Prodi Harapkan Umpan Balik dari Alumni UNAIR NEWS – Akreditasi merupakan salah satu standar yang diperlukan oleh program studi untuk mendapatkan rekognisi pemerintah. Salah satu indikator penilaiannya adalah kompetensi lulusan yang dicetak melalui serangkaian proses kependidikan. Terkait dengan konsolidasi pra-akreditasi tahun 2017, sivitas akademika prodi S-1 Sistem Informasi (SI), Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga mengadakan pertemuan antara alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni SI (IKA SI) dan anggota Himpunan Mahasiswa SI (HIMSI UNAIR). Pertemuan dilakukan di laboratorium komputer 5 FST UNAIR, Rabu (26/10). Ketua Prodi S-1 SI Badrus Zaman, S.Kom., M.Cs, mengatakan pertemuan diselenggarakan untuk membentuk sinergi dan kolaborasi antara alumni, pengajar, dan mahasiswa. “Dengan terbentuknya IKA Sistem Informasi ini, dapat terjalin sinergi dan kolaborasi antara alumni dan prodi serta mahasiswa, sehingga dapat mempersempit kesenjangàn antara dunia kerja dan akademik,” tutur Badrus. Badrus menambahkan, alumni merupakan salah satu bagian penting dalam sistem. Peran alumni adalah memberikan umpan balik terhadap proses pengajaran yang berlangsung di ruang perkuliahan. Harapannya, umpan balik itu dapat diakomodasi dan bisa meningkatkan mutu prodi. Peran lainnya yang bisa dilakukan oleh alumni adalah memperkenalkan dunia kerja kepada mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa bisa mempersiapkan diri sedini mungkin untuk menghadapi kompetisi kerja di luar. (*) Penulis: Alifian Sukma Editor: Defrina Sukma S
Rumah Sakit Penyakit Tropik Infeksi RS UNAIR Siap Beroperasi Pada 2 November UNAIR Sakit Sakit resmi RSPTI
NEWS – Pada tanggal 2 November 2016 mendatang, Rumah Khusus Infeksi –yang kini berganti nama menjadi Rumah Penyakit Tropik Infeksi (RSPTI)– Universitas Airlangga beroperasi seperti rumah sakit pada umumnya. Nantinya, akan menjadi bagian dari instalasi RS UNAIR.
Pernyataan itu disampaikan oleh Direktur RS UNAIR Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD., K-PTI, usai acara “Pembukaan dan Peresmian Bank Darah RS UNAIR dan Operasional RS PTI sebagai Instalasi RS UNAIR”, Kamis (27/10). Menurut Prof. Nasron, nama itu kembali berganti menjadi RS PTI agar sesuai dengan aturan dari pemerintah dan surat keputusan rektor. Tak sampai tujuh hari lagi, instalasi penyakit tropik infeksi beroperasi untuk umum. Mulai Jumat (28/10), Prof. Nasron bersama tim akan melakukan berbagai persiapan yang mendukung layanan operasional rumah sakit. Beragam persiapan terkait aktivasi layanan akan segera dipindahkan dari bangunan induk RS UNAIR menuju instalasi penyakit tropik infeksi. Di lantai satu, nantinya akan ditempati klinik medik dasar, dan kamar jenazah khusus penyakit infeksi. Di lantai dua, akan ditempati oleh poliklinik penyakit infeksi, paru-paru, geriatri, gigi, estetika, dan medical checkup unit. Sedangkan di lantai tiga, akan ditempati fasilitas laboratorium-laboratorium, mulai patologi klinik, mikrobiologi, dan patologi anatomi. Sisanya, akan dipersiapkan menyusul pada bulan-bulan berikutnya.
“Lantai empat dan lima menyusul bulan-bulan berikutnya. Kita persiapkan lantai satu sampai tiga dulu. Nanti juga ada kantor Komite Koordinasi Rumah Sakit Pendidikan (Komkordik),” imbuh Prof. Nasron. Terkait dengan kesiapan sumber daya manusia, pihaknya ingin mengoptimalkan keberadaan para staf dan dokter yang sudah ada. Untuk sementara, Direktur RS UNAIR itu menyatakan tak ingin menambah jumlah sumber daya manusia pada tahun ini. Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR itu juga mengutarakan keinginannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya para dokter. “Kita bangun sistem yang bagus, yang muda-muda dokter umum ini kita sekolahkan menjadi spesialis. Yang spesialis kita sekolahkan menjadi subspesialis, doktor dan menjadi profesor. Kita harapkan RS UNAIR menjadi rumah sakit pendidikan yang seperti luar negeri, maju dan bagus,” ungkap Guru Besar FK UNAIR itu. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
UNAIR – UNUSA, Bersama Optimalkan Tri Dharma UNAIR NEWS – Kiprah perguruan tinggi dalam mewujudkan Tri Dharma bisa dilaksanakan dengan menggandeng institusi lain. Salah satunya yang dilakukan oleh Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) dengan menggandeng Universitas Airlangga (UNAIR). Kedua kampus yang berdomisili di kota pahlawan tersebut, melakukan seremoni penandatanganan nota kesepahaman
(MoU) untuk meningkatkan upaya pengamalan Tri Dharma yang sebelumnya sudah terjalin, pada Kamis (27/10). Bertempat di ruang Rektor UNAIR, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ka., CMA., didampingi jajaran pimpinan UNAIR bertemu dengan Rektor UNUSA Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, didampingi jajaran pimpinan UNUSA. Dalam sambutannya, Prof. Nasih menyampaikan bahwa kerja sama antara UNAIR dengan UNUSA sebenarnya sudah lama berjalan, bahkan saat UNUSA masih dalam proses pendirian. Prof. Nasih mengatakan, selama aturan dalam kerja sama saling dipatuhi oleh kedua belah pihak, tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan kerja sama tersebut. Kerja sama yang fokus dijalin oleh kedua belah pihak meliputi unsur Tri Dharma yakni peningkatan kualitas SDM, akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat. “Semoga dengan MoU ini, silaturahmi dan kerja sama bisa terus terjalin dengan baik dan ke depan bisa terus memberikan manfaat untuk umat,” tegas Guru Besar FEB UNAIR. Senada dengan Prof. Nasih, Rektor UNUSA Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng., mengatakan bahwa pihaknya siap mengemban amanah yang sudah terjalin tersebut dengan baik. Mantan Dirjen Dikti tersebut juga menegaskan bahwa UNUSA memang sudah berfokus pada bidang kesehatan, maka tak salah jika UNAIR yang juga kampus dengan keunggulan di bidang kesehatan, diminta untuk terus membimbing proses akademik, pengabdian, maupun sumber daya manusia di UNUSA. “Saya sangat berterima kasih banyak kepada UNAIR, banyak langkah yang telah diberikan pada kami, salah satunya kemarin kami diajak ikut serta menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Australia,” terangnya.(*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
KKN Tematik, Mahasiswa Asing UNAIR Dampingi Ibu Hamil UNAIR NEWS – Program Kuliah Kerja Nyata
– Belajar Bersama
Masyarakat (KKN-BBM) ialah salah satu program unggulan yang dimiliki Universitas Airlangga. Melalui program KKN-BBM, mahasiswa UNAIR diajak untuk menyelami kehidupan serta berkenalan secara langsung dengan problema kehidupan yang dirasa warga. Kali ini, sebanyak 36 mahasiswa asing dan lokal belajar bersama masyarakat dalam program KKN – BBM Tematik. Peserta KKN – BBM Tematik terdiri dari 5 mahasiswa S-1 UNAIR, 13 mahasiswa program Permata (Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara), 11 mahasiswa asing dari Universitas Brunei Darussalam, dan 7 mahasiswa asing S-2 UNAIR. Program tersebut dilaksanakan pada 30 September-5 November di dua kelurahan di Surabaya, yakni Kelurahan Airlangga, Gubeng, dan Kelurahan Menur Pumpungan, Sukolilo. Peserta KKN – BBM Tematik dibagi rata untuk diterjunkan di dua kelurahan tersebut. Direktur Pendidikan UNAIR Prof. Dr. Dra. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si, mengatakan, KKN – BBM Tematik kali ini memilih untuk fokus pada topik menekan angka kematian ibu hamil dan bayi. Alasannya, angka kematian ibu dan bayi di Jawa Timur cukup tinggi. “Kalau KKN – BBM reguler kan, ada empat bidang yaitu kesehatan, lingkungan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Dalam KKN – BBM Tematik kali ini diambil yang bidang kesehatan, yaitu kematian ibu dan bayi. Tinggi angka kematian akibat ibu melahirkan cukup tinggi,” tutur Direktur Pendidikan
UNAIR itu. Guna menekan angka kematian ibu dan bayi, para mahasiswa peserta KKN – BBM Tematik ini diminta untuk berpartisipasi dalam sebuah komunitas di UNAIR bernama Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat (Geliat). Komunitas Geliat itu dibentuk oleh pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.Kes, dan mendapat dukungan dari United Nations Children’s Fund (UNICEF).
Peserta KKN-BBM Tematik melakukan pendampingan terhadap ibu hamil. (Foto: Istimewa) Salah satu peserta KKN – BBM Tematik di Menur Pumpungan, Winahyu Dwi Hapsari, bercerita mengenai pengalamannya ketika melakukan pendampingan kepada ibu hamil hingga masa nifas. Peserta diberi tugas untuk melakukan pendataan dan pendampingan kepada ibu hamil. “Kita diberi saran oleh pihak Geliat untuk melakukan pendataan karena tidak semua ibu hamil itu didata. Kita datang secara door to door ke rumah ibu hamil. Dari pendataan itu, kalau
mereka ada masalah, baru kita lakukan pendampingan. Karena dalam satu tim ada rekan dari FKM, maka kita juga memberi pengetahuan tentang kehamilan, seperti risiko dan bahaya,” tutur Winahyu yang juga mahasiswa S-1 Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan UNAIR. Selama KKN – BBM Tematik berlangsung, selain pendampingan, peserta juga melaksanakan kegiatan pada bidang-bidang lainnya, sepert pendidikan, lingkungan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Rumah Sakit UNAIR Resmikan Bank Darah UNAIR NEWS – Guna menunjang pelayanan prima bagi para pasien, Rumah Sakit Universitas Airlangga kembali menambah fasilitas baru. Tepat pada Kamis, (27/10), di lantai tujuh Aula Instalasi Khusus Infeksi, Direktur RS UNAIR bersama pimpinan UNAIR dan perwakilan pimpinan PMI cabang Surabaya meresmikan Bank Darah RS UNAIR. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, keberadaan Bank Darah merupakan prasyarat untuk akreditasi. Hal ini diungkapkan oleh Direktur RS UNAIR Prof. Dr. Nasronudin, Sp.PD., K-PTI, FINASIM, dalam sambutan acara peresmian tersebut. Prof. Nasron pun lantas berterima kasih kepada Palang Merah Indonesia cabang Kota Surabaya karena sudah memberikan izin untuk mendirikan Bank Darah. “Terima
kasih
kepada
PMI
cabang
Surabaya
karena
sudah
memberikan kesempatan bagi kami untuk mendirikan Bank Darah di RS UNAIR terkait dengan pelayanan dan produk darah. Ini juga merupakan langkah maju patologi klinik,” tutur Prof. Nasron. Pendirian Bank Darah RS UNAIR itu sendiri merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antara Direktur RS UNAIR dan Kepala PMI cabang Surabaya. Penandatanganan dilakukan pada tanggal 1 September 2016 lalu. Ke depan, kebutuhan atas stok darah di RS UNAIR tidak lagi harus jauh-jauh ke kantor PMI. Bank Darah RS UNAIR akan menyediakan stok kantong darah dari seluruh golongan setiap bulannya. Diah Puspita Rini, dr., Sp.PK., selaku staf Bank Darah RS UNAIR mengungkapkan, guna menunjang pelayanan, Bank Darah RS UNAIR telah dilengkapi dengan dua unit kulkas dan alat uji silang serasi bernama gel test. Nantinya, pihak instalasi Bank Darah akan mengisi stok darah dari PMI setiap bulannya. Kemudian, pihak analis medis akan menguji silang serasi antara darah pendonor dan calon penerima.(*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila
Cegah Konflik Kepentingan, Rektor UNAIR Jadi Narasumber TII UNAIR NEWS – Sebagai upaya dari pencegahan konflik kepentingan, Transparency International Indonesia (TII) menjalin kerja sama dengan Universitas Airlangga. Kali ini,
jalinan kerja sama tersebut melalui pembuatan video oleh TII mengenai pencegahan konflik kepentingan dengan Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA sebagai narasumber utama. “UNAIR sejak awal berkomitmen untuk melakukan berbagai macam hal untuk mencegah korupsi. Kita akan melakukan apapun, untuk mendorong, menjamin agar korupsi tidak terjadi di UNAIR,” ujar Rektor UNAIR di ruang kerjanya, Kamis (27/10). Dalam pengembangan program pencegahan dan pengendalian konflik kepentingan tersebut, ada empat institusi yang dilibatkan. Keempat institusi terbagi dalam dua sektor, yakni sektor kesehatan dan pendidikan. Pada sektor kesehatan, lembaga yang dilibatkan yakni RS Bojonegoro dan RS Makassar. Sedangkan pada sektor pendidikan, institusi yang dilibatkan adalah UNAIR dan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Rektor mengatakan, conflict of interest di lingkungan UNAIR yang urgent untuk ditindak adalah perilaku aktivitas kerja SDM. SDM di UNAIR yang bekerja sambil melakukan aktivitas lain di luar fungsi rutin, itu yang mesti dihindari. Pegawai atau SDM yang mungkin memiliki perusahaan yang menyuplai kebutuhankebutuhan tertentu untuk UNAIR, juga menjadi perhatian utama. Dwipoto Kusuma selaku Program Officer TII mengatakan, hasil kerja sama dengan keempat institusi tersebut nantinya akan dituangkan dalam bentuk buku panduan dan video yang dapat dipublikasi dan dimanfaatkan secara menyeluruh oleh masyarakat. Hasil dari video dan buku panduan diharapkan dapat mencegah adanya konflik kepentingan dan mengetahui penyebab munculnya konflik kepentingan. “UNAIR sangat terbuka untuk mengembangkan tata kelola yang lebih baik di perguruan tinggi. Untuk masuk ke UNAIR relatif mudah, dimana sebelumnya UNAIR sudah melakukan beberapa program terkait dengan tata kelola yang baik di PTN,” kata Dwipoto. (*)
Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Dilan Salsabila
Tiga Profesor UNAIR Serukan Eksplorasi Tanaman Herbal UNAIR NEWS – Gelar Inovasi Guru Besar UNAIR Seri ke-IV telah digelar, Kamis (27/10). Acara yang berlangsung di Ruang Kahuripan 300, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR tersebut mengusung tajuk “Back to Nature: Pengobatan Herbal sebagai Alternatif Sehat Tanpa Efek Samping”. Acara yang diinisiasi oleh Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR ini diikuti oleh kurang lebih 150 peserta dari berbagai kalangan. Acara yang dimoderatori oleh Prof. Dr. Sukardiman, Apt., M.S tersebut menghadirkan tiga Guru Besar UNAIR. Ketiganya yaitu, Guru Besar Fakultas Farmasi UNAIR Prof. Mangestuti Agil, Apt., M.S., Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR Prof. Dr. Suhartati, dr., M.S., dan Guru Besar Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Prof. Hery Purnobasuki., Drs., M.Si., Ph.D. Selaku pembicara pertama, Prof. Hery menyampaikan materi terkait interaksi manusia dengan tumbuhan. Sebagai negara dengan biodiversity terkaya kedua di dunia setelah Brasil, sudah selayaknya Indonesia dapat memanfaatkan tanaman sebagai alternatif untuk kesehatan. Namun nyatanya, masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan bahan tanaman sebagaimana mestinya. “Daun sejenis Ganja itu bisa dijadikan bahan kesehatan kalau digunakan sesuai kebutuhan dan takarannya, sehingga tidak memiliki ketergantungan,” terang Prof. Hery. “Indonesia itu butuh tobat, bukan hanya obat,” ujarnya sembari disambut tawa
para hadirin. Prof. Hery mengungkapkan bahwa Ethnobotany (kajian tumbuhan) merupakan sumber energi dan juga kehidupan. Selain itu, tumbuhan juga dapat menghasilkan bahan kimia untuk aktivitas pangan, pertahanan, perlindungan, dan penyebaran biji. Bahkan, tumbuh-tumbuhan juga memiliki nilai budaya. “Orang mantenan (acara pernikahan, –Red) itu biasanya pakai kalung melati, orang mati dikubur juga ditaburi kembangkembang. Itu semua sudah menjadi budaya dan punya filosofi,” jelas Prof. Hery. Sependapat dengan Prof. Hery, Prof. Mangestuti menambahkan, Indonesia memiliki kurang lebih 1700 bahan resep obat herbal yang kaya akan antioxidant. Namun kurangnya eksplorasi menyebabkan obat-obatan herbal belum dimanfaatkan secara maksimal. “Indonesia itu punya 1700 resep, lho. Lalu orang Jepang bilang kalau Indonesia harusnya gak ada yang sakit ya,” jelas Prof. Mangestuti. Menurut Prof. Mangestuti, banyak masyarakat yang meragukan obat herbal. Pasalnya, respons tubuh terhadap obat alam terjadi lebih lambat dibanding obat yang bersifat supresif, sehingga membuat sikap pasien yang sering kali tidak sabar. “Respon terhadap obat-obatan alam untuk kesehatan terjadi secara perlahan apabila disertai perubahan gaya hidup untuk mengendalikan penyakit, seperti puasa,” jelas Prof. Mangestuti. Prof. Mangestuti mengungkapkan, motto back to nature dapat terlaksana jika ada dukungan dari pemerintah, masyarakat, dan dukungan ilmiah berupa evidence-based Research. “Kajian filosofi obat herbal begitu lengkap. Tentunya dengan support agen dari para konsumen obat herbal,” pungkas Prof.
Mangestuti. Dari aspek klinis, Prof. Suhartati mengungkapkan, obat herbal bisa memberikan terapi bagi konsumennya, khususnya obat herbal yang memiliki kandungan flavonoid, yakni senyawa yang dapat mencegah beragam penyakit. “Hal tersebut terjadi karena falvonoid memiliki gugus-gugus reaktif yang bisa meningkatkan enzim,” jelasnya. Prof. Suhartati juga mengungkapkan, banyak dokter yang menganjurkan untuk tidak banyak mengonsumsi serbuk. Sehingga, hal itu memengaruhi jumlah konsumen produk herbal atau obat tradisional. “Kita harusnya mengkaji dulu, apa kandungan yang ada di serbuk yang dimaksud itu, lalu bagaimana dengan kualitasnya, takarannya, semua Suhartati. (*)
harus
diperhitungkan,”
pungkas
Prof.
Penulis : Dilan Salsabila Editor : Binti Q. Masruroh
UNAIR Jalin Kerja sama Keterbukaan Informasi Publik UNAIR NEWS – Dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi publik, Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga berinisiasi untuk mengembangkan kerja sama dengan berbagai media. Kerja sama ini tidak hanya menggandeng media televisi, tapi juga dengan koran dan media lainnya. Yang telah berlangsung, melalui PIH, JTV menayangkan program Mutiara Hati dengan Rektor sebagai narasumbernya. Selain itu,
program gelar inovasi guru besar yang juga diinisiasi oleh PIH, juga melibatkan para wartawan dalam pemilihan topik bahasan. Kerja sama juga dikembangkan bersama TII (Transparency International Indonesia), dengan Rektor sebagai narasumber utama untuk menjelaskan tentang pemerintahan yang bersih. Kali ini, kerja sama tersebut berlanjut lagi dengan televisi nasional ANTV, yang berlangsung di Ruang Direktorat Sistem Informasi dan Komunikasi, Kamis (27/10). Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., sebagai Rektor UNAIR dan salah satu tokoh di Jawa Timur berbicara tentang peran pendidikan tinggi, khususnya UNAIR, dalam mengabdi dan memberikan sumbangsih pada masyarakat dan negara. “UNAIR memiliki kepentingan untuk menjelaskan kepada publik. Ini sebagai salah satu sikap transparansi atas penyelenggaraan pendidikan di UNAIR,” ujar Prof. Nasih. Prof. Nasih mengatakan, kerja sama yang dikembangkan oleh PIH ini akan terus didukung. Mengingat, kerja sama dengan berbagai media sebagai salah satu bentuk keterbukaan informasi, yang mana UNAIR juga turut ambil andil dalam bersikap terbuka kepada publik. “Kerja sama yang dikembangkan PIH ini akan terus kita dukung. Karena ini menjadi bagian penting di era keterbukaan informasi ini, UNAIR juga bersikap terbuka pada publik,” ujarnya. (*) Penulis : Binti Q Masruroh Editor : Dilan Salsabila
Pengajian Rutin UNAIR, Ajak Jamaah Berbenah dan Hijrah UNAIR NEWS – Pada kesempatan pengajian rutin sivitas akademika Universitas Airlangga kali ini, momentum Tahun Baru Hijriah menjadi tema yang diangkat. Bertempat di Aula Tanjung Adiwinata Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UNAIR, Rabu (27/10), pengajian rutin tersebut diisi oleh Ustaz Prof. Dr. KH. Muhammad Ali Aziz, M.Ag. Pada ceramahnya, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut menyampaikan beberapa hal seputar pentingnya hijrah. Namun sebelum menyangkut hal tentang hijrah, terlebih ia menyampaikan pentingnya memaknai surat Ali Imran ayat 190-194. Dalam ayat yang berisi tentang penciptaan langit bumi dan segala isinya serta pergantian siang malam, ustaz Ali Aziz mengingatkan para hadirin bahwa hidup terus berganti sebagaimana bergantinya siang dan malam. “Kalau menengok ayat tersebut, hidup ini tak selamanya siang atau malam. Yang sekarang hidupnya masih gelap karena berbagai persoalan. Pola hidup perlu diubah. Ingat dalam pergantian siang dan malam itu ada ayat-ayat Allah,” terangnya. Ustaz Ali Aziz juga melanjutkan isi dari ayat tersebut, bahwa yang bisa membaca tanda-tanda kebesaran Allah SWT adalah ulul albab atau orang cerdas. Trainer Terapi Shalat Bahagia tersebut juga menjelaskan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang ingat pada Allah waktu duduk, berbaring, berdiri, dan dalam segala keadaan. “Ingat Allah SWT terus itu berarti selalu ingat batas-batas perintah dan larangan-Nya dalam segala hal, dan selalu berdoa dalam segala keadaan,” tegasnya. “Inilah hijrah. Yang mulanya setiap aktivitas tanpa doa maka harus hijrah dengan memulai segala aktivitas dengan doa,” imbuhnya.
Turut hadir mewakili rektor UNAIR, Direktur SDM UNAIR Dr. Purnawan Basundoro, M.Hum. Dalam sambutannya, Purnawan menyampaikan bahwa kegiatan rutin bulanan tersebut semata-mata diniatkan untuk menambah ilmu. “Dengan pengajian ini semoga ilmu kita bertambah. Jika ilmu bertambah maka amal kita juga terus bertambah,” paparnya. Dosen Ilmu Sejarah UNAIR tersebut juga menyampaikan bahwa tema pengajian yang dikaitkan dengan tahun baru hijriah tersebut dimaksudkan untuk mempelajari pentingnya proses hijrah Nabi Muhammad SAW. “Momentum ini sangat penting. Seberapa besar kita bisa mengambil hikmah. Berjuanglah sampai titik penghabisan. Jika sudah mentok, barulah hijrah. Dalam konteks kekinian marilah bekerja semaksimal mungkin. Fisik tidak harus hijrah, tapi mental harus. Misal, dari malas malasan untuk hijrah ke arah lebih baik,” tegas Purnawan. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Wanala UNAIR Lakukan Kedua Kebugaran Atlet
Tes
UNAIR NEWS – Gunung Denali bukanlah mustahil untuk didaki, tapi juga bukan perkara mudah. Seorang pendaki harus mempersiapkan segalanya mulai dari materi, ilmu pendakian, fisik, serta psikologis. Bagi atlet, fisik dan mental menjadi modal utama dalam mencapai puncak tertinggi di belahan Bumi utara itu.
Calon atlet Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDeX) kembali melakukan pemeriksaan tes kebugaran di Departemen Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, UNAIR, Rabu (26/10). Sebelumnya, tes kebugaran awal sudah dilakukan pada bulan Maret 2016 lalu. Pemeriksaan tes kali kedua ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dari tes awal dengan porsi latihan yang sudah dilakukan. Calon atlet yang melakukan tes tengah berjumlah lima orang, yaitu M. Robby Yahya (Fakultas Perikanan dan Kelautan/23 tahun), Syaifful Akbaruddin (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/23 tahun), Yasak (alumni/26 tahun), Gangga Pamadya (Fakultas Ekonomi dan Bisnis/20 tahun), dan Septian Rio (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/20 tahun). Kelimanya menjalani serangkaian tes yang terdiri dari pemeriksaan fungsi vital, tekanan darah, hingga penyerapan maksimal volume oksigen dalam tubuh saat melakukan kegiatan intensif (VO2 max). “Pemeriksaan yang dilakukan adalah fungsi vital, denyut nadi normal, tekanan darah normal, berat badan, tinggi badan, kekuatan otot punggung, lutut, tangan, flexibility atau pelentukan, reaction time dan VO2 max,” terang Lilik Herawati dr., M.Kes., selaku tim ahli bidang kesehatan. Tes kebugaran kedua berlangsung selama dua jam. Dalam pelaksanaannya, para calon atlet melakukan tes secara bergantian dengan sistem bergulir, sehingga mereka tidak perlu mengantre. Dua jam sebelum tes dimulai, tim harus sarapan terlebih dahulu, untuk menjaga stamina calon atlet.
Foto Bersama Calon Atlet dengan Lilik Herawati (Baju Kuning) di Laboratorium Ilmu FAAL FK UNAIR (Foto: Istimewa) “Sehari sebelum pemeriksaan kami disarankan untuk tidak melakukan aktivitas berat dan istirahat maksimal selama 8 jam agar hasil yang diperoleh bisa maksimal,” jelas Robby. Hasil tes kebugaran kedua ini akan digunakan sebagai pembanding hasil tes pertama untuk melihat perkembangan fisik dengan porsi latihan dari tes pertama hingga saat ini. Nantinya, dari hasil tersebut, tim akan menentukan porsi latihan ke depan, apakah porsi latihan perlu ditambah atau dikurangi. Sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat, tes kebugaran akan berlangsung selama tiga kali. Rencananya, tes ketiga akan berlangsung trimester awal tahun 2017. Tim atlet AIDeX dipastikan akan berangkat ke Denali pada pertengahan tahun 2017. Rencananya, tiga orang pendaki terpilih dari WANALA UNAIR akan mencoba menapaki puncak gunung setinggi 20.237 kaki atau 6.168 meter di atas permukaan laut tersebut.
Penulis: Wahyu Nur Wahid (Tim AIDeX WANALA UNAIR/mahasiswa FISIP) Editor: Defrina Sukma S