ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output)
OLEH BUDI PRATAMA H14053285
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
BUDI PRATAMA. Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap SektorSektor Lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI).
Sektor pertanian memiliki peran stategis dalam perekonomian Indonesia. Hal tersebut dipahami karena sektor pertanian menyediakan lapangan pekerjaan terbesar bagi penduduk Indonesia, selain itu sektor pertanian juga menjadi sektor ekonomi utama bagi daerah pedesaan dimana daerah pedesaan menyumbang tingkat kemiskinan terbesar bagi penduduk Indonesia. Untuk itu, pembangunan sektor pertanian menjadi kunci keberhasilan bagi Indonesia untuk dapat mensejahterakan masyarakat Indonesia. Pada kenyataannya sektor pertanian di Indonesia masih belum berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dimana pertumbuhan sektor pertanian dari tahun ketahunnya semakin menurun. Pembangunan ekonomi Indonesia lebih diarahkan kepada pengembangan sektor industri. Sektor industri dianggap sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian dibandingkan sektor-sektor lain. Sehingga sektor industri sangat diprioritaskan. Kontribusi sektor industri dapat dilihat dari indikator PDB dimana sektor industri menyumbang pendapatan nasional terbesar setiap tahunnya dan pertumbuhannya pun semakin meningkat. Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembangunan sektor industri dimana sektor tersebut menjadi sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan nasional tidak terlepas dari peran sektor pertanian. Contohnya adalah agroindustri dimana agroindustri merupakan bagian dari sektor industri pengolahan yang mengolah output atau produk-produk mentah dari sektor pertanian. Sehingga perkembangan agroindustri tergantung dari kontribusi sektor pertanian itu sendiri. Hal tersebut dapat terjadi tidak hanya pada sektor industri pengolahan saja melainkan dapat terjadi dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian. Dengan kondisi tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian sebenarnya dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun pengguna input antara dari sektor lain. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini adalah melihat sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Dengan mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada Analisis Input Output. Analisis Input Output dilakukan dengan cara mengolah Tabel Input Output dengan menggunakan software Grimp7.2 atau Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki hubungan/keterkaitan ke depan
yang tinggi terhadap sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa secara langsung dan tidak langsung. Kemudian sektor pertanian memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi terhadap sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran secara langsung dan tidak langsung. Akan tetapi dari analisis dampak penyebaran, sektor pertanian memiliki dampak penyebaran yang rendah terhadap pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian baik ke depan maupun ke belakang. Begitu juga dengan dampak pengganda, sektor pertanian memiliki dampak penggandaan yang rendah terhadap peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja untuk seluruh sektor ekonomi lain ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang diarahkan kepada pengembangan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, dan sektor jasa akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap pembangunan sektor pertanian terkait perannya sebagai penyedia input bagi sektor-sektor tersebut. Kemudian ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang maka sektor pertanian dapat menarik pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena itu disarankan agar pemerintah dapat menciptakan keterpaduan antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lain yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian. Sehingga diharapkan dapat menciptakan sinergitas dan kesinambungan antara sektor-sektor tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output)
OLEH BUDI PRATAMA H14053285
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Budi Pratama
Nomor Registrasi Pokok
: H14053285
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap Sektor-Sektor Lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia (Analisis Input Output)
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Didin S. Damanhuri NIP. 1952040819840310001
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim NIP. 196410221989031003 Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2010
Budi Pratama H14053285
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Budi Pratama, lahir pada tanggal 26 November 1986 di Medan Sumatera Utara. Penulis anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Agus Salim dan Huswidiani. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SD IKAL (Ikatan Keluarga Logistik) Medan, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 7 Medan dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Kartika I-1 Medan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu di Institut Pertanian Bogor. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan setahun kemudian setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama (TPB), penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis memilih jurusan Ilmu Ekonomi atas keinginannya sendiri dimana pertanian merupakan sektor terpenting bagi negara Indonesia yang perlu didukung oleh ilmu ekonomi agar lebih memberi kontribusi terhadap perekonomian negara. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi internal maupun eksternal kampus. Penulis aktif di organisasi internal yaitu HIPOTESA (Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi) dengan menjadi staff d’coupies (division of information, promotion and external relationship) pada periode 2007. Sedangkan organisasi eksternal, penulis aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dari tahun 2007 sampai sekarang dan organisasi kedaerahan yaitu IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan). Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh kampus maupun departemen seperti Masa Perkenalan Kampus, Masa Perkenalan Fakultas, Masa Perkenalan Departemen Ilmu Ekonomi, Economic Contest, Seminar-seminar, dan lain sebagainya .
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb. Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap Sektor-Sektor lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia”. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi Indonesia karena dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian terkait sektor pertanian dan perannya terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada berbagai pihak yang telah memberi bantuan, perhatian, doa, semangat, kritik, dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis disampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan berupa ilmu dan nasihat-nasihat yang sangat berguna baik secara teknis maupun teoritis dalam pembuatan skripsi disela-sela kesibukan beliau yang sangat luar biasa. 2. Dr. Lukytawati, selaku dosen penguji yang telah menguji hasil karya ini dan memberikan masukan berupa kritik maupun saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Alla Asmara, M. Si. Selaku komisi pendidikan yang memberikan masukanmasukan terkait penulisan dan isi skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi. 4. Orang tua penulis, yaitu Agus Salim dan Huswidiani yang selalu memberikan doa, materi, semangat, nasihat dan perhatian kepada penulis setiap waktu dengan berbagi cara yang luar biasa walaupun terkadang ada kritik yang cukup
keras karena keterlambatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akan tetapi semuanya itu untuk memberikan yang terbaik untuk penulis. Penulis juga berterima kasih kepada adik-adik kandung yaitu Ratih Purnama Sari dan M. Ridwan Effendi yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 5. Anggun Istiyani Putri, yang telah memberikan doa, canda tawa, kasih sayang, semangat, perhatian, motivasi dan nasihat selama penyusunan skripsi ini. 6. Fransiscus, selaku pembahas dalam seminar hasil penelitian skripsi yang telah memberikan masukan berupa saran dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berterima kasih kepada Arisa dan Acyl yang telah membantu memberikan informasi maupun bimbingan atau arahan terkait penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh Keluarga Besar IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan), yang tentunya selalu memberikan semangat dan juga doa kepada penulis di setiap pertemuan. 8. Semua teman-teman seperjuangan, yaitu Luken, Acun, Hengky, Adit, dan seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi 42 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas perhatian, canda tawa, dan perjuangan selama 3 tahun di Departemen Ilmu Ekonomi. 9. Dan yang terakhir para peserta seminar hasil penelitian skripsi yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2010
Budi Pratama H14053285
x
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
xvi
I.
II.
PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah ..........................................................................
8
1.3.
Tujuan Penelitian ...........................................................................
11
1.4.
Manfaat Penelitian .........................................................................
11
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...................
12
2.1.
Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian ..............................
12
2.2.
Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional.....................................
13
2.3.
Konsep Keterkaitan .......................................................................
15
2.4.
Model Input Output .......................................................................
20
2.4.1. Asumsi Tabel Input Output .................................................
22
2.4.2. Keunggulan dan Kelemahan Tabel Input Output ................
23
2.4.3. Struktur Dasar Tabel Input Output ....................................... 24 2.5.
Definisi dan Kosep Variabel dalam Tabel Input Output ...............
30
2.6.
Analisis Input Output ..................................................................... 34 2.6.1. Analisis Keterkaitan .............................................................. 34 2.6.2. Analisis Dampak Penyebaran ................................................ 35 2.6.3. Analisis Dampak Pengganda .............................................
III.
36
2.7.
Penelitian Terdahulu ....................................................................... 39
2.8.
Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 47
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 49 3.1.
Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 49
xi
3.2.
Metode Analisis ................................................................................ 49 3.2.1. Analisis Keterkaitan ............................................................... 50 3.2.1.1. Keterkaitan ke Depan ............................................... 50 3.2.1.2. Keterkaitan ke Belakang .......................................... 51 3.2.2. Analisis Dampak Penyebaran ............................................... 52 3.2.2.1. Koefisien Penyebaran .............................................. 52 3.2.2.2. Kepekaan Penyebaran .............................................. 53 3.2.3. Analisis Pengganda ................................................................ 53 3.2.3.1. Pengganda Output..... ............................................... 54 3.2.3.2. Pengganda Pendapatan ............................................. 55 3.2.3.3. Pengganda Tenaga Kerja ......................................... 56
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 4.1.
58
Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Indonesia ........... 58 4.1.1. Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir .............. 58 4.1.2. Struktur Konsumsi................................................................. 60
4.2.
4.3.
4.1.3. Ekspor dan Impor .................................................................
61
4.1.4. Struktur Investasi .................................................................
62
4.1.5. Struktur Nilai Tambah Bruto ...............................................
64
Analisis Keterkaitan .......................................................................
67
4.2.1. Keterkaitan ke Depan Sektor Pertanian dengan Sektor Lainnya Dalam Perekonomian Indonesia ............................
67
4.2.2. Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian Dengan Sektor Lainnya Dalam Perekonomian Indonesia ............................
70
Analisis Dampak Penyebaran ........................................................
73
4.3.1. Koefisien Penyebaran ........................................................... 74
4.4.
4.3.2. Kepekaan Penyebaran ..........................................................
75
Analisis Pengganda .......................................................................
77
4.4.1. Pengganda Output ...........................................................
78
4.4.2. Pengganda Pendapatan ....................................................
78
xii
4.4.3. Pengganda Tenaga Kerja ................................................. V.
79
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
81
5.1.
Kesimpulan ....................................................................................
81
5.2.
Saran ..............................................................................................
83
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
85
LAMPIRAN .........................................................................................................
86
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1.
Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Periode 1999-2006 di Indonesia ........
2
1.2.
Jumlah dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001-2009 (Miliar Rupiah) ..........................................................................................
5
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan …………………...
9
2.1.
Tabel Input Output .....................................................................................
26
2.2.
Penelitian-Penelitian Terdahulu .................................................................
42
4.1.
Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) .........................................................
59
Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) .................................
60
Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) .........................................................
62
Pembentukan Modal, Pereubahan Stok, dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) .................................
63
Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) .........................................................................
66
Keterkaitan ke Depan Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lainnya dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2005 .......................................................
68
Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lainnya dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2005 .......................................
71
Nilai Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 ...........................................................................................
75
1.3.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
4.8.
xiv
4.9.
4.10.
4.15.
Nilai Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 ...........................................................................................
76
Nilai Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 ..................................................
77
Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2005 ...................................................................................................... 80
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1.
Halaman Kerangka Pemikiran Operasional ..............................................................
48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran 1.
Halaman Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen, klasifikasi 9 sektor …….
87
Lampiran 2.
Keterangan Tabel Input Output …………………………………
90
Lampiran 3.
Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 9 sektor (diolah) ……….....
91
Lampiran 4.
Keterangan dari Matrik Koefisien Teknis ………………………
92
Lampiran 5.
Matrik Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 9 Sektor (diolah)..
93
Lampiran 6.
Pengganda Output Klasifikasi 9 sektor (diolah) ……………….
94
Lampiran 7.
Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 Sektor (diolah) ………….
94
Lampiran 8.
Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor (diolah) ………..
94
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber daya laut, maupun keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya tersebar secara luas pada setiap pulau-pulau di Indonesia. Kekayaan alam yang dimiliki tersebut dapat menjadi modal bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi bagi Indonesia. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan suatu proses berkesinambungan antara sektor-sektor ekonomi yang mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Dengan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, pembangunan ekonomi dapat di optimalkan untuk mengolah sumberdaya alam tersebut melalui salah satunya adalah sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian masih menjadi andalan penciptaan lapangan pekerjaan dalam jumlah yang cukup besar. Dapat dilihat pada Tabel 1.1, penduduk Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian dari tahun 1999 sampai tahun 2006 rata-rata 40% dari total angkatan kerja pada tahun-tahun tersebut. Dari tahun-tahun tersebut pertumbuhannya fluktuatif tetapi kecenderungannya semakin menurun. Walaupun demikian, sektor pertanian masih menyediakan lapangan pe-
2
kerjaan terbesar bagi penduduk Indonesia jika dibandingkan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia Tabel 1.1. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Periode 1999-2006 di Indonesia Tahun
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Bekerja (Juta Orang) Pertanian Non Pertanian 38,38 40,68 39,74 40,63 43,04 40,61 41,81 40,14
50,44 49,16 51,06 51,01 49,77 53,11 53,13 55,32
Total Angkatan Kerja (Juta Orang) 94,55 95,65 98,81 100,79 102,63 103,97 105,8 105,39
Persentase Dari Total Angkatan Kerja Yang Bekerja Pada Sektor Pertanian (Persen) 40,59 42,53 40,22 40,31 41,94 39,06 39,52 38,09
Pertumbuhan (Persen) 1,94 -2,31 0,09 1,63 -1,07 0,46 -1,43
Sumber: BPS, 2006
Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang menopang kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia. Pembangunan sektor pertanian menyebabkan pembangunan ekonomi pedesaan. Pembangunan sektor pertanian dapat dilakukan salah satunya melalui peningkatan produktivitas pertanian itu sendiri yang bertujuan untuk dapat meningkatkan hasil produksi pertanian. Sehingga meningkatnya hasil produksi pertanian akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat desa. Peningkatan pendapatan masyarakat desa secara tidak langsung membuat daya beli masyarakat desa akan meningkat. Menurut Jhingan (2007) kenaikan daya beli daerah pedesaan sebagai akibat
kenaikan
surplus
pertanian
membuat
perangsang kuat
terhadap
perkembangan sektor lain. Hal ini merupakan awal mula perkembangan ke arah pembangunan sektor-sektor lain di negara berkembang yang didominasi oleh
3
sektor pertanian1. Contohnya adalah ketika daya beli masyarakat desa cenderung meningkat, permintaan akan barang manufaktur akan meningkat juga seiring kebutuhan masyarakat desa akan barang manufaktur seperti traktor misalnya yang digunakan dalam proses produksi. Sehingga meluasnya output dan peningkatan produktivitas di sektor pertanian akan meningkatkan permintaan terhadap barang manufaktur yang pada akhirnya akan memperluas sektor industri manufaktur tersebut. Jika sektor ini terwujud maka sektor jasa pun dapat meningkatkan pelayanannya untuk melayani kebutuhan sektor pertanian. Contohnya adalah jasa pengangkutan dan perhubungan akan berkembang untuk mengangkut hasil pertanian dari desa ke kota maupun mengangkut barang manufaktur dari kota ke desa. Disamping itu, kenaikan daya beli masyarakat pedesaan sebagai akibat kenaikan surplus pertanian juga dapat meningkatkan permintaan atas barangbarang bangunan. Hal ini dapat terjadi bila kebutuhan masyarakat desa akan tempat tinggal semakin diperlukan. Mereka akan membangun rumah atau merenovasi rumah ke tingkat yang lebih baik sehingga kebutuhan akan bahanbahan bangunan semakin tinggi. Dengan kebutuhan akan permintaan bahan bangunan semakin tinggi dapat menyebabkan sektor bangunan akan berkembang. Begitu juga yang terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih dapat tumbuh
1
Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno [penerjemah]. Edisi ke-11. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hal. 363.
4
seiring kebutuhan akan listrik, gas dan air bersih di pedesaan yang meningkat akibat kenaikan daya beli masyarakat pedesaan. Uraian diatas menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi di negara berkembang dimana memiliki kekayaan sumberdaya alam jika diarahkan pada sektor pertanian akan berdampak kepada perkembangan atau pertumbuhan sektorsektor ekonomi lainnya dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Beda halnya dengan kondisi yang ada pada Indonesia. Kekayaan alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat menjadi peluang untuk mengembangkan sektor pertanian. Akan tetapi, sektor pertanian di Indonesia masih kurang berkembang. Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional jika dilihat berdasarkan indikator PDB tidak terlalu besar. Dapat dilihat pada Tabel 1.2, dari tahun 2003 hingga tahun 2005 pertumbuhan sektor pertanian semakin menurun tetapi pada tahun 2006 hingga tahun 2008 pertumbuhan sektor pertanian mulai mengalami peningkatan. Walaupun demikian, pertumbuhan sektor pertanian masih di bawah pertumbuhan PDB secara nasional dan jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain, pertumbuhan sektor pertanian masih sangat rendah.
5
Tabel 1.2. Jumlah dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2008 (Miliar Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa
PDB Dengan Migas PDB Tanpa Migas
2003
2004
2005
2006
2007
2008
240.387,3 (3,79) 167.603,8 (-1,37)
247.163,6 (2,82) 160.100,5 (-4,48)
253.726 (2,66) 162.642 (3,11)
262.402,8 (2,98) 168.028,9 (2,21)
271.401,2 (3,43) 171.422,1 (2.02)
284.337,8 (4,77) 172.300,0 (0,51)
441.754,9 (5,33)
469.952,4 (6,38)
491.699,5 (4,57)
514.100,3 (4,63)
538.084,6 (4,67)
557.765,6 (3,66)
10.349,2 (4,87)
10.897,6 (5,30)
11.596,6 (6,30)
12.251,1 (5,87)
13.517,1 (10,33)
14.993,7 (10,92)
89.621,8 (6,10) 256.516,6 (5,45)
96.334,4 (7,49) 271.142,2 (5,70)
103.403,8 (7,42) 294.396,3 (8,38)
112.233,6 (8,97) 312.520,8 (6,13)
121.901,0 (8,61) 338.807,2 (8,41)
130.815,7 (7,31) 363.314,0 (7,23)
85.458,4 (12,19)
85.458,4 (13,38)
109.467,1 (12,97)
124.975,7 (13,64)
142.327,2 (14,04)
166.076,8 (16,69)
140.374,4 (6,73)
140.374,4 (7,66)
161.959,6 (6,79)
170.074,3 (5,65)
183.659,3 (7,99)
198.799,6 (8,24)
145.104,9 (4,41)
145.104,9 (5,38)
159.990,7 (5,05)
170.705,4 (6,22)
181.972,1 (6,60)
193.700,5 (6,45)
1.577.171,3 (4,78) 1.423.866,1 (5,69)
1.577.171,3 (5,03) 1.421.474,8 (5,97)
1.749.546,9 (5,68) 1.605.247,6 (6,57)
1.847.292,9 (5,48) 1.703.086 (6,09)
1.963.091,8 (6,28) 1.820.511,8 (6,87)
2.082.103,7 (6,06) 1.939.249,9 (6,52)
Sumber: BPS, 2008 keterangan: angka dalam kurung adalah pertumbuhan (%)
Pembangunan ekonomi Indonesia lebih diarahkan kepada pengembangan sektor industri. Sektor industri dianggap sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan perekonomian dibandingkan sektor-sektor lain. Sehingga sektor industri sangat diprioritaskan. Dapat dilihat dari kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional melalui indikator PDB (Lihat Tabel 1.2). Berdasarkan Tabel tersebut, sektor industri yaitu industri pengolahan menyumbang pendapatan nasional terbesar pada setiap tahunnya dari tahun 2003
6
hingga tahun 2008. Walaupun pada tahun 2003 hingga tahun 2008 pertumbuhan sektor industri pengolahan kecenderungannya semakin menurun, akan tetapi sektor tersebut masih menghasilkan pendapatan nasional terbesar bagi Indonesia. Pertumbuhan sektor industri pengolahan jauh lebih besar dari pertumbuhan sektor pertanian dan jumlah pendapatan nasional yang berasal dari sektor industri pengolahan jauh lebih besar juga dari sektor pertanian. Akan tetapi, dalam pelaksanaan pembangunan sektor industri dimana sektor tersebut menjadi sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan nasional Indonesia tidak terlepas dari peran sektor pertanian. Contohnya adalah melalui sistem agroindustri. Agroindustri merupakan bagian dari sektor industri pengolahan yang mengolah output atau produk-produk mentah dari sektor pertanian menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Sehingga
semakin
berkembangnya
agroindustri
menyebabkan
semakin
pentingnya peran sektor pertanian sebagai pemasok bahan baku agroindustri tersebut. Untuk itu, ketika sektor pertanian dapat meningkatkan output pertaniannya maka akan meningkatkan kinerja agroindustri tersebut dan sebaliknya ketika sektor pertanian tidak dapat memenuhi permintaan dari agroindustri maka agroindustri tersebut tidak dapat berkembang. Dengan demikian, sektor pertanian dapat menjadi faktor keberhasilan pembangunan suatu sektor terkait perannya sebagai penyedia input bagi sektor tersebut. Selanjutnya, ketika agroindustri tersebut dapat berkembang dan sektor pertanian mengalami peningkatan permintaan dari agroindustri tersebut maka sektor pertanian pun akan meningkatkan pemakaian inputnya untuk digunakan dalam proses produksi. Input
7
dapat berupa pupuk, mesin traktor, atau bibit dimana semuanya itu dihasilkan oleh sektor industri pengolahan untuk mendukung proses produksi sektor pertanian. Sehingga peningkatan permintaan output dari sektor pertanian dapat meingkatkan permintaan input dari sektor industri pengolahan. Dengan demikian, sektor pertanian dapat merangsang perkembangan sektor lain terkait perannya sebagai pengguna input dari sektor tersebut. Contoh lain dapat terjadi pada industri tekstil, industri pengobatan, dan sektor-sektor lainnya. Walaupun sektor pertanian di Indonesia masih tergolong kurang berkembang tetapi sektor pertanian memainkan peranan penting dalam proses industrialisasi pembangunan ekonomi Indonesia. Sektor pertanian dapat menjadi sektor pendukung maupun penunjang dalam pembangunan sektor industri. Dalam contoh kasus diatas sektor pertanian memiliki keterkaitan dengan sektor industri dan pada kenyataannya dalam perekonomian dapat terjadi hubungan atau keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor-sektor lainnya. Dengan mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Sehingga diharapkan dapat menciptakan sinergitas antara sektor-sektor tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, peran sektor pertanian diharapkan tidak hanya dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (dimana PDB hanya menggambarkan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor tersebut). Akan tetapi sektor
8
pertanian dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun pengguna input antara dari sektor lain yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada Analisis Input Output. Dengan Analisis Input Output dapat diketahui keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lainnya, sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian, serta melihat dampak penyebaran sektor pertanian maupun dampak pengganda dari sektor pertanian.
1.2 Rumusan Masalah Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan negara tersebut dalam menggali sumberdaya yang ada, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya. Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan sumberdaya alam seharusnya mampu menggali sumberdaya alam tersebut untuk kemakmuran masyarakat Indonesia melalui sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan tumpuan mayoritas penduduk Indonesia karena sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Tetapi peran sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia masih cukup rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB yang sangat rendah dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun semakin berkurang (Lihat Tabel 1.2).
9
Sektor pertanian menopang kehidupan pedesaan di Indonesia. Sehingga pembangunan yang diarahkan kepada sektor pertanian akan menyebabkan pembangunan ekonomi pedesaan. Akan tetapi pembangunan sektor pertanian di Indonesia masih kurang mendapatkan prioritas dari pemerintah. Dapat dilihat dari tingkat kemiskinan di Indonesia dimana penduduk miskin di Indonesia paling banyak berasal dari daerah pedesaan (Lihat Tabel 1.3). Ini menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang menopang kehidupan pedesaan di Indonesia yaitu sektor pertanian masih kurang berkembang. Tabel 1.3.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2007 Berdasarkan Daerah Perkotaan dan Daerah Pedesaan Jumlah Penduduk Miskin (Jutaan)
Tahun
Daerah Perkotaan
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber: BPS, 2008
12,3 8,6 13,3 12,3 11,4 12,4 14,3 13,6
Daerah Pedesaan 26,4 29,3 25,1 25,1 24,8 22,7 24,8 23,6
Persentase (%) dari Total Penduduk Indonesia Daerah Daerah Perkotaan Pedesaan 14,6 9,8 14,5 13,6 12,1 11,4 13,4 12,5
22,4 24,8 21,1 20,2 20,1 19,5 21,9 20,4
Mengingat masih banyaknya potensi sumberdaya alam Indonesia yang besar dan beragam kemudian besarnya masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian perlu adanya strategi alternatif untuk dapat berkembang. Alternatif pembangunan sektor pertanian sebenarnya dapat dilakukan dengan melakukan keterpaduan antara sektor pertanian dengan sektor lain yang
10
lebih unggul dalam penciptaan pertumbuhan ekonomi dan memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian2. Sehingga ketika sektor lain tersebut dapat tumbuh dan berkembang maka sektor pertanian dapat berperan terkait keterpaduaannya dengan sektor tersebut. Dengan demikian, perlu menganalisis sejauh mana keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian. Dengan mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Untuk itu permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia? 2. Bagaimana keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor pertanian dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia? 3. Bagaimana dampak penyebaran sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian? 4. Bagaimana dampak pengganda dari sektor pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi,
meningkatkan
pendapatan,
dan
meningkatkan
penyerapan tenaga kerja sektor-sektor lain dalam perekonomian?
2
Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno [penerjemah]. Edisi ke-11. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hal. 366.
11
1.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia. 2. Mengetahui keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor pertanian dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia. 3. Mengetahui dampak penyebaran sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian. 4. Mengetahui dampak ekonomi dari sektor pertanian dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi,
meningkatkan
pendapatan,
dan
meningkatkan
penyerapan tenaga kerja sektor-sektor lain dalam perekonomian.
1.4 Manfaat Penellitian Manfaat yang di peroleh dari penelitian ini adalah: 1. Penulis, sebagai media untuk menerapkan dan mengaplikasikan ilmu ekonomi selama kuliah dan memberikan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan analisis penulis. 2. Pemerintah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintahan dalam
pembuat
kebijakan
untuk
dapat
melakukan
pembangunan sektor pertanian. 3. Sebagai bahan referensi penelitian-penelitian berikutnya.
grand
strategy
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan sektor perekonomian itu adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan atau konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian memiliki cabang-cabang sektor atau sub sektor yang membentuk sektor pertanian tersebut. Sub sektor tersebut adalah sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Pembagian sub sektor tersebut sama hal nya terkait definisi pertanian itu sendiri. Menurut BPS (2003), pertanian adalah semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan tradisional3.
3
Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. BPS, Jakarta. Hal. 26.
13
Dengan demikian, sektor pertanian menjadi variabel dalam penelitian ini yang akan dilihat pengaruhnya terhadap kedelapan sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia.
2.2. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional Pembangunan dapat diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat statis dalam kurun waktu yang cukup lama dapat menciptakan dan mempertahankan kenaikan pendapatan
nasional.
Diperlukan
suatu
ukuran
dalam
mengidentifikasi
pembangunan suatu negara. Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dalam bidang ekonomi adalah nilai seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu yang sering dijadikan sebagai metode untuk menghitung pendapatan nasional4. Dalam pemahaman ekonomi makro, PDB dapat dipelajari dengan pendekatan dari sisi penerimaan, pengeluaran, dan produksi. Menghitung nilai PDB dengan pendekatan pengeluaran dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + (ekspor-impor). Konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah serta ekspor dan impor adalah pengeluaran bersih atas perdagangan luar negeri. Menghitung nilai PDB dengan 4
Gregory Mankiw. 2005. Teori Makroekonom. Edisi ke-5. Erlangga, Jakarta. Hal. 16.
14
pendekatan pendapatan juga dapat dinotasikan dalam bentuk PDB = sewa + upah + bunga + laba. Sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha5. Pendekatan produksi dapat digunakan untuk melihat peran suatu sektor dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja. Nilai PDB juga dapat diperoleh dari penjumlahan nilai tambah (barang dan jasa akhir) dalam produksi barrang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian6. Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat pertumbuhan pendapatan nasional. Meskipun demikian, selama perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi, para teoritikus ilmu pengetahuan masa kini masih menyempurnakan makna, hakikat, dan konsep pertumbuhan ekonomi. Ini dipahami karena ketika banyak di antara negara-negara Dunia Ketiga berhasil mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai target mereka, namun gagal memperbaiki taraf hidup sebagian besar penduduknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang salah dalam definisi pertumbuhan ekonomi yang dianut selama ini. Nilai PDB belum dapat mencerminkan kondisi atau peran menyeluruh sektor-sektor
ekonomi
dalam
perekonomian.
Nilai
PDB
menunjukkan
perkembangan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi untuk konsumsi akhir berupa konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi
5 6
Ibid. Hal. 18-19 Ibid.
15
dan ekspor impor. Nilai PDB juga diperoleh dari penjumlahan nilai tambah dalam produksi barang dan jasa dari berbagai sektor perekonomian. Nilai PDB tidak dapat melihat kontribusi suatu sektor terkait perannya dalam menyediakan barang dan jasa antara bagi sektor-sektor lain dalam perekonomian. Hal ini dipahami karena contohnya sektor pertanian dalam proses pembangunan ekonomi memiliki pengaruh terhadap sektor-sektor lain terkait penyediaan input antara bagi sektor lain atau pun sebaliknya penggunaan input antara dari sektor lain. Untuk itu, PDB bukan merupakan indikator tunggal untuk melihat peran menyeluruh suatu sektor.
2.3 Konsep Keterkaitan Ada berbagai teori yang menjelaskan bagaimana keterkaitan antar sektor mempengaruhi perekonomian suatu negara. Keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor lain dalam perekonomian. Keterkaitan ke belakang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi, sedangkan keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkannya7. Keterkaitan antar sektor dapat terjadi paling tidak melalui empat media, yaitu:
7
Sahara dan D.S. Priyarsono. 2006. Modul MK Ekonomi Regional. Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Hal. 8. 13
16
1. Keterkaitan Produk Merupakan keterkaitan yang terjadi melalui penggunaan produk suatu sektor sebagai bahan baku bagi sektor lain. 2. Keterkaitan Konsumsi Keterkaitan yang tercipta karena suatu sektor dapat menemukan nilai tambah suatu produk dari sektor lain sehingga produk tersebut dikonsumsi oleh rumah tangga. 3. Keterkaitan Investasi Keterkaitan ini tercipta karena nilai tambah dari suatu sektor dipergunakan untuk membeli barang-barang modal dalam rangka meningkatan produksi berbagai sektor. 4. Keterkaitan Fiskal Merupakan keterkaitan yang tercipta karena pajak yang ditarik dari suatu sektor dipergunakan untuk membiayai investasi dan pelayanan pemerintah yang berperan dalam meningkatkan produksi sektor-sektor lainnya Dalam hal ini, sektor pertanian dapat memiliki keterkaitan dengan sektor lain melalui ke empat media tersebut. Keterkaitan melalui empat media ini dapat dijelaskan dengan beberapa contoh yaitu: 1. Keterkaitan Produk Penggunaan produk dari sektor pertanian dapat digunakan oleh sektor lain sebagai bahan baku sektor tersebut misalnya sektor industri pengolahan minuman yang mengolah bahan dasar jeruk dari sektor pertanian untuk dijadikan produk akhir berupa sirup.
17
2. Keterkaitan Konsumsi Suatu masyarakat mempunyai nilai selera yang tinggi terhadap suatu produk pertanian misalnya buah durian dan adanya produk olahan dari suatu industri yang mengolah durian tersebut menjadi produk baru berupa permen rasa durian menyebabkan permen durian laku dipasaran. Industri pengolahan mengambil keuntungan dengan menciptakan produk baru dari produk dasar durian yang sebelumnya memiliki nilai rasa yang tinggi di suatu masyarakat. Sehingga keterkaitan konsumsi durian oleh masyarakat menyebabkan meningkatnya konsumsi permen durian yang dihasilkan suatu industri. 3. Keterkaitan Investasi Pendapatan yang besar ketika sektor pertanian mengalami peningkatan produksi dapat digunakan sebagai modal. Modal ini digunakan untuk tujuan investasi ke sektor non pertanian. Sehingga ada transfer modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Contohnya ketika subsektor tanaman pangan meningkat dan menghasilkan pendapatan, pendapatan tersebut digunakan sebagai modal untuk berinvestasi ke sektor perdagangan. Investasi ke sektor perdagangan ini dipilih karena sektor ini dapat berperan sebagai tempat penyalur maupun pemasaran produk-produk tanaman pangan tersebut. Sehingga keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor perdagangan dapat dikaitkan melalui media investasi. 4. Keterkaitan fiskal. Pajak yang ditarik dari sektor pertanian dapat digunakan untuk membiayai investasi atau pelayanan pemerintahan seperti contoh pembangunan jalan raya.
18
Pembangunan jalan raya untuk menghubungkan daerah pedesaan tempat dimana sektor pertanian melaksanakan aktivitasnya ke daerah perkotaan tempat dimana produk pertanian tersebut di pasarkan menyebabkan alur distribusi produk pertanian lancar. Dengan keadaan seperti itu, sektor perhubungan dan pengangkutan dapat berkembang seiring kebutuhan pelayanan pengangkutan produk pertanian. Sehingga keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor pengangkutan melalui media keterkaitan fiskal dari pembangunan jalan raya tersebut dapat terjadi. Uraian di atas menggambarkan beberapa contoh keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lainnya. Dalam perekonomian sebenarnya masih banyak hubungan keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor lainnya. Akan tetapi setiap keterkaitan tersebut akan dapat dijelaskan melalui empat media yang disebutkan diatas. Keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain ternyata dapat mempengaruhi pertumbuhan atau pembangunan ekonomi. Alasannya adalah ketika sektor pertanian dapat menunjang pertumbuhan sektor lain melalui keterkaitan yang dimiliki maka secara agregat pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Kuznets (1964) menjelaskan pertanian di negara sedang berkembang merupakan suatu sektor yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu8:
8
Kuznets dalam Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Haris Munandar dan Puji [ penerjemah]. Edisi ke-8. Erlangga, Jakarta. Hal. 135.
19
1. Kontribusi Produk Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-produk sektor pertanian. Bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan tetapi juga untuk penyediaan bahan baku kegiatan produksi di sektor non pertanian. Misalnya industri pengolahan seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi yang bahan inputnya berasal dari produk pertanian kapas, barang-barang dari kulit dan farmasi dari tanaman holtikultura. 2. Kontribusi Pasar Kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahap-tahap awal pembangunan maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik. Sehingga permintaan produkproduk dari industri dan sektor-sektor lain sangat besar mengalir di daerah pedesaan. 3. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi Pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan pertanian dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi. Sektor ini dilihat sebagai sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi, pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor non pertanian.
20
4. Kontribusi Devisa Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan baik melalui ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi pertanian menggantikan impor. Dengan demikian pentingnya untuk memperlajari seberapa besar keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lain dan pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi memfokuskan penelitian ini dengan menggunakan Analisis Input Output. Dengan menggunakan analisis ini, dapat diketahui seberapa besar keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia.
2.4 Model Input Output Model Input Output atau Tabel Input Output pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontif pada tahun 1930-an. Menurut BPS (2008)9 pengertian Tabel Input Output adalah suatu tabel yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan sektor yang lainnya dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu dengan bentuk penyajian berupa matriks. Isian sepanjang baris Tabel Input Output menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan pada baris nilai tambah menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah sektoral.
9
Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output. PT. Tionarayana Marbuejaya , Jakarta. Hal 9.
21
Sedangkan masing masing kolomnya menunjukkan pemakaian input antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksi. Dengan kata lain, penggunaan Tabel Input Output dapat menunjukkan bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektor-sektor lainnya. Analisis Input Output (Analisis I-O) menunjukkan bahwa dalam perekonomian secara keseluruhan mengandung keterkaitan dan ketergantungan sektoral, yang mana output suatu sektor merupakan input pada sektor lain dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang membawa mereka ke arah keseimbangan (equilibrium) antara permintaan dan penawaran dalam perekonomian secara menyeluruh. Sebagai metode kuantitatif, Tabel Input Output memberikan gambaran secara menyeluruh tentang: 1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah masing-masing sektor. 2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektorsektor produksi. 3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang impor atau yang berasal dari luar negeri. 4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi dan ekspor.
22
Kegunaan dari Tabel Input Output menurut BPS (2008)10, antara lain: 1. Memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja diberbagai sektor produksi. 2. Menyusun proyeksi variabel-variabel ekonomi makro. 3. Melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan substitusinya. 4. Mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian nasional. 5. Melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan. Penyempurnaan, dan pengembangan lebih lanjut. 6. Menganalisis perubahan harga, yaitu melihat pengaruh langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output. 2.4.1 Asumsi Tabel Input Output Data dalam Tabel Input Output merupakan rincian informasi tentang input output sektoral, sehingga mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor dalam kegiatan perekonomian. Suatu Model Input Output yang bersifat terbuka dan statis, maka transaksi-transaksi yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input Output harus memenuhi asumsi dasar11, yaitu:
10 11
Ibid. Hal 7. Ibid. Hal. 14.
23
1. Keseragaman (Homogenitas) Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output (barang dan jasa) dengan struktur input tunggal (seragam) dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. 2. Kesebandingan (Proportionality) Kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan. 3. Penjumlahan (Additivitas) Jumlah pengaruh kegiatan produksi diberbagai sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. 2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Tabel Input-Output Analisis I-O merupakan varian terbaik keseimbangan umum (general equilibrium) yang memiliki tiga unsur utama. Unsur-unsur tersebut antara lain (1) memusatkan perhatiannya pada perekonomian dalam keadaan ekuilibrium, (2) tidak berpusat pada analisis permintaan tetapi pada masalah teknis produksi, (3) analisis ini didasari pada penelitian empiris. Keunggulan dari Tabel Input Output Indonesia 2005 adalah12: 1. Kemampuannya untuk melihat sektor demi sektor dalam perekonomian secara rinci sehingga membuat analisis I-O cocok bagi proses perencanaan. 2. Kemampuannya untuk menganalisis keterkaitan dan hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian.
12
Ibid. Hal. 15
24
Sedangkan keterbatasan Tabel Input Output Indonesia 2005 adalah13: 1. Koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan tetap konstan selama periode analisis atau proyeksi. Teknologi dalam proses yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi pun dianggap konstan karena koefisien teknis dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas harga output. 2. Besarnya biaya yang harus dilakukan dalam penyusunan Tabel Input Output dengan menggunakan metode survey. 3. Semakin banyak agregasi yang dilakukan terhadap sektor-sektor yang ada akan menyebabkan semakin besar pula kecenderungan pelanggaran terhadap asumsi homogenitas dan akan semakin banyak informasi ekonomi yang terperinci tidak tertangkap dalam analisisnya. 2.4.3 Struktur Dasar Tabel Input-Output Output yang diproduksi oleh suatu sektor ekonomi dapat didistribusikan kepada dua jenis pengguna, yaitu sektor produksi dan sektor konsumen akhir. Jenis pengguna pada sektor produksi, menggunakan output dari suatu sektor dijadikan input pada sektor lain dalam proses produksinya. Jenis pengguna untuk konsumen akhir menggunakan output dari suatu sektor dijadikan sebagain permintaan akhirnya. Input antara dapat terjadi arus perpindahan barang dan jasa antar sektor. Artinya, bahwa dari sektor i ke sektor j terjadi perpindahan atau sebaliknya. Sama
13
Ibid. Hal. 15.
25
halnya dalam sektor itu sendiri, perpindahan terjadi dari sektor i ke sektor j jika i=j. Hal tersebut dapat dinotasikan dalam bentuk umum, sebagai berikut: Xi =
∑
n j
x ij + Fi ......................................................................................(2.1)
Keterangan: Xi = total output sektor i xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j Fi = total permintaan akhir dari sektor i i = 1,2,3,... j = 1,2,3,... Jenis pengguna pada sektor produksi yang menggunakan output suatu sektor (sektor i) yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara di sektor lain (sektor j) adalah xij. Maka total permintaan antara dapat dinotasikan sebagai berikut:
∑
n j =1
x ij = x i1 + x i2 + ... + x ij ...............................................................(2.2)
Jadi pengguna untuk konsumen akhir (permintaan akhir) terdiri dari rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan pihak luar negeri. Permintaan akhir tersebut terdiri dari konsumsi rumah tangga untuk rumah tangga, investasi untuk perusahaan, pengeluaran pemerintah untuk pemerintah, dan ekspor dari luar negeri. Hal tersebut dapat dinotasikan sebagai berikut: Fi = Ci + Ii + Gi + ... + Ei .....................................................................(2.3) Keterangan:
Fi = total permintaan akhir sektor i Ci = konsumsi rumah tangga dari sektor i Ii = investasi dari sektor i Gi = pengeluaran pemerintah dari sektor i Ei = ekspor dari sektor i i = 1,2,3,...
Susunan input terdiri dari input antara dan input primer. Input antara digunakan dalam proses produksi, sedangkan input primer dibutuhkan dalam
26
pembiayaan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, lahan, dan sebagainya. Berdasarkan penggunaan faktor produksi, ada balas jasa dari input primer yang akan diterima. Balas jasa tersebut adalah nilai tambah dari proses produksi. Oleh karena itu, dalam prosesnya (input dan output) dapat dijabarkan dalam bentuk Tabel I-O yang terdiri dari suatu kerangka matriks yang berukuran i x j dimensi yang terbagi menjadi empat kuadran dan setiap kuadran mendeskripsikan suatu hubungan tertentu. Tabel 2.1 Tabel Input Output Alokasi
Permintaan Antara
Permintaan Akhir
Output Sektor Produksi Susunan
1
2
...
C
I
G
...
E
Total Output
j
Input Input antara
Sektor Produksi
1 2 . . . n
I
II
III
IV
Upah dan Gaji RT Surplus Usaha Input Primer lainnya Total Input
Sumber: BPS, 2005 Keterangan: xij = permintaan antara dari sektor i ke sektor j Ci = konsumsi rumah tangga sektor i
Ii Gi Ei Xi Xj Uj Sj Pj i j
= = = = = = = = = =
investasi perusahaan sektor i pengeluaran pemerintah sektor i ekspor sektor i total output akhir dari sektor i total input sektor j upah dan gaji sektor j surplus usaha sektor j input primer lainnya dari sektor j 1,2,3... 1,2,3...
X1 X2 . . . Xi
27
Berdasarkan asumsi kesebandingan, dapat dikatakan bahwa total output sektor i sama dengan total input sektor j (Xi=Xj). Berdasarkan Tabel 2.1, isian sepanjang baris menunjukkan bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir. Lain halnya untuk isian sepanjang kolom menunjukkan pemakaian input antara (xi1 + xi2 + ... + xij) dan input primer (Uj, Sj, Pj) oleh suatu sektor. Oleh karena itu, bentuk aljabar, bentuk notasi, dan bentuk matriksnya adalah sebagai berikut: a) Sektor dalam baris: (i) Bentuk aljabar x11 + x12+ ... + x1j + F1 = X1 x21 + x22+ ... + x2j + F2 = X2 . . . . . . . . . . . . xi1 + xi2+ ... + xij + Fi = X2 ............................................... ........................................................(2.4.i) Jika: Ci + Ii + Gi + ... + Ei = Fi (ii) Bentuk notasi
∑
n j =1
x ij + Fi =Xi .........................................................................................................................(2.4.ii)
(iii)Bentuk matriks
x11 x 21 M xi1
x12 K x1j x22 K x2 j M O M xi2 K xij
F1 X1 F X 2 2 + M = M Fi Xi
28
b) Sektor dalam kolom -
Bentuk aljabar x11 + x21+ ... + xi1 + V1 = X1 x12 + x22+ ... + xi2 + V2 = X2 . . . . . . . . . . . . X1j + x2j+ ... + xij + Vj = Xj ........................................................................................................(2.5.i) Jika: Uj + Sj + Pj = Vj
-
Bentuk notasi
∑
n j =1
x ij + Vi =Xi ..........................................................................................................................(2.5.ii)
Angka-angka
pada
Tabel
I-O
sebenarnya
digunakan
untuk
menyempurnakan data nilai PDB menurut sektor produksi dan penggunaan. Berdasarkan Tabel I-O, nilai PDB sektoral dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (kode I-O = 209) masing-masing sektor ditambah dengan pajak penjualan impor (kode I-O = 402) dan bea masuk (kode I-O = 403). Untuk memperbandingkan nilai PDB yang diperoleh dari Tabel I-O dengan nilai PDB, maka nilai pajak penjualan impor dan bea masuk barang impor harus digabungkan dalam sektor perdagangan. Nilai PDB menurut penggunaan dibandingkan dengan mengurangkan permintaan akhir dengan impor barang dan jasa. Berdasarkan Tabel I-O Indonesia 2005, secara umum matriks tersebut terbagi menjadi empat kuadran14, yaitu:
14
Ibid. Hal 10.
29
1. Kuadran I (Intermediate Quadrant) Kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang dan jasa dalam proses produksi. Pada kuadran ini menunjukkan ketergantungan antar sektor produksi dalam suatu perekonomian dan dalam analisisnya memiliki peranan penting dalam melakukan proses produksi karena terdapat keterkaitan antar sektor ekonomi. 2. Kuadran II (Final Demand Quadrant) Dalam kuadran II terdapat transaksi barang dan jasa dalam sektor perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah output suatu sektor yang langsung dipergunakan oleh rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor. 3. Kuadran III (Primary Input Quadrant) Kuadaran III menunjukkan pembelian input yang dihasilkan diluar sistem produksi oleh sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah tangga (upah dan gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang dihasilkan oleh wilayah tersebut. 4. Kuadran IV (Primary Input-Final Demand Quadrant) Kuadran IV merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di kuadran IV ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel Input-Output sering diabaikan.
30
2.5 Definisi dan Konsep Variabel dalam Tabel Input Output Konsep dan definisi ini menjelaskan variabel-variabel yang terdapat dalam Tabel Input Output Indonesia. Konsep dan definisi ini dijelaskan menurut pengertian Tabel Input Output15. a. Output Output adalah nilai barang dan Jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi di dalam negeri (domestik) tanpa membedakan asal usul pelaku produksinya. Pelaku dapat berupa perusahaan atau perorangan dari dalam negeri ataupun perusahaan atau perorangan asing yang dihasilkan di dalam negeri. Unit usaha yang produksinya berupa barang output merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak dibidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. b. Transaksi Antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor yang berperan sebagai konsumen ditunjukkan pada sektor yang terdapat di masing-masing kolom. Transaksi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transaksi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan 15
Ibid. Hal. 21.
31
disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara. c. Permintaan Akhir Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran ini merupakan pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran ini juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Konsumsi penduduk di suatu negara yang dilakukan di luar negeri diperlukan sebagai impor untuk menjaga konsistensi data. Konsumsi oleh penduduk asing di domestik diperlakukan sebagai ekspor. 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran ini mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun daerah. 3. Pembentukan Modal Tetap Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru baik dalam maupun impor, termasuk barang bekas dari luar daerah.
32
4. Perubahan Stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (i) perubahan stok barang jadi dan setengan jadi yang disimpan oleh produsen, contohnya pada kasus peternakan yaitu perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (ii) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (iii) perubahan stok di sektor perdagangan, yang terdiri dari barangbarang dagangan yang belum terjual. 5. Ekspor dan Impor Ekspor dan impor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor barang dagangan, jasa angkutan, komunikasi, asuransi dan jasa lainnya. Transaksi ekspor barang ke luar negeri dinyatakan dengan nilai free on board (f.o.b). Free on board adalah suatu nilai yang mencakup semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang mengangkutnya. Transaksi impor barang dari luar negeri dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost). Biaya pendaratan terdiri dari cost insuraance and freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan bea penjualan impor. d. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut
33
juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan nilai antara. Berikut ini adalah termasuk dalam input primer: 1. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. 2. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilik modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. 3. Penyusutan Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam kegiatan produksi. Nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam kegiatan produksi 4. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung netto mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Sedangkan subsidi adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen untuk
34
menutupi biaya produksi. Dengan demikian subsidi merupakan tambahan pendapatan bagi produsen dan sering disebut sebagai pajak tak langsung negatif. Subsidi pada umumnya dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat harga tertentu dari suatu produk.
2.6 Analisis Input-Output 2.5.1. Analisis Keterkaitan (Linkage Analysis) Analisis keterkaitan ini merupakan suatu konsep yang dijadikan dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian. Konsep ini terdiri dari keterkaitan ke depan (forward linkage), menunjukkan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan dan keterkaitan ke belakang (backward linkage), menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan dalam proses produksi. Keterkaitan langsung antar sektor perekonomian dalam pembelian dan penjualan input antara dapat ditunjukkan oleh koefisien teknis, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ditunjukkan oleh matriks kebalikan koefisien input (matriks leontief). Matriks kebalikan koefisien input yang mengandung informasi tingkat pertumbuhan suatu sektor, dapat menstimulir pertumbuhan sektor lainnya melalui proses induksi. Oleh karena itu, keterkaitan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu:
35
1. Keterkaitan Langsung ke Depan (Direct Forward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. 2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan (Direct-Indirect Forward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 3. Keterkaitan Langsung ke Belakang (Direct Backward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total 4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (Direct-Indirect Backward Linkage) Menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. 2.6.2 Analisis Dampak Penyebaran (Dispersion Effect Analysis) Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang karena membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung dikali jumlah sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan
36
langsung dan tidak langsung dari seluruh sektor. Analisis dampak penyebaran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Koefisien Penyebaran (Coeffisient on Dispersion) Koefisien
ini
digunakan
untuk
mengetahui
distribusi
manfaat
dari
pengembangan suatu sektor terhadap pengembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Artinya, bahwa kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan produksi sektor hulunya. 2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion) Kepekaan ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Artinya, bahwa kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor hilirnya yang memakai input dari sektor ini. 2.6.3Analisis Pengganda (Multiplier Analysis) Analisis
pengganda
digunakan
untuk
menghitung
dampak
yang
ditimbulkan akibat peningkatan atau penurunan variabel suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya. Berdasarkan analisis pengganda Input-Output, pendorong perubahan ekonomi (pendapatan dan tenaga kerja) pada umumnya diasumsikan sebagai peningkatan penjualan sebesar satu-satuan mata uang kepada permintaan akhir suatu sektor. Oleh karena itu, analisis pengganda terbagi menjadi tiga macam, yaitu pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja. Masing-masing pengganda terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II. Analisis tipe I merupakan model terbuka, yang mana faktor rumah tangga
37
dijadikan sebagai faktor eksogen, sedangkan analisis tipe II merupakan model tertutup, yang mana faktor rumah tangga dijadikan sebagai faktor endogen. a. Pengganda Output (Output Multiplier) Pengganda output menentukan besarnya kelipatan perubahan output regional akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor. Artinya, bahwa nilai total output yang dihasilkan oleh perekonomian akibat adanya perubahan suatu unit mata uang permintaan akhir sektor tersebut. Peningkatan permintaan akhir suatu sektor akan meningkatkan output itu sendiri dari sektor-sektor lain dalam perekonomian. Peningkatan output sektor-sektor lain tercipta akibat adanya dampak langsung dan tidak langsung (hubungan teknis antar sektor) dari peningkatan permintaan akhir. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu: - Tipe I Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dalam perekonomian suatu wilayah. - Tipe II Tipe ini digunakan untuk menganalisis perubahan output akibat permintaan akhir baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan efek induksi konsumsi dalam perekonomian suatu wilayah. b. Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Pengganda ini mengukur peningkatan pendapatan akibat perubahan output dalam perekonomian. Berdasarkan Tabel I-O Indonesia, yang termasuk ke
38
dalam pengganda ini adalah pendapatan berupa upah dan gaji yang diterima rumah tangga, deviden, dan sebagainya. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu: - Tipe I Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah tangga sebagai eksogenus model sebesar Pengganda totalnya akibat perubahan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara langsung maupun tidak langsung. - Tipe II Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh perubahan pendapatan rumah tangga sebagai endogenus model sebesar Pengganda totalnya akibat perubahan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar satu unit baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan efek induksi konsumsi. c. Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier) Pengganda ini menunjukkan perubahan tenaga kerja akibat perubahan awal dari sisi output. Pengganda ini tidak ada dalam Tabel I-O karena tidak mengandung variabel yang berhubungan dengan tenaga kerja, maka dalam Tabel I-O harus menambahkan baris jumlah tenaga kerja untuk masingmasing sektor dalam perekonomian. Pengganda ini terbagi menjadi dua tipe, yaitu:
39
- Tipe I Tipe ini digunakan untuk melihat pengaruh penciptaan lapangan kerja akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan. - Tipe II Tipe ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan lapangan kerja akibat perubahan output suatu sektor sebesar satu satuan dan memasukan efek induksi konsumsi.
2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian dengan menggunakan Analisis Input Output telah banyak dilakukan. Penelitian dengan menggunakan analisis ini pada umumnya mempelajari bagaimana pengaruh suatu sektor dalam perekonomian, melihat keterkaitan antar sektor dalam perekonomian, dampak penyebaran sektor-sektor tersebut, serta efek
pengganda
yang ditimbulkan suatu sektor dalam
perekonomian. Penelitian yang menganalisis peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi dengan menggunakan alat Analisis Input Output sudah pernah dilakukan sebelumnya. Nugroho (2002)16 meneliti tahap industrialisasi sektor pertanian serta dampak investasi dan peranannya dalam perekonomian Propinsi Jawa Tengah. Penelitian tersebut menggunakan Tabel Input Output updating Jawa Tengah
16
Bramantyo Tri Adi Nugroho. 2003. Tahap Industrialisasi Sektor Pertanian Serta Dampak Investasi dan Peranannya Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah (Analisi Input Output). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
40
Tahun 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian di Provinsi Jawa Tengah masih cukup besar walaupun sektor tersebut tidak menjadi sektor ungulan dalam Provinsi Jawa Tengah. Hal ini di buktikan dari pembentukan output sektor pertanian menduduki peringkat kedua. Nilai keterkaitan ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung lebih besar daripada keterkaitan ke belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa output pertanian lebih banyak digunakan sebagai input bagi sektor-sektor lain. Analisis pengganda sektor pertanian relatif rendah dibandingkan sektor lainnya. Analisis koefisien pertanian menunjukkan bahwa industrialisasi yang terjadi di sektor pertanian masih belum maju. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nurlela (2003)17, melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan Tabel Input Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan ke depan sektor pertanian berada pada peringkat kedua dan keterkaitan kebelakang berada pada peringkat ke delapan dari sepuluh sektor perekonomian. Berdasarkan analisis dampak penyebaran, subsektor pertanian berada pada peringkat ke delapan (koefisien penyebaran) dan peringkat ketiga (kepekaan penyebaran) dari sepuluh sektor yang ada. Analisis pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai relatif rendah untuk pengganda output, pengganda pendapatan, dan tenaga kerja.
17
Fitri Nurlela. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input Output). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
41
Penelitian-penelitian terdahulu untuk selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak dari aspek cakupan wilayah penelitiannya. Penelitian-penelitian terdahulu cakupan wilayah penelitiannya
pada
tingkat
provinsi
sedangkan
penelitian
ini
cakupan
penelitiannya
pada tingkat nasional. Ada beberapa penelitian terdahulu yang
menganalisis sektor pertanian dengan cakupan wilayah penelitiannya sama dengan penelitian ini yaitu secara nasional, akan tetapi penelitian terdahulu menganalisis sektor pertanian dari permasalah yang berbeda. Berdasarkan studi literatur penelitian terdahulu bahwa analisis keterkaitan sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan Tabel Input Output 2005 klasifikasi 9 sektor belum pernah dilakukan.
42 Tabel 2.2 Penelitian-Penelitan Terdahulu Nama 1. Dyah Ayu Mariana Handari (2006)
Judul Dampak Investasi di Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian di Indonesia
Tabel IO Tabel IO Indonesia Updating Tahun 2003 Klasifikasi 27 sektor
Hasil Penelitian Deskripsi a) Analisis Keterkaitan: a) Nilai langsung dan tidak langsung 1. Langsung ke Depan: 0,46 ke depan sektor pertanian sebesar 2. Langsung dan Tidak Langsung ke 2,02 berada pada urutan ketiga Depan: 2,02 terbesar dari klasifikasi 10 sektor. 3. Langsung ke Belakang: 0,25 Hal tersebut menunjukkan bahwa 4. Langsung dan Tidak Langsung ke sektor pertanian dapat mendorong Belakang: 1,45 pertumbuhan sektor hilirnya b) Analisis Penyebaran: melalui penyediaan input jika 1. Penyebaran ke Depan: 1,06 dibandingkan dengan sektor2. Penyebaran ke Belakang: 0,76 sektor lain. Kemudian, nilai c) Analisis Pengganda: langsung dan tidak langsung ke 1. Pengganda Output: belakang sektor pertanian sebesar Tipe I: 1,45 1,45 berada pada urutan Tipe II: 1,80 kesembilan. Hal tersebut 2. Pengganda Pendapatan: menunjukkan bahwa sektor Tipe I: 1,38 pertanian kurang mampu Tipe II: 1,66 merangsang pertumbuhan sektor3. Pengganda Tenaga Kerja: sektor hulunya melalui Tipe I: 1,19 penggunaan input jika Tipe II: 1,27 dibandingkan dengan sektord) Analisis Dampak Investasi menunjukkan sektor lain. bahwa sub sektor dari sektor pertanian b) Analisis penyebaran menunjukkan yang memiliki nilai investasi yang baik bahwa sektor pertanian lebih adalah sub sektor perkebunan. mampu untuk mendorong pertumbuhan seluruh sektor
43
2. Siera Aninditha Casandri Putri (2008)
Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Bangka Belikung
Tabel IO Bangka Belitung Tahun 2005 klasifikasi 9 sektor
a) Analisis Keterkaitan: 1. Langsung ke Depan: 0,18 2. Langsung dan Tidak Langsung ke Depan: 1,26 3. Langsung ke Belakang: 0,09 4. Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang: 1,12 b) Analisis Penyebaran: 1. Penyebaran ke Depan: 0,92 2. Penyebaran ke Belakang: 0,81 c) Analisis Pengganda: 1. Pengganda Output: Tipe I:1,06 Tipe II: 1,13 2. Pengganda Pendapatan: Tipe I:1,11 Tipe II:1,26 3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:1,04 Tipe II:1,08
hilirnya dibandingkan merangsang pertumbuhan seluruh sektor hulunya. c) Analisis Pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki efek pengganda yang rendah baik pengganda output, pendapatan maupun tenaga kerja terhadap sektor-sektor lain. a) Nilai langsung dan tidak langsung ke depan sektor pertanian sebesar 1,26 berada pada urutan ketujuh dari klasifikasi 9 sektor. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian kurang dapat mendorong pertumbuhan sektor hilirnya melalui penyediaan input jika dibandingkan dengan sektorsektor lain. Kemudian, nilai langsung dan tidak langsung ke belakang sektor pertanian sebesar 1,12 berada pada urutan kedelapan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian kurang mampu merangsang pertumbuhan sektorsektor hulunya melalui penggunaan input jika dibandingkan dengan sektor-
44
sektor lain. b) Analisis penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan merangsang pertumbuhan sektor hulunya walaupun jika dibandingkan dengan sektorsektor lain dampak penyebaran sektor pertanian masih sangat rendah. c) Analisis Pengganda menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki efek pengganda yang rendah baik pengganda output, pendapatan maupun tenaga kerja terhadap sektor-sektor lain. 3. Dyah Hapsari Amalina S. (2008)
Pengaruh Keterkaitan Antar Sektor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tabel IO Provinsi Tahun 2000
a)
Analisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor pertanian dalam perekonomian daerah menunjukkan keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan ke depan yang tinggi terdapat pada provinsi Lampung, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Utara. Sedangkan keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan total ke depan yang rendah
45
4. Annisa Kurniawati (2008)
Analisis Peran Perkebunan dan Industri Minyak Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Indonesia Tahun 2005
Tabel IO Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 66 sektor
terdapat pada Provinsi Maluku Utara, NTT, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. b) Analisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor perdagangan, hotel, restoran dalam perekonomian daerah menunjukkan bahwa tidak ada provinsi dalam penelitian yang memiliki keterkaitan total ke belakang dan keterkaitan total ke depan yang tinggi. Semua provinsi yang diteliti memiliki keterkaitan total ke belakang dan ke depan yang rendah. a) Analisis keterkaitan menunjukkan a) Analisis Keterkaitan Perkebunan Kelapa bahwa perkebunan kelapa sawit Sawit: 1. Langsung ke Depan: 0,2 dan industri kelapa sawit memiliki keterkaitan ke belakang dan 2. Langsung dan Tidak Langsung ke Depan: 1,3 kedepan yang tinggi baik langsung maupun langsung dan 3. Langsung ke Belakang: 0,32 4. Langsung dan Tidak Langsung ke tidak langsung. Ini artinya, Belakang: 1,52 perkebunan kelapa sawit maupun industri kelapa sawit dapat Analisis Keterkaitan Industri Kelapa Sawit: mendorong dan merangsang 1. Langsung ke Depan: 0,312 2. Langsung dan Tidak Langsung ke pertumbuhan sektor hulu dan Depan: 1,47 hilirnya. b)Analisis dampak penyebaran 3. Langsung ke Belakang: 0,64 menunjukkan bahwa perkebunan 4. Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang: 2,16 kelapa sawit dan industri kelapa sawit memiliki daya penyebaran
46
b) Analisis Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit: 1. Penyebaran ke Depan: 0,88 2. Penyebaran ke Belakang: 1,03 Analisis Penyebaran Industri Kelapa Sawit: 1. Penyebaran ke Depan: 1,00 2. Penyebaran ke Belakang: 1,47 c) Analisis Pengganda Perkebunan Kelapa Sawit: 1. Pengganda Output: Tipe I:1,52 Tipe II: 1,69 2. Pengganda Pendapatan: Tipe I:2,20 Tipe II:2,60 3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:1,10 Tipe II:1,14 Analisis Pengganda Industri Kelapa Sawit: 1. Pengganda Output: Tipe I:2,16 Tipe II: 2,26 2. Pengganda Pendapatan: Tipe I:10,06 Tipe II:11,83 3. Pengganda Tenaga Kerja: Tipe I:7,29 Tipe II:1,08
ke belakang dan ke depan yang tinggi. Artinya, ketika perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit dapat tumbuh dan berkembang maka sektor-sektor tersebut dapat mendorong dan merangsang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian. c) Analisis pengganda menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit memiliki nilai pengganda pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan pengganda output dan pengganda tenaga kerjanya. Akan tetapi jika dibandingkan dengan sektorsektor lainnya dalam perekonomian, efek pengganda perkebunan kelapa sawit dan industri kelapa sawit masih sangat rendah.
47 2.8 Kerangka Pemikiran Operasional Suatu pemahaman yang luas terhadap peran sektor pertanian, tidak hanya dilihat dari kontribusinya terhadap PDB (dimana PDB hanya menggambarkan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh sektor tersebut). Akan tetapi sektor pertanian dapat berperan terkait pengaruhnya terhadap sektor-sektor lain sebagai penyedia input (barang dan jasa) antara bagi sektor lain ataupun pengguna input antara dari sektor lain. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada Analisis Input Output. Analisis Input Output dilakukan dengan cara mengolah Tabel Input Output dengan menggunakan software Grimp7.2 atau Microsoft Excel 2007. Hasil Analisis Input Output dapat menunjukkan seberapa besar keterkaitan antara sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan dapat mengetahui sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor pertanian. Selanjutnya Analisis Input Output dapat melakukan pengembangan dari analisis keterkaitan untuk melihat dampak penyebaran sektor pertanian terhadap sektor-sektor lain dan juga dapat melihat dampak pengganda dari sektor pertanian terhadap peningkatan output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor-sektor lain dalam perekonomian. Dengan mengetahui sektor-sektor mana saja yang memiliki pengaruh yang besar atau keterkaitan yang tinggi terkait penggunaan input dari sektor pertanian atau penyediaan input bagi sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian dapat diarahkan untuk menciptakan keterpaduan antar sektor pertanian dengan sektorsektor yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor pertanian. Sehingga
48
diharapkan dapat menciptakan sinergitas antara sektor-sektor tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian Indonesia
Sektor Pertanian
Tabel Input Output Indonesia 2005 Grimp 7.2 Microsoft Excel Exel 2007
Analisis Input Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Penyebaran
Analisis Multiplier
Keterkaitan Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lain dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Ekonomi Indonesia
Solusi Pembangunan Sektor Pertanian
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Operasional
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang menggunakan Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005 dengan klasifikasi 9 sektor. Data tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS). Tabel Input-Output dikeluarkan oleh BPS dalam periode waktu 5 tahun sekali. Seiring kebutuhan data tersebut yang semakin penting, BPS mengeluarkan Tabel Input Output bayangan atau updating setiap pertengah 5 tahunannya. Tabel Input Output updating Tahun 2008 telah dikeluarkan dan dipublikasikan pertengahan bulan Januari 2010. Akan tetapi penelitian ini dilaksanakan sebelum pertengahan bulan Januari 2010 sehingga data tersebut tidak dapat digunakan. Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005 masih relevan digunakan dalam penelitian ini dikarenakan struktur ekonomi pada tahun 2005 tidak jauh berbeda pada Tahun 2009. Selain Tabel Input-Output, digunakan juga data pendukung lainnya yang diperoleh dari instansi Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan.
3.2 Metode Analisis Analisis yang digunakan merupakan analisis Input Output berdasarkan analisis keterkaitan antar sektor-sektor ekonomi, efek multiplier, dan dampak penyebaran. Untuk menganalisisnya peneliti menggunakan software GRIMP 7.20,
50
Microsoft Excell 2007. Metode ini digunakan untuk melihat peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia. 3.2.1 Analisis Keterkaitan18 Analisis ini digunakan untuk melihat keterkaitan antara sektor-sektor dalam perekonomian. Berdasarkan dampak output yang ditimbulkan, maka sektor-sektor dalam perekonomian saling berpengaruh sehingga koefisien keterkaitan yang digunakan adalah: 3.2.1.1 Keterkaitan ke Depan (Forward Linkage) a. Keterkaitan Langsung ke Depan Peningkatan output produksi sektor i akibat peningkatan permintaan akhir sektor j. Peningkatan output tersebut akan didistribusikan ke sektor-sektor perekonomian lainnya. Oleh karena itu. keterkaitan langsung ke depan dapat di notasikan dalam bentuk: F(d)i =
∑
n j =1
a ij ………………………………..………………………….…(3.1)
Keterangan: F(d)I = keterkaitan langsung ke depan sektor i aij = matriks koefisien input b. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan ini dapat dinotasikan dalam bentuk matriks kebalikan koefisien input atau output (I-A)-1 yang menunjukkan bahwa keterkaitan langsung ke depan merupakan jumlah keterkaitan langsung ke depan dengan keterkaitan
18
Sahara dan D.S. Priyarsono. 2006. Modul MK Ekonomi Regional. Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Hal. 8.14-8.15.
51
tidak langsung ke depan. Oleh karena itu, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dapat dinotasikan dalam bentuk: F(d+i)i =
∑
n j =1
αij ………………….....………………………………………………..(3.2)
Keterangan: F(d+i)I = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i αij = matriks kebalikan koefisien input model terbuka 3.2.1.2 Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkage) a. Keterkaitan Langsung ke Belakang Peningkatan output produksi sektor i akibat peningkatan permintaan akhir sektor i, akan meningkatkan penggunaan input produksi sektor i tersebut secara langsung. Peningkatan penggunaan input tersebut karena peningkatan output. Oleh karena itu, keterkaitan langsung ke belakang dapaty dinotasikan dalam bentuk: B(d)j =
∑
n
aij …………………..………………………….………………………..(3.3)
i =1
Keterangan: B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor j aij = matriks koefisien input b. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Peningkatan output suatu sektor dapat menimbulkan pengaruh langsung dan tidak langsung. Total pengaruh satu unit moneter permintaan akhir terhadap seluruh sektor produksi ditunjukkan dengan matriks kebalikan koefisien input (I-A)-1. Oleh karena itu, keterkaitan langsung dan tidak langsungke belakang dapat dinotasikan dalam bentuk: B(d+i)j =
∑
n
i =1
αij ……………………………………………..………………………..(3.4)
52
Keterangan: B(d+i)j = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor j = matriks kebalikan koefisien input model terbuka aij 3.2.2 Analisis Dampak Penyebaran (Dispersion Effect Analysis)19 Analisis dampak penyebaran merupakan pengembangan dari analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan kebelakang. Pada analisis keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun kebelakang tidak dapat diperbandingkan antara sektor-sektor dalam perekonomian karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu, kedua analisis tersebut harus dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor, sehingga analisis dampak penyebaran terbagi menjadi dua macam, yaitu koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. 3.2.1.1 Koefisien Penyebaran (Coeffisient on Dispersion) Koefisien ini digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Oleh karena itu, koefisien penyebaran dapat dinotasikan sebagai berikut:
n∑i =1α ij n
Cdj =
∑ ∑ α
…………………………….……………………(3.5)
n
i =1
j =1
ij
Keterangan: Cdj = koefisien penyebaran sektor j α ij = matriks kebalikan koefisien input model terbuka n
19
= jumlah sektor
Ibid. Hal. 8.15-8.16.
53
Jika:
Cdj > 1 = sektor j mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi Cdj < 1 = sektor j mempunyai keterkaitan ke belakang yang rendah
3.2.1.2 Kepekaan Penyebaran Kepekaan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lainnya yang memakai input dari sektor ini. Oleh karena itu, kepekaan penyebaran dapat dinotasikan sebagai berikut:
n∑i =1α ij n
Sdi =
∑ ∑ α
…………………………….……………………(3.5)
n
i =1
j =1
ij
Keterangan: Sdi = kepekaan penyebaran sektor i α ij = matriks kebalikan koefisien input model terbuka n
Jika:
= jumlah sektor
Sdi > 1 = sektor i mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi Sdi < 1 = sektor i mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah
3.2.3 Analisis Pengganda (Multiplier Analysis)20 Analisis pengganda terbagi menjadi tiga macam, yaitu pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja. Masing-masing pengganda tersebut terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II. Besarnya masingmasing tipe I dan tipe II dapat diperoleh berdasarkan hitungan matriks kebalikan koefisien input dari pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja dengan membagi nilai pengganda tipe I dan tipe II dengan dampak awal (koefisien pendapatan atau koefisien tenaga kerja).
20
Ibid. Hal.8.16-8.19
54
3.2.3.1 Pengganda Output (Output Multiplier) Pengganda output (Output Multiplier) yaitu dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total output seluruh sektor di wilayah penelitian. Pengganda output sederhana adalah dampak kenaikan permintaan akhir suatu sektor di dalam perekonomian suatu wilayah terhadap kenaikan output sektor yang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengganda output terbagi menjadi dua tipe, yaitu: -
Tipe I Besarnya pengganda output untuk sektor ke n dalam perekonomian berasal dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk perekonomian yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengganda output tipe I dapat dinotasikan dalam bentuk:
Oj =
n
∑α i =1
ij
.......................................................................................(3.6)
Keterangan: Oj = pengganda output tipe I sektor j
α ij = matriks kebalikan koefisien input model terbuka
-
Tipe II Besarnya pengganda output untuk sektor ke-n dalam perekonomian berasal dari penjumlahan kolom ke-n dari matriks kebalikan koefisien input untuk perekonomian yang bersangkutan dengan menambahkan dampak induksi konsumsi. Oleh karena itu, pengganda output II dapat dinotasikan dalam bentuk:
55
O
j
=
n +1
∑α i =1
ij
.......................................................................................(3.7)
dimana :
O j = pengganda output tipe I sektor j α
ij
= matriks kebalikan koefisien input model tertutup sektor j
3.2.3.2 Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) Pengganda pendapatan (Income Multiplier) yaitu dampak peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga di wilayah penelitian secara keseluruhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengganda pendapatan terbagi menjadi dua tipe, yaitu: -
Tipe I Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan mempengaruhi perubahan total pendapatan rumah tangga sektor-sektor dalam perekonomian sebesar nilai pengganda pendapatan sektor tersebut. Oleh karena itu, pengganda pendapatan tipe I dapat dinotasikan dalam bentuk: n
yj =
∑
Yj =
yj
i =1
hj
h j α ij ...................................................................................(3.8)
...............................................................................................(3.9)
Keterangan: yj = pengganda pendapatan biasa sektor j Yj = pengganda pendapatan tipe I sektor j hj = koefisien pendapatan αij= matriks kebalikan koefisien input model terbuka
56
-
Tipe II Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan mempengaruhi perubahan total pendapatan rumah tangga sektor-sektor dalam perekonomian sebesar nilai pengganda pendapatan sektor tersebut dengan memperhitungkan pengaruh dampak induksi konsumsi. Oleh karena itu, multiplier pendapatan tipe II dapat dinotasikan dalam bentuk:
yj =
Y
j
=
n
∑
i =1
y
j
h
j
h j α ij
..................................................................................................(3.10)
.............................................................................................(3.11)
Keterangan : y j = pengganda pendapatan total sektor j Y
= pengganda pendapatan tipe II sektor j
j
h j = unsur-unsur matriks invers Leontief terbuka sektor j
α
ij
= matriks kebalikan koefisien input model tertutup
3.2.3.3 Pengganda Tenaga Kerja (Labour Multiplier) Pengganda tenaga kerja (Labour Multiplier) merupakan besarnya kesempatan kerja yang tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah. Multiplier tenaga kerja terbagi menjadi dua tipe, yaitu: -
Tipe I Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan mempengaruhi perubahan kesempatan kerja yang terjadi pada sektor-sektor
57
dalam perekonomian. Oleh karena itu, pengganda tenaga kerja tipe I dapat dinotasikan dalam bentuk:
wj =
W
j
=
n
∑
i =1
w e
j
e j α ij
.................................................................................................(3.12)
.............................................................................................................(3.13)
j
Keterangan:
wj
= pengganda tenaga kerja biasa sektor j
W j = pengganda tenaga kerja tipe I sektor j ej
= koefisien tenaga kerja
α ij = matriks kebalikan koefisien input model terbuka
-
Tipe II Analisis yang mengukur perubahan permintaan akhir sebesar satu satuan mempengaruhi perubahan kesempatan kerja yang terjadi pada seluruh sektor dalam perekonomian dengan menambahkan dampak induksi konsumsi. Oleh karena itu, pengganda tenaga kerja tipe II dapat dinotasikan dalam bentuk:
wj =
W
j
=
n
∑eα i =1
w e
j
j
ij
.................................................................................................(3.14)
...........................................................................................(3.15)
j
Keterangan: w j = pengganda tenaga kerja total sektor j W
j
ej α
ij
= pengganda tenaga kerja tipe II sektor j = koefisien tenaga kerja = matriks kebalikan koefisien input model tertutup
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Indonesia 4.1.1 Struktur Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Berdasarkan Tabel 4.1, total permintaan barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh sektor perekonomian di Indonesia sebesar Rp. 5.688,274 triliun. Jumlah ini terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 2.244,379 triliun dan jumlah permintaan akhir sebesar Rp. 3.443,894 triliun. Permintaan antara adalah permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan proses produksi. Permintaan antara dapat juga diartikan yaitu permintaan suatu sektor terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor lain yang digunakan sektor tersebut sebagai input untuk menghasilkan barang dan jasa akhir. Sedangkan permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa dalam rangka kegiatan konsumsi akhir. Konsumsi akhir dapat menunjukkan konsumsi oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, konsumsi untuk investasi, dan ekspor. Kontribusi sektor pertanian terhadap total permintaan nasional seluruh sektor dalam perekonomian berada pada urutan kelima yaitu sebesar Rp.490,879 triliun atau sekitar 8,63 persen dari total seluruh permintaan sektor perekonomian Indonesia pada tahun 2005. Jumlah permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 295,461 triliun atau 13,16 persen dari total permintaan antara seluruh sektor perekonomian, dan permintaan akhir sebesar Rp. 195,417 triliun
59
atau 5,67 persen dari total permintaan akhir seluruh sektor perekonomian di Indonesia. Tabel 4.1 Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) Permintaan Antara Sektor
Jumlah
*Persen
Permintaan Akhir Jumlah
Total Permintaan
*Persen
Jumlah
*Persen
Pertanian
295.461.923
13,16
195.417.740
5,67
490.879.664
8,63
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan
189.850.795
8,46
197.400.536
5,73
387.251.331
6,81
897.013.773
39,97
1.231.130.192
35,75
2.128.143.964
37,41
61.340.841
2,73
27.552.662
0,8
88.893.502
1,56
49.460.473
2,20
528.981.339
15,36
578.441.812
10,17
Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa persewaan Jasa-jasa
253.556.771
11,30
477.377.869
13,86
730.934.640
12,85
170.405.233
7,6
228.020.280
6,62
398.425.513
7,01
218.861.481
9,75
133.326.565
3,85
352.188.046
6,19
108.428.390
4,83
424.687.463
12,33
533.115.853
9,37
2.244.379.681
100
3.443.894.646
100
5.688.274.326
100
Total
Sumber: Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah) Keterangan: *= persentase dari jumlah permintaan sektor yang bersangkutan terhadap total permintaan antara/akhir/total permintaan
Jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian, total permintaan barang dan jasa sektor pertanian berada pada urutan kelima (lihat Tabel 4.1). Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah permintaan antara sektor pertanian lebih besar dari jumlah permintaan akhirnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa output sektor pertanian tersebut lebih banyak digunakan sektor lain dalam proses produksi daripada untuk konsumsi akhir. Ini membuktikan bahwa peran
60
sektor pertanian ternyata lebih besar sebagai penyedia input antara dibandingkan perannya sebagai penghasil output bagi konsumsi akhir dalam perekonomian. Nilai permintaan antara sektor pertanian jika dibandingkan sektor-sektor lain berada pada urutan ketiga terbesar dibawah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. 4.1.2 Struktur Konsumsi Berdasarkan Tabel 4.2, jumlah seluruh konsumsi rumah tangga dalam perekonomian tahun 2005 sebesar 1.602,905 triliun. Konsumsi rumah tangga untuk sektor pertanian sebesar Rp. 181,105 triliun atau 11,30 persen dari total konsumsi rumah tangga seluruh sektor perekonomian Indonesia. Jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian, sektor pertanian berada pada urutan ketiga dibawah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam struktur konsumsi rumah tangga Indonesia. Walaupun bukan penyumbang terbesar dalam struktur konsumsi rumah tangga akan tetapi sektor pertanian sangat berperan dalam hal penyediaan bahan makanan di dalam negeri. Tabel 4.2 Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah SektorSektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) Konsumsi Rumah Tangga Sektor Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan
Jumlah
Persen
181.105.072
Konsumsi Pemerintah Jumlah
Persen
11,30
0
0
12.823
0
0
0
590.822.919 27.552.638
36,86 1,72
0 0
0 0
0
0
0
0
355.015.251
22,15
0
0
Angkutan dan Komunikasi
161.719.891
10,09
0
0
Keuangan dan Jasa Persewaan
115.877.915
7,23
0
0
Jasa-Jasa Lainnya
170.843.504
10,66
220.868.779
100
1.602.950.013
100
220.868.780
100
Perdagangan, Hotel, Restoran
Total
Sumber: Tabel input Output Indonesia Tahun 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah
61
Sedangkan untuk konsumsi pemerintah, sektor pertanian tidak memberikan kontribusi sama sekali atau bernilai nol (0). Dapat dilihat pada tabel tersebut, konsumsi pemerintah seluruhnya didapat dari sektor jasa-jasa. Konsumsi dari sektor jasa-jasa tersebut dapat meliputi konsumsi jasa pemerintah umum, konsumsi jasa pendidikan pemerintah, dan konsumsi jasa pendidikan pemerintah. 4.1.3 Ekspor dan Impor Berdasarkan Tabel 4.3, jumlah total ekspor seluruh sektor perekonomian sebesar Rp. 872,823 triliun. Sektor pertanian menyumbang sebesar Rp. 17,383 triliun atau 2 persen dari total ekspor seluruh sektor perekonomian. Sedangkan untuk jumlah total impor seluruh sektor perekonomian sebesar Rp. 567,002 triliun. Sektor pertanian mengimpor sebesar Rp. 9,459 triliun atau 1,67 persen dari total impor seluruh sektor dalam perekonomian. Terdapat surplus antara ekspor dan impor dari sektor pertanian sebesar Rp. 7,924 triliun. Surplus ini diperoleh dari hasil pengurangan jumlah ekspor terhadap jumlah impor. Neraca perdagangan sektor pertanian jika dibandingkan oleh neraca perdagangan sektor-sektor lain nilainya sangat rendah, sektor pertanian berada pada urutan keempat dibawah sektor industri pengolahan, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Walaupun neraca perdagangan sektor pertanian sangat rendah jika dibandingkan sektor-sektor lain tetapi sektor pertanian dapat menghasilkan surplus bagi neraca perdagangan dan surplus tersebut dapat menghasilkan devisa bagi negara.
62
Tabel 4.3 Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) Ekspor Sektor Pertanian
Jumlah
Impor Persen
Jumlah
Neraca Perdagangan Persen
Jumlah
Persen
17.383.787
2,00
9.459.233
1,67
7.924.554
2,55
Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan
191.707.499
21,96
13.916.956
2,45
177.790.543
58,14
566.671.410
64,92
339.614.898
59,90
227.056.512
74,24
24
0
7.265.528
1,28
-7.265.504
-2,38
0
0
69.006.907
12,17
-69.006.907
-22,56
Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Persewaan Jasa-Jasa
76.602.878
8,78
22.833.743
4,03
53.769.135
17,58
20.445.297
2,34
44.204.534
7,80
-23.759.237
-7,77
0
0
17.647.818
3,11
-17.647.818
-5,77
12.233
0
43.053.347
7,6
-43.041.114
-14,03
872.823.128
100
567.002.965
100
305.820.163
100
Total
Sumber: Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah)
4.1.4 Struktur Investasi Nilai investasi dari suatu sektor dapat dilihat dari pembentukan modal tetap dan penyusutan yang terjadi pada sektor tersebut. Pembentukan modal tetap dihitung dari biaya pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang modal baru. Sedangkan nilai penyusutan dari suatu barang modal tetap dihitung dengan jalan memperkirakan besarnya penurunan nilai dari barang modal tersebut yang disebabkan oleh pemakaiannya dalam proses produksi. Dengan demikian, nilai investasi suatu sektor diperoleh dari pengurangan nilai pembentukan modal tetap terhadap nilai penyusutannya.
63
Tabel 4.4 Pembentukan Modal, Penyusutan, dan Investasi Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) Pembentukan Modal Tetap Sektor Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Persewaan Jasa-Jasa Total
Jumlah
Persen
Penyusutan Jumlah
Investasi
Persen
Jumlah
1.276.607
0,2
8.729.724
3,0
(7.453.117)
813.676
0,13
16.855.751
6,0
(16.042.075)
52.620.596
8,50
91.159.895
31,2
(38.539299)
0
0
12.065.215
4,13
(12.065215)
528.981.339
85,40
18.722.142
6,4
510.259.197
19.547.732
3,16
36.438.008
12,5
(16.890.276)
6.396.892
1,03
59.778.491
20,48
(53.381.599)
1.152.219
0,2
16.422.357
5,6
(15.270.138)
8.585.277
1,39
31.622.864
10,84
(2.3037.587)
619.374.339
100
291.794.447
100
327.579.892
Sumber: Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4, pembentukan modal tetap sektor pertanian sebesar 1,276 triliun atau 0,2 persen dari total pembentukan modal tetap seluruh sektor perekonomian. Nilai tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sedangkan penyusutan yang terjadi pada sektor pertanian sebesar Rp. 8,729 triliun. Penyusutan pada sektor pertanian lebih besar nilainya dibandingkan pembentukan modal tetap yang terjadi sehingga nilai investasi pada sektor pertanian menurun sebesar Rp. 7,453 triliun. Besarnya penyusutan barang modal tetap yang terjadi pada sektor pertanian dibandingkan pembentukan modal tetapnya menandakan bahwa pada sektor pertanian masih menggunakan barang-barang modal tetap yang telah lama atau usang. Dapat dilihat pada tabel hampir semua sektor perekonomian memiliki nilai investasi yang menurun terkecuali sektor bangunan yang memiliki nilai investasi yang surplus.
64
4.1.5 Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto (NTB) merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Nilai tambah bruto yang berasal dari Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005 Berdasarkan Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi. Nilai tambah bruto dapat memberikan informasi mengenai sektor mana yang memberikan kesejahteraan yang lebih baik untuk pekerja dibandingkan sektor lainnya serta memberikan keuntungan yang besar pada perusahaan. Pada Tabel 4.5 dapat dilihat nilai tambah bruto dari seluruh sektor dalam perekonomian. Kontribusi sektor pertanian terhadap nilai tambah bruto adalah sebesar Rp. 375,910 atau sebesar 13,07 persen dari total nilai tambah bruto Indonesia pada tahun 2005. Sektor pertanian berada pada urutan ketiga terbesar dalam pembentukan nilai tambah bruto tersebut. Nilai tambah bruto sektor pertanian tersebut terdiri dari upah dan gaji sebesar Rp. 84,728 triliun, surplus usaha sebesar Rp. 276,301 trilun, penyusutan sebesar Rp. 8,729 triliun, pajak tak langsung sebesar Rp. 6,002 triliun, dan subsidi sebesar Rp. 147,751 triliun. Perbandingan nilai upah dan gaji dengan nilai surplus usaha akan menghasilkan rasio upah dan gaji. Rasio tersebut menunjukan perbandingan pendapatan yang diterima tenaga kerja dengan pendapatan yang diterima perusahaan. Jika nilai rasio tersebut mendekati keseimbangan (mendekati 1) maka penerimaan bagi pekerja dan penerimaan bagi perusahaan berimbang. Perbandingan rasio pada sektor pertanian sebesar 0,306. Nilai tersebut sangat jauh dari nilai keseimbangan.
65
Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada sektor pertanian distribusi pendapatan antara pemilik modal dan pekerja tidak merata atau terjadi ekspliotasi tenaga kerja. Dimana pemilik modal mendapatkan penerimaan yang jauh lebih besar daripada para pekerja. Untuk nilai penyusutan, sektor pertanian mengalami penyusutan sebesar Rp. 8,729 triliun. Penyusutan merupakan pengurangan dari nilai barang modal tetap yang dipakai dalam proses produksi. Pajak tak langsung netto yang dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar Rp. 5,855 triliun. Pajak tak langsung netto merupakan selisih antara pajak tak langsung yang dibayar pemilik modal dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah pada sektor tersebut. Pajak tak langsung pada sektor pertanian sebesar Rp. 6,002 triliun, dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada sektor pertanian sebesar Rp. 147.751 triliun. Subsidi pemerintah kepada sektor pertanian berupa subsidi pupuk, bibit, dan pembiayaan lainnya bagi petani. Besarnya subsidi akan mengurangi nilai tambah bruto. Besarnya nilai tambah bruto sektor pertanian diperoleh dari besarnya surplus usaha yang diterima produsen. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan pada sektor pertanian lebih banyak diterima oleh produsen dibandingkan kesejahteraan yang diterima oleh tenaga kerja pada sektor pertanian.
66 Tabel 4.5 Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 (Juta Rupiah) Nilai Tambah Bruto Sektor
Upah dan Gaji
Surplus Usaha
Rasio
Penyusutan
Pajak Tak Langsung
Subsidi
Pertanian
84.728.434
276.301.728
0.30665
8.729.724
6.002.797
(147.751)
PajakTak Langsung Netto 5.855.046
Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan
43.670.527
243.517.067
0.17933
16.855.751
13.126.269
0
13.126.269
317.169.614
11,03
227.388.783
478.521.806
0.47519
91.159.895
54.553.565
(55.943.204)
-1.389.639
795.680.845
27,66
8.688.614
13.504.337
0.64339
12.065.215
1.503.184
(8.850.600)
-7.347.416
26.910.750
0,94
76.881.831
103.773.710
0.74086
18.722.142
7.484.509
0
7.484.509
206.862.193
7,19
129.859.534
250.073.524
0.51929
36.438.008
16.814.492
0
16.814.492
433.185.559
15,06
64.154.069
67.930.872
0.9444
59.778.491
3.404.448
(845.400)
2.559.048
194.422.480
6,76
Jumlah
Persen
375.910.433
13,07
Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Persewaan Jasa-Jasa
53.524.921
164.439.103
0.3255
16.422.357
5.005.102
0
5.005.102
239.391.483
8,32
193.321.275
58.578.933
3.30018
31.622.864
4.270.046
(139.334)
4.130.712
287.653.783
10
Total
882.217.987
1.656.641.080
0.53253
291.794.447
112.164.413
(65.926.289)
46.238.124
2.876.891.638
100
Sumber: Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah)
67 4.2 Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan dalam Analisis Input Output digunakan dalam mengidentifikasi suatu keterkaitan produk antar sektor dalam perekonomian. Keterkaitan produk merupakan keterkaitan yang terjadi melalui penggunaan produk suatu sektor sebagai bahan baku bagi sektor lain. Konsep keterkaitan produk tersebut meliputi keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang. Keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam penjualan terhadap total penjualan output yang dihasilkan, sedangkan keterkaitan ke belakang menunjukkan hubungan keterkaitan antar sektor dalam pembelian terhadap total pembelian input yang digunakan untuk proses produksi. Keterkaitan ke depan dan ke belakang masing-masing dapat dibagi lagi menjadi dua keterkaitan yaitu keterkaitan langsung ke depan maupun ke belakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang. Nilai keterkaitan langsung ke depan maupun ke belakang antar sektor diperoleh dari matrik koefisien teknis yang diolah dari Tabel Input Output. Begitu juga dengan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun ke belakang diperoleh dari matriks kebalikan leontif terbuka yang diolah dari Tabel Input Output. Semakin besar nilai koefisien teknis atau nilai kebalikan leontif suatu sektor dengan sektor tertentu maka semakin besar pula keterkaitan kedua sektor tersebut. 4.2.1 Keterkaitan ke Depan Sektor Pertanian dengan Sektor Lainnya dalam Perekonomian Indonesia Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat nilai koefisien teknis pada keterkaitan ke depan langsung antara sektor pertanian dengan sektor lainnya dan nilai matrik
68
kebalikan leontif pada keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung antar sektor pertanian dengan sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia. Semakin besar nilai koefisien teknis atau matrik kebalikan leontif pada keterkaitan ke depan langsung maupun langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor tertentu maka semakin besar pula keterkaitan ke depan antara sektor pertanian dengan sektor tertentu tersebut. Semakin besar keterkaitan ke depan antara sektor pertanian dengan sektor tertentu tersebut maka semakin besar pula ketergantungan sektor tertentu tersebut terhadap sektor pertanian dalam hal penyediaan bahan baku untuk proses produksi. Pada tabel tersebut akhirnya dapat menunjukkan sektor mana saja yang memiliki keterkaitan yang tinggi hingga terendah terhadap sektor pertanian. Tabel 4.6 Keterkaitan ke Depan Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lainnya dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Sektor Lainnya
Langsung
Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Persewaan Jasa-Jasa
0,0001
Rata-Rata
0,0224
Sektor Pertanian Keterkaitan Kedepan Peringkat Langsung dan Tidak Langsung 7 0,00694
Peringkat 8
0,0990
1
0,14119
1
0
8
0,04512
5
0,0161 0,0444
4 2
0,06743 0,07263
3 2
0,0001
5
0,03149
6
0,0001
6
0,01148
7
0,0191
3
0,05385
4
0,05376
Sumber: Tabel Input Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah)
69
Suatu keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lainnya dapat dikatakan tinggi apabila nilai keterkaitan tersebut melebihi nilai rata-rata keterkaitan totalnya. Pada Tabel 4.6 dapat dilihat nilai rata-rata keterkaitan total ke depan langsung sebesar 0,0224, nilai keterkaitan ke depan langsung yang lebih besar dari nilai rata-rata keterkaitan totalnya adalah nilai keterkaitan ke depan langsung antar sektor pertanian dengan industri pengolahan yaitu sebesar 0,0990 dan nilai keterkaitan kedepan langsung antar sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 0,0444. Ini artinya keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan maupun sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki keterkaitan ke depan langsung yang tinggi. Nilai keterkaitan langsung kedepan tersebut memiliki arti, misalnya nilai keterkaitan kedepan langsung sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan sebesar 0,0990. Nilai ini mengartikan bahwa apabila terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sektor industri pengolahan sebesar satu rupiah maka secara langsung output sektor pertanian akan meningkat sebesar 0,0990 rupiah. Dengan demikian, pembangunan yang diarahkan kepada pengembangan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran akan berdampak langsung terhadap pembangunan sektor pertanian. Untuk keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor lainnya memiliki nilai rata-rata keterkaitan total sebesar 0,0537 (lihat Tabel 4.6). Nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung yang lebih besar dari nilai rata-rata keterkaitan total tersebut adalah nilai keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan yaitu sebesar
70
0,1411, nilai keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 0,0726, nilai keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor bangunan yaitu sebesar 0,0674, dan nilai keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor jasa-jasa yaitu sebesar 0,0538. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa sangat tinggi. Sama halnya dengan keterkaitan ke depan langsung, nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung memiliki arti misalnya keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan sebesar 0,1411. Nilai ini mengartikan bahwa apabila terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sektor industri pengolahan sebesar satu rupiah maka secara langsung dan tidak langsung output sektor pertanian akan meningkat sebesar 0,1411 rupiah. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung selalu lebih besar dari nilai keterkaitan langsungnya karena memperhitungkan efek tidak langsung antara sektor tertentu dengan sektor lainnya dalam perekonomian. Keterkaitan ke depan dapat dicontohkan misalnya antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan dimana output dari sektor pertanian digunakan oleh industri makanan dan minuman. Dengan demikian, pembangunan yang diarahkan kepada pengembangan sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, dan sektor jasa akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap pembangunan sektor pertanian.
71
4.2.2 Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian dengan Sektor Lainnya dalam Perekonomian Indonesia Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat nilai koefisien teknis pada keterkaitan ke belakang langsung sektor pertanian dengan sektor lainnya dan nilai matrik kebalikan leontif pada keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung sektor pertanian dengan sektor lainnya dalam perekonomian Indonesia. Semakin besar nilai koefisien teknis atau matrik kebalikan leontif keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor tertentu maka semakin besar pula keterkaitan antar sektor tersebut. Semakin besar keterkaitan ke belakang antara sektor pertanian dengan sektor tertentu tersebut maka semakin besar pula ketergantungan sektor pertanian dalam menggunakan output yang dihasilkan oleh sektor tertentu untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi sektor pertanian. Tabel 4.7 Keterkaitan ke Belakang Sektor Pertanian Terhadap Sektor Lainya dalam Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Sektor Lainnya Langsung Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Persewaan Jasa-Jasa Rata-rata
0
Sektor Pertanian Keterkaitan Kebelakang Peringkat Langsung dan Tidak Langsung 8 0,0093
Peringkat 8
0,0879
1
0,1358
1
0,0005 0,0088 0,0226
7 5 2
0,0037 0,0116 0,0358
7 5 2
0,0107
4
0,0197
4
0,0134
3
0,0255
3
0,0051 0,0186
6
0,0106 0,0315
6
Sumber: Tabel Input Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah)
72
Pada Tabel 4.9 dapat dilihat nilai rata-rata keterkaitan total ke belakang langsung sebesar 0,0186, nilai keterkaitan ke belakang langsung yang lebih besar dari nilai rata-rata keterkaitan totalnya adalah nilai keterkaitan ke belakang langsung antar sektor pertanian dengan industri pengolahan yaitu sebesar 0,0879 dan nilai keterkaitan ke belakang langsung antar sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 0,0226. Ini artinya keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan maupun sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki keterkaitan ke belakang langsung yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian menggunakan output barang atau jasa sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai input dalam proses produksi sangat besar jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian. Nilai keterkaitan langsung ke belakang tersebut memiliki arti, misalnya nilai keterkaitan ke belakang langsung sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan sebesar 0,0879. Nilai ini mengartikan bahwa apabila terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sektor pertanian sebesar satu rupiah maka secara langsung output sektor industri pengolahan akan meningkat sebesar 0,0879 rupiah. Dengan demikian, ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang maka sektor tersebut dapat merangsang secara langsung pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor lainnya memiliki nilai rata-rata keterkaitan total sebesar 0,0315 (lihat Tabel 4.7). Nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak lang-
73
sung yang lebih besar dari nilai rata-rata keterkaitan total tersebut adalah nilai keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan yaitu sebesar 0,1358, dan nilai keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 0,0358. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sangat tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya dalam perekonomian. Nilai keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung memiliki arti misalnya keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan sebesar 0,1358. Nilai ini mengartikan bahwa apabila terjadi perubahan atau peningkatan terhadap permintaan akhir sektor pertanian sebesar satu rupiah maka secara langsung dan tidak langsung output sektor industri pengolahan akan meningkat sebesar 0,13587 ripiah. Keterkaitan ke belakang dapat dicontohkan misalnya antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan dimana output dari sektor industri pengolahan seperti pupuk, bibit benih, mesin pertanian, traktor dan lain sebagainya yang digunakan oleh sektor pertanian dalam proses produksi. Dengan demikian, ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang maka sektor tersebut dapat merangsang secara langsung dan tidak langsung pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
4.3 Analisis Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran digunakan untuk mengetahui distribusi kegunaan dari pembangunan suatu sektor terhadap perkembangan seluruh sektor
74
dalam perekonomian Indonesia. Analisis ini dapat memberi informasi seberapa jauh suatu sektor dapat mendorong atau merangsang seluruh sektor dalam perekonomian terkait perannya sebagai penyedia input antara ataupun pengguna input antara ketika sektor tersebut tumbuh apakah seluruh sektor dalam perekonomian dapat tumbuh juga. Analisis ini merupakan pengembangan dari analisis langsung keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang karena membandingkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang dikali jumlah seluruh sektor yang ada dengan total nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang seluruh sektor. Oleh karena itu, analisis dampak penyebaran dapat dibagi menjadi dua mekanisme yaitu melalui koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Koefisien penyebaran digunakan untuk melihat distribusi kegunaan dari suatu pembangunan sektor tertentu terkait kontribusinya sebagai penyedia input bagi sektor lain dalam perekonomian. Sedangkan kepekaan penyebaran digunakan untuk melihat distribusi kegunaan dari suatu pembangunan sektor tertentu terkait kontribusinya sebagai pengguna output sektor lain untuk dijadikan input bagi sektor itu sendiri. 4.3.1 Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran Kebelakang) Nilai koefisien penyebaran diperoleh dari penjumlahan seluruh nilai keterkaitan kebelakang langsung dan tidak langsung (matrik kebalikan leontif) yang dikalikan dengan jumlah seluruh sektor (klasifikasi 9 sektor), kemudian dibagi dengan nilai total keterkaitan langsung dan tidak langsung. Sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor
75
tersebut memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan seluruh sektor hulunya yaitu sektor yang menyediakan input bagi sektor tersebut (kemampuan menarik). Pada Tabel 4.8, dapat dilihat nilai koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Indonesia. Sektor pertanian memiliki koefisien penyebaran sebesar 0,83310. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian kurang mampu untuk menarik pertumbuhan seluruh sektor hulunya ketika sektor pertanian dapat tumbuh dengan baik. Sektor pertanian memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi dengan sektor hulunya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran baik keterkaitan ke belakang langsung maupun keterkaitan ke belakang langsung dan tidak langsung akan tetapi dengan sektor hulu yang lain sektor pertanian tidak memiliki keterkaitan yang tinggi. Oleh karena itu, nilai dari koefisien penyebaran tersebut dapat menunjukan bahwa sektor pertanian tidak memiliki kemampuan yang signifikan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan seluruh sektor yang menjadi sektor hulunya ketika sektor tersebut tumbuh dan berkembang. Tabel 4.8
Nilai Koefisien Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Sektor Penyebaran Kebelakang Pertanian 0,83310 Pertambangan dan Galian 0,75279 Industri pengolahan 1,07396 Listrik, Gas, Air 1,25756 Bangunan 1,14766 Perdagangan, Hotel, Restoran 0,99745 Angkutan dan Komunikasi 1,03743 Keuangan dan Jasa Persewaan 0,88608 Jasa-Jasa 1,01396
Sumber: Tabel Input Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah)
4.3.2 Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran Kedepan)
76
Nilai kepekaan penyebaran diperoleh dari penjumlahan seluruh nilai keterkaitan ke depan langsung dan tidak langsung (matrik kebalikan leontif) yang dikalikan dengan jumlah seluruh sektor (klasifikasi 9 sektor), kemudian dibagi dengan nilai total keterkaitan langsung dan tidak langsung. Sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya yaitu sektor yang menggunakan output dari sektor tersebut (kemampuan mendorong). Pada Tabel 4.9, dapat dilihat nilai kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Indonesia. Sektor pertanian memiliki kepekaan penyebaran sebesar 0,94362. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian kurang mampu untuk medorong pertumbuhan seluruh sektor hilirnya ketika sektor pertanian dapat tumbuh dengan baik. Sama halnya dengan nilai koefisien penyebaran (penyebaran kebelakang), nilai kepekaan penyebaran menunjukan bahwa sektor pertanian juga tidak memiliki kemampuan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan seluruh sektor yang menjadi sektor hilirnya ketika sektor tersebut tumbuh dan berkembang. Tabel 4.9 Nilai Kepekaan Penyebaran Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Sektor Penyebaran Kedepan Pertanian 0,94362 Pertambangan dan Galian 0,94826 Industri pengolahan 1,90430 Listrik, Gas, Air 0,80588 Bangunan 0,72343 Perdagangan, Hotel, Restoran 0,96799 Angkutan dan Komunikasi 0,88255 Keuangan dan Jasa Persewaan 1,00711 Jasa-Jasa 0,81686 Sumber: Tabel Input Output Indonesia 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah)
77
Dari hasil analisis diatas menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki daya penyebaran kebelakang dan kedepan yang rendah dalam perekonomian Indonesia. Artinya, sektor pertanian masih cukup rendah untuk mendorong atau merangsang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian. Akan tetapi berdasarkan hasil dari analisis dampak penyebaran tersebut, sektor pertanian memiliki kemampuan mendorong yang lebih besar jika dibandingkan dengan kemampuan menariknya. Dapat ditunjukan dari nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar daripada nilai koefisien penyebarannya. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian lebih banyak memberikan output nya kepada sektor lain untuk diolah ketimpang menggunakan input dari sektor lain untuk dijadikan input bagi sektor tersebut. 4.4 Analisis Pengganda Tujuan analisis ini adalah untuk melihat dampak perubahan dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor yang pengaruhnya terhadap pertumbuhan output, pendapatan, dan tenaga kerja seluruh sektor perekonomian. Oleh karena itu, analisis pengganda dapat dibagi menjadi pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja. Analisis pengganda tersebut dibagi menjadi dua lagi yaitu pengganda tipe I dan pengganda tipe II. Pengganda tipe I diperoleh dari pengolahan lebih lanjut dari matrik kebalikan leontif terbuka. Sedangkan pengganda tipe II diperoleh dari matrik kebalikan leontif tertutup dengan memasukan rumah tangga sebagai endogenous dari model. Pada pengganda output baik tipe I maupun tipe II, dampak diukur untuk tiap satu satuan perubahan output, sedangkan pada pengganda pen-
78
dapatan tipe I dan tipe II diukur tiap satu satuan pendapatan dan pada pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II diukur tiap satu satuan tenaga kerja.
Tabel 4.10
Nilai Pengganda Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2005 Pengganda Output
Pengganda Pendapatan
Pengganda Tenaga Kerja Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Tipe I Tipe II Pertanian 1,3399 1,7620 1,2890 1,6783 1,1165 1,2190 Pertambangan 1,2107 1,4805 1,2608 1,6417 1,9354 4,4800 dan Galian Industri Pe1,7273 2,1251 1,9626 2,5554 4,3126 5,8967 ngolahan Listrik, Gas, 2,0226 2,4466 2,2864 2,9770 5,7867 9,9437 Air Bangunan 1,8458 2,3163 1,8656 2,4291 2,7077 3,9835 Perdagangan, 1,6042 2,1134 1,5106 1,9668 1,4784 1,9028 Hotel, Restoran Angkutan dan 1,6685 2,1907 1,7091 2,2253 1,6787 2,4604 Komunikasi Keuangan 1,4251 1,8473 1,4641 1,9063 1,4324 2,0867 dan Jasa Persewaan Jasa-Jasa 1,6308 2,5004 1,2639 1,6457 1,7998 3,1700 Sumber: Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005, klasifikasi 9 sektor (diolah) Sektor
4.4.1 Pengganda Output Berdasarkan Tabel multiplier diatas, sektor pertanian memiliki nilai pengganda output tipe I sebesar 1,3399 dan pengganda output tipe II sebesar 1,7620. Nilai pengganda output tipe I menunjukan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan output seluruh sektor dalam perekonomian sebesar 1,3399 rupiah. Sedangkan nilai peng-
79
ganda output tipe II menunjukkan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian yang diakibatkan dari meningkatnya konsumsi rumah tangga pada sektor tersebut yaitu sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar 1,7620 rupiah. Nilai-nilai pengganda tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sektor pertanian berada pada urutan kedelapan baik dari pengganda I maupun pengganda II. Berdasarkan hasil dari analisis penyebaran yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sektor pertanian memiliki kemampuan mendorong atau merangsang pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomian sangat rendah ketika sektor pertanian itu sendiri dapat meningkat. Sama halnya yang terdapat pada analisis penyebaran tersebut, analisis pengganda output menunjukan bahwa meningkatnya permintaan akhir dari sektor pertanian menyebabkan output seluruh sektor dalam perekonomian meningkat akan tetapi jumlahnya sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. 4.4.2 Pengganda Pendapatan Berdasarkan Tabel multiplier diatas, sektor pertanian memiliki nilai pengganda pendapatan tipe I sebesar 1,2890 dan pengganda pendapatan tipe II sebesar 1,6783. Nilai pengganda pendapatan tipe I menunjukan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan pendapatan sektor-sektor lain sebesar 1,2890 rupiah. Sedangkan nilai pengganda pendapatan tipe II menunjukan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian sebesar satu satuan maka pendapatan rumah tangga
80
dari sektor tersebut akan dibelanjakan ke seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebear 1,6783 rupiah. Analisis pengganda pendapatan ini tidak jauh berbeda dengan hasil analisis sebelumnya yaitu analisis pengganda output. Sektor pertanian memiliki nilai pengganda pendapatan yang rendah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sektor pertanian berada pada urutan ke tujuh baik pengganda I maupun pengganda II. 4.4.3 Pengganda Tenaga Kerja Berdasarkan tabel pengganda diatas, sektor pertanian memiliki nilai pengganda tenaga kerja tipe I sebesar 1,1165 dan pengganda tenaga kerja tipe II sebesar 1,2190. Nilai pengganda tenaga kerja tipe I menunjukan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian sebesar satu rupiah maka akan menciptakan lapangan kerja untuk seluruh sektor perekonomian sebesar 1,1165 tenaga kerja. Sedangkan nilai pengganda pendapatan tipe II menunjukan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan lapangan kerja untuk seluruh sektor perekonomian sebesar 1,2190 tenaga kerja dengan memperhitungkan efek konsumsi rumah tangga. Sama halnya dengan analisis pengganda output maupun analisis pengganda pendapatan, dari hasil analisis pengganda tenaga kerja sektor pertanian memiliki nilai pengganda tenaga kerja yang rendah jika dibandingkan dengan sektorsektor lain dalam perekonomian dan berada pada urutan terbawah. Memang sektor pertanian menyumbang lapangan kerja terbesar secara nasional. Pada tahun 2005, sektor pertanian menyumbang sebesar 42.608.621 atau 44,63 persen dari
81
total angkatan kerja (Lihat Tabel 4.15). Tetapi nilai pengganda tersebut menunjukan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir dari sektor pertanian akan menciptakan lapangan kerja untuk seluruh sektor dalam perekonomian. Ini menunjukan bahwa seberapa besar sektor pertanian memberi sumbangan penciptaan tenaga kerja terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian. Ini artinya, nilai pengganda tenaga kerja dari sektor pertanian tidak sama maknanya dengan daya serap tenaga kerja dari sektor pertanian itu sendiri. Tabel. 4.11 Jumlah Tenaga Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Pada Tahun 2005 Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan dan Jasa Persewaan Jasa-Jasa Total Sumber: BPS 2005
Tenaga Kerja (orang) Jumlah Persen 42608621 865665 11270867 191185 4497559 18493651 5611074 4791428 7133802 95463852
44,6 0,9 11,8 0,2 4,7 19,4 5,9 5,02 7,47 100
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: 1. Peran sektor pertanian terhadap perekonomian Indonesia melalui kontribusinya terhadap struktur permintaan output, ekspor impor, dan investasi sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Akan tetapi sektor pertanian berperan besar dalam penyediaan input antara bagi sektor-sektor lain. Sektor pertanian juga berperan dalam struktur konsumsi rumah tangga mengingat sektor pertanian sebagai sektor yang menyediakan bahan makanan dalam negeri. Sektor pertanian juga menghasilkan nilai tambah bruto yang cukup besar akan tetapi nilai tambah bruto yang besar tersebut berasal dari keuntungan perusahaan yang sangat besar. 2. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan ke depan menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki keterkaitan ke depan secara langsung yang tinggi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan keterkaitan ke depan secara langsung dan tidak langsung yang tinggi terhadap sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, bangunan dan jasa-jasa. Ini menunjukkan bahwa pembangunan yang diarahkan kepada pengembangan industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran, bangunan, sektor jasa akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap pembangunan sektor pertanian terkait perannya sebagai penyedia input bagi sektor-sektor tersebut.
83
Berdasarkan hasil analisis keterkaitan ke belakang menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki keterkaitan ke belakang secara langsung maupun langsung dan tidak langsung yang tinggi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Ini menunjukkan bahwa ketika sektor pertanian dapat tumbuh dan berkembang maka sektor pertanian dapat menarik pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. 3. Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki kemampuan menarik (daya penyebaran kebelakang) dan kemampuan mendorong (daya penyebaran kedepan) pertumbuhan seluruh sektor dalam perekonomomian yang sangat rendah jika dibandingkan dengan sektorsektor lain dalam perekonomian. 4. Berdasarkan hasil analisis pengganda menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki dampak pengganda yang rendah jika dibandingkan terhadap sektor lainnya baik pengganda output, pengganda pendapatan, dan pengganda tenaga kerja kepada seluruh sektor dalam perekonomian.
5.2 Saran 1. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan ke depan: - Stategi pembangunan alternatif sektor pertanian dapat dilakukan dengan cara menciptakan keterpaduan antara sektor pertanian dengan sektor industri pengolahan melalui pengembangan agroindustri contohnya industri makanan dan minuman, industri tekstil, industry pengobatan dan lain sebagainya.
84
Dengan
pengembangan
agroindustri
maka
sektor
pertanian
dapat
menciptakan surplus yang lebih besar lagi. - Menciptakan keterpaduan antara sektor pertanian dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran melalui pembangunan infrastruktur dan menyediakan informasi produk pertanian. 2. Pemerintah diharapkan meningkatkan subsidi kepada sektor pertanian sehingga mendukung peran sektor pertanian dalam penyediaan bahan makanan dalam negeri dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk Indonesia serta dapat meningkatkan nilai tambah bruto sektor pertanian.
85
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Pertanian 2003. BPS, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2008. Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output Indonesia. PT. Tionarayana Marbuejaya, Jakarta. Jhingan, M.L. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno [penerjemah]. Edisi ke-11. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Mankiw. N. Gregory. 2005. Teori Makroekonom. Edisi ke-5. Erlangga, Jakarta. Miller, R.E dan P.D.Blair. 1985. Input Output Analysis: Foundation and Extension. Prentice Hall, New Jersey. Nugroho, Bramantyo T. 2003. Tahap Industrialisasi Sektor Pertanian Serta Dampak Investasi dan Peranannya Dalam Perekonomian Provinsi Jawa Tengah (Analisi Input Output). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Nurlela, Fitri. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Barat (Analisis Input Output). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Sahara dan Priyarsono, D.S. 2006. Modul MK Ekonomi Regional. Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB. Suryana. 1998. Kebijakan Peningkatan Produktivitas dan Pertumbuhan Agroindustri Pedesaan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Haris Munandar dan Puji [ penerjemah]. Edisi ke-8. Erlangga, Jakarta.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Tabel Input Output Indonesia Tahun 2005 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen, klasifikasi 9 sektor SEKTOR
1
2
3
4
5
6
7
8
1
32,519,282
48,839
210,813,028
15
9,254,685
32,471,007
72,739
63,505
2
242
27,370,258
118,351,606
12,560,484
30,855,803
13,336
25,368
0
3
43,162,630
11,434,746
410,802,533
20,907,975
171,184,144
85,026,790
55,935,811
9,645,258
4
269,193
277,152
24,184,061
13,503,992
248,125
10,812,621
4,010,110
2,281,502
5
4,341,862
4,013,352
2,446,654
847,949
589,417
9,272,367
6,377,923
10,103,010
6
11,114,207
2,944,197
107,949,479
3,222,518
49,181,905
30,821,520
13,238,617
4,840,646
7
5,278,692
3,663,093
53,079,761
1,063,821
15,738,350
35,825,695
28,702,676
9,316,058
8
6,586,168
2,984,993
44,420,226
2,440,142
22,141,565
59,329,572
15,956,864
46,934,473
9
2,533,222
3,428,130
20,800,833
170,329
3,378,717
11,342,431
35,478,391
11,964,295
190
105,805,498
56,164,760
992,848,181
54,717,224
302,572,711
274,915,338
159,798,498
95,148,747
200
9,459,233
13,916,956
339,614,898
7,265,528
69,006,907
22,833,743
44,204,534
17,647,818
201
84,728,434
43,670,527
227,388,783
8,688,614
76,881,831
129,859,534
64,154,069
53,524,921
202
276,301,728
243,517,067
478,521,806
13,504,337
103,773,710
250,073,524
67,930,872
164,439,103
203
8,729,724
16,855,751
91,159,895
12,065,215
18,722,142
36,438,008
59,778,491
16,422,357
204
6,002,797
13,126,269
54,553,565
1,503,184
7,484,509
16,814,492
3,404,448
5,005,102
205
(147,751)
0
(55,943,204)
(8,850,600)
0
0
(845,400)
0
209
375,910,433
317,169,614
795,680,845
26,910,750
206,862,193
433,185,559
194,422,480
239,391,483
210
491,175,164
387,251,329
2,128,143,924
88,893,502
578,441,811
730,934,641
398,425,513
352,188,048
88
SEKTOR
9
180
301
302
303
304
305
309
1
10,218,824
295,461,923
181,105,072
0
1,276,607
2
673,697
189,850,795
12,823
0
813,676
(4,347,726)
17,383,787
195,417,740
4,866,538
191,707,499
3
88,913,885
897,013,773
590,822,919
0
197,400,536
52,620,596
20,609,626
566,671,410
4
5,754,086
61,340,841
27,552,638
1,231,130,192
0
0
0
24
5
11,467,940
49,460,473
27,552,662
0
0
528,981,339
0
0
6
30,243,682
528,981,339
253,556,771
355,015,251
0
19,547,732
1,849,309
76,602,878
7
477,377,869
17,737,087
170,405,233
161,719,891
0
6,396,892
618,300
20,445,297
228,020,280
8
18,067,479
218,861,481
115,877,915
0
1,152,219
0
0
133,326,565
9
19,332,043
108,428,390
170,843,504
220,868,779
8,585,277
0
12,233
424,687,463
190
202,408,723
2,244,379,681
1,602,950,013
220,868,780
619,374,339
23,596,048
872,823,128
3,443,894,646
200
43,053,347
567,002,965
182,640,993
4,111,760
73,682,617
12,693,158
0
273,128,528
201
193,321,275
882,217,987
202
58,578,933
1,656,641,080
203
31,622,864
291,794,447
204
4,270,046
112,164,413
205
(139,334)
(65,926,289)
209
287,653,783
2,876,891,638
210
533,115,853
5,688,274,283
89
SEKTOR
310
409
509
600
700
1
490,879,664
0
0
490,879,662
490,879,662
2
387,251,331
0
0
387,251,331
387,251,331
3
2,128,143,964
0
0
2,128,143,926
2,128,143,926
4
88,893,502
0
0
88,893,502
88,893,502
5
578,441,812
0
0
578,441,811
578,441,811
6
730,934,641
0
0
730,934,640
730,934,640
7
398,425,513
0
0
398,425,512
398,425,512
8
352,188,046
0
0
352,188,047
352,188,047
9
533,115,853
0
0
533,115,854
533,115,854
190
5,688,274,326
0
0
5,688,274,285
5,688,274,285
200
840,131,493
840,131,528
0
0
840,131,528
201 202 203 204 205 209 210
90
Lampiran 2. Keterangan Tabel IO • • • • • • • • •
1 2 3 4 5 6 7 8 9
: Sektor Pertanian : Sektor Pertambangan dan Penggalian : Sektor Industri Pengolahan : Sektor Listrik, Gas, dan Air : Sektor Bangunan dan Konstruksi : Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran : Sektor Angkutan dan Komunikasi : Sektor Keuangan dan Jasa Persewaan : Sektor Jasa-Jasa Lainnya
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
180 190 200 201 202 203 204 205 209 210 301 302 303 304 305 309 310 409 509 600 700
: jumlah permintaan antara : jumlah input antara : Impor : upah dan gaji : surplus usaha : penyusutan : pajak tak langsung : subsidi : Nilai Tambah Bruto : Jumlah Input : Konsumsi Rumah Tangga : Investasi : pembentukan modal tetap : perubahan stok : ekspor : jumlah permintaan akhir : total permintaan : jumlah impor barang dan jasa : margin perdagangan dan biaya pengangkutan : jumlah output : jumlah penyediaan
91
Lampiran 3. Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 9 sektor (diolah)
92
Lampiran 4. Keterangan dari Matrik Koefisien Teknis: Keterangan Vertikal: • HH1 : upah dan gaji • P2 : impor • P3 : surplus usaha • P4 : penyusustan • P5 : pajak tak langsung • P6 : subsidi Keterangan Horizontal: • HH1 : konsumsi rumah tangga • F2 : investasi • F3 : pembentukan modal tetap • F4 : perubahan stok • F5 : ekspor
93
Lampiran 5. Matrik Kebalikan Leontif Terbuka Klasifikasi 9 Sektor (diolah)
94
Lampiran 6. Pengganda Output Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Lampiran 7. Pengganda Pendapatan Klasifikasi 9 sektor (diolah)
Lampiran 6. Pengganda Tenaga Kerja Klasifikasi 9 Sektor (diolah)