No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015) PRODUKSI PADI TAHUN 2015 (ARAM II) DIPERKIRAKAN TURUN 0,81 PERSEN DIBANDINGKAN PRODUKSI TAHUN 2014 A. PADI
Produksi padi di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 857.944 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami penurunan sebesar 24.148 ton GKG (2,74 persen) dibandingkan tahun 2013. Sedangkan produksi padi di tahun 2015 berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM II) diperkirakan sebesar 850.965 ton GKG atau mengalami penurunan sebesar 6.979 ton GKG (0,81 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 2.658 hektar (1,86 persen), walaupun produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,65 kwintal/hektar (1,08 persen).
B. JAGUNG
Produksi jagung di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton pipilan kering (29,46 persen) dibandingkan tahun 2013. Sedangkan produksi jagung di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 36.124 ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 4.489 ton pipilan kering (11,05 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 1.828 hektar (10,96 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,03 kwintal/hektar (0,12 persen).
C. KEDELAI
Produksi kedelai di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 8.187 ton biji kering atau mengalami kenaikan 754 ton biji kering (10,14 persen) dibandingkan tahun 2013. Sedangkan Produksi kedelai di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 6.953 ton biji kering. Capaian produksi ini diperkirakan turun sebesar 1.234 ton biji kering (15,07 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi ini diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 242 hektar (4,52 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 1,69 kwintal/hektar (11,06 persen).
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
1
1. PENDAHULUAN Statistik produksi tanaman pangan yang disajikan dalam BRS (Berita Resmi Statistik) ini terdiri dari luas panen, produktivitas, dan angka produksi, serta hanya mencakup komoditas padi, jagung, dan kedelai. Angka produksi tanaman pangan disajikan dalam 4 (empat) periode waktu yang berbeda, yakni ARAM I, ARAM II, ASEM, dan ATAP. ARAM I (Angka Ramalan I) terdiri dari realisasi produksi subround I (Januari April) dan angka ramalan subround II dan subround III (Mei Desember) berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan April. ARAM II (Angka Ramalan II) terdiri dari realisasi produksi subround I dan subround II (Januari Agustus) dan angka ramalan subround III (September Desember) berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Agustus. ASEM (Angka Sementara) merupakan realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember), tetapi belum final karena menunggu sampai menjadi angka tetap (data tersedia dengan lengkap). ATAP (Angka Tetap) adalah realisasi produksi selama satu tahun (Januari Desember), dan sudah merupakan angka final. Adapun jadwal rilis ARAM, ASEM, dan ATAP di tahun 2015 melalui BRS dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Jadwal Rilis ARAM, ASEM, dan ATAP di Tahun 2015 Periode Status Angka
Jadwal Rilis BRS
1.
ASEM 2014
2 Maret 2015
REALISASI 2014 (Angka Belum Final)
2.
ATAP 2014
1 Juli 2015
REALISASI 2014 (Angka Final)
3.
ARAM I 2015
1 Juli 2015
4.
ARAM II 2015
2 November 2015
Subround I (Januari – April)
Subround II (Mei – Agustus)
REALISASI 2015
Subround III (September – Desember)
RAMALAN
REALISASI 2015
RAMALAN
Para konsumen data perlu mencermati status angka tersebut dalam penggunaannya, baik untuk evaluasi/monitoring maupun perencanaan, dan hendaknya selalu mengacu pada hasil perhitungan yang dirilis terakhir. 2. PRODUKSI PADI Produksi padi di Bali tahun 2014 lalu tercatat sebesar 857.944 ton GKG atau mengalami penurunan sebesar 24.148 ton GKG (2,74 persen) dibandingkan tahun 2013. Sementara itu, produksi padi di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 850.965 ton GKG. Capaian produksi ini diperkirakan mengalami penurunan sebesar 6.979 ton GKG (0,81 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan produksi diperkirakan terjadi pada subround I (Januari - April) sebesar 59.696 ton GKG (20,09 persen). Sebaliknya, produksi pada subround II (Mei - Agustus) diperkirakan meningkat sebesar 44.523 ton GKG (17,24 persen) dan produksi pada subround III (September - Desember) juga diperkirakan meningkat sebesar 8.194 ton GKG (2,71 persen). Secara absolut maupun persentase, penurunan produksi padi relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Buleleng sebesar 7.495 ton GKG (5,62 persen). Penurunan produksi padi di Bali selama tahun 2015 (ARAM II) diperkirakan karena adanya penurunan luas panen seluas 2.658 hektar (1,86 persen) dengan penurunan luas panen tertinggi 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
terjadi di Kabupaten Tabanan yang diperkirakan mencapai 1.924 hektar (5,22 persen). Selanjutnya di posisi kedua adalah Kabupaten Karangasem yang diperkirakan mengalami penurunan luas panen seluas 1.069 hektar (8,77 persen), dan di posisi ketiga adalah Kabupaten Buleleng dengan perkiraan penurunan luas panen seluas 830 hektar (3,74 persen). Seperti diketahui bahwa El Nino effect telah memicu kekeringan pada sektor pertanian di sejumlah daerah di Indonesia tanpa terkecuali di Bali. Musim kemarau yang memicu krisis air bersih maupun irigasi dampaknya kian dirasakan oleh sejumlah petani. Akibat menurunnya debit air yang mengalir ke irigasi subak membuat tanaman padi mengalami kekeringan. Alhasil, luas panen dan produksi padi mengalami penurunan. Bayang-bayang puso atau gagal panen pun membayangi para petani. Secara umum, ada beberapa faktor sebagai penyebab penurunan luas panen padi di Bali berdasarkan ARAM II 2015, antara lain: 1. Adanya penurunan sebesar 4.271 hektar (9,60 persen) Luas Tanam Akhir (LTA), dari 44.491 hektar LTA Agustus 2014 menjadi 40.220 hektar LTA Agustus 2015 yang diakibatkan kekeringan di hampir semua wilayah karena keterbatasan air (debit air mengecil) dan perbaikan saluran irigasi seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Karangasem, Bangli, dan Buleleng. Pada konteks lain, ada sedimentasi saluran dam saba di Kabupaten Buleleng kurang lebih 80 cm, sehingga seluas 250 hektar tanaman padi tidak bisa di tanam. 2. Selain itu, adanya pengalihan komoditi karena sawah kurang supply air, yakni pengalihan dari komoditi padi ke tembakau seperti yang terjadi di Kabupaten Buleleng seluas 600 hektar dan 200 hektar di Kabupaten Gianyar. Selain itu, adanya pergeseran atau tunda tanam yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar, dan Buleleng karena perbaikan jaringan irigasi di akhir tahun 2014 lalu. 3. Berdasarkan data kekeringan pada tanaman padi yang dikeluarkan UPT BPTPH Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali periode tanggal 16 s/d 30 September 2015, mencatat telah terjadi kekeringan pada tanaman padi di Bali seluas 635,76 hektar yang tersebar di 6 (enam) kabupaten, yakni Jembrana 263,50 hektar (41,45%), Gianyar 170,00 hektar (26,74%), Buleleng 115,50 hektar (18,17%), Badung 46,45 hektar (7,31%), Tabanan 38,00 hektar (5,98%), dan Karangasem 2,31 hektar (0,36%). Sebagian besar atau seluas 401,45 hektar (63,14%) kekeringan yang terjadi dalam intensitas ringan. Sisanya seluas 101,00 hektar (15,89%) dengan intensitas berat, intensitas sedang seluas 87,00 hektar (13,68%), dan puso seluas 46,31 hektar (7,28%). 4. Adanya alih fungsi lahan seperti yang terjadi di Kabupaten Buleleng (Kecamatan Busungbiu, Sukasada, Buleleng, Sawan, dan Kubutambahan) seluas 115 hektar. Kendati luas panen dan produksi padi diperkirakan mengalami penurunan, namun produktivitas justru mengalami kenaikan diperkirakan sebesar 0,65 kwintal/hektar (1,08%), yang lebih disebabkan penggunaan pupuk organik maupun anorganik (Urea, TSP/SP36, KCL, dan NPK) secara intensif dan hampir merata di semua kabupaten/kota, disamping penggunaan benih unggul. Selain itu, adanya program Upaya Khusus (UPSUS) turut memberi pengaruh positif bagi peningkatan produktivitas padi. Misalnya di Kota Denpasar, adanya program UPSUS yang terdiri dari bantuan jaringan irigasi, bantuan optimasi lahan, bantuan benih dan pupuk, bantuan pengembangan SRI (System of Rice Intensification), bantuan traktor roda dua serta bantuan pompa air, disamping adanya pendampingan dari penyuluh, Babinsa TNI dan Mahasiswa (Perguruan Tinggi) memberi andil signifikan bagi peningkatan produktivitas padi.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
3
Masih berdasarkan ARAM II 2015, produktivitas padi relatif tinggi (di atas angka provinsi yang mencapai 60,77 kwintal/hektar) berada di 5 (lima) kabupaten/kota, yakni Denpasar (67,41 kwintal/hektar), Jembrana (66,27 kwintal/hektar), Badung (62,97 kwintal/hektar), Klungkung (61,81 kwintal/hektar), dan Gianyar (61,76 kwintal/hektar). Tabel 2 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 - 2015 No
Uraian
(1)
(2)
1 -
Luas Panen (hektar) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari – Desember
-
Produktivitas (kwintal/hektar) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
-
Produksi (ton) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
2
3
2013
2014
Perkembangan
2015 (ARAM II)
2013 - 2014
2014 - 2015
Absolut
%
Absolut
%
(6)
(7)
(8)
(9)
(3)
(4)
(5)
49 880 48 416 52 084 150 380
49 801 43 346 49 550 142 697
38 498 50 653 50 888 140 039
- 79 -5 070 -2 534 -7 683
-0,16 -10,47 -4,87 -5,11
-11 303 7 307 1 338 -2 658
-22,70 16,86 2,70 -1,86
58,17 55,26 62,29 58,66
59,67 59,57 61,07 60,12
61,68 59,76 61,07 60,77
1,50 4,31 -1,22 1,46
2,58 7,80 -1,96 2,49
2,01 0,19 0,00 0,65
3,37 0,32 0,00 1,08
290 155 267 524 324 413 882 092
297 151 258 199 302 594 857 944
237 455 302 722 310 788 850 965
6 996 -9 325 -21 819 -24 148
2,41 -3,49 -6,73 -2,74
-59 696 44 523 8 194 -6 979
-20,09 17,24 2,71 -0,81
Keterangan: Kualitas Produksi Padi adalah Gabah Kering Giling (GKG)
Gambar 1 Pola Luas Panen Padi di Provinsi Bali Tahun 2013
4
2015 (hektar)
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi padi di tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 850.965 ton GKG tersebut, Kabupaten Tabanan memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar 24,33 persen atau 207.056 ton GKG. Kedua adalah Gianyar dengan share 22,75 persen atau 193.603 ton GKG, dan ketiga adalah Buleleng dengan share 14,80 persen atau 125.952 ton GKG. Kontribusi kabupaten/kota lainnya berada di bawah 14,80 persen. Sementara itu, bila dilihat dari sisi pola panen padi di Bali selama tahun 2015 (kondisi sampai dengan subround II) terjadi perbedaan dibandingkan dua tahun sebelumnya, dimana musim puncak panen atau panen raya terjadi di bulan Mei. Sedangkan pada tahun 2013 dan 2014, musim puncak panen atau panen raya terjadi di bulan April (lihat Gambar 1). Dengan kata lain, musim puncak panen atau panen raya padi di Bali pada tahun ini mundur satu bulan dibandingkan dua tahun sebelumnya. 3. PRODUKSI JAGUNG Produksi jagung di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 40.613 ton pipilan kering atau turun 16.960 ton pipilan kering (29,46 persen) dibandingkan tahun 2013. Sementara itu, produksi jagung di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan sebesar 36.124 ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 4.489 ton pipilan kering (11,05 persen) dibandingkan tahun 2014. Penurunan ini terjadi di dua subround, yakni pada subround I (Januari - April) turun sebesar 3.748 ton pipilan kering (11,40 persen) dan subround II (Mei - Agustus) turun sebesar 1.219 ton pipilan kering (46,47 persen). Sedangkan pada subround III (September - Desember) diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 478 ton pipilan kering (9,36 persen). Secara absolut maupun persentase, penurunan produksi jagung relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 2.125 ton pipilan kering (50,12 persen). Penurunan produksi jagung di Bali selama tahun 2015 diperkirakan karena adanya penurunan luas panen seluas 1.828 hektar (10,96 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,03 kwintal/hektar (0,12 persen). Secara absolut, penurunan luas panen relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Buleleng seluas 1.138 hektar. Sedangkan secara persentase, penurunan luas panen relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Bangli sebesar 39,03 persen. Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan luas panen jagung, antara lain: 1. Menurunnya luas tanam di bulan Januari 2015 sebesar 341 hektar (29,73%) dan luas tanam di bulan Mei 2015 sebesar 128 hektar (21,33%). Sedangkan luas tanam di bulan September 2015 diperkirakan akan naik 366 hektar (78,88%). 2. Banyak tanaman jagung yang dipanen muda (jagung manis atau panen untuk sayur dan pakan ternak). 3. Faktor kekurangan air akibat kekeringan seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli (Kecamatan Kintamani) dan Klungkung (Kecamatan Banjarangkan dan Nusa Penida). 4. Adanya pengalihan komoditi ke tanaman jeruk dan rumput gajah sebagai pakan ternak sapi seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli. Sementara itu, penurunan produktivitas jagung sangat dipengaruhi oleh penggunaan pupuk, dan kekurangan pasokan air akibat kekeringan. Penurunan produktivitas jagung relatif paling tinggi terjadi di Kabupaten Badung sebesar 21,05 kwintal/hektar (36,76 persen).
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
5
Tabel 3 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 - 2015 2015
Perkembangan
No
Uraian
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
15 546 1 377 1 300 18 223
14 501 724 1 460 16 685
13 110 519 1 228 14 857
-1 045 -653 160 -1 538
-6,72 -47,42 12,31 -8,44
-1 391 -205 -232 -1 828
-9,59 -28,31 -15,89 -10,96
29,01 39,03 54,57 31,59
22,68 36,23 34,97 24,34
22,22 27,05 45,47 24,31
-6,33 -2,80 -19,60 -7,25
-21,82 -7,17 -35,92 -22,95
-0,46 -9,18 10,50 -0,03
-2,03 -25,34 30,03 -0,12
45 105 5 374 7 094 57 573
32 884 2 623 5 106 40 613
29 136 1 404 5 584 36 124
-12 221 -2 751 -1 988 -16 960
-27,09 -51,19 -28,02 -29,46
-3 748 -1 219 478 -4 489
-11,40 -46,47 9,36 -11,05
1 -
Luas Panen (hektar) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari – Desember
-
Produktivitas (kwintal/hektar) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
-
Produksi (ton) Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember
2
3
(ARAM II) (5)
2013 - 2014 Absolut (6)
2014 - 2015 % (7)
Keterangan: Kualitas Produksi Jagung adalah Pipilan Kering
Gambar 2 Pola Luas Panen Jagung di Provinsi Bali Tahun 2013
6
2015 (hektar)
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
Absolut (8)
% (9)
Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi jagung di tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 36.124 ton pipilan kering tersebut, Kabupaten Buleleng memberikan kontribusi (share) tertinggi sebesar 45,79 persen atau 16.540 ton pipilan kering. Kabupaten Karangasem menempati posisi kedua dengan share sebesar 22,90 persen atau 8.274 ton pipilan kering, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 14,56 persen atau 5.258 ton pipilan kering. Sedangkan share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 14,56 persen. Sementara itu, pola panen jagung pada tahun 2015 (kondisi sampai dengan subround II) agak sedikit berbeda dengan pola panen di tahun 2014, namun sama dengan pola panen di tahun 2013. Selama subround I hingga subround II (Januari - Agustus) tahun 2014, puncak panen jagung terjadi di bulan Februari. Sedangkan di tahun 2015 dan 2013 terjadi di bulan Maret atau mundur sebulan dari kondisi puncak panen di tahun 2014 (lihat Gambar 2). 4. PRODUKSI KEDELAI Produksi kedelai di Bali pada tahun 2014 lalu tercatat sebesar 8.187 ton biji kering atau naik 754 ton biji kering (10,14 persen). Sementara itu, produksi kedelai di tahun 2015 berdasarkan ARAM II diperkirakan mencapai 6.953 ton biji kering. Angka ini mengalami penurunan sebesar 1.234 ton biji kering (15,07 persen). Penurunan produksi kedelai terjadi pada subround II (Mei - Agustus) sebesar 1.189 ton biji kering (19,96 persen) dan pada subround III (September Desember) sebesar 123 ton biji kering (6,51 persen). Sebaliknya, kenaikan produksi justru terjadi pada subround I (Januari April) sebesar 78 ton biji kering (22,94 persen). Secara absolut, penurunan produksi kedelai relatif paling tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar 1.115 ton biji kering. Sedangkan secara persentase, penurunan produksi kedelai relatif tinggi diperkirakan terjadi di Kabupaten Buleleng sebesar 86,05 persen. Penurunan produksi kedelai di Bali ini diperkirakan karena adanya penurunan luas panen sebesar 242 hektar (4,52 persen) sebagai akibat penurunan luas tanam dan pengalihan ke komoditi lain seperti semangka atau melon yang terjadi di Kabupaten Jembrana, serta jagung manis di Kabupaten Klungkung. Selain itu, masalah ketersediaan air (supply air berkurang) dan perbaikan saluran irigasi juga menjadi penyebab penurunan luas panen kedelai. Sementara itu, penurunan produktivitas sebesar 1,69 kwintal/hektar (11,06 persen) lebih disebabkan karena kurangnya pemeliharaan serta akibat kekurangan air, dimana 600 hektar kedelai yang berada di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar misalnya, dialihkan atau dipindahkan lokasinya ke tempat yang terkena perbaikan saluran irigasi kendati masih memungkinkan dalam penanaman kedelai di kecamatan tersebut. Bila dilihat dari kontribusinya, dari total produksi kedelai di tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 6.953 ton biji kering tersebut, Kabupaten Jembrana memberi kontribusi (share) tertinggi sebesar 30,68 persen atau 2.133 ton biji kering. Kabupaten Badung menempati posisi kedua dengan share sebesar 21,65 persen atau 1.505 ton biji kering, dan Kabupaten Klungkung di posisi ketiga dengan share sebesar 21,16 persen atau 1.471 ton biji kering. Sedangkan share kabupaten/kota lainnya berada pada posisi di bawah 21,16 persen. Sementara itu, pola panen kedelai pada subround I hingga subround II (Januari - Agustus) tahun 2015 sangat berbeda dengan pola panen di tahun 2014 maupun 2013. Puncak panen kedelai di tahun 2015 terjadi di bulan Juni, sedangkan di tahun 2014 dan 2013 terjadi di bulan Juli. Dengan kata lain, puncak panen kedelai di tahun 2015 maju sebulan dari kondisi puncak panen di tahun 2014 dan 2013 (lihat Gambar 3). Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
7
Tabel 4 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Provinsi Bali Menurut Subround Tahun 2013 2015 Perkembangan No
Uraian
(1)
(2)
1
2013
2014
(3)
(4)
2015
2013 - 2014
(ARAM II)
2014 - 2015
Absolut
%
Absolut
%
(6)
(7)
(8)
(9)
(5)
-
Luas Panen (hektar) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari – Desember
518 3 321 1 766 5 605
223 3 787 1 347 5 357
248 3 581 1 286 5 115
-295 466 -419 -248
-56,95 14,03 -23,73 -4,42
25 -206 -61 -242
11,21 -5,44 -4,53 -4,52
-
Produktivitas (kwintal/hektar) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari - Desember
14,54 12,50 14,31 13,26
15,25 15,73 14,03 15,28
16,85 13,31 13,74 13,59
0,71 3,23 -0,28 2,02
4,88 25,84 -1,96 15,23
1,60 -2,42 -0,29 -1,69
10,49 -15,38 -2,07 -11,06
-
Produksi (ton) Januari – April Mei – Agustus September - Desember Januari - Desember
753 4 152 2 528 7 433
340 5 957 1 890 8 187
418 4 768 1 767 6 953
-413 1 805 -638 754
-54,85 43,47 -25,24 10,14
78 -1 189 -123 -1 234
22,94 -19,96 -6,51 -15,07
2
3
Keterangan: Kualitas Produksi Kedelai adalah Biji Kering
Gambar 3 Pola Luas Panen Kedelai di Provinsi Bali Tahun 2013
8
2015 (hektar)
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015
9
Informasi lebih lanjut hubungi: Tri Erwandi, SE, M.Si. Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]