PERUBAHAN PERIILAKU KONSUMSI PADA MASYARAKAT PETANI CABE (Suatu Penelitian Di desa Komus Kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara) Fanteri Kakomole Dr. Rauf A. Hatu M.Si Sainudin Latare. S.Pd.,M.Si Program Studi Sosiologi Abstrak FANTERI KAKOMOLE, NIM 281 409 104 “Perubahan Perilaku Konsumsi Pada Masyarakat Petani“ (Suatu Penelitian Di Desa Komus II Kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara). Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2013, di bawah bimbingan dari Bapak Sainudin Latare, S.Pd. M.Si dan Dr. Rauf A. Hatu, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimana perubahan perilaku konsumsi yang ada di Desa Komus II Kecamatan Kaidipang dan dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku konsumsi pada masyarakat Desa Komus II setempat. Hasil penelitian ini berhasil menyimpulkan bahwa perilaku konsumsi pada masyarakat Desa Komus II mengalami perubahan yang sangat cepat. Perubahan inipun tidak hanya berlaku pada orang-orang tertentu didalamnya termasuk para petani perilaku mengkomsumsi selain makanan dan minuman namun mereka pula mengutamakan perabotan rumah dan perlengkapan elektronik lainnya serta kendaraan seperti motor. Berdasarkan hasil penelitian ini maka di harapkan kepada pemerintah dalam hal ini Kepala Desa agar supaya mengadakan proposal ke dinas pertanian untuk memintah bantuan khusunya alat-alat pertanian serta racun serangga dan lainnya yang berkaitan dengan pertanian. Karena hal ini akan mempermudah para petani untuk mengelola lahan pertanian yang ada. Mengapa demikian karena dengan meningkatnya ekonomi masyarakat desa yang ada maka mereka akan lebih cepat melunasi tugas dan tanggung jawab mereka selaku warga masyarakat dalam hal ini pelunasan pajak. Kata Kunci : Masyarakat, Konsumsi, Dan Perubahan
***Latar Belakang Perilaku konsumstif ternyata bukan hanya milik orang kaya atau orang kota, melainkan juga ditiru oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat desa. Perubahan perilaku konsumtif tersebut tidak bisa tidak sebagai akibat langsung dari perkembangan teknologi komunikasi dan media, seperti TV dan media cetak lainnya. Iklan dan advertising telah memainkan peran yang tidak sedikit dengan “bujukan” dan “rayuan”nya yang dilancarkannya secara terus menerus guna men-stimuli budaya (kultur) pada konsumsi masyarakat.1 Perilaku konsumsi pada masyarakat pedesaan adalah perubahan dari pola tradisional kemudian menjadi bersifat pra modern, seperti pada masyarakat desa komus, yang dulu budaya konsumsinya masih tradisional namun sekarang sudah lebih mengarah ke perilaku konsumsi pra modern. Artinya sudah bisa menyesuaikan perubahan zaman yang ada. Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi seringkali dihubungkan pada masalah makanan dan minuman, sesungguhnya tidak sesempit itu pengertian konsumsi, menggunakan barang elektronik juga merupakan kegiatan konsumsi. Konsumsi adalah suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa.2 Namun Analisis konsumsi tidak hanya dipandang sekedar pemenuh kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia, tetapi berkaitan dengan aspek-aspek social budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup. Menurut ekonomi, selera sebagai suatau yang stabil, difokuskan pada nilai guna dibentuk secara individu, dan dipandang sebagai suatu yang eksogen.3 Konsumsi terhadap suatu barang merupakan gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu. Konsumsi terhadap barang merupakan landasan 1
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, Hal 111. Ibid., 115. 3 Khairil Anwar, Analisis Pola Konsumsi Masyarakat. http://Khairilanwarsemsi.Blogspot.Com/2011/03/Analisis-Pola-Konsumsi-Masyarakat.Html (diakses 03 Mei 2013). 2
bagi penjenjangan dari kelompok status. Sehingga situasi kelas ditentukan oleh ekonomi sedang situasi status ditentukan oleh penghargaan social.4 Konsumsi masyarakat petani pada era ini boleh dikatakan sangat meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat desa Komus Dua yang mengalami perubahan pada perilaku konsumsi. Dalam hal ini, peningkatan yang lebih mendalam terjadi pada masyarakat desa Komus setelah menanam tanaman cabe adalah dari segi perilaku konsumsi masyarakat yang mengalami peningkatan. Yang paling menonjol di konsumsi oleh masyarakat Desa Komus yaitu tidak hanya makanan, namun mereka juga mengkonsumsi barangbarang elektronik dan lainnya. Bahkan pula menurut kenyataan dilapangan, dalam setiap kepala keluarga sudah hampir semua memperoleh kendaraan bermotor, bahkan ada yang sudah mempunyai dua motor dalam satu kepala keluarga. Dalam hal ini, setiap kelebihan yang mereka dapatkan, mereka manfaatkan untuk membeli ataupun mengadakan sesuatu yang baru, yang mereka temukan dari orang lain melalui interaksinya. Berupa tawaran-tawaran seperti barang elektronik, kendaraan bermotor, serta pelengkap isi rumah lainnya. Dibandingkan dari sebelum sebelumnya masyarakat hanya satu dua orang yang mempunyai kendaraan ataupun barang elektronik lainnya yang harganya bisa dibilang tinggi. Penulis melihat bahwa dengan meningkatnya perilaku konsumsi yang dialami oleh masyarakat desa komus dua disini tidak ada terdapat kecemburuan sosial. Mengapa demikian? karena hampir keseluruhan mereka menanam tanaman cabe dan mereka juga sama-sama menerima hasilnya setiap minggu. Yang ada hanya mereka ingin berlomba-lomba membeli ataupun mengkonsumsi sesuatu yang ada menurut mereka dapat memuaskan kebutuhan mereka. Pertanyaannya adalah mengapa terjadi perubahan pola konsumsi? Karena, masyarakat penanam cabe yang ada di Desa Komus, melalui interaksinya dengan para pemborong yang mendatangi rumah para petani cabe, maka diterjadilah sebuah penawaran dari pemborong tersebut. Dalam hal ini, pemborong cabe menawarkan berbagai macam barang-barang yang mereka rasa masyarakat juga sangat membutuhkan barang 4
Sukamadi, Sosiologi Konsumsi. http://Sukmadigaul.Blogspot.Com/2012/11/Sosiologi-Konsu msi.Html (diakses 03 Mei 2013).
yang mereka tawarkan tersebut. Jaminannya adalah hasil cabe setiap minggu diberikan kepada pemborong yang menawarkan barang tersebut seusai kesepakatan yang dilakukan oleh kedua bela pihak. Hal ini penulis memandang konsumsi sebagai gaya hidup yang diakibatan dari lingkungan pergaulan. ***Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, hal ini karena masalah yang diteliti merupakan suatu situasi sosial yang sifatnya deskriptif. Menurut Satori dan Komariah, penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian
yang
mengungkap
situasi
sosial
tertentu
dengan
cara
mendeskripsikannya secara benar, dibentuk menggunakan kata-kata serta berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan dan diperoleh dari situasi yang alamiah.5 Ada 2 pendekatan dalam memahami Konsumsi. 1. Pendekatan kuantitatif social struktur : mengukur gaya hidup berdasarkan
konsumsi yang dilakukan seseorang. Pendekatan ini menggunakan sederet daftar konsumsi yang mempunyai skala nilai. 2. Pendekatan kualitatif dunia kehidupan : memandang konsumsi Sebagai gaya
hidup juga sebagai lingkungan pergaulan. Namun disini, peneliti lebih memfokuskan kepada poin yang ke dua, yaitu memandang Konsumsi sebagai gaya hidup juga sebagai lingkungan pergaulan. Sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua bagian penting yang saling menopang untuk menciptakan suatu penelitian yang efektif sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pembagian tersebut meliputi sumber data yang sifatnya primer dan sumber data yang bersifat sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara secara mendalam antara peneliti dan informan terpilih. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen (resmi dan tidak resmi) seperti buku, internet dan profil lokasi penelitian yang memiliki keterkaitan dengan masalah dalam penelitian.
5
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2011, hlm 25.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi seperti apa yang dikemukakan oleh Sugiyon.6 Analisi data dalam penelitian ini meggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman, aktifitas analisis data dilakukan secara interaktif dan terus menerus hingga data yang ada menjadi jenuh. Teknik tersebut yaitu mereduksi data, menyajikan data dan menarik kesimpulan serta verifikasi. Penelitian ini dilakukan di Desa Komus Kecamatan Kaidipang. Penelitian ini dilakukan selama ± 6 bulan. Dengan judul “Perubahan Perilaku Konsumsi Pada Masyarakat Desa Komus II”. *** Hasil Penelitian Dan Pembahasan Desa Komus II merupakan salah satu Desa dari 13 Desa yang berada dikecamatan Kaidipang, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Provinsi Sulawesi Utara, yang terletak diibukota Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Luas wilayah desa Komus II seluas 989 Ha. Desa Komus Kecamatan Kaidipang yang merupakan daerah otonom Desa dengan jumlah penduduk 440 jiwa yang terdiri dari 225 jiwa penduduk laki-laki dan 215 jiwa penduduk perempuan yang terdiri dari 132 kepala keluarga. Potensi Desa Komus cukup besar, baik potensi yang sudah di manfaatkan maupun yang belum di manfaatkan secara maksimal. Potensi yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya perlu terus di gali dan di kembangkan untuk kemakmuran masyarakat secara umum. Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang yang di konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis (makanan) dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan 6
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hlm 225.
lebih dari satu kali atau dalam jangka panjang (barang). Namun yang paling penulis soroti disini adalah mengenai konsumsi barang yang bisa dipergunakan dalam jangkan panjang.7 ***Kosumsi Jangka Panjang (Barang) Dalam kehidupan sehari-hari, konsumsi seringkali dihubungkan pada masalah makanan dan minuman, sesungguhnya tidak sesempit itu pengertian konsumsi, menggunakan barang elektronik juga merupakan kegiatan konsumsi. Kegiatan mengkonsumsi barang ataupun makanan adalah merupakan usaha sadar maupun tidak dari seseorang tersebut. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan ekstenal. Faktor internal adalah merupakan faktor yang berasal dari dalam lingkungan masyarakat desa tersebut seperti kesadaran masyarakat itu sendiri ingin merubah pola hidup kearah yang lebih baik tanpa dorongan dari orang lain. lain halnya dengan faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar lingkungan seperti pengaruh seseorang untuk menawarkan barang dan apa saja kepada seseorang. Persaingan yang ada di Desa Komus menjadi sebuah kebanggaan bagi pemerintah setempat. Karena dengan menghadapi sebuah perubahan yang lebih membawa kita kepada kemajuan seperti pada masyarakat Komus Yang mengalami perubahan dari segi perilaku mereka mengkomsumsi suatu makanan maupun barang yang bisa bertahan dalam jangka panjang. Menanggapi suatu perubahan jelas diantara masyarakat akan ada yang namanya kecemburuan sosial, Karena manusia sifatnya ingin bersaing dan tak ingin tersaingi baik dalam hal baik ataupun hal buruk. Namun hal ini tak sedikitpun terlihat pada masyarakat Desa Komus II. “kalau cuma mo bilang mo baku cemburu uto, nda ada mo muncul pa torang pe pikiran. Justru torang turut merasa bersyukur kalau \orang laeng ada kelebihan. Kalau cuman mo bilang secara pribadi, seandainya torang juga nanty m dapa kelebihan apa yang orang laeng bili torang boleh juga m bli. Tapi kalu m bilang mangiri nda ada sama 7
Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi ekonomi. Jakarta: Prenada Media Group. Hal 113- 115.
skali m timbul difikiran. Lagian torang juga kan sama2 ba tanam rica, jadi kalu waktu panen m panen sama-sama setiap minggu kurang tersera pa torang masing mo pergunakan untuk apa itu depe doi”8.(wawancara pada tanggal 20/04/2013 dengan informan Rut Nesare (35) thn). Yang dimaksud oleh Informan Ibu Rut Nesare yaitu : “Hal yang sama seperti yang diutarakan oleh ibu Rahel kembali diutarakan oleh ibu Rut bahwa yang mana apa yang menjadi kelebihan orang lain ataupun tetangga sebelah rumah mereka juga turut merasa bersyukur. Menurutnya setiap orang mempunyai rezeki masing-masing lewat usaha yang mereka lakukan sebagai petani cabe” Tingkat pendapatan masyarakat desa Komus yaitu tingkat pendapatan (income) dapat digunakan untuk dua tujuan: konsumsi (consuption) dan tabungan (saving), hal ini merupakan besar kecilnya pendapatan yang diterima seseorang akan mempengaruhi pola konsumsi. Semakin besar tingkat pendapatan seseorang, biasanya akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi, sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang rendah pula. Artinya tingkat konsumsi masyarakat yang ada di Desa Komus II diseimbangkan dengan tingkat pendapatan yang diperoleh. “Hasil dari pemetikan cabe tersebut setiap minggunya dipergunakan untuk membelanjakan kebutuhan-kebutuhan rumah tangga yang sudah habis dan apabila ada kelebihan disimpan sedikit demi sedikit untuk membayar storan kendaraan (motor) setiap bulannya, membayar setoran ssp anak setiap bulannya, kalau masih ada sisa uang akan ditabung. Biasa saya menabung di persekutuan ibadah kolom. Setiap minggunya saya sebagai ibu rumah tangga melaksanakan hal yang
8
Sumber dari informan Rut Nesar. Wawancara pada tanggal 20/04/2013
sama ketika selesai pemetikan cabe”. (Wawancara pada tanggal 20/04/2013 dengan informan Serli Tatimu (33 thn). 9 Yang dimaksud oleh informan Ibu Serli Tatimu yaitu : “hasil dari pemetikan cabe apabila mempunyai kelebihan mereka akan mengatur sebaik mungkin keuangan keluarga mereka, sehingga bisa mencukupipembayarang setoran serta biaya rumah tangga dan lainnya”. Masyarakat petani Desa Komus II awalnya mata pencaharian mereka adalah hanya mencari rotan dihutan, menjerat babi, dan pekerjaan lainnya yang menghasilkan uang setiap harinya. Selain itu kalau ada proyek yang masuk seperti perbaikan jalan, tanggul dan lainnya mereka juga turut menjadi pekerja yang gajinya dihitung perhari begitu juga dengan yang mengkubik batu mereka juga digaji perkubik. Namun dari semua pekerjaan yang mereka lakukan mereka menganggap itu adalah pekerjaan yang sangat berat. Kebetulan pada waktu itu ada beberapa kepala keluarga yang pergi keluar daerah di toli-toli, waktu itu tepat pada tahun 1999 disana mereka melihat pertanian para petani yang ada di pedesaan toil-toli selain cingkeh mereka menanam cabe. Tanaman cabe merupakan tanaman yang rutin dipetik setiap minggunya dan hasilnya cukup memuaskan setidaknya dapat menutupi kebutuhan setiap harinya. Kemudian penjerat babi merasa tertarik untuk mencoba menanam dan menanyakan bagaima cara menanam hingga menuai hasil kepada para petani di pedesaan toli-toli. Kemudian mereka membawa bibit cabe pulang kekampung halaman yaitu di Komus. Kemudian mereka mulai mencoba bercocok tanam dengan tanaman cabe, dan ternyata tanaman cabe memang nyata hasilnya, yang dulunya cabe yang dipetik harus mereka jual langsung kepasar namun sekarang pemborong cabe sendirilah yang datang menemui para penjual cabe dirumah mereka masing setiap waktu pemetikan cabe. Itu mereka lakukan biasanya lewat telfon seluler. Artinya antara penjual dan pemborong akan saling berkomunikasi 9
Sumber dari informan Ibu Serli Tatimu. Wawancara pada tanggal 20/04/2013
apabila sudah tiba pemetikan cabe dan membicarakan harga cabe apa naik atau turun. Biasanya oleh masyarakat petani cabe pemetikan cabe dilakukan setiap hari sabtu atau bisa dikatakan setiap minggunya. Lahan yang biasa disediakan para petani untuk ditanami cabe biasanya mencapai 1- 3 hektar bahkan ada yang lebih dari situ.Bahkan dulunya pemborong cabe hanya berasal dari orang luar masyarakat desa setempat sekarang sudah ada masyarakat didalam desa itu yang menjadi pemborong kemudian ada yang diekspor ke Gorontalo ada juga ke Manado Masyarakat Komus dalam proses menunggu hingga sampai tanaman cabe bisa dipetik dalam selang 6-7 bulan, mereka bekerja sebagai pemasang jerat didaerah-daerah yang banyak hewan babi. Karena dihutan sekitar pegunugan Komus dan Tuntung hewan babinya masih banyak yang berkeliaran merusak tanaman-tanaman warga. Untuk itu sambil menunggu tanaman cabe sampai bisa dipetik mereka memasang jerat. Dan hasil dari penjualan babi itu dijual dan dapat menutupi kebutuhan sehari-hari. Ada pula yang bekerja bangunan apabila ada yang menawarkan dan bekerja di tempat lain yang menghasilkan uang. Tanaman cabe harganya tidak menentu kadang harganya naik hingga Rp. 65.000 per Kg, kadang pula turun bahkan pernah turun secara drastis sampai Rp. 10.000 per Kg. Biasanya hasil pemetikan cabe paling tinggi dalam seminggu oleh masyarakat komus mencapai 70-90 Kg. Biasanya kalau harga cabe naik buah cabe menurun yang biasanya sampai 60-70 per Kg dalam seminggu setiap pemetikan bisa turun sampai 40 -50 Kg, begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan oleh perubahan cuaca. Bila harga cabe Rp. 65.000 per Kg x 40 Kg hasilnya bisa sampai Rp. 2.600.000. Apabila harga cabe menurun buah cabe meningkat. Apabila 70 Kg dikalikan Rp. 10.000 berarti hasilnya 700.000 Namun dengan melihat harga cabe yang sudah turun begitu rendah tidaklah membuat resah masayarakat. Malahan mereka lebih semangat untuk memperbanyak bibit cabe. Karena meskipun harganya yang minim hasilnya
ataupun uang yang diterima tidak cukup mengecewakan setidaknya menurut mereka dapat membiayai kebutuhan dalam setiap harinya. Tinggi rendahnya pendidikan masyarakat akan berpengaruhi terhadap perilaku, sikap dan kebutuhan konsumsinya. Artinya masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi dia akan tau apa yang baik dikonsumsi dan apa yang tidak baik untuk dikonsumsi. Begitu juga sebaliknya kepada masyarakat yang pendidikannya rendah dia hanya mengikuti arus perubahan tanpa mengetahui apakah ini baik untuk dikonsumsi atau tidak. “Selagi saya masih menjabat sebagai kepala desa Komus dua, disetiap tahunnya saya mendorong kapada warga masyarakat saya agar supaya lebih meningkatkan pendidikan bagi anak-anak kita. Karena ini berguna untuk masa depan mereka juda masa depan desa kita. Dari data yang ada di desa Saya melihat bahwa disetiap tahunya pendidikan yang ada mulai dari paud sampai ke perguruan tinggi sudah mulai ada peningkatan.10”(wawancara pada tanggal 14/04/2013 dengan informan Esra Namangge (44) thn) Yang dimaksud oleh Informan Bapak E. Namangge yaitu : “Pendidikan bagi anak sangat penting untuk kepentingan mereka dimasa yang akan datang”. Pendidikan merupakan sebuah titik tolak kehidupan seseorang untuk masa kedepannya. Keinginan dari seorang kepala desa untuk menghimbau warga masyarakatnya terutama para orang tua agar dapa menyekolahkan anak-anak mereka itu bukan semata-mata untuk kepentingan kepala desa itu sendiri namun untuk masa depan anak dikemudian harinnya agar tidak seperti orang-orang tua sebelumnnya yang tidak merasakan bangku pendidikan. Keadaan sekeliling dan kebiasaan lingkungan sangat berpengaruh pada prilaku konsumsi masyarakat. Ada masyarakat yang dengan begitu cepat menyesuaikan keadaan yang ada adapula yang sulit untuk menyesuaikan keadaan. 10
Sumber dari informan Esra Namangge selaku Kepala Desa. Wawancara ini dilaksanakan pada tanggal 14/04/2013
Sesuatu yang baru biasanya terjadi karena adanya pengaruh lingkungan sekitar ada pula pengaruh dari luar pada masyarakat Komus besar pengaruhnya dari luar lingkungan dalam hal mengkonsumsi suatu barang. “Kebanyakan dari kami petani cabe sering ditawarkan oleh pemborong cabe dengan barang-barang baru intinya yang lebih modern, tinggal dari kami saja mau atau tidak dengan barang yang ditawarkan tersebut, jaminannya hasil dari pemetikan cabe tersebut harus kita berikan kepada yang menawarkan barang tersebut. Biasanya kami membeli secara kredit”. (wawancara pada tanggal 20/ 04/2013 dengan informan Erwin Tatimu (60) tahun)”.
Yang dimaksud informan bapak E.Tatimu yaitu : “sebagai petani yang sudah lama menjadi petani cabe, jelas mereka sudah ada pemborongnya, dalam hal ini pemborong bukan hanya membeli cabenya saja namun mereka juga menawarkan barang mereka sebagai jaminannya ketika dibeli oleh barang yang ditawarkan ini cabe yang mereka petik harus diberikan kepada pemborong
yang
menawarkan
barang
tersebut.
Istilah
pembayarannya secara menyicil. Tergantung kesepakatan mereka”.
Bagi masyarakat desa Komus tanaman cabe merupakan suatu pengikat tali persaudaraan dengan orang-orang yang berada diluar desa tersebut. Artinya, diantara
penjual (masyarakat) dan pemborong ikatan mereka bukan hanya
sekedar membeli atau menjual cabe tersebut namun sudah diantara mereka sudah ada kebebasan apalagi dalam hal ketika masayarakat membutuhkan uang mereka bias dengan mudah untuk berkomunikasi dengan pemborong. *** Dampak dari perubahan Perilaku Konsumsi Pada Masyarakat Dalam mengahadapi sebuah perubahan yang terjadi dalam sebuah kehidupan manusia ataupun masyarakat yang menempati suatu desa baik itu perubahan dalam segi positif maupun negatif, sudah jelas akan menimbulkan
kecemburuan sosial antara masyarakat satu sama lain. Namun kebanyakan sifat cemburu ini hanya timbul pada orang yang merasa cemburu ataupun iri terhadapa kelebihan yang dimiliki orang lain. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan seseorang untuk mampu bersaing dengan orang lain. Kecemburuan sosial yang yang ada biasanya menimbulkan efek yang negatif dan itu benar-benar ada dalam kehidupan sekelompok masyarakat. Karena tidak ingin melihat kehidupan orang lain berjalan dengan lancar segala sesuatu akan dilakukan untuk menggagalkan kelancaran itu. Daftar Pustaka Aligrafi. 2003. Ekonomi Dan Konsumsi. Yokyakarta : Edisi II UPP-AMP YKPN Bishop, C.E. dan Toussaint. 1986. Pengantar Analisis Ekonomi Pertanian. Mutiara Sumber. Jakarta. Chaney lifestyles. 1996. Sebuah Pengantar Komprehensif. Yokyakarta: Jalasutra. Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi ekonomi. Jakarta. Prenada Media Group George Ritzer-Douglas. J. Goodman.2003.Teori Sosiologi Modern. Jakarta: PT Prenada Media Group Riyadi. 2003. Kebiasaan makan masyarakat dalam kaitannya dengan penganekaragaman konsumsi pangan. Jakarta : Prosiding Simposium Pangan dan Gizi Serta Kongres IV Bergizi dan Pangan Indonesia. Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Satori, D dan Komariah, A. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumbri, Mulyadi. 2003. Ekonomi Dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Raja Grafindo
Uhar Suharsaputra. 2012.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, Bandung: Refika Aditama, Khairil Anwar. Analisis Pola Konsumsi
http://khairilanwarsemsi.blogspot.com/2011/03/analisis-pola-konsumsi masyarakat.html (diakses 03 Meil 2013). Sukma. Sosiologi Konsumsi. http://sukmadigaul.blogspot.com/2012/11/sosiologikonsumsi.html (diakses 03 Mei 2013). Makalah Sosiologi. http://sosbud.kompasiana.com/2012 Juni 20/makalah-sosiologiekonomi-pasar-unsur-dan-jaringan-sosial-471256.html (diakses 23 Mei 2012). Isma. Masyarakat Konsumer Menurut Baudrilard. Sumber data lainya diambil dari Kantor Desa Komus pada bulan April Wawancara dari informan pada tanggal 4 - 20 April 2013
