REALOKASI DAN DISTRIBUSI PENGGUNAAN PUPUK ANORGANIK BERBASIS UJI TANAH PADA LAHAN SAWAH UNTUK MENUNJANG GERAKAN PENINGKATAN PRODUKSI BERAS NASIONAL (P2BN) SECARA BERKELANJUTAN I Made Adnyana Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana E-mail:
[email protected] ABSTRACT Realokasi dan distribusi penggunaan pupuk anorganik, khususnya P dan K berbasis uji tanah dimaksudkan untuk mengevaluasi rekomendasi pemupukan tanaman padi yang masih bersifat umum dan kurang efisien untuk mendapatkan dosis yang tepat dan ramah lingkungan. Penelitian diawali dengan mengevaluasi status P dan K tanah, dilanjutkan dengan uji respons tanaman padi sawah terhadap penggunaan pupuk P dan K pada status P dan K tanah berbeda, dan diakhiri dengan penyusunan rekomendasi pemupukan P dan K spesifik lokasi. Penelitian dilakukan pada seluruh tanah sawah yang ada di Kabupaten Tabanan, Bali. Tanah sawah Kabupaten Tabanan memiliki status P tinggi (22%) dan K tinggi (54%). Tanah dengan status P dan K tinggi, tidak memerlukan tambahan pupuk P dan K karena sudah dapat dipenuhi melalui air irigasi dan pelapukan jerami. Pada status P rendah (20%) dan K rendah (8%) diperlukan pupuk SP-36 sebesar 50100 kg ha.-1 dan KCl sebesar 50-75 kg ha.,-1 yaitu sesuai anjuran pemerintah; sedangkan pada status P sedang (58%) dan K sedang (38%) membutuhkan pupuk SP36 sebanyak 25-75 kg ha.-1, dan KCl 35-65 kg ha.,-1 yaitu 35-50% dari dosis anjuran pemerintah. Pupuk P dan K tidak perlu didistribusikan pada tanah-tanah dengan status P dan K tinggi, serta diprioritaskan pengalokasiannya hanya pada tanahtanah dengan status P dan K rendah sampai sedang. Kata kunci: pupuk P dan K, status P dan K, rekomendasi pemupukan, tanah sawah PENDAHULUAN Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan sumber daya alam termasuk tanah ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kuantitas dan kualitas hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Penggunaan sumber daya alam perlu dikendalikan untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif yang ditimbulkan. Tanah sawah merupakan salah satu sumberdaya
alam yang perlu dikendalikan pemanfaatannya agar dapat menghasilkan beras yang berkualitas dalam jangka panjang. Penggunaan pupuk secara tepat adalah salah satu faktor kunci untuk dapat mempertahankan produktivitas tanah sawah, di samping akan sangat menguntungkan baik secara teknis, ekonomis, maupun lingkungan. (Hardjowigeno dan Rayes, 2001). Untuk itu, diperlukan dukungan penelitian pengembangan uji tanah dan tanaman yang mewakili sifat tanah dan jenis tanaman tertentu. Fosfor dan K merupakan unsur-unsur pupuk anorganik selain N yang perlu diperhatikan pemanfaatannya. Persediaan pupuk anorganik, terutama P dan K dalam negeri, terbatas dan harganya semakin mahal, apalagi adanya persaingan antara kebutuhan pupuk untuk padi dan untuk komoditas lain seperti sayuran dan buah-buahan yang bernilai ekonomis lebih tinggi. Oleh karena itu, rekomendasi pupuk anorganik untuk tanaman padi yang berlaku hingga saat ini yang masih bersifat umum dan kurang efisien perlu dievaluasi untuk mendapatkan dosis yang tepat. Tanah dengan status P dan K rendah, sedang, dan tinggi digunakan sebagai dasar untuk rekomendasi pemupukan P dan K yang tepat sasaran, tepat dosis, serta tepat pengalokasian dan pendistribusiannya. Unsur P dalam tanah merupakan hara yang tidak mobil dan efisiensinya hanya 15 %–20 %, sedangkan sisanya 80 %–85 % tertinggal dalam tanah sebagai residu menjadi P potensial (cadangan) dalam bentuk Al-P, Fe-P, Ca-P, serta diikat bahan organik dan mineral liat (Winarso, 2005). Menurut Sofyan et al., (2002) senyawa HCl-25 % merupakan asam keras yang digunakan sebagai ekstrak dalam analisis P potensial untuk menentukan status P tanah. Selain itu, ekstrak tersebut juga digunakan untuk menentukan status K tanah. Sebagian besar dari K terikat kuat dan lambat tersedia dan merupakan cadangan K bagi tanaman. Penggunaan pupuk seperti P dan K secara tepat diharapkan dapat meningkatkan hasil tanaman, mempertahankan produktivitas tanah jangka panjang dan ramah lingkungan (APPI/LPI. 2003). Pemberian pupuk ke tanah dilakukan dengan tujuan untuk tercapainya status semua hara optimum bagi pertumbuhan, hasil, dan kualitas hasil, sehingga akan
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
167
dapat mendukung program peningkatan produksi beras nasional secara berkelanjutan yang dirancang pemerintah. Dalam hubungannya dengan peningkatan produksi beras, unsur P berperanan dalam pembentukan bulir padi, pembungaan, pengisian gabah, memperlebat pertumbuhan akar, menyebabkan batang tegar, mutu beras meningkat, serta tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Sementara itu unsur K berperanan penting dalam mengaktifkan ensimensim dalam sintesa protein, selanjutnya protein digunakan untuk memperbanyak jumlah anakan padi, meningkatkan kualitas beras, penting dalam pembentukan karbohidrat, diperlukan pada pembentukan klorofil, memperlebat akar tanaman, serta menyebabkan tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit (Ames and Johnson, 2001). Tujuan penelitian ini adalah untuk pengalokasian dan pendistribusian penggunaan pupuk anorganik ( khususnya pupuk P dan K) pada lokasi yang tepat sesuai status hara P dan K dalam tanah, dalam rangka menunjang gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN) secara berkelanjutan. METODELOGI PENELITIAN Beberapa bahan yang digunakan dalam survai dan analisis tanah pada penelitian ini adalah kantung plastik, aquades, HCl-25%, H2SO4, NH4F, (NH4)6Mo7O24.4H2O, NaHCO3, KH2PO4, NH4OAc 1N pH 7, sedangkan alat-alat yang digunakan terdiri atas sekop, abney level, altimeter, Munsell Soil Colour Chart, pH-meter, spektrofotometer, dan fotometer nyala. adalah alat pengolahan tanah, timbangan, dan alat pengukur variabel respons. Contoh tanah diambil dengan sistim grid yang didasarkan pada proporsi jarak dan luas dengan memperhatikan fisiografi wilayah dan jenis tanah. Sampel diambil dari lapisan olah sedalam 0-30 cm dengan jarak satu cm dalam peta atau 500 m di lapangan. Luas areal sawah Kabupaten Tabanan adalah 23.000 ha. Dari kira-kira setiap 25 ha diambil satu sampel sehingga terkumpul 770 sampel. Contoh tanah dikering-udarakan, ditumbuk, dan diayak dengan saringan 2 mm dan selanjutnya dianalisis kadar P dan K dengan metode HCl-25%. Penetapan P dan K masingmasing menggunakan spektrofotometer dan fotometer nyala. Dalam pembuatan peta status P dan K, mula-mula dilakukan ploting contoh tanah pada peta operasional skala 1:25.000 ke dalam peta dasar 1:50.000. Hasil analisis kadar P dan K diplot ke masing-masing lokasi tempat pengambilannya. Delinasi batas status P dan K
168
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
dilakukan dengan memperhatikan tofografi, batas alam seperti sungai, dan jalan (Sofyan et al., 2000). Percobaan taraf pemupukan P pada setiap status P disusun dengan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Takaran pupuk yang dicobakan terdiri atas 6 taraf, yaitu : 0, 30, 60, 90, 120, dan 150 kg ha.-1 SP-36, sedangkan status P tanah terdiri atas rendah, sedang, dan tinggi yang terdapat pada lokasi berbeda sehingga diperlukan tiga unit percobaan. Hasil percobaan pemupukan P pada setiap status P digabungkan dan dianalisis dengan analisis gabungan atau combined experiment (Gomez dan Gomez, 1995). Percobaan yang sama dilakukan terhadap taraf pemupukan K pada setiap status K, dimana takaran pupuk yang digunakan adalah : 0, 25, 50, 75, 100, dan 125 kg ha.-1 KCl Tanaman dipanen umur 105 hari dan penimbangan bobot gabah panen dilakukan pada petak panen (1 m x 1 m) lalu dibawa ke laboratorium untuk pengukuran bobot kering pada suhu 700C selama 48 jam. Penyusunan rekomendasi dilakukan dengan bantuan persamaan kurva respons, melalui model kuadratik. Dari kurva tersebut ditetapkan takaran pupuk tertinggi, yaitu takaran pupuk untuk mencapai hasil maksimum (100 %) dan takaran pupuk terendah diasumsikan sebagai takaran pupuk yang dengan takaran sebesar itu hasil mencapai 90 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Status P dan K Tanah Sebanyak 58 % tanah sawah di Kabupaten Tabanan, Bali, berstatus P tanah sedang dan sisanya, yaitu yang berstatus P rendah dan tinggi, dijumpai dalam jumlah relatif sama (Gambar 1). Jika dipilah-pilah dan dihitung berdasarkan kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan, Bali, dapat dikatakan bahwa hampir semua kecamatan didominasi oleh tanah yang berstatus P tanah sedang, kecuali di kecamatan Tabanan dan Baturiti (Tabel 1). Kecamatan Tabanan dan Baturiti lebih banyak tanah yang berstatus P tinggi, yaitu masing-masing 58,09 % dan 61,39 %. Di wilayah itu petani umumnya sudah melakukan pemupukan P, selain N dan K, secara intensif dan terus menerus sehingga bisa menyebabkan terjadinya akumulasi P karena tingkat efisiensi P rendah, yaitu 15 % - 20 %, yang dapat diserap tanaman dan sisanya tertinggal sebagai residu. Sebagian besar (54 %) tanah sawah di Kabupaten Tabanan Bali berstatus K tanah tinggi, 38 % berstatus K tanah sedang, dan hanya sebagian kecil (8 %) yang berstatus K tanah rendah (Gambar 2). Hampir di semua kecamatan didominasi oleh tanah yang memiliki status K tinggi (Tabel 2)
Gambar 1. Peta Status Hara Fosfat Tabel 1. Luas dan persentase luas tanah sawah berdasarkan status P ekstrak tersebar di Kabupaten Tabanan, Bali. No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Status P Tanah ( ha/ %)
Kecamatan Marga Kediri Tabanan Penebel Kerambitan Baturiti Selemadeg (termasuk Timur dan Barat) Pupuan
HCl-25 % di semua kecamatan yang
Rendah 209,03 (8,84) 821,37 (26,38) 0 774,22 (17,23) 36,13 (1,39) 29,86 (1,54) 2383,52 (40,11) 486,11 (40,97)
Sedang 1820,98 (77,00) 2094,49 (67,27) 864,55 (41,91) 2774,69 (61,76) 2058,88 (79,07) 717,24 (37,07) 2797,87 (47,08) 617,87 (52,10)
Tinggi 334,92 (14,16) 197,92 (6,25) 1198,37 (58,09) 943,64 (21,00) 508,69 (19,54) 1187,88 (61,39) 760,87 (12,80) 82,04 (6,92)
Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase terhadap luas lahan.
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
169
Tabel 2. Luas dan persentase luas tanah sawah berdasarkan status K ekstrak HCl-25 % di semua kecamatan yang tersebar di Kabupaten Tabanan, Bali
No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Status K Tanah ( ha/ %)
Kecamatan Marga Kediri Tabanan Penebel Kerambitan Baturiti Selemadeg (termasuk Timur dan Barat) Pupuan
Rendah 131,38 (5,55) 0 135,58 (6,57) 288,96 (6,43) 0 93,90 (4,85) 946,35 (15,93) 300,20 (25,31)
Sedang 626,62 (26,50) 156,37 (5,02) 765,21 (37,09) 1104,25 (24,58) 526,85 (20,23) 835,29 (43,17) 4451,56 (74,91) 541,73 (45,68)
Keterangan : Angka dalam kurung adalah persentase terhadap luas lahan.
Gambar 2. Peta status hara K
170
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
Tinggi 1606,93 (67,95) 2957,10 (94,98) 1162,13 (56,33) 3099,33 (68,99) 2076,85 (79,765) 1005,789 (51,98) 544,34 (9,16) 344,09 (29,01)
Rekomendasi Pemupukan P dan K Rekomendasi pemupukan P dan K disusun pada setiap status P dan K yang telah ditetapkan sebelumnya. Data bobot gabah (14 % air) digunakan untuk menduga kurva respon pemupukan. Kurva disusun untuk masing-masing status hara P dan K (Gambar 3 dan 4).
Gambar 3. Bobot gabah (14 % air) pada pemupukan P dengan takaran meningkat pada penetapan P dengan metode Olsen.
Gambar 4. Bobot gabah (14 % air) pada pemupukan K dengan takaran meningkat pada penetapan K dengan metode NH4OAc 1N pH 7.
Pada status P rendah jumlah pupuk SP-36 yang dibutuhkan adalah 100 kg/ha, pada status P sedang adalah 50-75 kg/ha, sedangkan pada status P tinggi, tidak direkomendasikan. Sementara itu pada status K rendah diperlukan pupuk KCl sebanyak 75 kg/ha, pada status K sedang dibutuhkan 35-50 kg/ha, sedangkan pada status K tinggi, tidak direkomendasikan. Pupuk lainnya sebagai pupuk dasar, dalam rangka menunjang gerakan peningkatan produksi beras Nasional (P2BN), yaitu Urea sebanyak 250 kg/ha untuk setiap status hara P maupun K tanah. Anjuran pemupukan P dan K untuk tanaman padi sawah yang dikeluarkan pemerintah hanya sesuai dilakukan pada tanah dengan status P dan K rendah, yaitu masing-masing sebanyak 20% dan 8% dari total areal sawah di Kabupaten Tabanan. Pada tanah dengan status P dan K sedang hanya memerlukan pupuk P dan K sebanyak 35- 50% dari dosis anjuran; yaitu masing-
masing menempati 58% dan 38% dari total areal sawah Kabupaten Tabanan. Tanah dengan status P dan K tinggi, yang masing-masing menempati 22% dan 54% dari total areal sawah itu tidak memerlukan pupuk P dan K. Berdasarkan fakta tersebut, seharusnya pupuk P dan K tidak perlu didistribusikan pada wilayahwilayah yang memiliki status P dan K tinggi, seperti disajikan pada Gambar 1, 2, 3, dan 4 serta Tabel 1 dan 2. Alokasi pupuk P dan K harus diprioritaskan pada wilayah-wilayah dengan status P dan K rendah dan sedang sesuai dengan kebutuhan (Adnyana, 2005 dan Adnyana, 2006). Dengan demikian pemerintah dapat lebih efisien dan efektif dalam mengalokasikan dan mendistribusikan pupuk P dan K. Bahan baku pembuatan pupuk P dan K masih diimport dari luar negeri sehingga penggunaannya harus terkontrol karena di samping harganya mahal, juga dapat menurunkan produktivitas tanah dan kualitas lingkungan. Peluang itu bisa terjadi terutama apabila diberikan pada tanah-tanah dengan status P dan K tinggi yang secara ilmiah sudah tidak memerlukan tambahan pupuk P dan K. Menurut Reichardt et al., (2001) penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman dapat menyebabkan : (a) gangguan keseimbangan hara dalam tanah, (b) munculnya polusi, (c) merosotnya kadar bahan organik tanah, dan (d) terganggunya perkembangan jasad hidup. Bila hal itu dibiarkan terus di samping akan dapat menurunkan produksi beras, juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan ternak. Pupuk P dan K apabila diberikan pada tanah dengan status P dan K tanah rendah dan sedang (dengan dosis tepat) di samping akan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas beras, juga dapat mempertahankan produktivitas tanah dalam jangka panjang (berkelanjutan) dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sebagian besar areal sawah Kabupaten Tabanan berstatus P sedang (58%) dan K tinggi (54%), dan tersebar di seluruh kecamatan yang ada di daerah itu. Tanah dengan status P dan K rendah memerlukan pupuk P dan K sesuai anjuran, tanah dengan status P dan K sedang hanya memerlukan pupuk sebanyak 3550% dari dosis anjuran, sedangksan tanah dengan status P dan K tinggi, tidak memerlukan tambahan pupuk tersebut. Pupuk P dan K tidak perlu didistribusikan pada tanah-tanah dengan status P dan K tinggi, serta diprioritaskan pengalokasiannya hanya pada tanahtanah dengan status P dan K rendah sampai sedang.
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
171
Pendistribusian dan pengalokasian pupuk P dan K pada tempat-tempat yang tepat di samping dapat menghasilkan beras yang berkualitas baik, juga mampu mempertahankan produktivitas tanah dalam jangka panjang, dan menjaga kualitas lingkungan. Saran Untuk mengatasi kelangkaan pupuk P dan K yang sering terjadi belakangan ini, sebaiknya pemerintah mendistribusikan dan mengalokasikan pupuk P dan K sesuai dengan informasi yang diperoleh dari peta status P dan K tanah. UCAPAN TERIMAKASIH Banyak pihak yang sudah membantu penelitian ini, untuk itu pada kesempatan ini kami ucapkan terimakasih kepada pihak Dikti Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia, Rektor Universitas Udayana, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, dan Ketua Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Terimaksih juga kami ucapkan pada Dr.Ir. Nyoman Arya, MS (alm); Ir. Ketut Dharma Susila, MS; Ir. Dewa Made Arthagama, MP; Ir. Ida Bagus Bhayunagiri, MSi, atas kerjasamanya. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, I.M. 2005. Rekomendasi pemupukan fosfat spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah. Agritrop (24)4 : 133-136. Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar. Adnyana, I.M. 2006. Rekomendasi pemupukan K spesifik lokasi untuk tanaman padi sawah. Agrista (10)1 : 41-45. Fakultas Pertanian Universitas Syah Kuala, Darussalam Banda Aceh. Ames, M., and W.S. Johnson. 2001. A review of factors affecting plant growth. Adapted from Plant Physiology. University of Nevada, Reno. Available at http://www.agrosun.com/content/articles/factors-plant. html.(Diakses tanggal 2 April 2003) APPI/LPI. 2003. Pemupukan berimbang. Diakses : http:// io.ppi-jepang.org/article.php.id Gomez, K.A dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Edisi 2. Terjemahan UI Press, Jakarta. Hardjowigeno, S dan M.L.Rayes, 2001. Tanah sawah.
172
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
Program Pascasarjana IPB, Bogor Reichardt, W; A.Dobermann; and T.George. 2001. Intensification of rice production system : Opportunities and Limits. Fisher 1, Chapter 3 htm. (2-16) Sofyan, A., S. Moersidi, P. Nurjaya, dan J. Suryono. 2000. Laporan akhir penelitian status hara P dan K lahan sawah sebagai dasar penggunaan pupuk yang efisien pada tanaman pangan tahun 1999/2000. Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan dan Agroklimat, Puslittanak, Bogor. Sofyan, A.D., Nursyamsi and Amin. 2002. Development of soil testing program in Indonesia. P10-25. In workshop proceeding IRRI, Texas A&M University and University of Hawai, 21-24 January 2002. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar-Dasar Kesehatan Tanah dan Kualitas Tanah. Gaya Media, Jogjakarta