Dinamika Harga Komoditas Pangan Global dan Kinerja Ketahanan Pangan Indonesia Prof. Dr. Bustanul Arifin b ifi @
[email protected] l i
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA D Dewan P di i/Ek Pendiri/Ekonom S i INDEF Senior INDEF, Jakarta J k t Professorial Fellow di InterCAFE dan MB-IPB, Bogor Round Table Discussion dan Workshop INFID “Membangun ownership Indonesia di G20: Penguatan Pangan yang Berkelanjutan?” Snin, tanggal 28 Maret 2011 di Jakarta
Sistematika Pembahasan 11. Kecenderungan eskalasi harga pangan global 2. Penyebab, magnitude, dan dampak bagi Indonesia 3 Empat 3. E t dimensi di i penting ti ketahanan k t h pangan – – – –
Ketersediaan Aksesibilitas Stabilitas Utilisasi
4. Penutup: p Penajaman j kebijakan j ke depan p
Kenaikan Harga Pangan Dunia 2011 Tahun
Indeks
Daging
2000
90
96
95
85
68
116
2001
93
96
107
86
68
123
2002
90
90
82
95
87
98
2003
98
97
95
98
101
101
2004
112
114
123
107
112
102
2005
117
120
135
103
104
140
2006
127
119
128
121
112
210
2007
159
125
212
167
169
143
2008
200
153
220
238
225
182
2009
157
152
142
174
150
257
2010
185
133
200
183
193
302
2011
231
166
221
245
278
420
Sumber: FAO, 2011
Susu
Sereal
Minyak
Gula
FAO Global Food Outlook
Sumber: Bank Dunia, 2011
5
Namun, harga beras pada 2011 relatif lebih stabil, dibanding harga gandum dan jagung (berbeda 2008) Harga rata‐rata bulanan, nominal ($US/ton)
Sumber: Bank Dunia dan Chicago Mercantile Exchange, 2011
6
L'Aquila Food Security Initiative (AFSI) 2008 • Realisasi komitmen negara (G20) untuk meningkatkan alokasi ODA sampai p US$$ 20 milyar y untuk meningkatkan g kapasitas p produksi pangan. • P Pelakasnanaanya l k melalui l l i dana d amanahh (trust (t t ffund) d) secara (1) Ownership negara; (2) Pencairan cepat dana tersebut; (3) Prinsip bantuan efektif seperti disetujui di Accra; ((4)) Fasilitasi ppartisipasi p dana yyayasan, y , dunia usaha & NGO.
7
Seoul Summit Declaration - 2010 • Pertemuan Seoul menghasilkan 3 pilar ketahanan pangan G20 (1) Produksi (2) Manajemen volatilitas harga ((3)) Integrasi g di dalam pperencanaan ppembangunan g • “The G20 Leaders have agreed to enhance food security policy coherence and coordination and increase agricultural productivity and food availability, including by advancing innovative results-based mechanisms, promoting responsible agriculture i lt iinvestment, t t ffostering t i smallholder llh ld agriculture, i lt andd inviting relevant international organizations to develop, for 2011 Summit in France, proposals to better manage and mitigate risks i k off food f d price i volatility l tilit without ith t di distorting t ti market k t bbehavior.” h i ” 8
Laju dan Komponen Inflasi 2001-2010 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Komponen Inflasi K I fl i Core/ Volatile Administered Moneter Food Price 10,00 12,40 23,50 6,96 , 9,70 , 22,10 , 6,93 -2,36 9,08 6,69 6,54 5,42 9,75 15,51 41,71 6,03 15,27 1,84 6 29 6,29 11 41 11,41 3 30 3,30 8,29 16,48 15,99 4,28 3,95 -3,26 3,26 4,25 17,74 5,40
Sumber: Bank Indonesia, 2011
Inflasi Total 12,55 10,03 , 5,06 6,40 17,11 6,60 6 59 6,59 11,06 2,78 6,96
Dominasi Harga Pangan terhadap Laju Inflasi
Sumber: INDEF, 1 Maret 2010
Dimensi e s Ketahanan eta a a Pangan a ga d di Indonesia do es a • Ketersediaan: Produksi, Produksi distribusi pangan pokok dan lainnya, berkualitas, aman, bergizi dan berimbang • Aksesibilitas: Akses pangan, pangan terutama kaum miskin /marginal: subsidi, penanggulangan bencana, gender; • Stabilitas St bilit (h (harga): ) Antar A t daerah, d h antar t waktu, kt antar t pelaku, konsep cadangan besi, cadangan penyangga • Utilisasi: Pengolahan, keamanan, pola makan, higienis, sanitasi air, kehalalan, keutuhan, kemanfaatan dsb
Apakah Jebakan Malthus akan terjadi? Jumlah Penduduk Dunia (miliar)
Permintaan Biji-Bijian Dunia (ton)
World Population (B) Negara Transisi Negara Maju
Negara Transisi Negara Maju
9
3000
Negara Berkembang
Negara Berkembang
8
2500
7
2000
6 5
1500
4
1000
3 2
500
1
1981
1999
2015
2030
Penduduk 2030: Bertambah 3 miliar
1981
1999
2015
2030
Pangan 2030: Kebutuhan bertambah 50%
Jebakan Thomas Malthus (berupa kondisi kekurangan pangan dan bahkan kepunahan manusia) akan menjadi kenyataan jika manusia tidak mampu menggunakan mengembangkan tekonologi pangan dan pertanian ke depan
Pertumbuhan Penduduk Indonesia: Eksponensial 300 jt 237.6 jt
250 jt 205.1 jt 200 jt
179.4 jt 147 5 jt 147.5 jt
150 jt
119.2 jt 97.1 jt
100 jt j 60.7 jt 50 jt 0 jt 1930
1940
1950
1961
1971
Sensus
Sumber: BPS, Hasil Sensus Penduduk 2010
1980
1990
2000
2010
Piramida Penduduk Indonesia 1961-2010 Laki‐laki
12
10
8
6 4 Jutaan
2
1961
1971
1980
75+
75+
75+
70‐74
70‐74
70‐74
65‐69
65‐69
65‐69
60‐64
60‐64
60‐64
55‐59
55‐59
10
8
50‐54
45‐49
45‐49
45‐49
40‐44
40‐44
40‐44
35‐39
35‐39
35‐39
30‐34
30‐34
30‐34
25‐29
25‐29
25‐29
20‐24
20‐24
20‐24
15‐19
15‐19
15‐19
10‐14
10‐14
10‐14
5‐9
5‐9
5‐9
0‐4
0‐4 0
0
2
4
6
Jutaan
4
8
10
12
12
10
8
Jutaan
2
6 Jutaan
4
2
0‐4 0
0
Perempuan
2
4
6
8
10
12
12
10
8
Jutaan
6 Jutaan
4
2
0
0
2000
2010
75+
75+
75+
70‐74
70‐74
70‐74
65‐69
65‐69
60‐64
60‐64
0
50‐54
50‐54
45‐49
45‐49
40 44 40‐44
40‐44 0
40‐44
35‐39
35‐39
35‐39
30‐34
30‐34
30‐34
25‐29
25‐29
25‐29
20‐24
20‐24
20‐24
15‐19
15‐19
15‐19
10‐14
10‐14
10‐14
55‐99
55‐99
55‐99
0‐4
0‐4 0
2
4
6 Jutaan
8
10
12
8
6 Jutaan
4
2
0
8
10
12
Perempuan
55‐59
45‐49
10
6
60‐64
Perempuan
50‐54
12
4
65‐69
Laki‐laki
55‐59
Laki‐laki
Perempuan
2
Jutaan
1990
55‐59
6
55‐59
Laki‐laki
Perempuan
50‐54
Laki‐laki
12
Laki‐laki
Perempuan
50‐54
0‐4 0
Sumber: BPS, Hasil Sensus Penduduk 2010
2
4 6 Jutaan
8
10
12
12
10
8
6 Jutaan
4
2
0
0
2
4
6 Jutaan
8
10
12
Estimasi Produksi Pangan Strategis • Padi: Produksi 67 juta ton gabah kering giling (GKG) (38 (38,22 juta ton beras dengan laju konversi 0,57). Jika konsumsi beras 139,15 kg per kapita, maka total konsumsi beras 237,6 juta penduduk I d Indonesia i seharusnya h 33 juta j t ton. t Jik Jika ddata t produksi d k i itu it bbenar, maka Indonesia surplus beras 4 juta ton, tidak perlu impor beras. Fakta: Indonesia impor beras sebesar 1.3 juta ton. • Jagung: Produksi 17,9 juta ton jagung pipil kering (turun 2,39%) sebagian besar untuk pakan ternak. Jika industri pakan menyerap jagung 6 juta ton ton, konsumsi langsung suit mencapai12 juta ton ton, maka estimasi produksi jagung mungkin overestimate, karena faktanya industri pakan juga masih impor jagung >600 ribu ton. • Kedelai: Produksi 934 ribu ton kedelai kering kering, jauh dari target swasembada 2014 sekitar 2,5 - 3 juta ton. Impor dari AS. • Gula: Produksi 2,4 , jjuta ton,, jjauh dari target g 2,8 , jjuta ton. Total konsumsi >4,5 juta ton, terdiri dari 2,5 juta ton gula konsumsi dan 2 juta ton gula rafinasi, berasal dari impor gula mentah.
Perkembagan Produksi Padi (GKG), 2002-2011 Tahun
L Luas P Panen (Ha)
Produktivitas P d kti it (ton/ha)
Produksi P d k i (Ton)
Perkembangan P k b (%)
2002
11 521 166 11.521.166
4 47 4,47
51 489 694 51.489.694
2 04 2,04
2003
11.488.034
4,54
52.137.604
1,26
2004
11.922.974
4,54
54.088.468
3,74
2005
11.839.060
4,57
54.151.097
0,12
2006
11.786.430
4,62 ,
54.454.937
0,56 ,
2007
12.147.637
4,71
57.157.435
4,76
2008
12.327.425
4,89
60.325.925
5,46
2009
12.883.576
5,00
64.389.890
6,75
2010
13.244.184
5,01
66.411.469
3,13
2011*
13.258.693
5,08
67.307.324
1,35
Sumber: BPS (berbagai tahun), data terakhir: Angka Ramalan Produksi 1, tanggal 1 Maret 2011
Musim Basah Berlanjut sampai Mei 2011
Sumber: IRI-Columbia University, Januari 2011
Dampak nyata perubahan iklim pada produksi pangan strategis tahun 2050 Komoditas Padi Sawah
Penurunan Produksi Produksi 2006 Pangan Tahun 2050 (ton) (ton) (%) 51.647.490 10.473.764 20,3
Padi Ladang
2.807.477
761.522
27,1
Jagung
11.609.463
1.574.966
13,6
Kedelai
747.611
92.503
12,4
1.279.070
97.453
7,6
Tebu Sumber: Handoko et al, 2008)
Aksesibilitas: Rawan Pangan Mengintai • Strategi kebijakan kecukupan pangan untuk menjamin ketersediaan dan aksesbilitas pangan seluruh wilayah Indonesia yang dapat dijangkau dan aman dikonsumsi Indonesia, masyarakat luas. • Indonesia memiliki standar AKG yang dihasilkan dari Widyakarya P Pangan dan d Gizi Gi i (WNPG) ke-VII, k VII pada d Juni J i 2008, 2008 yaitu it 22.200 200 kilokalori (kkal) dan 57 gram protein per kapita per hari. • Terjadinya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan ini diikuti dengan penurunan persentase rumahtangga yang defisit energi tingkat berat (konsumsi energi < 70% angka kecukupan gizi) yang juga dikenal sebagai sangat rawan pangan. pangan • Persentase penduduk yang sangat rawan pangan menurun dari 13.1% tahun 2002 menjadi 11.1% tahun 2008. Meski menurun j l h penduduk jumlah d d k yang defisit d fi it energii tingkat ti k t bberatt ((sangatt rawan pangan) diperkirakan masih sekitar 25.1 juta jiwa pada 2008
Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan
Sumber: Badan Ketahanan Pangan, 2010
Stabilisasi Harga: Ketegasan Kebijakan? • Pemerintah perlu secara lebih berimbang, memperhatikan kepentingan petani produsen tanpa melupakan kepentingan konsumen, terutama pada kondisi krisis global dan fluktuasi harga pangan di pasar internasional seperti saat ini. • Pemerintah perlu menyusun instrumen kebijakan stabilisasi harga gabah yang lebih efektif, efektif misalnya memberikan jaminan harga gabah petani memadai terutama pada musim panen raya. • Disamping p g itu, ppemerintah pperlu menjamin j ketersediaan dan aksesbilitas beras dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau sepanjang musim dan sepanjang tahun. • Usulan harga referensi (HPP) beras di tingkat provinsi mungkin cukup relevan untuk memberikan kepastian kepada petani. Akan tetapi, strategi tersebut perlu dipertimbangkan masakmasak karena akan sangat naif jika memberikan suatu insentif bagi produsen yang tidak meningkatkan kulaitas produksinya.
Evolusi Peran Bulog dalam Ketahanan Pangan Sebelum 1998
•
Sepenuhnya p y merupakam p lembaga g pparastatal bidangg logistik g
1998 - 2001
•
Masa transisi yang paling sulit, terutama setelah era otonomi daerah
•
Mengukuhkan status LPND untuk melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, dan pengendalian harga beras serta usaha jasa logistik
•
Menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak
•
Menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok k t miskin, i ki rawan pangan, serta t untuk t k kkeadaan d ddarurat.t masyarakat Menjaga stabilitas harga beras dalam negeri melalui pengelolaan cadangan beras pemerintah.
2001- 2003
PP 7/2003
Inpres 2/2005
•
Inpres 3/2007 /
•
Mirip Inpres 2/2005, / plus harga pembelian pemerintah ((HPP)) beras
Inpres 1/2008
•
Mirip Inpres 3/2007, plus harga pembelian pemerintah (HPP) beras
Inpres 7/2009
•
Mirip Inpres 1/2008, 1/2008 plus harga pembelian pemerintah (HPP) beras
Inpres 5/2011
•
Lebih general, Rafaksi HPP gabah dan beras diatur dgn Permentan
Sumber: Diikhtisarkan dari beberapa studi dan sumber lain, 2011
Harga GKP dan Beras Medium Dibanding HPP 2004 - 2011 9,000
Beras Medium 8,000
HPP Beras GKP HPP GKP
7,000
Rp/Kg
6,000
5,000
4 000 4,000
3,000
2,000
1,000
Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan 2004
2005
2006
Sumber: Bulog, Februari 25, 2011
2007
2008
2009
2010
2011
Utilisasi: Penganekaragaman Pangan • Pengurangan konsumsi beras 1.5% per tahun – Pemberian insentif perpajakan untuk investasi produksi karbohidrat non-beras – Gerakan “rice-free “rice free day” untuk mengurangi ketergantungan pada beras. beras
• Pengembangan pangan lokal, mulai dari karbohidrat yang berbasis bijibijian dan umbi-umbian, protein dan vitamin, berbasis peternakan dan hortikultura apalagi yang bersifat eksotis, hortikultura, eksotis sesuai kearifan masyarakat masyarakat. • Promosi pangan lokal di daerah, lebih aktif melibatkan stakeholders lain, dan lain-lain. Konsumsi per kapita per hari
Uraian 1. Energi (kkal/kap)
2005 1996
2006 1927
2007 2015
2008 2038
2009 1927
2. Protein (gram/kap) Skor PPH
55.27 -
53.66 74.9
57.65 82.8
57.43 81.9
54.35 75.7
Sumber: Susenas, BPS
Perpres 22/2009 Penganekaragaman Pangan PETA POTENSI PANGAN SPESIFIK WILAYAH RIAU Kab. Pekanbaru
KALIMANTAN TENGAH Kab. Sukamara
Kab. Pelelawan
Kab. Seruyan
Singkong : beras kufu
Sagu : mie sagu
SUMATERA UTARA Kab. Serdang Bedagai
Jewawut (sokui) : biji, tepung*) Kab. Kab Indra Giri Hilir Sagu : Sagu rendang (butiran)
Sukun : tepung, mie *)
KALIMANTAN BARAT Kab. Pontianak
Kab. Sampit p Sagu
Sagu : mie sagu*)
Singkong : Beras singkong*)
KALIMANTAN SELATAN Kab. Tanah Laut Sukun, pisang, bengkuang, sirsak, labu kuning : tepung*)
MALUKU UTARA Kab. Halmahera Tengah
Buah bakau : butiran, tepung*)
KALIMANTAN TIMUR Kab. Nunukan
BANGKA BELITUNG Kab. Bangka Barat
Singkong : iluy
Singkong : Beras aruk**)
Kab. Kutai Kertanegara Pisang : tepung*)
SULAWESI BARAT Kab. Polewali Mandar
Jewawut (tareang) : biji, tepung**)
JAMBI Kab. Kerinci
SULAWESI SELATAN Kab. Bone
Singkong : Beras singkong*)
Sukun : tepung, mie*)
SUMATERA SELATAN Kab. Oku Selatan
1
g : tepung p g**) Pisang
LAMPUNG Kab. Lampung Timur Singkong : tepung
Kab. Tulang Bawang Singkong : tepung
JAWA BARAT
Kab. Cimahi
**) Singkong Si k : beras b singkong i k Kab. Bandung Singkong : beras singkong**) Kab. Ciamis Singkong : tepung, oyek**) Ganyong : tepung, mie**) Kab. Kuningan Ubi jalar : chip, tepung***) pasta
Sagu : tepung Hotong/hotoburu
Kab. Pasuruan
Ubi : tepung, mie***) Kab. Trenggalek Singkong : tepung Garut : tepung Kota Malang***) Singkong : tiwul, gathot
JAWA TENGAH
Kab. Cilacap
Sukun : tepung, pati **) Kab. Boyolali Singkong : mie basah**) Kab. Banjarnegara Ganyong : tepung, mie**)
Kab. Magelang, Temanggung Jagung : beras jagung**)
Kab. Purbalingga Ganyong :
tepung, mie**)
Kab. Sragen : Garut : pati*) Keterangan : *) Produksi TP PKK/KWT **) Produksi Kelompok Tani/Gapoktan ***) Produksi Kelompok Usaha
MALUKU Kota Ambon
JAWA TIMUR
Kebumen ; Oyek
Buah bakau : butiran, tepung *)
NTT Kab. Lembata
Buah Bakau : tepung*) Jagung : jagung titi
PAPUA BARAT Kab. Manokwari
Kab. Rote Ndao DIY Kab. Bantul
Singkong : mie kering***)
Kab. Gunung Kidul
tepung**)
Ganyong : Singkong : tiwul, gathot**) Pisang : tepung*) Ubi jalar : tepung*)
PAPUA Kab. Keerom
Sorghum : biji Kab. Flores Timur dan Kab. Alor Jagung : jagung titi Kab. Ende Jagung : jagung bose
Buah bakau : tepung *)
SULAWESI TENGGARA Kota Kendari Sagu : Soun sagu***)
BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN
Penutup: Ekspektasi Kebijakan ke Depan • P Pertama, t estimasi/metodologi ti i/ t d l i penghitungan hit produksi d k i dan d ketersediaan pangan di Indonesia wajib disempurnakan, tanpa p harus mencari-cari kesalahan kebijakan j terdahulu. • Lembaga internasional dan negara asing dapat berperan dalam meningkatkan kapasitas SDM Indonesia, bahkan dalam memperbaiki infrastruktur produksi pertanian. pertanian • Penyebaran verietas unggul, akurasi waktu penyediaan pupuk dansarana produksi, pembiayaan pertanian, bi bi bimbingan t k i dan teknis d taktis t kti kepada k d petani, t i dan d lain-lain l i l i bukan merupakan suatu opsi, tapi suatu kewajiban. • Instruksi Presiden SBY untuk melaksanakan stabilitas harga pagan strategis wajib dilaksanakan oleh birokrasi. • Untuk stabilisasi harga pangan di daerah, para gubernur wajib secara aktif memberdayakan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), melibatkan akademisi di daerah.