sendiri sudah mengandung karakter. Mendidik berarti juga sudah merupakan karakter. Kalau di pondok pesantren pendidikan, karakter sudah terwujud sejak lama, karena di pondok pesantren mengajarkan ilmu yang manfaat. Ilmu yang manfaat untuk sesama manusia. (Catatan lapangan nomor 9). Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan itu sendiri sejatinya sudah mengandung karakter, karena dalam pendidikan sudah terdapat unsur mendidik yang berarti bagian untuk membentuk karakter. Pendidikan karakter di pondok pesantren sudah dilaksanakan sejak lama. Hal itu karena kiai atau guru selalu mengajarkan ilmu-ilmu agama baik sifatnya berhubungan dengan Allah dan sesama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
manusia. Dengan konsep pondok pesantren keduanya bisa langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal senada juga disampaikan oleh siswa MA Ali Maksum kelas X yang bernama Ahmad Riqza Alufarul Umam. Siswa atau santri wajib menghormati guru atau pengajarnya di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Lebih lanjut Riqza berpendapat sebagai berikut. Guru disini sebagai ustad juga. Guru atau ustad disini bukan hanya transfer ilmu tetapi juga transfer nilai. Selain mendapat pengetahuan ilmu, siswa juga mendapat pengetahuan nilai, agama dan juga bisa langsung dipraktekkan. (Catatan lapangan nomor 7). Dari keterangan di atas bisa didapat gambaran bahwa pendidikan karakter berhubungan dengan pendidikan. Dalam proses pendidikan pengajar sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter. MA Ali Maksum sebagian besar pengajarnya mempunyai kemampuan ilmu agama yang cukup baik, sehingga akan berpengaruh dalam proses pembelajaran. Siswa bukan hanya mendapat pengetahuan ilmu umum, melainkan mendapat ilmu agama dan nilai-nilai. Dalam lingkungan yang terkondisikan dengan baik, maka santri akan mudah mempraktekkan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan seharihari juga muncul kedekatan antara pengajar dengan santri. Santri kalau bertemu dengan kiai selalu rendah hati (tawadu’). Salah satunya yang terlihat adalah siswa atau santri selalu mengucapkan salam dan mencium tangan guru atau kiai ketika bertemu walaupun diluar sekolah, (catatan lapangan nomor 6).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Dalam madrasah pendidikan karakter yang dikembangkan bisa diterapkan di semua mata pelajaran tanpa kecuali. Hal itu diwajibkan karena MA Ali Maksum mempunyai ideologi sekolah bukan hanya untuk mengajarkan pengetahuan sosial ataupun alam seperti sekolah lain, tetapi untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam. Dalam mata pelajaran terdapat mata pelajaran yang berbeda dengan sekolah lain. MA Ali Maksum melaksanakan 26 mata pelajaran yang harus ditempuh siswanya. Salah satunya untuk mengembangkan pendidikan karakter di MA Ali Maksum dimasukkan pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim, pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan karakter adalah program yang diadakan pemerintah, kalau di Madrasah Aliyah Ali Maksum ditekankan pada di pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim dan akhlak serta pelajaran Pendidikan Kewarganegarakan. Akan tetapi pendidikan karakter sekarang lebih dikembangkan dan bisa dimasukkan kepada semua pelajaran yang diajarkan. (Catatan lapangan nomor 2). Hal serupa juga disampaikan guru atau pengajar sejarah di MA Ali Maksum. Pendidikan karakter bisa dikembangkan dalam pelajaran sejarah, terutama dalam tema-tema yang mengandung tema kepahlawanan, nasionalisme dan sebagainya. Adapun persepsi bapak Hardi selaku guru sejarah mengenai relevansi pendidikan karakter dengan pelajaran sejarah adalah sebagai berikut. Dalam pembelajaran sejarah nilai-nilai karakter bisa muncul karena tematema dalam pembelajaran berhubungan dengan karakter, misalnya nasionalisme, karakter patriotisme, karakter rela berkorban dan sebagainya. Hal ini perlu disampaikan dalam pembelajaran sejarah dengan menyampaikan hikmah atau refleksi dalam pembelajaran. (Catatan lapangan nomor 5). Dari hasil wawancara tersebut bisa memberi gambaran bahwa pelajaran sejarah mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan pendidikan karakter. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Pelajaran sejarah bisa membentuk rasa nasionalisme, rela berkorban, patriotisme dengan mempelajari sejarah para tokoh pahlawan nasional atau peristiwa yang relevan dengan karakter yang positif. Perlu kecermatan dari setiap pengajar untuk memasukkan karakter-karakter tersebut guna memupuk wawasan kebangsaan di MA Ali Maksum. Lebih lanjut dijelaskan: Pelajaran Pkn sekarang itu justru banyak mempelajari tentang tata negara dan pelajaran Pancasilanya malah sedikit misalnya menghargai, menghormati dan saling mencintai itu tidak ada. Maka saya menghubungkan antara dalil-dalil Al Quran dengan tema pembelajaran. Siswa justru lebih pintar dan bisa menangkap serta menghubungkan antara tema dengan dalildalil Al Quran. (Catatan lapangan nomor 2). Dari penjelasan di atas, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) lebih banyak mempelajari tentang Undang-Undang, konstitusi, Pancasila dan sedikit yang mempelajari mengenai tema-tema tentang nilai-nilai karakter seperti sikap saling menolong, tenggang rasa, cinta tanah air dan sebagainya. Sebagai guru Pkn maka salah satu yang diambil adalah menghubngkan tema-tema tersebut dengan Al Qur’an dan hasilnya justru siswa lebih tertarik dan pandai menjelaskan. Dari perspektif lain, persepsi bapak Nandar selaku pengajar atau guru Bimbingan Konseling berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan suatu kesatuan dalam pendidikan. Pembentukan karakter harus diikuti dengan adanya tata tertib dan pengawalan tata tertib tersebut. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan kedisiplinan para santri. Pengawalan dan sistem kontrol inilah salah satu fungsi guru Bimbingan Konseling (BK) di MA Ali Maksum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
c. Aktualisasi (Pengamalan) Nilai Karakter Pada Siswa Aktualisasi nilai-nilai karakter pada siswa bisa dilihat dari kegiatan sehari-hari baik di dalam kelas ataupun di luar jam pelajaran. Aktualisasi diri merupakan motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Untuk mengetahui perkembangan potensi itu dilihat dari sikap atau perilaku yang muncul dari siswa. Sikap yang muncul merupakan contoh hasil keberhasilan dari penerapan pendidikan karakter di sekolah. Aktualisasi nilai karakter pada siswa bisa dilihat dari observasi di lapangan dan wawancara.
1) Aktualisasi (Pengamalan) Nilai Karakter Pada Siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai pola yang baik dalam mengembangkan pendidikan karakter. Landasan dan ideologi yang kuat dari sekolah menjadi program dan tujuan membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur. Untuk mengukur siswa berbudi pekerti luhur atau tidak perlu contoh sikap dilapangan. Dari hasil wawancara dari siswa kegiatan di sekolah bisa membentuk karakter mereka. Galih Seto menjelaskan: Di dalam organisasi ini siswa diajarkan untuk menjadi pemimpin dan belajar bersosialisasi. Selain itu lewat kegiatan ekstrakurikuler juga bisa membentuk karakter siswa, misalnya ekstra seni, theater, band, KIR dan sebagainya. (Catatan lapangan nomor 19). Berdasarkan keterangan Galih, organisasi mengajarkannya nilai-nilai kepemimpinan. Kepemimpinan bisa muncul dari organisasi ini bisa meliputi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Persatuan Pelajar Tamansiswa (PPTS). Kegiatan yang lain seperti seni, theater, band, KIR juga bisa membentuk jiwa-jiwa. Kegiatan olahraga akan lebih menekankan kepada nilai sportifitas dan kerja keras, sedangkan kegiatan seni akan menekankan kepada kerjasama dan komunikatif, (lihat tabel 2 dalam pembahasan hlm: 102). Agung Tri Prayogo mempunyai pendapat lain mengenai aktualisasi di sekolahnya. Pernyataan dari Agung Tri Prayoga juga senada dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti. Nilai-nilai religius muncul dalam sekolah. Agung Tri Prayoga menerangkan, "…pada waktu istrirahat teman-teman ada juga yang melakukan shalat berjamaah, biasanya muncul dari kesadaran sendiri mas….” (catatan lapangan nomor 18). Nilai-nilai religius muncul dalam kegiatan ibadah shalat dhuhur yang dilakukan oleh siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Dalam observasi juga terdapat pelaksanaan shalat dhuhur berjamaah yang dilakukan siswa. Dalam kesempatan itu siswa yang datang di mushola tidak terlihat banyak. Adanya mushola akan memudahkan mereka untuk shalat jamaah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di Tamansiswa sebagian mempunyai nilai-nilai yang religius salah satu buktinya dengan dilaksanakannya shalat dhuhur berjamaah. Nilai-nilai toleransi juga sudah berkembang dalam sekolah. Hal ini disampaikan oleh Tri Wahyudi. Ia berpendapat sebagai berikut. Terdapat perbedaan antara salah satunya ia memberi contoh kalau di Muhammadiyah dalam mengucapkan salam dengan Assalamualaikum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Wr.Wb., sedangkan kalau di Tamansiswa kita hanya mengucapkan kata salam . (Catatan lapangan nomor 21). Tri Wahyudi adalah siswa yang mempunyai latar belakang SD dan SMP di Muhammadiyah. Dia terbiasa mengucapkan Assalamualaikum Wr. Wb. ketika bertemu dan bertegur sapa sewaktu masih di sekolah sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan semua siswa adalah muslim. Ketika di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Ia beradaptasi dengan budaya yang baru. Tri Wahyudi diajarkan mengucapkan “salam” ketika bertemu dan bertegur sapa dengan teman dan pamong. Hal tersebut sebagai tanda toleransi dan menghargai keyakinan kepada kepada semua warga sekolah. Perwujudan salam ini untuk mengikat persaudaraan dan kesatuan bangsa.
2) Aktualisasi (Pengamalan) Nilai Karakter Pada Siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari para santri hidup dalam sebuah kegiatan yang rutin dari pagi sampai malam. Ketika peneliti mewawancarai nilai-nilai apa yang bisa didapat mereka dalam kegiatan sehari-hari mereka cukup menguasai dan cermat menjelaskannya. Berikut petikan pendapat dari salah satu santri putri. Kegiatan asrama putri tidak jauh berbeda dengan asrama laki-laki. Setiap jam 4 membaca Al Quran sambil menunggu shalat shubuh berjamaah, setelah shalat Shubuh kita nyetor hafalan. Jam 7 sekolah dan setengah 4 sekolah. Setelah itu jam 15.30 istirahat dan biasanya digunakan untuk sorogan. Kemudian habis Maghrib ngaji tartil dan setelah isya’ juga ngaji dan dilanjutkan musyawarah. Dari kegiatan itu saya mendapatkan banyak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
ilmu tentang agama yang tidak didapat di sekolah lain, bisa bersosialisasi dan kemandirian. (Catatan lapangan nomor 11). Dari petikan pendapat di atas bisa digambarkan kegiatan sehari-hari di asrama putri yang cukup padat. Kegiatan keseharian yang dilakukan oleh para santri bisa membentuk karakter mereka. Kegiatan dalam konsep pondok pesantren akan membuat santri mudah diarahkan dan diawasi. Kegiatan yang penuh dengan kegiatan positif akan membuat karakter bagi santri yaitu kemandirian dan menjadi manusia yang sosial. Kegiatan setelah sekolah para santri diwajibkan mengikuti kegiatan pondok pesantren yang penuh dengan kegiatan rohani, (lihat tabel 4 dalam pembahasan hlm: 111). Pernyataan dari saudari Silfiana tadi juga tidak jauh berbeda dengan Nur Arifah. Ketika ditanya mengenai hal apa yang didapat selama ini Nur Arifah berpendapat sebagai berikut. Setelah 3 tahun lebih saya mendapat ilmu agama dan diajarkan bersosialisasi dengan santri lain. Kalau ada masalah dengan santri lain maka saya bisa menyelesaikan sendiri. (Catatan lapangan nomor 10). Selanjutnya mereka juga setuju jika mata pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim bisa membentuk karakter para santri. Nur Arifah dan Silfiana yang merupakan santri putri kelas X E mengungkapkan secara bergantian mengenai isi pelajaran dari akidah akhlak dan akhlak taklim. Akidah akhlak mengajarkan keyakinan kepada Allah, akhlak taqlim adalah tata cara santri berperilaku kepada santri, santri kepada guru dan berperilaku keseharian. Sedangkan akhlak tasawuf hanya untuk jurusan agama. (Catatan lapangan nomor 10). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Nur Arifah dan Silfiana selanjutkan menjelaskan bahwa ada hubungan antara pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim dengan pendidikan karakter. Pelajaran tersebut mengajarkan kepada siswa atau santri untuk menjaga akhlak baik kepada Allah dan sesama manusia. Pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim bersumber pada ajaran Islam, sehingga akhlak Islam diharapkan bisa diterapkan para santri. Hal tersebut dikatakan oleh Ahmad Riqza, siswa kelas X A. Ia berpendapat sebagai berikut. Solidaritas sangat kuat di asrama, ketika ada teman yang sakit, maka semua teman ikut membantu, misalnya mengambilkan makanan dan minuman. Kalau belum ada perkembangan dilaporkan ke pembimbing dan dibawa ke klinik. (Catatan lapangan nomor 7). Dari penjelasan tersebut solidaritas dan kebersamaan sangat terasa, khususnya dalam asrama. Mereka hidup selalu bersama setiap hari dari bangun tidur sampai hendak tidur. Hal inilah yang menjadikan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan muncul dalam setiap santri Pondok Pesantren Krapyak. Aktualisasi lainnya juga muncul dalam asrama khususnya dalam tanggungjawab pengelolaan kamar. Kamar di asrama berisi sekitar 8 sampai 10 santri. Ahmad Nur Ishlah berpendapat: Di asrama putra ada penanggungjawabnya setiap kamar. Ketua kamar bertugas mengartur kerapian, kebersian dan mengingatkan setiap kegiatan. (catatan lapangan nomor 22). Berdasarkan pendapat Ahmad Nur Ishlah bisa diketahui bahwa dalam asrama atau kamar mempunyai potensi yang besar untuk membentuk karakter yang baik. Terdapat koordinasi dalam sebuah asrama yaitu terdapat Struktur kecil dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
setiap kamar. Terdapat ketua kamar yang menjadi koordinator untuk kerapian, kebersihan dan berlangsungnya kegiatan di asrama. Siswa dalam kegiatan sehari-hari dituntut untuk mandiri, menjaga kebersihan bersama dan saling mengingatkan dalam setiap hal, misalnya saling mengingatkan ketika shalat, ngaji dan sebagainya. Nilai-nilai kemandirian, kebersamaan inilah yang menjadi bagian terpenting dalam setiap aktivitas para santri. Peran ketua kamar juga akan membentuk jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab bagi santri. Hal tersebut akan menjadi pembelajaran dan bekal bagi santri-santri di MA Ali Maksum.
B. Pokok-Pokok Temuan Penelitian Berdasarkan sajian data yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dapat diperoleh pokok-pokok temuan antara lain sebagai berikut. 1. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Pendapat pamong dan siswa mengungkapkan bahwa pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan meliputi proses kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakurikuler, sistem among (keteladanan pamong), dan muatan pelajaran muatan lokal (ketamansiswaan dan budi pekerti). Berdasarkan observasi atau pengamatan di lapangan kegiatan ekstrakurikuler belum berjalan dengan maksimal, karena murid yang terbatas sehingga ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang tidak berjalan. Selain kegiatan belajar mengajar, kegiatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
ekstrakurikuler, di MA Ali Maksum berlaku sistem pondok pesantren yang tergabung dalam madrasah. Kegiatan yang diselenggarakan cukup beragam, padat dan dilakukan dalam pengawasan yang cukup ketat, maka akan membentuk karakter siswa. 2. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai siswa yang cukup sedikit sehingga dalam program pembelajaran lebih cenderung mudah dikondisikan dan diatur. Dalam pelaksanaannya siswa di SMA Taman Madya cukup pasif menanggapi pertanyaan dari pamong. Dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif. Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak merupakan sekolah yang terintegrasi dengan pondok pesantren Krapyak. Dengan kegiatan yang padat akan berdampak kepada siswa. Kegiatan yang mulai dari jam 03.30 pagi sampai jam 21.30 membuat siswa lelah. Dampak yang terlihat adalah para siswa ngantuk dan pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. 3. Persepsi pengajar (pamong) mengenai pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sebagian besar telah memahami secara baik. Hal ini bisa
diperoleh
gambaran
ketika
diwawancarai
narasumber
mampu
menjelaskan dan menghubungkan antara pendidikan karakter dengan pelajaran yang diampu. Hasil temuan yang serupa juga terdapat di MA Ali Maksum. Pengajar di MA Ali Maksum lebih cenderung menekankan pendidikan karakter itu sama dengan akhlak mulia yang sudah diterapkan di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
madrasah. Persepsi pengajar di MA Ali Maksum belum terlihat dari hasil wawancara yang sudah dilaksanakan. 4. Persepsi siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum mengenai pola pendidikan karakter lebih bersifat ke evaluasi dari program kegiatan yang sudah berlangsung dan pandangan mereka terkait kegiatan yang bisa membentuk karakter yang baik. Ada korelasi antara siswa yang ikut organisasi dengan siswa yang pasif mengikuti organisasi. Dari beberapa informan dapat diketahui siswa yang aktif dalam organisasi atau ekstrakurikuler lebih aktif, menguasai dan cermat menjawab pertanyaan. Untuk persepsi siswa di MA Ali Maksum peneliti mendapatkan gambaran bahwa karakter religius, kemandirian, kebersamaan dan jiwa sosial yang mereka dapat di MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Mereka menganggap pengajar sekaligus kiai dan orang tua di madrasah. Siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan diperoleh temuan bahwa siswa menguasai konsep ajaran dari Tamansiswa atau Ki Hadjar Dewantara. Dalam aktualisasi (pengamalan) yang dapat dilihat, siswa sudah memunculkan nilai-nilai karakter yang baik, akan tetapi perlu ditingkatkan mengingat ajaran yang disampaikan begitu kental dengan ajaran budi pekerti. Berbeda dengan di MA Ali Maksum, aktualisasi (pengamalan) yang muncul adalah nilai-nilai keislaman yang lebih dominan. 5. Dalam mengoptimalkan aktualisasi (pengamalan) nilai-nilai karakter pada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, perlu didukung semua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
komponen sekolah, keluarga dan masyarakat atau lingkungan, sehingga nilainilai yang sudah ditanamkan di sekolah dapat berlanjut dengan baik. Tidak banyak ruang dan waktu untuk melihat sikap siswa, sehingga sedikit kegiatan yang dapat diamati. Aktualisasi di MA Ali Maksum banyak ditemui dalam kegiatan di luar proses pembelajaran terutama dalam kegiatan di asrama Pondok Pesantren, misalnya kegiatan musyawarah, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan sehari-hari, model pembelajaran di asrama. Kegiatan yang dilaksanakan penuh dengan kegiatan positif dan lebih banyak bersifat pemahaman dan aplikasi ilmu Islam. Dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan hanya sebatas dalam kegiatan rutinitas sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pola Pendidikan Karakter Pada dasarnya penerapan pendidikan karakter bisa dilaksanakan di semua sektor, salah satunya melalui pendidikan. Satuan pendidikan merupakan wahana pembinaan dan pengembangan karakter yang sangat strategis. Dalam sekolah, pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi dalam semua mata pelajaran, pengembangan budaya satuan pendidikan, pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, contoh keteladanan serta pembiasaan perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan. Pembangunan karakter melalui satuan pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
tinggi. Berikut adalah pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
a. Pola Pendidikan Karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang sangat potensial untuk pengembangan pendidikan karakter. Pola penerapan pendidikan karakter bisa dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, proses kegiatan belajar mengajar, lingkungan yang kondusif dan keteladanan pamong (guru) ataupun pelajaran-pelajaran yang bisa memberikan pemahaman dan dorongan untuk berbuat baik. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur. Untuk mencapai pertumbuhan integral dalam pendidikan karakter, perlu dipertimbangkan berbagai macam pola yang membantu terwujudnya pendidikan karakter yang efektif. Pola ini bisa menjadi unsur-unsur yang sangat penting bagi pendidikan karakter di sekolah. Unsur-unsur tersebut antara lain landasan sekolah, penanaman karakter, keteladanan dan pengembangan karakter. 1) Landasan sekolah Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai-nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi visi lembaga pendidikan. Lembaga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
pendidikan harus mampu menentukan perilaku standar yang menjadi prioritas khas lembaga tersebut. Tamansiswa merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mempunyai visi besar. Visi besar dari yayasan Tamansiswa adalah sebagai perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas yaitu membangun masyarakat tertib, damai dan salam bahagia. Misi Tamansiswa lebih rinci lagi yaitu untuk mewujudkan masyarakat tertib, damai, salam bahagia, melestarikan, dan mengembalikan kebudayaan nasional Indonesia serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya, cipta dan karsa, (catatan lapangan nomor 15). Hidup tertib yang dimaksud adalah hidup teratur, tertata dan disiplin, sedangkan hidup damai adalah hidup yang tentram, saling menghargai dan menghormati perbedaan dan saling tidak menjatuhkan. Hidup salam bahagia adalah hidup yang merasa tercukupi lahir dan batinnya. Dalam lingkup tersebut Tamansiswa ingin melestarikan dan mengembalikan kebudayaan nasional Indonesia dengan memasukkan nilai-nilai budaya nasional sebagai alat pemersatu bangsa. Tamansiswa ingin membentuk siswa yang nasionalis, yang mencintai kedamaian dengan mempertajam daya, cipta dan karsa untuk membangun masyarakat Indonesia yang tertib, damai dan bahagia. Konsep ini tidak lepas dari ajaran Ki Hadjar Dewantara yang menjadi dasar gerakan Tamansiswa. Visi dan misi tersebut menjadi landasan dasar bagi sekolah-sekolah Tamansiswa untuk dikembangkan. Visi dan misi sekolah merupakan sebuah dasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
dalam tujuan pendidikan khususnya di sekolah. Tamansiswa adalah payung dari SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta mempunyai visi dan tujuan sebagai langkah strategis untuk mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Visinya yaitu menciptakan sekolah berwawasan kebangsaan, unggul dalam IPTEK berlandasan mutu religius untuk mewujudkan manusia berbudi pekerti luhur. Dalam visi sekolah tersebut, disebutkan bahwa salah satu tujuan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah untuk mewujudkan manusia berbudi pekerti luhur. Hal tersebut menunjukkan bahwa visi pendidikan karakter di dalam sekolah sudah ada. Melalui visi tersebut sekolah mempunyai dasar acuan, pembuatan program dan pendekatan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah masingmasing. Setiap sekolah terkadang mempunyai latar belakang yang berbeda. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang mempunyai sejarah bersama Ki Hadjar Dewantara. Dalam pengembangan dan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara melekat dalam ajaran Tamansiswa. Konsep dan ajaran tersebut dikembangkan dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Tamansiswa. Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter siswa dan dapat meneladani perjuangan Ki Hadjar Dewantara. 2) Penanaman karakter Salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai budi pekerti luhur, sehingga anak didik memiliki gagasan konseptual commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
tentang
nilai-nilai
pemandu
perilaku
yang
bisa
dikembangkan
dalam
mengembangkan karakter pribadinya. Karakter dapat diajarkan salah satunya melalui perancangan kurikulum. Dalam mengajarkan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai ciri tersendiri untuk mengajarkan karakter. Kurikulum yang diterapkan sekolah ini mempunyai dasar konsep yang matang dan baik dalam mengajarkan karakter. Bertitik dari pentingnya penanaman nilai budi pekerti atau pendidikan karakter dalam sekolah, dalam kurikulum pendidikan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terdapat mata pelajaran yang membedakan dengan sekolah-sekolah lain. Mata pelajaran ini memberikan ciri khusus dalam sistem pendidikan di Tamansiswa khususnya SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Mata pelajaran ini bernama ketamansiswaan dan pendidikan budi pekerti. Mata pelajaran ini diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk menghasilkan manusia yang berbudi pekerti luhur. Pendidikan ketamansiswaan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan kepada seluruh peserta didik sebagai bekal agar mereka mengetahui dan dapat meneruskan apa yang menjadi ajaran Ki Hadjar Dewantara. Untuk pendidikan budi pekerti penting diajarkan dalam Tamansiswa karena dalam rangka membentengi diri dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya luhur bangsa Indonesia dan membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur. Hal tersebut berarti Tamansiswa ingin melestarikan budaya lokal sebagai pemersatu bangsa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Secara implisit, kedua mata pelajaran ini mempunyai unsur pengetahuan sejarah dan nilai-nilai moral yang kental. Mata pelajaran ini mempunyai peranan yang cukup substansial dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah disamping mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn), pendidikan agama atau pelajaran lainnya. Melalui pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti ini diharapkan siswa mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai perjuangan tokoh nasional khususnya Ki Hadjar Dewantara dan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah neng, ning, nung, nang yang artinya orang yang merdeka dalam memecahkan masalah dengan cara neng berarti meneng (diam), ning berarti hening, nung berarti merenung dan nang berarti wenang yaitu dilaksanakan dengan keyakinan. Hal ini berarti dalam menyelesaikan masalah kita harus diam dan hening, kemudian merenungkan kesalahan dan selanjutnya mengambil keputusan atau sikap untuk ke depan. Konsep lainnya misalnya “suci tata ngesti tunggal” artinya orang yang merdeka berpedoman dengan ikhlas, rela berkorban, disiplin untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Dalam konsep kepemimpinan dibutuhkan teladan (ing ngarsa sung tuladha), selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan selalu memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani). Dalam hal keteladanan siswa juga diajarkan niteni, niroke dan nambahi atau mengingat, menirukan dan menambahkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
Mata pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti yang dikembangkan di Tamansiswa akhirnya menjadi salah satu faktor penting untuk mewujudkan misinya mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Selain pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) dan Pendidikan Agama, Pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti menjadi kunci pembentukan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Adanya muatan ajaran dan sejarah atau pengetahuan tentang Ki Hadjar Dewantara, maka diharapkan siswa mampu menjadi manusia yang mempunyai karakter atau moral yang baik, nasionalis dan mampu menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Pemberian mata pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti pada dasarnya merupakan penerapan pendidikan nilai atau pendidikan karakter di sekolah. Upaya nilai di sini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sejarah, menanamkan rasa nasionalisme, membentuk kepribadian melalui proses integrasi dan internalisasi nilai-nilai konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara. Ketersediaan buku atau referensi mengenai Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara dan buku penunjang lainnya serta metode pengajaran penting dalam menumbuhkan proses penghayatan siswa mengenai nilai-nilai tetentu yang akan disampaikan. Fungsi penanaman karakter ini adalah tahap untuk menanamkan nilai-nilai dasar dalam rangka pembentukan sikap mental dan perilaku sesuai nilai-nilai karakter yang dikehendaki. Apabila penanaman ini disampaikan dengan baik maka akan tumbuh karakter-karakter baik dalam diri siswa. Siswa akan lebih mengetahui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
mana yang akan dilakukan dan mana yang harus dihindari dalam setiap masalah yang diahadapi dalam masyarakat. 3) Keteladanan Keteladanan memang menjadi salah satu hal klasik bagi berhasilnya pendidikan karakter. Salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan pendidikan adalah keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan. Keteladanan bukan sekedar sebagai contoh bagi peserta didik, melainkan juga sebagai penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu, penerapan keteladanan di lingkungan satuan pendidikan (sekolah) menjadi salah satu syarat dalam pengembangan karakter peserta didik. Ki Hadjar Dewantara secara pribadi telah menjadi teladan bagi Tamansiswa. hal tersebut dibuktikan dalam konsep-konsep ataupun ajarannya yang masih digunakan dan diajarkan oleh Yayasan Tamansiswa. Ki Hadjar punya pengaruh dan sekaligus penggagas berdirinya Tamansiswa, sehingga konsep dan ajarannya menjadi acuan dalam Tamansiswa. Guru mempunyai makna dalam bahasa Jawa digugu lan ditiru yang sesungguhnya menjadi jiwa bagi pendidikan karakter itu sendiri. Indikasinya adalah adanya keteladanan dalam pendidikan karakter adalah terdapat model peran dalam diri insan pendidik. Selain itu secara formal ada sebuah pelaksanaan atau perilaku yang bisa diteladani oleh siswa, sehingga mereka dapat memahami nilai-nilai itu bukan jauh dari hidup atau lingkungan siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Pada tahap pola penerapan pendidikan karakter dikembangkan pengalaman belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri peserta didik. Dalam proses pembelajaran, pengajar dan siswa idealnya menginginkan sebuah proses pembelajaran yang berlangsung dengan kondusif, efektif dan efisien. Pengajar dan siswa seharusnya bisa menjalin komunikasi dan menempatkan posisinya sehingga proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Pengajar seharusnya bisa bertindak sebagai motivator, fasilitator dan evaluator. Siswa juga harus dapat menempatkan dirinya sebagai peserta didik yang aktif, responsif dan dinamis dalam mengikuti proses pembelajaran. Tamansiswa selalu mengupayakan agar anak-anak yang dididik mempunyai watak kepemimpinan dan berpengetahuan luas untuk mengembangkan budaya nasional, oleh karena itu Tamansiswa memasukkan metode kepemimpinan. Metode kepemimpinan yang dimaksud adalah seorang pamong atau guru harus mampu memberi teladan (ing ngarsa sung tulada) dan mampu memberi motivasi (ing madya mangun karsa), serta mampu memberi dorongan (tut wuri handayani). Strategi ini diambil untuk membentuk pelopor dan kepemimpinan harus dikembangkan kepada siswa melalui media pendidikan. Berikut adalah beberapa keteladanan pengajar yang terlihat di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Tabel 1 Keteladanan Pengajar SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan Nilai Karakter yang dikembangkan Kegiatan
Nilai yang dikembangkan
Pengajar berpakaian bersih dan rapi
Kedisiplinan
Pengajar mudah bergaul dengan siswa
Komunikatif, bersahabat
Pengajar selalu menegur siswa bila ada yang salah
Komunikatif, peduli, kepemimpinan
Pengajar selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan warga sekolah
Komunikatif, toleransi
Pengajar sopan dan santun
Toleransi, peduli, kepemimpinan
Pengajar membuka pelajaran dengan doa
Religius
Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan “Sistem Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan anak sebagai sentral atau pusat dari proses pendidikan. Dalam Sistem Among, maka setiap pamong atau guru sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan bersikap ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tutwuri handayani. Pelaksanaan sistem among di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terlihat dalam proses pembelajaran. Pengamatan yang didapat dari observasi terlihat pamong secara bertahap dan sering mengampiri siswa untuk menanyakan dan melayani tentang kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dalam observasi bisa diamati juga peran pamong di luar kelas cukup bersahabat dengan muridnya, misalnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
dengan bertegur sapa dan salam. Tidak jarang pamong sering menegur siswa yang tidak disiplin dalam berpakaian, terlambat dan berbuat gaduh. (Catatan lapangan nomor 20). Tabel di atas adalah contoh keteladanan dari para pamong di sekolah. Harapannya dengan contoh-contoh tersebut dapat memberikan teladan yang baik dan siswa dapat meniru dari teladan tersebut. Dalam proses pembelajaran, pamong sering menghampiri siswa dan menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa. Dengan kondisi siswa yang sedikit, maka akan membuat proses belajar mudah dikendalikan oleh pamong. Dalam kelas dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran terkesan menyenangkan dan tidak ada tekanan dari pamong, (catatan lapangan nomor 24). Secara umum pamong di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sama dengan guru di sekolah lainnya. Keteladanan dipandang sebagai model efektif untuk menumbukan sikap positif dalam membangun karakter bangsa, karena melemahnya karakter pemuda misalnya sebagai aset masa depan Indonesia salah satu sebabnya karena krisis keteladanan. Maka, para pemimpin bangsa harus mampu mengimplementasikan ajaran budi pekerti luhur dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dan semua itu menjadi tanggung jawab bersama semua komponen bangsa. Dalam ruang lingkup kecil (sekolah), guru atau pamong yang menjadi tokoh utama dalam penanaman dan memberikan teladan kepada muridnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
4) Pengembangan karakter Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas pendidikan karakter. Pelaksanaan dapat digambarkan dalam aktualisasi siswa salah satunya melalui kegiatan di sekolah atau kegiatan ekstrakurikuler. Pola pengembangan karakter lainnya adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler akan menjadi simulasi kecil praktik penerapan sikap yang baik. Dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta terdapat beragam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini secara langsung atau tidak langsung akan membentuk karakter siswa. Setiap kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah mempunyai potensi untuk mengembangkan nilai-nilai karakter tertentu. Dalam pelaksanaan wawancara bisa diketahui siswa yang aktif, misalnya dalam organisasi Persatuan Pelajar Tamansiswa (PPTS) lebih aktif dan komunikatif dalam menjawab pertanyaan daripada siswa yang tidak ikut organisasi, (catatan lapangan nomor 19). PPTS di sekolah lain biasa disebut dengan OSIS. Selain PPTS, kegiatan ekstrakurikuler yang lain juga memberikan peluang untuk dikembangkan nilai-nilai karakter baik. Berikut nama kegiatan dan potensi yang bisa dikembangkan. Tabel 2 Kegiatan Ektrakurikuler SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan Nilai Karakter yang Dikembangkan Kegiatan Ekstrakurikuler PPTS (Persatuan Pelajar Tamansiswa)
Nilai yang dikembangkan kepemimpinan, kerja sama, komunikatif, tanggungjawab, peduli commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Seni karawitan Seni lukis Seni music Olahraga basket Olahraga sepak bola Pencak silat Seni tari
kerja sama, kreatif, komunikatif, cinta tanah air kreatif, disiplin kreatif, kerja sama sportifitas, menghargai, disiplin sportifitas, menghargai, disiplin disiplin, toleransi, kerja keras kreatif, disiplin, cinta tanah air
Keterlibatan siswa dalam kegiatan ektrakurikuler akan membentuk karakter yang beragam sesuai dengan kegiatan yang mereka ikuti. Pola ini selaras dengan tujuan pendidikan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan yaitu untuk mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas, dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni. Kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan beberapa ada yang mengarah dalam seni budaya. Kegiatan seni karawitan, seni lukis dan seni tari upaya dari sekolah untuk mempertahankan budaya nasional, sehingga akan membentuk rasa cinta tanah air, kerja sama, kreatif dan kedisiplinan kepada siswa. Kegiatan yang diterapkan selaras dengan visi Yayasan Tamansiswa yang juga sebagai badan perjuangan dan pembangunan masyarakat artinya pandangan ke depan yayasan ini sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat. Sekolah juga sebagai agen perjuangan kebudayaan, hal itu disebutkan dalam tujuan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan yaitu sikap saling menghargai seni budaya dari berbagai darah pada peserta didik untuk menciptakan persatuan bangsa. Jadi, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sangat mendukung pelestarian kebudayaan nasional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Pengembangan pendidikan karakter di sekolah seharusnya bukan hanya melalui kegiatan belajar mengajar melainkan dapat melalui kegiatan-kegiatan yang mempunyai potensi membentuk karakter siswa. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin atau budaya sekolah yang menjadi ciri setiap sekolah. Kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut. Tabel 3 Kegiatan Rutin SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan Nilai Karakter yang Dikembangkan Kegiatan Nilai yang dikembangkan 1. Kegiatan pembelajaran a. Berdoa atau mengucap salam sebelum dan setelah pelajaran berakhir b. Membuat catatan peserta didik c. Pengecekan kerapian atribut siswa oleh pamong d. Kegiatan belajar mengajar e. Memberikan tugas f. Memberikan refleksi 2. Kegiatan Mingguan a. Upacara bendera setiap hari senin b. Kegiatan kerja bakti (insidental) 3. Kegiatan Tahunan a. Peringatan hari besar nasional
Religius, toleransi Kedisiplinan Displin, kepemimpinan Komunikatif, kepemimpinan Tanggungjawab Peduli, kreatif, kepemimpinan Cinta tanah air, kedisiplinan Cinta lingkungan, peduli Cinta tanah air, nasionalisme
Dari kegiatan di atas maka dapat digambarkan bahwa kegiatan rutin mempunyai potensi yang baik untuk pengembangan karakter pada siswa. Karakter dapat terbentuk baik dalam proses pembelajaran atau di luar proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, penyampaian nilai-nilai itu dapat tersalurkan dengan baik apabila pamong dapat menghubungkan tema pembelajaran dengan nilai yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
akan disampaikan kepada siswa. Hal ini terkadang mengalami kendala dikarenakan pamong terjebak fokus dengan temanya sehingga tidak tersampaikan nilai-nilai karakter yang diharapkan. Dalam kegiatan mingguan seperti upacara bendera dan kerja bakti juga bisa membentuk karakter siswa. Jadi semua kegiatan bisa membentuk karakter siswa apabila didukung oleh pamong dan pola yang sudah ada. Agar nilai-nilai itu terjaga dan kondisi lingkungan yang baik maka tata tertib sekolah merupakan salah satu langkah strategis untuk mengantisipasi dan menanggulangi siswa-siswa yang bermasalah. Menurut Komensky, kedisplinan merupakan proses pengajaran, pelatihan, seni mendidik, dan materi kedisplinan dalam sekolah. Kedisiplinan juga merupakan sarana, norma, metode yang disesuaikan untuk mencapai tujuan objektif tertentu. Siswa harus mengambil sikap dalam menyesuaikan tata tertib yang berlaku. Dapat disimpulkan bahwa tata tertib merupakan penekanan yang diberikan sekolah kepada siswa untuk menyesuaikan dan sebagai pembentukan diri supaya berperilaku baik. Pola yang terbentuk di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah mengerucut dalam pembentukan budi pekerti luhur pada siswa. Hal ini ditandai dengan masuknya pelajaran budi pekerti dan ketamansiswaan dalam kurikulum dan didukung dengan kegiatan-kegiatan yang berpotensi dalam membentuk karakter siswa. Tujuan ini sesuai dengan pengertian Tamansiswa menurut Darsiti Soeratman, yaitu Tamansiswa merupakan suatu badan perjuangan yang berjiwa nasional yaitu dengan ditandai suatu pergerakan sosial yang menggunakan kebudayaan sendiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
sebagai dasar perjuangannya. Tamansiswa tidak hanya menghendaki pembentukan intelek saja, tetapi juga dan terutama pendidikan dalam arti pemeliharaan dan latihan susila. Penekanan dari pernyataan di atas adalah bahwa tujuan Tamansiswa bukan hanya sekedar membentuk manusia yang intelek saja, melainkan juga sebagai tempat belajar mengembangkan susila atau budi pekerti yang baik. Dasar nasionalisme dan budaya juga sudah diaplikasikan dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan berupa kegiatan baik di ekstrakurikuler maupun dalam proses kegiatan rutin di sekolah. Menurut Thomas Lickona, untuk mendapatkan karakter yang baik harus melalui penanaman moral yang baik (moral knowing), kemudian mencintai kebaikan (moral feeling), dan melakukan kebaikan (moral action). Pengertian tersebut berarti pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan karakter kepada siswa atau anak, melainkan pendidikan karakter juga menanamkan kebiasaan (habituation) yang baik sehingga siswa bisa mengetahui, merasakan dan mau melakukan kebaikan. Dari empat unsur tersebut SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah melaksanakan konsep dari Thomas Lickona. Dalam pengembangan penanaman moral di masukkan mata pelajaran budi pekerti, ketamansiswaan di samping pelajaran lainnya yang mendukung pengembangan karakter di sekolah. Dengan adanya pelajaran tersebut maka siswa diharapkan dapat mencintai dan kemudian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
mau melakukan kebaikan sebagai aktualisasi atau pengamalan siswa dalam kegiatan sehari-hari.
b. Pola Pendidikan Karakter di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Madrasah Aliyah Ali Maksum merupakan sekolah berbasis pesantren yang mempunyai hubungan erat hubungannya dengan agama Islam. Sekolah ini merupakan lembaga pendidikan setingkat dengan SMA. Dalam penerapan pendidikan, tidak jauh berbeda dengan SMA lain. Pembeda dari sekolah lain adalah dimasukkannya nilai-nilai Islam dan pelajaran serta kegiatan diintegrasikan dengan pendidikan atau kegiatan di pondok pesantren. Kurikulum yang diajarkan dalam madrasah di lembaga ini ada dua, yaitu kurikulum dari pemerintah dan kurikulum pesantren. Adanya dua kurikulum tersebut bermaksud untuk mengembalikan pesantren sebagai pengembangan ilmu umum dan Islam. Kurikulum yang sudah berlangsung cenderung memberi penekanan pada kajian Al Qur’an, hadist dan penguasaan bahasa Arab serta pembinaan perilaku akhlak mulia. 1) Landasan sekolah Dalam penyelenggaraannya MA Ali Maksum mempunyai maksud dan tujuan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui pembinaan dan pengembangan pondok pesantren serta mendidik dan membina masyarakat untuk menjadi manusia yang bertaqwa dan berkepribadian, trampil, dan menguasai ilmu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menunaikan tugas dan kewajibannya dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, ‘ala ahlissunnah wal jama’ah. Tujuan tersebut mencakup dan menjelaskan pentingnya pendidikan karakter dalam MA Ali Maksum. Dalam tujuan dicantumkan salah satu tujuan sekolah adalah mendidik dan membina masyarakat untuk menjadi manusia yang bertakwa dan berkepribadian. Hal tersebut menegaskan pembentukan karakter di madrasah cenderung menggunakan pendekatan agama Islam. Konsep integrasi madrasah dan pondok pesantren akan mempermudah siswa mengaktualisasikan dirinya dalam setiap kegiatan. Dalam Madrasah Aliyah Ali Maksum mempunyai latar belakang yang berbeda dengan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Berdirinya MA Ali Maksum tidak terlepas dari K.H.M. Moenawir dan K.H. Ali Maksum. Kedua tokoh tersebut merupakan seorang yang religius dan mempunyai wawasan yang baik tentang Islam. Kedua tokoh tersebut sangat berpengaruh dalam proses berdirinya Pondok Pesantren Krapyak. Konsep pesantren dan madrasah digabungkan sehingga menjadikan sekolah tersebut mempunyai nilai-nilai keagamaan Islam yang baik. Menurut Mastuhu dengan adanya pengadopsian kurikulum sekolah dan pendidikan umum oleh pesantren maka terjadi pergeseran penggunaan sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan para santri bukan hanya sebatas kitab kuning, melainkan buku-buku pengetahuan lain atau buku kontemporer sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
siswa dapat mempunyai wawasan yang luas dalam memandang suatu masalah dari berbagai perspektif atau sudut pandang. 2) Penanaman karakter MA Ali Maksum juga mempunyai pelajaran yang bisa membentuk karakter siswa. Penguatan pendidikan karakter di MA Ali Maksum dalam kurikulum diterapkan pelajaran pendidikan akhlak yang terdiri dari akidah akhlak, akhlak taklim dan akhlak tasawuf. Akidah akhlak mempelajari tentang hubungan antara manusia dan Allah, sedangkan akhlak taklim lebih menekankan hubungan sesama manusia dan akhlak tassawuf adalah tata cara untuk mendekatkan diri dengan Allah, (catatan lapangan nomor 11). Ketiga pelajaran tersebut merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi atas dasar ilmu Islam. Konsep pelajaran ini di dasari dengan kitab Al Quran, hadist dan fikih. Pelajaran ini yang menonjol membentuk karakter siswa selain pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan pelajaran lainnya. Secara umum ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku yang seharusnya dikerjakan atau ditinggalkan seseorang. Dengan pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim dan akhlak tasawuf, siswa diajarkan mengenai kewajiban manusia terhadap Allah dan manusia, dapat meneladani kisah-kisah para Nabi atau tokoh Islam dan bisa memberikan pemahaman untuk membiasakan akhlak terpuji serta menghindari perbuatan-perbuatan yang tercela. Contoh yang diajarkan dalam pelajaran tersebut adalah kewajiban manusia terhadap Allah dan Rasul-Nya, kewajiban terhadap diri sendiri, orang tua dan keluarga dan kewajiban terhadap sesama muslim dan sesama manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Dalam Al Qur’an juga dijelaskan pada surat Al Ahzab (33), ayat 21 yang berisi “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat dari Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak mengingat Allah”. Rasulullah dijadikan tauladan yang paling sempurna untuk umat muslim, sehingga segala sikap dan tindakannya menjadi panutan bagi umatnya. Untuk mempermudah pemahaman siswa maka diceritakan kisah dari teladan-teladan Rasulullah dan para sahabat. Teladan Rasulullah dan para sahabat menjadi dasar yang patut dicontoh, karena dalam diri Rasulullah dan sahabat banyak akhlak mulia yang menjadi teladan bagi umat manusia. Hal tersebut akan membuat mengerti bahwa manusia diciptakan Allah dan dijadikan khalifah (penguasa dan wakil Allah) di bumi semata-mata untuk beribadah kepadaNya. Sebagai khalifah manusia harus selalu menjaga dan merawat alam semesta dan taat dan bertakwa kepada Allah. Kisah-kisah yang tercela juga disampaikan sehingga terjadi perbandingan antara yang baik dan buru. Hal ini akan menginspirasi dan bisa diambil hikmah dalam setiap pembelajaran yang diajarkan. Moral knowing ini yang menjadi salah satu penanaman karakter yang diterapkan dalam sekolah. Harapannya siswa bukan hanya sekedar memahami tetapi menerapkan pemahaman tersebut menjadi aksi yang nyata dalam kehidupan seharihari. Menurut Anita Lie yang dikutip Sri Judiani (2010: 281), pendidikan karakter tidak merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi harus diintegrasikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
dalam kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan mengimplementasikannya dalam mata pelajaran dan keseharian peserta didik. Jadi bisa diartikan bahwa penanaman pendidikan karakter bukan melalui mata pelajaran akhlak, melainkan semua pelajaran dan kegiatan keseharian siswa. Dalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren, siswa dituntut untuk senantiasa hidup dengan mandiri dan teratur. Kemandirian itu muncul ketika mereka diharuskan bisa mengatur dan mengurusi dirinya sendiri. Dengan sistem pondok mereka hidup dengan kesederhanaan dan kebersamaan. Mereka hidup dengan teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh sekolah dan pondok. Kehidupan inilah yang akan membentuk karakter siswa. Berikut adalah jadwal kegiatan siswa di madrasah dan pondok pesantren.
Waktu 03.30-04.30
Tabel 4 Jadwal Kegiatan Harian Santri Kegiatan
Menyesuaiakan
Bangun (persiapan shalat Shubuh) wudhu/mandi Shalat Shubuh berjamaah
Setelah Shalat Shubuh 07.15-15.30 15.30-16.30 16.30-18.00 Menyesuaikan
Pengajian Al Quran, bandongan, sorogan Kegiatan belajar mengajar di madrasah Istirahat, kegiatan ekstrakurikuler Pengajian Shalat Magrib berjamah
Setelah shalat Magrib
Pengajian Al Quran Pengajian bandongan Pengajian sorogan
20.00-21.30
Musyawarah kelas, matrikulasi, commit to user
Karakter yang dikembangkan Kedisiplinan, religius, tanggungjawab Religius, disiplin, tanggung jawab Religius, kedisiplinan, tanggungjawab Menyesuaikan Menyesuaikan Religius Religius, tanggung jawab Religius, tanggungjawab, kedisiplinan Kerja sama,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
bimbingan belajar 21.30-22.15
Kegiatan asrama
22.30 ke atas
Istirahat malam atau tidur
kedisiplinan, toleransi Kerjasama, toleransi, komunikatif Menyesuaikan
Tabel 5 Jadwal Mingguan (Malam Jumat dan Jumat Pagi) Waktu Kegiatan Karakter yang dikembangkan Setelah shalat Magrib Tahlil dan doa Religius, Latihan ceramah dan pidato kepemimpinan, tanggung jawab Setelah shalat Shubuh Muqoddaman Religius Kerja bakti dan olahraga Peduli lingkungan, disiplin
Waktu Malam Sabtu Wage Tanggal 17/18 Akhir bulan
Waktu 1 Muharrom 12 Rabiul Awwal 10 Jumadil Awwal 11 Jumadil Akhir 27 Rajab 17 Agustus
Tabel 6 Jadwal Bulanan (Selapanan) Kegiatan Semaan Al Quran Upacara bendera Muhadharoh (Arab/Inggris) Tabel 7 Jadwal Kegiatan Tahunan Kegiatan Tahun Baru Hijriah Maulud Nabi Muhammad Haul Almarhum K.H Ali Maksum Haul Almarhum K.H M Munawwir Isra Mi’raj HUT Kemerdekaan RI
commit to user
Karakter yang dikembangkan Religius Cinta tanah air, disiplin Komunikatif
Karakter yang dikembangkan Religius Religius Religius Religius Religius Cinta tanah air
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Jadwal rutin yang diterapkan di MA Aliyah Ali Maksum mempunyai nilai yang bisa dikembangkan. Jiwa dan sikap siswa akan menyesuaikan karakter yang ditetapkan oleh madrasah. Pembiasaan ini sangat efektif karena madrasah sebagai tempat pengembangan moral knowing, moral feeling dan moral action. Mereka diberikan pemahaman, diajarkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Penyelenggaraan kegiatan
di
madrasah
dan
di
pondok
pesantran
akan
mempermudah proses aktualisasi nilai karakter pada siswa. Siswa selain mendapatkan ilmu juga dapat mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan yang kondusif dan homogen akan memudahkan siswa untuk cepat berkembang. Pembelajaran pondok pesantren juga mengenal metode pembelajaran sorogan dan bandongan. Pola pembelajaran sorogan dan bandongan di pondok pesantren juga dapat membentuk karakter siswa. Metode sorogan menitikberatkan pada kemampuan perseorangan atau santri dengan pengawasan dari kiai atau santri senior. Dalam pelaksanaan metode sorogan, santri diminta membaca kitab di depan kiai. Kiai menyimak dan menegur apabila ada kesalahan bacaan. Kegiatan ini akan membawa kesan tersendiri kepada para santri. Komunikasi yang terjalin akan membawa kedekatan dengan santri dan kiai. Metode bandongan juga disebut metode wetonan. Bandongan dilakukan kiai dalam kelas atau ruangan yang cukup luas. Kiai membacakan dan mengkaji kitab kuning atau kitab Al Qur’an dan para santri menyimak. Dalam pola ini sebenanya tidak jauh berbeda dengan pembelajaran klasikal pada umunya. Hanya saja dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
pola ini santri bisa memperdalam nilai-nilai atau pengetahuan Islam. Santri di madrasah dituntut untuk dapat menguasai Al Qur’an, hadis, dan sunah karena setelah mereka lulus nanti, mereka akan mengamalkan dan menyampaikannya kepada masyarakat luas. Sebelum terjun ke masyarakat para santri harus sudah mampu mengelola dirinya sendiri. Kegiatan pondok pesantren akan membantu mereka untuk berkembang. Kebersamaan selama 24 jam membuat santri lebih mudah bergaul dan akrab dengan lingkungan sekitar. Berbaur dalam kebersamaan akan berdampak besar dalam pembentukan karakter santri, terutama pada pembentukan sikap toleransi, dan adaptasi lingkungan. Adanya aturan pembatasan kepada santri untuk membawa fasilitas sendiri juga akan berdampak pada karakter. Santri yang biasanya membawa motor, mobil setelah di pesantren harus jalan kaki atau naik sepeda, santri yang di rumah memakai HP, laptop dan menonton televisi, setelah di pondok harus meninggalkan kemewahan tersebut. Jika melanggar maka mereka harus mendapat hukuman sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Kemandirian, kesederhanaan dan proteksi terhadap pengaruh luar menjadi alasan aturan tersebut diberlakukan. Setiap siswa mempunyai buku pedoman santri yang secara sengaja dibagikan kepada santri. Harapannya mereka mengerti tata krama, aturan berpakaian, perijinan, jenis pelanggaran dan hukumannya. Selain itu buku tersebut juga berisi tentang jadwal kegiatan dari pagi sampai malam hari. Hal ini berarti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
sosialisasi sejak awal sudah diberikan oleh madrasah, sehingga santri bisa memahami dan bisa menjalankan tata tertib dengan baik. Pembentukan school cultur dilingkungan sekolah dapat mendukung peningkatan kualitas iman dan takwa siswa, selain edukatif dan Ilmiah. Dengan dukungan yang utuh maka untuk mewujudkan manusia yang berkarakter itu akan lebih mudah, karena suasana kehidupan antara siswa dengan sesamanya, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungannya dapat terlihat. Banyak kegiatan dan interaksi dengan orang lain akan mempercepat proses pembentukan karakter. 3) Keteladanan Dalam Madrasah Aliyah Ali Maksum keteladanan pengajar dan kiai bisa membentuk dan mempengaruhi karakter siswa. Keduanya mempunyai peran yang saling melengkapi, karena sebagian pengajar juga kiai di pondok pesantren. Latar belakang dari pengajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum cukup baik. Sebagian juga terdapat lulusan dari luar negeri terutama dari Mesir, sehingga cukup menguasai ilmu Agama Islam. Latar belakang Islam yang kuat akan mempengaruhi siswa dalam bersikap. Sikap yang dicerminkan harus menunjukkan ciri seorang muslim yang taat kepada Allah Swt. Mereka diajarkan pengetahuan agama di madrasah, sehingga siswa tidak memandang pengajar sebagai guru saja, melainkan sebagai kiai yang menguasai agama Islam yang baik. Keteladanan menjadi kunci dalam kehidupan di pondok pesantren. Salah satu keteladanan yang terlihat adalah sebagian besar dari pengajar dan kiai ikut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
shalat berjamaah dalam Masjid. Selain kiai dan pengajar, peran musyrif atau pembimbing mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik santri. Pembimbing di pondok mampu menjadi kakak sekaligus keluarga dalam lingkungan asrama, menjadi
panutan
dan
mampu
mengkoordinasi
siswa
binaannya
dengan
bertanggungjawab atas setiap tindakan siswanya. Keteladan pembimbing dan pengajar juga berperan efektif dalam pembentukan karakter siswa. Sikap yang dicontohkan akan memepengaruhi perilaku siswa. Berikut contoh keteladanan para pengajar yang terlihat dalam keseharian di MA Ali Maksum. Tabel 8 Keteladanan Pengajar MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Nilai Karakter yang Dikembangkan Sikap
Nilai yang dikembangkan
Pengajar berpakaian muslim, bersih dan rapi Pengajar datang tepat waktu Pengajar selalu menegur siswa bila ada yang salah Pengajar selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan warga sekolah Pengajar sopan dan santun Pengajar datang untuk shalat dhuhur berjamaah
Kedisiplinan, kebersihan, religius Kedisiplinan Komunikatif, peduli, kepemimpinan Komunikatif, toleransi Toleransi, kepemimpinan Tanggung jawab, religius
Dari tabel di atas terlihat beberapa keteladanan yang terlihat dari para pengajar di MA Ali Maksum. Keteladanan yang terlihat cukup memberikan pengaruh terhadap siswa. Apabila pengajar memakai pakaian yang bersih dan rapi, maka akan mendorong siswa untuk berbuat hal yang serupa. Teladan yang lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
misalnya pengajar datang tepat waktu, sehingga akan memberikan motivasi bagi siswa untuk datang tidak terlambat. Hal tersebut akan menjadi teladan bagi siswa dalam nilai-nilai kedislipinan dan kebersihan dalam berpakaian. Jadi mendidik karakter di sekolah harus dibutuhkan sosok yang menjadi model yang sering dijumpai dalam lingkungannya. Semakin dekat model pada peserta didik, maka semakin efektif dan cepat penyerapan pendidikan karakter di sekolah. Keteladanan perlu menjadi bagian dari sikap guru di sekolah karena karakter merupakan perilaku, bukan sekedar pengetahuan, sehingga harus diteladankan bukan hanya diajarkan. Pembinaan melalui pendampingan sangat penting bagi pembentukan karakter siswa, karena seringkali permasalahan yang dialami siswa akan mengganggu dalam proses belajar. Pembimbing harus cukup cakap dan seharusnya bisa memahami permasalahan siswa. Pembimbing di pondok adalah orang pilihan dengan kriteria mempunyai keilmuan agama Islam yang baik, bersedia tinggal di asrama, masih muda dan belum menikah. Dengan kriteria tersebut diharapkan mampu mendampingi adik-adiknya. Peran pembimbing sama seperti wali kelas di madrasah, sehingga mengerti dan bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa binaannya baik dalam tindakan maupun keilmuan agamanya. Pembimbing juga berfungsi sebagai kontrol bagi siswa. Kontrol ibadah, akademik dan akhlak diperhatikan pembimbing. Setiap pembimbing mempunyai lembar penilaian dan dilaporkan kepada orang tua siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
dan pengasuh secara berkala. Lembar penilaian ini untuk mengetahui juga perkembangan siswa baik dari nilai akademik, akhlak dan ibadahnya. Peran musyrif dalam asrama sebagai pengganti keluarga di madrasah. Siswa terbiasa mengadu, bergaul dan berdiskusi dengan musyrif atau pembimbing. Pembimbing seperti kakak mereka dan mudah berkomunikasi dikarenakan umur yang tidak terlalu dengan siswa. Semua pembimbing belum menikah dan kebanyakan alumni dari Pondok Pesantren Krapyak. Dengan suasana seperti itu maka siswa akan mudah diarahkan dan dibentuk karakternya. Dalam proses pembelajaran di madrasah, pengajar cenderung lebih banyak menggunakan metode ceramah, tetapi juga ada yang menggunakan metode lain yang lebih menarik. Dalam menggunakan metode ceramah akan memberikan peluang pengajar memasukkan konsep pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terlihat nilai karakter Islami yang kuat, karena nilai-nilai Islam sering dimunculkan pengajar dalam kelas. 4) Pengembangan karakter Pengembangan karakter di MA Ali Maksum dapat melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan satuan pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata pelajaran tertentu. Berikut adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di MA Ali Maksum dan potensi yang dapat dikembangkan dari setiap kegiatan tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Tabel 9 Kegiatan Ektrakurikuler MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Nilai Karakter yang Dikembangkan Ekstrakurikuler
Nilai yang dikembangkan
Pencak Silat LPSNU Pagar Nusa Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) Seni Baca Al Qur’an Seni Kaligrafi Tata Boga Olahraga sepak bola Palang Merah Remaja ADC (Ali Maksum Debating Society) Komputer
Disiplin, toleransi, kerja keras Komunikatif, rasa ingin tahu, jujur Kreatif, disiplin, religius Kreatif, komunikatif Sportifitas, mandiri, disiplin Sportifitas, disiplin Disiplin, toleransi, kerja keras Kepemimpinan, komunikatif Kreatif, ketelitian
Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan, olahraga dan seni dalam bentuk pembelajaran, pelatihan, kompetisi atau festival akan berfungsi terutama untuk penanaman atau pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian siswa agar menjadi manusia berkarakter. Dari hasil temuan kegiatan ekstrakurikuler lebih cenderung diarahkan untuk penguatan religius dalam diri siswa atau peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler sebagian besar berhubungan dengan bagian kesiswaan yang dikoordinasikan dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Untuk lebih efektif dan terarah maka setiap kegiatan dibina oleh seorang yang mempunyai keahlian dan kesesuaian ilmunya. Harapannya dengan dikembangkan kegiatan ekstrakurikuler dapat terpupuk karakter-karakter yang melekat pada setiap kegiatan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Pengembangan karakter bisa juga melalui kegiatan rutin di sekolah. Kegiatan rutin di sekolah seperti upacara bendera, kerja bakti dan kegiatan lainnya akan membentuk karakter siswa. Pembiasaan dan budaya sekolah yang digambarkan sebagai kegiatan rutin sekolah merupakan contoh usaha sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter. Melalui pendekatan kegiatan inilah siswa akan lebih mudah bersosialisasi dengan guru atau siswa lainnya. Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana karakter yang dituntutkan dapat dilaksanakan di lapangan. Misalnya, sikap sekolah terhadap pelanggaran atau sanksi yang dilanggar siswa harus ditindak tegas. Tata tertib yang diterapkan akan membatasi perilaku siswa untuk berbuat negatif. Setiap guru di MA Ali Maksum berhak memberikan surat pernyataan dengan siswa agar tidak mengulangi perbuatannya. Surat pernyataan itu juga dilengkapi dengan materai sehingga membuat anak tidak mengulangi kembali. Pelanggaran dan hukuman yang diberikan akan memberikan efek jera bagi siswa untuk berbuat tidak baik. Menurut Zamakhsyari Dhofier, tujuan pendidikan Islam adalah memberikan moral, menghaluskan budi pekerti, meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan tersebut sesuai dengan realitas program yang telah dijalankan Madrasah Aliyah Ali Maksum. Pola penerapan karakter yang diterapkan melalui proses pembelajaran di madrasah dan kegiatan atau budaya pondok pesantren yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan diri kepada Allah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Keterkaitan antara takwa dan akhlak itu sejajar dengan keterkaitan antara iman dan amal, antara hubungan antara Allah (habl min Allah) dan hubungan dengan manusia (habl min al-nas). Pelajaran akhlak yang diajarkan di madrasah akan membantu siswa untuk memahami nilai-nilai tingkah laku manusia, baik tingkah laku yang berhubungan dengan Allah yaitu dengan melakukan ibadah, berhubungan dengan sesamanya yaitu dalam hal berhubungan dengan kegiatan sosial dan berhubungan dengan lingkungan yaitu makhluk atau benda lain ciptaan Allah. Dengan pemahaman yang baik maka respon karakter yang diberikan akan semakin baik berupa sikap atau tindakan.
2. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendidikan Karakter Guru merupakan salah faktor terpenting dalam proses penerapan pendidikan karakter di sekolah. Guru mempunyai tugas sebagai seorang pendidik dan menjadi pengganti orang tua di sekolah. Guru dapat dikatakan sebagai agen kebaikan atau agen perubahan, karena dengan posisi yang strategis guru bisa mengarahkan dan membentuk karakter siswa. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan guru harus mempunyai persepsi yang baik tentang pendidikan karakter. Dengan persepsi atau pandangan yang baik maka akan mudah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di kelas. Berikut adalah persepsi pengajar (guru) dan siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum tentang pendidikan karakter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
a. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendididikan Karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Upaya untuk melihat tingkat pemahaman atau persepsi pamong dan siswa terhadap pendidikan karakter diharapkan untuk dapat mengetahui sejauh mana pamong atau siswa memahami pendidikan karakter yang sudah berjalan di sekolah. Beragam jawaban muncul dari para pamong dan siswa. Dalam keragaman itu ada inti kesamaan pandangan mengenai hunungan pendidikan karakter dengan konsep ajaran dari Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan karakter identik dan cukup relevan dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara karena ajaran Ki Hadjar Dewantara sebagian besar juga mengajarkan pada budi pekerti dan nilai-nilai hidup. Hal tersebut menjadi nilai lebih dari sekolah di Tamansiswa khususnya di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Pada waktu wawancara dengan pamong maupun siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sebagian cukup menguasai apa arti dan hakekat pendidikan karakter. Sebagian besar dari pamong yang diwawancarai mampu menghubungkan antara mata pelajaran yang diampu dengan pendidikan karakter. Mereka sadar bahwa pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan di sekolah. Sehubungan ada sebagian pamong yang telah baik menunjukkan komitmen dan persepsinya mengenai profesinya, sejarah sekolah dan pemahaman mereka terhadap pendidikan karakter. Pemahaman siswa lebih ditekankan kepada kehidupan, keaktifan dan kegiatan yang menunjang pendidikan karakter di sekolah. Mereka yang aktif dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
organisasi mempunyai pengetahuan yang cukup baik dari yang tidak aktif dalam organisasi. Mereka hafal betul dengan konsep-konsep yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara. Bagi siswa, nilai-nilai karakter akan mudah dipahami ketika dalam pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti serta kegiatan ekstrakurikuler berjalan dengan baik. Pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti memberikan mereka sebuah wawasan nilai kehidupan melalui ajaran atau konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara. Dengan adanya pemahaman maka akan berpengaruh kuat dalam kehidupan seharihari. Pengaruh yang lain adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini akan membentuk kepemimpinan dan jiwa-jiwa yang positif dikarenakan adanya potensi karakter yang baik di setiap kegiatan ekstrakurikuler. Persepsi atau pemahaman pamong dan siswa seharusnya sudah diperoleh di lingkungan Tamansiswa. Tamansiswa sendiri mengajarkan nilai budi pekerti dengan konsep Ki Hadjar Dewantara sehingga ketika muncul pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah, semua komponen di Tamansiswa sudah siap dengan pola pendidikan karakter. Dampaknya para pamong dan siswa sebagian besar mempunyai persepsi yang cukup bagus. Dengan persepsi yang bagus sebagai modal bahwa moral knowing sudah melekat dalam masing-masing individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
b. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendidikan Karakter di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Guru dalam Madrasah Aliyah Ali Maksum mempunyai persepsi yang cukup kuat tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dijelaskan sebagian dari guru madrasah selalu dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan karakter erat dengan akhlak yang baik. Akhlak yang baik merupakan salah satu ciri orang yang mukmin (orang yang beriman). Hal tersebut merupakan tugas Madrasah Aliyah Ali Maksum yang ingin membentuk manusia-manusia yang mempunyai keselarasan antara akal dan spiritualitas. Dalam Islam tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika Islam. Nilai-nilai agama tidak berhenti pada proses ritual saja, melainkan proses aktualisasi di masyarakat luas. Dengan landasan dan keimanan yang kuat maka akan menjadi pondasi yang kokoh untuk membentuk karakter. Guru atau pengajar dalam MA Ali Maksum selain menguasai ilmu pendidikan sesuai dengan pelajarannya juga sebagian besar menguasai ilmu Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa guru atau pengajar alumni dari Pondok Pesantren Krapyak dan juga ada yang kuliah di Mesir. Persepsi dan pemahaman yang baik terhadap Islam akan mempengaruhi cara berinteraksi dengan siswa di sekolah. Dengan latar belakang tersebut maka persepsi guru terhadap pendidikan karakter selalu dikaitkan dengan ajaran Islam. Persepsi akan mempengaruhi cara dan penerapan dalam proses pembelajaran. Sebagian besar guru di MA Ali Maksum mempunyai pemahaman yang baik dengan pendidikan karakter, akan tetapi ada juga yang belum memahami pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
karakter. Hal ini diakibatkan kurang adanya sosialisasi dan kesadaran pribadi untuk memahami tentang pendidikan karakter yang dilaksanakan pemerintah atau instansi terkait. Budaya yang dikembangkan sekolah dapat mempengaruhi pola pikir siswa. Dalam madrasah siswa akan terbiasa dengan suasana-suasana Islam, sehingga pemahaman mereka tentang nilai-nilai Islam sangat baik. Hal tersebut menjadi kelebihan tersendiri bagi siswa di MA Ali Maksum karena selain mereka dapat memahami pelajaran umum, mereka juga baik dalam penguasaan dan pemahaman keilmuan agama Islam. Penguasaan ilmu pengetahuan dan ketakwaan menjadi parameter untuk selalu menjadi nilai lebih dalam sebuah lembaga pendidikan. Konsep pesantren mengadopsi sistem pendidikan umum dan secara bersamaan dan mengarahkan orientasi kepada peserta didik atau santri untuk dapat menguasai keilmuan umum dan agama. Dari segi tersebut maka setiap pengajar di madrasah dituntut untuk mengarahkan belajar peserta didik ke arah belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Allah. Siswa juga akan senang apabila pelajaran dikaitkan dengan nilai-nilai religius Islam. Hal tersebut terkadang dapat dijumpai pada pengajar yang dapat mengaitkan tema pelajarannya dengan nilai-nilai Islam. Dalam hal itulah para pengajar juga sering disebut ustad. Keberadaan inilah yang menjadikan pengajar atau guru di MA Ali Maksum sangat dihormati oleh siswanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Menurut Thomas Lickona, untuk mendapatkan karakter baik maka perlu adanya komponen moral knowing, moral feeling dan moral action. Moral knowing yang dimaksud adalah pemahaman mengenai pendidikan karakter itu sendiri. Apabila persepsi baik guru dan siswa mengenai pendidikan karakter baik, maka akan mendukung proses implementasi atau penerapan pendidikan karakter yang diharapkan. Nilai yang akan disalurkan juga tergantung sesuai dengan persepsi masing-masing. Apabila semua komponen mempunyai visi dan misi dan didukung oleh persepsi guru terhadap orientasi sekolah, maka siswa akan terbentuk sesuai yang diharapkan.
3. Aktualisasi (Pengamalan) Nilai-Nilai Karakter Pada Siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta Pendidikan
karakter
merupakan
suatu
proses
pendidikan
yang
menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan siswa sebagai pondasi dasar terbentuknya generasi yang mempunyai karakter yang baik. Sekolah merupakan tempat yang efektif sebagai pembentukan karakter individu sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkungannya. Lingkungan sekolah dapat menjadi tempat pendidikan yang baik bagi pertumbuhan karakter siswa. Pendidikan karakter akan lebih cepat berkembang apabila semua komponen dan kegiatan sekolah dapat diintegrasikan dalam program pembentukan karakter atau budi pekerti yang baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Lembaga pendidikan merupakan salah satu wahana untuk menanamkan pengertian nilai-nilai moral, membentuk dan melatih siswa dalam berperilaku yang baik. Sekolah juga sebagai wahana bagi praksis pendidikan nilai. Dalam sekolah diharapkan siswa belajar mengaktualisasikan nilai-nilai yang telah mereka dapatkan. Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dari aktualisasi siswa berupa sikap atau tindakan yang terlihat, bukan hanya sekedar pemahaman teoritis saja. Aktualisasi dalam diri siswa berupa perwujudan tindakan dan sikap inilah yang menjadi salah satu acuan keberhasilan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah. Kurang lebih terdapat 18 nilai pendidikan karakter yang bisa dikembangkan di sekolah. Nilai-nilai tersebut antara lain religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Dari nilai-nilai tersebut bisa berkembang lagi sesuai dengan kondisi dan tujuan sekolah masing-masing. Berkaitan dalam penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum, aktualisasi yang muncul beragam. Model dan konsep sekolah yang berbeda akan membuat pengaktualisasian dalam sikap siswa yang berbeda. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan tidak menggunakan sistem pondok atau asrama, sedangkan MA Ali Maksum melaksanakan sistem pondok atau asrama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
Pola penerapan pendidikan karakter, persepsi guru dan budaya sekolah akan mempengaruhi aktualisasi nilai karakter pada siswa di sekolah. Dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sikap atau karakter siswa yang terlihat meliputi toleransi, religius, disiplin, kejujuran, kreatif, kerjasama, komunikatif, peduli dan cinta tanah air . Nilai-nilai tersebut bisa terlihat dalam kegiatan siswa baik di dalam kelas atau di luar kelas. 1) Toleransi Toleransi merupakan sikap mampu menghargai perbedaan suku, gender, budaya dan agama. Pada dasarnya SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah sekolah yang siswanya terdiri dari beragam agama, budaya dan latar belakang. Hal ini bisa dilihat dari asal daerah siswa yang cukup beragam. Ada yang berasal dari Papua, dari Sunda dan dari Jawa. Terkait dengan agama yang dianut siswa juga beragam. Mayoritas agama yang dipeluk siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah Islam, tetapi juga ada yang beragama Kristen dan Katolik. Kaitannya dengan toleransi, sekolah ini mengajarkan ketika siswa bertemu dengan pamong maka mereka berjabat tangan dan mengucapkan kata “salam”. Kata salam ini bersifat netral dan sarat dengan makna toleransi. Selain itu dalam kegiatan agama misalnya peringatan Idul Adha, semua siswa dilibatkan untuk menjadi panitia kurban, termasuk siswa beragama Kristen dan Katolik. Toleransi agama sudah mulai muncul dan dikembangkan dalam kehidupan di sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
Toleransi di MA Ali Maksum ditunjukkan pada kegiatan sehari-hari di asrama. Dalam kegiatan musyawarah sikap toleransi bisa muncul. Mereka dilatih untuk bisa menghargai dan menghormati pendapat orang lain. Sikap toleransi juga muncul ketika mereka harus tidur dan berbagi bersama teman-temannya dalam satu kamar. Setiap kamar diisi 8-10 santri dengan sistem acak yang terdiri dari kelas X, XI dan XII, maka sikap toleransi yang muncul adalah tidak mengganggu ketika santri lain sedang beristirahat dan belajar. Kegiatan lain seperti antri untuk mandi, antri makan dan bergantian mencuci merupakan bagian dari sikap toleransi yang dikembangkan di pondok pesantren. 2) Religius Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan memiliki sifat religius yang cukup bagus. Sikap religius merupakan sikap siswa mampu beribadah dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas ibadah siswa, termasuk guru dan karyawan. Untuk siswa yang beragama Islam pada jam istirahat kedua siswa melakukan ibadah shalat dzuhur berjamaah, walaupun tidak diikuti semua siswa. Dalam shalat dhuhur biasanya didampingi oleh pamong sekolah. Untuk pelajaran agama, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan menyediakan pamong sesuai dengan kebutuhan keyakinan siswa. Dalam pengamatan tersebut bisa dilihat bahwa nilai-nilai religiusitas juga dikembangkan oleh sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
Hasil observasi dan wawancara bisa digambarkan bahwa santri di Madrasah Aliyah Ali Maksum sangat erat dengan suasana dan sikap religius (Islam). Dalam hal berpakaian, para santri putra memakai songkok atau kopiah, kemeja dan terkadang memakai sarung, sedangkan santri putri memakai jilbab atau kerudung serta atau memakai pakaian muslimah. Dalam hal menjalankan ibadah shalat lima waktu mereka mengutamakan jamaah di Masjid dekat madrasah. Dalam kesempatan waktu luang banyak dijumpai dari mereka yang sedang membaca Al Qur’an di ruang asrama atau di Masjid. Hal tersebut merupakan bahwa siswa gemar membaca kitab-kitab Islam. Sebagai contoh lain mereka mengerti bahwa umat Islam wajib shalat lima waktu, akan tetapi mereka mengerti keutamaan dari shalat yaitu berjamaah di Masjid. Mereka sadar bahwa dengan shalat berjamaah maka akan mendapatkan nilai lebih dari Allah. Contoh tersebut menggambarkan bahwa ada nilai lebih ketika mengetahui dasar dan ajaran Islam secara utuh, sehingga amal yang dilaksanakan dapat maksimal dan bermanfaat baik bagi dirinya ataupun orang lain. Kagiatan setelah sekolah kebanyakan dimanfaatkan dengan kegiatan untuk membaca dan menghafal kitab. Suasana Islam sangat kental dalam aktivitas di madrasah ataupun di asrama Pondok Pesantren Krapyak. Dalam kegiatan tersebut maka dapat diketahui bahwa nilai-nilai religius di MA Ali Maksum mudah diaktualisasikan karena lingkungan dan budaya Islam yang cukup baik. Sikap religius sangat erat dengan ketakwaan sehingga para siswa sadar karena dalam setiap kegiatan mereka selalu diawasi dan dilihat oleh Allah. Inilah yang menjadi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
kelebihan manusia ketika manusia bertakwa kepada Allah, maka manusia tersebut akan berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatannya. 3) Disiplin Kedisiplinan merupakan prioritas dalam menegakkan tata tertib yang ada di sekolah. Permasalahan kedisplinan juga akan berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam segi kedisiplinan siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah cukup baik. Salah satu contoh yang dapat dilihat ketika bel masuk, maka siswa masuk kelas dengan tertib. Hal ini bisa dilihat dari tingkat pelanggaran yang sedikit. Murid yang sedikit akan mempengaruhi tindakan dan perilaku siswa. Siswa yang tidak banyak juga akan mudah dikoordinasi dan dipantau oleh pamong. Dengan demikian, siswa cenderung mematuhi tata tertib sekolah. Kedisiplinan juga diperlihatkan pamong dalam mengajar. Pamong sudah siap sebelum jam mengajar. Pembiasaan dan sikap seperti ini akan membentuk kedisplinan siswa. Disiplin di MA Ali Maksum bisa ditunjukkan dalam sekolah dan di asrama. Sifat disiplin tercermin pada santri bisa dilihat dalam mengerjakan shalat wajib yang tepat waktu. Setiap datang waktu shalat para santri bergegas mengambil air wudhu dan menuju ke masjid yang tak jauh dari madrasah atau sekolah untuk melaksanakan shalat berjamaah. Hal tersebut merupakan kedisplinan dalam hal religius. Kedisplinan yang lain muncul ketika kegiatan di pondok pesantren. Para santri menghadiri kegiatan dengan tepat waktu. Untuk kedisiplinan di madrasah sendiri sudah cukup baik. Peran pengurus atau pembimbing pesantren di sini cukup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
penting untuk mengingatkan santri yang malas atau tertidur. Budaya saling mengingatkan ini yang bisa membentuk sikap kedisiplinan siswa. 4) Jujur Kejujuran adalah sebuah pernyataan dengan mengatakan yang sebenarnya. Hal ini bisa dilihat dalam proses wawancara yang dilakukan kepada siswa. Ketika diwawancarai muncul sikap terbuka dan jujur dari siswa. Mereka mau mengatakan kelemahan dan pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan ketika di sekolah. Kritikan juga sering muncul kepada pamong dan sekolah terutama dalam proses belajar mengajar. Sikap jujur sudah menjadi bagian dari sebagian siswa di Tamansiswa. Secara umum hal yang sama juga ditunjukkan di MA Ali Maksum. Dalam bersosialisasi dengan santri lain terkadang kegiatan pinjam meminjam sering terjadi antara santri dengan temannya. Dengan ijin meminjam barang milik orang lain dan mengembalikannya merupakan perbuatan jujur. Hal tersebut sering terjadi karena tidak semua santri memiliki barang yang dipunyai temannya. Kejujuran juga bisa muncul dalam kegiatan olahraga. Olahraga sikap sportifitas harus dijunjung tinggi dan di dalam sikap tersebut salah satunya terdapat sikap jujur atau tidak curang dalam bertanding. 5) Komunikatif dan Bersahabat Komunikatif
merupakan
sebuah
sikap
yang
mudah
untuk
diajak
berkomunikasi dengan orang lain. Sikap ini ditunjukkan para siswa ketika bertemu dengan seseorang. Mereka selalu mengucapkan “salam” ketika bertemu dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
pamong atau tamu yang datang ke sekolah. Mereka sering tegur sapa dengan orang yang ditemuinya walaupun orang itu asing. Dalam kegiatan wawancara mereka menunjukkan sikap yang cukup bersahabat. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai sikap komunikatif dan bersahabat. Sikap serupa ditunjukkan di MA Ali Maksum. Sikap bersahabat dan akrab ditunjukkan ketika observasi di asrama. Diketahui dalam lingkungan madrasah mereka terkesan pemalu, akan tetapi ketika di asrama mereka sangat ramah dan sering bercanda dengan temannya. Sikap komunikatif juga terlihat dalam kegiatan musyawarah. Mereka dilatih untuk berkomunikasi dengan baik. Selain itu kegiatan musyawarah akan membentuk nilai demokratis. Persahabatan antara santri dan pembimbing seperti adik dan kakak. Mereka saling menghormati dan menghargai. 6) Kreatif dan Kerjasama Kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk mengasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai beragam kegiatan ekstrakurikuler yang melatih kekompakan dan kreatifitas. Contoh kegiatannya misalnya seni karawitan, seni lukis dan seni teather. Dalam kegiatan yang bercorak seni tersebut membutuhkan kerjasama karena tidak akan bisa berdiri sendiri. Selain itu dalam pementasan butuh ide-ide yang kreatif supaya karya yang disajikan menarik. Sikap ini dimiliki siswa ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang bisa membentuk karakter siswa untuk kreatif adalah Seni Hadrah, Kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
Ilmiah Remaja (KIR), seni kaligrafi dan tata boga serta tata busana. Mereka diajarkan kegiatan-kegiatan
tersebut
selain
utuk
melatih
kreatifitas
juga
meningkatkan skill siswa sesuai dengan minatnya. Beberapa karya busana dari siswa juga dijual dan dipamerkan di toko yang dikelola Pondok Pesantren Krapyak dekat kompleks asrama MA Ali Maksum. 7) Peduli Sikap peduli merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain. Sikap peduli yang dimiliki siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan salah satunya melalui kegiatan kerja bakti. Kerja bakti merupakan proses pembelajaran kepada siswa untuk menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap orang lain dan lingkungan. Setiap minggunya biasanya siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mengadakan kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar sekolah. Sikap peduli yang terlihat dalam siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum melalui kegiatan kerja bakti dan kegiatan di asrama. Kegiatan kerja bakti dilakukan untuk menumbuhkan rasa peduli kepada linggkungan, sedangkan kegiatan di asrama menumbuhkan peduli dengan sesama teman. Ketika ada teman yang sakit maka teman yang lain ikut membantu merawat. Contoh lain apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar maka dibantu oleh temannya. Hal itu terlihat dalam asrama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
8) Cinta tanah air Sikap cinta tanah air merupakan cara berfikir, bertindak dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa. Sebagai siswa sikap ini bisa ditunjukkan melalui kegiatan upacara bendera. Dalam upacara bendera siswa, serangkaian kegiatan seperti menghormati bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, membacakan UUD 1945 dan Pancasila harapannya dapat memupuk rasa cinta tanah air dan kebangsaan. Dalam pelaksanaannya upacara di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum berbeda. Kalau di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dilaksanakan rutin setiap hari senin, sedangkan di MA Ali Maksum dilaksanakan sebulan sekali yaitu pada tanggal 17. Tata cara dan pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan sekolah yang lainnya, hanya kalau di MA Ali Maksum petugas dan peserta upacaranya diatur dan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Dari kegiatan itulah jiwa cinta tanah air bisa masuk dalam siswa di madrasah. Melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti seni karawitan, seni musik dan penggunaan bahasa lokal termasuk sikap cinta tanah air. 9) Mandiri Kemandirian menjadi bagaian dari kehidupan sehari-hari santri di MA Ali Maksum. Sikap kemandirian bisa dilihat ketika mereka harus menjalani kehidupan sendiri. Mereka bisa memanajemen waktu mereka sendiri dalam kegiatan yang cukup padat. Seperti anak kost, mereka mencuci piring, gelas dan menyetrika pakaian sendiri. Kebiasaan ini akan terbentuk ketika mereka akan hidup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
dilingkungan yang berbeda dan jauh dari perhatian orang tua. Mereka juga dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Sikap mandiri yang ditunjukkan siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan lebih terlihat kepada penugasan yang diberikan pamong kepada siswa. Selebihnya sulit melihat kemandirian siswa dikarenakan waktu sebagian besar dihabiskan siswa di rumah bersama keluarga dan lingkungannya. 10) Tanggung jawab Dalam sikap tanggung jawab siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan lebih kepada pengerjaan tugas di rumah yang diberikan pamong dan tanggung jawab dalam palaksanaan kegiatan sekolah misalnya upacara bendera. Meraka dengan tanggung jawab bertugas sebagai petugas upacara bendera sesuai dengan kepercayaannya. Sikap tanggung jawab lainnya adalah dengan menjaga lingkungan dengan kerja bakti dan piket kelas yang sudah terjadwal. Untuk tanggung jawab mereka terhadap Allah, siswa terlihat melakukan ibadah shalat dhuhur berjamaah di sekolah. Secara umum sikap tanggung jawab di MA Ali Maksum sama dengan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Tanggung-jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat lingkungan, negara dan agama (Tuhan Yang Maha Esa). Hal-hal dilaksanakan santri dengan tanggung jawab mereka sebagai manusia yang hidup mandiri. Mereka mengerjakan kewajiban sekolah dengan mengumpukan tugas, masuk sekolah dan sebagainya. Dalam lingkungan pondok pesantren yaitu mereka harus tanggung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
jawab misalnya tanggung jawab terhadap kebersihan kamar, jadwal piket dan tanggung jawab terhadap penugasan seperti hafalan dan amalan lainnya. Dalam sisi agama, mereka menjalankan ibadah agama seperti shalat, membaca kitab, melakukan ibadah sunnah yang dilakukan setiap hari merupakan tanggung jawab mereka terhadap Allah. Nilai-nilai di atas merupakan contoh aktualisasi nilai-nilai karakter pada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum. Nilai-nilai karakter tersebut bisa muncul dari budaya sekolah, keteladanan dan dorongan dari sekolah. Nilai budi pekerti luhur atau akhlak mulia seharusnya bukan hanya diajarkan di sekolah melainkan harus dilaksanakan dalam setiap kesempatan. Lingkungan yang baik maka akan membentuk karakter yang baik juga. Ada beberapa nilai karakter yang muncul dalam kegiatan sehari-hari di Pondok Pesantren Krapyak yang tidak terdapat dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Siswa di madrasah dikondisikan dengan lingkungan pondok pesantren, sehingga nilai karakter yang terlihat cukup banyak. Siswa di pondok pesantren akan mudah karena didukung oleh lingkungan dan fasilitas, sehingga memudahkan untuk melihat kebiasaan siswa. Hal yang berbeda di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, siswa banyak menghabiskan waktunya dirumah sehingga sudah menjadi tanggungjawab dari orang tua. Nilai-nilai karakter lain yang terlihat dari kegiatan Pondok Pesantren adalah sikap sederhana siswa. Kesederhanan ini bisa dilihat dari santri bisa menyesuaikan kondisi di madrasah dan pondok pesantren yang terbatas. Mereka tidur bersama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
sekitar 7-10 santri lainnya dengan luas kamar kurang lebih 4 x 6 meter untuk santri putra. Fasilitas yang terdapat di kamar cukup sederhana yaitu almari dan alas untuk tidur. Hal lain yang bisa dilihat adalah penampilan dari santri. Kebanyakan dari mereka berpakaian sederhana dengan menonjolkan ciri khas Islam. Pola makan dan gaya hidup juga terlihat cukup sederhana. Dalam kehidupan keseharian santri dilarang membawa alat komunikasi, laptop dan alat transportasi seperti motor kecuali sepeda. Ada aturan yang membuat mereka harus meninggalkan sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok anak muda atau remaja sekarang. Kehidupan keseharian di pondok pesantren tidak lepas dari komunitas santri. Walaupun homogen tetapi tetap ada perbedaan latar belakang daerah asal dan budaya. Madrasah Aliyah Ali Maksum mayoritas berasal dari luar kota Yogyakarta, bahkan cukup banyak dari luar Jawa. Sikap toleransi sangat terlihat ketika mereka bersama untuk saling berkumpul dan bersama. Kegiatan asrama dan lokalisasi tempat meyebabkan adanya kedekatan persahabatan yang kuat. Mereka tidur, makan, sekolah, susah, bahagia bersama. Mereka saling berbagi dan membantu untuk menyelesaikan masalah, baik masalah sekolah, pondok ataupun masalah lainnya. Selain itu mereka sering dilibatkan dalam kepanitiaan di kegiatan Pondok Pesantren. Dengan kepanitian ini hubungan mereka semakin dekat. Kesabaran merupakan suatu sikap ketenangan hati dan berupaya menahan diri dalam menghadapi cobaan. Sikap sabar menjadi salah satu sifat yang dimiliki santri di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Kesabaran santri di Madrasah Aliyah Ali Maksum sangat terlihat ketika praktik dalam kesehariannya. Dalam kesehariannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
santri harus antri baik untuk memperoleh jatah makan, mandi, buang air besar atau untuk sekedar mencuci ataupun menyetrika. Dengan kesabaran inilah para santri dapat beradaptasi dan sekaligus bertahan untuk menjadi santri. Kalau mereka tidak mempunyai kesabaran maka mereka akan gagal melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Aktualisasi yang terlihat di atas merupakan hasil pengamatan dan wawancara yang di sekolah. Sikap atau tindakan yang terlihat merupakan hasil dari penanaman nilai-nilai tersebut dan pembiasaan berupa budaya serta pola yang diterapkan di sekolah. Sikap inilah yang akan memberikan nilai lebih dalam sekolah apabila bisa membentuk peserta didik menjadi cerdas dan mempunyai budi pekerti (akhlak) yang baik. Semakin banyak dan beragam karakter baik yang terlihat dalam siswa maka keberhasilan sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter berhasil, sebaliknya apabila karakter tidak terlihat maka penanaman pendidikan karakter di sekolah tersebut perlu di evaluasi kembali. Dalam aktualisasi diri siswa, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum sudah muncul karakterkarakter yang diharapkan. Perlu evaluasi kembali supaya nilai-nilai karakter yang baik muncul lebih beragam dan bermanfaat. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Kebijakan pendidikan harus berujung untuk membentuk karakter warga negara Indonesia yang baik. Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Menurut grand desain pendidikan karakter, untuk kemajuan Negara Republik Indonesia diperlukan karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi IPTEK berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai kelima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain. Bersumber dari agama berarti masyarakat Indonesia, oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat dan berbangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum nilai-nilai religius dikembangkan di sekolah masing-masing. Kedua sekolah tersebut samacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
sama memasukkan agama sebagai sumber pembentukan karakter. Hal itu terbukti dari pengajaran dan aktualisasi yang terlihat di dalam sekolah. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai siswa yang beragam agamanya. Dalam aktualisasinya siswa dalam sekolah yang terlihat adalah bagi siswa muslim melaksanakan ibadah shalat dhuhur secara berjamaah. Siswa yang beragama lain juga diberi kesempatan untuk belajar dengan menyediakan pamong dan fasilitas yang diperlukan. Sikap patuh dalam melaksanakan ajaran agama merupakan salah satu keberhasilan sekolah dalam mengembangkan nilai-nilai religius dalam sekolah. Sama halnya dengan di MA Ali Maksum, nilai-nilai religius sangat terlihat. Sekolah yang mempunyai basis siswa muslim dan berlandaskan pendidikan Islam akan mempunyai bentukan karakter yang berbeda. Secara budaya, ajaran dan keteladanan Islami sangat kental di madrasah. Salah satu kelebihan di MA Ali Maksum adalah madrasah memfasilitasi kegiatan siswa, sehingga siswa langsung bisa praktek dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mudah ditemui di Masjid dan mereka melaksanakan shalat berjamaah, membaca kitab, mengikuti kajian (sorogan dan bandongan), dan kegiatan lainnya. Nuansa dan penampilan siswa juga sudah menunjukkan identitas agamanya. Pengamalan yang lain adalah sikap dan perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, tidak semena-mena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
terhadap orang lain, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, berani membela kebenaran dan keadilan, merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta mengembangkan sikap hormatmenghormati. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai konsep sistem among dalam pelaksaan pendidikan. Sistem among dalam penerapannya menempatkan manusia sebagai subyek dan obyek anta sesama. Dalam hal ini hubungan antara siswa dan pamong diharapkan dapat memanusiakan manusia, saling menghargai dan saling menghormati. Oleh karena itu di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan budaya toleransi sangat terasa sekali. MA Ali Maksum juga menjunjung tinggi nilai kemanusian melalui proses pendampingan yang dilakukan di asrama pondok pesantren. Mereka diajarkan untuk saling mencintai, menghormati, dan toleransi selama belajar di Pondok Pesantren Krapyak. Mereka diajarkan untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam kondisi inilah ada nilai kebersamaan sehingga nilai-nilai kemanusiaan muncul dikarenakan mereka merasa dirinya bagian dari komunitas yang lain. Dalam persatuan dan kesatuan bangsa komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang berBhinneka Tunggal Ika. Karakter kebangsaan juga dimiliki oleh siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum salah satunya melalui kegiatan upacara bendera. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan setiap hari Senin dan peringatan hari Nasional. Suasana yang berbeda dilaksanakan MA Ali Maksum. Dalam pelaksanaan upacara bendera dilaksanakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Intensitas pelaksanaan di MA Ali Maksum memang lebih sedikit, akan tetapi minimal ada nilai kebangsaan yang dikembangkan dalam sekolah yang bernuansa Islam. Dalam berkomunikasi sehari-hari terutama dalam kegiatan formal semua siswa ataupun guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai bentuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan merupakan karakteristik pribadi warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama, menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Karakter kerakyatan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan tercermin pada kegiatan ektrakurikuler, khususnya dalam Persatuan Pelajar Tamansiswa (PPTS). PPTS mempunyai banyak program dan sebelum dilaksanakan para siswa melakukan rapat kepanitiaan. Hal tersebut selain membentuk jiwa kepemimpinan, kerja sama juga melatih siswa untuk tidak memaksakan kepentingan sendiri, oleh karena itu biasanya orang yang aktif organisasi mempunyai karakter yang lebih beragam dari pada orang yang tidak aktif. Melalui organisasi mereka dilatih, diajarkan dan sekaligus dapat mengaktualisasikan atau mengamalkan dirinya dalam bersosialisasi dengan orang lain. Untuk mewujudkan karakter kerakyatan maka dalam menyelesaikan permasalahan mengutamakan musyawarah. Hal tersebut sudah terjadwal dalam kegiatan pondok pesantren. Dalam musyawarah di damping oleh musyrif sebagai penengah dan pemimpin dalam forum. Musyawarah mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab dan berani mengambil keputusan. Komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan, sikap adil, menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban, hormat terhadap hak-hak orang lain, suka menolong commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
orang lain, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak boros, tidak bergaya hidup mewah, suka bekerja keras, menghargai karya orang lain. Suasana kekeluargaan dan sikap menghormati merupakan bagian dari kehidupan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum. Sistem among dalam bahasa Jawa berarti ngemong atau berarti mengasuh anak. Anak dianggap sebagai keluarga sehingga dalam pelaksanaannya pamong dituntut untuk bersikap bijak dalam menghadapi muridnya. Hal tersebut bisa dilihat dalam proses pembelajaran. Pamong cukup memperhatikan dan terkadang menanyakan kesulitankesulitan yang dihadapi siswanya. Proses kegiatan tersebut mengajarkan juga akan rasa tolong menolong, keadilan dan menjaga keharmonisan antara hak dan kewajiban. Hal yang tidak jauh berbeda juga diterapkan dalam MA Ali Maksum. Sistem pembinaan juga dilaksanakan melalui pendampingan oleh musyrif. Musyrif atau pembimbing sudah dianggap sebagai keluarga bagi para siswa sebagai pengganti orang tua di asrama. Dalam kegiatan asrama inilah arahan-arahan diberikan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Dari kedua metode tersebut akan memunculkan karakter-karakter yang dapat mengajarkan siswa untuk berkarakter berkeadilan sosial dalam lingkungannya. Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian tersebut tercermin dalam kehidupan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum. Cakupan dari semua proses yang diterapkan di sekolah harapannya bisa menjadi tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta bertanggung jawab serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Dalam tujuan pendidikan nasional ditekankan sikap akhlak mulia bisa dikembangkan di lembaga pendidikan dengan ciri, kekhasan dan potensinya sendiri. Sekolah
diberikan
ruang
untuk
memprioritaskan
nilai-nilai
yang
akan
dikembangkan. Dengan nilai-nilai yang terlihat dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum bisa menghasilkan kader-kader yang cerdas dan berakhlak mulia. Sifat-sifat inilah yang akan merubah Indonesia ke depan lebih baik lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan serta pembahasan hasil penelitian, maka dapat dihasilkan suatu kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak menggunkan pola yang hampir sama yaitu melalui kurikulum pembelajaran (terdapat pelajaran yang mengajarkan akhlak atau budi pekerti), budaya sekolah, kegiatan estrakurikuler, dan keteladanan guru. Pola lain yang diterapkan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah sistem among yaitu metode mendidik yang berjiwa kekeluargaan yang bersendi kepada kemerdekaan dan kodrat alam. Pola tersebut berpijak dari ajaran Ki Hadjar Dewantara sehingga sekolah di Tamansiswa mempunyai sifat nasionalisme yang tinggi dengan pendekatan budaya. Pola pendidikan karakter yang diterapkan di Madrasah Aliyah Ali Maksum dalam dengan model asrama (pondok pesantren). Nilai-nilai Islam menjadi acuan sehingga sekolah ditujukan untuk cenderung membentuk karakter Islam. 2. Persepsi atau pandangan guru dan siswa mengenai pendidikan karakter akan mempengaruhi dalam penerapannya di sekolah. Persepsi yang baik akan memudahkan guru untuk melaksanakan dan menyadarkan bahwa guru bukan sekedar menyampaikan pengetahuan umum tetapi juga menyampaikan nilaicommit to user 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
nilai karakter yang baik. Persepsi pengajar dan siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum cukup baik. Persepsi guru dan siswa tentang pendidikan karakter yang muncul di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan lebih menekankan pada konsep budi pekerti yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, sedangkan di Madrasah Aliyah Ali Maksum persepsi guru dan siswa lebih menekankan pada karakter Islam. Persepsi tersebut didasari dengan ideologi yang diterapkan di sekolah masing-masing. 3. Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dari aktualisasi (pengamalan) siswa berupa sikap atau tindakan yang terlihat pada siswa. Aktualisasi atau pengamalan yang muncul pada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum secara umum sama yaitu meliputi toleransi, religius, disiplin, kejujuran, kreatif, kerjasama, komunikatif, peduli, tanggung jawab, cinta tanah air dan mandiri. MA Ali Maksum dengan konsep pondok pesantren mempunyai nilai lebih beragam. Dengan adanya waktu dan kebersamaan serta pengawasan dari sekolah akan menghasilkan siswa-siswa yang berkarakter.
Salah satu contohnya kesabaran, kesederhanaan, tolong
menolong yang terlihat dalam kegiatan sehari-hari. Aktualisasi tersebut terlihat dari kegiatan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
B. Implikasi Pola yang dikembangkan dan diterapkan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum hampir sama yaitu melalui keteladanan, kegiatan ekstrakurikuler, budaya sekolah dan dalam proses pembelajaran, akan tetapi konsep dasar yang diajarkan berbeda. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan lebih cenderung kepada konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara sehingga karakter nasionalis dan pengembangan budaya lebih menonjol. Berbeda dengan Madrasah Aliyah Ali Maksum yang lebih bersifat Islam. Dengan pola dan penerapan yang menjadi ciri masing-masing sekolah, maka akan membentuk karakter siswa sesuai dengan cara dan ajaran sekolah masing-masing. Siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai sifat nasionalis yang baik, sedangkan siswa di MA Ali Maksum mempunyai sifat religius atau keagamaan Islam yang baik. Persepsi yang muncul mengenai pendidikan juga tidak jauh dari konsep dasar ajaran masing-masing sekolah. Persepsi guru dan siswa sebagian besar sudah cukup baik tentang pendidikan karakter, akan tetapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas masih belum optimal. Guru belum bisa memanfaatkan ruang tersebut untuk memasukkan nilai-nilai kepada siswa. Dampaknya moral knowing yang didapatkan siswa belum optimal. Hal tersebut akan berpengaruh pada proses aktualisasi nilai-nilai karakter pada siswa. Aktualisasi atau pengamalan yang muncul beragam dari siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum. Aktualisasi bisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
dilihat dalam kegiatan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran aktualisasi yang muncul belum terlihat dalam siswa. Metode pembelajaran yang variatif atu beragam belum dilaksanakan beberapa guru di kedua sekolah tersebut, sehingga guru perlu memaksimalkan proses pembelajaran di kelas.
C. Saran 1. Kepada pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menerbitkan buku pedoman petunjuk pelaksanaan pendidikan karakter sampai hal teknis, supaya memudahkan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. 2. Kepada sekolah a. Untuk di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan perlu dikembangkan dan ditambah jam untuk pelajaran budi pekerti dan ketamansiswaan. b. Untuk di Pondok Pesantren Ali Maksum dalam kurikulumnya perlu dikembangkan untuk memberi peluang sosialisasi dalam kehidupan masyarakat. 3. Kepada guru a. Untuk
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan peran guru dalam proses
pembelajaran lebih dioptimalkan lagi, karena peran guru sangat strategis dalam pembentukan karakter. Guru hendaknya bukan hanya sekedar mentransfer atau menyalurkan ilmu saja melainkan juga penting mengajarkan nilai-nilai akhlak mulia atau budi pekerti kepada siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
b. Untuk di MA Ali Maksum perlu hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang beragam
dan inovatif dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran menarik akan membuat pelajaran menarik, sehingga mengurangi kepenatan siswa.
commit to user