PERSETUJUAN PEMBIMBING
Jurnal Yang Berjudul FAKTORFAKTOR PENGHAMBAT KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONEBOLANGO
Oleh: Raina Laniyo Nim: 151 410 277
Telah Diperiksa dan disetujui
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO Raina Laniyo, Haris Mahmud, Elmia Umar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Raina Laniyo, 2014. Faktor-Faktor Penghambat Kreativitas Guru dalam Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Mata Pelajaran IPS Di SDN 6 Bulango Selatan Kabupate Bone Bolango. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Drs. H. Haris Mahmud S.Pd, M.Si dan Pembimbing II Dra. Elmia Umar M.Pd. Masalah dalam penelitian ini adalah “Apa faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran IPS di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango?.” Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktorfaktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, serta teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data yaitu Guru SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Analisis data yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah di lapangan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran IPS di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango di antaranya; terbatasnya waktu pelajaran IPS, terbatasnya pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajarann kooperatif, terdapat karakteristik siswa yang berbeda dan kurangnya pelatihan-pelatihan mengenai PAIKEM. Kata kunci: Penghambat Kreativitas, model pembelajaran kooperatif 1
1
Raina Laniyo, 151 410 277, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Drs. H. Haris Mahmud, S. Pd, M. Si, Dra. Elmia Umar, M. Pd
Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, dan keberhasilan aktifitas yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat membantu ketuntasan dan perubahan tingkah laku bagi peserta didik, baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Belajar diartikan sebagai kegiatan pribadi peserta didik yang mengutamakan potensi pikiran dalam proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan dan pembiasaan serta memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Adapun Model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan bahan ajar sehingga akan mencapai tujuan atau sasaran pembelajaran, dan menjadikan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan bagi peserta didik. Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango, proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sudah cukup baik akan tetapi kurangnya variasi yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif. Hal ini sangat berdampak dan mempengaruhi prestasi belajar bagi pesera didik Oleh karena itu peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor Penghambat Kreativitas Guru Dalam Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPS di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango”. METODE PENELITIAN Adapun latar penelitian yang akan menjadi tempat penelitian yaitu di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Maleong (2004:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada satu konteks khusus yang alamiah dan dengan pemanfaatan metode alamiah.. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument utama yaitu sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data tanpa atau dengan bantuan orang lain. Menurut Lexy Maleong (2006:121), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Peneliti berperan sekaligus sebagai perencana, mengumpulkan, menganalisis, serta menafsirkan data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Dengan demikian, peneliti dikatakan sebagai instrumen atau alat di sini karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Menurut Lofland (dalam maleong, 2004:157), sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif yaitu tidakan dan kata-kata, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini yang akan dijadikan sumber data salah satunya adalah manusia yang dijadikan informan. Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu: Data primer merupakan data utama yang diambil langsung dari tempat penelitian. Data tersebut berupa hasil dari wawancara dengan guru SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango mengenai faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran IPS.
Pada data sekunder ini mencakup dokumen-dokumen sekolah seperti profil sekolah, keadaan sekolah, kurikulum serta arsip administrasi lainnya yang relevan dan sesuai dengan topik kajian penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Adapun prosedur pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu: Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2010:203), mengemukakan bahwa, Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Esterberg (dalam Sugiyono, 2013:194), Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Sugiyono (2008:329) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan kebijkan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapanagan. Dalam hal ini Nasution (dalam Sugiyono, 2010:336) menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Di dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Di dalam bukunya Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif kualitatif Sugiyono (2013:363), validasi merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Penelitian ini dilakukan berdasarkan tahap-tahap penelitian yaitu: Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian pendahuluan yaitu: a.
Memilih lapangan penelitian
b.
Mengurus perijinan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
c.
Menilai keadaan lapangan penelitian.
d.
Memilih dan memanfaatkan informasi.
e.
Menyampaikan instrument.
Pengembangkan desain penelitian yaitu membuat pola atau rencana pendahuluan. Pada tahap ini peneliti akan mengembangkan sarana atau alat yang digunakan untuk penelitian kemudian memberi pengarahan atau penjelasan terhadap obyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti langsung turun kelapangan untuk melakukan penelitian yang sebenarnya, yaitu melakukan observasi langsung di kelas serta mewawancarai guru mengenai faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran IPS. Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengumpulkan data, mencatat hal-hal, yang berhubungan dengan faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, semua hal yang akan diamati kemudian disimpulkan dengan catatan kesimpulan. Setelah penelitian yang sebenarnya telah dilakukan, langkah yang dilakukan selanjutnya yaitu penulisan laporan. Dalam penyusunan laporan peneliti mengungkapkan semua hasil yang diperoleh dari data-data yang ada. Peneliti harus menyatakan sesuai dengan hasil yang diperoleh, keadaan sebenarnya, apa adanya, dan tidak menambah atau mengurangi dari keadaan sebenarnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh informan dan sesuai fakta di lapangan dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif di SDN 6 Bulango selatan tersebut belum sesuai dengan harapan karena idealnya dalam pembelajaran yang berlangsung dikelola secara baik dan benar sehingga pembelajaran tersebut akan lebih menyenangkan. Hal ini terjadi karena pemahaman guru dalam menggunakan model pembelajaraan kooperatif masih kurang, dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif dibutuhkan kreativitas guru untuk mengolah dan memilih model pembelajaran yang tepat, sehingganya di SDN 6 bulango selatan Kabupaten Bone Bolango ditemukan pada umumnya guru menggunakan model pembelajaran STAD (student Teams achievement Division) disetiap pembelajaran IPS tanpa mengganti model pembelajaran kooperatif yang lain, ini sangat berdampak pada siswa yang akan mengakibatkan kebosanan atau kejenuhan dalam belajar. Temuan khusus dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan 4 guru yakni guru kelas III, guru kelas IV, guru kelas V, serta guru kelas VI di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango yang bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif. Wawancara yang dilakukan pada guru yang ada di SDN 6 Bulango Selatan kabupaten Bone bolango, menunjukkan terdapat 4 orang guru yang sering menggunakan model pembelajaran kooperatif, namun terdapat 3 orang guru yaitu guru kelas III, guru kelas IV dan guru kelas V yang menggunakan model pembelajaran kooperatif secara menoton dalam pembelajaran IPS yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student Teams achievement Division) disetiap pertemuan tanpa mengganti model pembelajaran kooperatif yang lain. Ketiga guru tersebut berpendapat bahwa dalam pembelajaran lebih mudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe lainnya, karena model pembelajaran kooperatif STAD ini merupakan model belajar dalam kelompok yang terbagi secara hetorogen dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya sulit untuk diterapkan. Sedangkan guru kelas VI berpendapat bahwa dalam pembelajaran sering menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD (student Teams achievement
Division) dan sekali-kali menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif di SDN 6 bulango selatan yaitu terdapat faktor penghambat kretivitas guru mengenai terbatasnya waktu pelajaran IPS di SDN 6 Bulango Selatan. Pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif guru kelas III sampai guru kelas V menggunakan model pembelajaran pada saat pemberian tugas atau di akhir pembelajaran sehingganya sangat membutuhkan waktu dalam membentuk kelompok. Sedangkan indikator yang dibahas mencapai 2 indikator. Berbeda dengan guru kelas VI melalui pernyataannya bahwa guru tersebut menerapakan model pembelajaran kooperatif pada saat proses pembelajaran atau pada kegiatan inti. Jika waktunya terbatas maka guru tersebut memberikan tugas dirumah serta menyuruh siswa mencari informasi lebih lengkap melalui internet. Terbatasnya pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif ini merupakan faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembalajaran kooperatif, menurut piyudiai (dalam Http//Blogspot faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru), terbatasnya pengetahuan guru terutama masalah pengelolaan dan pendekatan pengelolaan, baik sifatnya teoritis maupun praktis, sudah barang tentu akan menghambat perwujudan pengelolaan kelas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas sangat diperlukan. Pada kegiatan proses pembelajaran dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, guru kelas III sampai guru kelas V pada umumnya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa mengganti model pembelajaran kooperatif tipe lainnya dalam setiap pertemuan, hal ini yang akan berdampak pada siswa, siswa akan merasa jenuh dan bosan akibat dari model pembelajaran yang menoton. Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh guru atau pendidik di sekolah dasar ini adalah guru hendaknya memahami karakteristik siswa yang akan diajarkan. Karena anak yang berada di sekolah dasar tentunya masing-masing berbeda karakteristiknya. Pada kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, guru di kelas III dan kelas IV menyatakan bahwa terdapat kendala dari siswa dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu terdapat siswa yang nakal dan suka mengganggu temannya dalam kelompok. Sedangkan guru kelas V menyatakan bahwa terdapat siswa yang memiliki tingkat kognitif yang rendah sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan siswa yang memiliki tingkat kognitif yang tinggi. Berbeda dengan pendapat yang dinyatakan oleh guru kelas VI bahwa untuk kelas tinggi tidak ada hambatan dalam menggunakan model pembelajaran STAD, karena model ini tidak terlalu rumit. Apalagi sekarang banyak buku, kalau materinya masih kurang jelas mereka dapat mencarinya diinternet. Guru kelas III sampai guru kelas V belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan mengenai PAIKEM, mereka hanya mengikuti pelatihan kurikulum K-13, berbeda dengan guru kelas VI guru tersebut sudah 2 kali mengikuti pelatihan-pelatihan PAIKEM serta pelatihan kurikulum K-13.
Dilihat dari latar belakang pendidikan pun masing-masing berbeda, guru kelas III berpendidikan terakhir SPG bahkan tidak pernah mengikuti pelatihan sehingga kurang pengetahuannya mengenai model pembelajaran kooperatif, guru kelas IV berpendidikan terakhir S1 PGSD namun dalam menggunakan model pembelajaran masih kurang, guru kelas V S1 Biologi, serta guru kelas VI berpendidikan terakhir S1 PGSD serta sering mengikuti pelatihan-pelatihan. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dengan ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor penghambat kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu terbatasnya waktu pelajaran IPS hal ini terjadi karena dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dilaksanakan pada pemberian tugas serta indikator yang dibahas maksimal 2 indikator sehingga sangat membutuhkan waktu yang banyak dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, terbatasnya pengetahuan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu kurang variasi model pembelajaran, yang lebih dominan di gunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD, terdapat karakteristik siswa yang berbeda yaitu terdapat siswa yang suka mengganggu siswa lain dalam kelompok serta terdapat siswa yang memiliki pengetahuan yang rendah sehingga sulit untuk menyesuaikan dengan siswa yang lainnya, kurangnya pelatiahan-pelatihan mengenai PAIKEM yaitu terdapat guru yang tidak pernah mengikuti pelatihan-pelatihan PAIKEM. SARAN Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut: a.
Kreativitas guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif diharapkan mendapat perhatian dari guru. Karena melalui model pembelajaran kooperatif ini dapat membantu siswa aktif dalam menerima materi pelajaran serta bertanggung jawab atas kerjanya serta menghormati siswa lainnya dalam kelompok.
b.
Dalam memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan indikator pencapaian dan materi yang akan dijelaskan, serta karakteristik siswa.
c.
Guru harus membiasakan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
e.
Hendaknya guru mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pembelajaran, terutama pelatiahan mengenai model pembelajaran kooperatif.
f.
Hendaknya guru memvariasikan model pembelajaran kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Pekan Baru: Alfabeta. Lexy J, Maleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Posdakarya. ---------, Maleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Posdakarya. Piyudiai. 2011. Faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru. http//Blogspot (di akses pada tanggal 26 februari 2014). Rahman, Arif masyukur. 2012. Kesalahan-Kesalahan Fatal Paling Sering Dilakukan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jogjakarta: Diva Press. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. ------------. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Belajar. Talajan, Guntur: 2012. menumbuhkan kreativitas dan prestasi guru. Yogyakarta: Laksbang Pressindo. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.