PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL BAMBOO DANCING DI SDN 35 PENGAMBIRAN KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG Meriana kartika 1, Drs Wince Hendri, M.si 2, Safni Gustina Sari M.Pd1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] __________________________________________________________________________ Abstrak This research is motivated by the lack of student learning outcomes, due to lack of teachers to implement the model in the learning process and students' lack of participation or lack partisiswa ask, answer questions, express opinions and make a summary. Students tend to be passive and just record the learning process and the learning process occurs approximately two-way communication between teachers and students. The purpose of this study is to describe the increase in participation and student learning outcomes in science learning through this learning model Dancing.Penelitian Bamboo uses classroom action research (CAR), the subject of this research is class IVa totaling 37 students. Research instrument in this study is the observation sheet implementation of student activity participation, teacher observation sheet activities and tests student learning outcomes. This study showed an increase in the participation and learning outcomes of students in learning science by using Dancing Bamboo models this can be seen students ask questions of (64.86%) achieved an increase (86.48%), students answer questions (67.56% ) achieved an increase (94.59%), students express opinions (70.27%) increased to (97.29%), and students create a summary (67.56%) increased to (89.18%) of mastery learning outcomes in the first cycle (48.64%) and the sisklus II increased to (86.48%). Based on the results of this study concluded that the learning model Bamboo Dancing. Keywords: Participation, Learning Outcomes, Learning IPA ___________________________________________________________________________ datang. Pendidikan berperan penting A. PENDAHULUAN 1.
dalam rangka mencerdaskan kehidupan
Latar Belakang Masalah Pendidikan
merupakan
salah
satu
bangsa.
Oleh
sebab
itu
pemerintah
faktor penentu dalam upaya meningkatkan
menerapkan sistim pendidikan nasional
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
yang berorientasi pada peningkatan mutu
selalu mengupayakan kehidupan manusia
pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan
ke arah yang lebih baik dimasa akan
menghasilkan manusia yang berkualitas dan 1
berakhlak mulia. Sesuai dengan undang-
Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru
undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa
karena guru lebih mementingkan pada
Pendidikan
pencapaian kurikulum.
Nasional
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan alam
menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada
(IPA) merupakan mata pelajaran yang
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
wajib diberikan dan dipelajari di Sekolah
berilmu
Dasar (SD), mulai dari kelas I sampai kelas
dan
bertanggung
jawab
(Depdiknas,2006:76).
VI. IPA juga merupakan suatu mata
Hamalik (2007:16) mengemukakan bahwa,
pelajaran
Pendidikan adalah suatu proses dalam
memberikan kesempatan berfikir kritis dan
rangka mempengaruhi peserta didik supaya
objektif kepada peserta didik. Dalam proses
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
pembelajaran
dengan lingkunganya, dan dengan demikian
pemberian pengalaman langsung untuk
akan dirinya
menimbulkan yang
yang
dapat
IPA
melatih
menekankan
dan
pada
perubahan
dalam
mengembangkan kompetensi siswa agar
memungkinkanya
untuk
dapat menumbuhkan kemampuan berfikir,
berfungsi dalam kehidupan masyarakat.
bekerja,
Pengajaran bertugas mengarahkan proses
mengkomunikasikannya
ini agar sasaran dari perubahan itu dapat
penting
tercapai sebagaimana yang diinginkan”.
mempelajari dan memahami alam semesta.
(Aqib
2007:14)
Pendidikan
dan
bersikap
kecakapan
ilmiah sebagai
hidup
serta aspek
agar
siswa
adalah
Pembelajaran IPA di SD terdiri dari
pengaruh bimbingan, arahan dari orang
empat aspek yakni: makhluk hidup dan
dewasa kepada anak yang belum dewasa
proses kehidupannya, benda/ materi, sifat
agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki
dan
kepribadian yang utuh dan matang.
perubahannya,
kegunaannya, serta
energi bumi
dan
dan
alam
Proses pembelajaran yang sementara ini
semesta. Keempat aspek ini merupakan
dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan
fokus tujuan pembelajaran IPA di SD.
masih banyak yang mengandalkan cara-
Menurut
cara lama dalam penyampaian materinya.
pembelajaran
Pembelajaran yang baik adalah bersifat
menumbuhkan
menyeluruh dalam melaksanakannya dan
bekerja,
mencakup aspek kognitif, sehingga dalam
mengkomunikasikannya
pengukuran tingkat keberhasilannya selain
penting kecakapan hidup”.
Depdiknas
dan
IPA
(2006:
bertujuan
untuk
kemampuan bersikap
484)
berfikir,
ilmiah, sebagai
”
serta aspek
dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas
Dari empat aspek pembelajaran IPA,
yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.
maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang 2
tepat dan dapat melibatkan siswa secara
pembelajaran
yang
belum
aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.
Kriteria Ketuntasan Minimal.
mencapai
Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan
Dari 37 orang siswa, tidak semua hasil
secara berkelanjutan untuk mengimbangi
ujian semester siswa pada mata pelajaran
perkembangan
IPA mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
teknologi.
Untuk
meningkatkan pembelajaran tersebut tentu banyak tantangan yang dihadapi. Berdasarkan
di
Dalam hal ini, peneliti memberikan dapat
solusi terhadap masalah tersebut di atas,
disimpulkan bahwa betapa pentingnya mata
yaitu melalui pembelajaran kooperatif tipe
pelajaran IPA untuk dikuasai dengan baik
Bamboo Dancing. Menurut Lie (2010:67)
oleh siswa sebagai generasi penerus bangsa.
menyatakan bahwa melalui model ini siswa
IPA merupakan pelajaran yang menuntut
bekerja
siswa untuk berpikir kritis dan tanggap
suasana gotong royong dan mempunyai
dalam menanggapi isu di masyarakat yang
banyak
diakibatkan
informasi dan meningkatkan keterampilan
teknologi
uraian
(KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70.
dampak serta
mengatasi
atas,
perkembangan
diharapkan
masalah
yang
mampu ada
di
lingkunganya.
dengan
sesama
kesempatan
berkomunikasi.
siswa
untuk
Pembelajaran
dalam
mengolah
melalui
Model Bamboo Dancing diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Selanjutnya
Berdasarkan hasil
wawancara yang
guru membagi kelas menjadi 3 kelompok
dilaksanakan peneliti pada tanggal 11
besar. Jika dalam satu kelas ada 37 orang,
November 2012 dengan Salmiwati S.Pd
maka tiap kelompok besar terdiri 12 orang,
(guru kelas IVa SD), peneliti melihat belum
setiap kelompok besar yaitu 12 orang
maksimalnya
memberikan
berdiri berjajar saling berhadapan dengan 6
pembelajaran. Guru belum sepenuhnya
orang lainnya yang juga dalam posisi
melibatkan siswa. Partisipasi siswa belum
berdiri
terlihat dalam pembelajaran. Guru hanya
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
manggunakan metode ceramah saja di
pembelajaran
dalam pembelajaran siswa sehingga siswa
Dancing merupakan model pembelajaran
cepat bosan, dan banyak yang bermain-
yang menuntut kerjasama antara siswa dan
main di
dapat menjadikan siswa terlibat aktif dan
guru
dalam
dalam kelas.
memperhatikan
guru
Siswa kurang pada
saat
pembelajaran. Sehingga menyebabkan tidak adanya
partisipasi
siswa
didalam
pembelajaran dan berujung pada hasil
berjajar
(Suprijono,
melalui
model
2010:98).
Bamboo
dirasa dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar yang optimal. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
telah
melakukan
Penelitian 3
Tindakan Kelas (PTK) tentang Model
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
Bamboo Dancing dengan harapan dapat
meningkat, Wardani (2003:14).
membantu
Partisipasi Pembelajaran
guru
dalam
meningkatkan
Partisipasi dan hasil belajar siswa IPA itu
Menurut Raymond (dalam Tukiran,
sendiri. Adapun judul penelitian ini adalah
2010:96), partisipasi bisa diartikan sebagai
“ Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar
ukuran
siswa kelas IVa pada pembelajaran IPA
aktivitas-aktivitas
dengan menggunakan model pembelajaran
(dalam
kooperatif Tipe Bamboo Dancing di SDN
bahwa dalam konteks pembelajaran di
35
kelas,
Pengambiran
Kecamatan
Lubuk
keterlibatan
anggota
dalam
kelompok.
Tukiran,
2010:96)
partisipasi
Svinicki menyatakan
didefinisikan
sebagai
Begalung Padang”.
keterlibatan aktif siswa dalam pemunculan
2.
ide-ide dan informasi, sehingga kesempatan
Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan peningkatan partisipasi siswa dalam melakukan
pembelajaran
belajar dan pengingatan materi bisa lebih lama.
Tannenbaun
dan
Hahn
(dalam
IPA melalui model Bamboo Dancing di
Tukiran, 2010:96) “partisipasi merupakan
kelas IVa SDN 35 Pengambiran, Padang.
suatu tingkat sejauh mana peran anggota
2. Mendeskripsikan
peningkatan
hasil
melibatkan
diri
dalam
kegiatan
dan
belajar siswa pada pembelajaran IPA
menyumbangkan tenaga dan pikirannya
melalui model Bamboo Dancing di kelas
dalam
IVa SDN 35 Pengambiran, Padang.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran sering
3. Mendeskripsikan
partisipasi
belajar
pelaksanaan
dalam
pada pembelajaran IPA di SDN 35
evaluasi
Pengambiran, melalui model Bamboo
2006:156).
Dancing
Hasil Belajar
Jenis penelitian yang digunakan dalam
tersebut”.
juga diartikan sebagai keterlibatan siswa
siswa kelas IVa membuat rangkuman
B. METODELOGI PENELITIAN
kegiatan
perencanaan,
pelaksanaan,
pembelajaran
dan
(Mulyasa,
Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk melihat keberhasilan siswa dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan
menguasai
kelas
disampaikan selama pembelajaran. Hal ini
(classroom
action
research).
materi
ditentukan
pelajaran
dengan
yang
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian
akan
terjadinya
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
perubahan tingkah laku pada siswa setelah
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan
proses pembelajaran berakhir. Sebagaimana
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai
hal yang dikemukakan oleh Suprijono (2010:5) bahwa “hasil belajar adalah pola4
pola
perbuatan,
pengertian,
nilai-nilai,
sikap-sikap,
pengertian-
apresiasi,
untuk
dan
1)
informasi
verbal
yaitu
data
tentang
partisipasi siswa dalam pembelajaran
keterampilan”. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2010:5-6) hasil belajar berupa:
mendapatkan
IPA. b). Mahasiswa (peneliti); untuk melihat
kapabilitas
tingkat keberhasilan pembelajaran IPA.
mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
c). Guru kelas yang bersangkutan; untuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis, 2)
melihat implementasi PTK baik dari
keterampilan intelektual yaitu kemampuan
siswa maupun guru praktisi
mempresentasikan konsep lambang, 3) strategi
kognitif
yaitu
kecakapan
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan beberapa instrumen untuk
menyalurkan dan mengarahkan aktifitas
mengumpulkan data, yaitu:
kognitifnya
keterampilan
1. Lembaran observasi untuk siswa, untuk
melakukan
mendapat informasi tentang partisipasi
serangkaian gerak jasmani dalam urusan
dan hasil belajar siswa dalam proses
koordinasi, 5) sikap adalah kemampuan
pembelajaran. Observasi kegiatan untuk
menerima atau menolak objek berdasarkan
guru dan dilakukan untuk mengamati
penilaian terhadap objek tersebut.
berlangsungnya
motorik
sendiri,
yaitu
4)
kemampuan
proses
pembelajaran
Hasil belajar merupakan pemberian nilai
IPA. Dengan berpedoman pada lembaran
terhadap hasil-hasil belajar tertentu yang
observasi ini, peneliti mengamati apa
dicapai oleh peserta
yang terjadi pada proses pembelajaran
kriteria
tertentu,
didik berdasarkan
hasil
belajar
juga
berlangsung
merupakan tolak ukur yang digunakan
2. Tes hasil belajar
dalam mengetahui dan memahami suatu
Tes
pelajaran. Selain itu, hasil belajar juga
mendapatkan nilai sebagai hasil belajar
berupa keterampilan, nilai dan sikap murid
siswa.
setelah mengalami proses belajar.
hasil
belajar
digunakan
untuk
Indikator keberhasilan pada penelitian
Sumber Data
ini adalah apabila persentase partisipasi
Sumber data penelitian ini adalah dari
siswa dalam pembelajaran sudah masuk
proses pembelajaran IPA dengan kebutuhan
dalam kategori banyak yaitu ≥70%. Siswa
yang meliputi perencanaan pembelajaran,
dikatakan tuntas belajar apabila telah
pelaksanaan pembelajaran. Data diperoleh
mencapai acuan standar kriteria ketuntasan
dari :
minimal (KKM) yang di tetapkan oleh
a). Siswa kelas IVa SDN 35 Pengambiran
sekolah
tempat
penelitian
yaitu
70,
Kecamatan Lubuk Begalung Padang 5
sedangkan indikator pada partisipasi dan
4.
Menyimpulkan
hasil belajar siswa adalah :
Kegiatan
1. Persentase partisipasi
siswa dalam
partisipasi
penelitian
ini
penyimpulan
mengajukan pertanya ≥ 70%. 2. Persentase
hasil
merupakan akhir
temuan
penelitian.
siswa
dalam
menjawab pertanyaan ≥ 70%.
Hasil analisis dalam peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran
3. Persentase kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat ≥70%.
IPA melalui model Bamboo Dancing pada kelas IVa SDN 35 Pengambiran,
4. Persentase kemampuan siswa dalam membuat rangkuman ≥70%.
Padang dapat dikatakan berhasil apabila waktu pembelajaran berlangsung siswa
5. Ketuntasan belajar yang harus dicapai
tidak ada yang bermain-main lagi dalam
dalam pembelajaran IPA dengan standar
mengikuti
kriteria minimal 70 yang telah ditetapkan
berpartisipasi dalam pembelajaran yaitu
oleh sekolah ≥ 70%.
1)
Analisis data kualitatif adalah proses
pertanyaan 2) siswa berpartisipasi dalam
analisa
data
menelaah
yang
sejak
dimulai
dengan
pengumpulan
data
pembelajaran,
siswa
berpartisipasi
menjawab
mengajukan
pertanyaan,
berpartisipasi
dalam
semua
3)
siswa
mengemukakan
sampai seluruh data terkumpul dengan
pendapat, 4) siswa berpatisipasi dalam
menggunakan logika ilmiah. Tahap yang
membuat rangkuman. Selanjutnya pada
dipakai
akhir
adalah
tahap
analisis
data
pembelajaran
pada
kegiatan
sebagai berikut:
mengerjakan LKS dan UH mendapatkan
1. Menelaah data yang telah terkumpul
nilai rata-rata melebihi KKM yang telah
baik melalui observasi, wawancara dengan menggunakan proses transkip
Sedangkan
model
analisa
data
hasil pengamatan, penyeleksian, dan
kuantitatif terhadap partisipasi dan hasil
pemilihan data.
belajar
2. Reduksi
3.
ditetapkan sekolah tersebut yaitu 70.
data
meliputi,
belajar
siswa
dengan
meliputi
menggunakan persentase yang didapat
pengkategorian dan pengklasifikasian
melalui lembar observasi partisipasi dan
data. Semua data dikelompokkan
hasil belajar siswa, untuk melihat proses
sesuai dengan pusatnya.
dan
perkembangan
Menyajikan data dilakukan dengan
terjadi
cara mengorganisir informasi yang
berlangsung.
selama
partisipasi
yang
pembelajaran
telah direduksi.
6
2. Aktivitas Guru Data aktivitas guru dilihat dari kegiatan P = jumlah siswa yang melakukan indikator
pembelajaran yang dilakukan guru yang dibuat dalam bentuk lembaran observasi
proses
guru. Di sini observer mangamati guru
pembelajaran dikatakan baik jika guru
mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan
melakukan aspek yang diamati pada proses
inti, kegiatan penutup. observer menulis
pembelajaran diperoleh persentase ≥ 70 %.
data lembar observasi dan memberikan
Setelah didapat persentase kegiatan guru
penilaian berdasarkan cara mengajar yang
dalam mengelola pembelajaran pada setiap
disajikan oleh guru.
pertemuan, persentase tersebut dihitung
P = jumlah skor aktivitas guru x 100 %
Kegiatan
guru
mengelola
skor minimal
rata-ratanya persiklus sehingga penilaian kegiatan guru dalam mengelola kelas dilihat
3.
dari rata-rata persentase persiklus jika
a. Rumus penentuan skor: jumlah jawaban siswa yang benar x poin soal
mencapai 70 %, maka kegiatan guru
b. Untuk menentukan ketuntasan belajar
mengelola pembelajaran dianggap baik. Pada
akhir
pembelajaran
Hasil Belajar
siswa secara klasikal dapat
pada
rumus oleh Desfitri, dkk (2008:43)
kegiatan partipasi pembelajaran yaitu mengerjakan UH untuk mendapatkan
TB= x 100%
nilai
Keterangan:
rata-rata
melebihi
KKM
dan
digunakan
ketuntasan yang harus dicapai dalam
TB
=Tuntas Belajar
pembelajaran IPA yaitu 70 %.
S
= Jumlah siswa yang memperoleh
Jika hal-hal di atas bisa tercapai, maka berarti
penggunaan
Dancing
dapat
Model
Bamboo
dikatakan
bisa
nilai lebih dari atau sama dengan 70 N
=Jumlah siswa Nilai rata-rata hasil belajar siswa
meningkatkan partisipasi dan hasil belajar
dapat dihitung dengan rumus oleh
siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV
Desfitri (2008:44):
SDN 35 Pengambiran, Padang
̅=
1. Partisipasi siswa
Keterangan
Data
partisipasi
siswa
dilihat
dari
̅ = nilai rata-rata
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru
∑x = jumlah nilai seluruh siswa
yang
N = jumlah siswa
dibuat
dalam
bentuk
lembaran
observasi siswa. 7
untuk
C.HASIL DAN PEMBAHASAN
setiap
kali
pertemuan.
Proses
Pada siklus ini pembelajaran dilakukan
pembelajaran pada setiap kali pertemuan
dua kali pertemuan, yaitu pertemuan I pada
mengacu pada buku Buku IPA SD Kelas
hari Senin tanggal 08 April 2013 dan
IVa. Pembelajaran IPA melalui model
pertemuan II pada hari Kamis tanggal 11
Bamboo
April 2013 dengan waktu 2x35 menit setiap
Partisipasi,
kali
meningkat berdasarkan tabel I di bawah
pertemuan.
Sebelum
menerapkan
Dancing dan
dapat
hasil
membuat
belajar
siswa
tindakan pada siklus I, peneliti melihat
ini:.
terlebih dahulu kondisi pembelajaran IPA
Tabel I: Rata-rata Partisipasi Siswa dalam
pada siswa kelas IVa SDN 35 Pengambiran
Pembelajaran pada Siklus I dan
Kecamatan
Siklus II
Lubuk
Begalung
Padang.
Tindakan ini digunakan untuk melihat
Siklus I
Rata-rata
kondisi awal, sehingga dapat dijadikan
I
64,85%
patokan terhadap kondisi setelah penerapan
II
87,83%
Rata-rata persentase
76,34%
tindakan.
Selanjutnya
pembelajaran,
untuk
peneliti
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan
pelaksanaan
bahwa pelaksanaan pembelajaran melaui
mempersiapkan
model Bamboo Dancing dapat meningkat
lembar observasi partisipasi siswa, dan
partisipasi siswa dalam pembelajaran. Hal
lembar pengamatan proses guru. Materi
ini terlihat adanya peningkatan persentase
pokok
adalah
partisipasi siswa dalam proses pelaksaan
yang
pembelajaran dari siklus I ke siklus II
mengacu pada buku IPA penerbit Erlangga.
mengalami peningkatan dari 64,85% ke
menyiapkan
terlebih
memulai
rencana
pembelajaran/RPP,
pada
“Perubahan
dahulu
dan
pertemuan Lingkungan
I Fisik”
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
87,34%.
Peningkatan
partisipasi
siswa
yang dilakukan selama dua kali pertemuan
dalam pembelajaran disebabkan peneliti
yaitu pertemuan I hari senin tanggal 08
sudah melaksanakan pembelajaran IPA
April 2013, pertemuan II hari kamis tanggal
melalui model Bamboo Dancing sehingga
11 April 2013 dengan waktu 2 x 35 menit
kegiatan guru dalam proses partisipasi
untuk setiap kali pertemuan. Sedangkan
siswa dalam pembelajaran dapat meningkat.
Sedangkan pelaksanaan pembelajaran pada
Tabel
siklus
pembelajaran Guru pada siklus I dan siklus
II dilakukan
selama
dua
kali
pertemuan yaitu pertemuan I hari Kamis 18 April 2013, pertemuan II hari Senen 25
2.
Persentase
rata-rata
Prose
II Siklus I
Rata-rata
April 2013 dengan waktu 2 x 35 menit 8
I II Rata-rata persentase
belajar (51%), dengan nilai rata-rata secara
63,33% 83,33% 73,33%
klasikal 65,67 Sedangkan pada siklus II, siswa yang tuntas belajar (86,48%) dan yang belum tuntas belajar hanya (13%),
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan
dengan
bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui
80,40%
model
dapat
disimpulkan bahwa persentase ketuntasan
meningkatkan kegiatan guru dalam proses
belajar siswa dari siklus I ke siklus II
pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat
mengalami
adanya peningkatan persentase kegiatan
sedangkan untuk nilai rata-rata hasil belajar
Bamboo
Dancing
guru dalam proses pelaksaan pembelajaran
nilai
rata-rata
Dengan
secara
secara
klasikal
demikian
dapat
peningkatan
klasikal
sebesar
juga
15%,
mengalami
dari siklus I ke siklus II mengalami
peningkatan dan sudah mencapai standar
peningkatan dari 63,33% ke 83,33%.
nilai KKM serta indikator keberhasilan
Peningkatan kegiatan guru dalam proses
secara klasikal.
pelaksanaan
pembelajaran
disebabkan
Berdasarkan
pembicaraan
peneliti
peneliti sudah melaksanakan pembelajaran
dengan guru setelah selesai siklus II, bahwa
IPA melalui model Bamboo Dancing
guru merasa terbantu dengan menggunakan
sehingga kegiatan guru dalam proses
model Bamboo Dancing. Guru dapat
pembelajaran dapat meningkat.
mengurangi tugasnya dalam menjelaskan
Data mengenai hasil belajar siswa diperoleh
materi pelajaran, karena dengan model
melalui tes hasil belajar di akhir siklus.
Bamboo Dancing dapat meningkatkan daya
Dalam
serap siswa dalam memahami materi
hal
ini
terlihat
peningkatan
ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II pada Tabel 3.
pelajaran. Penerapan model Bamboo Dancing ini
Tabel 3. Persentase Ketuntasan Hasil
juga mempunyai kelemahan dimana model
Belajar Siklus I dan Siklus II
Bamboo Dancing ini membutuhkan waktu
Siklus I I II Rata-rata persentase Berdasarkan Tabel 3
Rata-rata
yang banyak dan materi yang didapat
65,67% 80,40% 73,03%
sedikit.
Namun
meskipun
memiliki
kekurangan model Bamboo Dancing
ini
tetap disenangi oleh siswa. Berdasarkan di atas, tentang
hasil belajar siswa dalam 2 siklus, terlihat bahwa pada siklus I, siswa yang tuntas belajar (49%) dan yang belum tuntas
hasil analisis data atau refleksi persiklus dapat
disimpulkan
bahwa
dengan
menggunakan model Bamboo Dancing dapat meningkatkan partisipasi dan hasil 9
belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
belajar siswa pada siklus I persentase
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
67,56% dan pada siklus II 80,39%. Hal
hipotesis diterima.
ini terlihat terwujudnya partisipasibelajar
Dari penelitian yang telah dianalisis, maka
hipotesis
dinyatakan
penelitian
diterima,
ini
telah ditetapkan.
“Dengan
2).Pelaksanaan hasil belajar siswa setelah
menggunakan model Bamboo Dancing
penggunaan model Bamboo Dancing
dapat meningkatkan partisipasi dan hasil
dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I
belajar
35
sebesar 49% dan siklus II meningkat
Pengambiran kecamatan Lubuk Begalung
menjadi 86%. Dari data tersebut terlihat
Padang dalam pembelajaran IPA”. Dengan
bahwa nilai siswa meningkat dari siklus
diterimanya hipotesis penelitian ini, maka
I ke siklus II sebanyak 37%. Penggunaan
penelitian
model
siswa
yaitu
dapat
IPA yang sesuai dengan KKM yang
kelas
tentang
IVa
SDN
pembelajaran
IPA
Bamboo
Dancing
pada
melalui model Bamboo Dancing yang
pembelajaran IPA bagi siswa kelas IVa
peneliti lakukan telah dapat diakhiri. Hasil
SDN 35 Pengambiran Kecamatan Lubuk
pengamatan antar peneliti dan observer,
Begalung
tujuannya untuk mendapatkan gambaran
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
tentang pelaksanaan tindakan pada siklus II.
terlihat dari terwujudnya hasil belajar
Berdasarkan gambaran yang diperoleh,
IPA yang sesuai dengan KKM yang
dilakukan
telah ditetapkan
tindakan
perbaikan/revisi yang
akan
terhadap
diterapkan
pada
pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan, siklus I dan II dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Pembelajaran
IPA
melalui
Padang
telah
dapat
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Suhardjono. Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
model
Bamboo Dancing dapat meningkatkan
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
partisipasi belajar IPA siswa kelas IVa SDN 35 Pengambiran Kecamatan Lubuk Begalung Padang. Hal ini terlihat dari pelaksanaan proses pembelajaran guru pada siklus I 63,33% dan pada siklus II
Hendri, Wince. 2008. Bahan Ajar Pembelajaran IPA SD. Padang: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
meningkat 83,33% dan pada partisipasi 10
Mulyasa. E. 2006. Kurikulum yang disempurnakan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mahibbun Syah. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Rosdakarya
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Wardani, I.G.A.K. dkk. 2003. Penelitian tindakan kelas.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Grasindo Nedi, Wendra. 2011. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Cooperative Learning Model Bamboo Dancing Di Kelas IV SDN 06 Mudiak Lawe Kabupaten Solok Selatan”. Skripsi. Padang: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negri Padang. Sunjana. 2010. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Pustaka Pelajar. Sunjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Leaning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Taufik, Taufina dan Muhammadi. 2009. Mozaik Pembelajaran Inovatif. Padang:Sukabina Press Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Grup. 11
12