Posisi Indonesia dalam Ketahanan Pangan Dunia
Prof. Dr. Bustanul Arifin
[email protected] Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Komisioner dan Ekonom Senior INDEF Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Lokakarya Nasional “Peran Organisasi Tani-Nelayan dan Petani Hutan dalam Mewujudukan Kedaulatan Nasional” dalam rangka Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (Penas-KTNA) XV, tanggal 5 Mei 2017 di Banda Aceh
Sistematika Pembahasan 1. 2. 3. 4. 5.
Update Kondisi Ketahanan Pangan Dunia Tantangan dan Pemasalahan Ketahanan Pangan Posisi Indonesia dalam Ketahanan Pangan Dunia Peran KTNA dalam Pembangunan Ketahanan Pangan Penutup: Strategi Mewujudkan Kedaulatan Pangan
Update Indikator Ketahanan Pangan Global • Global Food Security Index (GFSI), dikembangkan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) dari Majalah Economist, disponsori perusahaan raksasa Du Pont. • Global Hunger Index (GHI), dikembangkan oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI) di Washington DC, USA • Food Price Index (FPI), dikembangkan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) di Roma, Italia • Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) yang dikembangkan oleh Organisasi Pangan Dunia (WFP)
Isu Strategis & Tantangan ketahanan Pangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fundamentalisme pangan pokok cukup mengganggu Kapasitas produksi pangan menurun signifikan Ketidakberanian pengembangan bioteknologi Kekusutan rantai nilai pangan tidak berdiri sendiri Transisi petani muda entreprenuer belum mulus Kompleksitas akses pangan dan gizi membesar Pemahaman dimensi baru ketahanan pangan
GFSI 2016: Indonesia ke-71 dari 113 Negara Rank Negara
2016 2014 Rank
Rank Negara
2016
2014
Rank
1
Amerika Serikat
86.6
89.3
1
51
Thailand
59.5
59.6
49
2
Irlandia
84.3
84.0
7
55
Peru
57.7
56.3
53
3
Singapura
83.9
84.3
5
=57
Azerbaijan
57.1
-
-
=4
Australia
82.6
84.4
=3
=57
Mesir
57.1
49.3
66
=4
Belanda
82.6
84.4
=3
=57
Vietnam
57.1
49.1
67
=6
Perancis
82.5
83.4
10
62
Maroko
55.5
50.1
63
=6
Jerman
82.5
83.7
=8
69
El Salvador
53.3
48.8
68
=8
Kanada
81.9
83.7
=8
71
Indonesia
50.6
46.5
72
=8
Inggris Raya
81.9
81.6
16
74
Filipina
49.5
49.4
65
10
Swedia
81.3
82.4
12
=75
India
49.4
48.3
69
=22
Jepang
75.9
77.8
21
=75
Nicaragua
49.4
31.6
100
=22
Italia
75.9
77.6
22
=108 Haiti
29.4
30.2
103
35
Malaysia
69.0
68.1
34
=108 Mozambique
29.4
31.0
101
48
Rusia
62.3
62.7
40
113
24.0
28.8
105
Sumber: Economist Intelligence Unit, 2016
Burundi
Kelaparan 2016: Indonesia ke-45 dari 131 Negara Rank
Negara
1
Afrika Tengah
47.7
7.4
40.7
13
46.1
3
Zambia
47.8
6.3
40
6.4
39.0
8
Afghanistan
26.8
9.5
40.9
9.1
34.8
17
Burkina Faso
20.7
10.9
32.9
8.9
31.0
21
Korea Utara
41.6
4.0
27.9
2.5
28.6
33
Pantai Gading
13.3
7.6
29.6
9.3
25.7
45
Indonesia
7.6
13.5
36.4
2.7
21.9
51
Filipina
13.5
7.9
30.3
2.8
19.9
68
Thailand
7.4
6.7
16.3
1.2
11.8
75
Malaysia
2*
10.2*
10.8*
0.7
9.7
83
Kolombia
8.8
1*
11.5*
1.6
8.5
101
Tunisia
0.4*
2.8
10.1
1.4
5.5
116
Saudi Arabia
1.2*
3.6*
3.4*
1.5
5.0
Sumber: IFPRI, 2016
% Penduduk kurang gizi
% Prevalensi balita kurus
% Prevalensi Kematian balita pendek balita (%)
Skor
Harga Pangan “Normal” • Kejatuhan harga pangan sepanjang 2015-2016 kini telah mulai “normal”, cendrung meningkat; • Sektor minyak sawit Indonesia sempat terpukul ganda harga anjlok dan El-Nino, kini mulai pulih perlahan; • Dunia mengantisipasi kenaikan laju inflasi dan penurunan daya beli Keterangan 1. Indeks Harga Pangan (FPI) dihitung dari rata-rata harga 5 komoditas; 2. Harga Daging, dihitung dari rata-rata per jenis daging, dari 73 observasi; 3. Harga Produk Susu, dihitung dari rata-rata harga susu dan produk susu (mentega, susu cair, keju, dll) 4. Harga Biji-bijian, dihitung dari ratarata harga gandung, jagung, dan 3 jenis beras: Indica, Japonica, dan varietas beras beraroma wangi; 5. Harga Minyak Nabati, dihitung dari rata-rata 10 jenis minyak nabati
Indonesia Timur: Kerentanan Pangan Tinggi
Sumber: DKP dan WFP, 2015
Produsen & Konsumen Beras Global 2016 (juta ton)
Sumber: USDA, 2016
Stok Produk Strategis yang Dikuasai China 70
Percent of world total 2006-07 to 2015-16 average
2016-2017
60
50
40
30
20
Cotton Sumber: USDA, 2016
Rice
Maize
Wheat
Penyediaan Pangan: Produksi Cukup, tapi… • Data resmi terakhir BPS adalah angka tetap 2015 (per 1 Juli2016) Produksi padi, jagung dan kedelai (Pajale) meningkat signifikan, walau metode estimasi diragukan. BPS kini sedang memperbaiki. • Padi: Produksi 75,40 juta ton gabah (43 juta ton beras, konversi 0,57), naik 6,42%. Jika konsumsi padi 114 kg per kapita, total konsumsi beras: 31 juta ton. Teori Surplus. Mengapa harga naik? • Jagung: Produksi 19,61 juta ton pipilan kering, atau naik 3,18%, untuk pakan ternak. Mirip dengan beras, impor 2015: 2,5 juta ton. • Kedelai: Produksi 963 ribu ton kering, naik 0,86%, jauh dari target swasembada adalah 3,2 juta ton. Impor sebagian besar dari AS. • Gula: Produksi 2,6 juta ton, di bawah target produksi 2,8 juta ton. Konsumsi 6 juta ton, jauh untuk dipenuhi dari suplai domestik. Impor gula mentah untuk industri gula rafinasi selalu meningkat.
Paradoks Surplus dan Impor Beras Surplus Beras 2010-2016
Sumber: BPS, 2010-2016
Impor Beras 2010-2016
Subsidi Pertanian Meningkat Pesat (Rp T)
Sumber: World Bank, Januari 2017, diolah dari Data APBN Kementerian Keuangan
Tantangan: Industri penggilingan tidak efisien Jumlah (unit)
2,076
Rendemen (%) Kualitas Beras (%)
1%
Jumlah (unit)
8,628
61.48
Rendemen (%)
59.69
82.45
Kualitas Beras (%)
75.73
94% Jumlah (unit)
5%
Large
Medium
Small
171,495
Rendemen (%)
55.71
Kualitas Beras (%)
74.25
Sumber: BPS (2012)
KTNA dalam Pembangunan Ketahanan Pangan • Agen perubahan, yang amat paham kondisi lapangan, sehingga menjadi “jembatan penghubung” antara hasil riset, kebijakan strategis dan implementasi lapangan; • Inovator dan transfer teknologi baru, aktif menemukan hasil penelitian terbaru untuk diaplikasikan di lapangan; • Clearing house (data dan informasi) bagi adaptasi untuk lokasi spesifik, sesuai agro-klimat dan sosial-budaya; • Motor utama integrasi ketahanan pangan dengan pembangunan pedesaan, pelopor pangan lokal, untuk mendukung konsistensi strategi satu desa satu produk; • Bekerjasama dengan penyuluh dan institusi penyuluhan, apalagi dalam suasana ketidakpastian seperti sekarang.
Stabilisasi Harga: Disparitas dengan Global
Sumber: Patunru, (2017)
Pergerakan Harga Gabah dan Beras, 2014-2016
Sumber: BPS dan Kementeerian Perdagangan, 2014-2016
Opsi Perbaikan Efisiensi Rantai Nilai • Reforma sistem rantai nilai produk pangan-pertanian • Khusus pangan pokok, penugasan untuk Bulog perlu lebih jelas, disertai rincian mekanisme pelaksanaan • Perbaikan efisiensi industri pangan, terutama IKM • Pengurangan susut komoditas dan hilang masa transfer • Kejelasan peran swasta dalam inovasi R&D pertanian; • Dorongan rnterprenuer-industriawan pertanian domestik • Governansi dan modal sosial pengampu kepentingan pada pengembangan bioteknologi pertanian
Akses Pangan: Kualitas dan Status Gizi • Aspek ketahanan pangan yang sering terlupakan adalah akses pangan, terutama bagi kelompok miskin. Peran beras pada laju inflasi masih besar (25%) dan berpengaruh pada kemiskinan; • Di sisi lain, konsumsi pangan lain, terutama protein dan vitamin sangat rendah, jauh lebih rendah dibandingkan konsumsi rokok; • Tingkat gizi kurang, terutama Balita, masih amat tinggi 20 persen, anak pendek masih 37 persen, terutama karena kelembagaan masyarakat yang pernah berperan besar kini sudah ditinggalkan. • Inpres baru tentang KS-RANPG adala strategi komprehensif dan implementasi program pembangunan pertanian dalam arti luas, ketahanan pangan dan gizi, serta kesehatan masyarakat. • Internvensi spesifik di bidang kesehatan dan gizi wajib didukung internvensi sensitif pembangunan pertanian, pembenahan infrastruktur, sarana sanitasi, kelembagaan di pusat dan daerah.
Prevalensi Status Gizi Balita: Generation Loss? (Gizi-buruk & gizi-kurang sangat tinggi: NTT, Pabar, Sulbar)
Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbang Kemenkes (2014)
SDGs: Mandat Ketahanan Pangan Amat Jelas Goals
Selected Targets
Goals 1. End Poverty in all its forms Eradicate extreme poverty for all people everywhere by 2030 everywhere Reduce at least by half the proportion of all ages living in poverty by 2030 Implement nationally appropriate social protection systems by 2030 Goal 2. End hunger, achieve food End hunger and ensure access by all people, in particular the poor and people in vulnerable situations security and improved nutrition and by 2030 promote sustainable agriculture End all forms of malnutrition by 2030 Reduce the global maternal mortality ratio to less than Goal 3. Ensure healthy lives and promote well-being for all at all ages 70 per 100,000 live births by 2030 End preventable deaths of newborns and children under 5 years of age by 2030
Dimensi Baru Ketahanan Pangan • Tidak sekadar empat dimensi (ketersediaan, akses, stabilitas dan utilisasi), tapi kini ketahanan pangan lebih kompleks, multi-skala dan saling berhubungan • Ketahanan pangan adalah bagian dari keamanan kemanusiaan, disebut Non-traditional food security • Lintas batas, berdimensi regional kawasan—Kolaborasi • Kaitan Empat F (Food-Feed-Fuel-Finance): Trade off? • Dimensi FEWS: Food, Energy and Water Security • Keterlacakan asal (traceability), governansi korporasi global dalam keberlanjutan dan keamanan pangan,
Dimensi Baru Ketahanan Pangan (lanjutan) Keberlanjutan rantai nilai pangan dari hulu sampai hilir Peraturan non-negara, inisiatif korporasi, sertifikasi global Kedaulatan pangan akan menjadi dimensi bargain politik Dimensi manajemen permintaan dan prilaku konsumen Peran sektor swasta, setidaknya skema PPP atau AGBC Pergeseran peran strategis beras—terutama kelas atas Dilema stabilisasi harga pangan, seakan kembali ke 1970an walaupun aransemen kelembagaan telah berubah • Tantangan untuk percaya pada pasar global atau regional • • • • • • •
Strategi Mewujudkan Kedaulatan Pangan • Perbaikan politik pertanian secara menyeluruh karena peran ketahanan pangan dalam ketahanan nasional amatlah besar yang menjadi basis utama untuk mewujudkan kedauatan pangan; • Konsistensi pembangunan pertanian, infrastruktur, kapasitas petani, reforma agraria, pencetakan sawah & subsidi di lapangan; • Perbaikan sistem informasi harga, informasi pasar dan teknologi baru untuk mengurangi inefisiensi rantai nilai pangan-pertanian; • Pembenahan sistem administrasi perdagangan dalam & luar negeri demi perbaikan rantai nilai pangan-pertanian secara holistik. • Reforma pembiayaan pertanian, perlindungan pemberdaayaan petani: asuransi tanaman, perbankan, LKBB, resi gudang, dll • Pengembangan pangan lokal, untuk diversifikasi, gizi seimbang, pengindustrian pangan dan pengembangan ekonomi wilayah.