PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
POTENSI PENGEMBANGAN KELOMPOK USAHA BERSAMA LAA TAHZAN DAN KELOMPOK USAHA BERSAMA REJEKI DI DESA MUDAL, KECAMATAN TEMANGGUNG, KABUPATEN TEMANGGUNG Muliawan Hamdani Muhammad Yusuf Metta Kusumaningtyas STIE Bank BPD Jateng ABSTRACT Mudal village is one of the villages that are within the scope of the District of Temanggung. Based on the last record, there are 54 small industries and 102 micro-scale industries (home industry). Some of the problems as described above are also faced by small industry players and households in the village Mudal, District Temanggung. The residents of this village who decided to pursue efforts to realize that such activity is a way to empower themselves and improve living standards. However, several challenges still must be faced that makes their efforts generally have not been able to realize a significant increase in the standard of living of the financial side. For this reason, various efforts that might be taken to overcome or at least minimize the impact of some of the constraints listed above should be performed. Given the fact that in general they have a weakness in terms of capital, labor, production and marketing capabilities, some villagers Mudal who runs the household scale business then decided to join in some business groups. Two business groups which are Laa Tahzan and Rejeki. Keywords
:
small and medium scale enterprises, business networking, the potential for development.
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian
Usaha mikro, kecil, dan menengah senantiasa memiliki peran yang sangat penting bagi dinamika perkembangan perekonomian Indonesia. Peran penting dapat diberikan karena melalui keberadaan usaha mikro, kecil, dan menengah jumlah pengangguran yang terjadi karena tidak terserapnya angkatan kerja dalam dunia kerja dapat dikurangi (Sasongko Budi Susetyo, 2012). Peran penting usaha mikro, kecil, dan menengah benar-benar terbukti ketika krisis perekonomian yang kemudian berlanjut menjadi krisis multi dimensional melanda Indonesia pada tahun 1997 hingga 1998. Pada saat itu, ada banyak usaha besar milik para konglomerat yang tumbang. Tingginya kandungan komponen impor dalam proporsi biaya produksi menjadikan usaha dan industri berskala besar mengalami pukulan amat telak karena nilai tukar mata uang Dollar yang harus digunakan untuk membelinya 79
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
meningkat tajam atas nilai Rupiah. Dalam kondisi seperti itu, para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah justru mampu bertahan. Mereka tetap dapat menjalankan peran untuk menampung tenaga kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau paling tidak tetap mampu memberdayakan diri sendiri. Dari tahun 1997 hingga 2006, proporsi usaha mikro, kecil, dan menengah mencapai 99% dari jumlah keseluruhan usaha di Indonesia. Sumbangan terhadap pembentukan produk domestik bruto adalah 54% hingga 57%. Sedangkan sumbangan peran terhadap penyerapan tenaga kerja nasional mencapai 96%. Dari jumlah keseluruhan para pelaku, ada 91,20% diantaranya yang melaksanakan aktivitas ekspor dengan bantuan kegiatan pedagang perantara. Sementara 8,80% sisanya melaksanakannya secara langsung dengan importir dari luar negeri (Sasongko Budi Susetyo, 2012). Kabupaten Temanggung yang terletak pada 110 23’-110 46’ 30” dan 7 14’ -7 32’ 32” merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki wilayah sebagian besar berupa dataran tinggi serta pegunungan sebagai bagian dari dataran tinggi Dieng. Pada kabupaten ini, terdapat 15.692 unit usaha berskala mikro dan kecil dengan 8.625 unit diantaranya adalah usaha yang terkait dengan pangan dan kuliner. (Bappeda Kabupaten Temanggung, 2011). Sedangkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap adalah 54.806 orang. Desa Mudal merupakan salah satu desa yang berada dalam lingkup Kecamatan Temanggung. Berdasarkan catatan terakhir, terdapat 54 industri kecil dan 102 industri berskala mikro (industri rumah tangga). Beberapa permasalahan seperti yang diuraikan di atas juga dihadapi oleh para pelaku industri kecil dan rumah tangga di Desa Mudal, Kecamatan Temanggung. Para warga desa ini yang memutuskan untuk menekuni usaha menyadari bahwa kegiatan tersebut merupakan jalan untuk memberdayakan diri serta meningkatkan taraf kehidupan. Namun, beberapa kendala yang masih harus dihadapi itu menjadikan upaya yang mereka lakukan secara umum belum mampu mewujudkan peningkatan taraf kehidupan yang signifikan dari sisi finansial. Untuk itulah, berbagai upaya yang mungkin ditempuh untuk mengatasi atau setidaknya meminimalkan dampak dari beberapa kendala di atas harus dilakukan. Mengingat kenyataan bahwa pada umumnya mereka memiliki kelemahan dari sisi permodalan, tenaga, kemampuan berproduksi dan pemasaran, beberapa warga Desa Mudal yang menjalankan usaha berskala rumah tangga kemudian memutuskan untuk bergabung dalam beberapa kelompok usaha. Dua kelompok usaha bersama diantaranya adalah Laa Tahzan dan Rejeki. Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan memiliki 20 orang anggota. Bidang usaha yang ditekuni adalah pembuatan makanan kecil berupa ceriping singkong dan kerupuk slondok. Usaha ini telah berlangsung selama 10 tahun. Sedangkan Kelompok Usaha Bersama Rejeki mempunyai 15 orang anggota. Para anggota yang bergabung di dalamnya menekuni usaha pembuatan rempeyek kacang, gula kacang, keripik tempe, rengginang, dan ceriping pisang. Para anggota dua kelompok usaha bersama tersebut sesungguhnya memiliki tekat untuk menekuni usaha secara serius. Mereka memang telah menguasai cara pembuatan beberapa produk makanan kecil itu. Demikian pula, bahan baku yang digunakan merupakan sumber daya yang relatif ditemukan di 80
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
tempat mereka tinggal. Apabila ada diantara bahan baku produk yang harus dibeli dari tempat lain, secara umum proses pengadaannya tidaklah sulit, tidak membutuhkan waktu lama serta proses berliku. Dari sudut pandang yang lain, yakni sosial dan budaya, bidang usaha yang ditekuni dalam kelompok usaha bersama ini dapat dijadikan media untuk mempertahankan suasana guyub khas wilayah pedesaan dan menjaga bagusnya hubungan sosial yang telah terbangun. Namun, berbagai usaha yang ditekuni oleh para anggota kedua kelompok usaha tersebut tampak belum dikelola secara sistematis. Upaya yang ditempuh belum dilandasai oleh perencanaan yang bagus. Keberlangsungan pasokan bahan baku dan pemasaran belum diupayakan secara baik. Berdasarkan pengamatan, upaya promosi guna memperkuat pemasaran belum dilaksanakan dengan tertata dan berkelanjutan. Padahal, jika aktivitas promosi dilaksanakan secara tertata dan berkelanjutan, berbagai produk yang dihasilkan itu bisa lebih mudah terjual. Aspek yang teknis yang dilibatkan dalam berusaha juga dirasa belum mampu menunjang kelancaran usaha secara maksimal. Pada saat musim penghujan, proses penjemuran produk terhambat sehingga menjadikan aktivitas produksi lanjutan berlangsung lebih lama. Sebagai dampak lanjutannya, kemampuan untuk memenuhi pesanan atau memasok produk ke pasar menjadi berkurang. Padahal, dalam dunia usaha kemampuan memanfaatkan momentum itu merupakan hal yang penting selain kejujuran, komitmen pada kualitas, dan konsistensi berusaha. Sedangkan kinerja sumber daya dalam bidang produksi masih perlu mendapatkan perhatian secara serius. Sebagaimana yang telah diketahui bersama, kondisi sumber daya manusia dalam bidang produksi memiliki peran bermakna guna menciptakan serta mempertahankan kualitas produk yang bagus. Berdasarkan pengamatan awal, tenaga kerja yang terlibat dalam proses pembuatan rempeyek kacang sering kali mengalami kesulitan dalam membuat produk yang enak serta renyah dalam jumlah banyak dan waktu cepat. Kesulitan tersebut membuat mereka sering mengeluh dan putus asa dalam membuat makanan kecil itu. Selain itu, apabila dikaitkan dengan upaya untuk memasarkan produk dalam lingkup yang lebih luas pada jaringan usaha retail seperti halnya Alfamart dan Indomaret, kedua kelompok usaha bersama ini juga menghadapi kendala berupa persyaratan untuk bisa memenuhi kelayakan pengujian nutrisi yang diberlakukan oleh jaringan usaha retail tersebut. Karena itu, penelitian berjudul “Potensi Pengembangan Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Kelompok Usaha Bersama Rejeki Di Desa Mudal, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung” dinilai penting untuk dilaksanakan.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah di atas, beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Apakah permasalahan yang dihadapi oleh Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Kelompok Usaha Bersama Rejeki dari aspek bahan baku, teknologi, sumber daya manusia, pemasaran, kualitas, dan pengelolaan keuangan? 81
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013 2.
1.3
ISSN 1411 – 1497
Bagaimanakah langkah pembenahan dan solusi yang dapat dikemukakan untuk mengatasi beberapa permasalahan itu?
Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang dirumuskan di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Kelompok Usaha Bersama Rejeki dari aspek bahan baku, teknologi, sumber daya manusia, pemasaran, kualitas, dan pengelolaan keuangan. 2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai langkah pembenahan dan solusi yang untuk mengatasi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Kelompok Usaha Bersama Rejeki tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kewirausahaan
Wirausaha merupakan kata yang tergolong sering diucapkan dalam realitas kehidupan kekinian. Dari pengertian dasarnya, wirausaha berasal dari dua kata yakni “wira” yang artinya gagah, berani, atau perkasa dan “usaha”. Dengan demikian, wirausaha adalah seseorang yang berani untuk melakukan usaha (Riyanti, 2003 dalam Repository USU.ac.id, 2013). Istilah wira usaha memiliki sinonim dengan wiraswasta. Sementara, kata “swasta” itu sendiri berasal dari kata “swa” yang berarti sendiri dan “sta” yang artinya kaki. Sehingga, wiraswasta dapat dimaknai sebagai seseorang yang mampu dan berani untuk berdiri di atas kaki sendiri (Priyono dan Soerata, 2005 dalam Repository USU.ac.id, 2013). Sedangkan salah seorang pakar manajemen dunia ternama, Peter F. Drucker (1985, dalam Repository USU.ac.id, 2013) mengartikan wiraswasta sebagai semangat, kemampuan, sikap, dan perilaku individu dalam menangani kegiatan usaha yang mengarah pada upaya untuk mencari, menciptakan, dan menerapkan tata kerja, teknologi, serta produk baru dengan menciptakan efisien dalam rangka memberikan pelayanan lebih baik atau memperoleh keuntungan lebih besar.n antara keberhasilan yang telah dicapai, dengan usaha yang telah dilakukan agen.
1.2
Usaha Mikro dan Kecil
Dari batasan pengertian yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (dalam www.kajianpustaka.com, 2013), pengusaha mikro adalah seseorang atau badan usaha perorangan yang memiliki jumlah kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 tidak termasuk tanah serta bangunan yang digunakan untuk tempat melakukan usaha dan memiliki nilai penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000. Sedangkan pengusaha kecil adalah pemilik usaha produktif yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung atau tidak langsung dari usaha menengah dan besar 82
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
yang memiliki jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 hingga Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah serta bangunan yang digunakan untuk tempat melakukan usaha serta memiliki nilai penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 hingga Rp. 2.500.000.000. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik, suatu usaha dikelompokkan dalam kategori usaha mikro apabila ia memiliki jumlah pekerja kurang dari 5 orang ditambah anggota keluarga yang tidak dibayar. Sementara, usaha kecil adalah usaha yang memiliki jumlah pekerja antara 5 hingga 19 orang (dalam www.kajianpustaka.com, 2013). Bank Indonesia sebagai bank sentral melalui Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 31/24/Kep/DER tanggal 5 Mei 1998 (dalam www.kajianpustaka.com, 2013) memberikan batasan usaha mikro sebagai usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin, dimiliki oleh keluarga, menggunakan sumber daya lokal dan teknologi sederhana, serta mudah untuk masuk atau keluar bagi pelakunya. Sementara, usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung atau tidak langsung dari usaha menengah dan besar yang memiliki jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 hingga Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah serta bangunan yang digunakan untuk tempat melakukan usaha serta memiliki nilai penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 hingga Rp. 2.500.000.000.
1.3
Peran Pemerintah Dalam Memajukan Usaha Mikro dan Kecil
Upaya untuk memajukan usaha mikro dan kecil tidak dapat dilepaskan dari peran serta pemerintah. Pemerintah adalah pihak yang memiliki peran mutlak sebagai penata regulasi. Padahal, kondisi regulasi itu sendiri merupakan satu hal yang memiliki kontribusi besar bagi kemajuan atau bahkan kemunduran perkembangan usaha mikro dan kecil. Berkenaan dengan upaya untuk memajukan perkembangan usaha mikro dan kecil ini, peran yang diharapkan dapat diberikan oleh pemerintah antara lain adalah (I Wayan Dipta, 2008): 1. memperkuat kelembagaan dengan menerapkan tata pemerintahan yang baik (good governance) guna memperluas akses usaha mikro dan kecil kepada sumber modal utamanya lembaga perbankan. 2. memperbaiki kualitas iklim usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan. 3. memperluas peran serta meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi, manajemen, pemasaran, dan informasi. 4. meningkatkan kualitas tenaga terdidik dan penerapan teknologi. 5. membentuk cluster dalam sektor usaha agro-bisnis dan agro-industri disertai dengan pemberian kemudahan dalam mengelola usaha. 6. mengintegrasikan pengembangan usaha mikro dan kecil dengan pembangunan regional sesuai dengan karakteristik para pelaku usaha serta potensi keunggulan daerah. 83
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
7. memberikan dorongan yang semakin besar kepada para pelaku usaha mikro dan kecil untuk berperan serta dalam penyediaan barang dan jasa dalam pasar domestik. 8. membangun lembaga koperasi yang diarahkan pada pembenahan dan penguatan kelembagaan koperasi dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dengan demikian, peran serta pemerintah yang diharapkan dapat menunjang terciptanya kemajuan bagi para pelaku usaha mikro dan kecil cenderung bersifat strategis melalui penciptaan berbagai produk regulasi yang kondusif dan juga penciptaan iklim usaha yang dapat memberikan penguatan.
1.4
Pentingnya Membangun Jaringan Usaha
Usaha mikro dan kecil harus dimajukan. Selain melalui peran strategis pemerintah selaku pihak yang menciptakan berbagai produk regulasi yang kondusif dan juga membentuk iklim usaha yang memberikan penguatan, para pelaku saha mikro dan kecil juga perlu untuk membangun jaringan (networking). Melalui pembangunan jaringan usaha, para pelaku usaha mikro dan kecil dapat menciptakan skala usaha yang ekonomis, meningkatkan efisiensi, dan memperluas pangsa pasar (I Wayan Dipta, 2008). Keberhasilan pengembangan usaha mikro dan kecil di negara-negara yang lebih maju salah satunya adalah karena telah bagusnya jaringan usaha yang terbentuk. Jaringan usaha keras adalah jaringan usaha yang dibangun untuk melaksanakan usaha secara nyata. Sedangkan jaringan usaha lunak merupakan jaringan usaha yang dibangun guna saling berbagi informasi dan pengalaman dalam mengelola usaha. Sehingga, jaringan usaha kedua ini mirip dengan cooperative exchange program yang diterapkan di Taiwan. John Dean menyatakan bahwa pembentukan jaringan usaha tidak bisa dipaksakan. Ia harus terbentuk karena keinginan para pelaku usaha dan pemerintah kemudian memberikan arahan serta fasilitas penunjang yang dibutuhkan. 1.5 Modal Sosial Modal sosial merupakan kemampuan suatu masyarakat untuk bekerja sama guna mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 1999 dalam repository.unhas.ac.id, 2013). Dalam pandangan yang lebih konperehensif, Burt (1992 dalam repository.unhas.ac.id, 2013) memaknai modal sosial sebagai kemampuan masyarakat untuk berasosiasi atau berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan selanjutnya menjadi kekuatan penting dalam ekonomi serta aspek eksistensi sosial lainnya. Menurut pandangannya, kemampuan asosiasi pada suatu masyarakat amat tergantung pada kondisi masyarakat untuk dapat saling berbagi guna mencapai titik temu normanorma serta nilai-nilai dalam kehidupan bersama. Sebagai pola hubungan yang tercipta dari norma sosial, modal sosial akan mampu menjadi semacam perekat dalam tata kehidupan masyarakat. Atas dasar pandangan Francis Fukuyama (2005, dalam repository.unhas.ac.id, 2013), modal sosial akan lebih berkembang ketika teknologi semakin berkembang pula, organisasi yang menerapkan struktur hirarki 84
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
semakin bersifat merata (horizontal), dan hierarkhi dari sistem usaha digantikan oleh jaringan. Ada perbedaan antara modal sosial dengan modal manusia (human capital). Modal manusia adalah aspek yang mengacu pada pendidikan dan keterampilan manusia (Fukuyama, 1995 dalam repository.unhas.ac.id, 2013). Dalam pandangan konvensional, modal manusia merupakan kemampuan yang bisa diperoleh dari proses pendidikan pada berbagai lembaga pendidikan atau pelatihan yang terkait dengan peningkatan kapasitas. Sedangkan modal sosial merupakan kapabilitas yang dimunculkan dari dalam diri masyarakat itu sendiri dan terbentuk oleh ikatan sosial yang terjalin di dalamnya.
III. METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan yakni: 1. mendeskripsikan latar belakang, merumuskan masalah, menentukan tujuan, serta menjelaskan manfaat penelitian. 2. menguraikan berbagai landasan teori yang relevan dengan penelitian. 3. menjelaskan beberapa aspek metodologis dari penelitian. 4. mengolah data yang diperoleh dari penelitian dan menginterpretasikan hasilnya. 5. menarik menarik kesimpulan dan memberikan saran berdasarkan hasil penelitian.
B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Desa Mudal, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung. Di Desa Mudal inilah Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Kelompok Usaha Bersama Rejeki berada.
C. Variabel Penelitian Ada beberapa variabel yang berperan dalam penelitian ini. Beberapa variabel itu adalah 1. Kewirausahaan. 2. Peran Pemerintah. 3. Jaringan Usaha. 4. Modal Sosial.
D. Model Penelitian Model penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survai. Melalui metode survai, penilaian terhadap suatu kondisi diberikan, dalam hal ini pelaksanaan kegiatan usaha yang ditekuni oleh kedua kelompok usaha bersama serta beberapa permasalahan yang dihadapi. Kemudian, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tersebut, rekomendasi atau saran untuk kemajuan usaha kedua kelompok usaha itu disampaikan. Survai dilaksanakan melalui pendistribusian kuesioner kepada para anggota Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Kelompok Usaha Bersama Rejeki. 85
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
E. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Kelompok Usaha bersama Rejeki yang berada di Desa Mudal, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung. Bidang usaha yang ditekuni oleh Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan adalah pembuatan makanan kecil berupa ceriping singkong dan kerupuk slondok. Sedangkan pembuatan rempeyek kacang, gula kacang, keripik tempe, rengginang, dan ceriping pisang merupakan bidang usaha yang ditekuni oleh Kelompok Usaha Bersama Rejeki.
F. Populasi dan Sampel Berdasarkan batasan pengertian yang dikelukakan oleh Ida Bagoes Mantra dan Kasto (dalam Singarimbun dan Effendi, 1995 : 152), populasi atau universe adalah jumlah keseluruhan dari unit unit analisis yang akan di duga. Sedangkan sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004 : 57). Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Rejeki. Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan memiliki 20 orang anggota. Adapun Kelompok Usaha Bersama Rejeki mempunyai 15 orang anggota. Dalam penelitian ini, seluruh anggota kedua kelompok usaha bersama tersebut dijadikan sampel. Dengan demikian, metode penentuan sampel yang diterapkan dalam penelitian ini adalah population sampling atau census sampling.
G. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
1. Kuesioner Kuesioner yang mencantumkan berbagai pernyataan mengenai beberapa variabel penelitian tersebut didistribusikan kepada para responden. Apabila ada beberapa hal yang dinilai kurang jelas oleh para responden semisal maksud pembagian kuesioner, makna pernyataan dalam kuesioner, cara yang diminta untuk memberikan jawaban, dan hal lainnya yang dinilai belum dipahami, maka peneliti berusaha untuk membantu menjelaskan. Setelah rentang waktu terlampaui, peneliti mendatangi para responden untuk meminta kembali kuesioner yang telah dijawab tersebut. Apabila terdapat responden yang belum selesai menjawab kuesioner, peneliti memberikan waktu untuk menyelesaikannya. Kemudian, data berupa jawaban yang disampaikan oleh pera responden itu dianalisis.
2.
Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan guna memperoleh berbagai keterangan lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Upaya ini dilakukan dengan mencari berbagai bahan pustaka yang dinilai menunjang berupa buku, artikel, jurnal, hasil penelitian, maupun berbagai tulisan yang dimuat dalam situs internet.
86
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
Diharapkan, beragam informasi dan pengetahuan bisa didapat, termasuk juga informasi dan pengetahuan yang relevan terkait dengan landasan teoritis.
3.
Dokumentasi Keterangan-keterangan yang relevan semisal jumlah anggota kelompok usaha bersama serta namanya, dan hal-hal lainnya diperoleh dengan mencarinya pada dua kelompok usaha bersama yang diteliti. Tentunya, upaya tersebut dilaksanakan atas ijin yang diberikan oleh ketua kelompok usaha bersama.
IV. PEMBAHASAN 1. Para anggota Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Rejeki merasa semakin perlu untuk mengupayakan kekuatan dalam menekuni usaha yang telah dilaksanakan selama ini. Mereka merasa perlu untuk menyatukan kekuatan agar semakin kuat dan mampu untuk maju bersama. 2. Selama ini, mereka mengelola usaha tidak disertai dengan perhitungan yang cermat berkenaan dengan perhitungan biaya produksi serta pengelolaan sumber daya keuangan yang sistematis. Usaha pembuatan produk kuliner dilakukan berdasarkan kebiasaan yang selama ini telah dilakukan serta perkiraan saja. 3. Para anggota Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Rejeki tetap membutuhkan bantuan guna memperlancar proses pemasaran atas produk-produk yang dihasilkan. 4. Kapasitas pengolahan krupuk slondok utamanya pada saat proses pencampuran perlu ditingkatkan. 5. Masalah yang terjadi pada saat ampyang diolah adalah bahwa gula aren yang menjadi bahan baku utamanya cepat berubah warna walaupun tidak mengalami perubahan rasa. Kondisi ini menyulitkan pemasaran untuk menembus super market yang selama ini mensyaratkan tampilan fisik. Mereka membutuhkan bantuan saran guna melakukan rekayasa teknis agar warna gula aren tidak berubah. 6. Penggunaan kayu bakar untuk proses menggoreng rempeyek serta serbuk gergajian kayu untuk menggoreng krupuk slondok harus dipertahankan karena keduanya merupakan bahan bakar yang paling tepat. Proses penggorengan menggunakan bahan bakar kayu serta serbuk gergajian menjadikan kerenyahan tetap terjaga dan tidak mudah gosong karena tingkat kepanasannya yang sesuai.
V. SARAN 1. Dengan melibatkan para anggota Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Rejeki serta juga para stake holder yang relevan terus mengupayakan pembentukan dan penguatan jejaring usaha melalui pembentukan Koperasi atau Small Business Holding Agency.
87
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
2. Pendampingan serta pengayaan pengetahuan untuk mengelola usaha dan sumber daya keuangan secara semakin baik berusaha untuk dilanjutkan utamanya pada saat mereka membutuhkan hal tersebut. 3. Mengupayakan akses terhadap perbaikan kinerja peralatan atau memberikan bantuan guna meningkatkan kinerja peralatan, 4. Berusaha menghubungkan atau mengkondisikan agar para anggota Kelompok Usaha Bersama Laa Tahzan dan Rejeki memperoleh bantuan untuk memperluas akses pemasaran. 5. Mengupayakan perbaikan kualitas proses produk dengan mendatangkan ahli atau pihak yang menguasasi masalah teknologi pengolahan produk yang bisa memberikan konsultasi mengenai hal itu.
DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kabupaten Temanggung. 2012. “Temanggung Dalam Angka 2012”. http://103.247.21.45/bappeda/tda/bab%206.PDF Binus Library. 2009. “Bab II Landasan Teori”. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2009-2-00770MN%20Bab%202.pdf Dipta, I Wayan. 2008. “Membangun Jaringan Usaha Bagi Usaha Kecil dan Menengah”. http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/I%20Wayan%20Dipta.ht m Dipta, I Wayan. 2008. “Strategi Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Melalui Kerja Sama Kemitraan Pola CSR”. Infokop Volume 16September 2008. Febriyanti, Resta. 2009. “Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah”. http://restafebri.blogspot.com/2009/03/pengertian-dankriteria-usaha-mikro_08.html Helmy, Syafrizal. 2009. “Proses Kewirausahaan”. http://syafrizalhelmi.blogspot.com/2009/01/proses-kewirausahaan.html Herawati, Enis Niken. Menjadi Wira Usaha.staff. 2010. Universitas Negeri Yogyakarta. Kajian Pustaka. 203. “Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah”. http://www.kajianpustaka.com/2013/01/usaha-mikro-kecil-danmenengah.html#.UZDLZ6LwmAE Maryama, Siti. 202. “Permasalahan Manajemen Usaha Mikro (Studi Kasus Pada Pabrik Kerupuk U.D. Manunggal Karsa, Kelurahan lebak Bulus, Kecamatan Cilandak, Kodya Jakarta Selatan)”. Jurnal Liquidity Vol.1 No.1 Januari-Juni 2012 halaman 81-90. Mantra, Ida Bagoes dan Kasto. 1995. “Penentuan Sampel” dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta. Palupi, Fipy. 2012. “Pengaruh Modal Kerja dan Kompetensi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha”. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pek_0607571_chapter1.pdf 88
PRESTASI VOL. 12 NO. 2 – DESEMBER 2013
ISSN 1411 – 1497
Pustaka Bahan Kuliah. 2013. “Karakteristik Usaha Usaha Mikro, Tantangan dan Permasalahan Usaha Mikro”. http://pustakabakul.blogspot.com/2013/04/karakteristik-usaha-mikrodan-tantangan.html Repository UnHas. 2011. “Bab II Tinjauan Pustaka Modal Sosial”. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2374/bab%20II .pdf?sequence=6 Repository USU. 2011. “Bab II Landasan Teori” http://repository.usu.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/23570/Cha pter%20II.pdf?sequence=3 SmecDa. 2006. “Kajian Usaha Mikro Indonesia”. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 2 Tahun I-2006. http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_Nomor%202%20Tahun%20I _2006/02_Kajian_Usaha.pdf Sisi Lain. 2008. Potensi Industri Kabupaten Temanggung Tahun 2007. http://sisilainlagi.blogspot.com/2008/09/potensi-industri-kabtemanggung.html Sugiyono. 2004. ”Metode Penelitian Bisnis”. Penerbit Alfa Beta, Bandung. Susetyo, Sasongko Budi. 2012. “Peranan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Perekonomian Indonesia”. http://ukmcenter.net/2012/07/peranumkm-dalam-perekonomian-indonesia/
89