PERTANIAN DAN PARIWISATA DALAMPEREKONOMIAN BALI: ANALISIS PERANAN DAN KETERKAITAN ANTARSEKTOR
DISERTASI
I MADE ADNYANA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul:
PERTANIAN DAN PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN BALI: ANALISIS PERANAN DAN KETERKAITAN ANTARSEKTOR
merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi sendiri dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan dengan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program yang sejenis di perguruan tinggi lainnya. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2012
I Made Adnyana H 361064044
ABSTARACT
I MADE ADNYANA. Agriculture and tourism in Balinese Economy: Analysis of the Role and Intersectoral linka ges (D.S. PRIYARSONO as Chaiman, MANGARA TAMBUNAN and MUHAMMAD FIRDAUS as members of the Advisory Committee)
The main objectives of this study are (1) to analyze the role of agriculture and tourism sectors as measured by multiplier effects of the sectors on the economy, (2) to analyze the intersectoral linka ges in the economy especially between the two sectors , and (3) to analyze the impacts of the increase of the final demand on the Economy’s output, employment, and income distribution, using Social Accounting Matrix approach, this study mainly shows that (1) in terms of output, tourism sector contributes greater portion to the Economy than what agriculture sector does, (2) in terms of income distribution, tourism sector generates more equal income distribution than what agriculture sector does, and (3) in terms of employment, however, agriculture sector absorbs labors greater than what tourism sector does. These findings are also confirmed by the results of the simulation analysis of the increase in the final de mand o f the Economy.
Keywords : Agriculture, Tourism, Role, Linkages, Output, Labor, Income, Distribut ion
1
RINGKASAN
I MADE ADNYANA. Pertanian dan Pariwisata dalam Perekonomian Bali : Analisis Peranan dan Keterkaitan Antarsektor (di bawah bimbinga n D.S. PRIYARSONO sebagai ketua, MANGARA TAMBUNAN dan MUHAMMAD FIRDAUS masing- masing sebagai anggota komisi pembimbing).
Perkembangan ekonomi Provinsi Bali yang didominasi oleh sektor pariwisata, tidak terlepas dari statusnya seba gai tujuan wisata dunia ba hwa Bali merupakan destinasi utama, yang memiliki keindahan alam yang termasyur di dunia serta diimbangi dengan agama dan budayanya. Berkembangnya ekonomi provinsi Bali didorong oleh sektor pariwisata, dan sektor pertanian yang mendorong sektor pariwisata itu sendiri, sehingga dapat menciptakan pembangunan antar kelompok masyarakat melalui output, lapangan kerja dan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi Bali yang mengalami percepatan selama periode krisis keamanan yaitu bom Bali diawali oleh besarnya kontribusi sektor, meliputi sektor pertanian, sektor pariwisata dan sektor-sektor lainnya. Perubahan ekonomi tersebut membawa perubahan mendasar baik bagi kesempatan kerja dan pemerataan ekonomi lainnya. Adanya perubahan ekonomi tersebut akan memberikan dampak terhadap struktur perekonomian lainnya yang meliputi struktur permintaan akhir barang dan jasa, struktur ekspor dan impor, struktur ketenagakerjaan, baik manurut sektor dan lapangan usaha dan distribusi pendapatan.
Tujuan utama da lam studi ini adalah untuk menganalisis keterkaitan ke belakang dan kedepan sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap output, dan tenaga kerja serta untuk mengetahui dampak multiplier terhadap distribusi pendapatan dalam perekonomian Bali periode tahun 2007. Secara spesifik bertujuan: (1) menganalisis peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata dalam pertumbuha n ekonomi dan kesempatan kerja di Provinsi Bali, (2) menganalisis keterkaitan antarsektor dalam perekonomian Provinsi Bali, terutama sektor pertanian dan pariwisata, dan (3) menganalisis dampak pertambahan permintaan akhir (final demand) terhadap output, tenaga kerja dan distribusi pe ndapatan.
Analisis menggunakan pendekatan SAM (Social Accounting Matrix). Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang sebagian besar bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi Bali. Adapun secara spesifik data yang digunakan tersebut mencakup, data time series berupa PDRB, jumlah tenaga kerja, jumlah penduduk yang dipublikasikan oleh BPS provinsi Bali tahun 2007 yang terkait dengan analisis SAM untuk menjawab semua tujuan penelitian.
Hasil analisis menunj ukkan sektor pertanian dan sektor pariwisata mempunyai peranan yang paling tinggi, dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.Subsektor yang menjadi prioritas utama, dari sektor pertanian adalah subsektor Peternakan, karena subsektor tersebut mampu untuk menarik sektor hulunya dan juga mampu mendorong sektor hilirnya.Subsektor dari sektor
2 pariwisata adalah subsektor Industri Teksil, Pakaian Jadi, Alas Kaki & Barang dari Kulit, karena subsektor ini mampu untuk menarik sektor hulunya dan juga mampu untuk mendorong sektor hilirnya.. Dampak pertambahan permintaan akhir terhadap pendapatan rumahtangga, dimana stimulus ekonomi di sektor pariwisata yang memberikan dampak paling tinggi terhadap pendapatan rumahtangga. Ketimpangan pendapatan rumahtangga stimulus ekonomi di sektor pariwisata mempunyai ketimpangan paling rendah. Implikasi kebijakan dalam studi ini, pertama, memberikan kebijakan- kebijakan yang nyata seperti kebijakan pupuk, pembinaan, pembibitan, modal usaha, serta pemerintah tidak perlu melakukan impor produk-produk hasil pertanian.Kedua, memberikan kebijakan-kebijakan yang nyata untuk sektor pariwisata terutama sub-subsektor Restoran, Rumah Makan dan Warung, subsektor Hotel dan subsektor Travel Biro, dengan kebijakan perpajakan, merasionalisasi struktur regulasi dan insentif. Ketiga, meletakka n agroindustri sebagai prioritas berikutnya dalam mengejar industrialisasi, keempat, perlu diupayakan kebijakan yang secara langsung memberikan bantuan peningkatan pendapatan golongan rumah tangga berpenghasilan rendah, seperti bantuan tunai langsung perlu diteruskan dan ditingkatkan,dengan catatan penggunaannya agar
benar-benar efektif.
3
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor
4
PERTANIAN DAN PARIWISATA DALAM PEREKONOMIAN BALI: ANALISIS PERANAN DAN KETERKAITAN ANTARSEKTOR
I MADE ADNYANA
Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
5
Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup
1. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec. Staf Pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
2. Dr. Luckytawati Anggraeni, SP, M.Si. Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka
1. Prof.(R). Dr.Ir. I Made Oka Adnyana, MS. Peneliti Utama Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pertanian.
2. Dr. Ir. Bintang C. H. Simangunsong, M.Si. Staf Pengajar Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
6
Judul Penelitian
: Pertanian dan Pariwisata dalam Perekonomian Bali: Analisis Peranan dan Keterkaitan Antarsektor
Nama Mahasiswa
: I Made Adnyana
Nomor Pokok
: H 361064044
Program Studi
: Ilmu Ekonomi Pertanian
Menyetujui.
Komisi Pembimbing,
Ir.D.S. Priyarsono, Ph.D. Ketua
Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan,M.Sc. Ph.D. Anggota
Muhammad Firdaus, SP,M.Si, Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian
3.DekanSekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA.
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.
Tanggal Ujian: 31 Januari 2012
Tanggal Lulus:
7
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapka n puji da n syukur ke hadirat Allah Subhana Wataalla,
Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, karena atas ridhonya disertasi ini akhirnya
dapat terselesaikan.Disertasi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu
persyaratan penyelesaian pendidikan Program Doktor di Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata merupakan dua sektor
unggulan terhadap kontribusi PDRB Bali, penyerapan tenaga kerja dan distribusi
pendapatan dalam perekonomian Bali, menjadi gagasan dasar dari penyusunan
disertasi ini. Dari beberapa studi empiris tentang peranan sektor pariwisata yang
telah penulis pelajari hasilnya bahwa sektor pariwisata belum berpihak pada
masyarakat miskin (pro poor). Sehubungan
dengan itu dalam disertasi ini
dianalisis keterkaitan antarsektor, dampak multiplier, analisis jalur dari subsektor
kepada kelompok rumahtangga dan distribusi pendapatan dalam perekonomian
Bali.
Disertasi ini diselesaikan secara layak atas bimbingan dari Bapak Ir. D.S.
Priyarsono, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Prof. Dr. Ir. Mangara
Tambunan, M.Sc dan Bapak Muhammad Firdaus, SP, M.Si, Ph.D selaku Anggota
Komisi Pembimbing. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada beliau atas
kesungguhan, ketekunan, dan kesabaran dalam memberikan bimbingan.
Menghaturka n terima kasih kepada isteri tercinta, Ruhati dan anak-anak
tersayang Putu Ruth Adwishanty da n I Made Ruha n Adradhona, atas ke ikhlasan,
8
pengertian, dan doanya serta dorongan moril yang tiada henti- hentinya sehingga
penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Rektor, Direktur Sekolah Pascasarjana, dan Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama mengikuti pendidikan
Program Doktor di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
2. Bapak Rektor dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Nasional Jakarta
yang telah memberikan izin belajar dan membiayai secara penuh.
3. Bapak Direktur dan Ibu Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Nasional Jakarta yang telah mendorong penulis untuk menyelesaikan
pendidikan Program Doktor.
4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian yang telah membimbing penulis selama mengikuti pendidikan
Program Doktor.
5. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor atas ke muda han ur usan administrasi yang mendukung
penulis pada masa pendidikan Program Doktor.
6. Bapak Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dan Pemerintah Daerah
Provinsi Bali yang telah membantu penulis mendapatkan izin dan
kemudahan dalam memperoleh data.
7. Rekan-rekan Dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan dorongan
moril dalam masa pendidikan Program Doktor.
9
8. Adik-adikku yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moril
dalam masa pendidikan Program Doktor.
9. Rekan-rekan senasib sepenanggungan EPN 3 Khusus Institut Pertanian
Bogor, yang selalu memberi dorongan dan perhatian kepada penulis.
10. Dan kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu atas bantuannya dalam penyusunan disertasi ini.
Penulis telah berusaha mengerjakan/menyelesaikan disertasi ini sebaik
mungkin sesuai kemampuan, akan tetapi keterbatasan sebagai manusia biasa
memungkinkan
terjadinya
kesalahan
dan
kekhilafan
penulis
dalam
menyelesaikannya. Oleh karena itu saran dan kritik penulis tetap perlukan demi
kesempurnaannya.Akhirnya, semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang memerluka nnya.
Bogor, Januari 2012
Penulis
10
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara dari orang tua Bapak
I Ketut Sukadana (almarhum) dan Ibu Ni Cening Rukmi (almarhum).Penulis
dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1956 di Sawan, Buleleng, Singaraja Bali.
Pada tahun 1969, penulis menamatkan pendidika n dasar di SD Negeri
Sawan, Buleleng, Singaraja Bali.Pada tahun 1972 menamatkan pendidikan
menengah di SMP Jana Yasa Sawan, Buleleng, Singaraja Bali dan pada tahun
1975 di SMEA Gajah Mada Singaraja Bali.Pada tahun 1978 penulis melanjutkan
pendidikan di Fakultas Eko nomi Jur usan Eko nomi Perusahaan (Manajemen)
Universitas Nasional yang dapat diselesaikan pada tahun 1985. Pada tahun 1994
penulis menerima Beasiswa dari Yayasan Administrasi Indonesia untuk
melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Persada Indonesia pada Program Studi
Magister Manajemen, dan dapat menyelesaikannya pada tahun 1996. Syukur
Alhamdulillah penulis masih diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
Program Doktor sejak September 2007 dengan biaya yang bersumber dari
Universitas Nasional secara penuh.Sejak tahun 1986 sampai sekarang penulis
bekerja sebagai Dosen Tetap dengan pangkat akademik mulai dari Asisten Akhli
Madya hingga sekarang Lektor Kepala pada Fakultas Ekonomi Universitas
Nasional Jakarta.
Penulis menikah dengan Ruhati SH, pada tanggal 26 Desember 1980 dan
dikaruniai dua orang anak, yaitu Putu Ruth Adwishanty, SE, M.Si dan I Made
Ruhan Adradhona, SH,MH.
11
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………
xiv
DAFTAR GAMBAR
………………………………………………….
xvii
I. PENDAHULUAN … …………………………………………………… 1.1 Latar Belakang ….. …………………………………………………. 1.1. Perumusan Masalah …. …………………………………………….. 1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian …..………………………………… 1.3. Ruang Lingkup da n Keterbatasan Penelitian ….. ……………………
1 1 2 3 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ….. …………………………………………… 2.1. Teori Pertumbuhan ….. …………………………………………….. 2.1.1. Perspektif Neo Klasik ……………………………………. 2.1.2. Pandangan Keynesian Tentang Perumbuhan Ekonomi Wilayah 2.1.3. Analisis Harrod-Domar …………………………………. 2.1.4. Teori Kutub Pertumbuhan ………………………………. 2.1.5. Model Pertumbuhan Tidak Seimbang …………………… 2.1.6. Teori Basis Ekspor ………………………………………. 2.2. Pertumbuhan dan Pemerataan …………………………………. 2.2.1. Hubungan Pertumbuhan da n Pemerataan ………………. 2.2.2. Distribus i Pendapa tan …………………………………… 2.2.3. Strategi Industri Berbasis Pertanian ……………………… 2.2.4. Ekonomi Pariwisata ………………….……………………… 2.3. Tinjauan Studi Terdahulu ….. ………………………………………
13 13 16 18 19 20 22 25 26 26 30 32 34 37
III. KERANGKA TEORETIS …. ……………………………………………
43
3.1. Kerangka Pemikiran …..……………………………………………. 3.2. Model SAM ….. ……………………………………………………. 3.2.1. Kerangka Dasar SAM ………………………………………… 3.2.2. Metode Analisis SAM ………………………………………...
43 48 48 56
IV. METODOLOGI PENELITIAN ….………………………………………
67
4.1.Tahapan Membangun SAM Provinsi Bali…………………………… 4.2. Metode Analisis …. …………………………………………………
67 79
Xii
12
4.2.1. Analisis Pengganda SAM …………………………………….. 4.2.2. Analisis Simulasi …. ………………………………………….
81 84
V. PERANAN DAN KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR PARIWISATA DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI
5.1. Struktur Perekonomian Provinsi Bali………………………………. 5.1.1. Struktur Pereko nomian da n Jumlah Tenaga Kerja …… ……… 5.1.2. Sumber Pendapatan Rumahtangga ………………………. 5.1.3. Struktur Pengeluaran Rumahtangga …………………….. 5.2. Peranan Sekor Pertanian dan Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kesempatan Kerja dan Distribusi Pendapatan ….. ………. 5.2.1. Pengaruh Output Bruto, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktor Produksi 92 5.2.2. Pengganda Pendapatan Rumahtangga ……………………….. 5.3.Analisis Dekompos isi …… …………………………………………. 5.4.Analisis Jalur Struktural ……. ……………………………………….
86 86 88 90 92
99 103 112
VI. DAMPAK STIMULUS EKONOMI TERHADAP OUTPUT, PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
6.1. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Output Perekonomia n ….. …. 6.2. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Tenaga Kerja ….. ………….. 6.3. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga
162 167 171
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
…………………
178
7.1. Kesimpulan …. ……………………………………………………. 7.2 Implikasi Kebijakan …. …………………………………………….
178 180
DAFTAR PUSTAKA…… …………..................................................... 189
LAMPIRAN …..………………………………………………………..
Xiii
195
13
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Struktur Social Accounting Matrix..................................................52
2.
Kerangka Dasar SAM Indonesia ..................................................53
1.
Klasifikasi SAM Provins i Bali Tahun 2007………………………
1.
Struktur PDRB dan Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Bali ...........
70
89 2.
Sumber Pendapatan Rumahtangga di Provinsi Bali Tahun 2007..
91
3.
Struktur Penge luaran Rumahangga di Provinsi Bali Tahun 2007 ..
93
4.
Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktorial di Provinsi Bali Tahun 2007..................................... 95
5.
6.
Ranking Sektor Produksi Berdasarakan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Provinsi Bali Tahun 2007………………………………………………………..
100
Rekapitulasi Sektor yang Memiliki Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktor Produksi Terbesar di Provinsi Bali Tahun 2007……………………………… 101
7. 8.
Koefisien Pengganda Pendapatan Rumahtangga di Provinsi Bali Tahun 2007
103
Dekomposisi Pengganda Subsektor Tanaman Bahan Makanan … 106
9. 10.
Dekomposisi Pengganda Subsektor Peternakan………………….. 108 Dekomposisi Pengganda Subsektor Industri Maka nan, Minuman dan Tembakau
…………………………
… 11. 12. 13. 14.
Dekomposisi Pengganda Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit …………………………..
112
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Tanaman, Bahan Maka nan, Menuju Rumahtangga Buruh Tani ……………………
116
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Tanaman, Bahan Maka nan, Menuju Pengusaha Pertanian ………………………….
118
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Tanaman, Bahan Makana n, Menuju Golongan Atas di Desa ……………………
121
14
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Tanaman, Bahan Maka nan, Menuju Golongan Atas di Kota ………………………
123
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Tanaman, Bahan Maka nan, Menuju Institusi Perusahaan ………………………….
124
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Tanaman, Bahan Maka nan, Menuju Institusi Pemerintah ………………………….
126
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Peternaka n, Menuju Rumahtangga Buruh Tani ……………………………….
129
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Peternakan, Menuju Rumahtangga Pengusaha Pertanian ……………………..
131
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Peternaka n, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa …………………..
133
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Peternakan, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota …………………
136
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Peternaka n,Menuj u Institusi Perusahaan …………………………
138
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Peternakan, Menuj u Institusi Pemerintah ……………………………………..
140
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa……..
142
25.
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, Menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota …145
26.
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota 147
27.
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, Menuju Institusi Perusahaan
149
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau, Menuju Institusi Pemerintah
151
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit, Menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota …………………………… …………………………
153
28.
29.
xv
15
30.
31.
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota …………………………… Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki da n Barang da ri Kulit, Menuju Institusi Perusahaan
156
158
32.
Pengaruh Global dan Pengaruh Total Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit, Menuj u Institusi Pemerintah …………160
33.
Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Output Perekonomian Provinsi Bali............................................................. 164
34.
Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Bali.................................................................................. 168
35.
Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Pendapatan Rumahtangga Provinsi Bali.................................................................................. 172
35.
Ketimpangan Pendapatan Rumahtangga .......................................175
16
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.
Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian, Pariwisata dan Sektor Lainnya Terhadap PDRB di Provinsi Bali, Periode 2008-2010 ..............2
2.
Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian, Pariwisata dan Sektor Lainnya Terhadap Kesempatan kerja di Provinsi Bali, Periode 2008-2011 ………………………………………………..
3
1.
Simplifikasi Kerangka Pemikiran Penelitian .................................48
2.
Proses Pengganda Antara Neraca Endogen SAM………………... 60
3.
Jalur Dasar dalam Analisis Jalur ………………………………….
63
4.
Sirkuit dalam Analisis Jalur ............................................................
64
1. 1.
Simplifikasi Tahapan Penyus unan Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007………………………………………………………..
69
Jalur StrukturalpadaSubsektor Tanaman, Bahan Makanan, Menuju Rumahtangga Buruh Tani………………………………..
115
2.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Tanaman, Bahan Makanan, Menuju Rumahtangga Pengusaha Pertanian ……………………..
117
3.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Tanaman, Bahan Makanan, Menuju Golongan Atas di Desa .....................................................120
4.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Tanaman, Bahan Makanan, Menuju Golongan Atas di Kota ………………………………….
122
5.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Tanaman, Bahan Makanan, Menuju Institusi Perusahaan …………………………………….
124
6.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Tanaman, Bahan Makanan, Menuju Institus i Pemerintah ....................................................................................... 126
7.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Peternaka n, Menuju Rumahtangga Buruh Tani ………………………………………..
xvii
128
17
8.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Peternaka n, Menuju Rumahtangga Pengusaha Pertanian ………………………………
131
9.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Peternaka n, Menuju Golongan Atas di Desa………………………………………………………… …….. 133
10.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Peternaka n, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota .........................................……………………………136
11.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Peternakan, Menuju Institusi
Perusahaan ....................................138
12.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Peternaka n, Menuju Institusi Pemerinta ………141
13.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Maka nan, Minuman dan Tembakau, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa ……..
142
14.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Maka nan, Minuman dan Tembakau, Menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota ……
145
15.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Maka nan, Minuman dan Tembakau, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota……..
147
16.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Maka nan, Minuman dan Tembakau, Menuju Institus i Perusahaan…………………………
149
17.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Maka nan, Minuman dan Tembakau, Menuju Institusi Pemerintah…………………………
18.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit, Menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota ..............153
19.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Teks til, Paka ian Jadi dan Barang dari Kulit, Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota ................................................................................................156
20.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit, Menuju Institusi Perusahaan................................... .............158
21.
Jalur StrukturalpadaSubsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Barang dari Kulit, Menuju Institusi Pemerintah ................................... ..............160
151
18
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Bali merupakan salah satu provinsi yang memiliki peran penting dalam
perekonomian Indonesia, dengan sumbangan terhadap PDB nasional sebesar 8,47
persen (BPS, 2008). Kontribusi ini terutama berasal dari sektor pariwisata,
sebagaimana diketahui bersama bahwa pariwisata di Bali mernupakan unggulan
pariwisata nasional. Oleh karenanya pengembangan pariwisata di Bali tidak hanya
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah, namun juga perlu mendapat
perhatian utama dari Pemerintah Pusat.
Disamping sektor pariwisata, sektor pertanian juga memainkan peranan
penting dalam perekonomian Provinsi Bali. Berdasarkan data Provinsi Bali Dalam
Angka tahun 2011 dapat diungkapkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Provinsi Bali pada tahun 2010 sebesar 19 persen, menurun 1 persen
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor pariwisata
memberikan
kontribusi 33 persen terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2010, meningkat 1
persen dibandingkan sektor lainnya. Kontribusi sektor lainnya, merupakan
gabungan dari berbagai sektor, cukup tinggi, yakni sebesar 48 persen selama 3
tahun terakhir (periode 2008-2010). Lebih jelasnya kontribusi sektor pertanian,
19
sektor pariwisata dan sektor lainnya terhadap PDRB Provinsi Bali dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut ini.
kontribusi sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja sebesar 36
persen, terus mengalami pernurunan dari tahun ke tahun, yakni menjadi sebesar
25 persen pada tahun 2010 100% 90% 80%
48%
48%
48%
32%
32%
33%
20%
20%
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
19%
0% 2008
2009
2010
Pertanian Pariwisata Lainnya Sumber: BPS Provinsi Bali (2011)
Gambar 1.1. Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian, Pariwisata dan Sektor Lainnya Terhadap PDRB di Provinsi Bali, Periode 2008-2010
Sebaliknya kontribusi sektor pariwisata dan sektor lainnya cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, kontrubusi sektor
pariwisata tarhadap PDRB Provinsi Bali sebesar 24 persen, secara persisten
mengalami peningkatan, yakni menjadi 27 persen pada tahun 2011. Selanjutnya,
kontribusi sektor lainnya terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2008 sebesar
40 persen, terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2011 kontribusinya
20
menjadi 48%. Lebih jelasnya kontribusi sektor pertanian, sektor pariwisata dan
sektor lainnya terhadap penyerapan tenaga kerja Provinsi Bali dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut ini.
Perkembangan ekonomi Provinsi Bali yang didominasi oleh sektor
pariwisata dari aspek pembentukan PDRB, tidak terlepas dari statusnya seba gai
tujuan wisata dunia bahwa Bali merupakan destinasi utama, yang memiliki
keindahan alam yang termasyur di dunia serta diimbangi dengan agama dan
budayanya, disamping letaknya yang cukup strategis. 100% 90% 80%
40%
42%
43%
24%
24%
26%
48%
70% 60% 50%
27%
40% 30% 36%
20%
34%
31%
25%
10% 0% 2008
2009
2010
2011
Pertanian Pariwisata Lainnya
Sumber: BPS Provinsi Bali (2011) Gambar 1.2. Perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian, Pariwisata dan Sektor Lainnya Terhadap Kesempatan kerja di Provinsi Bali, Periode 2008-2011
Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dan
wisatawan domestik (wisdom) cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada
tahun 2004 kunjungan wisman ke Bali mencapai 1,460,420 orang, sedangkan
tahun 2010 mencapai 2,576,142 orang atau meningkat 8.01 persen dari tahun
2009 yang mencapai 2,385,122 orang, (BPS Provinsi Bali, 2010).
21 Bali memiliki pos isi cukup strategis dalam membangun perekonomian nasional melalui pertanian dan pariwisata serta didukung oleh letak geografis yang terdiri dari pulau besar yaitu pulau Bali, dan pulau-pulau kecil yang ada di sekitarnya antara lain, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan, dan Pulau Menjangan dengan keindahan alam yang menjadi daya tarik untuk tempat berwisata. Dengan luas wilayah secara keseluruhan sebesar 5.636,66 km2 atau sebesar 0,29 persen dari luas kepulauan Indo nesia (BPS-Bali, 2008). Kepemerintahan Provinsi Bali saat ini terbagi menjadi delapan kabupaten, yakni Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, Karangasem, dan Kota Denpasar yang juga
merupakan Ibu Kota Provinsi. Masing- masing kabupaten mempunyai keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif untuk menarik wisatawan.
Sementara itu, sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar
terhadap pereko nomian Bali karena Bali dianugerahka n tanah yang subur dan
pertanian merupaka n way of life masyarakat Bali. Masyarakt Bali sejak jaman
dahulu telah menjadikan pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama.
Segala sendi kehidupan termasuk budaya dan upacara keagamaan pada prinsipnya
terkait dengan aktivtitas pertanian. Sampai saat ini, pertanian masih tetap
dipertahankan di Provinsi Bali dan memberikan kontribusi yang besar terhadap
perekonomian. Tata cara pengelolaan usaha pertanian masih tetap memegang
teguh prinsip-pr insip yang telah berlaku sejak jaman da hulu. Seba gai contoh,
dalam pengelolaan air, para petani di Bali mempunyai organisasi desa yang
dikenal dengan SUBAK, sehingga masalah air dalam pertanian telah dibagi
berdasarkan luas areal. Prinsip-prinsip pengelolaan yang memegang teguh
22
kearifan lokal ini yang menjadikan sektor pertanian tetap tumbuh dan berkembang
sampai saat ini.
Berdasarka n uraian yang telah dijelaska n, terliha t ba hwa struktur
perekonomian Bali mempunyai ka rakteristik yang unik dibandingkan dengan
provinsi lainnya di Indonesia. Perekonomian Bali dibangun dengan mengandalkan
industri pariwisata sebagai leading sector dari aspek PDRB (pertumbuhan
ekonomi) dan sektor pertanian merupakan sektor yang dapat menyerap jumlah
Tenaga tenaga kerja yang cukup besar dan secara langsung dapat mendukung
industri pariwisata tersebut.
Mencermati besarnya kontribusi sektor pertanian dan sektor pariwisata
terhadap perumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di Provinsi Bali, maka
sudah selayaknya Pemerintah Provinsi Bali memberikan proporsi yang lebih besar
terhadap investasi pada kedua sektor tersebut, termasuk mendorong masuknya
investasi swasta (investasi swasta domestik dan luar negeri). Berdasarkan Data
Provinsi Bali Dalam Angka (BPS Provinsi Bali, 2011), pada tahun 2004 investasi
domestik di Provinsi Bali sebesar Rp 952.12 miliar, meningkat menjadi Rp
4,210.16 miliar pada tahun 2010. Demikian juga dengan investasi luar negeri
meningkat dari Rp 66.14 miliar pada tahun 2004, menjadi Rp 1,787.12 pada
tahun 2010.
Hal menarik lain dari uraian sebelumnya adalah telah terjadi perubahan
struktural dalam perekonomian Bali, khus usnya dilihat dari kontribusi sektor
pertanian dan sektor pariwisata dari aspek kesempatan kerja. Pada tahun 2011,
dominasi sektor pertanian dari aspek kesempatan kerja pada tahun-tahun
sebelumnya telah digantikan oleh sektor pariwisata. Sementara itu, dari aspek
23
kontribusi terhadap PDRB, kontribusi sektor pariwisata cenderung memperkokoh
dominasinya yang diperlihatkan oleh kontribusi terhadap sektor ini yang
cenderung mengalami peningkatan, sedangkan kontribusi sektor pertanian yang
cenderung
mengalami
penurunan.
Djojohadikusumo
(1994)
struktur
pereko nomian suatu negara atau wilayah
terjadi apabila terjadi perubahan mendasar dari kontribusi sektoral baik dari aspek
kesempatan kerja maupun pertumbuhan eko nomi. Adanya perubahan ekonomi
tersebut akan memberikan dampak terhadap struktur perekonomian lainnya yang
meliputi struktur permintaan barang dan jasa, struktur ekspor dan impor, struktur
ketenagakerjaan, baik manurut sektor maupun lapangan usaha.
Aspek penting lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan
ekonomi adalah pemerataan pendapatan. Para pemikir aliran Strukturalis
menyatakan bahwa pemerataan pe ndapatan ya ng lebih adil di negara- negara
sedang berkembang tidak dapat dinomorduakan, karena hal tersebut merupakan
syarat yang harus dipenuhi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa (Todaro, 2000): Pertama, kesenjangan yang
besar dan kemiskinan yang meluas telah menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga masyarakat miskin tidak memiliki akses terhadap kredit, tidak mampu
membiayai pendidikan anak-anaknya dan memperoleh pelayanan kesehatan yang
baik. Kedua, masyarakat yang berpendapatan tinggi di negara-negara sedang
berkembang tidak
dapat sepenuhnya diharapkan untuk
menabung dan
menanamkan modalnya dalam perekonomian domestik. Seringkali banyak tuan
tanah, pengusaha, politisi korup dan golongan elit kaya lainnya melakukan
pemborosan dengan membelanjakan pendapatannya untuk membeli barang-
24
barang impor yang serba mewah dan berpesiar ke luar negeri. Di samping itu
karena
alasan-alasan
keamanan
mereka
lebih suka
menabung dan
menginvestasikan uang atau hartanya di luar negeri.
Ketiga, rendahnya pendapatan dan taraf hidup masyarakat miskin yang
terwujud berupa kondisi kesehatan yang buruk, kurang gizi dan pendidikan yang
rendah, justru menurunkan produktivitas mereka sehingga mengakibatkan
rendahnya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Keempat, upa ya-upa ya
untuk menaikkan tingkat pendapatan penduduk miskin akan merangsang
permintaan terhadap produk-produk domestik daripada golongan masyarakat kaya
yang cenderung membelanjakan pendapatannya pada barang-barang impor yang
serba mewah. Dan kelima, terciptanya distribusi pendapatan yang lebih adil
melalui upaya- upaya pengentasan kemiskinan akan memberikan banyak insentif
materil dan psikologis sehingga mempercepat kemajuan ekonomi. Distribusi
pendapatan yang tidak merata akan membuat frustrasi dan sikap antipati terhadap
upa ya- upaya pembangunan, yang merupakan sebuah bom waktu yang siap
meledak setiap saat.
1.2. Rumusan mas alah
Besaran kontribusi sektor pertanian dan sektor pariwisata di Bali
berdasarkan perhitungan pangsa PDRB dan pangsa kesempatan kerja yang telah
dijelaskan di atas belum secara penuh dapat memberikan rekomendasi bahwa
kedua sektor tersebut merupakan sektor prioritas dalam pembangunan ekonomi
Bali. Secara teoretis, perhitungan kontribusi berdasarkan pangsa sektoral hanya
menggambarkan efek langsung (direct effect) dari pengembangan suatu sektor.
Dalam kerangka pemikiran ekonomi regional suatu sektor dinyatakan sebagai
25
sektor prioritas (sektor andalan) diukur oleh total effect (efek total). Total efek
merupakan penjumlahan dari nilai direct effect dan indirect effect (efek tidak
langsung).
Sektor prioritas perlu ditetapkan dalam pembangunan ekonomi suatu
wilayah dalam rangka untuk menetapkan besarnya sumberdaya yang harus
dialokasikan (stimulus ekonomi oleh pemerintah) didasarkan pada pertimbangan
adanya constraint (keterbatasan) sumberdaya yang dimiliki. Untuk memahami
konsep ini, pendekatan teori unbalanced growth theory (teori pertumbuhan tidak
seimbang) yang dikemukakan oleh Hirschman digunakan. Teori pertumbuhan
tidak seimbang merupakan suatu strategi yang mengemba ngka n sektor yang
memiliki keterkaitan kuat, baik keterkaitan ke belakang (backward linkage)
maupun keterkaitan ke depan (forward linkage). Menurut Hirscman dalam Jhingan
(2003) da n Arief (1998) investasi pada industri atau sektor-sektor perekonomian
yang strategis dan berhubungan satu dengan yang lain melalui keterkaitan
(linkage) akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi
pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Berdasarkan penjelasan ini dapat dinyatakan bahwa sektor pertanian dan
sektor pariwisata merupakan sektor andalah di Provinsi Bali masih merupakan
sebuah hipotesis. Oleh karenanya dalam penelitian ini perlu dipertanyakan apakah
benar sektor pertanian dan sektor pariwisata merupakan sektor andalan di
Provinsi Bali berdasarkan konsep unbalance growth theory? Hal ini dapat
dibuktikan dengan menghitung kontribusi sektor pertanian dan pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja di Bali dengan menghitung nilai total
multiplier (total efek), efek langsung dan efek tidak langsung.
26
Sektor pertanian merupakan salah satu kegiatan ekonomi
yang
perkembangannya juga didorong oleh sektor pariwisata dan sebaliknya, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung. Hubungan langsung maupun tidak
langsung antara kedua sektor dapat dipandang sebagai hubungan yang bersinergi,
karena masing- masing sektor mempunyai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke
belakang terhadap pasar output dan pasar input. Di lain pihak kedua sektor juga
bisa berkompetisi, misalnya sehubungan dengan kompetisi penggunaan lahan.
Awalnya lahan diperuntukkan bagi lahan pertanian, namun letak lahan yang
strategis menyebabka n terjadi alih fungs i lahan menjadi restoran atau hotel.
Walaupun Pemerintah Provinsi Bali tidak mengizinkan terjadinya konversi lahan
yang subur menjadi sarana dan prasarana pariwisata, namun permasalahan tersebut
tetap saja terjadi. Oleh karenanya dalam penelitian ini perlu dipertanyakan berapa
besar tingkat keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor pariwisata?
Mengacu pada pemikiran Aliran Strukturalis yang telah dikemukan
sebelumnya bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya menekankan pada aspek
pertumbuhan semata, namun aspek distribusi pendapatan juga perlu mendapat
perhatian. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai hendaknya sejalan
dengan pemerataan pendapatan berbagai golongan masyarakat. Oleh karenanya
dalam penelitian ini perlu dipertanyakan bagaimana kontribusi pembangunan
sektor pertanian dan sektor pariwisata di Provinsi Bali terhadap distribusi
pendapatan masyarakat?
Untuk mempercepat pembanguna n ekonomi suatu wilayah maka intervensi
pemerintah merupakan suatu keniscayaan. Dengan adanya intervensi pemerintah
dapat mendorong pembangunan ekonomi sektoral lebih tinggi dan lebih cepat.
27
Intervensi pemerintah yang bersifat ekspansif dalam bentuk memberikan stimulus
ekonomi, khususnya pada sektor pertanian dan sektor pariwisata, diyakini akan
mampu meningkatkan kontribusi kedua sektor ini lebih besar daripada sektor-
sektor lainnya dari aspek pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja.
Disamping itu, kedua sektor ini diyakini memberikan kontribusi terhadap
pendapatan seluruh golongan masyarakat. Oleh karenanya dalam penelitian ini
perlu dipertanyakan bagaimana dampak stimulus ekonomi (investasi) pemerintah
pada sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi,
kesempatan kerja dan distribusi pendapatan masyarakat di Provinsi Bali?
1.3. Tujuan dan Manfaat Pe nelitian
Secara umum tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis peranan sektor
pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja,
dan distribusi pendapatan di Provinsi Bali. Secara spesifik tujuan dari pe nelitian ini
adalah untuk:
1. Menganalisis peranan sektor pertanian dan pariwisata dalam pertumbuhan
ekonomi dan kesempatan kerja di Provinsi Bali.
2. Menganalisis keterkaitan antarsektor
dalam perekonomian provinsi Bali,
terutama sektor pertanian dan pariwisata.
3. Menganalisis peranan sektor pertanian dan pariwisata dalam distribusi
pendapatan masyarakat di Provinsi Bali.
4. Menganalisis dampak stimulus ekonomi (investasi) oleh pemerintah pada
sektor pertanian
dan
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi,
kesempatan kerja dan distribusi pendapatan di Provinsi Bali.
28
5. Merumuskan implikasi kebijakan pembangunan sektor pertanian dan sektor
pariwisata yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan kerja yang tinggi serta distribusi pendapatan yang merata.
Manfaat hasil penelitia n ini adalah
pema haman
yang lebih
me ndala m bagi masyarakat mengenai peran sektor pertanian dan sektor
pariwisata dalam perekonomian Bali. Bagi pemerintah Daerah Bali, manfaat
hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan prioritas
kebijakan pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata yang lebih efektif
dalam mendorong perekono mia n Ba li itu send ir i.
1.4. Ruang Lingk up dan Keterbatas an Penelitian
Analisis dampak pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata
dalam penelitian ini diarahkan pada pengembangan infrastruktur untuk ke dua
sektor tersebut, dengan menggunakan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi
(SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM). Model ini digunakan untuk
menganalisis peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata dalam
pembentukan output, kese mpatan kerja dan distr ibusi pendapatan serta
perannya dala m
meningkatkan pendapatan sektor-sektor
lain dalam
perekonomian Bali. Sektor
pertanian didisagrgasi menjadi subsektor
Tanaman Bahan Makanan, subsektor Perkebunan, subsektor Kehutanan, sub
sektor Peternakan dan subsektor Perikanan, sedangkan sektor pariwisata
didisagregasi ke dalam subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau,
subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit, sub
sektor Industri Kerajinan dari Bahan Galian, subsektor Industri Barang
29
Perhiasan, subsektor Restoran, Rumah Makan dan Warung, subsektor Hotel
Bintang, subsektor Travel Biro dan subsektor Atraksi Budaya. Disagregasi
sektor pariwisata dilandasi oleh besar dan ragamnya konsumsi yang paling
dominan dilakukan
oleh
wisatawan di Bali.
Sela in
itu
dengan
me ngko mbinasikan model SNSE denga n data SUSENAS penelitian ini juga
menganalisis dampak kebijakan ekonomi di sektor pertanian dan sektor pariwisata
terhadap output, tenaga kerja dan distribusi pendapatan. Kebijakan ekonomi yang
dimaksud secara umum meliputi kebijakan: (1) peningkatan investasi di sektor
pertanian, (2) peningkatan investasi di sektor pariwisata, (3) redistribusi
pendapatan dari rumah tangga go lo nga n atas ke ruma h tangga golongan
rendah. Ana lis is juga d ilakuka n untuk mengetahui arah stimulus pada
sektor pertanian dan sektor pariwisata yang d itransmisikan ke rumah tangga.
Keterbatasan
utama dari studi ini terutama
berkaitan dengan
ketersediaan data untuk pe ndisagregasian sektor pertanian dan sektor pariwisata
serta keterbatasan dala m me lak ukan skenar io kebijaka n yang terkait
dengan keterbatasan mode l SAM/SNSE.
30
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Pertumbuhan
Tiap negara menginginkan adanya peningkatan standar hidup rakyatnya.
Ini berarti semua negara akan senantiasa berusaha melakukan kegiatan
pembangunan, yaitu dengan mencoba menginventarisasi potensi-potensi
sumberdaya ekonomi yang dimiliki dan yang mungkin diperoleh, menyusun
rencana-rencana pembangunan dan melaksanakannya melalui partisipasi
masyarakat untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula halnya
pada tingkat wilayah (daerah), setiap daerah ingin meningkatkan taraf hidup
penduduk di daerahnya. Untuk itu pemerintah daerah akan berusaha mendorong
pertumbuhan aktivitas ekonomi di daerahnya.
Menurut Glasson dalam Yakub (1990), analisis pertumbuhan ekonomi
makro dapat digunakan sebagai model pertumbuhan ekonomi wilayah (regional).
Pertumbuhan ekonomi wilayah secara agregat ditentuka n oleh faktor-faktor
endo genous da n eksoge nous. Faktor- faktor endogenous merujuk kepada teori
pertumbuhan dari Clark dan Fischer dalam Adisasmita (2008), yang berpendapat
bahwa adanya pertambahan pendapatan per kapita di suatu wilayah
dilatarbelakangi oleh adanya transformasi tenaga kerja secara berangsur-angsur
31
dari sektor primer (pertanian) ke sektor sekunder (industri) dan sektor tersier
(jasa).
Menurut Glasson dalam Ghalib (2005) pembangunan wilayah pada
dasarnya merupakan proses pengembangan lima strata ekonomi dengan urutannya
sebagai berikut: pertama, yang disebut strata ekonomi subsistence, di mana
ke luarga-keluarga berproduksi cukup untuk kehidupan sendiri, investasi dan
perdagangan relatif kecil. Penduduk pada umumnya bekerja di sektor pertanian
dan berorientasi pada lokasi sumber daya alam, kedua, di mana sektor transportasi
sudah berkembang, wilayah dapat mengembangkan perdagangan dan spesialisasi
produksi. Pada strata ini perekonomian mengembangkan usaha- usaha ind ustri
pedesaan bagi petani. Bahan baku dan tenaga kerja disediakan pedesaan, oleh
karena itu strata ini erat hubungannya dengan pengembangan dari strata satu,
ketiga,
yaitu dengan berkembangnya peringkat kedua (meningkatnya
perdagangan), diikuti pula oleh meningkatnya permintaan dan produksi sektor
pertanian. Sektor pertanian dikembangkan secara ekstensif yaitu mengembangkan
usaha- usaha prod uks i biji-bijian, peternaka n, buah-buahan da n sebagainya,
keempat,
dengan bertambahnya
jumlah penduduk
dan berkurangnya
pengembalian sektor pertanian, wilayah terpaksa mengalihkan harapan kepada
sektor perindustrian. Pengembangan sektor industri meliputi tiga tahap, yaitu (1)
mengemba ngka n industri pe ngolahan hasil- hasil pertanian, (2) mengembangkan
industri- industri lain yang spesifik, (3) akan menghadapi tekanan penduduk,
merosotnya taraf hidup penduduk, merosotnya ekonomi wilayah, dan kemunduran
ekonomi secara
keseluruhan,
da n kelima,
perekonomian
melakukan
pengembangan industri tahap ketiga, yaitu industri yang memproduksi barang-
32 barang untuk tujuan ekspor. Wilayah yang mencapai ekonomi peringkat ini diberi predikat sebagai wilayah maju, wilayah yang sudah sampai pada tahap mengekspor modal, keahlian, keterampilan/rekayasa dan dapat membantu manajemen pengelolaan wilayah-wilayah yang masih tertinggal. Proses pertumbuhan da n usaha- usaha pengembangan di atas merupakan dasar bagi pengembangan struktur organisasi industri. Proses ini memberikan perubahan- perubahan, di mana terjadi pengurangan dalam jumlah perusahaan-perusahaan kecil dan bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan yang besar dan kokoh, serta terbentuknya pola lokasi usaha dalam wilayah, berpindahnya perusahaan- perusahaan ke pusat-pusat pertumbuhan. Faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sama saja dengan faktor- faktor pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana yang terdefinisikan dalam mode l- model ekonomi makro. Model- mode l tersebut berorientasikan penawaran, menjelaskan hubungan fungsional output wilayah dengan faktor- faktor produksi wilayah, yang diformulasikan sebagai berikut: On = fn (K, L, Q, Tr, T, So) ………………………………………… (2.1) Dimana: On = output potensial wilayah n, K = modal, L = tenaga kerja, Q = lahan (sumber primer), Tr = transportasi, T = teknologi, da n So = sistem sosial politik. Samuelson (2001) menamakan model pertumbuhan ekonomi makro dengan ”Aggregate Production Function (APF)”. Model APF ini menganalisis kontribusi relatif dari empat faktor pertumbuhan ekonomi: modal, tenaga kerja, teknologi, dan bahan baku terhadap pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, yang diformulasikan sebagai berikut: Q = AF (K, L, R) ...............................................................................(2.2)
33
F adalah simbol fungsi. Jika input-input moda l (K), tenaga kerja (L) dan sumber
daya alam (R) meningkat maka dapat diharapkan output nyata (Q) akan
meningkat. Begitu pula sebaliknya, output diperkirakan akan turun jika faktor
produksi tersebut berkurang. Teknologi (A) berfungsi menambah meningkatkan
produktivitas input- input. Kemajuan teknologi, dapat membawa kemajuan pada
ekonomi wilayah, dalam pengertian dengan jumlah input yang sama dapat
memproduksi output yang lebih banyak.
Dari pendapat-pendapat (Richardson, 1969; Temple, 1994; dan McCann,
2001 dalam Rusli Ghalib, 2005) disimpulkan: (1) pertumbuhan ekonomi wilayah
umumnya akan selalu bervariasi antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya, (2)
suatu wilayah yang tertinggal akan mengalami pertumbuhan yang relatif cepat
bila dibuka perhubungannya dengan wilayah-wilayah yang relatif maju atau
dengan pusat-pusat perkembangan, (3) kota-kota (pusat-pusat pe ngemba ngan)
berperan sebagai penggerak pengembangan secara keseluruhan, (4) sedikit banyak
pertumbuhan ekonomi pada level nasional berbeda dengan level wilayah,
sehubungan dengan tingkat
kebebasan bergerak
sumberdaya-sumberdaya
ekonomi antar wilayah dibandingkan dengan antar negara, (5) pengembangan
suatu wilayah aka n mengakibatka n divergence da n convergence dalam jangka
panjang, dan (6) proses divergence da n convergence berkaitan erat dengan
aglomerasi dan urbanisasi.
McCann (2001) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu proses yang kompleks, dan terkait dengan permasalahan pasar tenaga kerja
dan multiplier. Dia mengangkat dua perspektif analisis tentang pertumbuhan
ekonomi wilayah, yaitu perspektif Neo Klasik dan perspektif Keynesian.
34
2.1.1. Perspektif Neo Klasik
Teori pertumbuhan ini dikembangkan oleh Solow (1956) dan Swan
(1956). Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi wilayah memiliki dua unsur
penting, yaitu (1) unsur yang berkaitan dengan alokasi dan migrasi faktor-faktor
produksi wilayah yang didasarka n pada dua kerangka analisis pula, yaitu analisis
”satu sektor” dan analisis ”dua sektor”, (2) unsur yang berkaitan dengan sifat-sifat
hubungan antar faktor- faktor produksi dan perubahan teknologi. Model ini
mengasumsikan bahwa perekonomian dalam kondisi persaingan, permintaan
terhadap faktor-faktor produksi telah ditentukan oleh produk marginalnya, yang
teralokasikan berdasarkan mekanisme pasar dan digunakan pada produktivitas
terbaiknya. Model satu sektor ini dikaitkan dengan alokasi dan migrasi faktor-
faktor produksi wilayah, di mana berlaku hukum penurunan tambahan hasil yang
semakin menurun (the law of diminishing marginal return), yang menentuka n
komposisi faktor produksi variabel terhadap sejumlah faktor produksi tetap.
Prinsip dasar teori ini berkaitan erat dengan penurunan produktivitas faktor-faktor
produksi. Model dua sektor ini dikaitkan dengan alokasi faktor produksi dan arus
faktor produksi yang tinggi langsung mengarah ke suatu wilayah yang disebabkan
oleh adanya perbedaan kondisi tertentu.
Model Solow mengasumsikan hubungan yang tidak berubah antara input
dan tenaga kerja serta output barang dan jasa. Tetapi mode l itu bisa dimodifikasi
untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan variabel eksogen, yang
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu.
Untuk memasukkan kemajuan teknologi, harus kembali ke fungsi produksi yang
35
mengaitkan moda l total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. Jadi,
fungsi produksi itu adalah:
Y = F(K,L)
Kini ditulis fungsi produksi sebagai:
Y = F(K,L x E) ..................................................................................(2.3)
Dimana E adalah variabel baru (dan abstrak) yang disebut Efisiensi tenaga kerja.
Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-
metode produksi, ketika teknologi mengalami kemajuan, efisien tenaga kerja
meningkat. L X E
mengukur jumlah para pekerja efektif. Perkalian ini
memperhitungkan jumlah pekerja L dan efisiensi masing- masing pekerja E.
Fungsi produksi yang baru ini menyatakan bahwa output total Y bergantung pada
jumlah unit moda l K dan jumlah pekerja efektif, L X E. Peningkatan efisiensi
tenaga kerja E, sebenarnya adalah seperti peningkatan angkatan kerja L, karena
adanya pengembangan dalam kesehatan, pendidikan atau keahlian angkatan kerja.
(Mankiw, 2003).
2.1.2. Pandangan Keynesian Tentang Pertumbuhan Ekonomi Wilaya h
Panda ngan-pandangan Keynesian tentang pertumbuhan ekonomi wilayah
merupakan pendekatan alternatif. Perekonomian suatu wilayah memiliki
keterkaitan ke dalam dan ke luar. Permintaan suatu wilayah meliputi permintaan
dari dalam dan dari luar wilayah, kedua-duanya akan membentuk arus pendapatan
dan multiplier wilayah. Ada kaitan antara arus investasi lokal dan pendapatan
wilayah. Sehubungan de ngan pa nda ngan tersebut
mazhab Keynesian
mengembangkan model multiplier pada tingkat wilayah (local multiplier). Sedikit
36
banyaknya ada perbedaan antar pendapatan wilayah dan tingkat nasional. Arus
pengeluaran pemerintah lokal cenderung mengalir untuk mengimbangi
pendapatan wilayah dan aliran tersebut relatif bebas dibandingkan dengan pada
tingkat nasional. Diasumsikan bahwa arus investasi sektor pemerintah lebih
banyak mengalir ke wilayah-wilayah di mana dana-dana lokal memungkinkan
terbentuknya modal investasi pada tahun berjalan dan tergantung pada tingkat
pendapatan tahun berjalan. Tingkat pengeluaran investasi lokal biasanya lebih
besar pada tahun berjalan, yang berimplikasi pada persediaan modal wilayah
dapat ditingkatkan menjadi lebih efisien. Pertumbuhan ekonomi dari dalam
wilayah bersumbe r dari jumlah da n mutu input- input lokal. Secara umum
pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari dalam wilayah merupakan fungsi dari
modal wilayah. Model- model pertumbuhan wilayah Keynesian dikaitkan pula
dengan investasi- investasi sumber daya manusia. Persediaan modal lokal
merupakan fungsi dari pendapatan lokal per tahun. Dengan demikian tingkat
pertumbuhan lokal dibatasi oleh tingkat pendapatan lokal.
Tingkat pendapatan tahun berjalan akan dibatasi oleh permintaan terhadap
output. Umumnya diasumsikan bahwa banyak output wilayah yang d ikonsumsi di
luar wilayah. Pengeluaran wilayah juga tergantung pada pendapatan ekspornya.
Pengertian ekspor di sini meliputi ekspor antar wilayah dan luar negeri. Arus
pendapatan wilayah yang bersumber dari ekspor- impor
wilayah (neraca
pembayaran wilayah) berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah.
2.1.3. Analisis Harrod-Domar
37 Sir Roy Harrod dari Inggris dan E. Domar dari Amerika mencetuskan konsep pertumbuhan berimbang (eksponensial). Teori tersebut mencakup
penjelasan tentang tingkat pertumbuhan alamiah jangka panjang. Analisis Harrod-
Domar memberikan peranan penting kepada akumulasi modal dalam proses
pertumbuhan ekonomi secara terus menerus, tetapi mereka menekankan bahwa
akumulasi modal itu mempunyai peranan ganda, yaitu di satu pihak investasi
menghasilkan pendapatan dan di lain pihak investasi akan menambah kapasitas
produksi perekonomian.
Bertambahnya kapasitas produksi menghasilkan keluaran dengan tingkat
biaya produksi yang lebih rendah, tetapi di lain pihak mungkin pula menimbulkan
pengangguran yang lebih besar tergantung pada gerak- gerik pendapatan.
Selanjutnya dalam model pembangunan menurut Harrod-Domar, pertambahan
pendapatan nasional dihubungkan dengan pembentukan modal, hasrat marginal
untuk menabung (marginal propensity to save/ MPS), dan Incremental Capital
Output Ratio (ICOR) ke dalam suatu kesatuan hubungan ekonomi. Tingkat
pembangunan ekonomi (rate of development) ditentuka n oleh hubungan antara
pembentukan modal (capital formation), laju pertumbuhan pe nduduk (rate of
population growth) dan rasio modal-output (COR). Dari model tersebut nampak
jelas bahwa dalam pembangunan, seolah-olah hanya modal yang dianggap
sebagai parameter yang strategis, sedangkan faktor- faktor produksi lainnya dan
berbagai variabel lainnya dianggap konstan.
Model pertumbuhan Harrod-Domar dapat dipakai untuk menganalisis
pertumbuhan wilayah dengan memperhitungkan perpindahan modal dan tenaga
kerja antarwilayah. Pertumbuhan yang mantap (steady growth) harus memenuhi
38
syarat-syarat keseimbangan, yaitu adanya kesamaan antara tingkat pertumbuhan
output, tingkat pertumbuhan modal, dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja.
2.1.4. Teori Kutub Pertumbuhan
Perkembangan modern dari teori pertumbuhan terutama dari karya ahli-
ahli teori ekonomi regional yang dipelopori oleh Francois Perroux (1955) telah
mengembangkan konsep kutub pertumbuhan. Menurut Perroux da lam Adisasmita
(2008), pertumbuhan ataupun pembangunan tidak dilakukan di seluruh tata ruang,
tetapi terbatas pada beberapa tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang
diidentifikasikannya sebagai arena atau medan kekuatan yang di dalamnya
terdapa t kutub-kutub atau pusat-pusat. Setiap kutub mempunyai kekuatan
pancaran pengembangan ke luar dan kekuatan tarikan ke dalam. Teori ini
menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dan khususnya mengenai perusahaan-
perusahaan da n industri- industri serta saling ketergantungannya, dan bukan
mengenai pola geografis dan pergeseran industri baik secara intra maupun secara
inter, pada dasarnya konsep kutub pertumbuhan mempunyai pengertian tata ruang
ekonomi secara abstrak.
Perroux menekankan pada dinamisme industri- industri dan aglomerasi
industri- industri di bagian-bagian
tata ruang geografis. Konsep kutub
pertumbuhan dapat digunakan sebagai alat untuk mengamati gejala-gejala
pembangunan, proses kegiatan-kegiatan ekonomi, timbul dan berkembangnya
industri- industri pendorong serta peranan keuntungan-keuntungan aglomerasi. Inti
pokok dari pertumbuhan wilayah terletak pada inovasi- inovasi yang terjadi pada
perusahaan-perusahaan da n ind ustri- industri berskala besar dan terdapatnya
39 ketergantungan antar pe rusahaan atau ind ustri. Konsep Perroux mempunyai pengertian adanya kaitan erat antara skala perusahaan, dominasi, dan dorongan untuk melakuka n inovasi. Dalam kerangka dasar pemikiran Perroux, suatu tempat merupakan suatu kutub pertumbuhan apabila di tempat tersebut terdapat industri kunci (key industry) yang memainkan peranan sebagai pendorong yang dinamik karena industri tersebut mempunyai kemampuan untuk melakuka n inovasi. Suatu kutub pertumbuhan dapat merupakan pula suatu kelompok industri, yang berkelompok di sekitar industri kunci. Industri kunci adalah yang mempunyai dampak berantai ke depan (forward linkage) yang kuat. Selain ind ustri kunci Perroux menggunakan istilah industri pendorong. Indutri pendorong adalah yang mempunyai pengaruh penting terhadap kegiatan-kegiatan pada industri- industri lainnya, baik sebagai pensuplai atau langganan untuk barang-barang dan jasa-jasa.
2.1.5. Model Pertumbuhan Tidak Seimbang
Sebagai suatu teori, analisis yang berkaitan dengan perubahan struktural
terutama yang telah dike muka ka n oleh Lewis masih sangat sederhana,
sehubungan dengan itu dalam studi ini juga dipaparkan teori dari Hirschman
untuk melengkapi penjelasan yang terkait de ngan peruba han struktural. Konsep
pertumbuhan tidak seimbang dikemukakan oleh.Hirscman memiliki pengertian
bahwa dalam pembangunan ekonomi didasarkan atas pertumbuhan yang tidak
seimbang (unbalanced growth). Menurut Hirscman dalam Jhingan (2003) dan
Arief (1998) investasi pada industri atau sektor-sektor perekonomian yang
strategis dan berhubungan satu dengan yang lain melalui keterkaitan (linkage)
40
akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi
pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Pada hakikatnya konsep pertumbuhan tidak seimbang adalah suatu strategi
yang mengembangkan sektor yang memiliki keterkaitan kuat. Menurut teori
keterkaitan ini yang dimaksud adalah meliputi keterkaitan ke belakang (backward
linkage) dan ke depan (forward linkage). Usulan untuk mengembangkan sektor
ekonomi yang memiliki keterkaitan ini berlaku tidak hanya pada sektor industri
dan sektor pertanian tetapi juga untuk keseluruhan sektor ekonomi. Menurut
Hayami dan Ruttan (1971) konsep ketidakseimbangan dalam dan antarsektor
pertanian adalah suatu sumber penting dari keterkaitan ke belakang dan ke depan
dalam mentransmisikan kemajuan teknologi di dalam sektor pertanian terhadap
keseluruhan pembangunan ekonomi.
Menurut Hirscman pola pembangunan tidak seimbang didasarkan atas
pertimbangan sebagai berikut:
1.
Secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi coraknya tidak seimbang.
2.
Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumberdaya-sumberdaya.
3.
Pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan (bottlenecks)
atau ganggu an-gangguan dalam proses pembangunan tetapi akan menjadi
pendorong bagi pembangunan selanjutnya. (Arsyad, 1999).
Berdasarkan uraian di atas pada dasarnya Hirscman merumuskan model
yang selanjutnya dikenal dengan efek keterkaitan ke depan dan ke belakang.
Keterkaitan ke depan mendorong keputusan investasi pada sektor atau industri
yang memanfaatkan output tertentu untuk proses produksi selanjutnya. Hal ini
dapat menurunkan biaya produksi di industri hilir melalui external economies.
41
Keterkaitan ke belakang mendorong keputusan investasi pada sektor yang
menyediakan input. Peningkatan keterkaitan antarsektor atau antar industri
merangsang peningkatan investasi yang selanjutnya mendorong peningkatan
permintaan input yang merupaka n output dari suatu sektor atau industri tertentu
yang akhirnya mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Saling
ketergantungan antarsektor dapat dirumuskan dalam tiga jenis efek keterkaitan,
yaitu: (1) efek keterkaitan antar industri (interindustry linkage effect), mengukur
efek peningkatan satu unit permintaan akhir (final demand) terhadap tingkat
produksi dalam setiap sektor, (2) efek keterkaitan antar tenagakerja (employment
linkage effect), mengukur penggunaan total tenaga kerja dalam satu sektor sebagai
akibat perubahan satu unit permintaan akhir, dan (3) efek keterkaitan penciptaan
pendapatan (income generation linkage effect), mengukur efek perubahan salah
satu variabel eksogen dalam permintaan akhir terhadap peningkatan pendapatan
(Chenery da n Clark, 1959 dalam Ginting, 2006).
Peningkatan dalam satu unit permintaan akhir dapat meningkatkan
produksi dalam setiap sektor melalui efek keterkaitan antar industri dan tingkat
penyerapan tenaga kerja melalui efek keterkaitan ketenaga kerjaan. Peningkatan
output dan ketenaga kerjaan timbul dari keterkaitan ini, juga dicerminka n oleh
penciptaan pendapatan tenaga kerja melalui keterkaitan penciptaan pendapatan
mendorong peningkatan permintaan barang-barang konsumsi, menginduksi lebih
banyak output dan kesempatan kerja.
Pembangunan sektor pertanian di satu pihak meningkatkan permintaan
input antara (intermediate input), seperti: pupuk, insektisida, traktor dan lain- lain
yang dipasok oleh sektor bukan pertanian ini disebut keterkaitan kebelakang
42
(backward linkage). Namun di pihak lain industri pertanian meningkatkan
penawaran output sektor-sektor lain (industri pertanian), di samping ada yang
digunakan sendiri oleh sektor pertanian ini, disebut keterkaitan ke depan (forward
linkage). Dengan demikian kedua aspek inilah dikenal sebagai efek keterkaitan
antar industri (interindustry linkage effect) yang mengarah ke belakang dan ke
depan. Selain itu, pembangunan sektor pertanian akan meningkatkan penyediaan
kesempatan kerja dan pendapatan di sektor pertanian, yang selanjutnya
meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi yang dihasilkan
sektor lain. Keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang tersebut merupakan
dorongan untuk meningkatkan produktivitas dan akhirnya meningkatkan tabungan
di sektor pertanian. Hubungan inilah dikenal sebagai efek keterkaitan ketenaga
kerjaan (employment linkage effect). Dan efek keterkaitan penciptaan pendapatan
(income generation linkage effect).
2.1.6. Teori Basis Ekspor
Teori basis ekspor (export base theory) merupakan bentuk model
pendapatan regional yang paling sederhana. Sekalipun sederhana, namun teori ini
dapat memberikan kerangka teoritis yang berguna bagi banyak studi empirik
mengenai multiplier regional. Teori ini menyederhanakan sutu sistem regional
menjadi dua bagian, yakni daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah
selebihnya. Asumsi pokok dari teori ini adalah bahwa ekspor merupakan satu-
satunya unsur otonom dalam pengeluaran dan semua komponen pengeluaran
lainnya dianggap sebagai fungsi dari pendapatan. Selain itu diasumsikan pula
43
bahwa fungsi pengeluaran dan fungsi impor tidak mempunyai intersep tetapi
bertolak dari titik nol. Dengan demikian, untuk daerah i dapat ditulis:
Yi = (Ei- Mi) + Xi ………………………………………………….
(2.4)
dimana, Yi adalah pendapatan daerah i, Ei adalah total pengeluaran daerah i, Mi,
adalah pengeluaran impor daerah i, (Ei - Mi) adalah pengeluaran domestik daerah
i, dan Xi adalah ekspor daerah i.
Ei = ei Yi ...........................................................................................(2.5)
Mi = mi Yi ..........................................................................................(2.6)
Xi =
X i (eksogen) ........................................................................(2.7)
Persamaan (2.5), (2.6) dan (2.7) disubstitusikan ke persamaan (2.4) menjadi:
Yi = eiYi – miYi + Xi
Dengan demikian
X Yi = 1ei ei mi
.............................................................................
(2.8)
Jadi, pendapatan regional adalah kelipatan dari ekspor jika marginal propensity
to expenditure secara lokal (e – m) lebih kecil daripada satu (Richardson, 2001).
Jika persamaan (2.9) diubah susunannya maka:
Yi X
1 = 1ei ei mi
Menurut teori ini, khususnya asumsi yang mendasarinya, tidak ada unsur-
unsur eksogen lainnya selain daripada ekspor, maka rasio rata-rata sama dengan
rasio marginal. Dengan demikian, multiplier basis adalah:
Ki =
1 ……………………………………………….. (2.9) 1ei ei mi
44
2.2. Pertumbuhan dan Pemerataa n
2.2.1. Hubunga n Pertumbuhan dan Pemerataa n
Hubungan pertumbuhan dan pemerataan hingga kini masih menjadi
kontroversi. Di satu pihak, ada yang berpendapat bahwa pertumbuhan dan
pemerataan saling bertentangan, tetapi di pihak lain, ada yang berpendapat
sebaliknya. Kelompok yang terakhir ini di dunia internasional tergolong
minoritas, sebab jumlah negara yang berhasil memadukan pertumbuhan dan
pemerataan tidak banyak. Justru yang banyak adalah negara yang berhasil
menciptakan pertumbuhan tinggi, tetapi dibarengi dengan ketimpangan yang
semakin melebar. Namun tidak sedikit negara yang pertumbuhan ekonominya
rendah tetapi diikuti dengan ketimpangan yang terus melebar.
Untuk menganalisis pengaruh pembagian pendapatan terhadap investasi
(I), perlu dilakukan beberapa penyederhanaan seperti yang dilakukan Kaldor
(dalam Ismail, 1995). Misalkan bahwa pendapatan nasional (Y) didistribus ika n
dalam dua bentuk, yaitu yang diterima kelompok pekerja berupa upah (W) dan
yang diterima kelompok pengusaha berupa keuntungan (F). Apabila kedua
kelompok masyarakat tersebut mempunyai hasrat menabung yang berbeda (sw
sF) dimana sw = hasrat menabung pekerja dan sF hasrat menabung pengusaha),
maka tabungan nasional bisa ditulis menjadi:
S = sY =( swW + sFF). ........................................................................ ( 2.10)
dengan asumsi hasrat menabung marginal sama dengan tabungan rata-rata.
45
Dalam model makroekonomi keynesien sederhana, keseimbangan terjadi
apabila I=S, de ngan mensubstitusika n syarat keseimbangan ini dengan persamaan
(2.10) diperoleh:
I = (swW) + (sFF)
Jika W sama dengan Y dikurangi F, maka
I = sw ( Y – F) + (sFF)
= (sF – sw)F + (swY)
Bila ruas kiri dan ruas kanan dibagi dengan Y, diperoleh
I Y
= (sF – sw) F/Y + sw ....................................................................
(2.11)
Ini berarti bahwa tingkat investasi (I/Y) merupakan fungsi dari tingkat
keuntungan (F/Y). Bila hasrat menabung dari kelompok buruh sama dengan nol
(biasanya terbukti di kebanyakan negara berkembang), maka tingkat investasi
ditentukan semata- mata oleh tingkat keuntungan, atau apabila dianggap bahwa
hasrat menabung ke lompok buruh lebih kecil daripada kelompok kapitalis
(biasanya terjadi di negara manapun), maka tingkat keuntungan tetap merupakan
faktor penting dalam
menentukan tingkat
investasi. Dengan demikian,
menurunkan proporsi keuntungan dalam pendapatan nasional untuk memperbaiki
distribusi pendapaan, mempunyai dampak negatif terhadap tingkat investasi.
Selanjutnya, persamaan (2.10) ditulis kembali menjadi:
S s= Y
=
(SFF) (SwW ) f Y
= sw + (sF – sw)
F Y
...............................
(2.12)
Dengan memasukka n persamaan (2.12) ke dalam formulasi pertumbuhan
Harrod-Domar (g = s/v, dimana s = hasrat menabung masyarakat, dan v= nisbah
antara kapital dan output), akhirnya diperoleh:
46
g=
sw (sF sw)(F / Y ) v
....................................................................
(2.13)
Dari persamaan (2.13) jelas bahwa pertumbuhan dan pemerataan
merupakan dua hal yang bertentangan. Jika dikehendaki tingkat pertumbuhan (g)
yang tinggi, maka proporsi pendapatan nasional yang d iterima kelompok ka pitalis
(F/Y) harus cukup tinggi pula, begitu sebaliknya bila dikehendaki distribusi
pendapatan yang lebih merata, maka tingkat pertumbuhan akan rendah.
Dalam literatur, paling sedikit ada tiga konsep distribusi pendapatan,
yakni: (1) distribusi fungsional, (2) distribusi fungsional yang diperluas, dan (3)
distribusi personal. Distribusi fungsional berkaitan dengan pembagian pendapatan
yang diterima pemilik faktor produksi tradisional dalam proses produksi (tanah,
mod al, dan tenagakerja). Distribusi fungs ional yang diperluas merupaka n be ntuk
lain dari distribusi fungsional, misalnya pembagian pendapatan menurut wilayah,
menurut sektor ekonomi (antara sektor pertanian dan sektor industri dan jasa),
atau menurut teknik produksi dalam sektor tertentu (antara industri modern dan
industri tradisional). Sedangkan distribusi personal berkaitan dengan pembagian
pendapatan yang diterima oleh indifidu atau rumah tangga.
Menurut Ismail (1995) teori neo-keynesian dan juga teori distribusi
pendapatan lainnya, lebih menitik beratkan pada masalah distribusi fungsional.
Teori semacam ini tidak sepenuhnya relevan bila digunakan sebagai landasan
untuk merumuskan kebijakan distribusi pendapatan di negara berkembang. Hal ini
disebabkan oleh dua hal, pertama, penggolongan penerima pendapatan dalam
teori distribusi fungsional terlalu sederhana, yaitu hanya terbatas pada buruh dan
pemilik modal, dan umumnya hanya meliputi mereka yang tergabung dalam
sektor formal. Pembagian semacam ini mengabaikan aspek penting dari problem
47
kemiskinan dan ketimpangan di negara berkembang. Sebagian besar kelompok
miskin di negara berkembang bekerja secara marginal di sektor tradisional dan
informal, dan kegiatan mereka biasanya tidak dimasukkan ke dalam perhitungan
pendapa tan nasional. Karena itu kebijaka n yang diarahka n untuk mempe ngaruhi
pola pembagian pendapatan antara pekerja dan pengusaha yang didasarkan pada
teor i distribusi fungsional hanya aka n menyentuh lapisan menengah da n lapisan
atas dari kelompok pendapatan.
Kedua, teori distribusi pendapatan fungsional tidak banyak membahas
konflik sosial-politik-ekonomi. Dalam proses pembangunan konflik semacam ini
menonjol, dan biasanya hal ini berkaitan dengan strategi pembangunan yang
dipilih. Distribusi fungsional dapat mengungkap kepentingan politik jika konflik
itu bersumber dari pemilik faktor produksi. Ketidak mampuan teori distribusi
fungsional untuk menjelaskan fenomena di negara berkembang adalah karena
konflik sosial-eko nomi di negara tersebut buka n terletak semata- mata pada
konflik antara upah dan modal, tetapi lebih mengarah pada konflik, misalnya
antara desa dan kota, antara sektor industri dan jasa serta industri pertanian, antara
sektor yang dilindungi dan sektor yang tidak dilindungi, antara industri substitusi
impor dan industri untuk ekspor, dan sebagainya. Karena itu teori distribusi
fungsional mempunyai kemampuan yang terbatas untuk menjelaskan proses dan
fenomena jangka panjang dari ketimpangan pendapatan di negara berkembang.
Pertumbuhan utamanya berasal dari sektor moderen, yang umumnya
tingkat pertumbuhannya jauh lebih cepat daripada sektor tradisional. Ketika
terjadi pertumbuhan, hasilnya menyebar ke seluruh sektor ekonomi, tetapi ada
sejumlah hambatan bagi orang-orang miskin untuk memperoleh manfaat dari
48 pertumbuhan tersebut. Hambatan-hambatan ini antara lain berupa renda hnya tingkat pendidikan, sempitnya lahan yang dimiliki, rendahnya modal, dan beberapa kebijakan ekonomi (fiskal dan moneter) yang melemahkan posisi mereka. Karena orang miskin tidak bisa diserap untuk menjadi buruh disektor modern, maka memburuknya pemerataan pendapatan pada awal pembangunan tidak bisa dihindari. 2.2.2. Distribusi Pendapatan Suatu studi untuk melihat berhasil tidaknya pembangunan ekonomi saat ini tidaklah cukup hanya diukur berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan perkapita saja. Apakah artinya jika pertumbuhan ekonomi tinggi dan pendapatan perkapita meningkat, namun distribusi pendapatan yang terjadi tidak merata, dimana penduduk kaya yang berjumlah sedikit lebih banyak menikmati kenaikan pendapatan tersebut, seda ngka n penduduk miskin yang jumlahnya lebih banyak hanya sedikit menerima pendapatan. Dengan kata lain, dalam kondisi ketimpangan semacam itu penduduk yang merasakan kenaikan pertumbuhan ekonomi da n pe ndapaan pe r kapita tersebut hanyalah pe nduduk kaya yang jumlahnya sedikit, sementara penduduk miskin yang jumlah lebih banyak tidak mengalami perbaikan pendapatan. Sehubungan dengan itu pemahaman mengenai distribusi pendapatan ini sangat penting, terutama sekali bila ingin mengkaji keberhasilan suatu pembangunan ekonomi. Adelman dan Morris (1973) dalam Arsyad (1999) mengemukakan delapan penyebab ketidak merataan distribusi pendapatan sebagai berikut: 1. Pertambahan penduduk yang tinggi sehingga mengakibatkan menurunnya
pendapatan perkapita.
49
2. Inflasi, kenaikan harga secara terus menerus.
3. Ketidak merataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek padat modal (capital
intensive).
5. Rendahnya mobilitas sosial.
6. Pelaksanaan kebijakan industri
substitusi impor yang mengakibatkan
kenaika n harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha
golonga n kapitalis. Memburuknya nilai tukar (term of trade) ba gi negara-
negara berkembang dengan negara-negara maju sebagai akibat ketidak
elastisitasan permintaan negara-negara terhadap barang-barang ekspor negara
berkembang.
7. Hancurnya ind ustri- industri ke rajina n rakyat.
2.3. Strategi Industri Berbasis Pertanian
Agricultural Demand-Led Industrialization Strategy (ADLI, strategi
industri berbasis pertanian) berperan penting dalam meningkatkan produktivitas
pertanian melalui inovasi teknologi dan peningkatan investasi dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan. Strategi ini dianjurkan karena
produktif dan secara kelembagaan terkait dengan perekonomian secara
keseluruhan, stimulasi pertanian pangan menghasilkan insentif pangan yang kuat
(meningkatkan permintaan konsumen rumahtangga pedesaan) dan insentif
penawaran (meningkatkan suplai pangan tanpa meningkatkan harga). Insentif-
insentif ini mampu mengendalikan perluasan industri. Strategi ini berawal dari
kebijakan-kebijakan pertumbuhan akonomi.
50
Dalam strategi ADLI, perbaikan produktivitas lahan pertanian berdampak
pada sejumlah pasar. Pertama, perbaikan ini menstimulus permintaan input- input
antara (seperti pupuk, bibit unggul dan pestisida) dan barang-barang kapital baru
(seperti peralatan irigasi baru dan infrastruktur) serta meningkatkan permintaan
tenaga kerja. Investasi di sektor pertanian mampu menciptakan kesempatan kerja
di sektor non pertanian tergantung pada kekuatan keterkaitan ke belakang sektor
pertanian dan pembagian suplai antara produksi domestik dan impor. Peningkatan
produktivitas meningkatkan kesempatan kerja bagi penggarap tanah, apabila
inovasi dalam meningkatkan produktivitas lahan menggunakan metode pertanian
yang padat tenaga kerja (Adelman, 1984 dalam Adelman, 1995 dan Kasryno dan
Stepanek, 1985). Kedua, apabila tren pengeluaran rata-rata dari rumah tangga
pertanian kecil dan menengah lebih besar dari pemilik lahan, maka tambahan
pendapatan kelompok rumahtangga tersebut terutama lebih banyak dibelanjakan
pada komoditas-komoditas non pertanian dan jasa. Barang dan jasa ini meliputi
tekstil, pangan olahan, jasa perseorangan, pendidikan dan lainnya. Karena strategi
ini memberi efek terhadap pertumbuhan dan kesempatan kerja, keterkaitan
konsumsi rumahtangga pedesaan merupakan kunci dari sisi permintaan yang
mengendalikan industrialisasi di negara- negara sedang berkembang yang
berpendapatan rendah. Ketiga, peningkatan penawaran pertanian memastikan
upah nominal tidak meningkat, dengan demikian keuntungan industri terjamin,
upah nominal yang rendah memberikan imbas terhadap kesempatan kerja dalam
menghasilkan barang-barang nontradable dan jasa yang padat tenaga kerja.
Besaran dari efek kesempatan kerja tidak langsung mendorong industri dari sisi
penawaran.
51
Ada tiga implikasi kebijakan dalam penerapan strategi ADLI, pertama,
dalam rangka membangun tingkat pertumbuhan produksi pertanian yang kuat,
sangat penting memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur
kelembagaan. Ini termasuk investasi dalam riset budidaya dan diseminasinya,
investasi sosial pedesaan dan jasa pendidikan, serta investasi pemasaran dan
jaringan transportasi. kedua, para perencana harus menghi langka n unsur- unsur
perdagangan yang menyebabkan kerusakan pertanian berupa penghisapan
peningkatan surplus pedesaan potensial. Ketiga, para perencana seharusnya
membangun suatu kebijakan perdagangan terbuka.
Selanjutnya strategi ADLI tergantung pada asumsi bahwa elastisitas
pendapatan rumahtangga pedesaan dan elastisitas harga dari penawarannya
terhadap barang-barang non-tradables padat tenaga kerja tinggi. Jika elastisitas-
elastisitas ini rendah, maka keberhasilan strategi ADLI dalam jangka panjang
tidak terjamin. Oleh karenanya, pengembangan ekonomi terbuka menjadi
kekuatan untuk mendukung industrialisasi melalui ekspor primer dan pertanian
(De Janvry dan sadoulet, 1986 dan Adelman dan Vogel, 1991).
Agar bisa memberikan dampak yang luas terhadap pemerataan, sector
industri harus dikaitkan dengan sector pertanian, karena sektor pertanian sampai
sekarang masih terlalu banyak menangung beban penduduk. Perluasan dan
pengembangan agroindustri tampaknya bias menjembatani kedua sektor tersebut.
Beberapa keunggulan industri yang mengolah barang pertanian adalah (a) lebih
bersifat padat karya dibandingkan dengan industry manufaktur pada umumnya,
(b) mempunyai keterkaitan langsung dengan sektor pertanian terutama dalam
penyediaan bahan baku, (c) memungkinkan diversifikasi sektor pertanian, (d)
52 perluasan produksi pertanian tidak begitu import-intensive dibandingkan dengan perluasan di sektor manufaktur, dan (e) teknologinya tidak terlalu padat modal.
2.4. Ekonomi Pariwisata
Ekonomi pariwisata adalah suatu besaran ekonomi yang diciptakan oleh
transaksi yang dilakukan antara para wisatawan (terkait dengan pengeluaran
belanja wisata) dengan sektor-sektor ekonomi penyedia barang dan jasa.
Australian Bureau
of Statistics, ABS (1994) membagi ekonomi pariwisata
dimaksud dalam tiga elemen, yaitu : (1) wisatawan, dalam hal ini diperlakukan
sebagai konsumen yang mengkonsumsi barang dan jasa selama melakukan
perjalanan wisata, (2) transaksi untuk memperoleh barang dan jasa dimaksud baik
dalam perjalanan maupun di tempat tujuan wisata, dan (3) sektor/unit ekonomi
yang menyediakan barang dan jasa untuk memenuhi kegiatan wisata. Dengan
demikian ekonomi pariwisata menggambarkan seluruh transaksi ekonomi yang
terjadi antara kons umen (wisatawan domestik dan mancanegara) dengan unit-unit
ekonomi yang menyediakan barang dan jasa
dalam koridor
kegiatan
kepariwisataan.
Hall (1994) mengindikasikan bahwa Indonesia sebenarnya dalam proses
melakukan transformasi dari ekonomi industri kepada ekonomi jasa, terutama
dalam konteks bahwa penyampaian suatu produk menjadi bagian paling penting
dibanding penciptaan produk itu sendiri. Dunia pariwisata merupakan bagian dari
ekonomi jasa yang sarat dengan sensitivitas terhadap pelayanan produk yang
dikonsumsi. Untuk itu upaya memberi pelayanan
dan kenyamanan
wisatawan menjadi hal penting da lam ekonomi pariwisata (ekonomi jasa).
bagi
53
Eko nomi di provinsi Bali sebagaimana telah dikemukakan pada bab
terdahulu menunjukkan bahwa sektor yang terkait dengan pariwisata adalah sektor
yang masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB dan output yang
dipasarkan lebih berorientasi pada pariwisata (menurut BPS Bali tahun 2004
disebutkan produk unggulan yang menjadi andalan adalah sektor-sektor yang
terkait dengan pariwisata, antara lain sektor perdagangan, hotel dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi, pertambangan dan penggalian,
industri
pengolahan). Oleh karenanya, pilihan strategi industri pariwisata bagi
pengembangan ekonomi provinsi Bali ke depan nampaknya masih dianggap
relevan. Namun demikian perlu dikaji lebih lanjut apakah kebijakan tersebut tepat.
Pengalaman di sejumlah negara berkembang mengajarka n bahwa
pariwisata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, jika dikelola secara
cermat dengan menerapkan strategi yang berpihak pada orang miskin (pro-poor
tourism). Strategi ini mencoba mempertajam orientasi pembangunan pariwisata
dengan memperpendek mata rantai distribusi hasil pariwisata. Salah satu misalnya
adalah dengan memfasilitasi interaksi langsung antara masyarakat lokal dengan
wisatawan dalam penyediaan atau pengembangan objek serta daya tarik wisata.
Hal tersebut dilakukan dengan cara melibatkan masyarakat lokal yang
menjamin mereka memahami proses pengambilan keputusan tentang bentuk
kegiatan pariwisata sesuai dengan ketersediaan dan kapasitas sumber daya
setempat. Prinsip utamanya adalah bahwa pariwisata hanya mampu bertahan
(sustainable) jika dampaknya pada peningkatan kesejahteraan dirasakan
masyarakat secara langsung, khususnya mereka yang bermukim di destinasi
pariwisata. Oleh karena itu pemerintah diharapkan mampu mengakselerasi
54 pengembangan community-based tourism, yaitu Pariwisata Berbasis Komunitas (PBK), Damanik (2010). Wujud Pariwisata Berbasis Komunitas (PBK) berupa
pelibatan masyarakat dalam pelatihan peningkatan kapasitas, distribusi kredit
usaha, perencanaan bisnis, pengembangan produk, dan pemasaran pariwisata.
Dalam hal ini, peran dan inisiatif stakeholders sangat menentukan dalam
mengatasi keterbatasan masyarakat lokal, misalnya dalam bidang kompetensi
teknis pengelolaan pariwisata sehingga mengembangkan PBK berjalan lebih
cepat. Pada posisi ini masyarakat memerluka n pe nda mpingan lebih lanjut untuk
merumuskan gagasan dan mengalokasikan sumber daya bagi pengembangan
pariwisata.
Wood (2005) dalam tulisannya Pro-Poor as a means of Sustainable
Development in the Uctubamba Valley, Northern Peru, menjelaskan bahwa
masyarakat terutama masyarakat miskin dilibatkan dalam akses pasar pariwisata
yaitu masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan pariwisata yang berbasis
masyarakat, diikut sertakan dalam meningkatkan promosi dan memasarkan
barang dan jasa kepada wisatawan, dilibatkan melakukan kontak antara wisatawan
dan masyarakat serta masyarakat dapat dilibatkan untuk mensuplai barang dan
jasa terhadap tingkat permintaan akan barang dan jasa tersebut.
2.5. Tinjauan Studi Te rdahulu
Studi terdahulu yang ditujukan terhadap gambaran tentang distribusi
pendapatan pada sektor pariwisata dan sektor pertanian, pertumbuhan ekonomi,
kontribusi kedua sektor, keterkaitan antar sektor dalam perekonomian dan
distribusi pendapatan antar golongan rumahtangga, baik internasional, nasional
55
maupun daerah (provinsi, kota dan kabupaten), telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebelumnya sebagaimana terlihat dalam uraian berikut:
Nokkala (2002) melakukan studi dengan tujuan utama menelaah
implementasi program investasi sektor pertanian di Zambia dengan menggunakan
kerangka SAM 1995. Ada empat alternatif pola pengeluaran dana investasi sektor
pertanian yang dipresentasikan sebagai suatu skenario kebijakan, yaitu skenario:
(1) implementasi aktual, (2) implementasi optimal, (3) pengeluaran investasi
sepenuhnya pada pertanian non komersial, dan (4) setengah dari pengeluaran
investasi pada pertanian komersial dan setengahnya lagi pada pertanian non
komersial. Kerangka SAM yang dibangun terdiri dari tiga neraca endogen dan
tiga neraca eksogen. Hasil analisis empat skenario kebijakan investasi dari studi
ini menyatakan bahwa shocks pengeluaran aktual (skenario 1) agriculture sector
investment program mendorong produksi pertanian komersial tumbuh lebih besar
dari pada pertanian non komersial. Hasil skenario 2, 3 dan 4 memperlihatkan hal
yang senada dengan skenario 1, namun dengan komposisi besaran yang berbeda.
Heriawan (2004),
dalam studinya
menyatakan bahwa
pariwisata
merupakan sektor yang sangat penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia.
Untuk mengukur dampak ekonomi pariwisata sebagai tujuan dari penelitian ini
digunakan pendekatan I-O dan SAM pada tahun 2003. Dari hasil analisis
diketahui bahwa sektor pariwisata cukup po tensiil menciptakan PDB (pro srowth)
dan lapangan kerja (pro labor) tetapi kurang mampu dalam membuat distribusi
pendapatan yang lebih baik. Dengan kata lain, pariwisata belum menyentuh
kelompok ekonomi miskin (pro poor tourism) yang sebagian besar berada di
pertanian dan perdesaan. Dari studi skenario kebijakan ditemukan bahwa
56 kebijakan penataan kelembagaan dan peraturan secara signifikan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi pariwisata.(pro growth) dan perluasan lapangan kerja (pro labor). Nugrahadi (2008) melakukan studi dengan tujuan untuk menganalisis sumber pertumbuhan, keterkaitan dan distribusi pendapatan dalam perubahan struktur ekonomi provinsi Jawa Barat periode tahun 1993 – 2003 . Secara spesifik bertujuan (1) menganalisis pola perubahan struktural ekonomi berdasarkan perubahan struktur output , tenaga kerja dan distribusi pendapatan antara golongan rumahtangga, (2) menganalisis sumber-sumber pertumbuhan output ekonomi dan tenaga kerja yang menyertai pertumbuhan ekonomi tersebut, (3) menganalisis keterkaitan kebelakang ( back ward linkage) dan kedepan (ford ward linkage). Antar sektor-sektor produksi, (4) mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang potensiil, dan (5) menganalisis dampak stimulus ekonomi terhadap output, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan dari sektor-sektor ekonomi yang potensiil. Analisis menggunakan pendekatan ekonometrik, I-O (input – output) dan SAM (Social Accounting Matrx). Antara (1999), dalam hasil penelitian menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian Bali yang relatif tinggi sejak pelita I sampai tahun 1996, dicapai melalui alokasi investasi, salah satu adalah pengeluaran pemerintah. Melalui pengeluaran pemerintah pusat dan daerah, dibangun berbagai fasilitas fisik dan ekonomi termasuk fasilitas kepariwisataan untuk mengantisipasi peningkatan kedatangan wisatawan ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan sudah tentu meningkatkan pengeluaran wisatawan, akhirnya akan meningkatkan efek pengganda (Multiplier effect) dan perolehan devisa.. Penelitian yang
57
menggabungkan SAM dengan aspek lingkungan (SAM lingkungan) dapat
dilakukan, pariwisata juga menimbulkan eksternalitas negatif disamping dampak
positif, sehingga diketahui dampak bersih
(net impact) pariwisata terhadap
perekonomian Bali. Keterbatasan dan ketimpangan alokasi sumber daya alam
Bali, khususnya lahan dan air, juga memerlukan suatu penelitian tentang
optimalisasi alokasi sumber daya alam dengan menggunakan model pemrograman
statis atau dinamik. Studi Hafizrianda (2007), secara khusus bertujuan untuk
mencari penjelasan dari pembangunan ekonomi berbasis pertanian terhadap
perekonomian regional, dan perbaikan distribusi pendapatan maupun penurunan
ketimpangan pendapatan. Mengingat sektor ekonomi yang berbasis pertanian
cukup beragam jenisnya maka perlu ditentukan prioritas pembangunan ekonomi
berbasis pertanian bagaimana yang paling besar pengaruhnya terhadap distribusi
pendapatan atau ketimpangan pendapatan di provinsi Papua. Untuk menjawab hal
tersebut, maka alat analisis yang digunakannya adalah Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE). Berdasarkan analisis SNSE diperoleh gambaran secara umum
bahwa pembangunan ekonomi berbasis pertanian mampu memperbaiki distribusi
pendapatan di provinsi Papua, karena sebagian besar kebijakan pertanian yang
disimulasikan yang mencakup kebijakan dalam bidang investasi dan ekspor,
hasilnya dapat mengurangi ketimpangan pendapatan dalam perekonomian Papua.
Alim (2006), hasil studinya yang menggunakan
Model Interregional
Social Accountung Matrix Jawa dan Sumatera yang diberi nama SAMIJASUM
2002, dibangun berdasarkan data sekunder dalam bentuk matriks 59X59 dengan
menggunakan teknik cross entropy untuk balancing.
Dalam penelitiannya
menyatakan bahwa struktur ekonomi Jawa pada awal pembangunan ekonomi
58
(Pelita I) adalah sektor jasa, pertanian, industri pengolahan dan pertambangan.
Selama masa pembangunan ekonomi jangka panjang tahap pertama (PJPT-I),
sektor jasa dan sektor industri pengolahan secara bertahap mengalami penguatan
dan kemudian menjadi dominan dalam perekonomian Jawa. Sebaliknya, pada
periode yang sama, struktur ekonomi Sumatera berubah secara acak, dimana
peranan sektor pertambangan dan sektor industri melemah, sedangkan sektor jasa
dan sektor pertanian menguat. Hasil analisis yang didasarkan pada SAMIJASUM
2002 menunjukkan bahwa: (1) neraca perdagangan antara Jawa dan Sumatera
lebih menguntungkan Jawa, dimana perekonomian Sumatera mengalami difisit
neraca perdagangan, (2) keterkaitan sektor-sektor produksi di Sumatera terhadap
berbagai sektor produksi di Jawa sangat kuat, sedangkan sebaliknya memiliki
keterkaitan yang lemah, (3) spillover effect dari Sumatera ke Jawa lebih besar
daripada spillover effect dari Jawa ke Sumatera, sehingga setiap guncangan
(shock) ekonomi pada sektor manapun pada kedua wilayah akan mengakibatkan
ekonomi Jawa meningkat jauh lebih cepat daripada ekonomi Sumatera. Dalam
kondisi ini, apabila pembangunan ekonomi dikonsentrasikan ke Sumatera, maka
pertumbuhan ekonomi kedua wilayah akan lebih tinggi dan diilustrasikan secara
lebih berimbang, sehingga kesenjangan ekonomi antara kedua wilayah secara
bertahap akan menyempit.
Susilowati (2007) dalam studinya yang menggunakan model Sistem
Neraca Sosial Ekonomi (SNSE), bahwa Kemiskinan di Indonesia sebagian
besar berada di sektor pertanian dan perdesaan dan menjadi permasalahan
nasional yang serius. Masalah kemiskinan dan distribusi penda patan terkait erat
dengan
strategi
pembangunan
ekono mi
yang
dilakukan. Kebijakan
59
pengembangan agroindustri merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang
diharapkan berdampak mengurangi kemiskinan dan memperbaiki distribus i
pendapatan.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam
perekonomian
nasional
dan da mpak kebijakan
ekono mi di sektor
agroindustri terhadap distribusi pe ndapatan da n ke miskinan. Kebijaka n eko nomi
yang dimaksud adalah kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah, ekspor,
investasi dan insentif pajak di sektor agroindustri dan redistribusi pendapatan.
Analisis menggunakan data Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) yang
didisagregasi ke dalam agroindustri makanan dan non makanan. Simulasi
kebijakan di sektor agroindustri dilanjutkan untuk menga nalisis distribusi
pendapatan dan kemiskinan menggunakan data SNSE dan SUSENAS.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor agroindustri mempunyai peran
lebih besar dalam meningkatkan output, PDB dan penyerapan tenaga kerja.
Tetapi dalam hal pendapatan rumah tangga, strategi industrialisasi ADLI di
Indonesia be lum terlaksana dengan baik. Kebijakan peningkatan ekspor, investasi
dan insentif pajak di sektor agroindustri berdampak menurunkan tingkat
kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan rumahtangga sedangkan
kebijakan peningkatan pengeluaran pembangunan pemerintah di
sektor
agroindustri kurang memberikan dampak positif. Kebijakan ekonomi di sektor
agro ind ustr i maka nan berda mpak leb ih besar memperba iki distribus i
pendapatan rumah tangga. Sedangkan kebijakan ekonomi di sektor agroindustri
non makanan berdampak lebih besar dalam menurunkan tingkat kemiskinan.
Kebijakan ekonomi di sektor agroindustri prioritas (agroindustri makanan
60
sektor tanaman pangan, perikanan, perkebunan, industri karet remah dan karet
asap dan industri kayu lapis, bambu dan rotan) merupakan kebijakan yang
paling efektif memperbaiki distribusi pendapatan dan menurunkan kemiskinan.
Sejalan dengan hasil penelitia n, untuk mengatasi masalah kesenjangan
pendapatan dan kemiskinan maka kebijakan ekonomi perlu lebih difokuskan pada
agroindustri prioritas melalui kebijakan peningkatan investasi dan ekspor.
III. KERANGKA TEORETIS 3.1. Kerangka Pe mikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1 dan Bab 2 dapat
dinyatakan bahwa studi yang membahas tentang pembangunan ekonomi yang
melihat peranan dan keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor pariwisata
belum banyak dilakukan, dan untuk kasus Provinsi Bali belum ada yang
melakukannya. Berdasarkan data pangsa kontribusi PDRB dan kesempatan kerja
sektoral, dan hasil pengamatan lapangan menunjukkan sektor pertanian dan sktor
pariwisata memiliki peranan yang besar dalam pembangunan ekonomi Provinsi
Bali. Diduga kontribusi kedua sektor ini jauh lebih besar terhadap pembangunan
ekonomi Provinsi Bali dengan menggunakan analisis pengganda dibandingkan
hanya melihat dari sisi pangsa kontribusi kedua sektor tersebut. Disamping itu,
pengembangan kedua sektor ini diyakini mampu mewujudka n distribusi
pendapatan masyarakat yang lebih merata dibandingkan dengan sektor lainnya
karena dalam pengembangannya melibatkan masyarakat mulai dari masyarakat
61 golonga n pe ndapatan renda h sampa i de ngan masyaraka t golongan pe ndapatan tinggi. Dugaaan keterkaitan yang sangat erat antara sektor pertanian dan sektor pariwisata dapat dijelaskan berdasarkan instrumen baru dalam mengukur kinerja ekonomi pariwisata yang lengkap dan menyeluruh, yakni Neraca Satelit
Pariwisata Nasional (NESPARNAS). Disamping itu, keterkaitan antara kedua
sektor ini tercermin dalam strategi dan kebijakan pengembangan pariwisata Bali.
NESPARNAS adalah suatu neraca (dalam bentuk matriks) yang menggambarkan
hubungan (transaks i) eko nomi antara wisatawan (ko nsumen), investor yang
mengkonsumsi barang dan jasa (demand side) dengan sektor-sektor penyedia
(supply side). Penggolongan wisatawan yang mengkonsumsi barang dan jasa
seperti penjelasan pada sisi permintaan kegiatan pariwisata, sebaliknya
penggolongan sektor-sektor produksi penyedia barang dan jasa seperti penjelasan
sisi penawaran kegiatan pariwisata.
Dari aspek strategi dan kebijakan pembangunan pariwisata, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata (2003) memberikan uraian tentang skenario kebijakan
pengembangan pariwisata Bali seperti ditunjukan Gambar 3.1. Sebagai daerah
tujuan utama wisata globa l, Bali hampir semua memiliki sumber daya wisata, baik
yang bersifat alam buda ya maupun minat khusus. Lima tahun kedepan (dari tahun
2008), jumlah wisman ke Bali ditargetkan meningkat 10 – 15% pertahun, dengan
sasaran pasar utama Jepang, Australia, dan Taiwan, serta pasar potensial baru
seperti Malaysia, Korea, China, India, Mesir, Rusia, Swedia, Swiss dan Selandia
Baru.
62
Untuk dapat
mencapai target-target diatas, telah dirumuskan
rekomendasi strategi pemulihan dan pengembangan pariwisata Bali, sebagai
berikut (1) Pemulihan citra pariwisata pasca tragedi Bali, (2) penataan ulang peta
periwisata Bali,(3) pengembangan pemasaran berbasis partisipasi masyarakat,
kepedulian lingkungan alam dan terpenuhinya
hak-hak wisatawan, (4)
pemeliharaan 10 pasar utama (top 10 market maintenance), (5) penetrasi pasar
internasional potensial (potential international market),(6) peningkatan pola-po la
perjalanan wisatawan nusantara
yang strategis
(khususnya MICE), (7)
peningkatan
target
dan
memperluas
segmen
wisatawan
nusantara
(khususnyadiving), (8) Re- fokusing pemasaran wisata minat khusus, (9)
pemanfaatan TI dalam pemasaran pariwisata (IT Based Marketing) (10)
restruturisasi kelembagaan dan SDM pemasaran pariwisata, (11) pengembangan
struktur dan sistem pemasaran pariwisata terintegrasi antar multistakeholder, (12)
peningkatan aksesibilitas wisatawan melalui jalur udara/penerbangan, (13)
pengembangan potensi produk pariwisata daerah (regional product development),
(14) revitalisasi pemasaran industri budaya, (15) peningkatan kerjasama
pemasaran pariwisata kawasan regional dan (16) penguatan daya saing pemasaran
pariwisata nasional sesuai standar dan tuntutan kesepakatan global.
Berdasarkan informasi di atas dapat dinyatakan bahwa ada keterkaitan
yang erat antara sektor pertanian dan sektor pariwisata dalam pembangunan
perekonomian Bali. Pembangunan kedua sektor ini menjadi prioritas, namun tetap
didukung oleh sektor-sektor lainnya.
Pembangunan perekonomian
regional Bali memprioritaskan pada
pembangunan sektor pertanian dan sektor pariwisata, dan juga tidak mengabaikan
63
pembangunan pada sektor-sektor ekonomi lainnya. Sebagai daerah agraris Bali
masih tetap mengedepankan pembangunan di bidang pertanian, yang ikut
mendorong dan mendukung sektor pariwisata sebagai primadona pembangunan
regional Bali. Sektor pertanian merupakan pensuplai input bagi sektor pariwisata,
seperti hotel da n restoran yang hampir semua inputnya dihasilka n dari sektor
pertanian, seperti:
tanaman padi, tanaman sayur mayur dan buah-buahan,
termasuk sektor perikanan, kehutanan dan lain sebagainya, sehingga sektor
pertanian dan sektor pariwisata mempunyai keterkaitan (linkage) baik keterkaitan
ke belakang (backward linkage) maupun keterkaitan ke depan (forward linkage),
keterkaitan ke belakang sebagai pensuplai sedangkan keterkaitan kedepan
merupakan permintaan. Sedangkan sektor-sektor ekonomi lainnya merupakan
sektor yang mendukung bagi sektor pariwisata dan. Sektor-sektor ekonomi
lainnya seperti sektor industri rumahtangga, industri kecil seperti kerajinan untuk
menghasilkan produk souvenir sebagai sektor yang mendukung sektor pariwisata,
sedangkan bahan baku diperoleh dari sektor pertanian, seperti kayu, tanduk, rotan
dan sebagainya. Aktivitas produksi masing- masing sektor yang telah dijelaskan
diatas pada dasarnya akan mengahasilkan pendapatan faktorial, pendapatan
institusi rumahtangga, perusahaan dan pemerintah, sehingga menghasilkan efek
pertumbuhan dan disribusi pe ndapatan.
Dengan demikian, studi ini difokuskan pada analisis peranan sektor
pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja
dan distribusi pendapatan masyarakat di Provinsi Bali, dan analisis keterkaitan
64
antara kedua sektor tersebut. Dalam hal ini analisis terhadap sektor lainnya juga
dilakukan (sebagai pembanding).
Berdasarkan pada Bab 1 dan dari Gambar 3.1
dapat ditulis kembali
perumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu: (1) apakah benar
sektor pertanian dan sektor pariwisata merupakan sektor unggulan di Provinsi
Bali?, (2) berapa besar tingkat keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor
pariwisata di Provinsi Bali ?,
(3) bagaimana kontribusi sektor pertanian dan
sektor pariwisata terhadap distribusi pendapatan masyarakat?, dan (4) bagaimana
dampak stimulus ekonomi (investasi) pemerintah pada sektor pertanian dan sektor
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi
Pendapatan.
65
Pembangunan Perekonomian Provinsi Bali
Prioritas
Pendukung
Pertanian
Pariwisata
Sektor Lainnya
Apakah benarsektor pertanian dan sektor pariwisata merupakan andalan? Berapa besar tingkat keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor pariwisata? 3. Bagaimana kontribusi pembangunan sektor pertanian dan sektor terhadap distribusi pendapatan masyarakat? Bagaimana dampak stimulus ekonomi (investasi) pemerintah pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja dan distribusi pendapatan masyarakat?
Model Social Accounting Matrix (SAM)
Analisis Pengga nda
Analisis Dekomposisi Analisis Jalur Struktural Pengganda
Simulasi Kebijakan
Implikasi Kebijakan Pembangunan Sektor Pertanian dan Sektor Pariwisata di Provinsi Bali
Gambar 3.1. Simplifikasi Kerangka Pemikiran Penelitian
66
Secara teoretis tingkat keterkaitan antar sektor dan distribusi pendapatan
antar golongan rumahtangga dapat diidentifikasi melalui mode l Sistem Neraca
Sos ial Eko nomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM). Sehubungan
dengan itu model SNSE/SAM digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan
ekonomi, kesempatan kerja,
da n distribusi pe ndapatan antar
golongan
rumahtangga.
Model Social Accounting Matrix/SAM, dapat digunakan untuk
menganalisis output yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi, jumlah tenaga
kerja yang diserap oleh masing- masing sektor serta distribusi perndapatan, dengan
metode analisis: analisis pengganda, analisis dekomposisi pengganda, analisis
jalur struktural (structural path analysis, SPA) dan analisis simulasi. Dari analisis
tersebut akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah provinsi Bali untuk
melaksanakan pembangunan
perekonomiannya melalui sektor pertanian dan
sektor pariwisata, berdasarkan analisis peranan dan keterkaitan antar sektor.
3.2. Model SAM
3.2.1. Kerangka Dasar SAM
Salah satu tujuan menyusun SAM adalah untuk memperluas gambaran
sistem pendapatan nasional (System of National Account, SNA) dengan cara
menggabungkan SNA dengan data distribusi pendapatan. Dalam pengertian ini,
SAM memberikan sebuah metode yang bisa mengubah SNA da ri statistik
produksi menjadi statistik pendapatan, dengan cara demikian akhirnya SAM itu
lebih terfokus kepada pembahasan mengenai tingkat kesejahteraan dari kelompok-
kelompok sossial ekonomi yang berbeda (McGrath, 1987, dalam Arief Daryanto,
2010).
67
Menurut Wagner (1999) ada tiga keuntungan model SAM dalam suatu
perencanaan eko nomi, yaitu: Pertama, SAM mampu menggamba rka n struktur
perekonomian, keterkaitan antara aktivitas produksi, distribusi pendapatan,
konsumsi barang dan jasa, tabungan dan investasi, serta perdagangan luar negeri..
Ini berarti model SAM dapat menjelaskan keterkaitan antara permintaan,
produksi, dan pendapatan di dalam suatu kawasan perekonomian. Kedua, SAM
dapat memberikan suatu kerangka kerja yang bisa menyatukan dan menyajikan
seluruh da ta pereko nomian wilaya h. Dan ketiga, dengan SAM dapat dihitung
pengganda perekonomian wilayah yang berguna untuk mengukur dampak dari
suatu aktivitas terhadap produksi, distibusi pendapatan, dan permintaan, yang
menggambarkan struktur perekonomian.
Senada de ngan itu, BPS (2003) mengemukakan bahwa perangkat SAM
dapat digunakan sebagai data sosial ekonomi yang menjelaskan mengenai:
Pertama, kinerja pe mba ngun an eko nomi suatu negara, seperti distribusi Prod uk
Domestik Bruto (PDB), konsumsi, tabungan dan sebagainya. Kedua, distribusi
pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang dirinci menurut faktor-
faktor produksi diantaranya tenaga kerja dan modal. Ketiga, distribusi pendapatan
rumahtangga yang dirinci menur ut berbagai golongan rumahtangga. Keempat,
pola pengeluaran rumahtangga. Dan kelima, distribusi tenaga kerja menurut sektor
atau lapangan usaha dimana mereka bekerja, termasuk distribusi pendapatan
tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai kompensasi atas keterlibatannya dalam
proses produksi.
Ada enam tipe neraca dalam sebuah matriks SAM yang lengkap antara
lain: (1) aktivitas, (2) komoditas, (3) faktor- faktor produksi (tenaga kerja dan
modal), (4) institusi domestik yang terdiri dari rumahtangga, perusahaan,
68
pemerintah, (5) modal, dan (6) rest of the world (Sadoulet dan de Janvry, 1995;
dan Thorbecke, 2001). Lima neraca pertama dikelompokkan sebagai neraca
endogen, sedangkan neraca keenam menjadi neraca eksogen yang dapat
mempengaruhi besar kecilnya perubahan neraca endogen ketika dilakukan injeksi
pada neraca tersebut. Struktur SAM ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Neraca Aktivitas Produksi merupakan neraca yang menjelaskan mengenai
transaksi pembelian raw materials (bahan-bahan mentah), intermediate goods
(barang-barang antara)
dan sewa
faktor produksi untuk memproduksi
komoditas. Pengeluaran aktivitas (kolom 1) meliputi permintaan antara, upah,
sewa dan value added (nilai tambah) dari pajak. Penerimaan (baris 1) dari
aktivitas produksi diperoleh dari penjualan pada pasar domestik, penerimaan
ekspor dan penerimaan subsidi ekspor dari pemerintah (pajak ekspor dicatat
sebagai subsidi ekspor bernilai negatif).
Neraca Komoditas menggambarkan pasar domestik. Pada kolom 2, Neraca
Komoditas meliputi pegeluaran untuk impor dan pengeluaran untuk memproduksi
barang-barang domestik dimana di dalamnya terdapat biaya-biaya dari jasa sektor
perdagangan, pembayaran pajak tidak langsung dan impor. Baris 2 menunjukkan
penerimaan dari penjualan domestik barang-barang antara, permintaan akhir dari
rumahtangga, konsumsi pemerintah dan investasi pada Neraca Modal.
Sedangkan dalam kerangka dasar SAM Indonesia terdapat empat neraca utama,
yaitu: (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neraca sektor produksi,
dan (4) neraca eksogen yang terdiri dari neraca modal dan neraca rest of the world
(ROW) (Daryanto, 2001b). Untuk memahami model SAM secara lebih baik,
terlebih dahulu disajikan sebuah skema sederhana sebagaimana terlihat pada
Tabel 3.3.
Dari Tabel 3.3., masing- masing neraca tersebut menempati lajur baris dan kolom.
3.1. S truktur Social Accounting Matrix 1
endapatan Aktivitas Produksi
vitas duksi moditas
or duksi naga kerja pital
Permintaan antara
Pengeluaran 3 4 5 6 7 Faktor Produksi Institusi Komoditas Tenaga Kapital Rumahtangga Perusahaan Pemerintah Neraca Rest of the T Kerja Kapital World Ekspor Produk Penjualan Subsidi domestik ekspor Konsumsi Konsumsi Investasi Perminta rumahtangga pemerintah do 2
Upah Sewa
tusi mahtangga
Pendap. tenaga kerja
rusahaan
merintah
Nilai tambah pajak
Pajak tidak langsung
Pajak sosial
Keuntungan yang didistribusi Keuntungan yang Tidak Didistribusi Pajak Pendapatan
aca Kapital of World Total
Impor Produksi
er: Thorbecke (2001)
Penawaran domestik
Pembay. faktor Pengeluaran faktor produksi
Pendap. faktor dari LN
GN f pr
Transfer dari LN
Pen ru ta Pend peru
Transfer antar rumahtangga Transfer Transfer Transfer
Transfer
Pajak langsung Pajak
Pend pem
Tabungan rumahtangga
Tabungan perusahaan
Tabungan pemerintah
Pengeluaran rumahtangga
Pengeluaran perusahaan
Pengeluaran pemerintah
Transfer kapital Total investasi
Pengel. pertukaran internas.
T tab I
85
Tabel 3.3. Kerangka Dasar SAM Indonesia Pengeluaran
Pendapatan
NeracaEksogen
NercaEndogen
Faktor Produksi
Institusi
Sektor Produksi
1
2
3
Jumlah neraca lainny a
4
Total
5
Faktor Produksi 1 T11
Neraca Endo gen Institusi 2 T12
Sektor Produksi 3 T13
Neraca Eksogen 4 X1
0
0
Distribusi nilai tambah
T21
T22
T32
Alokasi pendapatan faktor ke institusi T31
Transfer antar institusi T32
T33
X3
0
Permintaan domestik
Permintaan antara
Ekspor dan investasi
L1
L2
L3
X4
Alokasi pendapatan faktor ke luar negeri
Tabungan pemerintah, swasta dan rumah tangga
Y*1
Y*2
Y*3
Y*4
Jumlah pengeluaran faktor produksi
Jumlah pengeluaran institusi
Total Input
Jumlah pengeluaran lainny a
0
Total 5 Y1
Pendapatan Distribusi faktor prod. dari pendapatan LN faktorial X2 Y2 Transfer dari luar negeri (LN)
Distribusi pendapatan institusional Y3 Total output menurut faktor produksi Y4
Impor dan pajak Trasfer lainnya Total pend. tidak langsung neraca lainny a
Sumbe r: Daryanto (2001b)
Perpotongan antara suatu neraca dengan neraca lainnya memberikan arti
tersendiri. Neraca faktor- faktor produksi, termasuk didalamnya adalah tenaga kerja
dan modal. Dibaca secara baris, neraca ini memperlihatkan penerimaan-
penerimaan yang be rasal dari upa h dan sewa, selain itu juga menggambarkan
pendapatan modal. Sedangkan secara kolom menunjukkan adanya revennue yang
didistribusikan ke rumahtangga sebagai pendapatan tenaga kerja, distribusi
keperusahaan dan keuntungan yang bukan dari perusahaan, serta keuntungan
perusahaan setelah dikurangi pembayaran pemerintah.
86
Neraca institusi mencakup rumahtangga, perusahaan dan pemerintahan.
Dalam hal ini rumahtangga akan didisagregasi kedalam kelompok-kelompok
sosial ekonomi yang saling berbeda tingkatannya. Penerimaan rumahtangga antara
lain datang dari pendapatan faktor- faktor produksi, berbagai macam bentuk
transfer seperti transfer pendapatan diantara rumahtangga itu sendiri, transfer
pendapatan, transfer pendapatan dari pemerintah, dari perusahaan (biasanya
berupa asurans i), a tau dari luar negeri.
Sementara pengeluaran rumahtangga ditujukan untuk konsumsi barang-
barang dan pajak pendapatan, serta sebagian dimasukan untuk saving dalam
neraca modal. Pada perusahaan, penerimaannya berasal dari keuntungan yang
diperoleh dan sebagian dari transfer, sedangkan pengeluarannya kepada
pembayaran pajak dan transfer. Untuk pemerintah, pengeluarannya berupa
subsidi, konsumsi barang dan jasa, transfer ke rumahtangga dan perumahan,
sebagian juga berupa saving. Di sisi lain penerimaannya berasal dari pajak dan
transfer pe ndapa tan dari luar negeri.
Neraca aktivitas atau sektor produksi merupakan neraca yang menjelaskan
tentang transaksi pembelian bahan-bahan mentah, barang-barang antara dan sewa
untuk memproduksi suatu komoditas. Dibaca secara kolom semua transaksi
tersebut merupakan pengeluaran yang meliputi permintaan antara, upah, sewa,
dan value added dari pajak. Sedangkan pada baris semua transaksi dianggap
sebagai penerimaan yang meliputi penjualan domestik, subsidi ekspor dan
penerimaan.
Neraca terakhir adalah neraca eksogen yang memuat neraca modal, dan
transaksi luar negeri atau rest of the world. Dalam neraca modal, dari sisi
87
penerimaan (secara baris) berupa pemasukan dalam bentuk tabungan
rumahtangga, swasta dan pemerintah. Sementara dari sisi pengeluaran (secara
kolom), pada neraca komoditas berupa investasi.
Transaksi antara domestik dengan luar negeri juga dicatat dalam neraca
terakhir yang memuat segala penerimaan yang berhubungan dengan luar negeri
yang datang dari ekspor, transfer pendapatan institusi dari luar negeri, transfer
pendapatan dari faktor-faktor produksi, dan pemasukan modal dari luar negeri,
sedangkan pengeluarannya berupa impor, pembayaran faktor-faktor produksi, dan
transfer ke luar negeri. Jumlah pengeluaran dan penerimaan pada masing- masing
neraca haruslah sama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam tabel SAM selalu
terdapat keseimbangan dari masing- masing neraca.
Untuk membangun sebuah struktur SAM banyak dibutuhkan data. Secara
umum data-data tersebut dapat diperoleh dari Badan Pusat Statistik, kemudian
untuk melakukan disagregasi pada setiap neraca yang berbeda membutuhkan tiga
kumpulan data, (1) neraca aktivitas dan komoditas, biasanya dapat diambil dari
tabel transaksi IO (Input-Output) (2) disagregasi value added dari pendapatan
tenaga kerja dan keuntungan perusahaan, yang diperoleh melelui survei tenaga
kerja dan sensus sektoral. Paling sulit disini adalah sewaktu mengukur sektor-
sektor aktivitas yang informal, namun sebenarnya dapat diidentifikasi melalui
survei industri, dan (3) penentuan pendapatan dan pengeluaran intitusi perusahaan
dan rumahtangga. Aktivitas peroduksi dapat dijelaskan dalam gambar 3.2. Dari
sisi pengeluaran data dapat mendapatkannya melalui survei konsumsi yang ada,
pajak yang tersedia pada anggaran belanja negara. Akan tetapi untuk penerimaan,
harus melakukan survei rumahtangga. Jika hal ini tidak tersedia, maka dapat
88
dikompromikan dengan menggunakan data-data survei pengeluaran keluarga, dan
distribusi pendapatan penduduk kota dan pedesaan, atau dari survei angkatan
kerja. Penerimaan dan pengeluaran perusahaan secara agregat biasanya terdapat
dalam neraca nasional, ransfer antara pemerintah dan perusahaan, tersedia di BPS
(Sadaulet dan de Janvry, 1995).
Berdasarkan skema sederhana model SAM tersebut dapat dirumuskan
persamaan matriks umum pendapatan dan pengeluaran Neraca Endogen sebagai
berikut:
Y = T + X .........................................................................................(3.1)
Secara rinci distribusi pendapatan Neraca Endogen dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Y1 = T13 + X1 …….………………………………………………....
(3.2)
Y2 = T21 + T22 + X2 ………………………………………………....
(3.3)
Y3 = T32 + T33 + X3 ………………………………………………...
(3.4)
Sementara itu persamaan distribusi pendapatan Neraca Eksogen dinyatakan
sebagai:
Y4 = L1 + L2 + L3 + X4 ……………………………………………...
(3.5)
Selanjutnya persamaan matriks umum distribusi pengeluaran Neraca Endogen
dapat dinyatakan sebagai:
Y = T + L …………………………………………………………..
(3.6)
Secara rinci distribusi pengeluaran Neraca Endogen dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Y*1 = T21 + L1 …….…………………………………………………
(3.7)
Y*2 = T22 + T32 + L2 …………………………………………………
(3.8)
89
Y*3 = T13 + T33 + L3 …………………………………………………
(3.9)
Sementara itu persamaan distribusi pengeluaran Neraca Eksogen dinyatakan
sebagai:
Y*4 = X1 + X2 + X3 + X4 ……………………………………………. (3.10)
3.2.2. Metode Analisis SAM
3.2.2.1. Analisis Pengga nda
Menurut Isard et al. (1998, analisis pengganda di dalam model SAM dapat
dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu: pengganda neraca (accounting
multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price multiplier). Analisis pe ngganda
neraca pada prinsipnya sama dengan pengganda dari Leontief Inverse Matrix yang
diuraikan dalam model I-O. Ini berarti semua analisis pengganda yang terungkap
pada model I-O seperti own multiplier, other linkage multiplier dan pengganda
total dapat juga diterapkan dalam analisis SAM. Sedangkan analisis pengganda
harga tetap menjurus pada analisis respon rumahtangga terhadap perubahan
Neraca Eksogen yang memperhitungkan expenditure propensity.
Selanjutnya jika besarnya kecenderungan rata-rata pengeluaran, Aij,
dianggap sebagai perbandingan antara pengeluaran sektor ke-j untuk sektor ke-i
dengan total pengeluaran ke-j (Yj), maka:
Aij = Tij / Yj ………………………………………………………… (3.11)
atau dalam bentuk matriks adalah :
0 0 A A21 A22 0 A32
A13 0 ……………………………………………... (3.12) A33
Apabila persamaan (11) dibagi dengan Y, maka diperoleh:
90
Y/Y = T/Y + X/Y ……………………………………………………. (3.13)
Selanjutnya persamaan (11) disubsitusikan ke persamaan (13) sehingga menjadi:
I = A + X/Y
I – A = X/Y
(I – A)Y = X
Y = (I – A)-1 X ……………………………………………………... (3.14)
Jika, Ma = (I – A)-1 maka :
Y = Ma X ………………………………………………………….. (3.15)
Dimana A adalah koefisien-koefisien yang menunjukkan pengaruh langsung
(direct coefficients) dari pe ruba han yang terjadi pada suatu sektor terhadap sektor
lainnya. Sementara itu Ma adalah pengganda neraca yang menunjukkan pengaruh
perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya dari seluruh sistem SAM.
Pyatt and Round (1985) melakukan dekomposisi terhadap pengganda
neraca tersebut, dimana hasilnya dalam bentuk multiplikatif:
Ma = Ma3 Ma2 Ma1 ………………………………………………….. (3.16)
atau secara aditif dapat ditulis:
Ma = I + Ma1 - I + (Ma2 - I) Ma1 + (Ma3 - I) Ma2 Ma1 ……………... (3.17)
Secara berurutan matriks Ma1, Ma2, dan Ma3 dapat dijelaskan sebagai
berikut: Pertama, Ma1 disebut sebagai pengganda transfer yang menunjukkan
pengaruh dari satu blok neraca pada dirinya sendiri, yang dirumuskan sebagai
berikut:
Ma1 = (I – A0 )–1 …………………………………………………..... (3.18)
dimana:
91
0 0 A A 0 22 0 0
0
0 0 ……………………………………………..... (3.19) A33
sehingga:
0 0 M a1 0 (1 A22 ) 1 0 0
0 0 …………………………........ (3.20) (1 A33 ) 1
Kedua, Ma2 adalah pengganda open loop atau cross effect yang menunjukk an
pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Dalam hal ini Ma2
dapat
dirumuskan:
Ma2 = (I + A* + A*2) …………………………………………….... (3.21)
dimana A* = (I – A0)-1 (A – A0)
Oleh karena:
A*13 = A13
A*21 = (I – A22)-1 A21
A*32 = (I – A33)-1 A32
maka Ma2 dapat ditulis sebagai berikut:
1 M a2 A* 21 A* 32 A* 21
A*13 A* 32
A*13
1 A* 32
A* 21 A*13 …………………………. (3.22) 1
Proses pengganda open loop antar blok tersebut disajikan pada Gambar 3.
Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa
berawal dari peningkatan (injeksi)
permintaan ekspor (X3) akan meningkatkan output yang berhubungan dengan blok
aktivitas produksi (Y3) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor
produksi (Y1) dengan nilai pengganda sebesar A13.
92
Peningkatan pendapatan pada blok faktor produksi akan mempengaruhi
pendapatan pada blok institusi (Y2) dengan nilai pengganda sebesar A*21.
Selanjutnya peningkatan pendapatan blok institusi akan berpengaruh terhadap
pendapatan blok produksi dengan nilai pengganda sebesar A*32.
Sumber: Thorbecke (1998) Gambar 3.3. Proses Pengganda antara Neraca Endogen SAM
Apabila injeksi berawal dari peningkatan pendapatan blok faktor produksi
yang berasal da ri luar negeri (X1) akan berpengaruh terhadap pendapatan pada
Y3 Aktivitas Produksi
(I-A33)-1X3 X3= permintaan k
A*32=(I-A33)-
Y2 Distribusi pendapatan institusi
(I-A22)-1X2 X2= pendapatan non- faktor
* A 21=(I-A22)1A
Y1 Distribusi pendapatan faktor
X1= pendapatan faktor dari luar negeri
blok institusi dengan nilai pengganda sebesar A*21 dan selanjutnya akan
berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai
pengganda A*32. Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan
berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai
pengganda sebesar A13. Terakhir, apabila injeksi berawal dari peningkatan
93
pendapatan blok non- faktor produksi yang berasal dari luar negeri (X2) aka n
berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai
pengganda sebesar A*32 dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan
pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda A13. Peningkatan pendapatan
pada blok faktor produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok
institusi dengan nilai pengganda sebesar A*21.
Ketiga, Ma3 merupaka n closed loop yang menunjukkan pengaruh dari satu
blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok semula. Dalam bentuk matriks Ma3
dapat ditulis sebagai berikut:
Ma3 = (I – A*3)-1 …………………………………………………... (3.23)
Persamaan (23) secara rinci dapat ditulis sebagai berikut:
(1 A A A ) M a3 0 0 *13
* 32
* 32
0
1
* * * 13 32
(1 A A A 32 )
0
1
0 0
(1 A*13 A* 32 A* 32 ) 1
(3.24)
Dekomposisi pengganda
neraca tidak hanya dilakukan
dengan
menggunakan pendekatan rata-rata, melainkan juga dengan pendekatan marjinal.
Untuk hal ini dibutuhka n sebuah matriks yang disebut marginal expenditure
propensities yang dinotasika n de ngan C. Matriks C dibentuk berdasarkan asumsi
harga tetap, sehingga pengganda yang diperoleh dengan cara ini seringkali disebut
pengganda harga tetap. Pada dasarnya antara matriks C da n matriks A tidak jauh
berbeda. Kalau matriks A diperoleh dari rata-rata pengeluaran, sedangkan matriks
C diperoleh dari marjinalnya, atau:
C = T/ Y …………………………………………………………. (3.25)
Secara rinci ditulis sebagai:
94
0 0 C C21 C22 0 C32
0 0 …………………………………………...... (3.26) C33
karena Y = T + X, maka:
Y = T + X ………………………………………………………. (3.27)
dengan demikian:
Y = C T + X
Y = (I – C)-1 X …………………………………………………... (3.28)
atau
Y = Mc X ………………………………………………………… (3.29)
Dimana Mc adalah pengganda harga tetap, yang selanjutnya dapat didekomposisi
ke dalam Mc1 (pengganda transfer), Mc2 (open loop mutiplier), dan Mc3 (closed
loop pengganda), sehingga:
Mc = Mc3Mc2Mc1 …………………………………………………… (3.30)
Bentuk matriks Mc3, Mc2, Mc1 sama seperti pada matriks dekomposisi sebelumnya,
hanya saja yang digunakan disini adalah marjinal pengeluaran
3.2.2.2. Analisis Jalur Struktural
Analisis jalur structural (Structural Path Analysis, SPA) kita bisa melacak
interaksi dalam suatu perekonomian yang dimulai dari suatu sektor lainnya secara
berkesinambungan dalam suatu gambar. Dalam SPA, masing- masing elemen pada
multiplier SAM dapat didekomposisi kedalam pengaruh langsung, pengaruh total
dan pengaruh global. SPA adalah sebuah metode yang dilakukan untuk
mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan
95
pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi.
Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah jalur
dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit).
Disebut jalur dasar apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih
dari satu kali. Misalkan sektor i mempengaruhi sektor j. pengaruh i ke j bisa
terjadi secara langsung, bisa pula terjadi melalui sektor-sektor lain, katakan x dan
y. Apabila dalam jalur i ke j tersebut i,x,y, dan j hanya dilalui satu kali, maka hal
seperti ini disebut sebagai jalur dasar, lihat Gambar 3.4.
j
x y
atau
i
i
j
Sumber : Daryanto (2010) Gambar 3.4. Jalur Dasar dalam Analisis Jalur
Ada kalanya suatu sektor, setelah mempengaruhi suatu sektor yang lain,
pada akhirnya akan kembali lagi mempengaruhi sektor itu sendiri. Misalkan
pengaruh sektor i ke j di atas ternyata belum selesai. Jika j mempengaruhi z, da n z
mempengaruhi i, maka jalur dari i ke x ke y ke j ke z dan kembali ke i disebut
sirkuit. Dalam jalur ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali i. Sektor i
dilalui dua kali, yakni pada awal jalur dan pada akhir jalur. Didalam metodologi
SPA ada tiga elemen penting untuk dibahas, yakni jalur pengaruh langsung (direct
influence), pengaruh total (total influence) dan pengaruh global (global influence).
96
(1) Penga ruh Langs ung j ) menunjukk an
Pengaruh langsung ( direct influence) da ri i ke j (IDi
perubahan pe ndapatan atau produksi j disebabkan oleh perubahan satu unit i,
selama pendapatan atau produksi pada titik lain (kecuali pada jalur dasar yang
dilalui dari i ke j) tidak mengalami perubahan. Secara grafik pengaruh langsung
diilustrasikan seperti tampak pada Gambar 3.5 berikut ini.
yy
x j
i
z
Sumber : Daryanto, 2010 Gambar 4.2. Sirkuit dalam Analisis Jalur
Gambar 3.5 mengilustrasikan pengaruh langsung dua sektor, dimana jalur
dasar diukur sepa njang garis ij. Ini berarti petani (sektor j) tampak secara langsung
membeli bahan bakar dari produsen bahan bakar (sektor i), karena jalur yang
dilalui hanya sekali, ini berarti jalur dasar dari i ke j mempunyai panjang sebesar
satu. Setiap kecenderungan pengeluaran
rata-rata (average expenditure
propensity), aij, dapat diiterpretasikan sebagai kekuatan dari pengaruh transmisi
dari sektor i ke sektor j.
Dengan pendekatan rata-rata, pengaruh langsung (IDi > j) dari i ke j secara
matematis dinyatakan sebagai berikut:
I (Di j) a ji ....................................................................................... (3.31)
97
(2) Penga ruh Total
Pengaruh total (total influence) da ri i ke j adalah perubahan yang dibawa
dari i ke j baik melalui jalur dasar maupun sirkuit yang menghubungkannya.
Pengaruh total (IT) merupakan perkalian antara pengaruh langsung dan
pengganda jalur atau path multiplier (Mp), yang dapat dirumuskan:
yx
jyxi
)
2
1
a xi
yxT j
a
...1 xzzyyx 3
................................................................ (3.32)
1
p
I a a a
dimana :
I(Ti
I(Di
j) p
M p ............................................................................ (3.34)
j) p
Dari Gambar 4.2, IT dijelaskan sepanjang tiga jalur busur, yaitu
i x y j. Dengan demikian IT mempunyai jalur dasar sebanyak tiga. Dala m
hal ini bisa dijelaskan bahwa para petani membeli input oba t-obatan dari sektor
jasa pedagang besar atau pengecer (y) dimana mereka memperolehnya dari sektor
industri oba t-obatan pertanian (x). kemudian untuk memproduksi obat-obatan,
sektor industri juga membutuhkan input dari produsen bahan bakar (j). dari
serangkaian jalur transaksi tersebut kita melihat adanya pengaruh timbal balik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk kasus ini pengaruh timbal balik
secara langsung dapat terlihat pada jalur x ke y, yang mengindikasikan bahwa
pedagang obat-obatan (y) secara langsung membeli barang dagangannya dari
sektor industry (x). Sedangkan pengaruh timbal balik secara tidak langsung
kelihatan pada jalur z ke y dan x ke z, yang menunjukkan bahwa sektor jasa
pedagang (y) bisa membeli output dari perusahaan yang bergerak dalam bidang
98
penelitian dan pengembangan (research and development firm) dimana
perusahaan ini memperoleh inputnya dari industri kimia (x).
(3) Penga ruh Global
Pengaruh global (global influence) da ri i ke j mengukur keseluruhan
pengaruh pendapatan atau produksi j yang disebabka n oleh satu unit peruba han i.
Pengaruh global (IG) sama dengan pangaruh total (IT) sepanjang jalur dasar yang
saling berhubungan pada titik i dan titik j. Pengaruh global ini dapat diturunkan
dengan rumus berikut,
n
I(Gi j) maji I(Ti
p1
n
I(Ti
j) p
M p ............................................ (3.35)
j) p
p1
dimana : j) = pengaruh global dari kolom ke i dalam SAM ke baris j,
IG (i
Maji
= elemen ke (j,i) pada matriks multiplier Ma
j) = pengaruh total dari i ke j,
IT ( i
j) = pengaruh langsung dari i ke j, dan
ID ( i
Mp
= multiplier sepanjang jalur p.
Dari Gambar 4.2, titik asal i dan titik tujuan j sama-sama mempunyai tiga
jalur dasar. Contohnya (i, x, y, j ), (i, s, j ) da n (i, v, j ). Anggaplah untuk ke tiga
jalur itu masing- masing kita beri inisial 1, 2 dan 3, maka pengaruh global dari
lintasan tersebut:
I (iG j) maji I T,x,y, j) IT IT (i ,s, j) (i ,v, j)
(i
I T(i j)1 I T j)2 IT (i j)3 (i
I(D i j)1M1 asi asj avi a jv (I avv ) 1 ........................ I(Di j)1 M 1 (I iD j) 2 M 2 (I iD j)3M 3
(3.36)
99
Akhirnya, dapatlah dikatakan SPA itu telah membuktikan sebagai suatu
perangkat yang mampu untuk mengidentifikasi keterkaitan-keterkaitan yang
paling penting didalam model SAM yang sangat kompleks. Kesulitan yang utama
dalam menggunakan pendekatan SPA ini adalah ketika kita ingin menghitung
jalur dasar dalam jumlah yang sangat besar, penghitungannya menjadi lebih rumit
dan kompleks. Akan tetapi dengan menggunakan komputer hal itu dapat diatasi
dan diselesaikan dengan baik. Beberapa software komputer yang tersedia untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan semacam itu antara lain Matlab,
GAM, Math, dan lain- lain khususnya yang dapat digunakan untuk pemecahan
perhitungan matematik.
100
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tahapan Membangun SAM Provinsi Bali Dalam studi ini analisis data dilakukan dari aspek ekonomi regional
dengan menggunakan Model Social Accounting Matrix (SAM) atau analisis
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SAM). Dengan metode ini juga selanjutnya akan
dilakukan analisis simulasi kebijakan untuk mengetahui dampak kebijakan
pemerintah dalam pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap
pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan rumahtangga
di Provinsi Bali.
Selain mampu menjelaskan perilaku dari seluruh variabel makro (dibagi
atas empat blok neraca), model SAM dapat juga menggambarkan berbagai
keterkaitan langsung dan tidak langsung antara variabel satu dengan variabel
lainnya yang dijabarka n da lam sebuah analisis yang disebut Structural Path
Analysis (SPA) da n Decomposition Analysis. Oleh karena pada saat penelitian ini
dilaksanakan masih belum tersedia Tabel Social Accounting Matrix (SAM) atau
Tabel Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SAM) Provinsi Bali, maka langkah awal
yang penting untuk dilakukan adalah membangun Tabel SAM Provinsi Bali.
Setelah Tabel SAM Provinsi Bali dibangun, baru kemudian dapat dilakukan
analisis pengganda dan analisis simulasi dari aspek ekonomi regional.
Konstruksi Tabel SAM Provinsi Bali dilakukan dalam beberapa tahap.
Pertama, menggunakan data Tabel Input-Output Provinsi Bali dan berbagai data
yang bersumber dari SUSENAS, SAKERNAS, SKTIR, dan data indikator
ekonomi Provinsi Bali tahun 2007, kemudian dilakukan pengisian sel-sel Tabel
SAM Provinsi Bali yang akan di bangun. Kedua, Tabe l SAM yang dihasilkan
tidak seimbang, sehingga perlu dilakukan balancing dengan menggunakan metode
cross-entropy sehingga dihasilkan Tabel SAM Provinsi Bali tahun 2007 yang
101
seimbang (Lampiran 1). Dan ketiga, melakukan pengolahan data sesuai dengan
keperluan dalam studi ini.
Mengacu pada Kerangka Dasar SAM Indonesia seperti disajikan pada Tabel
3.3. Bab 3, prosen membangun SAM Provinsi Bali dilakukan. Tabe l SAM
Provinsi Bali yang dibangun dalam studi ini secara garis besarnya terdiri atas
dua neraca, yaitu endo gen da n eksogen. Dalam neraca endo gen terdapa t tiga
blok yakni blok faktor produksi, institusi dan aktifitas produksi. Setiap blok
akan didisagregasi menjadi beberapa neraca sesuai kerangka SAM Indonesia
yang menjadi acuan didalam menyusun Tabel SAM Provinsi Bali.
Simplifikasi tahapan penyusuna n Tabel SAM Provinsi Bali dijelaskan pada
Gambar 4.1.
Kl asifikasi Tabel SAM Provi nsi Bali: 51 x 51
Pengumpulan Data: Data Sekunder
Data Tahun 2007, meliputi data : Tabel Input-Output Provinsi Bali Susenas untuk Provinsi Bali Sakernas untuk Provinsi Bali SKTIR untuk Prov insi Bali Survei Industri Provinsi Bali Indikator Ekonomi Provinsi Bali Data terkait lainnya
Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007
Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007
Metode Cross- Entrophy
102
Gambar 4.1.
Simplifikasi Tahapan Penyus unan Tabel SAM Provinsi Bali Tabun 2007
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dinyatakan bahwa Tahap Pertama dalam
menyusun SAM Provinsi Bali adalah menentukan klasifikasi sektor. Dalam hal ini
dibangun Tabel SAM dengan klasifikasi 51 x 51 seperti terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Klasifikasi SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Uraian
Institusi
Lainnya
SektorProduksi
Tenagakerja
FaktorProduksi
Pertanian Produksi, operator alat angkut, operator angkutan dan buruh kasar Tata usaha, penjualan, jasa-jasa Kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi
Bukan Tenaga Kerja RT Buruh Tani RT Pengusaha Pertanian RT Gol. Rendah di Desa RT Penerima Pendapatan di Desa RT Gol. Atas di Desa RT Gol Rendah di Kota RT Penerima Pendapatan di Kota RT Gol. Atas di Kota Perusahaan Pemerintah Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit Industri kayu Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak Industri kerajinan dari bahan galian industri karoseri dan alat angkuta Industri barang perhiasan Listrik dan Air minum Bangunan Perdagangan Restoran, rumah makan, warung Hotel bintang Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan laut antar pulau/negara Angkutan udara Travel biro Komunikasi, pos, giro Perbankan Jasa Pemerintahan Umum Atraksi budaya Neraca Kapital Pajak Tidak langsung Luar Negeri
Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji
Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
103
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dijelaskan komposisi masing- masing neraca
sebagai berikut:
(1) Neraca Faktor Produksi
Neraca Faktor Produksi dikelompokkan menjadi faktor produksi tenaga
kerja dan faktor produksi bukan tenaga kerja. Terhadap faktor produksi tenaga
kerja dilakukan disagregasi sedangkan terhadap faktor produksi bukan tenaga
kerja tidak dilakukan disagregasi.
Faktor produksi tenaga kerja dapat dikelompokkan menurut jenis dan
status pekerjaan dari tenaga kerja, yakni (1) tenaga kerja yang bekerja disektor
pertanian, yang terdiri dari tenaga kerja yang bekerja subsektor perkebunan,
perikanan, kehutanan, perburuan dan penangkapan hewan serta usaha-usaha ya ng
berhubungan dengan sektor pertanian. Tenaga kerja di sektor ini dapat berupa
tenaga kerja yang bekerja sendiri atau pekerja keluarga, atau pekerja yang dibayar,
baik yang bekerja sebagai manajer, pengawas atau pun sebagai buruh biasa, (2)
tenaga kerja yang bekerja di sektor pariwisata, termasuk di dalam klasifikasi
tenaga kerja yang bekerja di sektor pariwisata adalah tenaga kerja yang bekerja
subsektor perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, komunikasi, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, baik yang bekerja sendiri (pekerja keluarga) atau
pekerja yang dibayar baik sebagai manajer, pengawas atau pun sebagai buruh
biasa, (3) tenaga kerja yang bekerja di sektor industri pengolahan, termasuk dalam
klasifikasi ini adalah tenaga kerja yang bekerja di semua sektor industri
pengolahan, seperti ind ustri tekstil, industri garmen, ind ustri makanan da n
minuman dan sebagainya. Tenaga kerja di sektor ini dapat berupa tenaga kerja
yang bekerja sendiri (pekerja keluarga), atau pekerja yang dibayar, baik sebagai
104
manajer, pengawas atau pun buruh biasa, dan (4) tenaga kerja yang bekerja di
sektor lainnya, termasuk dalam klasifikasi ini adalah tenaga kerja yang bekerja
selain sektor pertanian, sektor pariwisata dan sektor industri pengolahan, seperti
sektor salon kecantikan, sektor olah raga, sektor pengangkutan informal dan
sebagainya. Tenaga kerja disektor ini dapat berupa tenaga kerja yang bekerja
sendiri atau pekerja keluarga dan pekerja yang dibayar, baik sebagai manajer,
pengawas, atau pun seba gai buruh biasa.
(2) Neraca Institusi
Dalam kerangka SAM , pendapatan faktorial (yaitu pandapatan tenaga
kerja dan modal) didistribusikan
kepada neraca institusi, yaitu: seperangkat
neraca rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah. Semua pendapatan tenaga kerja
dalam bentuk upah dan gaji didistribusikan pada golongan
rumahtangga,
sedangkan pendapatan modal didistribusikan
pada golongan rumahtangga
sebagai penerimaan modal, pada perusahaan dan pemerintah sebagai
laba/keuntungan yang ditahan atau laba/ keuntungan yang tidak didistribusikan .
Selain pendapatan dari faktor-faktor produksi, institusi juga menerima
pendapatan dalam bentuk transfer dari neraca lainnya. Untuk rumahtangga
pendapatan bukan faktor ini terdiri dari transfer antar rumahtangga, transfer dari
perusahaan, transfer dari pemerintah, dan transfer langsung dari luar propinsi /
negeri. Untuk perusahaan, tipe pendapatan ini diperoleh dari transfer antar
perusahaan dan dari luar provins/negeri, yang datanya diperoleh dari SKTIR, Biro
Neraca Rumahtangga, BPS Jakarta. Total baris institusi rumahtangga merupakan
pendapatan rumahtangga. Dalam penelitian ini rumahtangga di golongkan
menjadi lima agar konsisten dengan penggolongan Susenas 2007. Dengan
105
demikian, total pendapatan masing- masing golongan rumahtangga ini menjadi
kajian distribusi pe ndapatan institusional.
Di satu sisi rumahtangga memperoleh pendapatan, namun di sisi
lain
rumahtangga juga melakukan pengeluaran atau konsumsi. Pengeluaran
rumahtangga akan barang-barang pangan dan bukan pangan diperoleh dari
Susenas 2007. Informasi tentang tabungan
rumahtangga regional diperoleh
SKTIR 2007 Pengeluaran rumahtangga untuk pajak langsung pada pemerintah
regional/total diperoleh dari Susenas 2007, dan transfer golongan rumahtangga ke
luar propinsi / negeri
dianggap sisa (residual). Proses
penyesuaian perlu
dilakukan terhadap elemen-elemen pengeluaran, agar total kolom sama dengan
total baris yang berhubungan.
Untuk institusi pe rusahaan, pe ngeluaran perusahaan atas komoditas atau
sektor, pajak langsung dari perusahaan ke pemerintah, keuntungan yang tidak
dibagikan dan pembayaran perusahaan ke luar negeri diperoleh dari Survey
Perusahaan Industri 2007, Biro Industri, Badan Pusat Statistik Jakarta.
Untuk institusi pemerintah, pengeluaran pemerintah berisikan pengeluaran
rutin, pengeluaran untuk investasi atau tujuan konsumsi kapital, dan pengeluaran
pemerintah langsung ke masyarakat dalam bentuk Inpres- Inpres . Dengan
spesifikasi ini, diharapkan semua jenis pengeluaran pemerintah (pusat dan daerah)
sudah ditangkap oleh SAM Bali ini, dan simulasi kebijakan
penge luaran
pemerintah dalam sebuah kerangka general equilibrium dapat dilakukan secara
lebih fleksibel dan benar.
Pengeluaran pemerintah rutin yang diperoleh dari Biro Keuangan Pemda
Bali, jenis-jenis kegiatannya
dipilah-pilah menurut sektor-sektor produksi.
106
Pengeluaran pemerintah
untuk investasi (Infrastruktur ekonomi, infrastruktur
sosial dan pelayanan umum), diperoleh dengan memilah- milah jenis kegiatan
setiap proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara menurut sektor-sektor produksi. Hal sama juga
dilakukan untuk pengeluaran pemerintah dalam bentuk proyek-proyek Inpres.
Dimasukannya institusi wisatawan dalam SAM
Bali ini adalah untuk
menangkap karakteristik
perekonomian Bali
yang menonjol sektor
pariwisatanya. Pola pengeluaran
wisatawan untuk sektor-sektor ekonomi
menggunakan hasil penelitian Kantor Badan Pusat Statistik Bali yang bekerja
sama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana tahun 2002, yang dianggap
lebih menyebar dari pada pola pengeluaran survey Dinas Pariwisata Bali tahun
2007. Dengan mengetahui total pengeluaran wisatawan (perkalian antara jumlah
kunjungan wisatawan dengan lama tinggal wisatawan dan pengeluaran wisatawan
per orang per hari), maka dapat dihitung total pengeluaran wisatawan
yang
ditangkap oleh sektor-sektor ekonomi yang menjadi pendapatan sektor-sektor
yang be rsangkutan.
(3) Neraca Sektor Produksi
Neraca aktivitas produksi atau sektor produksi yang merupakan salah satu
neraca penting SAM Bali Tahun 2007 bersumber dari transaksi antara sektor
Tabe l I-O Provinsi Bali Tahun 2007. Namun agregasi sektor-sektor tabel transaksi
harus dilakuka n agar ko nsisten de ngan sektor-sektor pada neraca aktivitas
penyesuaian elemen-elemen transaksi agar tercapai keseimbangan total baris
dengan total kolom yang berhubungan.
107
(4) Neraca lainnya
Neraca ini meliputi marjin perdagangan dan pengangkutan, pajak tidak
langsung neto, ekspor dan impor, dan investasi swasta diperoleh langsung dari
Tabel I–O Bali Tahun 2007. Elemen-elemen penerimaan pemerintah, pinjaman
luar negeri pemerintah dan swasta diperiksa dari APBD dan APBN serta laporan-
laporan Bappeda Bali. Walaupun impor
merupakan neraca residual, maka
diharapkan tidak jauh berbeda dengan impor kompetitif pada tabel I-O Bali
Tahun 2007.
Penerimaan dari neraca kapital datang dari tabungan rumahtangga regional,
tabungan perusahaan, dan tabungan pemerintah. Karena semua isian- isian
tersedia, maka penerimaan total dari neraca kapital swasta dapat ditentukan secara
mudah. Pengeluaran dari neraca swasta disalurkan melalui investasi swasta
sektoral dan pinjaman swasta luar propinsi/negeri.
Tahapan kedua adalah melakukan pengumpulan data dan mengisi sel-sel
transakti Tabel SAM mengacu pada Tabel SAM Indonesia. Secara garis besar sel-
sel transaksi yang akan diisi dapat dilihat Tabel 3.3 pada Bab 3. Sumber data
utama dalam membangun SAM bali adalah Tabel I-O Provinsi Bali tahun 2007.
Sel SAM Bali dimulai dengan memasukkan Tabel I-O Provinsi Bali ke dalam
matriks permintaan antara. Transaksi- transaksi lain yang membutuhka n infor masi
dari Tabel I-O Provinsi Bali Tahun 2007 adalah matriks: (1) kebutuhan institusi
terhadap barang dan jasa (permintaan domestik), (2) distribusi pendapatan dari
faktor produksi, (3) penyusutan barang modal, (4) jumlah formasi kapital, (5)
penerimaan pemerintah dari pajak tak langsung, (6) impor barang dan jasa dari
luar negeri, dan (7) ekspor barang dan jasa ke luar negeri. Adapun untuk matriks-
108
matriks lainnya, sumber informasi lain dibutuhkan. Jadi ide dasar dalam mengisi
sel-sel SAM Bali adalah mengembangkan Tabel I-O Provinsi Bali.
Perincian matriks yang membutuhkan data tambahan untuk melengkapi
data utama adalah sebagai berikut. Matriks konsumsi rumahtangga dan institusi
lain terhadap barang dan jasa, dijabarkan dengan menggunakan informasi dari
Tabe l I-O Provinsi Bali Tahun 2007 dan pengeluaran konsumsi penduduk Bali
tahun 2007. penjabaran matriks distribusi pendapatan dari faktor (tenaga kerja),
membutuhkan informasi dari Tabe l I-O Bali Tahun 2007, Penduduk Bali Tahun
2007, Persentase penduduk asli Bali menurut lapa ngan usaha tahun 2007 dan
indikator kesejahteraan rakyat Bali tahun 2006. Sementara untuk mengisi sel
matriks transfer payment menggunakan informasi dari Survei Khusus Tabungan
dan Investasi Rumahtangga (SKTIR) tahun 2007, SAM Indonesia 2004 dan
Susenas tahun 2007.
Selanjutnya statistik keuangan Bali 2006/2007 dibutuhkan untuk mengisi
matriks transaksi sebagai berikut: (1) ransfer luar negeri ke pemerintah, diperoleh
dari bagian penerimaan pembangunan dari luar negeri, (2) matriks subsidi
pemerintah ke rumahtangga, diperoleh dari sebagian dana sosial pemerintah
daerah, dan (3) tabungan pemerintah, diperoleh dari selisih antara pendapatan dan
realisasi total pengeluaran pemerintah daerah. Menempatkan neraca pemerintah
(G) sebagai faktor endogen dalam Tabel SAM Provins i Bali.
Setelah seluruh sel Tabel SAM Provinsi Bali diisi akan menghasilkan
Tabel SAM Provinsi Bali yang tidak seimbang (unbalanced). Oleh karenanya
perlu dilakuka n tahapa n selanjutnya.
109
Pendeka tan Cross Entrophy (CE) dengan menggunakan program GAMS
digunakan.
Metode CE merupakan perluasan dari metode RAS, dimana metode CE
lebih fleksibel dan unggul untuk mengestimasi SAM ketika data scattered
(tersebar) dan tidak konsisten. Sementara itu metode RAS mengasumsikan bahwa
estimasi dimulai dari suatu SAM terdahulu yang konsisten dan hanya mengetahui
tentang total baris dan kolom. Kerangka CE mengacu pada rentang informasi
terdahulu yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam estimasi
(Robinson et al., 1998). Mengacu pada pemikiran tersebut, maka dalam rangka
mendisagregasi SAM pada kondisi sebelum dan setelah krisis ekonomi di
Indonesia akan digunakan metode CE.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penerapan model CE, yaitu
pendekatan deterministik dan stokastik. Pendekatan deterministik digunakan
apabila terdapat ketergantungan yang bersifat fungsional antara satu variabel
dengan variabel lainnya. Pendekatan stokastik digunakan apabila terdapat
ketergantungan yang bersifat random antara satu variabel dengan variabel lainnya
(Robinson et al., 1998; Robinson dan El-Said, 2000). Karena dalam penelitian ini
estimasi SAM hanya dilakukan pada tahun tertentu dan ketergantungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya yang akan didisagregasi bersifat fungsional,
maka metode CE dengan pendekatan deterministik yang akan digunakan.
Langkah pertama mengestimasi SAM menggunakan metode CE dengan
pendekatan deterministik adalah mendefinisikan matriks T sebagai suatu matriks
transaksi SAM, dimana tij adalah aliran pengeluaran dari neraca kolom j ke naraca
baris i yang memenuhi kondisi:
110
yi tij t ji …………………………………………………… (4.1) j
j
Pada suatu SAM, setiap jumlah baris ( yi ) harus sama de ngan jumlah
kolom ( y*j ), dimana koe fisien matriks A dapat dibentuk dari setiap sel pada
matriks T dibagi denga n jumlah kolomnya. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Aij
tij y j
……………………………………………………………….(4.2)
Kullback dan Leibler (1951) mengaplikasikan ukuran jarak cross-entropy
antara dua distribusi probabilitas dalam mengestimasi SAM. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh satu set koe fisien matrik yang baru
(A) dengan cara
meminimumkan jarak cross-entropy antara koefisien matriks yang baru dengan
koefisien matriks sebelumnya ( A) . Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Aij min I Aij ln A i j Aij
Dengan kendala: j
Aij ln A ij j
Aij ln A ……………………………. (4.3) j
* …………………………………………………(4.4) Aij y yi * j
A ji 1 dan 0 Aji 1………………………………… (4.5) j
Setelah dilakukan balancing menggunakan metode cross-entrophy dengan
bantuan program GAMS diperoleh Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007 yang
111
seimbang (balance) sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel SAM
Provinsi Bali Tahun 2007 inilah yang kemudian dianalisis untuk menjawab
permasalahan da n tujuan pe nelitian yang akan dicapa i.
4.2.Metode Analisis
Kerangka SAM dapat digunakan sebagai kerangka data yang menjelaskan
mengenai (BPS, 1995 dan 1999): Pertama, kinerja pembangunan ekonomi suatu
negara, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), konsumsi, tabungan dan lainnya. Kinerja perekonomian antara
lain ditunjukkan dari nilai tambah
yang ditimbulkan oleh berbagai sektor
ekonomi (T13 pada Tabel 3.3) yang memberikan gambaran mengenai besarnya
PDB nasional atas dasar harga faktor pada tahun tertentu. Bila ditambah dengan
pajak tidak langsung akan menghasilkan PDB atas dasar harga konstan. Kinerja
perekonomian nasional lainnya yang dapat ditunjukkan oleh kerangka SAM
adalah: (1) distribusi PDB menurut sektor-sektor ekonomi (supply side), (2)
distribusi PDB menurut penge luaran (demand side), (3) struktur input antara
(intermediate input) yang dapat dirinci menjadi sumberdaya domestik dan impor,
(4) investasi dan tabungan masyarakat, (5) hutang dan piutang negara, dan (6)
keboc oran nasional, yaitu besarnya pe nerimaan negara yang menga lir ke luar
negeri.
Kedua, distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang
dirinci menurut faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal. Distribusi
pendapatan faktorial dalam kerangka SAM ditunjukkan oleh baris neraca pertama
pada kerangka umum SAM. Seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3 bahwa T13
112
menunjukkan alokasi nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor produksi
ke faktor- faktor produksi, yaitu sebagai balas jasa dari penggunaan faktor- faktor
produksi tersebut, misalnya upah dan gaji sebagai balas jasa bagi penggunaan
faktor produksi tenga kerja. Sementara itu balas jasa bagi penggunaan faktor
produksi kapital antara lain keuntungan, dividen, bunga dan sewa rumah. Bila
ditambah dengan neraca X1 yang menunjukkan pendapatan faktor produksi yang
diterima dari luar negeri, maka total kedua penerimaan ini menunj ukka n distribusi
pendapatan faktorial.
Ketiga, distribusi pendapatan rumahtangga yang dirinci menurut berbagai
golongan pendapatan. Distribusi pendapatan rumahtangga dalam kerangka SAM
ditunjukkan oleh baris neraca kedua pada kerangka umum SAM. Seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.3 bahwa neraca T21 menunjukkan alokasi pendapatan
faktor produksi yang diterima oleh berbagai institusi, salah satu institusi dalam
kerangka SAM adalah rumahtangga. Dengan kata lain, neraca ini merupakan
pemetaan dari neraca X1 menjadi neraca T21, yaitu pemetaan dari pendapatan
faktorial menurut sektor-sektor ekonomi
menjadi pendapatan institusi
(rumahtangga), menurut faktor-faktor produksi.
Sementara itu neraca T22 menunjukkan pembayaran transfer antara
institusi, misalnya pemberian subsidi dari pemerintah kepada rumahtangga atau
pemberian subsidi dari perusahaan kepada rumahtangga atau pembayaran transfer
dari rumahtangga ke rumahtangga lainnya. Sedangkan neraca X2 menunjukk an
penerimaan ketiga institusi dari luar negeri. Jumlah ketiga neraca T21, T22 dan X2
yang
berhubungan
rumahtangga.
dengan
rumahtangga
menggambarkan
pendapatan
113
Keempat, pola pengeluaran rumahtangga (household expenditure pattern).
Pola pengeluaran menurut golongan rumahtangga dalam kerangka SAM dapat
dilihat pada neraca ko lom masing- masing golongan rumahtangga. Pada rincian ini
dapat diperoleh informasi mengenai pola pengeluaran rumahtangga menurut
berbagai komoditas, baik komoditas domestik maupun komoditas impor. Dari
informasi ini dapat juga diperlihatkan besarnya tabungan masing- masing
golongan rumahtangga.
Dan kelima, distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha
dimana mereka yang bekerja termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang
mereka peroleh sebagai balas jasa tenaga kerja yang mereka sumbangkan.
Masalah ketenagakerjaan dalam kerangka SAM terutama dijelaskan oleh
submatriks T13, yaitu submatriks alokasi nilai tambah menurut sektor-sektor
ekonomi. Sebagaimana dipahami bahwa nilai tambah yang d iciptakan oleh sektor-
sektor ekonomi tersebut salah satunya merupakan sumbangan dari faktor produksi
tenaga kerja be rupa upa h da n gaji. Bila upa h da n gaji ini da ri setiap tenaga kerja
pada masing- masing sektor ekonomi dijumlahkan, maka diperoleh alokasi nilai
tambah faktor produksi tenaga kerja menurut sektor. Dengan demikian, dari
submatriks ini dapat diperoleh informasi mengenai jumlah tenagakerja yang
bekerja pada masing- masing sektor ekonomi termasuk besarnya tingkat upah yang
mereka peroleh. Informasi- informasi ini akan dianalisis sehingga akan
memberika n masuka n mengenai ko ndisi sos ial masyarakat, yaitu distribusi tenaga
kerja dan tingkat upah dan gaji menurut sektor-sektor ekonomi yang dianalisis.
Walaupun penggunaan SAM cukup luas, dalam studi ini analisis dibatasi
untuk mengetahui: Pertama, peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata
114
terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu kinerja perekonomian dari aspek distribusi
PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran da n permintaan, dan struktur input antara
yang dirinci menurut sumberdaya domestik dan impor. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui keunggulan sektor pertanian dan sektor pariwisata di Provinsi Bali
dari aspek penawaran dan permintaan. Sektor pertanian dan sektor pariwisata
dengan kontribusi yang tinggi adalah sektor pertanian dan sektor pariwisata yang
lebih banyak menggunakan sumberdaya domestik atau sumberdaya impor. Kedua,
untuk mengetahui peranan sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap
kesempatan kerja, analisis lebih difokuskan untuk memperoleh informasi tentang
jumlah tenaga kerja yang bekerja pada masing- masing sektor. Ketiga, untuk
memperoleh gambaran yang luas tentang peranan sektor pertanian dan sektor
pariwisata terhadap distribusi pendapatan, oleh karenanya analisis distribusi
pendapatan rumahtangga dan analisis distribusi pendapatan faktorial dilakukan.
4.2.1. Analisis Pengga nda SAM
Seperti telah dijelaskan pada Bab sebelumnya, analisis pengganda di
dalam model SAM dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu: pengganda
neraca dan pengganda harga tetap (Isard et al., 1998). Nilai pengganda neraca
menunjukkan besarnya keterkaitan antar sektor dalam perekonomian. Setiap unsur
dalam matriks pengganda neraca dapat diinterpretasikan sebagai total perubahan
pendapatan langsung maupun tidak langsung dalam baris imbas pendapatan oleh
injeksi unit pendapatan eksogen ke dalam neraca kolom (Bautista, 2000).
Dalam studi ini analisis pengganda yang digunakan adalah analisis
pengganda rata-rata (Ma) dengan fokus utama adalah analisis pengganda sektor
115 pertanian dan sektor pariwisata. Ada tujuh jenis pengganda yang akan dianalisis
dalam studi ini, yaitu: pengganda output, pengganda nilai tambah, pengganda
antar sektor, pengganda pendapatan rumahtangga, pengganda pendapatan pihak
swasta, pengganda pendapatan pemerintah dan pengganda faktorial.
1. Pengganda output
Nilai pengganda output menunjukkan efek total terhadap output dalam
perekonomian secara keseluruhan akibat adanya peningkatan permintaan
output pada sektor ke-i dalam blok produksi, dimana nilai pengganda ini
diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada
blok sektor produksi sepanjang kolom sektor ke-i. Nilai pengganda ini
diperoleh dari penjumlahan koefisien matriks pengganda neraca di blok sektor
produksi sepanjang kolom sektor ke-i.
2. Pengganda nilai tambah
Nilai pengganda nilai tambah menunjukkan efek total terhadap nilai tambah
dalam perekonomian akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor ke-i
dalam blok produksi. Nilai tambah ini diperoleh dengan menjumlahkan
koefisien matriks pengganda neraca pada unsur- unsur yang termasuk da lam
blok faktor produksi.
3. Pengganda keterkaitan antara sektor
Nilai pengganda ini menunjukkan efek total terhadap sektor ke-j dalam
perekonomian akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor ke-i. Nilai
pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda
neraca sepanjang kolom sektor ke-j.
116
4. Pengganda pendapatan rumahtangga
Nilai pengganda pendapatan rumahtanga menunjukkan efek total terhadap
pendapatan rumahtangga akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor
ke-i. Nilai pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks
pengganda neraca pada unsur-unsur yang termasuk dalam kelompok
rumahtangga sepanjang kolom sektor ke-i.
5. Pengganda pendapatan pihak swasta
Nilai pengganda pendapatan ini menunjukkan efek total terhadap pendapatan
pihak swasta akibat adanya peningkatan pendapatan pada sektor ke-i. Nilai
pengganda ini diperoleh dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda
neraca pada unsur-unsur yang termasuk dalam kelompok swasta sepanjang
kolom sektor ke-i.
6. Pengganda pendapatan pemerintah
Nilai pengganda pendapatan ini menunjukkan efek total terhadap pendapatan
pemerintah dimana nilai pengganda ini diperoleh dari penjumlahan koefisien
matriks pengganda neraca pada kelompok pemerintah (kolom sektor ke-i).
7. Pengganda faktorial
Nilai pengganda ini menunjukkan efek total terhadap peneriman blok faktor
produksi (terdiri dari tenaga kerja dan modal). Nilai pengganda ini diperoleh
dengan menjumlahkan koefisien matriks pengganda neraca pada unsur-unsur
yang termasuk dalam blok faktor produksi.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih dalam da ri hasil analisis
pengganda, dalam studi ini juga dilakukan analisis dekomposisi pengganda.
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab 3, dikenal ada tiga analisis dekomposisi
117
pengganda, yaitu: transfer multiplier, open loop multiplier, dan close loop
multiplier. Pengganda transfer yang menunjukkan pengaruh dari satu blok neraca
pada dirinya sendiri. pengganda open loop atau cross effect yang menunjukk an
pengaruh langsung dari satu blok ke blok lain. Pengganda closed loop
menunjukkan pengaruh dari satu blok ke blok lain, kemudian kembali pada blok
semula.
Untuk memperoleh bagaimana interaksi suatu sektor dengan sektor
lainnya dalam kerangka SAM analisis jalur structural (Structural Path Analysis,
SPA) juga dilakukan dalam penelitian ini. Dalam SPA, masing- masing elemen
pada multiplier SAM dapat didekomposisi kedalam pengaruh langsung, pengaruh
total dan pengaruh global. SPA adalah sebuah metode yang dilakukan untuk
mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan
pengaruh suatu sektor pada sektor lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi.
Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah jalur
dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit) sebagaimana telah dijelaskan pada
Bab 3.
4.2.2. Analisis Simulasi
Analisis simulasi dimaksudka n untuk mengetahui bagaimana dampak
stimulus ekonomi sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap output,
penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan rumahtangga. Dari analisis ini
akan diperoleh alternatif-alternatif kebijakan pembangunan ekonomi regional
yang bermuara pada output, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan.
Dalam simulasi, stimulus ekonomi berdampak pada blok neraca sektor
produksi (aktivitas) dan blok neraca institusi. Pada blok neraca sektor produksi,
118 dampak stimulus ekonomi adalah terhadap output sektor-sektor produksi dan pada blok neraca institusi adalah pada pendapatan rumahtangga yang
berpenghasilan rendah. Kenaikan output sektor-sektor produksi dapat bersumber
dari kenaikan permintaan (ekspor). Dengan demikian, stimulus ekonomi yang
diberikan kepada sektor produksi mempunyai makna bahwa: kenaikan output
sektor produksi yang berasal dari luar sistem tanpa menyebutkan sumber kenaikan
secara spesifik. Jumlah stimulus ekonomi sebesar 100 milyar rupiah merupakan
jumlah pembentuka n moda l tetap (Investasi) yang dituangka n da lam APBD
Provinsi Bali.
Untuk keperluan membandingkan dampak stimulus ekonomi (investasi)
maka besaran stimulus ekonomi pada sektor atau sub-sektor pertanian dan
pariwisata diberlakukan secara proporsional, dengan skenario sebagai berikut:
Skenario 1 :
Stimulus ekonomi (investasi) pada sektor pertanian sebesar Rp
100 milyar yang dialokasikan secara proporsional ke masing-
masing subsektor pertanian.
Skenario 2 :
Stimulus ekonomi (investasi) pada sektor pariwisata sebesar Rp
100 milyar yang dialokasikan secara proporsional ke masing-
masing s ub-sektor pariwisata.
Skenario 3 :
Stimulus ekonomi (investasi) pada sektor pertanian sebesar Rp 50
milyar yang dialokasikan secara proporsional ke masing- masing
subsektor pertanian, dan stimulus ekonomi (investasi) pada
sektor pariwisata sebesar Rp 50 milyar yang dialokasikan secara
proporsional ke masing- masing sub-sektor pariwisata.
119
120
V. PERANAN DAN KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN DAN SEKTOR PARIWISATA DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN PROVINSI BALI
5.1. Struktur Perekonomian Provinsi Bali
5.1.1. Struktur Output Perekonomian dan Jumlah Tenaga Ke rja
Dengan menggunakan Tabel SAM Provinsi Bali Tahun 2007 yang telah
dibangun (Lampiran 2) dapat digambarkan nilai tambah yang dihasilka n oleh
berbagai sektor ekonomi yang mencerminkan besarnya output pe reko nomian atas
dasar harga
faktor pada tahun tertentu.
Tabel 5.1
menyajikan output
pereko nomian atas dasar harga faktor dari sisi penerimaan (supply side) dan
menyajikan jumlah kesempatan kerja menurut sektor-sektor ekonomi Provinsi
Bali pada tahun 2007. Dari 28 sektor yang ada dalam neraca sektor produksi SAM
Provinsi Bali, dapat dikelompokkan dalam tiga sektor utama perekonomian, yaitu:
1. Sektor pertanian yang mencakup subsektor Tanaman Bahan Makanan,
subsektor perkebunan, subsektor pe ternaka n, subsektor kehutanan dan
subsector perikanan.
2. Sektor periwisata yang mencakup subsektor restoran da n rumah makan,
subsektor hotel, subsektor industri makanan, minuman dan tembakau,
subsektor indutrsi tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit,
subsektor industri kerajinan dari bahan galian, subsektor industri barang
perhiasan, subsektor travel biro, da n subsektor atraksi buda ya.
3. Sektor lainnya mencakup perdagangan, pertambangan, industri kayu, industri
kertas, barang dari kertas dan karton, industry kimia, barang dari kimia, karet
dan plastik, bahan bakar minyak, industri karoseri dan alat angkutan, listrik
dan air minum, bangunan, angkutan umum, darat, dan angkutan darat lainnya,
121 angkutan laut antar pulau/negara, angkutan udara, komunikasi, pos dan giro, perbankan, dan jasa pemerintahan umum.
Tabe l 5.1. Struktur PDRB da n Jumlah Tenaga Kerja di Provinsi Bali Tahun 2007 No. A 1 2 3 4 5 B 6 7 8 9 10 11 12 13 C 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Tenaga Kerja Sektor Produksi
Pertanian Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pariwisata Restoran dan rumah makan Hotel Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit Industri kerajinan dari bahan galian Industri barang perhiasan Travel biro Atraksi budaya Lainnya Perdagangan Pertambangan Industri kayu Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak Industri karoseri dan alat angkutan Listrik dan Air minus Bangunan Anghutan umum darat dan angkutan darat lainny a Angkutan laut antar pulau/negara Angkutan udara Komunikasi, pos, giro Perbankan Jasa Pemerintahan Umum Jumlah
Output Perekonomian
Jumlah (Ribu Orang) 428.64 85.51 24.01 212.80 0.18 106.15 424.33 65.00 66.93 45.27
Persentase (%) 21.18 4.22 1.19 10.51 0.01 5.24 20.96 3.21 3.31 2.24
12,868,635.30 4,348,907.85 886,087.47 5,543,677.20 2,642.62 2,087,320.18 27,688,723.13 7,644,481.12 6,668,669.95 3,878,397.44
17.32 5.85 1.19 7.46 0.00 2.81 37.28 10.29 8.98 5.22
99.98
4.94
3,924,337.84
5.28
1.52 2.01 21.60 122.02 1,171.24 551.41 21.21 48.87 3.33
0.08 0.10 1.07 6.03 57.86 27.24 1.05 2.41 0.16
94,374.41 171,038.68 1,275,104.51 4,032,319.17 33,720,985.25 7,151,961.24 299,981.02 1,784,142.65 148,035.55
0.13 0.23 1.72 5.43 45.40 9.63 0.40 2.40 0.20
9.94
0.49
1,055,860.89
1.42
7.07 15.78 106.47 26.91
0.35 0.78 5.26 1.33
- 229,790.34 1,371,483.95 5,300,917.11 1,927,041.31
0.31 1.85 7.14 2.59
8.66 30.50 9.31 28.58 303.20 2,024.21
0.43 1.51 0.46 1.41 14.98 100.00
427,874.34 4,287,700.05 1,461,188.66 4,168,404.06 4,106,604.08 74,278,343.68
0.58 5.77 1.97 5.61 5.53 100.00
Nilai (Rp Juta)
Persentase (%)
Sumber: SAM Provinsi Bali 2007 (diolah)
Berdasarkan Tabel 5.1, dapat diketahui bahwa perekonomian Provinsi Bali
didominansi oleh sektor pertanian dan sektor pariwisata yang masing- masing
memberikan kontribusi pada output perekonomian sebesar 17.32 persen dan 37.28
persen. Sedangkan sektor lainnya (merupakan gabungan dari berberapa sektor)
memberika n ko ntribusi terhadap output pereko nomian yaitu 45.40 persen.
122
Walaupun sektor pertanian da n sektor pariwisata memiliki kontribusi
terhadap output pereko nomian yang jauh lebih besar dari sektor-sektor yang lain,
namun secara absolut sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar dalam hal
penyerapan tenaga kerja. Secara ideal, pembangunan ekonomi seyogyanya
diarahkan pada sektor yang memberikan kontribusi terhadap output perekonomian
yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Sektor
pariwisata memiliki kontribusi terbesar terhadap output perekonomian Provinsi
Bali (37.28 persen) tetapi dalam hal penyerapan tenaga kerja memiliki kontribusi
lebih rendah dari sektor pertanian. Di sisi lain sektor pertanian yang memiliki
kontribusi terbesar dalam penyerapan kerja (21.18 persen) hanya menduduki
peringkat ke dua setelah sektor pariwisata dalam kontribusinya pada output
pereko nomian Provinsi Bali (17.32 persen).
Kondisi ekonomi seperti ini dapat menimbulkan permasalahan dalam
jangka panjang karena akan menimbulkan kesenjangan pendapatan yang semakin
mendalam antara sektor yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang rendah
namun menyerap tenaga kerja banyak dengan sektor yang menghasilkan
pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan menyerap tenaga kerja lebih sedikit.
Dengan demikian sektor pertanian bersama sama dengan sektor pariwisata yang
berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar 21.18 persen dan 20.96
persen da n memiliki kontribusi dalam output perekonomian pada posisi (17.32
persen) dan terbesar (37.28 persen) beralasan untuk mendapat prioritas dalam
pembangunan ekonomi guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan distribusi
pendapatan yang lebih merata.
123
5.1.2. Sumber Pendapatan Rumahtangga
Dari Tabel Social Accounting Matrix (SAM) Provinsi Bali Tahun 2007
juga dapat dijelaskan tentang sumber-sumber pendapatan rumahtangga, dalam
studi ini dikelompokkan dalam delapan kelompok rumahtangga. Seperti
dijelaskan pada Tabel 5.2, kedelapan kelompok rumahtangga tersebut adalah
buruh tani, pengusaha pertanian, golongan rendah di desa, bukan angka tan kerja
(BAK) di desa, golongan atas di desa, golongan rendah di kota, BAK di kota, dan
golongan atas di kota. Sedangkan sumber-sumber pendapatan rumahtangga
berasal dari faktor produksi yang dialokasikan (tenaga kerja dan kapital) dan
transfer pendapatan (transfer pendapatan dari rumahtangga lainnya, swasta, dan
pemerintah).
Tabel 5.2. Sumber Pendapatan Rumahtangga di Provinsi Bali Tahun 2007 (Rp Juta) Sumber Pendapatan Kelompok Rumahtangga
Buruh Tani PengusahaPertanian Golongan Rendah di Desa BAK di Desa Golongan Atas di Desa Golongan Rendah di Kota BAK di Kota Golongan Atas di Kota
Faktor Produksi Tenaga Kerja 122,970.17 (90.30) 2,435,361.65 (93.12) 2,324,838.36 (91.61) 472,873.46 (77.80) 1,965,399.04 (65.94) 3,188,656.28 (80.92) 444,802.22 (45.30) 3,532,428.70 (62.73)
Kapital 4,391.41 (3.22) 104,320.78 (3.99) 173,875.15 (6.85) 70,227.69 (11.55) 920,052.14 (30.87) 657,030.11 (16.67) 360,386.73 (36.70) 1,914,047.05 (33.99)
Transfer Pendapatan RT Lainnya 470.08 (0.35) 3,544.07 (0.14) 3,097.36 (0.12) 2,546.65 (0.42) 4,056.62 (0.14) 6,045.40 (0.15) 3,155.61 (0.32) 10,694.67 (0.19)
Swasta
Pemerintah
1,913.59 (1.41) 17,225.70 (0.66) 7,567.46 (0.30) 17,993.00 (2.96) 31,067.72 (1.04) 10,661.45 (0.27) 61,898.31 (6.30) 89,153.76 (1.58)
6,438.18 (4.73) 54,709.77 (2.09) 28,351.28 (1.12) 44,169.69 (7.27) 59,913.52 (2.01) 77,934.45 (1.98) 111,614.00 (11.37) 84,548.81 (1.50)
Total 136,183.44 (100.00) 2,615,161.96 (100.00) 2,537,729.60 (100.00) 607,810.49 (100.00) 2,980,489.03 (100.00) 3,940,327.68 (100.00) 981,856.86 (100.00) 5,630,872.99 (100.00)
Sumbe r: SAM Provinsi Bali 2007 (diolah) Keterangan: Angka dalam tanda ( ) adalah persen terhadap total
Berdasarkan Tabel 5.2, sumber pendapatan utama keenam kelompok
rumahtangga tersebut didominasi oleh faktor produksi tenaga kerja. Faktor
produksi kapital merupakan sumber pendapatan kedua setelah faktor produksi
124
tenaga kerja untuk semua kelompok rumahtangga, kecuali kelompok rumahtangga
buruh tani. Khusus kelompok rumahtangga buruh tani sumber pendapatan
keduanya berasal dari transfer pendapatan yang berasal dari rumahtangga lainnya.
Sumber pendapatan yang berasal dari transfer pendapatan untuk semua
kelompok rumahtangga didominasi oleh transfer pendapatan yang berasal dari
rumahtangga lainnya, kecuali pada kelompok golongan atas di kota. Bagi
kelompok golongan atas di kota sumber pendapatan yang berasal dari transfer
pendapatan lebih didominasi oleh transfer pendapatan dari sektor swasta.
Sedangkan transfer pendapatan yang berasal dari sumber pemerintah lebih
didominasi dari kelompok rumahtangga buruh tani dan rumahtangga golonga n
rendah di desa.
5.1.3. Struktur Penge luaran Rumahtangga
Struktur pengeluaran rumahtangga Provinsi Bali tahun 2007 dapat dilihat
pada Tabel 5.3. Sebagian besar pendapatan seluruh kelompok rumahtangga,
kecuali kelompok rumahtangga golongan atas di kota dan kelompok rumahtangga
golonga n atas di desa, digunakan untuk mengkonsumsi produk-prod uk industri
pengolahan, diikuti dengan pe ngeluaran ko nsumsi atas prod uk-produk jasa da n
produk-produk pertanian.
Kelompok rumahtangga baik yang berasal dari kota maupun desa ternyata
mempunyai perilaku konsumsi
yang sama,
yaitu struktur
pe nge luaran
rumahtangga nya didominasi oleh sektor jasa lebih dulu, baru sektor industri
pengolahan dan sektor pertanian.
5.3. Struktur Pengeluaran Rumahangga di Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor Produksi
Pertanian
Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pariwisata
Restoran dan rumah makan Hotel Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit Industri kerajinan dari bahan galian Industri barang perhiasan Travel biro Atraksi budaya Lainnya
Perdagang an Pertambangan Industri kayu Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak Industri karoseri dan alat angkutan Listrik dan Air minus Bangunan Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan laut antar pulau/negara Angkutan udara Komunikasi, pos, giro Perbankan Jasa Pemerintahan Umum Jumlah
Buruh Tani 48,636.21 (36.89) 13,434.08 3,713.94 20,585.08 17.63 10,885.47 26,002.08 (19.72) 595.43 1,376.64 14,480.53 3,888.53 6.36 92.01 794.61 4,767.96 57,192.12 (43.38) 9,220.97 0.00 1,914.56 197.29 211.00 544.94 119.07 2,630.09 0.00 12,748.03 1,063.87 8,195.47 4,300.02 16,023.08 23.74 131,830.41 (100.00)
: SAM Provinsi Bali 2007 (diolah) gan: Angka dalam tanda ( ) adalah persen terhadap total pengeluaran
Pengusaha Pertanian 1,047,396.10 (40.61) 297,805.73 79,067.53 438,243.62 534.27 231,744.95 515,633.37 (19.99) 41,574.71 26,841.19 282,335.31 65,788.57 167.93 2,429.51 14,591.66 81,904.50 1,016,077.07 (39.40) 162,448.42 0.02 32,391.76 4,913.06 5,571.25 14,388.54 2,965.13 70,855.87 0.00 171,228.03 19,536.24 150,496.60 78,962.96 301,651.21 667.98 2,579,106.53 (100.00)
Golongan Rendah di Desa 961,874.59 (38.42) 282,004.05 71,702.66 397,422.74 586.42 210,158.71 543,115.09 (21.70) 100,870.62 24,033.45 252,801.47 62,176.41 193.77 2,803.42 13,786.72 86,449.23 998,377.07 (39.88) 138,997.71 0.02 30,613.26 5,712.83 6,428.69 16,602.99 3,447.80 84,861.82 0.00 149,577.73 18,458.54 142,194.59 74,607.03 326,437.44 436.62 2,503,366.76 (100.00)
BAK di Desa 202,159.35 (36.26) 59,061.08 15,091.95 83,649.37 122.85 44,234.11 132,451.88 (23.76) 32,401.16 5,693.80 59,891.59 12,551.51 54.07 782.25 3,114.60 17,962.90 222,933.28 (39.98) 29,903.90 0.00 6,179.88 1,486.58 1,793.82 4,632.78 897.18 22,708.72 0.00 29,685.70 4,170.03 32,123.64 16,854.72 72,341.16 155.17 557,544.51 (100.00)
Golongan Atas di Desa 1,089,624.40 (37.12) 295,912.40 83,711.33 463,982.58 662.27 245,355.82 650,649.86 (22.16) 86,336.73 32,435.70 341,182.48 70,317.42 312.93 4,527.41 15,891.29 99,645.89 1,195,297.36 (40.72) 178,140.99 0.02 34,621.59 7,807.96 10,382.05 26,813.10 4,712.25 118,514.72 0.00 171,657.43 21,276.28 163,900.87 85,995.94 370,922.89 551.27 2,935,571.62 (100.00)
Golongan Rendah di Kota 1,315,799.11 (34.65) 410,660.17 95,446.54 529,026.73 914.26 279,751.42 930,864.75 (24.51) 193,328.89 42,525.48 447,314.19 87,953.04 486.88 7,043.92 21,918.90 130,293.45 1,550,584.18 (40.83) 206,786.60 0.03 43,304.68 11,805.56 16,152.81 41,716.88 7,124.87 182,362.98 0.00 199,646.61 29,346.43 226,068.93 118,614.45 466,978.84 674.52 3,797,248.03 (100.00)
BAK di Kota 241,954.18 (27.93) 77,865.21 17,301.00 95,893.40 185.77 50,708.81 247,725.72 (28.59) 87,077.80 9,534.21 100,287.80 16,427.77 118.32 1,711.80 4,523.34 28,044.67 376,762.62 (43.48) 98,531.06 0.01 8,088.40 2,701.81 3,925.42 10,137.96 1,630.59 42,374.22 0.00 40,133.40 6,056.14 46,653.20 24,478.13 91,814.85 237.44 866,442.52 (100.00)
126
Dari Tabe l 5.3 dapat juga diungkapkan bahwa sektor pertanian da n
pariwisata tidak dikonsumsi langsung oleh rumahtangga. Hal ini disebabkan
produk-produk da ri sektor pertanian dan pariwisata dihasilka n merupaka n ba han
mentah yang tidak dikonsumsi langsung oleh rumahtangga.
5.2. Peranan Sektor Pertanian dan Sekor Pariwisata Pertumbuhan Ekonomi, Kesempatan Kerja dan pendapatan
Te rhadap Distribusi
Dalam studi ini untuk memperoleh gambaran tentang peranan komoditas
sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi,
kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan, digunakan analisis pengganda.
Analisis ini juga digunakan untuk melihat dampak yang akan terjadi terhadap
variabel- variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan pada neraca
eksogen, seperti terjadinya peningkatan investasi pemerintah di sektor pertanian
dan sektor pariwisata.
Lima jenis hasil analisis pengganda disajikan untuk menggambarkan
dampak pengganda sektor pertanian dan sektor pariwisata terhadap kinerja
ekonomi Provinsi Bali, yaitu: pengganda output bruto, pengganda faktor
produksil, pengganda nilai tambah, pengganda keterkaitan (ke depan dan ke
belakang), dan pengganda pendapatan rumahtangga.
5.2.1. Pengganda Output Bruto, Keterkaitan, Nilai Tambah, dan Faktor Produksi
Tabe l 5.4, menyajikan hasil analisis pengganda output bruto, pengganda
keterkaitan (ke depan dan ke belakang), pengganda nilai tambah, dan pengganda
faktor i produksi (tenaga kerja dan kapital). Koefisien pengganda output bruto
seluruh sektor selalu lebih besar dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa
127
injeksi sebesar 1 miliar rupiah pada setiap sektor akan meningkatkan output
bruto masing- masing sektor lebih besar dari 1 miliar rupiah.
Tabel 5.4. Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktorial di Provinsi Bali Tahun 2007 No. Sektor A. Pertanian 1 Tanaman bahan makanan 2 Perkebunan 3 Peternakan 4 Kehutanan 5 Perikanan B. Pariwisata 6 Restoran, dan rumah makan 7 Hotel 8 Industri makanan, minuman dan tembakau 9 Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit 10 Industri kerajinan dari bahan galian 11 Industri barang perhiasan 12 Travel biro 13 Atraksi budaya C Lainnya 14 Perdagangan 15 Pertambangan 16 Industri kayu 17 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 18 Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik 19 Bahan bakar minyak 20 industri karoseri dan alat angkutan 21 Listrik dan Air minus 22 Bangunan 23 Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya 24 Angkutan laut antar pulau/negara 25 Angkutan udara 26 Komunikasi, pos, giro 27 Perbankan 28 Jasa Pemerintahan Umum
Output
Keterkaitan Ke Ke Depan Belakang
Nilai Tambah
Faktorial Tenaga Kapital Kerja
10.21 3.10 12.81 1.18 5.08
5.32 2.01 6.42 1.14 2.77
2.15 2.44 3.55 2.55 2.93
1.55 1.58 1.68 1.70 1.66
0.29 0.37 0.50 0.49 0.62
1.25 1.21 1.18 1.20 1.04
7.13 2.13 8.90
4.02 1.62 4.64
3.22 2.92 3.30
1.61 1.61 1.60
0.46 0.49 0.41
1.15 1.12 1.19
3.64 1.64 1.92 2.48 6.56
2.54 1.50 1.61 1.88 3.99
3.63 3.29 2.97 2.91 2.89
1.73 1.71 1.31 1.61 1.73
0.60 0.59 0.45 0.48 0.59
1.13 1.12 0.87 1.13 1.14
10.66 1.51 3.58
6.38 1.43 2.73
3.16 2.79 3.39
1.72 1.89 1.65
0.67 0.73 0.54
1.05 1.16 1.10
2.75
2.33
3.46
1.64
0.53
1.11
3.25 5.31 2.71 4.28 2.89
2.47 3.75 2.10 2.72 2.18
3.51 1.00 2.70 2.95 3.59
1.61 0.00 1.49 1.67 1.70
0.58 0.00 0.42 0.54 0.63
1.02 0.00 1.07 1.13 1.06
4.73 1.68 5.45 3.67 9.02 5.08
2.81 1.36 3.19 2.37 4.88 3.04
2.91 2.81 3.10 2.76 2.47 3.84
1.57 1.59 1.58 1.55 1.54 2.43
0.49 0.53 0.48 0.40 0.33 1.32
1.07 1.06 1.10 1.15 1.21 1.11
Dari Tabel 5.4 juga dapat dilihat dari koefisien pengganda output bruto
sektor yang memiliki koe fisien tertinggi berturut-tur ut dari sektor pertanian
adalah subsektor peternakan, subsektor tanaman bahan makanan dan yang
ketiga adalah subsektor perikanan. Koefisien pengganda yang terendah pada
sektor pertanian adalah kehutanan dan perkebunan. Kemudian dari sektor
pariwisata adalah subsektor industri makanan, minuman dan tembakau,
subsektor restoran dan rumah makan, dan subsektor atraksi budaya. Sedangka n
subsektor yang memiliki koe fisien terendah di sektor pariwisata adalah
128
subsektor ind ustri ke rajina n dari ba han galian, subsektor industri barang
perhiasan, da n subsektor hotel. Dari sektor lainnya yang memiliki koefisien
tertinggi ber-turut-turut ada lah subsektor perda gangan, perba nka n da n subsektor
jasa pemerintahan umum. Sedangkan koefisien terendah adalah pertambangan,
angkutan udara dan industri karoseri.
Berbagai subsektor di sektor pertanian memiliki koefisien pengganda
output bruto berkisar antara 1.18-12.81. Koefisien-koefisien pengganda ini
memberi arti bahwa peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah di sub-sub
sektor pertanian tersebut akan meningkatkan output bruto sebesar 1.18 – 12.81
miliar rupiah.
Subsektor peternakan memiliki koefisien pengganda output bruto lebih
besar daripada subsektor pertanian lainnya, adapun yang terendah adalah
subsektor kehutanan. Subsektor kehutanan memiliki koe fisien pengganda output
bruto sebesar 1.18, yang mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan
sebesar 1 miliar rupiah di subsektor kehutanan tersebut akan meningkatkan
output bruto sebesar 1.18 miliar rupiah. Adapun untuk sektor pertanian da n
sektor pariwisata setiap peningkatan pendapatan sebesar 1 miliar rupiah aka n
meningkatkan output bruto juga sebesar 1 miliar rupiah. Sedangkan pada sektor
hilir dari sektor pertanian dan pariwisata ini, yaitu industri pengolahan produk
pertanian dan sub-subsektor pariwisata setiap peningkatan pendapatan sebesar 1
miliar rupiah di subsektor pertanian dan pariwisata akan meningkatkan output
bruto juga sebesar koefisien masing- masing subsektornya dikalikan dengan 1
miliar rupiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor pertanian dan
sektor pariwisata baik di sektor hulunya berupa sub-subsektor pertanian dan
sektor-sektor lainnya, maupun di sektor hilirnya berupa industri pe ngolahan
129
produk pertanian dan sub-subsektor lainnya, terbukti dapat meningkatkan output
bruto lebih besar.
Berdasarkan koefisien pengganda keterkaitan ke depan berturut-turut
subsektor peternakan, subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor
perikanan dari sektor pertanian dan subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau, subsektor restoran dan atraksi budaya dari sektor pariwisata memiliki
koefisien tertinggi dibandingkan dengan sektor sektor lainnya. Sedangkan
subsektor dari sektor peranian yaitu kehutanan dan perkebunan, serta subsektor
dari sektor pariwisata yaitu industri barang perhiasan, industri kerajinan dari
bahan galian dan hotel mempunyai koefisien pengganda keterkaitan ke depan
terkecil dibandingkan subsektor lainnya.
Dari sisi ko efisien pengganda keterkaitan ke belakang berturut-turut
subsektor dari sektor pertanian yaitu peternakan, perikanan dan kehutanan,
sedangkan subsektor dari sektor pariwisata, yaitu industri tekstil, pakaian jadi,
alas kaki dan barang dari kulit, industri makanan, minuman dan tembakau,
restor an da n industri ke rajina n dari ba han galian memiliki koe fisien tertinggi di
bandingkan dengan sub-subsektor lainnya. Pada sektor pertanian koefisien
pengganda keterkaitan ke depan berkisar antara 1.14 – 6.42, sedangkan
koefisien pengganda keterkaitan ke belakang berkisar antara 2.15 – 3.55.
Sedangkan dari sektor pariwisata keterkitan ke depan berkisar 1.50 - 4.64,
sedangkan keterkaitan ke belakang berkisar 2.89 - 3.63. Subsektor peternakan
memiliki koe fisien pengganda keterkaitan ke depan yang lebih besar daripada
subsektor pertanian lainnya, sedangka n yang terenda h adalah subsektor
kehutanan. Subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari
kulit dari sektor pariwisata berturut-turut memiliki koefisien pengganda
130 keterkaitan ke belakang tertinggi, sedangkan yang terendah adalah dari subsektor atraksi buda ya.. Dari sisi sektor lainnya angkutan laut antar pulau/negara memiliki koefisien pengganda keterkaitan ke depan terendah, koefisen pengganda
keterkaitan ke belakang yang paling tinggi adalah jasa dan pemerintahan umum,
bahka n menduduki ur utan pe rtama dari 28 sektor yang ada. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa sektor pertanian dan sektor pariwisata di sektor hulunya
maupun di sektor hilirnya berupa industri pe ngolahan produk pertanian terbukti
mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang dengan sektor-sektor lainnya
dalam perekonomian Provinsi Bali.
Dalam hal keterkaitan ke belakang di Provinsi Bali untuk sektor
pertanian dansektor pariwisata masing masing menduduki urutan kedua,
keempat dan kedelapan di antara ke 28 sektor lainnya. Hampir semua dari
subsektor pertanian dan pariwisata mempunyai koefisien lebih dari satu atau
diatas rata-rata.
Dari aspek pengganda nilai tambah, pada sektor pertanian yang memiliki
nilai tertinggi adalah subsektor kehutanan, subsektor peternaka n da n subsektor
perikanan, berturut-turut sebesar 1.70, 1.68, dan 1.66. Untuk sektor pariwisata
subsektor yang memiliki pengganda nilai tambah tertinggi adalah subsektor
industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit, subsektor atraksi
buda ya da n subsektor industri kerajinan dari bahan galian, berturut-turut sebesar
1.73, 1.73 dan 1.71. Sementara itu, subsektor tanaman bahan makanan dari
sektor pertanian dan subsektor industri barang perhiasan dari sektor pariwisata
yang memiliki koefisien pengganda nilai tambah yang paling rendah
dibandingkan dengan subsektor pertanian dan pariwisata lainnya.
131
Untuk sektor lainnya, koe fisien nilai tambah subsektor perdagangan,
subsektor pertambangan dan subsektor jasa pemerintahan umum masih lebih
tinggi dari subsektor lainnya, namun sedikit lebih kecil dari industri makanan,
minuman dan tembakau. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pengembangan sektor pertanian dan sektor pariwisata sangatlah tepat bagi
perekonomiaan Provinsi Bali mengingat komoditas ini mempunyai koefisien
pengganda nilai tambah yang tinggi, bahkan untuk subsektor peternaka n da n
industri tekstil, pakaian jadi alas kaki dan barang dari kulit mempunyai nilai
tertinggi dibandingkan 28 sektor perekonomian lainnya.
Dari aspek pengganda faktor produksi, subsektor pertanian secara
keseluruhan, kecuali pada subsektor perkebunan da n subsektor dari sektor
pariwisata, memiliki koefisien pengganda kapital yang lebih besar dari koe fisien
pengganda tenaga kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian da n
sektor pariwisata merupakan sektor yang padat modal (capital intensive).
Dengan demikian sektor pertanian dan sektor pariwisata masih bersifat padat
mod al, hanya saja sektor pariwisata penggunaan tenaga kerjanya lebih intensif
dibandingkan dengan sektor pertanian.
Mengacu pada pemaparan hasil analisis dari Tabel 5.4 dapat diuraikan
dengan jelas urutan subsektor yang menempati urutan teratas sampai terbawah
apabila dilakukan perankingan. Hasil ranking subsektor berdasarkan koefisien
pengganda output bruto, keterkaitan dan nilai tambah disajikan pada Tabel 5.5.
Mengacu pada 10 subsektor yang menempati ranking teratas dapat
dinyatakan bahwa pada sektor pertanian ada dua subsektor yang termasuk da lam
10 ranking teratas, yakni seubsektor peternakan (ranking 1) dan subsektor
perikanan (ranking 8). Untuk sektor pariwisata ada empat subsektor, yakni
132
subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit (rangking
4), subsektor industri maka nan, minuman da n tembaka u (ranking 5), subsektor
atraksi budaya (ranking 6), dan subsektor restoran dan rumah makan (ranking
7). Selanjutnya, untuk sektor pariwisata ada tiga subsektor yang termasuk dalam
10 subsektor yang menempati ranking teratas, yakni subsektor perdagangan
(ranking 2), subsektor jasa pemerintahan umum (ranking 3), dan subsektor
industri ka yu (ranking 9).
Tabel 5.5.
Ranking Sektor Produksi Berdasarakan Koefisien Pengganda Output Bruto, Keterkaitan dan Nilai Tambah di Provinsi Bali Tahun 2007
Sektor Produksi A Pertanian 1 Tanaman bahan makanan 2 Perkebunan 3 Peternakan 4 Kehutanan 5 Perikanan B Pariwisata 6 Restoran, dan rumah makan 7 Hotel 8 Industri makanan, minuman dan tembakau 9 Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit 10 Industri kerajinan dari bahan galian 11 Industri barang perhiasan 12 Travel biro 13 Atraksi budaya C Lainnya 14 Perdagangan 15 Pertambangan 16 Industri kayu 17 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 18 Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik 19 Bahan bakar minyak 20 Industri karoseri dan alat angkutan 21 Listrik dan Air minus 22 Bangunan 23 Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya 24 Angkutan laut antar pulau/negara 25 Angkutan udara 26 Komunikasi, pos, giro 27 Perbankan 28 Jasa Pemerintahan Umum N o
Outpu t
Keterkaitan Ke Ke Depa Belakan n g
Nilai tamba h
Tota l
Rankin g
3 18 1 28 10
3 21 1 28 12
27 26 4 24 15
24 20 9 7 11
57 85 15 87 48
14 24 1 25 8
6 23 5
6 23 5
10 16 8
17 16 18
39 78 36
7 23 5
15 26 24 22 7
15 25 24 22 7
2 9 13 18 19
3 6 27 14 4
35 66 88 76 37
4 18 26 21 6
2 27 16 20 17 9 21 13 19
2 26 13 18 16 8 20 14 19
11 21 7 6 5 28 23 14 3
5 2 12 13 15 28 26 10 8
20 76 48 57 53 73 90 51 49
2 20 9 15 13 19 27 12 10
12 25 8 14 4 11
11 27 9 17 4 10
17 20 12 22 25 1
22 19 21 23 25 1
62 91 50 76 58 23
17 28 11 22 16 3
Dengan memperhatikan temuan temuan di atas maka pembangunan
ekonomi di Provinsi Bali dapat menyandarkan prioritas pengembangannya pada
133
sub-subsektor peternakan, tanaman bahan makanan,
industri makanan,
minuman dan tembakau, industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari
kulit, restoran dan rumah makan dan atraksi budaya. Di samping sektor-sektor
tersebut, sektor yang menjanjikan untuk mendapatkan perhatian utama dalam
pengembangannya adalah subsektor tanaman bahan makanan sebagai subsektor
yang sudah membudaya dari jaman dahulu. Hal ini tercermin dari rekapitulasi
sektor/subsektor yang memiliki koefisien pengganda output, keterkaitan, nilai
tambah dan faktor produksi terbesar di Provinsi Bali Tahun 2007 sebagaimana
disajikan pada Tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 5.6. Rekapitulasi Sektor yang Memiliki Koefisien Pengganda Output, Keterkaitan, Nilai Tambah dan Faktor Produksi Terbesar di Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor Pertanian
Pariwisata
Lainnya
Keterkaitan Ke Depan
Ke Belakang
Nilai Tambah
Peternakan
Peternakan
Peternakan
Kehutanan
Industri makanan, minuman dan tembakau
Industri makanan, minuman dan tembakau
Perdagangan
Perdagangan
Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit Jasa pemerintahan umum
Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit Jasa pemerintahan umum
Output Bruto
Faktor Produksi Tenaga Kapital Kerja Tanaman Peternakan bahan makanan Industri tekstil, Restoran dan pakaian jadi, rumah alas kaki dan makan barang dari kulit Jasa Perbankan pemerintahan umum
5.2.2. Pengga nda Pendapatan Rumahtangga
Untuk
memperoleh
gambaran
tentang
distribusi
pendapa tan
rumahtangga, Tabel 5.7 menyajikan hasil analisis koefisien pengganda
pendapatan rumahtangga menurut sektor produksi. Berdasarkan Tabel 5.7,
koefisien pengganda pendapatan rumahtangga tertinggi, dari sektor pertanian ke
semua golonga n rumahtangga adalah subsektor peternakan. Subsektor ini dapat
memberikan pendapatan tertinggi kesemua golongan rumahtangga yang berkisar
antara 0.31 – 0.42. Kemudian koefisien pengganda pendapatan rumahtangga
134
tertinggi kedua adalah dari subsektor
tanaman bahan manakan kesemua
golongan rumahtangga yang berkisar antara 0.26-0.31. Subsektor perikanan juga
merupakan sumber pendapatan kesemua golongan rumahtangga secara merata
yang berkisar antara 0.10-0.15. Begitu juga untuk subsektor restoran dan rumah
makan merupakan sumber pendapatan bagi golongan rumahtangga secara
proporsional mulai dari buruh tani sampai dengan rumahtangga BAK di kota,
yaitu berkisar antara 0.11-0.19. Tetapi subsektor ini merupakan sumber
pendatan tertinggi bagi rumahtangga golongan atas di kota yaitu sebesar 0.38.
Subsektor industri makanan, minuman dan tembakau juga tidak kalah
pentingnya sebagai sumber pendapatan bagi semua golongan rumah tangga.
Sumber pendapaan kesemua golongan rumahtangga berkisar antara 0.24-0.26.
sumber pendapatan dari subsektor industri makanan, minuman dan tembakau ini
merupakan peringkat ke dua setelah subsektor peternakan.
Subsektor atraks i buda ya, merupaka n subsektor yang memerlukan
tingkat keterampilan khusus untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan,
subsektor ini juga cukup proporsional sebagai sumber pendapatan kesemua
golongan rumahtangga. Subsektor ini juga menjadi prioritas yang perlu
dikembangkan sebagai penunjang bagi sektor pariwisata terutama tingkat
keterampilannya, sehingga subsektor tetap eksis sebagai media untuk
meningkatkan budaya Bali dimata dunia. Sumber pendapatan kepada semua
golongan rumahtangga dari subsektor ini berkisar antara 0.13-0.15.
Apabila sumber pendapatan dari sektor produksi pertanian dan
pariwisata diurutkan tingkat ketinggiannya.
Dimana subsektor peternakan merupakan sumber pendapatan yang
tertinggi kepada semua golongan rumahtangga.
135
5.7. Koefisien Pengganda Pendapatan Rumahtangga di Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor Produksi Pertanian Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pariwisata Restoran dan rumah makan Hotel Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit Industri kerajinan dari bahan galian Industri barang perhiasan Travel biro Atraksi budaya Lainnya Perdagangan Pertambangan Industri kayu Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak industri karoseri dan alat angkutan Listrik dan Air minus Bangunan Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan laut antar pulau/negara Angkutan udara Komunikasi, pos, giro Perbankan Jasa Pemerintahan Umum
er : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Desa Buruh Tani
Pengusaha Pertanian
Kota
Gol. Rendah
BAK
Gol. Atas
Gol. Rendah
BAK
0.29 0.07 0.40 0.00 0.15
0.31 0.07 0.42 0.00 0.15
0.30 0.07 0.41 0.00 0.15
0.29 0.06 0.38 0.00 0.14
0.29 0.07 0.40 0.00 0.15
0.30 0.06 0.37 0.00 0.14
0.27 0.06 0.33 0.00 0.12
0.11 0.03 0.25 0.08 0.01 0.02 0.04 0.15
0.12 0.03 0.25 0.07 0.01 0.02 0.04 0.14
0.14 0.03 0.24 0.07 0.01 0.02 0.04 0.14
0.16 0.03 0.24 0.06 0.01 0.02 0.03 0.14
0.13 0.03 0.26 0.07 0.01 0.02 0.04 0.14
0.15 0.03 0.25 0.06 0.01 0.02 0.03 0.14
0.19 0.03 0.25 0.06 0.01 0.02 0.03 0.14
0.25 0.00 0.05 0.02 0.04 0.09 0.03 0.07 0.04 0.15 0.02 0.14 0.08 0.25 0.08
0.25 0.00 0.05 0.02 0.04 0.09 0.03 0.08 0.04 0.13 0.02 0.14 0.08 0.25 0.08
0.24 0.00 0.05 0.02 0.04 0.09 0.03 0.09 0.04 0.12 0.02 0.13 0.08 0.26 0.08
0.23 0.00 0.05 0.02 0.04 0.09 0.03 0.09 0.04 0.11 0.02 0.13 0.07 0.25 0.10
0.25 0.00 0.05 0.02 0.05 0.09 0.04 0.09 0.04 0.12 0.02 0.13 0.08 0.26 0.08
0.23 0.00 0.05 0.02 0.05 0.09 0.04 0.10 0.04 0.11 0.02 0.13 0.08 0.25 0.08
0.28 0.00 0.05 0.02 0.05 0.09 0.04 0.10 0.04 0.10 0.02 0.12 0.07 0.23 0.10
103
5.3. Analisis Dekomposisi
Penjelasan tentang koefisien pengganda seperti telah dikemukakan
sebelumnya hanya menggambarkan besarnya pengaruh global akibat adanya
injeksi pada suatu sektor yang ditransmisikan ke sektor lainnya. Besarnya
pengaruh global tersebut sebenarnya terjadi melalui sejumlah tahapan. Dengan
melakukan analisis dekomposisi pengganda (decomposition multiplier) tahapan-
tahapan tersebut dapat digambarkan secara jelas.
Analisis dekomposisi pengganda menguraikan nilai pengganda menjadi
tiga ko mpo nen, yaitu: Pertama, pengganda transfer, yang menggambarkan
dampak pengganda netto yang ditimbulkan akibat adanya tambahan transfer dari
neraca eksogen terhadap sekumpulan neraca tertentu. Kedua, open loop multiplier
atau pengganda silang, yang menangkap dampak silang (cross effect) antara
neraca yang berbeda. Dan ketiga, pengganda closed loop, yang menggambarkan
dampak pengganda dengan adanya aliran dana dari neraca eksogen pada neraca
endogen dan kembali ke neraca semula.
Karena fok us da ri studi ini ada lah injeksi pada sektor pertanian dan sektor
pariwisata, maka pembahasan tentang hasil analisis pengganda ditekankan pada
dekomposisi pengganda untuk masing- masing dua subsektor pada sektor
pertanian dan 2 subsektor pada sektor pariwisata yang memiliki rangking teratas.
Dua subsektor dari sektor pertanian yang menduduki ranking teratas adalah
subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan, sedangkan dua
subsektor dari sektor pariwisata yang menduduki ranking teratas adalah subsektor
industri makanan, minuman dan tembakau, dan subsektor industri tekstil, pakaian
jadi, alas kaki dan barang dari kulit.
104
Hasil analisis dekomposisi pengganda pada subsektor tanaman bahan
makanan disajikan pada Tabel 5.8. yang dapat dijelaskan bahwa adanya injeksi
pada subsektor Tanaman Bahan Maka nan akan meningkatkan penerimaan faktor
produksi, terutama pada faktor produksi kapital dan tena ga kerja non pertanian.
Hal ini mengindikasikan bahwa Tanaman Bahan Makanan merupakan subsektor
yang be rsifat capital intensive. Injeksi sebesar 1 milyar rupiah pada subsektor
Tanaman Bahan Makanan akan meningka tka n penerimaan sebesar 1.0300 milyar
rupiah, 0.8896 milyar rupiah. Peningkatan penerimaan faktor produksi kapital
sebesar 1.0300 milyar rupiah dan 0.8937 milyar rupiah akibat adanya injeksi pada
subsektor Tanaman Bahan Makanan, merupakan kontribusi dari dampak
pengganda silang (open loop) sebesar 0.8896 milyar rupiah dan dampak
pengganda closed loop 0.1404 milyar rupiah pada subsektor Tanaman Bahan
Makanan. Dengan kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 milyar rupiah
pada subsektor Tanaman Bahan Makanan
(peningkatan permintaan) akan
meningkatkan penerimaan faktor produksi kapital sebesar 0.8896 milyar rupiah,
setelah dampak injeksi melalui seluruh system blok faktor produksi dan institusi,
dan 0.1404 setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok
semula. Peningkatan pendapatan pada Tanaman
Bahan Makanan juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan penerimaan pada blok
institusi rumahtangga, terutama pada rumahtangga BAK di kota dan golongan
rendah di kot a.
Peningkatan tersebut diduga karena kelompok rumahtangga ini adalah
pemasok terbesar bahan baku bagi subsektor tanaman bahan makanan,
105
Tabel 5.8. Dekomposisi Pengganda Subsektor Tanaman Bahan Makanan Neraca Asal Injeksi Tanaman Bahan Makanan (TBM )
Dampak Injeksi Terhadap Naraca Lainya
Koefisien Pengganda
Injeksi Transfer
Closed Loop
Open Loop
Total
TK Pertanian
-
0.0726
0.0122
0.0848
TK non Pertanian
-
0.0211
0.0700
0.0911
Pemilik Modal
-
0.8896
0.1404
1.0300
Perusahaan
-
0.0011
0.0006
0.0017
Pemerintah
-
0.0390
0.0140
0.0531
Buruh Tani
-
0.0241
0.0125
0.0366
Peng.Pertanian
-
0.0075
0.0026
0.0101
Go l.Ren. di Desa
-
0.0475
0.0182
0.0657
BAK d i Desa
-
0.0310
0.0191
0.0501
Go l. Atas Di Desa
-
0.0134
0.0042
0.0175
-
0.0728
0.0334
0.1062
BAK d i Kota
-
0.4318
0.0681
0.4999
Go l.Atas di Kota
-
0.0745
0.0118
0.0862
TBM
0.0330
-
0.0301
0.0631
Perkebunan
0.0015
-
0.0075
0.0090
Peternakan
0.0052
-
0.0416
0.0467
Kehutanan
0.0002
-
0.0001
0.0002
Perikanan
0.0001
-
0.0220
0.0221
IMMT
0.0013
-
0.0353
0.0366
ITPA B
0.0032
-
0.0070
0.0102
IKBG
0.0006
-
0.0000
0.0006
IBP
0.0013
-
0.0006
0.0019
RRM
0.0018
-
0.0381
0.0399
HTL
0.0005
-
0.0034
0.0039
TBR
0.0019
-
0.0018
0.0037
ABD
0.0069
-
0.0228
0.0297
SKL
0.0956
-
0.1714
0.2670
Go l.Ren.d i Kota
1
sehingga besarnya pendapatan subsektor
ini akan meningkatkan
rumahtangga BAK di kota dan golongan rendah di kota lebih besar daripada
rumahtangga lainnya. Sementara itu, besarnya peningkatan pendapatan yang
diterima oleh rumahtangga golonga n renda h karena sub-subsektor ini memerlukan
input- input yang berada di kota. Konsekkuensi logis dari peningkatan pendapatan
pada subsektor ini adalah meningkatnya penerimaan upah/gaji para pekerjanya,
106
sehingga secara total penerimaan rumahtangga golongan rendah di kota
meningkat cukup besar.
Hasil analisis dekomposisi pengganda pada subsektor peternakan disajikan
pada Tabel 5.9. yang dapat dijelaskan, bahwa adanya injeksi pada subsektor
peternakan akan meningkatkan penerimaan faktor produksi, terutama pada faktor
produksi kapital dan tenaga kerja non pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa
peternakan merupakan subsektor yang bersifat capital intensive. Injeksi sebesar 1
milyar rupiah pada subsektor peternakan akan meningkatkan penerimaan sebesar
0.8936 milyar rupiah, 0.6899 milyar rupiah. Peningkatan penerimaan faktor
produksi kapital sebesar 0.2038 milyar rupiah dan 0.8936 milyar rupiah akibat
adanya injeksi pada subsektor peternakan, merupakan kontribusi dari dampak
pengganda silang (open loop) sebesar 0.6899 milyar rupiah dan dampak
pengganda closed loop 0.2038 milyar rupiah pada subsektor peternakan. Dengan
kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 milyar
rupiah pada subsektor
peternakan (peningkatan permintaan) akan meningkatkan penerimaan faktor
produksi kapital sebesar 0.8936 milyar rupiah, setelah dampak injeksi melalui
seluruh system blok faktor produksi dan institusi, dan 0.2038 setelah injeksi
melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok semula. Peningkatan
pendapatan pada peternakan juga memberika n ko ntribusi yang besar terhadap
peningkatan penerimaan pada blok institusi rumahtangga, terutama pada
rumahtangga BAK di kota dan golongan rendah di kota. Peningkatan tersebut
diduga karena kelompok rumahtangga ini adalah pemasok terbesar bahan baku
bagi subsektor peternakan, sehingga besarnya pendapatan subsektor ini akan
meningkatkan umahtangga BAK di kota dan golongan rendah
107
Tabel 5.9. Dekomposisi Pengganda Subsektor Peternakan Neraca Asal Injeksi Peternakan
Koefisien Pengganda Dampak Injeksi Terhadap Naraca Lainya
Injeksi Transfer
Open
Closed
Loop
Loop
Total
TK Pertanian
-
0.1345
0.0186
0.1531
TK non Pertanian
-
0.1254
0.0794
0.2049
Pemilik Modal
-
0.6899
0.2038
0.8936
Perusahaan
-
0.0031
0.0008
0.0039
Pemerintah
-
0.0701
0.0187
0.0888
Buruh Tani
-
0.0570
0.0164
0.0734
Peng.Pertanian
-
0.0127
0.0035
0.0162
Go l.Ren. di Desa
-
0.0578
0.0220
0.0798
BAK d i Desa
-
0.0624
0.0241
0.0866
Go l. Atas Di Desa
-
0.0157
0.0055
0.0212
Go l.Ren.d i Kota
-
0.0918
0.0396
0.1313
-
0.3348
0.0989
0.4337
-
0.0577
0.0171
0.0748
TBM
0.0771
-
0.0459
0.1231
Perkebunan
0.0176
-
0.0115
0.0291
Peternakan
0.5269
-
0.0635
0.5905
Kehutanan
0.0016
-
0.0001
0.0017
Perikanan
0.0067
-
0.0336
0.0403
IMMT
0.1477
-
0.0521
0.1997
ITPA B
0.0030
-
0.0105
0.0135
IKBG
0.0037
-
0.0001
0.0037
IBP
0.0069
-
0.0008
0.0078
RRM
0.0088
-
0.0499
0.0588
HTL
0.0036
-
0.0050
0.0085
TBR
0.0139
-
0.0027
0.0166
ABD
0.0332
-
0.0264
0.0596
SKL
0.3808
-
0.2282
0.6089
BAK d i Kota Go l.Atas di Kota
1
Di kota lebih besar daripada rumahtangga lainnya. Sementara itu, besarnya
peningkatan pendapatan yang diterima oleh rumahtangga golongan rendah karena
sub-subsektor ini memerluka n input- input yang berada di kota. Konsekkuensi
logis dari peningkatan pendapatan pada subsektor ini adalah meningkatnya
108
penerimaan upah/gaji para pekerjanya, sehingga secara total penerimaan
rumahtangga golongan rendah di kota meningkat cukup besar
Hasil analisis dekomposisi pengganda pada subsektor industri makanan,
minuman dan tembakau disajikan pada Tabel 5.10. yang dapat dijelaskan bahwa
adanya injeksi pada subsektor industri makanan, minuman dan tembakau akan
meningkatkan penerimaan faktor produksi, terutama pada faktor produksi kapital
dan tenaga kerja non pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa industri makanan,
minuman dan tembakau merupakan subsektor yang bersifat capital intensive.
Injeksi sebesar 1 milyar rupiah pada subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau akan meningka tka n penerimaan sebesar 0.9327 milyar rupiah, 0.7565
milyar rupiah. Peningkatan penerimaan faktor produksi kapital sebesar 0.1763
milyar rupiah dan 0.9327 milyar rupiah akibat adanya injeksi pada subsektor
industri makan, minuman dan tembakau, merupakan kontribusi dari dampak
pengganda silang (open loop) sebesar 0.7565 milyar rupiah dan dampak
pengganda closed loop 0.1763 milyar rupiah pada subsektor peternakan. Dengan
kata lain, peningkatan pendapatan sebesar 1 milyar rupiah pada subsektor industri
makanan, minuman dan tembakau (peningkatan permintaan) akan meningkatkan
penerimaan faktor produksi kapital sebesar 0.9327milyar rupiah, setelah dampak
injeksi melalui seluruh system blok faktor produksi dan institusi, dan 0.1763
setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok semula.
Peningkatan pendapatan pada industri makanan, minuman dan tembakau juga
memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan penerimaan pada blok
institusi rumahtangga, terutama pada rumahtangga BAK di kota dan golongan
rendah di kot a.
109
Tabel 5.10. Dekomposisi Pengganda Subsektor Industri Maka nan, Minuman da n Tembakau Neraca Asal Injeksi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
Dampak Injeksi Terhadap Naraca Lainya
Koefisien Pengganda
Injeksi Transfer
Closed Loop
Open Loop
Total
TK Pertanian
-
0.0637
0.0159
0.0796
TK non Pertanian
-
0.1281
0.0745
0.2026
Pemilik Modal
-
0.7565
0.1763
0.9327
Perusahaan
-
0.0026
0.0007
0.0033
Pemerintah
-
0.0555
0.0167
0.0721
Buruh Tani
-
0.0426
0.0146
0.0572
Peng.Pertanian
-
0.0108
0.0031
0.0139
Go l.Ren. di Desa
-
0.0500
0.0202
0.0702
BAK d i Desa
-
0.0571
0.0218
0.0789
Go l. Atas Di Desa
-
0.0149
0.0049
0.0198
Go l.Ren.d i Kota
-
0.0796
0.0366
0.1161
BAK d i Kota
-
0.3672
0.0855
0.4527
Go l.Atas di Kota
-
0.0633
0.0148
0.0781
0.5158
-
0.0393
0.5551
0.0832
-
0.0098
0.0930
0.0831
-
0.0542
0.1373
Kehutanan
0.0011
-
0.0001
0.0012
Perikanan
0.0467
-
0.0286
0.0754
IMMT
0.0699
-
0.0449
0.1148
ITPA B
0.0041
-
0.0090
0.0131
IKBG
0.0022
-
0.0001
0.0023
IBP
0.0052
-
0.0007
0.0059
RRM
0.0139
-
0.0439
0.0579
HTL
0.0022
-
0.0043
0.0065
TBR
0.0083
-
0.0023
0.0106
ABD
0.0235
-
0.0246
0.0481
SKL
0.2623
-
0.2028
0.4651
TBM Perkebunan Peternakan
1
Peningkatan tersebut diduga karena kelompok rumahtangga ini adalah
pemasok terbesar bahan baku bagi subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau, sehingga besarnya pendapatan subsektor ini akan meningkatkan
rumahtangga BAK di kota dan golongan rendah di kota lebih besar daripada
rumahtangga lainnya. Sementara itu, besarnya peningkatan pendapatan yang
diterima oleh rumahtangga golonga n renda h karena sub-subsektor ini memerlukan
110
input- input yang berada di kota. Konsekkuensi logis dari peningkatan pendapatan
pada subsektor ini adalah meningkatnya penerimaan upah/gaji para pekerjanya,
sehingga secara total penerimaan rumahtangga golongan rendah di kota
meningkat cukup besar
Hasil analisis dekomposisi pengganda pada subsektor peternakan disajikan
pada Tabel 5.11. yang dapat dijelaskan, bahwa adanya injeksi pada subsektor
industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit akan meningkatkan
penerimaan faktor produksi, terutama pada faktor produksi kapital dan tenaga
kerja non pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa industri tekstil, pakaian jadi,
alas kaki dan barang dari kulit
merupaka n subsektor yang bersifat capital
intensive. Injeksi sebesar 1 milyar rupiah pada subsektor ini akan meningkatkan
penerimaan sebesar 0.8141 milyar rupiah, 0.5797 milyar rupiah. Peningkatan
penerimaan faktor produksi kapital sebesar 0.2344 milyar rupiah dan 0.8141
milyar rupiah akibat adanya injeksi pada subsektor industri tekstil, pakaian jadi,
alas kaki dan barang dari kulit, merupakan kontribusi dari dampak pengganda
silang (open loop) sebesar 0.5797 milyar rupiah dan dampak pengganda closed
loop 0.2344 milyar rupiah pada subsektor peternakan. Dengan kata lain,
peningkatan pendapatan sebesar 1 milyar rupiah pada subsektor industri teks til,
pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit
(peningkatan permintaan) akan
meningkatkan penerimaan faktor produksi kapital sebesar 0.9327milyar rupiah,
setelah dampak injeksi melalui seluruh system blok faktor prod uks i dan institusi,
dan 0.1763 setelah injeksi melalui seluruh blok lainnya dan kembali ke blok
semula.
Peningkatan pendapatan pada industri tekstil., pakaian jadi, alas kaki
111
Tabel 5.11. Dekomposisi Pengganda Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki, dan Barang dari Kulit Neraca Asal Injeksi
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki, dan Barang dari Kulit
Dampak Injeksi Terhadap Naraca Lainya
Koefisien Pengganda
Injeksi Transfer
Closed Loop
Open Loop
Total
TK Pertanian
-
0.0011
0.0216
0.0227
TK non Pertanian
-
0.3433
0.0835
0.4268
Pemilik Modal
-
0.5797
0.2344
0.8141
Perusahaan
-
0.0044
0.0009
0.0054
Pemerintah
-
0.0650
0.0209
0.0860
Buruh Tani
-
0.0704
0.0182
0.0885
Peng.Pertanian
-
0.0172
0.0040
0.0212
Go l.Ren. di Desa
-
0.0530
0.0237
0.0768
BAK d i Desa
-
0.1098
0.0265
0.1363
Go l. Atas Di Desa
-
0.0199
0.0061
0.0261
Go l.Ren.d i Kota
-
0.0976
0.0423
0.1399
BAK d i Kota
-
0.2813
0.1138
0.3951
-
0.0485
0.0196
0.0681
0.0039
-
0.0536
0.0575
Go l.Atas di Kota TBM Perkebunan
0.0027
-
0.0133
0.0159
Peternakan
0.0036
-
0.0735
0.0771
Kehutanan
0.0006
-
0.0001
0.0007
Perikanan
0.0008
-
0.0389
0.0397
IMMT
0.0067
-
0.0605
0.0672
ITPA B
0.5274
-
0.0122
0.5396
IKBG
0.0035
-
0.0001
0.0036
IBP
0.0263
-
0.0010
0.0273
RRM
0.0159
-
0.0559
0.0718
HTL
0.0047
-
0.0058
0.0105
TBR
0.0176
-
0.0031
0.0207
ABD
0.0310
-
0.0281
0.0590
SKL
0.5093
-
0.2557
0.7650
1
dan barang dari kulit juga memberika n ko ntribusi yang besar terhadap
peningkatan penerimaan pada blok institusi rumahtangga, terutama pada
rumahtangga BAK di kota dan golongan rendah di kota. Peningkatan tersebut
diduga karena kelompok rumahtangga ini adalah pemasok terbesar bahan baku
bagi subsektor industri pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit, sehingga
112
besarnya pendapatan subsektor ini akan meningkatkan rumahtangga BAK di kota
dan golongan rendah di kota lebih besar daripada rumahtangga lainnya. Sementara
itu, besarnya peningkatan pendapatan yang diterima oleh rumahtangga golongan
rendah karena sub-subsektor ini memerlukan input- input yang berada di kota.
Konsekkuensi logis dari peningkatan pendapatan pada subsektor ini adalah
meningka tnya pe nerimaan upah/gaji pa ra pekerjanya, sehingga secara total
penerimaan rumahtangga golongan renda h di kota meningkat cukup be sar.
5.4. Analisis Jalur Struktural
Pada dasarnya analisis jalur struktural (Structural Path Analysis, SPA)
merupakan metode untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang
menghubungkan pengaruh suatu sektor lainnya dalam suatu system neraca social
ekonomi. Di dalam suatu model, umumnya pengaruh dipancarkan dari perubahan
pada variable-variabel eksogen ke arah variabel- variabel endogen. Pengaruh
(influence) sebagaimana dimaksudkan dalam hal ini adalah menunjukkan besaran
pengeluaran yang menghubungkan dua titik di dalam suatu struktur dengan
menggunakan konsep
kecenderungan pengeluaran
rata-rata aij (average
expenditure propensity).
Berdasarkan pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat lima
sub sektor dari sektor pe rtanian, yaitu subsektor Tanaman Bahan Maka nan,
subsektor Perkebunan, subsektor Peternakan, subsektor Kehutanan dan subsektor
Perika nan. Kemudian da ri sektor pariwisata, yaitu subsektor Industri Maka nan,
Minuman dan Tembakau, subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas kaki dan
Barang dari Kulit, subsektor Industri Kerajinan dari Bahan Galian, subsektor
113 Industri Barang Perhiasan, subsektor Restoran dan rumah makan dan Warung, subsektor Hotel, subsektor Travel Biro dan subsektor Atraksi Budaya.
Sehubungan dengan itu pada pembahasan ini Structural Path Analysis difokuskan
pada pengaruh shock yang diberikan kepada subsektor yang mempunyai share
yang paling tinggi terhadap PDRB provinsi Bali tahun 2007. Dari sektor pertanian
adalah subsektor Tanaman Bahan Makanan dan subsektor Peternakan, sedangkan
dari sektor pariwisata, adalah subsector Restoran dan rumah makan dan Warung
dan sub sektor Hotel.
5.4.1. Jalur Struktural Sektor Pertanian
5.4.1.1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Gambar 5.1 dan Tabel 5.12, menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan
pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Tanaman Bahan Maka nan menuju
ke lompok rumahtangga buruh tani. Kemudian pengaruh global (dampak
pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Tanaman Bahan Makanan
menuju sektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok rumahtangga
buruh tani. adalah sebesar 0.0030. Artinya apabila terjadi peningkatan penerimaan
sektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga Buruh Tani sebesar 0 3 rupiah.
Melalui jalur ini hanya 35.05 persen dapat mempengaruhi pendapatan buruh tani,
sisanya sebesar 64.95 persen dipengaruhi jalur yang lain. Jalur subsektor Tanaman
Bahan Makanan juga dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi buruh tani
sebesar 8.38 persen, pengusaha pertanian sebesar 16.84 persen dan kapital sebesar
5.54 persen, menuju kelompok rumahtangga buruh tani (tanda panah putus-putus).
114
Sedangkan tanda panah yang tidak putus-putus menjelaskan pengaruh tidak
langsung kepada faktor- faktor produksi tersebut, yaitu
BT
0.0167
0.0547
0.0150
TBM
PP
0.0150 0.0547
0.0092
0.0330 0.8287
0.1958
TBM
BPROD
0.8287
0.0207
0.0121
0.1027
0.0415
INKI
0.2447
0.1592
RTBT
35.05
0.0002
KAP
0.0017
0.1031
PERD
BTU
Gambar 5.1. Jalur Struktural pada subsektor Tanaman Bahan Makanan Menuju Rumahtangga Buruh Tani Keterangan: TBM = Tanaman Bahan Makanan INKI = Industri Kimia PERD = Perdagangan RPT = Ru mahtangga Pengusaha Pertanian PP BPROD = Buruh Produksi RTGA D = RT. Go l. Atas di Desa PPROD = Pengusaha Produksi HB = Hotel ,
KAP = Kap ital BTU =Bu ruh Tata Usaha RTBT = RT Buruh Tani = Pengusaha Pertanian PETER = Peternakan RGA K = RT Go longan Atas di Kota RRMW = Restoran Ru mah Makan & Warung INKI = Industri Kimia
115 Tabel 5.12. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Tanaman Bahan Maka nan, menuju Rumahtangga Buruh Tani Jalur Jalur Jalur Dasar Pengaruh % Pengaruh Awal Tujuan Global Total TBM RBT TBM-BT-RTBT 0.0030 0.0003 8.38 0.0005 TBM-PP-RTBT 16.84 5.54 TBM-KAP-RTBT 0.0002 0.28 TBM-TBM - BT-RTBT 0.0000 0.56 TBM-TBM -PT-RTBT 0.0000 0.18 TBM-TBM -KAP-RBT 0.0000 1.73 TBM-INKI-BPROD-RTBT 0.0001 0.05 TBM-INKI-KAP-RTBT 0.0000 1.33 TBM-PERD-BPROD-RTBT 0.0000 0.12 TBM-PERD-BTU-RTBT 0.0000 0.03 TBM-PERDA G-KAP-RTBT 0.0000
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Pertama, subsektor produksi Tanaman Bahan Makanan membutuhkan
bibit dari sektor Tanaman Bahan Makanan, kemudian mempengaruhi faktor
produksi buruh tani, pengusaha pertanian dan kapital sehingga
dapat
meningkatkan pendapatan sebesar masing- masing 0.28 persen, 0.56 persen dan
0.18 persen terhadap kelompok rumahtangga buruh tani.
Kedua, subsektor Tanaman Bahan Maka nan memerluka n pupuk dari
sektor produksi industri kimia, melalui peningkatan produksi di industri kimia
mengakibatkan meningkatnya penggunaan buruh produksi dan kapital yang
memberikan tambahan pendapatan sebesar 1.73 persen dan 0.05 persen terhadap
kelompok rumahtangga buruh tani.
Ketiga, melalui subsektor produksi Tanaman Bahan Makanan memerlukan
sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan mengakibatkan meningkatnya
pendapatan buruh produksi dan buruh tata usaha serta kapital yang memberikan
116
tambahan pendapatan masing- masing sebesar 1.33 persen, 0.12 persen dan 0.03
persen terhadap kelompok rumahtangga buruh tani.
Gambar 5.2 dan Tabel 5.13,dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung
yang berawal dari subsektor Tanaman Bahan Makanan menuju kelompok
rumahtangga pengusaha pertanian. Kemudian pengaruh global (dampak
pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Tanaman Bahan Makanan
menuju sektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok rumahtangga
pengusaha pertanian. adalah sebesar 0.0762. Artinya apabila terjadi peningkatan
penerimaan sektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 100 rupiah akan
meningkatkan pendapatan kelompok rumahtangga pengusaha pertanian sebesar
7.62 rupiah. BT
0.0150 0.0547
TBM
0.2865
PT
0.0150
0.4923
0.0547
0.0330 0.8287
BPROD 0.1958
TBM
0.1027
0.0415
INKI
0.1023
0.8287
0.0207
0.2447
0.1031
48.17
0.0040
KAP
0.1592
PERD
RPP
0.0847
BTU
Gambar 5.2. Struktural Path pada subsektor Tanaman Bahan Maka nan Menuju Rumahtangga Pengusaha Pertanian
117
Tabel 5.13. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Tanaman Bahan Makanan Menuju Rumahtangga Pengusaha Pertanian Jalur
Jalur
awal
Tujuan
TBM
RPP
Jalur Dasar
Pengaruh Global
Pengaruh
%
Total
0.0043
5.64
TBM-PT-RPP
0.0269
35.36
TBM-KAP-RPP
0.0033
4.35
TBM-TBM -BT-RPP
0.0001
0.19
TBM-TBM -PT-RPP
0.0009
1.17
TBM-TBM -KAP-RPP
0.0001
0.14
TBM-INKI-BPROD-RPP
0.0004
0.57
TBM-INKI-KAP-RPP
0.0000
0.04
TBM-PERD-BPROD-RPP
0.0003
0.44
TBM-PERD-BTU-RPP
0.0002
0.24
TBM-PERD-KAP-RPP
0.0000
0.03
TBM-BT-RPP
0.0762
Sumber : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Melalui jalur ini hanya 48.17 persen dapat mempengaruhi pendapatan
pengusaha pertanian, sisanya sebesar 51.83 persen dipengaruhi dari peningkatan
Tanaman Bahan Makanan melalui jalur lain.
Jalur subsektor Tanaman Bahan Makanan dapat langsung mempengaruhi
faktor Produksi buruh tani dengan tambahan pendapatan sebesar 5.64 persen,
pengusaha pertanian sebesar 35.36 persen dan kapital sebesar 4.35 persen,
terhadap kelompok rumahtangga pengusaha pertanian, (tanda panah putus-putus).
Tanda panah yang tidak putus-putus menjelaskan pengaruh tidak langsung
subsektor Tanaman Bahan Makanan dengan faktor produksi tersebut, yaitu:
Pertama, sektor produks i Tanaman Bahan Maka nan membutuhka n bibit
dari sektor Tanaman Bahan Makanan, yang dapat meningkatkan pendapatan
faktor produksi buruh tani, pengusaha pertanian dan capital masing- masing
sebesar 0.19 persen, 1.17 persen dan 0.14 persen terhadap kelompok rumahtangga
pengusaha pertanian.
118
Kedua, sektor Tanaman Bahan Makanan memerlukan pupuk dari sektor
industri kimia, sehingga dapat meningkatkan penggunaan buruh produksi dan
kapital yang memberikan tambahan pendapatan sebesar 0.57 persen dan 0.04
persen terhadap kelompok rumahtangga pengusaha pertanian.
Ketiga, melalui sektor produksi Tanaman Bahan Makanan memerlukan
sektor perdagangan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan buruh produksi,
buruh tata usaha dan kapital masing- masing sebesar 0.44 persen, 0.24 persen dan
0.03 persen terhadap kelompok rumahtangga pengusaha pertanian.
Pengaruh shock subs ektor Tanaman Bahan Maka nan menuju rumahtangga
Golongan Atas di Desa, dapat dijelaskan pada Gambar 5.3 dan Tabel 5.14, yang
menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Tanaman Bahan
Makanan menuju kelompok rumahtangga golongan atas di desa. pengaruh global
dari sektor Tanaman Bahan Makanan terhadap kelompok rumahtangga golongan
atas di desa sebesar 0.0942. Artinya apabila terjadi kenaikan penerimaan sektor
Tanaman Bahan Makanan sebesar 100 rupiah akan berdampak meningkatnya
pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di desa sebesar 9.42 rupiah.
Melalui
jalur ini hanya 47.90 persen dapat mempengaruhi pendapatan
rumahtangga golongan atas di desa, sisanya sebesar 52.10 persen dipengaruhi dari
jalur yang lain.
Jalur subsektor Tanaman Bahan Makanan juga
dapat langsung
mempengaruhi faktor Produksi buruh tani sebesar 1.38 persen, pengusaha
pertanian sebesar 13.04 persen dan kapital sebesar 30.87 persen terhadap
kelompok rumahtangga golongan atas di desa (tanda pa nah put us-putus).
Sedangkan tanda panah yang tidak putus-putus menjelaskan pengaruh tidak
0.0547
119 langsung subsektor Tanaman Bahan Maka nan de ngan faktor prod uks i tersebut, yaitu: Pertama, sektor prod uks i Tanaman Bahan Maka nan membutuhka n bibit dari sektor Tanaman Bahan Makanan pula, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh tani, pengusaha pertanian dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar masing- masing 0.05 persen, 0.43 persen dan 1.02 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di desa. 0.2868 0.0150 TBM PT 0.0150 0.0547 0.0330 0.8287 RGAD INKI BPROD 47.9 0.0351 0.8287 KAP 0.0207 0.1592
0.0226
0.1958
TBM
0.2247
0.1027
0.0415
0.2447
BTU
0.1953
0.1031
PERD
Gambar 5.3. Struktural Path pada sektor Tanaman Bahan Makanan Rumahtangga Golongan Atas di Desa
Menuju
120 Tabel 5.14. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Tanaman Bahan Maka nan Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa Jalur Jalur Pengaruh Pengaruh Jalur Dasar % Global awal Tujuan Total 0.0942 0.0013 1.38 TBM RGA D TBM-BT-RGA D 0.0123 13.04 TBM-PT-RGAD TBM-KAP-RGAD 0.0291 30.87 0.0000 0.05 TBM-TBM -BT-RGA D 0.43 0.0004 TBM-TBM -PT-RGA D 1.02 TBM-TBM -KAP-RGA D 0.0010 0.0001 0.10 TBM-INKI-BPROD-RGA D 0.30 0.0003 TBM-INKI-KAP-RGA D 0.0001 0.08 TBM-PERD-BPROD-RGA D 0.44 0.0004 TBM-PERD-BTU-RGA D 0.19 0.0002 TBM-PERD-KAP-RGA D
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Kedua, sektor Tanaman Bahan Makanan memerlukan pupuk dari sektor
produksi industri kimia, peningkatan produksi industri kimia mengakibatkan
meningkatnya penggunaan buruh produksi dan kapital yang memberikan
tambahan pendapatan sebesar 0.10 persen dan 0.30 persen terhadap kelompok
rumahtangga golongan atas di desa.
Ketiga, melalui sektor produksi Tanaman Bahan Makanan memerlukan
sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan
pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang memberikan
tambahan pendapatan sebesar 0.08 persen, 0.44 persen dan 0.19 persen terhadap
kelompok rumahtangga golongan atas di desa.
Pengaruh shock subsektor Tanaman Bahan Makanan menuju rumahtangga
Golongan Atas di kota, ditunjukkan dalam Gambar 5.4 dan Tabe l 5.15, yang
menggambarkan pengaruh langsung dari subsektor Tanaman Bahan Makanan
menuju kelompok rumahtangga golongan atas di kota. Kemudian pengaruh global
121
dari subsektor Tanaman Bahan Makanan terhadap kelompok rumahtangga
golongan atas di kota sebesar 0.1595. Artinya apabila terjadi peningkatan
penerimaan sektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 100 rupiah akan berdampak
terhadap peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di kota
sebesar 15.95 rupiah. Melalui jalur ini hanya 42.91 persen dapat mempengaruhi
pendapatan rumahtangga golongan atas di kota, sisanya sebesar 57.09 persen
dipengaruhi melalui jalur yang lain.
Jalur Sektor Tanaman
Bahan Makanan juga secara
langsung
0.0150
mempengaruhi faktor Produksi buruh tani sebesar 1.60 persen, pengusaha
pertanian sebesar 0.56 persen dan kapital sebesar 37.94 persen terhadap kelompok
rumahtangga golongan atas di kota (tanda panah putus-putus). Sedangkan tanda
panah yang tidak putus-putus menjelaskan hubungan tidak langsung subsektor
Tanaman Bahan Makanan dengan faktor- faktor produksi tersebut, yang dapat
dijelaskan: 0.0170 0.0547
TB
PT
0.0547
0.0330
0.8287
TB
0.1027
0.0415
IND
KIMI
0.0084
Br
KA
0.3587
0.1031
PERDA Br.T
RT.GAK
0.073
0.2447
0.1592
0.1958
0.8287 0.0207
0.0163
0.0150
42.91
122
Gambar 5.4. Struktural Path pada sektor Tanaman Bahan Makanan Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota Tabel 5.14. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Tanaman Bahan Maka nan Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa Jalur awal
Jalur Tujuan
TBM
RGA D
Jalur Dasar
Pengaruh Global
Pengaruh Total
%
0.0013
1.38
TBM-PT-RGAD
0.0123
13.04
TBM-KAP-RGAD
0.0291
30.87
TBM-TBM -BT-RGA D
0.0000
0.05
TBM-TBM -PT-RGA D
0.0004
0.43
TBM-TBM -KAP-RGA D
0.0010
1.02
TBM-INKI-BPROD-RGA D
0.0001
0.10
TBM-INKI-KAP-RGA D
0.0003
0.30
TBM-PERD-BPROD-RGA D
0.0001
0.08
TBM-PERD-BTU-RGA D
0.0004
0.44
TBM-PERD-KAP-RGA D
0.0002
0.19
TBM-BT-RGA D
0.0942
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Kedua, sektor Tanaman Bahan Makanan memerlukan pupuk dari sektor
produksi industri kimia, peningkatan produksi industri kimia mengakibatkan
meningkatnya penggunaan buruh produksi dan kapital yang memberikan
tambahan pendapatan sebesar 0.10 persen dan 0.30 persen terhadap kelompok
rumahtangga golongan atas di desa.
Ketiga, melalui sektor produksi Tanaman Bahan Makanan memerlukan
sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan
pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang memberikan
tambahan pendapatan sebesar 0.08 persen, 0.44 persen dan 0.19 persen terhadap
kelompok rumahtangga golongan atas di desa.
Pengaruh shock subsektor Tanaman Bahan Makanan menuju rumahtangga
Golongan Atas di kota, ditunjukkan dalam Gambar 5.4 dan Tabel 5.15, yang
menggambarkan pengaruh langsung dari subsektor Tanaman Bahan Makanan
123
menuju kelompok rumahtangga golongan atas di kota. Kemudian pengaruh global
dari subsektor Tanaman Bahan Maka nan terhadap kelompok rumahtangga
golongan atas di kota sebesar 0.1595. Artinya apabila terjadi peningkatan
penerimaan sektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 100 rupiah akan berdampak
terhadap peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di kota
sebesar 15.95 rupiah. Melalui jalur ini hanya 42.91 persen dapat mempengaruhi
pendapatan rumahtangga golongan atas di kota, sisanya sebesar 57.09 persen
dipengaruhi melalui jalur yang lain.
Jalur Sektor Tanaman
Bahan Makanan juga secara
langsung
mempengaruhi faktor Produksi buruh tani sebesar 1.60 persen, pengusaha
pertanian sebesar 0.56 persen dan kapital sebesar 37.94 persen terhadap kelompok
rumahtangga golongan atas di kota (tanda panah putus-putus). Sedangkan tanda
panah yang tidak putus-putus menjelaska n hubungan tidak langsung subsektor
Tanaman Bahan Makanan dengan faktor- faktor produksi tersebut, yang dapat
dijelaskan: 0.0150
0.0170 0.0547
TB
PT
0.0547
0.0330
0.8287
TB
0.1027
0.0415
IND
KIMI
0.0084
Br
KA
0.3587
0.1031
PERDA Br.T
RT.GAK
0.073
0.2447
0.1592
0.1958
0.8287 0.0207
0.0163
0.0150
42.91
124
Gambar 5.4. Struktural Path pada sektor Tanaman Bahan Makanan Rumahtangga Golongan Atas di Kota
Menuju
Tabel 5.15. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Tanaman Bahan Maka nan Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota Jalur awal
Jalur Tujuan
TBM
RGA K
Jalur Dasar
Pengaruh Global
Pengaruh Total
%
0.0026
1.60
TBM-PT-RGAK
0.0009
0.56
TBM-KAP-RGAK
0.0005
37.94
TBM-TBM -BT-RGA K
0.0001
0.05
TBM-TBM -PT-RGA K
0.0000
0.02
TBM-TBM -KAP-RGA K
0.0020
1.25
TBM-INKI-BPROD-RGA K
0.0004
0.23
TBM-INKI-KAP-RGA K
0.0006
0.37
TBM-PERD-BPROD-RGA K
0.0003
0.17
TBM-PERD-BTU-RGA K
0.0008
0.48
TBM-PERD-KAP-RGA K
0.0004
0.23
TBM-BT-RGA K
0.1595
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Pertama, subsector Tanaman Bahan Makanan membutuhkan bibit dari
sektor Tanaman Bahan Makanan pula, kemudian mempengaruhi faktor produksi
buruh tani, pengusaha pertanian dan kapital sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masing- masing sebesar 0.05 persen, 0.02 persen dan 1.25 persen
terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di kota.
Kedua, subsektor Tanaman Bahan Makanan memerlukan pupuk dari
industri kimia, sehingga dapat meningkatkan penggunaan buruh produksi dan
kapital yang memberikan tambahan pendapatan sebesar 0.23 persen dan 0.37
persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di kota.
Keempat, melalui subsektor produksi Tanaman Bahan Makanan
memerlukan sektor perdagangan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan buruh
125
produksi, buruh tata usaha dan kapital masing- masing sebesar 0.17 persen, 0.48
persen dan 0.23 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di kota.
Pengaruh shock subsektor Tanaman Bahan Makanan menuju institusi
perusahaan, ditunjukkan dalam Gambar 5.5 dan Tabel 5.16, menyajikan nilai- nilai
yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Tanaman
Bahan Maka nan menuju institusi perusahaan. Kemudian pengaruh global dari
sektor Tanaman Bahan Makanan menuju institusi perusahaan sebesar 0.6325.
Artinya apabila terjadi peningkatan penerimaan sektor Tanaman Bahan Makanan
sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan institusi
perusahaan sebesar 63.25 rupiah. Melalui jalur ini hanya 66.71 persen dapat
mempengaruhi pendapatan institusi perusahaan, sisanya sebesar 33.29 persen
dipengaruhi melalui jalur lain.
TBM
0.8287
0.0330
0.8287 0.0415 TBM
INKI
0.1958
KAP
0.0207
0.2447
0.4854
PERUS
PERDAG
66.71
126
Gambar 5.5.
Struktural Path pada sektor Tanaman Bahan Makanan Menuju Institusi Perusahaan Tabel 5.16. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Tanaman Bahan Maka nan Menuju Institusi Perusahaan Jalur awal
Jalur Tujuan
TBM
PERUS
Jalur Dasar
Pengaruh Total
Pengaruh Global
%
0.4023
63.60
TBM-TBM -KAP-PERUS
0.0133
2.10
TBM-INKI-KAP-PERUS
0.0039
0.62
TBM-PERD-KAP-PERUS
0.0025
0.39
TBM-KAP-PERUS
0.6325
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Jalur Sektor Tanaman Bahan Makanan dapat langsung mempengaruhi
faktor Produksi kapital yang dapat meningkatkan pendapatan sebesar 63.60 persen
terhadap institusi pe rusahaan (tanda pa nah putus-putus). Sedangkan tanda panah
yang tidak putus-putus menjelaskan pengaruh tidak langsung subsektor Tanaman
Bahan Maka nan dengan faktor prod uks i tersebut, yang dapat dijelaskan:
Pertama, sektor produks i Tanaman Bahan Maka nan membutuhka n bibit
dari sektor Tanaman Bahan Makanan pula, kemudian mempengaruhi faktor
produksi kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar 2.10 persen
terhadap institusi perusahaan.
Kedua, sektor Tanaman Bahan Makanan memerlukan pupuk dari sektor
produksi industri kimia, sehingga mengakibatkan meningkatnya penggunaan
kapital yang memberikan tambahan pendapatan sebesar
0.62 persen terhadap
institusi perusahaan.
Ketiga, melalui sektor produksi Tanaman Bahan Makanan memerlukan
sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan
127
pendapatan kapital yang memberikan tambahan pendapatan sebesar 0.39 persen
terhadap institusi perusahaan.
Pengaruh shock subsektor Tanaman Bahan Maka na n menuj u institusi
pemerintah, ditunjukkan dalam Gambar 5.6 dan Tabel 5.17, menyajikan nilai- nilai
yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Tanaman
Bahan Makanan menuj u institusi pe merintah. Kemudian pe ngaruh global dengan
pergerakan awal dari subsektor Tanaman Bahan Makanan menuju sektor produksi
dan faktor produksi kemudia menuju institusi pemerintah. Pengaruh global dari
subsektor Tanaman Bahan Makanan terhadap institusi perusahaan sebesar 0.1763.
Artinya apabila terjadi peningkatan penerimaan subsektor Tanaman Bahan
Makanan sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan
institusi pemerintah sebesar 17.63 rupiah. Dari jalur ini hanya 41.27 persen dapat
mempengaruhi pendapatan institusi pemerintah, sisanya sebesar 58.73 persen
dipengaruhi jalur yang lain.
TBM
0.8287
0.0330
0.8287 0.0415 TBM
INKI
0.1958
KAP
0.0207
0.2447 PERDAG
0.0837
PERUS
41.27
128
Gambar 5.6.
Struktural Path pada sektor Tanaman Bahan Makanan Menuju Institusi Pemerintah Tabel 5.17. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Tanaman Bahan Maka nan Menuju Institusi Pemerintah Jalur Tujuan
Jalur awal
TBM
PEM
Jalur Dasar
Pengaruh Global
Pengaruh Total
%
0.0694
39.34
TBM-TBM -KAP-PEM
0.0023
1.30
TBM-INKI-KAP-PEM
0.0007
0.39
TBM-PERD-KAP-PEM
0.0004
0.24
TBM-KAP-PEM
0.1763
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Subsektor Tanaman Bahan Makanan dapat langsung mempengaruhi faktor
Produksi kapital yang dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar 39.34
persen terhadap institusi pe merinta (tanda pa nah putus-putus), sedangkan tanda
panah yang tidak putus-putus menjelaskan pengaruh tidak langsung subsektor
Tanaman Bahan Maka nan dengan faktor prod uks i tersebut, yaitu:
Pertama, melalui subsektor Tanaman Bahan Makanan membutuhkan bibit
dari subsektor Tanaman Bahan Maka nan, ke mudian mempengaruhi faktor
produksi kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar 1.30 persen
terhadap institusi pemerintah.
Kedua, subsektor Tanaman Bahan Maka nan memerluka n pupuk dari
subsektor produksi industri kimia, peningkatan produksi industri kimia
mengakibatkan meningkatnya penggunaan kapital yang memberikan tambahan
pendapatan sebesar 0.39 persen terhadap institusi pemerintah.
129
Ketiga, melalui subsektor produksi Tanaman Bahan Makanan memerlukan
sektor perdagangan, sehingga subsektor perdagangan dapat
meningkatkan
pendapatan kapital yang memberikan tambahan pendapatan 0.24 persen terhadap
institusi pemerintah.
5.4.1.2. Subsektor Peternakan
Gambar 5.7 dan Tabel 5.18, menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan
pengaruh langsung yang berawal dari subsektor peternakan menuju kelompok
rumahtangga buruh tani. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda) dengan
pergerakan awal dari subsektor peternakan menuju sektor produksi dan faktor
produksi serta menuju kelompok rumahtangga buruh tani. pengaruh global dari
subsektor Peternakan terhadap kelompok buruh tani adalah sebesar 0.0054. Nilai
memberikan arti, apabila terjadi peningkatan penerimaan sektor Peternakan
sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok
rumahtangga buruh tani sebesar 0.54 rupiah. Melalui jalur ini hanya 44.01 persen
dapat mempengaruhi pendapatan buruh, sisanya sebesar 55.99 persen pendapatan
buruh tani dipengaruhi dari jalur lain. Jalur subsektor Peternakan dapat langsung
mempengaruhi faktor produksi buruh tani, pengusaha pertanian dan kapital yang
dapat meningkatkan pendapatan masing- masing sebesar 15.07 persen, 5.71 persen
dan 1.09 persen terhadap kelompok rumahtangga buruh tani tanda panah putus-
putus).
Sedangka n tanda pana h yang tidak putus-putus menjelaska n pe ngaruh
tidak langsung subsektor Peternakan dengan faktor-faktor produksi tersebut,
dengan penjelasan sebagai berikut:
130 Pertama, melalui subsektor produksi Peternakan membutuhkan bibit dari sektor Peternakan pula, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh tani,
pengusaha pertanian dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar
masing- masing 7.94 persen, 3.01 persen dan 0.58 persen terhadap kelompok
rumahtangga buruh tani.
0.048
BT
PETER
0.033
0.033
0.147
0.026
INMMT
00121
PETER
BP
02943
0.024
01929
0.0295
PP 0.294
PERD
00167
0.048
PP
00092
0.526
02943
0.103
0.124
0.001
BTU
02447
0.0002
KAP
RTBT
44.0
131
Gambar 5.7. Struktural Path pada Subsektor Peternakan Menuju Rumahtangga Buruh Tani Tabel 5.18. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Peternakan Menuju Rumahtangga Buruh Tani Jalur awal
Jalur Tujuan
PETER
RBT
Jalur Dasar
Pengaruh Global
Pengaruh Total
%
0.0008
15.07
PETER-PT-RBT
0.0003
5.71
PETER-KAP-RBT
0.0001
1.09
PETER-PETER-BT-RBT
0.0004
7.94
PETER-PETER-PT-RBT
0.0002
3.01
PEER-PETER-KAP-RBT
0.0000
0.58
PETER-INMMT-BPROD-RBT
0.0000
0.88
PETER-INMMT-PPROD-RBT
0.0001
1.97
PERT-INMMT-KAP-RBT
0.0000
0.07
PERT-PERD-BPROD-RBT
0.0004
6.90
PERT-PERD-BTU-RBT
0.0000
0.63
PERT-PERD-KAP-RBT
0.0000
0.18
PETER-BT-RBT
0.0054
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Kedua, sektor Peternakan mendorong Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau, mengakibatkan meningkatnya penggunaan buruh produksi, pengusaha
produsi dan buruh tata usaha yang memberikan peningkatan pendapatan masing-
masing sebesar 0.88 persen, 1.97 persen dan 0.07 persen terhadap kelompok
rumahtangga buruh tani.
Ketiga, melalui sektor produksi Peternakan memerlukan
sektor
perdagangan, sehingga
sektor perdagangan
mengakibatkan meningkatnya
pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang memberikan
132
tambahan pendapatan 6.90 persen, 0.63 persen dan 0.18 persen
terhadap
kelompok rumahtangga Buruh Tani.
Gambar 5.8 dan Tabel 5.19, menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan
pengaruh langsung yang berawal dari subsektor peternakan menuju kelompok
rumahtangga pengusaha pertanian. Kemudian pengaruh global (dampak
pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor peternakan menuju sektor
produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok rumahtangga pengusaha
pertanian. Pengaruh global dari sektor peternakan terhadap kelompok pengusaha
pertanian adalah sebesar 0.1171.Artinya apabila terjadi peningkatan penerimaan
sektor Peternakan sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan
pendapatan kelompok rumahtangga pengusaha pertanian sebesar 11.71 rupiah.
Melalui jalur ini hanya 47.35 persen dapat mempengaruhi pendapatan pengusaha
pertanian, sisanya sebesar 52.65 persen dipengaruhi melalui jalur yang lain.
Jalur subsektor Peternakan dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi
yang dapat meningkatkan pendapatan buruh tani sebesar 11.89 persen, pengusaha
pertanian sebesar 14.05 persen
dan kapital sebesar 1.01 persen terhadap
kelompok rumahtangga pengusaha pertanian (tanda panah putus-putus).
Sedangkan tanda panah yang tidak putus-putus menggambarkan pengaruh
langsung subsektor Peternakan dengan faktor- faktor produksi buruh tani,
pengusaha pertanian dan kapital, yang dapat dijelaskan bahwa:
Pertama, melalui subsektor produksi Peternakan membutuhkan bibit dari
sektor Peternakan, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh tani,
pengusaha pertanian dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar
133 masing- masing 6.27 persen, 7.40 persen dan 0.53 persen terhadap kelompok rumahtangga pengusaha pertanian.
Kedua, subsektor Peternaka n mendo rong Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau, melalui peningkatan produksi Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau mengakibatkan meningkatnya penggunaan buruh produksi, Pengusaha
Produksi dan kapital yang memberikan tambahan pendapatan sebesar 0.34 persen,
1.51 persen, dan 0.06 persen terhadap kelompok rumahtangga Pengusaha
PETER
0.048
BT
0.033
PETER
02943
01929
BP 0.024
RTPP
0.4935
0.1031
0.124
0.084
BTU 02447
0.0040
KAP
Gambar 5.8. Struktural Path pada Subsektor Peternakan Menuju Rumahtangga Pengusaha Pertanian.
Tabel 5.19. Jalur awal
Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Peternakan Menuju Rumahtangga Pengusaha Pertanian Jalur Jalur Dasar Pengaruh Pengaruh %
Tujuan
47.3
PP
0.294 PERD
0.102
0.026
02865
PP
04923
0 526
02943
0.048 0.033 0.147 INMMT
Global
Total
134
PETER
RTPP
PETER-BT-RTPP
0.01171 0.0139
11.89
PETER-PT-RTPP
0.0164
14.05
PETER-KAP-RTPP
0.0012
1.01
PETER-PETER-BT-RTPP
0.0073
6.27
PETER-PETER-PT-RPT
0.0087
7.40
PEER-PETER-KAP-RTPP
0.0006
0.53
PETER-INMMT-BPROD-RTPP
0.0004
0.34
PETER-INMMT-PPROD-RP
0.0018
1.51
PERT-INMMT-KAP-RTPP
0.0001
0.06
PERT-PERD-BPROD-RTPP
0.0031
2.68
PERT-PERD-BTU-RTPP
0.0017
1.44
PERT-PERD-KAP-RTPP
0.0002
0.16
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
pertanian.
Ketiga, melalui subsektor produksi Peternakan memerlukan
sektor
perdagangan, sehingga
sektor perdagangan
mengakibatkan meningkatnya
pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang memberika n
tambahan pendapatan 2.68 persen, 1.44 persen dan 0.16 persen
terhadap
kelompok rumahtangga pengusaha pertanian.
Pengaruh shock subsektor Peternakan menuju rumahtangga golongan atas
di desa, ditunjukkan dalam Gambar 5.9 dan Tabel 5.20, menyajikan nilai- nilai
yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Peternakan
menuju kelompok rumahtangga golongan atas di desa. Kemudian pengaruh global
(dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Peternakan menuju
sektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok rumahtangga
golongan atas di desa.
Berdasarkan Gambar 5.9 dan Tabel 5.20, dapat dijelaskan bahwa pengaruh
global dari sektor Peternakan terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di
desa sebesar 0.1136. Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi
135
peningkatan penerimaan sektor Peternakan sebesar 100 rupiah akan berdampak
terhadap peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di desa
sebesar 11.36 rupiah.
mempengaruhi pendapatan rumahtangga golongan atas di desa melalui
jalur ini, sisanya sebesar 63.82 persen pendapatan rumahtangga gologan atas di
desa dipengaruhi dari peningkatan Peternakan melalui jalur yang lain. Sedangkan
jalur yang ada didalam gambar hanya 36.18 persen dapat Jalur subsektor
Peternakan dapat langsung mempengaruhi
PETER
0.0486
BT
0.0334
PETER
RTGAD
0.024
02943
BP
0.026
0868
PP
02247
0.5269 0.0486 0.033 0.147 INMMT
02943
36.1
PPROD 0.159
PERD
0 103
0.124 BTU
02447
0.0351 KAP
Gambar 5.9. Struktural Path pada Subsektor Peternakan Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa
Tabel 5.20. Jalur awal
Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Sektor Pertanian Subsektor Peternakan Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa
Jalur
Global
Pengaruh Total %
136
PETER
RTGA D
PETER-BT-RTGA D
0.01136 0.0042
3.71
PETER-PT-RTGAD
0.0075
6.61
PETER-KAP-RTGAD
0.0103
9.09
PETER-PETER-BT-RTGA D
0.0022
1.96
PETER-PETER-PT-RTGAD
0.0040
3.48
PEER-PETER-KAP-RTGAD
0.0054
4.79
PETER-INMMT-BPROD-RTGAD
0.0001
0.08
PETER-INMMT-PPROD-RTGA D
0.0005
0.40
PERT-INMMT-KAP-RTGA D
0.0006
0.57
PERT-PERD-BPROD-RTGAD
0.0007
0.61
PERT-PERD-BTU-RTGA D
0.0039
3.42
PERT-PERD-KAP-RTGA D
0.0017
1.46
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah) faktor Produksi yang dapat meningkatkan pendapatan terhadap buruh tani
sebesar 3.71 persen, pengusaha pertanian sebesar 6.61 persen dan kapital sebesar
9.09 persen, terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di desa, yang
digambarkan dengan tanda panah putus-putus. Sedangkan tanda panah yang tidak
putus-putus menjelaskan pengaruh tidak langsung dari subsektor Peternakan
dengan faktor produksi buruh tani, pengusaha pertanian dan capital, yang dapat
dijelaskan:
Pertama, melalui sektor produksi Peternakan membutuhkan bibit dari
sektor Peternakan, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh tani,
pengusaha pertanian dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masing- masing sebesar 1.96 persen, 3.48 persen dan 4.79
persen terhadap
kelompok rumahtangga golongan atas di desa.
Kedua, sektor Peternakan mendorong Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau, melalui peningkatan produksi industri Makanan, Minuman dan
Tembakau mengakibatkan meningkatnya penggunaan buruh produksi, pengusaha
produksi dan kapital yang memberikan tambahan pendapatan sebesar 0.08 persen,
137 0.40 persen dan 0.57 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di desa. Ketiga, melalui sektor produksi Peternakan memerlukan sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan mengakibatkan meningkatnya pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang memberikan tambahan pendapatan 0.61 persen, 3.42 persen dan 1.46 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di desa. Pengaruh shock subsektor Peternakan menuju rumahtangga golongan atas di kota, ditunjukkan dalam Gambar 5.10 dan Tabel 5.21, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Peternakan menuju kelompok rumahtangga golongan atas di kota. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Peternakan menuju sektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok rumahtangga golongan atas di kota. Berdasarkan Gambar 5.10 dan Tabel 5.21, dapat dijelaskan bahwa pengaruh global dari sektor Peternakan terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di desa sebesar 0.1939. Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan sektor Peternakan sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di kota sebesar 19.39 rupiah. Sedangkan jalur yang ada didalam gambar hanya 31.56 persen dapat mempengaruhi pendapatan rumahtangga golongan atas di kota melalui jalur ini, sisanya sebesar 80.61 persen pendapatan rumahtangga gologan atas di kota dipengaruhi dari peningkatan Peternakan melalui jalur yang lain. Jalur subsektor
138
Peternakan dapat
langsung mempengaruhi faktor Produksi yang dapat
meningkatkan pendapatan buruh tani sebesar 4.28 persen, pengusaha pertanian
sebesar 0.28 persen dan kapital sebesar 11.08 persen terhadap kelompok
rumahtangga golongan atas di kota,
yang digambarkan dengan tanda panah
putus-putus. Sedangkan tanda panah yang tidak putus-putus menjelaskan
pengaruh tidak langsung subsektor Peternakan dengan faktor produksi buruh tani,
pengusaha pertanian dan capital yang dapat dijelaskan:
Pertama, melalui subsektor produksi Peternakan membutuhkan bibit dari
subsektor Peternakan, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh tani,
pengusaha pertanian dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar PETER
0.048
BT
0.033
0.0265
BP
02943
01929
0.0243 P PROD
0.0842 0.0221
01706
PETER
PP
00163
0.526 0.048 0.0334 0.1477 INMMT
02943
RTGAK 31.56
0.1592
PERD
0.1031 0.1240
0.3587
02447
BTU 0.0730 KAP
Gambar 5.10, Struktural Path pada subsektor Peternakan Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota.
139
Tabel 5.21, Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Sektor Pertanian (Subsektor Peternakan), menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota, Jalur awal
PETER
Jalur Tujuan
RTGA K
Jalur Dasar
PETER-BT-RGAK PETER-PT-RGA K PETER-KAP-RGA K PETER-PETER-BT-RGA K PETER-PETER-PT-RGAK PETER-PETER-KAP-RGAK PETER-INMMT-BPROD-RGAK PETER-INMMT-PPROD-RGA K PETER-INMMT-KAP-RGA K PETER-PERD-BPROD-RGAK PETER-PERD-BTU-RGA K PETER-PERD-KAP-RGA K
Pengaruh Global
Pengaruh Total
0.0083 0.0005 0.0215 0.0044 0.0003 0.0113 0.0003 0.0001 0.0013 0.0026 0.0071 0.0034
0.1939
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah) masing- masing 2.25 persen, 0.15 persen dan 5.84
%
4.28 0.28 11.08 2.25 0.15 5.84 0.17 0.04 0.69 1.33 3.68 1.78
persen terhadap
kelompok rumahtangga golongan atas di kota.
Kedua, subsektor Peternakan mendorong Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau, melalui peningkatan produksi industri Makanan, Minuman dan
Tembakau mengakibatkan meningkatnya penggunaan buruh produksi, pengusaha
produksi dan kapital yang memberikan tambahan pendapatan sebesar 0.17 persen,
0.04 persen dan 0.69 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di
kota.
Ketiga, melalui subsektor produksi Peternakan memerlukan
sektor
perdagangan, sehingga
sektor perdagangan
mengakibatkan meningkatnya
pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang memberikan
tambahan pendapatan 1.33 persen, 3.68 persen dan 1.78 persen
terhadap
kelompok rumahtangga golongan atas di desa
Pengaruh shock subsektor Peternaka n menuju institusi perusahaan,
ditunjukkan dalam Gambar 5.11 dan Tabel 5.22, menyajikan nilai- nilai yang
menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Peternakan
140 menuju institusi perusahaan. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Peternakan menuju sektor produksi dan faktor prod uks i serta menuju ins titusi pe rusahaan. Berdasarkan Gambar 5.11 dan Tabel 5.22, dapat dijelaskan bahwa pengaruh global dari subsektor Peternakan terhadap institusi perusahaan sebesar 0.5977. Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan subsektor Peternakan sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan institusi perusahaan sebesar 59.77 rupiah. Sedangkan jalur yang ada didalam gambar hanya 41.82 persen dapat mempengaruhi pendapatan institusi perusahaan melalui jalur ini, sisanya sebesar
PETER 0.2943 0.5269
0.2943
PETER 0.1477
IND.MAK
0.1240
KAP PERUS 0.4854 41.82
0.2447
0.1929
PERDAG
Struktural Path pada subsektor Peternaka n Menuj u Institusi Perusahaan.
Gambar 5.11.
Tabel 5.22. Jalur awal
Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Peternakan Menuju Institusi Perusahaan
Jalur
Global
Pengaruh Total %
141
PETER
PERUS
PETER-KAP-PERUS
0.5977 0.1429
23.90
PETER-PETER-KAP-PERUS
0.0753
12.59
PETER-INMMT-KAP-PERUS
0.0089
1.49
PETER-PERD-KAP-PERUS
0.0229
3.83
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
58.18 persen
pendapatan institusi perusahaan dipengaruhi dari
peningkatan sektor Peternakan melalui jalur yang lain.
Jalur subsektor Peternakan dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi
kapital yang dapat meningkatkan pendapatan sebesar 23.90 persen terhadap
institusi perusahaan, ya ng digambarka n de ngan tanda pa nah putus-putus.
Sedangka n tanda panah yang tidak putus-putus menggambarkan pengaruh tidak
langsung terhadap factor produksi kapital, yang dapat dijelaskan bahwa:
Pertama, melalui sektor produksi Peternakan membutuhkan bibit dari
sektor Peternakan, kemudian mempengaruhi faktor produksi kapital sehingga
dapat meningkatkan pendapatan sebesar 12.59 persen terhadap
institusi
perusahaan.
Kedua, subsektor Peternaka n mendor ong
sektor prod uks i industri
Makanan, Minuman dan Tembakau, peningkatan produksi industri tersebut
mengakibatkan meningkatnya penggunaan kapital yang memberikan tambahan
pendapatan sebesar 1.49 persen terhadap institusi perusahaan.
Ketiga, melalui sektor produksi Peternakan memerlukan
sektor
perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan pendapatan
kapital yang memberikan tambahan pendapatan 3.83 persen terhadap institusi
perusahaan.
142 Pengaruh shock subsektor Peternakan menuju institusi pemerintah, ditunjukkan dalam Gambar 5.14 dan Tabel 5.23, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Peternakan menuju institusi pemerintah. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Peternakan menuju sektor produksi dan faktor produksi serta menuju institusi pemerintah. Berdasarkan Gambar 5.12 dan Tabel 5.23, dapat dijelaskan bahwa pengaruh global dari sektor Peternakan terhadap institusi pemerintah sebesar 0.1687. Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan subsektor Peternakan sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan institusi pemerintah sebesar 16.87 rupiah. Sedangkan jalur yang ada didalam gambar hanya 25.55 persen dapat mempengaruhi pendapatan institusi pemerintah melalui jalur ini, sisanya sebesar 74.45 persen pendapatan institusi pemerintah dipengaruhi dari peningkatan sektor Peternakan melalui jalur yang lain.
PETE
0.294 0.526
0.294
PETE
0.124
0.147
IND.MA 0.192
0.244
PERDA
KAP PEM 0.083 25.55
143
Gambar 5.12.
Struktural Path pada subsektor Peternaka n Menuj u Institusi Pemerintah
Tabel 5.23. Jalur awal
PETER
Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Peternakan Menuju Institusi Pemerintah Jalur Tujuan
PEM
Jalur Dasar
Pengaruh Global
Pengaruh Total
%
0.0246
14.60
PETER-PETER-KAP-PEM
0.0130
7.69
PETER-INMMT-KAP-PEM
0.0015
0.91
PETER-PERD-KAP-PEM
0.0040
2.34
PETER-KAP-PEM
0.1687
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah). Jalur subsektor Peternakan dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi
kapital yang dapat meningkatkan pendapatan sebesar 14.60 persen terhadap
institusi pe merintah, ya ng digambarka n de ngan tanda pa nah putus-putus.
Sedangkan tanda panah yang tidak putus-putus menjelaskan pengaruh langsung
subsektor Peternakan dengan faktor produksi kapital, yang dapat dijelaskan,
bahwa:
Pertama, melalui sektor produksi Peternakan membutuhkan bibit dari
sektor Peternakan, kemudian mempengaruhi faktor produksi kapital sehingga
dapat meningkatkan pendapatan sebesar 7.69 persen terhadap institusi pemerintah.
Kedua, subsektor Peternakan mendorong
sektor produksi industri
Makanan, Minuman dan Tembakau, peningkatan produksi industri tersebut
mengakibatkan meningkatnya penggunaan kapital yang memberikan tambahan
pendapatan sebesar 0.91 persen terhadap institusi pemerintah.
Ketiga, melalui subsektor produksi Peternakan memerlukan
sektor
perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan pendapatan
kapital yang memberikan tambahan pendapatan 2.34 persen terhadap institusi
pemerintah.
144
5.3.2. Jalur Struktural Sektor Pariwisata
5.3.2.1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
Pengaruh shock subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa, ditunjukkan dalam Gambar 5.31
dan Tabel 5.31, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung
yang berawal dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju
kelompok rumahtangga golongan atas di desa. Kemudian pengaruh global
(dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau menuju sektor produksi dan faktor produksi serta
menuju kelompok rumahtangga golongan atas di desa. Berdasarkan Gambar 5.31
dan Tabel 5.31, dapat dijelaskan bahwa pengaruh global dari subsektor Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau terhadap kelompok golongan atas di desa BT 0.015 0
IND.MM T
0.5158
0.054 7
PT
0.224 7
0.828 7
0.026 5
INMMT
B.PRO D
0.024 3
0.109 1
0.124 0
0.086 8
PERDA G
0.159 2
P.PRO
0.103 1
0.226
0.126 0
D
0.159 3
0.244 7
0.035 1
BTU
RT.GA D 33.07
145
Gambar 5.13. Tabel 5.31.
Struktural Path pada subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Desa
Jalur awal
Jalur Tujuan
INMMT
RGA D
Jalur Dasar
INMMT-BPROD-RGA D INMMT-PPROD-RGA D INMMT-KAP-RGAD INMMT-TBM -BT-RGA D INMMT-TBM -PT-RGA D INMMT-TBM -KAP-RGA D INMMT-PERD-BPROD-RGA D INMMT-PERD-BTU-RGA D INMMT-PERD-KAP-RGA D
Pengaruh Global
0.1015
Pengaruh Total
0.0006 0.0031 0.0044 0.0007 0.0063 0.0150 0.0004 0.0022 0.0009
%
0.59 3.02 4.29 0.66 6.25 14.79 0.39 2.17 0.92
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah) adalah sebesar 0.1015. Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi
peningkatan penerimaan subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok
rumahtangga golongan atas di desa sebesar 10.15 rupiah. Sedangkan jalur yang
ada di dalam gambar hanya
33.07 persen dapat mempengaruhi pendapatan
146 golongan atas di desa melalui jalur ini, sisanya sebesar 66.93 persen pendapatan
golongan atas di desa dipengaruhi dari peningkatan sektor Industri Maka nan,
Minuman dan Tembakau melalui jalur yang lain.
Jalur subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dapat
langsung mempengaruhi faktor Produksi buruh produksi, pengusaha produksi dan
kapital yang dapat menambah pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas
di desa masing- masing sebesar 0.59 persen, 3.02 persen dan 4.29 persen, yang
digambarkan dengan tanda panah putus-putus. Sedangkan tanda panah yang tidak
putus-putus menjelaskan pengaruh tidak langsung subsektor Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau dengan faktor- faktor produksi tersebut, yang dapat
dijelaskan bahwa:
Pertama, melalui subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
juga dapat mempengaruhi sektor produksi Tanaman Bahan Makanan, kemudian
mempengaruhi faktor produksi buruh tani, pengusaha pertanian dan kapital
sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar masing- masing 0.66 persen,
6.25 persen dan 14.79 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di
desa.
Kedua, melalui ssubektor produksi Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau memerlukan
sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan
meningkatnya pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang
memberikan tambahan pendapatan 0.39 persen, 2.17 persen dan 0.92 persen
terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di desa.
Pengaruh shock subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
menuju rumahtangga golongan bawah di kota, ditunjukkan dalam Gambar 5.32
147
dan Tabel 5.32, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung
yang berawal dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju
kelompok rumahtangga golongan bawah di kota. Kemudian pengaruh global
(dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau menuju sektor produksi dan faktor produksi serta
menuju kelompok rumahtangga golongan bawah di kota.
Berdasarkan Gambar 5.32 dan Tabel 5.32, dapat dikemukakan
bahwa
pengaruh global dari sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau terhadap
kelompok golongan bawah di kota adalah sebesar 0.1154. Nilai tersebut
memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan pe nerimaan subsektor Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan bawah di kota sebesar
11.54 rupiah. Sedangkan jalur yang ada di dalam gambar hanya 38.50 persen
dapat mempengaruhi pendapatan golongan bawah di kota melalui jalur ini,
sisanya sebesar 61.50 persen pendapatan golongan bawah di kota dipengaruhi dari
peningkatan subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau melalui jalur
yang lain. BT 0.015 0
INMMT
0.054 7
0.140 1
PT
0.5158 0.828 7
0.026 5
INMMT
0.012 0
0.344 6
BPROD
0.024 3
0.211 4
0.109 1
0.124 0
PERDA
0.159 2 0.103 1
PPROD
0.255 5
RGBK 38.50
148
Gambar 5.14. Tabel 5.32.
Jalur awal
INMMT
Struktural Path pada subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau), menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota
Jalur Tujuan
RGBK
Jalur Dasar
INMMT-BPROD-RGBK INMMT-PPROD-RGBK INMMT-KAP-RGBK INMMT-TBM -BT-RGA BK INMMT-TBM -PT-RGBK INMMT-TBM -KAP-RGBK INMMT-PERD-BPROD-RGBK INMMT-PERD-BTU-RGBK INMMT-PERD-KAP-RGBK
Pengaruh Global
0.1154
Pengaruh Total
0.0091 0.0051 0.0031 0.0011 0.0003 0.0107 0.0060 0.0029 0.0007
%
9.0 5.06 3.07 1.07 0.33 10.57 5.90 2.83 0.66
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah) Jalur subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dapat
langsung mempengaruhi faktor Produksi buruh produksi, pengusaha produksi dan
kapital yang dapat menambah pendapatan kelompok rumahtangga golongan
bawah di kota masing- masing sebesar 9.00 persen, 5.06 persen dan 3.07 persen
yang digambarka n de ngan tanda pa nah putus-putus. Sedangkan tanda panah yang
149
tidak putus-putus, menyatakan pengaruh tidak langsung subsektor Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau dengan factor- faktor produksi tersebut yang
dapat dijelaskan:
Pertama, melalui subsektor produksi Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau juga dapat mempengaruhi sektor produksi Tanaman Bahan Makanan,
kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh tani, pengusaha pertanian dan
kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan masing- masing sebesar 1.07
persen, 0.33 persen dan 10.57 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan
bawah di kota.
Kedua, melalui subsektor produksi Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau memerlukan sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang
memberikan tambahan pendapatan masing- masing sebesar 5.90 persen, 2.83
persen dan 0.66 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan ba wah di ko ta.
Pengaruh shock subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
menuju rumahtangga golongan atas di ko ta, ditunjukkan dalam Gambar 5.33 dan
Tabel 5.33, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung yang
berawal dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju
kelompok rumahtangga golongan atas di kota. Kemudian pengaruh global
(da mpak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau menuju sektor produksi dan faktor produksi serta
menuju kelompok rumahtangga golongan atas di kota. 0.015
IND.M MT
0.054
0.5158 0.026
IND.M MT
0.109
0.024
BT
0.170
PT
0.016
0.828
B.PRO D
0.084
0.022
RT.GA K 30.00
150
Gambar 5.15. Tabel 5.33.
Jalur awal
Struktural Path pada subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota
Jalur Tujuan
RGA K
INMMT
Jalur Dasar
INMMT-BPROD-RGA K INMMT-PPROD-RGA K INMMT-KAP-RGAK INMMT-TBM -BT-RGAA K INMMT-TBM -PT-RGA K INMMT-TBM -KAP-RGA K INMMT-PERD-BPROD-RGA K INMMT-PERD-BTU-RGA K INMMT-PERD-KAP-RGA K
Pengaruh Global
0.1741
Pengaruh Total
0.0022 0.0005 0.0091 0.0013 0.0005 0.0312 0.0015 0.0040 0.0019
%
1.28 0.31 5.20 0.76 0.26 17.92 0.84 2.32 1.12
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah). Berdasarkan Gambar 5.33 dan Tabel 5.33, dapat dijelaskan bahwa
pengaruh global dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
terhadap kelompok golongan atas di kota adalah sebesar 0.1741. Nilai tersebut
memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan pe nerimaan subsektor Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di kota sebesar
151
17.41 rupiah. Sedangkan jalur yang ada di dalam gambar hanya 30.00 persen
dapat mempengaruhi pendapatan golongan bawah di kota melalui jalur ini,
sisanya sebesar 70.00 persen dipengaruhi dari peningkatan subsektor Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau melalui jalur yang lain.
Jalur subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dapat
langsung mempengaruhi faktor Produksi buruh produksi, pengusaha produksi dan
kapital yang dapat menambah pendapatan kelompok rumahtangga golongan
bawah di kota, masing- masing sebesar 1.28 persen, 0.31 persen dan 5.20 persen
yang digambarkan dengan tanda pa nah putus-putus. Sedangkan tanda panah yang
tidak putus-putus menggambarkan pengaruh tidak langsung antara subsektor
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan factor- faktor produksi
tersebut yang dapat dijelaskan, Pertama, melalui subsektor produksi Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau juga dapat mempengaruhi sektor produksi
Tanaman Bahan Makanan, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh tani,
pengusaha pertanian dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan
masing- masing sebesar 0.76 persen, 0.26 persen dan 17.92 persen terhadap
kelompok rumahtangga golongan atas di kota.
Kedua, melalui subsektor produksi Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau memerlukan sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital yang
memberikan tambahan pendapatan masing- masing sebesar 0.84 persen, 2.32
persen dan 1.12 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan atas di kota.
Pengaruh shock subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
menuju institusi pe rusahaan, ditunjukk an da lam gambar Gambar 5.34 dan Tabel
152 5.34, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju
kelompok institusi perusahaan. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda)
dengan pergerakan awal dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau menuju sektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok
institusi perusahaan.
Gambar 5.16 Tabel 5.34
Struktural Path pada subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Menuju Institusi Perusahaan Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Industri Makana n, M inuman da n Tembaka u Menuju Institusi Perusahaan
Jalur awal
Jalur Tujuan
PERUS
INMM T
Jalur Dasar
INMMT-KAP-PERUS INMMT-TBM -KAP-PERUS INMMT-PERD-KAP-PERUS
Pengaruh Global
0.6020
Pengaruh Total
0.0602 0.2075 0.0130
%
10.00 34.47 2.15
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah) Berdasarkan Gambar 5.34 dan Tabel 5.34, dapat dijelaskan bahwa
pengaruh global dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
terhadap kelompok institusi perusahaan adalah sebesar 0.6020. Nilai tersebut
memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan sektor Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan kelompok institusi perusahaan sebesar 60.20 rupiah.
Sedangkan jalur yang ada di dalam gambar hanya 46.62 persen dapat
mempengaruhi pendapatan golongan institusi perusahaan melalui jalur ini, sisanya
153
sebesar 53.38 persen dipengaruhi dari peningkatan sektor Industri Makanan,
Minuman dan Tembakau melalui jalur yang lain.
Jalur subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dapat
langsung mempengaruhi faktor Produksi kapital yang dapat menambah
pendapatan institusi perusahaan sebesar 10.00 persen, yang digambarkan dengan
tanda panah putus-putus. Sedangkan tanda panah yang tidak putus-putus,
menyatakan pengaruh tidak langsung subsektor Industri Maka nan, Minuman da n
Tembakau dengan faktor produksi kapital yang dapat dijelaskan:
Pertama, melalui subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
juga dapat mempengaruhi sektor produksi Tanaman Bahan Makanan, kemudian
mempengaruhi faktor produksi kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan
sebesar 34.47 persen terhadap kelompok institusi perusahaan.
Kedua, melalui subsektor produksi Industri Makanan, Minuman dan
Tembakau memerlukan sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat
meningkatkan faktor produksi kapital yang memberikan tambahan pendapatan
2.15 persen, terhadap kelompok institusi perusahaan.
Pengaruh shock subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
menuju institusi pemerintah ditunjukkan dalam Gambar 5.35. dan Tabel 5.35,
menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal
dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju kelompok
institusi pemerintah. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda) dengan
pergerakan awal dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
menuju subsektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok institusi
pemerintah.
154 IND.MM T
0.8287
0.5158
0.4854
IND.MM T
KAP PEM
0.1091
0.2447
28.62 PERDA G
Gambar 5.17. Tabel 5.35 Jalur awal
Struktural Path pada subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Menuju Institusi Pemerintah Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau menuju Institusi Pemerintah
Jalur Tujuan
INMM T
PEM
Jalur Dasar
INMMT-KAP-PEM INMMT-TBM -KAP-PEM INMMT-PERD-KAP-PEM
Pengaruh Global
0.1691
Pengaruh Total
0.0104 0.0358 0.0022
%
6.14 21.16 1.32
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Berdasarkan Gambar 5.35 dan Tabel 5.35, dapat dijelaskan bahwa
pengaruh global dari subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
terhadap kelompok institusi pemerintah adalah sebesar 0.1691. Nilai tersebut
memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan pe nerimaan subsektor Industri
Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap
peningkatan pendapatan kelompok institusi pemerintah sebesar 16.91 rupiah.
Sedangkan jalur yang ada di dalam gambar hanya 28.62 persen dapat
mempengaruhi pendapatan golongan institusi pemerintah melalui jalur ini, sisanya
155 sebesar 71.38 persen dipengaruhi dari peningkatan sektor Industri Maka nan, Minuman dan Tembakau melalui jalur yang lain. Jalur subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi kapital yang dapat menambah pendapatan golongan institusi pemerintah sebesar 6.14 persen, yang digambarkan dengan tanda panah putus-putus. Sedangkan tanda pa nah yang tidak putus-putus menyatakan pengaruh tidak langsung subsector Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dengan factor produksi capital yang dapat dijelaskan: Pertama, melalui subsektor produksi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau juga dapat mempengaruhi sektor produksi Tanaman Bahan Makanan, kemudian mempengaruhi faktor produksi kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan sebesar 21.16 persen terhadap kelompok institusi pemerintah. Kedua, melalui subsektor produksi Industri Makanan, Minuman dan Tembakau memerlukan sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan dapat meningkatkan kapital yang memberikan tambahan pendapatan 1.32 persen, terhadap kelompok institusi pemerintah.
5.3.2.2. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit
Pengaruh shock subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan
Barang dari Kulit menuju rumahtangga golongan bawah di kota, ditunjukkan
dalam Gambar 5.35 dan Tabel 5.35, menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan
pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi,
Alas Kaki dan Barang dari Kulit menuju kelompok rumahtangga golongan bawah
di kota. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda) dengan pergerakan awal
BPROD
156
dari subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit
menuju sektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok rumahtangga
golongan bawah di kota.
Gambar 5.18.
Tabel 5.36.
Jalur awal
INTPABK
Struktural Path pada subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota. Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Rumahtangga Golongan Bawah di Kota Jalur Tujuan RGBK
Jalur Dasar
INTPABK-BPROD-RGBK INTPABK-PPROD-RGBK INTPABK-KAP-RGBK INTPABK-INTPABK-BP-RGA BK INTPABK-INTPABK-PP-RGBK INTPABK-INTPABK-KAP-RGBK INTPABK-PERD-BP-RGBK INTPABK-PERD-BTU-RGBK INTPABK-PERD-KAP-RGBK
Pengaruh Global
Penga- ruh Total
0.1794
0.0261 0.0082 0.0063 0.0138 0.0043 0.0033 0.0109 0.0052 0.0012
%
14.56 4.56 3.52 7.68 2.40 1.85 6.08 2.92 0.68
Sumber SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Berdasarkan Gambar 5.35 dan Tabel 5.35, dapat dijelaskan bahwa
pengaruh global dari subsektor Industri Tekstil, pakaian jadi. Alas kaki dan barang
dari kulit terhadap kelompok golongan bawah di kota adalah sebesar 0.1794. Nilai
tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan sektor
Industri Tekstil, Pakai Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit sebesar 100 rupiah
157
akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok
rumahtangga
golongan bawah di kota sebesar 17.94 rupiah. Sedangkan jalur yang ada di dalam
gambar hanya 44.25 persen dapat mempengaruhi pendapatan golongan bawah di
kota melalui jalur ini, sisanya sebesar 55.75 persen pendapatan golongan bawah di
kota dipengaruhi dari peningkatan sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki
dan Barang dari Kulit melalui jalur yang lain.
Jalur subsektor Industri Tekstil. Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari
Kulit dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi buruh produksi, pengusaha
produksi dan kapital yang dapat menambah pendapatan kelompoh rumahtangga
golongan bawah di kota masing- masing sebesar 14.56 persen, 4.56 persen dan
3.52 persen, yang digambarkan dengan tanda panah putus-putus. Sedangkan tanda
panah yang tidak putus-putus menunjukkan pengaruh tidak langsung antara
subsektor industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit dengan
factor- faktor produksi tersebut, yang dapat dijelaskan:
Pertama, melalui subsektor produksi Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas
Kaki dan Barang dari Kulit juga dapat mempengaruhi sektor produksi industri
Tekstil, Pakain Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit dalam hal kebutuhan bahan
baku, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh produksi, pengusaha
produksi dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan masing- masing
sebesar 7.68 persen, 2.40 persen dan 1.85 persen terhadap kelompok rumahtangga
golongan bawah di kota.
Kedua, melalui sektor produksi Industri Tekstil, Pakai Jadi, Alas Kaki dan
Barang dari Kulit memerlukan sektor perdagangan, sehingga sektor perdagangan
dapat meningkatkan pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan kapital
158
yang memberikan tambahan pendapatan 6.08 persen, 2.92 persen dan 0.68 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan bawah di kota. Pengaruh shock subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit menuju rumahtangga golongan atas di kota, ditunjukkan dalam Gambar 5.36 dan Tabel 5.36, menyajikan nilai-nilai yang menggambarkan pengaruh langsung yang berawal dari subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit menuju kelompok rumahtangga golongan atas di kota. Kemudian pengaruh global (dampak pengganda) dengan pergerakan awal dari subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit menuju sektor produksi dan faktor produksi serta menuju kelompok rumahtangga golongan atas di kota. Berdasarkan Gambar 5.36 dan Tabel 5.36, dapat dijelaskan bahwa pengaruh global dari sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit terhadap kelompok golongan atas di kota adalah sebesar 0.2068. Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit sebesar 100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok rumahtangga golongan atas di kota sebesar 20.68 rupiah. Sedangkan jalur yang ada di dalam gambar hanya 25.46 persen dapat mempengaruhi pendapatan golongan atas di kota melalui jalur ini, sisanya sebesar 74.54 persen pe ndapa tan golongan atas di kota dipengaruhi dari peningkatan sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit melalui jalur yang lain. BP 0.075 8 0.0842 INTP BK 0.0387 0.5274 0.0758 0.022 0.0387 1 INTPAB P.P RGAK K 0.1592 0.1988 0.3587
25.46
159
Gambar 5.19.
Struktural Path pada Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota
Tabel 5.37. Jalur awal
INTPABK
Pengaruh Global dan Pengaruh Total pada Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Rumahtangga Golongan Atas di Kota Jalur Tujuan
RGA K
Jalur Dasar
INTPABK-BPROD-RGA K INTPABK-PPROD-RGAK INTPABK-KAP-RGAK INTPABK-INTPABK-BP-RGA K INTPABK-INTPABK-PP-RGA K INTPABK-INTPABK-KAP-RGAK INTPABK-PERD-BP-RGAK INTPABK-PERD-BTU-RGA K INTPABK-PERD-KAP-RGA K
Pengaruh Global
0.2068
Pengaruh Total
0.0064 0.0009 0.0184 0.0034 0.0005 0.0097 0.0027 0.0074 0.0036
%
3.09 0.41 8.87 1.63 0.22 4.68 1.29 3.55 1.72
Sumbe r : Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Jalur subsektor Industri Tekstil. Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari
Kulit dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi buruh produksi, pengusaha
produksi dan kapital yang dapat menambah pendapatan kelompok rumahtangga
golonga n atas di kota masing- masing sebesar 3.09 persen, 0.41 persen dan 8.87
persen, yang digambarkan dengan tanda panah putus-putus. Sedangkan tanda
panah yang tidak putus-putus menunjukkan pengaruh tidak langsung subsektor
160
produksi Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit yang dapat
dijelaskan:
Pertama, melalui subsektor produksi Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas
Kaki dan Barang dari Kulit juga dapat mempengaruhi sektor produksi industri
Tekstil, Pakain Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit dalam hal kebutuhan bahan
baku, kemudian mempengaruhi faktor produksi buruh produksi, pengusaha
produksi dan kapital sehingga dapat meningkatkan pendapatan masing- masing
sebesar 1.63 persen, 0.22 persen dan 4.68 persen terhadap kelompok rumahtangga
golongan atas di kota.
Kedua, melalui subsektor produksi Industri Tekstil, Pakai Jadi, Alas Kaki
dan Barang dari Kulit memerlukan
sektor perdagangan, sehingga sektor
perdagangan meningkatnya pendapatan buruh produksi, buruh tata usaha dan
kapital yang memberikan tambahan pendapatan masing- masing sebesar 1.29
persen, 3.55 persen dan 1.72 persen terhadap kelompok rumahtangga golongan
atas di kota.
Pengaruh shock subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan
Barang dari Kulit menuju institusi perusahaan, ditunjukkan dalam Gambar 5.38
dan Tabel 5.38, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung
yang berawal dari subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang
dari Kulit menuju kelompok institusi perusahaan. Kemudian pengaruh global
(dampak pengganda) denga n pergeraka n awal dari subsektor Industri Teks til,
Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit menuju sektor produksi dan faktor
produksi serta menuju kelompok institusi perusahaan dikemukakan. IND.TP
A BK
0.2514
0.5274
IND.TP A BK
0.4854
0.2514 0.1988
KAP PERUS
0.2447 PERDA
36.59
G
161
Gambar 5.20. Struktural Path pada subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Institusi Perusahaa n
Tabel 5.38. Penga ruh Global dan Penga ruh Total pada Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Institusi Perusahaa n Jalur awal
INTPABK
Jalur Tujuan
PER
Jalur Dasar
INTPABK-KAP-PER INTPABK-INTPABK-KAP-PER INMMT-PERD-KAP-PER
Pengaruh Global
0.5739
Pengaruh Total
0.1220 0.0644 0.0236
%
21.26 11.21 4.11
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Berdasarkan Gambar 5.38 dan Tabel 5.38, dapat dijelaskan bahwa
pengaruh global dari sektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang
dari Kulit terhadap kelompok institusi perusahaan adalah sebesar 0.5739. Nilai
tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan subsektor
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit sebesar 100 rupiah
akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok institusi perusahaan
adalah 57.39 rupiah. Sedangkan jalur yang ada di dalam gambar hanya 36.59
persen dapat mempengaruhi pendapatan golongan institusi perusahaan melalui
jalur ini, sisanya sebesar 63.41 persen dipengaruhi dari peningkatan sektor
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit melalui jalur yang
lain.
Jalur subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari
Kulit dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi kapital dan menambah
162
pendapatan kelompok
institusi perusahaan sebesar
21.16 persen, yang
digambarkan dengan tanda panah putus-putus. Sedangkan tanda panah yang tidak
putus-putus menunujukkan pengaruh tidak langsung subsektor Industri Tekstil,
Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit dengan faktor produksi kapital
yang dapat dijelaskan:
Pertama, melalui subsektor produksi Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas
Kaki dan Barang dari Kulit juga dapat mempengaruhi sektor produksi industri
Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit yang terkait dengan bahan
baku, sehingga meningkatkan faktor produksi kapital yang dapat meningkatkan
pendapatan sebesar 11.21 persen terhadap kelompok institusi perusahaan.
Kedua, melalui subsektor produksi Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas
Kaki dan Barang dari Kulit memerlukan sektor perdagangan, sehingga sektor
perdagangan dapat meningkatksn kapital yang memberikan tambahan pendapatan
4.11 persen, terhadap kelompok institusi perusahaan.
Pengaruh shock subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan
Karang dari Kulit menuju institusi pemerintah, ditunjukkan dalam Gambar 5.39.
dan Tabel 5.39, menyajikan nilai- nilai yang menggambarkan pengaruh langsung
yang berawal dari subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang
dari Kulit menuju kelompok institusi pemerintah. Kemudian pengaruh global
(dampak pengganda) denga n pergeraka n awal dari subsektor Industri Teks til,
Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit menuju sektor produksi dan faktor
produksi serta menuju kelompok institusi pemerintah.
INTPA BK
0.2514
0.5274
0.0387
0.2514
INTPA BK
0.1988
KAP PEM
0.2447 PERD
22.16
163
Gambar 5.21. Struktural Path pada subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Institusi Pemerintah.
Tabel 5.39. Penga ruh Global dan Penga ruh Total pada Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit Menuju Institusi Pemerintah Jalur awal
INTPABK
Jalur Tujuan
PEM
Jalur Dasar
INTPABK-KAP-PEM INTPABK-INTPABK-KAP-PEM INMMT-PERD-KAP-PEM
Pengaruh Global
0.1634
Pengaruh Total
0.0210 0.0111 0.0041
%
12.88 6.79 2.49
Sumbe r : SAM Provinsi Bali Tah
Berdasarkan Gambar 5.39
dan Tabel 5.39, dapat dijelaskan bahwa
pengaruh global dari subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan
Barang dari Kulit terhadap kelompok institusi pemerintah adalah sebesar 0.1634.
Nilai tersebut memberikan arti bahwa apabila terjadi peningkatan penerimaan
subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit sebesar
100 rupiah akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan kelompok institusi
pemerintah adalah 16.34 rupiah. Sedangkan jalur yang ada di dalam gambar hanya
22.16 persen dapat mempengaruhi pendapatan golongan institusi pemerintah
melalui jalur ini, sisanya sebesar 77.84 persen dipengaruhi dari peningkatan sektor
Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit melalui jalur yang
lain.
Jalur subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari
Kulit dapat langsung mempengaruhi faktor Produksi kapital yang dapat
menambah pendapatan golongan institusi pemerintah sebesar 12.88 persen yang
digambarkan dengan tanda pa nah put us-putus. Sedangkan tanda panah yang tidak
164
putus-putus menunujukkan pengaruh langsung subsektor Industri Tekstil, Pakaian
Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit dengan faktor produksi kapital yang dapat
dijelaskan:
Pertama, melalui subsektor produksi Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas
Kaki dan Barang dari Kulit juga dapat mempengaruhi sektor produksi Industri
Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki dan Barang dari Kulit yang terkait dengan bahan
baku, sehingga meningkatkan faktor produksi kapital yang dapat meningkatkan
pendapatan sebesar 6.79 persen terhadap kelompok institusi pemerintah.
Kedua, melalui sektor produksi Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Alas Kaki
dan Barang dari Kulit memerlukan
sektor perdagangan, sehingga sektor
perdagangan dapat meningkatkan kapital yang memberikan tambahan pendapatan
2.49 persen, terhadap kelompok institusi pemerintah.
165
VI. DAMPAK STIMULUS EKONOMI TERHADAP OUTPUT, PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
6.1. D ampak Stimulus Ekonomi Terhadap Output Perekonomian
Sektor potensial yang perlu diberikan stimulus ekonomi dalam studi ini
difokuskan pada seluruh subsektor yang termasuk dalam sektor peranian dan
sektor pariwisata. Sebagaimana telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dalam
kerangka SAM Provinsi Bali Tahun 2007, sektor pertanian didisagregasi menjadi
subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,
subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Sektor pariwisata didisagregasi
menjadi subsektor industri industri maka nan, minuman dan tembakau, subsektor
industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki da n barang dari kulit, subsektor industri
kerajinan dari bahan galian, subsektor ind ustri barang perhiasan, subsektor
restoran dan rumah makan, su sektor hotel, subsektor travel biro, dan subsektor
atraks i budaya. Sehubungan dengan itu maka analisis dampak stimulus ekonomi
terhadap output pada pembahasan berikut difokuskan terhadap subsektor-
subsektor tersebut.
Hasil analisis simulasi kedua sektor potensial tersebut diperlihatkan dalam
Tabel 6.1.Berdasarkan Tabel 6.1 dapat dijelaskan (dalam juta rupiah): Pertama,
dari hasil Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007, sektor pertanian
menghasilkan output perekonomian sebesar 12.87 triliun rupiah, sektor pariwisata
sebesar 27.69 triliun rupiah, dan sektor lainnya sebesar 33.72 triliun rupiah.
Sebelum ada injeksi (stimulus ekonomi) masing- masing sektor, dimana sektor
pariwisata menghasilkan output pereko nomian lebih tinggi dari sektor pertanian.
Subseektor pertanian yang menghasilkan output perekonomian paling tinggi
adalah dari subsektor peternakan, diikuti oleh subsektor tanaman bahan makanan
166 dan subsektor perikanan. Sedangkan dari sektor pariwisata, yang menghasilkan output tertinggi adalah subsektor restoran dan rumah makan, diikuti oleh
subsektor hotel dan subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan barang
dari kulit.
Kedua, simulasi stimulus ekonomi di sektor pertanian sebesar 100 milyar
rupiah (simulasi 1) berdampak terhadap output sektor pertanian sebesar 163,961
juta rupiah (1.27 persen), output sektor pariwisata sebesar 43,817 juta rupiah (0.16
persen) dan output sektor lainnya sebesar 75,221 juta rupiah (0.27 persen).
Dengan demikian stimulus ekonomi ini memberikan dampak terbesar pada sektor
pertanian itu sendiri. Untuk dampak stimulus ekonomi ini pada sektor pertanian,
subsektor yang memperoleh dampak terbesar terhadap output perekonomian
adalah subsektor peternakan sebesar 80,698 juta rupiah (1.46 persen), diikut i oleh
subsektor
tanaman bahan makanan sebesar 49,659 juta rupiah (1.14 persen),
subsektor perikanan sebesar 22,745 juta rupiah (1.09 persen), subsektor
perkebunan sebesar 10,617 juta rupiah (1.20 persen) dan subsektor kehutanan
sebesar 242 juta rupiah ( 1.48 persen). Untuk dampak stimulus ekonomi ini pada
sektor pariwisata, subsektor yang memperoleh dampak terbesar terhadap output
pereko nomian adalah subsektor industri makanan, minuman dan tembakau
sebesar 16,670 juta rupiah (0.43 persen), diikuti oleh subsektor atraksi budaya
sebesar 9,993 juta rupiah (0.25 persen), subsektor restoran dan rumah makan
sebesar 8,661 (0.11 persen), subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan
barang dari kulit sebesar 3,061 juta rupiah (0.08 persen), subsektor travel biro
sebesar 2,177 juta rupiah (0.17 persen), subsektor industri barang perhiasan 1.276
juta rupiah (0.75 persen, subsektor industri makanan, minuman dan tembakau
sebesar 1.397 juta rupiah (0.02 persen), dan subsektor industri kerajinan dari
bahan galian sebesar 579 juta rupiah (0.61 persen).
6.1. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Output Perekonomian Provinsi Bali Sektor Produksi
Pertanian Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pariwisata Restoran dan rumah makan Hotel ndustri makanan, minuman dan tembakau ndustri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit ndustri kerajinan dari bahan galian ndustri barang perhiasan Travel biro Atraksi budaya Lainnya Perdagangan Pertambangan ndustri kayu ndustri kertas, barang dari kertas dan karton ndustri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak ndustri karoseri dan alat angkutan Listrik dan Air minus Bangunan Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan laut antar pulau/negara Angkutan udara Komunikasi, pos, giro Perbankan asa Pemerintahan Umum
Nilai Dasar (Rp Juta) 12,868,635.30 4,348,907.85 886,087.47 5,543,677.20 2,642.62 2,087,320.18 27,688,723.13 7,644,481.12 6,668,669.95 3,878,397.44 3,924,337.84 94,374.41 171,038.68 1,275,104.51 4,032,319.17 33,720,985.25 7,151,961.24 299,981.02 1,784,142.65 148,035.55 1,055,860.89 - 229,790.34 1,371,483.95 5,300,917.11 1,927,041.31 427,874.34 4,287,700.05 1,461,188.66 4,168,404.06 4,106,604.08
e r: Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Dampak (Rp Juta) Persen 163,960.75 1.27 60,660.96 0.47 112,310.85 0.87 49,658.67 1.14 24,076.61 0.55 36,867.64 0.85 10,617.44 1.20 4,579.27 0.52 7,598.35 0.86 80,697.63 1.46 24,142.46 0.44 52,420.05 0.95 242.48 1.48 199.80 7.56 221.14 8.37 22,744.52 1.09 7,662.82 0.37 15,203.67 0.73 43,816.69 0.16 157,036.34 0.57 100,426.51 0.36 8,661.04 0.11 38,399.78 0.50 23,530.41 0.31 1,399.96 0.02 26,218.02 0.39 13,808.99 0.21 16,669.62 0.43 31,977.34 0.82 24,323.48 0.63 3,061.00 0.08 25,282.31 0.64 14,171.65 0.36 579.06 0.61 1,158.62 1.23 868.84 0.92 1,276.21 0.75 2,729.84 1.60 2,003.02 1.17 2,176.68 0.17 7,129.93 0.56 4,653.31 0.36 9,993.13 0.25 24,140.49 0.60 17,066.81 0.42 75,220.81 0.22 89,897.17 0.27 82,558.99 0.24 20,584.65 0.29 21,749.27 0.30 21,166.96 0.30 310.12 0.10 531.84 0.18 420.98 0.14 2,872.78 0.16 3,331.44 0.19 3,102.11 0.17 1,336.06 0.90 2,222.42 1.50 1,779.24 1.20 4,534.10 0.43 4,610.18 0.44 4,572.14 0.43 - - - - - - 1,973.78 0.86 3,374.85 1.47 2,674.31 1.16 4,406.22 0.32 8,127.07 0.59 6,266.65 0.46 2,740.40 0.05 4,053.46 0.08 3,396.93 0.06 5,886.22 0.31 6,297.50 0.33 6,091.86 0.32 1,117.49 0.26 1,497.91 0.35 1,307.70 0.31 6,497.43 0.15 7,517.77 0.18 7,007.60 0.16 3,645.95 0.25 4,935.11 0.34 4,290.53 0.29 11,395.34 0.27 13,958.75 0.33 12,677.05 0.30 7,920.29 0.19 7,689.61 0.19 7,804.95 0.19
168
Ketiga, simulasi stimulus ekonomi di sektor pariwisata sebesar 100 milyar
rupiah (simulasi 2) berdampak terhadap output sektor pertanian sebesar 60,661
juta rupiah (0.47 persen), output sektor pariwisata sebesar 157,036 juta rupiah
(0.57 persen), dan output sektor lainnya sebesar 89,897 (0.27 persen). Dari hasil
simulasi ini dapat dinyatakan bahwa stimulus ekonomi yang diberikan kepada
sektor pariwisata meningkatkan output perekonomian sektor pariwisatas dengan
persentase yang hampis sama dengan peningkatan output perekonomian sektor
pertanian.
Subsektor dari sektor pertanian yang memperoleh dampak paling tinggi
adalah subsektor peternakan sebesar 24,142 juta rupiah (0.44 persen) diikuti oleh
subsektor tanaman bahan makanan sebesar 24,077 juta rupiah (0.55 persen),
subsektor subsektor perikanan sebesar 7,663 juta rupiah (0.37 persen), subsektor
perkebunan sebesar 4,579 juta rupiah (0.52), dan subsektor kehutanan 199 juta
rupiah (7.56 persen). Kemudian dari sektor pariwisata, subsektor yang
memperoleh dampak terbesar adalah subsektor restoran dan rumah makan 38,400
juta rupiah (0.50 persen) diikuti oleh subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau sebesar 31,977 juta rupiah (0.82 persen), subsektor hotel sebesar 26,218
juta rupiah (0.39 persen), subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan
barang kulit sebesar 25,282 juta rupiah (0.64 persen), subsektor atraksi budaya
sebesar 24,140 juta rupiah (0.60), subsektor travel biro 7,130 juta rupiah (0.56),
subsektor industri barang perhiasan sebesar 2,730 juta rupiah (1.60 persen), dan
subsektor industri kerajinan dari bahan galian sebesar 1,159 juta rupiah (1.23
persen).
169
Keempat, stimulus ekonomi sektor pertanian sebesar 50 milyar rupiah dan
sektor pariwisata sebesar 50 milyar rupiah (simulasi 3) berdampak terhadap
peningkatan output sektor pertanian sebesar 112,311 juta rupiah (0.87 persen),
sektor Pariwisata sebesar 100,427 juta rupiah (0.36 persen), dan output sektor
lainnya sebesar 82,559 juta rupiah (0.24 persen). Berdasarkan hasil simulasi ini
dapat dinyatakan bahwa
sektor pertanian memperoleh dampak output
perekonomian yang besar apabila diberikan stimulus dengan besaran yang sama
terhadap sektor pertanian dan sektor pariwisata.
Subsektor dari sektor pertanian yang memperoleh dampak output yang
paling besar dengan adanya stimulus ekonomi ini (simulasi 3) adalah subsektor
peternakan sebesar 52,420 juta rupiah, bertur ut-turut diikuti oleh subsektor
tanaman bahan makanan sebesar 36,868 juta rupiah (0.85 persen), subsektor
perikanan sebesar 15,204 juta rupiah (0.73 persen), subsektor perkebunan sebesar
7,598 juta rupiah (0.86 persen) dan subsektor kehutanan sebesar 221 juta rupiah
(8.37 persen). Kemudian dari sektor pariwisata, yang paling tinggi memperoleh
dampak output adalah subsektor industri makanan, minuman dan tembakau
sebesar 24,323 juta rupiah (0.63 persen), berturut-turut diiuku oleh subsektor
restor an da n rumah maka n sebesar 23,530 juta rupiah, subsektor atraksi budaya
sebesar 17,067 juta rupiah (0.42 persen), subsektor industri tekstil, pakaian jadi,
alas kaki dan barang kulit sebesar 14,172 juta rupiah (0.36 persen), subsektor
hotel sebesar 13,808 juta rupiah (0.21 persen), subsektor travel biro 4,653 juta
rupiah (0.36 persen), subsektor industri barang perhiasan
sebesar 2,003 juta
rupiah(1.17 persen), da n subs ektor ind ustri kerajinan da ri ba han galian sebe sar
869 juta rupiah (0.92 persen).
170
Berdasarkan hasil analisis simulasi yang telah diungkapkan di atas bahwa
apabila stimulus ekonomi diberikan kepada sektor pertanian maka sektor
pertanian itu sendiri yang memperoleh dampak paling besar sedangkan dampak
terhadap sektor pariwisata dan sektor lainnya relatif lebih kecil. Subsektor dari
sektor pertanian yang memperoleh dampak yang besar adalah subsektor
peternaka n da n subsektor tanaman ba han maka nan. Sementara itu, apabila
stimulus ekonomi diberikan kepada sektor pariwisata atau stimulus diberikan
kepada sektor pertanian dan sektor pariwisata dengan besaran yang sama maka
akan meningkatkan output sektor pariwisata dan output sektor pertanian hampir
sama besarnya (dalam persentase). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
prioritas pembangunan pada sektor pariwisata sudah selayaknya dilakukan.
6.2. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Penye rapan Tenaga Kerja
Berdasarkan Tabel 6.2, dapat dijelaskan: Pertama, dari hasil Social
Accounting Matrix Provinsi Bali tahun 2007, sektor pertanian menyerap tenaga
kerja sebesar 428,640 orang, sektor pariwisata menyerap sebesar 424,332 orang,
dan sektor lainnya (gabungan beberapa sektor) menyerap sebesar 1,171,238
orang. Tiga subsektor pertanian yang paling tinggi menyerap tenaga kerja adalah
subsektor peternakan menyerap sejumlah 212,802 orang, diikuti oleh subsektor
perikanan sebesar 106,145 orang dan subsektor tanaman bahan makanan sebesar
85,506 orang. Tiga subsektor dari sektor pariwisata yang paling tinggi menyerap
tenaga kerja adalah subsektor atraksi budaya sebesar 122,024 orang, diikuti oleh
subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit sebesar
99,979 orang, dan subsektor hotel sebesar 66,934 orang.
6.2. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provins i Bali Simulasi 1 Simulasi 2 Simulasi 3 Sektor Produksi
Pertanian Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pariwisata Restoran dan rumah makan Hotel bintang ndustri makanan, minuman dan tembakau ndustri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit ndustri kerajinan dari bahan galian ndustri barang perhiasan Travel biro Atraksi budaya Lainnya Perdagangan Pertambangan ndustri kayu ndustri kertas, barang dari kertas dan karton ndustri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak ndustri karoseri dan alat angkutan Listrik dan Air minus Bangunan Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan laut antar pulau/negara Angkutan udara Komunikasi, pos, giro Perbankan asa Pemerintahan Umum
Nilai Dasar (Orang)
428,640 85,506 24,010 212,802 177 106,145 424,332 64,997 66,934 45,267 99,979 1,524 2,011 21,596 122,024 1,171,238 551,406 21,209 48,869 3,335 9,940 - 7,069 15,782 106,468 26,914 8,655 30,496 9,314 28,575 303,205
e r: Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Dampak
53,925 13,881 2,754 33,185 75 4,030 6,355 773 86 3,403 532 66 114 243 1,137 10,227 4,993 52 604 255 257 - 479 250 313 541 103 310 237 1,156 678
12.58 16.23 11.47 15.59 42.26 3.80 1.50 1.19 0.13 7.52 0.53 4.34 5.67 1.13 0.93 0.87 0.91 0.24 1.24 7.64 2.59 - 6.77 1.58 0.29 2.01 1.19 1.02 2.54 4.05 0.22
19,265 6,730 1,188 9,928 62 1,358 19,886 3,429 1,616 6,528 4,395 132 244 796 2,746 11,962 5,275 89 701 424 262 - 819 461 463 579 138 359 320 1,416 658
4.49 7.87 4.95 4.67 34.82 1.28 4.69 5.28 2.41 14.42 4.40 8.67 12.12 3.69 2.25 1.02 0.96 0.42 1.43 12.72 2.63 - 11.58 2.92 0.43 2.15 1.59 1.18 3.44 4.96 0.22
(Orang) Persen 36,595 8.54 10,305 12.05 1,971 8.21 21,557 10.13 68 38.54 2,694 2.54 13,120 3.09 2,101 3.23 851 1.27 4,965 10.97 2,464 2.46 99 6.51 179 8.89 520 2.41 1,942 1.59 11,095 0.95 5,134 0.93 70 0.33 652 1.33 339 10.18 259 2.61 - - 649 9.18 355 2.25 388 0.36 560 2.08 120 1.39 335 1.10 279 2.99 1,286 4.50 668 0.22
172 Kedua, berdasarkan hasil analisis simulasi 1 dapat dinyatakan bahwa apabila diberikan stimulus ekonomi sebesar 100 miliar rupiah pada sektor pertanian maka sektor yang menyerap tenaga kerja paling tinggi adalah sektor pertanian, terutama oleh subsektor peternakan yaitu sebesar 33,185 orang (15.59 persen). Subsektor dari sektor pertanian yang juga memperoleh dampak yang besar dari stimulus tersebut dari aspek penyerapan tenaga kerja adalah subsektor tanaman bahan makanan sebesar 13,881 orang (16.23 persen) dan subsektor perikanan sebesar 4,030 orang (3.80 persen). Dari sektor pariwisata yang tertinggi menyerap tenaga kerja akibat stimulus ekonomi tersebut ada lah subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit sebesar 3,403 orang (7.52 persen), diikuti oleh subsektor atraksi budaya sebesar 1,137 orang (0.93 persen) dan adalah subsektor restoran da n rumah maka n sebesar 773 orang (1.19 persen). Kedua, berdasarkan hasil simulasi 2, subsektor dari sektor pertanian yang memperoleh dampak dari stimulus ekonomi pada sektor pariwisata sebesar 100 miliar rupiah dari aspek penyerapan tenaga kerja adalah subsektor perikanan, yaitu sebesar 1,358 orang (1.28 persen), diikuti oleh subsektor peternakan sebesar 13,881 orang (16.23 persen) dan subsektor tanaman bahan makanan 6,730 orang (7.87 persen). Dari sektor pariwisata yang tertinggi menyerap tenaga kerja sebagai dampak dari pemberian stimulus ekonomi pada sektor pariwisata sebesar 100 miliar rupiah adalah subsektor industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,528 orang (14.42 persen), diikuti oleh subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit sebesar 4,395 orang (4.40 persen), dan subsektor restoran dan rumah makan sebesar 3,429 orang (5.28 persen). Ketiga, berdasarkan hasil analisis simulasi stimulus ekonomi pada sektor pertanian dan
sektor pariwisata masing- masing 50 miliar rupiah (simulasi 3) menunjukkan subsektor dari
173 sektor pertanian yang memperoleh dampak terbesar dari aspek penyerapan tenaga kerja adalah
subsektor peternakan yaitu sebesar 21,557 orang (10.13 persen), diikuti oleh subsektor tanaman
bahan makanan sebesar 10,305 orang (12.05 persen) dan subsektor perikanan sebesar 2,694
orang (2.54 persen). Dari sektor pariwisata, subsektor yang tertinggi menyerap tenaga kerja
sebagai dampak dari penerapan stimulus ekonomi tersebut ada lah subsektor industri maka nan,
minuman dan tembakau sebesar 4,695 orang (10.97 persen), diikuti oleh subsektor industri
tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit sebesar 2,464 orang (2.46 persen), dan
subs ektor restoran da n rumah makan sebesar 2,101 orang (3.23 persen).
Berdasarkan hasil analisis simulasi stimulus ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja
ini dapat dinyatakan bahwa stimulus ekonomi yang diberikan berdampak terhadap penyerapan
tenaga kerja sektor pertanian lebih besar dari sektor pariwisata. Stimulus ekonomi pada sektor
pertanian berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian jauh lebih besar
daripada sektor lainnya. Sementara itu, stimulus ekonomi pada sektor pariwisata berdampak
terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh sektor pariwisata hampir sama besarnya
dengan sektor pertanian. Hasil analisis simulasi stimulus ekonomi terhadap penyerapan tenaga
kerja ini senada dengan hasil analisis simulasi stimulus ekonomi terhadap output perekonomian.
Kedua menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki keunggulan dari aspek pertumbuhan
ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja dibandingkan dengan sektor pertanian.
6.3. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga
Dalam analisis distribusi pendapatan, golongan rumahtangga diklasifikasikan menjadi
dua yaitu golongan rumahtangga di desa dan golongan rumahtangga di kota. Golongan
rumahtangga di desa terdiri dari : Buruh Tani, Pengusaha Pertanian, Golongan Rendah di
Desa, golongan Penerima Pendapatan di Desa da n golongan Atas di Desa. Seda ngka n
174
golongan rumahtangga di kota terdiri dari: Golongan Rendah di Kota, Golongan Penerima
Pendapatan di Kota dan Golongan Atas di kota.
Analisis simulasi dampak dari stimulus ekonomi kedua sektor potensial, pendapatan
golongan rumahtangga di provinsi Bali diperlihatkan pada Tabel 6.3. Pertama, nilai dasar
pendapatan masing- masing golongan rumahtangga yang diperoleh dari pembentukan Social
Accounting Matrix Bali tahun 2007, dimana golongan rumahtangga buruh tani menerima
pendapatan paling kecil yaitu sebesar 136,241 juta rupiah dibandingkan dengan golongan
rumahtangga yang lain. Kemudian golongan rumahtangga pengusaha pertanian menerima
sebesar 2,617,149 juta rupiah, golongan rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar
2,538,527 juta rupiah, golongan rumahtangga penerima pendapatan di desa menerima sebesar
608,004 juta rupiah, golongan rumahtangga golongan atas di desa menerima sebesar 2,982,601
juta rupiah. Golongan rumahtangga golongan rendah di ko ta menerima pendapatan sebesar
3,943,127 juta rupiah, golongan rumahtangga penerima pendapatan di kota menerima sebesar
982,426 juta rupiah dan golongan rumahtangga golongan atas di kota menerima pendapatan
sebesar 5,635,812 juta rupiah. Dalam hal ini golongan rumahtangga golongan atas di kota
menerima pendapatan paling tinggi dibandingkan golongan rumah tangga yang lainnya, berturut-
turut diikuti oleh rumahtangga golongan rendah di kota, rumahtangga golongan atas di desa,
rumahtangga pengusaha pertanian, rumahtangga golongan rendah di desa, rumahtangga
penerima pendapatan di kota, rumahtangga penerima pendapatan di desa, dan golongan
rumahtangga buruh tani.
Tabel 6.3. Dampak Stimulus Ekonomi Terhadap Pendapatan Rumahtangga di Provinsi Bali No.
1 2
Golongan Rumahtangga Buruh Tani Pengusaha Pertanian
Nilai Dasar (Rp Juta) 136,241 2,617,149
Simulasi 1 Dampak (Rp Juta) 474 11,110
Simulasi 2
Persen 0.35 0.42
Dampak (Rp Juta) 528 10,091
Simulasi 3
Persen
Dampak (Rp Juta)
Persen
0.39 0.39
501 10,600
0.37 0.41
175 3 4 5 6 7 8
Golongan Rendah di Desa Penerima Pendapatan di Desa Golongan Atas di Desa Golongan Rendah di Kota Penerima Pendapatan di Kota Golongan Atas di Kota
2,538,527
8,736
0.34
9,431
0.37
9,083
0.36
608,004
2,187
0.36
2,269
0.37
2,228
0.37
2,982,601
10,862
0.36
10,561
0.35
10,712
0.36
3,943,127
10,898
0.28
14,398
0.37
12,648
0.32
982,426
3,285
0.33
3,680
0.37
3,482
0.35
5,635,812
17,929
0.32
19,717
0.35
18,823
0.33
Sumbe r: Social Acounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah)
Kedua, dampak stimulus ekonomi terhadap distribusi pendapatan, yang ditunjukkan
simulasi stimulus ekonomi sektor pertanian sebesar 100 milyar rupiah (simulasi 1). Dari hasil
analisis simulasi tersebut dapat dijelaskan bahwa rumahtangga yang memperoleh dampak
terhadap pendapatan terbesar adalah rumahtangga buruh tani, yakni sebesar 474 juta rupiah.
Selanjutnya rumahtangga pengusaha pertanian menerima sebesar 11,110 juta rupiah,
rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar 8,736 juta rupiah, golongan
rumahtangga golongan penerima pendapatan di desa menerima sebesar 2,187 juta rupiah,
rumahtangga golongan atas di desa menerima sebesar 10,862 juta rupiah, rumahtangga golongan
rendah di kota menerima sebesar 10,898 juta rupiah, rumahtangga penerima pendapatan di kota
menerima sebesar 3,285 juta rupiah, dan rumahtangga golongan atas di kota menerima sebesar
17,989 juta rupiah.
Ketiga, dampak stimulus ekonomi terhadap distribusi pendapatan rumahtangga dalam
simulalsi 2 (stimulus ekonomi sektor pariwisata sebesar 100 milyar rupiah). Dari hasil simulasi
tersebut dapat dijelaskan bahwa golongan rumahtangga buruh tani menerima dampak
peningkatan pendapatan sebesar 528 juta rupiah (lebih be sar dibandingkan simulasi 1).
Selanjutnya rumahtangga pengusaha pertanian menerima sebesar 10,091 juta rupiah (lebih kecil
dibandingkan simulasi 1), rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar 9,431 juta
176
rupiah (lebih besar diba ndingka n de ngan simulasi 1), rumahtangga golongan penerima
pendapatan di desa menerima sebesar 2,269 juta rupiah (lebih be sar dibandingkan simulasi 1).
Kemudian golongan rumahtangga golongan atas di desa menerima sebesar 10,561 juta rupiah
(lebih kecil dibandingka n simulasi 1). Golongan rumahtangga golongan rendah di kota menerima
sebesar 14,398 juta rupiah (lebih besar dibandingkan dengan simulasi 1), rumahtangga penerima
pendapatan di kota menerima sebesar 3,680
juta rupiah (lebih besar dibandingkan dengan
simulasi 1, dan rumahtangga golongan atas di kota menerima sebesar 19,717 juta rupiah (lebih
besar dibandingkan dengan simulasi 1).
Keempat, hasil analisis simulasi stimulus ekonomi pada sektor pertanian dan sektor
pariwisata masing- masing di stimulus sebesar 50 milyar rupiah (simulasi 3), dapat dijelaskan
bahwa rumahtangga buruh tani menerima pendapatan sebesar 501 juta rupiah (lebih tinggi dari
pada simulasi1 tetapi lebih rendah da ri hasil simulasi 2). Selanjutnya rumahtangga pengusaha
pertanian menerima sebesar 10,600 juta rupiah (lebih kecil dibandingkan simulasi 1 tetapi lebih
tinggi dari simulasi 2), rumahtangga golongan rendah di desa menerima sebesar 9,083 juta
rupiah (lebih besar dibandingkan dengan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2),
rumahtangga penerima pendapatan di desa menerima sebesar 2,228 juta rupiah (lebih besar
dibandingkan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2). Kemudian rumahtangga golongan
atas di desa menerima sebesar 10,712 juta rupiah (lebih kecil dibandingkan simulasi 1 tetapi
lebih tinggi dari simulai 2), rumahtangga golongan rendah di kota menerima sebesar 12,648 juta
rupiah (lebih besar dibandingka n dengan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2),
rumahtangga penerima pendapatan di kota menerima sebesar 3,482 juta rupiah (lebih besar
dibandingkan dengan simulasi 1 tetapi lebih rendah dari simulasi 2), dan rumahtangga golongan
atas di kota menerima sebesar 18,823 juta rupiah (lebih tinggi dibandingkan dengan simulasi 1
tetapi lebih rendah dari simulasi 2).
177 Hasil analisis distribusi pendapatan rumahtangga dapat dilanjutkan dengan melihat tingkat ketimpangan pendapatan antara golongan rumahtangga (hasil analisis disajikan pada Tabel 6.4). Analisis dilakukan dengan cara pendapatan masing- masing golongan rumahtangga
ditentukan dengan mencari pe ndapa tan golongan rumahtangga yang paling kecil pada Tabel 6.3,
kemudian semua pendapatan golongan rumahtangga dibagi dengan pendapatan rumahtangga
yang paling kecil tersebut. Dalam ko lom Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007,
dapat dijelaskan bahwa pendapatan golongan rumahtangga yang terkecil adalah golongan
rumahtangga buruh tani, yakni sebesar 136,241 juta rupiah, sehingga pendapatan buruh tani
ditetap sebagai pembanding (nilai ama dengan 1). Kemudian pendapatan golongan rumahtangga
pengusaha pertanian sebesar 2,617,149 juta rupiah dibagi dengan 136,241 juta rupiah sama
dengan 19.21 persen dan seterusnya. Begitu juga dengan simulasi 1, simulasi 2 dan simulasi 3
mempunyai metode yang sama. Tabel 6.4 tentang ketimpangan pendapatan rumahtangga, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6.4. Ketimpanga n Pendapatan Rumahtangga
Go longan Ru mahtangga Buruh Tani Pengusaha Pertanian Go longan Rendah di Desa Penerima Pendapatan di Desa Go longan Atas di Desa Go longan Rendah Di Kota Penerima Pendapatan di Kota Go longan Atas di Kota
Nilai Dasar 1.00 19.21 18.63 4.46 21.89 28.94 7.21 41.37
Simu lasi 1 1.00 23.44 18.43 4.61 22.92 22.99 6.63 37.87
Simu lasi 2 1.00 19.11 17.86 4.30 20.00 27.27 6.97 37.34
Simu lasi 3 1.00 21.16 18.13 4.45 21.38 25.24 6.95 37.59
Sumbe r: Social Acounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 (diolah).
Pertama, dari nilai dasar Social Accounting Matrix Provinsi Bali Tahun 2007 dapat
dilihat bahwa rumahtangga pengusaha pertanian mempunyai pendapatan 19 kali lebih besar dari
pendapatan rumahtangga buruh tani, pendapatan rumahtangga golongan rendah di desa 18 kali
lebih besar dari pendapatan rumahtangga buruh tani. Selanjutnya, rumahtangga penerima
178
pendapatan di desa, rumahtangga golongan atas di desa, rumahtangga golongan rendah di kota,
rumahtangga penerima pendapatan di kota, rumahtangga golongan atas di kota memiliki
pendapatan berturut-turut 4 kali, 22 kali, 29 kali, 7 kali, dan 41 kali lebih besar dari pendapatan
rumahtangga buruh tani.
Kedua, dengan memberikan stimulus ekonomi kepada sektor pertanian sebesar 100 miliar
rupiah (simulasi 1), pendapatan rumahtangga pengusaha pertanian, rumahtangga golongan
rendah di desa, rumahtangga penerima pendapatan di desa, rumahtangga golongan atas di desa,
rumahtangga golongan rendah di kota, rumahtangga penerima pendapatan di kota, rumahtangga
golongan atas di kota, berturut-turut menjadi 23 kali,18.43 kali, 5 kali 23 kali, 23 38 kali
pendapatan rumahtangga buruh tani. Bila dibandingkan dengan kondisi sebelum diberikan
stimulus ekonomi pada sektor pertanian, tingkat ketimpangan pendapatan secara keseluruhan
mengalami penurunan.
Kedua, dengan memberikan stimulus ekonomi kepada sektor pariwisata sebesar 100
miliar rupiah (simulasi 1), pendapatan rumahtangga pengusaha pertanian, rumahtangga golongan
rendah di desa, rumahtangga penerima pendapatan di desa, rumahtangga golongan atas di desa,
rumahtangga golongan rendah di kota, rumahtangga penerima pendapatan di kota, rumahtangga
golongan atas di kota, berturut-turut menjadi 19 kali, 17.86 kali, 4 kali, 20 kali, 27 kali, 7 kali,
dan 37 kali pendapatan rumahtangga buruh tani. Bila dibandingkan dengan simulasi 1, tingkat
ketimpangan pendapatan secara keseluruhan lebih kecil dengan diberikannya stimulus ekonomi
pada sektor pariwisata (simulasi 2). Dengan kata lain distribusi pendapatan menjadi lebih merata
dengan diberikan stimulus ekonomi pada sektor pariwisata dibandingkan apabila stimulus
ekonomi diberikan pada sektor pertanian..
179 Keempat, simulasi 3, ketimpangan golongan rumahtangga pengusaha pertanian mempunyai ketimpangan sebesar 21 kali terhadap golongan rumahtangga buruh tani turun dari semula, lebih rendah dari simulasi 1 tetapi lebih tinggi dari simulasi 2. Golongan rumahtangga golongan rendah di desa mempunyai ketimpangan sebesar 18 kali terhadap golongan rumahtangga buruh tani, turun dari semula dan lebih rendah dari simulasi 1 tetapi lebih tinggi
dari simulasi 2. Golongan rumahtangga penerima pendapatan di desa mempunyai ketimpangan 4
kali terhadap golongan rumahtangga buruh tani, turun dari semula lebih rendah dari simulasi 1
dan lebih tinggi dari simulai 2. Golongan rumahtangga golongan atas di desa mempunyai
ketimpangan terhadap golongan rumahtangga buruh tani sebesar 21 kali turun dari semula dan
turun pula dari simulasi 1 tetapi lebih tinggi dari simulasi 2 . Golongan rumahtangga golongan
rendah di kota mempunyai ketimpangan terhadap golongan rumahtangga buruh tani sebesar 25
kali menurun dari semula tetapi naik dari simulasi 1 dan lebih rendah dari simulasi 2. Golongan
rumahtangga penerima pendapatan di kota mempunyai ketimpangan terhadap golongan
rumahtangga buruh tani hampir 7 kali turun dari semula tetapi sama denga simulasi 1 dan
simulasi 2. Golongan rumahtangga golongan atas di kota mempunyai ketimpangan terhadap
golongan rumahtangga buruh tani sebesar 37 kali turun dari semula dan turun pula dari simulasi
1 hampir sama dengan simulasi 2.
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dilihat dari ketimpangan pendapatan
rumahtangga masing- masing golongan rumahtangga yang tertinggi menikmati pendapatan dari
stimulus ekonomi adalah golongan rumahtangga golongan atas di kota, karena masyarakat
golonga n atas di kota merupakan masyarakat pembisnis, mempunyai moda l besar, serta memiliki
akses yang tinggi dalam segala bidang, sektor apapun yang di shock justeru yang menikmatinya
ada lah golongan atas yang ada di kota, seda ngkan yang terenda h ada lah golongan rumahtangga
180
buruh tani, yang sebagian besar adalah masyarakat rendah dan sebagian besar berada di
pedesaan. Untuk analisis berikutnya yang dgunakan sebagai acuan terhadap ketimpangan
pendapatan rumahtangga adalah ketimpangan yang tertinggi pada masing- masing golongan
rumahtangga yaitu golongan rumahtangga golongan atas dikota.
181
VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa
kesimpulan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata masih memegang peranan
yang dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan yang lebih merata dalam
perekonomian Provinsi Bali. Namun dalam penyerapan tenaga kerja masih lebih rendah dari
sektor pertanian. Walaupun sektor pariwisata masih tetap mendominasi dalam pertumbuhan
ekonomi dan pemerataan distribusi pendapatan, kontribusi sektor pertanian ini tidak perlu
diragukan. Sektor pertanian telah teruji pada masa krisis 1998 sampai pada perbaikan ekonomi
pada saat itu, sektor ini sangat berperan untuk mengatasi krisis tersebut. Pada masa mendatang
diperluka n percepatan transformasi struktural pereko nomian dari ketergantungan pada sektor
pertanian primer ke industri pengolahan, khususnya industri pengolahan skala kecil dan
menengah yang termasuk ke dalam kelompok agroindustri.
Secara spesifik dari hasil analisis dalam studi ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Sektor pariwisata lebih besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dan distribusi pendapatan yang lebih merata dibandingkan dengan sektor
pertanian. Namun untuk penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian yang mempunyai
peranan lebih besar.
2. Hasil analisis pada pengganda output bruto subsektor yang memiliki koe fisien tertinggi,
dari sektor pertanian adalah subsektor peternakan, subsektor tanaman ba han maka nan da n
subsektor perikanan. Dari sektor pariwisata adalah subsektor industri makanan, minuman
dan tembakau, subsektor restoran dan rumah makan, dan subsektor atraksi budaya.
182
3. Hasil analisis pengganda keterkaitan ke depan yang mempunyai nilai lebih dari satu yang
tertinggi, dari sektor pertanian adalah subsektor peternakan, subsektor tanaman bahan
maka nan da n subs ektor pe rika nan. Kemudian dari sektor pariwisata adalah, subsektor
industri makanan, minuman dan tembakau, subsektor restoran dan rumah makan serta
atraksi budaya.
4. Hasil analisis pengganda keterkaitan ke belakang yang mempunyai nilai lebih dari satu
yang tertinggi, dari sektor pertanian yaitu subsektor peternakan, subsektor perikanan dan
subsektor kehutanan. Kemudian dari sektor pariwisata, adalah subsektor industri tekstil,
pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit, subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau, subsektor restoran da n rumah makan, serta subsektor industri kerajinan dari
bahan galian.
5. Hasil analisis dekomposisi pengganda, dari sektor pertanian seperti subsektor tanaman
bahan makanan dan subsektor peternakan, kemudian dari sektor pariwisata, seperti
subsektor industri makanan, minuman dan tembakau dan subsektor industri tekstil,
pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit, lebih besar bersifat open loop, berkontribusi
lebih besar kepada faktor produksi modal. Sedangkan
pendapatan rumahtangga
berkontribusi lebih besar kepada rumahtangga golongan renda h di kota dan golongan atas
di kota.
6. Hasil analisis jalur ditunjukkan, sektor pertanian, pertama, jalur subsektor tanaman bahan
makanan, melalui faktor produksi menuju kelompok rumahtangga akan memberikan
pengaruh total yang paling tinggi kepada golongan rumahtangga pengusaha pertanian dan
rumahtangga golongan atas di kota. Kedua, jalur subsektor peternakan, melalui faktor
produksi menuju kelompok rumahtangga akan memberikan pengaruh total yang paling
183
tinggi kepada golongan rumahtangga pengusaha pertanian, rumahtangga buruh tani, dan
rumahtangga golongan atas di desa. Sedangkan dari sektor pariwisata, pertama, jalur
subs ektor industri makanan, minuman dan tembakau, melalui faktor produksi menuju
kelompok rumahtangga akan memberikan pengaruh total yang paling tinggi adalah
rumahtangga golongan atas di kota. Kedua, jalur subsektor industri tekstil, pakaian jadi,
alas kaki dan barang dari kulit melalui faktor produksi menuju kelompok rumahtangga
akan memberikan pengaruh total yang paling tinggi kepada golongan rumahtangga
golongan atas di kota.
7. Hasil analisis simulasi kebijakan, bahwa sektor pariwisata lebih besar peranannya dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan yang lebih merata,
dibandingkan dengan sektor pertanian. Namun sektor pertanian dapat menyerap jumlah
tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan sektor pariwisata. Stimulus ekonomi
dengan besaran yang sama diberikan kepada kedua sektor memperlihatkan bahwa
peranan sektor pariwisata menghasilkan total output bruto yang lebih besar dan distribusi
pendapatan yang lebih merata dibandingkan dengan sektor pertanian.
8. Walaupun peranan pariwisata relatif besar dari aspek pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan distribusi pendapatan yang lebih merata, namun kontribusi sektor pertanian dari
aspek ketenagakerjaan juga patut diperhitungkan. Oleh karenanya penerapan strategi
industri pengolahan yang mesinergikan sektor pertanian dan sektor pariwisata yang
menekankan pada industri- industri padat tenaga kerja dalam jangka menengah perlu
diterapkan. Dalam jangka panjang pengembangan industri pengolahan berteknologi
tinggi dan padat kapital perlu pula disikapi dengan baik.
184
7.2. Implikasi Kebijakan
Pembangunan ekonomi Provinsi Bali tahun 2007 yang ditinjau berdasarkan kegiatan
sektoral masih diprioritaskan pada sektor pariwisata. Hal itu pada gilirannya akan
memberikan dampak terhadap peran sektor-sektor ekonomi lainnya. Studi ini menunjukkan
bahwa dua sektor yang memperlihatkan peran besar di provinsi Bali sampai tahun 2007,
sektor pertanian yang mencakup subsektor tanaman ba han makanan, subsektor perkebunan,
subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. dan sektor pariwisata
yang mencakup subs ektor industri makanan, minuman dan tembakau, subsektor industri
tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit, subsektor industri kerajinan dari bahan
galian, subsektor industri barang perhiasan, subsektor restoran dan rumah maka n, subsektor
hotel, subsektor travel biro dan subsektor atraksi budaya. Berdasarkan penjelasan pada bab
sebelumnya, bahwa pariwisata merupakan sektor pemimpin (leading sector), sesuai dengan
hasil analisis ternyata sub-subsektor dari sektor pariwisata memberikan kontribusi tertinggi
terhadap Produk Domestik Regional Bruto, memberikan koefisien tertinggi terhadap output
dan
pendapatan rumahtangga, walaupun tenaga kerja yang diserap lebih rendah
dibandingkan sektor pertanian. Hal ini memberikan implikasi bahwa sektor pertanian ke
depan hendaknya diprioritaskan untuk terus ditingkatka n da lam upaya
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Bali.
Subsektor dari sektor pariwisata yaitu subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau, subsektor industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit, subsektor
industri kerajinan dari ba han galian, subsektor industri ba rang perhiasan da n subsektor restoran
dan rumah makan menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk menarik pertumbuhan sektor
hulunya.
185
Karena rentannya pariwisata dari segi politik dan keamanan, maka pemerintah Bali tidak
saja mengandalkan subsektor dari sektor pariwisata dalam usaha untuk meningkatkan
perekonomiannya, maka sektor lainnya seperti sektor pertanian juga harus diperhatikan, karena
sektor ini dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB terbesar kedua setelah sektor pariwisata,
kurang lebih 60 persen masyarakatnya adalah petani, lahannya yang subur, petaninya ulet dan
sistem pengairannya terorganisir yang terkenal dengan subak.
Seperti subsektor tanaman bahan makanan dan sub sektor peternakan, memberikan
koefisien yang tinggi dalam penyerapan tenaga kerja. Suatu upaya yang dapat dilakukan adalah
memberikan transaksi bisnis yang efektif antara usaha kecil dan agribisnis skala besar dan
agroindustri. Sistim usaha ini dapat dikembangkan melalui suatu kerjasama (joint venture) atau
kemitraan (partnership) dengan kesatuan bisnis yang bervariasi seperti penyedia input (input
suppliers), penyedia mesin dan paralatan (machinery and equipment supplier), petani dan
agroindustri. Untuk mendukung ini pemerintah harus dapat memainkan peran dalam kebijakan
industrialisasi yang pos itip dalam meningkatkan pertanian yaitu dengan merasionalisasi struktur
regulasi dan insentif.
Berdasarkan hasil simulasi peningkatan investasi kepada sektor-sektor potensial yaitu
sektor pertanian dan sektor pariwisata sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, ditemukan
bahwa di satu sisi telah meningkatkan perekonomian provinsi Bali, yang ditunjukkan oleh
peningkatan output, penyerapan tenaga kerja, namun di sisi lain distribusi pendapatan
rumahtangga masih menunjukkan kesenjangan antar golongan rumahtangga. Hal ini memberikan
implikasi bahwa strategi kebijakan pembangunan ekonomi provinsi Bali ke depan tidak hanya
ditujukan untuk mengejar peningkatan output dan tenaga kerja semata, melainkan harus dapat
mengupayakan pemerataan pendapatan antar golongan rumahtangga. Terkait dengan hal ini
186
kebijakan dapat dilakukan dalam jangka pendek yaitu melalui kebijakan bantuan langsung tunai.
Dalam jangka panjang perlu melakukan pemberdayaan bagi rumahtangga berpendapatan rendah
seperti, pemberian bantuan modal usaha dan program pendampingan untuk pembinaan. Selain
itu pe ngembangan sektor-sektor ekonomi yang berdampak langsung pada peningkatan
pendapatan rumahtangga berpendapatan rendah tersebut, perlu diprioritaskan, seperti subsektor
perikanan, kehutanan dan perkebunan dari sektor pertanian yang tidak mampu untuk menarik
sektor hulunya dan juga tidak mampu untuk mendorong sektor hilirnya. Begitu juga terhadap
sektor pariwisata, di mana sub-subsektor yang langsung mempengaruhi sektor pariwisata, seperti
subsektor restoran dan rumah makan, subsektor hotel dan subsektor travel biro juga mempunyai
keterkaitan ke belakang dan ke depan lebih rendah dibandingkan dengan subsektor industri
makanan, minuman dan tembakau dan industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari
kulit. Pemerintah provinsi Bali harus tanggap terhadap temuan ini, sehingga tujuan untuk
mensejahterakan masyarakat dapat tercapai.
Penerapan strategi sektor pertanian dan sektor pariwisata yang padat tenaga kerja.
Khususnya yang berbasis pada bahan baku pertanian, merupakan solusi yang tepat dalam upaya
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengadaan lapangan kerja di Provinsi Bali.
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa implikasi kebijakan dalam studi ini. Dari aspek
makroekonomi, pertama, memberikan stimulus ekonomi berupa suntikan dana dalam menumbuh
kembangkan sektor pertanian dan pariwisata melalui investasi pemerintah dan swasta. Untuk
menciptakan dan mendorong pihak swasta menginvestasikan dananya perlu diberikan
kemudahan dalam bentuk data base, penyediaan infrastruktur, kemudahan sistem administrasi
birokrasi, dan kemudahan pajak. Kedua, memberlakukan kebijakan suku bunga pinjaman
(kredit) lunak, dengan mendorong pihak perbankan dalam melakukan fungsinya dengan
187
sungguh-sungguh. Ketiga, kebijakan-kebijakan yang nyata sepe rti kebijaka n pupuk, pe mbinaan,
pembibitan, melindungi para petani dari tengkulak dan memberikan perlindungan tentang harga
hasil pertanian, serta pemerintah tidak perlu melakukan impor produk-produk hasil pertanian.
Kebijakan-kebijakan yang nyata untuk sektor pariwisata terutama subsektor restoran dan rumah
makan, subsektor hotel dan subsektor travel biro, dengan kebijakan perpajakan, merasionalisasi
struktur regulasi dan insentif.
Dari aspek mikroekonomi, dalam rangka meningkatkan kinerja sektor pertanian perlu
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: Pertama, melakukan percepatan transformasi
industri pengolahan dari skala kecil ke menengah karena terbukti dapat meningkatkan
pendapatan, nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Kedua, perlu tindakan nyata untuk
menciptakan peluang dan memberikan aksesibilitas kepada para pelaku sektor pertanian dan
sektor pariwisata terhadap sumber modal, mengupayakan dan menjamin ketersediaan bahan
baku da n ba han pe nolong de ngan kuantitas yang cukup da n kualitas yang ba ik. Ketiga, prioritas
utama perlu diberikan kepada jenis industri berbasis pertanian (agroindustri) karena
menggunakan komponen lokal yang lebih besar.
Di samping mampu mewujudk an pertumbuhan eko nomi yang tinggi , da n distribusi
pendapatan yang lebih merata bagi sektor pariwisata, sedangkan sektor pertanian yang dapat
mewujudkan kesempatan kerja yang lebih luas. Untuk mempercepat terwujudnya distribusi
pendapatan yang lebih merata, kebijakan redistribusi pendapatan dari rumahtangga golongan atas
ke rumahtangga golongan rendah juga patut dipertimbangkan. Penerapan kebijakan ini hanya
akan mengurangi pedapatan rumahtangga golongan atas lebih kecil daripada dana yang
direalokasikan.
188
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, A. 2000. Impact of Agriculture Trade and Subs idy Policy on The Macroeconomy , Distribution, and environment in Indonesia: A Strategy for Future Industrial Development. The Developing Economies, 38 (4) 547 – 571.
Adelnan, I. 1995. Institution and Development Strategies. The Selected Esay of Irma. University of California Press, Barkley.
Adelman, I. and S. Vogel. 1991. The Relevance of ADLI to Sub-Saharan Africa. Working Paper No. 590. Department of Agricultural and Resource Economics, University of California, California.
Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah: Konsep dan Teori. Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Akita, T. 1991. Industrial Structure and The Sources of Industrial Growth in Indo nesia: An I-O Analysis Between 1971 an 1985. Asian Economic Journal, 5 (2): 139-158.
Alderman, H. and M. Garcia. 1993. Poverty, Household Food Security, and Nutritional in Rural Pakistan. Research Report 96 International Food Policy Research Institute, Washington, DC.
_______________ 2008. Data Perbandingan Pariwisata Bali 1989 dan 2008. Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Bali, N itimandala Renon, Denpasar.
Antara, M. 1999. Dampak Pengeluaran Pemerintah dan Wisatawan terhadap Kinerja Perekonomian Bali: Pendekatan Social Accounting Matrix. Desertasi Doktor. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anwar, M.A. 1983. Pertumbuhan Pertanian dilihat dari Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia, 1960-1980. Disertasi Doktor. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.
Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi YKPN, Yogyakarta.
Ekonomi
Asia - Pacific Economic Cooperation Tourism Working Group. 2002. Best Tourism Satellite Account Development in APEC member Economies. Secretariat , Alexandra Point, Singapore.
Practice
in APEC
Australian Bureau of Statistics. 1994. Framework for the Collection and Tourism Statistics. Australian Bureau of Statistics, Canberra.
Publication
of
189
Azis, I. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia. Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2008. Hasil Registrasi Penduduk Provinsi Bali. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Denpasar.
_________________ 2009 a. Bali dalam Angka; Survey Kepariwisataan di Bali 2004-2008. Lama Tinggal, Pengeluaran Wisatawan, da n Karakteristik Wisatawan. BPS Provinsi Bali, Denpasar.
_________________2009 b. Bali dalam Angka; Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali 2004 – 2008. BPS Provinsi Bali, Denpasar
Badan Pusat Statistik, 2003. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indo nesia Statistik, Jakarta.
2000. Badan Pusat
________________2005. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia Statistik, Jakarta.
2005. Badan Pusat
Budiharsono, S. 1996. Transformasi Struktural dan Pertumbuhan Ekonomi antar Daerah di Indonesia, 1969-1987. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Chung – I Li, Jennifer. 2006 : A 1998 Social Accounting Matrix (SAM) For Thailand, University of North Carolina at Chapel Hill, International Food Policy Research Institute.
Cohen, S. I. 1989. Multiplier Analysis In Social Accounting Matrix and Input Output Framework Evide n For Several Countries. In Frontier of Input-Output Analysis ( Edited by Miller, R.E. Poleske, and A Rose) Oxford University Press. New York, PP 78 – 99.
Cooper , C and J. Fletcher. 1993 Tourism, Principles & Practice Longman Group, Limited, Essex.
Damanik, J. 2010. Merancang Format Baru Pariwisata yang
Menyejahterakan Rakyat.
Daryanto, A. 1999. Structural Change and Determinants of Agriculture’s Relative Decline. Mimbar Sosek : Journal of Agricultural and Resource Sosio Economics, 12 (3): 75-94.
_______ 2001. Peran Sektor Pertanian dalam Pemulihan Ekonomi. Agrimedia, 6 (3): 42- 47.
Daryanto, A, Hafizrianda, Y. 2010. Analisis Input-Output & Social Accounting Matrix, untuk Pembangunan Ekonomi Daerah. Penerbit IPB Press, Cetakan Pertama, Bogor.
De Janvry, A. and E. Sadoulet. 1986. Agricultural Growth in Developing Countries and Agricultural Impor ts: Econometric and General Equilibrium Analysis. Working Paper No.
190
424. Department of California.
Agricultural and
Resource Economics, University of California,
Department of Culture and Tourism. 2007. Bali Tourism Satellite Account.
Dinas Pariwisata, 2008. Data Kepariwisataan. Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Bali, Nitimandala Renon, Denpasar.
_______________ 2008. Bali Tourism Statistics. Dinas Pariwisata Daerah Tingkat I Bali, Nitimandala Renon, Denpasar.
Djojohadikusumo, S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan Pembangunan. Pustaka LP3ES, Jakarta.
Ekonomi
Ghalib, R. 2005. Ekonomi Regional, edisi pertama, Pustaka Ramadhan,
Bandung.
Ginting, R. 2006. Dampak Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan dan Distribusi Pendapatan di Sumatera Utara: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Glasson, J. terjemahan Aris Yakub (1990). Pengenalan Perencanaan Wilayah, Konsep Teori, dan Amalan, Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidika n Malaysia, Kuala Lumpur.
Greenfield,C.C. 1985. A Social Accounting Matrix for Bostwana 1974 – 1975, in Social Accounting Matrix, A Basic for Planning. Edited by Pyaat and Round. A World Bank Symposium. P. 126 – 144.
Hall, C.M. 1994. Tourism in the Pacific Rim: Development, Impacts and Markets. Ausralia Pty Ltd, M elbo urne.
Longman
Hafizrianda, Y. 2007. Dampak Pembangunan Sektor Pertanian terhadap Distribusi Pendapatan dan Pereko nomian Regional Provinsi Papua: Suatu Analisis Mode l Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi Doktor. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Heriawan, R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia. Suatu Pendekatan Model I–O dan Social Accounting Matrix. Disertasi Doktor. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hery,
S. 2007. Dampak Kebijakan Ekonomi Di Sektor Agroindustri terhadap Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Indonesia: Dengan Pendekatan Social Accounting Matrix. Disertasi Doktor. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hayami, Y. and V.W. Ruttan. 1971. Agriculture Develop ment: An International Perspective. The Johns Hopkins Press, London.
191 Hoover, E,M. and F. Giarratani. 2002. An Introduction to Regional Economics. Regional Research Institute West Virginia University, West Virginia. Isard,W, I.J. Azis, M.P. Drennan, R.E. Miller, S. Saltzman and E. Thorbcke. 1998. Methods of Interregional and Regional Analysis. Ashgate, Aldershot. Ismail, M. 1995. Pertumbuhan dan Pemerataan, Analisis Teori dan Bukti Empirik. Prisma, 24 (1) : 3-15. Jennifer Chung – I Li. 2006. Social Accounting Matrix (SAM) for Thailand, Trade and
Macroeconomics Division International Food Policy Research Institute. University Of North Caroline at Chapel Hill.
Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasryno, F. dan J.F. Stepanek. 1985. Dinamika Pembangunan Pedesaan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Khan, H.A. and E. Thorbecke. 1989. Macroeconomic Effects of Technology Choic: Multiplier and Structural Path Analysis Within a SAM Framework. Journal of Policy Modelling, 11(1) : 131-156.
Krugman, P. 1979. A Model of Innovation, Technology Transfer and the World Distribution of Income. Journal of Political Economy, 87 : 253-256.
Kuznets, S. 1955. Economic Growth and Income Inequality. American Economic Review, 45 (1) : 1-28.
Mankiw, G. 2003. Macroeconomics. Fourth Edition. Worth Publishers, New
York.
Nicholson, W. 2000. Intermediate Microeconomics And Its Application, Eight Edition. Harcourt College Publisher, Massachusetts.
Nokkala, M. 2002. Social Accounting Matrix and Sectoral Analysis: The Case of Agricultural Sector Investment in Zambia. Pakistan-report 10. pdf.
Pyaat , G. and I.J. Round. 1985. Social Accounting Matrix : A Basic For Planning. The World bank, Washington , DC.
Pemerintah Daerah Provinsi Bali, 1989. Pola Dasar Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Bali Tahun 1988 -1993. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingka t I Bali Nomor 9 Tahun 1988 . Pemerintah Daerah Tingkat I Bali, Denpasar.
Romer, D.1996. Advanced Macroeconomics. The McGraw-Hill Companies, Inc, New York.
192
Siregar, M. 1993. Income and Employment Impack of Indonesia Agricultural Sectors. Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 41 (4): 425-440.
Stabler, J, Papatheodorou, A, and Sinclair, M. 2010. The Economics of Tourism, Second Edition, Stimultaneous ly published in the USA and Canada by Routledge, 270 Madison Avenue, New York, NY 10016.
Stynes J. Daniel. 2003. Economic of Tourism. International Journal.
Sumartono. 1985. Studi Analisis Keterkaitan dan Ketergantungan Sektor Pertanian dalam Struktur Perekonomian di Indonesia. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sundrum, R. M. 1988. Indonesia’s Slow Economic Growth: 1981-1986, Bulletin of Indonesia Economic Studies, 24 (1): 37-72.
Suryahadi, A., D. Suryadarma, S. Sumarno dan J. Moyneaux. 2006. Agricultural Demand Linka ges and Growth Multiplier in Rural Indo nesia. SMERU Research Institute, Jakarta.
Syrquin, M and H.B Chenery. 1989. Three Decades of Industrialization. The Wor ld Bank Economic Review, 3 (2): 145-181.
Thorbecke, E. 1985. The Social Acounting Matrix and Consistency Type Planning Model, in A World Bank. Symposium Social Accounting Matrix Model ( Edited by Pyaat, G and J.I. Round). The World Bank, Washington, DC, USA P. 207- 256.
Thorbecke. E. and H.E. Babcock. 2000. The Use Of Accounting Matrix in Modelling, Profesor of Economics and Food Economics. Cornell University, Revised Version.
Todaro, M.P. 2.000. Economic Development. Sevent edition. Pearson Education Limited , New York.
United Nation and World Tourism Organization. 1994. Statistics. New York.
Recommendation and Tourism
Wahyu, E.N. 2008. Analisis Sumber Pertumbuhan, Keterkaitan dan Distribusi Pendapatan dalam Proses Peruba han Struktural Eko nomi. Provins i Jawa Barat. Disertasi Doktor. Progr am Pascasarjana, I nstitut Pertanian Bogor, Bogor.
Wagner, JE. 1999. Development a Social Accounting Matrix to Examine Tourism in The Area de Protecao Ambiental de Guaraquecaba. Brazil. Working Paper No. 58. Southeastern Center for Forest Economics Research. Research Triangle Park, Syracuse.
Wie, T.K. 1981. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Beberapa Pendekatan Alternatif. LP3ES . Hal. 3 – 36.
193
Wood, K. 2005. Pro-Poor Tourism as a Means of Sustainable Uctuba mba Valley. Nor thern Peru.
Development
in
the
World Tourism Organization. 1994. Concepts, Difinitions and Clasifications for Tourism Statistics. Technical Manual No.1. Collection of Tourism Expenditure, Madrid.
____________________ 1995 a. The General Guidelines for Developing The tourism Satellite Account (TSA). Measuring of Total Tourism Demand Volume 1. WTO Departmen of Statistics Economic Measurement of Tourism, Madrid.
_____________________ 1995 b. Concepts, Definitions and Classifications for Tourism Statistics. Technical Manual No.1. World Tourism Organization, Madrid.
Yotopoulus, P.A. and J.B. Nuggent. 1976. Economics of Development: Empirical Investigation. Harper International Edition, Times Printed Sdn. Bhd, Singapore.
194
LAMPIRAN
195
Lampiran 1. Klasifikasi SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Neraca
Lainnya
Sektor
Tenagakerja
Pertanian Produksi, operator alat angkut, operator angkutan dan buruh kasar Tata usaha, penjualan, jasa-jasa
Kepemimp inan, ketatalak-sanaan, militer, profesio-nal dan teknisi Bu kan Tenaga Kerja
Pertanian Rumahtangga
Institusi
Kode 1 2 3
Urai an Sektor
FaktorProduksi
Bu kan Pertanian
Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji Penerima upah/gaji Bukan penerima upah/gaji
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Buruh Tani Pengusaha Pertanian Go longan Rendah di Desa BAK d i Desa Go longan Atas di Desa Go longan Rendah di Kota BAK d i Kota Go longan Atas di Kota
Perusahaan Pemerintah Tanaman bahan makanan Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan Pertambangan Industri makanan, minuman dan tembakau Industri tekstil, pakaian jadi, alas kaki dan barang dari kulit Industri kayu Industri kertas, barang dari kertas dan karton Industri kimia, brg dr kimia, karet dan plastik Bahan bakar minyak Industri kerajinan dari bahan galian Industri karoseri dan alat angkutan Industri barang perhiasan Listrik dan Air minus Bangunan Perdagangan Restoran dan rumah makan Hotel Anghutan umum darat dan angkutan darat lainnya Angkutan laut antar pulau/negara Angkutan udara Travel b iro Ko munikasi, pos, giro Perbankan Jasa Pemerintahan Umu m Atraksi budaya Neraca Kapital Pajak Tidak langsung Luar Negeri Total
196
Lampiran 2. Tabel SAM Provinsi Bali tahun 2007 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
1 - - - - - - - - - 10,913 187,769 170,033 15,440 56,905 91,797 10,652 111,831 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 655,340
2 - - - - - - - - - 6,915 370,461 133,691 50,116 169,097 9,068 938 12,283 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 752,568
3 47,184 398,857 1,201,622 333,588 88,138 1,344,124 158,642 328,366 3,900,521
4 34,845 583,578 124,491 9,315 148,954 250,001 5,052 26,184 1,182,420
5 6,352 319,480 131,752 19,617 736,715 964,038 241,865 1,353,317 3,773,136
6 - - - - - - - - - 13,704 345,061 235,025 11,160 53,695 234,076 19,321 219,803 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1,131,844
7 - - - - - - - - - 2,439 204,685 269,042 31,560 703,565 262,089 5,951 1,405,946 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2,885,278
197
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
8 - - - - - - - - - 617 25,469 59,182 2,077 8,330 33,464 2,382 74,699 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 206,222
9 - - - - - - - - - 4,391 104,321 173,875 70,228 920,052 657,030 360,387 1,914,047 12,729,066 2,195,302 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 7,097,872 26,226,570
10 4 33 29 24 38 57 30 101 1,412 2,192 13,434 3,714 20,585 18 10,885 0 14,481 3,889 1,915 197 211 545 6 119 92 2,630 9,221 595 1,377 12,748 1,064 8,195 795 4,300 16,023 24 4,768 278 212 136,241
11 29 219 191 157 250 373 195 660 9,273 17,105 297,806 79,068 438,244 534 231,745 0 282,335 65,789 32,392 4,913 5,571 14,389 168 2,965 2,430 70,856 162,448 41,575 26,841 171,228 19,536 150,497 14,592 78,963 301,651 668 81,904 5,381 4,209 2,617,149
12 35 265 232 191 304 453 236 801 11,251 6,061 282,004 71,703 397,423 586 210,159 0 252,801 62,176 30,613 5,713 6,429 16,603 194 3,448 2,803 84,862 138,998 100,871 24,033 149,578 18,459 142,195 13,787 74,607 326,437 437 86,449 7,043 8,288 2,538,527
13 - - - - - - - - - 48 364 318 262 417 622 324 1,100 15,449 27,664 59,061 15,092 83,649 123 44,234 0 59,892 12,552 6,180 1,487 1,794 4,633 54 897 782 22,709 - 29,904 32,401 5,694 29,686 4,170 32,124 3,115 16,855 72,341 155 17,963 1,151 - 2,740 608,004
14 - - - - - - - - - 42 313 274 225 359 534 279 945 13,281 10,440 295,912 83,711 463,983 662 245,356 0 341,182 70,317 34,622 7,808 10,382 26,813 313 4,712 4,527 118,515 - 178,141 86,337 32,436 171,657 21,276 163,901 15,891 85,996 370,923 551 99,646 5,262 - 15,077 2,982,601
198
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
15 - - - - - - - - - 58 435 381 313 498 743 388 1,314 18,456 27,055 410,660 95,447 529,027 914 279,751 0 447,314 87,953 43,305 11,806 16,153 41,717 487 7,125 7,044 182,363 - 206,787 193,329 42,525 199,647 29,346 226,069 21,919 118,614 466,979 675 130,293 70,607 - 25,632 3,943,127
16 - - - - - - - - - 98 737 644 530 844 1,258 657 2,225 31,259 54,509 77,865 17,301 95,893 186 50,709 0 100,288 16,428 8,088 2,702 3,925 10,138 118 1,631 1,712 42,374 - 98,531 87,078 9,534 40,133 6,056 46,653 4,523 24,478 91,815 237 28,045 16,035 - 7,187 982,426
17 156 1,176 1,028 845 1,346 2,006 1,047 3,549 49,857 72,462 304,021 63,660 352,845 842 186,586 0 517,805 80,385 39,579 15,864 32,990 85,200 994 9,574 14,386 251,586 525,571 1,557,631 49,227 166,819 40,845 314,647 30,507 165,090 405,780 11,335 176,872 65,698 35,998 5,635,812
18 1,914 17,226 7,567 17,993 31,068 10,661 61,898 89,154 354,768 1,040,131 5,353,857 6,501,264 13,487,501
19 6,438 54,710 28,351 44,170 59,914 77,934 111,614 84,549 144,895 584,727 2,887,132 847,418 871,184 374,821 6,177,857
20 65,214 237,826 314 838 187 532 233 753 3,603,845 - - - - - - - - - - 135,914 145 13,094 393 - - - 2,053 604 74 129,145 624 - 4,570 208 - 6,560 53,936 4,039 - 21,156 1,015 4,986 2,687 - 6,681 - 16,741 - 34,542 - 4,348,908
21 37,416 49,569 2,385 355 1,857 211 448 322 605,796 - - - - - - - - - - - 48,759 3,588 4,758 - - 1,358 3,796 1,971 1,030 26,961 9,025 - 749 966 36 4,973 25,551 8,977 - 5,173 481 2,362 1,273 249 6,556 - 20,053 - 9,082 - 886,087
199
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
22 23 24 269,694 234 282,782 185,366 214 279,593 25,951 46 15,025 835 14 1,184 20,755 44 12,571 1,027 3 2,749 13,549 9 2,786 299 9 2,405 1,631,637 1,702 768,024 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 19,941 - 1,857 19,559 6 1 1,882,044 - 2 3,599 17 - - 115,149 - - 499,681 7 24,894 1,023 29 14,382 5,425 22 1,588 474 24 382 11,953 32 430 12,160 51 240,836 5 0 1,149 9 314 278 0 7,675 32,801 0 333 12,987 32 11,261 595,603 49 109,175 2,906 14 289 - - 59,334 29 23,644 22,397 1 2,088 55,058 4 10,092 29,667 2 5,438 2,146 1 787 21,817 17 6,871 - - 69,123 14 129,915 - - 33,434 6 12,800 - - 5,543,677 2,643 2,087,320
25
26
66,928 39,649 20,624 149,084 32 3 59 249 6,216 391 20 50 5,723 1,725 30 652 505 159 86 2,175 134 679 4,807 299,981
102,816 94,267 7,391 4,923 5,755 6,605 480,928 1,808,396 280,194 186,095 908 158,609 7,939 214,671 206 377 2,118 3,119 26,808 3,359 2,399 6,422 3,617 274,364 31,372 176 37,147 5,174 25,363 13,719 5,606 15,771 26,749 35,035 3,878,397
28 - - - - 297,303 153,809 151,683 42,742 85,286 27,817 11,916 1,115 25,764 5,881 3,137 1,043 986,695 500,224 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1,395 2 - - 330 33,057 - - 5 - 7,099 - 1,348,365 2,091 816 552,801 13,273 8,167 68,428 27,020 44,046 34,626 - 269 10,762 2,202 46,217 15,116 18,588 14,134 1,053 2,443 446,932 189,547 14,976 1,621 961 - 61,213 38,978 55,197 3,568 79,426 17,522 24,050 10,526 22,549 16,796 30,583 32,707 - - 36,519 6,706 - - 29,773 41,612 - - 3,924,338 1,784,143 27
200
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
29
30
- - 9,249 6,967 726 36 280 220 41,950 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 58,502 3,293 1,717 - 117 207 1,897 1 12,778 - - 1,222 240 1,181 658 229 1,300 - 1,127 - 4,138 - 148,036
- - 108,410 16,528 36,108 702 11,497 1,981 206,744 - - - - - - - - - - 36 31,542 - - - - 12,182 36,586 - 24,609 245,595 93,747 - 1,658 7,724 7,649 1,697 117,276 - - 13,035 2,207 10,841 5,842 10,269 33,731 - 16,201 - 1,464 - 1,055,861
31
32 -
- - - - -
7,888 1,662 2,580 73 987 166 25,027 30 2,734 18,166 234 991 134 65 2,497 11,981 531 609 217 588 7,808 302 1,956 147 722 389 505 3,123 795 1,468 94,374
33
34
35
16,843 4,024 5,461 179 2,263 378 107,238 263 128 674 1,078 18,004 15,628 6,641 14,055 72 9,404 1,219 5,076 1,997 869 564 1,354 2,880 7,185 6,314 229,790
- - 13,158 2,958 4,285 131 1,708 286 41,405 - - - - - - - - - - - 223 156 1 4 5 579 759 10,275 4,247 2,372 33,323 291 1,627 10,553 4,132 42 15,377 703 - 2,475 1,265 1,489 871 492 1,325 - 6,596 7,927 171,039
- - 161,630 37,478 52,521 1,660 21,349 3,569 553,287 - - - - - - - - - - - - - - - - 14 2,206 - 1,837 1,077 35,651 3 314,831 557 21,028 2,305 67,941 1,834 7,508 6,402 2,735 11,698 3,396 1,855 12,793 - 29,746 - 14,571 - 1,371,484
201
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
36 - - 543,539 124,121 176,818 5,492 71,166 11,911 853,400 - - - - - - - - - - - 52 - 31,019 - 317,699 - 17,330 821,050 6,798 54,634 236,253 583,808 142,201 109,187 11,933 222,621 467,112 7,146 6,981 45,127 19,827 43,180 23,307 2,621 126,628 - 126,882 - 91,074 - 5,300,917
37 - - 1,138,862 64,480 737,049 21,487 296,777 14,840 1,750,011 - - - - - - - - - - 86 - - - - - - 1,768 231,045 14,995 224,799 147,690 65,426 93,697 169,490 28,487 148,682 213,281 75,296 39,493 122,204 14,865 19,716 10,941 242,755 592,200 - 148,056 - 523,483 - 7,151,961
38 511,137 85,498 45,216 4,674 66,051 15,349 2,637,294 217,672 32,302 848,793 2,083 211,831 1,110,383 26,337 242 19,839 11,322 115,250 402 7,466 10,929 283,766 97,376 623,458 48,399 1,514 51,780 13,297 60,808 31,098 51,316 140,109 78,189 183,300 7,644,481
39 49,441 10,026 287,432 695,818 33,670 9,588 2,720,149 215,963 10,899 337,303 184 64,136 2 220,087 27,957 181 35,308 19,530 87,814 714 2,923 12,952 572,387 84,652 236,669 190,329 13,405 29,449 7,987 32,668 19,118 73,496 137,406 60,918 368,109 6,668,670
40 4,117 1,679 165,855 113,960 5,510 1,650 725,068 3,538 2,529 289 1,242 3,285 132,206 928 986 1,542 4,208 11,544 37,043 17,426 1,545 6,823 3,140 3,520 198,831 7,004 15,471 396,338 59,766 1,927,041
41 - - 2,117 1,688 68,816 6,921 8,116 6,495 177,596 - - - - - - - - - - - - - - - - 934 140 - 219 105 38,509 - 97 636 2,608 4,469 10,300 8,996 782 2,398 194 952 30,601 1,948 9,869 - 32,621 - 9,748 - 427,874
42 - - 263,748 308,981 43,130 11,393 6,014 4,890 1,487,338 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 7,520 66 298,901 - 2,715 1,576 18,841 29,498 78,095 570,981 10,985 6,009 1,470 712,601 173,934 20,235 182,854 - 26,373 - 19,552 - 4,287,700
202
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
43
44
45
46
47
- - 57,587 24,621 85,108 5,363 19,101 1,552 568,077 - - - - - - - - - - - - - - - - 1,086 4,358 546 4,880 822 37,951 12 729 3,025 7,121 64,301 13,009 35,098 129,247 16,697 28,184 39,697 32,778 34,306 17,169 - 16,989 - 25,693 - 1,275,105
2,137 252 118,564 2,799 18,346 1,352 764,848 419 178 36,549 672 52,242 13 1,202 1,592 71,188 83,657 21,278 13,506 12,278 90,104 869 25,969 1,062 88,000 23,390 9,172 19,552 1,461,189
30,412 1,270 133,605 54,693 53,981 7,703 2,813,308 0 93 582 840 6 57,657 13,881 91,303 22 1,084 4,522 64,474 223,415 39,674 30,151 112,009 8,445 1,912 20,389 7,352 110,364 226,286 45,837 13,132 4,168,404
113,673 22,211 1,205,667 37,242 2,114,774 49,217 186,462 242 7 1,536 47 5,764 1,633 3,260 16 8,334 2,052 4,351 167,794 4,531 29,290 10,709 3,649 596 27,125 3,287 1,561 32,357 69,218 4,106,604
- - 201,994 176,059 408,636 146,743 78,638 60,502 1,839,434 - - - - - - - - - - 1,012 62 359 364 254 - 2,519 62,502 2,088 28,799 132,679 93,450 608 85,473 90,138 30,487 92,861 117,642 24,575 1,992 12,941 7,707 17,665 6,606 53,431 167,501 - 14,453 - 72,143 - 4,032,319
203
Lampiran 2. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
48
49 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 93,780 16,197 22,013 (25,942) 1,439 (39,917) 44,965 249,256 (135,660) (104,742) 14,993 (830,688) (217,775) 618,647 (58,514) - 4,016,695 378,227 - - 29,104 7,119 34,964 18,840 - - - 507,895 - - 1,755,601 6,396,496
50 1,622,525 1,622,525
58 1,987 797 194 2,112 2,799 569 4,939 108,536 517,685 113,459 14,813 (131,426) (54,728) 276,474 (4,010) (282,283) 1,717,852 92,436 (132,883) (20,833) (1,263,509) (354,685) (1,124,131) (311,035) (625,604) 1,634,579 4,425,190 6,127,417 283,324 80,937 1,942,392 513,057 140,237 268,925 1,205,390 657,872 15,828,899
Total 655,340 752,568 3,900,521 1,182,420 3,773,136 1,131,844 2,885,278 206,222 26,226,570 136,241 2,617,149 2,538,527 608,004 2,982,601 3,943,127 982,426 5,635,812 13,487,501 6,177,857 4,348,908 886,087 5,543,677 2,643 2,087,320 299,981 3,878,397 3,924,338 1,784,143 148,036 1,055,861 - 94,374 229,790 171,039 1,371,484 5,300,917 7,151,961 7,644,481 6,668,670 1,927,041 427,874 4,287,700 1,275,105 1,461,189 4,168,404 4,106,604 4,032,319 6,396,496 1,622,525 15,828,899
204
Lampiran 3. M atriks Koefisien Teknis SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
1 - - - - - - - - - 0.0167 0.2865 0.2595 0.0236 0.0868 0.1401 0.0163 0.1706 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1.0000
2 - - - - - - - - - 0.0092 0.4923 0.1776 0.0666 0.2247 0.0120 0.0012 0.0163 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1.0000
3
4
5
6
0.0121 0.1023 0.3081 0.0855 0.0226 0.3446 0.0407 0.0842 1.0000
0.0295 0.4935 0.1053 0.0079 0.1260 0.2114 0.0043 0.0221 1.0000
0.0017 0.0847 0.0349 0.0052 0.1953 0.2555 0.0641 0.3587 1.0000
- - - - - - - - - 0.0121 0.3049 0.2076 0.0099 0.0474 0.2068 0.0171 0.1942 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1.0000
7 - - - - - - - - - 0.0008 0.0709 0.0932 0.0109 0.2438 0.0908 0.0021 0.4873 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1.0000
205
Lampiran 3. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
8
9
10
11
12
13
14
- - - - - - - - - 0.0030 0.1235 0.2870 0.0101 0.0404 0.1623 0.0116 0.3622 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1.0000
- - - - - - - - - 0.0002 0.0040 0.0066 0.0027 0.0351 0.0251 0.0137 0.0730 0.4854 0.0837 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.2706 1.0000
0.0000 0.0002 0.0002 0.0002 0.0003 0.0004 0.0002 0.0007 0.0104 0.0161 0.0986 0.0273 0.1511 0.0001 0.0799 0.0000 0.1063 0.0285 0.0141 0.0014 0.0015 0.0040 0.0000 0.0009 0.0007 0.0193 0.0677 0.0044 0.0101 0.0936 0.0078 0.0602 0.0058 0.0316 0.1176 0.0002 0.0350 0.0020 0.0016 1.0000
0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0003 0.0035 0.0065 0.1138 0.0302 0.1675 0.0002 0.0885 0.0000 0.1079 0.0251 0.0124 0.0019 0.0021 0.0055 0.0001 0.0011 0.0009 0.0271 0.0621 0.0159 0.0103 0.0654 0.0075 0.0575 0.0056 0.0302 0.1153 0.0003 0.0313 0.0021 0.0016 1.0000
0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0003 0.0044 0.0024 0.1111 0.0282 0.1566 0.0002 0.0828 0.0000 0.0996 0.0245 0.0121 0.0023 0.0025 0.0065 0.0001 0.0014 0.0011 0.0334 0.0548 0.0397 0.0095 0.0589 0.0073 0.0560 0.0054 0.0294 0.1286 0.0002 0.0341 0.0028 0.0033 1.0000
- - - - - - - - - 0.0001 0.0006 0.0005 0.0004 0.0007 0.0010 0.0005 0.0018 0.0254 0.0455 0.0971 0.0248 0.1376 0.0002 0.0728 0.0000 0.0985 0.0206 0.0102 0.0024 0.0030 0.0076 0.0001 0.0015 0.0013 0.0373 - 0.0492 0.0533 0.0094 0.0488 0.0069 0.0528 0.0051 0.0277 0.1190 0.0003 0.0295 0.0019 - 0.0045 1.0000
- - - - - - - - - 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0003 0.0045 0.0035 0.0992 0.0281 0.1556 0.0002 0.0823 0.0000 0.1144 0.0236 0.0116 0.0026 0.0035 0.0090 0.0001 0.0016 0.0015 0.0397 - 0.0597 0.0289 0.0109 0.0576 0.0071 0.0550 0.0053 0.0288 0.1244 0.0002 0.0334 0.0018 - 0.0051 1.0000
206
Lampiran 3. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
15 - - - - - - - - - 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0003 0.0047 0.0069 0.1041 0.0242 0.1342 0.0002 0.0709 0.0000 0.1134 0.0223 0.0110 0.0030 0.0041 0.0106 0.0001 0.0018 0.0018 0.0462 - 0.0524 0.0490 0.0108 0.0506 0.0074 0.0573 0.0056 0.0301 0.1184 0.0002 0.0330 0.0179 - 0.0065 1.0000
16 - - - - - - - - - 0.0001 0.0008 0.0007 0.0005 0.0009 0.0013 0.0007 0.0023 0.0318 0.0555 0.0793 0.0176 0.0976 0.0002 0.0516 0.0000 0.1021 0.0167 0.0082 0.0028 0.0040 0.0103 0.0001 0.0017 0.0017 0.0431 - 0.1003 0.0886 0.0097 0.0409 0.0062 0.0475 0.0046 0.0249 0.0935 0.0002 0.0285 0.0163 - 0.0073 1.0000
17
18
19
0.0000 0.0002 0.0002 0.0001 0.0002 0.0004 0.0002 0.0006 0.0088 0.0129 0.0539 0.0113 0.0626 0.0001 0.0331 0.0000 0.0919 0.0143 0.0070 0.0028 0.0059 0.0151 0.0002 0.0017 0.0026 0.0446 0.0933 0.2764 0.0087 0.0296 0.0072 0.0558 0.0054 0.0293 0.0720 0.0020 0.0314 0.0117 0.0064 1.0000
0.0001 0.0013 0.0006 0.0013 0.0023 0.0008 0.0046 0.0066 0.0263 0.0771 0.3969 0.4820 1.0000
0.0010 0.0089 0.0046 0.0071 0.0097 0.0126 0.0181 0.0137 0.0235 0.0946 0.4673 0.1372 0.1410 0.0607 1.0000
20 0.0150 0.0547 0.0001 0.0002 0.0000 0.0001 0.0001 0.0002 0.8287 - - - - - - - - - - 0.0313 0.0000 0.0030 0.0001 - - - 0.0005 0.0001 0.0000 0.0297 0.0001 - 0.0011 0.0000 - 0.0015 0.0124 0.0009 - 0.0049 0.0002 0.0011 0.0006 - 0.0015 - 0.0038 - 0.0079 - 1.0000
21 0.0422 0.0559 0.0027 0.0004 0.0021 0.0002 0.0005 0.0004 0.6837 - - - - - - - - - - - 0.0550 0.0040 0.0054 - - 0.0015 0.0043 0.0022 0.0012 0.0304 0.0102 - 0.0008 0.0011 0.0000 0.0056 0.0288 0.0101 - 0.0058 0.0005 0.0027 0.0014 0.0003 0.0074 - 0.0226 - 0.0102 - 1.0000
207
Lampiran 3. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
22 0.0486 0.0334 0.0047 0.0002 0.0037 0.0002 0.0024 0.0001 0.2943 - - - - - - - - - - 0.0036 0.0035 0.3395 0.0006 - - 0.0901 0.0002 0.0010 0.0001 0.0022 0.0022 0.0000 0.0002 0.0001 0.0059 0.0023 0.1074 0.0005 - 0.0107 0.0040 0.0099 0.0054 0.0004 0.0039 - 0.0125 - 0.0060 - 1.0000
23 0.0885 0.0809 0.0176 0.0053 0.0167 0.0012 0.0035 0.0035 0.6440 - - - - - - - - - - - 0.0022 - 0.0063 - - 0.0028 0.0110 0.0083 0.0091 0.0120 0.0194 0.0000 0.0033 0.0000 0.0001 0.0121 0.0184 0.0053 - 0.0112 0.0003 0.0017 0.0009 0.0003 0.0066 - 0.0053 - 0.0024 - 1.0000
24 0.1355 0.1339 0.0072 0.0006 0.0060 0.0013 0.0013 0.0012 0.3679 0.0009 0.0000 0.0000 0.0552 0.0119 0.0069 0.0008 0.0002 0.0002 0.1154 0.0002 0.0037 0.0002 0.0054 0.0523 0.0001 0.0113 0.0010 0.0048 0.0026 0.0004 0.0033 0.0622 0.0061 1.0000
25
26
27
28
0.2231 0.1322 0.0688 0.4970 0.0001 0.0000 0.0002 0.0008 0.0207 0.0013 0.0001 0.0002 0.0191 0.0058 0.0001 0.0022 0.0017 0.0005 0.0003 0.0072 0.0004 0.0023 0.0160 1.0000
0.0265 0.0243 0.0019 0.0013 0.0015 0.0017 0.1240 0.4663 0.0722 0.0480 0.0002 0.0409 0.0020 0.0554 0.0001 0.0001 0.0005 0.0008 0.0069 0.0009 0.0006 0.0017 0.0009 0.0707 0.0081 0.0000 0.0096 0.0013 0.0065 0.0035 0.0014 0.0041 0.0069 0.0090 1.0000
- - 0.0758 0.0387 0.0217 0.0030 0.0066 0.0008 0.2514 - - - - - - - - - - - 0.0004 - 0.0001 - 0.0000 0.0018 0.3436 0.0002 0.0034 0.0174 0.0112 - 0.0027 0.0118 0.0047 0.0003 0.1139 0.0038 0.0002 0.0156 0.0141 0.0202 0.0061 0.0057 0.0078 - 0.0093 - 0.0076 - 1.0000
- - 0.0862 0.0240 0.0156 0.0006 0.0033 0.0006 0.2804 - - - - - - - - - - - 0.0000 - 0.0185 - - - 0.0012 0.3098 0.0046 0.0151 0.0194 0.0002 0.0012 0.0085 0.0079 0.0014 0.1062 0.0009 - 0.0218 0.0020 0.0098 0.0059 0.0094 0.0183 - 0.0038 - 0.0233 - 1.0000
208
Lampiran 3. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
29
30
- - 0.0625 0.0471 0.0049 0.0002 0.0019 0.0015 0.2834 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.3952 0.0222 0.0116 - 0.0008 0.0014 0.0128 0.0000 0.0863 - - 0.0083 0.0016 0.0080 0.0044 0.0015 0.0088 - 0.0076 - 0.0280 - 1.0000
- - 0.1027 0.0157 0.0342 0.0007 0.0109 0.0019 0.1958 - - - - - - - - - - 0.0000 0.0299 - - - - 0.0115 0.0347 - 0.0233 0.2326 0.0888 - 0.0016 0.0073 0.0072 0.0016 0.1111 - - 0.0123 0.0021 0.0103 0.0055 0.0097 0.0319 - 0.0153 - 0.0014 - 1.0000
31 -
32
33
34
35
0.0836 0.0176 0.0273 0.0008 0.0105 0.0018 0.2652 0.0003 0.0290 0.1925 0.0025 0.0105 0.0014 0.0007 0.0265 0.1270 0.0056 0.0065 0.0023 0.0062 0.0827 0.0032 0.0207 0.0016 0.0076 0.0041 0.0054 0.0331 0.0084 0.0156 1.0000
0.0733 0.0175 0.0238 0.0008 0.0098 0.0016 0.4667 0.0011 0.0006 0.0029 0.0047 0.0784 0.0680 0.0289 0.0612 0.0003 0.0409 0.0053 0.0221 0.0087 0.0038 0.0025 0.0059 0.0125 0.0313 0.0275 1.0000
- - 0.0769 0.0173 0.0251 0.0008 0.0100 0.0017 0.2421 - - - - - - - - - - - 0.0013 0.0009 0.0000 0.0000 0.0000 0.0034 0.0044 0.0601 0.0248 0.0139 0.1948 0.0017 0.0095 0.0617 0.0242 0.0002 0.0899 0.0041 - 0.0145 0.0074 0.0087 0.0051 0.0029 0.0077 - 0.0386 - 0.0463 - 1.0000
- - 0.1179 0.0273 0.0383 0.0012 0.0156 0.0026 0.4034 - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0000 0.0016 - 0.0013 0.0008 0.0260 0.0000 0.2296 0.0004 0.0153 0.0017 0.0495 0.0013 0.0055 0.0047 0.0020 0.0085 0.0025 0.0014 0.0093 - 0.0217 - 0.0106 - 1.0000
209
Lampiran 3. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
36 - - 0.1025 0.0234 0.0334 0.0010 0.0134 0.0022 0.1610 - - - - - - - - - - - 0.0000 - 0.0059 - 0.0599 - 0.0033 0.1549 0.0013 0.0103 0.0446 0.1101 0.0268 0.0206 0.0023 0.0420 0.0881 0.0013 0.0013 0.0085 0.0037 0.0081 0.0044 0.0005 0.0239 - 0.0239 - 0.0172 - 1.0000
37 - - 0.1592 0.0090 0.1031 0.0030 0.0415 0.0021 0.2447 - - - - - - - - - - 0.0000 - - - - - - 0.0002 0.0323 0.0021 0.0314 0.0207 0.0091 0.0131 0.0237 0.0040 0.0208 0.0298 0.0105 0.0055 0.0171 0.0021 0.0028 0.0015 0.0339 0.0828 - 0.0207 - 0.0732 - 1.0000
38
39
40
41
0.0669 0.0112 0.0059 0.0006 0.0086 0.0020 0.3450 0.0285 0.0042 0.1110 0.0003 0.0277 0.1453 0.0034 0.0000 0.0026 0.0015 0.0151 0.0001 0.0010 0.0014 0.0371 0.0127 0.0816 0.0063 0.0002 0.0068 0.0017 0.0080 0.0041 0.0067 0.0183 0.0102 0.0240 1.0000
0.0074 0.0015 0.0431 0.1043 0.0050 0.0014 0.4079 0.0324 0.0016 0.0506 0.0000 0.0096 0.0000 0.0330 0.0042 0.0000 0.0053 0.0029 0.0132 0.0001 0.0004 0.0019 0.0858 0.0127 0.0355 0.0285 0.0020 0.0044 0.0012 0.0049 0.0029 0.0110 0.0206 0.0091 0.0552 1.0000
0.0021 0.0009 0.0861 0.0591 0.0029 0.0009 0.3763 0.0018 0.0013 0.0002 0.0006 0.0017 0.0686 0.0005 0.0005 0.0008 0.0022 0.0060 0.0192 0.0090 0.0008 0.0035 0.0016 0.0018 0.1032 0.0036 0.0080 0.2057 0.0310 1.0000
- - 0.0049 0.0039 0.1608 0.0162 0.0190 0.0152 0.4151 - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0022 0.0003 - 0.0005 0.0002 0.0900 - 0.0002 0.0015 0.0061 0.0104 0.0241 0.0210 0.0018 0.0056 0.0005 0.0022 0.0715 0.0046 0.0231 - 0.0762 - 0.0228 - 1.0000
42 - - 0.0615 0.0721 0.0101 0.0027 0.0014 0.0011 0.3469 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0018 0.0000 0.0697 - 0.0006 0.0004 0.0044 0.0069 0.0182 0.1332 0.0026 0.0014 0.0003 0.1662 0.0406 0.0047 0.0426 - 0.0062 - 0.0046 - 1.0000
210
Lampiran 3. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
43
44 - - 0.0452 0.0193 0.0667 0.0042 0.0150 0.0012 0.4455 - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0009 0.0034 0.0004 0.0038 0.0006 0.0298 0.0000 0.0006 0.0024 0.0056 0.0504 0.0102 0.0275 0.1014 0.0131 0.0221 0.0311 0.0257 0.0269 0.0135 - 0.0133 - 0.0201 - 1.0000
45 0.0015 0.0002 0.0811 0.0019 0.0126 0.0009 0.5234 0.0003 0.0001 0.0250 0.0005 0.0358 0.0000 0.0008 0.0011 0.0487 0.0573 0.0146 0.0092 0.0084 0.0617 0.0006 0.0178 0.0007 0.0602 0.0160 0.0063 0.0134 1.0000
47
46 0.0073 0.0003 0.0321 0.0131 0.0130 0.0018 0.6749 0.0000 0.0000 0.0001 0.0002 0.0000 0.0138 0.0033 0.0219 0.0000 0.0003 0.0011 0.0155 0.0536 0.0095 0.0072 0.0269 0.0020 0.0005 0.0049 0.0018 0.0265 0.0543 0.0110 0.0032 1.0000
0.0277 0.0054 0.2936 0.0091 0.5150 0.0120 0.0454 0.0001 0.0000 0.0004 0.0000 0.0014 0.0004 0.0008 0.0000 0.0020 0.0005 0.0011 0.0409 0.0011 0.0071 0.0026 0.0009 0.0001 0.0066 0.0008 0.0004 0.0079 0.0169 1.0000
- - 0.0501 0.0437 0.1013 0.0364 0.0195 0.0150 0.4562 - - - - - - - - - - 0.0003 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 - 0.0006 0.0155 0.0005 0.0071 0.0329 0.0232 0.0002 0.0212 0.0224 0.0076 0.0230 0.0292 0.0061 0.0005 0.0032 0.0019 0.0044 0.0016 0.0133 0.0415 - 0.0036 - 0.0179 - 1.0000
211
Lampiran 3. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Total
48
50
49 0.0147 0.0025 0.0034 (0.0041) 0.0002 (0.0062) 0.0070 0.0390 (0.0212) (0.0164) 0.0023 (0.1299) (0.0340) 0.0967 (0.0091) 0.6280 0.0591 0.0045 0.0011 0.0055 0.0029 0.0794 0.2745 1.0000
1.0000 1.0000
- - - - - - - - - 0.0000 0.0001 0.0001 0.0000 0.0001 0.0002 0.0000 0.0003 0.0069 0.0327 0.0072 0.0009 (0.0083) (0.0035) 0.0175 (0.0003) (0.0178) 0.1085 0.0058 (0.0084) (0.0013) (0.0798) (0.0224) (0.0710) (0.0196) (0.0395) - 0.1033 0.2796 0.3871 0.0179 0.0051 0.1227 0.0324 0.0089 0.0170 0.0762 0.0416 - - - 1.0000
212
Lampiran 4. Matriks Pengga nda SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
1 1.0451 0.0515 0.1187 0.0378 0.1102 0.0218 0.0672 0.0064 1.1196 0.0214 0.3841 0.3461 0.0453 0.1915 0.2668 0.0510 0.3575 0.5736 0.1697 0.2926 0.0652 0.3865 0.0025 0.1400 0.0045 0.2512 0.0655 0.0495 0.0242 0.0455 0.0910 0.0081 0.0348 0.0180 0.0903 0.0404 0.2502 0.1770 0.0301 0.1142 0.0185 0.1334 0.0357 0.0764 0.2454 0.0803 0.1399
2 0.0479 1.0543 0.1149 0.0373 0.1106 0.0224 0.0669 0.0064 1.1289 0.0140 0.5916 0.2644 0.0882 0.3304 0.1382 0.0361 0.2041 0.5779 0.1707 0.3003 0.0688 0.4096 0.0025 0.1499 0.0045 0.2504 0.0683 0.0506 0.0239 0.0451 0.0902 0.0080 0.0334 0.0176 0.0852 0.0403 0.2456 0.1332 0.0306 0.1208 0.0186 0.1337 0.0364 0.0764 0.2521 0.0805 0.1417
3 0.0447 0.0512 1.1169 0.0375 0.1096 0.0217 0.0674 0.0064 1.1133 0.0168 0.1992 0.3939 0.1071 0.1269 0.4704 0.0753 0.2703 0.5724 0.1724 0.2934 0.0647 0.3822 0.0025 0.1388 0.0045 0.2495 0.0652 0.0490 0.0244 0.0453 0.0906 0.0080 0.0353 0.0178 0.0927 0.0402 0.2433 0.1651 0.0302 0.1122 0.0184 0.1326 0.0353 0.0759 0.2484 0.0814 0.1395
4 0.0472 0.0537 0.1151 1.0374 0.1101 0.0223 0.0664 0.0063 1.1255 0.0342 0.5923 0.1917 0.0294 0.2311 0.3372 0.0390 0.2090 0.5751 0.1687 0.3004 0.0680 0.4033 0.0025 0.1475 0.0045 0.2514 0.0680 0.0504 0.0240 0.0452 0.0904 0.0080 0.0337 0.0176 0.0867 0.0401 0.2449 0.1358 0.0307 0.1201 0.0187 0.1341 0.0364 0.0765 0.2499 0.0796 0.1411
5 0.0417 0.0480 0.1238 0.0384 1.1102 0.0211 0.0684 0.0065 1.1045 0.0065 0.1802 0.1216 0.0270 0.2988 0.3833 0.0988 0.5448 0.5680 0.1714 0.2811 0.0609 0.3571 0.0024 0.1276 0.0045 0.2560 0.0613 0.0478 0.0248 0.0464 0.0926 0.0082 0.0370 0.0186 0.0981 0.0403 0.2584 0.2286 0.0298 0.1049 0.0183 0.1324 0.0346 0.0762 0.2349 0.0814 0.1373
6 0.0447 0.0511 0.1192 0.0378 0.1101 1.0217 0.0672 0.0064 1.1175 0.0169 0.4021 0.2942 0.0315 0.1519 0.3336 0.0518 0.3807 0.5723 0.1693 0.2919 0.0646 0.3825 0.0025 0.1384 0.0045 0.2519 0.0650 0.0492 0.0243 0.0456 0.0912 0.0081 0.0350 0.0180 0.0912 0.0403 0.2508 0.1831 0.0301 0.1131 0.0185 0.1336 0.0356 0.0765 0.2433 0.0802 0.1394
7 0.0412 0.0474 0.1264 0.0388 0.1105 0.0209 1.0684 0.0065 1.1079 0.0056 0.1664 0.1805 0.0329 0.3475 0.2196 0.0369 0.6737 0.5686 0.1691 0.2775 0.0601 0.3543 0.0024 0.1257 0.0046 0.2569 0.0606 0.0477 0.0248 0.0466 0.0932 0.0083 0.0371 0.0188 0.0983 0.0406 0.2630 0.2548 0.0295 0.1036 0.0184 0.1329 0.0346 0.0767 0.2323 0.0806 0.1372
213
Lampiran 4. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
8 0.0425 0.0488 0.1232 0.0383 0.1101 0.0212 0.0678 1.0065 1.1117 0.0078 0.2196 0.3738 0.0319 0.1442 0.2900 0.0463 0.5485 0.5702 0.1691 0.2839 0.0617 0.3649 0.0024 0.1304 0.0045 0.2530 0.0624 0.0483 0.0245 0.0461 0.0921 0.0082 0.0362 0.0184 0.0952 0.0405 0.2567 0.2270 0.0295 0.1071 0.0184 0.1332 0.0350 0.0766 0.2377 0.0803 0.1380
9 0.0101 0.0116 0.0350 0.0110 0.0488 0.0066 0.0508 0.0027 1.2889 0.0017 0.0354 0.0350 0.0107 0.0766 0.0701 0.0291 0.1507 0.6504 0.1802 0.0684 0.0148 0.0866 0.0006 0.0308 0.0014 0.0632 0.0154 0.0126 0.0067 0.0126 0.0241 0.0025 0.0100 0.0053 0.0248 0.0134 0.0663 0.0612 0.0075 0.0257 0.0046 0.0332 0.0087 0.0192 0.0590 0.0846 0.0541
10 0.0463 0.0524 0.1141 0.0378 0.1162 0.0249 0.0692 0.0065 1.1227 1.0048 0.0997 0.0869 0.0216 0.1070 0.1281 0.0354 0.1911 0.5800 0.1794 0.2884 0.0670 0.3952 0.0025 0.1453 0.0045 0.2455 0.0752 0.0542 0.0229 0.0440 0.0892 0.0081 0.0299 0.0175 0.0717 0.0411 0.2513 0.1095 0.0311 0.1539 0.0193 0.1387 0.0405 0.0792 0.2521 0.0845 0.1519
11 0.0493 0.0557 0.1140 0.0372 0.1110 0.0227 0.0666 0.0063 1.1351 0.0048 1.1004 0.0872 0.0217 0.1064 0.1263 0.0349 0.1883 0.5788 0.1698 0.3067 0.0706 0.4214 0.0026 0.1548 0.0045 0.2507 0.0698 0.0514 0.0233 0.0449 0.0895 0.0080 0.0318 0.0174 0.0796 0.0402 0.2486 0.1193 0.0307 0.1258 0.0189 0.1353 0.0372 0.0771 0.2484 0.0801 0.1420
12 0.0475 0.0539 0.1145 0.0372 0.1093 0.0223 0.0654 0.0063 1.1328 0.0048 0.0986 1.0863 0.0215 0.1050 0.1254 0.0347 0.1866 0.5785 0.1649 0.3001 0.0678 0.4067 0.0026 0.1485 0.0045 0.2431 0.0686 0.0505 0.0241 0.0447 0.0896 0.0080 0.0337 0.0174 0.0867 0.0406 0.2400 0.1421 0.0300 0.1185 0.0185 0.1330 0.0361 0.0761 0.2611 0.0777 0.1420
13 0.0445 0.0507 0.1137 0.0368 0.1125 0.0215 0.0756 0.0065 1.0952 0.0048 0.0974 0.0860 1.0219 0.1068 0.1267 0.0355 0.1914 0.5824 0.2095 0.2862 0.0642 0.3812 0.0024 0.1386 0.0044 0.2423 0.0628 0.0473 0.0241 0.0439 0.0881 0.0079 0.0347 0.0172 0.0910 0.0404 0.2310 0.1565 0.0295 0.1078 0.0179 0.1292 0.0343 0.0738 0.2506 0.0986 0.1407
14 0.0473 0.0536 0.1158 0.0375 0.1098 0.0223 0.0657 0.0063 1.1272 0.0048 0.0987 0.0866 0.0216 1.1050 0.1260 0.0347 0.1866 0.5757 0.1654 0.2945 0.0687 0.4048 0.0025 0.1483 0.0045 0.2571 0.0673 0.0501 0.0247 0.0460 0.0923 0.0080 0.0355 0.0180 0.0929 0.0403 0.2454 0.1313 0.0314 0.1173 0.0184 0.1318 0.0358 0.0756 0.2571 0.0779 0.1414
214
Lampiran 4. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
15 0.0439 0.0506 0.1149 0.0374 0.1072 0.0214 0.0652 0.0063 1.1052 0.0047 0.0955 0.0844 0.0211 0.1025 1.1236 0.0340 0.1828 0.5649 0.1659 0.2970 0.0640 0.3722 0.0025 0.1356 0.0044 0.2540 0.0646 0.0481 0.0250 0.0457 0.0915 0.0078 0.0370 0.0178 0.0992 0.0395 0.2331 0.1498 0.0308 0.1089 0.0184 0.1331 0.0349 0.0757 0.2479 0.0782 0.1375
16 0.0384 0.0448 0.1232 0.0370 0.1162 0.0207 0.0789 0.0066 1.0552 0.0048 0.0942 0.0865 0.0222 0.1054 0.1295 1.0357 0.1914 0.5693 0.2157 0.2701 0.0568 0.3263 0.0023 0.1173 0.0045 0.2458 0.0567 0.0466 0.0243 0.0459 0.0886 0.0083 0.0371 0.0188 0.0977 0.0400 0.2785 0.1912 0.0293 0.0996 0.0170 0.1221 0.0323 0.0720 0.2275 0.1015 0.1378
17 0.0351 0.0412 0.1381 0.0403 0.1115 0.0196 0.0709 0.0067 1.0904 0.0048 0.0925 0.0884 0.0225 0.1023 0.1321 0.0351 1.1866 0.5621 0.1712 0.2565 0.0520 0.3053 0.0023 0.1036 0.0046 0.2613 0.0536 0.0454 0.0251 0.0478 0.0954 0.0086 0.0394 0.0199 0.1060 0.0409 0.2846 0.3802 0.0280 0.0896 0.0183 0.1332 0.0333 0.0775 0.2088 0.0825 0.1332
18 0.0028 0.0033 0.0111 0.0036 0.0215 0.0023 0.0266 0.0012 0.0864 0.0007 0.0125 0.0108 0.0041 0.0190 0.0180 0.0100 0.0380 1.0736 0.1011 0.0191 0.0042 0.0243 0.0002 0.0086 0.0005 0.0174 0.0045 0.0039 0.0020 0.0039 0.0071 0.0009 0.0031 0.0017 0.0069 0.0050 0.0189 0.0164 0.0022 0.0073 0.0013 0.0095 0.0025 0.0055 0.0171 0.0474 0.0226
19 0.0266 0.0306 0.1118 0.0369 0.2464 0.0249 0.3195 0.0131 0.8418 0.0057 0.1201 0.1096 0.0295 0.1868 0.1870 0.0584 0.3509 0.4579 1.2348 0.1780 0.0390 0.2277 0.0020 0.0811 0.0053 0.1623 0.0438 0.0379 0.0202 0.0383 0.0685 0.0089 0.0302 0.0174 0.0649 0.0537 0.1771 0.1515 0.0209 0.0691 0.0124 0.0897 0.0236 0.0521 0.1634 0.5779 0.2535
20 0.0292 0.0721 0.0519 0.0154 0.0596 0.0089 0.0533 0.0035 1.2518 0.0030 0.0762 0.0574 0.0166 0.0942 0.0828 0.0302 0.1595 0.6325 0.1763 1.1216 0.0209 0.1195 0.0010 0.0410 0.0020 0.0810 0.0232 0.0179 0.0103 0.0569 0.0360 0.0036 0.0142 0.0077 0.0313 0.0187 0.1028 0.0706 0.0101 0.0402 0.0064 0.0446 0.0130 0.0259 0.0815 0.0828 0.0683
21 0.0612 0.0779 0.0687 0.0197 0.0716 0.0112 0.0559 0.0044 1.2144 0.0039 0.0939 0.0735 0.0192 0.1010 0.0970 0.0316 0.1700 0.6142 0.1720 0.1042 1.0825 0.1402 0.0069 0.0476 0.0028 0.0955 0.0332 0.0262 0.0146 0.0635 0.0543 0.0050 0.0169 0.0111 0.0365 0.0269 0.1375 0.0879 0.0120 0.0477 0.0079 0.0531 0.0162 0.0313 0.1029 0.0808 0.0946
215
Lampiran 4. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
22 0.0959 0.0787 0.1099 0.0285 0.1007 0.0150 0.0672 0.0052 1.1797 0.0054 0.1171 0.0991 0.0238 0.1136 0.1264 0.0353 0.1939 0.5977 0.1687 0.2003 0.0447 1.6868 0.0027 0.0642 0.0039 0.2567 0.0306 0.0364 0.0150 0.0391 0.0609 0.0075 0.0240 0.0153 0.0542 0.0326 0.3035 0.0967 0.0166 0.0712 0.0156 0.0799 0.0292 0.0435 0.1338 0.0793 0.1068
23 0.1081 0.1033 0.0879 0.0269 0.0885 0.0131 0.0595 0.0075 1.2024 0.0055 0.1279 0.0990 0.0238 0.1161 0.1173 0.0342 0.1887 0.6090 0.1716 0.1255 0.0305 0.1619 1.0080 0.0581 0.0035 0.1132 0.0462 0.0387 0.0279 0.0398 0.0667 0.0060 0.0213 0.0105 0.0425 0.0348 0.1414 0.0930 0.0140 0.0610 0.0090 0.0614 0.0185 0.0358 0.1171 0.0807 0.0847
24 0.1654 0.1671 0.0888 0.0261 0.0893 0.0168 0.0560 0.0063 1.0394 0.0070 0.1753 0.1243 0.0288 0.1287 0.1223 0.0324 0.1857 0.5277 0.1503 0.1485 0.0326 0.1867 0.0015 1.1260 0.0034 0.1364 0.0451 0.0319 0.0149 0.0302 0.1762 0.0063 0.0213 0.0174 0.0471 0.0321 0.1902 0.0926 0.0162 0.0696 0.0109 0.0729 0.0228 0.0421 0.1333 0.0707 0.1499
25 0.0242 0.0278 0.3001 0.0237 0.2100 0.0133 0.1261 0.0044 1.1568 0.0061 0.1014 0.1382 0.0361 0.1345 0.2126 0.0485 0.2625 0.5883 0.1689 0.1613 0.0353 0.2072 0.0017 0.0743 1.0045 0.1437 0.0363 0.0331 0.0153 0.0288 0.0764 0.0076 0.0236 0.0118 0.0557 0.0457 0.1543 0.1197 0.0174 0.0643 0.0123 0.0767 0.0209 0.0517 0.1392 0.0796 0.0930
26 0.0380 0.0607 0.1070 0.0466 0.0812 0.0136 0.0599 0.0061 1.1894 0.0047 0.0979 0.0806 0.0210 0.1015 0.1154 0.0331 0.1741 0.6020 0.1691 0.6239 0.1069 0.2229 0.0020 0.0970 0.0050 1.1660 0.0283 0.0272 0.0141 0.0492 0.0610 0.0056 0.0198 0.0126 0.0415 0.0262 0.2068 0.0924 0.0137 0.0598 0.0098 0.0634 0.0217 0.0368 0.1122 0.0795 0.0912
27 0.0216 0.0249 0.2284 0.0885 0.1381 0.0212 0.0748 0.0067 1.1307 0.0070 0.1166 0.1165 0.0293 0.1130 0.1794 0.0408 0.2068 0.5739 0.1634 0.1438 0.0334 0.1844 0.0018 0.0659 0.0037 0.1301 1.5586 0.0388 0.0271 0.0692 0.0886 0.0078 0.0302 0.0356 0.0600 0.0326 0.3227 0.1131 0.0195 0.0847 0.0321 0.1062 0.0348 0.0574 0.1564 0.0769 0.1103
28 0.0219 0.0246 0.2269 0.0606 0.1184 0.0164 0.0661 0.0057 1.1049 0.0060 0.0986 0.1102 0.0285 0.1022 0.1653 0.0387 0.1915 0.5605 0.1592 0.1294 0.0296 0.1670 0.0286 0.0598 0.0037 0.1153 0.0348 1.4843 0.0285 0.0603 0.0913 0.0076 0.0266 0.0280 0.0599 0.0326 0.2899 0.0980 0.0178 0.0877 0.0126 0.0806 0.0310 0.0585 0.1582 0.0749 0.0955
216
Lampiran 4. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
29 0.0194 0.0222 0.2014 0.1025 0.0985 0.0143 0.0633 0.0071 1.1117 0.0068 0.1125 0.1047 0.0264 0.1018 0.1596 0.0366 0.1819 0.5637 0.1598 0.1277 0.0298 0.1652 0.0014 0.0593 0.0032 0.1132 0.0323 0.0322 1.6696 0.0776 0.0778 0.0066 0.0274 0.0168 0.0674 0.0278 0.2742 0.0921 0.0167 0.0677 0.0120 0.0778 0.0273 0.0452 0.1425 0.0751 0.0971
30 0.0223 0.0262 0.2432 0.0516 0.1413 0.0167 0.0740 0.0075 1.0250 0.0060 0.0991 0.1162 0.0299 0.1053 0.1739 0.0394 0.1993 0.5206 0.1487 0.1419 0.0722 0.1744 0.0018 0.0626 0.0038 0.1353 0.1008 0.0361 0.0677 1.3403 0.1790 0.0076 0.0277 0.0264 0.0604 0.0341 0.2951 0.1010 0.0185 0.0750 0.0136 0.0836 0.0294 0.0595 0.1789 0.0700 0.1092
31 1.0000 -
32 0.0238 0.0267 0.2377 0.0455 0.1502 0.0162 0.0869 0.0068 1.1198 0.0059 0.0982 0.1162 0.0300 0.1131 0.1767 0.0415 0.2155 0.5685 0.1620 0.1388 0.0306 0.1784 0.0354 0.0638 0.2248 0.1236 0.0370 0.0527 0.0194 0.0321 0.0949 1.1534 0.0300 0.0219 0.0534 0.0417 0.2358 0.1076 0.0179 0.0818 0.0121 0.0776 0.0267 0.0522 0.1711 0.0762 0.1003
33 0.0160 0.0184 0.1569 0.0415 0.1030 0.0141 0.0640 0.0063 1.0660 0.0044 0.0749 0.0826 0.0215 0.0912 0.1307 0.0339 0.1741 0.5400 0.1524 0.1065 0.0236 0.1370 0.0012 0.0489 0.0025 0.0959 0.0278 0.0268 0.0190 0.0306 0.1384 0.0048 1.1071 0.0441 0.1071 0.0231 0.1569 0.0876 0.0136 0.0678 0.0174 0.0573 0.0207 0.0399 0.1146 0.0716 0.1105
34 0.0163 0.0187 0.1771 0.0455 0.1074 0.0141 0.0601 0.0064 0.8658 0.0047 0.0781 0.0876 0.0224 0.0846 0.1338 0.0313 0.1600 0.4394 0.1250 0.1073 0.0258 0.1377 0.0030 0.0487 0.0032 0.0983 0.0340 0.1194 0.0579 0.0486 0.2606 0.0077 0.0361 1.0797 0.0671 0.0244 0.2212 0.0839 0.0140 0.0627 0.0162 0.0643 0.0239 0.0397 0.1168 0.0588 0.1132
35 0.0194 0.0223 0.2166 0.0554 0.1249 0.0155 0.0750 0.0076 1.1304 0.0057 0.0943 0.1070 0.0276 0.1050 0.1635 0.0391 0.1991 0.5733 0.1627 0.1289 0.0284 0.1662 0.0013 0.0594 0.0029 0.1148 0.0331 0.0283 0.0175 0.0293 0.0982 0.0056 0.2737 0.0201 1.0773 0.0271 0.1857 0.0983 0.0210 0.0618 0.0132 0.0730 0.0219 0.0418 0.1319 0.0765 0.1112
217
Lampiran 4. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
36 0.0230 0.0261 0.2633 0.0606 0.1507 0.0177 0.0831 0.0080 1.0625 0.0066 0.1078 0.1253 0.0320 0.1125 0.1873 0.0416 0.2124 0.5399 0.1545 0.1441 0.0325 0.1859 0.0161 0.0666 0.0917 0.1281 0.0413 0.2739 0.0230 0.0527 0.1261 0.1392 0.0565 0.0423 0.0592 1.0782 0.2769 0.1080 0.0202 0.0779 0.0156 0.0841 0.0292 0.0516 0.1759 0.0727 0.1198
37 0.0228 0.0262 0.2607 0.0379 0.1971 0.0204 0.1004 0.0073 1.0474 0.0060 0.1021 0.1255 0.0320 0.1224 0.1951 0.0442 0.2358 0.5327 0.1530 0.1510 0.0344 0.1944 0.0031 0.0693 0.0075 0.1356 0.0376 0.0856 0.0253 0.0729 0.0936 0.0198 0.0398 0.0401 0.0630 0.0560 1.1916 0.1228 0.0254 0.0814 0.0131 0.0775 0.0248 0.0835 0.2267 0.0721 0.1149
38 0.0339 0.0384 0.1639 0.0393 0.0931 0.0141 0.0690 0.0069 1.1474 0.0049 0.0895 0.0936 0.0242 0.0995 0.1356 0.0354 0.1835 0.5812 0.1640 0.2290 0.0442 0.3316 0.0021 0.0904 0.0045 0.2760 0.0336 0.0326 0.0186 0.0353 0.0737 0.0079 0.0307 0.0152 0.0823 0.0408 0.2387 1.0968 0.0156 0.0605 0.0114 0.0704 0.0239 0.0459 0.1358 0.0771 0.0968
39 0.0250 0.0287 0.0977 0.0274 0.1236 0.1171 0.0624 0.0060 1.1197 0.0048 0.1029 0.0893 0.0186 0.1017 0.1365 0.0357 0.2013 0.5674 0.1603 0.1768 0.0322 0.2388 0.0016 0.0680 0.0040 0.1545 0.0349 0.0293 0.0228 0.0318 0.0682 0.0071 0.0415 0.0142 0.1334 0.0389 0.1764 0.1215 1.0173 0.0560 0.0105 0.0665 0.0212 0.0488 0.1342 0.0754 0.0913
40 0.0180 0.0207 0.0879 0.0326 0.1846 0.0796 0.0608 0.0080 1.0747 0.0043 0.0921 0.0780 0.0169 0.1079 0.1399 0.0376 0.2103 0.5449 0.1543 0.1210 0.0266 0.1545 0.0015 0.0547 0.0040 0.1111 0.0349 0.0283 0.0174 0.0343 0.1250 0.0073 0.0246 0.0165 0.0487 0.0397 0.1464 0.1071 0.0256 1.0531 0.0127 0.0646 0.1232 0.0448 0.1252 0.0726 0.2829
41 0.0187 0.0216 0.0844 0.0297 0.2448 0.0319 0.0742 0.0204 1.0632 0.0038 0.0839 0.0739 0.0167 0.1205 0.1467 0.0405 0.2325 0.5395 0.1533 0.1267 0.0275 0.1615 0.0015 0.0568 0.0040 0.1180 0.0307 0.0285 0.0157 0.0275 0.1429 0.0069 0.0227 0.0142 0.0536 0.0406 0.1516 0.1245 0.0240 0.0555 1.0108 0.0655 0.0909 0.0446 0.1384 0.0722 0.1543
42 0.0206 0.0236 0.1572 0.1100 0.0893 0.0165 0.0576 0.0058 1.0978 0.0066 0.1119 0.0915 0.0226 0.0985 0.1431 0.0340 0.1713 0.5563 0.1572 0.1369 0.0291 0.1833 0.0015 0.0612 0.0039 0.1326 0.0286 0.0279 0.0180 0.0248 0.1349 0.0067 0.0220 0.0114 0.0546 0.0387 0.1555 0.2458 0.0232 0.0522 0.0101 1.2600 0.0672 0.0446 0.1654 0.0739 0.0856
218
Lampiran 4. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
43 0.0190 0.0218 0.1295 0.0461 0.1549 0.0285 0.0725 0.0062 1.1344 0.0046 0.0867 0.0821 0.0203 0.1076 0.1415 0.0377 0.2033 0.5749 0.1625 0.1277 0.0271 0.1657 0.0020 0.0565 0.0074 0.1173 0.0339 0.0377 0.0218 0.0264 0.0885 0.0120 0.0247 0.0147 0.0608 0.0814 0.1440 0.1289 0.1191 0.0639 0.0316 0.0978 1.0480 0.0663 0.1277 0.0764 0.0965
44
45 0.0158 0.0182 0.0849 0.0261 0.1658 0.0181 0.0693 0.0054 1.1477 0.0033 0.0671 0.0626 0.0160 0.1043 0.1219 0.0365 0.1996 0.5811 0.1635 0.1061 0.0231 0.1359 0.0020 0.0479 0.0078 0.0975 0.0256 0.0366 0.0563 0.0248 0.0919 0.0125 0.0329 0.0129 0.0941 0.0863 0.1367 0.1004 0.0228 0.1089 0.0088 0.0756 0.0236 1.0968 0.1174 0.0769 0.0930
47
46 0.0143 0.0165 0.0760 0.0208 0.1036 0.0267 0.0688 0.0058 1.2065 0.0030 0.0599 0.0587 0.0151 0.0933 0.1050 0.0333 0.1823 0.6101 0.1707 0.0962 0.0209 0.1232 0.0018 0.0432 0.0072 0.0881 0.0229 0.0329 0.0360 0.0254 0.0661 0.0115 0.0218 0.0113 0.0557 0.0800 0.1159 0.0878 0.0399 0.0421 0.0075 0.0538 0.0158 0.0581 1.1454 0.0802 0.0802
0.0383 0.0441 0.1549 0.0446 0.4039 0.0300 0.5832 0.0186 1.1140 0.0063 0.1645 0.1590 0.0316 0.2879 0.2651 0.0562 0.5511 0.5710 0.1693 0.2574 0.0559 0.3291 0.0029 0.1169 0.0080 0.2362 0.0577 0.0548 0.0262 0.0456 0.0918 0.0133 0.0388 0.0198 0.0925 0.0821 0.2490 0.2285 0.0305 0.0984 0.0174 0.1308 0.0338 0.0720 0.2273 1.0804 0.1475
0.0208 0.0240 0.1412 0.0699 0.1848 0.0499 0.0781 0.0196 1.1397 0.0058 0.1124 0.0990 0.0223 0.1206 0.1658 0.0409 0.2282 0.5783 0.1644 0.1386 0.0317 0.1778 0.0019 0.0635 0.0051 0.1249 0.0574 0.0363 0.0299 0.0712 0.0878 0.0088 0.0465 0.0372 0.0599 0.0518 0.1758 0.1108 0.0175 0.0604 0.0122 0.0730 0.0214 0.0560 0.1695 0.0774 1.0904
219
Lampiran 5. Matriks Pengga nda Transfer SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
1
2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 -
5 -
7
6 -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
220
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
8
9 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
10
11
12
13
14
0.0001 0.0004 0.0003 0.0003 0.0005 0.0007 0.0006 0.0011 0.0111 0.0188 -
0.0000 0.0002 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002 0.0002 0.0004 0.0038 0.0076 -
0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002 0.0002 0.0004 0.0046 0.0031 -
- - - - - - - - - 0.0001 0.0011 0.0008 0.0008 0.0013 0.0017 0.0016 0.0027 0.0275 0.0528 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0002 0.0002 0.0004 0.0047 0.0043 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
221
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
15 - - - - - - - - - 0.0000 0.0002 0.0001 0.0001 0.0002 0.0003 0.0003 0.0005 0.0050 0.0080 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
16 - - - - - - - - - 0.0002 0.0014 0.0010 0.0010 0.0016 0.0021 0.0020 0.0034 0.0344 0.0645 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
17
18
19
20
0.0000 0.0004 0.0003 0.0003 0.0004 0.0006 0.0005 0.0009 0.0095 0.0151 -
0.0002 0.0021 0.0010 0.0020 0.0032 0.0019 0.0063 0.0080 0.0295 0.0883 -
0.0012 0.0099 0.0051 0.0080 0.0109 0.0141 0.0202 0.0154 0.0279 0.1090 -
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0330 0.0015 0.0052 0.0002 0.0001 0.0003 0.0013 0.0032 0.0020 0.0021 0.0415 0.0061 0.0006 0.0021 0.0013 0.0010 0.0030 0.0207 0.0018 0.0005 0.0064 0.0006 0.0025 0.0019 0.0016 0.0057 - 0.0069
21 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0030 0.0602 0.0091 0.0060 0.0006 0.0009 0.0053 0.0104 0.0082 0.0054 0.0463 0.0207 0.0017 0.0034 0.0040 0.0025 0.0098 0.0452 0.0128 0.0012 0.0090 0.0013 0.0055 0.0036 0.0038 0.0167 - 0.0291
222
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
22
23
24
25
26
27
28
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0771 0.0176 0.5269 0.0016 0.0067 0.0018 0.1477 0.0030 0.0149 0.0041 0.0186 0.0207 0.0037 0.0079 0.0069 0.0134 0.0128 0.1929 0.0088 0.0036 0.0240 0.0076 0.0224 0.0139 0.0104 0.0294 - 0.0332
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0024 0.0034 0.0016 0.0069 0.0004 0.0013 0.0046 0.0185 0.0172 0.0170 0.0193 0.0265 0.0022 0.0054 0.0022 0.0021 0.0150 0.0312 0.0069 0.0009 0.0136 0.0011 0.0039 0.0033 0.0027 0.0127 - 0.0107
0.0080 0.0014 0.0018 0.0003 0.0591 0.0011 0.0143 0.0135 0.0076 0.0029 0.0075 0.1315 0.0021 0.0039 0.0083 0.0026 0.0109 0.0676 0.0032 0.0015 0.0150 0.0019 0.0082 0.0055 0.0050 0.0147 0.0724
0.0001 0.0001 0.0002 0.0003 0.0000 0.0018 0.0002 0.0005 0.0054 0.0011 0.0022 0.0237 0.0028 0.0026 0.0011 0.0011 0.0211 0.0099 0.0007 0.0004 0.0034 0.0019 0.0013 0.0011 0.0084 0.0027 0.0042
0.5158 0.0832 0.0831 0.0011 0.0467 0.0031 0.0699 0.0041 0.0082 0.0044 0.0309 0.0254 0.0022 0.0055 0.0052 0.0054 0.0084 0.1091 0.0139 0.0022 0.0184 0.0028 0.0128 0.0083 0.0076 0.0203 0.0235
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0039 0.0027 0.0036 0.0006 0.0008 0.0014 0.0067 0.5274 0.0147 0.0148 0.0462 0.0432 0.0035 0.0122 0.0263 0.0136 0.0110 0.1988 0.0159 0.0047 0.0313 0.0230 0.0411 0.0176 0.0200 0.0380 - 0.0310
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0015 0.0016 0.0019 0.0275 0.0004 0.0015 0.0024 0.0063 0.4621 0.0172 0.0392 0.0497 0.0038 0.0100 0.0194 0.0173 0.0126 0.1762 0.0081 0.0043 0.0389 0.0043 0.0210 0.0153 0.0242 0.0496 - 0.0215
223
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
29
30
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0012 0.0020 0.0014 0.0003 0.0003 0.0010 0.0019 0.0040 0.0102 0.6585 0.0568 0.0368 0.0027 0.0111 0.0084 0.0257 0.0080 0.1624 0.0057 0.0034 0.0193 0.0039 0.0190 0.0117 0.0114 0.0353 - 0.0236
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0092 0.0432 0.0033 0.0007 0.0011 0.0016 0.0181 0.0713 0.0132 0.0561 0.3185 0.1359 0.0036 0.0105 0.0176 0.0162 0.0137 0.1774 0.0076 0.0045 0.0246 0.0051 0.0219 0.0131 0.0240 0.0665 - 0.0349
31 -
32
33
34
35
0.0017 0.0006 0.0019 0.0342 0.0004 0.2224 0.0020 0.0065 0.0289 0.0073 0.0094 0.0502 0.1492 0.0121 0.0127 0.0074 0.0204 0.1133 0.0085 0.0034 0.0297 0.0033 0.0136 0.0098 0.0154 0.0549 0.0222
0.0014 0.0007 0.0020 0.0002 0.0004 0.0007 0.0021 0.0044 0.0084 0.0096 0.0129 0.1037 0.0015 0.0932 0.0369 0.0715 0.0060 0.0618 0.0092 0.0024 0.0280 0.0106 0.0080 0.0077 0.0115 0.0253 0.0464
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0035 0.0030 0.0039 0.0021 0.0006 0.0014 0.0064 0.0108 0.1014 0.0488 0.0314 0.2268 0.0045 0.0226 0.0727 0.0324 0.0082 0.1287 0.0098 0.0030 0.0232 0.0095 0.0159 0.0112 0.0119 0.0288 - 0.0537
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0013 0.0005 0.0018 0.0002 0.0003 0.0007 0.0017 0.0046 0.0062 0.0061 0.0081 0.0565 0.0017 0.2570 0.0115 0.0344 0.0069 0.0715 0.0065 0.0075 0.0133 0.0049 0.0134 0.0061 0.0076 0.0237 - 0.0367
224
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
36
37
38
39
40
41
42
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0016 0.0013 0.0020 0.0148 0.0004 0.0893 0.0023 0.0096 0.2493 0.0105 0.0293 0.0800 0.1350 0.0382 0.0329 0.0118 0.0564 0.1507 0.0082 0.0052 0.0237 0.0064 0.0179 0.0117 0.0135 0.0553 - 0.0408
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0026 0.0020 0.0036 0.0018 0.0007 0.0050 0.0038 0.0047 0.0601 0.0123 0.0484 0.0453 0.0154 0.0206 0.0303 0.0130 0.0335 0.0592 0.0149 0.0098 0.0252 0.0035 0.0084 0.0065 0.0437 0.1013 - 0.0336
0.1145 0.0191 0.1839 0.0010 0.0373 0.0025 0.1743 0.0080 0.0126 0.0084 0.0161 0.0361 0.0043 0.0156 0.0074 0.0438 0.0223 0.1356 0.0133 0.0035 0.0169 0.0040 0.0167 0.0098 0.0151 0.0385 0.0273
0.0584 0.0063 0.0863 0.0005 0.0133 0.0019 0.0488 0.0085 0.0086 0.0123 0.0120 0.0292 0.0034 0.0259 0.0062 0.0935 0.0199 0.0690 0.0329 0.0047 0.0109 0.0028 0.0109 0.0065 0.0168 0.0340 0.0207
0.0038 0.0010 0.0042 0.0004 0.0009 0.0020 0.0058 0.0088 0.0078 0.0069 0.0146 0.0862 0.0037 0.0090 0.0084 0.0087 0.0209 0.0392 0.0162 0.0131 0.0087 0.0051 0.0093 0.1086 0.0130 0.0261 0.2135
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0048 0.0010 0.0059 0.0004 0.0012 0.0019 0.0076 0.0037 0.0073 0.0047 0.0069 0.1022 0.0031 0.0063 0.0057 0.0114 0.0212 0.0390 0.0263 0.0110 0.0096 0.0028 0.0077 0.0757 0.0113 0.0354 - 0.0831
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0193 0.0033 0.0308 0.0004 0.0062 0.0019 0.0290 0.0022 0.0074 0.0076 0.0053 0.0967 0.0031 0.0068 0.0035 0.0159 0.0201 0.0511 0.1651 0.0108 0.0071 0.0025 0.2053 0.0527 0.0132 0.0657 - 0.0160
225
Lampiran 5. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
43
44 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0108 0.0016 0.0158 0.0010 0.0028 0.0054 0.0125 0.0079 0.0172 0.0113 0.0067 0.0498 0.0083 0.0091 0.0067 0.0209 0.0625 0.0376 0.0396 0.1066 0.0196 0.0240 0.0428 0.0335 0.0346 0.0287 - 0.0261
45 0.0026 0.0006 0.0039 0.0010 0.0007 0.0059 0.0035 0.0025 0.0183 0.0468 0.0070 0.0570 0.0092 0.0187 0.0056 0.0580 0.0690 0.0404 0.0160 0.0117 0.0699 0.0020 0.0264 0.0107 0.0684 0.0294 0.0276
47
46 0.0030 0.0007 0.0044 0.0009 0.0008 0.0055 0.0035 0.0021 0.0162 0.0273 0.0091 0.0344 0.0084 0.0089 0.0046 0.0231 0.0638 0.0288 0.0111 0.0298 0.0070 0.0013 0.0093 0.0041 0.0325 0.0659 0.0178
0.0013 0.0004 0.0019 0.0006 0.0004 0.0038 0.0018 0.0016 0.0109 0.0035 0.0030 0.0067 0.0058 0.0049 0.0026 0.0029 0.0447 0.0107 0.0091 0.0034 0.0025 0.0006 0.0092 0.0020 0.0019 0.0127 0.0197
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0.0022 0.0019 0.0022 0.0007 0.0005 0.0027 0.0032 0.0271 0.0126 0.0178 0.0485 0.0431 0.0046 0.0286 0.0280 0.0139 0.0305 0.0526 0.0094 0.0030 0.0086 0.0034 0.0091 0.0045 0.0192 0.0543 - 0.0121
226
Lampiran 6. Matriks Pengga nda Open Loop SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
1
2
3
4
5
6
7
- - - - - - - - - 0.0167 0.2865 0.2595 0.0236 0.0868 0.1401 0.0163 0.1706 - - 0.0991 0.0251 0.1389 0.0002 0.0735 0.0000 0.1040 0.0224 0.0110 0.0024 0.0033 0.0085 0.0001 0.0014 0.0014 0.0359 - 0.0644 0.0742 0.0099 0.0545 0.0073 0.0564 0.0055 0.0296 0.1123 0.0005 0.0324
- - - - - - - - - 0.0092 0.4923 0.1776 0.0666 0.2247 0.0120 0.0012 0.0163 - - 0.1077 0.0286 0.1585 0.0002 0.0838 0.0000 0.1070 0.0242 0.0119 0.0022 0.0026 0.0068 0.0001 0.0013 0.0012 0.0322 - 0.0599 0.0302 0.0102 0.0609 0.0073 0.0563 0.0055 0.0296 0.1192 0.0003 0.0322
0.0121 0.1023 0.3081 0.0855 0.0226 0.3446 0.0407 0.0842 0.1013 0.0249 0.1379 0.0002 0.0729 0.0000 0.1050 0.0223 0.0110 0.0026 0.0034 0.0088 0.0001 0.0015 0.0015 0.0388 0.0596 0.0629 0.0100 0.0531 0.0073 0.0560 0.0054 0.0294 0.1165 0.0003 0.0326
0.0295 0.4935 0.1053 0.0079 0.1260 0.2114 0.0043 0.0221 0.1076 0.0279 0.1544 0.0002 0.0817 0.0000 0.1085 0.0241 0.0118 0.0023 0.0028 0.0073 0.0001 0.0014 0.0012 0.0337 0.0599 0.0331 0.0103 0.0604 0.0074 0.0570 0.0055 0.0299 0.1175 0.0003 0.0323
0.0017 0.0847 0.0349 0.0052 0.1953 0.2555 0.0641 0.3587 0.0846 0.0206 0.1140 0.0002 0.0603 0.0000 0.1041 0.0196 0.0097 0.0027 0.0044 0.0113 0.0001 0.0016 0.0019 0.0420 0.0725 0.1260 0.0099 0.0454 0.0072 0.0556 0.0054 0.0292 0.1014 0.0008 0.0321
- - - - - - - - - 0.0121 0.3049 0.2076 0.0099 0.0474 0.2068 0.0171 0.1942 - - 0.0980 0.0245 0.1357 0.0002 0.0718 0.0000 0.1043 0.0221 0.0109 0.0024 0.0034 0.0089 0.0001 0.0015 0.0015 0.0367 - 0.0651 0.0804 0.0099 0.0534 0.0073 0.0565 0.0055 0.0297 0.1104 0.0006 0.0323
- - - - - - - - - 0.0008 0.0709 0.0932 0.0109 0.2438 0.0908 0.0021 0.4873 - - 0.0797 0.0197 0.1089 0.0002 0.0576 0.0000 0.1013 0.0191 0.0094 0.0027 0.0045 0.0116 0.0001 0.0016 0.0020 0.0412 - 0.0751 0.1518 0.0096 0.0439 0.0072 0.0558 0.0054 0.0293 0.0979 0.0011 0.0322
227
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
8 - - - - - - - - - 0.0030 0.1235 0.2870 0.0101 0.0404 0.1623 0.0116 0.3622 - - 0.0886 0.0215 0.1193 0.0002 0.0631 0.0000 0.1007 0.0204 0.0100 0.0025 0.0040 0.0103 0.0001 0.0015 0.0017 0.0391 - 0.0699 0.1242 0.0096 0.0475 0.0073 0.0562 0.0054 0.0295 0.1041 0.0009 0.0324
9 - - - - - - - - - 0.0002 0.0040 0.0066 0.0027 0.0351 0.0251 0.0137 0.0730 0.4854 0.0837 0.0126 0.0030 0.0168 0.0000 0.0089 0.0000 0.0163 0.0030 0.0015 0.0004 0.0007 0.0019 0.0000 0.0003 0.0003 0.0068 - 0.0123 0.0241 0.0016 0.0068 0.0011 0.0088 0.0009 0.0046 0.0155 0.0393 0.0166
10 0.0209 0.0228 0.0287 0.0118 0.0336 0.0106 0.0120 0.0018 0.4067 0.0989 0.0273 0.1516 0.0001 0.0801 0.0000 0.1067 0.0286 0.0141 0.0015 0.0016 0.0040 0.0000 0.0009 0.0007 0.0195 0.0680 0.0048 0.0101 0.0938 0.0078 0.0604 0.0059 0.0317 0.1180 0.0090 0.0377
11 0.0232 0.0254 0.0287 0.0115 0.0286 0.0087 0.0091 0.0016 0.4168 0.1139 0.0302 0.1676 0.0002 0.0886 0.0000 0.1080 0.0252 0.0124 0.0019 0.0021 0.0055 0.0001 0.0011 0.0009 0.0271 0.0622 0.0160 0.0103 0.0655 0.0075 0.0576 0.0056 0.0302 0.1154 0.0038 0.0324
12 0.0217 0.0240 0.0296 0.0116 0.0275 0.0084 0.0081 0.0017 0.4220 0.1112 0.0283 0.1567 0.0002 0.0829 0.0000 0.0997 0.0245 0.0121 0.0023 0.0025 0.0066 0.0001 0.0014 0.0011 0.0335 0.0549 0.0399 0.0095 0.0590 0.0073 0.0561 0.0054 0.0294 0.1287 0.0016 0.0345
13 0.0192 0.0212 0.0303 0.0117 0.0328 0.0080 0.0199 0.0020 0.3952 - - - - - - - - - - 0.0980 0.0250 0.1388 0.0002 0.0734 0.0000 0.0996 0.0208 0.0103 0.0025 0.0030 0.0077 0.0001 0.0015 0.0013 0.0378 - 0.0499 0.0544 0.0095 0.0493 0.0069 0.0534 0.0052 0.0280 0.1200 0.0249 0.0371
14 0.0214 0.0233 0.0307 0.0120 0.0280 0.0084 0.0086 0.0017 0.4098 - - - - - - - - - - 0.0993 0.0281 0.1557 0.0002 0.0823 0.0000 0.1145 0.0236 0.0116 0.0026 0.0035 0.0090 0.0001 0.0016 0.0015 0.0398 - 0.0598 0.0291 0.0109 0.0576 0.0071 0.0550 0.0053 0.0289 0.1245 0.0022 0.0340
228
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
15 0.0188 0.0211 0.0316 0.0124 0.0274 0.0079 0.0093 0.0017 0.4037 - - - - - - - - - - 0.1043 0.0242 0.1344 0.0002 0.0711 0.0000 0.1136 0.0223 0.0110 0.0030 0.0041 0.0106 0.0001 0.0018 0.0018 0.0463 - 0.0526 0.0492 0.0108 0.0507 0.0075 0.0574 0.0056 0.0301 0.1186 0.0039 0.0342
16 0.0139 0.0157 0.0406 0.0123 0.0379 0.0074 0.0247 0.0021 0.3599 - - - - - - - - - - 0.0804 0.0179 0.0991 0.0002 0.0524 0.0000 0.1034 0.0170 0.0084 0.0028 0.0040 0.0105 0.0001 0.0017 0.0018 0.0436 - 0.1012 0.0900 0.0098 0.0414 0.0063 0.0482 0.0047 0.0253 0.0948 0.0304 0.0378
17 0.0089 0.0102 0.0509 0.0142 0.0302 0.0060 0.0146 0.0021 0.3600 0.0542 0.0114 0.0630 0.0002 0.0333 0.0000 0.0922 0.0143 0.0071 0.0028 0.0059 0.0152 0.0002 0.0017 0.0026 0.0448 0.0935 0.2767 0.0088 0.0298 0.0073 0.0560 0.0054 0.0294 0.0723 0.0091 0.0336
18 0.0004 0.0004 0.0027 0.0011 0.0140 0.0010 0.0217 0.0007 0.0168 0.0020 0.0005 0.0027 0.0000 0.0014 0.0000 0.0025 0.0005 0.0002 0.0001 0.0001 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.0010 0.0020 0.0032 0.0002 0.0011 0.0002 0.0013 0.0001 0.0007 0.0024 0.0413 0.0129
19 0.0014 0.0016 0.0250 0.0105 0.1699 0.0109 0.2706 0.0086 0.1254 0.0076 0.0018 0.0102 0.0000 0.0054 0.0000 0.0088 0.0017 0.0008 0.0002 0.0003 0.0008 0.0000 0.0001 0.0001 0.0034 0.0062 0.0079 0.0008 0.0041 0.0006 0.0046 0.0004 0.0024 0.0089 0.5183 0.1548
20 0.0158 0.0568 0.0098 0.0021 0.0059 0.0010 0.0018 0.0005 0.8896 0.0011 0.0390 0.0241 0.0075 0.0475 0.0310 0.0134 0.0728 0.4318 0.0745 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
21 0.0459 0.0603 0.0221 0.0049 0.0150 0.0025 0.0045 0.0012 0.8062 0.0019 0.0532 0.0371 0.0094 0.0511 0.0410 0.0138 0.0781 0.3913 0.0675 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
229
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
22 0.0772 0.0573 0.0549 0.0110 0.0384 0.0048 0.0147 0.0017 0.6899 0.0031 0.0701 0.0570 0.0127 0.0578 0.0624 0.0157 0.0918 0.3348 0.0577 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
23 0.0894 0.0819 0.0331 0.0095 0.0258 0.0029 0.0063 0.0040 0.7132 0.0031 0.0808 0.0569 0.0126 0.0600 0.0532 0.0145 0.0860 0.3462 0.0597 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
24 0.1438 0.1425 0.0290 0.0070 0.0254 0.0056 0.0067 0.0027 0.4909 0.0045 0.1244 0.0790 0.0170 0.0702 0.0543 0.0122 0.0797 0.2383 0.0411 -
25 0.0000 0.0000 0.2291 0.0013 0.1364 0.0005 0.0700 0.0002 0.5207 0.0032 0.0429 0.0857 0.0225 0.0674 0.1336 0.0254 0.1405 0.2527 0.0436 -
26 0.0217 0.0420 0.0579 0.0311 0.0231 0.0045 0.0086 0.0029 0.7565 0.0026 0.0555 0.0426 0.0108 0.0500 0.0571 0.0149 0.0796 0.3672 0.0633 -
27 0.0005 0.0006 0.1672 0.0691 0.0720 0.0099 0.0221 0.0029 0.5797 0.0044 0.0650 0.0704 0.0172 0.0530 0.1098 0.0199 0.0976 0.2813 0.0485 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
28 0.0027 0.0025 0.1706 0.0427 0.0563 0.0060 0.0155 0.0022 0.5994 0.0037 0.0509 0.0674 0.0173 0.0462 0.1006 0.0192 0.0893 0.2909 0.0502 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
230
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
29 0.0002 0.0003 0.1459 0.0849 0.0369 0.0040 0.0128 0.0036 0.6127 0.0045 0.0652 0.0624 0.0152 0.0462 0.0956 0.0172 0.0805 0.2974 0.0513 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
30 0.0023 0.0032 0.1852 0.0332 0.0795 0.0061 0.0256 0.0040 0.5026 0.0036 0.0505 0.0726 0.0185 0.0491 0.1084 0.0199 0.0971 0.2439 0.0421 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
31 -
32 0.0032 0.0030 0.1771 0.0263 0.0849 0.0052 0.0348 0.0031 0.5776 0.0033 0.0474 0.0707 0.0181 0.0540 0.1080 0.0209 0.1078 0.2803 0.0483 -
33 0.0002 0.0003 0.1093 0.0265 0.0484 0.0054 0.0171 0.0032 0.6457 0.0024 0.0343 0.0461 0.0118 0.0425 0.0750 0.0167 0.0848 0.3134 0.0540 -
34 0.0006 0.0007 0.1313 0.0310 0.0576 0.0057 0.0200 0.0035 0.4555 0.0028 0.0395 0.0531 0.0134 0.0396 0.0816 0.0156 0.0779 0.2211 0.0381 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
35 0.0002 0.0002 0.1599 0.0374 0.0622 0.0051 0.0235 0.0041 0.6245 0.0033 0.0464 0.0640 0.0163 0.0486 0.0984 0.0194 0.0961 0.3031 0.0523 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
231
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
36 0.0015 0.0015 0.2012 0.0409 0.0852 0.0063 0.0323 0.0043 0.5023 0.0040 0.0559 0.0788 0.0199 0.0528 0.1175 0.0210 0.1039 0.2438 0.0420 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
37 0.0006 0.0006 0.1957 0.0174 0.1299 0.0086 0.0494 0.0034 0.4632 0.0033 0.0484 0.0774 0.0195 0.0610 0.1228 0.0230 0.1243 0.2248 0.0388 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
38 0.0166 0.0186 0.1123 0.0230 0.0339 0.0045 0.0184 0.0036 0.6905 0.0027 0.0455 0.0541 0.0137 0.0467 0.0753 0.0168 0.0868 0.3351 0.0578 -
39 0.0072 0.0083 0.0443 0.0105 0.0638 0.1073 0.0122 0.0026 0.6473 0.0026 0.0577 0.0488 0.0079 0.0481 0.0748 0.0168 0.1032 0.3142 0.0542 -
40 0.0005 0.0006 0.0347 0.0159 0.1259 0.0699 0.0122 0.0046 0.6062 0.0021 0.0476 0.0380 0.0063 0.0553 0.0790 0.0192 0.1139 0.2942 0.0507 -
41 0.0006 0.0007 0.0286 0.0122 0.1846 0.0220 0.0252 0.0170 0.5748 0.0015 0.0380 0.0324 0.0058 0.0665 0.0837 0.0216 0.1337 0.2790 0.0481 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
42 0.0028 0.0031 0.1053 0.0935 0.0306 0.0069 0.0085 0.0025 0.6323 0.0044 0.0674 0.0518 0.0121 0.0458 0.0827 0.0155 0.0750 0.3069 0.0529 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
232
Lampiran 6. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
43 0.0015 0.0017 0.0763 0.0294 0.0951 0.0188 0.0219 0.0028 0.6668 0.0024 0.0419 0.0418 0.0096 0.0542 0.0801 0.0189 0.1054 0.3237 0.0558 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
44 0.0004 0.0005 0.0364 0.0109 0.1095 0.0093 0.0195 0.0022 0.7283 0.0012 0.0261 0.0256 0.0061 0.0545 0.0652 0.0188 0.1079 0.3535 0.0610 -
45 0.0005 0.0005 0.0316 0.0068 0.0492 0.0185 0.0182 0.0028 0.8258 0.0011 0.0217 0.0242 0.0057 0.0457 0.0516 0.0162 0.0943 0.4008 0.0691 -
46 0.0002 0.0003 0.0402 0.0091 0.3008 0.0106 0.5173 0.0125 0.0988 0.0019 0.0762 0.0787 0.0113 0.1915 0.1464 0.0237 0.3774 0.0479 0.0083 -
47 0.0004 0.0004 0.0803 0.0508 0.1191 0.0389 0.0254 0.0159 0.5985 0.0033 0.0617 0.0534 0.0103 0.0613 0.0968 0.0203 0.1200 0.2905 0.0501 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
233
Lampiran 7. Matriks Pengga nda Close Loop SAM Provinsi Bali Tahun 2007 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
1 0.0239 0.0264 0.0437 0.0157 0.0409 0.0103 0.0206 0.0025 0.5108 0.0019 0.0425 0.0356 0.0081 0.0425 0.0497 0.0122 0.0734 0.2479 0.0428 0.0241 0.0060 0.0332 0.0001 0.0175 0.0000 0.0276 0.0055 0.0027 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0005 0.0105 - 0.0183 0.0276 0.0026 0.0131 0.0019 0.0148 0.0014 0.0078 0.0283 0.0202 0.0144
2 0.0266 0.0292 0.0401 0.0153 0.0411 0.0108 0.0203 0.0024 0.5214 0.0020 0.0442 0.0358 0.0081 0.0436 0.0492 0.0122 0.0744 0.2530 0.0436 0.0244 0.0061 0.0336 0.0001 0.0178 0.0000 0.0280 0.0056 0.0028 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0005 0.0106 - 0.0186 0.0279 0.0027 0.0133 0.0020 0.0150 0.0015 0.0079 0.0286 0.0206 0.0147
3 0.0237 0.0264 0.0425 0.0156 0.0403 0.0102 0.0203 0.0024 0.5093 0.0019 0.0421 0.0351 0.0080 0.0422 0.0490 0.0120 0.0728 0.2472 0.0426 0.0238 0.0059 0.0328 0.0001 0.0173 0.0000 0.0273 0.0055 0.0027 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0004 0.0104 0.0181 0.0273 0.0026 0.0129 0.0019 0.0147 0.0014 0.0077 0.0280 0.0201 0.0143
4 0.0260 0.0287 0.0405 0.0154 0.0411 0.0108 0.0202 0.0024 0.5196 0.0020 0.0439 0.0357 0.0081 0.0434 0.0492 0.0122 0.0741 0.2522 0.0435 0.0243 0.0060 0.0335 0.0001 0.0177 0.0000 0.0279 0.0056 0.0027 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0005 0.0106 0.0185 0.0278 0.0027 0.0132 0.0019 0.0150 0.0015 0.0079 0.0285 0.0205 0.0146
5 0.0204 0.0227 0.0484 0.0163 0.0405 0.0096 0.0209 0.0025 0.4914 0.0019 0.0401 0.0353 0.0081 0.0408 0.0502 0.0120 0.0717 0.2385 0.0411 0.0236 0.0058 0.0324 0.0001 0.0171 0.0000 0.0270 0.0054 0.0027 0.0007 0.0010 0.0026 0.0000 0.0004 0.0004 0.0103 0.0179 0.0270 0.0026 0.0128 0.0019 0.0145 0.0014 0.0076 0.0277 0.0194 0.0140
6 0.0234 0.0260 0.0442 0.0158 0.0408 0.0102 0.0206 0.0025 0.5086 0.0019 0.0422 0.0355 0.0081 0.0423 0.0497 0.0121 0.0732 0.2468 0.0426 0.0240 0.0060 0.0331 0.0001 0.0175 0.0000 0.0275 0.0055 0.0027 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0005 0.0104 - 0.0183 0.0275 0.0026 0.0130 0.0019 0.0148 0.0014 0.0078 0.0282 0.0201 0.0144
7 0.0197 0.0218 0.0503 0.0165 0.0407 0.0094 0.0213 0.0026 0.4904 0.0019 0.0398 0.0356 0.0082 0.0407 0.0508 0.0120 0.0718 0.2380 0.0411 0.0236 0.0059 0.0325 0.0001 0.0172 0.0000 0.0271 0.0054 0.0027 0.0007 0.0010 0.0026 0.0000 0.0004 0.0004 0.0103 - 0.0180 0.0271 0.0026 0.0128 0.0019 0.0146 0.0014 0.0076 0.0277 0.0194 0.0140
234
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
8 0.0211 0.0235 0.0477 0.0162 0.0407 0.0097 0.0210 0.0025 0.4993 0.0019 0.0407 0.0355 0.0082 0.0414 0.0503 0.0121 0.0724 0.2423 0.0418 0.0238 0.0059 0.0327 0.0001 0.0173 0.0000 0.0273 0.0055 0.0027 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0004 0.0104 - 0.0181 0.0273 0.0026 0.0129 0.0019 0.0147 0.0014 0.0077 0.0279 0.0197 0.0142
9 0.0038 0.0043 0.0116 0.0040 0.0208 0.0026 0.0247 0.0012 0.1036 0.0005 0.0112 0.0103 0.0021 0.0159 0.0163 0.0034 0.0298 0.0503 0.0087 0.0078 0.0019 0.0107 0.0000 0.0057 0.0000 0.0093 0.0018 0.0009 0.0002 0.0004 0.0009 0.0000 0.0001 0.0002 0.0036 - 0.0063 0.0105 0.0009 0.0043 0.0006 0.0050 0.0005 0.0026 0.0093 0.0041 0.0041
10 0.0049 0.0054 0.0110 0.0039 0.0142 0.0025 0.0130 0.0008 0.1141 0.0020 0.0452 0.0365 0.0081 0.0459 0.0516 0.0127 0.0794 0.2528 0.0436 0.0254 0.0063 0.0350 0.0001 0.0185 0.0000 0.0292 0.0058 0.0029 0.0007 0.0011 0.0028 0.0000 0.0004 0.0005 0.0111 0.0195 0.0295 0.0028 0.0138 0.0020 0.0157 0.0015 0.0082 0.0298 0.0206 0.0150
11 0.0048 0.0053 0.0109 0.0038 0.0142 0.0025 0.0131 0.0008 0.1126 0.0020 0.0458 0.0366 0.0082 0.0451 0.0501 0.0125 0.0768 0.2569 0.0443 0.0251 0.0062 0.0346 0.0001 0.0183 0.0000 0.0288 0.0058 0.0028 0.0007 0.0011 0.0028 0.0000 0.0004 0.0005 0.0109 0.0191 0.0287 0.0027 0.0137 0.0020 0.0155 0.0015 0.0081 0.0294 0.0209 0.0150
12 0.0047 0.0053 0.0107 0.0038 0.0142 0.0025 0.0132 0.0008 0.1110 0.0020 0.0445 0.0360 0.0082 0.0443 0.0498 0.0124 0.0759 0.2587 0.0446 0.0247 0.0061 0.0341 0.0001 0.0180 0.0000 0.0284 0.0057 0.0028 0.0007 0.0011 0.0028 0.0000 0.0004 0.0005 0.0107 0.0189 0.0284 0.0027 0.0134 0.0020 0.0152 0.0015 0.0080 0.0290 0.0210 0.0149
13 0.0048 0.0054 0.0111 0.0039 0.0141 0.0025 0.0128 0.0008 0.1142 0.0019 0.0438 0.0364 0.0081 0.0466 0.0516 0.0125 0.0813 0.2472 0.0426 0.0254 0.0063 0.0349 0.0001 0.0185 0.0000 0.0293 0.0058 0.0029 0.0007 0.0011 0.0029 0.0000 0.0004 0.0005 0.0111 - 0.0196 0.0300 0.0028 0.0138 0.0020 0.0157 0.0015 0.0083 0.0298 0.0201 0.0149
14 0.0047 0.0052 0.0107 0.0037 0.0140 0.0024 0.0129 0.0008 0.1105 0.0020 0.0443 0.0361 0.0082 0.0439 0.0500 0.0123 0.0753 0.2525 0.0436 0.0246 0.0061 0.0339 0.0001 0.0179 0.0000 0.0283 0.0057 0.0028 0.0007 0.0011 0.0027 0.0000 0.0004 0.0005 0.0107 - 0.0188 0.0282 0.0027 0.0134 0.0020 0.0152 0.0015 0.0080 0.0289 0.0205 0.0147
235
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
15 0.0046 0.0051 0.0104 0.0037 0.0137 0.0024 0.0127 0.0008 0.1079 0.0019 0.0424 0.0351 0.0080 0.0428 0.0493 0.0121 0.0740 0.2483 0.0428 0.0240 0.0060 0.0331 0.0001 0.0175 0.0000 0.0276 0.0055 0.0027 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0005 0.0105 - 0.0183 0.0277 0.0026 0.0131 0.0019 0.0148 0.0014 0.0078 0.0282 0.0202 0.0144
16 0.0049 0.0054 0.0112 0.0039 0.0138 0.0025 0.0121 0.0008 0.1152 0.0019 0.0413 0.0376 0.0085 0.0459 0.0551 0.0126 0.0824 0.2306 0.0398 0.0256 0.0063 0.0352 0.0001 0.0186 0.0000 0.0296 0.0059 0.0029 0.0007 0.0011 0.0029 0.0000 0.0004 0.0005 0.0113 - 0.0198 0.0305 0.0028 0.0139 0.0021 0.0159 0.0015 0.0084 0.0302 0.0188 0.0146
17 0.0045 0.0050 0.0103 0.0036 0.0130 0.0023 0.0117 0.0008 0.1065 0.0019 0.0367 0.0365 0.0086 0.0399 0.0542 0.0122 0.0731 0.2264 0.0391 0.0238 0.0059 0.0326 0.0001 0.0172 0.0000 0.0273 0.0054 0.0027 0.0007 0.0010 0.0027 0.0000 0.0004 0.0005 0.0105 0.0181 0.0276 0.0026 0.0129 0.0019 0.0147 0.0014 0.0077 0.0280 0.0184 0.0138
18 0.0009 0.0010 0.0022 0.0008 0.0021 0.0004 0.0013 0.0001 0.0225 0.0002 0.0062 0.0058 0.0010 0.0110 0.0099 0.0019 0.0211 0.0191 0.0033 0.0049 0.0012 0.0067 0.0000 0.0035 0.0000 0.0059 0.0011 0.0006 0.0002 0.0002 0.0006 0.0000 0.0001 0.0001 0.0023 0.0041 0.0072 0.0006 0.0027 0.0004 0.0032 0.0003 0.0017 0.0059 0.0016 0.0023
19 0.0106 0.0118 0.0258 0.0086 0.0229 0.0051 0.0136 0.0014 0.2587 0.0024 0.0688 0.0651 0.0111 0.1292 0.1130 0.0210 0.2494 0.1865 0.0322 0.0561 0.0138 0.0765 0.0001 0.0405 0.0000 0.0679 0.0131 0.0064 0.0017 0.0028 0.0072 0.0001 0.0011 0.0012 0.0269 0.0475 0.0843 0.0065 0.0305 0.0048 0.0368 0.0036 0.0193 0.0673 0.0156 0.0257
20 0.0058 0.0064 0.0143 0.0050 0.0223 0.0033 0.0239 0.0013 0.1404 0.0006 0.0140 0.0125 0.0026 0.0182 0.0191 0.0042 0.0334 0.0681 0.0118 0.0301 0.0075 0.0416 0.0001 0.0220 0.0000 0.0353 0.0070 0.0034 0.0009 0.0014 0.0035 0.0000 0.0005 0.0006 0.0135 - 0.0241 0.0381 0.0034 0.0165 0.0025 0.0190 0.0018 0.0100 0.0356 0.0406 0.0228
21 0.0069 0.0077 0.0161 0.0057 0.0231 0.0037 0.0231 0.0013 0.1636 0.0007 0.0157 0.0139 0.0030 0.0195 0.0209 0.0047 0.0355 0.0794 0.0137 0.0360 0.0090 0.0498 0.0001 0.0264 0.0000 0.0414 0.0083 0.0041 0.0010 0.0016 0.0040 0.0000 0.0006 0.0007 0.0156 - 0.0278 0.0419 0.0039 0.0197 0.0029 0.0223 0.0022 0.0117 0.0423 0.0382 0.0240
236
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
22 0.0088 0.0098 0.0194 0.0068 0.0249 0.0045 0.0224 0.0014 0.2038 0.0008 0.0187 0.0164 0.0035 0.0220 0.0241 0.0055 0.0396 0.0989 0.0171 0.0459 0.0115 0.0635 0.0001 0.0336 0.0000 0.0521 0.0105 0.0052 0.0013 0.0019 0.0049 0.0001 0.0008 0.0008 0.0195 - 0.0343 0.0499 0.0050 0.0250 0.0036 0.0280 0.0027 0.0147 0.0537 0.0353 0.0264
23 0.0089 0.0098 0.0192 0.0068 0.0251 0.0045 0.0228 0.0014 0.2032 0.0008 0.0188 0.0164 0.0035 0.0221 0.0242 0.0055 0.0398 0.0986 0.0170 0.0460 0.0115 0.0640 0.0001 0.0338 0.0000 0.0518 0.0105 0.0052 0.0013 0.0019 0.0048 0.0001 0.0008 0.0008 0.0191 - 0.0340 0.0481 0.0049 0.0252 0.0036 0.0278 0.0027 0.0146 0.0536 0.0362 0.0266
24 0.0108 0.0120 0.0212 0.0076 0.0250 0.0051 0.0196 0.0015 0.2369 0.0009 0.0211 0.0180 0.0040 0.0233 0.0260 0.0061 0.0413 0.1150 0.0198 0.0555 0.0141 0.0779 0.0001 0.0412 0.0000 0.0608 0.0126 0.0062 0.0014 0.0021 0.0053 0.0001 0.0009 0.0009 0.0217 0.0387 0.0490 0.0058 0.0305 0.0042 0.0326 0.0032 0.0171 0.0639 0.0288 0.0271
25 0.0116 0.0130 0.0260 0.0091 0.0285 0.0057 0.0219 0.0017 0.2731 0.0011 0.0238 0.0208 0.0046 0.0265 0.0302 0.0070 0.0471 0.1325 0.0229 0.0615 0.0151 0.0837 0.0001 0.0443 0.0000 0.0708 0.0141 0.0069 0.0018 0.0027 0.0070 0.0001 0.0011 0.0012 0.0275 0.0465 0.0723 0.0067 0.0329 0.0049 0.0381 0.0037 0.0200 0.0727 0.0315 0.0311
26 0.0075 0.0083 0.0170 0.0060 0.0235 0.0040 0.0226 0.0013 0.1763 0.0007 0.0167 0.0146 0.0031 0.0202 0.0218 0.0049 0.0366 0.0855 0.0148 0.0393 0.0098 0.0542 0.0001 0.0286 0.0000 0.0449 0.0090 0.0044 0.0011 0.0017 0.0043 0.0001 0.0007 0.0007 0.0169 0.0297 0.0439 0.0043 0.0214 0.0031 0.0241 0.0023 0.0126 0.0460 0.0368 0.0246
27 0.0102 0.0113 0.0219 0.0077 0.0260 0.0050 0.0214 0.0015 0.2344 0.0009 0.0209 0.0182 0.0040 0.0237 0.0265 0.0061 0.0423 0.1138 0.0196 0.0536 0.0133 0.0735 0.0001 0.0389 0.0000 0.0605 0.0122 0.0060 0.0015 0.0022 0.0058 0.0001 0.0009 0.0010 0.0229 - 0.0390 0.0559 0.0058 0.0289 0.0042 0.0324 0.0031 0.0170 0.0626 0.0322 0.0281
28 0.0092 0.0103 0.0200 0.0071 0.0245 0.0046 0.0209 0.0014 0.2133 0.0009 0.0192 0.0167 0.0037 0.0221 0.0245 0.0057 0.0396 0.1035 0.0179 0.0485 0.0120 0.0664 0.0001 0.0351 0.0000 0.0549 0.0110 0.0054 0.0014 0.0020 0.0053 0.0001 0.0008 0.0009 0.0209 - 0.0354 0.0515 0.0052 0.0261 0.0038 0.0294 0.0029 0.0154 0.0568 0.0321 0.0263
237
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
29 0.0092 0.0102 0.0196 0.0070 0.0244 0.0046 0.0210 0.0014 0.2104 0.0008 0.0191 0.0165 0.0036 0.0220 0.0242 0.0056 0.0393 0.1021 0.0176 0.0482 0.0120 0.0663 0.0001 0.0351 0.0000 0.0541 0.0110 0.0054 0.0013 0.0020 0.0051 0.0001 0.0008 0.0009 0.0203 - 0.0347 0.0485 0.0051 0.0261 0.0038 0.0290 0.0028 0.0152 0.0562 0.0325 0.0262
30 0.0097 0.0108 0.0209 0.0074 0.0242 0.0047 0.0194 0.0014 0.2232 0.0009 0.0198 0.0172 0.0038 0.0222 0.0250 0.0058 0.0396 0.1083 0.0187 0.0510 0.0126 0.0696 0.0001 0.0368 0.0000 0.0577 0.0116 0.0057 0.0014 0.0021 0.0055 0.0001 0.0009 0.0009 0.0220 - 0.0373 0.0545 0.0055 0.0274 0.0040 0.0309 0.0030 0.0162 0.0597 0.0287 0.0262
31 -
32 0.0099 0.0110 0.0218 0.0077 0.0257 0.0049 0.0212 0.0015 0.2299 0.0009 0.0205 0.0179 0.0039 0.0233 0.0261 0.0060 0.0417 0.1116 0.0192 0.0520 0.0128 0.0709 0.0001 0.0375 0.0000 0.0593 0.0119 0.0058 0.0015 0.0022 0.0058 0.0001 0.0009 0.0010 0.0228 0.0387 0.0583 0.0056 0.0279 0.0041 0.0319 0.0031 0.0167 0.0611 0.0320 0.0277
33 0.0073 0.0081 0.0168 0.0059 0.0219 0.0038 0.0203 0.0013 0.1730 0.0007 0.0160 0.0141 0.0030 0.0191 0.0209 0.0047 0.0345 0.0840 0.0145 0.0384 0.0095 0.0524 0.0001 0.0277 0.0000 0.0443 0.0088 0.0043 0.0011 0.0017 0.0044 0.0001 0.0007 0.0007 0.0171 0.0294 0.0454 0.0042 0.0207 0.0031 0.0238 0.0023 0.0125 0.0453 0.0323 0.0232
34 0.0075 0.0083 0.0164 0.0058 0.0196 0.0037 0.0164 0.0011 0.1736 0.0007 0.0156 0.0135 0.0030 0.0178 0.0198 0.0046 0.0318 0.0843 0.0145 0.0394 0.0097 0.0538 0.0001 0.0284 0.0000 0.0448 0.0090 0.0044 0.0011 0.0017 0.0043 0.0001 0.0007 0.0007 0.0171 - 0.0291 0.0431 0.0043 0.0212 0.0031 0.0240 0.0023 0.0126 0.0462 0.0249 0.0211
35 0.0091 0.0101 0.0202 0.0071 0.0248 0.0046 0.0214 0.0014 0.2125 0.0009 0.0192 0.0168 0.0037 0.0222 0.0247 0.0057 0.0398 0.1031 0.0178 0.0480 0.0118 0.0655 0.0001 0.0346 0.0000 0.0547 0.0109 0.0054 0.0014 0.0021 0.0053 0.0001 0.0008 0.0009 0.0210 - 0.0356 0.0532 0.0052 0.0258 0.0038 0.0293 0.0028 0.0154 0.0563 0.0331 0.0266
238
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
36 0.0105 0.0116 0.0224 0.0079 0.0255 0.0051 0.0201 0.0015 0.2404 0.0010 0.0212 0.0184 0.0041 0.0236 0.0267 0.0062 0.0421 0.1167 0.0201 0.0550 0.0136 0.0752 0.0001 0.0398 0.0000 0.0622 0.0125 0.0062 0.0015 0.0023 0.0060 0.0001 0.0009 0.0010 0.0237 - 0.0401 0.0584 0.0059 0.0295 0.0043 0.0333 0.0032 0.0175 0.0644 0.0294 0.0278
37 0.0108 0.0120 0.0238 0.0083 0.0260 0.0053 0.0198 0.0015 0.2514 0.0010 0.0219 0.0191 0.0042 0.0243 0.0277 0.0065 0.0431 0.1220 0.0210 0.0570 0.0140 0.0776 0.0001 0.0411 0.0000 0.0652 0.0130 0.0064 0.0016 0.0025 0.0064 0.0001 0.0010 0.0011 0.0252 - 0.0427 0.0650 0.0062 0.0305 0.0045 0.0350 0.0034 0.0184 0.0671 0.0284 0.0285
38 0.0080 0.0089 0.0181 0.0064 0.0237 0.0042 0.0218 0.0014 0.1886 0.0008 0.0174 0.0153 0.0033 0.0207 0.0227 0.0052 0.0374 0.0915 0.0158 0.0422 0.0104 0.0578 0.0001 0.0306 0.0000 0.0482 0.0096 0.0047 0.0012 0.0018 0.0047 0.0001 0.0007 0.0008 0.0184 0.0317 0.0477 0.0046 0.0228 0.0034 0.0259 0.0025 0.0136 0.0496 0.0347 0.0251
39 0.0083 0.0092 0.0191 0.0067 0.0239 0.0043 0.0213 0.0014 0.1963 0.0008 0.0179 0.0158 0.0034 0.0211 0.0233 0.0053 0.0379 0.0953 0.0164 0.0437 0.0108 0.0598 0.0001 0.0316 0.0000 0.0503 0.0100 0.0049 0.0013 0.0019 0.0050 0.0001 0.0008 0.0008 0.0192 0.0337 0.0522 0.0048 0.0237 0.0035 0.0271 0.0026 0.0142 0.0512 0.0334 0.0253
40 0.0081 0.0090 0.0192 0.0066 0.0233 0.0042 0.0205 0.0014 0.1949 0.0008 0.0177 0.0156 0.0034 0.0206 0.0231 0.0053 0.0372 0.0946 0.0163 0.0429 0.0105 0.0584 0.0001 0.0309 0.0000 0.0503 0.0099 0.0049 0.0013 0.0020 0.0051 0.0001 0.0008 0.0009 0.0195 0.0341 0.0548 0.0048 0.0232 0.0035 0.0271 0.0026 0.0142 0.0506 0.0317 0.0248
41 0.0084 0.0093 0.0204 0.0070 0.0237 0.0043 0.0203 0.0014 0.2039 0.0008 0.0183 0.0162 0.0036 0.0212 0.0239 0.0055 0.0381 0.0989 0.0171 0.0443 0.0108 0.0601 0.0001 0.0318 0.0000 0.0529 0.0102 0.0050 0.0014 0.0021 0.0055 0.0001 0.0008 0.0009 0.0208 - 0.0364 0.0610 0.0050 0.0239 0.0037 0.0285 0.0028 0.0149 0.0527 0.0309 0.0254
42 0.0085 0.0094 0.0182 0.0065 0.0234 0.0043 0.0208 0.0013 0.1947 0.0008 0.0179 0.0155 0.0034 0.0208 0.0228 0.0052 0.0373 0.0945 0.0163 0.0445 0.0111 0.0613 0.0001 0.0324 0.0000 0.0500 0.0101 0.0050 0.0012 0.0018 0.0047 0.0001 0.0007 0.0008 0.0187 - 0.0321 0.0449 0.0048 0.0241 0.0035 0.0268 0.0026 0.0140 0.0517 0.0327 0.0249
239
Lampiran 7. Lanjutan Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
43
44 0.0081 0.0090 0.0190 0.0066 0.0239 0.0042 0.0216 0.0014 0.1932 0.0008 0.0177 0.0156 0.0034 0.0209 0.0232 0.0053 0.0378 0.0938 0.0162 0.0426 0.0105 0.0581 0.0001 0.0307 0.0000 0.0497 0.0098 0.0048 0.0013 0.0019 0.0050 0.0001 0.0008 0.0008 0.0193 - 0.0334 0.0529 0.0047 0.0230 0.0035 0.0267 0.0026 0.0140 0.0503 0.0340 0.0253
45 0.0068 0.0076 0.0173 0.0059 0.0228 0.0038 0.0219 0.0013 0.1692 0.0007 0.0159 0.0142 0.0031 0.0194 0.0213 0.0048 0.0353 0.0821 0.0142 0.0362 0.0089 0.0492 0.0001 0.0260 0.0000 0.0434 0.0084 0.0041 0.0011 0.0018 0.0046 0.0001 0.0007 0.0008 0.0172 0.0300 0.0508 0.0041 0.0195 0.0030 0.0234 0.0023 0.0123 0.0432 0.0355 0.0238
47
46 0.0060 0.0066 0.0155 0.0053 0.0224 0.0034 0.0231 0.0013 0.1495 0.0006 0.0145 0.0131 0.0028 0.0185 0.0199 0.0044 0.0338 0.0726 0.0125 0.0316 0.0077 0.0429 0.0001 0.0227 0.0000 0.0379 0.0073 0.0036 0.0010 0.0015 0.0040 0.0000 0.0006 0.0007 0.0150 0.0264 0.0451 0.0036 0.0171 0.0027 0.0205 0.0020 0.0107 0.0378 0.0385 0.0230
0.0184 0.0204 0.0449 0.0150 0.0383 0.0088 0.0212 0.0024 0.4489 0.0017 0.0368 0.0326 0.0075 0.0380 0.0466 0.0111 0.0670 0.2179 0.0376 0.0970 0.0239 0.1323 0.0002 0.0699 0.0000 0.1180 0.0227 0.0112 0.0030 0.0049 0.0127 0.0001 0.0018 0.0021 0.0469 0.0830 0.1492 0.0112 0.0528 0.0083 0.0641 0.0062 0.0336 0.1166 0.0225 0.0433
0.0097 0.0108 0.0220 0.0077 0.0259 0.0049 0.0216 0.0015 0.2284 0.0009 0.0204 0.0179 0.0039 0.0234 0.0262 0.0060 0.0418 0.1108 0.0191 0.0511 0.0126 0.0699 0.0001 0.0370 0.0000 0.0590 0.0117 0.0058 0.0015 0.0023 0.0058 0.0001 0.0009 0.0010 0.0226 - 0.0392 0.0605 0.0056 0.0276 0.0041 0.0317 0.0031 0.0166 0.0600 0.0328 0.0278