HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014
SKRIPSI Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh: ZAKIAH 107101001778
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Juli 2014 Zakiah, NIM: 107101001778 HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014 xix + 109 halaman, 19 tabel, 3 bagan, 2 gambar, 3 lampiran ABSTRAK Keadaan gizi yang normal sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik optimal. Untuk menjaga keadaan gizi yang normal dan mencegah kekurangan gizi dan kelebihan gizi, diperlukan pemahaman dan praktik pola hidup sehat antara lain dengan pola makan berprinsip gizi seimbang. Sebagai penyampai informasi dan promosi kesehatan, mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharap mampu menerapkan prinsip gizi seimbang dengan baik. Namun, dari penelitian terdahulu didapat mahasiswa FKIK memiliki status gizi tidak normal dan pola gizi tidak seimbang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 dengan menggunakaan desain studi cross sectional dengan 155 sampel. Hasil analisa univariat menunjukkan tejadinya dua masalah gizi pada mahasiswa FKIK, yaitu 16.8% mengalami status gizi kurang dan 23.2 % mengalami status gizi lebih. Diketahui juga bahwa 100% mahasiswa FKIK memiliki kebiasaan makan yang tidak sesuai pedoman gizi seimbang dimana 100% mahasiswa memiliki kebiasaan konsumsi sayur dan buah yang kurang, 38.1% kurang menerapkan pola hidup bersih dengan baik, 39.4% memiliki pola aktivitas fisik yang kurang dan 80.6 % tidak melakukan pemantaun berat badan normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel-variabel tersebut dengan status gizi. Walaupun didapatkan hasil yang tidak berhubungan, akan tetapi masalah gizi yang ada pada mahasiswa FKIK harus tetap diperhatikan. Sehingga disarankan bagi mahasiswa yang memiliki berat badan kurang dan lebih untuk memperbaiki status gizinya menjadi normal melalui perbaikan kebiasaan makan makanan yang beragam dengan memperhatikan konsumsi makanan pokok, lauk, pauk, sayur dan buah, pola hidup bersih yang baik, aktifitas fisik yang sesuai dengan konsumsi makanan dan pemantauan berat badan secara teratur, serta untuk mahasiswa yang memiliki berat badan normal diharapkan dapat mempertahankan status gizinya. Daftar bacaan: 51 (1999-2014)
iii
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH PROGRAM Thesis, July 2014 Zakiah, NIM: 107101001778 ASSOCIATION BETWEEN APPLICATION OF BALANCED NUTRITION GUIDELINES WITH NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES IN JAKARTA UIN SYARIF HIDAYATULLAH 2014 xix + 109 pages, 19 tables, 3 charts, 2 images, 3 attachments ABSTRACT Normal nutritional status is essential for optimal growth and physical development. To maintain a normal nutritional status and prevent malnutrition and overnutrition, necessary understanding and practice a healthy lifestyle including diet with balanced nutrition principled. As a transmitter of information and health promotion, students of the Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta expected to be able to apply the principles of a well balanced nutrition. However, previous research has obtained student FKIK abnormal nutritional status and patterns of unbalanced nutrition. This study was conducted to determine association between application of balanced nutrition guidelines with nutritional status of FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 using a cross-sectional study design with 155 samples. Results of univariate analysis showed the occurrence of two nutritional problems in FKIK students, 16.8% had underweight and 23.2% had overweight. Also note, 100% of students FKIK have eating habits that are not in accordance with the guidelines for balanced nutrition, which 100% of students have a habit of less fruit and vegetable consumption, 38.1% did not implement a clean life well, 39.4% had less physical activity patterns and 80.6% did not perform monitoring of normal weight. Bivariate analysis results showed no significant relationship between these variables and nutritional status. Although the results obtained were not related, but the nutritional problems that exist in FKIK students should still be noted. So it is recommended for students who underweight and underweight to improve their nutritional to normal through improvement of eating habits with regard consumption of staple foods, meat group foods, beans group foods, vegetables and fruits, a good clean lifestyle, physical activity according to consumption food and regular monitoring of body weight, as well as to students who have a normal weight are expected to maintain their nutritional status. Refenreces list: 51 (1999-2014) iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Zakiah NIM. 107101001778
Jakarta, 21 Juli 2014
Mengetahui,
v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014 telah diajukan dalam sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juli 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Jakarta, 21 Juli 2014
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap
: Zakiah
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat tanggal lahir : Suak Timah, 21 Maret 1898 Warganegara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Dusun Tgk. Blang Desa Mane Tunong Krueng Mane Kec.Muara Batu Kab.Aceh Utara Prov. Aceh
Telepon
: 0852 6002 7565
Email
:
[email protected] /
[email protected]
Pendidikan Formal: 1995-2001
: MIN Muara Batu, Aceh Utara
2001-2004
: MTsN Model Gandapura, Bireun
2004-2007
: MA Jeumala Amal, Lueng Putu, Pidie Jaya
2007-2014
: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah−Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi berjudul “Hubungan Penerapan Pedoman Gizi Seimbang dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014”. Shalawat dan salam juga tercurah bagi junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ayah dan Ummi tercinta yang selalu menjadi semangat dan menaburkan doa-doa di setiap langkah putra-putrinya.
2.
Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin Spd. Md. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
3.
Ibu Febrianti, SP, M.Si, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat dan dosen pembimbing pertama saya yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penyusunan laporan skripsi ini. Terimakasih ibu telah membimbing Kya dengan sabar dan mengingatkan Kya saat Kya menghilang.
4.
Ibu Catur Rosidati, MKM, selaku dosen pembimbing kedua saya, yang juga senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis selama penyusunan laporan skripsi ini.
5.
Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna khususnya bagi penulis dan mahasiswa Kesehatan Masyarakat pada umumnya.
6.
Bapak-bapak pembina Penerima Beasiswa Santri Berprestasi Kementrian Agama RI yang senantiasa membina dan membimbing Kya sejak matrikulasi hingga menyelesaikan studi ini.
viii
7.
Bapak dan Ibu Guru TK Malahayati, SD Tanjong Mesjid, MIN Muara Batu dan MTsN Gandapura, serta Ustadh dan Ustadhah Jeumala Amal yang telah mengantar Kya langkah demi langkah hingga Kya sampai di perguruan tinggi.
8.
Adik-adikku tercinta, Zikriah dan Zia Ulhaq yang tidak pernah lelah mengingatkan saat kakaknya lalai dan malas. Makasi Ki, Dek Gam.
9.
Keluarga besar tercinta yang selalu menjadi bara dan pemanas agar skripsi ini segera terwujud, khususnya sepupu terbaik, Dek Bit.
10. Sahabat-sahabat OPUS yang senantiasa memberi samangat, khusus para “veteran” yang berjuang hingga titik penghabisan bersama-sama, dan Ami yang selalu kami bebani menjadi pembimbing ketiga kami. 11. Sahabat Jeumala Amal tercinta Nora, Dila, Vida, Mini, Rahma dan Yoyon, maaf Kya baru nyusul sekarang dan terimakasih atas dukungan dan dorongan kalian selama ini. 12. Teman-teman kos tercinta Ocha, Berril, Mb Rani, Icut, Ainul dan Nurul, makasi udah ngomporin Kya buat selesai :D 13. Tak lupa, untuk adik-adik PSKM, PSPD dan PSIK angkatan 2011-2013 yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi reponden dalam penelitian ini. Terimakasih banyak. Akhirnya penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya penulis.
و ا لسال م عليكم ورحمة ا هلل و بر كا ته
Ciputat, Juli 2014
Zakiah
ix
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................
ii
ABSTRAK ..............................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................
v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................................
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................
vii
KATA PENGANTAR............................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN .................................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
xviii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xix
PENDAHULUAN..............................................................................
1
1.1.
Latar Belakang.......................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah .................................................................
5
1.3.
Pertanyaan Penelitian............................................................
6
1.4.
Tujuan Penelitian...................................................................
8
1.4.1. Tujuan umum ................................................................
8
1.5.2. Tujuan khusus................................................................
8
Manfaat penelitian.................................................................
9
BAB I
1.5
x
BAB II
1.5.1. Bagi peneliti.................................................................
9
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ................
10
1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ..........
10
1.6.
Ruang Lingkup Penelitian.....................................................
11
1.6.
Keaslian Penelitian.................................................................
11
TINJAUAN PUSATAKA .................................................................
13
Status Gizi ..............................................................................
13
2.1.1. Definisi status gizi .........................................................
13
2.1.2. Penilaian status gizi .......................................................
13
2.2.
Gizi Seimbang ........................................................................
20
2.3.
Prinsip Gizi Seimbang ..........................................................
22
2.3.1. Kebiasaan makan makanan beraneka ragam.................
22
2.3.2. Pola hidup bersih ...........................................................
34
2.3.3. Aktivitas fisik ................................................................
37
2.3.4.Pemantauan Berat Badan Normal..................................
42
2.1.
2.4.
BAB III
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Remaja Akhir................................................................
42
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.........
53
3.1.
Kerangka Konsep ..................................................................
53
3.2.
Definisi Operasional ..............................................................
56
3.2.1. Variabel Dependen ......................................................
56
3.2.1. Variabel Independen ...................................................
57
xi
Hipotesis .................................................................................
58
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
59
4.1.
Desain Penelitian ...................................................................
59
4.2.
Lokasi Dan Waktu Penelitian ..............................................
60
4.3.
Populasi dan Sampel..............................................................
60
4.4.
Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel)...................
62
4.5.
Instrumen Penelitian .............................................................
63
4.6.
Pengumpulan Data.................................................................
67
4.7.
Pengolahan Data ...................................................................
70
4.8
Analisa Data ...........................................................................
73
HASIL PENELITIAN.......................................................................
75
Analisis Univariat...................................................................
75
5.2.1. Gambaran status gizi......................................................
75
5.2.2. Gambaran kebiasaan makan makanan beragam............
76
5.2.3. Gambaran pola hidup bersih..........................................
78
5.2.4. Gambaran aktivitas fisik................................................
79
5.2.5. Gambaran pemantauan berat badan normal...................
79
Analisis Bivariat.....................................................................
80
3.3. BAB IV
BAB V
5.2.
5.3.
5.3.1. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi.........................................................
80
5.3.2. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi...........
83
5.3.3. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi.................
84
xii
5.3.4. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan
BAB VI
status gizi.....................................................................
85
PEMBAHASAN ................................................................................
87
6.1
Keterbatasan penelitian ........................................................
87
6.2.
Gambaran status gizi.............................................................
88
6.3.
Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi................................................................................
90
6.4.
Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi.................
94
6.5.
Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi.......................
95
6.6.
Hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi................................................................................
97
KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
100
7.1.
Kesimpulan ............................................................................
100
7.2.
Saran ......................................................................................
102
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
104
BAB VII
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 2.1.
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
19
Tabel 2.2
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT/U
19
Tabel 2.3
Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi Orang Indonesia
26
Tabel 2.4
Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Remaja 16-18 tahun
29
Tabel 2.5
29
Tabel 2.6
Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Dewasa 19-29 tahun Klasifikasi Aktivitas Fisik berdasarkan Intensitasnya
Tabel 4.1
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Pola Hidup
65
40
Bersih Tabel 5.1
Gambaran Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Mahasiswa
75
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.2
Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Makanan
76
Pokok pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.3
Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Lauk pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014.
xiv
77
Tabel 5.4
Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Pauk pada
77
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014. Tabel 5.5
Gambaran Distribusi Frekuensi Pola Hidup Bersih pada
78
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.6
Gambaran Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa
79
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.7
Gambaran Distribusi Frekuensi Pemantauan Berat Badan
80
Normal pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.8
Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Pokok dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
xv
81
Tabel 5.9
Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Lauk dengan
82
Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.10
Hubungan antara Pola Hidup Bersih dengan Status Gizi pada
83
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.11
Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada
84
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Tabel 5.12
Hubungan antara Pemantauan Berat Badan Normal dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
xvi
85
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Halaman
Bagan 2.1.
Kerangka Teori
52
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
55
Bagan 4.1
Proses Pengumpulan Data
69
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Gambar2.1
Halaman
Tumpeng-Bentuk Visual Gizi Seimbang Indonesia (Kemenkes,
22
2014) Gambar2.2
Piramida Aktivitas Fisik (Fahey et al, 2005)
xviii
39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Kuesioner Kebiasaan Makan – Food Recall 3 x 24 jam
Lampiran 3
Output Analisa Univariat dan Bivariat
xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik akan meningkatkan kesehatan
individu dan
masyarakat. Keadaan gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bagi bayi, anak-anak, remaja dan semua kelompok umur. Sedangkan gizi yang tidak optimal dengan kesehatan yang buruk (Kemenkes, 2014). Masalah gizi kurang atau kekurusan pada dewasa akan meningkatkan resiko kejadian penyakit infeksi, depresi, anemia, diare, mudah letih dan produktifitas berkurang (Supariasa, 2002). Pada wanita, ibu hamil yang kekurangan gizi memberi kontribusi terhadap tingginya angka berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir rendah di bawah 2500 gram yang diperkirakan ada 350. 000 bayi setiap tahun, dan Berakibat meningkatkan angka kematian balita setiap tahunnya (Depkes, 2006). Adapun kelebihan gizi–ditandai dengan kelebihan berat badan dan obesitasberesiko terkena berbagai penyakit kronis/ degeneratif, seperti diabetes tipe, tekanan datah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, stroke, penyakit asam urat (gout) dan beberapa jenis kanker (Kurniasih et al, 2010). Gizi lebih dan obesitas meningkatkan risiko kematian untuk semua penyebab kematian. Orang yang mempunyai berat badan 40 persen lebih berat dari berat badan rata-rata populasi mempunyai risiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan orang dengan berat badan rata-rata (Lew & Garfinkel, 1979 dalam Hadi, 2005). Kenaikan mortalitas diantara penderita obesitas 1
2
merupakan akibat dari beberapa penyakit yang mengancam kehidupan seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit kandung kemih, kanker gastrointestinal dan kanker yang sensitif terhadap perubahan hormon. Orang obesitas juga mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita beberapa masalah kesehatan seperti back pain, arthritis, infertilitas, dan fungsi psikososial yang menurun (WHO, 2000 dalam Sudikno, 2010). Indonesia dihadapkan pada kedua masalah gizi tersebut. Penyakit infeksi seperti Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare, dan campak masih merupakan 10 penyakit utama dan masih menjadi penyebab utama kematian dan tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Dan dibeberapa daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi (Hadi, 2005) Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013 (Kemenkes, 2013) diketahui bahwa pada semua kelompok umur - balita, anak (5-18 tahun) dan dewasa (18 tahun keatas)- dan jenis kelamin di Indonesia mengalami masalah gizi kurang dan lebih. Pada kelompok umur balita berdasarkan nilai Zscore, prevalensi balita kurus dan sangat kurus sebanyak 12.1 persen dan prevalensi balita gemuk sebanyak 11.9 persen. Pada usia anak usia 5–12 tahun, 13–15tahun dan 16–18 tahun berdasarkan IMT/U masing 11.2 persen, 11,1 persen dan 11,1 persen mengalami kekurusan serta 18.8 persen, 10.8 persen dan 7,3 persen mengalami kegemukan. Pada penduduk usia di atas 18 tahun pada penilaian menggunakan indeks massa
3
tubuh (IMT) menunjukkan terjadinya kekurusan sebanyak 8.7 persen, berat badan lebih 13.5 persen dan obesitas 15.4 persen. Menurut Kurniasih, et al (2010), penyebab utama kekurangan dan kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tidak seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi muncul karena asupan gizi melebihi kebutuhan. Selain kurangnnya asupan gizi, kekurangan gizi dapat terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang memudahkan timbulnya penyakit infeksi, khususnya diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Adapun kelebihan gizi terjadi, terutama karena pola makan yang padat energi (kalori) dan melebihi kebutuhan untuk beraktivitas sehingga menimbulkan kegemukan akibat kelebihan energi. Berdasarkan Kemenkes (2013), proporsi penduduk Indonesia dengan aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum mencapai 26,1 persen dengan pola konsumsi yang tidak seimbang, proporsi perilaku konsumsi kurang sayur dan atau buah 93,5 persen dan perilaku konsumsi makanan berisiko pada penduduk umur ≥10 tahun paling banyak konsumsi bumbu penyedap (77,3%), diikuti makanan dan minuman manis (53,1%), dan makanan berlemak (40,7%). Untuk mencegah kekurangan dan kelebihan gizi, diperlukan pemahaman dan praktik pola hidup sehat antara lain dengan pola makan berprinsip gizi seimbang. Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip 1) keanekaragaman atau variasi makanan, 2) kebersihan, 3) aktivitas fisik dan 4) berat badan normal (Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014). Penerapan prinsip
4
gizi seimbang diharapkan dapat meningkatkan status gizi mereka dan mencapai status gizi optimal (Bappenas, 2011). Untuk meningkatkan kesadaran gizi masyarakat dalam penerapan gizi seimbang secara terpadu dan terencana dari pengetahuan, sikap dan perilaku melalui kerjasama dan kontribusi para pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta maupun masyarakat demi tercapainya manusia Indonesia yang prima (Kemenkes, 2012). Dalam hal ini, mahasiswa Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan yang teah dibekali ilmu kesehatan dan selanjutnya menjadi sumber dan penyampai edukasi dan informasi kepada masyarakat untuk tujuan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pedoman gizi seimbang, seharusnya telah mampu menerapkan pedoman gizi seimbang dalam kehidupan kesehariannya.
Namun, hasil penelitian pada 94
mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
yang dinilai status gizinya berdasarkan IMT menunjukkan
16%
mengalami gizi kurang, 66% gizi normal dan 18% gizi lebih. Dari 94 mahasiswi tersebut menunjukkan rata-rata asupan energi hanya 1478,8-1655,42 kkal perhari atau kurang dari jumlah asupan yang dianjurkan berdasarkan AKG 2013 yaitu 2250 kkal perhari . Dari hasil penelitian
lain pada tahun yang sama, Putri (2013) pada
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat menunjukkan 33,3% mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat mengalami obesitas berdasarkan IMT. Dan dari jumlah tersebut 93.8 % memiliki aktivitas fisik ringan. Namun hasil penelitian ini menunjukan semua responden yang diteliti memiliki jumlah konsumsi energi
5
kurang dari anjuran AKG 2013 yaitu 2250 kkal perhari untuk perempuan dan 2725 untuk laki-laki usia 19-25 tahun. Berdasarkan data-data di atas melakukan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi. Pemilihan lokasi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait belum adanya penelitian pada mengenai status gizi dalam skala fakultas. Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan hanya di Program Studi Kesehatan Masyarakat. Selain itu mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Keperawatan dan Program Studi Pendidikan Dokter merupakan pemberi edukasi dan promosi kepada masyarakat dalam rangka memberikan kontribusi bermakna dalam pembangunan karakter bangsa melalui upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat seperti yang tercantum pada Pedoman Akademik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013/2014. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah Mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan individu yang telah memiliki bekal ilmu kesehatan yang seharusnya dapat diaplikasikan dalam
6
kehidupannya sehari-hari dan selanjutnya menyampaikan ilmu yang didapat pada masyarakat luas, dalam hal ini ilmu gizi. Pengetahuan gizi yang dimiliki oleh mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat tercermin dari status gizi mahasiswa yang normal dan pola gizi seimbang yang diterapkan dengan benar. Namun, ditemukan adanya kejadian gizi kurang dan lebih pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Didapatkan juga rata-rata pola konsumsi makan di bawah angka kecukupan yang dianjurkan
dan
aktifitas
fisik
yang
kurang.
Penelitian
tersebut
hanya
menggambarkan status gizi dan pola gizi seimbang pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat. Belum ada penelitian yang menggambarkan status gizi dan pola gizi seimbang pada mahasiswa FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara keseluruhan, khusus program studi yang memiliki misi untuk memberikan promosi dan edukasi kesehatan pada masyarakat. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui tentang hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.3. Pertanyaan Penelitian 1.1.1. Bagaimana gambaran status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014? 1.1.2. Bagaimana gambaran kebiasaan makan makanan beragam pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Hidayatullah Jakarta tahun 2014?
UIN Syarif
7
1.1.3. Bagaimana gambaran pola hidup bersih pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014? 1.1.4. Bagaimana
gambaran
aktivitas
fisik
pada
mahasiswa
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.1.5. Bagaimana gambaran pemantauan berat badan normal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014? 1.1.6. Apakah ada hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014? 1.1.7. Apakah ada hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014? 1.1.8. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014? 1.1.9. Apakah ada hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014?
8
1.4. Tujuan 1.4.1. Tujuan umum Diketahuinya hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2. Tujuan khusus 1.4.2.1.Diketahuinya gambaran status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2.2.Diketahuinya gambaran kebiasaan makan makanan beragam pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2.3.Diketahuinya gambaran pola hidup bersih pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2.4. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2.5.Diketahuinya gambaran pemantauan berat badan normal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
9
1.4.2.6.Diketahuinya hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2.7.Diketahuinya hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2.8. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.4.2.9.Diketahuinya hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Bagi peneliti 1.5.1.1. Menambah wawasan dan khasanah pengetahuan peneliti mengenai gizi khususnya di bidang gizi kesehatan masyarakat. 1.5.1.2. Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian yang terkait dengan gizi kesehatan masyarakat. 1.5.1.3. Memberikan pengalaman mengenai cara dan proses berfikir ilmiah serta praktis sebagai penerapan pengetahuan dan keterampilan serta menambah pengetahuan tentang hubungan penerapan pedoman gizi
10
seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.5.1.4. Sebagai mediapengembangan kompetensi diri sesuai dengan keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan gizi masyarakat.
1.5.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 1.5.2.1.Terlaksananya salah satu upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 1.5.2.2.Sebagai tambahan referensi penelitian yang beguna bagi masyarakat luas di bidang kesehatan masyarakat. 1.5.2.3.Sebagai bahan untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik yang sama.
1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 1.5.3.1. Memberi tambahan informasi tentang hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 1.5.3.2. Hasil analisis penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengetahuan gizi mahasiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
11
1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berperan dalam menjalan promosi kesehatan pada masyarakat, yaitu Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan tahun masuk 2011 hingga 2013. Penelitian ini dilakukan pada Februari hingga Juni 2014, bertujuan mengetahui hubungan penerapan pedoman gizi seimbang berupa aspek kebiasaan makan makanan beragam, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan pemantauan berat badan normal. Penelitian diakukan karena adanya kejadian gizi kurang dan gizi lebih, serta pola konsumsi yang tidak seimbang pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dilakukan oleh Muizzah (2013) . Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan pengambilan sampel secara acak (probability sampling) dengan systematic random sampling.
1.7. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
tahun
2014
belum
pernah
dilakukan.
12
Adapun penelitian sebelumnya yang hampir sama yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut. Nama, Judul dan Tahun Penelitian Merinta Sada, Veni Hadju , Djunaedi M. Dachlan
Metode Penelitian Cross Sectional 142 sampel
Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, dan Aktifitas Fisik terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura 2012 Riska Habriel Ruslie dan Darmadi
Cross Sectional 147 sampel
Analisis Regresi Logistik Untuk Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja 2010 Friska Amelia Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik dan Status Gizi pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi 2008
Cross Sectional
100 sampel
Hasil Penelitian Ada hubungan antara body image, pengetahuan gizi dan aktifitas fisik dengan status gizi.
Ada hubungan antara asupan makanan, aktifitas fisik, body image, dan jenis kelamin dengan status gizi.
Ada hubungan antara aktivitas fisik (pengeluaran energi) dan konsumsi energi dengan status gizi remaja.
BAB II TINJAUAN PUSATAKA
2.1. Status Gizi 2.1.1.
Definisi status gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa et al, 2002). Menurut Almatsier (2005), status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih. Untuk mengetahui status gizi seseorang maka dilakukan cara penilaian status gizi (Supariasa et al, 2002).
2.1.2.
Penilaian status gizi
Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Arisman, 2010). Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu penilaian langsung dan penilaian tidak langsung. 13
14
2.1.2.1. Penilaian Langsung 2.1.2.1.1. Antropometri Antropometri
secara
umum
digunakan
untuk
melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan dan proporsi jaringan tubuh (Supariasa, 2002). Antropometri
sebagai indikator status gizi dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur (U), berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak kulit (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa parameter antropometri yang disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sring digunakan yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U), tebal lemak bawah kulit menurut umur dan rasio lingkar pinggang dan pinggul (Supariasa, 2002). Indeks antropometri diinterpretasikan dengan menggunakan ambang batas tertentu yang telah ditetapkan. Perbedaan penggunaan indeks antropometri akan memberikan gambaran prevalensi status gizi yang berbeda. (Supariasa, 2002). Menurut Almatsier at all (2011), penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan
15
komposisi kasar tubuh berbeda pada berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2.1.2.1.2. Biokimia Pemeriksaan
laboratorium
(biokimia),
dilakukan
dengan
pemeriksaan pemeriksaan spesismen jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati dan otot) yang diuji secara laboratorium terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolestrol. Pemeriksaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi spesifik (Arisman, 2010).
2.1.2.1.3. Klinis Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel (superficial epitel tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis bertujuan mengatahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-tanda khusus (Supariasa, 2002).
2.1.2.1.4. Biofisik Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemanpuan fungsi serta perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja (Supariasa, 2002).
16
2.1.2.2. Penilaian tidak langsung 2.1.2.2.1. Survei konsumsi makanan Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara kebiasaan makan dan perhitungan konsumsi makanan sehari-hari. Tujuan penilaian ini adalah mengiodentifikasi kekurangan dan kelebihan gizi (Supariasa, 2002). Pengumpulan data survei konsumsi makanan dapat dilakukan dengan cara survei yang akan menghasilkan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif makanan akan diketahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi (Yuniastuti, 2008). Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah metode recall 24 jam, food records dan weighing method. Secara kualitatif akan diketahui frekuensi makan dan cara memperoleh pangan. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionaire dan dietary hiStory.
Metode Recall 24 jam Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah pangan dan minuman yang dimakan oleh seseorang selama 24 jam yang lalu atau sehai sebelum wawancara dilakukan. Dengan metode ini akan diketahui besarnya porsi pangan berdasarkan ukuran rumah tangga (urt), kemudian dikonversi ke ukuran metrik (gram) (Yuniastuti, 2008).
17
Food Records Dengan metode ini responden mencatat semua pangan dan minuman yang dikonsumsi selama seminggu. Pencatatan dilakukan oleh seorang responden dengan menggunakan ukuran rumah tangga (urt/ estimated food records) atau menimbang langsung berat pangan yang dimakan (weighed food records) (Yuniastuti, 2008).
Weighing Method Metode penimbangan mengukur secara langsung berat setiap jenis pangan/ pangan yang dikonsumsi oleh seseorang pada hari wawancara (Yuniastuti, 2008).
Food Frequency Questionaire Metode ini dikenal dengan metode frequensi pangan, dimaksud untuk memperoleh informasi pola konsumsi pangan seseorang. Untuk itu, diperlukan kuestioner yang terdiri dari dua komponen, yaitu daftar jenis makanan dan frekuensi konsumsi pangan (Yuniastuti, 2008).
Dietary HiStory Metode ini dikenal sebagai metode riwayat pangan. Tujuan dari metode ini adalah untuk menemukan pola inti pangan sehari-hari pada jangka waktu lama serta untuk melihat kaitan antara intake pangan dan kejadian penyakit tertentu (Yuniastuti, 2008).
18
2.1.2.2.2. Statistik vital Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti angka kematian, kesakitan dan kematian kaibat hal-hal yang berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi masyarakat (Supariasa, 2002).
2.1.2.2.3. Faktor ekologi Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi (Iklim, tanah, irigasi dll). Faktorfaktor ekolgi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi masyarakat (Irianto, 2007).
2.1.2.3. Penilaian status gizi pada remaja Pada rentang usia 18 tahun ke atas penilaian status gizi dilakukan dengan menggunakan indeks antropometri IMT (Supariasa, 2002). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan hasil perbandingan antara berat badan (BB dalam kg) dan kuadrat tinggi badan (TB dalam m) dalam dalam kg/m2. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja dibawah 18 tahun, ibu hamil, dan olahragawan (Supariasa, 2002).
19
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh (IMT dalam kg/m2) Klasifikasi Ambang Batas Ambang Batas Tambahan Dasar Berat badan kurang <18.50 <18.50 Sangat kurus <16.00 <16.00 Kurus sedang 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99 Kurus ringan 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49 18.50 - 22.99 Normal 18.50 - 24.99 23.00 - 24.99 Berat badan lebih ≥25.00 ≥25.00 25.00 - 27.49 Pre-obese 25.00 - 29.99 27.50 - 29.99 Obese ≥30.00 ≥30.00 30.00 - 32.49 Obese I 30.00 - 34.99 32.50 - 34.99 35.00 - 37.49 Obese II 35.00 - 39.99 37.50 - 39.99 Obese III ≥40.00 ≥40.00 Sumber: WHO, 2006 dan dan Kementrian Kesehatan, 2011
Pada remaja usia kurang dari 18 tahun status gizi diukur menggunakan indeks IMT/U (Indeks Massa Tubuh/Umur). Status gizi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan Berdasarkan baku antropometri WHO 2007 dan Departemen Kesehatan 2010 untuk anak umur 5-18 tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai IMT/U. Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore ini status gizi remaja dibawah 18 tahun dikategorikan sebagai berikut. Tabel 2.2 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT/U Klasifikasi Zscore Sangat kurus < -3.0 Kurus ≥ -3.0 s/d < -2.0 Normal ≥-2.0 s/d ≤1.0 Gemuk > 1.0 s/d ≤ 2.0 Obesitas > 2,0 Sumber: WHO, 2007 dan Departeman Kesehatan, 2010
20
2.2. Gizi Seimbang Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zatzat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, kebersihan, aktivitas fisik dan berat badan ideal (Kurniasih et al, 2010; Kemenkes, 2014). Gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa aktif, sehat optimal, tidak terganggu penyakit, dan tubuh tetap sehat (Soenardi, 2006). Di Indonesia, pedoman gizi seimbang mengacu pada
Nutrition Guide for
Balance Diet yang ditetapkan pada konferensi pangan sedunia tahun 1992 di Roma dan Genewa, yang diadakan oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda mengenai gizi di Negara berkembang. Dalam konferensi ini ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan pedoman sejenis “Basic Four” memperbaiki menjadi “Nutrition Guide for Balance Diet”. Indonesia menerapkan keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai PGS dan menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Namun, PGS kurang disosialisasikan sehingga terjadi pemahaman yang salah dan masyarakat cenderung tetap menggunakan 4 Sehat 5 Sempurna (4S5S). Baru pada tahun 2009 secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi. (Kurniasih et al, 2010).
21
Di Amerika Serikat dan beberapa negara lain, prinsip Gizi Seimbang divisualisasi berupa “piramida” Gizi Seimbang. Tidak semua negara menggunakan piramida, tetapi disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat. Di Indonesia, bentuk piramida di sesuai dengan budaya Indonesia, dalam bentuk tumpeng dengan nampannya yang untuk selanjutnya akan disebut sebagai “Tumpeng Gizi Seimbang” (TGS). (Kurniasih et al, 2010). TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit). Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip Gizi Seimbang, yaitu: 1) kebiasaan makan makanan beraneka ragam, 2) pola hidup bersih, 3) pola hidup aktif dan berolahraga dan 4) berat badan normal (Kemenkes, 2014).
22
Gambar 2.1. Tumpeng-Bentuk Visual Gizi Seimbang Indonesia (Kemenkes, 2014)
2.3. Prinsip Gizi Seimbang 2.3.1.
Kebiasaan makan makanan beragam
Tingkat konsumsi makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan, kualitas makanan menunjukkan masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh. Pada susunan makanan mempengaruhi kebutuhan tubuh baik dari segi kualitasnya maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapatkan kesehatan gizi
23
yang sebaik-baiknya (Jafar, 2012). Menurut Story et al dalam Brigth Future in Practice Nutrion 2002, makanan yang sehat harus memenuhi 3 prinsip dasar yaitu 1) beragam, 2) seimbang dan 3) cukup. Membiasakan makan makanan beraneka ragam adalah prinsip pertama dari Gizi Seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia di mana saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena tak ada satu pun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan tubuh, kecuali ASI (air susu ibu) untuk bayi sampai umur 6 bulan. Makin beragam pola hidangan makanan, makin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi. (Kurniasih et al, 2010). Pola makan ber-Gizi Seimbang bukan hanya memerhatikan sumber zat-zat gizi makro (zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar) seperti karbohidrat, lemak, protein dan air, melainkan juga sumber zat-zat gizi mikro (zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah lebih kecil) seperti vitamin dan mineral, dengan memerhatikan berbagai faktor di luar makanan yang berpengaruh pada kemanfaatan zat-zat gizi tersebut bagi kesehatan. (Kurniasih et al, 2010). Berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (2002), makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
24
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Menurut Almatsier (2005), gizi yang seimbang dikelompokkan berdasarkan tiga fungsi utama yaitu sumber energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Sumber energi berasal dari zat gizi karbohidrat, serta lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktivitas. Selanjutnya sumber zat pembangun terdiri dari protein, mineral dan air. Zat pembangun diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel yang rusak. Kemudian sumber zat pengatur terdiri dari protein, mineral, air dan vitamin, berfungsi mengatur keseimbangan air, mengatur proses oksidasi, proses penuaan sel, dan mengatur proses ekskresi sisa sisa oksidasi dalam tubuh (Almatsier , 2005). Beberapa ahli gizi hanya memasukkan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sebagai zat gizi, tanpa memasukkan air karena dianggap air mudah didapat dan merupakan zat tunggal (Sediaoetama, 2008). Menurut Sediaoetama (2008), makanan yang berkualitas adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Dari segi fisiologis juga dikatakan, bahwa untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif manusia memerlukan lebih dari 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan, sebab tidak ada satupun jenis pangan yang lengkap zat gizinya selain Air Susu Ibu (ASI) (Martianto et all, 2005).
25
Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proporsional keragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok (Kurniasih et al, 2010). Kebutuhan dasar zat gizi dan jumlah yang dianjurkan diatur dalam konsep standar gizi Angka Kecukupan Gizi (AKG) Departeman Kesehatan 2013. Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan dan menyusui. AKG berguna untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai melalui konsumsi, makanan bagi penduduk/golongan masyarakat tertentu yang didapatkan dari hasil survei gizi/makanan (Yuniastuti, 2008).
26
Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi Orang Indonesia
27
28
Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014
29
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang, kecukupan gizi tersebut diterjemahkan dalam bentuk porsi makanan yang dibagi menjadi tujuh golongan makanan yang harus dipenuhi. Untuk memudahkan penggunaan dan pemorsian bahan makanan, selain dalam ukuran gram (gr) juga menggunakan alat ukur rumah tangga (URT) yang lazim digunakan, seperti: buah (bh), biji (bj), besar (bsr), sedang (sdg), kecil (kcl) batang (btg), gls (ptg), butir (btr), gelas (240 ml/ gls), sendok teh (sdt) dan sendok makan (sdm).
Tabel 2.4 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Remaja 16- 18 tahun Bahan makanan Laki-laki Perempuan 2675 kkal 2150 kkal Nasi 8p 5p Sayuran 3p 3p Buah 4p 4p Tempe 3p 3p Daging 3p 3p Minyak 6p 5p Gula 2p 2p Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014 Tabel 2.5 Anjuran Makanan Rata-rata Satu Hari Usia Dewasa 19-29 tahun Bahan makanan Laki-laki Perempuan 2725 kkal 2250 kkal Nasi 8p 5p Sayuran 3p 3p Buah 5p 5p Tempe 3p 3p Daging 3p 3p Minyak 7p 5p Gula 2p 2p Sumber: Kementrian Kesehatan, 2014 Penghitungan anjuran rata-rata merupakan porsi standar sehingga masih memerlukan variasi atau pemilihan jenis bahan makanan yang akan dikonsumsi.
30
Untuk itu diperlukan daftar bahan penukar atau daftar padanan bahan makanan yang tersedia menurut kelompok bahan makanan (Yusuf et al, 2008). 1. Golongan I Merupakan bahan makanan sumber karbohidrat. Golongan makanan ini umumnya digunakan sebagai bahan pokok. Satu porsi golongan ini diwakili oleh 100 gr (3/4 gls) Nasi atau sama dengan 175 kkal. Satu porsi nasi ini dapat ditukar dengan bahan makanan lain dari golonagn ini dengan nilai gizi yang hampir sama dengan menggunakan satuan penukar. Jika ditukar menjadi bahan makanan lain maka satu porsi nasi dapat ditukar dengan 4 buah besar atau 40 gr biskuit, 2 buah sedang atau 210 gr kentang, 3 iris atau 70 gr roti putih dan 2 gls atau 200 gr mie basah (Almatsier, 2010).
2. Golongan II Merupakan bahan makanan sumber protein hewani. Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai lauk. Satu porsi golongan ini diwakili oleh 35 gr / 1 gls sedang daging atau sama dengan 75 kkal atau dapat ditukar dengan bahan makanan lain dari golongan ini .Menurut kandungan lemaknya golongan makanan ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1) rendah lemak, 2) lemak sedang dan 3) tinggi lemak. Untuk kelompok rendah lemak satu satuan penukar mengandung 7 gr protein, 2 gr lemak, 50 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 40 gr daging ayam tanpa kulit, 1 gls sedang atau 40 gr ikan segar, 1 gls sedang atau 15 gr ikan asin, 5 ekor sedang atau 25 gr udang segar (Almatsier, 2010).
31
Untuk kelompok lemak sedang satu satuan penukar mengandung 7 gr protein , 5 gr Lemak, 75 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 40 gr daging kambing, 1 gls sedang atau 35 gr daging sapi, 10 biji sedang atau 170 gr bakso dan 1 butir atau 55 gr telur ayam (Almatsier, 2010). Untuk kelompok tinggi lemak satu satuan penukar mengandung 7 gr protein , 13 gr lemak, 150 Kalori atau sama dengan 1 gls sedang atau 45 gr bebek, 1 gls sedang atau 55 gr ayam dengan kulit, 4 butir atau 45 gr kuning telur ayam dan ½ gls sedang atau 50 gr sosis (Almatsier, 2010).
3. Golongan III Merupakan bahan makanan sumber protein nabati. Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai pauk. Satu satuan penukar mengandung 7 gr Karbohidrat, 5 gr Protein, 3 gr Lemak, 75 Kalori atau sama dengan 2 sdm atau 20 gr kacang hijau, 2½ sdm atau 25 gr kacang kedelai, 2 sdm atau 15 gr kacang tanah, 1 bj bsr atau 110 gr tahu dan 2 ptg sdg atau 50 gr tempe.
4. Golongan IV Bahan makanan pada golongan ini merupakan sayur-sayuran. Sayur-sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Golongan sayur dibagi menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya, yaitu: 1) sayuran A, 2) sayuran B, dan 3) sayuran C.
32
Sayuran A bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari gambas (oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan tomat. Sayuran B, satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 5 gr karbohidrat, 1 gr protein, 25 kkal. Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis, brokoli, genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong, kangkung, kacang panjang, pare, rebung, pepaya muda. Sayuran C, satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung: 10 gr karbohidrat, 3 gr protein, 50 kkal. Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun
melinjo, daun pepaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas,
melinjo, nangka muda.
5. Golongan V Bahan makanan pada golongan terdiri dari buah-buahan dan gula. Berat buahbuahan dalam daftar ditimbang tanpa kulit dan biji (berat bersih). Satu satuan penukar mengandung 12 gr Karbohidrat dan 50 Kalori atau sama dengan 20 buah sedang atau 165 gr Anggur, 1 bh kcl atau 85 gr apel merah, 9 bh tau 80 gr duku, 2 bh atau 110 gr jeruk manis, 1 bh atau 50 gr pisang, 1 sdm atau 13 gr gula dan 1 sdm atau 15 gr madu.
6. Golongan VI Bahan makanan pada golongan ini terdiri dari susu dan olahannya, merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin (terutama vitamin A dan B3 ), serta
33
mineral (zat kapr dan fosfor). Menurut kandungan lemaknya susu dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1) susu tanpa lemak, 2) susu rendah lemak, dan 3) susu tinggi lemak. Susu tanpa lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat , 7 gr Protein, 75 Kalori atau sama dengan 1 gls atau 200 gr susu skim cair, 4 sdm atau 20 gr tepung susu skim dan 2/3 gls atau 120 gr yogurt tanpa lemak. Susu rendah lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat, 7 gr Protein, 6 gr lemak, 75 Kalori, atau sama dengan 1 gls kecil (35gr) keju, ¾gls(165 gr) susu kambing, ½ gls (100gr) susu kental tidak manis, 1 gls (200 gr) susu sapi, 7 sdm (35gr) tepung susu asam atau 1 gls (200 gr) yogurt susu penuh. Susu tinggi lemak, satu satuan penukar mengandung: 10 gr Karbohidrat, 7 gr Protein, 10 gr Lemak dan 150 Kalori. Jika diyukar dalam bahan makanan maka sama dengan ½ gls (100 gr) susu kerbau atau 6 sdm (30 gr) tepung susu.
7. Golongan VII Bahan makanan pada golongan ini terdiri dari minyak dan lemak. Merupakan bahan makanan yang hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam lemaknya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh. Satu porsi golongan ini diwakili oleh 5 gr / 1 sdt minyak mengandung 5 gr lemak dan 50 kkal. Minyak lemak tidak jenuh dapat ditukar dengan sumber makanan antara lain: ½ bh bsr (60 gr) alpukat, 1 sdt ( 5gr) minyak bunga matahani, 1 sdt ( 5gr)
minyak
34
jagung, 1 sdt ( 5gr) minyak kacang kedele, 1 sdt ( 5gr) minyak kacang tanah dan 1 sdt ( 5gr) minyak zaitun. Minyak lemak jenuh dapat ditukar dengan sumber makanan antara lain : 1 sdm (15 gr) mentega, 1/3 gls (40 gr) santan, 1 ptg kcl (15 gr) kelapa, 1 sdt (5gr) minyak kelapa dan 1 sdt (5 gr) minyak inti kelapa sawit. Selain tujuh golongan terdapat satu golongan lagi, namun tidak dimasukkan dalam standar porsi karena golongan ini merupakan makanan tanpa kalori. Sumber bahan makanan tanpa kalori yaitu dari agar-agar, air kaldu, air mineral, cuka, kecap, kopi, teh, gula alternatif seperti aspartame, sakarin.
2.3.2. Pola hidup bersih Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah pentingnya pola hidup bersih. Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih (Kurniasih et al, 2010). Penerapan perilaku hidup bersih, seperti mencuci sebelum makan dengan air bersih dan sabun, menyajikan makana dalam keadaan yang tertutup agar tidak dihinggapi serangga, hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi serangga/lalat, memasak makan dengan suhu yang tepat agar kuman mati, mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat. Penerapan pola hidup bersih berkaitan erat dengan bagaimana hygiene sanitasi penyelengaraan makanan keluarga.
35
Hygiene personal pada saat mengolah makanan sangat di perlukan agar menghasilkan makanan yang terhindar dari kuman dan terhindar dari efek fatal yaitu keracunan makanan, seperti:
mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun,
menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi serangga/lalat,
memasak makan dengan suhu yang tepat agar kuman mati,
mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta
menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat. Menurut Grave et al dalam 1997 dalam Story et al 2002, santasi makanan
mencakup 3 hal penting yaitu: 1) memastikan semua bersih
mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan atau sebelum makan dan setelah melakukan apapun yang menyela aktivitas makan,
mencuci buah dan sayur dengan baik sebelum dimasak atau dimakan mentah,
mencuci peralatan makan dengan alat pencuci piring atau air sabun hangat menggunakan kain bersih, tidak menggunakan spon karena dapat menyebarkan kuman. Bilas, bersihkan dan keringkan.
36
mencuci talenan dengan air sabun hangat saat akan digunakan untuk memotong maknan yang berbeda, khususnya setelah digunakan untuk memotong daging mentah. Tidak menggunakan talenan dengan bahan yang mudah menyerap.
2) menyiapkan makanan dengan tepat
memasak makanan hingga matang, khususnya makan yang mengandung daging, unggas, ikan atau telur,
mencairkan makanan beku di dalam lemari pendingin atau pada air dingan yang mengalir, bukan di atas meja atau dalam air mengenang,
ketika meyajikan makanan, pastikan makanan panas berada diatas 1400F (600C) dan makan dingin berada di bawah 400F (600C)
3) menyimpan makanan dengan baik
menyajikan makanan matang yang disimpan dalam lemari pendingin kurang sebelum 24 jam,
menyimpan makanan mentah (yang harus dimasak sebelum dimakan) dan maknan siap saji di lemari pendingin,
menyimpan bahan makanan kering (seperti beras dan gula) di dalam wadah yang tertutup rapat,
sisa makanan yang disimpan di lemari pendingan atau dibekukan hanya dipanaskan sekali,
37
menyimpan bahan pembersih dan obat jauh dari makann dan jangkauan anak-anak. Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola hidup sehat
seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal
yang dapat
membahayakan kesehatan. Lakukan imunisasi atau vaksinasi sesuai anjuran. Prinsip pola hidup bersih dalam Gizi Seimbang mendukung program kesehatan lingkungan yang dikenal dengan program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) (Kurniasih et al, 2010).
2.3.3. Aktivitas fisik Prinsip ketiga gizi seimbang adalah kesesuaian antara asupan makan dan pengeluaran energi untuk beraktivitas. Asupan makan akan dirubah menjadi energi, dan bila energi yang masuk jumlahnya lebih kecil dari kebutuhan energi untuk menjalankan aktivitas, maka berat badan akan turun dan bisa menjadi kurus. Sebaliknya, bila asupan melebihi kebutuhan untuk beraktivitas, dapat menyebabkan kegemukan (Kurniasih et al, 2010). Makanan yang sehat merupakan kebutuhan dasar dalam setiap tahap kehidupan, begitu juga dengan aktivitas fisik. Pada balita, anak-anak dan remaja makanan sehat dan akifitas fisik sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi yang optimal dan aktivitas fisik dapat mencegah masalah kesehatan seperti amemia defisiensi besi, gangguan makan, gizi kurang dan karies gigi. Dalam jangka panjang aktivitas fisik dapat menurunkan resiko berkembangnya
38
penyakit kronis (seperti:penykit jantung, kanker, diabetes, strok, osteoporosis) dan faktor penyebab penyakit (seperti: obesitas, tekanan darah tinggi,kadar kolestrol darah tinggi) (Story et al, 2002). Dengan kata lain, aktivitas fisik yang kurang dapat memicu masalah kelebihan gizi yang berakibat pada kegemukan dan penyakit degeneratif. Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit tersebut, hidup aktif dan berolahraga atau melakukan aktivitas fisik dengan teratur sangat penting (Kurniasih et al, 2010). Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan yang meggunakan energi. Aktivitas fisik mencakup aktivitas yang beragam dari berlari, bersepeda, berenang dan meluncur (skating) sampai berjalan, lompat tali, menari dan olahraga beregu seperti sepakbola, basket dan voli (Story et al, 2002). Menurut Almatsier (2005), aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Dalam kehidupan yang semakin moderen ini dengan kemajuan teknologi yang mutakhir, hidup jadi serba mudah bila kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang akan memudahkan
orang
mengalami
kegemukan.
Meningkatnya
kesibukan
menyebabkan seseorang tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk berolahraga secara teratur (Jafar, 2012).
39
Aktivitas Tetap (Sedentary Activity) Tidak sering dilakukan menonton televisi, surfing di internet, berbicara di telepon
Latihan Kekuatan ( Strength Training) 2-3 hari dalam semingggu selama 30 menit melengkung kan biceps, push up, melengkungkan perut, mengangkat betis
Latihan Ketahanan Jantung-pernafasan (Cardiorespiratory Endurance Exercise) 3-5 hari dalam seminggu
Aktifitas Fisik Intensitas Sedang ( Strength Training) Setiap Hari - 30 menit per hari; 60-90 per hari untuk menurunkan berat badan dan mencegah pertambahan berat badan
Gambar 2.2 Piramida Aktivitas Fisik (Fahey et al, 2005)
WHO (2010) merekomendasikan paling sedikit melakukan aktivitas fisik intensitas sedang minimal 60 menit. Berikut jenis klasifikasi aktivitas berdasarkan intensitasnya.
40
Tabel 2.6 Klasifikasi Aktivitas Fisik berdasarkan Intensitasnya Aktivitas Fisik MET Aktivitas Intesitas Ringan <3 Tidur 0.9 Menonton TV 1.0 Menulis, mengetik, pekerjaan di meja 1.8 berjalan 1.7 mph (2.7 km/jam), menurun, jalan santai, sangat lambat 2.3 berjalan 2.5 mph (4 km/jam) 2.9 Aktivitas Intesitas Sedang 3 to 6 Bersepeda di tempat, 50 watt, usaha sangat ringan 3.0 berjalan 3.0 mph (4.8 km/jam) 3.3 senam, latihan di rumah, usaha ringan hingga sedang, umum 3.5 berjalan 3.4 mph (5.5 km/jam) 3.6 bersepeda, kurang dari 10 mph (16 km/jam), santai, menuju tempat kerja atau bersenang-senang (sepeda santai) 4.0 Bersepeda di tempat, 100 watt, usaha ringan 5.5 Aktivitas Intesitas Berat >6 Jogging Senam (push-up, sit-up, pull-up,jumping jacks), berat, usaha keras Lari-jogging di tempat Lompat tali Sumber: WHO, 2010
7.0 8.0 8.0 10.0
MET (Metabolic Equivalent of Task) adalah satuan yang digunakan untuk memperkirakan jumlah oksigen yang digunakan tubuh selama melakukan aktivitas fisik (Quinn, 2007). Secara sederhana, jumalha aktivitas fisik yang dilakukan dapat diukur dengan menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Kuesiner ini secara internasional telah digunakan sebagai instrumen untuk mengukur aktivitas fisik pada dewasa antara 15-69 tahun. Kuesioner ini mengukur semua aktivitas fisik di waktu santai, pekerjaan rumah, aktivitas fisik yang berhubungan dengan
41
pekerjaan atau aktivitas fisik yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005). Kuesioner ini terdiri dari dua jenis, IPAQ short form dan IPAQ long form. IPAQ short form menanyakan secara umum tentang 3 jenis aktifitas yaitu ringan, sedang dan berat namun tidak dapat mengestimasi secara spesifik. IPAQ long form menanyakan secara detil tentang aktifitas yang dilakukan termasuk berjalan untuk transportasi dan aktifitas saat waktu santai atau aktivitas fisik yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005). IPAQ short form menghitung semua aktivitas fisik dari berjalan, aktifitas sedang dan berat secara umum. Jumlah akvitas fisik dihitung dalam satuan METs menggunakan nilai analisis data IPAQ 3.3 METs untuk berjaln, 4.0 METs untuk aktifitas
sedang
dan
8.0
METs
untuk
aktifitas
berat.
Perhitungan
selanjutnyamenggunakan rumus sebagai berikut.
Total aktifitas fisik MET-menit/minggu= (3.3 x jumlah menit berjalan x jumlah hari berjalan) + (4.0 x jumlah menit aktivitas sedang x jumlah hari aktivitas sedang) + (8.0 x jumlah menit aktivitas berat x jumlah hari aktivitas berat)
IPAQ long form semua aktivitas fisik dari berjalan, aktifitas sedang dan berat secara mendetail pada masing-masing aktifitas saat santai, bekerja, dirumah, atau saat berpindah/pada sarana transprotasi. Perhitungan menggunakan rumus dan nilai yang sama, namun dispesifikasikan menjadi 4 tenpat aktifitas tersebut atau aktivitas fisik yang berhubungan pergerakan/transport dalam tujuh hari terakhir (IPAQ, 2005).
42
Hasil perhitungan tersebut selnajutnya diklasifikasikan ringan apabila aktivitas fisik
< 600 MET-menit/minggu, sedang jika600- 2999 MET-
menit/minggu dan berat jika lebih 3000 MET-menit/minggu.
2.3.4. Pemantauan berat badan normal Keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas dapat diukur dengan naik turunnya berat badan. Badan yang sehat dapat dilihat dari kemampuan tubuh untuk mempertahankan berat badan ideal (Kurniasih et al, 2010). Pemantauan berat badan penting untuk dilakukan secara berkala. Karena berat badan merupakan indikator yang mudah dalam menetukan status gizi seseorang. Perubahan berat badan akan mengindikasikan status kesehatan. Sangat penting bagi individu untuk mempertahankan berat badan ideal. Karena dengan berat badan yang ideal, maka status kesehatan yang optimal dapat diraih. Pemantauan berat badan secara berkala akan menjadi tindakan preventif terhadap obesitas maupun KEK (Jafar, 2012).
2.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Remaja Akhir 2.4.1. Malnutrisi selama janin hidup/bayi/anak-anak; ketahanan tubuh rendah Kekurangan gizi pada masa kehamilan akan menimbulkan kerusakan awal pada kesehatan, perkembangan otak, kecerdasan, kemampuan sekolah dan produktivitas yang menetap yang ditidak dapt diperbaiki. Kukurangan pada janin atau bayi 0-2 tahun akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
43
Bayi akan tumbuh menjadi anak dengan tinggi badan kurang (lebih pendek) dan/atau terhambat perkembangan kecerdasannya. Bila janin kekurangan gizi, resiko menderita penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan stroke ketika dewasa akan lebih tinggi daripada yang tidak kekurangan gizi. (Kurniasih, 2010). Tumbuh kembang janin mulai dari masa konsepsi sampai lahir pada ibu dengan kekurangan gizi pada saat hamil menyebabkan bayi yang akan dilahirkan menjadi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan lahir mati serta jarang menyebabkan cacat bawaan. Selain dari pada itu kekurangan gizi dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan pada janin dan bayi lahir dengan daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah terkena infeksi, dan selanjutnya akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan tinggi badan. Usia balita (3-5) juga merupakan masa yang rawan kerana pertumbuhan an perkembangan diusia ini akan menentukan perkembangan fisik dan mental anak di usia remaja dan dewasa (Kurniasih, 2010).
2.4.2. Faktor gaya hidup sehari-hari Gaya hidup terkait dengan bagaimana seserang menjalani kebiasaan hidup yang sehat, termasuk aktifitas fisik, penimbangan berat badan, perilaku hidup bersih, kebiasaan merokok atau minum alkohol.
Berbagai hasil penelitian
menunjukkan kebiasaan makan yang yang sehat seringkali berhubungan dengan gaya hidup yang sehat (Neuwmark-Sztainer et al, 1997 dalam WHO 2009).
44
2.4.2.1.
Aktifitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasikan oleh otot-otot rangka yang menghasilkan keluaran energi yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktifitas sehari-hari. Aktifitas fisik tersebut mmerlukan usaha yang menyebabkan perbaikan kesehatan jika dilakukan secara. Aktifitas fisik yang kurang mengakibatkan pengeluran energi berkurang sehingga energi akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk lemak dan beresiko mengakibatkan kebihan berat badan. Peningkatan aktivitas fisik dengan melakukan latihan dan pergerakan tubuh membantu menurunkan berat badan dan mencapai status gizi normal (Fahey, 2001). Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Sebagian besar penelitian menemukan tingkat aktivitas fisik berhubungan dengan jumlah lemak tubuh dan indeks massa tubuh seseorang (WHO, 2009). Dalam kehidupan yang semakin modern ini dengan kemajuan teknologi yang mutakhir sehingga hidup menjadi serba mudah. Apabila kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik maka akan semakin mudah seseorang mengalami kegemukan (Jafar, 2012).
2.4.2.2.
Perilaku Hidup Bersih
Upaya pengamanan atau hygiene dan sanitasi makanan pada dasarnya meliputi orang yang menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makanan, proses pengolahan makanan, penyimpanan makanan dan
45
penyajian makanan. Termasuk dalam pola hidup bersih adalah menjalankan pola hidup sehat seperti menghindari konsumsi rokok, alkohol serta hal-hal yang dapat membahayakan kesehatan (Purnomo et al, 2009). Alkohol dan merokok dapat mengakibatkan efek yang merugikan pada penyerapan zat gizi dan status gizi (Brown et al, 2011). Alkohol menyebabkan asupan energi berlebihan, jika diminum sabagai tambahan konsumsi makanan dalam jumlah yang normal (Barasi, 2002).
2.4.2.3.
Penimbangan berat badan
Pemantauan berat badan dan perilaku hidup bersih merupakan tindakan preventif sebelum terjadi masalah kesehatan seperti malnutri atau obesitas. Pemantauan berat badan terkait dengan menjadi kondisi ideal tubuh, sedangkan kebersihan terkait dengan mencegah terjadinya penyakit infeksi, yang merupakan pemicu terjadinya malnutrisi (Kurniasih, 2009).
2.4.3. Asupan kurang Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat asupan makanan. Asupan makanan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Jika susunan hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan dan gizi yang baik (Sediaoetama, 2008). Dalam WHO (2009), asupan remaja dipengaruhi oleh faktor psikologis pola makan dan faktor sosial ekonomi: akses terhadap pangan dan persediaan makanan.
46
2.4.3.1.
Faktor Psikologis Pola Makan, yaitu
2.4.3.1.1.
Makan Gaya Khas Remaja
Pola makan remaja biasanya sangat dipengaruh oleh kebiasaan makan anggota kolompok (peer-group) atau anggota keluarga. Kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga, namun sangat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan (Brown et al, 2011).
2.4.3.1.2.
Gangguan makan
Usia remaja merukana masa seseorang mencari identitas diri, sehingga sangat peduli pada penampilan dan kondisi tubuh. Sebagian remaja, khususnya remaja perempan, justru sering mengurangi makanan karena takut gemuk. Hal ini disebabkan persepsi mereka tentang penampilan fisik (body image). Akibatnya, remaja berusaha remaja berusaha mengurangi makan sehingga terjadilah pola makan yang salah (ganguan makanan) (Kurniasih, 2010).
2.4.3.1.3.
Pola & Praktek Budaya
Pantangan dalam mengonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya / kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung perlambang atau nasihat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan menjadi kebiasaan/ adat. Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar
47
untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi (Barasi, 2002).
2.4.3.2.
Faktor Sosial Ekonomi Dalam WHO (2009), gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu
masyarakat yang ditinjau dari faktor sosial ekonomi menggambarkan akses terhadap pangan dan persediaan makanan.
Akses terhadap pangan dan
persediaan makanan dipengaruhi oleh perubahan pada proses pasokan makanan, kurangnya akses makanan bergizi dan aman (kemiskinan) dan berkurangnya pasokan makanan. Faktor sosial ekonomi makanan terkait dengan perubahan pada proses pasokan makanan, kurangnya akses makanan bergizi dan aman (kemiskinan) dan berkurangnya pasokan makanan.
2.4.4. Kehamilan dini Kehamilan remaja atau kehamilan dini adalah kehamilan yang berlangsung pada usi 11-18tahun. Secara fisik remaja masih terus tumbuh. Jika kemudian mereka hamil, kalori serta zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan harus dihitung dan ditambahkan ke dalam kebutuhan kalori secara selama hamil. Jumlah kalori yang diperlukan bergantung pada kecepatan pertumbuhan dan pertambahan berar badan. Jika berat badan seoang remaja perlu ditambaha 5 kg dalam setahun, setidaknya dibutuhkan energi sebanyak 25000 kkal (Arisman, 2007).
48
Dalam menentukan besaran kebutuhan kalori, penentuan usi genekologis lebih enting dibanding kan usia kronologis. Sebab, pertumbuhan linear belum optimal sebelum mencapai usia ginekologis 4-5 tahun (Arisman, 2007). Usia ginekologis adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama (menarche). Penambahan berat badan dari usia ginekologis selama 1 sampai 5 tahun berturut-turut adalah 4,8 (tahun I), 2,8 kg (tahun II), 1.0 kg (tahun III) dan 0.8 kg ( tahun IV – V). Dengan demikian, jika seorang wanita yang baru sekali datang haid, kemudian hamil, maka selama kehamilan dia bukan saja harus bertambah berat badan sebanyak 10-12kg, tetapi juga harus ditambah dengan penambahan berat badan pada usia genekologisnya (Arisman, 2007).
2.4.5. Penyakit infeksi & masalah kesehatan lainnya 2.4.5.1.
Diabetes Mellitus Diabetes mellitus tipe 1 merupakan penyakit kronis paling umum ketiga
pada orang muda setelah asma dan cerebral palsy ( Betts et al , 1996 dalam WHO 2009). Untuk bertahan hidup, individu dengan diabetes melitus tipe I harus melakukan pengobatan yang termasuk pemberian insulin setiap hari , pemantauan glukosa, pengelolaan diet (termasuk waktu makan dan makanan ringan dengan suntikan insulin) dan pemantauan latihan. Pengidap diabetes tipe ini cenderung kurus. Sedangkan pada remaja dengan obesitas, hipertensi, tanda-tanda resistensi insulin dan riwayat keluarga diabetes tipe 2, dengan keluhan utama
49
poliuria , polidipsia dan penurunan berat badan, rentan terjadinya diabetes melitus tipe II. Karena proses ketoasidosis, remaja dengan diabetes melitus tipe II awalnya tidak terdiagnosa seperti diabetes melitus tipe I. Tidak seperti tipe I, mereka dengan diabetes melitus tipe II, umumnya gemuk atau sangat gemuk.
2.4.5.2.
HIV/AIDS AIDS ( Acquired Immuno deficiency syndrome) meruoakan tahap akhir
penyakit infeksi yang disebabkan oleh HIV (Human Immuno Deficiency) yang dapt menimbulkan pada sistem organ tubuh termasuk otak sehingga menyebabkanan rusaknya sistem kekebalan tubuh (Almatsier, 2010). Memburuknya status gizi merupakan resiko tertnggi penyakit ini. Gangguan gizi pada penderida AIDS umumnya terlihat pada penurunan berat badan. Ada dua tipe penurunan berat badan pada penderita AIDS, yaitu penurunan berat badan yang lambat dan cepat. Penurunan berta badan yang cepat sering dihubungkan dengan infeksi oportunistik (Almatsier, 2010). Memburuknya ststus gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguasn absorpsi dan metabolisme zat gizi, infeksi oportunistik, seta kurangnya ktifitas fisik. Kurangnya asupan makannan disebabkan peleh anoreksia, depresi, rasa leleah, mual, muntahsesak nafas, diare, infeksi dan penyakit saraf yang menyertai infeksi (Almatsier, 2010).
50
2.4.5.3.
Alergi dan intoleransi makanan
Alergi makanan adalah suatu kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan system tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas
terhadap
makanan
yang
dasaranya
adalah
reaksi
hipersensitifitas tipe III dan IV (WHO, 2009). Alergi makanan adalah reaksi imunologik yang menyimpang. Sebagian besar reaksi ini melalui reaksi hipersensitifitas tipe 1, sedangkan kan intoleransi makanan adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan (Frederick, 1999) Penderita alergi yang terkena gangguan pencernaan sering mengakibatkan sulit makan sehingga menimbulkan komplikasi kurang gizi atau malnutrisi. Biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang sulit bertambah. Apabila makanan tersebut mengakibatkan alergi dan mengganggu pencernaan maka akan terjadi sulit makan, sering muntah, sering diare, sering kembung dan sebagainya (Frederick, 1999)
2.4.5.4.
Tuberculosis (TBC)
Ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit) dengan malnutrisi. Infeksi mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi (Supariasa, 2002). Mekanisme penurunan ststus gizi pada penderita penyakit infeksi, termasuk Tuberculosis (TBC), yaitu penderita infeksi mengalami
51
penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu mkan, menurunya absorpsi dan kebiasaan mengurangi makanan saat sakit, namun kebuthan tubuh menigjat akibar sakit (human hozt) dan infeksi yang terjadi di dalam tubuh (Supariasa, 2002).
52 Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber: WHO, 2009
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Kerangka konsep ini mengacu pada kerangka teori WHO (2009) mengenai kerangka konseptual masalah gizi dan faktor yang berhubungan pada masa remaja. Peneliti mengambil variabel kebiasaan makan makanan beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal. Variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal merupakan bagian dari faktor gaya hidup dalam dan variabel kebiasaan makan makanan beragam bagian dari faktor asupan kurang dalam WHO (2009). Keempat variabel yang diteliti merupakan 4 prinsip dari pedoman gizi seimbang. Adapun faktor malnutrisi selama janin hidup / bayi / anak-anak; ketahanan tubuh rendah, kehamilan dini dan penyakit infeksi & masalah kesehatan lainnya kemudian tidak dimasukkan sebagai variabel. Faktor-faktor tersebut dikeluarkan dari variabel penelitian karena (1) Faktor malnutrisi selama janin hidup/bayi/anak-anak; ketahanan tubuh rendah dikeluarkan dari variabel penelitian karena sangat sulit mendapat atau menelusuri rekam medik sejak janin, bayi dan anak-anak responden. (2) Faktor kehamilan dini juga tidak diikutkan sebagai variabel penelitian karena kehamilan dini dalam ilmu gizi didefinisikan sebagai kehamilan pada usia dibawah 18 tahun, dimana pada usia tersebut tubuh masih membutuhkan zat gizi untuk dua tujuan utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan sehingga dianggap belum siap untuk hamil. Namun, setelah usia 18 tahun, pertumbuhan massa pertumbuhan berakhir sehingga asupan zat gizi telah siap digunakan tujuan 53
54
berikutnya yaitu fungsi reproduksi atau kehamilan dan persalinan. Rata-rata usia mahasiswa berusia di atas 18 tahun sehingga faktor ini dikeluarkan dari variabel penelitian. (3) Sedangkan faktor penyakit infeksi dan masalah kesehatan terkait gizi yang terdiri dari Diabetes Mellitus, alergi dan intoleransi makanan, Tuberculosis (TBC) dan HIV/AIDS dikeluarkan karena untuk Diabetes Mellitus, alergi dan intoleransi makanan, Tuberculosis (TBC), hasil penelitian didapakan nol persen (0%) mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan mengalami penyakit dan masalah kesehatan ini dan untuk HIV/AIDS, penyakit infeksi ini akan berpengaruh pada status gizi hanya terjadi pada tahap akhir infeksi, yaitu ketika seseorang sudah dinyatakan AIDS dan pada tahap ini seseorang biasanya tidak dapat lagi melakukan aktivitas atau rutinitas sehari-hari seperti biasa termasuk kuliah.
55
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Kebiasaan makan makanan beragam
Pola hidup bersih
Status Gizi Aktivitas Fisik
Pemantauan berat badan normal
56
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Dependen No Variabel 1 Status Gizi
Definisi Operasional Ukuran keadaan gizi responden berdasarkan indeks antropometri IMT yang dihitung dari perbandingan antara berat badan (BB dalam kg) dan kuadrat tinggi badan (TB2 dalam m2) dalam kg/m2, kemudian dibandingkan ambang batas yang teah ditentukan oleh WHO.
Alat Ukur Kuesioner, timbangan berat badan dengan tingkat ketelitian 0,1 kg dan micritoice dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.
Cara ukur Pengukuran langsung.
Hasil Ukur Untuk usia 18 atau lebih, 0 = Berat badan kurang, jika IMT <18.50 kg/m2 1= Normal, jika IMT 18.50 sampai dengan 24.99 kg/m2 2 = Berat badan lebih , jika IMT ≥25.00 kg/m2 (WHO, 2006; Kemenkes 2011). Untuk kurang dari 18 tahun, 0 = Berat badan kurang, jika Zscore IMT/U < -2.0 1= Normal, jika Zscore ≥-2.0 sampai dengan ≤1.0 2= Berat badan lebih, jika Zscore IMT/U >1.0 (Sumber: WHO, 2007; Depkes, 2010)
Skala Ordinal
57
3.2.2. Variabel Independent No Variabel 1 Kebiasaan makan makanan beragam
2
Pola hidup bersih
3
Aktivitas fisik
4
Pemantauan berat badan normal
Definisi Operasional Rata-rata jumlah porsi makanan yang dikonsumsi oleh mahasiswa yang dibandingkan dengan porsi yang dianjurkan dalam Pedoman Gizi Seimbang 2014. Kebiasaan responden dalam sanitasi makanan yang mencakup memastikan kebersihan, menyiapkan makanan dengan tepat dan menyimpan makanan dengan baik. Setiap pergerakan fisik yang dilakukan reponden dalam waktu satu minggu yang meggunakan energi.
Alat Ukur Cara ukur Formulir Self recall 3 x Administration 24 jam dan Wawancara
IPAQ (Short Last 7 Days)
Self Administration
Waktu terakhir responden melakukan penimbangan berat badan
Kuesioner
Self Administration
Kuesioner
Self Administration
Hasil Ukur Skala 0 = Tidak sesuai, jika porsi Ordinal makanan kurang /lebih dari porsi yang dianjurkan. 1= Sesuai, jika porsi makanan sesuai dengan porsi yang dianjurkan 0= kurang, jika skor < median atau < 20 poin
Ordinal
1 = baik, jika skor median atau >20 poin.
0 = berat, sama dengan atau lebih 3000 MET-menit/minggu 1 = Sedang, jika jika 600- 2999 MET-menit/minggu 2 = ringan, jika < 600 METmenit/minggu (IPAQ, 2005) 0 = jika responden melakukan penimbangan berat badan lebih dari 1 minggu yang lalu 1 = jika responden melakukan penimbangan berat badan kurang atau 1 minggu yang lalu
Ordinal
Ordinal
58
3.3. Hipotesis 3.3.1.1. Ada hubungan antara kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 3.3.1.2. Ada hubungan antara pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 3.3.1.3. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 3.3.1.4. Ada hubungan antara pemantauan berat badan normal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
4. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk melihat faktorfaktor yang berhubungan dengan pola makan pada mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang atau cross sectional, dimana data variabel independen diantaranya uang saku, pengetahuan gizi, sikap gizi, jenis kelamin, aktivitas dan tempat tinggal variabel dependen yaitu pola makan yang diambil secara bersamaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk melihat hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Penelitian ini menggunakan dengan desain studi potong lintang atau cross sectional study yaitu desain penelitian yang pengumpulan data dan informasi serta pengukuran antara variabel independen dan dependen dilakukan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah 4 aspek pedoman gizi seimbang, yaitu kebiasaan makan makanan beragam, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan pemantauan berat badan normal.
59
60
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.2.2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokeran dan Ilmu Kesehatan dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan yang masih aktif melakukan aktivitas perkulihan di kampus Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga bulan Juli 2014, yaitu mahasiswa masuk tahun 2011 hingga 2013, berjumlah 798 mahasiswa.
4.3.2. Sampel Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis beda 2 proporsi:
61
[ z n
1
2 P(1 P) z1 P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 )
2
]
2
( P1 P2 ) 2
[ 1.96 2(0.52 )(1 0.52) 0.84 0.6341(1 0.6341) 0.4059(1 0.4059) n (0.6341 0.4059) 2 [ 1.96 2(0.52)(0.48) 0.84 0.6341(0.3659) 0.4059(0.5941) n (0.2282) 2 n 73
2
]
Keterangan : n
= Jumlah sampel dalam satu kelompok (uji cross sectional)
z
1
= Derajat kepercayaan, CI 95 % = 1.96, α = 5 %
2
z1
= Kekuatan uji 80 % = 0.84
P2
= proporsi mahasiswa yang mengalami gizi kurang atau lebih dengan aktivitas fisik kurang = 63.41% atau 0.6341 (Sada et al, 2012)
P1
= proporsi mahasiswa yang mengalami gizi kurang atau lebih dengan aktivitas fisik cukup = 40.59% atau 0.4059 (Sada et al, 2012)
P
= Rata-rata pada populasi (0.6341+0.4059)/2 = 0.52 (Sada et al, 2012) Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh sampel minimal sebanyak 73
orang. Untuk memperoleh sampel sesungguhnya, maka harus dihitung proporsi kasus (berat badan kurang dan berat badan lebih) dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian Sada et al (2012), proporsi mahasiswa yang mengalami adalah berat badan kurang dan berat badan lebih adalah 47 %. Sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
2
]
62
73
=
0.47
x
total sampel
Total sampel =
73
/
0.47
Total sampel =
155
Maka, jumlah sampel sesungguhnya penelitian ini adalah 155 orang.
4.4. Teknik Sampling (Cara Pengambilan Sampel) Teknik sampling yang digunakan pada pada penelitian ini adalah probability random sampling. 155 sampel diambil secara acak dengan cara systematic random sampling dari populasi yang berjumlah 754 mahasiswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menghitung jumlah sampel di masing-masing program studi yang menjadi populasi penelitian, yaitu Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan, dimana total mahasiswa yang masuk tahun 2011-2013 di masing-masing program studi secara berurutan berjumlah 329 mahasiswa, 280 mahasiswa dan 145 mahasiswa.
n
Jumlah mahasiswa masing - masing program studi Total tahun masuk 2011 - 2013 x Sampel Total mahasiswa PSKM , PSPD, PSIK Penelitian tahun masuk 2011 - 2013
n PSKM
329 x155 68 754
n PSPD
280 x155 57 754
n PSIK
189 x155 30 754
63
Selanjutnya, untuk menentukan sampel penelitian pada masing-masing program studi dilakukan pengundian untuk mendapatkan sampel pertama dalam kerangka sampel yang menjadi sampel. Undian terdiri dari tiga digit angka yang terdiri dari angka 0-9, bertujuan agar semua populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel.Sampel selanjutkan didapat dengan melakukan lompatan dari sampel sebelumnya sebesar n lompatan.
n PSKM
329 5 lompatan 68
n PSPD
280 5 lompatan 57
n PSIK
145 5 lompatan 30
Lompatan diulangi sampai didapat 68 sampel untuk PSKM, 57 sampel untuk PSPD dan 30 sampel untuk PSPD.
4.5. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah
kerangka sampling,
kuesioner, formulir food recall dan food model, timbangan berat badan, dan microtoice.
4.5.1. Kerangka sampling Kerangka sampling dibuat dari absen mahasiswa yang diurutkan berdasarkan angkatan dan kelas. Terdapat tiga kerangka samping, masing-masing untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pendidikan Dokter dan Program Studi Ilmu Keperawatan.
64
4.5.2. Kuesioner Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan tentang data demografi responden, 5 pertanyaan tentang pemantauan berat badan ideal, 15 pertanyaan tentang pola hidup bersih dan 7 pertanyaan tentang recall aktivitas fisik dalam seminggu (IPAQ Short last 7), 18 pertanyaan tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan (yang diakhir dikeluarkan dari variabel penelitian karena tidak ditemukan masalah atau kasus), serta 3 kolom hasil ukur antropometri untuk mengukur status gizi berupa berat badan, tinggi badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Diantara sejumlah pertanyaan tersebut, kelompok pertanyaan data demografi, pemantauan berat badan normal dan penyakit infeksi dan masalah kesehatan merupakan pertanyaan dengan jawaban pasti, dan pertanyaan tentang pola hidup bersih dan aktivitas fisik menggunakan skala likert yang perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas. Pertanyaan tentang pola hidup bersih telah dilakukan uji validitas untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut dan uji reliabilitas untuk mengukur ketepatan (konsisten) kuesioner sehingga bila digunakan berkali-kali dapat menghasilkan data yang sama. Dari hasil uji validitas kuesioner dan reliabilitas kuesioner variabel pola hidup bersih dapat dilihat pada tabel berikut.
65
Tabel 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel Pola Hidup Bersih No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai r hitung Alpha Cronbach 0.216 -0.195 -0.250 -0.057 0.175 -0.150 0.013 -0.120 -0.166 -0.100 0.115 -0.135 0.177 -0.199 -0.066 -0.097 -0.251 -0.044 -0.192 0.329 -0.538 -0.040 0.353 -0.286 -0.517 -0.017 0.000 -0.117 0.000 -0.117
Nilai r Tabel
0,306
Keterangan Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid
Dari hasil tersebut diketahui dari 15 pertanyaan tentang pola hidup bersih, hanya pertanyaan nomor 12 yang valid (Nilai r hitung> Nilai r tabel) namun pertanyaan ini tidak reliabel karena (Nilai r alpha < Nilai r hitung). Setelah mendapatkan hasil ini, kuesioner telah diperbaiki untuk dipakai menjadi instrumen penelitian. Sedangkan pertanyaan tentang aktivitas fisik tidak dilakukan uji karena pertanyaan yang digunakan merupakan kuesioner aktivitas fisik yang telah diuji validitas dan reabilitasnya dan telah secara internasional Analysis of the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan telah digunakan berulang oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk mengukur aktivitas fisik.
66
4.5.3. Formulir Food Recall Formulir food recall digunakan untuk mencatat porsi dan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi responden selama 3 kali 24 jam untuk menggambarkan kebiasaan makan responden.
4.5.4. Model Makanan Model makan dibuat dalam bentuk slide presentasi oleh peneliti yang berisi foto makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk, pauk dan sayur. Model makanan digunakan sebagai instrumen untuk mendapatkan gambaran jumlah porsi makanan responden.
4.5.5. Timbangan berat badan Timbangan berat badan digunakan untuk mengukur berat badan dengan tingkat ketelitian 0,01 kg.
4.5.6. Microtoice Micritoice digunakan utuk mengukur tinggi badan dengan 0,1 cm.
67
4.6. Pengumpulan Data Data penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.
4.6.1. Data primer Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari mahasiswa yang menjadi responden penelitian. Data tersebut terdiri dari data demografi responden, pemantauan berat badan ideal, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan data tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan status gizi yang diperoleh melalui kuesioner, data kebiasaan makan makanan beragam yang diperoleh melalui food recall 3 kali 24 jam dan data antropometri responden yang terdiri dari berat badan, tinggi badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diperoleh dari hasil pengukuran. Proses pengumpulan data ini dibantu oleh satu enumeratotr penelitian. Enumerator penelitian merupakan mahasiswa kesehatan masyarakat yang telah mendapatkan mata kuliah Metodelogi Penelitian dan Penilaian Status Gizi, khususnya mempelajari penilaian status gizi berdasarkan IMT dan survei konsumsi makanan. Proses pengumpulan data primer adalah sebagai berikut. 1. Kuesioner dibagikan kepada mahasiswa yang terpilih menjadi sampel penelitian. Sebelumnya responden mengisi kuesioner, peneliti atau enumerator penelitian menjelaskan cara pengisian kuesinoner. Selanjutnya kuesioner diiisi sendiri oleh peneliti. Setelah mengisi kuesioner, responden diminta mengumpulkan kuesioner di labaoratorium gizi dan melakukan penimbangan
68
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pada tahap ini diperoleh data demografi responden, pemantauan berat badan ideal, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan data tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan. 2. Penimbangan dan pengukuran dilakukan oleh peneliti atau enumerator penelitian. Hasil penimbangan dan pengukuran diisi pada kolom status gizi pada lembar kuesioner oleh peneliti atau enumerator penelitian. Pada tahap ini diperoleh data BB, TB dan IMT. 3. Setelah pengukuran selesai, peneliti memberikan form food recall 3 x 24 jam kepada responden dan menjelaskan bagaimana cara pengisiannya. Selanjutkan responden diminta untuk mengisi form food recall tersebut sendiri selama tiga hari (metode food record) dan diminta mengumpulkannya kembali di laboratorium gizi setelah tiga hari. Pada tahap ini diperoleh data konsumsi responden dengan porsi berdasarkan persepsi responden. 4. Setelah 3 hari, responden mengumpulkan form food recall dan diminta untuk me-recall kembali porsi makan yang telah diisi di form dengan membandingkannya dengan food model yang sudah disiapkan peneliti. Pada tahap ini diperoleh data konsumsi responden dengan porsi dengan yang telah disetarakan atau dibandingkan dengan model makanan.
4.6.2. Data sekunder Data sekunder berupa absen mahasiswa diperoleh dari bagian akademis Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data
69
ini dikumpulkan terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah populasi, membuat kerangka sampel dan menentukan populasi yang menjadi sampel penelitian atau responden penelitian.
Secara umum, proses pengumpulan data digambarkan dalam bagan sebagai berikut. Bagan 4.1 Proses Pengumpulan Data Pengumpulan Absen mahasiswa diperoleh jumlah populasi, kerangka sampel dan sampel penelitian
Pembagian Kuesioner diperoleh data demografi responden, pemantauan berat badan ideal, pola hidup bersih, aktivitas fisik dan data tentang penyakit infeksi dan masalah kesehatan
Penimbangan BB dan Pengukuran TB diperoleh data BB, TB dan IMT
Form food recall diisi sendiri oleh responden (food record) diperoleh data konsumsi responden dengan porsi berdasarkan persepsi responden
Pengumpulan form food recall dan wawanwara (recall) diperoleh data konsumsi responden dengan porsi dengan yang telah disetarakan atau dibandingkan dengan model makanan
70
4.7. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah. Pengolahan data dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.
4.7.1. Editing Kuesioner dan food recall yang telah dikumpulkan diperiksa dan dipastikan kelengkapannya. Pemeriksaan pemeriksaan dilakukan pada saat kuesioner dikumpulkan, jika ada yang belum lengkap, responden diminta melengkapi kembali kuesioner tersebut. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada saat akan melakukan entry data. Jika masih ditemukan data yang kurang atau tidak tepat, klarifikasi dilakukan kembali melalui telepon, pesan singkat atau email.
4.7.2. Entry Data yang telah lengkap selanjutkan dimasukkan data ke dalam program komputer apa adanya sebelum melalui proses coding. Setelah proses entry selesai selanjutnya dilakukan proses perhitungan matematis pada tanggal lahir untuk memperoleh umur, kebiasaan makan makanan beragam untuk memperoleh ratarata konsumsi individu, pola hidup bersih untuk memperoleh jumlah skor pola hidup bersih dan aktivitas fisik untuk memperoleh jumlah skor MET, serta variabel status gizi berat badan dan tinggi badan untuk memperoleh IMT menggunakan
program
komputer.
Selanjutnya
data-data
semua
tersebut
dimasukkan ke dalam program komputer analisa data dengan cara disalin-tempel (copy-paste).
71
4.7.3. Coding Proses coding dilakukan dengan menggunakan program komputer analisa data. Coding merupakan proses pengkatagorian data dan memberi kode huruf ke dalam bentuk angka atau angka ke angka yang berguna untuk mempermudah analisis data. Dalam penelitian pengkatagorian data dilakukan sebagai berikut. 1.
Status Gizi, untuk usia 18 atau lebih, diberi kode 0 = Berat badan kurang, jika IMT <18.50 kg/m2, 1= Normal, jika IMT 18.50 sampai dengan 24.99 kg/m2 dan 2 = Berat badan lebih , jika IMT ≥25.00 kg/m2 (WHO, 2006; Kemenkes 2011). Untuk kurang dari 18 tahun, 0 = Berat badan kurang, jika Zscore IMT/U < -2.0, 1= Normal, jika Zscore ≥-2.0 sampai dengan ≤1.0 dan 2= Berat badan lebih, jika Zscore IMT/U >1.0 (Sumber: WHO, 2007; Depkes, 2010)
2.
Kebiasaan makan makanan beragam, diberi kode 0 = Tidak sesuai, jika porsi makanan kurang /lebih dari porsi yang dianjurkan dan 1= Sesuai, jika porsi makanan sesuai dengan porsi yang dianjurkan. Jumlah porsi diperoleh diperoleh dari formulir food recall selama 3 kali 24 jam. Jumlah porsi ditetapkan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang 2014 menurut jenis kelamin dan kelompok usia responden. Untuk makanan ringan atau jajanan pemorsian dilakukan berdasarkan jumlah kalori dan zat gizi lain makanan tersebut. Peneliti telah menghitung kalori beberapa makanan ringan dan jajanan ynag ada di kantin FKIK.
3.
Pola hidup bersih, diberi kode 0= kurang, jika skor < median atau < 20 poin dan 1 = baik, jika skor median atau >20 poin.
72
Skor diperoleh dari kuesioner pertanyaan C1-C15. Untuk setiap pertanyaan kecuaai pertanyaan C5, jawaban 1 bernilai 0 poin, 2 bernilai 1 poin dan 3 bernilai 2 poin. Untuk pertayaan C5, jawaban 1 bernilai 0 poin, 2 dan 3 bernilai 1 poin dan 4 bernilai 2 poin. 4.
Aktivitas fisik, diberi kode 0 = berat, sama dengan atau lebih 3000 METmenit/minggu, 1 = sedang, jika jika 600- 2999 MET-menit/minggu dan 2 = ringan, jika < 600 MET-menit/minggu. Nilai MET diperoleh dari kuesioner pertanyaan D1-D4, yang merupakan kuesioner IPAQ (Analysis of the International Physical Activity Questionnaire) yang telah distandarisasi secara internasional untuk mengukur aktivitas fisik dan telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Nilai MET-menit/minggu diperoleh dengan menjumlahkan nilai MET yang digunakan untuk aktivitas berjalan, aktivitas sedang dan aktivitas berat dikalikan dengan durasi (dalam menit) dan frekuensi aktivitas dalam seminggu (dalam hari). Nilai MET untuk berjalan adalah 3,3, aktivitas sedang 4,0 dan aktivitas berat 8,0. Misal: jika diketahui aktivitas berat responden melakukan aktifitas fisik 1 jam, 2 hari dalam seminggu, aktivitas sedang 10 menit, 2 hari dalam seminggu dan aktifitas berjalan 30 menit, 7 hari dalam seminggu, maka: Total aktifitas fisik MET-menit/minggu= (3.3x30 x 7) + (4.0 x 10 x 2) + (8.0 x 60 x 2) = 1733 MET-menit/minggu, diklasifikasikan sebagai aktivitas sedang.
5. Pemantauan berat badan ideal diberi kode 0 = jika responden melakukan penimbangan berat badan lebih dari 1 minggu yang lalu dan 1 = jika responden melakukan penimbangan berat badan kurang atau 1 minggu yang lalu.
73
4.7.4. Cleaning Tahap terakhir merupakan pengecekan ulang data yang telah dimasukkan untuk memastikan apakah ada kesalahan atau tidak (cleaning). Jika ditemukan kesalahan, dilakukan lagi klarifikasi dengan kuesioner atau kesalahan pada saat perhitungan. Setelah data dipastikan benar dan lengkap, analisis data dilakukan.
4.8. Analisis Data 4.8.1. Analisis univariat Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis univariat. Analisis dilakukan dengan menggunakan program komputer analisa data, dengan memilih menu Analyse pada menu utama kemudian memilih menu Descriptif Statistic kemudian Frequencies, dilanjutkan dengan memilih variabel kebiasaan makan makanan beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal yang telah dikatagorikkan kemudian memilih OK. Dari analisis ini diperoleh gambaran distribusi atau distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel
dependen yaitu
variabel status gizi dan variabel independen terdiri dari variabel kebiasaan makan makanan beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal dalam bentuk jumalh dan persentase.
4.8.2. Analisis bivariat Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
74
dependen. Analisis data yang digunakan yaitu uji chi-square karena variabel dependen dan independen berbentuk kategorik. Adapun rumus uji chi-square yaitu: (O E )2 X , dF (k 1)(b 1) E 2
Keterangan:
X2 = Chi-square O = Nilai observasi E = Nilai ekspektasi k = Jumlah kolom b = Jumlah baris
Dalam penelitian ini uji statistik chi-square dilakuakn dengan menggunakan program komputer analisa data, dengan Analyse pada menu utama kemudian memilih menu Descriptif Statistic lalu memilih menu crosstab, kemudian pada kotak row(s) dimasukkan variabel independen yaitu variabel kebiasaan makan makanan beragam, variabel pola hidup bersih, variabel aktivitas fisik dan variabel pemantauan berat badan normal dan kotak column (s) diisi dengan variabel dependen yaitu variabel status gizi. Melalui uji statistik chi-square diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yaitu jika diperoleh nilai p≤0,05, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen, dan jika diperoleh nilai p>0,05, maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.
5.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Analisis Univariat Pada analisis univariat akan digambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun dependen.
5.1.1. Gambaran status gizi Dalam penelitian ini, status gizi dikatagorikan berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Gambaran distribusi frekuensi status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Status Gizi Berat badan kurang Berat badan normal Berat badan lebih Total
Frekuensi Jumlah (n) 26 93 36 155
Persen (%) 16.8 60.0 23.2 100.0
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti, 26 responden (16,8%) memiliki status gizi kurang (IMT<18.50) dan 36 responden
75
76
(23.2 %) memiliki status gizi lebih (IMT≥25.00) atau 62 responden (40%) memiliki status gizi tidak normal.
5.1.2. Gambaran kebiasaan makan makanan beragam Dalam penelitian ini, kebiasaan makan makanan beragam dikatagorikan berdasarkan kesesuaian jumlah porsi makanan yang dikonsumsi mahasiswa dengan porsi yang ditetapkan dalam Pedoman Gizi Seimbang. Gambaran distribusi frekuensi kebiasaan makan makanan beragam pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh 155 responden yang diteliti semuanya memiliki kebiasaan makan yang tidak sesuai pedoman gizi seimbang. Jika dianalisis berdasarkan masing-masing kelompok makanan maka diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Makanan Pokok pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Kebiasaan Makan Makanan Pokok Kurang Cukup Lebih Total
Frekuensi Jumlah (n) 83 40 32 155
Persen (%) 53.5 25.8 20.6 100.0
77
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti 53.5% memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20.6 % lebih.
Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Lauk pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Kebiasaan Makan Lauk Kurang Cukup Lebih Total
Frekuensi Jumlah (n) 69 46 40 155
Persen (%) 44.5 29.7 25.8 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti 44.5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25.8% lebih.
Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Pauk pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Kebiasaan Makan Pauk Kurang Cukup Lebih Total
Frekuensi Jumlah (n) 152 2 1 155
Persen (%) 98.1 1.3 0.6 100.0
78
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti 98.1% memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0.6% lebih. Hasil ini menunjukkan cenderung homogen pada kebiasaan makan pauk yang kurang. Sedangkan untuk kebiasaan makan sayur dan buah semuanya memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang.
5.1.3. Gambaran pola hidup bersih Dalam penelitian ini, pola hidup bersih dikatagorikan berdasarkan median skor pola hidup bersih. Gambaran distribusi frekuensi pola hidup bersih pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.5. Tabel 5.5 Gambaran Distribusi Frekuensi Pola Hidup Bersih pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Pola Hidup Bersih Kurang Baik Total
Frekuensi Jumlah (n) 59 96 155
Persen (%) 38.1 61.9 100.0
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti, mahasiswa yang menerapkan pola hidup bersih yang kurang (skor < 20) sebanyak 59 responden (38.1%).
79
5.1.4. Gambaran aktivitas fisik Dalam penelitian ini, aktivitas fisik dikatagorikan berdasarkan nilai Metabolic Equivalent for Task (MET) dalam satu minggu. Gambaran distribusi frekuensi aktivitas fisik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Aktivitas fisik Aktivitas Berat Aktivitas Sedang Aktivitas Ringan Total
Frekuensi Jumlah (n) 18 76 61 155
Persen (%) 11.6 49.0 39.4 100.0
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti, mahasiswa yang memiliki pola hidup aktif dan berolahraga atau aktivitas fisik berat (> 3000 MET-menit/minggu) sebanyak 18 responden (11.6%) dan ringan (<600 MET MET-menit/minggu) sebanyak 61 responden (39.4%).
5.1.5. Gambaran pemantauan berat badan normal Dalam penelitian ini, pemantauan
berat badan normal
waktu terakhir
responden melakukan penimbangan berat badan. Gambaran distribusi frekuensi
80
pemantauan berat badan normal pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.7. Tabel 5.7 Gambaran Distribusi Frekuensi Pemantauan Berat Badan Normal pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Pemantauan BB Normal Lebih dari 1 minggu yang lalu Kurang dari atau 1 minggu lalu Total
Frekuensi Jumlah (n) 125 30 155
Persen (%) 80.6 19.2 100.0
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 155 responden yang diteliti, mahasiswa yang tidak tidak memantau berat badan normalnya sebanyak 93 responden (80.6 %).
5.2. Analisis Bivariat Pada analisis bivariat akan disajikan hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen tersebut digunakan uji chi-square.
5.2.1. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi Gambaran kebiasaan makan menunjukkan hasil yang homogen, 100% responden memiiki kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan pedoman gizi
81
seimbang. Oleh karena itu tidak dapat dilakukan analisis hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi. Jika dianalisis berdasarkan masingmasing kelompok makanan maka diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.8 Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Pokok dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Kebiasaan Makan Makanan Pokok Kurang Cukup Lebih
Kurang N % 13 8 5
15.7 20.0 15.6
Status Gizi Normal N % 50 24 19
60.2 60.0 59.4
Total
Lebih N %
N
%
20 8 8
83 40 32
100.0 100.0 100.0
24.1 20.0 25.0
Pvalue 0.964
Berdasarkan tabel 5.8 hasil analisis hubungan antara makan makanan pokok dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa diantara 83 responden yang memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang terdapat 13 responden (15.7%) yang memiliki status gizi kurang dan 20 responden (24.1%) mengalami status gizi lebih, diantara 40 responden yang memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang cukup, terdapat 8 responden (20.0%) yang memiliki status gizi kurang dan 8 responden (20.0%) mengalami status gizi lebih, sedangkan diantara 32 responden yang memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang lebih, terdapat 5 responden (15.6%) yang memiliki status gizi kurang dan 8 responden (25.0 %) mengalami status gizi lebih. Berdasarkan
82
hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.964. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara kebiasaan makan makanan pokok dengan status gizi. Tabel 5.9 Hubungan antara Kebiasaan Makan Makanan Lauk dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Kebiasaan Makan Lauk Kurang Cukup Lebih
Kurang N % 11 15.9 8 17.4 7 17.5
Status Gizi Normal N % 40 58.0 30 65.2 23 57.5
Lebih N % 18 26.1 8 17.4 10 25.0
Total N 69 46 40
% 100.0 100.0 100.0
Pvalue 0.858
Berdasarkan tabel 5.9 hasil analisis hubungan antara kebiasaan makan lauk dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa diantara 69 responden yang memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang terdapat 11 responden (15.9%) yang memiliki status gizi kurang dan 28 responden (26.1%) mengalami status gizi lebih, diantara 46 responden yang memiliki kebiasaan makan makan lauk yang cukup, terdapat 8 responden (17.4 %) yang memiliki status gizi kurang dan 8 responden (17.4%) mengalami status gizi lebih, sedangkan diantara 40 responden yang memiliki kebiasaan makan lauk yang lebih, terdapat 7 responden (17.5%) yang memiliki status gizi kurang dan 10 responden (25.0) mengalami status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai
83
Pvalue 0.797. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara kebiasaan makan lauk dengan status gizi. Sedangkan untuk kebiasaan makan pauk, sayur dan buah menunjukkan gambaran hasil yang homogen dengan memiliki kebiasaan makan lauk, sayur dan buah yang kurang sehingga tidak dilakukan analisa bivariat.
5.2.2. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi Hasil analisis hubungan antara pola hidup bersih dengan status gizi disajikan pada tabel 5.10. Tabel 5.10 Hubungan antara Pola Hidup Bersih dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Pola hidup bersih Kurang Baik
Kurang N % 11 18.6 15 15.6
Status Gizi Normal N % 39 66.1 54 56.2
Lebih N % 9 16.3 27 28.1
Total N 59 96
% 100.0 100.0
Pvalue 0.183
Berdasarkan tabel 5.10 hasil analisis hubungan antara pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa diantara 59 responden yang menerapkan pola hidup bersih yang kurang (skor < 20) terdapat 11 responden (18.6%) yang memiliki status gizi kurang dan 9 responden (16.3%) mengalami status gizi lebih. Sedangkan diantara 96 responden yang
84
menerapkan pola hidup bersih yang baik (skor > 20), terdapat 15 responden (15.6%) yang memiliki status gizi kurang dan 27 responden (28.1 %) mengalami status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.183. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara pola hidup bersih dengan status gizi.
5.2.3. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi disajikan pada tabel 5.11. Tabel 5.11 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Aktivitas fisik Berat Sedang Ringan
Kurang N % 2 11.1 13 17.1 11 18.0
Status Gizi Normal N % 13 72.2 43 56.6 37 60.7
Lebih N % 3 16.7 20 26.3 13 21.3
Total N 18 75 61
% 100.0 100.0 100.0
Pvalue 0.782
Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa diantara 18 responden yang menerapkan aktivitas fisik berat (> 3000 MET-menit/minggu), terdapat 2 responden (11.1%) yang memiliki status gizi kurang dan 3 responden
85
(16.7%) mengalami status gizi lebih. Diantara 76 responden yang menerapkan aktivitas fisik sedang (600- 2999 MET-menit/minggu), terdapat 13 responden (17.1%) yang memiliki status gizi kurang dan 20 responden (26.3%) mengalami status gizi lebih. Sedangkan diantara 61 responden yang menerapkan aktivitas fisik ringan (< 600 MET-menit/minggu), terdapat 11 responden (18.0%) yang memiliki status gizi kurang dan 13 responden (21.3%) mengalami status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.782. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi.
5.2.4. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi Hasil analisis hubungan antara pemantauan berat badan normal dengan status gizi disajikan pada tabel 5.12. Tabel 5.12 Hubungan antara Pemantauan Berat Badan Normal dengan Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 Pemantau BB Ideal Lebih dari 1 minggu yang lalu Kurang dari 1 minggu lalu
Kurang N % 22 17.6
Satus Gizi Normal N % 72 57.6
Lebih N % 31 24.8
N 125
% 100.0
4
21
5
30
100.0
13.3
70.0
16.7
Total
Pvalue 0.456
86
Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara penerapan pemantau berat badan ideal dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014 diperoleh bahwa diantara 125 orang responden yang memantau berat badan lebih dari 1 minggu yang lalu, terdapat 22 orang (17.6%) yang memiliki status gizi kurang dan 31 orang (24.8%) mengalami status gizi lebih. Sedangkan diantara 30 orang responden yang memantau berat badan kurang dari 1 minggu yang lalu, terdapat 4 orang (16.8 %) yang memiliki status gizi kurang dan 5 orang (16.7%) mengalami status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0.456. Hal ini menunjukkan pada tingkat kepercayaan 5% tidak ada hubungan antara penerapan pemantau berat badan ideal dengan status gizi.
6. BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya (1) desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross sectional dimana variabel dependen dan variabel independen diukur pada saat bersamaan, sehingga tidak dapat megukur secara valid apakah status gizi saat ini terjadi setelah atau akibat variabel yang diteliti; (2) untuk variabel kebiasaan makan, ada kemungkinan terjadinya bias flat-slope syndrome yang mempengaruhi variabel kebiasaan makan makanan beragam,
yaitu
responden yang kurus cenderung melaporkan konsumsi makannya yang berlebih, sedang responden yang gemuk cenderung melaporkan konsumsi makan yang lebih sedikit, untuk meminimalisir kesalahan untuk bias ini peneliti melakukan recall pada responden dengan membandingkan porsi yang ditulis responden pada form food recall dengan model makanan yang telah disiapkan peneliti; (3) masih pada variabel kebiasaan makanan, sebagian besar responden tidak mencatat konsumsi minumannya dengan asalan susah diingat; (4)untuk variabel pemantauan berat badan peneliti menanyakan kapan terakhir responden melakukan penimbangan berat badan, namun tidak menanyakan tentang frekuensi lama sekali responden melakukan penimbangan berat badan, akan tetapi kesalahan diminimalisir dengan dilakukannya wawancara pada saat pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan tentang kebiasaan pemantauan berat badan; (5) pada variabel faktor penyakit infeksi & masalah kesehatan lainnya tidak ditemukan masalah sama sekali sehingga variabel ini menjadi homogen, kemungkinan 87
88
disebabkan tidak adanya rekam medik tentang riwayat kesehatan responden sehingga peneliti hanya mengandalkan ingatan dan pengetahuan responden tentang riwayat kesehatannya; (6) berdasarkan kerangka teori dari WHO (2009), asupan makan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, namun faktor-faktor tersebut tidak diteliti dalam penelitian ini karena peneliti hanya mengambil faktor-faktor yang berpengaruh langsung pada status gizi.
6.2. Gambaran status gizi Status gizi normal menggambarkan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi dalam tubuh. Hasil penelitian menunjukkan 40 % mahasiswa memiliki status gizi tidak normal, yaitu 16,8% mahasiswa memiliki status gizi atau berat badan kurang dan 23,2% mahasiswa memiliki status gizi atau berat badan lebih. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat dua masalah gizi pada mahasiswa FKIK UIN Jakarta, masalah gizi kurang dan gizi lebih. Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan Muizzah (2013) pada mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat
yang menunjukkan
16%
memiliki status gizi kurang dan 18% status gizi lebih berdasarkan IMT. Hasil ini menunjuk bahwa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa FKIK secara keseluruhan lebih tinggi 0.8% daripada mahasiswa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa PSKM saja dan kejadian status gizi lebih pada mahasiswa FKIK secara keseluruhan lebih tinggi 5.2 % daripada mahasiswa kejadian status gizi kurang pada mahasiswa PSKM saja.
89
Kejadian status gizi kurang yang mencapai 16.8% merupakan jumlah cukup yang tinggi mengingat lebih dari 10% mahasiswa FKIK mengalami status gizi kurang. Status gizi kurang dapat mengakibatkan mahasiswa mudah letih, mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan kurang mampu berkonsentrasi dan bekerja keras (Supariasa et al. 2002), sehingga sangat mempengaruhi performa mahasiswa di bidang akademiknya. Masalah gizi kurang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari. Terjadinya gizi kurang karena konsumsi energi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan (Emilia,2009). Kejadian status gizi lebih yang mencapai 23.2 %, lebih besar 6.4% dibandingkan kejadian status gizi kurang. Status gizi lebih meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal, gangguan sendi dan tulang, gangguan kandung empedu dan kanker (Supariasa et al. 2002). Penyakit kardiovaskular berhubungan dengan penimbunan lemak yang terjadi pada individu dengan status gizi lebih atau obesitas (Almatsier et al, 2011). Sedangkan pada diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM tipe 2), status gizi memiliki hubungan yang bermakna dalam perkembangannya karena sekresi insulin dalam bentuk tidak tepat atau resistensi sel lemak yang membesar terhadap aktivitas insulin (Almatsier et al, 2011). Menurut Karam (1994) dalam Hakimi et al (2010), 85 % penderita DM tipe 2 berstatus gizi lebih atau obesitas dan 15 % tidak obesitas. Dari hasil penelitian diketahui 30.6 %
mahasiswa yang mengalami status gizi lebih memiliki keluarga
dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus. Hal ini semakin memperbesar resiko mahasiswa yang memiliki status gizi lebih untuk mengalami penyakit Diabetes Melitus.
90
Kebiasaan makanan selalu dihubungkan dengan status gizi lebih (berat badan lebih dan obesitas) termasuk makan dan ngemil yang sering, pola binge-eating dan makan diluar. Aktivitas fisik juga penting untuk mencegah kelebihan berat badan (WHO/FAO, 2003). Penerapan pedoman gizi seimbang dengan kebiasaan makan makanan beragam, pola hidup bersih, aktifitas fisik dan pemantauan berat bdan normal.
6.3. Hubungan kebiasaan makan makanan beragam dengan status gizi Kebiasaan makan makanan beragam merupakan cara mempertahankan berat badan normal. Makan makanan dalam porsi yang seimbang, jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan teratur akan menyeimbangkan zat gizi yang masuk dan keluar dan menjaga berat badan agar tetap normal (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil penelitian didapat
semua
mahasiswa memiliki kebiasaan
makan makanan yang beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Semua mahasiswa memiliki jumlah konsumsi yang tidak seimbang dilihat dari porsi setiap makanan yang seharusnya dipenuhi. Kebutuhan makanan pokok paling banyak dipenuhi dengan sumber makanan berupa nasi, mie dan kudapan/gorengan, kebutuhan lauk paling banyak dipenuhi dengan sumber makanan berupa telor, ayam dan ikan, kebutuhan makanan pauk paling banyak dipenuhi dengan sumber makanan tempe dan tahu, sedangkan untuk sayur dan buah konsumsi jumlah komsumsi cenderung kurang dan jarang. Kesibukan menjadi alasan mahasiswa tidak makan secara terutar dan optimal. Mahasiswa cenderung mencari makanan yang mudah ditemui dikantin atau disekitas
91
kampus tanpa mempertimbangkan pemenuhan zat gizi. Mahasiswa cenderung memilih makanan seperti gorengan, kue basah atau makanan ringan yang praktis untuk dimakan disela waktu kuliah. Tempat tinggal dan jumlah uang saku juga salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah asupan. Mahasiswa yang tinggal bersama orang tua atau keluarga cenderung memiliki kebiasaan konsumsi yang lebih baik dari pada mahasiswa yang tinggal di kosan. Mahasiswa yang tinggal bersama orang tua atau keluarga mengkonsumsi makanan yang telah disediakan di rumah sehingga memiliki kebiasaan makan yang teratur, sedangkan mahasiswa yang tinggal di kosan harus memasak atau membeli sendiri makanannya, sehingga sering melewatkan waktu makan. Namun, hasil penelitian Suci (2011) pada mahasiswa FKIK menunjukkan tidak ada hubungan antara tempat tinggal dengan asupan makanan mahasiswa FKIK. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lain yang saling mempengaruhi, seperti uang saku. Menurut Amran (2003), terdapat hubungan antara uang bulanan atau uang saku mahasiswa dengan pola makan. Uang saku menunjukkan daya beli mahasiswa untuk mendapatkan makanan. Semakin besar uang saku, semakin baik kuantitas dan kualitas makanan yang dapat dibeli. Namun, hasil penelitian Suci (2011) pada mahasiswa FKIK menunjukkan tidak hubungan antara uang saku dengan pola makan pada mahasiswa. Hal ini disebabkan karena sebagian mahasiswa tidak menjadikan makanan sebagai tujuan pengeluaran utamanya. Jika dilihat berdasarkan masing-masing kelompok makanan diperoleh 53.5% mahasiswa mengkonsumsi makanan pokok dalam jumlah yang kurang dan 20.6% lebih, 44.5% mahasiswa mengkonsumsi lauk (protein hewani) dalam jumlah yang kurang dan
92
25.8% lebih, 98.1% mahasiswa mengkonsumsi pauk (protein nabati) dalam jumlah yang kurang dan 0.6% lebih dan 100% mahasiswa mengkonsumsi sayuran dan buah dalam jumlah yang kurang. Konsumsi lauk, lauk dan pauk yang kurang atau lebih mengakibatkan kekurangan dan kelebihan zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Menurut Emilia (2009), pemenuhan sumber energi dan protein berkaitan langsung dengan berat badan dan tinggi badan yang normal. Jika asupan energi tidak terpenuhi, protein digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi namun tidak ada persediaan untuk sintesis jaringan baru
atau untuk perbaikan jaringan yang rusak. Keadaan ini dapat menyebabkan
penurunan tingkat pertumbuhan dan masa otot meskipun konsumsi protein cukup. Pada remaja akhir dan dewasa, kekurangan zat gizi makro dapat dinilai melalui indeks antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT), yang dilihat hubungannya dalam penelitian ini. Sedangkan konsumsi sayur dan buah memiliki peran utama sebagai zat pengatur, untuk memenuhi kebutuhan mineral, vitamin dan air. Menurut Whitney et al (2005), konsumsi sayuran dan buah yang kurang berisiko terjadinya malnutrisi mikronutrien, seperti defisiensi vitamin A, defisiensi vitamin C dan defisiensi zat besi. Malnutrisi mikronurien dapat diketahui dengan penilaian status gizi secara biokimia, sehingga tidak dapat dilihat hubungannya dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh tidak ada hubungan signifikan antara kebiasaan makan makanan pokok dan lauk dengan status gizi dengan Pvalue masingmasing sebesar 0.964 dan 0.858. Hasil uji juga menunjukkan tidak ada hubungan antara kebiasaan makan makanan pokok dan lauk dinilai secara gabungan sebagai sumber energi protein dengan Pvalue 0.982.
93
Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian Amelia (2008) yang menunjukkan ada hubungan antara konsumsi energi dengan status gizi Pvalue 0.080 namun menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi (Pvalue 0.106, konsumsi pangan secara keseluruhan juga tidak menunjukkan hubungan dengan status gizi. Tidak didapatnya hubungan kebiasaan makan makanan pokok dan lauk dengan status gizi juga dimungkinkan pengaruh dari aktivitas fisik. Menurut FAO/WHO (2003) aktivitas fisik dan asupan makanan keduanya secara spesifik saling berinteraksi dan mempengaruhi. Jumlah kebutuhan dipengaruhi oleh besarnya aktifitas fisik seseorang, sedangkan porsi yang ditentukan pada pedoman gizi seimbang ditetapkan berdasarkan AKG yang mempertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh rata-rata penduduk Indonesia, serta aktifitas fisik yang ringan, sejalan dengan hasil Riskesdas (2007) bahwa sebagian besar penduduk remaja dan dewasa Indonesia melakukan aktifitas fisik pada kategori ringan. Artinya bagi anak usia sekolah, remaja dan dewasa yang memilki aktifitas aktif dan sangat aktif akan membutuhkan energi lebih banyak lagi. Hal ini mengakibatkan individu dengan aktifitas sedang dan sedang membutuhkan jumlah porsi yang lebih besar dari jumlah yang ditetapkan dalam peoman gizi seimbang (Hardinsyah et al, 2012). Dengan demikian, seharusnya porsi makanan mahasiswa dengan aktifitas sedang dan berat lebih besar daripada porsi yang ditentukan dalam Pedoman Gizi Seimbang 2014, sehingga akan didapatkan lebih banyak mahasiswa yang memiliki kebiasaan makan yang kurang (lebih dari 53% yang memiliki kebiasaan makanan pokok kurang dan lebih dari 44.4% yang memiliki kebiasaan makan lauk kurang) dan pada akhirnya menyebabkan lebih banyak mahasiswa yang memiliki status
94
gizi kurang. Namun, dalam penelitian ini didapat sebagian besar mahasiswa (60%) memiliki berat badan normal. Hal ini kemungkinan besar disebabkan konsumsi minuman yang tidak dicatat dalam food recall sehingga pemenuhan energi atau protein dari minuman tidak tercakup. Akibatnya, mahasiswa yang mengkonsumsi minuman tertentu yang mengandung energi dan protein untuk memenuhi kebutuhan gizi akan dikatagorikan memiliki kebiasaan makan yang kurang padahal kebiasaannya cukup atau akan dikatagorikan memiliki kebiasaan makan yang cukup padahal kebiasaannya lebih.
6.4. Hubungan pola hidup bersih dengan status gizi Pola
hidup
bersih
berhubungan
dengan
bagaimana
hygiene
sanitasi
penyelengaraan makanan keluarga. Upaya pengamanan atau hygiene dan sanitasi makanan
pada
dasarnya
meliputi
orang
yang menangani
makanan,
tempat
penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makanan, proses pengolahan makanan, penyimpanan makanan dan penyajian makanan (Purnomo et al, 2009). Pola hidup bersih berkaitan dengan erat dengan infeksi penyakit. Pola hidup bersih yang kurang beresiko meningkatkan resiko kejadian penyakit infeksi, dan pola hidup bersih yang baik dapat mencegah terjadinya infeksi. Hasil penelitian menunjukkan 38.1 % mahasiswa menerapkan pola hidup bersih yang kurang (skor < 20). Median yang cukup besar yaitu 20 dari 28 poin, menunjukkan pola hidup bersih mahasiswa yang cenderung baik. Hal dapat disebabkan oleh telah baiknya pengetahuan mahasiswa sebagai mahasiswa bidang kesehatan tentang pentingnya pola hidup bersih, sejalan dengan hasil penelitian Sani (2011) bahwa ada hubungan antara pengetahuan mahasiswa terhadap perilaku hidup bersih. Sedangkan
95
38.1 % yang memiliki pola hidup bersih yang kurang resiko yang lebih besar untuk mengalami penyakit infeksi. Hasil penelitian Pramitasari (2013) ada hubungan pola hidup bersih kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian demam tifoid (Pvalue 0.001). Sejalan dengan Kemenkes (2014) yang menyatakan bahwa dengan membiasakan perilaku hidup besih menghindarkan sesorang dari paparan sumber infeksi yang merupakan faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung. Bertolakbelakang dengan pernyataaan Kemenkes (2014), hasil uji chi-square penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada signifikan hubungan antara pola hidup bersih dengan status gizi (Pvalue 0.183). Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena sebagian besar mahasiswa tidak menyiapkan makanannya sendiri, dimasakkan oleh orang tua atau membeli diwarung sehingga jawaban yang diberikan merupakan kemungkinan tidak dilakukannya sendiri. Hal ini berakibat bias dan mengakibatkan tidak didapatkannya hubungan antara pola hidup bersih dan status gizi mahasiswa.
6.5. Hubungan aktivitas fisik dengan status gizi Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh (Kemenkes RI, 2014). Aktifitas fisik merupakan suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktifitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain, berjalan kaki, berlari, berolahraga, mengangkat dan memindahkan benda, mengayuh sepeda dan lainlain. Aktifitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi
96
karena rendahnya aktifitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas (Sada, 2012). Hasil penelitian menunjukkan 39.4% mahasiswa memiliki aktivitas fisik ringan, 49.0 % memiliki aktivitas fisik sedang dan 11.6% dan memiliki aktivitas fisik berat. Berdasarkan ketentuan WHO (2010), hasil ini menunjukkan sebanyak 39.4% mahasiswa memiliki aktivitas fisik kurang (aktivitas ringan) dan 60,6% mahasiswa memiliki pola aktivitas fisik cukup (aktivitas sedang dan berat). Dengan demikian, 39.4% mahasiswa yang memiliki aktivitas fisik kurang beresiko mengalami obesitas atau status gizi lebih. Namun, hasil uji chi square menunjukkan bahwa menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (Pvalue 0.782). Berbeda dengan hasil penelitian Sada (2012) yang menunjukkan ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (Pvalue 0,001). Cara pengukuran yang berbeda dimungkinkan sebagai sebab hasil yang berbeda. Pada penelitian Sada (2012), aktifitas fisik dinilai dengan menilai intensitas kegiatan menggunakan tenaga atau energi berdasarkan jenis aktifitas fisik yang seharihari dilakukan antara lain, berjalan kaki, berlari, berolahraga, mengangkat dan memindahkan benda, mengayuh sepeda dan lain-lain serta sudah berapa lama kebiasaan tersebut dilakukan, namun tidak menggunakan kuesioner IPAQ seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Penggunaan kuesioner IPAQ pada penelitian ini bertujuan menilai semua kegiatan yang menggunakan energi yang dilakukan dalam seminggu. Kelebihan kuesioner ini aktifitas fisik yang digambarkan tidak hanya kegiatan berat atau olahraga, namun juga semua kegiatan intensitas dilakukan selama seminggu, baik kegiatan sehari-hari maupun
97
kegiatan berat atau olahraga yang disengaja. Kuesioner ini memperkecil bias peneliti, karena kuesioner ini dapat diisi sendiri oleh responden sehingga pengaruh peneliti yang menyesuaikan aktifitas fisik dan status gizi tidak terjadi pada penelitian ini. Namun yang menjadi kelemahan kuesioner ini, responden seringkali hanya dapat mengingat kegiatan yang dilakukan selama seminggu tetapi tidak dapat memperkirakan jumlah waktu yang digunakan secara tepat sehingga dapat memunculkan jumlah aktifitas fisk yang tidak sesuai dengan sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan tidak didapatkannya hubungan antara aktifitas fisik dan status gizi. Tidak didapatnya hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi dimungkinkan dipengaruhi hubungan kebiasaan makan makanan pokok, lauk dan pauk lebih. Menurut FAO/WHO (2003) dan asupan makanan keduanya secara spesifik saling berinteraksi dan mempengaruhi.
6.6. Hubungan pemantauan berat badan normal dengan status gizi Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang. Oleh karena, itu perlu dilakukan pemantauan berat badan secara teratur. Menurut Kemenkes (2014), pemantauan berat badan normal merupakan upaya untuk mencegah mencegah penyimpangan berat badan dari berat badan normal dan apabila menyimpang dapat dilakukan pencegahan dan penanganan. Dengan kata lain penimbangan berat badan secara teratur membuat seseorang menjaga status gizi normalnya. Hasil penelitian 80,6 % ini diketahui mahasiswa melakukan penimbangan berat badan lebih dari satu minggu yang lalu atau tidak tahu/ingat kapan terakhir ia melakukan penimbangan berat badan. Namun, hasil uji chi square tidak ada hubungan signifikan
98
antara penerapan pemantau berat badan ideal dengan status gizi. Hasil wawancara pada mahasiswa menunjukkan pada mahasiswa yang melakukan penimbangan berat badan lebih dari 1 minggu sebelum penelitian, penimbangan berat badan yang dilakukan sebagian besar hanya pada saat mendapat tugas kuliah mengenai penilaian status gizi atau mengikuti penelitian yang memerlukan penimbangan berat badan, sehingga dapat disimpulkan penimbangan tidak bertujuan untuk memantau berat badannya., sedangkan pada yang melakukan penimbangan kurang seminggu dari penelitian sebagian besar memiliki keinginan untuk melakukan penurunan berat badan atau peningkatan berat badan baik yang memiliki status gizi normal, kurang atau lebih. Hal ini kemungkinan besar menjai sebab tidak didapatkannya hubungan antara pemantau berat badan normal dengan status gizi. Pemantauan berat badan yang jarang dilakukan dapat mengakibatkan gambaran tentang status gizi individu yang salah. Hasil penelitian menunjukkan 75.4% mahasiswa yang salah menyebutkan status gizinya melakukan penimbangan berat badan lebih dari 1 minggu yang lalu atau tidak tahu/ingat kapan terakhir ia melakukan penimbangan berat badan. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan body image salah. Pengetahuan tentang status gizi berhubungan dengan persepsi tentang citra tubuh (body image). Body image adalah suatu konsep pribadi seseorang tentang penampilan fisiknya. Hasil penelitian menunjukkan 5.7% tidak tahu status gizinya, 1.3% memiliki status gizi kurang tapi merasa normal, 0,6% memiliki status gizi kurang tapi merasa lebih, 8.4% memiliki status gizi normal tapi merasa kurang, 19.4 memiliki status gizi normal tapi merasa lebih dan 1.3% memiliki status gizi lebih tapi merasa normal. Persepsi yang salah tersebut dapat juga dipengaruhi oleh body image yang keliru. Body
99
image dapat diidentifikasi melalui persepsi dari ukuran tubuh. Laki-laki lebih mengarah pada bentuk tubuh yang besar, berotot dan berisi sehingga cenderung merasa berat badannya kurang dan berusaha menaikkan berat badan, sedang perempuan menginginkan tubuh langsing, cenderung merasa berat badannya lebih dan berusaha menurunkan berat badan (Emilia, 2009), dalam pada penelitian tidak didapat hubungan yang bermakna body image dengan jenis kelamin. Secara alami, gangguan body image berhubungan dengan masalah makan, pola makan yang tidak sehat dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh (Hastuti, 2013). Menurut penelitian Sada (2012) pada mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura, terdapat hubungan yang bermakna antara body image dengan status gizi (Pvalue = 0.001). Hal ini senada dengan penelitian Widianti et al (2012) pada Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang, yaitu didapat adanya hubungan yang bermakna antara body image dengan status gizi (Pvalue = 0.001).
7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahan penelitian mengenai hubungan penerapan pedoman gizi seimbang dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. 40 % mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 berdasarkan indeks antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswa memiliki status gizi tidak normal, yaitu 16,8% mahasiswa memiliki status gizi atau berat badan kurang dan 23,2% mahasiswa memiliki status gizi atau berat badan lebih. 2. 100 % Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 memiliki kebiasaan makan makanan beragam yang tidak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Sedangkan jika dilihat berdasarkan masing-masing kelompok makanan, 53.5% memiliki kebiasaan makan makanan pokok yang kurang dan 20.6 % lebih, 44.5% memiliki kebiasaan makan lauk yang kurang dan 25.8% lebih, 98.1% memiliki kebiasaan makan pauk yang kurang dan 0.6% lebih dan 100% memiliki kebiasaan makan sayur dan buah yang kurang. 3. 38.1 % mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 menerapkan pola hidup bersih yang kurang.
100
101
4. 39.4% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 memiliki aktivitas fisik kurang. 5. 80.6% mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 tidak memantau berat badan normal. 6. Tidak ada hubungan penerapan kebiasaan makan pokok, lauk dan pauk dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 7. Tidak ada hubungan pola hidup bersih dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 8. Tidak ada hubungan penerapan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 9. Tidak hubungan antara pemantauaan berat badan dengan status gizi mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014.
102
7.2. Saran 7.2.1. Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 1. Mahasiswa yang memiliki berat badan kurang diharapkan dapat memperbaiki status gizinya menjadi normal melalui perbaikan kebiasaan makan makanan yang beragam dengan meningkatkan konsumsi makanan pokok, lauk, pauk, sayur dan buah, pola hidup bersih yang baik, aktifitas fisik yang tidak berlebihan disesuaikan dengan jumlah konsumsi dan pemantauan berat badan secara teratur agar mengetahui status gizi aktual. 2. Mahasiswa yang memiliki berat badan lebih diharapkan dapat memperbaiki status gizinya menjadi normal melalui perbaikan kebiasaan makan makanan yang beragam dengan mengurangi konsumsi makanan pokok, lauk dan pauk, serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur, pola hidup bersih yang baik, meningkatkan jumlah aktifitas fisik yang disesuaikan dengan jumlah konsumsi dan pemantauan berat badan secara teratur agar mengetahui status gizi aktual. 3. Mahasiswa yang memiliki berat badan normal diharapkan dapat mempertahankan status gizinya melalui kebiasaan makan makanan yang beragam, pola hidup bersih yang baik, jumlah aktifitas fisik yang disesuaikan dengan jumlah konsumsi dan pemantauan berat badan secara teratur agar mengetahui status gizi aktual.
103
7.2.2. Bagi peneliti lain Kepada peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mendalam tentang faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan makanan beragam atau asupan makanan mahasiswa untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan asupan makan yang tidak diteliti dalam penelitian ini. peneliti selanjutkan juga diharapkan dapat melakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan penyakit infeksi dan masalah kesehatan yang berkaitan dengan status gizi yang ditemukan dalam penelitian ini karena keterbatasan data rekam medik responden.
7.2.3. Bagi
Fakultas
Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perlu melakukan sosialisasi tentang aspek-aspek gizi seimbang dan status gizi kepada mahasiswa, melalui poster, angket atau seminar dan kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF). Sosialisasi diharapkan dapat memperbaiki status gizi mahasiswa serta pngetahuan dan penerapan aspek-aspek gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sosialisasi diharapkan dapat menjadi bekal mahasiswa untuk melakukan edukasi dan promosi kesehatan kepada masyarakat luas, khususnya tentang status gizi dan aspek gizi seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Supariasa, I Dewa Nyoman. Bakri, Bachyar. Fajar, Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Departemen Kesehatan RI. 2006. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2004. Jakarta: Pusat Data dan Informasi, Departemen Kesehatan RI. Kuniasih, Dedeh. Hilmansyah, Hilman. Astuti, Marfuah Panji. Iman, Saeful. 2010. Sehat dan BugarBerkat gizi Seimbang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hadi, Hamam. 2005. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada: Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasi Nya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sudikno, Herdayati. Milla. Besral. 2010. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Orang Dewasa Di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). Puslitbang Gizi dan Makanan, Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Bogor. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
104
105
BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi.Jakarta: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Lokakarya Gernas Sadar Gizi. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehtan Ibu dan Anak. Muizzah, Lilik. 2013. Hubungan antara StatusGizi dan Aktifitas Fisik dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Putri, Alvina Yarra. Rochana, Ayu.Pertiwi, Donna. Putri, Hasanah. Ratikasari, Indah. Kholifah, Umi. Savitri, Wulan 2013. Prevalensi Obesitas dan Faktor Risikonya pada Mahasiswa di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Almatsier, Sunita. 2005. Pinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Almatsier, Sunita. Soetardjo, Surirah. Soekatri, Moesijanti. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Irianto. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: Yrama Widya.
106
World Health Organization. 2006. Global Database on Body Mass Index. http://apps.who.int/bmi, diakses pada 29 Februari 2014. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. WHO. 2007. WHO Child Growth Standards. Geneva: WHO. Departemen Kesehatan. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan. Soenardi, Tuti. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jafar, Nurhaedar. 2012. Perilaku Gizi Seimbang pada Remaja. Makassar: Universitas Hasanuddin. Story, Mary.
Holt, Katrina. Sofka, Denise. 2002. Bright Future in Practice:
Nutrition. Arlington: National Center for Education in Maternal and Child Health Georgetown University. Sediaoetama, A.J. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat. Martianto, Drajat. Ariani, M. 2005. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi Pangan Mayarakat dalam Dekade Terakhir. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Gizi Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Angka Kecukupan Gizi (AKG). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
107
Yusuf, Liswarti. Yulastri, Asmar. Kasmita. Faridah, Anni. 2008. Teknik Perencanaan Gizi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional. Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Buckle, KA. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah:
Purnomo, Hari. Adiono. 2009.
Jakarta: Universitas Indonesia. Fahey, Thomas D. Insel, Paul M. Roth, Walton T. 2005. Fit and Well: Core Concept and Labs in Physical Fitness and Welness. New York: McGraw-Hill. Quinn,
Elizabeth.
2007.
MET
–
The
Standard
Metabolic
Equivalent.
http://sportmedicine.about.com/od/glossary/g/MET.htm , diakses pada 29 Februari 2014. World Health Organization. 2010. Global Recommendations on Physical Activity for Health. Geneva: WHO Press. WHO. 2009. Nutrition in adolescence –Issues and Challenges for the Health Sector. Geneva: World Health Organization. Brown, Judith E. Isaacs, Janet S. Krinke, U. Beate. et al. 2011. Nutrition Throught the Life Cycle. USA: Wadsworth. Barasi, Mary E. 2002. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga. Frederick JK. 1999. Food intolerance and food allergy. Scweiz Med Wochenschr. International Physical Activity Questionnaire (2005) Guidelines for data processing and analysis. http://www.ipaq.ki.se/scoring.pdf, diakses pada 29 Februari 2014.
108
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sada, Merinta. Hadju, Veni. Dachlan, Djunaedi M. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan, Gizi Seimbang dan Aktifitas Fisik terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Jayapura.
Jayapura:
Media
Gizi
Masyarakat Indonesia. Emilia, Esi. 2009. Pendidikan Gizi sebagai Salah Satu Sarana Perubahan Perilaku Gizi pada Remaja. Medan: Universitas Negeri Medan. Hakimi. Deliana, Melda. Lubis, Siska Mayasari. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. WHO/FAO. 2003. Diet, Nutrition and the Prevention of Chronic Diseases. Geneva: World Health Organization. Suci, Syifa Puji. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Amran, Yuli. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan Mahasiswa si Asrama Mahasiswa Universitas Indonesia Depok Tahun 2003. Depok: Universitas Indonesia. Whitney, Ellie. Rolfes, Sharon Rady. 2005. Understanding Nutrition. USA: Thomson Learing.
109
Amelia, Friska. 2008. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik dan Status Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah. Riyadi, Hadi. Napitupulu, Victor. 2012. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB. Sani, Fakhrudin Nasrul. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat - Sakit Dengan Sikap Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Surakarta: STIKES Kusuma Husada. Pramitasari, Okky Purnia. 2013. Faktor Risiko Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada Penderita Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran. Semarang: Universitas Diponegoro. Hastuti, Janatin. 2013. Anthropometry and Body Composition of Indonesian Adults: An Evaluation of Body Image, Eating Behaviours, and Physical Activity. Queensland: Faculty of Health Queensland University of Technology. Widianti, Nur. Candra, Aryu. 2012. Hubungan antara Body Image dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Remaja Putri di SMA Theresiana Semarang. Semarang: Unversitas Diponegoro.
LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr.Wb. Saya Zakiah, mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat, peminatan Gizi 2007 bermaksud akan melakukan penelitian mengenai ”HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Pada Penelitian ini peneliti akan bertanya mengenai penerapan pedoman gizi seimbang pada mahasiswa pada mahasiswa. Wawancara ini akan berlangsung selama 15-20 menit. Responden diharapkan menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya dari siapapun, kemudian kuesioner akan disimpan oleh peneliti. Untuk itu saya mohon kiranya rekan-rekan dapat meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan Anda menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda menjadi amal ibadah yang bernilai di sisi-Nya. FORMULIR PERSETUJUAN TERTULIS SETELAH PENJELASAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Alamat : No Telepon/HP : Bersedia secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan judul ” HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2014”. Saya akan memberikan informasi yang benar sejauh yang saya ketahui dan saya ingat. Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun. Jakarta,............................. 2014 Peneliti pernyataan
Zakiah
Yang membuat,
Tanda tangan dan nama jelas
KUESTIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN PEDOMAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 201 Nomor Responden Tanggal :......................... A. Data Demografi A1. Nama ................................................................................. A2. NIM ................................................................................. A3. No. Tlp/Hp ................................................................................. A4. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan A5. Tanggal lahir : Tanggal ........... ...Bulan .............Tahun ...............
(Diisi oleh peneliti) [
] A2
[
] A4
[
] A5
B. PEMANTAUAN BERAT BADAN IDEAL B1. Berapa berat badan anda saat ini? 1. .......... kg 2.Tidak tahu
(Diisi oleh Peneliti) [ ] B1
B2. Kapan terakhir anda menimbang berat badan? ..........................................................................................................
[
] B2
B3. Berapa tinggi badan anda saat ini? 1. ...........cm 2.Tidak tahu B4. Kapan terakhir anda mengukur tinggi badan? ......................................................................................................... B5. Apakah menurut anda berat badan anda ideal? 1. Ya 2. Tidak, saya kekurusan 3. Tidak, saya kegemukan 4.Tidak tahu
[
] B3
[
] B4
[
] B5
C. POLA HIDUP BERSIH C1. Anda mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan? 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
(Diisi oleh Peneliti) [ ] C1
C2. Anda mencuci tangan sebelum makan? 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C3. Anda mencuci tangan setelah makan? 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C4. Anda mencuci sayur dan buah sebelum dimasak atau dimakan mentah? 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C5. Anda mencuci peralatan makan dengan? 1. Air saja 2. Air hangat saja 3. Sabun dan Air 4. Sabun dan air hangat C6. Memasak makanan hingga matang, khususnya makan yang mengandung daging, unggas, ikan atau telur 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C7. Mencairkan makanan beku di dalam lemari pendingin atau pada air dingan yang mengalir, bukan di atas meja atau dalam air mengenang 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu 0 C8. Memastikan makanan panas berada diatas 140 F (600C) dan makan dingin berada di bawah 400F (600C) 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C9. Menyajikan makanan matang yang telah disimpan dalam lemari pendingin kurang dari atau sebelum 24 jam 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C10.Menyimpan makanan mentah (yang harus dimasak sebelum dimakan) dan makanan siap saji di lemari pendingin 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C11.Menyimpan bahan makanan kering (seperti beras dan gula) di dalam wadah yang tertutup rapat 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C12.Sisa makanan yang disimpan di lemari pendingan atau dibekukan hanya dipanaskan sekali 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu
[
] C2
[
] C3
[
] C4
[
] C5
[
] C6
[
] C7
[
] C8
[
] C9
[
] C10
[
] C11
[
] C12
C13. Menyimpan bahan pembersih dan obat jauh dari makanan 1. Tidak 2. Kadang-kadang 3. Selalu C14.Apakah anda merokok? 1.Ya 2. Tidak C15.Apakah anda mengkonsumsi alkohol? 1.Ya 2. Tidak
[
] C13
[
] C14
[
] C15
D. AKTIVITAS FISIK BACA: Kami berminat untuk mengetahui aktivitas fisik yang anda lakukan sehari-hari. Pertanyaan-pertanyan dibawah ini akan bertanya tentang tentang jumlah waktu yang anda gunakan untuk berada dalam keadaan aktif secara fisik dalam 7 hari yang lalu. Silahkan jawab pertanyaan-pertanyaan ini walaupun anda berpendapat bahwa anda bukanlah seorang yang aktif. Silahkan pikirkan tentang aktifita-aktivitas yang anda lakukan di tempat kerja, di rumah dan kawasan halaman, untuk bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, dan pada waktu senggang untuk rekreasi, senam atau olahraga. BACA: Pikirkan tentang semua aktivitas fisik berat yang anda telah lakukan dalam 7 hari yang lalu. Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan daya tenaga fisik yang kuat dan membuat anda bernafas jauh lebih kuat daripada biasanya. Pikirkan hanya tentang aktivitas-aktivitas fisik yang anda telah lakukan selama sekurangkurangnya 10 menit pada sesuatu waktu. D. AKTIVITAS FISIK (Diisi oleh peneliti) D1. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikah anda telah [ ] D1 melakukan aktivitas fisik berat, contohnya mengangkat barang berat (lebih dari 20 kg), mencangkul, senam aerobik atau bersepeda cepat? 1. ............ hari seminggu 2. Tidak ada aktivitas fisik berat. Lompat ke pertanyaan nomor D3 D2. Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk melakukan [ ] D2 aktivitas fisik berat tersebut dalam satu hari? 1. ............. jam ............. menit sehari 2. Tidak tahu / Tidak pasti
BACA: Pikirkan tentang semua aktivitas fisik sedang yang anda telah lakukan dalam waktu 7 hari yang lalu. Aktivitas fisik sedang adalah yang menggunakan daya tenaga fisik yang sedang dan membuatkan anda bernafas agak lebih kuat daripada biasa. Pikirkan hanya tentang aktivitas-aktivitas fisik yang anda telah lakukan selama sekurang-kurangnya 10 menit pada sesuatu waktu. D3. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikah anda telah [ melakukan aktivitas fisik sedang, contohnya mengangkat barang ringan (kurang dari 20 kg), mengepel lantai, bersepeda pada kelajuan biasa/sedang, atau bermain badminton beregu? Ini tidak termasuk berjalan kaki. 1. ............. hari seminggu 2. Tidak ada aktivitas fisik sedang. Lompat ke pertanyaan nomor D5 D4. Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk melakukan [ aktivitas fisik sedang tersebut dalam sehari? 1. ............. jam ............. menit sehari 2.Tidak tahu / Tidak pasti
] D3
] D4
BACA: Pikirkan tentang waktu yang anda telah gunakan untuk berjalan kaki dalam waktu 7 hari yang lalu. Termasuk berjalan kaki di tempat kerja dan di rumah, berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain, dan berjalan kaki untuk rekreasi, berolahraga, bersenam atau berjalan kaki pada waktu senggang. D5. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa harikah anda telah berjalan kaki sekurang-kurangnya 10 menit pada satu waktu. 1. ............. hari seminggu 2. Tidak ada aktivitas jalan kaki Lompat ke pertanyaan nomor D7
[
] D5
D6. Berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk berjalan kaki dalam satu hari? 1. ............. jam ............. menit sehari 2. Tidak tahu / Tidak pasti
[
] D6
BACA: Pertanyaan terakhir ini berkaitan dengan waktu yang anda telah gunakan untuk duduk pada hari kerja dalam waktu 7 hari yang lalu. Termasuk waktu yang dihabiskan duduk di tempat kerja, di rumah, sewaktu belajar dan di waktu senggang. Termasuk juga waktu yang di habiskan duduk di meja, berkumpul dengan teman-teman, membaca, atau duduk atau berbaring sambil menonton TV. D7. Dalam waktu 7 hari yang lalu, berapa lama waktu yang anda biasa gunakan untuk duduk dalam sehari? 1. .............jam.............menit sehari 2. Tidak tahu / Tidak pasti
[
] D7
E. PENYAKIT INFEKSI DAN MASALAH KESEHATAN LAIN Untuk penyakit dan masalah kesehatan di bawah ini, anda hanya menjawab “YA” apabila jawaban tersebut merupakan hasil/ sudah pernah didiagnosa oleh dokter. Diabetes Melitus (DM) E1. Apakah anda pernah didiagnosa menderita Diabetes Melitus (DM)? 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E6)
(Diisi oleh Peneliti)
[
] E1
E2. Diabetes Melitus (DM) tipe apa yang anda derita? 1. DM tipe I 2. DM Tipe II 3. Tidak tahu
[
] E2
E3. Kapan anda didiagnosa menderita Diabetes Melitus (DM)? Sebutkan ..................................................................................................... E4. Apakah mendapat/membutuhkan suntikan insulin secara teratur? 1. Ya 2. Tidak E5. Apakah Anda pernah mengalami keadaan Koma diabetikum atau koma insulin? 1. Ya 2. Tidak E6. Apakah dalam keluarga Anda terdapat riwayat penyakit Diabetes Melitus (DM)? (kedua orang tua, saudara kandung dan sebagainya)? 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E8) E7. Sebutkan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM) tersebut? ........................................................................................................
[
] E3
[
] E4
[
] E5
[
] E6
[
] E7
Alergi dan intoleransi makanan E8. Apakah anda pernah didiagnosa memiliki alergi makanan tertentu? [ 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E10) E9. Sebutkan jenis makanan yang menyebabkan anda alergi! [ .......................................................................................................... E10. Apakah anda pernah didiagnosa menderita celiac disease atau [ celiac spur? 1. Ya 2. Tidak
] E8 ] E9 ] E10
* Celiac Disease atau Celiac Spur: gangguan saluran cerna sehingga tidak bisa mnyerap makanan dengan baik. Penderita tidak bisa mengkonsumsi semua protein yang berasal dari gluten (roti, gandum, tepung).
E11. Apakah anda pernah didiagnosa menderita intoleransi gluten? 1. Ya 2. Tidak
[
] E11
[
] E12
[
] E13
[
] E14
[
] E15
[
] E16
[
] E17
[
] E18
*Intoleransi Gluten: alergi terhadap makanan yang mengandung gluten, namun selama sajian tidak mengandung gluten tidak terjadi reaksi apapun.
Tuberculosis (TBC) E12. Apakah anda pernah didiagnosa menderita Tuberculosis (TBC)? 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E17) E13. Kapan anda didiagnosa menderita Tuberculosis (TBC)? Sebutkan ! .......................................................................................................... E14. Apakah saat ini anda masih/sedang menjalani pengobatan dan pemeriksaan rutin Tuberculosis (TBC)? Sebutkan ! 1. Ya 2. Tidak (Lompat ke pertanyaan nomor E16) E15. Sudah berapa lama anda menjalani pengobatan dan pemeriksaan rutin Tuberculosis (TBC)? Sebutkan ! ....................................................................................................... (Lompat ke pertanyaan nomor E17) E16. Kenapa anda tidak menjalani pengobatan? 1. merasa tidak perlu menjalani pengobatan 2. telah dinyatakan sembuh 3. Jawaban lain, sebutkan! ............................................................. E17.Apakah dalam keluarga Anda yang tinggal serumah terdapat riwayat Tuberculosis (TBC)? (kedua orang tua, saudara kandung dan sebagainya) 1. Ya 2. Tidak E18. Jika Ya, sebutkan anggota keluarga yang menderita Tuberculosis (TBC) tersebut? .........................................................................................................
F. STATUS GIZI * diisi peneliti setelah penimbangan dan pengukuran F1. Berat Badan ................................................. F2. Tinggi Badan ................................................. F3. Indeks Massa Tubuh ................................................. Terima Kasih atas waktu dan kerjasamanya
(Diisi oleh Peneliti) [ ] F1 [ ] F2 [ ] F3
LAMPIRAN 2 KUESIONER KEBIASAAN MAKAN FOOD RECALL (3 X 24 JAM)
Nomor Responden
:
Tanggal Pengisian Kuesiner : ............................... Nama Responden Tanggal Lahir
Waktu Makan
*Diisi peneliti
: :
Nama Masakan
NIM No. Tlp/ Hp
: :
Bahan Makanan Jenis
Banyaknya URT Gram*
LAMPIRAN 3 Output Analisa Univariat dan Bivariat
ANALISA UNIVARIAT-Frequencies Indeks Massa Tubuh (IMT) Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Berat badan kurang
26
16.8
16.8
16.8
Berat badan normal
93
60.0
60.0
76.8
Berat badan lebih
36
23.2
23.2
100.0
155
100.0
100.0
Total
Kebiasaan Makan Makanan Beragam Cumulative Frequency Valid
tidak sesuai
155
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Percent 100.0
Kebiasaan Makan Makanan Pokok Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
83
53.5
53.5
53.5
cukup
40
25.8
25.8
79.4
lebih
32
20.6
20.6
100.0
Total
155
100.0
100.0
Kebiasaan Makan Lauk Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
69
44.5
44.5
44.5
cukup
46
29.7
29.7
74.2
lebih
40
25.8
25.8
100.0
Total
155
100.0
100.0
Kebiasaan Makan Pauk Cumulative Frequency Valid
kurang
Percent
Valid Percent
Percent
152
98.1
98.1
98.1
cukup
2
1.3
1.3
99.4
lebih
1
.6
.6
100.0
Total
155
100.0
100.0
Kebiasaan Makan Sayur Cumulative Frequency Valid
kurang
155
Percent
Valid Percent
100.0
Percent
100.0
100.0
Kebiasaan Makan Buah Cumulative Frequency Valid
kurang
155
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Percent 100.0
Katagori Pola Hidup Bersih Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
59
38.1
38.1
38.1
baik
96
61.9
61.9
100.0
Total
155
100.0
100.0
Katagori Aktivitas Fisik Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Aktifitas Berat
18
11.6
11.6
11.6
Aktifitas Sedang
76
49.0
49.0
60.6
Aktifitas Ringan
61
39.4
39.4
100.0
155
100.0
100.0
Total
Katagori Pemantauan BB normal Cumulative Frequency Valid
lebih dari 1 minggu yang lalu kurang dari 1 minggu yang lalu Total
Percent
Valid Percent
Percent
125
80.6
80.6
80.6
30
19.4
19.4
100.0
155
100.0
100.0
ANALISA BIVARIAT-Chi-Square
Kebiasaan Makan Makanan Pokok * Status Gizi-IMT KlpIMT
pokokklp kurang
Berat badan
Berat badan
Berat badan
kurang
normal
lebih
Count % within pokokklp
cukup
lebih
50
20
83
15.7%
60.2%
24.1%
100.0%
8
24
8
40
20.0%
60.0%
20.0%
100.0%
5
19
8
32
15.6%
59.4%
25.0%
100.0%
26
93
36
155
16.8%
60.0%
23.2%
100.0%
Count % within pokokklp
Total
13
Count % within pokokklp
Count % within pokokklp
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value
df
(2-sided)
.587a
4
.964
Likelihood Ratio
.582
4
.965
Linear-by-Linear Association
.013
1
.910
N of Valid Cases
155
Pearson Chi-Square
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,37.
Total
Kebiasaan Makan Lauk * Status Gizi-IMT KlpIMT
laukklp
kurang
Berat badan
Berat badan
Berat badan
kurang
normal
lebih
Count % within laukklp
cukup
lebih
40
18
69
15.9%
58.0%
26.1%
100.0%
8
30
8
46
17.4%
65.2%
17.4%
100.0%
7
23
10
40
17.5%
57.5%
25.0%
100.0%
26
93
36
155
16.8%
60.0%
23.2%
100.0%
Count % within laukklp
Total
11
Count % within laukklp
Count % within laukklp
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value
df
(2-sided)
1.321a
4
.858
1.370
4
.849
Linear-by-Linear Association
.110
1
.740
N of Valid Cases
155
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,71.
Total
Pola Hidup Bersih * Status Gizi-IMT KlpIMT
Klp.PHB3
kurang
Berat badan
Berat badan
Berat badan
kurang
normal
lebih
Count % within Klp.PHB3
baik
Total
11
39
9
59
18.6%
66.1%
15.3%
100.0%
15
54
27
96
15.6%
56.2%
28.1%
100.0%
26
93
36
155
16.8%
60.0%
23.2%
100.0%
Count % within Klp.PHB3 Count % within Klp.PHB3
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value
df
(2-sided)
3.396a
2
.183
Likelihood Ratio
3.548
2
.170
Linear-by-Linear Association
2.316
1
.128
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
155
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,90.
Total
Aktivitas fisik * Status Gizi-IMT KlpIMT Berat badan Berat badan Berat badan kurang Klp.Akt.Fisik3 Aktifitas Berat Aktifitas Sedang Aktifitas Ringan Total
Count % within Klp.Akt.Fisik3 Count % within Klp.Akt.Fisik3 Count % within Klp.Akt.Fisik3 Count % within Klp.Akt.Fisik3
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
(2-sided)
1.750a
4
.782
1.797
4
.773
.118
1
.731
155
a. 2 cells (22,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,02.
normal
lebih
2
13
11.1%
72.2%
13
43
17.1%
56.6%
11
37
18.0%
60.7%
26
93
16.8%
60.0%
Total 3
18
16.7% 100.0% 20
76
26.3% 100.0% 13
61
21.3% 100.0% 36
155
23.2% 100.0%
PemantauanBBnormal * Status Gizi-IMT KlpIMT Berat badan Berat badan kurang PBBIdeal lebih dari 1 minggu Count yang lalu
% within PBBIdeal2
kurang dari 1
Count
minggu yang lalu
% within PBBIdeal2
Total
Count % within PBBIdeal2
normal
31
125
17.6%
57.6%
24.8%
100.0%
4
21
5
30
13.3%
70.0%
16.7%
100.0%
26
93
36
155
16.8%
60.0%
23.2%
100.0%
(2-sided)
1.572a
2
.456
1.621
2
.445
Linear-by-Linear Association
.091
1
.763
N of Valid Cases
155
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,03.
Total
72
Asymp. Sig. df
badan lebih
22
Chi-Square Tests
Value
Berat