i digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri Tahun Ajaran 2012/2013) TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh Hambar Sri Bandini S841108008
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri Tahun Ajaran 2012/2013 )
TESIS
Oleh Hambar Sri Bandini NIM. S841108008
Komisi Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Tanda tangan
tanggal
Nama Prof. Dr. Herman J Waluyo, M.Pd NIP. 194403151978041001
………………
…………..
Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd NIP. 195601211982032003
………………
…………..
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal ……………………………..2012
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd NIP. 196204071987031003
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri Tahun Ajaran 2012/2013) TESIS Oleh Hambar Sri Bandini S841108008 Tim penguji Jabatan Ketua
Nama Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd NIP 196204071987031003
Sekretaris
Anggota Penguji
Tanda Tangan
Tanggal
………………
.. Januari 2013
Prof. Dr. Andayani, M.Pd NIP 196110301986012001
………………
.. Januari 2013
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd NIP 194403151978041001
………………
.. Januari 2013
Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd NIP 195601211982032003
………………
.. Januari 2013
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal …………. 2013
Direktur Program Pascasarjana UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Prof. Drs. Ir. Ahmad Yunus, MS NIP 196107171986011001
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd NIP 196204071987031003
PERNYATAAN ORISINALITAS commit to DAN user PUBLIKASI ISI TESIS
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING
UNTUK
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN
MENULIS DESKRIPSI (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri Tahun Ajaran 2012/2013)” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagian acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurangkurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, 18 Januari 2013 Mahasiswa
Hambar Sri Bandini S 841108008 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jika dunia ini persinggahan, mengapa tidak kita perbanyak perbekalan untuk meneruskan perjalanan? Karena kita cuma ada satu persinggahan. Apabila bicara itu perak, diam adalah emas. Jagalah dirimu baik-baik usahakanlah kemuliaannya, karena engkau dipandang manusia bukan karena rupa tetapi kesempurnaan budi dan adab. (Nabi Muhammad SAW)
Barang siap menuntut ilmu maka akan dipermudah jalan ke surga. (H.R. Muslim)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, tesis ini penulis persembahkan kepada: 1. Suamiku, Slamet Marsudi,S.Pd., yang mendukung dan memberi semangat untuk menuntut ilmu. 2. Kedua orang tuaku, Sunardi Hadi Suprapto-Warikem, yang telah membimbingku untuk selalu bekerja keras dan pantang menyerah demi kesuksesan. 3. Kakak, adik, dan keponakanku yang selalu memberi motivasi untuk menuntut ilmu. 4. Almamaterku, Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat, inayah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis berjudul “Penerapan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas V SD Negeri 2 Krisak, Selogiri,
Wonogiri Tahun Ajaran 2012/2013)”. Telah selesainya tesis ini, penulis sampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di program magister Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. 3. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., ketua program Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi fasilitas dan pengarahan dalam pelaksanaan penyusunan tesis ini. 4. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah berkenan memberi bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran kepada penulis sampai selesainya tesis ini. 5. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd., sebagai Pembimbing II yang telah berkenan member bimbingan dan arahan kepada penulis dalam proses pelaksanaan penyusunan tesis ini. 6. Sutarno, S.Pd., guru yang dijadikan kolabolator dalam penelitian tesis ini. 7. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis sampai selesainya tesis ini. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca dan para peneliti yang tertarik terhadap penelitian tindakan kelas. Semoga kita dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang dimulai dari lingkungan terdekat dulu. Amin.
Surakarta,
Januari 2013
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ……...……………………………………………………………... PERSETUJUAN ………………..………………………………………… PENGESAHAN …………………...………………………………………. PERNYATAAN …………………………………………………………… MOTTO …………...………………………………………………………. PERSEMBAHAN ……………………..………………………………….. KATA PENGANTAR …………………………………………………….. DAFTAR ISI ………………………………………………………………. DAFTAR TABEL ………………………………………………………… DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… ABSTRAK …………...……………………………………………………. ABSTRACT ……………...………………………………………………...
i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv xv
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………………….. A. Latar Belakang Masalah ………………………………….. B. Rumusan Masalah ………………………………………… C. Tujuan Penelitian ………………………………………… D. Manfaat Penelitian ………………………………………..
1 1 6 7 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ………………….…………………... A. Kajian Teori ………………………………………………. 1. Hakikat Menulis Deskripsi …………………………… a. Pengertian Menulis ……………...………………. b. Tujuan Menulis ………………………………….. c. Manfaat Menulis ………………………………… d. Pengertian Menulis Deskripsi …………………… e. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ………..…………….. f. Metode Pembelajaran Menulis di SD ……............ g. Penilaian Pembelajaran Menulis ………………… 2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning (QL) ………... a. Pengertian Quantum Learning (QL) …………….. b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Learning (QL) ……………………………………………... c. Pembelajaran Menulis Dalam Pendekatan Quantum Learning (QL) ……………………….... B. Penelitian yang Relevan …………………………………... C. Kerangka Berpikir ………………………………………… D. Hipotesis Tindakan ………………………………………..
9 9 9 9 12 13 15
METODOLOGI PENELITIAN ……………………………... A. Tempat dan Waktu ……………………………………….. B. Jenis Penelitian ……………………………………………. commit to user C. Subjek Penelitian ………………………………………….
44 44 45 45
BAB III
ix
20 23 30 34 34 36 37 40 40 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber Data Penelitian…………………………………… Teknik Pengumpulan Data ………………………………... Validitas Data ………………………...…………………… Teknik Analisis Data ……………………………………… Indikator Keberhasilan …………………………………… Prosedur Penelitian .………………………………………
45 46 48 49 50 52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………… A. Kondisi Awal Keterampilan Menulis Deskripsi ………… B. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas …………………. C. Hasil Penelitian …………………………………………… D. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………...
53 53 56 100 104
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN …………………... A. Simpulan ………………………………………………….. B. Implikasi ………………………………………………….. C. Saran ………………………………………………………
113 113 114 116
D. E. F. G. H. I.
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
118
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………
120
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian ……...
Tabel 2
Daftar Nilai Siswa Kompetensi Menulis Deskripsi Siklus I ………………………………………………...
Tabel 3
Tabel 5
67
Daftar Nilai Siswa Kompetensi Menulis Deskripsi Siklus II ……………………………………………….
Tabel 4
44
81
Daftar Nilai Siswa Kompetensi Menulis Deskripsi Siklus III ………………………………………………
101
Instrumen Penilaian Kinerja Guru …………………….
150
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Diagram Batang Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi …..
107
Gambar 2
Peneliti dan Guru Berdiskusi ………………………………
108
Gambar 3
Gambar Kerangka Berfikir ………………………………...
42
Gambar 4
Alur Penelitian Tindakan …………………………………..
50
Gambar 5
Siklus I Siswa Mengamati Gambar Peristiwa Melalui Pendekatan Quantum Learning ……………………………
Gambar 6
Siklus II Siswa Mendiskusikan Tayangan Gambar Peristiwa Dari Video ………………………………………
Gambar 7
157
160
Siklus III Guru Memberikan Reward/ Hadiah Kepada Siswa yang Memperoleh Nilai Terbaik ……………………
commit to user
xii
168
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Siklus I Lampiran 1
Silabus ……………………………………………………..
150
Lampiran 2
RPP Siklus I ………………………………………………..
151
Lampiran 3
Penilaian RPP Siklus I……………………………………...
152
Lampiran 4
Catatan Hasil Pengamatan Siklus I ………………………...
153
Lampiran 5
Hasil Kinerja Guru Siklus I ………………………………..
154
Lampiran 6
Silabus ……………………………………………………..
155
Lampiran 7
RPP Siklus II ………………………………………………
156
Lampiran 8
Penilaian RPP Siklus II…………………………………….
157
Lampiran 9
Catatan Hasil Pengamatan Siklus II ……………………….
158
Lampiran 10
Hasil Kinerja Guru Siklus III ……………………………...
159
Lampiran 11
Silabus ……………………………………………………..
160
Lampiran 12
RPP Siklus III ……………………………………………...
161
Lampiran 13
Penilaian RPP Siklus III……………………………………
162
Lampiran 14
Catatan Hasil Pengamatan Siklus III ………………………
163
Lampiran 15
Hasil Kinerja Guru Siklus III ……………………………...
164
Lampiran 16
Hasil Menulis Deskripsi …………………………………...
165
Lampiran 17
Surat Ijin Penelitian ………………………………………..
166
Lampiran 18
Surat Keterangan …………………………………………..
167
Lampiran 19
Biodata Mahasiswa ………………………………………...
168
Siklus II
Siklus III
commit to user
xiii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa selain keterampilan mendengar, berbicara, dan membaca. Dibandingkan tiga keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penemu asli bahasa tersebut. Hal itu disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di lua bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan ( Burhan Nurgiyantoro, 2001 : 296 ) Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) SD tahun 2006, Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar. Tujuan diberlakukannya Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SD agar peserta didik memiliki kemampuan : (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun secara tertulis, (2) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan cepat dan kreatif untuk berbagai tujuan ( KTSP, 2006 : 22 ). Selanjutnya pengajaran bahasa Indonesia perlu dilakukan sejak dini, yakni mulai tingkat Sekolah Dasar ( SD ) yang nantinya berguna sebagai landasan untuk jenjang tingkat lanjut dan juga sebagai upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang dapat dilihat dari penguasaan empat keterampilan bahasa. Setiap commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilan tersebut erat pula hubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari keterampilan seseorang dalam berbahasa. Keterampilan menulis siswa tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus terus dibina dan dikembangkan untuk mendapatkan hasil tulisan yang baik, komunikatif dan menarik. Hal ini dapat dilaksanakan oleh guru secara aktif dan terus menerus dengan cara mengadakan latihan-latihan dan praktik menulis yang teratur dan berkelanjutan. Namun kenyataan dilapangan masih banyak siswa yang memiliki minat menulis masih sangat rendah. Ini disebabkan pandangan siswa bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang sulit dan melelahkan. Selain itu kualitas hasil belajar bahasa Indonesia para siswa sampai saat ini belum memuaskan. Keterampilan berbahasa mereka belum mantap, keterampilan membaca, menulis siswa masih banyak kekurangan (Henry Guntur Tarigan, 1987: 136). Masalah ini dibuktikan dengan masih banyaknya hasil karya tulis siswa dengan menggunakan bahasa yang kurang tepat, kurang efektif, dan sulit untuk dipahami karena penguasaan struktur kalimat yang kurang efektif. Menulis merupakan salah satu kompetensi dasar dalam pembinaan keterampilan menulis di tingkat Sekolah Dasar keterampilan menulis yang baik dapat memberi pengaruh yang positif bagi proses peningkatan prestasi belajar dan peningkatan daya kreatifitas siswa, karena dengan menulis yang baik berarti siswa telah mampu mengetahui dan memahami ide pokok yang akan diuraikan atau diberikan dalam tulisannya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Namun dalam pengajaran keterampilan menulis terkadang guru kurang intensif dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
mengarahkan siswanya. Disamping itu, siswa juga merasa kesulitan dalam mengembangkan tulisannya sehingga hasil kurang menarik. Faktor siswa, guru dan persiapan pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan komponen yang tidak boleh ditinggalkan. Sebagus apapun persiapan guru dalam merencanakan pembelajaran, harus mempertimbangkan kemampuan siswa sebagai subjek yang akan dibimbing. Ketepatan perencanaan dalam pembelajaran harus dilengkapi adanya sebuah metode yang tepat. Masih banyak guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak menggunakan pendekatan, metode dan media pembelajaran secara tepat. Sehingga hasil pembelajaran yang dicapai belum maksimal. Berdasarkan pengalaman mengajar. Di Sekolah Dasar ditemukan bahwa siswa dalam menulis deskripsi masih mengalami kesulitan, khususnya dalam menyusun karangan deskripsi antara lain : (1) siswa belum mampu mengembangkan karangan sesuai dengan ciri karangan deskripsi, (2) siswa belum dapat menulis kosa kata yang tepat dalam pembelajaran karangan deskripsinya, (3) kualitas ide tulisan yang dihasilkan masih rendah, dan (4) kemampuan siswa dalam menyusun kalimat belum runtut. Lemahnya kemampuan menulis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : (1) kurangnya pengetahuan siswa tentang penggunaan kaidah tata bahasa yang baik dan benar, (2) minimnya jumlah kosakata yang dimiliki menjadikan siswa sulit dalam mengungkapkan dan mengembangkan ide atau gagasan secara runtut, (3) kurangnya kesempatan untuk latihan, menjadikan siswa kurang tertarik, termotivasi dan bahkan merasa kesulitan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Menurut Henry Guntur Tarigan (1990 : 187) sebagian besar guru tidak mampu menyajikan materi menulis secara menarik, inspiratif dan kreatif padahal teknik pengajaran yang dipilih dan dipraktikkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran menulis sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sampai saat ini, sebagian besar guru masih melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan konvensional, mengajarkan menulis dengan metode ceramah dengan teknik penugasan, guru menentukan beberapa judul atau topik, lalu menugasi siswa memilih satu judul sebagai dasar untuk menulis. Yang diutamakan adalah produk yang berupa tulisan, pembahasan karangan jarang dilakukan. Dengan model pembelajaran seperti itu, siswa mengalami kesulitan dalam menulis karena keharusan mematuhi judul atau topik yang sudah ditentukan guru. Hal ini menjadikan kreativitas siswa tidak dapat berkembang secara maksimal. Pada hakikatnya, kesulitan menulis tersebut berkaitan dengan apa yang harus ditulis dan bagaimana cara menuangkan dalam bentuk tulisan. Dampak negatif dari metode pembelajaran itu adalah kurangnya motivasi siswa untuk menulis sehingga keterampilan menulis siswa pun rendah. Data riil di lapangan menunjukkan bahwa siswa kurang mampu dalam menulis judul, menyusun kalimat, diksi, menerapkan ejaan dan menyusun paragraf. Maka dalam pengajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan Quantum Learning dianggap sebagai model yang efektif untuk dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran. Dalam pelaksanaannya Quantum Learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan proses belajar (Deporter, 2003 : 4-5). Dalam hal tersebut, diuraikan cara-cara efektif pelaksanaan QL meliputi : (1) partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik ; (2) memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan ) ; (3) membangun rasa kebersamaan ; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat ; dan (5) merangsang daya dengan anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa guru harus mencari solusi terbaik dalam pembelajaran. Apalagi untuk pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V (lima) Sekolah Dasar (SD), guru dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan disertai improvisasi, kuasai, menarik dan menyenangkan. Hal ini harus dilakukan karena siswa kelas V (lima) teridentifikasi (1) mendapatkan kesulitan dalam kegiatan menulis, (2) menulis deskripsi merupakan materi pokok dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai di kelas V SD Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , (3) kedudukan kelas V berada di kelas tinggi, sehingga dianggap sudah mampu mengekspresikan pengalamannya seharihari dengan lebih baik. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis khususnya deskripsi diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang baru dan menarik bagi siswa. Penggunaan Pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran siswa diharapkan akan memberikan suasana belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
yang menarik, terjadi interaksi proses belajar yang dapat menggerakkan potensi siswa sebagai pelajar sehingga mereka mampu belajar merangsang kreativitas siswa dalam pembelajaran. Pengembangan Quantum Learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diterapkan di SD Negeri 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri dengan mempertimbangkan kondisi yang ada, siswa kelas V mengalami kesulitan untuk mengungkapkan gagasan dalam menulisnya, maka siswa untuk menggambarkan apa yang ingin diungkapkan dalam tulisan, tidak hanya dengan cara menugaskan siswa menuliskan apa yang ingin diungkapkan berdasarkan pilihan judul. Cara seperti ini diharapkan bisa mengembangkan tulisan deskripsi, karena tulisan deskripsi berisi menggambarkan peristiwa yang telah dialami yang berupa pernyataan dan fakta yang terjadi kemudian harus digambarkan dalam paragraf bukan sekedar diberitakan, tetapi lebih kepada penggambaran..
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah penerapan Pendekatan Quantum Learning (QL) dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krisak , Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri? 2. Apakah penerapan Pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krisak , Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri? commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan penerapan pendekatan Quantum Learning. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini untuk : a. Mendeskripsikan penerapan Pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran menulis deskripsi. b.
Meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan Pendekatan Quantum Learning.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kelengkapan teori-teori yang berkaitan
dengan
pendekatan
Quantum
Learning
dan
meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi siswa. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa 1. Keterampilan menulis deskripsi meningkat. 2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis deskripsi meningkat. commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Guru 1. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis deskripsi meningkat 2. Wawasan guru dalam pembelajaran menulis deskripsi meningkat. c. Sekolah Prestasi belajar siswa meningkat d. Lembaga Pembinaan Pendidikan Dasar Memberikan umpan balik untuk ditindaklanjuti oleh Pengawas Sekolah.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Hakikat Menulis Deskripsi a. Pengertian Menulis Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa, selain keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan tiga keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa tersebut. Hal itu disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan (Burhan Nurgiyantoro, 2011:296). According to Flower & Hayes ( 1981), writing is a complicated recursive process instead of a linear one whereby writes are supposed to go back and forth when they compose. In spite of the gret influence of alternative Western approaches to the teaching of writing, many language teachers still adopt the product approach in the writing class. Menurut
Flower
&
Hayes
(1981),
menulis
adalah
proses
berkesinambungan yang rumit, di mana penulis harus mengulang-ulang ketika mereka menulis. Terlepas dari pengaruh pendekatan alternative dari Barat, banyak guru bahasa yang masih mengadopsi pendekatan produk dalam kelas menulis. Keterampilan menulis memang menjadi suatu keterampilan berbahasa yang paling sulit untuk dikuasai.Hal itu disebabkan adanya dua unsur yang harus dikuasai oleh penulis, yaitu unsur bahasa dan nonbahasa. Unsur bahasa commit to user merupakan unsur yang berkaitan dengan aspek tatabahasa, seperti ejaan, struktur
9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kalimat, kohesi dan koherensi, serta unsur kebahasaan yang lain sementara itu unsur nonbahasa yang dijadikan ide atau gagasan dalam sebuah tulisan meliputi unsur di luar aspek tatabahasa, seperti pengetahuan dan pengalaman pribadi. Know-hou write must be trained and studied to pass experience because process writes to cover to find idea, do watchfulness, develop idea, analyze ideas, write first concept, edit, and write konsep-end (Omaggio, 1993), matters can evoke difficulty for student that write in academic context uses second language. With composed author concept involved in interaction two directions between erudition development and develop text (tshotsho, 2006) Keterampilan menulis harus dilatih dan dipelajari melalui pengalaman karena proses menulis meliputi menemukan ide melakukan penelitian, mengembangkan ide, menganalisis ide-ide, menulis konsep pertama, mengedit, dan menulis konsep- akhir (Omaggio, 1993), Hal-hal tersebut bisa saja menimbulkan kesulitan bagi siswa yang menulis dalam konteks akademik menggunakan bahasa kedua. Dengan menyusun konsep penulis terlibat dalam interaksi dua arah antara pengembangan pengetahuan dan mengembangkan teks ( Tshotsho, 2006) The Liang Gie (2005:20) tulisan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis kreteria tertentu. Berdasarkan bentuknya, tulisan dapat digolongkan menjadi : cerita (narasi), lukisan (deskripsi), paparan (eksposisi), dan bincangan (argumentasi). Menurut ragamnya, menulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : tulian
(faktawi)
adalah
tulisan
yang
bertujuan
memberi
informasi,
memberitahukan sesuatu dengan fakta senyatanya. Sedangkan tulisan yang bertujuan member hiburan, menggugah hati pembaca dan merupakan rekaan dari pengarang. Selanjutnya berdasarkan pengetahuan atas tujuan penulis, dapat diketahui bentuk tulisan dari sebuah naskah (tulisan). Pada umumnya tulisan, dapat dikelompokkan atas empat macam bentuk yaitu : narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bentuk tulisan narasi dipilih jika penulis ingin bercerita kepada pembaca.Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi.Akan tetapi, narasi dapat juga ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara.Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian.Dalam tulisan narasi, selalu tokoh-tokoh yang terlibat dalam berbagai peristiwa. Bentuk tulisan deskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, rasa, corak, dari hal yang diamati.Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan panca indera dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan yang cermat dan penyusunan yang tepat.Tujuan deskripsi adalah membentuk, melalui ungkapan bahasa, imajinasi pembaca, agar dapat membayangkan suasana, oranng, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi. Pada umumnya, deskripsi jarang berdiri sendiri.Bentuk tulisan tersebut selalu menjadi bagian dalam bentuk tulisan lainnya. Since writing is a complex problem-solving process that can most benefit the writers. Karena menulis adalah proses pemecahan masalah yang kompleks, guru disarankan untuk membimbing siswa pada poin-poin yang paling bermanfaat dalam proses penulisannya. Bentuk tulisan eksposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi, penjelasan, keterangan atau pengalaman.Berita merupakan tulisan eksposisi karena
memberikan
informasi.Tulisan
dalam
majalah
juga
merupakan
eksposisi.Buku teks merupakan bentuk eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel mengulas sesuatu. Tulisan eksposisi sering ditemukan bersama-sama dengan bentuk tulisan deskripsi. Tulisan bentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang membuktikan pendapat, atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi penulis dapat diterima.Bentuk tulisan tersebut erat kaitannya dengan eksposisi dan ditunjang oleh deskripsi.Bentuk argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik.Kalimat topik, biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau suratkabar, misalnya argumentasi ditemui dalam kolom opini/ wacana/ gagasan/ pendapat.
b.Tujuan Menulis Tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran menulis di sekoah dasar ialah agar siswa memahami cara menulis berbagai hal yang telah dikemukakan serta mampu mengkomunikasikan ide atau pesan melalui tulisan. Tujuan menulis yang perlu diperhatikan bukan hanya memupuk pengetahuan dan keterampilan menulis
tetapi
juga
harus
memupuk
jiwa
estetis,
informatif,
dan
persuasif.(Supriyadi, dkk, 1994:270). Tujuan artistik atau estetik yaitu tentang nilai keindahan, tujuan informatif yaitu memberikan informasi kepada pembaca, tujuan persuasif, yakni mendorong atau menarik perhatian pembaca agar mau menerima informasi yang disampaikan. commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar ialah mampu menulis berbagai jenis tulisan serta mampu mengkomunikasikan tulisan itu kepada orang lain. Secara umum tujuan menulis akan ditentukan oleh jenis atau bentuk tulisan atau karangan yang digunakan. Misalnya, bila jenis atau bentuk tulisan laporan atau
paparan
tujuan
yang
ingin
dicapai
memberitahu
atau
memberi
informasi.Apabila jenis atau bentuk cerita atau narasi tujuannya untuk menceritakan sesuatu agar pembaca tergerak atau perasaannya.
c. Manfaat Menulis Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikembangkan keterampilan pokok yang disebut 3R, yakni Reading, Riting, Ritmatic (Membaca, Menulis, Berhitung). Dari 3R itu, menulis merupakan suatu keterampilan yang terbesar jasanya bagi peradaban manusia. Menurut pendapat Asul Wiyanto (2006:4) tulisan adalah rekaman peristiwa, pengalaman, pengetahuan, ilmu, serta pemikiran manusia. Tulisan dapat dicapai oleh orang-orang yang berbeda di berbagai tempat pada waktu sekarang dan yang akan datang. Dengan tulisan itu orang lain dapat menangkap dan memahami pengetahuan dan pikiran. Hebatnya lagi tulisan dapat dibaca sekarang sepuluh tahun lagi bahkan sampai kapanpun. Selain itu kegiatan menulis atau mengarang akan melahirkan enam jenis nilai, yaitu 1) kecerdasan maksudnya seseorang akan senantiasa tambah daya pikirnya dan kemampuan khayalnya, sampai tingkat kecerdasannya, 2) kependidikan, yaitu dapat memelihara ketekunan kerja senantiasa berusaha commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
memajukan diri, 3) kejiwaan, keberhasilan mengarang dapat menimbulkan kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kepercayaan, 4) kemasyarakatan, pengarang sudah berhasil akan mendapat penghargaan dari masyarakat, 5) keuangan, hasil tulisan atau karangan yang sudah diterima masyarakat akan diberi imbalan uang, 6) kefilsafatan, buah pikiran seseorang akan tetap abadi atau diabadikan. (The Liang Gie, 2002:19-20). Sesuai dengan standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia khususnya menulis secara efektif, dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks serta berapresiasi sastra dalam berbagai jenis dan bentuk melalui kegiatan menulis hasil sastra (Depdiknas, 2003d:4). Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kerangka tentang standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia yang harus diketahui, dilakukan dan dimahirkan oleh siswa setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam lima komponen utama yaitu 1) Standar Kompetensi, 2) Kompetensi Dasar, 3)Hasil Belajar, 4) Indikator, dan 5) Materi Pokok. Standar kompetensi mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Aspek-aspek tersebut dalam pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu, (depdiknas, 2003d:5). Standar kompetensi menulis mata pelajara bahasa Indonesia secara umum (kela I s.d kelasVI) adalah sebagai berikut : “diharapkan siswa mampu menulis huruf, suku kata, kalimat, paragraf dengan tulisan yang rapi dan jelas, menulis karangan sederhana, berbagai petunjuk, teks percakapan surat pribadi dan surat resmi dengan memperhatikan tujuan ragam pembaca dan menggunakan ejaan dan commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tanda baca serta kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, menulis berbagai formulir, pengumuman dan tata tertib, berbagai laporan buku harian, poster, iklan, teks pidato dan sambutan, ringkasan dan rangkuman, dan prosa serta puisi sederhana, kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis” (depdiknas,2003d:4) Berdasarka standar kompetensi diatas jenis-jenis menulis di sekolah dasar adalah : 1) menulis permulaan dengan huruf kecil, 2) menulis permulaan dengan huruf kapital, 3) menulis ejaan dan tanda baca, 4) menulis prosa, 5) menulis puisi, 6) menulis surat, 7) menulis formulir, 8) menulis paragraf, 9) menulis judul karangan, 10) menulis kerangka karangan diksi dan nonfiksi, 12) menulis laporan, 13) menulis pengumuman, 14) menulis iklan, 15) menulis pidato, 16) menulis karangan drama.
d. PengertianMenulis Deskripsi Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, karena keterampilan menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat dan menjadi suatu gagasan alenia. Menurut White dan Arndt (1997:3), menulis merupakan suatu proses berpikir dalam kebenaran yang dimilikinya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis bukanlah suatu unsur yang sederhana, karena tidak hanya menuliskan bahasa ke dalam lambang tulisan melalui proses berpikir. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1998:271) berpendapat komunikasi lewat tulisan dapat tercapai seperti yang diharapkan jika penulis mampu menuangkan idea atau gagasan kedalam bahasa secara tepat, teratur dan lengkap. Sesuai dengan pendapat di depan, suatu penalaran merupakan faktor penting dalam menulis Sejalan dengan pendapat di depan, Raimes (1993:5) menerangkan komponen yang harus dihadapi seorang penulis ketika akan menulis, diantaranya adalah tujuan menulis, isi yang ditulis (relevansi, orisionalitas dan kelogisan), pemahaman terhadap calon pembaca, proses menulis, tata bahasa, pemilihan kata, dan sebagainya. Seperti juga pendapat Yayan S. Erman bahwa menulis adalah merupakan proses pembelajaran dari berbagai macam kesulitan dan kegagalan, prinsip menulis adalah suatu keterampilan atau skill. Jadi, keterampilan menulis dapat diperoleh dari pembelajaran. In peer response, students are given plenty of opportunities to brainstorm ideas in pairs or groups, to give feedback on each
others writing and to
proofread and edit for each other.While increasingly more mainstream classroom teachers are encouraging students to write in collaboration, ESL/ EFL Writing instructors sometimes have reservations about its effectiveness due mainly to the concern that students lack cognitive sophistication and linguistic skills in judging writing and in revising and editing a piece of work (Jacobs, 1989). Dalam kegiatan peer response, siswa diberi banyak kesempatan untuk melakukan brainstorminide-ide secara berpasangan atau kelompok, untuk memberikan feedback(umpan balik) terhadap tulisan masing-masing, mengoreksi, dan mengedit satu sama lain. Disaat semakin banyak guru yang mendorong siswanya untuk menulis kolaborasi, terkadang commit to userinstruktur writingESL/EFL malah
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meragukan
efektivitasnya,
terutama
dikarenakan
kekhawatiran
mengenai
lemahnya kemampuan kognitif dan keterampilan linguistic para siswa dalam menilai dan merevisi, serta mengedit suatu tulisan (Jacobs, 1989).
Menurut Sabarti Akhadiah (1991:2), menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini berarti, bahwa melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap revisi. Menulis seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan , latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menurut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya menuntut penelitian yang terperinci, dengan melalui observasi yang seksama, pembacaan yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk dan gaya. Henry Guntur Tarigan (1982:3) menyatakan bahwa “menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Sementara itu, Mukhsin Ahmadi (1990:28) mengutip pendapat Lado mengemukakan bahwa menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman bahasa sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbolsimbol grafis ini sebagai bagian penyajian satuan ekspresi bahasa. Salah satu keterampilan dalam berbahasa, menulis erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa.Menulis juga dipandang sebagai upaya untuk merekam ucapan manusia menjadi bahasa baru, yaitu bahasa tulisan. Bahasa tulisan itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
adalah suatu notasi bunyi, kesenyapan infleksi, tekanan nada, isyarat atau gerakan, dan ekspresi muka yang memindahkan arti dalam ucapan atau bicara manusia. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan melalui proses dengan melibatkan penalaran serta menggunakan bahasa tulis serta dilakukan melalui suatu pembelajaran. Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan yang utuh. Dengan kata lain karangan merupakan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur. Berdasarkan cara penyajiannya, karangan argumentasi dan karangan persuasi. Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melekat sendiri objek yang digambarkan itu (Kosasih,2003:45) menyatakan : Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat suasana, atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat mendengar apa yang didengarnya, mencium bau yang diciumnya, mencicipi apa yang dimakannya, merasa apa yang dirasakannya, serta sampai kesimpulan yang sama dengannya. Karangan deskriptif berhubungan dengan pengalaman panca indera yang meliputi pendengaran, perasaan, penciuman, dan perabaan. Lukisan disajikan sehidup-hidupnya, sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat apa yang kita lihat, mendengar apa yang kita dengar dan dapat merasakan apa yang kita rasakan. Dengan kata lain, pembaca kita ajak mengalami apa yang kita alami. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Deskripsi adalah uraian lengkap tentang invensi yang dimintakan paten.Penulisan deskripsi atau uraian invensi tersebut harus secara lengkap dan jelas mengungkapkan suatu invensi sehingga dapat dimengerti oleh seorang yang ahli di bidangnya. Uraian invensi harus ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Semua kata dan kalimat dalam deskripsi harus menggunakan bahasa dan istilah yang lazim digunakan dalam bidang teknologi. Uraian invensi tersebut mencangkup : a. Judul invensi, yaitu susunan kata-kata yang dipilih untuk menjadi topik invensi. Judul tersebut harus dapat menjiwai inti invensi. Dalam menentukan judul harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Kata-kata atau singkatan yang tidak dipahami maksudnya sebaiknya dihindari. 2) Tidak boleh menggunakan istilah merk perdagangan atau perniagaan. b. Bidang teknik invensi, yaitu menyatakan tentang bidang teknik yang berkaitan dengan invensi. c. Latar belakang invensi yang mengungkapkan tentang invensi terdahulu beserta kelemahannya dan bagaimana cara mengatasi kelemahan tersebut yang merupakan tujuan dari invensi. d. Uraian singkat invensi yang menguraikan secara ringkas tentang fitur-fitur dari klaim mandiri. e. Uraian singkat gambar (bila ada) yang menjelaskan secara ringkas keadaan seluruh gambar yang disertakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
f. Uraian lengkap invensi yang mengungkapkan isi invensi sejelas-jelasnya terutama fitur-fitur yang terdapat pada invensi tersebut dan gambar yang disertakan digunakan untuk membantu memperjelas invensi.
e. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Istilah pembelajaran tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan belajar dan mengajar. Belajar dan mengajar mengacu pada suatu proses yang terjadi dalam suatu rangkaian yang saling terkait. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan melalui tahapan-tahapn untuk menambah ilmu pengetahuan pada peserta didik. Dengan belajar, peserta didik diharapkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat. Proses belajar mengajar selalu diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran menulis adalah agar anak didik memiliki pengetahuan menulis, bersikap positif terhadap ilmu dan aktivitas serta terampil menulis.Ketiga aspek tersebut senada dengan taksonomi yang dikemukakan oleh Bloom (taxonomy of Bloom), yaitu kognitif domain (ranah pengetahuan), afektif domain (ranah sikap), psikomotrik domain (ranah keterampilan). Bahasa digunakan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi) saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusastraan.Untuk itu pemerintah membuat standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Standar kompetensi adalah program untuk commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003:272). Materi pokok yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi aspek-aspek keterampilan berbahasa yaitu keterampilan mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Selain itu, materi pokok yang lain adalah apresiasi sastra dan pengetahuan kebahasaan. Menurut rambu-rambu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan, dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan (Depdiknas, 2003a:274). Bahasa memiliki peran serta dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SDN 2 Krisak Kec Selogiri, Kab Wonogiri (2007:317).Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah pada hakikatnya mencangkup empat kemampuan berbahasa, yaitu menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca,dan menulis. Empat kemampuan tersebut sangat erat kaitannya karena pada dasarnya siswa sekolah dasar diharapkan memiliki kemampuan berbahasa secara lengkap. Sesuai dengan KTSP SDN 2 Krisak Kec Selogiri Kab Wonogiri. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan demi meningkatkan kemampua peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
serta menumbuhkan apresiasi hasil karya kesusastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2007: 317). Pengajaran menulis di sekolah dasar merupakan salah satu komponen yang menentukan dalam pencapaian tujuan pengajaran bahasa Indonesia.Terutama dalam usaha menjadikan siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan atau keterampilan berbahasa yang baik dan benar (Euis Nuraeni dalam Muchlisoh, dkk. 1996: 258).Melalui pengajaran menulis siswa diharapkan mengembangkan kemampuannya secara optimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum.Sehingga dapat menunjang keberhasilan siswa pada semua bidang studi. Dalam KTSP SDN -2 Krisak, Kec Selogiri, Kab Wonogiri standar kompetensi siswa kelas V dalam kemampuan menulis terdiri atas satu standar kompetensi pada masing-masing semester. Pada semester ganjil
standar
kompetensi yang dirumuskan meliputi empat kompetensi dasar. Pada KD (Kompetensi Dasar) 4.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman, dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan. (KTSP:2006). Sedangkan pada semester genap standar kompetensi yang dirumuskan meliputi dua kompetensi dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.Maksud dari komunikasi tersebut dapat berupa pengungkapan
pikiran,
gagasan,
ide,
pendapat,
persetujuan,
keinginan,
penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain. Hal itu disampaikan dalam
aspek
kebahasaan
berupa kata, commit to user
kalimat,
paragraf,
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
mempertimbangkan ejaan, dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, tempo) dalam bahasa lisan (Depdiknas, 2003a: 174). Siswa dilatih untuk lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, bukan dituntut untuk menguasai atau menghafal tentang bahasa atau system bahasa.Keberhasilan siswa dalam berkomunikasi tersebut juga dipengaruhi oleh seberapa dalam penguasaan terhadap kosakata. Oleh karenanya pembelajaran kosakata juga dilaksanakan dengan tujuan untuk memperkaya perbendaharaan kata yang dimiliki siswa. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kerangka standar kompetensi disajikan dalam tiga komponen utama, yaitu (1) kompetensi dasar, (2) indikator pencapaian hasil belajar dan (3) materi pokok (Depdiknas, 2003a :275). Standar kompetensi mencakup aspek kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra.Aspek-aspek tersebut perlu mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu.
f. Metode Pembelajaran Menulis di SD Metodologi adalah tata cara memudahkan sehingga dalam proses belajar mengajar perlu dicari dan dikembangkan oleh si guru (Sri Utari Subyakto Nababan, 1993:3). Oleh karena itu dalam belajar bahasa perlu dikembangkan metodologi pengajaran bahasa secara cermat sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi siswa. Metodologi dalam pengajaran bahasa mengacu pada prosedur dan aktivitas yang akan digunakan untuk mengajarkan isi silabus. Untuk memudahkan user berusaha menggunakan metode dalam mengajar bahasa, seorangcommit guru to selalu
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
mengajar yang paling efektif dan memakai alat/ media yang terbaik. Berkaitan dengan pendekatan dan metode dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa Pelaksanaan pembelajaran bahasa sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pendekatan sangat berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran, metode, dan tenik apa yang digunakan. Istilah pendekatan, metode, dan teknik sering dipakai secara tumpang tindih. Menurut Soenjono Dardjowidjojo (1993: 79), tidak membedakan istilah metode dengan pendekatan. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa metode dan pendekatan mempunyai kesamaan pengertian dan peranan yang sama. Akan tetapi, Mansoer Pateda (1991:125), membedakan antara pendekatan dan metode .Ia menyebutkan bahwa pendekatan berisikan seperangkat asumsi yang mendasari metode, sedangkan metode menerjemahkan asumsi itu ke dalam kegiatan pengajaran antara lain meliputi penentuan tujuan, bahan, teknik, dan prosedur mengajar di kelas. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan lebih luas daripada metode. Beberapa pendekatan yang memiliki pengaruh besar dalam pembelajaran bahasa, yaitu pendekatan struktural, pendekatan kognitif, dan pendekatan komunikatif. Dalam Kurikulum Satuan Pendidikan, pendekatan yang lebih ditekankan adalah pendekata komunikatif yaitu mengarahkan pembelajaran pada tujuan yang mementingkan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam pendekatan ini yang diutamakan adalah kemampuan berkomunikasi.Menurut Sri Utari Subyakto-Nababan (dalam Mansoer Pateda, 1991:85), mengatakan bahwa commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendekatan komunikatif adalah orientasi belajar mengajar bahasa yang berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi.Kemampuan komunikasi merupakan aspek terpenting dan penguasaan pengetahuan kebahasaan tidak lagi menjadi tolok ukur dalam penilaian guru. Muljanto Sumardi (1993:111) menyebutkan ciriciri pendekatan komunikatif adalah (1) penguasaan dialog yang komunikatif, tidak sekedar untuk hafalan, (2) kontekstualitas, (3) kebermaknaan, dan (4) kemampuan komunikatif sebagai sasaran yang diinginkan. Pendekatan komunikatif ini dilaksanakan dalam proses belajar mengajar siswa aktif . Guru berfungsi sebagai fasilitator (mediator), dan motivator sehingga tidak banyak menggunakan metode ceramah, walaupun metode ceramah tidak dapat dihilangkan sepenuhnya. Siswa lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif. Dengan
demikian
tujuan
pembelajaran
diharapkan
dapat
berhasil
dicapai.Kemampuan atau kompetensi berbahasa yang diharapkan dimiliki siswa adalah kemampuan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. 2) Metode Pembelajaran Menulis Metode pembelajaran bahasa tidak ada yang sempurna.Setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan.Meskipun sudah banyak dilakukan penelitian dan eksperimen yang diadakan mengenai metode-metode mana yang paling efektif, tetapi masih tetap sulit untuk membuktikan secara ilmiah metode mana yang paling baik (Sri Utari Subyakto-Nababan, 1993: 150-151). Ada beberapa pendekatan dan metode dalam pembelajaran bahasa yang dapat diterapkan di SD, di antaranya pendekatan kemampua proses, pendekatan ), commitmengajarkan to user metode feed back and correction untuk koreksi kesalahan berbahasa,
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
metode pemberian tugas, metodde demonstrasi, metode eksperimen, metode inkuiri, metode simulasi, dan lain sebagainya. Seorang guru dapat memvariasikan berbagai meode yang ada disesuaikan dengan kondisi dan situasi siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yan telah ditentukan.Berikut ini dijelaskan tentang beberapa metode dalam pembelajaran menulis. Salah satu metode yang akan diuraikan dalam pembahasan ini adalah metode pemberian tugas. Tugas biasa diberikan guru setelah suatu topik bahasan selesai dibicarakan di kelas. Metode penugasan menjadi salah satu cara penyampaian pengajaran yang dirancang untuk peserta didik agar bersemangat untuk mencari dan menentukan sendiri jawaban-jawaban atas tugas yang telah diberikan guru. Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjaka peserta didik di sekolah maupun di rumah secara perorangan atau berkelompok. Tujuan dari penggunaan metode penugasan adalah untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Seperti telah dijelaskan di atas, setiap metode mepunyai kekuatan dan keterbatasan, demikian juga dengan metode pemberian tugas ini. Adapun kekuatan dan keterbatasannya, seperti yang dijelaskan oleh Mulyani Sumatri dan Johar Permana (2001:131-132) adalah sebagai berikut :
a) Kekuatan metode penugasan : (a) Membuat peserta didik aktif belajar; commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(b) Merangsang peserta didik belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada saat jauh dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah; (c) Mengemmbangkan kemandirian peserta didik; (d) Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam memperkaya atau memperluas tentang apa yang dipelajari; (e) Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi; (f) Membina tanggung jawab dan disiplin peserta didik; (g) Mengembangkan kreativitas peserta didik; b) Keterbatasan metode penugasan (a) Sulit mengontrol peserta didik apakah belajar sendiri atau dikenakan orang lain; (b) Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu peserta didik; (c) Tugas yang monoton dapat membosankan peserta didik; (d) Tugas banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan peserta didik; (e) Tugas kelompok dikerjakan oleh orang tertentu atau peserta didik yang rajin dan pintar; Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode pemberia tugas dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalamproses pembelajaran menulis.Metode ini sering digunakan terutama untuk menulis kreatif maupun menulis ilmiah.Siswa dilatih untuk mencari dan mengembangkan tulisannya secara mandiri.Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
metoe pemberian tugas, siswa mempunyai waktu yang lebih lama sehinggan diharapkan mampu menghasilkan tulisan yang baik. (c) Koreksi Kesalahan Berbahasa Selain metode tersdebut, dalam pembelajaran menulis terutama menulis karya ilmiah, guru dapat menerapkan koreksi kesalahan berbahasa sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Dengan menerapkan teknik self correction oleh siswa dan pemberian feedback (umpan balik) dari guru diharapkan siswa dapat mengetahui mana letak kesalahan yang sering dilakukannya sehingga tidak mengulang-ulang kesalahan yang sama. Teknik koreksi kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori utama, seperti yang dijelaskan oleh Walz (dalam Sumarwati, 2006:8-9) yang dapat diuraikan sebagai berikut : a)
Teknik Teacher Correction, yaitu aktivitas koreksi yang dilakukan
oleh guru atau pengajar terhadap tulisan siswa dengan cara guru mencoret atau memberi tanda langsung pada letak-letak atau bagian-bagian yang salah serta menuliskan pembetulannya. Caranya, bagian yang salah diberi garis bawah (biasanya dengan tinta merah) kemudian diikuti dengan pembetulannya. Kemudian tulisan itu dikembalika kepada siswa untuk diperbaiki dan dijadikan masukan bagi perbaikan dalam berbahasanya. b)
Teknik Peer-correction, yaitu kegiatan koreksi tulisan yang
dilakukan siswa dalam bentuk kelompok, baik kelompok besar (lebih dari 5 orang) maupun kelompok kecil (bisa terdiri dari 2 orang). Adapun bentuk pelaksanaannya adalah : (1) dengan menggunakan media proyeksi untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
menayangkan sebuah tulisan siswa yang dipilih dengan pertimbangan tertentu, kemudian siswa lain dalam satu kelompok atau bahkan satu kelas di bawah bimbingan guru menemukan letak-letak kesalahan, menemukan penyebab terjadi kesalahan, serta membetulkan kesalahan tersenbut; (2) dengan membahas sebuah tulisan secara bersama-sama oleh kelompok kecil (bisa 2 orang), yaitu untuk melakukan koreksi terhadap tulisa tersebut; (3) dengan saling betukar tulisan untuk dikoreksi (dikoreksi antar teman); (4) dengan melakukan kegiatan menulis bersama-sama dalam satu kelompok yang kemudian tulisan hasil bersama tersebut dikoreksi bersama pula sehingga diperoleh sebuah tulisna final untuk dikumpulkan kepada guru. Teknik yang terakhir ini cocok untuk kelas dengan jumlah siswa yang besar. c)
Teknik Self-correction, yaitu kegiatan koreksi tulisan yang
dilakukan oleh pelajar bahasa yang membuat tulisan tersbut dengan bimbingan guru karena umumnya para pelajar semakin kesulitan menemukan kesalahan bahasanya sendiri. Untuk itu, guru dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam menemukan letak-letak kesalahannya dengan memberi penanda tertentu pada tulisan siswa. Ketiga teknik koreksi kesalahan berbahasa ini dapat diterapkan oleh guru sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengoreksi kesalahan bahasa yang dilakukan oleh siswa sehinggan kemampuan menulis siswa pun diharapkan dapat meningkat. Selain pemilihan metode pembelajaran yang tepat, dalam pembelajarann guru harus merencanakan strategi atau langkah-langkah yang dilaksanakan, guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
harus membuat rencana pembelajaran, dan skenario pembelajaran, agar proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar. Langkah pembelajaran memuat kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara berurutan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
g. Penilaian Pembelajaran Menulis 1) Pengertian Penilaian Burhan Nurgiyantoro (1988:5), mengemukakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Tukman (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1988:5), yang menyebutkan bahwa penilaian sebagai proses untuk mengetahui (menguji)apakah suatu kegiatan, keluaran, suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses yang digunakan untuk mengukur kadar keberhasilan untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian penilaian atau evaluasi digunakan sebagai pengukur kadar keberhasilan suatu proses belajar mengajar yang telah dilakukan, dan dapat dijadikan landasan untuk mengambil kebijakan untuk langkah selanjutnya. 2) Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus dikuasai oleh siswa sehingga sangat diperlukan penilaian dan pengukuran apakah keterampilan menulis sudah dikuasai oleh siswa, sudah sejauh mana keberhasilan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
dalam pembelajaran menulis yang dilakukan sudah dapat tercapai, maka sangat diperlukan evaluasi. Berkaitan dengan hal ini menurut Erizal Gani (2003) menyatakan bahwa evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan oleh seorang pengajar untuk; (a) mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilna menulis pembelajar; (b) mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan; dan (c) menentukan kebijakan selanjutnya. Untuk melaksanakan kegiatan evaluasi perlu digunkaan alat yang berupa tes. Dengan mengadakan tes, pengajar akan mengetahui perkembangan anak didiknya, sekaligus mengetahui perkembangan nilai yang telah dicapai apakah baik atau buruk (Agus Suriamiharja dkk. 1996:5)/. Tes menulis merupakan tes kebahasaan yang mengukur kemampuan tes (peserta tes/peserta didik) mengguanakan bahasa tulis untuk menyatakan ide, pikiran, atau perasaan (Akhmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuhdi, 2001:184). Kemampuan menulis yang merupakan keterampilan berbahasa produktif lisan yang diwujudkan dalam tulisan, melibatkan aspek : penggunaan ejaan, kemampuan penggunaan diksi/kosakata, kemampuan penggunaan kalimat, penggunaan jenis komposisi (gaya penulisan, penentuan ide, pengolahan ide, dan pengorganisasian ide). Semua aspek inilah yang diukur dalam kemampuann menulis (Akhmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuhdi, 2001:185). Pengukuran atas kemampuan menulis dilakukan berdasarkan kriteria tertentu yang dijadikan bahan pertimbangan.Pengukuran kemampuan menulis dapat dilakukan dalam bentuk objektif, bentuk subjektif, atau keduanya.Pengukuran atas kemampuan keterampilan menulis dilakukan dengan tes objektif untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
kemampuan dan tes menulis untukketerampilan. Tes ini berisi butir-butir soal yang dapat menggali kemampua menulis, yaitu berisi penggalian kemampuan menyusun kalimat, menyusun paragraph, menggunakan ejaan termasuk tanda baca, dan memahami isi bacaan (Agus Suriamiharja, Akhlan Husein, dan Nunu Nurjanah, 1996:5). Penilaian pembelajaran menulis karya tulis ilmiah, sangat penting untuk mengukur keberhasilan dari proses pembelajaran menulis karya ilmiah yang dilakukan. Selain penilaian proses yang dilakukan sejak awal juga penilaian hasil yaitu karya tulis yang telah jadi. Indikator penilaian dan aspek-aspek yang dinilai dalam karya tulis, seperti yang digunakan oleh Khaerudin Kurniawan (2000:225) adalah sebagai berikut :: 1) Bahasa dalam karya tulis ilmiah, meliputi : (a) Struktur bahasa (keefektifan kalimat) (b) Pilihan kata (diksi) (c) Ejaan (ketepatan dalam penggunaan EYD) 2) Isi karya tulis, meliputi : (a) Hubungan isi topik (b) Pengembangan isi (c) Kualitas isi karya tulis 3) Teknik/ sistematika penulisan karya tulis, meliputi : (a) Struktur karya tulis (b) Pengembangan paragraf (c) Hubungan antarparagarf commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Penilaian untuk menulis selain aspek di atas masih dapat ditentukan lagi sesuai dengan jenis tulisannya dan disesuaikan dengan tingkat kategori tertentu, misalnya menulis pengalaman yang dihasilkan siswa SD berbeda dengan menulis pengalaman pada siswa tingkat SMP. Dari penjelasan di atas, penilaian dalam pembelajaran menulis sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan dari proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Penilaian kemampuan dan keterampilan berbahasa yang lain, yaitu kemampuan berbicara, membaca, dan mendengarkan. Salah satu bentuk penilaian yang saat ini dikembangkan dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Penilaian Berbasis Kelas (PBK).Penilaian berbasis kelas dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi dengan berkesinambungan.PBK diharapkan bermanfaat untuk memperoleh gambaran (profile) prestasi dan kemajuan belajar siswa. Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar (Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2002:1). Hasil Penilaian Berbasis Kelas ini dapat berguna untuk : 1) Umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehuingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidiasi untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan kemajuan dan kemampuannya. 3) Memberikan
masukan
kepada
guru
untuk
memperbaiki
program
pembelajarannya di kelas. 4) Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
5) Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penilaian berbasis kelas mempunyai kegunaan yang lebih luas sehingga dapat digunakan untuk melakukan penilaian pembelajaran menulis.
2.Hakikat Pendekatan Quantum Learning a. Pengertian Pendekatan Quantum Learning (QL) Istilah Quantum dalam Quantum Learning mempunyai pengertian keragaman atau variasi. Jadi Quantum Learning dapat dimaknai sebagai belajar dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi. Kelahiran Quantum Learning (QL) sebagai model pembelajaran di Indonesia, pada mulanya diawali dengan peranggapan bahwa manusia Indonesia terjangkit virus keseragaman. Keseragaman ini meliputi sentralistik dan uniformistik yang mewarnai dunia pembelajaran (Nyoman S. Degeng, commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2005:2-4).Keseragaman
yang
menjangkiti
dunia
pembelajaran
ini
mengakibatkan kegagalan dalam pembelajaran itu sendiri, karena berlawanan dengan hakikat murid yang sebenarnya memiliki keberagaman latar belakang. Terlebih lagi, pemaksaan melalui tindakan keseragaman dalam pembelajaran terhadap murid akan menjauhkan murid dari keberhasilan belajar. Lebih lanjut Nyoman S. Degeng (2005:5-9), menyatakan bahwa indikator keberhasilan pembelajaran terwujud apabila murid sejahtera dalam belajar, untuk itu maka perlu disajikansebuah aktivitas belajar murid yang bervariasi atau beragam cara, sehingga dapat menyenangkan dan menggairahkan terutama bagi murid. Dalam model Quantum Learning (QL),aktivitas belajar tersebut sering kali diberi istilah orkestrasi pembelajaran. Proses pembelajaran dengan model QL membutuhkan sebuah system yang kompleks. Sistem yang komplek yang dimaksud diperlukan sebagai upaya menggubah atau menciptakan sebuah lingkungan, cara presentasi guru, dan rancangan pembelajaran, selama proses pembelajaran berlangsung (Lozanov, 1978:181). Dalam hal ini QL juga amat mempertimbangkan segala system pembelajaran yang berupa interaksi yang mempertimbangkan perbedaan kondisi murid, serta memaksimalkan peristiwa belajar. Quantum Learning berfokus pada hubungan dinamkis dalam lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran. Dalam pelaksanaannya QL memiliki petunjuk yang bersifat spesifik menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan proses belajar (DePorter, commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2003:4-5). Dalam hal tersebut, diuraikan cara-cara efektif pelaksanaan QL meliputi: (1) partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik; (2)
memotivasi dan menumbuhkan minat
dengan menerangkan kerangka , namai, demontrasikan, ulangi, rayakan); (3) membangun rasa kebersamaan; (4)menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5) merangsang daya dengar anak didik. Semua itu pada hakikatnya akan menempatkan guru dan murid pada jalur cepat menuju kesuksesan belajar. b. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Learning (QL) Bobbi De Potter dan Henacki (2005:14), menyatakan beberapa prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran Quantum Learning (QL), yaitu: 1. Segalanya bicara. Maksudnya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh tubuh guru, dari kertas yang guru bagikan hingga rancangan pengajaran guru, keseluruhannya mengirim pesan tentang belajar. 2. Memiliki Tujuan Semua yang terjadi karena guru membpunyai tujuan seperti seorang guru yang harus secara hati-hati menyusun pelajaran. 3. Pengalaman sebelum Pemberian Nama Otak kiri berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, Akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa mengalami informasi sebelum mereka
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari, pembelajaran berjalan sukses ketika murid mengalami informasi pada awal pembelajaran. 4. Mengakui Setiap Usaha 5. Dalam belajar mengandung resiko dan keluar dari rasa nyaman. Pada langkah ini, murid berhak atas pengukuran dari kecakapan dan rasa percaya diri mereka. Murid mengambil resiko dan membangun kompetensi dan kepercayaan diri mereka. 6. Layak Dipelajari maka Layak Dirayakan (diberi reward) Perayaan atau pemberian sesuatu reward adalah suatu umpan balik mengenal kemajuan murid dan meningkatkan.
c. Pembelajaran Menulis Dalam Pendekatan Quantum Learning Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang didalamnya memiliki langkah-langkah: memilih stimulus, memberi penguatan, dan penguatan pengendalian murid (Sapani, 1998:26). Pada pembelajaran menulis dengan pendekatan quantum learning siswa diajak untuk mengingat kembali hal yang mereka alami ataupun juga mereka lihat lebih jelasnya ditekankan pada aktivitas belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Sebaliknya, teknis menulis secara tradisional
sering
kali
mengabaikan
kebenaran
bahwa
menulis
merupakan aktivitas seluruh otak, dalam hal ini siswa hanya dituntut untuk membuat tulisan sesuai dengan topik yang ditentukan oleh guru. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bobbi De Potter dan Henacki (2011 :178), berpendapat teknis menulis quantum learning mengajak penulis untuk mencurahkan imajinasi, ekspresi, dan memunculkan gagasan-gagasan baru, gairah dan emosi. Dalam quantum learning pikiran dijadikan tempat untuk penyimpanan ide-ide panas, bergejolak dan meletup-letup tersampaikan keluar dalam bentuk tulisan. Menurut Bobbi De Potter dan Henacki (2011:180) menyebutkan, ada bermacam-macam strategi yang bisa digunakan oleh guru dalam penerapan pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning sebagai berikut:. Dalam pembelajaran menulis melalui metode quantum learning mempunyai asumsi bahwa mempercepat pemunculan gagasan dalam proses menulis (Bobbi De Potter dan Henarcki:2011 177-190). Teknik menulis yang dikembangkan oleh Gabriele Rico adalah suatu cara memilah pemikiran-pemikiran yang saling berkaitan dan menuangkannya di atas kertas secepatnya, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya.Suatu pengelompokan yang terbentuk di atas kertas hampir seperti proses berpikir yang terjadi dalam otak manusia. (Bobbi De Potter dan Henarcki, 2011:180) 1) Menulis Cepat (Fastewriting) Penelitian yang Relevan merupakan suatu teknik menulis dengan tujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan
dalam
mengumpulkan
sekumpulan kata untuk disusun dalam sebuah kalimat dalam kurun waktu commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cepat. Terkait dengan penulisan cepat, dengan menggunakan pengaturan waktu (timer) kemudian baru menulis untuk topik yang akan dikemukakan (Bobbi De Potter dan Henarcki, 2011:186) Kegiatan yang dilakukan dalam menulis cepat di mana siswa secepat mungkin, tidak pernah berhenti untuk mengumpulkan gagasan dengan membentuk kalimat, memeriksa tata bahasa, mengulangi lagi ataupun mencoret kesalahan. Hal yang terpenting dan perlu dipegang dala menulis cepat sebuah tulisan tidak akan langsung menjadi sempurna, maka perlu adanya pembenahan laporan (evaluasi draf) sehingga menjadi sempurna. Untuk membiasakan diri dengan proses ini, dibutuhkan latihan terus menerus untuk meningkatkan kinerja dalam hitungan periode waktu. Manfaat yang bisa didapatkan dari upaya penerapan teknik menulis cepat bisa menjernihkan pikiran, memusatkan gagasan-gagasan siswa dalam proses menulis. Mengenai hal tersebut didasarkan bahwa menuliskan suatu bentuk pengalaman yang telah dialami oleh siswa perlu penggunaan kalimat menggambarkan
bukan
memberitakan.
Sehingga
deskripsi
yang
digambarkan akan mudah ditangkap dan dipahami oleh pembaca. Semua uraian di atas, membuktikan bahwa melalui pendekatan quantum learning, ada peningkatan dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu guru tidak lagi menjadi pusat pembelajaran, tetapi siswa yang menjadi pusat pembelajaran. Guru berusaha semaksimal mungkin untuk commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa dapat menguasai materi belajar dengan mengerahkan semua potensi fisik dan mental mereka, dan juga pembelajaran yang total kepada siswa akan menyebabkan hubungan baik antara guru dan siswa akan mengoptimalkan hasil belajar siswa. B. Penelitian yang relevan Parjiati dalam penelitiannya berjudul “Pendekatan Terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis”, membahas tentang pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan terpadu. Pendekatan ini memadukan empat keterampilan berbahasa meliputi, menyimak, berbicara, membaca dan menulis.Dalam satu kesatuan kegiatan yang baik tidak terpisahkan.Namun bila dicermati, penelitian ini mengkaji keterampilan menulis lanjutan pada siswa kelas V Sekolah Dasar yang disatukan dengan keterampilan membaca, yaitu tantang meringkas cerita. Kerelevanan ini adalah mengkaji keterampilan menulis lanjutan siswa kelas V Sekolah Dasar.Adapun perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh Parjiati adalah meneliti keterampilan siswa meringkas bacaan dengan bahasa sendiri dari hasil membaca cerita sedang penelitian ini siswa menulis deskripsi. C. Kerangka Berpikir Kemampuan menulis khususnya deskripsi merupakan salah satu bagian dalam kesatuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tersusun pada kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurangnya commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilan menulis deskripsi menjadikan suatu permasalahan tersendiri yang perlu segera dipecahkan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kualitas proses dan hasil yang dilakukan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional bisa menjadi penyebab kurangnya keterampilan dalam pembelajaran menulis deskripsi. Masih banyak guru dalam membimbing siswa belajar tidak menggunakan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara tepat. Kebanyakan guru dapat melayani siswa dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Padahal penggunaan pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran ini yang dianggap paling sesuai untuk dilaksanakan, sejalan dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penggabungan berbagai materi, metode, dan teknik pembelajaran dengan tingkat pemahaman siswa secara konkret belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, melihat kondisi yang demikian peneliti bekerja sama dengan guru kelas V berusaha membenahi pembelajaran menulis deskripsi. Peneliti menawarkan inovasi pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan penerapan pendekatan quantum learning. Peneliti berharap dengan penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam mengikuti dan mempelajari kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi keterampilan menulis deskripsi. Pendekatan quantum learning dipilih berdasarkan asumsi peneliti bahwa pembelajaran
menulis
deskripsi pada dasarnya commit to user
ialah
kemampuan
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengungkapkan peristiwa atau kejadian baik yang terjadi secara nyata maupun hanya khayalan secara urut dan kronologis kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Di antara sasaran menulis tersebut, penulis tertarik pada menulis deskripsi. Menurut pendapat penulis dari semua sasaran menulis, menulis deskripsi paling mudah dilaksanakan siswa, karena hal-hal yang diungkapkan siswa dalam tulisannya adalah peristiwa yang telah dialaminya. Selain itu, pemberian reward / pujian pada siswa diharapkan mampu membangkitkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan rancangan penelitian tindakan kelas ini diharapkan terjadi peningkatan kualitas pada proses dan hasil pembelajaran. Untuk mengetahui hubungan antara variable-variabel dalam penelitian ini, berikut ini akan disajikan secara singkat garis besar kerangka berpikir dalam penelitian ini. Kerangka berpikir dalam penelitian ini diilustrasikan dalam bentuk skema sebagai berikut : KONDISI AWAL GURU Belum menerapkan
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
GURU Belum menerapkan Pendekatan QL
Menerapkan pendekatan QL dalam pembelajaran
GURU Menggunakan pendekatan Quantum Learning
commit to user Berpikir Gambar 1. Kerangka
SISWA Hasil belajar menulis rendah
SIKLUS I, II, III Menggunakan pendekatan QL
SISWA Kemampuan menulis Deskripsi tinggi
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut. “Penerapan Pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi
siswa kelas V SD Negeri 2 Krisak, Kecamatan Selogiri,
Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2012/2013”
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Krisak Selogiri, Wonogiri Pada saat ini, SD Negeri 2 Krisak dipimpin oleh Hambar Sri Bandini yang bertindak sebagai Kepala Sekolah dan membawahi 9 tenaga pengajar dan 1 karyawan sekolah. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan. Adapun pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Juli sampai dengan Desember 2012. berikut adalah urutan pelaksanaan kegiatan dalam penelitian ini :
Jadwal urutan Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian 2012 N Kegiatan
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
o 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1
2
Persiapan survai awal sampai penyusunan proposal Seleksi informan, persiapan instrumen dan alat
3
Pengumpulan data
4
Analisis data
5
Penyusunan laporan
commit to user
44
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Krisak, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Tahun Ajaran 2012 / 2013. C. Subjek Penelitian Peneliti mengambil informasi guru kelas SD Negeri 2 Krisak, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, serta siswa kelas V yang berjumlah 13 orang sebagai subjek penelitian. D. Sumber Data Penelitian Sumber data yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini meliputi : 1.
Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yakni, berbagai kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang dialami oleh siswa dengan pendekatan quantum learning.
2.
Informan, dalam penelitian ini menggunakan informan guru kelas dan siswa kelas V SD Negeri 2 Krisak,Selogiri, Wonogiri.
3.
Dokumen yang berupa materi menulis deskripsi, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru dan peneliti,
hasil kerja siswa, kurikulum yang ditentukan oleh pihak
sekolah, dan daftar nilai.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diterapkan sebagai alat mengumpulkan data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu : 1.
Observasi/ pengamatan Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar (H.B. Sutopo. 64). Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya (Lexy J. Moleong. 2000 : 125-126). Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang berlangsung di kelas. Observasi tersebut diharapkan mampu merekam pembelajaran menulis deskripsi secara konvensional tanpa menggunakan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran. Observasi ini bertujuan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas. Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan cara peneliti bertindak
sebagai
partisipan
pasif
yang
mengamati
jalannya
pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Pada posisi yang demikian, peneliti memiliki commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa.
2.
Teknik In- Dept Interview (Wawancara Mendalam) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleong. 2000 : 135). In-dept Interview (wawancara mendalam) dalam H.B. Sutopo (2002 : 59) dijelaskan wawancara yang dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh dan mendalam. Wawancara dilakukan baik dengan guru kelas maupun siswa. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari guru tentang pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi di dalam kelas. Berbagai informasi
mengenai
kesulitan
yang dialami
oleh
guru
dalam
pembelajaran menulis deskripsi, dan faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, teknik ini digunakan untuk mencari informasi dari siswa berkenaan dengan pembelajaraan menulis deskripsi dan cara mengajar yang digunakan guru sebelum dilakukan tindakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
3. Teknik Tes atau Tugas Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis deskripsi pada siswa. Adapun teknik tes atau tugas digunakan dengan maksud untuk mengetahui perubahan hasil dari proses pembelajaran siswa setelah diadakan pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data dengan menggunakan tes adalah dengan menyiapkan perangkat bahan tes, menyiapkan indikator keberhasilan, dan menilai serta mengolah data dari hasil kegiatan pembelajaran. 3.
Angket Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dari informasi yang jumlahnya banyak dan tidak memungkinkan untuk diwawancarai satu persatu. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas V yang berjumlah 13 anak.
F. Validitas Data Untuk memperoleh data yang valid, perlu dilakukan teknik-teknik uji validitas data, dalam penelitian ini diuji validitasnya dengan teknik trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Trianggulasi Sumber Data, misalnya data tentang kesulitan-kesulitan guru dalam mengajarkan menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning di kelas, yang membuat pengajaran tidak komunikatif disampaikan kepada siswanya. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu, juga digunakan Trianggulasi Metode, misalnya data tentang peningkatan keterampilan menulis deskripsi siswa, selain diperoleh melalui observasi langsung (pengamatan) terhadap sikapnya selama pembelajaran juga didapat dari wawancara, angket dan analisis dokumen berupa pekerjaan siswa. Terakhir Review Informan, teknik ini digunakan untuk menanyakan kembali kepada informan, apakah sesuai dengan kesepakatan atau belum. G. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar data dianalisis secara kualitatif. Kriteria dalam teknik ini berdasarkan kajian teoretis yang telah dipaparkan di depan. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan secara bersama-sama antara guru dan peneliti, sebab penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kerjasama antara peneliti dengan guru. Analisis kritis terhadap keterampilan menulis deskripsi mencakup ketepatan siswa dalam memilih topik dan menentukan tema yang akan diangkat, dikembangkan dalam karangan, kesesuaian judul dengan isi karangan, kesesuaian jenis karangan, aspek pemilihan kata, ketepatan ejaan dan tanda baca, aspek koherensi antar kalimat dan kerapian bentuk tulisan.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Indikator Keberhasilan Dalam penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri 2 Krisak Selogiri Wonogiri indikator proses pembelajaran yang harus dicapai diantarannya : (1) siswa terlihat tertarik dalam mengikuti pembelajaran menulis, (2) guru sudah mampu membangkitkan keaktifan siswa (3) kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan quantum learning dalam KBM, (4) kemampuan guru dalam mengelola kelas.
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ? Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan (Suharsimi Arikunto dalam Suharsimi Arikunto, Suhadjono, dan Supardi, “Penelitian Tindakan Kelas.” 2006 : 16) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Adapun prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut : 1. Siklus Pertama (Siklus I) a) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada Siklus I b) Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada siklus I c) Melakukan observasi/ pengamatan terhadap tindakan/ pelaksanaan pembelajaran (KBM) guru-siswa d) Membuat refleksi atau tindakan pada siklus I oleh peneliti dan guru e) Melakukan revisi atau perbaikan oleh peneliti 2. Siklus Kedua (Siklus II) a) Merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada revisi/ perbaikan pada siklus I b) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada siklus sebelumnya (siklus I) c) Mengamati atau mengobservasi tindakan KBM guru-siswa d) Melakukn perbaikan atau revisi oleh peneliti 3. Siklus Ketiga (Siklus III) a) Merencanakan tidakan pada siklus ke III yang mendasarkan pada revisi perbaikan tindakan paa siklus II b) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada siklus sebelumnya (siklus II) c) Mengamati atau mengobservasi tindakan KBM guru-siswa d) Melakukan perbaikan atau revisi oleh peneliti commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suhardjono (dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006 : 74) prosedur penelitian ini mencakup tahaptahap : (1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan (observasing), dan (4) refleksi (reflecting) Sedangkan indikator yang harus dicapai dalam hal peningkatan menulis deskripsi meliputi : (1) Siswa mampu mengungkapkan gagasannya dalam sebuah tulisan,
(2)
variasi kosa kata yang dimiliki siswa harus ditingkatkan lagi, (3) siswa mampu mengembangkan sebuah gagasan menjadi paragraf
yang runtut, (4) siswa
mampu menulis dengan memperhatikan penguasaan EYD, diksi dan bahasa secara tepat, (5) siswa mampu mengalami ketuntasan hasil belajar minimal.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Kondisi Awal Keterampilan Menulis Deskripsi. Survei kondisi pratindakan dilakukan peneliti untuk mengetahui keadaan
nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Survei ini dilakukan dengan cara observasi lapangan, wawancara dengan guru dan siswa serta angket. Survei dilaksanakan pada hari Rabu,23 Juli 2012 pukul 07.30-09.00 WIB. Hasil survey kondisi pratindakan menunjukkan sebagai berikut : 1. Siswa Terlihat Kurang Antusias Mengikuti Pelajaran Menulis. Berdasarkan kegiatan observasi kelas, angket dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa dan guru, terungkap bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran menulis. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan observasi yang dilakukan peneliti. Saat mengikuti pelajaran menulis, siswa menunjukkan sikap masa bodoh dan tidak memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
Hal tersebut dibuktikan dengan
bercanda dengan
temannya, Menurut siswa pembelajaran menulis itu tidak menyenangkan karena mereka merasa kesulitan dalam merangkai kata. Di lain pihak, guru mengadakan pelajaran menulis keterampilan berbahasa adalah pelajaran yang paling tidak dikuasai siswa. Pembelajaran menulis adalah momok dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa karena mereka harus berpikir dan menuangkan pikirannya dalam bahasa tulis sekaligus. Keterbatasan kosakata siswa cukup mempengaruhi minat siswa dalam mengembangkan idenya commit to user
53
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk dituangkan menjadi tulisan. Akibatnya jadi malas dan tidak antusias dalam mengikuti pelajaran menulis. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun tidak sedikit pula siswa yang resah, bosan bertopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri. Dari hasil pantauan peneliti dengan lembar observasi, diketahui bahwa siswa yang aktif dalam pembelajaran sebanyak 5 anak atau 38% dari keseluruhan siswa di kelas tersebut. Sementara itu, siswa yang berminat pada pembelajaran diindikatori oleh perhatian siswa terhadap penjelasan guru sebanyak 8 anak atau 62% dari keseluruhan siswa di kelas tersebut. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam pelajaran menulis deskripsi Kesulitan siswa dalam menulis deskripsi disebabkan karena mereka menganggap semua pelajaran itu sulit dan membosankan. Siswa juga merasa kesulitan untuk mengawali kegiatannya dalam pelajaran menulis, apalagi menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan secara runtut. Kebanyakan siswa masih kacau untuk menuliskan suatu tulisan yang runtut. Siswa masih menuliskan dengan alur yang meloncat-loncat dan diulang-ulang. Hal ini terlihat dalam observasi yang peneliti lakukan dari melihat buku tugas (buku tumpukan) yang ada di sekolah dan hasil latihan yang dilakukan guru. Sebagian besar siswa belum bisa menulis deskripsi dengan tepat dan menggunakan kalimat yang efektif.
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Guru Kesulitan Dalam Membangkitkan minat siswa. Selama pembelajaran menulis deskripsi dilaksanakan, siswa menunjukkan sikap yang kurang berminat dan kurang antusias. Siswa terlihat menunjukkan sikap seenaknya dan tidak menaruh perhatian sama sekali pada pelajaran. Saat ditugasi untuk membuat tulisan deskripsi, siswa langsung mengeluh terlalu sulit dan malas jika disuruh menentukan topik, judul karangan dan mendeskripsikan. Guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa dengan memberi pendekatan secara langsung baik melalui tugas membuat tulisan deskripsi berdasarkan gambar serta menegur langsung
siswa yang tidak
memperhatikan pelajaran. Namun, cara ini belum mampu membangkitkan minat siswa. 4. Guru
Kesulitan
Menemukan
Pendekatan
yang
Tepat
Dalam
Mengajarkan Materi Menulis Deskripsi Selama ini dalam mengajarakan materi menulis deskripsi pada siswa guru menggunakan metode ceramah dan tugas sehingga sifatnya masih konvensional. Pada awal kegiatan belajar mengajar, guru menerapkan pembekalan materi mengenai pengertian menulis deskripsi sambil memberi pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai tulisan deskripsi. Kemudian guru mengajarkan kepada siswa tentang langkah-langkah bagaimana menulis deskripsi, bagaimana membedakan tulisan deskripsi (quantum learning). Kemudian, siswa diminta untuk langsung membuat tulisan deskripsi sesuai dengan penjelasan yang telah guru sampaikan. Siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat tulisan deskripsi yang baik, terbukti hasil pekerjaan commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis deskripsi yang telah dikerjakan siswa belum maksimal. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada siswa diketahui bahwa pembelajaran menulis deskripsi memang membosankan. Guru selalu menggunalkan metode ceramah untuk menyampaikan materi. Di akhir pembelajaran, guru selalu memberikan tugas sebagai evaluasi. Selain menyebabkan kejenuhan, metode tersebut tidak tidak memudahkan siswa untuk memahami materi cerita meskipun materi tersebut diajarkan berulang-ulang oleh guru. Hal tersebut diperkuat oleh hasil angket pratindakan yang dibagikan kepada siswa. Dari 13 siswa, 8 siswa (62%) menyatakan tidak menyukai cara mengajar yang digunakan oleh guru.5 siswa (38%) siswa, dalam angket yang sama menyatakan bahwa mereka tidak memahami materi yang disampaikan guru.Disamping itu, materi yang diajarkan guru kurang menyasar, siswa membutuhkan materi yang bias menjawab pertanyaan “bagaimana cara menulis yang baik?” bukan sekedar “ apa yang disebut dengan menulis yang baik?”. B. Pelaksanaan Penelitian Proses penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) observasi dan interpretasi (observasing), dan (4) analisis dan refleksi (reflecti)
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Siklus Pertama a. Perencanaan Berdasarkan pada survei awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan, diketahui bahwa ada dua permasalahan utama yang menyebabkan
siswa
belajar.Permasalahan konvensional,
tidak pertama
sehingga
mencapai
batas
minimal
adalah
proses
pembelajaran
menyebabkan
siswa
tidak
ketuntasan
aktif
yang dalam
pembelajaran. Permasalahan kedua adalah keterampilan menulis masih rendah. Bertolak dari analisis itulah, peneliti beramsumsi bahwa tindakan tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Thap I dari siklus I adalah perencanaan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin,22 Oktober 2012 pukul 07.30 di ruang guru. Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini akan dilaksanakan pada hari Jumat,2 November 2012 (dua jam pelajaran). Pada kesempatan ini peneliti berdiskusi dengan guru sebagai kolabolator. Hal-hal yang didiskusikan antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru peneliti mengenai penelitian yang dilakukan, (2) peneliti mengusulkan penerapan pendekatan pendekatan quantum learning dengan penerapan prosedur TANDUR yaitu, tumbuhkan (T), alami (A), namai (N), demonstrasikan (D), ulangi (U), dan rayakan commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(R). Dalam pembelajaran menulis deskripsi serta menjelaskan cara penerapannya, (3) peneliti dan guru sama-sama menyusun RPP untuk siklus I, (4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indicator pencapaian tujuan, dan (5) guru dan peneliti bersama-sama membuat lembar penilaian siswa yaitu instrument penelitian berupa tes dan non tes, Instrumen tes digunakan untuk menilai deskripsi yang ditulis siswa. Instrumen non tes digunakan untuk menilai sikap siswa dalam pembelajaran menulis. Instrumen nontes ini berbentuk observasi, dan (6) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru mrancang scenario pembelajaran menulis deskripsi dengan pendkatan quantum learning, yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi menulis deskripsi. b) Guru menjelaskan mengenai materi menulis deskripsi dan siswa menyimak. c) Guru menjelaskan penerapan pendekatan quantum learning dalam pelajaran menulis deskripsi tersebut. d) Guru menugasi siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan dan menuliskan kembali pemahamannya dalam bentuk menulis deskripsi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
e) Guru menugasi beberapa siswa untuk membacakan hasil tulisannya di depan kelas. f) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan. 2) Guru dan peneliti menyusun Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis deskripsi berdasarkan silabus dari sekolah. 3) Peneliti dan guru kelas V mempersiapkan pendekatan quantum learning dengan media gambar. 4) Peneliti dan guru menyusun instrument penelitian, yaitu berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis deskripsi dan beberapa soal pendukung. Sedangkan instrument nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. 5) Dalam membuat Rencana Persiapan Pengajaran (RPP) penilaian proses untuk siswa berdasarkan lembar penilaian proses yang disediakan sebagai berikut.
Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari selasa, 2 November 2012 dan Jumat, 2 November 2012 (pukul 07.00-08.00). b.
Pelaksanaan Tindakan Pertemuan I
Tindakan I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 2 November 2012 (pukul 07.00-08.10) selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit) di ruang kelas V commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SDN II Krisak, selogiri,Wonogiri. Dalam pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar,
sedangkan
peneliti
melakukan
observasi
terhadap
proses
pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif hanya duduk dikursi belakang untuk mengamati jalannya pelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut: 1) Guru membuka pelajaran dengan berdoa. 2) Guru mengondisikan kelas dengan melakukan presentasi dan menyuruh siswa mempersiapkan buku pelajaran dan alat tulisnya. 3) Guru mengadakan apersepsi dengan mengadakan Tanya jawab yang ada hubungannya dengan materi yang akan disampaikan. 4) Guru menjelaskan tentang menulis deskripsi dan member contohnya. 5) Guru menjelaskan mengenai langkah-langkah menulis deskripsi. 6) Guru memberi tugas siswa untuk memahami gambar-gambar yang telah disediaan guru kemudian untuk dideskripsikan. Guru menutup pelajaran pada pertemuan tersebut, pembelajaran dilanjutkan pertemuan berikutnya hari Selasa,6 November 2012. Tindakan I pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa, 6 November 2012 (pukul 07.15-08.25 WIB) selama dua jam pelajaran (2 x 35 menit) di ruang kelas V SDN Krisak II Selogiri, Wonogiri. Di ruangan tersebut telah dipersiapkan
insterumen-instrumen
yang
akan
digunakan
sebagai
pembelajaran menulis deskripsi yang akan dilaksanakan pada siswa kelas V. Media tersebut berupa gambar-gambar dan dibagikan kertas pekerjaan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
sudah ada pertanyaan untuk mengetahui daya ingat siswa. Gambar tersebut meliputi peristiwa yang terjadi sehari-hari yang sudah pernah dialami, kemudian untuk dideskripsikan. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut: 1) Guru membuka pelajaran dengan memotifasi kelas sambil mengumpulkan gambar yang telah dibawa oleh siswa. Setelah terkumpul guru juga melampirkan kertas pertanyaan, kemudian dibagikan lagi kepada masing-masing siswa. Siswa diajak guru untuk menjawab pertanyaan pada kertas yang telah dibagikan oleh guru antara lain siswa disuruh mendata hal yang paling mengesan yang sesuai dengan gambar. Kemudian dalam pembelajaran supaya siswa tidak mengalami bosan. Akhirnya guru mengajak semua siswa untuk berdiri tangan ke atas lalu ke samping untuk senam otak supaya siswa bisa konsentrasi dan merasa senang. Senam seperti ini dilakukan untuk menumbuhkan minat belajarnya serta bisa konsentrasi kembali untuk menerima pelajaran. Langkah ini sebagai prosedur (T = tumbuhkan) 2) Guru mengadakan refleksi pada kegiatan awal tadi terkait dalam kemampuan siswa waktu menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Kemudian guru mengadakan Tanya jawab kepada siswa terkait apa yang telah mereka alami peristiwa yang sesuai dengan gambar yang telah dipahami. Pertanyaan dari guru misalnya, “Bagaimana setelah kamu memahami peristiwa seperti commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada gambar yang sudah kamu pahami?” senangkah kamu ? seandainya kamu mengalami peristiwa seperti itu? Langkah ini sebagai prosedur (A: alami). 3) Guru menjelaskan garis besar pembelajaran hari ini yang menerapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR.Dalam menerapkan quantum learning, guru menyuruh siswa memahami gambar-gambar yang telah disiapkan guru sebagai media pendukung yang digunakan untuk member tugas yang harus dilakukan siswa hari ini. 4) Siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa yang sesuai dengan gambar yang telah diamati. Misalnya “Coba peristiwa apa yang terjada padi pada gambar yang telah kamu pahami tadi?” ada beberapa siswa yang menjawab tamasya di Pantai. Langkah ini sebagai bentuk prosedur (N: namai). 5) Siswa mengamati dan mengingat-ingat kembali apa yang telah di lihat dan yang pernah dialami. 6) Guru memberi tugas untuk menulis kembali apa yang telah diamati dengan menggunakan bahasa sendiri dengan strategi show not tell. Langkah ini sebagai bentuk prosedur (D: demonstrasi), siswa disuruh mendemonstrasikan dalam bentuk menulis, disaat menulis mereka saling bercerita, berdiskusi mengenai apa yang telah diamati atau dialami. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Guru menyuruh beberapa siswa untuk membacakan hasil karyanya di depan kelas dengan intonasi yang jelas dan tepat. Langkah ini merupakan prosedur (U: ulangi). 8) Murid
yang
telah
selesai
membaca
diberi
appalaus
dan
pembelajaran diakhiri dengan menyanyikan lagu sayonara. Langkah ini merupakan prosedur (R: rayakan). 9) Guru mengadakan refleksi hari ini.
Jumat, 6 November 2012 pukul 07.15-08.25 WIB Kegiatan SIKLUS I :Siswa secara kelompok membuat tulisan deskripsi dari tayangan gambar peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati guru peneliti yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar tentang keterampilan menulis deskripsi. Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Selasa,6 November 2012 (pertemuan pertama) dan Jumat,9 November 2012 (pertemuan kedua). Peneliti mengamati guru peneliti yang sedang mengajar siswa kelas V commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di ruang kelas V SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri, dengan duduk di bagian
belakang.
Kegiatan
supervise
ini
dimaksutkan
untuk
mendeskripsikan apakah kekurangn-kekurangan mengenai teknik mengajar pada siklis I sudah bisa teratasi atau belum. Seperti pelaksanaan sebelumnya pada pertemuan pertama dalam siklus II di ruang kelas V, guru peneliti akan mengajarkan materi keterampilan menulis deskripsi menggunakan pendekatan quantum learning. Pada pertemuan berikutnya dengan menggunakan media rekaman /gambar yang telah disiapkan oleh guru peneliti. Guru peneliti menampilkan beberapa rekaman/gambar mengenai peristiwa tawuran anak sekolah di Jakarta yang terjadi di jalan raya. Setelah selesai melihat tanyangan tersebut siswa diminta berkomentar bahkan banyak diantara mereka yang sudah pernah melihat tawuran di televi. Selanjutnya guru member tugas siswa untuk mendeskripsikan atau menceritakan kembali apa yang telah diamati dan didengar tadi dengan ejaan yang benar serta mampu mengungkapkan ide mereka dengan bahasa sendiri. Langkah berikutnya , peneliti mengadakan observasi sebagai partisipan pasif terhadap kegiatan pembelajaran yang dipimpin oleh guru. Peneliti tetap duduk di belakang supaya dapat mengamati kegiatan proses belajar mengajar dengan menyeluruh. Kegiatan observasi
tersebut,
diperoleh deskripsi commit to user
mengenai
kegiatan
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning dengan urutan kegiatan sebagai berikut. Guru
mengawali
proses
kegiatan
mengajar
sebelumnya
mengadakan apersepsi dan mengadakan Tanya jawab mengenai materi keterampilan menulis deskripsi yang telah disampaikan guru pada hari Selasa, 6 November 2012 yang bertujuan untuk menyegarkan kembali ingatan siswa terhadap materi yang akan dibahas nanti. Guru juga menjelaskan mengenai tujuan dari pembelajaran menulis deskripsi yang benarl, apa saja unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menulis deskripsi serta bagaimana ejaan, bentuk paragraph dan penyusunan kalimat yang benar. Dari kegiatan tersebut terlihat guru sudah berupaya untuk mengaktifkan siswa melalui pemberian stimulant dan waktu yang memadai untuk mencoba memahami bagaimana menulis deskripsi dengan tepat. Hasilnya lebih banyak siswa yang aktif merespon secara tepat terhadap motivasi dari gurui. Pada
pertemuan
selanjutnya
Jumat
16
November
2012
dilaksanakan (pukul 07.00 – 08.10) selama dua jam pelajaran (2x35 menit). Guru mengajak siswa untuk mengamati tampilan LCD dengan mengambil topik “Tawuran pelajar di Jakarta”. Siswa diminta untuk mengamati dengan cermat rekaman tersebut dengan seksama. Setelah selesai mengamati ternyata siwa antusias sekali terbukti dan tidak sengaja semua saling mengeluarkan pendapat sendiri-sendiri karena sering melihat kejadian itu ditelevisi. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah pengamatan tampilan tadi selesai, maka guru member tugas siswa untuk memberi tanggapan, pendapat, dan komentar dari peristiwa
tadi
dengan
dideskripsikan dengan
berdiskusi,
dan
selanjutnya
langsung
tulisan sesuai demgan peristiwa
yang
ditampilkan tadi. Guru memberi motivasi kepada siswa untuk membacakan hasil deskripsi tadi ke depan kelas. Berbeda dengan siklus terdahulu, siswa sudah mulai berani membacakan hasil tulisannya, siswa yang lain mencermati dan memberi komentar serta masukan. Usaha pemberian reward, baik berwujud nilai tambahan maupun pujian bagi siswa yang dapat mengemukakan pendapatnya dengan tepat, ternyata terbukti mampu membangkitkan minat siswa untuk mengungkapkan komentar mereka, serta merespon pertanyaan dari guru. Suasana kelas mulai terlihat hidup ketika siswa melihat guru memberikan reward berupa pujian dan nilai tambah pada siswa yang mau memberi respon terhadap pertanyaan guru. Selanjutnya tampak beberapa siswa yang mengakat tangan yang memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan guru. Terlihat jelas adanya interaksi dari guru dan siswa. Sedangkan siswa yang belum bisa menjawab pertanyaan dari guru, terlihat masih berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru. Berdasarkan
pengamatan
peneliti,
guru
peneliti
mampu
menerapkan pendekatan quantum learning dengan strategi shou not commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tell dalam kegiatan menulis deskripsi dengan baik. Siswa sangat tertarik dengan gaya gaya mengajar yang dilakukan guru karena dengan menggunakan media yang menarik. Hal ini terbukti kelihatan dari wajah siswa kelihatan senang sekali dan berantusias melihat rekaman peristiwa yang ditampilkan dengan menggunakan LCD. Sedangkan
dari sisi lain, berdasarkan hasil pengamatan terhadap
proses belajar mengajar tersebut dapat dinyatakan keterampilan menulis deskripsi sudah lebih baik disbanding siklus sebelumnya, tentang diksi atau pilihan kata dan ejaan sudah mendekati benar d. Tabel 4. Daftar Nilai Siswa: Kompetensi Menulis Deskripsi Siswa
Siklus I MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA SEMESTER :I KELAS :V
No
NIS
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
1763 1812 1819 1821 1825 1827 1828 1829 1830 1831 1832
Adi Mauludin Setyawan Bangkit N Romadhon Adi Mardiansyah Dyta Marfuah Muhammad Risky Muhammad Arian Np Natasyadiva Asmara Ornais Saputri Shintya Silvia Kristi Anugrah
L / P L L L L P L L P P P P
Bahasa /Ejaan
Isi
Teknik/ Sistematika
Nilai
66 70 69 70 70 70 69 68 70 66 68
68 67 66 70 72 69 67 70 74 70 66
64 67 66 70 74 68 65 69 72 65 70
66 68 67 70 72 69 67 69 72 67 68
66 73
67 69
67 72 68,7
12. 1834 Virlyana Noerchoirun P 68 13. 1835 Yoga Bagas P L 74 Rata-rata commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan prolehan nilan keterampilan menulis di atas, disajikan tabel distribusi frekuensi berikut ini :
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi Siklus I FREKUENSI NILAI ABSOLUT RELATIF (%) 55-66 1 7,6 67-69 8 61,53 70-71 1 7,6 71-75 3 23 JUMLAH 13 24,92 Data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi di atas, kemudian disusun dalam diagram batang. Sumbe mendatar menyatakan kelas interval dan sumbu tegak menyatakan frekuensi. Data yang ditulis pada sumbu mendatar adalah batas-batas kelas interval. NILAI KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI 70
60 50 40 Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi
30 20 10 0 55-66
67-69
70-71
71-75
commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Analisis dan Refleksi Proses pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning siklus kedua dilaksanakan di ruang kelas (pertemuan pertama) dan pertemuan kedua di ruang kelas V lagi yang dilaksanakan hari Selasa 6 November 2012 (pertemuan pertama) dan Jumat 9 November 2012 (pertemuan kedua) berjalan dengan lancar. Siswa merespon dengan semangat dan antusias. Sedangkan dari siswa berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dapat dinyatakan bahwa: 1. Guru sudah mampu menerapkan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran menulis. Terlihat dari penerapan media alternative dan topic yang berbeda yang dapat digunakan untuk menunjang pengajaran materi menulis deskripsi kepada siswa terutama dalam penerapan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR. 2. Guru dalam memberikan penjelasan sekarang posisinya tidak ada di depan kelas lagi melainkan sekarang posisi guru sudah berpindah-pindah tidak berfokus satu tampat saja, Jadi bisa menyeluruh
dalam
memonitor
siswa
dalam
pelaksanaan
pembelajaran. 3. Pada siklus kedua siswa yang antusias menjawab soal-soal (lisan maupun tulis) sebanyak 10 (75%) anak, sedang 3 anak (25%) lainnya diam saja saat diberi pertanyaan lisan. Makah al ini commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan bentuk usaha guru memberikan reward kepada siswa, misalnya berupa pujian contohnya: baik sekali, bagus sekali, bisa juga berupa nilai tambahan kepada siswa, atau bisa berupa barang, missal buku tulis. Sehingga siswa merasa mendapat penghargaan dan bangga. 4. Siswa yang aktif selama pemberian apresiasi sebanyak 9 (60%) anak sedangkan yang 4 (40%) lainnya tampak masa bodoh hanya berbicara dengan, bersendaguaru dengan temanya. 5. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung sebannyak 9 (70%) siswa, 4 (30%) siswa lainnya kurang memperhatikan penjelasan guru. 6. Kemampuan
menulis
deskripsi
sudah
meningkat
setelah
diterapkannya pendekatan quantum learning pada siswa. 7. Melihat hasil pekerjaan siswa didapat pencapaian nilai sudah memenuhi KKM 7,00 diperoleh 10 (75%) sudah terampil menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning dengan baik dan memuaskan, sedangkan 3 (30%) siswa masih perlu perbaikan. 8. Tindakan II kali ini masih mempunyai beberapa kelemahan terutama
dari
segi
pendekatan
quantum
learning
dengan
menerapkan multimedia. Kelemahan tersebut berupa: a. Guru masih kesulitan dalam menerapkan pendekatan quantum learning, karena hal ini baru dalam siklus kedua. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pada saat ditampilkan beberapa gambar/rekaman peristiwa itu, siswa banyak yang bercerita sendiri karena diantara mereka ada yang sudah pernah mengalami peristiwa yang sama. c. Dari hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus II dikatakan berhasil, akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal secara keseluruhannya. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan pada survai awal. Nilai rata-rata sudah mencapai ketuntasan hasil belajar (KKM=70). Dibandingkan dengan siklus I menulis deskripsa siklus II, nilai rata-rata meningkat d. Respon siswa terhadap pembelajaran cukup memuaskan. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya dapat diatasi.
2. Siklus Kedua a. Perencanaan Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 November 2008 ( pukul 08.00 – 09.00 WIB ) di kantor guru. Peneliti dan guru peneliti sepakat bahwa pelaksanaan tindakan selanjutnya, pada siklus II akan dilaksanakan pada hari Jumat 9 November 2012 ( pertemuan pertama ) dan Selasa,13 November 2012 ( pertemuan kedua ). Kemudian peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya. Dalam kesempatan ini peneliti juga menyampaikan analisis hasil observasi terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
siswa kelas V yang dilakukan pada siklus I. Peneliti dan guru peneliti kemudian mendiskusikan kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses pembelajaran menulis quantum learning pada siklus I. Untuk mengatasi berbagai kekurangan tersebut, akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru peneliti dalam mengajarkan materi menulis pengalaman dengan pendekatan quantum learning dengan Topik “ Kenakalan anak Sekolah “ pada siswa. Hal-hal yang perlu diperhatikan; yakni posisi guru peneliti selama pelajaran berlangsung harus senantiasa berotasi agar guru dapat mengamati perilaku seluruh siswanya, baik yang duduk di kursi bagian depan maupun di bagian belakang. KBM dilakukan di ruang kelas ( pertemuan pertama ) dan ruang multi media ( pertemuan kedua ) milik SD N II Krisak, Kota Wonogiri dengan pertimbangan di ruang tersebut tersedia sarana yang memadai juga tidak terjadi kebosanan dalam pembelajaran. Sedangkan, untuk mengurangi kekurangan dari sisi siswa, terutama keengganan siswa untuk mengemukakan respon atas stimulus dari guru, serta mengemukakan pendapat, komentar, dan tanggapan disepakati adanya pemberian reward/hadiah kepada siswa yang aktif di kelas. Reward yang direncanakan berupa : nilai tambahan, ungkapan-ungkapan pujian seperti; bagus sekali, baik sekali, baik, tepat sekali, pemberian alat tulis dan meminta siswa dengan karya terbaik untuk maju ke depan kelas. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam menulis pengalaman serta agar siswa menunjukkan eksistensinya selama pembelajaran berlangsung. Jadi ada hubungan timbal balik antara guru peneliti dan siswa dan pembelajaran tidak berlangsung searah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
Selain itu yang sangat ditekankan dalam siklus II ini, guru peneliti juga akan menambah pengetahuan siswa tentang langkah-langkah menulis, teknik, dan strategi menulis. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan setelah dianalisis hasil karangan siswa masih bersifat memberitakan bukan menceritakan. Selain itu, siswa di jelaskan bagaimana menentukan topik dan judul yang menarik dalam menulis. Dilanjutkan menyusun kalimat dan paragraf dengan ejaan yang benar. Bagaimana cara mengorganisasikan isi paragraf, penggunaan kata, penggunaan tanda baca dan ejaan. Kemudian hasil tulisan mereka pada siklus sebelumnya akan di bacakan dan bersama guru akan menganalisis salah satu tulisan untuk diperbaiki dan dijadikan contoh. Sebagai upaya mengatasi kelemahan dari teratasinya satu masalah pendekatan quantum learning tersebut diharapkan mampu menutupi kekurangan dari masalah yang lainnya. Peneliti dan guru peneliti kemudian menyusun rencana pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning dengan strategi show not tell untuk pertemuan selanjutnya. Strategi show not tell lebih tepat digunakan karena bersifat menggambarkan dalam kegiatan menulis pengalaman. Berdasarkan pertimbangan bersama, peneliti dan guru peneliti kembali memberikan pembelajaran menulis pengalaman sesuai dengan silabus KTSP kelas V. Pada siklus pertama guru peneliti menerapkan pendekatan quantum learning dengan media gambar peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu siswa mengingat kembali memori pengalamannya. Pada kesempatan ini guru juga akan kembali menggunakan media pembelajaran untuk membantu kelengkapan komponen quantum learning suatu media rekaman commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan gambar dengan menerapkan prosedur TANDUR bermediakan gambar “ Tawuran Antar Pelajar “ dengan diiringi musik “ Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis deskripsi untuk pertemuan kedua (Rabu, 14 November 2012 ) yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa berkaitan dengan materi menulis deskripsi, serta menyegarkan kembali ingatan siswa terhadap pembelajaran menulis deskripsi pada pertemuan yang lalu. Guru menjelaskan tentang pemilihan kata, kalimat, paragraf dan kesalahan penulisan terutama kaidah penggunaan ejaan yang benar berdasarkan hasil tulisan mereka. b) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membacakan hasil tulisannya di depan kelas di hadapan teman-temannya. c) Dari hasil pekerjaan menulis mereka, ternyata tulisan pengalaman yang mereka tulis bukan bersifat menggambarkan serta menceritakan kejadian yang telah mereka alami, tetapi lebih bersifat kalimat memberitakan. d) Siswa kemudian diajak menganalisis salah satu hasil tulisan mereka, ternyata hasil yang diperoleh kurang memuaskan. e) Guru menerangkan kepada siswa meteri menulis pengalaman dengan strategi show not tell dalam pendekatan quantum learning. f) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap perencanaan tindakan II pertemuan kedua ( Rabu, 13 November 2012 ) meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis deskripsi untuk pertemuan pertama ( Jumat, 16 November 2012 ). a) Guru peneliti mengadakan apersepsi untuk menggali ingatan siswa mengenai
pembelajaran
lalu
yaitu,
menulis
pengalaman
melalui
pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR. b) Guru peneliti menampilkan gambar rekaman serta foto-foto Kenakalan Pelajar yang terjadi
beberapa hari yang lalu sambil mengajak siswa
menyanyikan lagu “ Satu Nus Satu Bangsa “. c) Siswa mengamati dan mengingat-ingat kembali kejadian tersebut. d) Guru menyuruh siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian yang mereka alami/lihat. e) Guru menyuruh siswa menuliskan kembali pengalaman mereka dengan strategi penulisan show not tell yang telah diajarkan oleh guru. f) Guru menyuruh beberapa siswa untuk membacakan hasil karyanya di depan kelas. g) Guru mengadakan refleksi pembelajaran hari ini. 2) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi menulis pengalaman. 3) Peneliti dan guru peneliti mempersiapkan media pembelajaran gambar tampilan LVCD terkait dengan topik “Kenakalan Pelajar “. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
4) Peneliti dan guru peneliti menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis deskripsi dan beberapa soal pendukung. Sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. 5) Dalam pembuatan Rencana Persiapan Pengajaran penilaian proses untuk siswa berdasarkan lembar penilaian proses yang disediakan sebagai berikut. b. Pelaksanaan Tindakan siklus II pertewmuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 16 November 2012 (pukul 07.15- 08.25 WIB) selama dua jam pelajaran (2x35 menit) di ruang kelas V SDN 2 Krisak. Dalam pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama ini, guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran menulis deskripsi dalam siklus I, yaitu guru menjelaskan bentuk-bentuk kesalahan siswa dalam hal pemilihan kalimat. Kemudian beberapa siswa disuruh untuk membacakan tulisannya di depan kelas. Dengan melihat kenyataan hasil tulisan siswa yang masih belum memuaskan serta bersifat kalimat berita, akhirnya guru menerapkan pemberian materi menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning. dipilih guru peneliti dalam menulis deskripsi dengan pertimbangan kalimat yang dihasilkan bersifat menggambarkan. Pada saat itu peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dengan menempatkan diri di paling belakang yang bertindak sebagai partisipan pasif.commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tindakan II pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Jumat, 23 November 2012 (pukul 07.15-08.25 WIB) selama 2 jam pelajaran (2x35menit), media pembelajaran gambar tampilan LVCD terkait dengan topic (Kenakalan Pelajar”. Kegiatan belajar mengajar diawali dengan pendahuluan, dengan menyanyikan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut : 1. Guru membuka pelajaran dengan memotivasi dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas dengan mengajak siswa untuk mengamati tampilan LVCD yang berisi rekaman/ foto/ gambar dari Koran dengan topic “ Kenakalan Pelajar” sambil menyanyikan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan minat belajarnya sebagai bentuk prosedur dalam quantum learning T (tumbuhan). 2. Guru peneliti mengadakan refleksi pada kegiatan awal tadi terkait dalam kejadian kebakaran, siswa harus menjawab beberapa pertanyaan yang dibagikan oleh guru. Guru peneliti mengadakan tanya jawab kepada siswa terkait apa yang telah mereka alamai/ lihat dalam peristiwa sesuai rekaman/foto/gambar
yang telah
ditampilkan misalnya
hal
yang
ditanyakan, “Aapa saja yang kalian lihat dalam peristiwa tersebut?”, “Bagaimana perasaan kalian waktu melihat peristiwa tersebut?”. Langkah ini merupakan bentuk prosedur alami (A: alami). 3. Guru menjabarkan garis besar pembelajaran hari ni yang menerapkan pendekatan quantum learning dengan mengamati tampilan LVCD yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
berisi rekaman/foto/gambar dari Koran “ Kenakalan Pelajar” serta menjelaskan tugas yangharus dilakukan siswa kali ini. 4. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan peristiwa yang telah mereka alami, misalnya apertanyaan “Kapan terjadinya peristiwa kebakaran pasar Madiun?, Kira-kira pukul berapa pasar besar tersebut terbakar?, Bagaimanakah nasib para pedagang pasar tersebut?” ada siswa yang menjawab sesuai dengan informasi yang telah mereka terima. Langkah ini sebagai bentuk prosedur (N :namai). Guru dan siswa mendata kejadian-kejadian yang telah mereka lihat waktu itu. 5. Siswa mengamati dan mengingat-ingat kejadian yang mereka alami tersebut. 6. Guru menyuruh siswa menuliskan kembali pengalaman tersebut dengan bahasa sendiri dengan strategi show not tell. Langkah ini sebagai bentuk prosedur (D : demonstrasikan), siswa disuruh mendemonstrasikan dalam bentuk menulis, disaat menulis mereka juga saling bercerita mengenai pengalaman yang mereka lihat atau juga mereka dengar. 7. Guru menyruh beberapa siswa untuk membacakan hasil karyanya di depan kelas dengan intonasi yang jelas dan tepat. Siswa dengan sukarela membacakan hasil pekerjaan mereka di depan kelas 8. Murid yang telah selesai membaca diberi appalausi dan pembelajaran diakhiri dengan menyanyikan lagu” Satu Nusa Satu Bangsa”. Langkah ini sebagai bentuk prosedur (R: rayakan) 9. Guru mengadakan refleksi pembelajaran hari ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
Jumat, 23 November 2012 pukul 07.15-08.25 WIB Kegiatan SIKLUS II : Salah satu siswa yang bernama Bangkit menyerahkan hasil diskusi kepada guru tentang menulis deskripsi dari gambar yang ditayangkan tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati guru peneliti yang sedang mengajar dengan materi kemampuan menulis deskripsi. Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 16 November 2012 (pertemuan pertama) dan Jumat, 23 November 2012 (pertemuan kedua). Peneliti mengamati guru peneliti yang sedang mengajar siswa kelas V di ruang kelas V dan ruang multimedia SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri peneliti duduk di bagian belakang. Kegiatan observasi ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan apakah kekurangan-kekurangan teknik pengajaran pada siklus I sudah bisa teratasi atau belum. Seperti pelaksanaan sebelumnya pada pertemuan pertama dalam siklus II di ruang kelas V, guru peneliti akan mengajarkan materi keterampilan menulis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
deskripsi menggunakan pendekatan quantum learning dengan strateri show not tell. Hal ini dilakukan dengan mengoreksi hasil pekerjaan menulis siswa ternyata masih bersifat memberitakan. Siswa diajak guru untuk menganalisis haisl karangan mereka secara bersama-sama dengan menerapkan strategi show not tell dengan penggunaan ejaan yang baku. Pada pertemuan berikutnya dilanjutkan dengan penggunaan ruang multimedia yang berupa rekaman/gambar yang telah dipersiapkan sebelumnya. Guru peneliti menampilkan beberapa rekaman./gambar mengenai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah melihat tampilan tersebut siswa diminta berkomentar bahkan banyak diantara mereka mengalami kejadian itu, kemudian siswa langsung diberi tugas untuk menulis deskripsi berdasarkan cerita, pengalaman, dan pengamatan, yang mereka alami tersebut dengan ejaan yang benar sert amampu mengungkapkan ide mereka dengan bahasa sendiri. Sementara itu, peneliti mengadakan observasi sebagai partisipan pasif terhadap kegiatan pembelajaran yang dipimpin oleh guru. Peneliti tetap duduk di belakang siswa agar bisa mengamati jalannya pembelajaran secara menyeluruh. Kegiatan observasi tersebut, diperoleh deskripsi mengenai jalannya kegiatan pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning dengan alur kegiatan sebagai berikut. Guru mengawali proses pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan melakukan tanya jawab terhadap siswa seputar materi kemampuan menulis deskripsi yang telah disampaikan oleh guru pada hari Jumat, 16 November 2012 yang tujuannya untuk menyegarkan kembali ingatan siswa terhadap materi yang commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan dibahas. Guru juga menjelaskan mengenai tujuan dari pembelajaran menulis deskripsi yang akan mereka lakukan hari itu, yaitu bagaimana menulis deskripsi yang benar dengan strategi show not tell, apa saja unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menulis pengalaman serta bagaimana ejaan, bentuk paragraph dan penyusunan kalimat yang benar. Dari kegiatan tersebut terlihat bahwa guru sudah berupaya untuk lebih mengaktifkan siswa melalui pemberian stimulus dan waktu yang memadai untuk mencoba memahami bagaimana menulis deskripsi dengan tepat. Hasilnya, lebih banyak siswa yang aktif merespon secara tepat terhadap stimulus-stimulus dari guru. Selain itu, guru sudah tidak terlihat lagi mendominasi kelas. Pada pertemuan selanjutnya Selasa, 20 November 2012 dilaksanakan pukul 07.15-08.25 WIB selama dua jam pelajaran (2x25 menit). Guru mengajak siswa untuk mengamati tampilan LVCD dengan mengambil topik “Kebakaran Pasar Besar Madiun” dengan diiringi lagu „ Satu Nusa Satu Bangsa”. Siswa diminta untuk mengamati dan mencermati rekaman/gambartersebut dengan seksama. Setelah selesai mengamati, siswa salinmg bercerita dengan temannya karena ada yang melihat peristiwa tersebut pernah dialami. Setelah
mengamati
tampilan
tersebut,
guru
minta
siswa
untuk
mengemukakan komentar, pendapat, gagasan, dan tanggapan mengenai peristiwa tersebut. Selesai mendiskusikan tampilan tersebut guru menugasi siswa untuk langsung membuat tulisan deskripsi sesuai dengan peristiwa yang telah mereka lihat dan dialami. Guru memotivasi beberapa siswa untuk membacakan hasil menulis deskripsinya di depan kelas setelah selesai mengerjakan. Berbeda dengan siklus commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdahulu, siswa sudah mulai berani membacakan hasil tulisannya. Guru minta siswa yang lain untuk mencermati dan memberikan komentar dan masukan. Usaha pemberian reward, baik berwujud nilai tambahan maupun pujian bagi siswa yang dapat mengemukakan pendapatnya dengan tepat, ternyata terbukti mampu membangkitkan minat siswa untuk mengungkapkan komentar mereka, serta merespon pertanyaan dari guru secara sukarela. Suasana kelas mulai terlihat hidup ketika siswa melihat guru memberikan reward berupa pujian dan nilai tambah pada siswa yang mau memberi respon terhadap pertanyaan guru. Selanjutnya, tampak beberapa orang siswa yang mengangkat tangan untuk
mengajukan diri menjawab pertanyaan dari guru.
Terlihat jelas adanya interaksi dari guru dan siswa. Sedangkan, siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan dari guru, terlihat berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang jawabn-jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru. Berdasarkan pengamatan peneliti, guru peneliti mampu menerapkan pendekatan quantum learning dengan strategi show not tell
dalam kegiatan
menulis pengalamann dengan baik. Hal itu terlihat dengan raut wajah mereka yang sangat amtusias melihat tampilan yang disuguhkan. Sedangkan dari sisi siswa berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dapat dinyatakan kemampuan menulis deskripsi sudah lebih baik disbanding siklus sebelumnya, terkait dari segi EYD dan pemilihan kalimat sudah hamper tepat.
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Tabel 5. Daftar Nilai Siswa : Kompetensi Menulis Deskripsi Siswa Siklus II MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA SEMESTER :I KELAS :V
No
NIS
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
1763 1812 1819 1821 1825 1827 1828 1829 1830 1831 1832 1834 1835
Adi Mauludin Setyawan Bangkit N Romadhon Adi Mardiansyah Dyta Marfuah Muhammad Risky Muhammad Arian Np Natasyadiva Asmara Ornais Saputri Shintya Silvia Kristi Anugrah Virlyana Noerchoirun Yoga Bagas P Rata-rata
L / P L L L L P L L P P P P P L
Bahasa /Ejaan
Isi
Teknik/ sistematika
68 71 72 72 73 72 71 72 75 69 71 72 78
70 72 70 73 75 72 69 70 78 71 70 70 76
69 70 70 71 77 72 70 71 75 70 72 71 74
Nilai 69 71 71 72 75 72 70 71 76 70 71 71 76 71,9
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi Siklus II NILAI 55-70 71-73 74-76 JUMLAH
FREKUENSI ABSOLUT RELATIF (%) 3 23 7 53 3 23 13 33
Data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi di atas, kemudian commit mendatar to user menyatakan kelas interval dan disusun dalam diagram batang. Sumber
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumbu tegak menyatakan frekuensi. Data yang ditulis pada sumbu mendatar adalah batas-batas kelas interval.
NILAI KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI
Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi 60 50 40 30
Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi
20 10
0 55-70
71-73
74-76
e. Analisis dan Refleksi proses pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning siklus kedua dilaksanakan di ruang kelas (pertemuan pertama) dan di ruang multimedia (pertemuan kedua) SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri yang dilaksanakan hari Jumat, 16 November 2012 (pertemuan pertama) dan Selasa 20 November 2012 (pertemuan kedua) berjalan dengan lancar. Siswa merespon dengan semangat dan antusias.. Sedangkan dari sisi siswa berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengamatan proses belajar mengajar tersebut dapat dinyatakan bahwa : commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Guru
sudah
mampu
menerapkan
pendekatan
quantum
learning
dalampembelajar menulis. Terlihat dari penerapan media alternative dan topic yang berbeda yang dapat digunakan untk menunjang pengajaran materi menulis deskripsi kepada siswa terutama dlaam menerapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR. 2. Posisi guru sudah tidak lagi berada di depan kelas dalam memberikan penjelasan. Guru sudah mau mengelilingi untuk memonitor siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Jadi siswa yang duduk di posisi belakang bisa terkontrol dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. 3. Pelaksanaan siklus kedua siswa yang antusias menjawab soal-soal (lisan maupun tulis) sebanyak 9 (75%) anak, sedangkan 4 anak (25%) lainnya diam saja saat diberi pertanyaan lisan. Hal ini merupakan bentuk usaha guru memberikan reward kepada siswa, misalnya berupa pujian seperti : bagus sekali, baik sekali, tepat sekali, bisa juga berupa nilai tambahan kepada siswa, ataupun perlengkapan tulis sehingga siswa terlihat antisias. 4. Siswa yang aktif selama pemberian apresiasi sebanyak 8 (60%) anak, sedangkan 5 (40%) lainnyatampak diam, berbicara dengan temannya, dan juga bermain sendiri. 5.
Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung sebanyak 9 (70%) anak, sedangkan 4 (30%) anak lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
6. Kemampuan menulis deskripsi sudah meningkat setelah diterapkannya strategi show not tell pada siswa. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa terdapat pencapaian nilai siswa sudah memenuhi KKM 7,00 diperoleh 10 (75%) siswa sudah mampu menulis deskripsi dengan strategi show not tell dengan baik dan memuaskan, sedangkan 3 (25%) siswa sisanya masih perlu perbaikan. 8. Tindakan II kali ini masih mempunyai beberapa kelemahan terutama dari segi pendekatan quantum learning
dengan menerapkan multimedia.
Kelemahan tersebut berupa : a. Guru masih kesulitan dalam menerapkan strategi show not tell dalam pendekatan quantum learning, karena hal ini baru dalam siklus kedua. b. Pada saat ditampilkan rekaman/gambar peristiwa itu, siswa banyak yang bercerita sendiri karena diantara mereka ada beberapa siswa yang mengalami kejadian pertengakaran dengan teman. c. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi diatas, tindakan pada siklus kedua dikatakan berhasil akan tetapi belum mencapai hasil yang maksimal secara keseluruhan. Peningkatan memang terjadi pada beberapa indicator yang telah ditentukan pada survey awal. Nilai ratarata sudah mencapai ketuntasan hasil belajar KKM = 70.Dibandingkan dengan nilai siklus I menulis deskripsi siklus II, nilai rata-rata meningkat sebesar 3,2 point dari 68,7 menjadi 71,9 nilai tertinggi 76 diraih oleh 2 siswa adapun nilai terendah siswa adalah 69 diperoleh 1 siswa. d. Respon siswa terhadap pembelajaran cukup memuaskan kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya telah dapat diatasi. commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Siklus Ketiga a. Perencanaan Bertolak dari hasil analisis dan refleksi tindakan siklus II, peneliti bersama guru yang bersangkutan kembali mengadakan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya untuk diterapkan pada siklus III. Pada pelaksanaan siklus II pembelajaran dengan
pendekatan
quantum
learning
sudah
mulai
kelihatan
keberhasilannya. Dalam memberikan solusi dalam permasalahan kesulitan menulis deskripsi pada siswa klas V. Kegiatan diskusi dilaksanakan Selasa, 16 November 2012 (pukul 09.30) di ruang guru SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri. Peneliti dan guru peneliti berdiskusi dan menganalisis semua kekurangan dan kelebihan pada siklus II. Peneliti dan guru akhirnya menyepakati akhirnya untuk siklus selanjutnya guru akan menerapkan teknik self correction sebagai upaya perbaikan tulisan siswa. Peneliti dan guru juga menetapkan jadwal penelitian selanjutnya yaitu Jumat, 20 November 2012 dan Selasa, 23 November 2012 Tahap perencanaan tindakan III pertemuan pertama (Selasa,27 November 2012) meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru merancang scenario pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning , yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa sebagai upaya menyegarkan kembli ingatan siswa terhadap pembelajaran menulis deskripsi pada pertemuan yang lalu. b. Guru membagikan hasil pekerjaan siswa pada siklus I dan siklus II . Pekerjaan siswa pada siklus I telah diteliti oleh guru dan peneliti dengan cara memberikan tanda koreksi pada pekerjaan yang salah, misalnya ejaan, tanda baca, sedangkan pekerjaan siswa dalam siklus II telah dikoreksi guru dan peneliti tetapi tidak diberi tanda koreksi secara detail. c. Guru menjelaskan tentang kalimat, paragraf dan ejaan berdasarkan hasil tulisan siswa d. Guru bersama siswa menerapkan teknik self correction dalam menganalisis tulisan siswa. e. Siswa menganalisis pekerjaan mereka dengan membandingkan tulisan mereka pada siklus I dan siklus II. f. Siswa memperbaiki kesalahan penulisan deskripsi mereka. g. Guru menyuruh siswa supaya mengumpulkan pekerjaannya. h. Guru
mengadakan
refleksi
pembelajaran
dan
menutup
pelajaran. Tahap perencanaan tindakan II pertemuan kedua (Selasa,13 November 2012) meliputi kegiatan sebagai berikut: commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Guru mengadakan apersepsi untuk menggali ingatan siswa mengenai pembelajaran yang lalu yang ada hubungannya dengan pendekatan quantum learning dengan strategi show not tell b) Guru menampilkan rekaman VCD tawuran palajar di Jakarta . c) Siswa mengamati peristiwa tersebut dengan cermat. d) Guru menyuruh siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang ada hubungannya dengan peristiwa yang baru saja diamati. e) Guru menyuruh siswa untuk menulis kembali peristiwa yang telah diamati dengan teknik penulisan shou not tell yang telah diajarkan oleh guru. f) Guru menyuruh salah satu siswa untuk membacakan hasil karyanya di depan kelas temannya mendengarkan. g) Guru mengadakan refleksi pembelajaran. 2) Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis deskripsi. 3) Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran VCD dengan mengambil topik Kenakalan remaja di Jakarta yang berhubungan dengan pendidikan karakter. 4) Peneliti dan guru menyusun instrument penelitian, yaitu berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis deskripsi dan beberapa soal pendukung. Sedangkan Instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. 5) Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penilaian proses untuk siswa berdasarkan lembar penilaian proses yang disediakan sebagai berikut. Dari kegiatan diskusi disepakati pula bahwa tindakan dalam siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Jumat, 16 November 2012 dan Selasa November 2012 b. Pelaksanaan Tindakan III pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 6 November
2012 (pukul 07.15-08.25 WIB) selama dua jam pelajaran (2x35
menit) di ruang kelas V SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri. Dalam pelaksanaan tindakan III ini guru mengaplikasikan solusi yang sudah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran menulis deskripsi dalam siklus II, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Kegiatan proses belajar mengajar diawali dengan pendahuluan, guru menyapa siswa dan melakukan presensi. Kemudian guru memberi apersepsi serta menyegarkan kembali pikiran siswa tentang materi yang telah dibahas pada pertemuan yang lalu masalah menulis deskripsi dengan strategi show not tell. Guru juga menyinggung tentang tata kalimat dalam penyusunan paragraph yang benar. Guru mengadakan Tanya jawab kepada siswa mengenai materi menulis deskripsi. Pendahuluan ini dilakukan selama 10 menit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
Guru membagikan hasil tulisan siswa pada siklus I dan siklus II. Pekerjaan siswa pada siklus I telah diteliti oleh guru dan peneliti dengan cara member tanda koreksi pada tulisan yang salah, sedangkan pekerjaan siswa pada siklus II telah dikoreksi guru dan peneliti tetapi tidak diberi tanda koreksi secara detail. Kegiatan guru selanjutnya siswa diajak untuk menerapkan pada pekerjaan siswa. Siswa menganalisis kesalahan-kesalahan mereka dalam siklus I. Ada beberapa pertanyaan dari siswa mwngenai tanda-tanda koreksi yang digunakan peneliti dan guru. Guru peneliti menjelaskan maksut tanda tersebut dan memberikan petunjuk mengenai hal-hal yang disalahkan peneliti dan guru peneliti. Selanjutnya mereka membaca dan menganalisis kesalahan-kesalahan ejaan dan tata kalimat pada hasil tulisan mereka dalam siklus II. Kesalahankesalahan tersebut didata oleh siswa dan dicari solusinya untuk dipecahkan bersama. Siswa kelihatan aktif dalam pelaksanaan teknik self correction kali ini. Setelah selesai menganalisis tulisan sendiri, guru meminta siswa untuk mengumpulkan kembali pekerjaannya. Tindakan ke III pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 30 November 2012 (pukul 07.00-08.10 WIB) selama 2 jam pelajaran (2x35 menit). Seperti tindakan-tindakan sebelumnya di ruang kelas V telah dipersiapkan instrument-instrumen yang akan digunakan sebagai pelengkap pembelajaran dalam pendekatan quantum learning, sebagai bentuk upaya mengajak siswa untuk terampil menulis deskripsi yang akan dilaksanakan pada siswa kelas V. Adapun urutan pelaksanaan tindakan sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
1. Guru membuka pelajaran dengan memotivasi siswa untuk mengamati tampilan gambar-gambar suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan minat belajar siswadan memunculkan karakter bangasa dalam diri anak. Langkah tersebut dalam pendekatan uanqtum learning sebagai bentuk penerapan prosedur T (tumbuhkan). 2. Guru peneliti mengadakan refleksi pada kegiatan awal tadi terkait dalam peristiwa yang terjadi yaitu kenakalan anak sekolah di Jakartya dan peristiwa yang lain. Kemudian siswa harus menjawab beberapa pertanyaan yang dibagikan oleh guru. Guru peneliti mengadakan Tanya jawab kepada siswa yang ada hubungannya dengan gambar peristiwa yang pernah dialami dalam kehidupan sehari-hari yang telah ditampilkan. Misalnya, coba setelah kamu mengamati rekaman/gambar tadi, pristiwa apa yang paling kamu sukai?, Langkah ini dalam pendekatan quantum learning sebagai bentuk penerapan prosedur (A: alami). 3. Guru menjabarkan garis besar pembelajaran hari ini yang menerapkan pendekatan quantum learning dengan mengamati tampilan VCD yang berisi beberapa peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, serta menjelaskan tugas yang harus dikerjakan hari ini. 4. Guru bertanya dan siswa mencatat peristiwa-peristiwa yang telah diamati tadi. Peristiwa apa yang terjadi pada gambar pertama? Ada yang menjawab tawuran pelajar. “Di mana peristiwa itu terjadi?” Langkah ini commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam pendekatan quantum learning sebagai bentuk penerapan prosedur (N: namai). 5. Siswa mengamati dan mengingat-ingat peristiwa yang mereka alami tersebut bertukar informasi dari pengamatan yang diperoleh. Langkah ini dalam pendekatan quantum learning sebagai bentuk penerapan prosedur (D: demonstrasiu) 6. Guru memberi tugas siswa untuk menulis kembali peristiwa tersebut dengan bahasanya sendiri dengan mendeskripsikan gambar tadi dengan strategi show not tell. (U: ulangi) 7. Guru member tugas kepada beberapa siswa untuk membacakan hasil tulisannya di dipan kelas denga lafal dan intonasi yang jelas dan tepat. 8. Siswa yang sudah selesai membaca diberi appalaus dan pembelajaran diakhiri
dengan
menyanyikan
lagu
“Halo-halo
Bandung”
dan
memberikan reward/hadiah bagi siswa yang mendapat nilai memuaskan. 9. Guru mengadakan refleksi pembelajaran hari ini. Guru mengawali pembelajaran hari ini dengan ucapan salam kepada siswa dan mengadakan presensi kehadiran siswa. Selanjutnya guru memberikan reward berupa alat tulis yang memperoleh nilai tertinggi (76) kepada 2 orang siswa yang telah menyelesaikan tugas siklus II dengan baik. Siswa kelihatan antusias menantikan penerima reward kali ini. Maka guru berpesan kepada siswa menulis deskripsi dengan baik agar mendapat penghargaan dari sekolah atau dari instansi lain . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
Selasa, 6 November 2012 pukul 07.15-08.25 WIB Kegiatan SIKLUS III : Guru memberikan reward/hadiah kepada siswa yang memperoleh nilai terbaik dalam menulis deskripsi
c. Observasi dan Interpretasi Selama pelaksanaan tindakan III ini, Selasa 9 November 2012 dan Jumat, 9 November 2012, peneliti akan mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menjadi partisipan pasif yang duduk di belakang. Dari kegiatan ini, peneliti mencatat bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik, terbukti guru sudah terampil dalam memimpin jalannya proses belajar mengajar secara jelas dan terencana. Siswa terlihat tertib dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Seperti pada pertemuan sebelumnya guru mengawali pelajaran dengan menjelaskan materi menulis deskripsi. Guru mengajak siswa untuk mengingat kembali materi menulis deskripsi yang lalu. Pada kesempatan ini guru juga menyampaikan kembali tentang tata kalimat dalam penyusunan paragraph. Pada pertemuan kali ini materi yang diajarkan tetap sama yaitu keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning. Setelah commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selesai menyampaikan materi, guru menyuruh siswa untuk mengadakan teknik self correction dengan harapan siswa mengetahui secara langsung kesalahan penulisan yang mereka lakukan. Dari pengalaman secara langsung ini, guru bermaksut untuk mengingatkan siswa agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang pernah dilakukan. Untuk pertemuan berikutnya, guru membagikan reward berupa alat tulis pada 5 siswa yang telah menulis quantum learning dengan baik. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengamati rekaman VCD acara kenakalan pelajar di Jakarta. Siswa terlihat antusias melihat dan mengamati peristiwa yang ditayangkan oleh guru merupakan hal baru yang belum pernah mereka lihat , maka siswa kelihatan semangat. Pembelajaran di ruang kelas V SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri. Siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat duduk sendirisendiri sesuai dengan keinginan tidak harus tempat duduknya semula pokoknya yang nyaman. Pada kegiatan ini diterapkan prosedur TANDUR dengan langkah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Siswa kemudian disuruh untuk menuliskan kembali apa yang telah kamu lihat dan amati tersebut dengan ketentuan yangtelah disepakati pada pertemuan sebelumnya. Guru juga menekankan bahwa siswa jangan lagi mengulangi kesalahan yang telah mereka ketahui dan telah mereka perbaiki. Setelah mereka selesai menulis, guru menunjuk siswa untuk membacakan hasilnya di depan kelas. Ada beberapa siswa yang mau maju tanpa ditunjuk. Siswa lainnya menyimak dan memberikan komentar mengenai pembacaan tulisan teman mereka. commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya siswa dimintai pendapat maupun komentar seputar peristiwa yang telah mereka lihat. Siswa dan guru melakukan tanya-jawab seputar kesan dan perasaan mereka melihat kegiatan tawuran antar pelajar yang ada dalam rekaman VCD tersebut. Media perlengkap pembelajaran dalam quantum learning dipilih
guru
peneliti
dengan
pertimbangan
untuk
memunculkan
sikap
nasionalisme dan patriotism dalam diri siswa. Siswa terlihat aktif dalam menanggapi setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya, kemudian memanfaatkan waktu yang tersisa dengan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya. Setelah beberapa saat tidak ada siswa yang menejukan pertanyaan, guru mengakhiri kegiatan pebelajaran hari itu sambil mengajak siswa menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”,dengan disertai pemberitahuan bahwa penelitian yang dilaksanakan peneliti dan guru di kelas mereka berakhir. Guru memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengucapkan terima kasih pada siswa yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini. Berdasarkan haisl pengamatan terhadap proses belajar mengajar tersebut dapat dinyatakan bahwa : 1) Siswa yang aktif selama pemberian apresiasi sebanyak 9 (70%) anak, sedangkan 4 (30%) anak lainnya tampak diam, dan berbicara dengan lainnya. 2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung seanyak 10 (75%) anak, sedangkan 3 (25%) anak lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. 3) Siswa yang antusias menjawab soal-soal (lisan maupun tulis) sebanyak 8 (70%) anak, sedangkan 5 (30 %) anak lainnya diam saja saat diberi commit to user pertanyaan lisan dan tidak sungguh-sungguh saat diminta menulis.
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Hasil pekerjaan siswa sudah mampu mencapai ketuntasan minimal 7.00, diperoleh 10 (75%) siswa sudah mampu menulis deskripsi dengan baik dan memuaskan,sedangakn 3 (25%) siswa masih perlu meningkatkan menulis deskripsinya dengan strategi show not tell. 5) Berdasarkan pengamatan di siklus III, 90% guru sudah mampu secara baik dalam menerapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR dalam KBM.
d. Tabel 6. Daftar Nilai Siswa : Kompetensi Menulis Deskripsi Siswa Siklus III MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA SEMESTER :I KELAS :V No
NIS
1.
1763 Adi Mauludin
L / P L
2.
1812 Setyawan Bangkit N
3.
Bahasa /Ejaan
Isi
70
72
71
71
L
74
73
72
73
1819 Romadhon
L
73
71
72
72
4.
1821 Adi Mardiansyah
L
72
74
73
73
5.
1825 Dyta Marfuah
P
75
80
79
78
6.
1827 Muhammad Risky
L
72
74
73
73
7.
1828 Muhammad Arian Np
L
72
71
73
72
8.
1829 Natasyadiva Asmara
P
73
71
72
72
9.
1830 Ornais Saputri
P
78
80
76
78
10. 1831 Shintya
P
72
72
72
72
11. 1832 Silvia Kristi Anugrah
P
72
71
73
72
12. 1834 Virlyana Noerchoirun
P
73
71
72
72
13. 1835 Yoga Bagas P
L
80
78
76
78
Nama Siswa
Rata-rata
Teknik/ SIKLUS sistematika III
73,5 commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi Siklus III FREKUENSI NILAI
RELATIF (%)
65-71
ABSOLUT 1
72-74
9
69
75-80
3
23
JUMLAH
13
33,2
7,6
Data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi di atas, kemudian disusun dalam diagram batang. Sumbe mendatar menyatakan kelas interval dan sumbu tegak menyatakan frekuensi. Data yang ditulis pada sumbu mendatar adalah batas-batas kelas interval.
Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi 80 70 60 50 40
Nilai keterampilan Menulis Deskripsi
30 20 10 0
65-71
72-74
75-80
commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Analisis dan Refleksi Secara
umum
semua
kelemahan
yang
ada
dalam
proses
pembelajaran menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning pada siklus III ini telah dapat diatasi dengan baik. Guru berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Dalam hal ini sesuai dengan harapan di awal sikap karakter bangsa muncul. Guru mampu memancing respon siswa terhadap stimulus yang diberikannya dan mampu mengatasi penyimpangan siswa selama proses belajar mengajar tanpa membuat siswa merasa direndahkan. Banyak siswa dengan sukarela mengemukakan komentar, tanggapan, dan pendapatnya tanpa ditunjuk oleh guru, missal banyak diantar mereka menyampaikan pada guru peneliti bercita-cita menjadi orang yang berguna bagi bangsa. Mereka berjanji belajar secara sungguh-sungguh agar mendapat nilai baik dan menjadi pejabat Negara. Sedangkan hasil dari tugas menulis deskripsi yang telah siswa kerjakan, dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi. meningkatkan keterampilan
menulis deskripsi. Pendekatan quantum learning
dengan menerapkan prosedur TANDUR bermediakan rekaman VCD yang digunakan kali ini telah sesuai dengan minat siswa, yaitu siswa menemukan pengalaman baru yang mampu menambah ilmu mereka. Guru dalam siklus ke III ini sudah lihai dalam menerapkan pendekatan quantum learning dalam pembelajarannya. commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan pada siklus III dikatakan berhasil. Peningkatan terjadi pada beberapa indikator dibandingkan siklus sebelumnya. Nilai rata-rata kelas sudah mencapai batas ketuntasan meskipun masih ada siswa yang belum mencapai nilai di atas KKM. Perbandingan antar hasil pekerjaan siswa pada saat observasi, nilai rata-rata siklus I (65,2), siklus II (71,9), dan III (75,6). Pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning, ternyata mampu meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa. Terbukti pendekatan quantum learning dapat memancarkan cahaya positif yang menggerakkan daya kreatif dan sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
C. Hasil Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan deskripsi hasil penelitian yang telah dipaparkan di awal, terbukti pendekatan quantum learning dapat mengoptimalkan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan menulis deskripsi. Dari kegiatan siklus I, II, III dideskripsikan bahwa. 1. Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Meningkat Kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V SDN 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri baik dari segi hasil dan segi proses meningkat. Dari segi hasil peningkatan terlihat dari tiap siklusnya, yaitu sebesar nilai rata-rata siklus I (65,2), siklus II (71,9), dan III (75,6). Dari segi proses kemampuan menulis meningkat dengan penerapan quantum learning. Dilihat dari hasil commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis kalimat siswa tidak lagi bersifat memberitakan tetapi lebih bersifat menggambarkan. Guru mengenalkan langkahh dan strategi dalam pendektan quantum learning dalam menulis, sehingga siswa mampu menulis pengalaman yang baik. 2. Peningkatan
Kualitas
Pembelajaran
Menulis
Deskripsi
dengan
Pendekatan Quantum Learning Proses pembelajaran yang berkualitas lebih mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran menulis deskripsi dilihat dari faktor-faktor berikut. a. Keaktifan siswa Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat dilihat dengan lembar penilaian sikap (afektif) yang terdiri dari aspek : (1) kedisiplinan; (2) kerjasama; (3) keaktifan; dan (4) tanggung jawab. Keaktifan siswa diamati selama proses pembelajaran berlangsung. b. Tanggung jawab dan keberanian Penerapan pendekatan quantum learning dapat memunculkan daya kritis, kreatif, dan keberanian untuk berpendapat di depan kelas. Tanggung jawab dan keberanian siswa meningkat dalam proses pembelajaran
yang dilakukan.
Diharapkan
tanggung jawab
dan
keberanian siswa akan semakin terasah untuk pembelajaran selanjutnya. c. Keterampilan guru dalam mengelola kelas Guru lebih terampil dalam melakukan proses pembelajaran dan kesiapan guru lebih matang. Mulai dari tahap persiapan RPP, penyiapan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
materi, dan media. Pengkondisian kelas dengan kelompk kecil perlu pengontrolan yang tepat dari guru. Peran guru semakin bagus dari siklus I, II, dan III. Guru semakin menguasai kelas dan mampu menciptakan suasana pembelajarn yang menyenangkan. d. Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi Peningkatan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan gambar dilihat dari nilai tes yang dilakukan sesuai dengan indikator telah ditentukan. 3. Pelaksanaan Penerapan Pendekatan Quantum Learning dalam proses KBM Mengacu pada teori Bobbi De Potter dan Henacki (2005:14). quantum learning menekankan pada penciptaan ruangan belajar yang sama dengan kru panggung, yaitu penciptaan lingkungan yang menyenangkan mulaidari penataan perabotan, bantuan visual (alat peraga) baik yang digunakan selama pembelajaran maupun yang bergantung di dinding kelas, tampilan guru “pleasant to look at”, bila pelru didengarkan musik, semuanya merupakan kunci yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Dari hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan quantum learning dpat diambil sebuah kelebihan dan kekurangan antara lain. a) Kelebihan Quantum Learning dalam proses KBM, yaitu : Pemahaman pendapat di atas seluruhnya tidak tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran di SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri, hal ini dikarenakan andanya keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran. commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Misalnya dari segi penyediaan musik sebagai pengiring pembelajaran, disisilain guru peneliti mengambil langkah menawarkan siswa diajak menyanyikan lagu-lagu nasional sesuai topik yang dipilih dalam materi hari itu misalnya tema karakter bangsa “ Satu Nusa Satu Bangsa bertema cinta tanah air “Rayuan Pulau Kelapa”. Saat dilaksanakan mampu merubah suasana belajar yang menyenangkan pula, siswa menikmati lagu-lagu nasional yang sekarang ini mulai jarang mereka nyanyikan. Dalam penciptaan ruangn dengan kru panggung, guru menerapkan pembelajaran yang santai tidak monoton, misalnya siswa diajak duduk stengah lingkaran mengambil posisi yang nikmat saat proses KBM. b) Kelemahan Quantum Learning dalam proses KBM, yaitu : Pada proses pembelajaran dengan pendekatan quantum learning mampu mengoptimalkan lingkungan belajar yang menyenangkan, tetapi disisi lain ada beberapa siswa yang terlihat masih ramai, asyik berbicara sendiri, dan bercerita pada temannya. Serta terlihat ada 3 siswa belum mampu melejitkan potensinya dibandingkan kemampuan teman-teman lainnya. Saat ditanya oleh guru peneliti, mereka ada yang diam bahkan nilai yang dicapai belum mengalami ketuntasan minimal. Hal ini dipengaruhi karena keadaan kondisi anak waktu peneliti tanyakan kepada guru peneliti karena adanya kecenderungan mantal, hasil tulisannya juga tidak bagus, sikap siswa cenderung tertutup, sehingga sering anak tersebut selalu mendapatkan nilai kurang dalam semua mata pelajaran. commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pembahasan hasil penelitian di atas quantum learning
bisa
diterapkan di berbagai lokasi pembelajaran yang memiliki kondisi serta permasalahan yang sama. Quantum Learning mampu diterapkan pada pola perubahan baru sesuai dengan lingkungan sekitar dalam proses KBM, tanpa harus melihat prinsip quantum learning yang kita gunakan sebagai bahan acuan. Guru diperbolehkan merubah komponen di dalam pendekatan quantum learning
ini dengan melihat pertimbangan
kemampuan dan prestasi anak didik, lingkungan belajar, dan inovasi guru dalam KBM. D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan dalam bagian pendahuluan serta paparan hasil penelitian, berikut ini dijabarkan pembahasan hasil penelitian yang meliputi kualitas pembelajaran dan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V SDN 2 Krisak Selogiri, Wonogiri. 1. Peningkatan
Kualitas
Pembelajaran
Menulis
Deskripsi
dengan
Penerapan Pendekatan Quantum Learning Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan
kualitas
pembelajaran
(baik
proses
maupun
hasil)
keterampilan menulis pengalaman melalui pendekatan quantum learning dari siklus I sampai dengan siklus III. Hal tersebut dapat dilihat pada table berikut :
commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Table 4.1 : Presentase Siswa yang aktif dalam Pembelajaran Presentase No
Kegiatan siswa Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Aktif selama apersepsi
30%
60%
75%
2.
Aktif selama KBM
40%
70%
74%
3.
Aktif dalam menjawab soal-soal (lisan maupun tulis)
50%
75%
75%
4.
Mampu menulis deskripsi.
40%
61%
75%
Dari data tabel di atas menunjukkan bahwa selama pelaksanaan siklus I diketahui dari segi keaktifan berapresiasi anak masih menunjukkan rendah yaitu sekitar 4 (30%) anak, sedangkan siswa yang aktif selama KBM hanya 5 (40%) anak, sedang siswa yang aktif dalam menjawab berbagai pertanyaan 4 (30%) anak, sedangkan dalam kemampuan menulis deskripsi hanya 5 40%) anak. Tetapi setelah dilakukan refleksi antara guru peneliti dan peneliti dengan adanya perbaikan pada siklus II akhirnya bisa meningkat dengan sangat signifikan yaitu kemampuan berapresiasi 7 (60%) anak, aktif KBM 9 (70%) anak, aktif menjawab pertanyaan dari guru (75%) anak, dan mampu menulis deskripsi dengan strategi show not tell sebanyak (61%). Setelah merefleksi siklus II ternyata masih ada sisi kekurangan sehingga perlu adanya tindakan siklus ke III, pada siklus ke III ternyata hasilnya sudah memuaskan ada peningkatan signifikan yaitu kemampuan berapresiasi 10 (75%) anak, aktif KBM sebanyak 9 (74%) anak, aktif menjawab pertanyaan dari guru 10 (75%), anak dan mampu menulis deskripsi sebanyak 10 (75%) anak.
commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sebelum melaksanakan siklus I,peneliti melakukan survey awal untuk mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil kegiatan survey ini peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis deskripsia pada siswa kelas V SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri, masih tergolong rendah serta guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru peneliti sekaligus guru bidang studi bahasa Indonesia yang bersangkutan, berupaya untuk mengatasi maslah tersebut dengan penerapan pendekatan quantum learning (QL) dalam pembelajaran menulis pengalaman. Peneliti
bersamam
guru peneliti
menyusun
rencana
guna
melaksanakan siklus I. Siklus pertama merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran menulis deskripsi dengan menerapkan pendekatan QL. Dalam siklus ini guru telah menerapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR dan menggunakan gambar peristiwa sehari hari sebagai media. Berdasarkan siklus pertama ini dapat dideskripsikan hasil pembelajaran menulis pengalaman dengan pendekatan QL. Dari deskripsi tersebut ternyata masih didapat kekurangan/ kelemahan dalam pelaksanaannya. Siklus II merupakan siklus untuk solusi yang dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan/ kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran kemampuan menulis deskripsi dengan pendekatan quantum learning
dengan
strategi show not tell pada siklus I. Berdasarkan pelaksanaan siklus II dapat dilihat peningkatan proses dan hasil jika dibandingkan siklus I. Namun, pada siklus II ini commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga masih ditemukan sedikit kekurangan/ kelemahan. Untuk mengatasinnya guru dan peneliti kemudian mempersiapkan tindakan untuk siklus III. Siklus III dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan/ kekurangan yang terjadi dala proses pembelajaran menulis deskripsi pada siklus II. Selain itu, siklus III merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Dalam siklus ini guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kelemahan dengan mengenalkan teknik self correction. Siklus III dilaksnakan dengan menggunakan menerapkan pendekatan quantum learning dengan strategi show not tell untuk menguatkan hasil dari siklus I dan II terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri. Berdasarkan
tindakan-tindakan
tersebut,
guru
berhasil
melaksanakan pembelajaran yang mapu menarik minat siswa, yang berakibat pada meningkatnya proses dan hasil kemampuan menulis deskripsi siswa. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik memancarkan energy positif dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis deskripsi dapat dilihat dari tercapainya-indikator sebagai berikut :
a. Siswa terlihat antusias mengikuti pelajaran menulis Sebelum tindakan penelitian ini dilaksnakan, siswa terlihat kurang antusias mengikuti pembelajaran menulis. Hal tersebut disebabkan karena siswa tidak tertarik dengan cara mengajar yang digunakan oleh guru. Cara mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajarkan pelajaran commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis adalah dengan cara ceramah dan dengan menyuruh siswa mengerjakan
tugas
membuat
tulisan.
Kelemahan
dari
pendekatan
konvensional ini adalah munculnya suatu kebosanan dan keenggana pada siswa, sehingga siswa tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis deskripsi dan rendahnya minat siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis. Hal ini terlihat dari suasanan kelas pada saat kegiatan belajar mengajar menulis deskripsi yang sedang berlangsung, siswa tidak begitu aktif menanggapi stimulus dari guru, ada yang tidak menaruh perhatian sepenuhnya pada proses pembelajaran, dan terlihat ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran, diam dan tidak merespon serta berbicara dengan teman. Setelah dilakukan tindakan, yaitu menerapkan pendekatan quantum learning dengan prosedur TANDUR dalam pembelajaran, siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis. Siswa terlihat memperhatikan penjelasan dari guru, serta banyak yang bertanya terhadap hal yang belum mereka pahami dalam pembelajaran. Selain itu, siswa mulai mau ikut aktif ambil bagian dalam proses pembelajaran yang sedang terjadi, seperti mau menyanyi bersama dalam upaya meningkatkan motivasi, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada mereka. Dari pantauan peneliti, keaktifan siswa pada siklus I diindikasikan mencapai 4 (30 %) siswa. Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu sebesar 30%. Dibandingkan dengan siklus sebelumnya siswa yang aktif pada siklus II ini mencapai 9 (60 %) dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
jumlah siswa. Siswa sudah berani bertanya serta merespon pertanyaan yang diajukan guru. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 80% siswa yang aktif menjadi 5 siswa yang aktif.
b. Siswa mengalami peningkatan dalam pelajaran menulis pengalaman Sebelum diadakan tindakan siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran menulis pengalaman. Siswa juga merasa malas untuk mengawali kegiatannya dalam pelajaran menulis, apalagi masih sulit untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan secara runtut. Kebanyakan siswa masih kacau untuk menuliskan suatu tulisan yang runtut. Siswa masih menuliskan dengan alur yang meloncat-loncat dan berputar-putar. Setelah diadakan tindakan kemampuan menulis pengalaman meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaannya. Mereka sudah mampu menulis deskripsi. Hasil tulisan mereka menjadi lebih teratur. Susunan kalimat dan paragrafnya pun cukup baik. Hal ini tidak lepas dari peran guru yang selalu mengingatkan siswa untuk memperhatikan penggunaan bahasa dalam kalimatnya. Tingkat keberhasilan penelitian ini cukup signifikan. Nilai yang diperoleh siswa dari tiap siklusnya naik dengan memuaskan. Penilaian yang dilakukan peneliti dan guru meliputi : bahasa, isi tulisan dan sistematika tulisan. Berikut nilai yang diperoleh siswa selama penelitian ini. Pada pelaksanaan siklus I, nilai tertinggi kegiatan menulis deskripsi mencapai 7.2 yang diraih 2 orang siswa adalah. Adapun nilai terendah siswa adalah 6,6 diraih 1 siswa, sedang rata-rata kelas 68,7. Dibandingkan dengan nilai commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siklus I menulis deskripsi siklus II, nilai rata-rata kelas meningkat sebesar 3,2 point dari 68,7 menjadi 71,9. Nilai tertinggi 76 yang diraih oleh 2 siswa. Adapun nilai terendah siswa adalah 69 diperoleh 2 orang siswa. Dalam siklus III nilai ratarata kelas meningkat menjadi 73,5 Nilai tertinggi 78 yang diraih oleh 3 siswa. Adapun nilai terendah siswa adalah 71 diperoleh 1 siswa. Berikut ini disajikan tabel nilai kemampuan menulis pengalaman.
Table 4.2 : Skor/ Nilai Keterampilan Menulis Deskripsi Siswa Kelas V SDN 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri Tindakan Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata Pre test ( tindakan awal )
45
65
55.6
Siklus I
66
72
68,7
Siklus II
69
76
71.9
Siklus III
71
78
73,5
(Post tes) Siklus III
68
80
75.6
90 80 70 60 50
Terendah
40
Tertinggi Rata-rata
30 20 10 0 Pre Tes
Siklus I
Siklus II
Post Test
Gbr. 4.1 Grafik batang nilai Kemampuan menulis deskripsi Siswa kelas V SDN 2 Krisak, Selogiri, Wonogiri commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Guru berhasil membangkitkan minat siswa dengan pendekatan quantum learning Minat siswa terhadap pembelajaran menulis pengalaman dapat dikatakan mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Siswa terlihat antusias dan semangat. Dengan penerapan pendekatan quantum learning melalui penerapan prosedur TANDUR
yaitu,
tumbuhkan
(T),arahkan
(A),
namai(N),
demonstrasikan(D), ulangi (U), dan rayakan (R) sehingga mampu memancarkan energy positif pada diri siswa. Misalnya banyak siswa yang mengacungkan tangan menjawab pertanyaan dari guru dan membaca mengemukakan pendapat, bertanya kepada guru apabila menemukan hal yang belum mereka pahami. Hal inti terjadi karena guru berusaha membangkitkan minat siswa dengan mengajak mereka menyanyikan lirik lagu bersama-sama yang berbeda dari kegiatan belajar mengajar yang biasanya yaitu dengan metode ceramah saja dan pemberian reward berupa pujian, penambahan nilai dan benda-benda yang bermanfaat bagi siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Siswa juga selalu menunggu-nunggu untuk mengikuti pelajaran menulis pengalaman dengan pendekatan quantum learning. Mereka merasa kegiatan belajarnya menjadi semakin menyenangkan karena tidak harus berhadapan dengan buku teks dan papan tulis melulu di dalam ruang kelas tetapi juga diajak guru di ruang multimedia. Siswa merasa sanngat terhibur karena adanya suasana baru dalam pembelajaran. commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Kendala-Kendala yang dihadapi Oleh Guru dalam Menerapkan Pendekatan Quantum Learning Waktu pelaksanaan penerapan pendekatan quantum learning
dalam
penelitian ada beberapa kendala yang menghambat proses pembelajaran antara lain : a. Guru dan siswa yang belum terbiasa menerapkan pendekatan quantum learning dalam proses pembelajaran, pada siklus I terkesan kaku sehingga situasi pembelajaran tidak kondusif. Kendala ini dianalisis oleh peneliti dan dilakukan perbaikan pada siklus II dan siklus III sehingga berhasil diatasi. b. Dalam penerapan pendekatan quantum learning ternyata masih ada beberapa siswa yang ramai sendiri, mereka malah asyik bercerita tentang masing-masing pengalamannya. Saat prosedur TANDUR dilaksanakan siswa masih banyak yang bingung. c. Kelengkapan sarana dan prasarana yang kurang mendukung menjadi penghambat terselenggaranya proses pembelajaran, dalam penerapan quantum learning penataan setting panggung pembelajaran haruslah terpenuhi. Tetapi dalam pelaksanaannya di SDN II Krisak, Selogiri, Wonogiri guru merubah komponen quantum learning dengan pola baru disesuaikan dengan keadaan lingkungan pembelajaran. 3. Upaya
Guru
untuk
Mengatasi
Kendala
dalam
Meningkatkan
Kemampuan Menulis Pengalaman melalui Pendekatan Quantum Learning
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Guru sudah mau berusaha memahami bagaimana menerapkan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia. Terlihat selama pelaksanaan pembelajaran dari siklus I sampai siklus III masih banyak kendala yang dihadapi oleh guru dalam penerapan pendekatan quantum learning, hal tersebut disebabkan karena guru belum pernah menerapkan pendekatan quantum learning dalam proses KBM. Tetapi setelah pelaksanaan guru mulai lebih aktif lagi dan mau mempelajarai pemahaman mengenai pendekatan quantum learning. b. Dalam pelaksanaan KBM yang biasanya guru hanya menggunakan metode ceramah, tetapi dengan penerapan pendekatan juga harus didukung dengan penyediaan media pembelajaran yang menarik pula, hal ini dilakukan guru untuk menambah pengalaman guru dan siswa dari segi proses pembelajaran. Seperti foto, gambar, dan rekaman VCD. c. Dalam
meningkatkan
kemampuan
menulis
pengalaman
guru
memberlakukan strategi show not tell dalam hal merubah pola penulisan siswa yang biasanya menggunakan kalimat berita diganti penggunaan kalimat yang bersifat menggambarkan. d. Untuk meminimalisir kesalahan yang diulang pada siklus berikutnya guru peneliti mengajak siswa untuk menerapkan self correction, yaitu mengoreksi hasil karangan mereka sendiri dan langsung diperbaiki sehingga tidak terjadi kesalahan yang berulang
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Untuk memancing respond dan stimulus siswa guru memberlakukan adanya pemberian reward, dengan tujuan mengajak pada siswa yang masih memperoleh nilai yang rendah untuk lebih ditingkatkan lagi. f. Dari serangkaian hasil pembahasan penelitian di atas, setelah diadakan tindakan penelitian ini guru tersebut menyatakan bahwa dengan penerapan pendekatan quantum learning seperti dlam penelitian ini merupakan salah satu
upaya membangkitkan minat siswa dan
memancarkan energy positif dalam diri siswa terhadap pembelajaran. Selain itu, guru juga menyatakan bahwa beliau terinspirasi untuk mengembangkan metode mengajarkan pada materi yang lain demi meningkatkan kualitas pembelajaran pada kesempatan berikutnya.
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Simpulan hasil penelitian ini secara singkat yakni terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran ( baik proses maupun hasil ) dalam keterampilan menulis deskripsi siswa. Peningkatan kualitas pembelajaran tersebut terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya yaitu : Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata siswa yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, yaitu siklus I sebesar nilai rata-rata siklus I (68,7), siklus II (71,9) dan III (73,5). Dari standar ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan yaitu 70,00 baru 11 siswa yang tuntas belajar. Pada siklus II nilai ratarata meningkat menjadi 71,9, dan siswa yang tuntas belajar 12 anak. Pada siklus III nilai rata-rata menjadi 73,5 dan siswa bisa tuntas semua. Dari data tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata-rata nilai dan jumlah siswa yang tuntas belajar dari siklus I, II, dan III. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa penerapan pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.
B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa commit to user
115
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain : guru, siswa, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Keterampilan guru dalam mengelola kelas yang kurang akan menjadikan siswa tidak berminat untuk memperhatikan pelajaran. Wawasan guru yang kurang terhadap pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran terbaru yang lebih inovatif dan bervariasi menyebabkan guru lebih memilih metode konvensional untuk menyampaikan materi. Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional disetai media dan sumber belajar yang kurang juga menjadi penghambat keberhasilan proses dan peningkatan hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut saling terkait. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas proses serta hasil pembelajaran, pemenuhan faktor tersebut perlu diupayakan. Pengembangan pendekatan pembelajaran yang tepat perlu diterapkan. Media serta sumber belajar perlu dipilih sesuai dengan materi yang diajarkan. Agar materi tersampaikan dengan baik. Siswa perlu memiliki minat, motivasi, perhatian dan aktif dalam pembelajaran. Pemenuhan faktor-faktor tersebut tercermin dalam keterampilan guru dalam mengelola kelas. Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat setelah diterapkan pendekatan quantum learning. Oleh karena itu, pendekatan quantum learning ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam kegiatan pembelajarannya. Di samping itu, bagi guru Bahasa Indonesia pendekatan quantum learning ini dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif yang menyenangkan dalam pembelajaran menulis. commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis deskripsi. Dengan pendekatan ini, siswa bisa lebih mengoptimalkan kreatifitas yang ada dalam dirinya, hal ini sesuai dengan prinsip quantum learning yaitu memancarkan energi positif dalam diri anak didik. Dalam menulis deskripsi sifatnya bukan berupa memberitakan peristiwa yang telah mereka alami tetapi berusaha menggambarkannya dalam bentuk tulisan, sehingga perlu diterapkannnya strategi yang cocok yaitu, show not tell pada pembelajaran menulis deskripsi. C. Saran Berkaitan dengan simpulan serta implikasi penelitian di atas, peneliti dapat mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa Siswa hendaknya dapat menulis deskripsi dengan menggunakan pendekatan quantum learning melalui prosedur TANDUR yang mampu memunculkan daya kreatifitas mereka, selain itu dengan strategi show not tell dalam menulis deskripsi. Pendekatan quantum learning tersebut tidak hanya dalam kegiatan menulis deskripsi saja, tetapi juga dalam bentuk pembelajaran yang lain. 2. Bagi Guru Pengampu Mata Pelajaran Bahasa dan Satra Indonesia Guru disarankan untuk meningkatkan kompetensinya, misalnya dengan melakukan penelitian dan mengikuti forum-forum ilmiah. Di samping mulai commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merubah cara mengajarnya dari arah konvensional menuju pendekatanpendekatan baru yang lebih inovatif ( quantum lerning CTL, Cooperatif ), sehingga mampu menyesuaikan dengan kurikulum baru yang digunaka. Penerapan tersebut perlu memperhatikan minat serta motivasi siswa. Pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis deskripsi khususnya dan pembelajaran Bahasa Indonesia pada umumnya adalah pendekatan quantum learning.
3. Bagi Kepala Sekolah Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kompetensi guru perlu ditingkatkan. Kompetensi tersebut berpengaruh pada kinerja guru dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu, Kepala Sekolah disarankan untuk memotivasi guru guna meningkatkan kompetensinya, misalnya dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah seperti seminar pendidikan, diklat, dan sebagainya. Di samping itu, Kepala Sekolah perlu memotivasi guru agar lebih memperluas wawasan mengenai beragam pendekatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif dan mendukung guru untuk menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran.
commit to user