POLA MAKAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN (FKIK) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2016
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH:
EVI LUTHFIAH KHAIRIYAH 1112101000012
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M
i
ii
iii
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI MASYARAKAT Skripsi, September 2016 Evi Luthfiah Khairiyah, 1112101000012 Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 xvi + 113 halaman, 8 tabel, 2 bagan, 2 gambar, 6 lampiran ABSTRAK Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola makan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, bahwa 100% mahasiswa belum menerapkan pola makan sesuai Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dimulai sejak bulan Mei-Juli 2016 dengan subjek penelitian adalah total populasi berjumlah 650 orang, sedangkan informan penelitian berjumlah 21 orang dengan tiga kategori yaitu informan pola makan cukup, kurang dan lebih, dengan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, lembar FFQ dan fokus grup diskusi (FGD). Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa 59,5% mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki pola makannya kurang. Sebagian besar daerah asal mahasiswa adalah bukan perantauan (60,6%), tempat tinggal mahasiswa selama kuliah sebagian besar di kost (66,9%), dan mahasiswa paling banyak mendapatkan sumber pangan makanan pokok (41,1%), lauk hewani (47,8%), lauk nabati (48,0%) dan sayuran (44,9%) dari sekitar kost. Sedangkan paling banyak mahasiswa untuk mendapatkan buah dari rumah (40,8%). Mahasiswa dengan pola makan kurang cenderung tidak dipengaruhi oleh teman, sedangkan mahasiswa dengan pola makan lebih dan cukup cenderung dipengaruhi oleh teman. Selain itu, tidak terdapat perbedaan preferensi makan (aspek penampilan, tekstur, dan harga) dan citra tubuh pada kelompok mahasiswa berdasarkan pola makannya. Oleh karena itu, disarankan kepada mahasiswa agar membiasakan sarapan pagi dan tetap memperhatikan pola makannya dengan cara makan 3x sehari sesuai anjuran PGS 2014. Untuk pihak FKIK sebaiknya mensosialisasikan pedoman gizi seimbang di kampus dengan pemasangan poster/kuliah umum mengenai pola makan dan sebaiknya pihak FKIK berkolaborasi dengan pihak Darma Wanita untuk memperhatikan keanekaragaman jenis makanan yang dijual khususnya dikantin kampus. Kata Kunci : Pola makan, Mahasiswa, Faktor Lingkungan, Faktor Individu Daftar Bacaan : 78 (1986 – 2016)
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION Undergraduate Thesis, September 2016 Evi Luthfiah Khairiyah, 1112101000012 Eating Patterns of Students from Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta On 2016 xvii + 113 pages, 8 tables, 2 charts, 2 images, 6 attachments ABSTRACT An increase of activities and social life in teenager could affect their eating behavior. Irregular eating patterns, snacking, and rarely eating any breakfast or lunch. Based on prior research, 100% of college students don’t have an eating pattern that matches with Nutrition Guides for Balanced Diet (PGS). This research aims to understand the eating patterns of college students from Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta on 2016. This research is being done using both qualitative and quantitative methods from May to July 2016, with total population of 650 college students as research subject. Informants of this research consist of 21 persons within 3 categories, which are informants for adequate, inadequate, and over eating pattern, using purposive sampling method. Data for this research are gathered using questionnaire, FFQ sheets, and Focus Group Discussion. The results showed that 59.5% of the students in FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta had an inadequate eating pattern. Most of the students are locals (60.6%), most of them live in boarding house or rent room while they conduct their study in college (66.9%), and they mostly get their food (41.1%), meat (47.8%), grains and cereal (48.0%) and vegetables (44.9%) from places around their boarding house or rent room. And for the fruits, students usually get them from their home (40.8%). Students with inadequate eating pattern tend to not be affected by their peers, while students with adequate and over eating pattern are tend to be affected by their peers. Furthermore, there are no differences in food preference (visual aspect, texture, and cost) and body image on students based on their eating pattern. From this research, it is suggested for students to start eating breakfast more frequently and pay attention to their eating pattern by eating thrice a day as suggested by PGS 2014. And it is better for FKIK to familiarize their students with balanced diet guide using posters or by conducting general studies about healthy eating patterns. And FKIK could collaborate with Darma Wanita Foundation in varying the types of food that being sold on campus ground, especially in cafeteria. Keyword: Eating patterns, College students, Environmental Factors, Individual Factors Bibliography: 78 (1986 – 2016)
vi
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Evi Luthfiah Khairiyah
TTL
: Bekasi, 25 Oktober 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: JL. Gapura Rawa Banteng RT.01/13, Desa Cibuntu, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, 17520
No. HP
: 085777446752
E-mail
:
[email protected] /
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1999 - 2000
: TK Al-Mutmainah Bekasi
2000 - 2006
: SDN Cibuntu 06 Bekasi
2006 - 2009
: SMPI Cipasung Tasikmalaya
2009 - 2012
: MA Annida Al-Islamy Bekasi
2012 - Sekarang
: Gizi Masyarakat, Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016” ini. Shalawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada : 1. Papah terhebat Bapak Nahrowi, M.Pd, Mamah tercinta Ibu Siti Maesaroh, S.Pd.I, dan kedua malaikat kecilku tersayang Eva Afifah Khairiyah dan Muhammad Afif Khairuddin, yang selalu memberikan doa di setiap langkahku serta dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, selaku kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Bapak Dudung Angkasa, M.Gz, selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah banyak sekali memberikan waktu, arahan, ilmu, kesabaran dan tenaganya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Febrianti, M.Si, Ibu Yuli Amran, MKM, dan Ibu Rika Rachmalina, M.Gizi selaku penguji ujian skripsi. 5. Segenap dosen pengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan wawasan berkenaan dengan tema yang diambil. 6. Ibu Himmawaty Aliyah (Mrs Purple) atas semua bantuan dan kebaikannya hingga laporan skripsi ini selesai. 7. Adik-adik angkatan 2014 dan 2015 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia menjadi responden dan informan. 8. Sahabat-sahabat kesayangan, M Lukmanul Hakim dan Syifa Wahyuni, Amd.Keb yang selalu memberikan dukungan dan semangatnya hingga laporan skripsi ini selesai.
viii
9. Teman-teman Gizi Masyarakat 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Widya, Riskah, Reiza, Cory, Cesil, Kiki, Ani, Tuti, Tyas, Andini, Arinbe, dan Amay, yang telah membantu saat proses pengumpulan/pengolahan data dan memberikan dukungan baik di saat susah ataupun senang. 10. Adik-adik peminatan gizi 2014, Alfi, Amel, Lifa, Nadhira, Nurizka, Sabil, Sofy, dan Memes yang telah membantu pengolahan data dan memberikan semangat hingga laporan skripsi ini selesai. 11. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2012, Sahabat SNSD, Genk Bekasi, Keluarga Gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan keluarga BEM/HMPS Kesehatan Masyarakat yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk seluruh ilmu, dukungan dan pengalaman yang telah diberikan. 12. Semua pihak lainnya yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai. Thanks All
Sungguh Maha Sempurna itu adalah Allah SWT, kekurangan dan kekhilafan terdapat pada penulis maka dari itu penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, agar menghasilkan skripsi yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Jakarta, September 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii ABSTRAK ............................................................................................................. iv RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 5 D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6 1.
Tujuan Umum........................................................................................... 6
2.
Tujuan Khusus .......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7 1.
Bagi Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ........................ 7
2.
Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ....................................... 7
x
F.
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 9 A. Pola Makan .................................................................................................. 9 B. Pola Menu Seimbang ................................................................................. 11 C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan ...................................... 13 D. Pengukuran Konsumsi Makan ................................................................... 34 E. Kerangka Teori........................................................................................... 36 BAB III
KERANGKA PIKIR, DEFINISI OPERASIONAL & DEFINISI
ISTILAH ............................................................................................................... 38 A. Kerangka Pikir ........................................................................................... 38 B. Definisi Operasional................................................................................... 40 C. Definisi Istilah ............................................................................................ 43 BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 44 A. Desain Penelitian ........................................................................................ 44 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 44 C. Populasi dan Informan Penelitian .............................................................. 44 1.
Populasi dan Sampel .............................................................................. 44
2.
Informan ................................................................................................. 45
D. Pengumpulan Data ..................................................................................... 45 1.
Instrumen Penelitian ............................................................................... 46
2.
Sumber dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 47
E. Pengolahan Data......................................................................................... 50
xi
F.
Validitas Data ............................................................................................. 53 1.
Validitas Data Kuantitatif ....................................................................... 53
2.
Validitas Data Kualitatif ......................................................................... 54
G. Analisis Data .............................................................................................. 55 1.
Analisis Data Kuantitatif ........................................................................ 55
2.
Analisis Data Kualitatif .......................................................................... 55
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................ 56 A. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 56 B. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 58 C. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 59 D. Deskripsi Sumber Pangan Terhadap Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 59 E. Eskplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 60 F.
Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Preferensi Makan Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 62 G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 69 BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 72 A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 72 B. Kelebihan Penelitian .................................................................................. 72
xii
C. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah ..................................................... 73 D. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 78 E. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 81 F.
Deskripsi Sumber Pangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta......................................... 84 G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 87 H. Eksplorasi
Pola Makan
Berdasarkan Preferensi
Makanan
Makan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta .......................................................................................... 90 I.
Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...... 95 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 101 A. Simpulan .................................................................................................. 101 B. Saran ......................................................................................................... 102 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Untuk Kelompok Umur 19-29 Tahun ............... 13 Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 40 Tabel 3.2 Definisi Istilah ....................................................................................... 43 Tabel 4.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49 Tabel 5.1 Distribusi Pola Makan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ..................................... 56 Tabel 5.2 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Daerah Asal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ....................................................................................................................... 58 Tabel 5.3 Distribusi Tempat Tinggal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ............................ 59 Tabel 5.4 Distribusi Sumber Pangan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 ............................ 60
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 37 Bagan 3.1 Kerangka Pikir ..................................................................................... 39
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Sajian Sekali Makan ............................................................. 13 Gambar 4.1 Contoh entry data FFQ ..................................................................... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Karakteristik Informan Penelitian Untuk FGD
LAMPIRAN 2
Pola Makan Informan Penelitian
LAMPIRAN 3
Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN 4
Kuesioner Kebiasaan Pola Makan – FFQ
LAMPIRAN 5
Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 6
Output Analisis Univariat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah golongan kelompok usia yang relatif sangat bebas dalam memilih jenis makanan yang ingin dikonsumsi. Pada masa remaja, terdapat beberapa perubahan yang dapat berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Pada masa ini, biasanya terjadi perubahan fisik, sosial, maupun psikologisnya. Pada masa remaja juga terjadi perubahan gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi atau kebiasaan makan (Khomsan, 2004). Perubahan perilaku makan ini juga terjadi pada mahasiswa sebagai kelompok individu dalam tahapan remaja. Pola makan mahasiswa yang cenderung mementingkan kepraktisan dan peer group perlu mendapat perhatian khusus. Mahasiswa sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat, sering tidak teratur, sering jajan, dan sering tidak makan pagi maupun makan siang (Adriani dan Bambang, 2012). Beberapa penelitian tentang pola makan pada remaja dan mahasiswa telah dilakukan. Hasil penelitian Larson et al., (2015) berdasarkan data tahun 2011-2012 menunjukkan bahwa hanya 54% dari remaja Amerika Serikat yang mengkonsumsi semua tiga makanan utama (yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam), sekitar tiga dari empat remaja konsumsi dua atau lebih makanan ringan dan minuman setiap hari yang dikonsumsi memberikan seperempat dari total asupan energi harian. Selain itu, saat ini khususnya 1
2
remaja dan dewasa muda semakin banyak orang yang tertarik makan di luar dan mengunjungi restoran cepat saji (Dave et al., 2009). Pada studi yang dilakukan terhadap 18.000 remaja yang berpartisipasi dalam National Longitudinal Study of Adolescent Health, hampir satu dari lima remaja melaporkan melewatkan sarapan pagi dan sebagian besar remaja tidak mengkonsumsi jumlah sajian minimal sayuran yang direkomendasikan (71%), buah (55%), dan produk susu (47,%) (Videon dan Manning, 2003). Di Indonesia, proporsi rerata nasional perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5% dan perilaku konsumsi makanan tertentu pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak mengonsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%) (Kemenkes, 2013). Di Kabupaten Tangerang, khususnya Kecamatan Ciputat, diketahui bahwa pola makan mahasiswa diketahui bahwa 100% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kebiasaan makan makanan beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Jika dilihat berdasarkan masing-masing kelompok makanan, 53,5% memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20,6% lebih, 44,5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1% memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0,6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang (Zakiah, 2014). Dalam penelitian pola makan ada banyak teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan remaja. Pola makan pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
3
eksternal. Faktor internal/individu merupakan sesuatu yang ada didalam tubuh seseorang dan bersifat menetap seperti preferensi makanan atau pemilihan makanan dan citra tubuh. Faktor eksternal/lingkungan adalah faktor dari luar tubuh seseorang, diantaranya meliputi lingkungan sosial secara langsung seperti pengaruh teman, dan faktor-faktor lain seperti daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan (Brown et al., 2013). Menurut Park et al., (2015) mengatakan bahwa preferensi makanan memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan pola makan/kebiasaan makan. Persepsi terhadap citra tubuh yang salah dapat berhubungan dengan konsumsi makan remaja. Hasil penelitian Kusumajaya et al., (2008) menjelaskan bahwa persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya. Dalam penelitian Savitri (2009) ditemukan bahwa teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dalam memilih jenis makanan. Pola makan juga dapat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Kebudayaan daerah mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan dan penyajian serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi (Sulistyoningsih, 2010 dalam Handayani, 2012). Letak tempat tinggal juga berpengaruh terhadap perilaku makan individu. Pada penelitian Jago et al., (2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat penjualan makanan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi makan. Dengan penelitian yang serupa dari penelitian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola makan pada
4
mahasiswa dengan menggunakan teori yang memfokuskan pada sisi individu dan lingkungan dalam mempengaruhi perilaku makan remaja. Berdasarkan hasil yang dipaparkan dalam penelitian sebelumnya oleh Zakiah (2014) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa 100% mahasiswa memiliki kebiasaan makan makanan beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Mahasiswa juga sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup dan pola makan yang sehat. Oleh karena itu, pola makan yang sehat sangat diperlukan karena kondisi tersebut salah satu faktor pencegahan yang tepat dari penyakit tidak menular di masa depan. Namun, asupan makanan yang dikonsumsi oleh mahasiswa tidak lagi memperhatikan tentang kandungan gizi (Khomsan, 2004). Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti tertarik ingin melihat sejuah mana variasi konsumsi makan mahasiswa jika dibandingkan dengan rekomendasi gizi seimbang dengan melakukan penelitian mengenai pola makan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. B. Rumusan Masalah Hasil penelitian Zakiah (2014) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan informasi bahwa 100% mahasiswa memiliki kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Hal ini menunjukkan proporsi pola makan mahasiswa yang tidak sesuai dengan PGS masih tinggi.
5
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, hasil studi pendahuluan yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga menunjukkan bahwa 100% mahasiswa memiliki tingkat kecukupan zat gizi kurang dari angka kecukupan gizi, 47% mahasiswa makan dua kali dalam sehari, dan 100% mahasiswa menerapkan pola makan tidak sesuai dengan PGS (Pedoman Gizi Seimbang). Sehingga jika permasalahan dan kondisi tersebut terjadi pada mahasiswa dibiarkan akan berdampak pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut gambaran pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana deskripsi pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016? 2. Bagaimana deskripsi daerah asal mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016? 3. Bagaimana deskripsi tempat tinggal mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016? 4. Bagaimana deskripsi sumber pangan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016? 5. Bagaimana hasil eskplorasi pola makan berdasarkan pengaruh teman mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016?
6
6. Bagaimana hasil eskplorasi pola makan berdasarkan preferensi makanan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016? 7. Bagaimana hasil eskplorasi pola makan berdasarkan citra tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui deskripsi pola makan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. b. Mengetahui deskripsi daerah asal mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. c. Mengetahui deskripsi tempat tinggal mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. d. Mengetahui deskripsi sumber pangan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016.
7
e. Mengeskplor pola makan berdasarkan pengaruh teman mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. f. Mengeskplor pola makan berdasarkan preferensi makanan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. g. Mengeskplor pola makan berdasarkan citra tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Memberikan pengetahuan tentang pola makan yang baik bagi mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, agar dapat mempengaruhi para mahasiswa untuk memiliki tingkat kesehatan yang baik sehingga memberikan pengaruh terhadap prestasi kuliah dan peningkatan produktivitas. 2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Memberikan tambahan informasi tentang pola makan mahasiswa dengan melihat faktor lingkungan sebagai pengaruhnya dan hasil penelitian
dapat
digunakan
sebagai
bahan
masukan
mengoptimalkan pola makan di lingkungan kampus FKIK.
untuk
8
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei sampai Juli 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pola makan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016. Sampel yang diteliti adalah seluruh mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014-2015. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta metode purposive sampling untuk pengambilan informan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Makan Menurut Sediaoetama (2009) pola makan merupakan banyak atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga atau masyarakat. Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan kegiatan terencana dari seseorang atau merupakan sebuah acuan dalam pemilihan makanan dan penggunaan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan (Sediaoetama, 2009). Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang. Dengan demikian diharapkan pola makan yang beraneka ragam dapat memperbaiki mutu makanan seseorang. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun yang disertai dengan menurunnya produktivitas kerja (Hardinsyah dan Briawan, 2005). Pada masa remaja, terdapat beberapa perubahan yang dapat berpengaruh terhadap konsumsi makanan. Pada masa ini, biasanya terjadi perubahan fisik, sosial, maupun psikologisnya. Pada masa remaja juga terjadi 9
10
perubahan gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi atau kebiasaan makan (Khomsan, 2004). Perubahan perilaku makan ini juga terjadi pada mahasiswa sebagai kelompok individu dalam tahapan remaja. Pola makan mahasiswa yang cenderung mementingkan kepraktisan dan peer group perlu mendapat perhatian khusus. Mahasiswa sering mengonsumsi makanan yang tidak sehat, sering tidak teratur, sering jajan, dan sering tidak makan pagi maupun makan siang (Adriani dan Bambang, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2014) pada mahasiswa, bahwa 100% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kebiasaan makan makanan beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Jika dilihat berdasarkan masingmasing kelompok makanan, 53,5% memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20,6% lebih, 44,5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1% memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0,6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang. Menurut Yuniarti (2012) jenis bahan makanan adalah segala sesuatu yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun menjadi hidangan atau menu.
Keanekaragaman
makanan
dalam
hidangan
sehari-hari
yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal (Kemenkes RI, 2014).
11
Menurut Khomsan (2004) secara kuantitas dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan gizi sebaiknya makan dilakukan 3 kali sehari. Jika pola makan sehari-hari yang kurang, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif (FKM UI, 2007). Selain itu, seseorang yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi dari usia muda, dapat menyebabkan individu tersebut terkena dampaknya diusia selanjutnya, seperti kerapuhan tulang yang dapat menyebabkan fraktur ataupun osteoporosis (Brown et al., 2013) dan dapat berdampak pada risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) yang mematikan ataupun mengancam hidup, seperti kardiovaskuler, stroke, hipertensi, diabetes dan beberapa jenis kanker (Kemenkes RI, 2014). B. Pola Menu Seimbang Pedoman pola menu seimbang yang dikembangkan sejak tahun 1950 dan telah mengakar dikalangan masyarakat luas adalah Pedoman Menu 4 Sehat 5 Sempurna. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo yang mengacu pada prinsip Basic Four Amerika Serikat yang mulai diperkenalkan pada era 1940an adalah : Menu makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang sesuai dengan kondisi saat ini. Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu
12
mengatasi beban ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes, 2014). Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi anekaragam pangan merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan gizi seimbang. Cara menerapkan gizi seimbang adalah dengan mengonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan. Kelima kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buahbuahan) setiap kali makan akan lebih baik (Kemenkes, 2014).
13
Gambar 2.1 Contoh Sajian Sekali Makan
Hal yang mendasar pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) adalah konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur. Anjuran jumlah porsi untuk kelompok umur 119-29 tahun dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini. Tabel 2.1 Anjuran Jumlah Porsi Untuk Kelompok Umur 19-29 Tahun
Bahan Makanan
Anjuran Porsi Laki-Laki Perempuan 19-29 tahun
19-29 tahun
Nasi
8p
5p
Sayuran
3p
3p
Buah
5p
5p
Tempe
3p
3P
Daging
3p
3p
Sumber : Kemenkes, RI (2014)
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Pola makan remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, Menurut Brown et al., (2013) faktor pola makan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor
14
diantaranya adalah faktor lingkungan dan faktor individu. Bagan 2. menggambarkan beberapa pengaruh pada perilaku makanan remaja. Faktorfaktor tersebut tidak berpengaruh secara langsung dalam perilaku makan tetapi saling berhubungan dengan individu dan merupakan bagian dalam gaya hidup seseorang, sehingga dapat mempengaruhi perilaku makanan remaja (Brown et al., 2013). 1. Faktor Lingkungan Faktor eksternal/lingkungan adalah faktor dari luar tubuh seseorang. Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial secara langsung seperti keluarga, teman, dan faktor-faktor lain seperti makanan sekolah, gerai makanan cepat saji, dan norma-norma sosial dan budaya. a. Daerah asal Latar belakang ras/etnis memainkan peran dalam membentuk pola makan remaja. Remaja dari status sosial ekonomi rendah dan dari latar belakang minoritas telah ditemukan lebih cenderung terlibat dalam perilaku makan kurang sehat (Brown et al., 2013). Menurut Suhardjo (1989) bahwa asal tempat tinggal berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu, karena pola makan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang akan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu misalnya mahasiswa perantauan. Mahasiswa perantauan memiliki pola makan yang berbeda dengan mahasiswa non perantauan karena menurut Naim (2013) mahasiswa perantauan menyesuaikan dirinya dengan berkomunikasi
15
dan berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda dengan etnis dan kebudayaannya. Berbeda dengan mahasiswa non perantauan yang sudah mengetahui dan mengenal aturan, kebiasaan, serta adat istiadat di daerah tersebut. Menurut Novisa (2011), mahasiswa perantau dituntut untuk membiasakan diri dengan keadaan atau lingkungan baru, perubahan kondisi tersebut berdampak pada berbagai hal salah satunya adalah terjadinya perubahan pola makan. Perubahan pola makan terjadi bagi mahasiswa perantau adalah mereka harus membeli, memasak makanan sendiri, dan mereka harus hemat, berbeda dengan mahasiswa yang tinggal bersama orang tua. Terlebih bagi para mahasiswa perantau sering mengabaikan waktu makan yang merupakan salah satu dari jam biologis. Menurut Hamboyan dkk (1995) dalam Lee et al., (2015) mengatakan bahwa migrasi/pendatang mungkin memainkan peran penting dalam gizi dan status kesehatan karena perpindahan akan terkena pengaruh terhadap lingkungan dan budaya yang berbeda. Selain itu, faktor yang dikaitkan dengan perubahan dalam perilaku makan
yaitu
imigran/pendatang.
Rosenmöller
et
al.,
(2011)
menemukan bahwa imigran Cina tinggal di Kanada untuk jangka waktu yang lebih lama, konsumsi makanan secara signifikan lebih besar dan makan keluar lebih sering serta melaporkan beberapa perubahan yang menguntungkan dalam asupan makanan mereka dan kesadaran yang lebih besar dan lebih banyak pengetahuan tentang makanan sehat setelah imigrasi. Namun, terjadi peningkatan ukuran
16
porsi, peningkatan frekuensi makan dan peningkatan konsumsi makanan
yang menunjukkan beberapa perubahan yang tidak
menguntungkan. Menurut Lim (2009) dalam Lee et al., (2015) perilaku makan yang baru adalah menantang ketika orang yang bermigrasi ke negara baru. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Zhu (2012) dalam Lee et al., (2015) menunjukkan bahwa siswa cina internasional menurun konsumsi buah dan sayuran sementara meningkatkan konsumsi mie instan dan makanan cepat saji dan melewatkan sarapan lebih sering. Sedangkan menurut Pan et al. (1999) dalam Lee et al., (2015) meneliti pola makanan siswa Asia sebelum dan setelah migrasi ke Amerika Serikat, melaporkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam asupan buah-buahan, lemak, permen dan melewatkan sarapan antara pelajar-pelajar Asia. Kebanyakan studi melaporkan bahwa perubahan diet/pola makan dan konsekuensi terhadap kesehatan di Asia Selatan. Perubahan diet
yang
kompleks,
tergantung
pada
berbagai
faktor
yang
berhubungan dengan negara asal, perkotaan/pedesaan residence, faktor-faktor sosio-ekonomi dan budaya dan situasi di negara tuan rumah. Namun, tren diet utama setelah migrasi adalah peningkatan dalam asupan energi dan lemak, penurunan karbohidrat dan beralih dari seluruh biji-bijian dan kacang-kacangan ke sumber karbohidrat, mengakibatkan rendahnya asupan serat, serta beberapa kelompok juga telah
mengurangi
asupan
sayuran
mereka.
Temuan
tersebut
17
menunjukkan bahwa pada beberapa kelompok imigran, terutama di Asia Selatan semua perubahan diet yang terjadi mungkin telah menyumbang kardiovaskuler
risiko (CVD)
untuk
obesitas,
diabetes
(Holmboe-Ottesen dan
dan
penyakit
Wandel,
2012).
Walaupun menurut Wood et al., (2015) mengatakan bahwa dengan berjalannya waktu, asupan makanan anak-anak imigran akan berubah. Namun, perubahan cenderung memiliki konsekuensi kesehatan yang negatif. Selain itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Handayani (2012) dengan melakukan observasi di lapangan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Desa Selemak dijumpai masyarakat Suku Jawa selain makanan pokok beras cenderung mengonsumsi sumber makanan dari protein hewani (5 kali dalam satu minggu). Cara pengolahan makanan lebih sering dengan bersantan atau lebih sering dikenal dengan nama digulai lemak (3-4x/minggu). b. Nilai dan noma sosial budaya serta keyakinan Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip dasar ilmu gizi. Tingkah laku seseorang atau kelompok masyarakat dalam pola konsumsi pada umumnya dipengaruhi oleh budaya atau sikap mengenai suatu makanan, baik mengenai jenis pangan, manfaat, dan bagaimana makanan tersebut dimakan (Harper et al., 1986).
18
Setiap budaya mempunyai sitem nilai-nilai. Sistem nilai merupakan suatu perangkat preferensi yang diakui syahnya menurut aturan yang ada (Suhardjo, 1989). Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu, dalam masyarakat yang menyebabkan pengetahuan konsumsi makanan menjadi rendah (Supariasa, 2001). Suatu kebudayaan yang sudah turun-temurun akan sangat mendarah daging dalam kehidupan seseorang sehingga berpengaruh terhadap tindakan perilaku seseorang dari generasi ke generasi, baik tertulis maupun lisan. Menurut Suhardjo (1989) ditemukan bahwa keyakinan dan norma yang berlaku dimasyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat. c. Tren makanan Remaja khususnya mahasiswa menjalani kehidupan yang sibuk. Banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan akademik, bekerja, dan kegiatan lainnya setiap hari. Kegiatan ini, dikombinasikan dengan peningkatan kebutuhan untuk kontak sosial dan persetujuan teman dalam makanan, menyisakan sedikit waktu bagi remaja untuk makan. Ngemil dan menundan makan yang biasa dilakukan di kalangan remaja. Simpanan makanan ringan hingga 39% dari asupan makanan sehari-hari di kalangan remaja, dengan 35% dari kalori dan 43% dari gula yang disediakan oleh makanan ringan saja. Data nasional menunjukkan bahwa proporsi kalori dan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi sebagai makanan ringan telah meningkat
19
selama dekade terakhir. Ukuran rata-rata makanan ringan tetap kurang lebih sama, namun jumlah makanan ringan yang dikonsumsi meningkat, yang menyumbang asupan kalori meningkat. asupan kalori meningkat dari makanan ringan telah sejajar dengan peningkatan konsumsi makanan di luar rumah. Remaja mengkonsumsi proporsi yang lebih besar dari kalori dari ngemil jauh dari rumah, sering di restoran cepat saji (Brown et al., 2013). Pilihan makanan yang dibuat oleh remaja saat ngemil cenderung mendukung makanan tinggi gula, sodium, dan lemak sementara relatif rendah vitamin dan mineral. Minuman ringan dan makanan ringan yang paling sering dipilih remaja perempuan. Tren ini menyebabkan keprihatinan yang signifikan karena tingginya konsumsi minuman ringan dapat mengurangi konsumsi pilihan minuman sehat yang rendah energi dan/atau lebih tinggi kalsium. Seiring waktu, perubahan-perubahan
dalam
asupan
gizi
dapat
menyebabkan
peningkatan risiko masalah kesehatan kronis seperti osteoporosis dan obesitas (Brown et al., 2013). d. Makanan cepat saji (fast food) Produk makanan cepat saji dewasa ini beragam dan terus berkembang
sehubungan
dengan
pergeseran
pola
konsumsi
masyarakat. Produk makanan cepat saji menjadi populer karena pelayanannya yang cepat, praktis, nyaman dan harganya yang relatif terjangkau. Bagi masyarakat kota, khususnya mahasiswa makanan cepat saji merupakan jawaban akan terbatasnya waktu dimana
20
sebagaian besar mobilitas dilakukan diluar rumah sehingga tidak punya waktu untuk makan didalam rumah (Khomsan, 2004). Remaja rata-rata makan di sebuah restoran cepat saji dua kali seminggu. Data dari NHANES 2003-2004 menemukan bahwa 59% dari remaja usia 12-19 tahun yang disurvei makan makanan cepat saji, setidaknya satu dari dua hari memakan makanan cepat saji. Makanan cepat saji menyumbang 16% dari asupan energi untuk perempuan dan 17% untuk laki-laki dari total sampel dan hampir 50% dari total enegri konsumsi sehari-hari berasal dari makanan cepat saji. Restoran cepat saji adalah tempat-tempat makan favorit remaja karena mereka menawarkan pengaturan informal dengan pilihan makanan murah. Tempat ini juga memiliki persentase yang tinggi dari karyawan remaja, sehingga meningkatkan nilai sosial mereka. Makan di restoran cepat saji memiliki hubungan langsung dengan status gizi remaja. Fast food memiliki
ciri
kandungan
gizi
tidak
seimbang.
Kebanyakan
mengandung kalori tinggi, tetapi sangat rendah serat vitamin, dan mineral. Juga, tinggi kandungan lemak (termasuk kolesterol), gula dan garam (Brown et al., 2013). e. Makanan sekolah Lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya makanan (Dorothy, 2006 dalam Suswanti, 2013). Pada penelitian Jago et al., (2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat penjualan makanan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi makan.
21
Pada umumnya remaja menjalani kehidupan yang sibuk yang banyak menghabiskan waktu disekolah. Sehingga peningkatan kebutuhan sehari-hari harus mendapatkan perhatian khusus melalui sekolah, namun kebanyakan sekolah menyisakan sedikit waktu bagi remaja untuk makan (Brown et al., 2013). Padahal makan di sekolah adalah salah satu cara yang lebih luas dalam memperbaiki keadaan gizi seseorang. Lingkungan sekolah dapat memiliki dampak yang signifikan pada pemilihan makanan remaja, karena 35% sampai 40% dari total energi harian remaja dikonsumsi di sekolah (Dwyer J, 1995 dalam French et al., 2003). Menurut Mahan dan Escott-Stump (2008), di Amerika Serikat, program penyelenggaraan makanan di sekolah (The National School Lunch Program) sudah mulai dirintis sejak tahun 1946. Makanan yang disajikan dalam penyelenggaraan makan di sekolah harus dapat menyumbang sepertiga dari total kebutuhan energi. Dalam penelitiannya Surjadi (2013) mengatakan bahwa beberapa tipe penjual makanan dalam kampus antara lain restoran, dan kantin dengan beberapa jenis makanan untuk mahasiswa dan penjajah makanan di sekitar kampus. Salah satu faktor utama yang memengaruhi perilaku konsumsi makanan mahasiswa keberadaan restoran meningkatkan konsumsi makanan instan di antara mahasiswa. Makanan dianggap sudah sehat bila makanan tersebut segar, disiapkan hari itu juga, dan bersih, perlengkapan makan dan tempat berjualan juga bersih, tidak ada lalat. Tidak ada perhatian terhadap
22
kandungan gizi pada makanan yang dijual, yang penting enak dan harga terjangkau. Harga makanan yang dijual oleh penjaja makanan adalah yang paling murah dibandingkan dengan penjual makanan lain di kampus (Surjadi, 2013). Dibandingkan dengan lingkungan makanan lain seperti kantin sekolah dan restoran-restoran makanan cepat saji, rumah adalah tempat yang paling disukai untuk mengkonsumsi makanan sehat. Penelitian yang dilakukan oleh Rathi et al., (2016) pada tiga puluh tujuh remaja mengenai ketersediaan dan aksesibilitas makanan di lingkungan rumah. Menurut tiga kepala sekolah dan 10 remaja, orang tua membantu anak remaja mereka mengalami berbagai macam makanan bergizi dengan berbelanja untuk dan menyiapkan makanan sehat bagi mereka untuk makan. Selain itu, ia mengklaim bahwa makanan miskin gizi jarang dibeli oleh orang tua. f. Jumlah keluarga Menurut BKKBN (1998), besar rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama. Pada skala rumah tangga tingkat konsumsi pangan ditentukan oleh adanya pangan yang cukup dipengaruhi oleh kemampuan keluarga untuk memperoleh bahan yang diperlukan, semakin besar jumlah keluarga pengeluaran untuk konsumsi makanan lebih besar dari pada pengeluaran untuk non pangan (Suhardjo, 1989).
23
Sediaoetama (2009) menyebutkan keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak amat dekap akan menimbulkan masalah. Dalam hal ini, jumlah keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian pangan pada rumah tangga. menyebutkan semakin besar jumlah anggota keluarga, maka alokasi pangan untuk individu akan semakin berkurang. Hasil penelitian Pratiwi (2006) dalam Agustiani (2011) diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluarga kecil dan besar terhadap perilaku konsumsi individu. Namun penelitian Srimaryani (2010) dalam Agustiani (2011), diketahui bahwa ada hubungan antara jumlah keluarga dengan perilaku konsumsi individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin banyak pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam keluarga tersebut akan lebih sedikit dibandingkan dengan yang jumlahnya sedikit. g. Pengaruh orangtua Orang tua merupakan salah satu pengaruh sosial yang penting terhadap perilaku makan remaja. Keluarga tidak hanya menjadi penyedia makanan tetapi juga berbagai penghubung perilaku melalui makanan, preferensi makanan, dan pola makanan yang akan berdampak pada kebiasaan makan seumur hidup (Brown et al., 2013). Tetapi jika sudah dewasa mereka munjukkan kemandiriannya dan dapat memilih makanan sekehendak mereka. Di zaman modern seperti sekarang ini, orang tua memang telah menjadi manusia sibuk karena
24
urusan diluar rumah tangga. Oleh karena itu pengaruh keluarga terhadap perilaku makan mulai berkurang (Khomsan, 2004). h. Lingkungan rumah Perbedaan tempat tinggal juga mempengaruhi pilihan makanan. Hal ini berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya makanan (Dorothy, 2006 dalam Suswanti, 2013).
Letak tempat tinggal juga berpengaruh
terhadap perilaku makan individu. Pada penelitian Jago et al., (2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan
mencapai
tempat
penjualan
makanan
mempunyai
pengaruh terhadap konsumsi makan. Menurut Surjadi (2013) pola makan mahasiswa yang tinggal dengan orang tuanya didominasi terutama oleh pola makan keluarganya, karena jumlah makanan yang dimakan dan makanan mahasiswa tersebut selalu dijaga oleh ibu mereka. Sedangkan mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan yang berbeda dengan ketika mereka tinggal di rumahnya, karena mereka mempersiapkan makan sendiri, biasanya terlambat makan atau di luar jadual kebiasaan karena waktu yang terbatas, dan harus memperhitungkan uang yang mereka punya. Pilihan lainnya membeli makanan di warung atau penjaja makanan. i. Pengaruh teman Makanan dapat dijadikan simbol dari penerimaan, kehangatan, dan pertemanan dalam hubungan sosial. Remaja cenderung menerima
25
makanan atau nasihat megenai makanan dari temen-teman atau orang lain yang mereka percaya. Pengaruh teman pada masa remaja sangatlah kuat. Perilaku remaja mulai banyak dipengaruhi oleh teman, termasuk perilaku makan. Mereka mulai sering menghabiskan waktu dengan teman dan cenderung berusaha untuk dapat diterima oleh teman. Remaja berusaha keras untuk bisa sama dengan teman-teman mereka dan membuat pilihan makanan berdasarkan pengaruh teman sebayanya (Brown et al., 2013). Dalam teori tumbuh kembang, mahasiswa berada pada tahap awal transisi dewasa ataupun dalam tahap memasuki kedewasaan (usia 17-21) (Adriani dan Bambang, 2012). Dimana pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi (Khomsan, 2004). Selama masa ini, pengaruh teman sebaya menjadi lebih kuat karena teman sebaya menggantikan orang tua sebagai sumber utama dorongan sosial dan teman sebaya dapat memberikan pengaruh negatif maupun positif terhadap asupan makanan (Sharlin dan Sari, 2014). Penelitian Fitzgerald et al., (2013) bahwa pengaruh teman sebaya sering dikritik karena menanamkan kebiasaan makan yang buruk di kalangan orang dewasa. Dalam penelitian Savitri (2009), ditemukan bahwa teman sebaya berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi
26
individu, yaitu dalam memilih jenis makanan. Kebiasaan pola makan tersebut bukan anjuran atau dukungan dari teman sebaya, melainkan dukungan dari keluarga ataupun diri sendiri (McLellan et al., 1999). Menurut Khomsan (2004) juga mengatakan bahwa pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status. Penelitian Rathi et al., (2016) yang mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya siswa SMA sering dipaksa untuk mengkonsumsi makanan miskin zat gizi dan minuman bersoda. Temuan juga didukung penelitian Rathi et al., (2016) yang dilakukan pada remaja SMA perkotaan di India, hasil temuannya menunjukkan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh yang penting terhadap perilaku konsumsi remaja. Didukung juga Amaliah (2006) dalam Sebayang (2012) mengenai gambaran pola konsumsi makanan ditinjau dari Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada remaja yang ada di SMP Labschool Kebayoran Baru, bahwa sebanyak 67,9% siswa mendapat pengaruh teman sebaya yang kuat dan tidak sesuai dengan PUGS. 2. Faktor Individu Faktor internal/individu merupakan sesuatu yang ada didalam tubuh seseorang dan bersifat menetap. a. Body Image/Citra tubuh Remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri, mereka suka ikut-ikutan, dan terkagum-kagum pada
27
idola yang berpenampilan menarik. Banyak remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Apalagi kalau sudah menyangkut body image atau citra tubuh (Khomsan, 2004). Body image atau citra tubuh adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri. Apabila harapan tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini dianggap sebagai body image yang negatif (Germov & Williams, 2005 dalam Savitri, 2015). Hasil penelitian Kusumajaya et al., (2008) menjelaskan bahwa persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya. Remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan penampilan dirinya sendiri. Remaja cenderung menginginkan penampilan yang ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Remaja putri telah mempunyai tubuh ideal namun mereka cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran yang sebenarnya (Grogan, 2008). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumajaya et al., (2008) yang mengatakan bahwa persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya. Asupan makanan yang kurang dari kebutuhan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus, sedangkan asupan makanan yang lebih dari kebutuhan akan menyebabkan kelebihan berat badan atau overweight (Siregar, 2013). Selain itu, suatu studi di AS mengenai body image para remaja menunjukkan hasil yang menggelikan. Hampir 70% remaja wanita
28
yang diteliti mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya 15% di antara mereka yang menderita obesitas (kegemukan). Sebaliknya remaja pria, mereka (59%) menginginkan tubuh yang berisi karena merasa dirinya kerempeng, meskipun hanya 25% yang benar-benar kerempeng (Khomsan, 2004). b. Konsep diri Konsep diri akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinya akan berubah dan akan mempengaruhi perilaku konsumsi individu tersebut. Penelitian Handayani (2009) mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku konsumsi individu, yaitu dengan semakin baik konsep diri seseorang, maka akan baik perilaku konsumsi orang tersebut. c. Preferensi makanan Kesukaan/preferensi makanan merupakan tindakan atau ukuran suka atau tidak sukanya terhadap suatu jenis makanan (Suhardjo, 1989). Menurut Krølner dkk., (2011) hampir di seluruh negara beranggapan bahwa rasa dan kesukaan terhadap suatu makanan sangatlah penting hubungannya dengan perilaku konsumsi seseorang. Selain itu, menurut Park et al., (2015) mengatakan bahwa preferensi
29
makanan memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan pola makan/kebiasaan makan. Suatu makanan dianggap memenuhi selera atau tidak, tergantung tidak hanya pada pengaruh sosial dan budaya tetapi juga dari sifat fisiknya. Reaksi indera rasa terhadap makanan sangat berbeda dari orang ke orang seperti bau, tekstur, dan suhu. Selain pengaruh indera terhadap pemilihan makanan, kesukaan pangan pribadi makin terpengaruh oleh pendekatan melalui media massa seperti radio, televisi, pamflet, iklan, dan bentuk media massa lainnya (Harper et al., 1986). Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi seseorang untuk suka atau tidak suka terhadap makanan. Atribut sensori (rasa, warna/penampilan, tekstur dan bentuk) dapat berkontribusi dalam preferensi makanan individu. Menurut teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al., (2002) faktor asupan makanan dipengaruhi oleh preferensi makanan. Preferensi sering digunakan untuk merujuk pada penilaian afektif (menyukai/tidak menyukai) dari jenis makanan. Terdapat aspek dalam mempengaruhi preferensi makanan yaitu karakteristik makanan yang terdiri dari rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe makanan, dan kombinasi makanan. Rasa adalah jumlah dari semua rangsangan sensorik yang dihasilkan oleh konsumsi makanan. Sehingga, rasa merupakan salah satu komponen penting dalam preferensi makanan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa seluruh informan baik informan dengan
30
pola makan cukup, kurang, dan lebih mempertimbangkan rasa dalam memilih makanan. Sesuai pula dengan penelitian Suswanti (2013) bahwa sebanyak 175 (96,7%) responden menganggap bawah variabel rasa sangat penting dalam memilih makanan. Selain rasa, makanan yang beraneka warna, bentuk-bentuk yang menarik dan kemasan dengan warna cerah merupakan faktor penampilan makanan yang disukai anak-anak (Gilbert, 2006 dalam (Khoirina et al., 2015). Tidak hanya rasa yang mempengaruhi pemilihan makanan tetapi juga bau, penampilan dan tekstur makanan. Tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sensitivitas panca indera rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suswanti (2013) mengatakan bahwa seseorang cenderung berpikir bahwa makanan dengan tekstur keras atau kasar mengandung kalori lebih sedikit daripada makanan yang kenyal dan lembut. Begitupun dengan harga, teori ekonomi mengasumsikan bahwa perbedaan relatif pada harga sebagian dapat menjelaskan perbedaan antara individu dalam hal pilihan makanan dan perilaku diet (Jones dan Bartlett, 2011). Selain itu, biaya makanan adalah penentu utama pilihan makanan, apakah biaya mahal tergantung fundamental pada pendapatan sesseorang dan status sosial ekonomi. Sejalan dengan penelitian Suswanti (2013) yang mengatakan bahwa harga merupakan hal yang penting dalam memilih makanan.
31
Tipe makanan atau jenis makanan merupakan komponen utama selain rasa yang mempengaruhi preferensi makanan. Berdasarkan hasil penelitian Tiyas (2009) menyatakan bahwa preferensi terhadap jenis makanan sumber protein hewani hampir semua jenis pangan hewani disukai terutama olahan yang digoreng. Kombinasi makanan itu sangat penting, makanan yang disajikan dalam susunan menu yang sama tetapi penyajiannya berbeda akan dapat merubah penilaian preferensi seseorang untuk suatu jenis makanan tertentu (Suhardjo, 1989). Remaja tidak mengkonsumsi sejumlah sajian buah, sayur, dan produk susu yang direkomendasikan, dan mereka mengkonsumsi gula tambahan (Xie et al., 2003). Selain itu, pada studi yang dilakukan terhadap 18.000 remaja yang berpartisipasi dalam National Longitudinal Study of Adolescent Health, banyak remaja tidak memakanan jumlah sajian minimal sayuran yang direkomendasikan (77%), buah (55%), dan produk susu (47%) (Videon dan Manning, 2003). Sesuai dengan pesan gizi seimbang bahwa kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi (Kemenkes RI, 2014). d. Praktek dan keterampilan yang berhubungan dengan makanan Konsumsi makan seseorang tergantung dari masakan yang dimasak, hal ini berarti dibutuhkannya keterampilan memasak yang baik. Dengan keterampilan masak yang baik maka pemilihan bahan
32
makanan dan pengolahan makanan yang baik dapat meningkatkan selera orang yang akan memakannya. Dalam rumah tangga keterampilan masak seorang ibu sangat diperlukan agar anak-anaknya dapat mengkonsumsi makanan yang disediakan dengan baik. Sedangkan untuk orang-orang yang berada di luar rumah seperti pondok pesantren, kost dan sebagainya tergantung kepada juru masak (Moehyi, 1992). e. Status pubertas dan pertumbuhan Pubertas
merupakan
salah satu
periode
dalam
proses
pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Pubertas ditandai dengan munculnya karateristik seks sekunder dan diakhiri dengan datangnya menars pada anak perempuan dan lengkapnya perkembangan genital pada anak laki-laki (Lee PA, 1996 dalam Azwar, 2003). Usia awal pubertas pada anak laki-laki berkisar antara 12-16 tahun dan perempuan berkisar 10-14 tahun (Brown et al., 2013). Pubertas adalah bagian dari proses pertumbuhan anak dan remaja. Status pubertas termasuk bagian pemeriksaan fisik yang harus diperiksa pada anak dan remaja (Pulungan, 2013). Menurut Amelia dkk., (2010) remaja dengan riwayat gizi buruk waktu usia dini dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhan linear hanya 32,3% pada remaja laki-laki dan 23,4% pada remaja perempuan. Proses menjadi dewasa akan dilakui setiap anak dalam pertumbuhannya, meliputi berbagai aspek diantranya aspek hormonal, aspek fisik, dan aspek psikososial. Secara psikososial, pertumbuhan
33
pada masa remaja (adolescent) dibagi dalam tiga tahap yaitu early (1114 tahun), middle (15-17 tahun), dan late adolescent (18-21 tahun) dengan karakteristiknya masing-masing (Batubara, 2010). Mahasiswa dikategorikan sebagai remaja akhir menuju masa dewasa atau late adolescent. Masa remaja akhir ditandai dengan perkembangan identitas pribadi dan keyakinan moral individual. Pertumbuhan fisik dan masalah citra tubuh yang kurang lazim. Remaja yang lebih tua menjadi lebih percaya diri dalam karena kemampuan mereka untuk menangani situasi sosial yang semakin canggih, yang disertai dengan penurunan perilaku impulsif dan tekanan teman sebaya. Remaja semakin tidak tergantung pada orang tua. Hubungan dengan satu individu menjadi lebih berpengaruh (Brown et al., 2013). f. Kebutuhan fisiologis Orang dewasa, orang lanjut usia dan anak-anak serta bayi membutuhkan zat gizi dalam jumlah yang berbeda, begitu pula dengan macam makanan yang sebaiknya diberikan (Apriadji, 1986). Hal tersebut menyebabkan tingkat kebutuhan gizi setiap individu berbeda. Kebutuhan fisiologis tubuh berperan dalam menentukan perilaku konsumsi individu dan pemilihan makanan apa saja yang dikonsumsi (Harper et al., 1986). g. Status kesehatan Definisi Sehat menurut WHO 1990 yaitu keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Sedangkan berdasarkan UU Kesehatan No.23 tahun 1992,
34
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan gizi antara orang sehat dan orang sakit, apalagi yang baru sembuh dari sakit berat, tidak bisa disamakan. Sel-sel tubuh orang sakit sebagian telah mengalami kerusakan dan perlu digantikan, karena itu orang tersebut membutuhkan zat gizi lebih banyak dari biasanya. Selain untuk membangun kembali sel-sel tubuh yang rusak, kelebihan gizi itu diperlukan untuk memulihkan tenaga (Apriadji, 1986). 3. Gaya Hidup Gaya hidup merupakan interaksi secara tidak langsung antara faktor lingkungan dan individu yang dapat mempengaruhi perilaku makanan remaja (Brown et al., 2013). Gaya hidup dipengaruhi oleh beragam hal yang terjadi didalam keluarga atau rumah tangga. Keluarga merupakan faktor utama dalam pembentukan gaya hidup terkait pola makan dan juga dalam pembinaan kesehatan keluarga. Tetapi gaya hidup modern akan terbiasa mengkonsumsi makanan dengan harga mahal, sedangkan orang kelas menengah kebawah atau orang miskin tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah, dan sayuran yang mahal, karena dipengaruhi gaya hidup sederhana (Suhardjo, 1989). D. Pengukuran Konsumsi Makan Penilaian konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui kebisaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada
35
tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, 2001). Secara garis besar penilaian konsumsi makanan dibagi mejadi tiga jenis metode berdasarkan jenis data yang diperoleh, yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, dan metode kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan penilaian konsumsi makanan berdasarkan sasaran pengamatan atau pengguna dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat nasional, rumah tangga dan individu atau perorangan (Supariasa, 2001). Masing-masing metode pengukuran konsumsi mempunya kelebihan dan kelemahan, sehingga tidak ada satu metode yang paling sempurna. Pemilihan metode yang sesuai ditentukan oleh beberapa faktor seperti tujuan penelitian, jumlah responden yang diteliti, umur dan jenis kelamin responden, ketersediaan dana dan tenaga, kemampuan tenaga pengumpul data, pendidikan responden, bahasa yang dipergunakan oleh responden, dan pertimbangan logistik pengumpul data (Supariasa, 2001). Berdasarkan hal-hal tersebut, metode
yang digunakan dalam
penenlitian ini adalah metode frekuensi makanan (Food Frequency Questionnaire). Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden (Supariasa, 2001). Pemilihan urutan waktu konsumsi
36
dalam FFQ biasanya bersifat umum, misalnya sering, kadang-kadang, dan tidak pernah dan biasanya juga digambarkan dengan hitungan hari yang lebih spesifik dalam rentan waktu mingguan ataupun bulanan (Gibson, 2005). Food Frequency Questionnaire (FFQ) ada yang bersifat kualitatif dan semi kualitatif. Lembar FFQ kualitatif berisikan daftar nama makanan atau kelompok makanan dan pilihan waktu konsumsi responden yang dapat dilihat dengan keterangan sering, kadang-kadang, dan tidak pernah ataupun hitungan hari. Sedangkan FFQ semi kuantitatif adalah lembar FFQ kualitatif yang ditambahkan dengan ukuran rumah tangga (URT) atau jumlah per jenis makanan sehingga dapat dihitung asupan per zat gizinya (Gibson, 2005). E. Kerangka Teori Pola makan pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal/individu merupakan sesuatu yang ada di dalam tubuh seseorang dan bersifat menetap seperti sikap, keyakinan, preferensi makanan, dan perubahan biologis. Faktor eksternal/lingkungan adalah faktor dari luar tubuh seseorang, diantaranya meliputi lingkungan sosial secara langsung seperti keluarga, teman, dan faktor-faktor lain seperti gerai makanan cepat saji, dan norma-norma sosial dan budaya (Brown et al., 2013). Kerangka teori tersebut disajikan pada Bagan 2.1.
37
Lingkungan Lingkungan Mikro Daerah asal Nilai dan norma-norma sosial budaya Tren makanan Makanan cepat saji (fast food) Makanan sekolah
Individu
Sosial Lingkungan Jumlah keluarga Pengaruh orangtua Pola makan keluarga Lingkungan rumah Pengaruh teman
Kognitif Kesehatan pribadi Keyakinan Citra tubuh Konsep diri
Perilaku Preferensi makanan Keterampilan yang berhubungan dengan makanan Praktek makan
Gaya Hidup
Pola Makan
Bagan 2.1 Kerangka Teori Kerangka Teori Brown et al., (2013)
Status Gizi
Biologis Status pubertas Pertumbuhan Kebutuhan fisiologis Status kesehatan
BAB III KERANGKA PIKIR, DEFINISI OPERASIONAL & DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Pikir Kerangka pikir penelitian ini mengacu kepada kerangka teori Brown et al., (2013). Variabel yang akan diteliti yaitu faktor lingkungan (daerah asal, tempat tinggal, sumber pangan, dan pengaruh teman) dan faktor individu (preferensi makanan dan citra tubuh). Ada beberapa variabel tidak diteliti dikarenakan adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut antara lain: 1. Jumlah keluarga, pengaruh orangtua dan pola makan keluarga karena penelitian ini cross sectional artinya peniliti hanya menilai pada saat itu juga, sementara responden dalam penelitian ini mahasiswa dimana terdapat mahasiswa yang ngekost/tidak tinggal bersama keluarga maka dari itu variabel ini tidak diikutsertakan. 2. Nilai dan norma-norma sosial budaya karena meskipun berasal dari budaya yang berbeda-beda tetapi dianggap homogen yaitu sosial budayanya merupakan masyarakat perkotaan. 3. Keyakinan karena semua responden beragama islam. 4. Konsep diri karena sudah terwakili oleh penilaian variabel body image/citra tubuh. 5. Praktek & keterampilan yang berhubungan dengan makanan karena indikator untuk menentukan seseorang terampil atau tidaknya dalam
38
39
memasak sangat komplek seperti kegiatan dari mulai mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan, sehingga peneliti memiliki keterbatasan untuk meneliti hal tersebut. 6. Status kesehatan karena pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya tidak ada berkaitannya dengan pola makan. 7. Status pubertas & pertumbuhan karena masa pubertas dan pertumbuhan terjadi di usia 10-12 tahun untuk perempuan, 12-14 tahun untuk laki-laki, dan status pubertas pada umur 16 tahun, sedangkan responden pada penelitian ini rentang usia 18-20 tahun. 8. Kebutuhan fisiologis karena sasaran responden semua sama dengan usia yang sama yang membutuhkan zat gizi dalam jumlah yang sama jadi tidak adanya perbedaan kebutuhan fisiologis. Adapun kerangka pikir yang diajukan dalam penelitian ini disajikan pada Bagan 3.1. Faktor Lingkungan : 1. Daerah asal 2. Tempat tinggal 3. Sumber pangan 4. Pengaruh teman
Pola Makan Faktor Individu : 1. Preferensi makanan 2. Citra tubuh
Bagan 3.1 Kerangka Pikir
40
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Pola makan
Definisi Operasional
Cara Ukur
Kesesuiaian jenis makanan dan Angket
Alat Ukur FFQ
Hasil Ukur 0. Kurang,
jika
Skala Ukur
konsumsi Ordinal
porsi yang dikonsumsi setiap hari
makanan
atau setiap kali makan oleh
porsi/hari untuk laki-laki
responden yang terdiri dari jenis
dan <5 porsi/hari untuk
makanan
perempuan,
pokok,
lauk-pauk
pokok
<8
lauk
<3
(protein hewani-protein nabati),
porsi/hari,
pauk
<3
sayur dan buah dibandingkan
porsi/hari,
sayur
<3
dengan Pedoman Gizi Seimbang
porsi/hari, dan buah <5
(PGS)
porsi/hari. 1.
Lebih,
jika
makanan
konsumsi
pokok
>8
porsi/hari untuk laki-laki dan >5 porsi/hari untuk perempuan,
lauk
>3
41
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
porsi/hari,
pauk
>3
porsi/hari,
sayur
>3
porsi/hari, dan buah >5 porsi/hari. 2. Cukup,
jika konsumsi
makanan
pokok
8
porsi/hari untuk laki-laki dan 5 porsi/hari untuk perempuan,
lauk
3
porsi/hari,
pauk
3
porsi/hari,
sayur
3
porsi/hari, dan buah 5 porsi/hari. (Kemenkes RI, 2014) Daerah asal
Daerah asal mahasiswa
Angket
Kuesioner
0. Bukan perantauan
Nominal
1. Perantauan Tempat tinggal
Keberadaan selama kuliah
tinggal
responden Angket
Kuesioner
0. Tinggal bersama keluarga/dirumah 1. Tidak tinggal bersama
Nominal
42
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
keluarga/kost (Suci, 2011) Sumber pangan
Tempat
atau
lokasi
untuk Angket
Kuesioner
0. Rumah
mengakses makanan yang biasa
1. Sekitar kampus
dimakan oleh responden.
2. Sekitar kost
Nominal
43
C. Definisi Istilah Tabel 3.2 Definisi Istilah
Istilah
Definisi
Alat Ukur
Pengaruh
Kebiasaan pola makan sehar (di rumah Panduan
Teman
maupun kebiasaan makan di luar rumah) wawancara
Cara Ukur FGD
dan perngaruh teman terhadap pola makan informan Preferensi
Pemilihan makanan (rasa suka atau tidak Panduan
Makan
suka) setiap kali makan, dilihat dari aspek wawancara
FGD
rasa, penampilan, tekstur, harga, jenis makanan, dan kombinasi makanan. Citra Tubuh
Persepsi
informan
terhadap
body Panduan
image/citra tubuh yang dimiliki, apakah wawancara dapat menentukan dan mempengaruhi pola makan informan.
FGD
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskripsi yang menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data deskripsi pola makan, daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengeksplor informasi mengenai pola makan berdasarkan pengaruh teman, preferensi makan, dan citra tubuh. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini yaitu di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2016. C. Populasi dan Informan Penelitian 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berstatus aktif sebagai mahasiswa angkatan 2014 dan 2015. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi yang terdiri dari empat Program Studi yaitu Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Ilmu Keperawatan, dan Pendidikan Dokter yang berjumlah 650 mahasiswa.
44
45
2. Informan Informan sebagai informasi dalam penelitian kualitatif, berjumlah 21 orang. Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan sampel dipilih berdasarkan pertimbanganpertimbangan
tertentu
dengan
menggunakan
prinsip
kesesuain
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Prinsip kesesuaian berarti informan dipilih berdasarkan daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan informan yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu mahasiswa yang memiliki pola makan yang cukup, kurang, dan lebih dari standar Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dari berbagai Program Studi (Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Ilmu Keperawatan, dan Pendidikan Dokter), serta berstatus aktif sebagai mahasiswa angkatan 2014-2015. Sedangkan prinsip kecukupan diartikan data/informasi yang diperoleh dari informan diharapkan dapat menggambarkan fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian, yaitu pola makan pada mahasiswa. (Lampiran 1).
D. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan oleh 8 orang mahasiswa peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah memiliki keterampilan dalam pengumpulan data di bidang gizi. Tiap dua enumerator memantau pengisian lembar FFQ untuk masing-masing satu program studi. Pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi instrumen yang digunakan dalam penelitian dan sumber serta cara pengumpulan data.
46
1. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, FFQ, dan panduan wawancara. Berikut ini penjelasan tentang instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian : a. Kuantitatif Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan Food Frequency Questionnaire (FFQ). 1) Kuesioner Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini untuk menanyakan kepada responden penelitian yaitu seluruh mahasiswa FKIK angkatan 2014 dan 2-15 mengenai data daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan. Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan tentang identitas responden, 1 pertanyaan tentang daerah asal, 1 pertanyaan tentang tempat tinggal, dan 5 pertanyaan tentang sumber pangan. 2) Food Frequency Questionnaire (FFQ) FFQ atau Food Frequency Questionnaire digunakan untuk mengetahui gambaran frekuensi porsi pola makan responden. FFQ bersifat semi kualitatif terbuka dimana responden menuliskan sendiri berapa kali frekuensi kebiasaan pola makan responden. Responden mengisi dengan cara memilih salah satu kolom frekuensi pada setiap jenis makanan, apakah 1 kali perhari, 2x3 kali per hari, lebih dari 3x per hari, 1-4 kali perminggu, 1-3 kali perbulan, dan tidak pernah serta mengisi porsi yang biasa dimakan
47
dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT). Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner FFQ adalah jenis makanan yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden dan jenis makanan tersebut yang ada di lingkungan kampus dan kost. Untuk melihat gambaran frekuensi, data yang digunakan berupa distribusi responden menurut kebiasaan mengkonsumsi untuk per hari. b. Kualitatif Instrumen penelitian ini adalah panduan wawancara yang digunakan untuk mengkplor pola makan berdasarkan pengaruh teman, preferensi makanan, dan citra tubuh. Peneliti akan melakukan probing pada poin-poin pertanyaan saat mewawancarai informan untuk memperoleh informasi secara mendalam yang dilengkapi dengan alat perekam suara dan pencatat selama proses Fokus Grup Diskusi (FGD). 2. Sumber dan Cara Pengumpulan Data a. Data primer Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari mahasiswa yang menjadi responden atau informan penelitian. Proses pengumpulan data ini dibantu oleh enam enumerator penelitian. Enumerator penelitian merupakan mahasiswa kesehatan masyarakat yang telah mendapatkan mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penilaian Status Gizi, khususnya mempelajari survei konsumsi makanan.
48
Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data identitas responden, pola makan, daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan secara kuantitatif dengan responden seluruh mahasiswa FKIK angkatan 2014 dan 2015. Sedangkan untuk data pengaruh teman, preferensi makan dan citra tubuh didapatkan secara kualitatif untuk mengeksplor pola makan berdasarkan variabel tersebut. Proses pengumpulan data primer adalah sebagai berikut: 1) Data pola makan mahasiswa diperoleh menggunakan lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ) selama satu bulan terakhir dengan cara: responden diminta untuk memberikan tanda silang (x) pada daftar makanan yang tersedia pada lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ) mengenai frekuensi makannya dan ukuran porsinya dalam satuan rumah tangga (URT). 2) Data daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada seluruh responden yang menjadi sampel penelitian (total populasi). Sebelum responden mengisi kuesioner, peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Selanjutnya kuesioner diisi sendiri oleh responden. Setelah mengisi kuesioner, responden diminta untuk mengumpulkan kuesioner tersebut. 3) Data pengaruh teman, preferensi makanan, dan citra tubuh diperoleh secara kualitatif dengan menggunakan teknik Fokus Grup Diskusi (FGD). FGD dilakukan pada dua puluh satu orang mahasiswa dari angkatan 2014-2015 dengan program studi yang
49
berbeda. FGD dilakukan tiga kali yang masing-masing melibatkan tujuh orang mahasiswa. Semua FGD dilakukan setelah selesai kuliah, yaitu ba’da ashar. Proses FGD adalah sebagai berikut: a) FGD I merupakan kelompok informan dengan pola makan cukup, dilakukan pada tanggal 15 Juni 2016, FGD dilakukan pada tempat FGD dikoridor kampus lantai 3. b) FGD II merupakan kelompok informan dengan pola makan kurang, dilakukan pada tanggal yang sama yaitu 15 Juni 2016, tempat FGD dikooridor kampus lantai 2. c) FGD III merupakan kelompok informan dengan pola makan lebih, dilakukan pada tanggal 26 Juli 2016. FGD dilakukan untuk mendapatkan informasi yang beragam dari masing-masing kelompok informan mengenai pengaruh teman, preferensi makanan, dan citra tubuh. FGD terdiri dari dua puluh satu orang yang terdiri 16 orang perempuan dan 5 orang laki-laki serta seorang moderator yaitu peneliti dan dua teman gizi serta seorang tiga notulen untuk mencatat pernyataan dari informan. Tabel 4.1 Teknik Pengumpulan Data Informan
FGD
Pola makan mahasiswa: -
Cukup
7 orang
-
Kurang
7 orang
-
Lebih
7 orang
50
b. Data sekunder Data sekunder yang diperoleh adalah data mengenai profil dan jumlah mahasiswa angkatan 2014 dan 2015 yang diperoleh dari bagian akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Pengolahan Data Pengolahan data primer dari variabel-variabel yang diteliti selanjutnya dilakukan analisis data sebagai berikut : 1. Data pola makan Variabel pola makan dalam penelitian ini terdiri dari 3 kategori yaitu kurang diberi kode “0”, lebih diberi kode “1”, dan cukup diberi kode “2”. Dikatakan kurang jika konsumsi makanan pokok <8 porsi/hari untuk laki-laki dan <5 porsi/hari untuk perempuan, lauk, pauk, sayur <3 porsi/hari, dan buah <5 porsi/hari. Dikatakan lebih jika konsumsi makanan pokok >8 porsi/hari untuk laki-laki dan >5 porsi/hari untuk perempuan, lauk, pauk, sayur >3 porsi/hari, dan buah >5 porsi/hari. Sedangkan dikatakan cukup jika konsumsi makanan pokok 8 porsi/hari untuk laki-laki dan 5 porsi/hari untuk perempuan, lauk, pauk, sayur 3 porsi/hari, dan buah 5 porsi/hari. Untuk mendapatkan data kategori pola makan, data FFQ yang ada perlu diolah lebih lanjut dengan cara mengubah setiap frekuensi konsumsi ke dalam satuan hari terlebih dahulu. Contoh : mahasiswa A biasa mengkonsumsi nasi 1 kali per hari sebanyak 2 centong (200gr), roti 1-3 kali per bulan sebanyak 2 slice (70gr), dan
51
biskuit 1-4 kali per minggu sebanyak 2 buah (20gr), maka nilainya menjadi : Nasi : 1/1 hari = 1 kali per hari, kemudian dikalikan banyak porsi yang dikonsumsi (200gr) Roti : 2/30 hari = 0,07 kali per hari, , kemudian dikalikan banyak porsi yang dikonsumsi (70gr) Biskuit : 3/7 hari = 0,43 kali per hari, kemudian dikalikan banyak porsi yang dikonsumsi (20gr) Nilai tersebut kemudian dijumlahkan, sehingga didapat hasil = 2 porsi per hari. Dengan demikian mahasiswa A memiliki kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan pokok 2 porsi per hari dan diberi kode “0”, begitupun untuk kelompok jenis makanan lauk, pauk, sayur dan buah. Contoh entry data untuk pengolahan FFQ yang disajikan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Contoh entry data FFQ
Kebiasaan pola makan cukup jika responden memiliki hasil konsumsi kelima kelompok jenis makanan dan porsi yang cukup. Pola makan yang kurang, jika responden memiliki hasil pola makan yang
52
kurang dari anjuran. Sedangkan pola makan yang lebih, jika responden memiliki hasil pola makan yang lebih dari anjuran. 2. Data daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan Untuk variabel daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan diperoleh dari hasil kuesioner. Setelah itu dilakukan pengkodean data masing-masing variabel untuk memudahkan proses memasukkan ke software komputer, pengkodean data tersebut sebagai berikut : a. Daerah asal: bukan perantauan diberi kode “0” dan perantauan diberi kode “1” b. Tempat tinggal: tinggal bersama keluarga/di rumah diberi kode “0” dan tidak tinggal bersama keluarga/kost diberi kode “1” c. Sumber pangan: rumah diberi kode “0”, sekitar kampus diberi kode “1”, dan sekitar kost diberi kode “3” Setelah pengkodean data, maka dilakukan entry data yaitu proses memasukkan data berupa kode jawaban responden ke dalam kolom template yang telah dibuat. Selanjutnya, data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan. Dengan demikian data tersebut benar-benar siap untuk dianalisis. 3. Data pengaruh teman, preferensi makan, dan citra tubuh Untuk variabel pengaruh teman, preferensi makanan, dan citra tubuh diperoleh secara kualitatif dengan menggunakan teknik Fokus Grup Diskusi (FGD). Tahap pengolahan data kualitatif sebagai berikut :
53
a. Hasil wawancara dicatat kembali, berdasarkan rekaman yang diperoleh pada saat FGD (Fokus Group Diskusi) ke dalam bentuk tulisan (transkip). b. Membuat kategori data sesuai dengan variabel penelitian. c. Menyajikan ringkasan data dan interpretasinya dalam bentuk matriks. d. Menganalisa faktor-faktor serta menghubungkan dengan teori yang ada. F. Validitas Data Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan kuesioner. FFQ digunakan untuk mendapatkan data variabel dependen sedangkan kuesioner digunakan untuk mendapatkan data variabel independen. Uji coba instrumen dilakukan kepada 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Universitas tersebut merupakan salah satu universitas yang lokasinya berdekatan dengan lokasi penelitian yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa FKK UMJ memiliki karakteristik yang hampir sama dengan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1. Validitas Data Kuantitatif Uji validitas dilakukan agar diketahui sejauh mana ketepatan yang terjadi di lapangan atau tempat penelitian sesuai dengan fungsinya (Lapau, 2013). Pada penelitian ini, lembar FFQ dan kuesioner dengan variabel daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan tidak dilakukan uji validasi
54
dengan menggunakan program statistik tetapi dilakukan dengan uji empiris atau uji validitas yang berhubungan dengan kriteria, jika mahasiswa dari FKK UMJ bisa menjawab pertanyaan FFQ, daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan dengan benar dan mudah atau dianggap dapat digunakan, tidak mengalami kebingungan atau bertanya ketika pengisian kuesioner dan FFQ, maka dinyatakan lulus uji validitas empiris/kriteria, sehingga lembar FFQ dan pertanyaan pada kuesioner daerah asal, tempat tinggal dan sumber pangan dengan mudah dapat dipakai pada tempat penelitian. Alasan dilakukannya uji coba validitas kriteria dan tidak dilakukan uji validitas jenis lain dikarenakan bentu pertanyaa dalam FFQ dan kuesioner untuk ketiga variabel bersifat terbuka. 2. Validitas Data Kualitatif Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit, karena itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Ada beberapa cara meningkatkan validitas data (kepercayaan) terhadap data hasil
penelitian
kualitatif
antara
lain
perpanjangan
pengamatan,
peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Satori dan Aan, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode member check, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data (informan).
55
G. Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif Penelitian ini menggunakan analisis deskripsi yang bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai deskripsi pola malan, daerah asal, tempat tinggal, dan sumber pangan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Analisis Data Kualitatif Data kualitatif dianalisis dengan model content analysis, digunakan untuk mengeksplorasi pola makan berdasarkan pengaruh teman, mengeksplorasi pola makan berdasarkan preferensi makanan, dan mengeksplorasi pola makan berdasarkan citra tubuh.
BAB V HASIL PENELITIAN Responden pada penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 dan 2015. Jumlah seluruh responden sebanyak 650 orang. Informan untuk penelitian kualitatif sebanyak 21 orang untuk mengekplor mengenai beberapa variabel yang diteliti. Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh. A. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam penelitian ini, pola makan pada mahasiswa dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang, lebih, dan cukup. Gambaran pola makan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Pola Makan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 Pola Makan
Jumlah (n)
Persen (%)
Kurang
387
59,5
Lebih
194
29,8
Cukup
69
10,6
Total
650
100,0
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 650 mahasiswa, lebih banyak mahasiswa yang memiliki pola makan kurang yaitu sebesar 59,5%. Pola makan mahasiswa yang kurang dan lebih dari anjuran standar yang direkomendasikan Pedoman Gizi Seimbang masih cukup banyak, sedangkan 56
57
pola makan cukup hanya sedikit. Hasil Fokus Grup Diskusi (FGD) menunjukkan bahwa menurut informan dengan pola makan kurang, penyebab pola makannya kurang karena terjadinya perubahan pola makan yang kurang teratur saat kuliah. “kalo aku sarapannya cuma minum susu. minum susunya dikost. segelas biasanya, abis minum susu aku ga makan apa2 lagi ada, SMA suka sarapan, sekarang ga pernah. kalo makan jadi ga tertatur gitu” (Informan RA) “yang dimakan buat sarapan seringnya roti susu. 1 slice/bks sama kalo abis sarapan ga ada ngemil lagi. ada perubahan. lebih teratur SMA. bedanya kadang ya ka kalo kuliah malemnya ga makan siang ga makan jadi kadang cuma sarapan” (Informan ST) “sarapan. dirumah. roti 1 bungkus ka. ga ngemil. iyaa sama teraturan SMA. lebih teratur ajah sebelum berangkat sarapan, siang makan siang malem juga. kalo sekarang malem ga makan karena kadang pulang malem terus langsung ngerjain tugas terus langsung tepar” (Informan NK)
Menurut informan dengan pola makan lebih, penyebab pola makannya bisa jadi berlebih karena tidak pernah sarapan yang menyebabkan ketika makan siang makannya lebih banyak dan terjadinya perubahan pola makan saat kuliah. “ee jarang sarapan, berubah makannya soalnya waktu SMA masih dimasih dirumah ada yang masakin, bedanya disana makannya lebih bernutrisi lebih teraturan juga, tapi tetep makannya banyakan pas kuliah apalagi kalo pagi ga makan jadi laper banget jadi makan banyaknya pas makan siang” (Informan AF) “jarang sarapan juga iyaa sama lebih teratur pas SMA sebab kalo masih tinggal sama orang tua makan jadi lebih teratur, karena ga teratur kadang pas makan siang itu suka banyak” (Informan RR) “jarang kadang2 aja, ee biasa si malas terus ga ada waktu, eeee makannya banyak perbedaan abis waktu di sma kn pesantren jadi kalo makan itu teratur karena ada waktunya pagi siang malem paling disela2nya itu cemilan kalo disini itu kn ga terkonrol gitu jadi mau makan ya pergi beli ato gimana, sepertinya pas kuliah lebih baik
58
karena bebas makan gitu abis kalo dipondok kn ga ada waktunya, makannya lebih banyak ini pas kuliah” (Informan RS)
Menurut informan dengan pola makan cukup, penyebab pola makannya bisa cukup karena terjadinya perubahan pola makan yang lebih baik saat kuliah dan makan teratur 3x sehari makan utama. “beda, tapi tidak begitu. pagi sama sore klo sekarang lebih sering siang juga” (Informan SM) “ada klo SMA ga terlalu sering sarapan. klo sekarang jadi sering sarapan. kuliah lebih tertatur” (Informan NZ) “kalo aku ke balik, SMA nya jarang banget makan siang paling paginya ajah, kalo sekarang lebih teratur dari pada SMA. sekarang tuh dipaksa buat makan, waktu SMA jarang sering ga makan2 gitu makanya jadi punya maag” (Informan MJ) B. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Daerah asal dalam penelitian ini dibedakan menjadi mahasiswa bukan perantauan dan perantauan. Gambaran daerah asal mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini: Tabel 5.2 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Daerah Asal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 Daerah Asal
Jumlah (n)
Persen (%)
Bukan perantauan
394
60,6
Perantauan
256
39,4
Total
650
100,0
59
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 650 mahasiswa, lebih banyak mahasiswa bukan perantauan yaitu sebesar 60,6%. C. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tempat tinggal dalam penelitian ini dibedakan menjadi tinggal bersama keluarga/di rumah dan tinggal di kost. Gambaran tempat tinggal mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini : Tabel 5.3 Distribusi Tempat Tinggal Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 Tempat Tinggal Tinggal
bersama
Jumlah (n)
Persen (%)
215
33,1
435
66,9
650
100,0
keluarga / di rumah Tidak tinggal bersama keluarga / kost Total
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 650 mahasiswa, lebih banyak mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost yaitu sebesar 66,9%. D. Deskripsi Sumber Pangan Terhadap Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sumber pangan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tiga yaitu sumber pangan yang diakses dari rumah, sekitar kampus, dan sekitar kost.
60
Gambaran sumber pangan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dapat dilihat pada table 5.4 berikut ini : Tabel 5.4 Distribusi Sumber Pangan Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016 Sumber Pangan
Rumah
Sekitar Kampus
Sekitar Kost
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah
Persen
(n=650)
(%)
(n=650)
(%)
(n=650)
(%)
Makanan pokok
210
32,3
173
26,6
267
41,1
Lauk hewani
179
27,5
160
24,6
311
47,8
Lauk nabati
190
29,2
148
22,8
312
48,0
Buah
265
40,8
170
26,2
215
33,1
Sayuran
219
33,7
139
21,4
292
44,9
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa secara keseluruhan sumber pangan yang diakses oleh mahasiswa paling banyak di sekitar kost, baik itu makanan pokok (41,1%), lauk hewani (47,8%), lauk nabati (48,0%), dan sayuran (49,4%). Namun, sumber pangan buah lebih banyak diakses dari rumah (40,8%). E. Eskplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Faktor lain yang mempengaruhi pola makan yaitu pengaruh teman. Hampir semua informan mengatakan bahwa setiap makan paling sering bersama teman. Hal tersebut diungkapkan oleh masing-masing kelompok informan. Berikut kutipannya: “lebih sering temen, soalnya lebih enak seru gitu, jadi kalo makan bisa sambil cerita yang lainnya” (Informan AS, pola makan cukup)
61
“iya seringnya sama temen soalnya waktunya banyak sama temen” (Informan MA, pola makan cukup) “sama temen, karena ada nya temen haha” (Informan AN, pola makan kurang) “sama temen karena adanya temen” (Informan RR, pola makan lebih) “sama temen si emang soalnya kemana2 sama temen terus” (Informan RZ, pola makan lebih)
Jika ditanyakan mengenai pengaruh teman terhadap pola makan informan, sebagian besar informan mengatakan teman memberikan pengaruh terhadap pola makannya. Enam dari tujuh informan dengan pola makan cukup menyatakan bahwa teman sangat berpengaruh terhadap pola makan informan, seorang informan mengatakan bahwa teman tidak memiliki pengaruh terhadap pola makannya. Berikut kutipannya : “kalo sama temen porsi lebih banyak, jadi ntar tiba-tiba nyicip-nyicip punya ini nyicip punya ini bisa beda-beda” (Informan MJ) “iya soalnya temen itu terkadang tuh apa patokan gitu, ehem kadang kita ikut dia kalo ga kita ini kalo kita makan kebanyakan kadangkadang suka dibilangin lu kesurupan apa pa gitu. porsinya sama ajah hehe tergantung bajet” (Informan SM) “pola makan nya biasanya kalo dia males makan jadi ikut-ikutan males makan kalo porsinya mah sama ajah” (Informan LA)
Informan dengan pola makan kurang, enam dari tujuh informan menyatakan bahwa teman tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan pola makan informan. Berikut kutipannya: “ga, karena biasanya gimana ya ka, itu si dari diri sendiri, porsinya sama” (Informan AN) “ga ada, dy makan kita juga makan” (Informan ST)
62
Selain itu, informan dengan pola makan lebih diketahui bahwa seluruh informan menyatakan bahwa teman sangat berpengaruh terhadap pola makan informan. Dua informan lainnya mengatakan bahwa teman tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan pola makan karena pola makan tergantung dari diri sendiri bukan teman. Berikut kutipannya : “ada pengaruhnya jadi ada temen kontrakan nih lebih banyak makannya klo kita lagi ga laper terus liat dy makan jadi pengen juga jadi nya beli jadi sama2 gendut haha” (Informan AF) “kalo pola makan sangat kaya nya sangat berpengaruh kalo ga pengen makan jadi pengen makan kalo liat temen makan” (Informan RR) “eeee iyaa kalo misalkan makan bareng temen porsinya lebih banyak banyak banget bisa dua kali lipat terus juga aku beli makannanya bisa banyak ga cuma satu jenis ajah bisa berbagai jenis, terus iyaa ka mempengarui banget, soalnya kalo misalkan ada temen tuh aku jadi semangat gitu makannya klo bareng temen kita pasti makan sambil ngobrol2 jadi lama kan ditempat makan itu jadi apa bawaannya pengen nambah terus makananya” (Informan SS) F. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Preferensi Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Salah satu aspek dalam preferensi makanan yaitu karakteristik makanan yang meliputi rasa, penampilan, tekstur, harga, jenis makanan dan kombinasi makanan. a. Rasa Hasil FGD untuk informan dengan pola makan cukup, bahwa seluruh informan lebih menyukai rasa gurih. Berikut kutipannya : “segi rasa, gurih pedas” (Informan MA)
63
“kalo makanan berat lebih suka yg gurih kalo makan cemilan lebih suka manis” (Informan NZ) “gurih tapi aku suka semuanya, pahit ga ya” (Informan SM)
Selanjutnya, hasil FGD untuk informan dengan pola makan kurang didapatkan bahwa empat dari tujuh informan lebih menyukai rasa pedas. Berikut kutipannya : “yang pedes, dari kecil emg suka pedes tapi ga terlalu pedes” (Informan AN) “pedes si tapi manis, gurih suka juga kecuali pahit, yaa karena enak dimakan” (Informan QN) “yg penting pedes, enak ajah kalo ga pedes jadi ga berasa” (Informan ST) “yg ga pedes, ga suka pedes” (Informan AZ) “gurih, enak ajah klo dilidah” (Informan NK)
Sedangkan, informan dengan pola makan lebih didapatkan bahwa enam dari tujuh informan lebih menyukai rasa asin dan manis, seorang informan mengatakan bahwa lebih menyukai rasa pedas. Berikut kutipannya : “kalo saya si lebih ke asin, soalnya yaa enak ajah klo pedes gitu ngurangin nikmat makan” (Informan RZ) “eeee asin si terus ada kecut2 sama pedesnya, ga tau enak gitu kalo yang berkuah itu terus dikasih jeruk nipis gitu enak terus dikasih sambel pedes2 gitu “(Informan RS) “kalo dari segi rasa aku lebih suka yang eee manis pedes kalo misalkan aku makan gitu ka eeeee keseringan tuh aku banyakin kecapnya alasannya supaya lebih enak ajah gitu” (Informan SS) “aku suka pedes, kalo pedes tuh kaya ada rasanya aja gitu rasa lain juga suka si cuma paling suka pedes” (Informan MR)
64
b. Penampilan Selain rasa makanan, penampilan makanan juga berhubungan dengan
preferensi
makanan.
Hampir
semua
kelompok
informan
menganggap bahwa penampilan tidak terlalu berpengaruh, yang penting makanan tersebut tidak aneh penampilan dan bentuknya. Berikut kutipannya : “ga pernah liat penampilan ya makan makan ajah” (Informan AZ) “yaa yang ga aneh-aneh, yg udah pernah liat takut kalo yang aneh-aneh” (Informan NF) “ga terlalu penting si, tapi lebih suka yang banyak bumbunya kaya masakan padang” (Informan RZ)
c. Tekstur Berdasarkan hasil FGD dengan ketujuh informan dengan pola makan cukup didapatkan bahwa tekstur makanan yang lembut dan berkuah lebih sering mereka ucapkan untuk menggambarkan tekstur makanan. Berikut kutipannya : “kuah-kuahan gitu” (Informan MZ) “kuah dan lembut” (Informan SM) “yang ada kuah dan semi lembut” (Informan LA)
Hasil FGD dengan ketujuh informan dengan pola makan kurang didapatkan bahwa tekstur makanan yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek lebih sering mereka ucapkan untuk menggambarkan tekstur makanan. Berikut kutipannya : “yang keras tapi ga keras banget, pas gitu, soalnya kalo kaya gitu oh berarti mateng. Kalo lembek gimana gitu” (Informan RA)
65
“ga lembek ga terlalu keras, ya emang gitu sukanya, kalo terlalu lembek ga suka kaya makan jelly” (Informan NK) “tergantung makanannya, tapi dominan lebih suka yang lembek, enak” (Informan NF) “yang lembek, biar cepet nelennya” (Informan ST)
Sedangkan hasil FGD dengan ketujuh informan dengan pola makan lebih juga mengatakan bahwa tekstur makanan yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek lebih sering mereka ucapkan untuk menggambarkan tekstur makanan. Berikut kutipannya : “ga terlalu suka yang keras ga terlalu lembek juga, maklum lidah indonesia” (Informan RZ) “suka yang ga terlalu garing tapi ga terlalu lembek gitu, ga susah ajah kalo kelembekan kadang ribet gitu makannya kalo terlalu keras juga ga enak” (Informan MR) “eeee teksturnya itu yang pokoknya jangan yang terlalu keras sama jangan yang terlalu lembek atau kenyel gitu ka soalnya kalo misalnya terlalu keras itu susah banget dikunyahnya jadi pegel dimulutnya tapi kalo misalkan terlalu lembek itu biasanya aku suka mual kalo makan yang kaya gitu” (Informan SS)
d. Harga Dari segi harga, seluruh informan baik informan dengan pola makan cukup, kurang, maupun lebih itu memperhitungkan harga saat membeli
dan
mengonsumsi
makanan.
Seluruh
informan
lebih
mempertimbangkan harga yang murah, sesuai dengan uang jajan, dan terjangkau. Berikut kutipannya : “yang murah ka, ya biar hemat” (Informan NZ, pola makan cukup) “yang murah, yaaa irit dikantonng ka” (Informan AN, pola makan cukup)
66
“sesuai sama uang jajan aja jadi yang baisa-biasa aja” (Informan QN, pola makan kurang) “yg sesuai, ga mahal soalnya anak kost kan” (Informan RA, pola makan kurang) “oooo yg murahlah yaa biar bisa lebih banyak” (Informan AF, pola makan lebih) “yang murah, kantong mahasiswa soalnya” (Informan RZ, pola makan lebih)
e. Jenis makanan Berdasarkan hasil FGD dengan informan didapatkan bahwa sebagian besar menyukai jenis makanan sumber protein khususnya protein hewani. Untuk informan dengan pola makan cukup bahwa empat dari tujuh orang lebih menyukai jenis makanan sumber sayur dan protein hewani. Seorang informan juga mengatakan lebih menyukai jenis sayur dan buah. Berikut kutipannya : “sayur sama lauk hewani, suka aja karena yang sering dimakan lauk hewani sama nabati” (Informan MJ) “sayur, karena emang ga tau kenapa ya kalo lauk hewani itu ngebosenin cepet bosen” (Informan LA) “sayur sama buah, aku kan punya konstipasi jadi lebih banyakin makan sayur sama buah” (Informan AS) Hasil FGD pada informan dengan pola makan kurang, bahwa terdapat lima dari tujuh informan yang lebih menyukai jenis makanan sumber karbohidrat dan protein. Berikut kutipannya : “jenis karbo, cepet kenyang” (Informan AN) “lebih suka nya berarti karbohidrat, protein hewani, karena suka ajah” (Informan QN )
67
“lebih banyak protein hewani, selera ajah” (Informan AZ)
Sedangkan untuk informan dengan pola makan lebih, didapatkan bahwa empat dari tujuh informan lebih menyukai jenis sumber protein khususnya protein hewani, dua informan lainnya lebih menyukai sumber sayur dan seorang informan lebih menyukai sumber karbohidrat karena ingin cepat menaikkan berat badan. Berikut kutipannya : “yang paling suka ada dua ka protein sama buah, kalo misalkan protein itu ga tau makanan protein enak-enak ajah kaya ayam ikan kalo misalkan buah seger kalo misalkan makan buah” (Informan SS) “protein juga si senengnya bisa buat ngemil soalnya kalo misalkan sayur-sayuran gitu jarang kalo buat anak kosan hehe kalo dikosan jarang ketemu sayur-sayuran” (Informan RZ) “sayur-sayuran, enak ajah gitu ga terlalu mahal yang utama terus juga ga terlalu dikunyah dimakannya” (Informan RR) “yang karbo, gimana yaa pengen gemuk” (Informan RS)
f. Kombinasi makanan Berdasarkan hasil
FGD pada ketiga kelompok informan,
didapatkan bahwa kombinasi makanan yang cukup bervariasi itu pada kelompok pola makan cukup dan lebih yaitu karbohidrat, protein, sayur, dan buah. Sedangkan pada informan dengan pola makan kurang kebiasaan kombinasi setiap kali makan hanya karbohidrat (nasi) dan jenis protein, seorang informan saja yang memiliki tiga jenis kombinasi makanan yaitu karbohidrat, sayur, dan protein. Berikut kutipannya : “banyakan nasi, sayur, lauk, buah walaupun ga sering” (Informan AS) “nasi, sayur protein hewani buah, kadang si susu” (Informan VS)
68
“aku biasanya karbonya nasi, sayur, protein kaya telur/ayam/ikan, sama buah jarang si tapi suka konsumsi pulang kuliah kadang beli” (Informan SS) “banyakan lauknya, karena sukanya lauk kalo sayur ga terlalu suka gimana gitu” (Informan NK) “nasi, hewani daging gitu2, sama jarang si yang kaya tahu” (Informan QN) Dari berbagai aspek yang mempengaruhi preferensi makan seperti rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe atau jenis makanan, dan kombinasi makanan hanya rasa, jenis makanan, dan kombinasi makanan yang membedakan pengaruh preferensi makan terhadap kebiasaan pola makan untuk masing-masing kelompok informan. Dari aspek rasa, kelompok informan dengan pola makan cukup lebih menyukai rasa gurih, kelompok informan dengan pola makan kurang lebih menyukai rasa pedas, dan kelompok informan dengan pola makan lebih, lebih menyukai rasa manis dan asin. Dari segi jenis makanan, kelompok informan dengan pola makan cukup lebih menyukai jenis lauk hewani, sayur dan buah. Kelompok informan dengan pola makan kurang, lebih menyukai jenis karbohidrat dan protein, dan kelompok informan dengan pola makan lebih, lebih menyukai jenis karbohidrat, protein, sayur dan buah, sehingga kombinasi makanan yang biasa informan makan adalah nasi (karbohidrat), protein, sayurnya lebih banyak dan buah untuk kelompok informan dengan pola makan cukup. Kelompok informan dengan pola makan kurang, lebih menyukai kombinasi makanan seperti campuran nasi dan protein hewani. Sedangkan kelompok informan dengan
69
pola makan lebih, lebih menyukai kombinasi makanan seperti nasi (karbohidrat), protein, dan sayur. G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Citra tubuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi informan terhadap body image/citra tubuh yang dimiliki, apakah dapat menentukan pola makan informan tersebut. Sebagaian besar informan menganggap tubuhnya kurus/gemuk dan kurang dari kata ideal, hanya dua dari 21 informan yang mengatakan puas terhadap penilaian bentuk tubuhnya. Untuk informan dengan pola makan cukup diketahui bahwa lima dari tujuh informan merasa tubuhnya gemuk, namun tiga dari lima informan tersebut yang merasa khawatir dengan bentuk tubuhnya sehingga melakukan pengaturan pola makan. Dua dari tujuh informan dengan pola makan cukup tetapi merasa bentuk tubuhnya kurus, namun dua informan tersebut tidak merasa khawatir dengan bentuk tubuh yang kurus sehingga tidak melakukan pengaturan pola makan agar memiliki bentuk tubuh yang lebih baik. Berikut kutipannya : “gemuk soalnya emang punya masalah konstipasi pasti gemuk, iyaaa dikurangin makannya terus apa ngindarin makanan2 yangg lemak” (Informan AS) “aku juga lebih, yaa klo kata orang semok gitu ka pas ngaca iyaa yaa terlalu lebih ke berat badannya jadi ga ideal berat badannya, pola makannya pernah ngurangin sekarang juga suka ngurangin cuman suka ngerasa aduh ini ngerasa pengen jajan tapi diselingin olahraga” (Informan MJ) “semok ahahha, tapi ngerasa kelebihan, 50% bantet yaa gimana ka, tapi ga khawatir si jadi ga ngubah pola makan” (Informan VS)
70
“kurang, kurus, udah hehe, tapi ga hawatir ga ngubah pola makan” (Informan LA)
Kelompok informan dengan pola makan kurang didapatkan bahwa lima dari tujuh informan merasa IMT nya normal, tetapi masih merasa berat badannya kurang/kurus dan dua informan lainnya memiliki pola makan kurang tetapi merasa kelebihan berat badan. Namun, seluruh informan baik yang merasa berat badannya kurus atau kelebihan berat badan tidak merasa khawatir terhadap bentuk tubuhnya sehingga tidak melakukan pengaturan pola makan yang lebih baik. Berikut kutipannya: “biasa aja, normal tapi kurang berat badan, dan ga khawatir sama berat badannya” (Informan AZ) “kurang bagus, IMT si normal tapi untuk idealnya belum, untuk ngatur pola makan dan khawatir si ga ya ka” (Informan AN) “lemaknya masih ada, suruh turunin dikit, dulu iya ngatur pola makan tapi sekarang ga” (Informan NK) Sedangkan pada informan dengan pola makan lebih, tiga dari tujuh merasa berat badannya kurang dan ketiga informan tersebut merasa khawatir dengan bentuk tubuhnya sehingga melakukan pengaturan pola makan. Sedangkan dua informan merasa bahwa kelebihan berat badan dan tidak melakukan pengaturan pola makan hanya menjaga aktivitas olahraganya. Selain itu, dua informan lainnya merasa bahwa bentuk tubuhnya sudah pas dan ideal tidak merasa khawatir dengan bentuk tubuhnya. Berikut kutipannya : “hehe kurus ka, kalo ideal belum meskipun udah makan banyak tetep ajah ga naik 50, tapi makan udah banyak udah minum obat kirain udah cacingan tapi udah minum kombantrin tapi ga naik juga, iya si ka, karena begitu terobsesi naikin berat badan jadi gimana yaa kalo ada kesempatan makan ya makan pengen gemuk” (Informan RS)
71
“bentuk tubuh aku, bentuk tubuh aku tuh ga ideal banget ka aku tuh kurus bangeteeeet soalnya tinggi aku kan 161 162 gitu kan ka terus berat badan aku tuh cuma 45 doang, jadi bentuk tubuh aku ga ideal. iyaa ka aku ngerasa khawatir banget solusi aku si gimana itu yaa itu mengatur pola makan aku bagaimana supaya aku bisa ningkatin nafsu makan aku pokoknya lagi berusaha buat nambahin berat badan” (Informan SS) “kalo saya si sedikit si, yaaa lumayanlah kelebihan berat badan, kalo saya si ga ngerubah pola makan kali cuma aktivitas olahraganya dijaga, klo ngerasa berat badan mulai berat baru ada perubahan pola makan” (Informan RZ) “kalo tentang bentuk tubuh yaa udah merasa puas si, terus juga udah ngerasa puasnya kalo dari indek massa tubuh udah ideal jadi ga overweight juga ga kurus yaa karena itu si tadi pola makan ga ngejaga tapi emang udah kaya rutinitas kebiasaan sehari-hari gitu karena emang suka olahraga juga jadi ya insya allah mau makan kaya gimana juga bakal kebakar lagi” (Informan DA)
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan yang menjadi keterbatasan penelitian ini. Keterbatasan penelitian ini, yaitu: penggunaan Food Frequency Questionare (FFQ) diisi sendiri oleh responden. Hal tersebut dikarenakan jumlah responden yang banyak, untuk memudahkan peneliti dan keterbatasan waktu yang dimiliki, maka pengisian FFQ diisi sendiri oleh responden. Adapun bias yang mungkin muncul karena FFQ diisi sendiri oleh responden, yaitu bisa terjadi perbedaan persepsi untuk ukuran banyak porsi dalam satuan URT yang dimaksud antara peneliti dengan responden. B. Kelebihan Penelitian Pada penelitian ini juga terdapat beberapa kelebihan yang menjadi kekuatan penelitian ini. Kelebihan penelitian ini, yaitu: (1) proses pengkategorian pola makan terbagi menjadi tiga kategori pola makan (cukup, kurang, dan lebih), sehingga hasil penelitian lebih bervariasi (2) penelitian menggunakan metode kombinasi yaitu metode kuantitatif dan kualitatif, sehingga dalam hasil penelitian dapat memperluas informasi yang tersedia, dan (3) sampel untuk data kuantitatif menggunakan total populasi yang cukup banyak sehingga hasil penelitian dapat menggambarkan pola makan secara keseluruhan di tempat penelitian.
72
73
C. Deskripsi Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Pada penelitian ini, pola makan mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah didapatkan sebesar 59,5% memiliki pola makan kurang, 29,8% mahasiswa yang memiliki pola makan lebih, sedangkan mahasiswa yang memiliki pola makan cukup hanya sebesar 10,6%. Menurut Kemenkes RI (2014) mengatakan bahwa memang sebenarnya konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih belum sesuai dengan pesan gizi seimbang. Tingginya pola makan yang kurang pada mahasiswa rata-rata dikarenakan kurangnya konsumsi makanan pokok, lauk nabati, sayur dan buah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2014) pada mahasiswa, bahwa 100% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki kebiasaan makan makanan beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Jika dilihat berdasarkan masing-masing kelompok makanan, 53,5% memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20,6% lebih, 44,5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25,8% lebih, 98,1% memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0,6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang. Menurut Yuniarti (2012) jenis bahan makanan adalah segala sesuatu yang diperoleh dari berbagai sumber dan disusun menjadi hidangan atau menu.
Keanekaragaman
makanan
dalam
hidangan
sehari-hari
yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu makanan sumber zat tenaga, satu jenis makanan sumber zat pembangun dan satu jenis makanan sumber zat
74
pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal (Kemenkes RI, 2014). Hal tersebut disimpulkan bahwa konsumsi makanan sehari-hari pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, paling banyak responden yang memiliki kebiasaan pola makan masih kurang dari anjuran rekomendasi menurut Pedoman Gizi Seimbang. Didukung dengan hasil FGD yang mengatakan bahwa pola makan kurang terjadi karena adanya perubahan pola makan yang kurang teratur saat kuliah. Selain itu, mahasiswa lebih banyak tinggal di kost yang kemungkinan menyebabkan pola makan menjadi kurang teratur. Sesuai dengan pengakuan informan, bahwa terjadi perubahan pola makan yang kurang teratur ketika waktu SMA dimana masih tinggal dengan orang tua dibandingkan tinggal sendiri (kost) ketika kuliah, karena mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan yang berbeda ketika mereka tinggal di rumahnya, mereka harus menyiapkan makanan sendiri, biasanya terlambat makan karena waktu yang terbatas, dan harus memperhitungkan uang yang mereka punya (Surjadi, 2013). Jika pola makan sehari-hari yang kurang, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
hidup
sehat
dan
produktif
(FKM
UI,
2007).
Terjadinya
ketidakseimbangan tersebut akan terjadi kekurangan gizi dan pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan makanan yang kurang (Siregar, 2013). Selain itu, seseorang yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi dari usia muda, dapat menyebabkan individu tersebut terkena dampaknya diusia selanjutnya, seperti kerapuhan tulang yang dapat menyebabkan fraktur ataupun
75
osteoporosis (Brown et al., 2013) dan dapat berdampak pada risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) yang mematikan ataupun mengancam hidup, seperti kardiovaskuler, stroke, hipertensi, diabetes dan beberapa jenis kanker (Kemenkes RI, 2014). Masih tingginya pola makan yang lebih juga disebabkan tingginya asupan makanan yang dikonsumsi dari anjuran rekomendasi menurut Pedoman Gizi Seimbang (PGS) dan bisa juga didasari oleh preferensi makan, pengaruh teman dan tempat tinggal. Hasil penelitiannya Suryaputra dan Siti (2012) menunjukkan bahwa remaja yang mengkonsumsi makanan berlebih memiliki tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak yang berlebih juga, sehingga dapat menyebabkan obesitas. Menurut Siregar (2013) juga menyatakan bahwa asupan makanan yang lebih dari kebutuhan akan menyebabkan kelebihan berat badan. Berdasarkan preferensi makanan, orang yang kelebihan berat badan lebih menyukai selera makan manis dan berlemak sehingga menjadi preferensi makan mereka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan, bahwa dari segi rasa lebih menyukai rasa manis. Rasa manis cenderung tinggi energi yang menyebabkan kelebihan berat badan (Bararah, 2011). Tingginya konsumsi protein hewani pada remaja juga akan menyebabkan obesitas, karena obesitas berkorelasi dengan rendahnya zat gizi hewan pada umumnya yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi (Suryaputra dan Siti, 2012). Hasil penelitian terebut memperkuat pengakuan informan yang mengatakan bahwa jenis makanan yang disukai jenis karbohidrat dan protein
76
hewani. Sejalan dengan pendapat Park et al (2015) bahwa preferensi makanan memainkan peran penting dalam pembentukan kebiasaan makan. Jika berdasarkan tempat tinggal, mahasiswa pola makan lebih banyak yang tinggal di kost dengan akses sumber pangan dan ketersediaan makanan yang lebih mudah karena banyak dan dekat di sekitar kost. Selain itu, karena mahasiswa yang tinggal dikost akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman, teman dianggap sangat berpengaruh terhadap pola makan informan. Hal tersebut dikarenakan ketika makan bersama teman porsinya lebih banyak dan yang tadinya malas makan jadi ingin makan, bahkan bisa dua kali lipat porsi makannya. Kemungkinan hal itu juga yang menjadi salah satu penyebab pola makan informan menjadi lebih. Jika asupan yang melebihi batasan yang telah direkomendasikan dalam waktu yang lama akan tertimbun didalam tubuh dan berisiko tinggi menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti kelebihan berat badan, depresi, merusak hati, penyakit jantung koroner, diabetes tipe II, store, dan osteoartritis (Devi, 2012). Masih rendahnya pola makan yang cukup karena rendahnya kesadaran mahasiswa untuk menerapkan pola makan kearah gizi seimbang. Pemilihan makanan pada remaja tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi untuk kesenangan (Khomsan, 2004). Konsumsi makanan yang cukup secara kuantitas dan kualitas membuat tubuh tetap sehar dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi. Gizi yang optimal dan pola makan yang baik sangat penting untuk pertumbuhan normal dan perkembangan fisik dan kecerdasan bagi seluruh kelompok umur, membuat berat badan normal atau sehat,
77
produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini (Kemenkes RI, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya mahasiswa yang memiliki pola makan cukup walaupun hanya 10,6%, karena berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola makan informan cukup bisa dilihat dari jenis dan kombinasi makanan yang dimakan setiap kali makan lebih bervariasi, seperti makanan pokok, lauk pauk (protein), sayur, dan buah. Selain itu, informan mengaku bahwa ketika kuliah pola makannya lebih baik yaitu lebih sering sarapan, makan siang, dan makan malam, sehingga pola makan berubah menjadi lebih teratur. Selain itu, berdasarkan kebiasaan frekuensi makan informan sebanyak 3x dalam sehari. Menurut Khomsan (2004) secara kuantitas dan kualitas untuk memenuhi kebutuhan gizi sebaiknya makan dilakukan 3 kali sehari. Hal tersebutlah yang mendasari beberapa informan memiliki pola makan yang cukup. Informasi di atas menyatakan bahwa kebiasaan pola makan kurang, lebih, dan cukup dikarenakan terjadi perubahan pola makan saat sekolah dengan kuliah. Perubahan yang terjadi pada kelompok informan dengan pola makan kurang, perubahan tersebut ke arah yang kurang baik. Perubahan untuk kelompok informan dengan pola makan lebih, perubahan tersebut tidak terlalu baik bahkan sering melewatkan sarapan pagi dan menggantinya saat makan siang. Sedangkan perubahan pola makan yang terjadi pada kelompok informan dengan pola makan cukup, berubah ke arah yang lebih baik dan pola makan menjadi lebih teratur.
78
Mengetahui pentingnya pola makan yang seimbang, disarankan kepada mahasiswa yang memiliki pola makan kurang dapat memperbaiki pola makannya melalui perbaikan kebiasaan pola makan yang beraneka ragam dengan meningkatkan konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan mahasiswa yang memiliki pola makan cukup diharapkan dapat mempertahan pola makannya dan mahasiswa yang memiliki pola makan lebih diharapkan dapat memperbaiki pola makannya menjadi cukup melalui perbaikan kebiasaan makan yang beranekaragam dengan mengurangi konsumsi makanan pokok, lauk pauk, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur baik secara kualitas maupun kuantitas. D. Deskripsi Daerah Asal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Asal daerah merupakan pengelompokkan manusia berdasarkan tempat tinggal. Pada penelitian ini daerah asal dikelompokkan menjadi dua yaitu perantauan dan bukan perantauan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang bukan perantauan lebih banyak dari pada mahasiswa perantauan. Namun, jika dilihat hasil deskripsi distribusi berdasarkan tempat tinggal, diketahui bahwa lebih banyak mahasiswa yang yang tidak tinggal bersama keluarga/kost, kemungkinan sebagian besar adalah mahasiswa perantau. Walaupun mahasiswa bukan perantauan lebih banyak dari pada mahasiswa perantauan, mahasiswa perantau dituntut untuk membiasakan diri dengan keadaan/lingkungan baru. Perubahan kondisi ini berdampak pada
79
berbagai hal, salah satunya adalah terjadinya perubahan pola makan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjur (1982) dalam penelitiannya Fitriana (2011) yang mengatakan bahwa kebiasaan makan terbentuk dari empat komponen, salah satunya yaitu sosial budaya seperti asal daerah. Selain itu, didukung dengan hasil FFQ pola makan diketahui bahwa mahasiswa dengan pola makan kurang, proporsi terbanyak pada mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost sebesar 73,6% yang mana sebagian besar adalah mahasiswa perantauan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa pola makan mahasiswa bukan perantauan dan perantauan kurang bervariasi, hal tersebut dapat dilihat karena masih tingginya proporsi pola makan yang kurang. Selain itu, banyaknya mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost sehingga ada kemungkinan menyebabkan pola makannya banyak yang kurang atau lebih dari anjuran yang direkomendasikan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Selain masih tingginya pola makan kurang, ternyata pola makan lebih juga cukup tinggi terjadi pada mahasiswa. Masih
adanya
pola
makan
yang
lebih
dikarenakan
orang
migrasi/pendatang mungkin memainkan peran penting dalam gizi dan status kesehatan karena perpindahan akan terkena pengaruh terhadap lingkungan dan budaya yang berbeda (Hamboyan dkk, 1995 dalam Lee et al., 2015). Penelitian Rosenmöller et al., (2011) menemukan bahwa imigran Cina tinggal di Kanada untuk jangka waktu yang lebih lama, konsumsi makanan secara signifikan lebih besar dan makan keluar lebih sering serta melaporkan beberapa perubahan yang menguntungkan dalam asupan makanan mereka dan
80
kesadaran yang lebih besar dan lebih banyak pengetahuan tentang makanan sehat setelah imigrasi. Namun, terjadi peningkatan ukuran porsi, peningkatan frekuensi makan dan peningkatan konsumsi makanan yang menunjukkan beberapa perubahan yang tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian menganai preferensi makanan, diketahui bahwa untuk mahasiswa perantauan sebagian besar lebih cenderung mengonsumsi lauk hewani dan menyukai makanan yang banyak bumbunya seperti masakan padang. Berbeda dengan mahasiswa bukan perantauan yang cenderung mengonsumsi sayuran dan pengolahan bertumis. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan makan yang selalu diterapkan di lingkungan asalnya. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) bahwa Suku Melayu lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk hewani dan pengolahan makanan bersantan dengan frekuensi >4 kali/minggu. Sedangkan Suku Jawa lebih cenderung mengonsumsi menu hidangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk nabati, sayuran dan pengolahan makanan bertumis dengan frekuensi 3-4 kali/minggu. Berdasarkan pemaparan tersebut, bahwa daerah asal erat kaitannya dengan kebiasaan makan di lingkungan asalnya. Diharapkan adanya usaha memilih atau memvariasikan jenis makanan yang dikonsumsi untuk mendapatkan kebutuhan zat gizi yang diperlukan, sehingga pola makan yang baik dan seimbang dapat diterapkan. Sesuai dengan hasil penelitian Pan et al. (1999) dalam Lee et al., (2015) bahwa pola makanan siswa Asia sebelum dan setelah migrasi ke Amerika Serikat, melaporkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam asupan buah-buahan, lemak, permen dan melewatkan
81
sarapan antara pelajar-pelajar Asia, dengan berjalannya waktu, asupan makanan anak-anak imigran akan berubah (Wood et al., 2015). E. Deskripsi Tempat Tinggal Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Letak tempat tinggal memudahkan dalam memperoleh makanan, sehingga menentukan banyak sedikitnya makanan yang didapat untuk di konsumsi (Harper, 1986). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa selama kuliah lebih banyak tidak tinggal bersama keluarga/kost. Banyaknya mahasiswa yang kost, diasumsikan karena sebagian besar mahasiswa tinggal jauh dari kampus. Berdasarkan data distribusi daerah asal, ternyata untuk mahasiswa bukan perantauan lebih banyak dari pada mahasiswa perantauan, hal ini dikarenakan ada juga mahasiswa bukan perantauan selama kuliah tidak tinggal bersama keluarga/kost. Menurut Dorothy (2006) dalam Suswanti (2013) perbedaan tempat tinggal akan mempengaruhi pilihan makanan. Hal ini berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya makanan. Selain itu, tempat tinggal juga berpengaruh terhadap perilaku makan individu. Pada penelitian Jago et al., (2007) menyebutkan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal orang dewasa dan kemudahan mencapai tempat penjualan makanan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tersebut, bahwa mahasiswa dengan pola makan kurang, proporsi terbanyak pada mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost yaitu sebesar 73,6%. Hal tersebut menyatakan bahwa pola makan pada mahasiswa sudah tidak terpengaruh oleh
82
kebiasaan makanan keluarga ataupun ketersediaan makanan di rumah. Asumsi ini diperkuat dengan pendapat Suhardjo (1989) yang mengatakan bahwa faktor pribadi dan kesukaan yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi. Senada dengan hasil penelitian Nugroho dan Tirta (2013) mengenai gambaran pola makan ditinjau dari Gizi Seimbang pada rmahasiswa PSPD FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan pola makan gizi seimbang. Pola makan mahasiswa banyak yang kurang dari anjuran rekomendasi Pedoman Gizi Seimbang (PGS), disebabkan adanya perubahan tempat tinggal sehingga berpengaruh terhadap pola makannya. Perubahan pola makan terjadi ketika mereka masih tinggal bersama keluarga dengan tinggal sendiri/kost, pola makan lebih teratur ketika waktu SMA, hal tersebut dikarenkan saat SMA masih tinggal bersama keluarga. Sehingga pola makan lebih terjaga dan teratur dan menyebabkan sebagian besar mahasiswa yang tinggal di kost memiliki pola makan yang masih belum sesuai dengan anjuran. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surjadi (2013) yang melihat globalisasi dengan pola konsumsi makanan universitas di Jakarata mengatakan bahwa pola makan mahasiswa yang tinggal dengan orang tuanya didominasi terutama oleh pola makan keluarganya, karena jumlah makanan yang dimakan dan makanan mahasiswa tersebut selalu dijaga oleh ibu mereka. Sedangkan mahasiswa yang tinggal jauh dari rumah (kost) memiliki pola makan yang berbeda dengan ketika mereka tinggal di rumahnya, karena mereka mempersiapkan makan sendiri, biasanya terlambat makan atau di luar jadwal kebiasaan karena waktu yang
83
terbatas, dan harus memperhitungkan uang yang mereka punya. Pilihan lainnya membeli makanan di warung atau penjaja makanan. Faktor lainnya juga dapat mempengaruhi perubahan pola makan tersebut seperti daerah asal dan sumber pangan. Daerah asal mahasiswa lebih banyak yang bukan perantauan, seharusnya tidak terlalu mengalami perubahan pola makan karena tidak terdapat perbedaan geografis mengenai variasi makanan yang tersedia sama dengan lingkungan sebelumnya, tetapi selama kuliah tidak hanya mahasiswa perantauan yang tinggal di kost, mahasiswa bukan perantauan juga ada yang tinggal dikost. Sedangkan akses sumber pangan dan ketersediaan makanan di kost lebih terbatas dari pada di rumah mengakibatkan pola makan mahasiswa banyak yang kurang banyak, walaupun sebenarnya sumber pangan dianggap mudah karena sekitar kost adalah tempat yang sering dan mudah untuk mengakses makanan, tetapi karena mahasiswa yang kost cukup mempertimbangkan harga dalam membeli makanan, kemungkinan hal itu juga yang menyebabkan pola makan mahasiswa kurang. Selain itu, karena mahasiswa yang tinggal di kost sehingga lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman seharusnya teman dapet mempengaruhi pola makan mereka, tetapi kelompok informan dengan pola makan kurang mengatakan teman itu dianggap tidak memberikan pengaruh terhadap pola makan. Padahal ketika makan bersama teman akan lebih berselera dan semangat makan dibandingkan makan sendiri, karena penelitian Sebayang (2012) mengatakan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam hal konsumsi makanan. Kemungkinan hal itu juga yang menjadi salah satu penyebab pola makan informan menjadi kurang, karenakan
84
mahasiswa sudah dapat memilih makanan sendiri tanpa pengaruh orang tua atau teman. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan tersebut maka mahasiswa harus tetap memperhatikan pola makan dari aspek jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi walaupun tidak tinggal bersama keluarga/kost. Walaupun dalam hal ini responden yang kost jauh dari keluarga sehingga pengawasan keluarga kurang, merubah perilaku makan menjadi sehat sudah menjadi kewajiban utama pada setiap individu dan agar terhindar dari berbagai penyakit kronis terkait gizi. F. Deskripsi Sumber Pangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sumber pangan adalah tempat atau lokasi mahasiswa untuk memperoleh atau mengakses makanan yang biasa dimakan setiap hari seperti dari rumah, kampus, atau sekitar kost. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sumber pangan jenis makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, dan sayur lebih banyak diperoleh dari sekitar kost, sedangkan sumber pangan jenis buah sebagian besar memperoleh dari rumah. Hal ini berhubungan dengan lokasi geografis yang berkontribusi terhadap ketersediaan pangan dan biaya makanan (Dorothy, 2006 dalam Suswanti, 2013). Selain itu, kemudahan mencapai tempat penjualan makanan juga mempunyai pengaruh terhadap konsumsi makan (Jago et al., 2007), sehingga jenis sumber makanan pokok, protein, dan sayur lebih mudah didapatkan disekitar kost. Pada penelitian ini, sumber pangan yang diperoleh dari rumah hanya buah. Hal ini kemungkinan ketersediaan buah lebih mudah didapatkan ketika
85
di rumah dibandingkan di kampus atau kost. Mahasiswa saat ini banyak menggemari makanan instan, sehingga kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat. Hal ini selaras dengan pendapat Arisman (2004) yang mengatakan bahwa pola makan orang dewasa saat ini cenderung mengkonsumsi buah dan sayur, sehingga mahasiswa merasa mudah memperoleh ketika di rumah dari pada di kampus atau kost. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rathi et al., (2016) pada tiga puluh tujuh remaja mengenai ketersediaan dan aksesibilitas makanan di lingkungan rumah. Menurut tiga kepala sekolah dan 10 remaja, orang tua membantu anak remaja mereka mengalami berbagai macam makanan bergizi dengan berbelanja untuk dan menyiapkan makanan sehat bagi mereka untuk makan. Selain itu, orang tua jarang membeli makanan yang miskin gizi. Dibandingkan dengan lingkungan makanan lain seperti kantin sekolah dan restoran-restoran makanan cepat saji, rumah adalah tempat yang paling disukai untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti buah. Jenis makanan yang tersedia dirumah lebih banyak mempunyai peluang lebih besar untuk dikonsumsi, sedangkan jenis makanan yang tidak tersedia tidak akan dikonsumsi orang. Pada umumnya remaja menjalani kehidupan yang sibuk yang banyak menghabiskan waktu dikampus. Lingkungan sekolah memiliki dampak yang signifikan pada pemilihan makanan remaja, karena 35% sampai 40% dari total energi harian remaja dikonsumsi di sekolah (Dwyer J, 1995 dalam French et al., 2003). Sedangkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber pangan yang diakses dari kampus memiliki persentase paling rendah untuk tiap jenis
86
makanannya. Hasil penelitian didukung dengan observasi yang dilakukan pada kantin kampus dan warung sekitar kampus yang biasa dikunjungi mahasiswa untuk makan, bahwa makanan yang biasa tersedia hanyalah makanan pokok seperti nasi dan mie serta lauk hewani seperti ayam, ikan, dan telur, jenis sayur dan buah sama sekali jarang tersedia, bahkan lebih banyak gorengan dan makanan ringan. Hasil penelitian dan observasi tersebut didukung oleh penelitiannya French (2005) mengatakan bahwa sebagian besar lingkungan makanan di sekolah memiliki makanan “kompetitif” yang diperdagangkan, makanan kompetitif tersebut meliputi makanan yang dijual kantin/warung melalui mesin penjual makanan atau dari warung di sekitar sekolah yaitu makanan yang memiliki nilai gizi minimal (seperti minuman berkarbonasi, minuman es, dan beberapa jenis permen) di ruang waktu makan selama waktu makan. Buah, jus buah, dan sayuran jarang dijual di warung sekolah atau pada mesin penjual makanan (St-Onge et al., 2003). Penjualan makanan di lingkungan sekolah dan pembelian makanan dari mesin makanan pada sekolah tingkat menengah dan cukup signifikan, dan banyak dari pilihan makanan yang tersedia mengandung lemak dan/ atau gula tambahan yang tinggi. Jenis makanan kurang bergizi yang sering dijual adalah permen cokelat (65%); permen lainnya (68%); cemilan asin tinggi lemak (75%); minuman ringan, minuman berion, atau minuman buah (Kann et al., 2005). Sumber pangan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan makan dan kemudahan untuk mengakses makanan. Selain di kost atau di rumah, mahasiswa juga lebih banyak menghabiskan waktu dikampus. Oleh karena itu,
87
sebaiknya ketersediaan makan khususnya di kampus untuk menciptakan lingkungan yang mendukung melalui peningkatan ketersediaan buah dan sayur agar mahasiswa dapat tercukupi mengkonsumsi makanan hariannya. G. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Pengaruh Teman Mahasiswa Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Berdasarkan hasil FGD menyatakan bahwa sebagian besar informan baik informan dengan pola makan cukup, kurang maupun lebih mengatakan bahwa setiap makan bersama teman dan teman memiliki pengaruh terhadap pola makan. Pengaruh teman pada masa remaja sangatlah kuat. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi rekan sebayanya termasuk dalam pola makan atau pemilihan makanan. Selain itu, remaja berusaha keras untuk bisa sama dengan teman-teman mereka dan membuat pilihan makanan berdasarkan pengaruh teman sebayanya (Brown et al., 2013). Berdasarkan pemaparan informan penelitian, dapat diketahui bahwa teman memberikan pengaruh yang kuat terhadap pola makan. Hasil FGD mengatakan bahwa tidak semua informan menganggap teman memberikan pengaruh terhadap pola makan, akan tetapi satu informan dengan pola makan cukup, enam orang pola makan kurang, dan dua orang pola makan lebih mengatakan bahwa teman memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pola makan. Teman dianggap tidak memberikan pengaruh terhadap pola makan oleh beberapa informan, sesuai dengan pernyataan McLellan et al., (1999), bahwa kebiasaan pola makan tersebut bukan anjuran atau dukungan
88
dari teman sebaya, melainkan dukungan dari keluarga ataupun diri sendiri. Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa kelompok informan dengan pola makan kurang menganggap bahwa bukan teman yang mempengaruhi pola makannya melainkan dirinya sendiri, sehingga itu merupakah salah satu penyebab pola makan mahasiswa kurang karena berdasarkan alasan kelompok informan dengan pola makan cukup dan lebih bahwa ketika makan bersama teman akan dapat meningkatkan nafsu makan. Namun, hasil penelitian yang mengatakan teman memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap pola makan, juga didukung hasil penelitian Rathi et al., (2016) yang dilakukan pada remaja SMA perkotaan di India, hasil temuannya menunjukkan bahwa teman sebaya memberikan pengaruh yang penting terhadap perilaku konsumsi remaja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sebayang tahun 2012 mengenai gambaran pola konsumsi mahasiswa pada mahasiswa Universitas Indonesia bahwa sebanyak 90,6% responden mengatakan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam hal konsumsi makanan. Hasil kedua penelitian tersebut didukung dengan teori Sharlin dan Sari (2014) bahwa selama masa ini, pengaruh teman sebaya menjadi lebih kuat karena teman sebaya menggantikan orang tua sebagai sumber utama dorongan sosial dan teman sebaya dapat memberikan pengaruh negatif maupun positif terhadap asupan makanan Dalam teori tumbuh kembang, mahasiswa berada pada tahap awal transisi dewasa ataupun dalam tahap memasuki kedewasaan (usia 17-21) (Adriani dan Bambang, 2012). Dimana pada fase ini fisik seseorang terus berkembang, demikian pula aspek sosial maupun psikologisnya. Perubahan ini
89
membuat seorang remaja mengalami banyak ragam gaya hidup, perilaku, tidak terkecuali pengalaman dalam menentukan makanan apa yang akan dikonsumsi (Khomsan, 2004). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian, bahwa pola makan mahasiswa lebih banyak yang kurang. Walaupun hasil FGD menyatakan bahwa teman memberikan pengaruh terhadap pola makan informan, hal ini berarti teman sebaya memberikan pengaruh yang negatif dan teman hanya mempengaruhi pola makan saja tetapi belum mempunyai potensi untuk melakukan promosi kesehatan khususnya mengajak untuk membiasakan pola makan yang sehat. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Khomsan (2004) bahwa pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status. Teori tersebut didukung dengan hasil penelitian Rathi et al., (2016) yang mengatakan bahwa pengaruh teman sebaya siswa SMA sering dipaksa untuk mengkonsumsi makanan miskin zat gizi dan minuman bersoda. Temuan juga didukung oleh penelitian Fitzgerald et al., (2013) bahwa pengaruh teman sebaya sering dikritik karena menanamkan kebiasaan makan yang buruk di kalangan orang dewasa. Didukung juga oleh penelitian Amaliah (2006) dalam Sebayang (2012) mengenai gambaran pola konsumsi makanan ditinjau dari Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada remaja yang ada di SMP Labschool Kebayoran Baru, bahwa sebanyak 67,9% siswa mendapat pengaruh teman sebaya yang kuat dan tidak sesuai dengan PUGS. Selain itu, faktor tempat tinggal juga dapat mempengaruhi pengaruh teman dalam pola makan. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang tinggal di kost
90
lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sehingga teman dapet mempengaruhi pola makan mereka baik di lingkungan kampus ataupun di kost. Berdasarkan pemaparan tersebut, bahwa teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap pola makan. Hal tersebut dikarenakan mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kampus daripada di rumah/kost dan memang terbiasa makan bersama teman baik ketika di kampus maupun di kost, sehingga teman sebaya dianggap sebagai modelling yang kuat bagi remaja khususnya mahasiswa. Selain itu, menurut pengakuan kelompok informan dengan pola makan cukup dan lebih, bahwa teman memberikan pengaruh terhadap pola makan baik secara jumlah maupun keadaan yang awalnya tidak ingin makan, ketika ada teman atau bersama teman jadi ikut makan. Sedangkan kelompok informan dengan pola makan kurang, mengatakan bahwa teman dianggap tidak memberikan pengaruh terhadap pola makan. Oleh karena itu, sebaiknya sesama teman dapat mendukung melalui kebiasaan makan bersama kearah yang lebih baik, seperti membiasakan mengkonsumsi kelima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan agar pola makan dapat tercukupi setiap harinya. H. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Preferensi Makanan Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menurut teori Randall dan Sanjur (1981) dalam Sijtsema et al., (2002) faktor asupan makanan dipengaruhi oleh preferensi makanan. Preferensi sering digunakan untuk merujuk pada penilaian afektif (menyukai/tidak
91
menyukai) dari jenis makanan. Preferensi makanan dapat berpengaruh terhadap konsumsi seseorang. Terdapat aspek dalam mempengaruhi preferensi makanan yaitu karakteristik makanan yang terdiri dari rasa, penampilan, tekstur, harga, tipe makanan, dan kombinasi makanan. Menurut Park et al., (2015) mengatakan bahwa preferensi makanan adalah salah satu faktor utama memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan pola makan/kebiasaan makan, pilihan makanan yang tergantung pada warna, bentuk, rasa, dan tekstur makanan. Oleh karena itu, pengalaman indrawi adalah alasan utama bagi seseorang untuk suka atau tidak suka terhadap makanan. Atribut sensori (rasa, warna/penampilan, tekstur dan bentuk) dapat berkontribusi dalam preferensi makanan individu. Rasa merupakan salah satu komponen penting dalam preferensi makanan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa seluruh informan mempertimbangkan rasa dalam memilih makanan dan cenderung menyukai rasa gurih untuk informan dengan pola makan cukup, rasa pedas untuk informan dengan pola makan kurang, dan rasa manis dan pedas untuk informan dengan pola makan lebih. Sesuai pula dengan penelitian Suswanti (2013) bahwa sebanyak 175 (96,7%) responden menganggap bawah variabel rasa sangat penting dalam memilih makanan. Hal tersebut didukung oleh penelitian Jundurabbi et al., (2015) bahwa sebanyak 50 orang (100 %) responden menjawab “Ya” bahwa atribut cita rasa merupakan atribut yang sangat penting. Selain rasa, makanan yang beraneka warna, bentuk-bentuk yang menarik dan kemasan dengan warna cerah merupakan faktor penampilan
92
makanan yang disukai anak-anak (Gilbert, 2006 dalam Khoirina et al., 2015). Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian karena informan dengan pola makan cukup, kurang, dan lebih tidak terlalu mempertimbangkan penampilah dalam pemilihan makanan, pemilihan makanan hanya bentuknya saja jangan terlalu aneh. Tidak hanya rasa yang mempengaruhi pemilihan makanan tetapi juga bau, penampilan dan tekstur makanan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagain besar informan menyukai makanan dengan tekstur lembut dan tidak telalu keras. Tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sensitivitas panca indera rasa dipengaruhi oleh konsistensi makanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bushak (2014) dan Suswanti (2013) mengatakan bahwa seseorang cenderung berpikir bahwa makanan dengan tekstur keras atau kasar mengandung kalori lebih sedikit daripada makanan yang kenyal dan lembut. Teori ekonomi mengasumsikan mengenai harga, bahwa perbedaan relatif pada harga sebagian dapat menjelaskan perbedaan antara individu dalam hal pilihan makanan dan perilaku diet (Jones dan Bartlett, 2011). Selain itu, biaya makanan adalah penentu utama pilihan makanan, apakah biaya mahal tergantung fundamental pada pendapatan sesseorang dan status sosial ekonomi. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian bahwa seluruh informan baik informan dengan pola makan cukup, kurang, maupun lebih yang menyatakan bahwa seluruh informan dalam memilih makanan sangat memperhitungkan harga seperti memilih harga yang murah dan terjangkau untuk mendapatkan makanan, hal tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan
93
uang jajan yang orang tua mereka berikan. Sejalan dengan penelitian Suswanti (2013) yang mengatakan bahwa harga merupakan hal yang penting dalam memilih makanan. Tipe makanan atau jenis makanan merupakan komponen utama selain rasa yang mempengaruhi preferensi makanan (Tiyas, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Tiyas (2009) menyatakan bahwa preferensi terhadap jenis makanan sumber protein hewani hampir semua jenis pangan hewani disukai terutama olahan yang digoreng. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa hampir semua jenis pangan hewani disukai sebagian besar informan. Namun, dari segi tipe makanan atau jenis makanan untuk masingmasing kelompok menyukai jenis makanan yang beda. Kelompok informan dengan pola makan cukup lebih banyak yang mengatakan sayur dan protein hewani serta seorang informan menyukai jenis sayur dan buah. Konsumsi sayur dan buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar (BAB/sembelit) dan kegemukan (Kemenkes RI, 2014). Sesuai dengan pola makannya yang cukup, hasil FFQ untuk jenis sayur dan buah seluruh informan dengan pola makan cukup sudah sesuai dengan anjuran rekomendasi PGS. (Lihat lampiran 2). Informan dengan pola makan kurang, lebih menyukai jenis karbohidrat dan protein. Jenis karbohidrat dan protein merupakan sumber energi, dan memiliki kandungan yang tinggi kalori, hal tersebut bertolakbelakang dengan pola makan yang dimiliki yaitu pola makan kurang. Hal tersebut juga didukung dengan hasil FFQ yang menunjukkan bahwa semua informan
94
dengan pola makan kurang, memiliki porsi yang kurang terhadap kelima kelompok pangan khususnya jenis karbohidrat dan protein. Sesuai dengan pernyataan Kemenkes RI (2014) bahwa kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Kurangnya jenis pangan yang dikonsumsi semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi. Informan dengan pola makan lebih, lebih banyak yang menyukai jenis karbohidrat dan protein hewani. Padahal kebanyakan makan dalam hal karbohidrat, protein maupun lemak mengakibatkan berat badan berlebih, selain itu makanan yang tinggi protein biasanya mengandung banyak lemak sehingga menyebabkan obesitas (Almatsier, 2010). Hal tersebut sesuai dengan pola makan informan berdasarkan hasil FFQ. Faktor kombinasi makanan dalam preferensi makanan juga sangat penting. Makanan yang disajikan dalam susunan menu yang sama tetapi penyajiannya berbeda akan dapat merubah penilaian preferensi seseorang untuk suatu jenis makanan tertentu (Suhardjo, 1989). Hal tersebut sesuai dengan hasil FGD pada informan dengan pola makan cukup dan lebih yang memiliki kombinasi lebih bervariasi daripada informan dengan pola makan kurang. Remaja tidak mengkonsumsi sejumlah sajian buah, sayur, dan produk susu yang direkomendasikan, dan mereka mengkonsumsi gula tambahan (Xie et al., 2003). Selain itu, pada studi yang dilakukan terhadap 18.000 remaja yang berpartisipasi dalam National Longitudinal Study of Adolescent Health, banyak remaja tidak memakan jumlah sajian minimal sayuran yang
95
direkomendasikan (77%), buah (55%), dan produk susu (47%) (Videon dan Manning, 2003). Informan dengan pola makan cukup dan lebih, lebih memilih satu set makanan dimana terdapat beberapa jenis makanan seperti nasi, sayuran, lauk pauk, dan buah. Sedangkan informan dengan pola makan kurang hanya memiliki dua jenis kombinasi setiap makan yaitu karbohidrat/nasi dan protein. Hal ini diduga kurang bervariasinya makanan setiap kali makan menyebabkan porsi informan menjadi kurang. Karena kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan gizi (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan
pemaparan
tersebut,
dari
berbagai
aspek
yang
mempengaruhi preferensi makan hanya segi rasa, jenis makanan, dan kombinasi makanan yang membedakan preferensi makan terhadap kebiasaan pola makan untuk masing-masing kelompok informan. Sebaiknya mahasiswa lebih mengkonsumsi anekaragam pangan setiap hari atau setiap kali makan untuk meningkatkan pola makan menjadi lebih baik dan sebaiknya mahasiswa harus meningkatkan konsumsi tinggi serat dan rendah kalori. I. Eksplorasi Pola Makan Berdasarkan Citra Tubuh Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Persepsi citra tubuh untuk kelompok informan dengan pola makan cukup, kurang, maupun lebih, tidak menutup kemungkinan informan yang memiliki pola makan cukup atau lebih merasa tidak puas dengan bentuk
96
tubuhnya, begitupun dengan informan yang memiliki pola makan kurang. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar informan baik informan dengan pola makan cukup, kurang, dan lebih menganggap tubuhnya kurus/gemuk dan kurang ideal, artinya sebagian besar informan masih belum puas dengan bentuk tubuhnya dan masih memiliki persepsi bahwa berat badannya belum ideal. Distorsi terhadap citra tubuh dapat diakibatkan karena seseorang merasa tidak puas terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya. Pada beberapa kasus distorsi terhadap citra tubuh lebih sering dialami oleh perempuan yag selalu merasa overestimate (merasa gemuk) terhadap ukuran tubuhnya, sementara pada laki-lai lebih cenderung merasa underastimate (merasa kurus) terhadap ukuran tubuhnya. Oleh karena itu, tidak jarang pada orang yang mengalami distorsi terhadap citra tubuh menyebabkan mereka mengalami gangguan dalam mengkonsumsi makanan (Anggraini, 2012). Body image atau citra tubuh adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri. Penelitian Anggraini (2012) mengenai hubungan citra tubuh dengan konsumsi makanan menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang tidak baik lebih banyak terjadi pada responden yang tidak puas terhadap ukuran tubuhnya (67,4%) daripada responden yang puas dengan ukuran tubuhnya (55,6%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian bahwa kelompok informan dengan pola makan kurang lebih cenderung merasa tubuhnya gemuk atau kurus. Informan merasa tubuhnya kurus disebabkan memang pola makannya yang sedikit dan belum sesuai dengan anjuran yang direkomendasikan Pedoman Gizi Seimbang, sehingga wajar jika
97
informan merasa tubuhnya kurus. Sedangkan informan yang merasa tubuhnya gemuk mengaku harus menurunkan berat badannya, mungkin hal itu juga yang menyebabkan pola makannya jadi berkurang karena takut gemuk. Hasil penelitian ini hampir mirip dengan penelitian Kusumajaya (2007) dalam penelitiannya dengan remaja SMA di Kabupaten dan Kota Denpasar Bali, yang hasilnya menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara citra tubuh terhadap konsumsi makanan, dimana persepsi citra tubuh merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap konsumsi makanan yaitu rendahnya jumlah, jenis dan frekuensi konsumsi makanan serta berkurangnya asupan energi dan protein. Remaja yang mempunyai tubuh ideal namun mereka cenderung menilai ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran yang sebenarnya (Grogan, 2008). Ketidakpuasan tersebut juga dirasakan oleh informan penelitian, informan merasa tubuhnya terlalu gemuk/kurus dan terdapat beberapa bagian tubuh yang tidak sesuai, sehingga terlihat tidak proporsional. Hal ini mungkin yang menyebabkan tingginya proporsi pola makan kurang dan lebih. Selain itu, ketidakpuasan citra tubuh informan mungkin dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain dapat dipengaruhi oleh tempat tinggal dan teman sebaya. Dalam hasil penelitian, dilihat dari tempat tinggal mahasiswa bahwa lebih banyak mahasiswa yang tinggal di kost. Mahasiswa yang tinggal dikost akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman, teman merupakan acuan paling utama selain orang tua atau keluarga. Karena pengaruh teman sebaya berupa dukungan sosial merupakan salah satu faktor penting dalam
98
pembentukan citra tubuh. Keakraban yang terjalin antara informan dan teman sebaya dapat terjalin dikarenakan sebagian informan dalam fase remaja. Karena remaja adalah golongan individu yang sedang mencari identitas diri dan mereka suka ikut-ikutan untuk berpenampilan menarik (Khomsan, 2004). Kelompok teman sebaya memberikan kesempatan untuk melakukan sosialisasi dalam usaha dimana nilai-nilai yang ditentukan oleh teman-teman seuisianya. Hilman (2002) menjelaskan bahwa dukungan sosial dari teman sebaya membuat seseorang merasa memiliki teman senasib, teman untuk berbagi minat yang sama, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik dan memungkinkan akan memperoleh rasa nyaman dan aman. Teori tersebut sejalan dengan hasil penelitian Irdianty dan Rita (2012) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan citra tubuh. Teman sebaya merupakan salah satu kelompok sosial yang mempengaruhi remaja dalam berbagai aspek, salah satunya citra tubuh yang akan berdampak pada asupan makanan sehari-hari. Penampilah fisik, salah satunya adalah bentuk tubuh dan berat badan, menjadi semacam cara remaja untuk masuk ke dalam lingkungan sosial, yaitu teman sebaya. Oleh karena itu, teman sebaya mempunyai pengaruh yang cukup besar pada masa remaja (Brown et al., 2013). Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa karena mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya baik di lingkungan kampus atau di lingkungan kost, secara tidak sadar bahwa teman akan memberikan pengaruh terhadap penampilan tubuh mereka untuk menurunkan atau
99
menaikkan berat badan. Sesuai dengan penelitian Setyawati dan Ratu (2013) bahwa status gizi remaja mendapatkan pengaruh dari teman sebaya untuk menurunkan berat badan lebih tinggi dibandingkan yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman sebaya, sehingga mereka merasa bahwa lingkungan teman sebaya mereka menuntut untuk mengurangi berat badan, sehingga ada hubungan yang bermakna antara pandangan teman sebaya mengenai berat badan dengan risiko mengalami gizi kurang. Banyak remaja sering merasa tidak puas dengan penampilan dirinya (Khomsan, 2004). Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian, bahwa infroman yang merasa tidak puas dengan ukuran tubuhnya membuat mereka merasa khawatir sehingga mereka melakukan pengaturan pola makan. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumajaya, dkk (2007) yang mengatakan bahwa persepsi remaja terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya. Asupan makanan yang kurang dari kebutuhan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus, sedangkan asupan makanan yang lebih dari kebutuhan akan menyebabkan kelebihan berat badan atau overweight (Siregar, 2013). Namun, berdasarkan hasil penelitian bahwa kelompok informan dengan pola makan kurang masih ada yang menilai bahwa tubuhnya kelebihan berat badan dan kelompok informan dengan pola makan lebih yang menilai tubunya kurus. Sehingga, penilaian tentang bentuk tubuh bukan alasan utama untuk menilai pola makan seseorang. Suatu studi di AS mengenai body image para remaja, bahwa hampir 70% remaja wanita yang diteliti mengungkapkan keinginan mereka untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya
100
15% di antara mereka yang menderita obesitas (kegemukan). Sebaliknya remaja pria, mereka (59%) menginginkan tubuh yang berisi karena merasa dirinya kerempeng, meskipun hanya 25% yang benar-benar kerempeng (Khomsan, 2004). Sejalan dengan hasil penelitian, bahwa sebagain besar informan merasa tubuhnya gemuk sehingga perlu melakukan penurunan berat badan, walaupun mereka merasa memiliki status gizi normal. Selain itu, didapatkan juga bahwa informan dengan pola makan kurang tetapi merasa berat badannya berlebih. Penelitian Savitri (2015) juga memperlihatkan bahwa meskipun telah mempunyai tubuh ideal, tetapi akan selalu menjaga bentuk tubuhnya karena cenderung menilai ukuran tubuh lebih besar dari ukuran sebenarnya. Citra tubuh erat kaitannya dengan pola makan, sehingga masih ada informan dengan pola makan cukup yang menganggap bentuk tubuhnya kurus dan gemuk. Selain itu, sebagian kelompok informan dengan pola makan kurang memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) normal, namun masih merasa bentuk tubuhnya kurus dan gemuk, sehingga tidak menutup kemungkinan informan yang sudah memiliki pola makan cukup merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya, begitupun dengan informan yang memiliki pola makan kurang dan lebih. Seharusnya, untuk tetap mendapatkan bentuk tubuh yang ideal sesuai keinginan, mahasiswa melakukannya dengan cara yang baik seperti mengkonsumsi makanan dengan prinsip gizi seimbang, karena dengan menerapkan pola makan gizi seimbang baik secara kualitas dan kelengkapan akan menurunkan resiko kegemukan atau kurus.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Lebih banyak mahasiswa yang memiliki pola makannya kurang (59,5%) dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki pola makannya lebih (29,8%) dan cukup (10,6%). 2. Lebih banyak mahasiswa bukan perantauan (60,6%) dibandingkan mahasiswa perantauan (39,4%). 3. Lebih banyak mahasiswa yang tidak tinggal bersama keluarga/kost (66,9%) dibandingkan mahasiswa yang tinggal bersama keluarga/di rumah (33,1%). 4. Mahasiswa paling banyak mendapatkan sumber pangan makanan pokok (41,1%), lauk hewani (47,8%), lauk nabati (48,0%) dan sayuran (44,9%) dari sekitar kost. Sedangkan paling banyak mahasiswa untuk mendapatkan buah dari rumah (40,8%). 5. Mahasiswa dengan pola makan kurang cenderung tidak dipengaruhi oleh teman, sedangkan mahasiswa dengan pola makan lebih dan cukup cenderung dipengaruhi oleh teman.
101
102
6. Tidak terdapat perbedaan preferensi makan dari aspek penampilan, tekstur, dan harga pada kelompok mahasiswa berdasarkan pola makannya. Mahasiswa dengan pola makan cukup dan lebih cenderung memiliki jenis dan kombinasi makanan yang lebih bervariasi dari pada mahasiswa dengan pola makan kurang. 7. Tidak terdapat perbedaan persepsi citra tubuh pada kelompok mahasiswa berdasarkan pola makannya. B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) a. Mahasiswa membiasakan sarapan pagi yang mengandung unsur gizi seimbang dengan mengkonsumsi lima kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan dan makan tiga kali sehari sesuai anjuran porsi kelompok umur mahasiswa (19-29 tahun) dalam pedoman gizi seimbang (PGS) 2014. b. Mahasiswa lebih banyak yang memiliki pola makan yang kurang, maka sebaiknya mahasiswa dapat memperbaiki pola makannya melalui perbaikan kebiasaan pola makan yang beraneka ragam dengan meningkatkan konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah baik secara kualitas maupun kuantitas. Sedangkan mahasiswa yang memiliki pola makan cukup diharapkan dapat mempertahan pola makannya dan mahasiswa yang memiliki pola makan lebih diharapkan dapat memperbaiki pola makannya menjadi cukup melalui perbaikan kebiasaan makan yang beranekaragam dengan mengurangi konsumsi
103
makanan pokok, lauk pauk, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur baik secara kualitas maupun kuantitas.
2. Bagi Fakultas Kedokterdan dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perlu mensosialisasikan tentang pedoman gizi seimbang (PGS) kepada mahasiswa melalui poster, kuliah umum, dan kegiatan Dewan Mahasiswa Fakultas (DEMA F) serta sebaiknya pihak FKIK berkolaborasi dengan pihak Darma Wanita untuk memperhatikan keanekaragaman jenis makanan yang dijual khususnya dikantin kampus. Selain itu, sosialisasi diharapkan dapat menjadi bekal mahasiswa untuk melakukan edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat luas, khususnya tentan gizi seimbang.
3. Bagi Peneliti Lain Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabelvaribel lain yang diduga mempengaruhi pola makan yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini. Juga melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pola makan mahasiswa dengan mengukur food intake atau asupan gizinya perhari. Pada tahap analisis diharapkan melakukan analisis bivariat atau multivariat.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M., Bambang, W., 2012. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Kencana, Jakarta. Agustiani, R., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Konsumsi Kalsium Pasa Siswi Di SMPN 1 Mande Kabupaten Cianjur, Tahun 2010 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarata, Jakarta. Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka, Jakarta. Amelia, A., Muljati, S., Puspitasari, D.S., 2010. Pencapaian Pertumbuhan Linear Dan Status Pubertas Remaja Dengan Riwayat Gizi Buruk Pada Usia Dini. Penelit. Gizi Dan Makanan J. Nutr. Food Res. 33. Anggraini, Suci., 2012. Faktor Lingkungan Dan Faktor Individu Hubungannya Dengan Konsumsi Makanan Pada Mahasiswa Asrama Universitas Indonesia Depok Tahun 2012 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Apriadji, 1986. Gizi Keluarga. Swadaya, Jakarta. Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta. Azwar, S., 2003. Keterlambatan Pubertas. Sari Pediatri 4, 176–179. Baliwati, Y.., Retnaningsih, 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta. Batubara, J.R., 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri 12.
104
105
Briefel, R.R., Johnson, C.L., 2004. Secular Trends In Dietary Intake In The United
States.
Annu.
Rev.
Nutr.
24,
401–431.
doi:10.1146/annurev.nutr.23.011702.07334 Brown, J.E., Isaacs, J., Krinke, B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M., 2013. Nutrition Through the Life Cycle. Cengage Learning. Bushak, L., 2014. How Food Texture, Or “Oral Haptics,” Influences Our Perception
Of
Calories
[WWW
Document].
URL
http://www.medicaldaily.com/how-food-texture-or-oral-hapticsinfluences-our-perception-calories-277810 (accessed 8.23.16). Darlina, 2004. Faktor Pendorong Mie Instant Dan Kontribusi Energi Dan Protein Pada Mahasiswa Di Asrama (Skripsi). FKM Universitas Sumatera Utara, Medan. Dave, J.M., An, L.C., Jeffery, R.W., Ahluwalia, J.S., 2009. Relationship Of Attitudes Toward Fast Food And Frequency Of Fast-Food Intake In Adults. Obes. Silver Spring Md 17, 1164–1170. doi:10.1038/oby.2009.26 Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat FKM UI., 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Devi, Nirmala., 2012. Gizi Anak Sekolah. Kompas, Jakarta. Fitriana, N., 2011. Kebiasaan Sarapan, Aktivitas Fisik, Dan Status Gizi Mahasiswa Mayor Ilmu Gizi Dan Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata IPB (Skripsi). Depatemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fitzgerald, A., Heary, C., Kelly, C., Nixon, E., Shevlin, M., 2013. Self-Efficacy For Healthy Eating And Peer Support For Unhealthy Eating Are
106
Associated With Adolescents’ Food Intake Patterns. Appetite 63, 48–58. doi:10.1016/j.appet.2012.12.011 French, S.A., 2005. Public Health Strategies for Dietary Change: Schools and Workplaces. J. Nutr. 135, 910–912. French, S.A., Story, M., Fulkerson, J.A., Gerlach, A.F., 2003. Food Environment in Secondary Schools: À La Carte, Vending Machines, and Food Policies and Practices. Am. J. Public Health 93, 1161–1168. Gibson, R.S., 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford University Press. Grogan, S., 2008. Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women, and Children. Routledge, New York. Handayani, I., 2012. Gambaran Pola Makan Suku Melayu Dan Suku Jawa Di Desa Selemak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 (Skripsi). FKM Universitas Sumatera Utara, Medan. Hardinsyah dan D. Briawan. 2005. Penilaian Dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Gizi Masyarakat dan Sumber Berdaya Keluarga. Fakultas Pertanian IPB Bogor. Harper, L.J., Brady, J.D., Judy, A.D., 1986. Pangan, Gizi Dan Pertanian. UI Pres, Jakarta. Holmboe-Ottesen, G., Wandel, M., 2012. Changes In Dietary Habits After Migration And Consequences For Health: A Focus On South Asians In Europe. Food Nutr. Res. 56. doi:10.3402/fnr.v56i0.18891 Hyman, M., 2006. Ultra Metabolisme. Bentang Pustaka, Yogyakarta.
107
Irdianty, M.S., Rita, H.W., 2012. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Citra Tubuh (Body Image) Siswi Usia Sekolah Dengan Menarche Di Kecamatam Sale. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro. Jago, R., Baranowski, T., Baranowski, J.C., Cullen, K.W., Thompson, D., 2007. Distance To Food Stores & Adolescent Male Fruit And Vegetable Consumption: Mediation Effects. Int. J. Behav. Nutr. Phys. Act. 4, 35. doi:10.1186/1479-5868-4-35 Jeffery, R.W., Baxter, J., McGuire, M., Linde, J., 2006. Are Fast Food Restaurants An Environmental Risk Factor For Obesity? Int. J. Behav. Nutr. Phys. Act. 3, 2. doi:10.1186/1479-5868-3-2 Jones, Bartlett, 2011. Overview of Determinants of Food Choice and Dietary Change: Implications for Nutrition Education, in: 2. Jundurabbi, H., Taslim, Lilis Suryaningsih, 2015. Analysis Preference of Consumer Toward Organic Fried Chicken.
Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran, Bandung. Kann, L., Grunbaum, J., McKenna, M.L., Wechsler, H., Galuska, D.A., 2005. Competitive Foods and Beverages Available for Purchase in Secondary Schools — Selected Sites, United States, 2004. J. Sch. Health 75, 370–374. doi:10.1111/j.1746-1561.2005.tb06639.x Kemenkes, RI., 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Kemenkes RI, Jakarta. Kemenkes, RI., 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Kemenkes RI, Jakarta.
108
Kemenkes RI, 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan RI. Khoirina, A., Ajeng Sakina Gandaasri, Andini Septiani, Astuti Akin, Ayu S, Cesil M, Cory SD, Mursalina, Tyas WU, Yuni Fira Y, 2015. Gambaran Food Preferences Pada Siswa-Siswi Obesitas Di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015. Khomsan, A., 2004. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo, Jakarta. Krølner, R., Rasmussen, M., Brug, J., Klepp, K.-I., Wind, M., Due, P., 2011. Determinants Of Fruit And Vegetable Consumption Among Children And Adolescents: A Review Of The Literature. Part II: Qualitative Studies. Int. J. Behav. Nutr. Phys. Act. 8, 112. doi:10.1186/1479-5868-8-112 Krummel, D.A., Kris-Etherton, P.M., 1996. Nutrition in Women’s Health. Jones & Bartlett Learning. Kusumajaya, N., Wiardani, N., Juniarsana, I., 2008. Persepsi Remaja Terhadap Body Image Kaitannya dengan Pola Konsumsi Makan. J. Skala Husada 5, 114–125. Lapau, B., 2013. Metode Penelitian Kesehatan. YOI, Jakarta. Larson, N., Eisenberg, M.E., Berge, J.M., Arcan, C., Neumark-Sztainer, D., 2015. Ethnic/Racial Disparities In Adolescents’ Home Food Environments And Linkages To Dietary Intake And Weight Status. Eat. Behav. 0, 43–46. doi:10.1016/j.eatbeh.2014.10.010 Lee, J., Gao, R.-R., Kim, J.-H., 2015. Acculturation And Changes In Dietary Behavior And Anthropometric Measures Among Chinese International
109
Students
In
South
Korea.
Nutr.
Res.
Pract.
9,
304–312.
doi:10.4162/nrp.2015.9.3.304 Lomanjaya, I.P., Soegiono, E.A., 2015. Studi Deskriptif Perilaku Makan Mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya. Universitas Kristen Petra Surabaya, Surabaya. Mahan, L.K., Escott-Stump, S., 2008. Krause’s Food & Nutrition Therapy, 12th ed. SAUNDERS EI-SEVIER, Missouri. McLellan, L., Rissel, C., Donnelly, N., Bauman, A., 1999. Health Behaviour And The School Environment In New South Wales, Australia. Soc. Sci. Med. 1982 49, 611–619. Moehyi, S., 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi Dan Jasa Boga. Bhratara, Jakarta. Novisa, R., 2011. Perubahan Pola Makan Terhadap Mahasiswa Perantau, Program Studi Ilmu Komputer Angkatan 2011 FMIPA Universitas Lampung Mangkurat. Nugroho, Tirta, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan Gizi Seimbang Pada Mahasiswa PSPD FKK UMJ Tahun 2013 (Skripsi). Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ, Jakarta. Park, E.-S., Lee, J.-H., Kim, M.-H., 2015. Eating Habits And Food Preferences Of Elementary School Students In Urban And Suburban Areas Of Daejeon. Clin. Nutr. Res. 4, 190–200. doi:10.7762/cnr.2015.4.3.190 Pulungan, A.B., 2013. Masalah Pubertas pada Anak dan Remaja [WWW Document].
IDAI.
URL
http://idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/masalah-pubertas-pada-anak-dan-remaja (accessed 2.17.16).
110
Rathi, N., Riddell, L., Worsley, A., 2016. What Influences Urban Indian Secondary School Students’ Food Consumption? - A Qualitative Study. Appetite 105, 790–797. doi:10.1016/j.appet.2016.07.018 Rosenmöller, D.L., Gasevic, D., Seidell, J., Lear, S.A., 2011. Determinants Of Changes In Dietary Patterns Among Chinese Immigrants: A CrossSectional Analysis. Int. J. Behav. Nutr. Phys. Act. 8, 42. doi:10.1186/14795868-8-42 Satori, D., Aan, K., 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. ALFABETA, Bandung. Savitri, R., 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Yang Mengandung Pewarna Sintetik Pada Siswa Kelas VIII Dan IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Dan SMP YMJ Ciputat Tahun 2009 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. Savitri, W., 2015. Hubungan Body Image, Pola Konsumsi Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Siswi SMAN 63 Jakarta Tahun 2015 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. Sebayang, A.N., 2012. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa Di Universitas Indonesia (Skripsi). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Sediaoetama, A.D., 2009. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Dian Rakyat, Jakarta.
111
Setyawati, G.N., Ratu, A.D.S., 2013. Hubungan Citra Tubuh, Pengaruh Orang Tua, dan Faktor Lain dengan Status Gizi Penari Ballet di Sekolah Namarina Ballet-Jazz-Fitness Daerah Jakarta Selatan Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Sharlin, J., Sari, E., 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta. Sijtsema, S., Linnemann, A., van Gaasbeek, T., Dagevos, H., Jongen, W., 2002. Variables Influencing Food Perception Reviewed For Consumer-Oriented Product Development. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 42, 565–581. doi:10.1080/20024091054256 Siregar, R., 2013. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Overweight Pada Mahasiswa Di STIKes Medistra Indonesia Tahun 2013. Program Studi DIII Kebidanan Sekol. Tinggi Ilmu Kesehat. Medistra Indones. Bekasi. St-Onge, M.-P., Keller, K.L., Heymsfield, S.B., 2003. Changes In Childhood Food Consumption Patterns: A Cause For Concern In Light Of Increasing Body Weights. Am. J. Clin. Nutr. 78, 1068–1073. Suci, S.P., 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pola Makan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. Suhardjo, 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB PAU Pangan & Gizi, Bogor. Supariasa, I.D., 2001. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.
112
Surjadi, C., 2013. Globalisasi dan Pola Makan Mahasiswa-Studi Kasus di Jakarta. Kesehat. Masy. Dan Kedokt. Pencegah. FK UNIKA Atmajaya Jkt. 40. Suryaputra, K., Siti, R.N., 2012. Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara Kesehat. 16, 45– 50. Suswanti, I., 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Makanan Cepat Saji Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta. Tiyas, Y.T.C., 2009. Preferensi Pangan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor (Skripsi). Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ulfah, N., 2011. Hubungan Antara Karakteristik Individu Dan Pengaruh Teman Sebaya Dengan Kebiasaan Makan Pada Mahasiswa Penghuni Asrama UI Depok Tahun 2011 (Skripsi). FKM UI, Depok. Videon, T.M., Manning, C.K., 2003. Influences On Adolescent Eating Patterns: The Importance Of Family Meals. J. Adolesc. Health 32, 365–373. doi:10.1016/S1054-139X(02)00711-5 Wood, L.G., Lagleva, M., Shah, S., Berthon, B.S., Galbraith, S., Henry, R., Kepreotes, H., Gibson, P.G., 2015. Dietary Changes In Migrant Adolescents With Increasing Length Of Stay In Australia And Associated Risk Of Wheeze – A Retrospective, Cross Sectional Study. BMC Pediatr. 15. doi:10.1186/s12887-015-0420-x
113
Xie, B., Gilliland, F.D., Li, Y.-F., Rockett, H.R., 2003. Effects of Ethnicity, Family Income, and Education on Dietary Intake among Adolescents. Prev. Med. 36, 30–40. doi:10.1006/pmed.2002.1131 Yuniarti, Neni., 2012. Gizi Dan Kesehatan AUD "Kebutuhan Gizi Anak". Makalah. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Zakiah, 2014. Hubungan Penerapan Pedoman Gizi Seimbang Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 (Skripsi). Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Karakteristik Informan Penelitian Untuk FGD
Daerah Asal Pola Makan
Perantauan
Tempat Tinggal
Non Perantauan
Kost
Rumah
Sumber Pangan Kampus
Sekitar Kost
Sekitar Kampus
Informan
CUKUP
KURANG
MJ
MA
LA
VS
NZ
SM
AS
(Kesehatan
(Kesehatan
(Pendidikan
(Kesehatan
(Farmasi,
(Ilmu
(Ilmu
Masyarakat,
Masyarakat,
Dokter,
Masyarakat,
2014)
Keperawatan,
Keperawatan,
2015)
2014)
2015)
2015)
2015)
2015)
AN
RA
QN
NK
AZ
NF
ST
(Ilmu
(Pendidikan
(Pendidikan
(Kesehatan
(Farmasi,
(Kesehatan
(Farmasi, 2015)
Keperawatan,
Dokter, 2014)
Dokter,
Masyarakat,
2015)
Masyarakat,
2015)
2014)
2014)
LEBIH
2015)
MR
AF
RR
RZ
RS
DA
SS
(Pendidikan
(Pendidikan
(Pendidikan
(Pendidikan
(Pendidikan
(Farmasi,
(Kesehatan
Dokter, 2015)
Dokter, 2014)
Dokter,
Dokter, 2015)
Dokter, 2015)
2014)
Masyarakat,
2014)
2015)
LAMPIRAN 2 Pola Makan Informan Penelitian Konsumsi Makan Berdasarkan Anjuran PGS Kelompok Usia 19-29 Tahun Pola Makan
CUKUP
KURANG
Informan
Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Sdri. MJ
5p
3p
3p
3p
5p
Sdri. MA
5p
3p
3p
3p
5p
Sdri. LA
5p
3p
3p
3p
5p
Sdri. VS
5p
3p
3p
3p
5p
Sdri. NZ
5p
3p
3p
3p
5p
Sdri. SM
5p
3p
3p
3p
5p
Sdri. AS
5p
3p
3p
3p
5p
Sdri. AN
3p
1p
1p
1p
0p
Sdri. RA
3p
2p
1p
0p
1p
Sdri. QN
3p
2p
0p
1p
3p
Sdri. NK
3p
2p
1p
1p
1p
Sdri. AZ
4p
2p
2p
1p
2p
Sdri. NF
4p
1p
1p
2p
0p
Sdri. ST
2p
2p
1p
2p
1p
Konsumsi Makan Berdasarkan Anjuran PGS Kelompok Usia 19-29 Tahun Pola Makan
LEBIH
Informan
Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Sdri. MR
13 p
14 p
4p
11 p
6p
Sdr. AF
10 p
22 p
8p
4p
7p
Sdr. RR
27 p
7p
4p
4p
6p
Sdr. RZ
10 p
19 p
7p
4p
7p
Sdr. RS
10 p
22 p
4p
4p
7p
Sdr. DA
20 p
10 p
6p
5p
6p
Sdri. SS
8p
23 p
8p
4p
7p
LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN
Saya mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Gizi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Guna memenuhi tugas akhir saya melakukan penelitian tentang “Studi Kuantitatif dan Kualitatif Tentang Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016”. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kesediaan anda untuk mengisi kuesioner yang telah saya buat. Jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya sehingga kejujuran anda dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai Atas ketersediaan dan partisipasinya semoga Allah SWT membalas kebaikan anda. Terima kasih. Identitas Responden Nama
:
Prodi
:
Angkatan
:
A. TEMPAT TINGGAL A1. Asal daerah anda?
(diisi oleh peneliti) 0. Perantauan 1. Non peranauan
B. TEMPAT TINGGAL B1. Tempat tinggal selama kuliah?
[
] A1
(diisi oleh peneliti) 0. Tidak tinggal bersama keluarga/ kost 1. Tinggal bersama keluarga
B. SUMBER PANGAN
[
] B1
(diisi oleh peneliti)
B1. Makanan pokok yang biasa anda makan biasanya didapatkan dari mana (belinya dimana)?
0. Rumah 1. Sekitar kampus 2. Sekitar kost
[
] B1
B2. Lauk hewani yang biasa anda
0. Rumah
[
] B2
makan biasanya didapatkan dari mana (belinya dimana)?
1. Sekitar kampus 2. Sekitar kost
B3. Lauk nabati yang biasa anda makan biasanya didapatkan dari mana (belinya dimana)?
0. Rumah 1. Sekitar kampus 2. Sekitar kost
[
] B3
B4. Buah yang biasa anda makan biasanya didapatkan dari mana (belinya dimana)?
0. Rumah 1. Sekitar kampus 2. Sekitar kost
[
] B4
B5. Sayuran yang biasa anda makan biasanya didapatkan dari mana (belinya dimana)?
0. Rumah 1. Sekitar kampus 2. Sekitar kost
[
] B5
LAMPIRAN 4 FORMULIR FOOD FREQUENCY QUESTIONARE Nama
:
Prodi/Angkatan
:
Pada kuesioner frekuensi makanan ini anda hanya mengisi pada kolom frekuensi (bulan, minggu atau harian) dan banyaknya porsi. Pada kolom frekuensi, anda mengisi salah satu frekuensi makanan yang anda konsumsi dalam bulan, minggu atau harian yang diisi dengan menuliskan banyaknya frekuensi konsumsi anda. Pada kolom banyaknya porsi, anda mengisi dengan menuliskan banyaknya porsi yang anda konsumsi misalkan 2 potong/2 buah, ½ porsi, dsb. Jika ada jenis makanan lain yang sering anda konsumsi mohon ditambahkan di kolom lainnya. *Keterangan Satuan URT (Ukuran Rumah Tangga) Kolom “BANYAK PORSI” : ctg/centong; bh/buah; gls/gelas; ptg/potong; btr/butir; bks/bungkus; sdm/sendok makan; sdt/sendok teh; dan ekor. *Berilah tanda silang (x) pada salah satu kolom yang anda pilih.
Frekuensi Konsumsi Jenis makanan
Harian 1x
2-3x
>3x
Minggu
Bulan
Tidak
1-4x
1-3x
Pernah
MAKANAN POKOK Nasi putih Nasi kuning Nasi goreng Ketupat Roti tawar putih Roti warna coklat Bihun Biskuit
Banyak
Rata-rata
porsi*
konsumsi per hari
Frekuensi Konsumsi Jenis makanan
Harian 1x
2-3x
>3x
Minggu
Bulan
Tidak
1-4x
1-3x
Pernah
Kerupuk udang/ikan Mie instan Singkong Kentang Lainnya.…………… …………. LAUK HEWANI Daging sapi Ayam dengan kulit Ayam tanpa kulit Hati ayam Ikan bandeng Ikan mas Ikan gurame Ikan bawal Ikan kembung Ikan lele Ikan tuna Teri nasi (rebon) Cumi-cumi Udang segar Kerang Sosis Bakso Nugget Kornet Sarden Abon sapi
Banyak
Rata-rata
porsi*
konsumsi per hari
Frekuensi Konsumsi Jenis makanan
Harian 1x
2-3x
>3x
Minggu
Bulan
Tidak
1-4x
1-3x
Pernah
Ikan teri Telur ayam kampung Telur ayam negeri Telur bebek Telur puyuh Susu sapi LAUK NABATI Tahu Tempe Kacang merah Kacang hijau Kacang kedelai Oncom Kacang mete SAYURAN Kacang panjang Buncis Brokoli Bayam Kangkung Sawi hijau Sawi putih Daun singkong Taoge Ketimun Wortel Labu siam Kol
Banyak
Rata-rata
porsi*
konsumsi per hari
Frekuensi Konsumsi Jenis makanan
Harian 1x
2-3x
>3x
Minggu
Bulan
Tidak
1-4x
1-3x
Pernah
Jagung Terong Daun kemangi Daun bawang Tomat BUAH Alpukat Apel Jeruk sunkist Jeruk manis Mangga Pepaya Rambutan Semangka Anggur Pir Pisang ambon Kedondong Srikaya Salak Sirsak Durian Melon Strawberry Jambu air
Banyak
Rata-rata
porsi*
konsumsi per hari
LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA FGD Assalamu’alaikum Wr. Wb Perkenalkan nama saya Evi Luthfiah Khairiyah mahasiswi Peminatan Gizi Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin melakukan penelitian tentang “Studi Kuantitatif dan Kualitatif Tentang Pola Makan Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2016”. Atas perhatian dan waktu saudara saya mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Identitas Informan Nama Informan
:
NIM
:
Prodi
:
Angkatan
:
POLA MAKAN 1. Apakah kamu biasa sarapan pagi? Sarapan pagi dirumah/kost atau dikampus? Apa saja yang kamu makan? Berapa banyak yang kamu makan? Setelah sarapan masih ingin memakan makanan snak? 2. Menurut kamu, sarapan pagi penting? Alasan kamu sarapan pagi atau tidak sarapan? 3. Apakah kamu membawa bekal ke kampus untuk makan siang? Apa saja yang kamu bawa? Barapa banyak? 4. Jenis makanan kantin/warung yang biasanya kamu pilih untuk makan siang? Jika tidak sarapan pagi, berapa banyak porsi makan pada saat makan siang? 5. Bagaimana dengan makan malam, jam berapa kamu makan malam? Apa saja? Berapa banyak porsi pada saat makan malam? 6. Apakah dirumah/kost tersedia cemilan dan makanan instan? Snak apa yang kamu pilih? Pada saat apa?
7. Bagaimana dengan konsumsi makanan fast food, apakah kamu suka mengkonsumsi fast food? Mengapa? Apa dirumah/kost tersedia? Apa saja? 8. Apakah ada perbedaan pola makan pada waktu SMA/MA dengan masa kuliah? bedanya dimana? PENGARUH TEMAN 1. Dengan siapa biasanya paling sering membeli makanan? kenapa? 2. Bagaimana pola makan anda ketika makan bersama teman? Apakah makannya banyak atau tidak? 3. Seberapa banyak porsi makannya ketika bersama teman? apakah jenis makanan yang dibeli sama? 4. Menurut anda, teman mempunyai pengaruh terhadap pola makan anda (baik dari segi jumlah, jenis, dan frekuensi makan)? alasannya?
PREFERENSI MAKANAN 1. Ketika anda makan, faktor utama/penting dalam penentuan pemilihan makanan yang anda makan apa? alasannya? 2. Kalau dari segi rasa, makanan seperti apa yang disukai? alasannya? 3. Kalau dari segi penampilan, makanan seperti apa yang disukai? alasannya? 4. Kalau dari segi tekstur, makanan seperti apa yang disukai? alasannya? 5. Kalau dari segi harga, makanan seperti apa yang disukai? alasannya? 6. Kalau dari segi tipe/jenis makanan (kh, protein, lemak, nabati, hewani), makanan seperti apa yang disukai? alasannya? 7. Kalau dari segi kombinasi makanan, kombinasi makanan seperti apa yang disukai? alasannya? 8. Pengolahan apa yang paling anda sukai? alasannya?
CITRA TUBUH 1. Bagaimakan penilaian anda tentang bentuk tubuh anda ? 2. Menurut anda, apakah berat badan anda merasa sudah ideal/normal? kenapa? 3. Apakah anda suka merasa khawatir dengan bentuk tubuh ada sekarang, sehingga membuat anda mengatur pola makan anda?
LAMPIRAN 6 OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT
pola_makan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
387
59.5
59.5
59.5
Lebih
194
29.8
29.8
89.4
Cukup
69
10.6
10.6
100.0
650
100.0
100.0
Total
Asal Daerah Cumulative Frequency Valid
Non perantauan
Percent
Valid Percent
Percent
394
60.6
60.6
60.6
Perantauan
256
39.4
39.4
100.0
Total
650
100.0
100.0
(Jabodetabek)
Tempat Tinggal Cumulative Frequency Valid
Dirumah/bersama keluarga
Percent
Valid Percent
Percent
215
33.1
33.1
33.1
Kost
435
66.9
66.9
100.0
Total
650
100.0
100.0
Sumber Pangan Makanan Pokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Rumah
210
32.3
32.3
32.3
Sekitar Kampus
173
26.6
26.6
58.9
Sekitar Kostan
267
41.1
41.1
100.0
Total
650
100.0
100.0
Lauk Hewani Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Rumah
179
27.5
27.5
27.5
Sekitar kampus
160
24.6
24.6
52.2
Sekitar kost
311
47.8
47.8
100.0
Total
650
100.0
100.0
Lauk Nabati Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Rumah
190
29.2
29.2
29.2
Sekitar kampus
148
22.8
22.8
52.0
Sekitar kost
312
48.0
48.0
100.0
Total
650
100.0
100.0
Buah Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Rumah
265
40.8
40.8
40.8
Sekitar kampus
170
26.2
26.2
66.9
Sekitar kost
215
33.1
33.1
100.0
Total
650
100.0
100.0
Sayuran Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Rumah
219
33.7
33.7
33.7
Sekitar kampus
139
21.4
21.4
55.1
Sekitar kost
292
44.9
44.9
100.0
Total
650
100.0
100.0
Crosstabs Pola Makan dan Tempat Tinggal Polamakan_PGS * Selama Kuliah Anda Tingga Dimana? Crosstabulation Selama kuliah anda tingga dimana?
Dirumah/bersa ma keluarga
polamakan_PGS
sesuai PGS
Count
% within polamakan_PGS
tidaksesuaiPGS
Count
% within polamakan_PGS Total
Count
% within polamakan_PGS
Kost
Total
23
46
69
33.3%
66.7%
100.0%
192
389
581
33.0%
67.0%
100.0%
215
435
650
33.1%
66.9%
100.0%