UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI DIABETES DAN EVALUASI BEBAN BIAYA PERBEKALAN FARMASI PADA PASIEN RAWAT INAP KARTU JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO
SKRIPSI
ISTIQOMATUNNISA 1110102000025
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2014
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI DIABETES DAN EVALUASI BEBAN BIAYA PERBEKALAN FARMASI PADA PASIEN RAWAT INAP KARTU JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ISTIQOMATUNNISA 1110102000025
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JUNI 2014 ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
Nama NIM Tanda tangan
: Istiqomatunnisa : 1110102000025 :
Tanggal
: 10 Juli 2014
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
NAMA NIM JUDUL
: ISTIQOMATUNNISA : 1110102000025 : RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI DIABETES DAN EVALUASI BEBAN BIAYA PERBEKALAN FARMASI PADA PASIEN RAWAT INAP KARTU JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO
Disetujui Oleh
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Azrifitria, M. Si., Apt
Siti Fauziyah, S.Si., M.Farm., Apt
NIP. 197211272005012004
Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh : Nama
: Istiqomatunnisa
NIM
: 1110102000025
Program Studi
: Farmasi
Judul Skripsi
: Rasionalitas Obat Anti Diabetes dan Evaluasi Beban Biaya Perbekalan Farmasi Pada Pasien Rawat Inap Kartu jakarta sehat di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing 1
: Dr. Azrifitria, M.Si., Apt
(
)
Pembimbing 2
: Siti Fauziyah, S.Si., M.Farm., Apt
(
)
Penguji 1
: Yardi, Ph.D, Apt
(
)
Penguji 2
: Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt
(
)
Ditetapkan di Tanggal
: Ciputat : 10 Juli 2014
v
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Istiqomatunnisa : Farmasi : Rasionalitas Obat Antidiabetes dan Evaluasi Beban Biaya Perbekalan Farmasi Pada Pasien Rawat Inap Kartu jakarta sehat di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo
Diabetes merupakan suatu penyakit heterogen yang gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. World Health Organization (WHO) memprediksi jumlah penderita diabetes melitus akan semakin meningkat pada tahun mendatang, termasuk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kerasionalan penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang merupakan pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) pada tahun 2013 serta untuk mengetahui persentase penggunaan biaya perbekalan farmasi berupa obat-obatan dan bahan medis habis pakai. Adapun aspek kerasionalan obat meliputi penilaian ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan dosis, ketepatan pasien, ketepatan cara pemberian, minimal efek samping dan tidak adanya interaksi obat. Peneliti melakukan pengambilan data melalui data sekunder berupa rekam medis pasien periode April-Desember 2013 dengan desain cross-sectional. Teknik pengambilan data berupa total sampling, didapatkan 24 sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Pada hasil penyajian data secara deskriptif, penilaian ketepatan berdasarkan pemberian obat antidiabetes pada pasien terdapat tepat dosis sebesar 100 %, tepat indikasi 68,89%, tepat obat 100%, tepat pasien 84,44%, tepat cara pemberian 100% dan tidak adanya interaksi obat 55,56%. Persentase beban biaya perbekalan farmasi obat Diabetes Melitus (DM) sebesar 10%, bahan medis habis pakai 27%, dan obat non DM 63% sedangkan persentase perbekalan farmasi secara keseluruhan (obat DM, obat non DM, dan BMHP) yang dikeluarkan untuk pengobatan pasien rawat inap dabetes melitus kartu jakarta sehat sebesar 25 % dari total pembiayaan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI untuk pasien kartu jakarta sehat.
Kata Kunci : Obat antidiabetes, penggunaan rasional, biaya perbekalan farmasi, Kartu Jakarta Sehat (KJS)
vi
ABSTRACT
Name Program Study Title
: Istiqomatunnisa : Pharmacy :The Rational Use of Antidiabetic Drugs and Cost of Pharmaceuticals Supplies Evaluation of Kartu Jakarta Sehat Hospitalized in Naval Hospital Dr. Mintoharjo
Diabetes is a heterogeneous disease characterized by an increase in blood sugar caused by a relative or absolute insulin deficiency. World Health Organization (WHO) predicts the number of people with diabetes will increase in the coming year, including Indonesia. This study aims to determine the rational use of antidiabetic drugs in hospitalized patients in Naval Hospital Dr. Mintohardjo of Kartu Jakarta Sehat patients (KJS) in 2013, and to determine the percentage of the cost of pharmaceutical drugs and medical disposable product. Certain stages have been analyzed are indicative valuation accuracy, precision medicine, dose accuracy, patient accuracy, precision mode of administration drug-giving, minimal side effects and no-drug interactions. Researcher perform data retrieval through secondary data from the medical records of patients the period April to December 2013. The method presented in this paper is a cross-sectional study. Data retrieval techniques using total sampling, 24 samples were obtained in accordance with the study inclusion criteria. In presenting the results of descriptive data, accuracy assessments based on the patient’s antidiabetic drug delivery are as follows: 100% for appropriate-drug-doses, 68.89% for appropriatedrug-indications, 100% for appropriate-drug, 84.44% for appropriate-patients, 100% for appropriate-drug-giving and 55.56% of drug interaction. The percentage of the costs of pharmaceutical Diabetes Mellitus (DM) drugs is 10%, 27% for Medical Disposable Product (MDP), and 63% for non-DM-drugs, while the percentage of the overall pharmaceutical (DM drugs, non-DM drugs, and MDP) incurred for the treatment of diabetes hospitalization of Kartu Jakarta Sehat patients is 25% from the total funding that has been set by the Minister of Health for Kartu Jakarta Sehat patients.
Keywords
: Antidiabetic drugs, rational use, cost of pharmaceutical, Kartu Jakarta Sehat (KJS)
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia serta nikmat Iman dan Islam yang tak terhingga. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Syukur atas limpahan cinta dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Rasionalitas Obat Antidiabetes dan Evaluasi Beban Biaya Perbekalan Farmasi Pada Pasien Rawat Inap Kartu jakarta sehat di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo” bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1.
Allah SWT. Ucap syukur tak hingga kepadaNya atas semua kebaikan dan kemudahan yang telah diberikan kepada saya. Zat yang membuat saya senantiasa bersemangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. TanpaMu tak ada artinya dunia ini.
2.
Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt dan Ibu Siti Fauziyah,S.SI, M.Farm., Apt selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, tenaga, dalam penelitian ini juga untuk kesabaran dalam membimbing, memberikan saran, dukungan serta kepercayaannya selama penelitian berlangsung hingga tersusunnya skripsi ini.
3.
Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan
Ilmu
Kesehatan
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 4.
Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak motivasi dan bantuan.
5.
Seluruh pihak dosen pengajar Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta viii
yang telah banyak membantu selama perkuliahan saya di farmasi. Terimakasih untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada saya. 6.
Seluruh civitas Departemen Farmasi RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian serta dukungan yang sangat besar.
7.
Bapak Dwi, Bapak Ari, beserta seluruh pihak karyawan ruang administrasi medik dan mas Rizki selaku karyawan apotek dan seluruh pihak karyawan apotek lainnya yang telah banyak membantu kelancaran dalam pengambilan data.
8.
Kedua orang tua saya, abi tersayang Izzuddin, Ak., M.M dan ummi tercinta Titing Irnawati yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tidak pernah henti serta dukungan baik moril maupun materil. Tidak ada yang dapat membalas semua kebaikan dan ketulusan cinta umi dan abi. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, keselamatan,
perlindungan, dan
kasih sayang kepada umi dan abi. 9.
Kedua mertua saya yang kini sudah menjadi orang tua saya, ayah Ahmad Maksum, MM dan mama Ruchila Yusroyati yang selalu memberikan doa serta dukungan kepada saya. Semoga Allah membalas kebaikan ayah dan mama.
10. Suami saya yang sangat saya cintai, terimakasih atas kesetiaannya menemani dan senantiasa memberikan dukungan moril serta doa yang tiada henti. Terimakasih sayang atas semua kebaikan dan ketulusannya. Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan. 11. Adik-adikku tersayang Ahmad Naufal Rabbani, M. Irfan Fadhillah, Amirah Maulani, Sultan Fathani Abdullah, M.Azka, Alisha Syazana Nabilah yang telah menjadi penyemangat saya untuk menjadi kakak teladan untuk kalian. 12. Yusna Fadliyyah Apriyanti, Julia Anggraini, Sri Wahyuni Lestari, Annisa Alfira, Annisa Fitriana yang senantiasa menjadi sahabat penyemangat, terimakasih atas dukungan dan doanya. 13. Ashabul kahfi (Anis, Ayun, Citra, dan Marsha) terimakasih telah menjadi teman terbaik sejak SMP, selalu memberi support dan menjadi sahabat terbaik di hidup saya. ix
14. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2010 terimakasih atas kebersamaan kita selama 4 tahun lebih ini. 15. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan hingga terwujudnya skripsi ini.
Kesempurnaan adalah milikNya, begitu pun skripsi ini. Tidak sedikit hambatan yang saya dapatkan dalam menyusun skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak dan tentunya bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya dalam penelitian ini.
Ciputat, 10 Juli 2014
Istiqomatunnisa
x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NIM Program Stud Fakultas Jenis Karya
: Istiqomatunnisa : 11101020000525 : Farmasi : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI DIABETES DAN EVALUASI BEBAN BIAYA PERBEKALAN FARMASI PADA PASIEN RAWAT INAP KARTU JAKARTA SEHAT DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT Dr. MINTOHARDJO untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat Pada Tanggal : 10 Juli 2014 Yang menyatakan,
(Istiqomatunnisa)
xi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v ABSTRAK ...................................................................................................... vi ABSTRACT ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................ xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4 1.4.1 Bagi Penulis ........................................................................... 4 1.4.2 Bagi RUMKITAL Dr. Mintohardjo ........................................ 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6 2.1 Rasionalitas Obat ........................................................................... 6 2.2 Interaksi Obat ................................................................................. 8 2.2.1 Mekanisme Interaksi Obat ...................................................... 9 2.2.2 Tingkat Keparahan Interaksi Obat ........................................ 10 2.3 Diabetes Melitus .......................................................................... 10 2.3.1 Definisi ................................................................................ 10 2.3.2 Etiologi & Klasifikasi Diabetes Melitus ............................... 11 2.3.3 Gejala Diabetes Melitus ....................................................... 12 2.3.4 Skrining Diabetes Melitus .................................................... 13 2.3.5 Diagnosis Diabetes Melitus .................................................. 14 2.3.6 Patofisiologi ......................................................................... 15 2.3.7 Penatalaksanaan ................................................................... 16 2.4 Penggolongan Obat Antidiabetes Oral .......................................... 19 2.4.1 Golongan Sulfonilurea ......................................................... 20 2.4.2 Golongan Meglitinid ............................................................ 22 2.4.3 Biguanid (Metformin) .......................................................... 24 2.4.4 Golongan Tiazolidindion ...................................................... 25 2.4.5 Penghambat Enzim α-Glikosidase ........................................ 26 2.4.6 Inhibitor Dipeptidyl Peptidase-4 ........................................... 27 2.4.7 Sekuestran Asam Empedu .................................................... 28 2.4.8 Bromokriptin ....................................................................... 28 xii
2.4.9 Produk Kombinasi ............................................................... 29 2.5 Insulin .......................................................................................... 29 2.5.1 Terapi Insulin Untuk Pasien Rawat Inap............................... 29 2.5.2 Kategori Insulin ................................................................... 29 2.5.3 Dosis Insulin ...................................................................... 30 2.6 Perbekalan Farmasi ...................................................................... 31 2.7 Kartu jakarta sehat (KJS).............................................................. 31 2.7.1 Definisi Kartu Jakarta Sehat ................................................. 31 2.7.2 Tujuan KJS .......................................................................... 31 2.7.3 Sasaran Program KJS ........................................................... 31 2.7.4 Manfaat KJS ........................................................................ 32 2.8 Tarif Indonesia Case Based Groups (INA CBG’S) ....................... 32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 34 3.1 Desain Operasional ...................................................................... 34 3.1.1Variabel Bebas ...................................................................... 34 3.1.2 Variabel Terikat ................................................................... 34 3.1.2.1 Ketepatan Indikasi .................................................. 34 3.1.2.2 Ketepatan Pemilihan Obat ....................................... 35 3.1.2.3 Ketepatan Regimen Dosis ....................................... 35 3.1.2.4 Ketepatan Cara Pemberian ...................................... 35 3.1.2.5 Ketepatan Pasien ..................................................... 35 3.1.2.6 Efek Samping ......................................................... 36 3.1.2.7 Interaksi Obat ......................................................... 36 3.1.3 Demografi Pasien ................................................................. 36 3.1.3.1 Jenis Kelamin ......................................................... 36 3.1.3.2 Usia ........................................................................ 37 3.1.3.3 Jenis Diabetes ......................................................... 37 3.2 Desain Penelitian.......................................................................... 37 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38 3.3.1 Tempat Penelitian ................................................................ 38 3.3.2 Waktu Penelitian .................................................................. 38 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 38 3.4.1 Populasi ............................................................................... 38 3.4.2 Sampel ................................................................................. 38 3.4.2.1 Kriteria Inklusi Sampel ........................................... 39 3.4.2.2 Kriteria Eksklusi Sampel......................................... 39 3.5 Prosedur Penelitian....................................................................... 39 3.5.1 Persiapan (Permohonan Izin Penelitian) ............................... 39 3.5.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data ........................................... 39 3.5.2.1 Penelusuran Dokumen ............................................ 39 3.5.3 Manajemen Data .................................................................. 40 3.6 Pengolahan Data .......................................................................... 40 xiii
3.7
Analisa Data................................................................................. 41 3.7.1 Analisis Univariat ................................................................ 42 3.7.2 Analisis Bivariat .................................................................. 42 3.7.3 Analisa Beban Biaya Perbekalan Farmasi............................. 43 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 45 4.1 Demografi Pasien ......................................................................... 45 4.1.1 Jenis Kelamin....................................................................... 45 4.1.2 Usia Pasien .......................................................................... 46 4.1.3 Jenis Diabetes ...................................................................... 47 4.2 Profil Obat Antidiabetes ............................................................... 49 4.2.1 Obat Antidiabetes Tunggal ................................................... 49 4.2.2 Kombinasi Obat Antidiabetes Oral dan Injeksi ..................... 50 4.3 Analisis Kerasionalan Obat Antidiabetes ...................................... 52 4.3.1 Tepat Indikasi ...................................................................... 54 4.3.2 Tepat Dosis .......................................................................... 56 4.3.3 Tepat Pasien ......................................................................... 57 4.3.4 Tepat Obat ........................................................................... 58 4.3.5 Tanpa Interaksi Obat ............................................................ 60 4.3.6 Tepat Cara Pemberian .......................................................... 62 4.3.7 Tanpa Efek Samping ............................................................ 63 4.4 Evaluasi Analisis Kerasionalan..................................................... 63 4.5 Evaluasi Biaya Perbekalan Farmasi ............................................. 64 4.5.1 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes ................................. 64 4.5.2 Profil Bahan Medis Habis Pakai ......................................... 65 4.6 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 68 4.6.1 Kendala ................................................................................ 68 4.6.2 Kelemahan ........................................................................... 68 4.6.3 Kekuatan .............................................................................. 69 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 70 5.1 Kesimpulan .................................................................................. 70 5.2 Saran ............................................................................................ 71 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 72
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Kriteria Penegakkan Diagnosis DM .................................................... 13 Tabel 2.2 Target Pelaksanaan Diabetes Melitus .................................................. 17 Tabel 2.3 Dosis Sulfonilurea Generasi Kedua .................................................... 20 Tabel 2.4 Obat Antidiabetes Oral Golongan Sulfonilurea ................................... 21 Tabel 2.5 Obat Antidiabetes Oral Golongan Meglitinid ...................................... 23 Tabel 2.6 Obat Antidiabetes Oral Golongan Biguanid ........................................ 25 Tabel 2.7 Obat Antidiabetes Oral Golongan Inhibitor Enzim α-Glikosidase ....... 27 Tabel 2.8 Karakteristik Insulin ........................................................................... 30 Tabel 2.9 Pengkodean Jenis Antdiabetik ............................................................ 41 Tabel 2.10 Pengkodean Ketepatan ..................................................................... 41 Tabel 4.1 Demografi Pasien ............................................................................... 45 Tabel 4.2 Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Diabetes .......... 48 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Indikasi Antidiabetik ............ 55 Tabel 4.4 Distribusi Analisis Ketepatan Dosis Antidiabetik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik ...................................................................... 56 Tabel 4.5 Distribusi Analisis Ketepatan Pasien Antidiabetik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik ...................................................... 58 Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemilihan Obat Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik ....................................................................................... 60 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Analisis Interaksi Obat Berdasarkan Pemberian Antidiabetik ....................................................................................... 61 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Cara Pemberian Berdasarkan Pemberian Antidiabetik ...................................................................... 62 Tabel 4.9 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes ................................................ 65 Tabel 4.10 Profil Penggunaan Bahan Medis Habis Pakai.................................... 65 Tabel 4.11 Total Biaya Perbekalan Farmasi ....................................................... 67
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Algoritma Penatalaksanaan DM Tipe 2 (Dipiro et, al, 2009) ........... 18 Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 (American Diabetes Association, 2009)........................................................... 19 Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin....46 Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Usia Pasien (%)........................................................... 47 Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Diabetes ............................................................. 48 Gambar 4.4 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal (%) ................... 49 Gambar 4.5 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Oral Dengan Injeksi ....... 51 Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Berdasarkan Frekuensi Pemberian Obat Antidiabetes .......................................................... 53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Surat Permohonan Data dan Izin Penelitian Dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Farmasi................................................ 76 Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian Dari RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.............................................................. 77 Lampiran 3. Rekapitulasi Data Sampel............................................................... 78 Lampiran 4. Analisis Penilaian Ketepatan Indikasi ............................................. 94 Lampiran 5. Analisis Penilaian Ketepatan Dosis ................................................ 97 Lampiran 6. Analisis Penilaian Ketepatan Pasien ............................................... 99 Lampiran 7. Analisis Penilaian Ketepatan Obat ................................................ 106 Lampiran 8. Analisis Penilaian Interaksi Obat .................................................. 108 Lampiran 9. Analisis Penilaian Ketepatan Cara Pemberian .............................. 114 Lampiran 10.Hasil Analisis Ketepatan dan Kerasionalan Berdasarkan Pemberian Antidiabetik pada Pasien Rawat Inap ........................................... 116 Lampiran 11.Hasil Penilaian Kerasionalan Berdsarkan Jumlah Pasien Diabetes Melitus ........................................................................................ 118 Lampiran 12.Hasil Analisis Ketepatan Indikasi Menggunakan Contingency Coefficient ................................................................................... 120 Lampiran 13.Hasil Analisis Ketepatan Dosis Menggunakan Contingency Coefficient ................................................................................... 121 Lampiran 14.Hasil Analisis Ketepatan Pasien Menggunakan Contingency Coefficient ................................................................................... 122 Lampiran 15.Hasil Analisis Ketepatan Obat Menggunakan Contingency Coefficient ................................................................................... 123 Lampiran 16.Hasil Analisis Ketepatan Cara Pemberian Menggunakan Contingency Coefficient ............................................................... 124 Lampiran 17. Hasil Analisis Interaksi Obat Menggunakan Contingency Coefficient ................................................................................... 125 Lampiran 18.Total Pembiayaan Perbekalan Farmasi Pasien Diabetes Melitus KJS periode April-Desember 2013 ...................................................... 127 Lampiran 19. Rekapitulasi Biaya Perbekalan Farmasi ...................................... 128
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan global yang
insidensinya semakin meningkat. Sebanyak 346 juta orang di dunia menderita diabetes, dan diperkirakan mencapai 380 juta jiwa pada tahun 2025 (WHO, 2011). Menurut WHO tahun 2000, Indonesia menempati peringkat keempat negara dengan prevalensi diabetes terbanyak di dunia setelah India, Cina, dan Amerika dengan jumlah penderita sebesar 8,4 juta orang. Jumlah ini diasumsikan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2030 (Hilary King et al, 2004). Peningkatan terjadi akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai berkurangnya kegiatan jasmani. Hal ini terjadi terutama pada kelompok usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial-ekonomi (Zahtamal dkk, 2007). Penyakit DM sering menimbulkan komplikasi berupa stroke, gagal ginjal,jantung, nefropati, kebutaan dan bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita luka gangren (Annisa, 2004). Prevalensi penyakit diabetes melitus yang terus menerus meningkat, mengharuskan pemerintah Indonesia untuk senantiasa tanggap dalam penanganan dan pengobatan untuk pasien diabetes melitus. Menurut Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 (UU No.23/1992) tentang kesehatan, ditetapkan bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerapkan UU No.23/1992 berupa pembiayaan kesehatan yaitu dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui Kartu jakarta sehat (KJS). Kartu jakarta sehat adalah suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui UP JAMKESDA (Unit Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah) dinas kesehatan Provinsi
DKI
Jakarta
kepada
masyarakat 1
dalam
bentuk
bantuan
2
pengobatan(Jakarta.go.id). KJS yang dilakukan melalui kerja sama dengan PT Askes (Persero) sebagai implementasi Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS).
Program KJS yang terdapat di
RUMKITAL Dr. Mintoharjo baru diberlakukan mulai April hingga Desember 2013. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 440/MENKES/SK/XII/2012, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit perlu adanya sistem pembayaran yang efektif dan efisien. Maka telah ditetapkan tarif rumah sakit berdasarkan Indonesia Case Base Group’s (INACBG’s).INA-CBG’s merupakan sistem pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang dikelompokkan berdasarkan ciri klinis yang sama dan pemakaian sumber daya (biaya perawatan) yang sama. Pembayaran per-kode INA CBG’s meliputi biaya dari mulai pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang/sembuh. Satu tarif dibayarkan sekaligus untuk seluruh komponen pelayanan yang meliputi pemeriksaan dokter, penunjang diagnostik (laboratorium, radiodiagnostik, elektromedik, dll), dan obat-obatan, serta akomodasi kelas rawat untuk pasien rawat inap (www.bumn.go.id). Salah satu komponen pelayanan yang termasuk dalam pembiayaan tarif INA CBG’S adalah biaya perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gasmedik). Biaya perbekalan farmasi merupakan 50 % dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Yusmainita, 2005). Akibat besarnya pembiayaan perbekalan farmasi yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit, maka sebaiknya rumah sakit perlu mengevaluasi pengeluaran yang mencakup perbekalan farmasi. Berdasarkan uraian diatas, prevalensi penyakit diabetes melitus yang insidensinya semakin meningkat dan banyaknya kasus seperti polifarmasi serta komplikasi yang diderita oleh pasien diabetes melitus, maka diperlukan evaluasi mengenai rasionalitas penggunaan obat antidiabetes. Selain itu, beban biaya perbekalan farmasi juga merupakan hal yang perlu dilakukan evaluasi, karena hingga saat ini, belum ada yang melakukan penelitian mengenai evaluasi beban biaya perbekalan farmasi. Oleh karena itu, peneliti hendak melakukan penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
pada pasien rawat inap diabetes melitus yang merupakan pasien KJS Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Mintohardjo periode April hingga Desember 2013, yaitu mengenai rasionalitas penggunaan obat antidiabetes dan evaluasi beban biaya perbekalan farmasi.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimanakah rasionalitas penggunaan obat antidiabetes yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan regimen dosis, ketepatan pasien, ketepatan cara pemberian, interaksi obat, serta efek samping pada pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat di RUMKITAL Dr. Mintohardjo periode April - Desember 2013?
2.
Berapakah persentase penggunaan perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat di RUMKITAL Dr.Mintohardjo periode April - Desember 2013?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian mengenai rasionalitas penggunaan obat antidiabetes dan
evaluasi beban biaya perbekalan farmasi pada pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat di RUMKITAL Dr. Mintohardjo ini, bertujuan untuk : 1.
Mengevaluasi rasionalitas penggunaan obat antidiabetes yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan obat, ketepatan regimen dosis, ketepatan pasien, ketepatan cara pemberian, interaksi obat, serta efek samping penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat di RUMKITAL Dr. Mintohardjo periode April – Desember 2013.
2.
Mengetahui persentase penggunaan pembiayaan perbekalan farmasi (obatobatan dan bahan medis habis pakai) pada pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat. RUMKITAL Dr. Mintohardjo periode April – Desember 2013.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
3.
Mengetahui dan menganalisa persentase pembiayaan perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) pasien rawat inap diabetes melitus terhadap tarif INA CBG’S yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi penulis,
bagi RUMKITAL Dr. Mintohardjo, dan ilmu pengetahuan.
1.4.1 Bagi Penulis 1.
Dapat mengetahui rasionalitas obat antidiabetes, sehingga dapat menerapkan materi yang di dapat selama mengikuti perkuliahan dan mengaplikasikannya di lapangan.
2.
Mendapatkan gambaran tentang perbekalan farmasi yang perlu diperhatikan sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan mutu kesehatan.
3.
Mendapatkan pengalaman dan keterampilan di bidang analisis biaya perbekalan farmasi.
1.4.2 Bagi RUMKITAL Dr. Mintohardjo 1.
Mendapatkan informasi mengenai biaya perbekalan farmasi yang digunakan oleh pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat periode April – Desember 2013.
2.
Mengetahui persentase penggunaan perbekalan farmasi yang digunakan oleh pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat periode April – Desember 2013.
3.
Menjadi gambaran bagi dokter dan tenaga farmasi mengenai penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap diabetes melitus kartu jakarta sehat periode April – Desember 2013.
4.
Menjadi
masukan
bagi
dokter
dan
tenaga
farmasi
dalam
meningkatkan ketepatan indikasi, pemilihan obat, regimen dosis, dan lama penggunaan obat antidiabetes pada pasien rawat inap diabetes
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
melitus kartu jakarta sehat sehingga diperoleh pengobatan yang efektif, aman, dan efisien. 5.
Menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pihak RS dalam
kebijakan untuk menentukan standar
pembiayaan perbekalan farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rasionalitas Obat Penggunaan Obat secara Rasional (POR) atau Rational Use of Medicine
(RUM) merupakan suatu kampanye yang disebarkan ke seluruh dunia, juga di Indonesia. Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi penggunaan obat rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dengan empat kata kunci yaitu kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai, POR merupakan upaya intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif. Penggunaan obat dapat diidentifikasi rasionalitasnya dengan menggunakan indikator 8 tepat dan 1 waspada. indikator 8 tepat dan 1 waspada tersebut adalah tepat diagnosis, tepat pemilihan obat, tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat harga, tepat informasi dan waspada terhadap efek samping obat. Penggunaan obat yang dapat dianalisis adalah penggunaan obat melalui bantuan tenaga kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien. Berikut ini adalah penjabaran dari Indikator rasionalisasi obat yaitu 8 tepat dan 1 waspada: 1.
Tepat Diagnosis Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat.
Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien. Contohnya misalnya pasien diare yang disebabkan Ameobiasis maka akan diberikan Metronidazol. Jika dalam proses penegakkan diagnosisnya tidak dikemukakan penyebabnya adalah Amoebiasis, terapi tidak akan menggunakan metronidazol. Pada pengobatan oleh tenaga kesehatan, diagnosis merupakan wilayah kerja dokter. Sedangkan pada swamedikasi oleh pasien, apoteker mempunyai peran sebagai second opinion untuk pasien yang telah memiliki self-diagnosis
6
7
2.
Tepat pemilihan obat Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat
yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatan kelas terapi dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang paling mudah didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya seminimal mungkin.
3.
Tepat indikasi Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter.
4.
Tepat pasien Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi
individu yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita, dan lansia harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat.
5.
Tepat dosis Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat
mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun kelainan tertentu.
6.
Tepat cara dan Lama pemberian Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan
keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk sediaan dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup. Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
terapi.
Contohnya penggunaan
antibiotika
Amoxicillin
500
mg
dalam
penggunaannya diberikan tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen yang ada. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan lama pemberian harus tepat.
7.
Tepat harga Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama
sekali tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat membebani pasien, termasuk peresepan obat yang mahal.
8.
Tepat informasi Informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien akan
sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan. Misalnya pada peresepan rifampisin harus diberi informasi bahwa urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak akan berhenti minum obat walaupun urinnya berwarna merah.
9.
Waspada efek samping Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (Swestika, 2012).
2.2
Interaksi Obat Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005). Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).
2.2.1 Mekanisme Interaksi Obat Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat : 1.
Interaksi Farmakokinetik Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (BNF 58, 2009).
Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe : a. Interaksi pada absorbsi obat b. Interaksi pada distribusi obat c. Interaksi pada metabolisme obat d. Interaksi pada ekskresi obat (Stockley, 2008)
2.
Interaksi Farmakodinamik Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obatobat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi (BNF 58, 2009).
Interaksi farmakodinamik terdiri dari beberapa tipe : a. Interaksi aditif atau sinergis b. Interaksi antagonis atau berlawanan (Stockley, 2008)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
2.2.2 Tingkat Keparahan Interaksi Obat Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga level : minor, moderate, atau major.
1.
Keparahan minor Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi
mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan absorbsi ciprofloxacin oleh antasida ketika dosis diberikan kurang dari dua jam setelahnya (Bailie, 2004).
2.
Keparahan moderate Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya
potensial
intervensi/monitor
mungkin sering
terjadi
diperlukan.
pada
pasien,
Efek
interaksi
dan
beberapa
moderate
tipe
mungkin
menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan gentamisin perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas (Bailie, 2004).
3.
Keparahan major Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat
probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen (Bailie, 2004).
2.3
Diabetes Melitus
2.3.1 Definisi Berbagai pengertian diabetes melitus (DM) menurut banyak ahli : 1.
Diabetes merupakan suatu penyakit heterogen yang gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut (Mycek, J. Mary, 2001).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
2.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jikatelah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai oleh hiperglikemia puasa, aterosklerotik, mikroangiopati, dan neuropati.Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahuntahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya (Sylvia Anderson Price and Lorraine McCarty, 1995).
3.
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik elektron (Mansjoer, 2001).
2.3.2 Etiologi & Klasifikasi Diabetes Melitus Penyebab diabetes melitus menurut American College of Clinical Pharmacy berdasarkan klasifikasinya adalah : 1.
Diabetes Melitus (DM) Tipe 1 i.
Diakibatkan oleh hancurnya sel β pankreas sehingga menyebabkan produksi insulin berkurang
ii.
Hampir 5%-10% yang menderita DM tipe 1
iii.
Dikenal sebagai insulin-dependent diabetes atau juvenile-onset diabetes
iv.
Prevalensi di Amerika: 0,12 % atau sekitar 340.000 penderita DM
v.
Biasanya dideita oleh anak-anak atau orang dewasa muda
vi.
Biasanya pada anak-anak gejala onsetnya lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa tua
2.
Diabetes Melitus Tipe 2 i. Diakibatkan karena adanya resistensi insulin akibat kerusakan sekresi insulin ii. Hampir 90%-95% yang menderita DM tipe 2 iii. Dikenal sebagai insulin non-insulin-dependent diabetes atau adult-onset diabetes
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
iv. Prevalensi di Amerika : 7,8% atau sekitar 23,6 juta v. Penderita DM tipe 2 ini biasanya menderita obesitas 3.
MODY (Maturity-Onset Diabetes of the Young) a. Diakibatkan karena penyakit genetik yang disebabkan karena melemahnya aksi insulin b. Biasanya diderita pada umur dibawah 25 tahun dan termasuk DM tipe 1 dan 2
4.
Diabetes Gestational a. Terjadi intoleransi glukosa selama masa kehamilan b. Prevalensi : 1%-14% pada wanita hamil c. Banyak terjadi pada trimester ketiga
5.
Prediabetes a. Lemahnya toleransi glukosa b. Lemahnya glukosa puasa
6.
Tipe DM Lain a. Kerusakan genetik pada fungsi sel β atau aksi insulin b. Penyakit pada pankreas (seperti pankreatitis, neoplasia, cyctic fibrosis) c.
Induksi kimia atau obat (seperti
glukokortikoid, asam nikotinat,
penghambat protease, antipsikosis atipikal)
2.3.3 Gejala Diabetes Melitus Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala khas berupa poliuria, polidipsia, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu>200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan satu kali saja glukosa darah sewaktu abnormal belum cukup kuat untuk diagnosis klinis DM (Persatuan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2002). Berikut adalah kriteria penegakan diagnosis DM.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
Tabel 2.1 Kriteria Penegakkan Diagnosis DM Glukosa Plasma Puasa
Glukosa Plasma Puasa 2 jam setelah makan
Normal
< 100 mg/dl
< 140 mg/dl
Pra-Diabetes
100 -125 mg/dl
-
Diabetes
˃ 126 mg/dl
˃ 200 mg/dl
2.3.4 Skrining Diabetes Melitus Berdasarkan American College of Clinical Pharmacy, terdapat beberapa cara untuk menskrining penyakit diabetes melitus berdasarkan tipe DM, yaitu : 1.
Diabetes melitus tipe 1 a. Pasien dengan gejala-gejala yang menunjukkan DM Tipe 1 b. Pasien yang tidak menunjukkan gejala dan beresiko tinggi, yaitu : i.
Memiliki riwayat keluarga penderita hiperglikemia atau DM tipe 1
ii. Terdapat autoantibodi pada penderita DM tipe 1 2.
Diabetes melitus tipe 2 a.
Umur 45 tahun atau lebih, berulang setiap 3 tahun jika normal
b.
Untuk orang muda yang memiliki BMI 25 kg/m2 atau lebih besar dan terdapat salah satu faktor resiko tersebut : i.
Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
ii. Lemahnya glukosa puasa atau glukosa toleran iii. Memiliki riwayat polycystic fibrosis iv. HDL-C kurang dari 35 mg/dL dan atau trigliserida (TG) lebih besar dari 250 mg/dL v. Hipertensi vi. Wanita dengan diagnosis diabetes gestational atau wanita yang memiliki bayi dengan berat lebih dari 4,1 kg (9 lb) vii. Etnis yang beresiko tinggi : African, Latino, American, Asian American, Pulau Pasifik viii. Inaktif fisik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
3.
Diabetes gestational a.
Usia kehamilan 24-28 minggu dengan menggunakan 75 gram oral glucose tolerance test(OGTT)
b.
Jika DM gestational telah di diagnosis, selama 6-12 minggu sesudah kelahiran
2.3.5 Diagnosis Diabetes Melitus Berdasarkan American College of ClinicalPharmacy, terdapat beberapa cara diagnosa untuk mendiagnosis DM berdasarkan tipe DM : 1.
Diagnosa DM Tipe 1 dan 2 I.Parameter glikemik pada pasien yang tidak hamil i. Fasting PlasmaGlucose (FPG) (a) Metode termudah dan sering digunakan (b) 126 mg/dL atau lebih ii. Random Plasma Glucose (a) 200 mg/dL atau lebih dengan gejala hiperglikemia (b) Gejala hiperglikemia disertai dengan poliuria, polidipsia, dan kehilangan berat badan (c) Konsentrasi hemoglobin A1c (A1c) baik iii. Test Toleran Glukosa Oral (a) Konsentrasi glukosa plasma selama 2 jam proses pencernaan dengan 75 gram glukosa oral (b) 200 mg/dL atau lebih (c) Lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan FPG tetapi tidak praktis bila digunakan iv. Dengan hasil test yang abnormal, pasien sebaiknya di tes kembali v. A1c (hemoglobin) (a) 6,5% atau lebih (b) Kurang sensitif dibandingkan dengan FPG tetapi tidak mengharuskan untuk puasa dan hasilnya kurang bervariasi dari hari ke hari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
(c) Nilai A1c tidak akurat pada pasien penderita anemia hemolitik, malaria kronik, atau pasien yang baru saja menerima transfusi darah atau kehilangan banyak darah b. Test diagnosa lain i. C-peptida (kadar sekresi insulin biasanya tidak teralu berarti pada DM tipe 1 dan normal atau tinggi pada DM tipe2) ii. Terdapat sel autoantibodi 2.
Diagnosis diabetes gestational : parameter glikemik pada pasien hamil a. 75 gram OGTT pada kehamilan 24-28 minggu i. Puasa : 92 mg/dL atau lebih ii. 1 jam setelah OGTT : 180 mg/dL atau lebih iii. 2 jam setelah OGTT : 153 mg/dL atau lebih
3.
Diagnosis prediabetes a. Berkurangnya glukosa puasa : FPG diantara 100 – 125 mg/dL b. Berkurangnya glukosa toleran : 2 jam glukosa plasma setelah OGTT (75 g diantara 140 dan 199 mg/dL)
2.3.6 Patofisiologi Diabetes melitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes melitus disebabkan oleh sebuah ketidakseimbangan atau ketidakadanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme. Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar glukosa darah antara 80-140 mg/dl dalam kondisiasupan makanan yang berbeda – beda pada orang non diabetik kadar glukosa darah dapat meningkat antara 120140mg/dl setelah makan (post prandial) namun keadaan ini akan kembali menjadi normal dengan cepat. Sedangkan kelebihan glukosa darah diambil dari darah dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan sel-selotot (glikogenesis). Kadar glukosa darah normal dipertahankan selama keadaan puasa, karena glukosa dilepaskan dari cadangan-cadangan tubuh (glikogenolisis) dan glukosa yang baru dibentuk dari trigliserida (glukoneogenesis). Glukoneogenesis menyebabkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
metabolisme meningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis) terjadi peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton didalam urin) dan kadar natrium serta PH serum menurun yang menyebabkan asidosis (Price, 2000). Resistensi sel terhadap insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah dalam plasma tinggi (hiperglikemia). Jika hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus
(polifagi)
sehingga terjadi dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar (polifagi). Selain itu juga polifagi juga disebabkan oleh starvasi (kelaparan sel). Pada pasien DM penggunaan glukosa oleh sel juga menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menurun sehingga tubuh menjadi lemah. Hiperglikemia juga dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat mengakibatkan terjadinya infeksi dan terjadi gangren atau ulkus. Gangguan pembuluh darah juga menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga suplai makanan dan oksigen berkurang akibatnya pandangan menjadi kabur. Akibat perubahan mikrovaskular adalah perubahan pada struktur dan ginjal sehingga terjadi nefropati. Diabetes juga mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2000).
2.3.7 Penatalaksanaan Menurut Persatuan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) terdapat dua macam penatalaksanaan DM, yaitu : a. Terapi Tanpa Obat i. Pengaturan diet, diet yang baik merupakan kunci keberhasilan terapi diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang terkait dengan karbohidrat, protein, dan lemak. Jumlah kalori
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel beta terhadap stimulus glukosa. ii. Olahraga, berolah raga secara teratur akan menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat
Continuous,
Rhymical,Interval,
Progressive,
Endurance
Training dan disesuaikandengan kemampuan serta kondisi penderita. Beberapa olahraga yang disarankan antara lain jalan, lari, bersepeda dan berenang, dengan latihan ringan teratur setiap hari, dapat memperbaiki metabolisme glukosa, asam lemak, ketone bodies, dan merangsang sintesis glikogen. b. Terapi obat, apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya berupa penatalaksanaan terapi obat. Terapi obat dapat dilakukan dengan antidiabetes oral, terapi insulin atau kombinasi keduanya (Anonim, 2006).
Menurut American College of Clinical Pharmacy merekomendasikan beberapa parameter yang dapat
digunakan untuk
menilai keberhasilan
penatalaksanaan DM
Tabel 2.2 Target Pelaksanaan Diabetes Melitus Parameter
Kadar Ideal yang Diharapkan
Kadar plasma glukosa puasa
70-130 mg/dl
Kadar plasma glukosa setelah makam
< 180 mg/dl
Kadar hemoglobin A1c Kadar HDL
<7% >45mg/dl untuk pria >50 mg/dl untuk wanita
Kadar LDL
100 – 129 mg/dl
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
Gambar 2.1 Algoritma Penatalaksanaan DM Tipe 2 (Dipiro et, al, 2009)
Awal Intervensi
Edukasi/nutrisi/olahraga
Target : HbA1c < 6,5 -7,0 % (Penurunan 0,5-1,0%) GDS : 110 – 130 mg/dl GDPP : 140 - 180
Monoterapi/kombinasi awal sulfonilurea dan atau metformin
Pilihan monoterapi lain: Pioglitazon Rosiglitazon Nateglinid Repaglinid Akarbose/insulin Insulin analog
Target tercapai
Di cek A1c tiap 3-6 Target tercapai
Terapi dilanjutkan atau dicek A1c tiap 3-6 bulan
Target tidak tercapai setelah 3 bulan
Kombinasi sulfonilurea
Kombinasi lain : Metformin/sulfonilurea dengan pioglitazon/rosiglitazon atau akarbose/miglitol Metformin dengan nateglinid /insulin/insulin analog (monoterapi/kombinasi)
Target tercapai Target tidak tercapai setelah 3-6 bulan Terapi dilanjutkan atau dicek A1c tiap 3-6 bulan
Insulin kerja menengah atau 1x perhari glargin. Sebelum pemberian insulin kerja regular atau lispro/aspart tambah 3 kombinasi antidiabetik oral atau ganti untuk memisah dosis insulin/insulim analaog terapi berkunjung ke endokrinologis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
Gambar 2.2 Algoritma Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 (American Diabetes Association, 2009)
Langkah 1 : Terapi tervalidasi baik
Awal intervensi Gaya hidup + Metformin
STEP 1
Gaya hidup + Metformin + Insulin basal
Gaya hidup + Metformin + Sulfonilurea*
Gaya hidup + Metformin + Insulin intensif
STEP 3
STEP 2
Langkah 2 : Terapi tidak tervalidasi baik Gaya hidup + Metformin + Pioglitazon
Gaya hidup + Metformin + Agonis GLP-1
2.4
Gaya hidup + Metformin + Pioglitazon + Sulfonilurea
Gaya hidup + Metformin + Insulin Basal
Penggolongan Obat Antidiabetes Oral Menurut American College of Clinical Pharmacy, terdapat 9 golongan
antidiabetes oral (ADO) DM tipe 2 dan telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan:
sulfonilurea,
meglitinid,
biguanid,
penghambat
α-glukosidase,
tiazolidindion, penghambat dipeptidyl peptidase-4, sekuestran asam empedu, bromokriptin, dan produk kombinasi. Kesembilan golongan ini dapat diberikan pada DM tipe 2 yang tidak dapat dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
2.4.1 Golongan Sulfonilurea a.
Mekanisme Kerja Mengikat reseptor pada sel β pankreas, membentuk membran depolarisasi dengan stimulasi sekresi insulin.
b.
Generasi pertama yaitu seperti tolbutamide, chlorpropamide
c.
Generasi kedua sulfonilurea seperti gliburid, glipizid, glimepirid, glibenklamid
Tabel 2.3 Dosis Sulfonilurea Generasi Kedua Maksimal Dosis per Hari
Obat
Dosis
Gliburid
2,5 – 5,0 mg
(nonmicronized)
1atau 2x sehari
Gliburid
1,5 – 3 mg
(micronized)
1 atau 2x sehari
Glipizid
5mg 1 atau 2x sehari
(mg) 20
12
40
(extended release)
d.
Glimepirid
1-2 mg 1x sehari
8
Glikuidon
15 mg/hari
60
Glibenklamid
2,5 -5 mg/hari
15
Efek Merugikan i.
Umum
ii. Jarang terjadi
: Hipoglikemia, penambahan berat badan : Ruam kulit, sakit kepala, nausea, vomiting,
fotosensitivitas. e.
Kontraindikasi i.
Hipersensitivitas dengan sulfonamide
ii. Pasien dengan tidak sadar menderita hipoglikemi iii. Fungsi ginjal tidak berfungsi dengan baik (glipizid merupakan pilihan yang lebih baik daripada gliburid atau glimepirid pada pasien yang geriatri atau memiliki kelemahan pada ginjal karena obat atau metabolit aktif tidak dapat dieliminasi di dalam ginjal). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
f.
Efikasi i.
Reduksi 1%-2% A1c
ii. Semua pengobatan untuk mengobati hiperglikemia vii.
Interaksi Obat Banyak obat yang dapat berinteraksi dengan obat-obat sulfonilurea, sehingga risiko terjadinya hipoglikemia harus diwaspadai.. Obat atau senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemik sulfonilurea antara lain : alkohol, fenformin,
sulfonamida,
salisilat,
fenilbutazon,
oksifenbutazon,
probenezide, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, steroida anabolitik, fenfluramin, dan klofibrat.
Tabel 2.4 Obat Antidiabetes Oral Golongan Sulfonilurea Obat Antidiabetes Oral Gliburid (Glibenklamid) Contoh sediaan : • Glibenklamid (generik) • Abenon (Heroic) • Clamega • Condiabet • Daonil (Aventis)
Gliklazid Contoh sediaan : • Diamicron (Darya Varia) • Glibet (Dankos)
Keterangan Memiliki efek hipoglikemik yang poten sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makan yang ketat. Gliburid di metabolisme dalam hati, hanya 25 % metabolit di ekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja. Gliburid efektif dengan pemberian dosis tunggal. Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah 36 jam. Diperkirakan mempunyai efek terhadap agregasi trombosit. Dalam batas-batas tertentu masih dapat diberikan pada pasien gangguan ginjal dan hati (Handoko dan Suharto, 1995) Mempunyai efek hipoglikemik sedang sehingga tidak begitu sering menyebabkan efek hipoglikemik. Mempunyai efek anti agregasi trombosit yang lebih poten. Dapat diberikan pada penderita gangguan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
• Glicab • Glidabet Glimepirid Contoh sediaan : • Amaryl
Glikuidon Contoh sediaan : • Gluronerm ingelhem)
fungsi hati dan ginjal (Soegondo, 1995b) Memiliki waktu mula kerja yang pendek dan waktu kerja yang lama, sehingga umum diberikan dengan cara pemberian dosis tunggal. Untuk pasien yang berisiko tinggi, yaitu pasien usia lanjut, pasien dengan gangguan ginjal atau yang melakukan aktivitas berat dapat diberikan obat ini. Dibandingkan dengan glibenklamid, glimepirid lebih jarang menimbulkan efek hipoglikemik pada awal pengobatan (Soegondo, 1995b) Mempunyai efek hipoglikemik sedang dan jarang menimbulkan serangan hipoglikemik. Karena seluruhnya diekskresi (Boehringer hampir melalui empedu dan usus, maka dapat diberikan pada pasien gangguan ginjal dan hati yang agak berat (Soegondo, 1995b)
2.4.2 Golongan Meglitinid a.
Mekanisme Kerja Repaglinid dan nateglinid merupakan golongan meglitinid, mekanisme kerjanya sama dengan sulfonilurea yaitu meningkatkan sekresi insulin dari pankreas tetapi onset lebih cepat dan waktu durasi lama. Pada pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalamwaktu 1 jam. Masa paruhnya 1 jam, karena itu harus diberikan beberapa kali sehari sebelum makan. Metabolisme utamanya di hepar dan metabolitnya tidakaktif. Sekitar 10 % di metabolisme di ginjal. Pada pasien dengan gangguan fungsi hepar atau ginjal harus diberikan secara berhati-hati. Efek samping utamanya hipoglikemia dan gangguan saluran cerna. Reaksi alergi juga pernah dilaporkan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
b.
Dosis i.
Repaglinid (a) Dosis lazim : 0,5 – 1 mg 15 menit sebelum makan (b) Dosis maksimum per hari :16 mg
ii. Nateglinid (a) 120 mg sebelum makan (b) 60 mg jika A1c mendekati tujuan yang diinginkan c.
Efek Merugikan Hipoglikemia (lebih kecil dibandingkan dengan sulfonilurea), berat badan berkurang, infeksi pernapasan meningkat.
d.
Kontraindikasi i. Hipersensitivitas ii. Penggunaan
repaglinid
dengan
gemfibrozil
dapat
meningkatn
konsentrasi repaglinid e.
Efikasi i. Reduksi 0,5%-1,5% A1c (repaglinide menunjukkan penurunan A1c lebih dari nateglinid ii. Lebih efektif pada postprandial glukosa
Tabel 2.5 Obat Antidiabetes Oral Golongan Meglitinid Obat Antidiabetes Oral Repaglinid Contoh sediaan : • Prandin/NovoNorm/GlucoNorm
Nateglinid Contoh sediaan : • Starlix
Keterangan Merupakan turunan asam benzoat. Mempunyai efek hipoglikemik ringan sampai sedang. Diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian per oral, dan diekskresi secara cepat melalui ginjal. Efek samping yang mungkin terjadi adalah keluhan saluran cerna (Soegondo, 1995b) Merupakan turunan fenilalanin, cara kerja mirip dengan repaglinid. Diabsorpsi cepat setelah pemberian per
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
oral dan diekskresi trutama melalui ginjal. Efek samping yang dapat terjadi pada penggunaan obat ini adalah keluhan infeksi saluran nafas atas (ISPA) (Soegondo, 1995b).
2.4.3 Biguanid (Metformin) a.
Mekanisme Kerja Mereduksi
glukoneogenesis
hati,
juga
menimbulkan
efek
yang
menguntungkan sehingga meningkatkan sensitivitas insulin b.
Dosis i.
Dosis lazim : 500 mg 1 atau 2x sehari
ii. Dosis maksimal per hari : 2250 mg iii. Dapat meningkatkan interval pemakaian mingguan iv. Menurunkan dosis lazim dan titrasi lambat pada gastrointestinal (GI) c.
Efek Merugikan i.
Umum : Nausea, vomiting, diare
ii. Jarang terjadi : Menurunkan konsentrasi vitamin B12, asidosis laktat iii. Gejala asidosis laktat termasuk nausea, vomiting, meningkatkan laju respirasi, sakit perut, syok, takikardia. d.
Kontraindikasi i.
Kelemahan pada ginjal
ii. Usia 80 tahun atau lebih iii. Resiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular iv. Kelemahan hati e.
Efikasi i.
Reduksi 1%-2% A1c
ii. Mereduksi TG dan kehilangan berat badan iii. Menjadi pertimbangan terapi lini pertama karena kontraindikasi yang sedikit
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
vi.
Interaksi Obat Mengganggu absorpsi vit B12, berinteraksi dengan simetidin dengan menurunkan klirens metformin di ginjal.
Tabel 2.6 Obat Antidiabetes Oral Golongan Biguanid Obat Antidiabetes Oral Metformin Contoh sediaan : • Metformin (generik) • Benoformin • Bestab
Keterangan Satu-satunya golongan biguanid yang masih digunakan sebagai obat antidiabetes oral. Bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel-sel otot. Obat ini dapat memperbaiki uptake glukosa sampai sebesar 10-40%. Menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis (Soegondo, 1995)
2.4.4 Golongan Tiazolidindion a.
Mekanisme Kerja i. Proliferator peroksisom mengaktifkan reseptor gamma antagonis ii. Meningkatkan sensitivitas insulin dan produksi metabolisme glukosa
b.
Dua golongan : Pioglitazon dan Rosiglitazon
c.
Dosis i. Pioglitazon (a) Lazim: 15 mg 1x sehari (b) Maksimal per hari : 45 mg ii. Rosiglitazon (a) Lazim : 1-2 mg 1x sehari (b) Maksimal per hari : 8 mg
d.
Efek Merugikan i. Kehilangan berat badan ii. Retensi cairna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
iii. Fraktur tulang iv. Meningkatkan resiko gagal jantung v. Meningkatkan infark miokardia e.
Kontraindikasi i. Kelemahan ginjal ii. Gagal jantung
f.
Efikasi i. Reduksi 0,5-1,4% A1c ii. Keduanya meningkatkan HDL-C, tetapi pioglitazon mempunyai efek yang lebih baik untuk mereduksi LDL-C dan TG bila dibandingkan dengan rosiglitazon
2.4.5 Penghambat Enzim α-Glikosidase a.
Mekanisme Kerja Obat ini dapat memperlambat absorpsi polisakarida, dekstrin, dan disakarida di intestin. Dengan menghambat kerja enzim α-glikosidase di brush border intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orang normal dan pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia. Akarbose dapat digunakan sebagai monoterapi pada DM usia lanjut atau DM yang glukosa postprandialnya sangat tinggi. Obat golongan ini diberikan pada waktu mulai makan dan absorpsi buruk. Akarbosa paling efektif bila diberikan bersama makanan yang berserat mengandung polisakarida, dengan sedikit kandungan glukosa dan sukrosa. Bila akarbosa diberikan bersama insulin, atau dengan golongan sulfonilurea, dan menimbulkan hipoglikemia, pemberian glukosa akan lebih baik daripada pemberian sukrosa, polisakarida, dan maltosa (Departemen Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia).
b.
Dua obat : Akarbosa dan miglitol
c.
Dosis i.
Lazim : 25 mg 3x sehari, bersamaan dengan makanan
ii. Maksimal per hari : 300 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
d.
Efek Merugikan i.
Diare, sakit perut
ii. Meningkatkan enzim di hati dengan meningkatnya dosis akarbosa e.
Kontraindikasi : Inflamasi pada perut, ulserasi usus kecil, obstruksi pencernaan
f.
Efikasi : i. Reduksi 0,5%-0,8% A1c ii. Tidak efektif pada pasien dengan diet karbohidrat rendah
vii.
Interaksi Obat Acarbose : Diperlemah oleh kolestiramin, absorben usus, enzim pencernaan Tabel 2.7 Obat Antidiabetes Oral Golongan Inhibitor Enzim α-Glikosidase
Obat Antidiabetes Oral Akarbosa Contoh sediaan : • Glucobay (Bayer) • Precose Miglitol Contoh sediaan : • Glycet
Keterangan Akarbosa dapat diberikan dalam terapi kombinasi dengan sulfonilurea, metformin, atau insulin.
Miglitol biasanya diberikan dalam etrapi kombinai dengan obat-obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea
2.4.6 Inhibitor Dipeptidyl Peptidase-4 a.
Mekanisme Kerja : Menghambat kerusakan glukagon-like-peptide-1 (GLP 1), dapat meningkatkan sekresi insulin 1
b.
Dua golongan : Sitagliptin dan saxagliptin
c.
Dosis iii. Sitagliptin : 100 mg 1x sehari iv. Saxagliptin : 5 mg 1x sehari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
d.
Efek Merugikan i.
Infeksi saluran urin,s akit kepala
ii. Hipoglikemia v.
Sitagliptin pada beberapakondisi dapat menyebabkan pankreatitis akut, angioderma, sindrom steven-johnson dan anafilaksis.
e.
Kontraindikasi iii. Hipersensitivitas iv. Memiliki riwayat pankreatitis
f.
Efikasi : Reduksi 0,5-0,8% A1c
2.4.7 Sekuestran Asam Empedu a.
Mekanisme Kerja i. Menurunkan konsentrasi glukosa belum diketahui ii. Asam empedu digunakan untuk managemen kolesterol
b.
Dosis 625 mg 1x sehari atau 625 mg 2x sehari
c.
Efek Merugikan : Konstipasi, dispepsia, nausea,vomiting
d.
Efikasi : Reduksi 0,3%-0,5% A1
e.
Kontraindikasi i. Pada pasien obstruksi perut, serum TG lebih besar dari 500 mg/dL ii. Pasien dengan keadaan tidak dapat menelan, disfasia, serum TG dengan konsentrasi lebih dari 300 mg/dL
2.4.8 Bromokriptin a.
Mekanisme Kerja: Belum diketahui
b.
Dosis i. Lazim : 0,8 mg 1x sehari, bersamaan dengan makanan ii. Maksimal per hari : 4,8 mg
c.
Efek Merugikan : Nausea, vomiting, malas, sakit kepala, hipotensi, kelaparan
d.
Kontraindikasi i. Sebaiknya tidak digunakan pada pasien migrain
e.
Efikasi :Reduksi 0,1 % - 0,6% A1c UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
2.4.9 Produk Kombinasi a.
Metformin dengan pioglitazon,
:
Gliburid,
glipizid,
sitagliptin,
repaglinid,
rosiglitazon
b.
Glimepirid dengan : Pioglitazon atau rosiglitazon
2.5
Insulin
2.5.1 Terapi Insulin Untuk Pasien Rawat Inap Pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama pasien yang memerlukan perawatan di ruang intensif, misalnya pasien ketoasidosis, pasca operasi, atau pasien penyakit gawat seperti sepsis. Kelompok kedua adalah pasien yang tidak memerlukan perawatan di ruang intensif, misalnya pasien praoperatif atau pasien dengan penyakit yang tidak gawat. Secara umum, cara pemberian terapi insulin bagi kedua kelompok di atas memiliki perbedaan. Pasien yang dirawat di ruang intensif umumnya memerlukan terapi intensif dengan cara pemberian insulin infus (drip) intravena atau secara intramuskular. Cara intramuskular jarang dilakukan dan hanya dilakukan bila fasilitas insulin drip intravena tidak tersedia. Pasien yang dirawat di ruang biasa umumnya tidak memerlukan terapi insulin infus intravena. Terapi untuk pasien ini cukup dengan pemberian subkutan atau dengan pompa insulin (CSII). Bahkan pada kasus yang ringan, terapi dengan obat antidiabetik oral masih dapat diberikan untuk pasien DM, terutama pasien DM tipe 2 (PERKENI, 2007).
2.5.2 Kategori Insulin Berdasarkan durasi terapi setelah injeksi,insulin dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a.
insulin kerja cepat/short acting : insulin regular
b.
insulin kerja sangat cepat/rapid acting : insulin aspart, lispro, dan glulisin
c.
insulin kerja menengah /intermediate acting : Neutral Protamine Hagedone (NPH)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
d.
insulin kerja panjang/long acting : Insulin glargine dan detemir, tidak dapat dikombinasikan dengan insulin lain.
Tabel 2.8 Karakteristik Insulin
Kategori
Nama Obat
Onset
Waktu Injeksi Sebelum Makan (menit)
Puncak (jam)
Durasi (jam)
30-60 menit
30
2-3
4-6
5-20 menit
15
1-3
3-5
Tidak tersedia
4-8
10-20
Tidak tersedia
6-8 (Peakless)
6-24
Kerja Regular cepat Kerja sangat Aspart/lispro/glulisin cepat Kerja NPH menengah Lente Kerja panjang
Detemir, Glargine
1-2 jam 2-4 jam 1-2 jam
(sumber : American College of Clinical Pharmacy dan Farmakologi & Terapi) 2.5.3 Dosis Insulin Kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar antara 5-150 U sehari, tergantung keadaan pasien. Selain faktor tersebut, untuk penetapan dosis perlu diketahui kadar glukosa darah puasa dan dua jam sesudah makan serta kadar glukosa dalam urin empat porsi, yaitu antara jam 7-11, jam 12-16, jam 16-21, dan jam 21-7. Dosis terbagi insulin digunakan pada DM : a.
tidak stabil dan sukar dikontrol
b.
bila hiperglikemi berat sebelum makan pagi tidak dapat dikoreksi dengan insulin dosis tunggal per hari
c.
pasien yang membutuhkan insulin lebih dari 1000 U per hari. Pada pasien ini diet karbohidrat sebaiknya dibagi emnjadi 6-7kali pemberian.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
Dosis awal pasien DM muda 0,7-1,5 U/kg berat badan. Untuk terapi awal, regular insulin dan insulin kerja sedang merupakan pilihan dan diberikan 2 kali sehari. Untuk DM dewasa yang kurus 8-10 U insulin kerja sedang diberikan 20-30 menit sbeelum makan pagi dan 4-5 U sebelum makan malam, DM dewasa gemuk 20 U pagi hari dan 10 U sebelum makan malam. Dosis ditingkatkan secara bertahap sesuai hasil pemeriksaan glukosa darah dan urin (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).
2.6
Perbekalan Farmasi Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis.
2.7
Kartu jakarta sehat (KJS)
2.7.1 Definisi Kartu Jakarta Sehat KJS merupakan suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui UP. Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pengobatan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012).
2.7.2 Tujuan KJS Tujuan dibuatnya KJS adalah memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi penduduk Provinsi DKI Jakarta terutama bagi keluarga miskin dan kurang mampu dengan sistem rujukan berjenjang (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012).
2.7.3 Sasaran Program KJS Kartu jakarta sehat ini berlaku untuk semua penduduk DKI Jakarta yang mempunyai KTP / Kartu Keluarga DKI Jakarta yang belum memiliki jaminan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
kesehatan, diluar program Askes, atau asuransi kesehatan lainnya (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012).
2.7.4 Manfaat KJS Adapun manfaat diberlakukannya KJS adalah : 1. Rawat Jalan diseluruh Puskesmas Kecamatan / Kelurahan di Provinsi DKI Jakarta. 2. Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) di Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat II, (RSUD, RS vertikal dan RS Swasta yang bekerjasama dengan UP. Jamkesda) wajib dengan rujukan dari Puskesmas. 3. Rawat Inap (RI) di Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerjasama dengan UP. Jamkesda (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2012).
2.8
Tarif Indonesia Case Based Groups (INA CBG’S) Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 69 tahun 2013,
tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit. Sistem INA CBG’s digunakan sebagai aplikasi pengajuan klaim rumah sakit, puskesmas dan semua Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi masyarakat miskin Indonesia. Sistem Casemix INA CBG’s adalah suatu pengklasifikasian dari episode perawatan pasien yang dirancang untuk menciptakan kelas-kelas yang relatif homogen dalam hal sumber daya yang digunakan dan berisikan pasien dengan karakteristik klinik yang sejenis (George Palmer, Beth Reid). Case Base Groups (CBG), yaitu cara pembayaran perawatan pasien berdasarkan diagnosis-diagnosis atau kasus-kasus yang relatif sama. Rumah sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh untuk suatu kelompok diagnosis. Dalam pembayaran menggunakan sistem INA CBG’S baik rumah sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
dan kode DRG (DiseaseRelated Group). Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah sebelumnya. Perkiraan waktu lama perawatan (length ofstay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya disesuikan dengan jenis diagnosis maupun kasus penyakitnya (Permana, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Desain Operasional
3.1.1 Variabel Bebas 3.1.1.1 Penggolongan Obat Antidiabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Definisi
: Penggolongan obat antidiabetes yang digunakan untuk pengobatan diabetes melitus.
Skala
: Nominal
Kategori
:
a.
Sulfonilurea
b.
Biguanid
c.
Tiazolidindion
d.
Meglitinid
e.
Penghambat α-glukosidase
f.
Penghambat dipeptidil peptidase-4
g.
Sekuestran asam empedu
h.
Bromokriptin
i.
Obat Antidiabetes Injeksi
j.
Produk kombinasi
3.1.2 Variabel Terikat 3.1.2.1 Ketepatan Indikasi Definisi : ketepatan pemilihan obat antidiabetes yang sesuai dengan indikasi berdasarkan pedoman pengobatan. Skala
: Nominal
Kategori
:
i.
Tepat
ii. TidakTepat
34
35
3.1.2.2 Ketepatan Pemilihan Obat Definisi : ketepatan pemilihan obat antidiabetes pada pasien yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan algoritma pengobatan diabetes melitus yang disesuaikan dengan pengobatan yang telah diberikan sebelumnya. Skala
: Nominal
Kategori
:
i.
Tepat
ii. Tidak Tepat
3.1.2.3 Ketepatan Regimen Dosis Definisi : ketepatan pemberian regimen dosis obat antidiabetes pada pasien yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan pedoman pengobatan. Skala
: Nominal
Kategori
:
i.
Tepat
ii. Tidak Tepat
3.1.2.4 Ketepatan Cara Pemberian Definisi : ketepatan cara dan lama pemberian regimen dosis yaitu aturan pemakaian obat antidiabetes pada pasien yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan pedoman pengobatan. Skala
: Nominal
Kategori
:
i.
Tepat
ii. Tidak Tepat
3.1.2.5 Ketepatan Pasien Definisi : ketepatan pemberian obat sesuai kondisi patofisiologis pada pasien diabetes melitus yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan pedoman pengobatan. Skala
: Nominal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Kategori i.
:
Tepat
ii. Tidak Tepat
3.1.2.6 Efek Samping Definisi : efek samping yang ditimbulkan akibat pemberian obat antidiabetes pada pasien yang di rawat di ruang rawat inap berdasarkan Drug Information Handbook. Skala
: Nominal
Kategori
:
i.
Ada
ii. Tidak Ada
3.1.2.7 Interaksi Obat Definisi : Interaksi obat yang terjadi pada penggunaan obat antidiabetes dengan obat antidiabetes atau obat antidiabetes dengan obat lainnya berdasarkan Drug Information Handbook. Skala
: Nominal
Kategori
:
i. Ada ii. Tidak Ada
3.1.3 Demografi Pasien Demografi pasien adalah penyebaran pasien yang dapat dilihat dari karakteristik pasien (jenis kelamin, usia, dan jenis diabetes).
3.1.3.1 Jenis Kelamin Skala : Nominal Kategori : i. Laki-laki ii. Perempuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
3.1.3.2 Usia Penggolongan usia pasien berdasarkan Departemen Kesehatan RI (DEPKES RI, 2009). DEPKES RI mengklasifikasikan usia manusia menjadi 8 kategori, yaitu : i. 5-11 tahun : Masa kanak-kanak ii. 12-16 tahun : Masa remaja awal iii. 17-25 tahun : Masa remaja akhir iv. 25-35 tahun : Masa dewasa awal v. 36-45 tahun : Masa dewasa akhir vi. 46-55 tahun : Masa lansia awal vii. 55-65 tahun : Masa lansia akhir viii. 65-sampai di atas : Manula
3.1.3.3 Jenis Diabetes Bila kadar glukosa darah tidak dapat terkontrol, maka pasien diabetes melitus dapat mengalami komplikasi. Maka jenis diabetes ini dapat dibagi ke dalam dua kelompok :
3.2
i.
Diabetes melitus tanpa komplikasi
ii.
Diabete melitus disertai komplikasi
Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, yakni
berupa catatan rekam medis pasien penderita diabetes melitus sebagai pasien KJS yang dirawat di ruang rawat inap diabetes melitus Rumah Sakit TNI Angkatan Laut (RUMKITAL) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat selama periode April – Desember 2013. Penelitian ini berupa penelitian survei (observasional) dengan metode retrospektif yaitu
penelitian berdasarkan rekam medis pasien, melihat ke
belakang peristiwa yang terjadi di masa lalu, dalam hal ini dilihat dari rekam medis pasien periode April – Desember 2013. Desain yang digunakan adalah cross sectional, yaitu pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
rasionalitas penggunaan obat antidiabetes dan evaluasi beban biaya perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) pada pasien KJS yang dirawat di ruang rawat inap sebagai variabel terikat pada suatu waktu tertentu. Analisa dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan frekuensi ketepatan indikasi, jenis obat, regimen dosis, pasien, cara pemberian, efek samping, serta interaksi obat antidiabetes pada pasien.
3.3
Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo dengan alamat Jl. Bendungan Hilir No.17 Jakarta Pusat 10210.
3.3.2 Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Analisa data dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2014.
3.4
Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa diabetes melitus yang dirawat di Ruang Rawat Inap yang memiliki kartu jakarta sehat (KJS) RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat pada periode April sampai dengan Desember 2013. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 31 pasien.
3.4.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria diambil sebagai sampel penelitian. Sampel dalam penelitian ini terdapat 24 pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
3.4.2.1 Kriteria Inklusi Sampel Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian,memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk sampel kasus dalam penelitian ini ialah : a. Pasien rawat inap diabetes melitus seluruh tipe yang merupakan pasien KJS pada bulan April – Desember 2013 b. Pasien diabetes melitus seluruh tipe yang menerima perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) periode April – Desember 2013.
3.4.2.2 Kriteria Eksklusi Sampel Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikusertakan. Adapun yang termasuk kriteria eksklusi adalah pasien dengan rekam medis yang tidak lengkap dan hilang.
3.5
Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan (Permohonan Izin Penelitian) a. Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksaan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta kepada RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat b. Penyerahan surat persetujuan penelitian dari RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta 3.5.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data 3.5.2.1 Penelusuran Dokumen a. Penelusuran data pasien di ruang rawat inap pasien diabetes melitus Kartu jakarta sehat RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat periode April – Desember 2013 b. Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
c. Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medis di ruang administrasi medis berupa : i.
Nomor rekam medis
ii. Identitas pasien (nama, jenis kelamin, dan umur) iii. Tanggal perawatan iv. Diagnosa v. Kadar gula darah pasien dan kadar kreatinin vi. Data penggunaan obat (Jenis, regimen dosis, dan aturan penggunaan) vii. Biaya obat antidiabetes diambil dari apotek viii.Biaya obat lain yang digunakan diambil dari apotek ix. Biaya perbekalan farmasi yang digunakan diambil dari apotek d. Penelusuran dokumen standar biaya perbekalan farmasi sesuai dengan tarif INA CBG’sdi RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat 3.5.3 Manajemen Data Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan diabetes melitus yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke dalam logbook dan komputer.
3.6
Pengolahan Data
a.
Editing Sebelum melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian. b.
Coding Peneliti melakukan coding terhadap data yang terpilih dari proses seleksi
untuk mempermudah analisis di program Microsoft Excel. Coding merupakan kegiatan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, seperti : i.
Pengkodean jenis antidiabetik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
Tabel 2.1 Pengkodean Jenis Antdiabetik Jenis Antidiabetik
ii.
Kode Obat
Metformin
1
Glimepirid
2
Gliklazid
3
Glikuidon
4
Glibenklamid
5
Akarbosa
6
Novorapid
7
Lantus
8
Levemir
9
Actrapid
10
Pengkodean kategori ketepatan Tabel 2.2 Pengkodean Ketepatan
c.
Ketepatan
Kode
Tepat
1
Tidak Tepat
0
Entry data Peneliti memasukkan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam
program Microsoft Excel dalam bentuk tabel. d.
Cleaning data Data yang sudah diinput diperiksa kembali untuk memastikan data bersih
dari kesalahan dan siap untuk dianalisis.
3.7
Analisa Data Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2010 dan
program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17.0. Confidence interval yang digunakan sebesar 95% dengan nilai α = 0,05. Pengolahan data yang dilakukan meliputi :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
3.7.1 Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap variabel yang ada secara deskriptif (Notoatmodjo, 2003). Data yang telah di kategorikan ditampilkan sebagai frekuensi kejadian. Adapun pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat ialah : 1.
Karakteristik pasien a. Jenis Kelamin b. Usia Pasien c. Jenis diabetes (tunggal atau komplikasi)
2.
Penggunaan antidiabetik tunggal
3.
Penggunaan kombinasi antidiabetik oral dan injeksi
3.7.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan/berkolerasi. Analisis data sampel dilakukan secara deskriptif statistik, yaitu dengan analisis kai kuadrat. Uji kai kuadrat adalah uji yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel yang bersifat kategorik. Cara pengambilan keputusannya adalah dengan melihat nilai probabilitas (p) pada kolom Asymp Sig. (2 sided) dari hasil perhitungan dengan SPSS Statictic 17.0.
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : H0 : tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat H1 : ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Nilai p pada tingkat kepercayaan 95% adalah sebagai berikut (Trihendradi, 2011): a. Probabilitas < 0,05 berarti H0 ditolak. Uji statistik menunjukkan hubungan yang bermakna. b. Probabilitas ≥ 0,05 berarti H0 diterima. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
Uji kai kuadrat ini dinyatakan sahih apabila memenuhi persyaratan tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (Sabri & Hastono, 2006). Apabia tidak memenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukan uji mutlak Fisher. Analisis koefisien kontingensi digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar variabel yang bersifat nominal. Adapun pengolahan data yang menggunakan analisis
bivariat
ialah
identifikasi Gambaran Rasionalitas
Penggunaan Obat Antidiabetes.
Parameter
rasionalitas
obat
antidibaetes
yang
diamati
dalam
pengidentifikasian gambaran penggunaan obat antidiabetes antara lain : a. ketepatan indikasi b. ketepatan pemilihan obat c. ketepatan regimen dosis d. ketepatan pasien e. ketepatan cara dan lama pemberian f. efek samping g. interaksi obat
3.7.3 Analisa Beban Biaya Perbekalan Farmasi Biaya perbekalan farmasi yang didapatkan dari hasil pengumpulan data, dibuat rekapitulasi berupa tabel rekapitulasi biaya. Cara untuk menghitung biaya perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) adalah sebagai berikut : a) Biaya perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) : Jumlah total dari penggunaan perbekalan farmasi (obat-obatan dan bahan medis habis pakai) seluruh pasien rawat inap DM KJS dibandingkan dengan jumlah total tarif INA CBG’s yang diberikan kepada pasien DM. b) Biaya obat diabetes melitus : Jumlah total dari penggunaan obat-obat diabetes melitus pasien rawat inap KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo dibandingkan
dengan
total
biaya
perbekalan
farmasi
secara
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
keseluruhan, maka didapatkan besar persentase biaya yang dikeluarkan untuk obat DM. c) Biaya obat non diabetes melitus : Jumlah total dari penggunaan obatobat non diabetes melitus pasien rawat inap KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo dibandingkan dengan total biaya perbekalan farmasi secara keseluruhan, maka didapatkan besar persentase biaya yang dikeluarkan untuk obat non DM. d) Biaya bahan medis habis pakai : Jumlah total biaya dari penggunaan bahan medis habis pakai pasien rawat inap KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo dibandingkan dengan total biaya perbekalan farmasi secara keseluruhan, maka didapatkan besar persentase biaya yang dikeluarkan untuk bahan medis habis pakai.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Demografi Pasien Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit diabetes.
Penggunaan obat antidiabetes pada pasien yang digambarkan secara deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien diabetes melitus di RUMKITAL Dr. Mintohardjo dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Demografi Pasien Pasien
Jumlah
Diabetes melitus Januari –
274
Desember 2013 KJS
rawat
inap
penderita
31
diabetes melitus KJS
rawat
diabetes
inap
penderita
melitus
yang
24
memenuhi kriteria inklusi
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien rawat inap diabetes melitus sebanyak 24 pasien yang memiliki rekam medis yang lengkap.
4.1.1 Jenis Kelamin Dapat dilihat dari data yang didapat bahwa pasien diabetes melitus yang merupakan pasien KJS lebih banyak terjadi pada pasien perempuan dibanding pada
pasien
laki-laki,
seperti
ditunjukkan
45
pada
Gambar
4.1.
46
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah pasien KJS yang terdiagnosa diabetes melitus pada periode AprilDesember 2013 di RUMKITAL Dr. Mintohardjo sebanyak 15 orang (63%) ialah perempuan, sementara jumlah laki-laki sebanyak 9 orang (37%). Berdasarkan data tersebut perempuan memiliki tingkat resiko lebih tinggi terdiagnosis penyakit diabetes melitus dibandingkan dengan laki-laki. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki, di perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada di perdesaan, serta cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi (Kemenkes, 2013)
4.1.2 Usia Pasien Penggolongan usia pasien berdasarkan Departemen Kesehatan RI (DEPKES) 2009. DEPKES RI mengklasifikasikan usia manusia menjadi 8 kategori, yaitu balita, kanak-kanak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa akhir, lansia awal, lansia akhir, dan manula. Berdasarkan usia tersebut, dapat diketahui bahwa usia 46 sampai 55 tahun (masa lansia awal) adalah usia yang paling banyak menderita penyakit diabetes melitus. Persentase jumlah penderita diabetes melitus pada usia 46 sampai 55 tahun ialah sebesar 45,99 %. Distribusi dari 24 pasien penderita diabetes melitus berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 4.2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Usia Pasien (%) Terlihat bahwa penderita diabetes melitus mulai rentan dan sering terjadi pada usia 46 tahun ke atas hingga usia 65 tahun. Pada usia ini, umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa (Goldberg dan Coon dalam Rochman, 2006).
4.1.3 Jenis Diabetes Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Dari keseluruhan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi tersebut, penderita diabetes melitus banyak yang mengalami komplikasi penyakit seperti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Chronic Kidney Disease (CKD), hipertensi, TB, stroke, nefropati, anemia, dan ulkus diabetikum. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Diabetes
Jumlah penderita diabetes
Jumlah
Persentase
3
12,5 %
21
87,5 %
melitus tanpa komplikasi Jumlah penderita diabetes melitus dengan komplikasi
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Diabetes Banyaknya pasien diabetes yang mengalami komplikasi disebabkan karena umumnya komplikasi diabetes berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah. Diabetes dalam jangka panjang ,dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengurangi volume aliran darah ke berbagai bagian tubuh seperti mata, ginjal, jaringan saraf, dan lain sebagainya sehingga bagian-bagian tubuh mengalami kerusakan fungsi yangs serius bahkan mengancam jiwa.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
4.2
Profil Obat Antidiabetes
4.2.1 Obat Antidiabetes Tunggal Pemakaian obat antidiabetes tunggal (monoterapi) banyak diberikan kepada pasien, baik diberikan secara oral maupun injeksi. Pemakaian obat antidiabetes tunggal yang paling banyak digunakan adalah glikuidon (33%) dan injeksi novorapid (23%). Jika dibagi dalam lima golongan obat antidiabetes oral yang banyak dipakai di Indonesia dan empat kategori insulin berdasarkan sifat farmakokinetiknya, maka ditemukan di lapangan bahwasanya golongan obat antidiabetes oral terbanyak yang digunakan adalah sulfonilurea (55,6%) dan pemakaian insulin terbanyak yang digunakan adalah kategori insulin rapid acting (kerja cepat) sebesar 22,2 %.
Gambar 4.4 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal (%) Antidiabetes oral yang paling banyak digunakan adalah golongan sulfonilurea terutama glikuidon. Tingginya penggunaan golongan sulfonilurea ini kemungkinan disebabkan karena obat antidiabetes oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk penderita diabetes dewasa baru dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya, selain itu efek samping obat golongan sulfonilurea yang umumnya ringan dan frekuensi rendah, antara lain gangguan saluran cerna serta gangguan susunan syaraf pusat (Handoko dan Suharto, IONI 2000) serta mempunyai efek hipoglikemia yang jarang dan rendah. Mekanisme kerja glikuidon hampir
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
seluruhnya diekskresi melalui empedu dan usus, sehingga dapat diberikan pada pasien gangguan ginjal dan hati yang agak berat. Beberapa pasien penderita diabetes RUMKITAL Dr. Mintohardjo banyak yang mengalami komplikasi berupa gangguan fungsi ginjal, maka obat glikuidon menjadi obat pilihan karena pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih dapat menggunakan obat tersebut (Soegondo, 1995). Pemilihan obat golongan sulfoniurea juga bisa disebabkan karena sulfonilurea adalah pilihan obat utama setelah metformin yang dapat diberikan secara monoterapi (Dipiro, 2008).
Obat golongan sulfonilurea
tergolong memiliki harga yang relatif murah. RUMKITAL Dr. Mintohardjo menerima pasien dari mulai TNI AL/PNS keluarga anggota KEMHAN (TNI AD, TNI AU/PNS) dan keluarga purnawiraan (Askes Hankam) dan non hankam, hingga masyarakat umum. Masyarakat yang dirawat juga berasal dari segala kalangan termasuk pasien dengan status ekonomi bawah, yaitu pasien dengan status jaminan kesehatan dari Kartu jakarta sehat (KJS). Antidiabetes injeksi berupa insulin yang paling banyak digunakan ialah injeksi novorapid atau insulin aspart. Penggunaan insulin diberikan jika kondisi pasien DM telah drop atau memiliki kadar glukosa darah yang sangat tinggi. Pasien dengan kadar glukosa yang tinggi biasanya telah mengalami komplikasi. Jika kadar glukosa darah sudah relatif stabil, maka dapat dilakukan evaluasi erhadap penyakit komplikasi yang diderita oleh pasien DM. Banyaknya penggunaan injeksi novorapid disebabkan karena memiliki kerja yang cepat (rapid acting) serta memiliki keunggulan dalam hal penyuntikannya. Insulin aspart dapat disuntikkan 15 menit sebelum makan dibandingkan dengan insulin reguler yang harus disuntikkan 30 menit sebelum makan. Selain itu, insulin kerja cepat dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa postprandial yang lebih cepat dibandingkan insulin reguler (ACCP, 2013).
4.2.2 Kombinasi Obat Antidiabetes Oral dan Injeksi Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa obat antidiabetes oral atau obat antidiabetes oral dengan insulin. Pemakaian kombinasi beberapa obat antidiabetes oral yang paling banyak digunakan ialah kombinasi antara metformin dengan glimepirid sebanyak 21,5%. Kombinasi obat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
antidiabetes oral dengan insulin sebanyak 21,5% dan penggunaan beberapa obat antidiabetes insulin sebanyak 14,3%. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Oral Dengan Injeksi Glimepirid
merupakan obat
yang termasuk
ke dalam golongan
sulfonilurea. Mekanisme kerja glimepirid yaitu dengan menstimulasi eksreksi insulin dan metformin pun bekerja untuk mengurangi glukoneogenesis hepatik, meningkatkan sensitifitas insulin, serta mengurangi absorbsi glukosa pada saluran cerna. Berdasarkan mekanisme kerjanya, kombinasi kedua obat tersebut merupakan kombinasi yang rasional karena mempunyai cara kerja yang sinergis sehingga kombinasi ini dapat menurunkan glukosa darah lebih banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing, baik pada dosis maksimal keduanya maupun pada kombinasi dosis rendah. Kombinasi dengan dosis maksimal dapat menurunkan glukosa darah yang lebih banyak. Pemakaian kombinasi dengan sulfonilurea sudah dapat dianjurkan sejak awal pengelolaan diabetes, berdasarkan hasil penelitian UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study) hanya 50% pasien DM tipe 2 yang kemudian dapat dikendalikan dengan pengobatan tunggal metformin atau sulfonilurea sampai dosis maksimal (Soegondo, 2005). Selain penggunaan beberapa obat antidiabetes oral, pemakaian obat antidiabetes oral dengan injeksi juga banyak digunakan oleh pasien diabetes yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
tidak berhasil dikelola dengan obat antidiabetes oral dosis maksimal atau terdapat kontraindikasi dari obat tersebut. Pemakaian obat antidiabetes oral dengan insulin yang paling banyak digunakan adalah kombinasi antara metformin-glimepirid dengan injeksi novorapid-injeksi lantus dengan persentase sebesar 14,3%. Kombinasi obat antidiabetes oral dengan insulin diberikan bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Kombinasi obat antidiabetes oral dengan insulin yang banyak dipergunakan adalah kombinasi antidiabetes oral dengan insulin basal (insulin kerja cepat atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Kombinasi beberapa obat antidiabetes insulin juga sering diberikan, pemakaian kombinasi obat tersebut paling banyak digunakan adalah injeksi novorapid dan injeksi lantus sebanyak 25,1%. Injeksi novorapid termasuk ke dalam golongan insulin rapid acting (kerja cepat) dan injeksi lantus termasuk ke dalam golongan insulin long acting (kerja panjang). Penggunaan insulin kerja cepat dikarenakan efeknya yang dapat bekerja cepat, seringkali mulai menurunkan kadar glukosa darah 20 menit setelah penyuntikan. Namun efek insulin kerja cepat hanya sebentar, karena itu diperlukan insulin kerja panjang untuk membuat kadar glukosa darah menjadi stabil sepanjang hari. Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil (Sudoyo, 2006).
4.3
Analisis Kerasionalan Obat Antidiabetes Pemberian obat antidiabetes yang tepat merupakan hal yang sangat penting
Mengingat begitu tingginya angka kejadian serta pentingnya penanganan secara tepat terhadap penyakit diabetes melitus dan komplikasi yang ditimbulkannya, maka terapi diabetes melitus harus dilakukan secara rasional baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Ketepatan terapi dipengaruhi proses diagnosis, pemilihan terapi, pemberian terapi, serta evaluasi terapi. Evaluasi penggunaan obat merupakan suatu proses jaminan mutu yang terstruktur dan dilakukan secara terus menerus untuk menjamin agar obat-obat yang digunakan tepat, aman, dan efisien (Kumolosari, dkk, 2001).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Rasionalitas obat merupakan penilaian yang sesuai dengan beberapa aspek ketepatan, yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat obat, tepat pasien, tepat cara pemberian, minimal efek samping, dan tidak terdapat interaksi obat. Pasien bisa dikatakan sudah mencapai terapi pengobatan diabetes melitus secara rasional bila memenuhi evaluasi penilaian ketepatan tersebut. Jika terdapat salah satu yang tidak tepat diantaranya, maka pasien tidak dapat memenuhi evaluasi ketepatan. Sehingga pasien dapat dikatakan tidak mendapatkan pengobatan diabetes melitus secara rasional. Jika didapatkan pasien dengan penggunaan obat antidiabetes dua atau lebih, namun salah satu pemberian obat antidiabetes tidak memenuhi evaluasi ketepatan maka pasien tidak dapat dikatakan telah mendapatkan terapi pengobatan diabetes melitus secara rasional. Pasien dapat dikatakan telah mendapatkan obat antidiabetes secara rasional jika telah memenuhi evaluasi ketepatan dan tidak ada satupun dari obat antidiabetes yang diberikan tidak memenuhi evaluasi ketepatan pemberian obat antidiabetes. Berikut, pada Gambar 4.6 terdapat gambaran penilaian evaluasi ketepatan berdasarkan pemberian obat antidiabetes pada pasien rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo.
Gambar 4.6 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Berdasarkan Frekuensi Pemberian Obat Antidiabetes 100
100
100 84,44
68,69 55,56
Persentase analisis ketepatan didapatkan dari 45 penggunaan obat antidiabetes dengan 10 jenis obat antidiabetes berbeda yang diberikan pada 24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
pasien. Pada diagram tersebut terlihat bahwa angka ketepatan paling tinggi terdapat pada ketepatan dosis dan obat sebesar 100%. Kemudian tepat pasien menunjukkan persentase 84,44%, tepat indikasi menunjukkan persentase 68,89% dan angka terkecil terdapat pada tanpa interaksi obat, yaitu 55,56%. Hal ini menggambarkan bahwa banyaknya obat antidiabetes yang berinteraksi. Interaksi obat ini dilihat dari adanya obat yang berinteraksi satu atau lebih, baik obat antdiabetes dengan obat antidiabetes lain atau pun obat antidiabetes dengan obat lain.
4.3.1 Tepat Indikasi Tepat indikasi adalah ketepatan penggunaan antidiabetik atas dasar diagnosis yang ditegakkan, sesuai dengan diagnosis yang tercantum di rekam medik yang memiliki kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl. Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Kedua dengan TTGO, meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan. Ketiga, dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis diabetes melitus (PERKENI, 2006). Terdapat jumlah pemberian antidiabetik tepat indikasi sebesar 68,89%. Ketidaktepatan indikasi obat antidiabetes terhadap pasien dapat terjadi apabila antidiabetik yang diberikan tidak sesuai dengan diagnosis yang dialami pasien. Sementara itu terdapat 15 dari 24 pasien (62,50%) yang sudah mendapatkan terapi antibiotik tepat indikasi. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada contoh ketepatan indikasi dikarenakan obat yang diberikan telah sesuai dengan diagnosis pasien. Contohnya pada pasien nomor 9, pasien diberikan injeksi novorapid dan injeksi lantus, hal ini disebbakan karena kadar glukosa darah pasien yang sangat tinggi (567 mg/dl) sehingga diperlukan penanganan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
yang cepat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Maka, diberikan obat antidiabetik berupa insulin dengan keja yang sangat cepat. Pada contoh kasus ketidaktepatan indikasi disebabkan karena tidak sesuainya diagnosis yang dialami oleh pasien, yaitu kadar gula darah sewaktu yang belum melebihi >200 mg/dl. Berikut pada Tabel 4.3 dapat digambarkan jumlah ketepatan indikasi setiap obat antidiabetes. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Indikasi Antidiabetik Obat Antidiabetes
Penilaian Ketepatan Indikasi Tidak Tepat Indikasi
Total Obat
Tepat Indikasi
Frekuensi
(%)
Frekuensi
(%)
Anti
Metformin
3
33,33%
6
66,67%
9
Diabetik
Glimepirid
3
37,50%
5
62,50%
8
Gliclazid
1
50,00%
1
50,00%
2
Glikuidon
0
0,00%
3
100,00%
3
Glibenklamid
1
100,00%
0
0,00%
1
Acarbose
1
100,00%
0
0,00%
1
Novorapid
4
33,33%
8
66,67%
12
Lantus
0
0,00%
5
100,00%
5
Levemir
0
0,00%
2
100,00%
2
Actrapid
1
50,00%
1
50,00%
2
14
31,11%
31
68,89%
45
Total
Berdasarkan data hasil analisis, ketepatan indikasi pemberian antidiabetik pada pasien rawat inap diabetes melitus, terdapat beberapa pemberian antidiabetik yang memiliki ketepatan sebanyak 100%, yaitu glikuidon, lantus, dan levemir, hal ini dikarenakan pemakaian antidiabetik tersebut sudah sesuai dengan diagnosis yang dialami oleh pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
4.3.2 Tepat Dosis Dosis merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan pada penilaian ketepatan. Dosis yang diberikan harus sesuai dengan keadaan pasien, dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur (Drug Information Handbook). Hasil analisis penilaian ketepatan dosis antidiabetik berdasarkan jumlah pasien dapat dilihat pada lampiran 5. Dari hasil penilaian ketepatan dosis berdasarkan jumlah pemberian antidiabetik pada pasien, terdapat jumlah pemberian antidiabetik yang sudah tepat dosis sebanyak 100%. Penilaian ketepatan dosis pada pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan. Seluruh pasien diabetes melitus rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo telah mendapatkan dosis yang sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan literatur. Dari penilaian ketepatan dosis ini maka didapatkan gambaran penggunaaan antidiabetik yang sudah tepat dosis terlihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Analisis Ketepatan Dosis Antidiabetik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes
Penilaian Ketepatan Dosis Tidak Tepat Dosis
Total Obat
Tepat Dosis
Frekuensi
(%)
Frekuensi
(%)
Anti
Metformin
0
0,00%
9
100,00%
9
Diabetik
Glimepirid
0
0,00%
8
100,00%
8
Gliclazid
0
0,00%
2
100,00%
2
Glikuidon
0
0,00%
3
100,00%
3
Glibenklamid
0
0,00%
1
100,00%
1
Acarbose
0
0,00%
1
100,00%
1
Novorapid
0
0,00%
12
100,00%
12
Lantus
0
0,00%
5
100,00%
5
Levemir
0
0,00%
2
100,00%
2
Actrapid
0
0,00%
2
100,00%
2
0
0,00%
45
100,00%
45
Total
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa seluruh obat antidiabetes telah memenuhi ketepatan pemberian dosis antidiabetik sebesar 100 % pada pasien rawat inap diabetes melitus RUMKITAL Dr. Mintohardjo.
4.3.3 Tepat Pasien Tepat pasien merupakan pemberian obat antidiabetik harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing pasien. Ketepatan pasien dapat dilihat dari kesesuaian dengan kondisi pasien. Maka, didapatkan 84,44 % pemberian antidiabetik yang tepat pasien. Pada lampiran 6 dapat terlihat hasil dari analisis penilaian tepat pasien. Pada contoh kasus nomor 10, terdapat pemberian 1 jenis antidiabetik yaitu glikuidon. Obat antidiabetik glikuidon termasuk golongan sulfonilurea telah memenuhi kriteria tepat pasien dikarenakan pada penggunaan glikuidon sudah sesuai dengan diagnosis dan keadaan pasien. Pasien mengalami gangguan fungsi ginjal karena memiliki kadar ureum dan kreatinin yang melebihi batas normal (ureum : > 43 mg/dl dan kreatinin : > 1,3 mg/dl untuk wanita dan 1,2 mg/dl untuk pria), sehingga antidiabetik glikuidon sudah tepat diberikan karena boleh diberikan untuk penderita gangguan ginjal. Pada kasus nomor13 terdapat pemberian 2 jenis antidiabetik, yaitu antidiabetik oral (metformin) dan insulin (injeksi novorapid). Metformin tidak dapat memenuhi kriteria tepat pasien karena pasien mengalami gangguan fungsi ginjal. Menurut literatur (Pharmacotherapy Review Program for Advanced Clinical Pharmasy, ACCP), metformin tidak boleh diberikan pada penderita gangguan ginjal yaitu ditandai dengan kreatinin serum 1,4 mg/dl atau lebih, sehingga pada pasien tersebut dikatakan tidak memenuhi kriteria ketepatan pasien. Berikut dibawah ini ialah tabel hasil analisis frekuensi pemberian antidiabetik tepat pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Tabel 4.5 Distribusi Analisis Ketepatan Pasien Antidiabetik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes
Penilaian Ketepatan Pasien Tidak Tepat Pasien
Total Obat
Tepat Pasien
Frekuensi
(%)
Frekuensi
(%)
Anti
Metformin
3
33,33%
6
66,67%
9
Diabetik
Glimepirid
0
0,00%
8
100,00%
8
Gliclazid
1
50,00%
1
50,00%
2
Glikuidon
1
33,33%
2
66,67%
3
Glibenklamid
0
0,00%
1
100,00%
1
Acarbose
1
100,00%
0
0,00%
1
Novorapid
1
8,33%
11
91,67%
12
Lantus
0
0,00%
5
100,00%
5
Levemir
0
0,00%
2
100,00%
2
Actrapid
0
0,00%
2
100,00%
2
7
15,56%
38
84,44%
45
Total
Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa hanya 15,56 % terjadi ketidaktepatan pasien pada pasien rawat inap diabetes melitus RUMKITAL Dr. Mintohardjo.
4.3.4 Tepat Obat Ketepatan obat adalah kesesuaian pemilihan suatu obat diantara beberapa jenis obat yang mempunyai indikasi untuk penyakit diabetes melitus yang telah ditetapkan pada literatur standar dan disesuaikan dengan riwayat pengobatan pasien yang telah digunakan sebelumnya. Berdasarkan Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach dan American Diabetes Association terdapat guideline atau algoritma terapi DM tipe 2 dan terapi DM tipe 1 berdasarkan Joslin’s Diabetes Melitus. Dalam guideline tersebut, disebutkan bahwa :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
1. Metformin dipilih pada awal terapi (kecuali ada kontraindikasi) karena mempunyai efek glikemik, tidak menyebabkan peningkatan berat badan dan hipoglikemia, efek samping ringan, dapat diterima dengan baik, dan murah. 2. Bila belum mencapai perubahan kadar glukosa darah, maka dilakukan terapi kombinasi antara metformin dengan obat antidiabetes oral lainnya. Medikasi yang lain juga dapat diberikan jika metformin merupakan kontra indikasi. Dalam konsensus ini dapat ditambahkan insulin atau sulfonilurea. Insulin diberikan pasien dengan gejala sekunder akibat hyperglikemia, dapat diberikan insulin agar lebih efektif. Insulin dapat dimulai dengan insulin basal. Namun demikian banyak penderita masih memberikan respons dengan obat oral. 3. Jika perubahan gaya hidup, metformin, dan sulfonilurea atau insulin basal tidak menghasilkan kadar glukosa darah yang diinginkan, langkah selanjutnya harus dimulai dengan intensifikasi terapi insulin. Intensifikasi terapin insulin biasanya terdiri dari injeksi tambahan yaitu insulin kerja pendek dan cepat yang diberikan sebelum makan untuk menurunkan kadar glukosa darah postprandial. Jika insulin intensif telah dimulai, obat-obatan secretagok insulin (sulfonilurea atau glinid) harus dihentikan atau diturunkan secara perlahan sampai dihentikan, dengan pertimbangan tidak bersifat sinergik.
Dari hasil data deskriptif tersebut, didapatkan seluruh pasien (100%) diberikan obat antidiabetes yang sesuai riwayat pengobatan dan algoritma pemilihan obat antidiabetes. Berikut pada Tabel 4.6 gambaran distribusi ketepatan pemilihan obat berdasarkan frekuensi pemberian obat antidiabetes.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemilihan Obat Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes
Penilaian Ketepatan Obat Tidak Tepat Obat
Total Obat
Tepat Obat
Frekuensi
(%)
Frekuensi
(%)
Anti
Metformin
0
0,00%
9
100,00%
9
Diabetik
Glimepirid
0
0,00%
8
100,00%
8
Gliclazid
0
0,00%
2
100,00%
2
Glikuidon
0
0,00%
3
100,00%
3
Glibenklamid
0
0,00%
1
100,00%
1
Akarbosa
0
0,00%
1
100,00%
1
Novorapid
0
0,00%
12
100,00%
12
Lantus
0
0,00%
5
100,00%
5
Levemir
0
0,00%
2
100,00%
2
Actrapid
0
0,00%
2
100,00%
2
0
0,00%
45
100,00%
45
Total
4.3.5 Tanpa Interaksi Obat Interaksi obat merupakan hal yang sangat dihindari dari pemberian obat. Interaksi antar sesama obat antidiabetes dan interaksi obat antidiabetes dengan obat lain dapat mempengaruhi efek dari obat antidiabetes dan akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah yang menurun secara drastis (hipoglikemia) atau dapat menyebabkan keadaan kadar glukosa darah yang melebih batas normal, gula darah sewaktu > 200 mg/dl (hiperglikemia). Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada contoh kasus nomor 4, penggunaan antidiabetik glikuidon dengan amlodipine secara bersamaan akan menyebabkan kdar glukosa darah meningkat karena amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, sehingga terjadi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain. Berikut pada Tabel 4.7 digambarkan hasil analisis pemberian antidiabetik tanpa interaksi obat. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Analisis Interaksi Obat Berdasarkan Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes
Penilaian Interaksi Obat Terdapat Interaksi Obat
Total Obat
Tanpa Interaksi Obat
Frekuensi
(%)
Frekuensi
(%)
Anti
Metformin
0
0,00%
9
100,00%
9
Diabetik
Glimepirid
7
87,50%
1
12,50%
8
Gliclazid
0
0,00%
2
100,00%
2
Glikuidon
1
33,33%
2
66,67%
3
Glibenklamid
1
100,00%
0
0,00%
1
Akarbosa
1
100,00%
0
0,00%
1
Novorapid
6
50,00%
6
50,00%
12
Lantus
3
60,00%
2
40,00%
5
Levemir
0
0,00%
2
100,00%
2
Actrapid
1
50,00%
1
50,00%
2
20
44,44%
25
55,56%
45
Total
Berdasarkan data penilaian analisis interaksi obat, pasien yang tidak mengalami interaksi obat sebanyak 55,56 %, yaitu 12 dari 24 pasien (50%) yang tidak mengalami interaksi obat antara antidiabetik yang diberikan dengan obatobatan terapi yang diberikan lainnya. Pada contoh kasus nomor 9 penggunaan antidiabetik novorapid dan lantus secara bersamaan serta penggunaan ascardia secara bersamaan dapat menimbulkan efek aditif (ascardia / fibrat salisilat dalam dosis yang besar dapat menurunkan kadar gula darah) yang menyebabkan hipoglikemia.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
4.3.6 Tepat Cara Pemberian Cara pemberian
merupakan aturan pemakaian obat
yang
harus
diperhatikan oleh pasien diabetes melitus. Setiap obat memiliki aturan pakai yang berbeda-beda. Aturan pemakaian obat ini meliputi waktu penggunaan obat (sebelum atau sesudah makan), frekuensi pemberian, dan rute pemberian obat. Berikut hasil analisis ketepatan cara pemberian dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Cara Pemberian Berdasarkan Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes
Penilaian Ketepatan Cara Pemberian Tidak Tepat Cara Pemberian
Total Obat
Tepat Cara Pemberian
Frekuensi
(%)
Frekuensi
(%)
Anti
Metformin
0
0,00%
9
100,00%
9
Diabetik
Glimepirid
0
0,00%
8
100,00%
8
Gliclazid
0
0,00%
2
100,00%
2
Glikuidon
0
0,00%
3
100,00%
3
Glibenklamid
0
0,00%
1
100,00%
1
Akarbosa
0
0,00%
1
100,00%
1
Novorapid
0
0,00%
12
100,00%
12
Lantus
0
0,00%
5
100,00%
5
Levemir
0
0,00%
2
100,00%
2
Actrapid
0
0,00%
2
100,00%
2
0
0,00%
45
100,00%
45
Total
Dari data deskriptif tersebut menunjukkan bahwa cara pemberian obat kepada pasien diabetes melitus telah tepat yaitu sebesar 100%. Namun, aturan penggunaan obat (sebelum/sesudah makan) tidak tertera pada rekam medis sehingga tidak dapat dicantumkan dan dianalisis dalam ketepatan cara pemberian obat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
4.3.7 Tanpa Efek Samping Perubahan kondisi fisik pada pasien diabetes melitus seringkali terjadi, namun hal ini belum dapat dipastikan akibat dari efek samping obat. Perubahan kondisi fisik pasien kemungkinan dapat disebabkan karena penggunaan obat lain atau kondisi fisiologi pasien itu sendiri. Selain itu, karena penelitian ini bersifat retrospektif, yaitu hanya dapat melihat data dari kejadian yang sudah terjadi maka mengharuskan peneliti hanya dapat melihat kondisi pasien melalui rekam medis, tidak dapat melihat dan memantau perkembangan pasien secara langsung untuk melihat apakah telah terjadi efek samping.
4.4
Evaluasi Analisis Kerasionalan Analisis evaluasi kerasionalan dilakukan dengan memperhatikan evaluasi
hasil tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat cara pemberian, dan tanpa interaksi oba. Kelima aspek ketepatan ini harus dapat memberikan nilai tepat hingga hasil akhir evaluasi dinyatakan tepat seluruhnya. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa pemberian antidiabetik sudah dinyatakan rasional jika sudah dinyatakan tepat pada setiap lima aspek ketepatan pada setiap pemberian antidiabetik pada pasien. Hasil penilaian kerasionalan dapat dilihat pada Lampiran 9 berdasarkan jumlah pemberian antidiabetik. Analisis kerasionalan berdasarkan individu setiap pasien dapat dilihat pada Lampiran 10. Evaluasi ketepatan pasien dikatakan rasional jika semua kelima aspek memenuhi kriteria. Jika terdapat salah satu dari kelima aspek yang tidak memenuhi kriteria maka dikatakan pasien mendapatkan terapi antidiabetik yang tidak rasional. Pada contoh kasus nomor 1, pemberian glimepirid pada pasien sudah mendapatkan ketepatan pasien, ketepatan dosis, ketepatan obat, dan ketepatan indikasi. Namun, terjadi interaksi obat sehingga pada evaluasi ketepatan tidak memenuhi syarat evaluasi ketepatan pemberian antidiabetik, maka pada kasus nomor 1 dapat dikatakan tidak rasional. Pada kelima aspek penilaian ketepatan dilakukan uji Contingency Coefficient untuk mengetahui aspek ketepatan yang paling berpengaruh terhadap pemberian jenis antidiabetik. Maka hasil yang diuji dapat dilihat pada Lampiran 11 – Lampiran 15. Pada lampiran terlihat bahwa hanya interaksi obat yang dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
dilakukan uji Contingency Coefficient. Angka Contingency Coefficient interaksi obata adalah 0,552 (<0,700). Sehingga dapat dikatakan interaksi obat memiliki pengaruh yang lemah terhadap penggunaan obat antidiabetes terhadap pasien. Pada ketepatan indikasi dan ketepatan pasien menunjukkan angka H0 > 0,05, yang menyebabkan nilai H0 diterima, sehingga tidak ada pengaruh dengan penggunaan antidiabetik. Hal ini menyebabkan ketepatan tersebut tidak dapat dilakukan uji Contingency Coefficient. Pada ketepatan obat, ketepatan cara pemberian dan ketepatan dosis tidak terdapat hasil dari uji kai kuadrat dikarenakan hasil analisis yang sudah mencapai angka yang konstan. Maka dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian obat antidiabetes kepada pasien rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo telah mencapai angka 100% untuk ketepatan dosis, ketepatan obat, dan ketepatan cara pemberian, namun jika dilihat dari keseluruhan kerasionalan obat pada pasien, hanya 5 pasien yang telah memenuhi kerasionalan obat.
4.5
Evaluasi Biaya Perbekalan Farmasi Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan
obat alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis (Kemenkes, 2004). Biaya perbekalan farmasi merupakan 50 % dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Yusmainita, 2005). Akibat besarnya pembiayaan
perbekalan
farmasi,
maka
RUMKITAL
Dr.
Mintohardjo
mengevaluasi pengeluaran yang mencakup perbekalan farmasi, dalam hal ini peneliti hanya mengevaluasi pengeluaran biaya obat dan bahan medis habis pakai dikarenakan banyaknya pasien yang tidak menggunakan perbekalan farmasi seperti gas medis dan radiofarmasi, selain itu karena keterbatasan peneliti, dan keterbatasan data biaya perbekalan farmasi lainnya (gas medis, ragensia, alat kesehatan, bahan obat, dan radiofarmasi) yang tersedia di RUMKITAL Dr. Mintohardjo.
4.5.1 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes Peneliti melakukan penelusuran dokumen resep ke apotek RUMKITAL Dr. Mintohardjo untuk mengetahui jumlah penggunaan obat antidiabetes yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
digunakan oleh pasien rawat inap yang merupakan pasien KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo. Adapun profil penggunaan obat antidiabetes tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes No
Obat Antidiabetes
Jumlah Pemberian
Persentase
1
Metformin
9
20%
2
Glimepirid
8
17,78 %
3
Gliklazid
2
4,44 %
4
Glibenklamid
1
2,22 %
5
Glikuidon
3
6,67 %
6
Akarbosa
1
2,22%
7
Novorapid
12
26,67 %
8
Lantus
5
11,11 %
9
Levemir
2
4,44 %
10
Actrapid
2
4,44 %
45
100,00%
Total
4.5.2 Profil Bahan Medis Habis Pakai Bahan medis habis pakai merupakan salah satu dari perbekalan farmasi sebagai penunjang dalam pengobatan diabetes melitus. Berikut profil penggunaan bahan medis habis pakai pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Profil Penggunaan Bahan Medis Habis Pakai Bahan Medis Habis Pakai Vasofix No 20 Infuset Spuit 1 cc (insulin) Spuit 2,5 cc Spuit 3 cc Spuit 5 cc Spuit 10 cc Spuit 20 cc
Jumlah Penggunaan 20 33 15 159 55 144 125 9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
Bloodset Vasofix No 18 Silk 1 Tap Spinocan 26 Buvanest Spnal Hansaplast Plester Handscoen No 7,5 Handscoen No 8 Kasa Gulung 40 x 80 Topi Operasi Sigma Masker Mess No 20 Folly Catheter Vasofix No 22 Vasofix No 24 Urine Bag Nedle No 23 Kanul O2 Cathy Microdrip Feeding Tube (NGT) Catheter Tip
16 1 1 1 1 1 3 1 1 3 3 1 11 3 1 13 19 7 2 2 4 2
Pumpitor Injeksi
2
Mask Non Breathing
4
Threeway Catheter
3
Venflon 20
1
Peneliti mengevaluasi biaya perbekalan farmasi yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi yaitu pasien rawat inap penderita diabetes melitus yang memiliki Kartu jakarta sehat. Terdapat 24 pasien yang termasuk ke dalam kriteria inklusi tersebut. Namun, terdapat 1 pasien yang tidak memiliki dokumen biaya pengeluaran pengobatan selama rawat inap, hal ini dikarenakan pasien KJS tersebut sudah beralih ke jaminan kesehatan BPJS sehinga data pasien sulit untuk ditemukan. Biaya perbekalan farmasi (obat dan BMHP) yang dikeluarkan oleh masing-masing pasien dapat dilihat pada Lampiran 16.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
Dari lampiran tersebut dapat terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh RUMKITAL Dr. Mintohardjo untuk persediaan perbekalan farmasi pada pasien diabetes melitus seperti yang telah dirangkum dalam Tabel 4.11.
Total
Total Biaya Obat Diabetes Melitus
Total Obat Non Diabetes Melitus
Rp
13.171.344
2,209,770 Persentase
10% dari total biaya perbekalan farmasi secara keseluruhan
63 % dari total biaya perbekalan farmasi secara keseluruhan
Total Biaya Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Rp
Total Biaya Perbekalan Farmasi (Obat dan BMHP) Rp
5,770,140
21.151.254
27% dari total biaya perbekalan farmasi secara keseluruhan
25% dari total tarif INA CBG’s yang dikeluarkan untuk pasien KJS diabetes melitus
Total Tarif INA CBG’s Rp 85,380,276
Tabel 4.11 Total Biaya Perbekalan Farmasi Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persentase biaya obat diabetes melitus yang dikeluarkan oleh 23 pasien ialah sebanyak 10% dan pemakaian bahan medis habis pakai sebanyak 27% dari total biaya perbekalan farmasi (obat dan BMHP). Sedangkan penggunaan obat non DM sebanyak 63%. Sehingga dari keseluruhan total biaya yang dikeluarkan untuk perbekalan farmasi pasien rawat inap diabetes melitus KJS, dapat dihitung persentase biaya perbekalan farmasi (obat dan BMHP). Total biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan oleh seluruh pasien dibandingkan dengan total biaya yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI khusus untuk pasien yang memiliki KJS. Maka hasil yang diperoleh ialah sebesar 25 % biaya perbekalan farmasi yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit, yaitu untuk pembiayaan obat DM, obat non DM, dan bahan medis habis pakai.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
4.6
Keterbatasan Penelitian
4.6.1 Kendala 1.
Pengambilan data dan jumlah sampel Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang lengkap, sehingga tidak dapat diambil sebagai data. Selain itu banyaknya data yang tidak ada dan hilang karena banjir dan perubahan pasien KJS ke BPJS sehingga menyebabkan sampel menjadi semakin sedikit.
2.
Diagnosis data Diagnosis yang diberikan oleh dokter dan catatan perawat diberikan secara umum sehingga data yang didapatkan tidak lengkap.
4.6.2 Kelemahan Penelitian ini memiliki kekurangan, diantaranya : 1.
Penelitian deskriptif retrospektif-cross sectional Pada penelitian secara deskriptif hanya dapat dilakukan demografi berupa hasil analisis ketepatan untuk mengetahui kerasionalan penggunaannya. Selain itu dengan metode retrospektif, dimana waktu kejadian sudah terjadi, tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada pasien.
2.
Jumlah sampel Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sangat sedikit karena ada beberapa data yang tidak terdapat pada rekam medik dan kurang lengkap.
3.
Penelitian ini tidak dapat dikatakan seutuhnya rasional, dikarenakan penilaian diagnosis pasien tidak
dilakukan secara langsung,
melainkan menarik kesimpulan dari diagnosis yang tercatat di rekam medis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
4.6.3 Kekuatan Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo. Maka, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan gambaran kerasionalan penggunan obat antidiabetes yang tepat serta mendapatkan gambaran mengenai biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan oleh pasien rawat inap diabetes melitus yang merupakan pasien kartu jakarta sehat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan jumlah pasien rawat inap penderita diabetes melitus kartu jakarta sehat, maka dapat dilihat aspek ketepatan sebagai berikut : a.
Ketepatan dosis didapatkan 100 % pasien mendapatkan dosis yang tepat.
b.
Ketepatan indikasi, didapatkan 68,89 % pasien mendapatkan terapi antidiabetik yang sesuai dengan indikasi.
c.
Ketepatan obat, didapatkan 100 % pasien mendapatkan obat yang tepat.
d.
Ketepatan pasien, didapatkan 84,44 % pasien mendapatkan terapi antidiabetik yang sesuai dengan masing-masing kondisi pasien.
e.
Ketepatan
cara
pemberian
obat,
didapatkan
100%
pasien
mendapatkan terapi antidiabetik sesuai dengan cara pemberian. f.
Selain itu, terdapat 56,66 % pasien tidak mengalami interaksi obat antidiabetik dengan obat antidiabeatik ataupun dengan obat lainnya yang diberikan.
2.
Dari jumlah total sampel 24 pasien, yang memenuhi keenam aspek ketepatan hanya berjumlah 5 pasien. Maka dapat disimpulkan hanya 5 pasien rawat inap DM KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang mendapatkan terapi pengobatan antidiabetik yang rasional.
3.
Persentase beban biaya perbekalan farmasi obat DM sebesar 10%, bahan medis habis pakai 27%, dan obat non DM 63%, sedangkan persentase perbekalan farmasi secara keseluruhan (obat DM, obat non DM, dan BMHP) yang dikeluarkan untuk pengobatan pasien rawat inap dabetes melitus kartu jakarta sehat sebesar 25 % dari total pembiayaan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI untuk pasien kartu jakarta sehat.
70
71
5.2
Saran
1.
Perlu adanya monitoring dan evaluasi penggunaan antidiabetik secara sistematis yang dilaksanakan secara teratur untuk mengatasi penggunaan antidiabetik yang kurang tepat.
2.
Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan pengobatan pada pasien, sehingga didapatkan terapi yang tepat, efektif, dan aman.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
DAFTAR PUSTAKA
American College of Clinical Pharmacy. 2013. Pharmacotherapy Review Programfor Advanced Clinical Pharmacy Practice.and Impaired Glucose Tolerance in Indonesia. Andayani, Tri Murti. 2006. Analisis Biaya Terapi Diabetes melitus di Rumah Sakit Annisa.
Dr. Sardjito Yogyakarta. Majalah Farmasi Indonesia 17 (3) 2006. 2004.
Komplikasi
Diabetes.
Terdapat
dalam
http:/annisalaboratories.com/komplikasi/diabetes Arifin, Ibrahim, Prasetyaningrum, Erna, Murti, Tri. Evaluasi Kerasionalan Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun 2006. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol . 4 No. 1 Juni 2007. Hal 23-29. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Departemen
Kesehatan,
Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Laporan Nasional 2007. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC. Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Cheng AYY, Zinman B, han CR. 2005. Joslin’s Diabetes Melitus. 4 th. Lipincott Williams & Wilimns. Philadelphia. Davis, N. Stephen et al. Exploring the Substitution of Exenatide for Insulin in Patients With Type 2 Diabetes Treated With Insulin in Combination With Oral Antidiabetes Agents. Diabetes Care Volume 30 Number 11. November 2007. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Gaya Baru. Direktorat
Bina
Farmasi
Komunitas
dan
Klinik
Direktorat
Jenderal
BinaKefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI 2005 Handoko, T., dan Suharto B. 1995. Insulin Glukagon dan Antidiabetik Dalam Farmakologi dan Terapi, edisi IV, editor: Sulistia G. Ganiswara, Jakarta, Gaya Baru. Halaman 469, 471-472.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73
Hardman, Joel G, Lee E. Limbird. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi Terapi. Edisi 10 Volume 4. Jakarta : EGC. Hilary, King, Sicree Richard, Green Anders, Roglic Gojka, Wild Sarah. 2004. Global Prevalence of Diabetes: Estimates for the year 2000 and projections for
2030. Diabetes care vol 27 number 5 : 1047 –
1053 http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_DM.pdf
diakses
pada 24 Juni 2014 jam 14.45 http://binfar.kemkes.go.id/v2/wp-content/uploads/2014/02/PC_DM.pdf
diakses
pada 25 juni 2014 pukul 20.06 http://eprints.undip.ac.id/7467/1/FARMAKOLOGI_%26_TERAPEUTIK_1_FK_ UNDIP_SEM_IV.pdf diakses pada 24 Juni 2014 jam 14.53 http://webkesehatan.com/komplikasi-diabetes-melitus/# diakses pada 25 Juni 2014 pukul 17.14 http://www.academia.edu/4053787/Revisi_final_KONSENSUS_DM_Tipe_2_Ind onesia_2011 diakses pada 21 Januari 2014 pukul 15.03 WIB. http://www.tanyadok.com/kesehatan/komplikasi-diabetes-melitus diakses pada 25 Juni 2014 pukul 17.19 http://www.who.int/medicines/publications/responsible_use/en/index.html diakses pada 17 Februari 2014 pukul 23.05 WIB. International Diabetes Federation. 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition. Belgia : IDF. Hal 13. Joseph, T. Dipiro, Robert L. Talbert, Gary C. Yee, Gry R. Matzkee, Barbara G. Wells,
L.
Michael
Polsey
(Eds.).
2008.
Pharmacotherapy
A
Pathophysiologic Approach. Edisi ke-7, New York : Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
440/MENKES/SK/XII/2012. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/ 2013. Tentang Daftar Esensial Obat Nasional 2013.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
King H, Aubert RE, Herman WH. 1998. Global Burden of Diabetes, 1995–2025: Prevalence, Numerical Estimates, and Projections.Diabetes Care vol. 21:1414–1431.. Kurniawan,Indra. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Lanjut. Majalah Kedokteran Indonesia Vol 60. Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mihardja, Laurentia dkk. 2009. Prevalence and Determinants of Diabetes Melitus (A Part of Basic Health Research/Riskesdas). Acta Med IndonesIndones J. Intern Med. Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe C.C. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Lippincottt’s Illustrated Reviews: Farmacology. Penerjemah Azwar Agoes. Edisi II. Jakarta. Widya Medika. H Mycek, Mary J. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika. Naditha Arun, Ramachandran Ambady, Snehalatha Chamukuttan, Shetty Ananth Samith. 2012. Trends In Prevalence of Diabetes In Asian CountriesWorld Journal of Diabetes vol 3 issue 6. Baishideng. Nita Yunita, Yuda Ana, Nugraheni Gesnita. 2012. Pengetahuan Pasien Tentang Diabetes dan Obat Anti Diabetes Oral.Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 6 No.1 Januari 2012:
38-47.
PERKENI. 2007. Petunjuk Praktis Terapi Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Perkumpulan
Endokrinologi
Indonesia
(PERKENI).
2011.
Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PERKENI. Permatasari, Rezky. 2012. Pengguna
Kualitas Pelayanan Kesehatan DalamTinjauan
JAMKESMAS
Jamkesmas di RSUP Dr.
(Studi
Mengenai
Persepsi
Pengguna
Mohammad Hoesin Palembang). Palembang
: Universitas Sriwijaya. Price, Sylvia A. 1995. Edisi 4. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2011. Data dan Informasi.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Soegondo S. 2005. Prinsip Pengobatan Diabetes, Obat Hipoglikemik Oral dan Insulin. Balai Penerbit FKUI. Sudoyo, Aru W, Dr.dr. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Surat Edaran Pelaksanaan Program JAMKESMAS 2013 tentang INA-CBG nomor JP.01.01/I.1/1994/2013. Suryabrata, S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Pers. Swandari, Swestika. 2013. Penggunaan Obat Rasional (POR) 8 Tepat 1 Waspada Efek Samping. http:bppkmalang.com diakses pada 12 Februari 2014 pukul 02.03 WIB. Tatro, David S. 2009. Drugs Interaction Facts. Wolters Kluwer Health, Inc. San Carlos, California. Undang-Undang Republik Indonesia No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. www.bumn.go.id diakses pada 24 November 2013 jam 11.22. www.jakarta.go.id diakses pada 24 November 2013 jam 11.30. www.ptaskes.com diakses pada 24 November 2013 jam 11.22. Yusmainita. 2005. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah (Bagian I), Medika, No 12 tahun ke XXVIII,Desember 2002, ISSN. 02160910,799-801 Zahtamal, Chandra, F., Suyanto, dan Restuastuti, T. 2007. Faktor-Faktor Risiko Pasien Diabetes Melitus. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3. Hal. 142-147.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
Lampiran 1. Surat Permohonan Data dan Izin Penelitian Dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian Dari RUMKITAL Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Rekapitulasi Data Sampel
No
1
L/P
L
Usia
60
Tanggal Masuk
3/9/2013
Tanggal Keluar
10/9/20
Lama Inap (hari)
8
Riwayat Penyakit
DM
13
Diagnosis Lain
Orchitis
Jenis Diabetes
DM
Tindakan Tambahan
Orchiditis
Tanggal Tindakan
8/9/2013
Obat yang Digunakan
Glimepirid
Nama Generik
Glimepirid
Dextra.
Ket
Antiabetik
Rute Obat
Oral
oral
Dosis Obat
Waktu Penggunaan
1x2 mg
3/9/2013 –
(pagi)
10/9/2013
Rentang Waktu (hari)
8
Laboratorium Darah
L : 14.500
Hasil Laboratorium Analisis Fungsi hati
Tanggal
Status Pasien
dan ginjal
Ureum : 33
Hernia sejak 3
Kreatinin :
hari yang lalu.
1,2
1/9/2013
SEMBUH
TD masuk : 120/70
Bengkak di leher hingga
1
E : 3,89 Hb : 10,4 Ht : 35 T : 736.000 GDS : 320 GDH : 255
3/9/2013
6
L : 8200
4/9/2013
bahu > 2 minggu. Nyeri leher dan tidak bisa
Ranitidin
Ranitidin
Lambung
Oral
ditegakkan. Demam.
Novorapid
Insulin
Insulin
SC
2x1
3/9/2013-
100 mg
3/9/2013
3x12 ui
3/9/2013-
Pasien tidak
8/9/2013
TD keluar : 120/70
E : 3,16
makan selama
Hb : 7,8
4 hari
Ht : 27 T : 167.000 GDS : 121 Lantus
Insulin
Insulin
Iv
1x12 ui
3/9/2013-
6
8/9/2013
L : 8700
5/9/2013
E : 3,43 Hb : 9,6
T : 150.000 Ceftriaxon
Ceftriaxon
Antibiotik
Oral
2x1 gr
3/9/2013 –
1
GDS : 125
6/9/2013
1
GDS : 103
8/9/2013
1
GDS : 199
9/9/2013
3/9/2013 Gentamisin
Novalgin
Gentamisin
Antalgin
Antibiotik
Analgesik/
SC
Oral
2x80
3/9/2013 –
gr
3/9/2013
2x1
3/9/2013 –
NSAID Metformin
Metformin
Antiabetik
3/3/2013 Oral
oral 2
P
57
18/11/13
25/11/1 3
8
DM
Lemas, tidak
DM Tipe 2.
Tipe
kuat berjalan,
Hiperglikem
Hiperten si,
BAB cair, badan keringat
ik
Amlodipin
Amlodipin
Antihipertens i
Oral
3x500
3/9/2013 –
mg
10/9/2013
1x10
18/11/13 –
mg
25/11/13
8
8
GDS : 293
Ureum : 57
L : 16.400
Kreatinin :
E : 3,81
1,7
18/11/13
BELUM SEMBUH
78
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Ht : 30
Asma,
dingin dan
Hb : 10,6
Alergi
gemetaran.
Ht : 33 T : 313.000
Neulin PS
Neulin
Neuroprotekt
SC
2x1
an
18/11/25 –
TD masuk : 200/110
GDS :235
19/11/13
6
GDS : 120
20/11/13
8
GDS : 159
21/11/13
TD keluar: 140/80
21/11/25 (Stop)
Lsnjut > 24/11/13 – 25/11/13 Glaucon
Glaucon
Antiglaukom
Oral
a
3x500
18/11/13 –
mg
25/11/13
L : 9.100 E : 3,48 Hb : 9,6 Ht : 31 T : 255.000
Clobazam
Metformin
Clobazam
Metformin
Antiansietas
Antiabetik
Oral
Oral
oral Diaversa
Glimepirid
Antiabetik
Oral
1x10
18/11/13 –
mg
25/11/13
3x500
18/11/13 –
mg
25/11/13
1x2 mg
18/11/13 –
oral Ceftriaxon
Ceftriaxon
Antibiotik
8
GDS : 85
22/11/13
8
GDS : 184
24/11/13
L : 17.500
8/5/13
8
25/11/13 Iv
2x1
23/11/13 –
3
25/11/13 Citicolin
Citicolin
Neuroprotekt
Iv
if 3.
L
43
7/5/13
28/5/13
22
DM,
si
Luka di telapak kaki dirasakan sudah 1 bulan,
DM
Ro
Gangren +
THorax
9/5/13
Ceftriaxon
Ceftriaxon
Antibiotik
Iv
23/11/13 –
mg
25/11/13
2x1
13/5/13 –
3
8
20/5/13
TD Masuk : 120/80
E : 3,80
Pedis
Hb :9,4
sinistra
Ht : 31
bengkak di
TD Keluar : 130/90
T : 568.000
kaki kiri sudah
Ro Pedis
berlangsung 6
Bilatera
9/5/13 Ketorolac
Ketorolac
bulan.
NSAID,
Orsl
3x1
analgesik
13/5/13 –
8
GDS : 204
20/5/13
Kreatinin
11/5/13
darah : 2,76
Kreatinin Urin : 39,8 Amlodipin
Amlodipin
Antihipertens i
Oral
1x10
13/5/13 –
mg
20/5/13
8
L : 9.500
Ureum : 48
13/5/13
E : 3,55 Hb : 9,6
Kreatinin :
Ht : 29
1,1
79
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Hiperten
2x500
T : 400.000 Novorapid
Insulin
Insulin
SC
3x4 ui
21/5/13 –
8
GD : 168
14/5/13
8
GD : 153
15/5/13
28/5/13 Levofloxacin
Glucodex
Levofloxacin
Gliclazid
Antibiotik
Antiabetik
Oral
Oral
oral Cilostazol
Cilostazol
Inhibitor
Oral
phosphodies
2x100
21/5/13 –
mg
28/5/13
3x 100
21/5/13 –
mg
28/5/13
2x100
21/5/13 –
mg
28/5/13
1x160
15/6/13 -
mg
1/7/13
8
8
terase tipe 3, dengan memperlamb at arteri, menyuplai darah ke kaki, mengurangi kemampuan platelet. 4.
P
53
18/6/13
1/7/13
15
DM
Sesak nafas
DM Tipe 2
Tipe 2,
sejak 3 hari
+ CKD +
reseptor
Jantung,
yang lalu,
Hipertensi
blocker
E : 2,82
Kreatinin :
Maag
sakit dada
Hb : 8,1
5,7
yang menjalar
Ht : 26
ke punggung,
T : 242..000
sakit perut jika
Valsartan
ISDN
telat makan.
Valsartan
Isorbid
Angiotensin
Anti angina
Oral
Oral
Dinitrat Inj Lasix
Omeprazole
Omeprazole
Anti diuretik
Lambung
Iv
Iv
(Proton
18/6/13 -
mg
1/7/13
2x1
18/6/13 –
amp
1/7/13
1x1
18/6/13 –
amp
18/6/13
Anti
18/6/13
SEMBUH
TD Masuk : 150/90
TD Keluar : 140/80
15
GDS : 132
19/6/13
15
GDS : 137
21/6/13
1
Ureum : 95
24/6/13
Kreatinin :
Inhibitor) Imidapril
Ureum : 126
L : 6200
Pump
Tanapress
GDS : 235
3,9 Oral
1x5 mg
hipertensi
18.6.13 –
8
Ureum : 100
27/6/13
25/6/13 Kreatinin : 3,9
Furosemide
Furosemide
Aldacton
Spironolakton
Antihipertens
Oral
i Antihipertens
Oral
3x10
18/6/13 -
mg
18/6/13
1x2
18/6/13 –
i Asam Folat
Asam Folat
Vitamin
1
1
18/6/13 Oral
3x100
19/6/13 –
14
80
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Inj
Furosemide
3x10
18
Gliquidone
Gliquidone
Antidiabetk
Oral
Oral Letonal
Spironolakton
Anti
Oral
hipertensi Concor
Bisopronol
Obat jantung
Kumarat
dan
Oral
mg
1/7/13
2x15
19/6/13 -
mg
1/7/13
1x50
21/6/13 -
mg
1/7/13
1x25
24/6/13 –
mg
1/7/13
1x5 mg
26/6/13 -
14
11
9
antihipertensi Amlodipine
Amlodipine
Antihipertens
Oral
i Hydralazine
Hydralazine
Antihipertens
oral
i Bicnat
Mestigo
Natrium
Obat gagal
Bikarbonat
ginjal
Betahistin
Obat vertigo
6
1/7/13
Oral
3x12,5
26/6/13 –
mg
26/6/13
3x1
23/6/13 –
4
10
1/7/13 Oral
3x1
30/6/13 –
3
1/7/13 Ondansetron
Ondancetron
Antiemetik
Oral
3x1
30/6/13 –
3
1/7/13 Ranitidin
Ranitidin
Lambung
Oral
2x1
30/6/13 –
3
1/7/13 Enzyplex
Enzyplex
Enxim
Oral
3x1
Pencernaan Rhynatiol
Karbosistein
syrup 5.
P
65
25/5/13
28/5/13
4
DM
Muntah
DM Tipe 2
Ranitidin
Mukolitik,
Lambung
Oral
Iv
28/5/13
4
GDS : 124
Ureum : 53
remas,
Ht : 34
dispepsia
T : 455.000 Antidiabetik
Oral
Metoclopropa
Antiemetik
Iv
Antasida
Obat
Oral
lambung DM ,
Merasa lemas,
Asma
adanya rasa gemetar yang sulit dikendalikan, sulit berjalan.
DM
Inj Novorapid
Insulin
Insulin
SC
1x2,5
28/5/13 –
mg
28/5/13
3x1am
25/5/13 –
p
28/5/13
3x1
25/5/13 –
Sendok
28/5/13
3x20 iu
7/8/13 –
Hiperglikem
SEMBUH
TD Masuk : 120/80
TD Keluar :
1
4
4
7
GDS : 542
7
L : 20.700
Ureum : 114
7/8/13
TD Masuk : 160/60
13/8/13
ia
Kreatinin : 4 Inj. Lantus
Insulin
Insulin
Iv
1x12 iu
7/8/13 – 13/8/13
TD Keluar : 140/80 8/8/13
Hb : 9,4 Ht : 30
81
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
0,8
Glibenclamid
25/5/13
L : 7.800 Kreatinin :
Antasida
9
25/5/13 –
p
Hb : 11,9
mid
15/8/13
2x1am
E : 4,11
Primperon
7/8/13
10
diremas-
Oral
57
23/6/13 –
pusing seperti
Glibenclamid
P
3x1
23/6/13
75x/hari,
6.
6
1/7/13
obat mual Ranitidin
27/6/13 –
E : 3,41 T : 290.000 Inj.
Cefoperazone
Antibiotik
Iv
2x1 gr
Cefoperazon Omeprazole
7/8/13 –
5
GDS : 205
10/8/13
1
GDS : 201
11/8/13
2
GDS : 175
12/8/13
2
GDS : 133
13/8/13
2
E :3,24
11/8/13 Omeprazole
Lambung
Oral
2x1
(Proton
15/08/13 – 15/08/13
Pump Inibitor) Novalgin
Analgin
Analgetik
Oral
2x1
12/8/13 – 13/8/13
Neurodex
Neurodex
Multivitamin
Oral
1x1
12/8/13 – 13/8/13
Inj. Ceftriaxon
Ceftriaxone
Antibiotik
Iv
2x1
12/8/13 – 13/8/13
Ureum : 20
15/8/13
L : 15.400 Hb : 8,1
Kreatinin :
Ht : 28
2,2
T :490.000
Alprazolam
Alprazolam
Anti ansietas
Oral
1x1
13/8/13 –
2
14/8/13 Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
Iv
2x1
13/8/13 –
2
14/8/13 Dexanda
Lambung
Oral
3x1
Syrup 7.
P
51
27/12/13
30/12/1 3
4
DM, Hiperten
Kesulitan
DM Tipe 2
15/8/13 –
1
15/08 /13
IVFD RL
Iv
20 tpm
BAB sejak 3
27/12/13 –
2
28/12/13
L : 7.500
27/12/13
SEMBUH
E : 4,18
hari yang lalu,
Hb ; 12,4
badan lemas,
Ht : 133
kaki kanan
T : 167.000
TD Masuk : 140/80
TD Keluar : 170/110
berat diangkat, pusing berputar. Ranitidin
Ranitidin
Lambung
Oral
2x1
29/12/13 -
2
GP : 109
Ureum : 14
Mecobalamine
Mecobalamin
Anemia
Oral
2x1
29/12/13 -
2
30/12/13 Metilprednisol
Metilpredinos
Anti
one
lon
inflamasi
Curcuma
Curcums
Suplemen
Oral
2x1
29/12/13 -
2
28/12/13
Pengobatan Lanjutan : •
Valsartan 160 mg 2x1
Kreatinin:
•
Amlodipin 2x10 mg
0,6
•
Metformin 2x500 mg
•
Glimepirid 1x2 mg
30/12/13
30/12/13 Oral
3x1
Menambah
29/12/13 -
2
30/12/13
energi Metformin
Metformin
Antidiabetik
Oral
3x500
29/12/13 -
2
82
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
si, Vertigo
Oral KSR
Glimepirid
Kalium
Obat
Chlorida
Hipokalemia
Glimepirid
Antidiabetik
Oral
mg
30/12/13
2x1
29/12/13 -
Oral
2x2 mg
Oral 8.
P
53
4/6/13
10/6/13
7
DM
Pusing
DM
Inj. Teracef
Ceftriaxone
Antibiotik
2
30/12/13 29/12/13 –
2
30/12/13 Iv
2x1 gr
4/6/13 -
GDS : 166
Ureum : 25
berputar dan
L : 19.900
mengalami
E : 3,73
Kreatinin :
pingsan.
Hb : 10,2
0,7
Mual, muntah
Ht : 2,1
dan batuk.
T : 116.000
Inj Ranitidin
Inj
Ranitidin
Ondansetron
Lambung
Antiemetik
Iv
Iv
Ondansetron Sukralfat
Sukralfat
Lambung
Oral
2x1
4/6/13 –
amp
10/6/13
3x1
4/6/13 -
amp
10/6/13
3x1 C
4/6/13 -
4/6/13
MENINGGAL
TD Masuk : 100/70
7
GDS : 165
5/6/13
7
GDS : 147
7/613
7
GDS : 219
9/6/13
GDS : 567
30/11/13
10/6/13 Inj. Novorapid
Novorapid
Insulin
SC
3x4 iu
8/6/13 -
3
10/6/13 Lasix
Furosemide
Liver care
Antihipertens
8/6/13 -
i
10/6/13
Suplemen
3x1
hati 9.
L
65
28/11/13
2/12/13
6
DM,
Penurunan
DM Tipe 2,
Hiperten
kesadaran
Hpertensi
si,
tiba-tiba,
Grade I,
Stroke
pusing
SNH
Inj. Neulin
Neulin
Neuroprotekt
8/6/13 -
3
3
10/6/13 Iv
an
28/11/13 –
mg
29/12/13
1x10
28/11/13 –
mg
29/12/13
2
Amlodipine
berputar,
Antihipertens
Oral
i
2
GDS : 225
2/12/13
L : 21.400
terjadi
E : 4,49
kelemahan
Hb : 12,5
pada tubuh
Ht : 41
sisi sebelah kanan.
TD Masuk : 150/110
331 Amlodipine
MENINGGAL
Kolesterol :
T : 350.000 Manitol
Oral
4x25
28/11/13 –
mg
28/12/13
1
L : 13.800
Ureum : 28
29/12/13
E : 4,66 Hb : 13,3
Kreatinin :
Ht : 40
2,4
T : 413.000 Inj. Novorapid
Novorapid
Insulin
SC
3x10 iu
28/11/13 –
6
2/12/13 Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotk
Iv
2x1 gr
28/11/13 –
6
2/12/13
83
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
2x500
Livercare
Suplemen
Oral
3x1
hati Inj. Transamin
Inj. Vit K
28/11/13 –
2
29/12/13
Asam
Menghentika
Obat
traksenamat
n pendarahan
Iv
Vit K
Menghentuk
Iv
3x1
28/11/13 –
2
29/12/13 3x1
an
28/11/13 –
2
29/12/13
pendarahan Parasetamol
Parasetamol
Antipiretik
Oral
3x1
29/11/13 –
2
30/12/13 Simvastatin
Simvastatin
Antikolestero
Oral
l Prorenal
Prorenal
Insufisiensi
Oral
1x10
30/11/13 –
mg
2/12/13
1x1
30/11/13 -
ginjal Hepabalance
Memelihara
4
3
1/12/13 Oral
2x1
kesehatan
30/11/13 –
4
2/12/13
fugsi hati Ascardia
Placta
Dobutamin
Lantus
Aspirin
Ckopidogrel
Dobutamin
Insulin
Antiplatelet
Anti platelet
Oral
Oral
Obat jantung
Insulin
Iv
1x80
30/11/13 -
mg
1/12/13
1x75
30/11/13 –
mg
1/12/13
1x7,5
2/12/12 –
meq
2/12/13
1x10 ui
2/12/13 –
glargine KSR
KCL
P
76
3/12/13
4/12/13
2
DM,
Pasien tidak
DM Tipe 2
Hiperten
sadar SMRS,
ensefalopati
BAB cair,
Gluronerm
Obat
Oral
Cefoperazone
3x1
Antidiabetik
Oral
Antibiotik
Omeprazole
Omeprazole
minum.
Inj
3/12/13 –
mg
4/12/13
2x1
3/12/13 -
Lambung
Inj
2x1
(PPI) Inj Transamin
Inj Vit K
Inj Citicolin
Asam
Menghentika
traksenamat
n pendarahan
VIt K
Menghentika
Iv
30/6/13
5
Krisis Hiperten si
Sesak sudah 3
DM Tipe 2/
hari, lemas,
Hiperglikem
DM
GDS : 280
Ureum : 162
2/12/13
2
GDS : 40
Kreatinin :
3/12/13
Citicolin
Neuroprotekt
ia Reaktif
Inj Lasix
Furosemide
Antihipertens i
3/12/13 -
MENINGGAL < 48 Jam
4,3 2
3x1
3/12/13 -
2
4/12/13 Iv
3x1
3/12/13 -
2
4/12/13 Iv
if 26/6/13
2
4/12/13
n pendarahan
54
1
4/12/13
makan dan
P
2/12/13 –
1x15
tidak mau
11
1
2/12/13
Oral Cefoperazone
1
Iv
2x500
3/12/13 -
mg
4/12/13
2 x1
26/6/13 –
amp
28/6/13
2
3
GDS : 389
Ureum : 65
26/6/13
SEMBUH
L : 13.100 Hb : 8,8
Kreatinin :
Ht : 28
2,3
TD Masuk : 190/100
84
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
si
Glurenorm
3
2/12/13
Hipokalemia 10.
3
T : 297.000
TD Keluar : 140/110
E : 3,23 Amlodipin
Amlodipine
Antipertensi
Oral
1x10
26/6/13 –
mg
30/6/13
5
GDS : 261
27/6/13
L : 9.300 E : 3,8 Hb : 10,1 Ht : 33 T : 268.000
Valsartan
Valsartan
Angiotensin
Oral
reseptor
1x160
26/6/13 –
mg
30/6/13
1x25
26/6/13 –
mg
30/6/13
3x10
26/6/13 –
ug
26/6/13
3x12 iu
27/6/13 –
5
GDS : 208
28/6/13
5
GD : 120
29/6/13
locker Aldosteron
ISDN
Aldosteron
Isorbid
Obat diuretik
Anti angina
Oral
Iv
Dinitrat Inj Novorapid
Novorapid
Insulin
SC
1
4
30/6/13 Inj. Ranitidin
Inj.
Ranitidin
Ceftriaxone
Lambung
Antibiotik
Iv
Iv
2x1
29/6/13 –
amp
30/6/13
2x1 gr
29/6/13 –
Ceftriaxone Inj. Levemir
2
30/6/13 Insulin
Insulin
Iv
1x10 ui
detemir Laxadin Syrup
2
Laxadin
29/6/13 –
2
30/6/`13 Pencahar
Oral
1x1
27/6/13 –
4
30/6/14 12
P
69
4/9/13
17/9/13
19
HIperten si,
Lemas sudah
DM Tipe 2,
Foto
1 bulan
Hipoalbumi
Abdomen
SMRS, susah
nemia,
Foto
BAB, hanya
Hipokalemi
Thorax
bisa berbaring
a, Distensi
EKG
dengan
Abdomen,
punggung
Ulkus
korengan,
Dekubitus
Furosemide
Anti
Iv
hipertensi
1x1
4/9/13 –
amp
17/9/13
19
9/9/13
GDS : 134
Ureum : 88
L : 11.800
Kreatinin :
4/9/13
TD Masuk : 90/70
TD Keluar : 100/70
1,4 E : 4,06
Hb : 11,2
perut
Ht : 35
membesar, bengkak pada tangan kanan dan kaki kiri,
T : 189.000 Glucodex
Glicazide
Antidiabetik Oral
Oral
1x40
4/9/13 –
mg
5/9/13
2
GD : 96
perut
E:4
kembung, sulit
Hb : 10,3
menelan,
Ht : 36
BAK seperti
5/9/13
L : 12.800
Kolesterol :
85
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Stroke Ringan
Infus Lasix
air teh.
115 Glucobay
Acarbose
Terapi diet
Oral
utk penderita
2x100
4/9/13 –
mg
5/9/13
2
L : 8.100
10/9/13
E : 2,87
diabetes
Hb : 7,4 Ht : 25
KSR
KCL
Obat
Oral
3x1
hipokalemia
4/9/13 –
19
17/9/13
L : 10.200
Ureum : 230
12/9/13
Hb : 9,4 Ht : 31
Kreatinin :
E : 3,67
2,1
T : 208.000 Heptasan
Heptasan
Antialergi
Oral
1x1
4/9/13 –
9
12/9/13
L : 11.000
13/9/13
E : 3,98 Hb : 10,3 Ht : 34 T : 212.000
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100
4/9/13 –
mg
4/9/13
1
E : 3,99
14/9/13
L : 10.600 Hb : 11 Ht ; 32 T : 220.000
Inj Bifotik
Cefoperazone
Antibiotik
Iv
2x1
6/9/13 -
12
17/9/13
L : 11.600
15/9/13
E : 3,80 Hb : 9,5 Ht : 33 T : 184.000
Pankreoflat
Pankreoflat
Kolelitolitik
3x1
Hepatoprotek
7/9/13 -
11
17/9/13
L : 10.200
16/9/13
E : 3,67
tif
Hb : 9,3
T : 219.000 Kalnex
Asam
Menghentika
traksenamat
n pendarahan
3x1
7/9/13 -
11
17/9/13
L : 10.400
17/9/13
E : 3,43 Hb : 9,6 Ht : 28 T : 159.000
Alinamin
Alinamin
Suplemen
Iv
Inj. Vit K
Vit K
Menghentika
Iv
n pendarahan Inj. Omeprazole
Omeprazole
Lambung (PPI)
Iv
2x1
9/9/13 -
amp
17/9/13
2x1
12/9/13 -
amp
17/9/13
2x1
12/9/13 -
amp
17/9/13
9
6
6
86
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Ht : 31
Musyn Syrup
Musyn
Obat
Oral
3x1 C
pencernaan 13
P
55
3/6/13
7/6/13
5
DM
Inj Novorapid
Novorapid
Insulin
12/9/13 -
6
17/9/13
Luka yang
Diabetes
tidak sembuh,
Nefropati,
SC
3x10 iu
3/6/13 -
Ureum : 152
sekitar pedis
Diabetes
Kreatinin :
merasa
Gangren
7,9
kesemutan
Pedis
3/6/13
BELUM SEMBUH
7/6/13
Metformin
Metformin
Sinistra
Antii
Oral
diabetik Oral Ambroxol
Ambroxol
Obat asma,
Oral
3x500
3/6/13 –
mg
7/6/13
3x1
3/6/13 -
batuk Inj. Ceftriaxon
Ceftriaxone
Antibiotik
TD Masuk : 160/90
5
GDS : 145
4/6/13
5
GD :182
5/6/13
5
GDS : 214
6/6/13
5
GDS : 214
7/6/13
4
GDS : 86
27/9/13
1
GDS : 91
1/10/13
1
GDS : 94
Ureum : 36
2/10/13
2
GDS: 163
Kreatinin :
3/10/13
TD Keluar : 160/90
7/6/13 Iv
2x1 gr
3/6/13 7/6/13
Inj. Tramadol
Captopril
Tramadol
Captopril
Analgesik
Anti
Iv
Oral
hipertensi Aminoral
Aminoral
Insufisiensi
Oral
2x100
3/6/13 -
mg
7/6/13
2x12,5
4/6/13 -
mg
7/6/13
3x2
4/6/13 -
ginjal Asam Folat
Asam folat
Vitamin
4
4
7/6/13 Oral
3x1
4/6/13 -
4
7/6/13 Bicnat
Ketorolac
Natrium
Obat gagal
Bikarbonat
ginjal
Ketorolac
NSAID
Oral
3x1
4/6/13 -
4
7/6/13 Iv
2x1
4/6/13 -
4
7/6/13 14
P
47
27/9/13
3/10/13
7
DM
Lemas SMRS
DM Tipe 2
Metformin
Metformin
Antidiabteik
Oral
Oral Cefriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
Iv
3x500
27/9/13 –
mg
30/9/13
2x1 gr
30/9/13 –
TD Masuk : 130/90
30/9/13 Tramadol
Analgesik
Oral
3x1
30/9/13 – 30/9/13
Cefadroxil
Cefadrocil
Asam
Asam
Mefenamat
mefenamat
Antibiotik
Analgesik
Oral
Oral
3x500
2/10/13 -
mg
3/10/13
3x500
3/12/13 –
mg
3/10/13
1,6 1
L : 8.500
4/10/13
E : 3,56 Hb : 10,6 Ht : 23 T : 435.000
15
P
51
26/6/13
28/6/13
3
DM,
Sesak nafas,
Maag
batuk, pusing,
DM Nefropati
Inj. Primperan
Metoclopropa mide
Antiemetik
Iv
3x1
26/6/13 -
GDS : 104
Ureum : 79
26/6/13
SEMBUH
L : 10.800
mual, sulit
E : 2,72
Kreatinin :
tidur.
Hb : 8,1
2,7
Ht : 25
TD Masuk : 120/80
TD Keluar :110/60
87
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Tramadol
T : 196.000 Inj. Cefotaxim
Cefotaxime
Antibiotik
Iv
2x1 gr
26/6/13 –
3
28/6/13
L : 9.600
27/6/13
E : 2,82 Hb : 8,0 Ht : 26 T : 196.000
Amdixal
Amdixal
Anti angina
Oral
1x5 mg
26/6/13 -
Inj.
Ondansetron
Anti emetik
Iv
1x1
26/6/13 -
amp
28/6/13
1x2 mg
27/6/13 -
3
28/6/13
Ondansetron Glimepirid
Glimepirid
Anti diabetik
Oral
Oral OBH Syrup
OBH
Antibatuk
3
2
28/6/13 Oral
3x1
27/6/13 -
2
28/6/13 Bicnat
Asam Folat
Na
Obat gagal
Bikarbonat
ginjal
Asam folat
Vitamin
Oral
3x1
27/6/13 -
2
28/6/13 Oral
3x1
27/6/13 -
2
28/6/13 Cardicap
Cardicap
Antihipertens
Oral
i Letonal
Spironolakton
Antihipertens
Oral
i 16
P
58
14/4/13
26/4/13
13
Inj. Novorapid
Novorapid
Insulin
SC
1x20
27/6/13 -
mg
28/6/13
1x25
27/6/13 -
mg
28/6/13
3x20 iu
14/4/13 –
2
2
DM,
Penurunan
DM
Hiperten
kesadaran,
Hipoglikemi
13
si
mual dan
E : 4,29
muntah
Hb : 13,2
26/4/13
GDS : 11
14/4/13
TD Masuk : 163/93
L : 20.200 TD Keluar : 130/60
Ht :37 T : 521.000 Amlodipin
Antihipetensi
Oral
1x5 mg
14/4/13 –
13
26/4/13
GDS : 261
15/4/13
L : 24.300 E :3,52 Hb : 11,5 Ht : 33 T : 152.000
Valsartan
Valsartan
Angiotensin respetor blocker
Oral
1x8 mg
14/4/13 25/4/13
12
GDS : 174
16/4/13
L : 16.900 E : 3,94 Hb : 11,2 Ht : 34 T : 505.000 GD : 94
19/4/13
88
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Amlodipin
Inj, Vit K
Vit K
Menghentika
Iv
n Pendarahn
3x1
16/4/13 –
amp
20/4/13
5
GDS : 139
17/4/13
L : 20.600 E : 3,81 Hb : 11,5 T : 484.000 Ht : 33
Transamin
Musin Syrup
Asama
Menghentika
traksenamat
n pendarahan
Musyn
Obat
Iv
Oral
3x1
16/4/13 –
amp
20/4/13
3x1 C
16/4/13 –
pencernaan Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
5
GDS : 161
20/4/13
5
GDS : 229
23/4/13
9
GDS : 207
20/4/13 Oral
2x1 gr
17/4/13 –
Ureum : 39
24/4/13
25/4/13 Kreatinin : 1,2 Lactulac
Lactulac
Syrup Neulin PS
Konstipasi,
Oral
3x1 C
pencahar Neulin
Neuroprotekt
23/4/13 –
3
GDS : 161
25/4/13
2
GDS : 180
26/4/13
25/4/13 Oral
2x1
if
26/6/13 – 26/6/13
L ; 11,700 E : 299 Hb : 8,0 Ht : 26 T : 443.000
Metformin
Metformin
Anti diabetik
Oral
Oral
3x500
26/6/13 –
mg
26/6/13
1
GDS : 261 L : 24.300 E : 3,52 Hb : 11,5 Ht : 33 T : 182.000
Glimepirid
Anti diabetik
Oral
1x2 mg
oral
26/6/13 –
1
26/6/13
GDS : 125
18/4/13
L : 14.200 E : 3,90 Hb : 11,2 Ht : 35 T : 534.000 GDS : 241
22/4/13
L : 12.000 E : 3,74 Hb : 10,3 Ht : 32 T : 374.000 17
P
42
14/5/13
17/5/13
4
-
Bengkak dan
DM Tipe 2
Inj. Novorapid
Novorapid
Insulin
SC
3x12 iu
14/5/13 –
4
GDS : 496
Ureum : 50
15/5/13
BELUM SMEBUH
89
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Glimepirid
nyeri di
post
17/5/13
L : 15.800
punggung
Debridemen
E : 3,66
Kreatinin :
kanan atas.
t
Hb : 9,8
1,4
Tidak dapat
TD Masuk : 90/60
Ht : 29
mennengok
T : 399.000 Inj. Lavemir
Insulin
Insulin
Iv
1x12 iu
detemir Inj.
Ceftriaxone
4
GDS : 233
16/5/13
4
GD : 193
17/5/13
3
L : 13.100
14/5/13
17/5/13 Antibiotik
Iv
2x1 gr
Ceftriaxone Tramadol
14/5/13 -
14/5/13 17/5/13
Tramadol
Analgesik
Oral
2x1
15/5/13 17/5/13
E:4 Hb : 10,6 Ht :33 T : 506.000
18
P
51
16/12/13
19/12/1
4
3
DM, Hiperten si
Lemah
SNH + DM
tungkai kiri
Hiperglikem
bawah, susah
Inj. Novorapid
Novorapide
Insulin
SC
3x20 iu
18/12/13
Hb : 13,9
kaki
Ht : 40
kesemutan
T : 218.000 Lantus
Insulin
Insulin
Iv
1x12 iu
Glargine Amlodipine
Neulin
Neulin
Anti
Oral
Neuroprotekt
Iv
Clopidogrel
Pengencer
Oral
darah
Glimepirid
1x5 mg
Asam asetil
Anti
salisilat
koagulan
Glimepirid
Antidiabetik
Metformin
Antidiabetik
Oral
Oral
Gemfibrozil
Oral
16/12/13 -
mg
16/12/13
1x75
1612/13-
mg
18/12/13
2x80
16/12/13 –
mg
18/12/13
1x2 mg
19/12/13 -
3x500
19/12/13 -
mg
19/12/13
Anti
1x20
18/12/13 –
mg
18/12/13
1x15
18/6/13 –
mg
21/6/13
Oral
1x2,5 g
18/6/13 –
Oral
1x50
Oral
kolesterol 5
DM.
Sesak nafas,
Hiperten
batuk, pilek,
si, TB
merasa tubuh
Kejang
bengkak.
DM Tipe 2
Gluronerm
Gluronerm
Antidiabetik
Oral
oral
Concor
Letonal
3
GDS : 174
17/12/13
3
GDS : 225
18/12/13
1
GDS : 204
19/12/13
GDS :239
17/6/13
SEMBUH
Bisopronol
Antihipertens
TD Masuk : 130/80
kumarat
i
Spironolakton
Antihipertens
3
3
1
19/12/13
oral Gemfibrozil
16/12/13 –
2x500
oral Metformin
TD Keluar : 130/80
1
1
4
GDS : 137
18/6/13
4
GDS : 186
19/6/13
4
GDS : 166
20/6/13
TD Keluar : 150/90
21/6/13 18/6/13 –
90
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Miniaspi
21/6/13
TD Masku : 210/110
18/12/13
an Clopidogrel
16/12/13 –
BELUM SEMBUH
18/12/13
hipertensi
17/6/13
16/12/13
E:5
Amlodipine
55
GDS : 422 L : 8,300
ia
kebas
L
3
bicara, kedua
dan terasa
19
16/12/13 –
i Lasix
Furosemid
Anti diuretik
Iv
mg
21/6/13
1x1
18/6/13 –
amp
21/6/13
4
GDS : 170 L : 5.000
21/6/13 Ureum : 48
17/6/13
E : 3,36 Hb : 9,9
Kreatinin :
Ht : 30
2,1
T : 247.000 20
L
52
20/4/13
3/5/13
13
DM
Lemas, pucat, sesak nafas,
DM Tipe 2 ,
Cefotaxime
Cefotaxime
Antibiotik
Iv
2x1 gr
Anemia
20/4/13 –
1
20/4/13
GDS : 257
20/4/13
GDS : 142
23/4/13
lidah penuh
L : 26.800
jamur dan
E : 3,51
berat badan
Hb : 9,8
turun tanpa
Ht : 30
disadari
TD Masuk : 200/112
TD keluar : 130/80
T : 697.000 Ranitidine
Ranitidin
Lambung
Iv
2x1 gr
20/4/13 –
10
GDS : 104
24/4/13
5
GDS : 122
25/4/13
29/4/13 Dramamin
Dymenhydrat
Antiemetik
Oral
2x1
25/4/13 – 29/4/13
L : 18.400 E : 3,39 Hb : 9,3 Ht : 29 T : 618.000
Inj.
Ceftriaxon
Antibiotik
Iv
2x1 gr
Ceftriaxone
23/4/13 –
13
3/5/13
GDS : 86
26/4/13
L ; 27.50E : 3,650 Hb : 10 Ht : 31 T : 559.000
Novorapid
Insulin
SC
3x8 iu
23/4/13 –
13
GDS : 106
27/4/13
5
GDS: 192
29/4/13
5
GDS : 211
28/64/13
3/5/13 Betahistine
Betahistine
Vertigo
Oral
3x1
25/4/13 – 29/4/13
Omeprazole
Omeprazole
Lambung
Oral
2x20
25/4/13 –
mg
29/4/13
L : 19.100 E : 4,14 Hb : 11,2 Ht : 31 T : 591.000 GDS : 257
20/4/13
L : 24.100
91
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Inj. Novorapid
E : 2,28 Hb : 6,2 Ht : 12 T : 837.000 L : 28.100
22/4/13
GDS : 98 E : 2,85 Hb: 7,8 Ht : 24 T : 648.000 GDS : 87
1/5/13
L : 17.600 E:4 Hb : 11 Ht : 35 T : 682.000 21
L
58
10/5/13
14/5/13
5
DM, Hiperten si
Pusing, muntah, tidak bisa bicara,
DM Tipe 2,
Ranitidin
Ranitidine
Lambung
Iv
Stroke Hemoragik
Citicolin
Citicolin
pingsan
Neuroprotekt
Iv
if Ceftriaxon
Ceftriaxon
Antibiotik
Iv
2x1
10/5/13 –
Amp
10/5/13
2x500
10/5/13 -
mg
11/5/13
2x1 gr
11/5/13 –
1
GD : 254
2
4
14/5/13
Ureum : 44
11/5/13
MENINGGAL
GD : 339
12/5/13
TD Masuk : 140/80
GD : 235
14/5/13
TD Keluar : 150/80
30/8/13
TD Masuk : 110/80
L : 13.100 E : 4,93 Hb : 15,6 Ht : 48 T : 260.000
Inj. Novorapid
Novorapid
Insulin
SC
3x4 iu
11/5/13 -
Inj. Sanmol
Parasetamol
Antipiretik
Iv
3x500
12/5/13 -
mg
14/5/13
1x16 iu
12/5/13 -
4
14/5/13
Insulin
Insulin
Iv
glargin Simvastatin
Simvastatin
Anti
Oral
kolesterol 22
L
41
27/8/13
30/8/13
4
-
Mual, batuk
DM dengan
Rontgen
kerimg, berat
vomitus
Thorax
Ciprofloxaxin
Ciprofloxaxin
3
14/5/13
Antibiotik
Oral
1x10
12/5/13 –
mg
13/5/13
2x500
27/8/13 –
mg
28/8/13
2
2
GD : 283 L : 11.400
badan
E : 5,32
menurun
Hb : 14
TD Keluar : 120/80
Ht : 45 T : 268.000 Ondancetron
Ondansetron
Antiemetik
Iv
3x1
27/8/13 –
2
92
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
Inj. Lantus
3
Ranitidin
Domperidon
Ranitidin
Domperidone
Lambung
Dispepsia
Iv
Oral
Amp
28/8/13
2x1
27/8/13 –
Amp
28/8/13
3x1
29/8/13 –
2
1
29/8/13 Glimepirid
Glimepirid
Antidiabetik
Oral
1x2 mg
Oral Glumin
Metformin
Antidiabetik
L
59
2/8/13
3/8/13
2
DM, Alergi
Lemas, pusing, mual, muntah, demam, mata
Anemia,
Inj. Ranitidin
Ranitiidin
Lambung
2
30/8/13 Oral
oral 23
29/8/13 –
Iv
3x 500
30/8/13 –
mg
30/8/13
2x1
2/8/13 –
DM Tipe 2
1
2
3/8/13
GD : 174
3/8/13
TD Masuk : 90/60
L : 14.700
Hiperglikem
E : 1,39
ia
Hb : 3,9
kunang-
TD keluar : 100/60
Ht : 13
kunang, badan
T : 233.000
menggigil.
Inj.
Domperidone
Domperidon
Obat mjual,
Iv
3x1
muntah,
2/8/13 –
1
2/8/13
dispepsia
L : 16.600
Ureum : 59
E : 1,61
Kreatinin :
Hb : 4,7
1,1
2/8/13
Ht : 15 T : 321.000 Inj. Ceftriaxon
Ceftrixone
Antibiotik
Iv
2x1
Inj. Actrapid
Insulin
Insulin
SC
4 iu
2/8/13 –
2
3/8/13 2/8/13 –
2
3/8/13 24
L
50
7/12/13
13/12/1 3
7
DM, TB
Sesak nafas,
Efusi Pleura
Berkeringat
Dextra +
pada malam
DM Tipe 2
hari
Inj. Actrapid
Insulin
Insulin
SC
3x12 iu
7/12/13 –
GD : 480
7/12/13
SEMBUH
As.
Asam
Mefenamat
mefenamat
Glimepirid
Glimepirid
Analgesik
Antidiabetik
Oral
Oral
3x500
9/12/13 –
mg
10/12/13
2
GD : 211
8/12/13
TD Masuk : 110/70
1x2 mg
12/12/13 –
Oral
2
GD : 104
10/12/13
TD Keluar : 120/80
Metformin
Metformin
Antidiabetik
2
GD : 218
13/12/13
13/12/13 Oral
Oral Levofloxacin
Levofloksasin
Anibiotik
Oral
3x500
12/12/13 –
mg
13/12/13
1x500
12/12/13 –
mg
13/12/13
GDP : 457 2
GDP : 289
9/12/13
GDP : 457
11/12/13
93
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
3
9/12/13
94
Lampiran 4. Analisis Penilaian Ketepatan Indikasi
No Kasus
Jenis Diabetes
Diagnosis
Kadar Gula Darah Awal
Akhir
Obat Antidiabetes
Tepat Indikasi
Penilaian Per Pasien
1
DM Tipe 2
Orchitis Dextra. Hernia sejak 3 hari yang lalu. Bengkak di leher hingga bahu > 2 minggu. Nyeri leher dan tidak bisa ditegakkan. Demam. Pasien tidak makan selama 4 hari
320
199
Glimepirid Inj.Novorapid Inj. Lantus Metformin
1 1 1 1
1
2
DM Tipe 2 Hiperglikemia
293
184
Metformin Glimepirid
1 1
1
3
DM Gangren + Pedis sinistra
204
155
Inj.Novorapid Gliklazid
1 1
1
4
DM Tipe 2
235
137
Glikuidon
1
1
5
DM Tipe 2
Glibenklamid
0
0
6
DM Tipe 1
Inj.Novorapid Inj. Lantus
1 1
1
7
DM Tipe 2
Lemas, tidak kuat berjalan, BAB cair, badan keringat dingin dan gemetaran. Luka di telapak kaki dirasakan sudah 1 bulan, bengkak di kaki kiri sudah berlangsung 6 bulan. Sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sakit dada yang menjalar ke punggung, sakit perut jika telat makan. Muntah 75x/hari, pusing seperti diremas-remas, dispepsia Merasa lemas, adanya rasa gemetar yang sulit dikendalikan, sulit berjalan Kesulitan BAB sejak 3 hari yang lalu, badan lemas, kaki kanan berat diangkat,
Metformin Glimepirid
0 0
0
124
542
109
133
95
8
DM Tipe 1
9
DM Tipe 2
10
DM Tipe 2
11
DM Tipe 2 Hiperglikemia
12
DM Tipe 2
13
DM Nefropati
14
DM Tipe 2
15
DM Nefropati
16
DM Hipoglikemia
17
DM Tipe 2
18
DM Tipe 2 Hiperglikemia
Pusing berputar dan mengalami pingsan. Mual, muntah dan batuk Penurunan kesadaran tibatiba, pusing berputar, terjadi kelemahan pada tubuh sisi sebelah kanan. Pasien tidak sadar SMRS, BAB cair, tidak mau makan dan minum. Sesak sudah 3 hari, lemas, DM Lemas sudah 1 bulan SMRS, susah BAB, hanya bisa berbaring dengan punggung korengan, perut membesar, bengkak pada tangan kanan dan kaki kiri, perut kembung, sulit menelan, BAK seperti air teh Luka yang tidak sembuh, sekitar pedis merasa kesemutan Lemas SMRS
166
219
Inj.Novorapid
0
0
567
225
Inj.Novorapid Inj. Lantus
1 1
1
280
40
Glikuidon
1
1
389
120
Inj.Novorapid Inj. Levemir
1 1
1
134
96
Gliklazid Acarbose
0 0
0
145
214
Inj.Novorapid Metformin
0 0
0
86
163
Metformin
1
1
Sesak nafas, batuk, pusing, mual, sulit tidur. Penurunan kesadaran, mual dan muntah Bengkak dan nyeri di punggung kanan atas. Tidak dapat menengok Lemah tungkai kiri bawah, susah bicara, kedua kaki
104
Glimepirid
0
0
11
180
Inj.Novorapid Metformin Glimepirid
0 0 0
0
496
193
Inj.Novorapid Inj. Levemir
1 1
1
422
174
Inj.Novorapid Inj. Lantus Metformin
1 1 1
1
96
19
DM Tipe 2
20
DM Tipe 2
21
DM Tipe 2
22
DM Tipe 2
23
DM Tipe 2
24
DM Tipe 2
kesemutan dan terasa kebas Sesak nafas, batuk, pilek, merasa tubuh bengkak. Lemas, pucat, sesak nafas, lidah penuh jamur dan berat badan turun tanpa disadari Pusing, muntah, tidak bisa bicara, pingsan Mual, batuk kerimg, berat badan menurun Lemas, pusing, mual, muntah, demam, mata kunangkunang, badan menggigil Sesak nafas, Berkeringat pada malam hari
Glimepirid
1
239
170
Glikuidon
1
1
142
87
Inj.Novorapid
0
0
254
239
Inj.Novorapid Inj. Lantus
1 1
1
283
Glimepirid Metformin
1 1
1
174
Inj. Actrapid
0
0
Inj. Actrapid Metformin Glimepirid
1 1 1
1
480
214
Penilaian Ketepatan Indikasi : 1 = Tepat Indikasi 0 = Tidak Tepat Indikasi Penilaian Ketepatan Indikasi Per Pasien : 1 = Sudah mendapatkan obat anti diabetes yang tepat indikasi 0 = Tidak mendapatkan obat anti diabetes yang tepat indikasi
97
Lampiran 5. Analisis Penilaian Ketepatan Dosis
No Kasus
Obat Antidiabetes
1
Metformin Glimepirid Novorapid Lantus
2
Metformin Glimepirid
3
Novorapid Gliklazid
4
Glikuidon
5 6
Glibenklamid Novorapid Lantus
7
Metformin Glimepirid
8
Novorapid
9
Novorapid Lantus
10
Glikuidon
11
Novorapid Levemir
12
Gliklazid
Akarbosa
13
Novorapid Metformin
Dosis Standar 500 -2250 mg/hr 1-2 mg/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 1x/hr 500-2250 mg/hr 1-2 mg/hr 0,5 – 1 U/kg BB/hr 40-80 mg Max 320 mg (dosis terbagi) 15mg/hr , 4560 mg (dosis terbagi) 2,5-5 mg/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 1x/hr 500-2250 mg/hr 1-2 mg/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 1x/hr 15mg/hr , 4560 mg (dosis terbagi) 0,5-1 U/kg BB/hr 0,2-1 U/kg BB/hr 40-80 mg Max 320 mg (dosis terbagi) 50 mg, dapat ditingkatkan 100-200 mg/hr 0,5-1 U/kg BB/hr
Dosis Pemberian
Rute
Tepat Dosis
Penilaian Ketepatan Dosis 1
3x500 mg 1x2 mg 3x12 iu 1x12 iu
Oral Oral SC IV
1 1 1 1
3x500 mg 1x2 mg
Oral Oral
1 1
1
3x4 iu 3x100 mg
SC Oral
1 1
1
2x15 mg
Oral
1
1
1x2,5 mg 3x20 iu 1x12 iu
Oral SC IV
1 1 1
1 1
3x500 mg 2x2 mg
Oral Oral
1 1
1
3x4 iu
SC
1
1
3x10 iu 1x10 iu
SC IV
1 1
1
1x15 mg
IV
1
1
3x12 iu 1x10 iu
SC IV
1 1
1
1x40 mg
Oral Oral
1 1
1
SC Oral
1 1
1
2x100 mg
3x10 iu 3x500 mg
98
14
Metformin
15 16
Glimepirid Metformin Glimepirid Novorapid
17
Novorapid Levemir
18
Metformin Glimepirid Novorapid Lantus
19
Glikuidon
20
Novorapid
21
Novorapid Lantus
22
Metformin Glimepirid
23
Actrapid
24
Actrapid Metformin Glimepirid
500 -2250 mg/hr 500 -2250 mg/hr 1-2 mg/hr 500 -2250 mg/hr 1-2 mg/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 0,2-1 U/kg BB/hr 500 -2250 mg/hr 1-2 mg/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 1x/hr 15mg/hr , 4560 mg (dosis terbagi) 0,5-1 U/kg BB/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 1x/hr 500 -2250 mg/hr 1-2 mg/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 0,5-1 U/kg BB/hr 500 -2250 mg/hr 1-2 mg/hr
3x500 mg
Oral
1
1
1x2 mg 3x500 mg 1x2 mg 3x20 iu
Oral Oral Oral SC
1 1 1 1
1 1
3x12 iu 1x12 iu
SC IV
1 1
1
3x500 mg 1x2 mg 3x20 iu 1x12 iu
Oral Oral SC IV
1 1 1 1
1
1x15 mg
Oral
1
1
3x8 iu
Oral
1
1
3x4 iu 1x16 iu
SC IV
1 1
1
3x500 mg 1x2 mg
Oral Oral
1 1
1
1x4 iu
IV
1
1
3x12 iu 3x500 mg 1x2 mg
IV Oral Oral
1 1 1
1
Penilaian Ketepatan Dosis : 1 = Tepat Dosis 0 = Tidak Tepat Dosis
Penilaian Ketepatan Dosis Per Pasien 1 = Sudah mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat dosis 0 = Tidak mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat dosis
Lampiran 6. Analisis Penilaian Ketepatan Pasien L/ P
Usia
1
L
60
DM Tipe 2
2
P
57
DM Tipe 2 Hiperglike mia
3
L
43
DM Gangren + Pedis Sinistra
No
Jenis Diabetes
Diagnosis Lain
Riwayat Penyakit
Data Laboratorium Kadar Fungsi Tekanan Gula Ginjal Darah Darah Awal : Ureum :33 120/70 – 320 Kreatinin : 120/70 Akhir : 1,2 129
DM
DM, Hipertensi, Asma, Alergi
Awal : 293 Akhir : 184
Ureum : 57 Kreatinin : 1,7
Luka di telapak kaki dirasakan sudah 1 bulan, bengkak di kaki kiri sudah berlangsung 6 bulan.
DM, Hipertensi
Awal : 204 Akhir : 155
Ureum : 48 Kreatiin : 1,1
Obat Anti Diabetes
Rute
Tepat Pasien
Penilaian Per Pasien
Hipoglikemia, DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan ginjal berat. Hamil dan laktasi.
Novorapid Lantus Metformin Glimepirid
SC IV Oral Oral
1 1 1 1
1
200/110 – 140/80
DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia
Metformin Glimepirid
Oral Oral
0 0
0
120/80 – 130/90
Hipoglikemia, DM Tipe 1. Diabetes ketosis dan asidosis, pasien diabetes yang menjalani operasi atau infeksi atau luka parah, hipersensitif, hamil, laktasi, neonatus, anak.
Novorapid Gliclazid
SC Oral
1 1
1
99
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Orchitis Dextra. Hernia sejak 3 hari yang lalu. Bengkak di leher hingga bahu > 2 minggu. Nyeri leher dan tidak bisa ditegakkan. Demam. Pasien tidak makan selama 4 hari Lemas, tidak kuat berjalan, BAB cair, badan keringat dingin dan gemetaran.
Kontraindikasi
P
53
DM Tipe 2
CKD + Hipertensi, Sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sakit dada yang menjalar ke punggung, sakit perut jika telat makan.
DM Tipe 2, jantung, maag
Awal : 235 Akhir : 137
Ureum : 126 Kreatinin : 5,7
150/90 – 140/80
DM Tipe 1, koma, prekoma diabetes & gangguan keseimbangan metabolik yang ekstrim dengan kecenderungan terjadi asidosis. Diabetes dengan komplikasi asidosis, ketosis, atau stres akibat pembedahan atau infkesi akut. Hamil dan laktasi. Ketoasidosis diabetik, gangguan ginjal dan hati atau adrenokortikal. Hamil, laktasi, IDDM. DM dengan komplikasi, bedah. Hipoglikemia
Gliquidone
Oral
1
1
5
P
65
DM Tipe 2
Muntah 75x/hari, pusing seperti diremas-remas, dispepsia
DM
Awal : 124
Ureum : 53 Kreatinin : 0,8
120/80
Glibenclamide
Oral
1
1
6
P
57
DM Tipe 2 Hiperglike mia
DM, Asma
Awal : 542 Akhir: 133
Ureum : 114 Kreatinin : 4
160/60 – 140/80
7
P
51
DM Tipe 2
Merasa lemas, adanya rasa gemetar yang sulit dikendalikan, sulit berjalan. Kesulitan BAB sejak 3 hari yang lalu, badan lemas, kaki kanan berat diangkat,
Novorapid Lantus
SC IV
1 1
1
DM, Hipertensi, Vertigo
Awal : 109
Ureum : 14 Kreatinin : 0,6
140/80 – 170/110
DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan ginjal fungsi ginjal. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia
Metformin Glimepirid
Oral Oral
1 1
1
8
P
53
DM Tipe 2
Pusing berputar
DM
Awal :
Ureum :
100/70
Hipoglikemia
Novorapid
SC
1
1
100
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
dan mengalami pingsan. Mual, muntah dan batuk SNH, Hipertensi grade 1, Penurunan kesadaran tibatiba, pusing berputar, terjadi kelemahan pada tubuh sisi sebelah kanan. Pasien tidak sadar SMRS, BAB cair, tidak mau makan dan minum.
25 Kreatinin : 0,7 Ureum : 28 Kreatinin : 2,4
DM, Hipertensi
Awal ; 280 Akhir : 40
Ureum : 162 Kreatinin : 4,3
Awal : 389 Akhir : 120 Awal : 134 Akhir : 96
Ureum : 65 Kreatinin : 2,3 Ureum : 88 Kreatinin : 1,4
9
L
63
DM Tipe 2
DM, Hipertensi, Stroke
10
P
76
DM Tipe 2
11
P
54
DM Tipe 2 Hiperglike mia
Sesak sudah 3 hari, lemas, DM
Hipertensi
12
P
69
DM Tipe 2
Hipoalbunemia, Hipokalemia, ulkus dekubitus, distensi abdomen. Lemas sudah 1 bulan SMRS, susah BAB, hanya bisa berbaring
Hipertensi, Stroke ringan
150/110
190/100– 140/110
90/70 – 110/70
Hipoglikemia
Novorapid Lantus
SC IV
1 1
1
DM Tipe 1, koma, prekoma diabetes & gangguan keseimbangan metabolik yang ekstrim dengan kecenderungan terjadi asidosis. Diabetes dengan komplikasi asidosis, ketosis, atau stres akibat pembedahan atau infkesi akut.. Hamil dan laktasi. Hipoglikemia, Hamil, laktasi, hipoalbuminemia berat. DM Tipe 1. Diabetes ketosis dan asidosis, pasien diabetes yang menjalani operasi atau infeksi atau luka parah, hipersensitif, hamil, laktasi, neonatus, anak.
Gliquidone
Oral
1
1
Novorapid Levemir
SC IV
1 1
1
Gliclazide Acarbose
Oral Oral
0 0
0
101
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
166 Akhir : 219 Awal : 567 Akhir : 225
P
55
DM Tipe 2, gangren pedis sinistra
14
P
47
DM Tipe 2
15
P
51
16
P
58
Gangguan intestinal kronik yang berhubungan dengan gangguan pencernan dan asorpsi, kembhung. Gangguan ginjal berat.
DM
Awal : 145 Akhir : 214
Ureum : 152 Kreatinin : 7,9
160/90 – 160/70
Hipoglikema. Gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia
Metformin Novorapid
Oral SC
0 1
0
Lemas SMRS
DM
Awal : 86 Akhir : 163
Ureum : 36 Kreatinin : 1,6
130/90
Gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia
Metformin
Oral
0
0
DM Tipe 2 Nefropati
Sesak nafas, batuk, pusing, mual, sulit tidur.
DM, Maag
Awal : 104
Ureum : 79 Kreatinin : 2,7
120/80 110/70
DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal. Hamil dan laktasi.
Glimepirid
Oral
0
0
DM Tipe 2 Hipoglikem ia
Penurunan kesadaran, mual dan muntah
DM, Hipertensi
Awal : 11 Akhir : 180
Ureum : 39 Kreatinin : 1,2
163/93 – 130/60
Hipoglikemia, DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan ginjal
Novorapid Metformin Glimepirid
SC Oral Oral
0 1 1
0
102
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
dengan punggung korengan, perut membesar, bengkak pada tangan kanan dan kaki kiri, perut kembung, sulit menelan, BAK seperti air teh Luka yang tidak sembuh, sekitar pedis merasa kesemutan
berat. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia P
42
DM Tipe 2
Bengkak dan nyeri di punggung kanan atas. Tidak dapat menengok SNH, Lemah tungkai kiri bawah, susah bicara, kedua kaki kesemutan dan terasa kebas
18
P
51
DM Tipe 2 Hiperglike mia
19
L
55
DM Tipe 2
Sesak nafas, batuk, pilek, merasa tubuh bengkak.
20
L
52
DM Tipe 2
Lemas, pucat, sesak nafas, lidah
Awal : 496 Akhir : 193 Awal : 422 Akhir : 174
Ureum : 50 Kreatinin : 1,4
DM, Hipertensi, TB Kejang
Awal : 239 Akhir : 170
Ureum : 48 Kreatinin : 2,1
DM
Awal : 142
DM, Hipertensi
90/60
210/110 – 130/80
130/80 – 150/90
200/112 – 130/80
Hipoglikemia, Hamil, laktasi, hipoalbuminemia berat Hipoglikemia, DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan ginjal berat. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia
Novorapid Levemir
SC IV
1 1
1
Novorapid Lantus Gimepirid Metformin
SC IV Oral Oral
1 1 1 1
1
DM Tipe 1, koma, prekoma diabetes & gangguan keseimbangan metabolik yang ekstrim dengan kecenderungan terjadi asidosis. Diabetes dengan komplikasi asidosis, ketosis, atau stres akibat pembedahan atau infkesi akut. Gagal hati atau ginjal berat, porfiria. Hamil dan laktasi. Hipoglikemia
Gliquidone
Oral
0
0
Novorapid
SC
1
1
103
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
21
L
58
DM Tipe 2
22
L
41
DM Tipe 2
23
L
59
DM Tipe 2 Hiperglike mia
24
L
50
DM Tipe 2
penuh jamur dan berat badan turun tanpa disadari Stroke Hemoragik, Pusing, muntah, tidak bisa bicara, pingsan Mual, batuk kerimg, berat badan menurun
DM, Hipertensi
Awal : 254 Akhir : 239
Ureum : 44
Awal : 285
DM, Alergi
Awal : 174
DM, TB
Awal : 480 Akhir : 214
Ureum : 59 Kreatinin : 1,1
140/80 – 150/80
Hipoglikemia
Novorapid Lantus
SC IV
1 1
1
110/80120/80
DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan ginjal fungsi ginjal. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia
Glimepirid Metformin
Oral Oral
1 1
1
90/60110/60
Hipoglikemia
Actrapid
IV
1
1
120/70120/80
Hipoglikemia, DM Tipe 1, diabetik ketoasidosis, prekoma atau koma diabetikum. Gangguan fungsi hati dan ginjal fungsi ginjal. Hamil dan laktasi. Gagal jantung, infark miokardium, alkoholisme, hipoksia
Actrapid Glimepirid Metformin
IV Oral Oral
1 1 1
1
104
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anemia, Lemas, pusing, mual, muntah, demam, mata kunangkunang, badan menggigil Sesak nafas, Berkeringat pada malam hari
Akhir : 87
Penilaian Ketepatan Pasien : 1 = Tepat Pasien 0 = Tidak Tepat Pasien
Penilaian Per Pasien : 1 = Sudah mendapatkan terapi obat anti diabetes yang tepat 0 = Tidak mendapatkan terapi obat anti diabetes yang tepat
105
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
106 Lampiran 7. Analisis Penilaian Ketepatan Obat
No Kasus 1
2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16
Jenis Diabetes DM Tipe 2
DM Tipe 2 Hiperglikemia DM Tipe 2 Gangren + Pedis Sinistra DM Tipe 2 DM Tipe 2 DM Tipe 2 Hiperglikemia DM Tipe 2 DM Tipe 2 Hiperglikemia DM Tipe 2 DM Tipe 2 DM Tipe 2 Hiperglikemia DM Tipe 2 DM Nefropati, Gangren + Pedis Sinistra DM Tipe 2 DM Tipe 2 DM Tipe 2 Hipoglikemia
17
DM Tipe 2
18
DM Tipe 2 Hiperglikemia
19 20 21
DM Tipe 2 DM Tipe 2 DM Tipe 2
22
DM Tipe 2
23
DM Tipe 2
Obat Anti Diabetes Novorapid Lantus Metformin Glimepirid Metformin Glimepirid Novorapid Gliclazid
Rute Pemberian SC IV Oral Oral Oral Oral SC Oral
Status Pasien Sembuh
Glikuidon Glibenklamid Novorapid Lantus Metformin Glimepirid Novorapid
Oral Oral SC IV Oral Oral SC
Sembuh Sembuh -
Novorapid Lantus Glikuidon Novorapid Levemir Gliklazid Acarbose Metformin Novorapid
SC Oral Oral SC IV Oral Oral Oral SC
Meninggal
Metfromin Glimepirid Novorapid Metformin Glimepirid Novorapid Levemir Glimepirid Metformin Lantus Novorapid Glikuidon Novorapid Novorapid Lantus Metformin Glimepirid Actrapid
Oral Oral SC Oral Oral IV SC Oral Oral
Sembuh -
Oral SC SC IV Oral Oral IV
Sembuh Meninggal
Belum Sembuh -
Sembuh Meninggal
Meninggal Sembuh Belum Sembuh
Belum Sembuh Belum Sembuh
-
Ketepatan Obat 1 1 1 1 1 1 1 1
Penilaian PerPasien 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1
1 1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
107 24
DM Tipe 2
Actrapid Glimepirid Metformin
IV Oral Oral
Sembuh
1 1 1
1
Analisis Ketepatan Obat : 1 = Tepat Obat 0 = Tidak Tepat Obat Penilaian Per Pasien : 1 = Sudah Mendapatkan Terapi Obat Anti Diabetes Tepat Obat 0 = Tidak Mendapatkan Terapi Obat Anti Diabetes Tepat Obat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
108 Lampiran 8. Analisis Penilaian Interaksi Obat
No Kasus 1
2
3
Obat Antidiabetes Glimepirid Lantus Novorapid Metformin
Glimepirid Metformin
Novorapid Gliclazid
Obat Lain
Ranitidin Ceftriaxone Gentamisin Novalgin
Amlodipin Neulin Glaucon Clobazam Citicolin Ceftriaxone
Ceftriaxone Ketorolac Amlodipin Levofloxacin Cilostazol
Nilai Interaksi Obat 0 0 0 1
0 1
0 1
Penilaian Interaksi Obat perpasien 0
0
0
Interaksi Obat
Mekanisme Interaksi Obat
• Glimepirid + Novalgin
• Efek antagonis novalgin dapat menurunkan efek glimepirid (minor)
• Lantus + Glimepirid + Metformin + Novorapid
• Kombinasi keempat obat tersebut dapat meningkatkan penurunan gula darah.
• Metformin + Ranitidin
• Ranitidin mengurangi pembersihan ginjal metformin dengan menghambat sekresi metformin di tubular ginjal sehingga kadar plasma metformin dapat meningkat dan dapat meningkatkan efek farmakologisnya
• Glimepirid + Metformin
• Efek aditif (glimepirid dan metformin) dapat meningkatkan efek hipoglikemia..
• Amlodipin + Glimepirid
• Amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, terjadi perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain, menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat • Penggunaan novorapid dan gliclazid dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah
• Novorapid + Gliclazid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
109 • Amlodipin + Giclazid
• Amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, terjadi perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain, menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat • Amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, terjadi perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain, menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat.
4
Glikuidon
Valsartan ISDN Lasix Omeprazole Tanapress Furosemide Aldacton Asam FOlat Letonal Concor Hydralazine Bicnat Mestigo Ondansetron
0
0
• Glikuidon + Amlodipin
5
Glibenklamid
Ranitidin Primperon Antasida
0
0
• Glibenkla mid + Ranitidin
• Ranitidin dapat menghambat metabolisme hepatik sulfonilurea dengan menghambat enzim sitokrom P450 hati. sehingga meningkatkan efek sulfonilurea.
• Glibenkla mid + Antasida
• Peningkatan pH lambung yang disebabkan oleh antasida dapat meningkatkan kelarutan sulfonilurea dan karenanya dapat meningkatkan absorpsi sulonilurea.
6
Novorapid Lantus
7
Metformin
Cefoperazone Omeprazole Novalgin Neurodex Ceftriaxoen Alprazolam Ranitidn Dexanda syrup Ranitidin
1 1
1
1
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
110 Glimepirid
8
Novorapid
9
Novorapid Lantus
10
Glikuidon
11
Novorapid Levemir
12
Gliklazid Acarbose
Mecobalamine Metilprednisol on Curcuma KSR
Teracef Ranitidin Ondancetron Sukralfat Lasix Liver Care Neulin Amlodipine Ascardia Ceftriaxone Liver Care Transamin Vit K Parasetamol Simvastatin Proreal Hepabalance Plasta Dobutamin KSR Cefoperazone Omeprazole Transamin Vit K Citicolin Lasix Amlodipin Valsartan Aldosteron ISDN Novorapid Ranitidin Ceftriaxone Laxadin Syrup Lasix KSR
0
1
1
0 0
0
1
1
1 1
1
1 0
1
• Glimepirid + Metformin
• Efek aditif (glimepirid dan metformin) dapat meningkatkan efek hipoglikemia.
• Glimepirid + Metilprednis olon
• Efek antagonis metilprednisolon dapat menurunkan efek glimepirid (minor)
• Glimepirid + Ranitidin
• Ranitidin dapat menghambat metabolism hepatik sulfonilurea dengan menghambat enzim sitokrom P450 hati. sehingga meningkatkan efek sulfonilurea.
• Novorapid + Lantus + Ascardia
• Efek aditif (Ascardia / Fibrat salisilat dalam dosis yang besar dapat menurunkan kadar gula darah) yang menyebabkan hipoglikemia.
• Gliklazid + Acarbose
• Adanya acarbose, akan memperlambat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
111
13
Novorapid Metformin
14
Metformin
15
Glimepiride
16
Novorapid Metformin Glimepiride
17
Novorapid Levemir
Heptasan Cefixime Bifotik Pankreoflat Kalnex Alinamin Vit K Omeprazole Musyn Syrup Ambroxol Ceftriaxone Tramadol Captopril Aminoral Asam Folat Bicnat
Ceftriaxone Tramadol Cefadroxil Asam Mefenamat Primperas Cefotaxim Amdixal Ondansetron OBH Bisnat Asam Folat Cardicap Letonal Amlodipin Valsartan Vit K Transamin Musyn Syrup Ceftriaxone Lactulac Neulin
Ceftriaxone Tramadol
absorpsi dan penguraian disakarida menjadi monosakarida sehingga meningkatkan efek hipoglikemi.
0 1
0
1
1
1
1
0 1 0
0
1 1
• Novorapid + Metformin
• Penggunaan bersama novorapid dan metformin dapat meningkatkan efek penurunan kadar gula darah
• Novorapid + Captopril
• Captopril dapat meningkatksn efek novorapid yaitu dapat meningkatkan penurunan kadar gula darah
• Novorapid + Glimepirid + Metformin
• Kombinasi ketiga obat tersebut dapat menyebabkan efek yang sinergis yaitu dapat meningkatkan penurunan kadar gula darah
• Glimepirid + Amlodipin
• Amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, terjadi perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain, menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
112 18
Novorapid Lantus Glimepiride Metformin
19
Glikuidon
20
Novorapid
21
Novorapid Lantus
22
Glimepirid Metformin
Amlodipin Neulin Clopidogrel Miniaspi Gemfibrozil
Concor Letonal Lasix Cefotaxim Ranitidin Dramamine Ceftriaxone Betahistine Ranitidin Citicolin Ceftriaxone Sanmol Simvastatin Ciprofloxacin Ranitidin Ondancetron Domperidone
0 0 0 1
0
1
1
1
1
1 1
1
0 1
1
• Glimepirid + Metformin + Lantus + Metformin
• Kombinasi keempat obat tersebut dapat meningkatkan penurunan gula darah.
• Glimepirid + Novalgin
• Efek antagonis novalgin menyebabkan penurunan efek glimepirid
• Glimepirid + Amlodipin
• Amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, terjadi perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain, menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat
• Novorapid + Lantus + Miniaspi
• Efek aditif (Miniaspi/ Fibrat salisilat dalam dosis yang besar dapat menurunkan kadar gula darah) yang menyebabkan hipoglikemia
• Glimepirid + Metformin
• Kombinasi glimepirid dan metformin dapat meningkatkan efek hipoglikemia
• Glimepirid + Ranitidin
• Ranitidin dapat menghambat metabolism hepatik sulfonilurea dengan menghambat enzim sitokrom P450 hati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
113 sehingga meningkatkan efek sulfonilurea.
23
Actrapid
24
Actrapid Glimepirid Metformin
Ranitidin Domperidone Ceftriaxone Asam Mefenamat Levofloxacin
1
1
0 0 1
0
• Glimepirid + Ciprofloxaci n
• Ciprofloxacin dapat meningkatkan efek glimepirid dengan berinteraksi secara farmakodinamik dan bersifat sinergi
• Actrapid + Glimepirid + Metformin
• Kombinasi ketiga obat tersebut dapat menurunkan kebutuhan insulin
• Glimepirid + Levofloxaci n
• Levofloxacin dapat meningkatkan efek glimepirid dengan berinteraksi secara farmakodinamik dan bersifat sinergi.
Penilaian Interaksi Obat : 1 = Tanpa interaksi obat 0 = Terdapat interaksi obat Penilaian Interaksi Obat Per Pasien 1 = Mendapatkan obat anti diabetes tanpa interaksi obat 0 = Mendapatkan obat anti diabetes yang terdapat interaksi obat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
114 Lampiran 9. Analisis Penilaian Ketepatan Cara Pemberian No Kasus 1
2 3 4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18
19
20 21 22
Obat Antidiabetes Metformin Glimepirid Novorapid Lantus Metformin Glimepirid Novorapid Gliklazid Glikuidon
Glibenklamid Novorapid Lantus Metformin Glimepirid Novorapid Novorapid Lantus Glikuidon Novorapid Levemir Gliklazid Akarbosa Novorapid Metformin Metformin Glimepirid Metformin Glimepirid Novorapid Novorapid Levemir Metformin Glimepirid Novorapid Lantus Glikuidon
Novorapid Novorapid Lantus Metformin Glimepirid
Aturan Standar 3x /hr 1x /hr 3x12 iu 1x12 iu 3xhr 1x/hr 3x/hr 3x/hr 1-2x/hr, dapat ditingkatkan 34x/hr 1-2x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 1x/hr 2-3x/hr 3x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 1-2x/hr, dapat ditingkatkan 34x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr
Aturan Pemberian
Rute
Tepat Cara
Penilaian Ketepatan Cara Pemberian 1
3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 2x/hr
Oral Oral SC IV Oral Oral SC Oral Oral
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 1x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr 2x/hr
Oral SC IV Oral Oral SC SC IV IV SC IV Oral Oral SC Oral Oral Oral Oral Oral SC SC IV Oral Oral SC IV Oral
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
3x/hr 3x/hr 1x/hr 3x/hr 1x/hr
Oral SC IV Oral Oral
1 1 1 1 1
1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
115 23 24
Actrapid Actrapid Metformin Glimepirid
1x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr
1x/hr 3x/hr 3x/hr 1x/hr
IV IV Oral Oral
1 1 1 1
1 1
Penilaian Ketepatan Cara Pemberian : 1 = Tepat Cara Pemberian 0 = Tidak Tepat Cara Pemberian Penilaian Ketepatan Dosis Per Pasien 1 = Sudah mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat cara pemberian 0 = Tidak mendapatkan terapi obat anti diabetes tepat cara pemberian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
116 Lampiran 10. Hasil Analisis Ketepatan dan Kerasionalan Berdasarkan Pemberian Antidiabetik pada Pasien Rawat Inap
No
L/P
Usia
1
L
60
2
3
P
L
57
47
Antidiabetik
Tepat Dosis
Tepat Obat
Tepat Indikasi
Tepat Pasien
Tepat Cara Pemberian
Interaksi Obat
Evaluasi Kerasionalan
Kerasionalan
Novorapid
1
1
1
1
1
0
0
0
Lantus
1
1
1
1
1
0
0
0
Metformin
1
1
1
1
1
1
0
0
Glimepirid
1
1
1
1
1
0
0
0
Metformin
1
1
1
0
1
1
0
0
Glimepirid
1
1
1
0
1
0
0
0
Novorapid
1
1
1
1
1
0
0
0
Gliklazid
1
1
1
1
1
1
0
0
4
P
53
Glikuidon
1
1
1
1
1
0
0
0
5
P
65
Glibenklamid
1
1
0
1
1
0
0
0
6
P
57
Novorapid
1
1
1
1
1
1
1
1
Lantus
1
1
1
1
1
1
1
1
Metformin
1
1
0
1
1
1
0
0
Glimepirid
1
1
0
1
1
0
0
0
7
P
51
8
P
53
Novorapid
1
1
0
1
1
1
0
0
9
L
63
Novorapid
1
1
1
1
1
0
0
0
Lantus
1
1
1
1
1
0
0
0
10
P
76
Glikuidon
1
1
1
1
1
1
1
1
11
P
54
Novorapid
1
1
1
1
1
1
1
1
Levemir
1
1
1
1
1
1
1
1
Gliklazid
1
1
0
0
1
1
0
0
Acarbose
1
1
0
0
1
0
0
0
Novorapid
1
1
0
1
1
0
0
0
Metformin
1
1
0
0
1
1
0
0
Metformin
1
1
1
0
1
1
0
0
12
13
14
P
P
P
69
55
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
117 15
P
51
Glimepirid
1
1
0
0
1
1
0
0
16
P
56
Novorapid
1
1
0
0
1
0
0
0
25Glimepirid
1
1
0
1
1
0
0
0
Metformin
1
1
0
1
1
1
0
0
Novorapid
1
1
1
1
1
1
1
1
Levemir
1
1
1
1
1
1
1
1
Glimepirid
1
1
1
1
1
0
0
0
Metformin
1
1
1
1
1
1
1
1
Lantus
1
1
1
1
1
0
0
0
Novorapid
1
1
1
1
1
0
0
0
17
18
P
42
P
51
19
L
55
Glikuidon
1
1
1
0
1
1
0
0
20
L
57
Novorapid
1
1
0
1
1
1
0
0
21
L
56
Novorapid
1
1
1
1
1
1
1
1
Lantus
1
1
1
1
1
1
1
1
Metformin
1
1
1
1
1
1
1
1
Glimepirid
1
1
1
1
1
0
0
0
22
L
41
23
L
59
Actrapid
1
1
0
1
1
1
0
0
24
L
50
Actrapid
1
1
1
1
1
0
0
0
Glimepirid
1
1
1
1
1
0
0
0
Metformin
1
1
1
1
1
1
0
0
45
45
31
36
45
25
11
11
TOTAL
0 = Terdapat Interaksi Obat Penilaian Ketepatan : 1 = Tepat 0 = Tidak Tepat
Kerasionalan : 1 = Rasional 0 = Tidak Rasional
Penilaian Evaluasi Ketepatan : 1 = Memenuhi penilaian ketepatan 0 = Tidak memenuhi penilaian ketepatan
Tanpa Interaksi Obat : 1 = Tanpat Interaksi Obat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
118
Lampiran 11. Hasil Penilaian Kerasionalan Berdsarkan Jumlah Pasien Diabetes Melitus No
L/ P
Usia
Tepat dosis
Tepat indikasi
Tepat pasien
Tepat obat
Tepat cara pemberian
Interaksi obat
Evaluasi
Kerasionalan
1
L
60
1
1
1
1
1
0
0
0
2
P
57
1
1
0
1
1
0
0
0
3
L
47
1
1
1
1
1
0
0
0
4
P
53
1
1
1
1
1
0
0
0
5
P
65
1
0
1
1
1
0
0
0
6
P
57
1
1
1
1
1
1
1
1
7
P
51
1
0
1
1
1
0
0
0
8
P
53
1
0
1
1
1
1
0
0
9
L
63
1
1
1
1
1
0
0
0
10
P
76
1
1
1
1
1
1
1
1
11
P
54
1
1
1
1
1
1
1
1
12
P
69
1
0
0
1
1
0
0
0
13
P
55
1
0
0
1
1
0
0
0
14
P
47
1
1
1
1
1
0
0
0
15
P
51
1
1
0
1
1
0
0
0
16
P
56
1
0
0
1
1
0
0
0
17
P
42
1
1
1
1
1
1
1
1
18
P
51
1
1
1
1
1
0
0
0
19
L
55
1
1
0
1
1
1
0
0
20
L
57
1
0
1
1
1
1
0
0
21
L
56
1
1
1
1
1
1
1
1
22
L
41
1
1
1
1
1
0
0
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
119
23
L
59
1
0
1
1
1
1
0
0
24
L
50
1
1
1
1
1
0
0
0 5
TOTAL
Penilaian Ketepatan : 1 = Tepat 0 = Tidak Tepat Penilaian Evaluasi Ketepatan : 1 = Memenuhi penilaian ketepatan 0 = Tidak memenuhi penilaian ketepatan Tanpa Interaksi Obat : 1 = TanpaInteraksi Obat 0 = Terdapat Interaksi Obat Kerasionalan : 1 = Rasional 0 = Tidak Rasional
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
120
Lampiran 12. Hasil Analisis Ketepatan Indikasi Menggunakan Contingency Coefficient
Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan indikasi terhadap pemberian antidiabetik pada pasien diabetes melitus Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0 < 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada hubungan berpengaruh antara tepat indikasi dan pemberian antidiabetik. Untuk itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun, jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan indikasi terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700. Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. Exact Sig. Point (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson ChiSquare
9.811a
9
.366
.384
Likelihood Ratio
12.935
9
.166
.297
Fisher's Exact Test
9.166
Linear-by-Linear Association
.698b
N of Valid Cases
45
.382 1
.403
.427
.219
.030
a. 17 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31. b. The standardized statistic is .835. Kesimpulan : Tidak lebih dari 17 % sel atau sebanyak 85,0 % yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5. Dengan demikian hasil uji kai kuadrat ini dapat dinyatakan sahih. Nilai probabilitas yang diperoleh = 0,366. Hal ini berarti p > 0,05, maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan pengaruh bermakna antara jenis antidiabetik dengan ketepatan indikasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
121
Lampiran 13. Hasil Analisis Ketepatan Dosis Menggunakan Contingency Coefficient
Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan dosis terhadap pemberian antidiabetik pada pasien diabetes melitus Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0 < 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada hubungan berpengaruh antara ketepatan dosis dan pemberian antidiabetik. Untuk itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun, jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan dosis terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700. Chi-Square Tests Value .a
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
45
a. No statistics are computed because Ketepatan_Dosis is a constant.
Kesimpulan : Tidak terdapat hasil uji kai kuadrat, karena hasil ketepatan dosis sudah konstan mencapai 100 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
122
Lampiran 14. Hasil Analisis Ketepatan Pasien Menggunakan Contingency Coefficient
Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan pasien terhadap pemberian antidiabetik pada pasien diabetes melitus Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0 < 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada hubungan berpengaruh antara tepat pasien dan pemberian antidiabetik. Untuk itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun, jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan pasien terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700. Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. Exact Sig. Point (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson ChiSquare
13.914
a
9
.125
.134
Likelihood Ratio
13.967
9
.123
.124
Fisher's Exact Test 11.831 Linear-by-Linear Association
1.828b
N of Valid Cases
45
.123 1
.176
.200
.103
.022
a. 17 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .16. b. The standardized statistic is 1.352. Kesimpulan : Tidak lebih dari 17 % sel atau sebanyak 85,0 % yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5. Dengan demikian hasil uji kai kuadrat ini dapat dinyatakan sahih. Nilai probabilitas yang diperoleh = 0,134. Hal ini berarti p > 0,05, maka H0 diterima yang berarti tidak ada hubungan pengaruh bermakna antara jenis antidiabetik dengan ketepatan pasien
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
123
Lampiran 15. Hasil Analisis Ketepatan
Obat Menggunakan Contingency
Coefficient
Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan obat terhadap pemberian antidiabetik pada pasien diabetes melitus Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0 < 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada hubungan berpengaruh antara ketepatan obat dan pemberian antidiabetik. Untuk itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun, jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan obat terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700.
Chi-Square Tests Value .a
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
45
a. No statistics are computed because Ketepatan_Obat is a constant.
Kesimpulan : Tidak terdapat hasil uji kai kuadrat, karena hasil ketepatan obat sudah konstan mencapai 100 %.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
124
Lampiran 16. Hasil Analisis Ketepatan Cara Pemberian Menggunakan Contingency Coefficient
Tujuan : Mengetahui pengaruh ketepatan cara pemberian terhadap pemberian antidiabetik pada pasien diabetes melitus Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0 < 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada hubungan berpengaruh antara ketepatan cara pemberian dan pemberian antidiabetik. Untuk itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun, jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara ketepatan cara pemberian terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700.
Chi-Square Tests Value .a
Pearson Chi-Square N of Valid Cases
45
a.statistics are computed because Ketepatan_Cara pemberian is a constant.
Kesimpulan : Tidak terdapat hasil uji kai kuadrat, karena hasil ketepatan cara pemberian sudah konstan mencapai 100 %.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
125
Lampiran 17. Hasil Analisis Interaksi Obat Menggunakan Contingency Coefficient
Tujuan : Mengetahui pengaruh interaksi obat terhadap pemberian antidiabetik pada pasien diabetes melitus Analisis : Peneliti harus melihat dari hasil kai kuadrat, apakah H0 > 0,05 atau H0 < 0,05. Jika H0 hasil kai kuadrat > 0,05 maka H0 diterima sehingga tidak ada hubungan berpengaruh antara interaksi obat dan pemberian antidiabetik. Untuk itu tidak dapat dilakukan uji kekuatan pengaruh Contingency Coefficient. Namun, jika H0 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficient . Uji ini dikatakan memiliki pengaruh yang kuat antara tanpa interaksi obat terhadap pemberian antidiabetik jika hasil dari value > 0,700. Chi-Square Tests
Value
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. Exact Sig. Point (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson ChiSquare
19.721a
9
.020
.004
Likelihood Ratio
25.841
9
.002
.003
Fisher's Exact Test
19.870
Linear-by-Linear Association
.651b
N of Valid Cases
45
.002 1
.420
.429
.226
.029
a. 17 cells (85.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .44. b. The standardized statistic is -.807.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
126
Symmetric Measures Value Nominal by Nominal Contingency Coefficient N of Valid Cases
.552
Approx. Sig. Exact Sig. .020
.004
45
Kesimpulan : Tidak lebih dari 17 % sel atau sebanyak 85,0 % yang mempunyai nilai harapan kurang dari 5. Dengan demikian hasil uji kai kuadrat ini dapat dinyatakan sahih. Nilai probabilitas yang diperoleh = 0,020. Hal ini berarti p < 0,05, sehingga H0 ditolak. Maka, terdapat hubungan yang bermakna antara jenis antidiabetik dengan interaksi obat, sehingga dapat dilakukan uji Contingency Coefficent. Dari hasil value nominal uji didapatkan angka 0,552 (< 0,700). Sehingga interaksi obat memiliki pengaruh yang tidak begitu kuat terhadap penggunaan obat antidiabetik terhadap pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
127
Lampiran 18. Total Pembiayaan Perbekalan Farmasi Pasien Diabetes Melitus KJS periode April-Desember 2013
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 TOT AL
Biaya Obat DM 178,000 3,000 177,000 16,000 2,800 4,100 0 381,000 10,000 1,400 12,400 0 399,000 19,600 66,700 17,200 16,000 381,000 7,900 47,200 270 47,200 422,000
Biaya BMHP 254,795 226,319 169,957 159,699 132,242 95,487 384,000 386,294 1,038,120 474,260 21,780 65,899 389,359 0 161,466 289,806 238,806 438,237 95,400 331,355 139,616 86,526 190,717
Total Penggunaan Obat & BMHP 742,700 553,500 589,000 292,000 177,000 314,000 561,000 1,037,550 7,089,700 815,500 91,500 143,000 1,080,700 124,000 398,200 1,034,304 1,023,900 862,000 109,600 2,623,000 206,500 549,600 733,000
2,209,770
5,770,140
21,151,254
Tarif INA CBG's Persentase 3,460,527 21% 2,259,199 24% 5,869,671 10% 2,259,199 13% 5,869,671 3% 2,259,199 14% 3,460,527 16% 2,259,199 46% 5,869,671 121% 2,259,199 36% 2,259,199 4% 1,670,142 9% 8,199,906 13% 6,579,238 2% 3,857,272 10% 5,366,225 19% 5,325,357 19% 2,004,736 43% 3,137,344 3% 2,785,456 94% 1,940,223 11% 2,968,589 19% 3,460,527 21% 85,380,276
Keterangan : • Biaya obat DM : Biaya yang dikeluarkan hanya untuk penggunaan obat diabetes melitus • Biaya BMHP : Biaya yang dikeluarkan hanya untuk penggunaan bahan medis habis pakai • Total penggunaan obat & BMHP : Biaya keseluruhan (obat DM, obat lain, dan BMHP) • Tarif INA CBG’s : tarif standar yang telah ditentukan MENKES RI untuk pasien KJS • Persentase : Perbandingan total biaya yang dikeluarkan terhadap tarif INA CBG’
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25%
Lampiran 19. Rekapitulasi Biaya Perbekalan Farmasi No 1
No RM
92027
Tanggal
12/5/2013
13/5/13
14/5/13
Perbekalan Farmasi Obat/BMHP
Jumlah
Biaya Obat/BMHP
Total Obat/BMHP
1
30,250
30,250
Blood Set (TERUMO)
1
25,410
25,410
Ceftriaxone
2
11,344
22,689
Spuit 10 Cc
2
5,022
10,043
Ceftriaxone
2
11,344
22,689
Spuit 10 Cc
2
5,022
10,043
Candesartan 8 Mg
2
4,840
9,680
Bloodset
1
25,410
25,410
Asam Mefenamat
9
232
2,089
Amlodipine
3
1,760
5,280
Cefadroxil
4
1,109
4,435
Asam Mefenamat
4
232
928
11,344
22,689
Ceftriaxone Tramadol 100 Mg
2 2
8,450
16,900
Silk 1 Tap
1
58,564
58,564
Ketesse Inj 50 Mg
1
50,820
50,820
RL (Euromed)
1
10,980
10,980
NACL 500 Cc
1
10,010
10,010
Spinocan 26
1
37,510
37,510
Buvanest Spnal 0,5%
1
65,340
65,340
Hansaplast Plester
1
220
220
Total
88,392
88,400
75,191
76,000
128
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vasofix No 18
Subtotal Obat
Spuit 2,5 Cc
1
3,207
3,207
Spuit 5 Cc
1
4,259
4,259
Spuit 10 Cc
1
5,022
5,022
Hibiscrub 5 L
1
306
306
4,538
4,538
Betadine 1 L Handscoen No 7,5
3
16,335
49,005
Handscoen No 8
1
16,335
16,335
16,940
16,940
Kasa Gulung 40 X 80
15/5/13
16/5/13
28/5/13
3
1,331
3,993
Masker
3
1,331
3,993
Mess No 20
1
2,778
2,778
Ceftriaxone
2
11,344
22,688
Spuit 10 Cc
2
5,022
10,044
Tramadol 100 Mg
3
8,450
25,350
Aminoral
6
6,655
39,930
Aminoral
6
6,655
39,930
Amlodipin 5 Mg
2
1,760
3,520
Acarbose 50 Mg Tab
9
1,186
10,674
Cilostazol 100 Mg
6
4,034
24,204
Levofloxacin 500 Mg
3
2,115
6,345
Cefadroxil
5
1,109
5,545
388,772
388,800
98,012
98,000
43,450
43,500
41,223
41,300
129
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21/5/13
Topi Operasi Sigma
Asam Mefenamat
5
232
1,160
6,705
6,700
Infuset Terumo
18
17,303
17,303
Folly Catheter Fr18
1
21,296
21,296
Ringer Dextrose(Rd) Infus
1
12,013
12,013
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Tramadol 100 Mg Inj
2
8,450
16,900
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
1
4,417
4,417
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Metformin 500
6
240
1,439
Ambroxol 30 Mg
6
165
990
111,978
4/6/2013
Stesolid 5 Mg
8
1,910
15,277
15,277
15,500
4/6/2013
Vasofix No. 22
1
30,250
30,250
Vasofix No.24
1
30,250
30,250
60,500
61,000
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
Ambroxol Syrup
1
9,075
9,075
Metformin 500
6
240
1,439
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
4
10,890
43,560
Spuit 10 Cc ( Terumo )
4
5,022
20,086
119,537
120,000
Ketorolac Inj 30 Mg
6
17,642
105,851
742,700 2
93627
3/6/2013
5/6/2013
130
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6/6/2013
112,000
3
93555
Prorenal
6
7,260
43,560
Asam Folat 1 Mg(Anelat)
6
174
1,043
Bic. Natric 500 Mg
6
275
1,650
Caco3 500mg
6
507
3,043
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
6
3,207
19,239
174,385
175,000
6/6/2013
Vasofix No. 22
1
30,250
30,250
30,250
31,000
7/6/2013
Folly Catheter Fr16
1
27,225
27,225
Urine Bag
1
6,050
6,050
Spuit 10 Cc
1
5,022
5,022
Ondansentron Inj 4 Mg
6
8,470
50,820
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
6
3,207
19,239
Ambroxol Syrup
1
9,075
9,075
Rl Widatra 500 Ml
4
5,720
22,880
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Aquabidest 25 Cc Inj
2
2,420
4,840
Ranitidin injeksi
4
3,392
13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,207
12,826
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Dextrose 10%500ml
3
11,369
34,106
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
4/6/2013
5/6/2013
39,000
553,500 79,134
80,000
146,780
147,000
131
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7/6/2013
38,297
8/6/2013
9/6/2013
9/6/2013
4
4,259
17,037
Ondansentron Inj 4 Mg
6
8,470
50,820
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
6
3,207
19,239
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,207
12,826
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Spironolactone 25 Mg Tab
2
382
763
Captopril 12,5 Mg
3
99
297
Digoxin 0.25 Mg
2
157
315
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Azithromycin 500 Mg Tab
2
12,100
24,200
Laktulosa 120 Ml
1
38,720
38,720
Dextrose 10 %
3
5,700
17,100
Spuit 3 Cc
3
3,233
9,699
Ondancetron
2
12,700
25,400
Ranitidine
2
3,400
6,800
Spuit 3 Cc
2
3,500
7,000
Infus Dekstrose 10 %
3
11,666
35,000
192,974
193,000
12,628
13,000
92,664
93,000
62,920
63,000
589,000 4
94357
17/6/13
132
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Spuit 5 Cc (Terumo)
18/6/13
Ondansetron Inj
4
8,250
33,000
Ranitidin Inj Ceftriaxone Inj
3
3,666
10,998
2
11,500
23,000
Aquadest
2
1,500
3,000
Infus D 40
2
2,000
4,000
Spuit 3 Cc
5
3,200
16,000
Spuit 5 Cc
5
4,400
22,000
Infus Set
1
18,000
18,000
Cathy
1
30,000
30,000
Kanul O2
1
19,000
19,000
OBH Syr
1
7,000
7,000
Ranitidin
2
300
600
Amlodipin
2
2,200
4,400
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs)
1
5,720
5,720
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Lodem 30 Tab (Bpjs)
2
1,210
2,420
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Bisoprolol Fumarat
1
2,688
2,688
Spironolactone 25 Mg Tab
2
382
763
279,997
12,000
280,000
12,000
292,000 5
94422
17/6/13
96,000
133
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
95,808
18/6/13
20/6/13
20/6/13
21/6/13
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs)
2
5,720
11,440
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Rl Widatra 500 Ml
4
5,720
22,880
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Bisoprolol Fumarat
1
2,688
2,688
Spironolakton 100 Mg Tab
1
1,161
1,161
Inh 300 Mg
3
94
281
Rifampicin 450 Mg
3
871
2,614
Pyrazinamide 500 Mg
6
257
1,544
Inh 300 Mg
10
935
Rifampicin 450 Mg
10
8,712
Pyrazinamide 500 Mg
20
5,148
Gliquidone 30 Mg
3
711
2,132
Bic. Natric 500 Mg
9
275
2,475
Caco3 500mg
9
507
4,564
Asam Folat 1 Mg(Anelat)
9
174
1,564
Ondansentron 4 Mg Tab
9
1,694
15,246
Ranitidin 150 Mg (Bpjs)
6
290
1,742
Spironolactone 25 Mg Tab
3
382
1,145
22,693
23,000
37,982
38,000
4,439
5,000
14,795
15,000
177,000 6
44331
2013/6/12
134
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013/6/26
2013/6/27
3
4,400
13,200
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
1
10,890
10,890
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Ondansentron Inj 4 Mg
1
8,470
8,470
Piralen Inj
2
6,655
13,310
Cefotaxim 1 Gr Inj
2
9,149
18,297
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
1
4,417
4,417
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
3
3,207
9,620
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Amlodipin 5 Mg
5
1,760
8,800
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs)
2
5,720
11,440
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
6
3,207
19,239
Cefotaxim 1 Gr Inj
4
9,149
36,595
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Hyperil 2.5 Mg
2
5,344
10,688
Spironolactone 25 Mg Tab
2
382
763
Obh 100 Ml Syr
1
6,050
6,050
Glimepiride 1 Mg
2
956
1,912
Bic. Natric 500 Mg
6
275
1,650
Asam Folat 1 Mg(Anelat)
6
174
1,043
42,068
43,000
129,875
130,000
95,762
96,000
10,655
11,000
135
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013/6/27
Valsartan 80
2013/6/28
Hyperil 2.5 Mg
3
5,344
16,031
16,031
17,000
2013/6/28
Amlodipin 5 Mg
3
1,760
5,280
5,280
6,000
2013/6/28
Ondansentron 4 Mg Tab
6
1,694
10,164
10,164
11,000
3/8/2013
Adrenalin 1 Mg
3
3,666
10,998
SA
1
4,000
4,000
Spuit
4
3,250
13,000
Threeway
1
28,000
28,000
Nacl 0.9 %
4
5,500
22,000
Microdrip
1
94,000
94,000
Catheter
1
28,000
28,000
Aquadest
2
2,500
5,000
Spuit
1
5,000
5,000
Xilocain
1
73,000
73,000
Urine Bag
1
4,000
4,000
Dextrose 5 %
5
10,200
51,000
3,333
9,999
314,000 7
96941
3 4
3,500
14,000
Spuit 3 Cc
4
3,250
13,000
Ceftriaxone
4
11,500
46,000
Spuit 5 Cc
2
9,000
18,000
Paracetamol
6
166
996
Ranitidine Inj
2
3,500
7,000
136
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Spuit 3 Cc Ranitidine
Ceftriaxone Inj
2
11,500
23,000
Aquadest
1
3,000
3,000
Nacl Infus
3
5,666
17,000
Venflon No 20
1
30,000
30,000
Infus Set
1
18,000
18,000
Spuit 1 Cc
1
5,000
5,000
Spuit 3 Cc
2
7,000
7,000
Spuit 5 Cc
2
9,000
9,000
Domperidone Tab
5
400
2,000
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
2
10,890
21,780
Sod Chlor (Nacl) 500cc Eur/Ots
3
10,010
30,030
Cefoperazone+Sulbactam Inj
2
133,100
266,200
Urine Bag
1
6,050
6,050
Xylocain Gel 30 Gr
1
72,600
72,600
Spuit 10 Cc ( Terumo )
1
5,022
5,022
Aquabidest 25 Cc Inj
1
2,420
2,420
Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161
1
19,360
19,360
Aminoral
6
7,260
43,560
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
1
4,417
4,417
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
560,993
8
97110
8/8/2013
543,000
137
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
542,029
561,000
2013/8/8
Folly Catheter Fr16
1
27,225
27,225
27,225
28,000
2013/8/8
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
3
10,890
32,670
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
62,143
63,000
Aquabidest 25 Cc Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,022
10,043
Spuit 1 Cc Insulin
1
4,417
4,417
25,713
26,000
2013/8/9
Novalgin Inj
2
13,915
27,830
27,830
28,000
2013/8/10
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
4
10,890
43,560
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,207
12,826
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
132,370
133,000
2013/8/10
Aminoral
6
7,260
43,560
43,560
44,000
2013/8/12
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs)
4
5,720
22,880
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,207
12,826
2013/8/8
138
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Aminoral
6
7,260
43,560
155,250
156,000
2013/8/12
Alprazolam 0,5 Mg
1
644
644
644
650
2013/8/13
Omeprazole 20 Mg
4
483
1,932
Antasida Syr
1
4,235
4,235
6,167
6,200
Meloxicam 7.5
10
913
9,130
Paracetamol 500 Mg
5
77
385
Diazepam 2 Mg
5
29
143
Aminofluid Infus 500 Ml
1
131,769
131,769
Furosemida Inj
1
2,420
2,420
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
1
3,207
3,207
Pedab 80 Mg
3
1,634
4,901
Acarbose 100 Mg Tab
4
1,912
7,647
Ksr
3
2,948
8,844
Heptasan
3
224
673
Cefixime 100 Mg
4
3,161
12,646
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
2
10,890
21,780
2013/8/16
1,037,550 9
98571
2013/9/4
9,700
241,439
242,000
139
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9,658
2013/9/5
10,890
32,670
6
2,640
15,840
3
11,011
33,033
Bifotik 1 Gram (Bpjs
2
104,424
208,848
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,022
10,043
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Aminofluid Infus 500 Ml
1
131,769
131,769
Ksr
4
2,948
11,792
Pronicy
2
212
425
Bloodset (Terumo)
1
25,410
2013/9/5
Albuman 20% 100 Ml (Gakin)
1
2013/9/6
Bifotik 1 Gram (Bpjs
2013/9/5
3
Kcl 25meg Sod Chlor (Nacl) 100cc
443,456
444,000
25,410
37,627
38,000
990,000
990,000
990,000
2
104,424
208,848
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Spuit 10 Cc ( Terumo )
4
5,022
20,086
Pankreonflat
6
3,158
18,949
Dexamethason 0.5 Mg
6
55
330
Bifotik 1 Gram (Bpjs
2
104,424
208,848
Spuit 10 Cc
2
5,022
10,043
Spuit 10 Cc
2
5,022
10,043
Asam Traneksamat 500 Mg
6
1,150
6,897
990,000
256,731
257,000
235,831
236,000
140
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013/9/7
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
2013/9/8
Antasida Syr
1
4,235
4,235
2013/9/8
Bifotik 1 Gram (Bpjs
2
104,424
208,848
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Aminofluid Infus 500 Ml
1
131,769
131,769
Bifotik 1 Gram (Bpjs
4
104,424
417,696
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Pankreonflat
6
3,158
18,949
Asam Traneksamat 500 Mg
6
1,150
6,897
2013/9/8
4,235
5,000
217,367
218,000
58,922 2013/9/8
Kcl 25meg
3
2,640
7,920
Spuit 20 Cc (Terumo )
3
9,680
29,040
Feeding Tube [Ngt] Fr20
1
21,962
21,962
Antasida Syr
1
4,235
4,235
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,509
14,036
Feeding Tube [Ngt] Fr16
1
21,780
21,780
Catheter Tip
1
39,930
39,930
93,551
2013/9/10
Albuman 20% 100 Ml (Gakin)
1
990,000
990,000
990,000
2013/9/11
Ulsicral 100ml Syr
1
45,375
45,375
2013/9/10
710,191
711,000
990,000
141
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
94,000
Haenostop 250 Mg/Ml Inj (Bpjs)
3
3,377
10,131
Spuit 5 Cc (Terumo)
3
4,259
12,778
Vit K3 Inj
3
3,449
10,346
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
3
3,509
10,527
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
Sod Chlor (Nacl) 500cc Eur/Ots
1
10,010
10,010
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Spuit 10 Cc ( Terumo )
4
5,627
22,506
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
Bifotik 1 Gram (Bpjs
2
104,424
208,848
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,509
7,018
Ksr
6
2,948
17,688
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,509
14,036
2013/9/12
Enzyplex Tab
6
902
5,412
2013/9/12
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs)
2
5,720
11,440
Haenostop 250 Mg/Ml Inj (Bpjs)
6
3,377
20,262
Spuit 5 Cc (Terumo)
6
4,259
25,555
Vit K3 Inj
6
3,449
20,691
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
6
3,509
21,054
2013/9/12
154,826
297,024
155,000
298,000
5,412
5,500
142
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Omeprazole Inj
2
96,800
193,600
Spuit 10 Cc
2
5,627
11,253
2013/9/13
Vitazym
6
486
2,917
2013/9/14
Kcl 25meg
3
2,640
7,920
Spuit 10 Cc ( Terumo )
3
5,627
16,880
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
3
10,890
32,670
Aminofluid Infus 500 Ml
1
131,769
131,769
Asam Traneksamat 250 Injeksi
3
7,260
21,780
Spuit 5 Cc (Terumo)
3
4,259
12,778
Omeprazole Inj
2
96,800
193,600
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,627
11,253
Spuit 10 Cc ( Terumo )
4
5,627
22,506
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,509
14,036
Bifotik 1 Gram
2
174,041
348,082
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,627
11,253
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,509
7,018
Urine Bag
2
6,050
12,100
Folly Catheter Fr16
1
27,225
27,225
Xylocain Gel 30 Gr
1
72,600
72,600
2013/9/14
304,000
2,917
3,000
428,649
429,000
421,304
422,000
143
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013/9/15
303,855
Spuit 10 Cc ( Terumo )
1
Aquabidest 25 Cc Inj
2
2,420
4,840
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Kcl 25meg
2
2,640
5,280
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
Pumpitor Injeksi (Kjs)
2
86,321
172,643
Spuit 10 Cc
2
5,627
11,253
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,509
7,018
Kcl 25meg
1
2,640
2,640
Spuit 10 Cc ( Terumo )
1
5,627
5,627
Bifotik 1 Gram (Bpjs
2
104,424
208,848
Spuit 10 Cc
3
5,627
16,880
2013/9/16
Enzymplex Tab 50
9
902
8,118
2013/9/16
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs)
3
5,720
17,160
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Haenostop 250 Mg/Ml Inj (Bpjs)
9
3,377
30,393
Spuit 5 Cc (Terumo)
9
4,259
38,333
Vit K3 Inj
9
3,449
31,037
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
9
3,509
31,581
Pumpitor Injeksi
2
86,321
172,643
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,627
11,253
2013/9/15
5,627
5,627
183,332
431,693
184,000
432,000
8,200
362,649
363,000
144
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8,118
2013/9/16
Spuit 10 Cc ( Terumo )
3
5,627
16,880
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,509
7,018
Bifotik 1 Gram (Bpjs
2
104,424
208,848
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Furosemida Inj
1
2,420
2,420
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
3
3,509
10,527
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Dextrose 40%
2
1,980
3,960
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
2
10,890
21,780
Dextrose 10%500ml
1
11,369
11,369
Feeding Tube [Ngt] Fr16
1
23,958
23,958
Folly Catheter Fr18
1
21,296
21,296
Urine Bag
1
7,744
7,744
Xylocain Gel 30 Gr
1
72,600
72,600
Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161
1
19,360
19,360
Mask Non Rebrething [1059]
1
78,650
78,650
Dextrose 500cc Euromed
1
10,010
10,010
Aquabidest 25 Cc Inj
1
2,420
2,420
Asam Traneksamat 250 Injeksi
1
7,260
7,260
Vit K3 Inj
1
3,449
3,449
260,996
261,000
7,089,700 10
103243
2013/12/2
321,000
145
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013/12/2
320,700
Ranitidin Injeksi
1
3,392
3,392
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo )
1
3,509
3,509
Spuit 5 Cc (Terumo)
1
4,259
4,259
Dopamin Guilini 200 Mg
1
67,397
67,397
Spuit 10 Cc ( Terumo )
1
5,627
5,627
Microdrip
1
93,533
93,533
Threeway Catheter Stop Cock
1
27,951
27,951
Asam Traneksamat 250 Injeksi
1
7,260
7,260
Vit K3 Inj
1
3,449
3,449
Ranitidin Injeksi
1
3,392
3,392
Omeprazole Inj
1
96,800
96,800
Cefoperazone+Sulbactam Inj
1
133,100
133,100
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
1
4,840
4,840
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo )
3
3,509
28/12/13
Metformin 500 Mg
2
29/12/13
Ranitidin 150 Mg
2013/12/3
216,377
217,000
10,527
276,405
277,000
240
480
480
2
290
581
Mecobalamin 250 Mg
2
635
1,269
Methyl Prednisolon
2
646
1,291
KSR
6
2,948
17,688
Metformin 500 Mg
6
240
1,439
RL (Buromed)
2
10,890
21,780
815,500 11
104519
500
146
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Glimepiride 2 Mg
3
1,896
5,689
Valsartan 160 Mg
4
6,710
26,840
Amlodipin 10 Mg
4
2,329
9,315
Metformin 500 Mg
4
240
959
Glimepiride 2 Mg
2
1,896
3,793
Cefotaxim
2
9,150
18,300
Disposable Set
2
4,300
8,600
Ranitidine Tab
4
300
1,200
Betahistin
6
1,150
6,900
Omeprazole
4
500
2,000
Dramamin
6
1,100
6,600
Dextrose 5%
3
3,800
11,400
49,738
50,000
40,907
41,000
91,500 12
91103
2/5/2013
1/5/2013
2
9,150
18,300
Spuit 5 Cc
2
4,300
8,600
Aquades 25 Ml Vial
1
6,100
6,100
RL
3
5,733
17,199
NACL 500 Ml
1
5,400
5,400
Bloodset
1
25,400
25,400
Asam Mefenamat
6
333
1,998
Dramamin
6
500
3,000
55,000
80,999
81,000
4,998
5,000
147
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3/5/2013
Cefotaxim
55,000
5/5/2013
Ciprofloxacin
10
200
2,000
2,000
2,000
26/6/13
Folly Catheter Fr18
1
21,296
21,296
Xylocain Gel 30 Gr
1
72,600
72,600
Aquabidest 25 Cc Inj
2
2,420
4,840
Spuit 10 Cc ( Terumo )
1
5,022
5,022
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
3
10,890
32,670
Amlodipin 10 Mg
1
2,329
2,329
Valsartan 160 Mg Tab
1
6,710
6,710
Isosorbid Dinitrat 5 Mg
6
107
640
Spironolactone 25 Mg Tab
1
382
382
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo )
5
3,207
16,033
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Novorapid Flexpen Inj
1
176,091
176,091
Novopen Nedle
3
2,420
7,260
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161
1
19,360
19,360
Urine Bag
1
6,050
6,050
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Furosemida Inj
3
2,420
7,260
464,087
465,000
Laxadine 110 Ml Syr
1
41,745
41,745
41,745
42,000
143,000 13
94952
148
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26/6/13
26/6/13
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
Sod Chlorida 500 Ml (Widatra)
2
5,390
10,780
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Aquabidest 25 Cc Inj
2
2,420
4,840
Novopen Nedle
4
2,420
9,680
Spironolactone 25 Mg Tab
2
382
763
Valsartan 80
2
4,400
8,800
Furosemida Inj
4
2,420
9,680
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo )
4
3,207
12,826
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,207
12,826
27/6/13
Novopen Nedle
1
2,728
2,728
2,728
3,000
27/6/13
Levemir Flex Phen Inj
1
213,163
213,163
213,163
214,000
28/6/13
Amlodipin 10 Mg
2
2,329
4,657
4,657
4,700
28/6/13
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
4
10,890
43,560
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Furosemide 40 Mg
2
72
143
27/6/13
27/6/13
67,254
68,145
73,810
37,000
68,000
69,000
74,000
149
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29/6/13
36,190
30/6/13
5/7/2013
8/7/2013
Amlodipin 10 Mg
2
2,329
4,657
Ranitidin 150 Mg (Bpjs)
4
290
1,162
Amlodipin 10 Mg
2
2,329
4,657
Valsartan 80
2
4,400
8,800
Spironolactone 25 Mg Tab
2
382
763
Furosemide 40 Mg
3
72
215
Valsartan 80
5
4,400
22,000
Bisoprolol Fumarat
4
2,688
10,754
Spironolactone 25 Mg Tab
5
382
1,909
Glimepiride 2 Mg
5
1,896
9,482
Candesartan 16mg Tab
5
7,260
36,300
Furosemide 40 Mg
5
72
358
Isosorbid Dinitrat 5 Mg
15
107
1,601
Lodem 30 Tab (Bpjs)
4
1,210
4,840
Amlodipin 5 Mg
4
1,760
7,040
Asam Folat 1 Mg(Anelat)
9
174
1,564
Isosorbid Dinitrat 5 Mg
24
107
2,561
Valsartan 80
4
4,400
17,600
Spironolakton 100 Mg Tab
3
1,161
3,482
Bisoprolol Fumarat
4
2,688
10,754
4,800
5,000
14,597
15,000
44,145
38,259
45,000
39,000
1,080,700 14
65535
1/7/2013
34,000
150
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1/7/2013
33605
Bic. Natric 500 Mg
9
275
2,475
Noverty Tab (Bpjs)
9
418
3,762
Ondansentron 8 Mg Tab
9
6,050
54,450
Ranitidin 150 Mg (Bpjs)
6
290
1,742
Furosemide 40 Mg
4
72
2/7/2013
Lansoprazole
2
5/9/2013
Furosemide 40 Mg Isosorbid Dinitrat 5 Mg
1/7/2013
20833
21,000
286
56478
57,000
1,982
3,964
3964
4,000
20
72
1,430
60
107
6,402
7832
8,000
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Rl 500ml
1
10,890
10,890
Ondansentron 8 Mg Inj
1
8,800
8,800
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
5
3,207
16,033
Selang O2 Dws
1
19,360
19,360
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
Rl 500ml
2
10,890
21,780
Glimepiride 2 Mg
2
1,896
3,793
124,000 15
098124
27/8/2013
28/8/2013
91,000
96,800
97,000
151
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26/8/2013
90,060
Metformin 500
4
240
959
Domperidon 10 Mg
6
458
2,746
Ranitidin 150 Mg (Bpjs)
4
290
1,162
28/8/2013
Ambroxol 30 Mg
6
165
990
30/8/2013
Ranitidin 150 Mg (Bpjs)
4
290
1,162
Domperidon 10 Mg
6
458
2,746
Rifampicin 450 Mg
10
871
8,712
Pyrazinamide 500 Mg
20
257
5,148
Vit B6 10mg
10
11
110
Metformin 500
20
240
4,796
Inh 100 Mg
30
107
3,201
Rifampicin 450 Mg
10
871
8,712
Inh 300 Mg
10
94
935
Pyrazinamide 500 Mg
20
257
5,148
Glimepiride 2 Mg
10
1,896
18,964
Metformin 500
20
240
4,796
Domperidon 10 Mg
9
458
4,118
Rifampicin 450 Mg
10
871
8,712
Inh 300 Mg
10
94
935
Pyrazinamide 500 Mg
15
257
3,861
30/8/2013
6/9/2013
8,700
990
1,000
3,907
4,000
21,967
22,000
42,673
43,000
152
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18/9/2013
8,659
Metformin 500
20
240
4,796
Glimepiride 1 Mg
10
956
9,559
Rifampicin 450 Mg
28
871
24,394
Inh 300 Mg
28
94
2,618
Pyrazinamide 500 Mg
42
257
10,811
Asam Mefenamat
9
232
2,089
Glimepiride 1 Mg
4
956
3,824
Glumin Xr 500 Mg
8
1,876
15,004
8/10/2013
Asam Mefenamat 500
15
232
3,482
8/11/2013
Rifampicin 600 Mg
15
1,023
15,345
Inha 400 Mg
15
666
9,983
Rifampicin 600 Mg
10
1,023
10,230
Inh 300 Mg
10
94
935
Inh 100 Mg
10
107
1,067
Asam Mefenamat
10
232
2,321
Trichodazole Inf 500
2
99,811
199,623
Ketesse Inj 50mg
3
57,288
171,864
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
2
4,979
9,957
Spuit 10 Cc ( Terumo )
3
5,661
16,982
4/10/2013
4/10/2013
29/11/13
27,863
28,000
39,911
40,000
18,828
19,000
3,482
25,328
26,000
15,000
398,200 16
082417
1/9/2013
153
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14,553
3,500
Nonflamin
10
4,592
45,917
2/9/2013
Rl 500ml
4
12,276
49,104
2/9/2013
Glimepiride 3 Mg
3
2,586
7,758
Metformin 500
9
240
2,158
Spuit 10 Cc ( Terumo )
3
5,022
15,065
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
3
3,207
9,620
Omeprazole Inj
1
96,800
96,800
Nedle 23g
3
1,331
3,993
Rl 500ml
2
10,890
21,780
Sod Chlor (Nacl)
2
10,010
20,020
Ketesse Inj 50mg
3
50,820
152,460
3/9/2013
Novopen Nedle
5
2,420
12,100
3/9/2013
Ketesse Inj 50mg
3
50,820
152,460
Metronidazole Inf
3
38,843
116,530
Spuit 10 Cc ( Terumo )
3
5,022
15,065
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
3
3,207
9,620
Spuit 5 Cc (Terumo)
3
4,259
12,778
Rl 500ml
3
10,890
32,670
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
2/9/2013
444,343
445,000
49,104
49,104
9,917
10,000
319,737
32,000
12,100
395,000
154
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
394,781
12,100
4/9/2013
Ketesse 25 Mg
6
7,865
47,190
7/9/2013
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Trichodazole 500mg
2
34,508
69,016
Ketorolac Inj 30 Mg
3
17,642
52,925
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,022
10,043
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
3
3,207
9,620
Nedle 23g
3
1,331
3,993
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Metformin 500
9
240
2,158
Trichodazole 500
2
34,508
69,016
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,627
11,253
Asam Mefenamat 500
9
232
2,089
Metformin 500
6
240
1,439
Glimepiride 2 Mg
3
1,896
5,689
10/9/2013
Asam Mefenamat 500
9
232
2,089
12/9/2013
Ciprofloxacin 500
6
399
2,396
Viliron
6
230
1,379
8/9/2013
8/9/2013
10/9/2013
47,190
168,286
48,000
169,000
93,863
94,000
36,031
37,000
7,200
2,089
3,775
2,100
3,800
155
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7,128
1,034,304 17
98419
11/9/2013
5
1,896
9,482
Metformin 500
15
240
3,597
23/9/13
Diazepam 2 Mg
5
34
171
27/9/13
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Levofloxacin Infus
4
99,825
399,300
Spuit 10 Cc ( Terumo )
4
5,627
22,506
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
2
10,890
21,780
Metformin 500
2
240
480
29/9/13
Metformin 500
10
240
2,398
29/9/13
Ciprofloxacin Inf
2
75,240
150,480
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Bloodset (Terumo)
1
25,410
25,410
Ceftriaxone 1 Gr Inj
4
11,344
45,377
Asam Traneksamat 250 Injeksi
3
7,260
21,780
Pronalges Supp
6
12,705
76,230
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
1
4,840
4,840
Spuit 10 Cc ( Terumo )
4
5,627
22,506
30/9/13
30/9/13
13,079
13,100
171
200
491,619
492,000
2,398
2,400
206,140
207,000
67,157
68,000
156
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Glimepiride 2 Mg
1/10/2013
2/10/2013
3/10/2013
7/10/2013
3
4,259
12,778
Dextrose 500cc Euromed
2
10,010
20,020
Sod Chlorida 500 Ml (Widatra)
2
5,390
10,780
Haenostop 500mg/5ml (Bpjs)
3
4,719
14,157
Spuit 10 Cc ( Terumo )
3
5,627
16,880
Spuit 5 Cc (Terumo)
3
4,259
12,778
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
1
4,840
4,840
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,627
11,253
Aquabidest 25 Cc Inj
2
2,420
4,840
Cefadroxil 500 Mg
6
1,109
6,653
Asam Mefenamat 500 Mg Gen
6
232
1,393
Ciprofloxacin 500 Mg
6
399
2,396
Asam Mefenamat 500 Mg Gen
6
232
1,393
Dulcolax
4
1,076
4,303
Ciprofloxacin 500 Mg
10
399
3,993
Ketesse 25 Mg
4
7,865
31,460
Citicholin Inj 250 Mg
2
18,150
36,300
70,924
71,000
78,904
79,000
38,782
39,000
8,045
8,100
8,092
8,100
35,453
36,000
1,023,900 18
088616
28/11/2013
157
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11/10/2013
Spuit 5 Cc (Terumo)
29/11/2013
2
10,890
21,780
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Selang O2 Dws (Nasal Canula) C0205/1161
1
19,360
19,360
Feeding Tube [Ngt] Fr18
1
21,962
21,962
Folly Catheter Fr18
1
21,296
21,296
Urine Bag
1
7,744
7,744
Spuit 10 Cc ( Terumo )
1
5,627
5,627
Aquabidest 25 Cc Inj
1
2,420
2,420
Manitol 20% Inf (Ots)
1
83,331
83,331
Asam Tranexamat 500 Mg Inj
1
8,470
8,470
Vit K3 Inj
1
3,449
3,449
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc ( Terumo )
2
3,509
7,018
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Ceftriaxone 1 Gr Inj
5
11,344
56,722
Spuit 1 Cc Insulin 100 Iu(Trm)
1
4,840
4,840
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Novopen Nedle
5
2,892
14,460
Citicholin Inj 250 Mg
4
18,150
72,600
Catheter Tip
1
39,930
39,930
Manitol 20% Inf
1
79,541
79,541
Paracetamol 500 Mg
6
182
1,089
Amlodipin 10 Mg
2
2,329
4,657
294,826
295,000
290,875
291,000
158
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rl(Euromed/Otsuka)500ml
29/13/2013
30/11/2013
30/11/2013
30/11/2013
30/11/2013
Rl 500ml
3
10,890
32,670
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,627
11,253
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Simvastatin 10 Mg
2
678
1,355
Meylon Inj 25 Ml
3
6,820
20,460
Spuit 10 Cc ( Terumo )
3
5,627
16,880
Rl 500ml
3
10,890
32,670
Simvastatin 10 Mg
6
678
4,066
Ketosteril
6
7,986
47,916
Microdrip (Hospira)
1
64,372
64,372
Ascardia 80 Mg
2
908
1,815
Paracetamol 500
6
182
1,089
Rl 500ml
6
10,890
65,340
Dextrose 500cc
3
10,010
30,030
Levofloxacin 500
3
2,115
6,346
Glimepiride 2 Mg
3
1,896
5,689
Metformin 500
9
240
2,158
62,920
63,000
21,127
22,000
70,010
71,000
116,354
117,000
2,904
3,000
862,000 19
103496
10/12/2013
95,400
14,193
14,200
109,600
159
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
95370
20
92265
10/5/2013
4
18,150
72,600
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Piracetam Inj 3 Gr
2
22,579
45,157
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,022
10,043
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
Spuit 1 Cc Insulin 100
1
4,417
4,417
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,022
10,043
Paracetamol 500 Mg
9
77
693
Novorapid Flexpen Inj
1
176,091
176,091
Novopen Nedle
2
2,420
4,840
Rl Widatra 500 Ml
1
5,720
5,720
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Vasofix No 20
1
27,830
27,830
Xylocain Gel 30 Gr
1
72,600
72,600
Folly Catheter Fr18
1
21,296
21,296
Urine Bag
1
6,050
6,050
Citicholin Inj 250 Mg
2
18,150
36,300
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
81,118
82,000
55,200
56,000
44,626
45,000
180,931
181,000
150,799
151,000
160
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Citicholin Inj 250 Mg
4
22,579
90,314
Rl Widatra 500 Ml (Bpjs)
3
5,720
17,160
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
2
3,207
6,413
Spuit 20 Cc (Terumo )
4
9,650
38,601
Nedle 23g
4
1,331
5,324
Folavit 400
10
774
7,744
Novorapid Flexpen Inj
1
176,091
176,091
Lantus Solostar
1
204,522
204,522
Novopen Nedle
10
2,420
24,200
Paracetamol Infus
3
54,450
163,350
163,350
164,000
Ulsicral 100ml Syr
1
45,375
45,375
45,375
46,000
Rl Widatra 500 Ml
3
5,720
17,160
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Paracetamol Infus
3
54,450
163,350
Furosemida Inj
2
2,420
4,840
4,840
4,900
Simvastatin 10 Mg
3
678
2,033
2,033
2,100
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
240,623
241,000
412,557
413,000
203,199
204,000
161
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Piracetam Inj 3 Gr
Paracetamol Infus
4
54,450
217,800
Citicholin Inj 250 Mg
8
18,150
145,200
Spuit 10 Cc ( Terumo )
2
5,022
10,043
Spuit 5 Cc (Terumo)
4
4,259
17,037
Aquabidest 25 Cc Inj
2
2,420
4,840
Rl Widatra 500 Ml
3
5,720
17,160
Sanmol Infus
2
69,850
139,700
Ceftriaxone 1 Gr Inj
2
11,344
22,689
Citicholin Inj 250 Mg
8
18,150
145,200
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
3
3,207
9,620
Sanmol Infus
4
69,850
279,400
Rl Widatra 500 Ml
3
5,720
17,160
Ranitidin Injeksi
2
3,392
6,785
Piralen Inj
3
6,655
19,965
Spuit 5 Cc (Terumo)
2
4,259
8,518
Antasida Syr
1
4,235
4,235
Infuset Terumo
1
17,303
17,303
Vasofix No 20
1
30,250
30,250
434,768
435,000
139,700
177,508
140,000
178,000
279,400
280,000
2,623,000 21
8422
25/5/2013
Rl Widatra 500 Ml
6
5,720
34,320
Ranitidin Injeksi
4
3,392
13,570
105,000
162
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
104,216
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
4
3,207
12,826
Clopramel 10mg Inj
6
2,530
15,180
Spuit 2,5 Cc / 3 Cc
6
3,207
19,239
Antasida Syr
1
4,235
4,235
Glibenclamid 5 Mg
4
65
260
Ranitidin 150 Mg (Bpjs)
4
290
1,162
99,370
1,421
100,000
1,500
206,500
163
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
164
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
165
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
166
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta