Pembahasan Refleksi 12 Tahun Ketahanan Pangan Indonesia Tahlim Sudaryanto Staf Ahli Menteri Bidang Kerjasama Internasional Kementerian Pertanian
Diskusi Panel “Refleksi 12 Tahun Ketahanan Pangan Indonesia”, PERHEPI, Auditorium Gedung BULOG I, Jakarta, 2014 1
Isi Bahasan 1. Perkembangan kinerja KP 2. Reorientasi kebijakan KP kedepan
2
Perkembangan kinerja KP (1) • Indikator KP FAO: prevalensi kurang gizi (undernourishment) menurun dari 20% tahun 1999-2001 menjadi 9,1% tahun 2011-2013 2010-2014: • Ketersediaan energi: 3767 kkal/kapita/hari => lebih tinggi dari rekomendasi WKNPG 2012 (2400 kkal)
3
Perkembangan kinerja KP (2) • Konsumsi energi: 1937 kkal/kapita/hari => lebih kecil dari rekomendasi WKNPG 2012 (2150 kkal) • Ketersediaan protein: 93,1 gram/kapita/hari => lebih tinggi dari rekomendasi WKNPG (63 gr) • Konsumsi protein: 61,7 gram/kapita/hari => lebih tinggi dari rekomendasi WKNPG (57 gr) 4
Perkembangan kinerja KP (3) Global Hunger Index (GHI, IFPRI, 2013): Rata-rata dari tiga variabel: (a) Undernourishment: % penduduk yang mengalami insiden kekurangan gizi; (b) Child underweight: % anak Balita yang mengalami kekurangan berat badan; (c) Child mortality, % anak Balita yang mengalami kematian. 5
Perkembangan kinerja KP (4) • Menggabungkan indikator situasi pasokan pangan (yang menyebabkan kekurangan gizi) dengan dampak yang ditimbulkan terhadap kelompok penduduk yang rawan secara fisiologis yaitu anak Balita. • Nilai GHI berkisar antara 0 (terbaik) dan 100 (terburuk).
6
Perkembangan kinerja KP (5) • Rata-rata nilai GHI dari 78 negara berkembang menurun (semakin baik) dari 20,8 tahun 1990 menjadi 13,8 tahun 2013 • Penurunan GHI disebabkan oleh: – penurunan Child underweight: 3,0 poin – Penurunan Undernourishment: 2,7 poin – Penurunan Child mortality: 1,3 poin
7
Perkembangan kinerja KP (6) • Sepuluh negara menunjukkan penurunan GHI sebesar 58-78 poin dalam periode 1990-2013 • Lima negara mengalami kemunduran dengan GHI yang meningkat sebesar 3-40 poin • Indonesia berada pada ranking 23 dengan GHI sebesar 10,1 => kategori serius (GHI 10-20) • Undernourishment: 8,6, Child underweight: 18,6, Child mortality sebesar 3,2 8
Perkembangan kinerja KP (7) • Situasi pasokan pangan cukup baik yang tercermin dari Undernourishment: 8,6 • Kurangnya akses terhadap pangan berdampak pada masalah Child underweight: 18,6 • Perbandingan diantara negara ASEAN: Thailand ranking 9 (GHI 5,8), Vietnam ranking 16 (GHI 7,7) • Dibawah Indonesia: Filipina ranking 28 (GHI 13,2), Kamboja ranking 47 (GHI 16,8), dan Laos ranking 54 (GHI 18,7)
9
Perkembangan kinerja KP (8) • Perbandingan diantara negara ASEAN: Thailand ranking 9 (GHI 5,8), Vietnam ranking 16 (GHI 7,7) • Dibawah Indonesia: Filipina ranking 28 (GHI 13,2), Kamboja ranking 47 (GHI 16,8), dan Laos ranking 54 (GHI 18,7)
10
Perkembangan kinerja KP (9) Implikasi kebijakan 1. Kebijakan untuk menangani masalah KP dan gizi yang mampu merespon terhadap berbagai gangguan: bencana alam, gangguan ekonomi maupun sosial; 2. Kebijakan untuk meningkatkan produksi pangan dan memperlancar pasokan pangan yang bersumber dari dalam negeri maupun impor; 3. Koordinasi antar K/L terkait dan melibatkan tim dari berbagai keahlian. 11
Perkembangan kinerja KP (10) KP transien (transitory Food Insecurity) : • Tingkat kemiskinan sebagai penyebab utama KP kronis • Variabel tersebut tidak dapat menangkap fenomena KP transien yang disebabkan oleh gangguan eksternal (bencana alam, krisis ekonomi dan sosial) • SUSENAS 2008-2010: diantara penduduk yang mengalami kekurangan gizi, hanya sekitar 25% yang bersifat kronis • Sebagian besar dari mereka keluar-masuk dari garis batas (threshold) yang ditentukan 12
Prevalensi kekurangan gizi
13
Prevalensi kekurangan gizi dan kemiskinan (1)
14
Beberapa penyebab masalah KP transien (1) a) Rice Price Spike in International Markets ↑ interna onal price of rice by 100% Probability: Once in 30 years
b) Macroeconomic crisis ↓11% in factor supplies (except rural land & capital) Probability:Once in 25 years
c) An increase in international price of fuel ↑interna onal price of fuel by 114% Probability: Once in 20 years 15
Beberapa penyebab masalah KP transien (2) d) Crop failure due to insect or plant disease infestation ↓ 12% reduc on of factor produc vity of paddy land Probability: Once in 15 years
e) Earthquake and tsunami in Sumatra ↓10% in all factor supply (capital, land, labor) in Sumatra Probability: Once in 20 years 16
Dampak gagal panen (padi) • Gagal panen akibat serangan OPT berdampak besar terhadap produksi padi dan status KP • Misalnya serangan hamawereng coklat yang terjadi tahun 1974-75, 1985-86, tahun 1998 dan 2011 • Kehilangan hasil sekitar 6 juta ton GKG (sekitar 4 juta ton beras) => 12% produksis etahun
17
Dampak gagal panen (padi) Rate of undernourishment Median calorie intake Depth of Food deficit (percentage) (kcal per day per capita) (kcal) Before shock All Indonesia Urban households Rural househods a) After crop failure All Indonesia Urban households Rural househods b) Import allowed after crop failure All Indonesia Urban households Rural househods
13 14 12
1941 1883 1974
19 21 18
25 24 26
1753 1757 1751
52 50 53
16 17 16
1880 1850 1901
26 26 25 18
Dampak kebijakan harga beras Rate of undernourishment Median calorie intake Depth of Food deficit (percentage) (kcal per day per capita) (kcal) Estimated impacts of price support measures 11 1990 16 Without price support Partial price trasmission Price support with ful diet adjustment 13 1941 19 Price support with no diet adjustment 26 1726 50 Full price trasmission Price support with ful diet adjustment 33 1680 94 Price support with no diet adjustment 76 1023 441 19
Reorientasi kebijakan kedepan (1) 1. Mewujudkan “Sistem Pangan Nasional Berkelanjutan” Sesuai Tema HPS 2013: “Sustainable Food System for Food Security and Nutrition” Mengembangan sistem pangan pada keseluruhan rantai pasok: sarana produksi sampai konsumsi pangan di tingkat konsumen Tujuan akhir mewujudkan KP dan gizi 20
Reorientasi kebijakan kedepan (2) Memerlukan penanganan yang tepat pada aspek distribusi, penyimpanan, pengolahan dan konsumsi Ketersediaan (bukan produksi) pangan adalah necessary condition but not sufficient Diperlukan akses yang memadai pada tingkat regional, rumah tangga dan individu 21
Reorientasi kebijakan kedepan (3) Peningkatan produksi pangan: ”do more with less” (IFPRI 2013)=>akselerasi peningkatan produksi dan produktivitas dengan penggunaan sumberdaya yang lebih efisien Merespon tantangan sumberdaya yang semakin terbatas Sejalan dengan prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agricultural development) 22
Reorientasi kebijakan kedepan (4) 2. Paradigma: “agriculture-nutrition-health linkages” (IFPRI, 2011) • Produksi pangan (dan pertanian secara umum) untuk menjamin asupan gizi yang memadai • Tujuan akhirnya: mewujudkan penduduk yang sehat, aktif dan produktif • Sebaliknya kegiatan pertanian juga dapat menimbulkan resiko kesehatan bagi para pelakunya (kecelakaan kerja, tercemar bahan kimia, keracunan bahan pangan yang tidak sehat) 23
Reorientasi kebijakan kedepan (5) 3. Merancang ulang subsidi pupuk (1) Subsidi pupuk tahun 2014 sekitar Rp.18 T lebih besar dari anggaran Kementan Over dosis penggunaan pupuk Manfaat subsidi dinikmati oleh petani luas (regresive) dan industri pupuk Beban anggaran pemerintah
24
Reorientasi kebijakan kedepan (6) 3. Merancang ulang subsidi pupuk (2) Skema subsidi diubah menjadi targeted kepada petani kecil (subsistem) Model voucher yang sudah berhasil baik di Mali bisa dipakai acuan Masa transisi sebelum subsidi pupuk dihapus Momentum yang baik kalau saatnya subsidi BBM juga dihapus Dialihkan untuk meningkatkan anggaran General Services (litbang, diklat, konservasi SDA, sertifikasi, dll) 25
Reorientasikebijakankedepan (7) 4. Building resilience on agriculture and FS (IFPRI, 2014) (1)
"Building resilience means helping people, communities, countries and global institutions prevent, anticipate, prepare for, cope with and recover from shocks and not only bounce back to where they were before the shocks occurred, but become even better off,” 26
Reorientasikebijakankedepan (8) 4. Building resilience on agriculture and FS (IFPRI, 2014) (2) • Memperkuat jaring pengaman sosial (RASKIN, BLT, bantuan bencana alam, dll) • Disaster risk mitigation (peringatan dini, teknologi, kelembagaan) • Asuransi (bencana, pertanian) • Penguatan kelembagaan lokal • Kesetaraan gender • Pembangunan pertanian berkelanjutan 27
Reorientasi kebijakan kedepan (9) 5. Prioritas kebijakan sesuai dengan tipologi petani kecil (Hazell and Rahman, 2014) • Commercial small farmers: already successfully linked to value chain • Small farmers in transition: have favorable offfarm opportunities=>exit farming completely or obtain most of their income from off-farm • Subsistence-oriented small farms: marginalized, sell small amount of produce, but net buyer of food 28
Reorientasi kebijakan kedepan (10) Tipologi Commercial
Transition Subsistence
Prioritas kebijakan Teknologi baru, penguatan organisasi untuk pemasaran, mendorong kemitraan dengan agribisnis skala besar, akses thd lahan, kewirausahaan Pelatihan dan dukungan utk kegiatan nonpertanian, kewirausahaan, akses thd lahan, teknologi Jaring pengaman dan bantuan langsung, teknologi baru, subsidi, dukungan untuk diversifikasi kegiatan non-pertanian
29
Terima Kasih
30