UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IDENTIFIKASI PENGARUH STERILISASI UAP DAN STERILISASI RADIASI TERHADAP SIFAT REOLOGI POLIMER (KARBOPOL, Na CMC, NATRIUM ALGINAT, TRAGAKAN, XANTHAN GUM)
SKRIPSI
FENNY DELFIYANTI 1112102000032
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2016
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
IDENTIFIKASI PENGARUH STERILISASI UAP DAN STERILISASI RADIASI TERHADAP SIFAT REOLOGI POLIMER (KARBOPOL, Na CMC, NATRIUM ALGINAT, TRAGAKAN, XANTHAN GUM)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
FENNY DELFIYANTI 1112102000032
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2016
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Fenny Delfiyanti
NIM
: 1112102000032
Tanda Tangan :
Tanggal
iii
: 18 Juli 2016
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
: Fenny Delfiyanti
NIM
: 1112102000032
Program Studi
: Farmasi
Judul Skripsi
: Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Sifat Reologi Polimer (Karbopol, Na CMC, Natrium Alginat, Tragakan, Xanthan Gum)
Disetujui oleh :
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt NIP. 19831028 200901 2 008
Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt NIP. 19750104 200912 2 001
Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt NIP. 19740430 200501 2 003
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Fenny Delfiyanti NIM : 1112102000032 Program Studi : Farmasi Judul Skripsi : Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Sifat Reologi Polimer (Karbopol, Na CMC, Natrium Alginat, Tragakan, Xanthan Gum) Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI Pembimbing I
: Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt
(
)
Pembimbing II
: Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt
(
)
Penguji I
: Dr. Azrifitria, M.Si., Apt
(
)
Penguji II
: Nurhasni, M.Si
(
)
Ditetapkan di
: Jakarta
Tanggal
: 18 Juli 2016
v
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul Skripsi
: Fenny Delfiyanti : Farmasi : Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Sifat Reologi Polimer (Karbopol, Na CMC, Natrium Alginat, Tragakan, Xanthan Gum)
Polimer merupakan makromolekul yang tersusun dari pengulangan unit-unit molekul kecil yang disebut monomer. Polimer dalam suatu sediaan farmasi dapat mempengaruhi sifat reologi sediaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi terhadap sifat reologi sejumlah polimer (karbopol, Na CMC, natrium alginat, tragakan, xanthan gum). Setiap larutan polimer dibuat menjadi dua konsentrasi, yaitu konsentrasi rendah dengan viskositas 500-1000 cPs dan konsentrasi tinggi dengan viskositas 10.00020.000 cPs. Larutan polimer pada setiap konsentrasi dibuat menjadi tiga kondisi antara lain tanpa sterilisasi, sterilisasi panas uap dan sterilisasi radiasi. Sterilisasi uap dilakukan pada suhu 121oC selama 15 menit. Sterilisasi radiasi dilakukan pada dosis 25 kGy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sterilisasi uap tidak mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol, tragakan dan xanthan gum konsentrasi tinggi serta karbopol konsentrasi rendah, tetapi mempengaruhi sifat reologi larutan polimer Na CMC dan natrium alginat konsentrasi tinggi serta Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum konsentrasi rendah; (2) sterilisasi radiasi tidak mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol konsentrasi tinggi dan rendah, tetapi mempengaruhi sifat reologi lartuan polimer Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum pada konsentrasi rendah dan tinggi. Kata Kunci
: polimer, reologi, viskositas, sterilisasi uap, sterilisasi radiasi
vi
ABSTRACT
Name Major Title
: Fenny Delfiyanti : Pharmacy : Identification Effect of Steam Sterilization and Radiation Sterilization on the Rheological Properties of Polymers (Carbopol, CMC Na, Sodium Alginate, Tragacanth, Xanthan Gum)
Polymers are macromolecules composed by many small units of molecules known as monomers. Polymer can affect rheological properties of pharmaceutical formulations. The aim of the research was to investigate effect of steam sterilization and radiation sterilization on the rheological properties of some polymers (carbopol, CMC Na, sodium alginate, tragacanth, xanthan gum). Each polymer solution was prepared in two concentrations, those are low concentration which has viscosity about 500-1000 cPs and high concentration which has viscosity about 10.000-20.000 cPs. Each polymer solution was prepared for three conditions, those are without sterilization, steam sterilization (121oC, 15 minutes) and radiation sterilization (sterilization dose was 25 kGy). The result showed that (1) steam sterilzation could not affect rheological properties of carbopol, tragacanth and xanthan gum solutions at high concentration, and carbopol solution at low concentration, but steam sterilization could affect rheological properties of CMC Na and sodium alginate solutions at high concentration and CMC Na, sodium alginate, tragacanth and xanthan gum solutions at low concentration; (2) radiation sterilization could not affect rheological properties of carbopol solution both at low and high concentration, but radiation sterilization could affect rheological properties of CMC Na, sodium alginate, tragacanth and xanthan gum solutions both at low and high concentration. Keywords
: polymer, rheology, viscosity, steam sterilization, radiation sterilization
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta menganugrahkan kesehatan dan kesempatan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Reologi Polimer (Karbopol, Na CMC, Natrium Alginat, Tragakan, Xanthan Gum)”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan dan kesungguhan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Bapak
Dr.
Nada
Marnada,
M.Eng selaku
Kepala
Balai
Iradiasi,
Elektromekanik dan Instrumentasi (IEI), Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN. 2.
Bapak Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt beserta Ibu Nelly Suryani, Ph.D, Apt selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran membimbing, memberikan dukungan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5.
Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt dan Ibu Nurhasni, M.Si selaku dewan penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
6.
Kedua orang tua tercinta, Papa Fidel Kasman, SH dan Mama Devi Yerni yang senantiasa mencurahkan cinta, doa, pengorbanan dan dukungan yang menjadi sumber kekuatan bagi penulis. Semoga Papa dan Mama senantiasa diberikan kesehatan dan limpahan rahmat dari Allah SWT.
viii
7.
Adik-adik
tercinta, Rifqi
Syahrul Ramadhan, Rani
Delfiyanti
dan
Miftahurrahmah Delfiyanti atas segala doa dan keceriaan yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis. 8.
Keluarga besar Kakek Umar St. Malano, Kakek H. Ibnu Hajar dan Kakek Herman St. Bagindo yang selalu memberikan doa dan dukungan bagi penulis selama masa perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi ini.
9.
Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Staf dan pegawai Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), terutama Pak Pram dan Kak Ica yang telah banyak membantu penulis selama melakukan sterilisasi radiasi. 11. Sahabat dan partner penelitian, Nurul Fitri Rukmana. Terimakasih atas kerjasama yang sangat baik, motivasi yang begitu menginspirasi, semangat yang tidak pernah padam sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga cita-cita dan harapan kita dikabulkan oleh Allah. 12. Afina Almas Ghasani, Denny Bachtiar dan Rakha Jati Prasetyo, sahabat terbaik yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat, yang selalu mendengarkan dan memahami, menjadi tempat berkeluh kesah dan berbagi cita-cita bagi penulis. Semoga Allah selalu menjaga ukhuwah kita. 13. Teman-teman penulis Ade Rachma Islamiah, Azmi Indillah, Risha Natasya, Zakiyah Zahra, Noni Tri Utami, Siti Windi Hariani, Lilis Hermawati, Khoiriyatus Sholihah, Santi Susilawati, Nita Fitriani, Okin, Adia Alghazia, Hary Abdul Rahman, kak Muhammad Haidar yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. Hanya Allah yang mampu membalas kebaikan teman-teman semua. 14. Teman-teman satu bimbingan, Fakhrun Nisa, Mauliana, Nur Khasanah dan Yunnica Sri Hapsari atas doa, dukungan dan kerjasamanya. 15. Seluruh laboran FKIK, terutama Kak Eris Risenti dan Kak Lisna yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.
ix
16. Teman-teman Mahasiswa/i Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012 terutama kelas BD atas persaudaraan dan kebersamaan. Semoga tetap terjalin komunikasi dan silaturahim diantara kita. 17. Keluarga besar HMPS Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2015 atas kekeluargaan dan pembelajaran yang begitu berharga. 18. Teman-teman Pharmacy Music Communiy atas seluruh kebersamaan dan keceriaan sehingga selalu berhasil menjadi tempat penghilang penat bagi penulis. Semoga PMC dapat terus berkarya. 19. Pihak-pihak terkait lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan, penelitian dan penyususnan skripsi.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu farmasi di masa yang akan datang.
Jakarta, Juli 2016
Penulis
x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK Sebagai sivitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Fenny Delfiyanti
NIM
: 1112102000032
Program Studi
: S-1 Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya
: Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul :
IDENTIFIKASI PENGARUH STERILISASI UAP DAN STERILISASI RADIASI TERHADAP SIFAT REOLOGI POLIMER (KARBOPOL, Na CMC, NATRIUM ALGINAT, TRAGAKAN, XANTHAN GUM)
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 18 Juli 2016 Yang Menyatakan,
(Fenny Delfiyanti)
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................v ABSTRAK ..................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. xi DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv DAFTAR TABEL .........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1 1.1 Latar Belakang .............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................3 1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................5 2.1 Reologi .........................................................................................5 2.2 Aliran Newton..............................................................................7 2.3 Aliran Non-Newton .....................................................................8 2.3.1 Aliran Tidak Bergantung Waktu.........................................9 2.3.1.1 Plastis ...................................................................9 2.3.1.2 Pseudoplastis ......................................................10 2.3.1.3 Dilatan ................................................................10 2.3.2 Aliran Bergantung Waktu ................................................12 2.3.2.1 Tiksotropi ...........................................................12 2.3.2.2 Antitiksotropi .....................................................13 2.3.2.3 Reopeksi .............................................................13 2.4 Viskotester Haake ......................................................................13 2.5 Polimer .......................................................................................14 2.5.1 Karbopol 940 ....................................................................14 2.5.2 Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC) ......................15 2.5.3 Natrium Alginat ................................................................16 2.5.4 Tragakan ...........................................................................17 2.5.5 Xanthan Gum ...................................................................17 2.6 Sterilisasi Uap ............................................................................18 2.7 Sterilisasi Radiasi Gamma .........................................................20 BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................21 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................21 3.2 Bahan dan Alat...........................................................................21 3.2.1 Bahan ................................................................................21 xii
3.2.2 Alat ...................................................................................21 3.3 Prosedur Kerja ...........................................................................21 3.3.1 Pembuatan Larutan Polimer .............................................22 3.3.1.1 Pembuatan Larutan Polimer Karbopol 940 ........23 3.3.1.2 Pembuatan Larutan Polimer Na CMC ...............23 3.3.1.3 Pembuatan Larutan Polimer Natirum Alginat ....23 3.3.1.4 Pembuatan Larutan Polimer Tragakan ...............23 3.3.1.5 Pembuatan Larutan Polimer Xanthan Gum .......24 3.3.2 Pengaturan pH ..................................................................24 3.3.3 Sterilisasi Larutan Polimer ...............................................24 3.3.2.1 Sterilisasi Uap ....................................................24 3.3.2.2 Sterilisasi Radiasi Gamma .................................24 3.3.4 Evaluasi Fisik ...................................................................24 3.3.4.1 Pengamatan Organoleptis ...................................24 3.3.4.2 Uji Homogenitas ................................................25 3.3.5 Pengukuran Viskositas dan Reologi ................................25 3.3.6 Pembuatan Kurva Viskositas dan Reologi ......................25 3.3.7 Rancangan Analisis Data Viskositas ................................25 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................26 4.1 Preparasi Larutan Polimer .........................................................26 4.2 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Karbopol 940 ....................................27 4.2.1 Evaluasi Fisik ...................................................................27 4.2.2 Sifat Reologi dan Viskositas Karbopol 940 .....................28 4.3 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Na CMC ............................................30 4.3.1 Evaluasi Fisik ...................................................................30 4.3.2 Sifat Reologi dan Viskositas Na CMC .............................31 4.4 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Natrium Alginat ................................34 4.4.1 Evaluasi Fisik ...................................................................34 4.4.2 Sifat Reologi dan Viskositas Natrium Alginat .................34 4.5 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Tragakan ...........................................38 4.5.1 Evaluasi Fisik ...................................................................38 4.5.2 Sifat Reologi dan Viskositas Tragakan ............................38 4.6 Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Xanthan Gum ....................................41 4.6.1 Evaluasi Fisik ...................................................................41 4.6.2 Sifat Reologi dan Viskositas Xanthan Gum .....................41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................45 5.1 Kesimpulan ................................................................................45 5.2 Saran ..........................................................................................45 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................46 LAMPIRAN ...................................................................................................52 xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Gambar 2.8 Gambar 2.9 Gambar 2.10 Gambar 2.11 Gambar 2.12 Gambar 2.13 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20
Halaman Ilustrasi Hubungan Laju Geser dan Tegangan Geser .................. 5 Kurva Reologi Berbagai Jenis Aliran .......................................... 7 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Newton ............................ 8 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Plastis .............................. 9 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Pseudoplastis ................. 10 Kurva Reologi Aliran Dilatan ................................................... 11 Gambaran Aliran Dilatan .......................................................... 11 Kurva Reologi Aliran Tiksotropi dan Antitiksotropi ................ 12 Struktur Kimia Karbopol ........................................................... 15 Struktur Kimia Na CMC ........................................................... 16 Struktur Kimia Natrium Alginat ................................................ 16 Struktur Kimia Tragakan ........................................................... 17 Struktur Kimia Xanthan Gum ................................................... 18 Kurva Reologi Karbopol 940 0,1% ........................................... 28 Kurva Reologi Karbopol 940 0,25% ......................................... 29 Kurva Perubahan Viskositas Karbopol 940 terhadap Pengaruh Sterilisasi ................................................................................... 30 Kurva Reologi Na CMC 1,25%................................................. 31 Kurva Reologi Na CMC 2,5%................................................... 32 Ikatan Glikosida pada Na CMC ................................................ 33 Kurva Perubahan Viskositas Na CMC terhadap Pengaruh Sterilisasi ................................................................................... 34 Pembentukan Ikatan Ganda Natrium Alginat............................ 35 Kurva Reologi Natrium Alginat 1,5% ....................................... 36 Kurva Reologi Natrium Alginat 3% .......................................... 37 Kurva Perubahan Viskositas Natrium Alginat terhadap Pengaruh Sterilisasi ................................................................... 37 Kurva Reologi Tragakan 1% ..................................................... 39 Ikatan Glikosida pada Tragakan ................................................ 39 Kurva Reologi Tragakan 3,5% .................................................. 40 Kurva Perubahan Viskositas Tragakan terhadap Pengaruh Sterilisasi ................................................................................... 40 Kurva Reologi Xanthan Gum 1%.............................................. 42 Perubahan Konformasi Xanthan Gum oleh Pemanasan ............ 42 Kurva Reologi Xanthan Gum 4,5%........................................... 43 Ikatan Glikosida pada Xanthan Gum ........................................ 44 Kurva Perubahan Viskositas Xanthan Gum terhadap Pengaruh Sterilisasi ................................................................... 44
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
Halaman Hubungan Waktu dan Suhu pada Sterilisasi Uap........................... 19 Kondisi Percobaan ......................................................................... 22 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Karbopol 940 ................................... 27 Perubahan Viskositas Larutan Karbopol ........................................ 29 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Na CMC ........................................... 30 Perubahan Viskositas Larutan Na CMC ........................................ 32 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Natrium Alginat ............................... 35 Perubahan Viskositas Larutan Natrium Alginat............................. 35 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Tragakan .......................................... 38 Perubahan Viskositas Larutan Tragakan ........................................ 38 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Xanthan Gum ................................... 41 Perubahan Viskositas Larutan Xanthan Gum ................................ 42
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Alur Peneltian ............................................................................ 52 Sertifikat Analisis Karbopol 940 ............................................... 53 Sertifikat Analisis Na CMC....................................................... 54 Sertifikat Analisis Natrium Alginat ........................................... 55 Sertifikat Analisis Tragakan ...................................................... 57 Sertifikat Analisis Xanthan Gum............................................... 58 Alat-Alat Penelitian ................................................................... 59 Data Reologi Karbopol 940 ....................................................... 60 Data Reologi Na CMC .............................................................. 61 Data Reologi Natrium Alginat................................................... 62 Data Reologi Tragakan .............................................................. 63 Data Reologi Xanthan Gum ...................................................... 64 Data Viskositas Karbopol 940 ................................................... 65 Data Viskositas Na CMC .......................................................... 66 Data Viskositas Natrium Alginat............................................... 67 Data Viskositas Tragakan .......................................................... 68 Data Viskositas Xanthan Gum .................................................. 69 Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Karbopol 940 ............................................................................. 70 Lampiran 19. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Na CMC..................................................................................... 71 Lampiran 20. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Natrium Alginat ......................................................................... 72 Lampiran 21. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Tragakan .................................................................................... 73 Lampiran 22. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Xanthan Gum............................................................................. 74 Lampiran 23. Evaluasi Fisik Larutan Polimer ................................................. 75 Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18.
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Polimer merupakan makromolekul yang tersusun dari pengulangan unit-
unit molekul kecil yang disebut monomer (Guerra & Lima, 2013). Kandungan polimer pada sediaan farmasi
berbentuk
cairan dan semisolid dapat
mempengaruhi reologi dan viskositas sediaan. Sifat reologi suatu sediaan menjadi indikator yang baik bagi stabilitas dan waktu simpan sediaan (Korhonen et al., 2001). Sifat reologi yang baik juga dapat mempermudah pemasukan dan pengeluaran sediaan dari wadah atau device (seperti spuit), meningkatkan penerimaan pasien terhadap sediaan karena nyaman saat digunakan serta dapat meningkatkan ketersediaan obat dalam tubuh (Mastropietro et al., 2013; Wilson et al., 1998). Polimer dapat digolongkan berdasarkan muatannya, yakni polimer anionik, kationik dan nonionik. Polimer anionik merupakan polimer yang umum digunakan pada berbagai sediaan farmasi termasuk sediaan steril karena memiliki kestabilan yang cukup baik, tidak toksik dan tidak mengiritasi (Rowe et al., 2009). Pemanfaatan polimer anionik pada sediaan steril antara lain, karbopol dan natirum alginat yang dapat digunakan sebagai pembentuk gel pada sediaan gel mata in situ (Champalal & Sushilkumar, 2012), xanthan gum yang digunakan sebagai peningkat viskositas pada sediaan tetes mata sehingga akan memperlama waktu retensi obat pada area prekorneal (Ceulemans et al., 2002), serta natrium karboksimetilselulosa (Na CMC) dan tragakan yang dapat digunakan sebagai rheology modifier pada sediaan parenteral (Malik et al., 2010) Sediaan steril merupakan sediaan dengan persyaratan khusus, antara lain steril atau bebas mikroorganisme dan pirogen sehingga harus memerlukan proses sterilisasi. Sterilisasi berfungsi membunuh semua mikroorganisme (baik dalam bentuk spora maupun nonspora dari bakteri, virus dan protozoa) yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia bila mengontaminasi sediaan farmasi (World Health Organization, 2015).
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Metode sterilisasi secara umum dibagi menjadi dua yaitu sterilisasi panas dan sterilisasi tanpa panas. Salah satu metode sterilisasi panas yang umum digunakan adalah sterilisasi panas uap, dimana panas tersebut dihasilkan dari uap pemanasan air (WHO, 2015; Dion & Parker, 2013). Metode ini umum digunakan karena keuntungannya antara lain tidak toksik, efisien, mudah dikontrol dan dimonitor, cepat, mudah berpenetrasi ke wadah dan lebih aman untuk sediaan karena temperatur yang digunakan cenderung lebih rendah dibandingkan metode sterilisasi panas lainnya (Rutala et al., 2008). Salah satu metode sterilisasi tanpa panas yang banyak digunakan adalah radiasi gamma, karena memiliki keuntungan antara lain efektif, aman, mudah, serta tidak menimbulkan masalah toksisitas dan ekologi seperti pada sterilisasi etilen oksida dan formaldehid (Silindir & Özer, 2012). Pada metode ini, bahan dipaparkan dengan radiasi pengion dalam bentuk radiasi gamma dari sumber radioisotop yang sesuai seperti cobalt-60 (60Co) (WHO, 2015). Metode sterilisasi seperti sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi, cenderung dapat merusak polimer. Kerusakan yang mungkin terjadi antara lain timbulnya perubahan warna, perubahan transisi termal, sampai pemutusan rantai polimer yang dapat berpengaruh kepada reologi dan viskositas larutan polimer (Silindir & Özer, 2012). Maka
dari
itu
penting bagi
seorang formulator
untuk
mempertimbangkan metode sterilisasi dan pemilihan polimer yang tepat, agar tetap dihasilkan sediaan dengan sifat alir yang baik sesuai kebutuhan. Beberapa penelitian terdahulu telah mengidentifikasi bagaimana pengaruh sterilisasi terhadap reologi dan viskositas larutan polimer. Penelitian Bindal et al, (2003) mempublikasikan
bahwa
viskositas
larutan
polimer
guar
gum
dan
hidroksietilselulosa menurun setelah disterilisasi uap pada suhu 121oC, sedangkan viskositas metil selulosa dan hidroksi propil metil selulosa (HPMC) tidak berubah signifikan setelah disterilisasi uap (Duggirala & DeLuca, 1996). El-Bagory et al, (2010) dalam penelitiannya mempublikasikan bahwa radiasi gamma pada gel pluronic menyebabkan peningkatan viskositas gel, sedangkan pada larutan polimer alginat yang disterilisasi dalam bentuk bubuk, radiasi gamma menyebabkan penurunan viskositas secara signifikan sampai lebih dari 70% (Sintzel et al., 1997). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada dan seberapa besar perubahan reologi dan viskositas polimer setelah disterilisasi dengan sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi pengaruh sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi terhadap perubahan reologi sejumlah polimer anionik, antara lain karbopol 940, natrium karboksimetilselulosa (Na CMC), natrium alginat, tragakan dan xanthan gum.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini antara lain : a. Bagaimana pengaruh sterilisasi uap terhadap sifat reologi sejumlah polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum)? b. Bagaimana
pengaruh
sterilisasi
radiasi
terhadap
sifat
reologi
sejumlah polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum)?
1.3
Tujuan Penelitian a. Mempelajari pengaruh sterilisasi uap terhadap sifat reologi sejumlah polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum) b. Mempelajari pengaruh sterilisasi radiasi terhadap sifat reologi sejumlah polimer (karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum)
1.4
Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Memberikan informasi mengenai perubahan sifat reologi dari karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum setelah dilakukan sterilisasi uap
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
b. Memberikan informasi mengenai perubahan sifat reologi dari karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum setelah dilakukan sterilisasi radiasi c. Memberikan informasi pemilihan metode sterilisasi yang tepat di antara sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi untuk sediaan steril yang menggunakan polimer karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan atau xanthan gum d. Memberikan informasi pemilihan polimer yang tepat yang dapat digunakan pada sediaan steril yang disterilisasi dengan sterilisasi uap atau sterilisasi radiasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Reologi Reologi berasal dari bahasa yunani yaitu rheo (mengalir) dan logos (ilmu).
Istilah reologi pertama kali diperkenalkan oleh Bingham dan Crawford untuk menggambarkan aliran suatu cairan dan deformasi (perubahan bentuk) dari padatan (Martin et al., 2008). Reologi berhubungan dengan viskositas. Viskositas merupakan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir (Podczeck, 2007). Sifat reologi pada setiap bahan dalam formulasi sediaan farmasi menjadi salah satu pertimbangan penting dalam proses produksi. Sebagai contoh, bahan dengan viskositas tinggi akan membutuhkan energi yang besar dalam proses pengadukan, sedangkan bahan dengan viskositas yang rendah dapat mempercepat waktu pencampuran dan meningkatkan homogenitas sediaan. Sifat reologi dari sediaan farmasi juga dapat mempengaruhi stabilitas sediaan, misalnya sediaan suspensi dengan viskositas rendah akan mudah mengalami sedimentasi yang mengindikasikan bahwa suspensi tersebut memiliki stabilitas buruk. Selain itu sifat reologi sediaan farmasi juga dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pasien, contohnya suspensi dan emulsi harus memiliki sifat alir yang baik agar mudah dikeluarkan dari wadah serta mudah dalam menakar dosisnya pada sendok takar (Podczeck, 2007). Oleh sebab itu, prinsip reologi memegang peranan penting dalam pengembangan dan produksi sediaan-sediaan farmasi.
Gambar 2.1 Ilustrasi Hubungan Laju Geser dan Tegangan Geser (F : tegangan geser, dv : kecepatan antar bidang, dr : jarak antar bidang) Sumber : Podczeck, 2007
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
Reologi digambarkan melalui suatu kurva reogram antara shear rate (laju geser) dan shearing stress (tegangan geser). Viskositas juga digambarkan melalui suatu kurva antara viskositas dan shear rate (laju geser). Laju geser (γ) merupakan perbedaan kecepatan antara dua bidang cairan (dv) yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr), sedangkan tegangan geser (σ) merupakan gaya per satuan luas (F’/A) yang diperlukan untuk menghasilkan laju geser tertentu. Semakin besar viskositas suatu cairan, akan semakin besar pula tegangan geser yang diperlukan untuk menghasilkan laju geser tertentu, oleh karena itu laju geser berbanding lurus dengan tegangan geser sebagai berikut : (2.1) dimana η adalah viskositas, F = F’/A dan G = dv/dr, sehingga persamaan viskositas dapat ditulis sebagai (Martin et al., 2008) : (2.2) Reogram atau kurva reologi terdiri dari dua kurva. Satu kurva menggambarkan peningkatan laju geser (kurva menaik), sedangkan kurva lainnya menggambarkan perlambatan laju geser (kurva menurun). Kedua kurva ini didapatkan dengan melakukan pengukuran dari laju geser nol ke maksimum, dan kembali lagi ke laju geser nol (Triantafillopoulos, 1988). Melalui kurva ini, dapat diidentifikasi bagaimana sifat alir dari suatu bahan. Sifat alir atau reologi dibagi menjadi dua jenis yaitu aliran newton dan non-newton. Masing-masing jenis aliran memiliki sifat reologi yang berbeda yang digambarkan dalam reogram (Gambar 2.2). Reologi dan viskositas dapat berubah oleh berbagai faktor, diantaranya tekanan, suhu, shear time dan pH. Peningkatan tekanan akan meningkatkan viskositas bahan newton maupun non-newton walaupun perubahannya sangat kecil, dan pada kondisi tekanan dibawah 1 bar perubahan viskositas tidak terdeteksi. Peningkatan suhu akan menurunkan viskositas, terutama pada bahan dengan viskositas tinggi, sehingga perlu kontrol suhu yang lebih baik pada bahan dengan viskositas tinggi. Selain itu, lamanya waktu geser yang diberikan pada suatu bahan, juga akan mempengaruhi kerusakan struktur bahan sehingga viskositas sediaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
berubah. Namun pada beberapa bahan tertentu, berhentinya laju geser akan mengembalikan struktur seperti semula atau disebut fase pemulihan (Podczeck, 2007). Kemudian faktor lain yang dapat mempengaruhi reologi dan viskositas bahan adalah perubahan pH, secara umum peningkatan pH dapat meningkatkan viskositas, walaupun tidak signifikan (Islam et al., 2004).
Gambar 2.2 Kurva Reologi Berbagai Jenis Aliran, (a) aliran newton; (b) aliran plastis; (c) aliran pseudoplastis; (d) aliran dilatan Sumber : Aulton et al., 2001
2.2
Aliran Newton Aliran newton merupakan sistem aliran yang konstan, dimana semakin
besar tegangan geser yang diberikan, maka semakin besar laju geser. Viskositas aliran newton selalu konstan dan tidak dipengaruhi oleh seberapa besar laju geser yang diberikan, namun akan bernilai nol jika laju geser dihentikan. Walaupun dalam waktu penyimpanan yang cukup lama, viskositas aliran newton tidak berubah. Cairan homogen seperti air, gliserol, minyak lemak atau pelarut organik memiliki sifat alir newton (Barnes et al., 1989; Martin et al., 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
Gambar 2.3 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Newton Sumber : Aulton et al., 2001
Aliran newton dapat berubah menjadi aliran non-newton. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan reologi dari aliran newton menjadi nonnewton antara lain (Mastropietro et al., 2013). a) Besar rasio antar partikel b) Partikel berpori c) Adanya agregasi partikel d) Ukuran partikel e) Luas area partikel f) Jumlah partikel yang terdispersi g) Bentuk partikel (spheris atau plate-like) h) Sistem polimer (unipolymer atau multipolymer; polimer rantai panjang atau pendek)
2.3
Aliran non-Newton Sediaan farmasi berupa larutan pada dasarnya tidak mengikuti hukum aliran
newton karena terdapat variasi viskositas dengan peningkatan atau penurun laju geser. Hal ini terjadi karena sediaan farmasi merupakan campuran dari berbagai bahan. Aliran non-newton umumnya ditunjukkan oleh sediaan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi dan gel. Aliran non-newton dibagi menjadi dua tipe aliran, yaitu aliran tidak dipengaruhi waktu (time-independent behavior) dan aliran yang dipengaruhi waktu (time-dependent behavior). Karakteristik aliran non-newton yang dipengaruhi waktu adalah adanya loop diantara kurva menaik dan menurun.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
Loop tersebut mengindikasikan terjadinya kerusakan struktur. Maka dari itu, semakin besar area loop maka semakin besar derajat kerusakan bahan (Aulton et al, 2001).
2.3.1
Aliran Tidak Bergantung Waktu
2.3.1.1 Plastis Kurva aliran plastis tidak melewati titik asal (0,0) tapi memotong sumbu tegangan geser pada suatu bagian tertentu yang dikenal yield value. Yield value didefinisikan sebagai tegangan geser minimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan aliran. Konsep yield value ini pada dasarnya hanya perkiraan karena nilai tegangan yang diberikan tergantung pada waktu pengukuran. Hampir semua cairan akhirnya mengalir jika diberikan tegangan geser pada waktu dan besar tegangan tertentu.
Gambar 2.4 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Plasits Sumber : Aulton et al., 2001
Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang terflokulasi dalam suspensi. Yield value disebabkan oleh adanya kontak antar partikel-partikel yang berdekatan (disebabkan oleh gaya van der waals), yang harus dipecah sebelum aliran terjadi. Maka dari itu, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Semakin banyak suspensi yang terflokukasi maka semakin tinggi yield value, artinya semakin besar kemampuan medium pendispersi untuk mempertahankan partikel terdispersi tidak mudah mengendap. Dengan demikian, besarnya yield value dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengendalikan sedimentasi sediaan suspensi selama waktu penyimpanan (Herh et al., 1998).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
2.3.1.2 Pseudoplastis Aliran pseudoplastis atau shear thinning adalah sifat alir yang paling umum dari sediaan farmasi. Laju geser yang meningkat tetap dari waktu ke waktu akan memecah ketika status termodinamika dari sistem agregat tidak stabil secara kinetik (Mastropietro et al., 2013). Berbeda dengan aliran plastis, aliran pseudoplastis dimulai dari titik asal (0,0) atau paling tidak mendekati titik asal pada laju geser yang rendah dan menunjukkan penurunan viskositas dengan meningkatnya laju geser (Martin et al., 2008).
Gambar 2.5 Kurva Reologi dan Viskositas Aliran Pseudoplastis Sumber : Aulton et al., 2001
Shear thinning sering ditemukan pada larutan yang mengandung makromolekul seperti selulosa atau polimer tidak bercabang. Tegangan geser yang diberikan menyebabkan molekul-molekul yang awalnya tidak beraturan, membentuk rantai panjang lurus beraturan yang menyebabkan berkurangnya viskositas larutan. Selain itu, pelarut yang berikatan dengan molekul dapat lepas akibat adanya laju geser, sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi efektif dan penurunan molekul-molekul terdispersi. Hal ini juga menyebabkan viskositas larutan menurun (Podczeck, 2007). 2.3.1.3 Dilatan Aliran dilatan merupakan tipe aliran yang berkebalikan dengan aliran pseudoplastis, dimana viskositas meningkat dengan meningkatnya laju geser. Aliran dilatan atau shear thickening merupakan tipe aliran pada suspensi atau pasta yang memiliki konsentrasi partikel terdispersi lebih dari 50% dengan ukuran partikel dibawah 50µm yang mudah mengalami deflokulasi (Podczeck, 2007).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
Gambar 2.6 Kurva Reologi Aliran Dilatan Sumber : Aulton et al, 2001
Pada keadaan istirahat, partikel-partikel tersebut tersusun rapat dengan volume antar partikel atau volume kosong (void) pada keadaan minimum. Medium pendispersi pada suspensi tersebut cukup untuk mengisi volume kosong tersebut sehingga partikel-partikel lebih mudah bergerak pada laju geser rendah. Dengan demikian suspensi lebih mudah dituang karena masih berbentuk cairan encer. Namun, pada saat diberi laju geser tinggi, partikel-partikel terdispersi akan mengembang atau memuai (dilate). Kondisi ini membuat meningkatnya volume kosong diantara partikel. Jumlah medium pendispersi yang tetap tidak cukup untuk mengisi volume kosong, sehingga hambatan aliran meningkat karena partikelpartikel tersebut tidak bisa dibasahi atau dilumasi lagi oleh medium pendispersi, yang mengakibatkan suspensi atau pasta menjadi kaku. Efek ini bersifat reversibel jika laju geser diturunkan. (Martin et al., 2008; Podczeck, 2007).
Gambar 2.7 Gambaran Aliran Dilatan Sumber : Aulton et al., 2001
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
2.3.2 Aliran Bergantung Waktu Sifat alir bergantung waktu adalah ketika suatu bahan diberi laju geser tertentu akan mengalami pemecahan struktur yang bersifat reversibel, namun memerlukan waktu untuk kembali ke struktur aslinya. Karakteristik umum dari bahan ini adalah jika mereka mengalami peningkatan laju geser secara bertahap dan segera diikuti oleh penurunan laju geser ke titik nol, maka akan dihasilkan kurva menurun yang berbeda dengan kurva menaik (Aulton et al., 2001). Perbedaan kurva menaik dan menurun menyebabkan pembentukan loop hystereis (Triantafillopoulos, 1998). Daerah loop menandakan waktu yang dibutuhkan untuk suatu struktur kembali seperti semula setelah gaya dihilangkan (Herh et al., 1998).
2.3.2.1 Tiksotropi Tiksotropi merupakan
aliran
bergantung waktu
dimana
dengan
meningkatnya laju geser, viskositas cairan menurun (shear thinning). Pada aliran tiksotropi, struktur bahan rusak akibat adanya laju geser dan pulih pada saat pendiaman (Bagley & Dintzis, 1999).
Gambar 2.8 Kurva Reologi Aliran Tiksotropi dan Antitiksotropi Sumber : Podczeck, 2007 (telah diolah kembali)
Tiksotropik bisa didefinisikan sebagai suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman suatu bahan yang kehilangan viskositasnya karena laju geser. Struktur yang pecah tidak berbentuk kembali dengan segera jika laju geser dihilangkan atau dikurangi. Informasi mengenai reologi ini sangat penting untuk diketahui. Pada umumnya, aliran yang diinginkan dalam suatu sistem farmasetika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
cair adalah aliran tiksotropi karena suatu sediaan yang ideal harus mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah, namun dapat dituang dan disebar dengan mudah (Martin et al., 2008). Contohnya pada sediaan suspensi harus memiliki sifat alir yang tepat baik selama pembuatan maupun penggunaan serta harus memiliki konsistensi yang tepat sehingga partikel dapat tersebar dalam wadah (Herh et al., 1998). 2.3.2.2 Antitiksotropi Antitiksotropi atau disebut juga tiksotropi negatif merupakan tipe aliran yang bergantung waktu dimana struktur terbentuk pada laju geser, sedangkan disintegrasi terjadi pada saat pendiaman (Siginer et al., 1999). Menurut Samyn & Jung (1967), antitiksotropi terjadi karena meningkatnya frekuensi tumbukan dari partikel-partikel terdispersi yang kemudian membentuk gumpalan-gumpalan akibat adanya laju geser, sehingga terjadi peningkatan viskositas. Antitiksotropi juga timbul karena gumpalan tertentu yang menjadi longgar akibat adanya laju geser. Dalam keadaan diam, gumpalan-gumpalan tersebut mengalami disintegrasi atau pemecahan menjadi partikel yang lebih kecil, sehingga terjadi penurunan viskositas (Martin et al., 2008). 2.3.2.3 Reopeksi Reopeksi merupakan aliran bergantung waktu dimana apabila diberikan laju geser sedang sampai tinggi struktur bahan menjadi rusak, namun kembali pulih pada laju geser rendah serta stabil pada saat pendiaman (Siginer et al., 1999). Pada aliran reopeksi, peningkatan viskositas dari bentuk koloid menjadi gel terjadi lebih cepat pada pengadukan perlahan (laju geser rendah). Dalam sistem reopeksi, gel tersebut adalah bentuk keseimbangan. Sedangkan dalam sistem antitiksotropi, keadaan keseimbangan adalah bentuk koloid (Martin et al., 2008) 2.4
Viskotester Haake Viskositas dan sifat reologi dari suatu sistem ditentukan menggunakan
viskometer. Pengukuran viskositas dan reologi diperlukan untuk kontrol kualitas dalam proses produksi. Viskometer yang digunakan pada penelitian ini yaitu viskometer haake 6R. Viskometer ini merupakan viskometer tipe rotasional yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
menggunakan silinder atau spindle yang direndam di dalam larutan yang akan diuji yang menimbulkan ketahanan larutan terhadap gerak rotasi silinder pada kecepatan tertentu. Sudut deviasi dari spindle diukur secara elektronik yang dinyatakan dalam nilai torque. Nilai torque dihitung berdasarkan kecepatan putar spindle yang menghasilkan pembacaan langsung nilai viskositas larutan yang diuji dalam satuan mPa (milipascal). Untuk penentuan viskositas, ukuran dan kecepatan spindle yang digunakan harus proposional terhadap ketahanan larutan. Untuk penentuan sifat reologi, dilakukan rentang pengukuran pada berbagai kecepatan putar (Thermo Scientific, 2007). 2.5
Polimer Polimer adalah molekul besar atau makromolekul yang tersusun dari
pengulangan unit-unit molekul kecil yang disebut monomer (Guerra & Lima, 2013). Molekul polimer ada yang berbentuk linear, bercabang serta berupa linear atau bercabang yang terpisah yang bergabung dengan suatu ikatan silang. Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer disebut homopolimer, sedangkan polimer yang tersusun dari lebih dari satu jenis monomer disebut kopolimer. Polimer yang larut dalam air memiliki kemampuan untuk meningkatkan viskositas suatu sediaan sedangkan polimer yang tidak larut dalam air digunakan untuk membentuk film tipis dan matriks pembungkus obat (Florence & Attwood, 2006). 2.5.1 Karbopol 940 Karbopol adalah serbuk halus berwarna putih, higroskopis dengan sedikit bau yang khas. Karbopol digunakan sebagai rheology modifier pada berbagai formulasi sediaan cair atau semisolid, antara lain formulasi krim, gel dan lotion yang diaplikasikan pada mata, rektal, topikal, dan vagina. Selain itu karbopol juga digunakan sebagai pembentuk gel, agen pengemulsi, agen pensuspensi, dan controlled-release agent (Rowe et al., 2009). Kelebihan karbopol antara lain memiliki viskositas tinggi pada konsentrasi rendah, interval viskositas beragam, sifat alir yang baik, ketercampuran dengan banyak zat aktif, suhu stabil, dan karakteristik organoleptis yang sangat baik sehingga penerimaan pasien baik (Islam et al., 2004). Kekurangan karbopol yaitu mudah terjerapnya gelembung
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
udara di dalam sediaan, terutama dalam larutan karbopol dengan konsentrasi tinggi. Karbopol memiliki pH 2,5 sampai 4,0 pada konsentrasi 0,2% (b/v) dalam bentuk dispersi koloid. Apabila karbopol dinetralkan dengan penambahan suatu basa, maka secara progresif gugus karboksil akan terionisasi. Adanya gaya tolakmenolak antara gugus yang terionkan menyebabkan ikatan hidrogen pada gugus karboksi meregang sehingga terjadi peningkatan viskositas. Viskositas maksimum karbopol terjadi antara pH 6 sampai 11 (Florence & Attwood, 2006). Larutan karbopol memiliki sifat alir pseudoplastis (Kulkarni & Shaw, 2016).
Gambar 2.9 Struktur Kimia Karbopol Sumber : Rowe et al., 2009
Karbopol terdiri dari berbagai jenis yang dibedakan berdasarkan berat molekulnya. Karbopol tipe 940 dengan rumus molekul (C3H4O2)n untuk jenis 940 memiliki berat molekul monomer 72 gram/mol dan karbopol 940 memiliki jumlah monomer 1450 monomer (Suyudi, 2014). Karbopol 940 merupakan salah satu jenis karbopol yang memiliki kejernihan yang sangat baik dan cocok digunakan sebagai thickening atau rheology modifier terutama pada viskositas tinggi (Allen, 2002). Dalam bentuk larutan, karbopol 940 merupakan salah satu jenis karbopol yang mudah mengalami degradasi oksidatif terutama oleh sinar matahari dan logam tertentu, sehingga menyebabkan perubahan warna dan penurunan viskositas pada larutan karbopol (Lubrizol, 2005).
2.5.2 Natrium Karboksimetilselulosa (Na CMC) Na CMC adalah granul halus putih yang tidak memiliki rasa dan bau. Na CMC cukup stabil dan merupakan bahan yang higroskopis. Larut pada air panas maupun dingin, stabil pada pH 2-10 dan memiliki sifat alir agak tiksotropik. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
Pengendapan dapat terjadi pada pH kurang dari 2 dan viskositas menurun dengan cepat pada pH diatas 10. Secara umum Na CMC dalam viskositas tinggi memiliki kestabilan yang baik pada pH 7-9 (Rowe et al., 2009)
Gambar 2.10 Struktur Kimia Na CMC Sumber : Rowe et al., 2009
Na CMC banyak digunakan sebagai peningkat viskositas pada sediaan oral, topikal, dan parenteral serta pada konsentrasi tinggi dapat digunakan sebagai basis gel dan pasta (Kulkarni & Shaw, 2016; Rowe et al., 2009). Pada sediaan wound care (penutup luka), Na CMC dapat digunakan sebagai sebagai agen mukoadesif yang dapat menyerap eksudat luka (Rowe et al., 2009).
2.5.3
Natrium Alginat Natrium alginat merupakan garam natrium dari asam alginat yang tersusun
dari asam D-manuronat dan asam L-gluronat. Natrium alginat merupakan serbuk yang tidak memiliki rasa dan bau yang berwarna putih sampai kuning pucat kecoklatan yang diperoleh dari netralisasi asam alginat yang diekstrak dari rumput laut dengan natrium bikarbonat (Rowe et al., 2009).
Gambar 2.11 Struktur Kimia Natrium Alginat Sumber : Steele et al., 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
Natrium alginat merupakan bahan higroskopis dan cukup stabil pada temperatur sejuk dan kelembaban relatif. Larutan natrium alginat lebih stabil pada pH 4-10, dibawah pH 3 asam alginat akan mengalami presipitasi (Rowe et al., 2009). Natrium alginat digunakan dalam berbagai sediaan farmasi oral maupun topikal. Pada sediaan topikal, natrium alginat digunakan sebagai thickening dan suspending agent pada krim, pasta, dan gel. Pada sediaan steril, natrium alginat digunakan sebagai pembentuk gel pada sediaan gel mata in situ (Champalal & Sushilkumar, 2012). 2.5.4 Tragakan Tragakan merupakan serbuk berwarna putih sampai kekuningan, tidak berbau dan dalam bentuk mucilago memiliki rasa hambar. Tragakan merupakan gum dari alam yang mengandung campuran dari polisakarida L-fukosa, D-xylosa, D-galaktosa (Rowe et al., 2009).
Gambar 2.12 Struktur Kimia Tragakan Sumber : Aspinal dan Baillie, 1963
Tragakan memiliki aliran tiksotropik (shear thinning) (Kulkarni dan Shaw, 2016). Tragakan dalam bentuk larutan 1% memiliki viskositas 300 Viskositas (cPs) hingga 3000 Viskositas (cPs). Tragakan digunakan sebagai suspending agent dan viscosity-increasing agent pada berbagai formulasi sediaan farmasi seperti krim, gel dan emulsi (Rowe et al., 2009). Tragakan juga dapat digunakan sebagai rheology modifier pada sediaan parenteral (Malik et al., 2010).
2.5.5 Xanthan Gum Xanthan gum merupakan gum polisakarida berupa serbuk halus putih dan tidak berwarna yang mengandung D-glukosa dan D-mannosa sebagai unit heksosa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
yang dominan. Setiap xanthan gum mengulang lima unit gula; 2 glukosa, 2 mannosa dan 1 asam glukoronat (Rowe et al., 2009)
Gambar 2.13 Struktur Kimia Xanthan Gum Sumber : Garchia-Ochoa et al., 2000
Xanthan gum banyak digunakan pada formulasi sediaan oral dan topikal sebagai thickening, agen pensuspensi, agen penstabil sediaan dan agen pengemulsi (Rowe et al., 2009). Larutan xanthan gum bersifat sangat pseudoplastis. Pada konsentrasi rendah, larutan xanthan gum menunjukkan viskositas tinggi dibandingkan dengan larutan polisakarida lainnya. Sifat seperti ini membuat xanthan gum digunakan sebagai rheology modifier dan stabilizer yang sangat efektif (Sharma et al., 2006). Xanthan gum tidak toksik dan kompatibel dengan berbagai bahan-bahan lainnya, serta memiliki stabilitas yang baik pada rentang pH 4-10 dan temperature 10-60oC dalam bentuk larutan. Xanthan gum memiliki sifat alir pseudoplastis (Rowe et al., 2009). Contoh penggunaan xanthan gum pada sediaan farmasi yaitu pada sediaan tetes mata, xanthan gum dapat berinteraksi dengan musin yang dapat memperlama retensi obat pada area prekorneal (Ceulemans et al., 2002). Xanthan gum juga dapat meningkatkan kekuatan bioadesif sediaan vaginal (Vermani et al., 2002). 2.6
Sterilisasi Uap Sterilisasi dibutuhkan untuk membunuh semua mikroorganisme (baik
dalam bentuk spora maupun nonspora dari bakteri, virus dan protozoa) yang dapat mengontaminasi sediaan farmasi. Salah satu teknik sterilisasi yang sederhana yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
dengan sterilisasi uap. Sterilisasi uap merupakan proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh bertekanan dalam suatu alat yang disebut autoklaf (Departemen Kesehatan RI, 1995). Tabel 2.1 Hubungan Waktu dan Suhu pada Sterilisasi Uap Suhu (oC)
Waktu
115-116
30 menit
121-124
15 menit
126-129
10 menit
134-138
5 menit
Sumber : WHO, 2015; Ansel et al., 2011
Banyak produk farmasi yang tidak bisa disterilisasi menggunakan sterilisasi panas kering, karena dapat merusak produk. Sedangkan sterilisasi dengan panas uap cenderung lebih aman karena temperaturnya tidak terlalu tinggi. Selain itu, dengan adanya kelembaban pada metode sterilisasi uap, membuat bakteri lebih mudah terkoagulasi dan terdekstruksi bila dibandingkan dengan tanpa adanya kelembaban. Adanya panas uap yang lembab akan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein-protein esensial pada mikroorganisme, hal ini terjadi karena ikatan hidrogen pada protein mudah putus oleh adanya molekul air. Faktor kritis dalam sterilisasi uap antara lain waktu, suhu, dan pergantian udara dengan uap (tidak boleh ada udara yang terjerap). Semakin meningkat suhu sterilisasi, maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan (Ansel et al., 2011; Dion & Parker, 2013). Sterilisasi uap dapat digunakan pada semua sediaaan farmasi dan bahanbahan yang tahan terhadap panas, lembab, dan dapat dipenetrasi oleh uap. Sterilisasi uap tidak digunakan untuk sterilisasi minyak, lemak, sediaan mengandung lemak, dan lain-lain yang tidak bisa dipenetrasi oleh uap, serta sediaan solid atau serbuk yang mungkin rusak oleh adanya lembab (Ansel et al., 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
2.7
Sterilisasi Radiasi Gamma Sterilisasi radiasi gamma merupakan sterilisasi menggunakan radiasi
pengion dalam bentuk radiasi gamma dari sumber radioisotop yang sesuai seperti cobalt-60 (60Co). Mutasi DNA mikroorganisme oleh radiasi gamma menyebabkan mikroorganisme menjadi mati atau inaktif (WHO, 2015). Sterilisasi radiasi dapat dengan aman diterapkan pada berbagai bahan dan sediaan farmasi, bahkan metode ini telah digunakan dalam 50 tahun lebih. Dosis radiasi yang direkomendasikan oleh International Pharmacopoeia (2015) adalah 25 kGy (kilogray). Dari sudut pandang mikrobiologi, dosis ini adalah dosis yang memenuhi syarat untuk produkproduk farmasi yang diproduksi secara GMP (good manufacturing practice). Sterilisasi radiasi merupakan sterilisasi tanpa panas yang memiliki berberapa keuntungan antara lain efektif karena tidak membutuhkan waktu yang lama, aman bagi teknisi dan pasien, daya tembus radiasi yang tinggi sehingga dapat menembus berbagai jenis wadah, serta tidak menimbulkan masalah toksisitas dan ekologi seperti pada sterilisasi etilen oksida dan formaldehid akibat residu yang dihasilkan. Satu-satunya kelemahan metode ini adalah tingginya biaya produksi karena alat yang mahal (Silindir & Özer, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II dan Laboratorium
Formulasi Sediaan Steril Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dalam kurun waktu Februari 2016–Mei 2016.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Karbopol 940 (Pharmaceutical Grade, Shadhong Bio-Technologi), natrium
karboksimetilselulosa
(Pharmaceutical
Grade,
Shadhong
Bio-
Technologi), natrium alginat (Food Grade, Shandong Jiejing), tragakan (Food Grade, Brataco Chemika), xanthan gum (Food Grade, Danisco), trietanolamin, HCl 1M dan akuades.
3.2.2 Alat Neraca analitik (GH-202, AND, Jepang), overhead stirrer (RW 20 Digital, IKA), hot plate (Cimarec), viscotester (6R Haake, Jerman), autoklaf digital (ALP), gamma irradiator cell 220 dan alat gelas.
3.3
Prosedur Kerja Penelitian ini bersifat eksperimental, dimana setiap larutan polimer akan
diuji sifat reologinya pada berbagai kondisi, yaitu setelah sterilisasi uap dengan autoklaf pada suhu 121oC dan sterilisasi radiasi dengan dosis radiasi 25 kGy. Berikut adalah tabel kondisi percobaan yang dilakukan pada penelitian ini.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
Tabel 3.1 Kondisi Percobaan Kondisi Percobaan K1
Sterilisasi Uap (1210C, 15 menit) -
Sterilisasi Radiasi (25 kGy) -
Polimer
Konsentrasi
Karbopol 940
0,1%
K2
Karbopol 940
0,1%
√
-
K3
Karbopol 940
0,1%
-
√
K4
Karbopol 940
0,25%
-
-
K5
Karbopol 940
0,25%
√
-
K6
Karbopol 940
0,25%
-
√
K7
Na CMC
1,25%
-
-
K8
Na CMC
1,25%
√
-
K9
Na CMC
1,25%
-
√
K10
Na CMC
2,5%
-
-
K11
Na CMC
2,5%
√
-
K12
Na CMC
2,5%
-
√
K13
Natrium Alginat
1,5%
-
-
K14
Natrium Alginat
1,5%
√
-
K15
Natrium Alginat
1,5%
-
√
K16
Natrium Alginat
3%
-
-
K17
Natrium Alginat
3%
√
-
K18
Natrium Alginat
3%
-
√
K19
Tragakan
1%
-
-
K20
Tragakan
1%
√
-
K21
Tragakan
1%
-
√
K22
Tragakan
3,5%
-
-
K23
Tragakan
3,5%
√
-
K24
Tragakan
3,5%
-
√
K25
Xanthan Gum
1%
-
-
K26
Xanthan Gum
1%
√
-
K27
Xanthan Gum
1%
-
√
K28
Xanthan Gum
4,5%
-
-
K29
Xanthan Gum
4,5%
√
-
Xanthan Gum
4,5%
-
√
K30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
3.3.1
Pembuatan Larutan Polimer
3.3.1.1 Pembuatan Larutan Polimer Karbopol 940 Karbopol 940 ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 300800 rpm pada suhu 70oC (dimodifikasi dari Allen, 2002). Akuades ditambah sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan dibuat duplo.
3.3.1.2 Pembuatan Larutan Polimer Na CMC Na CMC ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 300500 rpm pada suhu 30-60oC (dimodifikasi dari Allen, 2002). Akuades ditambah sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan dibuat duplo.
3.3.1.3 Pembuatan Larutan Polimer Natrium Alginat Natrium alginat ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 500 rpm pada suhu 30-60oC (Patel et al., 2011). Akuades ditambah sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan dibuat duplo.
3.3.1.4 Pembuatan Larutan Polimer Tragakan Tragakan ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 500800 rpm pada suhu 70oC (dimodifikasi dari Farzi et al., 2015). Akuades ditambah sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan dibuat duplo.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
3.3.1.5 Pembuatan Larutan Polimer Xanthan Gum Xanthan gum ditimbang seksama sebanyak yang dibutuhkan, kemudian dilarutkan dalam akuades menggunakan overhead stirrer dengan kecepatan 500-800 rpm pada suhu 70oC (Food and Agriculture Organization, 1999). Akuades ditambah sampai berat larutan mencapai 500 gram. Dengan prosedur yang sama, larutan dibuat duplo.
3.3.2
Pengaturan pH Pada setiap larutan polimer yang sudah homogen, dilakukan pengaturan
pH menggunakan trietanolamin sampai pH larutan mendekati 7,4 + 0,1 (Broadhead, 2004).
3.3.3
Sterilisasi Larutan Polimer
3.3.3.1 Sterilisasi Uap Setiap larutan polimer yang telah dipreparasi, disimpan terlebih dahulu selama 24 jam kemudian dilakukan sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit menggunakan alat autoklaf (Bindal et al., 2003; WHO, 2015).
3.3.3.2 Sterilisasi Radiasi Gamma Setiap larutan polimer yang telah dipreparasi, disimpan terlebih dahulu selama 24 jam kemudian dilakukan sterilisasi radiasi dengan dosis radiasi 25 kilogray (WHO, 2015), dengan laju dosis 7,399 kGy/jam menggunakan alat gamma irradiator cell.
3.3.4
Evaluasi Fisik
3.3.4.1 Pengamatan Organoleptis Pengamatan organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sampel dengan cara melakukan pengamatan warna, dan kekeruhan dari larutan polimer yang telah dipreparasi (Suyudi, 2014).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
3.3.4.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan larutan pada kaca preparat transaparan dan dilihat ada tidaknya partikel yang belum tercampur secara homogen (Suyudi, 2014).
3.3.5
Pengukuran Viskositas dan Reologi Pengukuran viskositas dan reologi dilakukan 24 jam setelah preparasi
pada suhu 25 + 2oC (Bindal et al., 2003). Pengukuran dilakukan menggunakan alat viskotester 6R Haake dengan spindle R2 dan R3 untuk larutan konsentrasi konsentrasi rendah serta spindle R6 untuk larutan konsentrasi tinggi. Pengukuran dilakukan pada laju geser 0,3-200 rpm secara duplo (Suyudi 2014; Islam et al., 2004).
3.3.6
Pembuatan Kurva Viskositas dan Reologi Kurva viskositas dibuat dengan menempatkan nilai viskositas (cps)
sebagai sumbu X dan nilai laju geser (rpm) sebagai sumbu Y. Sedangkan kurva reologi dibuat dengan menempatkan nilai % torque sebagai sumbu X dan nilai laju geser sebagai sumbu Y (Ansel et al., 2011).
3.3.7
Rancangan Analisis Data Viskositas Data hasil viskositas satu titik yaitu pada 60 rpm disajikan dalam bentuk
mean ± RSD (%). Perubahan viskositas tanpa sterilisasi dibandingkan dengan viskositas setelah sterilisasi uap atau radiasi dengan analisis statistik menggunakan Paired Samples T Test. Hasil dianggap bermakna secara statistik ketika nilai p < 0,05 (Shimmura et al., 1998).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Preparasi Larutan Polimer Polimer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain karbopol 940, Na
CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum. Kelima polimer ini merupakan polimer golongan anionik dan diantara jenis polimer anionik lainnya, kelima polimer ini memiliki viskositas yang dapat diukur dengan viscotester Haake. Pengaturan
pH
dilakukan
pada
setiap
larutan
polimer
dengan
menambahkan trietanolamin (TEA) pada larutan polimer hingga didapatkan pH larutan yaitu 7,4 + 0,1. Rentang pH ini merupakan pH optimum yang dipersyaratkan untuk sediaan steril. Pengaturan pH dilakukan sebagai bentuk simulasi sediaan steril dan berfungsi untuk menyeragamkan kondisi pada setiap larutan polimer, karena adanya variasi pH pada masing-masing polimer. Larutan polimer masing-masing dibuat menjadi dua seri konsentrasi yaitu konsentrasi rendah dan konsentrasi tinggi. Pemilihan konsentrasi didasarkan pada syarat viskositas sediaan steril yang diaplikasikan pada jaringan terutama mata yaitu gel in situ. Gel in situ merupakan bentuk sediaan yang memiliki kemampuan untuk mengalami transisi sol-to-gel yaitu perubahan dari bentuk larutan menjadi gel ketika diaplikasikan (Bhowmik et al., 2010; Baranowski et al., 2013; Makwana et al., 2016). Syarat viskositas sediaan dalam bentuk fase larutan adalah 5-1000 cps, dan 10.000-50.000 cps setelah mengalami transisi menjadi fase gel (Ramchandra et al., 2012; Saxena et al., 2013; Gangadia et al., 2014). Berdasarkan rentang viskositas tersebut, kemudian dipilih dua seri konsentrasi larutan polimer dimana larutan polimer konsentrasi rendah memiliki viskositas 500-1000 cps, sedangkan larutan polimer konsentrasi tinggi memiliki viskositas 10.000-20.000 cps pada laju geser 30 rpm. Dalam penelitian ini, setiap konsentrasi larutan polimer dibuat menjadi tiga kondisi antara lain tanpa sterilisasi, sterilisasi panas uap dan sterilisasi radiasi. Sterilisasi panas uap dilakukan pada suhu 121oC selama 15 menit. Sterilisasi radiasi dilakukan menggunakan gamma irradiator pada dosis 25 kGy. Dosis 25 kGy merupakan dosis radiasi yang direkomendasikan oleh WHO karena dari 26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
sudut pandang mikrobiologi, dosis ini memenuhi syarat untuk produk-produk farmasi yang diproduksi secara GMP (good manufacturing practice) (WHO, 2015).
4.2
Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Karbopol 940
4.2.1
Evaluasi Fisik Evaluasi fisik yang terdiri dari pengamatan organoleptis dan homogenitas
bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan warna dan homogenitas pada larutan polimer setelah mengalami proses sterilisasi. Hasil pengamatan menunjukan bahwa larutan karbopol 940 mengalami perubahan warna menjadi jingga transparan setelah mengalami sterilisasi radiasi, baik pada karbopol konsentrasi 0,1% maupun 0,25% (Lampiran 23). Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Karbopol 940 Polimer Karbopol 940 Karbopol 940 Karbopol 940 Karbopol 940 Karbopol 940 Karbopol 940
Konsentrasi Perlakuan 0,1% 0,1% 0,1% 0,25% 0,25% 0,25%
TS SU SR TS SU SR
Organoleptis Tidak Berwarna Tidak Berwarna Jingga Tidak Berwarna Tidak Berwarna Jingga
Kekeruhan Homogenitas Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Keterangan : - TS = Tanpa Sterilisasi - SU = Sterilisasi Uap - SR = Sterilisasi Radiasi
Perubahan warna ini terjadi akibat adanya proses radiolisis setelah polimer terpapar radiasi sehingga menyebabkan peningkatan pembentukan radikal bebas dapat berupa radikal hidrogen dan hidroksil yang sangat reaktif (Silindir & Özer, 2012). Dalam bentuk larutan, karbopol 940 merupakan salah satu jenis karbopol yang mudah mengalami degradasi oksidatif yang dikatalisis oleh sinar matahari dan logam tertentu, sehingga menyebabkan perubahan warna dan penurunan viskositas (Lubrizol, 2005). Karbopol 940 tidak mengalami perubahan organoleptis dan homogenitas setelah mengalami sterilisasi uap.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
4.2.2
Sifat Reologi dan Viskositas Karbopol 940 Karbopol 940 menghasilkan sifat reologi pseudoplastis pada kedua
konsentrasi yaitu 0,1% dan 0,25%. Sifat reologi pseudoplastis juga dihasilkan pada semua kondisi, baik yang tidak disterilisasi, sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi. Pada kurva reologi tidak terdapat loop antara kurva naik dan kurva turun, sehingga dapat disimpulkan sifat reologi karbopol 940 tidak dipengaruhi oleh waktu.
Gambar 4.1 Kurva Reologi Karbopol 940 0,1% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit tidak mengubah sifat reologi pada kedua konsentrasi larutan karbopol, namun mempengaruhi viskositas larutan. Data viskositas diuji secara statistik menggunakan Paired Samples T Test yang menunjukkan hasil bahwa perubahan viskositas larutan karbopol tidak berbeda bermakna, baik pada konsentrasi 0,1% (p > 0,05) maupun pada konsentrasi 0,25% (p > 0,05) (Lampiran 18). Hal ini terjadi karena suhu transisi dari karbopol adalah 130-140oC, sehingga pada suhu sterilisasi uap 121oC, karbopol tidak mengalami penurunan viskositas (Gómez-Carracedo et al., 2004). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
Perubahan viskositas karbopol akibat sterilisasi uap dan radiasi dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Perubahan Viskositas Larutan Karbopol Polimer Karbopol 0,1% Karbopol 0,25%
Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%) Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi 1450 ± 2,93 1355 ± 14,09 540 11650 ± 1,82 11350 ± 10,59 1300
Gambar 4.2 Kurva Reologi Karbopol 940 0,25% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy tidak mengubah sifat reologi dari larutan karbopol 940, namun menyebabkan penurunan viskositas dari polimer karbopol 940 pada kedua konsentrasi. Pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3, terlihat penurunan viskositas yang cukup besar. Penurunan viskositas larutan karbopol 940 adalah bermakna secara statistik baik pada konsentrasi 0,1% (p < 0,05) maupun konsentrasi 0,25% (p < 0,05) (Lampiran 18). Polimer pada umunya akan mengalami dua mekanisme yang terjadi bersamaan ketika terpapar radiasi gamma, antara lain membentuk cross-link dan mengalami pemotongan rantai secara acak (Sintzel et al., 1997). Larutan karbopol 940 pada penelitian ini diduga lebih UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
dominan mengalami pemotongan rantai yang mengakibatkan pengurangan berat molekul sehingga terjadi penurunan viskositas, seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3
4.3
Kurva Perubahan Viskositas Karbopol 940 terhadap Pengaruh Sterilisasi (a) Konsentrasi 0,1%;(b) Konsentrasi 0,25%
Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Na CMC
4.3.1 Evaluasi Fisik Hasil pengamatan menunjukkan Na CMC tidak mengalami perubahan organoleptis maupun homogenitas setelah mengalami proses sterilisasi uap, namun larutan Na CMC dengan konsentrasi 1,25% menjadi cenderung transluscent atau keruh setelah mengalami sterilisasi radiasi (Lampiran 23). Hal ini diduga terjadi akibat rantai polimer Na CMC mengalami perubahan berupa pemutusan rantai pada bagian rantai glikosidik (Sebert et al, 1994). Hasil pengamatan organoleptis dan homogenitas Na CMC dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Na CMC Polimer Na CMC Na CMC Na CMC Na CMC Na CMC Na CMC
Konsentrasi Perlakuan 1,25% TS 1,25% SU 1,25% SR 2,5% TS 2,5% SU 2,5% SR
Organoleptis Tidak Berwarna Tidak Berwarna Agak Putih Tidak Berwarna Tidak Berwarna Tidak Berwarna
Kekeruhan Homogenitas Transparan Homogen Transparan Homogen Translucent Homogen Transparan Homogen Transparan Homogen Transparan Homogen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
32
33
Gambar 4.6 Ikatan Glikosida pada Na CMC Sumber : Braun dan Rosen, 2000
Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy menyebabkan perubahan reologi menjadi aliran newton pada larutan Na CMC 1,25%, dan menjadi aliran dilatan pada larutan Na CMC 2,5%. Pemutusan rantai secara acak diduga terjadi lebih dominan
dibandingkan
pembentukan
ikatan
silang
(cross-link)
dengan
makromolekul radikal, sehingga terjadi pengurangan berat molekul yang mempengaruhi perubahan sifat reologi serta penurunan viskositas. Larutan polimer pada konsentrasi rendah 1,25% mengalami perubahan sifat reologi menjadi aliran newton. Pemutusan rantai menyebabkan pembentukan oligomer yang lebih sederhana yang lebih mudah melarut dalam medium, sehingga terbentuk larutan homogen dengan sifat reologi newton. Penurunan viskositas terjadi cukup besar pada larutan Na CMC setelah mengalami proses sterilisasi radiasi, yaitu menjadi 16 cPs seperti yang terlihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil statistik, penurunan viskositas tersebut adalah bermakna baik pada konsentrasi 1,25% (p < 0,05) maupun konsentrasi 2,5% (p < 0,05) (Lampiran 19). Secara kimiawi, pemutusan rantai polimer Na CMC setelah sterilisasi radiasi terjadi pada ikatan β(1-4) glikosida seperti yang terlihat pada Gambar 4.6, sedangkan makromolekul radikal terbentuk akibat pemutusan ikatan antara hidrogen dengan karbon (Hegazy et al., 2009; Sebert et al, 1994). Pemutusan rantai biasanya terjadi pada larutan Na CMC konsentrasi rendah, sebaliknya pembentukan ikatan silang dengan makromolekul radikal terjadi pada larutan Na CMC konsentrasi tinggi (Choi et al., 2008). Penggunaan Na CMC konsentrasi tinggi adalah salah satu solusi untuk memelihara viskositas setelah proses radiasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Gambar 4.7 Kurva Perubahan Viskositas Na CMC terhadap Pengaruh Sterilisasi (a) Konsentrasi 1,25%; (b) Konsentrasi 2,5% 4.4
Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Natrium Alginat
4.4.1
Evaluasi Fisik Natrium alginat mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap setelah
disterilisasi uap dan radiasi, baik pada konsentrasi 1,5% dan 3% (Lampiran 23). Perubahan warna menjadi indikator kerusakan rantai polimer natrium alginat akibat pemanasan dan radiasi. Menurut penelitian Nagasawa et al (2000), perubahan warna larutan natrium alginat setelah sterilisasi radiasi adalah akibat pembentukan ikatan ganda. Skema pembentukan ikatan ganda tertera pada Gambar 4.8. Paparan radiasi gamma pada larutan natrium alginat menyebabkan terjadinya pembentukan radikal pada C1 yang menyebabkan pemotongan rantai glikosida, setelah itu terjadi perpindahan radikal dari C1 ke posisi C4 (1b). Hidrogen pada C5 mungkin mengalami reaksi abstraksi oleh radikal OH. Hasilnya, terbentuk ikatan ganda pada C4 dan C5 (2). Struktur baru dengan ikatan ganda (2) menghasilkan perubahan warna fisik pada larutan natrium alginat. Perubahan warna larutan natrium alginat semakin intensif dengan semakin meningkatnya dosis radiasi (Lee et al., 2003). 4.4.2
Sifat Reologi dan Viskositas Natrium Alginat Natrium alginat menghasilkan sifat reologi pseudoplastis pada konsentrasi
1,5% dan 3%. Pada kurva reologi tidak terdapat loop antara kurva naik dan kurva turun, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemulihan struktur terjadi dengan segera setelah laju geser dihentikan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
Tabel 4.5 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Natrium Alginat Polimer
Konsentrasi Perlakuan
Natrium Alginat
1,5%
TS
Natrium Alginat Natrium Alginat Natrium Alginat Natrium Alginat Natrium Alginat
1,5% 1,5% 3% 3% 3%
SU SR TS SU SR
Organoleptis Tidak Berwarna Hampir Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kekuningan Kuning Gelap Kuning Gelap
Kekeruhan
Homogenitas
Translucent
Homogen
Translucent Translucent Translucent Translucent Translucent
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Gambar 4.8 Pembentukan Ikatan Ganda Natrium Alginat Sumber : Nagasawa et al., 2000 (telah diolah kembali)
Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit mengubah sifat reologi natrium alginat konsentrasi 1,5% menjadi dilatan sedangkan pada konsentrasi 3% menjadi aliran newton. Natrium alginat mengalami penurunan viskositas yang cukup besar seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 Data viskositas diuji secara statistik menggunakan Paired Samples T Test yang menunjukkan hasil bahwa perubahan viskositas natrium alginat setelah sterilisasi uap adalah bermakna, pada konsentrasi 1,5% (p < 0,05) dan konsentrasi 3% (p < 0,05) (Lampiran 20). Natrium alginat memiliki suhu transisi yaitu 70oC, sehingga pada suhu sterilisasi uap yaitu 121oC terjadi depolimerisasi yang menyebabkan penurunan viskositas (Rowe et al., 2009; Leo et al., 1990). Tabel 4.6 Perubahan Viskositas Larutan Natrium Alginat Polimer Natrium Alginat 1,5% Natrium Alginat 3%
Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%) Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi 1125 ± 0,63 72 ± 3,93 8 11150 ± 1,90 600 ± 0,00 14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Gambar 4.9 Kurva Reologi Natrium Alginat 1,5% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy menyebabkan perubahan sifat reologi natrium alginat menjadi aliran dilatan pada kedua konsentrasi, seperti yang terlihat pada Gambar 4.9 dan 4.10. Penurunan viskositas secara besar terjadi pada kedua konsentrasi, dimana berdasarkan analisis statistik, penurunan terjadi secara bermakna baik pada konsentrasi 1,5% (p < 0,05) maupun konsentrasi 3% (p < 0,05) (Lampiran 20). Natrium alginat dan beberapa polimer polisakarida lainnya cenderung mengalami pemotongan rantai acak yang mengakibatkan penurunan berat molekul sehingga terjadi penurunan viskositas (Sintzel et al., 1997). Pada dasarnya, semua bentuk larutan yang mengandung air akan mengalami radiolisis molekul air membentuk radikal bebas hidrogen dan hidroksil setelah mengalami radiasi gamma. Reaksi radiolisis tersebut mempercepat pemutusan rantai natrium alginat yang disusul dengan pembentukan ikatan ganda. Pembentukan ikatan ganda ditandai dengan perubahan warna (Nagasawa et al.,2000). Skema pemutusan rantai natrium alginat dan pembentukan ikatan ganda setelah radiasi, tertera pada Gambar 4.8. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Gambar 4.10 Kurva Reologi Natrium Alginat 3% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi
Gambar 4.11 Kurva Perubahan Viskositas Natrium Alginat terhadap Pengaruh Sterilisasi (a) Konsentrasi 1,5%; (b) Konsentrasi 3%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
4.5
Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Tragakan
4.5.1 Evaluasi Fisik Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada pengaruh sterilisasi uap dan radiasi terhadap warna, kekeruhan dan homogenitas, baik pada konsentrasi 1% dan 3,5% (Lampiran 23). Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Tragakan Polimer
Konsentrasi Perlakuan Organoleptis Kekeruhan Homogenitas
Tragakan Tragakan Tragakan Tragakan Tragakan Tragakan
4.5.2
1% 1% 1% 3,5% 3,5% 3,5%
TS SU SR TS SU SR
Putih Putih Putih Putih Susu Putih Susu Putih Susu
Translucent Translucent Translucent Opaque Opaque Opaque
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Sifat Reologi dan Viskositas Tragakan Tragakan menghasilkan sifat reologi tiksotropik pada konsentrasi 1% dan
3,5%. Sifat reologi tiksotropik merupakan sifat alir yang bergantung waktu, dimana ketika diberikan laju geser, terjadi pemecahan struktur yang tidak terbentuk lagi dengan segera jika laju geser atau stress dihentikan (Martin et al., 2008). Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit mengubah sifat reologi tragakan konsentrasi 1% menjadi aliran pseudoplastis, namun tidak mengubah sifat reologi pada konsentrasi 3,5%. Setelah mengalami sterilisasi uap, viskositas larutan tragakan pada kedua konsentrasi tidak mengalami perubahan yang besar, seperti yang terlihat pada Gambar 4.15 dan Tabel 4.8. Berdasarkan uji statistik menggunakan Paired Samples T Test, penurunan viskositas terjadi secara bermakna pada tragakan 1% (p < 0,05), dan tidak bermakna pada tragakan 3,5% (p > 0,05) (Lampiran 21). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tragakan merupakan polimer yang cukup stabil terhadap pemanasan. Tabel 4.8 Perubahan Viskositas Larutan Tragakan Polimer Tragakan 1% Tragakan 3,5%
Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%) Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi 1250 ± 3,39 820 ± 1,72 11 6650 ± 1,08 6800 ± 2,08 50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
Gambar 4.12 Kurva Reologi Tragakan 1% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi
Gambar 4.13 Ikatan Glikosida pada Tragakan Sumber : Aspinal dan Baillie, 1963
Sterilisasi radiasi pada dosis 25 kGy mengakibatkan perubahan sifat reologi tragakan menjadi newton pada konsentrasi 1% dan menjadi dilatan pada konsentrasi 3,5%, seperti yang terlihat pada Gambar 4.12 dan 4.13. Penurunan viskositas secara besar terjadi pada kedua konsentrasi. Berdasarkan analisis statistik, penurunan viskositas tersebut terjadi secara bermakna pada konsentrasi 1% (p < 0,05) dan konsentrasi 3% (p < 0,05) (Lampiran 21). Polimer polisakarida cenderung mengalami pemotongan rantai acak setelah mengalami sterilisasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
radiasi. Hal ini mengakibatkan penurunan berat molekul sehingga terjadi penurunan viskositas larutan polimer (Nagasawa et al., 2000; Sintzel et al., 1997). Pemotongan rantai cenderung terjadi pada ikatan yang lemah misalnya ikatan glikosida, seperti yang terlihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.14 Kurva Reologi Tragakan 3,5% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi
Uap, (c) Sterilisasi Radiasi
Gambar 4.15 Kurva Perubahan Viskositas Tragakan terhadap Sterilisasi (a) Konsentrasi 1%; (b) Konsentrasi 3,5%
Pengaruh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
4.6
Hasil Identifikasi Pengaruh Sterilisasi Uap dan Sterilisasi Radiasi terhadap Larutan Xanthan Gum
4.6.1
Evaluasi Fisik Xanthan gum tidak mengalami perubahan warna setelah mengalami
sterilisasi uap maupun radiasi, namun terdapat partikel-partikel yang terdispersi pada larutan xanthan gum konsentrasi 1% yang mengalami sterilisasi radiasi. Apabila
didiamkan
beberapa
saat,
partikel-partikel
tersebut
cenderung
mengendap. Sterilisasi radiasi mengakibatkan pemutusan ikatan glikosida yang menghasilkan banyak fragmen oligomer yang berat molekulnya lebih rendah (Li et al., 2011). Oligomer tersebut diduga tidak dapat melarut lagi akibat telah mencapai kondisi jenuh sehingga cenderung membentuk endapan. Tabel 4.9 Hasil Evaluasi Fisik Larutan Xanthan Gum Polimer Konsentrasi Perlakuan Organoleptis Kekeruhan Homogenitas Xanthan Gum 1% TS Putih Translucent Homogen Xanthan Gum 1% SU Putih Translucent Homogen Xanthan Gum 1% SR Putih Translucent Terdapat Partikel Xanthan Gum 4,5% TS Putih Susu Opaque Homogen Xanthan Gum 4,5% SU Putih Susu Opaque Homogen Xanthan Gum 4,5% SR Putih Susu Opaque Homogen
4.6.2
Sifat Reologi dan Viskositas Xanthan Gum Larutan polimer xanthan gum menghasilkan sifat reologi tiksotropik pada
konsentrasi 1% dan 4,5%, dan merupakan sifat reologi yang bergantung waktu. Sterilisasi uap pada suhu 121oC selama 15 menit mengubah sifat reologi xanthan gum konsentrasi 1% menjadi aliran pseudoplastis, namun tidak mengubah sifat reologi pada konsentrasi 4,5%. Xanthan gum merupakan polimer dengan konformasi rantai ganda yang memiliki suhu transisi yaitu sekitar 65oC, dimana di bawah suhu tersebut viskositas xanthan gum tetap stabil dan konformasi rantai ganda tetap dipertahankan (Oviatt et al, 1993). Sterilisasi uap pada 121oC menyebabkan penurunan viskositas pada larutan xanthan gum 1% dan perubahan reologi menjadi pseudoplastis, hal ini disebabkan oleh suhu sterilisasi uap yang digunakan lebih tinggi daripada suhu transisi xanthan gum yang mengakibatkan perubahan konformasi xanthan gum menjadi rantai tunggal. Berdasarkan analisis statistik menggunakan Paired Samples T Test, penurunan viskositas tersebut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
terjadi secara bermakna (p < 0,05) (Lampiran 22). Larutan xanthan gum 4,5% tetap pada bentuk aliran tiksotropik dan tidak mengalami penurunan viskositas setelah mengalami sterilisasi uap, hal ini terjadi karena pada konsentrasi yang lebih tinggi interaksi antarmolekul akibat pemanasan hanya menyebabkan pembelitan rantai, tidak mengakibatkan perubahan konformasi menjadi rantai tunggal (Bindal et al, 2007), seperti yang terlihat pada Gambar 4.16. Apabila diberikan laju geser, maka rantai polimer menyusun kembali, namun membutuhkan
waktu
sehingga
menghasilkan
sifat
reologi
tiksotropik.
Berdasarkan analisis statisik, perubahan viskositas tersebut adalah tidak bermakna (p > 0,05) (Lampiran 22).
Gambar 4.16 Kurva Reologi Xanthan Gum 1% (b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi
(a) Tanpa Sterilisasi,
Tabel 4.10 Perubahan Viskositas Larutan Xanthan Gum Polimer Xanthan Gum 1% Xanthan Gum 3,5%
Rerata Viskositas (cPs) + RSD (%) Tanpa Sterilisasi Sterilisasi Uap Sterilisasi Radiasi 16 870 ± 1,63 540 ± 0,00 6600 ± 2,14 660 6500 ± 1,05
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
Gambar 4.17 Perubahan Konformasi Xanthan Gum oleh Pemanasan Sumber : Matsuda et al., 2009
Gambar 4.18 Kurva Reologi Xanthan Gum 4,5% (a) Tanpa Sterilisasi, (b) Sterilisasi Uap, (c) Sterilisasi Radiasi Sterilisasi radiasi dengan dosis 25 kGy pada larutan xanthan gum, mengubah sifat reologi xanthan gum konsentrasi 1% menjadi dilatan, sedangkan pada konsentrasi 4,5% sifat reologi menjadi pseudoplastis. Penurunan viskositas yang cukup besar terjadi pada xanthan gum terutama pada kedua konsentrasi (Gambar 4.20 dan Tabel 4.10). Penurunan viskositas tersebut adalah bermakna secara statistik pada konsentrasi 1% (p < 0,05) dan konsentrasi 4,5% (p < 0,05) (Lampiran 22). Polimer polisakarida cenderung mengalami pemutusan rantai acak setelah mengalami sterilisasi radiasi. Hal ini mengakibatkan penurunan berat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
molekul sehingga terjadi penurunan viskositas larutan polimer (Nagasawa et al., 2000; Sintzel et al., 1997). Pemutusan rantai terjadi pada ikatan glikosida (Gambar 4.19) yang menghasilkan banyak fragmen oligomer dengan berat molekul lebih rendah (Li et al., 2011).
Gambar 4.19 Ikatan Glikosida pada Xanthan Gum Sumber : Garchia-Ochoa et al., 2000
Gambar 4.20
Kurva Perubahan Viskositas Xanthan Gum terhadap Pengaruh Sterilisasi (a) Konsentrasi 1%; (b) Konsentrasi 4,5%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 1.
Kesimpulan Sterilisasi uap tidak mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol, tragakan dan xanthan gum konsentrasi tinggi serta karbopol konsentrasi rendah, tetapi mempengaruhi sifat reologi larutan polimer Na CMC dan natrium alginat konsentrasi tinggi serta Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum konsentrasi rendah. Sterilisasi uap juga mempengaruhi viskositas seluruh larutan polimer kecuali karbopol konsentrasi rendah serta karbopol dan tragakan konsentrasi tinggi.
2.
Sterilisasi radiasi tidak mempengaruhi sifat reologi larutan polimer karbopol konsentrasi tinggi dan rendah, tetapi mempengaruhi sifat reologi lartuan polimer Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum pada konsentrasi rendah dan tinggi. Sterilisasi radiasi mempengaruhi viskositas seluruh larutan polimer.
5.2 1.
Saran Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh sterilisasi uap dan radiasi terhadap viscoelasticity dari polimer karbopol 940, Na CMC, natrium alginat, tragakan dan xanthan gum.
2.
Perlu diteliti lebih lanjut mengenai pengaruh sterilisasi uap dan sterilisasi radiasi terhadap viskositas dan reologi dari polimer anionik lainnya seperti eudragit, pektin dan carrageenan.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V. 2002. Secudum Artem: Current & Practical Compounding Information for the Pharmacist Vol 4 No 5, Compounding Gels. University of Oklahoma, Oklahoma City. Online text (http://www.perrigo.com/business/education.aspx, diakses pada 21 Januari 2016) Ansel, H. C; Allen, L. V; Popovich, N. G. 2011. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug System, 9th Edition. Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore. Aspinal, G. O dan Baillie, J. 1963. Fractionation of the Gum and the Structure of Tragcanthc Acid. Journal of the Chemical Society Aulton, Michael E. 2001. Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, Second Edition. Churcill Livingstone Bagley, E.B dan Dintzis, F.R. 1999. Shear Thickening and Flow Induced Structures in Food and Biopolymer Systems, dalam: Siginer, D.A., De Kee, D., dan Chhabra R.P (Eds.), Advances in the Flow and Rheology of Non-Newtonian Fluids. Elsiver Science Publishers Barnes, H.A; Hutton, J.F; Walters, K. 1989. An Introduction To Rheology. Elsivier Science Publishers Baranowski, P., Karolewicz, B; Gajda, M; Pluta, J. 2014. Ophtalmic Drug Dosage Forms: Characterisation and Research Methods. The Scientific World Journal, Vol 2014 Bhowmik, M; Das, S; Sinha, J; Bag, S; Chattopadhyay, D; Ghosh, Lakhsmi K. 2010. Methyl Cellulose Based Sustained Release Thermosensitive In Situ Fast Gelling Ocular Delivery of Ketorolac Tromethamine. Asian Journal of Chemistry, Vol 22, No 3, pp 2147-2154 Bindal, A; Narsimhan, G; Hem, Stanley. L. Kulshreshtha, A. 2003. Effect of Steam Sterilization on the Rheology of Polymer Solutions. Pharmaceutical Development And Technology, Vol 8, No 3, pp 219-228 Bindal, A; Narsimhan, G; Hem, Stanley. L. Kulshreshtha, A.. 2007. Structural Changes in Xanthan Gum Solutions During Steam Sterilization for Sterile Preparations. Pharmaceutical Development and Technology, Vol 12, pp 159-167 Braun, D. B dan Rosen, M. R. 2000. Rheology Modifier Handbook : Practical Use and Application. William Andrew Publishing, New York UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Broadhead, Joanne. 2004. Parenteral Dosage Forms, dalam : Gibson, Mark (Eds.), Pharmaceutical Preformulation and Formulation. IHS Health Group Champalal, K. D; Shusilkumar, P. 2012. Current Status of Ophthalmic In-Situ Forming Hydrogel. International Journal of Pharma and Bio Sciences, Vol 3, Issue 3, pp 372-388 Choi, J. I; Lee, H. S; Kim, J. H; Lee, K. W; Lee, J. W; Seo, Seog-Jin; Kang, K. W; Byun, Myung-Woo. 2008. Controlling the Radiation Degradation of Carboxymethylcellulose Solution. Polymer Degradation and Stability, Vol 93, pp 310-315 Chu, Pei-I; Doyle, D. 1999. Development and Evaluation of a Laboratory-Scale Apparatus to Simulate the Scale-Up of a Sterile Semisolid and Effects of Manufacturing Parameters on Product Viscosity. Pharmaceutical Development and Technology, Vol 4, pp 553-559 Ceulemans, J; Vinckier, I; Ludwig, A. 2002. The Use of Xanthan Gum in an Ophthalmic Liquid Dosage Form: Rheological Characterization of The Interaction with Mucin. Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol 91, Issue 4, pp 1117–1127 Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Dion, M; Parker, W. 2013 Steam Sterilization Principles. Pharmaceutical Engineering, Vol 33, No 6 Duggirala, D; DeLuca, P. P. 1996. Rheological Characterization of Cellulosic and Alginate Polymers. PDA Journal Pharmaceutical Science and Technology, Vol 50, No 5, pp 290-296 El-Bagory, Ibrahim M; Bayomi, M. A; Mahrous, G. M; Alanzi, Fars K; Alsarra, Ibrahim A. 2010. Effect of Gamma Irradiation on Pluronic Gels for Ocular Delivery of Ciprofloxacin : in Vitro Evaluation. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, Vol 4, Issue 9, pp 4490-4498 Farzi, M; Yarmand, M. S; Safari, M; Emam-Djomeh, Z; Mohammadifar, M.A. 2015. Gum Tragacanth Dispersions: Particle Size and Rheological Properties Affected by High-Shear Homogenization. International Journal of Biological Macromolecules, Vol 79, pp 433-439 Florence, A. T dan Attwood, David. 2006. Physicochemical Principles of Pharmacy. Fourth Edition. Pharmaceutical Press. London Food
and Agriculture Organization. Xantham Gum. Online book (http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-additives/specs/Monograph1/Additive487.pd, diakses pada 15 Februari 2016) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Gangadia, B; Modi, Dron; Patel, G; Bhimani, B; Patel, U. 2014. Formulation and Evaluation of Thermo Sensitive In-Situ Gel for Local Action : A Review. International Journal of Pharmaceutical Research and BioScience, Vol 3(1), pp 217-228 Garcia-Ochoa, F; Santos, V. E; Casas, J. A; Gomez, E. 2000. Xanthan Gum: Production, Recovery and Properties. Biotechnology Advances, Vol 18, pp 549-579 Gómez-Carracedo, A; Alvarez-Lorenzo, C; Gómez-Amoza; Concheiro, A. 2004. Glass Transitions and Viscoelastic Properties of Carbopol® and Noveon® Compacts. International Journal of Pharmaceutics, Vol 274, pp 233-243 Guerra, E. S dan Lima, E. V. 2013. Handbook of Polymer Synthesis, Characterization, and Processing. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey Hegazy, E.A; Abdel-Rehim, H; Diaa, D.A; El-Barbary, A; 2009. Controlling od Degradation Effects in Radiation Processing of Polymers. National Center for Radiation Research an Technology Herh, P; Tkachuk, J; Wu, Spencer; Bernzen, M; Rudolph, B. 1998. Application Note: The Rheology of Pharmaceutical and Cosmetics Semisolids. American Laboratory, pp 12-13 Islam, M. T; Rodriguez-Hornedo, N; Ciotti, S; Ackermann, C. 2004. Rheological Characterization of Topical Carbomer Gels Neutralized to Different pH. Pharmaceutical Research, Vol 21, No 7, pp 1192-1199 Korhonen M, Hellen L, Hirvonen J, Yliruusi J. 2001. Rheological Properties of Creams with Four Different Surfactant Combinations-Effect of Storage Time and Condition. International Journal of Pharmaceutics, Vol 221, pp 187-196 Kulkarni, V.S., dan Shaw, Charles. 2016. Essential Chemistry for Formulators of Semisolid and Liquid Dosages. Google Books (https://books.google.co.id/ books?id=btDUBQAAQBAJ&pg, diakses pada 3 Februari 2016) Lee, D. W; Choi, W. S; Byun, M. W; Park, H. J; Yu, Yong-Man; Lee, C M. 2003. Effect of γ-Irradiation on Degradation of Alginate. Journal of Cultural and Food Chemistry, Vol 51, pp 4819-4823 Leo, W. J; McLoughlin, A. J; Malone, Dermot M. 1990. Effect of Sterilization Treatments on Some Properties of Alginate Solutions and Gels. Biotechnology Progress, Vol 6, pp 51-53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Li, Yan-Jie; Ha, Y. M; Wang, F; Li, Y. F. 2011. Effect of Irradiation on the Molecular Weight, Structure and Apparent Viscosity of Xanthan Gum in Aqueous Solution. Advanced Materials Research, Vol 239-242, pp 26322637 Lubrizol Corporation. 2011. Pharmaceutical Bulletin: Polymer Handling and Storage Makwana, S. B; Patel, V. A; Parmar, S. J. 2016. Development and Characterization of In-Situ Gel for Ophtalmic Formulation Containing Ciprofloxacin Hydrochloride. Result in Pharma Sciences, Vol 6, pp 1-6 Malik, K; Singh, I; Nagpal, M; Arora, S. 2010. Atrigel: A Potential Parenteral Controlled Drug Delivery System. Pelagia Research Library, Der Pharmacia Sinica, Vol 1, pp 74-81 Martin, A; Swarbick, J; Cammarata, A. 2008. Farmasi Fisik : Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Penerbit Universitas Indonesia Mastropietro, D. J; Nimroozi, R; Omidian, H. 2013. Rheology in Pharmaceutical Formulations-A Perspective. Journal of Developing Drugs. Vol 2, Issue 2 Matsuda, Y; Biyajima, Y; Sato, T. 2009. Thermal Denaturation, Renaturation and Aggregation of a Double-Helical Polysaccharide Xanthan in Aqueous Solution. Polymer Journal, Vol 41, No 7, pp 526-532 Nagasawa, N; Mitomo, H; Yoshii, F; Kume, T. 2000. Radiation-Induced Degradation of Sodium Alginate. Polymer Degradation and Stability, Vol 69, pp 279-285 Oviatt, H. W; Brant, D. A. 1993. Thermal Treatment of Semi-Dilute Aqueous Xanthan Solutions Yields Weak Gels with Properties Resembling Hyaluronic Acid. International Journal of Biological Macromolecules, Vol 15, Issue 1, pp 3-10 Patel, J; Patel, B; Banwati, H; Parmar, K; Patel, M. 2011. Formulation and Evaluation of Topical Aceclofencac Gel Using Different Gelling Agent. International Journal of Drug Development and Research, Vol 3, Issue 1, pp 156-164 Podczeck, F. 2007. Rheology of Pharmaceutical System, dalam : Swarbrick, James (Eds.), Encyclopedia of Pharmaceutical Techonolgy. Informa Healthcare. New York Ramchandra, L. Umesh; D, Vilkas Gorde; V, Gadhave M; L. Jadhav S; D, Gaikwad D. 2012. Design and Development of pH-Triggered In Situ Gelling System of Ciprofloxacin. Internatonal Research Journal of Pharmacy, Vol 3, pp 418-422 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Rowe, R. C.; Sheskey, P. J.; Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. Pharmaceutical Press. London Rutala, W.A; Weber, D.J; Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee (HICPAC). 2008. Guideline for Disinfection and Sterilization in Healthcare Facilities. CDC. USA Samyn, J. C; Jung, W. Y. 1967. Negative Thixotropy in Flocculated Clay Suspensions. Journal of Pharmaceutical Science, Vol 56, Issue 2, pp 188191 Saxena, P; Kushwaha, Swantantra K.S. 2013. Temperature Sensitive Ophtalmic Hydrogels of Levofloxacin Hemihydrate with Enhanced Solubility and Prolonged Retention Time. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol 5, pp 877-833 Sebert, P; Bourny, E; Rollet, M. 1994. Gamma Irradiation of Carboxymethylcellulose: Technological and Pharmaceutical Aspects. International Journal of Pharmaceutics. Vol 106, pp 103-108 Sharma, B.R; Narehsh, L; Dhuldoya, N.C; Merchant, S.U; Merchant, U.C. 2006. Xanthan Gum - A Boon to Food Industry. Food Promotion Chronicle, Vol 1 (15), pp 27-30 Shimmura, MD Shigeto; Goto, MD Eiki; Shimazaki, MD Jun; Tsubota, MD Kazuo. 1998. Viscosity-Dependent Fulid Dynamics of Eyedrops on the Ocular Surface. American Journal of Ophthalmology, Vol 125, Issue 3, pp 386-388 Siginer, D.A; De Kee, D; Chhabra R.P. 1999. Advances in the Flow and Rheology of Non-Newtonian Fluids. Elsevier Science Publishers Silinder, M; Özer, Y. 2012. The Effect of Radiation on a Variety of Pharmaceuticals and Materials Containing Polymers. PDA Journal Pharmaceutical Science and Technology, Vol 66, pp 184-199 Sintzel, M.B; Merkli, Alain; Tabatabay, Cyrus; Gurny, Robert. 1997. Influence of Irradiation Sterilization on Polymers Used as Drug Carriers - A Review. Drug Development and Industrial Pharmacy, Vol. 23 (9), pp 857-878 Steele, Joseph A. M; Hallé, J. P; Poncelet, D; Neufeld, R. J. 2014. Therapeutic Cell Encapsulation Techniques and Applications in Diabetes. Advanced Drug Delivery Reviews, Vol 67-68, pp 74-83 Suyudi, S. D. 2014. Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai Pembentuk Gel. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Thermo Scientific. 2007. Instruction Manual: Haake Viscotester 6L/R plus & Haake Viscotester 7L/R plus. Version 1.4. Jerman Triantafillopoulos, N. 1988. Measurement of Fluid Rheology and Interpretation of Rheograms, Second Edition. Kaltec Scientific Inc. Michigan Vermani, K; Garg, S; Zaneveld, Lourens J. D. 2002. Assemblies for In Vitro Measurement of Bioadhesive Strength and Retention Characteristics in Simulated Vaginal Environment. Drug Development and Industrial Pharmacy, Vol 28, No 9, pp 1133-1146 Wilson, C; Zhu, Ya P; Frier, M; Rao, L. S; Gilchrist, P; Perkins, A. 1998. Ocular Contact Time of A Carbomer Gel (Gel Tears) in Human. British Journal of Ophthalmology, Vol 82, pp 1131-1134 World Heatlh Organization. 2015. The International Pharmacopoeia. Fifth Edition
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 1. Alur Penelitian Pembuatan Larutan Polimer
Larutan Polimer Konsentrasi Tinggi
Larutan Polimer Konsentrasi Rendah
Pengaturan pH 7,4 ± 0,1
Pengaturan pH 7,4 ± 0,1
Tanpa Sterilisasi (TS)
Pengamatan Organoleptis
Sterilisasi Uap (SU) 121oC, 15 menit
Sterilisasi Radiasi (SR) 25 kGy
Pengukuran Viskositas dan Reologi Pembuatan Kurva Viskositas dan Reologi Analisis Kurva UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Lampiran 2. Sertifikat Analisis Karbopol 940
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Na CMC
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Lampiran 4. Sertifikat Analisis Natrium Alginat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
(lanjutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Lampiran 5. Sertifikat Analisis Tragakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Lampiran 6. Sertifikat Analisis Xanthan Gum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Lampiran 7. Alat-Alat Penelitian
pH meter
Overhead Stirrer
Viskotester Haake 6R
Autoklaf Digital
Gamma Irradiator Cell
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
Lampiran 8. Data Reologi Karbopol 940 % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200 100 60 50 30 20 12 10 6 5 4 3 2,5 2 1,5 1 0,6 0,5 0,3
Tanpa Sterilisasi 0,1% 0,25%
Sterilisasi Uap 0,1% 0,25%
Sterilisasi Radiasi 0,1% 0,25%
11,20
8,50
14,20
7,15
7,80
1,80
15,00
10,55
19,30
9,95
8,80
2,00
17,05
11,45
21,40
11,15
9,30
2,20
25,15
14,70
30,60
14,80
10,40
2,30
33,15
18,75
38,10
19,10
11,40
2,60
37,70
22,00
42,00
22,90
12,10
2,70
37,85
25,05
44,50
26,30
12,90
2,90
42,35
27,80
46,50
28,70
13,40
3,10
45,55
32,00
49,70
32,15
14,30
3,40
48,25
35,30
52,10
35,05
15,20
3,60
50,10
37,35
54,10
36,95
16,00
3,80
56,05
43,45
60,10
42,80
18,30
4,40
58,55
45,95
62,40
45,40
19,20
4,60
66,30
53,95
69,60
52,60
22,50
5,60
73,00
59,75
76,00
57,95
25,50
6,20
83,15
67,80
86,00
65,75
30,50
7,50
87,20
70,05
89,80
68,40
32,50
7,90
98,20
79,25
-
77,75
39,20
9,50
-
95,00
-
91,50
-
11,50
98,20
79,60
-
78,15
39,20
9,20
86,90
71,00
89,80
69,50
32,20
7,90
82,00
68,50
85,10
67,30
30,30
7,20
71,85
60,85
75,20
60,10
25,40
6,10
62,25
55,05
68,70
54,80
22,40
5,50
57,95
47,60
61,60
48,10
19,20
4,60
55,55
44,85
59,20
45,80
18,20
4,50
49,75
38,10
53,30
39,50
15,90
3,90
47,70
35,75
51,30
37,35
15,30
3,70
44,95
32,95
48,70
34,95
14,50
3,50
41,55
29,10
45,60
31,75
13,50
3,30
39,15
26,25
43,30
29,35
13,00
3,20
36,10
23,40
40,10
26,50
12,40
3,00
31,85
20,10
36,10
22,90
11,70
2,90
24,65
16,65
29,10
18,65
10,80
2,60
16,85
13,75
20,50
14,55
9,80
2,40
14,85
12,75
18,10
13,65
9,50
2,30
10,70
10,90
13,50
11,40
8,80
2,10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
Lampiran 9. Data Reologi Na CMC % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200 100 60 50 30 20 12 10 6 5 4 3 2,5 2 1,5 1 0,6 0,5 0,3
Tanpa Sterilisasi 1,25% 2,5% 1,10 6,30 1,95 10,40 2,85 11,90 3,75 14,40 4,65 17,95 5,55 19,70 7,15 22,80 8,75 25,25 10,35 28,85 16,00 30,10 19,05 33,40 30,00 42,75 44,80 46,50 70,85 57,75 87,65 68,35 84,05 89,35 89,35 80,40 87,65 65,25 81,55 54,80 58,25 43,90 43,55 41,70 29,25 33,10 24,40 30,85 15,45 28,05 12,35 24,65 9,80 22,95 7,15 20,40 5,70 18,10 4,40 15,00 3,20 12,05 2,15 11,10 1,25 8,75
Sterilisasi Uap 1,25% 2,5% 0,00 0,00 0,00 1,25 0,00 1,45 0,00 2,15 0,00 3,00 0,00 3,95 0,00 4,85 1,00 5,80 1,30 7,15 2,20 8,30 2,70 9,85 4,60 13,15 6,90 15,80 11,50 22,85 14,00 30,15 23,00 41,80 47,50 47,70 63,25 90,25 64,50 47,50 50,10 23,00 45,55 14,10 33,45 11,70 26,80 7,10 19,50 4,80 17,50 2,80 12,60 1,40 11,35 1,20 9,75 0,90 8,10 0,00 7,10 0,00 6,15 0,00 5,00 0,00 3,75 0,00 2,40 0,00 2,00 0,00 1,25
Sterilisasi Radiasi 1,25% 2,5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 0,00 1,20 0,00 1,80 0,00 2,50 0,00 3,80 1,20 13,00 1,60 2,40 4,50 13,00 4,50 2,10 13,00 1,30 3,80 1,20 2,60 0,00 1,50 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
Lampiran 10. Data Reologi Natrium Alginat % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200 100 60 50 30 20 12 10 6 5 4 3 2,5 2 1,5 1 0,6 0,5 0,3
Tanpa Sterilisasi 1,5% 3% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 1,20 2,00 2,00 3,10 2,80 4,05 3,50 5,00 4,25 5,90 5,70 7,70 7,05 9,45 8,45 11,15 13,80 17,25 16,40 20,05 26,30 30,40 38,65 41,25 58,25 59,10 65,80 67,00 96,00 92,35 96,00 92,35 65,80 68,30 58,80 60,20 39,00 42,20 26,45 30,85 16,70 20,35 13,00 17,50 8,70 11,25 7,20 9,60 5,80 7,85 4,35 6,00 3,60 5,10 2,90 4,15 2,20 3,15 1,45 2,10 0,00 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00
Sterilisasi Uap 1,5% 3% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,30 0,00 1,60 1,10 2,80 1,45 4,50 2,00 8,10 3,20 10,80 3,80 25,00 6,35 65,00 11,50 24,50 6,35 11,00 3,90 9,00 3,15 4,50 2,00 2,80 1,45 1,70 1,10 1,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Sterilisasi Radiasi 1,5% 3% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 1,30 0,00 2,40 1,60 3,20 1,80 8,50 4,00 3,00 1,80 2,00 1,30 1,10 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
Lampiran 11. Data Reologi Tragakan % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200 100 60 50 30 20 12 10 6 5 4 3 2,5 2 1,5 1 0,6 0,5 0,3
Tanpa Sterilisasi 1% 3,5% 32,40 11,25 38,10 14,20 38,80 14,45 42,75 17,70 45,20 19,75 47,15 21,15 48,70 22,25 49,75 23,15 52,15 24,70 53,40 25,80 54,85 26,65 59,60 30,15 60,10 30,75 65,05 33,45 68,55 35,90 74,65 38,15 75,40 39,30 82,85 45,10 90,75 53,00 76,60 41,35 70,60 35,60 70,25 33,80 65,00 30,05 62,00 27,90 57,50 26,15 56,25 25,80 51,80 23,80 50,60 23,45 48,75 22,70 46,30 21,85 45,10 21,30 43,15 20,35 40,75 19,10 38,60 17,15 34,60 15,00 33,65 14,30 29,95 12,10
Sterilisasi Uap 1% 3,5% 16,75 13,60 19,25 17,30 20,25 18,90 23,00 22,30 25,50 24,60 27,25 26,40 28,75 27,90 29,80 28,80 31,75 29,20 33,35 30,50 34,65 31,50 38,25 33,90 39,50 34,50 43,00 36,70 45,55 38,20 48,55 40,80 49,60 41,10 51,85 44,70 56,50 52,50 52,70 44,00 49,85 39,40 48,75 38,30 45,60 36,00 43,05 35,20 39,30 33,70 37,95 33,20 34,20 31,70 32,85 31,10 31,70 30,00 29,55 28,50 28,25 27,90 26,75 26,60 24,85 24,90 22,30 22,90 19,45 19,90 18,40 19,10 15,85 16,80
Sterilisasi Radiasi 1% 3,5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 2,00 1,00 3,00 2,00 5,60 3,00 7,50 5,00 14,70 10,00 38,50 5,00 14,70 3,00 7,30 2,00 5,50 0,00 2,70 0,00 1,70 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
Lampiran 12. Data Reologi Xanthan Gum % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200 100 60 50 30 20 12 10 6 5 4 3 2,5 2 1,5 1 0,6 0,5 0,3
Tanpa Sterilisasi 1% 4,5% 30,15 31,60 32,00 34,05 35,75 37,00 37,85 38,50 39,55 40,55 41,25 43,20 43,95 46,15 48,10 51,40 52,55 57,60 60,50 53,50 49,60 48,65 46,20 44,20 41,90 41,45 39,45 38,90 38,00 36,85 36,20 35,20 34,00 32,30 29,85 29,10 26,70
14,50 18,10 19,30 22,10 24,40 25,90 27,00 27,70 29,00 29,80 30,20 32,00 32,40 34,10 35,60 39,00 39,20 42,50 45,50 36,50 34,10 33,70 31,80 31,20 30,10 29,90 28,20 27,60 26,80 25,70 24,80 23,90 22,50 20,50 18,50 17,60 15,70
Sterilisasi Uap 1% 4,5% 3,20 4,60 5,20 7,15 9,00 10,40 11,60 12,55 14,25 15,65 16,70 20,00 21,15 24,85 27,65 31,55 32,75 36,60 42,50 36,54 32,90 31,55 27,75 24,80 21,15 19,90 16,60 15,50 14,20 12,50 11,45 10,30 8,90 7,05 5,10 4,55 3,20
16,70 18,70 19,00 20,90 22,60 23,70 24,80 25,60 26,70 27,70 30,20 30,80 32,00 33,90 36,20 39,60 41,00 43,50 47,50 41,50 37,30 36,30 32,80 31,20 28,80 28,20 26,20 25,70 24,80 23,70 23,00 22,20 21,20 19,60 17,80 17,20 15,60
Sterilisasi Radiasi 1% 4,5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 2,00 2,10 3,50 9,00 3,20 1,60 1,50 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 1,10 1,60 2,20 2,70 3,60 4,50 5,50 8,80 10,20 16,20 22,70 34,10 40,00 59,00 92,50 58,70 40,00 36,10 24,60 18,10 11,60 9,80 6,30 5,20 4,20 3,10 2,70 2,10 1,50 0,00 0,00 0,00 0,00
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
Lampiran 13. Data Viskositas Karbopol 940 % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200
Tanpa Sterilisasi 0,1% 0,25% 37420 30110 28450 25175 22120 18890 16170 14130 11395 9650 8355 5605 4880 3310 2430 1665 1450 980 -
285050 211200 191850 147450 125350 110200 100450 92850 80000 70650 62350 43450 38350 26950 19900 13550 11650 7900 4750
Sterilisasi Uap 0,1% 0,25% 47380 38770 35730 30650 25440 21010 17800 15520 12420 10420 9020 6010 5200 3480 2530 1720 1490 900 -
240700 199300 186400 148500 131000 115300 105500 95750 80500 69750 61750 42800 37800 26250 19300 13100 11350 7750 4850
Sterilisasi Radiasi 0,1% 0,25% 26150 17600 15570 10480 7610 6090 5160 4470 3590 3050 2670 1830 1600 1120 850 610 540 390 -
56900 41300 36600 23700 17600 13800 11900 10500 8500 7200 6400 4400 3800 2800 2000 1500 1300 900 500
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
Lampiran 14. Data Viskositas Na CMC % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200
Tanpa Sterilisasi 1,25% 2,5% 2005 1980 1925 1905 1865 1865 1800 1755 1730 1600 1585 1495 1475 1415 1425 2005 -
210750 208250 198000 144800 119900 98600 91300 84250 72300 60300 55700 42750 38750 28850 22750 16800 14850 12000 -
Sterilisasi Uap 1,25% 2,5% 310 310 300 300 290 290 290 280 280 280 270 270 260 260 -
40000 26350 24750 21750 20500 19700 19350 18900 17900 16600 16200 13650 13250 11350 10050 8350 7950 6300 4500
Sterilisasi Radiasi 1,25% 2,5% 15 15 15 17 16 18 -
9 9 10 10 10 11 13 16 18 -
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
Lampiran 15. Data Viskositas Natrium Alginat % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200
Tanpa Sterilisasi 1,5% 3% 1280 1355 1405 1410 1430 1425 1415 1415 1380 1365 1315 1255 1165 1125 870 600
20850 20650 20150 19900 19400 18900 18550 17250 16700 15200 13700 11800 11150 8200
Sterilisasi Uap 1,5% 3% 55 54 56 61 65 72 100 130
700 700 700 600 600 600 600 500
Sterilisasi Radiasi 1,5% 3% 8 8 8 8 9
11 12 14 18 23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
Lampiran 16. Data Viskositas Tragakan % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200
Tanpa Sterilisasi 1% 3,5%
Sterilisasi Uap 1% 3,5%
108170 76365 64800 42480 30145 23595 19480 16600 12970 10685 9140 5960 5005 3250 2280 1490 1250 825 450
56120 38525 33815 23060 17020 13635 11515 9940 7955 6675 5775 3825 3290 2145 1515 970 820 520 275
375350 285250 241400 177050 131900 105950 89250 77400 61900 51650 44500 30150 25400 16500 11950 7600 6650 4450 2600
454200 347000 315200 223100 164500 132200 111800 92800 73100 61100 52600 33900 28700 18300 12700 8100 6800 4400 2500
Sterilisasi Radiasi 1% 3,5% 10 10 11 11 15 20
35 35 40 40 45 50 59 77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Lampiran 17. Data Viskositas Xanthan Gum % Torque RPM 0,3 0,5 0,6 1 1,5 2 2,5 3 4 5 6 10 12 20 30 50 60 100 200
Tanpa Sterilisasi 1% 4,5%
Sterilisasi Uap 1% 4,5%
100715 63270 53455 34075 23865 18510 15165 12835 9900 8110 6860 4320 3640 2305 1600 1025 870 570 300
10755 9305 8765 7185 6005 5225 4650 4200 3570 3135 2785 2000 1765 1240 920 630 540 360 210
486400 363100 323100 221600 163000 129600 108200 92600 72700 59700 50300 32800 27000 17000 11800 7800 6500 4200 2200
520100 344000 298300 196700 141100 111000 92200 79200 62200 51500 43800 28200 24000 15600 10900 7200 6300 4100 2300
Sterilisasi Radiasi 1% 4,5% 13 13 16 16 16 16 17
-
910 910 910 910 890 850 810 750 680 660 590 460
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Lampiran 18. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Karbopol 940 Paired Samples T Test Hipotesis Ho = data perubahan viskositas larutan polimer tidak berbeda bermakna Ha = data perubahan viskositas larutan polimer berbeda bermakna Pengambilan Keputusan : Jika nilai signifikansi > 0,05 Ho diterima Jika nilai signifikansi < 0,05 Ho ditolak a. Karbopol 940 0,1% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Karbopol_0.1 SU_Karbopol_0.1
Std. Deviation
-6.50000E1
31.22499
.069
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,1% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Karbopol_0.1 SR_Karbopol_0.1
Std. Deviation
1.17500E3
398.77939
.036
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,1% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
b. Karbopol 940 0,25% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Karbopol_0.25 SU_Karbopol_0.25
Std. Deviation
2.83333E2
275.37853
.217
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,25% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Karbopol_0.25 SR_Karbopol_0.25
1.34333E4
Std. Deviation 3960.53448
.028
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer karbopol 940 0,25% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Lampiran 19. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Na CMC a. Na CMC 1,25% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaCMC_1.25 SU_NaCMC_1.25
Std. Deviation
1.16167E3
28.86751
.000
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC1,25% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaCMC_1.25 SR_NaCMC_1.25
Std. Deviation
1.41567E3
38.65661
.000
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC1,25% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
b. Na CMC 2,5% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaCMC_2.5 SU_NaCMC_2.5
9.35000E3
Std. Deviation 3002.91525
.033
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC 2,5% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaCMC_2.5 SR_NaCMC_2.5
1.81200E4
Std. Deviation 4117.63561
.017
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer Na CMC 2,5% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
Lampiran 20. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Natrium Alginat a. Natrium Alginat 1,5% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaAlginat_1.5 SU_NaAlginat_1.5
Std. Deviation
1.11567E3
71.79369
.001
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 1,5% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaAlginat_1.5 SR_NaAlginat_1.5
Std. Deviation
1.17233E3
67.98774
.001
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 1,5% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
b. Natrium Alginat 3% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaAlginat_3.0 SU_NaAlginat_3.0
Std. Deviation
1.16083E4
1318.25958
.004
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 3% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna
Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_NaAlginat_3.0 SR_NaAlginat_3.0
1.22043E4
Std. Deviation 1326.44349
.004
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer natrium alginat 3% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73
Lampiran 21. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Tragakan a. Tragakan 1% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Tragakan_1.0 SU_Tragakan_1.0
Std. Deviation
5.78333E2
165.40355
.026
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 1% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna
Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Tragakan_1.0 SR_Tragakan_1.0
Std. Deviation
1.69667E3
502.35877
.028
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 1% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
b. Tragakan 3,5% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Tragakan_3.5 SU_Tragakan_3.5
Std. Deviation
-5.00000E2
250.00000
.074
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 3,5% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Tragakan_3.5 SR_Tragakan_3.5
8.65500E3
Std. Deviation 2867.84327
.035
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer tragakan 3,5% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
Lampiran 22. Hasil Analisis Statistik Viskositas Larutan Polimer Xanthan Gum a. Xanthan Gum 1% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Xanthan_1.0 SU_Xanthan_1.0
Std. Deviation
5.05000E2
153.21553
.029
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 1% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna
Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Xanthan_1.0 SU_Xanthan_1.0
Std. Deviation
5.05000E2
153.21553
.028
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 1% sebelum dan setelah sterilisasi radiasi adalah berbeda bermakna
b. Xanthan Gum 4,5% Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Xanthan_4.5 SU_Xanthan_4.5
Std. Deviation
5.66667E2
351.18846
.108
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 4,5% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah tidak berbeda bermakna Paired Samples Test Paired Differences Sig. (2-tailed) Mean Pair 1
TS_Xanthan_4.5 SR_Xanthan_4.5
8.00333E3
Std. Deviation 2715.00153
.036
Keputusan : Data perubahan viskositas larutan polimer xanthan gum 4,5% sebelum dan setelah sterilisasi uap adalah berbeda bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
Lampiran 23. Evaluasi Fisik Larutan Polimer
Karbopol 940 0,1% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
Karbopol 940 0,25% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
Na CMC 1,25% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
Na CMC 2,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
Natrium Alginat 1,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
Natrium Alginat 3% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
Tragakan 1% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
Tragakan 3,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
Xanthan Gum 1% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
Xanthan Gum 4,5% : TS, SU, SR (kiri ke kanan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta