PROFIL DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH LAKTASI YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL INDIGOFERA BERBENTUK PELLET
FARID ROSADI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat Ransum dengan Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Farid Rosadi NIM D24090040
ABSTRAK FARID ROSADI. Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat Ransum dengan Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet. Dibimbing oleh DEWI APRI ASTUTI dan LUKI ABDULLAH. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pellet Indigofera sp. bertingkat terhadap konsumsi nutrien, profil darah dan kondisi fisiologis normal kambing peranakan etawah laktasi. Sembilan ekor kambing peranakan etawah laktasi, umur 1 sampai 4 tahun, bobot badan rata-rata 32.4 kg, dibagi secara acak menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok Rl adalah ransum berbentuk pellet tanpa Indigofera sp., kelompok R2 ransum berbentuk pellet dengan 20% Indigofera sp. dan R3 ransum berbentuk pellet dengan 40% Indigofera sp.. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor kambing. Kambing dipelihara dalam kandang individu panggung. Air minum disediakan ad libitum, sedangkan hijauan diberikan pada pagi dan sore hari. Peubah yang diamati meliputi konsumsi, respon fisiologis dan profil darah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dan data dianalisis menggunakan ANOVA. Hasil pengamatan menunjukan pemberian pellet Indigofera sp. sampai 40% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi nutrien dan respon fisiologis, sedangkan konsentrasi glukosa darah tertinggi terdapat pada kambing yang diberi pellet dengan 20% Indigofera sp. dan konsentrasi urea darah tertinggi terdapat pada kambing yang diberi pellet dengan 40% Indigofera sp. Kata Kunci : hematologi, Indigofera sp., metabolit darah
ABSTRACT FARID ROSADI. Blood Profile of Etawah Crossbred Lactating Goat Fed with Pellet in Different Level of Indigofera sp.. Supervised by DEWI APRI ASTUTI and LUKI ABDULLAH. This research was conducted to evaluate the effect of level Indigofera sp. in the pellet ration on blood profile and physiological status of lactating etawa crossbred goat. Nine lactating goats with average body weight of 32.4 kg, were randomly divided into 3 treatments. The Rl contained pellet ration without Indigofera sp., R2 was pellet contained 20% Indigofera sp. and R3 was pellet contained 40% Indigofera sp. Each group consisted of 3 lactating goats. Drinking water provided ad libitum, while forage was given in the morning and afternoon. Variables measured were feed intake, physiological status and blood profile. This research was designed as block randomized design and data was analysis using ANOVA. The result showed that there were no significant effect of 40% Indigofera in the ration to blood profile, physiological status and feed consumption. The highest blood glucose concentration was in goat received pellet containing 20% Indigofera sp. in the ration and the highest blood urea concentration was in goat received containing 40% Indigofera sp. in the ration. Keywords : blood metabolites, hematology, Indigofera sp.
PROFIL DARAH KAMBING PERANAKAN ETAWAH LAKTASI YANG MENDAPAT RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL INDIGOFERA BERBENTUK PELLET
FARID ROSADI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat Ransum dengan Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet Nama : Farid Rosadi NIM : D24090040
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS Pembimbing I
Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan september 2012 ini ialah Profil Darah Kambing Peranakan Etawah Laktasi yang Mendapat Ransum dengan Berbagai Level Indigofera sp. Berbentuk Pellet. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah ini berdasarkan keinginan penulis untuk memberikan suatu alternatif pakan yaitu Indigofera sp. Hal ini dilakukan karena adanya kekurangan protein kasar pada kambing laktasi sehingga diperlukan alternatif pakan untuk mencukupi kebutuhan protein kasar kambing laktasi. Penulis memilih Indigofera sp. dikarenakan kandungan protein kasar Indigofera sp. yang cukup tinggi dan tanaman tersebut tahan kekeringan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi, wawasan maupun sesuatu yang dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan semoga kekurangan yang terdapat pada tulisan ini dapat diperbaiki dalam tulisan selanjutnya.
Bogor, September 2013
Farid Rosadi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Bahan
2
Alat
2
Prosedur Penelitian
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Respon Fisiologi
6
Konsumsi Nutrien
7
Hematologi
8
Metabolit Darah
9
SIMPULAN DAN SARAN
11
Simpulan
11
Saran
11
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
11 Error! Bookmark not defined.
RIWAYAT HIDUP
16
UCAPAN TERIMA KASIH
16
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Komposisi ransum berbentuk pellet Komposisi nutrien pellet dengan Indigofera sp. bertingkat Suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, respirasi Konsumsi bahan kering, protein kasar, TDN, BETN, serat kasar, lemak kasar, Ca, P dan Fe Hematokrit, hemoglobin, BDM, BDP, diferensiasi leukosit (monosit,limfosit, basofil,eosinofil, neutrofil) Kadar glukosa darah, kadar urea darah, kadar trigliserida darah, kadar Fe darah, kadar kalsium darah dan kadar P darah
3 3 6 7 8 10
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Analisis ragam hematokrit Analisis ragam hemoglobin Analisis ragam BDM Analisis ragam BDP Analisis ragam glukosa Analisis ragam trigliserida Analisis ragam urea Analisis ragam Ca Analisis ragam P Analisis ragam Fe Analisis ragam konsumsi BK Analisis ragam konsumsi PK Analisis ragam konsumsi abu Analisis ragam konsumsi LK Analisis ragam konsumsi SK Analisis ragam konsumsi TDN Analisis ragam konsumsi BETN Analisis ragam konsumsi Ca Analisis ragam konsumsi P Analisis ragam konsumsi Fe
13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 15 15 15 15 15 15 16 16
PENDAHULUAN Jumlah populasi kambing di Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 sampai 2011 tercatat populasi kambing mengalami peningkatan sekitar 7.15% (BPS 2011). Pemanfaatan kambing tidak hanya untuk diambil manfaat dari produksi susunyanya melainkan juga diambil dagingnya. Di Indonesia kambing yang dijadikan penghasil susu adalah kambing peranakan etawah dan kambing saanen. Kambing peranakan etawah merupakan kambing hasil persilangan dari kambing kacang dengan kambing etawah. Perkembangan usaha kambing perah harus ditunjang dengan ketersediaan pakan yang cukup dan status faal yang baik. Pada kambing yang masuk fase laktasi membutuhkan asupan nutrisi yang lebih tinggi karena selain untuk hidup pokok juga digunakan untuk produksi susu. Permasalahan yang sering terjadi pada usaha kambing perah adalah kualitas pakan. Peternak sering kurang memperhatikan kebutuhan nutrisi (lemak, protein, mineral dan air) bagi ternak. Hal tersebut dapat mengakibatkan penurunan produksi susu dan apabila terjadi pada jangka waktu yang lama akan mengakibatkan umur produksi menjadi lebih pendek. Apalagi saat musim kemarau ketersediaan hijauan berkurang dan membuat peternak menambah biaya untuk membeli pakan tambahan. Harga konsentrat untuk kebutuhan kambing laktasi cukup mahal bagi peternak yang sekitar 2500 kg-1. Indigofera sp. merupakan salah satu leguminosa pohon yang dapat tersedia sepanjang tahun dan mengandung protein kasar sekitar 28% (Hassen et al. 2007). Indigofera sp. dapat menggantikan bahan baku pakan sumber protein. Produktivitas Indigofera sp. mencapai 2.6 ton bahan kering ha-1 panen-1 (Hassen et al. 2008). Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena mempunyai nilai kecernaan protein kasar secara in vitro yang cukup tinggi mencapai 90.64% (Apdini 2011). Darah merupakan salah satu cairan yang mengalir keseluruh tubuh melalui pembuluh darah dan memegang peranan penting dalam proses fisiologis. Pemeriksaan gambaran darah diperlukan untuk mengetahui kesehatan dan mengevaluasi kecukupan nutrien pada ternak. Untuk dapat memberikan arti pada hasil pemeriksaan profil darah diperlukan data profil darah normal sebagai pembanding. Apabila terjadi penyimpangan status fisiologis ternak maka profil darah akan mengalami perubahan, namun jika perubahan masih dalam batas normal maka metabolisme, pertumbuhan dan kesehatan ternak dapat dinyatakan baik. Evaluasi pemanfaatan pakan mengandung Indigofera sp. sampai 40% perlu dikaji terhadap aspek kecukupan nutrien, fisiologis, hematologi dan metabolit darah. Dengan pemanfaatan protein yang tinggi pada Indigofera sp. diharapkan akan mempengaruhi kondisi fisiologis, hematologi dan metabolit darah normal kambing perah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pellet Indigofera sp. bertingkat terhadap konsumsi, kondisi fisiologis, gambaran hematologi dan metabolit darah kambing peranakan etawa laktasi.
2
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Pemeliharaan kambing Peranakan Etawah dilakukan di peternakan kambing perah koperasi pegawai IPB di Cikarawang. Analisa profil darah dan metabolit darah dilakukan di Laboratorium Ternak Daging dan Kerja, Departeman Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012 sampai Februari 2013. Bahan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Peranakan Etawah betina laktasi sebanyak 9 ekor dan bobot badan rata-rata 32.4 kg yang terdiri dari kambing laktasi pertama sebanyak 6 ekor, laktasi lebih dari sekali sebanyak 3 ekor. Ternak dikelompokan secara acak ke dalam 3 perlakuan sehingga masing-masing terwakili oleh status laktasi. Alat Peralatan yang digunakan adalah timbangan pakan, seperangkat alat pengambilan darah meliputi syringe 5 ml, tabung heparin, peralatan untuk analisa profil darah (tabung sahli, pipet butir darah merah dan putih, hemoglobinometer, microcapillary, sentrifuge dan hemositometer), peralatan untuk analisa metabolit darah (mikropipet, kuvet, spektofometer tipe G10S UV-VIS dan atomic absorptio spectrophotometry tipe AA 7000) dan peralatan untuk mengukur respon fisiologis (stetoskop untuk menghitung frekuensi denyut jantung dan termometer untuk mengukur suhu tubuh). Prosedur Penelitian Pembuatan Tepung Daun Daun Indigofera sp. yang akan dijadikan campuran ransum dibuat dalam bentuk tepung dengan dipisahkan dari ranting, lalu dikeringkan dibawah sinar matahari sampai mancapai kadar air tertentu sehingga beratnya konstan, kemudian digiling sampai menjadi bentuk tepung. Pembuatan Ransum Bahan pakan penyusun ransum adalah jagung, bungkil kelapa, dedak padi, onggok, molases, CaCO3, DCP, NaCl, Indigofera sp. dan rumput gajah. Air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan ransum dijadikan bentuk pellet. Penelitian ini menggunakan tiga macam perlakuan. Formula ransum setiap perlakuan dalam penelitian ini adalah terdiri dari: R1: Pellet (0% Indigofera sp.) + rumput gajah R2: Pellet (20% Indigofera sp.) + rumput gajah R3: Pellet (40% Indigofera sp.) + rumput gajah
3 Tabel 1Komposisi ransum berbentuk pellet Bahan pakan Onggok Jagung Indigofera sp. Bungkil kelapa Dedak padi Molasses CaCo3 DCP NaCl Premix
R1(%) 24 10 0 35 27 1 1 0.5 0.5 1
Perlakuan R2(%) 13 10 20 39 14 1 1 0.5 0.5 1
R3(%) 12 10 40 20 14 1 1 0.5 0.5 1
Tabel 2 Komposisi nutrien pellet dengan Indigofera sp.(% BK) Nutrien Berat Kering (%)1 Abu (%)1 Lemak Kasar (%)1 Protein Kasar (%)1 Serat Kasar (%)1 BETN (%)1 TDN (%)3 Ca (%)2 P (%)2 Fe (%)2
R1 89.95 10.23 7.93 12.56 9.44 59.83 78.74 1.47 0.27 0.06
Perlakuan R2 89.44 9.77 7.20 15.99 8.80 58.23 79.94 0.79 0.27 0.05
R3 87.43 10.11 6.26 17.14 11.46 55.04 75.69 2.14 0.31 0.05
Rumput Gajah 22.12 5.7 1.96 8.72 27.8 50.46 56.17 0.12 0.18 0.02
1
Sumber: Laboratorium PAU (2012).; 2Sumber: Hasil analisis AAS laboratorium Kimia MIPA IPB (2013).;3Sumber: Rumus perhitungan TDN (Hartadi 1980) = 37.937 –1.018 (SK) – 4.886 (LK) + 0.173 (Beta-N) + 1.042 (PK) + 0.015 (SK)2– 0.058 (LK)2+ 0.008 (SK) (beta-N) + 0.119 (LK) (Beta-N) + 0.038 (Beta-N) (PK) + 0.003 (SK)2(PK)
Tahap Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan dengan tahap adaptasi ternak selama 2 minggu. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi dan sore pada jam 07.00 dan 15.30. Pakan yang diberikan berupa pellet dan rumput gajah segar dengan perbandingan 75:25.
4 Pengukuran Fisiologi Ternak Pengukuran kondisi fisiologi ternak meliputi frekuensi denyut jantung menggunakan stetoskop, suhu menggunakan termometer dan frekuensi respirasi yang dilakukan 2 kali seminggu pada pagi, siang dan sore hari. Konsumsi Bahan Kering dan Nutrien ( protein kasar, lemak kasar, serat kasar, TDN, mineral Fe, Ca dan P ) Konsumsi dihitung dengan cara menimbang pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan (g ekor-1 hari-1) saat keesokan harinya dan dikali dengan kadar masingmasing nutrien. Tahap Pengambilan Darah Pengambilan darah dilakukan pada akhir periode pemeliharaan dan selanjutnya dilakukan pengukuran hematologi dan metabolit darah. Darah diambil dari daerah vena jugularis sebanyak 5 ml menggunakan syring. Sebelum pengambilan bulu disekitar aliran vena dibersihkan menggunakan alkohol 70% dan sample darah dimasukan dalam tabung berheparin. Penghitungan Kadar Hemoglobin (Metode Sahli) Larutan HCl 0.1 N dimasukkan dalam tabung sahli sampai tanda angka 10 pada garis batas bawah, kemudian sampel darah dihisap menggunakan pipet sahli hingga mencapai tanda tera atas (0.02 ml). Sampel darah segera dimasukkan kedalam tabung dan ditunggu selama 3 menit atau hingga berubah menjadi warna cokelat kehitaman akibat reaksi antara HCl dengan hemoglobin membentuk asam hematid. Setelah itu larutan ditambah dengan aquades, teteskan sedikit demi sedikit sambil diaduk. Larutan aquades ditambah hingga warna larutan sama dengan warna standar hemoglobinometer. Nilai hemoglobin dilihat di kolom gram % yang tertera pada tabung hemoglobin (Sastradipraja et al. 1989). Penghitungan Nilai Hematokrit Penentuan PCV dilakukan dengan cara tabung mikrohematokrit diisi dengan darah yang mengandung antikoagulan sebanyak 4/5 bagian tabung dan ujung masuknya darah ditutup dengan sumbat berupa malam atau sabun. Tabung kemudian dicentrifuge dengan kecepatan 10,000 rpm selama 5 menit. Kemudian nilai hematokrit dibaca dengan microhematocrit reader (Sastradipraja et al. 1989). Penghitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipet eritrosit untuk menghitung jumlah benda darah merah dan leukosit untuk menghitung jumlah benda darah putih hingga tanda tera 0.5 dengan aspirator. Ujung pipet di bersihkan dengan menggunakan tissu lalu hisap larutan pewarna Hayem hingga tanda 101 untuk perhitungan eritrosit dan larutan turk hingga tanda 11 untuk perhitungan leukosit. Larutan dan darah dihomogenkan dengan memutar pipet membentuk angka 8 selama 3 menit, setelah homogen cairan yang tidak terkocok pada ujung pipet dibuang dengan menempelkan ujung pipet pada tissu. Setelah itu teteskan satu tetes kedalam counting chamber yang sudah ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 45x 10. Menghitung eritrosit dalam, digunakan kotak pada counting chamber yang berjumlah 25 buah
5 dengan mengambil bagian berikut : satu kotak pojok kanan atas, satu kotak pojok kiri atas, satu kotak di tengah, satu kotak pojok kanan bawah, satu kotak pojok kiri bawah.Jumlah eritrosit yang didapat dari hasil penghitungan dikalikan 104. Agar mempermudah dalam menghitung, maka digunakan hand counter. Untuk menghitung leukosit dalam counting chamber, digunakan 4 kotak pada pojok kanan atas, pojok kiri atas, pojok kanan bawah dan pojok kiri bawah counting chamber yang berjumlah 16 kotak kecil. Jumlah leukosit yang didapat dari hasil penghitungan dikalikan 50 untuk mengetahui jumlah leukosit 1 pada setiap mm3 volume darah (Sastradipraja et al. 1989). Jumlah Eritrosit = a x 104 a = jumlah eritrosit hasil penghitungan dalam counting chamber Jumlah Leukosit = b x 50 b = jumlah leukosit hasil penghitungan dalam counting chamber Perhitungan Deferensiasi Leukosit Gelas objek disiapkan sebanyak 2 buah untuk satu sampel darah. Darah kambing diteteskan pada gelas objek pertama dengan posisi mendatar. Gelas objek kedua ditempatkan pada bagian depan (yang berlawanan dengan letak tetes darah) dengan membentuk sudut 30°, lalu digeserkan sehingga darah menyebar sepanjang garis kontak antara kedua gelas objek. Setelah darah menyebar dengan hati-hati tanpa mengangkat gelas objek pertama, gelas objek kedua didorong kearah depan dengan cepat sehingga terbentuk usapan darah tipis diatas gelas objek pertama. Ulasan darah tersebut dikeringkan di udara kemudian difiksasi dalam larutan methanol selama 5 menit lalu dimasukkan dalam pewarna Giemsa selama 30 menit,selanjutnya dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan di udara dan diteteskan minyak emersi untuk selanjutnya dihitung benda darah putih tersebut di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x 10 (Sastradipraja et al. 1989). Pengukuran Metabolit Darah Pengukuran metabolit darah meliputi pengukuran kadar glukosa, blood urea nitrogen (BUN) dan kadar trigleserida darah. Metode yang digunakan adalah kit Dya Sys dengan menggunakan alat spektrofotometer. Nomor katalog kit glukosa 112191, nomor katalog kit BUN 110491 dan nomor kit trigliserida 116392 Pengukuran Serum Mineral Ca, P dan Fe Pada pengukuran konsentrasi mineral pada serum menggunakan metode Wat Ashing dengan menggunakan alat spektrofometer dan AAS. Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas 3 perlakuan 3 ulangan yang dikelompokan berdasarkan status laktasi. Model matematika dari rancangan percobaan ini adalah :
6 Yij(t) = µ + Ki + P(t) + εi(t) Keterangan : Yi(t) : nilai pengamatan pada baris ke-i, kolom ke-j yang mendapat perlakuan ke-t. µ : nilai rata-rata umum Ki : pengaruh kelompok laktasi( i = 1,2) P(t) : pengaruh pemberian ransum( t = 1,2,3) ei(t) : pengaruh galat pada kelompok ke-i, yang memperoleh perlakuan ke-t Data yang diperoleh akan dianalisis ANOVA dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Apabila terdapat perbedaanyang nyata akan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Analisis data menggunakan SPSS 16. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jumlah konsumsi nutrien, status fisiologi (denyut jantung, respirasi dan suhu), dan profil darah (jumlah benda darah merah dan putih, kadar hemoglobin, hematokrit, diferensiasi leukosit, kadar glukosa, konsentrasi urea darah, kadar trigleserida darah dan konsentrasi mineral Ca, P dan Fe)
HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Fisiologi Respon fisiologi (suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, respirasi) saat penelitian pada kambing peranakan etawah tidak berbeda pada setiap perlakuan. Suhu tubuh kambing berkisar antara 37.4 sampai 38.40C. Hal ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Anggreani et al. (1999) yang berkisar antara 38.3 sampai 38.90C. Panas dalam tubuh berasal dari proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh di atas normal mengindikasikan terjadi proses metabolisme di dalam tubuh. Tabel 3 Suhu tubuh, frekuensi denyut jantung, respirasi Peubah 0
Suhu Tubuh( C) Denyut Jantung(kali menit-1) Respirasi (kali menit-1)
R1 37.90 ± 0.10 109.80± 6.40 41.10 ± 6.10
Perlkuan R2 37.80 ± 0.10 108.70± 5.70 40.90 ± 2.00
R3 37.80 ± 0.10 105.80± 2.10 39.10 ± 2.30
Keterangan : R1= Pellet tanpa Indigofera sp. ; R2=Pellet dengan 20% Indigofera sp. ; R3=Pellet dengan 40% Indigofera sp.
Denyut jantung pada ternak dapat dijadikan indikasi bahwa adanya kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kecepatan denyut jantung dapat dipengaruhi oleh temperatur ternak, aktivitas tubuh, letak geografis dan stress (Duke’s 1995). Hasil penelitian menunjukan bahwa denyut jantung kambing
7 peranakan etawah berkisar antara 96 sampai 112 kali menit-1, sedangkan menurut penelitian Anggreani et al. (1999) menunjukan bahwa denyut jantung pada kambing peranakan etawah berkisar antara 94 sampai 114 kali menit-1. Respirasi berfungsi sebagai parameter yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui fungsi organ-organ tubuh bekerja secara normal. Dalam tubuh proses respirasi berfungsi sebagai transport oksigen dan karbondioksida antara jaringan dan lingkungan luar. Oksigen antara lain berfungsi untuk menunjang proses metabolisme di dalam tubuh. Pada kambing kisaran normal respirasi adalah 26 sampai 54 kali menit-1 (Frandson 1992). Hasil penelitian menunjukan respirasi kambing peranakan etawah berkisar antara 30 sampai 50 kali menit-1. Konsumsi Nutrien Konsumsi berat kering berpengaruh langsung terhadap konsumsi nutrien ternak. Konsumsi berat kering rata-rata per hari adalah 1.21 kg ekor-1. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Astuti et al. (2000) yang berkisar antara 0.62 sampai 0.86 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi protein kasar rata-rata adalah 0.13 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang berkisar antara 0.35 sampai 0.26 kg ekor-1 hari-1 dan 0.13 sampai 0.16 kg ekor-1 hari-1 (Apdini et al. 2011; Astuti et al. 2000). Kebutuhan protein kasar menurut NRC (2006) adalah 0.12 sampai 0.13 kg ekor-1 hari-1. Tabel 4 Konsumsi bahan kering, protein kasar, TDN, BETN, serat kasar, lemak kasar, Ca, P dan Fe Peubah
Perlakuan R1
R2
R3 -1
Rata-rata
-1
Konsumsi (kg ekor hari ) Bahan kering 1.24 ± 0.25 1.14 ± 0.26 1.26 ± 0.21 1.21 Protein kasar 0.11 ± 0.03 0.12 ± 0.03 0.15 ± 0.03 0.13 Total digestible nutrien 0.78 ± 0.19 0.70 ± 0.19 0.78 ± 0.17 0.75 Bahan ekstrak tanpa N 0.68 ± 0.16 0.61 ± 0.13 0.64 ± 0.10 0.51 Serat kasar 0.50 ± 0.12 0.44 ± 0.12 0.35 ± 0.18 0.43 Lemak kasar 0.06 ± 0.02 0.05 ± 0.02 0.05 ± 0.01 0.05 Konsumsi (g ekor-1 hari-1) Kalsium 11.05 ± 2.77ab 5.32 ± 1.62a 15.94±3.95b 10.77 Fosfor 2.38 ± 0.58 2.13 ± 0.57 2.72 ± 0.59 2.41 Zat besi 0.47 ± 0.12 0.35 ± 0.10 0.47 ± 0.11 0.44 Keterangan : Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05). R1= Pellet tanpa Indigofera sp. ; R2=Pellet dengan 20% Indigofera sp. ; R3=Pellet dengan 40% Indigofera sp.
Konsumsi TDN rata-rata perhari pada penelitian ini adalah 0.75 kg ekor-1. Konsumsi tersebut masih lebih rendah dibanding menurut Apdini (2011) yang mencapai 2.48 kg ekor-1 hari-1. Kebutuhan TDN menurut NRC (2006) berkisar antara 0.99 sampai 1.02 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi BETN rata-rata pada
8 penelitian ini adalah 0.64 kg ekor-1. Hasil tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Apdini (2011) yang mencapai 0.71 kg ekor-1. Konsumsi serat kasar rata-rata perhari pada penelitian ini adalah 0.43 kg -1 ekor . Hasil tersebut lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Apdini (2011) yang berkisar antara 0.59 sampai 0.72 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi lemak kasar rata-rata per hari adalah 0.05 kg ekor-1 dan hasil penelitian ini sama jika dibandingkan dengan penelitian Apdini (2011) yang berkisar antara 0.04 sampai 0.08 kg ekor-1 hari-1. Konsumsi kalsium rata-rata perhari adalah 10.77 g ekor-1, sedangkan konsumsi fosfor rata-rata per hari adalah 2.41 g ekor-1. Kebutuhan kalsium kambing fase laktasi (NRC 1981) sebesar 2.3 sampai 7.5 g ekor-1 hari-1 dan kebutuhan fosfor (NRC 1981) sebesar 1.3 sampai 4.25 g ekor-1 hari-1. Dari hasil tersebut kebutuhan kalsium dan fosfor telah tercukupi. Kebutuhan zat besi untuk kambing adalah 54 sampai 144 mg hari-1 (NRC 1981). Konsumsi zat besi kambing pada penelitian ini adalah 440 mg ekor-1 hari-1. Hasil tersebut berarti kebutuhan zat besi telah terpenuhi. Hematologi Pada penelitian ini menunjukan tidak ada perbedaan dari perlakuan yang diberikan terhadap gambaran darah yang dihasilkan. Gambaran darah yang diamati meliputi hematokrit, kadar hemoglobin, eritrosit, leukosit dan diferensiasi leukosit. Tabel 5 Hematokrit, hemoglobin, eritrosit, leukosit, diferensiasi leukosit (monosit, limfosit, basofil, eosinofil, neutrofil) Peubah Hemtokrit(%) Hemoglobin(g %-1) Eritrosit (106 butir mm-3) Leukosit (103 butir mm-3) Limfosit (%) Monosit(%) Neutrofil (%) Basofil (%) Eosiofil (%)
R1 22.00 ± 5.20 8.70 ± 0.90 9.60 ± 0.45 8.00 ± 0.40 60.00 ± 2.00 1.30 ± 1.50 35.30 ± 3.80 0.70 ± 0.60 6.70 ± 2.30
Perlakuan R2 21.70 ± 3.20 7.80 ± 0.50 9.78 ± 0.48 7.30 ± 0.70 63.30 ± 8.10 1.30 ± 1.50 33.00 ± 7.50 0.30 ± 0.60 6.70 ± 2.50
R3 22.70 ± 1.50 8.70 ± 1.10 10.15 ± 0.82 7.20 ± 1.90 67.50 ± 7.80 1.50 ± 2.10 29.00 ± 5.70 0.50 ± 0.70 4.50 ± 3.50
Keterangan :R1= Pellet tanpa Indigofera sp. ; R2=Pellet dengan 20% Indigofera sp. ; R3=Pellet dengan 40% Indigofera sp.
Hematokrit adalah persentase sel darah merah dalam 100 ml darah. Pada hewan normal, hematokrit sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Nilai hematokrit yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 18% sampai 28%. Nilai tersebut tidak berbeda jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Desiwanti (2006) yang berkisar antara 20% sampai 26%.
9 Hemoglobin merupakan salah satu bagian dari eritrosit. Kadar hemoglobin dalam darah pada umumnya berbanding lurus dengan hematokrit dan jumlah eritrosit. Kadar hemoglobin pada penelitian ini berkisar antara 7.5 sampai 9.6 g %1 . Nilai tersebut tidak berbeda dibandingkan dengan penelitian Desiwanti (2006) yang menyatakan bahwa kadar hemoglobin pada kambing peranakan etawah laktasi 7.5 sampai 8.5 g %-1. Benda darah merah merupakan jumlah eritrosit per 1 mm3 darah. Jumlah eritrosit pada penelitian berkisar antara 9600 sampai 1109 (104 butir mm-3). Jumlah tersebut tidak berbeda dibandingkan dengan penelitian Anggreani et al. (1999) yang berkisar antara 1000 sampai 1076 (104 butir mm-3). Benda darah putih merupakan jumlah leukosit per 1 mm3 darah. Jumlah leukosit dapat dijadikan tolak ukur terhadap kondisi kesehatan ternak. Peningkatan jumlah leukosit biasanya terjadi ketika ternak diserang oleh penyakit. Hal ini karena fungsi leukosit sendiri untuk kekebalan tubuh. Jumlah leukosit pada penelitian ini berkisar antara 6.00 sampai 10.45 (103 butir mm-3). Jumlah tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Anggreani et al. (1999) yang berkisar 17.70 sampai 21.90 (103 butir mm-3). Jumlah leukosit pada kambing normal berkisar antara 4.00 sampai 13.00 (103 butir mm-3) (Jain 1993). Metabolit Darah Pada ternak fase laktasi glukosa merupakan salah satu bahan pembentuk laktosa. Hasil penelitian ini kadar glukosa darah berkisar antara 19.3 sampai 35.3 mg dl-1. Kadar glukosa darah pada perlakuan R2 lebih besar daripada kontrol dan R3. Hal tersebut dikarenakan kandungan energi pada ransum R2 lebih besar daripada ransum kontrol dan R3. Hasil tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Astuti et al. (2000) kadar glukosa darah kambing peranakan etawah laktasi berkisar 99 sampai 104 mg dl-1 dan menurut Khaled (1999) kadar glukosa darah kambing peranakan etawah laktasi sebesar 63 mg dl-1. Rendahnya kadar glukosa darah bisa disebabkan oleh kebutuhan akan energi tidak tercukupi. Rendahnya glukosa darah juga dapat dikaitkan dengan waktu pengambilan sample darah, yaitu 30 sampai 60 menit setelah pemberian pakan sehingga kadar glukosa belum mengalami peningkatan. Menurut Astuti et al. (2006) peningkatan kadar glukosa darah terjadi 2 jam setelah makan dan mengalami penurunan pada 4 jam setelah makan. Pada ternak laktasi terjadi peningkatan laju up take glukosa oleh kelenjar susu yang mengakibatkan kadar glukosa darah cendrung menurun.
10
Tabel 6 Kadar glukosa darah, kadar urea darah, kadar trigliserida darah, kadar Fe darah, kadar kalsium darah dan kadar P darah Peubah -1
Glukosa(mg dl ) -1
Urea (mg dl ) -1
Triglisireda(mg dl ) -1
Fe(µgdl ) -1
Ca(mg dl )
R1
Perlakuan R2
R3
19.30 ± 12.00a
35.30 ± 3.00b
21.20 ± 1.50ab
47.50 ± 13.30ab
40.10 ± 5.00a
61.60 ± 8.30b
15.80 ± 5.80
7.00 ± 3.50
17.80 ± 5.20
322.80 ± 189.60
198.00 ± 100.90
200.10 ± 72.90
20.50 ± 1.30
20.70 ± 0.20
21.60 ± 1.80
-1
P(mg dl ) 6.10 ± 1.70 5.10 ±1.60 7.00 ± 1.70 Keterangan :Superskrip huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0.05). R1= Pellet tanpa Indigofera sp. ; R2=Pellet dengan 20% Indigofera sp. ; R3=Pellet dengan 40% Indigofera sp.
Urea merupakan hasil katabolisme protein yang terjadi dalam tubuh hewan mamalia. Pada ternak ruminansia urea yang terbentuk dihati akan dikembalikan ke rumen melalui saliva atau langsung melalui dinding rumen. Urea yang terbentuk di hati akan dilepaskan ke darah untuk mempertahankan konsentrasi urea darah. Menurut Khaled (1999) konsentrasi urea darah pada kambing fase laktasi berkisar antara 23.8 sampai 25.2 mg dl-1. Hasil penelitian ini kadar urea berkisar antara 40.1 sampai 61.6mg dl-1. Pada perlakuan R3 memiliki kadar urea darah lebih besar daripada kontrol dan R2. Hal ini dikarenakan level protein pakan R3 lebih besar daripada kontrol dan R2. Pernyataan ini sesuai menurut Hwang et al. (2001) level protein pakan yang meningkat akan menghasilkan kadar urea darah yang meningkat. Tingginya kadar urea darah pada kambing saat penelitian disebabkan oleh pakan yang diberikan 75% adalah konsentrat, protein konsentrat dalam rumen mudah difermentasi dan membentuk amonia. Amonia akan diubah menjadi urea didalam hati yang kemudian akan dilepaskan ke darah. Trigleserida merupakan substrat yang membentuk lemak susu. Didalam hati, jaringan adiposa dan kelenjar susu trigliserida dirombak menjadi asam lemak untuk menghasilkan energi, membentuk lemak jaringan dan lemak susu. Menurut Khaled (1999) kadar trigliserida pada kambing laktasi berkisar antara 22.1 sampai 25.6 mg dl-1. Hasil penelitian ini kadar trigliserida berkisar antara 7.0 sampai 17.8 mg dl-1.Rendahnya kadar trigliserida dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi energi. Akibatnya asam lemak yang seharusnya diubah menjadi trigliserida dalam hati, digunakan untuk dirombak menjadi energi. Besi (Fe) dalam tubuh ternak berbentuk organik yang terbagi dua jenis yaitu Fe-heme dan Fe-nonheme. Fe-heme merupakan bagian kelompok porfirin yang terdiri atas hemoglobin dan mioglobin serta enzim sitokrom, sitokrom oksidase, katalase dan peroksidase. Fe-nonheme 8 terdiri atas transfirin, ferritin, hemosiderin, dan Fe dari protein tertentu misalnya ferroflavoprotein (McDowell 1992). Penyerapan Fe terjadi pada duodenum dan jejenum dalam bentuk ferro (Fe2+). Konsentrasi Fe darah pada kambing fase laktasi berkisar antara 116 sampai 136 µg dl-1 (Tanritanir 2009). Pada penelitian ini konsentrasi
11 Fe dalam darah tidak berbeda dengan perlakuan yang diberikan.Konsentrasi Fe darah dalam penelitian ini berkisar antara 198 sampai 322 µg dl-1. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak berada dalam tubuh yaitu lebih dari 98% Ca berada dalam tulang dan gigi atau sebesar 46% dari total mineral tubuh (McDowell 1992). Kondisi fisiologis hewan, terutama hewan betina, ikut mempengaruhi kebutuhan tubuh akan kalsium. Kebutuhan Ca pada hewan betina akan mengalami peningkatan pada akhir kebuntingan dan laktasi. Pada saat ini terjadi peningkatan efisiensi absorpsi Ca. Dalam darah, Ca didapatkan terutama dalam plasma (Parakkasi 1999). Pada kambing laktasi kadar Ca darah sekitar 9.6 sampai 9.7 mg dl-1 (Khaled 1999). Pada penelitian ini konsentrasi Ca dalam darah tidak berbeda dengan perlakuan yang diberikan. Konsentrasi Ca darah dalam penelitian ini berkisar antara 20.5 sampai 21.6mg dl-1. Tingginya kadar Ca darah disebabkan oleh konsumsi Ca yang melebihi dari kebutuhan. Fosfor memegang peran penting dalam proses mineralisasi tulang. Pada ternak ruminansia mineral fosfor yang dikonsumsi, sekitar 70% akan diserap kemudian menuju plasma darah dan 30% akan keluar melalui feses. Mineral fosfor yang diserap akan didistribusikan ke tulang dan gigi (Ensimenger et al. 1990). Pada ternak kambing laktasi konsentrasi fosfor dalam darah sekitar 6.7 sampai 7.3 mg dl-1 (Tanritanir 2009). Pada penelitian ini konsentrasi P dalam darah tidak berbeda dengan perlakuan yang diberikan. Konsentrasi P darah dalam penelitian ini berkisar antara 5.1sampai 7.0 mg dl-1.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian Indigofera sp. hingga 40% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap konsumsi nutrien, respon fisiologis dan gambaran darah tetapi berpengaruh nyata terhadap konsentrasi glukosa dan urea dalam darah. Saran Penggunaan konsentrat dalam jumlah yang banyak pada ternak ruminansia diperlukan tambahan bahan karbohidrat mudah terlarut seperti molases agar efisiensi protein meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Anggraeni A, Sutama K, Dharsana K, Setiadi K, Amarti U, Sianturi RSG, Budiarsana IGM, Hastono. 1999. Respon fisiologis dan produktivitas kambing peranakan etawah yang dikawinkan dengan kambing saanen. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 1999 Oktober 17-18; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 1999. hlm 224–235
12 Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan pellet Indgofera sp. pada kambing perah peranakan etawah dan saanen di peternakan Bangun Karso Farm [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Astuti DA, Sastradipradja D, Sutardi T. 2000. Nutrient balance and glucose metabolism of female growing, late pregnant and lactating Etawah crossbred goats. Asian-Aus J Anim Sci. 13(8): 1068-1077. Astuti DA, Ekastuti DR, Marwah, Suryani. 2006. Status nutrien dan gambaran darah domba lokal yang dipelihara di hutan pendidikan gunung walat sukabumi. Di dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2006 September 5-6; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 2006. hlm 399–404. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Populasi Ternak. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Destiwanti HH. 2006. Profil sel darah merah, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit selama periode kebuntingan dan pertus pada kambing peteranakan etawah yang diberi suplementasi seng (Zn) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Duke’s. 1995. Physiology of Domestic Animal Comstock. New York (US): Camel. Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Srigandono B, Praseno K, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Univ Pr. Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosukojo S, Tillman AD. 1980. Tabel-tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Utah (US): Logan. Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk, Tjelele TJ. 2007. Influence of season/year and species on chemical composition and in vitro digestibility off five Indigofera sp. accessions. J Anim Feed Sci Technol. 136: 312-322. Hwang SY, Lee MJ, Pek HC. 2001. Divinal variation in milk and blood urea nitrogen and whole blood ammonia nitrogen in dairy cows. Asian-Aus J Anim Sci. 14(12): 1683 – 1689. Jain NO. 1993. Essential of Verterinary Hematology. Philadelphia (US): Lea and Febiger Khaled NF, Illek J. 1999. Interactions between nutrition, blood metabolic profile and milk composition in dairy goats. Acta Vet Brno. 68: 253–258. McDowell RL. 1992. Mineral in Animal and Human Nutrition. California (US): Academic Pr. [NRC] National Research Council. 1981. Nutrient Requirements of Goat. Washington DC (US): National Academy Pr. [NRC] National Research Council. 2006. Nutrient Requirements of Goat. Washington DC (US): National Academy Pr. Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan ternak Ruminan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia . Sastradipraja D, Sikar SHS, Widjajakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H, Sunawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun Praktikum Veteriner. Bogor (ID): PAU Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor. Tanritanir P, Dede S, Ceylan E. 2009. Change in some macro minerals and and biochemical parameters in female healthy siirt hair goat before and after parturation. J Anim Vet Adv. 8(3) : 530-533
13 Lampiran 1 Analisis ragam hematokrit Sumber JK 1.56 Perlakuan 48.22 Kelompok 31.11 Galat
DB 2 2 4
KT 0.78 24.11 7.78
Fhit 0.10 3.10
Pr > F 0.91 0.15
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 2 Analisis ragam hemoglobin Sumber JK 1.44 Perlakuan 2.88 Kelompok 1.54 Galat
DB KT 2 0.72 2 1.44 4 0.38
Fhit 1.89 3.75
Pr > F 0.26 0.12
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 3 Analisis ragam BDM Sumber JK 4693.556 Perlakuan 10917.556 Kelompok 11154.444 Galat
DB 2 2 4
KT 2346.778 5458.778 2788.611
Fhit 0.842 1.958
Pr > F 0.495 0.255
Fhit 0.46 1.25
Pr > F 0.66 0.38
Fhit 5.48 1.67
Pr > F 0.07 0.30
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 4 Analisis ragam BDP Sumber JK 1202222.22 Perlakuan 3303888.88 Kelompok 5267777.77 Galat
DB 2 2 4
KT 601111.11 1651944.44 1316944.44
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 5 Analisis ragam glukosa Sumber JK DB 460.35 2 Perlakuan 140.70 2 Kelompok 168.02 4 Galat
KT 230.17 70.35 42.00
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 6 Analisis ragam trigliserida Sumber JK DB 197.13 2 Perlakuan 10.17 2 Kelompok 134.80 4 Galat
KT 98.57 5.08 33.70
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Fhit 2.92 0.15
Pr > F 0.16 0.86
14 Lampiran 7 Analisis ragam urea Sumber JK 713.96 Perlakuan 349.33 Kelompok 193.62 Galat
DB 2 2 4
KT 356.98 174.66 48.40
Fhit 7.37 3.60
Pr > F 0.04 0.12
Fhit 0.46 0.11
Pr > F 0.65 0.89
Fhit 0.65 0.12
Pr > F 0.56 0.88
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 8 Analisis ragam Ca Sumber JK 2.15 Perlakuan 0.54 Kelompok 9.30 Galat
DB 2 2 4
KT 1.07 0.27 2.32
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 9 Analisis ragam P Sumber JK 5.19 Perlakuan 1.00 Kelompok 15.95 Galat
DB 2 2 4
KT 2.59 0.50 3.98
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 10 Analisis ragam Fe Sumber JK 30655.90 Perlakuan 31425.39 Kelompok 71448.20 Galat
DB 2 2 4
KT 15327.95 15712.69 17862.05
Fhit 0.86 0.88
Pr > F 0.49 0.48
Fhit 0.14 0.12
Pr > F 0.87 0.88
Fhit 0.75 0.24
Pr > F 0.52 0.79
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 11 Analisis ragam konsumsi BK Sumber JK DB 21773.55 2 Perlakuan 18556.22 2 Kelompok 306477.11 4 Galat
KT 10886.77 9278.11 76619.27
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 12 Analisis ragam konsumsi PK Sumber JK DB 1960.22 2 Perlakuan 643.55 2 Kelompok 5204.44 4 Galat
KT 980.11 321.77 1301.11
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
15 Lampiran 13 Analisis ragam konsumsi abu Sumber JK DB 266.00 2 Perlakuan 132.66 2 Kelompok 2217.33 4 Galat
KT 133.00 66.33 554.33
Fhit 0.24 0.12
Pr > F 0.79 0.89
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 14 Analisis ragam konsumsi LK Sumber JK DB 304.88 2 Perlakuan 53.55 2 Kelompok 1141.77 4 Galat
KT 152.44 26.77 285.44
Fhit 0.53 0.09
Pr > F 0.62 0.91
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 15 Analisis ragam konsumsi SK Sumber JK DB 35861.55 2 Perlakuan 21681.55 2 Kelompok 105472.44 4 Galat
KT 17930.77 10840.77 26368.11
Fhit 0.68 0.41
Pr > F 0.55 0.68
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 16 Analisis ragam konsumsi TDN Sumber JK DB 11453.55 2 Perlakuan 13080.88 2 Kelompok 185909.11 4 Galat
KT 5726.77 6540.44 46477.27
Fhit 0.12 0.14
Pr > F 0.88 0.87
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 17 Analisis ragam konsumsi BETN Sumber JK DB 7217.55 2 Perlakuan 5172.22 2 Kelompok 84179.77 4 Galat
KT 3608.77 2586.11 21044.94
Fhit 0.17 0.12
Pr > F 0.84 0.88
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Lampiran 18 Analisis ragam konsumsi Ca Sumber JK DB 169.52 2 Perlakuan 7.43 2 Kelompok 44.51 4 Galat
KT 84.76 3.71 11.12
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
Fhit 7.61 0.33
Pr > F 0.04 0.73
16 Lampiran 19 Analisis ragam konsumsi P Sumber JK DB 0.52 2 Perlakuan 0.17 2 Kelompok 1.85 4 Galat
KT 0.26 0.08 0.46
Fhit 0.56 0.18
Pr > F 0.61 0.83
Fhit
Pr > F
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tenga
Lampiran 20 Analisis ragam konsumsi Fe Sumber Perlakuan Kelompok Galat
JK
DB 0.03 0.00 0.06
KT 2 2 4
0.01 0.00 0.01
0.99 0.13
0.44 0.87
Keterangan : JK= jarak kuadrat; DB= derajat bebas; KT= kuadrat tengah
RIWAYAT HIDUP Farid Rosadi, dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 13 Mei 1991. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara pasangan Drs Umar Ghoni MM dan Siti Musfiatin. Pendidikan sekolah menengah dimulai dari tahun 2003 di SMP Negeri 3 Peterongan sampai tahun 2006. Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh pada tahun 2006 sampai tahun 2009 di SMA Darul Ulum 1 BPPT Jombang. Penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kepramukaan dan Rohis merupakan organisasi yang pernah diikuti penulis selama menempuh pendidikan. Penulis merupakan mahasiswa daerah sehingga penulis juga aktif dalam OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) PAD Bojonegoro dan Ikatan Keluarga Pondok Pesantren Darul Ulum.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti MS dan Dr Ir Luki Abdullah MscAgr selaku pembimbing, serta Prof Dr Ir Toto Toharmat MAgrSc yang telah banyak memberi saran ketika seminar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penguji Ir Lilis Khadijah Msi, Dr Sri Suharti Spt Msi dan Ir Rini Herlina Mulyono Msi atas saran-saran yang diberikan. Penulis juga sampaikan penghargaan kepada Suharlina SPt Msi yang telah membantu selama proses penelitian dan pengumpulan data.
17 Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengelola peternakan kambing perah koperasi pegawai IPB atas bantuan dan dukungan selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tersayang yaitu ayah, ibu dan mbak Nurul. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman INTP 46 tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak atas bantuan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.