STUDI KOMPARASI ANTARA TEKNIK PEMBELAJARAN PETA KONSEP DAN BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008 Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup Minat utama Pendidikan Geografi
TESIS Oleh : Nularsih S880907021
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
STUDI KOMPARASI ANTARA TEKNIK PEMBELAJARAN PETA KONSEP DAN BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008
Oleh : Nularsih S880907021 Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Dewan pembimbing Jabatan
Pembimbing I
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. ………............
............
NIP. 130 529 725 Pembimbing II
Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd. ….................... NIP. 131 286 930
Mengetahui Ketua Program Studi PKLH
Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. NIP. 130 529 725
ii
............
STUDI KOMPARASI ANTARA TEKNIK PEMBELAJARAN PETA KONSEP DAN BERMAIN PERAN TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN 2008 Oleh : Nularsih S880907021 Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : Jabatan
Nama
Tanda Tangan
1. Ketua
Prof. Dr. H. Soegiyanto,S.U.
(…………………….)
2. Sekretaris
Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.
(…………………….)
Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. Sigit Santosa, M.Pd.
(……………………)
2. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd.
(……………………) Surakarta,
Mengetahui Direktur Program Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi PKLH, Minat utama Pendidikan Geografi
Prof. Drs. Suranto, M.sc., Ph.D
Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd
NIP. 131 472 192
NIP. 130 529 725
iii
PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Nularsih
NIM
: S 880907021
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul : Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1Surakarta Tahun 2008. adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 16 Desember 2008 Yang membuat pernyataan,
Nularsih.
iv
MOTTO
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Qs : Albaqarah)
v
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan untuk : Anak-anakku yang selalu membantu mengerjakan penulisan tesis ini. Teman-teman seprofesi pengajar Geografi ysng tengah menuntut ilmu di Program studi PKLH minat utama pendidikan Geografi.
vi
ABSTRAK Nularsih. S880907021. Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008, Tesis, Surakarta : Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2008. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dengan Teknik Bermain Peran dan mengetahui teknik pembelajaran manakah yang lebih baik diantara keduanya pada kompetensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPS1 dan XI IPS3 tahun ajaran 2008/2009 berjumlah 79 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas. Penelitian ini menggunakan analisis populasi, yang sekaligus digunakan sebagai sampel yang diteliti. Penetapan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didasarkan pada undian, sehingga kedua kelas mempunyai peluang yang sama. Kelas kontrol ditetapkan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPS1 dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang, sedangkan untuk kelas eksperimen ditetapkan pada kelas XI IPS3 dengan jumlah siswa sebanyak 39 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan metode tes dengan soal obyektif sejumlah 26 soal. Analisis data yang digunakan adalah Uji-T. Hasil penelitian menunjukkan : 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung 3,48 lebih besar dari harga t tabel dengan db 77 taraf signifikansi 5% sebesar 1,67. 2. Teknik pembelajaran Bermain Peran lebih baik daripada Teknik Peta Konsep. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil nilai rerata pada kelompok eksperimen sebesar 7,73 lebih tinggi daripada nilai rerata kelompok kontrol sebesar 7,00.
vii
ABSTRACT Nularsih. S880907021. Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1Surakarta Tahun 2008, Tesis, Surakarta : Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2008. Target of research is to know there are difference which signifikan result learn the student taught by using technique of Map study Conception with the Technique Play at the Role and know the which study technique which are better among both [at] elementary interest Antroposfer And Aspect Demograpy This research use the experiment method. Research population entire student of class of XI IPS1 and XI IPS3 school year 2008 /2009 amounting to 79 student which divided become 2 class. This research use the population analysis, what at the same time used as accurate sampel. stipulating of Group of experiment and group control relied on a toss, so that class have the same opportunity. Class control specified in this research class of XI XI IPS1 summed uply student counted 40 people, while for the class of experiment specified class of XI IPS3 summed uply student counted 39 people. Technique data collecting use the method of documentation and method tes with the objective problem a number of 26 problem. Analyse the data used Uji-T. Result of research show : 1. There are difference which significan result learn the student taught by using technique of Map study Conception and technique Play at the Role. This Matter shown pursuant to calculation result obtained t 3,48 bigger than price t of[is tables of by db 77 level signifikans5% equal to 1,67. 2. Study technique Play at the Role better than Technique of Concept Map. This Matter shown pursuant to result assess the average experiment group equal to 7,73 higher than value of group average control equal to 7,00.
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan ini dengan judul : Studi Komparasi Antara Teknik Pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa tesis ini tidak akan dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada kepada yang terhormat : 1. Bpk. Prof. Drs. Suranto, M.sc. Ph.D. selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan pada Program Pasca Sarjana 2. Bpk. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus pembimbing pertama dalam penyusunan penelitian tesis ini. 3. Bpk. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd. selaku pembimbing ke dua yang telah bersedia meluangkan waktu serta penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
ix
4. Bpk. Prof. Dr. Soegiyanto, S.U. selaku sekeretaris Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Tim Penguji Tesis Program Studi Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan menguji, memberikan saran dan bimbingan untuk penyempurnaan tesis ini. 6. Rekan-rekan Pasca Sarjana UNS dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per-satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penelitian ini. Menyadari terbatasnya kemampuan yang ada dalam diri peneliti, maka kritik serta saran yang bermanfaat dan membangun sangat peneliti harapkan. Semoga hasil dari penelitian tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Surakarta, 16 Desember 2008 Penulis,
Nularsih
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ...............................................................................iv HALAMAN MOTTO ...........................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................vii ABSTRACT ........................................................................................................viii KATA PENGANTAR ..........................................................................................ix DAFTAR ISI .........................................................................................................xi DAFTAR TABEL ................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1 B. Identifikasi Masalah ..............................................................................5 C. Pembatasan Masalah .............................................................................7 D. Perumusan Masalah ..............................................................................7 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................8 F. Manfaat Penelitian ................................................................................8 G. Batasan Operasional .............................................................................9
xi
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS ............................................11 A. Studi Komparasi ..................................................................................11 B. Penelitian Eksperimen …………………………………………...…..11 C. Belajar dan Pembelajaran ....................................................................12 D. Teknik Pembelajaran Peta Konsep .....................................................15 E. Teknik Pembelajaran Bermain Peran (Role Play) ...............................19 F. Hasil Belajar ........................................................................................27 G. Mata Pelajaran Geografi ......................................................................30 1. Definisi Geografi ...........................................................................30 2. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi ............................................30 H. Antroposfer dan Aspek Kepndudukan ………………………………32 I. Kerangka Berpikir ...............................................................................59 J. Hipotesis Penelitian .............................................................................60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................62 A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................62 1. Tempat Penelitian ..........................................................................62 2. Waktu Penelitian ............................................................................63 B. Metode Penelitian ................................................................................63 C. Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................65 1. Populasi Penelitian .......................................................................65 2. Sampel Penelitian.............................. ............................................65 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................66 1. Variabel .........................................................................................66
xii
a. Variabel Bebas ........................................................................67 b. Variabel Terikat ......................................................................67 2. Teknik Pengumpulan Data.............................................................67 a. Teknik Dokumentasi ...............................................................67 b. Teknik Tes ...............................................................................68 3. Instrumen Penelitian ......................................................................68 E. Uji Coba Instrumen .............................................................................68 1. Validitas .........................................................................................69 2. Reliabilitas .....................................................................................70 F. Teknik Analisis Data ...........................................................................71 1. Uji Prasyarat Analisis ....................................................................71 2. Uji Hipotesis .................................................................................72 BAB IV HASIL PENELITIAN ..........................................................................74 A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………….........74 B. Deskripsi Proses Pembelajaran ..........................…………………….77 1. Proses Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran Peta Konsep ..................................................................................77 2. Proses Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran Bermain Peran................................................................................78 C. Deskripsi Data Penelitian .................………………………………...80 1. Nilai Awal Siswa (Pre tes) ……………………………………....80 a. Kelas Kontrol Teknik Pembelajaran Peta Konsep .......…...…80 b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran …....81 2. Nilai Akhir (Post tes) …………………………………………….83
xiii
a. Kelas Kontrol Teknik Pembelajaran Peta Konsep ......……....83 b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran ........84 D. Pengujian Prasayarat Analisis ………………...……………………..85 E. Hasil Uji Coba Instrumen ……………………………………............87
Uji Validitas dan Realibilitas .........................................................87 a. Uji Validitas .............................................................................87 b. Uji Reliabilitas .........................................................................88
F. Hasil Uji Hipotesis ..............................................................................88 1. Hipotesis 1 ....................................................................................88 2. Hipotesis 2 ....................................................................................88 G. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………......88 1. Hipotesis 1 ....................................................................................88 2. Hipotesis 2 ....................................................................................88 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .....................................92 A. Kesimpulan …………………………………………………………..92 B. Implikasi ………………………………………………………….….92 C. Saran........... ………………………………………………………….93 D. Keterbatasan Peneliti ………………………………………………...93 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................94 LAMPIRAN …………………………………………………………………….96
xiv
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1. Penelitian yang Relevan dengan Penelitian ...............................................32 2. Jadwal waktu penyusunan penelitian tesis.................................................63 3. Nilai Awal Siswa (Pre-tes) Kelas Kontrol ................................................80 4. Nilai Awal Siswa (Pre-tes) Kelas Eksperimen ..........................................81 5. Nilai Akhir Siswa (Pos-tes) Kelas Kontrol ...............................................83 6. Nilai Akhir Siswa (Pos-tes) Kelas Eksperimen .........................................84 7. distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Kelas Kontrol dan Kelas eksperimen .......................................................................................86
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Belajar dan Pembelajaran Gagne dalam Suripto .......................................14 2. Piramida Penduduk Muda ..........................................................................52 3. Piramida Penduduk Stationer .....................................................................52 4. Piramida Penduduk Tua .............................................................................53 5. Kerangka Berpikir dalam Penelitian ..........................................................60 6. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Kontrol .............................................81 7. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Eksperimen .......................................82 8. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Kontrol .............................................84 9. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Eksperimen ......................................85 10. Histogram Nilai Ulangan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..............87
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol .......................73 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .................79 3. Lembar Kerja Kelompok Dalam Teknik Peta Konsep .............................84 4. Lembar Kerja Kelompok Dalam Teknik Bermain Peran ..........................87 5. Soal Ulangan .............................................................................................89 6. Daftar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .................................94 7. Lembar Pengamatan Penelitian Oleh Teman Sejawat Kelas Kotrol Teknik Peta Konsep ......................................................................96 8. Lembar Pengamatan Penelitian Oleh Teman Sejawat Kelas Kotrol Teknik Bermain Peran....................................................................98 9. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Teknik Pembelajaran Peta Konsep ......................................................................100 10. Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Teknik Pembelajaran Bermain Peran....................................................................101 11. Perhitungan Validitas Soal .......................................................................102 12. Distribusi Frekuensi Nilai Awal (Pre-tes) Kelompok Kontrol ...............105 13. Distribusi Frekuensi Nilai Awal (Pre-tes) Kelompok Eksperimen .........106 14. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir (Pos-tes) Kelompok Kontrol ..............107 15. Distribusi Frekuensi Nilai Akhir (Pos-tes) Kelompok Eksperimen .......109 16. Uji Homogenitas ......................................................................................111 17. Uji Hipotesis ...........................................................................................113 18. Uji Keseimbangan ...................................................................................114
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Geografi mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran Geografi diharapkan akan mampu membentuk siswa yang praktis dan terlatih, memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mempersiapkan diri sebagai sumberdaya siap kerja. Guru sebagai indikator efektivitas pengajaran memantau kemajuan belajar siswa. Penilaian di kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Jadi guru perlu melakukan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus guru lakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Dalam pembelajaran Geografi banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep yang bersifat hitungan. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep Geografi yang mengandung hitungan mengakibatkan kesalahan–kesalahan dalam mengerjakan soal dan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa (skor) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun ujian akhir sekolah, padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas (pemantapan) secara kontinu berupa
latihan soal. Kondisi riil dalam
pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep Geografi. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan sebagai kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana 1
2 dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jadi pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik. Proses pembelajaran Geografi berhasil apabila terjadi umpan balik yang positif. Fungsi guru dalam umpan balik ini dapat dilihat hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian sangat bermanfaat bagi siswa agar siswa mengetahui kelemahan yang dialaminya dalam mencapai kemampuan yang diharapkan dan siswa diminta melakukan latihan dan atau pengayaan yang dianggap perlu. baik sebagai tugas individu maupun kelompok. Selama ini proses pembelajaran Geografi di kelas XI IPS SMA masih menggunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif (teacher center). Siswa tidak diberi kesempatan berpartisipasi dalam pembelajaran. Guru pada umumnya mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal (3DCH) Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran
Geografi. Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan. Di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta masih banyak siswa kurang aktif dalam
3 hal bertanya dan menjawab, yang aktif hanya 55 %, dan siswa yang mempunyai kemampuan menjawab 40%. Dengan memperhatikan permasalahan di atas, sudah selayaknya dalam pelajaran geografi adanya suatu inovasi atau perubahan. Jika dalam pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing individu siswa, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif dengan metode permainan seperti simulasi dan bermain peran (role play). Rathakrishnan (2006: 68) menjelaskan bahwa metode pembelajaran koperatif merupakan metode pembelajaran yang dilakukan apabila individu yang mempunyai pencapaian yang sama atau berbeda duduk dalam satu kumpulan untuk memperbincangkan sesuatu topik dengan menggunakan strategi kognitif yang sesuai sebagaimana yang diarahkan oleh guru. Beberapa bentuk metode maupun teknik pembelajaran kooperatif antara lain dengan menggunakan teknik Simulasi, Bermain Peran, Peta Konsep, Jigsaw, Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Learning together (belajar bersama), Kelompok Buzz Group, dan Perlombaan kelompok permainan (Team Game Tounament) (Sudjana, 2001 : 112-160). Diharapkan melalui teknik pembelajaran seperti bermain peran dan teknik Peta Konsep mampu meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Geografi. Selain itu semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi Geografi. Sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi yang optimal terhadap mata pelajaran Geografi.
4 Permasalahan dalam penelitian ini adalah tindakan apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran geografi. Banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut di atas. Melalui penelitian ini akan dicobakan suatu teknik pembelajaran Bermain Peran dan Peta Konsep. Keunggulan dari pendekatan teknik pembelajaran Bermain Peran dan Peta Konsepn adalah adanya kerja sama dalam kelompok bermain dan dalam menentukan keberhasilan kelompok terebut tergantung keberhasilan peranan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Teknik pembelajaran Bermain Peran adalah sutau teknik kegiatan dalam pembelajaran yangc menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status serta fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam kehidupan nyata. Dengan adanya kegiatan bermain peran ini diharapkan para peserta didik memperoleh pengalaman yang diperankan oleh pihak-pihak lain. (Sudjana, 2001 : 134). Teknik pembelajaran Peta Konsep adalah salah satu tehnik belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzon pada tahun 1970-an yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, serta perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang-cabang dan rantingnya. Jadi otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa. Maka untuk dapat mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari
5 sebaiknya kita belajar meniru dasar bekerja otak, yaitu seperti pohon dengan cabang dan rantingnya disertai gambar, warna, simbul pola dan asosiasi dalam bentuk peta konsep atau peta pikiran yang menyerupai pohon. Dengan demikian didalam menyajikan dan menangkap isi pelajaran didalam peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir (Sugiyanto, 2007: 40-41). Teknik pembelajaran bermain peran dan Peta Konsep menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik meneliti lebih lanjut masalah tersebut untuk dicarikan pemecahannya melalui penelitian tesis ini dengan judul: ”Studi Komparasi Antara Metode Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran Tehadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008”. B. Identifikasi Masalah Dari uraian di atas dapat diidentifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut: 1. Guru Geografi Kelas XI SMA Negeri I Surakarta kurang menguasai sepenuhnya konsep pembelajaran kooperatif model simulasi dan bermain peran. Bagaimanakah guru melakukan pembelajaran yang dapat dipahami secara cepat oleh siswa dalam bidang studi Geografi ? 2. Guru Geografi hanya mengandalkan metode ceramah yang divariasikan dengan Tanya jawab dan modul. Siswa kelihatan bosan dan kurang bergairah.
6 Berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa, mereka kurang faham atas penjelasan guru. Guru kurang memberi kesempatan bertanya sehingga siswa enggan bertanya atau meminta penjelasan pada guru. Bagaimanakah guru Geografi memilih metode pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga siswa tidak cepat bosan ? 3. Hingga saat ini yang menjadi tujuan guru dalam mengajar adalah ketuntasan materi ajar. Siswa sering mengeluh karena ada materi-materi penting yang belum dipahami. Siswa menginginkan metode pembelajaran yang bisa memberikan
pemahaman
secara
cepat.
Bagaimanakah
pelaksanaan
pembelajaran model permainan yang memberikan pemahaman secara cepat ? 4. Siswa SMA Negeri 1 Surakarta merupakan siswa yang menyukai pembelajaran partisipatif. Sehingga jika guru menggunakan metode ceramah mereka kurang berminat untuk mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bagaimanakah pemahaman siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta pada pelajaran Geografi sehingga mereka belajar sungguh-sungguh ? 5. Hampir
seluruh
siswa
menginginkan
metode
pembelajaran
yang
dilaksanakan sambil bermain tetapi bisa memberikan pemahaman secara cepat. Apakah penerapan teknik pembelajaran bermain peran dan teknik Peta Konsep berpengaruh pada hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta dalam pelajaran Geografi ?
7 C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan banyak menimbulkan kesalahpahaman, maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi dengan maksud untuk lebih memperdalam masalah yang dikaji. Karena kualitas penelitian ilmiah tidak terletak pada keluasan masalahnya, tetapi pada kedalaman pengkajian pemecahan masalah (Suryabrata, 1995: 79). Adapun pembatasan permasalahan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode Pembelajaran Simulasi dan Bermain Peran pada kompetensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta Tahun 2008. D. Perumusan Masalah Bertitik tolak pada latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian, yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan didalam penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008 ? 2. Teknik Pembelajaran manakah yang mampu menghasilkan hasil belajar siswa yang
lebih
baik
pada
kompetemsi
dasar
Antroposfer
dan
Aspek
Kependudukan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008 ?
8 E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran terhadap hasil belajar Geografi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008. 2. Untuk mengetahui teknik pembelajaran manakah yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada kompentensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008. F. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, nantinya di harapkan dapat diambil beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitiaan ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitiaan tentang penggunaan metode yang sesuai dalam penggajaran dikelas pada mata pelajaran Geografi dengan kompetensi dasar kompentensi dasar Antroposfer dan Aspek Kependudukan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Geografi
9 Memberikan masukan kepada para pengajar sekolah menengah pertama pada umunya dan khususnya pengajar bidang studi Geografi untuk dapat menemukan metode mengajar yang sesuai dalam usaha peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar mata pelajaran geografi b. Bagi Siswa Mampu memberikan dorongan bagi siswa agar lebih bersemangat dan melatih siswa agar mampu bekerjasama di dalam menyelesaikan tugas yang dihadapi kelompok dan memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan hasil belajar dikelas dalam mata pelajaran Geografi.
G. Batasan Operasional Batasan operasional didalam penelitian memiliki maksud atau tujuan agar penelitian terarah dan terfokus pada aspek yang akan diteliti. Batasan operaional didalam penelitian ini mencakup beberapa hal, antara lain : 1. Studi Komparasi, yaitu merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebabpenyebabnya (Van Dallen dalam Arikunto, 2002 : 236). 2. Penelitian Eksperimen, yaitu merupakan suatu upaya peneliti dengan secara sengaja memanipulasi suatu variabel (dengan maksud untuk memunculkan atau tidak memunculkan suatu variabel) kemudian memriksa efek atau akibat yang ditimbulkannya. ( Faisal, 2003:24).
10 3. Teknik Pembelajaran Peta Konsep, yaitu merupakan tehnik belajar yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik, serta perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang-cabang dan rantingnya. (Sugiyanto, 2007: 40-41). 4. Teknik Pembelajaran Bermain Peran, yaitu sutau teknik kegiatan dalam pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status serta fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam kehidupan nyata (Sudjana, 2001 : 134). 5. Hasil Belajar, yaitu adalah kemampuaan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman dalam aktivitas belajarnya Sudjana (1995: 22).
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS A. Studi Komparasi Dalam penelitian ini kata studi berarti mempelajari. Komparasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah perbandingan. Van Dallen dalam Arikunto (2002: 236) menyebutkan bahwa penelitian komparasi merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebabpenyebabnya. Sujud dalam Arikunto (2002:236) mengemukakan bahwa penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan tentang
prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang,
kelompok, dan terhadap suatu prosedur kerja. Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa studi komparasi adalah suatu bentuk penelitian untuk membandingkan antara beberapa variabel yang saling berhubungan dengan menemukan perbedaanperbedaan atau persamaannya. B. Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen merupaksan suatu kegiatan dimana peneliti tidak hanya mengamati bagaiamana kegiatan itu penelitian itu berlangsung namun juga ikut melakukan sesuatu terhadap obyek yang diamati tersebut .(BKKBN, 2007 : 04).
12 Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan bila ingin melakukan penlitian eksperimen, yaitu : 1. Pernyataan mengenai permasalahan yang dibahas. 2. Perumusan hipotesis. 3. Penentuan tehnik dan desain eksperimen yang diperlukan. 4. Pemeriksaan semua hasil yang mungkin dan latar belakang atau alasan-alasan agar supaya eksperimen setepat mungkin memberikan informasi yang diperlukan. 5. Mempertimbangkan semua hasil yang mungkin ditinjau dari prosedur ststistika yang diharapkan berlaku untuk itu, dalam rangka menjamin dipenuhinya syarat-syarat yang diperlukan dalam prosedur tersebut. 6. Melakukan eksperimen. 7. Penggunaan teknik statistika terhadap data hasil eksperimen. 8. Mengambil kesimpulan dengan jalan menggunakan atau memperhitungkan derajat kepercayaan yang wajar mengenai satuan-satuan yang dinilai. 9. Penilaian seluruh penelitian dibandingkan dengan penlitian-penelitian yang lain menganai masalah yang sama. (Sudjana, 1996 :9-10). C. Belajar dan Pembelajaran Dalam definisi yang umum belajar merupakan suatu aktivitas yang mampu menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya yang dilakukannya. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan oleh faktor kelelahan, kematangan, ataupun karena mengkonsumsi obat tertentu. Didalam
13 kenyataannya perubahan dalam bentuk respon-respon sebagai hasil belajar ada yang mudah terlihat, tetapi ada pula yang sifatnya potensial, artinya tidak segera terlihat. Respon tersebut biasanya juga merupakan hasil kegiatan-kegiatan yang diperkuat (reinforced), misalnya melalui sistem ganjaran (reward system). Perubahan-perubahan pada perilaku itu juga merupakan hasil pengulanganpengulangan yang berdampak memperbaiki kualitas perilakunya. Perubahan pola berpikir manusia membawa perubahan pada diri manusia dalam menerapkan suatu disiplin ilmu. Di dalam dunia pendidikan juga terjadi pergeseran konsep, diantaranya dalam menafsirkan makna atau definisi belajar. Namun perlu diketahui bahwa disamping banyaknya perbedaan pengertiaan tesebut, terdapat pula persamaan-persamaan dalam definisi tersebut. Menurut Suryabrata (1993 : 249), menyatakan bahwa terdapat tiga ciri khas pada aktivitas manusia sehingga aktivitas tersebut dikatakan sebagai kegiatan belajar, yaitu : 1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes aktual maupun potensial). 2. Bahwa belajar itu pada intinya adalah didapatkannya suatu bentuk kecakapan baru. 3. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1995: 84), berpendapat bahwa belajar sangat erat berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
14 dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. Skiner dalam Suripto (2003: 6) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan perilaku karena kita bila belajar maka respon akan menjadi lebih baik atau meningkat tetapi bila tidak belajar maka respon akan menjadi menurun. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan komplek yang menghasilkan kapabilitas berupa ketrampilan, pengetahuaan, sikap dan nilai. Terjadinya kapabilitas timbul dari stimulus lingkungan yang berproses dengan kognitif atau yang dilakukan siswa (Suripto 2003: 7). Untuk mempermudah pemahaman kita dalam memahami tentang arti penting makna belajar bagi seseorang, dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.
Kondisi Internal Belajar
Keadaan Internal dan proses kognitif siswa
Hasil Belajar 1. 2. 3. 4. 5.
Informasi verbal Ketrampilan Intelek Ketrampilan motorik Sikap Siasat Kognitif
Berinteraksi dengan
Stimulus dari lingkungan
Acara Pembelajaran
Kondisi Eksternal Belajar Gambar 1. Belajar dan Pembelajaran Gagne dalam Suripto (2003 : 13).
15 Sedangkan definisi pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU Sisdiknas, 2003 pasal 1). Di dalam pembelajaran yang efektif menurut Bloom memiliki empat komponen utama, yaitu (1) Orientasi yang jelas dan menggugah; (2) adanya keterlibatan pembelajar secara aktif; (3) adanya proses penguatan; dan (4) adanya umpan balik dan perbaikan (Suparno 2001: 102). Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan yang mencakup tingkah laku,pemahaman,ketrampilan,dan kecakapan serta perubahan aspek-aspek yang lain pada subyek pembelajar yang terjadi melalui aktivitas praktek dan pengalaman yang diusahakan.
D. Teknik Pembelajaran Peta Konsep Peta konsep atau peta pikiran berbeda pengertiannya dengan peta dalam pengajaran IPS geografi. Peta konsep disini lebih menunjuk kepada penuangan ide-ide pikiran sebagai catatan-catatan dalam bentuk grafis sebagai salah satu teknik belajar efektif. Namun peta konsep ini mempunyai kemiripan dengan peta mental dalam kaitannya dengan peta dalam geografi. Bedanya peta konsep berupa ide-ide pemikiran yang dituangkan dalam bentuk gambar atau grafis, sedangkan peta mental berupa pemahaman mental tentang bentuk wilayah, sebaran obyek, dan jalur keruangan. Dengan adanya pertautan konsep dan persamaan kata ”Peta” maka teknik ”Peta Konsep” ini justru akan sangat mendukung pada teknik pembelajaran IPS (Sugiyanto, 2007: 40-41).
16 Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang dikembangkan oleh Tony Buzon pada Tahun 1970-an yang didasarkan pada bekerjanya otak. Otak kita mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk, suara musik dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Jadi otak tidak menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan dalam berbahasa (Hernacki, dalam Sugiyanto 2007: 41-42), maka untuk dapat mengingat kembali dengan cepat apa yang telah kita pelajari sebaiknya belajar kita meniru bekerjanya otak yaitu seperti pohon dengan cabang dan rantingnya disertai gambar, warna simbul pola dan asosiasi, yaitu dalam bentuk peta konsep atau pemikiran yang menyerupai pohon. Dengan demikian proses menyajikan dan menangkap isi pelajaran dalam peta-peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir. Didalam peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan. Peta ini mampu membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan dengan mudah, jauh lebih mudah daripada pencatatan tradisional. Oleh karena itu secara fungsional peta pikiran diartikan sebagai teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (Dryden dan Vos, 2004). Otak dipandang sebagai hutan raya tempat ribuan pohon dengan ratusan cabang besar, jutaan dahan dan milyaran ranting. Peta konsep dibuat dengan cara yang sama seperti halnya informasi disimpan pada cabang-cabang dari tema
17 sentral, meskipun skalanya berbeda jauh lebih kecil. Dalam menyusun peta konsep gaya pemprosesan belahan kiri dan belahan kanan otak dilibatkan secara penuh (Rose dan Nicholl, 2003: 59). Ketika informasi baru diserap dengan menggunakan peta-peta konsep, kapasitas penyimpanan meningkat pula. Format grafis ini banyak menarik perhatian para pembelajar visual dan pembelajar global,dan otak emosional dengan gambar dan warna. Sedangkan menurut Nancy Murgilulies yang dikutip Sugiyanto (2007:42 ), bahwa sebelum kita memvisualisasikan gambar dalam pikiran kita dan mengkaitkan dengan konsep-konsep. Sayangnya kita sering menyumbat saluransaluran kreatif dengan melatih anak-anak untuk hanya menulis kata-kata secara monokronologi diatas secarik kertas bergaris. Peta konsep dalam pembelajaran adalah cara dinamik menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Teknik tersebut menggunakan format global dan umum yang memungkinkan informasi ditunjukkan dalam cara yang mirip otak berfungsi dalam berbagai arah yang serempak. Adapun langkah-langkah teknis penggunaan peta konsep menurut Rose dan Nicholl, De Porter dan Hernacki dalam Sugiyanto (2007:42) adalah sebagai berikut : 1. Mulai dengan topik di tengah halaman. Tulis gagasan utamanya ditengah halaman kertas dan lingkupilah dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Ini mendorong kita untuk mendefinisikan
18 gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik awal pembelajaran yang efektif. Sebagai contoh buatlah tema pokok memakai garis. 2. Buatlah cabang-cabang. Tambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utamanya. Berpijak pada tema pokok buatlah cabangnya ke semua arah. Adapun jumlah cabang bervariasi tergantung jumlah segmennya. Namun batasilah cabang utama antara lima sampai tujuh cabang dan jangan terlalu banyak. 3. Gunakanlah kata kunci. Tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detil. Kata kunci adalah kata yang menyampaikan inti dari sebuah gagasan dan memudahkan memicu ingatan kita. Sasaran peta konsep adalah hanya menangkap fakta-fakta penting sehingga ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan kita. Sasaran peta adalah hanya menagkap fakta-fakta penting sehingga ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan terhadap semua subjek pelajaran. Gunakanlah kata kerja atau kata benda kunci dengan huruf kapital tebal. 4. Tambahkanlah simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik. 5. Gunakanlah huruf-huruf kapital. Tulis atau ketiklah secara rapi dengan menggunakan huruf-huruf yang lebih besar.
19 6. Tulislah gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar. Tulislah dengan huruf besar sehingga dapat membedakan konsep yang lebih penting. 7. Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik bagi anda. Gambarkanlah peta konsep anda dengan hal-hal yang berhubungan dengan anda, misalnya : anak panah, jam, tanda seru, dan sebagainya sesuai dengan selera anda. 8. Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal atau miring. 9. Bersikap kreatif dan berani Lakukanlah sendiri dan jangan takut salah atau jelek. Gunakanlah sebanyak mungkin gambar yang memang membantu pemahaman anda sendiri. 10. Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan. 11. Buatlah peta konsep secara horisontal, agar dapat memperbesar ruang bagi gagasan anda.
E. Teknik Pembelajaran Bermain Peran (Role Play) Piaget dalam Tuti Soekamto (1997:56) menyatakan bahwa: “Pandangan tradisional tehadap pengetahuan sebagai adanya realitas lahiriah, obyektif dan tetap. Subyek menerima secara pasif realitas obyektif tersebut. Subyek pada dasarnya dilihat sebagai sehelai kertas yang kosong. Metode serta teknik pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (teacher
centered).
Sudjana
(2001:39)
menyatakan
bahwa
“Kegiatan
20 pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta didik.” Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Lebih lanjut Sudjana (2001: 39) menjelaskan bahwa: Didalam teknik pembelajaran Bermain Peran (Role Play) dicirikan oleh : 1. Dominasi guru lebih banyak didalam dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan peserta didik bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan guru atau pengajar. 2. Bahan belajar terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi belajar yang tidak dikaitkan
dengan
pengetahuan
awal
siswa
sehingga
peserta
didik
membutuhkan informasi yang tuntas dan gamblang dari guru. 3. Pembelajaran tidak dilakukan secara berkelompok. 4. Pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium. Suatu teknik pembelajaran jika diterapkan tidak akan sempurna dan pasti ada kelemahan dan kekurangannya. Sudjana (2001: 39) mengemukakan bahwa keunggulan dari teknik pembelajaran yang berpusat pada guru ini adalah: 1. Bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas, 2. Dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar, 3. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah disediakan, 4. Target materi relatif mudah dicapai.” Joyce dan Weil dikutip oleh Soekamto (1997:79) telah mengelompokkan Metode dan teknik pembelajaran kedalam beberapa kategori, yaitu :.
21 1. Pengelompokan kedalam metode pengolahan informasi (The Information Processing Family). 2. Pengelompokan kedalam metode Personal (The Personal Family). 3. Pengelompokan kedalam metode Kelompok Sosial (The social Family). 4. Pengelompokan kedalam metode Sistem Perilaku (The Behavioral System Family). Adapun teknik bermain peran termasuk ke dalam katagori kelompok teknik Sistem Perilaku (Behavioral Systems). Didalam penelitian ini penulis hanya menitikberatkan pada teknik pembelajaran yang berkaitan langsung dan cocok dengan karakteristik materi pelajaran, yaitu teknik pengolahan sistem Perilaku (Behavioral Systems). Metode serta teknik pembelajaran sistem perilaku (Behavioral Systems) pada dasarnya menitikberatkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan ekternal (datang dari luar) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya. Beberapa metode dalam kelompok ini memberikan kepada para siswa sejumlah konsep, sebagian lagi menitik beratkan pada pembentukan konsep dan pengetesan hipotesis,
sebagian
lainnya
memusatkan
perhatian
pada
pengembangan
kemampuan kreatif. Beberapa metode telah dirancang untuk memperkuat kemampuan intelektual umum. Pembelajaran bermain peran adalah sebuah teknik pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan yang beragam untuk
22 mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Meskipun yang diharapkan pertama dan utama adalah keaktifan dan kekreatifitasan peserta didik, namun sebenarnya guru pun dituntut untuk aktif dan kreatif. Agar pembelajaran metode ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sudah tentu guru harus merancang pembelajaran dengan baik, melaksanakannya, dan akhirnya menilai hasilnya. Selain aktif dan kreatif, guru sangat menentukan apakah skenarionya berhasil atau tidak. Tugas guru adalah untuk membimbing pembelajaran dengan menekankan pada proses pembelajaran dan mengajak siswa untuk merefleksikannya pada kerangka pokok dan harus mendorong tingkat ketelitian yang baik dalam penelitian (Joyce-Weil, 2000:194). Aktivitas siswa yang berupa memegang, meraba, mengamati dan menghitung sendiri tersebut, diharapkan siswa tidak hanya memperoleh konsep tentang sisi bangun ruang, rusuk dan titik sudut dari suatu bangun ruang, tetapi juga menemukan cara-cara yang praktis dan sistematis dalam menghitungnya. Keuntungan-keuntungan lain adalah siswa memperoleh pengalaman
langsung,
melakukan
penemuan-penemuan
sendiri
sehingga
mempunyai pengertian dan pemahaman yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat Snelbecker dalam Soekamto dan Winataputra (1997:8) bahwa belajar adalah aktif dan merupakan fungsi dari situasi di sekitar individu yang belajar serta diarahkan oleh tujuan dan terdiri dari bertingkah laku, yang menimbulkan adanyan pengalaman-pengalaman dan keinginan untuk memahami sesuatu.
23 Teknik pembelajaran bermain peran termasuk pada kelompok metode sosial. Teknik pembelajaran ini menuntut siswa menjadi anggota baik (home group) kelompok rumah dan (expert group) kelompok ahli. Siswa harus bekerja sama untuk menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan pada kelompoknya dan dipresentasikan secara bergantian. Pembelajaran
kooperatif
teknik
bermain
peran
merupakan
teknik
pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pemikiran Knowles, (E. Mulyasa, 2003:25) menyebutkan indikator pembelajaran kooperatif metode bermain peran, yaitu : 1. Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik dalam bentuk permainan 2. Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan 3. Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: 1. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. 2. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan 3. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya. 4. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. 5. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.
24 6. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. 7. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar. Pembelajaran kooperatif metode bermain peran didefinisikan sebagai cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna dalam bentuk permainan. Dalam perkembangan terakhir ini, pengajaran metode Bermain peran sering diungkapkan sebagai pembelajaran berkorelasi atau pembelajaran terpadu. Adapun tujuan dari penggunaan pendekatan pengajaran teknik bermain peran ini adalah : 1. Melatih peserta didik berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan memecahkan permasalahan dari berbagai disiplin ilmu atau berbagai aspek dalam suatu tindakan bermain. 2. Melatih peserta didik menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah dalam pemecahan masalah. 3. Terbentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu dan menghargai pendapat orang lain. 4. Melatih
peserta
didik
agar
memiliki
kemampuan
merencanakan,
mengorganisasi dan memimpin suatu kegiatan. 5. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. Pengajaran teknik bermain peran digunakan guru karena berbagai alasan berikut:
25 1. Terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya atau satu bidang studi dengan bidang studi lainnya dalam suatu pemecahan masalah sehingga harus diciptakan suatu metode yang dapat menciptakan kesatuannya. 2. Memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari berbagai disiplin ilmu. 3. Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 4. Melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam KBM. Adapun kekuatan serta keterbatasan penggunaan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play), yaitu : 1. Kekuatan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play) Berbagai kekuatan penggunaan metode bermain peran ini, adalah : a. Membantu peserta didik lebih berpikir komprehensif b. Memperluas wawasan peserta didik dalam ilmu pengetahuan dengan keanekaragaman sumber informasi. c. Memperhatikan karakteristik peserta didik secara khusus d. Menciptakan iklim demokratis dalam belajar di mana peserta didik dapat ikut menentukan rencana bersama guru tentang topik yang akan dibahas e. Pengajaran bermain peran disesuaikan dengan tingkat perkembangan, minat dan bakat peserta didik sehingga pengajaran akan lebih bermakna. 2. Keterbatasan teknik pembelajaran bermain peran (Role Play) Adapun berbagai keterbatasan penggunaan teknik ini, antara lain : a. Sulit menentukan topik yang sesuai perkembangan anak.
dengan minat, bakat dan
26 b. Memerlukan kecakapan khusus dalam melaksanakan pengajaran bermain peran. c. Memerlukan biaya yang cukup besar. d. Memerlukan waktu yang cukup lama; e. Kemungkinan pemecahan masalah yang kabur dan dangkal karena ditinjau dan berbagai disiplin ilmu dan tidak semua ilmu dapat dikuasai peserta didik dengan baik.(Sudjana, 2001 : 134-141) Dardiri dalam sudono (2007: 56) mengatakan sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa pembelajaran metode bermain peran diterapkan, yaitu 1) bermain peran lebih memungkinkan peserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita mengenal pembelajaran metode konvensional dinilai hanya guru yang aktif (monologis), sementara peserta didiknya pasif, sehingga pembelajaran dinilai menjemukan, kurang menarik dan tidak menyenangkan, 2) bermain peran lebih memungkinkan, baik peserta didik maupun guru sama-sama kreatif. Guru berupaya kreatif mencoba berbagai cara melibatkan semua peserta didiknya dalam pembelajaran. Sementara peserta didik juga dituntut kreatif pula dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, maupun bahan ajar dengan segala alat bantunya, sehingga pada akhirnya hasil pembelajaran dapat meningkat. Dalam pelaksanaan metode bermain peran dilandasi oleh filsafah kontrustivitisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintregasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh peserta didik. Harapannya mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda, sedangkan falsafah lainnya adalah
27 pragmatisme yang menekankan agar dalam pembelajaran peserta didik sebagai subyek aktif dan guru fasilitator. Pembelajaran teknik bermain peran merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat memecahkan masalah ditinjau dari berbagai mata pelajaran sebagai satu kesatuan yang menyenangkan. F. Hasil Belajar Seseorang didalam melakukan kegiatan tertentu pasti akan mendapatkan suatu hasil. Demikian pula dengan kegiatan belajar tentu akan mendapatkan suatu hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan, yaitu adanya perubahan. Hasil belajar akan mencerminkan suatu perubahan dalam pengetahuaan, daya fikir dan tingkah laku seseorang sehingga dengan kegiatan belajar dapat diperoleh perubahan dan perkembangan dalam diri seseorang. Untuk dapat mengadakan penilaian terhadap hasil belajar tersebut maka akan diperlukan adanya prestasi belajar. Menurut Sudjana (1995:22), Prestasi atau hasil belajar adalah “kemampuaan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu 1. Ketrampilan dan kebiasaan. 2. Pengetahuan dan pengertian. 3. Sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi kedalam lima kategori hasil belajar (1) informasi verbal (2) ketrampilan intelektual (3) strategi kognitif (4) sikap, dan (5) ketrampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
28 pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah : 1. Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuaan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk dalam kognitif tingkat tinggi. 2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaiaan, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah Psikomotoris, yatu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuaan bertindak. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan
refleks,
ketrampilan
gerakan
dasar,kemampuaan
perseptual,
keharmonisan, gerakan ekspresif dan interpretatif. (Sudjana, 1995:23) Ketiga ranah tersebut menjadi objek dalam penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu hanya ranah kognitif yang paling banyak digunakan oleh para guru di sekolah, karena berkaitan dengan kemampuaan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Prestasi adalah merupakan hasil yang telah dicapai seseorang dalam melaksanakan usaha yang telah dilaksanakannya secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku, hal ini sesuai dengan pengertiaan belajar yang yang telah di rumuskan di muka. Jadi berdasarkan pengertiaan prestasi dan pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar adalah merupakan hasil usaha yang dilakukan seseorang secara sadar untuk
29 memperoleh perubahan tingkah laku dan adapun fungsi dari prestasi belajar adalah : 1. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2. Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3. Sebagai informasi dan inovasi pendidikan. 4. Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5. Dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap siswa (Suryabrata, 1989:112). Arikunto
(1998:21)
mengemukakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua jenis yaitu : faktorfaktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Sedangkan yang dapat dikateorikan faktor biologis antara lain : usia, kematangan, dan kesehatan. Dan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaa belajar. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik. Dari berbagi pendapat yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah penilaian yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan berkenaan dengan penguasaan materi yang telah diterima selama pembelajaran berlangsung.
30 G. Mata Pelajaran Geografi 1. Definisi Geografi Geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan
mendorong
peningkatan
kehidupan.
Lingkup
bidang
kajian
memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial dan ekologis dari eksistensi manusia. Geografi merupakan ilmu yang menggunakan pendekatan holistik melalui kajian keruangan, kewilayahan, ekologi dan sistem, serta historis untuk mendiskripsikan dan menganalisis struktur pola. Fungsi dan proses interelasi, interaksi, interdependensi dan hubungan timbal balik dari serangkaian gejala, kenampakan atau kejadian dari kehidupan manusia (penduduk), kegiatannya atau budidayanya dengan keadaan lingkungan di permukaan bumi sehingga dari kejadian tersebut dapat dijelaskan dan diketahui lokasi atau penyebaran, adanya persamaan dan perbedaan wilayah dalam hal potensi, masalah, informasi geografi lainnya serta dapat meramalkan informasi baru atas gejala-gejala geografi untuk masa mendatang dan menyusun dalil-dalil geografi baru, serta selanjutnya dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia. (Sumaatmadja, 1997 : 12). 2. Ruang Lingkup Pengajaran Geografi Ruang lingkup mata pelajaran geografi meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a. Konsep dasar, pendekatan, serta prinsip dasar geografi
31 b. Konsep dan dinamika unsur-unsur geosfer mencakup litosfer, pedosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, antroposfer, serta pola persebaran spasialnya. c. Jenis, karakteristik, potensi, persebaran spasial sumber daya alam dan pemanfaatannya. d. Karakteristik, unsur-unsur, kondisi dan variasi spasial lingkungan hidup, pemanfaatan dan pelestariannya. e. Konsep wilayah dan perwilayahan, criteria dan pemetaannya serta fungsi dan manfaatnya dalam analisis geografi. f. Pengetahuan dan keterampilan dasar tentang seluk-beluk dan pemanfaatan peta, sistem informasi geografi (SIG) dan citra penginderaan jauh (PJ). Baik studi geografi maupun pengajaran geografi, pada hakikatnya berkenaan dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. MSumaatmadja (1992 : 12) ruang lingkup pengajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi yang meliputi : 1). Alam lingkungan yang menjadi sumber dayakehidupan manusia 2). Penyebaran umat manusia dengan segala variasi kehidupannya 3). Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap cirri khas tempat-tempat dipermukaan bumi 4). Kesatuan regional yang merupakan perpaduan antara darat, perairan, dan udara diatasnya. Mata pelajaran geografi bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
32 1). Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan. 2). Menguasai keterampilan dasar dalam memperoleh data serta informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi. 3). Menampilkan
perilaku
peduli
terhadap
lingkungan
hidup
dan
memanfaatkan sumberdaya alam secara arif, serta memiliki toleransi keagamaan budaya masyarakat. H. Antroposfer dan Aspek Kependudukan 1. Definisi Antroposfer Antroposfer adalah semua manusia yang hidup di bumi dan lingkungannya dan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Tiap orang mengetahui bahwa manusia itu tidak sama di seluruh dunia ini. Mereka beraneka macam di antara benua-benua, diantara negeri-negeri, dan bahkan di antara daerah-daerah dalam negeri. Tidak hanya berbeda warna kuiit, bahasa, sosok tubuh dan seterusnya, tetapi juga berbeda dalam hal-hal yang tidak tampak secara fisik misalnya dalam agama, kelompok-kelompok darah, dan kepribadian. Ringkasnya, manusia dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok tersendiri dan berbeda, masing-masing dengan karakter-karakter istimewanya sendiri-sendiri. Batasan tentang jenis manusia itu telah lama mengalami suatu kerancuan atau salah tanggap. Jenis manusia tidak ditetapkan oleh faktor-faktor seperti bahasa, agama, dan kebangsaan (warga negara). Ini adalah corak-corak yang manusia diperoleh setelah lahir. Jenis manusia berdasarkan pada warisan
33 biologis, berarti pada sifat-sifat khas fisik manusia pada saat dilahirkan. Ini termasuk warna kulit, sosok tubuh, bentuk tempurung kepala, bentuk hidung, warna serta bentuk mata, contoh rambut, dan kelompok darah. Beberapa ahli jiwa percaya bahwa tanda-tanda mental tertentu dapat juga merupakan aspek dari jenis manusia, faktor-faktor seperti sifat dan kecerdasan. Para ahli ilmu bangsa-bangsa belum sepakat betul mengenai pembagianpembagian pasti di antara bangsa di dunia, tetapi sebagian terbesar menyetujui terdapat lima model pokok: 1).
Bangsa Kaukasus, orang-orang "Putih" (kulit terang sampai coklat muda) dengan sosok sedang, wajah sempit atau lebar, dan rambut lurus atau berombak. Pemukiman aslinya di Eropa, Afrika Utara, Asia Timur Tengah dan Barat (termasuk India).
2).
Bangsa Mongol, orang-orang "Kuning" (kulit kuning sampai coklat kemerah-merahan) dengan sosok pendek sampai sedang, wajah lebar dan rambut lurus kasap. Pemukiman aslinya di Asia Timur dan Utara. Orangorang Eskimo dan Indian Merah Amerika juga berada dalam kelompok ini.
3).
Bangsa Negro, orang-orang "Hitam" (kulit coklat-kuning sampai coklat gelap) dengan sosok sedang, wajah lebar sedang, tetapi dengan hidung besar dan tebal, bibir menekuk keluar, rambut kasap biasanya keriting atau berjalin-jalin seperti wol. Pemukiman aslinya di Afrika.
4).
Bangsa Australoid, orang-orang "hitam" dengan sosok pendek, wajah panjang dengan bibir penuh dan rambut berombak warna gelap.
34 Pemukiman aslinya di Australia (seperti orang-orang aborigines) dan bagian-bagian Asia Tenggara dan India Timur. 5).
Bangsa Capoid, orang-orang kuning kecoklatan dengan sosok pend'eK, wajah datar dengan lipatan-lipatan mata menonjol miring ke bawah depan (kulit menggantung pada kelompak mata) dan rambut hitam. Pemukiman aslinya di Afrika Selatan seperti orang-orang Bushmen dan Hottentot. Dari semua kelompok ini bangsa Kaukasus ternyata paling banyak jumlahnya, yaitu berjumlah kira-kira separuh dari penduduk dunia. Separuhnya lagi dari total penduduk dunia sebagian besar merupakan bangsa Mongol dan Negro, dan jumlahnya terus berkembang pesat. Sedangkan bangsa Australia dan Capoid berjumlah paling sedikit dan bahkan terancam kepunahan. Harus diingat bahwa keanekaraggm dapat terjadi dalam satu bangsa.
Misalnya bangsa Kaukasus masih bisa dibagi lagi menjadi orang Eropa, crang Asia, orang Semit, dan orang Hamitik. Di dalam Eropa sendiri ada tiga kelompok berbeda yaitu: 1). Orang Nordik: tinggi, berambut pirang, bermata biru, warna kulit pirang, tempurung kepala panjang. Secara kejiwaan berbakat penemu dan rajin serta mempunyai kemampuan merencana. Pemukiman aslinya di Inggris dan Eropa Utara. 2). Orang Laut Tengah: tinggi sedang, rambut berombak warna gelap, bermata coklat, warna kulit kuning sampai hijau kekuning-kuningan, tempurung kepala panjang. Secara mental kejiwaan mereka berbakat
35 menjadi penyair, pemudik, seniman dan berdarah panas. Pemukiman aslinya di Spanyol, Italia, dan di negeri-negeri lain seputar Laut Tengah. Di Inggris contoh ini terdapat di Skotlandia, Irlandia dan Wales daerah yang secara bersama-sama dikenal sebagai Jumbai Celt dan pernah ditempati oleh orang-orang Iiberian. 3). Orang Alpen: pendek dan gempal, rambut warna gelap, mata coklat, warna kulit pucat sampai kuning kotor, tempurung kepala besar. Secara kejiwaan mereka cenderung sabar, tekun berusaha, dan ber-kemampuan bekerja keras. Bermukim di kawasan-kawasan pegunungan di Eropa Timur dan | Tengah. Walau perbedaan-perbedaan dasar di antara bangsa-bangsa itu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan lingkungan luar, dan mungkin telah berevolusi selama berjuta-juta tahun, namun pengembaraan-pengembaraan suku bangsa dan perkawinan antar suku telah menyebabkan banyak perbedaan suku bangsa menjadi kabur. Persebaran penduduk di muka bumi ini tidak merata, Beberapa kawasan sangat padat penduduknya, sedangkan kawasan lain hampir tidak berpenghuni. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Namun faktor yang paling menentukan adalah potensi ekonomi sebuah kawasan. Orangorang akan tinggal di sebuah tempat yang dapat ditemuka sarana untuk mencai nafkah hidup. Faktor-Faktor lain yang memengaruhi penyebaran penduduk antara lain sebagai berikut. 1). Kondisi dapat terjangkau (accessibility)
36 2). Muka bumi dan kesuburan tanah (relief dan soil fertility) 3). Iklim (climat). 4). Pepohonan alamiah (natural vegeratibn) 5). Pasokan-pasokan air (water supplies) 6). Sumber tambang logam (mineral resources) 2. Aspek Kependudukan 1). Kuantitas penduduk Indonesia Kuantitas penduduk Indonesia meliputi sebagai berikut : a). Jumlah Penduduk Jumlah penduduk adalah banyaknya individu yang menempati suatu wilayah pada suatu waktu. b). Penyebaran Penduduk Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Sebagian besar berada di pulau Jawa, Bali, Madura. Penyebaran penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : (1). kesuburan tanah (2). iklim (3). bentuk permukaan bumi (topografi) (4). air (5). perhubungan (6). sejarah (7). lapangan kerja (8). tersedianya saran dan prasarana.
37 2). Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah angka yang menunjukkan jumlah rata-rata penduduk per km2 pada suatu wilayah. Kepadatan aritmatik =
Jumlah penduduk ( jiwa ) Luas wilayah (km 2 )
Kepada tan penduduk Agraris
Jumlah penduduk ( jiwa ) Luas wilayah per tan ian (km 2 )
3). Komposisi Penduduk Komposisi penduduk yaitu pengelompokan penduduk menurut kriteria tertentu, dapat dibedakan berdasarkan: a. umur dan jenis kelamin b. pendidikan c. tempat tinggal d. pekerjaan e. agama Sex Ratio adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. NJK
PL k PP
NJK = nisbah jenis kelamin PL = jumlah penduduk laki-laki PP = jumiah penduduk perempuan K = konstanta (1.000) 4). Pertumbuhan Penduduk Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan penduduk adalah sebagai berikut:
38 a. Kelahiran (Natalitas) Kelahiran dipengaruhi oleh faktor pro dan anti kelahiran. 1)
Faktor pro kelahiran, antara lain: a) kawin muda b) besarnya kematian bayi c) penilaian yang tinggi terhadap anak Beberapa hal yang berkaitan dengan penilaian anak, misalnya: (1) Anak sebagai penerus keturunan (2) Anak sebagai sumber tenaga kerja (3) Anak sebagai pembawa rejeki (4) Anak sebagai tumpuan di hari tua (5) Anak sebagai penentu status sosial orang tua.
2). Faktor anti kelahiran, antara lain: a). Program KB b). UU Perkawinan c). Penundaan usia kawin, dan d). Peraturan kepegawaian tentang tunjangan anak yang diberikan hanya sampai anak ke-3 Penggolongan angka kelahiran adalah sebagai berikut : 1) Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR) Rumus : CBR
B 1000 P
39 CBR
= Crude Birth Rate
B
= Jurnlah kelahiran hidup
P
= Jumlah penduduk, biasanya diperhitungkan terhadap jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka kelahiran kasar digolongkan menjadi 3, yaitu :
a)
Kecil (rendah}, apabila CBR lebih kecil dari 20 per 1.000 penduduk.
b)
Sedang, apabila CBR antara 20-30 per 1.000 penduduk.
c)
Tinggi (besar), apabiia CBR lebih besar dari 30 per 1.000 penduduk.
Contoh: Jumlah kelahiran di DIY tahun 2000 sebanyak 2000 bayi, sedangkan jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2000 adalah 400.000 jiwa, angka CBR = ....? Jawab : CBR
2.000 1000 (artinya 4 kelahiran kasar untuk tiap 1.000 4.000.000
penduduk) 2).
Angka Kelahiran Khusus (Age Specific Fertility Rate = ASFR) Angka kelahiran khusus adalah angka yang menunjukkan banyaknya bayi lahir hidup setiap 1.000 wanita golongan usia tertentu pertahun. Rumus : ASFR x
Bx 1000 Px
ASFRx = angka kelahiran dari wanita umur x tahun Bx = jumlah kelahiran dari wanita umur x tahun
40 Px = jumlah penduduk wanita umur x tahun Biasanya diperhitungkan pada pertengahan tahun. Contoh: Jumlah wanita usia 25-29 tahun adalah 200.000. Banyaknya kelahiran pada usia tersebut 50.000 jiwa, maka ASFR = .... ASFR x 3).
50.000 1000 200.000
Angka Kelahiran Umum Adalah banyaknya kelahiran tiap 1.000 wanita yang berumur 15-44 tahun atau 15-49 tahun. GFR
B F
P 15 44
k atau GFR
B F
P 15 49
k
B = jumlah kelahiran dalam 1 tahun PF 15 - 44 = banyaknya penduduk wanita umur 15-44 atau 15 - 49 pada pertengahan tahun k = konstanta (1000) Contoh: Jumlah kelahiran di DIY pada tahun 2000 adalah 50.000 bayi. Banyaknya wanita berumur 15 - 49 tahun sebanyak 2.000.000 jiwa, maka GFR = .... GFR
50.000 1000 2.000.000
b. Kematian (Mortalitas) Kematian atau mortalitas dipengaruhi oleh faktor pro dan anti kematian. 1) Faktor prokematian, meliputi:
41 a) fasilitas kesehatan belum memadai b) tingkat kesehatan rakyat masih rendah c) kekurangan gizi d) pencemaran lingkungan e) kecelakaan lalu lintas f)
bunuh diri/pembunuhan
g) peperangan, dan h) bencana alam dan wabah penyakit. 2) Faktor antikematian (penghambat kematian), antara lain: a) fasilitas kesehatan telah memadai b) makanan cukup bergizi c) tingkat kesehatan masyarakat tinggi d) lingkungan yang bersih dan teratur, dan e) ajaran agama melarang bunuh diri dan membunuh orang lain. Penggolongan angka kematian kasar (1).Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (COR) Angka kematian kasar adalah banyaknya orang yang meninggal setiap 1.000 per tahun. CDR
D 1000 P
CDR
: Crude Death Rate = angka kematian kasar
D
: Death = jumlah kematian
P
: Population = jumlah penduduk pada pertengahan
42 tahun Penggolongan CDR adalah sebagai berikut: (1) kecil (rendah), apabila CDR antara 9-13 per 1.000; (2) sedang, apabila CDR antara 14-18 per 1.000 penduduk; (3) tinggi (besar), apabila CDR lebih besar dari 19 per 1.000 penduduk. Contoh: Berdasarkan data kependudukan kecamatan kota Kudus jumlah penduduk pada bulan Januari 1990 adalah 200.000 jiwa, pada bulan Januai 1991 sebanyak 300.000 jiwa, jumlah kematian 200 jiwa. Maka CDR = .... CDR
500 1 (200.000 300.000 ) 2
1000
500 1000 2 250.000
(2).Angka Kematian Khusus atau Age Specific Death Rate (ASDR) Angka kematian khusus adalah banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk usia tertentu per tahun. ASDR x
Dx 1000 Px
ASDRx : angka kematian kelompok usia tahun Dx
: jumlah kematian kelompok usia x tahun
Px
: jumlah penduduk usia x tahun.
43 Contoh: Apabila diketahui kelompok umur 20 - 24 tahun sebanyak 1000, jumlah kematian 10 Berapa ASDR? ASDR x
10 1000 10 1.000
(3).Angka Kematian Bayi atau Infant Mortalitiy Rate (IMR) Angka kematian bayi adalah jumlah bayi yang mati setiap 1.000 kelahiran per tahun.. Rumus = IMR
Do 1000 B
IMR
= Infant Mortalitiy Rate (angka kematian bayi)
Do
= jumlah kematian bayi (umur kurang dari satu tahun)
B
= jumlah kelahiran hidup
Penggolongan IMR adalah : (1) rendah, apabila IMR kurang dari 35 per 1.000 jiwa (2) sedang, apabila IMR antara 35-75 per 1.000 jiwa (3) tinggi, apabila IMR antara 75-125 per 1.000 jiwa (4) sangat tinggi, apabila IMR lebih dari 125 per 1.000 jiwa Contoh: Jumlah kelahiran hidup di kecamatan kota tahun 1990 adalah 2000 jiwa, jumlah bayi yang meninggal 20 jiwa. Berapa IMR? IMR
20 1000 10 2.000
44 c. Migrasi Penduduk Migrasi adalah perpindahan penduduk yang dilakukan dari satu daerah ke daerah lain untuk menetap. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi penduduk, antara lain : 1). Keadaan politik; 2). Sempitnya lapangan kerja, dan 3). Kurangnya fasilitas hidup. Macam-macam migrasi antara lain: 1) Migrasi antarnegara Migrasi antarnegara dibedakan menjadi: a) Imigrasi b) Emigrasi c) Remigrasi. 2) Migrasi dalam negeri . a) Transmigrasi Transmigrasi dibedakan menjadi : (1) Transmigrasi urnum, (2) Transmigrasi bedol desa, (3) Transmigrasi sektoral, (4) Transmigrasi swakarya, (5) Transmigrasi swakarsa (spontan), (6) Transmigrasi keluarga,
45 (7) Transmigrasi pramuka, dan (8) Transmigrasi lokal b). Urbanisasi c). Kembali ke desa (ruralisasi) d). Remigrasi, Faktor pendorong migrasi antara lain: Sumber daya alam yang semakin berkurang Lapangan kerja semakin sempit Faktor penarik migrasi antara lain: Mendapat kesempatan kerja Melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi Pelayanan kesehatan yang lebih baik Faktor rintangan migrasi antara lain: Jarak yang jauh Nilai tradisional (makan tidak makan kumpul) Kebijaksanaan pemerintah Biaya Angka Migrasi Masuk Angka migrasi masuk adalah jumlah pendatang tiap 1.000 penduduk tempat tujuan selama 1 tahun. Rumus: MI
I k P
Ml = angka migrasi masuk I
= jumlah migrasi masuk
46 P
= jumlah penduduk
k
= konstanta (1000)
Contoh: Jumlah penduduk di Kecamatan Bae tahun 2.000 sebanyak 100.000 jiwa. Jika migrasi masuk 100 jiwa, berapa M1? MI
100 1000 1 100.000
Angka migrasi keluar Angka migrasi keluar adalah jumlah penduduk yang keluar dari daeah tempat tinggalnya tiap 1000 penduduk selama 1 tahun. Rumus: MO
O k P
Mo = angka migrasi keluar O
= jumiah migrasi keluar
P
= jumlah penduduk
k
= konstanta (1000)
Contoh: Jumlah penduduk di Kecamatan Bae 500,000, jumlah penduduk yang keluar 50 jiwa. Berapa Mo? MO
500 1000 1 500.000
Angka Migrasi Neto Angka Migrasi neto adalah sensus antara jumlah migrasi masuk dan jumlah migrasi keluar dalam 1.000 penduduk dalam 1 tahun.
47 Rumus: Mn
Mi Mo k P
Mn = angka migrasi neto Mi = jumlah migrasi masuk Mo = jumlah migrasi keluar . p
= jumlah penduduk
k
= konstanta (1000)
Contoh: Jumlah penduduk di Kecamatan Tanjung pada tahun 2000 sebanyak 250.000 jiwa. Jumlah imigran 1.000 jumlah emigan 500. Berapa angka migrasi neto? Mn
1000 500 1000 250.000 500 1000 250.000
=2 Jadi angka migasi neto 2 jiwa tiap 1000 penduduk. Dari uraian
faktor-faktor yang memengaruhi
pertumbuhan
penduduk tersebut maka pertumbuhan penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut. (Pt - Po) = (L - M) + (I - E) Pt : jumlah penduduk akhir tahun Po : jumlah penduduk awai tahun L : jumlah bayi lahir M : jumlah penduduk yang mati
.
48 I : jumlah migrasi masuk E : jumlah migrasi keluar d. Sensus Penduduk Sensus penduduk adalah kegiatan menghitung jumlah penduduk suatu negara. Sensus di-lakukan dengan dua cara yaitu de facto dan de jure, Sensus de facto adalah menghitung jumlah penduduk menurut tempat tinggal mereka pada saat sensus. Sensus de facto datanya lebih lengkap, kesalahan yang disebabkan oleh duplikasi lebih kecil, serta penghitungan tingkat 'kelahiran dan kematian lebih akurat. Sensus de jure adalah menghitung jumlah penduduk menurut tempat tinggal yang tetap. Sensus ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk di tempat-tempat rekreasi yang seialu berubah menurut musim. e. Registrasi Penduduk Registrasi penduduk adalah pencatatan peristiwa yang dialami penduduk, misalnya kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, dan migrasi. Sistem registrasi penduduk belum di atur dengan undang-undang. Di dalam registrasi kejadian dicatat, namun belum ada sistem yang pasti kaena ditangani oleh beberapa instansi pemerintah antara lain departemen kehakiman, dalam negeri, agama dan kesehatan. Selain itu pelaksanaan registrasi oleh
49 instansi-instansi tersebut tidak teratur dan kurang lengkap. Contoh yang dicatat dalam registrasi penduduk adalah kematian. f. Survei Penduduk Survei penduduk dilakukan untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Survei hampir, sama. dengan sensus dan registrasi, hanya saja survei dilakukan dalam wilayah yang terbatas, dan survei dapat dilakukan kapan saja g. Teori Kependudukan Menurut Malthus, kemelaratan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan j penduduk dan pertambahan bahan pangan. Hal itu terjadi karena jumiah penduduk bertambah • seperti deret ukur (1 - 2 - 4 - 16 - 32 dstj dan makanan bertambah sesuai deret hitung ( 1 - 2 – 3 – 4 - dst) J. Teori Malthus mempunyai kelemahan antara lain: 1. la tidak yakin akan kemampuan tanah ntuk menghasilkan bahan makanan yang lebih cepat. 2. Adanya kemungkinan kemajuan tingkat hidup mariusi'a karena adanya industrialfsasi, transportasi, dan distribusi yang lebih baik. 3. Adanya kemungkinan pengurangan kelahiran dengan KB. h. Laju Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan banyak atau sedikitnya pertumbuhan penduduk tiap tahun dalam
50 kurun waktu tertentu. Laju pertumbuhan penduduk umumnya dihitung dengan 2 cara yaitu geometris dan eksponensial. 1) Laju Pertunbuhan Penduduk Geometris Laju pertumbuhan penduduk geometris adalah pertumbuhan penduduk secara bertahap, hanya dihitung pada akhir tahun dari suatu periode disebutjuga pertumbuhan berganda. Laju pertumbuhan penduduk geometris dihitung dengan rumus:
Pt = Po (1 + r)2 Pt = jumiah penduduk pada akhir tahun Po = jumiah penduduk pada awal tahun.
2).
r
= laju pertumbuhan penduduk
t
= jangka waktu (10 tahun)
Laju Pertumbuhan Penduduk Eksponensial Laju petumbuhan eksponensial adalah laju pertumbuhan yang berlangsung secara terus menerus Rumus : Pt = Po. ert Pt = jumiah penduduk pada akhir tahun Po.= jumiah penduduk pada awal tahun e = angka eksponensial (2,718282) r
= tingkat pertmbuhan penduduk1
t
= jangka waktu (umumnya 10 tahun).
51 i. Proyeksi Penduduk Jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat dihitung atau diproyeksikan. Informasi mengenai jumiah penduduk masa yang akan datang sangat penting. Misalnya untuk merencanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kesejahteaan penduduk. Rumus : Pn = Po (1 = r)n Pn = jumlah penduduk pada tahun n (ditanyakan) Po = jumiah penduduk pada tahun 0 atau tahun dasar n = jumlah tahun antara 0 hingga n
.
r = tingkat pertumbuhan penduduk pertahun (dalam %) j. Piramida Penduduk Komposisi penduduk menumt umur dan jenis kelamin dapat disajikan.dala'm bentuk grafik yang disebut piramida penduduk. Piramida
penduduk
dapat
digunakan
untuk
mengetahui
perbandingan antara: Jumlah laki-laki dan perempuan Jumlah tenaga kerja Struktur penduduk suatu negara Piramida penduduk dapat digolongkan dalam 3 macam sebagai berikut. 1) Piramida Penduduk Muda
52 Menunjukkan bahwa penduduk suatu negara tersebut sedang mengalami pertumbuhan. Piramida penduduk ini menunjukkan Sebagian besar penduduk pada kelompok umur muda Tingkat kelahian tinggi Tingkat kematian tinggi Contoh Indonesia Bentuk piramida penduduk muda (ekspansif)
Laki-laki
Perempuan
Gambar 2. Piramida Penduduk Muda 2) Piramida Penduduk Statoner Menunjukkan bahwa penduduk dalam suatu negara tersebut keadaan stationer atau tetap, jumlah kelahiran dan kematian seimbang. Contoh: negara Swedia. Bentuk piramida penduduk stationer
Laki-laki
Perempuan
Gambar 3. Piramida Penduduk Stationer
53 3) Piramia Penduduk Tua (Konstuktif) Menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk suatu negara tersebut pada kelompok . usia tua. Contoh Amerika Serikat.
Laki-laki
Perempuan
Gambar 4. Piramida Penduduk Tua. 5. Kualitas Penduduk Berdasarkan Pendidikan Dalam sensus penduduk dapat diketahui kualitas penduduk berdasarkan pendidikan seclara umum, misalnya : Jumlah penurunan penduduk yang buta huruf Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, PT dan lain-fain) Jumlah penduduk yang memperoleh pendidikan formal, non formal, dan informal Data mengenal tingkat pendidikan penting untuk mengetahui sumber daya manusia di suatu daerah. Selain itu penguasaan ilmu dan teknologi memudahkan penduduk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf
54 hidup mereka. Tingkai pendidikan penduduk Indonesia mengalami kemajuan meskipun mempunyai beberapa kendala, di antaranya; Kurangnya kesadaran masyaakat akan pentingnya pendidikan. Biaya pendidikan yang tinggi. Sarana dan prasarana pendidikan yang kurang seperti gedung, bukubuku, guru, dan lain-lain Sarana dan prasarana transportasi yang kurang sehingga menyulitkan penduduk di daerah terpencil untuk mendapat pendidikan yang lebih tinggi. Mutu pendidikan yang rendah. Anggaran pemeriniah untuk pendidikan yang rendah. 6. Kualitas Penduduk Menurut Tingkat Kesehatan Penduduk suatu negara dikatakan berkualitas tinggi apabila tingkat kesehatan juga tinggi. Secaraj umum tingkat kesehatan penduduk di Indonesia tergolong rendah. Tingkat kesehatan dapat dilihat; dan; Angka kematian kasar. Angka kematian bayi. Umur harapan hidup. Dalam upaya menaikkan tingkat kesehatan masyarakat langkah-langkah yang diambil adalah pemerintah diantaranya: Memperbanyak dan meningkatkan fungsi rumah sakit, puskesmas, dan fain-lain. Menambah jumlah serta menaikkan kualitas tenaga medis.
55 Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan gizi dan lingkungan. Mengadakan imunisasi massal secara manual dan gratis. Mengadakan posyandu. 7. Kualitas Penduduk Menurut Mata Pencaharian Dalam sensus penduduk data mata pencaharian penduduk dapat kita lihat bedasarkan status pekerjaari dan lapangan pekerjaan. Status pekerjaan dibedakan menjadi pekerja formal dan informal. Lapangan pekerjaan dibedakan
menjadi
pertanian,
kehutanan,
perikanan,
pertambangan,
perdagangan, jasa dan lain-lsin. Sebagian besar penduduk Indonesia masih bekerja di sektor, pertanian, sedangkah berdasarkan statusnya sebagian besar penduduk bekerja di sektor informal. Akibat tingginya angka pertumbuhan penduduk maka pertumbuhan angkatan kerja juga pesat. Namun pertumbuhan kesempatan kerja tidak dapat mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja. Akibatnya jumiah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. 8. Masalah Kependudukan di Indonesia Masaiah kependudukan di Indonesia antara lain: Jumlah penduduk yang besar. .
:
Pertumbuhan penduduk tinggi. Persebaran penduduk tidak merata. Komposisi penduduk kurang menguntungkan yaitu jumiah penduduk usia muda besar sehingga angka ketergantungan tinggi. Arus urbanisasi tinggi.
56 Beberapa usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah kependudukan antara lain: Perencanaan, pengaturan dan pembatasan usia minimal pernikahan. Perencanaan, pengaturan dan pembatasan kelahiran. Meratakan persebaran pendduk dengan Transmigrasi Pembangunan pedesaan untuk mengurangi urbanisasi. Memperluas peningkatan fasilitas kesehatan Meningkatkan fasilitas transportasi. Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, Pengembangan ilmu pengetahan dan teknologi yang ramah lingkungan. Perluasan industrialisasi. I. Penelitian Yang Relevan Adapun penelitian yang relevan yang pernah dilakukakn oleh peneliti sebelumnya, dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Penelitian yang relevan dengan penelitian. No
Nama
Jurusan
Judul
Kesimpulan
Metode yang
Penelitian 1
Sudarto
Tehnologi
Penerapan
efektif Penerapan
Pembelajaran
Pendidikan Pembelajaran
pembelajaran IPS
berbasis skill
Program
IPS Sejarah
Sejarah berbasis
life
Pasca
Berbasis Life
skil life mampu
Sarjana
Skill di SMK
meningktakan
UNS
terhadap
prestasi belajar
(2006)
prestasi belajar
dengan nilai rata-
siswa di SMK
rata yang diperoleh
57 1 dan 2
siswa sebesar 6,5
Karanganyar tahun 2006 2
Sri Wahyuni
Pendidikan Model
Penggunaan model
Geografi
Pembelajaran
pembelajaran
Pasca
Kooperatif Tipe
kooperatif tipe
Sarjana
Student Teams
STAD dapat
UNS
Achievement
meningkatkan
(2006)
Divisions
motivasi belajar
(STAD) Untuk
dan hasil belajar
Meningkatkan
siswa pada mata
Motivasi dan
pelajaran geografi
Hasil Belajar
khususnya
Siswa Pada
kompetensi dasar
Mata Pelajaran
“Pemanfaatan
Geografi SMA
lingkungan hidup
Muhammadiyah
dan pembangunan
Wonosari.
bekelanjutan” kelas
STAD
XI IPS SMA Muhammadiyah Wonosari Tahun 2006/2007 3
Dwi Haryati
Pendidikan Meningkatkan
Model
Geografi
Minat Belajar
pembelajaran
Pasca
dan Prestasi
kooperatif teknik
Sarjana
Belajar Geografi STAD yang
UNS
dengan
menempatkan
(2007)
menggunakan
siswa dalam
Model
struktur belajar
Pembelajaran
kelompok dengan
STAD
58 Kooperatif
penghargaan
JIGSAW Pada
kelompok ahli,
Siswa SMA
dalam
Dominikus
kesimpulannya
Wonosari
dapat
Gunung Kidul
meningkatkan
2007.
minat belajar dan prestasi belajar siswa.
4
Susi
Pendidikan Efektivitas
Penggunaan
Diskusi
Rahmawati
PPKN
Penggunaan
metode
Kelompok
Fakultas
Metode
pembelajaran
Keguruan
Pembelajaran
Diskusi Kelompok
dan Ilmu
Diskusi
lebih efektif
Pendidikan Kelompok),
didalam
UNS
Jigsaw, dan
pembelajaran
(2007)
Ceramah Tanya
geografi terbukti
Jawab terhadap
dengan perolehan
Prestasi Belajar
hasil nilai prestasi
IPS Geografi
belajar yang tinggi
Siswa kelas VII
dibandingkan
SMP Negeri 16
dengan kedua
Surakarta Tahun metode yaitu Ajaran
Jigsaw serta
2006/2007
Ceramah Tanya Jawab.
5
Aster
Pendidikan Studi
Metode
Oktorini
Geografi
komparasi
pembelajaran
Fakultas
hasil belajar
kooperatif jigsaw
Jigsaw
59 Keguruan
Geografi siswa
lebih baik
dan Ilmu
antara
daripada metode
Pendidikan penggunaan
diskusi. Hal ini
UNS
metode
ditunjukkan
(2007)
pemmbelajaran berdasarkan nilai kooperatif
rerata kelompok
Jigsaw dengan
eksperimen
metode diskusi
sebesar 7,73
pada materi
lebih tinggi
pelapukan,
daripada nilai
erosi, dan
rerata kelompok
sedimentasi
kontrol sebesar
siswa kelas
7,00
VIIE dan VIIF SMP Negeri 10 Surakarta.
I. Kerangka Berpikir Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Faktor keberhasilan kegiatan pembelajaran salah satunya ditentukan oleh teknik pembelajaran terutama dari kesesuaian penggunaan tehnik pembelajaran yang digunakan guru, serta keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapan pendekatan pembelajaran yang bervariasi berupaya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran sekaligus sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan. Penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan Bermain peran (Rool Play) sampai saat ini masih jarang dijumpai khususnya pada tingkat sekolah
60 menengah atas (SMA) sehingga efektif atau tidaknya tehnik mengajar ini belum begitu banyak diketahui. Pada penelitian ini, penggunan teknik pembelajaran Peta Konsep dibandingkan Bermain peran (Rool Play). Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman kita didalam memahami kerangka berpikir dalam penelitain ini, dapat dilihat dalam gambar alur berpikr pada gambar 2 dibawah ini.
Hasil belajar
Peta Konsep Dibandingkan
Teknik Pembelajaran
Bermain peran (Rool Play).
Hasil belajar
Diperoleh Tehnik Pembelajaran yang sesuai
Nilai Prestasi Awal Siswa rendah
Teknik Pembelajaran
Gambar 2. Kerangka Berpikir dalam Penelitian J. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan didepan, maka peneliti memiliki hiopotesis atau jawaban sementara yaitu : 1. Terdapat perbedaan yang signifikan didalam penggunaan teknik pembelajaran Peta Konsep dan Bermain Peran terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008.
61 2. Penggunaan Teknik bermain peran mampu menghasilkan hasil belajar siswa yang lebih baik dari teknik Peta Konsep pada kompetensi dasar “Antroposfer dan Aspek Kependudukan” siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Surakarta tahun 2008.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitiaan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (SMAN 1) Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Alasan pemilihan tempat penelitiaan karena peneliti melihat proses belajar mengajar di tempat penelitiaan masih kurang optimal dalam pengembangan pengunaan metode dalam mengajar. Selain itu peneliti merupakan pengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (SMAN 1) Surakarta. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitiaan hingga penyusunan laporan penelitiaan dilaksanakan pada bulan Februari 2008 hingga Januar. Secara operasional penelitiaan ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu : a. Tahap persiapan, meliputi pengajuan judul, permohonan pembimbing, pembuatan proposal, permohonan perijinan, survei sekolah dan konsultasi instrumen. b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang berlangsung di lapangan, meliputi: uji coba instrumen, pelaksanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan pengambilan data. c. Tahap penyelesaian, meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat dalam tabel 2 waktu penelitian tesis pada halaman selanjutnya.
63 Tabel 2. Jadwal waktu penyusunan penelitian tesis Kegiatan
Bulan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Jan 08 09
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Keterangan : 1. Pengajuan Matrik Penelitian
7. Pengolahan Data
2. penyusunan Proposal Penelitian Penelitian 8. Penulisan Laporan 3. Penyusunan Instrumen Penelitian
9. Tahap Penyelesaian
4. Seminar Proposal Tesis
10. Ujian Tesis
5. Perijinan
11. Revisi
6. Pelaksanaan Penelitian B. Metode Penelitian Di dalam penelitian ini digunakan metode Quasi Eksperimen Riset/ eksperimen Semu Menurut Arikunto (2003:272), penelitian eksperimen adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui tentang ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subyek yang diselidiki atau dicari, caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.
64 Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok kelas yang menjadi subjek penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun kelompok kontrol mendapat perlakuan dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan kelas kontrol dengan teknik pembelajaran Bermain Peran (Role Play). Rancangan penelitian yang digunakan adalah 2 x 1, yaitu dua perlakuan yang berbeda dengan menggunakan teknik pembelajaran peta konsep dan teknik pembelajaran bermain peran dan guna mengetahui satu variabel terikat yaitu hasil belajar. Setelah proses belajar mengajar untuk satu materi pokok berakhir, kedua kelompok diukur dengan alat ukur yang sama yaitu tes akhir. Hasil kedua pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dan dianalisis. Sebelum memberikan perlakuan, terlebih dahulu peneliti mengecek kemampuan dari kedua kelompok, untuk mengetahui bahwa kelompok tersebut seimbang kemampuannya. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan adalah nilai ulangan materi sebelumnya. Untuk memperjelas teknik penelitian yang digunakan, maka dapat digambarkan rancangan penelitian sebagai berikut E
Y1
X
Y2
C
Y2
-
Y2
Non Randomized Control Group, Pre Test-Post Test Design. E
: Kelompok Eksperimen.
C
: Kelompok Kontrol.
Y1 : Pre tes kelompok Eksperimen. Y1
:
Pre tes kelompok Kontrol.
X : Perlakuan. Y2
:
Pos tes kelompok Eksperimen.
Y2
:
Pos tes kelompok Kontrol.
65 C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Suharsimi mengatakan bahwa populasi adalah merupakan keseluruhan subyek penelitian Semua anggota, sekelompok orang, kejadian ataupun obyek yang telah dirumuskan secara jelas. Sedangkan menurut pendapat Moh. Nasir, populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Suharsimi Arikunto, 2003:15). Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah 280 siswa. Penentuan populasi siswa kelas XI dengan pertimbangan bahwa siswa nilai prestasi hasil belajar pada tiap akhir semester khususnya pada mata pelajaran Geografi selalu rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Maka perlu adanya suatu penggunaan teknik pembelajaran yang mampu mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran serta mendapatkan nilai yang baik. 2. Sampel Penelitian Sebelum mebahas tentang sample kita harus mengetahui definisi sampel terlebih dulu. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (Suharsimi Arikunto, 2003:120). Dalam penelitian, penarikan sampel sangat diperlukan oleh seorang peneliti. Tujuan penarikan sampel dari populasi untuk memperoleh informasi mengenai populasi tersebut, untuk itu sampel harus representatif, yang betul-betul mewakili populasi. Oleh karena itu dalam
66 menentukan besarnya jumlah sampel penelitian tidak secara sembarangan, karena sampel harus benar-benar mewakili sifat populasi. Sampel yang representatif ialah sampel yang memiliki karakteristikkarakteristik populasi yang relevan dengan penelitian yang bersangkutan. Beberapa sumber pustaka menjelaskan tentang jumlah sampel yang sebaiknya diambil secara bervariasi, sehingga dalam penarikan jumlah sampel tidak selalu sama. Pemecahan terbaik masalah besarnya sampel adalah dengan menggunakan sampel sebesar mungkin, karena data menjadi lebih akurat dan lebih tepat. Meskipun pengambilan jumlah sampel tidak selalu sama, bukan berarti tidak ada pedoman yang baku dalam menentukan jumlah sampel. Penelitian ini menggunakan sampel kelas, yaitu kelas yang diberi pembelajaran dengan teknik pembelajaran Peta Konsep (kelas kontrol) kelas XI IPS1 dengan jumlah 40 siswa dan kelas yang diberi perlakuan dengan teknik pembelajaran bermain peran adalah kelas XI IPS3 dengan jumlah 39 siswa, sehingga jumlah keseluruhan 79 siswa. D. Tehnik Pengumpulan Data 1. Variabel Dalam penelitiaan ini sebagai variabel bebas adalah teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik pembelajaran Beramain Peran. Sedangkan variabel terikat dalam penelitiaan ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi pada pokok bahasan ”Antroposfer dan Aspek Kependudukan”. Definisi operasional
67 serta penjelasan mengenai variabel dalam penelitiaan dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini : a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah kondisi yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka menerangkan hubungan dengan fenomena yang diobservasi. b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah suatu kondisi yang menunjukkan pada akhir atau pengaruh yang dikarenakan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitiaan ini adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan hasil perolehan skor pada pengukuran dengan tes yang mencerminkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diukur dengan menggunakan tes obyektif atau pilihan ganda yang dilakukan setelah siswa mengikuti kegiatan proses belajar mengajar 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian ada beberapa, antara lain observasi, tes, angket, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi dan metode tes. a. Teknik Dokumentasi Arikunto (2002:206) menyatakan bahwa teknik dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk
68 memperoleh data mengenai daftar nama siswa dan nilai ulangan materi pokok sebelumnya pada kelas XI IPS1 dan XI IPS2 untuk mengetahui kemampuan awal. b. Teknik Tes Arikunto (2002: 198) mengatakan bahwa tes adalah kumpulan pertanyaan atau latihan ataupun alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Teknik tes pada penelitian ini, digunakan untuk mengambil data tentang hasil hasil belajar siswa setelah mengikuti kegitan belajar mengajar. 3. Instrumen Penelitian Berdasarkan variabel yang diteliti, maka dalam penelitiaan ini menggunakan instrumen atau alat pengukur yaitu post tes (soal tes) hasil belajar siswa. Tes adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data yang dapat berupa suatu daftar pertanyaan atau butir-butir soal. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes obyektif yang dirancang peneliti berdasarkan rancangan pembelajaran dan kisi-kisi tes. Tes yang berisi perolehan hasil belajar tersebut digunakan untuk mengambil data hasil belajar. E. Uji Coba Instrumen Sebelum digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, instrumen terlebih dahulu di uji cobakan untuk mengetahui kelayakan instrumen. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel
69 (Arikunto, 1992: 56). Soal-soal tes yang telah dibuat, kemudian akan diuji cobakan terlebih dahulu pada kelas lain yang tidak digunakan sebagai subyek penelitian dan kelas tersebut harus mempunyai kemampuan yang sama dengan kelas yang digunakan sebagai objek penelitian. Untuk menguji kualitas soal itu baik atau tidak, harus memenuhi persyaratan dalam hal validitas dan reliabilitas. a. Validitas Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas item dari instrumen angket penelitian. Suatu item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total, dengan kata lain terdapat kesejajaran antara skor item dan skor total. rxy
n XY ( X )( Y )
n X
2
( X ) 2 n Y 2 ( Y ) 2
Keterangan : N
= banyaknya siswa
x
= skor item
y
= skor total
rxy
= koefisien korelasi antara variabel x dan y
Kriteria pengujian : Jika rxy rtabel valid Jika rxy rtabel tidak valid Kualifikasi validitas soal : 0, 91 – 1, 00 = sangat baik
70 0, 71 – 0, 90 = tinggi 0, 41 – 0, 70 = cukup 0, 21 – 0, 40 = rendah Negatif-0, 20= sangat rendah b. Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas angket faktor penentu prestasi belajar siswa digunakan rumus alpha. Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 atau 0, misalnya angket dan bentuk soal uraian. Rumus alpha : 2 n i rtt = 1 t2 n 1
Keterangan : rtt
= reliabilitas instrumen
n
= jumlah butir pertanyaan atau soal
i2 = jumlah varian skor tiap item t2
= varians total
Penafsiran hasil perhitungan reliabilitas berdasarkan kriteria berikut ini : 0, 91 – 1, 00 = sangat baik 0, 71 – 0, 90 = tinggi 0, 41 – 0, 70 = cukup 0, 21 – 0, 40 = rendah 0, 00 – 0, 20 = sangat rendah
71 (Masidjo, 1995:243–246) F. Tehnik Analisis Data Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan analisis data menggunakan analisis data statistik. Dalam menganalisis data, diperlukan suatu teknik analisis. Teknik analisis data adalah cara yang yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dan selanjutnya dapat diambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh melalui analisis tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji-T. Sebelum penulis melakukan perhitungan dengan Uji-T, maka terlebih dahulu penulis melakukan uji prasyarat analisis. 1. Uji Prasyarat Analisis
Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai kemampuan yang seimbang. Uji keseimbangan ini menggunakan uji perbedaan dua rerata uji-t dengan taraf signifikansi 5%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
x
t S
1
x2
1 1 n1 n 2
Dimana :
72
n1 1S12 n2 1S 22
S
n1 n2 2
Keterangan : t
: harga distribusi eksperimen
x1 : rata-rata skor kelompok eksperimen
x 2 : rata-rata skor kelompok kontrol n1 : jumlah subjek kelompok eksperimen n 2 : jumlah subjek kelompok kontrol
S
: standar deviasi gabungan
Kriteria yang digunakan : Ho diterima jika t hitung t tabel = tidak ada perbedaan kemampuan antara
kedua kelompok.
Ho ditolak jika t hitung ≥ t tabel = ada perbedaan kemampuan antara kedua kelompok. (Sudjana, 1992 : 239) 2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji beda dua rerata menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi 5%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
x
t S
1
x2
1 1 n1 n2
73 Dimana : S
n1 1S 12 n 2
1S 22 n1 n 2 2
Keterangan : t
: harga distribusi eksperimen
x1 : rata-rata skor kelompok eksperimen x 2 : rata-rata skor kelompok kontrol
n1 : jumlah subjek kelompok eksperimen
n2 : jumlah subjek kelompok kontrol S : standar deviasi gabungan Kriteria yang digunakan : Ho diterima jika t hitung t tabel Ho ditolak jika t hitung ≥ t tabel (Sudjana, 1992 : 239)
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian SMA Negeri 1 Surakarta terletak di Jalan Monginsidin No 40 Kelurahan Gilingan, Kecamatan
Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah.. Dilihat dari
kedudukanya terhadap garis lintang dan garis bujur bumi, Kecamatan Banjarsari terletak antara 7˚22’52”LS - 7˚29’31”LS dan 110˚47”BT - 110˚53’41”BT Sedangkan apabila dilihat secara Astronomis Kecamatan Banjarsari memiliki batas Administratif yang berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kecamatan Pasar Kliwon, Kotamadya Surakarta. Sebelah Barat
: Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kecamatan Jebres,Kotamadya Surakarta. Untuk lebih jelas, dapat dilihat dalam peta pada halaman berikut :
75
76
77
B. Deskripsi Proses Pembelajaran 1. Proses Pembelajaran Dengan TeknikPembelajaran Peta Konsep. Guru masuk ke dalam kelas dan memberi salam kepada siswa, kemudian mengecek
kehadiran
siswa.
Aktivitas
pembelajaran
diawali
dengan
mengkondisikan siswa pada keadaan yang kondusif supaya materi yang akan disampaikan guru lebih mudah dipahami siswa. Sebelum guru memulai kegiatan pembelajaran, terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada siswa mengenai teknik pembelajaran Peta Konsep, supaya siswa mengerti kegiatan belajar yang akan mereka lakukan. Selain untuk menghemat waktu juga agar siswa mengerti bahwa proses belajar yang akan mereka lakukan adalah proses belajar dalam kelompok yang menekankan kepada pengembangan pola berpikir serta keaktifan siswa. Pada awalnya tanggapan siswa mengenai teknik pembelajaran Peta Konsep masih kurang, akan tetapi setelah guru memberikan penjelasan lebih detail serta memberi motivasi kepada siswa, siswa menjadi mulai tertarik untuk menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep untuk mempelajari materi pelajaran Geografi dengan pokok bahasan “Antroposfer dan Aspek Kependudukan”. Proses selanjutnya adalah menuntun siswa ke arah materi yang akan dipelajari dengan cara berangkat dari gagasan utama yang ditempatkan di tengah atas sebagai gagasan utama yang kemudian diturunkan kebeberapa cabang dan anak cabang hingga ranting (menyerupai pola pohon) tentang materi “Antroposfer dan Aspek Kependudukan”. Kegiatan menjelaskan materi
78
melalui teknik Peta Konsep dilaksanakan dengan melalui cara bertanya secara interaktif dan memancing gagasan, pendapat atau ide siswa yang berkaitan dengan materi yang tengah dipelajari. Kemudian dibentuk kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari empat siswa. Keanggotaan dalam kelompok diperoleh secara acak. Selanjutnya guru memberikan tugas untuk selanjutnya didiskusikan bersama masing-masing anggota kelompok.. Materi Peta Konsep yang diberikan guru kemudian didiskusikan dengan anggota satu kelompok. Di dalam proses belajar kelompok siswa terlihat bersemangat dalam mempelajari materi yang menjadi bagiannya. Guru terus memantau kegiatan kelompok yang tengah berlangsung dengan cara mendatangi setiap kelompok secara bergantian dan menanyakan kesulitan serta hal-hal yang belum dipahami oleh siswa. Setelah kegiatan dalam kelompok berakhir, selanjutnya guru memberi penjelasan secara singkat serta memberikan kesimpulan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. 2. Proses Pembelajaran Dengan Teknik Pembelajaran Bermain Peran. Guru masuk ke dalam kelas memberi salam kepada siswa dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa. Aktivitas pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa pada keadaan yang kondusif supaya materi yang akan disampaikan guru lebih mudah dipahami siswa. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, guru terlebih dahulu menjelaskan kompetensi dasar yang akan dicapai setelah proses belajar dilaksanakan.
79
Proses selanjutnya adalah membagi siswa kedalam kelompok-kelompok yang beranggotakan siswa 8-10 orang, dimana keanggotaan dalam tiap kelompok dipilih secara acak berdasarkan tingkat prestasi maupun jenis kelamin. Tiap kelompok ditunjuk satu ketua kelompk yang berperan guna membagi peran dalam kelompok untuk memerankan sosio drama kegiatan sensus penduduk. Selanjutnya kepada tiap kelomok diberi waktu 20 menit guna mendidkusikan mengenai pembagian peran serta merancang skenario drama yang akan diperagakan di muka kelas.Kegaiatan sosio drama bermain peran dilakukan secara bergantian tiap kelompok. Tugas guru dalam kegiatan sosio drama bermain peran ini adalah membantu menjelaskan fungsi peran masing-masing siswa. Dari kegiatan bermain peran yang dilakukan oleh tiap kelompok siswa, terlihat bahwa mereka kelihatan senang suka dengan kegaiatan sosio drama yang mereka jalankan. Namun kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik Bermain Peran ini cenderung menghabiskan waktu jam mata pelajaran serta membuat gaduh suasana kelas, sehingga menggangu kegiatan belajar mengajar kelas yang berada disekitar.
80
C. Deskripsi Data Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa pada pembelajaran Geografi dengan kompetensi dasar “Antroposfer dan Aspek Kependudukan”. Dalam penelitian ini menggunakan 2 kelas yang berjumlah 79 siswa, yaitu kelas XI IPS1 berjumlah 40 siswa dan kelas XI IPS3 berjumlah 39 siswa. XI IPS1 sebagai kelompok kontrol pembelajarannya menggunakan teknik Peta Konsep, sedangkan kelas XI IPS3 sebagai kelompok eksperimen diberikan perlakuan teknik pembelajaran Bermain Peran. Hasil belajar diketahui dari nilai post test setelah proses belajar mengajar untuk satu materi pokok berakhir. Post test berupa soal obyektif yang berjumlah 26 item soal yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk lebih jelasnya data nilai post test disajikan sebagai berikut : 1. Nilai awal (Pre- Tes). a. Kelas Kontrol Teknik Pembelajaran Peta Konsep, Data awal nilai siswa kelas kontrol pada standar kompetensi ”Biosfer dan Sebaran Flora - fauna” disajikan pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Nilai Awal Siswa (Pre tes) Kelas Kontrol Kelas Interval
Nilai tengah
Frekuensi
Frekuensi Relatif
4,4 - 5,1 5,2 - 5,9 6,0 - 6,7 6,8 - 7,5 7,6 - 8,3 8,4 - 9,1
4,75 5,55 6,35 7,15 7,95 8,75
2 5 5 6 13 9 40
5,00 12,5 12,5 15,0 32,5 22,5 100
Sumber :diolah dari data Primer
81
Berdasarkan tabel 3 diatas, diperoleh nilai awal siswa kelas kontrol sebagai berikut : (1) nilai tertinggi 8,80 terdapat pada rentang nilai interval (8,40-9,10), (2) nilai terendah 4,40 terdapat pada rentang nilai interval (4,4 -5,10), (3) nilai rata-rata 7,00 ,dan (4) median 6,90. Histogram nilai awal kelas kontrol disajikan pada gambar 6 diagram grafik berikut ini :
14
4,4 - 5,1 5,2 - 5,9
12
6,0 - 6,7 6,8 - 7,5
Frekuensi
10
7,6 - 8,3 8,4 - 9,1
8 6 4 2 0 1 Kelas Interval Nilai
Gambar 6. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Kontrol. b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran. Data awal nilai siswa kelas Eksperimen pada standar kompetensi ”Biosfer dan Sebaran Flora - fauna” disajikan pada tabel 4 berikut ini :
82
Tabel 4. Nilai Awal Siswa (Pre tes) Kelas Eksperimen. Kelas Interval
Nilai tengah
Frekuensi
Frekuensi Relatif
4,4 - 5,1 5,2 - 5,9 6,0 - 6,7 6,8 - 7,5 7,6 - 8,3 8,4 - 9,1
4,75 5,55 6,35 7,15 7,95 8,75
3 4 5 7 11 9 39
5,00 12,5 12,5 15,0 32,5 22,5 100
Sumber :di olah dari data Primer. Berdasarkan tabel 4 diatas, diperoleh nilai awal siswa kelas eksperimen sebagai berikut : (1) nilai tertinggi 8,80 terdapat pada rentang nilai interval (8,40-9,10), (2) nilai terendah 4,40 terdapat pada rentang nilai interval (4,4 -5,10), (3) nilai rata-rata 7,00 dan (4) median 6,90. Histogram nilai awal kelas eksperimen disajikan pada gambar 7 diagram grafik berikut ini
12
4,4 - 5,1 5,2 - 5,9
10
6,0 - 6,7 6,8 - 7,5
Frekuensi
8
7,6 - 8,3 8,4 - 9,1
6 4 2 0 1 Kelas Interval Nilai
Gambar 7. Histogram Nilai Awal Siswa Kelas Eksperimen.
83
2. Nilai Akhir (Pos- tes). a. Kelas Kontrol Teknik Pembelajaran Peta Konsep. Data awal nilai siswa kelas kontrol pada standar kompetensi ”Antrosposfer dan Aspek Kependudukan” disajikan pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Nilai Akhir Siswa (Pos- tes) Kelas kontrol. Kelas Interval
Nilai tengah
Frekuensi
Frekuensi Relatif
4,6 - 5,2 5,3 - 5,9 6,0- 6,6 6,7 - 7,3 7,4 - 8,0 8,2 - 8,7
4,90 5,60 6,30 7,00 7,70 8,40
3 2 11 9 6 9 40
7,50 5,00 27,5 22,5 15,0 22,5 100
Sumber :di olah dari data Primer Berdasarkan tabel 5 diatas, diperoleh nilai akhir siswa kelas kontrol sebagai berikut : (1) nilai tertinggi 8,50 terdapat pada rentang nilai interval (8,20-8,70), (2) nilai terendah 4,60 terdapat pada rentang nilai interval (4,6 -5,20), (3) nilai rata-rata 7,00 ,dan (4) median 6,90. Histogram nilai akhir kelas kontrol disajikan pada gambar 8 diagram grafik berikut ini :
84
12 12
4,60 4,6- -5,20 5,2 5,30 5,3- -5,90 5,9
10 10
6,00 6,0- -6,60 6,6 6,70 - 7,30
6,7 - 7,3
8
7,40 - 8,00
Frekuensi Frekuensi
8
7,4 - 8,0
8,20 - 8,70
8,2 - 8,7
6
6
4
4
2
2 0
0
1
1 Nilai Kelas Interval Kelas Interval Nilai
Gambar 8. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Kontrol. b. Kelas Eksperimen Teknik Pembelajaran Bermain Peran. Data akhir nilai siswa kelas eksperimen pada standar kompetensi ” Antrosposfer dan Aspek Kependudukan” disajikan pada tabel 6 berikut ini Tabel 6. Nilai Akhir Siswa (Pos- tes) Kelas Eksperimen. Kelas Interval 5,4 - 6,1 6,2 - 6,9 7,0 - 7,7 7,8 - 8,5 8,6 - 9,3 9,4 - 10,1
Nilai tengah
Frekuensi
5,75 6,55 7,35 8,15 8,95 9,75
4 3 11 13 7 1 39
Frekuensi Relatif 10,2 7,70 28,2 33,3 17,9 2,54 100
Sumber: diolah dari data primer. Berdasarkan tabel 6 diatas, diperoleh nilai akhir siswa kelas eksperimen sebagai berikut : (1) nilai tertinggi 10,0 terdapat pada rentang nilai interval
85
(9,40-10,1) (2) nilai terendah 5,40 terdapat pada rentang nilai interval (5,40-6,10), (3) nilai rata-rata 7,73 ,dan (4) median 7,84. Histogram nilai akhir kelas eksperimen disajikan pada gambar 9 diagram grafik berikut ini :
14
5,4 - 6,1 6,2 - 6,9
12
7,0 - 7,7 7,8 - 8,5
Frekuensi
10
8,6 - 9,3 9,4 - 1,1
8 6 4 2 0 1 Kelas Interval Nilai
Gambar 9. Histogram Nilai Akhir Siswa Kelas Eksperimen. D. Pengujian Prasyarat Analisis. Uji keseimbangan diperlukan guna mengetahui, apakah kemampuan kedua kelompok penelitian dalam kondisi seimbang. Data yang digunakan adalah data nilai awal (Pre-tes) pada kompetensi dasar ”Biosfer dan Sebaran Flora - fauna”. Berdasarkan hasil uji keseimbangan dengan Uji-t diperoleh t hitung sebesar 0,339 dan t tabel dengan db 77 dan taraf signifikansi 5% sebesar 1,67, karena thitung
86
Berikut ini didalam tabel 7 dapat kita lihat data distribusi frekuensi nilai awal (Pre-tes) pada kompetensi dasar ”Biosfer dan Sebaran Flora - fauna” kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Nilai Ulangan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Kelas Interval 4,3 - 5,3 5,3 - 6,3 6,3 - 7,2 7,2 - 8,2 8,2 - 9,1 9,2 – 10,1
Kelas Kontrol Frekuensi Prosentase (%) 2 5,00 5 12,5 9 22,5 3 7,50 11 27,5 10 25,0 40 100,00
Kelas Eksperimen Frekuensi Prosentase (%) 2 5,13 4 10,2 5 12,8 2 5,00 13 32,5 13 32,5 39 100,00
Sumber: diolah dari data primer. Dari data tabel 7 diatas terlihat bahwa pada kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 7,73 dan kelas kontrol 7,00 dengan nilai tertinggi untuk kelas eksperimen adalah 8,80 dan kelas kontrol 8,80. sedangkan nilai terendah untuk kelas eksperimen 4,40 dan untuk kelas kontrol adalah 4,40. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa perolehan nilai rata-rata untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Histogram perbadingan nilai Pos tes kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada gambar 10 diagram grafik pada halaman selanjutnya :
87
14 4,3 - 5,3 5,3 - 6,3
12
6,3 - 7,2 7,2 - 8,2
10
Frekuensi
8,2 - 9,1 8
9,2 - 10
6 4 2 0 Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Gambar 10. Histogram Nilai Ulangan Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen E. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas dan Realibilitas Data yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas adalah data hasil dari try out soal yang dilaksanakan di kelas IPS- 2. a. Uji Validitas. Untuk menguji validitas soal guna mengukur hasil belajar, menggunakan rumus korelasi Product moment dari Karl Pearson. Penghitungan item soal nomor 1 diperoleh r hitung sebesar 0,336 sedangkan harga r tabel pada n=39 dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,316, karena rhitung>r
tabel
atau
0,336>0,316 maka dapat disimpulkan bahwa item soal nomor 1 dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan uji validitas 30 soal diperoleh 26
88
item soal yang valid dan 4 item soal yang tidak valid yaitu nomor 2, 14, 16, dan 26. b. Uji Reliabilitas Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r hitung sebesar 0,837 sehingga dapat disimpulkan bahwa tes mempunyai reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan kriteria, suatu tes mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi apabila nilai reliabilitasnya antara 0,80 sampai dengan 1,00.
F. Hasil Uji Hipotesis 1. Hipotesis I. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh t hitung sebesar 3,48 sedangkan t tabel dengan db 77, taraf signifikansi 5% sebesar 1,67. Karena thitung > ttabel atau 3,48 > 1,67 berarti Ho ditolak dan berarti Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dengan Bermain Peran. 2. Hipotesis II. Berdasarkan hasil penggunaan kedua teknik pembelajaran pada kedua kelas yang berbeda yang dilanjutkan dengan pengambilan nilai, maka diperoleh hasil bahwa nilai siswa pada kelas kontrol sebesar 7,00 dan rerata kelas eksperimen sebesar 7,73.
89
G. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis I. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh t hitung sebesar 3,48 sedangkan t tabel dengan db 77, taraf signifikansi 5% sebesar 1,67. Karena thitung > ttabel atau 3,48 > 1,67 berarti Ho ditolak dan berarti Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dengan Bermain Peran. Pokok bahasan “Antroposfer dan Aspek Kependudukan” apabila disajikan dengan teknik Peta Konsep tampaknya kurang menarik, oleh karena itu diperlukan teknik pembelajaran yang menyenangkan yang mampu melibatkan siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Salah satu teknik pembelajaran yang dapat diajukan sebagai alternatif untuk mengaktifkan siswa adalah teknik Bermain Peran. Adanya perbedaan pencapaian didalam hasil belajar tersebut pada dasarnya adalah karena perbedaan karakteristik dalam penggunaan dari masing-masing teknik. Dalam pelaksanaan teknik Peta Konsep siswa dibagi dalam kelompokkelompok kecil yang heterogen dimana setiap kelompok beranggotakan 6-8 orang. Guru menyampaikan materi “Antroposfer dan Aspek Kependudukan” didepan kelas melalui media gambar dalam OHP. Penyampaian materi dilakukan dengan berangkat dari konsep utama yang menjadi tema pokok yang diletakan diatas atau utama. Selanjutnya di turunkan maupun diperluas dengan cara mengaktifkan siswa untuk menyampaikan pendapat maupun gagasan yang
90
berkaitan dengan pokok materi yang tengah dipelajari. Dilanjutkan dengan pemberian tugas untuk masing-masing kelompok berupa lambar peta konsep yang harus mereka kerjakan secara bersama-sama dengan sesama teman satu kelompok. Dengan penggunaan teknik Bermain Peran terbukti mampu mengaktifkan siswa didalam berpartisipasi mempelajari materi pelajaran dalam kelompok. Selain itu melalui penggunan teknik Bermain Peran mengaktifkan pola pikir siswa didalam mengeluarkan ide, gagasan, serta aktif dalam kegiatan sosio drama yang berhubungan dengan materi pelajaran yang dipelajari. Sedangkan dengan penggunaan teknik Peta Konsep cenderung membuat susana gaduh kelas dan ketika dilakukan pengambilan nilai ulangan terbukti prestasi belajar siswa dengan teknik Peta Konsep kurang memuaskan bila dibandingkan dengan teknik Bermain Peran. 2. Hipotesis II. Berdasarkan hasil penggunaan kedua teknik pembelajaran pada kedua kelas yang berbeda yang dilanjutkan dengan pengambilan nilai, maka diperoleh hasil bahwa nilai siswa pada kelas kontrol sebesar 7,00 dan rerata kelas eksperimen sebesar 7,73. Jadi nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik pembelajaran Bermain Peran lebih baik dari teknik Peta Konsep. Teknik pembelajaran Bermain Peran merupakan salah satu strategi belajar mengajar yang melibatkan kekatifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Teknik ini juga menekankan pada struktur-struktur yang dirancang untuk mempengaruhi
91
interaksi siswa, sehingga siswa dapat bekerjasama, berkomunikasi aktif selama pelaksanaan kegiatan berlangsung. Namun kegiatan pembelajaran dengan teknik Bermain peran juga memiliki beberapa kelemahan yaitu: tingkat kematangan, kerjasama serta komunikasi sangat kurang apabila dibandingkan dengan teknik Peta Konsep. Hal ini dikarenakan dalam teknik pembelajaran dengan teknik bermain peran siswa cenderung sebatas menghafalkan teks yang telah dirancang bukan pemahaman tugas yang mereka mainkan. Didalam penggunaan teknik Bermain Peran juga cenderung membuat suasana kelas menjadi gaduh menganggu kegiatan belajar siswa dikelas lain. Berdasarkan uji hipotesis terbukti, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran. Dari rata-rata nilai post test hasil belajar diketahui bahwa rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, hal ini berarti bahwa teknik Bermain Peran lebih baik daripada teknik Peta Konsep.
92
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan teknik pembelajaran Peta Konsep dan teknik Bermain Peran. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung 3,48 lebih besar dari harga t tabel dengan db 77 taraf signifikansi 5% sebesar 1,67. 2. Teknik pembelajaran Bermain Peran lebih baik daripada Teknik Peta Konsep. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil nilai rerata pada kelompok eksperimen sebesar 7,73 lebih tinggi daripada nilai rerata kelompok kontrol sebesar 7,00. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian ternyata pengajaran geografi dengan teknik pembelajaran Bermain Peran lebih baik dibandingkan dengan Teknik Peta Konsep. Maka teknik pembelajaran Bermain Peran dapat dijadikan alternatif menyampaikan materi pelajaran “Antroposfer dan Aspek Kependudukan” pada mata pelajaran geografi.
93
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka ada beberapa hal yang perlu disarankan, antara lain : 1. Dalam penelitian ini teknik Bermain Peran hanya digunakan pada materi pokok “Antroposfer dan Aspek Kependudukan”, oleh karena itu perlu dicoba untuk diterapkan pada materi pelajaran lain yang memiliki karakteristik cocok dengan teknik Bermain Peran. 2. Penerapan teknik pembelajaran Bermain Peran dalam penelitian ini berhasil dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, untuk itu disarankan untuk mencoba menerapkan teknik pembelajaran yang lain yang mampu meningkatkan serta mengaktifkan siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar. D. Keterbatasan Peneliti Didalam kegiatan penyusunan laporan penelitian ini, mulai dari pengajuan judul, pembuatan proposal, kegiatan penelitian, hingga penyusunan laporan penelitian, peneliti sadar apa yang menjadi kelemahan serta keterbatasan yang peneliti miliki. Didalam penelitian ini ada salah satu kegiatan yang peneliti tidak lakukan sendiri, mengingat keterbatasan kemampuan peneliti dalam penguasaan statistik. Adapun kegiatan itu adalah kegiatan pengolahan data statistik penelitian. Namun pada setiap substansi tahapan atau kegiatan penelitian yang lain, peneliti mencoba melakukan sendiri sesuai dengan kadar kemampuan yang peneliti miliki.
94 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Atwi Suparman, 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. BKKBN. 2007. Telah Ringkas Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. BSNP. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Bruce Joice-Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. USA: Allyn & Bacon. Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Dryden, Gordon and Vos, Jeannette. 2004. Revolusi Cara Belajar, Bagian 1. Bandung : Kaifa PT Mizan Pustaka. Heinich. R. 1993. Educational Ilustration, USA: American Council On Education. Masidjo.1995. Penilaiaan Pencapaian Hasil Belajar Di Sekolah.Yogyakarta: Kanisius Masidjo.1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1996. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES. Muhaibin Syah. 1996. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Rosdakarya. Mulyasa, E. 2003. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Michael, dalam Mohan Rathakrishnan 2006. Kesan Penggunaan Peta Konsep dan Pembelajaran Kooperatif Terhadap Prestasi Belajar dalam MataPelajaran Sejarah. Sabah : Sekolah Psikologi dan Kerja Sosial University Malay Nana Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi para Peneliti. Bandung: Tarsito.
95 Nana Sudjana. 2005. Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo. Ngalim Purwanto. 1995 Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. Nursid Sumaatmadja. 1992. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Nursid Sumaatmadja. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Reigeluth 1983 Learning How to Learn. Cambridge, University Press. Romiszowski, 1981. Profesional Practices Schools, New York: Teachers College Press. Rose Collin and Nichool, J. Malcolm. 2003. Accelerated Learning For The 21 Century. Diterjemahkan oleh dedy Ahimsa. Bandung: Penerbit Nuansa. Sagala, Syaiful, 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk membantu memecahkan problematika belajar mengajar, Bandung: Alfabeta. Semiawan. 1985. Sosiologi Pendidikan Suatu - Analisis Sosiologi Tentang Pelbagai Problem Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipa. Sudjana. 1995. Penilaiaan Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production Sudono. 2007. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Geografi di Sekolah Menengah Pertama Negeri Pangkalpinang. UNS Sugiyanto. 2007. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press. Suhaenah Suparno A. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta.Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sukamto. 1995. Panduan Penelitian Eksperimen, Yogyakarta: LPM-IKIP. Sumadi Soeryabrata. 2002. Psikologi Pendidikan, Yogyakara: Universitas Gaddjah Mada.
96 Sumadi Suryabrata. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sumadi Suryabrata.1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suripto. 2003. Belajar dan Pembelajaran Siswa 1 .BPK. Surakarta. UNS Press Surakarta. Suripto. 2003. BPK Belajar dan Pembelajaran Siswa 1. Surakarta. UNS. Syaefudin Azwar. 2000. Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Syamsudin Makmum, Abin, 2003, Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya. Toeti Soekamto dan Udin S. Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud. Udin S. Winataputra. 1983. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Waterhouse. Wasty Soemanto. 1983. Psikologi Pendidikan, Malang: Rineka Cipta. Wayan Nurkancana. 1986. Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional. Winarno Surachmat. 1975. Metode Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo. Winkel. 1996. Psykologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia.