UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH KONSENTRASI PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) DENGAN METODE PEREDAMAN RADIKAL BEBAS DPPH
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
DENNY AKMAL FATHURRACHMAN NIM: 1110102000021
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA NOVEMBER 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Denny Akmal Fathurrachman
NIM
: 1110102000021
Tanda Tangan : Tanggal
: 24 November 2014
kan oleh Nama
: Denny Akmal Fathurrachman
NIM
: 1110102000021
Program Studi : Farmasi Judul
: PENGARUH KONSENTRASI PELARUT TERHADAP ................... iii
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL ................... SIRSAnnona
muricata Linn) DENGAN ...................
METODE iv
DAUN
v
ABSTRAK
Nama
: Denny Akmal Fathurrachman
Program Studi
: Farmasi
Judul
: Pengaruh Konsentrasi Pelarut terhadap Aktivitas . ..
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn).dengan Metode Peredaman.Radikal Bebas DPPH
Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% daun sirsak (Annona muricata Linn) yang diperoleh dengan metode maserasi. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) dengan vitamin C sebagai kontrol positif. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan nilai IC50 (Inhibitory Concentration) ekstrak etanol 96% daun sirsak sebesar 29,810 ppm (sangat aktif), ekstrak etanol 70% daun sirsak sebesar 18,030 ppm (sangat aktif), ekstrak etanol 50% daun sirsak sebesar 73,819 ppm (aktif), dan vitamin C sebesar 5,999 ppm (sangat aktif) dan nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ekstrak ekstrak etanol 96% daun sirsak sebesar 1,328 (kuat), ekstrak etanol 70% daun sirsak sebesar 2,196 (sangat kuat), ekstrak etanol 50% daun sirsak sebesar 0,536 (sedang), dan vitamin C sebesar 6,601 (sangat kuat). Berdasarkan penelitian ini ekstrak etanol 70% daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dari pada ekstrak etanol 96% dan 50% daun sirsak. Kata kunci : Daun sirsak (Annona muricata Linn); antioksidan; DPPH; IC50; AAI
vi
ABSTRACT
Name
: Denny Akmal Fathurrachman
Program Study
: Pharmacy
Title
: Concentration Effect of Solvent on Antioxidant Activity ..of Ethanolic Extract of Soursop Leaves (Annona muricata Linn) using DPPH Free Radical Scavenging . Method...
...
The study aimed to find out antioxidant activity of 96%, 70%, and 50% ethanolic extract of soursop leaves (Annona muricata Linn) was obtained by maceration method. Antioxidant activity testing was tasted by DPPH (2,2diphenyl-1-picrylhydrazil) method with vitamin C as a positive control. The result of antioxidant activity showed that IC50 (Inhibitory Concentration) value of 96% ethanolic extract of soursop leaves was 29,810 ppm (very active), 70% ethanolic extract of soursop leaves was 18,030 ppm (very active), 50% ethanolic extract of soursop leaves was 73,819 ppm (active), and vitamin C was 5,999 (very active). AAI (Antioxidant Activity Index) value of 96% soursop leaves was 1,328 (strong), 70% ethanolic extract of soursop leaves was 2,196 (very strong), 50% ethanolic extract of soursop leaves was 0,536 (moderate), and vitamin C was 6,601 (very active). Based on this study, 70% ethanolic extract of soursop leaves have higher antioxidant activity than 96% and 50% ethanolic extract of soursop leaves. Key word : Soursop leaves (Annona muricata Linn); antioxidant; DPPH; AAI
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirabbil 'alamin,
puji syukur selalu terpanjatkan atas
kehadirat Allah subhanahu wa ta'ala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir nanti, semoga kita mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin yaa rabbal 'alamin. Skripsi dengan judul "Pengaruh Konsentrasi Pelarut terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH" ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Prof. Dr. Atiek Soemiati, MS., Apt dan Bapak Drs. Ahmad Musir, M.Sc., Apt selaku Pembimbing I dan Pembimbing II, yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir saya ini, semoga segala bantuan dan bimbingan ibu dan bapak mendapat imbalan yang lebih baik di sisi-Nya. viii
4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa kepada kedua orang tua saya, ayahanda Musaini dan ibunda Delilah, semoga segala amalan dan jerih payah keduanya mendapat balasan yang jauh lebih baik disisi-Nya. Akhir kata, saya berharap Allah subhanahu wa ta'ala membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Ciputat, 5 November 2014 Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya bertanda tangan dibawah ini. Nama
: Denny Akmal Fathurrachman
NIM
: 1110102000021
Program Studi
: Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya
: Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : PENGARUH KONSENTRARSI PELARUT TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) DENGAN METODE PEREDAMAN RADIKAL BEBAS DPPH untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Pada tanggal
: 7 November 2014
Dibuat di
: Jakarta
Yang menyatakan,
(Denny Akmal Fathurrachman)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v ABSTRAK ........................................................................................................ vi ABSTRACT ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3 Hipotesa ........................................................................................................ 4 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5 2.1 Deskripsi Sirsak ............................................................................................ 5 2.1.1 Klasifikasi Sirsak ....................................................................................... 5 2.1.2 Morfologi Tanaman Sirsak ........................................................................ 5 2.1.3 Kandungan Bahan Aktif dan Efek Farmakologis ...................................... 6 2.1.3 Khasiat ....................................................................................................... 7 2.2 Simplisia........................................................................................................ 7 xi
2.3 Ekstrak .......................................................................................................... 7 2.4 Pengukuran Derajat Kehalusan ..................................................................... 7 2.5 Ekstraksi ........................................................................................................ 8 2.5.1 Pengertian Ekstraksi ................................................................................... 8 2.5.2 Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut .................................................... 8 2.5.3 Destilasi Uap .............................................................................................. 9 2.6 Skrining Fitokimia ........................................................................................ 9 2.7 Antioksidan ................................................................................................. 10 2.8 Kromatografi Lapis Tipis ............................................................................ 10 2.9 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ................................................... 12 2.10 Spektrofotometer UV-Vis ......................................................................... 13 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 16 3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................................... 16 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 16 3.2.1 Alat ........................................................................................................... 16 3.2.2 Bahan Uji ................................................................................................. 16 3.2.3 Bahan Kimia ............................................................................................ 16 3.3 Metode Penelitian ....................................................................................... 17 3.3.1 Pengambilan Bahan.................................................................................. 17 3.3.2 Pembuatan Simplisia ................................................................................ 17 3.3.3 Pembutanan Ekstrak Kental ..................................................................... 17 3.3.4 Penapisan Fitokimia ................................................................................. 18 3.3.5 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH ...... 19 3.3.5.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM....................................................... 19 3.3.5.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH ................ 19 3.3.5.3 Pembuatan Larutan Blanko ................................................................... 19 3.3.5.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% ............... 19 xii
3.3.5.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C ......................................... 20 3.3.5.6 Analisis Data ......................................................................................... 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 22 4.1 Determinasi Tanaman ................................................................................. 22 4.2 Penyiapan Sampel ....................................................................................... 22 4.3 Ekstraksi ...................................................................................................... 23 4.4 Penapisan Fitokimia .................................................................................... 23 4.5 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif .............................................. 24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 32 4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 32 4.2 Saran............................................................................................................ 32 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Sirsak ............................................................................... 5 Gambar 2.2 Mekanisme Peredaman Radikal Bebas ......................................... 10 Gambar 4.1 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 96% ................... Daun Sirsak (Annona muricata Linn) .......................................... 29 Gambar 4.2 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 70% ................... Daun Sirsak (Annona muricata Linn) .......................................... 29 Gambar 4.3 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 50% ................... Daun Sirsak (Annona muricata Linn) .......................................... 29 Gambar 4.4 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Vitamin C ......................... 30
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Randemen
Ekstrak
Etanol
96%,
70%,
Dan
50%
Daun
.................Sirsak (Annona muricata Linn)....................................................... 23 Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, Dan 50% ................ Daun Sirsak (Annona muricata Linn) ............................................ 24 Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Daun Sirsak ............... .(Annona muricata Linn)................................................................... 26 Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak ............... .(Annona muricata Linn)................................................................... 26 Tabel 4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Daun Sirsak .............. ..(Annona muricata Linn)................................................................... 27 Tabel 4.6 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C ..................................... 27
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian .................................................................... 37 Lampiran 2. Hasil Determinasi Annona muricata Linn .................................... 38 Lampiran 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun Sirsak (Annona muricata Linn)......................................................................... 39 Lampiran 4. Perhitungan Randemen Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun Sirsak (Annona muricata Linn)......................................................................... 41 Lampiran 5. Perhitungan dalam Uji Antioksidan ............................................. 42 Lampiran 6. Panjang Gelombang DPPH .......................................................... 44 Lampiran 7. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Daun Sirsak (Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH .............................................. 45 Lampiran 8. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak (Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH .............................................. 46 Lampiran 9. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Daun Sirsak (Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH .............................................. 47 Lampiran 10. Skema Uji Aktivitas Antioksidan VitaminC ............................. 48
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengkajian mengenai radikal bebas (free radical) dan antioksidan saat ini semakin berkembang. Hal ini didasari karena sebagian besar penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, diabetes mellitus, jantung koroner, rematik, katarak, dan lain sebagainya disebabkan oleh radikal bebas yang berlebih didalam tubuh (Silalahi, 2006). Tubuh manusia secara alami mampu memproduksi anti radikal, yaitu antioksidan. Namun kemampuan ini terbatas dan semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Sedangkan reaksi oksidasi yang mengawali munculnya radikal bebas terjadi setiap saat, bahkan ketika bernafas pun terjadi reaksi oksidasi. Keadaan ini menjadi bertambah buruk ketika tubuh mengalami stres oksidatif, yaitu pada keadaan jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi antioksidan (Winarsi, 2007). Radikal bebas adalah suatu molekul yang mengandung satu atau lebih elektron
tidak
berpasangan.
Adanya
elektron
yang
tidak
berpasangan
menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya. Radikal bebas sangat berbahaya karena tingginya reaktivitasnya yang mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa radikal baru tersebut bertemu dengan molekul lain, maka akan terbentuk radikal baru lagi dan seterusnya hingga terjadi reaksi berantai (Hariyatmi, 2004). Radikal bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan komponen-komponen sel, baik komponen struktural meliputi molekul-molekul penyusun membran maupun komponen fungsional meliputi protein, enzim-enzim, dan DNA (Hidayat, 2005). Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan beberapa logam misalnya besi dan tembaga, asap rokok, polusi udara, obat, bahan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
beracun, makanan dalam kemasan, bahan aditif, dan sinar ultraviolet matahari yang menyebabkan radiasi (Winarsi, 2007). Untuk menghambat dan mencegah reaksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas diperlukan antioksidan alami. Antioksidan alami mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan senyawa oksigen reaktif, menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidasi lipid pada makanan (Sunarni, 2005). Senyawa kimia yang tergolong dalam kelompok antioksidan dan dapat ditemukan pada tanaman, antara lain berasal dari golongan polifenol, bioflavonoid, vitamin C, vitamin E, beta karoten, katekin, dan resveratrol (Hernani et al., 2005). Perlu diketahui bahwa terdapat pula
antioksidan
sintetis
yaitu
butylatedhydroytoluena
(BHT)
dan
butylatedhydroxyanysole (BHA) yang banyak dimanfaatkan dalam industri makanan dan minuman. Namun, beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa antiradikal bebas tersebut mempunyai efek samping yang tidak diinginkan, yaitu berpotensi sebagai karsinogenik terhadap efek reproduksi dan metabolisme. Oleh karena itu
jenis antioksidan alami yang baru harus terus dicari untuk
meredam radikal bebas yang dapat merusak tubuh manusia (Putu, et al., 2011). Sirsak (Annona muricata Linn) merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan antioksidan tinggi terutama pada daun dan buahnya. Daun sirsak mengandung senyawa asetogenin, tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid murisin, flavonoid, dan steroida (Suranto, 2011). Hasil riset menyatakan, daun sirsak mengandung asetogenin yang mampu melawan 12 jenis sel kanker. Banyaknya manfaat daun sirsak membuat orang mulai beralih mengkonsumsi daun sirsak sebagai alternatif pencegahan dan pengobatan konvensional (Putu et al., 2011). Untuk mengoptimalkan kandungan senyawa pada ekstrak daun sirsak dapat dilakukan ekstraksi dengan konsentrasi pelarut yang berbeda. Pelarut merupakan salah satu dari faktor kimia eksternal yang mempengaruhi mutu ekstrak. Hasil penelitian yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) membuktikan adanya perbedaan aktivitas antioksidan yang dipengaruhi oleh konsentrasi pelarut yang digunakan. Perbedaan tersebut ditemukan pada ekstrak etanol 96%, etanol 70%, dan etanol 30% daun wungu dimana uji aktivitas antioksidan (IC50) dari tiga jenis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
pelarut menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan tidak aktif pada tiga jenis pelarut yang digunakan namun ekstrak etanol 70% daun wungu memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dengan IC50 257,79 ppm. Perbedaan aktivitas antioksidan pada ekstrak tersebut dikarenakan adanya perbedaan polaritas dari masing-masing pelarut. Pelarut etanol 96%, etanol 70%, dan etanol 30% berturut-turut memiliki nilai konstanta dielektrik sebesar 30, 45, dan 65 (Winata, 2011). Selain itu, semakin kecil konsentrasi pelarut organik yang digunakan maka semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan. Namun memperbesar konsentrasi pelarut organik saat ekstraksi belum tentu dapat meningkatkan aktivitas antioksidan. Hal ini membuat perlunya pertimbangan dalam pemilihan konsentrasi pelarut. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini pelarut yang dipilih merupakan konsentrasi pelarut etanol yang biasa digunakan pada industri dan penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil konsentrasi pelarut etanol terbaik (96%, 70%, dan 50%) pada ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi terhadap pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Metode DPPH dipilih karena merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat, dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk pengujian aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Molyneux, 2004).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
1.2 Perumusan Masalah Konsentrasi pelarut etanol manakah diantara pelarut etanol 96%, 70%, dan 50% yang menunjukkan aktivitas antioksidan paling optimal pada ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn)?
1.3 Hipotesa Ekstrak etanol 70% daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan paling optimal dibandingkan ekstrak etanol 96% dan 50% daun sirsak.
1.4 Tujuan Penelitian Untuk menentukan konsentrasi pelarut etanol 96%, 70%, ataukah 50% yang menunjukkan aktivitas antioksidan paling optimal pada ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn).
1.5 Manfaat Penelitian Memberikan informasi tentang konsentrasi optimal pelarut etanol yang menunjukkan aktivitas antioksidan paling optimal pada ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Linn).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sirsak 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyldonae
Bangsa
: Polycarpiceae
Suku
: Annonaceae
Marga
: Annona
Species
: Annona muricata Linn.
(Radi, 1997)
2.1.2 Morfologi Tanaman (Radi, 1997) a.
Pohon Memiliki model Troll, ketinggian mencapai 8-10 meter, dan diameter batang 10-30 cm.
Gambar 2.1 Tanaman sirsak (Dikutip dari www.daunsirsak.net)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
b.
Biji Berwarna coklat agak kehitaman dan keras, berujung tumpul, permukaan halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm. Jumlah biji dalam satu buah bervariasi, berkisar antara 20-70 butir biji normal, sedangkan yang tidak normal berwarna putih kecoklatan dan tidak berisi.
c.
Buah Buah sejati berganda yakni buah yang berasal dari satu bunga dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah memiliki duri sisik halus. Apabila sudah tua daging buah berwarna putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman.
d.
Bunga Pada bunga tunggal dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga dinamakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara hemicylis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran yang lain spiral atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran, bentuknya hampir segi tiga, tebal dan kaku, berwarna kuning keputih-putihan, dan setelah tua mekar, kemudian lepas dari dasar bunganya. Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga keluar dari ketiak daun, cabang, ranting, atau pohon. Bunga umumnya sempurna, tetapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja dalam satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang, karena umumnya tepung sari matang lebih dahulu sebelum putiknya.
e.
Daun Daun berbentuk bulat telur terbalik, berwarna hijau muda sampai hijau tua, ujung daun meruncing, pinggiran rata, dan permukaan daun mengkilap.
2.1.3 Kandungan Bahan Aktif Daun sirsak (Annona muricata Linn) mengandung saponin, flavonoid, tanin, kalsium oksalat, alkaloid, annonain, vitamin A, B, dan C, beta karoten, kalsium, fosfor, hidrat arang, fitosterol, murisin, dan minyak atsiri. (Redaksi Agromedia, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2.1.4 Khasiat Daun sirsak (Annona muricata Linn) berkhasiat sebagai obat bisul, obat kejang, peluruh keringat, antikanker, antidiabetes, antibakteri, antijamur, antiemetik, sedatif, analgesik, antimutagenik, sitotoksik, vasodilator, antimalaria, antihepatotoksik, insektisida, antihipertensi, relaksan otot polos, obat jantung, dan antioksidan (Depkes RI, 1989., Zuhud, 2011., dan Sugiati, et al., 1991).
2.2 Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apa pun kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya ikan dan madu. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (Depkes RI, 1980).
2.3 Ekstrak Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).
2.4 Pengukuran derajat kehalusan serbuk Pengukuran kehalusan serbuk simplisia merupakan pengukuran derajat kehalusan simplisia. Derajat halus simplisia adalah ukuran partikel sebuk simplisia yang dinyatakan dengan nomor pengayak. Jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 1 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
melewati pengayak dengan nomor tersebut. Namun, jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor tertinggi (Depkes RI, 1980).
2.5 Ekstraksi 2.3.1 Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes RI, 2000).
2.3.2 Ekstraksi dengan Menggunakan Pelarut a.
Cara Dingin
1.
Maserasi Maserasi adalah proses pengekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000).
2.
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetasan/penampungan ekstrak) (Depkes RI, 2000).
b.
Cara Panas
1.
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Depkes RI, 2000).
2.
Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000). 3.
Digesti Digesti
adalah
maserasi
dengan
pengadukan
kontinu
pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC (Depkes RI, 2000). 4.
Infus Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit (Depkes RI, 1979).
5.
Dekok Dekok
adalah
sediaan
cair
yang
dibuat
dengan
menyari
simplisia nabati dengan air pada waktu yang lebih lama ± 30 menit dan temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 2000).
2.3.3 Destilasi Uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. Terdiri dari destilasi uap, dan destilasi uap dan air (Depkes RI, 2000).
2.6 Skrining Fitokimia Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti, et al., 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
2.7 Antioksidan Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi didalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi risiko terhadap penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Goldberg, 2003). Antioksidan memiliki fungsi untuk menghentikan atau memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas yang terdapat didalam tubuh, sehingga dapat menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas (Hernani dan Rahardjo, 2005). Antioksidan berperan dalam menetralkan radikal bebas dengan cara memberikan satu elektronnya kepada radikal bebas, sehingga menjadi non radikal. Reaksi antara DPPH dengan senyawa antioksidan dapat digambarkan sebagai berikut:
O
-
O +
O2NN
N
N
+ AH
O
-
H +
O2NN
N
N
+A
O
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (Radical) + AH (Antioxidant)
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazine (Non-Radical) + A (New Radical)
Gambar 2.2 Mekanisme peredaman radikal DPPH oleh antioksidan
Dimana 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (bersifat radikal bebas) bereaksi dengan antioksidan yang menyumbangkan satu elektronnya sehingga membentuk senyawa 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazine (non radical) yang lebih stabil.
2.8 Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi Lapis Tipis adalah suatu metode pemisahan fitokimia yang didasarkan atas penjerapan, partisi, atau gabungannya. Metode ini digunakan untuk memisahkan senyawa secara cepat dengan menggunakan zat penjerap
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca (Depkes RI, 1979). KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom (Gritter, et al., 1991). Kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik dan preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam campuran dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif. Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya (Townshend, 1995). KLT merupakan teknik yang benar-benar menguntungkan karena tingkat sensitifitasnya sangat besar dan konsekuensinya jumlah sampel lebih sedikit. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang atau cairan pengelusi akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara mekanik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan menurun (descending) (Gritter, et al., 1991). Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng terelusi, dilakukan deteksi bercak (Gandjar dan Rohman, 2007). Laju pergerakan fase gerak terhadap fase diam dihitung sebagai retardation farctor (Rf). Nilai Rf diperoleh dengan membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh oleh fase gerak (Gandjar dan Rohman, 2007). Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan penjerap. Adsorben umumnya digunakan dalam KLT meliputi partikel silika gel ukuran 12 µm, alumina, mineral oksida, silika gel
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
dengan ikatan kimia, selulosa, poliamida, polimer penukar ion, silika gel, dan fase kiral (Gritter, et al., 1991). Ada beberapa cara untuk mendeteksi senyawa yang tidak berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi pada radiasi UV gelombang pendek dan gelombang panjang (365 nm). Pada senyawa yang mempuyai dua ikatan rangkap atau lebih dan senyawa aromatik seperti turunan benzena, mempunyai serapan kuat ± di daerah 230-300 nm (Stahl, 1985). Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan
tipis
menggunakan nilai Rf. Polaritas fase gerak perlu diperhatikan pada analisa dengan KLT, sebaiknya digunakan campuran pelarut organik yang mempunyai polaritas serendah mungkin. Campuran yang baik memberikan fase gerak yang mempunyai kekuatan bergerak sedang. Secara umum dikatakan bahwa fase diam yang polar akan mengikat senyawa polar dengan kuat sehingga bahan yang kurang sifat kepolarannya akan bergerak lebih cepat dibandingkan bahan-bahan polar (Gritter, et al., 1991). Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh, dan tidak bereaksi dengan penjerap (Gritter, et al., 1991). Pelarut yang ideal harus melarutkan linarut dan harus cukup baik sebagai pelarut yang bersaing dengan daya serap penjerap. Keadaan yang ideal tersebut mungkin terjadi jika pelarut tidak berproton seperti hidrokarbon, eter dan senyawa karbonil dipakai sebagai pelarut pengembang (Gritter et al., 1991).
2.9 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Prinsip uji DPPH adalah penghilangan warna untuk mengukur kapasitas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
antioksidan yang langsung menjangkau radikal DPPH dengan pemantauan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer. Radikal DPPH dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk nonradikal oleh antioksidan menjadi warna kuning (Yu, 2008). Aktivitas anioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC 50 (Inhibitory Concentration). IC50 adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti makin tinggi aktivitas antioksidan (Blois, 1958). Nilai IC50 < 50 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan sangat aktif, nilai IC50 50-100 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan aktif, nilai IC 50 101-250 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan sedang, nilai IC50 250-500 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan lemah, dan nilai IC50 > 500 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan tidak aktif (Jun, et. al., 2003). AAI (Antioxidant Activity Index) adalah nilai yang menunjukkan besarnya aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji. Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai IC50 yang diperoleh (ppm). Nilai AAI yang < 0,5 menandakan aktivitas antioksidan lemah, AAI > 0,5 -1 menandakan aktivitas antioksidan sedang, AAI > 1-2 menandakan aktivitas antioksidan kuat, dan AAI > 2 menandakan aktivitas antioksidan sangat kuat (Helio, et al., 2010).
2.10 Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis) merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat
(190-380 nm)
instrumen
dan
spektrofotometer.
sinar
tampak (380-780 nm) dengan memakai
Spektrofotometri
UV-Vis
melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Mulja dan Suharman, 1995). Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990). Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain: 1.
Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
2.
Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
3.
Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis. (Mulja dan Suharman, 1995). Hal–hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis
sebagai berikut. 1. Penentuan panjang gelombang maksimum Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. 2. Pembuatan kurva kalibrasi Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing–masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. 3. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Gandjar dan Rohman, 2007)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
BAB III METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian I dan Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dari bulan April sampai dengan Oktober 2014.
4.2 Alat dan Bahan 4.2.1 Alat Blender (Philips), wadah plastik, ayakan (BBS), alumunium foil, kertas saring, kertas TLC, corong, pipet volum, micropipet, wadah maserasi, batang pengaduk, beaker glass, timbangan analitik digital (AND GH-202), rotari evaporator vakum (Eyela), tabung reaksi, labu ukur, erlenmeyer, penangas air, dan Spektroskopi UV-Vis (Hitachi U-2910).
4.2.2 Bahan Uji Daun sirsak (Annona muricata Linn) yang diperoleh dari Kampung Babakan Kabupaten Tangerang dan telah dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong.
4.2.3 Bahan Kimia Etanol (96%, 70%, dan 50%), asam klorida, Mayer LP, Dragendorf LP, asam asetat anhidrat, metanol, asam sulfat P, larutan gelatin, FeCl3, NaOH, metanol p.a, 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil (DPPH), Vitamin C, dan Aquadest.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Pengambilan Bahan Daun sirsak diperoleh dari Kampung Babakan Kabupaten Tangerang. Daun sirsak yang diambil merupakan daun sirsak yang berwarna hijau tua. Pengambilan daun sirsak dilakukan pada pagi hari sebelum matahari bersinar terik (Zuhud, 2011).
4.3.2 Pembuatan Simplisia Sebanyak 8 kg daun Annona muricata Linn ditimbang kemudian dicuci bersih lalu diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung selama 5 hari. Setelah kering dilakukan sortasi kering, dihaluskan dengan blender, serbuk simplisia yang didapat diayak dengan ayakan mesh 40 kemudian ditimbang (Depkes RI, 1980). Simpan serbuk simplisia dalam wadah bersih, kering dan terhindar dari sinar matahari untuk proses ekstraksi selanjutnya.
4.3.3 Pembuatan Ekstrak Kental Sejumlah 300 gram serbuk simplisia daun sirsak (Annona muricata Linn) diekstraksi secara maserasi pada masing-masing pelarut etanol 96%, 70%, dan 50% sebanyak 500 mL dengan beberapa kali pengadukan, lalu disaring. Kemudian prosedur diulangi hingga 11 kali maserasi. Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan vakum rotavapor pada suhu 45-50˚C hingga diperoleh ekstrak kental etanol 96%, 70%, dan 50%.
4.3.4 Penapisan Fitokimia a) Identifikasi alkaloid Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL asam klorida, kemudian disaring. Filtrat yang didapatkan digunakan sebagai larutan percobaan yang selanjutnya dilakukan sebagai berikut: 1) Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer LP, hasil positif dengan terbentuknya endapan berwarna kuning.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
2) Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf LP, hasil positif dengan terbentuknya endapan merah (Tiwari, et al., 2011). b) Identifikasi Flavonoid Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 tetes larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning intens yang menjadi tidak berwarna dengan penambahan asam encer menunjukkan adanya flavonoid (Tiwari, et al., 2011). c) Identifikasi Saponin Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 mL aquades, kemudian dikocok selama 10 detik. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit (Tiwari, et al., 2011). d) Identifikasi Triterpenoid dan Steroid Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental dilarutkan dalam 2 mL kloroform dalam tabung reaksi yang kering lalu ditambahkan 10 tetes asetat anhidrat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau (Harborne, 1987). e) Kuinon Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 tetes NaOH 1N kemudian diamati perubahan warnanya. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning (Harborne, 1987). f) Tanin Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 tetes larutan gelatin 1% dalam NaCl. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya tanin (Tiwari, et al., 2011). g) Fenol Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 3 etes larutan FeCl 3. Terbentuknya warna hitam hijau kebiruan mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari, et al., 2011).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
4.3.5 Pengujian Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH 4.3.5.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM Sebanyak 1,98 mg DPPH (BM 394,32) dilarutkan dengan metanol p.a (pro analisa) dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas, kemudian ditempatkan dalam botol gelap.
4.3.5.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH Sebanyak 2 mL larutan DPPH 0,1 mM dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL, tutup dengan aluminium foil, dihomogenkan dengan vortex lalu dituang ke dalam kuvet dan diukur pada panjang gelombang 400-800 nm menggunakan spektrofotometer UVVis (Musfiroh dan Syarief, 2009). Panjang gelombang maksimum DPPH yang digunakan berada pada 515,5 nm.
4.3.5.3 Pembuatan Larutan Blanko Dipipet 2 mL larutan DPPH (0,1 mM) kedalam tabung reaksi dan ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL. Tutup dengan aluminium foil. Kemudian dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Serapan blanko diukur pada panjang gelombang maksimum DPPH yaitu 515,5 nm.
4.3.5.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% 1. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% Sebanyak 50 mg ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% masing-masing dilarutkan dengan 50 mL metanol p.a dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm (larutan induk). Dari larutan induk dibuat seri konsentrasi 10, 30, 40, dan 50 ppm untuk ekstrak etanol 96%, seri konsentrasi 10, 20, 30, dan 40 ppm untuk ekstrak etanol 70%, dan seri konsentrasi 40, 50, 60, dan 100 ppm untuk ekstrak etanol 50%. 2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spekrofotometer UV-Vis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
Masing-masing konsentrasi larutan Uji sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL, dihomogekan dengan vortex. Selanjutnya diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Serapan diukur pada panjang gelombang 515,5 nm.
4.3.5.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C 1. Pembuatan larutan pembanding Vitamin C Sebanyak 5 mg serbuk vitamin C dilarutkan dengan 50 mL metanol p.a dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm (larutan induk). Kemudian dari larutan induk dibuat seri konsentrasi 2,5, 5, 7,5, 10, dan 12,5 ppm. 2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spekrofotometer UV-Vis Masing-masing konsentrasi larutan pembanding vitamin C sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL, dihomogekan dengan vortex. Selanjutnya diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Serapan diukur pada panjang gelombang 515,5 nm.
4.3.5.6 Analisis Data 1. Penenentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concentration) Parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah dengan nilai efficient concentration (EC50) atau sering disebut nilai IC50, yaitu konsentrasi
yang menyebabkan hilangnya
50% aktivitas DPPH
(Molyneux, 2004). Untuk menghitung nilai IC50 diperlukan data persen inhibisi dari pengujian yang dilakukan. Persen inhibisi dapat dihitung dengan menggunakn rumus sebagai berikut: % inhibisi =
x 100%
(Ghosal dan Mandal, 2012). Konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang diperoleh diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
Persaman tesebut digunakan untuk menentukan nilai IC 50 dari masingmasing sampel dinyatakan dengan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC50 (Nurjanah, et al., 2011). 2. Penentuan nilai AAI (Antioxidant Activity Index) Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan niai IC 50 yang diperoleh (ppm). Nilai AAI yang < 0,5 menandakan aktivitas antioksidan lemah, AAI > 0,5 -1 menandakan aktivitas antioksidan sedang, AAI > 1-2 menandakan aktivitas antioksidan kuat, dan AAI > 2 menandakan aktivitas antioksidan sangat kuat (Helio, et al., 2010).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Tanaman Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman ini dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga
Ilmu
Pengetahuan Indonesia) Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan Annona muricata Linn dari famili Annonaceaae (Lampiran 2).
4.2 Penyiapan Sampel Bagian tanaman yang digunakn pada penelitian ini adalah daun dari tanaman sirsak (Annona muricata Linn). Tanaman sirsak yang menjadi sampel adalah tanaman sirsak yang tumbuh didaerah kampung babakan, kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Daun sirsak yang digunakan adalah daun sirsak yang berwarna hijau tua dan diambil pada pagi hari sebelum matahari bersinar terik untuk mendapatkan daun sirsak yang terbaik (Zuhud, 2011). Daun sirsak mulai dikumpulkan pada bulan maret 2014. Sebanyak 8 kg daun sirsak disortasi basah untuk dipisahkan dari pengotor dan bagian tanaman yang tidak digunakan dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan daun sirsak. Daun sirsak selanjutnya dicuci dengan air mengalir. Daun sirsak yang telah dicuci dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 5 hari. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau perubahan kandungan kimia yang terdapat pada daun sirsak. Daun sirsak yang telah dikeringkan di sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada daun sirsak kering. Setelah disortasi kering daun sirsak di diserbuk menggunakan blender dan diayak dengan ukuran mesh 40 untuk memperbesar luas permukan sampel sehingga penarikan senyawa kimia yang terkandung dalam sampel saat ekstraksi lebih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
maksimal. Serbuk simplisia daun sirsak yang telah diayak diperoleh sebanyak 950 gram.
4.3 Ekstraksi Proses ekstraksi serbuk simplisia daun sirsak dilakukan dengan cara maserasi langsung. Maserasi langsung dilakukan dengan mengekstraksi langsung simplisia daun sirsak menggunakan pelarut etanol 96%, 70%, dan 50% sebanyak 500 mL dengan beberapa kali pengadukan. Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah dan peralatan yang cukup sederhana. Pada maserasi ini, digunakan serbuk simplisia daun sirsak sebanyak 300 gram untuk masing-masing pelarut. Proses maserasi dilakukan selama 2-3 hari dan diremaserasi sebanyak 11 kali pengulangan. Total masing-masing pelarut etanol yang digunakan sebanyak 6 L yang sebelumnya telah didestilasi terlebih dahulu. Menurut Tiwari, et al., (2011), etanol lebih efisien dalam degradasi dinding sel yang bersifat non polar sehingga polifenol akan tersari lebih banyak. Untuk mempermudah proses penyaringan filtrat hasil maserasi disaring dengan kapas terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan kertas saring. Kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 45-50°C. Randemen ekstrak yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Randemen Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun Sirsak
(Annona muricata Linn) Sampel Ekstrak etanol 96% Ekstrak etanol 70% Ekstrak etanol 50 %
Randemen Ekstrak 24,33 % 29,00 % 21,33 % (Lampiran 4)
4.4 Penapisa Fitokimia Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder yang tersari di dalam masing-masing ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata Linn), sehingga dapat diketahui metabolit sekunder
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan. Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini (Lampiran 3).
Tabel 4.2
Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, Dan 50%
...................Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Hasil Pengujian Senyawa
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
Etanol 96%
Etanol 70%
Etanol 50%
Alkaloid
-
-
-
Flavonoid
+
+
+
Saponin
-
+
+
Triterpenoid
-
-
-
Fenol
+
+
+
Kuinon
+
+
+
Tanin
-
-
-
Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 96% menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder Flavonoid, Fenol, dan Kuinon. Sedangkan pada ekstrak etanol 70% dan 50% menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder Flavonoid, Saponin, Fenol, dan Kuinon. Ekstrak etanol 70% dan 50% lebih polar dari pada ekstrak etanol 96%. Ini dikarenakan banyaknya jumlah kandungan air didalam pelarut etanol 70% dan 50%. Saponin memiliki sifat polar dan larut dalam air dan etanol. Sehingga menyebabkan kandungan saponin hanya ditunjukkan pada ekstrak etanol 70% dan 50%.
4.5 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Metode DPPH ini dipilih karena merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat, dan peka
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
serta hanya memerlukan sedikit sampel untuk pengujian aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam (Molyneux, 2004). Prinsip
pengukuran
aktivitas
antioksidan
secara
kuantitatif
menggunakan metode DPPH ini adalah adanya perubahan intensitas warna ungu DPPH yang sebanding dengan konsentrasi larutan DPPH tersebut. Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan akan memberikan warna ungu. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektronnya berpasangan. Perubahan intensitas warna ungu ini terjadi karena adanya peredaman radikal bebas yang dihasilkan oleh bereaksinya molekul DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh molekul senyawa sampel sehingga
terbentuk
senyawa
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazine
dan
menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning. Perubahan warna ini akan memberikan perubahan absorbansi pada panjang gelombang maksimum DPPH saat diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga akan diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50 (Molyneux, 2004). Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi (Molyneux, 2004). Nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ditentukan untuk menggolongkan sifat antioksidan ekstrak sebagaimana yang dilakukan oleh Scherer dan Godoy (2009). Nilai AAI diperoleh dengan membandingkan konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji dengan nilai IC50 yang diperoleh. Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% beserta kontrol positif vitamin C dilakukan dengan berbagai seri konsentrasi menggunakan metode DPPH yang selanjutnya absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi ekstrak dengan DPPH menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum DPPH. Panjang gelombang maksimum DPPH yang digunakan berada pada panjang gelombang 515,5 nm (Lampiran 6). Panjang gelombang maksimum ini memberikan serapan paling maksimal dari larutan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
uji dan memberikan kepekaan paling besar. Selanjutnya, besarnya aktivitas antioksidan dari ekstrak dan kontrol positif yang digunakan diukur pada panjang gelombang maksimum. Hasil uji aktivitas antioksidan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Daun Sirsak ................(Annona muricata Linn). Aktivitas
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
Rata-rata
10
0,428
16,893
30
0,242
53,010
Peredaman (%)
IC50 (ppm)
AAI
1,328 29,810
(1,0 < AAI
40
0,160
68,930
< 2,0 atau
50
0,113
78,058
kuat)
Blanko
0,515
Tabel 4.4 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak ................(Annona muricata Linn). Aktivitas
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
Rata-rata
10
0,260
36,084
20
0,193
52,586
Peredaman (%)
30
0,109
73,153
40
0,064
84,236
Blanko
0,406
IC50 (ppm)
AAI
2,196 18,030
(AAI >2,0 atau sangat kuat)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Tabel 4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Daun Sirsak ................(Annona muricata Linn). Aktivitas
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
Rata-rata
40
0,316
3,485
50
0,292
11,515
Peredaman (%)
IC50 (ppm)
AAI
0,536 73,819
(0,5 < AAI <
60
0,231
30,101
1,0 atau
100
0,037
88,788
Sedang)
Blanko
0,330
Tabel 4.6 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C Aktivitas
Konsentrasi
Absorbansi
(ppm)
Rata-rata
2,5
0,440
23,398
5,0
0,326
42,054
7,5
0,219
61,375
10
0,105
81,481
12,5
0,007
98,765
Blanko
0,567
Peredaman (%)
IC50 (ppm)
AAI
6,601 5,999
(AAI > 2,0 atau sangat kuat)
Pengujian aktivitas antioksidan yang dilakukan terhadap ekstrak etanol 96% daun sirsak diperoleh nilai IC50 29,910 ppm dengan nilai AAI 1,328, ekstrak etanol 70% daun sirsak diperoleh nilai IC 50 18,030 ppm dengan nilai AAI 2,196, dan ekstrak etanol 50% daun sirsak diperoleh nilai IC50 73,819 dengan nilai AAI 0,536. Vitamin C sebagai kontrol positif memiliki nilai IC 50 5,999 ppm dengan nilai AAI 6,601 (Lampiran 5). Nilai IC50 menggambarkan tingkat kekuatan antioksidan berdasarkan penghambatan radikal bebas sebanyak 50%. Nilai IC50 < 50 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan sangat aktif, nilai IC 50 50-100 ppm
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
menunjukkan kekuatan antioksidan aktif,
nilai
IC 50 101-250
ppm
menunjukkan kekuatan antioksidan sedang, nilai IC 50 250-500 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan lemah, dan nilai IC50 > 500 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan tidak aktif (Jun, et. al., 2003). Berdasarkan penggolongan tersebut, ekstrak etanol 96% daun sirsak memiliki tingkat kekuatan antioksidan yang sangat aktif, ekstrak etanol 70% daun sirsak memiliki tingkat kekuatan antioksidan yang sangat aktif, ekstrak etanol 50% daun sirsak memilik tingkat kekuatan antioksidan yang aktif, dan vitamin C memiliki tingkat kekuatan antioksidan yang sangat aktif. Nilai AAI menggambarkan aktivitas antioksidan. Nilai AAI yang kurang dari 0,5 menandakan aktivtas antioksidan lemah, nilai AAI diantara 0,5 sampai 1 menandakan aktivitas antioksidan sedang, nilai AAI diantara 1 sampai 2 menandakan aktivitas antioksidan kuat, dan nilai AAI lebih dari 2 menandakan aktivtas antioksidan yang sangat kuat (Helio, et al., 2010). Berdasarkan penggolongan tersebut, ekstrak etanol 96% daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan kuat, ekstrak etanol 70% daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat, ekstrak etanol 50% daun sirsak memilik aktivitas antioksidan sedang, dan vitamin C memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Sehingga dapat disimpulkan ekstrak etanol 70% daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dari ekstrak etanol 70% dan 50% daun sirsak. Namun ekstrak etanol 70% daun sirsak memiliki aktivitas antioksidan yang jauh lebih lemah dibandingkan vitamin C. Vitamin C merupakan antioksidan yang bekerja sebagai oxygen scavengers, yaitu mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam hal ini, vitamin C akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Selain vitamin C, senyawa yang bekerja sebagai oxygen scavengers diantaranya askorbilpalminat, asam eritorbat, dan sulfit (Gordon, 1990). Peningkatan konsentrasi senyawa mempengaruhi aktivitas antioksidan. Kurva hubungan konsentrasi ekstrak terhadap persen inhibisi sebagai persen penghambatan radikal bebas DPPH dari ekstrak etanol 96%, etanol 70%, etanol 50% daun sirsak dan vitamin C dapat dilihat pada gambar berikut.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
Gambar 4.1 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibis Ekstrak Etanol ................ ...
96% Daun Sirsak (Annona muricata Linn)
% Inhibisi
Hubungan Konsentrasi dengan % Inhibisi Ekstrak Etanol 96% Daun Sirsak 100
y = 1,5661x + 3,3232 R² = 0,9848
50 0 0
10
20
30
40
50
60
Konsentrasi µg/ml
Gambar 4.2 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibis Ekstrak Etanol ................ ...
70% Daun Sirsak (Annona muricata Linn)
% Inhibisi
Hubungan Konsentrasi dengan % Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak 100 80 60 40 20 0
y = 1,6502x + 20,259 R² = 0,988 0
10
20
30
40
50
Konsentrasi µg/ml
Gambar 4.3 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibis Ekstrak Etanol ................ ...
50% Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Hubungan Konsentrasi dengan % Inhibisi Ekstrak Etanol 50% Daun Sirsak
% Inhibisi
100
y = 1,4612x - 57,851 R² = 0,995
50 0 0
20
40
60
80
100
120
Konsentrasi µg/ml
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
Gambar 4.4 Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibis Vitamin C Hubungan Konsentrasi dengan % Inhibisi Vitamin C % Inhibisi
150.000 100.000
y = 7606,4x + 4366,3 R² = 0,9995
50.000 0 0
2
4
6
8
10
12
14
Konsentrasi µg/ml Kurva diatas diperoleh dengan menggunakan regresi linier pada aplikasi pengolah data microsoft excel 2007. Koefisien y pada persamaan linier bernilai 50 merupakan koefisien IC50, Sedangkan koefisien x pada persamaan linier ini merupakan konsentrasi ekstrak yang akan dicari nilainya, dimana x yang diperoleh merupakan besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk dapat meredam 50% aktivitas radikal DPPH. Nilai R 2 menggambarkan linieritas konsentrasi terhadap % inhibisi. Nilai
R 2 yang mendekati +1
(bernilai positif) menunjukkan korelasi yang baik antara konsentrasi sampel dengan % inhibisi (Harmita, 2004). Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 70% daun sirsak lebih kuat dari kedua sampel lainnya. Kuatnya aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol 70% daun sirsak berhubungan dengan kandungan metabolit sekunder yang yang tersari pada saat proses ekstraksi. Ini membuktikan kandungan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol 70% daun sirsak lebih banyak dari pada ekstrak etanol 96% dan 50% daun sirsak. Perbedaan kandungan metabolit sekunder yang tersari saat ekstraksi pada ketiga ekstrak disebabkan karena adanya perbedaan polaritas antara pelarut etanol 96%, 70%, dan 50%. Salah satu senyawa metabolit sekunder yang dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan adalah flavonoid. Flavonoid merupakan antioksidan eksogen yang mengandung gugus fenolik dan telah dibuktikan bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stress oksidatif. Mekanisme kerja dari flavonoid sebagai antioksidan dapat secara langsung maupun tidak langsung. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
Flavonoid sebagai antioksidan secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menstabilkan radikal bebas yang reaktif (Saija, et al.,1995 dan Arora, et al. 1998) dan bertindak sebagai scavenger/penangkal radikal bebas secara langsung (Arora, et al., 1998 dan Nijveld, et al., 2001). Flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung bekerja di dalam tubuh dengan meningkatkan ekspresi gen antioksidan melalui aktivitas nuclear factor eryhtrid 2 related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim antioksidan endogen seperti SOD (superoxide dismutase) (Sumardika dan Jawi, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan nilai IC 50 (Inhibitory Concentration) ekstrak etanol 96% daun sirsak sebesar 29,810 ppm (sangat aktif), ekstrak etanol 70% daun sirsak sebesar 18,030 ppm (sangat aktif), ekstrak etanol 50% daun sirsak sebesar 73,819 ppm (aktif), dan vitamin C sebesar 5,999 ppm (sangat aktif).
2. Nilai AAI (Antioxidant Activity Index) ekstrak ekstrak etanol 96% daun sirsak sebesar 1,328 (kuat), ekstrak etanol 70% daun sirsak sebesar 2,196 (sangat kuat), ekstrak etanol 50% daun sirsak sebesar 0,536 (sedang), dan vitamin C sebesar 6,601 (sangat kuat).
3. Ekstrak etanol 70% daun sirsak memliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dari pada ekstrak etanol 96% dan 50% daun sirsak.
5.2 Saran 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk membandingkan kualitas mutu ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% daun sirsak (Annona muricata Linn). 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai efek antioksidan dari ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% daun sirsak (Annona muricata Linn) secara in-vivo.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Arora, A., M.G. Nair., and G.M. Strasburg. (1998). Structure – activity relationships for antioxidant activities of a series of flavonoids in a liposomal system. Free Radic. Biol.& Med. 24(9); p. 1355-1363 2. Blois, M.S. 1958. Antioxidant determinations by theuse of a stable free radica., Nature; p. 1199-1200. 3. Daun Sirsak Untuk Penyembuhan Kanker. Diakses dari www.daunsirsak.net. 5 November 2010 4. Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta; hal 484. 5. Depkes RI. (1980). Materia Medika Indonesia. Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta; hal XI; XVIII; 159-160; 170-172. 6. Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Edisi V. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.; hal 41-45. 7. Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. hal 1-12; 13-37; 55-58. 8. Gandjar dan Rohman., (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta 9. Ghosal,
M dan
Mandal,
P. (2012)
Phytochemical
screening
and
antioxidant activities of two selected ‘BIHI ’ Fruits used as vegetables in Darjeeling Himalaya. Int J Pharm Pharma Sci. Vol 4. p. 567-574 10. Goldberg, G. (2003) . Plants: Diet and Health. I Owa State Press, Blackwell Publishing Company, 2121 State Avenue, Ames, USA. 11. Gordon, MH. (1990). The mechanism of antioxidant action in vitro. In: Hudson BJF (editor). Food antioxidants. Elsevier Applied Science. London, p.1-18. 12. Gritter R.J., James, M., dan Arthur E, S. (1991). Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB. Bandung. 13. Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Bandung. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
14. Hariyatmi. (2004). Kemampuan vitamin C sebagai antioksidan Terhadap radikal bebas pada lanjut usia. Jurnal MIPA vol 14 No.1. Surakarta. UMS 15. Harmita
(2004).
Perhitungannya.
Petunjuk
Pelaksanaan
Departemen
Farmasi
Validasi
Metode
FMMIPA-UI.
dan
Cara
Majalah
Ilmu
Kefarmasian. Vol. 1. No.3; hal 117-135. 16. Helio, Faustino., Nuno, Gil., Cecilia, Baptista., and Ana, P.D. (2010). Antioxidant Activity of Lignin Phenolic Compounds Extracted from Kraft and Sulphite Black Liquors. Journal of Molecules. Vol 15; p. 9308-9322. ISSN. 17. Hernani., dan Rahardjo, M. (2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya. Jakarta; hal 1-20; 62-63. 18. Hidayat, B. (2005). Penggunaan Antioksidan pada Anak. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak. 19. Isnindar., Setyowat, E.P., dan Wahyuono, S. (2001). Aktivitas Antioksidan daun kesemek (Diospyros kaki L.F) dengan Metode DPPH (2,2-DifenilPikrilhidrazin). Majalah Obat Tradisional. 20. Jun, M.H.Y., Yu. J., Fong, X., Wan, C.S., Yang, C.T., and Ho. (2003). Comparison of Antioxidant activitiesof isoflavonoids from kudzu root (puereria labata Ohwl). J. Food. Sci. Institute of technologist. Vol 68; p. 2117-2122. 21. Khopkar, S. M.. (1990).
Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas
Indonesia. . Jakarta; hal 216-217. 22. Kristianti, A. N, N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. (2008). Buku Ajar Fitokimia. Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Airlangga. Surabaya; hal 47-48. 23. Putu, N.R.A., Wahjuni, Sri., dan Dwijani, Wahyu Sulihingtyas. (2012). Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata Linn). sebagai Antioksidan pada Penurunan Kadar Asam Urat Tikus Wistar. Jurnal Kimia 6. Vol. 2; hal 128. 24. Molyneux, P. (2004). The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl Hydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity . Songklanakarin Journal Science and Technology. 25. Mulja, HM dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya; hal 26-28.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
26. Musfiroh dan Syarief. (2012). Uji Aktivitas Peredaman Radikal Bebas Nanopartikel Emas dengan Berbagai Konsentrasi sebagai Material Antiaging dalam Kosmetik. UNESA Journal of Chemistry; hal 2. 27. Nijveldt, R.J., Van, N.E., Van, H.D.E., Boelens, P.S., Van, N.K., and Van Leeuwen, P.A. (2001). Flavonoids: A Review of Probable Mechanisms of Action an Potential Applications. US National Library of Medicine. National Institute of Health. p. 418-425. NCBI. 28. Nurjanah., Izzati., dan Abdullah. (2011).
Aktivitas Antioksidan dan
Komponen Bioaktif Kerang Pisau (Solen sp.). Jurnal Ilmu Kelautan Vol 16 (3); hal. 119-124. ISSN 29. 0853-7291. 30. Radi, J. (1997). Sirsak Budidaya dan Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta; hal 12-13. 31. Redaksi Agromedia. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Agromedia Pustaka. Jakarta; hal 228. 32. Saija, A., et al. (1995). Flavonoids as antioxidant agents : importance of their interaction with biomembranes. Free Radic. Biol. & Med. 19(4); p. 481-486. 33. Silalahi, Jansen. (2006). Makanan Fungsional. Kanisius. Yogyakarta; hal 40 34. Stahl, E.(1985). Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB. Bandung. 35. Sugiati, S.S., Hutapea, J.R. (1991) Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta. Depkes RI; hal 56-57. 36. Sumardika dan Jawi. (2012). Water Extract of Sweet Potato Leaf Improved Lipid Profile and Blood SOD Cntent of Rats with High Cholesterol Diet. Medicina vol. 43; p.2. 37. Sunarni, T. (2005). Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa Kecambah dari Biji Tanaman Familia Papilionaceae. Jurnal Farmasi Indonesia 2. Vol. 2; hal 53-61. 38. Suranto, A. (2011). Dahsyatnya Sirsak tumpaspenyakit. Pustaka Bunda, Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
39. Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., dan Kaur, H. (2011). Phytochemical Screening and Extraction: A Review. Journal Internationale Pharmaceutical Sciencia. Vol. 1; p. 103-104. 40. Townshend, Alan . (1995). Encyclopedia of analytical science. Uninversitas Michigan. Vol 7; p. 6059. 41. Winarsi, H. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta; hal 19-65 42. Winata, H. (2011). Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Kimiawi Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum pictum L. Griff). Skripsi. Institut Pertanian Bogor; hal 9. 43. Yu, Liangli. (2008). Wheat Antioxidants. Wiley. United States of America; p. 120. 44. Zuhud, E.A.M. (2011). Bukti Kedasyatan Sirsak menumpas Kanker. Agromedia Pustaka; hal 25; 46-59; 76.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian
Simplisia Daun
Determinasi
Sirsak diayak dengan ayakan mesh 40
Serbuk Simpisia
dimaserasi dengan masingmasing pelarut (etanol 96%, 70%, dan 50%)
Penapisan
Ekstrak Cair
Ampas
Fitokimia 1. Alkaloid 2. Triterpenoid
dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator evaporator
dan steroid Uji Aktivitas
3. Saponin 4. Flavonoid 5. Fenol 6. Kuinon
Ekstrak Kental
Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH
7. Tanin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
Lampiran 2. Hasil Determinasi Annona muricata Linn
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
Lampiran 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 96%, 70%, dan 50% Daun ................... .Sirsak (Annona muricata Linn) No Golongan . 1 Alkaloid
Keterangan Gambar
Indikator hasil positif Uji Mayer : Terbentuknya endapan berwarna kuning Uji Dragendorf : terbentuknya endapan merah
Hasil Uji Baik uji mayer maupun dragendorf, ketiga sampel memiliki hasil negatif ditandai dengan tidak terbentuknya endapan Ketiga sampel menunjukkan hasil positif
2
Flavonoid
Terbentuknya warna kuning intens yang menjadi tidak berwarna dengan penambahan asam encer
3
Saponin
Terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit
Ekstrak etanol 70 % dan 50% menunjukkan hasil positif sedangkan ekstrak 96% menunjukkan hasil negatif
4
Triterpeno id dan Steroid
Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau
Ketiga sampel menunjukkan hasil negatif
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
5
Fenol
Terbentuknya warna biru kehitaman
Ketiga sampel menunjukkan hasil positif
6
Kuinon
Terbentuknya Warna kuning
Ketiga sampel menunjukkan hasil positif
7
Taniin
Terbentuknya endapan putih
Ketiga sampel menunjukkan hasil negatif
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
Lampiran 4. Perhitungan Randemen Ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% Daun ................... .Sirsak (Annona mmuricata Linn)
1. Rumus Perhitungan Randemen Ekstrak
2. Randemen Ekstrak Etanol 96%
3. Randemen Ekstrak Etanol 70%
4. Randemen Ekstrak Etanol 50%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Lampiran 5. Perhitungan dalam Uji Antioksidan 1. Pembuatan larutan DPPH (0,1 mM) - Banyaknya DPPH yang ditimbang :
X = 1,98 mg - Jadi, ditimbang 1,98 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol p.a serta dicukupkan volumenya hingga 50 mL. 2. Pembuatan larutan induk ekstrak etanol 96%, 70%, dan 50% daun sirsak (Annona muricata Linn) - Konsentrasi 1 ppm setara dengan 1 µg/mL, sehingga untuk membuat konsentrasi 1000 ppm dapat dilakukan dengan menimbang 50 mg ekstrak dan dicukupkan dengan metanol p.a hingga 50 mL.
3. Contoh perhitungan pembuatan larutan uji dan kontrol positif - Pembuatan larutan uji ekstrak etanol 96% dengan konsentrasi 20 ppm dari larutan induk 1000 ppm menggunakan labu ukur 10 mL N1 x V1 = N2 x V2 1000 ppm x V1 = 20 ppm x 10 mL V1 = 0,2 ,L atau 200 µL (Jumlah yang dipipet dari larutan induk) kemudian dicukupkan dengan metanol p.a hingga 10 mL pada labu ukur.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
4. Perhitungan % Inhibisi - Contoh perhitungan % inhibisi pada absorbansi rata-rata ekstrak etanol 70% pada konsentrasi 20 ppm.
5. Perhitungan IC50 - Contoh perhitungan IC50 pada ekstrak etanol 50% Sebelumnya, konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari ekstrak etanol 50% dibuat persamaan regresi liniernya menggunakan aplikasi pengolah data microsoft excel 2007 hingga diperoleh persamaan y = 1,6502x + 20,259. Dari persamaan ini dihitunglah nilai IC50 nya. y = 1,6502x + 20,259 50 = 1,6502x + 20,259
x = 18,030 ppm 6. Perhitungan nilai AAI (Antioxidant Activity Index) - Contoh perhitungan nilai AAI dari kontrol positif vitamin C Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1,98 mg/50 mL = 39,6 ppm serta nilai IC50 vitamin C yang diperoleh sebesar 5,999 ppm. Konsentrasi DPPH yang digunakan Nilai IC50
- Jadi, nilai AAI dari vitamin C adalah 6,601 dan tergolong sangat kuat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
Lampiran 6. Panjang Geolombang DPPH
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Lampiran 7. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 96% Daun ..................... Sirsak (Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH
Larutan induk ekstrak etanol 96% (1000 ppm) (50 mg ekstrak ad metanol p.a hingga 50 mL)
100 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
300 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
400 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
500 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
10 ppm
30 ppm
40 ppm
50 ppm
Masing-masing ditambahkan 2 mL DPPH 0,1 mM Vortex dan inkubasi 30 menit (tempat gelap)
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
Lampiran 8. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun ..................... Sirsak (Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH
Larutan induk ekstrak etanol 70% (1000 ppm) (50 mg ekstrak ad metanol p.a hingga 50 mL)
100 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
200 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
300 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
400 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
10 ppm
20 ppm
30 ppm
40 ppm
Masing-masing ditambahkan 2 mL DPPH 0,1 mM Vortex dan inkubasi 30 menit (tempat gelap)
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Lampiran 9. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Daun ..................... Sirsak (Annona muricata Linn) dengan Metode DPPH
Larutan induk ekstrak etanol 50% (1000 ppm) (50 mg ekstrak ad metanol p.a hingga 50 mL)
400 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
500 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
600 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
1000 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
40 ppm
50 ppm
60 ppm
100 ppm
Masing-masing ditambahkan 2 mL DPPH 0,1 mM Vortex dan inkubasi 30 menit (tempat gelap)
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 10. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C
Larutan induk ekstrak vitamin C (1000 ppm) (50 mg ekstrak ad metanol p.a hingga 50 mL)
25 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
50 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
75 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
100 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
125 µL Ad metanol p.a hingga 10 mL
2,5 ppm
5 ppm
7,5 ppm
10 ppm
12,5 ppm
Masing-masing ditambahkan 2 mL DPPH 0,1 mM Vortex dan inkubasi 30 menit (tempat gelap)
Absorbansi
% inhibisi
IC50
AAI
Analisa data
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta